TEORI SOSIAL KOGNITIF BANDURA Biografi Albert Bandura • Tokoh ini dilahirkan pada tahun 1925 di Alberta, Canada. • Albert menempuh pendidikan perguruan tinggi di bidang psikologi klinis di Universitas Iowa dan mencapai gelar Ph.D setahun kemudian pada tahun 1952. • Setelah menempuh pelatihan post-doktoral di bidang klinis selama satu tahun, pada tahun 1953 Bandura bekerja di Universitas Stanford, di mana kini ia menjadi Profesor David Starr dalam bidang Ilmu Pengetahuan Sosial. • Ia pernah bekerja sebagai Ketua Jurusan Psikologi Stanford dan pada tahun 1974 terpilih menjadi Ketua American Psychological Association. Teori Kepribadian Bandura • Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial ( Social Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. • Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. teori pembelajaran sosial • Pembelajaran Sosial yang dikemukakan oleh Bandura telah memberi penekanan tentang bagaimana perilaku manusia dipengaruhi oleh persekitaran melalui peneguhan (reinforcement) dan pembelajaran peniruan (observational learning), • dan cara berfikir yang kita miliki terhadap sesuatu maklumat dan juga sebaliknya, yaitu bagaimana tingkah laku kita mempengaruhi sekitar dan menghasilkan peneguhan (reinforcement) dan peluang untuk diperhatikan oleh orang lain (observational opportunity). teori pembelajaran sosial • Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. • Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. • Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Pembelajaran secara observasi dalam teori belajar Bandura • Bandura (1986,2003) yakin bahwa pembelajaran dengan mengamati jauh lebih efisien dari pada pembelajaran dengan mengalami langsung. Dengan mengamati orang lain, manusia mempelajari respons mana yang diikuti hukuman atau yang mana yang tidak mendapat penguatan. • Anak-anak mengamati karakter di televisi contohnya, dan mengulangi lagi apa yang didengar atau dilihat, jadi mereka tidak perlu melakukan sendiri beragam perilaku secara acak dan berharap mengetahui mana yang akan dihargai mana yang tidak Teori Peniruan (Modeling) • Modelling meliputi proses kognitif dan bukan sekadar melakukan imitasi. • Modelling lebih dari sekadar mencocokkan perilaku orang lain, melainkan merepresentasikan secara simbolis suatu informasi dan menyimpannya untuk digunakan di masa depan Faktor seseorang melakukan modelling 1. Karakteristik model sangat penting Manusia lebih mungkin mengikuti seseorang dengan status tinggi, yang kompeten, dan yang memiliki kekuatan 2. Karakteristik dari yang melakukan observasi Orang-orang yang tidak memiliki status, kemampuan atau kekuatan lebih mungkin untuk melakukan modelling, anak-anak, amatir 3. Konsekuensi dari perilaku yang akan ditiru Contoh : melihat orang lain mendapat setruman yang kuat dari memegang kabel listrik telah mengajarkan suatu pelajaran berharga Proses yang mengatur pembelajaran melalui observasi 1. Perhatian Memperhatikan tingkah laku model untuk mempelajarinya 2. Representasi Merekam dalam ingatan dengan cara merepresentasikan secara simbolis di dalam ingatan 3. Produksi perilaku Setelah memperhatikan model dan mempertahankan apa yang telah diobservasi, kemudian kita memproduksi perilaku tersebut. Mengubah representasi kognitif ke dalam tindakan yang tepat 4. Motivasi Pembelajaran observasi akan efektif apabila pihak yang belajar, termotivasi untuk melakukan perilaku yang ditiru Triadic Reciprocal Causation Konsep Bandura mengenai triadic reciprocal causation. Fungsi manusia merupakan hasil interaksi antara perilaku (behaviour- B), variabel manusia (Person- P), dan lingkungan (environment- E) Agen Manusia Agen manusia adalah esensi dari kemanusiaan. Bandura (2001,2004) mendiskusikan empat aspek dari agensi manusia: • Intensionalisme merujuk pada tindakan yang dilakukan seseorang secara bertujuan. • Visi dapat menentukan tujuan, mengantisipasi kemungkinan hasil dari tindakan mereka, dan memilih perilaku yang akan menghasilkan pencapaian yang diinginkan dan menghindari yang tidak diinginkan. • Reaktivitas diri mempunyai kapasitas dalam proses memotivasi dan meregulasi tindakan mereka sendiri. Manusia tidak hanya menentukan pilihan, tetapi mereka memonitor kemajuan untuk memenuhi pilihan-pilihan tersebut. • Refleksi diri manusia adalah penilai bagi bagaimana mereka berfungsi. Mereka dapat mengevaluasi dampak dari tindakan orang lain terhadap diri mereka. Mekanisme refleksi diri yang terpenting adalah efikasi diri. Bentuk-bentuk Agen Manusia: • Efikasi Diri Efikasi diri yaitu keyakinan mereka bahwa mereka mampu melakukan suatu tindakan yang akan menghasilkan dampak yang diharapkan. Bandura : efikasi diri adalah keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan. • Agen Proxy Proxy meliputi kontrol yang tidak langsung atas kondisi sosial yang dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Melalui agen proxy, seseorang dapat mencapai tujuan dengan bergantung pada orang lain untuk memperbaiki suatu objek. Sisi kelemahan proxy adalah dengan bergantung terlalu banyak terhadap kompetensi dan kekuatan orang lain, seseorang akan dapat mengurangi efikasi pribadi dan kolektif mereka. • Efikasi Kolektif Bandura (2000) mendefinisikan efikasi kolektif sebagai keyakinan yang dimiliki manusia mengenai kolektif mereka untuk mencapai hasil yang diinginkan. dengan kata lain efikasi kolektif adalah kepercayaan orangorang bahwa usaha mereka bersama akan membawa suatu pencapaian kelompok. Faktor yang melemahkan efikasi kolektif yaitu : pertama, manusia hidup dalam dunia yang tradisional kedua, teknologi di masa sekarang tidak dimengerti atau dipercaya bahwa manusia dapat mengontrolnya ketiga, mesin-mesin sosial yang kompleks, dengan tingkatan birokrasi yang menghambat perubahan sosial; keempat, jangkauan dan besaran dari permasalahan manusia yang luar biasa dapat menurunkan efikasi kolektif. Regulasi Diri Saat manusia mempunyai efikasi diri yang tinggi, yakin terhadap ketergantungan mereka akan agen proxy, dan mempunyai efikasi kolekif yang solid, mereka akan mempunyai kapasitas yang baik untuk dapat meregulasi perilaku mereka. Faktor-faktor Eksternal Regulasi Diri Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri setidaknya dalam dua cara. • Pertama, faktor-faktor tersebut memberikan kita suatu standar untuk mengevaluasi perilaku kita. Faktor internal berinteraksi dengan pengaruh personal, membentuk standar individual untuk evaluasi. • Kedua, faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan menyediakan cara untuk mendapatkan penguatan. Kita membutuhkan insentif yang didapatkan dari faktor eksternal. Insentif untuk dapat menyelesaikan suatu proyek jangka panjang biasanya datang dari lingkungan dan sering kali dalam bentuk penghargaan setelah pencapaian tujuan. Akan tetapi, penghargaan diri untuk performa yang mengecewakan biasanya berakibat pada hukuman dari lingkungan. Faktor-faktor Internal Regulasi Diri 1. Observasi Diri Kita harus dapat memonitor performa kita walaupun perhatian yang kita berikan padanya belum tentu tuntas. Kita harus memberikan peratian secara selektif terhadap beberapa aspek dari perilaku kita. Observasi bergantung pada minat dan konsepsi diri lainnya. 2. Proses Penilaian Proses penilaian membantu kita meregulasi perilaku kita melalui proses mediasi kognitif. kita tidak hanya mampu untuk menyadari diri kita secara reflektif, tetapi juga menilai seberapa berharga tindakan kita berdasarkan tujuan. 3. Reaksi Diri Manusia berespon secara pasif dan negatif terhadap perilaku mereka, bergantung pada bagaimana perilaku tersebut memenuhi standar personal mereka. Manusia menciptakan insentif untuk tindakan mereka melalui penguatan diri atau hukuman. Regulasi Diri Melalui Agen Moral Manusia juga meregulasi tindakan mereka melalui standar moral perilaku. Bandura melihat agen moral memiliki 2 aspek, yaitu (1) tidak menyakiti orang lain dan (2) membantu orang lain secara proaktif. Mekanisme regulasi diri kita tidak akan mempengaruhi orang lain sampai kita bertindak sesuatu pada mereka. Berikut adalah ilustrasi berbagai mekanisme ketika kontrol diri dilepaskan atau diaktifkan secara selektif : 1. Mendefinisikan Ulang Perilaku Orang menjustifikasi suatu perilaku yang salah dengan melakukan restrukturisasi kognitif. Adapun teknik-teknik sebagai berikut: – Justifikasi moral, yaitu perilaku yang salah dibuat seolah-olah dapat dibela atau terlihat menjadi benar. – Perbandingan yang bersifat menenangkan, menguntungkan antara perilaku tersebut dengan suatu keburukan yang lebih parah. – Label yang bersifat memperhalus. Politisi yang bersumpah untuk tidak menaikan pajak akan berbicara mengenai “kenaikan keuntungan” daripada pajak 2. Tidak Menghiraukan atau Mendistorsi Konsekuensi dari Perilaku Metode kedua menghindari tanggung jawab meliputi mendistorsi atau mengaburkan hubungan antara perilaku dan konsekuensi merusak dari hal tersebut. 3. Dehumanisasi atau Menyalahkan Korban Ketiga, manusia dapat mengaburkan tanggung jawab atas tindakan mereka dengan melakukan dehumanisasi atas korban atau mengatribusikan kesalahan pada mereka. 4. Memindahkan atau Mengaburkan Tanggung Jawab Melepaskan tindakan dari konsekuensinya adalah dengan memindahkan atau mengaburkan tanggung jawab. Dengan melakukan pemindahan orang dapat meminimalisasikan konsekuensi dari tindakan. Perilaku Disfungsi Depresi Standar dari tujuan personal yang tinggi dapat berakibat ada pencapaian dan kepuasan diri. Akan tetapi, saat seseorang menempatkan sesuatu tujuan yang terlalu tinggi, mereka memiliki kemungkinan untuk gagal. Kegagalan sering berakibat terhadap depresi, dan orang depresi sering menurunkan nilai pencapaian mereka. Hasilnya adalah kesedihan kronis, perasaan tidak berharga, dan tidak memiliki tujuan. • Perilaku Disfungsi Fobia Fobia adalah ketakutan yang cukup kuat dan cukup bertahan untuk mempunyai efek yang cukup parah dan melumpuhkan dalam kehidupan sehari-hari seseorang. Agresi Perilaku agresif saat terjadi pada titik ekstrem dapat juga menjadi disfungsi. Ada lima alasan orang melakukan agresi (1) mereka menghayati korban (2) mereka menghindari atau melawan konsekuensi yang tidak diinginkan dari agresi yang dilakukan oleh orang lain (3) mereka mendapatkan cedera atau disakiti untuk tidak melakukan perilaku agresif; (4) mereka memenuhi standar personal atas tindakan mereka dengan melakukan perilaku agresif (5) mereka melihat orang lain menerima penghargaan atas tindakan agresif atau hukuman untuk perilaku non-agresif. Penerapan Teori Sosial Kognitif • Tujuan utama dari terapi kognisi sosial adalah regulasi diri (Bandura, 1986). • Untuk mencapai tujuan ini, terapis memperkenalkan strategi-strategi yang dirancang untuk memunculkan perubahan perilaku yang spesifik, • mengeneralisasi perubahan tersebut dalam kondisi yang berbeda, • dan mempertahankan perubahan tersebut dengan menghindari kemungkinan untuk kembali melakukan kegiatan yang sama