BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri pada dasarnya adalah kemampuan dasar untuk dapat menentukan arah dan tujuan hidupnya. Anthony (1992) menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran diri, berfikir secara positif, memiliki kemandrian dan kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu yang diinginkan. Seseorang dapat sukses bergaul dengan orang lain, mudah memperoleh teman, sukses dalam pekerjaan dan sebagainya adalah karena kepercayaan diri yang dimilikinya. Soleh (2010) menjelaskan bahwa percaya diri atau kepercayaan diri bukan sekedar keberanian untuk bertindak atau berbuat. Sehingga tidak dapat diartikan bahwa orang yang berani bertindak atau berbuat sesuatu dapat dikatakan sebagai orang yang penuh percaya diri. Kepercayaan diri lebih tepat disebut sebagai keyakinan diri. Dengan keyakinan diri ini kita dapat menangani atau menghadapi segala sesuatu dengan tenang Sukses tidaknya seseorang dalam berinteraksi terhadap lingkungannya adalah tergantung bagaimana cara mereka mengembangkan kepercayaan diri, sedangkan karakteristik dari orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi antara lain yaitu yakin dan mampu untuk melakukan sesuatu, mampu menindak lanjuti segala perkara sendiri, yakin menanggulangi segala kendala, yakin 1 memperoleh bantuan dikala benar-benar membutuhkan bantuan orang lain (Angelis, 2000). Berkenaan dengan hal tersebut maka jelaslah bahwa pembentukan kepercayaan diri, diperlukan remaja dalam menjalani transisi kehidupan, yang mengalami berbagai perubahan. Perubahan tersebut meliputi masa pubertas dan hal-hal yang berkaitan dengan citra tubuh, meningkatnya tanggung jawab dan kemandirian. Masa remaja adalah suatu periode dalam perkembangan individu yang merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi perubahan-perubahan biologis, kognitif dan psikososial (Santrock, 2003). Selanjutnya Monks (2001) membagi usia remaja dalam tiga tahapan yaitu: remaja awal (12-15 tahun), remaja tengah (15-18 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun). Meneurt E.L. Kelly, dalam masa remaja, seseorang mempersiapkan diri memasuki masa dewasa. Pada masa remaja akhir, keadaan pribadi, sosial dan moral berada dalam kondisi kritis atau critical period. Dalam periode akhir masa remaja ini individu memiliki kepribadian tersendiri yang akan menjadi pegangan dalam alam kedewasaan. (dalam Monks, 2001). Oleh karenanya perkembangan pribadi, sosial, dan moral yang dimiliki remaja dalam masa remaja awal dan yang dimantapkannya pada masa remaja akhir, banyak mempengaruhinya bahkan mendas Sejalan dengan pertumbuhan fisik, remaja perempuan cenderung mengembangkan keperdulian yang berlebih terhadap penampilan fisik remaja perempuan, ketika penampilan fisik saat masa perkembangan tersebut tidak sesuai dengan yang diingikannya akan timbul rasa tidak puas. Ketidak puasan dalam 2 penampilan fisik merupakan masalah yang rumit bagi perkembangan remaja perempuan yang menyebabkan remaja memiliki kepercayaan diri yang rendah. Laki-laki pada umumnya menunjukkan kepercayaan diri yang lebih tinggi daripada perempuan setelah remaja awal, sedangkan perempuan dilaporkan memiliki harga diri yang rendah selama masa remaja tengah dan akhir (Cairns et al. dalam Kaplan, 2000). Dimana pada masa remaja tengah dan akhir, remaja berada pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas Salah satu tugas perkembangan pada masa remaja adalah menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif (Hurlock, 2006). Remaja sering merasa gelisah dengan penampilan fisik mereka (Dacey & Kennny, 1997). Seringkali penyimpangan dari bentuk badan khas wanita atau khas laki-laki menimbulkan kegusaran batin yang cukup mendalam karena pada masa ini perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya (Monks, 2001). Santrock (2003) menyatakan bahwa perhatian terhadap gambaran tubuh, penampilan fisik seseorang sangat kuat terjadi pada remaja yang berusia 12 hingga 20 tahun, hal ini terjadi terutama pada remaja putri. Para remaja putri melakukan berbagai usaha agar mendapatkan gambaran tubuh yang ideal sehingga terlihat menarik, seperti, berpakaian sesuai dengan bentuk tubuh atau menggunakan alat kecantikan, namun usaha tersebut belum sepenuhnya dapat memuaskan penampilan mereka. Setiap remaja memiliki gambaran ideal yang selalu diinginkannya, termasuk bentuk tubuh yang ideal, wajah cantik, penampilan fisik yang menarik seperti yang ingin dimilikinya. Para remaja, terutama pada masa remaja awal, 3 selalu disibukkan dengan tubuh mereka dan mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka (Wright dalam Santrock, 2003). Citra tubuh inilah yang dikenal dengan Body Image, yaitu bagaimana remaja memandang dan menilai penampilannya sendiri. Penampilan fisik merupakan penyumbang yang kuat pada kepercayaan diri seseorang. Menurut Tambunan (2002) penilaian citra tubuh pada remaja dibentuk berdasarkan pengalaman yang didapat orang tua, public figure dan teman sekelompok yang memberikan gagasan tentang nilai dari sebuah tubuh Sehingga, sebagian besar remaja beranggapan bahwa mereka akan mendapatkan kepercayaan diri yang tinggi apabila mereka memiliki tubuh yang sempurna, seperti halnya remaja yang ingin terlihat langsing dan kurus karena mereka beranggapan bahwa menjadi kurus akan membuat mereka bahagia, sukses dan populer. Small, (2001) mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki body image negatif selalu merasa janggal atau tidak nyaman dengan tubuhnya, memiliki persepsi yang terdistrosi tentang bentuk tubuh. Dimana seseorang merasa bahwa bagian tubuhnya tidak seperti seharusnya. Bentuk dan ukuran tubuhnya merupakan suatu kegagalan dan mereka juga percaya bahwa hanya orang lain sajalah yang menarik. Body image adalah sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian positif atau negatif (Cash & Pruzinsky dalam Thompson, 1999). Penelitian Kim dan Lenon (2006) menemukan bahwa remaja putri yang memiliki gambaran mental negatif mengenai kondisi fisiknya cenderung mengalami depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki gambaran mental positif terhadap kondisi fisiknya. Penampilan ataupun 4 Body Image yang tidak sesuai akan membawa masalah bagi para remaja sehingga akan menjadi hambatan dalam pembentukan kepercayaan dirinya. Santrock (dalam Ernawati, 2006) menyatakan bahwa masa pubertas adalah masa dimana remaja menjadi sangat memperhatikan bentuk tubuh mereka dan membangun citra sensitif mengenai bagaimana bentuk tubuh mereka. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siaran (dalam Ernawati, 2006), berkerjasama dengan Rumah Sakit ULM menunjukkan bahwa remaja yang mempunyai penampilan fisik yang kurang menarik seperti kelebihan berat badan, memiliki kepercayaan diri yang rendah. Sejalan dengan pertumbuhan fisiknya, remaja putri cenderung mengembangkan kepedulian yang berlebihan terhadap bentuk tubuh mereka, ketika perubahan bentuk tubuh tidak sesuai dengan impian akan timbul rasa tidak percaya diri. Hasil penelitian yang dilakukan Afiatin & Martaniah (1998) terhadap remaja SMA di Kotamadya Yogyakarta menunjukkan bahwa permasalahan yang banyak dirasakan dan dialami oleh remaja pada dasarnya disebabkan oleh kurangnya kepercayaan diri. Masalah tidak percaya diri karena tubuhnya dinilai kurang atau tidak ideal baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri. Selain itu, fakta dari penelitian Jersild (dalam Ernawati, 2006) menyatakan bahwa dari hasil penelitiannya menunjukkan sebagian remaja yang diberikan beberapa pertanyaan mengenai apa yang tidak disukai tentang diri remaja, sedikit sekali remaja yang mengungkapkan mengenai kemampuan mereka seperti halnya prestasi-prestasi yang membanggakan, namun yang banyak diungkap oleh remaja tersebut lebih dari 60 % remaja menyatakan bahwa penampilan fisiknya lebih penting dan paling banyak diungkap. Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut 5 tampaklah bahwa penampilan fisik yang diantaranya dapat dikatakan adalah postur tubuh, dianggap penting bagi sebagian besar remaja. Bentuk dan ukuran tubuh yang ideal merupakan impian semua remaja, dan hal ini tentu membuat remaja berusaha untuk mencapai tuntutan tersebut agar kepercayaan diri remaja meningkat Body image mempunyai pengaruh terhadap bagaimana cara seorang remaja melihat dirinya, yang nantinya akan membentuk cara seorang remaja menilai dirinya dalam sikap yang dapat bersifat positif maupun negatif, Hurlock (1999). Jika seseorang menilai dirinya secara positif maka ia akan menjadi seseorang yang merasa lebih berharga, sehingga akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Dengan demikian remaja dapat menjalani proses interaksi sosial lebih mudah, namun jika seseorang menilai dirinya secara negatif, maka ia akan menjadi seseorang yang merasa kurang berharga, sehingga mengalami kesulitan berinteraksi. Berdasarkan uraian di atas, peneliti berasumsi bahwa body image sebagai suatu penelitian subjektif individu terhadap penampilan fisiknya, berhubungan dengan kepercayaan diri pada masa remaja khususnya remaja putri. Oleh karenanya peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai ”Hubungan Antara Body Image (Citra Tubuh) dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja Putri” 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diemukakan di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah : Adakah hubungan antara body image (citra tubuh) dengan kepercayaan diri pada remaja putri? 6 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui tingkat Body Image Remaja Putri 2. Mengetahui tingkat Kepercayaan Diri Remaja Putri 3. Mengetahui apakah ada hubungan antara body image dengan kepercayaan diri pada remaja putri? 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1.4.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu Psikologi khususnya Psikologi Perkembangan yaitu memperkaya teori tentang hubungan body image dengan kepercayaan diri pada remaja putri. 1.4.2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat diketahui apakah ada hubungan antara body image dengan kepercayaan diri pada remaja putri, sehingga dengan demikian dapat dilakukan tindak lanjut sebagai prevensi terhadap masalah masalah yang akan muncul. Selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan masukan informasi bagi remaja putri untuk memahami kondisi fisik serta sebagai upaya meningkatkan body image yang lebih baik dan lebih percaya diri. 7