Modul Psikologi Pendidikan [TM1]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
PENGANTAR PSIKOLOGI
PENDIDIKAN; HISTORI DAN
RISET.
Fakultas
Program Studi
PSIKOLOGI
PSIKOLOGI
2014
1
Tatap Muka
Kode MK
01
Disusun Oleh
Fahrul Rozi, M.Si
Abstract
Kompetensi
Psikologi pendidikan terbentuk dan
berkembang berdasarkaan ide dari
para ahli psikologi yang membahas
tentang pendidikan berdasarkan
perspektif psikologi dan bagaimana
mereka melakukan riset.
Mahasiswa dapat mendefinisikan
psikologi pendidikan, menjelaskan
sejarah terbentuknya dan metode riset
yang dapat digunakan dalam psikologi
pendidikan.
Psikologi Pendidikan
Fahrul Rozi. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pengantar Psikilogi Pendidikan
psikologi pendidikan merupakan salah satu bagian ilmu psikologi yang menerapkan
prinsip dan teknik psikologi dalam dunia pendidikan guna memperoleh arahan dan
solusi atas permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan.
Pada modul ini dibahas tentang psikologi pendidikan, baik dari definisi maupun peran
psikologi dalam dunia pendidikan. Terlebih dahulu kita akan membahas tentang psikologi
dari padanan kata. Psikologi pendidikan berasal dari dua padanan kata yaitu psikologi dan
pendidikan. Psikologi adalah studi ilmiah tentang perilaku dan proses mental. Psikologi
pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami
pelajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan (Santrock, 2007). Psikologi
Pendidikan salah satu disiplin ilmu yang berkembang sangat pesat yang berkaitan dengan
deskripsi, penjelasan dan pengendalian proses pendidikan yang timbul dari interaksi antara
guru dan peserta didik dalam konteks tertentu (Patil, 2009). Konsep psikologi pendidikan
berubah sebagai akibat dari dampak umum berbagai disiplin ilmu seperti sosiologi,
antropologi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Penekanannya lebih meniitikberatkan
pada proses pendidikan, lingkungan, peserta didik dan guru
.
A. Definisi Psikologi Pendidikan
Henry Clay Lindgren (1976, dalam Patil, 2009) menjelaskan bahwa psikologi
pendidikan memiliki
tiga “eleman” atau “daerah focal” yatitu peserta didik, proses
pembelajaran dan situasi belajar (There are three elements of focal areas in educational
psychologist and teachers, the learner, the learning process and the learning situation).
Pelajar atau peserta didik yang dimaksud dalam definisi ini adalah siswa atau murid yang
secara individual dan kolektif menjadi bagian dari kelompok ruang kelas. Proses
pembelajaran merupakan daerah lain yang signifikan untuk studi oleh psikolog pendidikan.
Elemen yang ketiga, situasi belajar merupakan proses pendidikan yang mewujudkan
lingkungan di mana pelajar menemukan jati dirinya dan di mana terjadi proses pembelajaran
(Patil, 2009).
Psikologi pendidikan merupakan cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri
pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan
(Santrock, 2007). Definisi yang gagas oleh Santrock (2007,2009) menenitikberatkan pada
proses belajar mengajar di lingkungan pendididkan. Proses belajar mengajar tidak akan
terlepas dari peserta didik, proses pembelajaran dan situasi belajar yang juga dikemukakan
oleh Henry Clay Lindgren (1976, dalam Patil, 2009).
2014
2
Psikologi Pendidikan
Fahrul Rozi. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
B. Latar Belakang Histori
Kajian tentang psikologi pendidikan bermula dari beberapa tokoh-tokoh psikologi
sebelum awal abad 20. Ada beberapa perintis yang membahas pendidikan dalam kajian
mereka tentang psikologi (Santrock, 2007):
1. Willam James (1842-1910). Tokoh psikologi ini
berperan besar munculnya
pembahasan psikologi yang berkaitan dengan pendidikan anak. Dalam kuliahnya yang
bertajuk “Talks to Teacher”, William james menegaskan pentingnya mengetahui cara
pembelajaran yang efektif di kelas, bukan hanya memberikan pengetahuan dan
pemahaman kepada siswa, akan tetapi berupaya meningkatkan atau memperluas
cakrawala dan wawasan pemikiran anak.
2. John Dewey (1859-1952). Tokoh ini berperan besar terbentuknya psikologi pendidikan.
John Dewey menjadi motor penggerak bagimana mengaplikasikan psikologi dalam tingkat
praktis. Karya-karya beliau yang mengisnpirasi tokoh lainnya dalam memandang pendidikan
pada perspektif psikologi. Karya beliau yang pertama, bahwa anak dipandang sebagai
pembelajar yang aktif (active learner). Anak dapat belajar lebih baik jika mereka aktif
dibandingkan dengan mereka duduk diam di kursi mereka dan memperhatikan pelajaran
secara pasif. Kedua, pendidikan meski berfokus pada anak secara keseluruhan dan
memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan. Anak bukan hanya
diberikan pelajaran akademik, akan tetapi juga diajarkan bagaimana memecahkan masalah
secara reflektif. Ketiga, semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang selayaknya.
3. E.L Thorndike (1874-1949). Perintis ketiga ini berpendapat bahwa salah satu tugas
yang paling penting diterapkan dalam dunia pendididkan adalah menanamkan keahlian
penalaran anak. Thorndike mengajukan gagasan bahwa psikologi pendidikan bukan hanya
berbasis pada metodologi ilmiah tetapi juga berfokus pada pengukuran.
4. B.F. Skinner (1938). Dalam perkembangan psikologi di Amerika, pandangan Skinner
yang disadarkan pada ide-ide Throndike. Pandangan Skinner tentang sangat mempengaruhi
psikilogi pendidikan pada abad ke-20. Skinner berpendapat bahwa proses mental yang
dikemukakan oleh James dan Dewey merupakan proses yang tidak dapat diamati. Beliau
mengembangkan
konsep
programmed
learning
(pembelajaran
terprogram)
yang
menekankan penguatan atau dorongan (reinforced) agar siswa mencapai tujuan
pembalajaran yang telah direncanakan.
2014
3
Psikologi Pendidikan
Fahrul Rozi. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
5. Benjamin Bloom (1950) berkeberatan atas pendekatan behavioral yang dianggap tidak
memperdulikan berbagai tujuan dan kebutuhan guru atau pendidik di kelas. Sebagai reaksi
atas keberatan tersebut, beliau menciptakan taksonomi keahlian kognitif yang mencakup
pengingatan, pemahama, sintesis, dan pengevaluasian (yang dikenal dengan Taksonomi
Bloom). Taksonomi keahlian kognitif ini perlu digunakan dan dikembangkan oleh guru untuk
membantu murid mencapai tujuan pembelajaran.
Pada akhir abad 20 terjadi revolusi kognitif dalam psikologi yang berimplikasi pada
pengaplikasian konsep psikologi kognitif, seperti memori, pemikiran, dan penalaran, untuk
membantu murid dalam proses belajar mengajar dan upaya pencapaian tujuan
pembelajaran. Para ahli psikologi pendidikan juga menekankan aspek sosioemosional
dalam kehidupan murid. Mereka menganalisis sekolah sebagai konteks social dan mengkaji
peran kultur dalam pendidikan.
Psikologi pendidikan mempelajari aspek-aspek penting dalam pendidikan yaitu
pelajar atau siswa, belajar dan mengajar. Aspek-aspek tersebut diteliti, dikaji dan
dikembangkan dengan pendekatan ilmiah. Para ahli psikologi pendidikan menyelidiki proses
belajar mengajar di berbagai tempat yang representatif bagi pengambangan motede belajar
dan mengajar yang efektif, baik di laboratorium, di sekolah, akademi militer, perguruan
tinggi, industri dan lain sebagainya.
Psikologi pendidikan memiliki peranan yang penting dalam mengembangkan
pengetahuan dalam proses pendidikan. Peran psikologi pendidikan tersebut meliputi
(Djiwandono, 2006) :
1. Metode pengajaran dan pemecahan masalah berdasarkan pada pendekatan ilmiah.
Para ahli psikologi pendidikan mencoba mencari pemecahan masalah yang
dihadapai oleh guru dan murid dalam proses belajar mengajar. Sebagai contoh, Becker,
Thomas, dan Koser (1989 dalam Djiwandono, 2006) menemukan bahwa fokus dan
perhatian yang pada siswa yang tertib akan menurunkan tingkat perilaku tidak tertib di kelas.
2. Pengembangan teori pengajaran.
Selain
pendekatan
ilmiah
atau
riset,
psikologi
pendididkan
juga
dapat
mengembangkan strategi pengajaran dan pembelajaran yang efektif. Pengembangan teori
pengajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah juga dapat mengembangkan prinsipprinsip pengajaran dan pembelajaran. Dengan pengambangan inilah, tujuan dan impian
pembelajaran yang efektif dapat segera terwujud.
Psikologi pendidikan juga menggembarkan dan mendeskripsikan prinsip-prinsip yang
diterapkan pada pendidikan. Banyak kajian-kajian psikologi pendidikan dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan. Kajian-kajian tersebut mungkin menjadi relevan jika
2014
4
Psikologi Pendidikan
Fahrul Rozi. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
memiliki tujuan dan kegunaan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Beberapa
kajian yang relevan yang digeluti oleh psikologi pendidikan tercakup sebagai berikut
(Djiwandono, 2006):
1. Teori dan model pengajaran dan belajr di kelas.
2. Dinamika interaksi antara guru dan siswa.
3. Prinsip-prinsip belajar yang efektif dan perkembangan kepribadian.
4. Prinsip-prinsip motivasi dan pengelolaan kelas.
5. Strategi pengembangan siswa yang memiliki kecerdasan tinggi, rndah atau cacat
mental.
6. Strategi penggunaan tujuan instruksional dalam pengajaran dan tes.
7. Pengkoordinasian metode pengajaran pada individu yang memiliki kemampuan,
kepribadian dan gaya berfikir yang berbeda dengan individu lainnya.
C. Cara mengajar yang efektif.
Seorang guru yang mengajar perlu memiliki kemampuan untuk mengembangkan
persepktif dan strategi yang dapat diaplikasikan secara flesksibel. Oleh karena itu, guru
membutuhkan dua hal pokok dalam prinsip pengajaran yaitu (1) pengetahuan dan keahlian,
(2) komitmen dan motivasi (Santrock, 2007).
Prinsip pertama,
pengetahuan dan keahlian professional.
Santrock (2007)
menekankan akan profesionalisme guru dalam mengajar. Guru merupakan aktor penting
dalam pembelajaran di kelas. Pada prisnsip pengetahuan dan kehlian professional, Santrock
menjelaskan dalam beberapa hal sebagai berikut :
1. Penguasaan materi pelajaran. Pada prinsip ini guru dituntut untuk menguasai mata
pelajaran yang mencakup fakta, istilah, konsep umum, kemampuan dasar pengorganisasian
materi, mengkaitkan berbagai gagasan, bagaimana penggunaan cara berfikir dan
berargumen.
2. Strategi pengajaran. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam strategi
pembelajaran yang efektif adalah prinsip konstruktivisme. Prinsip ini menekankan agar
individu secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahaman. Menurut
pandangan konstruktivisme, guru bukan hanya sekedar memberikan informasi kepada anak
didik, akan tetapi mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia, menemukan pengetahuan,
mencermati dan berfikir secara kritis (Brooks & Brooks, dalam Santrock, 2007).
2014
5
Psikologi Pendidikan
Fahrul Rozi. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Penepatan tujuan dan keahlian perencanaan instruksional. Setiap pengajaran yang
diberikan kepada peserta didik harus memiliki tujuan pengajaran dengan menyusun rencana
untuk mencapai tujuan tersebut (Pintrich & Schunk, dalam Santrock, 2007). Dalam
penyusunan perencanaan, guru dituntut untuk membuat strategi pembelajaran yang
menanatang, menarik dan menyenangkan.
4. Keahlian manajemen kelas. Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika guru dapat
membangun dan mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif. Untuk itu, guru perlu
mencermati
strategi
penataan,
prosedur
pengajaran,
pengorganisasian
kelompok,
monitoring, dan keaktifan kelas serta strategi menangani murid yang menggangu suasana
kondusif di dalam kelas (Algozzine & Kay, Emmer, Stough, Lindberg, Swick, Martella,
Nelson, Marchand-Mertella, dalam Santrock 2007).
5. Keahlian motivasional. Kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif jika guru dapat
meningkatkan motivasi murid untuk mempelajari pengetahuan. Guru dapat memotivasi
murid dengan memberikan kesempatan murid untuk belajar di dunia nyata agar murid dapat
menemukan sesuatu yang baru dan menantang (Brophy, dalam Santrock, 2007).
6. Keahlian kemunikasi. Keahlian ini bukan hanya digunkan untuk kegiatan belajar
mengajar, akan tetapi dapat digunkan dalam proses interaksi dengan orang tua murid,
administrator dan masyarakat. Kemampuan komunukasi efektif dapat menunjukkan guru
tersebut memiliki gaya komunikasi asertif, bukan agresif, manipulatif, atau pasif (Alberti,
Emmons, Everson, Emmer, Worsham, dalam Santrock, 2007).
7. Kemampuan Bekerja secara efektif dengan murid dari latar belakang cultural yang
berlainan. Era globaliasi menuntut masyarakat untuk berinteraksi dengan berbagai
keomunitas, agama, suku dan bangsa. Guru yang efektif mengetahui dan memahamai anak
didiknya dengan latar belakang kultur yang berbeda-beda dan sensitif terhadap kebutuhan
mereka (Cushner, Johnson & Jhonson, Spring, dalam Santrock 2007). Guru mendorong
murid untuk menjalin hubungan positif dengan murid yang memiliki latar belakang yang
berbeda. Hal ini bertujuan untuk membangun nilai toleransi dan saling memahami sesuai
dengan konteks cultural.
8. Keahlian teknologi. Semakin tingginya kebutuhan masyarakat akan teknologi
menggiring anak mengetahui dan terbiasa dengan teknologi tersebut. Kondisi ini perlu
dicermati oleh guru dalam melihat peluang dan hambatan dalam proses belajar. Peluang ini
harus dimanfaatkan guru untuk membangun pengatahuan dan pemahaman murid, misalnya
2014
6
Psikologi Pendidikan
Fahrul Rozi. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menerapkan program pengayaan dengam memberikan tugas yang bersinggungan dengan
internet. Program ini pula yang dapat memberikan pemahaman kepada murid bahwa
teknologi sangat berguna bagi perkembangan pemahaman mereka tentang pelajaran.
Untuk menunjang tujuan tersebut, guru dituntut untuk menguasai penggunaan teknologi,
seperti computer dan Gaget, sehingga dapat mengevaluasi pengunaan game dan aplikasiaplikasi software dalam komputer.
D. Riset Psikologi Pendidikan.
Guru yang menggandalkan pengalaman mengajar sebagai pedoman mereka dalam
mengajar dapat menjadikan mereka guru yang efektif. Memang dapat dikatakan bahwa
pengalaman adalah penting bagi guru untuk meningkatkan kompetensi mereka. Akan tetapi,
berapa waktu yang dibutuhkan oleh guru untuk mendokumentasikan pengalaman mereka
dan bagaimana pengalaman mengandung ‘ilmiah’ sehingga dapat dijadikan rujukan dalam
mengajar dan dapat dipertanggungjawabakan. Disinilah guru membutuhkan hasil riset yang
dapat memberikan informasi yang valid tentang cara terbaik dapat mengajar. Informasi hasil
riset yang diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas dapat meningktakan
kemampuan guru menjadi lebih baik (Fraenkel & Wallen dalam Santrock, 2007).
Riset ilmiah adalah riset objektif, sistematis, dan dapat diuji sehingga dapat
mereduksi kemungkinan adanya informasi yang didasarkan pada keyakinan, opini dan
perasaan personal. Riset berdasarkan pada metode ilmiah yang mencakup langkah-langkah
yaitu perumusan masalah, pengumpulan data, penarikan kesimpulan dan merevisi
kesimpulan dan teori riset (Santrock, 2007).
Metode riset yang telah dijelaskan oleh santrok dapat diaplikasi dalam berbagai
tujuan dalam menemukan atau menjelaskan suatu gejala atau metode pengajaran.
Penjelasan langkah-langkah metode penelitian dapat dilihat dari bagan sebagai berikut
(Santrock, 2007) :
Langkah 1. Perumuasan masalah
Peneliti mengidentifikasi masalah yang ditemukan dengan mengosilasi problem
tersebut dari problem lainnya, menganalisis, mempersempit, dan memfokuskan pada aspekaspek yang akan diteliti. Setelah peneliti mengidentifikasi problem maka langkah selanjutnya
adalah menyusun teori dan mengembangkan satu atau lebih hipotesis. Teori adalah
seperangkat ide yang saling berkaitan dan koheren yang berfungsi untuk menjelaskan dan
membuat prediksi. Sedangkan hipotesis adalah asumsi dan prediktif spesifik yang dapat
diuji untuk mengetahui apakah teori itu benar atau tidak (Santrock, 2007).
2014
7
Psikologi Pendidikan
Fahrul Rozi. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Langkah 2. Mengumpulkan informasi (data)
Pengumpulan data adalah cara fundamental untuk menguji hipotesis. Ada tiga
metode dasar yang dipakai untuk mengumpulkan informasi dalam psikologi pendididkan
yaitu deskriptif, korelasional dan eksperimen. Santrock (2007) menjelaskan tiga metode
dasar sebagai berikut :
a. Riset deskriptif.
Riset ini bertujuan untuk mengamati dan mencatat perilaku. Riset ini tidak dapat
membutuktikan apa penyebab dari suatu fenomena, tetapi bisa mengungkapkan informasi
penting tentang perilaku dan sikap individu. Riset deskriptif dapat menggunakan teknikteknik yang tercakup sebagai berikut :
1.a.
Observasi. Teknik ini membutuhkan pengetahuan tentang apa yang diamati,
mencatat
dan
mengelompokkan
apa
yang
dilihat
secara
akurat
serta
menyempaikan hasil observasi secara efektif. (Cone, dalam santrock, 2007).
Observasi terbagi menjadi dua yaitu :
 Observasi alammiah (naturalistic) adalah perilaku yang diamati dalam luar
laboratorium atau dunia nyata.
 Obeservasi partisipan adalah observasi di mana peneliti terlibat aktif sebagai
partisipan (peserta) dalam suatu aktivitas atau tempat tertentu (McMillan,
dalam Santrock, 2007). Peneliti yang menggunakan teknik ini biasanya
membuat catatan selama periode tertentu.
2.a. Wawancara dan kuesioner. Peneliti menggunakan teknik ini bertujuan untuk
mengetahui tentang pengalaman, keyakinan dan perasaan individu. Wawancara
dilakukan secara tatatp muka, meskipun dapat juga dilakukan dengan cara lain,
seperti melalui telepon atau internet. Sedangkan kuesioner diberikan kepada
individu dalam bentuk tertulis.
3.a Tes standar (standardizet tes). Tes ini memiliki prosedur administrasi dan penilaan
yang seragam. Tes ini menilai sikap dan keahlian murid dalam domain yang
berbeda-beda. Banyak tes standar yang dapat membandingkan kinerja seorang
murid yang berusia dan level yang sama. Tes standar yang diberikan kepada murid
dalam bentuk tugas-tugas yang meski mereka selesaikan, seperti tes kecerdasan,
tes prestasi, tes kepribadian dan tes minat bakat.
2014
8
Psikologi Pendidikan
Fahrul Rozi. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4.a. Studi kasus. Teknik ini seing digunkan oleh peneliti untuk mendeskripsikan situasi
unik dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, studi kasus sering diartikan
sebagai kajian mendalam terhadap individu. Kendati studi kasus dapat memberikan
gambaran yang mendalam tentang kehidupan sesorang, namun perlu kehati-hatian
dalam
menginterpretasikannya.
Hal
ini
disebabkan
susunan
genetic
dan
pengalaman yang tidak dapat ditemukan di individu lain. Temuan dalam studi kasus
seringkali tidak bisa dianalisi secara statistik dan mungkin tidak bisa digeneralisir
secara lebih luas.
5.a Studi etnogarif. Studi ini menekankan pada deskripsi mendalam dan interpretasi
terhadap perilaku dalam satu etnis atau kelompok cultural yang menekankan
keterlibatan langsung dengan partisipan. Tipe penelitian ini menggunakan
observasi langsung dalan setting alam dan wawancara.
b. Riset kolerasional.
Tujuan dari riset ini adalah mendeskripsikan kekuatan hubungan anatara dua atau
lebih kejadian atau karakteristik. Kolerasi tidak mencerminkan ada hubungan sebab akibat,
akan tapi lebih melihat ada atau tidaknya hubungan antar dua peristiwa atau variabel
tertentu. Riset ini juga dapat memprediksikan suatu kejadian secara lebih erektif.
c. Riset eksperimen.
Riset eksperimen adalah prosedur yang diatur secara hati-hati di mana satu atau
lebih faktor yang dianggap mempengaruhi perilaku yang sedang diteliti. Perilaku yang diteliti
merupakan hasil dari faktor yang dimanipulasi dan semua faktornya dianggap konstan. Riset
ini ingin menentukan sebab-akibar perilaku manusia. Sebab adalah suatu kejian yang
dimanipulasi, sedangkan akibat adalah perilaku yang berubah karena manipulasi.
Riset ekperimen merupakan satu-satunya metode yang handal dalam menentukan
hubungan sebab akibat. Jika perilaku yang diteliti berubah karena satu faktor dimanipulasi
maka kita dapat mengatakan bahwa faktor yang dimaniupulasi itulah yang menyebabkan
perilaku berubah. Hal inilah yang menyebabkan riset ekperimen berbeda dengan riset
kolerasional. Riset kolerasional tidak menggunakan manipulasi faktor yang tentu
menunjukan bahwa riset kolerasional tidak bertujuan untk mengatahui sebab akibat.
2014
9
Psikologi Pendidikan
Fahrul Rozi. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Beriku perbedaaan riset keolerasional dengan riset eksperimen :
Korelasi
Tujuan
Metode
pengumpulan data
Analisis
Interpretasi
Ekperimen
Menentukan apakah dua (atau Menentukan
apakah
ada
lebih) faktor berkolerasi satu hubungan sebab akibat diantara
sama lain.
dua faktor atau lebih.
Mencatat
kejadian dua faktor Membagi responden menjadi dua
yang
berbeda
dalam
satu yaitu kelompok ekspreiman dan
kelompok partisipan.
kelompok
control.
Berikan
kelompk eksperimen beberapa
jenis perlakuan tertentu yang tidak
diberikan
kepada
kelompok
control.
Menganalisis
secara
statistic Menganalisis
secara
statistic
faktor-faktor
yang
cenderung apakah kelompok eksperimen
berkolerasi (terjadi secar spasial berbeda dengan kelompok control
atau temporal)
setelah mendapatkan perlakuan
tersebut
Menentukan
apakah
faktor Menentukan perilaku tersebut
tersebut berkolerasi atau tidak. mumcul disebabkan karena faktor
Sebuah kaitan mungkin berupa yang dimanipulasi.
sebab akibat, tetepi tidak bisa
dibuktikan dengan asosiasi ini.
Bagan.1 Perbedaan riset kolerasi dengan eksperimen. (Santrock, 2007).
Rentang waktu riset
Hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti psikologi pendidikan dalam melakukan
sebuah riset adalah rentang waktu yang dibutuhkan dalam penyelsaian riset dan tujuan
yang hendak dicapai. Rentang waktu riset terbagi menjadi dua yaitu riset cross-sectional
dan riset longitudinal. Riset cross-sectional digunakan untuk mempelajari kelompok
responden penelitian dalam satu waktu. sedangkan riset longitudinal bertujuan untuk
mempejajari individu yang sama selama periode waktu tertentu, biasanya beberapa tahun
atau lebih.
2014
10
Psikologi Pendidikan
Fahrul Rozi. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Djiwandono S.E.W. 2006. Psikologi Pendidikan, Edisi Revisi. Jakarta : Gramedia.
Santrock J.W. 2007. Psikologi Pendidikan, Edisi kedua. Jakarta : Kencana.
....................... 2009. Psikologi Pendidikan, Edisi ketiga, Jakarta : Salemba Humanika
Slavin. R.E. 2011. Psikologi Pendidikan, Teori dan Praktek. Jakarta : PT. Indeks .
Bacaan Lanjutan :
Handbook of Educational Psychology edited by Berliner.D.C & Valfee R.C. A projek
division 15. The division of educational Psychology of American Psychological Association.
Patil.S. 2009. Educational Psychology. Journal of Pravara Med Rev 2009; 1(2).
2014
11
Psikologi Pendidikan
Fahrul Rozi. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download