BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan lingkungan hidup menjadi salah satu isu yang
menarik perhatian beberapa kalangan di dunia. Munculnya isu-isu
lingkungan hidup yang semakin marak disebabkan oleh terjadinya krisis
lingkungan di berbagai belahan bumi. Indonesia sebagai salah satu negara
yang memiliki istilah sebagai jamrud khatuliswa, karena memiliki hutan
yang luas, justru pernah tercatat dalam World Guiness Book of Record
sebagai negara yang memiliki laju pengerusakan hutan tercepat di dunia.
Meskipun
pemerintah
Indonesia
telah
menyatakan
moratorium
(penanggulangan penebangan hutan) pada tahun 2011, ternyata hal
tersebut tidak berpengaruh. Sepanjang tahun 2000-2012, Indonesia
kehilangan 6.020.000 hektare per tahun1.
Selain dikenal dengan luas hutannya, Indonesia juga dikenal
memiliki berbagai macam keanekaragaman hayati yang melimpah di
negaranya. Namun sayangnya pertumbuhan di sektor ekonomi dan
industri, menyebabkan kerusakan lingkungan yang cukup besar2.
Perusahaan-perusahaan mulai mengeksploitasi hutan di Indonesia,
eksploitasi laut Indonesia, menghasilkan polusi dari asap pabrik.
Sayangnya banyak masyarakat yang masih memiliki kesadaran rendah
untuk menjaga lingkungan hidup. Oleh karena itu, mulai bermunculan
organisasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak untuk
menyelamatkan lingkungan hidup. Organisasi-organisasi ini bertujuan
1
El Fitra, Iggoy. Kerusakan Hutan Indonesia Terus Meningkat.
http://www.tempo.co/read/news/2014/07/01/095589444/Kerusakan-Hutan-Indonesia-TerusMeningkat
2
"Tentang Kami." Greenpeace Indonesia. Web. Diakses dari
http://www.greenpeace.org/seasia/id/about/
1
untuk memberitahukan masyarakat tentang isu-isu lingkungan hidup agar
masyarakat semakin sadar dengan keadaan lingkungan hidup saat ini.
Organisasi yang berlabel lingkungan hidup saat ini tidak hanya
berasal dari dalam negeri, ada pula organisasi internasional yang masuk ke
Indonesia dan melakukan aksi penyelamatan lingkungan hidup. Faktorfaktor yang mempengaruhi perkembangan organisasi internasional yakni,
pertama adanya istilah globalisasi yang membuat kekuasaan suatu negara
dipertanyakan. Kedua, kebebasan perseorangan yang dikeluarkan oleh
PBB dan European Union (EU) pada pertengahan abad-20. Ketiga, adanya
perlindungan individu dibawah hukum internasional.3
Salah satu organisasi lingkungan hidup internasional yang terdapat
Indonesia adalah Greenpeace. Greenpeace adalah organisasi global yang
bergerak di bidang penyelamatan lingkungan hidup yang memiliki 2,8 juta
pendukung di seluruh dunia dan memiliki kantor regional di 41 negara4,
salah satunya Indonesia. Greenpeace memiliki kantor pusat di Amsterdam,
Belanda. Di Asia Tenggara sendiri, atau yang sering disebut Greenpeace
South-East Asia (GPSEA), Greenpeace memiliki tiga kantor cabang
perwakilan, yakni di Thailand (pusat GPSEA), Filipina, dan Indonesia.
Greenpeace Indonesia telah melakukan aksi-aksi untuk berjuang
dalam lingkungan hidup mulai dari media sosial, kampanye, hingga aksi
terjun
langsung
ke
lapangan.
Dalam
memperjuangkan
aksinya,
Greenpeace Indonesia mengangkat isu-isu lingkungan hidup yang terjadi
di Indonesia. Beberapa kampanye yang gencar dilakukan Greenpeace
Indonesia antara lain kampanye tentang laut, hutan, detoks, iklim dan
energi.
3
Zweifel, Thomas D. 2006. International Organizations & Democracy. Colorado: Lynne Rienner
Publisher, Inc.
4
“Sejarah Greenpeace”. Greenpeace Indonesia. Diakses dari
http://www.greenpeace.org/seasia/id/about/sejarah-greenpeace/
2
Kampanye-kampanye yang dilakukan oleh Greenpeace Indonesia
didukung oleh adanya para aktivis kampanye dan sukarelawan (volunteer)
yang bekerja untuk Greenpeace Indonesia. Agar kampanye yang dilakukan
semakin luas tersebar dan diketahui oleh masyarakat maka aksi-aksi
kampanye ini tidak hanya dilakukan di satu kota saja. Terdapat beberapa
kota yang ditunjuk Greenpeace sebagai perwakilan antara lain adalah
Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Riau, Padang, Bali, Papua dan
Yogyakarta. Hal ini juga dilakukan karena masing-masing kota memiliki
permasalahan mengenai lingkungannya sendiri-sendiri.
Di Yogyakarta, Greenpeace Indonesia melakukan kampanye
dengan dibantu oleh para volunteer yang tergabung dalam Greenpeace
Indonesia unit Youth regional Yogyakarta. Greenpeace Youth Indonesia
(GP Youth Indonesia) adalah kegiatan relawan (volunteering) yang
dilakukan oleh sekumpulan pemuda yang telah mendaftar melalui website
Greenpeace Indonesia (www.greenpeace.org/seasia/id/) atau mendaftar
langsung. Greenpeace Youth Indonesia melakukan aksi terjun langsung ke
lapangan dalam tiap kampanyenya. Setiap aksi yang dilakukan oleh para
volunteer GP Youth Indonesia merupakan bagian dari kampanye yang
direncanakan oleh Greenpeace Indonesia. Beberapa kota yang menjadi
basis Greenpeace Youth Indonesia adalah Jakarta, Bandung, Semarang
dan Yogyakarta.
Tugas mereka yakni mengkampanyekan isu lingkungan yang
menjadi fokus Greenpeace Indonesia kepada masyarakat agar masyarakat
lebih paham dan mendukung kampanye yang dilakukan oleh Greenpeace
Indonesia, hingga akhirnya timbul kesadaran masyarakat untuk bersamasama menjaga bumi. Dengan tujuan yang dimiliki oleh GP Youth
Indonesia regional Yogyakarta untuk mengedukasi masyarakat Yogya
mengenai permasalahan lingkungan yang sedang terjadi maka dapat juga
dikatakan bahwa para volunteer berusaha melakukan sebuah perubahan.
3
Sebelum melakukan aksi kampanye, para volunteer GP Youth
Indonesia regional Yogyakarta melakukan perencanaan dan riset agar
kampanye yang akan dilakukan tepat sasaran. Kampanye yang dilakukan
oleh GP Youth regional Yogyakarta terbagi menjadi dua jenis, yakni
kampanye
yang
direncanakan
oleh
pusat
(GP
Indonesia)
serta
dilaksanakan oleh kota-kota representatif Greenpeace Youth di Indonesia,
serta kampanye yang seluruh perencanaan dan pelaksanaannya dilakukan
oleh volunteer GP Youth regional Yogyakarta. Beberapa faktor menjadi
poin penting dalam perencanaan kampanye, misalnya faktor demografis
dan psikografis masyarakat Yogyakarta.
Secara demografis, wilayah Yogya tidak memiliki sebuah
permasalahan lingkungan yang sangat menganggu, sehingga para
volunteer harus memikirkan strategi kampanye yang tepat agar isu
lingkungan yang akan mereka kampanyekan mau didengar oleh
masyarakat. Selain itu, psikografis masyarakat Yogyakarta juga menjadi
salah satu faktor dalam menentukan strategi kampanye yang akan dipakai
sehingga nantinya isu lingkungan yang akan dikampanyekan akan menarik
perhatian masyarakat Yogyakarta. Dalam penelitian ini penulis akan
membahas mengenai perencanaan strategi kampanye lingkungan hidup
yang dilakukan oleh Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta
selama tahun 2014 sebagai bentuk dari “kaum muda sebagai agen
perubahan sosial”
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas, rumusan penelitian
masalah ini adalah: “Bagaimana strategi kampanye lingkungan hidup yang
dilakukan oleh Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta?”
4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
mendeskripsikan strategi kampanye yang dilakukan oleh Greenpeace
Youth Indonesia regional Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Dari sisi akademis, penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam
memperkaya kajian ilmu komunikasi, khususnya dalam bidang strategi
komunikasi dalam kampanye yang terkait dengan isu-isu lingkungan hidup
Secara
praktis,
diharapkan
penelitian
ini
dapat
dijadikan
dokumentasi, masukan, maupun bahan evaluasi bagi Greenpeace Youth
Indonesia regional Yogyakarta dan dapat juga dijadikan referensi bagi
pihak-pihak terkait atau tertarik dengan permasalahan yang diteliti.
E. Kerangka Pemikiran
Greenpeace merupakan salah satu organisasi yang bergerak di
bidang penyelamatan lingkungan hidup. Di Indonesia, Greenpeace telah
membuka kantor perwakilannya sebagai cabang dari Greenpeace SouthEast Asia (GPSEA). Sebagai salah satu organisasi yang bergerak di bidang
lingkungan hidup, Greenpeace Indonesia juga selalu melakukan aksi-aksi
untuk mengkampanyekan isu lingkungan hidup yang terjadi dengan
maksud agar masyarakat mengetahui tentang isu lingkungan yang sedang
terjadi dan berharap mendapatkan dukungan dari aksinya tersebut. Untuk
operasional kegiatan kampanye dan lainnya, Greenpeace didukung oleh
para supporters5 yang memberikan donasi sejumlah tertentu setiap
bulannya. Sedangkan dalam aksi kampanyenya Greenpeace didukung oleh
beberapa aktivis dan sukarelawan (volunteer) yang memiliki basis di
empat kota di Indonesia yakni Jakarta, Bandung, Semarang dan
5
Pendukung Greenpeace yang mendonasikan sejumlah uang setiap bulannya untuk kegiatan
operasional Greenpeace
5
Yogyakarta yang disebut dengan Greenpeace Youth Indonesia. Dalam
setiap kampanye yang dilakukan oleh volunteer harus sesuai dengan tema
yang diusung oleh Greenpeace Indonesia, namun pelaksanaannya
diserahkan kepada masing-masing kota
1. Komunikasi
Komunikasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia
yang berguna untuk mendapatkan informasi. Proses komunikasi
melibatkan dua orang atau lebih dan menggunakan media sebagai
penyampai pesan sehingga tercapai sebuah keputusan. Kata komunikasi
atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin yakni
communis yang berarti “sama” atau “menjadi milik bersama. Komunikasi
dilakukan untuk memperoleh informasi, memberikan pendapat, menghibur
orang lain dan lain-lain. Menurut Gordon I. Zimmerman membagi tujuan
komunikasi menjadi dua kategori besar. Pertama, komunikasi dilakukan
untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita.
Kedua, komunikasi dilakukan untuk menciptakan dan memupuk hubungan
dengan orang lain. Dari kedua tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa
komunikasi mempunyai fungsi isi, yang melibatkan pertukaran informasi
yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan fungsi hubungan yang
melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita
dengan orang lain.6
Berbicara mengenai komunikasi, salah satu model komunikasi
yang sangat dikenal adalah model Shannon-Weaver (1949). Menurut
Sereno dan Mortensen, suatu model komunikasi merupakan deskripsi ideal
mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi7. Model
adalah gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori.
6
Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya hal.
4
7
Cassata, Mary B & Moleffi K. Asante. 1979. Mass Communication: Principles and Practices. New
York: Macmillan hal. 63-64
6
Dalam bukunya, Fiske mengungkapkan bahwa Metode Shannon-Weave
sebagai salah satu dasar berkembangnya ilmu komunikasi8. Metode
Shannon-Weaver menunjukkan proses linear sederhana dari komunikasi,
dimulai dari pesan yang akan disampaikan hingga pesan tersebut sampai
kepada penerima, namun dalam prosesnya juga terdapat noise yang
mungkin akan menganggu.
Gambar 1.1: Model komunikasi Shannon-Weaver
Shannon-Weaver mengidentifikasi tiga tingkatan permasalahan
yang terjadi dalam ilmu komunikasi. Ketiga tingkatan tersebut adalah9:
Tingkat
Permasalahan
Tingkat A
Seberapa akurat sebuah simbol
(permasalahan teknis)
Tingkat B
dapat mentransmisikan komunikasi?
Seberapa tepat simbol yang
ditransmisikan menyampaikan
8
Fiske, John. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi (Edisi Ketiga). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
hal. 9
9
Fiske, John. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi (Edisi Ketiga). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
hal. 10-12
7
(permasalahan semantik)
pesan yang diinginkan?
Tingkat C
Seberapa efektif makna yang
(permasalahan keefektifan)
diterima mempengaruhi perilaku
seperti yang diinginkan?
Tiap-tiap tingkatan ini memiliki kekurangan dan kelebihan masingmasing. Pada tingkat A adalah yang paling mudah dipahami dan
merupakan asal mula pengembangan model sebagai upaya menjelaskan
proses komunikasi. Tingkat B, mudah untuk dipahami namun sulit untuk
dipecahkan dan mencakup makna kata sampai dengan makna foto. Latar
belakang budaya juga berpengaruh pada tingkat B. Sedangkan pada
tingkat C, pada awalnya seperti terlihat seperti Shannon-Weaver
memandang komunikasi sebagai manipulasi atau propaganda. Mereka
menyatakan bahwa ketiga permasalahan tersebut tidak benar-benar
terpisah satu sama lain, namun masih memiliki kesinambungan satu sama
lain. Inti dari mempelajari ketiga tingkatan diatas adalah untuk memahami
bagaimana meningkatkan akurasi dan efisiensi dari proses komunikasi.
Selain model Shannon-Weaver, salah satu model yang banyak di
kutip secara luas dalam bidang ilmu komunikasi adalah model Laswell
(1948). Dalam komunikasi massa, metode Laswell yang dikenal adalah
“who says what in which channel to whom with what effect”. Dalam
metode ini Laswell mengemukakan bahwa aspek-aspek (komunikator, isi
pesan, media yang digunakan, komunikan, efek yang terjadi) dapat
berpengaruh dalam proses komunikasi. Masing-masing aspek tersebut
dapat memberikan efek tertentu pada hasil akhir dari komunikasi,
penginterpretasian pesan.
Melihat dari kedua model komunikasi yang sudah dikemukakan
diatas dan melihat bahwa tujuan dari berkomunikasi adalah pertukaran
8
makna maka diperlukan beberapa perencaanan agar kegiatan komunikasi
yang dilakukan mencapai tujuan tersebut. Dalam model Laswell juga
diungkapkan bahwa aspek-aspek dalam komunikasi
massa akan
berpengaruh pada proses dan hasil komunikasi itu sendiri, maka penentuan
aspek-aspek tersebut juga harus dilakukan secara tepat, atau disebut
dengan strategi komunikasi.
2. Strategi Kampanye
Untuk mengtetahui mengenai strategi kampanye, terlebih dahulu
membahas tentang strategi komunikasi. Strategi komunikasi pada
hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management)
untuk mencapai satu tujuan. Strategi komunikasi merupakan paduan dari
perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai
suatu tujuan10. Dengan adanya tujuan yang akan dicapai maka akan
memudahkan
perencana
komunikasi
strategis
untuk
merancang
perencanaan yang pas sehingga tujuan mudah tercapai. Untuk menentukan
strategi komunikasi yang pas, terdapat beberapa komponen yang harus
diperhatikan. Menurut Lasswell, komponen tersebut adalah:

Who (siapa sumbernya)

Says what (apa yang disampaikan)

In which channel (melalui media apa)

To whom (siapa sasarannya)

With what effect (apa pengaruhnya)
Dalam komunikasi strategis, kelima komponen yang dikemukakan
oleh Harold D. Lasswell harus mendapat perhatian yang tepat dan cermat
10
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya hal. 301
9
karena menyasar target orang banyak. Seperti halnya kampanye yang
dilakukan oleh Greenpeace Indonesia yang menyasar orang banyak, model
Laswell sangat efektif untuk menentukan strategi yang harus dilakukan
agar kampanye yang dilaksakan akan tepat sasaran.
Adanya strategi komunikasi yang diterapkan oleh Greenpeace
Indonesia dalam kampanyenya terhadap pada pendukung, maka akan
memunculkan opini publik. Opini publik adalah kumpulan keyakinan,
sikap dan pendapat yang dikemukakan oleh individu mayoritas dalam
suatu kelompok tertentu atau masyarakat tentang masalah atau topik yang
menarik bagi mereka.11 Opini publik terbentuk dari persepsi masyarakat
terhadap suatu permasalahan tertentu, persepsi yang muncul menimbulkan
suatu pendapat atau tindakan yang dilakukan oleh masyarakat/publik.
Menurut Pat Jackson (1990) dalam Wilson, mengetahui apa yan dipikirkan
oleh publik dapat membantu dalam memprediksi apa yang akan mereka
lakukan. Berikut adalah model perilaku public relation yang dikemukakan
oleh Pat Jackson
Awareness
Latent
Readiness to
Act
Triggering
Event
Behavior
Gambar 1.2: model perilaku public relation Pat Jackson
Pada fase “awareness” (penyadaran) adalah waktu ketika proses
komunikasi tersebut berjalan. Mulai dari publisitas, iklan dan bentuk dari
komunikasi lainnya akan meningkatkan fase “awareness”. Setelah publik
mulai sadar, maka langkah selanjutnya adalah kesiapan untuk bertindak
(latent readiness to act). Hal yang bisa membuat publik mulai bertindak
adalah adanya “triggering event”. Triggering event adalah kegiatan yang
11
Wilson, Laurie J. & Joseph D. Odgen. 2000. Strategic Communications Planning for Effective
Public Relations and Marketing (Fifth Edition). Dubuque: Kendall Hunt Publishing hal. 20
10
mengubah kesiapan untuk bertindak menjadi sebuah tindakan/kebiasaan
(behavior). Dari tindakan yang dilakukan oleh publik, akhirnya akan
membuat sebuah kebiasaan. Kebiasaan-kebiasaan inilah yang akhirnya
akan berpengaruh pada pola pikir publik terhadap suatu permasalahan atau
disebut dengan opini publik. Beberapa elemen yang ada dalam opini
publik yakni:

Opini publik bersifat kolektif

Ide dan pendapat harus dikemukakan agar dapat dikatakan sebagai
opini publik

Opini harus disetujui oleh sebagian besar anggota dalam kelompok

Suatu opini berfokus pada suatu isu atau topik

Suatu topik harus merupakan interest tertentu terhadap suatu
individu dalam grup
Opini publik merupakan salah satu faktor penting dalam penentu
keputusan karena banyaknya opini publik yang ada akan membentuk
sebuah keputusan yang didasarkan dari beberapa opini tersebut. Salah satu
kegiatan yang membutuhkan opini publik adalah komunikasi lingkungan
karena berfungsi sebagai pengambil keputusan apa yang harus dilakukan
terhadap lingkungan. Dengan adanya opini publik yang menjadi penentu
dalam pengambilan keputusan, maka strategi yang akan direncanakan juga
akan menjadi pasti.
Ketika publik dan opini publik telah diketahui, maka perencanaan
strategis akan menjadi lebih mudah agar pesan yang disampaikan tepat
sasaran. Pemilihan media juga menjadi aspek dalam perencanaan strategis
yang harus diperhatikan. Keberhasilan kampanye akan bergantung pada
semua aspek yang terdapat dalam model komunikasi Laswell.
11
3. Komunikasi Lingkungan
Salah satu cabang dalam perkembangan ilmu komunikasi adalah
komunikasi lingkungan. Komunikasi lingkungan adalah cabang dari ilmu
komunikasi yang menggunakan lingkungan sebagai objek dalam tindakan
berkomunikasi, misalnya melalui kampanye, film, jurnalisme dan lainlain. Komunikasi lingkungan merupakan bidang multidisipliner yang
memberikan pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari, dalam media,
bisnis, bahkan pemerintahan.12
Saat ini makin banyak media yang memberitakan tentang
penyelamatan lingkungan hidup, contohnya treehugger.com dan HuffPost
Green (huffingtonpost.com/green). Selain itu adanya tayangan dokumenter
tentang keadaan bumi saat ini semakin menunjukkan bahwa komunikasi
lingkungan mulai diperhatikan. Apalagi saat ini dengan adanya media
sosial dan situs online yang memberikan akses tak terbatas mengenai
informasi tentang lingkungan hidup dan segala hal yang sedang terjadi di
dunia ini membuat masyarakat lebih paham tentang keadaan lingkungan.
Keadaan
lingkungan
yang
semakin
mengkhawatirkan
ini
yang
memunculkan adanya komunikasi lingkungan. Bidang komunikasi dipilih
karena komunikasi dianggap sebagai alat bantu dalam menyampaikan
keadaan lingkungan baik melalui iklan maupun public speaking.
Pemahaman tentang lingkungan, usaha untuk waspada dengan alam, untuk
mengedukasi atau mempersuasi orang lain tanpa di dukung oleh bidang
komunikasi tidak akan berhasil dalam upaya penyelamatan lingkungan
hidup.
Komunikasi lingkungan perlu dilakukan karena lingkungan
berimbas pada semua aspek kehidupan, karena pada dasarnya alam yang
akan mengatur semua hidup kita. Hidup kita sangat tergantung dengan
alam, sehingga komunikasi lingkungan sangat perlu diperhatikan sebagai
12
Cox, Robert. 2013. Environmental Communication and Public Sphere (Third Edition). London:
SAGE Publishing. hal. 11
12
salah satu cabang dari ilmu komunikasi itu sendiri. Komunikasi
merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang berbagai macam hal
yang berhubungan dengan penyampaian pesan dan bagaimana agar pesan
tersebut mudah dicerna. Sementara yang terjadi saat ini banyaknya
permasalahan lingkungan hidup membuat masyarakat sering kali bingung
atau bahkan tidak tahu mengenai permasalahan yang sedang terjadi.
Sedangkan alam yang sedang bermasalah tentu tidak dapat berbicara
sendiri mengenai apa yang mereka rasakan. Oleh karena itu, peran ilmu
komunikasi dianggap penting dalam permasalahan lingkungan karena ilmu
komunikasi dianggap mampu untuk mempersuasi massa dan bisa
menyampaikan permasalahan secara tepat kepada masyarakat. Sehingga
permasalahan yang sedang terjadi di lingkungan saat ini dapat dengan
mudah diterima oleh masyarakat. Pesan yang sampai dan mudah diterima
oleh masyarakat tentu membawa imbas yang baik bagi para aktivis
lingkungan karena hal yang mereka khawatirkan soal lingkungan akhirnya
bisa dipahami oleh masyarakat. Pengetahuan masyarakat mengenai
permasalahan lingkungan hidup ini membawa dampak pada semakin
banyaknya massa yang mendukung kampanye lingkungan hidup. Sehingga
orang-orang bisa saling bekerja sama dalam menyelamatkan lingkungan.
Aksi penyelamatan lingkungan hidup sering kali diidentikan
dengan aksi simbolik, misalnya protes ke jalan, demonstrasi, bahkan
Greenpeace juga membuat kampanye-kampanye unik yang disesuaikan
dengan tema kampanye saat itu. Definisi komunikasi lingkungan harus
secara gamblang di jelaskan, menurut Kenneth Burke (1966) menyatakan
bahwa bahkan bahasa yang sangat tidak emosional sekalipun mengandung
kata-kata yang persuasif. Hal ini disebabkan karena bahasa kita dan aksi
simbolik lainnya memiliki pengaruh banyak seperti halnya ketika kita
mengatakan sesuatu. Definisi yang jelas akan berpengaruh pada langkah
13
yang akan dilakukan mulai dari bahasa, seni, fotografi, aksi protes di jalan
bahkan laporan ilmiah sebagai bentuk dari aksi simbolik.13
Pandangan
komunikasi
sebagai
salah
satu
aksi
simbolik
dikemukakan secara berbeda oleh Claude Shannon dan Warren Weaver
(1948) atau lebih dikenal dengan model komunikasi Shannon-Weaver.
Setelah Perang Dunia II, Shannon-Weaver mengemukakan bahwa
komunikasi merupakan sebuah proses yang terjadi karena adanya
transmisi informasi dari sumber ke penerima pesan.14
Komunikasi lingkungan memiliki dua fungsi yakni fungsi
pragmatis dan konstitutif. Fungsi pragmatis dari komunikasi lingkungan
yakni mengedukasi, memberi sinyal, membujuk dan membantu dalam
penyelesaian masalah yang sedang terjadi. Dengan fungsi ini, komunikasi
lingkungan juga bisa digunakan sebagai alat untuk memberikan edukasi
kepada publik. Sebagai contoh, fungsi pragmatis dari komunikasi
lingkungan
terjadi
ketika
suatu
komunitas
lingkungan
hidup
mengkampanyekan isu lingkungan hidup kepada suporter mereka. Fungsi
lain dari komunikasi lingkungan adalah konstitutif.15 Salah satu bentuk
penerapan
komunikasi
lingkungan
adalah
pelaksanaan
kampanye
lingkungan hidup. Saat ini banyak organisasi yang bergerak di lingkungan
hidup, meskipun berasal dari latar belakang organisasi yang berbeda
namun
mereka
memiliki
satu
tujuan
yang
sama
yakni
untuk
mengkampanyekan isu lingkungan hidup.
4. Kampanye Lingkungan Hidup
Dalam kampanye terdapat empat komponen utama yakni sasaran
masif, efek tertentu, waktu tertentu dan teroganisir. Menurut Venus,
13
Burke, Kenneth. 1966. Language as Symbolic Action: Essays on Life, Literature and Method.
Berkeley: University of California Press
14
“Shannon and Weaver Model of Communication.” Communication Theory. Diakses dari
http://communicationtheory.org/shannon-and-weaver-model-of-communication/
15
Cox. Op. Cit. hal. 19
14
kampanye adalah serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan
tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang
dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.16
Mengacu pada Perang Dunia II, stakeholders utama dalam sebuah
kampanye adalah sekelompok sukarelawan, media massa dan pemerintah.
Ketiga faktor ini saling berhubungan untuk menciptakan kampanye yang
sukses. Media massa berperan sebagai penerbit dan menyebarluaskan
sebuah berita yang dirasa penting untuk publik. Media juga mampu
membuatkan kampanye yang efektif selama berabad-abad.17
Menurut Cox18, dalam melakukan kampanye terdapat beberapa
komponen dasar yang perlu diperhatikan, yakni:
1. Objektif, diperlukan sebagai “jalan” untuk memudahkan dalam
perencanaan kampanye karena objektif merujuk pada aksi atau
pengambilan keputusan yang spesifik untuk menuju tujuan
yang lebih luas. Beberapa kampanye yang sukses selalu
terlebih dahulu mengetahui objektif dalam pelaksanaan
kampanyenya. Ketika sebuah objektif sudah tercapai maka
tujuan lainnya pun juga akan tercapai.
2. Audiens. Saat sebuah kampanye sudah mengetahui apa yang
harus
didapatkan,
maka
langkah
selanjutnya
adalah
menentukan pihak-pihak yang akan memeberikan respon atau
audiens. Terdapat dua macam audiens yakni (1) audiens
primer, bertindak sebagai pengambil keputusan yang memiliki
wewenang untuk mengimplementasikan objektif pada sebuah
kampanye, (2) audiens sekunder (audiens publik), adalah
16
Venus, Antar. 2004. Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam
Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
17
Rice, Ronald E. Charles K. Atkin. 2001. Public Communication Campaigns (Third Edition).
London: SAGE Publishing
18
Cox, Robert. 2013. Environmental Communication and Public Sphere (Third Edition). London:
SAGE Publishing hal. 215
15
segmen publik yang beragam atau media. Audiens memegang
peranan penting karena sebagai penerima pesan yang akhirnya
akan menerima isi pesan tersebut (kampanye).
3. Strategi. Setelah objektif dan penerima pesan telah ditentukan
kemudian menentukan cara agar audiens mau melakukan hal
yang menjadi tujuan kampanye, yakni strategi. Strategi adalah
cara untuk mempengaruhi audiens primer agar mau melakukan
objektif kampanye. Jika strategi adalah langkah umum yang
harus
dilakukan
untuk
mencapai
tujuan,
maka
taktik
merupakan langkah yang lebih spesifik dari strategi. Dalam
strategi tentunya juga dibutuhkan pesan kampanye yang akan
diusung. Pesan hanya sekelumit bagian dari kampanye namun
memegang peranan yang sangat penting. Apabila pesan yang
disampaikan asal-asalan maka tujuan dari kampanye pun tidak
akan tercapai.
Untuk melaksanakan kampanye komunikasi lingkungan juga tetap
memperhatikan ketiga hal yang telah disebutkan sebelumnya karena
merupakan elemen dasar dari kampanye. Tujuan dari komunikasi
lingkungan tentu saja adalah untuk mengajak audiens untuk melakukan
perubahan terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, pada setiap kampanye
yang dilakukan Greenpeace, Greenpeace tidak melibatkan aksi kekerasan.
Selain itu, kampanye yang dilakukan juga menggunakan media sosial.
Dengan penggunaan media sosial sebagai salah satu media untuk
kampanye, maka kampanye yang disebarkan bisa menjangkau para
pendukung Greenpeace kapanpun dan dimanapun.
Untuk mendukung aksinya dalam penyelamatan lingkungan hidup
di Indonesia, Greenpeace Indonesia memiliki beberapa kota cabang salah
satunya di Yogyakarta. Kampanye yang dilakukan oleh para GP Youth
Indonesia regional Yogyakarta adalah mengenai kampanye tentang isu
16
lingkungan yang sedang hangat saat ini. Kampanye yang dilakukan oleh
para relawan Greenpeace ini dilakukan tidak hanya melalui media online
saja, namun juga melalui aksi langsung di lapangan. Aksi kampanye yang
dilakukan oleh Greenpeace Youth Indonesia merupakan bagian dari
kampanye yang dirancang oleh Greenpeace Indonesia. Dalam merancang
aksi yang akan dilakukan, para volunteer juga tetap memperhatikan ketiga
poin diatas.
F. Kerangka Konsep
1. Strategi Komunikasi dalam Kampanye Lingkungan Hidup
Mengacu pada kerangka pemikiran, terdapat beberapa penjelasan
lebih lanjut mengenai komunikasi, strategi komunikasi, komunikasi
lingkungan, dan kampanye lingkungan hidup. Dalam penelitian ini peneliti
akan menganalisis mengenai strategi kampanye oleh Greenpeace Youth
Indonesia regional Yogyakarta pada tahun 2014-2015. Setiap kampanye
yang dilakukan oleh Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta
memiliki tujuan tersendiri, untuk mencapai tujuan tersebut volunteer
Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta menyusun strategi
kampanye agar tujuan dari kampanye tercapai. Kampanye yang dilakukan
oleh Greenpeace Indonesia dilaksanakan oleh para pendukung maupun
volunteer Greenpeace Indonesia. Para volunteer Greenpeace Indonesia
yang merupakan anak muda tergabung dalam Greenpeace Youth.
Greenpeace Youth Indonesia terdapat di empat kota besar di Indonesia,
salah satunya adalah Yogyakarta. Dalam pelaksanaan kampanyenya para
volunteer dari Greenpeace Youth regional Yogyakarta melakukan
serangkaian penelitian dan riset sebelum melaksanakan aksi langsung di
lapangan sebagai bentuk dari strategi kampanye lingkungan hidup.
Dalam perencanaan strategi terdapat lima komponen yang harus
diperhatikan yakni “who, says what, in which channel, to whom, with what
17
effect”. Penerapan kelima komponen tersebut dalam strategi komunikasi
kampanye Greenpeace Indonesia yakni:
a. Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta sebagai pihak
penyampai pesan/kampanye (who)
b. Topik yang akan disampaikan yakni tentang penyelamatan lingkungan
hidup (says what)
c. Sebagai
media penyampaian pesan/kampanye, Greenpeace
Youth
Indonesia regional Yogyakarta menggunakan berbagai media misalnya
melalui terjun langsung ke lapangan, media sosial, website, newsletter dan
buletin yang dikirim melalui e-mail (in which channel)
d. Media-media ini akan menyasar audiens yang telah ditentukan oleh
Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta baik kepada para
masyarakat luas maupun supporter (to whom)
e. Dengan adanya kampanye tersebut, Greenpeace Youth Indonesia regional
Yogyakarta berharap orang-orang yang menerima pesan tersebut akan
menjadi lebih sadar tentang keadaan lingkungan dan melakukan perubahan
untuk menyelamatkan lingkungan (with what effect).
Untuk
mengetahui
bagaimana
kelima
komponen
tersebut
diterapkan pada kampanye Greenpeace Youth Indonesia regional
Yogyakarta, maka peneliti akan menganalisis dari kampanye yang telah
dilakukan sebelumnya. Kemudian analisis dari kampanye-kampanye
tersebut akan terlihat bagaimana strategi kampanye oleh Greenpeace
Youth Indonesia regional Yogyakarta pada tahun 2014 – 2015. Melalui
wawancara
dan
observasi
yang
dilakukan,
diharapkan
dapat
menggambarkan bagaimana strategi yang dilakukan oleh volunteer
Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta pada tahun 2014 –
2015.
18
G. Metodologi
Penelitian ini akan mendiskripsikan secara lengkap dan sistematis
tentang pemilihan dan pemetaan pesan-pesan yang dilakukan oleh
Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta. Metode penelitian
deskriptif dipilih karena metode ini mampu menjabarkan sebuah situasi
dan mengidentifikasi masalah-masalah penelitian. Menurut Jalaluddin
Rakhmat19, metode penelitian deskriptif merupakan suatu prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan mengambarkan atau
melukiskan keadaan subyek atau objek penelitian suatu lembaga,
masyarakat dan lain-lain. Dalam konteks penelitian ini, peneliti hanya
memaparkan secara alamiah gejala yang terjadi di lapangan tanpa
memberikan intervensi apapun pada objek penelitian. Metode penelitian
deskriptif memiliki beberapa ciri yaitu:
a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah actual
b. Mengumpulkan data, menyusun, menjelaskan dan menganalisis
data-data tersebut
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengumpulkan data-data yang
diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan kepada Rizky Arindiah dan
Ibar Furqonul Akbar selaku koordinator Greenpeace Youth Indonesia
regional Yogyakarta pada tahun 2014 dan 2015.
a. Objek
Objek dalam penelitian ini adalah strategi kampanye yang
dilakukan oleh Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta selama
tahun 2014-2015. Tahun ini dipilih karena pada tahun tersebut Greenpeace
Youth Indonesia regional Yogyakarta kembali berjalan setelah vakum
selama tahun 2013. Fenomena yang akan diteliti mencakup proses para
Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta dalam melakukan
19
Rakhmat, Jalaluddin. 1993. Metode Penelitian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya hal. 37
19
perencanaan aksi kampanye, pelaksanaan sampai tahap evaluasi dalam
kampanye yang dilakukan.
b. Lokasi Penelitian:
Penelitian akan dilakukan di basecamp Greenpeace Youth
Indonesia regional Yogyakarta yang beralamat di daerah Sidomoyo,
Godean, Sleman, Yogyakarta.
c. Teknik Pengumpulan Data

Observasi langsung: observasi dilakukan di basecamp Greenpeace
Youth Indonesia regional Yogyakarta. Observasi dilakukan untuk
memperoleh data-data lebih lengkap sehingga memudahkan untuk
melakukan penelitian

Studi pustaka: pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dan
melihat arsip dokumen mengenai kampanye yang telah dilakukan
oleh
Greenpeace
Youth
Indonesia
regional
Yogyakarta
sebelumnya. Dokumen dipilih karena pertama dokumen membantu
memverifikasi ejaan dan judul atau nama yang benar dari
organisasi-organisasi yang telah disinggung dalam wawancara.
Kedua, dokumen dapat menambah rincian spesifik lainnya guna
mendukung informasi dari sumber-sumber lain. Ketiga, inferensi
dapat dibuat dari dokumen-dokumen20.

Wawancara: untuk memperoleh informasi-informasi yang tidak
diperoleh melalui observasi dan studi pustaka, sehingga akan
mendapatkan lebih banyak data untuk penelitian. Narasumber
wawancara adalah Rizqi Arindiah dan Ibar Furqonul Akbar sebagai
Coordinator Greenpeace Youth Indonesia regional Yogyakarta
pada tahun 2014 dan 2015. Wawancara dilakukan pada bulan
November 2015 – Januari 2016
20
Yin, Robert K. 2008. Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hal. 104
20
d. Teknik Analisis Data
Penelitian ini mengunakaan metode penelitian deskriptif, sesuai
dengan prinsip penelitian deskriptif bahwa
penelitian ini
tidak
dimaksudkan untuk menghubungkan antar variable dan menguji hipotesis
berdasarkan teori-teori tertentu. Hasil pengamatan yang diperoleh melalui
proses wawacara dan observasi akan dijelaskan melalui laporan deskriptif
dengan menggunakan analisis data kualitatif. Dengan dilakukannya
analisis terhadap data yang didapatkan nantinya akan diperoleh gambaran
mengenai kampanye lingkungan hidup yang dilakukan oleh Greenpeace
Youth Indonesia regional Yogyakarta.
21
Download