PEMELIHARAAN INDUK BETINA IKAN ASANG - E

advertisement
PEMELIHARAAN INDUK BETINA IKAN ASANG (Osteochilus vittatus,
Cyprinidae) PADA WADAH YANG BERBEDA TERHADAP DAYA
REPRODUKSI
Satri Aferi, Hafrijal Syandri, Azrita
Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Bung Hatta
E mail : [email protected]
ABSTRAK
The research is done to analyze maintenance female parent fish Osteochilus vittatus in different habitats
respect to time achievement ripe the gonads , ovi somatic index , fecundity , the diameter of eggs and
degrees hatching the egg. Methods used is experimental methods and analysis using t namely the
comparison between 2 variables. Variable a namely maintenance parent fish Osteochilus vittatus in in a
concrete tank with density 13 tail / m3. equivalent to 65 tail / 4.8 m3 , while variable b namely
maintenance parent fish Osteochilus vittatus in keramba a net buoyant in lake maninjau with density 13
tail / equivalent to 65 tail / 4.8 m3. The results of the study showed that time achievement ripe gonad that
the fastest happened to maintenance female parent fish Osteochilus vittatus in keramba a net buoyant (
122±32 days and the longest travel time in a concrete tank ( 144 ± 31 days ) .Index ovi somatic female
parent fish Osteochilus vittatus preserved in in a concrete tank is the ( 16,43 ± 5.54 % ) while in keramba
a net buoyant ( 13,65 ± 6.33 % ) . Fecundity fish Osteochilus vittatus preserved in in keramba a net
buoyant ( 51.167±10.551 grains and in tub concrete tank ( 25.892 ± 9.869 grains ) .The diameter of eggs
largest found in maintenance female parent fish asang in the concrete tank ( 0,97 ± 0.05 mm ) and
smallest in maintenance female parent fish Osteochilus vittatus in keramba a net buoyant ( 0,90 ± 0.00
mm ) . Degrees hatching the egg is highest in maintenance female parent fish Osteochilus vittatus in the
concrete tank ( 18,57 ± 13,74 % ) and the lowest is in maintenance female parent fish Osteochilus vittatus
in keramba a net buoyant ( 15,20 ± 13,01 % ).
Keyword : Fish Osteochilus vittatus Parent, A Container Different, Power Reproduction
PENDAHULUAN
Di perairan umum Sumatera Barat ikan
Salah satu spesies ikan yang mulai terancam
asang ini sudah sulit ditemukan (Uslichah
punah adalah ikan asang (Osteochilus
dan Syandri, 2003), termasuk di Danau
vittatus.) Ikan ini merupakan ikan konsumsi
Maninjau dan Sungai Antokan (Syandri et
yang memiliki nilai ekonomis yang cukup
al, 2014, Azrita et al 2014). Untuk
tinggi, namun ikan ini sudah mulai terancam
menghindari
punah akibat penangkapan yang tidak
dilakukan usaha domestikasi, yaitu usaha
selektif dan perubahan habitat (Syandri et al,
menjinakkan ikan – ikan liar yang hidup di
2014).
perairan umum dengan cara melakukan
dari kepunahan maka perlu
pemeliharaan secara terkontrol. Menurut
Syandri,(2012) domestikasi dapat dilakukan
Materi Dan Metoda Penelitian
pada tahap penangkaran induk, penangkaran
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari
benih atau penangkaran fingerling.
sampai Agustus 2015 yang bertempat di
Domestikasi di akuarium telah dilakukan
Laboratorium
pada larva ikan asang (Syandri et al, 2015).
Universitas Bung Hatta dengan titik kordinat
Sedangkan (Azrita et al, 2010) menyatakan
S: 005421,3 E: 1002035,2
bahwa domestikasi juga dapat dilakukan di
Maninjau,
Jorong
keramba
Kenagarian
Sungai
jaring
apung.
Penelitian
ini
Terpadu
Batung
Batang,
Perikanan
dan Danau
Panjang,
Kecamatan
ditujukan untuk domestikasi induk ikan
Tanjung Raya, Agam dititik kordinat S.
asang betina pada habitat bak beton di
00207,5 E. 1001311,9.
Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta,
Padang dan keramba jaring apung di Danau
Maninjau
untuk
meningkatkan
potensi
reproduksi.
Dari permasalahan diatas penulis ingin
melakukan penelitian tentang pemeliharaan
induk
betina
ikan
asang
(Osteochilus
vittatus, Cyprinidae) pada habitat yang
berbeda terhadap daya reproduksi. Ttujuan
untuk menganalisis pengaruh pemeliharaan
induk
betina
ikan
asang
(Osteochilus
vittatus, Cyprinidae) pada wadah yang
Wadah Pemeliharaan
Wadah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah bak beton yang berukuran 4 x 2 x 0.8
m sebanyak 1 unit dan keramba jaring apung
yang berukuran 4 x 2 x 1.8 m sebanyak 1
petak.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wadah berupa bak beton dan keramba
jaring apung, serokan, timbangan, kertas pH,
kertas mili meter, thermometer dan DO
meter.
berbeda yaitu pada bak beton dan keramba
Ikan Uji
jaring apung terhadap potensi reproduksi
Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi lama waktu pencapaian matang
adalah induk betina ikan asang dengan rata–
gonad, indek ovi somatic, fekunditas ,
rata berat awal 57,38 g/ekor dan rata–rata
diameter telur dan derajat penetasan telur.
panjang awal 17,36 cm yang diperoleh dari
Sungai Kampar, Kabupaten Kampar, semua
ikan uji berada pada TKG I. Ikan uji yang
digunakan sebanyak 120 ekor yang dibagi
menjadi 65 ekor dipelihara di dalam bak
Prosedur Penelitian
beton dan 65 ekor dipelihara di keramba
Persiapan Wadah
jaring apung.
1.
Menyiapkan
bak
beton
pemeliharaan dengan ukuran 4 x 2
Pakan
x 0.6 m yang diisi air dengan
Pakan yang diberikan pada ikan uji adalah
volume sebanyak 4.8 m³.
pellet komersil berupa butiran dengan merek
2. Menyiapkan keramba jaring apung
dagang Bintang berukuran 2 mm yang
dengan ukuran 4 x 2 x 0.6 m yang
diperoleh dari toko pakan ikan dengan
diisi air dengan volume sebanyak
kandungan protein 28-30%, lemak minimal
4.8 m³.
4%, serat maksimum 6%, kadar abu 13%
3. menyiapkan aquarium penetasan
dan kadar air maksimum 12%.
dengan ukuran 90 x 40 x 35 cm
Metode Penelitian
sebanyak 4 unit.
Rancangan Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan
metoda
eksperimen dan menggunakan uji t yaitu
perbandingan antar 2 variabel dengan
perlakuan sebagai berikut :
Perlakuan A =
Pemeliharaan induk ikan
asang di dalam bak beton
dengan
padat
tebar
13
ekor/m³ setara dengan 65
ekor / 4.8 m³.
Perlakuan B = Pemeliharaan induk ikan
asang
dalam
jaring
apung
Maninjau
keramba
di
Danau
dengan
padat
tebar 13 ekor/m³ setara
dengan 65 ekor / 4.8 m³.
Persiapan Ikan Uji
Ikan uji ini di dapat dari alam yang
bertempat dari sungai Kampar, Kabupaten
Kampar. Ikan ini di pelihara dalam bak
beton dan kemudian dilakukan penyeleksian
induk ikan, Selanjutnya induk yang diseleksi
dilakukan pengukuran panjang awal (cm)
dan
bobot
awal
(g)
dan
selanjutnya
dimasukan kedalam masing-masing wadah
pada tiap-tiap habitat sesuai perlakuan
dengan padat tebar 13 ekor / m³.
Pelaksanaan Penelitian
1. Induk yang digunakan adalah
induk yang kematangan gonadnya
sama yaitu TKG I.
2. Pakan diberikan 3 kali sehari yaitu
pukul 08.00, 13.00 dan 18.00
WIB sebanyak 5% dari berat
6.
Penetasan
telur
ikan
asang
biomasa ikan dengan pemberian
dilakukan dengan cara sampel
awal yaitu 62.16 g.
yaitu mengambil telur ikan seujung
3. Pengecekan tingkat kematangan
sendok teh kemudian ditetaskan di
gonad induk betina ikan asang
dalam ayakan yang di tempatkan
dilakukan satu kali dalam dua
pada aquarium penetasan.
minggu, sampai induk betina ikan
asang siap untuk di pijahkan (lama
pemeliharaan ± 6 bulan).
4. Pengukuran panjang (cm) dan
bobot (g) dilakukan pada awal
penelitian.
5.
Pemijahan
dilakukan
secara
buatan dengan melakukan striping
pada induk ikan uji.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecepatan Waktu Pencapaian Matang
Gonad
Data hasil pengamatan tentang pemeliharaan
induk betina Ikan Asang (Osteochilus
vittatus) pada habitat yang berbeda terhadap
kecepatan waktu pencapaian matang gonad
disajikan
pada
tabel
1.
Tabel 1. Rata-rata Kecepatan Waktu Pencapaian Matang Gonad Pada Induk Betina Ikan Asang
(Hari).
Wadah pemeliharaan
N
Kecepatan waktu matang gonad (hari)
Keramba jaring apung
122±32a
40
Bak beton
144±31b
40
Keterangan: huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan adanya perbedaan (P<0,05).
Dari Tabel 1 menunjukan bahwa pada
betina ikan asang di keramba jaring apung
perlakuan A yaitu pemeliharaan induk
Danau Maninjau memberikan perbedaan
betina ikan asang di keramba jaring apung
yang signifikan pada setiap perlakuan
memerlukan
(P<0,05), dimana T hitung -2,619 > T tabel
waktu
pencapaian
matang
gonad dengan rata-rata 122 hari, sedangkan
2,000 berarti Ho ditolak dan Hi diterima.
induk
Berdasarkan
yang
dipelihara
di
bak
beton
analisis,
terjadinya
waktu
memerlukan waktu dengan rata-rata 144
matang gonad di keramba jaring apung
hari.
diduga akibat perbedaan kualitas air seperti,
Berdasarkan analisis statistika dengan uji
di keramba jaring apung dengan DO 6,61
independen test untuk waktu pencapaian
mg/L, Nitrat 1,02 mg/L, Nitrit 0,19 mg/L,
matang gonad pada induk betina ikan asang
Posphat 0,58 mg/L, Suhu 290C dan pH 7,5
membuktikan bahwa pemeliharaan induk
sedangkan pada bak beton yaitu DO 6 mg/L,
Nitrat 0,29 mg/L, Nitrit 0,05 mg/L, Posphat
bandingkan pada di bak beton. Selain jenis
0,24 mg/L, Suhu 310C dan pH 7. Menurut
Hydrodictyoceae di habitat keramba jaring
Soeseno (1979), suhu yang layak untuk
apung juga terdapat jenis Cladophora,
budidaya ikan diperairan tropis berkisar 25-
sedangkan pada habitat bak beton hanya
30, apa bila suhu air terlalu rendah atau
terdapat
jenis
hydrodictyoceae
dengan
sebaliknya menyebabkan nafsu makan ikan
populasi
yang
lebih
Adapun
berkurang sehingga pakan yang diberikan
kandungan protein, lemak dan karbohidrat
banyak yang tidak dimakan. Cepatnya waktu
pada
pencapaian matang gonad induk betina ikan
36,79% ;
asang pada habitat keramba jaring apung di
2011). Ikan nilem dan
Danau Maninjau diduga karena selain
berumur 1-3 bulan membutukan
memakan pakan komersil induk ikan asang
berkisar
yang dipelihara juga banyak memakan
protein yang terkandung pada Hydrodictyon
pakan alami yang mana dapat memenuhi
berpotensi mencukupi kebutuhan nutrisi
kebutuhan nutrisi untuk induk sehingga bisa
ikan nilem dan ikan nila (Febriyanti, 2011).
mempercepat waktu pencapaian matang
Indeks Ovi Somatik
gonad. Ketersediaan pakan alami pada
Data lengkap dari hasil perhitungan nilai
keramba jaring apung di Danau Maninjau
indeks ovi somatic (IOS) dari masing-
populasi hydrodictyoceae cukup tinggi di
masing perlakuan dapat dilihat pada tabel 2.
Hydrodictyon
sedikit.
berturut-turut
yaitu
1,09% ; 16,72% (Febriyanti,
ikan nila yang
35%-50%. Dengan
protein
demikian,
Tabel 2. Rata-rata Indeks ovi Somatik Pada Induk Betina Ikan Asang (%)
Wadah pemeliharaan
Indek ovi Somatik (%)
Keramba jaring apung
13,65±6,33a
Bak beton
16,43±5,54a
Keterangan: huruf superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak ada perbedaan (P>0,05).
Dari
Tabel
2
menunjukan
bahwa
Berdasarkan analisis statistika dengan uji
pemeliharaan induk betina ikan asang di
independen test untuk indeks ovi somatic
keramba jaring apung memiliki Indeks ovi
pada induk betina ikan asang membuktikan
Somatik rata-rata 13,65%, sedangkan pada
bahwa pemeliharaan induk betina ikan asang
pemeliharaan induk betina ikan asang di bak
di keramba jaring apung Danau Maninjau
beton memiliki Indeks ovi Somatik rata-rata
tidak memberikan pengaruh yang signifikan
16,43%.
pada setiap perlakuan (P>0.05), dimana t
hitung -0,660 < t tabel 2,447 berarti Ho
gouramy)
diterima dan Hi ditolak.
sedangkan pada perlakuan pakan tanpa
Indeks ovi Somatik induk betina ikan asang
vitamin E nilai IOS sebesar 0,90%. Dari
pada bak beton memiliki nilai yang lebih
hasil penelitian Aryani (2002) pengkayaan
tinggi, hal ini diduga karena kurang nya nilai
vitamin E pada ikan baung (Mystus numerus
gizi dari pakan yang dimakan oleh induk
CV) sebesar 100 mg/kg pakan nilai IOS
ikan sehingga telur ikan memiliki kadar air
yang diperoleh sebesar 9,16%.
yang tinggi dengan demikian gonad ikan
Bagenal (1971) menyatakan bahwa ikan
akan menjadi lebih berat.
yang mempunyai IOS lebih kecil dari 20
Menurut Effendie (1979), untuk tingkat
adalah kelompok ikan yang memijah lebih
kematangan gonad tertentu nilai indeks tidak
dari sekali setiap tahunnya. Ikan Mas Koki
merupakan suatu nilai melainkan merupakan
termasuk yang bernilai IOS lebih kecil dari
suatu kisaran, sehingga indeks ovi somatic
20 sehingga dikategorikan sebagai ikan yang
setiap ikan dapat berbeda-beda. Dan nilai
dapat memijah lebih dari sekali setiap
indeks ovi somatik terkait dengan mutu
tahunnya.
pakan yang dikonsumsinya, makin baik
Fekunditas
mutu pakan maka nilai indeks ovi somatik
Data lengkap dari hasil perhitungan
akan lebih tinggi. Hasil penelitian Basri
fekunditas pada induk betina ikan Asang
(2002) pengkayaan vitamin E sebesar
disajikan pada tabel 3.
menghasilkan
IOS
3,17%,
338,72 mg/kg pakan ikan gurami (O.
Tabel 3. Rata-Rata fekunditas Ikan Asang
Wadah Pemeliharaan
Keramba jaring apung
Bak beton
Fekunditas (butir/kg berat badan)
51.167±10.551a /141,12 g
25.892±9.869b/100,1 g
Keterangan: huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan adanya perbedaan (P<0,05).
Dari
Tabel
3
menunjukan
bahwa
rataan 25892.75 butir. Proses perhitungan
pemeliharaan induk betina ikan asang di
fekunditas dapat dilihat pada lampiran 2.
keramba jaring apung memilliki fekunditas
Berdasarkan analisis statistic dengan uji
dengan rataan 51167.00 butir, sedangkan
independen test untuk fekunditas pada induk
pemeliharaan induk betina ikan asang pada
betina ikan asang membuktikan bahwa
bak beton memiliki fekunditas dengan
pemeliharaan induk betina ikan asang di
keramba jaring apung Danau Maninjau
lingkungan. Menurut Bagenal (1963), bahwa
memberikan pengaruh yang signifikan pada
satu-satunya
setiap perlakuan (P<0,05), dimana t hitung
berpengaruh terhadap fekunditas ikan adalah
3,499 > t tabel 2,447 maka Ho ditolak dan
ketersediaan makanan yang tinggi. Rahmah
Hi diterima.
(2014)
Tingginya fekunditas pada pemeliharaan di
bahwa nilai fekunditas tertinggi terdapat
keramba jaring apung Danau Maninjau
pada induk ikan yang diberi makan dengan
diduga
ketersediaan
pakan hasil pengayaan dengan dosis 134,22
pakan alami yang dimakan induk ikan asang
mg/kg pakan sebanyak (2635,66 butir) dan
bisa memenuhi nilai gizi yang dibutuhkan
yang terendah pada dosis 1355,66 mg/kg
sehingga dapat menghasilkan fekunditas
pakan sebanyak (1355,66 butir).
yang tinggi.
Diameter Telur
Menurut Syandri et al (2008), factor yang
Data
menentukan fekunditas adalah mutu pakan,
diameter telur pada induk betina Ikan asang
seperti protein, vitamin E, Hormonal dan
disajikan pada tabel 4.
karena
banyaknya
Tabel 4. Rata-Rata Diameter Telur Ikan Asang
Wadah pemeliharaan
factor
menyatakan
lengkap
lingkungan
hasil
dari
yang
penelitiannya
hasil
perhitungan
N
Diameter telur (mm)
Keramba jaring apung
40
0,90±0,00a
Bak beton
40
0,97±0,05b
Keterangan: huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan adanya perbedaan (P<0,05).
Dari
Tabel
4
menunjukan
bahwa
bahwa pemeliharaan induk betina ikan asang
pemeliharaan induk betina ikan asang pada
di keramba jaring apung Danau Maninjau
keramba jaring apung di Danau Maninjau
memberikan pengaruh yang signifikan pada
memiliki diameter telur dengan rataan 0,90
setiap perlakuan (P<0,05) dimana t hitung -
mm, sedangkan induk betina ikan asang
3,00 > t tabel 2,447 berarti Ho ditolak dan
pada bak beton di laboratorium terpadu
Hi diterima.
FPIK Universitas Bung Hatta memiliki
Diameter telur ikan asang yang dipelihara di
diameter teluur dengan rataan 0,97 mm.
dalam bak beton lebih besar daripada
Berdasarkan analisis statistika dengan uji
diameter telur ikan yang dipelihara di
independen test untuk diameter telur pada
keramba jaring apung, hal ini diduga karena
induk betina ikan asang membuktikan
jumlah telur pada pemeliharaan di keramba
jaring apung lebih besar dibandingkan
Menurut Herming dan Budington (1989)
dengan jumlah telur pada pemeliharaan di
dalam Makatutu (2002), ukuran telur ikan
bak beton. Hal ini sesuai dengan Tang dan
sangat ditentukan oleh kualitas pakan yang
Affandi, (2001), menyatakan bahwa ukuran
diberikan kepada induk baik protein, lemak
sel
dengan
maupun unsure mikronutrien, termasuk di
fekunditas, semakin banyak telur yang
dalamnya asam lemak linoleat. Mutu pakan
dihasilkan maka ukuran telur juga semakin
induk akan mempengaruhi ukuran diameter
kecil. Hal ini juga dikemukakan oleh
telur (Kamler, 1992).
Wootton (1998) bahwa ikan yang memiliki
Derajat Penetasan Telur
diameter telur yang lebih kecil biasanya
Data lengkap dari perhitungan derajat
memiliki fekunditas yang lebih banyak
penetasan telurinduk betina ikan asang
sedangkan yang memiliki diameter telur
disajikan pada tabel 5.
telur
ada
hubungannya
yang besar cendrung memiliki fekunditas
rendah.
Tabel 5. Rata-Rata Derajat Penetasan Telur Ikan Asang
Wadah pemeliharaan
Derajat penetasan (%)
Keramba jaring apung
15,20±13,74a
Bak beton
18,57±13,01a
Keterangan:
Dari
huruf superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak ada perbedaan (P>0,05).
Tabel
5
menunjukan
bahwa
pengaruh
yang
signifikan
pada
setiap
pemeliharaan induk betina ikan asang pada
perlakuan (P>0,05), dimana t hitung -0,258
keramba jaring apung di Danau Maninjau
< t tabel 2,447 berarti Ho diterima dan Hi
memiliki derajat penetasan telur dengan
ditolak.
rata-rata 15,20 %, sedangkan pada bak beton
Pada Tabel 5 menjelaskan bahwa derajat
memiliki derajat penetasan telur dengan
penetasan telur pada pemeliharaan induk
rata-rata 18,57 %.
betina ikan asang di bak beton lebih tinggi
Berdasarkan analisis statistika dengan uji
dibandingkan dengan di keramba jaring
independent test untuk derajat penetasan
apung. Hal ini diduga karena adanya
telur
perbedaan
pada
induk
betina
ikan
asang
kualitas
air
pada
wadah
membuktikan bahwa pemeliharaan induk
pemeliharaan induk dengan kualitas air
betina ikan asang di keramba jaring apung
wadah penetasan telur, kualitas air pada
Danau
Keramba jarring apung yaitu suhu 290C, pH
Maninjau
tidak
memberikan
7,5 DO 6,61 mg/L dan pada bak beton yaitu
matang gonad dan fekunditas yang terbaik,
suhu 310C, pH 7 dan DO 6 mg/L sedangkan
sedangkan IOS, diameter telur dan derajat
kualitas air pada penetasan telur yaitu Suhu
penetasan telur memberikan hasil yang
0
28 C, pH 7 dan DO 6 mg/L.
terbaik pada pemeliharaan induk di dalam
Rendahnya derajat penetasan telur dapat
bak beton.
disebabkan oleh hambatan perkembangan
embrio
atau
gangguan
pada
embrio,
sehingga embrio tidak berkembang dengan
baik (Mokoginta, 1991 dalam Yulfiperius,
2003). Dari hasil penemuan Takechi et.al
(1981) dalam Basri (1997) pada ikan Ayu
menunjukan
bahwa
bila
induk
ikan
kekurangan vitamin E, maka kadar air
ovarinya akan ketinggian yaitu (76-82%)
dan kadar air tersebut akan rendah (63-66%)
bila induk ikan tidak kekurangan vitamin E,
Saran
Untuk pematangan gonad ikan asang secara
masal disarankan dipelihara di keramba
jaring apung dengan pertimbangan selain
memakan pakan buatan (pellet) juga tersedia
pakan alami. Perlu dilakukan penelitian
lanjutan tentang mematangkan gonad ikan
dengan pemberian pakan pellet dan tanpa
pemberian pakan pellet yang dipelihara di
keramba jaring apung.
tingginya kadar air ovari tersebut akan
Daftar Pustaka
berpengaruh tarhadap daya penetasan telur.
Aryani. N. 2001. Penggunaaan Vitamin E
Pada Pakan Untuk Pematangan
Gonad Ikan Baung (Mystusnumurus
CV). Jurnal Perikanan dan Ilmu
Kelautan, 6(1) : 28-36.
Sedangkan
Kamler
(1992)
menyatakan
bahwa komponen utama telur adalah kuning
telur
yang
material
merupakan
bagi
embryo
sumber
energy
yang
sedang
berkembang, jumlah dan mutu kuning telur
sangat
menentukan
keberhasilan
perkembangan embryo dan pasca embryo.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
Azrita, Syandri, H and Aryani, N.
2010.
Studi Aspek Reproduksi Ikan
Belingka (Puntius Belingka Blkr)
Dalam Upaya Domestikasi di Danau
Singkarak.
Prosiding
Seminar
Nasional Limnologi V.
Bagenal, T. B and E. Broun. 1971. Eggs
And Early Life History In W.E.
Ricker(Ed). Methods For Assessment
Of Fish In Water. IPB Handbook no.3
p:166-198.
bahwa pemeliharaan induk betina ikan asang
pada keramba jaring apung di Danau
Maninjau menghasilkan waktu pencapaian
Bagenal, T.B.
1963. Variation Inplaice
Fekundity in The Clyde Area. Journal
of Marine Biological Association of
the United Kindom. 43 : 391 – 399.
Basri,
2002. Penambahan Vitamin E Pada
Pakan Buatan Induk Dalam Usaha
Peningkatan Kematangan Gonad,
Fekunditas, Kondisi Telur,Fertilitas
dan Daya Tetas Telur Ikan
Gurami(Osphronemus
gourami
Lacepede). Fisheries Journal Garing,
1 (11) : 56-82.
Basri, Y.
1997. Pengaruh Penambahan
Vitamin E Dalam Pakan Buatan
Induk Ikan Terhadap Jumlah, Mutu
Dan Daya Tetas Telur Serta
Kelangsungan Hidup Larva Ikan
Gurame (Osphronemus gouramy Lac)
Tesis. Program Pascasarjana. IPB.
Bogor.
Effendie, M.
1979. Metoda Biologi
Perikanan, Penerbit Yayasan Dewi
Sri, IPB Bogor.
Febrianty, Endah.
2011. Produktivitas
Alga Hydrodictyon pada Sistem
Perairan Tertutup (Closed System).
Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Kamler, E.
1992. Early Life History of
Fish, An Egergetics Approach.
Chapman and Hall. London.
Makatutu D. 2002. Suplementasi vitamin
C dalam pakan untuk memacu
perkembangan
gonad
dan
meningkatkan mutu telur ikan kerapu
bebek
(Epinephelus
microdon).
⁅tesis⁆. Bogor. Program Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Rahmah, F.
2014. Pengayaan Pakan
Dengan
Vitamin
E
Untuk
Meningkatkan Daya Reproduksi
Induk
Ikan
Sepat
Mutiara
(Trichogaster leeri). Skripsi. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Bung Hatta
Tidak Dipublikasikan.
Padang.
Soeseno, S. 1979. Dasar-dasar Perikanan
Umum. CV. Yasa Guna. Jakarta.
Syandri, H.
2008. Ancaman Terhadap
Plasma
Nutfa
Ikan
Bilih
(Mystacoluecus padangensis. Blkr)
dan Upaya Pelestariannya Di Danau
Singkarak. Pidato Orasi Ilmiah
Pengukuhan Guru Besar Tetap
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Bung Hatta. Padang.
Syandri, H.
2012. Domestikasi dan
Reproduksi Ikan. Bung Hatta
University. Padang. 115 hal.
Syandri, H. Azrita And Junaidi,
2014.
Morphological Characterization Of
Asang Fish (Osteochilus vittatus,
Cyprinidae) In Singkarak Lake,
Antokan River And Koto Panjang
Reservoir West Sumatra Province,
Indonesia. Journal International
Fisheries Aquatic Studies. 5 (1) :
158-162.
Syandri, H. Azrita, Niagara, Yuneidi.
2015. Preliminary Studies On The
Feeding Schedule Of Laboratory
Leared Of Bonylip Barb Larva,
Osteochilus Vittatus Cyprinidae. J.
Aqua. Res Development, 6:10.
Tang, U. M. dan Affandi, R.
2001.
Biologi Reproduksi Ikan. Pusat
penelitian Kawasan Pantai dan
Pengetahuan Alam Universitas
Negri Padajaran Bandung. Bandung.
31 hal.
Uslichah, U. dan H. Syandri, 2003. Aspek
Reproduksi Ikan Sasau (Hampala
sP.) dan Ikan Lelan (Osteochilus
vittatus C.V.) di Danau Singkarak.
Jurnal Iktiologi Indonesia. 3 (1) : 4148.
Wooton, R. J.
1998. Ecology of Teleost
Fishes. Kluwer Academic Publihers
(Fish and Fisheries Series No. 24),
Dordrecht, The Netherlads.
Yulfiperius.
2003. Pengaruh Kadar
Vitamin E Dalam Pakan Terhadap
Kualitas Telur Ikan Patin Pangasius
hypophthalmus.
Disertasi.
Jurnal
Ikhtiologi Indonesia.
Download