Unduh - KPU Cilacap

advertisement
RISET PENELITIAN
PERILAKUeMEMILIHeDIeKABUPATENeCILACAP
DALAMePEMILUeLEGISLATIFeDANe PEMILUePRESIDEN/WAKILePRESIDENe2014
)eStudieKasusePadaeNelayanedanePetanie)
DisusuneOleh:
RISET PENELITIAN
PERILAKU MEMILIH DI KABUPATEN CILACAP DALAM PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN/WAKIL PRESIDEN 2014
(Studi Kasus Pada Nelayan dan Petani )
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Cilacap
2015
ABSTRAKSI
Judul penelitian ini adalah “Perilaku Memilih Di Kabupaten Cilacap Dalam
Pemilu Legislatif Dan Pemilu Presiden/Wakil Presiden 2014 (Studi Kasus Pada
Nelayan dan Petani)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
perilaku memilih pada masyarakat kabupaten Cilacap, yang diwakili oleh
kelompok nelayan dan petani. Faktor apa saja yang mempengaruhi dalam
memilih partai politik, caleg DPRD Kabupaten/kota, DPRD Propinsi, DPD, dan
DPR RI pada pemilu legislatif 2014 serta dalam memilih pasangan calon
presiden/wakil presiden pada pilpres 2014.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Teknik pemilihan sampel dengan non probability sampling yaitu dengan
purposive sampling dan quota sampling. Teknik pengumpulan data dengan
menggunakan in-depth interview (wawancara mendalam) dan data sekunder
yang berupa dokumentasi. Sedangkan analisis data menggunakan analisis
kategorisasi, triangulasi, dan deskripsi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua kelompok masyarakat (nelayan
dan petani) tersebut, keduanya dapat dikategorikan dalam tipologi pemilih
tradisional dan tiopologi pemilih skeptis. Dalam memilih lebih dipengaruhi pada
figur, baik perilaku, karakter, ketokohan, satu daerah/putra daerah, hal inilah
yang menjadi daya tarik, yang merupakan faktor eksternal. Disisi lain ada daya
tolak adalah yang berkaitan dengan pilihan identitas dan karakter pribadi seperti
sipil-militer, low profile-high profile, tegas-lemah lembut,. Daya tarik dan daya
tolak tersebut berkaitan dengan faktor internal pemilih seperti sosiologis,
ekologis, psikologis dan rasional. Masyarakat lebih mengutamakan memilih caleg
dibandingkan dengan parpol. Caleg yang dikenal kecenderungan caleg DPRD
kabupaten/kota, caleg DPRD propinsi dan DPR RI sedikit yang mengenal, calon
anggota DPD cenderung tidak dikenal, sehingga calon anggota DPD yang dipilih
adalah visualisasi dalam surat suara. Sedangkan capres/cawapres sangat dikenal,
selain hanya dua pasangan calon, juga sudah sangat populer. Korelasi pilihan
antara partai politik, caleg dan capres/cawapres tidak terlalu signifikan.
Pemilih membutuhkan informasi yang koheren dan komprehensif dalam
pemilu, sebagai sarana menuju pemilu yang lebih berkualitas, tidak hanya
sekedar tingginya tingkat partisipasi. Pendidikan politik/pemilu terus
berkesinambungan, selain itu, kampanye parpol, caleg lebih efektif dan tepat
sasaran, terutama pada masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah.
Kata kunci : Perilaku Memilih, Pileg dan Pilpres, Nelayan dan Petani, Cilacap
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sekapur Sirih…
Puji Syukur kehadhirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, atas limpahan
rahmat dan HidayahNya, sehingga terselesaikannya penelitian yang berjudul
“Perilaku Memilih Di Kabupaten Cilacap Dalam Pemilu Legislatif Dan Pemilu
Presiden/Wakil Presiden 2014 (Studi Kasus Pada Nelayan dan Petani)”. Penelitian
ini merupakan bagian dari program KPU RI tahun 2015 yang harus dilaksanakan
oleh seluruh KPU Kabupaten/Kota di Indonesia. Bagi KPU Kabupaten Cilacap,
penelitian ini sangat besar manfaatnya, selain untuk mengetahui realita yang ada
saat pemilu 2014 baik pileg maupun pilpres, juga untuk mengasah kemampuan
untuk meneliti dan menulis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah guna meningkatkan
kualitas penyelenggaran pemilu pada masa mendatang.
Penelitian ini dilaksanakan secara swakelola, yang menjadi ranah tupoksi
divisi pendidikan pemilih dan sosialisasi, dan merupakan hasil sinergi dari semua
komisioner dan staf sekretariat KPU Kabupaten Cilacap. Untuk itu, kami
sampaikan terima kasih kepada para pihak yang telah membantu dari awal
hingga akhir penulisan laporan, yaitu teman-teman komisioner, sekretaris, para
kasubag, dan staf sekretariat KPU Kabupaten Cilacap, enumerator, informan,
aparatur pemerintahan Kabupaten Cilacap, tokoh masyarakat, mantan anggota
KPPS, Ketua RT/RW, ketua rukun nelayan/tani di wilayah sampel penelitian, tim
ahli, serta pihak lain yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari, bahwa penelitian ini jauh dari sempurna, “tiada gading
yang tak retak”. Kami tidak akan berapologi dengan keterbatasan waktu dan
dana, hanya ingin kami katakan, bahwa kami melaksanakan penelitian ini dengan
iii
sekuat tenaga, pikiran, dan kemampuan dari potensi yang ada. Hal ini secara
implisit menunjukkan bahwa setiap saat kami terus bekerja dan bekerja.
Akhirnya, semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan
kualitas pemilu dan menjadi titik awal tradisi intelektual di KPU, khususnya KPU
Kabupaten Cilacap.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Cilacap, 31 Juli 2015
Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Cilacap
Ketua
ttd
INDON TJAHJONO
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar I-1 Kerangka Pemikiran ............................................................................11
Gambar I-2 Kerangka Metodologis ........................................................................16
Gambar II-1 Peta Kabupaten Cilacap .....................................................................17
Gambar II-2 Partai Politik Peserta Pemilu 2014 ....................................................22
Gambar II-3 Pembagian DAPIL dan Jumlah Kursi Dalam Pemilu 2014
Di Kabupaten Cilacap ..........................................................................23
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II-1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan,
dan Penyebaran Per Kecamatan Di Kabupaten Cilacap .......................18
Tabel II-2 Jumlah Penduduk Per Kelurahan Di Kecamatan Cilacap Selatan ..........19
Tabel II-3 Jumlah Penduduk Per Desa Di Kecamatan Gandrungmangu ................20
Tabel II-4 Anggota DPRD Kabupaten Cilacap Hasil Pemilu 2014 ...........................24
Tabel III-1 Pendidikan Informan .............................................................................26
Tabel III-2 Pemahaman Informan ..........................................................................30
Tabel III-3 Sumber Informsn Tentang Pileg/Pilpres ..............................................31
Tabel IV-1 Daya Tarik Dalam Pemilu Legislatif ......................................................36
Tabel IV-2 Daya Tarik Memilih Capres/Cawapres .................................................38
Tabel V-1 Pilihan Partai Politik 41
Tabel V-2 Pilihan Caleg DPRD Kabupaten .............................................................43
Tabel V-3 Pilihan Caleg DPRD Propinsi ..................................................................45
Tabel V-4 Pilihan Caleg DPR RI ..............................................................................46
Tabel V-5 Pilihan Calon Anggota DPD ...................................................................48
Tabel V-6 Nomor Urut Caleg Terpilih DPRD Kabupaten Cilacap ...........................49
Tabel V-7 Nomor Urut Caleg Terpilih Dapil 3 & 4 .................................................49
Tabel V-8 Nomor Urut Caleg Pilihan Informan .....................................................50
Tabel V-9 Pilihan Capres/Cawapres ......................................................................51
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
ABSTRAKSI .............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ..............................................................................1
B. LANDASAN TEORI ...............................................................................................3
C. TUJUAN PENELITIAN ...........................................................................................8
D. METODOLOGI PENELITIAN ...............................................................................11
1. Desain Penelitian .........................................................................................11
2. Penentuan Lokasi Penelitian ........................................................................11
3. Populasi dan Sampel ....................................................................................12
4. Prosedur Penelitian .....................................................................................13
5. Pengumpulan Data ......................................................................................13
a. Observasi Non Partisipatoris ...................................................................13
b. Wawancara Mendalam (In-depth Interview) .........................................14
6. Analisis Data .................................................................................................14
BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ................................................................16
A. KONDISI FISIK DAN SOSIAL ...............................................................................16
1. Kondisi Wilayah Kabupaten Cilacap .............................................................16
2. Kondisi Wilayah Kecamatan Cilacap Selatan ...............................................19
3. Kondisi Wilayah Kecamatan Gandrungmangu ............................................19
vii
B. KONDISI PEMILU DI KABUPATEN CILACAP ......................................................21
1. Sejarah Pemilu .............................................................................................21
2. Partai Politik Peserta Pemilu Tahun 2014 ...................................................21
3. Daerah Pemilihan (Dapil) .............................................................................22
4. Anggota Legislatif Kabupaten Cilacap ..........................................................23
BAB III PENGETAHUAN PEMILIH ...........................................................................25
A. PENGETAHUAN TENTANG PEMILU ................................................................26
B. PENGETAHUAN TENTANG PARTAI POLITIK ....................................................27
C. PENGETAHUAN TENTANG CALEG ..................................................................28
D. PENGETAHUAN TENTANG ANGGOTA DPD ....................................................28
E.
PENGETAHUAN TENTANG CAPRES/CAWAPRES ............................................29
F.
AKSES INFORMASI TERHADAP PEMILU ..........................................................30
BAB IV PERILAKU MEMILIH DALAM PEMILU 2014 ................................................32
A. KONDISI DI TPS ...............................................................................................32
B. FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI PILIHAN ........32
1. Faktor Internal ...........................................................................................33
2. Faktor Eksternal ........................................................................................33
3. Daya Tarik Dalam Memilih Pada Pileg 2014 ..............................................34
4. Daya Tolak Dalam Memilih Pada Pileg 2014 .............................................36
5. Daya Tarik Dalam Memilih Pada Pilpres 2014 ..........................................37
6. Daya Tolak Dalam Memilih Pada Pilpres 2014 ..........................................38
BAB V KORELASI ANTARA PILEG 2014 DENGAN PILPRES 2014 .............................40
A. PILIHAN DALAM PILEG DAN PILPRES .............................................................40
1. Pilihan Dalam Pileg 2014 ..........................................................................40
a. Pilihan Partai Politik ...........................................................................40
b. Pilihan Anggota DPRD Kabupaten Cilacap .........................................42
viii
c. Pilihan Anggota DPRD Propinsi Jawa Tengah ....................................44
d. Pilihan Anggota DPR RI .......................................................................45
e. Pilihan Anggota DPD ..........................................................................47
f. Pilihan Nomor Urut Caleg .................................................................49
2. Pilihan Dalam Pilpres 2014 .......................................................................50
3. Alternatif Pilihan ......................................................................................51
4. Korelasi Pilihan Parpol, Caleg Dan Capres/Cawapres ..............................52
BAB VI TIPOLOGI PEMILIH DAERAH PENELITIAN ..................................................54
BAB VII PENUTUP ..................................................................................................56
A. KESIMPULAN ..................................................................................................56
B. REKOMENDASI ...............................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................60
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pemilu merupakan salah satu syarat bagi negara demokrasi. Pemilu
legislatif maupun pemilu presiden/wakil presiden diadakan secara berkala.
Tidak selalu hasil pemilu dapat diprediksi hasilnya, walaupun beberapa
lembaga survai telah melakukan survai untuk memprediksi kecenderungan
hasil. Kadangkala survai hasilnya dinamis, dari waktu ke waktu berbeda,
bahkan ketika ada momen tertentu, dalam hitungan hari dapat berubah
secara signifikan.
Melihat realitas dalam pemilu legislatif dan pemilu presiden/wakil
presiden, yang menentukan adalah suara pemilih. Peristiwa terjadi di balik
bilik suara/TPS, itulah yang menentukan. Apa yang menjadi alasan pemilih
melakukan suatu pilihan, banyak alasan dan yang menjadi daya tarik untuk
menentukan pilihan, baik secara rasional maupun emosional. Selain itu, ada
daya tolak yang menjadikan pemilih tidak memilih kontestan pemilu
tertentu/lainnya.
Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden/Wakil Presiden 2014 di Kabupaten
Cilacap terjadi dinamika. Silih bergantinya anggota DPRD, disamping
petahana/incumben masih ada yang terpilih lagi, ada sedikit perubahan posisi
urutan perolehan suara partai politik. Disamping itu pemilu presiden/wakil
presiden berbeda dengan sebelumnya, yaitu dengan munculnya hanya dua
capres/cawapres. Secara umum masyarakat mengidentifikasi presidennya dari
PDI-P dan Partai Gerindra. Sedangkan wakil presiden diidentifikasikan dari
partai politik yang berbeda, yaitu Partai Golkar (walau secara kelembagaan
partai politiknya tidak mendukung) dan PAN.
Kabupaten Cilacap secara geografis, dibandingkan dengan kabupaten
lain di Jawa Tengah memiliki karakteristik yang cukup unik. Selain wilayahnya
1
yang terluas di Jawa Tengah, juga berada di perbatasan dengan Jawa Barat,
dengan posisi di pojok barat-selatan atau barat daya di Propinsi Jawa Tengah.
Disisi lain, terdapat garis pantai yang cukup panjang dan pegunungan yang
cukup luas. Dilihat dari kultur, terdapat dua kultur masyarakat Cilacap yaitu
Jawa Banyumasan di sebelah Timur dan Sunda di sebelah Barat. Jumlah
penduduk terbanyak ke dua dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah.
Dalam pemilu legislatif tahun 2014 partai politik yang mendapatkan
kursi di DPRD Kabupaten Cilacap berjumlah 8 partai politik, dari 12 partai
politik peserta pemilu. Apabila dicermati, kecenderungan partai politik baru
serta yang tidak memiliki tokoh pada tingkat nasional maupun lokal, yang
tidak mendapatkan kursi. Partai politik tersebut adalah Partai Hanura, Partai
Nasdem, PBB (Partai Bulan Bintang) dan PKPI (Partai Keadilan dan Persatuan
Indonesia). Hal inilah yang menjadi salah satu interes untuk mengetahui
secara mendalam mengapa hal ini terjadi pada pemilu legislatif di Kabupaten
Cilacap tahun 2014.
Sedangkan pada Pemilu Presiden/Wakil Presiden 2014, dengan adanya
dua pasangan calon presiden/wakil presiden, secara umum memiliki
ketokohan yang sama kuat, perbandingan perolehan suara tidak begitu jauh
berbeda dengan daerah Jawa Tengah, terutama di wilayah selatan. Bila dilihat
secara perbandingan perolehan suara yang didapat memang cukup jauh
terpaut. Apakah hal tersebut ada korelasinya dengan partai politik pengusung
pasangan calon presiden/wakil presiden.
Masyarakat dengan profesi yang berbeda, dalam studi kasus ini apabila
merujuk pada kelompok nelayan dan petani, secara karakteristik sangat
berbeda. Kultur yang ada juga berbeda, yang dipengaruhi oleh lingkungan dan
dan cara dalam bekerja. Nelayan, lingkungan kerja secara geografis adalah
panas, mencari bukan memelihara, serta dihadapkan oleh cuaca yang tidak
menentu dan penuh dengan tantangan alam. Sedangkan petani, dalam
lingkungan geografis yang nyaman, lingkungan kerja yang tenang, dan dalam
2
hal pekerjaan mereka menanam dan memelihara. Sehingga karakteristiknya
lebih tenang, memiliki kesabaran yang lebih tinggi.
Dalam penelitian ini, yang ingin diketahui adalah bagaimana dalam
kelompok masyarakat pinggiran tersebut, yang diwakili oleh nelayan dan
petani, dalam pemilu legislatif dan pemilu presiden/wakil presiden 2014,
mereka menjatuhkan pilihan dalam dua pemilu tersebut. Alasan apa saja yang
menjadikan mereka menjatuhkan pilihan, apakah pilihan tersebut bersifat
rasional, emosional, pilihan sadar, atau pilihan yang tidak disadari atau
keterpaksaan. Disamping itu, faktor-faktor apa yang mempengaruhi, baik
internal maupun eksternal.
Hal ini apabila ditarik lebih ke belakang, keikut sertaan mereka dalam
pemilu ini apakah faktor kesadaran atau faktor yang lain. Pemilih ketika
datang ke TPS sampai dengan menjatuhkan pilihan, merupakan efek dari
pengaruh internal dan eksternal, yang akhirnya menjadi persepsi. Bahkan,
ketika di dalam TPS apakah dia merasa nyaman, dan merasa tidak ada
kesulitan dalam melakukan teknis pencoblosan. Dengan demikian, apa yang
ada dalam pikiran dengan apa yang ada dilakukan di lapangan ada kesesuaian
atau kesamaan dengan yang dipikirkan/inginkan.
B. LANDASAN TEORI
Studi tentang perilaku pemilih tidak ada satu studi yang secara cermat
dapat mengakomodirnya, hanya beberapa pendekatan yang dapat digunakan.
Menurut Ramlan Surbakti (2010) pemilih menentukan pilihan berdasarkan 4
(empat) pendekatan yaitu struktural sosiologis, ekologis, psikologi sosial, dan
pilihan rasional. Pendekatan struktural melihat kegiatan memilih merupakan
produk dari konteks struktur yang lebih luas seperti struktur sosial, sistem
partai politik, sistem pemilihan umum, permasalahan dan program yang
ditonjolkan oleh setiap partai politik.
3
Struktur sosial yang menjadi sumber kemajemukan politik dapat berupa
kelas sosial atau perbedaan-perbedaan antara majikan dengan pekerja,
agama, perbedaan desa dengan kota, bahasa dan nasionalisme. Jumlah partai
politik, basis sosial sistem partai politik, dan program yang ditonjolkan yang
mungkin berbeda dari negara satu dengan negara lain, karena perbedaan
struktur sosial tersebut.
Pendekatan sosiologis cenderung menempatkan kegiatan memilih
dengan konteks sosial. Kongkretnya pilihan seseorang dalam pemilihan umum
dipengaruhi oleh latar belakang demografi dan sosial ekonomi seperti jenis
kelamin,
tempat
tinggal
(desa-kota),
pekerjaan,
pendidikan,
kelas,
pendapatan, dan agama.
Pendekatan ekologis hanya relevan, apabila dalam suatu daerah
pemilihan terdapat perbedaan
karakteristik pemilih berdasarkan unit
teritorial seperti desa, kelurahan, kecamatan dan kabupaten. Kelompok
masyarakat seperti tipe penganut agama tertentu, buruh, kelas menengah,
mahasiswa, suku tertentu, subkultur tertentu, dan profesi tertentu bertempat
tinggal pada unit teritorial tertentu. Pendekatan ekologis ini penting sekali
digunakan, karena karakteristik data hasil pemilihan umum propinsi berbeda
dengan karakteristik data kabupaten, karakteristik data kabupaten berbeda
dengan karakteristik data kecamatan.
Pada dasarnya pendekatan psikologi sosial sama dengan penjelasan
yang digunakan dalam model perilaku politik. Salah satu konsep psikologi
sosial yang digunakan untuk menjelaskan perilaku memilih dalam pemilihan
umum berupa identifikasi partai politik. Konsep ini merujuk pada persepsi
pemilih atas partai-partai politik yang ada atau keterikatan emosional pemilih
terhadap partai politik tertentu. Kongkretnya, partai politik yang secara
emosional dirasakan dekat merupakan partai politik yang selalu dipilih tanpa
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
4
Sedangkan pendekatan pilihan rasional, melihat kegiatan memilih
sebagai produk kalkulasi antara untung dan rugi. Yang menjadi pertimbangan
tidak
hanya
“ongkos”
memilih
dan
kemungkinan
suaranya
dapat
mempengaruhi hasil yang diharapkannya.. Tetapi hal ini digunakan oleh
pemilih dan kandidat yang hendak mencalonkan diri untuk terpilih sebagai
wakil rakyat atau pejabat pemerintahan. Bagi pemilih, pertimbangan untung
dan rugi digunakan untuk membuat keputusan tentang partai politik atau
kandidat yang akan dipilih.
Menurut Ramlan Surbakti, keempat pendekatan tersebut memilih
merupakan kegiatan otonom atau bukan paksaan dari pihak lain. Namun
dalam kenyataan di negara berkembang, memilih bukan hanya ditentukan
oleh pemilih, tapi juga ditentukan oleh faktor lain seperti tekanan kelompok,
intimidasi dan paksaan dari kelompok atau pemimpin tertentu.
Tidak ada satupun teori yang benar berkaitan dengan perilaku pemilih.
Ada tiga teori pendekatan yang digunakan yaitu teori sosiologi, psikologi, dan
anthropologi. Teori tersebut dianggap mendekati dan saling melengkapi.
Tipologi pemilih (Firmanzah, 2010) ada 4 (empat) kelompok sebagai
berikut :
Pertama, pemilih rasional, pemilih ini memiliki “policy problem solving”
yang tinggi, dan berorientasi rendah pada faktor ideologi. Pemilih golongan ini
lebih mengutamakan partai atau kontestan dalam hal program kerjanya.
Pemilih dalam golongan ini tidak mementingkan ikatan ideologI pada suatu
partai politik atau kontestan pemilu. Faktor seperti paham, asal usul, nilai
tradisi, budaya , agama, dan psikografis dipertimbangkan juga, tetapi bukan
hal yang signifikan. Hal yang terpenting bagi pemilih ini adalah apa yang bisa
atau yang telah dilakukan oleh partai politik/kontestan pemilu.
Kedua, pemilih kritis, pemilih jenis ini merupakan perpaduan antara
tingginya orientasi pada kemampuan partai politik atau kontestan pemilu
dalam menuntaskan permasalahan bangsa, maupun tingginya orientasi pada
5
hal-hal yang bersifat ideologis. Pentingnya ikatan ideologis membuat loyalitas
pemilih terhadap partai politik/kontestan pemilu cukup tinggi, tidak semudah
seperti pemilih rasional untuk berpaling kepada partai politik/kontestan
pemilu. Pemilih kritis akan selalu menganalisa kaitan antara sistem nilai partai
politik (ideologi) dengan kebijakan yang dibuat. Partai politik/kontestan
pemilu harus memenej pemilih jenis ini.
Ketiga, pemilih tradisional, pemilih jenis ini memiliki orientasi ideologi
yang cukup tinggi, dan tidak terlalu melihat kebijakan partai politik/kontestan
pemilu.
Dalam
mengambil
keputusan,
pemilih
tradisional
sangat
mementingkan kedekatan sosial budaya, nilai, asal usul, paham, dan agama.
Sebagai ukurannya, akan memilih figur dan kepribadian pemimpin, mitos dan
nilai-nilai historis partai politik/kontestan pemilu. Salah satu karakteristik
mendasar adalah tingkat pendidikan yang rendah dan konservatif dalam
memegang nilai atau paham yang dianut. Pemilih tradisional adalah pemilih
yang bisa dimobilisasi dalam kampanye.
Keempat, pemilih skeptis pemilih jenis ini adalah tidak memiliki orientasi
ideologi yang cukup tinggi dengan partai politik/kontestan pemilu. Keinginan
atau antusiasme dalam pemilu juga kurang, karena kaitan ideologi sangat
rendah. Golongan ini juga kurang peduli terhadap program kerja, platform
partai politik/kontestan, atau kebijakan partai politik/kontestan pemilu.
Sedangkan hal-hal yang mempengaruhi perilaku memilih dari faktor
partai politik/kontestan pemilu, apabila diterapkan di Indonesia ada 7 (tujuh)
postulat hukum (Sigit Pamungkas, 2012) yang dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Pertama, warna aliran dari sebuah partai politik mempengaruhi perilaku
pemilih. Aliran partai politik dapat dipilah menjadi tiga kategori, yaitu sekuler,
moderat dan agama. Perilaku pemilih akan ditentukan oleh persepsi diri
mereka
dalam
mempersepsikan
kluster
aliran
ideologi partai
tersebut
dan
bagaimana
mereka
politik yang ada. Apabila pemilih
6
mempersepsikan dirinya pada kluster sekuler, maka pilihan akan jatuh pada
partai politik yang berada pada kluster sekuler. Sangat kecil kemungkinan
pemilih memilih partai politik diluar persepsi kluster yang ada.
Kedua, partai politik yang memiliki ideologi yang ekstrem, tidak akan
mendapatkan dukungan dengan jumlah yang signifikan. Secara linear,
spektrum ideologi yang ada adalah dua kutub, yaitu kutub fundamentalisme
sekuler dan kutub fundamentalisme agama. Partai politik yang ekstrem
tersebut tersebut tidak akan mendapat dukungan yang banyak, pemilih
biasanya kaum minoritas. Partai politik seperti ini akan terlikuidasi dengan
sendirinya.
Ketiga, Partai politik dengan ideologi tengah atau moderat. Partai politik
ini biasanya akan mendapatkan dukungan yang banyak. Hukum ketiga ini
merupakan anti tesis dari hukum kedua. Untuk mengaktualisasikan potensi
partai politik tengah atau moderat hanya perlu memoles organisasinya, agar
dapat dikenal luas oleh publik.
Keempat, sirkulasi suara pemilih hanya berputar pada pada spektrum
ideologi yang sama. Kalau terjadi suara berpindah (swing voter) maka
perpindahan suara pemilih tidak kan melewati kluster ideologi. Peningkatan
suara partai politik, hanya akan mengurangi perolehan suara partai politik
yang dalam kluster yang sama. Kanibalisme akan terjadi pada partai politik
yang memiliki kluster ideologi yang sama, tidak akan melewat kluster ideologi.
Kelima, perilaku pemilih yang melintasi batas kluster ideologi dapat
terjadi pada suara pemilih protes (protest voter). Pemilih protes merupakan
bentuk ekspresi politik dalam situasi yang tidak normal. Pemilih protes ini
akibat dari konflik internal partai politik, maupun perilaku penguasa yang
tidak adil terhadap partai politik tertentu. Perilaku pemilih menyeberangi
lintas batas kluster ideologi sebagai pelampiasan atas situasi tersebut.
Keenam, ketokohan partai politik mampu mendongkrak perolehan suara
partai politik. Perilaku pemilih dapat berubah terkait eksistensi pemimpin dan
7
kepemimpinan partai politik. Apabila dalam partai politik ada pemimpin yang
berwibawa dan disegani, maka pemilih akan memilih partai politik dengan
ketokohan yang jelas. Apabila partai tidak memiliki ketokohan sentral, maka
daya magnetik partai politik akan berkurang.
Ketujuh, penistaan terhadap seseorang tokoh atau partai politik akan
melahirkan simpati pemilih untuk memberikan suara kepada tokoh atau
partai politik tersebut. Partai-partai politik dengan tokoh yang dinistakan oleh
lawan politik akan mendapat simpati pemilih. Sebaliknya, tokoh yang agresif
atau menistakan lawan politiknya ataupun tidak santun dengan lawan
politiknya cenderung akan dijauhi pemilih.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa pertanyaan dalam penelitian ini :
1. Bagaimana pemahaman pemilih terhadap pilihannya dalam pemilu
legislatif dan pemilu presiden/wakil presiden 2014 di Kabupaten Cilacap
2. Bagaimana tingkat kenyamanan pemilih di dalam bilik TPS
3. Seberapa jauh pengaruh faktor internal terhadap pemilih
4. Seberapa jauh pengaruh faktor eksternal terhadap pemilih
5. Seberapa besar adanya daya tarik dan daya tolak dari faktor internal dan
eksternal terhadap pilihan pemilih
6. Tipologi pemilih apa saja dalam masyarakat, nelayan dan petani
7. Bagaimana korelasi antara pilihan pemilu legislatif 2014 dengan pemilu
presiden/wakil presiden 2014
C. TUJUAN PENELITIAN
Berpijak dari permasalahan penelitian tersebut di atas, maka secara
umum penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana perilaku memilih
dalam masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan dan petani di Kabupaten
Cilacap pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden/Wakil Presiden 2014.
Sedangkan tujuan khususnya adalah :
8
1. Ingin mendapatkan pemahaman pemilih terhadap pilihannya dalam
pemilu legislatif dan pemilu presiden/wakil presiden 2014 di Kabupaten
Cilacap
2. Ingin mengetahui tingkat kenyamanan pemilih di dalam Bilik TPS
3. Ingin mengetahui pengaruh faktor internal terhadap pemilih
4. Ingin mengetahui pengaruh faktor eksternal terhadap pemilih
5. Ingin mengetahui besarnya daya tarik dan daya tolak dari faktor eksternal
dan internal terhadap pilihan pemilih
6. Ingin mengetahui tipologi pemilih apa saja dalam masyarakat, nelayan
dan petani
7. Ingin mengetahui korelasi antara pilihan pemilu legislatif 2014 dengan
pemilu presiden/wakil presiden 2014
9
Gambar I-1
Kerangka Pemikiran Perilaku Memilih Di Kabupaten Cilacap
Dalam Pemilu 2014
(Studi Kasus Pada Nelayan dan Petani)
Faktor Internal
- Sosiologis
- Ekologis
- Psikologis
- Rasional
Pengaruh
Otonom
PEMILIH
(Nelayan dan Petani)
Faktor Eksternal
- Warna/Aliran Parpol/Kontestan Pemilu
- Ideologi Ekstrem Parpol/Kontestan Pemilu
Pengaruh - Parpol/Kontestan Pemilu Moderat
Pull And Push - Ketokohan Parpol/Kontestan Pemilu
- Penistaan Parpol/Tokoh/Kontestan Pemilu
Factors
- Konflik Internal Parpol/Kontestan Pemilu
- Tekanan/Paksaan
i
n
Ide
as
tifik
TIPOLOGI PEMILIH
- Rasional
- Kritis
- Tradisional
- Skeptis
Pilihan
PARTAI POLITIK
(12 Partai Politik )
Pilihan
Pilihan
CALON LEGISLATIF
- DPR RI
- DPD
- DPRD Propinsi
- DPRD Kabupaten
10
PASANGAN
CAPRES/CAWAPRES
( 2 Pasangan Calon )
D. METODOLOGI PENELITIAN
1.
Desain Penelitian
Berdasarkan cara yang dipakai, menurut Sugiyono (2012) desain
penelitian dapat dibedakan menjadi, survai, expostfacto, eksperimen,
naturalistis atau studi kasus, policy research, action reasearch, evaluasi
sejarah, dan pengembangan (R&D). Dalam penelitian ini yang digunakan
adalah desain survai dan studi kasus. Survai adalah penelitian dengan
mengambil sampel tertentu dengan teknik tertentu dari jumlah populasi
yang ada dalam suatu wilayah atau komunitas tertentu. Desain ini lebih
efektif dan juga efisien karena penelitian ini dapat menghemat waktu, biaya,
tenaga, serta mampu mempresentasikan kondisi secara riil.
Penelitian ini juga menggunakan desain studi kasus untuk menjelaskan
aspek kualitatifnya yang datanya diambil dari informan terseleksi, informan
utama dan informan tambahan. Informan utama terdiri dari nelayan/petani
atau keluarganya, sedangkan informan tambahan terdiri dari perangkat
kelurahan/desa, ketua rukun nelayan/tani, tokoh masyarakat/agama, dan
mantan anggota KPPS pada pileg/pilpres 2014.
2.
Penentuan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan beberapa aspek, pertama,
Kecamatan Cilacap Selatan merupakan kantong nelayan, berdasarkan data
yang ada, jumlah nelayan terbanyak ada di Kecamatan Cilacap Selatan.
Kedua, Kecamatan
Gandrungmangu
merupakan
kantong pertanian,
penduduknya kebanyakan bertani. Ketiga, Kecamatan Cilacap Selatan
mewakili wilayah timur sedangkan Kecamatan Gandrungmangu mewakili
wilayah barat. Keempat, angka partisipasi di Kecamatan Cilacap Selatan,
untuk Kabupaten Cilacap termasuk tinggi, yaitu untuk pemilu legislatif 2014
sebesar 70,7 persen dan pemilu presiden/wakil presiden 2014 sebesar 73,0
persen. Sedangkan Kecamatan Gandrungmangu masuk dalam kategori
11
angka partisipasi pemilih rendah, dalam pemilu legislatif 2014 sebesar 58,7
persen, dan dalam pemilu presiden/wakil presiden sebesar 58,4 persen.
Untuk Kabupaten cilacap, angka partisipasi pileg 2014 sebesar 65,77 persen,
sedangkan pilpres 2014 sebesar 65,27 persen (KPU Kabupaten Cilacap,
2014).
3.
Populasi dan Sampel
Populasi atau universe merupakan jumlah keseluruhan dari unit
analisa yang cirri-cirinya bisa diduga. Populasi dibedakan menjadi dua,
populasi sampling dan populasi sasaran (Masri Singarimbun dan Sofian
Effendi (ed,) 1987). Populasi sampel penelitian ini adalah seluruh warga
Kabupaten Cilacap yang terdaftar dalam DPT (Daftar Pemilih Tetap) dan
menggunakan hak pilihnya pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden/Wakil
Presiden 2014, baik laki-laki maupun perempuan. Populasi sasaran adalah
nelayan dan petani di Kabupaten Cilacap.
Sampel yang dipakai non probability sampling, penentuan sampel tidak
dilakukan secara eksak, akan tetapi hipotetis dengan menentukan jumlah
atau ukuran sampel secara perkiraan. Ukuran sampel tidak dipersoalkan,
karena hanya diperkirakan secara hipotetis, bahwa jumlah dianggap cukup
sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Non probability sampling ini
dengan menggunakan quota sampling, sampel ini diambil dengan dengan
memberikan jatah atau quotum pada masing-masing kelompok yang seolaholah berkedudukan sebagai sub populasi (Hadari Nawawi, 1998).
Sampel yang telah ditentukan disini adalah diwakili masyarakat yang
memiliki profesi sebagai nelayan dan petani, termasuk istri atau keluarga
nelayan dan petani, yang diambil dalam komunitas masing-masing. Untuk
nelayan diambil dari wilayah Kecamatan Cilacap Selatan, sedangkan petani
diambil dari wilayah Kecamatan Gandrungmangu, mereka ini yang disebut
dengan informan. Selain itu, ada informan tambahan, yaitu dari perangkat
12
kelurahan/desa, tokoh masyarakat/agama, ketua rukun nelayan/tani, dan
mantan anggota KPPS pileg/pilpres 2014. Disamping itu, sampel juga diambil
dengan metode purposive sampling, pengambilan sampel dibatasi sesuai
dengan tujuan penelitian. Sampel yang dihubungi berdasarkan tujuan
penelitian, dalam hal ini adalah sampel/informan yang terdaftar dalam DPT
(Daftar Pemilih Tetap) dan mencoblos pada hari H pemungutan suara. Cara
pengambilan informan berdasarkan data yang telah dihimpun dari DPT
(Daftar Pemilih Tetap) KPU Kabupaten Cilacap. Perbandingan jumlah sampel
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah proporsional.
4.
Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut : (1) penentuan wilayah berdasarkan karakteristik yang berbeda, dan
berdasarkan dua kelompok profesi masyarakat. (2) penentuan informan (3)
pengumpulan data. (4)analisis data, dan (5) penulisan laporan.
5.
Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan
data primer. Data sekunder diperoleh dari BPS, Disdukcapil, dan KPU
Kabupaten Cilacap. Data yang dikumpulkan adalah jumlah penduduk, jumlah
penduduk berdasarkan pekerjaan, daftar pemilih tetap, jumlah perolehan
suara pemilu legislatif dan pemilu presiden/wakil presiden 2014.
Pengumpulan data primer kualitatif dilakukan dengan metode observasi non
partisipatoris dan wawancara mendalam. Kedua metode tersebut diuraikan
sebagai berikut :
a. Observasi Non Partisipatoris
Observasi non partisipatoris digunakan untuk mengamati kondisi umum,
fisik dan non fisik daerah penelitian, daerah fisik kondisi nelayan dan
petani. Metode ini digunakan untuk crosscheck informasi yang diperoleh
13
dari wawancara mendalam. Selain itu, observasi digunakan untuk
mengamati perilaku yang berkaitan dengan perilaku dalam memilih pada
pemilu.
b. Wawancara Mendalam (In-depth Interview)
Wawancara mendalam adalah untuk memperdalam informasi yang
diperoleh, baik dari data sekunder maupun observasi. Dalam wawancara
mendalam ini dipilih informan yang memiliki kriteria : kooperatif dalam
wawancara, terdaftar sebagai pemilih tetap, hadir di TPS, mencoblos
dengan benar, dan dapat berkomunikasi dengan baik.
6.
Analisis Data
Analisis data kualitatif ini menggunakan analisis deskripsi, analisis
kategoris, dan triangulasi. Analisis deskripsi ini untuk menjelaskan mengapa
memilih partai politik, caleg, anggota DPD, atau capres/cawapres tertentu,
atau tidak memilih partai politik atau capres/cawapres yang lain. Sedangkan
analisis kategoris adalah dipergunakan untuk mengkategorisasikan tipologi
pemilih. Kemudian dilengkapi dengan menggunakan metode triangulasi
yaitu melakukan crosscheck silang dengan teori, data di lapangan, antara
informan utama dengan informan tambahan.
14
GAMBAR I-2
KERANGKA METODOLOGIS
DESAIN PENELITIAN
SURVAI
STUDI KASUS
Quota/
Purposive
Sampling
TEKNIK SAMPLING
PENGUMPULAN
DATA
Wawancara
Mendalam
(In-depth
interview)
Observasi
ANALISIS DATA
Faktor
Eksternal
Faktor Internal
Kategorisasi
Triangulasi
Deskripsi Kualitatif
Menentukan
Pilihan
HASIL PENELITIAN
(Beserta Rekomendasinya)
15
Tipologi Pemilih
BAB II
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
A. KONDISI FISIK DAN SOSIAL
1. Kondisi Wilayah Kabupaten Cilacap
Kabupaten Cilacap, merupakan kabupaten terluas di Propinsi Jawa
Tengah. Dengan luas wilayah 225.361 Hektar (2.138,50 km2), belum termasuk
di dalamnya Pulau Nusakambangan yang merupakan otoritas Kementerian
Hukum dan HAM RI, yang memiliki luas 11.511 Hektar (115,11 km2) (BPS
Kabupaten Cilacap, 2014). Batas-batasnya adalah sebelah selatan dengan
Samudera Indonesia, sebelah utara dengan Kabupaten Banyumas, dan
Brebes. Sebelah timur dengan Kabupaten Kebumen, dan Banyumas.
Sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Jawa Barat yang terdiri
dari Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, dan Kabupaten
Kuningan. Wilayah tertinggi adalah Kecamatan Dayeuhluhur dengan rata-rata
198 m di atas permukaan air laut (dpl), sedangkan terendah Kecamatan
Kampung Laut dengan rata-rata 1 m di atas permukaan air laut (dpl).
Kabupaten Cilacap terdiri dari 24 kecamatan dan 284 desa/kelurahan,
dengan jarak bentang kecamatan terjauh di sebelah tenggara yaitu kecamatan
Nusawunggu dan di sebelah barat laut adalah Kecamatan Dayeuhluhur,
dengan jarak antar kedua ibukota kecamatan tersebut lebih dari 130 km.
Setiap kecamatan terdiri dari desa/kelurahan, yang paling sedikit 5
desa/kelurahan dan paling banyak 17 desa.
Kondisi geografis Kabupaten Cilacap bervariasi, mulai pantai, rawa-rawa,
pulau, pegunungan/perbukitan, hutan, perkebunan. Dengan pekerjaan
penduduk yang bervariasi juga,seperti pekerja proyek, nelayan, petani, TKI di
luar negeri, kontraktor, buruh dan lain-lain. Berdasarkan data yang ada,
jumlah terbesar pekerjaannya adalah petani/pekebun sebanyak 206.944 jiwa,
diikuti buruh harian lepas 96.392 jiwa, karyawan swasta 46.435 jiwa, buruh
16
tani/perkebunan 33.186 jiwa, sedangkan nelayan/perikanan sebanyak 7.760
jiwa, dan buruh nelayan/perikanan sebanyak 401 jiwa.
Gambar II-1
Peta Kabupaten Cilacap
Sumber : BPS Kabupaten Cilacap 2014
17
Tabel II-1
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan, dan Penyebaran Per Kecamatan
Di Kabupaten Cilacap
NO
KECAMATAN
LUAS
WILAYAH
(km2)
185,06
JUMLAH
KEPADATAN PENYEBARAN
PENDUDUK
(Jiwa/km2
(%)
(Jiwa)
49.329
267
2,79
1
DAYEUHLUHUR
2
WANAREJA
189,73
96.922
511
5,48
3
MAJENANG
138,56
127.275
919
7,20
4
CIMANGGU
167,44
97.482
582
5,51
5
KARANGPUCUNG
115,00
73.422
638
4,15
6
CIPARI
121,47
62.135
512
3,51
7
SIDAREJA
54,95
57.302
1.043
3,24
8
KEDUNGREJA
71,43
80.957
1.133
4,58
9
PATIMUAN
75,30
46.211
614
2,61
143,19
105.095
734
5,94
95,54
69.387
726
3,92
12 KAWUNGANTEN
117,43
80.812
688
4,57
13 KAMPUNGLAUT
146,14
17.163
117
0,97
14 JERUKLEGI
96,80
64.757
669
3,66
15 KESUGIHAN
82,31
96.090
1.167
5,43
16 ADIPALA
61,19
79.463
1.299
4,49
17 MAOS
28,05
47.394
1.690
2,68
18 SAMPANG
27,30
37.574
1.376
2,13
19 KROYA
58,83
103.553
1.760
5,86
20 BINANGUN
51,42
66.246
1.288
3,75
21 NUSAWUNGU
61,26
77.956
1.273
4,41
22 CILACAP SELATAN
9,11
78.175
8.581
4,42
23 CILACAP TENGAH
22,15
84.093
3.797
4,76
24 CILACAP UTARA
18,84
69.709
3.700
3,94
JUMLAH
2.138,50
1.768.502
827
100,00
10 GANDRUNGMANGU
11 BANTARSARI
Sumber : BPS Kabupaten Cilacap, 2014
18
2. Kondisi Wilayah Kecamatan Cilacap Selatan
Kecamatan Cilacap Selatan, dahulu merupakan bagian dari Kota
Administratif Cilacap. Sekarang, Kota Administratif sudah ditiadakan.
Kecamatan Cilacap Selatan memiliki luas 991 Hektar (9,91 km2), dengan
penduduk per Desember 2013 sebanyak 82.192 jiwa. Secara administratif
terdiri dari 5 kelurahan, 73 RW, dan 440 RT. Kelurahan tersebut adalah
Sidakaya, Cilacap, Tambakreja, Tegalkamulyan, dan Tegalreja. Secara
geografis, hampir semua kelurahan tersebut memiliki wilayah pantai, kecuali
Kelurahan Tegalreja. Wilayah Kecamatan Cilacap Selatan memiliki garis pantai
yang cukup panjang. Banyak terdapat kompleks pertokoan dan kantor
pemerintahan yang berada di kecamatan ini, termasuk Kantor Bupati dan
Kantor DPRD Kabupaten Cilacap
Tabel II-2
Jumlah Penduduk Per Kelurahan Di Kecamatan Cilacap Selatan
(Per Desember 2013)
NO
1
2
3
4
5
JUMLAH PENDUDUK
(JIWA)
10.949
18.264
23.904
16.477
12.598
82.192
KELURAHAN
Sidakaya
Cilacap
Tambakreja
Tegalkamulyan
Tegalreja
JUMLAH
Sumber : Dinas Dukcapil Kabupaten Cilacap 2014
3. Kondisi Wilayah Kecamatan Gandrungmangu
Kecamatan Gandrungmangu terletak di barat laut di Kabupaten Cilacap,
dengan jarak 45 km dari Kota Cilacap. Berbatasan dengan banyak kecamatan
Kecamatan Bantarsari, Karangpucung, Kedungreja, Patimuan, Sidareja, dan
Kabupaten Banyumas yaitu Kecamatan Lumbir. Kecamatan Gandrungmangu
19
memiliki luas wilayah 14.319 Hektar (143,19 km2) dengan jumlah penduduk
101.488 jiwa, yang terdiri dari 28.776 Kepala Keluarga (KK). Secara
administratif terdiri dari 14 desa, 88 RW, dan 582 RT. Desa tersebut adalah
Gandrungmangu,
Karanggintung,
Gandrungmanis,
Rungkang,
Sidaurip,
Cisumur,
Karanganyar,
Gintungreja,
Layansari,
Cinangsi,
Bulusari,
Muktisari, Wringinharjo, dan Kertajaya. Kecamatan Gandrungmangu memiliki
wilayah yang cukup luas dan penduduk yang cukup banyak, sehingga masuk
dalam rencana salah satu kecamatan yang akan dimekarkan.
Tabel II-3
Jumlah Penduduk Per Desa Di Kecamatan Gandrungmangu
(Per Desember 2013)
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
JUMLAH
PENDUDUK
(JIWA)
9.371
8.420
9.226
8.089
6.308
8.482
2.886
6.850
6.108
9.475
7.183
5.947
7.374
5.769
101.488
DESA
Gandrungmangu
Gandrungmanis
Cisumur
Karanganyar
Cinangsi
Karanggintung
Rungkang
Sidaurip
Gintungreja
Layansari
Bulusari
Muktisari
Wringinharjo
Kertajaya
JUMLAH
Sumber : Dinas Dukcapil Kabupaten Cilacap 2014
20
B. KONDISI PEMILU DI KABUPATEN CILACAP
1.
Sejarah Pemilu
Berdasarkan sejarah pemilu, kondisi pemilu yang dimulai tahun 1955 di
Kabupaten Cilacap tidak jauh berbeda dengan Kabupaten lain di Jawa
Tengah bagian selatan, yang dikategorikan bukan wilayah santri, atau
wilayah abangan. Partai politik yang mendapatkan kursi besar misalnya PNI,
PKI, NU, dan Masyumi. Kemudian setelah pasca fusi, Golkar (Golongan
Karya) sebagai mayoritas tunggal atau single majority, sebagai partai
pemenang pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Kemudian, PPP (Partai
Persatuan Pembangunan) menempati urutan kedua, dan terakhir PDI (Partai
Demokrasi Indonesia). Memasuki pasca reformasi, ketika kembali pada multi
partai, yang diawali pada Pemilu 1999, dominasi pada partai politik PDI
Perjuangan dan Partai Golkar, walaupun partai politik lain ada tren naik dan
turun, fluktuatif.
2.
Partai Politik Peserta Pemilu Tahun 2014
Peserta Pemilu tahun 2014 yang secara nasional diikuti 12 Partai
Politik. Partai politik dengan nomor urut 1 sampai 10 ditetapkan pada 8
Januari 2013, sedangkan Partai Bulan Bintang (PBB) ditetapkan pada 18
Maret 2013 dan PKP Indonesia (PKPI) pada tanggal 25 Maret 2013. Untuk
partai politik nomor urut 11,12, dan 13 adalah partai politik lokal Propinsi
Nangroe Aceh Darussalam.
21
Gambar II-2
Partai Politik Peserta Pemilu 2014
Sumber : KPU RI 2013
3.
Daerah Pemilihan (Dapil)
Dalam pemilu legislatif untuk DPR RI, Kabupaten Cilacap masuk Daerah
Pemilihan (Dapil) VIII bersama dengan Kabupaten Banyumas. Dalam pemilu
legislatif untuk DPRD Propinsi, Kabupaten Cilacap juga masuk dalam Daerah
Pemilihan (Dapil) VIII bersama Kabupaten Banyumas. Sedangkan dalam
pemilu legislatif DPRD Kabupaten Cilacap terbagi menjadi 6 Dapil yaitu, Dapil
1 terdiri dari kecamatan Nusawungu, Binangun, Kroya, dan Adipala. Dapil 2
terdiri dari Kecamatan Sampang, Maos, Kesugihan, dan Adipala. Dapil 3
terdiri dari Kecamatan Cilacap Selatan, Cilacap Tengah, dan Cilacap Utara.
Dapil 4 terdiri dari Kecamatan Karangpucung, Gandrungmangu, Bantarsari,
Kawunganten, dan Kampung Laut. Dapil 5 terdiri dari Kecamatan Patimuan,
Kedungreja, Sidareja, dan Cipari. Sedangkan Dapil 6 terdiri dari Kecamatan
Cimanggu, Majenang, Wanareja, dan Dayeuhluhur.
22
Gambar II-3
Pembagian DAPIL dan Jumlah Kursi Dalam Pemilu 2014 di Kabupaten Cilacap
Sumber : KPU Kabupaten Cilacap 2014
4. Anggota Legislatif Kabupaten Cilacap
Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada, yaitu UndangUndang No. 15 Tahun 2011, Tentang Pemilu, penduduk suatu kabupaten/kota
yang lebih dari 1 juta jiwa jumlah kursi DPRD sebanyak 50. Kabupaten Cilacap
jumlah penduduknya lebih dari 1.000.000 jiwa, maka anggota DPRD
Kabupaten Cilacap berjumlah 50 orang. Sebagian dari mereka adalah
incumben/petahana atau anggota DPRD pada periode sebelumnya.
Partai politik yang mendapatkan kursi di DPRD Kabupaten Cilacap
sebanyak 8 partai politik. Pembagian kursinya sebagai berikut : PDI
Perjuangan memperoleh 9 kursi, Partai Golkar 9 kursi, Partai Gerindra 7 kursi,
23
PKB 6 kursi, PAN 6 kursi, PPP 6 kursi, dan PKS 3 kursi. Partai politik lain,
NasDem, Hanura, PBB, dan PKPI tidak memperoleh kursi.
Tabel II-4
Anggota DPRD Kabupaten Cilacap Hasil Pemilu 2014
Sumber : KPU Kabupaten Cilacap 2014
24
BAB III
PENGETAHUAN PEMILIH
Dalam pemilu, baik pemilu legislatif, maupun pemilu presiden/wakil
presiden, pengetahuan mengenai kontestan pemilu yang akan dipilih, beserta
kaitannya harus dimiliki oleh pemilih. Indikator pemilu sukses bukan sekedar
tingkat partisipasi yang tinggi, yang dapat dikalkulasi secara matematis. Tetapi,
disisi lain, peningkatan kualitas pemilu dengan adanya kesadaran memilih,
memiliki interest dan juga need dalam memilih. Semuanya didasari adanya
pengetahuan pemilih tentang pemilu dan kontestan pemilu, tata cara mencoblos
yang benar, sehingga memahami ruh pemilu dan ketepatan memilih sesuai akal
pikiran dan rasa, yang disertai kesadaran dan tanggung jawab.
Berkaitan pengetahuan pemilih, sumber daya manusia yang ada di daerah
penelitian cukup terbatas. Dari kelompok nelayan di Kecamatan Cilacap Selatan
yang didominasi laki-laki sebanyak 80 persen, dengan kelompok usia terbanyak
35-40 tahun, 47-52 tahun dan 59-64 tahun, masing-masing sebanyak 20 persen.
Sedangkan kelompok petani yang terdiri dari 50 persen laki-laki dan 50 persen
perempuan, terbanyak usia 47-52 tahun, sebanyak 25 persen. Sedangkan tingkat
pendidikan untuk nelayan didominasi oleh lulusan SD berjumlah 45 persen,
sedangkan kelompok petani di Kecamatan Gandrungmangu juga didominasi oleh
lulusan SD yang berjumlah 75 persen. Berikut tabel tingkat pendidikan pemilih
pada dua kelompok informan yang bisa memiliki korelasi dengan pengetahuan
pemilih.
25
Tabel III-1
PENDIDIKAN INFORMAN
JUMLAH
NO
INDIKATOR
NELAYAN
(CILACAP SELATAN)
PETANI
(GANDRUNGMANGU)
1
2
3
4
1
SD
9 (45%)
15 (75%)
2
SLTP
7 (35%)
4 (20%)
3
SLTA
3 (15%)
1 (5%)
4
D3
0 (0%)
0 (0%)
5
S1
1 (5%)
0 (0%)
JUMLAH
20 (100%)
20 (100%)
A. PENGETAHUAN TENTANG PEMILU
Pemilu merupakan salah satu perwujudan demokrasi, yang dilakukan
secara rutin 5 tahun sekali. Tetapi tidak semua orang memiliki pengetahuan
tentang pemilu, baik secara umum maupun teknisnya. Pada prinsipnya,
masyarakat
mengetahui
tentang
pemilu,
yang
intinya
memilih
orang/pemimpin dengan istilah coblosan, seperti yang diungkapkan oleh
informan petani MS :
“Pemilu itu kan coblosan, pilihan untuk memilih DPR, presiden,
bupati, atau apa lagi ya? Saya tahunya itu, sejak dulu”
Masyarakat lebih mengingat tata cara mencoblos/menandai dengan
menggunakan paku.
Hal tersebut juga diperkuat dengan Ketua Rukun Tani, Mohammad Suparno
yang menyatakan :
“Masyarakat sini tahunya pemilu ya coblosan, memilih
presiden, DPR, bupati, terutama yang usia tua tahunya
coblosan atau pilihan presiden, atau pilihan bupati, maklum
mereka tiap hari mengurus rutinitas bertani, hal-hal yang
berbau politik tidak banyak mereka ketahui secara
mendalam”
26
Pemilu legislatif di Indonesia telah berjalan selama 11 kali sejak tahun
1955, dengan perubahan partai politik peserta pemilu. Tahun 1955 pemilu
multi partai, dengan pemilih semua Warga Negara Indonesia termasuk
anggota TNI/Polri. Pemilu 1971 juga masih multi partai, tetapi anggota ABRI
(TNI/Polri) sudah tidak lagi memiliki hak pilih. Setelah fusi partai politik
menjadi 2 partai politik (PPP dan PDI) serta Golongan Karya (Golkar). Dengan
demikian, mulai tahun 1977 sampai 1997 peserta pemilu menjadi 3
kontestan pemilu yaitu, PPP, Golkar dan PDI. Setelah reformasi 1998, pemilu
tahun 1999 kembali menjadi pemilu multi partai kembali. Multi partai juga
ditandai dengan kerja sama banyak partai ditingkat legislatif dan tidak
homogenya pada tingkat eksekutif (Rusadi Kantaprawira, 1992). Sementara
itu, pemilu presiden/wakil presiden mulai diadakan tahun 2004. Dengan
demikian, sampai dengan tahun 2014 pilpres telah berlangsung 3 kali.
B. PENGETAHUAN TENTANG PARTAI POLITIK
Dalam sejarah, pemilu pertama tahun 1955 multi partai, kemudian
saat Orde Baru pemilu 1977 disederhanakan menjadi 3 kontestan pemilu (2
partai politik dan 1 Golongan Karya). Sejak reformasi, muncul banyak partai
politik yang lolos menjadi peserta pemilu. Pemilu tahun 1999 dengan 48
partai politik, pemilu tahun 2004 dengan 24 partai politik, pemilu tahun
2009 dengan 38 partai politik, dan pemilu tahun 2014 dengan 12 partai
politik. Munculnya banyak partai politik merupakan gejala yang umum
disetiap proses transisi. Karena secara konstitusional dan institusional, partai
politiklah yang akan mengisi masa transisi menuju ke demokratis (LKiS,
1999).
Dengan multi partai, kecenderungan, orang tidak hafal/memahami
partai politik satu persatu. Tetapi partai politik yang berbasis pada partai
politik lama yang berjumlah 3 (PPP, Golkar, dan PDI) masyarakat mudah
memahami, seperti yang diungkapkan oleh Shd seorang nelayan :
27
“Saya tahu PDIP, Golkar, P3 (PPP), sejak dulu kan sudah ada,
dan merupakan partai politik jaman dulu ya, jaman Pak Harto
sudah ada khan?”
Kedua partai politik tersebut telah lama ada sejak fusi tahun 1973 dan
menjadi kontestan pemilu sejak 1977. PDI menjelma menjadi PDI
Perjuangan, dengan perubahan lambang partai. Sedangkan PPP tetap,
dengan pasang surut perubahan lambang partai, dan saat ini kembali seperti
lambang semula. Sedangkan Partai Golkar, sebelum reformasi tidak mau
dikategorikan sebagai partai politik, sejak kelahirannya 1966, dan menjadi
kontestan pemilu mulai 1971, saat ini berubah nama menjadi Partai Golkar.
C. PENGETAHUAN TENTANG CALEG
Kecenderungan masyarakat lebih memahami calon legislatif
pada
lingkup yang kecil, yaitu DPRD Kabupaten. Hal ini dikarenakan mereka
mengenal secara baik, dan memiliki kedekatan tempat tinggal. Seperti yang
diungkapkan nelayan IAP kelompok nelayan :
“Mbak Feni orang sini, dekat, bapaknya merupakan tokoh
masyarakat sekitar tempat tinggal sini, saya tahu”
Atau kata Tkn :
“Pak Paijan itu orang sini asli, dan nelayan, ya…kita pilih dia saja”
Sedangkan di kelompok petani sangat mengenal Libanun Muzazin, S.Ag
dan Drs. Musliman karena keduanya merupakan penduduk wilayah dapil 4,
Libanun Muzazin S.Ag merupakan penduduk Kecamatan Gandrungmangu,
sedangkan Drs. Musliman murupakan penduduk Kecamatan Bantarsari, yang
berbatasan langsung dengan Kecamatan Gandrungmangu.
D. PENGETAHUAN TENTANG ANGGOTA DPD
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan calon perseorangan
perwakilan dari setiap propinsi, yang masing-masing propinsi berjumlah 4
28
anggota DPD, tanpa melihat jumlah penduduk maupun banyaknya
kabupaten/kota
dalam
satu
propinsi.
Calon
anggota
DPD
dalam
mengkampanyekan diri, pada propinsi yang luas cukup sulit. Anggota DPD
Jawa Tengah, apabila melakukan sosialisasi secara totalitas, akan
berkampanye di 35 kabupaten/kota. Dengan demikian, anggota DPD yang
merupakan calon perseorangan mewakili daerah propinsi, tidak akan
maksimal di semua kabupaten/kota, tanpa tim sukses yang kuat dan merata
pada setiap kabupaten/kota.
E.
PENGETAHUAN TENTANG CAPRES/CAWAPRES
Pemilu presiden/wakil presiden, masyarakat lebih mengenal, karena
calonnya terbatas, tidak sebanyak caleg, atau DPD, serta secara nasional
sama. Pilpres 2014 sangat dikenal masyarakat, karena hanya dua pasang
calon. Dari semua informan, baik pada kelompok nelayan maupun petani,
100 persen mengenal dua pasangan calon presiden/wakil presiden.
Kesemuanya adalah publik figur yang secara massif jauh sebelum masa
kampanye telah di blow up diberbagai media termasuk di sosial media.
Keempat orang yang menjadi pasangan calon yaitu H. Prabowo Subianto, Ir.
H. Hatta Rajasa, Ir. H. Joko Widodo, dan Drs. H. Jusuf Kalla merupakan sosok
yang biasa muncul di publik pada masa sebelum kampanye ataupun
pendaftaran calon.
29
Tabel III-2
PEMAHAMAN INFORMAN
JUMLAH
NO
1
F.
INDIKATOR
2
NELAYAN
(CILACAP SELATAN)
PETANI
(GANDRUNGMANGU)
YA
TIDAK
YA
TIDAK
3
4
5
6
1
Paham Pemilu Legislatif
18 (90%)
2 (10%)
13 (65%)
7 (35%)
2
Paham tanda gambar partai
14 (70%)
6 (30%)
13 (65%)
7 (35%)
3
Mengenal calon legislatif
17 (85%)
3 (15%)
19 (95%)
1 (5%)
4
Mengenal Anggota DPD
7 (35%)
13 (65%)
5 (25%)
15 (75%)
5
Mengenal Capres/Cawapres
20 (100%)
0 (0%)
20 (100%)
0 (0%)
6
Informasi selama kampanye
12 (60%)
8 (40%)
9 (45%)
11 (55%)
AKSES INFORMASI TERHADAP PEMILU
Dalam era informasi seperti sekarang ini, sebagian besar wilayah atau
penduduk dapat dengan mudah mengakses informasi. Tidak terkecuali akses
informasi terhadap pemilu yang merupakan agenda penting bagi sebuah
negara guna melakukan regenerasi elit dan sirkulasi kepemimpinan, baik
legislatif maupun eksekutif. Akses informasi melalui berbagai bentuk, mulai
media elektronik (televisi dan radio, media cetak (Koran), alat peraga
kampanye, orang parpol/tim sukses, saudara, tetangga, perangkat
desa/kelurahan/RW/RT, tokoh masyarakat. Dalam wilayah penelitian ini
akses informasi pada masyarakat nelayan cukup baik, demikian juga pada
masyarakat petani. Dari data yang ada media televisi memberikan
sumbangan sumber informasi terbanyak, kemudian disusul oleh tokoh
masyarakat (untuk nelayan) dan parpol/tim sukses (untuk petani)
Pemilu merupakan pesta demokrasi yang cukup menyita perhatian
masyarakat. Masyarakat memahami pemilu akan dilaksanakan pada saat
tahun 2014, hanya saja sebagian dari mereka tidak memahami secara detail
30
dan secara teknis. Beberapa data yang diperoleh dari informan mengenai
sumber informasi yang diperoleh terhadap pemilu.
Tabel III-3
SUMBER INFORMASI TENTANG PILEG/PILPRES
(Satu informan dapat menjawab lebih dari satu jawaban)
JUMLAH
NO
INDIKATOR
NELAYAN
(CILACAP SELATAN)
PETANI
(GANDRUNGMANGU)
1
2
3
4
1
TELEVISI
8
11
2
PARPOL/TIM SUKSES
5
10
3
TOKOH MASYARAKAT
6
0
4
PERANGKAT
DESA/KELURAHAN/RW/RT
4
1
5
RADIO
1
0
6
KORAN
1
0
7
ALAT PERAGA KAMPANYE
1
2
8
KELUARGA/SAUDARA
0
3
9
TIDAK ADA INFORMASI
3
0
31
BAB IV
PERILAKU MEMILIH DALAM PEMILU 2014
Perilaku memilih merupakan tindakan seseorang saat menjadi pemilih,
dalam menentukan pilihan yang didasar berbagai faktor, baik yang ada dalam
dirinya, maupun faktor luar dari dirinya, yang menjadi daya tarik maupun daya
tolak.
A. KONDISI DI TPS
TPS atau Tempat Pemungutan Suara menjadi pusat kegiatan memilih
yang dilaksanakan pada hari H pelaksanaan pemilu. Terdiri dari bangunan
permanen ataupun non permanen. Didalamnya terdapat ruang ataupun
sekat yang mewadahi seluruh aktivitas pemungutan suara. Sedangkan
tempat intinya adalah kotak suara yang terdapat di dalam bilik suara. TPS
harus terjaga keamanan, kenyamanan, dan bilik suara dapat mendukung
privasi pemilih. Berdasarkan hasil penelitian, semua informan menyatakan
aman, nyaman, dan representatif. Informasi dilakukan crossceck terhadap
informan tambahan yang terdiri dari tokoh masyarakat/agama, perangkat
desa/kelurahan, ketua rukun nelayan/tani, dan mantan anggota KPPS
menyatakan hal yang senada, bilik suara cukup representatif, aman,
nyaman, dan dapat menjaga privasi pemilih.
Seperti yang diungkapkan oleh informan Ryt yang merupakan mantan
anggota KPPS pada pemilu 2014 :
“menurut saya yang pernah jadi anggota KPPS, TPS sudah bagus,
aman, nyaman, orang lain juga tidak tahu apa yang dipilih. Kotak
dan biliknya juga sudah bagus bahannya”
B. FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI PILIHAN
Beberapa hal yang mempengaruhi pemilih dalam menentukan pilihan.
Dari dalam diri pemilih dan lingkungannya yang merupakan faktor internal,
sedangkan dari luar pemilih dan lingkungannya merupakan faktor eksternal.
32
1. Faktor Internal
Beberapa hal yang dapat digolongkan dalam faktor internal, yaitu
faktor yang ada dan mempengaruhi dari dalam diri pemilih. Ada pengaruh
sosiologis dikalangan petani yang dikategorikan sebagaimasyarakat yang
bertempat tinggal di daerah perdesaan yang memiliki kohesivitas
hubungan antar individu. Memiliki tingkat pendidikan yang rendah,
sehingga menerima interaksi dan komunikasi yang sederhana. Tingkat
penghasilan yang cenderung rendah, memunculkan janji-janji maupun
program yang sederhana, pragmatis, dan aplikatif. Sedangkan dari faktor
agama, mereka cenderung memilih yang seagama, sehingga caleg/capres
yang memiliki kesamaan agama memiliki nilai lebih. Sedangkan
masyarakat nelayan, memiliki kecenderungan yang hampir sama untuk
tingkat kohesivitasnya, apalagi organisasi nelayan lebih kuat. Walau
berada
di
perkotaan,
tetapi
mereka
masuk
dalam
perkotaan
perkampungan dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang
dikategorikan rendah. Untuk pengaruh faktor agama tidak begitu
dominan, yang lebih dominan adalah kedekatan secara geografis.
Untuk partai politik, pada masyarakat petani partai politik Islam
lebih cenderung bisa diterima, walaupun tidak menolak partai nasionalis.
Sedikit berbeda dengan nelayan, yang cenderung dekat dekat partai
nasionalis yang lama (PDIP), walaupun juga menerima partai politik Islam
yang berbasis pada partai politik lama.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar pemilih, seperti
berasal dari parpol/kontestan pemilu, tim sukses, dan orang yang
mendukung parpol/kontestan pemilu. Beberapa faktor eksternal sebagai
berikut : warna/aliran partai politik/kontestan pemilu, ideologi ekstrem
parpol/kontestan pemilu, ketokohan parpol/kontestan pemilu, penistaan
33
parpol/tokoh/kontestan pemilu, konflik internal parpol/kontestan pemilu,
tekanan/paksaan dalam memilih.
Dari data di lapangan fator eksternal yang mempengaruhi pemilih
lebih
pada
karakter,
ketokohan,
kualitas
dari
caleg
parpol/capres/cawapres, informasi yang bersifat ajakan memilih, dan
janji/visi misi/ program kerja (walaupun untuk poin terakhir semua
kecenderungan baik dan ideal secara normatif).
3. Daya Tarik Dalam Memilih Pada Pileg 2014
Dalam pemilu legislatif ada beberapa hal yang menjadi daya tarik
bagi pemilih untuk menjatuhkan pilihan. Beberapa hal yang terangkum di
bawah ini merupakan daya tarik untuk memilih. Ada beberapa hal yang
menjadi daya tarik dalam pileg, seperti ketokohan, putra daerah, dan
track record masa lalu, terutama bagi incumben. Selain itu, sesuatu yang
dijanjikan, dapat berupa visi misi atau programnya, tetapi lebih
cenderung pada hal-hal yang bersifat pragmatis yang disesuaikan dengan
kondisi pemilih di suatu daerah. Untuk faktor kesamaan agama,
merupakan hal yang penting, walau bukan faktor yang menjadi daya tarik
utama, karena memilih yang sama agamanya bukan hal yang sulit,
terutama bagi penduduk yang mayoritas beraga Islam. Informan nelayan,
menganggap kesamaan agama penting sebesar 70 persen, sedangkan
petani 100 persen. Ketaatan agama juga penting, hanya saja indikator
ataupun bukti otentik tidak mudah. Untuk nelayan ketaatan agama
penting, tanpa harus semuanya mengagap sama agamanya, agama selain
yang dianut informan yang penting taat terhadap agamanya, seperti
diungkapkan Ibu Ksk :
“Agama ora pada ora papa mas, sing penting ngalakokna
perintahe agamane, agama apa bae maen koh, mesti
mrentahna pengikute temindak sing maen”
34
Sedangkan untuk informan petani, ketaatan beragama dipilih oleh
85 persen informan. Sebagian dari mereka menganggap ketaatan
hanyalah identik dengan menjalankan ritual keagamaan saja, bukan
bentuk melaksanakan ajatan agama secara totalitas. walau demikian,
secara emosional mereka menganggap kesamaan agama itu sangat
penting. Dengan demikian, peluang caleg yang berbeda agama untuk
dipilih di kalangan masyarakat petani telah tertutup. Dengan demikian, di
kalangan informan petani, sebagian memandang ketaatan agama tidak
identik dengan menjalankan semua aturan agama dalam kehidupan
bermasyarakat, tetapi hanya sekedar ritual ibadah, ataupun gelar
keagamaan semata. Bagi sebagian menganggap lebih penting perilaku
perilaku yang baik, budi pekerti, sopan santun, moral.
Seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Sdy :
“untuk apa, sembayang jengkang-jengking, kalo suka
korupsi dan tidak mau mengenal orang bawah seperti
saya ini, nek dadi DPR kelalen maning”
Menurut tokoh agama setempat, Ngabdan Wal Hamid, bahwa ada
kecenderungsn masyarakat di wilayahnya belum menerima sepenuhnya,
jika calon yang dipilih tidak seagama, walaupun mereka tidak sepenuhnya
menjalankan ajaran agamanya. Kecuali jika calon tersebut sangat luar
biasa populer dengan ketokohan dan kebaikan bagi masyarakat.
Partai politik tidak secara signifikan menjadi daya tarik, karena pada
hakekatnya dalam pileg pemilih adalah memilih caleg bukan memilih
parpolnya. Tidak ada memilih parpol/caleg karena tidak suka dengan
parpol/caleg lain, tidak ada yang dibenci terhadap parpol selain
pilihannya.
Dalam pileg 2014, anggota DPRD Kabupaten Cilacap yang terpilih
kembali sebanyak 24 orang (ketika penetapan satu orang calon terpilih
sudah meninggal dunia, dari PDIP Dapil 4 yaitu Sundjoto). Jadi anggota
35
DPRD yang terpilih kembali sebanyak 24 orang atau 48 persen dari total
anggota DPRD Kabupaten Cilacap yang berjumlah 50 orang. Perinciannya
untuk Dapil 3 sebanyak 43 persen, dapil 4 sebanyak 44 persen. Incumben
yang terpilih lagi terbanyak dari PDIP 7 orang dan dari Partai Golkar 6
orang, dari Partai Golkar merata dari Dapil 1 sampai Dapil 6 ada
incumben, sedangkan PDIP hanya Dapil 1 yang tidak ada incumben.
Tabel IV-1
DAYA TARIK DALAM PEMILU LEGISLATIF
JUMLAH
NO
1
1
2
3
4
5
6
7
8
INDIKATOR
2
Memilih parpol karena
identitas agama
Memilih parpol karena ada
tokohnya
Memilih parpol karena
programnya
Memilih parpol karena
tidak suka dengan parpol
lain
Memilih caleg karena
ketokohannya
Memilih caleg karena
kesamaan agama
Memilih caleg karena
ketaatan beragama
Memilih caleg karena ada
sesuatu yang dijanjikan
NELAYAN
(CILACAP SELATAN)
YA
TIDAK
PETANI
(GANDRUNGMANGU)
YA
TIDAK
3
4
5
6
3 (15%)
17 (85%)
13 (65%)
7 (35%)
13 (65%)
7 (35%)
14 (70%)
17 (85%)
3 (15%)
17 (85%)
3 (15%)
0 (0%)
20 (100%)
0 (0%)
20 (100%)
12 (60%)
8 (40%)
13 (65%)
7 (35%)
14 (70%)
6 (30%)
20 (100%)
0 (0%)
20 (100%)
0 (0%)
17 (85%)
3 (15%)
2 (10%)
18 (90%)
1 (5%)
19 (95%)
6 (30%)
4. Daya Tolak Dalam Memilih Pada Pileg 2014
Dalam pemilu legislatif ada beberapa hal yang menjadi daya tolak
bagi pemilih untuk tidak menjatuhkan pilihan. Beberapa hal yang
terangkum di bawah ini merupakan daya tolak untuk memilih. Daya tolak
dalam pileg adalah antitesa dari daya tariknya. Ada beberapa daya tolak,
yaitu track record yang belum diketahui karena caleg bukan orang yang
36
dikenal. Bukan putra daerah atau orang wilayah setempat. Tidak memiliki
ketokohan, yang merupakan konsekuensi caleg tersebut tidak dikenal
atau kurang populer.
5. Daya Tarik Dalam Memilih Pada Pilpres 2014
Dalam pemilu legislatif, ada beberapa hal yang menjadi daya tarik
bagi pemilih untuk menjatuhkan pilihan. Beberapa hal yang terangkum
dibawah ini merupakan daya tarik untuk memilih. Ada beberapa hal yang
menjadi daya tarik dalam memilih : merakyat, sederhana, militer. Untuk
pasangan nomor urut 1, yaitu H. Prabowo Subianto dan Ir. H. Hatta
Rajasa, daya tariknya adalah pada sosok militer, kewibawaan dan
ketegasannya, hal ini tentu saja dengan menafikan cawapresnya.
Sedangkan untuk pasangan nomor urut 2, yaitu Ir. H. Joko Widodo
dan Drs. H. Jusuf Kalla, juga sosok capresnya yang lebih dominan, dengan
daya tariknya adalah merakyat, kesederhanaan yang menurut persepsi
masyarakat adalah suka blusukan (walau hal ini merupan istilah populer
baru), berbicara dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti oleh
kalangan masyarakat bawah. Untuk pasangan ini sosok wapresnya juga
bukan hal yang sangat menentukan. Beberapa data lapangan informan
dapat dilihat di bawah ini :
37
Tabel IV-2
DAYA TARIK MEMILIH CAPRES/CAWAPRES
NO
NELAYAN
(CILACAP SELATAN)
INDIKATOR
JUMLAH
1
2
3
1
MERAKYAT
4 (20%)
2
VISI-MISI / PROGRAM
3 (15%)
3
TEGAS
1 (5%)
4
MILITER
1 (5%)
5
PARPOL PENGUSUNG
1 (5%)
6
JUJUR
2 (10%)
7
PASANGAN COCOK
1 (5%)
8
SEDERHANA
3 (15%)
9
TIDAK MENJAWAB
4 (20%)
NO
PETANI
(GANDRUNGMANGU)
INDIKATOR
JUMLAH
1
2
3
1
MERAKYAT
6 (30%)
2
SEDERHANA
2 (10%)
3
ORANG SIPIL
1 (5%)
4
JUJUR
2 (10%)
5
TEGAS
1 (5%)
6
VISI, MISI / PROGRAM
6 (30%)
7
MILITER
1 (5%)
8
TIDAK MENJAWAB
1 (5%)
6. Daya Tolak Dalam Memilih Pada Pilpres 2014
Dalam pemilu presiden/wakil presiden ada beberapa hal yang
menjadi daya tolak bagi pemilih untuk tidak menjatuhkan pilihan.
Beberapa hal yang terangkum di bawah ini merupakan daya tolak untuk
38
memilih. Beberapa hal yang menjadi daya tolak merupakan antitesa dari
daya tarik seperti militer, atau sipil, tegas atau lemah lembut, sederhana
atau mewah, low profile atau high profile. Hal yang menjadi daya tarik
seseorang bisa menjadi daya tolak seseorang yang lain, kecuali hal-hal
yang bersifat normatif universal kecenderungannya masing-masing orang
memiliki persepsi yang sama, misal kejujuran.
Sedangkan hal hal yang bersifat pilihan, setiap pemilih dapat
berbeda orientasi pilihan, misal sipil-militer, tegas-lemah lembut, low
profile-high profile, sederhana-mewah. Untuk masyarakat nelayan
beberapa hal yang menjadi daya tolak adalah tidak merakyat, bersifat
elitis, terlalu muluk-muluk, bermewah mewah.
39
BAB V
KORELASI ANTARA PILEG 2014 DENGAN PILPRES 2014
Dalam pemilu 2014, pileg dan pilpres dilaksanakan dengan rentang waktu 3
bulan, pileg pada 9 April 2014, sedangkan pilpres dilaksanakan pada 9 Juli 2014.
Bukan tidak mungkin hal tersebut memiliki korelasi, terutama perilaku memilih
yang terimbas dari dinamika politik antara pileg dan pilpres 2014, walaupun hal
tersebut kadang tidak signifikan.
Ada beberapa hal yang dapat menjadi
gambaran korelasi antara pileg dan pilpres 2014.
B. PILIHAN DALAM PILEG DAN PILPRES
Dari semua informan menyatakan menggunakan hak pilihnya dalam
pileg dan pilpres, dapat diidentifikasi pilihannya terhadap kontestan pemilu
sebagai berikut :
1. Pilihan Dalam Pileg 2014
Dalam pemilu legislatif, cukup banyak surat suara yang dicoblos,
yaitu 4 buah. Surat suara yang ditandai dengan warna kuning untuk DPR
RI, warna merah untuk DPD, biru untuk DPRD Propinsi, dan hijau untuk
DPRD Kabupaten. Dari survai yang dilakukan baik pada kelompok nelayan
maupun petani menyatakan bingung dalam menentukan pilihan terhadap
calon anggota DPD, walaupun untuk calon anggota DPD dalam surat
suara ada foto calon. Untuk DPR RI dan DPRD Propinsi beberapa informan
sudah memiliki pilihannya.
Sedangkan DPRD Kabupaten, informan kecenderungan sudah
memiliki pilihan, dan telah mengetahui dan mengenal terhadap
pilihannya.
a. Pilihan Partai Politik
Dalam penelitian ini, yang lebih dominan adalah calegnya, bukan
partainya. Sebagian dari mereka, memiliki pilihan terhadap partai
politik tertentu, tetapi karena caleg yang dipilih bukan dari partai
40
politik tersebut maka pilihan parpol dinafikan. Berikut ini dapat dilihat
perbandingan keinginan pilihan partai politik dengan realitas partai
politik yang dipilih (das sollen dengan das sein).
Tabel V-1
PILIHAN PARTAI POLITIK
A. Nelayan (Cilacap Selatan)
JUMLAH
NO
PARTAI
POLITIK
Parpol yang
dipilih/disukai
(secara
spontan)
Pilihan parpol
DPRD
Kabupaten
Pilihan parpol
DPRD
Propinsi
Pilihan
parpol DPR
RI
1
2
3
4
5
6
1
NASDEM
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
2
PKB
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
3
PKS
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
4
PDIP
8 (40%)
8 (40%)
8 (40%)
8 (40%)
5
GOLKAR
2 (10%)
3 (15%)
2 (10%)
2 (10%)
6
GERINDRA
1 (5%)
1 (5%)
1 (5%)
1 (5%)
7
DEMOKRAT
2 (10%)
0 (0%)
1 (5%)
2 (10%)
8
PAN
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
9
PPP
5 (25%)
7 (35%)
6 (30%)
4 (20%)
10
HANURA
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
11
PBB
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
12
PKPI
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
13
TIDAK JAWAB
2 (10%)
1 (5%)
2 (10%)
3 (15%)
20 (100%)
20 (100%)
20 (100%)
20 (100%)
JUMLAH
41
B. Petani (Gandrungmangu)
JUMLAH
NO
PARTAI
POLITIK
Parpol yang
dipilih/disukai
(secara
spontan)
Pilihan
parpol DPRD
Kabupaten
Pilihan
parpol
DPRD
Propinsi
Pilihan parpol
DPR RI
1
2
3
4
5
6
1
NASDEM
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
2
PKB
7 (35%)
17 (85%)
5 (25%)
1 (5%)
3
PKS
1 (5%)
0 (0%)
2 (10%)
2 (10%)
4
PDIP
7 (35%)
0 (0%)
5 (25%)
6 (30%)
5
GOLKAR
1 (5%)
0 (0%)
1 (5%)
0 (0%)
6
GERINDRA
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
1 (5%)
7
DEMOKRAT
2 (10%)
0 (0%)
1 (5%)
0 (0%)
8
PAN
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
9
PPP
2 (10%)
1 (5%)
3 (15%)
1 (5%)
10
HANURA
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
11
PBB
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
12
PKPI
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
13
TIDAK
JAWAB
0 (0%)
2 (10%)
3 (15%)
9 (45%)
JUMLAH
20 (100%)
20 (100%)
20 (100%)
20 (100%)
b. Pilihan Anggota DPRD Kabupaten Cilacap
Data di lapangan, untuk informan nelayan di Kecamatan Cilacap
Selatan, untuk Dapil 3 (Kecamatan Cilacap Selatan, Cilacap Tengah, dan
Cilacap Utara), pilihannya sebagai berikut : Feni Kuswanti, A.Md.KL
sebanyak 40 persen, yang berasal dari Partai Persatuan Pembangunan
(PPP), nomor urutnya 3, merupakan caleg baru, tetapi tidak terpilih
menjadi anggota DPRD Kabupaten Cilacap periode 2014-2019. Dari
Partai Golkar muncul nama Paijan mendapatkan 20 persen dari
informan nelayan. Caleg ini dengan nomor urut 7, merupakan
42
incumben, dan asli penduduk sekitar wilayah informan, dan memiliki
basis pekerjaan nelayan. Paijan terpilih menjadi anggota DPRD
Kabupaten Cilacap periode 2014-2019. Sedangkan dari PDI Perjuangan
muncul nama Taufiq Nurhidayat mendapatkan pilihan 10 persen.
Taufik Nurhidayat dengan nomor urut 1, dan terpilih menjadi anggota
DPRD Kabupaten Cilacap periode 2014-2019, saat ini menjadi Ketua
DPRD Kabupaten Cilacap. Informan lain, 5 persen menjawab rahasia,
dan yang menjawab lupa 25 persen.
Sedangkan untuk informan petani di Kecamatan Gandrungmangu,
untuk Dapil 4 (Kecamatan Kawunganten, Bantarsari, Gandrungmangu,
Karangpucung, dan Kampung Laut), pilihannya adalah : Libanun
Muzazin, S.Ag dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan nomor
urut 4, memperoleh suara informan 90 persen. Libanun Muzazin, S.Ag
ini
merupakan
incumben,
anggota
DPRD
Kabupaten
Cilacap
sebelumnya. Tetapi, dalam pemilu legislatif ini tidak terpilih menjadi
anggota DPRD Cilacap 2014-2019. Drs. Musliman mendapatkan 10
persen suara informan, caleg ini juga merupakan incumben, tetapi
pada pileg 2014 tidak terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten
Cilacap.
Tabel V-2
PILIHAN CALEG DPRD KABUPATEN
Nelayan (Cilacap Selatan)
JUMLAH
CALON LEGISLATIF
NO
INDIKATOR
FENI
KUSWANTI,
Amd.KL
(PPP)
PAIJAN
(GOLKAR)
TAUFIQ
NUR
HIDAYAT
(PDIP)
RAHASIA
LUPA
1
2
3
4
5
6
7
1
Caleg DPRD Kabupaten
yang dipilih
8 (40%)
4 (20%)
2 (10%)
1 (5%)
5 (25%)
43
Petani (Gandrungmangu)
JUMLAH
NO
CALON LEGISLATIF
INDIKATOR
LIBANUN
MUZAZIN,
S.Ag (PKB)
Drs.
MUSLIMAN
(PPP)
RAHASIA
LUPA
1
2
3
4
5
6
1
Caleg DPRD Kabupaten
yang dipilih
18 (90%)
2 (10%)
0 (0%)
(0%)
c. Pilihan Anggota DPRD Propinsi Jawa Tengah
Data di lapangan menunjukkan pada informan masyarakat nelayan,
dalam memilih caleg DPRD Propinsi Jawa Tengah Dapil VIII (Kabupaten
Cilacap dan Banyumas) pilihanya adalah : H. Samirun, SH, MH mendapat
5 persen dari informan, sedangkan rahasia 5 persen, dan menjawab lupa
90 persen. H. Samirun, SH., MH. merupakan caleg dari PDIP dengan
nomor urut 4 dan incumben, dan terpilih menjadi anggota DPRD
Propinsi Jawa Tengah periode 2014-2019.
Melihat data tersebut,
informan pada masyarakat nelayan hanya mengingat satu nama saja.
Sedangkan
untuk
informan
masyarakat
petani
di
Kecamatan
Gandrungmangu, untuk pilihan caleg Propinsi Jawa Tengah
cukup
bervariatif dan masih banyak yang ingat, sebagai berikut : Abdul Kholiq
SH., M.Si dari PPP dengan nomor urut 5 mendapatkan 15 persen, Arief
Rachmanto SH dari PPP dengan nomor urut 3 mendapakan 5 persen.
Kukuh Birowo, SH. dari Partai Demokrat dengan nomor urut 1
mendapatkan 5 persen. Akhmad Ikhsan, S.Ag dari PKB dengan nomor
urut 4 mendapatkan 5 persen. Hj Siti Rosidah dari PKB dengan nomor
urut 1 mendapakan 5 persen. H. Samirun SH., MH dari PDIP dengan
nomor urut 4 mendapatkan 5 persen, sedangkan yang menyatakan lupa
sebanyak 60 persen. Dari caleg tersebut di atas yang berhasil terpilih
44
menjadi anggota DPRD Propinsi Jawa Tengah adalah H. Samirun, SH.,
MH dan Kukuh Birowo, SH.
Tabel V-3
PILIHAN CALEG DPRD PROPINSI
Nelayan (Cilacap Selatan)
NO
CALON ANGGOTA DPRD PROPINSI
NELAYAN
(CILACAP SELATAN)
JUMLAH
1
2
3
1
H. SAMIRUN, S.H., M.H. (PDIP)
1 (5%)
2
RAHASIA
1 (5%)
3
LUPA
18 (90%)
Petani (Gandrungmangu)
NO
CALON ANGGOTA DPRD PROPINSI
PETANI
(GANDRUNGMANGU)
JUMLAH
1
2
3
1
ABDUL KHOLIQ, S.H., M.Si. (PPP)
3 (15%)
2
ARIEF RACHMANTO, S.H. (PPP)
1 (5%)
3
KUKUH BIROWO, S.H. (DEMOKRAT)
1 (5%)
4
AKHMAD IKHSAN, S.Ag. (PKB)
1 (5%)
5
H. SAMIRUN, S.H., M.H. (PDIP)
1 (5%)
6
Hj. SITI ROSIDAH (PKB)
1 (5%)
7
RAHASIA
0 (0%)
8
LUPA
12 60%)
d. Pilihan Anggota DPR RI
Pilihan dalam pemilu legislatif, untuk anggota DPR RI Dapil Jawa Tengah
VIII (Kabupaten Cilacap dan Banyumas), informan nelayan Kecamatan
Cilacap Selatan memilih : Adisatrya Suryo Sulisto, dari PDIP dengan
45
nomor urut 1 dengan 5 persen, merupakan pendatang baru dan berhasil
terpilih menjadi anggota DPR RI. Sementara itu informan menyatakan
rahasia 5 persen, dan lupa sebanyak 85 persen.
Sementara itu, informan petani di Kecamatan Gandrungmangu memilih
: Budiman Sujatmiko, M.Sc, M.Phil merupakan caleg dari PDIP nomor
urut 4 sebanyak 25 persen, Hj. Novita Wijayanti, SE, MM dari Partai
Gerindra nomor urut 1 mendapatkan 20 persen. Moh Taufiq
Hidayatulloh dari PKB dengan nomor urut 3 mendapatkan 5 persen. Dr.
Arief Awaluddin SH. M.Hum dari PKS nomor urut 1 mendapatkan 5
persen. Dari semua caleg tersebut di atas, yang berhasil terpilih adalah :
Adisatrya Suryo Sulisto, (PDIP), pendatang baru, Budiman Sujatmiko
M.Sc., M.Phil (PDIP) incumben, merupakan putra daerah Kabupaten
Cilacap, dan Hj. Novita Wijayanti SE., MM. (Partai Gerindra), pendatang
baru pada caleg DPR RI, tetapi pileg periode sebelumnya terpilih
menjadi anggota DPRD Propinsi Jawa Tengah dari PDIP, dan pernah
menjadi calon bupati Cilacap pada Pilkada 2012, dan merupakan putra
daerah Kabupaten Cilacap.
Tabel V-4
PILIHAN CALEG DPR RI
NO
NELAYAN
(CILACAP SELATAN)
CALON ANGGOTA DPR RI
JUMLAH
1
2
3
1
ADISATRYA SURYO SULISTO (PDIP)
2 (10%)
2
RAHASIA
1 (5%)
3
LUPA
17 (85%)
46
NO
PETANI
(GANDRUNGMANGU)
CALON ANGGOTA DPR RI
JUMLAH
1
2
3
1
BUDIMAN SUJATMIKO, M.Sc., M.Phil. (PDIP)
5 (25%)
2
Hj. NOVITA WIJAYANTI, SE., MM. (GERINDRA)
4 (20%)
3
MOH. TAUFIQ HIDAYATULLOH (PKB)
1 (5%)
4
Dr. ARIEF AWALUDDIN, S.H., M.Hum. (PKS)
1 (5%)
5
RAHASIA
0 (0%)
6
LUPA
9 (45%)
e. Pilihan Anggota DPD
Dalam pemilu legislatif, anggota DPD kecenderungan tidak dikenal oleh
pemilih, seperti dalam pemilihan anggota DPD yang mewakili Propinsi
Jawa Tengah. Hal tersebut dikarenakan calon anggota DPD merupakan
calon perseorangan, tidak mewakili partai politik, ormas, perguruan
tinggi, LSM, dan sebagainya (Anas Urbaningrum, 2004). Maka, cukup
sulit untuk dapat dikenal oleh pemilih apabila bukan publik figur yang
popular. Informan masyarakat nelayan Kecamatan Cilacap Selatan
menyatakan 5 persen adalah rahasia, sedangkan 95 persen menyatakan
lupa. Dengan demikian, tidak ada satupun yang mengingat pilihan
anggota DPD, hanya dari beberapa informan menyatakan memilih yang
cantik pada foto di surat suara.
Sementara
itu,
informan
kelompok
petani
di
Kecamatan
Gandrungmangu dalam memilih anggota DPD sebagian masih teringat
pilihannya, yaitu : Muhammad Al Habsyi, S.Pd, dengan nomor urut 20
mendapatakan suara dari informan 20 persen, Dr. Sulistyo, M.Pd.
mendapatkan 5 persen suara, Mayjen.(Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa
mendapatkan 5 persen, H. Bambang Sadono, SH., MH mendapatkan 5
persen suara informan petani. Sedangkan yang lupa sejumlah 65 persen.
47
Sebagian besar dari yang lupa menjawab mencoblos calon anggota DPD
perempuan yang cantik dalam gambar surat suara. Berdasarkan data
yang ada, Muhammad Al Habsyi, S.Pd merupakan penduduk kabupaten
tetangga, yaitu Kabupaten Banyumas. Dr. Sulistyo M.Pd. merupakan
ketua PGRI yang mempunyai basis massa luas yaitu di kalangan guru,
dan merupakan incumben anggota DPD RI periode sebelumnya.
Sedangkan H. Bambang Sadono, SH., MH merupakan mantan pengurus
Partai Golkar di Jawa Tengah, dan pernah menjadi Calon Gubernur Jawa
Tengah dalam Pilkada 2013.
Tabel V-5
PILIHAN CALON ANGGOTA DPD
NO
NELAYAN
(CILACAP SELATAN)
CALON ANGGOTA DPD
JUMLAH
1
2
1
RAHASIA
2
LUPA
NO
3
1 (5%)
19 (95%)
CALON ANGGOTA DPD
PETANI
(GANDRUNGMANGU)
JUMLAH
1
2
3
1
MUHAMMAD AL HABSYI, S.Pd.
4 (20%)
2
Dr. H. SULISTYO, M.Pd.
1 (5%)
3
Mayjen. (Purn) Drs. H. KURDI MUSTOFA
1 (5%)
4
Dr. H. BAMBANG SADONO, S.H., M.H.
1 (5%)
5
RAHASIA
0 (0%)
6
LUPA
13 (65%)
f. Pilihan Nomor Urut Caleg
Dalam pileg 2014, caleg DPRD Kabupaten, DPRD Propinsi, dan DPR RI
bukan hal yang diperimbangkan. Tetapi dalam realita kecenderungan
48
caleg nomor urut 1 menjadi pilihan terbanyak pada caleg yang jadi
pada pileg anggota DPRD Kabupaten Cilacap. Berikut tabel caleg yang
terpilih dengan nomor urut, caleg Dapil 3 dan 4, dan caleg pilihan
informan
Tabel V-6
NOMOR URUT CALEG TERPILIH DPRD KABUPATEN CILACAP
NO URUT CALEG
JUMLAH
1
24 (48%)
2
6 (12%)
3
2 (4%)
4
7 (14%)
5
2 (4%)
6
1 (2%)
7
4 (8%)
8
1 (2%)
9
3 (6%)
JUMLAH TOTAL
20 (100%)
Tabel V-7
NOMOR URUT CALEG TERPILIH DAPIL 3 & 4
DAPIL 3 KABUPATEN CILACAP
DAPIL 4 KABUPATEN CILACAP
NO URUT
CALEG
JUMLAH
NO URUT
CALEG
JUMLAH
1
4 (57%)
1
5 (56%)
5
2 (29%)
4
2 (22%)
7
1 (14%)
7
1 (11%)
JUMLAH
TOTAL
7 (100%)
8
1 (11%)
JUMLAH
TOTAL
9 (100%)
49
Tabel V-8
NO URUT CALEG PILIHAN INFORMAN
NO URUT CALEG
PILIHAN NELAYAN
NO URUT CALEG
PILIHAN PETANI
NO URUT
CALEG
JUMLAH
NO URUT
CALEG
JUMLAH
1
2 (10%)
1
2 (10%)
3
8 (40%)
4
18 (90%)
7
4 (20%)
JUMLAH
TOTAL
20 (100%)
RAHASIA
1 (5%)
LUPA
5 (25%)
JUMLAH
TOTAL
20 (100%)
Dari data tersebut di atas dapat terlihat dengan jelas, bahwa nomor
urut 1 selalu ada yang memilih di setiap kriteria. Untuk caleg DPRD
kabupaten Cilacap, nomor urut 1 merupakan yang terbanyak yaitu 48
persen, demikian pula pada Dapil 3 terbanyak yaitu sebesar 57 persen,
dan Dapil 4 juga terbanyak dengan 56 persen. Sedangkan untuk daerah
penelitian, informan memilih caleg no urut 1 sebesar 10 persen. Dari
hasil indepth interview, responden yang memiliki pilihan pasti, nomor
urut tidak berpengaruh, hanya saja di kalangan orang tua, selain
nomor yang strategis kadangkala sulit untuk mencarinya. Untu
informan yang tidak memiliki pilihan pasti dan tetap, asal memilih
tidak selalu nomor urut paling atas maupun yang paling bawah.
2. Pilihan Dalam Pilpres 2014
Dalam pemilu presiden/wakil presiden 2014 terdapat 2 pasang
calon, yaitu pasangan nomor urut 1, yaitu H. Prabowo Subianto dan Ir. H.
Hatta Rajasa, pasangan nomor urut 2, yaitu Ir. H. Joko Widodo dan Drs. H.
Jusuf Kalla. Data dari informan nelayan di Kecamatan Cilacap Selatan,
50
pasangan calon nomor urut 1 mendapatkan 25 persen, pasangan calon
nomor urut 2 mendapatkan 70 persen, sedangkan tidak menjawab
sebanyak 5 persen. Sedangkan informan petani di Kecamatan
Gandrungmangu menyatakan pilihannya, untuk pasangan calon nomor
urut 1 sebanyak 20 persen, pasangan nomor urut 2 sebanyak 75 persen,
dan tidak menjawab 5 persen. Apabila dicermati, pada kedua kelompok
informan tersebut memiliki kecenderungan komposisi pilihan yang sama.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih
capres/cawapres : merakyat, sederhana, janji/visi/misi/programnya,
ketegasan, orang sipil, suka blusukan, dan ramah. Dari data yang ada
dilapangan informan nelayan menjawab sebagai berikut : merakyat,
sederhana, janji/visi/misi/program, ketegasan, orang sipil, suka blusukan,
ramah. Sedangkan dari informan petani menjawab sebagai berikut :
Tabel V-9
PILIHAN CAPRES/CAWAPRES
JUMLAH
NO
PILIHAN CAPRES/CAWAPRES
1
2
NELAYAN
(CILACAP SELATAN)
PETANI
(GANDRUNGMANGU)
3
4
1
PRABOWO - HATTA
5 (25%)
4 (20%)
2
JOKOWI - JK
14 (70%)
15 (75%)
3
TIDAK MENJAWAB
1 (5%)
1(5%)
3. Alternatif Pilihan
Dalam menentukan pilihan, kadangkala ada kebingungan dalam
menjatuhkan pilihan, karena kualitas dan criteria pilihan yang berjumlah
banyak tersebut tidak jauh berbeda. Hal tersebut dapat menimbulkan
dilema dalam menentukan pilihan, karena harus memilih satu pilihan.
Untuk alternatif pilihan lain baik parpol, caleg maupun DPD tidak banyak
pada informan nelayan, parpol 10 persen, dan caleg 10 persen.
51
Sedangkan pada informan petani, parpol 10 persen, caleg 5 persen, dan
DPD 15 persen. Sedangkan untuk capres/cawapres, semua informan
menyatakan pilihan sudah tetap dan mantap, tidak ada alternatif pilihan
lain, ataupun kebimbangan dalam menentukan pilihan. Dari data tersebut
di atas, dapat diasumsikan pemilih kecenderungan telah memiliki pilihan
yang tetap dan telah mantap. Ini terjadi karena kriteria yang menonjol
dan sesuai dengan pilihan dapat dilakukan rangking, sehingga yang
rangking teratas yang menjadi pilihannya.
4. Korelasi Pilihan Parpol Dengan Caleg Dan Capres/Cawapres
Dalam memilih di Pileg dan Pilpres ada beberapa hal yang cukup
menarik. Pertama, pilihan parpol tidak linear dengan pilihan caleg. Ketika
ditanyakan secara spontan pilihan partai politik, banyak yang berbeda
dengan kenyataan memilih di TPS, jadi antara das sollen dengan das sein
berbeda. Hal ini terjadi karena pemilih lebih mengedepankan calegnya
dibandingkan dengan partai politik. Hanya satu parpol yang dipilih secara
konsisten, yaitu di kalangan nelayan (Cilacap Selatan) dengan pilihan PDIP
sebesar 40 persen untuk pilihan parpol, caleg DPRD Kabupaten, DPRD
Propinsi, dan DPR RI. Kedua, pilihan parpol juga tidak linear dengan
pilihan capres/cawapres. Kecenderungan orang memiliki pilihan partai
dalam das sollen, dan pilihan caleg dalam das sein, tetapi ketika memilih
capres/cawapres semuanya dinafikan dan dinisbikan. Capres/cawapres
lebih dipilih berdasarkan sosok individunya, bukan berdasarkan asal
partai
politik
atau
anjuran/kampanye
partai
partai
politik
politik/caleg
pengusungnya.
yang
untuk
Sekalipun
memilih
capres/cawapres yang diinginkan, tidak akan berpengaruh secara
signifikan.
Partai politik koalisi pengusung capres/cawapres Jokowi-JK yaitu
PDIP, NasDem, PKB, Hanura, dan PKPI yang dipilih/disukai secara spontan
52
di masyarakat nelayan secara komulatif hanya berjumlah 40 persen
(hanya ada satu parpol yaitu PDIP sebesar 40 persen), padahal dalam
pilpres pilihan untuk pasangan Jokowi-JK sebesar 70 persen. Sedangkan
di masyarakat petani komulatif berjumlah 70 persen (PKB 35 persen dan
PDIP 35 persen), sedangkan pilihan dalam pilpres, pasangan Jokowi-JK
mendapatkan 75 persen.
53
BAB VI
TIPOLOGI PEMILIH DAERAH PENELITIAN
Kedua
kelompok
masyarakat,
nelayan
dan
petani,
bila
dilihat
karakteristiknya pekerjaan berbeda. Dalam penelitian ini karakteristik wilayah
juga berbeda, nelayan di wilayah perkotaan yaitu Kecamatan Cilacap Selatan,
sedangkan petani wilayah perdesaan yaitu Kecamatan Gandrungmangu. Tetapi,
bila dilihat dari tingkat pendidikan dan penghasilan tidak jauh berbeda, demikian
pula akses terhadap informasi. Dari data yang ada kecenderungan kedua
kelompok masyarakat tersebut dapat digolongkan sebagai masyarakat
marjinal/pinggiran, berdasarkan indikator pendidikan dan penghasilan yang
cenderung pada level rendah.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, data yang ada sebagai berikut :,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemilih di daerah penelitian, baik
kelompok nelayan maupun kelompok petani kecenderungan dapat digolongkan
pada tipologi pemilih tradisional dan skeptis. Pemilih tradisional memiliki
orientasi ideologi yang cukup tinggi, dan tidak terlalu melihat kebijakan partai
politik/kontestan pemilu. Dalam mengambil keputusan, pemilih tradisional
sangat mementingkan kedekatan sosial budaya, nilai, asal usul, paham, dan
agama. Sebagai ukurannya, akan memilih figur dan kepribadian pemimpin, mitos
dan nilai-nilai historis partai politik/kontestan pemilu. Dari data penelitian ini
dapat dilihat, bahwa dalam memilih caleg kecenderungan memilih caleg yang
dekat tempat tinggalnya atau yang putra daerah. Sedangkan dalam memilih
capres/cawapres, kecenderungan memilih figur yang memiliki karakter dan
kebudayaan sesuai kultur yang ada dalam masyarakat pemilih. Salah satu
karakteristik mendasar adalah tingkat pendidikan yang rendah dan konservatif
dalam memegang nilai atau paham yang dianut. Pemilih tradisional adalah
pemilih yang bisa dimobilisasi dalam kampanye.
54
Sedangkan pemilih skeptis adalah tidak memiliki orientasi ideologi yang
cukup tinggi dengan partai politik/kontestan pemilu. Keinginan atau antusiasme
dalam pemilu juga kurang, karena kaitan ideologi sangat rendah. Antusiasme
dalam arti fanatisme ideologi dan menutup kemungkinan terhadap pilihan
ideologi lain. Golongan ini juga kurang peduli terhadap program kerja, platform
partai politik/kontestan pemilu, atau kebijakan partai politik/kontestan pemilu.
Sebagian dari pemilih ini juga dapat dikategorikan sebagai pemilih skeptis,
karena pada prinsipnya semua program kerja yang diajukan oleh kontestan
pemilu satu dengan kontestan pemilu lainnya kecenderungan sama baiknya,
ideal, serta bersifat normatif.
55
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Informan adalah kelompok nelayan di Kecamatan Cilacap Selatan dan
petani di Kecamatan Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah,
dengan rata-rata tingkat pendidikan dan penghasilan yang rendah.
Kelompok ini dapat dikategorikan sebagai kelompok marjinal atau pinggiran.
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini, pertama,
perilaku memilih dipengaruhi oleh adanya faktor internal dan eksternal yang
merupakan daya tarik dan daya tolak dalam menjatuhkan pilihan baik dalam
pemilu legislatif maupun pemilu presiden 2014.
Kedua, Tempat Pemungutan Suara atau TPS dianggap representatif,
aman dan dapat menjaga privasi, cara mencoblos kecenderungan pemilih
telah paham, karena pemilu 2014 menggunakan paku dan bantalan,
sehingga kemungkinan kecil terjadi kesalahan karena faktor teknis di TPS.
Ketiga, pengetahuan pemilih tentang partai politik cukup baik, untuk
caleg DPRD Kabupaten kecenderungan paham, sedikit yang paham tentang
caleg DPRD Propinsi dan DPR RI. Untuk anggota DPD kecenderungan pemilih
belum paham, sehingga pemilih cenderung memilih calon anggota DPD yang
tampak cantik di surat suara. Sedangkan untuk Pilpres kecenderungan
sangat paham terhadap capres/cawapres, disamping capres/cawapres
populer, kontestan pemilu capres/cawapres hanya 2 pasangan calon.
Informasi yang diterima tentang pemilu, parpol, caleg, dan
capres/cawapres dari media elektronik dan cetak (televisi, radio, koran), alat
peraga
kampanye,
orang
parpol/tim
sukses,
keluarga,
perangkat
desa/kelurahan/RW/RT, tokoh masyarakat. Namun demikian, informasi
tidak secara keseluruhan dan detail, hanya bersifat global, sehingga
pemahamannya tidak secara komprehensif, tetapi hanya parsial.
56
Keempat, dalam memilih ada beberapa hal yang menjadi daya tarik :
untuk partai politik daya tarik kecenderungan terletak pada calegnya, karena
masyarakat lebih memilih caleg dibandingkan dengan memilih parpol. Daya
tarik lain dari parpol (walau kecenderungan daya tarik pada calegnya) adalah
karena parpol berbasis parpol lama semasa 3 kontestan pemilu (PPP, Golkar,
dan PDI), ataupun parpol yang ada pasca masa reformasi. Parpol baru atau
parpol kecil cenderung tidak dipilih. untuk caleg DPRD Kabupaten, kecuali
ada calegnya yang menjadi daya tarik yaitu orang yang dikenal, tetangga
atau tempat tinggal dekat, merakyat, ketokohannya. Caleg DPRD Propinsi
dan DPR RI yang menjadi daya tariknya adalah putra daerah,
ketokohan/dikenal, janji/visi misi/program. Anggota DPD daya tariknya,
ketokohan/dikenal, janji/visi misi/program, serta bagi yang tidak mengenal
semua calon anggota DPD daya tarik pada foto visual pada surat suara yaitu
kecantikan. Dalam memilih capres/cawapres daya tariknya kecenderungan
pada kesederhanaan, merakyat, suka blusukan, ketokohan/dikenal, janji/visi
misi/program, jujur, dan sipil. Tetapi disisi lain pemilih melihat daya tarik
pada sisi kewibawaan, ketegasan, dan militer. Sedangkan daya tolak
kecenderungan lawan dari daya tarik yang tidak bersifat normatif, misal sipilmiliter, tegas-lemah lembut, low profile-high profile, berwibawa-kalem.
Kelima, daya tarik dan daya tolak tersebut tidak terlepas dari faktor
internal, yang berasal dari dalam pemilih dan lingkungannya serta faktor
eksternal yang berasal dari luar pemilih dan lingkungannya, yaitu dari
kontestan pemilu, baik parpol, caleg maupun capres/cawapres.
Keenam, pileg dan pilpres 2014 tidak berkorelasi signifikan, karena
memilih pada pileg kecenderungan memilih figur calon dibandingkan
memilih partai politik. Demikian pula dalam memilih capres/cawapres
cenderung memilih figur, terutama figur calon presidennya. Kecenderungan
pemilih tidak tahu partai politik pengusung capres/cawapres. Sehingga tidak
mustahil, pilihan partai politik ketika pileg, bukan partai politik pengusung
57
pilihan capres/cawapres yang dipilih dalam pilpres 2014. Dengan demikian,
memilih partai politik dengan caleg dan capres/cawapres tidak berjalan
secara linear, pilihan caleg bisa menggugurkan pilihan partai politik, pilihan
capres/cawapres bisa menafikan dan menisbikan pilihan parpol/caleg.
Karena pemilih lebih cenderung pada sosok/figur.
Ketujuh, pemilih di daerah penelitian ini kecenderungan digolongkan
sebagai tipologi pemilih tradisional, rasional dan tipologi pemilih skeptis.
C. REKOMENDASI
Dari hasil penelitian tersebut, ada beberapa hal yang menjadi
rekomendasi demi terwujudnya pemilu, baik pileg maupun pilpres
mendatang yang lebih berkualitas, yaitu :
1. Dalam pileg 2014, partai politik terutama partai politik baru, caleg DPRD
Propinsi, dan DPR RI lebih efektif dalam berkampanye untuk dapat
dikenal oleh pemilih, sehingga pemilih menentukan pilihan memiliki
lebih banyak informasi dan sesuai pilihan yang diinginkan.
2. Untuk calon anggota DPD, lebih merata dalam memperoleh dukungan
maupun tim sukses di setiap kabupaten/kota, dan lebih efektif dalam
mengkampanyekan diri. Sebagai catatan, bahwa kecenderungan
masyarakat tidak mengenal dan kecenderungan memilih hanya karena
faktor foto/visual dalam surat suara.
3. Pendidikan politik perlu dilakukan secara terus menerus, disamping
masyarakat menjadi lebih paham pemilu, juga lebih memahami calon
legislatif dan calon presiden/wakil presiden secara koheren dan
komprehensif.
4. Orientasi dan indikator kesuksesan pemilu tidak hanya ditekankan pada
kuantitas semata yaitu tingkat partisipasi yang tinggi, tetapi juga kualitas,
tingkat pemahaman terhadap pilihan dan bagaimana teknis memilih
yang benar.
58
5. Adanya konsistensi dalam regulasi cara mencoblos, pengalaman pemilu
2009 dengan cara mencontreng dengan pulpen memiliki kecenderungan
salah mencoblos. Cara mencoblos konvensional dengan menggunakan
paku dan bantalan sangat familiar dan mudah dilakukan oleh pemilih.
59
DAFTAR PUSTAKA
Anas Urbaningrum, 2004, Pemilu Orang Biasa, Katalis dan Penerbit Republika,
Jakarta
BPS Cilacap, 2014, Cilacap Dalam Angka, Cilacap
Disdukcapil Cilacap, 2014, Buku Profil Disdukcapil Kabupaten Cilacap 2014,
Cilacap
Firmanzah, 2007, Marketing Politik, Antara Pemahaman dan Realita, Yayasan
Obor, Jakarta.
Hadari Nawawi, 1998, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta
KPU Cilacap, 2009, Pemilu 2009 Dalam Angka, Cilacap
KPU Cilacap, 2014, Profil Calon Terpilih DPRD Kabupaten Cilacap 2014, Cilacap
KPU Cilacap, 2014, DPT Kabupaten Cilacap, Cilacap
KPU Cilacap, 2014, Pemilu Dalam Angka, Cilacap
KPU Cilacap, 2014, Buku Saku Pemilu DPR, DPD, dan DPRD tahun 2014, Cilacap
LKiS, 1999, Tujuh Mesin Pendulang Suara, LKiS, Yogyakarta
Masri Singarimbun dan Soffian Effendi (ed.), 1987, Metode Penelitian Survai,
LP3ES, Jakarta
Ramlan Surbakti, 2010, Memahami Ilmu Politik, Grasindo, Jakarta
Rusadi Kantaprawira, 1992, Sistem Politik Indonesia, Sinar Baru Algensindo,
Bandung
Sigit Pamungkas, 2012, Pemilu, Perilaku Pemilih & Kepartaian, IDW, Yogyakarta
Sugiyono, 2012, Metodologi Penelitian kuantitatif, Kualitatif, R&D, Alfabeta,
Bandung
60
DIAGRAM PERILAKU MEMILIH DI KABUPATEN CILACAP
DALAM PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN/WAKIL PRESIDEN 2014
( STUDI KASUS PADA NELAYAN DAN PETANI )
A. Diagram Pendidikan Informan
PENDIDIKAN INFORMAN / RESPONDEN
15
16
14
12
10
9
7
8
6
CILACAP SELATAN
4
4
GANDRUNGMANGU
3
1
2
0 0
1
0
SD
SLTP
SLTA
D3
S1
0
B. Diagram Pemahaman Informan
PEMAHAMAN INFORMAN
CILACAP SELATAN
20
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
18
17
14
13
12
8
7
6
YA
TIDAK
3
2
0
Paham Pileg
Gambar
partai
Mengenal
caleg
Mengenal
DPD
Presiden /
wakil
presiden
Informasi
kampanye
PEMAHAMAN INFORMAN
GANDRUNGMANGU
20
19
20
18
16
14
15
13
13
11
12
10
8
9
7
YA
7
TIDAK
5
6
4
1
2
0
0
Paham Pileg
Gambar
partai
Mengenal
caleg
Mengenal
DPD
Presiden /
wakil
presiden
Informasi
kampanye
C. Diagram Sumber Informasi Tentang Pileg/Pilpres
SUMBER INFORMASI TENTANG PILEG/PILPRES
12
10
8
6
4
2
0
11
10
8
5
6
4
0
1
1
1
0
1
0
3
2
3
0
0
CILACAP SELATAN
GANDRUNGMANGU
D. Diagram Daya Tarik Pemilu Legislatif
20
15
10
5
0
17
14
6
3
DAYA TARIK PEMILU LEGISLATIF
CILACAP SELATAN
20
20
17
13
12
8
7
3
0
0
18
2
YA
TIDAK
DAYA TARIK PEMILU LEGISLATIF
GANDRUNGMANGU
20
17
17
14
13
20
20
15
10
5
0
13
7
0
3
6
19
7
3
0
1
YA
TIDAK
E. Diagram Daya Tarik Milih Capres / Cawapres
DAYA TARIK MILIH CAPRES / CAWAPRES
4
4
4
3,5
3
MERAKYAT
3
VISI-MISI / PROGRAM
3
TEGAS
2,5
MILITER
2
2
PARPOL PENGUSUNG
JUJUR
1,5
1
1
1
1
PASANGAN COCOK
1
SEDERHANA
TIDAK MENJAWAB
0,5
0
CILACAP SELATAN
DAYA TARIK MILIH CAPRES / CAWAPRES
6
6
6
5
MERAKYAT
SEDERHANA
4
ORANG SIPIL
JUJUR
3
2
TEGAS
2
VISI, MISI / PROGRAM
2
1
1
1
1
MILITER
TIDAK MENJAWAB
1
0
GANDRUNGMANGU
F. Diagram Pilihan Partai Politik Dalam Pemilu
 Partai yang dipilih secara spontan
PARTAI PILIHAN SECARA SPONTAN
8
8
NASDEM
PKB
7
PKS
6
PDIP
5
GOLKAR
5
GERINDRA
4
DEMOKRAT
PAN
3
2
2
2
2
PPP
HANURA
1
PBB
1
0
0
0
0
0
0
PKPI
0
TDK JWB
0
CILACAP SELATAN
PARTAI PILIHAN SECARA SPONTAN
7
7
7
NASDEM
PKB
6
PKS
PDIP
5
GOLKAR
4
GERINDRA
DEMOKRAT
3
PAN
2
2
PPP
2
1
HANURA
1
PBB
1
0
0
0
0
0
0
0
PKPI
TDK JWB
0
GANDRUNGMANGU
 Partai Pilihan DPRD Kabupaten
PARTAI PILIHAN DPRD KABUPATEN
8
8
NASDEM
7
PKB
7
PKS
6
PDIP
GOLKAR
5
GERINDRA
4
DEMOKRAT
3
PAN
3
PPP
2
1
1
HANURA
PBB
1
0
0
0
0
0
0
0
0
PKPI
0
TDK JWB
CILACAP SELATAN
PARTAI PILIHAN DPRD KABUPATEN
NASDEM
17
18
PKB
16
PKS
14
PDIP
12
GOLKAR
10
GERINDRA
DEMOKRAT
8
PAN
6
PPP
4
2
2
1
0
0
0
0
0
0
0
0
GANDRUNGMANGU
HANURA
PBB
0
0
0
PKPI
TDK JWB
 Partai Pilihan DPRD Propinsi
PARTAI PILIHAN DPRD PROPINSI
8
8
NASDEM
PKB
7
PKS
6
6
PDIP
GOLKAR
5
GERINDRA
4
DEMOKRAT
3
PAN
2
2
2
1
PPP
HANURA
1
PBB
1
0
0
0
0
0
0
0
PKPI
0
TDK JWB
CILACAP SELATAN
PARTAI PILIHAN DPRD PROPINSI
5
5
5
NASDEM
4,5
PKB
4
PKS
PDIP
3,5
3
3
3
GERINDRA
2,5
DEMOKRAT
2
PAN
2
PPP
1,5
1
1
HANURA
1
0,5
GOLKAR
PBB
0
0
0
0
0
0
PKPI
TDK JWB
0
GANDRUNGMANGU
 Partai Pilihan DPR RI
PARTAI PILIHAN DPR RI
8
NASDEM
8
PKB
7
PKS
6
PDIP
GOLKAR
5
4
GERINDRA
4
3
DEMOKRAT
PAN
3
2
2
PPP
2
HANURA
1
PBB
1
0
0
0
0
0
0
0
PKPI
0
TDK JWB
CILACAP SELATAN
PARTAI PILIHAN DPR RI
9
9
NASDEM
8
PKB
PKS
7
PDIP
6
6
GOLKAR
5
GERINDRA
DEMOKRAT
4
PAN
3
2
1
PPP
2
1
0
1
0
HANURA
1
0
0
0
GANDRUNGMANGU
PBB
0
0
0
PKPI
TDK JWB
G. Diagram Pilihan Caleg DPRD Kabupaten
PILIHAN CALEG DPRD KABUPATEN
8
8
7
6
5
5
FENI KUSWANTI, Amd.KL
PAIJAN
4
4
TAUFIQ NUR HIDAYAT
3
RAHASIA
2
2
1
LUPA
1
0
CILACAP SELATAN
PILIHAN CALEG DPRD KABUPATEN
18
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
LIBANUN MUZAZIN, S.Ag
Drs. MUSLIMAN
RAHASIA
LUPA
2
0
GANDRUNGMANGU
0
H. Diagram Pilihan Caleg DPRD Propinsi
PILIHAN CALEG DPRD PROPINSI
18
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
H. SAMIRUN, S.H., M.H.
RAHASIA
LUPA
1
1
CILACAP SELATAN
PILIHAN CALEG DPRD PROPINSI
12
12
ABDUL KHOLIQ, S.H., M.Si.
10
ARIEF RACHMANTO, S.H.
KUKUH BIROWO, S.H.
8
AKHMAD IKHSAN, S.Ag.
6
4
2
H. SAMIRUN, S.H., M.H.
3
Hj. SITI ROSIDAH
1
1
1
1
1
0
RAHASIA
LUPA
0
GANDRUNGMANGU
I. Diagram Pilihan Caleg DPR RI
PILIHAN CALEG DPR RI
17
20
15
ADISATRYA SURYO SULISTO
RAHASIA
10
LUPA
2
5
1
0
CILACAP SELATAN
PILIHAN CALEG DPR RI
9
9
8
Hj. NOVITA
WIJAYANTI, S.H., M.M.
7
6
5
5
MOH. TAUFIQ
HIDAYATULLOH
4
4
Dr. ARIEF
AWALUDDIN, S.H., M.Hum.
3
2
1
BUDIMAN
SUJATMIKO, M.Sc., M.Fhil.
1
RAHASIA
1
0
LUPA
0
GANDRUNGMANGU
J. Diagram Pilihan Caleg DPD
PILIHAN CALEG DPD
19
20
15
RAHASIA
10
LUPA
5
1
0
CILACAP SELATAN
PILIHAN CALEG DPD
13
14
12
10
8
6
4
2
0
4
1
1
1
0
GANDRUNGMANGU
MUHAMMAD AL HABSYI, S.Pd.
Dr. H. SULISTYO, M.Pd.
Mayjend (Purn) Drs. H. KURDI MUSTOFA
Dr. H. BAMBANG SADONO, S.H., M.H.
RAHASIA
LUPA
K. Diagram Pilihan Capres / Cawapres
PILIHAN CAPRES / CAWAPRES
16
14
15
14
12
10
8
6
CILACAP SELATAN
5
GANDRUNGMANGU
4
4
1
2
1
0
PRABOWO HATTA
JOKOWI - JK
TIDAK
MENJAWAB
Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Cilacap
Dokumentasi 2015
Download