sdn wonosari i upt tk dan sd kecamatan wonosari dinas pendidikan

advertisement
TAS PETAK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
OPERASI HITUNG PERKALIAN, PENJUMLAHAN, DAN
PENGURANGAN BILANGAN BULAT POSITIF
PAIMUN, M.Pd
NIP.196708061991031010
Karya tulis untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mengikuti lomba di
simposium guru Kemdikbud 2015
SDN WONOSARI I
UPT TK DAN SD KECAMATAN WONOSARI
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
2015
i
TAS PETAK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
OPERASI HITUNG PERKALIAN, PENJUMLAHAN, DAN
PENGURANGAN BILANGAN BULAT POSITIF
Oleh: Paimun
SDN Wonosari I UPT TK dan SD Kecamatan Wonosari Gunungkidul Yogyakarta
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran
matematika menggunakan Taspetak (kertas berpetak).
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action research)
Model Kemmis dan Taggart, yang terdiri atas empat
tahap, yaitu:
(1)perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (3) refleksi.Subjek uji coba
adalah siswa kelas IV A SDN Wonosari I Gunungkidul Yogyakarta tahun
pelajaran 2015/2016.
Hasil penelitian ini berupa data mengenai efektifitas pembelajaran
matematika dengan menggunakan kertas berpetak yang meliputi: perolehan
jumlah nilai, nilai rata-rata, nilai tertinggi, dan nilai terendah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwajumlah nilai pembelajaran menggunakan kertas berpetak
2.010. Nilai rata-rata 87,39. Nilai tertinggi 100. Nilai terendah 80. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa kertas berpetak meningkatkan kemampuan
operasi hitung perkalian, penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif..
Kata Kunci: bilangan bulat, kemampuan, kertas berpetak, operasi hitung,
Abstract: This research is aimed to know the effectiveness of teaching
mathematics through the using of Taspetak (squares paper).
This research is an action research Kemmis and Taggart Model, which
has four steps, i.e.: (1) planning, (2) action, (3) observation, and (4) reflection.
The subject of this research is the students of grade IV A SDN Wonosari I
Gunungkidul, Yogyakarta academic year of 2015/2016.
The result of this research is in form of data about the effectiveness of
teaching mathematics using of squares paper including: the sum, average,
maximum, and minimum value. The result shows that the sum of value of teaching
mathematics using squares paper is 2.010. The average is 87,39. The maximum
value is 100. The minimum value is 80. In conclusion, it can be stated that the
squares paper improve the ability of counting operation of multiplication,
addition and subtraction of positive full number
Keywords: full number, ability, squares paper, counting operation
ii
iii
iv
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................
i
ABSTRAK
..........................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN
................................................................
iii
..............................................................
iv
.......................................................................
v
....................................................................................
vi
PERNYATAAN KEASLIAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
.............................................................................
vii
...........................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................
1
BAB II KAJIAN TEORI.........................................................................
2
BAB III PEMBAHASAN .......................................................................
6
A. Jenis Penelitian .............................................................................
6
B. Desain Penelitian ..........................................................................
6
C. Subjek penelitian ..........................................................................
7
D. Teknik pengumpulan data.............................................................
7
E. Instrumen penelitian .....................................................................
8
F. Teknik analisis data ......................................................................
8
G. Kriteria keberhasilan ....................................................................
9
H. Data penelitian .............................................................................
9
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ......................................................
17
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
18
BIODATA PENULIS ............................................................................
19
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
Tabel
1
Persentase hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran ....
Halaman
9
Tabel
2
Efektifitas pembelajaran siswa...............................................
10
Tabel
3
Persentase hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran ....
10
Tabel
4
Efektifitas pembelajaran siswa...............................................
11
Tabel
5
Daftar nilai uji coba tanpa dan dengan kertas berpetak ...........
14
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1
Jumlah nilai pembelajaran................................................
14
Gambar
2
Nilai rata-rata ...................................................................
15
Gambar
3
Nilai tertinggi ..................................................................
15
Gambar
4
Nilai terendah ..................................................................
15
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak
dan dibangun melalui proses penalaran deduktif. Kebenaran suatu konsep
diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya yang sudah diterima,
sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas
(Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Kurikulum 2004 Sekolah Dasar
Depdiknas, 2003:1)”. Agar Pembelajaran matematika mudah dimengerti oleh
siswa, proses penalaran induksi dapat dilakukan awal dan kemudian dianjutkan
dengan proses penalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah
dimiliki oleh siswa.
Menurut Fathani (Fathani, 2009:19) matematika diartikan sebagai cabang
ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistemik. Selain itu
matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yanglogik dan
masalah yang berhubungan dengan bilangan. Oleh karena itu belajar matematika
perlu pengorganisasian kerja otak dan tidak hanya sebatas mampu mengingat,
namun juga perlu penalaran.
Proses pendidikan khususnya proses pembelajaran dan pengajaran di
sekolah seringkali membuat guru kecewa, apalagi jika dikaitkan dengan
pemahaman siswa untuk mampu menyajikan kemampuan menghafal yang baik
terhadap materi yang diterimanya, akan tetapi kenyataannya siswa tidak
memahami atau mengerti secara mendalam pengetahuan yang telah siswa miliki
tersebut. Mursell dan S. Nasution (2006: 2) menyatakan bahwa biasanya hasil
belajar yang berupa kata-kata yang dihafal segera hilang. Hasil belajar yang hanya
menghafal itu tidak diserap kedalam memori anak atau pribadi anak dan tidak
akan membentuk mental anak. Guru yang memberi hasil-hasil yang demikian
berarti kurang efektif
dalam mengajar. Hal itu menyebabkan pembelajaran
kurang bermakna untuk anak.
1
BAB II
KAJIAN TEORI
Berdasarkan proses di lapangan dalam kegiatam belajar mengajar di
sekolah cenderung monoton dan tidak menarik, sehingga beberapa pelajaran
ditakuti dan selalu dianggap sulit oleh siswa, misalnya pelajaran matematika dan
sains. Beberapa penyebabnya adalah pembelajaran di sekolah cenderung
menekankan
pada
mendapatkan ilmu,
aspek
bukan
kognitif,
dengan
mengadakan
mengembangkan ketrampilan
hafalan
untuk
berpikir siswa,
mengembangkan aktualisasi konsep dengan diimbangi pengalaman konkrit
(Depdiknas, 2003: 3). Pengalaman konkret menjadikan pembelajaran lebih
menarik dan diminati siswa, sehingga proses pembelajaran kondusif.
Berdasarkan aktifitas siswa di dalam kelas, yang paling sering ditemukan
adalah aktivitas verbal, yaitu berbicara. Umumnya guru mendominasi aktivitas
verbal dengan cara berceramah, menjelaskan petunjuk kerja, memimpin diskusi,
dan mengajukan pertanyaan kepada murid. Dalam hal mengajukan pertanyaan,
sering kali pertanyaan dari guru tersebut kurang efektif bagi siswa. Pembelajaran
matematika bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Pengetahuan siswa
seharusnya tidak diperoleh dari hasil hafalan, tetapi hasil menemukan dan
menggeneralisasi sendiri.
Banyaknya siswa yang tidak menyukai matematika diduga disebabkan
oleh kesulitan memahami matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyono
Abdurrahman yang mengemukakan bahwa dari berbagai bidang studi yang
diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling
sulit oleh para siswa. (Abdurrahman ,2003), bahwa matematika sulit dikarenakan
merupakan konsep-konsep tingkat tinggi, notasi-notasi abstrak yang sulit
dipahami, serta penggunaan berbagai simbol. Namun apabila mengajarkan kepada
siswa dan siswa dapat memperoleh makna atau pemahaman dari materi
matematika tersebut, maka dimungkinkan akan mendorong siswa untuk memiliki
semangat belajar. Matematika merupakan pelajaran yang sangat mudah kalau kita
memamahami sebuah konsep. Johnson (2002: 43) menyatakan bahwa: “When
2
young people can connect the content of academic subject such as mathematics,
science, or history with their own experience, they discover
meaning, and
meaning gives them a reason for learning”. Maksudnya adalah ketika murid dapat
mengaitkan isi dari mata pelajaran seperti matematika, ilmu pengetahuan alam,
sejarah dengan pengalaman mereka sendiri, maka siswa akan menemukan makna
dan makna tersebut akan memberikan mereka alasan untuk belajar.
Salah satu standar kompetensi tugas seorang guru adalah mengondisikan
siswa agar dapat terlibat dalam pembelajaran secara aktif sehingga mendukung
pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan, dan tugas guru pula menciptakan
suasana pembelajaran serta seluk-beluk kegiatan di dalamnya yang membantu
mengarahkan menuju pencapaian tujuan dengan banyak langkah yang bisa
ditempuh antara lain melalui metode, strategi, alat pengajaran serta gaya mengajar
yang menarik. Pembelajaran yang memanfaatkan faktor-faktornya secara tepat
akan menghasilkan keberhasilan yang diharapkan. Namun jika hasil yang
diperoleh belum sesuai harapan, tetap menjadi tugas seorang guru untuk selalu
berusaha memperbaiki pembelajarannya.
Umumnya
tujuan
pembelajaran
matematika
adalah
membentuk
kemampuan bernalar siswa yang terukur dalam berfikir kritis, berfikir logis,
kreatif, inovatif, pemecahan masalah, bersikap obyektif baik di bidang
matematika itu sendiri ataupun bidang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan pendidikan matematika di sekolah dasar pada hakekatnya adalah
memberikan pengalaman belajar terhadap anak dalam hal bermatematika sesuai
dengan tahapan perkembangannya. Selain dari yang disebutkan di atas dengan
mempelajari matematika siswa juga dapat memiliki sikap-sikap terpuji seperti
teliti, cermat, hemat, jujur, tegas, bertanggungjawab, pantang menyerah dan
percaya diri (Fathani, 2009: 99-102).
Untuk memenuhi harapan supaya berhasil dalam kegiatan belajar
mengajar, maka pihak sekolah perlu memperhatikan dan mempunyai kewajiban
untuk
menyediakan
sarana
dan
prasarana
yang
diperlukan
untuk
menyelenggarakan proses pendidikan. Peningkatan prestasi siswa mata pelajaran
matematika dapat dilakukan melalui pembiasaan memecahkan masalah dan
3
menemukan ide yang berguna untuk dirinya sendiri dan orang lain. Demi
mewujudkan hal tersebut guru hendaknya memahami dan melaksanakan prinsipprinsip pembelajaran yang berkualitas yakni pembelajaran yang berpusat pada
siswa bukan pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru harus dapat memilih
dan menggunakan pendekatan termasuk metode dan media pembelajaran yang
sesuai dengan materi yang diajarkan.
Salah satu media pembelajaran adalah alat peraga. Alat peraga yaitu alat
atau benda untuk membantu guru atau siswa menerangkan atau mewujudkan
konsep matematika. Dalam tulisan ini, penulis membatasi tentang penggunaan Tas
Petak (kertas berpetak) untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung perkalian,
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif. Harapannya, siswa dapat
mengerjakan soal perkalian, penjumlahan dan pengurangan dengan benar,
sehingga berimbas meningkatnya prestasi belajar mata pelajaran matematika.
Kertas berpetak untuk operasi hitung perkalian, penjumlahan, dan
pengurangan dimaksudkan supaya nilai tempat dari bilangan dapat tegak lurus
sesuai nilai tempat dari bilangan tersebut.
Kesalahan pada umumnya, adalah siswa tidak menempatkan angka secara
lurus sesuai nilai tempatnya. Akibatnya hasil dari perkalian, penjumlahan dan
atau pengurangan menjadi salah. Kesalahan cara seperti disebutkan di atas dapat
dihilangkan dengan penggunaan kertas berpetak untuk pembelajaran operasi
perkalian, penjumlahan dan pengurangan.
Cara menggunakan kertas berpetak yaitu menuliskan angka-angka yang
akan dihitung (dikalikan, dijumlahkan atau dikurangi) ditulis lurus sesuai nilai
tempat angka yang harus dihitung tersebut. Fungsi kertas berpetak untuk
memastikan angka yang ditulis adalah terletak lurus sesuai nilai tempat dan bukan
menjadi salah tempat akibat salah tulis dan menempatkan angka. Siswa biasanya
kurang teliti dan hati-hati menuliskan angka yang akan dihitung. Angka satuan
ditulis lurus dengan angka puluhan, atau angka puluhan ditulis lurus dengan
ratusan dan seterusnya. Akibatnya hasil dari perkalian,
pengurangan menjadi salah.
4
penjumlahan dan
Taspetak (kertas berpetak) adalah kertas yang memiliki batasan-batasan
ukuran yang sama, baik panjang dan lebarnya. Kertas berpetak dapat dibuat
sendiri oleh guru maupun siswa. Bahkan dapat membeli di toko buku.
Keuntungan membeli di toko adalah cepat tersedia kertas berpetak tersebut.
Namun dari segi pengalaman, maka siswa kurang mendapat pengalaman langsung
tentang pembuatan kertas berpetak. Contoh kertas berpetak seperti berikut ini.
5
BAB III
PEMBAHASAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang ditetapkan berupa penelitian tindakan kelas. Prosedur
dan langkah langkah penelitian mengikuti prinsip-prinsip dasar yang berlaku
dalam penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki
mutu praktik pembelajaran di kelas dan meningkatkan prestasi siswa. PTK adalah
penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau
meningkatkan mutu hasil belajar.
B.
Desain penelitian
Jenis penelitian yang ditetapkan berupa penelitian tindakan kelas yang
bersifat kolaboratif. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan
Kemmis dan Taggart, dengan tahapan seperti berikut:
1. Perencanaan
Tahap ini, penulis berkolaborasi dengan teman sejawat
untuk
mempersiapkan sesuatu yang dibutuhkan dalam melakukan perbaikan
pembelajaran dan merencanakan tindakan-tindakan yang akan dilakukan
dalam kegiatan tersebut.
2. Tindakan
Guru
melaksanakan skenario pembelajaran sesuai dengan yang
tercantum dalam RPP. Sementara itu, dengan panduan lembar observasi
penulis mengamati proses pembelajaran matematika yang
media kertas berpetak.
menggunakan
Kegiatan pembelajaran diusahakan berlangsung
secara wajar, apa adanya, dan natural.
3. Observasi
Observasi
dilakukan
saat
kegiatan
pembelajaran
matematika
berlangsung. Penulis meminta bantuan kepada teman sejawat untuk
mengamati pembelajaran matematika yang menggunakan kertas berpetak.
6
Selain itu, teman sejawat juga mengamati tentang perubahan-perubahan
hasil belajar yang terjadi pada siswa ketika menggunakan kertas berpetak.
4. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah terjadi dalam tindakan pembelajaran di kelas. Hasil dari refleksi
kemudian dianalisis untuk mengetahui keberhasilan dan hambatan selama
kegiatan pembelajaran pada siklus pertama. Kemudian hasil tersebut
dibandingkan dengan hasil observasi awal yang dilakukan oleh penulis.
C. Subjek penelitian
Subjek yang akan dikenai tindakan adalah siswa kelas IV A SD
Wonosari I UPT TK dan SD Kecamatan Wonosari Gunungkidul Yogyakarta.
Jumlah semua siswa sebanyak 23 orang, terdiri atas 10 siswa laki-laki dan 13
siswa perempuan.
D. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas
ini dengan tes, observasi dan kuesioner. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1. Tes
Tes
merupakan
suatu alat pengumpul informasi tetapi, jika
dibandingkan dengan alat-alat lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh
dengan batasan-batasan. (Suharsimi Arikunto, 2011:151). Tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes formatif. Penggunaan es formatif
ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk
setelah siswa mengikuti suatu program tertentu. Penelitian ini program yang
diikuti adalah penggunaan media konkret.
2. Observasi
Secara umum, observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang
diperlukan untuk menjawab masalah tertentu. Penelitian ini, penulis
menggunakan observasi sistematis.
Teknik observasi digunakan oleh
penulis untuk mengumpulkan data tentang pembelajaran yang menggunakan
7
kertas berpetak. Observasi dilakukan oleh teman sejawat saat proses
pembelajaran Matematika berlangsung di kelas IVA SDN Wonosari I.
3. Angket atau Kuesioner
Menurut Suharsimi Arikunto (2007:151) kuesioner adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia
ketahui. Kuesioner digunakan penulis untuk mengumpulkan data tentang
pembelajaran
kususnya
pada
standar
kompetensi
mengalikan,
menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat positif.
4. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mengetahui data tentang
kegiatan pembelajaran di kelas. Selain itu, dengan dokumentasi juga
digunakan untuk bahan pelaporan dalam pelaksanaan kegiatan Penelitian
Tindakan Kelas Ini. Dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil foto
atau video siswa saat proses belajar berlangsung dan pengumpulan hasil
observasi yang dilakukan.
E. Instrumen penelitian
Tes tertulis yang berbentuk
essai dan lembar pengamatan untuk
mengamati proses belajar.
F. Teknik analisis data
Penelitian ini data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Data penelitian yang sudah terkumpul kemudian diklasifikasikan menjadi dua
kelompok data penelitian yaitu :
1. Analisa Data Observasi
Hasil analisa data observasi kemudian disajikan secara diskriptif.
Data yang berbentuk kualitatif sangat berguna untuk menyertai gambaran
yang diperoleh dari analisis data kuantitatif. Teknik analisis data kualitatif
digunakan untuk menganalisis data tentang pembelajaran matematika yang
menggunakan media benda konkret yang diperoleh dari teknik observasi.
8
Analisis
data
kualitatif
penulis
lakukan
dengan
cara
menyeleksi,
menyederhanakan, mengategorikan, dan menganalisis data yang diperoleh
dari pengamatan pembelajaran. Penyajian data dilakukan dalam bentuk
narasi, kemudian dari data tersebut penulis menarik kesimpulan.
2. Analisa Hasil Tes
Teknik analisis data kuantitatif digunakan untuk menganalisis data
tentang
peningkatan
hasil belajar
siswa setelah menggunakan media
konkret, sedangkan data kuantitatif peneliti dapatkan dari teknik angket atau
kuesioner dengan jawaban Rating-scale (skala bertingkat) 1 sampai dengan 5.
G. Kriteria keberhasilan
Penelitian
ini diperlukan adanya indikator-indikator sebagai acuan
keberhasilan dalam suatu tindakan. Kriteria keberhasilan tindakan didasarkan
pada keefektifan penggunaan kertas berpetak dalam pembelajaran matematika
mengacu alat peraga media konkret pada ketercapaian tujuan pembelajaran
yang termuat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dengan kata
lain penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran dikatakan efektif bila
tujuan-tujuan pembelajaran tersebut telah tercapai
 75% tuntas dalam
belajar, sebaliknya jika tujuan-tujuan pembelajaran tersebut tidak mencapai
 75% maka mempelajaran dengan kertas berpetak tidak efektif.
H. Data penelitian
1.
Hasil Observasi Siklus I
Tabel 1 Persentase hasil pengamatan
keterlaksanaan pembelajaran
Hasil Pengamatan Pertemuan I
Obs 1
Obs 2
Skor
Persentase
Skor
Persentase
5
50 %
5
50 %
9
Tabel 2 Efektifitas pembelajaran siswa
Hasil Pengamatan
Pertemuan I
Obs 1
Persentase
72,72%
Skor
16
Obs 2
Skor
15
Persentase
68,18%
Pertemuan 1, dari 22 indikator yang diamati ada 7 indikator yang belum
terlaksana. Diantaranya indikator 3 tentang guru memotivasi siswa, indikator 4
tentang guru memberikan masalah yang akan dijadikan topik dalam pembelajaran
perkalian, penjumlahan, dan pengurangan, indikator 10 tentang guru memotivasi
siswa untuk aktif dalam kerja kelompok, indikator 12 tentang guru meminta
kelompok lain untuk menanggapi hasil kerja kelompok yang presentasi, indikator
16 tentang guru memberikan reward terhadap kemajuan yang diperoleh siswa,
indikator 18 yaitu guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
yang direncanakan, dan indikator 20 yaitu tentang guru melaksanakan tindak lanjut
dengan memberikan arahan atau kegiatan atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan
sehingga skor rata-rata persentase baru mencapai 72,72%.
Pertemuan 1 dan, dari 10 indikator yang diamati sebanyak 5 indikator
yang belum mencapai harapan yaitu indikator 2 tentang sebanyak ≥75% siswa
yang diberi pertanyaan menjawab pertanyaan dari guru belum mencapai hasil
yang diharapkan, indikator 3 yaitu sebanyak ≥75% siswa belum dapat merespon
masalah yang diberikan, indikator 7 yaitu sebanyak
≥75% siswa belum
berdemontrasi menggunakan media konkret dengan benar, indikator 8 sebanyak
≥75% siswa belum berdiskusi menanggapi hasil kelompok lain, dan indikator 9
yaitu sebanyak ≥75% siswa belum mencatat rangkuman dan kesimpulan.
2.
Hasil Observasi Siklus 2
Tabel 3 Persentase Hasil Pengamatan
Keterlaksanaan Pembelajaran
Hasil Pengamatan
Pertemuan II
Obs 1
Skor
5
Obs 2
Persentase
50 %
Skor
5
10
Persentase
50 %
Tabel 4 Efektifitas Pembelajaran
Hasil pengamatan
Pertemuan II
Observasi 1
Skor
16
Observasi 2
Persentase
72,72%
Skor
16
Kertas berpetak merupakan salah satu contoh
Persentase
72,72%
benda konkret untuk
pembelajaran operasi perkalian, penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Kertas berpetak tersebut dapat digunakan untuk menempatkan hasil dari
mengalikan, menjumlahkan, dan mengurangkan angka secara tepat menurut nilai
tempat.
Misalnya 13 x 18 = ….
Operasi perkalian di atas dapat dikerjakan menggunakan kertas berpetak dengan
cara sebagai berikut:
a.
Sediakan kertas berpetak
b.
Tulis angka-angka tersebut di dalam kotak sesuai nilai tempat
c.
Beri garis lurus setelah dua bilangan yang akan dijumlahkan dituliskan
d.
Beri tanda jumlah (x) di sebelah kanan pangkal garis lurus.
e.
Kalikan berurutan dari nilai satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya.
f.
3 dikalikan dengan 8 sama dengan 24. Ditulis 4 menyimpan 2.
g.
1 dikalikan dengan 8 hasilnya sama dengan 8. 8 ditambah dengan 2 sama
dengan 10.
h.
3 dikalikan dengan 1 hasilnya 3. Ditulis 3
i.
1 dikalikan dengan 1 hasilnya 1. Ditulis 1.
j.
4 ditambah dengan tidak ada hasilnya 4, 0 ditambah dengan 3 hasilnya 3, dan
1 ditambah dengan 1 hasilnya 2.
2
1
3
1
8
1
0
4
1
3
2
3
x
+
4
11
Jadi 13 x 18 = 234
Operasi penjumlahan dapat dikerjakan menggunakan kertas berpetak. Misalnya:
322 + 653 = ….
Soal di atas dapat dikerjakan dengan cara sebagai berikut:
1. Sediakan kertas berpetak
2. Tulis angka-angka tersebut di dalam kotak sesuai nilai tempat
3. Beri garis lurus setelah dua bilangan yang akan dijumlahkan dituliskan
4. Beri tanda jumlah (+) di sebelah kanan pangkal garis lurus.
5. Jumlahkan berurutan dari nilai satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya.
3
2
2
6
5
3
9
7
5
+
Jadi 322 + 653 = 975
Menggunakan kertas berpetak menghindari kesalahan untuk meluruskan
angka-angka sesuai nilai tempatnya, sehingga saat menjumlahkan angka-angka
tidak akan salah jumlah. Kesalahan yang sering dialami siswa adalah diawali
dengan menempatkan angka satuan lurus atau sejajar dengan angka puluhan,
angka puluhan ditulis lurus dengan angka ratusan dan seterusnya. Akibatnya kalau
dijumlahkan mendapatkan hasil yang salah.
Jika bilangan yang dijumlahkan hasilnya puluhan, maka dapat dilakukan
dengan cara menyimpan angka puluhan tersebut dan meletakkan angka puluhan
(yang disimpan) di atas angka yang akan dijumlahkan berikutnya.
Contoh: 768 + 459= ….
1
1
1
1
7
6
8
4
5
9
2
2
7
Jadi 768 + 459= 1.227
12
+
1. 8 ditambah 9 sama dengan 17, maka ditulis 7 menyimpan 1. 1 diletakkan di
atas angka 6.
2. 1 ditambah 6 ditambah 5 sama dengan 12, maka ditulis 2 menyimpan 1. 1
diletakkan di atas angka 7.
3. 1 ditambah 7 ditambah 4 sama dengan 12, maka ditulis 2 menyimpan 1. 1
diletakkan diatas angka 4
4. 1 ditambah tidak ada sama dengan 1, ditulis 1.
5. Hasil 768 + 459= 1.227
Kertas berpetak juga dapat dipergunakan untuk mengerjakan operasi
hitung pengurangan bilangan dengan tepat. Caranya sama dengan operasi hitung
penjumlahan.
Contoh: 756 - 324 = ….
7
5
6
3
2
4
4
3
2
-
Jadi 756 - 324 = 432
Mencermati penggunaan kertas berpetak seperti tersebut di atas, maka
untuk mengajarkan pengurangan angka yang dikurangi lebih kecil nilainya
dibandingkan dengan yang mengurangi, maka harus meminjam bilangan di
depannya (sesuai nilai tempat) dan menggunakan kertas berpetak.
Misalnya: 892 – 678 = ….
8
12
8
9
2
6
7
8
2
1
4
-
Jadi 892 + 678= 214
1. 2 dikurangi 8 tidak bisa, maka harus meminjam angka puluhan di depannya 1,
sehingga 2 ditambah 10 sama dengan 12.
13
2. Angka 9 yang dipinjam 1 (10 karena di tempat puluhan), maka sama dengan 8
(80 karena di tempat puluhan)
3. 12 dikurangi 8 sama dengan 4
4. 8 dikurangi 7 sama dengan 1
5. 8 dikurangi 6 sama dengan 2
6. Hasil 892 + 678= 214
Penggunaan kertas berpetak di kelas IV A SDN Wonosari I UPT TK dan
SD Kecamatan Wonosari Gunungkidul hasilnya sangat baik. Adapun hasil yang
diperoleh dalam pembelajaran tanpa dan menggunakan kertas berpetak adalah
sebagai berikut:
Tabel 5. Daftar hasil nilai uji coba tanpa dan dengan kertas berpetak
No. Urut Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Jumlah
Nilai rata-rata
Nilai Tertinggi
Nilai terendah
Nilai Pembelajaran Tanpa kertas berpetak
60
85
70
75
75
70
75
75
75
60
70
75
75
80
65
80
60
80
60
70
80
80
75
1.670
72,60
85
60
Nilai Menggunakan kertas berpetak
80
100
80
90
80
80
90
80
90
80
80
80
90
100
80
100
80
100
80
90
90
100
90
2.010
87,39
100
80
Adapun jika dijelaskan dengan menggunakan gambar diagram seperti
tersebut di bawah ini.
Gambar 1 Jumlah nilai pembelajaran
Nilai Hasil Pembelajaran
4000
1670
2010
2000
0
Jumlah Nilai
Tanpa TasGambar
Petak
Tas petak
2 Nilai Menggunakan
rata-rata
14
Gambar 2 Nilai rata-rata
100
80
87.39
72.6
60
Tanpa Tas petak
40
Menggunakan Tas Petak
20
0
Nilai rata-rata
Gambar di atas menunjukkan bahwa penggunaan kertas berpetak
meningkatkan perolehan jumlah nilai rata-rata, dari rata-rata72,6 menjadi 87,39,
atau mengalami peningkatan sebesar 14,79.
Gambar 3 Nilai Tertinggi
105
100
95
90
85
80
75
100
Tanpa Tas Petak
85
Menggunakan Tas Petak
Nilai Tertinggi
Gambar tersebut menunjukkan bahwa penggunaan kertas berpetak
meningkatkan perolehan nilai tertinggi, dari 85 menjadi 100, atau mengalami
peningkatan sebesar 15.
Gambar 4 Nilai terendah
100
80
80
60
Tanpa Tas Petak
60
40
Menggunakan Tas Petak
20
0
Nilai Terendah
15
Gambar di atas
menunjukkan bahwa penggunaan kertas berpetak
meningkatkan nilai terendah dari 60 menjadi 80, atau mengalami peningkatan
sebesar 20.
Berdasarkan gambar di atas penggunaan kertas berpetak menjadikan
semua siswa yang mengikuti penilaian tes hasil belajar hasilnya meningkat. Hal
ini mengindikasikan bahwa penggunaan kertas berpetak terbukti meningkatkan
kemampuan operasi hitung bilangan
karena semua (100%) siswa berhasil
meningkat perolehan nilainya.
16
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
1. Pembelajaran operasi hitung bilangan perkalian, penjumlahan dan pengurangan
menggunakan kertas berpetak mampu meningkatkan kemampuan siswa
melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif.
2. Kertas berpetak membantu menempatkan bilangan menurut nilai tempat dari
satuan, puluhan, ratusan, dan seterusnya.
3. Pembelajaran matematika menggunakan kertas berpetak mendapatkan respon
yang baik dari siswa.Terbukti 23 siswa meningkat perolehan nilainya.
Kertas
berpetak
berimplikasi
dapat
meningkatkan
keefektifan
pembelajaran operasi hitung perkalian, penjumlahan dan pengurangan. Oleh
karena itu hendaknya dapat dijadikan pertimbangan untuk memperkaya inovasi
pembelajaran matematika SD.
17
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta :
Rineka Karya
Depdiknas.2003 . UU no 20 Tahun 2003.Jakarta: Depdiknas
Depdikbud (2013 )Buku siswa kelas IV tema Selalu Berhemat Energi .Jakarta: Depdikbud
Johnson, E.B. (2002). Contextual Teaching and Learning. Tousand oaks,California :
Corwin Press
Fathani, A.H. (2009). Matematika (hakekat dan logika).Yogyakarta: Ar Ruzz
Media
Johnson,
E.B.
(2002).
Contextual
Teaching
and
Learning.
Tousand
oaks,California : Corwin Press
Mursell, J. & S. Nasution (2006). Mengajar Dengan Sukses (Sucessful Teching), Jakarta:
Bumi Aksara
Suharsimi Arikunto, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Akasara.
18
19
Download