BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Setelah perang

advertisement
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Setelah perang dunia II berakhir, perdagangan bebas dan nilai tukar uang
membuat para pengusaha dan industrialis tertarik untuk mengembangkan usaha.
Masa perdagangan bebas merupakan masa kejayaan bagi perdagangan dan bisnis
internasional karena masyarakat membutuhkan berbagai barang industri yang
disebabkan oleh penderitaan selama perang dunia II. 1
Hal ini juga terjadi di Indonesia. Pada awal periode kemerdekaan, keadaan
perekonomian Indonesia sangat kacau yang disebabkan oleh inflasi. Sumber
kekacauan tersebut dikarenakan peredaran mata uang Jepang yang tidak
terkendali. Menurut Bisuk Siahaan dalam Industrialisasi di Indonesia, pada saat
Jepang menyerah kepada sekutu, uang yang beredar di Jawa berjumlah 1,6 miliar
mata uang Jepang.2 Setelah pasukan Sekutu menduduki beberapa kota besar di
Indonesia, mereka segera menguasai bank dan mengedarkan cadangan uang
sejumlah 2,3 miliar rupiah untuk membiayai kegiatan Sekutu dan kepentingan
Belanda.3
1
J. Panglaykim, Beberapa Aspek Ekonomi dan Bisnis Nasional dan
Internasional, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983) hlm. 108
2
Bisuk Siahaan, Industrialisasi di Indonesia: Sejak Hutang Kehormatan
sampai Banting Setir, (Jakarta: Pustaka Data, 1996), hlm. 137.
3
Ibid.,
2
Dalam usaha memperbaiki keadaan ini, pada tahun 1946 diberlakukan
pinjaman nasional dengan cara mewajibkan penyetoran uang ke Bank Tabungan
Pos dan Rumah Gadai. Selain itu, pemerintah RI juga memerlukan penggunaan
uang ORI (Oeang Republik Indonesia) untuk mengganti uang pendudukan
Jepang. Kesulitan ekonomi semakin terasa karena sepanjang tahun 1947 sampai
pertengahan tahun 1949 terjadi peperangan antara Indonesia yang ingin
mempertahankan kemerdekaan dengan Belanda yang ingin berkuasa kembali.4
Keadaan politik yang masih belum menentu dan kesulitan ekonomi karena
blokade Angkatan Laut Belanda telah mengakibatkan pintu perdagangan luar
negeri tertutup, sehingga barang-barang hasil pertanian dan perkebunan tidak
dapat di ekspor.5 Pada akhirnya, Soekarno menerapkan “Rencana Ekonomi
Darurat” untuk mencoba memperbaiki keadaan umum perekonomian yang
memburuk sebagai akibat Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan. Tujuan
utamanya adalah untuk menggiatkan kembali berbagai kapasitas produksi utama
bagi pemulihan produksi nasional pada tingkat sebelum perang. Perekonomian
yang berlandaskan pertanian ini sangat mengandalkan komoditas ekspor hasil
pertanian sebagai sumber utama penerimaan devisa. Secara kebetulan, Perang
Korea telah meningkatkan permintaan hasil-hasil pertanian yang mendorong
produksi domestik, khususnya karet dan kopi. Oleh karena terbatasnya dana-dana
4
Bambang Purwanto, “Krisis di Awal Kebangkitan: Pengguntingan Uang
Pada Masa RIS, 1950”, dalam Seminar Sejarah Nasional IV, hlm. 297.
5
Bisuk Siahaan, Op. cit., hlm. 138.
3
inventasi, dan terutama terkendalanya oleh orientasi politik yang berlebihan dalam
mengelola perekonomian, Rencana Ekonomi Darurat itu tidak berhasil.6
Secara politik, Rencana Ekonomi Darurat merupakan salah satu upaya
untuk mengembangkan industri manufaktur modern agar dapat dikembangkan
oleh orang Indonesia sendiri dan bertujuan mendirikan industri skala besar yang
akan dibiayai dulu oleh pemerintah dan kemudian diserahkan kepada pihak swasta
Indonesia, koperasi, atau dikelola sebagai usaha patungan antara swasta dan
Pemerintah Indonesia.7
Program Rencana Ekonomi Darurat yang dimulai pada masa Kabinet
Natsir, ini diteruskan oleh Menteri Bidang Ekonomi, Iskaq Tjokrohadisoerjo
dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo (Agustus 1953-November 1954). Hal yang
menarik adalah pada masa Kabinet Ali ini terjadi penggantian personalia dari
beberapa posisi strategis dengan orang-orang yang sehaluan. Target program
Benteng ini sangat jelas, yaitu menumbuhkan kapitalisme pribumi dengan
mengamankan posisi dominan mereka di sektor impor, agar pengusaha pribumi
dengan insentif pemerintah dapat menggantikan kedudukan oligopoli perusahaan
dagang Belanda “The Big Five”, yang terdiri dari Borsumy, Jacobson van den
Berg, GoeWehry, Internatio dan Lindeteves, serta perusahaan Inggris seperti
MacLaine Watson. Melalui program “Benteng” telah berhasil menumbuhkan
beberapa perusahaan pribumi, seperti N.V. Indonesia Service Company, N.V.
6
Hiroyuki Nishimura, Pembangunan Ekonomi Indonesia: Masalah dan
Analisis, (Jakarta: UI Press, 1989), hlm. 26-27.
7
Thee Kian Wie, Pembangunan, Kebebasan, dan “Mukjizat” Orde Baru,
(Jakarta: Kompas, 2004), hlm. 43-44.
4
Maskapai Asuransi Indonesia, N.V. Putera, N.V Central Trading Company, C.V.
Sjachsam, N.V. Jakarta Lloyd, P.T. Permorin, P.T. Apotek Tunggal, P.T. Abadi,
P.T. Indokaya, Masayu Trading Company, P.T. Teknik Umum, P.T transistor
Radio Manufacturing.8
Keguncangan harga yang terjadi di luar negeri sangat berpengaruh
terhadap merosotnya penerimaan devisa, terutama ekspor karet yang merupakan
bagian paling besar dari nilai seluruh ekspor Indonesia dan besarnya impor beras.
Jumlah impor beras yang dimulai pada tahun 1957, pada tahun 1960 hingga 1966
menunjukkan angka yang tinggi yang disebabkan adanya ketidakseimbangan
antara kenaikan produksi beras dalam negeri dan bertambahnya permintaan.9 Hal
ini berakibat kacaunya pasar dalam negeri yang menyulut terjadinya kenaikan
harga. Krisis devisa yang terjadi sejak tahun 1950-an terus berlanjut pada
merosotnya posisi cadangan devisa yang dimulai pada awal tahun 1960-an hingga
akhir tahun 1965 yang menunjukkan posisi negatif USD 3 juta pada akhir tahun
1965.10
Sektor ekspor merupakan sektor penting bagi Indonesia dalam upaya
menciptakan lapangan kerja untuk jutaan petani di bidang pertanian dan industri,
serta para pengusaha di bidang industri kerajinan seperti ukiran batik. Hasil-hasil
8
Widigdo Sukarman, “Upaya Membentuk Perbankan Nasional: Peran
Bank BNI Pada Tahun 1950an”, dalam Lembaran Sejarah Vol. 8 No. 2 Tahun
2005, hlm. 55.
9
ANRI, Wakil Perdana Menteri Ekubang No. 319.
10
Laporan Bank Indonesia, Sejarah Bank Indonesia: Moneter Periode
1953-1959, (Jakarta: Unit Khusus Museum Bank Indonesia, 2007).
5
industri tersebut selain untuk konsumsi pasar dalam negeri juga untuk diekspor
karena Indonesia masih belum mampu mengolah seluruhnya di dalam negeri.
Fungsi sektor ekspor lainnya ialah sebagai penghasil devisa untuk membantu
berbagai usaha pemerintah menciptakan dana-dana pembangunan.11
Dalam periode ini ditetapkan pula kebijakan kepada eksportir dan importir
mengenai pungutan ekspor-impor yang berkaitan dengan harga valuta rupiah.
Ketentuan tersebut mewajibkan eksportir untuk menyerahkan pungutan ekspor
sebesar 20% dari harga penjualan sedangkan importir diwajibkan untuk
membayar pungutan impor yang besarnya berkisar antara 0-200%, tergantung
pada jenis barang impor kepada pemerintah.12
Dalam upaya perdagangan antarnegara diperlukan hubungan diplomasi.
Hubungan diplomasi antara Indonesia dengan Amerika merupakan salah satu
contohnya. Indonesia bergantung kepada Amerika Serikat yang notabene sebagai
negara adikuasa dan berupaya menjalin hubungan yang baik agar dapat
menghasilkan simbiosis mutualisme. Hubungan antara Indonesia dan Amerika
Serikat telah berlangsung sejak akhir abad ke-18 hingga saat ini. Kepentingan dan
sasaran Amerika di Indonesia pada saat itu lebih terpusat pada perdagangan,
terutama membeli hasil-hasil bumi. Kedudukan strategis Indonesia dalam kaitan
kepentingan serta sasaran Amerika merupakan pengimpor hasil kekayaan alam
dan tenaga Indonesia dalam jumlah yang besar. Menjelang Perang Dunia II,
ketika Amerika mulai membangun cadangan bahan-bahan strategis, negara
11
12
J. Panglaykim, Op,cit, hlm. 18.
Laporan Bank Indonesia, Sejarah Bank Indonesia: Moneter Periode
1959-1966, (Jakarta: Unit Khusus Museum Bank Indonesia, 2007), hlm. 9.
6
tersebut menjadi tergantung pada Indonesia untuk sebagian terbesar dari hasil
bumi yang diimpor. Bersamaan dengan itu, modal Amerika Serikat yang ditanam
di Indonesia juga meningkat, terutama di sektor perkebunan seperti karet dan
pertambangan seperti minyak.13 Tidak hanya dengan Amerika Serikat, Indonesia
juga menjalin hubungan diplomasi dengan negara lain yang merupakan salah satu
upaya mengisi pendapatan kas negara pada saat itu.
Tentu masih banyak hal yang bisa dibahas mengenai perdagangan luar
negeri Indonesia pasca kemerdekaan. Berangkat dari hal inilah, bahwa ternyata
dalam dinamikanya, perdagangan luar negeri merupakan salah satu kegiatan yang
mempengaruhi pendapatan negara. Aktivitas perdagangan luar negeri Indonesia
sebagai sebuah peristiwa masa lalu mempunyai keunikan tersendiri dan memicu
untuk dilakukannya studi ini lebih lanjut. Selain itu, kajian sejarah ekonomi
makro masih dirasakan kurang. Hal ini dikarenakan oleh masih banyaknya kajian
sejarah ekonomi yang hanya berkutat pada lingkup mikro.14 Hal inilah yang
melatarbelakanginya untuk mengadakan penelitian yang nantinya akan membahas
tentang sejarah perdagangan luar negeri di Indonesia yang mempunyai peranan
penting dalam sejarah panjang perekonomian Indonesia.
13
Tribuana Said, Indonesia Dalam Politik Global Amerika, (Medan:
Waspada, 1984) hlm. 1
14
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003)
hlm. 92.
7
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian
Dari latar belakang diatas dapat diangkat pokok permasalahan penelitian,
ialah sejauh manakah kegiatan perdagangan luar negeri Indonesia yang
mempengaruhi kondisi perekonomian di Indonesia pada masa setelah proklamasi
kemerdekaan Indonesia? Dalam penelitian ini, juga membahas kebijakankebijakan yang seperti apakah yang mengatur kegiatan perdagangan luar negeri
karena dalam kegiatan perdagangan luar negeri tidak akan terlepas dari kebijakan
yang berlaku pada saat itu. Ada tiga hal kunci di dalam pokok permasalahan di
atas, yaitu kebijakan, aktivitas, dan dampak perdagangan luar negeri terhadap
perekonomian Indonesia.
Berdasarkan dari beberapa hal tersebut, maka dapat dirumuskan dalam
beberapa pokok pertanyaan penelitian, yaitu: (1) bagaimana pengaruh kebijakan
perdagangan luar negeri terhadap perekonomian Indonesia (2) bentuk kerjasama
apa yang dibangun dan apa saja komoditas yang diperdagangkan dalam upaya
mengisi pendapatan kas negara? (3) mengapa banyak kebijakan pemerintah yang
dibuat untuk meningkatkan ekspor, tetapi pada periode ini kas negara mengalami
penurunan pendapatan?
Agar pembicaraan dalam penelitian ini tidak melebar keberbagai ranah
yang begitu luas, maka akan dilakukan pembatasan dalam penelitian yang akan
dilakukan ini. Aspek temporal penelitian ini akan dibatasi pada tahun 1945-1967.
Alasan dipilihnya tahun 1945 sebagai batasan awal karena pada tahun itulah
terjadi peralihan kekuasaan dari pemerintah kolonial Jepang kepada pemerintah
Indonesia. Pada tahun tersebut kondisi fiskal dan moneter belum terencana
8
dengan baik karena Indonesia masih berjuang untuk mempertahankan
kemerdekaannya dari Belanda yang ingin berkuasa kembali. Sementara tahun
1967 diambil sebagai batasan akhir temporal dalam penelitian ini. Hal ini
dikarenakan pada tahun tersebut, Soekarno berhenti dari kursi kepresidenan
Republik Indonesia oleh MPRS pada Februari 1967, dan kekuasaannya digantikan
oleh Presiden Soeharto. Sementara itu, batasan spasial penelitian yang akan
dilakukan ini ialah Indonesia.
C. Tujuan Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya disajikan dalam sebuah penulisan sejarah
yang berfungsi untuk mendokumentasikan kondisi perdagangan luar negeri dalam
kurun waktu setelah kemerdekaan hingga tahun 1967. Perdagangan luar negeri
pada masa setelah kemerdekaan masih jarang dikaji. Penulisan penelitian ini
bertujuan untuk mengisi kelangkaan tersebut dan diharapkan dapat melengkapi
kajian-kajian sejarah ekonomi Indonesia.
D. Tinjauan Pustaka
Kajian-kajian yang ada relevansinya dengan tema yang akan digarap telah
banyak dilakukan oleh para sarjana dan ahli ekonomi. Guna mempermudah
pemahaman, penulis akan mengklasifikasikan beberapa penelitian atau kajian
terdahulu yang terkait dengan tema yang akan diangkat ke dalam beberapa
kategori.
Pertama, penelitian tentang Perdagangan Luar Negeri Indonesia. Masalah
ekspor-impor telah menyedot perhatian Hiroyoshi Kano untuk melakukan
9
penelitian dan menghasilkan sebuah karya yang berjudul Indonesian Exports,
Peasant Agriculture and the World Economy 1850-200015. Adapun isinya,
Hiroyoshi Kano menggunakan statistik perdagangan internasional untuk
menganalisis tiga elemen kunci dalam perekonomian Indonesia: neraca
pembayaran internasional dan perdagangan, sektor pertanian, tenaga kerja dan
makanan. Membagi rentang 150-tahun waktu yang dicakup oleh buku menjadi
empat
periode
berdasarkan
industri
yang
berlaku
eksport
utama,
ia
mengidentifikasi pelaku utama dan menganalisis perubahan jangka panjang dalam
produksi pertanian dan masyarakat pedesaan, dan bagaimana mereka membentuk
perekonomian nasional.
Setelah karya tersebut, ada sebuah karya yang juga mengangkat tentang
Perdagangan Luar Negeri. Masalah Perdagangan Luar Negeri juga telah
mengalihkan perhatian Bisuk Siahaan untuk menghasilkan karya yang berjudul
Industrialisasi Di Indonesia16 yang merupakan pengkajian industrialisasi di
Indonesia dari segala aspek sosial dan ekonomi dengan tidak lupa dipaparkannya
sejarah industrialisasi Indonesia secara kronologis yang juga mengangkat masalah
perindustrian dan kegiatan ekonomi dari awal pertumbuhan industri di Indonesia
sampai awal kepemimpinan era Soeharto.
15
Hiroyoshi Kano, Indonesian Exports, Peasant Agriculture, and the
World Economy 1850-2000, (Singapore: National University Singapore Press,
2008).
16
Bisuk Siahaan, Industrialisasi di Indonesia: Sejak Hutang Kehormatan
sampai Banting Setir, (Jakarta: Pustaka Data, 1996).
10
Karya Michael Leifer yang berjudul Politik Luar Negeri Indonesia17 dan
karya Ide Anak Agung Gde Agung yang berjudul Twenty Years Indonesian
Foreign Policy18 merupakan karya yang mengulas tentang perpolitikan Indonesia
yang dimulai dari kebijakan dan situasi politik luar negeri pada masa Soekarno.
Buku yang berjudul Fondasi Historis Ekonomi Indonesia19 merupakan
sebuah karya yang dieditori oleh J. Thomas Lindblad berisi kumpulan artikel
tentang perekonomian Indonesia dari masa kolonial sampai masa kontemporer.
Beberapa artikel dalam sebuah karya tersebut menjelaskan tentang kebijaksanaan
perekonomian Indonesia dan juga menjelaskan bagaimana pertumbuhan ekonomi
pada periode pasca kemerdekaan.
Karya selanjutnya adalah karya yang berjudul Refleksi Setengah Abad
Kemerdekaan Indonesia20 yang diulas oleh Bantarto Bandoro tentang perjalanan
perpolitikan Indonesia dari masa revolusi fisik hingga awal tahun 1990an. Selain
karya tersebut, Soekarno-Militer dalam Demokrasi Terpimpin21 merupakan karya
yang ditulis oleh Herbert Feith menjelaskan tentang bagaimana situasi ekonomi
dalam salah satu sub-bab karya tersebut.
17
Michael Leifer, Politik Luar Negeri Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia,
1989).
18
Ide Anak Agung Gde Agung, Twenty Years Indonesian Foreign Policy,
(Netherlands: Mouton, 1973).
19
J. Thomas Lindblad, Fondasi Historis Ekonomi Indonesia, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2002).
20
Bantarto Bandoro, Refleksi Setengah Abad Kemerdekaan Indonesia,
(Jakarta: Centre for Strategic and International Studies, 1995).
21
Herbert Feith, Soekarno-Militer dalam Demokrasi Terpimpin, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1995).
11
Dua buah karya Yahya A. Muhaimin yang berjudul Bisnis dan Politik:
Kebijaksanaan Ekonomi Indonesia 1950-198022
dan Perkembangan Militer
dalam Politik di Indonesia 1945-196623 juga memaparkan tentang kebijakankebijakan ekonomi dan politik di Indonesia pada masa kepemimpinan Soekarno.
Karya yang berjudul Indonesia dalam Politik Global Amerika24 yang
ditulis oleh Tribuana Said, mengulas tentang bagaimana Amerika Serikat
mempunyai peran atas kebijakan yang berlaku dalam mempengaruhi perpolitikan
internasional. Dalam karya tersebut dispesifikasikan bagaimana hubungan
Indonesia dengan Amerika Serikat tidak hanya dalam hubungan bidang politik,
tetapi juga dalam bidang ekonomi. Selain itu juga terdapat karya yang berjudul
dari Moskow ke Madiun: Stalin-PKI dan Hubungan Diplomatik Uni SovietIndonesia 1947-195325 yang menjelaskan bagaimana Uni Soviet mempunyai
peran yang mempengaruhi situasi perpolitikan di Indonesia.
karya Drs. Oey Beng To yang berjudul Sejarah Kebijakan Moneter
Indonesia 1945-195826 juga mengulas tentang sejarah ekonomi terutama di bidang
22
Yahya A. Muhaimin, Bisnis dan Politik: Kebijaksanaan Ekonomi
Indonesia 1950-1980, (Jakarta: LP3ES, 1991).
23
Yahya A. Muhaimin, Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia
1945-1966, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1982).
24
Tribuana Said, Indonesia Dalam Politik Global Amerika, (Medan :
Waspada, 1984).
25
Larissa M. Efimova, dari Moskow ke Madiun: Stalin-PKI dan Hubungan
Diplomatik Uni Soviet-Indonesia 1947-1953, (Yogyakarta: Syarikat, 2010).
26
Oey Beng To, Sejarah Kebijakan Moneter Indonesia 1945-1958,
(Jakarta: LPPI, 1991).
12
kebijakan moneter pada kepemimpinan Ir. Soekarno. Di mana dalam rentang
waktu tersebut, dijelaskan bahwa produktivitas ekonomi mengalami titik yang
sangat rendah karena kerusakan parah yang telah terjadi di dalam sektor produksi
dan kelangkaan devisa yang sangat terasa karena perkembangan inflasi yang
semakin mengkhawatirkan.
Beberapa studi di atas menyiratkan bahwa perekonomian Indonesia pada
masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia sampai jatuhnya Soekarno dari
kursi kepresidenan dalam rentang waktu 1945-1967 mempunyai banyak peristiwa
yang signifikan. Perekonomian Indonesia tidak selamanya menyangkut dalam
masalah keuangan saja. Masih banyak sisi menarik dari perekonomian Indonesia
yang belum dibahas dan memiliki celah yang diisi oleh penulisan skripsi ini.
E. Sumber dan Metode
Penelitian ini menggunakan sumber tertulis dan tidak tertulis serta bersifat
deskritif-analitis. Sumber-sumber yang termasuk dalam kategori tertulis adalah
buku, arsip, dokumen, memoar, jurnal, iklan dan artikel dalam surat kabar.
Sumber yang termasuk kategori tidak tertulis adalah foto dan wawancara.
Sementara itu, sumber-sumber yang digunakan sebagai sumber penulisan
penelitian ini diantaranya dapat diperoleh di Arsip Nasional Republik Indonesia
(ANRI), Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, dan penggunaan akses internet untuk mengunduh jurnal dan foto di
www.jstor.com, www.kitlv.nl, dan www.niod.nl.
13
Dalam penelitian sejarah juga diperlukan sistematika alur penulisan
sejarah dalam bentuk metode. Metode sejarah menurut G.J Garraghan adalah
prinsip-prinsip untuk menelusuri sumber-sumber material sejarah, menilai secara
kritis, dan menyajikan sebuah sintesis dalam bentuk tulisan pada umumnya dari
hasil penelitian yang didapatkan.27
Pendekatan multidimensional juga digunakan dalam penulisan penelitian
ini, yaitu menggunakan konsep-konsep dari berbagai disiplin ilmu sosial yang
berkaitan dengan tema penulisan seperti ilmu ekonomi dan politik. Hal ini
diperlukan untuk melihat suatu permasalahan dari berbagai dimensi, agar
penulisan ini tidak hanya bersifat deskriptif naratif, tetapi juga analitis kritis.
F. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian ini nantinya pada bagian pertama merupakan pengantar
yang memaparkan mengenai hal-hal yang melatarbelakangi penulis mengangkat
judul ini, sekaligus menerangkan hal pokok yang akan menjadi pembahasan
dalam penelitian ini. Pada bagian ini pula akan diketahui sejauh mana penulis
akan membahas penelitiannya, yang ditunjukkan dengan pembatasan yang
dilakukan dalam penelitian ini baik dari segi temporal, spasial, maupun aspeknya.
Setelah pengantar, pembahasan akan disusul dengan pemaparan mengenai
usaha Indonesia dalam membangun relasi perdagangan luar negeri. Pemaparan ini
akan mengantarkan pada bagian inti yang pertama yakni mengenai latar belakang
27
G.J Garraghan, A Guide Historical Method, (New York: Fordham
University Press, 1957), hlm. 33.
14
melakukan aktivitas perdagangan ekspor-impor di Indonesia. Sementara itu,
bagian inti yang kedua akan menguraikan mengenai bagaimana aktivitas dari
perdagangan ekspor-impor bilateral setelah diproklamirkannya kemerdekaan
Indonesia. Bagian inti ketiga membahas pengaruh perdagangan luar negeri
terhadap perekonomian Indonesia. Tulisan akan diakhiri dengan kesimpulan yang
merupakan jawaban dari permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini.
Jawaban-jawaban tersebut akan dipaparkan dengan serangkaian sintesis.
Download