PENCEGAHAN SEKS BEBAS ( ZINA ) PERSPEKTIP HADIS Skripsi ini di ajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teologi Islam. Oleh : Muhammad Munawar 107034002734 JURUSAN TAFSIR HADITS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul“ PENCEGAHAN SEKS BEBAS (ZINA) PERSPEKTIP HADIS“ Telah diujikan dalam sidang skripsi fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta padatanggal 30 Januari 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teologi Islam. Ketua Sidang Sekertaris Sidang Dr. Bustamin, M.Si. Dr. Lilik Umi Khalsum NIP: 196307011998031003 NIP: 197110031999032001 Penguji I Penguji II Dr. Bustamin, M.Si. Maulana, M.Ag NIP: 196307011998031003 NIP: 196502071999031001 Pembimbing Dr. Maskur Hakim ,M.Ag NIP: 195702231992031001 Motto “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS. An-Nisa’: 59) “Pernikahan itu termasuk sunahku, barang siapa yang tidak mengerjakan sunahku, maka tidak termasuk dari (umat)-ku. Dan menikahlah kamu sekalian, sesungguhnya aku membanggakan banyaknya umat atas kamu sekalian. Dan barang siapa yang telah mempunyai kemudahan, menikahlah. Dan barang siapa yang belum menemukan (kemudahan), maka hendaknya berpuasa, sesungguhnya puasa dapat menjadi tameng baginya ”. (HR. Sunan Ibnu Majah) “ Allah Takkan memberikan pahala terhadap angan-angan mu. Cilakalah orang yag berangan angan,bukanlah angan-angan yng merubah dirimuakan tetapi Tuhan dan dirimu lah yang dapat merubah hidup mu “ Dalam jiwa mu terdapat hasrat dan hawa nafsu, yang berkeliaran bagai srigala dalam dirimu , maka berhati-hatilah karena srigala dalam hatimu dapat menghancurkan dirimu kapan saja, namaun terkadang srigala itu bisa menjadi penolong bagi mu , maka kendalikanlah srigalamu ( hawa nafsu mu ) Munawar at-Thaf KATA PENGANTAR ﺃﺷﻬﺪ ﺍﻥ ﻻﺍﻟﻪ ﺍﻻ ﺍﷲ.ﺍﳊﻤﺪ ﺍﷲ ﺍﻟﺬﻱ ﺍﺭﺳﻞ ﺭﺳﻮﻟﻪ ﺑﺎﳍﺪﻯ ﻭﺩﻳﻦ ﺍﳊﻖ ﻟﻴﻈﻬﺮﻩ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻛﻠﻪ .ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺍﻥ ﳏﻤﺪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺑﺎﺭﻙ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﳏﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﻪ ﻭﺍﺻﺤﺎﺑﻪ ﺃﲨﻌﲔ Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang dengan taufiq-Nya penelitian berjudul “Pandangan Hadis Terhadap Pendidikan Seks Bagi Remaja” ini, dapat diselesaikan. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad saw, yang telah memberikan tauladan juga membawa risalah agama yang rahmatan li al-‘Alamin. Kepada keluarga dan para sahabatnya. Sebagai sebuah karya tulis manusia yang da’if, tentunya di dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Segala kesalahan tersebut tidak lain adalah kekurangan dari penulis di dalam melakukan penelitian ini. Penelitian ini merupakan wujud kepedulian dan rasa keingintahuan penulis terhadap satu hal yang kelihatannya sepele, namun memiliki pengaruh yang begitu besar dalam bidang hadis, khususnya kajian tokoh ahli hadis Indonesia. Penulis juga menyadari bahwa, penelitian ini tidak luput dari jasa lembaga dan orangorang tertentu yang telah membantu penulis. Atas segala bantuan tersebut penulis sampaikan banyak terimakasih. Jazahumullah ahsan al-Jaza’. Khususnya kepada: 1. Segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Rektor), Prof. Dr. Zainun Kamal, MA, (Dekan Fakultas Ushuluddin), Dr. Bustamin, M.Si, (Ketua Jurusan Tafsir- ii Hadis). Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA, (Sekretaris Jurusan TafsirHadis) yang sangat memberikan kemudahan kepada penulis dalam melengkapi persyaratan administrasi selama penyusunan skripsi ini. Dr. Maskur Hakim,Ag dan selaku Pembimbing yang sangat ramah dan koperatif dalam membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini. 2. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya dosen-dosen di jurusan tafsir-hadis yang dengan ikhlas telah banyak mencurahkan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis, sehingga dengan merekalah penulis dapat merasakan manisnya ilmu pengetahuan. (Jazahumullah wanafa’ana bi ‘ulumihim). 3. Kedua orang tua tercinta,Ayah Madsaih dan Ummi Mutmainah yang selalu memberikan motivasi, bimbingan, pendidikan dan kasih sayang, serta senantiasa mendoakan penulis untuk mencapai kesuksesan dalam hidup di dunia dan akhirat. Semoga penulis selalu mendapatkan rida dan selalu berbakti kepada keduanya. (Allahumma irhamhuma kama rabbayani saghiran). 4. Seluruh keluarga penulis, kakanda Muhamad Turmuzi S.Pdi dan Adinda Tuti Alawiyah. Semoga kita selalu dalam kebaikan, menjadi anak salih-salihah. 5. Kepada yang terhormat KH. Moh Hasan dan Umi Hj Asmanah Sealaku Kakek yang amat memberikan motivasi dan Do’a kepada penulis (Jazahumullah wanafa’ana bi ‘ulumihim). 6. Gus Mujahid.Sag. dan Ustad Arfan S.Th.I yang selalu mendoakan dan membantu disaat penulis dalam kebingungan. iii 7. Keluarga Besar KH.Moh Hasan, baik Paman, bibi ponakan yang selalu memberikan perhatian, nasihat dan terutama kasih sayang kepada penulis. 8. Teman-teman penulis di manapun berada dan sahabat-sahabat tafsir hadis TH-A MASTHA.Imam Zaki Fuad, Didi Swardi, Wahid, Dian kusnadi, Asep Sopian Hadi, Muhamad Hasim, Sandi, Ahmad Mutaqin Syadzali, Novi Nok Hidayah, Riza Kurniatilah, Sopia Rosdanilah. Terimakasih. (Jazahumullah ahsan al-Jaza’). 9. Kepada Sahabat – Sahabat Kantin yang tersayang, Muhamad Berbudi, Raditia Bagus, Budi Prastiawan, Muhamad Badru munir, Arfan Akbar, Irwan, Muhamad Rusli. Syaiful Asy’ari The special Rizki arab yang selalu setia menemani. 10. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Penulis ucapkan banyak terimakasih dan jazahumullah ahsan alJaza’. Semoga Allah membalasa perngorbanan dan kebaikan mereka semua dengan sebaik-baiknya. Jakarta,22, januari,2014 Muhamad Munawar iv PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2007-2008. 1. Konsonan Huruf Arab ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ Huruf Latin b t ts j h kh d dz r z s sy s d t z ع ‘ غ ف ق ك ل م ن و ھـ ء ي gh f q k l m n w h y vii Nama Tidak dilambangkan be te te dan es je h dengan garis bawah ka dan ha de de dan zet er zet es es dan ye es dengan garis di bawah de dengan garis di bawah te dengan garis di bawah zet dengan garis di bawah koma terbalik di atas hadap kanan ge dan ha ef ki ka el em En We Ha Apostrof Ye 2. Vokal Vokal dalam bahasa Arab, seperti vocal bahasa Indonesia, terdiri dari vocal tunggal dan vocal rangkap atau diftong. a. Vokal Tunggal Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan __ a Fathah __ i Kasrah _’_ u Dammah Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan _ي ai a dan i __و au a dan u Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan __ a a dengan topi di atas ُ__ﯾـ i i dengan topi di atas _’_ ٌو u u dengan topi di atas b. Vokal Rangkap c. Vokal Panjang viii DAFTAR ISI ABSTRAK ............................................................................................... KATA PENGANTAR ............................................................................. ii TRANSLITERASI .................................................................................. vii DAFTAR ISI ........................................................................................... i BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1 B. Identifikasi, Pembatasan dan perumusan masalah ......... 9 C. Tujuan Penelitian .......................................................... 10 D. Metodelogi penelitian ................................................... 11 E. Sistematika penulisan ................................................... 12 BAB II PENGERTIAN SEKS BEBAS A. Pengertian Seks Secara Umum ..................................... 13 B. Masa Remaja Fase Potensial Seks ................................. 18 C. Pendapat Para IlmuanTentang Seks .............................. 21 BAB III HADIS-HADIS MENGENAI PENCEGAHAN PREPENTIP SEKS BEBAS ( ZINA ) A. Teks dan Terjemah Hadis Tentang Gha ul Ba har . 23 B. Teks dan Terjemah Hadis Tentang Menutup Aurat ....... 28 C. Teks dan Terjemah Hadis Tentang Anjuran Nikah ........ 39 BAB IV ANALISIS KANDUNGAN HADIS TENTANG PENCEGAHAN PREPENTIP SEKS BEBAS ( ZINAH ) A. Analisis Hadis Gha ul Ba har ................................ ………….30 B. Pandangan Islam Terhadap Hadis seks.......................... ………….37 C. Pendidikan Seks Bagi Remaja Menurut Islam ……………………44 BAB V Penutup A. Kesimpulan .................................................................. ………….49 B. Saran ........................................................................... ………….49 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. …………..50 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT mengkaruniakan kepada manusia bermacam-macam potensi dan kemampuan yang dengan potensi dan kemampuannya itu manusia dituntut (taklif) supaya mampu menjalankan tugas kemanusiaannya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Kemampuan dasar yang dimilikinya itu adalah kemampuan untuk berpikir serta membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kemampuan memilihini erat kaitannya dengan kemampuan mengendalikan diri,sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi dirinya dalam memilih mana yang baik dan buruk tersebut. Untuk dapat mengendalikan diri,manusia memerlukan arahan dan bimbingan serta keilmuan yang memadai, sebab walau bagaimanapun hasrat dan tujuan manusia tidak selamanya tertuju pada hal yang baik. Salah satu potensi yang juga dimiliki manusia yang membawanya kepada perbuatan buruk adalah nafsu.Potensi inilah yang menurut para ulama merupakan hasrat yang kuat untuk mencapai keinginan yang tiada batasnya. Dorongan nafsu ini mampu menjatuhkan manusia kedalam jurang kehinaan dan merendahkanmartabat manusia lebih rendah dari pada binatang.1 Dengan demikian, dorongan nafsuyang kuat ini apabila tidak dikendalikan dan diimbangi oleh keteguhan iman serta peran akal dalam mempertimbangkan dan memilih akibatnya, maka akan membuat manusia 1 Yusuf Madani, Pendidikan Seks Untuk Anak Dalam Islam, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2003), h. 43. 1 2 mengalami kehancuran dan penyesalan selama hidupnya. Diantara doronganyang dimaksud adalah dorongan nafsu seks, yang sering kali jadi masalah bagi manusia, bukan hanya berakibat buruk bagi dirinya tetapi juga membawa akses dan dampak sosial.Akibat yang ditimbulkannya akan berpengaruh secara luas bagi institusi-institusi kehidupan yang lain,keluarga dan masyarakat. Secara spesifik dorongan seks ini akan sangat mempengaruhi mental para remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan, karena masa remaja adalah masa dimana nafsu seksual menjadi awal yang dominan yang mulai tumbuh dalam kehidupan remaja, sehingga pengendalian awal akan menjadi dasar keberhasilan mengarahkan dorongan ini. Jika dorongan ini sejak awal sudah diarahkan kepada yang positif,maka akan baik pula pertumbuhannya di masa selanjutnya,begitu juga sebaliknya. Seks bagi sebagian orang sangat menjijikan,membicarakannya merupakan hal yang tabu, apalagi dikaitkan dengan anak-anak. Dalam hal ini anggapan orang tentang seks kurang Objektif, karena hanya melihat dari sisi etika saja, tanpa memandang jauh akibat yang ditimbulkan jika pengetahuan seks di salah artikan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, terutama apabila yang menjadi objek sasarannya adalah anak-anak dan remaja. Yang menjadi pertanyaan adalah “apakah hakikat seks itu buruk?”, tentu saja tidak, sebab naluri seksual adalah sunatullah yang kuat dan amat penting bagi keberlangsungan (eksistensi) umat manusia.2 Setiapmanusia memiliki kekhasannya sendiri. Itulah sebabnya ia memerlukan perlakuan khusus sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan 2 Muhammad Rafa’at, Asrar al-Hayatal-zawjiyya,h.105 3 usia, begitupun dengan proses pendidikan. Ada jenjang dan kelas yang perlu dibuat untuk lebih memfokuskan pengetahuan yang harus disampaikan sehingga mudah dipahami. Remaja merupakan masa yang paling kritis dan rentan terhadap persoalan seks. Hal ini tidak saja disebabkan oleh banyaknya informasi yang dapat di akses secar bebas,khususnya menyangkut free seks atau prilaku pornografi lainnya, akan tetapi secara biologis ada pertumbuhan didalam diri remaja itu sendiri yang merangsang dan mendorongnya untuk menyaluran kebutuhan seksualnya. 3 Oleh sebab itu, seseorang pada usia kanak-kanak layak mendapatkan pendidikan seks, agar ia tidak merasa bingung dan tersesat ketika menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya, baik perubahan fisik maupun kejiwaan. Pada dasarnya pendidikan seks yang diberikan harus sesuai dengan tingkatan umur dan intelegensi anakdan terus ditingkatkan seiring dengan berjalannya waktu menuju kedewasaan. 4 Memberikan pendidikan seks kepada seorang anak dan remaja tidaklah mudah,masih banyak orang tua yang merasa bingung dan tidak mengerti kapan danbagaimana harus memulainya,bahkan sebagian dari mereka masih beranggapan bahwa membicarakan masalah seks apalagi kepada anak-anak merupakan sesuatu yang kotor dan tidak pantas. Padahal pendidikan seks kepada anak-anak dan remaja bukan berarti mengajarkan cara-cara melakukan hubungan seks semata, melainkan lebih kepada upaya memberikan pemahaman kepada anak sesuai dengan usianya,mengenai fungsi-fungsi alat seksual dan masalah naluri ilmiah yang mulai timbul, serta memberikan bimbingan mengenai pentingnya 3 Yusuf Madani, Pendidikan Seks Untuk Anak Dalam Islam, h. 43 Majdi Muhammad, Fiqih Seksual Sehat Dan Nikmat Bercinta, (Jakarta: Rieneka Cipta,2003), h. 51. 4 4 menjaga dan memelihara organ intim mereka, disamping juga memberikan pemahaman tentang prilaku pergaulan yang sehat,serta resiko-resiko yang dapat terjadi seputar masalah seksual.5 Para ahli mengatakan, orang mulai mempunyai birahi pada usia 13 atau 14 tahun, tetapi bukan berarti diusia itu seseorang sudah memungkinkan untuk melakukan kontak seksual. Kontak seksual berbeda dengan dorongan seksual, pandangan keliru dianut oleh sebagian besar masyarakat kita yang mengatakan bahwa pernikahan dini usia 14 tahun merupakan dosa yang tidak terampuni dan merupakan penyelewengan seksual, padahal permasalahan sebenarnya adalah pada usia remaja atau gadis belum sempurna struktur fisikologi reproduksinya. Dibanyak negara, terutama di negara makmur pasangan muda sudah dibekalidengan pendidikan seks yang benar.Cara pandang mereka dipengaruhi oleh cerita generasi tua,mungkin juga mereka mendengar persoalaan seks dari para pembantu.6Banyak anggapan,gairah seks pria yang masih membujang sangat meledak ledak dari pada yang sudah menikah,tapi pengalaman dan penelitian membuktikan sebaliknya.Lain dari itu, penelitian menunjukan bahwa wanita enopause tidak kehilangan gairah seksual meskipun beberapa struktur fisiologisnya telah mengalami perubahan,seperti berhentinya datang bulan, suka pusing, pening, dan terhentinya struktur vagina,dan berkurangnya cairan yang dikeluarkan vagina.7 Namun demikian,sebuah proses pertumbuhan bukan hanya lahir dari faktor internal semata, tetapi kehidupan yang hadir didalam ruang dan waktu juga dapat mempengaruhi proses pertumbuhan itu sendiri. Hal ini dijelaskan dalam 5 Tulus, Etika Dan Pendidikan Seksual.(Bandung: Remaja Modern, 1996), h. 74. Muhammad Rafa’at, Asrar Al-Hayatal-Zawjiyyah, (Jakarta:2003), h. 32 7 Emil khalil, Wajibat Al- Zawj, h. 55. 6 5 sebuah hadis yang menjelaskan bahwa kemurnian fitrah manusia yang dibawa sejak lahir bisa berubah karena pengaruh lingkungannya.Mereka bisa menjadi yahudi, nasrani, dan majusisebagai mana sabda Nabi SAW.Dalam masyarakat permisif (serba boleh),pendidikan seks lebih ditekankan pada pencegahan kehamilan dan penyakit-penyakit menular seksual. Tidak ada usaha serius untuk memberikan pembinaandan penyadaran bagi kalangan remaja dan pemuda tentang baiknya kesucian dan pematangan sebelum melaksanakan hubungan seksual. Dalam literature keagamaan,petunjuk dan pendidikan seks tidak diketahui secara teknis,teks-teks keagamaan yang berbicara tentang seks bisa ditemukan dalam bahasa normative, dan etika melakukan seks itupun hanya ditujukan bagi pasangan suami istri, tidak ada petunjuk yang jelas dalam pembinaan seks bagi remaja dan pemuda,pembahasannya baru sebatas hukum dan akibat yang ditimbulkannya. Rasulullah SAW bersabda : ﻦﻋﺪﺳﻌ ﻦﹺﻞﹺ ﺑﻬ ﺳﻦﺎﺯﹺﻡﹴ ﻋﺎ ﺣ ﺃﹶﺑﻊﻤ ﺳﻲﻠ ﻋﻦﺮ ﺑ ﻤﺎ ﻋﺛﹶﻨﺣﺪ ﻲﻣﻘﹶﺪﻜﹾﺮﹴ ﺍﻟﹾﻤ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﺑﻦ ﺑﻤﺪ ﻣﺤ ﺎﺛﹶﻨﺪﺣ ﻟﹶﻪﻦﻤ ﺃﹶﺿﻴﻪ ﹶﻠ ﺭﹺﺟﻴﻦ ﺎ ﺑﻣ ﻭﻪﻴﻴ ﻟﹶﺤﻦﻴﺎ ﺑﻲ ﻣ ﻟﻦﻤﻀ ﻳﻦ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻣ ﱠﻠﻢﺳ ﻭﻪﻠﹶﻴﻪ ﻋ ﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠ ﺻﻮﻝﹺ ﺍﻟ ﱠﻠﻪﺳﺭ ﻨﺔﹶﺍﻟﹾﺠ “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Bakr Al Muqaddami telah menceritakan kepada kami Umar bin Ali dia mendengar Abu Hazim dari Sahl bin Sa'd dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: “Barangsiapa dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada di antara jenggotnya (mulut) dan di antara kedua kakinya (kemaluan), maka aku akan menjamin baginya surga” (HR. Bukhari)”.8 8 Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 20, h. 115. 6 ﻋﻦ، ﻋﻦ ﺃﰊ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺑﻦ ﺃﰊ ﻣﺮﱘ، ﺃﻧﺒﺄﻧﺎ ﺑﻘﻴﺔ: ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﻤﺎﺭ ﺑﻦ ﻧﺼﺮ ﻗﺎﻝ ﺐ ﹴ ﹶﺫﻧﻣﻦ ﺎ ﻣ:ﻢ ﺳﹰﻠ ﻭ ﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪﻝ ﺍﷲ ﺻﺳﻮ ﺭ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ: ﺍﳍﻴﺜﻢ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﺍﻟﻄﺎﺋﻲ ﻗﺎﻝ ﺤ ﱡﻞ ﹶﻟﻪ ﻳ ﹺﻢ ﻟﹶﺎﺭﺣ ﻲﺟ ﹸﻞ ﻓ ﺭ ﺎﻌﻬ ﺿ ﺔ ﻭﻧﻄﹾﻔ ﻣﻦ ﺪ ﺍﷲ ﻋﻨ ﻢ ﻈﹶﻙ ﺑﺎﷲ ﹶﺃﻋ ﺸﺮ ﺍﻟﺪﺑﻌ ”Dari al-Haiytam Ibn Malik ath-Tha’I dari Nabi SAW bersabda :“Tidak ada sesuatu dosa sesudah syirik yang lebih besar di sisi Allah SWT, dari pada seorang laki-laki yang meletakan maninya pada rahim yang tidak halal baginya” (HR.Ibnu Abid Dunya)”.9 Pendidikan seks adalah pengajaran,penyadarandan penerangan kepada anaksejak ia telah dapat memikirkan masalah-masalah seksual,naluri, dan pernikahan,sehingga ketika anak itu telah menjadi pemuda dan tumbuh dewasa diharapkan dapat memahami urusan kehidupan,dapat memahami perkara mana yang halal dan mana yang haram.10 Seks bukansemata-mata melakukan hubungan badan atau mempertemukan dua alat kelamin saja, akan tetapi lebih kepada bagaimana para remaja menjaga hawanafsu birahi seksualnya, dan mengendalikan rangsangan yang diterimanya.Dalam islam, untuk mengajarkan sejak dini bagaimana cara mengendalikan nafsu birahi seks agar tidak berlebihan dan melampaui batas normal,maka dianjurkanlah bagi setiap anak baik laki-laki dan perempuan untuk memotong sebagian dari alat kelaminnya (khitan) karena pada alat kelamin laki- 9 Abu al-Fida Isma’il ibn Katsir al-Damsyiqiy, Tafsir Ibn Katsir, (Beirut: Dar al-Kutub alIlmiyyah, 2000), h. 21. 10 Abdulah Nasih Ulwan, Tarbiyah Aulad fi al-Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 1997), h. 53. 7 laki dan perempuan disitulah puncak titik nafsu birahi dan kenikmatan seks terdapat, sebagaimana sabda Nabi SAW : .ﻞﹺﻌ ﺇﹺﻟﹶﻰ ﺍﻟﹾﺒﺐﺃﹶﺣ ﻭﺃﹶﺓﺮﻠﹾﻤﻈﹶﻰ ﻟ ﺃﹶﺣﻚﻲ ﻓﹶﺈﹺ ﱠﻥ ﺫﹶﻟﻬﹺﻜﻨ ﻟﹶﺎ ﺗ ﱠﻠﻢﺳ ﻭﻪﻠﹶﻴ ﻋﻠﱠﻰ ﺍﻟ ﱠﻠﻪ ﺻﺒﹺﻲﺎ ﺍﻟﻨﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ ﻟﹶﻬ “Dan telah berkata Nabi SAW: “Jangan berlebihan, karena hal itu adalah bagian dari kenikmatan perempuan dan kecintaan suami” (HR.Abu Daud )”.11 Khitan ialah memotong praeputium/kepala zakar yang menutupi zakar.Ali Akbar menjelaskan tentang pengertian khitan, yaitu membuang kulit penutup alat kelamin dimana dibawahnya terdapat suatu zat smegma yang berbau dan sarang virus kanker, sedangkan menurut Sayyid Sabiq, khitan adalah memotong kulit yang menutupi ujung kemaluan untuk menjaga agar disana tidak berkumpul kotoran, juga agar dapa tmenahan kencing dan supaya tidak mengurangi kenikmatan dalambersenggama. Seorang anak(laki-lakidan perempuan) wajib untuk di khitan kemaluannya,karena kelamin laki-laki dan perempuan merupakan anggota tubuh yang menjadi alat untuk melakukan seks,maka laki-laki dan perempuan harus menjaga kemaluan itu, bagi anak laki-laki khitan wajib dilakukan demi menjaga kesehatan dan kesucian kemaluannya dan untuk mendapatkan kenikmatanketika melakukan hubungan seksual, sebagai mana sabda Nabi SAW: 11 Abu Daud, Sulaiman bin al-Asy’ats. Sunan Abu Daud, t.tp, Dar al-Hadis al-Qahirah, t.th, bab tentang keutamaan khitan, juz 14, h. 14 8 ﻦﺎﺏﹴ ﻋﻬﺑﻦﹺ ﺷ ﺍﻦﺲ ﻋ ﻮﻧﻧﹺﻲ ﻳﺮﺒﻫﺐﹴ ﹶﺃﺧ ﻭﺑﻦﺎ ﺍﺮﻧ ﺧﺒ ﻰ ﻗﹶﺎﻟﹶﺎ ﺃﹶﻴﺤ ﻳﻦﻠﹶ ﹸﺔ ﺑﻣﺮﺣ ﹺﺮ ﻭﻮ ﺍﻟﻄﱠﺎﻫﺛﹶﻨﹺﻲ ﺃﹶﺑﺪﺣ ﺲ ﻤ ﹸﺓ ﺧﻄﹾﺮ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺍﻟﹾﻔﻧﻪ ﺃﹶﻠﱠﻢﺳ ﻭﻴﻪ ﻠﹶ ﻋﻠﱠﻰ ﺍﻟﱠﻠﻪ ﺻﻮﻝﹺ ﺍﻟ ﱠﻠﻪﺳ ﺭﻦﺓﹶﻋﺮﻳﺮ ﹶﺃﺑﹺﻲ ﻫﻦﻴﺐﹺ ﻋﺴﻦﹺ ﺍﻟﹾﻤ ﺑﻴﺪﻌﺳ ﺍﻟﹾﺈﹺﺑﹺﻂﻒﺘﻧﻢ ﺍﻟﹾﺄﹶﻇﹾﻔﹶﺎﺭﹺ ﻭ ﻴﻘﹾﻠﺗﺎﺭﹺﺏﹺ ﻭ ﺍﻟﺸﻗﹶﺺ ﻭﺍﺩﺪﺤﺳﺘ ﺎﺍﻟﺎ ﹸﻥ ﻭﺘﺘﺎﺧﺍﻟ “Telah menceritakan kepadaku Abu ath-Thahir dan Harmalah bin Yahya keduanya berkata, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahab telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Ibnu Syihab dari Sa'id bin al-Musayyab dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: "Fitrah itu adalah lima yaitu: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencukur kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.” (HR. Bukhari)”. Khitan juga terjadi pada wanita yakni dengan memotong sedikit pucuk clitoris. Khitan sangat penting untuk menjadi salah satu bagian dari materi pendidikan seks,sebab khitan merupakan suatu langkah persiapan bagi seorang remaja yang akan menggalang kehidupan seksual yang harmonis dalam rumah tangga kelak. Ada beberapa manfaat dilakukannya khitan baik bagi pria ataupun wanita, yakni: a. Dari segi medis, khitan merupakan suatu tindakan yang higienis, karena alat kelamin akan dapat terjaga kebersihannya dari kotoran. b. Dari segi seksual, khitan bagi pria merupakan tindakan yang sangat tepat, karena dengan khitan itu kepala zakar menjadi terbuka sehingga dapat menambah kenikmatan dalam bersenggama, baik bagi dirinya maupun istrinya. 9 c. Manfaat bagi wanita yang dikhitan adalah dapat menambah keindahan tubuh.12 Khitan bukan hanya wajib bagi seorang laki-laki tetapi juga bagi wanita, seorang anak laki-laki sudah diwajibkan dikhitan ketika sudah mencapai hari ketujuh dari kelahirannya,khitan juga merupakan tanda bahwa seorang anak sudah wajib melakukan syariat-syariat agama seperti shalat, puasa,zakat, dan bagi seorang wanita mengkhitan kemaluan merupakan baik dan mulia dari segi agama maupun kesehatan,karena secara biologis wanita yang sudah dikhitan dapat merasakan kenikmatan yang lebih ketika melakukan hubungan seks. Dengan adanya pendidikan seks diharapkan remaja bisa melindungi diri dan terhindar dari bahaya pelecehan seksual,sementara remaja dapat lebih bertanggung jawab dalam mengendalikan hasrat seksualnya.Melalui tulisan inilah penulis mencoba memberikan sebuah jalan untuk mendalami dan memahami bagaimana sebenarnya pendidikan seks yang sesuai dengan ajaran agama islam. Oleh karena itu,berawal dari inilah penulis tertarik dan menjadi landasan penulis untuk menulis skripsi ini dengan judul: “Pencegahan Seks Bebas (Zina) Perspektip Hadis ”. B. Identifikasi, Pembatasan,dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi masalah a. Ada berapakah hadis yang membahas tentang seks? b. Terdapat dalam kitab apa sajakah hadis-hadis tersebut? c. Bagaimana status hadis-hadis tersebut? d. Bagaimana penjelasan para ahli tentang seks? 12 http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2198183-materi-pendidikan-seks-bagiremaja/#ixzz1sviHlw1B.html, artikel diakses pada tanggal 26-2-2013 pukul 15.00. 10 e. Signifikasi hadis dalam penanggulangan kenakalan remaja f. Kapan seseorang mulai merasakan getar nafsu birahi g. Perbedaan kontak seksual dengan dorongan seksual h. Pentingnya pendidikan seks untuk anak 2. Pembatasan Masalah Penulis mengakui bahwa hadis-hadis yang membicarakan tentang seks bagi remajasangat banyak jumlahnya, sehingga membutuhkan penelitianyang khusus dan mendalam untuk setiap hadisnya,oleh karena itu penulismembatasi penelitian ini dengan hadis yang hanya terdapat didalam Kitab Kutub al-Sittah, yaitu : Kitab Sahih Bukhari,Shahih Muslim, Sunan Abu Daud,Sunan Tirmidzi,Sunan Nasa’i , dan Sunan Ibnu Majah. 3. Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah diatas maka dapat dirumuskan bahwasebagai berikut : Bagaimana pencegahan zina persperktif hadis. C. Tujuan Penelitian Ada beberapa alasan dan tujuan yang mendasar bagi penulis untuk memilih judul skripsi ini. 1. Memahami seks bagi remaja dalampandanganislam, khususnya dalam hadis. 2. Memahami hadis-hadis seks bagi remaja dalam upaya menanggulangi kenakalan remaja. 11 3. Untuk memenuhi tugas akhir akademik dalam meraih gelar strata satu (S1). D. Metodologi Penelitian 1. Metode pengumpulan Data Untuk permasalahan ini metode yang penulis gunakan adalah penelitian pustaka(library research)artinya data-datanya berasal dari sumber-sumber kepustakaan,baik berupa buku-buku,jurnal, ensklopedi dan sebagainya, termasuk data primer seperti kitab-kitab hadis, maupun data skunder seperti buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini. 2. Metode pembahasan Pembahasan ini pada dasarnya adalah analisa hadis, yang studi kajian dasarnya adalah hadis-hadis Nabi saw, yang dalam hal ini berkaitan erat dengan masalah pendidikan seks bagi remaja.Studi ini menggunakan pendekatan deskritif analisis artinya upaya ini berusaha menggambarkan sedemikian pentingnya pendidikan seks bagi remaja,kemudian mengemukakan hadis-hadis yang berkaitan dengan seks bagi remaja. 3. Metode penulisan Adapun penulisan skripsi ini sepenuhnya mengacu pada buku pedoman akademik yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuludin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2004/2005. 12 E. Sistematika Penulisan Secara sistematis, penyusunan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab dan subbabnya. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut: Bab Pertama:pada bab ini berisi pendahuluan,latarbelakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian,serta metodologi dan sistematika penulisan. Bab Kedua: pada bab ini berisi teori pengertian seks secara umum ,, masa remaja fase potensial seks danpendapat para ulama tentang seks. Bab Ketiga: bab ini berisi hadis-hadis tentang ghaddul bashar, menguraikan teks hadis disertai terjemah tentang menutup aurat,teks hadis dan terjemah tentang nikah. Bab Keempat: bab ini berisi analis hadis, aktualisasi hadis, pendapat para ulama. Bab Kelima:penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran–saran. BAB II Pandangan Umum Tentang Seks Bebas A. Pengertian Seks Secara Umum Untuk mengetahui definisi yang kongkrit dan baku apa itu seks agak sulit ditemukan. Hal ini erat kaitannya dengan berbagai pandangan para ahli tetang hakikat manusia. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, pengertian tentang seks diartikan dengan jenis kelamin, atau hal yang berhubungan dengan jenis kelamin, seperti senggama dan merupakan bagian dari hidup manusia. 1 Namun demikian, untuk mendapat gambaran tentang seks, para ahli telah mengemukakan pengertian seks sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Seks merupakan proses hubungan intim antara dua orang yang berlainan jenis atau yang memiliki jenis kelamin yang sama, yang bermula dari kondisi berduaan, melakukan pendahuluan (fireplay), dan setelah itu melakukan hubungan seks.2 Seks dapat dikelompokan menurut beberapa dimensi kebutuhan, ia merupakan dimensi kebutuhan biologis yang berkaitan erat dengan alat reproduksi, dimensi kebutuhan psikologis sebagai sarana menjalankan fungsi sebagai mahluk seksual dan identitas peran jenis, dimensi kebutuhan medis sebagai sarana pencegahan beberapa penyakit yang timbul dari tidak terpenuhinya seks, dan dimensi sosial yang berkaitan erat dengan hubungan antar personal (hubungan antar sesama manusia).3 Menurut sebagian para ahli, naluri seks tidak hanya muncul pada usia remaja saja namun sejak usia bayi pun sudah muncul. Dalam usia balita naluri seks 1 Depdiknas, Tujuan Pendidikan Nasional,Undang-Undang Pendidikan Nasional, (Jakarta: 2002), h. 41. 2 Shahid Athar, Seks Education An Islamic Perspective, (Jakarta: tp, 1995), h. 76. 3 http:/www.isekolah.org/file/h_1090922276.doc, artikel diakses pada tanggal 14-1-2013, pukul 14.51. 13 14 muncul ketika anak bisa merasakan digendong ibunya, disusui dan dipeluk sang ibu. Kenangan masa bayinya itu senantiasa ia rasakan sampai usia anak-anak bahkan sampai remaja. Pada usia remaja keinginan merasakan hubungan seks sangat besar sekali, karena hal ini sangat di pengaruhi oleh lingkungan dan pergaulan mereka setiap hari, disamping terlalau seringnya mereka melakukan aktivitas dalam menjalani kegiatan sehari-hari, mereka juga dapat banyak sekali kesempatan untuk berinteraksi baik dalam bentuk dialog atau saling bertukar pikiran dan berbagi pengalamannya dalam menjalani masa pubertas mereka masing-masing. Kenyataan dalam masyarakat juga menunjukan bahwa faktor seks besar atau kecil menjadi dorongan yang penting bagi seseorang yang ingin menikahi atau dinikahi oleh orang lain. Dengan istilah lain, pernikahan merupakan satu cara untuk menyalurkan nafsu seksnya secara sah dan dibenarkan oleh agama, sehingga mendapatkan keturunan yang sah dan baik. Disisi lain seks merupakan potensi genetik yang dimilikinya manusia sejak ia mendapatkan gabungan dua gen induknya ketika proses perkawinan berlangsung secara genetis didalam rahim ibunya, potensi genetis ini sangat dominan sekali dalam menentukan sifat dan karakter seseorang dalam menjalani masa kanakkanak dan remaja. Banyak sekali penyimpangan genetik akibat dari pengaruh lingkungan yang buruk dan pengetahuan yang minim tentang seks atau genetik. Potensi genetik ini muncul akibat adanya kecendrungan lain dalam lingkungan keluarga dan sosial. Hakikat dasar tentang tata cara menata prilaku seksual di pandang perlu, karena mengingat pentingnya faktor seks dalam kehidupan manusia, hal tersebut disebabkan adanya kemampuan manusia dalam memahami segala sesuatu yang 15 berhubungan dengan diri dan lingkungannya. Kemampuan manusia untuk mengenal lebih banyak mengenai hakikat keilmiahan dan spiritual dirinya. Secara psikologis manusia juga sangat dipengaruhi dengan keadaan psikologisnya yang primordial dan gejolak rasa sehingga dapat sampai pada hakikat yang sesunggguhnya setelah melalui upaya yang cukup keras. Walau ada kesepahaman antara ilmuwan seks dan para psikolog dalam pemahaman hakikat seks, namun dalam kenyataannya banyak sekali penyelewengan dan penyalahgunaan pemahaman tentang seks termasuk dalam tata cara penyaluran dan pemahaman etis prilaku seks, karena para ilmuwan cendrung memahami seks hanya sebatas pada gejala-gejala alamiah dan aspek kesehatan bereproduksi semata. Penemuan-penemuan baru tentang seks terkadang disalahgunakan untuk memenuhi kepuasaan seks bagi kalangan tertentu saja. Misalnya penyalahgunaan alat kontrasepsi dan obat-obat tertentu untuk mencegah kehamilan semata. Dalam syariat islam, banyak sekali ayat al-Quran dan hadis yang mengemukakan pentingnya menunaikan tanggungjawab pendidikan seksual kepada anak pada masa pubertas dan remaja sebagai pembekalan dalam menghadapi fase seksual selanjutnya. 4 Oleh karena itu, sangat penting sekali untuk menyampaikan materi pendidikan seks yang diajarkan islam. Materi seks menurut islam berbeda dengan materi yang dimuat dalam seks menurut barat. Pada umumnya, Seks barat hanya memuat teori tentang anatomi tubuh manusia dan pengarahan tentang hubungan seks semata, sedangkan seks menurut islam melihat manusia secara keseluruhan, meliputi fisik, roh dan akal. Islam memahami pentingnya keseimbangan dalam memenuhi kebutuhan jasmani 4 Yusuf Madani, Pendidikan Seks Untuk Anak dalam Islam, h. 115. 16 dan rohani berdasarkan fitrahnya. Satu diantaranya adalah seksual, sehingga penyalurannya adalah suatu keharusan, dengan syarat penyalurannya tersebut harus berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat. Itulah sebabnya, pendidikan seks islami bagi remaja sangat dibutuhkan.5 Berikut ini beberapa materi yang diatur dalam pendidikan seks yang diajarkan islam diantaranya sebagai berikut: 1. Seksualitas adalah anugrah Allah agar manusia dapat mengemban misi hidupnya tanpa mengalami kepunahan hingga masa yang dikehendaki, sehingga seks hanya dipenuhi dengan jalan pernikahan, bukan sekedar dipuaskan.6 2. Islam mensyariatkan perkawinan, karena dalam al-Quran dinyatakan bahwa hidup berpasang-pasangan dan berjodoh-jodohan adalah naluri segala mahluk Allah, termasuk manusia.7 3. Etika meminta izin (isti’dzan), syariat islam menekankan etika meminta izin sejak usia kanak-kanak sebagai kaidah kesopanan. Oleh karena itu, Ahmad Mustafa al-Maraghi menyebutkan dalam tafsinya “al-Maraghi” bahwa bagi anak yang belum baligh untuk meminta izin ketika hendak memasuki kamar pada tiga waktu yang telah ditentukan yaitu, waktu sebelum subuh, waktu siang hari ketika sedang beritirahat dan waktu setelah shalat isya’ karena ketiga waktu itu merupakan aurat.8 4. Larangan terhadap tindakan erotis termasuk aktifitas masturbasi atau onani. 9 5 Solihin, Konsep Pendidikan Seks Bagi remaja Menurut Pandangan Islam, (Skripsi S1 FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), h.72. 6 Ridha Salamah, Makalah Seri Dialog Muslim; Menggagas Pendidikan Seks Remaja Perspektif Islam, Solusi Masalah Seks Remaja, h.4. Ghazaly 7 Abdul Rahman , fiqih Munakahat, (Jakarta: Prenada Mulia, Juli 2003), Cet. I, h. 11. 8 Ahamad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, ( Beirut : Dar al-Fikr),Jilid VI,Cet.I, h.11. 9 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyyah al-Haditsah; Pada Masalah-Masalah kontemporer Hukum Islam, (Jakarta: Pt.Raja Grafindo Persada, Januari 1996), Cet.I, h.94. 17 5. Mensyariatkan khitan dianjurkan bagi setiap anak laki-laki dan perempuan untuk memotong sebagian dari alat kelaminnya (khitan) karena pada alat kelamin laki-laki dan perempuan disitulah puncak titik nafsu birahi dan kenikmatan seks terdapat. . ﻞﹺﻌ ﺇﹺﻟﹶﻰ ﺍﻟﹾﺒﺐﺃﹶﺣ ﻭﺃﹶﺓﺮﻠﹾﻤﻈﹶﻰ ﻟ ﺃﹶﺣﻚﻲ ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ ﺫﹶﻟﻬﹺﻜﺗﻨ ﻟﹶﺎﻠﱠﻢﺳ ﻭﻪﻠﹶﻴﻪ ﻋ ﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠﻲ ﺻ ﺒﹺﺎ ﺍﻟﻨﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ ﻟﹶﻬ “Dan telah berkata Nabi SAW: “Jangan berlebihan, karena hal itu adalah bagian dari kenikmatan perempuan dan kecintaan suami.”(HR.Abu Daud)”.10 6. Kewajiban Ghadhul Bashar, yakni larangan saling memandang. 7. Kewajiban menutup aurat, islam sangat menekankan untuk menutup aurat baik bagi laki-laki maupun perempuan. Sebagai mana Hadis Nabi : ﻦﹺﻞﹺ ﺑﻬ ﺳﻋﻦ ﺎﺯﹺﻡﹴﺎ ﺣ ﺃﹶﺑﻊﻤﻲ ﺳ ﻠﻋ ﻦ ﺑﺮﻋﻤ ﺎﺛﹶﻨﺪﻲ ﺣ ﻣﻘﹶﺪ ﹾﻜﺮﹴ ﺍﻟﹾﻤ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﺑﻦﺪ ﺑ ﻤﺤﺎ ﻣﺪﺛﹶﻨ ﺣ ﻴﻦ ﺎ ﺑﻣ ﻭﻪﻴﻴ ﻟﹶﺤﻦﻴﺎ ﺑﻲ ﻣ ﻟﻦﻤﻀ ﻳﻦ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻣﻠﱠﻢﺳ ﻭﻪ ﹶﻠﻴ ﻋﻠﱠﻰ ﺍﻟ ﱠﻠﻪ ﺻﻮﻝﹺ ﺍﻟ ﱠﻠﻪﺳ ﺭﻦ ﻋﻌﺪ ﺳ ﻨﺔﹶﻪ ﺍﹾﻟﺠ ﻟﹶﻦﺿﻤ ﺃﹶﻪﻠﹶﻴﹺﺭﺟ “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Bakr Al Muqaddami telah menceritakan kepada kami Umar bin Ali dia mendengar Abu Hazim dari Sahl bin Sa'd dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda "Barangsiapa dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada di antara jenggotnya (mulut) dan di antara kedua kakinya (kemaluan), maka aku akan menjamin baginya surga” ( HR. Bukhar).11 8. Larangan Khalawat, berdua-duaan bagi laki-laki dan perempuan ﺎ ﻓﹶﺈﹺﻥﱠﻬﻨﻡﹴ ﻣﺮﺤﺎ ﺫﹸﻭ ﻣﻬﻌ ﻣﺲ ﻟﹶﻴﺃﹶﺓﺮ ﱠﻥ ﺑﹺﺎﻣﻠﹸﻮﺨﺮﹺ ﻓﹶﻠﹶﺎ ﻳﻡﹺ ﺍﻟﹾﺂﺧﻮﺍﹾﻟﻴ ﻭﻦ ﺑﹺﺎﻟﻠﱠﻪ ﻣﺆ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﻳﻦﻣﻭ ﻄﹶﺎﻥﹸﺸﻴ ﺎ ﺍﻟﻤﺜﹶﻬﺛﹶﺎﻟ "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa ada mahrom wanita tersebut, karena syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua”. (HR. Nasa’i). 10 11 Abu Daud, Sunan Abu Daud, bab tentang keutamaan khitan, Juz 14, h.14 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, bab tentang fitrah, Juz 20, h.115 18 Hadis diatas melarang seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita yang bukan muhrimnya, karena pihak yang ketiga adalah syaitan yang senantiasa mengajak kepada perzinahan. Semntara zina sangat dilarang dalam islam sebagai mana sabda Rasullulah saw : ﺐﹴ ﺫﹶﻧﻦﺎ ﻣ ﻣ:ﻠﹰَﻢﺳﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻝ ﺍﷲ ﺻﻮﺳ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ: ﻋﻦ ﺍﳍﻴﺜﻢ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﺍﻟﻄﺎﺋﻲ ﻗﺎﻝ ﻞﱡ ﻟﹶﻪﻳﺤ ﻢﹺ ﻟﹶﺎﺣﻲ ﺭﺟ ﹸﻞ ﻓ ﺎ ﺭﻬﻌﺿﺔ ﻭﻄﹾﻔ ﻧﻦ ﺍﷲ ﻣﺪﻨ ﻋﻈﹶﻢ ﺑﺎﷲ ﺃﹶﻋﻙﺮ ﺍﻟﺸﺪﻌﺑ “Dari al-Haiytam Ibn Malik ath-Tha’I dari Nabi SAW bersabda : Tidak ada sesuatu dosa sesudah syirik yang lebih besar di sisi Allah SWT, dari pada seorang laki-laki yang meletakan maninya pada rahim yang tidak halal baginya” (HR.Ibnu Abid Dunya).12 Menurut ajaran islam zina adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh perkawinan yang sah dengan cara masuknya alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan tanpa keraguan untuk mencapai kenikmatan tertentu. 13 9. Larangan Tabarruj bagi perempuan yaitu berhias diri dengan memperlihatkan kecantikan dan menampakan keindahan tubuhnya dan kecantikan wajahnya. 14 B. Masa Remaja Fase Potensial Seks Masa remaja merupakan masa peralihan (transisi) dari masa kanak-kanak menuju masa remaja yang sering menimbulkan berbagai perubahan mendasar, baik secara fisik maupun psikis. Perubahan semacam itu terjadi di antara usia 1218 tahun. Dalam rentan waktu yang cukup lama perubahan-perubahan tersebut 12 Abu al-Fida Isma’il ibn Katsir al-Damsyiqiy, Tafsir Ibn Katsir, (Beirut: Dar al-Kutub alIlmiyyah, 2000), h. 74. 13 Neng Djubaedah, Pornografi dan Pornoaksi ditinjau dari Hukum Islam, (Jakarta: Prenada Media, Juli 2003), cet.I, h. 145. 14 Syaikh Kamil Muhamad, Fiqh Wanita, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar,November 2000), h.662. 19 akan menampilkan sikap dan prilaku yang khusus, baik dari segi penampilan, pemikiran, dan sikap. Melihat realita prilaku remaja yang sedang dalam masa pubertas dapat ditegaskan bahwa masalah yang sering muncul adalah penyimpangan, baik karena pengaruh lingkungan, budaya setempat atau tata nilai yang ada di masyarakat setempat. Prilaku menyimpang pada usia puber ini diantaranya dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan remaja tentang pemahaman seks yang benar sesuai dengan norma dan aturan. Hal tersebut misalnya bisa timbul karena pengaruh yang terus menerus dari teman sebaya atau media informasi dan hiburan yang makin menglobal memenuhi ruang publik serta meluasnya paham kebebasan dari barat.15 Sehubungan dengan hal ini, beberapa ilmuan di amerika yang melakukan sebuah kajian terhadap anak-anak mengatakan : Menjelang fase akhir kanak-kanak, laki-laki dan perempuan harus dipersiapkan untuk menghadapi perubahan-perubahan krusial besar yang mendorong kesempurnaan perubahan fisik. Pada fase ini remaja sangat rentan dan sudah dapat terpengaruh oleh aktifitas seks orang dewasa melalui peniruan dan ikut-ikutan. Peniruan tersebut akan mempengaruhi diri dan jiwanya sehingga merasa bahwa prilaku seks tersebut merupakan bagian dari dirinya tanpa mengetahui resiko dan bahaya yang ditimbulkannya. Adapun bahaya yang ditimbulkan oleh keadaan tersebut diatas, adanya bahaya pada konsistensi kepribadian dan penjagaan dirinya ketika anak menemukan perubahan-perubahan baru, sementara ia tidak mengetahui cara menghadapinya 15 Drajat Zakiyah, Kesehatan Mental Dan Keluarga, (Jakarta: Pustaka antara, 1991), h. 42. 20 dengan bentuk yang ideal guna menjaga kepribadiannya dan menyeimbangkan jiwanya serta membebaskan diri dari pengaruh sahwat (seks) yang menggebugebu sejak awal.16 Kelainan respons psikologi para remaja pada umumnya dapat diidentifikasi antara lain: 1. Timbulnya rasa keingintahuan dalam jiwanya. 2. Timbulnya pikiran yang realistis dan kritis. 3. Timbulnya konflik batin dalam menghadapi realitas kehidupan, konflik demikian disebabkan oleh perkembangannya sendiri karena frustasi. 4. Merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir pada saat ia mencapai usia matang secara hukum. Namun penelitian perubahan tingkah laku, sikap dan nilai-nilai sepanjang masa remaja tidak hanya menunjukan bahwa setiap perubahan terjadi lebih cepat pada awal masa remaja dari pada masa akhir masa remaja, tetapi juga menunjukan bahwa prilaku, sikap dan nilai-nilai pada awal masa remaja berbeda dengan masa akhir masa remaja.17 Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelumnya dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut: a. Masa Remaja Sebagai Periode Yang Penting Kendati pun semua periode dalam kehidupan adalah penting, namun kadar kepentingannya berbeda-beda. Pada periode remaja perkembangan fisik yang cepat dan disertai dengan cepatnya perkembangan mental, terutama pada masa awal remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru. 16 Yusuf Madani, Seks Education For Children, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2003), h. 57. Elizabeeth B.Hurlock, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Jakarta: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), Cet. 1, h. 206. 17 21 b. Masa Remaja Masa Mencari Identitas Sepanjang usia pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan standar kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak-anak yang lebih besar daripada individualitas. Seperti telah ditunjukan, dalam hal berpakaian, berbicara dan prilaku anak yang lebih besar ingin lebih cepat seperti teman-temannya. Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka akan mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi menjadi sama dengan temantemannya dalam segala hal seperti sebelumnya. C. Pendapat Para Ilmuan Tentang Seks Perdebatan tentang perlu-tidaknya pendidikan seks diberikan kepada anak bermula dari keprihatinan terhadap pergaulan bebas remaja saat ini. Para pemerhati masalah remaja berpendapat, seks bebas yang sekarang ini menggejala salah satunya disebabkan karena pengetahuan remaja tentang seksual sangat rendah. Karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk memasyarakatkan pendidikan seks kepada remaja. Program-program seks pun mulai digulirkan, bahkan ada yang berpendapat bahwa pendidikan seks seharusnya diberikan sedini mungkin, jika perlu dibangku sekolah pun ada kurikulum pendidikan seks bagi anak. Ada beberapa pendapat pakar mengenai pendidikan seks, yaitu: 1. Dr. M. Bukhori. tujuan pendidikan seks dalam Islam dititikberatkan untuk mempersiapkan diri dalam menempuh hubungan seksual yang sah, yang diikat oleh tali perkawinan guna mewujudkan rumah tangga yang sejahtera lagi bahagia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan seks adalah untuk menghasilkan manusia-manusia dewasa yang dapat menjalankan kehidupan bahagia dalam 22 mensesuaikan diri dengan masyarakat beserta lingkungannya serta bertanggung jawab terhadap dirinya dan orang lain.18 2. Dr. Ali Akbar mengatakan, pengertian dari tujuan pendidikan seks dalam Islam adalah untuk mencapai hidup bahagia di dalam membentuk rumah tangga sakinah (ketenangan), mawaddah (cinta birahi), rahmah (kasih sayang), serta keturunan muslim yang taat kepada Allah SWT dan mendo’akan orang tuanya.19 3. Dr. Abdulah Nasih Ulwan. Berpendapat pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri, dan perkawinan. Dengan begitu jika anak telah dewasa, ia akan dapat mengetahui masalah-masalah yang diharamkan dan dihalalkan bahkan mampu menerapkan prilaku islami dan tidak akan memenuhi prilaku seksualnya dengan cara-cara yang tidak islami. Seks didalam islam merupakan bagian Integral dari pendidikan akidah, ahlak, dan ibadah. Terlepasnya pendidikan seks dengan tiga unsur tersebut akan menyebabkan ketidakjelasan arah dari pendidikan seks itu sendiri, bahkan mungkin akan menimbulkan kesesatan dan penyimpangan dari tujuan asal manusia melakukan kegiatan seksual dalam rangka pengabdian diri kepada Allah SWT, oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan seks tidak boleh menyimpang dari tuntunan syariat islam.20 18 M.Bukhori, Islam dan Adab Seksual, h.35. Ali Akbar, Merawat Cinta Kasih, (Jakarta: Pustaka Antara, 1976), h.31. 20 Abdulah Nasih Ulwan, Tarbiyah Aulad fi al-Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 1997), h. 82. 19 23 BAB III Hadis-Hadis Mengenai Pencegahan Prepentip Larangan Seks Bebas A. Teks Dan Terjemah Hadis Pencegahan Prepentip Larangan Seks Bebas Dalam upaya pencegahan perbuatan seks bebas ( zina ) hadis Nabi telah menjelaskannya dalam berbagai kitab himpunan hadis, sepanjang penelitian penulis, ditemukan 6 ( enam ) hadis yang terdapat dalam kitab hadis, sebagai berikut : 1. Gha ul Ba har ﻠﱠﻢﺳ ﻭﻪﻠﹶﻴﻪ ﻋ ﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠ ﺻﻨﺒﹺﻲﺄﹶﻥﱠ ﺍﻟﺎﺳﺒﻦﹺ ﻋﻦﹺ ﺍﺑ ﻋﻦ ﺃﹶﺑﹺﻴﻪ ﺰﹺﻳﺰﹺ ﻋ ﺍﻟﹾﻌﺒﺪ ﻦﹺ ﻋﻦﹺ ﺑﻜﹶﻴ ﺳﻦﻊ ﻋ ﻴﻛﺎ ﻭﺛﹶﻨﺪﺣ ﻩﺪﻜﹶﺬﹶﺍ ﺑﹺﻴ ﻫﺳﻠﱠﻢ ﻭﻪﻠﹶﻴ ﻋﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﺻﻨﹺﺒﻲﻓﹶﺔﹶ ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ ﺍﻟﺮﻴﺔﹶ ﻋﺸﺃﹶﺓﹰ ﻋﻣﺮ ﻆ ﺍ ﹸﻠﹶﺎﺣﺎﺱﹴ ﻳﺒ ﻋﺑﻦ ﹶﻞﺃﹶﻯ ﺍﹾﻟﻔﹶﻀﺭ ﹶﻟﻪﺮﻪ ﹸﻏﻔ ﺎﻧﺴﻟﻩ ﻭ ﺮﺼ ﺑﻴﻪﻆﹶ ﻓﻔ ﺣﻦﻡ ﻣ ﻮﺬﹶﺍ ﻳﻠﹶﺎﻡﹺ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺇﹺﻥﱠ ﻫﻦﹺ ﺍﻟﹾﻐﻴﻠﹶﻰ ﻋﻋ ” Di kabarkan wakî’ dari sukaīn bin ’Abdul ’Azîz dan dikabarkan dari Sahabat ’Abbas sesungguhnya Nabi SAW melihat keutamaan bahwa ’Aisyah memelihara pandangannya menutup mata dengan tangannya dan Nabi berkata bahwa Sesungguhnya hari ini adalah hari bagi siapapun yang menjaga pandangan matanya danlisannya, niscaya akan diberikan ampunan baginya”. (H.R.Muslim )1 Diantara yang diharamkan dalam Islam menyangkut naluri seksual ialah lelaki berlama-lama memandang perempuan atau sebaliknya, karena mata adalah kunci pembuka hati, sedangkan memandang lawan jenis dapat mengantarkan fitnah dan perzinahan. Menjaga pandangan ialah menjaganya dan tidak lepas kendali secara liar, pandangan yang terpelihara ialah apabila memandang lawan jenis tidak mengamati kecantikannya, tidak berlama-lama tidak melototi apa yang dilihatnya. 1 Al-Hafîdzh‘ Abdul Azhim bin ‘Abdul Qawî Zakiyuddîn al-Mundzîrî ,Mukhtâshar Shahîh Muslim (Dâr Ibn Khuzaîmah Riyâdh), Cet pertama 14 14h/1994 M. 23 24 Pandangan yang lapar dan mencari kepuasan ini bukan hanya membahayakan kesucian moral saja, akan tetapi membahayakan kestabilan pikiran dan ketenangan hati sehingga membuatnya kacau dan guncang. 2. Berkhalawat. ﺎﻤﺜﹶﻬﺎ ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ ﺛﹶﺎﻟﻬﻨﻡﹴ ﻣﺮﺤﺎ ﺫﹸﻭ ﻣﻬﻌ ﻣﺲ ﹶﻟﻴﺃﹶﺓﺮﻥﱠ ﺑﹺﺎﻣﻠﹸﻮﺨﺮﹺ ﻓﹶﻠﹶﺎ ﻳﻡﹺ ﺍﻟﹾﺂﺧﻮﺍﹾﻟﻴ ﻭﻦ ﺑﹺﺎﻟ ﱠﻠﻪ ﻣﺆ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﻳﻦﻣﻭ ﻄﹶﺎﻥﹸﺸﻴ ﺍﻟ "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa ada mahrom wanita tersebut, karena syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua.” (HR. Muslim )2 Di antara jalan yang diharamkan oleh Islam ialah berkhalawat (menyendiri dan menyepi) antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang bukan muhrimnya, yakni bukan isterinya dan bukan salah seorang kerabatnya yang haram dinikihinya untuk selamanya, seperti ibu, saudara perempuan, bibi dari pihak ayah dan bibi dari pihak ibu. Hal ini bukan karena tidak percaya kepada mereka atau kepada salah satunya, akan tetapi untuk melindungi mereka dari bisikan-bisikan jahat dan lintasanlintasan pikiran buruk yang dapat menggelorakan hati mereka ketika kedua manusia yang berlawanan jenis itu bertemu, tanpa adanya pihak ketiga.3 3. Larangan Zina ﺪﻌﺐ ﺑ ﹴﻦ ﺫﹶﻧ ﺎ ﻣ ﻣ:ﻠﹰﻢﺳﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻝ ﺍﷲ ﺻﻮﺳ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ: ﻋﻦ ﺍﳍﻴﺜﻢ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﺍﻟﻄﺎﺋﻲ ﻗﺎﻝ ﻞﱡ ﻟﹶﻪﺤﺣﻢﹺ ﻟﹶﺎ ﻳ ﻲ ﺭﻞﹸ ﻓﺟﺎ ﺭﻬﻌﺿﺔ ﻭﻄﹾﻔﻦ ﻧ ﺍﷲ ﻣﺪﻨ ﻋﻈﹶﻢ ﺑﺎﷲ ﺃﹶﻋﻙﺸﺮ ﺍﻟ 2 Al-Hafîdzh‘ Abdul Azhim bin ‘Abdul Qawî Zakiyuddîn al-Mundzîrî, Mukhtâshar Shahîh Muslim (Dâr Ibni Khuzaîmah Riyadh), Cet pertama14 14h/1994 M. 3 Yusuf Qaradhawi, halal dan haram , h.167 25 “ Dari al-Haîytam Ibn Mâlikath- Tha’I dari Nabi SAW bersabda : Tidak ada sesuatu dosa sesudah syirik yang lebih besar di sisi Allah SWT, dari pada seorangl aki- laki yang meletakan maninya pada rahim yang tidak halal baginya. (HR. Ibnu Abid Dunya) 4 Perbuatan zina adalah salah satu perbuatan yang dilarang oleh agama Islam dan termasuk dosa besar, oleh karena itu Islam memberikan sangsi atau hukuman yang berat bagi seseorang yang melakukan zina baik hukuman di dunia maupun di akhirat. Apa saja yang dapat merangsang syahwat dan membuka jendela fitnah bagi laki-laki ataupun perempuan dan mendorong orang untuk melakukan perbuatan keji atau mendekatkannya, atau memudahkan jalannya, maka Islam melarangnya dan mengharamkannya sebagai upaya membendung jalan kepada yang haram dan menolak kerusakan.5 4. Khitan .ِﺐ ﺇﹺﻟﹶﻰ ا ْﻟ َﺒ ْﻌﻞ ﺃﹶﺣ ﻭﺮﺃﹶﺓ ﻠﹾﻤﻈﹶﻰ ﻟ ﺃﹶﺣﻚﻲ ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ ﺫﹶﻟ ﹺﻬﻜﻨ ﻟﹶﺎ ﺗ ﱠﻠﻢﺳ ﻭﻪﻠﹶﻴ ﻋﻠﱠﻰ ﺍﻟ ﱠﻠﻪ ﺻﺒﹺﻲﺎ ﺍﻟﻨﻗﹶﺎﻝﹶ ﻟﹶﻬ “Dan telah berkata Nabi SAW. “ Jangan berlebihan, karena hal itu adalah bagian dari kenikmatan perempuan dan kecintaansuami .(HR. Abu Daud ).6 ﻦﺎﺏﹴ ﻋﻬﻦﹺ ﺷ ﺍﺑﻦ ﻋﺲﻮﻧﻧﹺﻲ ﻳﺮﺒﺐﹴ ﺃﹶﺧﻫ ﻭﻦﺎ ﺍﺑﻧﺮﺒﻰ ﻗﹶﺎﻟﹶﺎ ﺃﹶﺧﻴﺤﻦ ﻳ ﻠﹶ ﹸﺔ ﺑﻣﺮﺣﺮﹺ ﻭﻮ ﺍﻟﻄﱠﺎﻫﹶﺛﻨﹺﻲ ﺃﹶﺑﺣﺪ ﺲ ﻤﺓﹸ ﺧﻄﹾﺮﻪ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺍﻟﹾﻔ ﺃﹶﻧﻠﱠﻢﺳ ﻭﻪﻠﹶﻴﻪ ﻋ ﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠ ﺻﻮﻝﹺ ﺍﻟﻠﱠﻪﺳ ﺭﻦﺓﹶﻋﺮﻳﺮ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﻫﻦﻴﺐﹺ ﻋﺴﺑﻦﹺ ﺍﻟﹾﻤ ﻴﺪﺳﻌ ﺍﻟﹾﺈﹺﺑﹺﻂﻒﺘﻧ ﺍﻟﹾﺄﹶﻇﹾﻔﹶﺎﺭﹺ ﻭﻴﻢﻘﹾﻠﺗﺎﺭﹺﺏﹺ ﻭ ﺍﻟﺸﻗﹶﺺﺩ ﻭ ﺍﺪﺤﺘﺎﺳﺍﻟﺎﻥﹸ ﻭﺘﺘﺎﺧﺍﻟ “Telah menceritakan kepadaku Abu ath-Thahir dan Harmalah bin Yahya keduanya berkata, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahab telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Ibnu Syihab dari Sa'id bin al-Musayyab dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam, bahwa beliau 4 Abu al-Fida Isma’il ibn Katsir al-Damsyiqiy, Tafsîr Ibn Kâtsir, (Beirut: Dar al-Kutub alIlmiyyah, 2000), h. 21. 5 Yusuf Qaradhawi, halal dan haram , h.166 6 Abu Daud, Sulaiman bin al-Asy’ats. Sunân Abu Daûd, t.tp, Dar al-Hadis al-Qahirah, t.th, bab tentang keutamaan khitan, juz 14, h. 14 26 bersabda. "Fitrah itu adalah lima yaitu: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencukur kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak. ” (HR. Bukhari)”.7 ﻲﻘﻬﻴﺍﻟﹾﺒ ﻭﺪﻤ ﺃﹶﺣﺍﻩﻭﺎﺀ ﺭﺴﻲ ﺍﻟﻨ ﹲﺔ ﻓﺮﻣ ﻜﹾﺎﻝﹺ ﻣﺟﻲ ﺍﻟﺮ ﹲﺔ ﻓﺳﻨ ﺎﻥﹸﺘﺍﻟﹾﺨ “Khitan merupakan sunnah (yang harus diikuti) bagi laki-laki dan perbuatan mulia bagi wanita” (HR. Ahmad dan Baihaqi)”.8 Secara etimologis, khitân berasal dari bahasa arab “khâtan” yang berarti “memotong”. Dalam ensiklopedi Islam kata khitân berarti “memotong atau mengerat”. Menurut Ibnu Hajar al-khatan adalah isimmas dar dari kata khâtana yang berarti “memotong” sebagian benda yang khusus dari anggota badan yang khusus pula.9 Secara terminologis khitan adalah membuka atau memotong kulit (qulûf) yang menutupi ujung kemaluan dengan tujuan agar bersih dari najis.10 Selain itu sebagaimana dikemukakan oleh Nasih Ulwan, khitan adalah memotong yaitu tempat pemotongan penis, yang merupakan timbulnya konsekuensi hukum- hukum syara. Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa khitan adalah perbuatan memotong bagian kemaluan laki- laki yang harus dipotong, yakni memotong quluf atau kulit yang menutupi ujungnya sehingga seutuhnya terbuka. Pemotongan kulit ini di maksudkan agar ketika buang air kecil mudah d ibersihkan, dan agar memberikan kenikmatan yang lebih ketika bersenggama.11 7 Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 20, h. 115 http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1965924-hadis-rasulullah-sawtentang-khitan/#ixzz2LzQ3a2FK, di akses pada tanggal 26-2-2013 pukul 15.00. 9 Ahmad Ma’ruf Asrori dan Suheri Ismail, Khitan dan Aqidah : Upaya Pembentukan Generasi Qur’ani, (Surabaya: Al-Miftah, 1998), Cet. II, h. 11 10 Harun Nasution, et. Al, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Sab dodadi, 1992), h. 555 11 Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah, Tuhfah al-Maûdûd bi al-Ahkâm al-Maûlûd, Terj.FauziBahreisy, Mengantar Balita Menuju Dewasa, (Jakarta: SerambiI lmu Semesta, 2002), h. 124 8 27 Para ulama berbeda pendapat tentang hukum khitan, hal ini dikarenakan tidak adanya nash yang tegas dan jelas dalam perintah khitan. Akan tetapi, mereka sepakat bahwa khitan lebih disyariatkan oleh agama. Mereka mengatakan hukum khitan wajib sedang yang lain mengatakan sunnah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dipelajari masing- masing pendapat tersebut baik yang mengatakan wajib maupun sunah. 1. Hukum wajib Para ulama yang mengatakan bahwa khitan hukumnya wajib diantaranya adalah : ash-Sya’I Rabi’ah, al-Auza’i, yahya bin Said, al-Ansyari, ash-Syafi’i, dan Ahmad Asy-Syafi’I mengatakan bahwa khitan hukumnya wajib, dengan alasan : a. Nabi di perintahkan mengikuti syariat Nabi Ibrahim (Qs. An- Nahlayat 123) dan salah satu syariatnya adalah khitan. b. Sekiranya khitan tidak wajib, mengapa orang yang dikhitan membuka aurat yang diharamkan.12 Imam Nawawi berpendapat ini adalah pendapat sahîh dan masyhûr yang ditetapkan oleh Syafi’I dan disepakati oleh sebagian ulama. Berkhitan ialah memotong ujung kulit yang menutupi kemaluan, untuk menjaga agar di sana tidak terkumpul kotoran, juga agar dapat menahan air kencing dan agar tidak mengurangi kenikmatan saat bersenggama. Hal ini berlaku untuk laki-laki dan perempuan maka yang dipotong ialah bagian atas dari kemaluan.13 12 Abi Ishaq Ibrahim ibn Ali ibn Yusuf al-Firuzabadi al-Syirazi, Al-Muhadzab fi Fiqhi al-Imam asy-Syafi’i, Juz 1, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th), h. 34. 13 Sayyid Sabik, Fiqih Sunah, (Pt. Al Maarif, Bandung: t.th), h. 74. 28 Demi menjaga kesehatan dan kesucian kemaluan maka khitan bagi laki-laki wajib hukumnya. Sebagaimana sabda Nabi SAW : ﻦﺎﺏﹴ ﻋﻬﺑﻦﹺ ﺷ ﺍﻦﺲ ﻋ ﻮﻧﻧﹺﻲ ﻳﺮﺧﺒ ﺐﹴ ﺃﹶﻫ ﻭﻦﺎ ﺍﺑﻧﺮﺒﻰ ﻗﹶﺎﻟﹶﺎ ﺃﹶﺧﻴﺤ ﻳﻦﻠﹶ ﹸﺔ ﺑﻣﺮﺣﺮﹺ ﻭﻮ ﺍﻟﻄﱠﺎﻫﺛﹶﻨﹺﻲ ﺃﹶﺑﺣﺪ ﺲ ﻤﺓﹸ ﺧﻄﹾﺮﻪ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺍﻟﹾﻔ ﺃﹶﻧﻠﱠﻢﺳ ﻭﻪﻠﹶﻴ ﻋﻠﱠﻰ ﺍﻟ ﱠﻠﻪ ﺻﻮﻝﹺ ﺍﻟﻠﱠﻪﺳﻦ ﺭ ﺓﹶﻋﻳﺮ ﺮ ﻫ ﺃﹶﺑﹺﻲﻦﺐﹺ ﻋﻴﻤﺴ ﻦﹺ ﺍﹾﻟ ﺑﻴﺪﺳﻌ ﺍﻟﹾﺈﹺﺑﹺﻂﻒﺘﻧ ﺍﻟﹾﺄﹶﻇﹾﻔﹶﺎﺭﹺ ﻭﻴﻢﻘﹾﻠﺗﺎﺭﹺﺏﹺ ﻭﺺ ﺍﻟﺸ ﻗﹶﺩ ﻭ ﺍﺤﺪ ﺘﺎﺳﺍﻟﺎﻥﹸ ﻭﺘﺧﺘ ﺎﺍﻟ “Telah menceritakan kepadaku Abu ath-Thahir dan Harmalah bin Yahya keduanya berkata, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahab telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Ibnu Syihab dari Sa'id bin al-Musayyab dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: "Fitrah itu adalah lima yaitu: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencukur kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak." (HR. Bukhari).14 B. Teks Dan Terjemah Menutup Aurat ﻦﻋﺪﻌﺑﻦﹺ ﺳ ﻞﹺﻬ ﺳﻦﺎﺯﹺﻡﹴ ﻋﺎ ﺣ ﺃﹶﺑﻊﻤ ﺳﻲﻠ ﻋﻦ ﺑﺮﻋﻤ ﺎﺪﺛﹶﻨ ﻲ ﺣ ﻣﻘﹶﺪﻜﹾﺮﹴ ﺍﻟﹾﻤﻦ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﺑ ﺑﻤﺪ ﻣﺤ ﺎﺛﹶﻨﺣﺪ ﻪ ﻟﹶﻦﻤ ﺃﹶﺿﻪﻠﹶﻴ ﺭﹺﺟﻦﻴﺎ ﺑﻣ ﻭﻪﻴﻴ ﹶﻟﺤﻦﻴﺎ ﺑﻲ ﻣ ﻟﻦﻤﻳﻀ ﻦ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻣﻠﱠﻢﺳ ﻭﻪﻠﹶﻴﻪ ﻋ ﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠ ﺻﻮﻝﹺ ﺍﻟﻠﱠﻪﺳﺭ ﻨﺔﹶﺍﻟﹾﺠ “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Bakr Al Muqaddami telah menceritakan kepada kami Umar bin Ali dia mendengar Abu Hazim dari Sahl bin Sa'd dari Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam beliau bersabda: "Barang siapa dapat menjamin bagi kusesuatu yang berada di antara jenggotnya (mulut) dan di antara kedua kakinya (kemaluan), maka aku akan menjamin baginya surga”.(HR. Bukhari) 15 Bahwa shal telah berkata kepada Rasulullah: ya Rasulullah beri saya nasihat, Rasulullah bersabda: “Barang siapa dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada diantara jenggotnya (mulut) dandiantarakeduakakinya (kemaluan), maka aku akan menjamin baginya surga”. Maksud hadis ini adalah, agar kita dapat memelihara lidah, tidak berkata kecuali kata-kata yang baik, tidak makan kecuali makan makanan yang baik dan 14 Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 24, h. 112 Bukhari, Shâhîh al-Bukhârî, Juz 22, h. 87 15 29 halal, kemudian yang berada diantara dua kaki adalah kemaluan agar dipelihara dari perbuatan yang keji dan zina. C. Teks Dan Terjemah Hadis Anjuran Nikah ﺮﻌﺸ ﺎ ﻣ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ )ﻳﻮﻝﹸ ﺍﹶﻟﻠﱠﻪﺳﺎ ﺭ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻟﹶﻨﻮﺩﻌﺴ ﹺﻦ ﻣ ﺑ ﺍﹶﻟ ﱠﻠﻪﺪﺒ ﻋﻦﻋ ﻟﹶﻢﻦﻣ ﻭ, ﺝﹺﻠﹾﻔﹶﺮﻦ ﻟ ﺣﺼ ﺃﹶ ﻭ, ﹺﺮﺼﻠﹾﺒ ﻟﻪ ﺃﹶﻏﹶﺾ ﻓﹶﺈﹺﻧ, ﻭﺝ ﺰﺘﺎﺀَﺓﹶ ﻓﹶ ﹾﻠﻴﻢ ﺍﹶﻟﹾﺒ ﻨﻜﹸ ﻣﻄﹶﺎﻉﺳﺘ ﻦﹺ ﺍﺎﺏﹺ! ﻣﺒﺍﹶﻟﺸ (ٌﺎﺀ ﹺﻭﺟﻪ ﻟﹶﻪ ﻮﻡﹺ ; ﻓﹶﺈﹺﻧ ﺑﹺﺎﻟﺼﻪﻠﹶﻴ ﻓﹶﻌﻊﻄﺘﺴﻳ “Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi waSallam bersabda pada kami: "Wahai generasi muda, barang siapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barang siapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikan mu." (H.R Bukhari).16 Dari sinilah para ulama mengatakan bahwa seorang muslim wajib menikah dan tidak boleh meninggalkannya apabila sudah memiliki kemampuan untuk melakukannya, sebagian ulama mewajibkan karena sudah ada keinggi nan dan takut terjerumus dalam perbuatan zina. Seorang muslim tidak boleh menghindari pernikahan Cuma karena takut masalah rezeki dan beratnya tanggung jawab, karena Allah akan memberikan karunia dan pertolongannya bagi orang yang melaksanakan nikah sebagai sebuah kewajiban dan menjalankan sunah Rasulullah. 17 16 Bukhari,terjemah hadis Shâhîh al-Bukhârî, Juz 20 Yusuf Qardawi, Halal dan haram, h. 200. 17 BAB IV ANALISIS KANDUNGAN HADIS TENTANG PENCEGAHAN PREPENTIP SEKS BEBAS ( ZINA ) A. Analisis Kandungan Hadis 1. Analisis Hadis Mengenai Gha ul Ba har Analisis terhadap matan hadis tentang Seks sangat diperlukan guna mengetahui lebih mendalam terhadap teksteks hadis tersebut, baik dari segi bahasa atau lafaznya dan pemahaman ulama hadis yang menginterpretasikan hadis tersebut. Analisis bahasa atau lafaz hadis dilakukan untuk mengetahui perbedaan bahasa atau lafaz antara hadis yang satu dengan yang lain yang memiliki makna yang sama. Pentingnya analisis matan hadis dari sudut bahasa atau lafaz hadis berangkat dari pendapat sebagian besar ulama yang memandang aspek kebahasaan ini sebagai tolak ukur dalam melihat validitas hadis. Hal ini dikarenakan Nabi dan sahabat sahabatnya kebanyakan mempunyai kemampuan bahasa yang baik, sehingga jika susunan lafaz hadis nampak rancu, maka hadis tersebut dianggap tidak sahih dari segi matan. Bisa jadi redaksi hadis bukan berasal dari Nabi dan sahabat sahabatnya tetapi dari rawi yang meriwayatkannya. 1 Matan hadis hadis tentang anjuran menikah diriwayatkan oleh periwayat yang siqah dan sanad hadis tersebut berstatus sahih dan tidak ada pertentangan antara periwayat yang satu dengan periwayat lain dari segi maksud dan makna hadis tersebut. Dari sini dapat di simpulkan bahwa matan hadis tersebut sahih dan dapat dijadikan hujjah. 1 M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah (Jakarta: Bulan Bintang), 30 31 Pada hadis ini tidak ditemukan adanya perbedaan lafaz maupun matan hanya saja terdapat penambahan lafaz hadis yang tidak mempengaruhi perbedaan makna dari lafaz hadis tersebut. Dengan demikian, maka dapat dikatakan hadis tentang seks diriwayatkan secara makna. Periwayatan secara maknaini diperbolehkan selama tidak merubah arti dan tidak bertentangan Dengan maksud kandungan hadis. Analisis terhadap matan hadis yang penulis lakukan meliputi: 1. Kritik Historis Hadis Kritik historis merupakan tahapan yang paling penting dalam studi pemaknaan hadis. Dengan kritik historis teks hadis akan diketahui otentisitas hadis tersebut. Historitas teks hadis sangat berpengaruh terhadap kualitas kesahihanannya. Hadis merupakan teks keagamaan yang kebenarannya harus diuji berdasarkan atas kritik sejarah, bukan berdasarkan atas keyakinan, bukan pula krtik teologis, filosofis maupun mistis atau spiritual. Penelitian terhadap status kesahihan suatu teks hadis sangat diperlukan mengingat kedudukan hadis sebagai sumber pokok ajaran Islam kedua setelah al- Qur’an. Hadis Nabi sebagian periwayatannya ada yang mutawatir dan sebagian lagi tidak. Dalam proses transmisinya, hadis telah mengalami tahap historis yang panjang sampai padaakhirnya menjadi wacana tekstual sebagaimana yang terlihat dalam kitab-kitab hadis. M. Syuhudi Ismail berpendapat bahwa penentuan terhadap orisinalitas dan otentisitas teks hadis merupakan langkah awal sebelum dilakukan pemahaman dan pemaknaan terhadap suatu hadis. Ada beberapa faktor yang menjadikan penelitian hadis berkedudukan sangat penting, yaitu: a. Tidaklah seluruh hadis tertulis pada zaman Nabi. b. Telah timbul berbagai pemalsuan hadis. 32 c. Proses penghimpunan hadis yang memakan waktu lama. d. Jumlah kitab hadis yang banyak dengan metode penyusunan yang berbeda. e. Telah terjadi periwayatan hadis secara makna.2 Sedangkan kualitas hadis tentang anjuran menikah adalah: hadis yang Di riwayatkan oleh al-Bukhari berkualitas shahih Dengan melihat status hadis yang telah disebutkan oleh beberapa Imam tersebut, maka dapat diketahui bahwa secara historis hadis-hadis tentang anjuran menikah ini berderajat sahih dan dapat digunakan sebagai hujjah. 2. Analisis Hadis Menutup Aurat Analisis terhadap matan hadis tentang anjuran menutup aurat sangat di perlukan guna mengetahui lebih mendalam terhadap teksteks hadis tersebut, baik dari segi bahasa atau lafaznya dan pemahaman ulama hadis yang hadis tersebut. Analisis bahasa atau lafaz hadis dilakukan untuk mengetahui perbedanba hasa atau lafaz antara hadis yang satu denganyang lain yang memiliki makna yang sama. Pentingnya analisis matan hadis dari sudut bahasa atau lafaz hadis berangkat dari pendapat sebagian besar ulama yang memandang aspek kebahasaan ini sebagai tolok ukur dalam melihat validitas hadis. Hal ini dikarenakan Nabi dan sahabat sahabatnya kebanyakan mempunyai kemampuan bahasa yang baik, sehingga jika susunan lafaz hadis nampak rancu, maka hadis tersebut dianggap tidak sahih dari segi matan. Bisa jadi redaksi hadis buka berasal dari Nabi dan sahabat sahabatnya tetapi dari rawi yang meriwayatkannya.3 2 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Pemahaman Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), hlm. 7-21. 3 M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah (Jakarta: Bulan Bintang), 33 Matan hadishadis tentang anjuran menutup aurat diriwayatkan oleh periwayat yang siqah dan sanad hadis tersebut berstatus sahih dan tidakada pertentangan antara periwayat yang satu dengan periwayat lain dari segi maksud dan matan hadis tersebut. Dari sini dapat disimpulkan bahwa matan hadis tersebut sahih dan dapat dijadikan hujjah. Pada hadis ini tidak ditemukanadanya perbedaan lafaz maupun matan hanya saja terdapat penambahan lafaz hadis yang tidak mempengaruhi perbedaan makna dari lafaz hadis tersebut. Dengan demikian, maka dapat dikatakan hadis tentang anjuran menutu aurat diriwayatkan secara makna. Periwayatan secara makna ini diperbolehkan selama tidak merubah arti dan tidak bertentangan. Dengan maksud kandungan hadis. Analisis terhadap matan hadis yang penulis lakukan meliputi: 3. Kritik Historis Hadis Kritik historis merupakan tahapan yang paling penting dalam studi pemaknaan hadis. Dengan kritik historis teks hadis akan diketahui otentisitas hadis tersebut. Historitas teks hadis sangat berpengaruh terhadap kualitas kesahihanannya. Hadis merupakan teks keagamaan yang kebenarannya harus diuji berdasarkan atas kritik sejarah, bukan berdasarkan atas keyakinan, bukan pula krtik teologis, filosofis maupun mistis atau spiritual. Penelitian terhadap status kesahihan suatu teks hadis sangat diperlukan mengingat kedudukan hadis sebagai sumber pokok ajaran Islam kedua setelah alQur’an. Hadis Nabi sebagian periwayatannya ada yang mutawatir dan sebagian lagi tidak. Dalam proses transmisinya, hadis telah mengalami tahap historis yang panjang sampai padaakhirnya menjadi wacana tekstual sebagaimana yang terlihat dalam kitab-kitab hadis. 34 M. Syuhudi Ismail berpendapat bahwa penentuan terhadap orisinalitas dan otentisitas teks hadis merupakan langkah awal sebelum dilakukan pemahaman dan pemaknaan terhadap suatu hadis. Ada beberapa faktor yang menjadikan penelitian hadis berkedudukan sangat penting, yaitu: a. Tidaklah seluruh hadis tertulis pada zaman Nabi. b. Telah timbul berbagai pemalsuan hadis. c. Proses penghimpunan hadis yang memakan waktu lama. d. Jumlah kitab hadis yang banyak dengan metode penyusunan yang berbeda. e. Telah terjadi periwayatan hadis secara makna.4 Sedangkan kualitas hadis tentang anjuran menikah adalah: hadis yang Di riwayatkan oleh al-Bukhari berkualitas shahih Dengan melihat status hadis yang telah disebutkan oleh beberapa Imam tersebut, maka dapat diketahui bahwa secara historis hadis-hadis tentang anjuran menikah ini berderajat sahih dan dapat digunakan sebagai hujjah. 3.Analisis Hadis Anjuran Menikah Analisis terhadap matan hadis tentang anjuran Menikah sangat di perlukan guna mengetahui lebih mendalam terhadap teks teks hadis tersebut, baik dari segi bahasa atau lafaznya dan pemahaman ulama hadis yang hadis tersebut. Analisis bahasa atau lafaz hadis dilakukan untuk mengetahui perbedaan baasa atau lafaz antara hadis yang satu denganyang lain yang memiliki makna yang sama. Pentingnya analisis matan hadis dari sudut bahasa atau lafaz hadis berangkat dari pendapat sebagian besar ulama yang memandang aspek kebahasaan ini sebagai tolok ukur dalam melihat validitas hadis. Hal ini dikarenakan Nabi 4 hlm. 7-21. M. Syuhudi Ismail, Metodologi Pemahaman Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), 35 dan sahabat sahabatnya kebanyakan mempunyai kemampuan bahasa yang baik, sehingga jika susunan lafaz hadis nampak rancu, maka hadis tersebut dianggap tidak sahih dari segi matan. Bisa jadi redaksi hadis buka berasal dari Nabi dan sahabat sahabatnya tetapi dari rawi yang meriwayatkannya. 5 Matan hadis hadis tentang anjuran Menikah diriwayatkan oleh periwayat yang siqah dan sanad hadis tersebut berstatus sahih dan tidak ada pertentangan antara periwayat yang satu dengan periwayat lain dari segi maksud dan matan hadis tersebut. Dari sini dapat disimpulkan bahwa matan hadis tersebut sahih dan dapat dijadikan hujjah. Pada hadis ini tidak ditemukanadanya perbedaan lafaz maupun matan hanya saja terdapat penambahan lafaz hadis yang tidak mempengaruhi perbedaan makna dari lafaz hadis tersebut. Dengan demikian, maka dapat dikatakan hadis tentang anjuran Menikah diriwayatkan secara makna. Periwayatan secara makna ini diperbolehkan selama tidak merubah arti dan tidak bertentangan. Dengan maksud kandungan hadis. Analisis terhadap matan hadis yang penulis lakukan meliputi: 1. Kritik Historis Hadis Kritik historis merupakan tahapan yang paling penting dalam studi pemaknaan hadis. Dengan kritik historis teks hadis akan diketahui otentisitas hadis tersebut. Historitas teks hadis sangat berpengaruh terhadap kualitas kesahihanannya. Hadis merupakan teks keagamaan yang kebenarannya harus diuji berdasarkan atas kritik sejarah, bukan berdasarkan atas keyakinan, bukan pula krtik teologis, filosofis maupun mistis atau spiritual. 5 M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah (Jakarta: Bulan Bintang), 36 Penelitian terhadap status kesahihan suatu teks hadis sangat diperlukan mengingat kedudukan hadis sebagai sumber pokok ajaran Islam kedua setelah al- Qur’an. Hadis Nabi sebagian periwayatannya ada yang mutawatir dan sebagian lagi tidak. Dalam proses transmisinya, hadis telah mengalami tahap historis yang panjang sampai padaakhirnya menjadi wacana tekstual sebagaimana yang terlihat dalam kitab-kitab hadis. M. Syuhudi Ismail berpendapat bahwa penentuan terhadap orisinalitas dan otentisitas teks hadis merupakan langkah awal sebelum dilakukan pemahaman dan pemaknaan terhadap suatu hadis. Ada beberapa faktor yang menjadikan penelitian hadis berkedudukan sangat penting, yaitu: a. Tidaklah seluruh hadis tertulis pada zaman Nabi. b. Telah timbul berbagai pemalsuan hadis. c. Proses penghimpunan hadis yang memakan waktu lama. d. Jumlah kitab hadis yang banyak dengan metode penyusunan yang berbeda. e. Telah terjadi periwayatan hadis secara makna.6 Sedangkan kualitas hadis tentang anjuran menikah adalah: hadis yang Di riwayatkan oleh al-Bukhari berkualitas shahih Dengan melihat status hadis yang telah disebutkan oleh beberapa Imam tersebut, maka dapat diketahui bahwa secara historis hadis-hadis tentang anjuran menikah ini berderajat sahih dan dapat digunakan sebagai hujjah. . 6 hlm. 7-21. M. Syuhudi Ismail, Metodologi Pemahaman Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), 37 B. Pandangan Islam Terhadap Seks Bebas ( Zina ) Jika membaca sub judul ini, sepintas penulis bayangkan antara kata seks yang dikaitkan dengan ajaran islam, yang pertama-tama muncul dalam benak adalah pertanyaan bagaimana pengertian seks menurut islam. Maka menjawab pertanyaan tersebut penulis uraikan sebagai berikut: Islam merupakan jalan hidup total dan nilai ajaran islam yang terkandung di dalam al-Quran dan hadis yang bersifat universal. Masing-masing baginya perlu dipahami secara utuh. Para ulama islam, baik yang dahulu (mutaqqadimin) maupun yang sekarang, banyak menulis masalah ini. Ibnu al-Qayyim dalam bukunya ath thibb an Nabawy (pengobatan cara Nabi saw), menyajikan satu bab penuh yang membahas tentang sikap islam menyangkut kehidupan seksual dan perkawinan, interaksi antara suami dan isteri, pembolehan-pembolehan dan laranganan-larangan berkenaan dengan hubungan seksual diantara suami istri.7 Sementara Muhamad Qutub dalam bukunya Islam The Missundertood Religion yang versi Indonesianya menjadi Islam Agama yang Disalahpahami, membahas subjek diatas dalam dua bab, yaitu : satu bab mengenai islam dan wanita, dan satu bab lagi mengenai islam dan tekanan seksual. Disamping itu dengan menelaah Al-Quran dan hadis-hadis Nabi saw, dapat ditemukan beberapa ayat dan teks hadis yang menjelaskan tentang penciptaan kehidupan manusia, kebersihan dan kesucian, interaksi antara suami dan istri. Dalam penjelasaan ayat-ayat dan hadis-hadis ini, isu pun muncul, pertanyaan-pertanyaan diajukan, dan kedua jenis kelamin terlibat secara bersama-sama ataupun secara terpisah. Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan : 7 Yusuf Qardawi, Halal Dan Haram, (Darul Ma’rifah ad-Dharul Baidha), h.93 38 1. Dalam islam, seks selalu dipandang secara serius dan seharusnya tetap seperti itu, seks bukanlah sarana untuk bersenang-senang belaka. Dalam islam, seks tidak pernah dibahas secara amoral, melainkan kesusilaan dan kesopananselalu mewarnai topik pembahasan. 2. Dalam islam, seks tidak pernah dibahas khusus untuk kesenangan belaka. Seks selalu berkaitan dengan kehidupan perkawinan dan kehidupan keluarga. Seks dipandang sebagai hubungan yang luar biasa yang tunduk pada aturan-aturan yang ketat. Dengan demikian seks dalam hubungan perkawinan merupakan ibadah yang mendapatkan pahala. Diluar hubungan perkawinan seks merupakan dosa yang dikenai hukuman. 3. Seks merupakan hubungan yang rahasia dan tidak boleh diketahui oleh pihak lain. 4. Seperti ajaran islam lainnya, pengetahuan seputar ayat-ayat dan hadis-hadis tentang seks tidak ada spesifikasinya menyangkut usia dan tidak dimaksud untuk memulainya (memulai pelajaran) pada usia tertentu. Berdasarkan informasi diatas, maka pengertian seks dalam islam tidak bisa dipahami melalui pengertian sek dalam arti yang sempit. Sebab islam telah menetapkan bahwa hubungan manusia tidak akan terlepas dari hubungan antara dua jenis kelamin yang berbeda jenisnya. Islam memandangnya sebagai fitrah dan hukum alam (sunnatullah) yang berfungsi sebagai media dan sarana untuk melestarikan tujuan penciptaan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. 8 Islam memandang bentuk penyimpangan-penyimpangan seksual, tidak berhenti hanya pada penilaian dan memeberikan predikat baru saja, melainkan diimbangi dengan teori-teori dan konsep penyaluran dorongan seks yang suci tersebut. Hal tersebut dimaksudkan sebagai upaya preventip islam 8 Tulus, Etika Dan Pendidikan Seksual, (Bandung: 1996), h. 44. dalam menjaga dan 39 melestariakan naluri ini agar tetap sehat, suci ,dan senantiasa berada di jalur fitrah. Adapun bentuk upaya kuratif , islam telah menentukan aturan dan hukum tertentu untuk mengatasi penyimpangan seksual ini, setidaknya tidak sampai mewabah menjadi bentuk penyakit yang menyerang tatanan sosial masyarakat.9 Sikap-sikap preventif dan kuratif islam dapat ditemukan melalui penjabaranpenjabaran dan ijtihad para puqaha yang terkodefikasi dalam kitab fiqih tentang thaharah (hukum dan cara bersuci), munakhahat (hukum-hukum dan cara pernikahan) dan hudud (denda dan hukuman) bagi pelaku penyimpangan aturan islam, termasuk pelaku penyimpangan seksual, yang istimewa dari pandangan islam terhadap aktivitas seksual adalah bahwa akivitas yang terkait erat dengan seks, selalu dihubungkan dengan ibadah karena sejak awal islam selalau memandang seksual sebagai sesuatu yang suci, dan merupakan sunnattullah guna melestarikan tugas manusia dimuks bumi, yaitu sebagai khilafah. Namun demikian. Islam juga memandang penyimpangan seksual yang selalu menimbulkan problem baik secara individu maupun secara sosial adalah merupakan kecenderungan manusia akibat kuatnya dorongan seksual tersebut. Terutama bila dibarengi dengan ketidak fahaman atau ketidak tahuan hakikat seks dan fungsi yang sebenarnya dalam kehidupan. Apalagi jika dorongan tersebut menyerang remaja yang dipandang islam sebagai fase potensial dalam proses pematangan seks. Oleh karena itu, sebuah hadis yang sering dikutip oleh para ahli diberbagai bidang, kaitannya dengan maslah solusi terbaik untuk menyelaraskan dorongan seks yang kuat dengan aturan islam adalah hadis-hadis tentang pernikahan. 9 Armando, Desakralisasi Seks, (Bandung: Remaja Modern, 2003), 28. 40 Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa seks menurut islam merupakan fitrah suci yang dititipkan kepada manusia sebagai pontensi utama untuk menciptakan keturunan guna melaksanakan tugas penghambaan dan pemakmuran kehidupan , shingga penyaluran pun harus dengan cara yang suci pula. Guna kepentingan tersebut, Islam menawarkan solusi pernikahan sebagai lembaga yang legal dan suci aktivitas seks menurut islam tidak terlepas dari ibadah, sehingga bila sesuai dengan aturan akan mendapatkan pahala, dan bila tidak akan menjadi dosa.10 Setelah panjang lebar diuraikan tentang pandangan islam terhadap masalah seks bagi remaja, maka dapat digambarkan bahwa islam menaruh perhatian terhadap masalah ini terutama berkaitan dengan masa remaja yang dipandang islam sebagai masa persiapan pembebanan (taklif) dalam kehidupannya sebagai manusia dewasa yang harus bertanggung jawab secara individu dan sosial terhadap Allah SWT. Oleh karena itu islam memberikan kaidah-kaidah yang harus diperhatikan demi kelangsungan kehidupan , khususnya kehidupan seksual manusia di muka bumi ini, agar sesuai dengan pembuat syariat, kaidah-kaidah tersebut ialah. 11 1) Pendidikan Seks Dan Fiqih Pada Anak Sejak mulai dapat berpikir dan membedakan mana yang baik dan buruk ( mumayyiz) anak perlu diberi tahu pengetahuan – pengetahuan tentang seks yang sesuai dengan usianya dan diajari hukum – hukum fiqih sedikit demi sedikit, terutama etika seks yang dibutuhkannya, seperti dilatih bagaimana cara istinja, istibra, pentingnya memalingkan wajah dari kiblat ketika buang hajat, bagaimana mensucikan pakaian dari najis, dan mencuci darah atau noda dari pakaiannya ketika hendak melakukan shalat.12 10 Yusuf Madani, Seks Education for children, h. 54 Yusuf Qardawi, Halal Dan Haram, h.105 12 Nina Surtiretna, Solusi Alternatif dalam Memberikan pembinaan Seksual Kepada Para Remaja,h. 38. 11 41 Tugas pendidik adalah melatih secara praktis untuk memahami hukumhukum ini dan membiasakannya dalam kegiatan sehari-hari dan mengamati sejauh mana keberhasilan anak yang mumayyiz dalam mengaplikasikannya. Bukan hanya bagaimana anak menyimpan pengetahuan – pengetahuan fiqih ini dalam otaknya, melainkan juga bagaimana berinteraksi atasnya dengan kesadaran sendiri dan selalu mengaplikasikannya secara sukarela. Sehingga kemampuannya dalam usaha-usaha ini lemah, maka pembiasaan yang terus menerus merupakan jaminan untuk peningkatan kemampuannya. Anak biasanya bertanya beberapa tentang pengetahuan seks dan fiqih, dan pendidikan khususnya orang tua harus segera negajarinya dan melatihnya secara praktis bagaimna melakukan kegiatan-kegiatan ini. Terkadang anak bertanya kepada ibunya, msalnya tentang apa sebabnya ibu melarangnya menghadap kiblat ketika beristinja (buang hajat), disini hal tersebut harus dijelaskan kepada anak baik teori maupun praktiknya.13 2) Meminta Izin ( Isti’dzan ) Syariat islam menekankan etika meminta izin sejak usia kanak-kanak, mengingat hal tersebut merupakan kaidah awal atau pondasi dari kaidah kesopanan. Telah tiba saatnya kaidah–kaidah itu kembali kerumah-rumah kaum muslimin setelah menghilang dalam waktu yang lama. Islam menunjukan dua fase dalam aplikasinya sebagai pengalaman prinsip gradual dalam pendidikn seks bagi anak. Fase pertama ,islam mentoleransi anak yang belum baligh. Terutama yang muayyiz memasuki kamar orang lain, terutama kamar kedua orang tuanya, kecuali pada tiga waktu yaitu : sebelum shalat subuh , ketika melepas lelah pada siang hari, dan setelah shalat isya. Tiga waktu ini 13 Abineno, Seksualitas dan pendidikan Seks, h. 120 42 merupakan aurat sehingga siapapun bahkan anak yang belum baligh pun tidak dibenearkan memasuki kamar orang lain pada tiga waktu tersebut.14 Etika ini masih merupakan hubungan alamiah diantara org tua dan anak yang belum baligh. Namun, keadaan ini berubah ketika anak memasuki usia baligh, taklif syariat, dan keharusan melakukan perintah-perintah dan larangan Allah SWT. Ketika itu prinsip isti’dzan (meminta izin) memasuki prinsip yang lain. Orang yang sudah baligh tidak mungkin memasuki kamar orang lain tanpa meminta izin terlebih dahulu pada setiap waktu. Hal ini untuk melindungi kemuliaan rumah dan memelihara jalinan ikatan keluarga. Bahkan, prinsip ini dipersiapkan sebelum anak berusia baligh dan setelah anak diajarkan hukumhukum yang berkaitan dengan memandang aurat ,hubungan seksual, dan keadaan orang lain. Allah SWT berfirman. Inilah yang dikhusukan pada fase pertama ,yaitu meminta izin dalam tiga waktu . adapun yang dikhususkan pada fase kedua , adalah setelah anak berusia baligh dan permulaan taklif. Hikmah isti’dzan jelas sekali bagi masyarakat . tanpaadanya isti’dzan aurat-aurat dapat terlihat dengan jelas dan dapat berpengaruh pada perkembangan psikologis anak yang mumayyiz. Terkadang pandangan – pandangan yang membangkitkan gairah seks itu akan melekat pada otak anak sampai ia berusia baligh, ketika itu pandangan – pandangan itu menjadi bahaya baginya, dapat membawa prilaku anak pada perbuatan maksiat (lembah dosa). Gambaran ibunya , misalnya tidak akan mudah terhapus dari pikirannya, ketika melihat ibunya berada dipangkuan ayahnya,lalu sang ayah menciumnya, mencumbu dan menggaulinya. 15 14 Yusuf Madani, Al-Tarbiyah al-Athfal wa al-Balighin, (Jakarta: Rieneka Cipta,2004), h. 51. Yusuf Qardawi, Halal dan Haram, h.130 15 43 3) . Menahan Pandangan Dan Menutup Aurat Masalah ini meliputi dua butir penting yaitu menutup aurat bagi kedua orang tua bagi anak mereka, khususnya ibu, dan jenis pakain serta pengaruhnya terhadap perkembangan psikologis anak. Berkaitan dengan masalh pertama , dapat dikatakan bahwa anak yang telah mencapai usia baligh dan mukallaf (telah terkan beban syari’at) wajib menutup aurat dari pandangan anak yang telah mumayyiz atau menyentuhnya dengan dorongan syahwat. Hal ini karena anak yang mumayyiz dapat mengingat dengan baik apa yang dilihatnya. Para fuqaha menegaskan bahwa setiap laki-laki dan perempuan wajib menutup aurat mereka dari pandangan orang lain yang sudah baligh dan dari anak yang mumayyiz yang belim baligh, yaitu anak yang berada pada tingkat kecerdasan dan kesadaran tertentu. Ia dapat memikirkan sesuatu hal tanpa batasan usia. Namun, seorang yang sudah baligh boleh memandang bahkan menyentuh setiap bagian tubuh orang yang belum baligh, walupun ia seorang yang sudah mumayyiz asalkan tanpa dorongan syahwat, baik anak yang berjenis kelamin sama ataupun berbeda, tetapi apabila pandangan atau sentuhan ini akan menimbulkan fitnah baginya maka ketika itu diharamkan. 16 Masalah lain ialah pakaian, mengingat masalah ini merupakan sebuah faktor yang dapat menimbulkan syahwat, maka islam mengarahkan pandangan pada pentingnya menjadikan pakaian menimbulkkan fitnah sebagai penutup aurat sehingga tidak bagi orang yang memandangnya dan membangkitkan hasrat seksualnya. Pakaian haruslah tidak menampakan keindahan tubuh dalam arti pakaian tidak hanya sekedar menutup aurat saja tetapi juga harus yang longgar (tidak ketat) dan transfaran.Pakaian yang longgar lebih sempurna dan baik dari 16 Yusuf Qardawi, Halal dan Haram, h. 70 44 aspek syari’at dan kesehatan sebagai sikap berpegang pada kaidah-kaidah kebersihan dan menjauhkan dari rangsangan-rangsangan seksual.Pakaian sempit yang menekan tubuh secara terus menerus dapat menimbulkan rangsanganrangsangan syahwat selama masa kematangan seksualnya, seperti kesukaan pada kebiasaan buruk dan melakukan onani. 17 C. Pendidikan Seks Bagi Remaja Menurut Pandangan Islam Pendidikan Islam berupaya untuk mematri setiap corak bagi setiap aspek individu sejak awal pertumbuhannya. Kemudian pendidikan Islam berupaya membinanya sampai masalah terkecil sekalipun diantaranya : 1. Mengawasi Kematangan Seksual Sejak Dini Kematangan seksual secar dini yang terjadi pada anak laki-laki dan anak perempuan sebelum mencapai usia baligh menurut ukuran normal, kalau pendidik muslim gagal dalam mengawasi keadaan-keadaan ini dan dalam mengetahuinya sebelum keadaanya terjadi ,maka anak-anak yang baligh secara dini itu terancam bahaya karena ia tidak memiliki kesiapan untuk menghadapi perubahan– perubahan seksual. Akibatnya muncul beberapa masalah yang membahayakan kesucian seksual dan kesucian moral. Pengawasan ini artinya pemahaman kematangan seksual dini dan faktor-faktor yang menyebabkansertamengenaliperubahan-perubahanyang menyertainya. Ini semua menuntut pendidikan agar segera melakukan persiapan seksual bagi anak laki-laki dan perempuan untuk mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi akibat kematangan seksual sejak dini.18 17 Sayyid Sabik, Fiqih Sunah, (Bandung : PT Al-Ma’arif), h.74 Yusuf madani, Seks Education for children, h.185 18 45 2. Mengarahkan Anak Mumayyiz Untuk Memproduktipkan Waktunya Anak dalam dunianya menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain, orang tua sering kali tidak memberikan kesempatan dan pengarahan untuk memproduktipkan waktunya, yang dengan cara ini dapat merasakan hasil yang diperolehnya serta berinovasi dalam menggunakan kelebihan kemampuan dirinya. Pandangan islam sangat jelas dan tegas terhadap masalah waktu ini , islam mengajarkan agar waktu digunakan untuk kebaikan dan kemampuan kemampuan manusia dan dimanfaatkan secara optimal, orang tua tidak akan dimintai pertanggung jawaban tentang penggunaan waktu mereka, namun juga akan ditanya tentang bagaimana memproduktipkan atau menghabiskan waktu anakanak mereka.19 3. Mengajarkan Kehalalan dan Keharaman dalam Program-Program Media Informasi Anak mumayyiz tidak mampu membedakan antara yang mubah dan yang haram dalam program informasi, oleh karena itu hendaklah orang dewasa, ayah,ibu, dan saudara harus menanamkan keberanian kepadanya untuk berinteraksi dengan sebagian media dan menghindari media yang bersifat negatif. Dalam hal ini mengawasi anak dalam masalah ini membutuhkan keseimbangan, pendidik muslim orang tua, dari siapapun harus berusaha secara terus menerus tanpa merasa lelah dan bosan sehingga mendapatkan keyakinan bahwa anak didiknya telah menerapkan displin dan bersikap jujur, baik dalam hal yang berkenaan dengan masalah seksual maupun dalam masalah-masalah lain.20 19 Yusuf Qarawi, Halal dan Haram, h. 150 Yusuf Qarawi, Halal dan Haram, h. 154 20 46 4. Hukuman Bebrapa teks syariat menganjurkan pemberian hukuman , peringatan dan sangsi moral, yaitu hukuman yang ditetapkan syariat ats pelanggaran seksual yang muncul pada anak. Tentang hukuman ini, bebrapa riwayat menunjukan tidak boleh memukul anak kecil atau anak mumayyiz lebih dari sepuluh kali pukulan yang bersifat mendidik. Islam menyadari bahaya penggunaan hukuman bukan hanya pendidikan seksual bagi anak, melainkan juga dalam setiap aktivitas yang datang dari individu. Hukuman merupakan perkara yang perlu dalam kasus-kasus tertentu apabila nasihat dan bimbinan tidak mendatangkan hasil . apabila terbukti bahwa nasihat tidak mendatangkan hasil, maka pendidik tidak memiliki cara lain. Hukum badan yang diserukan islam adalah untuk mendidik anak yang menyimpang dari aturan-aturan islam dalam masalah syahwat seksual. Namun tidak berarti tidak ada langkah-langkah lain, pendidik muslim dapat menerapkan hukuman itu secara bertahap, seperti melarang anak dari beberapa keistimewaan keluarga, hak-hak financial, atau pengasingan dalam waktu yang singkat agar isa merakakan ketidakridhaan keluarga atas apa yang ia telah lakukan, hukuman badan adalah cara terakhir dan sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan.21 5. Pernikahan Di Usia Dini Langkah pencegahan ini terkadang merupakan solusi ilmiah terhadap masalah tidak ada kedisiplinan seksual pada diri seseorang, hal itu dilakukan pada usia baligh, pendidik muslim menggunakan cara ini setelah pendidikan sek selama masa persiapan mengalami kegagalan dan ketika seseorang (ayah atau ibu) meraskan tidak ada keyakinan terhadap masa depan kejujuran dan kesucian 21 Sayyid Sabik, Fiqih Sunah,h. 85 47 seksual anaknya. Sebelum terlambat ia berusaha menjamin kesucian dan menjauhkan anaknya dari penyimpangan seksual. Pernikahan di usia dini telah diakui sebagai salah satu solusi yang baik bila cara-cara lain tidak berhasil, sebagai mana diinformasikan oleh Yusuf Madani: “Para pakar psikologi, pendidikan dan seksiologi menganjurkan agar menempuh penyelesaian ini apabila pendidikan seksual dengan berbagai metode tidak berhasil. Sebab pernikahan usia dini merupakan solusi yang legal dan diperkenankan bagi anak yang sudah berusia baligh yang tidak mampu menahan dorongan seksualnyaagar ia dapat menyalurkan kebutuhan seksnya tanpa melanggar hokum agama dan norma-norma social, bahkan solusi ini memberikan ketenangan jiwa dan mendatangkan penghargaan dari orang lain”. Sebagai mana sabda Nabi SAW. Mengingat anak yang baligh berada dalam fase kehidupannya yang baru, dimana terjadi perubahan-perubahan penting, maka ia tidak mampu menghadapinya kecuali dengan bimbingan pendidik yang memberikan bimbingan praktis, tidak cukup dengan nasihat dan pengarahan saja. Pendidik tidak memiliki langkah efektip yang dapat membantu menentramkan remaja ini dan mengembalikan keseimbangan dirinya yang telah hilang kecuali dengan dilakukannya pernikahan dini. Jika remaja yang telah baligh tidak diperkenankan menumpahkan dorongan syahwatnya seperti laki-laki dewasa, sementara itu ia tidak mampu mengendalikan dorongan syahwat ini, maka ketika itu ia menghadapi keadaan sulit dalam pergulatan didalam dirinya disebabkan pertentangan dua dorongan, yang satu dorongan melalui syahwat dan yang lain mencegahnya dari pemuasaan syahwat tersebut. Apabila seorang pendidik muslim tidak mampu menghilangkan 48 penderitaan akibat pergulatan ini maka ia tidak dapat menghindari kejatuhannya dari kekotoran penyakit kejiwaan dan penyimpangan seksual. Ia tertindas oleh sakitnya batin dan norma sosial. Oleh karena itu, keputusan untuk menempuh pernikahan usia dini adalah sebuah langkah penyembuhan sekaligus langkha pencegahan dalam menghadapi factor-faktor penyimpangan yang telah menanti, dan merupakan langkah penyembuhan bagi penyakit kedurhakaan yang dilakukan remaja melawan nilainilai pendidikan dan norma-norma agama. Demikian ,beberapa kaidah utama yang dapat ditemukan dari berbagai aturan Islam. Kaidah utama ini merupakan prinsip penghargaan islam terhadap potensi seksual yang dinilai sebagai sunnatullah yang alami dan fitri. BAB V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan Rangkaian akhir dari penelitian yang telah penulis lakukan, berdasarkan uraian di atas mengenai pandangan Islam tentang pencegahan seks bebas perspektip hadis. Selama ini, jika kita berbicara mengenai seks, maka yang terbersit dalam benak sebagian besar orang adalah hubungan seks. Padahal, seks itu artinya jenis kelamin yang membedakan pria dan wanita secara biologis. Pada masa remaja terjadi perkembangan yang dinamis dalam kehidupan individu yang di tandai dengan percepatan pertumbuhan fisik, emosional, dan sosial. Pencegahan terjadinya tindakan seks bebas (zina) berdasarkan hadis adalah sebagai berikut : 1. Gha ul Ba har ( Menjaga Pandangan ) 2. Berkhalawat ( Berdua duaan ) 3. Larangan zina / seks bebas (hubungan seks sebelum menikh) 4. Anjuran Khitan 5. Menutup Aurat 6. Anjuran menikah Itulah hadis yang ditemukan peneliti di dalam upaya pencegahan seks bebas ( zina ) . B. Saran-saran Berawal dari pembahasan dan kesimpulan tersebut di atas, dirasa perlu kiranya penulis menyampaikan saran-saran sebagaiberikut : 1. Bagi remaja 49 50 Respon remaja yang sudah baik ini terhadap kesehatan reproduksi sudah cukup baik perlu terus ditambahkan agar dapat berkembang sehingga dapat bermanfaat untuk mereka agar tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang tidak baik dari luar . 2. Untuk aktivis pendidikan, dalam menyampaikan materi pendidikan termasuk pendidikan seks sebagai bagian dari materi pendidikan agama islam, hendaknya disesuaikan dengan tingkat usia dan tingkat pertumbuhan serta perkembangan fisik dan kejiwaan anak didik. 3. Untuk aktivis pendidikan, dalam menyampaikan materi pendidikan termasuk materi pendidikan seks, hendaknya dipilih metode yang cocok dan sesuai dengan situasi dan kondisi serta sesuai dengan tuntunan ajaran agama, yakni al-Qur’an dan hadis. 4. Dalam memperkenalkan masalah seksual kepada anak, baik di lingkungan sekolah, maupun di lingkungan masyarakat, guru serta aktivis pendidikan lainnya terutama orang tua di lingkungan keluarga, hendaknya memiliki wawasan yang benar tentang seks, sehingga mampu memberikan bekal sebagai rangsangan bagi anak didik untuk melakukan suatu kecenderungan yang logis dan benar dalam masalahmasalah seksual, mengembangkannya sesuai dengan pola pikirnya, dan menerapkannya dengan benar dalam kehidupan pribadinya di masadepan. 5. Khusus dalam pendidikan seks, baik guru sebagai pendidik formal di sekolah, terutama orang tuayang memiliki kekuasaan dan tanggung jawab penuh untuk memberikan bimbingan kepada anaknya di 51 lingkungan keluarga dan merupakan kewajiban agama untuk tidak menyelewengkannya, hendaknya betul-betul memperhatikan usia dan perkembangan jiwa anak serta terus-menerus melakukan monitoring sampai anak mencapai akil baligh. 6. Untuk perawat atau petugas kesehatan agar meningkatkan perannya terutama dalam peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi mengingat banyaknya dampak negatif yang semakin meluas akibat dari pengaruh hubungan seksual dan mengingatp erkembangan yang sangat maju dalam dunia technologi dengan melakukan pencegahan awal seperti melakukan penyuluhan dan membagikan leafleat. DAFTAR PUSTAKA Abdurahman, Syekh,Al-Jariri.Al–Fiqh ’ala al-Madzhab al-Arba’ah, Press,1994. Cairo: DarulUlum Abu Daud, Sulaiman bin al-Asy’ats. Sunan Abu Daud, t.tp, Dar al-Hadis al-Qahirah, t.th, babtentangkeutamaankhitan, juz 14. Akbar, Ali. Merawat Cinta Kasih, Jakarta: Pustaka Antara, 1976. Armando, DesakralisasiSeks, Bandung: Remaja Modern, 2003. Asrori, Ahmad Ma’ruf dan Suheri Ismail, Khitan dan Aqidah : Upaya Pembentukan Generasi Qur’ani, Surabaya: Al-Miftah, 1998, Cet. II. Athar,Shahid.Seks Education An Islamic Perspective, Jakarta: tp, 1995. Azami, Muhammad Mustafa. Dirâsât fîHadîts al-Nabawî wa Târîkh Tadwînih, Beirut : alMaktab al-Islâmi, 1400 H. Bantani, Syekh Muhammad Bin Umar Nawawi, Tanqihul Qaul hadis, Semarang : CVToha Putra Semarang, 1993. Bukhori, Muhammad. Hubungan seks menurut islam, T.tp, Bumi Aksara, t.th. Cuanda,Cucu.RisalahSalat, Bandung : PT RemajaRosdakarya, 2000. al-Damsyiqiy,Abu al-Fida Isma’il ibn Katsir.Tafsir Ibn Katsir,Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2000. Darajat, Zakiah.IlmuFiqih,Jakarta :DirekturPembinaanTinggi Agama Islam,1982. Depdiknas, Tujuan Pendidikan Nasional,Undang-Undang Pendidikan Nasional,Jakarta:tp, 2002. DewanHisbahPersatuan Islam, RisalahShalat, Bandung :PT RemajaRosda, t.th. Djubaedah, Pornografi dan Pornoaksi ditinjau dari Hukum Islam, Jakarta: Prenada Media, 2003, cet.I. Ghazali, Muhammad.MenjalaPahalaLewatSala,Jakarta: PustakaAmani, t.th Ghazali, Abdul Rahman.fiqih Munakahat,Jakarta: Prenada Mulia, Juli 2003, Cet. I. Hasan,M.Ali.Masail Fiqhiyyah al-Haditsah; Pada Masalah-Masalah kontemporer Hukum Islam,Jakarta: Pt.Raja Grafindo Persada, 1996, Cet.I. http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1965924-hadis-rasulullah-saw-tentangkhitan/#ixzz2LzQ3a2FK, diaksespadatanggal 26-2-2013 pukul 15.00. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2198183-materi-pendidikan-seks-bagiremaja/#ixzz1sviHlw1B.html, artikeldiaksespadatanggal 13-1-2013 pukul 13.43 http:/www.isekolah.org/file/h_1090922276.docartikeldiaksespadatanggal 14.51. 14-1-2013 pukul Hurlock, Elizabeeth B. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, Jakarta: PT. Remaja Rosda Karya, 2001, Cet. 1. Jauziyah, Ibnu al-Qayyim.al-Tuhfah al Maudud bi Ahkam al-Maulud, Terj. FauziBahreisy, MengantarBalitaMenujuDewasa, Jakarta: SerambiIlmuSemesta, 2002. Madani,Yusuf.Seks Education For Children, Jakarta: Rieneka Cipta, 2003. Madani,Yusuf.Pendidikan Seks Untuk Anak Dalam Islam, Jakarta: Rieneka Cipta, 2003. Maraghi, Ahamad Mustafa. al- Tafsir al-Maraghi, Beirut: Dar al-Fikr, t.th,Jilid VI,Cet.I. Muhamad,Syaikh Kamil.Fiqh Wanita, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2000. Muhammad, Abu Bakar.Hadis Tarbiyah I, Surabaya: Al-Ikhlas, 1995. Muhammad, Majdi. Fiqih Seksual Sehat Dan Nikmat Bercinta, Jakarta: Rieneka Cipta, 2003. Al-Mundziri.MukhtasarShahih Muslim, Jakarta: PustakaAmani, t.th. Nashirudin,Muhammad.shahih sunan At-Tirmidzi,Bandung, Islam Rahmatan, 2004 Nasution, Harun. et. Al, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Sabdodadi, 1992. Qardhawi, Yusuf. Halal dan Haram, Jakarta: Rabani Press, 2007. Rafa’at, Muhammad. Asrar Al-Hayatal-Zawjiyyah, Jakarta: tp, 2003. Rifa’i, Mohammad. Fiqih Islam Lengka,Kuala Lumpur: Pustaka Jiwa,1975. Sabik,Sayyid. Fiqih Sunah,Bandung:Pt. Al Maarif,t.th. Salamah,Ridha. Makalah Seri Dialog Muslim; Menggagas Pendidikan Seks Remaja Perspektif Islam, Solusi Masalah Seks Remaja. Solihin.Konsep Pendidikan Seks Bagi remaja Menurut Pandangan Islam, Skripsi S1 FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Syabiq, Sayid. FiqihSunnah, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 2000. Syirazi, AbiIshaq Ibrahim ibn Ali ibn Yusuf al-Firuzabadi al-.Al-Muhadzab fi Fiqhi al-Imam asy-Syafi’i,Juz 1, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th. Thariq Ismail.Nikahdanseksmenurutislam , Jakarta: Akbar Media EkaSarana, 2001. Tihamiy, Syekh Muhammad. At-QurrotulUyun, t.tp, PustakaMampir, t.th. Tulus, Etika Dan Pendidikan Seksual. Bandung: Remaja Modern, 1996. Ulwan, Abdulah Nasih. Tarbiyah Aulad fi al-Islam, Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 1997. Yakan,Faith. Islam danseks, Jakarta: C.V firdaus, 1991. Zakiyah,Drajat.Kesehatan Mental Dan Keluarga, Jakarta: Pustaka antara, 1991.