Jurnal Keperawatan Volume 9 No 1, Hal 1 - 5, Maret 2017 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal ISSN : Cetak 2085-1049 – Online 2549-8118 HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN DEPRESI PADA ANAK SEKOLAH DASAR Tantri Widyarti Utami1, Yunani Sri Astuti1, Livana PH2 Program Studi Keperawatan Bogor, Poltekkes Kemenkes Bandung Email: [email protected] 2 Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal Email: [email protected] 1 ABSTRAK Pendahuluan: Kesehatan mental merupakan hal penting dalam perkembangan anak, karena anak merupakan generasi penerus bangsa. gangguan kesehatan mental pada anak akan mempengaruhi perkembangan mental pada tahap perkembangan selanjutnya. Perkiraan jumlah anak dengan masalah kesehatan mental bervariasi sekitar 2-3% hingga 22%, angka tersebut meningkat untuk anak yang memiliki penyakit atau disabilitas (ketidakmampuan). Masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada anak adalah Autisme, ADHD, gangguan mood, kecemasan, psikotik, depresi, phobia sosial, gangguan obsesif konvulsif, gangguan bipolar dan skizofrenia. Metode: Penelitian melibatkan 196 anak sekolah dasar menggunakan kuesioner Screen for Child Anxiety Related Disorders (SCARED) terdiri dari 41 pertanyaan dan kuesioner Depression Scale for Children (CES-DC) terdiri dari 20 pertanyaan. Hasil: Dengan menggunakan uji kai kuadrat didapatkan hasil terdapat hubungan antara kecemasan dan depresi anak sekolah dasar (p value ≤ 0,05). Diskusi: Kecemasan dan depresi merupakan masalah kesehatan jiwa pada anak sekolah sehingga perlu penanganan yang khusus baik oleh guru, orang tua maupun pelayanan kesehatan. Kata kunci: Kecemasan, depresi, anak sekolah dasar. ABSTRACT Introduction: Mental health is an important for child development, because child is next generation for the future, . Children's mental health disorders will be affect the next stage mental health development. Estimated Children with mental health problems Approximately 2-3% to 22%, the figure increases For Children Who has the disease or disability (disability). Mental health problems in children is autism, ADHD, mood Disorder, anxiety, psychotic, depression, social phobia, obsessive convulsive Disorders, Bipolar disorder and schizophrenia. Methods: The study involved 196 Primary School Children using questionnaires to Screen Children Related Anxiety Disorders (SCARED) consists out of 41 questions and questionnaires Child Depression Scale (CES-DC) consists of 20 questions. Results: chi-square test results are obtained Relationship anxiety and depression Primary School Children (p value ≤ 0.05). Discussion: Anxiety and depression are mental health problems in child school and need intervention by teachers, Parents and mental health services. Keywords: Children primary school, anxiety, depression. PENDAHULUAN Kesehatan mental merupakan hal penting dalam perkembangan anak, karena anak merupakan generasi penerus bangsa. Gangguan kesehatan mental pada anak akan mempengaruhi perkembangan mental pada tahap perkembangan selanjutnya. Perkiraan jumlah anak dengan masalah kesehatan mental bervariasi sekitar 2-3% - 22%, angka tersebut meningkat untuk anak yang memiliki penyakit atau disabilitas (ketidakmampuan). Masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada anak adalah Autisme, ADHD, gangguan mood, kecemasan, psikotik, depresi, phobia sosial, gangguan obsesif konvulsif, gangguan bipolar dan sizofrenia (NIMH, 2016). Penelitian tentang masalah psikologis pada anak sekolah di Afrika selatan di dapatkan sebanyak 41% anak sekolah mempunyai masalah emosi dan perilaku dimana sebanyak 14% mengalami kecemasan/ depresi , PTSD sebanyak 24% dan hampir seperempat anak sekolah merasa tidak aman (Cortina.,AM,et.all, 2013) Kecemasan adalah reaksi alami dan respon peringatan yang diperlukan pada manusia. Hal ini dapat menjadi gangguan serius ketika itu 1 Jurnal Keperawatan Volume 9 No 1, Hal 1 - 5, Maret 2017 berlebihan dan tak terkendali. Kecemasan adalah rasa takut yang tidak jelas disertai dengan perasaan ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi, dan ketidakamanan (Stuart G.W, 2013). Gangguan kecemasan merupakan masalah yang banyak dialami pada anak sekitar 10 sampai 21% (Ford, Goodman, & Meltzer, 2003; Costello, Mustillo, Erkanli, Keeler, & Angold, 2005). Sekitar 75% kecemasan muncul pada usia 11 dan 21 tahun. Depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan munculnya gejala penurunan mood, kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi (World Health Organization, 2010). Depresi dialami oleh sekitar 2% anak sekolah. Depresi pada anak dapat menimbulkan trauma, sehingga mereka pun menggunakan berbagai macam cara untuk mengatasi trauma yang dialaminya. Depresi pada anak dapat berupa anak menarik diri dari pergaulan, anti sosial, sulit berkomunikasi, pemurung, cepat marah, agresif, kurangnya perhatian terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi, kesukaran disekolah. METODE Penelitian ini menggunakan metode cross sectional yang dilaksanakan di kota Bogor pada tahun 2015. Sampel penelitian menggunakan simple random sampling kriteria inklusi berupa anak sekolah dasar kelas 4 dan 5 , tinggal dengan orang tua, dan bersedia menjadi responden. Anak sekolah yang menjadi responden yaitu 196 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner yang terdiri dari dua bagian, yaitu kuesioner kecemasan menggunakan Screen for Child Anxiety Related Disorders (SCARED) terdiri dari 41 pertanyaan dan kuesioner Depression Scale for Children (CES-DC) yang terdiri dari 20 pernyataan. Cut off point kecemasan adalah skor ≥ 25 menunjukan cemas dan skor < 25 menunjukkan tidak cemas. Cut off point depresi dengan skor ≥ 15 menunjukkan depresi dan skor < tidak depresi. Analisis data menggunakan uji kai kuadrat guna mengetahui hubungan antara kecemasan dan depresi pada anak sekolah dasar dengan alpha sebesar 5% (0,05). Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal HASIL Karakteristik 196 responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini terlihat pada Tabel 1 Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia (n=196) Variabel Usia Mean SD Min-Maks 9,87 0,737 9 – 11 Tabel 1 menunjukkan rata-rata usia anak sekolah dasar adalah 9,87 tahun. Usia terendah 9 tahun dan usia tertinggi 11 tahun. Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik responden (n=196) Sub karakteristik Jenis kelamin 1. Perempuan 2. Laki-laki Jumlah teman 1. 1-3 orang dekat 2. > 3 orang Karakteristik Pola Asuh keluarga 1. Kaku 2. Demokratis 3. Bebas Orang terdekat 1. Ayah 2. Ibu 3. Saudara Kandung 4. Kakek/ nenek 5. Tidak ada Cara keluarga 1. Mendiamkan mengatasi 2. Memarahi masalah anak 3. Memukul 4. Mengurung 5. Menjelaskan baik dan buruk n % 96 100 76 120 49 51 38,8 61,2 44 116 36 40 102 18 22,4 59,2 18,4 20.4 52 9,2 32 16,3 4 17 33 12 4 130 2,0 8,7 16,8 6,1 2,0 66,3 Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas anak sekolah dasar berjenis kelamin laki-laki. Jumlah teman dekat lebih dari 3 orang, Pola asuh keluarga sebagian besar demokratis, Orang terdekat adalah ibu, cara keluarga mengatasi masalah adalah menjelaskan baik dan buruk. Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kecemasan dan depresi (n=196) Variabel Kecemasan Depresi Sub variabel 1. Tidak cemas 2. Cemas 1. Tidak depresi 2. Depresi n 102 94 30 166 % 52 48 15,3 84,7 2 Jurnal Keperawatan Volume 9 No 1, Hal 1 - 5, Maret 2017 Tabel 3 menunjukkan sebagian besar anak sekolah dasar tidak mengalami kecemasan. Sementara Sebagian besar anak sekolah dasar mengalami depresi . Tabel 4. Hubungan kecemasan dan depresi anak sekolah dasar (n=196) Kecemasan Tidak cemas Cemas Jumlah Depresi Tidak Tinggi depresi n % n % 27 26,5 75 73,5 3 3,2 91 96,8 30 15,3 166 84,7 P value 0,000 Tabel 4. menunjukkan bahwa ada hubungan kecemasan dan depresi pada anak sekolah dasar . PEMBAHASAN Penelitian tentang hubungan kecemasan dan depresi 169 anak SD ditemukan sebanyak 48% anak SD mengalami kecemasan, dan sebanyak 84,7% anak sekolah dasar mengalami depresi. Penelitian juga menunjukkan terdapat hubungan antara kecemasan dan depresi pada anak sekolah. Kecemasan merupakan reaksi yang khas terhadap stres dan respon emosional yang tidak menyenangkan karena adanya ancaman atau bahaya yang nyata. Penelitian tentang Children and adolescents referred for treatment of anxiety disorders menunjukkan sebanyak 49% anak usia 6-12 tahun mengalami gangguan kecemasan (Polly & Cathy, 2014). Penelitian lain yang dilakukan di Mesir ditemukan kecemasan pada anak sekolah sebanyak 15%, (Ismail A, 2015). Sedangkan penelitian tentang Mental health problems in children and young people menunjukkan sebanyak 6.9% anak mengalami kecemasan dan GAD sebesar 9.2%. Data ini menunjukkan bahwa kecemasan merupakan masalah kesehatan jiwa pada anak. Faktor risiko kecemasan pada anak adalah gangguan di sekolah, dirumah dan masalah sosial (Polly & Cathy, 2014). Tanda dan gejala kecemasan pada anak adalah mudah frustrasi, mengeluh nyeri fisik, seperti perut nyeri dan sakit kepala, sulit bernafas, menunjukkan rasa ketakutan, mudah kesal, berteriak, mudah terkejut, muka merah, gemetar dan mengekspresikan rasa khawatir. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal Pada penelitian ini tanda dan gejala kecemasan yang dialami anak sekolah dasar adalah sakit kepala, sulit bernafas, takut jauh dari orang tua, takut terhadap orang asing, sakit perut, gelisah, jantung berdebar, gemetar, mimpi buruk, ketakutan, khawatir dan berkeringat. Kecemasan dapat mempengaruhi fisik dan keadaan emosional anak-anak dan dapat berkembang menjadi masalah seperti absensi sekolah, konsep diri rendah, gangguan verbal dan non verbal, Penurunan prestasi akademik, gangguan perilaku, kesulitan dalam berhubungan dengan teman, ketergantungan tinggi, penurunan tingkat konsentrasi dan perhatian (McLoone, J., Hudson, J. L., & Rapee, R. M. 2006). Jika tidak diobati, kecemasan bisa berubah menjadi penyakit yang lebih serius seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, obesitas, dan depresi. Depresi merupakan gangguan mental yang serius yang ditandai dengan perasaan sedih dan cemas. Gangguan ini biasanya akan menghilang dalam beberapa hari tetapi dapat juga berkelanjutan yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari (National Institute of Mental Health, 2010). Faktor risiko terjadinya depresi adalah riwayat keluarga dengan depresi, konflik orang tua, hubungan denganteman sebaya yang buruk, ketrampilan koping yang buruk dan perasaan negatif ( Nádia Nara Rolim Lima et.all, 2015) Tanda dan gejala depresi pada anak adalah perasaan sedih, gelisah, hilang ketertarikan terhadap aktifitas, menarik diri, peubahan nafsu makan, gangguan tidur dan penurnan aktifitas, kesulitan konsentrasi, perasaan tidak berharga, munculnya ide/ keinginan untuk bunuh diri (Rønning et al., 2011). Pada penelitian ini tanda dan gejala depresi pada anak adalah tidak nafsu makan, merasa tidak bahagia, kelelahan, takut, sedih dan ingin mengangis,sulit untuk melakukan sesuatu. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan kecemasan dan depresi pada anak sekolah. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Rault, et all (2010) bahwa depresi dan kecemasan saling berhubungan pada veteran di klinik PTSD dan depresi berperan sebagai kontributor utama. Penelitian lain juga menunjukkan gangguan neurosis sangat terkait dengan gejala depresi dan 3 Jurnal Keperawatan Volume 9 No 1, Hal 1 - 5, Maret 2017 kecemasan (Sadiku, Stankovska, Dimitrovski, 2014). Hubungan antara kecemasan dan depresi dapat dijelaskan secara neurobiologis dimana kecemasan dan depresi menyebabkan menurunnya respon kortisol terhadap ACTH, menurunnya hormon pertumbuhan terhadap klonidin, menurunnya TSH dan Prolaktin, hiperaktifitas noradrenergik. (Faiman, 2004). Selain itu kecemasan dan depresi terjadi karena terhambatnya neurotransmiter selective serotonin reuptake (SSRI). Hubungan yan lain adalah kecemasan dan depresi memiliki gejala fisik yang sama sepertimerasa mual,sakit perut sakit kepala tanpa alasan yang jelas. Kecemasan berat yang menguras energi dan emosi biasanya akan berkembang menjadi depresi (bisa sementara ataupun menetap). Melihat berbagai dampak dari kecemasan dan depresi pada anak sekolah perlu dilakukan upaya untuk mengatasi ataupun pencegahan kecemasan dan depresi. Upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan dan depresi pada anak sekolah adalah meningkatkan peran perawat UKS untuk mengembangkan usaha kesehatan jiwa disekolah bersama dengan guru bimbingan dan penyuluhan. Perawat UKS dan guru bimbingan penyuluhan mengadakan pertemuan dengan para guru dan orang tua siswa /siswi tentang tanda-tanda dan gejala kecemasan dan depresi pada anak, seperti anak-anak dengan kecemasan yang berlebihan mungkin mengalami kesulitan bergaul dengan orang lain, mengalami harga diri rendah dan menyembunyikan rasa ketakutan dan khawatir. Tanda-tanda lain yang harus diperhatikan adalah perilaku menghindar, menunda tugas/ aktifitas, perfeksionisme, terlalu konformis, hipersensitif terhadap kritik, keterampilan sosial buruk, tidak percaya diri, pemalu, mudah marah atas perubahan sehari-hari, mudah menangis atausering mengeluh sakit kepala dan sakit perut. Sedangkan tanda dan gejala depresi adalah anak menarik diri dari pergaulan, anti sosial, sulit berkomunikasi, pemurung, cepat marah, agresif, kurangnya perhatian terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi, kesukaran di sekolah. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal Guru juga perlu menciptakan suasana iklim belajar yang kondusif seperti tidak boleh mencemooh atau menertawakan temantemannya yang melakukan kesalahan dan meyakinkan anak bahwa berbuat salah adalah hal yang wajar pada anak. Guru juga dapat memberikan penguatan positif/ reward terhadap kemampuan anak. Keterlibatan orang tua juga merupakan komponen penting dalam pencegahan kecemasan anak, orang tua dilatih untuk meningkatkan problem solving dalam mengatasi masalah anak. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara kecemasan dan depresi pada anak sekolah. Kecemasan dialami oleh 48% anak sekolah dan depresi sebanyak 84,7%. Saran Penelitian ini telah membuktikan adanya hubungan antara kecemasan dan depresi, namun belum mendeskripsikan bagaimana pengaruh dari karakteristik terhadap kecemasan dan depresi pada anak. Penelitian lebih lanjut tentang terapi pikososial untuk menurunkan kecemasan dan depresi pada anak sekolah. DAFTAR PUSTAKA Boris Birmaher, M.D., Suneeta Khetarpal, M.D., Marlane Cully, M.Ed., David Brent, M.D., and Sandra McKenzie, Ph.D.,1995). Screen for Child Anxiety Related Disorders (SCARED)CHILD Version—Page 1 of 2 (to be filled out by the CHILD. Costello E., Mustillo S., Erkanli A., Keeler G., Angold A. Prevalence and evelopment of psychiatric disorders in childhood and adolescence. Arch Gen Psychiatry. 2003;60:837–844. Faulstich ME, Carey MP, Ruggiero L, et al. 1986.Assessment of depression in childhood and adolescence: An evaluation of the Center for Epidemiological Studies Depression Scale for Children (CES-DC). American Journal of Psychiatry.143(8): 1024– 1027. 4 Jurnal Keperawatan Volume 9 No 1, Hal 1 - 5, Maret 2017 Fainman David (2004). Examining the relationship Between anxiety disorders and depression. CME October 2004 Vol.22 No.10. Ford T., Collishaw S., Meltzer H., Goodman R. A prospective study of childhood psychopathology: independent predictors of change over three years. Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol. 2007;42:953–961. Ismail A, Abdelgaber A, Hegazi H, Lotfi M, Kamel A, et al. (2015) The Prevalence and Risk Factors of Anxiety Disorders in an Egyptian Sample of School and Students at the Age of 12-18 Years. J Psychiatry 18:316 doi: 10.4172/23785756.1000316. McLoone, J., Hudson, J. L., & Rapee, R. M. (2006). Treating anxiety disorders in aschool setting. Education & Treatment of Children, 29(2), 219-242 Nádia Nara Rolim Lima,et.all (2013). Childhood depression: a systematic review. J.Neuropsychiatr Dis Treat. 9: 1417–1425. oi: 10.2147/NDT.S42402. National Institute of Mental Health. (2010.) Any mood disorder in children. Retrieved from http://www.nimh.nih.gov/ statistics/1ANYMOODDIS_CHILD.sht ml. NIMH. (2016). Child and Adolescent Mental Health. Retieved by https://www.nimh.nih.gov/health/topics/c hild-and-adolescent-mentalhealth/index.shtml. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal Polly Waite, Cathy Creswell. (2014). Children and adolescents referred for treatment of anxiety disorders: Differences in clinical characteristics. J Affect Disord. 2014 Oct 1; 167(100): 326–332. doi: 10.1016/j.jad.2014.06.028. Rauch SA, Favorite T, Giardino N, Porcari C, Defever E, Liberzon I.(2010). Relationship between anxiety, depression, and health satisfaction among veterans with PTSD. J Affect Disord. Feb;121(1-2):165-8. doi: 10.1016/j.jad.2009.05.026. Epub 2009 Jun 16. Rønning, J.A., Haavisto, A., Nikolakaros, G., Helenius, H., Tamminen, T., Moilanen, I.,Sourander, A. (2011). Factors associated with reported childhood depressive symptoms at age 8 and later self-reported depressive symptoms among boys at age 18. Social Psychiatry andPsychiatric epidemiology , 46, 207218. doi:10. 1007/s00127-010-0182. Sadiku Miftari Sara,. Stankovska Gordana., Dimitrovski Dimitar. (2014). The Relationship between Anxiety and Depression in Neurotic Patients. Journal of Natural Sciences Research ISSN 22243186 (Paper) ISSN 2225-0921 (Online). Vol.4, No.24, 2014. Weissman MM, Orvaschel H, Padian N. 1980.Children’s symptom and social functioning selfreportscales: Comparison of mothers’ and children’s reports. Journal of Nervous MentalDisorders 168(12):736–740. 5