situs B3 Karbala

advertisement
situs
REPUBLIKA ● AHAD, 12 DESEMBER 2010
Karbala
WIKIMEDIA
B3
PAYVAND.COM
SAKSI KEGETIRAN
KELUARGA RASUL
MAKAM HUSEIN BIN ALI DI KARBALA
SEMPAT DIHANCURKAN SEBELUM
DIBANGUN KEMBALI SEPERTI SAAT INI.
Oleh Syahruddin El-Fikri
enyebut nama Karbala
akan terlintas dalam
benak tentang sebuah
peristiwa yang sangat
menyayat hati dan tragis
dalam sejarah kehidupan
umat Islam. Betapa tidak, salah seorang cucu
Rasulullah SAW, yakni Husein bin Ali bin
Abu Thalib, tewas terbunuh di wilayah ini.
Bahkan dalam beberapa riwayat disebutkan,
kepalanya sampai terpisah dari badannya.
Peristiwa itu telah terjadi lebih dari 1350
tahun silam, tepatnya tanggal 10 Muharram
61 H, atau 680 M. Husein bin Ali bin Abu
Thalib oleh Muslim Syiah dianggap sebagai
Imam ke-3. Syiah adalah satu kelompok
dalam Islam yang sangat mencintai keluarga
Rasulullah SAW. Dari wafatnya Husein inilah
awal mula diselenggarakannya peringatan
Hari Asyura (10 Muharram).
Ibnu Katsir dalam kitabnya Al-Bidayah wa
an-Nihayah mengungkapkan, selama pemerintahan Mu’izz Al-Daulah dari Dinasti
Buwaihiyah yang berhaluan Syiah,
peringatan Asyura diselenggarakan di
Baghdad (Irak). Pada peringatan itu, semua
aktivitas perdagangan dihentikan. Seluruh
penduduk berkeliling kota sembari
menangis, meratap, dan memukul kepala.
Mereka berkeliling dengan menggenakan
pakaian hitam. Bahkan, kaum perempuannya
diharuskan berpenampilan kusut.
M
Karbala
Karbala adalah sebuah kota yang terletak
sekitar 100 kilometer di sebelah barat Kota
Baghdad, Irak. Penduduknya kurang lebih
600 ribu jiwa dan mayoritas penduduknya
beragama Islam. Kaum Muslim Syiah menganggap Karbala sebagai salah satu tempat
yang suci.
Di pusat kota terdapat Masyhad AlHusain, makam Husein bin Ali. Muslim Syiah
sering mengunjungi tempat ini untuk menziarahinya dan mengenang Pertempuran
Asyura. Dalam laman Wikimedia disebutkan,
nama kota bersejarah ini berasal dari akar
etnis Assyria, Babilonia, atau Persia. Kota ini
dulunya milik umat Kristiani diambil alih
oleh Islam.
Namun, menurut John L Esposito dalam
Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam Modern,
kemungkinan nama Karbala dulunya berasal
dari bahasa Aramaik, Karbela. Esposito
menambahkan, dalam literatur keagamaan
Syiah, kata Karbala berasal dari dua suku
kata, yakni Karb (duka cita) dan bala’
(bencana), lalu digabungkan menjadi Karb
wa bala yang berarti duka cita dan bencana.
Kemasyhuran Karbala di antara kaum
Syiah dikarenakan Pertempuran Karbala
pada 10 Oktober 680. Bagi Muslim Syiah,
Karbala menduduki posisi penting dalam
kesalehan orang Syiah sejak tahun 63 H/682
M, ketika keluarga Husein memutuskan berziarah ke Masyhad sebelum menuju
Madinah.
Pada 685 M, sewaktu Sulaiman bin
Kesimpangsiuran Tentang
Pembunuh Husein
Oleh Syahruddin El-Fikri
Banyak versi yang berkembang soal
peristiwa Karbala, termasuk pelaku pembunuhan Husein bin Ali bin Abi Thalib.
Namun, banyak kalangan berbeda pendapat soal ini. Sumber Syiah menyebutkan,
pembunuhnya adalah Yazid bin Muawiyah
bin Abu Sufyan dari Dinasti Umayyah.
Sebab, saat itu ia memimpin pasukan
Umayyah untuk menaklukkan daerah di
sekitarnya.
Namun, ada pula versi lain yang menyatakan, penyebutan nama Yazid sebagai
pelaku karena adanya kekesalan orang
Syiah terhadap Muawiyah yang sejak dulu
menginginkan jabatan Khalifah. Karena
itulah, mereka menuduh Yazid sebagai
pelakunya.
Dalam kitab Umdat at-Thalib fi Anshab
Abi Thalib ditegaskan, tuduhan terhadap
Yazid sebagai dalangnya sangatlah tidak
tepat. Sebab, banyak bukti yang membantah tuduhan tersebut.
Imam Ath-Thabari dalam kitab sejarahnya yang berjudul Tarikhu al-Umam wa al-
Muluk atau Tarikh Thabari mengutip
ataan Muawiyah bin Abu Sufyan
perny
berpesan kepada anaknya, Yazid bin
yang
Muawiyah. “Adapun Husein bin Ali, penduduk Irak sekali-kali tidak akan
melepaskannya sehingga mereka mengeluarkannya untuk memberontak. Sekiranya
ia keluar memberontak terhadapmu dan
engkau dapat menangkapnya, maafkanlah
dia karena beliau mempunyai pertalian
rahim yang sangat erat dengan kita dan
juga mempunyai hak yang sangat besar.”
Riwayat yang mengatakan pihak Yazid
sebagai pembunuh Husein di Karbala itu
berasal dari Abu Mikhnaf Lut bin Yahya.
Demikian disebutkan dalam kitab A’yanusy
Syiah jilid I halaman127.
Tapi, hal ini dibantah oleh sejumlah ahli
sejarah lain. Imam Zahabi dalam Mizan alI’tidal menjelaskan, ketika peristiwa
Karbala ini terjadi, Abu Mikhnaf belum
lahir. “Dia (Abu Mikhnaf) meninggal dunia
pada 170 H,” serunya. “Ia adalah seorang
pembohong besar,” ungkap Imam AsSuyuthi dalam kitabnya Al-Laaliu alMasnuu’ah. ■
SANDIEGOAZADAAR.COM
●
Makam Husein bin Ali bin Abu Thalib
Syurad—pemimpin terkemuka Syiah di
Kufah—dan pengikutnya mengunjungi
Masyhad Al-Husain, mulai saat itulah
Karbala semakin ramai. Praktik kunjungan
ini menjadi legitimasi atas peringatan
Asyura. Mereka menyandarkannya pada
tradisi atau keterangan Imam Muhammad alBaqir dan Ja’far as-Shadiq. Karena itulah,
Muslim Syiah bersedia menempuh perjalanan sulit untuk nenempuh perjalanan
menuju Karbala.
Ketika praktik ziarah ke Masyhad AlHusain ini telah berlangsung selama
berabad-abad dan khawatir menjadi praktik
merusak akidah umat Islam, pada 850-851
M Khalifah Al-Mutawakkil dari Dinasti
Abbasiyah menghancurkan makam dan
melarang kunjungan ke Karbala dengan
ancaman hukuman yang berat. Sebab,
Dinasti Abbasiyah yang Sunni resah dengan
kekeramatan yang semakin meningkat
terkait dengan keberadaan makam tersebut.
Esposito menambahkan, selain masalah di
atas, muncul pula tradisi mesianik (kebangkitan) mengenai Karbala sebagai batu tonggak revolusi eskatologis Imam Mahdi pada
hari akhir. Makam asli dihancurkan pada
850, namun dibangun kembali pada 979 M.
Selanjutnya pada 1086, makam tersebut
dibakar sebelum dibangun kembali beberapa
waktu kemudian. Penghancuran besarbesaran terjadi pada 1216 H/1801 M.
Sejumlah makam yang dianggap keramat
yang ada di Karbala dan Najaf diserang dan
dihancurkan oleh Wahabi.
Setelah penyerangan itu, syekh asal
Karbala mendirikan sebuah negara republik
yang berakhir akibat kekuasaan Kesultanan
Usmaniyah pada 1843. Peristiwa ini menyebabkan banyak pelajar dan cendekiawan
pindah ke Najaf, yang dijadikan sebagai
pusat keagamaan Syiah.
Hubungan Karbala dengan tradisi agama
kaum Syiah menimbulkan kecurigaan di
pihak Pemerintah Irak kaum Sunni. Selama
pemerintahan Saddam Hussein, perayaan
keagamaan Syiah dilarang dan banyak kaum
Syiah non-Irak yang tidak diizinkan mengunjungi Karbala.
Pada 1991, Karbala rusak parah dan
banyak orang tewas ketika sebuah pemberontakan oleh kaum Syiah setempat
ditumpas oleh rezim Saddam. Ziarah pada
2004 adalah yang terbesar dalam beberapa
dasawarsa terakhir, dengan lebih dari satu
juta orang mengikutinya.
Namun, serangan bom pada 21 Maret
2004—dikenal dengan Pembunuhan Massal
Asyura—menodai ziarah itu, walaupun pengamanan ketat diberlakukan di Karbala. ■
Download