Asyura Asyura adalah peristiwa yang terjadi tanggal

advertisement
Asyura
Asyura adalah peristiwa yang terjadi tanggal 10
Muharam dan diperingati oleh beberapa kelompok
masyarakat, baik yang ada di Indonesia maupun di
wilayah Asia lainnya, seperti di Afghanistan,
Pakistan, Lebanon, Iran, dan Irak. Di Indonesia, pada
bulan dan tanggal tersebut, terjadi beberapa peristiwa
ritus unik yang dilakukan oleh beberapa golongan
masyarakat dengan berbagai sebutannya seperti
Asyura, bubur suro, suroan, seren taun, wuku taun,
dan sebagainya.
Ritus-ritus pada bulan Muharam yang dilakukan
masyarakat di berbagai daerah di Indonesia, intinya adalah slametan atau memberikan
sedekah yang diyakini sebagai bentuk ibadah. Misalnya, mereka membuat bubur sura yang
terbuat dari tepung beras dicampur santan, dan diisi berbagai bahan makanan. Bubur tersebut
warnanya merah dan putih. Pesan dibalik tradisi ini jelas. Bubur yang berwarna putih,
menandakan hari Asyura yang suci, sedangkan berbagai macam bahan makanan yang
terdapat dalam bubur menjadi simbol berbagai kejadian pada hari yang sedang diperingati.
Bubur sura di Cirebon hanya ada satu macam warna yakni putih. Bubur sura tersebut
bermakna kesucian bulan Muharam. Adapun tradisi yang dilakukan di Aceh, yakni dikenal
dengan sebutan kanji Asyura, bubur yang dibuat terdiri dari dua macam warna, yakni merah
dan putih. Merah melambangkan darah Imam Husain, Cucu Nabi Muhammad Saw, dan
keluarganya yang tumpah di Karbala, Irak. Merah juga melambangkan keberanian pasukan
Imam Husain melawan penguasa yang zalim. Sedangkan putih melambangkan kesucian diri
dan perjuangan Imam Husain melawan segala bentuk perbuatan zalim. Bubur sura di
Cirebon, dan tradisi kanji Asyura di Aceh biasanya diberikan kepada sanak keluarga terdekat,
tetangga, kaum fakir dan miskin.
Di Bengkulu dan Padang Pariaman, Sumatera Barat, ada upacara tradisi hoyak tabuik
(tabut). Upacara mengarak tabut atau keranda itu adalah perlambang dari keranda jenazah
Imam Husain yang syahid di Padang Karbala. Upacara tersebut dimulai dari hari pertama
bulan Muharam hingga hari kesepuluh. Di wilayah Asia, misalnya di Afghanistan peringatan
Asyura dilakukan dengan menyakiti diri, yakni memukuli dada sebagai ungkapan
kepercayaan mereka pada kesyahidan Imam Husain. Bahkan beberapa dari mereka melukai
dirinya dengan memukuli punggungnya dengan rantai berduri.
Di Indonesia, pada bulan Muharam, selain masyarakatnya memperingati tahun baru
Islam dengan suka cita, juga terdapat kelompok masyarakat yang memperingati peristiwa
Asyura dengan duka cita. Kelompok tersebut berasal dari kalangan Islam Syiah yang
memperingati peristiwa Asyura dengan meratapi dan menangisi kematian Imam Husain,
Cucu Nabi Muhammad Saw, yang terbunuh di Padang Karbala, Irak. Berbeda dengan
masyarakat Syiah di Afghanistan, kelompok Syiah di Indonesia memperingati peristiwa
Asyura tidak menyakiti diri, seperti memukul punggung dengan rantai berduri atau memukul
kepala dengan pedang.
Asyura, dalam perspektif Islam Syiah merupakan tragedi memilukan yang menimpa
keluarga Nabi Muhammad Saw, yakni Imam Husain yang dibunuh di Padang Karbala, Irak,
tepatnya pada hari ke-10 bulan Muharam. Muslim Syiah menjadikan peringatan Asyura
sebagai bentuk kepedulian dan kecintaan terhadap keluarga Nabi Muhammad Saw. Selain itu,
mereka menjadikan peringatan Asyura sebagai momentum untuk melawan setiap bentuk
penindasan para penguasa zalim. Hal itu dilakukan atas perjuangan Imam Husain dalam
mempertahankan nilai-nilai mulia, sunah Nabi Saw, meskipun dirinya rela menjadi martir
dalam pertempuran melawan penguasa zalim. Imam Husain melakukan itu semua demi
tegaknya Islam yang berlandaskan ajaran-ajaran kebaikan, menjunjung tinggi nilai-nilai
keadilan, serta pengayom orang-orang tertindas.
Peristiwa Asyura dijadikan oleh tokoh-tokoh Islam maupun tokoh dunia lainnya sebagai
pelecut semangat dalam menegakkan kebenaran dan keadilan terhadap penguasa atau
pemerintahan yang bertindak sewenang-wenang. Para tokoh tersebut di antaranya ialah
Sunan Kalijaga yang menjadikan momentum Asyura untuk mengusir penjajah dari bumi
pertiwi Indonesia.
Asyura merupakan bagian dari sejarah umat manusia yang di dalamnya terdapat dua
kutub yang membedakan satu sama lain. Kutub yang pertama, adalah para penegak keadilan,
yaitu Imam Husain dan pengikutnya. Kutub yang kedua adalah para penguasa yang bertindak
tidak adil dan berlaku semena-mena terhadap rakyatnya, yakni Yazid beserta pengikutnya.
Sejarah Asyura menjadi penting karena ia merupakan miniatur konflik kehidupan manusia
ketika harus menentukan ideologinya. Peristiwa Asyura dijadikan momen penting oleh umat
manusia sebagai pembeda atau pemisah antara kebenaran dan kejahatan (hak dan batil).
Perlawanan yang dikobarkan Husain bin Ali merupakan suatu hikayat kebebasan yang
dikubur hidup-hidup oleh pisau kezaliman pada setiap zaman dan tempat. Hal itu terjadi
ketika pemimpin yang zalim tidak menegakkan neraca keadilan, kemerdekaan manusia, dan
tidak memelihara serta melaksanakan janjinya. Oleh sebab itu, hakikat kemerdekaan, di
bawah bendera dan di balik akidah apa pun mereka berlindung, menjadi tidak terjamin.
Penulis: Genik Puji Yuhanda
Keyword: Jawa Barat; Karbala; Muharam; Asyura; Tabut; Bubur Sura; Suroan
Acuan:
Bara, Antoine. 2009. Husain Dalam Kristianitas Pewaris Yesus. Jakarta: Citra.
Itrah. 2012. Jangan Lupakan Sejarah. Jakarta: ICC.
Muhaimin. 2001. Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal Potret Dari Cirebon. Jakarta: Logos.
Download