intensi analis efek dalam seleksi saham di bursa efek indonesia (bei)

advertisement
INTENSI ANALIS EFEK DALAM SELEKSI SAHAM
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
M.F. Arrozi Adhikara
Dihin Septyanto
Universitas Esa Unggul, Jakarta
e-mail : [email protected] ; [email protected]
abstract
The research objective was to obtain empirical evidence of study and intention in the
securities analysts' stock selection on the Indonesian Stock Exchange are influenced by
the information, attitudes in behavior, and perception of risk. The implication is to
maximize utility.
Research design is explanatory causal perceptional with survey methods. Dimension of
time is one shot study. Type of Data is primary. The respondents were securities
analysts’ with sample amount of 182. The sampling technique is simple random
sampling. The unit of analysis is individual securities analysts’. Analysis of data used
Structural Equation Modeling (SEM) with AMOS program.
The study shows that usefulness of accounting information has positive influence on the
unsystematic risk perceptions, beliefs revision, and intention to stock selection;
systematic risk perception hasn’t influence on beliefs revision; systematic risk perception
has negative influence on intention to stock selection; unsystematic risk perception hasn’t
influence on intention to stock selection; and beliefs revision has positive influence on
intention to stock selection.
The study findings are useful accounting information in the stock selection process
because of its characteristic properties are relevant, reliable, and decision usefulness. In
addition, accounting information had content information, had value in changing the
beliefs and actions of decision-making. Securities analysts’ have risk neutral attitude in
conditions of uncertainty, so be prudent in stock selection decisions.
Keywords: Usefulness of Accounting Information, Unsystematic Risk Perception,
Beliefs Revision, Systematic Risk Perception, Intention to stock
selection.
1. PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan informasi penting untuk membuat keputusan ekonomi yang
bersifat finansial. Salah satunya adalah sebagai faktor penentu pemilihan dan penilaian prospek
saham karena kandungan informasinya mampu merubah harga saham (Suarainvestor, 2009).
Misalnya, PER, EPS, deviden, ROA, TATO, dan sebagainya. Tujuannya untuk memberikan nilai
informasi yang ekonomis (Scott, 2009). Hasil analisis informasi akuntansi akan mampu memilih
1
saham yang mempunyai nilai dan prospek. Hal ini diperlukan karena saham bersifat risky assets
dengan kondisi bursa efek adalah uncertainty. Pelaku bursa meminta perlindungan dari risiko dan
bursa efek memberikan perlindungan dari efisiensi pasar (Arrozi, 2010). Pada pasar modal yang
efisien, penyampaian informasi sudah begitu sempurna sehingga pasar tidak pernah salah dalam
menilai dan memilih saham.
Isu utama riset ini adalah mempertanyakan intensi (niat) analis efek dalam seleksi saham
sebagai hasil estimasi dan penilaian saham untuk advisory kepada investor. Niat melakukan
seleksi saham akan berubah menurut waktu karena adanya informasi. Keputusan ekonomi analis
efek tergantung kepada karakteristik individu, aspek tekanan sosial, dan faktor lingkungan
(Wahlund dan Gunnarsson, 1996). Karakter individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilainilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain. Sikap dari karakteristik
individu tersebut adalah human information processing, belief adjustment, persepsi risiko
unsystematic, dan persepsi risiko systematic.
Fishbein dan Ajzen (1975) dalam Theory of Reasoned Action (TRA) menjelaskan bahwa
niat seseorang untuk melakukan (atau tidak melakukan) perilaku merupakan penentu langsung
dari perilaku, serta tergantung pada dua aspek, yaitu: sikap dan norma subyektif. Model TRA
menjadi model yang memuaskan dalam hubungan antara sikap dengan kinerja dari perilaku yang
dikehendaki. Model ini masih diperhatikan peneliti seperti yang dikemukakan Hartwick and Barki
(1994) karena alasan berikut, yaitu: informasi secara efektif menumbuhkan niat berperilaku, niat
berperilaku ditumbuhkan melalui normatif jika pengetahuan masih rendah, serta niat berperilaku
berubah menurut waktu. Niat berperilaku dalam penelitian ini adalah niat untuk seleksi saham dari
hasil estimasi faktor fundamental dan teknikal sebagai bahan untuk memberikan advisory kepada
investor. Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan sikap, norma subyektif, dan niat berperilaku
merupakan penentu utama dari perilaku, tetapi tidak menolak jika variabel lain mempengaruhi
perilaku. Misalnya, demografi, karakteristik personalitas, kepercayaan obyek, sikap terhadap
obyek, karakteristik tugas, dan variabel situasional.
Motivasi penelitian ini adalah niat dalam seleksi saham dengan penggunaan dan
pengevaluasian informasi akuntansi masih sedikit di bursa efek Indonesia. Seleksi saham oleh
investor masih mendasarkan pada rumor, isu, penilaian spekulatif, dan terpengaruh opini massa.
Disamping itu, hasil penelitian tentang manfaat informasi akuntansi untuk pengambilan keputusan
dan sikap berperilaku masih terdapat ketidakkonsistenan (research gap).
Tujuan penelitian adalah memperoleh kajian dan bukti empiris tentang niat analis efek
dalam seleksi saham di BEI dipengaruhi oleh informasi, sikap dalam berperilaku, dan persepsi
risiko. Implikasinya adalah untuk memaksimalkan utilitas.
2. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan)
Teori ini dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975:288) yang menjelaskan bahwa
perilaku dilakukan individu karena mempunyai niat untuk melakukannya, serta berhubungan pada
kegiatan yang dilakukan atas kemauan sendiri. Jika niat diyakini sebagai penentu langsung dari
perilaku atas kemauan sendiri, maka keduanya harus berhubungan dengan kuat dibandingkan
faktor penentu lainnya. Niat berperilaku merupakan fungsi dari faktor pribadi dan faktor sosial.
Penentu yang berhubungan dengan faktor pribadi adalah sikap terhadap perilaku individual. Sikap
ini adalah evaluasi keyakinan (beliefs) atau perasaan (affect) positip atau negatif dari individual jika
2
harus melakukan perilaku tertentu yang dikehendaki. Penentu yang kedua berhubungan dengan
faktor sosial yaitu norma subyektif. Norma subyektif berhubungan dengan preskripsi normatif
persepsian, yaitu persepsi seseorang terhadap tekanan sosial (kepercayaan orang lain) yang akan
mempengaruhi niat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang dipertimbangkan.
Sikap mempengaruhi perilaku melalui proses pengambilan keputusan yang beralasan.
Implikasinya pada tiga hal, yaitu: pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi
oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi
juga oleh norma subyektif yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita
melakukan tindakan. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama norma subyektif membentuk
niat untuk berperilaku atau tidak berperilaku pada tindakan tertentu.
Ajzen dan Fishbein (1980) menyatakan sikap terhadap perilaku dan norma subyektif
mempunyai bobot yang tidak sama dalam memprediksi niat untuk berperilaku. Bobot yang tidak
sama tersebut disebabkan oleh perbedaan situasi dan individu. Misalnya, individu kurang peduli
pada pemikiran seseorang yang menginginkan untuk suatu tindakan, sedangkan seseorang
tersebut memikirkan agar individu tersebut bertindak sesuai dengan pikirannya. Pada contoh kasus
ini, norma subyektif untuk individu tersebut dibobot lebih kecil dalam memprediksi niat berperilaku
individu dibandingkan dengan bobot seseorang yang lebih peduli dalam berperilaku.
2.2. Belief Adjustment
Beliefs merupakan komponen cognitive dari sikap (Siegel dan Marconi, 1989). Beliefs
disusun dari ide, persepsi, serta mempunyai tujuan sikap. Hal ini didasarkan pada bukti,
prasangka, atau intuisi yang merujuk pada informasi dan membuat generalisasi menjadi akurat
atau tidak akurat. Beliefs adalah komponen yang mengupas secara kritis dalam proses
pengambilan keputusan (Beaver, 1989). Tingkat beliefs ini menentukan perilaku pengambilan
keputusan. Peran informasi adalah merubah keyakinan. Beaver menggunakan argumentasi
tersebut karena peranan informasi akuntansi adalah merubah keyakinan investor. Penggunaan
bentuk investor sebagai pemegang saham konsisten dengan orientasi pengguna utama menurut
FASB (1980). Keyakinan investor tidak tampak. Harga saham dapat dipandang sebagai
penampakan dari proses kesetimbangan keyakinan investor.
Hogarth dan Einhorn’s (1992) mendasarkan pada asumsi bahwa individu memproses
informasi secara berurutan dan mempunyai keterbatasan kapasitas memori. Individu merubah
beliefs melalui suatu urutan proses anchoring and adjustment. Keyakinan sekarang bermanfaat
sebagai suatu anchor (keyakinan awal) yang disesuaikan sebagai bukti penggantian yang diterima.
Revisi keyakinan menjadi suatu keyakinan awal (anchor) baru dan proses ini akan terjadi terusmenerus secara berurutan. Pendapat Hogarth dan Einhorn’s (1992) bahwa revisi keyakinan adalah
suatu fakta aktivitas manusia dan informasi diterima satu bagian pada satu waktu dan digabungkan
dalam suatu urutan proses dan konsisten dengan bentuk dimana investor mengevaluasi informasi
secara berurutan, sepanjang informasi juga diterima pada titik waktu yang berbeda.
2.3. Persepsi Resiko
Risiko mempunyai suatu komponen subyektif yaitu pengujian beliefs, sikap, dan perasaan
menuju risiko untuk situasi khusus (Ricciardi, 2004). Persepsi risiko memperlihatkan dua cakupan
suatu komponen bahaya (hazard) dan risiko, konsep yang tampak memerlukan keseluruhan
kesadaran, pengalaman atau pemahaman dari bahaya, kesempatan, atau kemungkinan hasil dari
kejadian khusus. Sehingga persepsi resiko dapat ditunjukkan dari opini orang tentang
3
kemungkinan mendapatkan potensi paparan kerugian, bahaya, atau kejahatan yang berhubungan
dengan aktivitas khusus.
Persepsi risiko adalah pandangan seseorang mengenai fundamental risiko keuangan yang
mempengaruhi harga saham (Selva, 1995). Dalam penilaian risiko analis, persepsi risiko sebagai
bentuk hubungan yang signifikan ukuran risiko dengan data historis. Elemen risiko yang relevan
terhadap analis dalam situasi kompetitif adalah risiko seleksi saham. Risiko seleksi saham adalah
risiko pengambilan saham dengan adverse selection return yang lebih rendah daripada return ratarata perusahaan dalam industri atau sektor yang sama. Analis meminimalisasi risiko pemilihan
dengan membandingkan antar prospek perusahaan dalam industri dan sektor yang sama, serta
menyeleksi perusahaan yang diharapkan outperform pada kriteria expected earnings.
Persepsi risiko dalam pasar modal dikenal dengan resiko investasi. Jenis resiko investasi
terbagi dalam dua kelompok besar (Jones, 2002), yaitu:
1. Risiko sistematis/systematic risk/undiversifiable risk
Merupakan risiko pasar yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi oleh portfolio. Nilai
suatu portfolio yang terdiversifikasi dengan baik akan berfluktuasi terhadap perubahan dalam
hasil pengembalian atas pasar. Contoh, kenaikan inflasi yang tajam, resesi, kenaikan tingkat
bunga, dan siklus ekonomi. Untuk mengurangi risiko ini pelaku pasar dapat melakukan lindung
nilai (hedging) di futures market atau option market.
2. Risiko tidak sistematis/unsystematic risk/diversifiable risk
Merupakan risiko yang bersifat spesifik bagi masing-masing perusahaan. Hal ini mencakup
kebijakan dan keputusan strategik, operasi dan keuangan perusahaan tersebut. Risiko ini akan
berbeda-beda diantara berbagai perusahaan dan industri, sehingga akan memfokuskan pada
dampak spesifik terhadap saham atau sektor tertentu.
2.4. Penelitian Terdahulu
2.4.1. Hubungan Manfaat Informasi Akuntansi Terhadap Persepsi Risiko Unsystematic
Beaver et al. (1970) menyatakan bahwa ukuran risiko meliputi deviden payout, current
ratio, asset size, asset growth, leverage, variability in earnings, dan co-variability in earning
memiliki kekuatan penjelas yang direfleksikan dalam ukuran risiko market price. Terdapat
association yang tinggi antara akuntansi dan ukuran risiko pasar. Hasil riset McDonal dan Stehle
(1975) menyatakan beta dan risiko non market secara kolektif menerangkan 84 % variasi dalam
persepsi risiko, beta menerangkan 15 % dan risiko non-market dihitung untuk 69 % dari persepsi
risiko. Hasil riset Farelly et al. (1985) mempergunakan 7 faktor akuntansi dari Beaver et al. (1970)
yaitu, deviden payout, current ratio, asset size, asset growth, leverage, variability in earnings, dan
co-variability in earning. 7 faktor akuntansi menerangkan 79 % (R-squared 66 %) dan ukuran risiko
yang signifikan adalah leverage, variability in earnings, dan current ratio. Penelitian berbeda
dilakukan Koonce et al. (2004) dengan menggabungkan dua model baru risiko dalam karakteristik
risiko keperilakuan dan teori standard deviasi. Hasil temuan menyatakan indikator risiko secara
statistik signifikan pada karakteristik risiko keperilakuan: worry, catastrophic potential, known by
management, voluntary and control. Sedangkan signifkansi pada indikator risiko keuangan adalah
loss outcome, loss probability, dan gain outcome.
2.4.2. Hubungan Manfaat Informasi Akuntansi Terhadap Beliefs Revision
Scott (2009) menyatakan informasi akuntansi mempunyai kandungan informasi jika
membantu investor melakukan revisi beliefs awal sekuritas dalam proses pengambilan keputusan
4
yaitu membeli atau menjual sekuritas. Hasilnya informasi bermanfaat karena mendorong investor
untuk mengubah keyakinan dan tindakannya. Hasil Easton dan Zmijewski (1989) yang menguji
analis menyatakan setiap $1 GN atau BN dalam pelaporan earnings, analis menaikkan atau
menurunkan ramalan earnings kwartalan berikutnya 34 cent diatas rata-rata. Hal ini menyatakan
bahwa laporan keuangan perusahaan berdasarkan system informasi adalah informatif. Beaver
(1989) menunjukkan peran informasi adalah merubah belief, sehingga perilaku pengambilan
keputusan dirubah ketika datang informasi baru. Peranan informasi akuntansi adalah merubah
keyakinan dan keyakinan investor tidak tampak. Harga saham dipandang sebagai perwujudan dari
proses keseimbangan keyakinan investor. Barberis dan Thaler (2003) menyatakan ketika investor
menerima informasi baru, investor merubah keyakinannya secara benar dan membuat pilihan yang
secara normatif diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya investor memproses informasi
secara benar tetapi investor juga cukup mendapatkan informasi.
2.4.3. Hubungan Manfaat Informasi Akuntansi Terhadap Niat Dalam Seleksi Saham
Watts dan Zimmerman (1986) mengemukakan pasar bereaksi terhadap suatu peristiwa.
Misalnya, peristiwa pengumuman perubahan prosedur akuntansi dengan melihat pengaruhnya
terhadap laba perusahaan. Argumentasinya adalah bahwa manajer perusahaan mengubah
prosedur akuntansi untuk meningkatkan laba perusahaan dengan tujuan mengangkat harga
sahamnya. Hasilnya menunjukkan bahwa manajer percaya kalau pasar dapat dibodohi oleh
perubahan metode atau teknik akuntansi. Hasil studi Beaver, Clarke, Wright (1979) menunjukkan
bahwa semakin besar perubahan dalam unexpected earning maka semakin besar respon pasar
sekuritas. Hasil ini konsisten dengan CAPM dan pendekatan decision usefullness, yaitu semakin
besar perubahan unexpected earning, investor akan semakin merevisi estimasi mereka akan
earning power future dan menghasilkan return dari investasinya, sepanjang faktor lain sama. Studi
Ball & Brown (1968) membuktikan bahwa harga pasar saham berhubungan dengan kandungan
informasi dalam laporan keuangan. Hasilnya, jika reaksi pasar sekuritas terhadap informasi
akuntansi diobservasi selama periode sempit maka informasi akuntansi menyebabkan reaksi
pasar. Dalam periode panjang, terdapat hubungan antara return saham dan informasi akuntansi
net income sehingga pengungkapan akuntansi merupakan sumber info bagi investor. Hal ini
membuktikan bahwa net income dan return berhubungan positif dengan realitas yang mendasari
kinerja perusahaan, serta baik sebab akibat dan hubungan konsisten bahwa bukti akuntansi
memiliki kandungan informasi terhadap saham.
2.4.4. Hubungan Persepsi Risiko Systematic Terhadap Beliefs Revision
Ferris et al. (1990) membandingkan investor di US dan Jepang berkenaan dengan
persepsi risiko lintas pasar modal internasional. Hasilnya, kelompok A membuktikan keyakinan
bahwa 44 % persepsi risiko dijelaskan oleh analis di Jepang untuk 6 ukuran risiko sedangkan
kelompok B memberikan keyakinan bahwa penjelasan 92 % variasi risiko dari 6 ukuran risiko.
Rendahnya variabel penjelas ketika dibandingkan investor Jepang dengan USA adalah berkenaan
persepsi risiko bahwa investor Jepang mengurangi ketergantungan pada kinerja perusahaan
karena kurang pentingnya ukuran risiko akuntansi, tingginya frekuensi insider trading di Jepang,
dan kecenderungan tingginya perdagangan spekulatif di Jepang.
2.4.5. Hubungan Persepsi Risiko Unsystematic Terhadap Niat Dalam Seleksi Saham
Persepsi risiko unsystematic mencerminkan pandangan individu tidak dapat memprediksi
lingkungan secara akurat (Miliken 1987). Lingkungan tersebut tidak menguntungkan dan
dipandang sebagai kondisi yang negatif dan penuh ketidakpastian yang berada di luar kendali
5
perusahaan yang ditandai oleh iklim industri yang tidak menentu serta persaingan yang ketat,
perubahan yang mendadak dan terputus-putus serta cepat dari sektor-sektor lingkungan. Dalam
kondisi ketidakpastian ini peluang yang tersedia relatif sedikit. Karena saham terpengaruh risiko
pasar maka informasi eksternal harus dikuasai penuh untuk meminimalisasi keadaan yang dapat
membuat saham perusahaan menjadi loss. Pengendalian dan perencanaan pengguna dilakukan
untuk reposisi saham sehingga terdapat saham yang dilepas dan saham yang tetap dipilih.
Akibatnya niat untuk pengambilan keputusan dalam seleksi saham menjadi tinggi. Hasil studi Kim
and Lim (1988), Tim BEJ (1997), serta Luo (1999) bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
ketidakpastian lingkungan dengan niat untuk melakukan pengambilan keputusan. Semakin tinggi
individu dapat memprediksi lingkungan secara akurat, semakin tinggi niat untuk melakukan
pengambilan keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi turbulensi pada pasar modal (bearish)
mengakibatkan kondisi keyakinan mulai menurun tetapi pelaku yang tidak terpengaruh dengan
kondisi apapun akan mengambil kesempatan dan peluang untuk melakukan investasinya di pasar
modal. Kondisi turbulensi dalam ekonomi akan merubah keyakinan pelaku pasar dalam melakukan
pengambilan keputusan investasi. Hal ini akan terjadi pada asset yang berisiko. Pemahaman
pengetahuan yang kuat tentang analisis investasi akan memberikan pengertian dan penilaian
kembali manfaat pengetahuan investasi dalam memahami hal tersebut.
2.4.6. Hubungan Persepsi Risiko Systematic Terhadap Niat Dalam Seleksi Saham
Gibson et al. (1997) menjelaskan proses pengambilan keputusan dipengaruhi sangat kuat
oleh perilaku individu dalam kecenderungannya mengambil resiko. Dalam situasi yang sama,
individu yang mengambil risiko dengan berani akan menentukan tujuan, mengevaluasi alternatif,
dan memilih alternatif secara berbeda. Sedangkan individu yang kurang berani mengambil risiko
berusaha untuk mengambil pilihan dengan risiko dan ketidakpastian yang rendah atau dimana
kepastian hasil yang tinggi. Siegel dan Marconi (1989) menjelaskan individu secara terus-menerus
dihantui oleh ketidakpastian dalam lingkungan internal dan eksternal ketika mengambil keputusan.
Sehingga, pengambil keputusan akan melakukan proses pemikiran, pengelolaan, dan pemecahan
masalah. Hasilnya tidak terdapat pengaruh antara persepsi risk dengan niat bertindak karena
persepsi risiko pengguna tidak memperhatikan konsekuensi yang tidak diinginkan dalam niat
bertindak (Hsu and Chiu, 2004). Charness dan Gneezy (2003) mengkaji pengambilan keputusan
dan menunjukkan illusion of control dan ambiguity treatment tidak mempengaruhi perilaku dalam
mengambil keputusan investasi. Sedangkan pada myopic loss aversion partisipan memiliki
kebebasan merubah investasi meskipun membayar dana lebih banyak.
2.4.7. Hubungan Beliefs Revision Terhadap Niat Dalam Seleksi Saham
Pendapat Siegel dan Marconi (1989) menunjukkan bahwa pengambilan keputusan
dipengaruhi oleh keyakinan individu dan gaya kognitif mengenai individu menerima, menyimpan,
memproses, dan meneruskan informasi. Individu dengan keyakinan yang sama dapat memiliki
gaya kognitif yang berbeda dengan menggunakan metode yang berbeda ketika menerima,
menyimpan, dan memproses informasi karena memiliki perbedaan kapasitas kognitif. Melalui hal
yang sama, individu dengan keyakinan yang berbeda dapat menunjukkan gaya kognitif yang
sama. Bruns (1968) menunjukkan beliefs menentukan perilaku pengambilan keputusan karena
interpretasi informasi. Melalui pusat pemahaman pemrosesan informasi dari cognitive-nya terjadi
pertimbangan untuk mengestimasi dan memilih return dari sekuritas yang diniatinya.
Manifestasinya adalah wujud persepsi expected values dan risk. Setiap investor memberikan hasil
berbeda karena perbedaan pengetahuan dan beliefs. Wahlund dan Gunnarsson (1996)
6
menunjukkan pengambilan keputusan investasi berbeda karena perbedaan kapasitas kognitif dan
tipe pengambilan keputusan sehingga individu berbeda membuat pertimbangan. Hal ini
menunjukkan individu mengkonseptualisasi peristiwa dan mengartikan dengan informasi.
2.5. Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan teori dan studi empirik yang telah dikemukakan, dapatlah disusun hipotesis sebagai
berikut:
H1 : Manfaat informasi akuntansi berpengaruh terhadap persepsi risiko unsystematic.
H2 : Manfaat informasi akuntansi berpengaruh terhadap beliefs revision.
H3 : Manfaat informasi akuntansi berpengaruh terhadap niat dalam seleksi saham.
H4 : Persepsi risiko systematic berpengaruh terhadap beliefs revision.
H5 : Persepsi risiko unsystematic berpengaruh terhadap niat dalam seleksi saham.
H6 : Persepsi risiko systematic berpengaruh terhadap niat dalam seleksi saham.
H7 : Beliefs revision berpengaruh terhadap niat dalam seleksi saham.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini merupakan kausalitas eksplanatoris. Tujuannya untuk menguji
dan menjelaskan hubungan kausal secara simultan antar variabel. Penelitian ini disebut
explanatory perceptional research karena berhubungan dengan perilaku manusia sebagai reaksi
yang bersifat sederhana atau kompleks dalam mempersepsikan jawaban suatu pertanyaan.
Metode utama penelitian adalah survey. Jenis data berbentuk primer. Data penelitian
berupa data subyek yang menyatakan opini, sikap, pengalaman, atau karakteristik subyek secara
individual. Dimensi waktu adalah one shot study. Responden penelitian adalah analis efek. Unit
analisis adalah individu analis efek. Analisis data menggunakan uji Structural Equation Modeling
(SEM) dengan program AMOS.
3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah analis efek yang tergabung dalam Asosiasi Analis
Efek Indonesia (AAEI). Analis efek tersebut bekerja pada perusahaan sekuritas dengan tugasnya
memberi advisory kepada investor atas saham terpilih. Sampel adalah bagian dari populasi
dengan unit analisis adalah individu analis efek. Jumlah sampel menurut Hair et al. (2007) adalah
5–10 x jumlah indikator, atau dengan estimasi maximum likelohood estimation diantara 100-200
sehingga jumlahnya ditentukan sebesar 182. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara
random melalui simple random sampling.
3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.3.1. Manfaat Informasi Akuntansi (information usefulness)
Manfaat informasi akuntansi adalah persepsi kualitas informasi yang digunakan analis efek
dalam pengambilan keputusan penilaian dan seleksi saham. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur information usefulness dikembangkan oleh peneliti dari SAK-IAI (2009) serta Ho dan
Wong (2005). Item-pertanyaan diskor dengan menggunakan skala 1 (sangat tidak bermanfaat)
sampai 5 (sangat bermanfaat) dengan 15 butir pertanyaan. Indikator variabel information
usefullness diidentifikasi melalui 6 variabel laten dan 13 variabel terukur sebagai berikut:
a. Relevance terdiri dari tiga item, yakni: prediktif, umpan balik, dan tepat waktu.
b. Reliability terdiri dari tiga item, yakni: dapat diperiksa, ketepatan penyimbolan, dan netral.
7
c. Kualitas Sekunder terdiri dari dua item yakni: komparatif dan konsistensi.
d. Keterbatasan terdiri dari dua item yakni: biaya dan manfaat, serta materialitas.
e. Kinerja terdiri dari dua item yakni: Informasi akuntansi menceminkan kinerja laba jangka
pendek, serta Informasi akuntansi mencerminkan nilai ekonomi jangka panjang.
f. Mudah dipahami.
3.3.2. Persepsi Risiko Unsystematic
Persepsi risiko merupakan pertimbangan item laporan keuangan yang kemungkinan
mempunyai potensi loss dari outcomes. Instrumen pengukur persepsi risiko unsystematic terdiri
dari 7 indikator yang dikembangkan dari Koonce et al. (2004). Item pertanyaan diskor dengan
menggunakan skala 1 (sangat tidak berisiko) sampai 5 (sangat berisiko) dengan 7 butir pertanyaan
sebagai berikut: laporan keuangan menunjukkan kesulitan keuangan, risiko keuangan yang
dihadapi perusahaan diketahui secara presisi, risiko keuangan membuat akibat negatif bagi
perusahaan, hubungan risiko keuangan dengan waktu segera terjadinya, probabilitas kerugian
ekonomi dari item-item laporan keuangan, rugi yang saya prediksi akan terjadi pada perusahaan
yang bersangkutan, serta kondisi risiko keuangan terjadi pada perusahaan.
3.3.3. Persepsi Risiko Systematic
Persepsi risiko systematic merupakan persepsi analis efek terhadap kemungkinan risiko
pasar yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Instrumen pengukur persepsi risiko
unsystematic terdiri dari 5 pertanyaan yang diperoleh dengan memodifikasi instrumen yang
disusun dari Farid dan Siswanto (1998). Instrumen ini digunakan untuk mengukur persepsi analis
efek terhadap ekonomi, politik, serikat buruh, pasar modal, dan tingkat bunga. Item pertanyaan
diskor dengan menggunakan skala 1 (sangat tidak dapat diprediksi) sampai 5 (sangat dapat
diprediksi).
3.3.4. Beliefs Revision
Beliefs revision adalah persepsi analis efek terhadap informasi akuntansi yang
memotivasinya untuk merubah keyakinan awal. Instrumen yang digunakan untuk mengukur beliefs
revision terdiri dari empat item pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti dari Hogarth dan
Einhorn’s (1992). Item pertanyaan diskor dengan menggunakan skala 1 (sangat tidak yakin)
sampai 5 (sangat yakin) dengan 4 butir pertanyaan. Indikator variabel beliefs revision diidentifikasi
melalui 4 variabel terukur yaitu: laporan keuangan membawa berita dan kandungan informasi,
interpretasi laporan keuangan menambah pengetahuan, kepuasan atas laba bersih, serta
pemrosesan informasi kinerja keuangan keseluruhan.
3.3.5. Niat Dalam Seleksi Saham
Niat dalam seleksi saham merupakan derajat afek positif atau negatif dari keinginan
memilih saham yang ditentukan oleh keyakinan analis efek terhadap estimasi saham. Instrumen
dikembangkan dari Wahlund dan Gunnarsson (1996). Item pertanyaan diskor dengan
menggunakan skala 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju) dengan 8 butir pertanyaan.
Indikator niat dalam seleksi saham diidentifikasi melalui 8 variabel terukur, yaitu: ingin memilih
saham dengan return tinggi, ingin merubah dan merivisi saham, ingin memiliki saham yang
tergabung dalam blue chips, ingin mencari informasi mengenai saham yang diinginkan, ingin
memiliki saham unggulan dengan harga berapapun, tanggap terhadap perubahan harga saham,
serta tanggap terhadap perubahan tingkat bunga di pasar.
8
3.4. Analisis Data
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji Structural Equation Model
(SEM). Arbuckle (1997) menyatakan bahwa model yang baik harus memenuhi kriteria kelayakan
model. Kelayakan model penelitian disajikan pada tabel 1.
TABEL 1.
KRITERIA KELAYAKAN PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL
No
Goodness of Fit Index
1
Degree of freedom
2
Probabilitas signifikansi
Absolute Fit Measures
3
Chi-Square
4
RMSEA
5
GFI
Incremental Fit Measures
6
TLI
7
CFI
Parsimonious Fit Measures
8
AGFI
9
CMIN/DF
Sumber: Ferdinand, 2002:61
Nilai Cut Off
≥ 0.05
Diharapkan kecil
≤ 0.08
≥ 0.90
≥ 0.95
≥ 0.95
≥ 0.90
≤ 2.00
3.5. Model Penelitian
Model penelitian dibangun dalam bentuk diagram jalur untuk menyatakan hubungan
kausalitas antara variabel eksogen dengan variabel endogen. Gambar model penelitian terdapat
pada gambar 1.
Gambar 1. Model Penelitian
9
4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Demografi Responden
Jumlah kuesioner yang dikirim sebanyak 200 lembar dan kembali sebanyak 192. Tingkat
tanggapan responden (respon rate) sebesar 96 %. Gambaran pengembalian kuesioner terdapat
pada tabel 2. Demografi responden analis menunjukkan gambaran menunjukkan karakteristik
terbesar pada: jenis kelamin laki-laki, pendidikan strata 1, kisaran usia antara 31-35, tipe profesi
adalah analis fundamental, serta sertifikasi terbanyak pada WPPE.
TABEL 2
Gambaran Penyebaran dan Penerimaan Kuesioner
Keterangan
Jumlah
Kuesioner yang dikirim
200 eksemplar
Kembali karena alamat tidak dikenal
Jumlah Pengiriman
200 eksemplar
Kuesioner yang kembali
192 eksemplar
Prosentase yang kembali
96 %
Kuesioner yang bisa dipakai
182 eksemplar
Prosentase yang bisa dipakai
91 %
4.2. Uji Reliabilitas dan Validitas
Pengujian reliabilitas menggunakan cronbach alpha dengan hasil nilai antara 0,748 –
0,882 yang mempunyai nilai diatas 0,60 sehingga disimpulkan variabel penelitian adalah reliabel
(Nunnally, 1978). Sedangkan pengujian validitas menggunakan faktor analisis dengan nilai MSA
antara 0,694 – 0,815 yang mempunyai nilai diatas 0,50 sehingga disimpulkan variabel penelitian
valid (Kaiser dan Rice, 1974). Hasil pengujian reliabilitas dan validitas dalam variabel penelitian
terdapat pada tabel 3.
TABEL 3
Hasil Pengujian Reliabilitas dan Validitas Variabel
Variabel
Reliabilitas
Validitas
Manfaat Informasi Akt.
0,748
0,708
Beliefs Revision
0,817
0,815
Persepsi Risiko Unsystematic
0,769
0,694
Persepsi Risiko Systematic
0,882
0,761
Niat Dalam Seleksi Saham
0,862
0,778
4.3. Uji Kesesuaian Model (Goodness-of-fit Test)
Goodness-of-fit Test yang dihasilkan dalam penelitian ini terdapat pada Tabel 4, dan
disimpulkan model dalam penelitian diterima. Hasil tersebut dalam tabel 4.
4.4. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
4.4.1. Pengujian Hipotesis
Hasil analisa program AMOS menunjukkan pengaruh antar variabel dari H 1 sampai
dengan H7. Hipotesis diterima bila mempunyai signifikansi dibawah 0.05. Hasil pengujian
menunjukkan penerimaan hipotesis 1,2,3,5, dan 7, serta penolakan pada hipotesis 4 dan 6.
Penerimaan masing-masing hipotesis terdapat pada tabel 5.
10
TABEL 4
Indeks Kesesuaian Structural Equation Model (SEM)
Kriteria
Cut of Value
Hasil Perhitungan
Keterangan
Chi-Square (  )
Diharapkan
Kecil
267,9
 dengan df = 264 adalah 286,
Sig. of Probability
RMSEA
GFI
AGFI
CMIN/DF
TLI
CFI
≥ 0,05
≤ 0,08
≥ 0,90
≥ 0,90
≤ 2,00
≥ 0,95
≥ 0,95
0,4215
0,0091
0,947
0,952
1,0148
0,9929
0,9932
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
Diterima
2
2
TABEL 5
Estimasi Parameter Model Struktural
Variabel
Estimate
Manfaat Inf. Akt(X1)  Persepsi Risiko Unsystematic (Y1)
Manfaat Inf. Akt (X1)  Beliefs Revision (Y2)
Manfaat Inf. Akt (X1)  Niat Seleksi saham (Y3)
Persepsi Risiko Systematic (X2)Beliefs Revision (Y2)
Persepsi Risiko Systematic (X2)  Niat Seleksi saham (Y3)
Persepsi Risiko Unsystematic (Y2) Niat Seleksi saham (Y3)
Beliefs Revision (Y2)  Niat Seleksi saham (Y3)
1,8206
0,7414
2,2759
-0,0993
-0,2998
-0,7240
0,2303
S.E.
C.R.
Prob.
0,2884
0,2644
1,0693
0,1031
0,0755
0,5328
0,0909
6,3127
2,8045
2,1284
-0,9634
-3,9711
-1,3589
2,5321
0,0000
0,0050
0,0333
0,3353
0,0001
0,1742
0,0113
Hipotesis
H1 *
H2 *
H3 *
H4
H5 *
H6
H7 *
* Signifikan pada α = 5%
4.4.2. Pembahasan
4.4.1. Pengujian Hipotesis 1
Hipotesis 1 menunjukkan manfaat informasi akuntansi berpengaruh positif terhadap
persepsi risiko. Artinya, informasi akuntansi bermanfaat memberikan sinyal good news atau bad
news mengenai kondisi keuangan perusahaan tidak berisiko atau sangat berisiko. Analis efek
menelaah risiko masing-masing emiten dengan memproksikan ukuran risiko tersebut melalui
informasi akuntansi. Analis efek menganalisis dan menginterpretasikan informasi akuntansi dalam
pos laporan keuangan menghasilkan potensi negatif dalam perkembangan bisnis perusahaan
masa sekarang dan masa datang. Implikasinya adalah terdapatnya persepsi risiko unik
fundamental saham perusahaan. Harga saham merupakan pencerminan informasi perusahaan
dan value of the firm. Potensi risiko yang bad news tersebut dinilai sebagai feed back terhadap
perilaku harga saham. Hasil penelitian ini memperkuat temuan periset sebelumnya yang dilakukan
oleh Beaver et al. (1970), McDonald dan Stehle (1975), Farelly et al. (1985), John Capstaff (1992),
Koonce et al. (2004), serta Arrozi (2010).
4.4.2. Pengujian Hipotesis 2
Hipotesis 2 menunjukkan manfaat informasi akuntansi berpengaruh positif terhadap revisi
keyakinan. Artinya, informasi akuntansi bermanfaat dalam memberikan pengetahuan positif
sehingga membuat analis efek melakukan revisi keyakinan awal. Keyakinan awal tersebut
didasarkan pada informasi akuntansi yang tersedia di pasar. Pada saat publikasi laporan
keuangan, analis efek membaca, menelaah, menganalisa dan menginterpretasikan laporan
keuangan sebagai sinyal good news atau bad news. Sehingga terjadi proses revisi keyakinan
11
karena manfaat dari laporan keuangan. Hal ini terjadi karena proses analisis digunakan untuk
mengetahui kinerja keuangan emiten bersangkutan dalam proses seleksi saham. Hasil kinerja
keuangan emiten menunjukkan besarnya return yang dijanjikan, potensi risiko, kekuatan dan
kelemahan emiten, serta prospek emiten di masa datang. Sehingga memberikan manfaat karena
mempunyai nilai bagi analis efek. Analis efek mempercayai informasi tersebut karena mempunyai
karakteristik relevante, reliable, dan mempunyai kandungan informasi. Analis efek menggunakan
laporan keuangan secara optimal dalam keputusan penilaian dan pemilihan prospek saham. Hasil
penelitian memperkuat temuan Scott (2009), Easton dan Zmijewski (1989), Beaver (1989), Hogart
dan Einhorn’s (1992), Barberis dan Thaler (2003), Stuerke (2005), serta Arrozi (2010).
4.4.3. Pengujian Hipotesis 3
Hipotesis 3 menunjukkan manfaat informasi akuntansi berpengaruh positif terhadap niat
dalam seleksi saham. Artinya, analis efek memanfaatkan laporan keuangan dalam melakukan
analisis penilaian dan pemilihan prospek saham. Implikasinya akan memberikan pandangan
secara fundamental harga saham di bursa efek mampu memberikan maksimalisasi utilitas dalam
bentuk value of the firm berdasarkan preferensi return dan risk. Preferensi tersebut dapat berubah
karena keyakinan, pandangan orang lain, sikap pribadi, dan berbagai macam pertimbangan. Salah
satu pertimbangan adalah manfaat informasi akuntansi yang menunjukkan value yang dijanjikan
serta prospek di masa yang akan datang. Konsekwensinya adalah analis efek dapat melakukan
rating saham secara optimal. Hasil penelitian memperkuat temuan peneliti dari Beaver (1989), Ball
& Brown (1968), Beaver et al. (1979), Wahlund dan Gunnarsson (1996), serta Arrozi (2010).
Temuan riset ini tidak konsisten dengan studi Stainbank and Peebles (2006), serta Ferris et al.
(1990). Hal ini ditunjukkan oleh kurangnya kinerja perusahaan karena kurang pentingnya ukuran
risiko akuntansi, tingginya frekuensi insider trading di Jepang, dan kecenderungan tingginya
perdagangan spekulatif di Jepang. Sehingga pemanfaatan informasi akuntansi untuk analisis
penilaian saham tidak berperan dalam keputusan investasi.
4.4.4. Pengujian Hipotesis 4
Hipotesis 4 menunjukkan persepsi risiko systematic tidak mempunyai pengaruh terhadap
revisi keyakinan. Hal ini berarti risiko systematic tidak mampu mengubah keyakinan analis efek
dalam memilih prospek saham. Risiko systematic merupakan risiko yang tidak dapat dihindari yang
memberikan dampak negatif kepada prospek saham. Analis efek memerlukan penguasaan
informasi untuk meminimalisasi risiko systematic yang tinggi dalam rangka untuk memprediksi
prospek seleksi saham kandidat secara akurat. Tetapi, analis efek secara terus menerus
dihinggapi ketidakpastian pasar dalam lingkungan eksternalnya ketika melakukan pengambilan
keputusan yang sangat kompleks karena kurang pemahaman yang baik dari eksternalnya.
Sehingga tidak mampu merubah keyakinannya untuk penilaian prospek saham yang dikelolanya.
Analis efek tidak mampu memprediksi informasi yang relevan dengan situasi tersebut. Implikasinya
adalah proses perencanaan, penentuan, dan seleksi saham mengalami volatility. Harga saham
fluktuatif dan menjadi proses yang sulit diperkirakan untuk dilakukan antisipasi. Hasil riset ini
bertentangan dengan hasil penelitian dari Tim BEJ (1997), Luo (1999), McGhee dan Rubach
(1996), Yeoh dan Jeong (1995), Gordon dan Narayanan (1984), serta Arrozi (2010).
4.4.5. Pengujian Hipotesis 5
Hipotesis 5 menunjukkan bahwa persepsi risiko systematic berpengaruh negatif terhadap
niat seleksi saham. Artinya, semakin tinggi persepsi risiko systematic analis efek terhadap saham
emiten maka akan menurunkan niat seleksi saham, atau sebaliknya. Pengambilan keputusan
12
seleksi saham tergantung pada sikap penerimaan resiko dan preferensi risiko. Pengambilan
keputusan tersebut karena potensi risiko systematic yang tidak dapat dihindari baik melalui
valuation maupun diversifikasi portfolio. Berdasarkan efisiensi pasar, maka informasi resiko
tercermin dalam harga saham. Implikasinya akan mempengaruhi cognitive analis efek dalam
mengambil keputusan seleksi saham. Analis efek yang mempunyai preferensi risk seeker
cenderung mudah menerima risiko yang besar karena diimbangi oleh return yang besar dalam
seleksi saham. Analis efek yang mempunyai preferensi risk averter maupun risk neutral yaitu
mengambil pilihan dengan risiko yang rendah atau kepastian hasil yang tinggi. Analis efek yang
berniat pada suatu saham mempunyai niat untuk melakukan hold pada suatu saham tersebut
karena sesuai dengan preferensi risikonya. Hasil penelitian ini mendukung temuan Chen dan
Steiner (1999), serta tidak konsisten dengan temuan Hsu dan Siu (2004).
4.4.6. Pengujian Hipotesis 6
Hipotesis 6 menunjukkan bahwa persepsi risiko unsystematic tidak berpengaruh secara
negatif terhadap niat seleksi saham. Artinya, semakin tinggi risiko suatu saham maka membuat
tindakan untuk tidak berniat dalam seleksi saham. Hal ini terjadi informasi akuntansi mempunyai
kandungan informasi dan mempengaruhi harga saham sehingga saham tersebut dinilai tidak
mempunyai prospek di masa datang. Analis efek melakukan penilaian prospek saham dari
informasi akuntansi, sehingga memperoleh pertimbangan bahwa saham tersebut berpotensi loss
atau berisiko. Interpretasi risiko tersebut menunjukkan pemahaman dalam cognitive analis efek
bagi masing-masing sahamnya yang mengalami indikasi risiko terbesar. Sehingga untuk
mengurangi potensi risiko dan kerugian saham tersebut, analis efek melakukan proses penilaian
saham kandidat. Implikasinya adalah analis efek akan menunda pengambilan keputusan seleksi
saham dengan proses hold. Niat seleksi saham adalah mendapatkan keuntungan maksimal.
Keuntungan yang diinginkan bergantung kepada preferensi, bersifat tidak tunggal, dan analis efek
melakukan secara rasional untuk memaksimalkan utilitasnya. Hasil penelitian menunjukkan ratarata kondisi keuangan perusahaan diberikan persepsi berisiko. Hasil studi memperkuat temuan
Fletcher (2000), Daniel, Hirshleifer, dan Subrahmanyam (2001), serta Arrozi (2010).
4.4.7. Pengujian Hipotesis 7
Hipotesis 7 menunjukkan revisi keyakinan berpengaruh positif terhadap niat dalam seleksi
saham. Hal ini menunjukkan adanya persepsi analis efek terhadap informasi akuntansi mempunyai
motivasi untuk merubah keyakinan awal sehingga analis efek melakukan reposisi seleksi saham.
Analis efek mempunyai keyakinan awal mengenai prospek kinerja return dan risk suatu saham.
Keyakinan tersebut berdasarkan informasi yang tersedia dan berbeda diantara analis efek dalam
mendapatkan informasi dan kemampuan menginterpretasikan. Informasi akuntansi merupakan
sinyal yang mempengaruhi cognitive yang akan membentuk keyakinan analis efek. Keyakinan
akan menentukan apakah informasi merupakan sinyal yang sahih dan dapat dipercaya.
Implikasinya, analis efek akan merevisi keyakinan awal mereka untuk masing-masing emiten.
Revisi saham tergantung pada interpretasi analis efek secara sophisticated ataukah naif yang
mengakibatkan kinerja saham emiten berubah. Hasil perubahan adalah terdapat saham yang
tinggal karena kinerjanya baik dan terdapat saham yang terbuang karena kinerjanya buruk.
Implikasinya menunjukkan derajat afek positif melalui penerimaan saham kandidat atau derajat
afek negatif melalui penolakan saham kandidat. Hasil penelitian memperkuat temuan dari peneliti
Wahlund dan Gunnarsson (1996), Hunton and McEwen (1997), Arrozi (2010) serta tidak konsisten
dengan hasil penelitian Blanthorne (2000).
13
5. SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI
5.1. Simpulan
Hasil penelitian membuktikan dukungan pada hipotesis 1, 2, 3, 5, dan 7 serta penolakan
pada hipotesis 4 dan 6. Manfaat informasi akuntansi merupakan faktor yang mempunyai pengaruh
paling besar dibandingkan variabel beliefs revision, persepsi risiko unsystematic, persepsi risiko
systematic, dan niat dalam seleksi saham. Informasi akuntansi bermanfaat dalam proses seleksi
saham karena mempunyai sifat relevan, reliabel, dan decision usefulness. Kebermanfaatan
informasi akuntansi mampu memberikan nilai bagi analis efek sehingga merubah beliefs revision,
mempunyai nilai dalam perilaku, dan mengubah tindakan dalam pengambilan keputusan. Teori
tindakan beralasan sebagai kerangka teori utama penelitian terbukti karena perilaku individu
disebabkan oleh sikap dalam mempertimbangkan informasi. Salah satunya adalah informasi
akuntansi. Informasi akuntansi mempunyai nilai karena berisi pengetahuan yang bersifat positif
atau negatif. Pengetahuan positif atau negatif tersebut membentuk keyakinan untuk melakukan
perilaku tertentu. Keyakinan mempengaruhi sikap untuk melakukan tindakan.
Temuan penelitian adalah analis efek mempunyai sikap risk neutral dalam kondisi
uncertainty sehingga bersikap hati-hati dalam pengambilan keputusan seleksi saham. Hasil
keputusan seleksi saham adalah hold. Analis efek mempunyai tipe fundamental dan menyukai
bentuk penelaahan informasi akuntansi. Sehingga, informasi akuntansi bermanfaat dalam seleksi
saham (decision usefulness) karena mampu memberi kandungan informasi, prospek perusahaan,
dan nilai perusahaan.
5.2. Keterbatasan
Beberapa keterbatasan yang dirasakan mengganggu pada penelitian ini adalah:
1. Kondisi pasar modal dalam keadaan bearish yang dicerminkan oleh indeks harga saham yang
cenderung turun. Kondisi ini menyebabkan harga saham menjadi fluktuatif, tidak kondusif,
serta sangat berisiko. Hal tersebut menyebabkan harapan pelaku pasar modal menjadi
pesimistis.
2. Penelitian keperilakuan dari sudut pandang persepsi menyebabkan variasi persepsi menjadi
terbatas, bilamana sampel penelitian hanya memuat ruang lingkup hanya pada satu sampel.
Hal ini disebabkan sifat sampel tersebut yang homogen.
5.3. Rekomendasi
Berdasarkan simpulan dan keterbatasan di atas, maka rekomendasi untuk penelitian pada
masa datang adalah sebagai berikut:
1. Model penelitian perlu dikembangkan dengan memasukkan variabel motif investasi, preferensi
return, lingkungan uncertainty, mental accounting, tipe keputusan individu, niat untuk investasi,
dan faktor-faktor lain baik dari internal maupun eksternal. Seluruh variabel tersebut dapat
diperlakukan sebagai variabel independen, moderating, intervening, dan independen sebagai
bentuk perluasan model niat dalam seleksi saham.
2. Sampel penelitian perlu dilakukan perluasan ruang lingkup dan berbeda antar sampel supaya
diperoleh persepsi niat seleksi saham yang variatif dan dapat digeneralisasi dengan baik.
3. Riset penelitian pada masa yang akan datang perlu dilakukan pada kondisi pasar modal yang
bullish. Pada situasi dan kondisi tersebut, akan diperoleh penjelasan yang lebih baik tentang
perilaku-perilaku pelaku pasar modal baik mengenai sikap, beliefs, niat, value, niat dan tindakan
seleksi saham.
14
Daftar Pustaka
Arbuckle, James L., 1997. Amos Users’ Guide Version 3.6, SmallWaters Corporation.
Ajzen, Icek dan Fishbein, Martin, 1980, Understanding Attitudes and Predicting Social Behavior.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc.
Arrozi, MF, 2010, Pengaruh Manfaat Informasi Akuntansi, Faktor Keperilakuan dan Ketidakpastian
Lingkungan Terhadap Mental Discounting Serta Subyektifitas Return Pada Analis Efek di
Bursa Efek Indonesia, Disertasi, Program Pascasarjana, Universitas Airlangga.
Ball, R. and P. Brown, 1968. An Empirical Evaluation of Accounting Income Numbers, Journal of
Accounting Research, pp 159-178.
Barberis, Nicholas, and Richard Thaler, 2003, Handbook of the Economics of Finance, Elsevier
Science.
Beaver, W.H.,, 1989. Financial Reporting: An Accounting Revolution, Second Edition, Englewood
Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.
Beaver, W.H., R. Clarke, and W.F., Wright, 1979. The Association Between Unsystematic Security
Return and The Magnitude of Earnings Forecast Errors, Journal of Accounting Reasearch,
pp. 316-340.
Beaver, W.H., Kettler, P., and Scholes, M., 1970. The Association between market determined and
accounting determined risk measures, The Accounting Review, Vol. 6, pp. 654 – 682.
Blanthorne, Cynthia M., 2000. The Role of Opportunity and Beliefs On Tax Evasion: A Structural
Equation Analysis. Dissertation, Arizona State University.
Bruns, William J. Jr., 1968. Accounting Information and Decision Making: Some Behavioral
Hypoyheses, The Accounting Review, July, pp. 469-480.
Capstaff, John, 1992. The Usefulness of UK accounting and market data for predicting the
perceived risk class of securities, Accounting and Business Research, Vol.22, No.87, pp
219-228
Charness, Gary, and Uri Gneezy, 2003. Portfolio Choice and Risk Attitudes: An Experiment,
Journal of Economic Behavior and Organization, Vol. 51, June, pp. 161
Chen, Carl R and Thomas L., Steiner, 1990. Managerial Ownership and Agency Conflict : A
Nonlinier Simultaneous Equation Analysis of Managerial Ownership, Risk Taking, Debt
Policy, and Dividend Policy. The Financial Review. Vol 34, pp. 119-136
Daniel, K.D., D. Hirshleifer, and A. Subrahmanyam, 2001. Covariance Risk, Mispricing, and The
Cross Section of Security Returns, Journal of Finance, Forthcoming.
Easton, P.D., and M.E. Zmijewski, 1989. Cross Sectional Variation In The Stock-Market Response
to Accounting Earnings Announcement, Journal of Accounting and Economics, July, pp
117-141.
Farrelly, G., Ferris, K., and Reichenstein, W., 1985. Perceived Risk, Market Risk, and Accounting
Determined Risk Measures, The Accounting Review, 60, 278 – 288.
Farid Harianto dan Siswanto Sudomo, 1998. Perangkat dan Teknik Analisis Investasi, Jakarta,
Penerbit: PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Ferdinand, Augusti, 2002. Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen : Aplikasi
Model-Model Rumit Dalam Penelitian Untuk Tesis Magister & Disertasi Doktor, Edisi 2,
Semarang:BP-UNDIP.
15
Ferris, K. R., Hiramatsu, K., and Kimoto, K., 1990. Accounting Information and Investment Risk
Perception in Japan, Journal of International Financial Management and Accounting, 1 (3),
pp. 232 – 243.
Financial Accounting Standard Board,, 1980, Statement of Financial Accounting Consepts No. 2,
Qualitative Characteristic of Accounting Information, Norwalk, CT: FASB..
Fishbein, Martin, and Ajzen, Icek, 1975. Belief, attitude, intention, and behavior : an introduction to
theory and research, Massachusetts: Addison-Weshley.
Fletcher, J., 2000. On The Conditional Relationship between Beta and Return in International Stock
Return, International Review of Financial Analysis, 9 (3), pp. 235 – 245.
Gibson, L. James, Ivancevich, M. John, dan Donnelly. James L. Jr., 1997, Organisasi : Perilaku,
Struktur, dan Proses, Edisi 8, Jakarta: Penerbit Binarupa Aksara.
Gordon, L.A. and V.K. Narayanan, 1984. Management Accounting system: Perceived
Environmental Uncertainty and Organization Structure: An Empirical Investigation,
Accounting, Organizations and Society, Vol. 9, pp. 33-47.
Hair, J.,F., Jr., R.E. Anderson, R.L. Tatham, and W.C. Black, 1998. Multivariate Data Analysis With
Readings, Indiana: Macmilan Publishing Company.
Hartwick, J., and Barki, H., 1994, Explaining the Role of User Participation in Information System
Use, Management Science (40:4), pp. 440-465.
Ho, Simon S. M, and Wong, K. S., 2004. 'Investment Analysts' Usage and Perceived Usefulness
of Corporate Annual Reports', Corporate Ownership and Control, 1, pp. 61-71.
Hogart, R., and H., Einhorn, 1992. Order Effect in Belief Updating: The Belief-adjusment model,
Cognitive Psychology, 24(1), pp 1-55.
Hsu, Meng-Hsiang, and Chao-Min Chiu, 2004. Predicting electronic service continuance with a
decomposed theory of planned behaviour, Behaviour & Information Technology, 23(5):
359-373.
Hunton, James E., and Ruth Ann McEwen, 1997. An Assesment Of The Relation Between Analyst’
Earnings Forecast Accuracy, Motivational Incentives, and Cognitive Information Search
Strategy, The accounting Review, pp. 65-77.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Keuangan, per 1 September 2007,
Jakarta:Penerbit Salemba Empat.
Jones, C.P, 2002, Investments Analysis and Managements, New York: John Wiley & Sons, Inc,.
9th Edition.
Kaiser, H.F, and J. Rice, 1974. Educational and Psychological Measurement, 34, (I), P. 111-117.
Kim, Linsu, and Lim, Y., 1988, Environment, Generic Strategies, and Performance in a Rapidly
Developing Country, Academy of Management Journal, Vol. 31, pp. 802-827.
Koonce, Lisa, Mary Lea McAnally, and Molly Mercer, 2004, How Do Investors Judge the Risk of
Financial Items?, Working paper, University of University of Texas.
Luo, Yadong, 1999. Environment-Strategy-Performance Relation in Small Business in China: A
Case of Township and Village Enterprises in Southern China, Journal of Small Business
Management, January, pp. 37-52.
McDonald, J.G., and Stehle, R.E., 1975. How Do Institutional Investors Perceive Risk ? Journal of
Portfolio Management 2, 1:pp. 11 – 16.
16
McGhee, J,E. and Rubach, M.J., 1996. Responding to Increased Environmental Hostily: A Study of
The Competitive Behavior of Small Retailers, Journal of Applied Business Research, Vol.
13, No. 1, pp. 83-94.
Nunnally, J. C., 1978, Psychometric Theory, Hightstown, NJ : McGrow Hill.
Ricciardi,V. 2004, A Behavioral Finance Study: An investigation of The Perceived Risk for Common
Stocks by Investment Professionals (Financial Analyst vs Financial Planners), Dissertation,
Golden Gate University.
Scott, William R., 2009. Financial Accounting Theory, 5th ed, Toronto:Pearson Education Canada
Inc.
Selva, Mohan, 1995, Earnings and Stock Selection, The SSRN, http://www.ssrn.com":GEL
Classification:M41.
Siegel, Gary, and Helene Ramanauskas Marconi, 1989. Behavioral Accounting, ed 1, South
Western Publishing Co., Cincinnati, Ohio, pp 383.
Stainbank, L, and C. Peebles, 2006, The usefulness of corporate annual reports in South Africa:
perceptions of preparers and us, Meditari Accountancy Research, Vol. 14 No.1 : 69-80
Stuerke, Pamela S., 2005, Financial analysts as users of accounting information: Evidence about
forecast revision activity after earnings announcements, International Journal of
Managerial Finance, Vol. 1 (1), pp. 8-24.
Suarainvestor, 2009, Kamus Investor, www.suarainvestor.com
Tim BEJ, 1997. Tingkat Pengenalan Terhadap Pasar Modal Pada 7 (tujuh) Ibukota Propinsi,
Jakarta : BEJ. Resource Productivity Center Marketing & Social Research.
Wahlund, Richard, and Jonas Gunnarsson, 1996, Mental Discounting and Financial Strategies,
Journal of Economic Psychology 17, pp 709-730.
Watts and Zimmerman, 1986, Positive Accounting Theory, Prentice Hall
Yeoh, P.L. dan Jeong, I. , 1995, Contingency relationships between entrepreneurship, export
channel structure and environment: A Proposed Conseptual Model Of Export
Performance, European Journal Of Marketing, Vol. 29, pp. 95-115.
17
Download