i PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR

advertisement
PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR
PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
KELAS IV SD NEGERI AMBARUKMO
SLEMAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Okke Junindra Safutra
NIM 09105244023
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
DESEMBER 2015
i
ii
iii
iv
MOTTO
“Jagalah alam dan lingkungan sekitar, sehingga kita akan mendapatkan manfaat
dari keduanya sebagai sumber belajar”.
(Penulis)
v
PERSEMBAHAN
Dengan kerendahan hati, makalah tugas akhir ini saya persembahkan
kepada:
1.
Ibu, bapak, yang senantiasa memberikan semangat, motivasi, bimbingan,
nasehat, dan do’a disetiap langkahku
2.
Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta.
3.
Semua pihak yang ikut mendukung penulisan skripsi ini.
(Okke Junindra Safutra)
vi
PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR
PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
KELAS IV SD NEGERI AMBARUKMO
SLEMAN, YOGYAKARTA
Oleh:
Okke Junindra Safutra
NIM. 09105244023
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar, (2) mengetahui jenis lingkungan sebagai
sumber belajar yang dapat digunakan, dan (3) mengetahui kendala-kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan pemanfaatan sumber belajar mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian
adalah Guru Pengampu mata pelajaran IPA, dan siswa kelas IV sebanyak 22
siswa. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Teknik keabsahan data yang diperoleh menggunakan teknik
triangulasi sumber. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif
kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman,
Yogyakarta dilakukan secara variatif. Pembelajaran secara variatif tersebut
menggunakan proses pembelajaran baik di dalam kelas dan di luar kelas.
Pembelajaran di dalam kelas dilakukan dengan cara guru membawa tanamantanaman ke dalam kelas dan benda-benda ke dalam kelas. Sedangkan,
pembelajaran di luar kelas menggunakan lingkungan yang terdapat di sekitar
sekolah seperti taman sekolah, kebun sekolah, dan sawah; (2) jenis lingkungan
yang digunakan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran mata pelajaran IPA
dengan tema memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dan fungsinya
pada kelas IV di SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta adalah taman
sekolah, kebun sekolah, dan sawah yang berada di sekitar lingkungan sekolah; dan
(3) kendala-kendala dalam melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan
sumber belajar dilingkungan sekitar yaitu: (a) bagi guru yaitu guru kurang mampu
mengkondisikan siswa pada saat proses pelaksanaan pembelajaran dengan
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar berlangsung, memerlukan
banyak waktu dalam proses pelaksanaannya, hal-hal bersifat teknis kurang
dipertimbangkan oleh guru pengampu seperti prosedur langkah-langkah kegiatan,
koordinasi antara guru dan siswa pada saat pelaksanaan proses pembelajaran; (b)
bagi siswa yaitu siswa kesulitan mengidentifikasi hasil pembelajaran karena
terfokus pada penjelasan guru pada saat menjelaskan materi dengan bantuan
tanaman secara langsung; dan (c) bagi sekolah yaitu terbatasnya sumber belajar
yang terdapat dilingkungan sekitar sekolah.
Kata kunci: Pemanfaatan Lingkungan, Lingkungan Sumber Belajar, IPA
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Laporan skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan Akademik
Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta
sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Melalui
kegiatan ini mahasiswa dapat melihat langsung, mengimplementasikan hal-hal
yang sudah di dapat dalam perkuliahan ke dalam sebuah penelitian dalam bentuk
skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, ada banyak
bantuan, bimbingan dan dukungan yang penulis dapatkan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kebijakan dan
kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah
memberikan berbagai kemudahan.
3. Dr. Sugeng Bayu Wahyono yang telah memberikan ijin dan fasilitas dalam
melancarkan proses penyusunan skripsi ini.
4. Sungkono, M. Pd. dan Isniatun Munawaroh, M. Pd. selaku dosen pembimbing
yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu, pemikiran, dan tenaga
untuk membimbing, memotivasi, memberikan arahan, serta saran-saran dalam
proses penyusunan skripsi ini.
5. Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa SD Negeri Ambarukmo yang telah
meluangkan waktu untuk dapat membantu terlaksananya penelitian ini.
6. Bapak, ibu, adik dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan semangat
dan doa yang tiada henti hingga terselesaikan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabatku Vani, Lingga, Uut, Yola, Ucup, Echa, Ulva, Havids, Jamal
dan semuanya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas
semangat, dukungan, dan motivasinya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
viii
ix
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
ii
PERNYATAAN...............................................................................................
iii
PENGESAHAN ...............................................................................................
iv
MOTTO ...........................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ............................................................................................
vi
ABSTRAK ......................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................
4
C. Fokus Penelitian .........................................................................................
4
D. Tujuan Masalah ..........................................................................................
5
E. Manfaat Penulisan .......................................................................................
5
F. Definisi Operasional ....................................................................................
6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ..........................................................
8
1. Pengertian Pembelajaran .......................................................................
8
2. Hakikat Pembelajaran IPA .....................................................................
10
3. Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ........................................
14
4. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ..........................................
16
5. Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA .........................................................
17
6. Karakteristik Mata Pelajaran IPA ..........................................................
20
7. Karakteristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar ........................................
x
21
B. Lingkungan Alam Sebagai Sumber Belajar ...............................................
23
1. Lingkungan ............................................................................................
23
2. Sumber Belajar ......................................................................................
32
3. Pemanfaatan Lingkungan Alam sebagai Sumber Belajar .....................
40
4. Nilai-nilai dan Kelebihan Pemanfaatan Lingkungan Alam sebagai
Sumber Belajar ......................................................................................
5. Langkah-langkah Pemanfaatan Lingkungan Alam sebagai Sumber
Belajar ....................................................................................................
C. Pemanfaatan Lingkungan Alam sebagai Sumber Belajar Pada Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV SD Negeri Ambarukmo,
Sleman, Yogyakarta ....................................................................................
43
45
47
D. Penelitian Relevan .......................................................................................
49
E. Kerangka Pikir ............................................................................................
49
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian .......................................................................................
51
B. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................
51
C. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian .....................................................
51
D. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................
52
E. Alat Bantu Pengumpulan Data ...................................................................
53
F. Instrumen Penelitian ...................................................................................
54
G. Teknik Analisis Data ..................................................................................
56
H. Teknik Keabsahan Data ..............................................................................
59
BAB VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................................
60
B. Hasil Penelitian ...........................................................................................
62
C. Pembahasan ................................................................................................
81
D. Keterbatasan Penelitian ..............................................................................
92
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .....................................................................................................
93
B. Saran ...........................................................................................................
94
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
97
LAMPIRAN ................................................................................................... 100
xi
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Observasi ...........................................
55
Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Wawancara ........................................
56
xii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Teknik Analisis Data ...................................................................
57
Gambar 2. Situasi dan Kondisi Lingkungan Sekolah ...................................
61
Gambar 3. Sawah Sebagai Lingkungan Sumber Belajar di Sekitar Sekolah
62
Gambar 4. Kebun Sebagai Lingkungan Sumber Belajar di Sekitar Sekolah
62
Gambar 5. Observasi Awal Berdasarkan Kondisi Fisik dan Psikis Siswa ....
63
Gambar 6. Aktivitas Siswa Mengikuti Pembelajaran di Dalam Kelas .........
68
Gambar 7. Aktivitas Siswa Mengikuti Pembelajaran di Luar Kelas ............
68
Gambar 8. Jenis Sumber Belajar di Kebun Sekolah .....................................
70
Gambar 9. Jenis Sumber Belajar di Taman Sekolah .....................................
70
Gambar 10. Jenis Sumber Belajar di Lingkungan Sekitar Sekolah ...............
70
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Pedoman Observasi ..................................................................
101
Lampiran 2. Pedoman Wawancara Guru ......................................................
102
Lampiran 3. Pedoman Wawancara Siswa .....................................................
104
Lampiran 4. Hasil Wawancara ......................................................................
106
Lampiran 5. Catatan Lapangan (CL 01) .......................................................
114
Lampiran 6. Catatan Lapangan (CL 02) .......................................................
116
Lampiran 7. Catatan Lapangan (CL 03) .......................................................
117
Lampiran 8. Catatan Lapangan (CL 04) .......................................................
119
Lampiran 9. Catatan Lapangan (CL 05) .......................................................
121
Lampiran 10. Dokumentasi ...........................................................................
123
Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian ................................................................
128
Lampiran 12. Surat Keterangan ....................................................................
129
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang Masalah
Menghadapi zaman globalisasi saat ini dengan persaingan yang semakin
ketat, penguasaan IPA dan teknologi adalah sesuatu yang mutlak diperlukan.
Berbagai kebijakan telah dilakukan Pemerintah Indonesia dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan dan sumber daya manusia, misalnya
penyempurnaan kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana, penataran, dan
pelatihan
serta
inovasi
pembaruan
metode
dan
pendekatan
dalam
pembelajaran.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains adalah mata pelajaran yang
isinya berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan (Usman Samatowa, 2006: 2). Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan supaya dapat membantu siswa untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
1
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD, ilmu
pengetahuan alam (IPA) diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang
dapat di identifikasikan. Penerapan ilmu pengetahuan alam (IPA) perlu
dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.
Penerapan IPA di tingkat SD diharapkan ada penekanan pembelajaran
Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan
pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui
penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Pembelajaran IPA perlu dilaksanakan supaya dapat menumbuhkan
kemampuan
berpikir,
bekerja,
dan
bersikap
ilmiah
serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena
itu, pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses
dan sikap ilmiah. Proses pembelajaran tersebut sudah banyak dilakukan oleh
guru SD dalam kegiatan belajar mengajar IPA di sekolah dasar. Siswa selalu
dihadapkan pada peristiwa-peristiwa yang faktual di lingkungannya dan
berbagai macam praktik atau percobaan-percobaan yang menyenangkan.
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), merupakan salah satu pelajaran
inovatif yang menentukan lulus tidaknya seorang siswa. Hal ini sesuai dengan
petunjuk pelaksanaan UAS (Ujian Akhir Sekolah) yang menetapkan
standarisasi kelulusan untuk setiap mata pelajaran adalah 70. Oleh sebab itu,
mutu pelajaran IPA ini perlu ditingkatkan, karena pendidikan IPA di SD
2
merupakan pondasi atau peletak dasar bagi penguasaan mata pelajaran IPA
untuk jenjang pendidikan selanjutnya.
Dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam belum sepenuhnya efektif dan
efisien. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada bulan Maret
tahun 2015 diketahui bahwa masih banyak siswa SD yang kurang antusias
dalam mengikuti pelajaran tersebut. Hal ini terlihat dari rendahnya respon dan
rendahnya motivasi siswa selama pembelajaran berlangsung. Kondisi siswa
seperti ini masih ditambah lagi dengan cara penyajian materi yang kurang
menarik sehingga siswa mudah bosan dalam mengikuti pembelajaran IPA.
Mata pelajaran IPA berkaitan erat dengan alam sekitar, mengarahkan
guru untuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar. Dengan
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar IPA, maka diharapkan dapat
membantu peningkatan mutu pembelajaran siswa dalam proses pembelajaran.
Akan tetapi, berdasarkan hasil observasi menunjukkan fakta bahwa masih
belum diketahui bagaimana pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam, belum diketahui jenis sumber
belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam, dan belum diketahui kendala-kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan pemanfaatan sumber belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan
alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta. Hal ini
ditunjukkan dari hasil observasi dan wawancara ringan dengan guru pengampu
mata pelajaran IPA dimana pada saat pembelajaran berlangsung, guru masih
menggunakan metode ceramah dan menggunakan media pembelajaran yang
3
telah disediakan dari sekolah, sementara sumber belajar yang ada di sekitar
lingkungan sekolah terabaikan begitu saja. Berdasarkan uraian tersebut, maka
penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian dengan judul “Pemanfaatan
Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Pada Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam Kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dari latar belakang tersebut diantaranya:
1. Penyajian materi yang kurang menarik sehingga siswa mudah bosan dalam
mengikuti pembelajaran IPA di SD Negeri Ambarukmo, Sleman,
Yogyakarta .
2. Belum diketahuinya pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPA di
SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta.
3. Belum diketahui jenis lingkungan sebagai sumber belajar yang dapat
digunakan dalam pembelajaran IPA di SD Negeri Ambarukmo, Sleman,
Yogyakarta.
4. Belum diketahui kendala-kendala dalam memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar IPA di SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta.
C. Fokus Penelitian
Dari latar belakang masalah, maka fokus penelitian dalam penelitian ini
yaitu:
4
1. Bagaimanakah pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo,
Sleman, Yogyakarta?
2. Jenis lingkungan sebagai sumber belajar apakah yang dapat digunakan
dalam pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV SD
Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta?
3. Kendala-kendala
apa
sajakah
yang
dihadapi
dalam
pelaksanaan
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo,
Sleman, Yogyakarta.
2. Mengetahui jenis lingkungan sebagai sumber belajar yang dapat digunakan
dalam pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV SD
Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta.
3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta.
5
E. Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini secara operasional mempunyai manfaat
sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Dengan adanya penelitian ini diharapkan siswa dapat lebih mudah dan
semangat dalam memahami materi pelajaran serta lebih aktif karena
berhadapan langsung dengan lingkungan alam sebagai sumber belajar.
2. Bagi Sekolah
Menjadi dasar pemikiran bagi sekolah untuk menyusun rencana
program pembelajaran dengan memberdayakan pembelajaran yang berpusat
pada kebutuhan siswa melalui pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
belajar, sehingga siswa dapat kreatif, inovatif, dan tidak mudah tergantung
pada teknologi saat ini.
3. Bagi Guru
Dengan hasil penelitian ini guru dapat memperoleh solusi terbaik
dalam merancang suatu pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan
sekitar sebagai sumber belajar.
F. Definisi Operasional
Untuk memperoleh kesamaan pandangan dan untuk menghindari
perbedaaan dalam penelitian ini, penulis kemukakan beberapa istilah sebagai
berikut:
6
1. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu ilmu yang merupakan
tulang punggung teknologi, terutama teknologi manufaktur dan teknologi
modern. Teknologi modern seperti teknologi informasi, elektronika,
komunikasi,
teknologi
transportasi,
merupakan
penguasaan
Ilmu
Pengetahuan Alam yang cukup mendalam. Tanpa penguasaan Ilmu
Pengetahuan Alam yang memadai bekal ilmu sumber daya manusia kita
akan kurang kuat untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain di Negara kita,
apa lagi di Negara di sekitar kita.
2. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Dalam konteks lingkungan sebagai sumber belajar ditekankan
pada kajian lingkungan dalam konsep ekologi manusia yang diberi batasan
sebagai semua kondisi, situasi benda dan mahluk hidup yang ada di sekitar
sekolah yang memperngaruhi kehidupan, pertumbuhan dan sifat-sifat atau
karakternya baik yang bersifat makro maupun berbentuk alamiah, sosial
budaya dan psikologis. Dalam hal ini dibatasi pada hal-hal yang memiliki
keterkaitan erat dengan materi pembelajaran IPA di sekolah yang berwujud
fakta, peristiwa dan fenomena.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
1. Pengertian Pembelajaran
Makna dan hakekat belajar diartikan sebagai proses membangun makna
atau pemahaman terhadap informasi dan pengalaman. Proses membangun
makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain
(Agus Suyatna, 2009: 2). Belajar merupakan perubahan tingkah laku,
perubahan itu mengarah kepada perubahan tingkah laku yang lebih baik yang
terjadi melalui latihan atau pengalaman (Nashar, 2004: 49).
Menurut M. Djauhar Siddiq, dkk (2009: 1-3) belajar adalah suatu
aktivitas yang sengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan
kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan
sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak
teampil menjadi terampil.
Hasil belajar dapat berupa pengetahuan (kognitif), tingkah laku atau sikap
(afektif), dan keterampilan (psikomotor), yang diperoleh siswa dalam proses
pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa hasil belajar merupakan perolehan
seseorang dari suatu perbuatan belajar, atau hasil belajar merupakan kecakapan
nyata yang dicapai siswa dalam waktu tertentu. Hasil belajar yang utama
adalah pola tingkah laku yang bulat yang diperoleh oleh setiap siswa setelah
proses belajar. Di dalam proses belajar siswa mengerjakan hal-hal yang akan
8
dipelajari sesuai dengan tujuan dan maksud belajar. Hasil belajar akan
dinyatakan dalam
bentuk
penguasaan,
penggunaan sikap dan
nilai,
pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi
atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang
terorganisasi.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang hasil belajar di atas maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah
mengalami interaksi proses pembelajaran melalui evaluasi belajar IPA yang
dilakukan dengan tes yang terjadwalkan. Kemajuan yang diperoleh siswa tidak
hanya berupa ilmu pengetahuan (kognitif), tetapi juga berupa sikap (afektif) dan
kecakapan atau keterampilan (psikomotor) khususnya dalam mata pelajaran
IPA.
IPA merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang aktif dan
dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu
teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal. Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja,
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Penemuan IPA diharapkan
dapat menjadi wahana bagi prospek pengembangan sehari-hari (Sulistyorini,
2007: 39). IPA dikatakan dapat terjadi dapat terjadi dari dua unsur, hasil IPA
dan cara kerja memperoleh hasil.
9
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang
dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang
terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui
serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian
gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu
dan cara mengerjakan atau melakukan sehingga dapat membantu siswa untuk
memahami alam sekitar secara lebih mendalam.
IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik untuk
menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep prinsip-prinsip, proses
penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains di SD bermanfaat bagi
siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains
menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu”
dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pengalaman
yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas, 2007: 33). Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah.
2. Hakikat Pembelajaran IPA
Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata Inggris yaitu
natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan
alam atau bersangkut paut dengan alam, sedangkan science artinya ilmu
10
pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science dapat disebut
sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang
terjadi di alam ini. Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1993:
4), science adalah “Science is a collection of well attested theories which
explain the patterns and regularities among carefully studied phenomena”.
Bila diterjemahkan secara bebas IPA adalah kumpulan teori yang telah
diuji kebenarannya yang menjelaskan tentang pola-pola keteraturan dari gejala
alam yang diamati secara seksama. Pendapat Harre ini memuat dua hal yang
penting yaitu pertama, bahwa IPA suatu kumpulan pengetahuan yang berupa
teori-teori. Kedua, bahwa teori-teori itu berfungsi untuk menjelaskan gejala
alam. Lebih lanjut Jacobson & Bergman (1980: 4), mendefinisikan IPA sebagai
berikut “Science is the investigation and interpretation of events in the natural,
physical environment and within our bodies”.
IPA merupakan penyelidikan dan interpretasi dari kejadian alam,
lingkungan fisik, dan tubuh kita. Seperti halnya setiap ilmu pengetahuan, Ilmu
Pengetahuan Alam mempunyai objek dan permasalahan jelas yaitu berobjek
benda-benda alam dan mengungkapkan misteri (gejala-gejala) alam yang
disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan
pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana diungkapkan
oleh Powler (Usman Samatowa, 2006: 2), IPA merupakan ilmu yang
berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang
tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil
observasi dan eksperimen.
11
IPA memegang peranan penting dalam kehidupan. Hal ini disebabkan
karena kehidupan kita sangat tergantung dari alam, zat yang terkandung di
alam dan segala jenis gejala yang terjadi di alam. Ilmu Pengetahuan Alam
berasal dari bahasa Inggris „science‟. Kata „science‟ berasal dari bahasa latin
„scientia‟ yang berarti saya tahu (Trianto, 2010: 136). Ilmu Pengetahuan Alam
adalah ilmu yang mempelajari objek yang berupa benda alam, dan
permasalahan yaitu berupa gejala-gejala yang ditunjukkan benda alam, serta
proses keilmuan yaitu menemukan konsep-konsep IPA (Sudjoko, 1984: 2).
Kardi dan Nur mengemukakan bahwa, IPA mempelajari tentang alam
semesta beserta isinya, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak
dapat di amati oleh indera. IPA dipandang sebagai ilmu kealaman yang
mengamati zat, baik makhluk hidup maupun benda mati (Trianto, 2010: 136).
IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara
yang khas
atau khusus,
yaitu melakukan
observasi
eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian
seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan yang lain (Abdullah dan
Eny Rahma, 2008: 18).
Pembelajaran IPA sebagaimana tujuan pendidikan secara umum yang
termaktub dalam taksonomi Bloom bahwa pembelajaran dapat memberikan
pengetahuan (kognitif). Di samping itu, pembelajaran sains dapat memberikan
sebuah keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif),
pemahaman, kebiasaan, dan apresiasi. Di dalam mencari jawaban terhadap
12
suatu permasalahan yang dapat membedakannya dengan pembelajaran lain
(Trianto, 2010: 142).
Hakikat dan tujuan pembelajaran IPA menurut Depdiknas (2003: 2)
antara lain sebagai berikut:
a. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta
yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan dan hubungan antara
sains dan teknologi.
c. Keterampilan dan kemauan untuk menangani peralatan, memecahkan
masalah dan melakukan observasi.
d. Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, objektif, jujur terbuka, benar dan
dapat bekerja sama.
e. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif deduktif
dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai
peristiwa alam.
f. Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan
keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi.
IPA pada hakikatnya merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
gejala-gejala alam yang terjadi melalui serangkaian proses ilmiah yang
dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya diwujudkan sebagai produk
ilmiah yang tersusun atas tiga komponen berupa konsep, prinsip, dan teori
yang berlaku secara universal (Trianto, 2010: 141).
Nilai-nilai yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain
sebagai berikut (Trianto, 2010: 141-142):
a. Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut
langkah-langkah metode ilmiah.
b. Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamaan, menggunakan
alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.
13
c. Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik
dalam kaitan dengan pembelajaran sains dan kehidupan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa IPA merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam
dan proses yang terjadi di dalamnya untuk mengungkapkan fakta, konsep, dan
prinsisp yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu. IPA bermula dan berkembang
berdasarkan rasa ingin tahu manusia untuk mempelajari berbagai hal.
3. Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1993: 12)
menyatakan bahwa mengajar dan belajar merupakan suatu proses yang tidak
dapat dipisahkan dalam pembelajaran. Pembelajaran akan berhasil apabila
terjadi proses mengajar dan proses belajar yang harmoni. Proses belajar
mengajar tidak dapat berlangsung hanya dalam satu arah, melainkan dari
berbagai arah (multiarah) sehingga memungkinkan siswa untuk belajar dari
berbagai sumber belajar yang ada.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam
masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting, karena struktur kognitif
anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan. Anak perlu
dilatih dan diberi kesempatan untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan
dan dapat berpikir serta bertindak secara ilmiah. Adapun IPA untuk anak
Sekolah Dasar dalam Usman Samatowa (2006: 12) yaitu mengamati apa yang
terjadi, mencoba apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk
meramalkan apa yang akan terjadi, menguji bahwa ramalan-ramalan itu benar.
14
Menurut Sulistyorini (2007: 8), pembelajaran IPA harus melibatkan
keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat
merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak
didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan,
menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai,
dan pengalaman yang dibutuhkan. Menurut De Vito, et al. (Usman Samatowa,
2006: 146), pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan
kehidupan sehari-hari siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang
segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan (skill)
yang diperlukan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA
menjadi sangat diperlukan untuk dipelajari.
Menurut Hendro Darmojo dan Jenny R. E. Kaligis (1993: 7),
pembelajaran IPA didasarkan pada hakikat IPA sendiri yaitu dari segi proses,
produk, dan pengembangan sikap. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sebisa
mungkin didasarkan pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam raya
ini dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak semata-mata
bergantung pada metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya
observasi, eksperimen, dan analisis rasional.
Dalam hal ini juga digunakan sikap tertentu, misalnya berusaha berlaku
seobjektif mungkin dan jujur dalam mengumpulkan dan mengevaluasi data.
Proses dan sikap ilmiah ini akan melahirkan penemuan-penemuan baru yang
menjadi produk IPA. Jadi dalam pembelajaran IPA siswa tidak hanya diberi
15
pengetahuan saja atau berbagai fakta yang dihafal, tetapi siswa dituntut untuk
aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam.
Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1993: 6), tujuan
pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sebagai berikut:
a. Memahami alam sekitarnya, meliputi benda-benda alam dan buatan manusia
serta konsep-konsep IPA yang terkandung di dalamnya.
b. Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu, khususnya IPA, berupa
“keterampilan proses” atau metode ilmiah yang sederhana.
c. Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan memecahkan
masalah yang dihadapinya, serta menyadari kebesaran penciptanya.
d. Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan
pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dengan demikian pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dapat memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mengembangkan
keterampilan-
keterampilannya dan dapat melatih siswa untuk dapat berpikir serta bertindak
secara rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di
lingkungannya. Keterampilan-keterampilan yang diberikan kepada siswa
sebisa mungkin disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia dan
karakteristik siswa Sekolah Dasar, sehingga siswa dapat menerapkannya dalam
kehidupannya sehari-hari.
4. Tujuan Pembelajaran IPA di SD
Menurut Sulistyorini, (2007: 42) pembelajaran IPA di SD bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
16
a. Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains,
teknologi, dan masyarakat.
b. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan pembuatan keputusan.
c. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang
akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman kebidang
pengajaran lain.
f. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
g. Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini
untuk dipelajari.
Dalam penelitian, sekolah dasar yang digunakan sebagai lokasi penelitian
menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai dasar
dalam merumuskan pembelajaran. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD
memuat ketentuan aspek yang hendak dicapai dalam pembelajaran IPA di SD,
khususnya kelas IV secara garis besar tujuan pembelajaran IPA adalah benda
dan alam sekitar, dimana pembelajaran IPA bertujuan untuk mengidentifikasi
benda dan sifatnya, dan mendeskripsikan proses perubahan benda dan
hubungan antar sifat benda serta manfaatnya bagi kehidupan.
Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA SD di atas, maka jelaslah bahwa
pembelajaran IPA diperlukan suatu kemampuan dan keterampilan guru yang
benar-benar menguasai sifat-sifat dan konsep keilmuan IPA secara mendalam.
Pembelajaran tidak hanya berupa transfer pengetahuan dari guru kepada siswa,
tetapi bagaimana hasil pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa.
5. Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA
Menurut Sulistyorini (2007: 43) untuk mengajarkan IPA dikenal
beberapa pendekatan, yakni (1) pendekatan kepada fakta-fakta, (2) pendekatan
17
konsep, dan (3) pendekatan proses. Pendekatan yang menggunakan pendekatan
faktual
terutama
bermaksud
menyodorkan
penemuan-penemuan
IPA.
Pendekatan ini tidak mencerminkan gambaran yang sebenarnya tentang sifat
IPA. Selanjutnya pendekatan konsep adalah suatu ide yang mengikat banyak
fakta menjadi satu. Untuk memahami suatu konsep, anak perlu bekerja dengan
objek-objek kongkret, memperoleh fakta-fakta, melakukan eksplorasi dan
manipulasi ide secara mental, tidak sekedar menghafal. Oleh karena itu,
pendekatan
konsep
memberikan
gambaran
lebih
jelas
tentang
IPA
dibandingkan dengan pendekatan faktual. Kemudian suatu pendekatan proses
dalam pembelajaran IPA didasarkan atas pengamatan yang disebut sebagai
keterampilan proses dalam IPA.
Pembelajaran dalam keterampilan proses dapat diartikan untuk
memahami suatu konsep, siswa tidak diberi tahu oleh guru, tetapi guru
memberi peluang pada siswa untuk memperoleh dan menemukan konsep
melalui pengalaman siswa dengan mengembangkan keterampilan dasar melalui
percobaan membuat kesimpulan sehingga mampu melakukan penelitian
sederhana yang tahap pengembangannya disesuaikan dari tahapan suatu proses
penelitian atau eksperimen, yakni meliputi observasi, klasifikasi, interprestasi,
prediksi, hipotesis, mengendalikan variabel, merencanakan dan melaksanakan
penelitian, inferensi, aplikasi, dan komunikasi (Sulistyorini, 2007: 9-10).
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan yang sesuai. Karena
dalam pembelajaran itu siswa memperoleh dan menemukan kosep melalui
18
pengalaman sendiri, sekaligus belajar proses dan produk. Jadi di dalam
pembelajaran yang menggunakan keterampilan proses terkandung dimensi
proses, produk dan pengembangan sikap.
Pembelajaran di SD/MI akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi dalam
proses pembelajaran. Oleh sebab itu guru SD/MI perlu menerapkan prinsipprinsip pembelajaran IPA di SD/MI. Prinsip-prinsip pembelajaran IPA di
SD/MI menurut Maslichah Asy‟ari (2006: 44) adalah prinsip motivasi, prinsip
latar, prinsip menemukan, prinsip belajar melakukan (learning to doing),
prinsip belajar sambil bermain, prinsip hubungan. Prinsip motivasi, merupakan
daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi siswa perlu di
tumbuhkan, guru harus berperan sebagai motivator sehingga muncul rasa ingin
tahu siswa terhadap pembelajaran. Prinsip latar, pada hakikatnya siswa telah
memiliki pengetahuan awal. Oleh karena itu dalam pembelajaran sebaiknya
guru perlu menggali pengetahuan, keterampilan, pengalaman apa yang telah di
miliki siswa sehingga kegiatan pembelajaran tidak berawal dari kekosongan
terhadap materi.
Prinsip menemukan, pada dasarnya siswa sudah memiliki rasa ingin tahu
yang besar sehingga berpotensi untuk mencari tahu guna menemukan sesuatu.
Prinsip belajar sambil melakukan, pengalaman yang di peroleh melalui bekerja
merupakan hasil belajar yang tidak mudah di lupakan. Oleh karena itu dalam
proses pembelajaran hendaknya siswa di arahkan untuk berkegiatan. Prinsip
belajar sambil bermain, bermain merupakan kegiatan yang di sukai pada usia
SD, dengan bermaian akan menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga
19
akan mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu dalam setiap pembelajaran perlu diciptakan suasana yang
menyenangkan melalui kegiatan bermain sehingga memunculkan daya
kreatifan siswa. Sedangkan, prinsip hubungan/relevansi, dalam beberapa hal
kegiatan belajar akan lebih berhasil jika di kerjakan secara berkelompok.
Dengan kegiatan berkelompok siswa tahu kelebihan dan kekurangannya
sehingga tumbuh kesadaran perlunya interaksi dan kerjasama dengan orang
lain.
6. Karakteristik Mata Pelajaran IPA
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Karakteristik
sangat dipengaruhi oleh sifat keilmuan yang terkandung pada masing-masing
mata pelajaran. Perbedaan karakteristik pada berbagai mata pelajaran akan
menimbulkan perbedaan cara mengajar dan cara siswa belajar antar mata
pelajaran satu dengan yang lainnya. IPA memiliki karakteristik tersendiri untuk
membedakan dengan mata pelajaran lain.
Harlen (Patta Bundu, 2006: 10) menyatakan bahwa ada tiga karakteristik
utama Sains yakni: pertama, memandang bahwa setiap orang mempunyai
kewenangan untuk menguji validitas (kesahihan) prinsip dan teori ilmiah
meskipun kelihatannya logis dan dapat dijelaskan secara hipotesis. Teori dan
prinsip hanya berguna jika sesuai dengan kenyataan yang ada. Kedua, memberi
pengertian adanya hubungan antara fakta-fakta yang diobservasi yang
memungkinkan penyusunan prediksi sebelum sampai pada kesimpulan. Teori
yang disusun harus didukung oleh fakta-fakta dan data yang teruji
20
kebenarannya. Ketiga, memberi makna bahwa teori Sains bukanlah kebenaran
yang akhir tetapi akan berubah atas dasar perangkat pendukung teori tersebut.
Hal ini memberi penekanan pada kreativitas dan gagasan tentang perubahan
yang telah lalu dan kemungkinan perubahan di masa depan, serta pengertian
tentang perubahan itu sendiri.
7. Karakteristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
Menurut Piaget (Sugihartono, dkk, 2008: 109), tahap perkembangan
berpikir anak dibagi menjadi empat tahap yaitu:
a. Tahap sensorimotorik (0-2 tahun)
b. Tahap praoperasional (2-7 tahun)
c. Tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan
d. Tahap operasional formal (12-15 tahun)
Berdasarkan uraian di atas, siswa kelas IV Sekolah Dasar termasuk
berada pada tahap operasional konkret dalam berpikir. Anak pada masa
operasional konkret sudah mulai menggunakan operasi mentalnya untuk
memecahkan masalah-masalah yang aktual. Anak mampu menggunakan
kemampuan mentalnya untuk memecahkan masalah yang bersifat konkret.
Kemampuan berpikir ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas mental seperti
mengingat, memahami, dan memecahkan masalah.
Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 116) membagi masa anak-anak di Sekolah
Dasar menjadi dua fase yaitu masa anak kelas rendah (kelas I sampai dengan
kelas 3), dan masa anak kelas tinggi (kelas 4 sampai dengan kelas 6). Masa
anak kelas rendah berlangsung antara usia 7-9 tahun, sedangkan masa anak
21
kelas tinggi berlangsung antara usia 9-12 tahun. Kelas IV Sekolah Dasar
tergolong pada masa anak kelas tinggi. Anak kelas tinggi Sekolah Dasar
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
Perhatian tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari.
Ingin tahu, ingin belajar, dan berpikir realitas.
Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.
Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
belajarnya di sekolah.
e. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau group untuk bermain
bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk
kelas IV Sekolah Dasar termasuk berada pada tahap operasional konkret dan
termasuk pada kelompok kelas tinggi. Anak kelas IV Sekolah Dasar berpikir
secara realistis, yaitu berdasarkan apa yang ada di sekitarnya. Hal yang perlu
diperhatikan oleh guru IPA, bahwa anak pada tahap operasional konkret masih
sangat membutuhkan benda-benda konkret untuk membantu pengembangan
kemampuan intelektualnya. Oleh karena itu, guru seharusnya selalu
mengaitkan konsep-konsep yang dipelajari siswa dengan benda-benda konkret
yang ada di lingkungan sekitar. Salah satu kegiatan pembelajaran yang
memungkinkan anak untuk dapat mempelajari segala sesuatu yang bersifat
konkret adalah pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan alam sebagai
sumber belajar.
22
B. Lingkungan Alam sebagai Sumber Belajar
1. Lingkungan
a. Pengertian Lingkungan
Menurut Hendro Darmojo dan Jenny R. E. Kaligis (1993: 23),
lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar anak didik baik
secara fisik maupun geografis. Lingkungan anak dapat dimulai dari
lingkungan keluarga, rumah, kelas, sekolah, dan alam sekitar. Oemar
Hamalik (2003: 195) mengemukakan bahwa lingkungan adalah sesuatu
yang ada di alam sekitar yang memiliki makna dan pengaruh tertentu
kepada individu.
b. Jenis Lingkungan Belajar
Dari semua lingkuangan masyarakat yang dapat digunakan dalam
proses pendidikan dan pengajaran secara umum dapat dikategorikan
menjadi tiga macam, yaitu:
1) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan
interaksi manusia dengan kehidupan bermasyarakat, seperti organisasi
sosial, adat dan kebiasaan, mata pencaharian, kebudayaan, kependidikan,
kependudukan, struktur pemerintah, agama dan sistem nilai-nilai.
Lingkuangan sosial tepat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial
dan kemanusiaan (Ahmad Rivai, 1997: 215).
Dalam praktek pengajaran penggunaan lingkungan sosial sebagai
media dan sumber belajar hendaknya dimulai dari lingkungan yang
23
paling dekat,seperti keluarga, tetangga, rukun tetangga, rukun warga,
kampung, desa, kecamatan dan seterusnya. Hal ini disesuaikan denga
kurikulum dan tingkat perkembangan anak didik. Sebagai contoh, dalam
pelajaran ilmu bumi dan kependudukan siswa diberi tugas untuk
mempelajari aspek kependudukan di rukun tetangganya. Siswa dipelajari
untuk memelajari jumlah penduduknya, jumlah keluarga, komposisi
penduduk menurut umur, agama, mata pencaharian, tingkat pendidikan,
pertambahan penduduk dari tahun ketahun dan lain-lain. Dalam studi ini
siswa menghubungi ketua RT dan bertanya kepadanya, disamping
melihat sendiri keadaan penduduk di RT tersebut. Hasilnya dicatat dan
diberikan pihak sekolah untuk dipelajari lebih lanjut.
Kegiatan seperti ini ditugaskan kepada siswa dalam bentuk
kelompok, agar mereka bekerja bersama-sama. Kelompok siswa lain
ditugaskan untuk memberi struktur pemerintahan desa termasuk
organisasi sosial yang ada didesa tersebut. Melalui kegiatan belajar
seperti ini, siswa lebih aktif dan lebih produktif sebab siswa berusaha
untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dari sumber-sumber
yang nyata dan faktual.
2) Lingkungan Alam
Menurut Udin S. Winataputra & dkk (1997: 77), lingkungan alam
adalah segala sesuatu yang sifatnya alamiah, seperti sumber daya alam
(air, hutan, tanah, batu-batuan, dan sebagainya), tumbuh-tumbuhan
(flora), hewan (fauna), sungai, iklim, suhu udara, dan sebagainya.
24
Lingkungan alam sifatnya relatif menetap. Oleh karena itu, jenis
lingkungan ini akan lebih mudah dikenal dan dipelajari oleh anak. Sesuai
dengan kemampuannya anak dapat mengamati perubahan-perubahan
yang terjadi dan dialami dalam kehidupan sehari-hari, termasuk juga
proses terjadinya.
Menurut Hadiat, dkk (2004: 30), lingkungan alam adalah keadaan
sekeliling yang mempengaruhi makhluk hidup ditentukan oleh faktorfaktor cuaca, iklim, tanah, faktor biotik seperti tumbuhan, hewan, dan
sebagainya. Emil Salim (1997: 34) berpendapat bahwa lingkungan alam
diartikan sebagai segala benda, kondisi, dan pengaruh yang terdapat
dalam ruang yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup
termasuk kehidupan manusia. Menurut Hendro Darmodjo (1993: 50),
lingkungan alam terdiri dari dua komponen, yaitu:
a) Unsur Fisik (Abiotik)
Unsur fisik yang terdapat di lingkungan alam terdiri atas tanah,
air, sinar matahari, senyawa kimia, dan sebagainya. Fungsi unsur fisik
di dalam lingkungan sebagai media untuk berlangsungnya kehidupan.
Sebagai contoh air diperlukan oleh semua makhluk hidup untuk
mengalirkan zat-zat makanan dan matahari merupakan energi utama
untuk bergerak atau berubah.
b) Unsur Hayati (Biotik)
Unsur hayati di lingkungan alam terdiri atas semua makhluk
hidup yang terdapat di bumi, mulai dari tingkat yang paling rendah
25
sampai ke tingkat tinggi, dari bentuk yang paling kecil hingga yang
paling besar. Sebagai contohnya adalah manusia, hewan, tumbuhan,
dan jasad renik.
Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
lingkungan alam merupakan segala sesuatu yang bersifat alamiah,
meliputi unsur biotik maupun abiotik yang mempengaruhi kehidupan.
Lingkungan alam yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah
lingkungan alam yang terdapat di sekitar sekolah berupa halaman
sekolah, sawah, kebun, parit, kolam ikan, lahan kosong, padang rumput.
Kegiatan belajar mengajar di lingkungan alam tidak boleh
dilakukan secara serampangan. Pengajaran harus tetap memiliki konsep
kegiatan yang jelas, sehingga menjadi acuhan utama bagi seorang guru
yang mengajar siswa di lingkungan alam. Kegiatan metode ini bukan
sekadar main-main
untuk
menyegarkan pikiran dan mengobati
kejenuhan, melainkan guna mencerdaskan para siswa dan membuat
mereka memahami seluruh mata pelajaran dengan baik khususnya Ilmu
Pengetahuan Alam. Jika dilihat dari sudut pandang dan cita-cita
pendidikan, yaitu mencerdaskan seluruh anak bangsa, maka kegiatan
belajar mengajar di lingkungan alam setidaknya perlu memuat enam
konsep utama (Depdiknas, 2007), yaitu:
1) Konsep Proses Belajar
Makna dari konsep proses belajar adalah bahwa kegiatan belajar
mengajar di lingkungan lama didasarkan pada proses belajar
26
interdisipliner melalui satu seri aktivitas yang dirancang untuk
dilakukan di lingkungan alam. Belajar interdisipliner adalah
menggabungkan antara teori dari sebuah mata pelajaran dengan
praktik yang bisa diperoleh di alam bebas, siswa dituntut belajar antar
disiplin ilmu, menggabungkan antara pemahaman secara kignitif dan
psikomotorik.
Misalkan, seorang siswa bisa saja memahami akhlak terpuji
dengan menyirami tanaman melalui keterangan di papan tulis yang
dijelaskan oleh guru. Tetapi pemahaman itu akan bertambah kuat jika
guru menerangkan keterangan di taman halaman sekolah atau kebun.
Seorang guru harus merancang proses belajar interdisipliner dengan
cermat. Penerapan konsep yang pertama ini dapat mengembangkan
potensi para siswa. Selain itu mereka bisa mengalami perkembnagna
hubungan timbal balik dengan alam secara sempurna ketika belajar di
lingkungan alam. Jika guru mengajar para siswa di lingkungan alam
dengan cara meningkatkan kesadaran terhadap hubungan timbal balik
dengan alam, maka metode ini dapat mengubah sikap, sifat, dan
perilaku siswa terhadap alam.
2) Konsep Aktivitas Luar Kelas
Konsep ini menggunakan kehidupan di luar kelas yang
memberikan banyak kesempatan bagi siswa untuk memperoleh dan
menguasai beragam bentuk keterampilan dasar, sikap, serta apresiasi
terhadap berbagai hal yang ada di alam dan kehidupan sosial. Untuk
27
menekankan konsep yang kedua ini, seorang guru bisa mengemasnya
dengan kegiatan menarik, seperti berkemah dan outbound. Dengan
kata lain, mengajar para siswa di lingkungan alam tidak dilakukan
secara monoton, misalnya hanya dilakukan dalam waktu beberapa jam
dan satu tempat. Namun harus diingat hal yang menjadi titik dalam
kegiatan-kegiatan tersebut adalah memahami mata pelajaran yang
dikemas dalam sebuah kegiatan di luar kelas. Artinya materi yang
menjadi titik tekan terhadap para siswa bukan refresing, jalan-jalan,
atau senang-senang. Setelah kegiatan dilaksanakan mereka harus
mengerti dan memahami mata pelajaran sekolah, baik secara teoritis
maupun praktik. Jika tidak, maka kegiatan belajar mengajar di luar
kelas dibilang gagal.
3) Konsep Lingkungan
Konsep lingkungan merujuk pada eksplorasi ekologi sebagai
andalan makhluk hidup yang saling tergantung antara yang satu
dengan yang lain. Dari konsep ini para siswa dituntut bisa memahami
arti penting lingkungan hidup. Oleh karena itu guru mesti mampu
menyadarkan
mempengaruhi
pra
siswa
bahwa
kesejahteraan
ekositem
hidup
lingkungan
manusia.
Misalnya
sangat
guru
menyadarkan siawa bahwa maraknya bencana yang terjadi, seperti
banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan lain-lain yang semuanya
itu dapat menimbulkan wabah penyakit, merupakan kesalahan
manusia dalam menjaga dan melindungi fungsi ekosistem lingkungan.
28
Tujuan dari konsep ini adalah untuk menjelaskan fungsi manusia
dalam menjaga alam semesta dan menunjukkan cara menjaga kualitas
lingkungan alam untuk kepentingan bersama pada masa yang akan
datang.
4) Konsep Penelitian
Konsep ini sangat penting bagi seorang guru yang ingin
mengajar para siswa di lingkungan alam. Penekanan dalam konsep ini
adalah agar seorang guru bisa memunculkan nalar penelitian dalam
kegiatan belajarnya di lingkungan alam. Dengan belajar di lingkungan
alam nalar siswa mesti berbeda dengan ketika belajar di dalam kelas.
Di lingkungan alam mereka harus memiliki keinginan meneliti untuk
mengetahui sesuatu yang berkaitan dengan mata pelajaran. Tentunya,
penelitian yang dilakukan saat belajar di lingkungan alam disesuaikan
dengan kemampuan siswa, sesuai dengan perkembangan intelektual,
serta sarana dan prasaranayang dimiliki sekoalah.
5) Konsep Eksperimentasi
Guru yang mengadakan kegiatan belajar mengajar di lingkungan
alam harus memahami betul bahwa para siswa yang belajar di
lingkungan alam adalah dalam rangka penekanan ekperimentasi atau
uji coba. Dalam konsep ini guru mesti mengarahakan muridnya untuk
melakukan eksperimentasi secara langsung terhadap pelajaranpelajaran tertentu. Dengan kata lain guru bertujuan membuktikan
sebuah teori yang dipelajari dari buku pelajaran. Dengan melakukan
29
eksperimentasi guru harus dapat membuktikan bahwa teori yang
dipelajari sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Melalui
eksperimentasi siswa mesti bisa menemukan indikasi konkret bahwa
segala yang mereka dapat di luar sekolah sesuai dengan yang mereka
pahami daro buku. Eksperimentasi yang dilakukan tidak boleh
memberatkan siswa, cukup dilakukan dengan cara santai dan
menyenangkan.
6) Konsep Kekeluargaan
Kegiatan
belajar
mengajar
di
lingkungan
alam
hraus
dilaksanakan secara kekeluargaan. Hubungan antara siswa dan guru
mesti berjalan secara kekeluargaan, tidak seperti belajar di kelas.
Artinya kegiatan ini tidak berjalan kaku dan terlalu formal. Dengan
penekanan konsep kekeluargaan ini hubungan antara guru dan murid
ketika belajar di lingkungan alam layaknya hubungan antara orang tua
dan anak. Konsep ini bisa berdampak positif terhadap suasana belajar
di lingkungan alam sebagaimana berikut:
a) Para siswa tidak merasa sungkan untuk mengajukan berbagai
pertanyaan yang berkaitan dengan pelajaran yang diajarkan oleh
guru, sehingga suasana belajar tambah hidup.
b) Mengeratkan hubungan emosional antara guru dan siswa yang bisa
berpengaruh
terhadap
kelancaran
proses
belajar
mengajar,
hubungan antara guru dan murid semacam ini juga dapat disebut
sebagai model hubungan yang kreatif.
30
c) Memudahkan guru untuk mengetahui karakter para siswa sehingga
mudah memberikan solusi ketika muncul masalah pribadi yang
dihadapi oleh mereka.
3) Lingkungan Buatan
Disamping lingkungan sosial dan alam yang sifatnya alami, ada
juga yang disebut lingkungan buatan yakni lingkungan yang sengaja
diciptakna atau dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Lingkungan buatan antara
lainirigasi atau pengairan, bendungan, pertamanan, kebun binatang,
perkebunan, penghijauan, dan pembangkit tenaga listrik.
Siswa dapat mempelajari lingkungan buatan dari berbagaiaspek
seperti prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya, daya
dukungan serta aspek lain yang berkenaan dengan pembangunan dan
kepentingan manusia dan masyarakat pada umumnya. Lingkungan
buatan dapat dikaitkan dengan kepentingan berbagai bidang studi yang
diberiakn di sekolah (Ahmad Rivai, 1997: 138).
Ketiga lingkungan belajar di atas dapat dimanfaatkan sekolah
dalam proses belajar mengajar melalui perencanaan yang saksamaoleh
para guru bidang studi baik secara sendiri-sendiri maupun bersama.
Penggunaan lingkungan belajar dapat dilaksanakan dalam jam pelajaran
bidang studi di luar jam pelajaran dalam bentuk penugasan kepada siswa
atau dalam waktu khusus yang sengaja disiapkan pada akhir semester,
atau pertengahan semester. Teknis penggunaan lingkungan belajar
31
hendaknya ditempatkan sebagai media maupun sebagai sumber belajar
dalam hubungannya dengan materi bidang studi yang relevan. Dengan
demikian lingkungan dapat berfungsi untuk memperkaya materi
pengajaran, memperjelas prinsip dan konsep yang dipelajari dalam
bidang studi dan bisa dijadikan sebagai laboratorium belajar para siswa.
2. Sumber Belajar
a. Pengertian Sumber Belajar
Menurut Iskandar (2009: 196), sumber belajar (learning resources)
adalah semua sumber baik berupa data, orang, dan wujud tertentu yang
dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar baik secara terpisah
maupun secara terkombinasi, sehingga mempermudah peserta didik dalam
mencapai tujuan belajar dan kompetensi tertentu. Menurut Iskandar (2009:
196-197), sumber belajar adalah segala sesuatu dan dengan mana seseorang
mempelajari sesuatu. Sumber belajar mencangkup semua sumber yang
mungkin dapat dipergunakan oleh orang yang belajar agar terjadi perilaku
belajar.
Sudjarwo (1989: 141) menyatakan bahwa:
“Sumber belajar merupakan berbagai atau semua sumber baik yang
berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh
siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun secara terkombinasi,
sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya”.
Menurut Syaiful Sagala (2010: 48), sumber belajar dirumuskan
sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan-kemudahan
kepada peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan dalam proses belajar-mengajar.
32
Ahmad Rohani (2004: 161) menyatakan bahwa sumber belajar adalah
segala daya yang dapat dipergunakan untuk kepentingan proses atau
aktivitas pengajaran baik secara langsung maupun tidak langsung di luar diri
peserta didik (lingkungan) yang melengkapi diri mereka pada saat
pengajaran berlangsung. Menurut Suharjo (2006: 107), sumber belajar
adalah segala sumber (data, manusia, dan benda) yang dapat digunakan oleh
siswa baik secara sendiri maupun bersama-sama, biasanya dalam suatu cara
yang informal untuk membantu belajar.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu baik yang hidup maupun tidak
hidup yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan
belajar yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain,
segala daya yang dapat dipergunakan untuk kepentingan proses atau
aktivitas belajar baik secara langsung maupun tidak langsung di luar diri
peserta didik (lingkungan) yang melengkapi diri mereka pada saat
pengajaran berlangsung disebut sumber belajar.
Iskandar (2009: 204) mengemukakan bahwa fungsi sumber belajar
dalam menjalankan proses pembelajaran sebagai berikut:
1) Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan mempercepat
laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih
baik dan, mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga
dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.
2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual,
dengan cara mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional, dan
memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan
kemampuannya.
33
3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara
perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis, dan
pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
4) Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan meningkatkan
kemampuan sumber belajar, penyajian informasi dan bahan secara
konkret.
5) Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu mengurangi kesenjangan
antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas
yang sifatnya konkret, memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
6) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan
menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001: 84), dalam memilih
sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut:
1) Ekonomis yaitu tidak harus berpatok pada harga yang mahal.
2) Praktis yaitu tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit, dan
langka.
3) Mudah yaitu dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita.
4) Fleksibel yaitu dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional.
5) Sesuai dengan tujuan yaitu mendukung proses dan pencapaian tujuan
belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat diartikan bahwa sumber belajar dapat
berupa segala sesuatu yang ada baik manusia, bahan, alat, pesan, teknik,
maupun lingkungan yang dapat dijadikan tempat untuk mengungkap suatu
pengalaman belajar dan memberikan kemudahan-kemudahan dalam
memperoleh informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dengan
tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan
sikap yang lebih baik.
b. Hakekat Sumber Belajar dan Tujuan Sumber Belajar
Suhaenah Suparno (1999: 74) menjelaskan bahwa sumber belajar
adalah manusia, bahan, kejadian/peristiwa, setting, teknik yang membangun
34
kondisi yang memberikan kemudahan bagi anak didik untuk belajar
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Banyak tempat disekitar kita yang berpotensi menjadi sumber belajar
tetapi luput dari perhatian peserta didik. Dikota-kota besar terdapat museum,
kebun binatang, kebun raya, aquarium tetapi belum semua sepenuhnya
dimanfaatkan. Didaerah terpencil juga terdapat berbagai macam sumber
belajar tetapi guru/pendidik kurang memperhatikan lingkungannya.
Misalnya halaman sekitar sekolah bisa dimanfaatkan sebagai sumber belajar
apabila guru mau memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
Suhaenah Suparno (1999: 75) juga menjelaskan tujuan sumber belajar
adalah membantu siswa untuk belajar lebih efektif dan efisien dengan
meningkatkan kualitas sistem pembelajaran. Secara tidak langsung
peningkatan tersebut terjadi karena sumber belajar juga membantu guru
mempersiapkan dan melaksanakan proses pembelajaran dengan lebih baik.
Untuk kegiatan- kegiatan guru yang bisa digantikan dengan media, yang
bisa dipelajari sendiri oleh siswa, berarti sebagian beban guru terkurangi.
Sumartono (1987: 128) menjelaskan bahwa lingkungan sebagai
sumber belajar juga berfungsi sebagai media pembelajaran. Media sebagai
alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak
dapat dipungkiri karena gurulah yang menghendakinya untuk membantu
tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang
diberikan oleh guru kepada anak didik. Guru sadar bahwa tanpa bantuannya
dia, maka bahan pelajaran sukar untuk dicerna dan sipahami oleh setiap
35
anak didik terutama bahan pelajaran yang rumit atau kompleks (Zain
Djamarah, 2003: 144).
c. Manfaat Sumber Belajar
Suhaenah Suparno (1999: 41) menyebutkan bahwa ada beberapa
manfaat sumber belajar yakni (1) secara umum sumber belajar bermanfaat
membantu siswa belajar lebih baik. Pemahaman akan konsep, prinsip, dan
prosedur secara benar, akan lebih menjadi lenggang menjadi milik siswa
jika mereka mengalami proses belajar yang bermakna. Hasil belajar tersebut
dapat digunakan untuk memahami dan memecahkan masalah dalam waktu
dan situasi yang berbeda; (2) sumber belajar dapat mengakrabkan siswa
maupun guru dengan lingkungan sekitar; (3) memungkinkan guru
merancang dan melaksanakan program pembelajaran dengan baik; (4)
mendorong penerapan pembelajaran siswa aktif; (5) kerjasama antar guru
menumbuhkan rasa kebersamaan dan dngan demikian meningkatkan
semangat kerja guru; (6) adanya sumber belajar memungkinkan anak yang
cepat belajar untuk melakukan kegiatan pengayaan pengalaman belajarnya.
Sebaliknya bagi anak yang lambat dimungkinkan untuk mempelajari bahan
media dan bekerja dengan alat yang ada sumber belajar masuk memperbaiki
hasil belajarnya.
d. Jenis-jenis Sumber Belajar
Pada bagian sebelumnya, kita telah mengenal adanya dua jenis sumber
belajar, yaitu sumber belajar yang dirancang (by design resources) dan
sumber belajar yang dimanfaatkan (by utility resources). Berbagai benda
36
yang terdapat di lingkungan kita dapat kita kategorikan ke dalam jenis
sumber belajar yang dimanfaatkan (by design resources) ini. Dibanding
dengan dengan jenis sumber belajar yang dirancang, jenis sumber belajar
yang dimanfaatkan ini jumlah dan macamnya jauh lebih banyak. Oleh
karena itu, sangat dianjurkan setiap guru mampu mendayagunakan sumber
belajar yang ada di lingkungan ini. Pengertian lingkungan dalam hal ini
adalah segala sesuatu baik yang berupa benda hidup maupun benda mati
yang terdapat di sekitar kita (di sekitar tempat tinggal maupun sekolah).
Sebagai guru, kita dapat memilih berbagai benda yang terdapat di
lingkungan untuk kita jadikan media dan sumber belajar bagi siswa di
sekolah. Bentuk dan jenis lingkungan ini bermacam macam, misalnya
sawah, hutan, pabrik, lahan pertanian, gunung, danau, peninggalan sejarah,
musium, dan sebagainya.
Media di lingkungan juga bisa berupa benda-benda sederhana yang
dapat dibawa ke ruang kelas, misalnya batuan, tumbuh-tumbuhan, binatang,
peralatan rumah tangga, hasil kerajinan , dan masih banyak lagi contoh yang
lain. Semua benda itu dapat kita kumpulkan dari sekitar kita dan dapat kita
pergunakan sebagai media pembelajaran di kelas. Benda-benda tersebut
dapat kita perloeh dengan mudah di lingkungan kita sehari-hari. Jika
mungkin, guru dapat menugaskan para siswa untuk mengumpulkan bendabenda tertentu sebagai sumber belajar untuk topik tertentu. Benda-benda
tersebut juga dapat kita simpan untuk dapat kita pergunakan sewaktu-waktu
diperlukan.
37
e. Prinsip-Prinsip Sumber Belajar
Sumber belajar yang terdapat di lingkungan sekitar, ada yang berupa
benda-benda atau peristiwa yang langsung dapat kita pergunakan sebagai
sumber belajar. Selain itu, ada pula benda-benda tertentu yang harus kita
buat terlebih dulu sebelum dapat kita pergunakan dalam pembelajaran.
Media yang perlu kita buat itu biasanya berupa alat peraga sederhana
dengan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di lingkungan kita. Jika
kita harus membuat media belajar semacam itu, maka ada beberapa prinsip
pembuatan yang perlu kita perhatikan, yaitu:
1) Media yang dibuat harus sesuai dengan tujuan dan fungsi
penggunaannya.
2) Dapat membantu memberikan pemahaman terhadap suatu konsep
tertentu, terutama konsep yang abstrak.
3) Dapat mendorong kreatifitas siswa, memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bereksperimen dan bereksplorasi (menemukan sendiri).
4) Media yang dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan, tidak
mengandung unsur yang membahayakan siswa.
5) Dapat digunakan secara individual, kelompok dan klasikal.
6) Usahakan memenuhi unsur kebenaran substansial dan kemenarikan.
7) Media belajar hendaknya mudah dipergunakan baik oleh guru maupun
siswa.
8) Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat hendaknya dipilih agar
mudah diperoleh di lingkungan sekitar dengan biaya yang relatif murah.
9) Jenis media yang dibuat harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
sasaran didik.
f. Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting
dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses
pembelajaran siswa. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan
belajar. Basuki Wibowo (1993: 39) menyebutkan bahwa lingkungan yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari: (1) lingkungan
38
sosial dan (2) lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat digunakan
untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan
lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala
alam dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan
partispasi dalam memlihara dan melestarikan alam.
Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan
kegiatan dengan membawa peserta didik ke lingkungan, seperti survey,
karyawisata, berkemah, praktek lapangan dan sebagainya. Bahkan
belakangan ini berkembang kegiatan pembelajaran dengan apa yang disebut
out-bond, yang pada dasarnya merupakan proses pembelajaran dengan
menggunakan alam terbuka. Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat
dilakukan dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, seperti
menghadirkan nara sumber untuk menyampaikan materi di dalam kelas.
Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar berjalan efektif, maka
perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak
lanjutnya.
g. Keuntungan Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber pembelajaran memiliki
banyak keuntungan. Beberapa beberapa keuntungan tersebut antara lain:
1) Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di
lingkungan.
2) Praktis dan mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus seperti
listrik.
3) Memberikan pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi lebih
konkrit, tidak verbalistik.
4) Karena sumber belajar tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka
benda-benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
39
siswa. Hal ini juga sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual
(contextual learning).
5) Pelajaran lebih aplikatif, maksudnya materi belajar yang diperoleh siswa
melalui media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan
langsung, karena siswa akan sering menemui benda-benda atau peristiwa
serupa dalam kehidupannya sehari-hari.
6) Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
Dengan media lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung
dengan benda, lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara alamiah.
7) Lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di lingkungan
siswa biasanya mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan media
yang dikemas (didesain).
3. Pemanfaatan Lingkungan Alam sebagai Sumber Belajar
Pemanfaatan lingkungan alam sebagai sumber belajar merupakan segala
apa yang ada di alam (biotik atau abiotik) dan bisa mendukung serta bisa
dimanfaatkan untuk kegiatan pengajaran itu sendiri yang dapat difungsikan
sebagai “sumber pengajaran” atau “sumber belajar”. Bukan hanya guru, buku,
dan bahan pelajaran yang menjadi sumber belajar, apa yang dipelajari peserta
didik tidak hanya terbatas pada apa yang disampaikan guru dan apa yang ada
dalam buku cetak. Lingkungan alam merupakan sumber belajar yang mudah
dipelajari oleh siswa, karena gejala-gejala alam sifatnya relatif tetap tidak
seperti lingkungan sosial yang sering terjadi perubahan.
Sharp (Lily Barlia, 2006: 10) mengemukakan bahwa tidak akan pernah
ada suatu sekolah pun yang terlalu sempit, miskin, kekurangan alat-alat, atau
bahan untuk bisa memulai suatu kegiatan belajar mengajar. Proses
pembelajaran dan eksplorasi dapat dilakukan di luar gedung sekolah sepanjang
transportasi mengijinkan. Tidak ada satu sekolah ataupun universitas yang
terlalu lengkap dan sangat maju di dalam hal proses belajar mengajar tanpa
ditunjang dengan eksplorasi ke lingkungan alam sekitar. Pendapat Sharp
40
tersebut dapat dijadikan sebagai inspirasi bagi kita semua bahwa untuk bisa
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif, tidak selalu ditunjang
oleh ketersedianya fasilitas yang lengkap, atau ketiadaan fasilitas belajar di
dalam kelas tidak bisa dijadikan tolak ukur untuk tidak terlaksananya kegiatan
belajar mengajar yang optimal.
Banyak hal yang dapat dipelajari dan dijadikan sumber belajar peserta
didik salah satunya dengan pemanfaatan lingkungan alam sekitar. Pengajaran
yang tidak menghiraukan prinsip lingkungan akan mengakibatkan peserta didik
tidak mampu beradaptasi dengan kehidupan di mana peserta didik hidup.
Pengetahuan yang peserta didik kuasai belum menjamin pada bagaimana
peserta didik menerapkan pengetahuannya di lingkungan yang dihadapi.
Richarson (Iskandar, 2009: 200) mengemukakan bahwa:
“Science necessarily begins in the environment in wich we live.
Consequently the students study of science should have this orientation”.
Dari alam sekitar peserta didik dapat dibimbing untuk mempelajari
berbagai macam masalah kehidupan. Hal tersebut terkait dengan pemanfaatan
dan pemberdayaan alam sekitar sebagai sumber belajar dalam kegiatan
pembelajaran.
Pembelajaran melalui pemanfaatan lingkungan alam sebagai sumber
belajar memungkinkan siswa untuk dapat melihat (seeing), berbuat sesuatu
(doing), melibatkan diri dalam proses belajar (undergoing), serta mengalami
secara langsung (experiencing) terhadap hal-hal yang dipelajari. Kegiatan
pembelajaran akan lebih bermakna dan bernilai, sebab para siswa dihadapkan
41
dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya. Pembelajaran lebih nyata,
lebih faktual, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Seperti
yang diungkapkan oleh Bruner (Sugihartono, dkk, 2008: 111) bahwa belajar
adalah proses yang bersifat aktif. Terkait dengan ide Discovery Learning yaitu
siswa berinteraksi dengan lingkungan melalui eksplorasi dan manipulasi objek,
membuat pertanyaan dan menyelenggarakan eksperimen.
Menurut Syaiful Sagala (2010: 180), beberapa prinsip pengajaran dengan
alam sekitar yaitu:
a. Pengajaran alam sekitar itu, guru dapat memperagakan secara langsung
sesuai dengan sifat-sifat atau dasar-dasar pengajaran.
b. Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar
anak aktif atau giat tidak hanya duduk, dengar, catat saja.
c. Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran
totalitas, yaitu suatu bentuk dengan ciri-ciri: (1) suatu pengajaran yang tidak
mengenai pembagian mata pengajaran dalam daftar pengajaran, tetapi guru
memahami tujuan pengajaran dan mengarahkan usahanya untuk mencapai
tujuan, (2) suatu pengajaran yang menarik minat, karena segala sesuatu
dipusatkan atas suatu bahan pengajaran yang menarik perhatian anak dan
diambilkan dari alam sekitar, dan (3) suatu pengajaran yang memungkinkan
segala bahan pengajaran itu berhubung-hubungan satu sama lain seerateratnya secara teratur.
d. Pengajaran alam sekitar memberi kepada anak bahan persepsi intelektual
yang kukuh dan tidak verbalitas.
e. Pengajaran alam sekitar memberi apersepsi emosional, karena alam sekitar
memiliki ikatan emosional dengan anak.
Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan alam
merupakan sumber belajar yang memenuhi hampir semua criteria dalam
pemilihan sumber belajar yang disebutkan oleh Nana Sudjana dan Ahmad
Rivai (2001: 84) yaitu ekonomis, praktis, mudah, fleksibel, dan sesuai dengan
tujuan. Pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan alam sebagai sumber
belajar sangat banyak memberikan manfaat baik dari segi motivasi, tingkat
42
pemahaman siswa terhadap materi, keaktifan siswa dalam kegiatan belajar,
kekayaan informasi yang didapat, serta tidak kalah penting yaitu akan
menimbulkan rasa kecintaan dan kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitar.
4. Nilai-nilai dan Kelebihan Pemanfaatan Lingkungan Alam sebagai Sumber
Belajar
Udin S. Winataputra (1997: 65) mengemukakan bahwa nilai-nilai dan
keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan lingkungan alam
sebagai sumber belajar antara lain:
a. Lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari siswa kita,
memperkaya wawasannya, tidak terbatas oleh empat dinding kelas dan
kebenarannya lebih akurat.
b. Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik, tidak membosankan,
dan menumbuhkan antusiasme siswa untuk lebih giat belajar.
c. Belajar akan lebih bermakna (meaningful learning), sebab siswa dihadapkan
dengan keadaan sebenarnya.
d. Aktivitas
siswa
akan
lebih
meningkat
dengan
memungkinkannya
menggunakan berbagai cara seperti proses mengamati, membuktikan
sesuatu, menguji fakta, dan sebagainya.
Dengan memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di
lingkungannya dapat dimungkinkan terjadi pembentukan pribadi para siswa
seperti cinta akan lingkungan. Lily Barlia (2006: 18) mengungkapkan bahwa
pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan alam sebagai sumber belajar
memiliki kelebihan sebagai berikut: Pertama, proses belajar mengajar dengan
43
memanfaatkan lingkungan alam sekitar memberikan banyak kontribusi
terhadap proses pemahaman konseptual pada peserta didik. Beberapa di
antaranya dapat dikembangkan cara-cara pengukuran hasil yang diperoleh dari
penglihatan atau perabaan. Sejumlah hal yang tidak dapat diperoleh dengan
perabaan melalui indera peraba, dikembangkan melalui komunikasi aktif guru
dan murid yang direalisasikan dalam berbagai bentuk diskusi. Kedua, di dalam
situasi belajar di lingkungan alam sekitar, hubungan antara guru dan murid
akan sangat akrab seperti teman.
Hubungan mereka tidak dibatasi seperti halnya hubungan formal antara
guru dan murid seperti yang biasa terjadi pada situasi kegiatan belajar
mengajar di kelas. Ketiga, di dalam situasi belajar mengajar dengan
pemanfaatan lingkungan alam sekitar, guru mempunyai kesempatan untuk
mengobservasi anak didiknya dalam bermacam-macam keadaan yang pada
situasi belajar mengajar di dalam kelas guru tidak bisa melihat mereka
berprilaku seperti itu. Pada kondisi seperti ini, bentuk hubungan antara guru
dan murid biasanya tercipta dalam suasana yang lebih akrab tidak membedakan
perhatian terhadap murid yang satu dengan yang lainnya. Hubungan
kemanusiaan akan terangkat. Keempat, hasil lain yang dapat dirasakan oleh
guru dari kegiatan belajar mengajar dengan pemanfaatan lingkungan alam
sekitar adalah sering terlihatnya minat yang besar pada anak didik terhadap
hal-hal yang pernah mereka temukan di dalam buku-buku pelajaran.
Hamzah B. Uno, dkk (2011: 145) mengemukakan bahwa belajar dengan
menggunakan lingkungan alam memungkinkan siswa menemukan hubungan
44
yang sangat bermakna antara ide-ide abstrak dan penerapan praktis di dalam
konteks
dunia
nyata.
Konsep
dipahami
melalui
proses
penemuan,
pemberdayaan, dan hubungan.
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lingkungan alam akan
memberikan dorongan kepada peserta didik untuk lebih aktif dalam
menghubungkan antara konsep, teori, dan pengetahuan yang mereka dapatkan
dengan kenyataan yang ada, sehingga siswa akan lebih paham dengan apa yang
mereka pelajari. Alam sekitar sebagai fundamental pendidikan dan pengajaran
memberikan dasar emosional, sehingga anak menaruh perhatian yang spontan
terhadap segala sesuatu yang diberikan kepadanya asal itu didasarkan dan
diambil dari alam sekitar. Syaiful Sagala (2010: 181) mengemukakan
pandangannya dalam “Het Volle Leven” yaitu:
a. Anak harus mengetahui barangnya terlebih dahulu sebelum mendengar
namanya.
b. Pengajaran sesungguhnya harus mendasarkan pada pengajaran selanjutnya
atau mata pelajaran yang lain harus dipusatkan atas pengajaran itu.
c. Haruslah diadakan perjalanan memasuki hidup senyatanya kesemua jurusan,
agar murid paham akan hubungan antara bermacam-macam lapangan dalam
hidupnya.
5. Langkah-langkah Pemanfaatan Lingkungan Alam sebagai Sumber
Belajar
Dalam pemanfaatan lingkungan alam sebagai sumber belajar, seorang
guru harus mempersiapkan dengan sebaik-baiknya agar tujuan pembelajaran
45
dapat tercapai dengan baik. Menurut Udin S. Winataputra (1997: 77), ada tiga
langkah yang bisa ditempuh untuk menggunakan lingkungan alam sebagai
sumber belajar, yaitu:
a. Langkah Perencanaan
Langkah perencanaan dapat dilakukan dengan cara:
1) Menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa berkaitan
dengan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar.
2) Menentukan objek yang akan dipelajari atau dikunjungi. Perhatikan oleh
guru keterkaitannya dengan tujuan pembelajaran dan kemudahankemudahan dalam menggunakan lingkungan, seperti: jaraknya tidak
terlalu jauh, tidak memerlukan waktu yang terlalu lama, biaya murah,
keamanannya, tersedianya sumber belajar yang bisa dipelajari.
3) Rumuskan cara belajar atau bentuk kegiatan yang harus dilakukan siswa
selama mempelajari lingkungan, seperti: mencatat apa yang terjadi,
mengamati sesuatu, melakukan wawancara, membuat sket, dan
sebagainya.
4) Siapkan pula hal-hal yang sifatnya teknis, seperti: tata tertib kegiatan
yang harus dipatuhi siswa, perijinan untuk mengadakan kegiatan,
perlengkapan-perlengkapan yang harus dibawa siswa, alat, atau
instrumen yang digunakan.
b. Langkah Pelaksanaan
Langkah pelaksanaan yaitu melakukan berbagai kegiatan belajar di
tempat tujuan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
46
c. Langkah Tindak Lanjut
Langkah terakhir yaitu tindak lanjut dari semua kegiatan yang telah
dilaksanakan. Langkah ini bisa berupa kegiatan belajar di dalam kelas
untuk mendiskusikan hasil-hasil yang telah diperoleh dari lingkungan.
Menurut Conny Semiawan (1992: 103), langkah-langkah yang perlu
diperhatikan dalam pemanfaatan lingkungan alam sebagai sumber belajar
adalah:
a. Guru mengadakan penyelidikan terlebih dahulu terhadap lingkungan sekitar
dan mencatat hal-hal yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar.
b. Guru membuat perencanaan pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar
yang ingin dicapai.
c. Guru mengorganisasikan siswa secara berkelompok atau individu sesuai
kebutuhan.
d. Pelaksanaan proses belajar mengajar meliputi: penjelasan tentang tugas
yang harus dikerjakan, pemberian tugas, pengamatan, diskusi hasil kerja
kelompok, dan penyusunan kesimpulan hasil kerja.
e. Pemajangan hasil kerja siswa.
f. Penilaian hasil kerja siswa.
g. Tindak lanjut berupa latihan-latihan pengembangan yang bersifat imajinatif.
C. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Pada Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman,
Yogyakarta
Pemanfaatan lingkungan alam sebagai sumber belajar dapat dimaknai
sebagai segala sesuatu yang ada di lingkungan alam sekitar anak yang dapat
digunakan serta mendukung kegiatan pembelajaran yang optimal. IPA
merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam. Ilmu Pengetahuan Alam
mempunyai objek dan permasalahan yang jelas, yaitu berobjek benda-benda
alam dan mengungkapkan misteri (gejala-gejala) alam yang disusun secara
sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang
47
dilakukan oleh anak. Lingkungan alam menyediakan semua hal-hal yang
bersifat konkret yang dapat dipelajari oleh anak.
Menurut Mohamad Surya (2004: 37), perkembangan kognitif terbentuk
melalui interaksi yang konstan atau terus-menerus antara individu dengan
lingkungan. Hal tersebut membuktikan bahwa lingkungan memiliki peran yang
penting dalam proses perkembangan kognitif anak. Pembelajaran dengan
pemanfaatan lingkungan alam memungkinkan anak untuk dapat melihat,
melibatkan diri dalam proses belajar, mengalami langsung terhadap hal-hal
yang sifatnya konkret sehingga anak akan lebih mudah paham terhadap materi
yang sedang dipelajari. Sejalan dengan itu Daryanto (2010: 14) menyebutkan
bahwa pengalaman langsung menduduki peran penting dalam proses
pemahaman anak terhadap materi yang dipelajari. Pengalaman langsung
membantu siswa dalam memahami, mengingat, dan menerapkan konsepkonsep yang abstrak. Belajar melalui pengalaman langsung membuat anak
lebih teringat terhadap materi yang dipelajarinya. Konsep-konsep yang mereka
dapatkan ketika sedang berada di dalam kelas dan yang ada dalam buku dapat
dilihatnya secara langsung di lingkungan, sehingga pembelajaran menjadi lebih
bermakna.
Berdasarkan
uraian
di
atas
dapat
ditarik
kesimpulan
bahwa
pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan alam menjadikan anak lebih
mudah memahami konsep-konsep yang mereka pelajari karena anak
dihadapkan pada sesuatu yang konkret. Pengetahuan dan konsep-konsep yang
mereka dapatkan pada waktu pembelajaran di lingkungan alam akan lebih lama
48
diingat oleh anak, karena anak melihat, mengamati, dan mengalami secara
langsung. Hal itu tentunya akan berdampak pada hasil belajar kognitif IPA bagi
siswa kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta.
D. Penelitian Relevan
Penelitian yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian Wuri
Wurdayani (2013) dengan judul Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber
Belajar PKn di Sekolah Dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Salah satu
sumber yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran PKn di sekolah dasar
adalah lingkungan. Lingkungan yang dapat digunakan untuk pembelajaran
PKn di sekolah dasar adalah lingkungan alam, lingkungan sosial, dan
lingkungan budaya
E. Kerangka Berpikir
Berpijak dari permasalahan dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
yang ada yaitu keterbatasan sumber belajar. Selama ini sumber belajar yang
kita kenal dalam kegiatan pembelajaran adalah buku-buku dan guru itu sendiri.
Padahal dalam kegiatan pembelajaran sumber belajar merupakan salah satu
komponen yang sangat penting dalam penentuan keberhasilan suatu proses
pembelajaran, maka dari itu diharapkan sumber belajar itu harus beraneka
ragam agar siswa dapat memperoleh banyak pengetahuan.
Keterbatasan sumber belajar akan berpengaruh terhadap kegiatan
pembelajaran. Dengan keterbatasan sumber belajar tentunya akan sangat
menghambat peserta didik dalam memperoleh pengetahuan. Semakin sedikit
sumber belajar yang ada maka akan semakin sedikit pula pengetahuan yang
49
diperoleh siswa. Melalui pemanfaatan lingkungan alam sebagai sumber belajar
akan sangat membantu guru dan siswa dalam menambah sumber belajar. Pada
dasarnya lingkungan alam menyediakan banyak sekali pengetahuan yang layak
untuk dipelajari. Pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan alam
memiliki banyak sekali manfaat diantara pembelajaran akan lebih bermakna,
karena siswa dihadapkan pada kenyataan yang ada, perolehan pengetahuan
akan lebih lama tertanam pada diri siswa, pembelajaran akan lebih
mengaktifkan siswa, karena siswa dapat langsung mengamati apa yang ada di
alam, siswa juga akan lebih termotivasi dalam belajar yang pada akhirnya nanti
akan berpengaruh terhadap kemampuan kognitif siswa. Dengan demikian
apabila pemanfaatan lingkungan alam sebagai sumber belajar kelas IV SD
Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta dapat dilaksanakan dengan baik,
maka diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas siswa dan mampu
mengembangkan bakat serta potensi ssiwa khusunya pada mata pelajaran IPA.
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Lexy J.
Moleong (2006: 6), jenis penelitian tersebut merupakan penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah. Pada penelitian ini, fenomena yang dipahami adalah
mengenai pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran
ilmu pengetahuan alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret tahun 2015. Lokasi penelitian
berada di Sekolah Dasar Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta.
C. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru, dan siswa kelas IV yang mengikuti
proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Negeri Ambarukmo, Sleman,
Yogyakarta sebanyak 22 siswa. Objek penelitian ini adalah mengenai
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam siswa kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman,
Yogyakarta.
51
D. Teknik Pengumpulan Data
Alat penelitian adalah sarana yang digunakan untuk melaksanakan atau
memperlancar jalannya penelitian. Untuk mendapatkan informasi yang valid
maka diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang tepat. Suharsimi
Arikunto (2006: 232), mengatakan bahwa mengumpulkan data adalah
mengamati variabel yang akan diteliti dengan metode wawancara dan
dokumentasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode:
1. Observasi
Observasi merupakan metode mengumpulkan data dengan mengamati
langsung di lapangan. Proses ini berlangsung dengan pengamatan yang
meliputi, melihat, merekam, menghitung, mengukur, dan mencatat kejadian.
Dalam penelitian ini observasi dilakukan kepada guru dan siswa dalam
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta.
2. Wawancara
Dalam penelitian ini digunakan wawancara terpimpin, yang berarti
pertanyaan sudah disiapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini wawancara
dilakukan di SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta. Metode
wawancara ini dimaksudkan untuk menggali data dan informasi-informasi
tentang pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran
ilmu pengetahuan alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman,
Yogyakarta.
52
3. Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 206), dokumentasi adalah
mencari data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, agenda, dan sebagainya. Dokumentasi juga dapat berarti
mendokumentasikan atau mengabadikan kejadian-kejadian tertentu untuk
mendukung data yang didapat pada saat penelitian berlangsung. Dalam
penelitian ini dokumentasi yang digunakan oleh peneliti berupa arsip
sekolah dalam bentuk company profile SD Negeri Ambarukmo, Sleman,
Yogyakarta sebagai lokasi penelitian dan foto-foto pada saat penelitian
berlangsung.
E. Alat Bantu Pengumpulan Data
Menurut Poerwandari (1998: 77) penulis sangat berperan dalam seluruh
proses penelitian, mulai dari memilih topik, mendeteksi topik tersebut,
mengumpulkan data, hingga analisis, menginterprestasikan dan menyimpulkan
hasil penelitian. Dalam mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat
bantu (instrumen penelitian). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga
alat bantu, yaitu:
1. Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan
pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun
berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan
observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya
53
terhadap perilaku subjek dan informasi yang muncul pada saat
berlangsungnya wawancara.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak
menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya
berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti.
3. Alat Bantu Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah mencari data sekunder mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan
sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006: 139). Dokumen dalam penelitian ini
adalah berupa foto-foto kegiatan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
belajar pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam kelas IV SD Negeri
Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta yang akan diambil pada saat penelitian
berlangsung.
F. Instrumen Penelitian
Penelitian memerlukan instrumen untuk mengukur nilai variabel yang
diteliti. Dalam pengukuran, peneliti memilih alat pengukur sebagai tugas utama
yang dapat dipertanggung jawabkan untuk mengukur tingkah laku dan sifat
yang sedang diteliti. Instrumen peneltian adalah alat atau fasilitas yang
digunakaan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis
sehingga mudah diolah (Suharsimi Arikunto, 2009: 160). Instrumen dalam
54
penelitian ini berupa pedoman wawancara. Kisi-kisi instrumen dalam
penelitian disajikan pada tabel sebagai berikut:
Berikut kisi-kisi instrumen sebagai pedoman observasi yang digunakan
dalam penelitian ini, sebagai berikut:
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pedoman Observasi
Variabel
Pemanfaatan
Lingkungan
Sebagai
Sumber
Belajar Pada
Mata pelajaran
Ilmu
Pengetahuan
Alam Siswa
Kelas IV SD
Negeri
Ambarukmo,
Sleman,
Yogyakarta
Indikator
Pemanfaatan
Lingkungan
Sebagai Sumber
Belajar
Pedoman Observasi
1. Mengamati Situasi dan Kondisi
Sekolah.
2. Mengamati Situasi dan Kondisi
Siswa.
3. Mengamati Situasi dan Kondisi
Lingkungan Sekolah.
4. Mengamati Proses Pembelajaran
dalam Pemanfaatan Lingkungan
Sebagai Sumber Belajar Siswa.
5. Mengamati
Pemanfaatan
Lingkungan
Sebagai
Sumber
Belajar Siswa.
Jenis-jenis
Sumber Belajar
6. Mengamati Jenis Sumber Belajar
yang Dapat digunakan
7. Mengamati Jenis Sumber Belajar
yang Tepat digunakan
Kendala-kendala
Dalam
Pemanfaatan
Lingkungan
Sebagai Sumber
Belajar
8. Mengamati Kendala-kendala dalam
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai
Sumber Belajar Siswa
55
Berikut kisi-kisi instrumen sebagai pedoman wawancara yang digunakan
dalam penelitian ini, sebagai berikut:
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pedoman Wawancara
Variabel
Pemanfaatan
Lingkungan
Sebagai Sumber
Belajar Pada
Mata pelajaran
Ilmu
Pengetahuan
Alam Siswa
Kelas IV SD
Negeri
Ambarukmo,
Sleman,
Yogyakarta
Subjek
Guru
Indikator
1. Manfaat Sumber Belajar
a. Sebelum
Pembelajaran
dilaksanakan
b. Selama
Pembelajaran
dilaksanakan
c. Sesudah
Pembelajaran
dilaksanakan
2. Proses
Pembelajaran
dengan
memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar.
3. Jenis-jenis lingkungan belajar yang
digunakan.
4. Dampak penggunaan sumber belajar
dalam meningkatkan belajar siswa.
Siswa
5. Faktor pendukung dalam melaksanakan
pembelajaran dengan memanfaatkan
sumber belajar dilingkungan sekitar.
6. Faktor
penghambat
dalam
melaksanakan pembelajaran dengan
memanfaatkan
sumber
belajar
dilingkungan sekitar.
1. Faktor
pendukung
dalam
melaksanakan pembelajaran dengan
memanfaatkan
sumber
belajar
dilingkungan sekitar.
2. Faktor
penghambat
dalam
melaksanakan pembelajaran dengan
memanfaatkan
sumber
belajar
dilingkungan sekitar.
No. Item
1, 2, 3, 4,
7
5, 8, 12
6, 9
10, 11
13
14, 15
1, 2, 3, 4,
5, 6, 7
8,9
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan peneliti berdasarkan model analisis
interaktif sebagaimana dikemukakan oleh Mathew B. Miles dan A. Michael
Huberman sebagaimana dikutip dan diterjemahkan oleh Sugiyono (2010: 246)
analisis data pada model ini terdiri dari empat komponen yang saling
56
berinteraksi yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi. Keempat komponen itu merupakan
siklus yang berlangsung secara terus menerus antara pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan serta verifikasi. Proses
siklusnya dapat dilihat pada gambar berikut (Sugiyono, 2010: 246).
Pengumpulan data
Penyajian data
Reduksi data
Penarikan kesimpulan dan
verifikasi
Gambar 1. Teknik Analisis Data
Berdasarkan gambar tersebut, dapat dikemukakan sistematika analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.
a. Pengumpulan Data
Pada tahapan ini data yang dibutuhkan dalam penelitian dikumpulkan
melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.
b. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan pemusatan perhatian
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul
dari lapangan. Reduksi data berlangsung terus menerus selama proses
penelitian berlangsung dan berlanjut terus sesudah penelitian lapangan,
57
sampai laporan akhir lengkap tersusun. Selain itu reduksi data merupakan
bentuk
analisis
yang
menajamkan,
menggolongkan,
mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara
sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan akhir.
c. Penyajian Data
Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Dalam pengambilan data kecenderungan kognitif manusia
menyederhanakan informasi yang kompleks kedalam satuan yang mudah
dipahami. Penyajian ini dapat dilakukan dengan menyusun matriks, grafik
atau bagian untuk menggabungkan informasi sehingga mencapai analisis
kualitatif yang valid.
d. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan tahap paling akhir
dalam analisa data yang dilakukan dengan melihat hasil reduksi data dan
tetap mengacu pada rumusan masalah serta tujuan yang hendak dicapai.
Pada penarikan kesimpuan, peneliti dari awal mengumpulkan data dan
mencari arti data yang telah dikumpulkan, setelah data disajikan penelitian
dapat memberikan makna, tafsiran, argumen, membandingkan data dan
mencari hubungan antara satu komponen dengan komponen yang lain
sehingga dapat ditarik kesimpulan.
Data yang telah tersusun kemudian dihubungkan dan dibandingkan
antara satu dengan yang lainnya sehingga mudah ditarik kesimpulan sebagai
58
jawaban dari permasalahan yang ada. Pada penelitian ini, peneliti
melakukan kegiatan mereduksi data yaitu menyeleksi, memusatkan,
menyederhanakan dan mengubah data kasar yang berasal dari catatancatatan lapangan. Hal ini dilakukan karena data yang terkumpul relatif
banyak dan tidak mungkin disajikan secara mentah. Dengan melihat
kembali reduksi data maupun penyajian data, maka kesimpulan yang
diambil tidak menyimpang dari data yang dianalisis.
H. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian adalah
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Selain untuk mengecek
kebenaran data triangulasi juga dilakukan untuk memperkaya data. Denzin
membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori (Lexy J.
Moleong, 2007: 178). Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
triangulasi sumber yakni membandingkan data hasil wawancara dan
dokumentasi yang berkaitan.
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Deskripsi lokasi penelitian mengenai pembelajaran dalam pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan alam
kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta adalah sebagai berikut.
1. Situasi dan Kondisi SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta
Sekolah Dasar Negeri Ambarukmo terletak di Ambarukmo, Catur
Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Letak Sekolah Dasar Negeri
Ambarukmo yang sangat strategis ini mendukung kegiatan belajar
mengajar, karena letaknya yang jauh dari keramaian dan mudah dijangkau
oleh siswa, guru, karyawan maupun orang lain yang berkepentingan.
2. Situasi dan Kondisi Siswa Kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman,
Yogyakarta
Situasi dan kondisi siswa kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman,
Yogyakarta yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 11 siswa, dan siswa
perempuan sebanyak 11 siswa. Siswa kelas IV Sekolah Dasar termasuk
berada pada tahap operasional konkret dan termasuk pada kelompok kelas
tinggi. Anak kelas IV Sekolah Dasar berpikir secara realistis, yaitu
berdasarkan apa yang ada di sekitarnya. Hal yang perlu diperhatikan oleh
guru IPA, bahwa anak pada tahap operasional konkret masih sangat
membutuhkan benda-benda konkret untuk membantu pengembangan
kemampuan intelektualnya. Oleh karena itu, guru seharusnya selalu
mengaitkan konsep-konsep yang dipelajari siswa dengan benda-benda
60
konkret yang ada di lingkungan sekitar. Salah satu kegiatan pembelajaran
yang memungkinkan anak untuk dapat mempelajari segala sesuatu yang
bersifat konkret adalah pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan
alam sebagai sumber belajar.
Berdasarkan hasil pengamatan pada saat penelitian diketahui bahwa
mayoritas siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran IPA, mayoritas
siswa antusias dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
meskipun terdapat beberapa siswa yang masih mengobrol sendiri, dan
terdapat beberapa siswa yang fokus dan tidak fokus dalam mengikuti
pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
3. Situasi dan Kondisi Lingkungan Sekolah di SD Negeri Ambarukmo,
Sleman, Yogyakarta
Situasi dan kondisi lingkungan sekolah di SD Negeri Ambarukmo,
Sleman, Yogyakarta merupakan sekolah yang sangat strategis dan
berdekatan
dengan
pemukiman
warga.
Lingkungan
yang
dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar siswa adalah taman sekolah, kebun
sekolah, dan lingkungan sekitar pemukiman warga seperti tempat industri
rumahan, kolam ikan warga, sawah warga, lapangan warga.
Gambar 1. Situasi dan Kondisi Lingkungan Sekolah
61
B. Hasil Penelitian
1. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Pada Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV SD Negeri Ambarukmo,
Sleman, Yogyakarta
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa proses pembelajaran
dalam pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta
dapat dilaksanakan di beberapa lokasi sekitar sekolah. Lokasi sekitar
sekolah tersebut diantaranya berada di laboratorium, halaman sekolah,
kebun sekolah, sawah, dan di sekitar lingkungan tempat tinggal warga yang
tidak jauh dari sekolah tersebut seperti sawah, kolam ikan.
Gambar 2. Sawah Sebagai Lingkungan Sumber Belajar di Sekitar Sekolah
Gambar 3. Kebun Sebagai Lingkungan Sumber Belajar di Sekitar Sekolah
62
Pada penelitian ini tema yang diambil adalah memahami hubungan
antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya. Adapun penjabarannya
sebagai berikut.
a. Proses Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Pada
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV SD Negeri
Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa proses pemanfaatan
lingkungan sebagai
sumber belajar
pada
mata pelajaran
ilmu
pengetahuan alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta
didasarkan pada kondisi fisik dan psikis siswa. Guru pengampu
senantiasa berupaya dalam mengendalikan suasana kelas supaya mata
pelajaran yang diajarkan dapat diterima dengan baik oleh siswa.
Gambar 4. Observasi Awal Berdasarkan Kondisi Fisik dan Psikis Siswa
Berdasarkan gambar 4 di atas diketahui bahwa terdapat beberapa
siswa yang kurang bersemangat dan antusias dalam mengikuti
pembelajaran IPA. Hal ini senada dengan ungkapan dari guru pengampu
63
kelas IV tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA di SDN
Amabarukmo menjelaskan bahwa:
“Proses pembelajaran dalam pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar saya sesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa dan
tema dari mata pelajaran yang sedang diajarkan”.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu kepala sekolah, beliau
menyatakan bahwa:
“Proses pembelajaran dalam pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar disini tidak bisa sembarangan, kami dan para guru
tentunya melakukan observasi dulu, karena apabila tidak ada
persiapan yang matang nanti pada saat pelaksanaan siswa malah
bermain-main saja dan tujuan pembelajaran tidak tercapai”.
Bapak guru IPA di SDN Amabarukmo menjelaskan bahwa:
“Biasanya dilakukan observasi terlebih dahulu, baik dari jam
pelajaran keberapa saya, bagaimana kondisi fisik siswa ketika
pelajaran saya akan dimulai, dan tema pembelajaran serta
lingkungan yang cocok juga harus saya siapkan terlebih dahulu,
supaya pembelajaran tercapai dan tidak menggangu kelas lain”.
Selain itu, hal tersebut juga dilakukan sebagai upaya dalam
melaksanakan kurikulum berdasarkan KTSP yang ditetapkan sekolah
sebagai kurikulum dalam proses mengajar belajar siswa. Hal ini
dikuatkan oleh pernyataan Ibu kepala sekolah yang menyatakan bahwa:
“Proses pembelajaran kami menggunakan acuan KTSP sesuai
anjuran Dinas. KTSP cocok diterapkan di SD ini supaya guru dan
siswa lebih bernovatif, kreatif dengan memanfaatkan media
pembelajaran maupun sumber belajar di sekitar sekolah”.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa proses pembelajaran yang dilakukan dalam pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan
64
alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta dilakukan
dengan mengobservasi terlebih dahulu berdasarkan kondisi fisik dan
psikis siswa, materi pelajaran yang diajarkan, dan situasi kondisi
lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran, serta berdasarkan KTSP
sesuai anjuran Dinas setempat.
b. Cara Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Siswa
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa cara pemanfaatan
lingkungan sebagai
sumber belajar
pada
mata pelajaran
ilmu
pengetahuan alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta
didasarkan pada kondisi fisik dan psikis siswa. Artinya, tidak semua
lingkungan sebagai sumber belajar di gunakan oleh guru pengampu mata
pelajaran IPA. Akan tetapi, guru hanya menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar yang cocok dengan tema dan materi yang diajarkan, serta
guru juga memperhatikan kondisi fisik dan keselamatan siswa.
Gambar 5. Salah Satu Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru IPA di SDN
Ambarukmo menjelaskan bahwa:
65
“Saya hanya memanfaatkan yang ada di sekitar sekolah saja,
apabila tidak memungkinkan menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar saya hanya menggunakan bantuan gambar saja”.
Hal senada juga disampaikan oleh ibu kepala sekolah, beliau
menyebutkan bahwa:
“Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yang dilakukan
oleh guru kelas kami beragam, salah satunya menggunakan taman,
kebun sekolah, dan beberapa berkeliling di sekitar sekolah”.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah satu siswa kelas IV SDN
Ambarukmo dengan inisial “N”, siswa “N” mengungkapkan bahwa:
“Pemanfaatan sumber belajar IPA kadang-kadang dilakukan diluar
kelas seperti dilaboratorium, sekitar sekolah, karena lebih seru dan
menyenangkan”.
Pernyataan siswa “N” tersebut didukung dengan siswa dengan inisial
“V”. Siswa “V” menjelaskan bahwa:
“Kita belajarnya variatif biar tidak mudah bosan dan mengantuk,
kadang-kadang pak guru mengajak belajar di taman, di lingkungan
sekolah, pernah juga sampai ke pemukimam warga, karena mencari
dan membandingkan tumbuhan yang tepat dengan yang sedang
dipelajari”.
Guru IPA di SDN Ambarukmo juga menambahkan bahwa:
“Proses pembelajaran harus kami buat seinovatif mungkin,
mengingat beban pelajaran yang harus ditempuh siswa, makanya
harus menerapkan strategi supaya pada mata pelajaran saya siswa
mudah paham, dan ingat tentang materi yang kami ajarkan”.
Bapak Guru IPA juga mengimbuhkan bahwa:
“Sebagai contoh sekarang tema pembelajarannya tentang
memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan
fungsinya. Maka fokus materinya adalah tentang akar, batang dan
daun. Tema pelajaran tersebut tentunya dapat saya lakukan dengan
66
memanfaatkan taman
pembelajaran”.
dan
kebun
sekolah
sebagai
media
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembelajaran yang dilakukan dalam pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan
alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta dilakukan
secara variatif. Pembelajaran secara variatif tersebut menggunakan
proses pembelajaran baik di dalam kelas dan di luar kelas. Pembelajaran
di dalam kelas dilakukan ddengan cara guru membawa tanaman-tanaman
ke dalam kelas dan benda-benda ke dalam kelas. Sedangkan,
pembelajaran di luar kelas menggunakan lingkungan yang terdapat di
sekitar sekolah seperti taman sekolah, kebun sekolah, dan sawah. Hal ini
dilakukan karena, pada mata pelajaran IPA di sekolah dasar guru tidak
hanya menjelaskan secara teori saja tentang materi yang sedang dibahas.
Akan tetapi, guru juga memberikan contoh langsung tentang objek yang
sedang dipelajari. Langkah yang diambil oleh guru tersebut merupakan
langkah
strategis
untuk
memudahkan
siswa
dalam
menerima
pembelajaran ditengah padatnya pembelajaran lainnya.
c. Aktivitas Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Luar Kelas
Tema dalam penelitian ini adalah memahami hubungan antara
struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya. Berdasarkan hasil observasi
diketahui bahwa terdapat beberapa yang fokus dan tidak sedikit yang
tidak fokus dan tidak memperhatikan proses pembelajaran. Langkah
67
cepat diambil oleh guru IPA dengan mengarahkan siswa untuk bersiapsiap mengikuti pembelajaran di sekitar taman sekolah. Suasana ruangan
berganti menjadi lebih semangat dan komunikatif, siswa yang tadinya
lesu dan terkesan mengantuk menjadi lebih antusias dan terlihat
bersemangat.
Gambar 6. Aktivitas Siswa Mengikuti Pembelajaran di Dalam Kelas
Gambar 7. Aktivitas Siswa Mengikuti Pembelajaran di Luar Kelas
Hal ini didukung oleh pernyataan salah satu siswa dengan inisial
“V” yaitu:
“Kalau belajarnya sering-sering di luar seperti ini pasti
menyenangkan, karena pelajaran IPA biasanya ada di akhir kelas
68
kita sudah mengantuk, bosan, akan tetapi kalau di luar seperti ini
lebih menarik”.
Didukung dengan pernyataan siswa dengan inisial “S”, siswa “S”
menyampaikan bahwa:
“Saya suka pembelajaran IPA yang bersifat praktik, jadi imajinasi
saya langsung dapat tergambarkan melalui penjelasan yang
diberikan secara langsung oleh guru daripada teori yang diberikan
dikelas seperti tadi”.
Hal senada juga di sampaikan oleh Bapak Guru IPA, beliau
menyatakan bahwa:
“Seperti ini kondisinya, kalau dikelas sudah tidak kondusif untuk
saya mentranfer ilmu, saya harus segera mengambil tindakan tegas
dan tepat, saya juga tidak mau pada saat mata pelajaran saya anakanak sudah mengantuk”.
Bapak Guru IPA juga menambahkan bahwa:
“Coba diperhatikan, reaksi anak-anak langsung berubah setelah
pembelajaran dilakukan ditempat yang berbeda. Tujuan saya
supaya pembelajaran tercapai dan cara pembelajaran seperti ini
anak-anak lebih antusias memperhatikan dan bertanya”.
2. Jenis Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Yang Digunakan Dalam
Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV SD
Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta
Jenis sumber belajar yang dapat dan tepat digunakan dalam
pembelajaran mata pelajaran ilmu pengetahuan alam kelas IV SD Negeri
Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta berdasarkan hasil wawancara adalah
sebagai berikut.
69
a. Jenis Sumber Belajar Yang Digunakan
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa jenis sumber belajar
yang digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran ilmu pengetahuan
alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta meliputi
kebun, sawah, lapangan, dan taman yang berada di lingkungan sekitar
sekolah.
Gambar 8. Jenis Sumber Belajar Di Kebun Sekolah
Gambar 9. Jenis Sumber Belajar Di Taman Sekolah
70
Gambar 10. Jenis Sumber Belajar Di Lingkungan Sekitar Sekolah
Jenis sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran mata
pelajaran ilmu pengetahuan alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo,
Sleman, Yogyakarta menurut hasil wawancara informan dalam penelitian
ini sebagai berikut.
Bapak guru IPA menyatakan bahwa:
“Jenis sumber belajar yang dapat digunakan disekolah ini banyak
contohnya taman, kebun, sawah, lapangan, laboratorium, kolam
ikan”.
Senada dengan ungkapan tersebut Ibu kepala sekolah juga
mengungkapkan hal yang sama, yaitu:
“Sumber belajar itu bisa menggunakan alam, bisa dari lingkungan,
apa lagi SD Ambarukmo letak sekolahnya walaupun di Kecamatan
Depok itu kota tetapi kebetulan SD Ambarukmo letaknya di dekat
sawah, itu kan anak-anak bisa diajak jalan ke sawah, disamping
sekolah ada lahan kosong itu di manfaatkan untuk kolam ikan
walaupun kolam itu yang mengelola bukan pihak sekolah tetapi
sekolah punya tujuan, karena saya waktu datang kesini kolam itu
nganggur makanya saya berdayakan kolam itu supaya difungsikan,
dengan adanya kolam ikan anak-anak bisa diajak belajar di kolam
atau di sawah yang penting saya menganjurkan belajar tidak harus
di dalam kelas”.
71
Bapak guru IPA juga menambahkan bahwa:
“Kalau bicara jenis sumber belajar yang dapat digunakan disekolah
ini selain yang tadi saya sebutkan, pantai, gunung, pasar, sungai,
juga sumber belajar yang dapat kita gunakan dalam pembelajaran.
Akan tetapi semua harus disesuaikan dengan materi, situasi dan
kondisi, karena bagaimanapun saya tidak hanya mengajar, saya
juga harus mengkondisikan siswa supaya tidak keasikan bermain di
luar kelas”.
Beliau juga mengimbuhkan bahwa:
“Dulu kami pernah mencoba menerapkan lingkungan sebagai
sumber belajar salah satunya di Kebun Binatang Gembiraloka,
akan tetapi seperti biasa anak-anak sangat antusias sekali dan
senang. Namun, saya cermati anak-anak lebih cenderung rekreasi
dari pada belajar disana, saya juga kesulitan mengatur dan
mengendalikan mereka”.
Ibu kepala sekolah juga mendukung ungkapan dari bapak guru IPA
tersebut, beliau menyatakan bahwa:
“Pada dasarnya jenis pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
belajar sangat banyak, akan tetapi kami tetap pilah pilih supaya
tujuan pembelajarannya tercapai. Selain itu, keselamatan siswa
juga menjadikan prioritas. Makanya dari pada jauh-jauh kami lebih
tertarik untuk memanfaatkan lingkungan di sekitar sekolah saja
seperti taman, kebun, kolam ikan, lapangan, pasar, lokasi
pemukiman warga yang sekiranya memang dapat kita gunakan
karena disekolah tidak tersedia contohnya industri rumahan yang
berada di sekitar sini”.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa jenis sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran mata
pelajaran ilmu pengetahuan alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo,
Sleman, Yogyakarta adalah taman, kebun, sawah, lapangan, kolam ikan,
pasar, rumah industri yang terletak di pemukiman warga sekitar, pantai,
72
gunung, sungai, kebun binatang. Akan tetapi, meskipun banyak sumber
belajar yang dapat digunakan, guru dan pihak sekolah senantiasa
mempertimbangkan keselamatan siswa dalam setiap pemanfaatan
lingkungan belajar yang akan dipilih. Selain itu, guru juga menyesuaikan
dengan tema dan materi yang cocok sehingga pembelajaran tidak
menjadi mubadzir dan tidak membuang-buang waktu.
b. Jenis Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Yang Tepat Digunakan
Jenis lingkungan sebagai sumber belajar yang tepat digunakan
dalam pembelajaran mata pelajaran ilmu pengetahuan alam kelas IV SD
Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta menurut hasil wawancara
informan dalam penelitian ini sebagai berikut.
Bapak guru IPA menyatakan bahwa:
“Jenis lingkungan sebagai sumber belajar yang tepat digunakan
disekolah ini pada dasarnya semua tepat. Akan tetapi kita sesuaikan
dengan tema dan materi yang akan kita pelajari”.
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu kepala sekolah, beliau
menyebutkan bahwa:
“Semua pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada
dasarnya tepat. Patokannya adalah materi dan tema pelajaran yang
akan dipelajari, guru seharusnya melakukan survey dahulu tentang
hal tersebut”.
Bapak guru IPA juga menambahkan bahwa:
“Pada intinya dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar tidak perlu jauh-jauh yang penting anak tahu dan paham
terhadap lingkungan yang kita gunakan. Sebagai contoh, tadi dalam
tema pembelajaran memahami hubungan antara struktur bagian
tumbuhan dengan fungsinya, kita tidak perlu pergi kekebun bunga.
Akan tetapi cukup di taman, maupun dikebun sekolah, atau
73
disawah sekitar sekolah dalam mempelajari tema tersebut. Artinya,
tepat apabila didapat sesuaikan dengan tema dan materi, dan kita
sesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa saat pembelajaran
berlangsung.
Ibu kepala sekolah juga menambahkan bahwa:
“Pembelajaran tadi menurut saya sudah menggunakan sumber
belajar yang tepat. Sesuai tema pembelajaran yaitu memahami
hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya.
Bapak guru IPA memilih taman dan kebun sekolah serta sawah di
sekitar
sekolah menurut saya adalah pilihan tepat dalam
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar berdasar materi
dan tema pembelajaran yang sedang dipelajari”.
Beliau juga menambahkan bahwa:
“Untuk penelitian yang saat ini penjenengan lakukan, masalah
media pembelajaran, media pembelajaran itu tidak harus buatan
pabrik, buatan guru, ada lingkungan, lingkungan itu kan tidak harus
bapak ibu menyiapkan membawa ke kelas, tidak harus membeli,
anak-anak bisa diajak langsung sambil refresing dan rekreasi
makanya lingkungan sangat mendukung sekali, tidak memerlukan
biaya banyak guru tidak repot, anak-anak tahu dengan nyata dan
realita tidak hanya dengan gambar, misalnya masalah akar? Akar
tunjang yang bagaimana, tidak hanya bisa ngomong tidak tahu
wujudnya, supaya anak tahu secara nyata wujudnya, dan
perbedaanya”.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa jenis sumber belajar yang tepat digunakan dalam pembelajaran
mata pelajaran ilmu pengetahuan alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo,
Sleman, Yogyakarta adalah taman, kebun sekolah, dan sawah yang
berada di sekitar lingkungan sekolah. Hal ini dikarenakan disesuaikan
dengan tema pembelajaran yaitu memahami hubungan antara struktur
bagian tumbuhan dengan fungsinya, yang menjadi materi pokoknya
adalah pembelajaran mengenai akar, batang, dan daun pada tumbuh74
tumbuhan. Suatu sumber belajar dikatakan tepat tidak hanya didasarkan
pada jenisnya saja, akan tetapi juga didasarkan pada tema dan materi
pembelajaran, kebutuhan siswa terkait perlu tidaknya belajar di luar
kelas, dan didasarkan pada situasi dan kondisi siswa serta lingkungan
sekitar.
3. Kendala-Kendala Dalam Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber
Belajar
Kendala-kendala dalam pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
belajar dalam pembelajaran mata pelajaran ilmu pengetahuan alam kelas IV
SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta akan diuraiakan sebagai
berikut.
a. Faktor Penghambat Dalam Melaksanakan Pembelajaran Dengan
Memanfaatkan Sumber Belajar Di lingkungan Sekitar
Faktor penghambat dalam melaksanakan pembelajaran dengan
memanfaatkan sumber belajar di lingkungan sekitar berdasarkan hasil
wawancara adalah sebagai berikut.
Bapak guru IPA di SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta
menyatakan bahwa:
“Hambatan terbesar dalam melaksanakan pembelajaran dengan
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar adalah dalam
mengkondisikan anak. Namanya anak-anak jiwa bermainnya
biasanya lebih tinggi dari pada jiwa belajarnya, dan belajar di luar
kelas lebih memerlukan banyak waktu dari pada belajar di dalam
kelas”.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Kepala Sekolah, beliau
menyatakan bahwa:
75
“Menurut saya hambatan terbesar dalam melaksanakan
pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar yang dihadapi guru adalah dalam mengkondisikan anak,
karena baik disadari maupun tidak namanya anak-anak pasti ada
saja tingkah polahnya yang kadang tidak sesuai dengan kami para
guru, dan biasanya guru tidak langsung melakukan tes kepada
siswa mengingat waktunya sudah habis di luar kelas tadi”.
Selain itu, beliau juga menambahkan bahwa:
“Hambatan lainnya biasanya berkaitan dengan fasilitas-fasilitas
lingkungan yang menunjang atau tersedia, karena tidak semua
sekolah memiliki fasilitas sumber belajar yang tersedia di
sekolahnya, atau dapat disebut terbatas sumber belajar yang
tersedia”.
Berbeda dengan pernyataan yang dilontarkan dari pihak siswa.
Siswa dengan inisial “D” menyatakan bahwa:
“Sejauh ini hambatan yang dihadapi dalam mengikuti pembelajaran
di luar kelas belum ada karena kegiatan ini jarang-jarang
dilakukan”.
Senada yang diungkapkan siswa dengan inisial “D”. Siswa dengan
inisial “A” menyatakan bahwa:
“Hambatan yang saya hadapi sebetulnya tidak ada, cuma apabila
sedang dijelaskan menulisnya susah karena tidak ada papan. Akan
tetapi, enaknya nanti dikelas dibahas lagi secara sekilas oleh pak
guru”.
Siswa dengan inisial “V” juga sependapat dengan pernyataan yang
diungkapkan oleh siswa dengan inisial “S”, yaitu:
“Hambatan saya cuma susah nulis aja kak, soalnya gak ada
papannya, jadi dari pada saya gunakan untuk menulis lebih baik
saya gunakan untuk memperhatikan”.
76
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa faktor penghambat dalam melaksanakan pembelajaran dengan
memanfaatkan sumber belajar di lingkungan sekitar adalah:
1) Bagi Guru
a) Terdapat beberapa siswa yang susah dikondisikan pada saat proses
pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar berlangsung.
b) Memerlukan banyak waktu dalam proses pelaksanaannya.
c) Hal-hal bersifat teknis kurang dipertimbangkan oleh guru
pengampu seperti prosedur langkah-langkah kegiatan, koordinasi
antara guru dan siswa pada saat pelaksanaan proses pembelajaran.
2) Bagi Siswa
a) Siswa kesulitan dalam merangkum hasil pembelajaran karena siswa
tidak terbiasa menulis tanpa menggunakan papan, dan siswa
terbiasa di eja dalam merangkum setiap mata pelajaran oleh guru
pengampu.
3) Bagi Sekolah
a) Terbatasnya sumber belajar yang terdapat di lingkungan sekitar
sekolah.
77
b. Upaya Menghadapi Hambatan Dalam Melaksanakan Pembelajaran
Dengan Memanfaatkan Sumber Belajar Di lingkungan Sekitar
Upaya
guru
menghadapi
hambatan
dalam
melaksanakan
pembelajaran dengan memanfaatkan sumber belajar di lingkungan sekitar
adalah:
1) Guru harus pandai-pandai mengkondisikan anak dengan cara
membentuk kelompok secara heterogen sehingga ssiwa yang memiliki
kepandaian dapat dijadikan guru sebagai
koordinator dalam
mengkoordinir teman-temannya.
2) Terbatasnya lingkungan belajar dapat diganti dengan menggunakan
media pembelajaran yang disediakan oleh pihak sekolah seperti alat
peraga, gambar, buku panduan, maupun video audiovisual.
3) Keterbatasan
waktu
dapat
diatasi
dengan
menjabarkan
dan
menjelaskan point-pointnya saja pada saat pelaksanaan pembelajaran
berlangsung. Sehingga fokus materi dan tujuan pembelajaran tercapai.
4) Sebelum siswa di ajak keluar kelas sebaiknya guru menjelaskan alur
pembelajaran dahulu kepada siswa supaya lebih terarah dan tidak
mengganggu kelas lainnya.
5) Pada saat proses pembelajaran berlangsung sebaiknya siswa diberikan
jeda waktu untuk merangkum setiap materi pokok yang sudah
disampaikan sebelumnya.
78
c. Dampak Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber Belajar
Bagi Perkembangan Belajar Siswa
Dampak pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar
bagi perkembangan belajar siswa berdasarkan hasil wawancara adalah
sebagai berikut.
Bapak guru IPA di SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta
menyatakan bahwa:
“Dampak secara signifikan tentu tidak dapat langsung terlihat,
karena saya tentunya harus melalui serangkaian tes tertentu supaya
dapat terukur antara pemanfaatan lingkungan belajar di dalam
kelas, di luar kelas, dengan hasil belajarnya.”
Beliau juga menambahkan bahwa:
“Yang pasti siswa menjadi lebih bersemangat. Secara sekilas tadi
siswa juga terlihat kooperatif dalam mengikuti proses
pembelajaran”.
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu kepala sekolah, beliau
menyebutkan bahwa:
“Kalau bicara dampak pasti setiap pembelajaran yang dilakukan
oleh sekolah memiliki dampak. Akan tetapi saya rasa dampak
langsung yang terlihat hanya secara psikis saja, contohnya siswa
lebih senang, tertarik, dan aktif mengikuti pembelajaran. Dampak
lainnya supaya mudah terukur memang sebaiknya guru pengampu
tersebut memberikan tes di akhir kelasnya, supaya menjadi
parameter dalam mengetahui hasil belajar di dalam kelas dan di
luar kelas”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa “S” menjelaskan
bahwa:
“Dampak pembelajaran tadi bagi saya, saya tidak mengantuk, saya
menjadi tertarik dengan pembelajaran karena belajarnya di luar
79
kelas menjadi menyenangkan, kalau masalah nilainya saya kurang
tahu karena di tes dulu biasanya melalui ulangan oleh pak guru”.
Senada dengan ungkapkan tersebut, siswa dengan inisial “V”
menyatakan bahwa:
“Dampak pembelajaran tadi saya menjadi lebih tertarik mengikuti
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Sselain itu, jadi gak bosan
dan gak ngantuk lagi”.
Senada dengan ungkapkan tersebut, siswa dengan inisial “A”
menyatakan bahwa:
“Dampak pembelajaran tadi saya jadi tidak mengantuk lagi. Selain
itu saya menjadi lebih tertarik mengikuti pembelajaran yang
dilakukan oleh guru. Nanti aku tambah rajin belajar biar nilaiku
bagus-bagus”.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa dampak pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar
bagi perkembangan belajar siswa berdasarkan hasil wawancara adalah
secara psikis siswa menjadi lebih tertarik mengikuti pembelajaran, tidak
mengantuk, tidak bosan, kooperatif dalam mengikuti pembelajaran, dan
antusias terhadap pembelajaran. Akan tetapi, secara akademik dampak
langsungnya belum dapat di ukur, karena sebagai parameter terkait hasil
belajar siswa pada saat pembelajaran dilakukan di dalam kelas maupun di
luar kelas, guru harus menggunakan tes terlebih dahulu sehingga baru
dapat diketahui dampak secara akademiknya.
Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada saat
melakukan penelitian dampak pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai
sumber belajar bagi perkembangan belajar siswa selain yang sudah
80
disebutkan di atas adalah siswa memiliki motivasi belajar yang
ditunjukkan dari perasaan senang dan tertarik terhadap materi yang
diajarkan, munculnya sikap mandiri dan kreatif serta rasa ingin tahu yang
tinggi dalam memperoleh informasi. Dampak lainnya yang dirasakan
oleh peneliti adalah bertambahnya pengalaman belajar siswa karena
terlibat langsung dengan kondisi di lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar IPA. Selain itu, munculnya sikap cinta terhadap lingkungan
sekitar, kedisiplinan, kemandirian, dan sikap bekerjasama.
C. Pembahasan
1. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Pada Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV SD Negeri Ambarukmo,
Sleman, Yogyakarta
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pembelajaran dalam
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta
dilakukan secara variatif. Lokasi yang dipilih oleh guru adalah taman
sekolah, kebun sekolah, dan lingkungan sekitar yang berdekatan dengan
pemukiman warga seperti sawah, kolam ikan, dsb. Hal ini dilakukan karena,
pada mata pelajaran IPA di sekolah dasar guru tidak hanya menjelaskan
secara teori saja tentang materi yang sedang dibahas. Akan tetapi, guru juga
memberikan contoh langsung tentang objek yang sedang dipelajari.
Langkah yang diambil oleh guru tersebut merupakan langkah strategis untuk
81
memudahkan siswa dalam menerima pembelajaran ditengah padatnya
pembelajaran lainnya.
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting
dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses
pembelajaran siswa. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan
belajar. Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri
dari: (1) lingkungan sosial dan (2) lingkungan fisik (alam). Lingkungan
sosial dapat digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan
kemanusiaan
sedangkan
lingkungan
alam
dapat
digunakan
untuk
mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran
peserta didik akan cinta alam dan partispasi dalam memlihara dan
melestarikan alam.
a. Proses Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Pada
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV SD Negeri
Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa proses pembelajaran
yang dilakukan dalam pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
mata pelajaran ilmu pengetahuan alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo,
Sleman, Yogyakarta dilakukan dengan mengobservasi terlebih dahulu
berdasarkan kondisi fisik dan psikis siswa, materi pelajaran yang
diajarkan, dan situasi kondisi lingkungan sekitar sebagai media
pembelajaran, serta berdasarkan KTSP sesuai anjuran Dinas setempat.
Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan
kegiatan dengan membawa peserta didik ke lingkungan, seperti survey,
82
karyawisata, berkemah, praktek lapangan dan sebagainya. Bahkan
belakangan ini berkembang kegiatan pembelajaran dengan apa yang
disebut out-bond, yang pada dasarnya merupakan proses pembelajaran
dengan menggunakan alam terbuka. Di samping itu pemanfaatan
lingkungan dapat dilakukan dengan cara membawa lingkungan ke dalam
kelas, seperti menghadirkan narasumber untuk menyampaikan materi di
dalam kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar
berjalan efektif, maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi serta tindak lanjutnya.
b. Cara Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Siswa
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pembelajaran yang
dilakukan dalam pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mata
pelajaran ilmu pengetahuan alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo,
Sleman, Yogyakarta dilakukan secara variatif. Lokasi yang dipilih oleh
guru adalah taman sekolah, kebun sekolah, dan lingkungan sekitar yang
berdekatan dengan pemukiman warga seperti sawah, kolam ikan, dsb.
Hal ini dilakukan karena, pada mata pelajaran IPA di sekolah dasar guru
tidak hanya menjelaskan secara teori saja tentang materi yang sedang
dibahas. Akan tetapi, guru juga memberikan contoh langsung tentang
objek yang sedang dipelajari. Langkah yang diambil oleh guru tersebut
merupakan langkah strategis untuk memudahkan siswa dalam menerima
pembelajaran ditengah padatnya pembelajaran lainnya.
83
Pemanfaatan lingkungan alam sebagai sumber belajar merupakan
segala apa yang ada di alam (biotik atau abiotik) dan bisa mendukung
serta bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pengajaran itu sendiri yang dapat
difungsikan sebagai “sumber pengajaran” atau “sumber belajar”. Bukan
hanya guru, buku, dan bahan pelajaran yang menjadi sumber belajar, apa
yang dipelajari peserta didik tidak hanya terbatas pada apa yang
disampaikan guru dan apa yang ada dalam buku cetak. Lingkungan alam
merupakan sumber belajar yang mudah dipelajari oleh siswa, karena
gejala-gejala alam sifatnya relatif tetap tidak seperti lingkungan sosial
yang sering terjadi perubahan.
Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Kepala Sekolah bahwa tidak
akan pernah ada suatu sekolah pun yang terlalu sempit, miskin,
kekurangan alat-alat, atau bahan untuk bisa memulai suatu kegiatan
belajar mengajar. Proses pembelajaran dan eksplorasi dapat dilakukan di
luar gedung sekolah sepanjang transportasi mengijinkan. Tidak ada satu
sekolah yang terlalu lengkap dan sangat maju di dalam hal proses belajar
mengajar tanpa ditunjang dengan eksplorasi ke lingkungan alam sekitar.
Pendapat tersebut dapat dijadikan sebagai inspirasi bagi kita semua
bahwa untuk bisa berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif,
tidak selalu ditunjang oleh ketersedianya fasilitas yang lengkap, atau
ketiadaan fasilitas belajar di dalam kelas tidak bisa dijadikan tolak ukur
untuk tidak terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang optimal.
84
Dari alam sekitar peserta didik dapat dibimbing untuk mempelajari
berbagai macam masalah kehidupan. Hal tersebut terkait dengan
pemanfaatan dan pemberdayaan alam sekitar sebagai sumber belajar
dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran melalui pemanfaatan
lingkungan alam sebagai sumber belajar memungkinkan siswa untuk
dapat melihat (seeing), berbuat sesuatu (doing), melibatkan diri dalam
proses
belajar
(undergoing),
serta
mengalami
secara
langsung
(experiencing) terhadap hal-hal yang dipelajari. Kegiatan pembelajaran
akan lebih bermakna dan bernilai, sebab para siswa dihadapkan dengan
peristiwa dan keadaan yang sebenarnya. Pembelajaran lebih nyata, lebih
faktual, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
c. Aktivitas Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Luar Kelas
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat beberapa
yang fokus dan tidak sedikit yang tidak fokus dan tidak memperhatikan
proses pembelajaran. Langkah cepat diambil oleh guru IPA dengan
mengarahkan siswa untuk bersiap-siap mengikuti pembelajaran di sekitar
taman sekolah. Suasana ruangan berganti menjadi lebih semangat dan
komunikatif, siswa yang tadinya lesu dan terkesan mengantuk menjadi
lebih antusias dan terlihat bersemangat.
Ahmad Rohani (2004: 161) menyatakan bahwa sumber belajar
adalah segala daya yang dapat dipergunakan untuk kepentingan proses
atau aktivitas pengajaran baik secara langsung maupun tidak langsung di
luar diri peserta didik (lingkungan) yang melengkapi diri mereka pada
85
saat pengajaran berlangsung. Banyak tempat di sekitar
kita yang
berpotensi menjadi sumber belajar tetapi luput dari perhatian peserta
didik. Di kota-kota besar terdapat museum, kebun binatang, kebun raya,
aquarium tetapi belum semua sepenuhnya dimanfaatkan. Di daerah
terpencil juga terdapat berbagai macam sumber belajar tetapi
guru/pendidik kurang memperhatikan lingkungannya. Misalnya halaman
sekitar sekolah bisa dimanfaatkan sebagai sumber belajar apabila guru
mau memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
Suparno (1999: 75) juga menjelaskan tujuan sumber belajar adalah
membantu siswa untuk belajar lebih efektif dan efisien dengan
meningkatkan kualitas sistem pembelajaran. Secara tidak langsung
peningkatan tersebut terjadi karena sumber belajar juga membantu guru
mempersiapkan dan melaksanakan proses pembelajaran dengan lebih
baik. Untuk kegiatan-kegiatan guru yang bisa digantikan dengan media,
yang bisa dipelajari sendiri oleh siswa, berarti sebagian beban guru
terkurangi.
2. Jenis Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Yang Digunakan Dalam
Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV SD
Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta
a. Jenis Sumber Belajar Yang Digunakan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis
sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta
adalah taman, kebun sekolah, dan sawah yang berada di sekitar
86
lingkungan sekolah. Hal ini dikarenakan pemanfaatan lingkungan sekitar
tersebut disesuaikan dengan tema pembelajaran yaitu memahami
hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya, yang
menjadi materi pokoknya adalah pembelajaran mengenai akar, batang,
dan daun pada tumbuh-tumbuhan. Suatu sumber belajar dikatakan dapat
dan tepat tidak hanya didasarkan pada jenisnya saja, akan tetapi juga
didasarkan pada tema dan materi pembelajaran, kebutuhan siswa terkait
perlu tidaknya belajar di luar kelas, dan didasarkan pada situasi dan
kondisi siswa serta lingkungan sekitar.
Berbagai benda yang terdapat di lingkungan kita dapat kita
kategorikan ke dalam jenis sumber belajar yang dimanfaatkan (by design
resources). Dibanding dengan dengan jenis sumber belajar yang
dirancang, jenis sumber belajar yang dimanfaatkan ini jumlah dan
macamnya jauh lebih banyak. Oleh karena itu, sangat dianjurkan setiap
guru mampu mendayagunakan sumber belajar yang ada di lingkungan
ini. Pengertian lingkungan dalam hal ini adalah segala sesuatu baik yang
berupa benda hidup maupun benda mati yang terdapat di sekitar kita (di
sekitar tempat tinggal maupun sekolah). Sebagai guru, kita dapat memilih
berbagai benda yang terdapat di lingkungan untuk kita jadikan media dan
sumber belajar bagi siswa di sekolah. Bentuk dan jenis lingkungan ini
bermacam macam, misalnya sawah, hutan, pabrik, lahan pertanian,
gunung, danau, peninggalan sejarah, musium, dan sebagainya.
87
Media di lingkungan juga bisa berupa benda-benda sederhana yang
dapat dibawa ke ruang kelas, misalnya batuan, tumbuh-tumbuhan,
binatang, peralatan rumah tangga, hasil kerajinan , dan masih banyak lagi
contoh yang lain. Semua benda itu dapat kita kumpulkan dari sekitar kita
dan dapat kita pergunakan sebagai media pembelajaran di kelas. Bendabenda tersebut dapat kita perloeh dengan mudah di lingkungan kita
sehari-hari. Jika mungkin, guru dapat menugaskan para siswa untuk
mengumpulkan benda-benda tertentu sebagai sumber belajar untuk topik
tertentu. Benda-benda tersebut juga dapat kita simpan untuk dapat kita
pergunakan sewaktu-waktu diperlukan.
b. Jenis Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Yang Tepat Digunakan
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
jenis sumber belajar yang tepat digunakan dalam pembelajaran mata
pelajaran ilmu pengetahuan alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo,
Sleman, Yogyakarta adalah taman, kebun sekolah, dan sawah yang
berada di sekitar lingkungan sekolah. Hal ini dikarenakan disesuaikan
dengan tema pembelajaran yaitu memahami hubungan antara struktur
bagian tumbuhan dengan fungsinya, yang menjadi materi pokoknya
adalah pembelajaran mengenai akar, batang, dan daun pada tumbuhtumbuhan. Suatu sumber belajar dikatakan tepat tidak hanya didasarkan
pada jenisnya saja, akan tetapi juga didasarkan pada tema dan materi
pembelajaran, kebutuhan siswa terkait perlu tidaknya belajar di luar
88
kelas, dan didasarkan pada situasi dan kondisi siswa serta lingkungan
sekitar.
Sumartono (1987: 128) menjelaskan bahwa lingkungan sebagai
sumber belajar juga berfungsi sebagai media pembelajaran. Media
sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan
yang tidak dapat dipungkiri karena gurulah yang menghendakinya untuk
membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan
pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik. Guru sadar bahwa
tanpa bantuannya dia, maka bahan pelajaran sukar untuk dicerna dan
sipahami oleh setiap anak didik terutama bahan pelajaran yang rumit atau
kompleks (Djamarah dan Zain, 2003: 144).
Suparno (1999: 41) menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat
sumber belajar yakni (1) secara umum sumber belajar bermanfaat
membantu siswa belajar lebih baik. Pemahaman akan konsep, prinsip,
dan prosedur secara benar, akan lebih menjadi lenggang menjadi milik
siswa jika mereka mengalami proses belajar yang bermakna. Hasil
belajar tersebut dapat digunakan untuk memahami dan memecahkan
masalah dalam waktu dan situasi yang berbeda; (2) sumber belajar dapat
mengakrabkan siswa maupun guru dengan lingkungan sekitar; (3)
memungkinkan
guru
merancang
dan
melaksanakan
program
pembelajaran dengan baik; (4) mendorong penerapan pembelajaran siswa
aktif; (5) kerjasama antar guru menumbuhkan rasa kebersamaan dan
dngan demikian meningkatkan semangat kerja guru; (6) adanya sumber
89
belajar memungkinkan anak yang cepat belajar untuk melakukan
kegiatan pengayaan pengalaman belajarnya. Sebaliknya bagi anak yang
lambat dimungkinkan untuk mempelajari bahan media dan bekerja
dengan alat yang ada sumber belajaar masuk memperbaiki hasil
belajarnya.
3. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Pemanfaatan
Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam Kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman,
Yogyakarta
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kendala-kendala dalam
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran mata
pelajaran ilmu pengetahuan alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman,
Yogyakarta akan diuraikan sebagai berikut.
a. Kendala-kendala Dalam Melaksanakan Pembelajaran Dengan
Memanfaatkan Sumber Belajar Di lingkungan Sekitar
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa kendala-kendala dalam melaksanakan pembelajaran dengan
memanfaatkan sumber belajar di lingkungan sekitar adalah:
1) Bagi Guru
a) Guru kurang mampu mengkondisikan siswa pada saat proses
pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar berlangsung.
b) Memerlukan banyak waktu dalam proses pelaksanaannya.
90
c) Hal-hal bersifat teknis kurang dipertimbangkan oleh guru
pengampu seperti prosedur langkah-langkah kegiatan, koordinasi
antara guru dan siswa pada saat pelaksanaan proses pembelajaran.
2) Bagi Siswa
a) Siswa kesulitan mengidentifikasi hasil pembelajaran karena siswa
lebih terfokus pada penjelasan guru pada saat menjelaskan materi
dengan bantuan tanaman secara langsung.
3) Bagi Sekolah
a) Terbatasnya sumber belajar yang terdapat di lingkungan sekitar
sekolah.
b. Upaya Menghadapi Kendala-Kendala Dalam Melaksanakan
Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Sumber Belajar Di
lingkungan Sekitar
Upaya guru menghadapi kedala-kendala dalam melaksanakan
pembelajaran dengan memanfaatkan sumber belajar di lingkungan sekitar
adalah:
1) Guru harus pandai-pandai mengkondisikan anak dengan cara
membentuk kelompok secara heterogen sehingga ssiwa yang memiliki
kepandaian dapat dijadikan guru sebagai
koordinator dalam
mengkoordinir teman-temannya.
2) Terbatasnya lingkungan belajar dapat diganti dengan menggunakan
media pembelajaran yang disediakan oleh pihak sekolah seperti alat
peraga, gambar, buku panduan, maupun video audiovisual.
91
3) Keterbatasan
waktu
dapat
diatasi
dengan
menjabarkan
dan
menjelaskan poin-poinnya saja pada saat pelaksanaan pembelajaran
berlangsung. Sehingga fokus materi dan tujuan pembelajaran tercapai.
4) Sebelum siswa di ajak keluar kelas sebaiknya guru menjelaskan alur
pembelajaran dahulu kepada siswa supaya lebih terarah dan tidak
mengganggu kelas lainnya.
5) Pada saat proses pembelajaran berlangsung sebaiknya siswa diberikan
jeda waktu untuk merangkum setiap materi pokok yang sudah
disampaikan sebelumnya.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pembatasan masalah agar penelitian yang
dilakukan lebih fokus. Namun demikian, dalam penelitian ini dipandang masih
ada keterbatasan yaitu:
1. Pada saat pengumpulan data di luar kelas tidak di gunakan kamera video,
hal ini dikarenakan cuaca terlalu panas sehingga dan siswa tidak
memungkinkan untuk berlama-lama di luar kelas.
92
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat diambil beberapa
kesimpulan:
1. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta
dilakukan
secara
variatif.
Pembelajaran
secara
variatif
tersebut
menggunakan proses pembelajaran baik di dalam kelas dan di luar kelas.
Pembelajaran di dalam kelas dilakukan ddengan cara guru membawa
tanaman-tanaman ke dalam kelas dan benda-benda ke dalam kelas.
Sedangkan, pembelajaran di luar kelas menggunakan lingkungan yang
terdapat di sekitar sekolah seperti taman sekolah, kebun sekolah, dan sawah.
2. Jenis
lingkungan
yang digunakan
sebagai
sumber belajar
dalam
pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan tema
memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dan fungsinya pada
kelas IV di SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta adalah taman
sekolah, kebun sekolah, dan sawah yang berada di sekitar lingkungan
sekolah.
3. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemanfaatan sumber
belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV SD Negeri
Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta yaitu: (a) bagi guru yaitu guru kurang
mampu mengkondisikan siswa pada saat proses pelaksanaan pembelajaran
93
dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar berlangsung,
memerlukan banyak waktu dalam proses pelaksanaannya, hal-hal bersifat
teknis kurang dipertimbangkan oleh guru pengampu seperti prosedur
langkah-langkah kegiatan, koordinasi antara guru dan siswa pada saat
pelaksanaan proses pembelajaran; (b) bagi siswa yaitu siswa kesulitan
mengidentifikasi hasil pembelajaran karena terfokus pada penjelasan guru
pada saat menjelaskan materi dengan bantuan tanaman secara langsung; dan
(c) bagi sekolah yaitu terbatasnya sumber belajar yang terdapat di
lingkungan sekitar sekolah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kendala-kendala yang dihadapi dalam
penelitian ini dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka guru disarankan supaya:
a. Pada saat proses pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar berlangsung hendaknya guru menyediakan guru
pendamping yang bertugas mengontrol kondisi siswa sehingga seluruh
siswa dapat fokus mengikuti pembelajaran dan tidak hanya bermain-main
saja.
b. Guru hendaknya mengkoordinasikan dan menjelaskan kegiatan yang
akan dilakukan di luar kelas kepada siswa, sehingga siswa ada persiapan
dalam mengikuti kegiatan yang akan dilakukan oleh guru.
94
c. Langkah-langkah pembelajaran, penilaian dan hal-hal yang bersifat
teknis untuk seluruh kegiatan pembelajaran sebaiknya dipersiapkan
dengan matang sebelum proses pembelajaran tersebut dilaksanakan
supaya lebih kondusif dan anak-anak mudah dikendalikan.
2. Bagi Siswa
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka siswa disarankan supaya pada
saat proses pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar berlangsung siswa hendaknya bersungguh-sungguh dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran yang diadakan oleh guru pengampu, fokus pada
materi yang diajarkan dan tidak mengganggu teman lainnya.
3. Bagi Sekolah
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka sekolah disarankan supaya
bekerjasama dengan dinas pendidikan setempat, dan lingkungan sekitar
sekolah supaya siswa dapat menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar di luar lingkungan sekolah, sehingga dapat menambah wawasan, dan
pengalaman siswa dalam memanfaatkan lingkungan sekitar.
95
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah dan Eny Rahma. 2008. MKDU Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Agus Suyatna. 2009. Hubungan Hasil Belajar Dengan Sikap Dan Aktivitas Siswa
Pada
Pembelajaran
Dengan
Pendekatan
Inkuiri.
(Online)
(http://pustakailmiah.
Unila.ac.id/2009/07/16/hubungan-hasil-belajardengan-sikap-dan-aktivitas-siswa), diakses tanggal 10 Mei 2015.
Ahmad Rivai. 1997. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.
Ahmad Rohani. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Basuki Wibowo. 1993. Media Pengajaran: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Jakarta.
Conny Semiawan, dkk. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT.
Gramedia.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains
Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta:
Depdiknas.
_______. 2007. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta:
Puskur, Balitbang Depdiknas.
Emil Salim. 1997. Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Mutiara.
Hadiat, dkk. 2004. Kamus Sains. Jakarta: Balai Pustaka.
Hamid Hasan. 1996. Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Depdikbud.
Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan
PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.
Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis. 1993. Pendidikan IPA 2. Jakarta:
Depdikbud Dirjendikti.
96
Hendro Darmodjo. 1993. Pendidikan IPA I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Jacobson, W. J. & Bergman, A. B. 1980. Science for Children: A Book for
Teacher. New Jersey: Prentice- Hall.
Lily Barlia. 2006. Mengajar dengan Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar.
Jakarta: Depdiknas.
Maslichah Asy’ari. 2006. Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat.
Jakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
M. Djauhar Siddiq, dkk. 2009. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Mohamad Surya. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung:
Pustaka Bani Quraisy.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi
Remaja Rosdakarya Offset.
Penelitian
Kualitatif.
Bandung: PT.
Nana Sudjana, & Ahmad Rivai. 2001. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan awal dalam kegiatan
Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.
Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Patta Bundu. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam
Pembelajaran Sains-SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Poerwandari E Kristi. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi.
Jakarta: FP Universitas Indonesia. Press.
Rita Eka Izzaty, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY
Press.
Sudjarwo. 1989. Bebererapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: PT
Mediyatama Sarana Perkasa.
97
Sudjoko. 1984. Membantu Siswa Belajar IPA. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Sugihartono, dkk. 2008. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: PT. Alfabeta.
Suhaenah Suparno. 1999. Pemanfaatan dan Pengembangan Sumber Belajar
Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdikbud.
Suharjo. 2006. Mengenal Pendidikan SD Teori dan Praktek. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat
Ketenagaan.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
_______. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
_______. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sulistyorini. 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya
dalam KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sumartono. 1987. Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud, Dirjen Pendidikan
Tinggi Proyek PGSD.
Sutrisno Hadi. 2004. Metodologi Riset. Yogyakarta: Andi Offset.
Syaiful Sagala. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Udin S. Winataputra, & dkk. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.
Usman Samatowa. 2006. Bagaimana Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Tinggi.
Wuri Wurdayani. 2013. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar PKn di
Sekolah Dasar. Journal. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
98
Zain Djamarah. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
99
LAMPIRAN
100
PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA
MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS IV SD
NEGERI AMBARUKMO, SLEMAN, YOGYAKARTA
PEDOMAN OBSERVASI
1. Mengamati Situasi dan Kondisi Sekolah.
2. Mengamati Situasi dan Kondisi Siswa.
3. Mengamati Situasi dan Kondisi Lingkungan Sekolah.
4. Mengamati Proses Pembelajaran dalam Pemanfaatan Lingkungan Sebagai
Sumber Belajar Siswa.
5. Mengamati Dampak Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Siswa.
6. Mengamati Jenis Sumber Belajar yang Dapat digunakan
7. Mengamati Jenis Sumber Belajar yang Tepat digunakan.
8. Mengamati Kendala-kendala Dalam Pemanfaatan Lingkungan Sebagai
Sumber Belajar Siswa.
No
Aspek Observasi
1
Pemanfaatan
Lingkungan Sebagai
Sumber Belajar
2
Jenis-jenis Sumber
Belajar
3
Kendala-kendala
Dalam Pemanfaatan
Lingkungan Sebagai
Sumber Belajar
Deskripsi
 Mengamati Situasi dan Kondisi Sekolah.
 Mengamati Situasi dan Kondisi Siswa.
 Mengamati Situasi dan Kondisi Lingkungan
Sekolah.
 Mengamati Proses Pembelajaran dalam Pemanfaatan
Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Siswa.
 Mengamati Dampak Pemanfaatan Lingkungan
Sebagai Sumber Belajar Siswa.
 Melakukan Observasi Jenis-Jenis Sumber Belajar
Apa Sajakah yang Dapat digunakan dalam
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Siswa.
 Melakukan Pengamatan Jenis-Jenis Sumber Belajar
yang Tepat digunakan dalam Pemanfaatan
Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Siswa.
 Mendokumentasikan Jenis-Jenis Sumber Belajar Apa
Sajakah yang Dapat digunakan dalam Pemanfaatan
Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Siswa
 Mengamati Kendala-kendala dalam Pemanfaatan
Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Siswa
101
No.
Item
1, 2,
3, 4,
5
6, 7
8
PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA
MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS IV SD
NEGERI AMBARUKMO, SLEMAN, YOGYAKARTA
PEDOMAN WAWANCARA GURU
A. Identitas Responden
1. Nama
:
2. Jenis Kelamin :
3. Jabatan
:
4. Hari, tanggal
:
B. Daftar pertanyaan:
1. Bagaimana cara Bapak/Ibu memanfaatkan sumber belajar yang berada
dilingkungan sekitar sekolah?
2. Bagaimana pembelajaran sebelum memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai
sumber belajar?
3. Bagaimana pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai
sumber belajar?
4. Bagaimana pembelajaran setelah memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai
sumber belajar?
5. Bagaimana proses pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar
sebagai sumber belajar?
6. Lokasi mana saja yang biasanya digunakan sebagai sumber belajar yang
terdapat dilingkungan sekitar sekolah?
7. Bagaimanakah respon siswa ketika proses pembelajaran dilakukan diluar
kelas?
102
8. Bagaimana penyesuaian proses pembelajaran dengan sumber belajar yang
terdapat dilingkungan sekitar sekolah?
9. Jenis lingkungan belajar apa sajakah yang digunakan dalam pembelajaran
dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar?
10. Bagaimana dampak pemanfaatan sumber belajar lingkungan sekitar bagi
perkembangan belajar siswa?
11. Bagaimana dampak pemanfaatan sumber belajar lingkungan sekitar dalam
pembentukan sikap dan karakter siswa?
12. Langkah-langkah apa sajakah yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan
pembelajaran dengan memanfaatkan sumber belajar lingkungan sekitar
sekolah?
13. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi pembelajaran dalam
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar?
14. Faktor-faktor
apa
sajakah
yang
menghambat
dalam
pemanfaatan sumber belajar lingkungan sekitar sekolah?
15. Bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut?
103
melaksanakan
PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA
MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS IV SD
NEGERI AMBARUKMO, SLEMAN, YOGYAKARTA
PEDOMAN WAWANCARA SISWA
A. Identitas Responden
1. Nama
:
2. Jenis Kelamin :
3. Jabatan
:
4. Hari, tanggal
:
B. Daftar pertanyaan:
1. Bagaimana pendapat adik tentang pembelajaran dalam mata pelajaran IPA
yang selama ini berjalan?
2. Apa sajakah yang adik peroleh melalui pembelajaran dengan memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar?
3. Apakah pembelajaran dengan memafaatkan sumber sekitar lebih menarik?
Mengapa?
4. Apakah terdapat perbedaan antara pembelajaran yang dilakukan di kelas
dengan pembelajaran yang dilakukan diluar kelas dalam memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar?
5. Bagaimana pendapat adik tentang guru bidang studi IPA?
6. Bagaimana pendapat adik tentang cara Bapak / Ibu mengajar mata pelajaran
IPA dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar?
7. Menurut adik apakah pemilihan sumber belajar yang digunakan sudah tepat?
8. Kesulitan apa sajakah
yang adik temui saat
pembelajaran dengan
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar?
104
9. Bagaimana cara mengatasi kesulitan yang adik hadapi, saran adik seperti apa?
105
HASIL WAWANCARA
(REDUKSI, PENYAJIAN, DAN KESIMPULAN)
PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA
MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS IV SD
NEGERI AMBARUKMO, SLEMAN, YOGYAKARTA
_______________________________________________________________
Bagaimana Proses Pembelajaran Dalam Pemanfaatan Lingkungan Sebagai
Sumber Belajar
S: “Proses pembelajaran dalam pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
belajar saya sesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa mas, dan tema dari
mata pelajaran yang sedang diajarkan”.
T: “Proses pembelajaran dalam pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
belajar disini tidak bisa sembarangan mas……kami dan para guru
tentunya melakukan observasi dulu, karena apabila tidak ada persiapan
yang matang nanti pada saat pelaksanaan siswa malah bermain-main saja
dan tujuan pembelajaran tidak tercapai”.
S: “Biasanya saya observasi dulu mas….baik dari jam pelajaran keberapa saya,
bagaimana kondisi fisik siswa ketika pelajaran saya akan dimulai, dan
tema pembelajaran serta lingkungan yang cocok juga harus saya siapkan
terlebih dahulu, supaya pembelajaran tercapai dan tidak menggangu kelas
lain mas”.
T: “Proses pembelajaran kami menggunakan menggunakan acuan kurikulum
2013 sesuai anjuran Dinas mas….. yaa…... saya merasa K13 cocok
diterapkan di SD ini supaya guru dan siswa lebih bernovatif, kreatif
dengan memanfaatkan media pembelajaran maupun sumber belajar
disekitar sekolah”.
Kesimpulan:
Proses pembelajaran yang dilakukan dalam pemanfaatan lingkungan
sebagai sumber belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan alam kelas IV SD Negeri
Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta dilakukan dengan mengobservasi terlebih
dahulu berdasarkan kondisi fisik dan psikis siswa, materi pelajaran yang
diajarkan, dan situasi kondisi lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran,
serta berdasarkan kurikulum 2013 sesuai anjuran Dinas setempat.
106
Bagaimana cara Bapak/Ibu memanfaatkan sumber belajar yang berada
dilingkungan sekitar sekolah?
S:
“Saya hanya memanfaatkan yang ada disekitar sekolah saja mas….kalau
semisalnya tidak memungkinkan menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar yaaaa saya hanya menggunakan bantuan gambar mas”.
T: “Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yang dilakukan oleh guru
kelas kami beragam mas……salah satunya menggunakan taman, kebin
sekolah, dan beberapa berkeliling disekitar sekolah”.
N:
“Pemanfaatan sumber belajar IPA kadang-kadang dilakukan diluar kelas
kak…….kadang dilaboratorium, kadan disekitar sekolah…..lebih seru
dan menyenangkan kak”.
V:
“Kita belajarnya variatif kak…..biar gak bosan dan ngantuk….kadangkadang pak guru mengajak belajar di taman, di lingkungan sekolah,
pernah juga sampai ke pemukimam warga, karena mencari dan
membandingkan tumbuhan yang tepat dengan yang kita pelajari kak”.
SS:
“Proses pembelajaran harus kami buat seinovatif mungkin
mas….mengingat beban pelajaran yang harus ditempuh siswa…makanya
saya harus menerapkan strategi supaya pada mata pelajaran saya siswa
mudah paham, dan ingat tentang materi yang kami ajarakan”.
S:
“Sebagai contoh sekarang tema pembelajarannya kan tentang memahami
hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya. Maka
fokus materinya adalah tentang akar, batang dan daun. Nah……tema
pelajaran tersebut tentunya dapat saya lakukan dengan memanfaatkan
taman dan kebun sekolah sebagai media pembelajaran”.
Kesimpulan:
Pembelajaran yang dilakukan dalam pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan alam kelas IV SD Negeri
Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta dilakukan secara variatif. Lokasi yang dipilih
oleh guru adalah taman sekolah, kebun sekolah, dan lingkungan sekitar yang
berdekatan dengan pemukiman warga seperti sawah, kolam ikan, dsb.
107
Bagaimanakah respon siswa ketika proses pembelajaran dilakukan diluar
kelas?
V: “Kalau belajarnya sering-sering di luar seperti ini pasti menyenangkan
kak…..karena pelajaran IPA biasanya ada di akhir kelas….kita udah
ngantuk kak, bosan juga, tapi kalau di luar seperti ini lebih menarik kak”.
SS: “Saya suka pembelajaran IPA yang bersifat praktik kak, jadi imajinasi
saya langsung dapat tergambarkan melalui penjelasan yang diberikan
secara langsung oleh guru daripada teori yang diberikan dikelas seperti
tadi”.
S:
“Coba mas perhatikan…..reaksi anak-anak langsung berubahkan mas
setelah pembelajaran dilakukan ditempat yang berbeda. Tujuan saya
supaya pembelajaran tercapai mas…..dan cara pembelajaran
S: “Yaa…..seperti ini mas kondisinya, kalau dikelas sudah tidak kondusif
untuk saya mentranfer ilmu, saya harus segera mengambil tindakan tegas
dan tepat mas……yaaa saya juga tidak mau pas mata pelajaran saya
anak-anak sudah mengantuk”.
Kesimpulan:
Respon siswa menjadi lebih semangat dan komunikatif, siswa yang
tadinya lesu dan terkesan mengantuk menjadi lebih antusias dan terlihat
bersemangat.
Jenis lingkungan belajar apa sajakah yang digunakan dalam pembelajaran
dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar?
S:
“Jenis sumber belajar yang dapat digunakan disekolah ini banyak
mas……contohnya taman, kebun, sawah, lapangan, laboratorium, kolam
ikan”.
T:
“Sumber belajar itu bisa menggunakan alam, bisa dari lingkungan, apa
lagi SD Ambarukmo letak sekolahnya walaupun dikecamatan depok itu
kota tetapi kebetulan SD ambarukmo letaknya di dekat sawah, itu kan
anak-anak bisa diajak jalan ke sawah, disamping sekolah ada lahan
kosong itu di manfaatkan untuk kolam ikan walaupun kolam itu yang
mengelola bukan pihak sekolah tetapi sekolah punya tujuan, karena saya
waktu datang kesini kolam itu nganggur makanya saya berdayakan
kolam itu supaya difungsikan, dengan adanya kolam ikan anak-anak bisa
diajak belajar di kolam atau di sawah yang penting saya menganjurkan
belajar tidak harus di dalam kelas”.
108
S: “Kalau bicara jenis sumber belajar yang dapat digunakan disekolah ini
selain yang tadi saya sebutkan mas……pantai, gunung, pasar, sungai,
juga
sumber
belajar
yang
dapat
kita
gunakan
dalam
pembelajaran…….akan tetapi semua harus disesuaikan dengan materi,
situasi dan kondisi, karena bagaimanapun saya tidak hanya
mengajar….saya juga harus mengkondisikan siswa supaya tidak keasikan
bermain di luar kelas”.
S:
“Dulu kami pernah mencoba menerapkan lingkungan sebagai sumber
belajar salah satunya di Kebun Binatang Gembiraloka mas…….yaaa
seperti biasa anak-anak sangat antusias sekali dan senang…..akan tetapi
saya cermati anak-anak lebih cenderung rekreasi dari pada belajar
disana, saya juga kesulitan mengatur dan mengendalikan mereka mas”.
T:
“Pada dasarnya jenis pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
sangat banyak mas……akan tetapi kami tetap pilah pilih supaya tujuan
pembelajarannya tercapai…..selain itu, keselamatan siswa juga
menjadikan prioritas mas…. Makanya dari pada jauh-jauh kami lebih
tertarik untuk memanfaatkan lingkungan disekitar sekolah saja seperti
taman, kebun, kolam ikan, lapangan, pasar, lokasi pemukiman warga
yang sekiranya memang dapat kita gunakan karena disekolah tidak
tersedia contohnya industri rumahan yang berada disekitar sini mas”.
Kesimpulan:
Jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran mata
pelajaran ilmu pengetahuan alam kelas IV SD Negeri Ambarukmo, Sleman,
Yogyakarta adalah taman, kebun, sawah, lapangan, kolam ikan, pasar, rumah
industri yang terletak di pemukiman warga sekitar, pantai, gunung, sungai,
kebun binatang. Akan tetapi, meskipun banyak sumber belajar yang dapat
digunakan, guru dan pihak sekolah senantiasa mempertimbangkan keselamatan
siswa dalam setiap pemanfaatan lingkungan belajar yang akan dipilih. Selain
itu, guru juga menyesuaikan dengan tema dan materi yang cocok sehingga
pembelajaran tidak menjadi mubadzir dan tidak membuang-buang waktu.
Dampak Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber Belajar Bagi
Perkembangan Belajar, Pembentukan Sikap, dan Karakter Siswa
S:
“Dampak secara signifikan tentu tidak dapat langsung terlihat
mas….karena saya tentunya harus melalui serangkaian tes tertentu
supaya dapat terukur antara pemanfaatan lingkungan belajar di dalam
kelas, di luar kelas, dengan hasil belajarnya.”
109
S:
“Yang pasti siswa menjadi lebih bersemangat mas…..secara sekilas tadi
siswa juga terlihat kooperatif dalam mengikuti proses pembelajaran”.
T:
“Kalau bicara dampak pasti setiap pembelajaran yang dilakukan oleh
sekolah memiliki dampak mas……Akan tetapi saya rasa dampak
langsung yang terlihat hanya secara psikis saja….contohnya siswa lebih
senang, tertarik, dan aktif mengikuti pembelajaran…..untuk dampak
lainnya supaya mudah terukur memang sebaiknya guru pengampu
tersebut memberikan tes di akhir kelasnya, supaya menjadi parameter
dalam mengetahui hasil belajar di dalam kelas dan di luar kelas”.
SS: “Dampak pembelajaran tadi bagi saya kak…….saya tidak mengantuk,
saya menjadi tertarik dengan pembelajaran karena belajarnya di luar
kelas menjadi menyenangkan…..kalau masalah nilainya saya kurang tahu
kak…..kan di tes dulu biasanya melalui ulangan oleh pak guru”.
V:
“Dampak pembelajaran tadi kak…….saya menjadi lebih tertarik
mengikuti pembelajaran yang dilakukan oleh guru…..selain itu kak, jadi
gak bosan dan gak ngantuk lagi”.
A: “Dampak pembelajaran tadi kak…….saya jadi tidak mengantuk lagi,
habisnya bosan kak di dalam kelas terus….Selai itu saya menjadi lebih
tertarik mengikuti pembelajaran yang dilakukan oleh guru…..jadi, nanti
aku tambah rajin belajar biar nilaiku bagus-bagus kak”.
Kesimpulan:
Dampak pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar bagi
perkembangan belajar siswa berdasarkan hasil wawancara adalah secara psikis
siswa menjadi lebih tertarik mengikuti pembelajaran, tidak mengantuk, tidak
bosan, kooperatif dalam mengikuti pembelajaran, dan antusias terhadap
pembelajaran. Akan tetapi, secara akademik dampak langsungnya belum dapat
di ukur, karena sebagai parameter terkait hasil belajar siswa pada saat
pembelajaran dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas, guru harus
menggunakan tes terlebih dahulu sehingga baru dapat diketahui dampak secara
akademiknya.
Faktor Pendukung Dalam Melaksanakan Pembelajaran
Memanfaatkan Sumber Belajar Dilingkungan Sekitar
Dengan
S: “Faktor pendukung dalam pembelajaran pemanfaatan lingkungan sekitar
sebagai sumber belajar yaitu lingkungan, guru, murid, dan warga belajar
disekolah tersebut. Selain itu, hal ini dilakukan sebagai program dalam
pelaksanaan K13 sesuai anjuran dinas mas”.
110
S: “Faktor pendukung dalam pembelajaran pemanfaatan lingkungan sekitar
sebagai sumber belajar yaitu lingkungan, guru, murid, dan warga belajar
disekolah tersebut. Sebagai contoh lingkungannya bagus tidak? Kalau
tidak bagus bisa tidak akan berhasil, karena mengendalikan anak di luar
kelas sulit, beda di dalam kelas……, sedangkan faktor dari anak, anak
biasanya juga kalau diajak keluar hanya bermain dan ngobrol sama
teman-temannya, begitu dijelaskan konsentrasi anak-anak terpecah tidak
nyambung dengan materi, dan akhirnya mengganggu anak lain yang
konsentrasi”.
Kesimpulan:
Adanya respon positif dari seluruh warga belajar, adanya ketersediaan
lingkungan sebagai sumber belajar, adanya dukungan dari dinas Kecamatan
Dan Kabupaten.
Faktor Penghambat Dalam Melaksanakan Pembelajaran
Memanfaatkan Sumber Belajar Dilingkungan Sekitar
Dengan
S:
“Hambatan terbesar dalam melaksanakan pembelajaran dengan
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar adalah dalam
mengkondisikan anak mas……..yaaa namanya anak-anak tho mas….jiwa
bermainnya biasanya lebih tinggi dari pada jiwa belajarnya…sama ini
mas belajar di luar kelas lebih memerlukan banyak waktu dari pada
belajar di dalam kelas”.
T:
“Menurut saya hambatan terbesar dalam melaksanakan pembelajaran
dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang dihadapi
guru adalah dalam mengkondisikan anak mas……..karena baik disadari
maupun tidak namanya anak-anak pasti ada saja tingkah polahnya yang
kadang tidak sesuai dengan kami para guru, sama ini mas biasanya guru
tidak langsung melakukan tes kepada siswa mengingat waktunya sudah
habis di luar kelas tadi”.
T: “Hambatan lainnya biasanya berkaitan dengan fasilitas-fasilitas lingkungan
yang menunjang atau tersedia, karena tidak semua sekolah memiliki
fasilitas sumber belajar yang tersedia di sekolahnya yaaa….bisa disebut
terbatas mas sumber belajar yang tersedia”.
D: “Sejauh ini hambatan yang dihadapi dalam mengikuti pembelajaran di luar
kelas belum ada kak……kan kegiatan ini jarang-jarang kak, hehehe”.
111
V: “Hambatan saya cuma susah nulis aja kak, soalnya gak ada papannya, jadi
dari pada saya gunakan untuk menulis lebih baik saya gunakan untuk
memperhatikan”.
SS: “Hambatan yang saya hadapi sebetulnya gak ada kak, cuma klo pas lagi
dijelaskan nulisnya susah karena tidak ada papan…..tapi enaknya nanti
dikelas dibahas lagi secara sekilas oleh pak guru”.
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor penghambat dalam melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan
sumber belajar dilingkungan sekitar adalah terdapat beberapa siswa yang susah
dikondisikan pada saat proses pelaksanaan pembelajaran dengan
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar berlangsung, terbatasnya
sumber belajar yang terdapat dilingkungan sekitar sekolah, memerlukan
banyak waktu dalam proses pelaksanaannya, hal-hal bersifat teknis kurang
dipertimbangkan oleh guru pengampu seperti prosedur langkah-langkah
kegiatan, koordinasi antara guru dan siswa pada saat pelaksanaan proses
pembelajaran, tidak adanya tes secara langsung setelah proses pembelajaran
dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber beajar sebagai parameter
dalam mengukur hasil belajar siswa, dan siswa kesulitan dalam merangkum
hasil pembelajaran karena siswa tidak terbiasa menulis tanpa menggunakan
papan, dan siswa terbiasa di eja dalam merangkum setiap mata pelajaran oleh
guru pengampu.
Upaya Menghadapi Hambatan Dalam Melaksanakan Pembelajaran Dengan
Memanfaatkan Sumber Belajar Dilingkungan Sekitar
Upaya guru menghadapi hambatan dalam melaksanakan pembelajaran
dengan memanfaatkan sumber belajar dilingkungan sekitar adalah:
1) Guru harus pandai-pandai mengkondisikan anak dengan cara membentuk
kelompok secara heterogen sehingga ssiwa yang memiliki kepandaian dapat
dijadikan guru sebagai koordinator dalam mengkoordinir teman-temannya.
2) Terbatasnya lingkungan belajar dapat diganti dengan menggunakan media
pembelajaran yang disediakan oleh pihak sekolah seperti alat peraga,
gambar, buku panduan, maupun video audiovisual.
3) Keterbatasan waktu dapat diatasi dengan menjabarkan dan menjelaskan
point-pointnya saja pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung.
Sehingga fokus materi dan tujuan pembelajaran tercapai.
4) Sebelum siswa di ajak keluar kelas sebaiknya guru menjelaskan alur
pembelajaran dahulu kepada siswa supaya lebih terarah dan tidak
mengganggu kelas lainnya.
112
5) Dilakukan tes setelah pelaksanaan belajar di luar kelas selesai. Hal ini
dilakukan supaya guru dapat mengevaluasi proses pembelajaran di dalam
maupun di kelas terkait dengan hasil belajarnya.
6) Pada saat proses pembelajaran berlangsung sebaiknya siswa diberikan jeda
waktu untuk merangkum setiap materi pokok yang sudah disampaikan
sebelumnya.
113
CATATAN LAPANGAN
DI SD NEGERI AMBARUKMO, SLEMAN, YOGYAKARTA
Cuplikan Catatan Lapangan
Catatan Lapangan (CL 01)
Hasil Wawancara
Teknik
Informan
Nama
Hari/Tanggal
Waktu
Tempat
Kegiatan
: W (Wawancara)
: Kepala Sekolah SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta
: T (Tuwartini, S. Pd)
: Rabu, 19 Agustus 2015
: 10.00 – 11.30 WIB
: Kantor Kepala Sekolah
: Ijin penelitian dan wawancara
Deskripsi:
Pukul 10.00 WIB Peneliti datang ke SD Negeri Ambarukmo, Sleman,
Yogyakarta untuk bertemu dengan Ibu kepala sekolah yaitu Ibu Tuwartini, S. Pd.
Tujuan peneliti adalah untuk meminta ijin secara lisan bahwa peneliti akan
melakukan penelitian di SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta mengenai
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran IPA. Peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian ini. Peneliti memberikan surat ijin
penelitian dan berkas-berkas yang sudah dipersiapkan. Sambil menjelaskan
berbagai berkas yang menjadi persyaratan penelitian, dan mengutarakan
maksudnya maka pada saat itu ijin penelitian diterima untuk dapat melakukan
penelitian dan mengikuti kegiatan yang akan diadakan oleh di SD Negeri
Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta sampai batas waktu yang ditentukan. Setelah
Ijin Dari kepala sekolah diterima, Peneliti dikenalkan kepada guru pengampu atau
114
guru kelas yang mengajar mata pelajaran IPA kelas IV di SD Negeri Ambarukmo,
Sleman, Yogyakarta. Pada pertemuan dengan guru kelas peneliti kembali
mengatur jadwal pertemuan untuk membicarakan tema dan teknis pelaksanaan
penelitian. Jadi, peneliti dapat melakukan penelitian disesuaikan dengan jadwal
mata pelajaran IPA yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah. Setelah bercakapcakap panjang lebar dan peneliti juga sudah mendapatkan ijin maka saatnya
berpamitan untuk pulang dan mengucapkan terimakasih kepada kepala sekolah
dan guru kelas yang berbaik hati karena telah memberikan ijin kepada peneliti
untuk dapat melakukan penelitian di SD Negeri Ambarukmo, Sleman,
Yogyakarta.
115
Catatan Lapangan (CL 02)
Hasil Wawancara
Teknik
Informan
Nama
Hari/Tanggal
Waktu
Tempat
Kegiatan
: W (Wawancara)
: Guru Kelas di SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta
: S (Supriyono, A. Ma.)
: Jumat, 21 Agustus 2015
: 09.00 – 11.00 WIB
: Kantor Guru SD Negeri Ambarukmo, Sleman, Yogyakarta
: Penelitian dan Wawancara
Deskripsi:
Pukul 09.00 Peneliti berada di SD Negeri Ambarukmo, Sleman,
Yogyakarta untuk menindaklanjuti pertemuan sebelumnya mengenai teknis
pelaksanaan penelitian dan tema yang akan di usung. Pada kesempatan ini peneliti
diberitahukan Silabus dan RPP yang sudah diajarkan dan akan diajarkan oleh
guru. Pada pertemuan ini guru juga memberikan beberapa saran terhadap tema
yang akan di ambil. Setelah melalui perbincangan dan penjelasan dari pihak guru,
akhirnya kami sepakat untuk menentukan tema dalam penelitian adalah
memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya yang
meliputi akar, batang, dan daun. Guru kelas memberitahukan proses
pelaksanaannya mencakup tiga pertemuan dan apa saja yang harus dipersiapkan
peneliti terkait dengan tema yang dipilih, salah satunya peneliti harus membantu
menyiapkan bunga sepatu untuk digunakan dalam penelitian.
116
Catatan Lapangan (CL 03)
Hasil Wawancara
Teknik
Informan
Nama
Hari/Tanggal
Waktu
Tempat
Kegiatan
: W (Wawancara)
: Kepala sekolah dan Guru Kelas
: T (Tuwartini, S. Pd) dan S (Supriyono, A. Ma.)
: Selasa, 25 Agustus 2015
: 10.00 – 13.00 WIB
: Kantor Kepala Sekolah dan Ruang Kelas, Serta Taman
Sekolah
: Penelitian dan Wawancara
Deskripsi:
Pada tahap ini peneliti sudah melakukan penelitian tahap pertama dengan
guru kelas. Tema yang diambil adalah memahami hubungan antara struktur
bagian tumbuhan dengan fungsinya. Fokus penelitian mengenai akar tumbuhan.
Pada pertemuan pertama ini peneliti diajak oleh guru ke ruang kelas untuk
memperhatikan kondisi siswa. Setelah kurang lebih setengah jam siswa digiring
keluar ruangan untuk mengikuti pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan
belajar, tepatnya adalah di taman sekolah. Di sini guru meminta peneliti untuk
mengamati terlebih dahulu biar tidak menggangu proses pembelajaran, dan
supaya target atau tujuan pembelajaran maupun tujuan penelitian tercapai. Peneliti
diminta untuk melakukan wawancara setelah selesai pembelajaran.
Setelah selesai pembelajaran siswa diminta kembali ke kelas untuk
mengikuti pembelajaran selanjutnya. Kemudian, peneliti turut serta guru kelas
untuk beristirahat ke ruang tamu sekolah sebelum melanjutkan proses wawancara.
Setelah diberi kesempatan untuk beristirahat, peneliti melanjutkan perbincangan
dengan kepala sekolah dan guru kelas. Peneliti kemudian menyampaikan bahwa
117
untuk wawancara pada hari pertama penelitian ini ssiwa belum akan dilibatkan.
Setelah itu, peneliti bertanya kepada kepala sekolah dan guru kelas secara
bergantian sesuai dengan pedoman wawancara yang sudah disiapkan sebelumnya.
Setelah dirasa cukup informasi yang diberikan pada hari pertama, peneliti
memohon pamit untuk pulang dan memastikan kembali terkait dengan pertemuan
selanjutnya.
118
Catatan Lapangan (CL 04)
Hasil Wawancara
Teknik
Informan
Nama
Hari/Tanggal
Waktu
Tempat
Kegiatan
: W (Wawancara)
: Kepala sekolah, Guru Kelas, dan Siswa
: T (Tuwartini, S. Pd) dan S (Supriyono, A. Ma.)
: Selasa, 01 September 2015
: 10.00 – 13.00 WIB
: Kantor Kepala Sekolah dan Ruang Kelas, Serta Taman
Sekolah
: Penelitian dan Wawancara
Deskripsi:
Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian tahap kedua dengan guru
kelas. Tema yang diambil adalah memahami hubungan antara struktur bagian
tumbuhan dengan fungsinya. Fokus penelitian mengenai batang tumbuhan. Pada
pertemuan kedua ini peneliti diajak oleh guru ke ruang kelas untuk
memperhatikan kondisi siswa. Setelah kurang lebih setengah jam siswa digiring
keluar ruangan untuk mengikuti pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan
belajar, tepatnya adalah di taman sekolah. Di sini guru meminta peneliti untuk
mengamati terlebih dahulu biar tidak menggangu proses pembelajaran, dan
supaya target atau tujuan pembelajaran maupun tujuan penelitian tercapai. Peneliti
diminta untuk melakukan wawancara setelah selesai pembelajaran.
Setelah selesai pembelajaran siswa diminta kembali ke kelas untuk
beristirahat dan diberitahukan bahwa peneliti akan melakukan sedikit wawancara
kepada beberapa ssiwa. Setelah wawancara dengan siswa selesai, kemudian
peneliti turut serta guru kelas untuk beristirahat ke ruang tamu sekolah sebelum
melanjutkan proses wawancara. Setelah diberi kesempatan untuk beristirahat,
119
peneliti melanjutkan perbincangan dengan kepala sekolah dan guru kelas.
Selanjutnya, peneliti bertanya kepada kepala sekolah dan guru kelas secara
bergantian sesuai dengan pedoman wawancara yang sudah disiapkan sebelumnya.
Setelah dirasa cukup informasi yang diberikan pada pertemuan kedua, peneliti
memohon pamit untuk pulang dan memastikan kembali terkait dengan pertemuan
selanjutnya.
120
Catatan Lapangan (CL 05)
Hasil Wawancara
Teknik
Informan
Nama
Hari/Tanggal
Waktu
Tempat
Kegiatan
: W (Wawancara)
: Kepala sekolah, Guru Kelas, dan Siswa
: T (Tuwartini, S. Pd) dan S (Supriyono, A. Ma.)
: Selasa, 08 September 2015
: 10.00 – 13.00 WIB
: Kantor Kepala Sekolah dan Ruang Kelas, Serta Taman
Sekolah
: Penelitian dan Wawancara
Deskripsi:
Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian tahap ketiga dengan guru
kelas. Tema yang diambil adalah memahami hubungan antara struktur bagian
tumbuhan dengan fungsinya. Fokus penelitian mengenai daun dan bunga
tumbuhan. Pada pertemuan ketiga ini peneliti diajak oleh guru ke ruang kelas
untuk memperhatikan kondisi siswa. Setelah kurang lebih setengah jam siswa
digiring keluar ruangan untuk mengikuti pembelajaran dengan memanfaatkan
lingkungan belajar, tepatnya adalah di taman sekolah dan di sawah yang berada
didekat sekolah. Di sini guru meminta peneliti untuk mengamati terlebih dahulu
biar tidak menggangu proses pembelajaran, dan supaya target atau tujuan
pembelajaran maupun tujuan penelitian tercapai. Peneliti diminta untuk
melakukan wawancara setelah selesai pembelajaran.
Setelah selesai pembelajaran siswa diminta kembali ke kelas untuk
beristirahat dan diberitahukan bahwa peneliti akan melakukan sedikit wawancara
kepada beberapa ssiwa. Setelah wawancara dengan siswa selesai, kemudian
peneliti turut serta guru kelas untuk beristirahat ke ruang tamu sekolah sebelum
121
melanjutkan proses wawancara. Setelah diberi kesempatan untuk beristirahat,
peneliti melanjutkan perbincangan dengan kepala sekolah dan guru kelas.
Selanjutnya, peneliti bertanya kepada kepala sekolah dan guru kelas secara
bergantian sesuai dengan pedoman wawancara yang sudah disiapkan sebelumnya.
Setelah dirasa cukup informasi yang diberikan pada pertemuan kedua, peneliti
memohon pamit untuk pulang sekaligus berpamitan dengan seluruh guru karena
penelitian sudah selesai. Peneliti juga menyampaikan bahwa pada tahap
berikutnya peneliti masih akan mengunjungi sekolah untuk meminta surat
keterangan pernah melakukan penelitian. Akan tetapi, menunggu waktu peneliti
setelah dirasa informasi dari kepala sekolah, guru, dan siswa cukup untuk
dianalisa pada tugas akhir (skripsi).
122
DOKUMENTASI
Gambar 1. Dokumentasi Pembelajaran di Dalam Kelas
Gambar 2. Dokumentasi Pembelajaran di Luar Kelas
123
Gambar 3. Pembelajaran Mengenai Akar Tumbuhan
Gambar 4. Pembelajaran Mengenai Akar Tumbuhan
124
Gambar 5. Pembelajaran Mengenai Batang Tumbuhan
Gambar 6. Pembelajaran Mengenai Batang Tumbuhan
125
Gambar 7. Pembelajaran Mengenai Daun dan Bunga Tumbuhan
Gambar 8. Pembelajaran Mengenai Daun dan Bunga Tumbuhan
126
Gambar 9. Pembelajaran Mengenai Daun dan Bunga Tumbuhan
Gambar 10. Pembelajaran Mengenai Daun dan Bunga Tumbuhan
127
128
129
Download