1 pendahuluan - IPB Repository

advertisement
1
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia perikanan Indonesia mengenal berbagai jenis alat tangkap. Subani
dan Barus (1988) mengelompokkannya ke dalam 10 jenis, yaitu pukat tarik
(trawl), pukat kantong lingkar (bag seine nets), pukat cincin (purse seine),
perangkap dan penghadang (trap and guiding barrier), jaring angkat (lift nets),
alat penangkap dengan penggiring (drive in nets), pancing (hook and line), jaring
insang (gill nets), jala (cast nets) dan jenis alat tangkap lain.
Bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap yang diklasifikasikan sebagai
jaring angkat. Jenis alat tangkap ini banyak dioperasikan di perairan Teluk
Palabuhanratu, Lampung, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan beberapa
perairan di wilayah Indonesia Timur. Jenis – jenis bagan yang dioperasikan di
Indonesia, adalah bagan tancap dan bagan apung. Pada umumnya bagan yang
dioperasikan adalah bagan apung. Jenis bagan ini dapat didaratkan di pantai,
sehingga tidak mengganggu alur pelayaran ketika tidak dioperasikan. Kelebihan
bagan apung dibandingkan dengan jenis bagan lainnya adalah bersifat tidak
menetap dan dapat dioperasikan di lokasi perairan pantai yang berbeda-beda
disesuaikan keberadaan ikan.
Konstruksi bagan apung dibentuk oleh susunan bambu yang dirangkai
menjadi bangun berbentuk persegi. Pelampung yang biasa digunakan adalah drum
plastik. Pada bagian bawah bagan digantungkan jaring yang dapat dinaik-turunkan
ketika operasi penangkapan dilakukan. Pada bagian tengah bagan – di atas jaring
– digantungkan lampu sebagai penarik ikan.
Bagan dioperasikan pada malam hari dan ditujukan untuk menangkap jenisjenis ikan pelagis yang bersifat fototaksis positif. Lampu digunakan untuk
menarik ikan fototaksis positif agar datang mendekati bagan. Penggunaan lampu
pada pengoperasian bagan sangat menentukan keberhasilan penangkapan ikan.
Berbagai jenis sumber cahaya digunakan sebagai alat bantu penangkapan
ikan di bagan. Salah satunya adalah lampu petromaks. Jenis lampu ini awalnya
sangat populer, tetapi saat ini dianggap sangat tidak ekonomis. Ini disebabkan
oleh harga bahan bakarnya berupa minyak tanah yang sangat mahal dan sulit
2 didapatkan. Harga bahan bakar meningkat akibat dicabutnya subsidi pemerintah
tahun 2010.
Penggunaan lampu petromaks yang tidak ekonomis membuat nelayan bagan
terpaksa beralih menggunakan jenis lampu lain. Nelayan bagan di Palabuhanratu
memakai lampu tubular lamp (TL) dengan sumber listrik berasal dari generator
berbahan bakar bensin (premium). Menurut nelayan bagan Palabuhanratu,
produktifitas bagan yang menggunakan lampu TL relatif masih rendah. Nelayan
merasa kesulitan untuk mengatasi permasalahan ini.
Berdasarkan pengamatan di lapang didapatkan bahwa banyak faktor teknis
yang menjadi sumber permasalahan ini, misalnya 1) lampu TL tidak dilengkapi
reflektor yang tepat untuk memantulkan dan mengarahkan cahaya ke perairan, dan
2) lampu TL terlalu ringan sehingga mudah bergerak akibat tiupan angin,
sehingga arah cahaya lampu bergerak kemana-mana.
Keberhasilan penangkapan ikan dengan bagan salah satunya sangat
tergantung pada pemanfaatan cahaya yang dihasilkan oleh lampu. Pada penelitian
ini, lampu ditenggelamkan kedalam air dan pemasangan reflektor lampu. Kedua
cara ini dimaksudkan agar cahaya yang terpancar hanya tersebar di dalam
perairan. Pelapis reflektor berwarna perak, karena menurut Prasetyo (2009), jenis
warna ini akan memantulkan cahaya lebih baik dibandingkan dengan jenis warna
lainnya. Lampu TL yang digunakan dalam penelitian ini bermerek dagang Philips
dengan daya 24 watt sebanyak 4 buah. Adapun generator yang dioperasikan
menghasilkan daya 1.000 watt.
1.2 Perumusan Masalah
Pemusatan cahaya lampu TL oleh nelayan belum dilakukan secara baik.
Beberapa nelayan menggunakan berbagai macam alat rumah tangga, seperti
loyang, baskom dan ember sebagai reflektor. Semua peralatan rumah tangga
tersebut belum secara tepat dan efektif mengarahkan dan memantulan cahaya ke
permukaan air. Cahaya masih menyebar ke segala arah. Buktinya, hasil tangkapan
bagan masih belum maksimal.
Perlakuan terhadap lampu harus diperbaiki untuk meningkatkan hasil
tangkapan. Dua perlakuan yang perlu diperbaiki adalah posisi lampu dan
3
penggunaan reflektor. Penempatan lampu di dalam perairan dapat mengurangi
penyebaran cahaya di kolom perairan, sehingga ikan akan lebih cepat tertarik
untuk mendatangi sumber cahaya. Adapun penggunaan reflektor dilakukan untuk
memusatkan pancaran cahaya lampu.
Ikan memiliki tingkat kenyamanan pada intensitas cahaya tertentu. Arah
penyinaran yang tidak sesuai akan menyebabkan gerombolan ikan tidak berada
tepat di atas jaring. Pemusatan cahaya ke dalam perairan dan upaya pengurangan
penyebaran cahaya ke udara perlu dilakukan untuk meningkatkan produktifitas
bagan apung. Posisi lampu yang berada di atas jaring sebaiknya memiliki arah
cahaya yang tepat. Posisi lampu di dalam air akan memancarkan cahaya secara
optimal. Peneliti merasa perlu melakukan penelitian terkait dengan reflektor dan
posisi lampu TL yang diposisikan di dalam air.
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1) Menentukan konstruksi lampu yang efektif untuk menangkap organisme air
pada bagan apung; dan
2) Menentukan interval waktu yang efektif dalam pengoperasian bagan apung.
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada nelayan dalam
meningkatkan produksi bagan apung dengan menggunakan alat bantu
penangkapan berupa lampu penerangan jenis tubular lamp (TL).
Download