Media Kedokteran Hewan Vol. 23, No. 3, September 2007 Marker-Set Untuk Uji Keturunan dan Identitas Ternak pada Babi dengan Analisa Mikrosatelit Marker-Sets For Paternity And Identity Test in Pigs by Means Microsatellite Analysis Siti Darodjah Rasad Laboratorium Reproduksi Ternak, Fakultas Peternakan UNPAD Kampus Jatinangor, Bandung 40600. Tel. 022 -7798341, Fax. 022-7798212 e-mail : [email protected] Abstract The aim of this study was to establish an optimal marker set for a routine paternity and identity test. In the present work a paternit y and identity test within three pig breeds (DE, DL and Pi) was performed by means of microsatellite analysis. Genotyping of the animals was done after PCR amplification of the alleles on an automated DNA sequencer (LI -COR, DNA Analyzer, GENE READIR 4200 (MWG BIOTECH). For the examination of the applicability of the microsatellite markers in paternity test, the exclusion probabilities and Polymorphism Information Co ntents (PICs) were calculated. Combined exclusion probability over 99 % has been achieved i n all breeds by using 8 microsatellites. Fifteen of the 25 loci were selected and a group of 5 loci were packed together in three multiplex-PCRs as possible marker sets for a paternity and identity test in pig. Key words: Pig, Paternity and Identity Test, Microsatellite analysis Pendahuluan Identifikasi kemurnian suatu jenis ternak serta kepastian dalam uji keturunan ( progeny test) merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam bidang peternakan. Uji keturuna n satu bangsa ternak diharapkan dapat dilaksanakan secara berkala. Proses ini diperlukan guna meningkatkan aspek genetik bagi generasi selanjutnya. Sebagai contoh pada ternak babi, kontrol pengujian keturunan serta kekerabatan antar bangsa telah berhasil dilaksanakan melalui sistem golongan darah (Groenen et al., 2003). Pada metode ini, masih ditemukan adanya kendala, antara lain diperlukannya sampel darah segar yang dalam pengambilannya membe rikan dampak stress pada ternak, yang dapat memberikan efek tidak menguntungkan bagi ternak. Dalam rangka mengurangi kendala tersebut di atas, dapat diterapkan teknik lain yaitu dengan analisa DNA. Uji keturunan dengan melihat pola DNA dari satu bangsa ternak dapat memberikan tingkat ketepatan yang tinggi (Exclusion Probability/EXP 99,9%) dan dapat pula digunakan dalam rangka identifikasi ternak. 169 Keuntungan analisa DNA dibandingkan dengan sistem golongan darah adalah: Tingkat ketepatan yang tinggi (EXP 99,9%), diperlukan sampel yang sedikit (jaringan, sperma atau f olikel rambut), memungkinkan semua ternak sebagai sampel tanpa memperhatikan faktor umur, serta memungkinkan sampel dari ternak yang telah mati. Analisa ini juga memungkinkan untuk identifkasi produk hasil ternak seperti daging (Hohenhörst et al.,1994; Lauk, 1999). Salah satu analisa DNA untuk uji keturunan serta kontrol identitas ternak adalah analisa Mikrosatelit. Mikrosatelit adalah urutan DNA dalam genom yang mempunyai sifat berulang ( Short Tandem Repeat/STR) dengan tingkat variasi yang tinggi (Polymorph), yang dengan bantuan PCR ( Polymerase Chain Reaction) dapat diamplifikasi. Mikrosatelit terdiri dari 1–6 Nukleotid yang berulang, dengan urutan pengulangan CA merupakan urutan DNA yang paling sering ditemukan pada ternak menyusui (Tautz dan Renz, 1984). Analisa Mikrosatelit ini untuk pertama kali ditemukan oleh Hamada et al. (1982), Nordheim dan Rich (1983). Selanjutnya Baumung et al. (2004) menyatakan bahwa penggunaaan mikrosateli t Rasad; Marker-Set Untuk Uji Keturunan dan Identitas Ternak pada Babi dengan … merupakan metode standar untuk menduga keragaman genetik (genetic diversity) pada ternak. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Arranz et al. (2001), Diez-Tascon et al. (2000), Rendo et al. (2004), Alvarez et al. (2004) yang telah melakukan analisa mikrosatelit pada sekelompok kecil ternak kambing. Pada babi, mikrosatelit sudah sering digunakan pada penelitian biodiversitas baik pada bangsa komersial maupun bangsa yang masih liar (Groenen et al., 2003). Analisa Mikrosatelit kini telah secara r utin digunakan dalam uji keturunan pada ternak s api, anjing dan kuda (Alford et al., 1994; Marklund et al., 1994; Binns et al., 1995; Glowatski-Mullis et al., 1995; Hussein et al., 1996; Fredholm et al., 1993; Bowling et al., 1997; Wimmers et al., 1998), sedangkan pada ayam, analisa genotipik dengan analisa mikrosatelit telah berhasil dilakukan dengan cara analisa pool DNA (Groenen et al., 2003). Pada manusia, analisa Mikrosatelit juga telah umum dilakukan untuk uji keturunan (Father Test) dan dalam bidang krimi nalitas seperti kasus pe merkosaan atau pembunuhan sebagai pengganti uji sidik jari. Hanotte dan Jianlin (2005) dari International Livestock Research Institute (ILRI) Nairobi menyatakan bahwa marker genetik dapat membuktikan tentang berbagai informasi perbedaan-perbedaan tipe yang dapat digunakan dalam proses konservasi te rnak. Autosal mikrosatelit loci sudah umum digunakan untuk identifikasi genetik secara individu dan untuk analisa kekeraba tan. Dengan sifat mikros atelit loci yang sangat sensitif, maka analisa dapat juga digunakan untuk pendugaan inbreeding pada ternak. Metode Penelitian Sebagai bahan penelitian telah digunakan 39 –48 ekor ternak Babi dari bangsa DE ( Deutsche edelschwein), DL (Deutsche landrasse) dan Pi (Pietrain). Sampel jaringan didapatkan dari Rumah Potong Hewan (RPH) berupa satu potong jaringan yang berasal dari telinga saat pemberian nomor ternak serta sedikit sampel rambut. Sampel diambil dari beber apa peternakan babi di bawah koordinasi Koperasi di wilayah Nord-West Jerman (Schweinezuchtverband Nord-West Deutschland). Sebagai bahan analisa, dig unakan 25 Mikrosatelit marker, yang merupakan sa tu set marker bantuan dari INRA–Toulous Perancis dalam rangka menunjang proyek evaluasi bangsa babi Eropa. Mikrosatelit marker tersebut di atas telah di analisa pada genom ternak babi dan terbukti sangat Poly morph dan sangat jarang menunjukkan Null Allel. Analisa laboratorium yang digunakan adalah berupa isolasi DNA, Ampli fikasi Mikrosatelit enloci dilakukan dengan bantuan Polymerase-Chain-Reaction (PCR), Pemisahan hasil pr oduk PCR dilakukan dengan menggunakan alat automatik sequence (LI- COR, DNA Analyzer, GENE READIR 4200, MWG BIOTECH) pada suatu Polyacrylamidgel. Untuk penentuan panjang pasangan basa dari hasil gel Elektro phoresa (pita) dilakukan dengan menggunakan Software One-Dscan (Scanalytics, A Division of CSPI, USA). Untuk analisa tingkat Polymorph serta melihat perbedaan antar populasi dan individu dilakukan penghitungan nilai PIC ( Polymorphic Information Content), sedangkan untuk menguji apakah mikrosa telit tersebut dapat digunakan sebagai marke r dalam uji keturunan dan identitas ternak dilakukan peng hitungan EXP (Exclusion Probability) dan kombinasi EXP (cEXP) (Botstein et al., 1980). Hasil dan Pembahasan Sebanyak 25 Mikrosatelit marker berhasil di analisa 133 ternak babi dengan menghasilkan 3054 Genotyp dengan jumlah allel yang dapat diidentifikasi dari ke tiga bangsa babi tersebut adalah antara 3 –16 allel dengan rataan 6 allel per lokus dan bervariasi antar bangsa 5,88 (Pi) dan 6,92 (DL) dan 6,44 (DE). Pada lokus S0215 pada semua bang sa menunjukkan jumlah Allel yang rendah. Untuk setiap bangsa yang diteliti ditemukan allel spesifik yang sangat berperan dalam identifikasi ternak. A danya keragaman allel yang ditemukan pada setiap bangsa ternak yang diteliti maka dapat mencerminkan ident itas dari setiap bangsa tersebut. Untuk nilai PIC (Polymorphism Information Content) menunjukkan bahwa pada bangsa Pi 30 % (8 Mikrosatelit) memberikan nilai PIC lebih kecil dari 0,50. Pada ke dua bangsa lain (DE dan DL) hanya sedikit yang menunjukkan nila i PIC di bawah 0,50 (DE 4 Loci dan DL 2 Loci). Nilai PIC tersebut erat kaitannya dengan jumlah allel yang ditemukan dalam setiap lokus, makin banyak allel yang ditemukan dalam suatu lokus dalam satu populasi ternak, maka semakin tinggi nilai PIC dan semakin informatif lokus tersebut. Hal ini juga berlaku untuk nilai EXP. Pada penelitian ini dihasilkan nilai EXP antara 26,4 % dan 80,3 % (DE antara 29,6 % dan 74,7 %; DL antara 25,4 % dan 77,6 % dan Pi antara 15,1 % dan 72,9 %). Untuk memilih 15 Mikrosatel it dari 25 Marker yang ditest, yang dapat digunakan secara rutin untuk uji keturunan dan identitas ternak yang sesuai dengan ke tiga bangsa yang diteliti, setiap loci di antara bangsa atau populasi dengan didasarkan atas rataan nilai PIC dilakukan proses r anking. Makin kecil jumlah rangking satu Mikrosatelit, makin informatif Mikrosatelit tersebut untuk ke tiga bangsa yang diteliti. Selanjutnya berdasarkan kombinasi Mikrosatelit yang paling informatif, dilakukan penghitungan Exclusion Probability (EXP). Pada penelitian ini ternyata, 170 Media Kedokteran Hewan Vol. 23, No. 3, September 2007 dengan kombinasi 7 Mikrosatelit t elah dicapai nilai EXP 99,9%. Ini berarti dalam uji keturunan tersebut 99,9% keturunan (anak) benar -benar berasal dari tetua yang telah diuji. Dalam hal ini 99,9% pola allel dan urutan nukleotida yang ditemukan pada anak berasal dari tetuanya. Dari hasil penghitungan nilai PIC dan EXP maka dilakukan test kombinasi marker se t yang dapat digunakan secara r utin untuk uji keturunan dan identitas ternak dalam hal ini ternak b abi, seperti tertera pada Tabel 1. Dari Tabel 1 telah ditunjukkan tiga macam Mikrosatelit-set yang dapat digunakan secara rutin dalam uji keturunan dan identitas ternak. Mikrosatelit-set ini telah diuji kembali pada sampel ternak yang terdiri dari sampel DNA yang berasal dari satu bapak, induk dan anak. Sebagai contoh juga telah ditest dengan menggunakan sampel DNA yang bukan berasal dari bapak dan induk tertentu. Penggunaan analisa mikroastelit di Indonesia sudah mulai dilakukan, sebagai contoh seperti yang tengah dilakukan oleh I Ketut Puja dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana yang telah mengusulkan rencana penelitiannya untuk penelitian fundamental dan akan meneliti mengenai Profil genetik lokus mikrosatelit, sebagai penciri khusus kambing Gembrong di Karangasem Bali. Pada penelitian ini data tentang Polimorfisme genetik kambing Gembrong diukur dengan rataan heterosigositas (H) yang dihitung untuk semua lokus. Derajat deferensiasi genetik dihitung dengan menggunakan penduga F ST (Hartl dan Clark,1997). Aliran genetik dihitung memakai model pulau (Avise,1994). Hasil penelitian Winaya (2000) yang melakukan penelitian pada 16 lokus DNA mikrosatelit pada sapi Bali dan menemukan keragaman pada sebagian besar lokus DNA mikrosatelit tersebut. Sementara itu, lokus DNA Mikrosatelit HEL9 pada sapi Bali adalah monomorfik, sedangkan pada bangsa sapi lain (Madura, PO dan Brangus) adalah polimorfik (Handiwirawan dan Subandriyo, 2004). Dengan demikian analisa mikrosatelit telah banyak dilakukan juga di Indonesia, hal tersebut disebabkan analisa tersebut tidak dipengaruhi oleh bangsa ternak yang akan diteliti demikian juga lokasi dimana sampel diperoleh. Kesimpulan Dari hasil penelitian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Analisa Mikrosatelit dapat diterapkan untuk uji keturunan dan identitas ternak; 2) Dari hasil penghitungan nilai PIC dan EXP dapat ditentukan tiga macam Mikrosatelit-Set yang dapat digunakan secara rutin dalam rangka uji keturunan dan identitas ternak, dalam hal ini pada ternak babi . Daftar Pustaka Alford RB, Hammond HA, Coto I, and Caskey CT. 1994. Rapid and efficient resolution of parentage by amplification of short tandem repeats. Am J Hum Genet. 55: 190 -195. Alvarez I, Royo LJ, Fernandez I, Gutierez JP, Gomez E, and Goyache F. 2004. Genetic relationships and admixture among sheep breeds from Northern Spain assessed using microsatellites. Journal of Animal Science. 82: 2246-2252. Arranz JJ, Bayon Y, and Primotivo FS. 2001. Differentiation among Spanish sheep breeds using microsatellites. Genetics Selection Evoluti on. 33: 529-542. Avise JC. 1994. Molecular Markers. Natural History and Evolution. Chapman and Hall. Inc.New York. Tabel 1. Mikrosatelit-Set dengan Nilai cEXP Set Mikrosatelit DE DL Cesp Pi All 1 SW936 SW857 S0115 CGA S0068 0,987 0,995 0,978 0,997 2 SW240 S0101 S0355 SW122 SW911 0,969 0,970 0,985 0,996 3 S0026 SW951 S0225 S0227 S0178 0,905 0,965 0,895 0,979 > 0,99 > 0,99 > 0,99 > 0,99 Total Keterangan : DE : Deutsche edelschwein; DL : Deutsche landrasse; Pi : Pietrain 171 Rasad; Marker-Set Untuk Uji Keturunan dan Identitas Ternak pada Babi dengan … Baumung R, Siminier H, and Hoffmann I. 2004. Genetic diversity studies in farm animals – a survey. Journal of A nimal Breeding and Genetics. 121: 361-373. Hanotte O, and Jianlin H. 2005. Genetic characterization of livestock populations and its use in conservation decision making. International Livestock Research Institute (ILRI) Nairobi . 131-136 Binns MM, Holmes NG, Holliman A, and Scott AM. 1995. The identification of polymorphic microsatellite loci in the horse and heir use in thoroughbred parentage testing. British Vet J. 151: 9-15. Hartl DL, and Clark AG. 1997. Principles of Population Genetics. 3 rd ed.Sinauer Associates. Inc.Publishers. Sunderland. Massachusetts. Botstein D, White RL, Skolnick M, and Davis RW. 1980. Construction of a genetic linkage map using restriction fragment length polymor phism. Am J Hum Genet. 32: 314-331. Bowling AT, Eggleston ML, Byrns G, Clark RS, and de Leanis S, Wictum E. 1997. Validation of microsatellite markers for routine horse parentage testing. Anim Genet. 28: 247- 252. Diez-Tascon C, Littlejohn RP, Almeida PA, and Crawford AM. 2000. Genetic variation within the Merino sheep breeds: analysis of closely related populations using microsatellites. Animal Genetics. 31: 243-251. Fredholm M, Wintero AK, Christensen K, Kristensen B, Nielsen PB, Davies W, and Archibald A. 1993. Characterization of 24 porcine (dA-dC)n-(dTdG)n microsatellites: genotyping of unrelated animals from four breeds and linkage studies. Mamm Genome. 4: 187-192. Glowatski-Mullis ML, Gaillard C, Wigger G, Fries R. 1995. Microsatellite based parentage control in cattle. Anim Genet. 26: 7-12. Groenen MAM, Joosten R, Boscher MY, Amigues Y, Rattink A, Harlizius B, van der Poel JJ, and Crooijmans R. 2003. The use of microsatellite gynotyping for populatio n studies in the pig with individual and pooled DNA samples. Arch. Zootech. 52: 145-155. Hamada H, Petrino MG, and Kakunaga T. 1982. A novel repeated element with Z-DNA forming potential is widely found in evolutionary divers eukaryotik genomes. Proc Natl Acad Sci, USA. 79: 6465-6469. Handiwirawan E, dan Subandriyo. 2004. Potensi dan keragaman sumberdaya genetik sapi Bali. Wartazoa. 14(3): 50-60. Hohenhörst J, Fries R, Vögeli P, and Stranzinger G. 1994. Use microsatellites for parentage control in pigs. Anim Genet. 25 (Suppl.2): 33. Hussein AA, Schmoll F, Führer F, Brem G, Schellander K. 1996. Evaluation microsatellite loci for use in simmental cattle parentage control. J Vet Med. 43: 1-8. Lauk C. 1999. Abstammungsbegutachtung bei Lamas und Alpakas. Lamas: 8-9. Marklund S, Ellegren H, Erikson S, Sandberg K, and Anderson K. 1994. Parentage testing and linkage analysis in the horse using a set of highly polymorphic micr osatellite. Anim Genet. 25: 19-23. Nordheim A, and Rich A. 1983. The sequence (dCdA)n (dG-dT)n forms left-hundred Z-DNA in negatively supercoiled plasmid. Proc. Natl Acad Sci. USA. 80: 1821-1825. Rendo F, Iriondo M, Jugo BM, Mazon LI, Aguirre A, Vicario A, and Estonba A. 2004. Tracking diversity and differentiation in six sheep breeds from north Iberian Penninsula through DNA variation. Small Ruminant Research . 52: 196-202. Tautz D, and Renz, M. 1984. Simple sequences are ubiquitous repetitive components of eukaryotic genomes. Nucl Acids Res. 12: 389-399. Winaya A. 2000. Penggunaan penanda molecular mikrosatelit untuk deteksi polimorfisme dan analisa filogenetik genom sapi. Program Pascasarjana. Program Studi Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Wimmers K, Ponsuksili S, Schmoll F, Hardge T, Hatzipanagiotou A, Weber J, Woostmann S, Olek K, and Schellander K. 1998. Effizienz von mikrosatellitenmarkern des internationalen standards zur abstammungsbegutachtung in deutschen pferdepopulationen. Züchtungskunde. 70: 233-241. 172