METODE ANALISIS PROBIOTIK Lactobacillus sp. PADA FESES BALITA DAN ANAK YANG MENDAPAT ASUPAN PREBIOTIK INULIN Monica Sinatra Orrouw*, Amarila Malik, Rani Sauriasari Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Depok, 16424, Indonesia *Penulis Korespondensi, E-mail : [email protected] ABSTRAK Inulin dikenal memiliki efek sebagai prebiotik yang dapat meningkatkan populasi bakteri probiotik sehingga berperan bagi kesehatan inangnya. Beberapa bakteri probiotik yang telah dikenal adalah Lactobacillus dan Bifidobacterium yang merupakan bakteri asam laktat (BAL). Artikel ini membahas mengenai mengenai pengujian aktivitas prebiotik tipe inulin dengan menganalisis pertumbuhan bakteri Lactobacillus pada balita dan anak yang mengonsumsi prebiotik inulin. Analisis pertumbuhan Lactobacillus dapat dilakukan dengan pengkulturan pada medium spesifik dan perhitungan koloni. Namun berdasarkan penelitianpenelitian yang dilaporkan pada tahun 1997 dan 2002, medium spesifik umumnya memiliki selektifitas yang kurang baik sehingga dibutuhkan metode analisis secara kualitatif untuk memastikan identitas bakteri yang berhasil tumbuh. Keberadaan Lactobacillus dapat dianalisis menggunakan teknik-teknik molekular, yaitu metode FISH, DGGE, dan PCR. Kesimpulannya adalah bahwa dengan mengkombinasikan metode pengkulturan pada medium selektif dan teknik molekuler akan diperoleh data yang lebih akurat. Kata kunci : inulin, Lactobacillus, prebiotik, probiotik, medium selektif ABSTRACT Inulin is known as prebiotic which is increasing the probiotic bacterial population. Furthermore have a contribution to maintain the health of its host. The most well-known probiotic bacterias are Lactobacillus and Bifidobacterium which belong to lactic acid bacteria group. This article discusses about the activity testing of prebiotic inulin by analyzing the growth of Lactobacillus bacteria in toddlers and children who consume prebiotic inulin. The growth of Lactobacillus can be analyzed by culturing in selective medium and by colonies counting. According to the studies reported in 1997 and 2002, selective medium showed a low selectivity; it therefore requires a qualitative method to confirm the identity of bacteria which able grows in the medium. The existence of Lactobacillus can be analyzed using molecular techniques, i.e. FISH, DGGE, and PCR. As conclusion, here we can combine the method of culture in selective medium and molecular technique to obtain more reliable data. Keywords : inulin, Lactobacillus, prebiotic, probiotic, selective medium Upaya pengembangan…, Monica Sinatra Orrouw, FF UI, 2013 Pendahuluan Prebiotik adalah suatu senyawa yang sukar dicerna oleh sistem pencernaan yang dapat memberikan manfaat fisiologis pada inang dengan cara menstimulasi aktivitas/pertumbuhan bakteri baik dalam usus (Robenfroid, 2007). Bakteri baik ini dikenal sebagai bakteri probiotik yang jika dikonsumsi, akan memberikan manfaat kesehatan bagi inangnya (DebMandal, Mandal, & Pal, 2012). Lactobacillus, sebagai salah satu bakteri probiotik, memiliki beberapa manfaat kesehatan diantaranya dapat membantu proses pencernaan laktosa, melindungi saluran pencernaan dari patogen, antikarsinogenik bagi kanker usus, pengaturan sistem imun, mencegah diare akut pada bayi, meningkatkan fungsi saluran pencernaan, meningkatkan penyerapan mineral, meningkatkan metabolisme glukosa dan kolesterol, meningkatkan sistem imun, dan membentuk efek antimikroba terhadap bakteri patogen (Vyas & Ranganathan, 2012). Untuk mendapatkan manfaat-manfaat baik bagi kesehatan, Lactobacillus dan bakteri probiotik lainnya harus ada dalam jumlah yang cukup dalam saluran pencernaan. Regulasi populasi bakteri probiotik dalam saluran pencernaan dapat dilakukan dengan mengonsumsi prebiotik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Balmer dan Wharton (1989) serta Harmsen dkk. (2000) diketahui bahwa terdapat perbedaan komposisi mikroba usus pada bayi yang mengonsumsi ASI dan susu formula. Pada bayi yang mengonsumsi ASI, mikroba usus didominasi oleh Bifidobacteria dan Lactobacillus yang dikenal berperan penting bagi kesehatan inangnya. Mikroflora pada usus bayi tersebut berkembang cepat seiring dengan gizi atau makanan yang dikonsumsi. Pada bayi yang mengonsumsi susu formula, ditemukan Streptococcus, Enterobactericea, dan Bacteroides. Bakteri-bakteri tersebut merupakan bakteri yang sering ditemukan pada orang dewasa. Sedangkan pada bayi yang mengonsumsi ASI, saluran pencernaan didominasi oleh bakteri Bifidobacteria dan Lactobacillus yang dikenal dapat mengaktifkan sistem imun pada bayi (Kim, Lee, & Meyer, 2007). Diketahui pada bayi berusia kurang dari 6 bulan, jumlah bakteri Bifidobacteria lebih banyak dibandingkan dengan Lactobacillus. Hal ini disebabkan ASI mengandung sekitar 7% karbohidrat yang terdiri dari laktosa (80%) dan oligosakarida (20%). Kandungan oligosakarida pada ASI dan kolostrum sebanyak 12-13 g/L dan 22-24 g/L (Urashima et al., 2012). Oligosakarida ini memiliki struktur molekul yang kompleks dan terdiri dari berbagai jenis gula seperti galaktosa, glukosa, fruktosa, Nasetilglukosamin, dan asam sialat (Kim, Lee, & Meyer, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Marcobal dkk. (2010), diketahui bahwa kandungan oligosakarida dalam ASI Upaya pengembangan…, Monica Sinatra Orrouw, FF UI, 2013 dapat meningkatkan pertumbuhan Bifidobacteria dan Lactobacillus (Urashima et al., 2012). Selain itu Arnon dkk. (1982) menyatakan bahwa bayi yang mengonsumsi susu formula memiliki risiko kematian lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri yang mengonsumsi ASI (Kim, Lee, & Meyer, 2007). Berdasarkan hal tersebut, diketahui terdapat perbedaan antara kandungan ASI dengan susu formula. Susu formula tidak mengandung oligosakarida yang berperan sebagai prebiotik bagi bayi. Dewasa ini probiotik dan prebiotik banyak digunakan dalam industri makanan termasuk susu formula untuk bayi dan balita. Pemberian probiotik dan prebiotik ini diharapkan memberikan efek yang sama dengan bayi yang mengonsumsi ASI yaitu meningkatkan populasi bakteri baik dalam saluran pencernaan bayi dan balita, meningkatkan fungsi pertahanan mukosa, mencegah infeksi patogen pada saluran pencernaan. Penggunaan prebiotik dan probiotik pada balita bertujuan untuk mencegah alergi dan hipersensitivitas terhadap makanan, infeksi saluran pernapasan atas, diare, dan infeksi diare akut (Mugambi et al., 2012). Mengingat pentingnya fungsi prebiotik maka perlu dilakukan penelitian terhadap efek prebiotik bagi kesehatan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan bakteri probiotik yang ada dalam usus. Analisis bakteri probiotik ini dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain penghitungan koloni melalui pengkulturan pada medium spesifik, metode molekuler dengan Fluorescence In Situ Hybridisation (FISH), Denaturing Gradient Gel Electrophoresis (DGGE), Polymerase Chain Reaction (PCR), dan PCR Sequencing Total DNA (Gibson, 2004). Artikel ini membahas mengenai metode-metode yang dapat digunakan dalam pemeriksaan aktivitas prebiotik inulin dengan keberadaan bakteri Lactobacillus sebagai kontrolnya. Artikel lain yang bersamaan dengan topik ini menggunakan bakteri probiotik Bifidobacterium sebagai topik utama (sedang diproses untuk publikasi). Prebiotik Inulin Prebiotik merupakan senyawa sejenis karbohidrat yang sukar dicerna dan dapat menstimulasi pertumbuhan bakteri baik dalam usus. Senyawa tersebut mempunyai karakteristik antara lain : tahan terhadap asam lambung, tidak terhidrolisis dan tidak terabsorbsi dalam usus kecil, difermentasi secara selektif oleh mikroflora pencernaan (Bifidobacteria dan Lactobacillus), dapat menstimulasi pertumbuhan bakteri probiotik (Robenfroid, 2007). Prebiotik dibedakan menjadi dua, yaitu prebiotik tipe inulin dan galaktooligosakarida (GOS) (Roberfroid, 2007). Prebiotik tipe inulin meliputi inulin dan fruktooligosakarida atau FOS dan merupakan bagian dari kelompok fruktan (Kaur & Gupta, Upaya pengembangan…, Monica Sinatra Orrouw, FF UI, 2013 2002). Fruktan adalah jenis karbohidrat yang memiliki satu atau lebih tautan fruktosilfruktosa yang terdiri dari ikatan glikosida. Fruktan memiliki tautan fruktosil-glukosa yang identik dengan sukrosa (Kelly, 2008). Inulin terdapat pada tumbuhan dikotil maupun monokotil dan biasanya terdapat pada bagian akar atau rhizoma tumbuhan sebagai energi cadangan. Sumber inulin yang umum digunakan antara lain : gandum, bawang merah, bawang putih, bawang perai, dan cikori (Roberfroid, 2006). Namun dalam perkembangan industri makanan dan obat-obatan, digunakan tumbuhan yang berasal dari familia Compositae sebagai sumber inulin. Contoh tumbuhan ini adalah cikori (Cichorium intybus) yang umum digunakan sebagai pengganti kopi. Selain sebagai sumber inulin, tumbuhan cikori juga merupakan sumber dari oligofruktosa (Kelly, 2008). Pada cikori, inulin disimpan sebagai karbohidrat pada bagian akar dan memiliki kandungan sekitar 70-80% dari berat akar kering. (Kaur, 2002) Akar cikori diekstraksi sehingga didapatkan campuran glukosa, fruktosa, sukrosa. dan beberapa jenis oligosakarida. Ekstrak ini kemudian difraksinasi dan dipurifikasi hingga didapatkan inulin (Roberfroid, 2006). Inulin diklasifikasikan sebagai oligosakarida non-digestible karena memiliki konfigurasi-β pada anomer C2 yang terdapat pada monomer fruktosanya sehingga tidak mengalami hidrolisis oleh enzim pencernaan usus halus (α-glukosidase, maltase, isomaltase, sukrase) yang spesifik terhadap ikatan α-glikosida (Roberfroid, 2006). Kemudian inulin diteruskan hingga mencapai kolon untuk selanjutnya difermentasi oleh bakteri probiotik yang menghasilkan enzim untuk menhidrolisis tautan β-(2à1) fruktosil-fruktosa. Fermentasi inulin pada usus besar menghasilkan asam karboksilat rantai pendek (asetat, butirat, dan propionat), laktat, dan gas (karbondioksida, hidrogen) sebagai hasil sampingan (Kelly, 2008). Hasil fermentasi inilah yang berperan sebagai antimikroba bagi bakteri patogen. Asam laktat berfungsi menekan aktivitas bakteri lain dengan menurunkan pH dan berperan sebagai permeabilizer dari membran luar bakteri gram negatif (Lebeer, Vanderleyden, & De Keersmaecker, 2008). Setiap segmen usus besar memiliki efek yang berbeda terhadap tiap jenis inulin. Sebagai contoh, FOS dan oligofruktosa difermentasi terutama pada bagian proksimal usus besar sedangkan inulin difermentasi pada bagian distal usus besar (Kelly, 2008). Upaya pengembangan…, Monica Sinatra Orrouw, FF UI, 2013 [Sumber : Kelly, 2008] Gambar 1. Skema metabolisme prebiotik tipe inulin dalam tubuh (telah diolah kembali) Prebiotik inulin berperan sebagai makanan dari Lactobacillus sehingga peningkatan prebiotik akan meningkatkan populasi Lactobacillus. Bakteri ini berperan dalam inhibisi bakteri patogen, peningkatan fungsi lapisan epitel usus, dan regulasi sistem imun. Lactobacillus dapat berkompetisi untuk mendapatkan nutrisi dengan bakteri lainnya. Selain itu, Lactobacillus juga dapat berkompetisi dengan bakteri lain untuk memperebutkan reseptor pada saluran pencernaan. Hal ini dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan oleh Le Bouguenec (2005). Dalam penelitian tersebut, bakteri patogen Escherichia coli memanfaatkan reseptor oligosakarida pada saluran pencernaan. Lactobacillus menggunakan reseptor yang sama sehingga terjadi kompetisi Lactobacillus dan bakteri patogen untuk mengikat permukaan mukosa inang. Hal ini menyebabkan terhambatnya penyerangan lapisan mukosa oleh bakteri patogen. Selain itu Lactobacillus juga mensekresi bakteriosin yang dapat berperan sebagai antimikroba. Bakteriosin ini berupa protein yang stabil dalam keadaan Upaya pengembangan…, Monica Sinatra Orrouw, FF UI, 2013 panas dan berukuran kecil dengan titik isoelektrik yang tinggi sehingga dapat menginduksi permeabilisasi membran bakteri lain dan menyebabkan kebocoran pada bakteri target (Lebeer, Vanderleyden, & De Keersmaecker, 2008). Selain itu proses fermentasi inulin oleh bakteri probiotik menghasilkan asam laktat yang menyebabkan pengasaman kolon. Dengan penurunan pH maka populasi bakteri tahan asam seperti Lactobacillus akan meningkat sedangkan bakteri patogen yang tak tahan asam akan menurun (Lebeer, Vanderleyden, & De Keersmaecker, 2008). Pengujian Aktivitas Prebiotik Inulin Salah satu efek prebiotik adalah meningkatkan populasi bakteri probiotik seperti Lactobacillus dan Bifidobacteria (Roberfroid, 2007). Efek ini dapat diketahui dengan analisis komponen dan pertumbuhan bakteri probiotik pada saluran pencernaan manusia. Pengujian efek prebiotik dapat dilakukan secara in vitro maupun in vivo. Berdasarkan penelitian Wang dan Gibson (1993), pengujian in vitro dilakukan dengan menumbuhkan Lactobacillus yang tumbuh secara selektif dalam inulin. Penumbuhan tersebut dapat dilakukan pada kultur murni, campuran, maupun kultur campuran yang telah difermentasi. Kemudian, kultur tersebut diinokulasikan dalam sampel feses dan diamati peningkatan jumlah populasi bakteri Lactobacillus setelah ditambahkan inulin pada medium. Namun metode ini sulit dilakukan jika terdapat karbohidrat lain seperti pektin, polidekstrosa, atau starch. Metode in vitro membutuhkan beberapa penyesuaian agar menyerupai kondisi aslinya yaitu saluran pencernaan manusia. Efek prebiotik inulin dapat diketahui dengan cara in vivo yaitu mengambil sampel dari subyek (umumnya menggunakan feses) dan dianalisis secara mikrobiologi kuantitatif. Analisis ini dilakukan dengan penumbuhan sampel dalam suatu medium kemudian diamati pertumbuhan koloni bakteri. Jenis bakteri yang dapat digunakan dalam analisis ini antara lain Bifidobacteria sp. dan Lactobacillus sp., serta bakteri lainnya seperti Clostridium, Eubacterium, Bacteroides, dan Escherichia coli. Selain itu, efek prebiotik dapat pula ditentukan dengan jumlah/kadar asam-asam organik, gas yang dihasilkan serta jumlah enzim yang digunakan oleh bakteri. Namun variabel ini tidak termasuk dalam biomarker uji prebiotik (Gibson et al, 2004). Metode in vivo dapat dilakukan dengan pemberian prebiotik pada subyek. Kemudian dilakukan pemeriksaan pada feses subyek dengan pengkulturan pada medium spesifik bakteri Lactobacillus. Pada metode ini dilakukan perbandingan jumlah populasi bakteri Lactobacillus sebelum pemberian prebiotik dan setelah pemberian prebiotik Upaya pengembangan…, Monica Sinatra Orrouw, FF UI, 2013 (Kim, Lee, & Meyer, 2007). Selain metode tersebut, dapat pula digunakan metode molekuler dengan analisis FISH, DGGE, atau PCR (Gibson, 2004; Favier et al., 2001). Analisis Menggunakan Medium Spesifik Analisis ini dilakukan dengan penumbuhan sampel dalam suatu medium spesifik kemudian diamati pertumbuhan koloni bakteri. Jenis bakteri yang dapat digunakan dalam analisis ini antara lain Bifidobacteria sp. dan Lactobacillus sp., serta bakteri lainnya seperti Clostridium, Eubacterium, Bacteroides, dan Escherichia coli (Gibson et al, 2004). Untuk memisahkan Lactobacillus dari bakteri-bakteri lainnya dapat dilakukan isolasi menggunakan medium spesifik yang memiliki selektivitas baik. Sampel feses yang diperoleh, dikultur pada medium yang memiliki kondisi spesifik bagi pertumbuhan Lactobacillus. Dengan demikian pertumbuhan bakteri-bakteri lainnya dapat dihambat dan diperoleh koloni-koloni Lactobacillus. Umumnya isolasi Lactobacillus dilakukan dengan medium yang kaya nutrisi dan suasana asam (4,5 – 5,5) seperti LAMVAB, MRS, dan LBS atau Rogosa agar (Hartemink, Domenech, & Rombouts, 1997). Koloni Lactobacillus pada suatu medium memiliki karakteristik sebagai berikut : berbentuk koloni bulat dengan tepian seperti wol, berwarna putih susu atau krem, berukuran 2-5 mm, dan cembung. Bentuk koloni Lactobacillus plantarum pada medium LBS dapat dilihat pada Gambar 2. Bentuk sel Lactobacillus umumnya berbentuk batang panjang hingga hampir bulat atau berbentuk rantai pendek, berukuran 0,5-1,2 x 1,0-10,0 µm (Feliatra, Efendi, & Suryadi, 2004). [Sumber : http://85.238.144.18/analytics/Micro_Manual/TEDISdata/prods/4973-1_05413_0500-1.jpg] Gambar 2. Koloni Lactobacillus plantarum pada medium selektif LBS atau Rogosa Upaya pengembangan…, Monica Sinatra Orrouw, FF UI, 2013 Analisis pertumbuhan bakteri probiotik pada feses dengan medium spesifik LBS pernah dilakukan oleh Kim Sook-He dkk. (2007) pada 14 bayi dengan usia rata-rata 12,4 minggu di Korea Selatan dengan dosis inulin sebesar 0,25 g/kg/hari. Pada penelitian tersebut, ditemukan adanya peningkatan berat badan sebesar 509 gram pada bayi yang diberi inulin dan sebesar 411 gram pada bayi yang tidak diberi inulin. Selain itu terjadi penurunan pH feses bayi yang mengonsumsi inulin (dari 6,51 ± 0,49 menjadi 6,31 ± 0,34) namun penurunan ini tidak signifikan secara statistik (p = 0,2206). Terjadi peningkatan frekuensi buang air besar atau defekasi pada kelompok inulin dan diikuti dengan perubahan konsistensi menjadi lebih lembut dan lunak (Kim, Lee, & Meyer, 2007). Pemeriksaan komposisi bakteri probiotik dilakukan dengan pengkulturan pada medium spesifik masing-masing bakteri Bifidobacteria, Lactobacillus, dan Bacterioides (Kim, Lee, & Meyer, 2007). Namun pada artikel ini hanya akan dibahas mengenai bakteri Lactobacillus. Pengkulturan dilakukan dengan medium spesifik Lactobacillus yaitu Lactobacillus Selection atau agar Rogosa. Medium LBS dapat digunakan untuk mengisolasi Lactobacillus dari sampel feses hewan maupun manusia (Nelson & George, 1995; Rogosa, Mitchell, & Wiseman, 1951; Gilliland, Speck, & Morgan, 1975. LBS (Lactobacillus Selection) merupakan medium agar yang digunakan dalam isolasi atau penghitungan koloni bakteri Lactobacillus sp. (Rogosa, Mitchell, & Wiseman, 1951). Sebelumnya, agar yang terbuat dari ekstrat tomat lebih umum digunakan untuk isolasi Lactobacillus, namun agar ini kurang selektif dan terdapat banyak kontaminan. Pada tahun 1951, Rogosa berhasil mengembangkan medium baru untuk isolasi Lactobacillus yang disebut agar LBS. Agar LBS dapat digunakan untuk isolasi Lactobacillus yang diambil dari pencernaan makhluk hidup, mulut, permukaan gigi, vagina, dan produk-produk makanan seperti daging. Agar LBS ini mengandung : 10 gram tripton, 5 g ekstrak yeast, 6 g kalium dihidrogen fosfat, 2 g amonium sitrat, 5 mL larutan garam, 20 g glukosa, 1 g tween 80, 25 g natrium asetat hidrat, 1,32 mL asam asetat, 15 g agar, air suling hingga 1 L. pH keseluruhan dari medium ini adalah 5,4. Larutan garam terdiri dari 11,5 g magnesium fosfat hepta-hidrat; 2,8 g mangan sulfat tetrahidrat; 0,68 g ferro sulfat hepta-hidrat dan air suling hingga 100 mL (Rogosa, Mitchell, & Wiseman, 1951). Data komposisi bakteri probiotik pada feses sebelum dan setelah pemberian inulin dapat dilihat pada Tabel 1. Pada data tersebut, populasi Lactobacillus meningkat secara signifikan pada pemberian inulin (p = 0,020) (Kim, Lee, & Meyer, 2007). Upaya pengembangan…, Monica Sinatra Orrouw, FF UI, 2013 Tabel 1. Jumlah bakteri pada feses. Data disajikan dalam satuan log koloni yang tumbuh per gram feses dengan standar deviasi tertera dalam tanda kurung Populasi Kelompok Populasi Kelompok Inulin Kontrol Lactobacillus 9,09 (0,377) 8,61 (0,741) Bacteroides 9,51 (0,389) 9,40 (0,344) Bifidobacterium 9,85 (0,523) 9,22 (0,741) Total bakteri anaerob 10,58 (0,224) 10,27 (0,344) Bakteri Sumber : Kim, Lee, & Meyer, 2007 (telah diolah kembali) Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Boehm dkk. (2002) pada 15 bayi yang diberi suplemen galaktooligosakarida dan fruktooligosakarida dengan perbandingan 9:1 selama 28 hari. Kelompok ini dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mengonsumsi maltodekstrin dan kelompok yang mengonsumsi ASI. Dilakukan analisis mikrobiologis dengan pengkulturan pada medium Rogosa agar (LBS) di hari ke-1, 7, 14, dan 28. Populasi bakteri Lactobacillus mengalami peningkatan signifikan pada semua kelompok subyek (Boehm et al., 2002). Selain itu penelitian serupa dilakukan oleh Moro dkk. (2002) dengan kelompok perlakuan yang mengonsumsi 0,4 g/dL atau 0,8 g/dL oligosakarida dan kelompok plasebo yang mengonsumsi maltodekstrin. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan signifikan pada populasi Lactobacillus pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan plasebo (Moro et al., 2002). Medium spesifik Lactobacillus umumnya menyediakan kondisi pertumbuhan yang selektif untuk Lactobacillus dengan pH asam (pH ± 5,5) sehingga bakteri yang tidak tahan asam akan sulit tumbuh. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan bakteri tahan asam seperti Bifidobacteria, Streptococcus, dan Enterococcus dapat tumbuh pada kondisi tersebut. Sebagai contoh, medium LBS atau Rogosa memiliki tingkat kesalahan sebesar 96% dimana sebagian besar koloni yang tumbuh bukan Lactobacillus (Hartemink, 1997). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Jackson dkk (2002) menunjukkan hasil serupa. Pada salah satu subyeknya tidak ditemukan adanya Lactobacillus pada koloni-koloni yang tumbuh. Pada penelitian Kim dkk. (2007), Boehm dkk (2002), dan Moro dkk. (2002) hanya digunakan pengkulturan pada medium spesifik dan perhitungan koloni tanpa metode konfirmasi baik secara molekuler maupun konvensional sehingga koloni-koloni bakteri yang tumbuh tidak dapat dipastikan sebagai Lactobacillus. Seharusnya perlu dilakukan identifikasi Upaya pengembangan…, Monica Sinatra Orrouw, FF UI, 2013 konvensional dengan pengamatan morfologi koloni, morfologi sel dengan bantuan mikroskop, teknik pewarnaan Gram, motilitas, seleksi medium, seleksi nutrisi, tes biokimia, penentuan komponen kimiawi, dan sebagainya (Perry & Stakey, 1997). Teknik pewarnaan Gram merupakan metode yang paling mudah dan cepat. Teknik ini mengelompokkan bakteri menjadi dua kelompok besar, yaitu bakteri gram positif dan gram negatif. Pengelompokan ini berdasarkan komposisi atau struktur dinding sel bakteri dan permeabilitas membran sel terhadap pelarut organik yang digunakan (Johnson, Thatcher, & Cox, 1995; Steinbach & Shetty, 2001). Namun metode identifikasi bakteri secara konvensional seperti morfologi dan reaksi biokimiawi tidak cukup selektif untuk membedakan galur bakteri karena sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor fisiologis dan operator sehingga perlu dilakukan identifikasi pendahuluan atau konfirmasi dengan metode molekuler (Nester, 2001). Analisis Menggunakan Metode Molekuler Fluorescence In Situ Hybridisation (FISH) Dewasa ini telah dikembangkan metode baru dalam pengujian efek prebiotik karena metode pengkulturan dan penghitungan koloni bakteri sulit untuk dilakukan dan memiliki faktor kesalahan yang tinggi (Gibson, 2004). Metode tersebut adalah metodologi mikrobiologi berdasarkan molekul menggunakan fluorescence in situ hybridisation (FISH). Teknik ini dilakukan dengan pemeriksaan terhadap oligonukleotida spesifik yang terdapat pada molekul rRNA bakteri. Oligonukleotida ini sangat spesifik pada golongan atau spesies bakteri tertentu sehingga dapat digunakan sebagai pengenal bagi spesies bakteri (Gibson, 2004). Penelitian yang pernah dilakukan oleh Harmsen dkk. (2000) menggunakan metode pengkulturan pada medium selektif kemudian koloni yang tumbuh diidentifikasi dengan metode FISH. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa medium spesifik memiliki selektivitas kurang baik sehingga hasil yang diperoleh tidak sahih sehingga dibutuhkan metode konfirmasi dengan FISH (Harmsen et al, 2000). Denaturing Gradient Gel Electrophoresis (DGGE) Prinsip DGGE adalah memisahkan fragmen-fragmen DNA berdasarkan perbedaan ukuran produk hasil amplifikasi atau amplikon (Gibson, 2004). Pemisahan tersebut terjadi akibat penurunan mobilitas molekul DNA utas ganda yang mengalami peleburan parsial pada gel poliakrilamid yang mengandung senyawa kimia pendenaturasi. Identifikasi dilakukan dengan mengekstraksi fragmen DNA dari gel untuk kemudian disekuensing dan dicocokan dengan sekuens pada database. Selain itu identifikasi dapat pula dilakukan dengan Upaya pengembangan…, Monica Sinatra Orrouw, FF UI, 2013 membandingkan motilitas DNA sampel dengan DNA kontrol (Gibson, 2004). Analisis pertumbuhan bakteri probiotik pada feses bayi dengan metode molekuler pernah dilakukan oleh Favier dkk. (2002). Namun penelitian ini tidak bertujuan untuk mengetahui efek prebiotik dari inulin melainkan untuk mengetahui efektivitas metode PCR dan DGGE dalam analisis komponen bakteri usus. Pada penelitian tersebut digunakan dua bayi sebagai subyek dan analisis dilakukan dengan metode PCR dan DGGE. Hasil penelitian ini menunjukkan keragaman mikroba dari sampel feses namun tidak dapat digunakan sebagai analisis kuantitatif (Favier et al, 2002). Polymerase Chain Reaction (PCR) Metode ini merupakan metode identifikasi berdasarkan gen-gen yang mengkode subunit 16S pada ribosom bakteri. Penggunaan sekuen gen 16S rRNA merupakan metode paling umum untuk mempelajari genetik suatu organisme. Hal ini dikarenakan sekuen gen tersebut terdapat pada hampir semua bakteri yang ada, ukuran gen 16S rRNA (1500 pb) cukup besar untuk kepentingan informasi genetik, fungsi gen 16S rRNA sedikit berubah dalam waktu tertentu sehingga informasi yang disajikan lebih akurat, dan merupakan unit yang konstan dan sensitif karena terdapat dalam jumlah besar pada sel aktif (Janda & Abbott, 2007). Segmen gen ini diamplifikasi dan diurutkan kemudian dicocokan dengan sekuens yang terdapat pada GenBank (Gibson, 2004). Teknik PCR menggunakan primer komplemen sintetik untuk mengamplifikasi gen penyandi 16S rRNA. Amplifikasi ini dilakukan dengan alat thermal cycler. DNA hasil amplifikasi kemudian disekuensing dengan bantuan sequencer (Nester, 2001). Hasil perunutan basa DNA atau sekuensing ini kemudian dapat dicocokan pada sekuens yang terdaftar pada GenBank dengan program BLAST sehingga dapat diketahui spesies dari bakteri tersebut. Metode molekuler ini memiliki ketepatan yang tinggi karena spesifik pada setiap spesies. PCR Sequencing Total DNA Metode ini dapat digunakan terhadap bakteri yang dapat dikultur maupun tidak. Prinsipnya adalah membedakan bakteri berdasarkan keragaman 16S rRNA. Total DNA bakteri dari sampel feses diekstraksi kemudian sebagian dari gen 16S rDNA tersebut diamplifikasi dengan PCR menggunakan primer universal. Hasil amplifikasi dimurnikan kemudian dilakukan pengklonaan pada E. coli. Selanjutnya, klon yang mengandung 16S rDNA desekuensing dan diidentifikasi berdasarkan kecocokan dengan sekuens yang terdapat GenBank (Gibson et al, 2004). Upaya pengembangan…, Monica Sinatra Orrouw, FF UI, 2013 Tabel 2. Perbandingan Metode Analisis Aktivitas Prebiotik Inulin Metode Kelebihan Kelemahan Memiliki faktor kesalahan operator yang tinggi, hanya dapat digunakan pada bakteri Pengkulturan pada Murah medium selektif dan mudah untuk yang mudah tunbuh (dikultur), bergantung pada dilakukan selektifitas medium, dan hasil metabolit bakteri dapat mempengaruhi kultur Hanya dapat digunakan untuk Fluorescence in situ hybridisation (FISH) Dapat digunakan pada bakteri yang tidak dapat/sulit dikultur. Memiliki spesifitas tinggi bakteri yang telah diketahui spesiesnya, waktu membutuhkan lebih dibandingkan lama metode pengkulturan Memiliki PCR keakuratan tinggi Mahal dan membutuhkan dan dapat digunakan pada waktu lebih lama. Dapat bakteri terjadi bias saat proses yang tidak dapat dikultur Tidak PCR Sequencing Total DNA amplifikasi membutuhkan pengkulturan terlebih dahulu Dapat terjadi bias pada proses dan dapat digunakan untuk PCR sehingga menurunkan keragaman tingkat keragaman mikrobiologi sampel Metode kualitatif dan sulit Denaturing Gradient Gel Cepat dan dapat digunakan Electrophoresis (DGGE) pada bakteri yang dikultur maupun tidak dapat digunakan untuk tujuan kuantitatif, dapat terjadi bias pada proses PCR sehingga menurunkan keragaman Sumber : Gibson et al., 2004 (telah diolah kembali) Upaya pengembangan…, Monica Sinatra Orrouw, FF UI, 2013 tingkat Penutup Efek prebiotik dari inulin dapat diketahui dengan melakukan analisis bakteri probiotik secara kuantitatif dan kualitatif menggunakan bakteri Lactobacillus sebagai kontrol. Analisis kuantitatif umumnya dilakukan dengan pengkulturan medium spesifik dan perhitungan koloni. Namun cara ini memiliki tingkat kesalahan yang tinggi sehingga perlu dilengkapi dengan metode kualitatif sebagai konfirmasi identitas bakteri yang berhasil tumbuh. Metode kualitatif ini dapat dilakukan secara konvensional maupun molekuler. Metode molekuler yang lazim digunakan antara lain PCR, DGGE, atau FISH, sebagaimana yang telah banyak dilaporkan. Kombinasi kedua metode memberikan gambaran yang lebih akurat pada analisis probiotik Lactobacillus pada sampel feses balita. KEPUSTAKAAN Roberfroid, M. (2007). Inulin-Type Fructans : Functional Food Ingredients. The Journal of Nutrition, 137, 11, 2493. DebMandal, M., Mandal, S., Pal, N.K. (2012). Detection of Intestinal Colonization of Probiotic Lactobacillus rhamnosus by Stool Culture in Modified Selective Media. Asian Pacific Journal of Tropical Disease, 205-210. Vyas, U., Ranganathan, N. (2012). Probiotics, Prebiotics, and Synbiotics: Gut and Beyond. Gastroenterology Research and Practice, 2012, 16. Mugambi, M., Musekiwa, A., Lombard, M., Young, T., Blaauw, R. (2012). Synbiotics, Probiotics or Prebiotics in Infant Formula for Full Term Infants : A Systematic Review. Nutrition Journal, 11, 81. Kim, S., Lee, D., Meyer, D. (2007). Supplementation of Infant Formula with Native Inulin Has A Prebiotic Effect In Formula-fed Babies. Asia Pacifif Journal of Clinical Nutrition, 16, 1, 172-177. Lebeer, S., Vanderleyden, J., De Keersmaecker, S.C.J. (2008). Genes and Molecules of Lactobacilli Supporting Probiotic Action. Microbiology and Molecular Biology Reviews, 2008, 728-764. Kaur, N., Gupta, A. (2002). Applications of Inulin and Oligofructose in Healh and Nutrition. Journal of Bioscience, 27, 7, 703-714. Kelly, G. (2008). Inulin Type Prebiotics : A Review – Part 1. Alternative Medicine Review, 13, 4. Roberfroid, M. (2006). Introducing Inulin-Type Fructans. British Journal of Nutrition, 93, 1, 13-25. Urashima, T., Asakuma, S., Leo, F., Fukuda, K., Messer, M., Oftedal, O.T. (2012). The Predominance of Type I Oligosaccharides is A Feature Specific to Human Breast Milk. American Society of Nutrition : Nutrition, 3, 473 – 482. Gibson, G., Probert, H.M., Van Loo, J., Rastall, R.A., Roberfroid, M.B. (2004). Dietary Modulation of The Human Colonic Microbiota : Updating The Concept Of Prebiotics. Nutrition Research Review, 17. Pg. 259-275. Nelson, G.M., George, S.E. (1995). Comparison of Media for Selection and Enumeration of Mouse Fecal Flora Populations. Journal of Microbiological Methods, 293-300. Upaya pengembangan…, Monica Sinatra Orrouw, FF UI, 2013 Rogosa, M., Mitchell, J., Wiseman, R. (1951). A Selective Medium for The Isolation and Enumeration of Oral and Fecal Lactobacilli. Journal of Bacteriology, 62, 132. Gilliland, S.E., Speck, M.L., Morgan, C.G. (1975). Detection of Lactobacillus acidophilus in Feces of Humans,Pigs, and Chickens. American Society of Microbiology : Applied Microbiology, 30,4, 541-545. Hartemink, R., Domenech, V.R., Rombouts, F.M. (1997). LAMVAB : A New Selective Medium for The Isolation of Lactobacilli from Faeces. Journal of Microbiological Methods, 29, 77 – 84. Jackson, M., Bird, A., McOrist, A. (2002). Comparison of two selective media for the detection and enumeration of Lactobacilli in human faeces. Journal of Microbiological Methods, 51, 313-321. Perry, J.J., Stakey, J.T. (1997). Microbiology Dynamic and Diversity. USA: Sauders College Publishing. 479-486, 680-681, 864-867. Johnson, M.J., Thatcher, E., Cox, M.E. (1995). Techniques for Controlling Variability in Gram Staining of Obligat Anaerobes. Journal of Clinical Microbiology, 33, 3, 755758. Steinbach, W., Shetty, A. (2001). Use of The Diagnostic Bacteriology Laboratory: A Practical Review for The Clinician. Postgrad Medical Journal,77, 148–156. Nester, E.W., Anderson, D.G., Robert Jr., C. (2001). Microbiology A Human Perspective. New York : McGraw Hill Companies Inc. Hal : 235-241. Janda, J.M., Abbott, S.L. (2007). 16S rRNA Gene Sequencing for Bacterial Identification in the Diagnostic Laboratory: Pluses, Perils, and Pitfalls. Journal of Clinical Microbiology,45, 9, 2761-2764. Favier,C.F., Vaughan, E.E., De Vos, W.M., Akkermans, A.D.L. (2001). Molecular Monitoring of Succession of Bacterial Communities in Human Neonates. Applied and Environmental Microbiology,68,1,219-226. Moro, G., Minoli, I., Mosca, M., Fanaro, S., Jelinek, J., Stahl, B., Boehm, G. (2002). Dosagerelated bifidogenic effects of galacto and fructooligosaccharides in formula-fed term infants. J Pediatr Gastroenterol Nutr, 34: 291-295. Harmsen, H.J.M., Wildeboer-Veloo, A.C.M., Raangs, G.C., Wagendorp, A.A., Klein, N., Bindels, J.G., Welling, G.W. (2000). Analysis of intestinal flora development in breast-fed and formula-fed infants by using molecular identification and detection methods. J Pediatr Gastroenterol Nutr, 30: 61-67. Feliatra, Efendi, I., Suryadi, E. (2004). Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik dari Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscogatus) dalam Upaya Efisiensi Pakan Ikan. Jurnal Natur Indonesia, 6, 2, 75-80. Upaya pengembangan…, Monica Sinatra Orrouw, FF UI, 2013