BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu sektor penggerak perekonomian di Indonesia. Ada berbagai macam bentuk kegiatan perikanan di Indonesia salah satunya yaitu budidaya perikanan menggunakan keramba jaring apung. Keramba jaring apung adalah budidaya yang menggunakan jaring sebagai sarana pembiakan. Pembiakan tersebut biasa dilakukan di laut maupun air tawar saperti danau atau waduk. Lokasi yang dipilih untuk melakukan kegiatan pembiakan menggunakan keramba jaring apung biasanya relatif tenang, terhindar dari badai dan mudah dijangkau. Para petani ikan menebarkan benih ikan pada awal masa pembiakkan dengan harapan pada saat masa panen mereka akan memanen hasilnya. Salah satu daerah di Sumatera Barat yang terkenal dengan budidaya perikanan dengan keramba jaring apung yaitu di Danau Maninjau. Namun penggunaan keramba di Danau Maninjau tidak terkontrol sehingga menyebabkan jumlah keramba melebihi kapasitas yang seharusnya. Dilansir dari media online Bisnis.com pada 2015 yang lalu, dinyatakan bahwa kondisi Danau Maninjau sudah over capacity, kualitas air nya sudah sangat tercemar karena tidak adanya pembatasan budidaya ikan keramba di sana, hal inilah yang menyebabkan terjadinya kematian mendadak pada ikan[1]. Berdasarkan fakta di lapangan, meskipun menguntungkan secara perekonomian namun budidaya perikanan dengan menggunakan keramba jaring apung juga dapat memperburuk kondisi lingkungan danau atau waduk. Hal ini 1 terjadi jika budidaya dengan keramba jaring apung tidak terkontrol sehingga menyebabkan kualitas air danau atau waduk menurun. Penurunan kualitas inilah yang akan menyebabkan air pada kondisi yang kritis atau merusak kadar kimia air. Penurunan kualitas air pada lingkungan danau atau waduk dapat diindikasikan dengan beberapa keadaan antara lain kadar oksigen terlarut yang dapat meningkat maupun menurun secara drastis pada kondisi-kondisi tertentu dan derajat keasaman air yang semakin membahayakan kehidupan biota didalamnya. Pembuatan sistem aerasi otomatis sudah dilakukan pada beberapa penelitian sebelumnya, yaitu skripsi Panji Jaya Seta (2013) dengan judul “Rancangan Alat Kontrol Kincir Air Alternatif Sebagai Penyuplai Kandungan Oksigen Pada Kolam Pembenihan Ikan Lele”, yang menganalisa pengaruh kincir air terhadap oksigen terlarut pada kolam pembenihan ikan lele yang aktif secara otomatis pada malam hari menggunakan time-setting. Berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan suatu sistem aerasi yang mampu aktif secara otomatis untuk meningkatkan oksigen terlarut pada perairan keramba jaring apung dengan indikator kondisi kualitas perairan keramba jaring apung dan dilengkapi dengan sistem untuk memonitoring kualitas perairan. Lebih lanjut lagi, sistem aerasi otomatis dan monitoring tersebut dilengkapi dengan fungsi notifikasi untuk memberikan informasi kepada pemilik keramba jika kondisi kualitas air pada keramba tersebut dalam kondisi tidak baik. Dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka akan dirancang sebuah sistem aerasi otomatis dan monitoring kondisi kualias air pada keramba jaring apung dalam tugas akhir yang berjudul “RANCANG BANGUN SISTEM AERASI OTOMATIS PADA KERAMBA JARING APUNG DENGAN 2 METODE FUZZY LOGIC CONTROLL - SUGENO STUDI KASUS DI DANAU MANINJAU” Dengan adanya sistem ini, diharapkan kejadian ikan mati mendadak akibat kekurangan dan kelebihan oksigen terlarut pada keramba jaring apung dapat dihindari dan diharapkan pula kondisi kualitas perairan keramba jaring apung dapat selalu dimonitoring. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kondisi derajat keasaman dan suhu pada keramba jaring apung dapat dimonitoring menggunakan sensor analog ph dan sensor suhu. 2. Bagaimana aerasi dilakukan dengan mengaktivasi suatu kincir air secara otomatis dengan menerapkan metode fuzzy logic controll dengan indikator berupa intensitas sinar cahaya matahari dan suhu. 3. Bagaimana informasi kondisi kincir air dan parameter kualitas perairan pada keramba jaring apung dapat dikirim dan ditampilkan pada web dan smartphone pemilik keramba menggunakan jaringan internet. 1.3 Batasan Masalah Dalam penulisan tugas akhir ini, diberikan beberapa batasan-batasan sebagai berikut : 1. Sistem aerasi otomatis yang dibangun hanya difokuskan meningkatkan kadar oksigen terlarut pada keramba jaring apung yang dimonitoring. 3 2. Sistem memonitoring kualitas perairan keramba jaring apung menggunakan indikator derajat keasaman (pH) dan suhu. 3. Sistem memonitoring kualitas perairan berdasarkan kriteria pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 kategori kelas 2. 4. Intensitas cahaya matahari dan suhu digunakan untuk aktivasi dan deaktivasi kincir air. 5. Sistem melakukan komunikasi dengan pemilik keramba jaring apung secara global. 6. Sisi atas keramba jaring apung sejajar dengan permukaan air danau. 7. Keramba jaring apung yang dimonitoring berukuran 5 x 5 x 5 meter. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk dapat membuat suatu sistem yang mampu memonitoring kondisi derajat keasaman dan suhu pada keramba jaring apung menggunakan sensor analog ph dan sensor suhu. 2. Untuk dapat membangun sistem aerasi otomatis yang dapat aktif dan nonaktif menggunakan metode fuzzy logic control dengan indikator kondisi suhu dan intensitas cahaya matahari pada perairan keramba jaring apung. 3. Untuk membuat sistem yang mampu menginformasikan kondisi kincir air dan parameter kualitas perairan pada keramba jaring apung yang dikirim dan ditampilkan pada web dan smartphone pemilik keramba menggunakan jaringan internet. 4 1.5 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Berisi teori-teori dasar yang mendukung dan melandasi kegiatan penelitian, tinjauan terhadap hasil penelitian sebelumnya serta pembahasan mengenai komponen-komponen yang digunakan dalam merancang sistem. BAB III : PERANCANGAN Menjelaskan tentang metode-metode yang digunakan dalam proses pembuatan Sistem Monitoring Banjir dan alur prosedur yang dijalankan. Selain itu pada bab ini juga dijelaskan mengenai kebutuhan hardware dan software, perancangan sistem atau alat, perancangan algoritma, serta jadwal penelitian. BAB IV : HASIL DAN ANALISA Dalam bab ini dijelaskan mengenai implementsi program dan hasil pengujian dari sistem yang telah dibuat serta analisa dari hasil pengujian tersebut. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Berisikan kesimpulan dan saran yang dapat diambil dari hasil pengujian yang didapat pada BAB IV serta saran untuk penelitian lebih lanjut. 5