OVERMACHT MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI'AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA SEBAGAI SALAH SATU SYARAT GUNA MEMPEROLEH ENUHI GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM BIDANG ILMU HUKUM ISLAM OLEH: HARDIANTO SIAGIAN NIM. 06360011 DOSEN PEMBIMBING: BUDI RUHIATUDIN, SH.,M.Hum SRI WAHYUNI, S.Ag., M.Ag., M.Hum PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2010 ABSTRAK Ada seorang pengemudi mobil, si A, berjumpa dengan mobil lain, yang dikemudikan si B, yang dari sebab apa pun juga menjalankan mobilnya sedemikian rupa, sehingga bagi si A hanya ada dua jalan, yaitu menabrak pohon yang berada di tepi jalan, atau menabrak si B, dan si A berpikir, ia ada lebih kemungkinan akan mati, kalau menabrak pohon dari pada kalau menabrak si B, maka ia menabrak mobil si B dengan akibat, bahwa mobil si B menjadi rusak dan si B mendapat kerugian. Apakah ini merupakan perbuatan yang dibenarkan, atau apakah ini termasuk dari overmacht. Dalam skripsi ini penyusun akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan masalah overmacht ini yang ditinjau dari hukum positif dan hukum Islam. Dikarenakan kajian ini merupakan penelitian pustaka, sedangkan sifat penelitiannya adalah deskriftif-analisis-komparatif, maka penelitian ini mengunakan pendekatan Yuridis Normatif, yaitu mendekatan masalah dengan melihat dan membahas suatu permasalahan dengan menitik beratkan pada aspek-aspek yang berkaitan dengan hukum Islam, serta melihat dan membahas suatu permasalahan yang menitik beratkan pada aspek-aspek hukum positif. Berdasarkan metode yang digunakan dalam menganalisis kedua hukum tersebut yaitu hukum positif dan hukum Islam, maka dapat disimpulkan bahwa hukum positif dan hukum Islam menawarkan konsep yang berbeda. Perbedaan ini semua tidak terlepas dari latar belakang pembentukan hukum itu sendiri. Akan tetapi pengertian overmacht menurut kedua hukum ini tetap sama yaitu suatu keadaan diluar kekuasaan manusia, atau suatu perbuatan yang memaksa atau memaksakan orang lain berbuat sesuatu yang tidak disenanginya baik perkataan maupun perbuatan dengan ancaman hendak dibunuh, dianiaya, dipenjara, dirusak hartanya dan disiksa. ii Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-BM-05-07/R0 SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR Hal : Skripsi Saudara Hardianto Siagian Lamp : KepadaYth. Dekan Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Di Yogyakarta Assalamu’alaikum wr. wb. Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi Saudara: Nama : Hardianto Siagian NIM : 06360011 Judul Skripsi : overmacht Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah Jurusan/Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Hukum Islam. Dengan ini kami mengharap agar skripsi/tugas akhir Saudara tersebut di atas dapat segera dimunaqosyahkan. Untuk itu kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Yogyakarta, 15 Rabî-al-awwal 1430 H 01 Maret 2010 M iii Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-BM-05-07/R0 SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR Hal : Skripsi Saudara Hardianto Siagian Lamp : KepadaYth. Dekan Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Di Yogyakarta Assalamu’alaikum wr. wb. Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi Saudara: Nama : Hardianto Siagian NIM : 06360011 Judul Skripsi : Overmacht Menurut Hukm Positif dan Hukum Islam Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah Jurusan/ Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Hukum Islam. Dengan ini kami mengharap agar skripsi/ tugas akhir Saudara tersebut di atas dapat segera dimunaqosyahkan. Untuk itu kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. iv Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FMFM-UINSKUINSK-BM 0505-7/RO PENGESAHAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR Nomor: UIN.02/ K.JS.SKR/ PP. 00.92/ / 2010 Skripsi/Tugas Akhir dengan judul: Overmacht Menurut Hukum Positif dan Hukum islam Yang telah dipersiapkan dan disusun oleh: Nama : Hardianto Siagian NIM : 06360011 Telah dimunaqasyahkan pada : 10 Maret 2010 Nilai Munaqasyah : A- Dan dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga v MOTTO اورات ارات Keadaan yang memaksa itu membolehkan hal-hal yang dilarang vi PERSEMBAHAN Untuk yang telah terus dan tanpa henti selalu membekaliku dengan tumpahan keringat, doa dan harapan serta cinta dan kasih sayang yang penuh ikhlas dan penuh makna ku persembahakan karya ini sebagai ungkapan cinta untuk; Ayahanda Nurhalim Nurhalim Siagian dan Ibundaku Tersayang Sularmi yang tidak pernah lelah menjaga, memberikan keikhlasan kasih sayang dan doa. Untuk yang sabar menantiku Istriku tercinta Nursatiyah Situmorang SHI dan Anankku tersayang Nur Raihan Siagian maafkan Ayah yang terlalu lama meninggalkanmu Untuk semangat hidupku, kakak dan Abangku Deliana siagian & Melyuzar nasution yang selalu menyemangatiku agar selalu semangat dan senantiasa sehat selalu, dan buat adik-adiku Ariana Siagian & Saipul, Saipul juga adikku Parlin siagiagian juga Adelia Siagian yang selalu mendukungku Saudara-saudaraku yang selalu mengharapkan aku agar kelak aku menjadi orang yang berguna bagi keluarga. Sahabat-sahabatku Kelas PMH 2006. yang penuh dengan keakraban selalu menemani hari-hariku dan saling berbagi dengan ketulusan memberikan semangat, terima kasih sobat … semoga persaudaraan ini sampai akhir hayat. Kawan-kawaku dari Ikatan Mahasiswa Tanjungbalai IMTAIMTA-JOGJA yang tidak mungkin kusebutkan satu persatu,, terima kasih atas kepercayaan kaliaan terhadapku Teman-teman HMI ku, terima kasih atas inspirasi yang kalian berikan Pada al-Mamater tercinta Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta vii KATA PENGANTAR ﺣﻴﻢﲪﻦﺍﻟﺮﺑﺴﻢﺍﷲﺍﻟﺮ ﻼﺓ ﻭﺍﻟﺼ، ﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻻ ﺍﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﷲ ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﳏﻤﺪﺍ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ،ﺍﳊﻤﺪ ﷲ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﳌﲔ ﺮﺪﻭﻋﻠﻰﺁﻟﻪﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﺃﲨﻌﲔﺭﺏﺍﺷﺮﺡﱄﺻﺪﺭﻱﻭﻳﺴﺪﻧﺎﳏﻤﻼﻡﻋﻠﻰﺳﻴﻭﺍﻟﺴ :ﺃﻣﺎ ﺑﻌﺪ،ﱄﺃﻣﺮﻱﻭﺍﺣﻠﻞﻋﻘﺪﺓﻣﻦﻟﹼﺴﺎﱐﻳﻔﻘﻬﻮﺍﻗﻮﱄ Puji syukur selayaknya penyusun panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang menguasai hari pembalasan dan hanya kepada-Nya manusia menyembah dan meminta pertolongan, yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan taufiq-Nya, sehingga Penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Salawat dan salam tidak lupa Penyusun haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad Saw, melalui ajaran-ajarannya manusia dapat berjalan di atas kebenaran yang penuh dengan Islam dan Iman. Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, akhirnya penyusunan skripsi ini dapat juga terselesaikan. Banyak pihak, baik langsung maupun tidak, telah membantu dalam penyelesian skripsi yang mengambil judul: “Overmacht Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam. Selanjutnya dengan selesainya skripsi ini, sebagai rasa takzim, ijinkanlah Penyusun untuk mengucapkan rasa terima kasih yang tidak terhingga, kepada: 1. Bapak Prof. Drs. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Bapak Budi Ruhiatudin, SH.,M.Hum selaku Pembimbing I, yang dengan penuh kesabaran bersedia mengoreksi secara teliti seluruh isi tulisan yang mulanya viii ‘semrawut’ ini, sehingga menjadi lebih layak dan berarti. Semoga kemudahan dan keberkahan selalu menyertai beliau dan keluarganya. 3. Ibu Sri Wahyuni, S.Ag., M.Ag., M.Hum selaku Pembimbing II, atas arahan dan nasehat yang diberikan, di sela-sela kesibukan waktunya, membaca, mengoreksi dan memberikan arahan, sehingga dapat terlesaikannya penyusunan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh civitas akademika Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga sebagai tempat interaksi Penyusun selama menjalani studi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 5. Ayahanda tercinta Nurhalim Siagian dan Ibundaku tersayang Sularmi yang dalam situasi apa pun tidak pernah lelah dan berhenti mengalirkan rasa cinta dan kasih sayang, doa dan dana buat Penyusun. 6. Istri dan anakku tercinta yang merelakan aku untuk meninggalkan mereka hanya untuk menyusun skripsi ini semoga karya kecil ini menjadi pengikat hubungan kasih kita selamanya 7. Untuk Teman-teman seperjuangan Di Ikatan Mahasiswa Tanjungbalai terimaksih atas kepercayaan kalian terhadapku. 8. Teman-teman HMI terimakasih atas inspirasinya. Juga teman-teman PMH seangkatanku terima kasih atas kekompakan dan semangat kita bersama. Akhirnya, Penyusun sadar bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, dan atas semua kekurangan di dalamnya, baik dalam pemilihan bahasa, teknik penyusunan dan analisisnya, sudah tentu menjadi tanggung jawab penyusun sendiri. Karena itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan karya ilmiah ini, juga untuk penelitian- ix penelitian selanjutnya. Penyusun berharap, skripsi ini dapat bermanfaat, baik bagi Penyusun maupun para masyarakat pembaca serta dapat menjadi khasanah dalam ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu hukum Islam. Atas semua bantuan yang diberikan kepada Penyusun, semoga Allah SWT. memberikan balasan yang selayaknya. Amin. Yogyakarta,15 Rabî-al-awwal 1431H 01 Maret 2010 Penyusun Hardianto Siagian NIM. 06360011 x PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Transliterasi huruf-huruf Arab yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 0543b/U/1987. A. Konsonan Tunggal Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama ا Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ب ba’ b be ت ta’ t te ث sa’ ׁs es (dengan titik di atas) ج jim j je ح ha’ h ha (dengan titik di bawah) خ kha kh ka dan ha د dal d de ذ Ŝal Ŝ zet (dengan titik di atas) ر ra’ r er ز zai z zet س sin s es ش syin sy es dan ye ص sad s es (dengan titik di bawah) ض dad d de (dengan titik di bawah) ط ta t te (dengan titik di bawah) ظ za z zet (dengan titik di bawah) xi dan ع ‘ain ` koma terbalik غ gain g ge ف fa f ef ق qaf q qi ك kaf k ka ل lam l ‘el م mim m ‘em ن nun n ‘en و waw w w ha’ h ha ء hamzah ' apostrof ي ya Y ye B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis Rangkap "! دة ditulis Muta`addidah ّة$ ditulis `iddah C. Ta’ marbutah di Akhir Kata ditulis h %&'( ditulis Hikmah %)$ ditulis `illah *ء+,و- ا%"ا/آ ditulis Karāmah al-auliyā' /12,زآ*ة ا ditulis Zakāh al-fitri xii D. Vokal Pendek __َ___ fathah ditulis a ditulis fa`ala ditulis i ditulis Ŝukira ditulis u ditulis yaŜhabu Fathah + alif ditulis ā ه ditulis jāhiliyyah Fathah + ya’ mati ditulis ā ditulis tansā Kasrah + ya’ mati ditulis i آ ditulis karim Dammah + wawu mati ditulis ū "وض ditulis furūd Fathah + ya’ mati ditulis ai #$ ditulis bainakum Fathah + wawu mati ditulis au &ل ditulis qaul 45 _____ kasrah ِ /ذآ ___ُ__ dammah 9<;ه E. Vokal Panjang 1 2 3 4 F. Vokal Rangkap 1 2 xiii G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan Apostrof =!>اا ditulis a'antum ّت$ا ditulis u`iddat =B/'? @A, ditulis la'in syakartum H. Kata Sandang Alif + Lam Diikuti huruf Qamariyyah maupun Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf "al". ان/C,ا ditulis al-Qur'ān *س+C,ا ditulis al-Qiyās &*ءD,ا ditulis al-Samā' E&F,ا ditulis al-Syam I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat Ditulis menurut penulisannya. وض/2,ذوى ا ditulis Ŝawi al-furūd %HD, ا4اه ditulis ahl al-sunnah xiv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i ABSTRAK ............................................................................................................ ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iii PENGESAHAN ..................................................................................................... v MOTTO ................................................................................................................. vi PERSEMBAHAN.................................................................................................. vii KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii TRANSLITERASI ARAB-LATIN ....................................................................... xi DAFTAR ISI ......................................................................................................... xvii BAB III : PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1 B. Pokok Masalah ................................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian............................................................................. 5 D. Mamfaat Penelitian.......................................................................... 5 E. Telaah Pustaka ................................................................................. 6 F. Kerangka Teoretik ............................................................................ 8 G. Metode Penelitian............................................................................. 11 H. Sistematika Pembahasan .................................................................. 13 BAB II. GAMBARAN UMUM TENTANG OVERMACHT MENURUT HUKUM ISLAM A. Pengertian dan Batasan Overmacht Menurut Hukum Islam............ 16 1. Pengertian Al-darūrāt...................................................................... 16 2. Pengertian Ikrāh.............................................................................. 21 3. Batasan Al-darūrāt dan Ikrāh......................................................... 24 B. Syarat-syarat overmacht Dalam Islam…….................................................... 25 1. Syarat-syarat Al-darūrāt.................................................................. 25 xv 2. Syarat-syarat Ikrāh........................................................................... 26 C. Unsur-unsur overmacht Dalam Islam……................……………….…….... 27 1. Unsur-unsur Al-darūrāt.................................................................. 27 2. Unsur-unsur Ikrāh........................................................................... 28 D. Macam-macam Overmacht Dalam Islam...................................................... 29 E. Akibat Overmacht Menurut Hukum Islam.................................................... 33 BAB III. GAMBARAN UMUM TENTANG OVERMACHT MENURUT HUKUM POSITIF A. Pengertian dan Batasan Overmacht menurut hukum Positif…...… …....... 37 1..Pengertian Overmacht dalam hukum Pidana................................. 37 2. Pengertian Overmacht dalam hukum Perdata................................ 39 3. Batasan overmacht menurut hukum positif................................... 41 B. Syarat-syarat overmacht Menurut Hukum Positif……………….…............ 41 C. Unsur-unsur Overmacht Menurut Hukum Positif………............................. 42 1. Unsur-unsur Overmacht dalam hukum pidana.............................. 42 2. unsur-unsur Overmacht dalam hukum Perdata.............................. 43 D. Macam-macam Overmacht Menurut Hukum Positif.................................... 45 1. Macam-macam Overmacht dalam hukum pidana........................ 45 2. Macam-macam Overmacht dalam hukum dalam hukum perdata. 48 E. Akibat hukum Overmacht Menurut Hukum positif. ……….........……........ 53 1. Menurut Hukum Pidana................................................................. 53 2. Menurut Hukum perdata................................................................ 55 xvi BAB IV. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN OVERMACHT MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM A. Unsur-unsur Overmacht............................................................................... 57 B. Akibat Hukum dari Overmacht.................................................................... 61 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………............... 66 B. Saran-saran ……………………………………………………................... 68 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 69 LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Terjemahan ……………………………………………………….............. I B. Biografi Ulama ….……………………………………………….............. III C. Biodata Penyusun……………………………………………………........ VI xvii 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiap-tiap bangsa memiliki hukumnya sendiri, seperti terhadap bahasa dikenal tata bahasa, demikian juga terhadap hukum dikenal juga tata hukum. Tiap-tiap bangsa mempunyai tata hukumnya sendiri. Perbuatan atau tindakan manakah yang menurut hukum, dan manakah yang melawan hukum, bagaimanakah kedudukan seseorang dalam masyarakat, apakah kewajiban-kewajiban dan wewenang-wewenangnya. Semua pertanyaan itu akan terjawab menurut tata hukum masing-masing negara. Dalam KUHPidana terdapat suatu aturan yang dapat meringankan atau bahkan menghapuskan sanksi bagi pelaku tindak pidana dikarenakan pengaruh overmacht, sebagai misal, seseorang penyimpan berangkas uang suatu perusahaan, dipaksa oleh sekelompok orang jahat untuk menyerahkan uang tersebut kepada mereka, sehingga ia memberikan uang itu lantaran takut akan dibunuh. Menghilangkan uang perusahaan adalah merupakan tindak pidana, tetapi dalam situasi seperti ini perbuatan tersebut tidak dihukum karena pengaruh overmacht. Hal ini terdapat dalam KUHPidana Pasal 48, “Barang siapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa, tidak dipidana”.1 Hukum pidana memberikan pengertian tentang Overmacht yaitu kekuatan atau daya yang lebih besar.2 Menurut bunyi Pasal 48, daya paksa (overmacht) menjadi dasar peniadaan 1 Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, cet ke-10, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), hlm. 25 2 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 139 2 hukuman. Akan tetapi pasal tersebut tidak memberikan pengertian dan penjelasan tentang overmacht itu sendiri. Pengertian dan penjelasan tersebut diberikan oleh sarjana-sarjana hukum. Sama halnya juga dalam KUHPerdata pengaruh overmacht juga tercamtum dalam pasal-pasal tertentu seperti dalam Pasal 1237, perjanjian sepihak, Pasal 1460 perjanjian jual beli, Pasal 1545, perjanjian tukar-menukar, Pasal 1553, perjanjian sewamenyewa. Yang karena itu pihak-pihak bebas memperjanjikan tanggung jawab itu dalam perjanjian yang mereka buat, apabila terjadi overmacht.3 Overmacht berasal dari bahasa Belanda yang berarti keadaan yang merajalela dan menyebabkan orang tidak dapat menjalankan tugasnya.4 Dalam kamus hukum overmacht mempunyai arti keadaan memaksa, yaitu keadaan yang mengahalangi penunaian perikatan yang membebaskan seseorang dari kewajiban mengganti biaya, kerugian dan bunga.5 Dalam arti luas overmacht berarti suatu keadaan di luar kekuasaan manusia yang mengakibatkan salah satu pihak dalam perjanjian tidak dapat memenuhi prestasinya. Jadi pada overmacht ini tidak ada kesalahan dari pihak yang tidak memenuhi prestasinya, sehingga menyebabkan suatu hak atau suatu kewajiban dalam suatu perhubungan hukum tidak dapat dilaksanakan. 3 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, cet ke-3, ( Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 207 4 S. Wujowasito, kamus Umum Belanda Indonesia, (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru-van Hoevo, 1990), hlm. 478. 5 Andi Hamzah, Kamus Hukum (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), hlm. 425 3 Dalam Islam istilah overmacht dikenal dengan istilah al-darūrāt dan ikrāh yang diberi arti merusak atau memberi mudārāt, keadaan sangat merusak atau sangat memaksa, kebutuhan yang amat mendesak dan amat berbahaya apabila tidak terpenuhi.6 Keadaan memaksa ini misalnya ganguan yang menggunakan kewajiban pertanggungjawaban hukum. Seperti alasan hukum yang membebaskan seseorang dari kewajiban hukum, anak di bawah umur, sakit ingatan, paksaan kelalaian dan ketidaktahuan. Termasuk juga dalam keadaan tersebut adalah memindahkan karena kesukaran dan penderitaan misalnya orang yang berhutang ternyata dalam keadaan sempit untuk membayar hutangnya juga boleh menunda hutangnya dari waktu yang disanggupkan sampai keadaan leluasa.7 Dasar hukum overmacht menurut hukum Islam ialah 8 ΟŠm‘ ‘θî !$# β) µ‹=ã ΝO) ξù Š$ã ωρ ø$/ î ÜÊ# ϑù Lalu apa sebenarnya overmacht itu? Apakah overmacht itu suatu keadaan yang memang tidak bisa dielakkan lagi sehingga mengakibatkan seseorang dapat melanggar aturan hukum yang berlaku, atau bahkan keadaan itu benar-benar keadaan yang mengharuskan seseorang dalam hukum perjanjian membatalkan perjanjiannya karena keadaan memaksa tersebut. 6 Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001), hlm. 260 7 Sobhi Mahmasani, Filsafat Hukum Dalam Islam. Alih bahasa Ahmad Sudjono (Bandung: PT alMaarif, 1975), hlm. 200 8 Al-Baqarah (2) : 173. 4 Inilah yang menjadi persoalan sekarang, seberapa besarkah keadaan memaksa itu untuk dapat dikatakan overmacht yang mengakibatkan seseorang tidak dikenakan beban atau sanksi apa pun, dan apakah overmacht itu suatu keadaan yang mana seseorang tidak dapat menghindarkan diri dari keadaan itu, atau suatu keadaan yang mau tidak mau orang tersebut harus melanggar perjajian ataupun melanggar sebuah aturan hukum yang telah ditetapkan karena pengaruh overmacht tersebut. Oleh karena itu penyusun ingin menulis skripsi yang berkaitan dengan hal tersebut dengan judul: Overmacht Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam. B. Pokok Masalah Setelah penyusun mengemukakan latar belakang maslah di atas, maka dapatlah disimpulkan dan dapat diangkat menjadi pokok masalah yang berkaitan dengan judul dalam penyusunan skipsi ini, yaitu : 1. Bagaimana konsep hukum Positif dan hukum Islam tentang overmacht? 2. Apa saja batasan-batasan overmacht itu menurut hukum positif dan hukum Islam? 3. Apa saja persamaan dan perbedaan overmacht menurut hukum Positif dan hukum Islam? 5 C. Tujuan Penelitian Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini antara lain 1. Untuk mengetahui bagaimana konsep hukum Positif dan hukum Islam tentang overmacht 2. Untuk memberikan gambaran apa saja batasan overmacht menurut hukum positif dan hukum Islam 3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan overmacht menurut hukum positif dan hukum Islam. D. Manfaat Penelitian Adapun kegunaan dari pembahasan ini ialah : 1. Sebagai sumbangan pemikiran ilmu pengetahuan untuk menambah dan memperkaya khasanah kepustakaan khususnya dalam bidang hukum tentang overmacht 2. Kajian ini diharapkan mampu menjelaskan konsep overmacht menurut hukum positif dan hukum Islam. 6 E. Telaah Pustaka Sejauh pengamatan penulis memang sudah ada kajian tentang overmacht ini seperti : Skripsi yang disusun oleh Alfa Ifana dengan judul Daya Paksa dalam Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam9 yang menjelaskan tentang bagaimana konsep daya paksa menurut hukum positif dan hukum Islam. Meski sama-sama menyinggung tentang daya paksa tetapi sasaran permasalahanya berbeda, karena Alfa Ifana menyoroti masalah daya paksa pada hukum pidana positif dan hukum pidana Islam saja, sedangkan skripsi yang penyusun teliti disini mengambil tema overmacht dan mengkomparasikannya menurut hukum positif dan hukum Islam. Baik secara kepidanaan mauapun secara keperdataan. Skripsi yang disusun oleh Andriani Ulfah dengan judul Tinjauan Hukum Islam terhadap Overmacht Pada Sewa Menyewa dan Akibatnya Dalam Hukum Perdata10 yang menjelaskan tentang bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap overmacht pada perjanjian sewa-menyewa dalam Hukum Perdata. Meski sama-sama menyinggung tentang overmacht, tetapi sasaran permasalahanya berbeda, karena Andriani Ulfa menyoroti masalah overmacht pada sewa 9 Alfa Ifana, Daya Paksa dalam Perspektif Hukum positif dan Hukum Islam, Skripsi Fakultas Syari'ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1999, tidak diterbitkan. 10 Andriani Ulfah, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Overmacht Pada Sewa Menyewa dan Akibatnya dalam Hukum Perdata, Skripsi Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1997, tidak diterbitkan. 7 menyewa dalam hukum perdata, sedangkan skripsi yang penyusun teliti disini mengambil tema overmacht dan mengkomparasikannya menurut hukum positif dan hukum Islam. Skripsi yang disusun oleh Nikmatu Zahkotin dengan judul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Overmacht Dalam Perjanjian Pemborongan11 yang menjelaskan tentang bagaimana pandangan hukum Islam tentang Overmacht dalam perjanjian pemborongan. Meski sama-sama menyinggung tentang overmacht, tetapi sasaran permasalahanya berbeda, karena Nikmatu Zahkotin menyoroti masalah overmacht Dalam Perjanjian Pemborongan menurut hukum Islam, sedangkan skripsi yang penyusun teliti di sini mengambil tema overmacht dan mengkomparasikannya menurut hukum positif dan hukum Islam. Walaupun sudah ada yang membahas tentang overmacht ini, skiripsi yang penulis teliti ini lebih memposisikan penelitian tentang overmacht yang dibahas secara konsep dan batasan-batasanya secara lebih detail serta mengkomparasikannya antara hukum positif dan hukum Islam, sementara skripsi yang dibahas sembelumnya hanya membahas tentang bagaimana overmacht dalam perjanjian pemborongan dan bagaimana overmacht dalam sewa-menyewa menurut hukum Islam saja dan hukum perdata saja. Lebih jelasnya pembahasan skripsi yang sebelumnya tidak membahas masalah overmacht secara utuh, hanya saja mengambil dari salah satu peristiwa yang ada kaitannya dengan masalah overmacht yang kemudian ditinjau dari hukum Islam dan hukum perdata, sementara itu 11 Nikmatu Zahkotin, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Overmacht Dalam Perjanjian Pemborongan, Skripsi Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004, tidak diterbitkan. 8 skripsi yang penulis teliti lebih membahas masalah overmacht secara konsep dari mulai pengertian sampai kepada akibat hukumya baik menurut hukum positif maupun hukum Islam. F. Kerangka Teoritik Seiring dengan perkembangan zaman, maka banyak permasalahan-permasalahan hukum yang muncul, dan ini sudah menjadi suatu kelaziman yang masuk akal. Ditetapkannya suatu aturan atau hukum adalah hanya bertujuan untuk kemaslahatan manusia. Overmacht yang dalam hukum positif diartikan dengan keadaan memaksa dan daya paksa, dalam hukum Islam diartikan dengan keadaan darūrāt, atau ikrāh adalah permasalahan hukum yang sudah lama, akan tetapi menjadi hal yang baru jika dikaitkan dengan kehidupan manusia yang sudah semakin berkembang. Dalam hukum positif peraturan yang mengatur tentang overmacht terdapat dakam KUHPidana dan KUHPerdata, yang secara tegas mengatakan bahwa Barang siapa melakukan perbuatan karena terpaksa oleh sesuatu keadaan yang tak dapat dihindarkan tidak boleh dihukum.12 Sama halnya juga yang terdapat dalam KUHPerdata juga secara tegas menulsikan pada Pasal 1245, "tidaklah biaya rugi dan bunga, harus digantinya, apabila lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu kejadian tak disengaja si berutang beralangan memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau lantaran hal-hal yang sama telah melakukan 12 Andi Hamzah,KUHP & KUHAP, (Jakarta: PT Rineka Cipta, cet ke-10 2003), Pasal 48, hlm. 25 9 perbuatan yang terlarang".13 Begitu juga dalam hukum Islam, keadaan memaksa membolehkan sesorang melakukan sesuatu yang pada asalnya dilarang karena keadaan memaksa tersebut. Hal ini terdapat dalam firman Allah SWT. 14 ΟŠm‘ ‘θî !# βÎ) 4 µ‹=ã ΝO) Iξù Š$ã ωρ ø$/ î ÜÊ# ϑù Overmacht yang berasal dari bahasa Belanda yang berarti suatu keadaan yang meraja lela dan menyebabkan orang tidak dapat menjalankan tugasnya.15 Dalam kamus hukum overmacht mempunyai arti keadaan memaksa, yaitu keadaan yang menghalangi penunaian perikatan yang membebaskan seseorang dari kewajiban mengganti biaya, kerugian dan bunga. Dan dalam bahasa Prancis disebut dengan istilah force majeure yang artinya sama dengan keadaan memaksa.16 Dalam Islam istilah overmacht dikenal dengan istilah al-darūrāt dan ikrāh yang diberi arti merusak atau memberi mudārāt, keadaan sangat merusak atau sangat memaksa, kebutuhan yang amat mendesak dan amat berbahaya apabila tidak terpenuhi.17 Keadaan memaksa ini misalnya ganguan yang menggunakan kewajiban pertanggung jawaban hukum. Seperti alasan hukum yang membebaskan seseorang dari kewajiban 13 R. Subekti, dan R. Tjirosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, cet ke-21, 1989), hlm. 292 14 Al-Baqarah (2) : 173. 15 S. Wujowasito, Kamus Umum Belanda Indonsia (Jakarta: PT Ikhtiar Baru-van Hoevo,1990), hlm. 478. hlm.260 16 Andi hamzah, Kamus Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), hlm. 425 17 Abdul Azis Dahlan, EnsiklopediHukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001), 10 hukum, anak di bawah umur, sakit ingatan, paksaan kelalaian dan ketidaktahuan. Termasuk juga dalam keadaan tersebut adalah memindahkan karena kesukaran dan penderitaan misalnya orang yang berhutang ternyata dalam keadaan sempit untuk membayar hutangnya juga boleh menunda hutangnya dari waktu yang disanggupkan sampai keadaan leluasa.18 Sehubungan dengan al-darūrāt ini, fuqhā merumuskan kaidah pokok yaitu : 19 20 ارال اورات ارات 21 ا ا Kaidah di atas mengandung pengertian bahwa kesulitan atau kesukaran merupakan sebab kemudahan, dan pada waktu keadaan mendesak kebebasan harus diberikan. Maka dari itu, teori istinbat hukum yang digunakan dalam penelitian ini, terutama adalah al-Qur'ān juga Kaidah-kaidah usuliyāh dan KUHPidana dan KUHPerdata. Dalam penelitian ini digunakan teori maqāsid al-Syari'ah. Yaitu teori yang mengandung arti memelihara lima hal yaitu : agama, jiwa, akal, harta, dan keluarga. 18 Sobhi Mahmasani, Filsafat Hukum Dalam Islam. Alih bahsa Ahmad Sudjono (Bandung: PT alMaarif, 1975), hlm. 200 19 Ridho Rokamah, Al-Qawa'id Al-fiqhiyah, (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2007), hlm. 52 20 A. Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 72 21 Abdul Mudjib, Kaidah-kaidah Ilmu Fiqh, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), hlm. 29 11 Ulamā' usūl fiqh mendefinisikan Maqāsid al-Syari'ah dengan makna dan tujuan yang dikehendaki syara' dalam mensyariatkan suatu hukum bagi kemaslahatan umat manusia. Ahli usūl fiqh mazhab Maliki menyatakan bahwa untuk mewujudkan kemaslahatan dunia dan akhirat, ada lima pokok yang harus diwujudkan dan dipelihara. Berdasarkan hasil induksi ulamā' usūl fiqh terhadaap berbagai nas, kelima masalah pokok itu adalah: agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.22 Kelima pokok ini apibila diabaikan sangat berbahaya, oleh karena itu apabila salah satu dari kelima prinsip ini sedang terancam eksistensinya, Islam mewajibkan manusia untuk menyingkirkan ancaman itu dan tidak memandang salah atau dosa mengatasinya jika dengan tindakan yang dalam keadaan biasa termasuk perbuatan yang dilarang atau perbuatan yang haram. G. Metode Penelitian Setiap penulisan karya ilmiah khususnya skripsi, dapat dipastikan selalu memakai suatu metode. Hal ini terjadi karena metode merupakan suatu instrument yang penting dalam bertindak, agar suatu penelitian terlaksana dengan terarah sehingga tercapai hasil yang maksimal. Dalam penyusunan skripsi ini digunakan berbagai metode yaitu: 1. Jenis dan Sifat Penelitian 22 hlm.1108 Abdul Azis Dahlan, EnsiklopediHukum Islam, (Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001), 12 Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang menggunakan buku-buku sebagai sumber datanya,23 sedangkan sifat penelitian ini adalah deskriftif-analisis-komparatif.24 Yakni penelitian ini diharapkan memberi gambaran secara rinci dan sistematis mengenai overmacht menurut hukum positif dan hukum Islam dengan menyusun literatur yang telah dikumpulkan, menjelaskan dan menganalisinya kemudian mengkomparasikannya. 2. Pengumpulan Data Dalam menyusun skripsi ini penyusun mengambil sumber datanya dari hukum Islam dan hukum positif, yaitu : a. Sumber primer Yaitu yang diperoleh dari sumber-sumber yang asli yang memuat segala keterangan yang berkaitan dengan penelitian ini, dengan data-data sebagai berikut : dari hukum Islam penyusun mengambil data dari al-Qur’an dan tafsirnya dan kitab-kitab fiqh qaidahqaidah fiqh dan usūl fiqh. Sedangkan dari hukum positif sumber data yang diambil dari KUHPidana dan KUHPerdata. 23 24 Sutrisno Hadi, Metodologi Reseat (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), hlm.9 Deskriftif berarti menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atu kelompok tertentu dan untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala/frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat. Analisis adalah jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan mengadakan perincian terhadap objek yang diteliti dengan jalan memilah-milah antara pengertian yang satu dengan yang lain untuk memperoleh kejelasan mengenai sesuatu. Sedangkan komparasi adalah usaha untuk membandingkan sifat hakiki dalam objek penelitian sehingga dapat menjadi lebih jelas dan lebih tajam. Dengan perbandingan itu kita dapat menentukan secara tegas persamaan dan perbedaan sesuatu dengan hakikat objek dapat dipahami dengan semakin murni. Sudarto, Metode Penelitian Filsafat (Jakarta: Grafindo Persada, 1996), hlm. 47-59 13 b. Sumber Skunder Yaitu yang diperoleh dari sumber yang memuat segala keterangan yang berkaitan dengan penelitian ini dari hukum Islam ialah Fiqh dan pendapat para ulama. Dan dari hukum positif adalah pendapat para ahli yang disusun dalam satu buku. 3. Analisis Data Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Analisis yang digunakan adalah berupa analisis deduktif, yaitu, menganalisis literatur-literatur yang bersifat umum, kemudian diolah untuk mendapatkan kesimpulan yang khusus. Penyusun juga menggunakan analisis komparatif, yaitu cara pengambilan data-data dengan cara membandingkan antara dua obyek atau lebih kemudian dicari mana data yang lebih kuat atau untuk kemungkinan dapat mencapai pengkompromiannya. 4. Pendekatan Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan Yuridis Normatif, yaitu pendekatan masalah dengan melihat dan membahas suatu permasalahan dengan menitik beratkan pada aspek-aspek yang berkaitan dengan hukum Islam, serta melihat dan membahas suatu permasalahan yang menitik beratkan pada aspek-aspek hukum positif, seperti KUHPidana dan KUHPerdata, dan juga dengan penerapan kaidah-kaidah hukum yaitu dalam mendekatkan masalah yang ada untuk mendukung mana yang kuat dan mencapai kemungkinan dalam mengkompromikannya. 14 F. Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan dalam membahas skripsi ini, maka penyusun membagi dalam sistematika pembahasan sebagai berikut : BAB I.Memuat Pendahuluan, bab ini mencakup latar belakang masalah, latar belakang masalah ini sangat dibutuhkan dalam penulisan karya ilmiah karena tanpa adanya latar belakang maslah tidak akan mungkin terumuskan pokok masalah. Perumusan masalah, ini dapat dirumuskan dari latar belakang masalah yang dibuat sehingga akan tampak lebih terperinci apa yang menjadi masalah pokok dalam tulisan karya ilmiah. Tujuan penelitian, dicantumkan agar dalam suatu karya ilmiah jelas apa maksud dan tujannya. Mamfaat penelitian, bertujuan untuk mengetahui apa manfaat dari ditulisnya karya ilmiah tersebut. Telaah pustaka, disajikan untuk mencari literatur yang membahas tentang suatu persoalan yang hampir sama untuk dijadikan bahan pentelaahan. Kerangka teori, dicamtumkan dalam karya Ilmiah agar supaya jelas teori apa yang diguanakan untuk menyeleaikan karya ilmiah tersebut. Metode penelitian bertujuan agar suatu penelitian terlaksana dengan terarah dan mencapai hasil yang maksimal, dan sistematika pembahasan digunakan untuk mensistematiskan suatu penbahasan. BAB II. Pada bab ini dibahas tinjauan umum tentang overmacht menurut hukum Islam yang meliputi pengertian dan batasan-batasan overmacht, syarat-syarat overmacht, pembahasan ini diperlukan untuk mengetahui lebih jelas pengertian overmacht secara hukum Islam, yang bertujuan untuk menggambarkan secara umum penegertian dan syarat syarat overmacht menurut hukum Islam.Unsur-unsur dan macam-macam overmacht, 15 serta akibat hukum perbuatan karena overmacht. Dibahas agar dapat memberikan gambaran yang berbeda tentang overmacht yang selama ini hanya dikenal dalam hukum positif saja dan nantinya pembahasan ini juga bertujuan untuk menjawab apa yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini BAB III. Memuat tinjauan umum tentang overmacht menurut hukum positif yang meliputi pengertian dan batasan-batasan overmacht, syarat-syarat overmacht, pembahasan ini sangat diperlukan agar dapat memperjelas apa yang dimaksud dengan overmacht itu sendiri, karena tanpa pembahasan ini tidak akan mengetahui apa yang sebenarnya dimaksud dengar overmacht. Unsur-unsur dan macam-macam overmacht, serta akibat hukum overmacht. Pembahasan ini dikaji agar dapat memberikan jawaban dari pokok masalah yang di cari dan agar dapat dikomparasikan dengan pandangan hukum Islam tentang ovemacht. BAB IV. Memuat tentang persamaan dan perbedaan overmacht menurut hukum positif dan hukum Islam yang dilihat dari segi unsur-unsur overmacht, prinsip-prinsip overmacht dan dari segi akibat hukum overmacht. Pembahsan ini sangat diperlukan agar dapat mengkomparasikan dari kedua hukum tersebut sehingga menghasilkan pengkompromian yang lebih jelas. BAB V. Penutup, bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang direncanakan dengan harapan semoga bisa terlaksana. 66 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah memperhatikan uraian dan penjelasan dalam skripsi ini, penyusun dapat mengambil kesimpulan sebagaimana yang termaktiub dalam tabel berikut : NO Pokok Masalah 1. Konsep adalah suatu perbuatan yang Ikrāh ialah suatu perbuatan overmacht dilakukan Menurut Hukum Positif seseorang Menurut Hukum Islam karena yang diperbuat oleh seseorang paksaan dari orang lain yang karena paksaan orang lain, apabila dilakukannya yang oleh karena itu hilang tidak akan membahayakan jiwanya, kerelaan si perbuat. Ikrāh jika yang pada konsepnya paksaan dikaitkan dengan hukum ini merupakan paksaan absolut positif sama dengan yang mana si perbuat tidak overmacht bisa dalam jenis hukum atau pidana karena paksaan atau melawan menghindarinya. dalam Overmacht overmacht ini termasuk dikarenakan yang timbul oleh paksaan overmacht yang terdapat dalam orang lain. Sedangkan darūrāt hukum pidana. Begitu juga adalah kebutuhan yang sangat konsep overmacht dalam mendesak dan sangat hukum perdata adalah suatu berbahaya apabila keadaan yang terjadi setelah dipenuhi, yang secara ialah bahwa dibuatnya persetujuan yang konsepnya tidak menghalangi seseorang yang darūrāt itu membolehkan halberkedudukan sebagai debitur hal yang dilarang karena ke untuk memenuhi prestasinya darūrāt annya. 67 2 Batasan-batasan Overmacht dalam Batasan overmacht menurut hukum Islam ialah suatu hukum positif khususnya paksaan (ikrāh) yang apabila dalam hukum pidana hanya suatu ancaman yang cukup mempengaruhi orang yang terbatas pada hal-hal paksaan berakal dan berpikiran sehat psikis, yang biarpun masih untuk mengerjakan apa yang dipaksakn kepadanya, serta juga dapat dilawan, tetapi dari timbul duagaan kuat pada bahwa ancaman orang yang dipaksa tidak dapat dirinya tersebut akan dikenakan pada melakukan perlawanan. Dalam dirinya apabila ia menolak apa hukum perdata hanya terbatas yang dipaksakan kepadanya. Inilah yang disebut dengan pada overmacht absolut yaitu Ikrāh bahwa dengan ancaman suatu keadaan yang semata-mata sudah cukup sebagai paksaan dan tidak diakibatkan bencana alam atau memerlukan kepada siksaan keadaan yang tidak disangka yang benar-benar menimpa baru dikatakan paksaan. sebelumnya. Dalam keadaan Batasanya ialah selama seperti ini seoarang yang paksaan itu tidak sampai menghilangkan nyawa orang berkedudukan sebagai debitur lain, maka perbuatan itu tidak tidak dikenakan beban ganti dikenakan hukuman, akan tetapi jika paksaan itu sampai rugi. Batasan seseorang dapat menghilangkan nyawa orang dikatakan mendapati keadaan lain maka perbuatan itu tetap dihukum. Begitu juga batasan memaksa ini apabila semua overmacht dalam arti batasan orang yang berkedudukan ad-darūrāt dalam hukum Islam batasannya hanya sebagai debitur tidak dapat terletak dalam hal makanan minuman. Semua memenuhi kewajibannya untuk dan makanan yang haram dapat memeuhi prestasinya menjadi halal dalam keadaan darūrāt dengan batasan hanya sekedar cukup untuk menghilangkan rasa lapar dan haus saja. Jika rasa lapar dan haus itu sudah hilang maka kehalalan makanan itu juga ikut hilang. Batasan overmacht 68 Persamaan 3. Persamaan & Pebedaan Overmacht menurut Hukum Positif dan Hukum Islam Perbedaan Ikrāh juga ad-darūrāt dalam Perbedaan Overmacht dalam hukum positif dan hukum hukum Islam dan daya paksa Islam, terdapat dalam hal dan minuman. juga keadaan memaksa dalam makanan Syari’at Islam menganggap hukum positif terdapat overmacht sebagai faktor yang dilakukannya persamaanya yaitu, seseorang membolehkan perbuatan - perbuatan yang yang dalam keadaan itu dilarang. Maka hukum positif dibebaskan dari hukuman, tidak menganggap overmacht sebagai faktor yang tuntutan, ganti rugi, ataupun menghapuskan hukumannya dosa karena adanya overmacht. saja. Tetapi juga sebagai alasan pemaaf, sebab orang yang melakukan itu karena overmacht dapat dimaafkan tetapi perbuatannya tetap dilarang. B. Saran-saran 1. Overmacht ini merupakan kajian yang sangat penting untuk diajarkan, maka dari itu hendaknya para dosen fakultas syariah agar mengajarkan tentang overmacht ini di dalam kelas. karena bahasan pelajaran hukum difakultas syariah hanya sekedar pengertian hukum pidana maupun perdata, ruang lingkup dan lain-lain tetapi belum samapi kepada materi tentang overmacht. 2. Jika terjadi dalam persidangan tentang Overmacht ini hendaknya para hakim dapat meneliti sejauh mana perbuatan itu sehingga bisa dikatakan Overmacht. 69 DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an dan Tafsir Depertemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjamahnya, Bandung: JART, 2005. Fiqh/ usūl fiqh/Hukum Dahlan, Abdul Azis, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001. 6 Jilid Mudjib, Abdul, Kaidah-kaidah Ilmu Fiqh, Jakarta : Kalam Mulia, 2001 Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perdata Indonesia, Bandung : Citra Aditya bakti, 2000. Hanafi, Ahmad, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 2005 Ifana, Alfa Daya Paksa Dalam Persepektif Hukum Positif dan Hukum Islam, Skripsi Sarjana tidak diterbitkan, Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga, 1999 ِAl-Baihaqi, Ma'rifat as-Sunan wa al-āsār, Bairut : Dar-al-Kutub, 1999. Syarifuddin, Amir, Ushul FiqhI, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1977 As-Suyuti, Al-Asbāh wa an-Na zāir, Semarang : Toha Putra t.t. 70 Ulfah, Andriani, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Overmacht Pada Sewa Menyewa dan Akibtnya Dalam hukum Perdata, skipsi Sarjana tidak diterbitkan, yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga, 1997. Sabiq As-Sayyid, Fiqh sunnah, alih bahasa Moh Thalib, (Semarang: Toha Putra,tt) Nikmatu Zahkotin, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Overmacht Dalam Perjanjian Pemborongan, Skripsi Fakultas Syariah tidak diterbitkan, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004 Usman, Muhlish, Kaidah-kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1993 Zahroh, Muhammad Abu, Ushul Fiqh, Jakarta : Pustaka Firdaus, 1994 Biek, M. Khudory, Ushul Fiqh, t.t.p : Almaktabatut Tijjariyatul Kubro, 1996 Rokamah, Ridho, Al-Qawa'id Al-Fiqhiyah, Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2007 Mahmasani, Sobhi, Filsafat Hukum Dalam Islam, Alih bahasa, Sudjono, Ahmad, bandung : PT al-Maarif, 1975. Sahetapy, J.E, Hukum Pidana, Yogyakarta : Liberty, 1995 Satrio, J, Hukum Perikatan, perikatan Pada Umumnya, Bandung : Alumni, 1999 71 Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung : Sinar Baru, cet. Ke-2, 1990 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta : Rineka Cipta, 2002 Prodjodikoro, R. Wirjono, Azas-azas Hukum Perdata, Bandung : Sumur, 1976 HS, Salim, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Jakarta : Sinar Grafika, 2002 Lain-lain Hamzah, Andi, Kamus Hukum, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1986. Hamzah, Andi, KUHP & KUHAP, Jakarta : Rineka Cipta, 2003. Hadi, Sutrisno, Metodologi reseat, Yogyakarta : Andi Offset, 1990. Soesilo, R. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Serta Komentar-komentarnya pasal demi pasal, Bogor : Politeia, t.t Sujowasito, S, Kamus Umum Belanda Indonesia, Jakarta :Ikhtiaar Baru Van Hoevo, 1990. Subekti, Raden, dan Tjirosdibio, Raden, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta : PT Pradnya Paramita, 1989. Lampiran I TERJAMAHAN No Hlm Foot Note Terjamahan 01 03 07 02 08 13 Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa memakannya sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 03 10 18 04 16 25 05 06 17 18 27 29 07 18 30 08 18 31 09 19 33 10 20 35 11 12 20 21 36 41 13 23 43 14 23 44 "Kemudaratan harus dihilangkan". Kemudaratan itu membolehkan hal-hal yang dilarang". "Kesulitan mendatangkan kemudahan". BAB II Darurat samapainya seseorang pada batas ketika ia tidak memakan (melakukan) yang dilarang ia akan binasa (mati) atau mendekati binasa ""Kemudaratan tu membolehkan hal-hal yang dilarang". Tiada keharaman bagi darurat dan tiada kemakruhan bagi kebutuhan. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa memakannya sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Maka barang siapa terpaksa Karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Apa yang dibolehkan karena darurat diukur sekedar kedaruratannya saja. Apa yang diizinkan karena adanya uzur, maka keizinan itu hilang mana kala uzurnya hilang Kemudaratan tidak boleh dihilangkan dengan Kemudaratan lagi Paksaan adalah keadaan tertutup (terdesak) karena orang yang dipaksa keadaannya segala sesuatunya tertutup atau terdesak Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa memakannya sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu Telah mendapat petunjuk Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, Maka dia akan menerangkan kepadamu apa yang BAB I Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa memakannya sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. I 15 23 45 16 31 59 17 32 61 18 58 104 Telah kamu kerjakan. Katakanlah: "Tiadalah Aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi. Karena Sesungguhnya semua itu kotor, atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha penyayang". Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu Karena takut kemiskinan, kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya melainkan dengan sesuatu sebab yang benar demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahaminya Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa memakannya sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. BAB IV Apabila kedua mafsadah bertentangan, maka perhatikanlah mana yang lebih besar mudaratnya dengan mengerjakan yang lebih ringan mudaratnya II Lampiran II BIOGRAFI ULAMA Imam Syafi'i Imam Syafi’i bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Idris As Syafi’i, lahir di Gaza, Palestina pada tahun 150 Hijriah (767-820 M), berasal dari keturunan bangsawan Qurays dan masih keluarga jauh rasulullah SAW. dari ayahnya, garis keturunannya bertemu di Abdul Manaf (kakek ketiga rasulullah) dan dari ibunya masih merupakan cicit Ali bin Abi Thalib r.a. Semasa dalam kandungan, kedua orang tuanya meninggalkan Mekkah menuju palestina, setibanya di Gaza, ayahnya jatuh sakit dan berpulang ke rahmatullah, kemudian beliau diasuh dan dibesarkan oleh ibunya dalam kondisi yang sangat prihatin dan seba kekurangan, pada usia 2 tahun, ia bersama ibunya kembali ke mekkah dan di kota inilah Imam Syafi’i mendapat pengasuhan dari ibu dan keluarganya secara lebih intensif. Saat berusia 9 tahun, beliau telah menghafal seluruh ayat Al Quran dengan lancar bahkan beliau sempat 16 kali khatam Al Quran dalam perjalanannya dari Mekkah menuju Madinah. Setahun kemudian, kitab Al Muwatha’ karangan imam malik yang berisikan 1.720 hadis pilihan juga dihafalnya di luar kepala, Imam Syafi’i juga menekuni bahasa dan sastra Arab di dusun badui bani hundail selama beberapa tahun, kemudian beliau kembali ke Mekkah dan belajar fiqh dari seorang ulama besar yang juga mufti kota Mekkah pada saat itu yaitu Imam Muslim bin Khalid Azzanni. Kecerdasannya inilah yang membuat dirinya dalam usia yang sangat muda (15 tahun) III telah duduk di kursi mufti kota Mekkah, namun demikian Imam Syafi’i belum merasa puas menuntut ilmu karena semakin dalam beliau menekuni suatu ilmu, semakin banyak yang belum beliau mengerti, sehingga tidak mengherankan bila guru Imam Syafi’i begitu banyak jumlahnya sama dengan banyaknya para muridnya. Imam Hanafi Imam Abu Hanifah yang dikenal dengan dengan sebutan Imam Hanafi bernama asli Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit Al Kufi, lahir di Irak pada tahun 80 Hijriah (699 M), pada masa kekhalifahan Bani Umayyah Abdul Malik bin Marwan. Beliau digelari Abu Hanifah (suci dan lurus) karena kesungguhannya dalam beribadah sejak masa kecilnya, berakhlak mulia serta menjauhi perbuatan dosa dan keji. dan mazhab fiqhinya dinamakan Mazhab Hanafi. Disamping kesungguhannya dalam menuntut ilmu fiqh, beliau juga mendalami ilmu tafsir, hadis, bahasa arab dan ilmu hikmah, yang telah mengantarkannya sebagai ahli fiqh, dan keahliannya itu diakui oleh ulama ulama di zamannya, seperti Imam hammad bin Abi Sulaiman yang mempercayakannya untuk memberi fatwa dan pelajaran fiqh kepada murid muridnya. Keahliannya tersebut bahkan dipuji oleh Imam Syafi’i ” Abu Hanifah adalah bapak dan pemuka seluruh ulama fiqh “. karena kepeduliannya yang sangat besar terhadap hukum islam, Imam Hanafi kemudian mendirikan sebuah lembaga yang di dalamnya berkecimpung para ahli fiqh untuk bermusyawarah tentang hukum hukum islam serta menetapkan hukum hukumnya dalam bentuk tulisan sebagai perundang undangan dan beliau sendiri yang mengetuai lembaga tersebut. Jumlah hukum yang telah disusun oleh lembaga tersebut berkisar 83 ribu, 38 ribu diantaranya berkaitan dengan urusan agama dan 45 ribu lainnya mengenai urusan dunia. IV Imam Hanbali Beliau adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin ‘Auf bin Qasith bin Mazin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa‘labah adz-Dzuhli asy-Syaibaniy. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada diri Nizar bin Ma‘d bin ‘Adnan. Yang berarti bertemu nasab pula dengan nabi Ibrahim. Imam Ahmad tumbuh dewasa sebagai seorang anak yatim. Ibunya, Shafiyyah binti Maimunah binti ‘Abdul Malik asySyaibaniy, berperan penuh dalam mendidik dan membesarkan beliau. Beliau mendapatkan pendidikannya yang pertama di kota Baghdad. Saat itu, kota Bagdad telah menjadi pusat peradaban dunia Islam, yang penuh dengan manusia yang berbeda asalnya dan beragam kebudayaannya, serta penuh dengan beragam jenis ilmu pengetahuan. Di sana tinggal para qari’, ahli hadits, para sufi, ahli bahasa, filosof, dan sebagainya. Setamatnya menghafal Alquran dan mempelajari ilmu-ilmu bahasa Arab di al-Kuttab saat berumur 14 tahun, beliau melanjutkan pendidikannya ke ad-Diwan. Beliau terus menuntut ilmu dengan penuh azzam yang tinggi dan tidak mudah goyah. Imam Ahmad tertarik untuk menulis hadits pada tahun 179 saat berumur 16 tahun. Beliau terus berada di kota Baghdad mengambil hadits dari syaikh-syaikh hadits kota itu hingga tahun 186. Beliau melakukan mulazamah kepada syaikhnya, Hasyim bin Basyir bin Abu Hazim al-Wasithiy Pada tahun 186, beliau mulai melakukan perjalanan (mencari hadits) ke Bashrah lalu ke negeri Hijaz, Yaman, dan selainnya. Tokoh yang paling menonjol yang beliau temui dan mengambil ilmu V darinya selama perjalanannya ke Hijaz dan selama tinggal di sana adalah Imam Syafi‘i. Beliau banyak mengambil hadits dan faedah ilmu darinya. Imam Syafi‘i sendiri amat memuliakan diri beliau dan terkadang menjadikan beliau rujukan dalam mengenal keshahihan sebuah hadits. Ulama lain yang menjadi sumber beliau mengambil ilmu adalah Sufyan bin ‘Uyainah, Ismail bin ‘Ulayyah, Waki‘ bin alJarrah, Yahya al-Qaththan, Yazid bin Harun, dan lain-lain. Imam Malik Nama lengkap Malik bin Anas bin Malik bin Abu ‘Amir bin ‘Amr bin Al Harits bin Ghaiman bin Khutsail bin ‘Amr bin Al Harits Al Himyari Al Ashbahi Al Madani. Beliau diberi gelar Syaikhul Islam, Hujjatul Ummah, Mufti Al Haramain (Mufti dua tanah suci) dan Imam Daarul Hijrah. Ayah beliau, Anas adalah seorang ulama besar dari kalangan Tabi’in. Ibu beliau bernama ‘Aliyah bintu Syariik Al Adziyyah. Paman-paman beliau bernama Abu Suhail Nafi’, Uwais, Ar Rabi’, An Nadhar, semuanya putra Abu ‘Amr. Imam Malik tumbuh dalam suasana yang penuh pengawasan dan perhatian kedua orang tuanya, serba berkecukupan, dan beliau memiliki ketabahan hati yang luar biasa. Beliau berperawakan tinggi besar, berambut putih (beruban) dan berjenggot putih lebat. Beliau berwajah tampan dan kulit beliau putih bersih dengan mata jernih kebiru-biruan. Beliau suka sekali memakai baju putih dan beliau selali memakai pakaian yang bersih. VI Lampiran III CURICULUM VITAE Nama : Hardianto Siagian Tempat/tanggal lahir : 09 Mei 1988 Alamat asal : Tanjung Balai, Sumatera Utara Alamat Jogja : Blok O. Dusun wonocatur rt/rw 12/26. No: 167 Nama Orang Tua Ayah : Nurhalim Siagian Ibu : Sularmi PENDIDIKAN FORMAL 1. SD Negeri 130012 Tanjungbalai, Sumatera Utara (1994-2000) 2. Mts Daar Al-Uluum Kab. Asahan, Sumatera Utara (2000-2003) 3. MAK Daar Al-Uluum Kab. Asahan, Sumatera Utara (2003-2006) 4. Fakultas Syariah UIN Sunan kalijaga, Yogyakarta (2006 sampai sekarang) PENGALAMAN ORGANISASI 1. Ketua Organisasi Pelajar Daar Al-Uluum (OPDU) (2005-2006) 2. Kabid PTKM HMI Komsat Syari'ah (2008-2009) 3. Anggota Senat Mahasiswa Fakultas Syari'ah UIN SUKA (2009 sampai sekarang) 4. Ketua Ikatan Mahasiswa Tanjungbalai (IMTA-Jogja) VII (2007 samapai sekarang)