MENGUAK TABIR DIBALIK KERJA GIAT PELAKU UTAMA Di suatu Desa/Gampong yang jauh di Ujung Timur Kabupaten Aceh Utara, terdapat satu sungai mati atau sering disebut orang Krueng Mate. Sejarah singkatnya terjadi Krueng Mate, karena adanya Pembangunan Irigasi Arakundo untuk mengairi ribuan hektar lahan sawah yang sangat terkenal itu. Mulai dari Sawah di Kecamatan Langkahan, Tanah Jambo Aye, Seunuddon dan bahkan Baktia dan sekarang ini sudah mencapai Kecmatan Baktiya Barat dan Lhoksukon untuk wilayah Kabupaten Aceh Utara belum lagi di Wilayah Kabupaten Aceh Timur. Begitu hebatnya pembangunan Irigasi Ara Kundo, sehingga banyak orang lupakan potensipotensi yang lain, seperti sungai-sungai mati tersebut yang luasnya mencapai 30 hekter lebih terbekalai tak terurus dan tak ada yang memanfaatkan kecuali untuk mencuci dan mandi. Suatu hari di pertengahan tahun 2012, saya dan beberapa teman penyuluh coordinator ditugaskan oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Aceh Utara, untuk menilai Kelompok Tani dalam rangka perlombaan kelompok bidang pertanian. Singgahlah disuatu Gampong yang namanya Matang Teungoh Selatan yang jaraknya dari Pusat kota dua jam perjalanan kenderaan roda empat dan Jarak dari Jalan Negara 8 Km, dimana desa tersebut memiliki kelompok yang perlu dilakukan penilaian atas kinerjanya selama ini. Penilaian kelompok berjalan lancar dan selesai dengan baik, karena saya selaku penyuluh perikanan tentunya melihat potensi Sungai Mati tersebut menimbulkan tandatanya,, kenapa ya tidak ada satu orang pun yang memberdayakan sungai mati tersebut untuk budidaya ikan,, apakah tidak boleh, tidak mau atau tidak tau,,.waktu sudah hampir malam kami beranjak untuk pulang, saya mencoba bertanya pada seorang pelaku usaha yang saya anggap sebagai tokoh di Desa atau Gampong tersebut, kenapa ya teman-teman disini tidak memanfaatkan Sungai Mati itu untuk membudidayakan ikan ? Jawabnya, bagaimana bisa atau sanggup membudidayakan ikan biayanya mahal untuk kita buat keramba, saya sudah melihat ditempat lain satu unit keramba menghabiskan biaya puluhan juta rupiah, kata Syukani, Mantan Kombatan GAM yang disegani di wilayah Langkahan. Tentunya saya selaku orang perikanan terkejut dengan jawaban yang begitu polos. Maka sesaat kami menunda perjalanan pulang dan saya dengan teman-teman kembali lagi untuk melihat kondisi sungai mati tersebut, terjadi diskusi beberapa saah atau menit dan secara kebetulan juga kami sebelumnya telah mengunjungi kelompok lain di Kecamatan Seunuddon (Pucok Simpang Jaya) dan kami membawa ikan Nila hasil tangkapan pembudidaya disana yang cukup lumayan untuk ditunjukkan kepada mareka. Saya menceritakan sedikit tentang budidaya Nila yang dilakukan oleh kelompok tersebut, apa yang terjadi saya ditantang untuk membuatnya, maka terjadilah tawar menawar tentang caranya, kapan dilakukan, dimana kita ambil benihnya yang bertanggung jawab atas keberhasilannya siapa dan banyak lagi lainnya. Panjang lebar dan akhirnya saya mengeluarkan tehnik penawaran makelar dan saya tawarkan berbagi modal bahan dari mareka benih dari saya, ya saya berpikir BOP masih tersisa walau sedikit tentunya. Mareka belum mau, akhirnya saya menantang mareka kalau bapak tidak memilki uang hari ini di kantong sebesar lima ratus ribu rupiah, jika dikumpulkan semua yang ada disini dan ini uang jalan saya silakan bapak ambil untuk membuat keramba satu unit saja sebagai contoh dan setelah bapak buat dan isi benih 500 ekor saja. Setelah itu kita baru boleh ketemu enam bulan kemudian dan ikan tersebut tak usah bapak memberikan makanan dari pellet cukup hanya di berikan on rumpun (kangkung) saja. Dan kemudian uang jalan saya tidak jadi diambil, hanya sepintas saya menjelaskan tentang cara membuat keramba dengan menggunakan bahan dari bambu sedangkan kurungan dibuat dari Jaring atau bapak ambil dari Kelompok Pucok Simpang Jaya, hanya sampai disitu saya menunggu jawaban bapak satu minggu setelah ini siap dan harus siap. Ternyata hanya dalam waktu tidak begitu lama saya menerima SMS, yang bunyinya ” Keramba telah kami buat sesuai petunjuk yang bapak berikan dan ikan pun telah kami isi dan saya menunggu bapak Senin depan ditempat kami”, Ensya Allah jika waktu mengijinkan dan kesempatan. Saya tidak datang kesana karena ada Pak Jamil penyuluh perikanan yang bertugas disana untuk satu Kecamatan , saya titipkan salam sekalian untuk mengecek kebenaranya. Dalam waktu yang singkat berkembang keramba sampai dengan lima belas unit,, tiba- tiba ditengah malam datang berita yang saya takutkan yaitu terjadi kematian ikan dikeramba. Ini telah saya duga sebelumnya, Karena sungai mati tersebut tidak terjadi pertukaran air sepanjang tahun hanya bertambah kalau ada hujan jika tidak berkurang karena penguapan,, ya pasti ada saat terjadi dekomposisi (abualing) sehingga kadar O² menurun dan ikan pasti mati. Saat itu saya bingung pakai kincir tak mungkin, buang air atau tambah bisa, akhirnya saya anjurkan untuk merekayasa gelombang air dengan memukul-mukul air pakai bambu di seputaran keramba di waktu pagi hari dan ternyata “berhasil” ikan berkurang matinya. Setelah enam bulan sesuai dengan janji saya dan juga dalam hati sudah bertekad untuk datang kembali ke Gampong Matang Teungoh Selatan dan Bapak Kepala Badan saya ajak dan mau hadir untuk melihat kegiatan tersebut dan hasilnya sangat memuaskan, walau belum mencapai keuntungan yang besar kami disuguhkan Ikan Bakar hasil Budidaya Keramba Apung tersebut dan Bapak Syarifuddin selaku Kepala BKP-Luh menyambut baik program ini dan diberikan perhatian yang serius baik bantuan tehnis maupun lainnya. Tidak hanya budidaya ikan, yang memilki potensi baik akan tetap mendapat prioritas khususnya kami siapkan percontohan agar lebih sempurna penggunaan tehnologinya. Karena bidang penyuluhan hanya tugasnya sebatas itu membina dan memberikan percontohan, sedangkan pengembangan itu merupakan tupoksi Dinas Terkait, katanya. Akhirnya bulan Oktober 2013, mareka mengundang kami lagi bersama Kepala BKPLuh, menunjukkan hasil yang lebih nyata, setiap orang panen per satu keramba dengan hanya modal 350 Ribu rupiah, menghasilkan keuntungan bersih 600 ribu rupiah,,, untuk selanjutnya kita tunggu,, apa yang akan mereka lakukan. Kami mengucapkan terimaksih kepada Bapak Syukani, selaku Ketua Kelompok Keramba Jaring Apung, Gampong Matang Teungoh Selatan yang telah bersusah payah membina pelaku utama di tempatnya dan sekarang mareka telah bertambah anggota dan telah membina kelompok di tempat lain, terus berbenah untuk menuai hasil yang berdayaguna dan berhasilguna. Kisah singkat pengalaman menyuluh; Sebagai motto,,” Jika kamu berpikir baik walau caranya belum tentu baik, pasti hasilnya akan baik” (Agussalim, S.ST)