BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen adalah sebuah proses dalam menyelesaikan suatu kegiatan secara efisien dan efektif yang dilakukan bersama dengan orang lain (Luthans dan Doh, 2012: 37). Pengertian ini hampir sama dengan pengertian manajemen yang dikemukakan menurut Williams (2011: 9) adalah suatu cara untuk mengerjakan pekerjaan secara bersama-sama untuk menolong perusahaan mencapai tujuaannya dan menyelesaikannya secara efisien dan efektif. Efisien menurut Williams (2011:12) adalah mengerjakan pekerjaan secara bersamasama dengan usaha, biaya, dan pemborosan yang seminimum mungkin. Sendangkan Efektif menurut Williams (2011: 12) adalah menyelesaikan tugas dalam mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian manajemen adalah suatu cara yang dilakukan dengan efektif dan efisien untuk menyelesaikan suatu kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan bersama-sama oleh beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama. Efisien adalah suatu cara untuk melakukan pekerjaan dengan cara yang seminimum mungkin. Sedangkan efektif adalah menyelesaikan pekerjaan yang berfokus dalam mencapai tujuan organisasi. 2.1.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Saat ini semakin banyak organisasi atau perusahaan sudah paham akan pentingnya peranan sumber daya manusia dalam memberikan keunggulan bagi organisasi atau perusahaan. Ada dua alasan yang menjelaskan peranan sumber daya manusia dalam memberikan keunggulan bagi organisasi atau perusahaan. Yang pertama, sumber daya manusia dapat memberikan organisasi atau perusahaan efektivitas dan efisiensi. Sumber daya manusia yang merancang dan memproduksi barang dan jasa, menjaga kualitas, melakukan promosi dan distribusi, dan merancang strategi perusahaan. Yang ke dua, 17 18 sumber daya manusia merupakan biaya terbesar dalam oprasional perusahaan. (Rachmawati, 2007: 2) Pengertian Sumber Daya Manusia atau Human Resources menurut Mathis dan Jackson dalam humancapitaljournal.com (2014) adalah suatu cara untuk merancang sebuah sistem yang formal dalam suatu organisasi dengan tujuan untuk memastikan pemanfaat manusia dilakukan secara efisien dan efektif agar mencapai tujuan organisasi. Menurut Williams (2011: 15) pengertian manajemen sumber daya manusia atau Human Resources Management adalah proses untuk menemukan, mengembangkan dan menjaga seseorang yang tepat dan berkualitas untuk mengerjakan tugas dari perusahaan. Pengertian ini hampir sama dengan pengertian yang dikemukakan oleh Rachmawati (2007: 2) pengertian manajemen sumber daya manusia adalah suatu cara untuk merencanakan, mengkoordinir, mengatur dan melakukan pengawasan terhadap kegiatan yang berkaitan tentang pengelolahan manusia di dalam organisasi atau perusahaan. Jadi berdasarkan pengertian yang dikatakan oleh para ahli bisa disimpulkan bahwa pengertian Human Resources Management atau Manajemen Sumber Daya Manusia adalah cara-cara yang digunakan untuk merencanakan dan mendapatkan seseorang yang tepat untuk melakukan tugastugas dalam organisasi atau perusahaan. Perencanaan dan pengelolaan menejemen sumber daya manusia yang baik dan tepat akan memberikan keunggulan bagi perusahaan. Semua aspek dalam perusahaan dikerjakan dan dikelolah oleh sumber daya manusia. Oleh karena itu pengelolahan sumber daya manusia harus mendapatkan perhatian khusus. 2.2 Kompensasi 2.2.1 Pengertian Kompensasi Menurut Milkovich, Newman, dan Gerhart (2014: 10) kompensasi mengarah kepada semua bentuk pengembalian keuangan, jasa dan manfaat nyata yang karyawan terima sebagai bentuk bagian dari sebuah hubungan kerja. Pengertian lain ompensasi yang di katakan oleh Wirawan (2015) yang mengatakan bahawa kompensasi adalah semua bentuk imbalan yang diterima oleh tenaga kerja dari perusahaan, baik imbalan finansial maupun non finansial karena telah menjalin hubungan ketenagakerjaan. Jenis imbalan finansial gaji, upah, bonus, komisi, tunjangan. Sedangkan imbalan non finansial rumah 19 dinas, kendaraan dinas, jaminan sosial, asuransi, dana pensiun. Kompensasi merupakan faktor kunci dalam hubungan atara perusahaan dengan karyawannya (Wirawan, 2015: 368). Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa kompensasi adalah suatu bentuk balas jasa berupa uang dengan nama lain kompensasi finansial atau bukan uang dengan nama lain kompensasi non finansial berupa jasa, manfaat yang diberikan perusahaan kepada karyawan dengan cara yang adil. Pemberian kompensasi bukan uang (non financial) contohnya pujian dan pengakuan dari perusahaan. Kompensasi dapat menjadi sebuah gambaran tentang kehidupan, status dan martabat karyawan. Maka menjadi hal yang biasa jika saat ini kompensasi menjadi salah satu alasan utama seseorang mencari pekerjaan. 2.2.2 Tujuan Kompensasi Memberikan kompensasi mempunyai berbagai tujuan dan maksud. Menurut Milkovich, Newman, dan Gerhart (2014: 11) tujuan perusahaan memberikan kompensasi adalah 1. Melakukan efisiensi perusahaan. Setiap perusahaan akan berusaha untuk menekan dan mengontrol biaya gaji karyawan agar seminimal mungkin. Kemudian efisiensi dalam mendapatkan dan mempertahankan karyawan yang baik. Dalam memberikan kompensasi bisa meningkatkan kinerja, meninkatkan kualitas produk, menyenangkan pelanggan dan pemegang saham. 2. Memberikan keadilan. Dalam memberikan kompensasi perusahaan harus memberikan perilaku adil dalam sistem pembayaran terhadap karyawan. Yang perlu diperhatikan dalam memberikan kompensasi adalah kontribusi karyawan terhadap perusahaan dan kebutuhan karyawan. Kontribusi karyawan contohnya bayaran tertinggi diberikan kepada karyawan yang mempunyai kinerja terbaik, atau karyawan yang paling berpengalaman. Sedangkan kebutuhan karyawan contohnya membayar sesuai standar gaji dari pemerintah. 3. Patuh terhadap peraturan. Perusahaan dalam memberikan kompensasi terhadap karyawan, sudah diatur oleh pemerintah. Perusahaan harus 20 mengikuti regulasi dan hukum yang dari pemerintah. Jika ada perubahan peraturan dalam kompensasi, maka perusahaan harus mengikuti dan menyesuaikan dengan peruturan baru yang berlaku. 4. Kompensasi merupakan sebuah etika. Ke tiga tujuan diatas efisiensi, keadilan dan kepatuhan, semua itu harus perusahaan perhatikan bagaimana tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai. Mengatur cara pembayara terkadang menjadi sebuah dilema dalam etika. Banyak yang memanipulasi tentang bonus, mengurangi porsi upah dalam keuangan perusahaan untuk diambil oelh pihak eksekutif. Tujuan manajemen kompensasi dibagi menjadi dua, yaitu secara umum dan efektif. Secara umum tujuan manajemen kompensasi adalah salah satu cara agar perusahaan dapat mencapai tujuan dan menciptakan keadialan (Rivai, 2004: 359). Dan secara efektif adalah: 1. Mendapatkan SDM yang berkualitas. Kompensasi digunakan untuk memberi daya tarik kepada calon karyawan. Tingkat pemberian kompensasi harus sesuai dengan keadaan pasar tenaga kerja, karena akan terjadi kompetisi dikalangan pengusaha untuk bisa mendapatkan karyawan yang sesuai. 2. Mempertahankan karyawan. Besaran kompensasi yang diberikan perusahaan kepada karyawan akan menentukan sikap dari karyawan. Jika kompensasi yang diberikan perusahaan dirasa tidak sesuai akan membuat karyawan memilih untuk keluar. Hal ini akan mengakibatkan perputaran karyawan di dalam perusahaan semakin tinggi. 3. Menjamin keadilan. Memberikan rasa adil kepada internal dan eksternal perusahaan merupakan fungsi dari manajemen kompensasi. 4. Penghargaan terhadap perilaku yang diinginkan. Harapan perusahaan dalam memberikan kompensasi kepada karyawannya adalah dapat meningkatkan perilaku baik dari karyawan, menghargai kinerja, taat terhaap peraturan, lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaan. 5. Mengendalikan biaya. Manajemen kompensasi yang adil dan rasional akan membantu perusahaan dalam mengelolah dan memperoleh karyawan dengan biaya yang bisa dipertanggung jawabkan. Sebagai contoh manajemen kompensasi yang baik akan menolong pekerja untuk bisa memperoleh bayaran yang sesuai dengan standar yang ada. 21 6. Mengikuti aturan hukum. Pemberian gaji dan upah yang benar adalah dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah sudah disesuaikan dengan pemenuhan kebutuhan karyawan. 7. Memfasilitasi pengertian. Sistem manajemen kompensasi pada dasarnya harus mudah dipahami oleh specialis SDM, manajer, dan karyawan. 8. Meningkatkan Efisiensi Administrasi. Manajemen kompensasi dirancang untuk bisa mengelolah program pengupahan dan penggajian secara efisien. Berdasarkan tujuan-tujuan yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa tujuan dari sistem menejemen kompensasi adalah memberikan pedoman yang jelas dalam menentukan pemberian kompensasi. Dalam sebuah perusahaan, masalah pemberian kompensasi sangat kompleks dan sensitif. Kompensasi penting bagi karyawan dan perusahaan. Pemberian kompensasi bagi karyawan harus adil, mempunyai dasar yang jelas, logis dan rasional. Karena merupakan gambaran atau nilai dari karyawan dan menyangkut bagi kelangsungan hidup karyawan beserta keluarganya. Bagi perusahaan, kompensasi dapat menjadi sebuah strategi untuk memperoleh dan mempertahankan karyawan yang berkualitas. Dalam Memberian kompensasi, perusahaan harus mengikuti ketentuan dari pemerintah. Pemerintah sudah peraturan yang mengatur tentang pemberian kompensasi 2.2.3 Kriteria Dalam Memberikan Kompensasi Menurut Notoatmodjo dalam Didik (2012) terdapat beberapa kriteria dalam menentukan kebijakan kompensasi bagi organisasi atau perusahaan yaitu; 1. Biaya hidup. Pemberian kompensasi harus dapat memenuhi kebutuhan hidup karyawan. 2. Produktivitas. Pemberian kompensasi sesuai dengan hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh karyawan. 3. Skala upah dan Gaji umum yang berlaku. Pemberian kompensasi harus sesuai dengan peraturan yang berlaku di daerah tempat perusahaan berada. 4. Kemampuan membayar. Pemberian kompensasi berdasarkan kemampuan perusahaan yang sesuaikan dengan memperhitungkan semua biaya-biaya yang ada. 22 5. Upah atau Gaji sebagai alat untuk menarik, mempertahankan, dan memberikan motivasi terhadap karyawan. Pemberian kompensasi dijadikan alat untuk menarik dan mempertahankan karyawan yang memiliki potensi tinggi. 2.2.4 Indikator Kompensasi Rivai (2004: 358) mengelompokkan kompensasi menjadi dua kelompok yaitu kompensasi finansial dan kompensasi non finansial. Kompensasi finansial dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan manfaat yang diterima oleh karyawan yaitu langsung dan tidak langsung. Yang termasuk kedalam kompensasi finansial secara langsung yaitu pembayaran gaji, pembayaran pretasi, pembayaran insentif, komisi, bonus, bagi untung, pembagian saham. Yang termasuk kedalam kompensasi finansial tidak langsung adalah proteksi diri, asuransi, pesangon, sekolah anak, pensiun, lembur, hari besar, cuti sakit, cuti hamil, fasilitas (rumah, kendaraan) Kompensasi non finansial digolongkan menjadi dua berdasarkan alasan penerimaannya. Yang pertama kompensasi non finansial karena karir yaitu rasa aman akan jabatan, peluang promosi, pengakuan akan hasil karya, pengakuan akan penemuan baru, prestasi istimewah. Yang kedua kompensasi berdasarkan alasan lingkungan kerja yaitu, mendapatkan pujian, bisa bersahabat dengan rekan kerja, merasa nyaman dalam melakukan pekerjaan, rasa senang selama bekerja, dan keadaan yang kondusif. Sedangkan indikator kompensasi menurut Susilo Martoyo dalam Dwiyanti (2015) memberikan empat indikator yaitu: gaji, bonus, fasilitas, dan asuransi kesehatan. Indikator ini dipakai karena menurut penelitian sebelumnya kompensasi dapat meningkatkan atau menurunkan kinerja seseorang. 2.3 Hubungan Antar Karyawan 2.3.1 Pengertian Hubungan antar Karyawan Menurut Ruslan dalam Ningsih, Lestari, dan Arif (2009) pengertian hubungan atar karyawan atau employee relation adalah semua orang-orang yang bekerja pada satu organisasi atau perusahaan yang sama. Agar hubungan antar karyawan atau employee relation dapat berjalan dengan baik diperlukan komunikasi yang baik antara sesama karyawan maupun antara atasan dan 23 bawahan. Pendapat lain dikemukakan oleh Armstrong dalam Permatasari dan Nurtjahjanti (2014) yang mengatakan pengertian employee relation adalah cara untuk mengelolah dan memelihara hubungan kerja antara sesama karyawan dan karyawan dengan perusahaan agar tercipta keadilan dalam perusahaan, komunikasi yang baik di dalam perusahaan, menciptakan kondisi kerja yang baik dan kondusif. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan hubungan antar karyawan atau employee relation adalah suatu cara untuk mengelolah orang-orang yang bekerja dalam satu organisasi atau perusahaan yang sama, agar tercipta keadilan, situasi yang kondusif, dan komunikasi yang baik di dalam perusahaan atau organisasi. 2.3.2 Faktor Hubungan Antar Karyawan Menurut Reece, Brant, dan Howie dalam Asrifah (2015) terdapat tujuh aspek yang mencerminkan keadaan employee relation dalam suatu perusahaan yaitu: 1. Komunikasi 2. Kesadaran diri 3. Penerimaan diri 4. Motivasi 5. Kepercayaan 6. Keterbukaan diri 7. Penyelesaian konflik Sedangkan menurut Gibson, Ivancevich dan Donnelly dalam Laksmana (2014) employee relation mempunyai beberapa faktor yaitu: 1. Komunikasi. Melalui komunikasi diharapkan dapat membangun kepercayaan antar sesama karyawan di dalam suatu organisasi atau perusahaan. 2. Kepercayaan. Kepercayaan di antara sesama karyawan karyawan harus dibangun agar komunikasi di dalam organisasi atau perusahaan tidak terganggu. 3. Etika. Pelanggaran etika dapat menyebabkan stres dan tekanan dalam diri karyawan yang berdampak pada kinerja karyawan. 24 4. Keadilan. Perusahaan atau organisasi harus memperlakukan semua karyawan dengan perlakukan yang konsisten dalam berbagai situasi. 5. Perasaan. Menunjukkan rasa empati dan memberi perhatian kepada seluruh karyawan merupakan bagian penting dalam membangun hubungan antara perusahaan atau organisasi dan karyawan. 6. Persepsi dan Keyakinan. Banyaknya komunikasi yang terjadi didalam organisasi atau perusahaan akan membentuk keyakinan dan persepsi karyawan terkait dengan kenyataan yang sebenarnya di tempat kerja. 7. Harapan yang jelas. Di mata karyawan, mengetahui apa yang diinginkan dari mereka dapat mengurangi stres dan membantu untuk fokus pada pekerjaan yang diberikan. 8. Pemecahan konflik. Menyelesaikan konflik yang timbul dengan cara yang adil dan cepat, merupakan harapan utama suatu organisasi bila ingin menciptakan employee relation yang baik dalam organisasi. Berdasarkan faktor-faktor yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahawa employee relation mempunyai beberapa faktor yang mengambarkan keadaan hubungan karyawan di dalam sebuah perusahaan itu baik yaitu; komunikasi, penyelesaian konflik, kepercayaan, keterbukaan diri, kesadaran diri. 2.4.3 Indikator Hubungan Antar Karyawan Menurut Sondang dalam Dwiyanti (2015) human relation mempunyai beberapa indikator yang dapat didapat diukur yaitu: 1. Komunikasi yang baik antar karyawan 2. Diskusi yang dijadikan wadah untuk mencari penyelesaian masalah 3. Komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan 2.4 Kepuasan Kerja 2.4.1 Pengertian Kepuasan Kerja Ada beberapa pengertian kepuasan kerja menurut beberapa ahli. Menurut George dan Jones dalam Nur (2013) kepuasan kerja adalah ungkapan perasaan dan kepercayaan seseorang terhadap pekerjaannya saat ini. Kepuasaan kerja dengan harapan, kebutuhan dan pandangan seseorang 25 terhadap kenyataan yang terjadi. Semakin tinggi selisih antara harapan, kebutuhan dan pandangan seseorang terhadap kenyataan yang terjadi, maka akan semakin rendah tingkat kepuasan kerja orang tersebut. Pengertian lain tentang kepuasan kerja adalah evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak puas dalam bekerja (Rivai, 2004: 475). Pengertian ini hampir sama dengan pengertian yang dikemukakan oleh Robbins dalam Nur (2013) kepuasan kerja adalah prilaku yang ditunjukan oleh karyawan secara umum terhadap pekerjaannya. Jadi pengertian dari kepuasan kerja adalah perasaan dari karyawan selama berada dalam pekerjaan, yang menggambakan bagaimana karyawan tersebut merasakan dan menikmati sebuah pekerjaan. Jika seorang karyawan mempunyai kepuasan kerja yang tinggi maka karyawan tersebut akan memberikan kinerja yang baik. Hal ini disebabkan oleh suasana hati karyawan tersebut sangat menyukai pekerjaan yang dilakukannya. 2.4.2 Teori Kepuasan Kerja Menurut Rivai (2004: 475), terdapat beberapa teori kepuasan kerja, yaitu: 1. Teori Ketidaksetaraan / Discrepancy Theory Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara sesuatu yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan. Sehingga apabila kepuasannya diperoleh melebihi yang diterimanya maka orang akan lebih puas lagi, sehingga terdapat discrepancy tetapi merupakan discrepancy yang positif. Kepuasan kerja seseorang tergantung pada selisih antara sesuatu yang dianggap akan didapatkan dengan apa yang dicapai. 2. Teori Keadilan / Equety Theory Teori ini mengatakan bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas, tergantung pada ada atau tidak adanya keadilan (equity) dalam suatu sistem, khususnya sistem kerja. Menurut teori ini komponen utama dalam teori keadilan adalah input, hasil, keadilan, dan ketidakadilan. Input adalah faktor bernilai bagi pegawai yang dianggap mendukung 26 pekerjaannya seperti, pendidikan, pengalaman, kecakapan, jumlah tugas dan peralatan atau perlengkapan yang dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaannya. Hasilnya adalah sesuatu yang dianggap bernilai oleh seorang karyawan yang diperolehnya dari pekerjaannya seperti; upah atau gaji, keuntungan, symbol, status, penghargaan, dan kesempatan untuk berhasil atau aktualisasi diri. 3. Teori 2 faktor / Two Factor Theory Menurut teori ini, kepuasan kerja dan ketidak puasan kerja itu merupakan hal yang berbeda. Kepuasan dan ketidakpuasan itu bukan satu variabel yang continue. Teori ini menunjukkan karakteristik pekerjaan menjadi 2 kelompok yaitu satisfieas atau motivator dan dissatisfieas. Satisfieas adalah faktor-faktor atau situasi yang dibutuhkan sebagai sumber yang dibutuhkan. Kepuasan kerja yang terdiri dari pekerjaan yang menarik, penuh tantangan, ada kesempatan untuk berprestasi, kesempatan untuk memperoleh penghargaan dan promosi. Terpenuhinya faktor tersebut akan menimbulkan kepuasan, namun tidak terpenuhinya faktor ini tidak selalu mengakibatkan ketidakpuasan. Dissatisfieas (Hegein Factor) adalah faktor-faktor yang menjadi sumber ketidakpuasan yang terdiri dari gaji pengawasan, hubungan antara pribadi, kondisi kerja dan status. Kepuasan seorang karyawan terhadap pekerjaannya bisa diukur dengan menggunakan beberapa teori. Teori ketidaksetaraan akan mengukur tingkat kepuasan dengan kenyataan yang dirasakan oleh karyawan. Sedangkan teori keadilan mengatakan seseorang akan merasa puas atau tidak berdasarkan pada keadilan yang dirasakan dalam suatu sistem pekerjaan. Teori yang terakhir adalah teori dua faktor. Teori ini membagi ke dalam dua cara untuk mengukur kepuasan seseorang, yaitu kelompok satisfieas dan dissatisfeas. Kepuasan kerja dalam kelompok satisfieas diukur melalui apakah pekerjaan tersebut menarik, penuh tantangan, ada kesempatan untuk berprestasi, kesempatan untuk memperoleh penghargaan dan promosi. Sedangkan kepuasan kerja dalam kelompok dissatisfieas, faktor-faktor yang menjadi sumber ketidakpuasan yang terdiri dari gaji pengawasan, hubungan antara pribadi, kondisi kerja dan status. 27 2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Menurut Hariandja (2005: 291) faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah: 1. Gaji. Adalah jumlah bayaran yang diterima seseorang sebagai akibat dari pelaksanaan kerja apakah sesuai dengan kebutuhan dan dirasakan adil. 2. Pekerjaan itu sendiri. Adalah isi dari pekerjaan yang dikerjakan oleh seseorang mempunyai elemen yang memuaskan. 3. Rekan sekerja. Adalah orang-orang selalu berinteraksi dalam pekerjaan seseorang dan dapat memberikan rasa menyenangkan atau tidak menyenangkan di dalam lingkungan kerja. 4. Atasan. Yaitu seseorang yang dapat memberi perintah atau petunjuk dalam melaksanakan pekerjaan. 5. Promosi. Yaitu adanya kemungkinan seseorang mendapatkan kenaikan jabatan. 6. Lingkungan Kerja. Yaitu Lingkungan Fisik dan Psikologis. Berdasarkan teori diatas, untuk mengukur tingkat kepuasan seseorang terhadap pekerjan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli, faktor yang paling penting adalah bagaimana kondisi pekerjaan itu sendiri. Keadaan pekerjaan, lingkungan pekerjaan, rekan kerja dan tekanan yang ada dalam lingkungan pekerjaan sangat berpengaruh terhadap tingkat kepuasan seorang karyawan. Kemudian faktor lain yang berpengaruh adalah tingkat gaji yang diberikan oleh perusahaan terhadap karyawan. 2.4.4 Indikator Kepuasan Kerja Menurut George dan Jones dalam Nur (2013) kepuasan kerja mempunyai beberapa indikator yaitu: 1. Personality yang merupakan sebuah cara seseorang berpikir dan bertindak yang terbentuk karena perasaan, pikiran, dan keyakinan. Keyakinan meliputi pemanfaatan kemampuan, prestasi kerja, kemajuan, kreativitas kerja dan kemandirian dalam melakukan pekerjaan. 28 2. Values yang merupakan nilai yang sifatnya intrinsik maupun ekstrinsik. Yang termasuk kedalam nilai-nilai ini adalah imbalan, pengakuan, tanggung jawab, jaminan kerja, dan layanan sosial 3. Social influence yang merupakan suatu pengaruh yang terbentu karena rekan keja, kelompok, dan budaya oraganisasi. 4. Work condition yang merupakan suatu keadaan di tempat kerja yang terbentuk karena pekerjaan itu sendiri, rekan kerja, supervisor, bawahan, dan kondisi fisik. 2.5 Kinerja Karyawan 2.5.1 Pengertian Kinerja Karyawan Pengertian kinerja menurut Amir (2015: 81) adalah pola tingkah laku seseorang dalam melakukan tugas pekerjaan di dalam suatu perusahaan atau organisasi yang dilakukan dengan segenap kemampuan yang dimiliki untuk menghasilkan hasil yang bermakna bagi perusahaan atau organisasi, lingkungan, dan bagi dirinya sendiri. Pengertian kinerja atau Performance ini bisa berarti abstrak jika tidak disebutkan konteks secara lengkap dalam mendefinisikan aarti dari kata tersebut. Untuk mendefinisikan kinerja karyawan diperlukan indikator seperti karyawan, perusahaan, tim kerja, dan lain-lain. Menurut Benardin dan Russell dalam Winanti (2011) mengatakan pengertian kinerja karyawan adalah ringkasan hasil pekerjaan dari seorang karyawan dalam menyelesaikan tugas dan fungsi dalam perusahaan selama kurun waktu tertentu. Sedangkan menurut Suparlan dalam Riyadi dan Ismiyanto (2014) pengertian kinerja adalah cara untuk melakukan efektivitas dalam memberdayakan karyawan yang diukur dari tingkat produktivitas yang sesuai dengan target perusahaan. Secara garis besar pengertian kinerja karyawan dapat diartikan tentang kemampuan seorang karyawan untuk melakukan pekerjaan dan memberikan hasil sesuai dengan keinginan perusahaan atau organisasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Kinerja karyawan akan diukur secara kualitas dan kuantitas dalam kurun waktu tertentu. Kinerja karyawan akan membantu perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. 29 2.5.2 Faktor yang mempengaruhi Kinerja Faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah ability dan motivation (Mangkunegara, 2007: 67). Motivation meliputi attitude dan situation. Motivasi adalah suatu keadaan yang memacu semangat seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi akan mendorong seorang karyawan untuk bekerja secara maksimal. Sedangkan ability meliputi knowledge dan skill. Artinya untuk mempermudah dalam mendapatkan kinerja karyawan yang tinggi, akan lebih baik jika mendapat seseorang yang mempunyai latar balakang pendidikan yang sesuai dengan pekerjaan dan sudah mempunya kemampuan dasar yang mendukung untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Sedangkan menurut Luthans dalam Nur (2013) mengatakan bahwa kinerja seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan seseorang, tetapi dipengaruhi juga oleh wawasan, pekerjaan, kemampuan, dan perasaan pada saat orang tersebut mengerjakan. Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli diatas bisa disimpulkan bahawa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang. Motivasi dan kemampuan adalah faktor utama yang mempengaruhi kinerja. Motivasi akan memberikan semangat dan dorongan kepada seseorang agar mampu mencapai tujuan yang diberikan. Kemampuan akan membawa seseorang untuk lebih mudah dalam menjalankan suatu fungsi pekerjaan. Faktor-faktor ini perlu diperhatikan untuk melakukan penilaian terhadap kineja seorang karyawan. 2.5.3 Penilaian Kinerja Penilaian kinerja adalah suatu rangkai kegiatan dalam menilai kinerja seorang karyawan secara periodik dalam jangka waktu terntu yang dilakukan oleh pimpinan perusahaan Mangkunegara (2007: 69). Yang dimaksud dengan pimpinan perusahaan adalah atasan langsung atau tidak langsung dan pihak lain yang diberi wewenang untuk melakukan penilaian kinerja karyawan contohnya bagian personalia. Ada pandangan lain yang mengatakan performance appraisal atau penilaian kinerja ke dalam dua pengertian (Amir, 2015:83). Yang pertama pengertian dari sisi manfaat adalah suatu cara dalam menejemen 30 perusahaan atau organisasi yang digunakan untuk berbagai keperluan bersama. Hasil dari pengukuran kinerja dapat digunakan perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan pada bagian ketenagakerjaan. Contohnya pemberhentian karyawan, promosi, mutasi, sistem gaji, bonus, dan untuk program pengembangan karyawan. Sedangkan pengertian yang kedua dari sisi fungsional adalah suatu cara dalam menejemen untuk menjalan fungsi pengawasan dan memberikan perintah. Penilaian kinerja karyawan diperlukan oleh perusahaan untuk memantau sejauhmana pekerjaan telah sesuai dengan tujuan perusahaan. Berdasarkan pengertian dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian penialaian kinerja adalah serangkaian kegiatan dalam menilai dan mengevaluasi kinerja karyawan di dalam perusahaan yang dilakukan oleh pihak yang berwenang dalam memberikan penilaian dan dilakukan dalam satu periode tetap dan berkala. Hasil dari penilaian kinerja dapat dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dalam ketenagakerjaan. Dan hasil dari penilaian kinerja dapat membantu perusahaan dalam mengontrol sudah sampai sejauh mana tujuan perusahaan dicapai. 2.5.4 Indikator Kinerja Menurut Bernadin dan Russell dalam Winanti (2011) terdapat 4 indikator yang dijadikan sebagai alat untuk mengukur kinerja yaitu; 1. Quality adalah kegiatan untuk mengukur ketepatan hasil pekerjaan yang sesuai dengan tujuan. Semakin dekat dengan tujuan akan semakin tinggi nilai Quality. 2. Quantity adalah banyaknya mengukur banyaknya jumlah hasil pekerjaan yang telah diselesaikan. 3. Timeliness adalah mengukur penggungaan waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan memperhatikan ketepatan hasil yang diselesaikan. 4. Dicipline – effectiveness adalah mengukur tingkat kepatuhan pada tanggung jawab dengan pemanfaatan maksimal sumber daya yang dimiliki untuk mencapai hasil yang maksimal. 31 Sedangkan menurut Ivancevich et al dalam Nur (2013) terdapat beberapa dimensi atau kriteria yang dapat dijadikan indikator kinerja karyawan yaitu; 1. Quantity of work, banyaknya hasil pekerjaan yang diselesaikan dalam satu periode. 2. Quality of work, kualitas dari hasil pekerjaan yang telah diselesaikan dan telah disesuaikan dengan standar yang berlaku. 3. Knowledge of job, tingkat pengetahuan yang berkaitan dengan bidang pekerjaan. 4. Personal qualities, berkaitan dengan kepribadian, kepemimpinan, sikap, prilaku, dan integritas dari karyawan. 5. Cooperation, keterbukaan untuk bekerja sama dengan seluruh anggota organisasi. 6. Dependability, tingkat kepercayaan yang diberikan kepada karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan dan kehadirannya dalam organisasi. 7. Initiative, kesigapan, kesiapan dan kecepatan dalam melaksanakan setiap tugas yang diberikan. 2.6 Hipotesis dan Hubungan antar Variabel 2.6.1 Pengertian Hipotesis Dalam melakukan penelitian langkah selanjutnya setelah masalah dirumuskan adalah menentukan hipotesis. Pengetian hipotesis menurut Sugiyono (2014: 96) adalah jawaban sementara terhadap rumusan penelitian di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Hipotesis merupakan dugaan sementara yang mungkin benar dan mungkin salah, sehingga dapat dianggap atau dipandang sebagai konsklusi atau kesimpulan yang sifatnya sementara, sedangkan penolakan atau penerimaan suatu hipotesis tersebut tergantung dari hasil penellitian terhadap faktor-faktor yang dikumpulkan, kemudian diambul suatu kesimpulan. Pengertian lain yang dikemukan oleh Arikunto (2009: 55) adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya. Dugaan jawaban tesebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang 32 dikumpulkan melalui penelitian. Dengan kedudukan itu maka hipotesis dapat berubah menjadi kebenaran, tetapi juga dapat tumbang sebagai kebenaran. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan pengertian hipotesis adalah dugaan sementara yang belum dapat dipastikan kebenarannya, yang kemudian akan dilakukan pengujian kebenarannya sesuai dengan model dan analisis yang cocok. Hipotesis penelitian dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Penulisan Hipotesis penelitian dilakukan setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena hipotesis penelitian adalah rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari kajian pustaka. 2.6.2 Hubungan antara Kompensasi dan Kinerja Karyawan Pengertian kompensasi menurut Wirawan (2015: 368) adalah semua bentuk imbalan yang diterima oleh tenaga kerja dari perusahaan, baik imbalan finansial maupun non finansial karena telah menjalin hubungan ketenagakerjaan. Kompensasi merupakan faktor kunci dalam hubungan atara perusahaan dengan karyawannya. Hubungan akan harmonis jika karyawan merasa kompensasi yang diterima cukup. Menurut Donnelly, Gibson, dan Ivancevich dalam Mayangsari (2014) kinerja individu akan selalu dipengaruhi oleh kompensasi atau balas jasa yang diterima oleh karyawan. Berdasarkan pernyataan Donnelly, Gibson, dan Ivancevich dalam Mayangsari (2014) dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif antara Kompensasi dengan Kinerjan Karyawan. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan sebelumnya. Berdasarkan penelitian Dwiyanti (2015), Mayangsari (2014), Hadiyatno (2012) diperoleh hasil terdapat hubungan positif dan signifikan antara Kompensasi dengan Kinerja Karyawan. Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu maka dapat ditarik hipotesis ; Ha: Kompensasi berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan PT. Hero Supermarket tbk pada Divisi HRD. 33 2.6.3 Hubungan antara Hubungan antar Karyawan dan Kinerja Karyawan Menurut Ruslan dalam Ningsih, Lestari, dan Arif (2009) pengertian hubungan antar karyawan atau employee relation adalah semua orang-orang yang bekerja pada satu organisasi atau perusahaan yang sama. Agar hubungan antar karyawan atau employee relation dapat berjalan dengan baik diperlukan komunikasi yang baik antara sesama karyawan maupun antara atasan dan bawahan. Fungsi dari employee relation atau hubungan antar karyawan bagi perusahaan adalah menjalin hubungan yang baik antara sesama karyawan. Ketika organisasi atau perusahaan dapat menciptakan employee relation yang baik akan memberi dampak secara langsung pada kinerja karena mampu menciptakan rasa kepercayaan antara perusahaan dengan karyawannya. Laksmana (2014) Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan terdapat pengaruh positif antara empolyee relation atau hubungan antar karyawan terhadap kinerja. Pengaruh positif antara hubungan antar karyawan dan kinerja karyawan terdapat pada penelitian yang dilakukan sebelumnya. Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Dwiyanti (2015), Asrifah (2015), Ningsih, Lestari, dan Arif (2009) dan Laksmana (2014) diperoleh hasil terdapat pengaruh positif dan signifikan antara hubungan antar karyawan atau employee relation dengan kinerja karyawan. Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu maka dapat ditarik hipotesis ; Ha: Hubungan antar karyawan atau employee relation berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Hero Supermarket tbk pada Divisi HRD. 2.6.4 Hubungan antara Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan Kepuasan kerja menurut George dan Jones dalam Nur (2013) kepuasan kerja adalah ungkapan perasaan dan kepercayaan seseorang terhadap pekerjaannya saat ini. Kepuasaan kerja dengan harapan, kebutuhan dan pandangan seseorang terhadap kenyataan yang terjadi. Semakin tinggi selisih antara harapan, kebutuhan dan pandangan seseorang terhadap kenyataan yang terjadi, maka akan semakin rendah tingkat kepuasan kerja orang tersebut. 34 Menurut Colquitt, Lepine, dan Wesson (2013: 37) Job Satisfaction atau kepuasan kerja mempunyai hubungan positif terhadap Job Performance atau kinerja pada pekerjaan. Orang yang mempunyai tingkat kepuasan kerja yang tinggi mempunyai task performance atau kinerja pada tugas dan prilaku dalam lingkungan pekerjaan yang tinggi. Pengaruh positif antara kepuasan kerja dan kinerja juga didapatkan dalam penelitian yang dilakukan sebelumnya. Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Chandraningtyas, Musadieq, dan Utami (2012), Riyadi dan Ismiyanto (2014), Nur (2013), Hadiyatno (2012) yang menyatakan terdapat hubungan antara Kepuasan kerja terhadap Kinerja karyawan. Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu maka dapat ditarik hipotesis ; Ha: Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Hero Supermarket tbk pada Divisi HRD. 2.7 Kerangka Berpikir Menurut Usman dan Akbar (2008: 33) kerangka berpikir adalah gambaran sementara yang menjelaskan suatu gejala yang menjadi objek penelitian. Kerangka berpikir memberi gambaran tentang pola berpikir yang dipakai penulis dalam merumuskan hipotesis. Kerangka berpikir dibuat berdasarkan pada tinjauan pustaka dan hasil penelitian terdahulu yang berhubungan. Penelitian ini penulis menggunakan kerangka berpikir yang dapat dilihat pada Gambar 2.1 35 Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Kompensasi (X1) H1 Hubungan antar karyawan (X2) Kepuasan kerja (X3) KinerjaKaryaw an (Y) H2 H3 H4 36