jurusan tafsir hadits

advertisement
PENCEGAHAN SEKS BEBAS ( ZINA )
PERSPEKTIP HADIS
Skripsi
ini di ajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Teologi Islam.
Oleh : Muhammad Munawar
107034002734
JURUSAN TAFSIR HADITS
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul“ PENCEGAHAN SEKS BEBAS (ZINA) PERSPEKTIP
HADIS“ Telah diujikan dalam sidang skripsi fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta padatanggal 30 Januari 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teologi Islam.
Ketua Sidang
Sekertaris Sidang
Dr. Bustamin, M.Si.
Dr. Lilik Umi Khalsum
NIP: 196307011998031003
NIP: 197110031999032001
Penguji I
Penguji II
Dr. Bustamin, M.Si.
Maulana, M.Ag
NIP: 196307011998031003
NIP: 196502071999031001
Pembimbing
Dr. Maskur Hakim ,M.Ag
NIP: 195702231992031001
Motto
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.
(QS. An-Nisa’: 59)
“Pernikahan itu termasuk sunahku, barang siapa yang tidak mengerjakan
sunahku, maka tidak termasuk dari (umat)-ku. Dan menikahlah kamu sekalian,
sesungguhnya aku membanggakan banyaknya umat atas kamu sekalian. Dan
barang siapa yang telah mempunyai kemudahan, menikahlah. Dan barang siapa
yang belum menemukan (kemudahan), maka hendaknya berpuasa,
sesungguhnya puasa dapat menjadi tameng baginya ”.
(HR. Sunan Ibnu Majah)
“ Allah Takkan memberikan pahala terhadap angan-angan mu.
Cilakalah orang yag berangan angan,bukanlah angan-angan yng merubah
dirimuakan tetapi Tuhan dan dirimu lah yang dapat merubah hidup mu “
Dalam jiwa mu terdapat hasrat dan hawa nafsu, yang berkeliaran
bagai srigala dalam dirimu , maka berhati-hatilah karena srigala dalam hatimu
dapat menghancurkan dirimu kapan saja,
namaun terkadang srigala itu
bisa menjadi penolong bagi mu ,
maka kendalikanlah srigalamu ( hawa nafsu mu )
Munawar at-Thaf
KATA PENGANTAR
‫ ﺃﺷﻬﺪ ﺍﻥ ﻻﺍﻟﻪ ﺍﻻ ﺍﷲ‬.‫ﺍﳊﻤﺪ ﺍﷲ ﺍﻟﺬﻱ ﺍﺭﺳﻞ ﺭﺳﻮﻟﻪ ﺑﺎﳍﺪﻯ ﻭﺩﻳﻦ ﺍﳊﻖ ﻟﻴﻈﻬﺮﻩ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻛﻠﻪ‬
.‫ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺍﻥ ﳏﻤﺪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺑﺎﺭﻙ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﳏﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﻪ ﻭﺍﺻﺤﺎﺑﻪ ﺃﲨﻌﲔ‬
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
dengan taufiq-Nya penelitian berjudul “Pandangan Hadis Terhadap Pendidikan
Seks Bagi Remaja” ini, dapat diselesaikan. Shalawat dan salam kepada Rasulullah
Muhammad saw, yang telah memberikan tauladan juga membawa risalah agama
yang rahmatan li al-‘Alamin. Kepada keluarga dan para sahabatnya.
Sebagai sebuah karya tulis manusia yang da’if, tentunya di dalam
penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Segala kesalahan
tersebut tidak lain adalah kekurangan dari penulis di dalam melakukan penelitian
ini.
Penelitian ini merupakan wujud kepedulian dan rasa keingintahuan penulis
terhadap satu hal yang kelihatannya sepele, namun memiliki pengaruh yang begitu
besar dalam bidang hadis, khususnya kajian tokoh ahli hadis Indonesia. Penulis
juga menyadari bahwa, penelitian ini tidak luput dari jasa lembaga dan orangorang tertentu yang telah membantu penulis. Atas segala bantuan tersebut penulis
sampaikan banyak terimakasih. Jazahumullah ahsan al-Jaza’. Khususnya kepada:
1. Segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Prof. Dr.
Komaruddin Hidayat (Rektor), Prof. Dr. Zainun Kamal, MA, (Dekan
Fakultas Ushuluddin), Dr. Bustamin, M.Si, (Ketua Jurusan Tafsir-
ii
Hadis). Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA, (Sekretaris Jurusan TafsirHadis) yang sangat memberikan kemudahan kepada penulis dalam
melengkapi persyaratan administrasi selama penyusunan skripsi ini.
Dr. Maskur Hakim,Ag dan selaku Pembimbing yang sangat ramah dan
koperatif dalam membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya dosen-dosen di
jurusan tafsir-hadis yang dengan ikhlas telah banyak mencurahkan
ilmu dan pengetahuannya kepada penulis, sehingga dengan merekalah
penulis dapat merasakan manisnya ilmu pengetahuan. (Jazahumullah
wanafa’ana bi ‘ulumihim).
3. Kedua orang tua tercinta,Ayah Madsaih dan Ummi Mutmainah yang
selalu memberikan motivasi, bimbingan, pendidikan dan kasih sayang,
serta senantiasa mendoakan penulis untuk mencapai kesuksesan dalam
hidup di dunia dan akhirat. Semoga penulis selalu mendapatkan rida
dan selalu berbakti kepada keduanya. (Allahumma irhamhuma kama
rabbayani saghiran).
4. Seluruh keluarga penulis, kakanda Muhamad Turmuzi S.Pdi dan
Adinda Tuti Alawiyah. Semoga kita selalu dalam kebaikan, menjadi
anak salih-salihah.
5. Kepada yang terhormat
KH. Moh Hasan dan Umi Hj Asmanah
Sealaku Kakek yang amat memberikan motivasi dan Do’a kepada
penulis (Jazahumullah wanafa’ana bi ‘ulumihim).
6. Gus Mujahid.Sag. dan Ustad Arfan S.Th.I yang selalu mendoakan dan
membantu disaat penulis dalam kebingungan.
iii
7. Keluarga Besar KH.Moh Hasan, baik Paman, bibi ponakan yang selalu
memberikan perhatian, nasihat dan terutama kasih sayang kepada
penulis.
8. Teman-teman penulis di manapun berada dan sahabat-sahabat tafsir
hadis TH-A MASTHA.Imam Zaki Fuad, Didi Swardi, Wahid, Dian
kusnadi, Asep Sopian Hadi, Muhamad Hasim, Sandi, Ahmad Mutaqin
Syadzali, Novi Nok Hidayah, Riza Kurniatilah, Sopia Rosdanilah.
Terimakasih. (Jazahumullah ahsan al-Jaza’).
9. Kepada Sahabat – Sahabat Kantin yang tersayang, Muhamad Berbudi,
Raditia Bagus, Budi Prastiawan, Muhamad Badru munir, Arfan Akbar,
Irwan, Muhamad Rusli. Syaiful Asy’ari The special Rizki arab yang
selalu setia menemani.
10. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Penulis ucapkan banyak terimakasih dan jazahumullah ahsan alJaza’. Semoga Allah membalasa perngorbanan dan kebaikan mereka
semua dengan sebaik-baiknya.
Jakarta,22, januari,2014
Muhamad Munawar
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman
pada buku Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta 2007-2008.
1. Konsonan
Huruf Arab
‫ا‬
‫ب‬
‫ت‬
‫ث‬
‫ج‬
‫ح‬
‫خ‬
‫د‬
‫ذ‬
‫ر‬
‫ز‬
‫س‬
‫ش‬
‫ص‬
‫ض‬
‫ط‬
‫ظ‬
Huruf Latin
b
t
ts
j
h
kh
d
dz
r
z
s
sy
s
d
t
z
‫ع‬
‘
‫غ‬
‫ف‬
‫ق‬
‫ك‬
‫ل‬
‫م‬
‫ن‬
‫و‬
‫ھـ‬
‫ء‬
‫ي‬
gh
f
q
k
l
m
n
w
h

y
vii
Nama
Tidak dilambangkan
be
te
te dan es
je
h dengan garis bawah
ka dan ha
de
de dan zet
er
zet
es
es dan ye
es dengan garis di bawah
de dengan garis di bawah
te dengan garis di bawah
zet dengan garis di bawah
koma terbalik di atas hadap
kanan
ge dan ha
ef
ki
ka
el
em
En
We
Ha
Apostrof
Ye
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vocal bahasa Indonesia, terdiri dari
vocal tunggal dan vocal rangkap atau diftong.
a. Vokal Tunggal
Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
__
a
Fathah
__
i
Kasrah
_’_
u
Dammah
Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
‫_ي‬
ai
a dan i
‫__و‬
au
a dan u
Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
__
a
a dengan topi di atas
ُ‫__ﯾـ‬
i
i dengan topi di atas
‫_’_ ٌو‬
u
u dengan topi di atas
b. Vokal Rangkap
c. Vokal Panjang
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...............................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
TRANSLITERASI .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan perumusan masalah ......... 9
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 10
D. Metodelogi penelitian ................................................... 11
E. Sistematika penulisan ................................................... 12
BAB II
PENGERTIAN SEKS BEBAS
A. Pengertian Seks Secara Umum ..................................... 13
B. Masa Remaja Fase Potensial Seks ................................. 18
C. Pendapat Para IlmuanTentang Seks .............................. 21
BAB III
HADIS-HADIS MENGENAI PENCEGAHAN PREPENTIP SEKS BEBAS
( ZINA )
A. Teks dan Terjemah Hadis Tentang Gha
ul Ba har . 23
B. Teks dan Terjemah Hadis Tentang Menutup Aurat ....... 28
C. Teks dan Terjemah Hadis Tentang Anjuran Nikah ........ 39
BAB IV ANALISIS KANDUNGAN HADIS TENTANG PENCEGAHAN PREPENTIP
SEKS BEBAS ( ZINAH )
A. Analisis Hadis Gha
ul Ba har ................................ ………….30
B. Pandangan Islam Terhadap Hadis seks.......................... ………….37
C. Pendidikan Seks Bagi Remaja Menurut Islam ……………………44
BAB V
Penutup
A. Kesimpulan .................................................................. ………….49
B. Saran ........................................................................... ………….49
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. …………..50
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT mengkaruniakan kepada manusia bermacam-macam potensi
dan kemampuan yang dengan potensi dan kemampuannya itu manusia dituntut
(taklif) supaya mampu menjalankan tugas kemanusiaannya, baik sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat. Kemampuan dasar yang dimilikinya itu
adalah kemampuan untuk berpikir serta membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk. Kemampuan memilihini erat kaitannya dengan kemampuan
mengendalikan diri,sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi dirinya dalam
memilih mana yang baik dan buruk tersebut.
Untuk dapat mengendalikan diri,manusia memerlukan arahan dan
bimbingan serta keilmuan yang memadai, sebab walau bagaimanapun hasrat dan
tujuan manusia tidak selamanya tertuju pada hal yang baik. Salah satu potensi
yang juga dimiliki manusia yang membawanya kepada perbuatan buruk adalah
nafsu.Potensi inilah yang menurut para ulama merupakan hasrat yang kuat untuk
mencapai keinginan yang tiada batasnya. Dorongan nafsu ini mampu menjatuhkan
manusia kedalam jurang kehinaan dan merendahkanmartabat manusia lebih
rendah dari pada binatang.1
Dengan demikian, dorongan
nafsuyang kuat ini apabila tidak
dikendalikan dan diimbangi oleh keteguhan iman serta peran akal dalam
mempertimbangkan dan memilih akibatnya, maka akan membuat manusia
1
Yusuf Madani, Pendidikan Seks Untuk Anak Dalam Islam, (Jakarta: Rieneka Cipta,
2003), h. 43.
1
2
mengalami kehancuran dan penyesalan selama hidupnya. Diantara doronganyang
dimaksud adalah dorongan nafsu seks, yang sering kali jadi masalah bagi
manusia, bukan hanya berakibat buruk bagi dirinya tetapi juga membawa akses
dan dampak sosial.Akibat yang ditimbulkannya akan berpengaruh secara luas bagi
institusi-institusi kehidupan yang lain,keluarga dan masyarakat.
Secara spesifik dorongan seks ini akan sangat mempengaruhi mental para
remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan, karena masa remaja adalah masa
dimana nafsu seksual menjadi awal yang dominan yang mulai tumbuh dalam
kehidupan remaja, sehingga pengendalian awal akan menjadi dasar keberhasilan
mengarahkan dorongan ini. Jika dorongan ini sejak awal sudah diarahkan kepada
yang positif,maka akan baik pula pertumbuhannya di masa selanjutnya,begitu juga
sebaliknya.
Seks
bagi
sebagian
orang
sangat
menjijikan,membicarakannya
merupakan hal yang tabu, apalagi dikaitkan dengan anak-anak. Dalam hal ini
anggapan orang tentang seks kurang Objektif, karena hanya melihat dari sisi etika
saja, tanpa memandang jauh akibat yang ditimbulkan jika pengetahuan seks di
salah artikan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, terutama apabila
yang menjadi objek sasarannya adalah anak-anak dan remaja. Yang menjadi
pertanyaan adalah “apakah hakikat seks itu buruk?”, tentu saja tidak, sebab naluri
seksual adalah sunatullah yang kuat dan amat penting bagi keberlangsungan
(eksistensi) umat manusia.2
Setiapmanusia memiliki kekhasannya sendiri. Itulah sebabnya ia
memerlukan perlakuan khusus sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
2
Muhammad Rafa’at, Asrar al-Hayatal-zawjiyya,h.105
3
usia, begitupun dengan proses pendidikan. Ada jenjang dan kelas yang perlu
dibuat untuk lebih memfokuskan pengetahuan yang harus disampaikan sehingga
mudah dipahami. Remaja merupakan masa yang paling kritis dan rentan terhadap
persoalan seks. Hal ini tidak saja disebabkan oleh banyaknya informasi yang
dapat di akses secar bebas,khususnya menyangkut free seks atau prilaku
pornografi lainnya, akan tetapi secara biologis ada pertumbuhan didalam diri
remaja itu sendiri yang merangsang dan mendorongnya untuk menyaluran
kebutuhan seksualnya. 3
Oleh sebab itu, seseorang pada usia kanak-kanak layak mendapatkan
pendidikan seks, agar ia tidak merasa bingung dan tersesat ketika menghadapi
perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya, baik perubahan fisik maupun
kejiwaan. Pada dasarnya pendidikan seks yang diberikan harus sesuai dengan
tingkatan umur dan intelegensi anakdan terus ditingkatkan seiring dengan
berjalannya waktu menuju kedewasaan. 4
Memberikan pendidikan seks kepada seorang anak dan remaja tidaklah
mudah,masih banyak orang tua yang merasa bingung dan tidak mengerti kapan
danbagaimana
harus
memulainya,bahkan
sebagian
dari
mereka
masih
beranggapan bahwa membicarakan masalah seks apalagi kepada anak-anak
merupakan sesuatu yang kotor dan tidak pantas. Padahal pendidikan seks kepada
anak-anak dan remaja bukan berarti mengajarkan cara-cara melakukan hubungan
seks semata, melainkan lebih kepada upaya memberikan pemahaman kepada anak
sesuai dengan usianya,mengenai fungsi-fungsi alat seksual dan masalah naluri
ilmiah yang mulai timbul, serta memberikan bimbingan mengenai pentingnya
3
Yusuf Madani, Pendidikan Seks Untuk Anak Dalam Islam, h. 43
Majdi Muhammad, Fiqih Seksual Sehat Dan Nikmat Bercinta, (Jakarta: Rieneka
Cipta,2003), h. 51.
4
4
menjaga dan memelihara organ intim mereka, disamping juga memberikan
pemahaman tentang prilaku pergaulan yang sehat,serta resiko-resiko yang dapat
terjadi seputar masalah seksual.5
Para ahli mengatakan, orang mulai mempunyai birahi pada usia 13 atau
14 tahun, tetapi bukan berarti diusia itu seseorang sudah memungkinkan untuk
melakukan kontak seksual. Kontak seksual berbeda dengan dorongan seksual,
pandangan keliru dianut oleh sebagian besar masyarakat kita yang mengatakan
bahwa pernikahan dini usia 14 tahun merupakan dosa yang tidak terampuni dan
merupakan penyelewengan seksual, padahal permasalahan sebenarnya adalah
pada usia remaja atau gadis belum sempurna struktur fisikologi reproduksinya.
Dibanyak negara, terutama di negara makmur pasangan muda sudah
dibekalidengan pendidikan seks yang benar.Cara pandang mereka dipengaruhi
oleh cerita generasi tua,mungkin juga mereka mendengar persoalaan seks dari
para pembantu.6Banyak anggapan,gairah seks pria yang masih membujang sangat
meledak ledak dari pada yang sudah menikah,tapi pengalaman dan penelitian
membuktikan sebaliknya.Lain dari itu, penelitian menunjukan bahwa wanita
enopause tidak
kehilangan gairah seksual meskipun beberapa struktur
fisiologisnya telah mengalami perubahan,seperti berhentinya datang bulan, suka
pusing, pening, dan terhentinya struktur vagina,dan berkurangnya cairan yang
dikeluarkan vagina.7
Namun demikian,sebuah proses pertumbuhan bukan hanya lahir dari
faktor internal semata, tetapi kehidupan yang hadir didalam ruang dan waktu juga
dapat mempengaruhi proses pertumbuhan itu sendiri. Hal ini dijelaskan dalam
5
Tulus, Etika Dan Pendidikan Seksual.(Bandung: Remaja Modern, 1996), h. 74.
Muhammad Rafa’at, Asrar Al-Hayatal-Zawjiyyah, (Jakarta:2003), h. 32
7
Emil khalil, Wajibat Al- Zawj, h. 55.
6
5
sebuah hadis yang menjelaskan bahwa kemurnian fitrah manusia yang dibawa
sejak lahir bisa berubah karena pengaruh lingkungannya.Mereka bisa menjadi
yahudi, nasrani, dan majusisebagai mana sabda Nabi SAW.Dalam masyarakat
permisif (serba boleh),pendidikan seks lebih ditekankan pada pencegahan
kehamilan dan penyakit-penyakit menular seksual. Tidak ada usaha serius untuk
memberikan pembinaandan penyadaran bagi kalangan remaja dan pemuda tentang
baiknya kesucian dan pematangan sebelum melaksanakan hubungan seksual.
Dalam literature keagamaan,petunjuk dan pendidikan seks tidak
diketahui secara teknis,teks-teks keagamaan yang berbicara tentang seks bisa
ditemukan dalam bahasa normative, dan etika melakukan seks itupun hanya
ditujukan bagi pasangan suami istri, tidak ada petunjuk yang jelas dalam
pembinaan seks bagi remaja dan pemuda,pembahasannya baru sebatas hukum dan
akibat yang ditimbulkannya. Rasulullah SAW bersabda :
‫ﻦ‬‫ﻋ‬‫ﺪ‬‫ﺳﻌ‬ ‫ﻦﹺ‬‫ﻞﹺ ﺑ‬‫ﻬ‬‫ ﺳ‬‫ﻦ‬‫ﺎﺯﹺﻡﹴ ﻋ‬‫ﺎ ﺣ‬‫ ﺃﹶﺑ‬‫ﻊ‬‫ﻤ‬‫ ﺳ‬‫ﻲ‬‫ﻠ‬‫ ﻋ‬‫ﻦ‬‫ﺮ ﺑ‬ ‫ﻤ‬‫ﺎ ﻋ‬‫ﺛﹶﻨ‬‫ﺣﺪ‬ ‫ﻲ‬‫ﻣ‬‫ﻘﹶﺪ‬‫ﻜﹾﺮﹴ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﺑ‬‫ﻦ‬‫ ﺑ‬‫ﻤﺪ‬ ‫ﻣﺤ‬ ‫ﺎ‬‫ﺛﹶﻨ‬‫ﺪ‬‫ﺣ‬
‫ ﻟﹶﻪ‬‫ﻦ‬‫ﻤ‬‫ ﺃﹶﺿ‬‫ﻴﻪ‬ ‫ ﹶﻠ‬‫ ﺭﹺﺟ‬‫ﻴﻦ‬ ‫ﺎ ﺑ‬‫ﻣ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻴﻴ‬‫ ﻟﹶﺤ‬‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺎ ﺑ‬‫ﻲ ﻣ‬‫ ﻟ‬‫ﻦ‬‫ﻤ‬‫ﻀ‬‫ ﻳ‬‫ﻦ‬‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻣ‬‫ ﱠﻠﻢ‬‫ﺳ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻪ ﻋ‬ ‫ﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠ‬‫ ﺻ‬‫ﻮﻝﹺ ﺍﻟ ﱠﻠﻪ‬‫ﺳ‬‫ﺭ‬
‫ﻨﺔﹶ‬‫ﺍﻟﹾﺠ‬
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Bakr Al Muqaddami telah
menceritakan kepada kami Umar bin Ali dia mendengar Abu Hazim dari Sahl bin
Sa'd dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: “Barangsiapa
dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada di antara jenggotnya (mulut) dan di
antara kedua kakinya (kemaluan), maka aku akan menjamin baginya surga” (HR.
Bukhari)”.8
8
Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 20, h. 115.
6
‫ ﻋﻦ‬، ‫ ﻋﻦ ﺃﰊ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺑﻦ ﺃﰊ ﻣﺮﱘ‬، ‫ ﺃﻧﺒﺄﻧﺎ ﺑﻘﻴﺔ‬: ‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﻤﺎﺭ ﺑﻦ ﻧﺼﺮ ﻗﺎﻝ‬
‫ﺐ‬
‫ ﹴ‬‫ ﹶﺫﻧ‬‫ﻣﻦ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻣ‬:‫ﻢ‬ ‫ﺳﹰﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ‬‫ﻝ ﺍﷲ ﺻ‬‫ﺳﻮ‬ ‫ﺭ‬ ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬: ‫ﺍﳍﻴﺜﻢ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﺍﻟﻄﺎﺋﻲ ﻗﺎﻝ‬
‫ﺤ ﱡﻞ ﹶﻟﻪ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ ﹺﻢ ﻟﹶﺎ‬‫ﺭﺣ‬ ‫ﻲ‬‫ﺟ ﹸﻞ ﻓ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻌﻬ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﺔ ﻭ‬‫ﻧﻄﹾﻔ‬ ‫ﻣﻦ‬ ‫ﺪ ﺍﷲ‬ ‫ﻋﻨ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻈﹶ‬‫ﻙ ﺑﺎﷲ ﹶﺃﻋ‬ ‫ﺸﺮ‬
 ‫ ﺍﻟ‬‫ﺪ‬‫ﺑﻌ‬
”Dari al-Haiytam Ibn Malik ath-Tha’I dari Nabi SAW bersabda :“Tidak ada
sesuatu dosa sesudah syirik yang lebih besar di sisi Allah SWT, dari pada seorang
laki-laki yang meletakan maninya pada rahim yang tidak halal baginya”
(HR.Ibnu Abid Dunya)”.9
Pendidikan seks adalah pengajaran,penyadarandan penerangan kepada
anaksejak ia telah dapat memikirkan masalah-masalah seksual,naluri, dan
pernikahan,sehingga ketika anak itu telah menjadi pemuda dan tumbuh dewasa
diharapkan dapat memahami urusan kehidupan,dapat memahami perkara mana
yang halal dan mana yang haram.10
Seks
bukansemata-mata
melakukan
hubungan
badan
atau
mempertemukan dua alat kelamin saja, akan tetapi lebih kepada bagaimana para
remaja menjaga hawanafsu birahi seksualnya, dan mengendalikan rangsangan
yang diterimanya.Dalam islam, untuk mengajarkan sejak dini bagaimana cara
mengendalikan nafsu birahi seks agar tidak berlebihan dan melampaui batas
normal,maka dianjurkanlah bagi setiap anak baik laki-laki dan perempuan untuk
memotong sebagian dari alat kelaminnya (khitan) karena pada alat kelamin laki-
9
Abu al-Fida Isma’il ibn Katsir al-Damsyiqiy, Tafsir Ibn Katsir, (Beirut: Dar al-Kutub alIlmiyyah, 2000), h. 21.
10
Abdulah Nasih Ulwan, Tarbiyah Aulad fi al-Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda
karya, 1997), h. 53.
7
laki dan perempuan disitulah puncak titik nafsu birahi dan kenikmatan seks
terdapat, sebagaimana sabda Nabi SAW :
.‫ﻞﹺ‬‫ﻌ‬‫ ﺇﹺﻟﹶﻰ ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﺐ‬‫ﺃﹶﺣ‬‫ ﻭ‬‫ﺃﹶﺓ‬‫ﺮ‬‫ﻠﹾﻤ‬‫ﻈﹶﻰ ﻟ‬‫ ﺃﹶﺣ‬‫ﻚ‬‫ﻲ ﻓﹶﺈﹺ ﱠﻥ ﺫﹶﻟ‬‫ﻬﹺﻜ‬‫ﻨ‬‫ ﻟﹶﺎ ﺗ‬‫ ﱠﻠﻢ‬‫ﺳ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﻠﱠﻰ ﺍﻟ ﱠﻠﻪ‬‫ ﺻ‬‫ﺒﹺﻲ‬‫ﺎ ﺍﻟﻨ‬‫ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ ﻟﹶﻬ‬
“Dan telah berkata Nabi SAW: “Jangan berlebihan, karena hal itu adalah bagian
dari kenikmatan perempuan dan kecintaan suami” (HR.Abu Daud )”.11
Khitan ialah memotong praeputium/kepala zakar yang menutupi zakar.Ali
Akbar menjelaskan tentang pengertian khitan, yaitu membuang kulit penutup alat
kelamin dimana dibawahnya terdapat suatu zat smegma yang berbau dan sarang
virus kanker, sedangkan menurut Sayyid Sabiq, khitan adalah memotong kulit
yang menutupi ujung kemaluan untuk menjaga agar disana tidak berkumpul
kotoran, juga agar dapa tmenahan kencing dan supaya tidak mengurangi
kenikmatan dalambersenggama.
Seorang
anak(laki-lakidan
perempuan)
wajib
untuk
di
khitan
kemaluannya,karena kelamin laki-laki dan perempuan merupakan anggota tubuh
yang menjadi alat untuk melakukan seks,maka laki-laki dan perempuan harus
menjaga kemaluan itu, bagi anak laki-laki khitan wajib dilakukan demi menjaga
kesehatan dan kesucian kemaluannya dan untuk mendapatkan kenikmatanketika
melakukan hubungan seksual, sebagai mana sabda Nabi SAW:
11
Abu Daud, Sulaiman bin al-Asy’ats. Sunan Abu Daud, t.tp, Dar al-Hadis al-Qahirah,
t.th, bab tentang keutamaan khitan, juz 14, h. 14
8
‫ﻦ‬‫ﺎﺏﹴ ﻋ‬‫ﻬ‬‫ﺑﻦﹺ ﺷ‬ ‫ ﺍ‬‫ﻦ‬‫ﺲ ﻋ‬
 ‫ﻮﻧ‬‫ﻧﹺﻲ ﻳ‬‫ﺮ‬‫ﺒ‬‫ﻫﺐﹴ ﹶﺃﺧ‬ ‫ ﻭ‬‫ﺑﻦ‬‫ﺎ ﺍ‬‫ﺮﻧ‬ ‫ﺧﺒ‬ ‫ﻰ ﻗﹶﺎﻟﹶﺎ ﺃﹶ‬‫ﻴ‬‫ﺤ‬‫ ﻳ‬‫ﻦ‬‫ﻠﹶ ﹸﺔ ﺑ‬‫ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﺣ‬‫ ﹺﺮ ﻭ‬‫ﻮ ﺍﻟﻄﱠﺎﻫ‬‫ﺛﹶﻨﹺﻲ ﺃﹶﺑ‬‫ﺪ‬‫ﺣ‬
‫ﺲ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ ﹸﺓ ﺧ‬‫ﻄﹾﺮ‬‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺍﻟﹾﻔ‬‫ﻧﻪ‬‫ ﺃﹶ‬‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ ﻭ‬‫ﻴﻪ‬ ‫ﻠﹶ‬‫ ﻋ‬‫ﻠﱠﻰ ﺍﻟﱠﻠﻪ‬‫ ﺻ‬‫ﻮﻝﹺ ﺍﻟ ﱠﻠﻪ‬‫ﺳ‬‫ ﺭ‬‫ﻦ‬‫ﺓﹶﻋ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺮ‬‫ ﹶﺃﺑﹺﻲ ﻫ‬‫ﻦ‬‫ﻴﺐﹺ ﻋ‬‫ﺴ‬‫ﻦﹺ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ ﺑ‬‫ﻴﺪ‬‫ﻌ‬‫ﺳ‬
‫ ﺍﻟﹾﺈﹺﺑﹺﻂ‬‫ﻒ‬‫ﺘ‬‫ﻧ‬‫ﻢ ﺍﻟﹾﺄﹶﻇﹾﻔﹶﺎﺭﹺ ﻭ‬ ‫ﻴ‬‫ﻘﹾﻠ‬‫ﺗ‬‫ﺎﺭﹺﺏﹺ ﻭ‬‫ ﺍﻟﺸ‬‫ﻗﹶﺺ‬‫ ﻭ‬‫ﺍﺩ‬‫ﺪ‬‫ﺤ‬‫ﺳﺘ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍﻟ‬‫ﺎ ﹸﻥ ﻭ‬‫ﺘ‬‫ﺘ‬‫ﺎﺧ‬‫ﺍﻟ‬
“Telah menceritakan kepadaku Abu ath-Thahir dan Harmalah bin Yahya
keduanya berkata, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahab telah
mengabarkan kepada kami Yunus dari Ibnu Syihab dari Sa'id bin al-Musayyab
dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau
bersabda: "Fitrah itu adalah lima yaitu: khitan, mencukur bulu kemaluan,
mencukur kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.” (HR. Bukhari)”.
Khitan juga terjadi pada wanita yakni dengan memotong sedikit pucuk
clitoris. Khitan sangat penting untuk menjadi salah satu bagian dari materi
pendidikan seks,sebab khitan merupakan suatu langkah persiapan bagi seorang
remaja yang akan menggalang kehidupan seksual yang harmonis dalam rumah
tangga kelak. Ada beberapa manfaat dilakukannya khitan baik bagi pria ataupun
wanita, yakni:
a. Dari segi medis, khitan merupakan suatu tindakan yang higienis,
karena alat kelamin akan dapat terjaga kebersihannya dari kotoran.
b. Dari segi seksual, khitan bagi pria merupakan tindakan yang sangat
tepat, karena dengan khitan itu kepala zakar menjadi terbuka sehingga
dapat menambah kenikmatan dalam bersenggama, baik bagi dirinya
maupun istrinya.
9
c. Manfaat bagi wanita yang dikhitan adalah dapat menambah keindahan
tubuh.12
Khitan bukan hanya wajib bagi seorang laki-laki tetapi juga bagi wanita,
seorang anak laki-laki sudah diwajibkan dikhitan ketika sudah mencapai hari
ketujuh dari kelahirannya,khitan juga merupakan tanda bahwa seorang anak sudah
wajib melakukan syariat-syariat agama seperti shalat, puasa,zakat, dan bagi
seorang wanita mengkhitan kemaluan merupakan baik dan mulia dari segi agama
maupun kesehatan,karena secara biologis wanita yang sudah dikhitan dapat
merasakan kenikmatan yang lebih ketika melakukan hubungan seks.
Dengan adanya pendidikan seks diharapkan remaja bisa melindungi diri
dan terhindar dari bahaya pelecehan seksual,sementara remaja dapat lebih
bertanggung jawab dalam mengendalikan hasrat seksualnya.Melalui tulisan inilah
penulis mencoba memberikan sebuah jalan untuk mendalami dan memahami
bagaimana sebenarnya pendidikan seks yang sesuai dengan ajaran agama islam.
Oleh karena itu,berawal dari inilah penulis tertarik dan menjadi landasan penulis
untuk menulis skripsi ini dengan judul: “Pencegahan Seks Bebas (Zina)
Perspektip Hadis ”.
B. Identifikasi, Pembatasan,dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi masalah
a. Ada berapakah hadis yang membahas tentang seks?
b. Terdapat dalam kitab apa sajakah hadis-hadis tersebut?
c. Bagaimana status hadis-hadis tersebut?
d. Bagaimana penjelasan para ahli tentang seks?
12
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2198183-materi-pendidikan-seks-bagiremaja/#ixzz1sviHlw1B.html, artikel diakses pada tanggal 26-2-2013 pukul 15.00.
10
e. Signifikasi hadis dalam penanggulangan kenakalan remaja
f. Kapan seseorang mulai merasakan getar nafsu birahi
g. Perbedaan kontak seksual dengan dorongan seksual
h. Pentingnya pendidikan seks untuk anak
2. Pembatasan Masalah
Penulis mengakui bahwa hadis-hadis yang membicarakan tentang seks
bagi remajasangat banyak jumlahnya, sehingga membutuhkan penelitianyang
khusus dan mendalam untuk setiap hadisnya,oleh karena itu penulismembatasi
penelitian ini dengan hadis yang hanya terdapat didalam Kitab Kutub al-Sittah,
yaitu : Kitab Sahih Bukhari,Shahih Muslim, Sunan Abu Daud,Sunan
Tirmidzi,Sunan Nasa’i , dan Sunan Ibnu Majah.
3. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah diatas maka dapat dirumuskan bahwasebagai
berikut : Bagaimana pencegahan zina persperktif hadis.
C. Tujuan Penelitian
Ada beberapa alasan dan tujuan yang mendasar bagi penulis untuk
memilih judul skripsi ini.
1. Memahami seks bagi remaja dalampandanganislam, khususnya dalam
hadis.
2. Memahami hadis-hadis seks bagi remaja dalam upaya menanggulangi
kenakalan remaja.
11
3. Untuk memenuhi tugas akhir akademik dalam meraih gelar strata satu
(S1).
D. Metodologi Penelitian
1. Metode pengumpulan Data
Untuk permasalahan ini metode yang penulis gunakan adalah penelitian
pustaka(library research)artinya data-datanya berasal dari sumber-sumber
kepustakaan,baik berupa buku-buku,jurnal, ensklopedi dan sebagainya, termasuk
data primer seperti kitab-kitab hadis, maupun data skunder seperti buku-buku
yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini.
2. Metode pembahasan
Pembahasan ini pada dasarnya adalah analisa hadis, yang studi kajian
dasarnya adalah hadis-hadis Nabi saw, yang dalam hal ini berkaitan erat dengan
masalah pendidikan seks bagi remaja.Studi ini menggunakan pendekatan deskritif
analisis artinya upaya ini berusaha menggambarkan sedemikian pentingnya
pendidikan seks bagi remaja,kemudian mengemukakan hadis-hadis yang
berkaitan dengan seks bagi remaja.
3. Metode penulisan
Adapun penulisan skripsi ini sepenuhnya mengacu pada buku pedoman
akademik yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuludin UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2004/2005.
12
E. Sistematika Penulisan
Secara sistematis, penyusunan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab dan
subbabnya. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:
Bab Pertama:pada bab ini berisi pendahuluan,latarbelakang masalah,
pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian,serta metodologi
dan sistematika penulisan.
Bab Kedua: pada bab ini berisi teori pengertian seks secara umum ,, masa
remaja fase potensial seks danpendapat para ulama tentang seks.
Bab Ketiga: bab ini berisi hadis-hadis tentang ghaddul bashar,
menguraikan teks hadis disertai terjemah tentang menutup aurat,teks hadis dan
terjemah tentang nikah.
Bab Keempat: bab ini berisi analis hadis, aktualisasi hadis, pendapat para
ulama.
Bab Kelima:penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran–saran.
BAB II
Pandangan Umum Tentang Seks Bebas
A. Pengertian Seks Secara Umum
Untuk mengetahui definisi yang kongkrit dan baku apa itu seks agak sulit
ditemukan. Hal ini erat kaitannya dengan berbagai pandangan para ahli tetang
hakikat manusia. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, pengertian tentang seks
diartikan dengan jenis kelamin, atau hal yang berhubungan dengan jenis kelamin,
seperti senggama dan merupakan bagian dari hidup manusia. 1
Namun demikian, untuk mendapat gambaran tentang seks, para ahli telah
mengemukakan pengertian seks sesuai dengan sudut pandang masing-masing.
Seks merupakan proses hubungan intim antara dua orang yang berlainan jenis atau
yang memiliki jenis kelamin yang sama, yang bermula dari kondisi berduaan,
melakukan pendahuluan (fireplay), dan setelah itu melakukan hubungan seks.2
Seks dapat dikelompokan menurut beberapa dimensi kebutuhan, ia merupakan
dimensi kebutuhan biologis yang berkaitan erat dengan alat reproduksi, dimensi
kebutuhan psikologis sebagai sarana menjalankan fungsi sebagai mahluk seksual
dan identitas peran jenis, dimensi kebutuhan medis sebagai sarana pencegahan
beberapa penyakit yang timbul dari tidak terpenuhinya seks, dan dimensi sosial
yang berkaitan erat dengan hubungan antar personal (hubungan antar sesama
manusia).3
Menurut sebagian para ahli, naluri seks tidak hanya muncul pada usia remaja
saja namun sejak usia bayi pun sudah muncul. Dalam usia balita naluri seks
1
Depdiknas, Tujuan Pendidikan Nasional,Undang-Undang Pendidikan Nasional, (Jakarta:
2002), h. 41.
2
Shahid Athar, Seks Education An Islamic Perspective, (Jakarta: tp, 1995), h. 76.
3
http:/www.isekolah.org/file/h_1090922276.doc, artikel diakses pada tanggal 14-1-2013,
pukul 14.51.
13
14
muncul ketika anak bisa merasakan digendong ibunya, disusui dan dipeluk sang
ibu. Kenangan masa bayinya itu senantiasa ia rasakan sampai usia anak-anak
bahkan sampai remaja.
Pada usia remaja keinginan merasakan hubungan seks sangat besar sekali,
karena hal ini sangat di pengaruhi oleh lingkungan dan pergaulan mereka setiap
hari, disamping terlalau seringnya mereka melakukan aktivitas dalam menjalani
kegiatan sehari-hari, mereka juga dapat banyak sekali kesempatan untuk
berinteraksi baik dalam bentuk dialog atau saling bertukar pikiran dan berbagi
pengalamannya dalam menjalani masa pubertas mereka masing-masing.
Kenyataan dalam masyarakat juga menunjukan bahwa faktor seks besar atau
kecil menjadi dorongan yang penting bagi seseorang yang ingin menikahi atau
dinikahi oleh orang lain. Dengan istilah lain, pernikahan merupakan satu cara
untuk menyalurkan nafsu seksnya secara sah dan dibenarkan oleh agama,
sehingga mendapatkan keturunan yang sah dan baik.
Disisi lain seks merupakan potensi genetik yang dimilikinya manusia sejak ia
mendapatkan gabungan dua gen induknya ketika proses perkawinan berlangsung
secara genetis didalam rahim ibunya, potensi genetis ini sangat dominan sekali
dalam menentukan sifat dan karakter seseorang dalam menjalani masa kanakkanak dan remaja. Banyak sekali penyimpangan genetik akibat dari pengaruh
lingkungan yang buruk dan pengetahuan yang minim tentang seks atau genetik.
Potensi genetik ini muncul akibat adanya kecendrungan lain dalam lingkungan
keluarga dan sosial.
Hakikat dasar tentang tata cara menata prilaku seksual di pandang perlu,
karena mengingat pentingnya faktor seks dalam kehidupan manusia, hal tersebut
disebabkan adanya kemampuan manusia dalam memahami segala sesuatu yang
15
berhubungan dengan diri dan lingkungannya. Kemampuan manusia untuk
mengenal lebih banyak mengenai hakikat keilmiahan dan spiritual dirinya. Secara
psikologis manusia juga sangat dipengaruhi dengan keadaan psikologisnya yang
primordial dan gejolak rasa sehingga dapat sampai pada hakikat yang
sesunggguhnya setelah melalui upaya yang cukup keras.
Walau ada kesepahaman antara ilmuwan seks dan para psikolog dalam
pemahaman
hakikat
seks,
namun
dalam
kenyataannya
banyak
sekali
penyelewengan dan penyalahgunaan pemahaman tentang seks termasuk dalam
tata cara penyaluran dan pemahaman etis prilaku seks, karena para ilmuwan
cendrung memahami seks hanya sebatas pada gejala-gejala alamiah dan aspek
kesehatan bereproduksi semata. Penemuan-penemuan baru tentang seks terkadang
disalahgunakan untuk memenuhi kepuasaan seks bagi kalangan tertentu saja.
Misalnya penyalahgunaan alat kontrasepsi dan obat-obat tertentu untuk mencegah
kehamilan semata.
Dalam syariat islam, banyak sekali ayat al-Quran dan hadis yang
mengemukakan pentingnya menunaikan tanggungjawab pendidikan seksual
kepada anak pada masa pubertas dan remaja sebagai pembekalan dalam
menghadapi fase seksual selanjutnya. 4 Oleh karena itu, sangat penting sekali
untuk menyampaikan materi pendidikan seks yang diajarkan islam.
Materi seks menurut islam berbeda dengan materi yang dimuat dalam seks
menurut barat. Pada umumnya, Seks barat hanya memuat teori tentang anatomi
tubuh manusia dan pengarahan tentang hubungan seks semata, sedangkan seks
menurut islam melihat manusia secara keseluruhan, meliputi fisik, roh dan akal.
Islam memahami pentingnya keseimbangan dalam memenuhi kebutuhan jasmani
4
Yusuf Madani, Pendidikan Seks Untuk Anak dalam Islam, h. 115.
16
dan rohani berdasarkan fitrahnya. Satu diantaranya adalah seksual, sehingga
penyalurannya adalah suatu keharusan, dengan syarat penyalurannya tersebut
harus berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat. Itulah
sebabnya, pendidikan seks islami bagi remaja sangat dibutuhkan.5
Berikut ini beberapa materi yang diatur dalam pendidikan seks yang diajarkan
islam diantaranya sebagai berikut:
1. Seksualitas adalah anugrah Allah agar manusia dapat mengemban misi
hidupnya tanpa mengalami kepunahan hingga masa yang dikehendaki,
sehingga seks hanya dipenuhi dengan jalan pernikahan, bukan sekedar
dipuaskan.6
2. Islam mensyariatkan perkawinan, karena dalam al-Quran dinyatakan bahwa
hidup berpasang-pasangan dan berjodoh-jodohan adalah naluri segala mahluk
Allah, termasuk manusia.7
3. Etika meminta izin (isti’dzan), syariat islam menekankan etika meminta izin
sejak usia kanak-kanak sebagai kaidah kesopanan. Oleh karena itu, Ahmad
Mustafa al-Maraghi menyebutkan dalam tafsinya “al-Maraghi” bahwa bagi
anak yang belum baligh untuk meminta izin ketika hendak memasuki kamar
pada tiga waktu yang telah ditentukan yaitu, waktu sebelum subuh, waktu
siang hari ketika sedang beritirahat dan waktu setelah shalat isya’ karena
ketiga waktu itu merupakan aurat.8
4. Larangan terhadap tindakan erotis termasuk aktifitas masturbasi atau onani. 9
5
Solihin, Konsep Pendidikan Seks Bagi remaja Menurut Pandangan Islam, (Skripsi S1 FITK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), h.72.
6
Ridha Salamah, Makalah Seri Dialog Muslim; Menggagas Pendidikan Seks Remaja
Perspektif Islam, Solusi Masalah Seks Remaja, h.4.
Ghazaly
7
Abdul Rahman
, fiqih Munakahat, (Jakarta: Prenada Mulia, Juli 2003), Cet. I, h. 11.
8
Ahamad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, ( Beirut : Dar al-Fikr),Jilid VI,Cet.I, h.11.
9
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyyah al-Haditsah; Pada Masalah-Masalah kontemporer Hukum
Islam, (Jakarta: Pt.Raja Grafindo Persada, Januari 1996), Cet.I, h.94.
17
5. Mensyariatkan khitan dianjurkan bagi setiap anak laki-laki dan perempuan
untuk memotong sebagian dari alat kelaminnya (khitan) karena pada alat
kelamin laki-laki dan perempuan disitulah puncak titik nafsu birahi dan
kenikmatan seks terdapat.
. ‫ﻞﹺ‬‫ﻌ‬‫ ﺇﹺﻟﹶﻰ ﺍﻟﹾﺒ‬‫ﺐ‬‫ﺃﹶﺣ‬‫ ﻭ‬‫ﺃﹶﺓ‬‫ﺮ‬‫ﻠﹾﻤ‬‫ﻈﹶﻰ ﻟ‬‫ ﺃﹶﺣ‬‫ﻚ‬‫ﻲ ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ ﺫﹶﻟ‬‫ﻬﹺﻜ‬‫ﺗﻨ‬ ‫ ﻟﹶﺎ‬‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻪ ﻋ‬ ‫ﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠ‬‫ﻲ ﺻ‬ ‫ﺒﹺ‬‫ﺎ ﺍﻟﻨ‬‫ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ ﻟﹶﻬ‬
“Dan telah berkata Nabi SAW: “Jangan berlebihan, karena hal itu adalah
bagian dari kenikmatan perempuan dan kecintaan suami.”(HR.Abu Daud)”.10
6. Kewajiban Ghadhul Bashar, yakni larangan saling memandang.
7. Kewajiban menutup aurat, islam sangat menekankan untuk menutup aurat baik
bagi laki-laki maupun perempuan. Sebagai mana Hadis Nabi :
‫ﻦﹺ‬‫ﻞﹺ ﺑ‬‫ﻬ‬‫ ﺳ‬‫ﻋﻦ‬ ‫ﺎﺯﹺﻡﹴ‬‫ﺎ ﺣ‬‫ ﺃﹶﺑ‬‫ﻊ‬‫ﻤ‬‫ﻲ ﺳ‬
 ‫ﻠ‬‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ ﺑ‬‫ﺮ‬‫ﻋﻤ‬ ‫ﺎ‬‫ﺛﹶﻨ‬‫ﺪ‬‫ﻲ ﺣ‬ ‫ﻣ‬‫ﻘﹶﺪ‬‫ ﹾﻜﺮﹴ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﺑ‬‫ﻦ‬‫ﺪ ﺑ‬ ‫ﻤ‬‫ﺤ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ﺪﺛﹶﻨ‬ ‫ﺣ‬
‫ﻴﻦ‬ ‫ﺎ ﺑ‬‫ﻣ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻴ‬‫ﻴ‬‫ ﻟﹶﺤ‬‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺎ ﺑ‬‫ﻲ ﻣ‬‫ ﻟ‬‫ﻦ‬‫ﻤ‬‫ﻀ‬‫ ﻳ‬‫ﻦ‬‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻣ‬‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ ﹶﻠﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﻠﱠﻰ ﺍﻟ ﱠﻠﻪ‬‫ ﺻ‬‫ﻮﻝﹺ ﺍﻟ ﱠﻠﻪ‬‫ﺳ‬‫ ﺭ‬‫ﻦ‬‫ ﻋ‬‫ﻌﺪ‬ ‫ﺳ‬
‫ﻨﺔﹶ‬‫ﻪ ﺍﹾﻟﺠ‬ ‫ ﻟﹶ‬‫ﻦ‬‫ﺿﻤ‬
 ‫ ﺃﹶ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﹺﺭﺟ‬
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Bakr Al
Muqaddami telah menceritakan kepada kami Umar bin Ali dia mendengar
Abu Hazim dari Sahl bin Sa'd dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
beliau bersabda "Barangsiapa dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada di
antara jenggotnya (mulut) dan di antara kedua kakinya (kemaluan), maka aku
akan menjamin baginya surga” ( HR. Bukhar).11
8. Larangan Khalawat, berdua-duaan bagi laki-laki dan perempuan
‫ﺎ ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻡﹴ ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﺤ‬‫ﺎ ﺫﹸﻭ ﻣ‬‫ﻬ‬‫ﻌ‬‫ ﻣ‬‫ﺲ‬‫ ﻟﹶﻴ‬‫ﺃﹶﺓ‬‫ﺮ‬‫ ﱠﻥ ﺑﹺﺎﻣ‬‫ﻠﹸﻮ‬‫ﺨ‬‫ﺮﹺ ﻓﹶﻠﹶﺎ ﻳ‬‫ﻡﹺ ﺍﻟﹾﺂﺧ‬‫ﻮ‬‫ﺍﹾﻟﻴ‬‫ ﻭ‬‫ﻦ ﺑﹺﺎﻟﻠﱠﻪ‬ ‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﻳ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬
‫ﻄﹶﺎﻥﹸ‬‫ﺸﻴ‬
 ‫ﺎ ﺍﻟ‬‫ﻤ‬‫ﺜﹶﻬ‬‫ﺛﹶﺎﻟ‬
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia
berkhalwat dengan seorang wanita tanpa ada mahrom wanita tersebut, karena
syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua”. (HR. Nasa’i).
10
11
Abu Daud, Sunan Abu Daud, bab tentang keutamaan khitan, Juz 14, h.14
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, bab tentang fitrah, Juz 20, h.115
18
Hadis diatas melarang seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita yang
bukan muhrimnya, karena pihak yang ketiga adalah syaitan yang senantiasa
mengajak kepada perzinahan. Semntara zina sangat dilarang dalam islam
sebagai mana sabda Rasullulah saw :
‫ﺐﹴ‬‫ ﺫﹶﻧ‬‫ﻦ‬‫ﺎ ﻣ‬‫ ﻣ‬:‫ﻠﹰَﻢ‬‫ﺳ‬‫ﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ‬‫ﻝ ﺍﷲ ﺻ‬‫ﻮ‬‫ﺳ‬‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ‬: ‫ﻋﻦ ﺍﳍﻴﺜﻢ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﺍﻟﻄﺎﺋﻲ ﻗﺎﻝ‬
‫ﻞﱡ ﻟﹶﻪ‬‫ﻳﺤ‬ ‫ﻢﹺ ﻟﹶﺎ‬‫ﺣ‬‫ﻲ ﺭ‬‫ﺟ ﹸﻞ ﻓ‬ ‫ﺎ ﺭ‬‫ﻬ‬‫ﻌ‬‫ﺿ‬‫ﺔ ﻭ‬‫ﻄﹾﻔ‬‫ ﻧ‬‫ﻦ‬‫ ﺍﷲ ﻣ‬‫ﺪ‬‫ﻨ‬‫ ﻋ‬‫ﻈﹶﻢ‬‫ ﺑﺎﷲ ﺃﹶﻋ‬‫ﻙ‬‫ﺮ‬‫ ﺍﻟﺸ‬‫ﺪ‬‫ﻌ‬‫ﺑ‬
“Dari al-Haiytam Ibn Malik ath-Tha’I dari Nabi SAW bersabda : Tidak
ada sesuatu dosa sesudah syirik yang lebih besar di sisi Allah SWT, dari pada
seorang laki-laki yang meletakan maninya pada rahim yang tidak halal
baginya” (HR.Ibnu Abid Dunya).12
Menurut ajaran islam zina adalah hubungan seksual yang dilakukan
oleh seorang laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh perkawinan yang
sah dengan cara masuknya alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin
perempuan tanpa keraguan untuk mencapai kenikmatan tertentu. 13
9. Larangan Tabarruj bagi perempuan yaitu berhias diri dengan memperlihatkan
kecantikan dan menampakan keindahan tubuhnya dan kecantikan wajahnya. 14
B. Masa Remaja Fase Potensial Seks
Masa remaja merupakan masa peralihan (transisi) dari masa kanak-kanak
menuju masa remaja yang sering menimbulkan berbagai perubahan mendasar,
baik secara fisik maupun psikis. Perubahan semacam itu terjadi di antara usia 1218 tahun. Dalam rentan waktu yang cukup lama perubahan-perubahan tersebut
12
Abu al-Fida Isma’il ibn Katsir al-Damsyiqiy, Tafsir Ibn Katsir, (Beirut: Dar al-Kutub alIlmiyyah, 2000), h. 74.
13
Neng Djubaedah, Pornografi dan Pornoaksi ditinjau dari Hukum Islam, (Jakarta: Prenada
Media, Juli 2003), cet.I, h. 145.
14
Syaikh Kamil Muhamad, Fiqh Wanita, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar,November 2000),
h.662.
19
akan menampilkan sikap dan prilaku yang khusus, baik dari segi penampilan,
pemikiran, dan sikap.
Melihat realita prilaku remaja yang sedang dalam masa pubertas dapat
ditegaskan bahwa masalah yang sering muncul adalah penyimpangan, baik karena
pengaruh lingkungan, budaya setempat atau tata nilai yang ada di masyarakat
setempat. Prilaku menyimpang pada usia puber ini diantaranya dapat disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan remaja tentang pemahaman seks yang benar sesuai
dengan norma dan aturan. Hal tersebut misalnya bisa timbul karena pengaruh
yang terus menerus dari teman sebaya atau media informasi dan hiburan yang
makin menglobal memenuhi ruang publik serta meluasnya paham kebebasan dari
barat.15
Sehubungan dengan hal ini, beberapa ilmuan di amerika yang melakukan
sebuah kajian terhadap anak-anak mengatakan :
Menjelang fase akhir
kanak-kanak,
laki-laki dan perempuan harus
dipersiapkan untuk menghadapi perubahan-perubahan krusial besar yang
mendorong kesempurnaan perubahan fisik.
Pada fase ini remaja sangat rentan dan sudah dapat terpengaruh oleh aktifitas
seks orang dewasa melalui peniruan dan ikut-ikutan. Peniruan tersebut akan
mempengaruhi diri dan jiwanya sehingga merasa bahwa prilaku seks tersebut
merupakan bagian dari dirinya tanpa mengetahui resiko dan bahaya yang
ditimbulkannya.
Adapun bahaya yang ditimbulkan oleh keadaan tersebut diatas, adanya bahaya
pada konsistensi kepribadian dan penjagaan dirinya ketika anak menemukan
perubahan-perubahan baru, sementara ia tidak mengetahui cara menghadapinya
15
Drajat Zakiyah, Kesehatan Mental Dan Keluarga, (Jakarta: Pustaka antara, 1991), h. 42.
20
dengan bentuk yang ideal guna menjaga kepribadiannya dan menyeimbangkan
jiwanya serta membebaskan diri dari pengaruh sahwat (seks) yang menggebugebu sejak awal.16 Kelainan respons psikologi para remaja pada umumnya dapat
diidentifikasi antara lain:
1. Timbulnya rasa keingintahuan dalam jiwanya.
2. Timbulnya pikiran yang realistis dan kritis.
3. Timbulnya konflik batin dalam menghadapi realitas kehidupan, konflik
demikian disebabkan oleh perkembangannya sendiri karena frustasi.
4. Merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.
Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi
matang dan berakhir pada saat ia mencapai usia matang secara hukum. Namun
penelitian perubahan tingkah laku, sikap dan nilai-nilai sepanjang masa remaja
tidak hanya menunjukan bahwa setiap perubahan terjadi lebih cepat pada awal
masa remaja dari pada masa akhir masa remaja, tetapi juga menunjukan bahwa
prilaku, sikap dan nilai-nilai pada awal masa remaja berbeda dengan masa akhir
masa remaja.17
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode
sebelumnya dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
a. Masa Remaja Sebagai Periode Yang Penting
Kendati pun semua periode dalam kehidupan adalah penting, namun kadar
kepentingannya berbeda-beda. Pada periode remaja perkembangan fisik yang
cepat dan disertai dengan cepatnya perkembangan mental, terutama pada masa
awal remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian
mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
16
Yusuf Madani, Seks Education For Children, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2003), h. 57.
Elizabeeth B.Hurlock, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Jakarta: PT. Remaja
Rosda Karya, 2001), Cet. 1, h. 206.
17
21
b. Masa Remaja Masa Mencari Identitas
Sepanjang usia pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan standar
kelompok adalah jauh lebih penting bagi anak-anak yang lebih besar daripada
individualitas. Seperti telah ditunjukan, dalam hal berpakaian, berbicara dan
prilaku anak yang lebih besar ingin lebih cepat seperti teman-temannya.
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih
tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka akan mulai
mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi menjadi sama dengan temantemannya dalam segala hal seperti sebelumnya.
C. Pendapat Para Ilmuan Tentang Seks
Perdebatan tentang perlu-tidaknya pendidikan seks diberikan kepada anak
bermula dari keprihatinan terhadap pergaulan bebas remaja saat ini. Para
pemerhati masalah remaja berpendapat, seks bebas yang sekarang ini menggejala
salah satunya disebabkan karena pengetahuan remaja tentang seksual sangat
rendah. Karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk memasyarakatkan pendidikan
seks kepada remaja. Program-program seks pun mulai digulirkan, bahkan ada
yang berpendapat bahwa pendidikan seks seharusnya diberikan sedini mungkin,
jika perlu dibangku sekolah pun ada kurikulum pendidikan seks bagi anak. Ada
beberapa pendapat pakar mengenai pendidikan seks, yaitu:
1. Dr. M. Bukhori. tujuan pendidikan seks dalam Islam dititikberatkan untuk
mempersiapkan diri dalam menempuh hubungan seksual yang sah, yang diikat
oleh tali perkawinan guna mewujudkan rumah tangga yang
sejahtera lagi
bahagia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan seks adalah untuk menghasilkan
manusia-manusia dewasa yang dapat menjalankan kehidupan bahagia dalam
22
mensesuaikan diri dengan masyarakat beserta lingkungannya serta bertanggung
jawab terhadap dirinya dan orang lain.18
2. Dr. Ali Akbar mengatakan, pengertian dari tujuan pendidikan seks dalam Islam
adalah untuk mencapai hidup bahagia di dalam membentuk rumah tangga
sakinah (ketenangan), mawaddah (cinta birahi), rahmah (kasih sayang), serta
keturunan muslim yang taat kepada Allah SWT dan mendo’akan orang
tuanya.19
3. Dr. Abdulah Nasih Ulwan. Berpendapat pendidikan seks adalah upaya
pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual
yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan
dengan seks, naluri, dan perkawinan. Dengan begitu jika anak telah dewasa, ia
akan dapat mengetahui masalah-masalah yang diharamkan dan dihalalkan
bahkan mampu menerapkan prilaku islami dan tidak akan memenuhi prilaku
seksualnya dengan cara-cara yang tidak islami.
Seks didalam islam merupakan bagian Integral dari pendidikan akidah,
ahlak, dan ibadah. Terlepasnya pendidikan seks dengan tiga unsur tersebut akan
menyebabkan ketidakjelasan arah dari pendidikan seks itu sendiri, bahkan
mungkin akan menimbulkan kesesatan dan penyimpangan dari tujuan asal
manusia melakukan kegiatan seksual dalam rangka pengabdian diri kepada
Allah SWT, oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan seks tidak boleh
menyimpang dari tuntunan syariat islam.20
18
M.Bukhori, Islam dan Adab Seksual, h.35.
Ali Akbar, Merawat Cinta Kasih, (Jakarta: Pustaka Antara, 1976), h.31.
20
Abdulah Nasih Ulwan, Tarbiyah Aulad fi al-Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 1997), h. 82.
19
23
BAB III
Hadis-Hadis Mengenai Pencegahan Prepentip Larangan Seks Bebas
A. Teks Dan Terjemah Hadis Pencegahan Prepentip Larangan Seks Bebas
Dalam upaya pencegahan perbuatan seks bebas ( zina ) hadis Nabi telah
menjelaskannya dalam berbagai kitab himpunan hadis, sepanjang penelitian penulis,
ditemukan 6 ( enam ) hadis yang terdapat dalam kitab hadis, sebagai berikut :
1. Gha
ul Ba har
‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻪ ﻋ‬ ‫ﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠ‬‫ ﺻ‬‫ﻨﺒﹺﻲ‬‫ﺄﹶﻥﱠ ﺍﻟ‬‫ﺎﺳ‬‫ﺒ‬‫ﻦﹺ ﻋ‬‫ﻦﹺ ﺍﺑ‬‫ ﻋ‬‫ﻦ ﺃﹶﺑﹺﻴﻪ‬ ‫ﺰﹺﻳﺰﹺ ﻋ‬‫ ﺍﻟﹾﻌ‬‫ﺒﺪ‬ ‫ﻦﹺ ﻋ‬‫ﻦﹺ ﺑ‬‫ﻜﹶﻴ‬‫ ﺳ‬‫ﻦ‬‫ﻊ ﻋ‬ ‫ﻴ‬‫ﻛ‬‫ﺎ ﻭ‬‫ﺛﹶﻨ‬‫ﺪ‬‫ﺣ‬
‫ﻩ‬‫ﺪ‬‫ﻜﹶﺬﹶﺍ ﺑﹺﻴ‬‫ ﻫ‬‫ﺳﻠﱠﻢ‬ ‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ ﺻ‬‫ﻨﹺﺒﻲ‬‫ﻓﹶﺔﹶ ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ ﺍﻟ‬‫ﺮ‬‫ﻴﺔﹶ ﻋ‬‫ﺸ‬‫ﺃﹶﺓﹰ ﻋ‬‫ﻣﺮ‬ ‫ﻆ ﺍ‬
‫ ﹸ‬‫ﻠﹶﺎﺣ‬‫ﺎﺱﹴ ﻳ‬‫ﺒ‬‫ ﻋ‬‫ﺑﻦ‬ ‫ ﹶﻞ‬‫ﺃﹶﻯ ﺍﹾﻟﻔﹶﻀ‬‫ﺭ‬
‫ ﹶﻟﻪ‬‫ﺮ‬‫ﻪ ﹸﻏﻔ‬ ‫ﺎﻧ‬‫ﺴ‬‫ﻟ‬‫ﻩ ﻭ‬ ‫ﺮ‬‫ﺼ‬‫ ﺑ‬‫ﻴﻪ‬‫ﻆﹶ ﻓ‬‫ﻔ‬‫ ﺣ‬‫ﻦ‬‫ﻡ ﻣ‬ ‫ﻮ‬‫ﺬﹶﺍ ﻳ‬‫ﻠﹶﺎﻡﹺ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺇﹺﻥﱠ ﻫ‬‫ﻦﹺ ﺍﻟﹾﻐ‬‫ﻴ‬‫ﻠﹶﻰ ﻋ‬‫ﻋ‬
” Di kabarkan wakî’ dari sukaīn bin ’Abdul ’Azîz dan dikabarkan dari Sahabat
’Abbas sesungguhnya Nabi SAW melihat keutamaan bahwa ’Aisyah
memelihara pandangannya menutup mata dengan tangannya dan Nabi berkata
bahwa Sesungguhnya hari ini adalah hari bagi siapapun yang menjaga
pandangan matanya danlisannya, niscaya akan diberikan ampunan baginya”.
(H.R.Muslim )1
Diantara yang diharamkan dalam Islam menyangkut
naluri seksual ialah
lelaki berlama-lama memandang perempuan atau sebaliknya, karena mata adalah
kunci pembuka hati, sedangkan memandang lawan jenis dapat mengantarkan
fitnah dan perzinahan. Menjaga pandangan ialah menjaganya dan tidak lepas
kendali secara liar, pandangan yang terpelihara ialah apabila memandang lawan
jenis tidak mengamati kecantikannya, tidak berlama-lama tidak melototi apa
yang dilihatnya.
1
Al-Hafîdzh‘ Abdul Azhim bin ‘Abdul Qawî Zakiyuddîn al-Mundzîrî ,Mukhtâshar Shahîh
Muslim (Dâr Ibn Khuzaîmah Riyâdh), Cet pertama 14 14h/1994 M.
23
24
Pandangan yang lapar dan mencari
kepuasan ini bukan
hanya
membahayakan kesucian moral saja, akan tetapi membahayakan kestabilan
pikiran dan ketenangan hati sehingga membuatnya kacau dan guncang.
2. Berkhalawat.
‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﺜﹶﻬ‬‫ﺎ ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ ﺛﹶﺎﻟ‬‫ﻬ‬‫ﻨ‬‫ﻡﹴ ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﺤ‬‫ﺎ ﺫﹸﻭ ﻣ‬‫ﻬ‬‫ﻌ‬‫ ﻣ‬‫ﺲ‬‫ ﹶﻟﻴ‬‫ﺃﹶﺓ‬‫ﺮ‬‫ﻥﱠ ﺑﹺﺎﻣ‬‫ﻠﹸﻮ‬‫ﺨ‬‫ﺮﹺ ﻓﹶﻠﹶﺎ ﻳ‬‫ﻡﹺ ﺍﻟﹾﺂﺧ‬‫ﻮ‬‫ﺍﹾﻟﻴ‬‫ ﻭ‬‫ﻦ ﺑﹺﺎﻟ ﱠﻠﻪ‬ ‫ﻣ‬‫ﺆ‬‫ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﻳ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ﻭ‬
‫ﻄﹶﺎﻥﹸ‬‫ﺸﻴ‬
 ‫ﺍﻟ‬
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia
berkhalwat dengan seorang wanita tanpa ada mahrom wanita tersebut, karena
syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua.” (HR. Muslim )2
Di antara jalan yang diharamkan oleh Islam ialah berkhalawat (menyendiri
dan menyepi) antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang bukan
muhrimnya, yakni bukan isterinya dan bukan salah seorang kerabatnya yang
haram dinikihinya untuk selamanya, seperti ibu, saudara perempuan, bibi dari
pihak ayah dan bibi dari pihak ibu.
Hal ini bukan karena tidak percaya kepada mereka atau kepada salah satunya,
akan tetapi untuk melindungi mereka dari bisikan-bisikan jahat dan lintasanlintasan pikiran buruk yang dapat menggelorakan hati mereka ketika kedua
manusia yang berlawanan jenis itu bertemu, tanpa adanya pihak ketiga.3
3. Larangan Zina
‫ﺪ‬‫ﻌ‬‫ﺐ ﺑ‬
‫ ﹴ‬‫ﻦ ﺫﹶﻧ‬ ‫ﺎ ﻣ‬‫ ﻣ‬:‫ﻠﹰﻢ‬‫ﺳ‬‫ﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ‬‫ﻝ ﺍﷲ ﺻ‬‫ﻮ‬‫ﺳ‬‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ‬: ‫ﻋﻦ ﺍﳍﻴﺜﻢ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﺍﻟﻄﺎﺋﻲ ﻗﺎﻝ‬
‫ﻞﱡ ﻟﹶﻪ‬‫ﺤ‬‫ﺣﻢﹺ ﻟﹶﺎ ﻳ‬ ‫ﻲ ﺭ‬‫ﻞﹸ ﻓ‬‫ﺟ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ﻬ‬‫ﻌ‬‫ﺿ‬‫ﺔ ﻭ‬‫ﻄﹾﻔ‬‫ﻦ ﻧ‬ ‫ ﺍﷲ ﻣ‬‫ﺪ‬‫ﻨ‬‫ ﻋ‬‫ﻈﹶﻢ‬‫ ﺑﺎﷲ ﺃﹶﻋ‬‫ﻙ‬‫ﺸﺮ‬
 ‫ﺍﻟ‬
2
Al-Hafîdzh‘ Abdul Azhim bin ‘Abdul Qawî Zakiyuddîn al-Mundzîrî, Mukhtâshar Shahîh
Muslim (Dâr Ibni Khuzaîmah Riyadh), Cet pertama14 14h/1994 M.
3
Yusuf Qaradhawi, halal dan haram , h.167
25
“ Dari al-Haîytam Ibn Mâlikath- Tha’I dari Nabi SAW bersabda : Tidak ada
sesuatu dosa sesudah syirik yang lebih besar di sisi Allah SWT, dari pada
seorangl aki- laki yang meletakan maninya pada rahim yang tidak halal
baginya. (HR. Ibnu Abid Dunya) 4
Perbuatan zina adalah salah satu perbuatan yang dilarang oleh agama Islam
dan termasuk dosa besar, oleh karena itu Islam memberikan sangsi atau hukuman
yang berat bagi seseorang yang melakukan zina baik hukuman di dunia maupun
di akhirat.
Apa saja yang dapat merangsang syahwat dan membuka jendela fitnah bagi
laki-laki ataupun perempuan dan mendorong orang untuk melakukan perbuatan
keji atau mendekatkannya, atau memudahkan jalannya, maka Islam melarangnya
dan mengharamkannya sebagai upaya membendung jalan kepada yang haram
dan menolak kerusakan.5
4. Khitan
.ِ‫ﺐ ﺇﹺﻟﹶﻰ ا ْﻟ َﺒ ْﻌﻞ‬
 ‫ﺃﹶﺣ‬‫ ﻭ‬‫ﺮﺃﹶﺓ‬ ‫ﻠﹾﻤ‬‫ﻈﹶﻰ ﻟ‬‫ ﺃﹶﺣ‬‫ﻚ‬‫ﻲ ﻓﹶﺈﹺﻥﱠ ﺫﹶﻟ‬‫ ﹺﻬﻜ‬‫ﻨ‬‫ ﻟﹶﺎ ﺗ‬‫ ﱠﻠﻢ‬‫ﺳ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﻠﱠﻰ ﺍﻟ ﱠﻠﻪ‬‫ ﺻ‬‫ﺒﹺﻲ‬‫ﺎ ﺍﻟﻨ‬‫ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻟﹶﻬ‬
“Dan telah berkata Nabi SAW. “ Jangan berlebihan, karena hal itu adalah
bagian dari kenikmatan perempuan dan kecintaansuami .(HR. Abu Daud ).6
‫ﻦ‬‫ﺎﺏﹴ ﻋ‬‫ﻬ‬‫ﻦﹺ ﺷ‬‫ ﺍﺑ‬‫ﻦ‬‫ ﻋ‬‫ﺲ‬‫ﻮﻧ‬‫ﻧﹺﻲ ﻳ‬‫ﺮ‬‫ﺒ‬‫ﺐﹴ ﺃﹶﺧ‬‫ﻫ‬‫ ﻭ‬‫ﻦ‬‫ﺎ ﺍﺑ‬‫ﻧ‬‫ﺮ‬‫ﺒ‬‫ﻰ ﻗﹶﺎﻟﹶﺎ ﺃﹶﺧ‬‫ﻴ‬‫ﺤ‬‫ﻦ ﻳ‬ ‫ﻠﹶ ﹸﺔ ﺑ‬‫ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﺣ‬‫ﺮﹺ ﻭ‬‫ﻮ ﺍﻟﻄﱠﺎﻫ‬‫ﹶﺛﻨﹺﻲ ﺃﹶﺑ‬‫ﺣﺪ‬
‫ﺲ‬
 ‫ﻤ‬‫ﺓﹸ ﺧ‬‫ﻄﹾﺮ‬‫ﻪ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺍﻟﹾﻔ‬ ‫ ﺃﹶﻧ‬‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻪ ﻋ‬ ‫ﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠ‬‫ ﺻ‬‫ﻮﻝﹺ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺳ‬‫ ﺭ‬‫ﻦ‬‫ﺓﹶﻋ‬‫ﺮ‬‫ﻳ‬‫ﺮ‬‫ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﻫ‬‫ﻦ‬‫ﻴﺐﹺ ﻋ‬‫ﺴ‬‫ﺑﻦﹺ ﺍﻟﹾﻤ‬ ‫ﻴﺪ‬‫ﺳﻌ‬
‫ ﺍﻟﹾﺈﹺﺑﹺﻂ‬‫ﻒ‬‫ﺘ‬‫ﻧ‬‫ ﺍﻟﹾﺄﹶﻇﹾﻔﹶﺎﺭﹺ ﻭ‬‫ﻴﻢ‬‫ﻘﹾﻠ‬‫ﺗ‬‫ﺎﺭﹺﺏﹺ ﻭ‬‫ ﺍﻟﺸ‬‫ﻗﹶﺺ‬‫ﺩ ﻭ‬ ‫ﺍ‬‫ﺪ‬‫ﺤ‬‫ﺘ‬‫ﺎﺳ‬‫ﺍﻟ‬‫ﺎﻥﹸ ﻭ‬‫ﺘ‬‫ﺘ‬‫ﺎﺧ‬‫ﺍﻟ‬
“Telah menceritakan kepadaku Abu ath-Thahir dan Harmalah bin Yahya
keduanya berkata, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahab telah
mengabarkan kepada kami Yunus dari Ibnu Syihab dari Sa'id bin al-Musayyab
dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam, bahwa beliau
4
Abu al-Fida Isma’il ibn Katsir al-Damsyiqiy, Tafsîr Ibn Kâtsir, (Beirut: Dar al-Kutub alIlmiyyah, 2000), h. 21.
5
Yusuf Qaradhawi, halal dan haram , h.166
6
Abu Daud, Sulaiman bin al-Asy’ats. Sunân Abu Daûd, t.tp, Dar al-Hadis al-Qahirah, t.th, bab
tentang keutamaan khitan, juz 14, h. 14
26
bersabda. "Fitrah itu adalah lima yaitu: khitan, mencukur bulu kemaluan,
mencukur kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak. ” (HR. Bukhari)”.7
‫ﻲ‬‫ﻘ‬‫ﻬ‬‫ﻴ‬‫ﺍﻟﹾﺒ‬‫ ﻭ‬‫ﺪ‬‫ﻤ‬‫ ﺃﹶﺣ‬‫ﺍﻩ‬‫ﻭ‬‫ﺎﺀ ﺭ‬‫ﺴ‬‫ﻲ ﺍﻟﻨ‬‫ ﹲﺔ ﻓ‬‫ﺮﻣ‬ ‫ﻜﹾ‬‫ﺎﻝﹺ ﻣ‬‫ﺟ‬‫ﻲ ﺍﻟﺮ‬‫ ﹲﺔ ﻓ‬‫ﺳﻨ‬ ‫ﺎﻥﹸ‬‫ﺘ‬‫ﺍﻟﹾﺨ‬
“Khitan merupakan sunnah (yang harus diikuti) bagi laki-laki dan perbuatan
mulia bagi wanita” (HR. Ahmad dan Baihaqi)”.8
Secara etimologis, khitân berasal dari bahasa arab “khâtan” yang berarti
“memotong”. Dalam ensiklopedi Islam kata khitân berarti “memotong atau
mengerat”. Menurut Ibnu Hajar al-khatan adalah isimmas dar dari kata khâtana
yang berarti “memotong” sebagian benda yang khusus dari anggota badan yang
khusus pula.9
Secara terminologis khitan adalah membuka atau memotong kulit (qulûf) yang
menutupi ujung kemaluan dengan tujuan agar bersih dari najis.10 Selain itu
sebagaimana dikemukakan oleh Nasih Ulwan, khitan adalah memotong yaitu
tempat pemotongan penis, yang
merupakan timbulnya konsekuensi hukum-
hukum syara.
Berdasarkan pengertian diatas,
dapat
dipahami bahwa khitan adalah
perbuatan memotong bagian kemaluan laki- laki yang harus dipotong, yakni
memotong quluf atau kulit yang menutupi ujungnya sehingga seutuhnya terbuka.
Pemotongan kulit ini di maksudkan agar ketika buang air kecil mudah d
ibersihkan, dan agar memberikan kenikmatan yang lebih ketika bersenggama.11
7
Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 20, h. 115
http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1965924-hadis-rasulullah-sawtentang-khitan/#ixzz2LzQ3a2FK, di akses pada tanggal 26-2-2013 pukul 15.00.
9
Ahmad Ma’ruf Asrori dan Suheri Ismail, Khitan dan Aqidah : Upaya Pembentukan Generasi
Qur’ani, (Surabaya: Al-Miftah, 1998), Cet. II, h. 11
10
Harun Nasution, et. Al, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Sab dodadi, 1992), h. 555
11
Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah, Tuhfah al-Maûdûd bi al-Ahkâm al-Maûlûd, Terj.FauziBahreisy,
Mengantar Balita Menuju Dewasa, (Jakarta: SerambiI lmu Semesta, 2002), h. 124
8
27
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum khitan, hal ini dikarenakan
tidak adanya
nash yang tegas dan jelas dalam perintah khitan. Akan tetapi,
mereka sepakat
bahwa khitan lebih disyariatkan oleh agama.
Mereka
mengatakan hukum khitan wajib sedang yang lain mengatakan sunnah.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dipelajari masing- masing pendapat
tersebut baik yang mengatakan wajib maupun sunah.
1. Hukum wajib
Para ulama yang mengatakan bahwa khitan hukumnya wajib diantaranya
adalah : ash-Sya’I Rabi’ah, al-Auza’i, yahya bin Said, al-Ansyari, ash-Syafi’i,
dan Ahmad
Asy-Syafi’I mengatakan bahwa khitan hukumnya wajib, dengan alasan :
a. Nabi di perintahkan mengikuti syariat Nabi Ibrahim (Qs. An- Nahlayat 123)
dan salah satu syariatnya adalah khitan.
b. Sekiranya khitan tidak wajib, mengapa orang yang dikhitan membuka aurat
yang diharamkan.12
Imam Nawawi berpendapat ini adalah pendapat sahîh dan masyhûr yang
ditetapkan oleh Syafi’I dan disepakati oleh sebagian ulama.
Berkhitan ialah memotong ujung kulit yang menutupi kemaluan, untuk
menjaga agar di sana tidak terkumpul kotoran, juga agar dapat menahan air
kencing
dan agar tidak mengurangi
kenikmatan saat bersenggama. Hal ini
berlaku untuk laki-laki dan perempuan maka yang dipotong ialah bagian atas
dari kemaluan.13
12
Abi Ishaq Ibrahim ibn Ali ibn Yusuf al-Firuzabadi al-Syirazi, Al-Muhadzab fi Fiqhi al-Imam
asy-Syafi’i, Juz 1, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th), h. 34.
13
Sayyid Sabik, Fiqih Sunah, (Pt. Al Maarif, Bandung: t.th), h. 74.
28
Demi menjaga kesehatan dan kesucian kemaluan maka khitan bagi laki-laki
wajib hukumnya. Sebagaimana sabda Nabi SAW :
‫ﻦ‬‫ﺎﺏﹴ ﻋ‬‫ﻬ‬‫ﺑﻦﹺ ﺷ‬‫ ﺍ‬‫ﻦ‬‫ﺲ ﻋ‬
 ‫ﻮﻧ‬‫ﻧﹺﻲ ﻳ‬‫ﺮ‬‫ﺧﺒ‬ ‫ﺐﹴ ﺃﹶ‬‫ﻫ‬‫ ﻭ‬‫ﻦ‬‫ﺎ ﺍﺑ‬‫ﻧ‬‫ﺮ‬‫ﺒ‬‫ﻰ ﻗﹶﺎﻟﹶﺎ ﺃﹶﺧ‬‫ﻴ‬‫ﺤ‬‫ ﻳ‬‫ﻦ‬‫ﻠﹶ ﹸﺔ ﺑ‬‫ﻣ‬‫ﺮ‬‫ﺣ‬‫ﺮﹺ ﻭ‬‫ﻮ ﺍﻟﻄﱠﺎﻫ‬‫ﺛﹶﻨﹺﻲ ﺃﹶﺑ‬‫ﺣﺪ‬
‫ﺲ‬
 ‫ﻤ‬‫ﺓﹸ ﺧ‬‫ﻄﹾﺮ‬‫ﻪ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺍﻟﹾﻔ‬ ‫ ﺃﹶﻧ‬‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻋ‬‫ﻠﱠﻰ ﺍﻟ ﱠﻠﻪ‬‫ ﺻ‬‫ﻮﻝﹺ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺳ‬‫ﻦ ﺭ‬ ‫ﺓﹶﻋ‬‫ﻳﺮ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ ﺃﹶﺑﹺﻲ‬‫ﻦ‬‫ﺐﹺ ﻋ‬‫ﻴ‬‫ﻤﺴ‬ ‫ﻦﹺ ﺍﹾﻟ‬‫ ﺑ‬‫ﻴﺪ‬‫ﺳﻌ‬
‫ ﺍﻟﹾﺈﹺﺑﹺﻂ‬‫ﻒ‬‫ﺘ‬‫ﻧ‬‫ ﺍﻟﹾﺄﹶﻇﹾﻔﹶﺎﺭﹺ ﻭ‬‫ﻴﻢ‬‫ﻘﹾﻠ‬‫ﺗ‬‫ﺎﺭﹺﺏﹺ ﻭ‬‫ﺺ ﺍﻟﺸ‬
 ‫ﻗﹶ‬‫ﺩ ﻭ‬ ‫ﺍ‬‫ﺤﺪ‬
 ‫ﺘ‬‫ﺎﺳ‬‫ﺍﻟ‬‫ﺎﻥﹸ ﻭ‬‫ﺘ‬‫ﺧﺘ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍﻟ‬
“Telah menceritakan kepadaku Abu ath-Thahir dan Harmalah bin Yahya
keduanya berkata, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahab telah
mengabarkan kepada kami Yunus dari Ibnu Syihab dari Sa'id bin al-Musayyab
dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau
bersabda: "Fitrah itu adalah lima yaitu: khitan, mencukur bulu kemaluan,
mencukur kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak." (HR. Bukhari).14
B. Teks Dan Terjemah Menutup Aurat
‫ﻦ‬‫ﻋ‬‫ﺪ‬‫ﻌ‬‫ﺑﻦﹺ ﺳ‬ ‫ﻞﹺ‬‫ﻬ‬‫ ﺳ‬‫ﻦ‬‫ﺎﺯﹺﻡﹴ ﻋ‬‫ﺎ ﺣ‬‫ ﺃﹶﺑ‬‫ﻊ‬‫ﻤ‬‫ ﺳ‬‫ﻲ‬‫ﻠ‬‫ ﻋ‬‫ﻦ‬‫ ﺑ‬‫ﺮ‬‫ﻋﻤ‬ ‫ﺎ‬‫ﺪﺛﹶﻨ‬ ‫ﻲ ﺣ‬ ‫ﻣ‬‫ﻘﹶﺪ‬‫ﻜﹾﺮﹴ ﺍﻟﹾﻤ‬‫ﻦ ﺃﹶﺑﹺﻲ ﺑ‬ ‫ ﺑ‬‫ﻤﺪ‬ ‫ﻣﺤ‬ ‫ﺎ‬‫ﺛﹶﻨ‬‫ﺣﺪ‬
‫ﻪ‬ ‫ ﻟﹶ‬‫ﻦ‬‫ﻤ‬‫ ﺃﹶﺿ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﺭﹺﺟ‬‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺎ ﺑ‬‫ﻣ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻴﻴ‬‫ ﹶﻟﺤ‬‫ﻦ‬‫ﻴ‬‫ﺎ ﺑ‬‫ﻲ ﻣ‬‫ ﻟ‬‫ﻦ‬‫ﻤ‬‫ﻳﻀ‬ ‫ﻦ‬‫ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻣ‬‫ﻠﱠﻢ‬‫ﺳ‬‫ ﻭ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ﻪ ﻋ‬ ‫ﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠ‬‫ ﺻ‬‫ﻮﻝﹺ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺳ‬‫ﺭ‬
‫ﻨﺔﹶ‬‫ﺍﻟﹾﺠ‬
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Bakr Al Muqaddami
telah menceritakan kepada kami Umar bin Ali dia mendengar Abu Hazim dari
Sahl bin Sa'd dari Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam beliau bersabda: "Barang
siapa dapat menjamin bagi kusesuatu yang berada di antara jenggotnya (mulut)
dan di antara kedua kakinya (kemaluan), maka aku akan menjamin baginya
surga”.(HR. Bukhari) 15
Bahwa shal telah berkata kepada Rasulullah: ya Rasulullah beri saya nasihat,
Rasulullah bersabda: “Barang siapa dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada
diantara jenggotnya (mulut) dandiantarakeduakakinya (kemaluan), maka aku akan
menjamin baginya surga”.
Maksud hadis ini adalah, agar kita dapat memelihara lidah, tidak berkata
kecuali kata-kata yang baik, tidak makan kecuali makan makanan yang baik dan
14
Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 24, h. 112
Bukhari, Shâhîh al-Bukhârî, Juz 22, h. 87
15
29
halal, kemudian yang berada diantara dua kaki adalah kemaluan agar dipelihara
dari perbuatan yang keji dan zina.
C. Teks Dan Terjemah Hadis Anjuran Nikah
‫ﺮ‬‫ﻌﺸ‬ ‫ﺎ ﻣ‬‫ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ )ﻳ‬‫ﻮﻝﹸ ﺍﹶﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺳ‬‫ﺎ ﺭ‬‫ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻟﹶﻨ‬‫ﻮﺩ‬‫ﻌ‬‫ﺴ‬‫ ﹺﻦ ﻣ‬‫ ﺑ‬‫ ﺍﹶﻟ ﱠﻠﻪ‬‫ﺪ‬‫ﺒ‬‫ ﻋ‬‫ﻦ‬‫ﻋ‬
‫ ﻟﹶﻢ‬‫ﻦ‬‫ﻣ‬‫ ﻭ‬, ‫ﺝﹺ‬‫ﻠﹾﻔﹶﺮ‬‫ﻦ ﻟ‬ ‫ﺣﺼ‬ ‫ﺃﹶ‬‫ ﻭ‬, ‫ ﹺﺮ‬‫ﺼ‬‫ﻠﹾﺒ‬‫ ﻟ‬‫ﻪ ﺃﹶﻏﹶﺾ‬ ‫ ﻓﹶﺈﹺﻧ‬, ‫ﻭﺝ‬ ‫ﺰ‬‫ﺘ‬‫ﺎﺀَﺓﹶ ﻓﹶ ﹾﻠﻴ‬‫ﻢ ﺍﹶﻟﹾﺒ‬ ‫ﻨﻜﹸ‬ ‫ ﻣ‬‫ﻄﹶﺎﻉ‬‫ﺳﺘ‬ ‫ﻦﹺ ﺍ‬‫ﺎﺏﹺ! ﻣ‬‫ﺒ‬‫ﺍﹶﻟﺸ‬
(ٌ‫ﺎﺀ‬‫ ﹺﻭﺟ‬‫ﻪ ﻟﹶﻪ‬ ‫ﻮﻡﹺ ; ﻓﹶﺈﹺﻧ‬ ‫ ﺑﹺﺎﻟﺼ‬‫ﻪ‬‫ﻠﹶﻴ‬‫ ﻓﹶﻌ‬‫ﻊ‬‫ﻄ‬‫ﺘ‬‫ﺴ‬‫ﻳ‬
“Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu
'alaihi waSallam bersabda pada kami: "Wahai generasi muda, barang siapa di
antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat
menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barang siapa belum mampu
hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikan mu." (H.R Bukhari).16
Dari sinilah para ulama mengatakan bahwa seorang muslim wajib menikah
dan tidak boleh meninggalkannya apabila sudah memiliki kemampuan untuk
melakukannya, sebagian ulama mewajibkan karena sudah ada keinggi nan dan
takut terjerumus dalam perbuatan zina. Seorang muslim tidak boleh menghindari
pernikahan Cuma karena takut masalah rezeki dan beratnya tanggung jawab,
karena Allah akan memberikan karunia dan pertolongannya bagi orang yang
melaksanakan nikah sebagai sebuah kewajiban dan menjalankan sunah
Rasulullah. 17
16
Bukhari,terjemah hadis Shâhîh al-Bukhârî, Juz 20
Yusuf Qardawi, Halal dan haram, h. 200.
17
BAB IV
ANALISIS KANDUNGAN HADIS TENTANG PENCEGAHAN PREPENTIP SEKS
BEBAS ( ZINA )
A. Analisis Kandungan Hadis
1. Analisis Hadis Mengenai Gha
ul Ba har
Analisis terhadap matan hadis tentang Seks sangat diperlukan guna mengetahui
lebih mendalam terhadap teksteks hadis tersebut, baik dari segi bahasa atau
lafaznya dan pemahaman ulama hadis yang menginterpretasikan hadis tersebut.
Analisis bahasa atau lafaz hadis dilakukan untuk mengetahui perbedaan bahasa
atau lafaz antara hadis yang satu dengan yang lain yang
memiliki makna
yang sama. Pentingnya analisis matan hadis dari sudut bahasa atau lafaz hadis
berangkat dari pendapat sebagian besar ulama yang memandang aspek kebahasaan
ini sebagai tolak ukur dalam melihat validitas hadis. Hal ini dikarenakan Nabi
dan sahabat sahabatnya kebanyakan mempunyai kemampuan bahasa yang baik,
sehingga jika susunan lafaz hadis nampak rancu, maka hadis tersebut dianggap
tidak sahih dari segi matan. Bisa jadi redaksi hadis bukan berasal dari
Nabi dan sahabat sahabatnya tetapi dari rawi yang meriwayatkannya. 1
Matan hadis hadis tentang anjuran menikah diriwayatkan oleh periwayat yang
siqah dan sanad hadis tersebut berstatus sahih dan tidak ada pertentangan antara
periwayat yang satu dengan periwayat lain dari segi maksud dan makna hadis
tersebut. Dari sini dapat di simpulkan bahwa matan hadis tersebut sahih dan
dapat dijadikan hujjah.
1
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, Telaah Kritis dan Tinjauan dengan
Pendekatan Ilmu Sejarah (Jakarta: Bulan Bintang),
30
31
Pada hadis ini tidak ditemukan adanya perbedaan lafaz maupun matan hanya
saja terdapat penambahan lafaz hadis yang tidak mempengaruhi perbedaan makna
dari lafaz hadis tersebut. Dengan demikian, maka dapat dikatakan hadis tentang
seks diriwayatkan secara makna. Periwayatan secara
maknaini diperbolehkan
selama tidak merubah arti dan tidak bertentangan Dengan maksud kandungan
hadis. Analisis terhadap matan hadis yang penulis lakukan meliputi:
1. Kritik Historis Hadis
Kritik historis merupakan tahapan yang paling penting dalam studi pemaknaan
hadis. Dengan kritik historis teks hadis akan diketahui otentisitas hadis tersebut.
Historitas teks hadis sangat berpengaruh terhadap kualitas kesahihanannya. Hadis
merupakan teks keagamaan yang kebenarannya harus diuji berdasarkan atas kritik
sejarah, bukan berdasarkan atas keyakinan, bukan pula krtik teologis, filosofis
maupun mistis atau spiritual.
Penelitian terhadap status kesahihan suatu teks hadis sangat diperlukan
mengingat kedudukan hadis sebagai sumber pokok ajaran
Islam kedua setelah al-
Qur’an. Hadis Nabi sebagian periwayatannya ada yang mutawatir dan sebagian lagi
tidak. Dalam proses transmisinya, hadis telah mengalami tahap historis yang panjang
sampai padaakhirnya menjadi wacana tekstual sebagaimana yang terlihat dalam
kitab-kitab hadis.
M. Syuhudi Ismail berpendapat bahwa penentuan terhadap orisinalitas dan
otentisitas teks hadis merupakan langkah awal sebelum dilakukan pemahaman dan
pemaknaan terhadap suatu hadis. Ada beberapa faktor yang menjadikan penelitian
hadis berkedudukan sangat penting, yaitu:
a. Tidaklah seluruh hadis tertulis pada zaman Nabi.
b. Telah timbul berbagai pemalsuan hadis.
32
c. Proses penghimpunan hadis yang memakan waktu lama.
d. Jumlah kitab hadis yang banyak dengan metode penyusunan yang
berbeda.
e. Telah terjadi periwayatan hadis secara makna.2
Sedangkan kualitas hadis tentang anjuran menikah adalah: hadis yang Di
riwayatkan oleh al-Bukhari berkualitas shahih Dengan melihat status hadis yang
telah disebutkan oleh beberapa Imam tersebut, maka dapat diketahui bahwa
secara historis hadis-hadis tentang anjuran menikah ini berderajat sahih dan
dapat digunakan sebagai hujjah.
2. Analisis Hadis Menutup Aurat
Analisis terhadap matan hadis tentang anjuran menutup aurat sangat di
perlukan guna mengetahui lebih mendalam terhadap teksteks hadis tersebut, baik
dari segi bahasa atau lafaznya dan pemahaman ulama hadis yang hadis tersebut.
Analisis bahasa atau lafaz hadis dilakukan untuk mengetahui perbedanba
hasa atau lafaz antara hadis yang satu denganyang lain yang memiliki makna
yang sama. Pentingnya analisis matan hadis dari sudut bahasa atau lafaz hadis
berangkat dari pendapat sebagian besar ulama yang memandang aspek kebahasaan
ini sebagai tolok ukur dalam melihat validitas hadis. Hal ini dikarenakan Nabi
dan sahabat sahabatnya kebanyakan mempunyai kemampuan bahasa yang baik,
sehingga jika susunan lafaz hadis nampak rancu, maka hadis tersebut dianggap
tidak sahih dari segi matan. Bisa jadi redaksi hadis buka berasal dari Nabi dan
sahabat sahabatnya tetapi dari rawi yang meriwayatkannya.3
2
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Pemahaman Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1987),
hlm. 7-21.
3
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, Telaah Kritis dan Tinjauan dengan
Pendekatan Ilmu Sejarah (Jakarta: Bulan Bintang),
33
Matan hadishadis tentang anjuran menutup aurat diriwayatkan oleh periwayat
yang siqah dan sanad hadis tersebut berstatus sahih dan tidakada pertentangan
antara periwayat yang satu dengan periwayat lain dari segi maksud dan matan
hadis tersebut. Dari sini dapat disimpulkan bahwa matan hadis tersebut sahih
dan dapat dijadikan hujjah.
Pada hadis ini tidak ditemukanadanya perbedaan lafaz maupun matan hanya
saja terdapat penambahan lafaz hadis yang tidak mempengaruhi perbedaan makna
dari lafaz hadis tersebut. Dengan demikian, maka dapat
dikatakan hadis
tentang anjuran menutu aurat diriwayatkan secara makna. Periwayatan secara
makna
ini diperbolehkan selama tidak merubah arti dan tidak bertentangan.
Dengan maksud kandungan hadis. Analisis terhadap matan hadis yang penulis
lakukan meliputi:
3. Kritik Historis Hadis
Kritik historis merupakan tahapan yang paling penting dalam studi pemaknaan
hadis. Dengan kritik historis teks hadis akan diketahui otentisitas hadis tersebut.
Historitas teks hadis sangat berpengaruh terhadap kualitas kesahihanannya. Hadis
merupakan teks keagamaan yang kebenarannya harus diuji berdasarkan atas kritik
sejarah, bukan berdasarkan atas keyakinan, bukan pula krtik teologis, filosofis
maupun mistis atau spiritual.
Penelitian terhadap status kesahihan suatu teks hadis sangat diperlukan mengingat
kedudukan hadis sebagai sumber pokok
ajaran
Islam
kedua setelah
alQur’an.
Hadis Nabi sebagian periwayatannya ada yang mutawatir dan sebagian lagi tidak.
Dalam proses
transmisinya,
hadis telah mengalami tahap historis yang panjang
sampai padaakhirnya menjadi wacana tekstual sebagaimana yang terlihat dalam
kitab-kitab hadis.
34
M. Syuhudi Ismail berpendapat bahwa penentuan terhadap orisinalitas dan
otentisitas teks hadis merupakan langkah awal sebelum dilakukan pemahaman dan
pemaknaan terhadap suatu hadis. Ada beberapa faktor yang menjadikan penelitian
hadis berkedudukan sangat penting, yaitu:
a. Tidaklah seluruh hadis tertulis pada zaman Nabi.
b. Telah timbul berbagai pemalsuan hadis.
c. Proses penghimpunan hadis yang memakan waktu lama.
d. Jumlah kitab hadis yang banyak dengan metode penyusunan yang
berbeda.
e. Telah terjadi periwayatan hadis secara makna.4
Sedangkan kualitas hadis tentang anjuran menikah adalah: hadis yang Di
riwayatkan oleh al-Bukhari berkualitas shahih Dengan melihat status hadis yang
telah disebutkan oleh beberapa Imam tersebut, maka dapat diketahui bahwa
secara historis hadis-hadis tentang anjuran menikah ini berderajat sahih dan
dapat digunakan sebagai hujjah.
3.Analisis Hadis Anjuran Menikah
Analisis terhadap matan hadis tentang anjuran Menikah sangat di perlukan
guna mengetahui lebih mendalam terhadap teks teks hadis tersebut, baik dari segi
bahasa atau lafaznya dan pemahaman ulama hadis yang hadis tersebut.
Analisis bahasa atau lafaz hadis dilakukan untuk mengetahui perbedaan
baasa atau lafaz antara hadis yang satu denganyang lain yang memiliki makna
yang sama. Pentingnya analisis matan hadis dari sudut bahasa atau lafaz hadis
berangkat dari pendapat sebagian besar ulama yang memandang aspek kebahasaan
ini sebagai tolok ukur dalam melihat validitas hadis. Hal ini dikarenakan Nabi
4
hlm. 7-21.
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Pemahaman Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1987),
35
dan sahabat sahabatnya kebanyakan mempunyai kemampuan bahasa yang baik,
sehingga jika susunan lafaz hadis nampak rancu, maka hadis tersebut dianggap
tidak sahih dari segi matan. Bisa jadi redaksi hadis buka berasal dari Nabi dan
sahabat sahabatnya tetapi dari rawi yang meriwayatkannya. 5
Matan hadis hadis tentang anjuran Menikah diriwayatkan oleh periwayat yang
siqah dan sanad hadis tersebut berstatus sahih dan tidak ada pertentangan antara
periwayat yang satu dengan periwayat lain dari segi maksud dan matan hadis
tersebut. Dari sini dapat disimpulkan bahwa matan hadis tersebut sahih dan dapat
dijadikan hujjah.
Pada hadis ini tidak ditemukanadanya perbedaan lafaz maupun matan hanya
saja terdapat penambahan lafaz hadis yang tidak mempengaruhi perbedaan makna
dari lafaz hadis tersebut. Dengan demikian, maka dapat
dikatakan hadis
tentang anjuran Menikah diriwayatkan secara makna. Periwayatan secara makna
ini diperbolehkan selama tidak merubah arti dan tidak bertentangan. Dengan
maksud kandungan hadis. Analisis terhadap matan hadis yang penulis lakukan
meliputi:
1. Kritik Historis Hadis
Kritik historis merupakan tahapan yang paling penting dalam studi pemaknaan
hadis. Dengan kritik historis teks hadis akan diketahui otentisitas hadis tersebut.
Historitas teks hadis sangat berpengaruh terhadap kualitas kesahihanannya. Hadis
merupakan teks keagamaan yang kebenarannya harus diuji berdasarkan atas kritik
sejarah, bukan berdasarkan atas keyakinan, bukan pula krtik teologis, filosofis
maupun mistis atau spiritual.
5
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, Telaah Kritis dan Tinjauan dengan
Pendekatan Ilmu Sejarah (Jakarta: Bulan Bintang),
36
Penelitian terhadap status kesahihan suatu teks hadis sangat diperlukan
mengingat kedudukan hadis sebagai sumber pokok ajaran
Islam kedua setelah al-
Qur’an. Hadis Nabi sebagian periwayatannya ada yang mutawatir dan sebagian lagi
tidak. Dalam proses transmisinya, hadis telah mengalami tahap historis yang panjang
sampai padaakhirnya menjadi wacana tekstual sebagaimana yang terlihat dalam
kitab-kitab hadis.
M. Syuhudi Ismail berpendapat bahwa penentuan terhadap orisinalitas dan
otentisitas teks hadis merupakan langkah awal sebelum dilakukan pemahaman dan
pemaknaan terhadap suatu hadis. Ada beberapa faktor yang menjadikan penelitian
hadis berkedudukan sangat penting, yaitu:
a. Tidaklah seluruh hadis tertulis pada zaman Nabi.
b. Telah timbul berbagai pemalsuan hadis.
c. Proses penghimpunan hadis yang memakan waktu lama.
d. Jumlah kitab hadis yang banyak dengan metode penyusunan yang
berbeda.
e. Telah terjadi periwayatan hadis secara makna.6
Sedangkan kualitas hadis tentang anjuran menikah adalah: hadis yang Di
riwayatkan oleh al-Bukhari berkualitas shahih Dengan melihat status hadis yang
telah disebutkan oleh beberapa Imam tersebut, maka dapat diketahui bahwa
secara historis hadis-hadis tentang anjuran menikah ini berderajat sahih dan
dapat digunakan sebagai hujjah.
.
6
hlm. 7-21.
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Pemahaman Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1987),
37
B. Pandangan Islam Terhadap Seks Bebas ( Zina )
Jika membaca sub judul ini, sepintas penulis bayangkan antara kata seks
yang dikaitkan dengan ajaran islam, yang pertama-tama muncul dalam benak
adalah pertanyaan bagaimana pengertian seks menurut islam. Maka menjawab
pertanyaan tersebut penulis uraikan sebagai berikut:
Islam merupakan jalan hidup total dan nilai ajaran islam yang terkandung di
dalam al-Quran dan hadis yang bersifat universal. Masing-masing baginya perlu
dipahami secara utuh. Para ulama islam, baik yang dahulu (mutaqqadimin)
maupun yang sekarang, banyak menulis masalah ini. Ibnu al-Qayyim dalam
bukunya ath thibb an Nabawy (pengobatan cara Nabi saw), menyajikan satu bab
penuh yang membahas tentang sikap islam menyangkut kehidupan seksual dan
perkawinan, interaksi antara suami dan isteri, pembolehan-pembolehan dan
laranganan-larangan berkenaan dengan hubungan seksual diantara suami istri.7
Sementara Muhamad Qutub dalam bukunya Islam The Missundertood
Religion yang versi Indonesianya menjadi Islam Agama yang Disalahpahami,
membahas subjek diatas dalam dua bab, yaitu : satu bab mengenai islam dan
wanita, dan satu bab lagi mengenai islam dan tekanan seksual. Disamping itu
dengan menelaah Al-Quran dan hadis-hadis Nabi saw, dapat ditemukan beberapa
ayat dan teks hadis yang menjelaskan tentang penciptaan kehidupan manusia,
kebersihan dan kesucian, interaksi antara suami dan istri. Dalam penjelasaan
ayat-ayat dan hadis-hadis ini, isu pun muncul, pertanyaan-pertanyaan diajukan,
dan kedua jenis kelamin terlibat secara bersama-sama ataupun secara terpisah.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan :
7
Yusuf Qardawi, Halal Dan Haram, (Darul Ma’rifah ad-Dharul Baidha), h.93
38
1. Dalam islam, seks selalu dipandang secara serius dan seharusnya tetap seperti itu,
seks bukanlah sarana untuk bersenang-senang belaka. Dalam islam, seks tidak
pernah dibahas secara amoral, melainkan kesusilaan dan kesopananselalu mewarnai
topik pembahasan.
2. Dalam islam, seks tidak pernah dibahas khusus untuk kesenangan belaka. Seks
selalu berkaitan dengan kehidupan perkawinan dan kehidupan keluarga. Seks
dipandang sebagai hubungan yang luar biasa yang tunduk pada aturan-aturan yang
ketat. Dengan demikian seks dalam hubungan perkawinan merupakan ibadah yang
mendapatkan pahala. Diluar hubungan perkawinan seks merupakan dosa yang
dikenai hukuman.
3. Seks merupakan hubungan yang rahasia dan tidak boleh diketahui oleh pihak lain.
4. Seperti ajaran islam lainnya, pengetahuan seputar ayat-ayat dan hadis-hadis tentang
seks tidak ada spesifikasinya menyangkut usia dan tidak dimaksud untuk
memulainya (memulai pelajaran) pada usia tertentu.
Berdasarkan informasi diatas, maka pengertian seks dalam islam tidak bisa
dipahami melalui pengertian sek dalam arti yang sempit. Sebab islam telah
menetapkan bahwa hubungan manusia tidak akan terlepas dari hubungan antara
dua jenis kelamin yang berbeda jenisnya. Islam memandangnya sebagai fitrah dan
hukum alam (sunnatullah) yang berfungsi sebagai media dan sarana untuk
melestarikan tujuan penciptaan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. 8
Islam memandang bentuk penyimpangan-penyimpangan seksual, tidak berhenti
hanya pada penilaian dan memeberikan predikat baru saja, melainkan diimbangi
dengan teori-teori dan konsep penyaluran dorongan seks yang suci tersebut. Hal
tersebut dimaksudkan sebagai upaya preventip islam
8
Tulus, Etika Dan Pendidikan Seksual, (Bandung: 1996), h. 44.
dalam
menjaga
dan
39
melestariakan naluri ini agar
tetap sehat, suci ,dan senantiasa berada di jalur
fitrah. Adapun bentuk upaya kuratif , islam telah menentukan aturan dan hukum
tertentu untuk mengatasi penyimpangan seksual ini, setidaknya tidak sampai
mewabah menjadi bentuk penyakit yang menyerang tatanan sosial masyarakat.9
Sikap-sikap preventif dan kuratif islam dapat ditemukan melalui penjabaranpenjabaran dan ijtihad para puqaha yang terkodefikasi dalam kitab fiqih tentang
thaharah (hukum dan cara bersuci),
munakhahat
(hukum-hukum dan cara
pernikahan) dan hudud (denda dan hukuman) bagi pelaku penyimpangan aturan
islam, termasuk pelaku penyimpangan seksual, yang istimewa dari pandangan islam
terhadap aktivitas seksual adalah bahwa akivitas yang terkait erat dengan seks,
selalu dihubungkan dengan ibadah karena sejak awal islam selalau memandang
seksual sebagai sesuatu yang suci, dan merupakan sunnattullah guna melestarikan
tugas manusia dimuks bumi, yaitu sebagai khilafah.
Namun demikian. Islam juga memandang penyimpangan seksual yang selalu
menimbulkan problem baik secara individu maupun secara sosial adalah merupakan
kecenderungan manusia akibat kuatnya dorongan seksual tersebut. Terutama bila
dibarengi dengan ketidak fahaman atau ketidak tahuan hakikat seks dan fungsi
yang sebenarnya dalam kehidupan. Apalagi jika dorongan tersebut menyerang
remaja yang dipandang islam sebagai fase potensial dalam proses pematangan
seks.
Oleh karena itu, sebuah hadis yang sering dikutip oleh para ahli diberbagai
bidang, kaitannya dengan maslah solusi terbaik untuk menyelaraskan dorongan seks
yang kuat dengan aturan islam adalah hadis-hadis tentang pernikahan.
9
Armando, Desakralisasi Seks, (Bandung: Remaja Modern, 2003), 28.
40
Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa seks menurut islam merupakan fitrah
suci yang dititipkan kepada manusia sebagai pontensi utama untuk menciptakan
keturunan guna melaksanakan tugas penghambaan dan pemakmuran kehidupan ,
shingga penyaluran pun harus dengan cara yang suci pula. Guna kepentingan
tersebut, Islam menawarkan solusi pernikahan sebagai lembaga yang legal dan suci
aktivitas seks menurut islam tidak terlepas dari ibadah, sehingga bila sesuai dengan
aturan akan mendapatkan pahala, dan bila tidak akan menjadi dosa.10
Setelah panjang lebar diuraikan tentang pandangan islam terhadap masalah seks
bagi remaja, maka dapat digambarkan bahwa islam menaruh perhatian terhadap
masalah ini terutama berkaitan dengan masa remaja yang dipandang islam sebagai
masa persiapan pembebanan (taklif) dalam kehidupannya sebagai manusia dewasa
yang harus bertanggung jawab secara individu dan sosial terhadap Allah SWT. Oleh
karena itu islam memberikan kaidah-kaidah yang harus diperhatikan demi
kelangsungan kehidupan , khususnya kehidupan seksual manusia di muka bumi ini,
agar sesuai dengan pembuat syariat, kaidah-kaidah tersebut ialah. 11
1) Pendidikan Seks Dan Fiqih Pada Anak
Sejak mulai dapat berpikir dan membedakan mana yang baik dan buruk (
mumayyiz) anak perlu diberi tahu pengetahuan – pengetahuan tentang seks yang
sesuai dengan usianya dan diajari hukum – hukum fiqih sedikit demi sedikit,
terutama etika seks yang dibutuhkannya, seperti dilatih bagaimana cara istinja,
istibra, pentingnya memalingkan wajah dari kiblat ketika buang hajat, bagaimana
mensucikan pakaian dari najis, dan mencuci darah atau noda dari pakaiannya
ketika hendak melakukan shalat.12
10
Yusuf Madani, Seks Education for children, h. 54
Yusuf Qardawi, Halal Dan Haram, h.105
12
Nina Surtiretna, Solusi Alternatif dalam Memberikan pembinaan Seksual Kepada Para Remaja,h. 38.
11
41
Tugas pendidik adalah melatih secara praktis untuk memahami hukumhukum ini dan membiasakannya dalam kegiatan sehari-hari dan mengamati
sejauh mana keberhasilan anak yang mumayyiz
dalam
mengaplikasikannya.
Bukan hanya bagaimana anak menyimpan pengetahuan – pengetahuan fiqih ini
dalam otaknya, melainkan juga bagaimana berinteraksi atasnya dengan kesadaran
sendiri dan selalu mengaplikasikannya secara sukarela. Sehingga kemampuannya
dalam usaha-usaha ini lemah, maka pembiasaan yang terus menerus merupakan
jaminan untuk peningkatan kemampuannya.
Anak biasanya bertanya beberapa tentang pengetahuan seks dan fiqih, dan
pendidikan khususnya orang tua harus segera negajarinya dan melatihnya secara
praktis bagaimna melakukan kegiatan-kegiatan ini. Terkadang anak bertanya
kepada ibunya, msalnya tentang apa sebabnya ibu melarangnya menghadap kiblat
ketika beristinja (buang hajat), disini hal tersebut harus dijelaskan kepada anak
baik teori maupun praktiknya.13
2) Meminta Izin ( Isti’dzan )
Syariat islam menekankan etika meminta izin sejak usia kanak-kanak,
mengingat hal tersebut
merupakan kaidah
awal atau pondasi dari kaidah
kesopanan. Telah tiba saatnya kaidah–kaidah itu kembali kerumah-rumah kaum
muslimin setelah menghilang dalam waktu yang lama.
Islam menunjukan dua fase dalam aplikasinya sebagai pengalaman prinsip
gradual dalam pendidikn seks bagi anak. Fase pertama ,islam mentoleransi anak
yang belum baligh. Terutama yang muayyiz memasuki kamar orang lain, terutama
kamar kedua orang tuanya, kecuali pada tiga waktu yaitu : sebelum shalat subuh ,
ketika melepas lelah pada siang hari, dan setelah shalat isya. Tiga waktu ini
13
Abineno, Seksualitas dan pendidikan Seks, h. 120
42
merupakan aurat sehingga siapapun bahkan anak yang belum baligh pun tidak
dibenearkan memasuki kamar orang lain pada tiga waktu tersebut.14
Etika ini masih merupakan hubungan alamiah diantara org tua dan anak yang
belum baligh. Namun, keadaan ini berubah ketika anak memasuki usia baligh,
taklif syariat, dan keharusan melakukan perintah-perintah dan larangan Allah
SWT. Ketika itu prinsip isti’dzan (meminta izin) memasuki prinsip yang lain.
Orang yang sudah baligh tidak mungkin memasuki kamar orang lain tanpa
meminta izin terlebih dahulu pada setiap waktu. Hal ini untuk melindungi
kemuliaan rumah dan memelihara jalinan ikatan keluarga. Bahkan, prinsip ini
dipersiapkan sebelum anak berusia baligh dan setelah anak diajarkan hukumhukum yang berkaitan dengan memandang aurat ,hubungan seksual, dan keadaan
orang lain. Allah SWT berfirman.
Inilah yang dikhusukan pada fase pertama ,yaitu meminta izin dalam tiga
waktu . adapun yang dikhususkan pada fase kedua , adalah setelah anak berusia
baligh dan permulaan taklif. Hikmah isti’dzan jelas sekali bagi masyarakat .
tanpaadanya isti’dzan aurat-aurat dapat terlihat dengan jelas dan dapat
berpengaruh pada perkembangan psikologis anak yang mumayyiz. Terkadang
pandangan – pandangan yang membangkitkan gairah seks itu akan melekat pada
otak anak sampai ia berusia baligh, ketika itu pandangan – pandangan itu menjadi
bahaya baginya, dapat membawa prilaku anak pada perbuatan maksiat (lembah
dosa). Gambaran ibunya , misalnya tidak akan mudah terhapus dari pikirannya,
ketika melihat ibunya berada dipangkuan ayahnya,lalu sang ayah menciumnya,
mencumbu dan menggaulinya. 15
14
Yusuf Madani, Al-Tarbiyah al-Athfal wa al-Balighin, (Jakarta: Rieneka Cipta,2004), h. 51.
Yusuf Qardawi, Halal dan Haram, h.130
15
43
3) . Menahan Pandangan Dan Menutup Aurat
Masalah ini meliputi dua butir penting yaitu menutup aurat bagi kedua orang
tua bagi anak mereka, khususnya ibu, dan jenis pakain serta pengaruhnya terhadap
perkembangan psikologis anak. Berkaitan dengan masalh pertama , dapat
dikatakan bahwa anak yang telah mencapai usia baligh dan mukallaf (telah terkan
beban syari’at) wajib menutup aurat dari pandangan anak yang telah mumayyiz
atau menyentuhnya dengan dorongan syahwat. Hal ini karena anak yang
mumayyiz
dapat mengingat dengan baik apa yang dilihatnya. Para fuqaha
menegaskan bahwa setiap laki-laki dan perempuan wajib menutup aurat mereka
dari pandangan orang lain yang sudah baligh dan dari anak yang mumayyiz yang
belim baligh, yaitu anak yang berada pada tingkat kecerdasan dan kesadaran
tertentu. Ia dapat memikirkan sesuatu hal tanpa batasan usia.
Namun, seorang yang sudah baligh boleh memandang bahkan menyentuh
setiap bagian tubuh orang yang belum baligh, walupun ia seorang yang sudah
mumayyiz asalkan tanpa dorongan syahwat, baik anak yang berjenis kelamin
sama ataupun berbeda, tetapi apabila pandangan atau sentuhan ini akan
menimbulkan fitnah baginya maka ketika itu diharamkan. 16
Masalah lain ialah pakaian, mengingat masalah ini merupakan sebuah faktor
yang dapat menimbulkan syahwat, maka islam mengarahkan pandangan pada
pentingnya
menjadikan pakaian
menimbulkkan fitnah
sebagai penutup
aurat
sehingga
tidak
bagi orang yang memandangnya dan membangkitkan
hasrat seksualnya. Pakaian haruslah tidak menampakan keindahan tubuh dalam
arti pakaian tidak hanya sekedar menutup aurat saja tetapi juga harus yang longgar
(tidak ketat) dan transfaran.Pakaian yang longgar lebih sempurna dan baik dari
16
Yusuf Qardawi, Halal dan Haram, h. 70
44
aspek syari’at dan kesehatan sebagai sikap berpegang pada kaidah-kaidah
kebersihan dan menjauhkan dari rangsangan-rangsangan seksual.Pakaian sempit
yang menekan tubuh secara terus menerus dapat menimbulkan rangsanganrangsangan syahwat selama masa kematangan seksualnya, seperti kesukaan pada
kebiasaan buruk dan melakukan onani. 17
C. Pendidikan Seks Bagi Remaja Menurut Pandangan Islam
Pendidikan Islam berupaya untuk mematri setiap corak bagi setiap aspek
individu sejak awal pertumbuhannya. Kemudian pendidikan Islam berupaya
membinanya sampai masalah terkecil sekalipun diantaranya :
1. Mengawasi Kematangan Seksual Sejak Dini
Kematangan seksual secar dini yang terjadi pada anak laki-laki dan anak
perempuan sebelum mencapai
usia baligh menurut ukuran normal,
kalau
pendidik muslim gagal dalam mengawasi keadaan-keadaan ini dan dalam
mengetahuinya sebelum keadaanya terjadi ,maka anak-anak yang baligh secara
dini itu terancam bahaya karena ia tidak memiliki kesiapan untuk menghadapi
perubahan– perubahan seksual. Akibatnya muncul beberapa masalah yang
membahayakan kesucian seksual dan kesucian moral.
Pengawasan ini artinya pemahaman kematangan seksual dini dan faktor-faktor
yang menyebabkansertamengenaliperubahan-perubahanyang menyertainya. Ini
semua menuntut pendidikan agar segera melakukan persiapan seksual bagi anak
laki-laki dan perempuan untuk mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi
akibat kematangan seksual sejak dini.18
17
Sayyid Sabik, Fiqih Sunah, (Bandung : PT Al-Ma’arif), h.74
Yusuf madani, Seks Education for children, h.185
18
45
2. Mengarahkan Anak Mumayyiz Untuk Memproduktipkan Waktunya
Anak dalam dunianya menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain,
orang tua sering kali tidak memberikan kesempatan dan pengarahan untuk
memproduktipkan waktunya, yang dengan cara ini dapat merasakan hasil yang
diperolehnya serta berinovasi dalam menggunakan kelebihan kemampuan dirinya.
Pandangan islam sangat jelas dan tegas terhadap masalah waktu ini , islam
mengajarkan agar waktu digunakan untuk kebaikan dan kemampuan kemampuan
manusia dan dimanfaatkan secara optimal, orang tua tidak akan dimintai
pertanggung jawaban tentang penggunaan waktu mereka, namun juga akan
ditanya tentang bagaimana memproduktipkan atau menghabiskan waktu anakanak mereka.19
3. Mengajarkan Kehalalan dan Keharaman dalam Program-Program
Media
Informasi
Anak mumayyiz tidak mampu membedakan antara yang mubah dan yang
haram dalam program informasi, oleh karena itu
hendaklah orang dewasa,
ayah,ibu, dan saudara harus menanamkan keberanian kepadanya untuk
berinteraksi dengan sebagian media dan menghindari media yang bersifat negatif.
Dalam
hal ini mengawasi anak dalam masalah ini membutuhkan
keseimbangan, pendidik muslim orang tua, dari siapapun harus berusaha secara
terus menerus tanpa merasa lelah dan bosan sehingga mendapatkan keyakinan
bahwa anak didiknya telah menerapkan displin dan bersikap jujur, baik dalam hal
yang berkenaan dengan masalah seksual maupun dalam masalah-masalah lain.20
19
Yusuf Qarawi, Halal dan Haram, h. 150
Yusuf Qarawi, Halal dan Haram, h. 154
20
46
4. Hukuman
Bebrapa teks syariat menganjurkan pemberian hukuman , peringatan dan
sangsi moral, yaitu hukuman yang ditetapkan syariat ats pelanggaran seksual
yang muncul pada anak. Tentang hukuman ini, bebrapa riwayat menunjukan tidak
boleh memukul anak kecil atau anak mumayyiz lebih dari sepuluh kali pukulan
yang bersifat mendidik.
Islam menyadari bahaya penggunaan hukuman bukan hanya pendidikan
seksual bagi anak, melainkan juga dalam setiap aktivitas yang datang dari
individu. Hukuman merupakan perkara yang perlu dalam kasus-kasus tertentu
apabila nasihat dan bimbinan tidak mendatangkan hasil . apabila terbukti bahwa
nasihat tidak mendatangkan hasil, maka pendidik tidak memiliki cara lain. Hukum
badan yang diserukan islam adalah untuk mendidik anak yang menyimpang dari
aturan-aturan islam dalam masalah syahwat seksual. Namun tidak berarti tidak
ada langkah-langkah lain, pendidik muslim dapat menerapkan hukuman itu secara
bertahap, seperti melarang anak dari beberapa keistimewaan keluarga, hak-hak
financial, atau pengasingan dalam waktu yang singkat agar isa merakakan
ketidakridhaan keluarga atas apa yang ia telah lakukan, hukuman badan adalah
cara terakhir dan sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan.21
5. Pernikahan Di Usia Dini
Langkah pencegahan ini terkadang merupakan solusi ilmiah terhadap masalah
tidak ada kedisiplinan seksual pada diri seseorang, hal itu dilakukan pada usia
baligh, pendidik muslim menggunakan cara ini setelah pendidikan sek selama
masa persiapan mengalami kegagalan dan ketika seseorang (ayah atau ibu)
meraskan tidak ada keyakinan terhadap masa depan kejujuran dan kesucian
21
Sayyid Sabik, Fiqih Sunah,h. 85
47
seksual anaknya. Sebelum terlambat ia berusaha menjamin kesucian dan
menjauhkan anaknya dari penyimpangan seksual.
Pernikahan di usia dini telah diakui sebagai salah satu solusi yang baik bila
cara-cara lain tidak berhasil, sebagai mana diinformasikan oleh Yusuf Madani:
“Para pakar psikologi, pendidikan dan seksiologi menganjurkan agar
menempuh penyelesaian ini apabila pendidikan seksual dengan berbagai metode
tidak berhasil. Sebab pernikahan usia dini merupakan solusi yang legal dan
diperkenankan bagi anak yang sudah berusia baligh yang tidak mampu menahan
dorongan seksualnyaagar ia dapat menyalurkan kebutuhan seksnya tanpa
melanggar hokum agama dan norma-norma social, bahkan solusi ini memberikan
ketenangan jiwa dan mendatangkan penghargaan dari orang lain”. Sebagai mana
sabda Nabi SAW.
Mengingat anak yang baligh berada dalam fase kehidupannya yang baru,
dimana
terjadi
perubahan-perubahan
penting,
maka
ia
tidak
mampu
menghadapinya kecuali dengan bimbingan pendidik yang memberikan bimbingan
praktis, tidak cukup dengan nasihat dan pengarahan saja. Pendidik tidak memiliki
langkah efektip
yang dapat membantu menentramkan remaja ini dan
mengembalikan keseimbangan dirinya yang telah hilang kecuali dengan
dilakukannya pernikahan dini.
Jika remaja yang telah baligh tidak diperkenankan menumpahkan dorongan
syahwatnya seperti laki-laki dewasa,
sementara itu ia tidak mampu
mengendalikan dorongan syahwat ini, maka ketika itu ia menghadapi keadaan
sulit dalam pergulatan didalam dirinya disebabkan pertentangan dua dorongan,
yang satu dorongan melalui syahwat dan yang lain mencegahnya dari pemuasaan
syahwat tersebut. Apabila seorang pendidik muslim tidak mampu menghilangkan
48
penderitaan akibat pergulatan ini maka ia tidak dapat menghindari kejatuhannya
dari kekotoran penyakit kejiwaan dan penyimpangan seksual. Ia tertindas oleh
sakitnya batin dan norma sosial.
Oleh karena itu, keputusan untuk menempuh pernikahan usia dini adalah
sebuah langkah penyembuhan sekaligus langkha pencegahan dalam menghadapi
factor-faktor penyimpangan yang telah menanti, dan merupakan langkah
penyembuhan bagi penyakit kedurhakaan yang dilakukan remaja melawan nilainilai pendidikan dan norma-norma agama.
Demikian ,beberapa kaidah utama yang dapat ditemukan dari berbagai aturan
Islam. Kaidah utama ini merupakan prinsip penghargaan islam terhadap potensi
seksual yang dinilai sebagai sunnatullah yang alami dan fitri.
BAB V
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Rangkaian akhir dari penelitian yang telah penulis lakukan,
berdasarkan uraian di atas mengenai pandangan Islam tentang
pencegahan
seks bebas perspektip hadis. Selama ini, jika kita
berbicara mengenai seks, maka yang terbersit dalam benak sebagian
besar orang adalah hubungan seks. Padahal, seks itu artinya jenis
kelamin yang membedakan pria dan wanita secara biologis. Pada masa
remaja terjadi perkembangan yang dinamis dalam kehidupan individu
yang di tandai dengan percepatan pertumbuhan fisik, emosional, dan
sosial.
Pencegahan terjadinya tindakan seks bebas (zina) berdasarkan
hadis adalah sebagai berikut :
1. Gha
ul Ba har ( Menjaga Pandangan )
2. Berkhalawat ( Berdua duaan )
3. Larangan zina / seks bebas (hubungan seks sebelum menikh)
4. Anjuran Khitan
5. Menutup Aurat
6. Anjuran menikah
Itulah hadis yang ditemukan peneliti di dalam upaya
pencegahan seks bebas ( zina ) .
B. Saran-saran
Berawal dari pembahasan dan kesimpulan tersebut di atas, dirasa
perlu kiranya penulis menyampaikan saran-saran sebagaiberikut :
1. Bagi remaja
49
50
Respon remaja yang sudah baik ini terhadap kesehatan reproduksi
sudah cukup baik perlu terus ditambahkan agar dapat berkembang
sehingga dapat bermanfaat untuk mereka agar tidak mudah
terpengaruh oleh hal-hal yang tidak baik dari luar .
2. Untuk aktivis pendidikan, dalam menyampaikan materi pendidikan
termasuk pendidikan seks sebagai bagian dari materi pendidikan
agama islam, hendaknya disesuaikan dengan tingkat usia dan tingkat
pertumbuhan serta perkembangan fisik dan kejiwaan anak didik.
3. Untuk aktivis pendidikan, dalam menyampaikan materi pendidikan
termasuk materi pendidikan seks, hendaknya dipilih metode yang
cocok dan sesuai dengan situasi dan kondisi serta sesuai dengan
tuntunan ajaran agama, yakni al-Qur’an dan hadis.
4. Dalam memperkenalkan masalah seksual kepada anak, baik di
lingkungan sekolah, maupun di lingkungan masyarakat, guru serta
aktivis pendidikan lainnya terutama orang tua di lingkungan keluarga,
hendaknya memiliki wawasan yang benar tentang seks, sehingga
mampu memberikan bekal sebagai rangsangan bagi anak didik untuk
melakukan suatu kecenderungan yang logis dan benar dalam masalahmasalah seksual, mengembangkannya sesuai dengan pola pikirnya,
dan menerapkannya dengan benar dalam kehidupan pribadinya di
masadepan.
5. Khusus dalam pendidikan seks, baik guru sebagai pendidik formal
di sekolah, terutama orang tuayang memiliki kekuasaan dan tanggung
jawab penuh untuk memberikan bimbingan kepada anaknya di
51
lingkungan keluarga dan merupakan kewajiban agama untuk tidak
menyelewengkannya, hendaknya betul-betul memperhatikan usia dan
perkembangan jiwa anak serta terus-menerus melakukan monitoring
sampai anak mencapai akil baligh.
6. Untuk perawat atau petugas kesehatan agar meningkatkan
perannya terutama dalam peningkatan pengetahuan kesehatan
reproduksi mengingat banyaknya dampak negatif
yang semakin
meluas akibat dari pengaruh hubungan seksual dan mengingatp
erkembangan yang sangat maju dalam dunia technologi dengan
melakukan pencegahan awal seperti melakukan penyuluhan dan
membagikan leafleat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Syekh,Al-Jariri.Al–Fiqh ’ala al-Madzhab al-Arba’ah,
Press,1994.
Cairo: DarulUlum
Abu Daud, Sulaiman bin al-Asy’ats. Sunan Abu Daud, t.tp, Dar al-Hadis al-Qahirah, t.th,
babtentangkeutamaankhitan, juz 14.
Akbar, Ali. Merawat Cinta Kasih, Jakarta: Pustaka Antara, 1976.
Armando, DesakralisasiSeks, Bandung: Remaja Modern, 2003.
Asrori, Ahmad Ma’ruf dan Suheri Ismail, Khitan dan Aqidah : Upaya Pembentukan Generasi
Qur’ani, Surabaya: Al-Miftah, 1998, Cet. II.
Athar,Shahid.Seks Education An Islamic Perspective, Jakarta: tp, 1995.
Azami, Muhammad Mustafa. Dirâsât fîHadîts al-Nabawî wa Târîkh Tadwînih, Beirut : alMaktab al-Islâmi, 1400 H.
Bantani, Syekh Muhammad Bin Umar Nawawi, Tanqihul Qaul hadis, Semarang : CVToha
Putra Semarang, 1993.
Bukhori, Muhammad. Hubungan seks menurut islam, T.tp, Bumi Aksara, t.th.
Cuanda,Cucu.RisalahSalat, Bandung : PT RemajaRosdakarya, 2000.
al-Damsyiqiy,Abu al-Fida Isma’il ibn Katsir.Tafsir Ibn Katsir,Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
2000.
Darajat, Zakiah.IlmuFiqih,Jakarta :DirekturPembinaanTinggi Agama
Islam,1982.
Depdiknas, Tujuan Pendidikan Nasional,Undang-Undang Pendidikan Nasional,Jakarta:tp, 2002.
DewanHisbahPersatuan Islam, RisalahShalat, Bandung :PT RemajaRosda, t.th.
Djubaedah, Pornografi dan Pornoaksi ditinjau dari Hukum Islam, Jakarta: Prenada Media, 2003,
cet.I.
Ghazali, Muhammad.MenjalaPahalaLewatSala,Jakarta: PustakaAmani, t.th
Ghazali, Abdul Rahman.fiqih Munakahat,Jakarta: Prenada Mulia, Juli 2003, Cet. I.
Hasan,M.Ali.Masail Fiqhiyyah al-Haditsah; Pada Masalah-Masalah kontemporer Hukum
Islam,Jakarta: Pt.Raja Grafindo Persada, 1996, Cet.I.
http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1965924-hadis-rasulullah-saw-tentangkhitan/#ixzz2LzQ3a2FK, diaksespadatanggal 26-2-2013 pukul 15.00.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2198183-materi-pendidikan-seks-bagiremaja/#ixzz1sviHlw1B.html, artikeldiaksespadatanggal 13-1-2013 pukul 13.43
http:/www.isekolah.org/file/h_1090922276.docartikeldiaksespadatanggal
14.51.
14-1-2013
pukul
Hurlock, Elizabeeth B. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, Jakarta: PT. Remaja Rosda
Karya, 2001, Cet. 1.
Jauziyah, Ibnu al-Qayyim.al-Tuhfah al Maudud bi Ahkam al-Maulud, Terj. FauziBahreisy,
MengantarBalitaMenujuDewasa, Jakarta: SerambiIlmuSemesta, 2002.
Madani,Yusuf.Seks Education For Children, Jakarta: Rieneka Cipta, 2003.
Madani,Yusuf.Pendidikan Seks Untuk Anak Dalam Islam, Jakarta: Rieneka Cipta, 2003.
Maraghi, Ahamad Mustafa. al- Tafsir al-Maraghi, Beirut: Dar al-Fikr, t.th,Jilid VI,Cet.I.
Muhamad,Syaikh Kamil.Fiqh Wanita, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2000.
Muhammad, Abu Bakar.Hadis Tarbiyah I, Surabaya: Al-Ikhlas, 1995.
Muhammad, Majdi. Fiqih Seksual Sehat Dan Nikmat Bercinta, Jakarta: Rieneka Cipta, 2003.
Al-Mundziri.MukhtasarShahih Muslim, Jakarta: PustakaAmani, t.th.
Nashirudin,Muhammad.shahih sunan At-Tirmidzi,Bandung, Islam Rahmatan, 2004
Nasution, Harun. et. Al, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Sabdodadi, 1992.
Qardhawi, Yusuf. Halal dan Haram, Jakarta: Rabani Press, 2007.
Rafa’at, Muhammad. Asrar Al-Hayatal-Zawjiyyah, Jakarta: tp, 2003.
Rifa’i, Mohammad. Fiqih Islam Lengka,Kuala Lumpur: Pustaka Jiwa,1975.
Sabik,Sayyid. Fiqih Sunah,Bandung:Pt. Al Maarif,t.th.
Salamah,Ridha. Makalah Seri Dialog Muslim; Menggagas Pendidikan Seks Remaja Perspektif
Islam, Solusi Masalah Seks Remaja.
Solihin.Konsep Pendidikan Seks Bagi remaja Menurut Pandangan Islam, Skripsi S1 FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Syabiq, Sayid. FiqihSunnah, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 2000.
Syirazi, AbiIshaq Ibrahim ibn Ali ibn Yusuf al-Firuzabadi al-.Al-Muhadzab fi Fiqhi al-Imam
asy-Syafi’i,Juz 1, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th.
Thariq Ismail.Nikahdanseksmenurutislam , Jakarta: Akbar Media EkaSarana, 2001.
Tihamiy, Syekh Muhammad. At-QurrotulUyun, t.tp, PustakaMampir, t.th.
Tulus, Etika Dan Pendidikan Seksual. Bandung: Remaja Modern, 1996.
Ulwan, Abdulah Nasih. Tarbiyah Aulad fi al-Islam, Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 1997.
Yakan,Faith. Islam danseks, Jakarta: C.V firdaus, 1991.
Zakiyah,Drajat.Kesehatan Mental Dan Keluarga, Jakarta: Pustaka antara, 1991.
Download