RISET PENELITIAN PERILAKUeMEMILIHeDIeKABUPATENeCILACAP DALAMePEMILUeLEGISLATIFeDANe PEMILUePRESIDEN/WAKILePRESIDENe2014 )eStudieKasusePadaeNelayanedanePetanie) DisusuneOleh: RISET PENELITIAN PERILAKU MEMILIH DI KABUPATEN CILACAP DALAM PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN/WAKIL PRESIDEN 2014 (Studi Kasus Pada Nelayan dan Petani ) Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Cilacap 2015 ABSTRAKSI Judul penelitian ini adalah “Perilaku Memilih Di Kabupaten Cilacap Dalam Pemilu Legislatif Dan Pemilu Presiden/Wakil Presiden 2014 (Studi Kasus Pada Nelayan dan Petani)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku memilih pada masyarakat kabupaten Cilacap, yang diwakili oleh kelompok nelayan dan petani. Faktor apa saja yang mempengaruhi dalam memilih partai politik, caleg DPRD Kabupaten/kota, DPRD Propinsi, DPD, dan DPR RI pada pemilu legislatif 2014 serta dalam memilih pasangan calon presiden/wakil presiden pada pilpres 2014. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pemilihan sampel dengan non probability sampling yaitu dengan purposive sampling dan quota sampling. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan in-depth interview (wawancara mendalam) dan data sekunder yang berupa dokumentasi. Sedangkan analisis data menggunakan analisis kategorisasi, triangulasi, dan deskripsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua kelompok masyarakat (nelayan dan petani) tersebut, keduanya dapat dikategorikan dalam tipologi pemilih tradisional dan tiopologi pemilih skeptis. Dalam memilih lebih dipengaruhi pada figur, baik perilaku, karakter, ketokohan, satu daerah/putra daerah, hal inilah yang menjadi daya tarik, yang merupakan faktor eksternal. Disisi lain ada daya tolak adalah yang berkaitan dengan pilihan identitas dan karakter pribadi seperti sipil-militer, low profile-high profile, tegas-lemah lembut,. Daya tarik dan daya tolak tersebut berkaitan dengan faktor internal pemilih seperti sosiologis, ekologis, psikologis dan rasional. Masyarakat lebih mengutamakan memilih caleg dibandingkan dengan parpol. Caleg yang dikenal kecenderungan caleg DPRD kabupaten/kota, caleg DPRD propinsi dan DPR RI sedikit yang mengenal, calon anggota DPD cenderung tidak dikenal, sehingga calon anggota DPD yang dipilih adalah visualisasi dalam surat suara. Sedangkan capres/cawapres sangat dikenal, selain hanya dua pasangan calon, juga sudah sangat populer. Korelasi pilihan antara partai politik, caleg dan capres/cawapres tidak terlalu signifikan. Pemilih membutuhkan informasi yang koheren dan komprehensif dalam pemilu, sebagai sarana menuju pemilu yang lebih berkualitas, tidak hanya sekedar tingginya tingkat partisipasi. Pendidikan politik/pemilu terus berkesinambungan, selain itu, kampanye parpol, caleg lebih efektif dan tepat sasaran, terutama pada masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah. Kata kunci : Perilaku Memilih, Pileg dan Pilpres, Nelayan dan Petani, Cilacap ii KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Sekapur Sirih… Puji Syukur kehadhirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, atas limpahan rahmat dan HidayahNya, sehingga terselesaikannya penelitian yang berjudul “Perilaku Memilih Di Kabupaten Cilacap Dalam Pemilu Legislatif Dan Pemilu Presiden/Wakil Presiden 2014 (Studi Kasus Pada Nelayan dan Petani)”. Penelitian ini merupakan bagian dari program KPU RI tahun 2015 yang harus dilaksanakan oleh seluruh KPU Kabupaten/Kota di Indonesia. Bagi KPU Kabupaten Cilacap, penelitian ini sangat besar manfaatnya, selain untuk mengetahui realita yang ada saat pemilu 2014 baik pileg maupun pilpres, juga untuk mengasah kemampuan untuk meneliti dan menulis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah guna meningkatkan kualitas penyelenggaran pemilu pada masa mendatang. Penelitian ini dilaksanakan secara swakelola, yang menjadi ranah tupoksi divisi pendidikan pemilih dan sosialisasi, dan merupakan hasil sinergi dari semua komisioner dan staf sekretariat KPU Kabupaten Cilacap. Untuk itu, kami sampaikan terima kasih kepada para pihak yang telah membantu dari awal hingga akhir penulisan laporan, yaitu teman-teman komisioner, sekretaris, para kasubag, dan staf sekretariat KPU Kabupaten Cilacap, enumerator, informan, aparatur pemerintahan Kabupaten Cilacap, tokoh masyarakat, mantan anggota KPPS, Ketua RT/RW, ketua rukun nelayan/tani di wilayah sampel penelitian, tim ahli, serta pihak lain yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Kami menyadari, bahwa penelitian ini jauh dari sempurna, “tiada gading yang tak retak”. Kami tidak akan berapologi dengan keterbatasan waktu dan dana, hanya ingin kami katakan, bahwa kami melaksanakan penelitian ini dengan iii sekuat tenaga, pikiran, dan kemampuan dari potensi yang ada. Hal ini secara implisit menunjukkan bahwa setiap saat kami terus bekerja dan bekerja. Akhirnya, semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pemilu dan menjadi titik awal tradisi intelektual di KPU, khususnya KPU Kabupaten Cilacap. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Cilacap, 31 Juli 2015 Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Cilacap Ketua ttd INDON TJAHJONO iv DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar I-1 Kerangka Pemikiran ............................................................................11 Gambar I-2 Kerangka Metodologis ........................................................................16 Gambar II-1 Peta Kabupaten Cilacap .....................................................................17 Gambar II-2 Partai Politik Peserta Pemilu 2014 ....................................................22 Gambar II-3 Pembagian DAPIL dan Jumlah Kursi Dalam Pemilu 2014 Di Kabupaten Cilacap ..........................................................................23 v DAFTAR TABEL Halaman Tabel II-1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan, dan Penyebaran Per Kecamatan Di Kabupaten Cilacap .......................18 Tabel II-2 Jumlah Penduduk Per Kelurahan Di Kecamatan Cilacap Selatan ..........19 Tabel II-3 Jumlah Penduduk Per Desa Di Kecamatan Gandrungmangu ................20 Tabel II-4 Anggota DPRD Kabupaten Cilacap Hasil Pemilu 2014 ...........................24 Tabel III-1 Pendidikan Informan .............................................................................26 Tabel III-2 Pemahaman Informan ..........................................................................30 Tabel III-3 Sumber Informsn Tentang Pileg/Pilpres ..............................................31 Tabel IV-1 Daya Tarik Dalam Pemilu Legislatif ......................................................36 Tabel IV-2 Daya Tarik Memilih Capres/Cawapres .................................................38 Tabel V-1 Pilihan Partai Politik 41 Tabel V-2 Pilihan Caleg DPRD Kabupaten .............................................................43 Tabel V-3 Pilihan Caleg DPRD Propinsi ..................................................................45 Tabel V-4 Pilihan Caleg DPR RI ..............................................................................46 Tabel V-5 Pilihan Calon Anggota DPD ...................................................................48 Tabel V-6 Nomor Urut Caleg Terpilih DPRD Kabupaten Cilacap ...........................49 Tabel V-7 Nomor Urut Caleg Terpilih Dapil 3 & 4 .................................................49 Tabel V-8 Nomor Urut Caleg Pilihan Informan .....................................................50 Tabel V-9 Pilihan Capres/Cawapres ......................................................................51 vi DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i ABSTRAKSI .............................................................................................................. ii KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... v DAFTAR TABEL ........................................................................................................ vi DAFTAR ISI ............................................................................................................. vii BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1 A. LATAR BELAKANG MASALAH ..............................................................................1 B. LANDASAN TEORI ...............................................................................................3 C. TUJUAN PENELITIAN ...........................................................................................8 D. METODOLOGI PENELITIAN ...............................................................................11 1. Desain Penelitian .........................................................................................11 2. Penentuan Lokasi Penelitian ........................................................................11 3. Populasi dan Sampel ....................................................................................12 4. Prosedur Penelitian .....................................................................................13 5. Pengumpulan Data ......................................................................................13 a. Observasi Non Partisipatoris ...................................................................13 b. Wawancara Mendalam (In-depth Interview) .........................................14 6. Analisis Data .................................................................................................14 BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ................................................................16 A. KONDISI FISIK DAN SOSIAL ...............................................................................16 1. Kondisi Wilayah Kabupaten Cilacap .............................................................16 2. Kondisi Wilayah Kecamatan Cilacap Selatan ...............................................19 3. Kondisi Wilayah Kecamatan Gandrungmangu ............................................19 vii B. KONDISI PEMILU DI KABUPATEN CILACAP ......................................................21 1. Sejarah Pemilu .............................................................................................21 2. Partai Politik Peserta Pemilu Tahun 2014 ...................................................21 3. Daerah Pemilihan (Dapil) .............................................................................22 4. Anggota Legislatif Kabupaten Cilacap ..........................................................23 BAB III PENGETAHUAN PEMILIH ...........................................................................25 A. PENGETAHUAN TENTANG PEMILU ................................................................26 B. PENGETAHUAN TENTANG PARTAI POLITIK ....................................................27 C. PENGETAHUAN TENTANG CALEG ..................................................................28 D. PENGETAHUAN TENTANG ANGGOTA DPD ....................................................28 E. PENGETAHUAN TENTANG CAPRES/CAWAPRES ............................................29 F. AKSES INFORMASI TERHADAP PEMILU ..........................................................30 BAB IV PERILAKU MEMILIH DALAM PEMILU 2014 ................................................32 A. KONDISI DI TPS ...............................................................................................32 B. FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI PILIHAN ........32 1. Faktor Internal ...........................................................................................33 2. Faktor Eksternal ........................................................................................33 3. Daya Tarik Dalam Memilih Pada Pileg 2014 ..............................................34 4. Daya Tolak Dalam Memilih Pada Pileg 2014 .............................................36 5. Daya Tarik Dalam Memilih Pada Pilpres 2014 ..........................................37 6. Daya Tolak Dalam Memilih Pada Pilpres 2014 ..........................................38 BAB V KORELASI ANTARA PILEG 2014 DENGAN PILPRES 2014 .............................40 A. PILIHAN DALAM PILEG DAN PILPRES .............................................................40 1. Pilihan Dalam Pileg 2014 ..........................................................................40 a. Pilihan Partai Politik ...........................................................................40 b. Pilihan Anggota DPRD Kabupaten Cilacap .........................................42 viii c. Pilihan Anggota DPRD Propinsi Jawa Tengah ....................................44 d. Pilihan Anggota DPR RI .......................................................................45 e. Pilihan Anggota DPD ..........................................................................47 f. Pilihan Nomor Urut Caleg .................................................................49 2. Pilihan Dalam Pilpres 2014 .......................................................................50 3. Alternatif Pilihan ......................................................................................51 4. Korelasi Pilihan Parpol, Caleg Dan Capres/Cawapres ..............................52 BAB VI TIPOLOGI PEMILIH DAERAH PENELITIAN ..................................................54 BAB VII PENUTUP ..................................................................................................56 A. KESIMPULAN ..................................................................................................56 B. REKOMENDASI ...............................................................................................58 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................60 ix BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pemilu merupakan salah satu syarat bagi negara demokrasi. Pemilu legislatif maupun pemilu presiden/wakil presiden diadakan secara berkala. Tidak selalu hasil pemilu dapat diprediksi hasilnya, walaupun beberapa lembaga survai telah melakukan survai untuk memprediksi kecenderungan hasil. Kadangkala survai hasilnya dinamis, dari waktu ke waktu berbeda, bahkan ketika ada momen tertentu, dalam hitungan hari dapat berubah secara signifikan. Melihat realitas dalam pemilu legislatif dan pemilu presiden/wakil presiden, yang menentukan adalah suara pemilih. Peristiwa terjadi di balik bilik suara/TPS, itulah yang menentukan. Apa yang menjadi alasan pemilih melakukan suatu pilihan, banyak alasan dan yang menjadi daya tarik untuk menentukan pilihan, baik secara rasional maupun emosional. Selain itu, ada daya tolak yang menjadikan pemilih tidak memilih kontestan pemilu tertentu/lainnya. Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden/Wakil Presiden 2014 di Kabupaten Cilacap terjadi dinamika. Silih bergantinya anggota DPRD, disamping petahana/incumben masih ada yang terpilih lagi, ada sedikit perubahan posisi urutan perolehan suara partai politik. Disamping itu pemilu presiden/wakil presiden berbeda dengan sebelumnya, yaitu dengan munculnya hanya dua capres/cawapres. Secara umum masyarakat mengidentifikasi presidennya dari PDI-P dan Partai Gerindra. Sedangkan wakil presiden diidentifikasikan dari partai politik yang berbeda, yaitu Partai Golkar (walau secara kelembagaan partai politiknya tidak mendukung) dan PAN. Kabupaten Cilacap secara geografis, dibandingkan dengan kabupaten lain di Jawa Tengah memiliki karakteristik yang cukup unik. Selain wilayahnya 1 yang terluas di Jawa Tengah, juga berada di perbatasan dengan Jawa Barat, dengan posisi di pojok barat-selatan atau barat daya di Propinsi Jawa Tengah. Disisi lain, terdapat garis pantai yang cukup panjang dan pegunungan yang cukup luas. Dilihat dari kultur, terdapat dua kultur masyarakat Cilacap yaitu Jawa Banyumasan di sebelah Timur dan Sunda di sebelah Barat. Jumlah penduduk terbanyak ke dua dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Dalam pemilu legislatif tahun 2014 partai politik yang mendapatkan kursi di DPRD Kabupaten Cilacap berjumlah 8 partai politik, dari 12 partai politik peserta pemilu. Apabila dicermati, kecenderungan partai politik baru serta yang tidak memiliki tokoh pada tingkat nasional maupun lokal, yang tidak mendapatkan kursi. Partai politik tersebut adalah Partai Hanura, Partai Nasdem, PBB (Partai Bulan Bintang) dan PKPI (Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia). Hal inilah yang menjadi salah satu interes untuk mengetahui secara mendalam mengapa hal ini terjadi pada pemilu legislatif di Kabupaten Cilacap tahun 2014. Sedangkan pada Pemilu Presiden/Wakil Presiden 2014, dengan adanya dua pasangan calon presiden/wakil presiden, secara umum memiliki ketokohan yang sama kuat, perbandingan perolehan suara tidak begitu jauh berbeda dengan daerah Jawa Tengah, terutama di wilayah selatan. Bila dilihat secara perbandingan perolehan suara yang didapat memang cukup jauh terpaut. Apakah hal tersebut ada korelasinya dengan partai politik pengusung pasangan calon presiden/wakil presiden. Masyarakat dengan profesi yang berbeda, dalam studi kasus ini apabila merujuk pada kelompok nelayan dan petani, secara karakteristik sangat berbeda. Kultur yang ada juga berbeda, yang dipengaruhi oleh lingkungan dan dan cara dalam bekerja. Nelayan, lingkungan kerja secara geografis adalah panas, mencari bukan memelihara, serta dihadapkan oleh cuaca yang tidak menentu dan penuh dengan tantangan alam. Sedangkan petani, dalam lingkungan geografis yang nyaman, lingkungan kerja yang tenang, dan dalam 2 hal pekerjaan mereka menanam dan memelihara. Sehingga karakteristiknya lebih tenang, memiliki kesabaran yang lebih tinggi. Dalam penelitian ini, yang ingin diketahui adalah bagaimana dalam kelompok masyarakat pinggiran tersebut, yang diwakili oleh nelayan dan petani, dalam pemilu legislatif dan pemilu presiden/wakil presiden 2014, mereka menjatuhkan pilihan dalam dua pemilu tersebut. Alasan apa saja yang menjadikan mereka menjatuhkan pilihan, apakah pilihan tersebut bersifat rasional, emosional, pilihan sadar, atau pilihan yang tidak disadari atau keterpaksaan. Disamping itu, faktor-faktor apa yang mempengaruhi, baik internal maupun eksternal. Hal ini apabila ditarik lebih ke belakang, keikut sertaan mereka dalam pemilu ini apakah faktor kesadaran atau faktor yang lain. Pemilih ketika datang ke TPS sampai dengan menjatuhkan pilihan, merupakan efek dari pengaruh internal dan eksternal, yang akhirnya menjadi persepsi. Bahkan, ketika di dalam TPS apakah dia merasa nyaman, dan merasa tidak ada kesulitan dalam melakukan teknis pencoblosan. Dengan demikian, apa yang ada dalam pikiran dengan apa yang ada dilakukan di lapangan ada kesesuaian atau kesamaan dengan yang dipikirkan/inginkan. B. LANDASAN TEORI Studi tentang perilaku pemilih tidak ada satu studi yang secara cermat dapat mengakomodirnya, hanya beberapa pendekatan yang dapat digunakan. Menurut Ramlan Surbakti (2010) pemilih menentukan pilihan berdasarkan 4 (empat) pendekatan yaitu struktural sosiologis, ekologis, psikologi sosial, dan pilihan rasional. Pendekatan struktural melihat kegiatan memilih merupakan produk dari konteks struktur yang lebih luas seperti struktur sosial, sistem partai politik, sistem pemilihan umum, permasalahan dan program yang ditonjolkan oleh setiap partai politik. 3 Struktur sosial yang menjadi sumber kemajemukan politik dapat berupa kelas sosial atau perbedaan-perbedaan antara majikan dengan pekerja, agama, perbedaan desa dengan kota, bahasa dan nasionalisme. Jumlah partai politik, basis sosial sistem partai politik, dan program yang ditonjolkan yang mungkin berbeda dari negara satu dengan negara lain, karena perbedaan struktur sosial tersebut. Pendekatan sosiologis cenderung menempatkan kegiatan memilih dengan konteks sosial. Kongkretnya pilihan seseorang dalam pemilihan umum dipengaruhi oleh latar belakang demografi dan sosial ekonomi seperti jenis kelamin, tempat tinggal (desa-kota), pekerjaan, pendidikan, kelas, pendapatan, dan agama. Pendekatan ekologis hanya relevan, apabila dalam suatu daerah pemilihan terdapat perbedaan karakteristik pemilih berdasarkan unit teritorial seperti desa, kelurahan, kecamatan dan kabupaten. Kelompok masyarakat seperti tipe penganut agama tertentu, buruh, kelas menengah, mahasiswa, suku tertentu, subkultur tertentu, dan profesi tertentu bertempat tinggal pada unit teritorial tertentu. Pendekatan ekologis ini penting sekali digunakan, karena karakteristik data hasil pemilihan umum propinsi berbeda dengan karakteristik data kabupaten, karakteristik data kabupaten berbeda dengan karakteristik data kecamatan. Pada dasarnya pendekatan psikologi sosial sama dengan penjelasan yang digunakan dalam model perilaku politik. Salah satu konsep psikologi sosial yang digunakan untuk menjelaskan perilaku memilih dalam pemilihan umum berupa identifikasi partai politik. Konsep ini merujuk pada persepsi pemilih atas partai-partai politik yang ada atau keterikatan emosional pemilih terhadap partai politik tertentu. Kongkretnya, partai politik yang secara emosional dirasakan dekat merupakan partai politik yang selalu dipilih tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. 4 Sedangkan pendekatan pilihan rasional, melihat kegiatan memilih sebagai produk kalkulasi antara untung dan rugi. Yang menjadi pertimbangan tidak hanya “ongkos” memilih dan kemungkinan suaranya dapat mempengaruhi hasil yang diharapkannya.. Tetapi hal ini digunakan oleh pemilih dan kandidat yang hendak mencalonkan diri untuk terpilih sebagai wakil rakyat atau pejabat pemerintahan. Bagi pemilih, pertimbangan untung dan rugi digunakan untuk membuat keputusan tentang partai politik atau kandidat yang akan dipilih. Menurut Ramlan Surbakti, keempat pendekatan tersebut memilih merupakan kegiatan otonom atau bukan paksaan dari pihak lain. Namun dalam kenyataan di negara berkembang, memilih bukan hanya ditentukan oleh pemilih, tapi juga ditentukan oleh faktor lain seperti tekanan kelompok, intimidasi dan paksaan dari kelompok atau pemimpin tertentu. Tidak ada satupun teori yang benar berkaitan dengan perilaku pemilih. Ada tiga teori pendekatan yang digunakan yaitu teori sosiologi, psikologi, dan anthropologi. Teori tersebut dianggap mendekati dan saling melengkapi. Tipologi pemilih (Firmanzah, 2010) ada 4 (empat) kelompok sebagai berikut : Pertama, pemilih rasional, pemilih ini memiliki “policy problem solving” yang tinggi, dan berorientasi rendah pada faktor ideologi. Pemilih golongan ini lebih mengutamakan partai atau kontestan dalam hal program kerjanya. Pemilih dalam golongan ini tidak mementingkan ikatan ideologI pada suatu partai politik atau kontestan pemilu. Faktor seperti paham, asal usul, nilai tradisi, budaya , agama, dan psikografis dipertimbangkan juga, tetapi bukan hal yang signifikan. Hal yang terpenting bagi pemilih ini adalah apa yang bisa atau yang telah dilakukan oleh partai politik/kontestan pemilu. Kedua, pemilih kritis, pemilih jenis ini merupakan perpaduan antara tingginya orientasi pada kemampuan partai politik atau kontestan pemilu dalam menuntaskan permasalahan bangsa, maupun tingginya orientasi pada 5 hal-hal yang bersifat ideologis. Pentingnya ikatan ideologis membuat loyalitas pemilih terhadap partai politik/kontestan pemilu cukup tinggi, tidak semudah seperti pemilih rasional untuk berpaling kepada partai politik/kontestan pemilu. Pemilih kritis akan selalu menganalisa kaitan antara sistem nilai partai politik (ideologi) dengan kebijakan yang dibuat. Partai politik/kontestan pemilu harus memenej pemilih jenis ini. Ketiga, pemilih tradisional, pemilih jenis ini memiliki orientasi ideologi yang cukup tinggi, dan tidak terlalu melihat kebijakan partai politik/kontestan pemilu. Dalam mengambil keputusan, pemilih tradisional sangat mementingkan kedekatan sosial budaya, nilai, asal usul, paham, dan agama. Sebagai ukurannya, akan memilih figur dan kepribadian pemimpin, mitos dan nilai-nilai historis partai politik/kontestan pemilu. Salah satu karakteristik mendasar adalah tingkat pendidikan yang rendah dan konservatif dalam memegang nilai atau paham yang dianut. Pemilih tradisional adalah pemilih yang bisa dimobilisasi dalam kampanye. Keempat, pemilih skeptis pemilih jenis ini adalah tidak memiliki orientasi ideologi yang cukup tinggi dengan partai politik/kontestan pemilu. Keinginan atau antusiasme dalam pemilu juga kurang, karena kaitan ideologi sangat rendah. Golongan ini juga kurang peduli terhadap program kerja, platform partai politik/kontestan, atau kebijakan partai politik/kontestan pemilu. Sedangkan hal-hal yang mempengaruhi perilaku memilih dari faktor partai politik/kontestan pemilu, apabila diterapkan di Indonesia ada 7 (tujuh) postulat hukum (Sigit Pamungkas, 2012) yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Pertama, warna aliran dari sebuah partai politik mempengaruhi perilaku pemilih. Aliran partai politik dapat dipilah menjadi tiga kategori, yaitu sekuler, moderat dan agama. Perilaku pemilih akan ditentukan oleh persepsi diri mereka dalam mempersepsikan kluster aliran ideologi partai tersebut dan bagaimana mereka politik yang ada. Apabila pemilih 6 mempersepsikan dirinya pada kluster sekuler, maka pilihan akan jatuh pada partai politik yang berada pada kluster sekuler. Sangat kecil kemungkinan pemilih memilih partai politik diluar persepsi kluster yang ada. Kedua, partai politik yang memiliki ideologi yang ekstrem, tidak akan mendapatkan dukungan dengan jumlah yang signifikan. Secara linear, spektrum ideologi yang ada adalah dua kutub, yaitu kutub fundamentalisme sekuler dan kutub fundamentalisme agama. Partai politik yang ekstrem tersebut tersebut tidak akan mendapat dukungan yang banyak, pemilih biasanya kaum minoritas. Partai politik seperti ini akan terlikuidasi dengan sendirinya. Ketiga, Partai politik dengan ideologi tengah atau moderat. Partai politik ini biasanya akan mendapatkan dukungan yang banyak. Hukum ketiga ini merupakan anti tesis dari hukum kedua. Untuk mengaktualisasikan potensi partai politik tengah atau moderat hanya perlu memoles organisasinya, agar dapat dikenal luas oleh publik. Keempat, sirkulasi suara pemilih hanya berputar pada pada spektrum ideologi yang sama. Kalau terjadi suara berpindah (swing voter) maka perpindahan suara pemilih tidak kan melewati kluster ideologi. Peningkatan suara partai politik, hanya akan mengurangi perolehan suara partai politik yang dalam kluster yang sama. Kanibalisme akan terjadi pada partai politik yang memiliki kluster ideologi yang sama, tidak akan melewat kluster ideologi. Kelima, perilaku pemilih yang melintasi batas kluster ideologi dapat terjadi pada suara pemilih protes (protest voter). Pemilih protes merupakan bentuk ekspresi politik dalam situasi yang tidak normal. Pemilih protes ini akibat dari konflik internal partai politik, maupun perilaku penguasa yang tidak adil terhadap partai politik tertentu. Perilaku pemilih menyeberangi lintas batas kluster ideologi sebagai pelampiasan atas situasi tersebut. Keenam, ketokohan partai politik mampu mendongkrak perolehan suara partai politik. Perilaku pemilih dapat berubah terkait eksistensi pemimpin dan 7 kepemimpinan partai politik. Apabila dalam partai politik ada pemimpin yang berwibawa dan disegani, maka pemilih akan memilih partai politik dengan ketokohan yang jelas. Apabila partai tidak memiliki ketokohan sentral, maka daya magnetik partai politik akan berkurang. Ketujuh, penistaan terhadap seseorang tokoh atau partai politik akan melahirkan simpati pemilih untuk memberikan suara kepada tokoh atau partai politik tersebut. Partai-partai politik dengan tokoh yang dinistakan oleh lawan politik akan mendapat simpati pemilih. Sebaliknya, tokoh yang agresif atau menistakan lawan politiknya ataupun tidak santun dengan lawan politiknya cenderung akan dijauhi pemilih. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan dalam penelitian ini : 1. Bagaimana pemahaman pemilih terhadap pilihannya dalam pemilu legislatif dan pemilu presiden/wakil presiden 2014 di Kabupaten Cilacap 2. Bagaimana tingkat kenyamanan pemilih di dalam bilik TPS 3. Seberapa jauh pengaruh faktor internal terhadap pemilih 4. Seberapa jauh pengaruh faktor eksternal terhadap pemilih 5. Seberapa besar adanya daya tarik dan daya tolak dari faktor internal dan eksternal terhadap pilihan pemilih 6. Tipologi pemilih apa saja dalam masyarakat, nelayan dan petani 7. Bagaimana korelasi antara pilihan pemilu legislatif 2014 dengan pemilu presiden/wakil presiden 2014 C. TUJUAN PENELITIAN Berpijak dari permasalahan penelitian tersebut di atas, maka secara umum penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana perilaku memilih dalam masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan dan petani di Kabupaten Cilacap pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden/Wakil Presiden 2014. Sedangkan tujuan khususnya adalah : 8 1. Ingin mendapatkan pemahaman pemilih terhadap pilihannya dalam pemilu legislatif dan pemilu presiden/wakil presiden 2014 di Kabupaten Cilacap 2. Ingin mengetahui tingkat kenyamanan pemilih di dalam Bilik TPS 3. Ingin mengetahui pengaruh faktor internal terhadap pemilih 4. Ingin mengetahui pengaruh faktor eksternal terhadap pemilih 5. Ingin mengetahui besarnya daya tarik dan daya tolak dari faktor eksternal dan internal terhadap pilihan pemilih 6. Ingin mengetahui tipologi pemilih apa saja dalam masyarakat, nelayan dan petani 7. Ingin mengetahui korelasi antara pilihan pemilu legislatif 2014 dengan pemilu presiden/wakil presiden 2014 9 Gambar I-1 Kerangka Pemikiran Perilaku Memilih Di Kabupaten Cilacap Dalam Pemilu 2014 (Studi Kasus Pada Nelayan dan Petani) Faktor Internal - Sosiologis - Ekologis - Psikologis - Rasional Pengaruh Otonom PEMILIH (Nelayan dan Petani) Faktor Eksternal - Warna/Aliran Parpol/Kontestan Pemilu - Ideologi Ekstrem Parpol/Kontestan Pemilu Pengaruh - Parpol/Kontestan Pemilu Moderat Pull And Push - Ketokohan Parpol/Kontestan Pemilu - Penistaan Parpol/Tokoh/Kontestan Pemilu Factors - Konflik Internal Parpol/Kontestan Pemilu - Tekanan/Paksaan i n Ide as tifik TIPOLOGI PEMILIH - Rasional - Kritis - Tradisional - Skeptis Pilihan PARTAI POLITIK (12 Partai Politik ) Pilihan Pilihan CALON LEGISLATIF - DPR RI - DPD - DPRD Propinsi - DPRD Kabupaten 10 PASANGAN CAPRES/CAWAPRES ( 2 Pasangan Calon ) D. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian Berdasarkan cara yang dipakai, menurut Sugiyono (2012) desain penelitian dapat dibedakan menjadi, survai, expostfacto, eksperimen, naturalistis atau studi kasus, policy research, action reasearch, evaluasi sejarah, dan pengembangan (R&D). Dalam penelitian ini yang digunakan adalah desain survai dan studi kasus. Survai adalah penelitian dengan mengambil sampel tertentu dengan teknik tertentu dari jumlah populasi yang ada dalam suatu wilayah atau komunitas tertentu. Desain ini lebih efektif dan juga efisien karena penelitian ini dapat menghemat waktu, biaya, tenaga, serta mampu mempresentasikan kondisi secara riil. Penelitian ini juga menggunakan desain studi kasus untuk menjelaskan aspek kualitatifnya yang datanya diambil dari informan terseleksi, informan utama dan informan tambahan. Informan utama terdiri dari nelayan/petani atau keluarganya, sedangkan informan tambahan terdiri dari perangkat kelurahan/desa, ketua rukun nelayan/tani, tokoh masyarakat/agama, dan mantan anggota KPPS pada pileg/pilpres 2014. 2. Penentuan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan beberapa aspek, pertama, Kecamatan Cilacap Selatan merupakan kantong nelayan, berdasarkan data yang ada, jumlah nelayan terbanyak ada di Kecamatan Cilacap Selatan. Kedua, Kecamatan Gandrungmangu merupakan kantong pertanian, penduduknya kebanyakan bertani. Ketiga, Kecamatan Cilacap Selatan mewakili wilayah timur sedangkan Kecamatan Gandrungmangu mewakili wilayah barat. Keempat, angka partisipasi di Kecamatan Cilacap Selatan, untuk Kabupaten Cilacap termasuk tinggi, yaitu untuk pemilu legislatif 2014 sebesar 70,7 persen dan pemilu presiden/wakil presiden 2014 sebesar 73,0 persen. Sedangkan Kecamatan Gandrungmangu masuk dalam kategori 11 angka partisipasi pemilih rendah, dalam pemilu legislatif 2014 sebesar 58,7 persen, dan dalam pemilu presiden/wakil presiden sebesar 58,4 persen. Untuk Kabupaten cilacap, angka partisipasi pileg 2014 sebesar 65,77 persen, sedangkan pilpres 2014 sebesar 65,27 persen (KPU Kabupaten Cilacap, 2014). 3. Populasi dan Sampel Populasi atau universe merupakan jumlah keseluruhan dari unit analisa yang cirri-cirinya bisa diduga. Populasi dibedakan menjadi dua, populasi sampling dan populasi sasaran (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (ed,) 1987). Populasi sampel penelitian ini adalah seluruh warga Kabupaten Cilacap yang terdaftar dalam DPT (Daftar Pemilih Tetap) dan menggunakan hak pilihnya pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden/Wakil Presiden 2014, baik laki-laki maupun perempuan. Populasi sasaran adalah nelayan dan petani di Kabupaten Cilacap. Sampel yang dipakai non probability sampling, penentuan sampel tidak dilakukan secara eksak, akan tetapi hipotetis dengan menentukan jumlah atau ukuran sampel secara perkiraan. Ukuran sampel tidak dipersoalkan, karena hanya diperkirakan secara hipotetis, bahwa jumlah dianggap cukup sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Non probability sampling ini dengan menggunakan quota sampling, sampel ini diambil dengan dengan memberikan jatah atau quotum pada masing-masing kelompok yang seolaholah berkedudukan sebagai sub populasi (Hadari Nawawi, 1998). Sampel yang telah ditentukan disini adalah diwakili masyarakat yang memiliki profesi sebagai nelayan dan petani, termasuk istri atau keluarga nelayan dan petani, yang diambil dalam komunitas masing-masing. Untuk nelayan diambil dari wilayah Kecamatan Cilacap Selatan, sedangkan petani diambil dari wilayah Kecamatan Gandrungmangu, mereka ini yang disebut dengan informan. Selain itu, ada informan tambahan, yaitu dari perangkat 12 kelurahan/desa, tokoh masyarakat/agama, ketua rukun nelayan/tani, dan mantan anggota KPPS pileg/pilpres 2014. Disamping itu, sampel juga diambil dengan metode purposive sampling, pengambilan sampel dibatasi sesuai dengan tujuan penelitian. Sampel yang dihubungi berdasarkan tujuan penelitian, dalam hal ini adalah sampel/informan yang terdaftar dalam DPT (Daftar Pemilih Tetap) dan mencoblos pada hari H pemungutan suara. Cara pengambilan informan berdasarkan data yang telah dihimpun dari DPT (Daftar Pemilih Tetap) KPU Kabupaten Cilacap. Perbandingan jumlah sampel berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah proporsional. 4. Prosedur Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) penentuan wilayah berdasarkan karakteristik yang berbeda, dan berdasarkan dua kelompok profesi masyarakat. (2) penentuan informan (3) pengumpulan data. (4)analisis data, dan (5) penulisan laporan. 5. Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari BPS, Disdukcapil, dan KPU Kabupaten Cilacap. Data yang dikumpulkan adalah jumlah penduduk, jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan, daftar pemilih tetap, jumlah perolehan suara pemilu legislatif dan pemilu presiden/wakil presiden 2014. Pengumpulan data primer kualitatif dilakukan dengan metode observasi non partisipatoris dan wawancara mendalam. Kedua metode tersebut diuraikan sebagai berikut : a. Observasi Non Partisipatoris Observasi non partisipatoris digunakan untuk mengamati kondisi umum, fisik dan non fisik daerah penelitian, daerah fisik kondisi nelayan dan petani. Metode ini digunakan untuk crosscheck informasi yang diperoleh 13 dari wawancara mendalam. Selain itu, observasi digunakan untuk mengamati perilaku yang berkaitan dengan perilaku dalam memilih pada pemilu. b. Wawancara Mendalam (In-depth Interview) Wawancara mendalam adalah untuk memperdalam informasi yang diperoleh, baik dari data sekunder maupun observasi. Dalam wawancara mendalam ini dipilih informan yang memiliki kriteria : kooperatif dalam wawancara, terdaftar sebagai pemilih tetap, hadir di TPS, mencoblos dengan benar, dan dapat berkomunikasi dengan baik. 6. Analisis Data Analisis data kualitatif ini menggunakan analisis deskripsi, analisis kategoris, dan triangulasi. Analisis deskripsi ini untuk menjelaskan mengapa memilih partai politik, caleg, anggota DPD, atau capres/cawapres tertentu, atau tidak memilih partai politik atau capres/cawapres yang lain. Sedangkan analisis kategoris adalah dipergunakan untuk mengkategorisasikan tipologi pemilih. Kemudian dilengkapi dengan menggunakan metode triangulasi yaitu melakukan crosscheck silang dengan teori, data di lapangan, antara informan utama dengan informan tambahan. 14 GAMBAR I-2 KERANGKA METODOLOGIS DESAIN PENELITIAN SURVAI STUDI KASUS Quota/ Purposive Sampling TEKNIK SAMPLING PENGUMPULAN DATA Wawancara Mendalam (In-depth interview) Observasi ANALISIS DATA Faktor Eksternal Faktor Internal Kategorisasi Triangulasi Deskripsi Kualitatif Menentukan Pilihan HASIL PENELITIAN (Beserta Rekomendasinya) 15 Tipologi Pemilih BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN A. KONDISI FISIK DAN SOSIAL 1. Kondisi Wilayah Kabupaten Cilacap Kabupaten Cilacap, merupakan kabupaten terluas di Propinsi Jawa Tengah. Dengan luas wilayah 225.361 Hektar (2.138,50 km2), belum termasuk di dalamnya Pulau Nusakambangan yang merupakan otoritas Kementerian Hukum dan HAM RI, yang memiliki luas 11.511 Hektar (115,11 km2) (BPS Kabupaten Cilacap, 2014). Batas-batasnya adalah sebelah selatan dengan Samudera Indonesia, sebelah utara dengan Kabupaten Banyumas, dan Brebes. Sebelah timur dengan Kabupaten Kebumen, dan Banyumas. Sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Jawa Barat yang terdiri dari Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, dan Kabupaten Kuningan. Wilayah tertinggi adalah Kecamatan Dayeuhluhur dengan rata-rata 198 m di atas permukaan air laut (dpl), sedangkan terendah Kecamatan Kampung Laut dengan rata-rata 1 m di atas permukaan air laut (dpl). Kabupaten Cilacap terdiri dari 24 kecamatan dan 284 desa/kelurahan, dengan jarak bentang kecamatan terjauh di sebelah tenggara yaitu kecamatan Nusawunggu dan di sebelah barat laut adalah Kecamatan Dayeuhluhur, dengan jarak antar kedua ibukota kecamatan tersebut lebih dari 130 km. Setiap kecamatan terdiri dari desa/kelurahan, yang paling sedikit 5 desa/kelurahan dan paling banyak 17 desa. Kondisi geografis Kabupaten Cilacap bervariasi, mulai pantai, rawa-rawa, pulau, pegunungan/perbukitan, hutan, perkebunan. Dengan pekerjaan penduduk yang bervariasi juga,seperti pekerja proyek, nelayan, petani, TKI di luar negeri, kontraktor, buruh dan lain-lain. Berdasarkan data yang ada, jumlah terbesar pekerjaannya adalah petani/pekebun sebanyak 206.944 jiwa, diikuti buruh harian lepas 96.392 jiwa, karyawan swasta 46.435 jiwa, buruh 16 tani/perkebunan 33.186 jiwa, sedangkan nelayan/perikanan sebanyak 7.760 jiwa, dan buruh nelayan/perikanan sebanyak 401 jiwa. Gambar II-1 Peta Kabupaten Cilacap Sumber : BPS Kabupaten Cilacap 2014 17 Tabel II-1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan, dan Penyebaran Per Kecamatan Di Kabupaten Cilacap NO KECAMATAN LUAS WILAYAH (km2) 185,06 JUMLAH KEPADATAN PENYEBARAN PENDUDUK (Jiwa/km2 (%) (Jiwa) 49.329 267 2,79 1 DAYEUHLUHUR 2 WANAREJA 189,73 96.922 511 5,48 3 MAJENANG 138,56 127.275 919 7,20 4 CIMANGGU 167,44 97.482 582 5,51 5 KARANGPUCUNG 115,00 73.422 638 4,15 6 CIPARI 121,47 62.135 512 3,51 7 SIDAREJA 54,95 57.302 1.043 3,24 8 KEDUNGREJA 71,43 80.957 1.133 4,58 9 PATIMUAN 75,30 46.211 614 2,61 143,19 105.095 734 5,94 95,54 69.387 726 3,92 12 KAWUNGANTEN 117,43 80.812 688 4,57 13 KAMPUNGLAUT 146,14 17.163 117 0,97 14 JERUKLEGI 96,80 64.757 669 3,66 15 KESUGIHAN 82,31 96.090 1.167 5,43 16 ADIPALA 61,19 79.463 1.299 4,49 17 MAOS 28,05 47.394 1.690 2,68 18 SAMPANG 27,30 37.574 1.376 2,13 19 KROYA 58,83 103.553 1.760 5,86 20 BINANGUN 51,42 66.246 1.288 3,75 21 NUSAWUNGU 61,26 77.956 1.273 4,41 22 CILACAP SELATAN 9,11 78.175 8.581 4,42 23 CILACAP TENGAH 22,15 84.093 3.797 4,76 24 CILACAP UTARA 18,84 69.709 3.700 3,94 JUMLAH 2.138,50 1.768.502 827 100,00 10 GANDRUNGMANGU 11 BANTARSARI Sumber : BPS Kabupaten Cilacap, 2014 18 2. Kondisi Wilayah Kecamatan Cilacap Selatan Kecamatan Cilacap Selatan, dahulu merupakan bagian dari Kota Administratif Cilacap. Sekarang, Kota Administratif sudah ditiadakan. Kecamatan Cilacap Selatan memiliki luas 991 Hektar (9,91 km2), dengan penduduk per Desember 2013 sebanyak 82.192 jiwa. Secara administratif terdiri dari 5 kelurahan, 73 RW, dan 440 RT. Kelurahan tersebut adalah Sidakaya, Cilacap, Tambakreja, Tegalkamulyan, dan Tegalreja. Secara geografis, hampir semua kelurahan tersebut memiliki wilayah pantai, kecuali Kelurahan Tegalreja. Wilayah Kecamatan Cilacap Selatan memiliki garis pantai yang cukup panjang. Banyak terdapat kompleks pertokoan dan kantor pemerintahan yang berada di kecamatan ini, termasuk Kantor Bupati dan Kantor DPRD Kabupaten Cilacap Tabel II-2 Jumlah Penduduk Per Kelurahan Di Kecamatan Cilacap Selatan (Per Desember 2013) NO 1 2 3 4 5 JUMLAH PENDUDUK (JIWA) 10.949 18.264 23.904 16.477 12.598 82.192 KELURAHAN Sidakaya Cilacap Tambakreja Tegalkamulyan Tegalreja JUMLAH Sumber : Dinas Dukcapil Kabupaten Cilacap 2014 3. Kondisi Wilayah Kecamatan Gandrungmangu Kecamatan Gandrungmangu terletak di barat laut di Kabupaten Cilacap, dengan jarak 45 km dari Kota Cilacap. Berbatasan dengan banyak kecamatan Kecamatan Bantarsari, Karangpucung, Kedungreja, Patimuan, Sidareja, dan Kabupaten Banyumas yaitu Kecamatan Lumbir. Kecamatan Gandrungmangu 19 memiliki luas wilayah 14.319 Hektar (143,19 km2) dengan jumlah penduduk 101.488 jiwa, yang terdiri dari 28.776 Kepala Keluarga (KK). Secara administratif terdiri dari 14 desa, 88 RW, dan 582 RT. Desa tersebut adalah Gandrungmangu, Karanggintung, Gandrungmanis, Rungkang, Sidaurip, Cisumur, Karanganyar, Gintungreja, Layansari, Cinangsi, Bulusari, Muktisari, Wringinharjo, dan Kertajaya. Kecamatan Gandrungmangu memiliki wilayah yang cukup luas dan penduduk yang cukup banyak, sehingga masuk dalam rencana salah satu kecamatan yang akan dimekarkan. Tabel II-3 Jumlah Penduduk Per Desa Di Kecamatan Gandrungmangu (Per Desember 2013) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 JUMLAH PENDUDUK (JIWA) 9.371 8.420 9.226 8.089 6.308 8.482 2.886 6.850 6.108 9.475 7.183 5.947 7.374 5.769 101.488 DESA Gandrungmangu Gandrungmanis Cisumur Karanganyar Cinangsi Karanggintung Rungkang Sidaurip Gintungreja Layansari Bulusari Muktisari Wringinharjo Kertajaya JUMLAH Sumber : Dinas Dukcapil Kabupaten Cilacap 2014 20 B. KONDISI PEMILU DI KABUPATEN CILACAP 1. Sejarah Pemilu Berdasarkan sejarah pemilu, kondisi pemilu yang dimulai tahun 1955 di Kabupaten Cilacap tidak jauh berbeda dengan Kabupaten lain di Jawa Tengah bagian selatan, yang dikategorikan bukan wilayah santri, atau wilayah abangan. Partai politik yang mendapatkan kursi besar misalnya PNI, PKI, NU, dan Masyumi. Kemudian setelah pasca fusi, Golkar (Golongan Karya) sebagai mayoritas tunggal atau single majority, sebagai partai pemenang pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Kemudian, PPP (Partai Persatuan Pembangunan) menempati urutan kedua, dan terakhir PDI (Partai Demokrasi Indonesia). Memasuki pasca reformasi, ketika kembali pada multi partai, yang diawali pada Pemilu 1999, dominasi pada partai politik PDI Perjuangan dan Partai Golkar, walaupun partai politik lain ada tren naik dan turun, fluktuatif. 2. Partai Politik Peserta Pemilu Tahun 2014 Peserta Pemilu tahun 2014 yang secara nasional diikuti 12 Partai Politik. Partai politik dengan nomor urut 1 sampai 10 ditetapkan pada 8 Januari 2013, sedangkan Partai Bulan Bintang (PBB) ditetapkan pada 18 Maret 2013 dan PKP Indonesia (PKPI) pada tanggal 25 Maret 2013. Untuk partai politik nomor urut 11,12, dan 13 adalah partai politik lokal Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. 21 Gambar II-2 Partai Politik Peserta Pemilu 2014 Sumber : KPU RI 2013 3. Daerah Pemilihan (Dapil) Dalam pemilu legislatif untuk DPR RI, Kabupaten Cilacap masuk Daerah Pemilihan (Dapil) VIII bersama dengan Kabupaten Banyumas. Dalam pemilu legislatif untuk DPRD Propinsi, Kabupaten Cilacap juga masuk dalam Daerah Pemilihan (Dapil) VIII bersama Kabupaten Banyumas. Sedangkan dalam pemilu legislatif DPRD Kabupaten Cilacap terbagi menjadi 6 Dapil yaitu, Dapil 1 terdiri dari kecamatan Nusawungu, Binangun, Kroya, dan Adipala. Dapil 2 terdiri dari Kecamatan Sampang, Maos, Kesugihan, dan Adipala. Dapil 3 terdiri dari Kecamatan Cilacap Selatan, Cilacap Tengah, dan Cilacap Utara. Dapil 4 terdiri dari Kecamatan Karangpucung, Gandrungmangu, Bantarsari, Kawunganten, dan Kampung Laut. Dapil 5 terdiri dari Kecamatan Patimuan, Kedungreja, Sidareja, dan Cipari. Sedangkan Dapil 6 terdiri dari Kecamatan Cimanggu, Majenang, Wanareja, dan Dayeuhluhur. 22 Gambar II-3 Pembagian DAPIL dan Jumlah Kursi Dalam Pemilu 2014 di Kabupaten Cilacap Sumber : KPU Kabupaten Cilacap 2014 4. Anggota Legislatif Kabupaten Cilacap Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada, yaitu UndangUndang No. 15 Tahun 2011, Tentang Pemilu, penduduk suatu kabupaten/kota yang lebih dari 1 juta jiwa jumlah kursi DPRD sebanyak 50. Kabupaten Cilacap jumlah penduduknya lebih dari 1.000.000 jiwa, maka anggota DPRD Kabupaten Cilacap berjumlah 50 orang. Sebagian dari mereka adalah incumben/petahana atau anggota DPRD pada periode sebelumnya. Partai politik yang mendapatkan kursi di DPRD Kabupaten Cilacap sebanyak 8 partai politik. Pembagian kursinya sebagai berikut : PDI Perjuangan memperoleh 9 kursi, Partai Golkar 9 kursi, Partai Gerindra 7 kursi, 23 PKB 6 kursi, PAN 6 kursi, PPP 6 kursi, dan PKS 3 kursi. Partai politik lain, NasDem, Hanura, PBB, dan PKPI tidak memperoleh kursi. Tabel II-4 Anggota DPRD Kabupaten Cilacap Hasil Pemilu 2014 Sumber : KPU Kabupaten Cilacap 2014 24 BAB III PENGETAHUAN PEMILIH Dalam pemilu, baik pemilu legislatif, maupun pemilu presiden/wakil presiden, pengetahuan mengenai kontestan pemilu yang akan dipilih, beserta kaitannya harus dimiliki oleh pemilih. Indikator pemilu sukses bukan sekedar tingkat partisipasi yang tinggi, yang dapat dikalkulasi secara matematis. Tetapi, disisi lain, peningkatan kualitas pemilu dengan adanya kesadaran memilih, memiliki interest dan juga need dalam memilih. Semuanya didasari adanya pengetahuan pemilih tentang pemilu dan kontestan pemilu, tata cara mencoblos yang benar, sehingga memahami ruh pemilu dan ketepatan memilih sesuai akal pikiran dan rasa, yang disertai kesadaran dan tanggung jawab. Berkaitan pengetahuan pemilih, sumber daya manusia yang ada di daerah penelitian cukup terbatas. Dari kelompok nelayan di Kecamatan Cilacap Selatan yang didominasi laki-laki sebanyak 80 persen, dengan kelompok usia terbanyak 35-40 tahun, 47-52 tahun dan 59-64 tahun, masing-masing sebanyak 20 persen. Sedangkan kelompok petani yang terdiri dari 50 persen laki-laki dan 50 persen perempuan, terbanyak usia 47-52 tahun, sebanyak 25 persen. Sedangkan tingkat pendidikan untuk nelayan didominasi oleh lulusan SD berjumlah 45 persen, sedangkan kelompok petani di Kecamatan Gandrungmangu juga didominasi oleh lulusan SD yang berjumlah 75 persen. Berikut tabel tingkat pendidikan pemilih pada dua kelompok informan yang bisa memiliki korelasi dengan pengetahuan pemilih. 25 Tabel III-1 PENDIDIKAN INFORMAN JUMLAH NO INDIKATOR NELAYAN (CILACAP SELATAN) PETANI (GANDRUNGMANGU) 1 2 3 4 1 SD 9 (45%) 15 (75%) 2 SLTP 7 (35%) 4 (20%) 3 SLTA 3 (15%) 1 (5%) 4 D3 0 (0%) 0 (0%) 5 S1 1 (5%) 0 (0%) JUMLAH 20 (100%) 20 (100%) A. PENGETAHUAN TENTANG PEMILU Pemilu merupakan salah satu perwujudan demokrasi, yang dilakukan secara rutin 5 tahun sekali. Tetapi tidak semua orang memiliki pengetahuan tentang pemilu, baik secara umum maupun teknisnya. Pada prinsipnya, masyarakat mengetahui tentang pemilu, yang intinya memilih orang/pemimpin dengan istilah coblosan, seperti yang diungkapkan oleh informan petani MS : “Pemilu itu kan coblosan, pilihan untuk memilih DPR, presiden, bupati, atau apa lagi ya? Saya tahunya itu, sejak dulu” Masyarakat lebih mengingat tata cara mencoblos/menandai dengan menggunakan paku. Hal tersebut juga diperkuat dengan Ketua Rukun Tani, Mohammad Suparno yang menyatakan : “Masyarakat sini tahunya pemilu ya coblosan, memilih presiden, DPR, bupati, terutama yang usia tua tahunya coblosan atau pilihan presiden, atau pilihan bupati, maklum mereka tiap hari mengurus rutinitas bertani, hal-hal yang berbau politik tidak banyak mereka ketahui secara mendalam” 26 Pemilu legislatif di Indonesia telah berjalan selama 11 kali sejak tahun 1955, dengan perubahan partai politik peserta pemilu. Tahun 1955 pemilu multi partai, dengan pemilih semua Warga Negara Indonesia termasuk anggota TNI/Polri. Pemilu 1971 juga masih multi partai, tetapi anggota ABRI (TNI/Polri) sudah tidak lagi memiliki hak pilih. Setelah fusi partai politik menjadi 2 partai politik (PPP dan PDI) serta Golongan Karya (Golkar). Dengan demikian, mulai tahun 1977 sampai 1997 peserta pemilu menjadi 3 kontestan pemilu yaitu, PPP, Golkar dan PDI. Setelah reformasi 1998, pemilu tahun 1999 kembali menjadi pemilu multi partai kembali. Multi partai juga ditandai dengan kerja sama banyak partai ditingkat legislatif dan tidak homogenya pada tingkat eksekutif (Rusadi Kantaprawira, 1992). Sementara itu, pemilu presiden/wakil presiden mulai diadakan tahun 2004. Dengan demikian, sampai dengan tahun 2014 pilpres telah berlangsung 3 kali. B. PENGETAHUAN TENTANG PARTAI POLITIK Dalam sejarah, pemilu pertama tahun 1955 multi partai, kemudian saat Orde Baru pemilu 1977 disederhanakan menjadi 3 kontestan pemilu (2 partai politik dan 1 Golongan Karya). Sejak reformasi, muncul banyak partai politik yang lolos menjadi peserta pemilu. Pemilu tahun 1999 dengan 48 partai politik, pemilu tahun 2004 dengan 24 partai politik, pemilu tahun 2009 dengan 38 partai politik, dan pemilu tahun 2014 dengan 12 partai politik. Munculnya banyak partai politik merupakan gejala yang umum disetiap proses transisi. Karena secara konstitusional dan institusional, partai politiklah yang akan mengisi masa transisi menuju ke demokratis (LKiS, 1999). Dengan multi partai, kecenderungan, orang tidak hafal/memahami partai politik satu persatu. Tetapi partai politik yang berbasis pada partai politik lama yang berjumlah 3 (PPP, Golkar, dan PDI) masyarakat mudah memahami, seperti yang diungkapkan oleh Shd seorang nelayan : 27 “Saya tahu PDIP, Golkar, P3 (PPP), sejak dulu kan sudah ada, dan merupakan partai politik jaman dulu ya, jaman Pak Harto sudah ada khan?” Kedua partai politik tersebut telah lama ada sejak fusi tahun 1973 dan menjadi kontestan pemilu sejak 1977. PDI menjelma menjadi PDI Perjuangan, dengan perubahan lambang partai. Sedangkan PPP tetap, dengan pasang surut perubahan lambang partai, dan saat ini kembali seperti lambang semula. Sedangkan Partai Golkar, sebelum reformasi tidak mau dikategorikan sebagai partai politik, sejak kelahirannya 1966, dan menjadi kontestan pemilu mulai 1971, saat ini berubah nama menjadi Partai Golkar. C. PENGETAHUAN TENTANG CALEG Kecenderungan masyarakat lebih memahami calon legislatif pada lingkup yang kecil, yaitu DPRD Kabupaten. Hal ini dikarenakan mereka mengenal secara baik, dan memiliki kedekatan tempat tinggal. Seperti yang diungkapkan nelayan IAP kelompok nelayan : “Mbak Feni orang sini, dekat, bapaknya merupakan tokoh masyarakat sekitar tempat tinggal sini, saya tahu” Atau kata Tkn : “Pak Paijan itu orang sini asli, dan nelayan, ya…kita pilih dia saja” Sedangkan di kelompok petani sangat mengenal Libanun Muzazin, S.Ag dan Drs. Musliman karena keduanya merupakan penduduk wilayah dapil 4, Libanun Muzazin S.Ag merupakan penduduk Kecamatan Gandrungmangu, sedangkan Drs. Musliman murupakan penduduk Kecamatan Bantarsari, yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Gandrungmangu. D. PENGETAHUAN TENTANG ANGGOTA DPD Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan calon perseorangan perwakilan dari setiap propinsi, yang masing-masing propinsi berjumlah 4 28 anggota DPD, tanpa melihat jumlah penduduk maupun banyaknya kabupaten/kota dalam satu propinsi. Calon anggota DPD dalam mengkampanyekan diri, pada propinsi yang luas cukup sulit. Anggota DPD Jawa Tengah, apabila melakukan sosialisasi secara totalitas, akan berkampanye di 35 kabupaten/kota. Dengan demikian, anggota DPD yang merupakan calon perseorangan mewakili daerah propinsi, tidak akan maksimal di semua kabupaten/kota, tanpa tim sukses yang kuat dan merata pada setiap kabupaten/kota. E. PENGETAHUAN TENTANG CAPRES/CAWAPRES Pemilu presiden/wakil presiden, masyarakat lebih mengenal, karena calonnya terbatas, tidak sebanyak caleg, atau DPD, serta secara nasional sama. Pilpres 2014 sangat dikenal masyarakat, karena hanya dua pasang calon. Dari semua informan, baik pada kelompok nelayan maupun petani, 100 persen mengenal dua pasangan calon presiden/wakil presiden. Kesemuanya adalah publik figur yang secara massif jauh sebelum masa kampanye telah di blow up diberbagai media termasuk di sosial media. Keempat orang yang menjadi pasangan calon yaitu H. Prabowo Subianto, Ir. H. Hatta Rajasa, Ir. H. Joko Widodo, dan Drs. H. Jusuf Kalla merupakan sosok yang biasa muncul di publik pada masa sebelum kampanye ataupun pendaftaran calon. 29 Tabel III-2 PEMAHAMAN INFORMAN JUMLAH NO 1 F. INDIKATOR 2 NELAYAN (CILACAP SELATAN) PETANI (GANDRUNGMANGU) YA TIDAK YA TIDAK 3 4 5 6 1 Paham Pemilu Legislatif 18 (90%) 2 (10%) 13 (65%) 7 (35%) 2 Paham tanda gambar partai 14 (70%) 6 (30%) 13 (65%) 7 (35%) 3 Mengenal calon legislatif 17 (85%) 3 (15%) 19 (95%) 1 (5%) 4 Mengenal Anggota DPD 7 (35%) 13 (65%) 5 (25%) 15 (75%) 5 Mengenal Capres/Cawapres 20 (100%) 0 (0%) 20 (100%) 0 (0%) 6 Informasi selama kampanye 12 (60%) 8 (40%) 9 (45%) 11 (55%) AKSES INFORMASI TERHADAP PEMILU Dalam era informasi seperti sekarang ini, sebagian besar wilayah atau penduduk dapat dengan mudah mengakses informasi. Tidak terkecuali akses informasi terhadap pemilu yang merupakan agenda penting bagi sebuah negara guna melakukan regenerasi elit dan sirkulasi kepemimpinan, baik legislatif maupun eksekutif. Akses informasi melalui berbagai bentuk, mulai media elektronik (televisi dan radio, media cetak (Koran), alat peraga kampanye, orang parpol/tim sukses, saudara, tetangga, perangkat desa/kelurahan/RW/RT, tokoh masyarakat. Dalam wilayah penelitian ini akses informasi pada masyarakat nelayan cukup baik, demikian juga pada masyarakat petani. Dari data yang ada media televisi memberikan sumbangan sumber informasi terbanyak, kemudian disusul oleh tokoh masyarakat (untuk nelayan) dan parpol/tim sukses (untuk petani) Pemilu merupakan pesta demokrasi yang cukup menyita perhatian masyarakat. Masyarakat memahami pemilu akan dilaksanakan pada saat tahun 2014, hanya saja sebagian dari mereka tidak memahami secara detail 30 dan secara teknis. Beberapa data yang diperoleh dari informan mengenai sumber informasi yang diperoleh terhadap pemilu. Tabel III-3 SUMBER INFORMASI TENTANG PILEG/PILPRES (Satu informan dapat menjawab lebih dari satu jawaban) JUMLAH NO INDIKATOR NELAYAN (CILACAP SELATAN) PETANI (GANDRUNGMANGU) 1 2 3 4 1 TELEVISI 8 11 2 PARPOL/TIM SUKSES 5 10 3 TOKOH MASYARAKAT 6 0 4 PERANGKAT DESA/KELURAHAN/RW/RT 4 1 5 RADIO 1 0 6 KORAN 1 0 7 ALAT PERAGA KAMPANYE 1 2 8 KELUARGA/SAUDARA 0 3 9 TIDAK ADA INFORMASI 3 0 31 BAB IV PERILAKU MEMILIH DALAM PEMILU 2014 Perilaku memilih merupakan tindakan seseorang saat menjadi pemilih, dalam menentukan pilihan yang didasar berbagai faktor, baik yang ada dalam dirinya, maupun faktor luar dari dirinya, yang menjadi daya tarik maupun daya tolak. A. KONDISI DI TPS TPS atau Tempat Pemungutan Suara menjadi pusat kegiatan memilih yang dilaksanakan pada hari H pelaksanaan pemilu. Terdiri dari bangunan permanen ataupun non permanen. Didalamnya terdapat ruang ataupun sekat yang mewadahi seluruh aktivitas pemungutan suara. Sedangkan tempat intinya adalah kotak suara yang terdapat di dalam bilik suara. TPS harus terjaga keamanan, kenyamanan, dan bilik suara dapat mendukung privasi pemilih. Berdasarkan hasil penelitian, semua informan menyatakan aman, nyaman, dan representatif. Informasi dilakukan crossceck terhadap informan tambahan yang terdiri dari tokoh masyarakat/agama, perangkat desa/kelurahan, ketua rukun nelayan/tani, dan mantan anggota KPPS menyatakan hal yang senada, bilik suara cukup representatif, aman, nyaman, dan dapat menjaga privasi pemilih. Seperti yang diungkapkan oleh informan Ryt yang merupakan mantan anggota KPPS pada pemilu 2014 : “menurut saya yang pernah jadi anggota KPPS, TPS sudah bagus, aman, nyaman, orang lain juga tidak tahu apa yang dipilih. Kotak dan biliknya juga sudah bagus bahannya” B. FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI PILIHAN Beberapa hal yang mempengaruhi pemilih dalam menentukan pilihan. Dari dalam diri pemilih dan lingkungannya yang merupakan faktor internal, sedangkan dari luar pemilih dan lingkungannya merupakan faktor eksternal. 32 1. Faktor Internal Beberapa hal yang dapat digolongkan dalam faktor internal, yaitu faktor yang ada dan mempengaruhi dari dalam diri pemilih. Ada pengaruh sosiologis dikalangan petani yang dikategorikan sebagaimasyarakat yang bertempat tinggal di daerah perdesaan yang memiliki kohesivitas hubungan antar individu. Memiliki tingkat pendidikan yang rendah, sehingga menerima interaksi dan komunikasi yang sederhana. Tingkat penghasilan yang cenderung rendah, memunculkan janji-janji maupun program yang sederhana, pragmatis, dan aplikatif. Sedangkan dari faktor agama, mereka cenderung memilih yang seagama, sehingga caleg/capres yang memiliki kesamaan agama memiliki nilai lebih. Sedangkan masyarakat nelayan, memiliki kecenderungan yang hampir sama untuk tingkat kohesivitasnya, apalagi organisasi nelayan lebih kuat. Walau berada di perkotaan, tetapi mereka masuk dalam perkotaan perkampungan dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang dikategorikan rendah. Untuk pengaruh faktor agama tidak begitu dominan, yang lebih dominan adalah kedekatan secara geografis. Untuk partai politik, pada masyarakat petani partai politik Islam lebih cenderung bisa diterima, walaupun tidak menolak partai nasionalis. Sedikit berbeda dengan nelayan, yang cenderung dekat dekat partai nasionalis yang lama (PDIP), walaupun juga menerima partai politik Islam yang berbasis pada partai politik lama. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar pemilih, seperti berasal dari parpol/kontestan pemilu, tim sukses, dan orang yang mendukung parpol/kontestan pemilu. Beberapa faktor eksternal sebagai berikut : warna/aliran partai politik/kontestan pemilu, ideologi ekstrem parpol/kontestan pemilu, ketokohan parpol/kontestan pemilu, penistaan 33 parpol/tokoh/kontestan pemilu, konflik internal parpol/kontestan pemilu, tekanan/paksaan dalam memilih. Dari data di lapangan fator eksternal yang mempengaruhi pemilih lebih pada karakter, ketokohan, kualitas dari caleg parpol/capres/cawapres, informasi yang bersifat ajakan memilih, dan janji/visi misi/ program kerja (walaupun untuk poin terakhir semua kecenderungan baik dan ideal secara normatif). 3. Daya Tarik Dalam Memilih Pada Pileg 2014 Dalam pemilu legislatif ada beberapa hal yang menjadi daya tarik bagi pemilih untuk menjatuhkan pilihan. Beberapa hal yang terangkum di bawah ini merupakan daya tarik untuk memilih. Ada beberapa hal yang menjadi daya tarik dalam pileg, seperti ketokohan, putra daerah, dan track record masa lalu, terutama bagi incumben. Selain itu, sesuatu yang dijanjikan, dapat berupa visi misi atau programnya, tetapi lebih cenderung pada hal-hal yang bersifat pragmatis yang disesuaikan dengan kondisi pemilih di suatu daerah. Untuk faktor kesamaan agama, merupakan hal yang penting, walau bukan faktor yang menjadi daya tarik utama, karena memilih yang sama agamanya bukan hal yang sulit, terutama bagi penduduk yang mayoritas beraga Islam. Informan nelayan, menganggap kesamaan agama penting sebesar 70 persen, sedangkan petani 100 persen. Ketaatan agama juga penting, hanya saja indikator ataupun bukti otentik tidak mudah. Untuk nelayan ketaatan agama penting, tanpa harus semuanya mengagap sama agamanya, agama selain yang dianut informan yang penting taat terhadap agamanya, seperti diungkapkan Ibu Ksk : “Agama ora pada ora papa mas, sing penting ngalakokna perintahe agamane, agama apa bae maen koh, mesti mrentahna pengikute temindak sing maen” 34 Sedangkan untuk informan petani, ketaatan beragama dipilih oleh 85 persen informan. Sebagian dari mereka menganggap ketaatan hanyalah identik dengan menjalankan ritual keagamaan saja, bukan bentuk melaksanakan ajatan agama secara totalitas. walau demikian, secara emosional mereka menganggap kesamaan agama itu sangat penting. Dengan demikian, peluang caleg yang berbeda agama untuk dipilih di kalangan masyarakat petani telah tertutup. Dengan demikian, di kalangan informan petani, sebagian memandang ketaatan agama tidak identik dengan menjalankan semua aturan agama dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi hanya sekedar ritual ibadah, ataupun gelar keagamaan semata. Bagi sebagian menganggap lebih penting perilaku perilaku yang baik, budi pekerti, sopan santun, moral. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sdy : “untuk apa, sembayang jengkang-jengking, kalo suka korupsi dan tidak mau mengenal orang bawah seperti saya ini, nek dadi DPR kelalen maning” Menurut tokoh agama setempat, Ngabdan Wal Hamid, bahwa ada kecenderungsn masyarakat di wilayahnya belum menerima sepenuhnya, jika calon yang dipilih tidak seagama, walaupun mereka tidak sepenuhnya menjalankan ajaran agamanya. Kecuali jika calon tersebut sangat luar biasa populer dengan ketokohan dan kebaikan bagi masyarakat. Partai politik tidak secara signifikan menjadi daya tarik, karena pada hakekatnya dalam pileg pemilih adalah memilih caleg bukan memilih parpolnya. Tidak ada memilih parpol/caleg karena tidak suka dengan parpol/caleg lain, tidak ada yang dibenci terhadap parpol selain pilihannya. Dalam pileg 2014, anggota DPRD Kabupaten Cilacap yang terpilih kembali sebanyak 24 orang (ketika penetapan satu orang calon terpilih sudah meninggal dunia, dari PDIP Dapil 4 yaitu Sundjoto). Jadi anggota 35 DPRD yang terpilih kembali sebanyak 24 orang atau 48 persen dari total anggota DPRD Kabupaten Cilacap yang berjumlah 50 orang. Perinciannya untuk Dapil 3 sebanyak 43 persen, dapil 4 sebanyak 44 persen. Incumben yang terpilih lagi terbanyak dari PDIP 7 orang dan dari Partai Golkar 6 orang, dari Partai Golkar merata dari Dapil 1 sampai Dapil 6 ada incumben, sedangkan PDIP hanya Dapil 1 yang tidak ada incumben. Tabel IV-1 DAYA TARIK DALAM PEMILU LEGISLATIF JUMLAH NO 1 1 2 3 4 5 6 7 8 INDIKATOR 2 Memilih parpol karena identitas agama Memilih parpol karena ada tokohnya Memilih parpol karena programnya Memilih parpol karena tidak suka dengan parpol lain Memilih caleg karena ketokohannya Memilih caleg karena kesamaan agama Memilih caleg karena ketaatan beragama Memilih caleg karena ada sesuatu yang dijanjikan NELAYAN (CILACAP SELATAN) YA TIDAK PETANI (GANDRUNGMANGU) YA TIDAK 3 4 5 6 3 (15%) 17 (85%) 13 (65%) 7 (35%) 13 (65%) 7 (35%) 14 (70%) 17 (85%) 3 (15%) 17 (85%) 3 (15%) 0 (0%) 20 (100%) 0 (0%) 20 (100%) 12 (60%) 8 (40%) 13 (65%) 7 (35%) 14 (70%) 6 (30%) 20 (100%) 0 (0%) 20 (100%) 0 (0%) 17 (85%) 3 (15%) 2 (10%) 18 (90%) 1 (5%) 19 (95%) 6 (30%) 4. Daya Tolak Dalam Memilih Pada Pileg 2014 Dalam pemilu legislatif ada beberapa hal yang menjadi daya tolak bagi pemilih untuk tidak menjatuhkan pilihan. Beberapa hal yang terangkum di bawah ini merupakan daya tolak untuk memilih. Daya tolak dalam pileg adalah antitesa dari daya tariknya. Ada beberapa daya tolak, yaitu track record yang belum diketahui karena caleg bukan orang yang 36 dikenal. Bukan putra daerah atau orang wilayah setempat. Tidak memiliki ketokohan, yang merupakan konsekuensi caleg tersebut tidak dikenal atau kurang populer. 5. Daya Tarik Dalam Memilih Pada Pilpres 2014 Dalam pemilu legislatif, ada beberapa hal yang menjadi daya tarik bagi pemilih untuk menjatuhkan pilihan. Beberapa hal yang terangkum dibawah ini merupakan daya tarik untuk memilih. Ada beberapa hal yang menjadi daya tarik dalam memilih : merakyat, sederhana, militer. Untuk pasangan nomor urut 1, yaitu H. Prabowo Subianto dan Ir. H. Hatta Rajasa, daya tariknya adalah pada sosok militer, kewibawaan dan ketegasannya, hal ini tentu saja dengan menafikan cawapresnya. Sedangkan untuk pasangan nomor urut 2, yaitu Ir. H. Joko Widodo dan Drs. H. Jusuf Kalla, juga sosok capresnya yang lebih dominan, dengan daya tariknya adalah merakyat, kesederhanaan yang menurut persepsi masyarakat adalah suka blusukan (walau hal ini merupan istilah populer baru), berbicara dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti oleh kalangan masyarakat bawah. Untuk pasangan ini sosok wapresnya juga bukan hal yang sangat menentukan. Beberapa data lapangan informan dapat dilihat di bawah ini : 37 Tabel IV-2 DAYA TARIK MEMILIH CAPRES/CAWAPRES NO NELAYAN (CILACAP SELATAN) INDIKATOR JUMLAH 1 2 3 1 MERAKYAT 4 (20%) 2 VISI-MISI / PROGRAM 3 (15%) 3 TEGAS 1 (5%) 4 MILITER 1 (5%) 5 PARPOL PENGUSUNG 1 (5%) 6 JUJUR 2 (10%) 7 PASANGAN COCOK 1 (5%) 8 SEDERHANA 3 (15%) 9 TIDAK MENJAWAB 4 (20%) NO PETANI (GANDRUNGMANGU) INDIKATOR JUMLAH 1 2 3 1 MERAKYAT 6 (30%) 2 SEDERHANA 2 (10%) 3 ORANG SIPIL 1 (5%) 4 JUJUR 2 (10%) 5 TEGAS 1 (5%) 6 VISI, MISI / PROGRAM 6 (30%) 7 MILITER 1 (5%) 8 TIDAK MENJAWAB 1 (5%) 6. Daya Tolak Dalam Memilih Pada Pilpres 2014 Dalam pemilu presiden/wakil presiden ada beberapa hal yang menjadi daya tolak bagi pemilih untuk tidak menjatuhkan pilihan. Beberapa hal yang terangkum di bawah ini merupakan daya tolak untuk 38 memilih. Beberapa hal yang menjadi daya tolak merupakan antitesa dari daya tarik seperti militer, atau sipil, tegas atau lemah lembut, sederhana atau mewah, low profile atau high profile. Hal yang menjadi daya tarik seseorang bisa menjadi daya tolak seseorang yang lain, kecuali hal-hal yang bersifat normatif universal kecenderungannya masing-masing orang memiliki persepsi yang sama, misal kejujuran. Sedangkan hal hal yang bersifat pilihan, setiap pemilih dapat berbeda orientasi pilihan, misal sipil-militer, tegas-lemah lembut, low profile-high profile, sederhana-mewah. Untuk masyarakat nelayan beberapa hal yang menjadi daya tolak adalah tidak merakyat, bersifat elitis, terlalu muluk-muluk, bermewah mewah. 39 BAB V KORELASI ANTARA PILEG 2014 DENGAN PILPRES 2014 Dalam pemilu 2014, pileg dan pilpres dilaksanakan dengan rentang waktu 3 bulan, pileg pada 9 April 2014, sedangkan pilpres dilaksanakan pada 9 Juli 2014. Bukan tidak mungkin hal tersebut memiliki korelasi, terutama perilaku memilih yang terimbas dari dinamika politik antara pileg dan pilpres 2014, walaupun hal tersebut kadang tidak signifikan. Ada beberapa hal yang dapat menjadi gambaran korelasi antara pileg dan pilpres 2014. B. PILIHAN DALAM PILEG DAN PILPRES Dari semua informan menyatakan menggunakan hak pilihnya dalam pileg dan pilpres, dapat diidentifikasi pilihannya terhadap kontestan pemilu sebagai berikut : 1. Pilihan Dalam Pileg 2014 Dalam pemilu legislatif, cukup banyak surat suara yang dicoblos, yaitu 4 buah. Surat suara yang ditandai dengan warna kuning untuk DPR RI, warna merah untuk DPD, biru untuk DPRD Propinsi, dan hijau untuk DPRD Kabupaten. Dari survai yang dilakukan baik pada kelompok nelayan maupun petani menyatakan bingung dalam menentukan pilihan terhadap calon anggota DPD, walaupun untuk calon anggota DPD dalam surat suara ada foto calon. Untuk DPR RI dan DPRD Propinsi beberapa informan sudah memiliki pilihannya. Sedangkan DPRD Kabupaten, informan kecenderungan sudah memiliki pilihan, dan telah mengetahui dan mengenal terhadap pilihannya. a. Pilihan Partai Politik Dalam penelitian ini, yang lebih dominan adalah calegnya, bukan partainya. Sebagian dari mereka, memiliki pilihan terhadap partai politik tertentu, tetapi karena caleg yang dipilih bukan dari partai 40 politik tersebut maka pilihan parpol dinafikan. Berikut ini dapat dilihat perbandingan keinginan pilihan partai politik dengan realitas partai politik yang dipilih (das sollen dengan das sein). Tabel V-1 PILIHAN PARTAI POLITIK A. Nelayan (Cilacap Selatan) JUMLAH NO PARTAI POLITIK Parpol yang dipilih/disukai (secara spontan) Pilihan parpol DPRD Kabupaten Pilihan parpol DPRD Propinsi Pilihan parpol DPR RI 1 2 3 4 5 6 1 NASDEM 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 2 PKB 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 3 PKS 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 4 PDIP 8 (40%) 8 (40%) 8 (40%) 8 (40%) 5 GOLKAR 2 (10%) 3 (15%) 2 (10%) 2 (10%) 6 GERINDRA 1 (5%) 1 (5%) 1 (5%) 1 (5%) 7 DEMOKRAT 2 (10%) 0 (0%) 1 (5%) 2 (10%) 8 PAN 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 9 PPP 5 (25%) 7 (35%) 6 (30%) 4 (20%) 10 HANURA 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 11 PBB 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 12 PKPI 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 13 TIDAK JAWAB 2 (10%) 1 (5%) 2 (10%) 3 (15%) 20 (100%) 20 (100%) 20 (100%) 20 (100%) JUMLAH 41 B. Petani (Gandrungmangu) JUMLAH NO PARTAI POLITIK Parpol yang dipilih/disukai (secara spontan) Pilihan parpol DPRD Kabupaten Pilihan parpol DPRD Propinsi Pilihan parpol DPR RI 1 2 3 4 5 6 1 NASDEM 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 2 PKB 7 (35%) 17 (85%) 5 (25%) 1 (5%) 3 PKS 1 (5%) 0 (0%) 2 (10%) 2 (10%) 4 PDIP 7 (35%) 0 (0%) 5 (25%) 6 (30%) 5 GOLKAR 1 (5%) 0 (0%) 1 (5%) 0 (0%) 6 GERINDRA 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 1 (5%) 7 DEMOKRAT 2 (10%) 0 (0%) 1 (5%) 0 (0%) 8 PAN 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 9 PPP 2 (10%) 1 (5%) 3 (15%) 1 (5%) 10 HANURA 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 11 PBB 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 12 PKPI 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 13 TIDAK JAWAB 0 (0%) 2 (10%) 3 (15%) 9 (45%) JUMLAH 20 (100%) 20 (100%) 20 (100%) 20 (100%) b. Pilihan Anggota DPRD Kabupaten Cilacap Data di lapangan, untuk informan nelayan di Kecamatan Cilacap Selatan, untuk Dapil 3 (Kecamatan Cilacap Selatan, Cilacap Tengah, dan Cilacap Utara), pilihannya sebagai berikut : Feni Kuswanti, A.Md.KL sebanyak 40 persen, yang berasal dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), nomor urutnya 3, merupakan caleg baru, tetapi tidak terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Cilacap periode 2014-2019. Dari Partai Golkar muncul nama Paijan mendapatkan 20 persen dari informan nelayan. Caleg ini dengan nomor urut 7, merupakan 42 incumben, dan asli penduduk sekitar wilayah informan, dan memiliki basis pekerjaan nelayan. Paijan terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Cilacap periode 2014-2019. Sedangkan dari PDI Perjuangan muncul nama Taufiq Nurhidayat mendapatkan pilihan 10 persen. Taufik Nurhidayat dengan nomor urut 1, dan terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Cilacap periode 2014-2019, saat ini menjadi Ketua DPRD Kabupaten Cilacap. Informan lain, 5 persen menjawab rahasia, dan yang menjawab lupa 25 persen. Sedangkan untuk informan petani di Kecamatan Gandrungmangu, untuk Dapil 4 (Kecamatan Kawunganten, Bantarsari, Gandrungmangu, Karangpucung, dan Kampung Laut), pilihannya adalah : Libanun Muzazin, S.Ag dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan nomor urut 4, memperoleh suara informan 90 persen. Libanun Muzazin, S.Ag ini merupakan incumben, anggota DPRD Kabupaten Cilacap sebelumnya. Tetapi, dalam pemilu legislatif ini tidak terpilih menjadi anggota DPRD Cilacap 2014-2019. Drs. Musliman mendapatkan 10 persen suara informan, caleg ini juga merupakan incumben, tetapi pada pileg 2014 tidak terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Cilacap. Tabel V-2 PILIHAN CALEG DPRD KABUPATEN Nelayan (Cilacap Selatan) JUMLAH CALON LEGISLATIF NO INDIKATOR FENI KUSWANTI, Amd.KL (PPP) PAIJAN (GOLKAR) TAUFIQ NUR HIDAYAT (PDIP) RAHASIA LUPA 1 2 3 4 5 6 7 1 Caleg DPRD Kabupaten yang dipilih 8 (40%) 4 (20%) 2 (10%) 1 (5%) 5 (25%) 43 Petani (Gandrungmangu) JUMLAH NO CALON LEGISLATIF INDIKATOR LIBANUN MUZAZIN, S.Ag (PKB) Drs. MUSLIMAN (PPP) RAHASIA LUPA 1 2 3 4 5 6 1 Caleg DPRD Kabupaten yang dipilih 18 (90%) 2 (10%) 0 (0%) (0%) c. Pilihan Anggota DPRD Propinsi Jawa Tengah Data di lapangan menunjukkan pada informan masyarakat nelayan, dalam memilih caleg DPRD Propinsi Jawa Tengah Dapil VIII (Kabupaten Cilacap dan Banyumas) pilihanya adalah : H. Samirun, SH, MH mendapat 5 persen dari informan, sedangkan rahasia 5 persen, dan menjawab lupa 90 persen. H. Samirun, SH., MH. merupakan caleg dari PDIP dengan nomor urut 4 dan incumben, dan terpilih menjadi anggota DPRD Propinsi Jawa Tengah periode 2014-2019. Melihat data tersebut, informan pada masyarakat nelayan hanya mengingat satu nama saja. Sedangkan untuk informan masyarakat petani di Kecamatan Gandrungmangu, untuk pilihan caleg Propinsi Jawa Tengah cukup bervariatif dan masih banyak yang ingat, sebagai berikut : Abdul Kholiq SH., M.Si dari PPP dengan nomor urut 5 mendapatkan 15 persen, Arief Rachmanto SH dari PPP dengan nomor urut 3 mendapakan 5 persen. Kukuh Birowo, SH. dari Partai Demokrat dengan nomor urut 1 mendapatkan 5 persen. Akhmad Ikhsan, S.Ag dari PKB dengan nomor urut 4 mendapatkan 5 persen. Hj Siti Rosidah dari PKB dengan nomor urut 1 mendapakan 5 persen. H. Samirun SH., MH dari PDIP dengan nomor urut 4 mendapatkan 5 persen, sedangkan yang menyatakan lupa sebanyak 60 persen. Dari caleg tersebut di atas yang berhasil terpilih 44 menjadi anggota DPRD Propinsi Jawa Tengah adalah H. Samirun, SH., MH dan Kukuh Birowo, SH. Tabel V-3 PILIHAN CALEG DPRD PROPINSI Nelayan (Cilacap Selatan) NO CALON ANGGOTA DPRD PROPINSI NELAYAN (CILACAP SELATAN) JUMLAH 1 2 3 1 H. SAMIRUN, S.H., M.H. (PDIP) 1 (5%) 2 RAHASIA 1 (5%) 3 LUPA 18 (90%) Petani (Gandrungmangu) NO CALON ANGGOTA DPRD PROPINSI PETANI (GANDRUNGMANGU) JUMLAH 1 2 3 1 ABDUL KHOLIQ, S.H., M.Si. (PPP) 3 (15%) 2 ARIEF RACHMANTO, S.H. (PPP) 1 (5%) 3 KUKUH BIROWO, S.H. (DEMOKRAT) 1 (5%) 4 AKHMAD IKHSAN, S.Ag. (PKB) 1 (5%) 5 H. SAMIRUN, S.H., M.H. (PDIP) 1 (5%) 6 Hj. SITI ROSIDAH (PKB) 1 (5%) 7 RAHASIA 0 (0%) 8 LUPA 12 60%) d. Pilihan Anggota DPR RI Pilihan dalam pemilu legislatif, untuk anggota DPR RI Dapil Jawa Tengah VIII (Kabupaten Cilacap dan Banyumas), informan nelayan Kecamatan Cilacap Selatan memilih : Adisatrya Suryo Sulisto, dari PDIP dengan 45 nomor urut 1 dengan 5 persen, merupakan pendatang baru dan berhasil terpilih menjadi anggota DPR RI. Sementara itu informan menyatakan rahasia 5 persen, dan lupa sebanyak 85 persen. Sementara itu, informan petani di Kecamatan Gandrungmangu memilih : Budiman Sujatmiko, M.Sc, M.Phil merupakan caleg dari PDIP nomor urut 4 sebanyak 25 persen, Hj. Novita Wijayanti, SE, MM dari Partai Gerindra nomor urut 1 mendapatkan 20 persen. Moh Taufiq Hidayatulloh dari PKB dengan nomor urut 3 mendapatkan 5 persen. Dr. Arief Awaluddin SH. M.Hum dari PKS nomor urut 1 mendapatkan 5 persen. Dari semua caleg tersebut di atas, yang berhasil terpilih adalah : Adisatrya Suryo Sulisto, (PDIP), pendatang baru, Budiman Sujatmiko M.Sc., M.Phil (PDIP) incumben, merupakan putra daerah Kabupaten Cilacap, dan Hj. Novita Wijayanti SE., MM. (Partai Gerindra), pendatang baru pada caleg DPR RI, tetapi pileg periode sebelumnya terpilih menjadi anggota DPRD Propinsi Jawa Tengah dari PDIP, dan pernah menjadi calon bupati Cilacap pada Pilkada 2012, dan merupakan putra daerah Kabupaten Cilacap. Tabel V-4 PILIHAN CALEG DPR RI NO NELAYAN (CILACAP SELATAN) CALON ANGGOTA DPR RI JUMLAH 1 2 3 1 ADISATRYA SURYO SULISTO (PDIP) 2 (10%) 2 RAHASIA 1 (5%) 3 LUPA 17 (85%) 46 NO PETANI (GANDRUNGMANGU) CALON ANGGOTA DPR RI JUMLAH 1 2 3 1 BUDIMAN SUJATMIKO, M.Sc., M.Phil. (PDIP) 5 (25%) 2 Hj. NOVITA WIJAYANTI, SE., MM. (GERINDRA) 4 (20%) 3 MOH. TAUFIQ HIDAYATULLOH (PKB) 1 (5%) 4 Dr. ARIEF AWALUDDIN, S.H., M.Hum. (PKS) 1 (5%) 5 RAHASIA 0 (0%) 6 LUPA 9 (45%) e. Pilihan Anggota DPD Dalam pemilu legislatif, anggota DPD kecenderungan tidak dikenal oleh pemilih, seperti dalam pemilihan anggota DPD yang mewakili Propinsi Jawa Tengah. Hal tersebut dikarenakan calon anggota DPD merupakan calon perseorangan, tidak mewakili partai politik, ormas, perguruan tinggi, LSM, dan sebagainya (Anas Urbaningrum, 2004). Maka, cukup sulit untuk dapat dikenal oleh pemilih apabila bukan publik figur yang popular. Informan masyarakat nelayan Kecamatan Cilacap Selatan menyatakan 5 persen adalah rahasia, sedangkan 95 persen menyatakan lupa. Dengan demikian, tidak ada satupun yang mengingat pilihan anggota DPD, hanya dari beberapa informan menyatakan memilih yang cantik pada foto di surat suara. Sementara itu, informan kelompok petani di Kecamatan Gandrungmangu dalam memilih anggota DPD sebagian masih teringat pilihannya, yaitu : Muhammad Al Habsyi, S.Pd, dengan nomor urut 20 mendapatakan suara dari informan 20 persen, Dr. Sulistyo, M.Pd. mendapatkan 5 persen suara, Mayjen.(Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa mendapatkan 5 persen, H. Bambang Sadono, SH., MH mendapatkan 5 persen suara informan petani. Sedangkan yang lupa sejumlah 65 persen. 47 Sebagian besar dari yang lupa menjawab mencoblos calon anggota DPD perempuan yang cantik dalam gambar surat suara. Berdasarkan data yang ada, Muhammad Al Habsyi, S.Pd merupakan penduduk kabupaten tetangga, yaitu Kabupaten Banyumas. Dr. Sulistyo M.Pd. merupakan ketua PGRI yang mempunyai basis massa luas yaitu di kalangan guru, dan merupakan incumben anggota DPD RI periode sebelumnya. Sedangkan H. Bambang Sadono, SH., MH merupakan mantan pengurus Partai Golkar di Jawa Tengah, dan pernah menjadi Calon Gubernur Jawa Tengah dalam Pilkada 2013. Tabel V-5 PILIHAN CALON ANGGOTA DPD NO NELAYAN (CILACAP SELATAN) CALON ANGGOTA DPD JUMLAH 1 2 1 RAHASIA 2 LUPA NO 3 1 (5%) 19 (95%) CALON ANGGOTA DPD PETANI (GANDRUNGMANGU) JUMLAH 1 2 3 1 MUHAMMAD AL HABSYI, S.Pd. 4 (20%) 2 Dr. H. SULISTYO, M.Pd. 1 (5%) 3 Mayjen. (Purn) Drs. H. KURDI MUSTOFA 1 (5%) 4 Dr. H. BAMBANG SADONO, S.H., M.H. 1 (5%) 5 RAHASIA 0 (0%) 6 LUPA 13 (65%) f. Pilihan Nomor Urut Caleg Dalam pileg 2014, caleg DPRD Kabupaten, DPRD Propinsi, dan DPR RI bukan hal yang diperimbangkan. Tetapi dalam realita kecenderungan 48 caleg nomor urut 1 menjadi pilihan terbanyak pada caleg yang jadi pada pileg anggota DPRD Kabupaten Cilacap. Berikut tabel caleg yang terpilih dengan nomor urut, caleg Dapil 3 dan 4, dan caleg pilihan informan Tabel V-6 NOMOR URUT CALEG TERPILIH DPRD KABUPATEN CILACAP NO URUT CALEG JUMLAH 1 24 (48%) 2 6 (12%) 3 2 (4%) 4 7 (14%) 5 2 (4%) 6 1 (2%) 7 4 (8%) 8 1 (2%) 9 3 (6%) JUMLAH TOTAL 20 (100%) Tabel V-7 NOMOR URUT CALEG TERPILIH DAPIL 3 & 4 DAPIL 3 KABUPATEN CILACAP DAPIL 4 KABUPATEN CILACAP NO URUT CALEG JUMLAH NO URUT CALEG JUMLAH 1 4 (57%) 1 5 (56%) 5 2 (29%) 4 2 (22%) 7 1 (14%) 7 1 (11%) JUMLAH TOTAL 7 (100%) 8 1 (11%) JUMLAH TOTAL 9 (100%) 49 Tabel V-8 NO URUT CALEG PILIHAN INFORMAN NO URUT CALEG PILIHAN NELAYAN NO URUT CALEG PILIHAN PETANI NO URUT CALEG JUMLAH NO URUT CALEG JUMLAH 1 2 (10%) 1 2 (10%) 3 8 (40%) 4 18 (90%) 7 4 (20%) JUMLAH TOTAL 20 (100%) RAHASIA 1 (5%) LUPA 5 (25%) JUMLAH TOTAL 20 (100%) Dari data tersebut di atas dapat terlihat dengan jelas, bahwa nomor urut 1 selalu ada yang memilih di setiap kriteria. Untuk caleg DPRD kabupaten Cilacap, nomor urut 1 merupakan yang terbanyak yaitu 48 persen, demikian pula pada Dapil 3 terbanyak yaitu sebesar 57 persen, dan Dapil 4 juga terbanyak dengan 56 persen. Sedangkan untuk daerah penelitian, informan memilih caleg no urut 1 sebesar 10 persen. Dari hasil indepth interview, responden yang memiliki pilihan pasti, nomor urut tidak berpengaruh, hanya saja di kalangan orang tua, selain nomor yang strategis kadangkala sulit untuk mencarinya. Untu informan yang tidak memiliki pilihan pasti dan tetap, asal memilih tidak selalu nomor urut paling atas maupun yang paling bawah. 2. Pilihan Dalam Pilpres 2014 Dalam pemilu presiden/wakil presiden 2014 terdapat 2 pasang calon, yaitu pasangan nomor urut 1, yaitu H. Prabowo Subianto dan Ir. H. Hatta Rajasa, pasangan nomor urut 2, yaitu Ir. H. Joko Widodo dan Drs. H. Jusuf Kalla. Data dari informan nelayan di Kecamatan Cilacap Selatan, 50 pasangan calon nomor urut 1 mendapatkan 25 persen, pasangan calon nomor urut 2 mendapatkan 70 persen, sedangkan tidak menjawab sebanyak 5 persen. Sedangkan informan petani di Kecamatan Gandrungmangu menyatakan pilihannya, untuk pasangan calon nomor urut 1 sebanyak 20 persen, pasangan nomor urut 2 sebanyak 75 persen, dan tidak menjawab 5 persen. Apabila dicermati, pada kedua kelompok informan tersebut memiliki kecenderungan komposisi pilihan yang sama. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih capres/cawapres : merakyat, sederhana, janji/visi/misi/programnya, ketegasan, orang sipil, suka blusukan, dan ramah. Dari data yang ada dilapangan informan nelayan menjawab sebagai berikut : merakyat, sederhana, janji/visi/misi/program, ketegasan, orang sipil, suka blusukan, ramah. Sedangkan dari informan petani menjawab sebagai berikut : Tabel V-9 PILIHAN CAPRES/CAWAPRES JUMLAH NO PILIHAN CAPRES/CAWAPRES 1 2 NELAYAN (CILACAP SELATAN) PETANI (GANDRUNGMANGU) 3 4 1 PRABOWO - HATTA 5 (25%) 4 (20%) 2 JOKOWI - JK 14 (70%) 15 (75%) 3 TIDAK MENJAWAB 1 (5%) 1(5%) 3. Alternatif Pilihan Dalam menentukan pilihan, kadangkala ada kebingungan dalam menjatuhkan pilihan, karena kualitas dan criteria pilihan yang berjumlah banyak tersebut tidak jauh berbeda. Hal tersebut dapat menimbulkan dilema dalam menentukan pilihan, karena harus memilih satu pilihan. Untuk alternatif pilihan lain baik parpol, caleg maupun DPD tidak banyak pada informan nelayan, parpol 10 persen, dan caleg 10 persen. 51 Sedangkan pada informan petani, parpol 10 persen, caleg 5 persen, dan DPD 15 persen. Sedangkan untuk capres/cawapres, semua informan menyatakan pilihan sudah tetap dan mantap, tidak ada alternatif pilihan lain, ataupun kebimbangan dalam menentukan pilihan. Dari data tersebut di atas, dapat diasumsikan pemilih kecenderungan telah memiliki pilihan yang tetap dan telah mantap. Ini terjadi karena kriteria yang menonjol dan sesuai dengan pilihan dapat dilakukan rangking, sehingga yang rangking teratas yang menjadi pilihannya. 4. Korelasi Pilihan Parpol Dengan Caleg Dan Capres/Cawapres Dalam memilih di Pileg dan Pilpres ada beberapa hal yang cukup menarik. Pertama, pilihan parpol tidak linear dengan pilihan caleg. Ketika ditanyakan secara spontan pilihan partai politik, banyak yang berbeda dengan kenyataan memilih di TPS, jadi antara das sollen dengan das sein berbeda. Hal ini terjadi karena pemilih lebih mengedepankan calegnya dibandingkan dengan partai politik. Hanya satu parpol yang dipilih secara konsisten, yaitu di kalangan nelayan (Cilacap Selatan) dengan pilihan PDIP sebesar 40 persen untuk pilihan parpol, caleg DPRD Kabupaten, DPRD Propinsi, dan DPR RI. Kedua, pilihan parpol juga tidak linear dengan pilihan capres/cawapres. Kecenderungan orang memiliki pilihan partai dalam das sollen, dan pilihan caleg dalam das sein, tetapi ketika memilih capres/cawapres semuanya dinafikan dan dinisbikan. Capres/cawapres lebih dipilih berdasarkan sosok individunya, bukan berdasarkan asal partai politik atau anjuran/kampanye partai partai politik politik/caleg pengusungnya. yang untuk Sekalipun memilih capres/cawapres yang diinginkan, tidak akan berpengaruh secara signifikan. Partai politik koalisi pengusung capres/cawapres Jokowi-JK yaitu PDIP, NasDem, PKB, Hanura, dan PKPI yang dipilih/disukai secara spontan 52 di masyarakat nelayan secara komulatif hanya berjumlah 40 persen (hanya ada satu parpol yaitu PDIP sebesar 40 persen), padahal dalam pilpres pilihan untuk pasangan Jokowi-JK sebesar 70 persen. Sedangkan di masyarakat petani komulatif berjumlah 70 persen (PKB 35 persen dan PDIP 35 persen), sedangkan pilihan dalam pilpres, pasangan Jokowi-JK mendapatkan 75 persen. 53 BAB VI TIPOLOGI PEMILIH DAERAH PENELITIAN Kedua kelompok masyarakat, nelayan dan petani, bila dilihat karakteristiknya pekerjaan berbeda. Dalam penelitian ini karakteristik wilayah juga berbeda, nelayan di wilayah perkotaan yaitu Kecamatan Cilacap Selatan, sedangkan petani wilayah perdesaan yaitu Kecamatan Gandrungmangu. Tetapi, bila dilihat dari tingkat pendidikan dan penghasilan tidak jauh berbeda, demikian pula akses terhadap informasi. Dari data yang ada kecenderungan kedua kelompok masyarakat tersebut dapat digolongkan sebagai masyarakat marjinal/pinggiran, berdasarkan indikator pendidikan dan penghasilan yang cenderung pada level rendah. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, data yang ada sebagai berikut :, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemilih di daerah penelitian, baik kelompok nelayan maupun kelompok petani kecenderungan dapat digolongkan pada tipologi pemilih tradisional dan skeptis. Pemilih tradisional memiliki orientasi ideologi yang cukup tinggi, dan tidak terlalu melihat kebijakan partai politik/kontestan pemilu. Dalam mengambil keputusan, pemilih tradisional sangat mementingkan kedekatan sosial budaya, nilai, asal usul, paham, dan agama. Sebagai ukurannya, akan memilih figur dan kepribadian pemimpin, mitos dan nilai-nilai historis partai politik/kontestan pemilu. Dari data penelitian ini dapat dilihat, bahwa dalam memilih caleg kecenderungan memilih caleg yang dekat tempat tinggalnya atau yang putra daerah. Sedangkan dalam memilih capres/cawapres, kecenderungan memilih figur yang memiliki karakter dan kebudayaan sesuai kultur yang ada dalam masyarakat pemilih. Salah satu karakteristik mendasar adalah tingkat pendidikan yang rendah dan konservatif dalam memegang nilai atau paham yang dianut. Pemilih tradisional adalah pemilih yang bisa dimobilisasi dalam kampanye. 54 Sedangkan pemilih skeptis adalah tidak memiliki orientasi ideologi yang cukup tinggi dengan partai politik/kontestan pemilu. Keinginan atau antusiasme dalam pemilu juga kurang, karena kaitan ideologi sangat rendah. Antusiasme dalam arti fanatisme ideologi dan menutup kemungkinan terhadap pilihan ideologi lain. Golongan ini juga kurang peduli terhadap program kerja, platform partai politik/kontestan pemilu, atau kebijakan partai politik/kontestan pemilu. Sebagian dari pemilih ini juga dapat dikategorikan sebagai pemilih skeptis, karena pada prinsipnya semua program kerja yang diajukan oleh kontestan pemilu satu dengan kontestan pemilu lainnya kecenderungan sama baiknya, ideal, serta bersifat normatif. 55 BAB VII PENUTUP A. KESIMPULAN Informan adalah kelompok nelayan di Kecamatan Cilacap Selatan dan petani di Kecamatan Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dengan rata-rata tingkat pendidikan dan penghasilan yang rendah. Kelompok ini dapat dikategorikan sebagai kelompok marjinal atau pinggiran. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini, pertama, perilaku memilih dipengaruhi oleh adanya faktor internal dan eksternal yang merupakan daya tarik dan daya tolak dalam menjatuhkan pilihan baik dalam pemilu legislatif maupun pemilu presiden 2014. Kedua, Tempat Pemungutan Suara atau TPS dianggap representatif, aman dan dapat menjaga privasi, cara mencoblos kecenderungan pemilih telah paham, karena pemilu 2014 menggunakan paku dan bantalan, sehingga kemungkinan kecil terjadi kesalahan karena faktor teknis di TPS. Ketiga, pengetahuan pemilih tentang partai politik cukup baik, untuk caleg DPRD Kabupaten kecenderungan paham, sedikit yang paham tentang caleg DPRD Propinsi dan DPR RI. Untuk anggota DPD kecenderungan pemilih belum paham, sehingga pemilih cenderung memilih calon anggota DPD yang tampak cantik di surat suara. Sedangkan untuk Pilpres kecenderungan sangat paham terhadap capres/cawapres, disamping capres/cawapres populer, kontestan pemilu capres/cawapres hanya 2 pasangan calon. Informasi yang diterima tentang pemilu, parpol, caleg, dan capres/cawapres dari media elektronik dan cetak (televisi, radio, koran), alat peraga kampanye, orang parpol/tim sukses, keluarga, perangkat desa/kelurahan/RW/RT, tokoh masyarakat. Namun demikian, informasi tidak secara keseluruhan dan detail, hanya bersifat global, sehingga pemahamannya tidak secara komprehensif, tetapi hanya parsial. 56 Keempat, dalam memilih ada beberapa hal yang menjadi daya tarik : untuk partai politik daya tarik kecenderungan terletak pada calegnya, karena masyarakat lebih memilih caleg dibandingkan dengan memilih parpol. Daya tarik lain dari parpol (walau kecenderungan daya tarik pada calegnya) adalah karena parpol berbasis parpol lama semasa 3 kontestan pemilu (PPP, Golkar, dan PDI), ataupun parpol yang ada pasca masa reformasi. Parpol baru atau parpol kecil cenderung tidak dipilih. untuk caleg DPRD Kabupaten, kecuali ada calegnya yang menjadi daya tarik yaitu orang yang dikenal, tetangga atau tempat tinggal dekat, merakyat, ketokohannya. Caleg DPRD Propinsi dan DPR RI yang menjadi daya tariknya adalah putra daerah, ketokohan/dikenal, janji/visi misi/program. Anggota DPD daya tariknya, ketokohan/dikenal, janji/visi misi/program, serta bagi yang tidak mengenal semua calon anggota DPD daya tarik pada foto visual pada surat suara yaitu kecantikan. Dalam memilih capres/cawapres daya tariknya kecenderungan pada kesederhanaan, merakyat, suka blusukan, ketokohan/dikenal, janji/visi misi/program, jujur, dan sipil. Tetapi disisi lain pemilih melihat daya tarik pada sisi kewibawaan, ketegasan, dan militer. Sedangkan daya tolak kecenderungan lawan dari daya tarik yang tidak bersifat normatif, misal sipilmiliter, tegas-lemah lembut, low profile-high profile, berwibawa-kalem. Kelima, daya tarik dan daya tolak tersebut tidak terlepas dari faktor internal, yang berasal dari dalam pemilih dan lingkungannya serta faktor eksternal yang berasal dari luar pemilih dan lingkungannya, yaitu dari kontestan pemilu, baik parpol, caleg maupun capres/cawapres. Keenam, pileg dan pilpres 2014 tidak berkorelasi signifikan, karena memilih pada pileg kecenderungan memilih figur calon dibandingkan memilih partai politik. Demikian pula dalam memilih capres/cawapres cenderung memilih figur, terutama figur calon presidennya. Kecenderungan pemilih tidak tahu partai politik pengusung capres/cawapres. Sehingga tidak mustahil, pilihan partai politik ketika pileg, bukan partai politik pengusung 57 pilihan capres/cawapres yang dipilih dalam pilpres 2014. Dengan demikian, memilih partai politik dengan caleg dan capres/cawapres tidak berjalan secara linear, pilihan caleg bisa menggugurkan pilihan partai politik, pilihan capres/cawapres bisa menafikan dan menisbikan pilihan parpol/caleg. Karena pemilih lebih cenderung pada sosok/figur. Ketujuh, pemilih di daerah penelitian ini kecenderungan digolongkan sebagai tipologi pemilih tradisional, rasional dan tipologi pemilih skeptis. C. REKOMENDASI Dari hasil penelitian tersebut, ada beberapa hal yang menjadi rekomendasi demi terwujudnya pemilu, baik pileg maupun pilpres mendatang yang lebih berkualitas, yaitu : 1. Dalam pileg 2014, partai politik terutama partai politik baru, caleg DPRD Propinsi, dan DPR RI lebih efektif dalam berkampanye untuk dapat dikenal oleh pemilih, sehingga pemilih menentukan pilihan memiliki lebih banyak informasi dan sesuai pilihan yang diinginkan. 2. Untuk calon anggota DPD, lebih merata dalam memperoleh dukungan maupun tim sukses di setiap kabupaten/kota, dan lebih efektif dalam mengkampanyekan diri. Sebagai catatan, bahwa kecenderungan masyarakat tidak mengenal dan kecenderungan memilih hanya karena faktor foto/visual dalam surat suara. 3. Pendidikan politik perlu dilakukan secara terus menerus, disamping masyarakat menjadi lebih paham pemilu, juga lebih memahami calon legislatif dan calon presiden/wakil presiden secara koheren dan komprehensif. 4. Orientasi dan indikator kesuksesan pemilu tidak hanya ditekankan pada kuantitas semata yaitu tingkat partisipasi yang tinggi, tetapi juga kualitas, tingkat pemahaman terhadap pilihan dan bagaimana teknis memilih yang benar. 58 5. Adanya konsistensi dalam regulasi cara mencoblos, pengalaman pemilu 2009 dengan cara mencontreng dengan pulpen memiliki kecenderungan salah mencoblos. Cara mencoblos konvensional dengan menggunakan paku dan bantalan sangat familiar dan mudah dilakukan oleh pemilih. 59 DAFTAR PUSTAKA Anas Urbaningrum, 2004, Pemilu Orang Biasa, Katalis dan Penerbit Republika, Jakarta BPS Cilacap, 2014, Cilacap Dalam Angka, Cilacap Disdukcapil Cilacap, 2014, Buku Profil Disdukcapil Kabupaten Cilacap 2014, Cilacap Firmanzah, 2007, Marketing Politik, Antara Pemahaman dan Realita, Yayasan Obor, Jakarta. Hadari Nawawi, 1998, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta KPU Cilacap, 2009, Pemilu 2009 Dalam Angka, Cilacap KPU Cilacap, 2014, Profil Calon Terpilih DPRD Kabupaten Cilacap 2014, Cilacap KPU Cilacap, 2014, DPT Kabupaten Cilacap, Cilacap KPU Cilacap, 2014, Pemilu Dalam Angka, Cilacap KPU Cilacap, 2014, Buku Saku Pemilu DPR, DPD, dan DPRD tahun 2014, Cilacap LKiS, 1999, Tujuh Mesin Pendulang Suara, LKiS, Yogyakarta Masri Singarimbun dan Soffian Effendi (ed.), 1987, Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta Ramlan Surbakti, 2010, Memahami Ilmu Politik, Grasindo, Jakarta Rusadi Kantaprawira, 1992, Sistem Politik Indonesia, Sinar Baru Algensindo, Bandung Sigit Pamungkas, 2012, Pemilu, Perilaku Pemilih & Kepartaian, IDW, Yogyakarta Sugiyono, 2012, Metodologi Penelitian kuantitatif, Kualitatif, R&D, Alfabeta, Bandung 60 DIAGRAM PERILAKU MEMILIH DI KABUPATEN CILACAP DALAM PEMILU LEGISLATIF DAN PEMILU PRESIDEN/WAKIL PRESIDEN 2014 ( STUDI KASUS PADA NELAYAN DAN PETANI ) A. Diagram Pendidikan Informan PENDIDIKAN INFORMAN / RESPONDEN 15 16 14 12 10 9 7 8 6 CILACAP SELATAN 4 4 GANDRUNGMANGU 3 1 2 0 0 1 0 SD SLTP SLTA D3 S1 0 B. Diagram Pemahaman Informan PEMAHAMAN INFORMAN CILACAP SELATAN 20 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 18 17 14 13 12 8 7 6 YA TIDAK 3 2 0 Paham Pileg Gambar partai Mengenal caleg Mengenal DPD Presiden / wakil presiden Informasi kampanye PEMAHAMAN INFORMAN GANDRUNGMANGU 20 19 20 18 16 14 15 13 13 11 12 10 8 9 7 YA 7 TIDAK 5 6 4 1 2 0 0 Paham Pileg Gambar partai Mengenal caleg Mengenal DPD Presiden / wakil presiden Informasi kampanye C. Diagram Sumber Informasi Tentang Pileg/Pilpres SUMBER INFORMASI TENTANG PILEG/PILPRES 12 10 8 6 4 2 0 11 10 8 5 6 4 0 1 1 1 0 1 0 3 2 3 0 0 CILACAP SELATAN GANDRUNGMANGU D. Diagram Daya Tarik Pemilu Legislatif 20 15 10 5 0 17 14 6 3 DAYA TARIK PEMILU LEGISLATIF CILACAP SELATAN 20 20 17 13 12 8 7 3 0 0 18 2 YA TIDAK DAYA TARIK PEMILU LEGISLATIF GANDRUNGMANGU 20 17 17 14 13 20 20 15 10 5 0 13 7 0 3 6 19 7 3 0 1 YA TIDAK E. Diagram Daya Tarik Milih Capres / Cawapres DAYA TARIK MILIH CAPRES / CAWAPRES 4 4 4 3,5 3 MERAKYAT 3 VISI-MISI / PROGRAM 3 TEGAS 2,5 MILITER 2 2 PARPOL PENGUSUNG JUJUR 1,5 1 1 1 1 PASANGAN COCOK 1 SEDERHANA TIDAK MENJAWAB 0,5 0 CILACAP SELATAN DAYA TARIK MILIH CAPRES / CAWAPRES 6 6 6 5 MERAKYAT SEDERHANA 4 ORANG SIPIL JUJUR 3 2 TEGAS 2 VISI, MISI / PROGRAM 2 1 1 1 1 MILITER TIDAK MENJAWAB 1 0 GANDRUNGMANGU F. Diagram Pilihan Partai Politik Dalam Pemilu Partai yang dipilih secara spontan PARTAI PILIHAN SECARA SPONTAN 8 8 NASDEM PKB 7 PKS 6 PDIP 5 GOLKAR 5 GERINDRA 4 DEMOKRAT PAN 3 2 2 2 2 PPP HANURA 1 PBB 1 0 0 0 0 0 0 PKPI 0 TDK JWB 0 CILACAP SELATAN PARTAI PILIHAN SECARA SPONTAN 7 7 7 NASDEM PKB 6 PKS PDIP 5 GOLKAR 4 GERINDRA DEMOKRAT 3 PAN 2 2 PPP 2 1 HANURA 1 PBB 1 0 0 0 0 0 0 0 PKPI TDK JWB 0 GANDRUNGMANGU Partai Pilihan DPRD Kabupaten PARTAI PILIHAN DPRD KABUPATEN 8 8 NASDEM 7 PKB 7 PKS 6 PDIP GOLKAR 5 GERINDRA 4 DEMOKRAT 3 PAN 3 PPP 2 1 1 HANURA PBB 1 0 0 0 0 0 0 0 0 PKPI 0 TDK JWB CILACAP SELATAN PARTAI PILIHAN DPRD KABUPATEN NASDEM 17 18 PKB 16 PKS 14 PDIP 12 GOLKAR 10 GERINDRA DEMOKRAT 8 PAN 6 PPP 4 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 GANDRUNGMANGU HANURA PBB 0 0 0 PKPI TDK JWB Partai Pilihan DPRD Propinsi PARTAI PILIHAN DPRD PROPINSI 8 8 NASDEM PKB 7 PKS 6 6 PDIP GOLKAR 5 GERINDRA 4 DEMOKRAT 3 PAN 2 2 2 1 PPP HANURA 1 PBB 1 0 0 0 0 0 0 0 PKPI 0 TDK JWB CILACAP SELATAN PARTAI PILIHAN DPRD PROPINSI 5 5 5 NASDEM 4,5 PKB 4 PKS PDIP 3,5 3 3 3 GERINDRA 2,5 DEMOKRAT 2 PAN 2 PPP 1,5 1 1 HANURA 1 0,5 GOLKAR PBB 0 0 0 0 0 0 PKPI TDK JWB 0 GANDRUNGMANGU Partai Pilihan DPR RI PARTAI PILIHAN DPR RI 8 NASDEM 8 PKB 7 PKS 6 PDIP GOLKAR 5 4 GERINDRA 4 3 DEMOKRAT PAN 3 2 2 PPP 2 HANURA 1 PBB 1 0 0 0 0 0 0 0 PKPI 0 TDK JWB CILACAP SELATAN PARTAI PILIHAN DPR RI 9 9 NASDEM 8 PKB PKS 7 PDIP 6 6 GOLKAR 5 GERINDRA DEMOKRAT 4 PAN 3 2 1 PPP 2 1 0 1 0 HANURA 1 0 0 0 GANDRUNGMANGU PBB 0 0 0 PKPI TDK JWB G. Diagram Pilihan Caleg DPRD Kabupaten PILIHAN CALEG DPRD KABUPATEN 8 8 7 6 5 5 FENI KUSWANTI, Amd.KL PAIJAN 4 4 TAUFIQ NUR HIDAYAT 3 RAHASIA 2 2 1 LUPA 1 0 CILACAP SELATAN PILIHAN CALEG DPRD KABUPATEN 18 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 LIBANUN MUZAZIN, S.Ag Drs. MUSLIMAN RAHASIA LUPA 2 0 GANDRUNGMANGU 0 H. Diagram Pilihan Caleg DPRD Propinsi PILIHAN CALEG DPRD PROPINSI 18 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 H. SAMIRUN, S.H., M.H. RAHASIA LUPA 1 1 CILACAP SELATAN PILIHAN CALEG DPRD PROPINSI 12 12 ABDUL KHOLIQ, S.H., M.Si. 10 ARIEF RACHMANTO, S.H. KUKUH BIROWO, S.H. 8 AKHMAD IKHSAN, S.Ag. 6 4 2 H. SAMIRUN, S.H., M.H. 3 Hj. SITI ROSIDAH 1 1 1 1 1 0 RAHASIA LUPA 0 GANDRUNGMANGU I. Diagram Pilihan Caleg DPR RI PILIHAN CALEG DPR RI 17 20 15 ADISATRYA SURYO SULISTO RAHASIA 10 LUPA 2 5 1 0 CILACAP SELATAN PILIHAN CALEG DPR RI 9 9 8 Hj. NOVITA WIJAYANTI, S.H., M.M. 7 6 5 5 MOH. TAUFIQ HIDAYATULLOH 4 4 Dr. ARIEF AWALUDDIN, S.H., M.Hum. 3 2 1 BUDIMAN SUJATMIKO, M.Sc., M.Fhil. 1 RAHASIA 1 0 LUPA 0 GANDRUNGMANGU J. Diagram Pilihan Caleg DPD PILIHAN CALEG DPD 19 20 15 RAHASIA 10 LUPA 5 1 0 CILACAP SELATAN PILIHAN CALEG DPD 13 14 12 10 8 6 4 2 0 4 1 1 1 0 GANDRUNGMANGU MUHAMMAD AL HABSYI, S.Pd. Dr. H. SULISTYO, M.Pd. Mayjend (Purn) Drs. H. KURDI MUSTOFA Dr. H. BAMBANG SADONO, S.H., M.H. RAHASIA LUPA K. Diagram Pilihan Capres / Cawapres PILIHAN CAPRES / CAWAPRES 16 14 15 14 12 10 8 6 CILACAP SELATAN 5 GANDRUNGMANGU 4 4 1 2 1 0 PRABOWO HATTA JOKOWI - JK TIDAK MENJAWAB Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Cilacap Dokumentasi 2015