MANUSKRIP PENGELOLAAN PENURUNAN CURAH JANTUNG

advertisement
MANUSKRIP
PENGELOLAAN PENURUNAN CURAH JANTUNG PADA Tn. S
DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) NYHA II
DI RSUD Dr. ADHYATMA, MPH
Oleh :
SRI SAPTIWI KRIS HARYANI
0141902
PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2017
Pengelolaan Penurunan Curah Jantung Pada Tn. S dengan Congestive Heart Failure(CHF)
NYHA II di RSUD Dr. Adhyatma, MPH
1
PENGELOLAAN PENURUNAN CURAH JANTUNG PADA Tn. S
DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) NYHA II
DI RSUD Dr. ADHYATMA, MPH
Sri Saptiwi Kris Haryani1*, Priyanto2**, Gipta Galih Widodo3***
Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo
[email protected]
ABSTRAK
Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) adalah gagalnya fungsi jantung
dalam memompa darah, oksigen serta nutrisi ke seluruh tubuh. Pada pasien dengan congestive
heart failure (CHF) ini dapat menimbulkan masalah keperawatan berupa penurunan curah
jantung. Penurunan curah jantung adalah tidak adekuatnya suplai darah yang dipompa jantung
guna memenuhi kebutuhan tubuh dari metabolik. Tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui
pengelolaan penurunan curah jantung pada pasien dengan congestive heart failure (CHF) di
Rumah Sakit Dr. Adhyatma, MPH.
Desain penelitian menggunakan studi deskriptif, dengan jenis studi kasus dan rancangan
single case study (studi kasus tunggal) melalui asuhan keperawatan penurunan curah jantung
pada Tn. S selama 3 hari. Sumber pengumpulan data diperoleh dari pasien, keluarga, perawat dan
rekam medik, metode pengumpulan data dengan wawancara observasi, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang , dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan Tn. S sesak napas dan batuk serta kaki bengkak sedikit, posisi
tidur terlentang EKG sinus takikardia, Hb 12.80 (L), rontgen torak cardiomegali CTR >50%, efusi
pleura dan tanda-tanda vital: tekanan darah 167/107 mmHg, nadi 101 x/menit, pernapasan 26
x/menit. Rumusan masalah keperawatan adalah penurunan curah jantung. Intervensi
keperawatan yang diberikan posisi semi fowler, berikan oksigen 3 L/menit, lakukan terapi
relaksasi napas dalam, monitor pernapasan pasien, batasi aktivitas pasien, ukur tanda – tanda
vital, dan berikan obat sesuai resep dokter. Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi
masalah oksigenasi Tn. S dengan memberikan oksigen, relaksasi napas dalam dan posisi semi
fowler dapat menurunkan sesak napas Tn.S. Evaluasi keperawatan menujukkan masalah
keperawatan Tn. S belum teratasi secara maksimal karena tensinya yang masih relatif tinggi dan
batuk.
Saran bagi perawat di rumah sakit agar meningkatkan pelayanan yang lebih maksimal pada
pasien penurunan curah jantung untuk mecegah semakin memburuknya kondisi pasien dan
menekan prevalensi penderita CHF di rumah sakit.
Kata kunci
: congestive heart failure (CHF), penurunan curah jantung,
Kepustakaan : 18 (2008 - 2017)
PENDAHULUAN
(2013), menyebutkan penyakit jantung yang
Di era sekarang ini telah terjadi transisi
pengertian
epidemologi
dimana
lebih
menekankan pada penyakit tidak menular
sering dijumpai pada orang dewasa adalah
penyakit jantung koroner dan gagal jantung.
Penyakit
gagal
jantung
adalah
yang merupakan penyebab kematian normor
kegagalan jantung memompa darah guna
satu setiap tahun salah satu penyakit yang
mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh dari
ikut andil adalah penyakit kardiovaskuler atau
nutrisi dan oksigen secara adekuat (Udjianti,
jantung (Humas UGM/Ika, 2016). Riskesdas
2013). Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sari, Starry, dan Agnes (2013),
kepatuhan menengah, dan sisanya 3,3%
di rumah sakit Kandou Manado didapatkan
tingkat kepatuhan minum obat tinggi.
dari 30 kasus ditemukan pasien gagal jantung
Pada
gagal
jantung
ini
dapat
kronik pada umur 60-69 tahun sebanyak 12
menimbulkan masalah keperawatan berupa
kasus (40%), disusul sebanyak 11 kasus (37%)
penurunan
pada kelompok umur 50-59 tahun, dilanjutkan
terhadap ketidakadekuatan jantung dalam
pada usia 40-49 tahun dengan 4 kasus (13%),
memompa darah guna memenuhi kebutuhan
dan diakhiri kelompok usia 30-39 tahun
metabolisme tubuh yang dapat mengaggu
dengan 1 kasus (3%) dan kebanyakan yang
kesehatan (Herdman, 2015).
datang berobat ke poliklnik jantung berada
curah
Pada
jantung,
penderita
rentan
penurunan
jantung
(43%) dengan gejala palpitasi (detak jantung
dampak yakni akan terjadinya hipoksia, nyeri
meningkat), sesak napas saat melakukan
dada, edema pada ekstremitas, penurunan
aktifitas fisik
yang biasa. Hal tersebut
output urin, sianosis, akral dingin, asidosis
disebabkan adanya gangguan organ jantung,
jaringan, gelisah, kelemahan, selain itu gagal
gangguan pada paru-paru yang mengalami
jantung
obstruktif, penyakit hipertensi, anemia, gagal
kongesti pulmonalis yang pada akhirnya
ginjal, diabetes, serta pola hidup yang kurang
terjadi edema paru dan menyebabkan pasien
sehat seperti minum alkohol, merokok,
menjadi sesak napas (Muttaqin, 2009).
garam (Phang, 2017).
ini
Salah
menimbulkan
curah
dalam kelas fungsional NYHA II sebanyak
mengkonsumsi makanan tinggi gula dan
dapat
yaitu
juga
dapat
satu
tindakan
beberapa
mengakibatkan
keperawatan
mandiri yang bisa dilakukan oleh perawat
Selain prevalensi penyakit gagal jantung
pada
pasien
dengan
penururnan
curah
yang banyak, prevalensi rawat inap ulang
jantung adalah pemberian posisi semi fowler,
pada pasien CHF juga masih relatif tinggi. Hasil
bertujuan
penelitian
(2015),
oksigen. Penelitian yang dilakukan oleh Shah,
menunjukkan di Rumah sakit Moewardi
Desai & Nilam Gohil yang berjudul A
sebanyak 83,3% mengalami rawat inap ulang
Comparision Of Effect Of Semi Foweler’s Vs
yang tinggi. Data menunjukkan sebanyak
Side Lying Position On Tidal Volume & Pulse
73,3% responden mengalami rawat inap ulang
Oxymetry In ICU Patients”s (2012) didapatkan
pada umur kurang dari 60 tahun dan sisanya
hasil
26,7% pada umur lebih dari 60 tahun. Hal
responden
tersebut
tingkat
signifikan pada volume tidal dan oksigenasi
kepatuhan minum obat yang masih rendah
ventilasi mekanik serta mengurangi FiO2
sebanyak 73,3% di susul sebanyak 23,3%
setelah
dari
disebabkan
Prasetiadi
karena
untuk
sebanyak
meningkatkan
24
dari
30
mengalami peningkatan yang
diberikann
Berdasarkan
responden
ventilasi
alasan
posisi
diatas
semi
fowler.
menunjukkan
Pengelolaan Penurunan Curah Jantung Pada Tn. S dengan Congestive Heart Failure (CHF)
NYHA II di RSUD Dr. Adhyatma, MPH
4
bahwa perlu adanya penatalaksanaan pada
juga terdengar ronchi pada saat auskultasi
pasien penurunan curah jantung yang tepat
dada.
untuk mengurangi dan menekan prevalensi
Dari data tersebut penulis merumuskan
kematian dari penyakit jantung khususnya
masalah
keperawatan
penurunan
curah
pada penyakit gagal jantung.
jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas.
METODE
Penulis
merumuskan
rencana
Desain penelitian menggunakan studi
keperawatan ukur tanda – tanda vital, berikan
deskriptif, dengan jenis studi kasus dan
posisi yang dapat memaksimalkan ventilasi
rancangan single case study (studi kasus
(semi
tunggal)
keperawatan
kebutuhan pasien, lakukan terapi relaksasi
penurunan curah jantung pada Tn. S selama 3
napas dalam, monitor pernapasan pasien,
hari. Sumber pengumpulan data diperoleh
batasi aktivitas pasien, dan berikan obat
dari pasien, keluarga, perawat dan rekam
sesuai resep dokter.
melalui
asuhan
fowler)
berikan
oksigen
sesuai
medik, metode pengumpulan data dengan
Selama tiga hari pengelolaan pada Tn. S
wawancara observasi, pemeriksaan fisik dan
didapatkan pasien sudah tidak sesak napas,
pemeriksaan
sudah tidak edema, masih batuk, sudah
penunjang,
dan
studi
dokumentasi.
tampak rilek, tidak memakai oksigen, tekanan
darah 160/90 mmHg, pernapasan 20 x/menit,
HASIL
nadi 100 x/menit dan pasien sudah bisa
Pengkajian dilakukan mulai hari Selasa 9
berbaring.
Mei 2017 yang didapatkan data bahwa Tn. S
Dari hasil evaluasi didapatkan data
mengatakan sesak napas dan batuk serta kaki
terakhir hari Jum’at 12 Mei 2017 masalah
bengkak
keperawatan Tn. S belum teratasi secara
sedikit,
mengalami
sesak
posisi
napas,
tidur
terlentang
pada
riwayat
maksimal karena tensinya yang masih relatif
kesehatan Tn. S memiliki riwayat hipertensi,
tinggi dan batuk, maka dari itu penulis
didapatkan data objektif pasien tampak batuk
mendelegasikan kepada perawat yang berada
dan sesak napas, EKG sinus takikardia,
di ruang Dahlia 4 Rumah sakit Dr. Adhyatma,
pemeriksaan laboratorium Hb 12.80 (L),
MPH.
kalium 3.67, natrium 141.2, rontgen torak
cardiomegali CTR >50%, efusi pleura dan
PEMBAHASAN
tanda-tanda vital: tekanan darah 167/107
Penulis melakukan pengkajian pata Tn.
mmHg, nadi 101 x/menit, pernapasan 26
S pada hari Selasa 9 Mei 2017 pukul 11.00
x/menit, bengkak pada punggung kaki, dan
WIB di Ruang Dahlia 4 didapatkan data
subjektif pasien mengatakan sesak napas,
Pengelolaan Penurunan Curah Jantung Pada Tn. S dengan Congestive Heart Failure (CHF)
NYHA II di RSUD Dr. Adhyatma, MPH
5
batuk, dan juga kaki bengkak sedikit, memiliki
tekanan darah, dan perubahan warna kulit
riwayat darah tinggi. Serta data objektif yaitu
(sianosis, abu-abu, pucat). (4) perubahan
pasien tampak sesak napas, batuk, terdapat
kontraktilitas: batuk, bunyi napas tambahan,
edema pada punggung kaki, pemeriksaan EKG
bunyi
sinus takikardia, laboratorium penurunan
nokturnal, ortopnea, penurunan fraksi ejeksi,
pada
torak
penurunan indek jantung, penurunan LVSW,
cardiomegali CTR >50%, dan efusi pleura,
dan penurunan SVI. (5) perilaku atau emosi:
auskultasi
dada
darah
ansietas, gelisah.
167/107
mmHg,
x/menit,
Sedangkan
Hb
12.80
mg/dL,
ronchi,
rontgen
tekanan
nadi
101
pernapasan 26 x/menit.
batasan
Dari hasil pengkajian tersebut, penulis
menetapkan
S3
masalah
dan
S4,
dispnea
menurut
karakteristik
paroksimal
Black
(2014)
penurunan
curah
jantung yaitu batuk, dispnea, ortopnea,
keperawatan
dispnea nokturnal paroksimal, suara gallop (S3
penurunan curah jantung sebagai diagnosa
dan S4), hipoksia serebri, keletihan dan
prioritas. Pasien yang mengalamai penurunan
kelemahan, edema perifer, hepatomegali,
curah
fatal,
cemas dan ketakutan, distensi vena leher, dan
mengalami hipoksia karena kurangnya suplai
adanya peningkatan berat badan dalam waktu
oksigen dan nutrisi pada jaringan selain itu
singkat.
jantung
dapat
berdampak
dalam piramida kebutuhan dasar manusia
Untuk mengatasi masalah keperawatan
Masslow yang utama yaitu fisiologis, salah
penurunan curah jantung di perlukan sebuah
satu
rencana keperawatan yang matang. Dalam
kebutuhan
fisiologis
yang
harus
terpenuhi adalah oksigen.
menetukan perencanaan perlu adanya kriteria
Penulis menetapkan diagnosa tersebut
hasil yang harus dicapai oleh perawat yang
disesuaikan dengan keadaan pasien dan juga
mengacu pada Nursing Outcome Classification
dari batasan karakteristik NANDA 2015 yaitu:
(NOC)
(1)
pernapasan:
keperawatan ini penulis mengacu pada
bradikardia, palpitasi jantung, perubahan EKG,
Nursinng Interventions Clasivication (NIC)
takikardia. (2) perubahan preload: distensi
2013
vena jugularis, edema, keletihan, murmur
keperawatan yang berbasis bukti di berbagai
jantung,
perawatan (Herdman, 2015).
perubahan
frekuensui
peningkatan
berat
badan,
peningkatan CVP, peningkatan PAWP, dan
2013
dan
sebuah
Penulis
pada
perencanaan
taksonomi
merumuskan
tindakan
tujuan
atau
penurunan PAWP. (3) perubahan afterload:
kriteria hasil berdasarkan (Moorhead, 2013)
dispnea, kulit lembab, oliguria, pengisian
setelah
kapiler
PVR,
selama 3 x 24 jam diharapkan status pompa
penurunan PVR, peningkatan serta penurunan
jantung dan sirkulasi dapat efektif dengan
SVR, penurunan nadi perifer, perubahan
kriteria hasil tekanan darah sistol dapat
memanjang,
peningkatan
dilakukan
tindakan
keperawatan
Pengelolaan Penurunan Curah Jantung Pada Tn. S dengan Congestive Heart Failure (CHF)
NYHA II di RSUD Dr. Adhyatma, MPH
6
ditingkatkan skala 5 (130-139), tekanan darah
serta tekanan hepar pada diafragma menjadi
diastol dapat ditingkatkan skala 5
berkurang.
(85-89),
nadi dapat ditingkatkan skala 5 (60-100),
Tindakan yang ketiga yaitu pemberian
pernapasan dapat ditingkatkan skala 5 (12-
oksigen sesuai kebutuhan pasien. Tn. S
20), tidak ada batuk, tidak ada edema
membutuhkan oksigen sebanyak 3 liter/menit
(Debora,
hal
2013).
Rencana
keperawatan
tersebut
dapat
diketahui
dengan
tersebut yaitu: ukur tanda – tanda vital,
penghitungan kebutuhan oksigenasi dengan
berikan posisi yang dapat memaksimalkan
rumus :
ventilasi (semi fowler), berikan oksigen sesuai
RR x VT x 20% = 25 x 500 ml x 20 % = 2600 ml
kebutuhan pasien, lakukan terapi relaksasi
= 2,6 l = 3 L/menit.
napas dalam, monitor pernapasan pasien,
Keterangan RR ( respiratory rate), VT ( volume
batasi aktivitas pasien, dan berikan obat
tidal dengan ketentuan 500 ml )
sesuai resep dokter (Bulecheck, 2013).
Menurut Semedi dan Hardiono (2012)
Selama 3 hari pengelolaan pada T. S
dalam Majalah Kedokteran Terapi Intensif
yang dimulai hari Selasa 9 Mei 2017 sampai
Volume 2 Nomor 2 April 2012 yang berjudul
Kamis 11 Mei 2017 dari pukul 13.00 WIB,
Pemantauan Oksigenasi menuturkan bahwa
tindakan keperawatan yang sudah dilakukan
terapi oksigen merupakan sebuah tindakan
penulis yaitu:
guna mengatasi hipoksia pada jaringan dan
Implementasi
pertama
Mengukuran
mengurangi
kerja
napas
serta
untuk
tanda-tanda vita, dengan tindakan tersebut
meningkatkan oksigen. Dalam pemberian
dapat
berharga
oksigen ini juga harus dimonitor pernapasan
mengenai status kesehatan pasien secara
pasien untuk mengetahui adakah perubahan
umum dan pengukuran ini dibandingkan
yang signifikan lebih baik atau menjadi lebih
dengan batas normal dari tanda-tanda vital
buruk.
memberikan
informasi
yang disesuaikan dengan usia dan juga hasil
Tidakan
yang
penulis
berikan
pengukuran sebelumnya dari pasien (Jones,
selanjutnya yaitu ajarkan relaksasi napas
2008).
dalam.
Berdasarkan
karya
ilmiah
yang
Tindakan selanjutnya berikan posisi
berjudul Pengaruh Relaksasi Napas Dalam
yang dapat meningkatkan ventilasi pasien
Terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen Pasien
yaitu posisi semi fowler. Menurut Smeltzer
Gagal Jantung Di Poli Jantung RSD dr.
(2013) posisi semi fowler atau 20 cm sampai
Soebandi Jember sebanyak 28 dari 56 pasien
30 cm (8 – 10 inchi) pada pasien gagal jantung
responden yang diberikan relaksasi napas
dapat memperbaiki aliran preload atau aliran
dalam
balik vena ke jantung dan paru menjadi
peningkatan rata-rata 1,82 % dari 97,60 %
berkurang, berkurangnya kongesti pada paru,
menjadi 99,42 %. Hal tersebut terjadi karena
saturasi
oksigen
mengalami
Pengelolaan Penurunan Curah Jantung Pada Tn. S dengan Congestive Heart Failure (CHF)
NYHA II di RSUD Dr. Adhyatma, MPH
7
relaksasi napas dalam ini dapat membuat
2x1, obat ini mengandung suplemen kalium
saturasi oksigen optimal, dengan optimalnya
untuk
saturasi
proses
elektrolit, obat ini diberikan apabila pasien
akan
mengalami hipokalemia, namu pada TN. S
menurunkan kontraktilitas otot jantung dan
tidak mengalami hipokalemia diberikan obat
menurunkan kecepatan transportasi darah ke
KSR sebagai pendamping obat dari furosemid
seluruh jaringan (Yuliansyah, 2016).
yang berguna untuk mengurangi retensi
tersebut
metabolisme
Tindakan
sel
meningkatkan
dan
tentunya
mengatasi
ketidakseimbangan
yang kelima yaitu batasi
cairan atau bengkak yang menyebabkan rasa
aktivitas pasien. Pasien dengan gagal jantung
ingin kencing terus menerus, dari efek
perlu istirahat baik fisik maupun emosional,
tersebut maka kalium dapat ikut keluar
dengan istirahat tersebut dapat mengurangi
beserta urin. Yang kedua yaitu obat diuretik
kerja jantung, tenaga cadangan jantung dapat
yang
meningkat, serta dapat menurunkan tekanan
euvolium (kering dan hangat) yang tentunya
darah.
dapat
sesuai dengan dosisi yang dibutuhkan pasien,
mengurangi kerja otot pernapasan yang
obat yang diberikan yaitu furosemid 2 x 20
berlebihan dan penggunaan oksigen. Dengan
mg.
Selain
itu
istirahat
juga
bertujuan
untuk
mencapai
status
pembatasan aktivitas dapat menurunkan
Selanjutnya yaitu obat untuk mengatasi
frekuensi jantung yang dapat memperpanjang
sesak dan batuk pasien yang pertama obat
periode diastol pemulihan yang memperbaiki
cefotaxim 2x1 gr dan yang kedua pemberian
efisiensi kontraksi jantung (Smeltzer, 2013).
obat erphafilin (200 mg) 3 x ½ (100 mg). Obat
Tindakan terakhir yang penulis berikan
cefotaxim merupakan obat antibiotik yang
yaitu pemberian obat sesuai resep dokter
berguna untuk bakteri yang dapat memicu
yaitu ISDN 3x5 mg, obat Isosorbide Dinitrate
infeksi sedangkan obat erphafilin merupakan
(ISDN) merupakan obat golongan nitrat
obat untuk memperluas saluran udara dari
berfungsi sebagai vasodilator karena jantung
paru-paru dengan bertindak pada enzim
tidak mampu memompa cukupan darah pada
phospodiesterase
tubuh. Obat yang kedua yaitu obat amlodipin
Spesialis
1x5 mg merupakan obat untuk mengatasi
2015).
(Perhimpunan
Kardiovaskuler
Dokter
Indonesia
2015,
hipertensi yang cara kerjanya melemaskan
Dari hasil evaluasi yang dimulai dari hari
dinding dan melebarkan pembuluh darah.
Rabu 10 Mei 2017 sampai Jum’at 12 Mei 2017
Obat yang ketiga yaitu aminophilin 3x100 mg
didapatkan
obat ini bekerja untuk mengobati batuk dan
keperawatan Tn. S belum teratasi secara
kesulitan bernapas.
maksimal karena tensinya yang masih relatif
Selanjutnya obat yang berhubungan
data
terakhir
masalah
tinggi, maka dari itu penulis mendelegasikan
dengan cairan yaitu yang pertama KSR tablet
Pengelolaan Penurunan Curah Jantung Pada Tn. S dengan Congestive Heart Failure (CHF)
NYHA II di RSUD Dr. Adhyatma, MPH
8
kepada perawat yang berada di ruang Dahlia 4
mecegah
semakin
memburuknya
kondisi
Rumah sakit Dr. Adhyatma, MPH.
pasien dan menekan prevalensi penderita CHF
di rumah sakit.
SIMPULAN
Dalam pengelolaan pada Tn. S penulis
melakukan selama tiga hari dimuali hari Selasa
9 Mei 2017 sampai Kamis 11 Mei 2017 melalui
lima proses keperawatan yang terdiri dari
pengkajian
yang
autoanamnesa
dilakukan
dan
secara
allowanamnesa,
perumusan masalah penulis mengacu pada
NANDA
International
2015-2017,
perencanaan keperawatan yang disesuaikan
dengan
kondisi
pasien
dan
didalam
menetukan perencanaan keperawatan perlu
adanya kriteria hasil yang harus dicapai oleh
perawat
yang
mengacu
pada
Nursing
Outcome Classification (NOC) 2013 dan pada
perencanaan
mengacu
keperawatan
pada
Nursing
ini
penulis
Interventions
Clasivication (NIC) 2013 sebuah taksonomi
tindakan keperawatan yang berbasis bukti di
berbagai
perawatan,
implementasi
keperawatan sesuai dengan rencana yang
sudah ditetapkan dan terakhir melakukan
evaluasi merupakan pengukuran keefektivitas
tindakan keperawatan yang sudah diberikan
oleh
perawat
kepada
pasien
dengan
pencapaian hasil yang dapat teridentifikasi
dan dievaluasi sebagai penilaian pada pasien.
SARAN
Saran bagi perawat di rumah sakit agar
meningkatkan pelayanan yang lebih maksimal
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M & Jane Hokanson
Hwaks.(2014). Keperawatan Medikal
Bedah Manajemen Klinis Untuk Hasil
Yang Diharapkan, edisi 8.Alih bahasa
Mulyanto, Joko, dkk. Jakarta: Salemba
Medika.
Bulecheck, Gloria M; Howard K.Butcher;
Joanne M, D; dan Cherly, M W.
(2013).Nursing
Interventions
Classification (NIC).
Debora, Oda. (2013). Proses Keperawatan Dan
Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba
Medika.
Herdman, T Heather. (2015). Diagnosis
Keperawatan Definisi & Klasifikasi
2015-2017. Jakarta: EGC.
Humas
Ugm/Ika, (2017). Penyakit Tidak
Menular
Terus
Meningkat.
https://www.ugm.ac.id/id/berita/113
07penyakit.tidak.menular.terus.meningk
at. 1-2. diakses tanggal 03 Februari
2017 pukul 21.00 WIB.
Moorhead, Sue; Marion Johnson; Meridean, L.
M; dan Elizabeth, S. (2013). Nursing
Outcomes Classification (NOC).
Jones, Rhonda M. (2008). General Assesment
dan
tanda
–tanda
vital.https://lyrawati.files.wordpress.c
om/2008/07/general-assesment-danvital-signs.pdf diakses tanggal 25 Mei
2017 pukul 09.00 WIB.
Mutaqqin, Arif. (2009). Pengantar Asuhan
Keperawatan dengan Gangguan
sistem
Kardiovaskuler.Jakarta
:
Salemba Medika.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler
Indonesia 2015. (2015). Pedoman
Tatalaksana
gagal
Jantung.www.inaheart.org/.../Pedom
an_TataLaksana_Gagal_Jantung_2015
diakses 13 Februari 2017, pukul
12.00WIB.
pada pasien penurunan curah jantung untuk
Pengelolaan Penurunan Curah Jantung Pada Tn. S dengan Congestive Heart Failure (CHF)
NYHA II di RSUD Dr. Adhyatma, MPH
9
Riset
Kesehatan
Dasar.
(2013).
www.depkes.go.id/resources/downlo
ad/general/Hasil%20Riskesdas%20201
3.pdf. 128. 131. Diundul tanggal 03
Februari 2017.Pukul 15.00WIB.
Sari, Patricia R; Starry H. P; dan Agnes L.
Panda.(2013). Hubungan Kelas NYHA
dengan fraksi Ejeksi Pada Pasien
Gagal Jantung Kronik di BLU/RSUP
Prof.Dr. R.D. Kandou Manado.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php
/eclinic/article/view/3266. 6. diunduh
tanggal 15 Februari 2017. Pukul 16.30
WIB.
Udjianti, Wajan J. (2013). Keperawatan
Kardiovaskular. Jakarta : Salemba
Medika.
Phang Wienaldi. (2017). Tanda-tanda Awal
gagal
Jantung.http://harian.analisadaily.co
m/kesehatan/news/tanda-tandaawal-gagaljantung/318125/2017/02/13 diakses
tanggal 19 april 2017, pukul 21.00
WIB.
Prasetiadi, M Wahyu D N. (2015).Hubungan
Tingkat Kepatuhan Minum Obat
Dengan Kejadian Rawat Inap Ulang
Pasien Dengan Gagal Jantung
Kongestif
Di
RSUD
Dr.Moewardi.http://www.stikeskusu
mahusada.ac.id/digilib/files/disk1/25/
01-gdl-mwahyudwin-1215-1-skripsi8.pdf. 60,62, 64.diakses tanggal 14
Februari 2017 pukul 18.00 WIB.
Semedi, Bambang P & Hardiono.(2012).
Pemantauan Oksigenasi Volume 2
Nomor 2 April 2012 dalam Majalah
Kedokteran
Terapi
Intensif.perdici.org/wpcontent/uploads/mkti/2012-0202/mkti2012-0202-085093.pd diakses
tanggal 25 Mei 2017 pukul 09.00 WIB.
Shah, Dhwanit S; Desai, Anjan R; dan Gohil
Nilam.A Comparasion of Effect Semi
Fowler’s Vs Side Lying Position On
Tidal Volume & Pulse Oxymetry In ICU
Patients.
http://www.innovativejournal.in/inde
x.php/ijmhs. diunduh tanggal 22 April
2017 pukul 14.00 WIB.
Smeltzer, Suzane C dan Brenda G. Bare.(2013).
Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah Brunner & Suddarth, edisi 8.
Jakarta: EGC.
Yuliansyah, Deddy. (2016). Pengaruh Relaksasi
Napas Dalam Terhadap Peningkatan
Saturasi Oksigen Pasien Gagal Jantung
Di Poli Jantung RSD dr. Soebandi
Jember.
digilib.unmuhjember.ac.id/download.
php?id=3987 diakses tanggal 24 Mei
2017 pukul 11.00 WIB
Pengelolaan Penurunan Curah Jantung Pada Tn. S dengan Congestive Heart Failure (CHF)
NYHA II di RSUD Dr. Adhyatma, MPH
10
Download