BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori psikologi. 2.1Body Image 2.1.1 Definisi Body image Pengertian body image menurut Arthur (2010) adalah merupakan imajinasi subyektif yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya, khususnya yang terkait dengan penilaian orang lain, dan seberapa baik tubuhnya harus disesuaikan dengan persepsipersepsi ini. Cash & Deagle (dalam Jones, 2001) berpendapat bahwa body image adalah tingkat kepuasan seseorang terhadap fisiknya yang sekarang (ukuran, bentuk, penampilan secara umum). Menurut Slade (dalam Pietro, D. Monica, 2008) body image merupakan gambaran mental mengenai ukuran, bentuk, dan kontur dari tubuh kita sebagaimana perasaan kita terhadap karakteristik dan bagian yang mendukung tubuh kita. Maka body image mempunyai dua komponen penting yaitu persepsi dan sikap. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa body image adalah gambaran mental, evaluasi atau sikap subjektif yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang mempunyai komponen penting yaitu persepsi dan sikap. Evaluasi tersebut dapat berupa perasaan positif/puas atau perasaan negatif/tidak puas terhadap tubuh secara keseluruhan termasuk bentuk tubuh, ukuran tubuh dan berat tubuh. 2.1.2 Dimensi Body Image Berikut ini merupakan dimensi-dimesi body image menurut Pietro (2008) yaitu ; 1. Self perception of body shape 2. Comparative perception of body image 3. Attitude concerning body image 4. Severe alteration in body perception 2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Image Beberapa tokoh menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi body image. Levine & Smolak (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi body image antara lain: 1. Orang tua Beberapa penelitian menemukan bahwa ada hubungan antara sikap dan perilaku orangtua dalam menghargai body image mereka sendiri dengan penghargaan body image anak remaja mereka. Orangtua dapat mempengaruhi perkembangan body image anak antara lain dengan cara: memilih dan mengkomentari pakaian dan penampilan anak, atau menganjurkan anak untuk berpenampilan dengan cara tertentu dan menghindari makanan tertentu 2. Teman sebaya Penampilan dan daya tarik fisik adalah topik penting yang khusus bagi remaja putri karena adanya transisi dari masa anak-anak ke masa remaja.Remaja putri sering membandingkan diri mereka dengan teman sebayanya.Pembicaraan yang paling sering dibahas dengan teman sebaya pada remaja putri adalah tentang berat badan, bentuk tubuh, dan diet. 3. Media massa Media massa berperan sangat besar dalam menyebarkan informasi mengenai standar tubuh yang ideal. Media tidak hanya memberikan informasi mengenai bentuk tubuh ideal tapi juga memberitahukan cara mencapainya melalui artikel mengenai diet dan olahraga. 4. Tahap perkembangan Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja akan berdampak pada kepuasan body image mereka karena belum tentu perubahan yang terjadi sesuai dengan keinginan mereka yang bahkan bisa menimbulkan rasa malu. 2.1.4 Kepuasan Body Image Menurut Hill, Oliver, & Rogers (1992) kepuasan body image adalah derajat kepuasan mengenai berbagai bagian dari karakteristik tubuh seseorang. Seseorang dikatakan memiliki kepuasan body image apabila derajat kepuasan body imagenya tinggi, sebaliknya ia dikatakan memiliki ketidakpuasan body image apabila derajat kepuasan body imagenya rendah. Hanya ada sedikit remaja yang dapat menjadi objektif dalam menilai tubuhnya sendiri, karena body image yang terbentuk selalu merupakan cerminan dari perbandingan dengan orang lain. Menurut Coob (1995), seberapa jauh kepuasan yang dimiliki remaja pada tubuhnya akan sangat bergantung dari reaksi yang diberikan oleh orang-orang yang ada disekitarnya 2.2 Harga Diri 2.2.1 Definisi Harga Diri Santrock (2010) menyatakan bahwa harga diri merupakan suatu dimensi global dari diri. Klass dan Hodge (dalam Ghufron & Risnawita, 2009) mengemukakan bahwa harga diri adalah hasil evaluasi yang dibuat dan dipertahankan oleh individu, yang diperoleh dari hasil interaksi individu dengan lingkungan, serta penerimaan penghargaan, dan perlakuan yang lain terhadap individu tersebut. Menurut Dewey (dalam Tafarodi, 2001) harga diri mempunyai dua tampilan antara lain nilai instrumen dan nilai intrinsik dimana pada seseorang keduanya merefleksikan kemampuan seseorang, bagaimana seseorang melakukan sesuatu dan apa yang mereka tampilkan. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga diri merupakan suatu penilaian individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya yang kemudian di tunjukkan melalui sikap-sikap positif seperti menghargai kelebihan diri dan menerima kekurangan yang ada pada dirinya, maupun sikap-sikap negatif seperti tidak menghargai kelebihan diri dan tidak menerima kekurangan yang ada pada diriyang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan serta bagaimana individu meunjukkan kemampuannya dan apa yg dirinya tampilkan. 2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri Faktor–faktor yang mempengaruhi harga diri menurut Coopersmith (dalam Diana, 2011) yaitu: 1. Perasaan dihargai Perasaan diterima yang individu dapatkan dari orang-orang yang penting dalam hidupnya. Hal ini yang menyebabkan individu menilai dirinya berharga, yang di terapkan dalam pengembangan aspek-aspek di dalam dirinya. 2. Pengalaman keberhasilan Keberhasilan individu berhubungan dengan status individu dalam komunitasnya merupakan dasar pembentukan harga diri. 3. Nilai dan aspirasi Keberhasilan dan kekuatan individu tidak secara langsung di terimanya tetapi dipilih dan disesuaikan dengan nilai-nilai dan tujuan-tujuan hidup individu. 4. Cara individu merespon penilaian orang lain Individu dapat mengabaikan atau memperkecil penilaian orang lain yang dianggap tidak sesuai dengan dirinya. 2.2.3 Dimensi Harga Diri Dimensi harga diri yang dikemukakan oleh Tafarodi (2001) yaitu; 1. Self-Competence Self- Competence merupakan keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu dalam melakukan sesuatu yang dirinya yakini. 2. Self-Liking Self-Liking adalah ketika seseorang menilai dirinya sebagai objek social, orang baik atau orang jahat. 2.2.4 Karakteristik Individu Berdasarkan Harga Diri Individu yang menerima dirinya dan menghargai dirinya secara baik dan apa adanya merupakan individu yang memiliki harga diri positif. Dalam harga diri tercakup evaluasi dan penghargaan terhadap dirinya dan menghasilkan sikap positif maupun negatif. Sikap yang positif terhadap diri meliputi sikap terhadap kondisi diri, menghargai kelebihan dan potensi yang dimiliki serta menerima kekurangan yang ada pada diri. Sedangkan sikap yang negatif terhadap diri antara lain tidak puas dengan kondisi diri, tidak menghargai kelebihan diri dan tidak menerima kekurangan yang ada pada diri. Frey & Carlock (dalam Siahaan, 2010) mengemukakan ciri-ciri individu yang memiliki harga diri yang positif dan harga diri yang negatif. a. Harga Diri Positif 1. Menghargai diri sendiri Menghargai diri sendiri sebagai individu yang berharga. Individu yang menganggap dirinya berharga cenderung dapat mengontrol tindakannya terhadap dunia luar, mampu mengekspresikan diri dengan baik, dan menerima kritikan dengan baik. 2. Merasa diri berguna Individu yang memiliki harga diri tinggi akan merasa dirinya berguna, dan memiliki kecakapan sosial serta kualitas diri yang tinggi. 3. Memandang diri sama seperti orang lain Individu dengan harga diri tinggi tidak akan membandingkan dirinya dengan orang lain dan tidak merasa iri dengan kelebihan yang dimiliki orang lain 4. Tidak menganggap diri sebagai orang yang sempurna Seseorang dengan harga diri tinggi tidak akan merasa dirinya unggul dari orang lain, akan tetapi lebih kepada perasaan tidak takut menghadapi tantangan dan mampu menerima kegagalan dengan baik sebagai dorongan untuk berkembang. 5. Mengenal keterbatasan diri Bagi orang yang mempunyai harga diri positif, tentunya mengenali kemampuan dan kelebihan yang mereka miliki namun mereka tetap menyadari bahwa diri mereka juga mempunyai keterbatasan dan harus menerima kritik dan saran secara positif 6. Mengharapkan diri tumbuh dan berkembang Individu lebih tertarik dengan hal-hal baru dan menantang,sehingga mereka tidak takut menghadapi perubahan. Mereka cenderung mengambil resiko serta bertanggung jawab dengan apa yang mereka lakukan. b. Harga diri Negatif 1. Individu cenderung menganggap dirinya tidak berharga, dan merasa tidak percaya diri 2. Individu dengan harga diri negatif cenderung tidak percaya diri, dan tidak suka melakukan hal-hal baru serta melakukan kegiatan dengan resiko yang kecil 3. Reaksi yang berlebihan terhadap kegagalan. 4. Mereka adalah orang yang memiliki dorongan untuk perfect (menjadi sempurna) sehingga membuat mereka sulit menghadapi kegagalan. 5. Tidak yakin akan kemampuan dan pendapatnya sendiri sehingga kurang berhasil dalam prestasi dan kurang tepat dalam mengekspresikan dirinya, menganggap dirinya adalah orang yang lemah 6. Penampilan fisik juga dapat dijadikan indikasi bahwa individu memiliki harga diri negatif, misalnya dari gaya berjalan, kontak mata dan indikasi non verbal lainnya. 7. Cenderung menganggap bahwa kepemilikan dan ketertarikan terhadap suatu benda merupakan contoh individu yang memiliki harga diri tinggi 8. Kurang mampu dalam mengemukakan pendapat karena individu tersebut tidak meyakini dirinya sendiri dan tidak nyaman dengan dirinya 9. Individu dengan harga diri negatif cenderung melepaskan diri dari tanggung jawab serta ragu dalam menghadapi tuntutan lingkungan 10. Memiliki energi yang rendah, dimana melihat tugas sebagai hal yang sangat menyulitkan, orangnya sangat pasif, dan menunggu sesuatu terjadi. 11. Kesadaran diri yang kurang. Individu yang memiliki harga diri negatif sangat sedikit menceritakan tentang dirinya dan keinginan yang besar agar dirinya dapat diterima oleh orang lain 12. Kecemasan yang berlebihan dan tidak mampu bersikap positif dalam menerima kritikan dari orang lain. 2.3 Remaja Akhir 2.3.1 Definisi Remaja Akhir Santrock (2010) mengemukakan bahwa remaja adalah suatu periode dalam perkembangan yang merupakan transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, meliputi perubahan-perubahan biologis, kognitif dan psikososial. Menurut Hurlock (1999) remaja dapat didefinisikan berdasarkan kondisi biologis yaitu masa remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya karena mulai diproduksinya hormon-hormon seksual. Berdasarkan periode masa remaja dapat disimpulkan bahwa rentang usia remaja adalah 10-21 tahun (Santrock, 2013). Menurut Kartono (dalam Haryanto,2010) masa remaja ada pada usia berkisar antara 12 sampai 15 tahun yaitu dimana remaja awal pada usia12-15 tahun, remaja pertengahan usia15-18 tahun, dan remaja akhir usia 18-21 tahun. Menurut Kartono (dalam Haryanto, 2010) remaja akhir (18-21 Tahun) pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian.Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya. Hurlock (2004) mengatakan bahwa pada masa remaja akhir, remaja akan belajar menyesuaikan diri terhadap pola-pola hidup baru, belajar untuk memiliki cita-cita yang tinggi, mencari identitas diri dan pada usia kematangannya mulai belajar memantapkan identitas diri, citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, mampu berpikir abstrak . 2.3.2 Batasan Usia Remaja Menurut Monk (2000) rentang usia remaja akhir adalah 18-21 tahun, masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap ini. Saat remaja tidak bisa diterima oleh kelompok teman sebayanya, maka remaja akhir akan memiliki harga diri yang rendah. 2.3.3 Tugas-tugas Perkembangan Remaja Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meningkatkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan remaja menurut Hurlock (dalam Haryanto, 2009) adalah : Tugas perkembangan remaja : • Mampu menerima keadaan fisiknya; • Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa; • Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis; • Mencapai kemandirian emosional; • Mencapai kemandirian ekonomi; • Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat; • Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua; • Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa; • Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan; • Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga. 2.4 Kerangka Berpikir Dalam tahap perkembangan, remaja dituntut untuk melakukan tugas-tugas perkembangan dengan baik, dimana salah satu tugas perkembangan remaja adalah menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif. Namun, dalam perkembangan masa remaja banyak perubahan yang dialami yaitu perubahan hormon dan kematangan fisik yang menimbulkan aspek psikologis pada remaja serta perkembangan kognitif dan psikososial. Perubahan kognitif pada remaja menyebabkan remaja lebih sadar akan dirinya (self-conscious) dimana remaja lebih memikirkan tentang pemahaman dirinya. Remaja menjadi lebih introspektif, dimana hal ini merupakan bagian dari kesadaran dirimereka dan bagian dari eksplorasi diri (Santrock, 2007). Hal ini menimbulkan penilaian-penilaian remaja terhadap perubahan fisiknya. Kematangan fisik ini yang kemudian menimbulkan remaja memberikan penilaian dan perhatian lebih terhadap penampilan mereka khususnya remaja putri atau yang disebut juga dengan body image. Kepedulian utama yang ditunjukkan remaja putri adalah motivasi untuk memiliki tubuh yang kurus. Keinginan menjadi kurus ditandai oleh kecenderungan untuk mengidentikan tubuh yang kurus dengan kecantikan (Santrock, 2007). Menurut Flemming & Courtney (dalam Hardini, 2010) mengemukakan bahwa harga diri pada remaja dibagi menjadi lima aspek, antara lain : 1.) perasaan ingin dihormati, remaja ingin diterima, dihargai, dan didukung oleh orang lain yang membuat mereka merasa berguna, 2.) percaya diri dalam bersosialisasi, dengan mudah bergaul dengan orang baru atau pun orang disekitarnya, 3.) sukses dalam memenuhi tuntutan prestasi yang di tandai keberhasilan individu dalam menyelesaikan berbagai tugas dengan baik dan lancar, 4.) penampilan fisik yang menarik agar lebih percaya diri, 5.) kemampuan dalam melakukan kegiatan yang melibatkan aktivitas fisik. Dari penjelasan aspek-aspek harga diri remaja dapat disimpulkan bahwa dalam pembentukan harga diri remaja, body image berhubungan dengan harga diri remaja, dimana harga diri remaja terbentuk dari rasa kepercayaan dirinya terhadap penampilan. Selain itu rasa percaya diri terhadap penampilan remaja juga berkaitan dengan tuntutan tugas perkembangan dimana remaja harus menerima penampilan fisiknya dan menggunakannya secara efektif. Dengan demikian body image berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Pandangan yang realistik terhadap diri, menerima dan mengukur bagian tubuh akan memberi rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Pada penelitian Harter, penampilan fisik secara konsisten berkorelasi paling kuat dengan rasa percaya diri secara umum, yang baru kemudian di ikuti oleh penerimaan teman sebaya. Harter juga menemukan adanya hubungan kuat antara penampilan diri dan harga diri secara umum yang tidak hanya pada masa remaja melainkan sepanjang hidup (Harter dalam Santrock, 2006). Kurangnya rasa percaya diri pada individu merupakan salah satu karakteristik individu yang memiliki harga diri yang rendah. Masalah tidak percaya diri mengenai tubuhnya dinilai kurang baik bagi lingkungan sosialnya maupun dirinya sendiri. Kerangka Berpikir Remaja Usia 18-21 Tahun Remaja tidak percaya diri terhadap bentuk tubuhnya Remaja terdorong melakukan diet Body Image Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Harga Diri