INTENSI ANALIS EFEK DALAM SELEKSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) M.F. Arrozi Adhikara Dihin Septyanto Universitas Esa Unggul, Jakarta e-mail : [email protected] ; [email protected] abstract The research objective was to obtain empirical evidence of study and intention in the securities analysts' stock selection on the Indonesian Stock Exchange are influenced by the information, attitudes in behavior, and perception of risk. The implication is to maximize utility. Research design is explanatory causal perceptional with survey methods. Dimension of time is one shot study. Type of Data is primary. The respondents were securities analysts’ with sample amount of 182. The sampling technique is simple random sampling. The unit of analysis is individual securities analysts’. Analysis of data used Structural Equation Modeling (SEM) with AMOS program. The study shows that usefulness of accounting information has positive influence on the unsystematic risk perceptions, beliefs revision, and intention to stock selection; systematic risk perception hasn’t influence on beliefs revision; systematic risk perception has negative influence on intention to stock selection; unsystematic risk perception hasn’t influence on intention to stock selection; and beliefs revision has positive influence on intention to stock selection. The study findings are useful accounting information in the stock selection process because of its characteristic properties are relevant, reliable, and decision usefulness. In addition, accounting information had content information, had value in changing the beliefs and actions of decision-making. Securities analysts’ have risk neutral attitude in conditions of uncertainty, so be prudent in stock selection decisions. Keywords: Usefulness of Accounting Information, Unsystematic Risk Perception, Beliefs Revision, Systematic Risk Perception, Intention to stock selection. 1. PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan informasi penting untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat finansial. Salah satunya adalah sebagai faktor penentu pemilihan dan penilaian prospek saham karena kandungan informasinya mampu merubah harga saham (Suarainvestor, 2009). Misalnya, PER, EPS, deviden, ROA, TATO, dan sebagainya. Tujuannya untuk memberikan nilai informasi yang ekonomis (Scott, 2009). Hasil analisis informasi akuntansi akan mampu memilih 1 saham yang mempunyai nilai dan prospek. Hal ini diperlukan karena saham bersifat risky assets dengan kondisi bursa efek adalah uncertainty. Pelaku bursa meminta perlindungan dari risiko dan bursa efek memberikan perlindungan dari efisiensi pasar (Arrozi, 2010). Pada pasar modal yang efisien, penyampaian informasi sudah begitu sempurna sehingga pasar tidak pernah salah dalam menilai dan memilih saham. Isu utama riset ini adalah mempertanyakan intensi (niat) analis efek dalam seleksi saham sebagai hasil estimasi dan penilaian saham untuk advisory kepada investor. Niat melakukan seleksi saham akan berubah menurut waktu karena adanya informasi. Keputusan ekonomi analis efek tergantung kepada karakteristik individu, aspek tekanan sosial, dan faktor lingkungan (Wahlund dan Gunnarsson, 1996). Karakter individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilainilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain. Sikap dari karakteristik individu tersebut adalah human information processing, belief adjustment, persepsi risiko unsystematic, dan persepsi risiko systematic. Fishbein dan Ajzen (1975) dalam Theory of Reasoned Action (TRA) menjelaskan bahwa niat seseorang untuk melakukan (atau tidak melakukan) perilaku merupakan penentu langsung dari perilaku, serta tergantung pada dua aspek, yaitu: sikap dan norma subyektif. Model TRA menjadi model yang memuaskan dalam hubungan antara sikap dengan kinerja dari perilaku yang dikehendaki. Model ini masih diperhatikan peneliti seperti yang dikemukakan Hartwick and Barki (1994) karena alasan berikut, yaitu: informasi secara efektif menumbuhkan niat berperilaku, niat berperilaku ditumbuhkan melalui normatif jika pengetahuan masih rendah, serta niat berperilaku berubah menurut waktu. Niat berperilaku dalam penelitian ini adalah niat untuk seleksi saham dari hasil estimasi faktor fundamental dan teknikal sebagai bahan untuk memberikan advisory kepada investor. Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan sikap, norma subyektif, dan niat berperilaku merupakan penentu utama dari perilaku, tetapi tidak menolak jika variabel lain mempengaruhi perilaku. Misalnya, demografi, karakteristik personalitas, kepercayaan obyek, sikap terhadap obyek, karakteristik tugas, dan variabel situasional. Motivasi penelitian ini adalah niat dalam seleksi saham dengan penggunaan dan pengevaluasian informasi akuntansi masih sedikit di bursa efek Indonesia. Seleksi saham oleh investor masih mendasarkan pada rumor, isu, penilaian spekulatif, dan terpengaruh opini massa. Disamping itu, hasil penelitian tentang manfaat informasi akuntansi untuk pengambilan keputusan dan sikap berperilaku masih terdapat ketidakkonsistenan (research gap). Tujuan penelitian adalah memperoleh kajian dan bukti empiris tentang niat analis efek dalam seleksi saham di BEI dipengaruhi oleh informasi, sikap dalam berperilaku, dan persepsi risiko. Implikasinya adalah untuk memaksimalkan utilitas. 2. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan) Teori ini dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975:288) yang menjelaskan bahwa perilaku dilakukan individu karena mempunyai niat untuk melakukannya, serta berhubungan pada kegiatan yang dilakukan atas kemauan sendiri. Jika niat diyakini sebagai penentu langsung dari perilaku atas kemauan sendiri, maka keduanya harus berhubungan dengan kuat dibandingkan faktor penentu lainnya. Niat berperilaku merupakan fungsi dari faktor pribadi dan faktor sosial. Penentu yang berhubungan dengan faktor pribadi adalah sikap terhadap perilaku individual. Sikap ini adalah evaluasi keyakinan (beliefs) atau perasaan (affect) positip atau negatif dari individual jika 2 harus melakukan perilaku tertentu yang dikehendaki. Penentu yang kedua berhubungan dengan faktor sosial yaitu norma subyektif. Norma subyektif berhubungan dengan preskripsi normatif persepsian, yaitu persepsi seseorang terhadap tekanan sosial (kepercayaan orang lain) yang akan mempengaruhi niat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan. Sikap mempengaruhi perilaku melalui proses pengambilan keputusan yang beralasan. Implikasinya pada tiga hal, yaitu: pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi juga oleh norma subyektif yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita melakukan tindakan. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama norma subyektif membentuk niat untuk berperilaku atau tidak berperilaku pada tindakan tertentu. Ajzen dan Fishbein (1980) menyatakan sikap terhadap perilaku dan norma subyektif mempunyai bobot yang tidak sama dalam memprediksi niat untuk berperilaku. Bobot yang tidak sama tersebut disebabkan oleh perbedaan situasi dan individu. Misalnya, individu kurang peduli pada pemikiran seseorang yang menginginkan untuk suatu tindakan, sedangkan seseorang tersebut memikirkan agar individu tersebut bertindak sesuai dengan pikirannya. Pada contoh kasus ini, norma subyektif untuk individu tersebut dibobot lebih kecil dalam memprediksi niat berperilaku individu dibandingkan dengan bobot seseorang yang lebih peduli dalam berperilaku. 2.2. Belief Adjustment Beliefs merupakan komponen cognitive dari sikap (Siegel dan Marconi, 1989). Beliefs disusun dari ide, persepsi, serta mempunyai tujuan sikap. Hal ini didasarkan pada bukti, prasangka, atau intuisi yang merujuk pada informasi dan membuat generalisasi menjadi akurat atau tidak akurat. Beliefs adalah komponen yang mengupas secara kritis dalam proses pengambilan keputusan (Beaver, 1989). Tingkat beliefs ini menentukan perilaku pengambilan keputusan. Peran informasi adalah merubah keyakinan. Beaver menggunakan argumentasi tersebut karena peranan informasi akuntansi adalah merubah keyakinan investor. Penggunaan bentuk investor sebagai pemegang saham konsisten dengan orientasi pengguna utama menurut FASB (1980). Keyakinan investor tidak tampak. Harga saham dapat dipandang sebagai penampakan dari proses kesetimbangan keyakinan investor. Hogarth dan Einhorn’s (1992) mendasarkan pada asumsi bahwa individu memproses informasi secara berurutan dan mempunyai keterbatasan kapasitas memori. Individu merubah beliefs melalui suatu urutan proses anchoring and adjustment. Keyakinan sekarang bermanfaat sebagai suatu anchor (keyakinan awal) yang disesuaikan sebagai bukti penggantian yang diterima. Revisi keyakinan menjadi suatu keyakinan awal (anchor) baru dan proses ini akan terjadi terusmenerus secara berurutan. Pendapat Hogarth dan Einhorn’s (1992) bahwa revisi keyakinan adalah suatu fakta aktivitas manusia dan informasi diterima satu bagian pada satu waktu dan digabungkan dalam suatu urutan proses dan konsisten dengan bentuk dimana investor mengevaluasi informasi secara berurutan, sepanjang informasi juga diterima pada titik waktu yang berbeda. 2.3. Persepsi Resiko Risiko mempunyai suatu komponen subyektif yaitu pengujian beliefs, sikap, dan perasaan menuju risiko untuk situasi khusus (Ricciardi, 2004). Persepsi risiko memperlihatkan dua cakupan suatu komponen bahaya (hazard) dan risiko, konsep yang tampak memerlukan keseluruhan kesadaran, pengalaman atau pemahaman dari bahaya, kesempatan, atau kemungkinan hasil dari kejadian khusus. Sehingga persepsi resiko dapat ditunjukkan dari opini orang tentang 3 kemungkinan mendapatkan potensi paparan kerugian, bahaya, atau kejahatan yang berhubungan dengan aktivitas khusus. Persepsi risiko adalah pandangan seseorang mengenai fundamental risiko keuangan yang mempengaruhi harga saham (Selva, 1995). Dalam penilaian risiko analis, persepsi risiko sebagai bentuk hubungan yang signifikan ukuran risiko dengan data historis. Elemen risiko yang relevan terhadap analis dalam situasi kompetitif adalah risiko seleksi saham. Risiko seleksi saham adalah risiko pengambilan saham dengan adverse selection return yang lebih rendah daripada return ratarata perusahaan dalam industri atau sektor yang sama. Analis meminimalisasi risiko pemilihan dengan membandingkan antar prospek perusahaan dalam industri dan sektor yang sama, serta menyeleksi perusahaan yang diharapkan outperform pada kriteria expected earnings. Persepsi risiko dalam pasar modal dikenal dengan resiko investasi. Jenis resiko investasi terbagi dalam dua kelompok besar (Jones, 2002), yaitu: 1. Risiko sistematis/systematic risk/undiversifiable risk Merupakan risiko pasar yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi oleh portfolio. Nilai suatu portfolio yang terdiversifikasi dengan baik akan berfluktuasi terhadap perubahan dalam hasil pengembalian atas pasar. Contoh, kenaikan inflasi yang tajam, resesi, kenaikan tingkat bunga, dan siklus ekonomi. Untuk mengurangi risiko ini pelaku pasar dapat melakukan lindung nilai (hedging) di futures market atau option market. 2. Risiko tidak sistematis/unsystematic risk/diversifiable risk Merupakan risiko yang bersifat spesifik bagi masing-masing perusahaan. Hal ini mencakup kebijakan dan keputusan strategik, operasi dan keuangan perusahaan tersebut. Risiko ini akan berbeda-beda diantara berbagai perusahaan dan industri, sehingga akan memfokuskan pada dampak spesifik terhadap saham atau sektor tertentu. 2.4. Penelitian Terdahulu 2.4.1. Hubungan Manfaat Informasi Akuntansi Terhadap Persepsi Risiko Unsystematic Beaver et al. (1970) menyatakan bahwa ukuran risiko meliputi deviden payout, current ratio, asset size, asset growth, leverage, variability in earnings, dan co-variability in earning memiliki kekuatan penjelas yang direfleksikan dalam ukuran risiko market price. Terdapat association yang tinggi antara akuntansi dan ukuran risiko pasar. Hasil riset McDonal dan Stehle (1975) menyatakan beta dan risiko non market secara kolektif menerangkan 84 % variasi dalam persepsi risiko, beta menerangkan 15 % dan risiko non-market dihitung untuk 69 % dari persepsi risiko. Hasil riset Farelly et al. (1985) mempergunakan 7 faktor akuntansi dari Beaver et al. (1970) yaitu, deviden payout, current ratio, asset size, asset growth, leverage, variability in earnings, dan co-variability in earning. 7 faktor akuntansi menerangkan 79 % (R-squared 66 %) dan ukuran risiko yang signifikan adalah leverage, variability in earnings, dan current ratio. Penelitian berbeda dilakukan Koonce et al. (2004) dengan menggabungkan dua model baru risiko dalam karakteristik risiko keperilakuan dan teori standard deviasi. Hasil temuan menyatakan indikator risiko secara statistik signifikan pada karakteristik risiko keperilakuan: worry, catastrophic potential, known by management, voluntary and control. Sedangkan signifkansi pada indikator risiko keuangan adalah loss outcome, loss probability, dan gain outcome. 2.4.2. Hubungan Manfaat Informasi Akuntansi Terhadap Beliefs Revision Scott (2009) menyatakan informasi akuntansi mempunyai kandungan informasi jika membantu investor melakukan revisi beliefs awal sekuritas dalam proses pengambilan keputusan 4 yaitu membeli atau menjual sekuritas. Hasilnya informasi bermanfaat karena mendorong investor untuk mengubah keyakinan dan tindakannya. Hasil Easton dan Zmijewski (1989) yang menguji analis menyatakan setiap $1 GN atau BN dalam pelaporan earnings, analis menaikkan atau menurunkan ramalan earnings kwartalan berikutnya 34 cent diatas rata-rata. Hal ini menyatakan bahwa laporan keuangan perusahaan berdasarkan system informasi adalah informatif. Beaver (1989) menunjukkan peran informasi adalah merubah belief, sehingga perilaku pengambilan keputusan dirubah ketika datang informasi baru. Peranan informasi akuntansi adalah merubah keyakinan dan keyakinan investor tidak tampak. Harga saham dipandang sebagai perwujudan dari proses keseimbangan keyakinan investor. Barberis dan Thaler (2003) menyatakan ketika investor menerima informasi baru, investor merubah keyakinannya secara benar dan membuat pilihan yang secara normatif diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya investor memproses informasi secara benar tetapi investor juga cukup mendapatkan informasi. 2.4.3. Hubungan Manfaat Informasi Akuntansi Terhadap Niat Dalam Seleksi Saham Watts dan Zimmerman (1986) mengemukakan pasar bereaksi terhadap suatu peristiwa. Misalnya, peristiwa pengumuman perubahan prosedur akuntansi dengan melihat pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Argumentasinya adalah bahwa manajer perusahaan mengubah prosedur akuntansi untuk meningkatkan laba perusahaan dengan tujuan mengangkat harga sahamnya. Hasilnya menunjukkan bahwa manajer percaya kalau pasar dapat dibodohi oleh perubahan metode atau teknik akuntansi. Hasil studi Beaver, Clarke, Wright (1979) menunjukkan bahwa semakin besar perubahan dalam unexpected earning maka semakin besar respon pasar sekuritas. Hasil ini konsisten dengan CAPM dan pendekatan decision usefullness, yaitu semakin besar perubahan unexpected earning, investor akan semakin merevisi estimasi mereka akan earning power future dan menghasilkan return dari investasinya, sepanjang faktor lain sama. Studi Ball & Brown (1968) membuktikan bahwa harga pasar saham berhubungan dengan kandungan informasi dalam laporan keuangan. Hasilnya, jika reaksi pasar sekuritas terhadap informasi akuntansi diobservasi selama periode sempit maka informasi akuntansi menyebabkan reaksi pasar. Dalam periode panjang, terdapat hubungan antara return saham dan informasi akuntansi net income sehingga pengungkapan akuntansi merupakan sumber info bagi investor. Hal ini membuktikan bahwa net income dan return berhubungan positif dengan realitas yang mendasari kinerja perusahaan, serta baik sebab akibat dan hubungan konsisten bahwa bukti akuntansi memiliki kandungan informasi terhadap saham. 2.4.4. Hubungan Persepsi Risiko Systematic Terhadap Beliefs Revision Ferris et al. (1990) membandingkan investor di US dan Jepang berkenaan dengan persepsi risiko lintas pasar modal internasional. Hasilnya, kelompok A membuktikan keyakinan bahwa 44 % persepsi risiko dijelaskan oleh analis di Jepang untuk 6 ukuran risiko sedangkan kelompok B memberikan keyakinan bahwa penjelasan 92 % variasi risiko dari 6 ukuran risiko. Rendahnya variabel penjelas ketika dibandingkan investor Jepang dengan USA adalah berkenaan persepsi risiko bahwa investor Jepang mengurangi ketergantungan pada kinerja perusahaan karena kurang pentingnya ukuran risiko akuntansi, tingginya frekuensi insider trading di Jepang, dan kecenderungan tingginya perdagangan spekulatif di Jepang. 2.4.5. Hubungan Persepsi Risiko Unsystematic Terhadap Niat Dalam Seleksi Saham Persepsi risiko unsystematic mencerminkan pandangan individu tidak dapat memprediksi lingkungan secara akurat (Miliken 1987). Lingkungan tersebut tidak menguntungkan dan dipandang sebagai kondisi yang negatif dan penuh ketidakpastian yang berada di luar kendali 5 perusahaan yang ditandai oleh iklim industri yang tidak menentu serta persaingan yang ketat, perubahan yang mendadak dan terputus-putus serta cepat dari sektor-sektor lingkungan. Dalam kondisi ketidakpastian ini peluang yang tersedia relatif sedikit. Karena saham terpengaruh risiko pasar maka informasi eksternal harus dikuasai penuh untuk meminimalisasi keadaan yang dapat membuat saham perusahaan menjadi loss. Pengendalian dan perencanaan pengguna dilakukan untuk reposisi saham sehingga terdapat saham yang dilepas dan saham yang tetap dipilih. Akibatnya niat untuk pengambilan keputusan dalam seleksi saham menjadi tinggi. Hasil studi Kim and Lim (1988), Tim BEJ (1997), serta Luo (1999) bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara ketidakpastian lingkungan dengan niat untuk melakukan pengambilan keputusan. Semakin tinggi individu dapat memprediksi lingkungan secara akurat, semakin tinggi niat untuk melakukan pengambilan keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi turbulensi pada pasar modal (bearish) mengakibatkan kondisi keyakinan mulai menurun tetapi pelaku yang tidak terpengaruh dengan kondisi apapun akan mengambil kesempatan dan peluang untuk melakukan investasinya di pasar modal. Kondisi turbulensi dalam ekonomi akan merubah keyakinan pelaku pasar dalam melakukan pengambilan keputusan investasi. Hal ini akan terjadi pada asset yang berisiko. Pemahaman pengetahuan yang kuat tentang analisis investasi akan memberikan pengertian dan penilaian kembali manfaat pengetahuan investasi dalam memahami hal tersebut. 2.4.6. Hubungan Persepsi Risiko Systematic Terhadap Niat Dalam Seleksi Saham Gibson et al. (1997) menjelaskan proses pengambilan keputusan dipengaruhi sangat kuat oleh perilaku individu dalam kecenderungannya mengambil resiko. Dalam situasi yang sama, individu yang mengambil risiko dengan berani akan menentukan tujuan, mengevaluasi alternatif, dan memilih alternatif secara berbeda. Sedangkan individu yang kurang berani mengambil risiko berusaha untuk mengambil pilihan dengan risiko dan ketidakpastian yang rendah atau dimana kepastian hasil yang tinggi. Siegel dan Marconi (1989) menjelaskan individu secara terus-menerus dihantui oleh ketidakpastian dalam lingkungan internal dan eksternal ketika mengambil keputusan. Sehingga, pengambil keputusan akan melakukan proses pemikiran, pengelolaan, dan pemecahan masalah. Hasilnya tidak terdapat pengaruh antara persepsi risk dengan niat bertindak karena persepsi risiko pengguna tidak memperhatikan konsekuensi yang tidak diinginkan dalam niat bertindak (Hsu and Chiu, 2004). Charness dan Gneezy (2003) mengkaji pengambilan keputusan dan menunjukkan illusion of control dan ambiguity treatment tidak mempengaruhi perilaku dalam mengambil keputusan investasi. Sedangkan pada myopic loss aversion partisipan memiliki kebebasan merubah investasi meskipun membayar dana lebih banyak. 2.4.7. Hubungan Beliefs Revision Terhadap Niat Dalam Seleksi Saham Pendapat Siegel dan Marconi (1989) menunjukkan bahwa pengambilan keputusan dipengaruhi oleh keyakinan individu dan gaya kognitif mengenai individu menerima, menyimpan, memproses, dan meneruskan informasi. Individu dengan keyakinan yang sama dapat memiliki gaya kognitif yang berbeda dengan menggunakan metode yang berbeda ketika menerima, menyimpan, dan memproses informasi karena memiliki perbedaan kapasitas kognitif. Melalui hal yang sama, individu dengan keyakinan yang berbeda dapat menunjukkan gaya kognitif yang sama. Bruns (1968) menunjukkan beliefs menentukan perilaku pengambilan keputusan karena interpretasi informasi. Melalui pusat pemahaman pemrosesan informasi dari cognitive-nya terjadi pertimbangan untuk mengestimasi dan memilih return dari sekuritas yang diniatinya. Manifestasinya adalah wujud persepsi expected values dan risk. Setiap investor memberikan hasil berbeda karena perbedaan pengetahuan dan beliefs. Wahlund dan Gunnarsson (1996) 6 menunjukkan pengambilan keputusan investasi berbeda karena perbedaan kapasitas kognitif dan tipe pengambilan keputusan sehingga individu berbeda membuat pertimbangan. Hal ini menunjukkan individu mengkonseptualisasi peristiwa dan mengartikan dengan informasi. 2.5. Pengembangan Hipotesis Berdasarkan teori dan studi empirik yang telah dikemukakan, dapatlah disusun hipotesis sebagai berikut: H1 : Manfaat informasi akuntansi berpengaruh terhadap persepsi risiko unsystematic. H2 : Manfaat informasi akuntansi berpengaruh terhadap beliefs revision. H3 : Manfaat informasi akuntansi berpengaruh terhadap niat dalam seleksi saham. H4 : Persepsi risiko systematic berpengaruh terhadap beliefs revision. H5 : Persepsi risiko unsystematic berpengaruh terhadap niat dalam seleksi saham. H6 : Persepsi risiko systematic berpengaruh terhadap niat dalam seleksi saham. H7 : Beliefs revision berpengaruh terhadap niat dalam seleksi saham. 3. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini merupakan kausalitas eksplanatoris. Tujuannya untuk menguji dan menjelaskan hubungan kausal secara simultan antar variabel. Penelitian ini disebut explanatory perceptional research karena berhubungan dengan perilaku manusia sebagai reaksi yang bersifat sederhana atau kompleks dalam mempersepsikan jawaban suatu pertanyaan. Metode utama penelitian adalah survey. Jenis data berbentuk primer. Data penelitian berupa data subyek yang menyatakan opini, sikap, pengalaman, atau karakteristik subyek secara individual. Dimensi waktu adalah one shot study. Responden penelitian adalah analis efek. Unit analisis adalah individu analis efek. Analisis data menggunakan uji Structural Equation Modeling (SEM) dengan program AMOS. 3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah analis efek yang tergabung dalam Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI). Analis efek tersebut bekerja pada perusahaan sekuritas dengan tugasnya memberi advisory kepada investor atas saham terpilih. Sampel adalah bagian dari populasi dengan unit analisis adalah individu analis efek. Jumlah sampel menurut Hair et al. (2007) adalah 5–10 x jumlah indikator, atau dengan estimasi maximum likelohood estimation diantara 100-200 sehingga jumlahnya ditentukan sebesar 182. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara random melalui simple random sampling. 3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.3.1. Manfaat Informasi Akuntansi (information usefulness) Manfaat informasi akuntansi adalah persepsi kualitas informasi yang digunakan analis efek dalam pengambilan keputusan penilaian dan seleksi saham. Instrumen yang digunakan untuk mengukur information usefulness dikembangkan oleh peneliti dari SAK-IAI (2009) serta Ho dan Wong (2005). Item-pertanyaan diskor dengan menggunakan skala 1 (sangat tidak bermanfaat) sampai 5 (sangat bermanfaat) dengan 15 butir pertanyaan. Indikator variabel information usefullness diidentifikasi melalui 6 variabel laten dan 13 variabel terukur sebagai berikut: a. Relevance terdiri dari tiga item, yakni: prediktif, umpan balik, dan tepat waktu. b. Reliability terdiri dari tiga item, yakni: dapat diperiksa, ketepatan penyimbolan, dan netral. 7 c. Kualitas Sekunder terdiri dari dua item yakni: komparatif dan konsistensi. d. Keterbatasan terdiri dari dua item yakni: biaya dan manfaat, serta materialitas. e. Kinerja terdiri dari dua item yakni: Informasi akuntansi menceminkan kinerja laba jangka pendek, serta Informasi akuntansi mencerminkan nilai ekonomi jangka panjang. f. Mudah dipahami. 3.3.2. Persepsi Risiko Unsystematic Persepsi risiko merupakan pertimbangan item laporan keuangan yang kemungkinan mempunyai potensi loss dari outcomes. Instrumen pengukur persepsi risiko unsystematic terdiri dari 7 indikator yang dikembangkan dari Koonce et al. (2004). Item pertanyaan diskor dengan menggunakan skala 1 (sangat tidak berisiko) sampai 5 (sangat berisiko) dengan 7 butir pertanyaan sebagai berikut: laporan keuangan menunjukkan kesulitan keuangan, risiko keuangan yang dihadapi perusahaan diketahui secara presisi, risiko keuangan membuat akibat negatif bagi perusahaan, hubungan risiko keuangan dengan waktu segera terjadinya, probabilitas kerugian ekonomi dari item-item laporan keuangan, rugi yang saya prediksi akan terjadi pada perusahaan yang bersangkutan, serta kondisi risiko keuangan terjadi pada perusahaan. 3.3.3. Persepsi Risiko Systematic Persepsi risiko systematic merupakan persepsi analis efek terhadap kemungkinan risiko pasar yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Instrumen pengukur persepsi risiko unsystematic terdiri dari 5 pertanyaan yang diperoleh dengan memodifikasi instrumen yang disusun dari Farid dan Siswanto (1998). Instrumen ini digunakan untuk mengukur persepsi analis efek terhadap ekonomi, politik, serikat buruh, pasar modal, dan tingkat bunga. Item pertanyaan diskor dengan menggunakan skala 1 (sangat tidak dapat diprediksi) sampai 5 (sangat dapat diprediksi). 3.3.4. Beliefs Revision Beliefs revision adalah persepsi analis efek terhadap informasi akuntansi yang memotivasinya untuk merubah keyakinan awal. Instrumen yang digunakan untuk mengukur beliefs revision terdiri dari empat item pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti dari Hogarth dan Einhorn’s (1992). Item pertanyaan diskor dengan menggunakan skala 1 (sangat tidak yakin) sampai 5 (sangat yakin) dengan 4 butir pertanyaan. Indikator variabel beliefs revision diidentifikasi melalui 4 variabel terukur yaitu: laporan keuangan membawa berita dan kandungan informasi, interpretasi laporan keuangan menambah pengetahuan, kepuasan atas laba bersih, serta pemrosesan informasi kinerja keuangan keseluruhan. 3.3.5. Niat Dalam Seleksi Saham Niat dalam seleksi saham merupakan derajat afek positif atau negatif dari keinginan memilih saham yang ditentukan oleh keyakinan analis efek terhadap estimasi saham. Instrumen dikembangkan dari Wahlund dan Gunnarsson (1996). Item pertanyaan diskor dengan menggunakan skala 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju) dengan 8 butir pertanyaan. Indikator niat dalam seleksi saham diidentifikasi melalui 8 variabel terukur, yaitu: ingin memilih saham dengan return tinggi, ingin merubah dan merivisi saham, ingin memiliki saham yang tergabung dalam blue chips, ingin mencari informasi mengenai saham yang diinginkan, ingin memiliki saham unggulan dengan harga berapapun, tanggap terhadap perubahan harga saham, serta tanggap terhadap perubahan tingkat bunga di pasar. 8 3.4. Analisis Data Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji Structural Equation Model (SEM). Arbuckle (1997) menyatakan bahwa model yang baik harus memenuhi kriteria kelayakan model. Kelayakan model penelitian disajikan pada tabel 1. TABEL 1. KRITERIA KELAYAKAN PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL No Goodness of Fit Index 1 Degree of freedom 2 Probabilitas signifikansi Absolute Fit Measures 3 Chi-Square 4 RMSEA 5 GFI Incremental Fit Measures 6 TLI 7 CFI Parsimonious Fit Measures 8 AGFI 9 CMIN/DF Sumber: Ferdinand, 2002:61 Nilai Cut Off ≥ 0.05 Diharapkan kecil ≤ 0.08 ≥ 0.90 ≥ 0.95 ≥ 0.95 ≥ 0.90 ≤ 2.00 3.5. Model Penelitian Model penelitian dibangun dalam bentuk diagram jalur untuk menyatakan hubungan kausalitas antara variabel eksogen dengan variabel endogen. Gambar model penelitian terdapat pada gambar 1. Gambar 1. Model Penelitian 9 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Demografi Responden Jumlah kuesioner yang dikirim sebanyak 200 lembar dan kembali sebanyak 192. Tingkat tanggapan responden (respon rate) sebesar 96 %. Gambaran pengembalian kuesioner terdapat pada tabel 2. Demografi responden analis menunjukkan gambaran menunjukkan karakteristik terbesar pada: jenis kelamin laki-laki, pendidikan strata 1, kisaran usia antara 31-35, tipe profesi adalah analis fundamental, serta sertifikasi terbanyak pada WPPE. TABEL 2 Gambaran Penyebaran dan Penerimaan Kuesioner Keterangan Jumlah Kuesioner yang dikirim 200 eksemplar Kembali karena alamat tidak dikenal Jumlah Pengiriman 200 eksemplar Kuesioner yang kembali 192 eksemplar Prosentase yang kembali 96 % Kuesioner yang bisa dipakai 182 eksemplar Prosentase yang bisa dipakai 91 % 4.2. Uji Reliabilitas dan Validitas Pengujian reliabilitas menggunakan cronbach alpha dengan hasil nilai antara 0,748 – 0,882 yang mempunyai nilai diatas 0,60 sehingga disimpulkan variabel penelitian adalah reliabel (Nunnally, 1978). Sedangkan pengujian validitas menggunakan faktor analisis dengan nilai MSA antara 0,694 – 0,815 yang mempunyai nilai diatas 0,50 sehingga disimpulkan variabel penelitian valid (Kaiser dan Rice, 1974). Hasil pengujian reliabilitas dan validitas dalam variabel penelitian terdapat pada tabel 3. TABEL 3 Hasil Pengujian Reliabilitas dan Validitas Variabel Variabel Reliabilitas Validitas Manfaat Informasi Akt. 0,748 0,708 Beliefs Revision 0,817 0,815 Persepsi Risiko Unsystematic 0,769 0,694 Persepsi Risiko Systematic 0,882 0,761 Niat Dalam Seleksi Saham 0,862 0,778 4.3. Uji Kesesuaian Model (Goodness-of-fit Test) Goodness-of-fit Test yang dihasilkan dalam penelitian ini terdapat pada Tabel 4, dan disimpulkan model dalam penelitian diterima. Hasil tersebut dalam tabel 4. 4.4. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan 4.4.1. Pengujian Hipotesis Hasil analisa program AMOS menunjukkan pengaruh antar variabel dari H 1 sampai dengan H7. Hipotesis diterima bila mempunyai signifikansi dibawah 0.05. Hasil pengujian menunjukkan penerimaan hipotesis 1,2,3,5, dan 7, serta penolakan pada hipotesis 4 dan 6. Penerimaan masing-masing hipotesis terdapat pada tabel 5. 10 TABEL 4 Indeks Kesesuaian Structural Equation Model (SEM) Kriteria Cut of Value Hasil Perhitungan Keterangan Chi-Square ( ) Diharapkan Kecil 267,9 dengan df = 264 adalah 286, Sig. of Probability RMSEA GFI AGFI CMIN/DF TLI CFI ≥ 0,05 ≤ 0,08 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≤ 2,00 ≥ 0,95 ≥ 0,95 0,4215 0,0091 0,947 0,952 1,0148 0,9929 0,9932 Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima 2 2 TABEL 5 Estimasi Parameter Model Struktural Variabel Estimate Manfaat Inf. Akt(X1) Persepsi Risiko Unsystematic (Y1) Manfaat Inf. Akt (X1) Beliefs Revision (Y2) Manfaat Inf. Akt (X1) Niat Seleksi saham (Y3) Persepsi Risiko Systematic (X2)Beliefs Revision (Y2) Persepsi Risiko Systematic (X2) Niat Seleksi saham (Y3) Persepsi Risiko Unsystematic (Y2) Niat Seleksi saham (Y3) Beliefs Revision (Y2) Niat Seleksi saham (Y3) 1,8206 0,7414 2,2759 -0,0993 -0,2998 -0,7240 0,2303 S.E. C.R. Prob. 0,2884 0,2644 1,0693 0,1031 0,0755 0,5328 0,0909 6,3127 2,8045 2,1284 -0,9634 -3,9711 -1,3589 2,5321 0,0000 0,0050 0,0333 0,3353 0,0001 0,1742 0,0113 Hipotesis H1 * H2 * H3 * H4 H5 * H6 H7 * * Signifikan pada α = 5% 4.4.2. Pembahasan 4.4.1. Pengujian Hipotesis 1 Hipotesis 1 menunjukkan manfaat informasi akuntansi berpengaruh positif terhadap persepsi risiko. Artinya, informasi akuntansi bermanfaat memberikan sinyal good news atau bad news mengenai kondisi keuangan perusahaan tidak berisiko atau sangat berisiko. Analis efek menelaah risiko masing-masing emiten dengan memproksikan ukuran risiko tersebut melalui informasi akuntansi. Analis efek menganalisis dan menginterpretasikan informasi akuntansi dalam pos laporan keuangan menghasilkan potensi negatif dalam perkembangan bisnis perusahaan masa sekarang dan masa datang. Implikasinya adalah terdapatnya persepsi risiko unik fundamental saham perusahaan. Harga saham merupakan pencerminan informasi perusahaan dan value of the firm. Potensi risiko yang bad news tersebut dinilai sebagai feed back terhadap perilaku harga saham. Hasil penelitian ini memperkuat temuan periset sebelumnya yang dilakukan oleh Beaver et al. (1970), McDonald dan Stehle (1975), Farelly et al. (1985), John Capstaff (1992), Koonce et al. (2004), serta Arrozi (2010). 4.4.2. Pengujian Hipotesis 2 Hipotesis 2 menunjukkan manfaat informasi akuntansi berpengaruh positif terhadap revisi keyakinan. Artinya, informasi akuntansi bermanfaat dalam memberikan pengetahuan positif sehingga membuat analis efek melakukan revisi keyakinan awal. Keyakinan awal tersebut didasarkan pada informasi akuntansi yang tersedia di pasar. Pada saat publikasi laporan keuangan, analis efek membaca, menelaah, menganalisa dan menginterpretasikan laporan keuangan sebagai sinyal good news atau bad news. Sehingga terjadi proses revisi keyakinan 11 karena manfaat dari laporan keuangan. Hal ini terjadi karena proses analisis digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan emiten bersangkutan dalam proses seleksi saham. Hasil kinerja keuangan emiten menunjukkan besarnya return yang dijanjikan, potensi risiko, kekuatan dan kelemahan emiten, serta prospek emiten di masa datang. Sehingga memberikan manfaat karena mempunyai nilai bagi analis efek. Analis efek mempercayai informasi tersebut karena mempunyai karakteristik relevante, reliable, dan mempunyai kandungan informasi. Analis efek menggunakan laporan keuangan secara optimal dalam keputusan penilaian dan pemilihan prospek saham. Hasil penelitian memperkuat temuan Scott (2009), Easton dan Zmijewski (1989), Beaver (1989), Hogart dan Einhorn’s (1992), Barberis dan Thaler (2003), Stuerke (2005), serta Arrozi (2010). 4.4.3. Pengujian Hipotesis 3 Hipotesis 3 menunjukkan manfaat informasi akuntansi berpengaruh positif terhadap niat dalam seleksi saham. Artinya, analis efek memanfaatkan laporan keuangan dalam melakukan analisis penilaian dan pemilihan prospek saham. Implikasinya akan memberikan pandangan secara fundamental harga saham di bursa efek mampu memberikan maksimalisasi utilitas dalam bentuk value of the firm berdasarkan preferensi return dan risk. Preferensi tersebut dapat berubah karena keyakinan, pandangan orang lain, sikap pribadi, dan berbagai macam pertimbangan. Salah satu pertimbangan adalah manfaat informasi akuntansi yang menunjukkan value yang dijanjikan serta prospek di masa yang akan datang. Konsekwensinya adalah analis efek dapat melakukan rating saham secara optimal. Hasil penelitian memperkuat temuan peneliti dari Beaver (1989), Ball & Brown (1968), Beaver et al. (1979), Wahlund dan Gunnarsson (1996), serta Arrozi (2010). Temuan riset ini tidak konsisten dengan studi Stainbank and Peebles (2006), serta Ferris et al. (1990). Hal ini ditunjukkan oleh kurangnya kinerja perusahaan karena kurang pentingnya ukuran risiko akuntansi, tingginya frekuensi insider trading di Jepang, dan kecenderungan tingginya perdagangan spekulatif di Jepang. Sehingga pemanfaatan informasi akuntansi untuk analisis penilaian saham tidak berperan dalam keputusan investasi. 4.4.4. Pengujian Hipotesis 4 Hipotesis 4 menunjukkan persepsi risiko systematic tidak mempunyai pengaruh terhadap revisi keyakinan. Hal ini berarti risiko systematic tidak mampu mengubah keyakinan analis efek dalam memilih prospek saham. Risiko systematic merupakan risiko yang tidak dapat dihindari yang memberikan dampak negatif kepada prospek saham. Analis efek memerlukan penguasaan informasi untuk meminimalisasi risiko systematic yang tinggi dalam rangka untuk memprediksi prospek seleksi saham kandidat secara akurat. Tetapi, analis efek secara terus menerus dihinggapi ketidakpastian pasar dalam lingkungan eksternalnya ketika melakukan pengambilan keputusan yang sangat kompleks karena kurang pemahaman yang baik dari eksternalnya. Sehingga tidak mampu merubah keyakinannya untuk penilaian prospek saham yang dikelolanya. Analis efek tidak mampu memprediksi informasi yang relevan dengan situasi tersebut. Implikasinya adalah proses perencanaan, penentuan, dan seleksi saham mengalami volatility. Harga saham fluktuatif dan menjadi proses yang sulit diperkirakan untuk dilakukan antisipasi. Hasil riset ini bertentangan dengan hasil penelitian dari Tim BEJ (1997), Luo (1999), McGhee dan Rubach (1996), Yeoh dan Jeong (1995), Gordon dan Narayanan (1984), serta Arrozi (2010). 4.4.5. Pengujian Hipotesis 5 Hipotesis 5 menunjukkan bahwa persepsi risiko systematic berpengaruh negatif terhadap niat seleksi saham. Artinya, semakin tinggi persepsi risiko systematic analis efek terhadap saham emiten maka akan menurunkan niat seleksi saham, atau sebaliknya. Pengambilan keputusan 12 seleksi saham tergantung pada sikap penerimaan resiko dan preferensi risiko. Pengambilan keputusan tersebut karena potensi risiko systematic yang tidak dapat dihindari baik melalui valuation maupun diversifikasi portfolio. Berdasarkan efisiensi pasar, maka informasi resiko tercermin dalam harga saham. Implikasinya akan mempengaruhi cognitive analis efek dalam mengambil keputusan seleksi saham. Analis efek yang mempunyai preferensi risk seeker cenderung mudah menerima risiko yang besar karena diimbangi oleh return yang besar dalam seleksi saham. Analis efek yang mempunyai preferensi risk averter maupun risk neutral yaitu mengambil pilihan dengan risiko yang rendah atau kepastian hasil yang tinggi. Analis efek yang berniat pada suatu saham mempunyai niat untuk melakukan hold pada suatu saham tersebut karena sesuai dengan preferensi risikonya. Hasil penelitian ini mendukung temuan Chen dan Steiner (1999), serta tidak konsisten dengan temuan Hsu dan Siu (2004). 4.4.6. Pengujian Hipotesis 6 Hipotesis 6 menunjukkan bahwa persepsi risiko unsystematic tidak berpengaruh secara negatif terhadap niat seleksi saham. Artinya, semakin tinggi risiko suatu saham maka membuat tindakan untuk tidak berniat dalam seleksi saham. Hal ini terjadi informasi akuntansi mempunyai kandungan informasi dan mempengaruhi harga saham sehingga saham tersebut dinilai tidak mempunyai prospek di masa datang. Analis efek melakukan penilaian prospek saham dari informasi akuntansi, sehingga memperoleh pertimbangan bahwa saham tersebut berpotensi loss atau berisiko. Interpretasi risiko tersebut menunjukkan pemahaman dalam cognitive analis efek bagi masing-masing sahamnya yang mengalami indikasi risiko terbesar. Sehingga untuk mengurangi potensi risiko dan kerugian saham tersebut, analis efek melakukan proses penilaian saham kandidat. Implikasinya adalah analis efek akan menunda pengambilan keputusan seleksi saham dengan proses hold. Niat seleksi saham adalah mendapatkan keuntungan maksimal. Keuntungan yang diinginkan bergantung kepada preferensi, bersifat tidak tunggal, dan analis efek melakukan secara rasional untuk memaksimalkan utilitasnya. Hasil penelitian menunjukkan ratarata kondisi keuangan perusahaan diberikan persepsi berisiko. Hasil studi memperkuat temuan Fletcher (2000), Daniel, Hirshleifer, dan Subrahmanyam (2001), serta Arrozi (2010). 4.4.7. Pengujian Hipotesis 7 Hipotesis 7 menunjukkan revisi keyakinan berpengaruh positif terhadap niat dalam seleksi saham. Hal ini menunjukkan adanya persepsi analis efek terhadap informasi akuntansi mempunyai motivasi untuk merubah keyakinan awal sehingga analis efek melakukan reposisi seleksi saham. Analis efek mempunyai keyakinan awal mengenai prospek kinerja return dan risk suatu saham. Keyakinan tersebut berdasarkan informasi yang tersedia dan berbeda diantara analis efek dalam mendapatkan informasi dan kemampuan menginterpretasikan. Informasi akuntansi merupakan sinyal yang mempengaruhi cognitive yang akan membentuk keyakinan analis efek. Keyakinan akan menentukan apakah informasi merupakan sinyal yang sahih dan dapat dipercaya. Implikasinya, analis efek akan merevisi keyakinan awal mereka untuk masing-masing emiten. Revisi saham tergantung pada interpretasi analis efek secara sophisticated ataukah naif yang mengakibatkan kinerja saham emiten berubah. Hasil perubahan adalah terdapat saham yang tinggal karena kinerjanya baik dan terdapat saham yang terbuang karena kinerjanya buruk. Implikasinya menunjukkan derajat afek positif melalui penerimaan saham kandidat atau derajat afek negatif melalui penolakan saham kandidat. Hasil penelitian memperkuat temuan dari peneliti Wahlund dan Gunnarsson (1996), Hunton and McEwen (1997), Arrozi (2010) serta tidak konsisten dengan hasil penelitian Blanthorne (2000). 13 5. SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI 5.1. Simpulan Hasil penelitian membuktikan dukungan pada hipotesis 1, 2, 3, 5, dan 7 serta penolakan pada hipotesis 4 dan 6. Manfaat informasi akuntansi merupakan faktor yang mempunyai pengaruh paling besar dibandingkan variabel beliefs revision, persepsi risiko unsystematic, persepsi risiko systematic, dan niat dalam seleksi saham. Informasi akuntansi bermanfaat dalam proses seleksi saham karena mempunyai sifat relevan, reliabel, dan decision usefulness. Kebermanfaatan informasi akuntansi mampu memberikan nilai bagi analis efek sehingga merubah beliefs revision, mempunyai nilai dalam perilaku, dan mengubah tindakan dalam pengambilan keputusan. Teori tindakan beralasan sebagai kerangka teori utama penelitian terbukti karena perilaku individu disebabkan oleh sikap dalam mempertimbangkan informasi. Salah satunya adalah informasi akuntansi. Informasi akuntansi mempunyai nilai karena berisi pengetahuan yang bersifat positif atau negatif. Pengetahuan positif atau negatif tersebut membentuk keyakinan untuk melakukan perilaku tertentu. Keyakinan mempengaruhi sikap untuk melakukan tindakan. Temuan penelitian adalah analis efek mempunyai sikap risk neutral dalam kondisi uncertainty sehingga bersikap hati-hati dalam pengambilan keputusan seleksi saham. Hasil keputusan seleksi saham adalah hold. Analis efek mempunyai tipe fundamental dan menyukai bentuk penelaahan informasi akuntansi. Sehingga, informasi akuntansi bermanfaat dalam seleksi saham (decision usefulness) karena mampu memberi kandungan informasi, prospek perusahaan, dan nilai perusahaan. 5.2. Keterbatasan Beberapa keterbatasan yang dirasakan mengganggu pada penelitian ini adalah: 1. Kondisi pasar modal dalam keadaan bearish yang dicerminkan oleh indeks harga saham yang cenderung turun. Kondisi ini menyebabkan harga saham menjadi fluktuatif, tidak kondusif, serta sangat berisiko. Hal tersebut menyebabkan harapan pelaku pasar modal menjadi pesimistis. 2. Penelitian keperilakuan dari sudut pandang persepsi menyebabkan variasi persepsi menjadi terbatas, bilamana sampel penelitian hanya memuat ruang lingkup hanya pada satu sampel. Hal ini disebabkan sifat sampel tersebut yang homogen. 5.3. Rekomendasi Berdasarkan simpulan dan keterbatasan di atas, maka rekomendasi untuk penelitian pada masa datang adalah sebagai berikut: 1. Model penelitian perlu dikembangkan dengan memasukkan variabel motif investasi, preferensi return, lingkungan uncertainty, mental accounting, tipe keputusan individu, niat untuk investasi, dan faktor-faktor lain baik dari internal maupun eksternal. Seluruh variabel tersebut dapat diperlakukan sebagai variabel independen, moderating, intervening, dan independen sebagai bentuk perluasan model niat dalam seleksi saham. 2. Sampel penelitian perlu dilakukan perluasan ruang lingkup dan berbeda antar sampel supaya diperoleh persepsi niat seleksi saham yang variatif dan dapat digeneralisasi dengan baik. 3. Riset penelitian pada masa yang akan datang perlu dilakukan pada kondisi pasar modal yang bullish. Pada situasi dan kondisi tersebut, akan diperoleh penjelasan yang lebih baik tentang perilaku-perilaku pelaku pasar modal baik mengenai sikap, beliefs, niat, value, niat dan tindakan seleksi saham. 14 Daftar Pustaka Arbuckle, James L., 1997. Amos Users’ Guide Version 3.6, SmallWaters Corporation. Ajzen, Icek dan Fishbein, Martin, 1980, Understanding Attitudes and Predicting Social Behavior. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc. Arrozi, MF, 2010, Pengaruh Manfaat Informasi Akuntansi, Faktor Keperilakuan dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Mental Discounting Serta Subyektifitas Return Pada Analis Efek di Bursa Efek Indonesia, Disertasi, Program Pascasarjana, Universitas Airlangga. Ball, R. and P. Brown, 1968. An Empirical Evaluation of Accounting Income Numbers, Journal of Accounting Research, pp 159-178. Barberis, Nicholas, and Richard Thaler, 2003, Handbook of the Economics of Finance, Elsevier Science. Beaver, W.H.,, 1989. Financial Reporting: An Accounting Revolution, Second Edition, Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall. Beaver, W.H., R. Clarke, and W.F., Wright, 1979. The Association Between Unsystematic Security Return and The Magnitude of Earnings Forecast Errors, Journal of Accounting Reasearch, pp. 316-340. Beaver, W.H., Kettler, P., and Scholes, M., 1970. The Association between market determined and accounting determined risk measures, The Accounting Review, Vol. 6, pp. 654 – 682. Blanthorne, Cynthia M., 2000. The Role of Opportunity and Beliefs On Tax Evasion: A Structural Equation Analysis. Dissertation, Arizona State University. Bruns, William J. Jr., 1968. Accounting Information and Decision Making: Some Behavioral Hypoyheses, The Accounting Review, July, pp. 469-480. Capstaff, John, 1992. The Usefulness of UK accounting and market data for predicting the perceived risk class of securities, Accounting and Business Research, Vol.22, No.87, pp 219-228 Charness, Gary, and Uri Gneezy, 2003. Portfolio Choice and Risk Attitudes: An Experiment, Journal of Economic Behavior and Organization, Vol. 51, June, pp. 161 Chen, Carl R and Thomas L., Steiner, 1990. Managerial Ownership and Agency Conflict : A Nonlinier Simultaneous Equation Analysis of Managerial Ownership, Risk Taking, Debt Policy, and Dividend Policy. The Financial Review. Vol 34, pp. 119-136 Daniel, K.D., D. Hirshleifer, and A. Subrahmanyam, 2001. Covariance Risk, Mispricing, and The Cross Section of Security Returns, Journal of Finance, Forthcoming. Easton, P.D., and M.E. Zmijewski, 1989. Cross Sectional Variation In The Stock-Market Response to Accounting Earnings Announcement, Journal of Accounting and Economics, July, pp 117-141. Farrelly, G., Ferris, K., and Reichenstein, W., 1985. Perceived Risk, Market Risk, and Accounting Determined Risk Measures, The Accounting Review, 60, 278 – 288. Farid Harianto dan Siswanto Sudomo, 1998. Perangkat dan Teknik Analisis Investasi, Jakarta, Penerbit: PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ). Ferdinand, Augusti, 2002. Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen : Aplikasi Model-Model Rumit Dalam Penelitian Untuk Tesis Magister & Disertasi Doktor, Edisi 2, Semarang:BP-UNDIP. 15 Ferris, K. R., Hiramatsu, K., and Kimoto, K., 1990. Accounting Information and Investment Risk Perception in Japan, Journal of International Financial Management and Accounting, 1 (3), pp. 232 – 243. Financial Accounting Standard Board,, 1980, Statement of Financial Accounting Consepts No. 2, Qualitative Characteristic of Accounting Information, Norwalk, CT: FASB.. Fishbein, Martin, and Ajzen, Icek, 1975. Belief, attitude, intention, and behavior : an introduction to theory and research, Massachusetts: Addison-Weshley. Fletcher, J., 2000. On The Conditional Relationship between Beta and Return in International Stock Return, International Review of Financial Analysis, 9 (3), pp. 235 – 245. Gibson, L. James, Ivancevich, M. John, dan Donnelly. James L. Jr., 1997, Organisasi : Perilaku, Struktur, dan Proses, Edisi 8, Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara. Gordon, L.A. and V.K. Narayanan, 1984. Management Accounting system: Perceived Environmental Uncertainty and Organization Structure: An Empirical Investigation, Accounting, Organizations and Society, Vol. 9, pp. 33-47. Hair, J.,F., Jr., R.E. Anderson, R.L. Tatham, and W.C. Black, 1998. Multivariate Data Analysis With Readings, Indiana: Macmilan Publishing Company. Hartwick, J., and Barki, H., 1994, Explaining the Role of User Participation in Information System Use, Management Science (40:4), pp. 440-465. Ho, Simon S. M, and Wong, K. S., 2004. 'Investment Analysts' Usage and Perceived Usefulness of Corporate Annual Reports', Corporate Ownership and Control, 1, pp. 61-71. Hogart, R., and H., Einhorn, 1992. Order Effect in Belief Updating: The Belief-adjusment model, Cognitive Psychology, 24(1), pp 1-55. Hsu, Meng-Hsiang, and Chao-Min Chiu, 2004. Predicting electronic service continuance with a decomposed theory of planned behaviour, Behaviour & Information Technology, 23(5): 359-373. Hunton, James E., and Ruth Ann McEwen, 1997. An Assesment Of The Relation Between Analyst’ Earnings Forecast Accuracy, Motivational Incentives, and Cognitive Information Search Strategy, The accounting Review, pp. 65-77. Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan, per 1 September 2007, Jakarta:Penerbit Salemba Empat. Jones, C.P, 2002, Investments Analysis and Managements, New York: John Wiley & Sons, Inc,. 9th Edition. Kaiser, H.F, and J. Rice, 1974. Educational and Psychological Measurement, 34, (I), P. 111-117. Kim, Linsu, and Lim, Y., 1988, Environment, Generic Strategies, and Performance in a Rapidly Developing Country, Academy of Management Journal, Vol. 31, pp. 802-827. Koonce, Lisa, Mary Lea McAnally, and Molly Mercer, 2004, How Do Investors Judge the Risk of Financial Items?, Working paper, University of University of Texas. Luo, Yadong, 1999. Environment-Strategy-Performance Relation in Small Business in China: A Case of Township and Village Enterprises in Southern China, Journal of Small Business Management, January, pp. 37-52. McDonald, J.G., and Stehle, R.E., 1975. How Do Institutional Investors Perceive Risk ? Journal of Portfolio Management 2, 1:pp. 11 – 16. 16 McGhee, J,E. and Rubach, M.J., 1996. Responding to Increased Environmental Hostily: A Study of The Competitive Behavior of Small Retailers, Journal of Applied Business Research, Vol. 13, No. 1, pp. 83-94. Nunnally, J. C., 1978, Psychometric Theory, Hightstown, NJ : McGrow Hill. Ricciardi,V. 2004, A Behavioral Finance Study: An investigation of The Perceived Risk for Common Stocks by Investment Professionals (Financial Analyst vs Financial Planners), Dissertation, Golden Gate University. Scott, William R., 2009. Financial Accounting Theory, 5th ed, Toronto:Pearson Education Canada Inc. Selva, Mohan, 1995, Earnings and Stock Selection, The SSRN, http://www.ssrn.com":GEL Classification:M41. Siegel, Gary, and Helene Ramanauskas Marconi, 1989. Behavioral Accounting, ed 1, South Western Publishing Co., Cincinnati, Ohio, pp 383. Stainbank, L, and C. Peebles, 2006, The usefulness of corporate annual reports in South Africa: perceptions of preparers and us, Meditari Accountancy Research, Vol. 14 No.1 : 69-80 Stuerke, Pamela S., 2005, Financial analysts as users of accounting information: Evidence about forecast revision activity after earnings announcements, International Journal of Managerial Finance, Vol. 1 (1), pp. 8-24. Suarainvestor, 2009, Kamus Investor, www.suarainvestor.com Tim BEJ, 1997. Tingkat Pengenalan Terhadap Pasar Modal Pada 7 (tujuh) Ibukota Propinsi, Jakarta : BEJ. Resource Productivity Center Marketing & Social Research. Wahlund, Richard, and Jonas Gunnarsson, 1996, Mental Discounting and Financial Strategies, Journal of Economic Psychology 17, pp 709-730. Watts and Zimmerman, 1986, Positive Accounting Theory, Prentice Hall Yeoh, P.L. dan Jeong, I. , 1995, Contingency relationships between entrepreneurship, export channel structure and environment: A Proposed Conseptual Model Of Export Performance, European Journal Of Marketing, Vol. 29, pp. 95-115. 17