BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan lingkungan hidup menjadi salah satu isu yang menarik perhatian beberapa kalangan di dunia. Munculnya isu-isu lingkungan hidup yang semakin marak disebabkan oleh terjadinya krisis lingkungan di berbagai belahan bumi. Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki istilah sebagai jamrud khatuliswa, karena memiliki hutan yang luas, justru pernah tercatat dalam World Guiness Book of Record sebagai negara yang memiliki laju pengerusakan hutan tercepat di dunia. Meskipun pemerintah Indonesia telah menyatakan moratorium (penanggulangan penebangan hutan) pada tahun 2011, ternyata hal tersebut tidak berpengaruh. Sepanjang tahun 2000-2012, Indonesia kehilangan 6.020.000 hektare per tahun1. Selain dikenal dengan luas hutannya, Indonesia juga dikenal memiliki berbagai macam keanekaragaman hayati yang melimpah di negaranya. Namun sayangnya pertumbuhan di sektor ekonomi dan industri, menyebabkan kerusakan lingkungan yang cukup besar2. Perusahaan-perusahaan mulai mengeksploitasi hutan di Indonesia, eksploitasi laut Indonesia, menghasilkan polusi dari asap pabrik. Sayangnya banyak masyarakat yang masih memiliki kesadaran rendah untuk menjaga lingkungan hidup. Oleh karena itu, mulai bermunculan organisasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak untuk menyelamatkan lingkungan hidup. Organisasi-organisasi ini bertujuan 1 El Fitra, Iggoy. Kerusakan Hutan Indonesia Terus Meningkat. http://www.tempo.co/read/news/2014/07/01/095589444/Kerusakan-Hutan-Indonesia-TerusMeningkat 2 "Tentang Kami." Greenpeace Indonesia. Web. Diakses dari http://www.greenpeace.org/seasia/id/about/ 1 untuk memberitahukan masyarakat tentang isu-isu lingkungan hidup agar masyarakat semakin sadar dengan keadaan lingkungan hidup saat ini. Organisasi yang berlabel lingkungan hidup saat ini tidak hanya berasal dari dalam negeri, ada pula organisasi internasional yang masuk ke Indonesia dan melakukan aksi penyelamatan lingkungan hidup. Faktorfaktor yang mempengaruhi perkembangan organisasi internasional yakni, pertama adanya istilah globalisasi yang membuat kekuasaan suatu negara dipertanyakan. Kedua, kebebasan perseorangan yang dikeluarkan oleh PBB dan European Union (EU) pada pertengahan abad-20. Ketiga, adanya perlindungan individu dibawah hukum internasional.3 Salah satu organisasi lingkungan hidup internasional yang terdapat Indonesia adalah Greenpeace. Greenpeace adalah organisasi global yang bergerak di bidang penyelamatan lingkungan hidup yang memiliki 2,8 juta pendukung di seluruh dunia dan memiliki kantor regional di 41 negara4, salah satunya Indonesia. Greenpeace memiliki kantor pusat di Amsterdam, Belanda. Di Asia Tenggara sendiri, atau yang sering disebut Greenpeace South-East Asia (GPSEA), Greenpeace memiliki tiga kantor cabang perwakilan, yakni di Thailand (pusat GPSEA), Filipina, dan Indonesia. Greenpeace Indonesia telah melakukan aksi-aksi untuk berjuang dalam lingkungan hidup mulai dari media sosial, kampanye, hingga aksi terjun langsung ke lapangan. Dalam memperjuangkan aksinya, Greenpeace Indonesia mengangkat isu-isu lingkungan hidup yang terjadi di Indonesia. Beberapa kampanye yang gencar dilakukan Greenpeace Indonesia antara lain kampanye tentang laut, hutan, detoks, iklim dan energi. 3 Zweifel, Thomas D. 2006. International Organizations & Democracy. Colorado: Lynne Rienner Publisher, Inc. 4 “Sejarah Greenpeace”. Greenpeace Indonesia. Diakses dari http://www.greenpeace.org/seasia/id/about/sejarah-greenpeace/ 2 Kampanye-kampanye yang dilakukan oleh Greenpeace Indonesia didukung oleh adanya para aktivis kampanye dan sukarelawan (volunteer) yang bekerja untuk Greenpeace Indonesia. Agar kampanye yang dilakukan semakin luas tersebar dan diketahui oleh masyarakat maka aksi-aksi kampanye ini tidak hanya dilakukan di satu kota saja. Terdapat beberapa kota yang ditunjuk Greenpeace sebagai perwakilan antara lain adalah Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Riau, Padang, Bali, Papua dan Yogyakarta. Hal ini juga dilakukan karena masing-masing kota memiliki permasalahan mengenai lingkungannya sendiri-sendiri. Di Yogyakarta, Greenpeace Indonesia melakukan kampanye dengan dibantu oleh para volunteer yang tergabung dalam Greenpeace Indonesia unit Youth regional Yogyakarta. Greenpeace Youth Indonesia (GP Youth Indonesia) adalah kegiatan relawan (volunteering) yang dilakukan oleh sekumpulan pemuda yang telah mendaftar melalui website Greenpeace Indonesia (www.greenpeace.org/seasia/id/) atau mendaftar langsung. Greenpeace Youth Indonesia melakukan aksi terjun langsung ke lapangan dalam tiap kampanyenya. Setiap aksi yang dilakukan oleh para volunteer GP Youth Indonesia merupakan bagian dari kampanye yang direncanakan oleh Greenpeace Indonesia. Beberapa kota yang menjadi basis Greenpeace Youth Indonesia adalah Jakarta, Bandung, Semarang dan Yogyakarta. Tugas mereka yakni mengkampanyekan isu lingkungan yang menjadi fokus Greenpeace Indonesia kepada masyarakat agar masyarakat lebih paham dan mendukung kampanye yang dilakukan oleh Greenpeace Indonesia, hingga akhirnya timbul kesadaran masyarakat untuk bersamasama menjaga bumi. Dengan tujuan yang dimiliki oleh GP Youth Indonesia regional Yogyakarta untuk mengedukasi masyarakat Yogya mengenai permasalahan lingkungan yang sedang terjadi maka dapat juga dikatakan bahwa para volunteer berusaha melakukan sebuah perubahan. 3 Sebelum melakukan aksi kampanye, para volunteer GP Youth Indonesia regional Yogyakarta melakukan perencanaan dan riset agar kampanye yang akan dilakukan tepat sasaran. Kampanye yang dilakukan oleh GP Youth regional Yogyakarta terbagi menjadi dua jenis, yakni kampanye yang direncanakan oleh pusat (GP Indonesia) serta dilaksanakan oleh kota-kota representatif Greenpeace Youth di Indonesia, serta kampanye yang seluruh perencanaan dan pelaksanaannya dilakukan oleh volunteer GP Youth regional Yogyakarta. Beberapa faktor menjadi poin penting dalam perencanaan kampanye, misalnya faktor demografis dan psikografis masyarakat Yogyakarta. Secara demografis, wilayah Yogya tidak memiliki sebuah permasalahan lingkungan yang sangat menganggu, sehingga para volunteer harus memikirkan strategi kampanye yang tepat agar isu lingkungan yang akan mereka kampanyekan mau didengar oleh masyarakat. Selain itu, psikografis masyarakat Yogyakarta juga menjadi salah satu faktor dalam menentukan strategi kampanye yang akan dipakai sehingga nantinya isu lingkungan yang akan dikampanyekan akan menarik perhatian masyarakat Yogyakarta. Dalam penelitian ini penulis akan membahas mengenai perencanaan strategi kampanye lingkungan hidup yang dilakukan oleh Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta selama tahun 2014 sebagai bentuk dari “kaum muda sebagai agen perubahan sosial” B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah diatas, rumusan penelitian masalah ini adalah: “Bagaimana strategi kampanye lingkungan hidup yang dilakukan oleh Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta?” 4 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan strategi kampanye yang dilakukan oleh Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Dari sisi akademis, penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memperkaya kajian ilmu komunikasi, khususnya dalam bidang strategi komunikasi dalam kampanye yang terkait dengan isu-isu lingkungan hidup Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan dokumentasi, masukan, maupun bahan evaluasi bagi Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta dan dapat juga dijadikan referensi bagi pihak-pihak terkait atau tertarik dengan permasalahan yang diteliti. E. Kerangka Pemikiran Greenpeace merupakan salah satu organisasi yang bergerak di bidang penyelamatan lingkungan hidup. Di Indonesia, Greenpeace telah membuka kantor perwakilannya sebagai cabang dari Greenpeace SouthEast Asia (GPSEA). Sebagai salah satu organisasi yang bergerak di bidang lingkungan hidup, Greenpeace Indonesia juga selalu melakukan aksi-aksi untuk mengkampanyekan isu lingkungan hidup yang terjadi dengan maksud agar masyarakat mengetahui tentang isu lingkungan yang sedang terjadi dan berharap mendapatkan dukungan dari aksinya tersebut. Untuk operasional kegiatan kampanye dan lainnya, Greenpeace didukung oleh para supporters5 yang memberikan donasi sejumlah tertentu setiap bulannya. Sedangkan dalam aksi kampanyenya Greenpeace didukung oleh beberapa aktivis dan sukarelawan (volunteer) yang memiliki basis di empat kota di Indonesia yakni Jakarta, Bandung, Semarang dan 5 Pendukung Greenpeace yang mendonasikan sejumlah uang setiap bulannya untuk kegiatan operasional Greenpeace 5 Yogyakarta yang disebut dengan Greenpeace Youth Indonesia. Dalam setiap kampanye yang dilakukan oleh volunteer harus sesuai dengan tema yang diusung oleh Greenpeace Indonesia, namun pelaksanaannya diserahkan kepada masing-masing kota 1. Komunikasi Komunikasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia yang berguna untuk mendapatkan informasi. Proses komunikasi melibatkan dua orang atau lebih dan menggunakan media sebagai penyampai pesan sehingga tercapai sebuah keputusan. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin yakni communis yang berarti “sama” atau “menjadi milik bersama. Komunikasi dilakukan untuk memperoleh informasi, memberikan pendapat, menghibur orang lain dan lain-lain. Menurut Gordon I. Zimmerman membagi tujuan komunikasi menjadi dua kategori besar. Pertama, komunikasi dilakukan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita. Kedua, komunikasi dilakukan untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain. Dari kedua tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi mempunyai fungsi isi, yang melibatkan pertukaran informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan fungsi hubungan yang melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain.6 Berbicara mengenai komunikasi, salah satu model komunikasi yang sangat dikenal adalah model Shannon-Weaver (1949). Menurut Sereno dan Mortensen, suatu model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi7. Model adalah gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori. 6 Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya hal. 4 7 Cassata, Mary B & Moleffi K. Asante. 1979. Mass Communication: Principles and Practices. New York: Macmillan hal. 63-64 6 Dalam bukunya, Fiske mengungkapkan bahwa Metode Shannon-Weave sebagai salah satu dasar berkembangnya ilmu komunikasi8. Metode Shannon-Weaver menunjukkan proses linear sederhana dari komunikasi, dimulai dari pesan yang akan disampaikan hingga pesan tersebut sampai kepada penerima, namun dalam prosesnya juga terdapat noise yang mungkin akan menganggu. Gambar 1.1: Model komunikasi Shannon-Weaver Shannon-Weaver mengidentifikasi tiga tingkatan permasalahan yang terjadi dalam ilmu komunikasi. Ketiga tingkatan tersebut adalah9: Tingkat Permasalahan Tingkat A Seberapa akurat sebuah simbol (permasalahan teknis) Tingkat B dapat mentransmisikan komunikasi? Seberapa tepat simbol yang ditransmisikan menyampaikan 8 Fiske, John. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi (Edisi Ketiga). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada hal. 9 9 Fiske, John. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi (Edisi Ketiga). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada hal. 10-12 7 (permasalahan semantik) pesan yang diinginkan? Tingkat C Seberapa efektif makna yang (permasalahan keefektifan) diterima mempengaruhi perilaku seperti yang diinginkan? Tiap-tiap tingkatan ini memiliki kekurangan dan kelebihan masingmasing. Pada tingkat A adalah yang paling mudah dipahami dan merupakan asal mula pengembangan model sebagai upaya menjelaskan proses komunikasi. Tingkat B, mudah untuk dipahami namun sulit untuk dipecahkan dan mencakup makna kata sampai dengan makna foto. Latar belakang budaya juga berpengaruh pada tingkat B. Sedangkan pada tingkat C, pada awalnya seperti terlihat seperti Shannon-Weaver memandang komunikasi sebagai manipulasi atau propaganda. Mereka menyatakan bahwa ketiga permasalahan tersebut tidak benar-benar terpisah satu sama lain, namun masih memiliki kesinambungan satu sama lain. Inti dari mempelajari ketiga tingkatan diatas adalah untuk memahami bagaimana meningkatkan akurasi dan efisiensi dari proses komunikasi. Selain model Shannon-Weaver, salah satu model yang banyak di kutip secara luas dalam bidang ilmu komunikasi adalah model Laswell (1948). Dalam komunikasi massa, metode Laswell yang dikenal adalah “who says what in which channel to whom with what effect”. Dalam metode ini Laswell mengemukakan bahwa aspek-aspek (komunikator, isi pesan, media yang digunakan, komunikan, efek yang terjadi) dapat berpengaruh dalam proses komunikasi. Masing-masing aspek tersebut dapat memberikan efek tertentu pada hasil akhir dari komunikasi, penginterpretasian pesan. Melihat dari kedua model komunikasi yang sudah dikemukakan diatas dan melihat bahwa tujuan dari berkomunikasi adalah pertukaran 8 makna maka diperlukan beberapa perencaanan agar kegiatan komunikasi yang dilakukan mencapai tujuan tersebut. Dalam model Laswell juga diungkapkan bahwa aspek-aspek dalam komunikasi massa akan berpengaruh pada proses dan hasil komunikasi itu sendiri, maka penentuan aspek-aspek tersebut juga harus dilakukan secara tepat, atau disebut dengan strategi komunikasi. 2. Strategi Kampanye Untuk mengtetahui mengenai strategi kampanye, terlebih dahulu membahas tentang strategi komunikasi. Strategi komunikasi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai satu tujuan. Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan10. Dengan adanya tujuan yang akan dicapai maka akan memudahkan perencana komunikasi strategis untuk merancang perencanaan yang pas sehingga tujuan mudah tercapai. Untuk menentukan strategi komunikasi yang pas, terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan. Menurut Lasswell, komponen tersebut adalah: Who (siapa sumbernya) Says what (apa yang disampaikan) In which channel (melalui media apa) To whom (siapa sasarannya) With what effect (apa pengaruhnya) Dalam komunikasi strategis, kelima komponen yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell harus mendapat perhatian yang tepat dan cermat 10 Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya hal. 301 9 karena menyasar target orang banyak. Seperti halnya kampanye yang dilakukan oleh Greenpeace Indonesia yang menyasar orang banyak, model Laswell sangat efektif untuk menentukan strategi yang harus dilakukan agar kampanye yang dilaksakan akan tepat sasaran. Adanya strategi komunikasi yang diterapkan oleh Greenpeace Indonesia dalam kampanyenya terhadap pada pendukung, maka akan memunculkan opini publik. Opini publik adalah kumpulan keyakinan, sikap dan pendapat yang dikemukakan oleh individu mayoritas dalam suatu kelompok tertentu atau masyarakat tentang masalah atau topik yang menarik bagi mereka.11 Opini publik terbentuk dari persepsi masyarakat terhadap suatu permasalahan tertentu, persepsi yang muncul menimbulkan suatu pendapat atau tindakan yang dilakukan oleh masyarakat/publik. Menurut Pat Jackson (1990) dalam Wilson, mengetahui apa yan dipikirkan oleh publik dapat membantu dalam memprediksi apa yang akan mereka lakukan. Berikut adalah model perilaku public relation yang dikemukakan oleh Pat Jackson Awareness Latent Readiness to Act Triggering Event Behavior Gambar 1.2: model perilaku public relation Pat Jackson Pada fase “awareness” (penyadaran) adalah waktu ketika proses komunikasi tersebut berjalan. Mulai dari publisitas, iklan dan bentuk dari komunikasi lainnya akan meningkatkan fase “awareness”. Setelah publik mulai sadar, maka langkah selanjutnya adalah kesiapan untuk bertindak (latent readiness to act). Hal yang bisa membuat publik mulai bertindak adalah adanya “triggering event”. Triggering event adalah kegiatan yang 11 Wilson, Laurie J. & Joseph D. Odgen. 2000. Strategic Communications Planning for Effective Public Relations and Marketing (Fifth Edition). Dubuque: Kendall Hunt Publishing hal. 20 10 mengubah kesiapan untuk bertindak menjadi sebuah tindakan/kebiasaan (behavior). Dari tindakan yang dilakukan oleh publik, akhirnya akan membuat sebuah kebiasaan. Kebiasaan-kebiasaan inilah yang akhirnya akan berpengaruh pada pola pikir publik terhadap suatu permasalahan atau disebut dengan opini publik. Beberapa elemen yang ada dalam opini publik yakni: Opini publik bersifat kolektif Ide dan pendapat harus dikemukakan agar dapat dikatakan sebagai opini publik Opini harus disetujui oleh sebagian besar anggota dalam kelompok Suatu opini berfokus pada suatu isu atau topik Suatu topik harus merupakan interest tertentu terhadap suatu individu dalam grup Opini publik merupakan salah satu faktor penting dalam penentu keputusan karena banyaknya opini publik yang ada akan membentuk sebuah keputusan yang didasarkan dari beberapa opini tersebut. Salah satu kegiatan yang membutuhkan opini publik adalah komunikasi lingkungan karena berfungsi sebagai pengambil keputusan apa yang harus dilakukan terhadap lingkungan. Dengan adanya opini publik yang menjadi penentu dalam pengambilan keputusan, maka strategi yang akan direncanakan juga akan menjadi pasti. Ketika publik dan opini publik telah diketahui, maka perencanaan strategis akan menjadi lebih mudah agar pesan yang disampaikan tepat sasaran. Pemilihan media juga menjadi aspek dalam perencanaan strategis yang harus diperhatikan. Keberhasilan kampanye akan bergantung pada semua aspek yang terdapat dalam model komunikasi Laswell. 11 3. Komunikasi Lingkungan Salah satu cabang dalam perkembangan ilmu komunikasi adalah komunikasi lingkungan. Komunikasi lingkungan adalah cabang dari ilmu komunikasi yang menggunakan lingkungan sebagai objek dalam tindakan berkomunikasi, misalnya melalui kampanye, film, jurnalisme dan lainlain. Komunikasi lingkungan merupakan bidang multidisipliner yang memberikan pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari, dalam media, bisnis, bahkan pemerintahan.12 Saat ini makin banyak media yang memberitakan tentang penyelamatan lingkungan hidup, contohnya treehugger.com dan HuffPost Green (huffingtonpost.com/green). Selain itu adanya tayangan dokumenter tentang keadaan bumi saat ini semakin menunjukkan bahwa komunikasi lingkungan mulai diperhatikan. Apalagi saat ini dengan adanya media sosial dan situs online yang memberikan akses tak terbatas mengenai informasi tentang lingkungan hidup dan segala hal yang sedang terjadi di dunia ini membuat masyarakat lebih paham tentang keadaan lingkungan. Keadaan lingkungan yang semakin mengkhawatirkan ini yang memunculkan adanya komunikasi lingkungan. Bidang komunikasi dipilih karena komunikasi dianggap sebagai alat bantu dalam menyampaikan keadaan lingkungan baik melalui iklan maupun public speaking. Pemahaman tentang lingkungan, usaha untuk waspada dengan alam, untuk mengedukasi atau mempersuasi orang lain tanpa di dukung oleh bidang komunikasi tidak akan berhasil dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup. Komunikasi lingkungan perlu dilakukan karena lingkungan berimbas pada semua aspek kehidupan, karena pada dasarnya alam yang akan mengatur semua hidup kita. Hidup kita sangat tergantung dengan alam, sehingga komunikasi lingkungan sangat perlu diperhatikan sebagai 12 Cox, Robert. 2013. Environmental Communication and Public Sphere (Third Edition). London: SAGE Publishing. hal. 11 12 salah satu cabang dari ilmu komunikasi itu sendiri. Komunikasi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang berbagai macam hal yang berhubungan dengan penyampaian pesan dan bagaimana agar pesan tersebut mudah dicerna. Sementara yang terjadi saat ini banyaknya permasalahan lingkungan hidup membuat masyarakat sering kali bingung atau bahkan tidak tahu mengenai permasalahan yang sedang terjadi. Sedangkan alam yang sedang bermasalah tentu tidak dapat berbicara sendiri mengenai apa yang mereka rasakan. Oleh karena itu, peran ilmu komunikasi dianggap penting dalam permasalahan lingkungan karena ilmu komunikasi dianggap mampu untuk mempersuasi massa dan bisa menyampaikan permasalahan secara tepat kepada masyarakat. Sehingga permasalahan yang sedang terjadi di lingkungan saat ini dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat. Pesan yang sampai dan mudah diterima oleh masyarakat tentu membawa imbas yang baik bagi para aktivis lingkungan karena hal yang mereka khawatirkan soal lingkungan akhirnya bisa dipahami oleh masyarakat. Pengetahuan masyarakat mengenai permasalahan lingkungan hidup ini membawa dampak pada semakin banyaknya massa yang mendukung kampanye lingkungan hidup. Sehingga orang-orang bisa saling bekerja sama dalam menyelamatkan lingkungan. Aksi penyelamatan lingkungan hidup sering kali diidentikan dengan aksi simbolik, misalnya protes ke jalan, demonstrasi, bahkan Greenpeace juga membuat kampanye-kampanye unik yang disesuaikan dengan tema kampanye saat itu. Definisi komunikasi lingkungan harus secara gamblang di jelaskan, menurut Kenneth Burke (1966) menyatakan bahwa bahkan bahasa yang sangat tidak emosional sekalipun mengandung kata-kata yang persuasif. Hal ini disebabkan karena bahasa kita dan aksi simbolik lainnya memiliki pengaruh banyak seperti halnya ketika kita mengatakan sesuatu. Definisi yang jelas akan berpengaruh pada langkah 13 yang akan dilakukan mulai dari bahasa, seni, fotografi, aksi protes di jalan bahkan laporan ilmiah sebagai bentuk dari aksi simbolik.13 Pandangan komunikasi sebagai salah satu aksi simbolik dikemukakan secara berbeda oleh Claude Shannon dan Warren Weaver (1948) atau lebih dikenal dengan model komunikasi Shannon-Weaver. Setelah Perang Dunia II, Shannon-Weaver mengemukakan bahwa komunikasi merupakan sebuah proses yang terjadi karena adanya transmisi informasi dari sumber ke penerima pesan.14 Komunikasi lingkungan memiliki dua fungsi yakni fungsi pragmatis dan konstitutif. Fungsi pragmatis dari komunikasi lingkungan yakni mengedukasi, memberi sinyal, membujuk dan membantu dalam penyelesaian masalah yang sedang terjadi. Dengan fungsi ini, komunikasi lingkungan juga bisa digunakan sebagai alat untuk memberikan edukasi kepada publik. Sebagai contoh, fungsi pragmatis dari komunikasi lingkungan terjadi ketika suatu komunitas lingkungan hidup mengkampanyekan isu lingkungan hidup kepada suporter mereka. Fungsi lain dari komunikasi lingkungan adalah konstitutif.15 Salah satu bentuk penerapan komunikasi lingkungan adalah pelaksanaan kampanye lingkungan hidup. Saat ini banyak organisasi yang bergerak di lingkungan hidup, meskipun berasal dari latar belakang organisasi yang berbeda namun mereka memiliki satu tujuan yang sama yakni untuk mengkampanyekan isu lingkungan hidup. 4. Kampanye Lingkungan Hidup Dalam kampanye terdapat empat komponen utama yakni sasaran masif, efek tertentu, waktu tertentu dan teroganisir. Menurut Venus, 13 Burke, Kenneth. 1966. Language as Symbolic Action: Essays on Life, Literature and Method. Berkeley: University of California Press 14 “Shannon and Weaver Model of Communication.” Communication Theory. Diakses dari http://communicationtheory.org/shannon-and-weaver-model-of-communication/ 15 Cox. Op. Cit. hal. 19 14 kampanye adalah serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.16 Mengacu pada Perang Dunia II, stakeholders utama dalam sebuah kampanye adalah sekelompok sukarelawan, media massa dan pemerintah. Ketiga faktor ini saling berhubungan untuk menciptakan kampanye yang sukses. Media massa berperan sebagai penerbit dan menyebarluaskan sebuah berita yang dirasa penting untuk publik. Media juga mampu membuatkan kampanye yang efektif selama berabad-abad.17 Menurut Cox18, dalam melakukan kampanye terdapat beberapa komponen dasar yang perlu diperhatikan, yakni: 1. Objektif, diperlukan sebagai “jalan” untuk memudahkan dalam perencanaan kampanye karena objektif merujuk pada aksi atau pengambilan keputusan yang spesifik untuk menuju tujuan yang lebih luas. Beberapa kampanye yang sukses selalu terlebih dahulu mengetahui objektif dalam pelaksanaan kampanyenya. Ketika sebuah objektif sudah tercapai maka tujuan lainnya pun juga akan tercapai. 2. Audiens. Saat sebuah kampanye sudah mengetahui apa yang harus didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan pihak-pihak yang akan memeberikan respon atau audiens. Terdapat dua macam audiens yakni (1) audiens primer, bertindak sebagai pengambil keputusan yang memiliki wewenang untuk mengimplementasikan objektif pada sebuah kampanye, (2) audiens sekunder (audiens publik), adalah 16 Venus, Antar. 2004. Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media 17 Rice, Ronald E. Charles K. Atkin. 2001. Public Communication Campaigns (Third Edition). London: SAGE Publishing 18 Cox, Robert. 2013. Environmental Communication and Public Sphere (Third Edition). London: SAGE Publishing hal. 215 15 segmen publik yang beragam atau media. Audiens memegang peranan penting karena sebagai penerima pesan yang akhirnya akan menerima isi pesan tersebut (kampanye). 3. Strategi. Setelah objektif dan penerima pesan telah ditentukan kemudian menentukan cara agar audiens mau melakukan hal yang menjadi tujuan kampanye, yakni strategi. Strategi adalah cara untuk mempengaruhi audiens primer agar mau melakukan objektif kampanye. Jika strategi adalah langkah umum yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan, maka taktik merupakan langkah yang lebih spesifik dari strategi. Dalam strategi tentunya juga dibutuhkan pesan kampanye yang akan diusung. Pesan hanya sekelumit bagian dari kampanye namun memegang peranan yang sangat penting. Apabila pesan yang disampaikan asal-asalan maka tujuan dari kampanye pun tidak akan tercapai. Untuk melaksanakan kampanye komunikasi lingkungan juga tetap memperhatikan ketiga hal yang telah disebutkan sebelumnya karena merupakan elemen dasar dari kampanye. Tujuan dari komunikasi lingkungan tentu saja adalah untuk mengajak audiens untuk melakukan perubahan terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, pada setiap kampanye yang dilakukan Greenpeace, Greenpeace tidak melibatkan aksi kekerasan. Selain itu, kampanye yang dilakukan juga menggunakan media sosial. Dengan penggunaan media sosial sebagai salah satu media untuk kampanye, maka kampanye yang disebarkan bisa menjangkau para pendukung Greenpeace kapanpun dan dimanapun. Untuk mendukung aksinya dalam penyelamatan lingkungan hidup di Indonesia, Greenpeace Indonesia memiliki beberapa kota cabang salah satunya di Yogyakarta. Kampanye yang dilakukan oleh para GP Youth Indonesia regional Yogyakarta adalah mengenai kampanye tentang isu 16 lingkungan yang sedang hangat saat ini. Kampanye yang dilakukan oleh para relawan Greenpeace ini dilakukan tidak hanya melalui media online saja, namun juga melalui aksi langsung di lapangan. Aksi kampanye yang dilakukan oleh Greenpeace Youth Indonesia merupakan bagian dari kampanye yang dirancang oleh Greenpeace Indonesia. Dalam merancang aksi yang akan dilakukan, para volunteer juga tetap memperhatikan ketiga poin diatas. F. Kerangka Konsep 1. Strategi Komunikasi dalam Kampanye Lingkungan Hidup Mengacu pada kerangka pemikiran, terdapat beberapa penjelasan lebih lanjut mengenai komunikasi, strategi komunikasi, komunikasi lingkungan, dan kampanye lingkungan hidup. Dalam penelitian ini peneliti akan menganalisis mengenai strategi kampanye oleh Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta pada tahun 2014-2015. Setiap kampanye yang dilakukan oleh Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta memiliki tujuan tersendiri, untuk mencapai tujuan tersebut volunteer Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta menyusun strategi kampanye agar tujuan dari kampanye tercapai. Kampanye yang dilakukan oleh Greenpeace Indonesia dilaksanakan oleh para pendukung maupun volunteer Greenpeace Indonesia. Para volunteer Greenpeace Indonesia yang merupakan anak muda tergabung dalam Greenpeace Youth. Greenpeace Youth Indonesia terdapat di empat kota besar di Indonesia, salah satunya adalah Yogyakarta. Dalam pelaksanaan kampanyenya para volunteer dari Greenpeace Youth regional Yogyakarta melakukan serangkaian penelitian dan riset sebelum melaksanakan aksi langsung di lapangan sebagai bentuk dari strategi kampanye lingkungan hidup. Dalam perencanaan strategi terdapat lima komponen yang harus diperhatikan yakni “who, says what, in which channel, to whom, with what 17 effect”. Penerapan kelima komponen tersebut dalam strategi komunikasi kampanye Greenpeace Indonesia yakni: a. Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta sebagai pihak penyampai pesan/kampanye (who) b. Topik yang akan disampaikan yakni tentang penyelamatan lingkungan hidup (says what) c. Sebagai media penyampaian pesan/kampanye, Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta menggunakan berbagai media misalnya melalui terjun langsung ke lapangan, media sosial, website, newsletter dan buletin yang dikirim melalui e-mail (in which channel) d. Media-media ini akan menyasar audiens yang telah ditentukan oleh Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta baik kepada para masyarakat luas maupun supporter (to whom) e. Dengan adanya kampanye tersebut, Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta berharap orang-orang yang menerima pesan tersebut akan menjadi lebih sadar tentang keadaan lingkungan dan melakukan perubahan untuk menyelamatkan lingkungan (with what effect). Untuk mengetahui bagaimana kelima komponen tersebut diterapkan pada kampanye Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta, maka peneliti akan menganalisis dari kampanye yang telah dilakukan sebelumnya. Kemudian analisis dari kampanye-kampanye tersebut akan terlihat bagaimana strategi kampanye oleh Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta pada tahun 2014 – 2015. Melalui wawancara dan observasi yang dilakukan, diharapkan dapat menggambarkan bagaimana strategi yang dilakukan oleh volunteer Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta pada tahun 2014 – 2015. 18 G. Metodologi Penelitian ini akan mendiskripsikan secara lengkap dan sistematis tentang pemilihan dan pemetaan pesan-pesan yang dilakukan oleh Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta. Metode penelitian deskriptif dipilih karena metode ini mampu menjabarkan sebuah situasi dan mengidentifikasi masalah-masalah penelitian. Menurut Jalaluddin Rakhmat19, metode penelitian deskriptif merupakan suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan mengambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau objek penelitian suatu lembaga, masyarakat dan lain-lain. Dalam konteks penelitian ini, peneliti hanya memaparkan secara alamiah gejala yang terjadi di lapangan tanpa memberikan intervensi apapun pada objek penelitian. Metode penelitian deskriptif memiliki beberapa ciri yaitu: a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah actual b. Mengumpulkan data, menyusun, menjelaskan dan menganalisis data-data tersebut Dalam penelitian ini, peneliti akan mengumpulkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan kepada Rizky Arindiah dan Ibar Furqonul Akbar selaku koordinator Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta pada tahun 2014 dan 2015. a. Objek Objek dalam penelitian ini adalah strategi kampanye yang dilakukan oleh Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta selama tahun 2014-2015. Tahun ini dipilih karena pada tahun tersebut Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta kembali berjalan setelah vakum selama tahun 2013. Fenomena yang akan diteliti mencakup proses para Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta dalam melakukan 19 Rakhmat, Jalaluddin. 1993. Metode Penelitian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya hal. 37 19 perencanaan aksi kampanye, pelaksanaan sampai tahap evaluasi dalam kampanye yang dilakukan. b. Lokasi Penelitian: Penelitian akan dilakukan di basecamp Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta yang beralamat di daerah Sidomoyo, Godean, Sleman, Yogyakarta. c. Teknik Pengumpulan Data Observasi langsung: observasi dilakukan di basecamp Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta. Observasi dilakukan untuk memperoleh data-data lebih lengkap sehingga memudahkan untuk melakukan penelitian Studi pustaka: pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dan melihat arsip dokumen mengenai kampanye yang telah dilakukan oleh Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta sebelumnya. Dokumen dipilih karena pertama dokumen membantu memverifikasi ejaan dan judul atau nama yang benar dari organisasi-organisasi yang telah disinggung dalam wawancara. Kedua, dokumen dapat menambah rincian spesifik lainnya guna mendukung informasi dari sumber-sumber lain. Ketiga, inferensi dapat dibuat dari dokumen-dokumen20. Wawancara: untuk memperoleh informasi-informasi yang tidak diperoleh melalui observasi dan studi pustaka, sehingga akan mendapatkan lebih banyak data untuk penelitian. Narasumber wawancara adalah Rizqi Arindiah dan Ibar Furqonul Akbar sebagai Coordinator Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta pada tahun 2014 dan 2015. Wawancara dilakukan pada bulan November 2015 – Januari 2016 20 Yin, Robert K. 2008. Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hal. 104 20 d. Teknik Analisis Data Penelitian ini mengunakaan metode penelitian deskriptif, sesuai dengan prinsip penelitian deskriptif bahwa penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menghubungkan antar variable dan menguji hipotesis berdasarkan teori-teori tertentu. Hasil pengamatan yang diperoleh melalui proses wawacara dan observasi akan dijelaskan melalui laporan deskriptif dengan menggunakan analisis data kualitatif. Dengan dilakukannya analisis terhadap data yang didapatkan nantinya akan diperoleh gambaran mengenai kampanye lingkungan hidup yang dilakukan oleh Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta. 21