cover me - Digital Library UIN Sunan Kalijaga

advertisement
OVERMACHT MENURUT HUKUM POSITIF
DAN HUKUM ISLAM
SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI'AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
GUNA MEMPEROLEH ENUHI GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM
BIDANG ILMU HUKUM ISLAM
OLEH:
HARDIANTO SIAGIAN
NIM. 06360011
DOSEN PEMBIMBING:
BUDI RUHIATUDIN, SH.,M.Hum
SRI WAHYUNI, S.Ag., M.Ag., M.Hum
PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2010
ABSTRAK
Ada seorang pengemudi mobil, si A, berjumpa dengan mobil lain, yang
dikemudikan si B, yang dari sebab apa pun juga menjalankan mobilnya sedemikian
rupa, sehingga bagi si A hanya ada dua jalan, yaitu menabrak pohon yang berada di
tepi jalan, atau menabrak si B, dan si A berpikir, ia ada lebih kemungkinan akan
mati, kalau menabrak pohon dari pada kalau menabrak si B, maka ia menabrak
mobil si B dengan akibat, bahwa mobil si B menjadi rusak dan si B mendapat
kerugian. Apakah ini merupakan perbuatan yang dibenarkan, atau apakah ini
termasuk dari overmacht.
Dalam skripsi ini penyusun akan melakukan penelitian yang berkaitan
dengan masalah overmacht ini yang ditinjau dari hukum positif dan hukum Islam.
Dikarenakan kajian ini merupakan penelitian pustaka, sedangkan sifat penelitiannya
adalah deskriftif-analisis-komparatif, maka penelitian ini mengunakan pendekatan
Yuridis Normatif, yaitu mendekatan masalah dengan melihat dan membahas suatu
permasalahan dengan menitik beratkan pada aspek-aspek yang berkaitan dengan
hukum Islam, serta melihat dan membahas suatu permasalahan yang menitik
beratkan pada aspek-aspek hukum positif.
Berdasarkan metode yang digunakan dalam menganalisis kedua hukum
tersebut yaitu hukum positif dan hukum Islam, maka dapat disimpulkan bahwa
hukum positif dan hukum Islam menawarkan konsep yang berbeda. Perbedaan ini
semua tidak terlepas dari latar belakang pembentukan hukum itu sendiri. Akan tetapi
pengertian overmacht menurut kedua hukum ini tetap sama yaitu suatu keadaan
diluar kekuasaan manusia, atau suatu perbuatan yang memaksa atau memaksakan
orang lain berbuat sesuatu yang tidak disenanginya baik perkataan maupun
perbuatan dengan ancaman hendak dibunuh, dianiaya, dipenjara, dirusak hartanya
dan disiksa.
ii
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
FM-UINSK-BM-05-07/R0
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Hal
: Skripsi Saudara Hardianto Siagian
Lamp : KepadaYth.
Dekan Fakultas Syari’ah
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Di Yogyakarta
Assalamu’alaikum wr. wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa skripsi Saudara:
Nama
: Hardianto Siagian
NIM
: 06360011
Judul Skripsi : overmacht Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam
Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah Jurusan/Program Studi
Perbandingan Mazhab dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Hukum Islam.
Dengan ini kami mengharap agar skripsi/tugas akhir Saudara tersebut di atas
dapat segera dimunaqosyahkan. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 15 Rabî-al-awwal 1430 H
01 Maret 2010 M
iii
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
FM-UINSK-BM-05-07/R0
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Hal
: Skripsi Saudara Hardianto Siagian
Lamp : KepadaYth.
Dekan Fakultas Syari’ah
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Di Yogyakarta
Assalamu’alaikum wr. wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa skripsi Saudara:
Nama
: Hardianto Siagian
NIM
: 06360011
Judul Skripsi : Overmacht Menurut Hukm Positif dan Hukum Islam
Sudah dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah Jurusan/ Program Studi
Perbandingan Mazhab dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Hukum Islam.
Dengan ini kami mengharap agar skripsi/ tugas akhir Saudara tersebut di atas
dapat segera dimunaqosyahkan. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
iv
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
FMFM-UINSKUINSK-BM 0505-7/RO
PENGESAHAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Nomor: UIN.02/ K.JS.SKR/ PP. 00.92/
/ 2010
Skripsi/Tugas Akhir dengan judul: Overmacht Menurut Hukum Positif dan Hukum
islam
Yang telah dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama
: Hardianto Siagian
NIM
: 06360011
Telah dimunaqasyahkan pada
: 10 Maret 2010
Nilai Munaqasyah
: A-
Dan dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga
v
MOTTO
‫اورات ارات‬
Keadaan yang memaksa itu
membolehkan hal-hal yang dilarang
vi
PERSEMBAHAN
Untuk yang telah terus dan tanpa henti selalu membekaliku dengan tumpahan
keringat, doa dan harapan serta cinta dan kasih sayang yang penuh
ikhlas dan penuh makna ku persembahakan karya ini
sebagai ungkapan cinta untuk;
Ayahanda Nurhalim
Nurhalim Siagian dan Ibundaku Tersayang Sularmi yang tidak pernah lelah
menjaga, memberikan keikhlasan kasih sayang dan doa.
Untuk yang sabar menantiku Istriku tercinta Nursatiyah Situmorang SHI dan
Anankku tersayang Nur Raihan Siagian maafkan Ayah yang terlalu lama
meninggalkanmu
Untuk semangat hidupku, kakak dan Abangku Deliana siagian & Melyuzar nasution
yang selalu menyemangatiku agar selalu semangat dan senantiasa sehat selalu, dan buat
adik-adiku Ariana Siagian & Saipul,
Saipul juga adikku Parlin siagiagian juga Adelia Siagian
yang selalu mendukungku
Saudara-saudaraku yang selalu mengharapkan aku agar kelak aku menjadi orang yang
berguna bagi keluarga.
Sahabat-sahabatku Kelas PMH 2006. yang penuh dengan keakraban selalu menemani
hari-hariku dan saling berbagi dengan ketulusan memberikan semangat, terima kasih
sobat … semoga persaudaraan ini sampai akhir hayat.
Kawan-kawaku dari Ikatan Mahasiswa Tanjungbalai IMTAIMTA-JOGJA yang tidak
mungkin kusebutkan satu persatu,, terima kasih atas kepercayaan kaliaan terhadapku
Teman-teman HMI ku, terima kasih atas inspirasi yang kalian berikan
Pada al-Mamater tercinta Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
vii
KATA PENGANTAR
‫ﺣﻴﻢ‬‫ﲪﻦﺍﻟﺮ‬‫ﺑﺴﻢﺍﷲﺍﻟﺮ‬
‫ﻼﺓ‬‫ ﻭﺍﻟﺼ‬،‫ ﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻻ ﺍﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﷲ ﻭﺃﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﳏﻤﺪﺍ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ‬،‫ﺍﳊﻤﺪ ﷲ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﳌﲔ‬
‫ﺮ‬‫ﺪﻭﻋﻠﻰﺁﻟﻪﻭﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﺃﲨﻌﲔﺭﺏﺍﺷﺮﺡﱄﺻﺪﺭﻱﻭﻳﺴ‬‫ﺪﻧﺎﳏﻤ‬‫ﻼﻡﻋﻠﻰﺳﻴ‬‫ﻭﺍﻟﺴ‬
:‫ﺃﻣﺎ ﺑﻌﺪ‬،‫ﱄﺃﻣﺮﻱﻭﺍﺣﻠﻞﻋﻘﺪﺓﻣﻦﻟﹼﺴﺎﱐﻳﻔﻘﻬﻮﺍﻗﻮﱄ‬
Puji syukur selayaknya penyusun panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan
semesta alam, yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang menguasai hari
pembalasan dan hanya kepada-Nya manusia menyembah dan meminta pertolongan,
yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan taufiq-Nya, sehingga Penyusun
dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Salawat dan salam tidak lupa Penyusun
haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad Saw, melalui ajaran-ajarannya
manusia dapat berjalan di atas kebenaran yang penuh dengan Islam dan Iman.
Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, akhirnya penyusunan skripsi
ini dapat juga terselesaikan. Banyak pihak, baik langsung maupun tidak, telah
membantu dalam penyelesian skripsi yang mengambil judul: “Overmacht Menurut
Hukum Positif dan Hukum Islam.
Selanjutnya dengan selesainya skripsi ini, sebagai rasa takzim, ijinkanlah
Penyusun untuk mengucapkan rasa terima kasih yang tidak terhingga, kepada:
1. Bapak Prof. Drs. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syari’ah
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Bapak Budi Ruhiatudin, SH.,M.Hum selaku Pembimbing I, yang dengan penuh
kesabaran bersedia mengoreksi secara teliti seluruh isi tulisan yang mulanya
viii
‘semrawut’ ini, sehingga menjadi lebih layak dan berarti. Semoga kemudahan
dan keberkahan selalu menyertai beliau dan keluarganya.
3. Ibu Sri Wahyuni, S.Ag., M.Ag., M.Hum selaku Pembimbing II, atas arahan dan
nasehat yang diberikan, di sela-sela kesibukan waktunya, membaca, mengoreksi
dan memberikan arahan, sehingga dapat terlesaikannya penyusunan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh civitas akademika Fakultas Syari’ah UIN
Sunan Kalijaga sebagai tempat interaksi Penyusun selama menjalani studi di
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
5. Ayahanda tercinta Nurhalim Siagian dan Ibundaku tersayang Sularmi yang
dalam situasi apa pun tidak pernah lelah dan berhenti mengalirkan rasa cinta dan
kasih sayang, doa dan dana buat Penyusun.
6. Istri dan anakku tercinta yang merelakan aku untuk meninggalkan mereka hanya
untuk menyusun skripsi ini semoga karya kecil ini menjadi pengikat hubungan
kasih kita selamanya
7. Untuk Teman-teman seperjuangan Di Ikatan Mahasiswa
Tanjungbalai
terimaksih atas kepercayaan kalian terhadapku.
8. Teman-teman HMI terimakasih atas inspirasinya. Juga teman-teman PMH
seangkatanku terima kasih atas kekompakan dan semangat kita bersama.
Akhirnya, Penyusun sadar bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, dan atas semua kekurangan di dalamnya, baik dalam pemilihan
bahasa, teknik penyusunan dan analisisnya, sudah tentu menjadi tanggung jawab
penyusun sendiri. Karena itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan
dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan karya ilmiah ini, juga untuk penelitian-
ix
penelitian selanjutnya. Penyusun berharap, skripsi ini dapat bermanfaat, baik bagi
Penyusun maupun para masyarakat pembaca serta dapat menjadi khasanah dalam
ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu hukum Islam. Atas semua bantuan
yang diberikan kepada Penyusun, semoga Allah SWT. memberikan balasan yang
selayaknya. Amin.
Yogyakarta,15 Rabî-al-awwal 1431H
01 Maret 2010
Penyusun
Hardianto Siagian
NIM. 06360011
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi huruf-huruf Arab yang dipakai dalam penyusunan Skripsi ini
berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Republik
Indonesia
Nomor:
158/1987
0543b/U/1987.
A. Konsonan Tunggal
Huruf
Arab
Nama
Huruf Latin
Nama
‫ا‬
Alif
Tidak dilambangkan
Tidak dilambangkan
‫ب‬
ba’
b
be
‫ت‬
ta’
t
te
‫ث‬
sa’
ׁs
es (dengan titik di atas)
‫ج‬
jim
j
je
‫ح‬
ha’
h
ha (dengan titik di bawah)
‫خ‬
kha
kh
ka dan ha
‫د‬
dal
d
de
‫ذ‬
Ŝal
Ŝ
zet (dengan titik di atas)
‫ر‬
ra’
r
er
‫ز‬
zai
z
zet
‫س‬
sin
s
es
‫ش‬
syin
sy
es dan ye
‫ص‬
sad
s
es (dengan titik di bawah)
‫ض‬
dad
d
de (dengan titik di bawah)
‫ط‬
ta
t
te (dengan titik di bawah)
‫ظ‬
za
z
zet (dengan titik di bawah)
xi
dan
‫ع‬
‘ain
`
koma terbalik
‫غ‬
gain
g
ge
‫ف‬
fa
f
ef
‫ق‬
qaf
q
qi
‫ك‬
kaf
k
ka
‫ل‬
lam
l
‘el
‫م‬
mim
m
‘em
‫ن‬
nun
n
‘en
‫و‬
waw
w
w
ha’
h
ha
‫ء‬
hamzah
'
apostrof
‫ي‬
ya
Y
ye
B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis Rangkap
‫"! دة‬
ditulis
Muta`addidah
‫ّة‬$
ditulis
`iddah
C. Ta’ marbutah di Akhir Kata ditulis h
%&'(
ditulis
Hikmah
%)$
ditulis
`illah
‫*ء‬+,‫و‬-‫ ا‬%"‫ا‬/‫آ‬
ditulis
Karāmah al-auliyā'
/12,‫زآ*ة ا‬
ditulis
Zakāh al-fitri
xii
D. Vokal Pendek
__َ___
fathah
ditulis
a
ditulis
fa`ala
ditulis
i
ditulis
Ŝukira
ditulis
u
ditulis
yaŜhabu
Fathah + alif
ditulis
ā
‫ه‬
ditulis
jāhiliyyah
Fathah + ya’ mati
ditulis
ā
ditulis
tansā
Kasrah + ya’ mati
ditulis
i
‫آ‬
ditulis
karim
Dammah + wawu mati
ditulis
ū
‫"وض‬
ditulis
furūd
Fathah + ya’ mati
ditulis
ai
#$
ditulis
bainakum
Fathah + wawu mati
ditulis
au
‫&ل‬
ditulis
qaul
45
_____
kasrah
ِ
/‫ذآ‬
___ُ__
dammah
9‫<;ه‬
E. Vokal Panjang
1
2
3
4
F. Vokal Rangkap
1
2
xiii
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan
Apostrof
=!>‫اا‬
ditulis
a'antum
‫ّت‬$‫ا‬
ditulis
u`iddat
=B/'? @A,
ditulis
la'in syakartum
H. Kata Sandang Alif + Lam
Diikuti huruf Qamariyyah maupun Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan
huruf "al".
‫ان‬/C,‫ا‬
ditulis
al-Qur'ān
‫*س‬+C,‫ا‬
ditulis
al-Qiyās
‫&*ء‬D,‫ا‬
ditulis
al-Samā'
E&F,‫ا‬
ditulis
al-Syam
I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
Ditulis menurut penulisannya.
‫وض‬/2,‫ذوى ا‬
ditulis
Ŝawi al-furūd
%HD,‫ ا‬4‫اه‬
ditulis
ahl al-sunnah
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................
i
ABSTRAK ............................................................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................................................
iii
PENGESAHAN .....................................................................................................
v
MOTTO .................................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN..................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
viii
TRANSLITERASI ARAB-LATIN .......................................................................
xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xvii
BAB III : PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................
1
B. Pokok Masalah .................................................................................
4
C. Tujuan Penelitian.............................................................................
5
D. Mamfaat Penelitian..........................................................................
5
E. Telaah Pustaka .................................................................................
6
F. Kerangka Teoretik ............................................................................
8
G. Metode Penelitian.............................................................................
11
H. Sistematika Pembahasan ..................................................................
13
BAB II. GAMBARAN UMUM TENTANG OVERMACHT MENURUT
HUKUM ISLAM
A. Pengertian dan Batasan Overmacht Menurut Hukum Islam............
16
1. Pengertian Al-darūrāt......................................................................
16
2. Pengertian Ikrāh..............................................................................
21
3. Batasan Al-darūrāt dan Ikrāh.........................................................
24
B. Syarat-syarat overmacht Dalam Islam……....................................................
25
1. Syarat-syarat Al-darūrāt..................................................................
25
xv
2. Syarat-syarat Ikrāh...........................................................................
26
C. Unsur-unsur overmacht Dalam Islam……................……………….……....
27
1. Unsur-unsur Al-darūrāt..................................................................
27
2. Unsur-unsur Ikrāh...........................................................................
28
D. Macam-macam Overmacht Dalam Islam......................................................
29
E. Akibat Overmacht Menurut Hukum Islam....................................................
33
BAB III. GAMBARAN UMUM TENTANG OVERMACHT MENURUT
HUKUM POSITIF
A. Pengertian dan Batasan Overmacht menurut hukum Positif…...…
….......
37
1..Pengertian Overmacht dalam hukum Pidana.................................
37
2. Pengertian Overmacht dalam hukum Perdata................................
39
3. Batasan overmacht menurut hukum positif...................................
41
B. Syarat-syarat overmacht Menurut Hukum Positif……………….…............
41
C. Unsur-unsur Overmacht Menurut Hukum Positif……….............................
42
1. Unsur-unsur Overmacht dalam hukum pidana..............................
42
2. unsur-unsur Overmacht dalam hukum Perdata..............................
43
D. Macam-macam Overmacht Menurut Hukum Positif....................................
45
1. Macam-macam Overmacht dalam hukum pidana........................
45
2. Macam-macam Overmacht dalam hukum dalam hukum perdata.
48
E. Akibat hukum Overmacht Menurut Hukum positif. ……….........……........
53
1. Menurut Hukum Pidana.................................................................
53
2. Menurut Hukum perdata................................................................
55
xvi
BAB IV. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN OVERMACHT
MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
A. Unsur-unsur Overmacht...............................................................................
57
B. Akibat Hukum dari Overmacht....................................................................
61
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………...............
66
B. Saran-saran ……………………………………………………...................
68
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
69
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Terjemahan ………………………………………………………..............
I
B. Biografi Ulama ….………………………………………………..............
III
C. Biodata Penyusun……………………………………………………........
VI
xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Tiap-tiap bangsa memiliki hukumnya sendiri, seperti terhadap bahasa dikenal tata
bahasa, demikian juga terhadap hukum dikenal juga tata hukum. Tiap-tiap bangsa
mempunyai tata hukumnya sendiri. Perbuatan atau tindakan manakah yang menurut
hukum, dan manakah yang melawan hukum, bagaimanakah kedudukan seseorang dalam
masyarakat,
apakah
kewajiban-kewajiban
dan
wewenang-wewenangnya.
Semua
pertanyaan itu akan terjawab menurut tata hukum masing-masing negara.
Dalam KUHPidana terdapat suatu aturan yang dapat meringankan atau bahkan
menghapuskan sanksi bagi pelaku tindak pidana dikarenakan pengaruh overmacht,
sebagai misal, seseorang penyimpan berangkas uang suatu perusahaan, dipaksa oleh
sekelompok orang jahat untuk menyerahkan uang tersebut kepada mereka, sehingga ia
memberikan uang itu lantaran takut akan dibunuh. Menghilangkan uang perusahaan
adalah merupakan tindak pidana, tetapi dalam situasi seperti ini perbuatan tersebut tidak
dihukum karena pengaruh overmacht. Hal ini terdapat dalam KUHPidana Pasal 48,
“Barang siapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa, tidak dipidana”.1
Hukum pidana memberikan pengertian tentang Overmacht yaitu kekuatan atau daya yang
lebih besar.2 Menurut bunyi Pasal 48, daya paksa (overmacht) menjadi dasar peniadaan
1
Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, cet ke-10, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), hlm. 25
2
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 139
2
hukuman. Akan tetapi pasal tersebut tidak memberikan pengertian dan penjelasan tentang
overmacht itu sendiri. Pengertian dan penjelasan tersebut diberikan oleh sarjana-sarjana
hukum. Sama halnya juga dalam KUHPerdata pengaruh overmacht juga tercamtum
dalam pasal-pasal tertentu seperti dalam Pasal 1237, perjanjian sepihak, Pasal 1460
perjanjian jual beli, Pasal 1545, perjanjian tukar-menukar, Pasal 1553, perjanjian sewamenyewa. Yang karena itu pihak-pihak bebas memperjanjikan tanggung jawab itu dalam
perjanjian yang mereka buat, apabila terjadi overmacht.3
Overmacht berasal dari bahasa Belanda yang berarti keadaan yang merajalela dan
menyebabkan orang tidak dapat menjalankan tugasnya.4 Dalam kamus hukum overmacht
mempunyai arti keadaan memaksa, yaitu keadaan yang mengahalangi penunaian
perikatan yang membebaskan seseorang dari kewajiban mengganti biaya, kerugian dan
bunga.5
Dalam arti luas overmacht berarti suatu keadaan di luar kekuasaan manusia yang
mengakibatkan salah satu pihak dalam perjanjian tidak dapat memenuhi prestasinya. Jadi
pada overmacht ini tidak ada kesalahan dari pihak yang tidak memenuhi prestasinya,
sehingga menyebabkan suatu hak atau suatu kewajiban dalam suatu perhubungan hukum
tidak dapat dilaksanakan.
3
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, cet ke-3, ( Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2000), hlm. 207
4
S. Wujowasito, kamus Umum Belanda Indonesia, (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru-van Hoevo, 1990),
hlm. 478.
5
Andi Hamzah, Kamus Hukum (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), hlm. 425
3
Dalam Islam istilah overmacht dikenal dengan istilah al-darūrāt dan ikrāh yang
diberi arti merusak atau memberi mudārāt, keadaan sangat merusak atau sangat
memaksa, kebutuhan yang amat mendesak dan amat berbahaya apabila tidak terpenuhi.6
Keadaan
memaksa
ini
misalnya
ganguan
yang
menggunakan
kewajiban
pertanggungjawaban hukum. Seperti alasan hukum yang membebaskan seseorang dari
kewajiban hukum, anak di bawah umur, sakit ingatan, paksaan kelalaian dan
ketidaktahuan. Termasuk juga dalam keadaan tersebut adalah memindahkan karena
kesukaran dan penderitaan misalnya orang yang berhutang ternyata dalam keadaan
sempit untuk membayar hutangnya juga boleh menunda hutangnya dari waktu yang
disanggupkan sampai keadaan leluasa.7 Dasar hukum overmacht menurut hukum Islam
ialah
8
ΟŠm‘ ‘θî !$# β) µ‹=ã ΝO) ξù Š$ã ωρ ø$/ Žî ÜÊ# ϑù
Lalu apa sebenarnya overmacht itu? Apakah overmacht itu suatu keadaan yang
memang tidak bisa dielakkan lagi sehingga mengakibatkan seseorang dapat melanggar
aturan hukum yang berlaku, atau bahkan keadaan itu benar-benar keadaan yang
mengharuskan seseorang dalam hukum perjanjian membatalkan perjanjiannya karena
keadaan memaksa tersebut.
6
Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001),
hlm. 260
7
Sobhi Mahmasani, Filsafat Hukum Dalam Islam. Alih bahasa Ahmad Sudjono (Bandung: PT alMaarif, 1975), hlm. 200
8
Al-Baqarah (2) : 173.
4
Inilah yang menjadi persoalan sekarang, seberapa besarkah keadaan memaksa itu
untuk dapat dikatakan overmacht yang mengakibatkan seseorang tidak dikenakan beban
atau sanksi apa pun, dan apakah overmacht itu suatu keadaan yang mana seseorang tidak
dapat menghindarkan diri dari keadaan itu, atau suatu keadaan yang mau tidak mau orang
tersebut harus melanggar perjajian ataupun melanggar sebuah aturan hukum yang telah
ditetapkan karena pengaruh overmacht tersebut. Oleh karena itu penyusun ingin menulis
skripsi yang berkaitan dengan hal tersebut dengan judul: Overmacht Menurut Hukum
Positif dan Hukum Islam.
B.
Pokok Masalah
Setelah penyusun mengemukakan latar belakang maslah di atas, maka dapatlah
disimpulkan dan dapat diangkat menjadi pokok masalah yang berkaitan dengan judul
dalam penyusunan skipsi ini, yaitu :
1.
Bagaimana konsep hukum Positif dan hukum Islam tentang overmacht?
2.
Apa saja batasan-batasan overmacht itu menurut hukum positif dan hukum
Islam?
3.
Apa saja persamaan dan perbedaan overmacht menurut hukum Positif dan
hukum Islam?
5
C.
Tujuan Penelitian
Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini antara
lain
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep hukum Positif dan hukum Islam tentang
overmacht
2. Untuk memberikan gambaran apa saja batasan overmacht menurut hukum positif
dan hukum Islam
3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan overmacht menurut hukum positif
dan hukum Islam.
D.
Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari pembahasan ini ialah :
1. Sebagai sumbangan pemikiran ilmu pengetahuan untuk menambah dan
memperkaya khasanah kepustakaan khususnya dalam bidang hukum tentang
overmacht
2. Kajian ini diharapkan mampu menjelaskan konsep overmacht menurut hukum
positif dan hukum Islam.
6
E.
Telaah Pustaka
Sejauh pengamatan penulis memang sudah ada kajian tentang overmacht ini
seperti : Skripsi yang disusun oleh Alfa Ifana dengan judul Daya Paksa dalam Perspektif
Hukum Positif dan Hukum Islam9 yang menjelaskan tentang bagaimana konsep daya
paksa menurut hukum positif dan hukum Islam.
Meski
sama-sama
menyinggung
tentang
daya
paksa
tetapi
sasaran
permasalahanya berbeda, karena Alfa Ifana menyoroti masalah daya paksa pada hukum
pidana positif dan hukum pidana Islam saja, sedangkan skripsi yang penyusun teliti disini
mengambil tema overmacht dan mengkomparasikannya menurut hukum positif dan
hukum Islam. Baik secara kepidanaan mauapun secara keperdataan.
Skripsi yang disusun oleh Andriani Ulfah dengan judul Tinjauan Hukum Islam
terhadap Overmacht Pada Sewa Menyewa dan Akibatnya Dalam Hukum Perdata10 yang
menjelaskan tentang bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap overmacht pada
perjanjian sewa-menyewa dalam Hukum Perdata.
Meski
sama-sama
menyinggung
tentang
overmacht,
tetapi
sasaran
permasalahanya berbeda, karena Andriani Ulfa menyoroti masalah overmacht pada sewa
9
Alfa Ifana, Daya Paksa dalam Perspektif Hukum positif dan Hukum Islam, Skripsi Fakultas
Syari'ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1999, tidak diterbitkan.
10
Andriani Ulfah, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Overmacht Pada Sewa Menyewa dan
Akibatnya dalam Hukum Perdata, Skripsi Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1997, tidak
diterbitkan.
7
menyewa dalam hukum perdata, sedangkan skripsi yang penyusun teliti disini mengambil
tema overmacht dan mengkomparasikannya menurut hukum positif dan hukum Islam.
Skripsi yang disusun oleh Nikmatu Zahkotin dengan judul Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Overmacht Dalam Perjanjian Pemborongan11 yang menjelaskan tentang
bagaimana pandangan hukum Islam tentang Overmacht dalam perjanjian pemborongan.
Meski
sama-sama
menyinggung
tentang
overmacht,
tetapi
sasaran
permasalahanya berbeda, karena Nikmatu Zahkotin menyoroti masalah overmacht
Dalam Perjanjian Pemborongan menurut hukum Islam, sedangkan skripsi yang penyusun
teliti di sini mengambil tema overmacht dan mengkomparasikannya menurut hukum
positif dan hukum Islam.
Walaupun sudah ada yang membahas tentang overmacht ini, skiripsi yang penulis
teliti ini lebih memposisikan penelitian tentang overmacht yang dibahas secara konsep
dan batasan-batasanya secara lebih detail serta mengkomparasikannya antara hukum
positif dan hukum Islam, sementara skripsi yang dibahas sembelumnya hanya membahas
tentang bagaimana overmacht dalam perjanjian pemborongan dan bagaimana overmacht
dalam sewa-menyewa menurut hukum Islam saja dan hukum perdata saja. Lebih jelasnya
pembahasan skripsi yang sebelumnya tidak membahas masalah overmacht secara utuh,
hanya saja mengambil dari salah satu peristiwa yang ada kaitannya dengan masalah
overmacht yang kemudian ditinjau dari hukum Islam dan hukum perdata, sementara itu
11
Nikmatu Zahkotin, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Overmacht Dalam Perjanjian
Pemborongan, Skripsi Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004, tidak diterbitkan.
8
skripsi yang penulis teliti lebih membahas masalah overmacht secara konsep dari mulai
pengertian sampai kepada akibat hukumya baik menurut hukum positif maupun hukum
Islam.
F.
Kerangka Teoritik
Seiring dengan perkembangan zaman, maka banyak permasalahan-permasalahan
hukum yang muncul, dan ini sudah menjadi suatu kelaziman yang masuk akal.
Ditetapkannya suatu aturan atau hukum adalah hanya bertujuan untuk kemaslahatan
manusia.
Overmacht yang dalam hukum positif diartikan dengan keadaan memaksa dan
daya paksa, dalam hukum Islam diartikan dengan keadaan darūrāt, atau ikrāh adalah
permasalahan hukum yang sudah lama, akan tetapi menjadi hal yang baru jika dikaitkan
dengan kehidupan manusia yang sudah semakin berkembang. Dalam hukum positif
peraturan yang mengatur tentang overmacht terdapat dakam KUHPidana dan
KUHPerdata, yang secara tegas mengatakan bahwa Barang siapa melakukan perbuatan
karena terpaksa oleh sesuatu keadaan yang tak dapat dihindarkan tidak boleh dihukum.12
Sama halnya juga yang terdapat dalam KUHPerdata juga secara tegas menulsikan pada
Pasal 1245, "tidaklah biaya rugi dan bunga, harus digantinya, apabila lantaran keadaan
memaksa atau lantaran suatu kejadian tak disengaja si berutang beralangan memberikan
atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau lantaran hal-hal yang sama telah melakukan
12
Andi Hamzah,KUHP & KUHAP, (Jakarta: PT Rineka Cipta, cet ke-10 2003), Pasal 48, hlm. 25
9
perbuatan yang terlarang".13 Begitu juga dalam hukum Islam, keadaan memaksa
membolehkan sesorang melakukan sesuatu yang pada asalnya dilarang karena keadaan
memaksa tersebut. Hal ini terdapat dalam firman Allah SWT.
14
ΟŠm‘ ‘θî !# βÎ) 4 µ‹=ã ΝO) Iξù Š$ã ωρ ø$/ Žî ÜÊ# ϑù
Overmacht yang berasal dari bahasa Belanda yang berarti suatu keadaan yang
meraja lela dan menyebabkan orang tidak dapat menjalankan tugasnya.15 Dalam kamus
hukum overmacht mempunyai arti keadaan memaksa, yaitu keadaan yang menghalangi
penunaian perikatan yang membebaskan seseorang dari kewajiban mengganti biaya,
kerugian dan bunga. Dan dalam bahasa Prancis disebut dengan istilah force majeure yang
artinya sama dengan keadaan memaksa.16
Dalam Islam istilah overmacht dikenal dengan istilah al-darūrāt dan ikrāh yang
diberi arti merusak atau memberi mudārāt, keadaan sangat merusak atau sangat
memaksa, kebutuhan yang amat mendesak dan amat berbahaya apabila tidak terpenuhi.17
Keadaan memaksa ini misalnya ganguan yang menggunakan kewajiban pertanggung
jawaban hukum. Seperti alasan hukum yang membebaskan seseorang dari kewajiban
13
R. Subekti, dan R. Tjirosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT Pradnya
Paramita, cet ke-21, 1989), hlm. 292
14
Al-Baqarah (2) : 173.
15
S. Wujowasito, Kamus Umum Belanda Indonsia (Jakarta: PT Ikhtiar Baru-van Hoevo,1990),
hlm. 478.
hlm.260
16
Andi hamzah, Kamus Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), hlm. 425
17
Abdul Azis Dahlan, EnsiklopediHukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001),
10
hukum, anak di bawah umur, sakit ingatan, paksaan kelalaian dan ketidaktahuan.
Termasuk juga dalam keadaan tersebut adalah memindahkan karena kesukaran dan
penderitaan misalnya orang yang berhutang ternyata dalam keadaan sempit untuk
membayar hutangnya juga boleh menunda hutangnya dari waktu yang disanggupkan
sampai keadaan leluasa.18
Sehubungan dengan al-darūrāt ini, fuqhā merumuskan kaidah pokok yaitu :
19
20
‫ارال‬
‫اورات ارات‬
21
‫ا ا‬
Kaidah di atas mengandung pengertian bahwa kesulitan atau kesukaran
merupakan sebab kemudahan, dan pada waktu keadaan mendesak kebebasan harus
diberikan. Maka dari itu, teori istinbat hukum yang digunakan dalam penelitian ini,
terutama adalah al-Qur'ān juga Kaidah-kaidah usuliyāh dan KUHPidana dan
KUHPerdata. Dalam penelitian ini digunakan teori maqāsid al-Syari'ah. Yaitu teori
yang mengandung arti memelihara lima hal yaitu : agama, jiwa, akal, harta, dan
keluarga.
18
Sobhi Mahmasani, Filsafat Hukum Dalam Islam. Alih bahsa Ahmad Sudjono (Bandung: PT alMaarif, 1975), hlm. 200
19
Ridho Rokamah, Al-Qawa'id Al-fiqhiyah, (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2007), hlm. 52
20
A. Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 72
21
Abdul Mudjib, Kaidah-kaidah Ilmu Fiqh, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), hlm. 29
11
Ulamā' usūl fiqh mendefinisikan Maqāsid al-Syari'ah dengan makna dan tujuan yang
dikehendaki syara' dalam mensyariatkan suatu hukum bagi kemaslahatan umat manusia.
Ahli usūl fiqh mazhab Maliki menyatakan bahwa untuk mewujudkan kemaslahatan dunia
dan akhirat, ada lima pokok yang harus diwujudkan dan dipelihara. Berdasarkan hasil
induksi ulamā' usūl fiqh terhadaap berbagai nas, kelima masalah pokok itu adalah:
agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.22 Kelima pokok ini apibila diabaikan sangat
berbahaya, oleh karena itu apabila salah satu dari kelima prinsip ini sedang terancam
eksistensinya, Islam mewajibkan manusia untuk menyingkirkan ancaman itu dan tidak
memandang salah atau dosa mengatasinya jika dengan tindakan yang dalam keadaan
biasa termasuk perbuatan yang dilarang atau perbuatan yang haram.
G.
Metode Penelitian
Setiap penulisan karya ilmiah khususnya skripsi, dapat dipastikan selalu memakai
suatu metode. Hal ini terjadi karena metode merupakan suatu instrument yang penting
dalam bertindak, agar suatu penelitian terlaksana dengan terarah sehingga tercapai hasil
yang maksimal. Dalam penyusunan skripsi ini digunakan berbagai metode yaitu:
1. Jenis dan Sifat Penelitian
22
hlm.1108
Abdul Azis Dahlan, EnsiklopediHukum Islam, (Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001),
12
Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian pustaka (library research), yaitu
penelitian yang menggunakan buku-buku sebagai sumber datanya,23 sedangkan sifat
penelitian ini adalah deskriftif-analisis-komparatif.24 Yakni penelitian ini diharapkan
memberi gambaran secara rinci dan sistematis mengenai overmacht menurut hukum
positif dan hukum Islam dengan menyusun literatur yang telah dikumpulkan,
menjelaskan dan menganalisinya kemudian mengkomparasikannya.
2. Pengumpulan Data
Dalam menyusun skripsi ini penyusun mengambil sumber datanya dari hukum
Islam dan hukum positif, yaitu :
a. Sumber primer
Yaitu yang diperoleh dari sumber-sumber yang asli yang memuat segala keterangan yang
berkaitan dengan penelitian ini, dengan data-data sebagai berikut : dari hukum Islam
penyusun mengambil data dari al-Qur’an dan tafsirnya dan kitab-kitab fiqh qaidahqaidah fiqh dan usūl fiqh. Sedangkan dari hukum positif sumber data yang diambil dari
KUHPidana dan KUHPerdata.
23
24
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseat (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), hlm.9
Deskriftif berarti menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atu
kelompok tertentu dan untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala/frekuensi adanya
hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala yang lain dalam masyarakat. Analisis adalah jalan yang
dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan mengadakan perincian terhadap objek yang
diteliti dengan jalan memilah-milah antara pengertian yang satu dengan yang lain untuk memperoleh
kejelasan mengenai sesuatu. Sedangkan komparasi adalah usaha untuk membandingkan sifat hakiki dalam
objek penelitian sehingga dapat menjadi lebih jelas dan lebih tajam. Dengan perbandingan itu kita dapat
menentukan secara tegas persamaan dan perbedaan sesuatu dengan hakikat objek dapat dipahami dengan
semakin murni. Sudarto, Metode Penelitian Filsafat (Jakarta: Grafindo Persada, 1996), hlm. 47-59
13
b. Sumber Skunder
Yaitu yang diperoleh dari sumber yang memuat segala keterangan yang berkaitan
dengan penelitian ini dari hukum Islam ialah Fiqh dan pendapat para ulama. Dan dari
hukum positif adalah pendapat para ahli yang disusun dalam satu buku.
3. Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Analisis yang digunakan adalah
berupa analisis deduktif, yaitu, menganalisis literatur-literatur yang bersifat umum,
kemudian diolah untuk mendapatkan kesimpulan yang khusus. Penyusun juga
menggunakan analisis komparatif, yaitu cara pengambilan data-data dengan cara
membandingkan antara dua obyek atau lebih kemudian dicari mana data yang lebih kuat
atau untuk kemungkinan dapat mencapai pengkompromiannya.
4. Pendekatan
Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan Yuridis Normatif,
yaitu pendekatan masalah dengan melihat dan membahas suatu permasalahan dengan
menitik beratkan pada aspek-aspek yang berkaitan dengan hukum Islam, serta melihat
dan membahas suatu permasalahan yang menitik beratkan pada aspek-aspek hukum
positif, seperti KUHPidana dan KUHPerdata, dan juga dengan penerapan kaidah-kaidah
hukum yaitu dalam mendekatkan masalah yang ada untuk mendukung mana yang kuat
dan mencapai kemungkinan dalam mengkompromikannya.
14
F.
Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan dalam membahas skripsi ini, maka penyusun membagi dalam
sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I.Memuat Pendahuluan, bab ini mencakup latar belakang masalah, latar
belakang masalah ini sangat dibutuhkan dalam penulisan karya ilmiah karena tanpa
adanya latar belakang maslah tidak akan mungkin terumuskan pokok masalah.
Perumusan masalah, ini dapat dirumuskan dari latar belakang masalah yang dibuat
sehingga akan tampak lebih terperinci apa yang menjadi masalah pokok dalam tulisan
karya ilmiah. Tujuan penelitian, dicantumkan agar dalam suatu karya ilmiah jelas apa
maksud dan tujannya. Mamfaat penelitian, bertujuan untuk mengetahui apa manfaat dari
ditulisnya karya ilmiah tersebut. Telaah pustaka, disajikan untuk mencari literatur yang
membahas tentang suatu persoalan yang hampir sama untuk dijadikan bahan pentelaahan.
Kerangka teori, dicamtumkan dalam karya Ilmiah agar supaya jelas teori apa yang
diguanakan untuk menyeleaikan karya ilmiah tersebut. Metode penelitian bertujuan agar
suatu penelitian terlaksana dengan terarah dan mencapai hasil yang maksimal, dan
sistematika pembahasan digunakan untuk mensistematiskan suatu penbahasan.
BAB II. Pada bab ini dibahas tinjauan umum tentang overmacht menurut hukum
Islam yang meliputi pengertian dan batasan-batasan overmacht, syarat-syarat overmacht,
pembahasan ini diperlukan untuk mengetahui lebih jelas pengertian overmacht secara
hukum Islam, yang bertujuan untuk menggambarkan secara umum penegertian dan syarat
syarat overmacht menurut hukum Islam.Unsur-unsur dan macam-macam overmacht,
15
serta akibat hukum perbuatan karena overmacht. Dibahas agar dapat memberikan
gambaran yang berbeda tentang overmacht yang selama ini hanya dikenal dalam hukum
positif saja dan nantinya pembahasan ini juga bertujuan untuk menjawab apa yang
menjadi pokok masalah dalam penelitian ini
BAB III. Memuat tinjauan umum tentang overmacht menurut hukum positif yang
meliputi
pengertian
dan
batasan-batasan
overmacht,
syarat-syarat
overmacht,
pembahasan ini sangat diperlukan agar dapat memperjelas apa yang dimaksud dengan
overmacht itu sendiri, karena tanpa pembahasan ini tidak akan mengetahui apa yang
sebenarnya dimaksud dengar overmacht. Unsur-unsur dan macam-macam overmacht,
serta akibat hukum overmacht. Pembahasan ini dikaji agar dapat memberikan jawaban
dari pokok masalah yang di cari dan agar dapat dikomparasikan dengan pandangan
hukum Islam tentang ovemacht.
BAB IV. Memuat tentang persamaan dan perbedaan overmacht menurut hukum
positif dan hukum Islam yang dilihat dari segi unsur-unsur overmacht, prinsip-prinsip
overmacht dan dari segi akibat hukum overmacht. Pembahsan ini sangat diperlukan agar
dapat
mengkomparasikan
dari
kedua hukum
tersebut
sehingga
menghasilkan
pengkompromian yang lebih jelas.
BAB V. Penutup, bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang direncanakan
dengan harapan semoga bisa terlaksana.
66
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah memperhatikan uraian dan penjelasan dalam skripsi ini, penyusun dapat
mengambil kesimpulan sebagaimana yang termaktiub dalam tabel berikut :
NO
Pokok Masalah
1.
Konsep
adalah suatu perbuatan yang Ikrāh ialah suatu perbuatan
overmacht
dilakukan
Menurut Hukum Positif
seseorang
Menurut Hukum Islam
karena yang diperbuat oleh seseorang
paksaan dari orang lain yang karena paksaan orang lain,
apabila
dilakukannya yang oleh karena itu hilang
tidak
akan membahayakan jiwanya, kerelaan si perbuat. Ikrāh jika
yang pada konsepnya paksaan dikaitkan
dengan
hukum
ini merupakan paksaan absolut positif
sama
dengan
yang mana si perbuat tidak overmacht
bisa
dalam
jenis
hukum
atau pidana karena paksaan atau
melawan
menghindarinya.
dalam
Overmacht overmacht
ini
termasuk dikarenakan
yang
timbul
oleh
paksaan
overmacht yang terdapat dalam orang lain. Sedangkan darūrāt
hukum pidana. Begitu juga adalah kebutuhan yang sangat
konsep
overmacht
dalam mendesak
dan
sangat
hukum perdata adalah suatu berbahaya
apabila
keadaan yang terjadi setelah dipenuhi,
yang
secara
ialah
bahwa
dibuatnya
persetujuan
yang konsepnya
tidak
menghalangi seseorang yang darūrāt itu membolehkan halberkedudukan sebagai debitur hal yang dilarang karena ke
untuk memenuhi prestasinya
darūrāt annya.
67
2
Batasan-batasan
Overmacht
dalam Batasan overmacht menurut
hukum Islam ialah suatu
hukum
positif
khususnya
paksaan (ikrāh) yang apabila
dalam hukum pidana hanya suatu ancaman yang cukup
mempengaruhi orang yang
terbatas pada hal-hal paksaan
berakal dan berpikiran sehat
psikis, yang biarpun masih untuk mengerjakan apa yang
dipaksakn kepadanya, serta
juga dapat dilawan, tetapi dari
timbul duagaan kuat pada
bahwa
ancaman
orang yang dipaksa tidak dapat dirinya
tersebut akan dikenakan pada
melakukan perlawanan. Dalam
dirinya apabila ia menolak apa
hukum perdata hanya terbatas yang dipaksakan kepadanya.
Inilah yang disebut dengan
pada overmacht absolut yaitu
Ikrāh bahwa dengan ancaman
suatu
keadaan
yang semata-mata sudah cukup
sebagai paksaan dan tidak
diakibatkan bencana alam atau
memerlukan kepada siksaan
keadaan yang tidak disangka yang benar-benar menimpa
baru
dikatakan
paksaan.
sebelumnya. Dalam keadaan
Batasanya
ialah
selama
seperti ini seoarang yang paksaan itu tidak sampai
menghilangkan nyawa orang
berkedudukan sebagai debitur
lain, maka perbuatan itu tidak
tidak dikenakan beban ganti dikenakan hukuman, akan
tetapi jika paksaan itu sampai
rugi. Batasan seseorang dapat
menghilangkan nyawa orang
dikatakan mendapati keadaan lain maka perbuatan itu tetap
dihukum. Begitu juga batasan
memaksa ini apabila semua
overmacht dalam arti batasan
orang yang berkedudukan ad-darūrāt dalam hukum
Islam
batasannya
hanya
sebagai debitur tidak dapat
terletak dalam hal makanan
minuman.
Semua
memenuhi kewajibannya untuk dan
makanan yang haram dapat
memeuhi prestasinya
menjadi halal dalam keadaan
darūrāt dengan batasan hanya
sekedar
cukup
untuk
menghilangkan rasa lapar dan
haus saja. Jika rasa lapar dan
haus itu sudah hilang maka
kehalalan makanan itu juga
ikut hilang.
Batasan
overmacht
68
Persamaan
3.
Persamaan
&
Pebedaan
Overmacht
menurut Hukum
Positif dan
Hukum Islam
Perbedaan
Ikrāh juga ad-darūrāt dalam Perbedaan Overmacht dalam
hukum positif dan hukum
hukum Islam dan daya paksa
Islam, terdapat dalam hal
dan
minuman.
juga keadaan memaksa dalam makanan
Syari’at Islam menganggap
hukum
positif
terdapat
overmacht sebagai faktor yang
dilakukannya
persamaanya yaitu, seseorang membolehkan
perbuatan - perbuatan yang
yang dalam keadaan itu
dilarang. Maka hukum positif
dibebaskan dari hukuman, tidak menganggap overmacht
sebagai
faktor
yang
tuntutan, ganti rugi, ataupun
menghapuskan hukumannya
dosa karena adanya overmacht. saja. Tetapi juga sebagai alasan
pemaaf, sebab orang yang
melakukan
itu
karena
overmacht dapat dimaafkan
tetapi
perbuatannya
tetap
dilarang.
B. Saran-saran
1. Overmacht ini merupakan kajian yang sangat penting untuk diajarkan, maka dari
itu hendaknya para dosen fakultas syariah agar mengajarkan tentang overmacht
ini di dalam kelas. karena bahasan pelajaran hukum difakultas syariah hanya
sekedar pengertian hukum pidana maupun perdata, ruang lingkup dan lain-lain
tetapi belum samapi kepada materi tentang overmacht.
2. Jika terjadi dalam persidangan tentang Overmacht ini hendaknya para hakim
dapat meneliti sejauh mana perbuatan itu sehingga bisa dikatakan Overmacht.
69
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Tafsir
Depertemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjamahnya, Bandung:
JART, 2005.
Fiqh/ usūl fiqh/Hukum
Dahlan, Abdul Azis, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve,
2001. 6 Jilid
Mudjib, Abdul, Kaidah-kaidah Ilmu Fiqh, Jakarta : Kalam Mulia, 2001
Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perdata Indonesia, Bandung : Citra Aditya
bakti, 2000.
Hanafi, Ahmad, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 2005
Ifana, Alfa Daya Paksa Dalam Persepektif Hukum Positif dan Hukum Islam,
Skripsi Sarjana tidak diterbitkan, Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga, 1999
ِAl-Baihaqi, Ma'rifat as-Sunan wa al-āsār, Bairut : Dar-al-Kutub, 1999.
Syarifuddin, Amir, Ushul FiqhI, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1977
As-Suyuti, Al-Asbāh wa an-Na zāir, Semarang : Toha Putra t.t.
70
Ulfah, Andriani, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Overmacht Pada Sewa
Menyewa dan Akibtnya Dalam hukum Perdata, skipsi Sarjana tidak diterbitkan,
yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga, 1997.
Sabiq As-Sayyid, Fiqh sunnah, alih bahasa Moh Thalib, (Semarang: Toha
Putra,tt)
Nikmatu Zahkotin, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Overmacht Dalam
Perjanjian Pemborongan, Skripsi Fakultas Syariah tidak diterbitkan, IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2004
Usman, Muhlish, Kaidah-kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah, Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 1993
Zahroh, Muhammad Abu, Ushul Fiqh, Jakarta : Pustaka Firdaus, 1994
Biek, M. Khudory, Ushul Fiqh, t.t.p : Almaktabatut Tijjariyatul Kubro, 1996
Rokamah, Ridho, Al-Qawa'id Al-Fiqhiyah, Ponorogo: STAIN Ponorogo Press,
2007
Mahmasani, Sobhi, Filsafat Hukum Dalam Islam, Alih bahasa, Sudjono, Ahmad,
bandung : PT al-Maarif, 1975.
Sahetapy, J.E, Hukum Pidana, Yogyakarta : Liberty, 1995
Satrio, J, Hukum Perikatan, perikatan Pada Umumnya, Bandung : Alumni, 1999
71
Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung : Sinar Baru, cet.
Ke-2, 1990
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta : Rineka Cipta, 2002
Prodjodikoro, R. Wirjono, Azas-azas Hukum Perdata, Bandung : Sumur, 1976
HS, Salim, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Jakarta : Sinar Grafika,
2002
Lain-lain
Hamzah, Andi, Kamus Hukum, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1986.
Hamzah, Andi, KUHP & KUHAP, Jakarta : Rineka Cipta, 2003.
Hadi, Sutrisno, Metodologi reseat, Yogyakarta : Andi Offset, 1990.
Soesilo, R. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Serta Komentar-komentarnya
pasal demi pasal, Bogor : Politeia, t.t
Sujowasito, S, Kamus Umum Belanda Indonesia, Jakarta :Ikhtiaar Baru Van
Hoevo, 1990.
Subekti, Raden, dan Tjirosdibio, Raden, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Jakarta : PT Pradnya Paramita, 1989.
Lampiran I
TERJAMAHAN
No Hlm
Foot
Note
Terjamahan
01
03
07
02
08
13
Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa memakannya sedang
dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, Maka
tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
03
10
18
04
16
25
05
06
17
18
27
29
07
18
30
08
18
31
09
19
33
10
20
35
11
12
20
21
36
41
13
23
43
14
23
44
"Kemudaratan
harus
dihilangkan".
Kemudaratan
itu
membolehkan hal-hal yang dilarang". "Kesulitan mendatangkan
kemudahan".
BAB II
Darurat samapainya seseorang pada batas ketika ia tidak
memakan (melakukan) yang dilarang ia akan binasa (mati) atau
mendekati binasa
""Kemudaratan tu membolehkan hal-hal yang dilarang".
Tiada keharaman bagi darurat dan tiada kemakruhan bagi
kebutuhan.
Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa memakannya sedang
dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, Maka
tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
Maka barang siapa terpaksa Karena kelaparan tanpa sengaja
berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Apa yang dibolehkan karena darurat diukur sekedar
kedaruratannya saja.
Apa yang diizinkan karena adanya uzur, maka keizinan itu hilang
mana kala uzurnya hilang
Kemudaratan tidak boleh dihilangkan dengan Kemudaratan lagi
Paksaan adalah keadaan tertutup (terdesak) karena orang yang
dipaksa keadaannya segala sesuatunya tertutup atau terdesak
Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa memakannya sedang
dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, Maka
tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang
yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu
Telah mendapat petunjuk Hanya kepada Allah kamu kembali
semuanya, Maka dia akan menerangkan kepadamu apa yang
BAB I
Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa memakannya sedang
dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, Maka
tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
I
15
23
45
16
31
59
17
32
61
18
58
104
Telah kamu kerjakan.
Katakanlah: "Tiadalah Aku peroleh dalam wahyu yang
diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang
hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau
darah yang mengalir atau daging babi. Karena Sesungguhnya
semua itu kotor, atau binatang yang disembelih atas nama selain
Allah. barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, Maka
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha
penyayang".
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu
oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu
dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan
janganlah kamu membunuh anak-anak kamu Karena takut
kemiskinan, kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada
mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang
keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi,
dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
membunuhnya melainkan dengan sesuatu sebab yang benar
demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu
memahaminya
Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa memakannya sedang
dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, Maka
tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
BAB IV
Apabila kedua mafsadah bertentangan, maka perhatikanlah mana
yang lebih besar mudaratnya dengan mengerjakan yang lebih
ringan mudaratnya
II
Lampiran II
BIOGRAFI ULAMA
Imam Syafi'i
Imam Syafi’i bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Idris
As Syafi’i, lahir di Gaza, Palestina pada tahun 150 Hijriah (767-820 M), berasal dari
keturunan bangsawan Qurays dan masih keluarga jauh rasulullah SAW. dari ayahnya,
garis keturunannya bertemu di Abdul Manaf (kakek ketiga rasulullah) dan dari ibunya
masih merupakan cicit Ali bin Abi Thalib r.a. Semasa dalam kandungan, kedua orang
tuanya meninggalkan Mekkah menuju palestina, setibanya di Gaza, ayahnya jatuh
sakit dan berpulang ke rahmatullah, kemudian beliau diasuh dan dibesarkan oleh
ibunya dalam kondisi yang sangat prihatin dan seba kekurangan, pada usia 2 tahun, ia
bersama ibunya kembali ke mekkah dan di kota inilah Imam Syafi’i mendapat
pengasuhan dari ibu dan keluarganya secara lebih intensif.
Saat berusia 9 tahun, beliau telah menghafal seluruh ayat Al Quran dengan
lancar bahkan beliau sempat 16 kali khatam Al Quran dalam perjalanannya dari
Mekkah menuju Madinah. Setahun kemudian, kitab Al Muwatha’ karangan imam
malik yang berisikan 1.720 hadis pilihan juga dihafalnya di luar kepala, Imam Syafi’i
juga menekuni bahasa dan sastra Arab di dusun badui bani hundail selama beberapa
tahun, kemudian beliau kembali ke Mekkah dan belajar fiqh dari seorang ulama besar
yang juga mufti kota Mekkah pada saat itu yaitu Imam Muslim bin Khalid Azzanni.
Kecerdasannya inilah yang membuat dirinya dalam usia yang sangat muda (15 tahun)
III
telah duduk di kursi mufti kota Mekkah, namun demikian Imam Syafi’i belum merasa
puas menuntut ilmu karena semakin dalam beliau menekuni suatu ilmu, semakin
banyak yang belum beliau mengerti, sehingga tidak mengherankan bila guru Imam
Syafi’i begitu banyak jumlahnya sama dengan banyaknya para muridnya.
Imam Hanafi
Imam Abu Hanifah yang dikenal dengan dengan sebutan Imam Hanafi
bernama asli Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit Al Kufi, lahir di Irak pada tahun 80
Hijriah (699 M), pada masa kekhalifahan Bani Umayyah Abdul Malik bin Marwan.
Beliau digelari Abu Hanifah (suci dan lurus) karena kesungguhannya dalam beribadah
sejak masa kecilnya, berakhlak mulia serta menjauhi perbuatan dosa dan keji. dan
mazhab fiqhinya dinamakan Mazhab Hanafi.
Disamping kesungguhannya dalam menuntut ilmu fiqh, beliau juga
mendalami ilmu tafsir, hadis, bahasa arab dan ilmu hikmah, yang telah
mengantarkannya sebagai ahli fiqh, dan keahliannya itu diakui oleh ulama ulama di
zamannya, seperti Imam hammad bin Abi Sulaiman yang mempercayakannya untuk
memberi fatwa dan pelajaran fiqh kepada murid muridnya. Keahliannya tersebut
bahkan dipuji oleh Imam Syafi’i ” Abu Hanifah adalah bapak dan pemuka seluruh
ulama fiqh “. karena kepeduliannya yang sangat besar terhadap hukum islam, Imam
Hanafi kemudian mendirikan sebuah lembaga yang di dalamnya berkecimpung para
ahli fiqh untuk bermusyawarah tentang hukum hukum islam serta menetapkan hukum
hukumnya dalam bentuk tulisan sebagai perundang undangan dan beliau sendiri yang
mengetuai lembaga tersebut. Jumlah hukum yang telah disusun oleh lembaga tersebut
berkisar 83 ribu, 38 ribu diantaranya berkaitan dengan urusan agama dan 45 ribu
lainnya mengenai urusan dunia.
IV
Imam Hanbali
Beliau adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin
Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin ‘Auf bin Qasith
bin Mazin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa‘labah adz-Dzuhli asy-Syaibaniy. Nasab
beliau bertemu dengan nasab Nabi pada diri Nizar bin Ma‘d bin ‘Adnan. Yang berarti
bertemu nasab pula dengan nabi Ibrahim. Imam Ahmad tumbuh dewasa sebagai
seorang anak yatim. Ibunya, Shafiyyah binti Maimunah binti ‘Abdul Malik asySyaibaniy, berperan penuh dalam mendidik dan membesarkan beliau.
Beliau mendapatkan pendidikannya yang pertama di kota Baghdad. Saat itu,
kota Bagdad telah menjadi pusat peradaban dunia Islam, yang penuh dengan manusia
yang berbeda asalnya dan beragam kebudayaannya, serta penuh dengan beragam jenis
ilmu pengetahuan. Di sana tinggal para qari’, ahli hadits, para sufi, ahli bahasa,
filosof, dan sebagainya. Setamatnya menghafal Alquran dan mempelajari ilmu-ilmu
bahasa Arab di al-Kuttab saat berumur 14 tahun, beliau melanjutkan pendidikannya
ke ad-Diwan. Beliau terus menuntut ilmu dengan penuh azzam yang tinggi dan tidak
mudah goyah.
Imam Ahmad tertarik untuk menulis hadits pada tahun 179 saat berumur 16
tahun. Beliau terus berada di kota Baghdad mengambil hadits dari syaikh-syaikh
hadits kota itu hingga tahun 186. Beliau melakukan mulazamah kepada syaikhnya,
Hasyim bin Basyir bin Abu Hazim al-Wasithiy Pada tahun 186, beliau mulai
melakukan perjalanan (mencari hadits) ke Bashrah lalu ke negeri Hijaz, Yaman, dan
selainnya. Tokoh yang paling menonjol yang beliau temui dan mengambil ilmu
V
darinya selama perjalanannya ke Hijaz dan selama tinggal di sana adalah Imam
Syafi‘i. Beliau banyak mengambil hadits dan faedah ilmu darinya. Imam Syafi‘i
sendiri amat memuliakan diri beliau dan terkadang menjadikan beliau rujukan dalam
mengenal keshahihan sebuah hadits. Ulama lain yang menjadi sumber beliau
mengambil ilmu adalah Sufyan bin ‘Uyainah, Ismail bin ‘Ulayyah, Waki‘ bin alJarrah, Yahya al-Qaththan, Yazid bin Harun, dan lain-lain.
Imam Malik
Nama lengkap Malik bin Anas bin Malik bin Abu ‘Amir bin ‘Amr bin Al
Harits bin Ghaiman bin Khutsail bin ‘Amr bin Al Harits Al Himyari Al Ashbahi Al
Madani. Beliau diberi gelar Syaikhul Islam, Hujjatul Ummah, Mufti Al Haramain
(Mufti dua tanah suci) dan Imam Daarul Hijrah.
Ayah beliau, Anas adalah seorang ulama besar dari kalangan Tabi’in. Ibu
beliau bernama ‘Aliyah bintu Syariik Al Adziyyah. Paman-paman beliau bernama
Abu Suhail Nafi’, Uwais, Ar Rabi’, An Nadhar, semuanya putra Abu ‘Amr.
Imam Malik tumbuh dalam suasana yang penuh pengawasan dan perhatian
kedua orang tuanya, serba berkecukupan, dan beliau memiliki ketabahan hati yang
luar biasa. Beliau berperawakan tinggi besar, berambut putih (beruban) dan
berjenggot putih lebat. Beliau berwajah tampan dan kulit beliau putih bersih dengan
mata jernih kebiru-biruan. Beliau suka sekali memakai baju putih dan beliau selali
memakai pakaian yang bersih.
VI
Lampiran III
CURICULUM VITAE
Nama
: Hardianto Siagian
Tempat/tanggal lahir : 09 Mei 1988
Alamat asal
: Tanjung Balai, Sumatera Utara
Alamat Jogja
: Blok O. Dusun wonocatur rt/rw 12/26. No: 167
Nama Orang Tua
Ayah
: Nurhalim Siagian
Ibu
: Sularmi
PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri 130012 Tanjungbalai, Sumatera Utara
(1994-2000)
2. Mts Daar Al-Uluum Kab. Asahan, Sumatera Utara
(2000-2003)
3. MAK Daar Al-Uluum Kab. Asahan, Sumatera Utara
(2003-2006)
4. Fakultas Syariah UIN Sunan kalijaga, Yogyakarta
(2006 sampai sekarang)
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Ketua Organisasi Pelajar Daar Al-Uluum (OPDU)
(2005-2006)
2. Kabid PTKM HMI Komsat Syari'ah
(2008-2009)
3. Anggota Senat Mahasiswa Fakultas Syari'ah UIN SUKA (2009 sampai sekarang)
4. Ketua Ikatan Mahasiswa Tanjungbalai (IMTA-Jogja)
VII
(2007 samapai sekarang)
Download