Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Karmitasari et al Hubungan Tingkat Stress... HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI RUANG ICCU DR. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA Karmitasari Yanra Katimenta*, Meilitha Carolina***, Wijaya Kusuma** Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya Korespondensi Penulis: Telp: 085249173231 Email: [email protected] ISSN: 2086-3454 ABSTRAK Latar Belakang: Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan akan memulihkan keadaan tubuh. Fenomena terjadi pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) di Ruang ICCU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yaitu mempunyai tingkat stres dengan kualitas tidur buruk. Tujuan: mengetahui Hubungan Tingkat Stres Dengan Kualitas Tidur Pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) Di Ruang ICCU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan desain korelasi. Populasi yaitu pasien Congestive Heart Failure (CHF) Di Ruang ICCU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya diambil dengan tehnik Nonprobability Sampling (Accidental Sampling). Metode: Analisa data menggunakan uji Spearman Rhank. Hasil: Dengan menggunakan uji Spearman Rhank diperoleh Sig. (2-tailed) 0,001 yang berarti p – value < 0.05, maka H1 diterima yang artinya dan hubungan tingkat stress dengan kualitas tidur pada pasien Congestive Heart Failure (CHF)di Ruang ICCU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Kesimpulan: setelah diberikan informasi diharapkan Pasien Congestive Heart Failure (CHF) dapat mengatasi tingkat stres dan kualitas tidur yang buruk. Kata Kunci : Tingkat stres, Kualitas Tidur 241 Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 PENDAHULUAN Congestive Heart Failure (CHF) ataugagaljantungmerupakan suatu keadaan patologis di mana kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhi kebutuhan jaringan dengan meningkatkan tekanan pengisian. Gagal jantung dikenal dalam beberapa istilah yaitu gagal jantung kiri, kanan, dan kombinasi atau kongestif.Gagal jantung kiri terdapat bendungan paru, hipotensi, dan vasokontriksi perifer yang mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.Gagal jantung kanan ditandai dengan adanya edema perifer, asites dan peningkatan tekanan vena jugularis.Gagal jantung kongestif adalah gabungan dari kedua gambaran tersebut.(McPhee & Ganong, 2010) dalam Fachrunnisa (2015: 1094).CHF menimbulkan berbagai gejala klinis diantaranya; dipsnea, ortopnea, pernapasan Cheyne-Stokes, Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND), asites, piting edema, berat badan meningkat, dan gejala yang paling sering dijumpai adalah sesak nafas pada malam hari, yang mungkin muncul tiba-tiba dan menyebabkan penderita terbangun (Udjianti, 2011)dalam Fachrunnisa (2015: 1095). Munculnya berbagai gejala klinis pada pasien gagaljantung tersebut akan menimbulkan masalah keperawatan dan mengganggu kebutuhan dasar manusia salah satudiantaranya adalah tidur seperti adanya nyeri dada pada aktivitas, dyspnea pada istirahat atau aktivitas, letargi dan gangguan tidur. Gangguan tidur adalah simptom yang paling sering dilaporkan pada pasien CHF dan dirasakan oleh 75% penderitanya. Faktor yang berhubungan dengan gangguan tidur pada kelompok ini multidimensional seperti karakteristik demografi (jenis kelamin, umur), perjalanan penyakit CHF, beberapa masalah kesehatan (nyeri, depresi), simptom dari CHF, medikasi, stress dan kecemasan (Nancy & Kathy, 2012) dalam Fachrunnisa (2015: 1095). Pasien dengan CHF juga sering merasa cemas, ketakutan dan depresi. Hampir semua pasien menyadari bahwa jantung adalah organ yang penting dan ketika jantung mulai rusak maka kesehatan juga terancam. Ketika penyakit meningkat dan manifestasinya memburuk, terjadi stres (ketegangan) sampai mengalami kecemasan yang berat dan hal ini apabiladibiarkan akan mengganggu status mental seseorang (Hidayat, 2007) dalam Karmitasari et al Hubungan Tingkat Stress... Fachrunnisa (2015: 1095). Stres tidak hanya mempengaruhi perilaku tetapi juga dapat mempengaruhi kualitas tidur pada pasien gagal jantung. Stres juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tertidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur dan stres yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk. Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun.Fenomena yang terjadi pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) yang berada di Ruang ICCU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yaitu, terdapat pasien yang mempunyai kualitas tidur buruk seperti mengeluh tidak bisa tidur, kurang lama tidur, sering terbangun, susah memulai untuk tidur, tidur dengan mimpi yang menakutkan. Data yang diperoleh dari WHO (2012) menunjukkan bahwa pada tahun 2008 terdapat 57 juta kematian oleh semua jenis penyakit dan 36 juta atau sekitar 63 % di antaranya disebabkan oleh Non Comunicable Disease (NCD) dan 17 juta atau sekitar 48 % dari total kematian disebabkan oleh penyakit Kardiovaskular. Prevalensi Gagal Jantung di Amerika pada tahun 2008 yaitu sekitar 5,7 juta untuk semua tingkat usia. Selanjutnya terjadi peningkatan menjadi 6,6 juta jiwa pasien menderita Gagal Jantung pada tahun 2010 dan diperkirakan akan bertambah sebanyak 3,3 juta jiwa pada tahun 2030 atau sekitar 2,3 % dari tahun 2010. Dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementrian Kesehatan Indonesia tahun 2007 yaitu terdapat 7,2% penduduk Indonesia menderita Penyakit Jantung. Sedangkan angka mortalitasnya sebanyak 31,9% disebabkan oleh Penyakit Kardioserebrovaskular yaitu Penyakit Jantung, Stroke, dan Pembuluh darah perifer (Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2007). Data rekam medis RSUDdr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada tahun 2014 terdapat jumlah kasus CHF sebesar 608 kasus dari 10 besar kasus penyakit kardiovaskular, kemudian pada 2015 terdapat 555 kasus CHF. CHF ini merupakan penyakit urutan pertama pada kasus kardiovaskular di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. (Rekam Medis RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya). Hasil survei pendahuluan ini juga didukung oleh hasil observasi yang dilakukan peneliti pada Tanggal18 Januari 2016 terhadap 6 pasien 242 Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 CHF di Ruang ICCU RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ditemukan bahwa 2 dari 6 pasien mengatakan terjaga saat tidur dikarenakan nyeri dada, 2 dari 6 pasien mengatakan sesak napas , 1 dari 6 pasien mengatakan terjaga karena lingkungan yang kurang nyaman seperti suhu yang terlalu panas atau dingin, kebisingan yang berasal dari pasien lainnya atau dari aktivitas perawat dan 1 dari 6 pasien mengatakan gelisah dan cemas karena memikirkan penyakitnya. Penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan Rizal Iyonu (2014) menunjukkan bahwa adanya hubungan posisi tidur semi fowler dengan kualitas tidur pada klien gagal jantung kongestif p value 0,005 < α = 0,05dengan hasil analisis menunjukkan bahwa pada klien gagal jantung kongestif berada pada posisi semi fowler 72,7% dan kualitas tidur baik 72,7%. Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur buruk dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologi.Dampak fisiologi meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, rasa lelah, lemah, daya tahan tubuh menurun dan ketidakstabilan tanda-tanda vital.Dampak psikologis meliputi depresi, cemas dan tidak konsentrasi (Potter & Perry, 2010) dalam (Fachrunnisa, 2015 : 1095) . Solusi yang akan ditawarkan peneliti yaitu memberikan pendidikan kesehatantentang bagaimana cara memanajemen stres, melaluiistirahat yang cukup serta rehabilitasi, pengaturan diet dan nutrisi, pengaturan berat badan, psikoterapi, terapi psikoreligius adalah cara-cara yang praktis untuk menghambat progresifitas dari penyakit. Sehingga dapat mengurangi dampak stres terhadap kualitas tidur pada pasien gagal jantung.Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Stres dengan Kualitas Tidur pada Pasien Congestive Heart Failure(CHF) di RSUDdr. Doris Sylvanus Palangka Raya. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional. Jenis rancangan ini mengkaji hubungan antara variabel. Penelitian korelasi bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antarvariabel (Nursalam 2014:162). Dalam rancangan penelitian ini peneliti melibatkan dua variabel dan akan menjelaskan tentang hubungan tingkat stress dengan kualitas tidur pada pasien Congestive Heart Karmitasari et al Hubungan Tingkat Stress... Failure(CHF) di Ruang ICCU RSUDdr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu semua pasien Congestive Heart Failure (CHF) yang memiliki gangguan tidur di Ruang ICCU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya sebanyak 30 orang. Tempat penelitian yaitu di Ruang ICCU RSUDdr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memperoleh data penelitian yangakan dilaksanakan pada tanggal 8– 24 juni 2016. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan kuisioner DASS 42 dan PSQI . Analisis data dilakukan analisis univeriat dan bivariate. Analisa univariat terdiri dari data umum responden yaitu jenis kelamin, riwayat pendidikan, riwayat masuk rumah sakit serta agama. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hungan antara variabel dependen dan independen, dianggap bermakna bila nilai p adalah < level of significance (< 5% = 0,05). Analisis data menggunakan uji statistic spearman’s rank Prinsip etika penelitian tetap dilakukan untuk melindungi subjek penelitian. HASIL PENELITIAN Analisis hubungan tingkat stress dengan kualitas tidur ppada pasien congestive heart failure (CHF). Tabel hasil uji spearman’s rank Tingkat Kualita stress s Tidur Correlati on 1,000 ,595** Ting Coefficien kat t Sp stres Sig. (2. ,001 ea s tailed) rm N 30 30 an' Correlati s on rh ,595** 1,000 Kua Coefficien o litas t tidur Sig. (2,001 . tailed) N 30 30 ** correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Berdasarkan analisis dengan menggunakan uji statistik Spearmen Rank (Rho) didapatkan 243 Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 hasil analisa yaitu 0,001 yang menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kualitas tidur. Hal ini dibuktikan dengan hasil P value < nilai α dengan tingkat signifikansi α = 0,05 sehingga hasil uji sebesar 0,001 < 0,05 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan cukup bermakna antara tingkat stres dengan kualitas tidur. PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan antara tingkat stres dengan Kualitas tidur pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) Di Ruang ICCU RSUD dr. Doris Sylvanus. Berdasarkan analisis dengan menggunakan uji statistik Spearmans Rho didapatkan hasil analisa yaitu 0,001 yang menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kualitas tidur. Hal ini dibuktikan dengan hasil P value < nilai α dengan hasil nilai uji statistik menggunakan chi-square menunjukan nilai yang signifikan yaitu p = 0,001 < α 0,05 dengan tingkat signifikan p < α =0,05. Hal ini menunjukann bahwa jika dalam keadaan tingkat stres sedang akan berpengaruh pada kualitas tidur buruk. Dari hasil uji silang tingkat stres dengan kualitas tidur pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) Di Ruang ICCU RSUD dr. Doris Sylvanus, menunjukan bahwa dari total 30 responden yang paling banyak adalah tingkat stres ringan 23 responden ( 76,7%) dengan kualitas tidur baik 2 responden (6,7 %), kualitas tidur buruk 19 responden (63,3%) dan kualitas tidur sangat buruk 2 responden (6,7%). Sedangkan responden yang sedikit adalah tingkat stres sedang 7 responden (23,3%) dengan kualitas tidur buruk 2 responden(6,7% ) dan kualitas tidur yang sangat buruk 5 responden (16,7%). Kondisi stres psikologis dapat terjadi pada seseorang ketegangan jiwa. Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak daripada biasanya. Di samping itu, siklus bangun tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan. Kondisi stres emosional dan ansietas dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah melalui stimulus sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM seringnya terjaga saat tidur. Kualitas tidur pada dewasa tengah mengalami perubahan waktu yang digunakan untuk tidur mulai menurun. Periode tahapan tidur pada tahap 4 mulai menurun. Seringkali ditemukan gangguan tidur yang disebabkan oleh Karmitasari et al Hubungan Tingkat Stress... perubahan dan stres di usia menengah. Penggunaan obat tidur sering digunakan untuk membantu cepat tidur. Jika dibandingkan antara fakta dan teori ditemukan adanya persamaan dimana terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kualitas tidur pada pasien Congestive Heart Failure (CHF). Stres menyebabkan seseorang mencoba untuk tidur, namun selama siklus tidurnya sering terbangun atau terlalu banyak tidur dan stres yang berlanjut dapat mempengaruhi kualitas tidur yang buruk. Kualitas tidur adalah suatu keadaan di mana tidur yang dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran di saat terbangun (Khusnul Khasanah, 2012:189). Kualitas tidur meliputi 7 komponen yaitu kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur kebiasaan, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan gangguan fungsi tubuh di siang hari. Hubungan antara tingkat stres dengan kualitas tidur pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) dapat dikatakan jika stres berpengaruh terhadap kualitas tidur. Kondisi stres psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa. Seseorang yang memiliki masalah psikologis akan mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur. Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak. Maka dihubungkan dengan proses penyakit Congestive Heart Failure. Dimana kondisi jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal muncul gejala nafas pendek yang tipikal saat istirahat atau saat melakukan aktifitas disertai atau tidak kelelahan. Seiring dengan proses tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan di antaranya adalah masalah fisik dan psikologis. Kualitas tidur merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan seseorang untuk dapat berfungsi dengan baik yang diyakini dapat digunakan untuk keseimbangan mental, emosional, 244 Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 kesehatan, mengurangi stres pada paru, kardiovaskular, endokrin dan lain-lain. KESIMPULAN Terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kualitas tidur pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) di Ruang ICCU RSUD dr. Doris SylvanusPalangka Raya diperoleh hasil yaitu dengan menggunakan uji Spearmen Rank (Rho) nilai signifikan P value = (P0,001) yang artinya H1 diterima.. SARAN Bagi peneliti lain dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai bahan referensi untuk pustaka dan hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut yaitu tentang factor yang mempengaruhi Kualitas tidur. DAFTAR RUJUKAN Abdul Majid, Tesis(2010) Analisis faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian rawat inap ulang pasien gagal jantung kongestif di Rumah Sakit Yogyakarta Tahun 2010. Diperoleh tanggal 17 Januari 2015 dalam http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/202 81141-T%20Abdul%20Majid.pdf Asmadi, (2008). Tehnik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan. Baiq Ulfa Lailiana Khairunnisya. (2014) Hubungan Tingkat Stress dan Peningkatan Tekanan Darah terhadap Kualitas Tidur pada Penderita Hipertensi Lansia di Desa Wonorejo Kecamatan Polokarto. Diperoleh tanggal 17 Januari 2015 dalam http://eprints.ums.ac.id/32254/14/nas kah20 publikasi.pdf Fahrunisa.(2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pada pasien Congestif Heart Failure http://webcache.googleusercontent.c om/search?q=cache:DSNwLRksSbIJ :jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/ article/download/8273/7943+&cd=2 &hl=id&ct=clnk&gl=id Hidayat, A. Aziz Alimul, (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Karmitasari et al Hubungan Tingkat Stress... Hidayat, A. Aziz, Alimul, (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika. Hidayat, A. Aziz Alimul, (2008), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika. Hawari, D. (2008). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: FK Universitas Indonesia. McPhee, S.J.J., & Ganong, W.F. (2010). Patofisiologi Penyakit: Pengantar Menuju Kedokteran Klinis. Jakarta : EGC. Notoatmodjo. (2002). Pendidikan dan prilaku kesehatan. Rineka cipta. Jakarta Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 2 Jakarta: Salemba Medika. Nursalam, (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan. Jakarta: EGC. Nursalam, (2011). Konsep Dan Penerapan Metodologi Pendidikna Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Perry dan Potter. (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik, Vol. 2. Jakarta: EGC. Ridla Hanum, Skripsi. (2014) Gambaran Kualitas Tidur Pasien Gagal Jantung di RSUP H. Adam Malik Medan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/1 23456789/39861/5/Chapter%20I.pdf Sarafino, (2008). Health Psichology. Biopsychosocial Interactions sixth edition. United States: John Willey & Sons. Inc. Saryono & Anggriyana Tri Widianti. 2011. Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Yogyakarta: Nuha Medika. Sugiyono, (2012). Statika Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta. Udjianti, W. J. (2011). Keperawatan kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika. 245 Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No. 1 Juli 2016 Karmitasari et al Hubungan Tingkat Stress... *Ns. Karmitasari Yanra Katimenta, Kep. Dosen S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya. **Ns. Meilitha Carolina, M. Kep. Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya. *** Ns. Wijaya Kusuma, M. Kep. Dosen Poltekkes Kemenkes Palangka Raya. 246