1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Setelah perang dunia II berakhir, perdagangan bebas dan nilai tukar uang membuat para pengusaha dan industrialis tertarik untuk mengembangkan usaha. Masa perdagangan bebas merupakan masa kejayaan bagi perdagangan dan bisnis internasional karena masyarakat membutuhkan berbagai barang industri yang disebabkan oleh penderitaan selama perang dunia II. 1 Hal ini juga terjadi di Indonesia. Pada awal periode kemerdekaan, keadaan perekonomian Indonesia sangat kacau yang disebabkan oleh inflasi. Sumber kekacauan tersebut dikarenakan peredaran mata uang Jepang yang tidak terkendali. Menurut Bisuk Siahaan dalam Industrialisasi di Indonesia, pada saat Jepang menyerah kepada sekutu, uang yang beredar di Jawa berjumlah 1,6 miliar mata uang Jepang.2 Setelah pasukan Sekutu menduduki beberapa kota besar di Indonesia, mereka segera menguasai bank dan mengedarkan cadangan uang sejumlah 2,3 miliar rupiah untuk membiayai kegiatan Sekutu dan kepentingan Belanda.3 1 J. Panglaykim, Beberapa Aspek Ekonomi dan Bisnis Nasional dan Internasional, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983) hlm. 108 2 Bisuk Siahaan, Industrialisasi di Indonesia: Sejak Hutang Kehormatan sampai Banting Setir, (Jakarta: Pustaka Data, 1996), hlm. 137. 3 Ibid., 2 Dalam usaha memperbaiki keadaan ini, pada tahun 1946 diberlakukan pinjaman nasional dengan cara mewajibkan penyetoran uang ke Bank Tabungan Pos dan Rumah Gadai. Selain itu, pemerintah RI juga memerlukan penggunaan uang ORI (Oeang Republik Indonesia) untuk mengganti uang pendudukan Jepang. Kesulitan ekonomi semakin terasa karena sepanjang tahun 1947 sampai pertengahan tahun 1949 terjadi peperangan antara Indonesia yang ingin mempertahankan kemerdekaan dengan Belanda yang ingin berkuasa kembali.4 Keadaan politik yang masih belum menentu dan kesulitan ekonomi karena blokade Angkatan Laut Belanda telah mengakibatkan pintu perdagangan luar negeri tertutup, sehingga barang-barang hasil pertanian dan perkebunan tidak dapat di ekspor.5 Pada akhirnya, Soekarno menerapkan “Rencana Ekonomi Darurat” untuk mencoba memperbaiki keadaan umum perekonomian yang memburuk sebagai akibat Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan. Tujuan utamanya adalah untuk menggiatkan kembali berbagai kapasitas produksi utama bagi pemulihan produksi nasional pada tingkat sebelum perang. Perekonomian yang berlandaskan pertanian ini sangat mengandalkan komoditas ekspor hasil pertanian sebagai sumber utama penerimaan devisa. Secara kebetulan, Perang Korea telah meningkatkan permintaan hasil-hasil pertanian yang mendorong produksi domestik, khususnya karet dan kopi. Oleh karena terbatasnya dana-dana 4 Bambang Purwanto, “Krisis di Awal Kebangkitan: Pengguntingan Uang Pada Masa RIS, 1950”, dalam Seminar Sejarah Nasional IV, hlm. 297. 5 Bisuk Siahaan, Op. cit., hlm. 138. 3 inventasi, dan terutama terkendalanya oleh orientasi politik yang berlebihan dalam mengelola perekonomian, Rencana Ekonomi Darurat itu tidak berhasil.6 Secara politik, Rencana Ekonomi Darurat merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan industri manufaktur modern agar dapat dikembangkan oleh orang Indonesia sendiri dan bertujuan mendirikan industri skala besar yang akan dibiayai dulu oleh pemerintah dan kemudian diserahkan kepada pihak swasta Indonesia, koperasi, atau dikelola sebagai usaha patungan antara swasta dan Pemerintah Indonesia.7 Program Rencana Ekonomi Darurat yang dimulai pada masa Kabinet Natsir, ini diteruskan oleh Menteri Bidang Ekonomi, Iskaq Tjokrohadisoerjo dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo (Agustus 1953-November 1954). Hal yang menarik adalah pada masa Kabinet Ali ini terjadi penggantian personalia dari beberapa posisi strategis dengan orang-orang yang sehaluan. Target program Benteng ini sangat jelas, yaitu menumbuhkan kapitalisme pribumi dengan mengamankan posisi dominan mereka di sektor impor, agar pengusaha pribumi dengan insentif pemerintah dapat menggantikan kedudukan oligopoli perusahaan dagang Belanda “The Big Five”, yang terdiri dari Borsumy, Jacobson van den Berg, GoeWehry, Internatio dan Lindeteves, serta perusahaan Inggris seperti MacLaine Watson. Melalui program “Benteng” telah berhasil menumbuhkan beberapa perusahaan pribumi, seperti N.V. Indonesia Service Company, N.V. 6 Hiroyuki Nishimura, Pembangunan Ekonomi Indonesia: Masalah dan Analisis, (Jakarta: UI Press, 1989), hlm. 26-27. 7 Thee Kian Wie, Pembangunan, Kebebasan, dan “Mukjizat” Orde Baru, (Jakarta: Kompas, 2004), hlm. 43-44. 4 Maskapai Asuransi Indonesia, N.V. Putera, N.V Central Trading Company, C.V. Sjachsam, N.V. Jakarta Lloyd, P.T. Permorin, P.T. Apotek Tunggal, P.T. Abadi, P.T. Indokaya, Masayu Trading Company, P.T. Teknik Umum, P.T transistor Radio Manufacturing.8 Keguncangan harga yang terjadi di luar negeri sangat berpengaruh terhadap merosotnya penerimaan devisa, terutama ekspor karet yang merupakan bagian paling besar dari nilai seluruh ekspor Indonesia dan besarnya impor beras. Jumlah impor beras yang dimulai pada tahun 1957, pada tahun 1960 hingga 1966 menunjukkan angka yang tinggi yang disebabkan adanya ketidakseimbangan antara kenaikan produksi beras dalam negeri dan bertambahnya permintaan.9 Hal ini berakibat kacaunya pasar dalam negeri yang menyulut terjadinya kenaikan harga. Krisis devisa yang terjadi sejak tahun 1950-an terus berlanjut pada merosotnya posisi cadangan devisa yang dimulai pada awal tahun 1960-an hingga akhir tahun 1965 yang menunjukkan posisi negatif USD 3 juta pada akhir tahun 1965.10 Sektor ekspor merupakan sektor penting bagi Indonesia dalam upaya menciptakan lapangan kerja untuk jutaan petani di bidang pertanian dan industri, serta para pengusaha di bidang industri kerajinan seperti ukiran batik. Hasil-hasil 8 Widigdo Sukarman, “Upaya Membentuk Perbankan Nasional: Peran Bank BNI Pada Tahun 1950an”, dalam Lembaran Sejarah Vol. 8 No. 2 Tahun 2005, hlm. 55. 9 ANRI, Wakil Perdana Menteri Ekubang No. 319. 10 Laporan Bank Indonesia, Sejarah Bank Indonesia: Moneter Periode 1953-1959, (Jakarta: Unit Khusus Museum Bank Indonesia, 2007). 5 industri tersebut selain untuk konsumsi pasar dalam negeri juga untuk diekspor karena Indonesia masih belum mampu mengolah seluruhnya di dalam negeri. Fungsi sektor ekspor lainnya ialah sebagai penghasil devisa untuk membantu berbagai usaha pemerintah menciptakan dana-dana pembangunan.11 Dalam periode ini ditetapkan pula kebijakan kepada eksportir dan importir mengenai pungutan ekspor-impor yang berkaitan dengan harga valuta rupiah. Ketentuan tersebut mewajibkan eksportir untuk menyerahkan pungutan ekspor sebesar 20% dari harga penjualan sedangkan importir diwajibkan untuk membayar pungutan impor yang besarnya berkisar antara 0-200%, tergantung pada jenis barang impor kepada pemerintah.12 Dalam upaya perdagangan antarnegara diperlukan hubungan diplomasi. Hubungan diplomasi antara Indonesia dengan Amerika merupakan salah satu contohnya. Indonesia bergantung kepada Amerika Serikat yang notabene sebagai negara adikuasa dan berupaya menjalin hubungan yang baik agar dapat menghasilkan simbiosis mutualisme. Hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat telah berlangsung sejak akhir abad ke-18 hingga saat ini. Kepentingan dan sasaran Amerika di Indonesia pada saat itu lebih terpusat pada perdagangan, terutama membeli hasil-hasil bumi. Kedudukan strategis Indonesia dalam kaitan kepentingan serta sasaran Amerika merupakan pengimpor hasil kekayaan alam dan tenaga Indonesia dalam jumlah yang besar. Menjelang Perang Dunia II, ketika Amerika mulai membangun cadangan bahan-bahan strategis, negara 11 12 J. Panglaykim, Op,cit, hlm. 18. Laporan Bank Indonesia, Sejarah Bank Indonesia: Moneter Periode 1959-1966, (Jakarta: Unit Khusus Museum Bank Indonesia, 2007), hlm. 9. 6 tersebut menjadi tergantung pada Indonesia untuk sebagian terbesar dari hasil bumi yang diimpor. Bersamaan dengan itu, modal Amerika Serikat yang ditanam di Indonesia juga meningkat, terutama di sektor perkebunan seperti karet dan pertambangan seperti minyak.13 Tidak hanya dengan Amerika Serikat, Indonesia juga menjalin hubungan diplomasi dengan negara lain yang merupakan salah satu upaya mengisi pendapatan kas negara pada saat itu. Tentu masih banyak hal yang bisa dibahas mengenai perdagangan luar negeri Indonesia pasca kemerdekaan. Berangkat dari hal inilah, bahwa ternyata dalam dinamikanya, perdagangan luar negeri merupakan salah satu kegiatan yang mempengaruhi pendapatan negara. Aktivitas perdagangan luar negeri Indonesia sebagai sebuah peristiwa masa lalu mempunyai keunikan tersendiri dan memicu untuk dilakukannya studi ini lebih lanjut. Selain itu, kajian sejarah ekonomi makro masih dirasakan kurang. Hal ini dikarenakan oleh masih banyaknya kajian sejarah ekonomi yang hanya berkutat pada lingkup mikro.14 Hal inilah yang melatarbelakanginya untuk mengadakan penelitian yang nantinya akan membahas tentang sejarah perdagangan luar negeri di Indonesia yang mempunyai peranan penting dalam sejarah panjang perekonomian Indonesia. 13 Tribuana Said, Indonesia Dalam Politik Global Amerika, (Medan: Waspada, 1984) hlm. 1 14 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003) hlm. 92. 7 B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian Dari latar belakang diatas dapat diangkat pokok permasalahan penelitian, ialah sejauh manakah kegiatan perdagangan luar negeri Indonesia yang mempengaruhi kondisi perekonomian di Indonesia pada masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia? Dalam penelitian ini, juga membahas kebijakankebijakan yang seperti apakah yang mengatur kegiatan perdagangan luar negeri karena dalam kegiatan perdagangan luar negeri tidak akan terlepas dari kebijakan yang berlaku pada saat itu. Ada tiga hal kunci di dalam pokok permasalahan di atas, yaitu kebijakan, aktivitas, dan dampak perdagangan luar negeri terhadap perekonomian Indonesia. Berdasarkan dari beberapa hal tersebut, maka dapat dirumuskan dalam beberapa pokok pertanyaan penelitian, yaitu: (1) bagaimana pengaruh kebijakan perdagangan luar negeri terhadap perekonomian Indonesia (2) bentuk kerjasama apa yang dibangun dan apa saja komoditas yang diperdagangkan dalam upaya mengisi pendapatan kas negara? (3) mengapa banyak kebijakan pemerintah yang dibuat untuk meningkatkan ekspor, tetapi pada periode ini kas negara mengalami penurunan pendapatan? Agar pembicaraan dalam penelitian ini tidak melebar keberbagai ranah yang begitu luas, maka akan dilakukan pembatasan dalam penelitian yang akan dilakukan ini. Aspek temporal penelitian ini akan dibatasi pada tahun 1945-1967. Alasan dipilihnya tahun 1945 sebagai batasan awal karena pada tahun itulah terjadi peralihan kekuasaan dari pemerintah kolonial Jepang kepada pemerintah Indonesia. Pada tahun tersebut kondisi fiskal dan moneter belum terencana 8 dengan baik karena Indonesia masih berjuang untuk mempertahankan kemerdekaannya dari Belanda yang ingin berkuasa kembali. Sementara tahun 1967 diambil sebagai batasan akhir temporal dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan pada tahun tersebut, Soekarno berhenti dari kursi kepresidenan Republik Indonesia oleh MPRS pada Februari 1967, dan kekuasaannya digantikan oleh Presiden Soeharto. Sementara itu, batasan spasial penelitian yang akan dilakukan ini ialah Indonesia. C. Tujuan Penelitian Hasil penelitian ini nantinya disajikan dalam sebuah penulisan sejarah yang berfungsi untuk mendokumentasikan kondisi perdagangan luar negeri dalam kurun waktu setelah kemerdekaan hingga tahun 1967. Perdagangan luar negeri pada masa setelah kemerdekaan masih jarang dikaji. Penulisan penelitian ini bertujuan untuk mengisi kelangkaan tersebut dan diharapkan dapat melengkapi kajian-kajian sejarah ekonomi Indonesia. D. Tinjauan Pustaka Kajian-kajian yang ada relevansinya dengan tema yang akan digarap telah banyak dilakukan oleh para sarjana dan ahli ekonomi. Guna mempermudah pemahaman, penulis akan mengklasifikasikan beberapa penelitian atau kajian terdahulu yang terkait dengan tema yang akan diangkat ke dalam beberapa kategori. Pertama, penelitian tentang Perdagangan Luar Negeri Indonesia. Masalah ekspor-impor telah menyedot perhatian Hiroyoshi Kano untuk melakukan 9 penelitian dan menghasilkan sebuah karya yang berjudul Indonesian Exports, Peasant Agriculture and the World Economy 1850-200015. Adapun isinya, Hiroyoshi Kano menggunakan statistik perdagangan internasional untuk menganalisis tiga elemen kunci dalam perekonomian Indonesia: neraca pembayaran internasional dan perdagangan, sektor pertanian, tenaga kerja dan makanan. Membagi rentang 150-tahun waktu yang dicakup oleh buku menjadi empat periode berdasarkan industri yang berlaku eksport utama, ia mengidentifikasi pelaku utama dan menganalisis perubahan jangka panjang dalam produksi pertanian dan masyarakat pedesaan, dan bagaimana mereka membentuk perekonomian nasional. Setelah karya tersebut, ada sebuah karya yang juga mengangkat tentang Perdagangan Luar Negeri. Masalah Perdagangan Luar Negeri juga telah mengalihkan perhatian Bisuk Siahaan untuk menghasilkan karya yang berjudul Industrialisasi Di Indonesia16 yang merupakan pengkajian industrialisasi di Indonesia dari segala aspek sosial dan ekonomi dengan tidak lupa dipaparkannya sejarah industrialisasi Indonesia secara kronologis yang juga mengangkat masalah perindustrian dan kegiatan ekonomi dari awal pertumbuhan industri di Indonesia sampai awal kepemimpinan era Soeharto. 15 Hiroyoshi Kano, Indonesian Exports, Peasant Agriculture, and the World Economy 1850-2000, (Singapore: National University Singapore Press, 2008). 16 Bisuk Siahaan, Industrialisasi di Indonesia: Sejak Hutang Kehormatan sampai Banting Setir, (Jakarta: Pustaka Data, 1996). 10 Karya Michael Leifer yang berjudul Politik Luar Negeri Indonesia17 dan karya Ide Anak Agung Gde Agung yang berjudul Twenty Years Indonesian Foreign Policy18 merupakan karya yang mengulas tentang perpolitikan Indonesia yang dimulai dari kebijakan dan situasi politik luar negeri pada masa Soekarno. Buku yang berjudul Fondasi Historis Ekonomi Indonesia19 merupakan sebuah karya yang dieditori oleh J. Thomas Lindblad berisi kumpulan artikel tentang perekonomian Indonesia dari masa kolonial sampai masa kontemporer. Beberapa artikel dalam sebuah karya tersebut menjelaskan tentang kebijaksanaan perekonomian Indonesia dan juga menjelaskan bagaimana pertumbuhan ekonomi pada periode pasca kemerdekaan. Karya selanjutnya adalah karya yang berjudul Refleksi Setengah Abad Kemerdekaan Indonesia20 yang diulas oleh Bantarto Bandoro tentang perjalanan perpolitikan Indonesia dari masa revolusi fisik hingga awal tahun 1990an. Selain karya tersebut, Soekarno-Militer dalam Demokrasi Terpimpin21 merupakan karya yang ditulis oleh Herbert Feith menjelaskan tentang bagaimana situasi ekonomi dalam salah satu sub-bab karya tersebut. 17 Michael Leifer, Politik Luar Negeri Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1989). 18 Ide Anak Agung Gde Agung, Twenty Years Indonesian Foreign Policy, (Netherlands: Mouton, 1973). 19 J. Thomas Lindblad, Fondasi Historis Ekonomi Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002). 20 Bantarto Bandoro, Refleksi Setengah Abad Kemerdekaan Indonesia, (Jakarta: Centre for Strategic and International Studies, 1995). 21 Herbert Feith, Soekarno-Militer dalam Demokrasi Terpimpin, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995). 11 Dua buah karya Yahya A. Muhaimin yang berjudul Bisnis dan Politik: Kebijaksanaan Ekonomi Indonesia 1950-198022 dan Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia 1945-196623 juga memaparkan tentang kebijakankebijakan ekonomi dan politik di Indonesia pada masa kepemimpinan Soekarno. Karya yang berjudul Indonesia dalam Politik Global Amerika24 yang ditulis oleh Tribuana Said, mengulas tentang bagaimana Amerika Serikat mempunyai peran atas kebijakan yang berlaku dalam mempengaruhi perpolitikan internasional. Dalam karya tersebut dispesifikasikan bagaimana hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat tidak hanya dalam hubungan bidang politik, tetapi juga dalam bidang ekonomi. Selain itu juga terdapat karya yang berjudul dari Moskow ke Madiun: Stalin-PKI dan Hubungan Diplomatik Uni SovietIndonesia 1947-195325 yang menjelaskan bagaimana Uni Soviet mempunyai peran yang mempengaruhi situasi perpolitikan di Indonesia. karya Drs. Oey Beng To yang berjudul Sejarah Kebijakan Moneter Indonesia 1945-195826 juga mengulas tentang sejarah ekonomi terutama di bidang 22 Yahya A. Muhaimin, Bisnis dan Politik: Kebijaksanaan Ekonomi Indonesia 1950-1980, (Jakarta: LP3ES, 1991). 23 Yahya A. Muhaimin, Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia 1945-1966, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1982). 24 Tribuana Said, Indonesia Dalam Politik Global Amerika, (Medan : Waspada, 1984). 25 Larissa M. Efimova, dari Moskow ke Madiun: Stalin-PKI dan Hubungan Diplomatik Uni Soviet-Indonesia 1947-1953, (Yogyakarta: Syarikat, 2010). 26 Oey Beng To, Sejarah Kebijakan Moneter Indonesia 1945-1958, (Jakarta: LPPI, 1991). 12 kebijakan moneter pada kepemimpinan Ir. Soekarno. Di mana dalam rentang waktu tersebut, dijelaskan bahwa produktivitas ekonomi mengalami titik yang sangat rendah karena kerusakan parah yang telah terjadi di dalam sektor produksi dan kelangkaan devisa yang sangat terasa karena perkembangan inflasi yang semakin mengkhawatirkan. Beberapa studi di atas menyiratkan bahwa perekonomian Indonesia pada masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia sampai jatuhnya Soekarno dari kursi kepresidenan dalam rentang waktu 1945-1967 mempunyai banyak peristiwa yang signifikan. Perekonomian Indonesia tidak selamanya menyangkut dalam masalah keuangan saja. Masih banyak sisi menarik dari perekonomian Indonesia yang belum dibahas dan memiliki celah yang diisi oleh penulisan skripsi ini. E. Sumber dan Metode Penelitian ini menggunakan sumber tertulis dan tidak tertulis serta bersifat deskritif-analitis. Sumber-sumber yang termasuk dalam kategori tertulis adalah buku, arsip, dokumen, memoar, jurnal, iklan dan artikel dalam surat kabar. Sumber yang termasuk kategori tidak tertulis adalah foto dan wawancara. Sementara itu, sumber-sumber yang digunakan sebagai sumber penulisan penelitian ini diantaranya dapat diperoleh di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan penggunaan akses internet untuk mengunduh jurnal dan foto di www.jstor.com, www.kitlv.nl, dan www.niod.nl. 13 Dalam penelitian sejarah juga diperlukan sistematika alur penulisan sejarah dalam bentuk metode. Metode sejarah menurut G.J Garraghan adalah prinsip-prinsip untuk menelusuri sumber-sumber material sejarah, menilai secara kritis, dan menyajikan sebuah sintesis dalam bentuk tulisan pada umumnya dari hasil penelitian yang didapatkan.27 Pendekatan multidimensional juga digunakan dalam penulisan penelitian ini, yaitu menggunakan konsep-konsep dari berbagai disiplin ilmu sosial yang berkaitan dengan tema penulisan seperti ilmu ekonomi dan politik. Hal ini diperlukan untuk melihat suatu permasalahan dari berbagai dimensi, agar penulisan ini tidak hanya bersifat deskriptif naratif, tetapi juga analitis kritis. F. Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini nantinya pada bagian pertama merupakan pengantar yang memaparkan mengenai hal-hal yang melatarbelakangi penulis mengangkat judul ini, sekaligus menerangkan hal pokok yang akan menjadi pembahasan dalam penelitian ini. Pada bagian ini pula akan diketahui sejauh mana penulis akan membahas penelitiannya, yang ditunjukkan dengan pembatasan yang dilakukan dalam penelitian ini baik dari segi temporal, spasial, maupun aspeknya. Setelah pengantar, pembahasan akan disusul dengan pemaparan mengenai usaha Indonesia dalam membangun relasi perdagangan luar negeri. Pemaparan ini akan mengantarkan pada bagian inti yang pertama yakni mengenai latar belakang 27 G.J Garraghan, A Guide Historical Method, (New York: Fordham University Press, 1957), hlm. 33. 14 melakukan aktivitas perdagangan ekspor-impor di Indonesia. Sementara itu, bagian inti yang kedua akan menguraikan mengenai bagaimana aktivitas dari perdagangan ekspor-impor bilateral setelah diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia. Bagian inti ketiga membahas pengaruh perdagangan luar negeri terhadap perekonomian Indonesia. Tulisan akan diakhiri dengan kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini. Jawaban-jawaban tersebut akan dipaparkan dengan serangkaian sintesis.