manajemen fasilitas umum di stasiun kereta api rangkasbitung

advertisement
MANAJEMEN FASILITAS UMUM DI STASIUN
KERETA API RANGKASBITUNG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan Penelitian
Pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh:
Hesti Oktaviawati
NIM. 6661122559
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, Februari 2017
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Bahagia akan didapat jika kita tidak menginginkan
segala sesuatu yang berlebihan,
tetapi bersyukur dengan apa yang telah dimiliki”
Skripsi ini saya persembahkan untuk
Mamah, papah, kakak-kakakku dan
kekasihku. Tanpa doa dan semangat
dari
kalian,
saya
tidak
dapat
menyelesaikan skripsi ini. Terima
kasih
untuk
segala
pengorbanan
kalian. Love You My Family
ABSTRAK
Hesti Oktaviawati. NIM. 6661122559. Skripsi 2017. Manajemen Fasilitas Umum
di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Program Studi Ilmu Administrasi Negara,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Pembimbing I Drs. Oman Supriadi, M.Si. Pembimbing II Yeni Widyastuti, M.Si.
Fokus penelitian ini adalah Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung. Masalah yang diidentifikasi oleh peneliti adalah tidak adanya lahan
parkir untuk pengguna jasa kereta api, tidak adanya ruang tunggu penumpang, tidak
adanya ruangan ibu menyusui dan fasilitas difable, musholla yang kurang luas serta
tidak adanya CCTV di area stasiun. Penelitian ini menggunakan teori fungsi-fungsi
manajemen dari George R. Terry yang meliputi : perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengontrolan. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi pustaka
dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah model Prasetya Irawan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa manajemen fasilitas umum di Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung sudah berjalan cukup baik. Hal ini dapat dilihat berdasarkan adanya
perubahan keadaan lingkungan stasiun yang mengalami kemajuan. Meski masih ada
beberapa fasilitas yang belum terpenuhi dan harus diperbaiki karena rencana untuk
pengadaan belum direalisasikan. Saran yang dapat diberikan yaitu pihak stasiun terus
melakukan koordinasi dan pelaporan,agar pengajuan pengadaan fasilitas umum segera
ditindak lanjuti.
Kata Kunci : Manajemen, fasilitas umum, Stasiun
i
ABSTRACT
Hesti Oktaviawati. NIM. 6661122559 2017. Research. Public Facilities Management
at Rangkasbitung Railway Station. Departement of Public Administration. Faculty of
Social and Political Science, University of Sultan Ageng Tirtayasa. The 1 st advisor
Drs. Oman Supriadi, M.Si., 2nd advisor Yeni Widyastuti, M.Si.
Public Facilities Management at Rangkasbitung Railway Station is focused of the
research. The lack of parking spaces, lobby area, nursing room, difable facilities,
limited area of mosque, and CCTV control area. Identified by researcher this study used
theory of management functions adapted from George R. Terry it is include of
planning, organizing, actuating and controlling. Qualitative descriptive method is used
by researcher. Interviews, observation, literature study, and documentation are used in
data collecting techniques. Data analysis used Prasetya Irawan model. The result of
this research showed the improvement of management of public facilities at
Rangkasbitung railway Station. It can be claimed by some improvement of station area.
Although there are still some facilities have not been repaired and realized. The
reseacher suggested the station management will continue it is coordinating and
reporting that the submission of procurement of public facilities be immediately
followed up.
Keywords: management, public facilities, stations
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga proposal skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Proposal
skripsi ini penulis buat untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa dengan judul “Manajemen
Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung”.
Hasil penulisan proposal skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang selalu mendukung penulis baik secara moril maupun materil. Maka dengan
ketulusan hati dan dalam kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan
sehingga penulisan proposal skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan dan
rasa hormat serta terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Kehadirat Allah SWT, berkat rahmatNya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua penulis terutama ibu yang senantiasa memberikan kasih sayang,
doa, motivasi serta semangat yang tiada terkira.
3. Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Dr. Agus Sjafari, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Rahmawati, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
iii
6. ImanMukhroman, S.Ikom., M.Ikom selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Kandung Sapto Nugroho, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Listyaningsih, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
9. Riswanda, Ph.D selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
10. Oman Supriadi, M.Siselaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya
untuk melakukan bimbingan dan memberikan masukan dalam setiap bimbingan
yang dilakukan selama ini.
11. Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa memberikan
motivasi dan semangat bagi penulis dalam setiap bimbingan yang telah dilakukan
selama ini.
12. Dr. Dirlanudin, M.Si selaku ketua penguji sidang yang senantiasa memberikan
masukan dan motivasi bagi penulis dalam setiap bimbingannya yang telah dilakukan
selama ini.
13. Seluruh Dosen dan Staf Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah mendidik dan
membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
14. Kepala beserta seluruh pegawai Stasiun Kereta Api Rangkasbitung yang telah
banyak membantu memberikan data dan saran dalam penelitian ini.
iv
15. Keluarga penulis yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan serta doa
yang selalu mengiringi tiap langkah penulis.
16. Teman-teman yang penulis sayangi (Rahma, Eka, Aisyah, Putri, Widya, Mita, Tomi
Listiansah, Yeni, Mega, Dwi Vina, Wungu, Sella) serta teman-teman satu
perjuangan kelas A, B,C yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
17. Terima kasih pula kepada seseorang yang telah mendampingi penulis dalam
menyelesaikan proposal skripsi ini (Diky Rizky Fadilah). Semoga akan terus
menjadi penyemangat untuk penulis.
Akhirnya penulis tak berhenti mengucapkan syukur kepada Allah SWT, karena
atas ridho-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari banyak
ditemukan kekurangan dalam penyajian materi. Oleh karen itu penulis memohon maaf
atas kekurangan tersebut. Penulis mengharapkan masukan, baik kritik maupun saran
dari pembaca yang membangun.
Semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, khususnya bagi yang
memebaca dan semoga proposal skripsi ini dapat membantu para peminat ilmu
Administrasi Negara. Penulis berharap mudah-mudahan proposal skripsi ini dapat
menjadi bahan bacaan bagi khalayak yang ingin mengetahui tentang Manajemen
Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung.
Serang, Januari 2017
Penulis
Hesti Oktaviawati
NIM. 6661122559
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK ................................................................................................................ i
ABSTRACT............................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... .... 15
1.3 Pembatasan Masalah................................................................................ 16
1.4 Rumusan Masalah.................................................................................... 17
1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 17
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................... 17
vi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 Landasan Teori ........................................................................................ 18
2.1.1 Pengertian Administrasi ................................................................ 18
2.1.2 Fungsi-fungsi Administrasi ........................................................... 20
2.1.3 Pengertian Tata Kelola .................................................................. 21
2.1.4 Pengertian Fasilitas Umum ........................................................... 21
2.1.5 Konsep Manajemen....................................................................... 22
2.1.5.1 Fungsi-fungsi Manajemen................................................. 24
2.2 Penelitian Terdahulu................................................................................ 37
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................... 43
2.4 Asumsi Dasar Penelitian.......................................................................... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ......................................................... 49
3.2 Fokus Penelitian...................................................................................... 50
3.3 Lokasi Penelitian .................................................................................... 50
3.4 Fenomena yang Diamati ......................................................................... 51
3.4.1 Definisi Konsep ............................................................................. 51
3.4.2 Definisi Operasional...................................................................... 51
3.5 Instrumen Penelitian ............................................................................... 54
3.6 Informan Penelitian ................................................................................ 55
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 57
3.8 Pengujian Keabsahan Data ..................................................................... 63
vii
3.9 Jadual Penelitian ..................................................................................... 64
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ..................................................................... 66
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak ............................................. 66
4.1.2 Gambaran Umum PT.Perkeretapian Indonesia ............................. 67
4.1.3 Gambaran Umum Stasiun Kereta Api Rangkasbitung.................. 69
4.2 Deskripsi Data ........................................................................................ 78
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian .............................................................. 78
4.2.2 Deskripsi Informan Penelitian....................................................... 81
4.2.3 Analisis Data ................................................................................. 83
4.2.3.1 Pengumpulan Data Mentah ............................................... 83
4.2.3.2Transkip Data ..................................................................... 83
4.2.3.3 Koding Data ...................................................................... 83
4.2.3.4 Kategorisasi Data .............................................................. 84
4.2.3.5 Triangulasi......................................................................... 88
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................... 89
4.3.1 Planning (Perencanaan) ................................................................ 89
4.3.2 Organizing (Pengorganisasian) ..................................................... 96
4.3.3 Actuating (Pengarahan) ................................................................. 102
4.3.4 Controlling (Pengontrolan) ........................................................... 104
4.4 Pembahasan .......................................................................................... 109
viii
BAB VPENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 120
5.2 Saran ..................................................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 122
LAMPIRAN ............................................................................................................. 124
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL 1 Jumlah Penumpang Kereta Api Tahun 2015 ............................................... 5
TABEL 2 Fungsi-fungsi Manajemen Menurut Para Ahli .......................................... 30
TABEL 3 Informan Penelitian ................................................................................... 56
TABEL 4 Pedoman Wawancara................................................................................. 59
TABEL 5 Waktu Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 65
TABEL 6 Daftar Inforrman ........................................................................................ 82
TABEL 7 Kategorisasi Data ....................................................................................... 85
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
GAMBAR 1 Ruangan atau ring 3 untuk penumpang yang akan naik kereta.............7
GAMBAR 2 PKD menjaga penumpang yang akan naik dan turun dari kereta .........9
GAMBAR 3 Halaman jalan di depan Stasiun Rangkasbitung .................................10
GAMBAR 4 Ruang loket dan ruang tunggu ............................................................11
GAMBAR 5 Gambar ruang loket dan ruang tunggu................................................13
GAMBAR 6 Kerangka Berfikir ...............................................................................47
GAMBAR 7 Komponen-komponen Analisis Data Model Prastya Irawan..............63
GAMBAR 8 Struktur Organisasi Stasiun Kereta Api Rangkasbitung .....................70
GAMBAR 9 Laporan Daftar Kelengkapan Standar Pelayanan Minimum Stasiun
Besar Tipe C Rangkasbitung .............................................................114
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Surat Izin Penelitian
LAMPIRAN 2 Pedoman Wawancara
LAMPIRAN 3 Transkip Data Penelitian
LAMPIRAN 4 Koding Data Penelitian
LAMPIRAN 5 Member Check
LAMPIRAN 6 Dokumentasi Penelitian
LAMPIRAN 7 Catatan Lapangan
LAMPIRAN 8 Catatan Bimbingan
LAMPIRAN 9 Struktur Organisasi Stasiun Kereta Api Rangkasbitung
LAMPIRAN 10 SPM (Standar Pelayanan Minimum)
LAMPIRAN 11 Buku Peraturan Stasiun 2016
LAMPIRAN 12 Data Volume dan Pendapatan Stasiun Rangkasbitung 2016
LAMPIRAN 13 Daftar Riwayat Hidup
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, dimana
dengan berkembangnya pula ilmu pengetahuan dan teknologi serta arus
globalisasi, masyarakat melakukan mobilisasi secara cepat dan efisien. Dalam hal
ini, transportasi mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi. Transportasi merupakan sarana perkembangan yang penting dan
strategis dalam melancarkan roda perekonomian dan mempengaruhi aspek
kehidupan.
Saat ini impian akan transportasi publik yang nyaman, yang dapat
diandalkan di tengah padatnya kemancetan lalu lintas dengan biaya yang
terjangkau yang dapat digunakan sejumlah orang untuk melakukan mobilisasi
masih sulit untuk diraih oleh masyarakat. Kebutuhan akan transportasi semakin
meningkat, salah satu alat transportasi. Ada berbagai macam alat transportasi,
seperti transportasi darat, laut dan udara. Transportasi darat kini semakin padat
dengan bertambahnya jumlah kendaraan yang beredar sehingga rentan macet,
transportasi laut tidak terlalu banyak tujuan yang dapat dituju dengan minimnya
jumlah dermaga, transportasi udara tidak semua orang dapat menikmati karena
biaya yang relatif mahal.
Maka dari itu, dengan perekonomian yang tidak stabil, masyarakat harus
pintar memilih alat transportasi yang tidak terlalu mahal dan bisa menghemat
1
2
keuangan karena meningkatnya sejumlah kebutuhan hidup. Untuk menghemat
pengeluaran dan waktu, masyarakat mulai beralih ke transportasi publik yang
telah dicanangkan oleh pemerintah daerah agar bisa mengurai kemacetan. Akan
tetapi, seringkali transportasi publik yang telah disediakan oleh pemerintah kurang
nyaman karena fasilitas yang kurang memadai. Fasilitas buruk, kotor dan tidak
rapi begitulah kira-kira gambaran umum dari fasilitas dalam transportasi publik.
Salah satu alternatif transportasi yang tidak begitu mahal namun tidak
terkendala oleh kemacetan adalah kereta api. Setidaknya kereta api dalam
melakukan perjalanan diperlukan waktu yang tidak terlalu lama, dibandingkan
dengan angkutan perkotaan ataupun bis umum. Kereta api mampu mengangkut
penumpang dan barang dalam jumlah besar dan tarif yang murah.
Alternatif ini dikemukakan oleh pemerintah yang telah dikembangkan dari
zaman penjajahan Belanda. Pelayanan yang terus ditingkatkan, fasilitas yang terus
diperbaiki membuat perkeretaapian kini menjadi primadona bagi sebagian orang
pengguna jasa transportasi publik. Hal ini telah diatur dalam UU No. 23 tahun
2007 tentang Perkeretaapian dijelaskan bahwa :
“Perkeretaapian sebagai salah satu modal transportasi dalam sistem
transportasi nasional yang mempunyai karakteristik pengangkutan secara massal
dan keunggulan tersendiri, yang tidak dapat dipisahkan daripada transportasi lain,
perlu dikembangkan potensinya, dan ditingkatkan peranannya sebagai
penghubung wilayah, baik nasional maupun internasional, untuk menunjang,
mendorong, dan menggerakkan pembangunan nasional guna meningkatkan
kesejahteraan rakyat.”
Sebagaimana yang dijelaskan dalam UU No. 23 tahun 2007 tersebut,
kereta api sebagai modal angkutan umum yang diminati masyarakat diharapkan
dapat mengurangi waktu tempuh antar kota dengan harga yang cukup terjangkau
3
oleh masyarakat. Selain itu, dengan adanya angkutan umum seperti kereta api
diharapkan dapat meningkatkan mobilitas penumpang antar kota dan mengurangi
polusi udara yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor.
Namun, hingga kini kualitas layanan kereta api bagi pengguna jasa kereta
api menjadi sorotan publik. Terdapat beberapa kekurangan yang ada pada
transportasi perkeretaapian, di antaranya adalah kurangnya pemeliharaan sarana
dan prasarana fasilitas umum, terbatasnya gerbong dan infrastruktur stasiun,
masalah kecelakaan kereta api, serta permasalahan lainnya. Fasilitas yang ada di
stasiun kereta api juga menjadi tolok ukur kenyamanan pengguna jasa kereta api
dalam menggunakan kereta api. Dan ini juga menjadi salah satu faktor pendukung
banyaknya penumpang yang menggunakan jasa kereta api.
Manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian yang kurang optimal
salah satunya dijadikan alasan penyebab faktor teknis kecelakaan kereta api di
Indonesia. Manajemen merupakan suatu usaha proses yang dilakukan dengan
menggunakan sumber daya organisasi yang dimiliki oleh suatu organisasi, dimulai
dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan. Selain itu
banyak kekurangan dalam hal fasilitas umum di stasiun yang seharusnya
menunjang bagi kenyamanan para pengguna kereta.
Menurut KBBI fasilitas adalah sarana untuk melancarkan pelaksanaan
fungsi, fasilitas umum adalah fasilitas yang disediakan untuk kepentingan umum,
seperti jalan dan alat penerangan umum (http://kbbi.web.id/fasilitas). Sedangkan
di Stasiun Rangkasbitung, fasilitas umum yang dimiliki merupakan fasilitas yang
4
disediakan oleh pengelola stasiun untuk menunjang pelayanan umum kepada
penumpang agar penumpang merasa nyaman.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Oya Santika selaku wakil
kepala stasiun (pada tanggal 12 Februari 2016 pukul 10.00 WIB) menjelaskan
bahwa penanggung jawab fasilitas umum di Stasiun Rangkasbitung berada di
bagian junior supervisor pelayanan stasiun, tetapi sampai saat ini jabatannya
masih kosong. Maka sementara, dipegang oleh kepala stasiun beserta wakil
kepala stasiun.
Stasiun adalah tempat dimana orang akan berpergian menggunakan jasa
angkutan darat berbentuk kereta api. Dalam stasiun terdapat pembagian kelas,
yaitu stasiun besar, kecil, dan sedang. Pembagian kelas tersebut dilihat dari
keadaan wilayah stasiun dan pendapatan stasiun tersebut. Stasiun Rangkasbitung
termasuk kedalam stasiun besar, karena terletak di Kelurahan Muara Ciujung
Timur, Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, dan
menurut wakil kepala stasiun dimana penumpang stasiun saat ini sudah mencapai
6000 penumpang, maka dapat dipastikan pendapatannya pun cukup besar. Hal ini
dapat dilihat dari tabel berikut:
5
Tabel 1.1
Jumlah Penumpang Kereta Api Tahun 2015 (Ribu Orang)
Jawa
Bulan
Jabotabek
Non
Jabotabek
Jabotabek +
Non Jabotabek
Sumatera
Total
2015
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
19244
17640
21290
21171
22177
22207
21171
22295
22021
22964
22355
22996
5010
4754
5551
4979
5273
4911
5906
5056
5104
5316
4898
6332
24254
22394
26841
26150
27450
27118
27077
27351
27125
28280
27253
29328
422
396
426
415
460
444
535
445
424
438
416
503
Sumber : PT Kereta Api Indonesia
Dari data diatas menunjukkan secara umum bahwa besar kecilnya
pendapatan stasiun kereta api berdasarkan dari banyaknya jumlah penumpang
yang menggunakan jasa kareta api. Pada tahun 2015 di Jabodetabek sendiri
penumpang kereta api terus mengalami kenaikan setiap harinya, sehingga
pendapatan tidak bisa diprediksi berapa perhari uang yang didapat dari hasil
penjualan tiket. Untuk stasiun Rangkasbitung yang menargetkan 6000 orang
perhari mendapatkan pendapatan tiap hari kurang lebih Rp. 60.000.000,- perhari (
berdasarkan rata-rata tiket Rp. 10.000,- dari harga tiket Ekonomi : Rp. 8.000,- ;
VIP: Rp. 15.000,- ; VVIP: 30.000 ). Namun realisasinya ternyata jika hari biasa
atau bukan saat hari raya dan libur nasional, penumpang yang memesan tiket di
stasiun Rangkasbitung baik manual atau pun online hanya mencapai 3926 orang
24676
22790
27267
26565
27910
27562
27612
27796
27549
28718
27669
29831
6
sampai 6152 orang penumpang dan pendapatannya sekitar Rp. 22.376.000 sampai
Rp. 43.409.000 perharinya. Lain halnya ketika hari raya dan libur nasional dimana
jumlah penumpang semakin meningkat sebanyak 6316 orang sampai 9530 orang
penumpang dengan pendapatan sebanyak Rp. 44.168.000 sampai Rp. 69.203.000
perharinya. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa jika dilihat dari ratarata jumlah penumpang dan pendapatan perharinya target stasiun tidak tercapai.
Stasiun besar biasanya diberi perlengkapan yang lebih banyak dari pada
stasiun kecil untuk menunjang kenyamanan penumpang maupun calon
penumpang kereta api, seperti ruang tunggu (VIP ber AC), restoran, toilet,
mushola, area parkir, sarana keamanan (Polsuska dan PKD), sarana komunikasi,
dipo-lokomotif, dan sarana pengisian bahan bakar. Hal tersebut diatas dinamakan
dengan fasilitas umum stasiun.
Pengelolaan fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung dibagi
menjadi 2 (dua), yang pertama dikelola oleh pihak PT KAI dan yang kedua
dikelola oleh pihak ketiga (Out Sourching). Dari dua pengelola yang berbeda ini
tentu saja terdapat perbedaan dalam pengelolaannya, dan hal ini juga dapat dilihat
dan dirasakan oleh pengguna jasa kereta api. Dan setelah peneliti melakukan
observasi awal, peneliti melihat bahwa fasilitas umum yang dikelola oleh pihak
Stasiun Kereta Api Rangkasbitung dinilai belum cukup baik, sebagai salah satu
contoh dimana tidak adanya lahan parkir untuk pengguna jasa transportasi kereta
api, dimana masalah tersebut masih belum terselesaikan dari stasiun dibangun
pada abad 19 sampai saat ini. Namun seiring berjalannya waktu pihak stasiun
mengadakan lahan parkir dengan menggunakan halaman cagar budaya yang
7
berada sebelah stasiun
sebagai lahan parkir, akan tetapi dikarenakan lahan
parkirnya hanya memuat beberapa kendaraan saja maka lahan parkir ini
diperuntukkan hanya untuk pegawai saja. seperti yang dipaparkan oleh Bagian
pelayanan Bapak Supriatin (pada tanggal 02 Agustus 2016 pukul 11.17 WIB di
Stasiun Rangkasbitung ) bahwa sampai saat ini belum ada parkiran untuk
pengguna jasa stasiun kereta api rangkasbitung, hanya ada parkir khusus pegawai
dan untuk kedepannya sepertinya akan dikelola oleh pihak ketiga. Selain itu tidak
adanya pemisahan ruangan tunggu untuk yang sesudah memilki tiket dan yang
akan langsung menaiki kereta, hal ini menyebabkan penumpang sampai duduk di
tangga untuk naik kereta, di lantai bahkan musholla untuk tempat istirahat.
Gambar 1.1
Ruangan atau ring 3 untuk penumpang yang akan naik kereta
Sumber : Peneliti, 2016
Disisi lain dari segi keamanan yang dikelola oleh pihak stasiun yaitu dari
polsuska (polisi khusus kereta api) sudah cukup baik walaupun dengan jumlahnya
yang sedikit yaitu hanya 4 orang akan tetapi keamanan disini sudah tertib dan
8
lancar. Selain itu demi kenyamanan penumpang pihak stasiun membagi tugas
kerja polsuska dan hal ini
dipaparkan oleh bagian Junior keamanan Bapak
Dulfatah (pada tanggal 02 Agustus 2016 pukul 09.30 WIB) bahwa untuk
meningkatkan keamanan,dimana polsuska menjaga pengaman peron saat kereta
datang maupun berangkat serta memastikan pintu kereta tertutup saat berangkat.
Hanya saja berdasarkan pengamatan peneliti, keamanan di stasiun ini belum
sepenuhnya terjaga, hal ini dikarenakan pihak PT. KAI tidak memasang CCTV
untuk memantau semua kejadian di stasiun dan sebagai bukti saat terjadi tindak
kejahatan karena penjagaan manusia yang memiliki banyak hajat tidak stand bye
ditempat dan perlu ada alat pendukung keamanan seperti CCTV. Dan dari segi
keamanan pkd (petugas keamanan dalam) yang berjumlah 24 orang, sehingga
keamanan penumpang di stasiun saat naik kereta dapat terjaga. Seperti yang
dipaparkan oleh Bagian Junior Keamanan Bapak Dulfatah (pada tanggal 01
Agustus 2016 pukul 09.30 WIB di stasiun) bahwa untuk pengamanan penumpang,
pkd selalu ada didekat pintu untuk membantu penumpang baik saat naik ataupun
turun kereta. Dari situ dapat terlihat bahwa fasilitas yang dikelola oleh pihak
ketiga lebih banyak kemajuan dan terkelola lebih baik dibanding PT KAI.
Selain yang dikelola oleh pihak PT KAI, fasilitas umum yang dikelola
oleh pihak ketiga (Out Sourching) lebih baik dibandingkan yang dkelola oleh PT
KAI. Salah satu contohnya adalah dari segi kebersihan yang dikelola oleh PT
Spectra Solusindo yang sudah ada kemajuan dari dulu sampai saat ini dimana
musholla dan toilet yang sudah bersh dan tidak ada sampah, seperti yang
dipaparkan oleh salah penumpang Bapak Asnawi (pada tanggal 16 Februari 2016
9
pukul 13.00 WIB di stasiun) bahwa Sudah ada kemajuan, dari kebersihan sudah
ada petugas kebersihannya. Dan menurut ibu Asni (pada tanggal 16 Februari 2016
pukul 13.50 di Stasiun rangkasbitung) bahwa saat ini sudah baik dibanding dulu,
seperti toilet sudah bersih.
Gambar 1.2
PKD menjaga penumpang yang akan turun dan naik kereta
Sumber : Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil fokus penelitian mengenai
manajemen fasilitas umum di stasiun kereta api. Dan peneliti mengambil lokus
penelitian di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Ada beberapa hal yang menjadi
latar belakang peneliti mengambil lokus penelitian di stasiun kereta api
Rangkasbitung. Peneliti tertarik mengambil lokus penelitian di stasiun kereta api
Rangkasbitung karena di stasiun tersebut manajemen fasilitas umumnya masih
belum maksimal.
Berdasarkan beberapa hal tersebut diatas terlihat ada beberapa masalah
yang ada di dalam pengelolaan stasiun yang membuat peneliti tertarik untuk
10
mengambil lokus di Stasiun Rangkasbitung. Berdasarkan hasil observasi awal,
peneliti melihat beberapa masalah yang ada di stasiun kereta api Rangkasbitung.
Pertama, tidak adanya lahan parkir di stasiun tersebut, sehingga
menyebabkan kemacetan di sekitar area stasiun karena para pengendara motor
menggunakan tempat yang apa adanya bahkan jalanan pasar untuk parkir
kendaraannya. Hal ini dikarenakan stasiun berada ditengah-tengah pasar
Rangkasbitung yang menjadi pusat perbelanjaan tradisional masyarakat, sehingga
halaman stasiun habis dipakai oleh pengendara motor yang lewat, ojeg, tukang
becak dan pertokoan. Hal tersebut dipaparkan oleh salah seorang penumpang yang
bernama Asnawi (pada tanggal 12 Februari 2016 pukul 13.00 WIB), selain itu
dapat dilihat pada gambar dibawah ini .
Gambar 1.3
Halaman jalan di depan Stasiun Rangkasbitung
Sumber : Peneliti 2016
11
Penjelasan dan gambar diatas menunjukkan bahwa halaman stasiun tidak
memungkinkan untuk dijadikan lahan parkir sehingga perlu dibuatkan tempat
khusus untuk parkir sekitar stasiun untuk pengguna jasa kereta api. Untuk stasiun
se- Jabodetabok, PT. KAI bekerjasama dengan PT Reska Multi Usaha (RMU)
dipercaya mengelola parkir seluruh stasiun di Jabodetabek, namun untuk Stasiun
Rangkasbitung sendiri belum mengadakan kerjasama dengan pihak manapun
untuk mengelola parkir. Masalah ini merupakan salah satu masalah yang penting,
karena tempat parkir merupakan fasilitas umum yang berpengaruh bagi ketertiban
lingkungan sekitar dan kenyamanan bagi orang yang menggunakan kendaraan
untuk sampai ke stasiun karena mereka harus memarkirkan kendaraannya dengan
baik.
Kedua, tidak adanya ruang tunggu kereta yaitu ruang tunggu untuk
penumpang yang sudah atau belum memiliki tiket kereta api. Ruangan yang ada
hanya ruangan untuk penumpang yang siap naik kereta, itupun tidak memadai
karena kurang luasnya tempat yang ada dengan jumlah penumpang, selain itu
kursi yang ada juga sedikit yang menyebabkan penumpang duduk dilantai bahkan
berdiri sampai kereta datang . Hal tersebut menyebabkan tidak adanya perbedaan
penumpang yang sedang menunggu kereta dan yang akan langsung naik kereta
sehingga membuat banyak penumpang yang berdiri karena kekurangan tempat
duduk dan jika ada penumpang yang turun dari kereta maka akan terjadi
kesemrawutan di stasiun tersebut.
12
Gambar 1.4
Ruang loket dan ruang tunggu
Sumber : Peneliti 2016
Ketiga, tidak adanya ruangan untuk ibu menyusui dan bayi serta fasilitas
untuk penyandang difable. Tidak adanya ruang untuk ibu menyusui dan bayi,
dikarenakan tidak adanya lahan untuk ruangan tersebut atau bisa dibilang
keterbatasan lahan. Seharusnya ada ruangan tersebut untuk kenyamanan ibu yang
mempunyai bayi saat bayi menangis dan saat ibu akan menyusui anaknya.
Contohnya di Stasiun Senen, di stasiun tersebut terdapat ruangan tersendiri khusus
untuk ibu menyusui. Kemudian fasilitas untuk penyandang difable, harusnya ada
jalan atau akses jalan agar mempermudah penumpang difable di stasiun.
Contohnya di stasiun serang saja yang termasuk kelas stasiun kecil, mempunyai
fasilitas untuk penumpang penyandang difable berupa akses jalan untuk masuk ke
stasiun.
Keempat, mushola yang kurang luas atau sempit, hal ini karena kurangnya
tempat atau lahan yang dapat dijadikan untuk mushola sehingga memaksimalkan
13
yang ada saja, tanpa adanya pemisahan antara laki-laki dan perempuan.
Disamping Stasiun Rangkasbitung merupakan stasiun yang cukup besar, bisa
dipastikan banyak pengguna jasa kereta yang menggunakan fasilitas mushola
untuk menunaikan ibadah sholat ditengah-tengah menunggu kereta api yang akan
mereka gunakan. Tidak seperti di stasiun Jakarta Kota, seperti yang yang dilansir
dari
http://www.kompasiana.com/empuratu/mushola-di-stasiun-kota-tidak-
memadai (diakses pada tanggal 10 Maret 2016 Pukul 15.00) bahwa di stasiun
tersebut memiliki mushola yang sudah disekat antara laki-laki dan perempuan
walaupun belum tersmasuk ideal dimana tidak adanya pendingin ruangan dan
ruangannya pun masih sempit, tetapi untuk stasiun yang sudah dapat dikatakan
ideal yaitu stasiun Juanda dan stasiun Palmerah, karena dua stasiun tersebut sudah
direnovasi dan terlihat bagus serta nyaman dengan adanya pendingin dan
pemisahan antara tempat laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, pembenahan
manajemen fasilitas umum di stasiun kereta api Rangkasbitung sangat di perlukan
demi kenyamanan pengguna jasa kereta api.
Gambar 1.6
Ruang Mushola Stasiun
Sumber : Peneliti, 2016
14
Kelima, tidak adanya CCTV untuk memantau keadaan sekitar stasiun.
Sedangkan dari segi keamanan, harus ada CCTV yang merekam kejadian yang
ada di stasiun. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya tindakan kriminal,
walaupun sudah ada penjagaan tetapi CCTV dibutuhkan untuk mencegah tindakan
kriminal tersebut, sehingga semua kejadian di stasiun dapat
diketahui dan
terpantau kapanpun. Contohnya Seperti di Stasiun Daop 6 Yogyakarta, sejak
tahun 2014 sudah memasang CCTV demi pengguna jasa kereta api agar merasa
nyaman, dikutip dari (http://www.dephub.go.id/berita/baca/sebanyak-212-cctvdipasang-di-45-stasiun-ka).
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa permasalahan yang ada
disebabkan karena belum maksimalnya sistem manajemen fasilitas umum di
stasiun Rangkasbitung. Oleh karena itu, Stasiun Kereta Api Rangkasbitung
sebagai instansi terkait perlu meningkatkan kemampuannya dalam manajemen
fasilitas umum stasiun demi kenyamanan pengguna kereta api.
Manajemen dibutuhkan untuk mengatur, mengelola, dan mengkoordinir
sumber daya manusia dan material dalam suatu organisasi sehingga suatu si stem
dapat bekerja dengan baik. Dibutuhkan adanya perencanaan dan pengorganisasian
yang baik dan teratur. Semua manusia yang terlibat didalamnya harus
terorganisasi melalui perencanaan terlebih dahulu sehingga mereka mempunyai
tanggung jawab dan wewenang serta hak dan kewajiban, sesuai dengan
kedudukan dan fungsinya masing-masing. Dalam kegiatan manajemen juga
diperlukan pula adanya koordinasi dan pengawasan atau supervisi yang baik.
15
Dari beberapa permasalahan yang ada, dan telah peneliti paparkan dalam
latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “MANAJEMEN FASILITAS UMUM DI STASIUN KERETA API
RANGKASBITUNG”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah peneliti paparkan dalam latar belakang
masalah, peneliti dapat mengidentifikasikan beberapa masalah yang terkait
dengan Manajemen fasilitas umum Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, yaitu:
1. Tidak adanya lahan parkir untuk pengguna jasa kereta api sejak dulu
sampai saat ini, baik untuk motor maupun mobil. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perencanaan dalam bidang fasilitas umum masih
kurang baik. Tidak adanya lahan parkir di stasiun kereta api
Rangkasbitung karena letak stasiun yang ada di sekitar pasar dan dengan
keadaan tersebut menyebabkan tidak adanya lahan untuk parkir di stasiun
tersebut sehingga menimbulkan kemacetan di sekitar area stasiun.
2. Tidak adanya permisahan ruangan, yaitu ruang tunggu kereta untuk
penumpang yang sudah memiliki tiket atau belum dan penumpang yang
akan naik kereta. Seharusnya ada pemisahan ruangan sehingga tertata
dengan baik dan tidak membuat penumpang yang menunggu kereta tiba
harus berdiri. Masalah tersebut terjadi karena kegiatan pengorganisasian
fasilitas umum di stasiun belum optimal.
16
3. Tidak adanya ruangan untuk ibu menyusui dan bayi serta fasilitas untuk
penyandang difable. Masalah tersebut sudah ada sejak tahun 1900 dan
sampai sekarang masih belum ada perubahan, yang menunjukkan
perencanaan fasilitas umum belum berjalan dengan baik.
4. Mushola yang kurang bersih dan kurang luas atau sempit, hal ini karena
kurangnya tempat atau lahan yang dapat dijadikan untuk mushola sehingga
memaksimalkan yang ada saja, tanpa adanya pemisahan antara laki-laki
dan perempuan. Berdasarkan masalah tersebut, dapat diketahui bahwa
kegiatan pengorganisasian untuk fasilitas umum belum baik.
5. Tidak adanya pengontrolan di area stasiun, berupa CCTV untuk memantau
keadaan sekitar stasiun., agar dapat mengetahui atau merekam kejadian
yang ada di stasiun. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi pengontrolan
belum cukup menjamin kenyamanan dan keamanan di stasiun tersebut.
1.3 Pembatasan Masalah
Setelah mengidentifikasikan beberapa masalah yang telah peneliti
paparkan, maka peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti
yaitu terkait
dengan
Manajemen
fasilitas umum
Stasiun
Kereta
Api
Rangkasbitung. Dan fasilitas umum yang dimaksud adalah fasilitas umum bagi
pengguna jasa kereta api di stasiun kereta api Rangkasbitung.
17
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah serta pembatasan masalah yang telah
peneliti buat, maka rumusan masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimanakah
Manajemen
fasilitas
umum
di
Stasiun
Kereta
Api
Rangkasbitung?”
1.5 Tujuan Penelitian
Peneliti dalam penelitian ini mempunyai tujuan yang ingin dicapai, yakni
untuk mengetahui Bagaimana Manajemen fasilitas umum Stasiun Rangkasbitung,
sehingga peneliti dapat memberikan solusi atau alternatif dalam pemecahan
masalah yang ada.
1.6 Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan wawasan
dan menambah kajian keilmuan di bidang administrasi negara, terutama yang
menyangkut
dengan
Manajemen
fasilitas
umum
Stasiun
Kereta
Api
Rangkasbitung.
b. Secara praktis
1)
Diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan informasi serta
dapat dijadikan masukan bagi pihak stasiun ataupun pemerintah
dalam melakukan Manajemen fasilitas umum Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung.
2)
Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Landasan teori
2.1.1 Pengertian Administrasi
Menurut Siagian (2005:2) bahwa administrasi adalah:
”Administrasi berarti keseluruhan proses penyelenggaraan
kegiatan-kegiatan yang didasarkan pada rasional tertentu oleh dua orang
atau lebih dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya dengan menggunakan sarana dan prasarana tertentu pula”.
Sementara The Liang Gie (dalam Syafie 2003:4) mendefinisikan
Administrasi bahwa:
”Administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap
pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerja sama
mencapai tujuan tertentu”. Kemudian Herbert A.Simon (2003:3) mengartikan
bahwa ”Administration can be defined as the activities of groups cooperating to
accomplish common goals (Administrasi dapat dirumuskan sebagai kegiatankegiatan kelompok kerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama).”
Sedangkan Lexvord D. White (dalam Listyaningsih 2014:2) bahwa
administrasi negara yaitu:
“Administrasi negara terdiri atas semua kegiatan negara dengan
maksud untuk menunaikan dan melaksanakan kebijakan negara” .
Sedangkan menurut Dwight Waldo administrasi negara adalah :
“Administrasi Negara mengandung dua pengertian yaitu : a) Administrasi
negara yaitu organisasi dan manajemen dari manusia dan benda guna
mencapai tujuan-tujuan pemerintah. b) Administrasi Negara yaitu suatu
seni dari ilmu tentang manajemen yang dipergunakan untuk mengatur
urusan-urusan negara”.
Menurut Atmosudirjo (2003:4) bahwa administrasi adalah :
”Administrasi merupakan suatu fenomena sosial, yaitu perwujudan
tertentu di dalam masyarakat modern, eksistensi administrasi ini berkaitan
18
19
dengan organisasi. Jadi barang siapa hendak mengetahui adanya
administrasi dalam masyarakat ia harus mencari terlebih dahulu suatu
organisasi yang masih hidup, di situ terdapat administrasi.”
Jika kita melihat beberapa definisi tentang administrasi menurut para ahli
tersebut diatas, bahwa administrasi secara luas memiliki pengertian yang sama
yaitu antara lain :
1) Kerjasama
2) Banyak orang dan
3) Untuk mencapai tujuan bersama
Sedangkan menurut The Liang Gie (dalam Burhanudin 2000:10) ada
delapan unsur administrasi yaitu:
1. Pengorganisasian, rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang
menjadi wadah bagi segenap kegiatan dari usaha kerjasama itu dengan
jalan :
a. Membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan
yang harus dilaksanakan.
b. Menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja
diantara petugas atau sub-sub organisasi (unit-unit tugas).
2. Manajemen, Kegiatan menggerakkan sekelompok hubungan kerja
diantara petugas atau sub-sub organisasi (unit-unit tugas).
3. Komunikasi, rangkaian aktivitas menyampaikan warta dan
memindahkan buah pikiran kepada seseorang secara cermat, dalam
usaha kerja sama yang bersangkutan.
4. Kepegawaian, rangkaian aktivitas mengatur dan mengurus penggunaan
tenaga-tenaga kerja yang diperlukan dalam usaha kerjasama.
5. Keuangan, rangkaian aktivitas mengelola segi-segi pembiayaan sampai
pertanggungjawaban keuangan dalam usaha kerjasama yang
bersangkutan.
6. Perbekalan, aktivitas merencanakan, mengadakan, mengatur,
pemakaian,
penyimpanan,
pengendalian,
perawatan
dan
menyingkirkan barang-barang yang tidak dapat dipakai lagi dalam
suatu usaha kerjasama.
7. Tata Usaha, meliputi kegiatan menghimpun, mencatat, mengolah,
menggandakan, mengirim, menyimpan pelbagai keterangan atau data
yang dibutuhkan dalam suatu organisasi.
8. Hubungan Masyarakat, rangkaian aktivitas menciptakan hubungan dan
dukungan dengan masyarakat terhadap kegiatan yang dilakukan oleh
suatu organisasi.
20
2.1.2 Fungsi-fungsi Administrasi
Konsep administrasi dan manajemen pada intinya mempunyai kesamaan
dari segi operasionalnya, karena fungsi-fungsi kedua bidang tersebut juga tidak
berbeda, apa yang dikatakan sebagai fungsi administrasi adalah merupakan
fungsi-fungsi manajemen. Namun meskipun istilah yang dipakai dalam
mengidentifikasikan fungsi-fungsi kedua tingkatan pengertian itu sama tetapi
dalam pelaksanaannya administrasi dan manajemen mempunyai kegiatan-kegiatan
tertentu yang harus dilaksanakan dalam tujuan organisasi, kegiatan-kegiatan
(tugas-tugas) itulah yang disebut fungsi-fungsi administrasi dan manajemen.
Ada beberapa pendapat mengenai fungsi administrasi menurut para ahli,
yaitu :
Menurut Henry Fayol (2000:31) mengemukakan bahwa fungsifungsi administrasi dan manajemen adalah: a). Planning (perencanaan) b)
Organizing (pengorganisasian) c) Commanding (pemberian perintah) d)
Coordinating (pengkoordinasian) e) Controlling (Pengawasan).
George R. Terry (2001:85), fungsi-fungsi administrasi dan manajemen
adalah: (a) Planning (b) Organizing (c) Actuating (d) Controlling, rangkaian
fungsi itu dibentuk dalam sebuah akronim ”POAC”. Fungsi terpenting dalam
rangka penggerakkan bawahan menurut Terry adalah ”Actuating” sebagai usaha
menggerakkan pegawai agar mau bekerja dengan penuh kesadaran dalam rangka
merealisasi rencana yang telah disusun.
Kalau dihubungkan kembali dengan hakikat administrasi dan manajemen,
yang terpenting dalam penyelenggaraan kegiatan administrasi itu
adalah
bagaimana menciptakan suatu situasi atau lingkungan yang memungkinkan
21
individu di dalam suatu organisasi dapat bekerjasama secara produktif demi
tercapainya tujuan-tujuan organisasi.
2.1.3 Pengertian Tata Kelola
Tata Kelola jikalau dianalisis berdasarkan sudut pandang etimologinya
maka tata kelola terdiri dari dua suku kata, yakni “tata” dan “kelola”. Dalam
“Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline versi 1.3”, “tata” mempunyai arti aturan
(biasanya dipakai dalam kata majemuk); kaidah, aturan, dan susunan; cara
menyusun; sistem. Sedangkan “kelola” mempunyai arti mengendalikan;
menyelenggarakan (pemerintahanan); mengurus (perusahaan, proyek). Dari
definisi yang peneliti paparkan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa
pengelolaan merupakan proses pengaturan atau pengurusan suatu perusahaan
yang didasarkan pada aturan. Dalam penelitian yang sedang peneliti jalani,
maksud dari pengaturan atau pengurusan suatu stasiun yang didasarkan pada
aturan tersebut merujuk pada pengaturan fasilitas umum stasiun kereta api yang
didasarkan pada aturan dari pusat. Agar dapat mempelajari tata kelola secara
spesifik maka ilmu yang sesuai dengan tata kelola adalah ilmu manajemen.
2.1.4 Pengertian Fasilitas Umum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, fasilitas adalah sarana
untuk melancarkan pelaksanaan kegiatan. Sedangkan fasilitas umum adalah
fasilitas yang disediakan untuk kepentingan umum seperti jalan, alat
penerangan,dll.
22
2.1.5 Konsep Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.
Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsifungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk
mewujudkan tujuan yang diinginkan.
Pengertian manajemen menurut (Hasibuan, 20011:1): Manajemen adalah
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumbersumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Terry dan Rue menjelaskan manajemen sebagai berikut :
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Dimana manajemen merupakan
suatu kegiatan, pelaksanaannya disebut “managing” yaitu pengelolaan, sedangkan
pelaksananya disebut manager atau pengelola.
Andrew F. Sikula (dalam Hasibuan, 20011:2) menjelaskan manajemen
sebagai berikut:
Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan,
pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh setiap organisasi denga tujuan untuk mengkordinasikan berbagai
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan
suatu produk atau jasa secara efisien.
Menurut Manulang (2006:4) mendefinisikan manajemen adalah :
“Suatu proses sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan
aktivitas manajemen dengan tujuan yang ingin dicapai dengan
mempergunakan kegiatan-kegiatan yang diawasi, yang di dalamnya
terdapat aktivitas melalui seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan, pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan”.
23
G.R. Terry (dalam Hasibuan, 20011:2) menjelaskan manajemen sebagai
berikut:
Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaransasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia
dari sumber-smber lainnya.
Manajemen menurut Harold Koontz dan Cryl O’Donnel (dalam Hasibuan,
20011:3) adalah:
Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui
kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi
atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian.
Dari beberapa teori mengenai manajemen yang telah peneliti paparkan,
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa manajemen adalah suatu proses yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama yang terdiri
dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengontrolan. Dan dari
penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen fasilitas umum
adalah proses menata fasilitas secara keseluruhan, sehingga dapat dihindari
adanya pemborosan dan ditingkatkannya efisiensi pembangunan gedung,
pengadaan barang dan pengawasan fasilitas.
Dalam penelitian ini, teori yang peneliti gunakan sebagai dasar dalam
manajemen fasilitas umum adalah teori manajemen menurut G.R Terry. Peneliti
menggunakan teori ini karena teori G.R Terry merupakan teori yang relevan
untuk digunakan dalam manajemen organisasi publik. Menurut G.R Terry,
24
manajemen merupakan suatu hal yang terdiri dari fungsi-fungsi planning,
organizing, actuatting, dan controlling (disingkat POAC).
2.1.5.1 Fungsi-Fungsi Manajemen
Dalam mengelola setiap kegiatan organisasi, pengelolaan harus didasarkan
pada fungsi-fungsi manajemen. Sehingga pengelolaan yang dilakukan dapat
sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan tidak akan ada masalah besar yang
dapat menghambat pengelolaan tersebut.
G.R. Terry (2008: 17) menjelaskan fungsi-fungsi manajemen sebagai
berikut:
a) Planning (perencanaan).
Perencanaan ialah menetapkan pekerjaan yang harus
dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang
digariskan. Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan,
karena termasuk pemilihan alternatif-alternatif keputusan.
Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat
ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan
untuk masa mendatang.
b) Organization (pengorganisasian).
Pengorganisasian mencakup (a) membagi komponenkomponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ke
dalam kelompok-kelompok. (b) membagi tugas kepada seorang
manajer untuk mengadakan pengelompokkan tersebut.menetapkan
(c) wewenang diantara kelompok atau unit-unit organisasi.
Didalam setiap kejadian, pengorganisasian melahirkan peranan
kerja dalam struktur formal dan dirancang untuk memungkinkan
manusia bekerja sama secara efektif guna mencapai tujuan.
c) Actuating (pengarahan).
Actuating atau disebut juga “gerakan aksi” mencakup
kegiatan yang dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan
melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oelh unsur perencaan dan
pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai. Actuating
mencakup penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari
pegawai-pegawainya,
memberi
penghargaan,
memimpin,
mengembangkan dan memberi kompensasi kepada mereka.
25
d) controlling (pengontrolan).
Controlling mencakup kelanjutan tugas untuk melihat
apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai rencana.
Pelaksanaan kegiatan dievaluasi dan penyimpangan-penyimpangan
yang tidak diinginkan diperbaiki supaya tujuan-tujuan dapat
tercapai dengan baik. Ada berbagai cara untuk mengadakan
perbaikan, termasuk merubah rencana dan bahkan tujuannya,
mengatur kembali tugas-tugas atau merubah wewenang, tetapi
seluruh perubahan tersebut dilakukan melalui manusianya. Orang
yang bertanggung jawab atas penyimpangan yang tidak diinginkan
itu harus dicari dan mengambil langkah-langkah perbaikan
terhadap hal-hal yang sudah atau akan dilaksanakan.
Dari fungsi-fungsi manajemen yang telah peneliti paparkan diatas, maka
secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa fungsi-fungsi manajemen meliputi
beberapa hal yaitu: Planning, Organizing, Actuating,dan Controlling tersebut
menjadi hal yang perlu untuk diperhatikan agar tidak ada kendala di dalam proses
manajerial yang mengakibatkan terhambatnya
proses pencapaian tujuan.
Termasuk didalam pengelolaan fasilitas umum, terlebih lagi kenyamanan dan
keamanan penumpang jasa kereta api merupakan suatu hal yang harus
diutamakan. Sehingga dengan memperhatikan fungsi-fungsi manajemen tersebut
diharapkan dapat menghasilkan suatu pengelolaan yang baik, yang nantinya
memberikan dampak positif bagi jasa transportasi kereta api.
1. Fungsi Perencanaan
Semua kegiatan dan tindakan menejerial didasarkan dan atau
disesuaikan dengan rencana yang sudah ditetapkan. Rencana menentukan ke
mana
organisasi
dan
kegiatan-kegiatannya
akan
diarahkan
atau
direncanakan. Ini berarti atau maksud dari tiap rencana dan semua rencanarencana turunan (derivative plans) adalah membantu pencapaian tujuan
26
organisasi. Perencanaan membantu manajer dalam semua tipe organisasi
untuk mencapai kinerja lebih baik (Silalahi, 2002:160). Ada beberapa
tahapan dalam perencanaan, antara lain:
1. Formulasi tujuan (goals formulation) atau penetapan tujuan
(setting objectives): identifikasi tentang sasaran-sasaran dan
strategi mutakhir (identification of current objectives and
strategi).
2. Analisis lingkungan (environmental analysis): identifikasi
peluang dan kendala strategis (identification of strategic
opportunities and threats) lingkungan eksternal dan identifikasi
kekuatan dan kelemahan (identification of strong and
weakness) organisasional.
3. Pembuatan keputusan rencana strategi (strategic plan decision
making): kembangkan alternative (evaluate alternatives), pilih
alternative (select alternatives).
4. Kembangkan rencana operasional (develop operational plan).
5. Implementasi rencana dan evaluasi hasil (implement the plan
and evaluate results)
2. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian dapat didefinisikan sebagai proses penetapan
pekerjaan-pekerjaan esensial untuk dikerjakan, pengelompokan pekerjaan,
pendistribusian otoritas dan pengintegrasian semua tugas-tugas dan
sumber-sumber untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajer
giat dalam pengorganisasian untuk tiga alasan. Pertama, pengorganisasian
meningkatkan efisiensi dan kualitas dari pekerjaan organisasi. Ketika
tugas-tugas organisasi dibagi, peluang untuk mencapai sinergi akan
tercipta. Kedua, pengorganisasian menetapkan akuntabilitas, sebab
partisipan dalam tiap usaha adalah lebih efektif ketika mereka memahami
responsibilitas khusus mereka. Alasan terakhir untuk memfasilitasi
27
komunikasi. (Silalahi 2002:197). Ada beberapa tahapan dan elemen
fundamental dalam proses pengorganisasian, antara lain:
1. Tetapkan pekerjaan-pekerjaan esensial untuk dikerjakan
(pembagian kerja)
2. Kelompokan tugas-tugas individual ke dala unit-unit
(deprtementasi)
3. Distribusi otoritas dalam unit-unit dan di antara individuindividu (distribusi otoritas)
4. Integrasi semua orang, tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas
(koordinasi)
3. Fungsi Pengarahan
Pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok, agar mau
bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mecapai
tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.
Pengarahan dapat dilakukan dengan cara persuasive atau bujukan dan
instruktif, tergantung cara mana yang paling efektif. (Hasibuan 2011:183).
Pokok-pokok masalah yang dipelajari dalam fungsi pengarahan adalah:
1.
2.
3.
4.
Tingkah laku manusia
Hubungan manusiawi
Komunikasi
Kepemimpinan
4. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian (controlling) adalah fungsi terakhir dalam
proses manajemen. Fungsi ini sangat penting dan sangat menentukan
pelaksanaan proses manajemen, karena itu harus dilakukan dengan sebaikbaiknya. Pengendalian ini berkaitan erat dengan fungsi perencanaan dan
kedua fungsi ini merupakan hal yang saling mengisi (Hasibuan,
28
2011:241). Proses pengendalian dilakukan secara bertahap melalui
langkah-langkah berikut:
1. Menentukan standar-standar yang akan digunakan dasar
pengendalian.
2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang akan dicapai.
3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standard dan
menentukan penyimpangan jika ada.
4. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan
agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.
Fungsi – fungsi manajemen yang dikemukakan para ahli tidak sama,
tergantung pada sudut pendekatan dan pandangan mereka. Untuk bahan
perbandingan dikemukakan pembagian fungsi-fungsi manajemen, sebagaimana
diungkapkan oleh Hasibuan (2011:38) yaitu sebagai berikut :
29
Tabel 2.1
Fungsi-fungsi manajemen menurut para ahli
George R. Terry
John F. Mee
Louis A. Allen
MC. Namara
1. Planning
Planning
Leading
Planning
2. Organizing
Organizing
Planning
Programming
3. Actuating
Motivating
Organizing
Budgeting
4. Controlling
Controlling
Controlling
System
Henry Fayol
Harold Koontz
Cyril O`Donnel
Drs. P Siagian Prof. Drs.Oey
Liang lee
Planning
Planning
Planning
Planning
Organizing
Organizing
Organizing
Organizing
Commanding
Staffiing
Motivating
Coordinating
Directing
Controlling
Actuating
Coordinating
Controlling
Controlling
Evaluation
W.H Newman
Luther Gullick
Lyndall
F.Urwick
John D. Millet
Planning
Planning
Forecasting
Directing
Organizing
Organizing
Planning
Facilitating
Assembling
Staffiing
Organizing
Resources
Directing
Commanding
Directing
Coordinating
Coordinating
Controlling
Reporting
Controlling
Budgeting
( Sumber : Hasibuan 2011:38)
Controlling
30
Berikut adalah pengertian fungsi-fungsi manajemen menurut para ahli:
1. Planning
Planning atau Perencanaan menurut Hasibuan (2011:91) adalah sebagai
berikut:
Perencanaan adalah fungsi dasar manajemen, kerena organizing, staffing,
directing, dan controlling pun harus terlebih dahulu direncanakan.
Perencanaan ini bersifat dinamis. Perencanaan ini ditujukan pada masa
depan yang penuh dengan ketidakpastian, karena adanya perubahan
kondisi dan situasi. Dari pandangan Hasibuan menjelaskan bahwa
perencanaan hanya sebatas memilih alternatif terbaik dengan
mempertimbangkan beberapa alternatif yang ada.
Sedangkan menurut Konntz dan Donel dalam Hasibuan (2011:40)
menyebutkan Perencanaan adalah fungsi dari seorang manajer yang berhubungan
dengan memilih tujuan –tujuan kebijksanaan-kebijkasanaan, prosedur-prosedur
dan program-program dari alternative-alternatif yang ada.
Dari pandangan diatas kita bisa menyimpulkan bahwa perencanaan
merupakan bagian terpenting dimana sesorang dituntut untuk berfikir cerdas
dalam melihat alternatif mana yang sesuai dengan tujuan yang dimaksud.
2.Organizing
Manullang (dalam Hasibuan 2011:119) menyebutkan bahwa.
Organisasi adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan
pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan,
yang dilakukan dengan cara menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini,
kemudian menyediakan alat-alat yang diperlukan, dan menetapkan wewenang
yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan
aktivitas-aktivitas tersebut.
Sedangkan menurut Terry (2008:17) sebagai berikut.
Pengorganisasian mencakup: (a) membagi komponen-komponen kegaitan
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan kedalam kelompok-kelompok, (b)
31
membagi tugas kepada seorang manajer untuk mengadakan pengelompokkan
tersebut dan (c) menetapkan wewenang diantara kelompok atau unit-unit
organisasi. Pengorganisasian berhubungan erat dengan manusia, sehingga
pencaharian dan penugasannya kedalam unit-unit organisasi dimasukkan sebagai
unsur pengorganisasian.
Dari beberapa pandangan diatas bisa disimpulkan bahwa pengorganisasian
berkaitan penuh dengan manusia dimana dilakukan penempatan seseorang pada
bidangnya masing-masing sesuai dengan keahlian yang dimilikinya.
3.Actuating
G.R Terry dalam (Hasibuan 2011:183) pengarahan adalah membuat semua
anggota kelompok agar mau bekerjasama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah
untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha
pengorganisasian. Dimana setelah dilakukan pengorganisasian, maka diperlukan
arahan pimpinan agar pekerjaan dapat terarah dan terukur sehingga dapat
mencapai tujuan.
4.Controlling
Earl p. strong dalam (Hasibuan 2011:241). Pengendalian adalah proses
pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar sesuai dengan
ketetapan-ketetapan dalam rencana. Dimana pada suatu organisasi perlu adanya
pengawasan atau pengontrolan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan organisasi
yang sudah direncakan sebelumnya, agar dapat dilakukan perbaikan jika ada
kesalahan.
5.Staffing atau Assembing Resources
Istilah Staffing diberikan Luther Gullick, Harold Koonz dan Cyril
O’Donnel sedangkan Assembing Resources dikemukakan oleh William Hebert
Newman. Kedua istilah tersebut cenderung memiliki arti yang sama. Dimana
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia
pada organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangan sampai dengan
usaha agar setiap tenaga petugas memberi daya guna maksimal kepada organisasi.
6.Motivating
Motivating atau motivasi adalah mengarahkan atau menyalurkan perilaku
manusia ke arah tujuan-tujuan organisasi dengan cara memberi dorongan atau
semangat serta penghargaan jika anggota melaksanakan tugas dengan baik,
32
sehingga mereka dapat bersemangat melaksanakan tugas-tugas dan mereka pun
dapat berdaya guna dan berhasil guna.
7.Programming
Programming adalah proses penyusunan suatu program yang sifatnya
dinamis, dimana menyesuaikan dengan keadaan yang ada dalam suatu organisasi
untuk kemajuan organisasi tersebut.
8.Budgeting
Budgeting (anggaran) merupakan suatu rencana yang menggambarkan
penerimaan dan pengeluaran yang akan dilakukan pada setiap bidang. Dalam
anggaran ini hendaknya tercantum besarnya biaya dan hasil yang akan diperoleh,
jadi anggaran harus rasional.
9.System
System adalah suatu kesatuan prosedur atau komponen yang saling
berkaitan satu dengan yang lainnya bekerja bersama sesuai dengan aturan yang
ditetapkan sehingga membentuk suatu tujuan yang sama. Maksudnya, dalam
sebuah sistem bila terjadi satu bagian saja yang tidak bekerja atau rusak m aka
suatu tujuan bisa terjadi kesalahan pada hasilnya. (http// infoting.blogspot.com).
10. Commanding
Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha
memberi bimbingan,saran, perintah-perintah atau intruksi kepada bawahan dalam
melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik
dan tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula. Commanding merupakan
fungsi manajemen yang dapat berfungsi bukan saja agar pegawai dapat
melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu kegiatan, tetapi dapat berfungsi
mengkoordinasikan kegiatan berbagai unsure organisasi agar efektif tertuju
kepada realisasi tujuan yang telah ditetapkan.
11. Coordinating
Coordinating (koordinasi) merupakan salah satu fungsi manajemen untuk
melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, kekosongan kegiatan,
dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan
bawahan sehingga terdapat kerjasama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan
organisasi. Usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, dengan
cara member intruksi, mengadakan pertemuan untuk memberikan penjelasan,
bimbingan atau nasehat dan bila perlu mmemberi teguran.
12. Reporting
33
Reporting atau pelaporan dalam manajemen berupa penyampaian
perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal
yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi,
baik secara lisan maupun tulisan sehingga daalam menerima laporan dapat
memperoleh gambaran tentang pelaksanaan tugas orang yang memberi laporan.
13. Forecasting
Forecasting atau peramalan adalah kegiatan meramalkan, memproyeksi,
atau mengadakan perkiraan/ taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan
teerjadi sebelum suatu rencana yang lebih pasti dapat dilakukan.
14. Facilitating
Facilitating atau fasilitas merupakan fungsi manajemen yang meliputi
pemberian fasilitas dalam arti luaas yakni memberikan kesempatan kepada anak
buah agar dapat berkembang ide-ide dari bawahan diakomodir dan kalau
memungkinkan dikembangkan dan diberi ruang untuk dapat dilaksanakan.
15. Leading (kepemimpinan),
Kepemimpinan merupakan hal penting dalam organisasi dalam melakukan
kerja sama antara manajer dan bawahan sehingga mencapai hasil yang diinginkan.
Dengan kata lain usaha untuk mengarahkan, mempengaruhi, memotivasi dan
berkomunikasi dengan bawahan agar melaksanakan tugas pokok organisasi.
Dari berbagai fungsi manajemen yang telah dipaparkan diatas, dapat
diketahui bahwa fungsi manajemen memiliki fokus yang berbeda dari berbagai
ahli. Setiap ahli memiliki background yang berbeda-beda dalam melahirkan
teorinya masing-masing, sehingga setiap teori memiliki cara kerja yang berbeda
dalam mencapai suatu tujuan. Dari beberapa teori diatas, peneliti menganalisis
bahwa teori G.R. Terry yang merupakan tokoh manajemen yang terkemuka di
dunia berfokus pada apa yang harus direncanakan dan yang akan dicapai. Jadi,
perencanaan merupakan fungsi dasar untuk melakukan penyusunan langkahlangkah untuk mencapai tujuan organisasi. Dimana dalam perencanaan tadi
merupakan suatu kegiatan mempersiapkan segala kebutuhan, memperhitungkan
34
matang-matang apa saja yang menjadi kendala, dan merumuskan apa saja
kegiatan yang akan dilakukan. Hal tersebut sangat berkaitan dengan penelitian ini,
dimana manajemen fasilitas umum Stasiun Kereta Api Rangkasbitung lebih
berfokus pada perencanaan dan pengorganisasian, tanpa mengesampingkan
pengarahan dan pengontrolan. Disamping itu G.R. Terry merupakan guru besar di
Northwestern University, sangat mengenal manajemen yang merupakan bidang
keahlian dan keilmuannya.
Lain halnya dengan teori manajemen yang dikemukakan oleh Louis Allen,
dimana manajemen menurut Louis Allen lebih menekankan ke arah leading
(kepemimpinan). Karena teori manajemen Louis Allen disebut juga Management
Leading (Memimpin). Memimpin adalah pekerjaan yang di lakukan oleh seorang
manager agar orang-orang lain bertindak. Maka dari situ peneliti melihat bahwa
teori ini tidak cocok dengan permasalahan yang ada dalam penelitian manajemen
fasilitas umum Stasiun Kereta Api Rangkasbitung.
Sedangkan teori manajemen menurut Henry Fayol yang berlatarbelakang
sebagai
administrator
(pengorganisasian),
adalah
commanding
planning
(pemberian
(perencanaan),
komando),
organizing
coordinating
(pengkoordinasian), dan controlling (pengawasan). Rangkaian fungsi ini dikenal
dengan akronim POCCC. fungsi utama dari kelima fungsi manajemen yang
diungkapkan Fayol adalah pada fungsi commanding. Mengingat kondisi
masyarakat Perancis yang waktu itu militeristik dan perkembangan ilmu
administrasi dan manajemen masih berkembang . Sehingga commanding menjadi
peran utama dalam menggerakkan bawahan (Siagian, 2005:84).
35
Teori Fayol ini disepakati oleh Luther Gullick yang berlatarbelakang sama
dengan Fayol yang banyak berkecimpung didunia administrasi dan pemerintahan.
Gullick sependapat dengan Fayol berkaitan dengan fungsi planning, organizing
dan controlling. Selanjutnya Gullick mengusulkan fungsi staffing (pengadaan
tenaga kerja) yang merupakan tindak lanjut dari fungsi planning dan organizing.
Kemudian fungsi staffing, planning dan organizing merupakan material organisasi
yang perlu digerakkan dalam rangka pencapaian tujuan. Oleh sebab itu
dibutuhkan
fungsi
directing
(pemberian
bimbingan),
dan
coordinating
(pengkoordinasian). Dari rangkaian fungsi-fungsi tersebut menurut Luther Gullick
directing memiliki fungsi yang paling penting. Directing merupakan konsep yang
lebih santun/lunak dari commanding. Sesuai dengan kondisi warga Amerika yang
saat itu telah memiliki pemahaman tentang ilmu admnistrasi dan manajemen
(Siagian, 2005:84).
Dan kedua teori ini dirasa kurang sesuai dengan permasalahan yang peneliti
angkat, meskipun kedua ahli Fayol dan Gullick memiliki background dibidang
administrasi dan pemerintahan namun keduanya menyatakan teori ini ditengahtengah masyarakat dalam keadaan masa otoriter, meski Gullick menyatakan lebih
lunak akan tetapi karakteristik pemerintahan di Indonesia sekarang berbeda,
sehingga tidak sesuai dengan permasalahan yang peneliti paparkan.
Maka dari itu dalam penelitian ini, teori yang peneliti gunakan sebagai
dasar dalam manajemen fasilitas umum stasiun adalah teori manajemen menurut
George R.Terry. Peneliti menggunakan teori ini karena teori George R.Terry
merupakan teori dengan perspektif klasik yang menggunakan prinsip-prinsip
36
administratif. Bila manajemen ilmiah berfokus pada produktivitas dari pekerja
individual, maka pendekatan prinsip-prinsip administratif berfokus pada
organisasi total. (Richard, 2002: 59).
Menurut George R.Terry, manajemen merupakan suatu hal yang terdiri
dari fungsi-fungsi planning, organizing, acctuating, controlling (disingkat
POAC). Peneliti menggunakan teori POAC dari George R.Terry karena peneliti
menilai bahwa teori ini relevan dengan latar belakang dan identifikasi masalah
penelitian, di mana masalah parkir merupakan masalah dalam perencanaan
pengelolaan fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Kemudian
masalah ruang tunggu, yang masih belum terpisah antara penumpang yang sudah
memiliki tiket atau yang belum memiliki tiket dengan penumpang yang sedang
menunggu
kereta
datang.
Masalah
tersebut
merupakan
akibat
dari
pengorganisasian fasilitas umum yang kurang baik. Masalah ketiga adalah tidak
adanya ruang untuk ibu menyusui dan akses jalan untuk penyandang difable. Hal
tersebut merupakan bukti bahwa perencanaan dari pihak pengelola stasiun masih
lemah. Keempat, kurangnya kenyamanan di mushola karena tidak adanya pemisah
antara laki-laki dan perempuan di mushola Stasiun Kereta Api Rangkasbitung.
Hal itu disebabkan karena kurangnya pengorganisasian yang dilakukan oleh pihak
pengelola stasiun. Dan masalah terakhir, yaitu tidak adanya CCTV di Stasiun
Kereta Api Rangkasbitung, ini menandakan bahwa pengawasan dan pengontrolan
di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung masih lemah. Dari pemaparan peneliti
tersebut, hal-hal pokok yang berkaitan dengan pengelolaan fasilitas umum di
Stasiun Kereta Api Rangkasbitung adalah perencanaan, pengorganisasian,
37
pengarahan, dan pengontrolan. Empat fungsi pengelolaan tersebut relevan dengan
teori manajemen dari George R. Terry, yakni planning, organizing, acctuating,
controlling (disingkat POAC).
2.1 Penelitian Terdahulu
Sistem transportasi mempunyai peranan penting dalam berbagai hal,
diantaranya mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan
pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka
mewujudkan Wawasan Nusantara termasuk salah satu model transportasi tersebut
adalah perkeretaapian, yang dalam sistem transportasi nasional mempunyai
karakteristik pengangkutan secara massal dan keunggulan tersendiri, yang tidak
dapat dipisahkan dari model transportasi lain. Disini jelas bahwa perkeretapian ini
perlu dikembangkan potensinya dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung
wilayah, baik nasional maupun internasional, untuk menunjang, mendorong, serta
menggerakkan pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan
beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu. Adapun hasil
penelitian terdahulu tersebut yakni:
Penelitian terdahulu yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh
Malinda Yustikasari dari Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jurusan Ilmu
Administrasi Tahun 2011 dalam skripsinya yang berjudul “Manajemen Sarana
Prasarana Perkeretaapian di PT. Kereta Api Indonesia Daerah Oprasi VII
Madiun”
Penelitian
tersebut
bertujuan
untuk
mendeskripsikan
dan
38
menginterprestasikan manajemen sarana prasarana PT Kereta Api (Persero)
Daerah Operasi VII Madiun dengan melihat dari fungsi-fungsi manajemen yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengawasan perkeretaapian
Daop VII Madiun. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut
adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun fokus dalam
penelitian tersebut adalah bagaimana pemeliharaan sarana prasarana kereta api
Daop VII agar menurunnya jumlah kecelakaan.
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan peneliti tersebut, bahwa
manajemen sarana prasarana Daop VII meliputi 4 fungsi, dimulai dari
perencanaan, perencanaan ada di 3 seksi , di seksi sarana prasarananya meliputi
pemeliharaan periodik (dimulai dari P1,P3,P6, dan P12), semi pemeriksaan akhir
(SPA), dan pemeriksaan akhir (PA). Seksi jalan rel dan jembatan (JJ) meliputi
kegiatan pemeliharaan bulanan dan triwulan. Seksi sintel kegiatan perencanaan
pemeliharaan meliputi pemeliharaan pencegahan dan pemeliharaan kolektif.
Dalam pengorganisasian sudah ada strukur organisasi yang jelas, sudah dibentuk
bidang-bidang khusus untuk penanganan sarana prasarana perkeretaapian yaitu
Seksi & UPT Sarana, Seksi & UPT Jalan Rel dan Jembatan, Seksi & UPT Sinyal
dan Telekomunikasi. Koordinasi yang ada meliputi koordanisasi internal
horisontal dan vertikal, dan koordinasi eksternal horisontal dan vertikal. Dalam
tahap terakhir yaitu pengawasan di Daop VII dilakukan pengawasan secara
internal terhadap pelaksanaan pemeliharaan sarana dan prasarana perkeretaapian
dan juga pengawasan eksternal oleh pihak CV sebagai rekanan kerja terhadap
39
pelaksanaan pekerjaan oleh
bawahannya dan
pengawasan oleh
Dirjen
Perkeretaapin pada Daop VII menyangkut verifikasi RKAD.
Kesimpulan dari penelitian terdahulu yang pertama tersebut mengenai
manajemen sarana prasarana PT Kereta Api Indonesia Daop VII Madiun sudah
menjalankan manajemen sarana prasarana dengan cukup baik dari segi
perencanaan, hanya saja dari segi pengorganisasian, pengkoordinasian dan
pengawasan belum maksimal dikarenakan masih ada hambatan yang dialami.
Tetapi walaupun manajemen sarana prasarananya belum berjalan maksimal,
manajemen yang sudah dijalankan oleh PT Kereta Api Indonesia Daop VII
Madiun telah memberikan dampak terhadap penurunan kecelakaan kereta api.
Walaupun penurunan selama 3 tahun terakhir tidak terlalu signifikan, tetapi
dengan menurunnya angka kecelakaan sudah membuktikan bahwa PT Kereta Api
Indonesia Daop VII sudah menjalankan peran dan fungsi yang positif serta tujuan
penurunan kecelakaan sudah dicapai.
Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Malinda Yustikasari
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah peneliti memfokuskan
penelitian pada manajemen fasilitas umum stasiun kereta api, artinya peneliti tidak
memfokuskan penelitian pada pemeliharaan sarana prasarana kereta apinya yang
berkaitan dengan menurunnya jumlah kecelakaan yang terjadi, peneliti hanya
meneliti fasilitas umum di stasiun kereta api, sedangkan Malinda Yustikasari
memfokuskan penelitiannya pada manajemen sarana prasarana yang dilakukan
untuk penumpang di dalam kereta api.
40
Penelitian terdahulu yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Ai
Istiqomah dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jurusan Ilmu Administrasi
Negara pada tahun 2014, dalam skripsinya yang berjudul “Manajemen Sarana
Dan Prasarana Perkeretaapian Di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah
Operasional
(Daop)
1
Jakarta”
Penelitian
tersebut
bertujuan
untuk
mendeskripsikan dan membahas mengenai manajemen sarana dan prasarana
perkeretaapian di PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional (daop) 1
Jakarta.
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan peneliti tersebut, yakni: 1.
pencatatan aset sarana dan prasarana perkeretaapian dilakukan setiap bulan sesuai
kondisi sarana dan prasarana tersebut, selain pencatanan kondisi sarana laporan
adanya gangguan terhadap sarana dan prasarana tersebut dimasukan ke dalam
laporan tiap bulan, pencatatan aset sarana dan prasarana tersebut dilakukan di
UPT Jalan Rel dan Jembatan dan jika sarana dilakukan di Dipo sarana yang
kemudian dilaporkan ke bagian seksi terkait. 2. pengelolaan dan optimalisasi aset
mencakup pemeliharaan dan penggunaan aset itu sendiri dalam hal ini sarana
perkeretaapi di Daop 1 Jakarta. Pembuatan rencana kerja perawatan dilakukan
oleh masing-masing UPT yang dilakukan setiap bulan yang kemudian RKP
(Rencana Kerja Pemeliharaan) diajukan kepada Manajer Sarana untuk kemudian
didiskusikan dengan Manajer yang lain untuk dibuat dalam RKAD dan dikirim ke
kantor pusat PT. KAI yang berada dibandung. Perencanaan perawatan ini sangat
penting karena tentu saja selain untuk mengetahui berapa biaya yang dibutuhkan
41
untuk melakukan perawatan sarana itu sendiri dan untuk mengetahui jadwal
pemeliharaan dan apa saja bagian-bagian yang harus diperiksa tiap bulannya.
Ada beberapa jenis pemeliharaan sarana perkeretaapian di Daop 1 Jakarta
yaitu:
a) Pemeliharaan Periodik
Sebelum kegiatan ini dilakukan, UPT sarana membuat jadwal
pemeliharaan kereta/gerbong untuk pemeliharaan periodik (P1, P3, P6 dan
P12).
1) Pemeliharaan bulanan (P1)
2) Pemeliharan triwulan (P3)
3) Pemeliharaan 6 bulan (P6)
4) Pemeliharaan tahunan (P12)
b) Pemeliharaan Semi Akhir
Pemeliharaan 2 tahunan untuk sarana perkeretaapian dilakukan
secara keseluruhan atau biasa disebur general check up.
3. pengawasan untuk sarana dilakukan setiap hari oleh UPT/resor terkait. Untuk
jalan rel dilakukan oleh anggota UPT tersebut yang telah dijadwalkan pada awal
program, kemudian untuk kepala resor melakukan pengawasan langsung ke
lapangan setiap 2 minggu sekali berkeliling dengan menggunakan lokrit. Kepala
UPT jalan rel dan jembatan selalu berhubungan dengan seksi Jalan rel dan
jembatan di Daop 1 jakarta setiap 2 jam sekali melalui telepon, untuk melaporkan
situasi yang ada di perlintasan.
Kesimpulan dari penelitian terdahulu tentang Manajemen Sarana dan
Prasarana Perkeretaapian di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah
Operasional 1 Jakarta yakni, dapat dikatakan sudak cukup baik, hal ini dapat
42
dilihat dari: Pertama, inventarisasi aset sarana dan prasarana sudah terjadwal dan
tentunya terstruktur dengan baik. Pencatatan kondisi sarana tersebut dilakukan
setiap bulan oleh UPT dan Dipo terkait setelah mereka melakukan pemeriksaan
dan perawatan, dengan disusun setiap bulan tersebut maka laporan tahunan untuk
kondisi aset sudah siap untuk diberikan kepada seksi sarana dan prasarana terkait,
meskipun begitu laporan bulanan tersebut tetap dilaporkan setiap bulannya.
Bahkan di bagian jalan rel dan jembatan memiliki tim khusus sendiri yaitu tim
data material jalan rel. Selain itu data aset tersebut dapat diakses di web PT. KAI
sebagai laporan setiap tahunnya.
Kedua, pengelolaan dan optimalisasi aset semakin baik terutama
perawatan terhadap sarana perkeretaapian (lokomotif, kereta, gerbong) semakin
baik, ini dapat kita lihat pada kereta ekonomi yang sudah bersih dan terawat,
selain itu kereta ekonomi kini memiliki pendingin ruangan meskipun sesekali mati
tetapi itu sebagian kecil dari yang sudah bagus, tidak ada lagi para pedagang dan
pengemis yang membuat kereta semakin semrawut dan membuat kereta terlihat
kumuh, serta tersedianya toilet yang dapat digunakan oleh para penumpang.
Ketiga, pengawasan dilakukan dengan cara kerjasama dengan unit pam
untuk pengamanan kereta dan jalan semakin terlihat, ini bisa kita buktikan dengan
sudah tidak adanya penumpang yang duduk di atas kereta, serta tidak adanya
pengemis dan pedagang yang berjualan di dalam kereta. Meskipun masih tetap
ada pencurian terhadap prasarana perkeretaapian tetapi itu sedikit dapat teratasi
dengan bekerjasama juga dengan pihak kepolisian.
43
Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ai Istiqomah dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah peneliti memfokuskan penelitian
pada manajemen fasilitas umum stasiun kereta api, artinya peneliti tidak
memfokuskan penelitian pada kereta apinya, peneliti hanya meneliti fasilitas
umum di stasiun kereta api saja, sedangkan Ai Istiqomah memfokuskan
penelitiannya pada inventarisasi dan pengelolaan aset di Daop 1, serta
pengawasan dan perbaikan kereta api.
2.2 Kerangka Berpikir Penelitian
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting (Sugiyono 2005:65). Untuk mengetahui bagaimana alur berpikir
peneliti dalam menjelaskan permasalahan penelitian, maka dibuatlah kerangka
berpikir sebagai berikut:
Dalam penyelenggaraan suatu sistem transportasi tentu tidak terlepas dari
prasarana serta sarana begitu saja, baik yang di jalan raya maupun dengan
penyelenggaraan sistem transportasi Kereta Api, dalam UU No.23 Tahun 2007
dijelaskan bahwa Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas
prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan,
dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api.
Peraturan Pemerintah No.56 Tahun 2009 pada pasal 2 menjelaskan bahwa
Perkeretaapian diselenggarakan untuk memperlancar perpindahan orang dan/atau
barang secara masal dengan selamat, aman, nyaman, cepat, tepat, tertib, teratur,
44
dan efisien (ayat 1). Serta penyelenggaraan perkeretaapian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditujukan untuk menunjang pemerataan pertumbuhan, stabilitas,
pendorong, dan penggerak pembangunan nasional.
Keamanan dan kenyamanan merupakan faktor yang sangat penting dalam
sistem transportasi kereta api, bahkan keamanan dan kenyamanan dapat
berpengaruh terhadap keselamatan penumpang kereta api. Fasilitas umum yang
ada di stasiun kereta api merupakan salah satu wadah keamanan serta kenyamanan
yang bisa didapatkan oleh penumpang kereta api. Oleh karenanya fasilitas umum
yang ada di stasiun kereta api harus diperhatikan pengelolaannya agar dapat
memberikan rasa aman dan nyaman, serta ketertiban bagi pengguna jasa
transportasi kereta api.
Stasiun Kereta Api Rangkasbitung merupakan salah satu stasiun besar
yang ada di Banten. Namun berdasarkan observasi awal peneliti, ada beberapa
kekurangan yang terdapat pada Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Hal tersebut
terlihat dari beberapa masalah yang timbul seperti tidak adanya lahan untuk parkir
di stasiun, ruang tunggu yang kurang memadai, kurangnya penjagaan keamanan,
kenyamanan mushola dan fasilitas lainnya yang kurang baik.
Adapun penelitian yang sedang peneliti lakukan mencoba untuk
mengetahui bagaimana manajemen fasilitas umum di Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung.
Untuk megetahui
dan membahas hal tersebut,
peneliti
menggunakan teori fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan oleh G.R. Terry.
Fungsi-fungsi manajemen tersebut terdiri dari: planning, organizing, actuatting,
dan controlling (disingkat POAC).
45
Dimana dengan teori tersebut berkaitan dengan masalah yang ada di
stasiun Rangkasbitung dimulai dari segi perencaan seperti tidak adanya lahan
parkir untuk pengguna jasa kereta api sejak dulu sampai saat ini, baik untuk motor
maupun mobil. Tidak adanya lahan parkir di stasiun kereta api Rangkasbitung
karena letak stasiun yang ada di sekitar pasar dan dengan keadaan tersebut
menyebabkan tidak adanya lahan untuk parkir di stasiun tersebut sehingga
menimbulkan kemacetan di sekitar area stasiun, kemudian tidak adanya ruangan
untuk ibu menyusui dan bayi serta fasilitas untuk penyandang difable.
Segi pengorganisasian dimana tidak adanya permisahan ruangan, yaitu
ruang tunggu kereta untuk penumpang yang sudah memiliki tiket atau belum dan
penumpang yang akan naik kereta. Seharusnya ada pemisahan ruangan sehingga
tertata dengan baik dan tidak membuat penumpang yang menunggu kereta tiba
harus berdiri. Kemudian mushola yang kurang bersih dikarenakan kurangnya
pengarahan dari atasan kepada bawahan untuk merawat atau menjaga kebersihan
musholla tersebut dan untuk bangunan musholla yang kurang luas atau sempit, hal
ini karena kurangnya tempat atau lahan yang dapat dijadikan untuk mushola
sehingga memaksimalkan yang ada saja, tanpa adanya pemisahan antara laki-laki
dan
perempuan.
Masalah-masalah
tersebut
terjadi
karena
kegiatan
pengorganisasian fasilitas umum di stasiun belum optimal yang tidak lepas pula
dari segi pengarahan yang dilakukan. Dari segi pengontrolan tidak adanya
pengontrolan di area stasiun, berupa CCTV untuk memantau keadaan sekitar
stasiun agar dapat mengetahui atau merekam kejadian yang ada di stasiun. Hal ini
46
menunjukkan bahwa dari segi pengontrolan belum cukup menjamin kenyamanan
dan keamanan di stasiun tersebut.
Fungsi-fungsi manajemen tersebut peneliti jadikan sebagai indikator untuk
melihat apakah pengelolaan fasilitas umum di stasiun tersebut sudah baik atau
belum. Untuk mengetahui secara lebih jelas alur berpikir yang menjadi kerangka
berpikir dalam penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut:
47
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Tidak adanya lahan parkir di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung,
karena tidak adanya perencanaan yang matang.
2. Kegiatan pengorganisasian yang belum baik, karena tidak adanya
pemisahan ruangan untuk penumpang yang sudah atau belum memiliki
tiket dan yang akan naik kereta.
3. Kurangnya perencanaan untuk pengadaan ruangan ibu menyusui dan
bayi serta fasilitas untuk penyandang difable
4. Tidak adanya kegiatan pengorganisasian yang dilakukan untuk
memperbaiki mushola, karena tidak ada pemisah antara laki-laki dan
perempuan.
5. Tidak adanya CCTV menandakan bahwa kurangnya pengawasan dan
pengontrolan terhadap lingkungan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung
Fungsi-fungsi
manajemen G.R. Terry
1.
2.
3.
4.
OUTPUT
Terealisasikannya pengelolaan
fasilitas umum di Stasiun Kereta
Api Rangkasbitung dengan baik
Planning
Organizing
Actuating
Controlling
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
Sumber : Peneliti, 2016
48
2.3 Asumsi Dasar Penelitian
Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah peneliti paparkan,
peneliti telah melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Maka peneliti
berasumsi bahwa belum optimalnya Manajemen fasilitas umum Di Stasiun Kereta
Api Rangkasbitung dikarenakan masih banyak permasalahan-permasalahan yang
ada.
BAB III METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode penelitian kualitatif menurut
Sugiyono (2012:1) adalah:
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti kondisi objek yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai
instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitiannya lebih
menekankan pada makna dari pada generalisasi.
Sedangkan metode kualitatif menurut Irawan (2006:4.31), adalah:
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang cenderung
bersifat deskriptif, naturalistic, dan berhubungan dengan “sifat data” yang murni
kualitatif. Temuan dalam penelitian kualitatif bersifat kasusistik, unik, dan tidak
dimaksudkan untuk digeneralisasikan ke konteks lain. Instrument pengumpulan
data dalam metode kualitatif tidak bersifat terstruktur, terfokus, “rigid”, dan
spesifik, seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi lebih bersifat longgar,
fleksibel dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada kebutuhan.
Metode penelitian kualitatif ini sering disebut sebagai metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. Objek dalam
penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah yaitu objek yang apa adanya, tidak
dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki objek dan
setelah keluar dari objek relatif tidak berubah.
Pendekatan deskriptif digunakan sebagai prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat
49
50
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Pendekatan ini
merupakan suatu pendekatan yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu situasi
tertentu yang bersifat faktual mengenai manajemen fasilitas umum di Stasiun Kereta
Api Rangkasbitung.
3.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif juga disebut sebagai batasan
masalah, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum (Sugiyono:2012:32).
Adapun fokus penelitian yang peneliti teliti adalah terkait dengan manajemen fasilitas
umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, sehingga peneliti dapat memberikan
rekomendasi terhadap pemecahan masalah, termasuk juga dalam hal manajemen
fasilitas umum sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kenyamanan dan
keselamatan penmumpang kereta api di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian mengenai manajemen fasilitas umum di Stasiun Kereta Api,
khususnya analisis mengenai pemecahan permasalahan yang timbul akibat dari kurang
baiknya manajemen fasilitas umum di Stasiun Kereta Api, dilakukan di Stasiun Kereta
Api Rangkasbitung.
51
3.4 Fenomena yang diamati
3.4.1 Definisi Konsep
Fenomena yang diamati dalam penelitian ini yaitu mengenai manajemen
dengan fokus fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Konsep
mengenai manajemen merupakan hal yang sangat penting di dalam pengaturan
proses penyelenggaraan sistem transportasi, khususnya kereta api. Berdasarkan
beberapa definisi mengenai konsep manajemen yang dikemukakan oleh
beberapa ahli, peneliti menyimpulkan bahwa secara konseptual, manajemen
fasilitas
umum
dikaitkan
dengan
aktivitas-aktivitas
perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan yang dilakukan oleh organisasi
dalam hal ini di stasiun kereta api Rangkasbitung dengan tujuan untuk
memberikan kenyamanan bagi penumpang dengan cara pengadaan berbagai
fasilitas.
3.4.2 Definisi Operasional
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa fenomena yang akan diamati
dalam penelitian ini yaitu mengenai manajemen fasilitas umum di Stasiun
Kereta Api Rangkasbitung. Beberapa poin penting mengenai fenomena yang
akan diamati tersebut akan peneliti analisis dengan menggunakan teori fungsifungsi manajemen yang dikemukaakan oleh G.R. Terry (dalam Hasibuan:2007).
Fungsi-fungsi manajemen terdiri dari: planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), actuating (pengarahan) dan controlling (pengendalian).
52
1. Planning (perencanaan) adalah memilih dan menggabungkan fakta
serta
menggunakan
asumsi-asumsi
masa
datang
dengan
cara
menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan
sebelum akhirnya mengambil keputusan untuk hasil yang diingkan.
Dalam fungsi ini, peneliti menganalisis perencanaan yang
sedang dipersiapkan maupun yang sudah dipersiapkan oleh pihak
pengelola Stasiun Kereta Api Rangkasbitung dalam hal manajemen
fasilitas umum. Peneliti menilai fungsi ini sangat penting, karena
dengan melihat dari segi perencanaan pengelolaan fasilitas umum,
dapat diketahui apakah
pihak
pengelola Stasiun
Kereta
Api
Rangkasbitung sudah memiliki rencana untuk pengadaan barang atau
tidak, selain itu dalam perencanaan pun peneliti menganalisis sejauh
mana pihak pengelola stasiun mempunyai inovasi atau pembaharuan
dalam pengelolaan fasilitas umum atau tidak.
2. Organizing
(pengorganisasian)
adalah
tindakan
mengusahakan
hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang agar
dapat bekerja sama secara efisien dan dengan demikian memperoleh
kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam
kondisi lingkungan tertentu agar dapat mencapai tujuan tertentu.
Dalam
fungsi
ini,
peneliti
menganalisis
mengenai
pengorganisasian fasilitas umum yang dilakukan oleh pihak pengelola
Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Banyak fasilitas umum yang harus
53
diorganisir dengan baik, sehingga fungsi dan manfaatnya akan
dirasakan oleh pengguna jasa kereta api. Salah satu fasilitas umum yang
penting dan harus segera dibenahi adalah ruang tunggu bagi penumpang
yang sudah memiliki tiket atau belum, dan untuk penumpang yang
hanya akan langsung naik kereta, harus ada pemisahan ruangan bagi
penumpang tersebut. Selain itu pembenahan mushola yang seharusnya
terpisah antara laki-laki dan perempuan serta fasilitas seperti pendingin
ruangan.
3. Actuating (pengarahan) adalah membuat semua anggota kelompok agar
mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas untuk mencapai tujuan
sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.
Dalam fungsi ini, pengarahan merupakan fungsi manajemen
yang terpenting dan paling dominan dalam proses manajemen, karena
fungsi ini merupakan roda penggerak untuk merealisasikan tujuan. Ada
beberapa poin penting yang perlu peneliti analisis terkait dengan fungsi
pengarahan, antara lain: intruksi dari kepala stasiun kepada anggotanya,
rapat rutin pihak pengelola fasilitas umum dalam melakukan
pembahasan mengenai fasilitas umum , koordinasi kerja antara pegawai
internal dengan pegawai di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung.
4. Controlling (pengendalian) adalah proses penentuan apa yang harus
dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan,
54
menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan
sehingga pelaksanaan sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.
Dalam fungsi ini, pengendalian merupakan suatu fungsi
manajemen dasar dan penting untuk menentukan keberhasilan
manajemen mencapai
tujuan dengan dan melalui orang lain.
Pengendalian dilakukan agar kegiatan organisasional untuk mencapai
tujuan dilakukan sesuai dengan rencana-rencana dan cara-cara yang
ditetapkan sebelumnya. Ada beberapa hal ayng perlu peneliti bahas dan
peneliti analisis, antara lain: analisis kesesuaian antara standar
pelayanan minimum dengan pengelolaan yang sudah dilakukan oleh
pihak pengelola sampai saat ini. Pengontrolan dan perbaikan fasilitas
umum.
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian diperlukan suatu alat ukur yang tepat dalam proses
pengolahannya. Hal ini untuk mencapai hasil yang diinginkan. Alat ukur dalam
penelitian disebut juga instrument penelitian atau dengan kata lain bahwa pada dasarnya
instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan dalam mengukur fenomena alam
atau sosial yang diamati.
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti itu
sendiri (human instrument). Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus
“divalidasi” seberapa jauh peneliti siap untuk melakukan penelitian yang selanjutnya
55
terjun ke lapangan. Validitas terhadap peneliti sebagai instrument meliputi validitas
terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap
bidang yang diteliti, dan kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian baik secara
akademik maupun logistiknya. Adapun yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri,
melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan
teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki
lapangan (Sugiyono, 2012:59).
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Menurut Lofland & Loflang (dalam Basrowi & Suwandi:2008:169), sumber
data utama atau primer dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan atau data sekunder seperti dokumen, dan lain-lain.
Adapun alat-alat tambahan yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data berupa
pedoman wawancara, buku catatan, kamera digital dan alat perekam.
3.6 Informan Penelitian
Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan
selama proses penelitian. Informan ini terbagi menjadi dua, yaitu informan kunci (key
informan) dan informan sekunder (secondary informan). Adapun dalam penentuan
informan dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive, yaitu teknik pengambilan
data dari informan dengan pertimbangan bahwa orang yang dijadikan informan
penelitian merupakan orang yang mengetahui tentang manajemen fasilitas umum di
56
Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, sehingga memudahkan peneliti untuk mendapatkan
data yang diharapkan.
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah setiap orang yang
terkait dalam pengelolaan fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, yaitu :
Tabel 3.1
Informan Penelitian
Informan
No.
1
Keterangan
I1-1
Key Informan
I1-2
Key Informan
I1-3
Key Informan
(Out Sorching)
Key Informan
(Out Sorching)
Instansi PT KAI
a. Kepala Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung
b. Kepala Sub urusan Pelayanan
Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung
c. Kepala Sub urusan Keamanan
Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung
d. Ketua Kebersihan Stasiun Kereta
Api Rangkasbitung
2
Kode
Informan
I1-4
Masyarakat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Penumpang 1
Penumpang 2
Penumpang 3
Penumpang 4
Penumpang 5
Penumpang 6
Penumpang 7
Penumpang 8
Penumpang 9
Penumpang 10
Penumpang 11
I2-1
I2-2
I2-3
I2-4
I2-5
I2-6
I2-7
I2-8
I2-9
I2-10
I2-11
Sumber: Peneliti, 2016
Secondary Informan
Secondary Informan
Secondary Informan
Secondary Informan
Secondary Informan
Secondary Informan
Secondary Informan
Secondary Informan
Secondary Informan
Secondary Informan
Secondary Informan
57
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono:2012:63).
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab dan bertatapan muka antara pewawancara
dan informan dengan menggunakan pedoman wawancara (Nazir:2009:193).
Adapun teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dalam penelitian ini
adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (indepth interview) adalah
data yang diperoleh terdiri dari kutipan langsung dari orang-orang tentang
pengalaman, pendapat perasaan dan pengetahuan informan penelitian. Informan
penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan selama
proses penelitian.
Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih dahulu
berbagai keperluan yang dibutuhakan yaitu penentuan informan yang terdiri dari
informan kunci dan informan sekunder, kriteria informan dan pedoman
wawancara disusun dengan rapi dan terlebih dahulu dipahami peneliti. Selain
itu, sebelum melakukan wawancara peneliti juga melakukan hal-hal sebagai
berikut:
58
a) Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian
b) Menjelaskan alasan informan terpilih untuk diwawancarai
c) Menjelaskan situasi atau badan yang melaksanakan
d) Mempersiapkan pencatatan data wawancara
Hal-hal tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada informan
untuk melakukan wawancara dengan menghindari keasingan serta rasa curiga
informan untuk memberikan keterangan dengan jujur, selanjutnya peneliti
mencatat keterangan-keterangan yang diperoleh dengan cara pendekatan katakata dan merangkainya kembali dalam bentuk kalimat (Nazir:2009:200).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tak terstruktur.
Wawancara tak terstruktur ini adalah wawancara yang bebas, peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya, namun pedoman wawancara yang akan
ditanyakan. Adapun secara garis besar, pedoman wawancara yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu : (lihat Tabel 3.2)
59
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara
No.
1
Dimensi
Sub Dimensi
Manajemen
Pengelolaan
Fasilitas
Umum
Stasiun Kereta Api
1. Planning
Peneliti
menganalisis
perencanaan yang sedang
dipersiapkan
maupun
yang sudah dipersiapkan
oleh pihak pengelola
Stasiun Kereta
Api
Rangkasbitung dalam hal
manajemen
fasilitas
umum..
Kisi-kisi pertanyaan
1.
2.
3.
4.
1.
2. Organizing
peneliti
menganalisis
mengenai
2.
pengorganisasian
fasilitas umum yang 3.
dilakukan oleh pihak
pengelola Stasiun Kereta 4.
Api Rangkasbitung.
5.
Kegiatan atau hal di
masa mendatang.
Waktu
yang
dibutuhkan
untuk
melakukan perubahan
yang direncanakan.
Dasar hukum yang
digunakan.
Hambatan
dalam
melakukan manajemen
fasilitas umum.
Pihak yang bertanggung
jawab
mengelola
fasilitas umum.
Mekanisme pembagian
tugas.
Mekanisme pembagian
ruangan.
Kelemahan
dalam
manajemen fasum.
Perubahan
yang
dilakukan
dalam
manajemen fasum.
3. Actuatting
1. Pengarahan/rapat
Peneliti
menganalisis
distasiun.
fungsi pengarahan yang 2. Waktu yang dilakukan
dilakukan oleh pimpinan
untuk pengarahan.
kepada bawahan dalam 3. Kesesuaian
mengelola
fasilitas
manajemen
fasilitas
umum stasiun kereta api.
umum dengan SOP.
4. Controlling
Peneliti
menganalisis 1. Pengontrolan
untuk
bagaimana
sistem
pelaksanaan
kontrol untuk melihat
manajemen
fasilitas
dan menilai
atapun
umum.
mengevaluasi
kinerja 2. Pihak yang berwenang
petugas dalam mengelola
melakukan
fasilitas umum di Stasiun
pengontrolan.
Kereta
Api 3. Upaya yang dilakukan
Rangkasbitung.
untuk fasilitas umum
yang rusak.
4. Keberhasilan
manajemen
fasilitas
umum.
Sumber: Peneliti, 2016
Informan
I1-1, I1-2, I1-3, I1-4
I1-1, I1-2, I1-3, I1-4
I1-1, I1-2, I1-3, I1-4
I1-1, I1-2, I1-3, I1-4 , I2-1, I22, I2-3, I2-4, I2-5, , I2-6, I2-7
, I2-8, I2-9, I2-10, I2-11
60
2. Pengamatan/Observasi
Observasi menurut Moleong (2007:175) adalah kegiatan yang dilakukan
untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan,
perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan sebagainya. Pengamatan/observasi
menurut Moleong (2007:176) dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui
cara berperan serta (partisipan) dan cara yang tidak berperan serta (non
partisipan). Pada pengamatan berperan serta, pengamat melakukan dua fungsi
sekaligus yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari
keompok yang diamatinya. Namun, observasi tanpa berperan serta, pengamat
hanya melakukan satu fungsi saja yaitu mengadakan pengamatan.
Dalam penelitian ini, teknik observasi/pengamatan yang digunakan
adalah observasi/pengamatan tanpa peran serta. Adanya keterbatasan waktu
menyebabkan peneliti hanya melakukan satu fungsi observasi yaitu hanya
melakukan pengamatan tanpa harus menjadi anggota resmi dari kelompok yang
diamati. Selain itu penelitian yang peneliti teliti bukan termasuk penelitian
antropologi sehingga tidak memerlukan observasi peran serta.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari sesorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan-catatan, peraturan, kebijakan,
laporan-laporan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar
hidup, sketsa dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
61
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif
(Sugiyono:2012:82).
4. Studi Literatur/Kepustakaan
Studi literatur/kepustakaan merupakan pengumpulan data penelitian yang
diperoleh dari berbagai referensi baik buku ataupun jurnal ilmiah yang relevan
dengan penelitian yang dilakukan. Dalam sebuah penelitian kualitatif analisis
data dilakukan sejak sebelum peneliti memasuki lapangan, selama di lapangan
dan setelah selesai di lapangan. Namun faktanya analisis data kualitatif
berlangsung selama proses pengumpulan data. Data yang terkumpul harus diolah
sedemikian rupa hingga menjadi informasi yang dapat digunakan dalam
menjawab perumusan masalah yang diteliti.
Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Langkah-langkah dalam
melakukan analisis
data
menurut
Irawan
(2006:5.27) yaitu:
1. Pengumpulan data mentah
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data mentah misalnya
melalui wawancara, observasi lapangan, dan kajian pustaka. Pada tahap
ini juga digunakan alat bantu yang diperlukan, seperti tape recorder,
kamera, dan lain-lain. Catatan hasil wawancara hanya data yang apa
adanya (verbatim), tidak dicampurkan dengan pikiran, komentar, dan
sikap peneliti.
2. Transkrip data
Pada tahap ini, peneliti merubah catatan dalam bentuk tulisan
(apakah itu berasal dari tape recorder atau catatan tulisan tangan).
Peneliti ketik persis seperti apa adanya (verbatim).
3. Pembuatan koding
62
Pada tahap ini, peneliti membaca ulang seluruh data yang sudah
ditranskrip. Pada bagian-bagian tertentu dari transkrip data tersebut akan
transkrip menemukan hal-hal penting yang perlu peneliti catat untuk
proses selanjutnya. Dari hal-hal penting tersebut nanti akan diberi kode.
4. Kategorisasi data
Pada tahap ini, peneliti mulai menyederhanakan data dengan cara
“mengikat” konsep-konsep (kata-kata) kunci dalam suatu besaran yang
dinamakan “kategori”.
5. Penyimpulan sementara
Pada tahap ini, peneliti mengambil kesimpulan masih bersifat
sementara. Kesimpulan ini 100 % harus berdasarkan data dan data yang
didapatkan tidak dicampurkan dengan pikiran dan penafsiran sendiri.
6. Triangulasi
Pada tahap ini, peneliti melakukan proses chek dan recheck
antara satu sumber data dengan sumber data yang lainnya, dengan
menggunakan metode triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan 3 cara,
yaitu:
a) Triangulasi teknik, dilakukan dengan cara menanyakan hal yang
sama dengan teknik yang berbeda. Bisa dilakukan dengan teknik
wawancara, observasi dan dokumentasi.
b) Triangulasi sumber, dilakukan dengan cara menanyakan hal yag
sama melalui sumber yang berbeda. Dalam hal ini bisa
dilakukan dengan teknik informan purposive atau snowball.
c) Triangulasi waktu, dilakukan dengan cara menanyakan hal yang
sama tetapi pada berbagai kesempatan misalnya, pada waktu
pagi, siang, atau sore hari.
Dengan triangulasi data tersebut, maka dapat diketahui apakah
informan/narasumber memberikan data yang sama atau tidak. Jika
informan/narasumber memberikan data yang berbeda makan berarti
datanya belum valid.
Namun dalam
menggunakan triangulasi sumber.
penelitian ini peneliti
63
7. Penyimpulan akhir
Kesimpulan akhir diambil ketika peneliti sudah merasa bahwa
data peneliti sudah jenuh (saturated) dan setiap penambahan data hanya
berarti ketumpang tindihan (redundant). Langkah-langkah dalam
melakukan analisis data secara lebih jelas dapat dilihat dalam gambar
sebagai berikut yaitu:
Gambar 3.1
Komponen-Komponen Analisis Data Model Prasetya Irawan
Sumber: (Irawan, 2005:5)
3.8 Pengujian Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif dikenal uji keabsahan data. Adapun dalam penelitian
ini, untuk pengujian keabsahan datanya dilakukan dengan menggunakan teknik
triangulasi. Menurut Irawan (2006:5.34), ada tiga teknik triangulasi, yaitu triangulasi
sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Adapun pada penelitian ini, teknik
triangulasi yang peneliti gunakan adalah teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber
yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh dari beberapa sumber melalui hasil wawancara atau disebut juga dengan
mewawancarai lebih dari satu informan yang dianggap memiliki sudut pandang yang
berbeda.
64
3.9 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, Kabupaten
Lebak. Adapun waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2015 sampai
dengan bulan Oktober 2016, dengan jadual sebagai berikut :
65
Tabel 3.3
Waktu Pelaksanaan Penelitian
Tahun 2015
Tahun 2016
Ta
hun
201
7
N
Kegiatan
o
Sep
1.
Pengajuan Judul
Penelitian
2.
Penelitian Awal
3.
Penyusunan
Proposal
Proses
Pencarian Data
di Lapangan
Penyerahan
Proposal
3.
4.
5.
Ujian Proposal
6.
Perbaikan
Proposal
Penelitian
Lapangan
Pengolahan
Data
7.
8.
9.
O
kt
N
o
v
D
es
J
a
n
F
e
b
Mr
t
A
p
r
M
ei
Penyusunan
Laporan
Penelitian dan
Bimbingan
10 Sidang Skripsi
11 Revisi Skripsi
Sumber : Peneliti (2016)
Jun
J
ul
A
gs
Sep
Okt
No
v
Des
Jan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak
Kabupaten Lebak adalah sebuah kabupaten di Provinsi Banten, Indonesia.
Ibukotanya adalah Rangkasbitung. Kabupaten Lebak terdiri atas 28 kecamatan, yang
dibagi lagi atas 340 desa dan 5 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan
Rangkasbitung, yang berada di bagian utara wilayah kabupaten. Kota ini dilintasi jalur
kereta api Jakarta-Merak. Jumlah penduduk Kabupaten Lebak adalah 1.233.905 jiwa
2
dengan jumlah kepadatan penduduknya 405,26 jiwa/km .
Batas wilayah Kabupaten Lebak terdiri dari:
1) Sebelah Utara
: Kabupaten Serang dan Tangerang
2) Sebelah Selatan
: Samudera Indonesia
3) Sebelah Barat
: Kabupaten Pandeglang
4) Sebelah Timur
: Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi
Secara geografis wilayah Kabupaten Lebak berada pada 105 25' - 106 30 BT dan
6 18' - 7 00' LS. Bagian utara kabupaten ini berupa dataran rendah, sedang di bagian
selatan merupakan pegunungan, dengan puncaknya Gunung Halimun di ujung tenggara,
yakni di perbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi. Sungai
Ciujung mengalir ke arah utara, merupakan sungai terpanjang di Banten.
66
67
4.1.2 Gambaran Umum PT.Perkeretaapian Indonesia
Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama
pembangunan jalan KA di desa Kemijen, Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur
Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan
diprakarsai
oleh
Naamlooze
Venootschap
Nederlandsch
Indische
Spoorweg
Maatschappij (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju
desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk
angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867.
Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota
Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun
jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel
antara 1864 - 1900 tumbuh de-ngan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 Km, tahun 1870
menjadi 110 Km, tahun 1880 mencapai 405 Km, tahun 1890 menjadi 1.427 Km dan
pada tahun 1900 menjadi 3.338 Km.
Selain di Jawa, pembangunan jalan KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera
Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di
Sulawasi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar-Takalar, yang
pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang - Maros belum
sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun,
68
studi jalan KA Pontianak - Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian juga di
pulau Bali dan Lombok, pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA.
Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 Km.
Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang Iebih 901 Km
raib, yang diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke
Burma untuk pembangunan jalan KA di sana.
Jenis jalan rel KA di Indonesia semula dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm;
750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang
dibongkar semasa pendudukan Jepang (1942 - 1943) sepanjang 473 Km, sedangkan
jalan KA yang dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah Cikara dan 220 Km antara Muaro - Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang
seadanya, jalan KA Muaro - Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama
15 bulan yang mempekerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah Romusha.
Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak
menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro- Pekanbaru.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamir-kan pada tanggal 17 Agustus 1945,
karyawan KA yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) mengambil
alih kekuasa-an perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi
pada tanggal 28 September 1945. Pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan
sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September
1945 kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak
69
diperbolehkan campur tangan lagi urusan perkeretaapi-an di Indonesia. Inilah yang
melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta
dibentuknya Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI).
4.1.3 Gambaran Umum Stasiun Kereta Api Rangkasbitung
Stasiun Kereta Api Rangkasbitung terletak di Kelurahan Muara Ciujung Timur,
Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung merupakan satu-satunya Stasiun besar di Provinsi Banten. Pada masa
jayanya, stasiun ini merupakan urat nadi perekonomian masyarakat Banten, dimana
pembangunan stasiun ini ditujukan guna keperluan sarana transportasi untuk
mendukung Kota Rangkasbitung sebagai kota industri di Banten saat itu yang berbasis
perkebunan. Dan Stasiun Kereta Api di Rangkasbitung pertama kali dibuka
pengoperasiannya pada tanggal 1 Juli 1900.
Di Stasiun ini juga terdapat Dipo Lokomotif yang menyimpan gerbong Kereta
Api Langsam, Rangkas Jaya, serta Banten Ekspres dan lokomotif jenis BB304 dan
CC201 yang didatangkan dari Dipo lokomotif Jatinegara dan Dipo lokomotif Tanah
Abang. Dulu terdapat Jalur kereta api menuju Labuan melewati Pandeglang. Jalur ini
juga mempunyai cabang di Saketi menuju Bayah. Tetapi saat ini jalur yang sangat
bersejarah tersebut sudah tidak berfungsi lagi. Untuk saat ini perubahan yang terjadi
dimana akan dibuat KRL di Stasiun KA Rangkasbitung menuju Jakarta.
Di setiap stasiun terdapat petugas stasiun yang mempunyai tugas dan tanggung
jawab untuk mengelola jalannya sistem perkeretaapian yang ada di stasiun. Struktur
70
Organisasi Petugas Stasiun Kereta Api Rangkasbitung peneliti paparkan dengan
menggunakan gambar di bawah ini.
Strukur Organisasi Stasiun Besar Rangkasbitung
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Stasiun Kereta Api Rangkasbitung
Sumber : Stasiun Kereta Api Rangkasbitung
Struktur Organisasi Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, terdiri dari:
1. Kepala Stasiun Besar Rangkasbitung
: Andri
2. Wakil Stasiun Besar Rangkasbitung
: Oya Santika
3. Kepala Sub Urusan Perka dan Administrasi
: Nurdiansyah
a. PPKA
: Maman Suparman
Ilman Al hakim
Eka heryanto
b. JRR
: Agus
71
Mulyana
Gumilar Asep Riyatman
Nur Adi Sasongko
Mamik Sudrajat
Very Hidayat
Adli Ihsan Abdurrohman
Nandang Mulyadi
Agus Dwi Purnomo
c. PJL
: Zahrul Rofiqi
Andri Kosasih
Hendri Muhamad
Ahmad Suheli
Saepulloh
Herdiansyah
Ikhtiyar Indra S
M
Rido
Nuryadi
Sumar’ih
Aep Pranyoto
d. PJW
: Aman Suherman
Subi
4. Kepala Sub Urusan Pelayanan Stasiun
: Supriyatin
72
a. Mandor
5. Kepala Sub Urusan Keamanan dan Ketertiban
a. PKD
: Ulung
: Dulfatah
: M Saepudin
Sardi
Tb Mulyadi
Riza N
Dede S
M Toni
Zainal M
Muji B
Andri WK
Ribut S
Holil
Arianto
Ali
Supriyatna
Romdoni
Yudhi K
A Juhri
Hariri
Dede M
Andri Juanda
73
Ade Supriyadi
Moh Saepulloh
Topik
Andriyansyah
6. Kepala Sub Urusan Komersil
a. Loket
: Rini Cahyati
: Frandias Prayugo
Faisal R
Yondi A
Aris Dwi C
Ikhsan M
Vivi Andini
Tatu Melawati
Diah Halimatusadiah
Taufik
Denda
Tugas pokok menurut struktur jabatan dalam susunan organisasi Stasiun Besar
Kereta Api Rangkasbitung adalah sebagai berikut:
1. Kepala Stasiun Besar Rangkasbitung
1) Kepala stasiun mempunyai kewajiban dan tanggung jawab di
stasiunnya sebagai berikut.
74
a. Melaksanakan pengawasan kegiatan operasi kereta api dan
menjamin keselamatan, ketertiban, serta kelancaran dalam
kegiatan operasi kereta api.
b. Kepala stasiun wajib memimpin langsung pengaturan urusan
perjalanan kereta api di stasiunnya apabila :
1. Terjadi kekusutan hebat perjalanan kereta api.
2. Pada waktu ada angkutan penting, misalnya, angkkutan
Presiden/Wakil
Presiden,
atau
pejabat
tinggi
negara
melakukan perjalanan resmi dengan menggunakan kereta api.
3. Saat direksi, atau pimpinan daerah melakukan inspeksi
dengan menggunakan kereta api.
4. Di suatu stasiun tidak terdapat seorang pegawai yang
ditugaskan sebagai pengatur perjalanan kereta api.
c.
Menjamin Ketersediaan tiket, kelancaran penjualan tiket, dan
ketertiban administrasinya.
d. Menjamin keamanan dan ketertiban stasiun.
e. Menjamin kemudahan, kenyamanan, dan kejelasan informasi
bagi pengguna jasa angkutan kereta api.
f. Menjamin kebersihan stasiun dan kebersihan rangkaian kereta
api yang menjadi tanggung jawabnya.
75
g.
Di tempat kedudukannya kepala stasiun mewakili pimpinan
daerah dengan pihak eksternal dan berkewajiban berusdaha
untuk memajukan perusdahaan di stasiunnya.
h. Menjalankan bagian dari kegiatan administrasi keuangan
stasiun sampai penyetoiran uang hasil penjualan ke JKepala
sub urusan pendapatan, kecuali untuk stasiun yang tidak
ditunjuk Kepala sub urusan pendapatan
, kepala stasiun
menjalankan seluruh kegiatan administrasi keuangan stasiun.
i. Mengoordinasikan seluruh kegiatan unit pelaksanaa teknis di
lingkungan stasiun.
j. Membuat buku peraturan stasiun, melakukan penyesuaian isi
buku peraturan stasiun setiap terjadi perubahan data, serta
meminta pengesahan dari JPOD.
2) Selama stasiun buka, kepala stasiun tidak boleh meninggalkan
stasiun, kecuali apabila kepergiannya tidak mengganggu atau
menghambat jalannya pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab
sebagaimana (1) dan telah menunjuk pejabat yang mewakili.
3) Semua kegiatan di stasiun menjadi tanggung jawab kepala stasiun
dan apabila kepadanya diperbantukan wakil kepala stasiun maka
sebagian tanggung jawabnya dapat didelgasikan kepada wakil kepala
stasiun termasuk tanggung jawab segaimana ayat (!) huruf b.
76
4) Apabila kepala stasiun sakit atau melaksanakan tugas kedinasan di
luar stasiun, wakil kepalas stasiun menjalankan tugas dan kewajiban
sebagai kepala stasiun secara penuh sebagiamanan pada ayat (1).
5) Apabilan kepala stasiun dan wakil kepala stasiun sakit, atau
melaksanakan tugas kedinasan di luar stasiun maka secara bergiliran
kepala sub urusan yang memiliki sertifikat pengatur perjalanan kereta
api ditunjuk sebagai perjabat yang mewakili.
6) Di stasiun yang tidak ditunjuk wakil kepala stasiun dan kepala sub
urusan, apabila kepala stasiun berhalangan dinas, pegwai yang
memiliki sertifikat kecakapan pengatur perjalanan kereta api ditunjuk
sebagai pejabat yang mewakili.
7) Untuk melaksanakan pekerjaan sebagai pejabat yang ditunjuk
mewakili kepala stasiun, berpedoman pada buku “peraturan stasiun”
(periksa lampiran) yang tersedia di stasiun.
8) Apabila terdapat perubahan data isi dalam buku peraturan stasiun,
kepala stasiun/wakil kepala stasiun harus melakukan penyesuaian isi
buku peraturan stasiun terhadap adanya perubahan isi dan meminta
pengeshanan dari JPOD yang bersangkutan.
2. Wakil Stasiun Besar Rangkasbitung
Wakil kepala stasiun berkewajiban dari tanggung jawab atas sebagian
kewajiban dan tanggung jawab kepala stasiun yang didelagasikan kepadanya
77
dan ditetapkan atas kesepakatan bersama antara kepala stasiundan wakil
kepala stasiun dan diketahui serta disetujui oleh JPOD.
3. Kepala Sub urusan Perka dan Administrasi
Kepala sub urusan perjalanan kereta api dan administasi berkewajiban dan
mempunyai tanggung jawab melaksanakan administasi perjalanan kereta api
(perka), administrasi stasiun, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
standar operasi prosedur di stasiun, melaksanakan pembinaan terhadap
petugas PPKA Pap, PJL, JLR, JRS, petugas pengawas emplasemen stasiun
serta petugas yang melaksanakan administasi perjalanan kereta api di bawah
tanggung jawabnya.
4. Kepala Sub urusan Pelayanan Stasiun
Kepala sub urusan pelayanan di stasiun dan di kereta api berkewajiban dan
bertanggung jawab melaksanakan kegiatan dan pengendalian terhadap
kebersihan stasiun dan kebersihan rangkaian kereta api di stasiun yang
menjadi tanggung jawabnya.
5. Kepala Sub urusan Keamanan dan Ketertiban
Kepala sub urusan keamanan dan ketertiban stasiun berkewajiban dan
mempunyai tanggung jawab melaksanakan kegiatan dan pengendalian
terhadap keamanan dan ketertiban penumpang, barang dan aset perusahaan
di lingkungan stasiun di bawah tanggung jawabnya.
78
6. Kepala Sub urusan Komersil
7. Kepala sub urusan pelayanan komersil stasiun berkewajiban dan mempunyai
tanggung jawab melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pelayanan
terhadap announcemen porter, pergudangan, angkutan hantaran, customer
service dan loket dibawah tanggung jawabnya.
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang telah
peneliti dapatkan dari hasil observasi yang dilakukan selama proses penelitian
berlangsung. Dalam penelitian mengenai Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta
Api Rangkasbitung , peneliti menggunakan teori Fungsi-fungsi Manajemen dari George
R. Terry G.R. Terry (2008: 17) menjelaskan fungsi-fungsi manajemen sebagai berikut:
a) Planning (perencanaan).
Perencanaan ialah menetapkan pekerjaan yang harus
dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan.
Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk
pemilihan alternatif-alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk
mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu
pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang.
b) Organization (pengorganisasian).
Pengorganisasian mencakup (a) membagi komponen-komponen
kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ke dalam kelompokkelompok. (b) membagi tugas kepada seorang manajer untuk
mengadakan pengelompokkan tersebut.menetapkan
(c) wewenang
diantara kelompok atau unit-unit organisasi. Didalam setiap kejadian,
pengorganisasian melahirkan peranan kerja dalam struktur formal dan
dirancang untuk memungkinkan manusia bekerja sama secara efektif
guna mencapai tujuan.
79
c) Actuating (pengarahan).
Actuating atau disebut juga “gerakan aksi” mencakup kegiatan
yang dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan
kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencaan dan pengorganisasian
agar tujuan-tujuan dapat tercapai. Actuating mencakup penetapan dan
pemuasan kebutuhan manusiawi dari pegawai-pegawainya, memberi
penghargaan, memimpin, mengembangkan dan memberi kompensasi
kepada mereka.
d) controlling (pengontrolan).
Controlling mencakup kelanjutan tugas untuk melihat apakah
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai rencana. Pelaksanaan
kegiatan dievaluasi dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak
diinginkan diperbaiki supaya tujuan-tujuan dapat tercapai dengan baik.
Ada berbagai cara untuk mengadakan perbaikan, termasuk merubah
rencana dan bahkan tujuannya, mengatur kembali tugas-tugas atau
merubah wewenang, tetapi seluruh perubahan tersebut dilakukan melalui
manusianya. Orang yang bertanggung jawab atas penyimpangan yang
tidak diinginkan itu harus dicari dan mengambil langkah-langkah
perbaikan terhadap hal-hal yang sudah atau akan dilaksanakan.
Adapun data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata dan kalimat
yang berasal baik dari hasil wawancara dengan informan penelitian, hasil observasi di
lapangan, catatan lapangan penelitian atau hasil dokumentasi lainnya yang relevan
dengan fokus penelitian ini. Proses pencarian dan pengumpulan data dilakukan peneliti
secara investigasi, peneliti melakukan wawancara kepada sejumlah informan yang
berkaitan dengan masalah penelitian sehingga informasi yang didapat sesuai dengan apa
yang diharapkan. Informan sudah ditentukan dari awal karena peneliti menggunakan
teknik purposive.
Data yang peneliti dapatkan merupakan data yang berkaitan mengenai
manajemen fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Data yang diperoleh
dari
hasil
wawancara,
observasi
lapangan,
dan
kajian
pustaka
kemudian
ditransformasikan dalam bentuk tertulis untuk mendapatkan polanya serta diberi kode -
80
kode pada aspek-aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan
dengan pembahasan permasalahan penelitian serta dilakukan kategorisasi. Dalam
menyusun jawaban penelitian, penulis memberikan kode-kode yaitu sebagai berikut:
1. Kode Q untuk menunjukkan item pertanyaan,
2. Kode A untuk menunjukkan item jawaban,
3. Kode I1-1, menunjukkan informan dari Kepala Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung.
4. Kode I1-2, menunjukkan informan dari Kepala Sub urusan Pelayanan Stasiun
Kereta Api Rangkasbitung.
5. Kode I1-3, menunjukkan informan dari Kepala Sub urusan Keamanan Stasiun
Kereta Api Rangkasbitung.
6. Kode I1-4, menunjukkan informan dari Ketua Kebersihan Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung.
7. Kode I2-1, menunjukkan informan dari Penumpang 1.
8. Kode I2-2, menunjukkan informan dari Penumpang 2.
9. Kode I2-3, menunjukkan informan dari Penumpang 3.
10. Kode I2-4, menunjukkan informan dari Penumpang 4.
11. Kode I2-5, menunjukkan informan dari Penumpang 5.
12. Kode I2-6, menunjukkan informan dari Penumpang 6.
13. Kode I2-7, menunjukkan informan dari Penumpang 7.
14. Kode I2-8, menunjukkan informan dari Penumpang 8.
15. Kode I2-9, menunjukkan informan dari Penumpang 9.
81
16. Kode I2-10, menunjukkan informan dari Penumpang 10.
17. Kode I2-11, menunjukkan informan dari Penumpang 11.
Setelah memberikan kode pada aspek tertentu yang berkaitan dengan masalah
penelitian sehingga polanya ditemukan, maka dilakukan kategorisasi berdasarkan
jawaban-jawaban yang ditemukan dari penelitian dilapangan dengan membaca dan
menelaah jawaban-jawaban tersebut. Analisa data yang akan dilakukan dalam penelitian
ini menggunakan beberapa kategori dengan beberapa dimensi yang di anggap sesuai
dengan permasalahan penelitian dan kerangka teori yang telah diuraikan sebelumnya.
Dimensi tersebut mengacu pada teori manajemen G.R. Terry (2008: 17).
4.2.2
Deskripsi Informan Penelitian
Pada penelitian mengenai Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung, peneliti menggunakan teknik purposive. Teknik purposive merupakan
metode penentuan informan dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu
disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan. Adapun informan-infoman yang
peneliti tentukan, merupakan orang-orang yang menurut peneliti memiliki informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian ini, karena mereka (informan) dalam kesehariannya
senantiasa berurusan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
Informan dalam penelitian ini adalah pengelola fasilitas umum di Stasiun Kereta
Api Rangkasbitung seperti Kepala KA Rangkasbitung, Kepala sub urusan Pelayanan
Stasiun, Kepala sub urusan Keamanan Stasiun, dan Ketua kebersihan stasiun kereta api
Rangkasbitung. Untuk keabsahan data dan untuk dapat menggali secara mendalam
82
mengenai penelitian ini maka peneliti pun mengambil informan dari pihak
penumpang/pengguna jasa kereta api Rangkasbitung. Adapun informan yang bersedia
untuk diwawancari adalah:
Tabel 4.1
Daftar Informan
No
1
Kode
Nama
Informan
Informan
I 1-1
Bapak Andri
2
I 1-2
3
I 1-3
4
I 1-4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
I 2-1
I 2-2
I 2-3
I 2-4
I 2-5
I 2-6
I 2-7
I 2-8
I 2-9
I 2-10
I 2-11
Keterangan
Kepala
Stasiun
Kereta
Api
Rangkasbitung
Bapak
Junior Sub urusan Pelayanan Stasiun
Supriyatin
Kereta Api Rangkasbitung
Bapak
Junior Sub urusan Keamanan Stasiun
Dulfatah
Kereta Api Rangkasbitung
Bapak Ulung
Ketua Kebersihan Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung
Munah
Penumpang Kereta Api
Intan
Penumpang Kereta Api
Wahyu
Penumpang Kereta Api
Sam’un
Penumpang Kereta Api
Sri Rahayu
Penumpang Kereta Api
Wulan
Penumpang Kereta Api
Iwan
Penumpang Kereta Api
Aldi
Penumpang Kereta Api
Yani
Penumpang Kereta Api
Rahmat
Penumpang Kereta Api
Syifa
Penumpang Kereta Api
Sumber: Peneliti (2016)
83
4.2.3
Analisis Data
4.2.3.1 Pengumpulan Data Mentah
Tahap awal dalam analisis data adalah pengumpulan data mentah mengenai
Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Pada tahap ini
pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara, observasi, review
dokumentasi atau pengumpulan data melalui kajian pustakan, dan studi dokumentasi.
Hal ini dilakukan agar data yang didapat valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
4.2.3.2 Transkip Data
Tahap yang kedua dalam analisis data adalah transkip data mengenai
Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Pada tahap ini
peneliti menyederhanakan data dalam kategori. Pada tahap ini, peneliti merubah catatan
dalam bentuk tulisan (apakah itu berasal dari tape recorder atau catatan tulisan tangan).
Peneliti ketik persis seperti apa adanya (verbatim). Adapun transkip data dalam
penelitian ini, peneliti sajikan dalam daftar lampiran penelitian.
4.2.3.3 Koding Data
Tahap yang ketiga dalam analisis data adalah koding data dari data -data yang
telah peneliti dapatkan dari berbagai sumber mengenai Manajemen Fasilitas Umum di
Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Pada tahap ini, peneliti membaca ulang seluruh data
yang sudah ditranskip. Pada bagian-bagian tertentu dari transkip data tersebut akan
menemukan hal-hal penting yang perlu peneliti catat untuk proses selanjutnya. Dari hal-
84
hal penting tersebut nanti akan diberi kode. Adapun proses pengkodingan data dalam
penelitian ini, peneliti sajikan dalam daftar lampiran penelitian.
4.2.3.4 Kategorisasi Data
Tahap selanjutnya dari analisis data adalah kategorisasi data terhadap data -data
yang peneliti dapatkan mengenai Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung. Pada tahap ini peneliti mulai menyederhanakan data dengan cara
“mengikat” konsep-konsep (kata-kata) kunci dalam satu besaran yang dinamakan
“kategori”. Adapun tabel kategorisasi data disajikan dalam tabel sebagai berikut:
85
Tabel 4.2
Kategorisasi Data
No
Kategori
Planning
(perencanaan)
1
Rincian Kategori
a.
b.
c.
d.
2
Organizing
(pengorganisasian)
a.
b.
c.
d.
e.
3
Actuatting (pengarahan)
a.
b.
c.
4
Controlling (pengontrolan)
a.
b.
c.
d.
Merumuskan kegiatan atau hal di masa
mendatang
Mengestimasi waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan perubahan yang direncanakan
Menentukan dasar hukum yang digunakan
Memaparkan hambatan dalam melakukan
manajemen fasilitas umum
Menjelaskan pihak –pihak yang bertanggung
jawab mengelola fasilitas umum
Mekanisme pembagian tugas
Mekanisme pembagian ruangan
Mengetahui kelemahan dalam manajemen
fasum
Mengetahui perubahan yang telah dilakukan
dalam manajemen fasum
Pengadaan Pengarahan/rapat pegawai stasiun
Mengetahui waktu yang dilakukan untuk
pengarahan
Menganalisis kesesuaian manajemen fasilitas
umum dengan SOP
Pengontrolan manajemen fasilitas umum
Mengetahui Pihak yang berwenang melakukan
pengontrolan
Mengetahui upaya yang dilakukan untuk
memperbaiki fasilitas umum yang rusak
Keberhasilan manajemen fasilitas umum
Sumber: Peneliti, 2016
Penelitian mengenai Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung, pada tahap ini peneliti mengambil kesimpulan meskipun masih bersifat
sementara. Kesimpulan ini 100% harus berdasarkan data dan data yang didapatkan tidak
dicampuradukkan dengan pikiran dan penafsiran peneliti. Pada penyimpulan sementara
ini dimaksudkan untuk mengetahui sah atau valid tidaknya suatu data dan sebagai tolak
86
ukur sejauh mana data didapat untuk menjawab rumusan masalah yang nantinya data
tersebut akan di uji kembali atau triangulasi data.
Pada penelitian ini, peneliti membuat identifikasi masalah berdasarkan observasi
awal di lapangan. Pertama, tidak adanya lahan parkir untuk pengguna jasa kereta api.
Peneliti melihat bahwa Tidak adanya lahan parkir di stasiun kereta api Rangkasbitung
karena letak stasiun yang ada di sekitar pasar dan dengan keadaan tersebut
menyebabkan tidak adanya lahan untuk parkir di stasiun tersebut sehingga
menimbulkan kemacetan di sekitar area stasiun. Peneliti menilai bahwa hal ini
merupakan salah satu masalah yang ada pada kurangnya perencanaan dari pihak
pengelola Stasiun Rangkasbitung. Dalam pandangan peneliti, parkir merupakan salah
satu fasilitas yang dibutuhkan penumpang agar dapat menyimpan kendaraannya dan
terjaga dengan baik, namun pada kenyataannya lahan parkir di Stasiun KA
Rangkasbitung tidak ada untuk penumpang, hanya untuk pegawai Stasiunnya saja.
Kedua, tidak adanya permisahan ruangan, yaitu ruang tunggu kereta untuk
penumpang yang sudah memiliki tiket atau belum dan penumpang yang akan naik
kereta. Dalam observasi awal yang telah peneliti lakukan di Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung, ada beberapa kekurangan yang peneliti lihat dari segi pembagian
ruangan di Stasiun atau yang disebut sebagai ring1, ring 2, dan ring 3.
Ketiga, tidak adanya ruangan untuk ibu menyusui serta fasilitas untuk
penyandang difable. Menurut penilaian peneliti, hal ini sangat ironis karena Stasiun KA
Rangkasbitung merupakan Stasiun besar tetapi untuk ruangan dan fasilitas penyandang
87
difable saja tidak ada. Kemudian dalam pandangan peneliti, jalan yang rusak ini
menyiratkan
bahwa
pengelola
Stasiun
Kereta
Api
Rangkasbitung
kurang
memperhatikan kenyamanan penumpang yang memiliki bayi serta penumpang yang
keterbatasan fisik.
Keempat, mushola yang kurang luas atau sempit. Dimana tidak adanya
pemisahan antara laki-laki dan perempuan serta tidak adanya pendingin ruangan.
Peneliti menilai bahwa musholla yang ada belum menunjang kenyamanan bagi
penumpang. Dimana musholla merupakan salah satu fasilitas yang sering digunakan
oleh penumpang untuk menunaikan ibadah sholat ditengah-tengah menunggu kereta api
yang akan mereka gunakan.
Kelima, tidak adanya CCTV untuk memantau keadaan sekitar stasiun. Dari
observasi awal, peneliti tidak melihat adanya CCTV di area sekitar Stasiun, padahal
CCTV merupakan fasilitas yang penting demi keamanan penumpang disamping adanya
petugas-petugas yang berjaga, karena dengan adanya CCTV dapat memantau keadaan
di area Stasiun.
Adapun berdasarkan kategorisasi data yang telah disajikan diatas dengan
mengacu pada teori fungsi manajemen dari George R. Terry, peneliti dapat mengambil
penyimpulan sementara bahwa Pengelola fasilitas umum Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung kurang begitu memperhatikan kondisi fisik dari sarana prasarana dalam
lingkungan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung.
88
4.2.3.5 Triangulasi
Penelitian mengenai Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung, mempunyai tujuan yang substansial. Tujuan subtansial dari penelitian
ini adalah menjawab rumusan masalah yang telah dibuat oleh peneliti pada awal
penelitian. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu ”Bagaimana Manajemen
Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung?”
Dalam menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, dapat dilihat dari hasil
wawancara informan serta kondisi lingkungan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Hal
tersebut menjadi acuan peneliti untuk mengetahui Manajemen Fasilitas Umum di
Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Untuk menjawab rumusan masalah penelitian ini,
peneliti menggunakan analisis data dengan teknik triangulasi. Terdapat tiga cara dalam
melakukan triangulasi, akan tetapi peneliti hanya menggunakan dua teknik triangulasi
yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Pada tahap triangulasi teknik data,
peneliti melakukan wawancara dan dibuktikan dengan pengamatan atau observasi untuk
membuktikan apakah pernyataan informan tersebut sesuai dengan keadaan staiun
sebenarnya atau tidak. Pada tahap triangulasi sumber data, peneliti menanyakan kembali
apa yang menjadi rumusan masalah peneliti dengan sumber (informan) yang berbeda,
yaitu Kepala Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, Kepala sub urusan Keamanan Stasiun
Kereta Api Rangkasbitung, Kepala sub urusan Pelayanan, Leader Kebersihan Stasiun
Kereta Api Rangkasbitung, serta Penumpang Stasiun Kereta Api Rangkasbitung.
89
4.3
Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi hasil penelitian ini merupakan data dan fakta yang peneliti
dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan.
Untuk mengetahui bagaimana Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung, peneliti menggunakan teori Fungsi-fungsi Manajemen dari George R.
Terry G.R. Terry (2008: 17) menjelaskan fungsi-fungsi manajemen sebagai berikut:
4.3.1 Planning (Perencanaan)
Kegiatan awal yang dilakukan dalam manajemen fasilitas umum di stasiun
kereta api rangkasbitung adalah perencanaan. Dalam merencanakan sistem manajemen
fasilitas umum kita tidak boleh secara asal merencanakannya, tetapi ada prosedur yang
harus kita pahami dan kita jalani. Kita harus melihat dulu kondisi yang ada di stasiun
sekarang bagaimana keadaan bangunan dan ruangan-ruangan yang ada, perbandingan
antara jumlah penumpang dengan keadaan tempat dan fasilitas yang ada.
Semua kegiatan dan tindakan manajerial didasarkan atau disesuaikan dengan
rencana yang sudah ditetapkan. Rencana menentukan ke mana organisasi dan kegiatankegiatannya akan diarahkan atau direncanakan. Ini berarti atau maksud dari tiap rencana
dan semua rencana adalah membantu pencapaian tujuan organisasi.perencanaan
mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan alternatifalternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat
ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang.
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui bagaimana manajemen fasilitas umum
di stasiun kereta api Rangkasbitung, peneliti harus mengetahui bagaimana mekanisme
90
perencanaan di stasiun Rangkasbitung. Karena peneliti menilai bahwa manajemen
fasilitas umum di suatu organisai dapat dinilai dengan salah satu aspeknya adalah
rencana apa saja yang sudah dibuat.
Dalam hal manajemen fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung pihak yang
merencanakan adanya pengadaan dan melakukan permeriksaan serta pemeliharaan
fasilitas yaitu sub urusan pelayanan yang berkoordinasi dengan ketua kebersihan,
walaupun yang sebenarnya bertanggung jawab penuh adalah kepala stasiun dan yang
akan merealisasikan adalah langsung dari pihak pusat (stasiun Cikini). Sehingga
menyebabkan realisasi pengadaan fasilitas umum menjadi lama.
Di stasiun Rangkasbitung kondisi ruangan-ruangan yang ada belum banyak
mengalami perubahan seperti saat ini belum adanya ruang tunggu penumpang, ruang
ibu menyusui, dan musholla yang masih sempit dan belum diperluas. Selain itu jika
dilihat dari segi bangunannya pun tidak mengalami banyak perubahan karena stasiun
Rangkasbitung merupakan cagar budaya yang bentuk bangunannya tidak bisa dirubah
total hanya dapat diperindah saja seperti dicat ulang, dan memperbaiki dari segi tembok
dan lantai.
Untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang telah dipaparkan diatas, ada
beberapa perencanaan yang telah dibuat untuk kemajuan fasilitas umum, dimana yaitu
akan adanya ruang tunggu penumpang, bukan hanya di peron saja, rencana untuk
parkir, untuk perubahan toilet dimana akan ada toilet untuk difable dan ruang ibu
91
menyusui. Hal ini peneliti dapatkan dari pernyataan Kepala stasiun yang berpendapat
bahwa:
“Perbaikan toilet, hole untuk ruang tunggu, peron, ada rencana untuk
perubahan walaupun saat ini belum ada ruang khusus ibu menyusui dan
untuk parkir juga akan diadakan untuk kedepannya ” ( Bapak Andri KSB
Rangkasbitung pada tanggal 19 September 2016, pukul 10.30 WIB di
Stasiun KA Rangkasbitung).
Selain pernyataan dari KSB, peneliti juga menilai ini dari pernyataan bagian
pelayanan yang menyatakan bahwa:
“Pembongkaran rel untuk adanya KRL, kemungkinan adanya CCTV,
perubahan musholla, ruang ibu menyusui, untuk toilet pria akan ada urinoir
dan westafle untuk toilet perempuan, ruang tunggu penumpang, pengatur
suhu, peron yang kurang tinggi akan di naikan kembali, selain itu sudah ada
rencana untuk pembuatan parkiran.” (Bapak Supriyatin Kepala Sub urusan
Pelayanan Stasiun Rangkasbitung pada tanggal 19 September 2016, pukul
11.17 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung).
Dari pernyataan beberapa informan yang telah peneliti wawancarai, akan ada
rencana perbaikan dan penambahan fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung dimana
salah satunya adalah akan adanya hole atau tempat terpisah untuk ruang tunggu
penumpang, dan akan adanya lahan parkir. Namun ada perbedaan pendapat dari waktu
yang dibutuhkan untuk merealisasikan hal-hal yang sudah direncanakan seperti untuk
pembuatan ruang tunggu, ruang ibu menyusui, perluasan musholla dan pemasangan
CCTV yang telah diajukan sejak lama dan terus diusahan sampai 1 tahun terakhir.
Hal ini peneliti dapatkan dari hasil wawancara KSB berpendapat bahwa waktu
yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan rencana yang telah dibuat yaitu : “1
semester (6 bulan).” (wawancara dengan Bapak Andri KSB Rangkasbitung pada
tanggal 19 September 2016, pukul 10.30 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung).
92
Berbeda dengan pernyataan kepala sub urusan pelayanan yang menyebutkan
waktu untuk mengimplementasikan rencana-rencana perbaikan fasilitas umum di
stasiun bahwa :
“Rencana sudah ada dari tahun kemarin dan sudah diajukan tetapi untuk
waktunya saya tidak tahu karena itu kewenangan pusat.” (wawancara
dengan Bapak Supriyatin Kepala Sub urusan Pelayanan, pada tanggal 19
September 2016 pukul 11.17 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung).
Berdasarkan wawancara diatas menunjukkan bahwa perencanaan fasilitas umum
di stasiun Rangkasbitung belum optimal karena masih ada beberapa fasilitas yang
belum terpenuhi dan belum memadai walaupun menurut kepala sub urusan pelayanan
sudah mengajukan rencana yang telah dibuat tetapi kepala stasiun sendiri tidak
mengatakan hal yang sama padahal menurutnya waktu yang dibutuhkan untuk
mengimplementaasikan rencana tersebut hanya butuh 6 bulan tetapi nyatanya belum
terlaksana.
Belum terealisasikannya beberapa pengadaan fasilitas di stasiun Rangkasbitung
dikarenakan kewenangan pengadaan fasilitas umum ada di pusat (stasiun Cikini) dan
pihak stasiun Rangkasbitung hanya mencatat fasilitas apa saja yang harus diperbaiki dan
diadakan, selain itu tidak adanya penanggung jawab khusus yang menangani masalah
fasilitas umum seperti bagian umum. Dimana mekanisme untuk melakukan pengadaan
fasilitas bagi penumpang dimulai dari bagian pelayanan melakukan pencatatan laporan
fasilitas apa saja yang belum ada dan dibutuhkan, kemudian dikoordinasikan dengan
kepala dan wakil stasiun yang kemudian diajukan ke pusat (stasiun Cikini) setelah itu
tindakan pengadaan dilakukan langsung oleh pusat dan jika belum terealisasi, pihak
93
stasiun Rangkasbitung hanya bisa terus melakukan koordinasi dan menanyakan kapan
pengadaan fasilitas tersebut akan diberikan. Maka seharusnya perencanaan untuk
fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung dibuat dengan matang dengan adanya
kewenangan sendiri untuk melakukan pengadaan fasilitas sehingga dapat cepat
terlaksana karena stasiun Rangkasbitung merupakan stasiun kelas besar yang
seharusnya memiliki fasilitas yang cukup lengkap dan memadai sesuai dengan standar
pelayanan minimum yang ada.
Pada dasarnya, perubahan diperlukan dalam suatu organisasi terutama
perubahan fasilitas umum dimana organisasi yang menyediakan pelayanan bagi
masyarakat maka semua yang dibutuhkan oleh masayarakat dapat terpenuhi. Dalam hal
ini pelayanan yang dilakukan oleh stasiun kepada penumpang, dimana kenyamanan
penumpang menjadi prioritas dan kenyamanan tersebut bisa didapatkan salah satunya
dengan pemenuhan kebutuhan fasilitas umum di stasiun. Ada beberapa fasilitas yang
dibutuhkan oleh penumpang yang saat ini masih kurang baik . Hal tersebut peneliti
dapatkan dari hasil wawancara penumpang yang berpendapat bahwa :
“Tidak disediakan ruang tunggu setelah membeli tiket, hanya ada ruang
tunggu peron untuk hari-hari tertentu yang penumpangnya banyak
kekurangan tempat duduk, kadang tidak nyaman karena panas,selain itu
untuk parkiran tidak tersedia parkir.”( Wawancara dengan penumpang
Wahyu, tanggal 19 September 2016 pukul 14.40 WIB di stasiun
Rangkasbitung).
Hal tersebut juga dibenarkan oleh salah seorang penumpang yang berpendapat
bahwa :
“Sudah cukup untuk hari-hari biasa, tetapi untuk saat mudik kekurangan,
untuk parkiran tidak ada parkiran, hanya tempat tukang ojek dan becak.”
94
(Wawancara dengan penumpang Sri Rahayu, tanggal 21 September 2016
pukul 11.30 WIB di stasiun Rangkasbitung).
Hal tersebut senada dengan yang disebutkan oleh salah satu penumpang yang
berkata bahwa:
“Tidak ada lahan parkir, hanya ada tukang ojek dan becak. Harus diadakan lahan
parkir setidaknya 300meter karena jumlah kendaraan lumayan banyak kira-kira 50
kendaraan yang ada disekitar stasiun karena terbatas jadi sebagian pengguna kereta
parkir ditempat lain” (wawancara dengan penumpang Syifa, tanggal 21 September 2016
pukul 13.56 WIB di Stasiun).
Namun berbeda pendapat dengan bagian pelayanan yang berpendapat bahwa :
“Untuk pengadaan dan luas parkiran itu saya tidak tahu karena tergantung dari pusat,
dan untuk jumlah kendaraan yang parkir tidak bisa diprediksi mungkin disekitar stasiun
100 unit motor karena kendaraan lalu lalang dan berganti tidak terus menetap”.
(Wawancara dengan Bapak Supriyatin Kepala Sub Urusan Pelayanan, tanggal 30
November 2016 di Stasiun).
Selain itu ada beberapa fasilitas yang belum ada di stasiun dan dibutuhkan oleh
penumpang. Seperti tidak adanya CCTV, jalan untuk penyandang difable dan ruang
khusus ibu menyusui. Hal tersebut dibenarkan oleh penumpang yang berkata bahwa :
“Penting adanya CCTV untuk merekam kejadian di stasiun. Beliau juga berpendapat
bahwa : “perlu jalan khusus penyandang difable. Penting, karena sewaktu-waktu pasti
ada penumpang difable. Selain itu harus ada ruang ibu menyusui, karena agar menutup
aurat ibu yang sedang menyusui.” (wawancara dengan penumpang Iwan tanggal 21
September 2016 pukul 12.15 WIB di Stasiun).
95
Hal tersebut senada dengan yang dikatakan oleh penumpang Bapak Yani bahwa :
“Menurut saya dibutuhkan CCTV, karena takut ada kejadian-kejadian tak
diduga.Beliau juga mengatakan bahwa “Ruang ibu menyusui itu perlu,
karena tempat umum jadi harus ada ruang khusus ibu dan bayi.”
(wawancara dengan penumpang Yani tanggal 21 September 2016 pukul
12.50 WIB di Stasiun).
Namun disamping beberapa kekurangan fasilitas umumdi stasiun Rangkasbitung
tetapi masih ada beberapa fasilitas yang sudah mengalami kemajuan dan dirasakan oleh
penumpang seperti ruang boarding dan toilet yang sudah cukup nyaman. Hal tersebut
disampaikan oleh penumpang yang beranggapan bahwa :“Sudah cukup baik, standar.
Untuk toilet sudah cukup baik dan memadai, serta bersih.” (wawancara dengan
penumpang Wulan tanggal 21 September 2016 pukul 11.52 WIB di Stasiun).
Hal tersebut juga dibenarkan oleh penumpang yang berpendapat bahwa
“Ruang boarding sudah cukup untuk masuk ke stasiun., dan untuk toilet Sudah
cukup bersih.” (wawancara dengan penumpang Rahmat tanggal 21 September 2016
pukul 13.18 WIB di Stasiun).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat penumpang sendiri beranggapan
bahwa beberapa fasilitas yang ada belum cukup baik dan penumpang pun tidak merasa
nyaman dengan keadan fasilitas yang tersedia di stasiun, dan masih ada beberapa
fasilitas yang tidak ada di stasiun padahal dibutuhkan oleh penumpang. Tetapi masih
ada beberapa fasilitas yang sudah mengalami perubahan menjadi lebih baik walaupun
belum sepenuhnya memadai tapi sudah cukup untuk beberapa penumpang.
96
4.3.2 Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang tidak lepas dari sebuah
organisasi. Dimana dalam setiap kejadian, pengorganisasian melahirkan peranan kerja
dalam struktur formal dan dirancang untuk memungkinkan manusia bekerja sama secara
efektif guna mencapai tujuan organisasi mencakup kegiatan :
a) membagi komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan ke dalam kelompok-kelompok.
b) membagi tugas kepada seorang manajer untuk mengadakan pengelompokkan
tersebut.
c) menetapkan wewenang diantara kelompok atau unit-unit organisasi.
Pengorganisasian yang dilakukan dimana membuat jadwal untuk melakukan
rapat atau pertemuan 1 atau 2 minggu sekali yang membahas mengenai apa saja yang
akan dilakukan Pihak yang melaksakan pengorganisasian tersebut ialah mulai dari
kepala stasiun, wakil kepala stasiun, kepala sub urusan sampai pada pegawai
outsorching . Hal tersebut dilakukan agar setiap pegawai yang sudah diberikan tugas
atau wewenang dapat melaksanakan dengan baik sehingga rencana-rencana yang telah
dibuat dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.
Pertama pengorganisasian di stasiun Rangkasbitung dari segi membagi
komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ke dalalam
kelompok-kelompok. Dimana di stasiun Rangkasbitung kegiatan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan salah satunya dengan melakukan kegiatan perubahan dan perbaikan
sistem keamanan di stasiun Rangkasbitung. Kegiatan yang dilakukan yaitu pengamanan
saat hari raya diperketat, adanya penyuluhan untuk masyarakat yang sering berada dekat
97
rel walaupun bukan didaerah Rangkasbitung tetapi dilakukan oleh bagian keamanan
Rangkasbitung. Hal tersebut disampaikan oleh junior sub urusan keamanan bahwa :
“Kalau hari raya, pertama dari PT.KA dibantu oleh kepolisian untuk
kegiatan patroli, kemudian pengamanan jalur, untuk patroli ada yang malam
harinya karena ada kereta cadangan yang disimpan dan dapat digunakan jika
mendadak dibutuhkan. Kami dari pihak keamanan sudah melakukan
penyuluhan kepada masyarakat untuk tidak berada dekat rel agar
meminimalisir terjadinya kecelakaan, selain itu banyak masyarakat yang
sering melempar besi ke rel kan itu membahayakan untuk penumpang juga
yang kadang membuat kereta anjlok. Dan biasanya banyak dilakukan di
stasiun lain seperti stasiun walantaka.” (wawancara dengan bapak Dulfatah
Kepala Sub urusan Keamanan Stasiun KA Rangkasbitung tanggal 26
September 2016 pukul 13.15 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung).
Kegiatan lain yaitu mencatat dan mengajukan beberapa rencana ke pusat untuk
penambahan fasilitas yang belum ada tetapi masih belum terealisasi dan tidak
adanya kegiatan untuk melakukan renovasi ruangan-ruangan, hanya baru ada ruang
boarding, kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk fasilitas umum hanya dilihat dari
segi kebersihannya dan membagi tugas untuk memelihara atau merawat fasilitas
yang ada. Seperti yang disampaikan oleh bagian pelayanan bahwa :
“Sudah ada perubahan, seperti ada ruang boarding untuk pengecekan tiket,
adanya fasilitas tiket online dan keamanan dimana yang tidak
berkepentingan tidak bisa masuk area stasiun seperti pedagang dan
pengamen. Ada 10 orang untuk anggota dan 1 orang mandor, jadi
jumlahnya
11
orang,
yang
dibersihkan
mulai
dari
kantor,toilet,hole,taman,emplasemen atau peron, dan wesel mengenai
sampah.” (wawancara dengan bapak Supriyatin Kepala Sub urusan
Pelayanan Stasiun KA Rangkasbitung tanggal 19 September 2016 pukul
11.50 WIB di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung).
Namun ada perbedaan pendapat dari jumlah anggota kebersihan seperti yang
dipaparkan oleh ketua kebersihan bahwa : “jumlah anggota kebersihan ada 12 berikut
98
leader 1.” (wawancara dengan bapak Ulung ketua kebersihan stasiun tanggal 19
September 2016 pukul 13.10 WIB di stasiun Rangkasbitung). Tapi hal tersebut tidak
menjadi masalah besar karena berapapun jumlah anggota kebersihan yang ada, yang
terpenting kewajibannya dijalankan dengan baik.
Komponen kedua dari pengorganisasian di stasiun Rangkasbitung yaitu
membagi tugas kepada seorang manajer untuk mengadakan pengelompokkan tersebut.
Dimana stasiun Rangkasbitung memiliki beberapa bagian untuk mengatur tugasnya
masing-masing dan untuk tupoksi setiap kepala sub urusan di stasiun Rangkasbitung
adalah sebagai berikut :
a) Kepala Sub Urusan Perka dan Administrasi
Kepala sub urusan perjalanan kereta api dan administasi berkewajiban dan
mempunyai tanggung jawab melaksanakan administasi perjalanan kereta api
(perka), administrasi stasiun, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
standar operasi prosedur di stasiun, melaksanakan pembinaan terhadap
petugas PPKA Pap, PJL, JLR, JRS, petugas pengawas emplasemen stasiun
serta petugas yang melaksanakan administasi perjalanan kereta api di bawah
tanggung jawabnya.
b) Kepala Sub Urusan Pelayanan Stasiun
Kepala sub urusan pelayanan di stasiun dan di kereta api berkewajiban dan
bertanggung jawab melaksanakan kegiatan dan pengendalian terhadap
kebersihan stasiun dan kebersihan rangkaian kereta api di stasiun yang
menjadi tanggung jawabnya.
99
c) Kepala Sub Urusan Keamanan dan Ketertiban
Kepala sub urusan keamanan dan ketertiban stasiun berkewajiban dan
mempunyai tanggung jawab melaksanakan kegiatan dan pengendalian
terhadap keamanan dan ketertiban penumpang, barang dan aset perusahaan
di lingkungan stasiun di bawah tanggung jawabnya.
d) Kepala Sub Urusan Komersil
Kepala sub urusan pelayanan komersil stasiun berkewajiban dan mempunyai
tanggung jawab melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pelayanan
terhadap announcemen porter, pergudangan, angkutan hantaran, customer
service dan loket dibawah tanggung jawabnya.
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa setiap bagian sudah memiliki
tupoksinya masing-masing dan dalam hal manajemen fasilitas umum diatur oleh sub
urusan pelayanan yang berkewajiban mengurus fasilitas umum dari segi kebersihannya.
Dari situ terlihat bahwa sub urusan pelayanan sudah melaksanakan tugas pokok dan
fungsi dengan baik dimana sudah membagi tugas untuk merawat kebersihan stasiun
yang dipercayakan kepada pihak ketiga (out sourching) yang sudah mendapat tugasnya
masing-masing untuk menrawat dan membersihkan area sekitar stasiun. Hal tersebut
dibenarkan dengan pendapat dari kepala sub urusan pelayanan bahwa :
“Petugas kebersihan mengurus dari kantor,toilet,hole,taman,emplasemen
atau peron, dan wesel mengenai sampah. Dan untuk sistem pemeliharannya
ada petugas dari pihak ketiga dibagi perhari 5 orang untuk pemeliharaan dan
perawatan, dan jika ada kerusakan dan akan dilakukan perbaikan maka
langsung diajukan ke kepala stasiun kemudian ke pusat.” (wawancara
dengan bapak Supriyatin sub urusan pelayanan stasiun Rangkasbitung
tanggal 19 September 2016 pukul 11.50 WIB di stasiun Rangkasbitung).
100
Hal tersebut senada dengan yang diucapkan oleh ketua kebersihan stasiun bahwa :
“Yang dibersihkan yaitu kantor, lapangan (seperti peron),toilet. Jadi untuk
pagi hari itu 6 orang, sore 4 kadang kalau libur ya 2. Untuk pagi -pagi mulai
dari jam 6.30-14.00, dan sore dari jam 14.00-22.00.” (wawancara dengan
bapak Ulung ketua kebersihan stasiun tanggal 19 September 2016 pukul
13.10 WIB di stasiun Rangkasbitung).
Berdasarkan pernyataan dari beberapa informan tersebut menunjukkan bahwa
pembagian tugas dalam mengelola fasilitas umum di stasiun sudah cukup baik. Hal ini
peneliti nilai dari adanya pembagian waktu antara petugas yang satu dengan petugas
yang lain sehingga semua petugas mempunyai waktu kerjanya masing-masing serta
tidak ada penumpukan tugas dan setiap pekerja fokus dengan waktu kerjanya masingmasing.
Selain itu dari segi kebersihannya fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung
sudah mengalami perbaikan. Seperti tidak adanya sampah di area stasiun, dikarenakan
petugas kebersihan rutin membersihkan sampah di area stasiun. Kemudian terawatnya
kerapihan musholla, seperti adanya tempat untuk menyimpan mukena dan sarung.
Terjaganya kebersihan lingkungan kantor dan taman di depan stasiun serta toilet bagi
penumpang.
Ketiga yaitu pengorganisaian dari segi adanya wewenang diantara kelompok
atau unit-unit organisasi. Dalam pengorganisasian di stasiun Rangkasbitung dimana
sudah adanya pemberian wewenang kepada setiap bagian untuk melaksanakan tugas
yang sudah diberikan. Walaupun yang bertanggung jawab penuh dalam mengelola
fasilitas umum di stasiun adalah kepala stasiun sendiri tetapi untuk menjala nkan
101
pengelolaan tersebut sudah dijalankan oleh bagiannya masing-masing. Contohnya untuk
melakukan perawatan dan pemeliharaan menjadi tanggung jawab bagian pelayanan dan
bagian pelayanan pun mempunyai kelompok kebersihan (cleaning service) dari pihak
ketiga (out sourching). Dimana anggota kebersihan sendiri memilki ketua yang
bertanggung jawab memantau kerja anggota-anggotanya juga berkoordinasi dengan
kepala sub urusan dan kepala stasiun. Hal tersebut dipaparkan oleh kepala stasiun
bahwa :
“ Perawatan dan pemeliharaan fasilitas umum Dari bagian kebersihan dan
adanya koordinasi kepala stasiun dan bagian pelayanan jika ada yg harus
direncanakan atau melakukan perubahan.” (wawancara dengan bapak Andri
KSB Rangkasbitung tanggal 19 September 2016 pukul 10.35 WIB di stasiun
Rangkasbitung).
Hal yang sama dipaparkan juga oleh bagian pelayanan bahwa : “Kepala sub
urusan pelayanan memberikan tugas ke bagian cleaning service untuk membersihkan
ruangan dan area stasiun.” (wawancara dengan bapak Supriyatin kepala sub urusan
pelayanan stasiun tanggal 19 September 2016 pukul 11.50 WIB di stasiun
Rangkasbitung).
Berdasarkan hasil pemaparan dari informan diatas sudah diketahui bahwa
Kepala stasiun sudah memberikan wewenang kepada setiap unit-unit organisasi untuk
menjalankan pengelolaan fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung dan dengan adanya
wewenang mempermudah tugas-tugas setiap bagian selama wewenang tersebut
digunakan untuk kepentingan organisasi seperti menjaga kebersihan area stasiun bukan
untuk kepentingan pribadi.
102
4.3.3 Actuating (Pengarahan)
Setelah adanya perencanaan dan pengorganisasian dalam manajemen sebuah
organisasi, kemudian tahap selanjutnya dilakukan pengarahan dimana pengarahan
sendiri mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan
melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian
agar tujuan-tujuan dapat tercapai. Dalam pelaksanaan manajemen fasilitas umum di
stasiun Rangkasbitung, pengarahan merupakan hal penting dari setiap kegiatan yang
dilakukan pihak terkait untuk menjalankan manajemen fasilitas umum tersebut. Karena,
manajemen fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung dilakukan oleh pihak stasiun baik
pegawai tetap ataupun melibatkan pihak ketiga (out sourching) untuk memberikan
pelayanan yang baik bagi penumpangnya.
Bila dilihat dari hal tersebut, pengarahan sangat dibutuhkan agar pelaksanaan
manajemen fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung dapat berjalan, ini semua agar
tidak adanya kelalaian tugas dari masing-masing bagian sehingga tugas pokok dan
fungsi yang diberikan dapat dijalankan dengan baik karena setiap pihak merasa
diperhatikan oleh atasan dan merasa memiliki tanggung jawab dengan tugasnya masingmasing. Dalam hal ini pengarahan yang dilakukan di stasiun Rangkasbitung sudah
dilakukan dengan cukup baik, dimana ada pengarahan dari atasan kepada bawahan. Hal
ini berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan kepala stasiun bahwa :
“Ada pengarahan kepada setiap kepala sub urusan . Untuk waktunya yaitu
meeting 1 minggu sekali dan untuk briefing singkat setengah jam tiap hari”
(wawancara dengan bapak Andri KSB Rangkasbitung tanggal 19 September
2016 pukul 10.30 WIB di stasiun Rangkasbitung).
103
Senada dengan yang dipaparkan oleh bagian pelayanan bahwa :
“ Selalu ada pengarahan, dari kepala sub ke pelaksana/petugas. Dan waktu
untuk pengarahan tersebut 1 bulan 2 kali dan untuk lama waktu disesuaikan
dengan materi.” (wawancara dengan bapak Supriyatin Kepala sub urusan
pelayanan stasiun tanggal 19 September 2016 pukul 11.50 WIB di stasiun
Rangkasbitung).
Selain itu ketua kebersihan yang berpendapat bahwa :
“Ada pengarahan dari Pak KS, Sub urusan pelayanan dan dari pihak Out
Sorchingnya juga. Untuk waktunya saat pagi-pagi kita membagi tugas untuk
perhari dan ada pertemuan juga setiap 2 minggu sekali.” (wawancara
dengan bapak Ulung ketua kebersihan stasiun tanggal 19 September 2016
pukul 13.10 WIB di stasiun Rangkasbitung).
Dan yang terakhir pendapat dari bagian keamanan bahwa :
“Untuk pengarahan itu dari polsuska kepada pkd setiap apel pagi dan sore.
Waktu pengarahan hanya beberapa menit saja, brifing atau apel singkat.”
(wawancara dengan bapak Dulfatah kepala sub urusan pelayanan stasiun
tanggal 26 September 2016 pukul 13.15 WIB di satsiun Rangkasbitung).
Dari penjelasan diatas dapat dinilai bahwa sudah adanya pengarahan dari atasan
kepada bawahan dan dengan adanya pengarahan tersebut berpengaruh pula kepada
pembagian tugas di stasiun Rangkasbitung selama ini sudah berjalan dengan lancar dan
tidak mengalami kendala karena setiap bagian sudah memiliki tupoksinya masingmasing dan dalam hal manajemen fasilitas umum diatur oleh sub urusan pelayanan yang
berkewajiban mengurus fasilitas umum dari segi kebersihannya. Dari situ terlihat bahwa
sub urusan pelayanan sudah melaksanakan tugas pokok dan fungsi dengan baik dimana
sudah membagi tugas untuk merawat kebersihan stasiun yang dipercayakan kepada
pihak ketiga (out sourching) yang sudah mendapat tugasnya masing-masing untuk
menrawat dan membersihkan area sekitar stasiun.
104
Namun ada perbedaan dari segi waktu untuk pengarahan tersebut, dimulai dari
kepala stasiun, kepala sub urusan dan petugas kebersihan. Dimana berdasarkan
wawancara diatas dapat diketahui bahwa perbedaan pendapat tersebut dikarenakan
pengarahan yang dilakukan secara bertahap dimana kepala stasiun memberi pengarahan
kepada setiap kasubur dan kasubur memberi pengarahan kepada setiap petugas
bidangnya masing-masing. Sehingga bentuk pengarahan dan waktunya berbeda-beda,
tetapi meskipun begitu pengarahan tetap dijalankan dengan caranya masing-masing.
4.3.4 Controlling (Pengontrolan)
Hal terakhir yang perlu diperhatikan juga guna menilai
keberhasilan
manajemen suatu organisasi dalam perspektif dari George R. Terry adalah dengan
dilakukannya kegiatan pengontrolan dimana melihat apakah kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan sesuai rencana. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi dan penyimpangan penyimpangan yang tidak diinginkan diperbaiki agar tujuan-tujuan dapat tercapai
dengan baik. Ada berbagai cara untuk mengadakan perbaikan, termasuk merubah
rencana dan bahkan tujuannya, mengatur kembali tugas-tugas atau merubah wewenang,
tetapi seluruh perubahan tersebut dilakukan melalui manusianya. Karena dengan
pengontrolan pun dapat menjadi penilaian sejauh mana keberhasilan manajemen suatu
organisasi.
Jika dilihat dari segi pengontrolan manajemen fasilitas umum di stasiun
Rangkasbitung ini sudah dijalankan cukup baik. Dimana adanya pengontrolan dari
atasan kepada bawahan yaitu bagian pelayanan yang bertanggung jawab mengurus
pelayanan terutama dari segi kebersihannya dan keamanan yang menjaga lingkungan
stasiun dan penumpang. Hal ini didukung oleh pemaparan dari kepala stasiun bahwa :
105
“Pengontrolan dilakukan setiap saat dan memberikan wewenang kepada
setiap bagian-bagiannya dan setiap seminggu sekali dicek. Dari kepala sub
urusan dan kepala stasiun terjun langsung ke lapangan dan ada juga
absensinya.” (wawancara dengan bapak Andri KSB Rangkasbitung tanggal
19 September 2016 pukul 10.35 WIB di stasiun Rangkasbitung).
Begitu juga yang dipaparkan oleh kepala sub urusan pelayanan stasiun
Rangkasbitung bahwa :
“Ada pengontrolan dari kepala stasiun memberi wewenang untuk
mengontrol dari kebersihan taman sampai peron. pengontrolannya itu jadi
ada buku catatan khusus. Kepala stasiun juga ikut mengontrol.” (wawancara
dengan bapak Supriyatin kepala sub urusan pelayanan tanggal 19 September
2016 pukul 11.50 WIB di stasiun Rangkasbitung).
Berdasarkan wawancara diatas dapat dilihat bahwa sistem pengontrolan
dilakukan oleh kepala stasiun dengan memberikan wewenang kepada setiap bagianbagiannya dan ada pengecekan setiap petugas dengan cara ada absensi dan buku catatan
khusus untuk melihat apakah setiap petugas sudah menjalankan tanggung jawabnya
masing-masing sesuai dengan tugasnya.
Adanya sistem pengontrolan dari kepala stasiun langsung dan kepala sub urusan
yang tidak hanya duduk diruangan tetapi berkeliling disekitar area stasiun untuk
memntau kerja petugas dan keadaan stasiun membuat para petugas merasa segan dan
menjadi bersemangat karena atasan mereka tidak hanya memberi tugas
dan
mengevaluasi tetapi ikut serta bersama mereka, selain itu karena adanya buku catatan
khusus tersebut membuat para petugas merasa memiliki tanggung jawab yang harus
dilaksanakan dengan baik.
106
Selain itu untuk pengontrolan area stasiun dan penumpang selain adanya petugas
keamanan tetapi dibutuhkan CCTV untuk merekam segala kejadian. Hal tersebut
dipaparkan oleh penumpang bahwa : “Dibutuhkan, walaupun tidak ada pengamen dan
pedagang tetapi dikhawatirkan ada penumpang yang berniat jahat.” (wawancara dengan
wulan penumpang kereta api tanggal 21 September 2016 pukul 11.52 WIB di stasiun
Rangkasbitung).
Senada dengan yang dipaparkan wulan, penumpang lain pun berpendapat bahwa
:
“Butuh, agar lebih aman jika ada hal-hal atau kejadian tidak diinginkan bisa
direkam di CCTV.” (wawancara dengan Syifa penumpang kereta api tanggal 21
September 2016 pukul 13.56 WIB di stasiun Rangkasbitung).
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa CCTV dibutuhkan
oleh penumpang walaupun sudah tidak adanya pedagang atau pengamen di area stasiun
teteapi dengan adanya CCTV sebagai fasilitas penunjang keamanan karena dapat
merekan kejadian-kejadian yang tidak diingankan dan sebagai bukti jika ada pencurian.
Namun untuk keberadaan fasilitas CCTV tersebut ada perbedaan pendapat.
Menurut kepala stasiun yang berpendapat bahwa sudah adanya CCTV walaupun hanya
1. Hal ini dijelaskan dalam hasil wawancara sebagai berikut : “Sudah ada CCTV tetapi
hanya satu untuk diarea peron. kedepannya akan ada penambahan.” (wawancara dengan
bapak Andri KSB Rangkasbitung tanggal 19 September 2016 pukul 10.35 WIB di
stasiun Rangkasbitung).
107
Hal ini tidak sama dengan yang dipaparkan bagian pelayanan stasiun
Rangkasbitung bahwa :
“Hanya belum ada, tetapi untuk kedepannya akan ada . Ya mungkin baru
ada 1, tetapi untuk pelayanan penumpang di Stasiun belum ada CCTV.
(wawancara dengan bapak Supriyatin kepala sub urusan pelayanan tanggal
19 September 2016 pukul 11.50 WIB di stasiun Rangkasbitung).
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan fasilitas
CCTV di stasiun ini masih diragukan karena adanya perbedaan penadapat dari kepala
stasiun dan bagian pelayanan. Dimana bagian pelayanan berpendapat bahwa CCTV
yang ada 1 pun tidak berfungsi dan untuk pengadaan CCTV ini sudah diajukan dari
tahun lalu ke pusat akan tetapi sampai saat ini belum ada tindak lanjutnya dari pusat
padahal pihak pelayanan stasiun Rangkasbitung sudah terus mendesak agar segera
ditindak lanjuti untuk pemasangan CCTV ini dan bagian pelayanan mengharapkan agar
akhir tahun atau tahun depan CCTV ini sudah ada di stasiun Rangkasbitung. Karena
fasilitas ini seperti disepelekan keberadaannya padahal memberikan manfaat yang
cukup besar dimana keamanan stasiun dan penumpang tidak sepenuhnya dapat terus
dipantau hanya oleh petugas saja tetapi dengan alat CCTV ini dapat memantau dan
merekam secara terus menerus demi menjaga hal-hal yang tidak diinginkan seperti
pencurian. Dengan adanya CCTV dapat diketahui orang yang melakukan tindak
kejahatan dan dapat dicari.
Selain itu untuk pengontrolan juga dapat dilakukan dengan melihat sejauh mana
keberhasilan manajemen fasilitas umum di stasiun Rangkabitung. Agar dapat sebagai
evaluasi bagi pihak pengelola stasiun apa saja fasilitas yang masih kurang demi
108
kenyamanan penumpang. Hal tersebut dapat dinilai oleh penumpang stasiun yang
merasakan segala fasilitas yang ada di stasiun. Jika dilihat dari perkembangan di
lingkungan stasiun saat beberapa tahun yang lalu dan sekarang sudah ada perubahan.
Hal tersebut didukung pemaparan dari penumpang bahwa :
“Lumayan, tetapi belum sangat baik karena belum ada parkiran, musholla, ruang
tunggu dan loket walaupun sudah bersih dan nyaman tetapi masih perlu
perbaikan. (wawancara dengan bapak Iwan penumpang kereta api tanggal 21
September 2016 pukul 12.15 WIB di stasiun Rangkasbitung).
Penumpang lain juga berpendapat hal yang sama berdasarkan wawancara bahwa
:
“Sudah banyak perubahan, seperti sudah bersih tetpi masih ada kekurangan dari
bangunan dan fasilitas seperti parkir dan musholla, tetapi untuk di stasiunnya
sudah cukup aman dan nyaman.” (wawancara dengan Wulan penumpang kereta
api tanggal 21 September 2016 pukul 11.52 WIB di stasiun Rangkasbitung).
Berdasarkan wawancara diatas dapat dilihat bahwa sudah banyak perubahan di
stasiun dari segi fasilitas umumnya walaupun masih ada beberapa kekurangan tetapi
keadaan stasiun saat ini sudah cukup nyaman. Hal tersebut juga dipaparkan oleh kepala
sub urusan pelayanan bahwa :
“Sudah cukup banyak perubahan, seperti ada penanggung jawab pelayanan
yang dulunya tidak ada dan dari keamanan sudah cukup baik untuk
memonitor penumpang. Mungkin baru 75% karena kurang sterilnya
penumpang yang lalu lalang yang masuk untuk lewat ke pasar.” (wawancara
dengan bapak Supriyatin kepala sub urusan pelayanan tanggal 19 September
2016 pukul 11.50 WIB di stasiun Rangkasbitung).
Berdasarkan wawancara diatas menunjukan bahwa manajemen fasilitas umum di
stasiun Rangkasbitung ini sudah banyak perubahan dimana sebelumnya untuk
penanggung jawab pelayanan saja tidak ada tetapi saat ini sudah ada, walaupun
109
keberhasilan manajemen fasilitas umum di stasiun ini baru sampai 75% . Dan dengan
adanya pengukuran keberhasilan manajemen fasilitas umum tersebut dapat dijadikan
sebagai pengontrolan dan bahan evaluasi bagi pihak stasiun dimana untuk pengelolaan
fasilitas umum yang dilakukan sudah cukup baik. Dimana sudah adanya pengontrolan
dari kepala stasiun yang ikut memantau ke lapangan, selain itu memberi wewenang
kepada setiap bagian untuk melakukan pengontrolan apakah petugas sudah
melaksanakan tugasnya masing-masing seperti petugas kebersihan yang selalu menjaga
kebersihan area stasiun dari taman sampai peron dan bagian keamanan yang selalu
menjaga area stasiun. Dan untuk melakukan pengontrolan, kepala stasiun juga
memberlakukan catatan khusus harian apa saja yang sudah dilakukan setiap petugasnya
agar petugas merasa mempunyai tanggung jawab dengan tugasnya masing-masing.
Namun untuk menilai dan sebagai evaluasi juga dapat dilihat dari penilaian
penumpang di stasiun sendiri karena masyarakat juga sudah merasakan banyak
perubahan yang ada seperti area stasiun sudah bersih, sudah adanya tempat duduk di
peron dan tidak adanya pedagang serta pengamen. Tetapi meskipun begitu masih harus
ada perbaikan dari fasilitas umum di stasiun, seperti dari segi bangunan, tidak adanya
lahan parkir, dan perbaikan musholla.
4.4
Pembahasan
Manajemen fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, dapat dilihat
dari Standar Pelayanan Minimum (SPM) dimana SPM tersebut untuk mengukur
ketersediaan fasilitas umum di stasiun yang memiliki beberapa aspek yaitu :
110
keselamatan, keamanan,
kesetaraan.
kehandalan/keteraturan, kenyamanan, kemudahan dan
Meskipun di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung telah banyak mengalami
perubahan dan perbaikan, tetapi masih ada beberapa fasilitas umum yang perlu
ditambah dan diperbaiki demi keamanan dan kenyamanan penumpang kereta api.
Dalam pembahasan ini peneliti akan membahas tentang fokus penelitian, dimana
berdasarkan teori manajemen dari George R. Terry (2008: 17) ada 4 fungsi manajemen
untuk menganalisis mengenai manajemen di suatu organsisai yaitu : perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengontrolan. Berikut ini peneliti akan membahas
lebih lanjut terkait analisis hasil penelitian.
Pertama, segi perencanaan. Perencanaan pengadaan fasilitas umum di setiap
stasiun dilakukan oleh
Petugas kereta api di Stasiun Rangkasbitung yaitu Bagian
Pelayanan dan disetujui oleh Kepala Stasiun. Petugas juga telah membuat beberapa
perencanaan yang akan diimplementasikan, di antaranya adalah pembuatan ruang
tunggu penumpang, pengadaan tempat parkir, pengadaan ruangan untuk ibu menyusui,
penambahan CCTV, pengadaan urinoir dan wastafle, pengadaan pengatur suhu,
pembongkaran rel untuk adanya KRL dan pengadaan toilet untuk penumpang difable.
Peneliti menilai bahwa perencanaan yang telah dibuat oleh Petugas Stasiun
Kereta Api Rangkasbitung telah dilakukan dengan baik dan berorientasi pada
kenyamanan dan keamanan penumpang kereta api. Namun ada kekurangan dalam
melakukan perencanaan tersebut, dimana tidak adanya target untuk melakukan
perubahan karena bagian pelayanan hanya mengajukan ke pusat dan untuk pengadaan
tersebut menjadi hak penuh dari pusat. Selain itu beberapa usulan dan pendapat
111
penumpang kereta api yang menyatakan bahwa ada beberapa fasilitas umum yang
kurang mendukung kenyamanan bagi penumpang kereta api, yakni kurangnya ruang
tunggu, tidak adanya lahan parkir, musholla yang kurang luas dan tidak adanya CCTV.
Ruang tunggu yang kurang memadai disebabkan karena tidak ada ruangan
khusus untuk penumpang atau disebut dengan ruang tunggu yang rencananya akan
dibuat seluas 200m. Faktanya di stasiun Kereta Api Rangkasbitung ada tempat duduk di
peron yang saat ini sudah mengalami penambahan kursi dari 15 kursi menjadi 30 kursi
yang rencananya akan disimpan di ruang tunggu jika ruang tunggu tersebut sudah
dibuat, padahal peron sendiri sebenarnya difungsikan bagi penumpang yang siap naik
kereta bukan untuk menunggu kedatangan kereta.
Tidak adanya lahan parkir hal ini disebabkan halaman stasiun Kereta Api
Rangkasbitung terbatas dengan jalan pasar. selain itu, stasiun Rangkasbitung ini berada
diruang lingkup Pasar Tradisional Rangkasbitung sehingga ramai pengunjung pasar
maka dari itu untuk lahan parkir yang terbatas habis dipakai tukang ojeg dan tukang
becak. Untuk pengadaan lahan parkir ini rencananya akan dikelola oleh pihak PT.KAI
yang bernama PPRSK, namun belum ada kepastian untuk penyediaan lahan parkir
tersebut karena pihak stasiun sedang fokus kepada pengadaan KRL.
Terakhir adalah tidak adanya CCTV, hal ini dikarenakan CCTV yang ada di
Stasiun Kereta Api Rangkasbitung hanya ada 1 (satu) CCTV saja yang mengarah
kearah kedatangan Kereta Api sehingga difungsikan hanya untuk memantau kedatangan
dan keberangkatan Kereta Api dan sebenarnya tidak berfungsi. Sedangkan untuk
pengawasan penumpang di sekitar area stasiun tidak ada CCTV yang mengawasi.
112
Padahal dalam SPM atau Standar Pelayanan Minimal CCTV termasuk fasilitas
Keamanan untuk keamanan penumpang. Jika tidak ada CCTV yang mengawasi keadaan
penumpang di area stasiun, ketika ada kejadian yang tidak inginkan atau tindakan
kriminal maka tidak ada rekaman yang memudahkan untuk penyelesaian kasus. Karena
itulah tingkat keamanan penumpang masih rendah. Untuk pengadaan CCTV tersebut
rencananya sudah diajukan ke pusat dan untuk jumlah dan area mana saja yang akan
dipasang menjadi kewenangan pusat, pihak stasiun Rangkasbitung hanya memberikan
laporan dan pengajuan saja bahwa di stasiun Rangkasbitung perlu segera di pasang
CCTV.
Untuk merealisasikan perencanaan yang telah dibuat, maka harus
ada
implementasi yang jelas dari petugas stasiun kereta api Rangkasbitung mengenai target
dan waktu pelaksanaannya. Namun, berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan
petugas stasiun, ada perbedaan pendapat antara Kepala Stasiun dengan Kepala Sub
Urusan Pelayanan. menurut Kepala Stasiun, waktu yang dibutuhkan untuk
merealisasikan rencana yang telah dibuat adalah satu semester atau enam bulan. Tetapi
Kepala Sub Urusan Pelayanan menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk
merealisasikan rencana yang telah dibuat tergantung kepada Stasiun Pusat, karena
kewenangannya adalah kewenangan Stasiun Pusat, sehingga Kepala Sub Urusan
Pelayanan belum mengetahui secara pasti waktu untuk merealisasikan rencana yang
telah dibuat dan target untuk merealisasikan rencana-rencana tersebut dan jikalau
rencana-rencana pengadaan seperti CCTV, ruang tunggu, ruang ibu menyusui dan
perluasan musholla belum dapat terealisasikan, tidak mendapat sanksi dari pusat karena
113
Standar Pelayanan Minimum dibuat oleh pusat dan pengadaan pun menjadi
kewenangan pusat. Dengan segala sesuatu menjadi kewenangan pusat membuat
rencana-rencana yang telah dibuat oleh pihak stasiun Rangkasbitung tidak berjalan
sesuai harapan yang menginginkan bahwa stasiun Rangkasbitung sebagai stasiun kelas
besar seharusnya sudah memiliki fasilitas sesuai standar yang ada yaitu SPM (Standar
Pelayanan Minimum).
Berdasarkan pemaparan peneliti mengenai perencanaan dalam bidang fasilitas
umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, peneliti menilai bahwa perencanaan yang
telah dibuat sudah baik, namun perlu adanya kepastian waktu dan target dalam
merealisasikan rencana yang telah dibuat selain itu perlu adanya pelimpahan wewenang
untuk pengadaan dari pusat ke stasiun Rangkasbitung sehingga perencanaan dalam
bidang fasilitas umum dapat terealisasikan dengan cepat dan tepat demi kenyamanan
dan keamanan penumpang kereta api.
Kedua, segi pengorganisasian. Peneliti berasumsi bahwa petugas stasiun kereta
api Rangkasbitung telah mengelompokkan kegiatan-kegiatan pengelolaan fasilitas
umum dengan baik. Ada tiga kegiatan utama dalam bidang pengorganisasian, yakni
pembagian komponen kegiatan ke dalam kelompok atau unit, kemudian pembagian
tugas manajer, dan penetapan wewenang kelompok atau unit.
Dalam pembagian komponen kegiatan, ada beberapa kegiatan yang telah
dikelompokan dengan baik. Yang pertama, pengamanan stasiun kereta api di hari raya
diperketat. Peneliti menilai hal itu dilakukan karena resiko kejahatan kriminal di stasiun
114
kereta api di hari raya akan meningkat dari pada hari biasa, sehingga kegiatan tersebut
dilakukan agar dapat mengantisipasi resiko kejahatan yang muncul.
Kegiatan yang kedua adalah penyuluhan keamanan bagi penduduk di sekitar rel
kereta api stasiun Rangkasbitung. Menurut peneliti, kegiatan tersebut sangat baik
dilakukan, mengingat lingkungan di sekitar stasiun rangkasbitung merupakan
lingkungan yang padat penduduk. Peneliti pun melihat bahwa masih banyak rumahrumah penduduk yang berdekatan dengan rel kereta api dengan jarak kurang dari lima
meter, sehingga resiko kecelakaan yang terjadi sangat tinggi. Oleh karena itu peneliti
menilai bahwa kegiatan penyuluhan tersebut sangat baik dan perlu untuk dilakukan
demi keamanan bersama.
Kegiatan yang ketiga adalah pencatatan laporan mengenai kondisi fasilitas
umum di stasiun kereta api Rangkasbitung untuk diserahkan ke kantor pusat. Kegiatan
tersebut merupakan langkah awal untuk merealisasikan rencana pengadaan dan
perbaikan fasilitas umum yang ada di stasiun kereta api Rangkasbitung. Kegiatan
tersebut dilakukan oleh kepala sub urusan pelayanan stasiun Rangkasbitung, dimana
kepala sub urusan pelayanan melihat kondisi fasilitas apa saja yang belum ada dan yang
harus diperbaiki yang dibutuhkan demi kenyamanan penumpang seperti untuk fasilitas
toilet pria belum adanya urinoir, perluasan musholla, pembuatan ruang tunggu, ruang
ibu menyusui, pengadaan CCTV, dll. Setelah dilakukan pendataan dan bukti seperti foto
keadaan di stasiun lalu di koordinasikan dengan kepala stasiun kemudian diajukan ke
puisat. Untuk menindak lanjuti pengajuan tersebut, kepala sub urusan pelayanan terus
melakukan konfirmasi ke pusat kapan pengadaan tersebut dapat direalisasikan, selain itu
115
jika ada pemantauan langsung dari pusat ke stasiun kepala sub urusan pun memberikan
laporan apa saja yang kurang dan dibutuhkan serta meminta tindak lanjut dari pusat agar
pengajuan segera dapat direalisasikan. Pihak stasiun Rangkasbitung hanya dapat
mendesak dan terus menghubungi pusat untuk melakukan perubahan dan pengadaan
karena hal tersebut menjadi wewenang pusat dan pihak stasiun Rangkasbitung hanya
dapat memberikan laporan dan pengajuan saja akan tetapi untuk tindak lanjut
pengadaan dilakukan langsung oleh pusat.
Daftar Kelengkapan Standar Pelayanan Minimum
Stasiun Besar Tipe C Rangkasbitung
Gambar 4.2
Laporan Daftar Kelengkapan Standar Pelayanan Minimum
Stasiun Besar Tipe C Rangkasbitung
Sumber : Stasiun Kereta Api Rangkasbitung Rangkasbitung, 2016
Dalam bidang pengorganisasian, pengelompokan tugas atau pembagian tugas
manajer merupakan hal yang penting agar pengelolaan fasilitas umum dapat dilakukan
dengan efektif. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, ada empat
Kepala Sub Urusan yang membantu Kepala Stasiun dalam mengatur jalannya roda
perkeretaapian di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Yaitu:
a) Kepala Sub urusan Perka dan Administrasi
116
Kepala sub urusan perjalanan kereta api dan administasi berkewajiban
dan mempunyai tanggung jawab melaksanakan administasi perjalanan
kereta api (perka), administrasi stasiun, memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan standar operasi
prosedur di stasiun, melaksanakan
pembinaan terhadap petugas PPKA Pap, PJL, JLR, JRS, petugas
pengawas emplasemen stasiun serta petugas yang melaksanakan
administasi perjalanan kereta api di bawah tanggung jawabnya.
b) Kepala Sub urusan Pelayanan Stasiun
Kepala sub urusan pelayanan di stasiun dan di kereta api berkewajiban
dan bertanggung jawab melaksanakan kegiatan dan pengendalian
terhadap kebersihan stasiun dan kebersihan rangkaian kereta api di
stasiun yang menjadi tanggung jawabnya.
c) Kepala Sub urusan Keamanan dan Ketertiban
Kepala sub urusan keamanan dan ketertiban stasiun berkewajiban dan
mempunyai tanggung jawab melaksanakan kegiatan dan pengendalian
terhadap keamanan dan ketertiban penumpang, barang dan aset
perusahaan di lingkungan stasiun di bawah tanggung jawabnya.
d) Kepala Sub urusan Komersil
Kepala sub urusan pelayanan komersil stasiun berkewajiban dan
mempunyai tanggung jawab melaksanakan dan mengendalikan kegiatan
pelayanan terhadap announcemen porter, pergudangan, angkutan
hantaran, customer service dan loket dibawah tanggung jawabnya.
117
Menurut peneliti, tugas dan wewenang masing-masing Kepala Sub Urusan
mempunyai orientasi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, sehingga
banyaknya tugas dan tanggung jawab dari Kepala Stasiun telah dibagikan dengan fokus
dan efektif.
Dalam melakukan pengorganisasian ada tahap dimana adanya penetapan
wewenang unit organisasi, dan dalam hal ini mengenai penetapan wewenang dalam
mengelola failitas umum di stasiun Rangkasbitung diberikan kepada bagian pelayanan
stasiun dimana yang bertanggung jawab untuk melakukan perawatan dan pemeliharaan,
disamping itu kepala sub urusan pelayanan memberikan wewenang pula kepada ketua
kebersihan dan anggotanya (cleaning service) untuk menjalankan perawatan dan
pemeliharaan fasilitas umum di stasiun.
Berdasarkan pemaparan peneliti mengenai pengorganisasian dalam bidang
fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, peneliti menilai bahwa
pengorganisasian yang telah dibuat cukup baik, namun perlu adanya penanggung jawab
kegiatan dalam merealisasikan rencana pengadaan fasilitas umum di stasiun yang belum
sesuai dengan SPM (Standar Pelayanan Minimum) yang ada seperti pengadaan lahan
lahan parkir, ruang tunggu, CCTV, fasilitas difable, fasilitas urinoir, westafle, dan
musholla yang kurang nyaman sehingga pengorganisasian dalam bidang fasilitas umum
dapat terealisasikan dengan cepat dan tepat.
Ketiga, segi pengarahan. Di stasiun Rangkasbitung telah adanya pengarahn dari
atas ke bawahan seperti adanya pengarahn dari kepala stasiun ke kepala sub urusan
118
dengan cara adanya meeting seminggu sekali dan briefing singkat setengah jam setiap
hari, namun ada perbedaan pendapat dari kepala sub urusan bahwa memang ada
pengarahan tetapi untuk waktunya 1 bulan 2 kali. Selain itu kepala sub urusan
pelayanan juga memberikan pengarahan kepada petugas kebersihan 2 minggu sekali.
Dan dari bagian keamanan, pengarahan dilakukan dari polsuska kepada PKD setiap hari
saat apel pagi dan sore karena adanya pergantian waktu petugas untuk berjaga.
Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti melihat bahwa dari segi pengarahan
yang dilakukan atasan kepada bawahan sudah terlaksana dengan baik. Karena dengan
adanya pengarahan tersebut berarti ada koordinasi antara atasan dan bawahan setiap
melaksanakan tugas walaupun untuk waktu pengarahan berbeda-beda karena setiap
bagian memilki kewenangan dan tugas yang berbeda-beda pula jadi untuk waktu
pengarahan pun disesuaikan dengan bagiannya masing-masing.
Keempat, segi pengontrolan. Petugas stasiun telah melakukan pengontrolan
dengan cara pengecekan fasilitas umum selama seminggu sekali oleh kepala stasiun dan
kepala sub urusan terjun langsung selain itu adanya pengontrolan dari kepala stasiun
mulai dari kebersihan taman sampai peron. Pengontrolan juga dilakukan dengan cara
adanya buku catatan khusus para pegawai untuk memantau apa saja yang sudah
dilakukan setiap harinya dan apakah tanggung jawab petugas sudah dilaksanakan
dengan baik atau ada kesalahan. Selain itu dengan adanya buku catatan tersebut
membuat para petugas menjadi lebih memiliki rasa tanggung jawab.
Untuk pengontrolan di area stasiun selain dilakukan oleh petugas, dapat juga
dilakukan dengan pemasangan CCTV karena penumpang pun berpendapat dengan
119
CCTV dapat memantau area stasiun dan merekam kejadian-kejadian di stasiun, namun
ada perbedaan pendapat mengenai keberadaan CCTV di stasiun Rangkasbitung.
Menurut kepala stasiun sendiri sudah ada 1 CCTV sedangkan menurut kepala sub
urusan pelayanan belum ada CCTV untuk memantau seluruh area stasiun, jika ada pun
seperti yang diapaparkan kepala stasiun itu hanya untuk memantau area peron saja.
Namun sejauh ini keberhasilan fasilitas umum yang ada di stasiun sudah ada
perubahan seperti sudah adanya boarding pass meskipun memaksimalkan lahan yang
ada, sudah tidak adanya pengamen dan pedagang di area dalam stasiun dan lantai sudah
memakai keramik yang sebelumnya hanya diplester saja. Hal tersebut juga dipaparkan
bahwa manajemen fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung sudah lumayan banyak
perubahan, hanya saja masih memiliki kekurangan dan perlu adanya perbaikan karena
belum adanya parkir dan musholla yang harus direnovasi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan di lapangan,
penyimpulan akhir tentang Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun
maka
Kereta Api
Rangkasbitung sudah berjalan cukup baik dilihat dari adanya perubahan-perubahan di
stasiun, seperti sudah adanya penambahan kursi di area peron, perbaikan lantai yang
dipasang garnit, pemisahan toilet antara pria dan wanita serta adanya boarding pass.
Namun ada beberapa hal yang perlu diperbaiki.
Pertama, perencanaan pengadaan fasilitas yang belum dapat terealisasikan
seperti pembuatan ruang tunggu penumpang, pengadaan tempat parkir, pengadaan
ruangan untuk ibu menyusui, penambahan CCTV, pengadaan urinoir dan wastafle,
pengadaan toilet untuk penumpang difable karena menunggu tindak lanjut dari pusat.
Kedua, pengorganisasian di stasiun Rangkasbitung sudah berjalan cukup baik karena
adanya pembagian tugas dan penetapan wewenang kepada kelompok atau unit serta
adanya penanggung jawab setiap sub urusan. Ketiga, adanya pengarahan dan wewenang
dari Kepala stasiun kepada setiap sub urusan untuk memberi pengarahan kembali
kepada petugasnya masing-masing namun tidak adanya reward atau penghargaan yang
diberikan oleh Kepala Stasiun
kepada anggotanya. Keempat, pengontrolan yang
dilakukan oleh atasan kepada bawahan sudah cukup baik dibuktikan dengan adanya
buku catatan khusus untuk melihat apakah petugas sudah melaksanakan tugasnya
120
121
dengan baik dan dengan cara tersebut petugas merasa mempunyai tanggung jawab
dalam melaksanakan tugasnya.
5.2 Saran
Berdasarkan pemaparan kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan saran
sebagai berikut:
1. Perlu adanya pelimpahan wewenang dari pusat ke stasiun di daerahnya masingmasing untuk melakukan pengadaan atau perbaikan fasilitas umum, agar stasiun
Rangkasbitung dapat membuat target dan merealisasikan rencana-rencana yang
telah ditentukan berupa pengadaan serta perbaikan fasilitas umum di stasiun
dengan cepat.
2. Diberikannya reward atau penghargaan dalam bentuk nyata bukan hanya surat
untuk petugas kereta api yang menonjol dan berprestasi sehingga Petugas Kereta
Api lebih bersemangat dalam bekerja.
3. Terus melakukan koordinasi atau pelaporan ke pusat agar pemasangan CCTV
segera ditindak lanjuti karena CCTV penting untuk memantau dan mengawasi
penumpang, petugas dan orang-orang yang ada di area stasiun serta dapat
merekam kejadian yang ada di area stasiun. Hal ini dikarenakan meskipun ada
PKD yang berjaga, hanya ada dititik tertentu dan tidak setiap waktu mereka
mengawasi penumpang.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Atmosudirdjo, Prajudi. 2003. Administrasi dan Manajemen Umum.Jakarta :
Ghalia Indonesia
Burhannudin. 2000. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan.. Malang : Bumi Aksara
Daft, Richard L. 2002. Manajemen. Jakarta : Erlangga
Fayol, Henry. 2000. Management. Jakarta : Erlangga
Hasibuan, Malayu. 2011. Manajemen (Dasar, Pengertian, dan Masalah). Jakarta:
Bumi Aksara
Irawan, Prasetya. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Jakarta : Modul
Universitas Terbuka
Listyaningsih. 2014. Administrasi Pembangunan (Pendekatan Konsep dan
Implementasi). Yogyakarta : Graha Ilmu
Manullang, M. 2006. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press
Moloeng, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Nazir. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Siagian, Sondang P. 2005. Administrasi Pembangunan (Konsep, Dimensi, dan
Strateginya). Jakarta : PT Bumi Aksara
Silalahi, Ulber. 2002. Pemahaman praktis asas-asas manajemen. Bandung:
Mandar Maju
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Syafiie, Inu Kencana. 2003. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
(SANRI). Jakarta : PT Bumi Aksara
Terry, George.2001. Manajemen dasar, pengertian dan masalah. Jakarta : PT
Bumi Aksara
------- . 2008. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta : PT Bumi Aksara
121
Terry, George dan Rue, Leslie 2010. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta : PT Bumi
Aksara
Dokumen :
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian
Standar Pelayanan Minimum (SPM) PT. Kereta Api Indonesia
Sumber lain:
http://kbbi.web.id/fasilitas (diakses pada tanggal 29 Februari 2016, pukul 19.44
WIB)
http://www.kompasiana.com/empuratu/mushola-di-stasiun-kota-tidak-memadai,
(diakses pada tanggal 10 Maret 2016, pukul 15.00 WIB)
http://www.dephub.go.id/berita/baca/sebanyak-212-cctv-dipasang-di-45-stasiunka (diakses pada tanggal 09 Maret 2016, pukul 16.35 WIB)
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/519222-pastikan-keamanan-pemudik--ptka-yogyakarta-tambah-cctv (diakses pada tanggal 09 Maret 2016, pukul 16.41
WIB)
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lebak
Malinda Yustikasari dengan judul skripsi Manajemen Sarana Prasarana
Perkeretaapian di PT. Kereta Api Daop VII Madiun Tahun 2011 Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Ai Istiqomah dengan judul skripsi Manajemen Sarana Prasarana Perkeretaapian
di PT. Kereta Api Indonesia Daop 1 Jakarta Tahun 2014 Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa
122
LAMPIRAN
123
124
125
126
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
: Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api
1. Judul Penelitian
Rangkasbitung
2. Sasaran Wawancara
:
1) Kepala Stasiun Kereta Api Rangkasbitung
2) Kepala Suburusan Pelayanan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung
3) Kepala Suburusan keamanan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung
4) Petugas Kebersihan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung
5) Penumpang
Pengguna
Fasilitas
Umum
Stasiun
Kereta
Api
Rangkasbitung
3. Fokus Wawancara
:
1) Perencanaan
2) Pengorganisasian
3) Pengarahan
4) Pengontrolan
4. Daftar Pertanyaan Untuk Kepala Stasiun Kereta Api Rangkasbitung
1) Perencanaan
a. Apakah ada rencana perbaikan atau penambahan fasilitas umum di
Stasiun KA Rangkasbitung?
b. Berapa
lama
frekuensi
waktu
yang
dibutuhkan
untuk
mengimplementasikan perencanaan yang telah dibuat tersebut?
c. Berapa jumlah dan luas ruang tunggu yang ada di Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung?
d. Apakah ada rencana untuk membuat jalan dan toilet penumpang
khusus difable?
e. Apakah ada rencana untuk membuat ruangan khusus ibu menyusui?
f. Apakah petugas stasiun KA Rangkasbitung telah merencanakan
perbaikan tempat parkir bagi penumpang yang membawa kendaraan
ke stasiun?
g. Apakah ada hambatan dalam membuat perencanaan fasilitas umum di
Stasiun KA Rangkasbitung?
2) Pengorganisasian
a. Bagaimana mekanisme pengorganisasian tugas keamanan dalam
menjaga keamanan di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung?
b. Bagaimana mekanisme pengorganisasian ruangan di Stasiun KA
Rangkasbitung?
c. Apakah telah dilakukan perubahan dalam manajemen fasilitas umum
di Stasiun ini?
d. Berapa lama waktu yang digunakan oleh petugas loket dalam
melayani 1 orang penumpang?
e. Bagaimana sistem pemeliharaan dan perawatan ruang tunggu di
Stasiun Kereta Api Rangkasbitung?
f. Berapa jumlah dan luas ruang boarding yang ada di Stasiun Kereta
Api Rangkasbitung?
g. Apakah ada hambatan dalam pengorganisasian fasilitas umum di
Stasiun KA Rangkasbitung?
3) Pengarahan
a. Pihak mana yang bertanggung jawab dalam memberikan pengarahan
dalam manajemen fasilitas umum di Stasiun KA Rangkasbitung?
b. Bagaimana pengarahan yang dilakukan di Stasiun KA Rangkasbitung
mengenai manajemen fasilitas umum?
c. Berapa lama frekuensi waktu yang diperlukan dalam melaksanakan
pengarahan/pembinaan tersebut?
d. Apakah selalu ada pengarahan oleh atasan kepada bawahan?
e. Apakah gangguan perjalanan kereta api selalu diinformasikan kepada
para penumpang?
f. Apakah di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung terdapat petugas khusus
untuk memberikan informasi kereta api dan layanan pengaduan
penumpang?
g. Bagaimana sistem pemeliharaan dan perawatan ruang boarding di
Stasiun Kereta Api Rangkasbitung?
h. Bagaimana sistem pemeliharaan dan perawatan toilet di Stasiun
Kereta Api Rangkasbitung?
4) Pengontrolan
a. Bagaimana sistem pengontrolan fasilitas umum yang dilakukan di
stasiun KA Rangkasbitung?
b. Apakah ada pengontrolan dari atasan kepada bawahan?
c. Apakah ada upaya perbaikan yang dilakukan untuk fasilitas umum
yang rusak?
d. Berapa lama frekuensi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
perbaikan fasilitas tersebut?
e. Mengapa di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung tidak disediakan
CCTV untuk mengontrol keamanan di sekitar stasiun?
f. Sejauh mana keberhasilan pengelolaan fasilitas umum di Stasiun
Rangkasbitung?
5. Daftar Pertanyaan Untuk Kepala Suburusan Pelayanan Stasiun Kereta
Api Rangkasbitung
1) Perencanaan
a. Apakah ada rencana perbaikan atau penambahan fasilitas umum di
Stasiun KA Rangkasbitung?
b. Berapa
lama
frekuensi
waktu
yang
dibutuhkan
untuk
mengimplementasikan perencanaan yang telah dibuat tersebut?
c. Berapa jumlah dan luas ruang tunggu yang ada di Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung?
d. Apakah ada rencana untuk membuat jalan dan toilet penumpang
khusus difable?
e. Apakah ada rencana untuk membuat ruangan khusus ibu menyusui?
f. Apakah petugas stasiun KA Rangkasbitung telah merencanakan
perbaikan tempat parkir bagi penumpang yang membawa kendaraan
ke stasiun?
g. Apakah ada hambatan dalam membuat perencanaan fasilitas umum di
Stasiun KA Rangkasbitung?
2) Pengorganisasian
a. Bagaimana mekanisme pengorganisasian ruangan di Stasiun KA
Rangkasbitung?
b. Apakah telah dilakukan perubahan dalam manajemen fasilitas umum
di Stasiun ini?
c. Berapa lama waktu yang digunakan oleh petugas loket dalam
melayani 1 orang penumpang?
d. Berapa jumlah petugas kebersihan di stasiun Rangkasbitung ?
e. Untuk petugas kebersihan di stasiun mengurus atau bertanggung
jawab untuk ruangan apa saja ?
f. Bagaimana sistem pemeliharaan dan perawatan fasilitas atau ruangan
di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung?
g. Berapa jumlah dan luas ruang boarding yang ada di Stasiun Kereta
Api Rangkasbitung?
h. Apakah ada hambatan dalam pengorganisasian fasilitas umum di
Stasiun KA Rangkasbitung?
3) Pengarahan
a. Pihak mana yang bertanggung jawab dalam memberikan pengarahan
dalam manajemen fasilitas umum di Stasiun KA Rangkasbitung?
b. Bagaimana pengarahan yang dilakukan di Stasiun KA Rangkasbitung
mengenai manajemen fasilitas umum?
c. Berapa lama frekuensi waktu yang diperlukan dalam melaksanakan
pengarahan/pembinaan tersebut?
d. Apakah selalu ada pengarahan oleh atasan kepada bawahan?
e. Apakah gangguan perjalanan kereta api selalu diinformasikan kepada
para penumpang?
f. Apakah di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung terdapat petugas khusus
untuk memberikan informasi kereta api dan layanan pengaduan
penumpang?
g. Bagaimana sistem pemeliharaan dan perawatan ruang boarding di
Stasiun Kereta Api Rangkasbitung?
h. Bagaimana sistem pemeliharaan dan perawatan toilet di Stasiun
Kereta Api Rangkasbitung?
4) Pengontrolan
a. Bagaimana sistem pengontrolan fasilitas umum yang dilakukan di
stasiun KA Rangkasbitung?
b. Apakah ada pengontrolan dari atasan kepada bawahan?
c. Apakah ada upaya perbaikan yang dilakukan untuk fasilitas umum
yang rusak?
d. Berapa lama frekuensi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
perbaikan fasilitas tersebut?
e. Mengapa di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung tidak disediakan
CCTV untuk mengontrol keamanan di sekitar stasiun?
f. Sejauh mana keberhasilan pengelolaan fasilitas umum di Stasiun
Rangkasbitung?
1) Daftar Pertanyaan Untuk Kepala Suburusan Keamanan Stasiun Kereta
Api Rangkasbitung
1) Perencanaan
a. Apakah ada rencana untuk penambahan petugas keamanan
kedepannya?
b. Upaya apa yang dilakukan untuk meminimalisir adanya tindak
kejahatan saat hari libur atau hari raya?
2) Pengorganisasian
a. Kegiatan apa saja yang dilakukan dari bagian keamanan untuk
menjaga keamanan penumpang?
b. Berapa jumlah petugas keamanan di Stasiun KA Rangkasbitung?
c. Bagaimana sistem pengorganisasian keamanan di Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung?
3) Pengarahan
a. Apakah selalu ada pengarahan oleh atasan kepada petugas keamanan?
b. Berapa lama waktu untuk pengarahan tersebut?
c. Apakah di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung terdapat petugas khusus
untuk memberikan informasi kereta api dan layanan pengaduan
penumpang?
4) Pengontrolan
a. Bagaimana sistem pengontrolan keamanan yang dilakukan di stasiun
KA Rangkasbitung?
b. Apakah ada pengontrolan dari atasan kepada bawahan?
c. Siapa yang berwenang melakukan pengontrolan tersebut?
d. Apakah ada upaya pencarian untuk barang-barang penumpang yang
hilang?
e. Berapa lama frekuensi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
pencarian tersebut?
f. Sejauh mana keberhasilan pengelolaan keamanan di Stasiun
Rangkasbitung?
2) Daftar Pertanyaan Untuk Petugas Kebersihan Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung
1) Perencanaan
a. Untuk tim kebersihan di stasiun ini apakah dari PT KAI sendiri atau
bukan?
b. Berapa jumlah tim kebersihan di stasiun rangkasbitung ini?
c. Apakah SOP kerjanya?
2) Pengarahan
a. Apakah ada pengarahan sebelum melaksanakan tugas masing-masing?
b. Kapan wantu untuk pengarahan tersebut?
3) Pengorganisasian
a. Apa saja ruangan yang dibersihkan?
b. Bagaimana mekanisme pembagian tugas petugas kebersihan?
4) Pengontrolan
a. Apakah ada pengontrolan dari atasan kepada bawahan?
b. Pihak mana yang berwenang melakukan pengontrolan?
c. Kepada siapa anda berkoordinasi jika ada kerusakan fasilitas?
d. Apakah ada upaya perbaikan yang dilakukan untuk fasilitas umum
yang rusak?
e. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan
tersebut?
f. Menurut bapak,seberapa jauh keberhasilan pengelolaan fasilitas umum
sendiri?
3) Daftar Pertanyaan Untuk Penumpang
Aspek Keselamatan
1. Apakah terlihat jelas petunjuk jalur evakuasi dan prosedur evakuasi di
Stasiun Kereta Api Rangkasbitung?
2. Apakah anda tahu titik kumpul evakuasi di Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung?
3. Apakah di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung terdapat petunjuk nomor
telepon darurat?
4. Apakah di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung terdapat fasilitas kesehatan
berupa perlengkapan p3k?
5. Apakah di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung terdapat fasilitas kesehatan
berupa kursi roda?
6. Apakah di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung terdapat fasilitas kesehatan
berupa tandu?
7. Apakah penerangan di Stasiun sudah cukup baik/memadai?
Aspek Keamanan
1. Menurut anda apakah petugas keamanan di Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung selalu menjaga kemanan dengan baik?
2. Menurut anda, apakah perlu adanya CCTV untuk keamanan di Stasiun?
Aspek Kehandalan/Keteraturan
Menurut anda, apakah layanan penjualan tiket kereta api sudah baik dan
cepat?
Aspek Kenyamanan
1. Menurut anda, apakah ruang tunggu yang ada di Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung cukup luas dan bersih dan nyaman?
2. Menurut anda, apakah ruang boarding yang ada di Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung cukup luas dan bersih?
3. Menurut anda, apakah toilet penumpang di Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung cukup memadai bagi penumpang?
4. Menurut anda, apakah mushola di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung
cukup memadai bagi penumpang?
Aspek Kemudahan
1. Menurut anda, apakah informasi visual dan informasi audio di Stasiun
Kereta Api Rangkasbitung cukup jelas dipahami dan didengar?
2. Menurut anda, apakah petugas selalu menginformasikan gangguan
perjalanan kereta api kepada para penumpang?
3. Apakah di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung terdapat petugas khusus
untuk memberikan informasi kereta api dan layanan pengaduan
penumpang?
4. Menurut anda, bagaimana keadaan tempat parkir di Stasiun Kereta Api
Rangkasbitung?
Aspek Kesetaraan
1. Menurut anda, apakah di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung perlu adanya
akses jalan khusus bagi penumpang difable?
2. Menurut anda, apakah di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung perlu adanya
ruang khusus ibu menyusui?
3. Menurut anda, sejauhmana keberhasilan atau kemajuan fasilitas umum di
Stasiun Kereta Api Rangkasbitung?
TRANSKIP DATA
No
1
Pertanyaan
Apakah
ada
Jawaban
Informan
rencana
1) Perbaikan toilet, hole untuk
perbaikan atau penambahan
ruang tunggu, peron dan
fasilitas umum di Stasiun
untuk parkir.
KA Rangkasbitung?
2) Pembongkaran
rel
untuk
I1-1
I1-2
adanya KRL, kemungkinan
adanya CCTV, perubahan
musholla,
ruang
ibu
menyusui, untuk toilet pria
akan
ada
westafle
urinoir
dan
untuk
toilet
perempuan, ruang tunggu
penumpang, pengatur suhu,
peron yang kurang tinggi
akan di naikan kembali.
2
Berapa
waktu
lama
frekuensi
yang
dibutuhkan
3) 1 semester (6 bulan).
I1-1
4) Rencana sudah ada
dari
untuk
tahun kemarin dan sudah
mengimplementasikan
diajukan
perencanaan
yang
telah
untuk
waktunya saya tidak tahu
karena
dibuat tersebut?
tetapi
I1-2
itu
kewenangan
pusat.
3
Berapa jumlah dan luas
5) Baru
ada
ruang
tunggu
ruang tunggu yang ada di
untuk penumpang yang akan
Stasiun
naik kereta dan baru 100m,
Kereta
Rangkasbitung?
Api
untuk
perbaikan
akan
I1-1
dirubah menjadi 200m dan
akan
ada
ruang
tunggu
dimana untuk penumpang
yang menunggu kereta, loket
dan yang akan naik kereta.
6) Untuk ruang tunggu belum
I1-2
ada, hanya ada ruang loket
dan peron yang seharusnya
ada 3 ruangan.
4
Apakah ada rencana untuk
7) Akan
ada
perubahan
di
membuat toilet dan jalan
Stasiun, salah satunya toilet
khusus penumpang difable?
untuk difable karena saat ini
I1-1
belum ada.
8) Akan
ada
pembuatan
I1-2
fasilitas untuk difable dan
sudah diajukan.
5
Apakah ada rencana untuk
9) Ada
rencana
untuk
membuat ruangan khusus
perubahan walaupun saat ini
ibu menyusui?
belum ada ruang khusus ibu
I1-1
menyusui.
10) Akan ada perubahan untuk
pembuatan
menyusui
dibutuhkan.
ruangan
ibu
karena
I1-2
6
Apakah
pihak
KA
11) Untuk parkir
juga
akan
diadakan untuk kedepannya.
Rangkasbitung
telah
merencanakan
perbaikan
12) Sudah ada rencana untuk
bagi
pembuatan parkiran. Karena
tempat
parkir
I1-1
penumpang yang membawa
sebenarnya jalan yang ada
kendaraan ke stasiun?
didepan sampai ke sekitar
I1-2
parkir sudah milik PT.KAI
tinggal di kelola saja.
7
Apakah
ada
hambatan
13) Tidak ada, karena stasiun
membuat
memakai aset sendiri . Jika
perencanaan fasilitas umum
memakai aset dari eksternal
di
harus ada koordinasi terlebih
dalam
Stasiun
KA
Rangkasbitung?
I1-1
dahulu. Bahkan kita sudah
merencanakan akan ada rel
khusus dimana akan ada
kereta per30 menit karena
akan ada 12 rel dan untuk
KRL 4 rel.
14) Tidak ada, karena sudah
I1-2
dilakukan sosialisasi. Hanya
pihak ketiga
untuk terus
berkoordinasi.
8
Bagaimana
mekanisme
pengorganisasian
tugas
15) Pembagian tugas keamanan
diatur sendiri oleh bagian
keamanan dalam menjaga
kepala
sub
keamanan di Stasiun Kereta
keamanan,
Api Rangkasbitung?
keamanan di kereta dan di
tetapi
urusan
untuk
stasiun setiap harinya ada
yang menjaga.
I1-1
16) Ada
jadwal
piket
I1-3
perharinya. Untuk polsuska
perharinya 2 orang (12 jam
untuk 1 orang). Dan untuk
pkd 8 jam sekali untuk
pergantian petugas.
9
Bagaimana
mekanisme
pengorganisasian
di
ruangan
Stasiun
KA
Rangkasbitung?
17) Untuk ruangan nanti akan
ada
pemisahan
tunggu
karena
masih
menyatu
I1-1
ruangan
sekarang
dengan
loket.
18) Seharusnya ada 3 ruangan
I1-2
dimana ruang tunggu, loket
dan peron.
10
Apakah
telah
perubahan
dilakukan
dalam
19) Sudah banyak
seperti
perubahan
pergantian
I1-1
garnit,
manajemen fasilitas umum
pemisahan toilet laki-laki
di Stasiun ini?
dan perempuan.
20) Sudah, seperti ada ruang
I1-2
boarding untuk pengecekan
tiket, adanya fasilitas tiket
online
dan
dimana
keamanan
yang
tidak
berkepentingan tidak bisa
masuk area stasiun seperti
pedagang dan pengamen.
11
Berapa lama waktu yang
digunakan
oleh
petugas
loket dalam melayani
1
21) 20
detik
normal
dalam
dimana
kondisi
hari-hari
biasa, kecuali weekend dan
I1-1
orang penumpang?
long weekend tidak bisa
diprediksi.
22) 5 menit karena tidak sulit
I1-2
untuk melayani pembelian
tiket.
12
Bagaimana
sistem
23) Perawatan rutin tiap hari
dan
oleh petugas kebersihan dan
perawatan ruang tunggu di
jika ada yang rusak seperti
Stasiun
keran atau pintu maka akan
pemeliharaan
Kereta
Api
Rangkasbitung?
I1-1
langsung diganti.
24) Ada petugas dari
pihak
I1-2
ketiga dibagi perhari 5 orang
untuk
pemeliharaan
perawatan, dan jika
kerusakan
dan
dan
ada
akan
dilakukan perbaikan maka
langsung diajukan ke kepala
stasiun kemudian ke pusat.
13
Berapa jumlah dan luas
kira-kira
ruang boarding yang ada di
3x2 cm
itu pun belum
Stasiun
terpisah
dengan
Kereta
Api
Rangkasbitung?
14
25) Ruang boarding
I1-1
ruang
tunggu.
Apakah
ada
hambatan
dalam
pengorganisasian
fasilitas umum di Stasiun
KA Rangkasbitung?
26) 1 ruangan, 5x5 cm.
I1-2
27) Sampai saat ini tidak ada
I1-1
hambatan.
28) Tidak ada, karena sudah ada
I1-2
pembagian tugas masingmasing.
15
Pihak
mana
yang
29) Kepala
Stasiun
yang
I1-1
bertanggung jawab dalam
memberikan
pengarahan
dalam manajemen fasilitas
umum
di
Stasiun
KA
Rangkasbitung?
bertanggung jawab penuh.
30) Kepala stasiun dan petugas
I1-2
terkait.
31) Untuk pengarahan itu dari
I1-3
polsuska kepada pkd setiap
apel pagi dan sore.
32) Ada,dari
Pak
KS,
Sub
I1-4
urusan pelayanan dan dari
pihak
Out
Sourchingnya
juga.
16
Bagaimana
pengarahan
yang dilakukan di Stasiun
KA
Rangkasbitung
mengenai
manajemen
fasilitas umum?
33) Adanya meeting atau brifing
I1-1
singkat.
34) Ada pembinaan dalam 1
I1-2
bulan 2 kali.
35) Saat
pagi-pagi
membagi
tugas
kita
I1-4
untuk
perhari dan ada pertemuan
juga setiap 2 minggu sekali.
17
Berapa
waktu
lama
frekuensi
yangdiperlukan
dalam
melaksanakan
pengarahan/pembinaan
36) Untuk meeting 1 minggu
sekali. untuk brifing singkat
setengah jam tiap hari.
37) 1 bulan 2 kali dan untuk
tersebut?
I1-1
lama
waktu
I1-2
disesuaikan
dengan materi.
38) Hanya beberapa menit saja,
I1-3
brifing atau apel singkat.
18
Apakah
pengarahan
selalu
ada
oleh
atasan
39) Ada.
I1-1
40) Selalu ada. dari kepala sub
I1-2
kepada petugas keamanan?
19
Apakah
gangguan
ke pelaksana/petugas.
41) Wajib,
dan
selalu
perjalanan kereta api selalu
diinformasikan
diinformasikan kepada para
perkembangan gangguan.
penumpang?
42) Selalu
I1-1
setiap
diinformasikan
I1-2
berapa lama keterlambatan
kereta, dll.
43) Selalu memberitahu.
I2-1
44) Selalu diinformasikan.
I2-2
45) Selalu.
I2-3
46) Selalu memberitahu.
I2-4
47) Iya, suka diberitahu.
I2-5
48) Selalu menginformasikan.
I2-6
49) Selalu diinformasikan.
I2-7
50) Iya, selalu diberitahukan.
I2-8
51) Iya, selalu diinformasikan.
I2-9
52) Selalu diinformasikan.
I2-10
53) Belum pernah dengar ada
I2-11
gangguan perjalanan.
20
Apakah di Stasiun Kereta
Api Rangkasbitung terdapat
petugas
khusus
memberikan
kereta api
untuk
informasi
dan layanan
pengaduan penumpang?
54) Ada
terpisah,
bagian
I1-1
PPKA
I1-2
perjalanan.
55) Ada dari
bagian
(Petugas Perjalanan Kereta
Api).
56) Ada dari
bagian
PPKA
I1-3
(Petugas Perjalanan Kereta
Api).
57) Iya ada, satpam.
I2-1
58) Iya ada.
I2-2
59) Sudah ada.
I2-3
60) Setahu
saya
tidak
ada
I2-4
petugas khusus, cuma ada
PKD yang berjaga saja.
61) Iya ada, kepada satpam.
I2-5
62) Ada petugas dari PKD atau
I2-6
Security.
63) Iya ada.
I2-7
64) Sudah ada, ke bagian PKD.
I2-8
65) Belum tahu untuk petugas
I2-9
khusus.
66) Cukup
banyak
untuk
I2-10
petugas yang berjaga.
21
Bagaimana
sistem
pemeliharaan dan perawatan
ruang boarding di Stasiun
Kereta Api Rangkasbitung?
67) Ada. PKD.
I2-11
68) Setiap hari dibersihkan oleh
I1-1
petugas kebersihan.
69) Kepala
suburusan
pelayanan
I1-2
memberikan
tugas ke bagian cleaning
service untuk membersihkan
ruangan dan area stasiun.
22
Bagaimana
pemeliharaan
sistem
dan
70) Dari bagian kebersihan dan
adanya koordinasi
kepala
perawatan toilet di Stasiun
stasiun
bagian
Kereta Api Rangkasbitung?
pelayanan jika ada yg harus
dan
direncanakan
melakukan perubahan.
atau
I1-1
71) Ada
1
orang
yang
I1-2
membersihkan dari bagian
kebersihan dan ada leader
yang mengontrol
petugas
yang
harinya
setiap
membersihkan area stasiun.
Dimana setiap harinya ada 5
orang dibagi 8 jam sekali
untuk bertugas.
23
Bagaimana
pengontrolan
sistem
fasilitas
72) Setiap saat dan memberikan
wewenang
kepada
setiap
umum yang dilakukan di
bagian-bagiannya dan setiap
stasiun KA Rangkasbitung?
seminggu sekali dicek.
73) Dari
kepala
I1-1
stasiun
I1-2
memeberi wewenang untuk
mengontrol dari kebersihan
taman sampai peron.
24
Apakah ada pengontrolan
dari
atasan
bawahan?
kepada
74) Dari kepala sub urusan dan
kepala
stasiun
I1-1
terjun
langsung ke lapangan dan
ada juga absensinya.
75) Ada, jadi ada buku catatan
I1-2
khusus. Kepala stasiun juga
ikut mengontrol.
76) Iya
ada.
Petugas
yang
berjaga
dikontrol
oleh
Kepala
suburusan
dan
kadang kepala stasiun juga
ikut
mengontrol
kerja
I1-3
mereka
dalam
bentuk
catatan.
25
77) Iya ada.
I1-4
upaya
78) Ada. akan segera diperbaiki
I1-1
perbaikan yang dilakukan
jika hal kecil seperti keran,
untuk fasilitas umum yang
pintu yang rusak. jika cukup
rusak?
rumit
Apakah
ada
maka
akan
ada
pengajuan ke pusat.
79) Selalu ada upaya
untuk
I1-2
perbaikan.
26
Berapa
waktu
lama
yang
frekuensi
dibutuhkan
80) Ada perbaikan.
I1-4
81) 6 bulan sekali/ 1 semester.
I1-1
82) Bagaimana
I1-2
situasi
dan
untuk melakukan perbaikan
kondisi kerusakannya. Jika
fasilitas tersebut?
hal kecil langsung diganti
dan jika tidak bisa maka
langsung diajukan.
83) Jika dapat ditangani sendiri,
I1-4
langsung diperbaiki, tetapi
jika tidak agak lama paling
2-3hari.
27
Mengapa di Stasiun Kereta
84) Sudah ada CCTV tetapi
Api Rangkasbitung tidak
hanya satu untuk diarea
disediakan
peron. kedepannya akan ada
CCTV
untuk
mengontrol keamanan di
sekitar stasiun?
I1-1
penambahan.
85) Hanya belum ada, tetapi
untuk kedepannya akan ada .
I1-2
Hanya baru ada 1, tetapi
untuk pelayanan penumpang
di Stasiun belum ada CCTV.
28
Sejauh mana keberhasilan
86) Alhamdulillah
banyak
pengelolaan fasilitas umum
kemajuan
berhasil.
di Stasiun Rangkasbitung?
Dimana Stasiun sekarang
dan
sudah bersih,
pedagang
tidak
asongan
I1-1
ada
atau
pengamen yang masuk.
87) Sudah
cukup
perubahan,
banyak
seperti
ada
penanggung
pelayanan
I1-2
jawab
yang
dulunya
tidak ada dan dari keamanan
sudah cukup baik untuk
memonitor
penumpang.
Mungkin baru 75% karena
kurang sterilnya penumpang
yang lalu lalang yang masuk
untuk lewat ke pasar.
88) Sudah cukup berhasil.
I1-4
89) Sudah cukup baik dan ada
I2-1
kemajuan.
90) Sudah
ada
perubahan
I2-2
adanya tempat duduk di
peron dan area stasiun sudah
bersih.
91) Kalau dibandingkan dengan
satu/dua tahun kebelakang
I2-3
sudah
cukup
baik
dan
nyaman.
92) Sudah
lumayan
ada
I2-4
kemajuan dibanding dulu.
Stasiun sekarang sudah tidak
ada
pengamen, pedagang
dan sudah cukup bersih.
93) Ada
walaupun
bertahap.
I2-5
Contohnya sudah ada ruang
boarding
pass,
pemisah
antrian, tangga untuk naik
kereta.
94) Lumayan,
tetapi
belum
I2-6
sangat baik karena belum
ada
parkiran,
ruang tunggu
musholla,
dan
loket
walaupun sudah bersih dan
nyaman tetapi masih perlu
perbaikan.
95) Sudah banyak perubahan,
I2-7
seperti sudah bersih tetpi
masih ada kekurangan dari
bangunan
dan fasilitas
seperti parkir dan musholla,
tetapi untuk di stasiunnya
sudah
cukup
aman
dan
nyaman.
96) Sudah
cukup
berhasil
dibanding dulu karena dulu
I2-8
banyak pedagang.
97) Sudah ada kemajuan, cukup
lumayan
hanya
I2-9
perlu
perbaikan-perbaikan.
98) Sudah
ada
kemajuan
I2-10
dibanding dulu. Sekarang
sudah rapi dan bersih, tetapi
masih harus dibenahi untuk
lahan parkir yang tidak ada.
99) Sudah
lumayan,
hanya
I2-11
masih kurang perbaikan dan
pembangunan yang lama.
29
Apakah ada rencana untuk
penambahan
petugas
keamanan kedepannya?
100)
Tidak
ada,
karena
I1-3
sudah cukup dan sampai saat
ini
tidak
ada
tindak
kejahatan.
30
Upaya apa yang dilakukan
untuk
adanya
meminimalisir
tindak
kejahatan
101)
Kalau
hari
raya,
pertama dari PT.KA dibantu
oleh
kepolisian
untuk
saat hari libur atau hari
kegiatan patroli, kemudian
raya?
pengamanan
jalur,
patroli ada
yang malam
untuk
harinya karena ada yang
stablingan.
pengamanan
Kalau
untuk
penumpang,
setiap penumpang mau naik
dan turun dari kereta ada
pkd didekat pintu untuk
membantu penumpang baik
I1-3
saat
naik
ataupun
turun
kereta, kemudian pengaman
peron saat kereta datang
maupun
berangkat
memastikan
pintu
serta
kereta
tertutup saat berangkat.
31
Berapa
jumlah
petugas
102)
Jumlahnya
ada
28
keamanan di Stasiun KA
orang. Untuk polsuska ada 4
Rangkasbitung?
orang sudah pegawai tetap
I1-3
dan pkd ada 24 orang itu
outsorching.
32
33
Apakah ada upaya
103)
Sampai saat ini belum
pencarian untuk barang-
ada yang kehilangan, tetapi
barang penumpang yang
jika ada maka akan ada
hilang?
pencarian.
Berapa lama frekuensi
I1-3
104)
Tidak bisa diprediksi.
I1-3
105)
Sudah banyak
I1-3
waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan pencarian
tersebut?
34
Sejauh mana keberhasilan
keamanan di Stasiun
kemajuan dimana pihak
Rangkasbitung?
keamanan sudah menjaga
keamanan area stasiun dan
penumpang tidak terganggu
oleh adanya pedagang dan
pengamen.
35
Untuk tim kebersihan di
106)
Diambil dari luar PT
stasiun ini apakah dari PT
kereta
KAI sendiri atau bukan?
outsourching
api,
kita
I1-4
semua
dari
PT.Eksasindo.
36
Berapa
kebersihan
jumlah
di
tim
stasiun
107)
1.
Ada 12 berikut leader
I1-4
rangkasbitung ini?
37
Apakah SOP kerjanya?
108)
Ada, dari PT
outsourching.
I1-4
38
Bagaimana
109)
Jadi untuk pagi hari
itu 6 orang, sore 4 kadang
kalau libur ya 2. Untuk pagipagi mulai dari jam 6.3014.00, dan sore dari jam
14.00-22.00.
I1-4
110)
Ke bagian pelayanan
stasiun, ke bapak Purwanto
di jakarta.
I1-4
jelas
111)
Tidak terlihat.
I2-1
petunjuk jalur evakuasi dan
112)
Tidak terlihat.
I2-2
prosedur
evakuasi
di
113)
Terlihat.
I2-3
Stasiun
Kereta
Api
114)
Iya
mekanisme
pembagian tugas petugas
kebersihan?
39
Kepada siapa anda
berkoordinasi jika ada
kerusakan fasilitas?
40
Apakah
terlihat
Rangkasbitung?
terlihat,
di
I2-4
dinding.
115)
Iya, terlihat.
116)
Pernah
lihat
I2-5
dan
I2-6
mengetahui.
117)
Belum pernahlihat
karena
belum
I2-7
pernah
mengalami.
118)
Tidak pernah lihat.
I2-8
41
119)
Tidak tahu.
I2-9
120)
Tidak pernah lihat.
I2-10
121)
Ada kalau tidak salah.
I2-11
tahu titik
122)
Tidak mengetahui.
I2-1
kumpul evakuasi di Stasiun
123)
Tidak pernah lihat.
I2-2
Kereta Api Rangkasbitung?
124)
Tahu, didepan stasiun.
I2-3
125)
Iya tahu. Ada di ujung
I2-4
Apakah
anda
tempat keluar stasiun.
126)
pintu
I2-5
Tahu, ada di ujung
I2-6
Tahu,
diarah
keluar.
127)
stasiun.
128)
Tidak tahu.
I2-7
129)
Tahu, ada didepan.
I2-8
130)
Tidak tahu,
I2-9
karena
belum pernah.
42
Apakah di Stasiun Kereta
Api Rangkasbitung terdapat
petunjuk
darurat?
nomor
telepon
131)
Tahu, ada di depan.
I2-10
132)
Tidak pernah lihat.
I2-11
133)
Tidak
I2-1
mengetahui
karena tidak terlihat.
134)
Tidak
lihat,
hanya
I2-2
tahu ada didalam kereta.
135)
Tidak tahu.
136)
Iya,
terlihat
I2-3
di
I2-4
pamflet.
137)
Tidak lihat.
I2-5
138)
Pernah lihat.
I2-6
139)
Tidak ada.
I2-7
140)
Tidak pernah lihat.
I2-8
141)
Belum lihat.
I2-9
142)
Tidak tahu, mungkin
I2-10
143)
Tidak pernah lihat.
I2-11
Apakah di Stasiun Kereta
144)
Tidak tahu.
I2-1
Api Rangkasbitung terdapat
145)
Tahu, disamping pintu
I2-2
ada.
43
fasilitas kesehatan berupa
perlengkapan p3k?
keluar.
146)
Tidak
mengetahui,
I2-3
tetapi seharusnya ada.
147)
Tidak tahu.
I2-4
148)
Sepertinya ada.
I2-5
149)
Tidak pernah lihat,
I2-6
mungkin
ada
di
rusang
evakuasi.
Sudah ada dan pernah
I2-7
151)
Tidak ada.
I2-8
152)
Belum tahu.
I2-9
153)
Pernah lihat.
I2-10
154)
Pernah lihat dan tahu.
I2-11
Apakah di Stasiun Kereta
155)
Tidak tahu.
I2-1
Api Rangkasbitung terdapat
156)
Lihat,
150)
lihat.
44
fasilitas kesehatan berupa
kursi roda?
disamping
I2-2
ruang boarding.
157)
Tidak tahu.
158)
Iya
lihat.
I2-3
Ada
di
I2-4
samping ruang boarding.
159)
Belum pernah lihat.
I2-5
160)
Tidak pernah lihat.
I2-6
161)
Kursi roda sudah ada
I2-7
untuk pengguna stasiun
162)
Tidak ada.
I2-8
163)
Belum tahu.
I2-9
164)
Pernah lihat.
I2-10
165)
Kalau
untuk
kursi
I2-11
roda tidak lihat.
45
Apakah di Stasiun Kereta
166)
Tidak tahu.
I2-1
Api Rangkasbitung terdapat
167)
Tidak tahu.
I2-2
fasilitas kesehatan berupa
168)
Tidak tahu.
I2-3
tandu?
169)
Tidak tahu.
I2-4
170)
Tidak tahu.
I2-5
171)
Tidak pernah lihat.
I2-6
172)
Tidak pernah lihat.
I2-7
173)
Tidak ada.
I2-8
174)
Belum
lihat,
I2-9
sepertinya tidak ada.
46
Apakah
penerangan
Stasiun
sudah
baik/memadai?
di
cukup
175)
Tidak tahu.
I2-10
176)
Tidak tahu.
I2-11
177)
Kurang tahu karena
I2-1
jarang pulang
sore
atau
malam.
178)
Biasa saja, sedang.
I2-2
179)
Untuk
I2-3
kurang,
di
karena
peron
sebagian
lampu mati.
180)
Lumayan,
tetapi
I2-4
untuk
I2-5
masih harus ditambah.
181)
Cukuplah
penerangan penumpang.
182)
Belum cukup, masih
I2-6
harus ditambah.
183)
Sudah cukup terang.
I2-7
184)
Sudah cukup terang.
I2-8
185)
Masih seperti dulu,
I2-9
tetapi sudah lumayan 90%.
186)
Menurut saya sudah
I2-10
cukup terang.
47
Menurut
anda
petugas
keamanan
Stasiun
Kereta
Rangkasbitung
apakah
di
Api
selalu
menjaga kemanan dengan
baik?
187)
Sudah cukup terang.
I2-11
188)
Keamanan
sudah
I2-1
Ada yang sudah dan
I2-2
cukup baik.
189)
belum, masih ada yang cuek
saja saat kereta datang.
190)
Sudah
selalu
cukup
baik,
mengingatkan
I2-3
dan
menjaga penumpang.
191)
Lumayan,
membantu
saat
kadang
I2-4
kereta
datang.
192)
Lumayan,
terkadang
kurang
Seperti
saya
hanya
I2-5
sigap.
pernah
ketinggalan barang dan saat
kembali ke stasiun langsung
hilang.
193)
Sudah cukup baik.
I2-6
194)
Sudah
I2-7
cukup
baik,
tidak ada pengamen dan
pedagang.
195)
Sudah cukup menjaga
I2-8
keamanan penumpang.
196)
Untuk
keamanan
I2-9
sudah ada kemajuan, tidak
seperti dulu. Sudah tidak ada
yang berjualan.
197)
Sudah
keamanan
menjaga
dengan
I2-10
baik,
tidak seperti dulu semrawut
dengan
pedagang
yang
masuk.
198)
Kalau untuk di pintu
I2-11
masuk dan keluar sudah
cukup. Kalau untuk kereta
datang ada kesemrawutan
antara yang naik dan turun
penumpang.
48
Menurut anda, apakah perlu
CCTV di Stasiun untuk
keamanan?
199)
Sangat
dibutuhkan
I2-1
jika ada kejadian-kejadian.
200)
Sangat
dibutuhkan,
I2-2
karena takut ada pencurian.
201)
Dibutuhkan CCTV.
I2-3
202)
Sangat
I2-4
untuk
dibutuhkan
merekam
kejadian
yang ada di stasiun.
203)
Sangat
dibutuhkan,
karena sangat berguna disaat
kejadian tak terduga seperti
I2-5
pencurian.
204)
Penting,
merekam
untuk
kejadian
I2-6
di
stasiun.
205)
I2-7
Dibutuhkan,
walaupun
pengamen
tetapi
tidak
dan
ada
pedagang
dikhawatirkan
penumpang
yang
ada
berniat
jahat.
206)
Bisa dibutuhkan bisa
juga
tidak,
I2-8
tergantung
kondisi stasiun.
207)
Menurut
saya
I2-9
dibutuhkan, karena takut ada
kejadian-kejadian
tak
diduga.
208)
Seharusnya ada.
209)
Butuh,
agar
I2-10
lebih
I2-11
aman jika ada hal-hal atau
kejadian tidak diinginkan
bisa direkam di CCTV.
49
Menurut
layanan
anda,
penjualan
apakah
tiket
kereta api sudah baik dan
cepat?
210)
Lumayan baik, sudah
I2-1
cukup cepat.
211)
Sudah
cukup
baik,
I2-2
Untuk penjualan tiket
I2-3
pelayanannya cepat.
212)
di loket sudah cukup baik
dibanding sebelumnya.
213)
Lumayan,
walaupun
I2-4
terkadang antrian menjadi
panjang.
214)
Tergantung
kelas
keretabyang dibeli,
yang
krakatau
dimudahkan.
ekonomi
Kalau
lokal
I2-5
kalau
iitu
yang
cukup
mengantri panjang karena
loket hanya 1.
215)
Untuk
pelayanan
I2-6
loket masih kurang, karena
hanya ada 1 loket untuk
kereta ke arah merak.
216)
Sudah cukup cepat.
I2-7
217)
Sudah cukup cepat.
I2-8
218)
Sudah cepat.
I2-9
219)
Sudah cukup cepat.
I2-10
220)
Untuk
I2-11
loket
yang
lokal terbatas hanya 1 atau
2, jadi banyak antrian yang
penuh. Seperti loket untuk
kereta patas merak.
50
Menurut
anda,
apakah
ruang tunggu yang ada di
Stasiun
Kereta
Api
221)
Sudah cukup bersih
I2-1
dan nyaman.
222)
Sudah cukup bersih
Rangkasbitung cukup luas
tetapi jika ramai kurang
dan bersih dan nyaman?
memadai.
I2-2
223)
Tidak
ruang
disediakan
tunggu
I2-3
setelah
membeli tiket, hanya ada
ruang tunggu peron untuk
hari-hari
tertentu
penumpangnya
yang
banyak
kekurangan tempat duduk,
kadang tidak nyaman karena
panas.
224)
Untuk ruang tunggu
I2-4
kereta kurang kursi dan di
loket sangat penumpuk.
225)
Sudah cukup untuk
I2-5
hari-hari biasa, tetapi untuk
saat mudik kekurangan.
226)
Ruang tunggu sudah
I2-6
cukup, tetapi seharusnya ada
ruang tunggu di bagian loket
dan agak besar.
227)
Kapasitas untuk ruang
I2-7
tunggu masih kurang.
228)
Sudah
bersih
dan
I2-8
cukup nyaman, tetapi untuk
mengantri di loket tidak ada.
229)
Sudah cukup nyaman.
I2-9
230)
Sudah cukup bersih
I2-10
dan nyaman.
231)
Sudah lumayan cukup
nyaman.
I2-11
51
Menurut
anda,
apakah
232)
Sudah cukup luas.
I2-1
ruang boarding yang ada di
233)
Masih sempit, karena
I2-2
Stasiun
Kereta
Api
Rangkasbitung cukup luas
dan bersih?
masih suka mengantri.
234)
Sudah cukup, tetapi
karena
I2-3
banyaknya
penumpang dan waktu yang
mepet jadi terkadang agak
susah untuk masuk.
235)
Cukup bersih tetapi
I2-4
agak sempit.
236)
Sudah cukup, jangan
luas-luas
I2-5
nanti
mempersempit jalan masuk.
237)
luas
Masih sempit, kurang
karena
masih
I2-6
suka
mengantri.
238)
Sudah cukup, standar.
I2-7
239)
Sudah cukup, untuk
I2-8
masuk ke stasiun.
240)
harus
I2-9
Cukup untuk masuk
I2-10
Belum
luas,
diperbesar.
241)
ke stasiun.
52
Menurut anda, apakah toilet
penumpang
di
Stasiun
Kereta Api Rangkasbitung
cukup
memadai
penumpang?
bagi
242)
Sudah cukup.
243)
Tidak
I2-11
pernah
I2-1
Masih agak bau dan
I2-2
menggunakan toilet.
244)
baknya kotor.
245)
Jarang ada air, tetapi
I2-3
petugasnya sudah baik.
246)
Kurang, karena masih
belum
tertutup
I2-4
bagian
belakang toilet, pintu masih
rusak.
247)
Lumayan
untuk
I2-5
fasilitas umum, tetapi masih
banyak
yang
diperbaiki
karena
belakang
tidak
harus
bagian
tertutupi,
tidak ada westafle dan pintu
tidak bisa dikunci.
248)
Untuk
kurang baik,
toilet
masih
karena
I2-6
air
kadang mati, pintu rusak,
dan kurang memadai.
249)
Sudah cukup baik dan
I2-7
memadai, serta bersih.
250)
Sudah cukup bersih.
I2-8
251)
Cukup lumayan baik.
I2-9
252)
Sudah cukup bersih.
I2-10
253)
Masih kurang, karena
I2-11
terkadang tidak ada
air,
pintu yang rusak dan tidak
ada tisu dan sabun.
53
Menurut
anda,
apakah
musholla di Stasiun Kereta
Api Rangkasbitung cukup
memadai bagi penumpang?
254)
Belum
pernah
I2-1
menggunakan musholla.
255)
Tidak
musholla.
pernah
ke
I2-2
256)
Untuk musholla sudah
I2-3
cukup.
257)
Kurang luas dan tidak
I2-4
ada pemisah antara laki-laki
dan perempuan.
258)
Memadai tetapi belum
I2-5
layak karena belum ada
pemisah antara perempuan
dan laki-laki.
259)
Untuk
seharusnya
musholla
terpisah
I2-6
dan
kurang lebar.
260)
Belum ada perubahan,
I2-7
masih kurang luas.
261)
musholla
I2-8
Untuk musholla harus
I2-9
Untuk
kurang luas.
262)
diperbesar
antara
dan
terpisah
laki-laki
dan
perempuan.
263)
Sudah cukup untuk
penumpang,
tetapi
I2-10
jika
ramai tidak terlalu luas tapi
tidak masalah karena sudah
ada musholla pun sudah
syukur.
264)
Terlalu sempit, karena
tidak ada pemisah antara
laki-laki dan perempuan.
I2-11
54
Menurut
anda,
informasi
visual
apakah
265)
Jelas.
I2-1
dan
266)
Sudah baik, terdengar
I2-2
informasi audio di Stasiun
jelas.
Kereta Api Rangkasbitung
267)
Sudah cukup jelas.
I2-3
cukup jelas dipahami dan
268)
Cukup jelas.
I2-4
didengar?
269)
Sudah cukup jelas.
I2-5
270)
Sudah
cukup
dan
I2-6
baik.
271)
Sudah cukup jelas.
I2-7
272)
Terdengar jelas.
I2-8
273)
Sudah cukup jelas.
I2-9
274)
Cukup
dan
I2-10
Kadang jelas, kadang
I2-11
jelas
terdengar.
275)
tidak
terdengar
karena
menggema.
55
Menurut
anda,
petugas
apakah
276)
Selalu memberitahu.
I2-1
selalu
277)
Selalu
I2-2
menginformasikan
diinformasikan.
gangguan perjalanan kereta
278)
Selalu.
I2-3
api
279)
Selalu memberitahu.
I2-4
280)
Iya, suka diberitahu.
I2-5
281)
Selalu
I2-6
kepada
penumpang?
para
menginformasikan.
282)
I2-7
Selalu
diinformasikan.
283)
Iya,
selalu
I2-8
selalu
I2-9
diberitahukan.
284)
Iya,
diinformasikan.
285)
Selalu
I2-10
diinformasikan.
286)
Belum pernah dengar
I2-11
ada gangguan perjalanan.
56
Menurut anda, bagaimana
keadaan tempat parkir di
Stasiun
Kereta
Rangkasbitung?
Api
287)
Lumayan untuk roda
I2-1
Untuk parkir masih
I2-2
2.
288)
sempit.
289)
Tidak tersedia parkir.
I2-3
290)
Stasiun
I2-4
tidakada
tempat parkir penumpang,
hanya ada tukang ojek dan
becak. Ada
juga khusus
untuk petugas.
291)
Tidak ada parkiran,
I2-5
hanya tempat tukang ojek
dan becak.
292)
Untuk
parkir
itu
I2-6
kurang, karena tidak ada
tempat. Hanya tukang ojek
dan becak.
293)
Untuk tempat parkir
I2-7
masih berantakan.
294)
Kurang luas, malah
I2-8
macet terus.
295)
Untuk tempat parkir
masih kurang, seharusnya
ditambah dan diperluas.
I2-9
296)
Jika
untuk
tempat
I2-10
parkir masih kurang lahan
untuk
parkir
kendaraan
penumpang.
297)
Tidak
ada
lahan
I2-11
parkir, hanya ada tukang
ojek
dan
becak.
Harus
diadakan lahan parkir.
57
Menurut anda, apakah di
298)
Perlu ada.
Stasiun
299)
Perlu
Kereta
Rangkasbitung
Api
perlu
adanya akses jalan khusus
bagi penumpang difable?
I2-1
ada,
membutuhkan
karena
I2-2
pelayanan
yang sama.
300)
sudah
Perlu dan seharusnya
menjadi
I2-3
standar
pelayanan publik.
301)
Sangat
perlu,
agar
I2-4
tidak ada perbedaan layanan.
Penumpang kan berbedabeda.
302)
Harus
ada,
I2-5
penumpang kan beragam.
303)
Perlu. Penting, karena
sewaktu-waktu
ada
I2-6
untuk
I2-7
karena
I2-8
pasti
penumpang difable.
304)
Perlu,
kenyamanan.
305)
Perlu,
kebutuhannya sama seperti
penumpang lain.
306)
Perlu.
I2-9
307)
Harus diadakan untuk
I2-10
penyandang difable.
308)
Seharusnya ada, agar
I2-11
ada perbedaan.
58
Menurut anda, apakah di
309)
Kurang tahu.
I2-1
Stasiun
310)
Perlu adanya ruangan
I2-2
Kereta
Rangkasbitung
Api
perlu
untuk ibu menyusui.
adanya ruang khusus ibu
311)
Perlu.
I2-3
menyusui?
312)
Sangat perlu, agar ibu
I2-4
dan bayi merasa nyaman.
313)
Harus ada, karena hal
demikian
bersifat
I2-5
privasi
jadi butuh ruangan khusus.
314)
Harus
ada,
karena
I2-6
agar menutup aurat ibu yang
sedang menyusui.
315)
Perlu, agar ibu yang
I2-7
menyusui nyaman.
316)
Perlu, karena kasihan
bayi dan ibu yang
I2-8
akan
menyusui.
317)
Itu
perlu,
karena
I2-9
tempat umum jadi harus ada
ruang khusus ibu dan bayi.
318)
Sebenarnya harus ada
I2-10
untuk ibu yang menyusui
agar tertutup.
319)
Perlu.
I2-11
KODING DATA PENELITIAN
Kode
Kata Kunci
1
Perbaikan toilet, hole untuk ruang tunggu, peron dan untuk parkir.
2
Pembongkaran rel untuk adanya KRL, kemungkinan adanya CCTV,
perubahan musholla, ruang ibu menyusui, untuk toilet pria akan ada
urinoir dan westafle untuk toilet perempuan, ruang tunggu penumpang,
pengatur suhu.
3
1 semester (6 bulan).
4
Rencana sudah ada.
5
Baru ada ruang tunggu untuk penumpang yang akan naik kereta dan baru
100m.
6
Untuk ruang tunggu belum ada, hanya ada ruang loket dan peron yang
seharusnya ada 3 ruangan.
7
Akan ada perubahan di Stasiun, salah satunya toilet untuk difable karena
saat ini belum ada.
8
Akan ada pembuatan fasilitas untuk difable dan sudah diajukan.
9
Ada rencana untuk perubahan.
10
Akan ada perubahan.
11
Untuk parkir juga akan diadakan.
12
Sudah ada rencana untuk pembuatan parkiran.
13
Tidak ada hambatan dalam membuat perencanaan.
14
Tidak ada, karena sudah dilakukan sosialisasi.
15
Pembagian tugas keamanan diatur sendiri oleh bagian kepala sub urusan
keamanan.
16
Ada jadwal piket perharinya.
17
Untuk ruangan nanti akan ada pemisahan ruangan tunggu karena
sekarang masih menyatu dengan loket.
18
Seharusnya ada 3 ruangan dimana ruang tunggu, loket dan peron.
19
Sudah banyak perubahan.
20
Sudah, seperti ada ruang boarding untuk pengecekan tiket, adanya
fasilitas tiket online.
21
20 detik dalam kondisi hari-hari biasa, kecuali weekend dan long
weekend tidak bisa diprediksi.
22
5 menit karena.
23
Perawatan rutin tiap hari oleh petugas kebersihan.
24
Ada petugas dari pihak ketiga dibagi perhari 5 orang untuk pemeliharaan
dan perawatan.
25
Ruang boarding kira-kira 3x2 cm itu pun belum terpisah dengan ruang
tunggu.
26
1 ruangan, 5x5 cm.
27
Sampai saat ini tidak ada hambatan.
28
Tidak ada, karena sudah ada pembagian tugas masing-masing.
29
Kepala Stasiun yang bertanggung jawab penuh.
30
Kepala stasiun dan petugas terkait.
31
Pengarahan dari polsuska kepada pkd setiap apel pagi dan sore.
32
Ada pengarahan,dari Pak KS, Sub urusan pelayanan dan dari pihak Out
Sourching.
33
Adanya meeting atau brifing singkat.
34
Ada pembinaan dalam 1 bulan 2 kali.
35
Ada pertemuan juga setiap 2 minggu sekali.
36
Untuk meeting 1 minggu sekali. Untuk brifing singkat setengah jam tiap
hari.
37
1 bulan 2 kali dan untuk lama waktu disesuaikan dengan materi.
38
Hanya beberapa menit saja, brifing atau apel singkat.
39
Ada.
40
Selalu ada.
41
Wajib, dan selalu diinformasikan.
42
Selalu diinformasikan.
43
Selalu memberitahu.
44
Selalu diinformasikan.
45
Selalu.
46
Selalu memberitahu.
47
Iya, suka diberitahu.
48
Selalu menginformasikan.
49
Selalu diinformasikan.
50
Iya, selalu diberitahukan.
51
Iya, selalu diinformasikan.
52
Selalu diinformasikan.
53
Belum pernah dengar ada gangguan perjalanan.
54
Ada terpisah, bagian perjalanan.
55
Ada dari bagian PPKA (Petugas Perjalanan Kereta Api).
56
Ada dari bagian PPKA (Petugas Perjalanan Kereta Api).
57
Iya ada, satpam.
58
Iya ada.
59
Sudah ada.
60
Cuma ada PKD yang berjaga saja.
61
Iya ada, kepada satpam.
62
Ada petugas dari PKD atau Security.
63
Iya ada.
64
Sudah ada, ke bagian PKD.
65
Belum tahu untuk petugas khusus.
66
Cukup banyak untuk petugas yang berjaga.
67
Ada. PKD.
68
Setiap hari dibersihkan oleh petugas kebersihan.
69
Kepala suburusan pelayanan memberikan tugas ke bagian cleaning
service untuk membersihkan ruangan dan area stasiun.
70
Dari bagian kebersihan dan adanya koordinasi kepala stasiun dan bagian.
Ada 1 orang yang membersihkan dari bagian kebersihan dan ada leader
71
yang mengontrol petugas yang setiap harinya membersihkan area stasiun.
Setiap saat dan memberikan wewenang kepada setiap bagian-bagiannya
dan setiap seminggu sekali dicek.
72
Dari kepala stasiun memeberi wewenang untuk mengontrol dari
kebersihan taman sampai peron.
73
Dari kepala sub urusan dan kepala stasiun terjun langsung ke lapangan
dan ada juga absensinya.
74
Ada buku catatan khusus. Kepala stasiun juga ikut mengontrol.
75
Petugas yang berjaga dikontrol oleh Kepala suburusan dan kadang kepala
stasiun juga ikut mengontrol kerja mereka dalam bentuk catatan.
76
Iya ada.
77
Akan segera diperbaiki jika hal kecil seperti keran, pintu yang rusak. jika
cukup rumit maka akan ada pengajuan ke pusat.
78
Selalu ada upaya untuk perbaikan.
79
Ada perbaikan.
80
6 bulan sekali/ 1 semester.
81
Jika hal kecil langsung diganti dan jika tidak bisa maka langsung
diajukan.
82
Jika dapat ditangani sendiri, langsung diperbaiki, tetapi jika tidak agak
lama paling 2-3hari.
83
Sudah ada CCTV tetapi hanya satu untuk diarea peron.
84
Hanya baru ada 1, tetapi untuk pelayanan penumpang di Stasiun belum
ada CCTV.
85
Banyak kemajuan dan berhasil.
86
Sudah cukup banyak perubahan.
87
Sudah cukup berhasil.
88
Sudah cukup baik dan ada kemajuan.
89
Sudah ada perubahan adanya tempat duduk di peron dan area stasiun
sudah bersih.
90
Kalau dibandingkan dengan satu/dua tahun kebelakang sudah cukup baik
dan nyaman.
91
Sudah lumayan ada kemajuan dibanding dulu.
92
Ada walaupun bertahap.
93
Lumayan, tetapi belum sangat baik karena belum ada parkiran, musholla,
ruang tunggu dan loket.
94
Sudah banyak perubahan.
95
Sudah cukup berhasil dibanding dulu karena dulu banyak pedagang.
96
Cukup lumayan hanya perlu perbaikan-perbaikan.
97
Sudah ada kemajuan dibanding dulu.
98
Sudah lumayan, hanya masih kurang perbaikan dan pembangunan yang
lama.
99
Tidak ada.
100
Kalau hari raya, pertama dari PT.KA dibantu oleh kepolisian untuk
kegiatan patroli, kemudian pengamanan jalur, untuk patroli ada yang
malam harinya. Untuk pengamanan penumpang, setiap penumpang mau
naik dan turun dari kereta ada pkd didekat pintu, kemudian pengaman
peron saat kereta datang maupun berangkat .
101
Jumlahnya ada 28 orang.
102
Sampai saat ini belum ada yang kehilangan.
103
Tidak bisa diprediksi.
104
Sudah banyak.
105
Diambil dari luar PT kereta api, dari PT.Eksasindo.
106
Ada 12 berikut leader 1.
107
Ada, dari PT outsourching.
108
Untuk pagi hari itu 6 orang, sore 4 kadang kalau libur 2.
109
Ke bagian pelayanan stasiun bapak Purwanto di jakarta.
110
Tidak terlihat.
111
Tidak terlihat.
112
Terlihat.
113
Iya terlihat.
114
Iya, terlihat.
115
Pernah lihat.
116
Belum pernah lihat.
117
Tidak pernah lihat.
118
Tidak tahu.
119
Tidak pernah lihat.
120
Ada kalau tidak salah.
121
Tidak mengetahui.
122
Tidak pernah lihat.
123
Tahu.
124
Iya tahu.
125
Tahu.
126
Tahu.
127
Tidak tahu.
128
Tahu.
129
Tidak tahu.
130
Tahu.
131
Tidak pernah lihat.
132
Tidak mengetahui.
133
Tidak lihat.
134
Tidak tahu.
135
Iya terlihat.
136
Tidak lihat.
137
Pernah lihat.
138
Tidak ada.
139
Tidak pernah lihat.
140
Belum lihat.
141
Tidak tahu.
142
Tidak.
143
Tidak tahu.
144
Tahu.
145
Tidak mengetahui.
146
Tidak tahu.
147
Sepertinya ada.
148
Tidak pernah lihat.
149
Sudah ada.
150
Tidak ada.
151
Belum tahu.
152
Pernah lihat.
153
Pernah lihat.
154
Tidak tahu.
155
Lihat.
156
Tidak tahu.
157
Iya lihat.
158
Belum pernah lihat.
159
Tidak pernah lihat.
160
Kursi roda sudah ada.
161
Tidak ada.
162
Belum tahu.
163
Pernah lihat.
164
Kalau untuk kursi roda tidak lihat.
165
Tidak tahu.
166
Tidak tahu.
167
Tidak tahu.
168
Tidak tahu.
169
Tidak tahu.
170
Tidak pernah lihat.
171
Tidak pernah lihat.
172
Tidak ada.
173
Belum lihat.
174
Tidak tahu.
175
Tidak tahu.
176
Kurang tahu.
177
Biasa saja.
178
Untuk di peron kurang.
179
Lumayan.
180
Cukuplah untuk penerangan penumpang.
181
Belum cukup.
182
Sudah cukup terang.
183
Sudah cukup terang.
184
Sudah lumayan 90%.
185
Cukup terang.
186
Sudah cukup terang.
187
Keamanan sudah cukup baik.
188
Ada yang sudah dan belum.
189
Sudah cukup baik.
190
Lumayan.
191
Lumayan.
192
Sudah cukup baik.
193
Sudah cukup baik.
194
Sudah cukup menjaga keamanan penumpang.
195
Untuk keamanan sudah ada kemajuan.
196
Sudah menjaga keamanan dengan baik.
197
Kalau untuk di pintu masuk dan keluar sudah cukup. Kalau untuk kereta
datang ada kesemrawutan antara yang naik dan turun penumpang.
198
Sangat dibutuhkan.
199
Sangat dibutuhkan.
200
Dibutuhkan CCTV.
201
Sangat dibutuhkan untuk merekam kejadian yang ada di stasiun.
202
Sangat dibutuhkan.
203
Penting, untuk merekam kejadian di stasiun.
204
Dibutuhkan, walaupun tidak ada pengamen dan pedagang tetapi
dikhawatirkan ada penumpang yang berniat jahat.
205
Bisa dibutuhkan bisa juga tidak, tergantung kondisi stasiun.
206
Dibutuhkan, karena takut ada kejadian-kejadian tak diduga.
207
Seharusnya ada.
208
Butuh, agar lebih aman.
209
Lumayan sudah cukup cepat.
210
Sudah cukup baik, pelayanannya cepat.
211
Untuk penjualan tiket di loket sudah cukup baik.
212
Lumayan, walaupun terkadang antrian menjadi panjang.
213
Tergantung kelas kereta yang dibeli.
214
Untuk pelayanan loket masih kurang.
215
Sudah cukup cepat.
216
Sudah cukup cepat.
217
Sudah cepat.
218
Sudah cukup cepat.
219
Untuk loket yang lokal terbatas hanya 1 atau 2.
220
Sudah cukup bersih dan nyaman.
221
Sudah cukup bersih tetapi jika ramai kurang memadai.
222
Tidak disediakan ruang tunggu setelah membeli tiket, hanya ada ruang
223
tunggu peron.
224
Untuk ruang tunggu kereta kurang kursi.
225
Sudah cukup untuk hari-hari biasa, tetapi untuk saat mudik kekurangan.
226
Seharusnya ada ruang tunggu di bagian loket dan agak besar.
227
Kapasitas untuk ruang tunggu masih kurang.
Sudah bersih dan cukup nyaman, tetapi untuk mengantri di loket tidak
228
ada.
229
Sudah cukup nyaman.
230
Sudah cukup bersih dan nyaman.
231
Sudah lumayan cukup nyaman.
232
Sudah cukup luas.
233
Masih sempit, karena masih suka mengantri.
234
Sudah cukup.
235
Cukup bersih tetapi agak sempit.
236
Sudah cukup.
237
Masih sempit.
238
Sudah cukup.
239
Sudah cukup.
240
Belum luas, harus diperbesar.
241
Cukup.
242
Sudah cukup.
243
Tidak pernah menggunakan toilet.
244
Masih agak bau dan baknya kotor.
245
Jarang ada air.
246
Kurang, karena masih belum tertutup bagian belakang toilet.
Bagian belakang tidak tertutupi, tidak ada westafle dan pintu tidak bisa
247
dikunci.
248
Untuk toilet masih kurang baik.
249
Sudah cukup baik dan memadai.
250
Sudah cukup bersih.
251
Cukup lumayan baik.
252
Sudah cukup bersih.
253
Masih kurang.
254
Belum pernah menggunakan musholla.
255
Tidak pernah ke musholla.
256
Untuk musholla sudah cukup.
257
Kurang luas dan tidak ada pemisah antara laki-laki dan perempuan.
258
Belum layak karena belum ada pemisah antara perempuan dan laki-laki.
259
Untuk musholla seharusnya terpisah dan kurang lebar.
260
Belum ada perubahan.
261
Untuk musholla kurang luas.
Untuk musholla harus diperbesar dan terpisah antara laki-laki dan
262
perempuan.
Jika ramai tidak terlalu luas tapi tidak masalah karena sudah ada musholla
263
pun sudah syukur.
264
Terlalu sempit, tidak ada pemisah antara laki-laki dan perempuan.
265
Jelas.
266
Sudah baik, terdengar jelas.
267
Sudah cukup jelas.
268
Cukup jelas.
269
Sudah cukup jelas.
270
Sudah cukup.
271
Sudah cukup jelas.
272
Terdengar jelas.
273
Sudah cukup jelas.
274
Cukup jelas terdengar.
275
Kadang jelas, kadang tidak terdengar karena menggema.
276
Selalu memberitahu.
277
Selalu diinformasikan.
278
Selalu.
279
Selalu memberitahu. Iya,
280
suka diberitahu. Selalu
281
menginformasikan. Selalu
282
diinformasikan.
283
Iya, selalu diberitahukan.
284
Iya, selalu diinformasikan.
285
Selalu diinformasikan.
286
Belum pernah dengar ada gangguan perjalanan.
287
Lumayan untuk roda 2.
288
Untuk parkir masih sempit.
289
Tidak tersedia parkir.
290
Stasiun tidak ada tempat parkir penumpang, hanya ada tukang ojek dan
becak.
291
Tidak ada parkiran, hanya tempat tukang ojek dan becak.
292
Untuk parkir itu kurang. Hanya tukang ojek dan becak.
293
Untuk tempat parkir masih berantakan.
294
Kurang luas, malah macet terus.
295
Untuk tempat parkir masih kurang.
296
Untuk tempat parkir masih kurang lahan untuk parkir kendaraan
penumpang.
297
Tidak ada lahan parkir, hanya ada tukang ojek dan becak.
298
Perlu ada.
299
Perlu ada, karena membutuhkan pelayanan yang sama.
300
Perlu, seharusnya sudah menjadi standar pelayanan publik.
301
Sangat perlu, agar tidak ada perbedaan layanan.
302
Harus ada.
303
Penting, karena sewaktu-waktu pasti ada penumpang difable.
304
Perlu, untuk kenyamanan.
305
Perlu, karena kebutuhannya sama seperti penumpang lain.
306
Perlu.
307
Harus diadakan untuk penyandang difable.
308
Seharusnya ada, agar ada perbedaan.
309
Kurang tahu.
310
Perlu adanya ruangan untuk ibu menyusui.
311
Perlu.
312
Sangat perlu, agar ibu dan bayi merasa nyaman.
313
Harus ada, karena hal demikian bersifat privasi jadi butuh ruangan
khusus.
314
Harus ada, karena agar menutup aurat ibu yang sedang menyusui.
315
Perlu, agar ibu yang menyusui nyaman.
316
Perlu, karena kasihan bayi dan ibu yang akan menyusui.
317
Perlu, karena tempat umum jadi harus ada ruang khusus ibu dan bayi.
318
Sebenarnya harus ada untuk ibu yang menyusui agar tertutup.
319
Perlu.
Dokumentasi :
Wawancara dengan Bapak Oya Santika
(Wakil kepala Stasiun) Tanggal 12
Februari 2016, Pukul 10.00 WIB di
Stasiun KA Rangkasbitung
Wawancara dengan Bapak Asnawi
(Penumpang) Tanggal 16 Februari 2016,
Pukul 13.00 di Stasiun KA
Rangkasbitung
Wawancara dengan Bapak Ulung
(Ketua kebersihan) Tanggal 16 Februari
2016, Pukul 11.05 WIB di Stasiun KA
Rangkasbitung
Wawancara dengan Ibu Asni
(Penumpang) Tanggal 16 Februari
2016, Pukul 13.50 di Stasiun KA
Rangkasbitung
Wawancara dengan Bapak Andri
(Kepala Stasiun) Tanggal 19 September
2016, Pukul 10.30 WIB di Stasiun KA
Rangkasbitung
Wawancara dengan Bapak Ulung
(Ketua kebersihan Stasiun) Tanggal 12
September 2016, Pukul 13.10 WIB di
Stasiun KA Rangkasbitung
Wawancara dengan Bapak Supriyatin
(Junior Supvisor Pelayanan Stasiun)
Tanggal 19 September 2016, Pukul 11.50
WIB di Stasiun KA Rangkasbitung
Wawancara dengan Munah
(Penumpang) Tanggal 19 September
2016, Pukul 14.05 WIB di Stasiun KA
Rangkasbitung
Wawancara dengan Intan
(Penumpang) Tanggal 19 September
2016, Pukul 14.20 WIB di Stasiun KA
Rangkasbitung
Wawancara dengan Bapak Sam’un
(Penumpang) Tanggal 19 September
2016, Pukul 15.05 WIB di Stasiun KA
Rangkasbitung
Wawancara denganWahyu
(Penumpang) Tanggal 19 September
2016, Pukul 14.40 WIB di Stasiun KA
Rangkasbitung
Wawancara dengan Sri Rahayu
(Penumpang) Tanggal 21 September
2016, Pukul 11.30 WIB di Stasiun KA
Rangkasbitung
Wawancara dengan Wulan
(Penumpang) Tanggal 21 September
2016, Pukul 11.52 WIB di Stasiun KA
Rangkasbitung
Wawancara dengan Aldi
(Penumpang) Tanggal 21 September
2016, Pukul 12.33 WIB di Stasiun KA
Rangkasbitung
Wawancara dengan Iwan
(Penumpang) Tanggal 21 September
2016, Pukul 12.15 WIB di Stasiun KA
Rangkasbitung
Wawancara dengan Bapak Yani
(Penumpang) Tanggal 21 September
2016, Pukul 12.50 WIB di Stasiun KA
Rangkasbitung
Wawancara dengan Bapak Rahmat
(Penumpang) Tanggal 21 September
2016, Pukul 13.18 WIB di Stasiun KA
Rangkasbitung
Wawancara dengan Bapak Dulfatah
(Kepala Suburusan Keamanan) Tanggal
29 September 2016, Pukul 13.15 WIB di
Stasiun KA Rangkasbitung
Wawancara dengan Syifa
(Penumpang) Tanggal 21 September
2016, Pukul 13.56 WIB di Stasiun KA
Rangkasbitung
Keadaan peron/tempat menunggu kereta
di Stasiun Rangkasbitung Tanggal 1
Agustus 2016, Pukul 12.53 WIB di
Stasiun KA Rangkasbitung
Keadaan toilet pria di Stasiun
Rangkasbitung Tanggal 19 September
2016, Pukul 17.18 WIB di Stasiun KA
Rangkasbitung
Keadaan loket di Stasiun Rangkasbitung
Tanggal 19 September 2016, Pukul 11.12
WIB di Stasiun KA Rangkasbitung
Keadaan toilet wanita di Stasiun
Rangkasbitung Tanggal 29 September
2016, Pukul 12.22 WIB di Stasiun KA
Rangkasbitung
Catatan Lapangan
No
1
Tanggal
12 Februari
2016
Waktu
10.00
WIB
Tempat
Stasiun
Kereta Api
Rangkasbitu
ng
Hasil
Wawancara
2
16 Februari
2016
11.05
WIB
Stasiun
Kereta Api
Rangkasbitu
ng
Wawancara
3
16 Februari
2016
13.00
WIB
Stasiun
Kereta Api
Rangkasbitu
ng
Wawancara
4
16 Februari
2016
13.50
WIB
Stasiun
Kereta Api
Rangkasbitu
ng
Wawancara
5
16 Februari
2016
14.10
WIB
Stasiun
Data Standar
Kereta Api Pelayanan Minimum
Rangkasbitu
(SPM)
ng
6
01 Agustus
2016
10.30
WIB
Stasiun
Kereta Api
Rangkasbitu
ng
Wawancara
7
02 Agustus
2016
09.30
WIB
Stasiun
Kereta Api
Rangkasbitu
ng
Wawancara
Informan
Bapak Oya
Santika
(Wakil
Kepala
Stasiun KA
Rangkasbitu
ng)
Bapak Ulung
(Ketua
Kebersihan
Stasiun KA
Rangkasbitu
ng)Bapak)
Asnawi
(Penumpang
di Stasiun
KA
Rangkasbitu
ng
Ibu Asni
(Penumpang
di Stasiun
KA
Rangkasbitu
ng)
Bapak Oya
Santika
(Wakil
Kepala
Stasiun KA
Rangkasbitu
ng)
Bapak Andri
(Kepala
Stasiun KA
Rangkasbitu
ng)
Bapak
DulFatah (
Junior
Supervisor
8
02 Agustus
2016
11.17
WIB
Stasiun
Wawancara dan data
Kereta Api
jumlah penumpang
Rangkasbitu
saat lebaran tahun
ng
2015 dan 2016)
9
19
September
2016
10.30
WIB
Stasiun
Kereta Api
Rangkasbitu
ng
10
19
September
2016
11.50
WIB
Stasiun
Wawancara dan data
Kereta Api
daftar kelengkapan
Rangkasbitu SPM Stasiun besar
ng
tipe c bulan juli 2016
11
19
September
2016
13.10
WIB
Stasiun
Kereta Api
Rangkasbitu
ng
Wawancara
12
19
September
2016
14.05
Stasiun
Kereta Api
Rangkasbitu
ng
Wawancara
13
19
September
2016
14.20
WIB
Stasiun
Kereta Api
Rangkasbitu
ng
Wawancara
14
19
September
2016
14.40
WIB
Stasiun
Kereta Api
Rangkasbitu
Wawancara
WIB
Wawancara
Keamanan
Stasiun KA
Rangkasbitu
ng)
Bapak
Supriatin
(Junior
Supervisor
Pelayanan
Stasiun KA
Rangkasbitu
ng)
Bapak Andri
(Kepala
Stasiun KA
Rangkasbitu
ng)
Bapak
Supriatin
(Junior
Supervisor
Pelayanan
Stasiun KA
Rangkasbitu
ng)
Bapak Ulung
(Ketua
Kebersihan
Stasiun KA
Rangkasbitu
ng)
Munah
(Penumpang
di Stasiun
KA
Rangkasbitu
ng)
Intan
(Penumpang
di Stasiun
KA
Rangkasbitu
ng)
Wahyu
(Penumpang
di Stasiun
ng
15
19
September
2016
15.05
Stasiun
Kereta Api
Rangkasbitu
ng
Wawancara
16
21
September
2016
11.12
WIB
Stasiun
Kereta Api
RAngkasbit
ung
Data profil Stasiun
KA Rangkasbitung
dan Tupoksi petugas
Stasiun
17
21
September
2016
11.30
WIB
Stasiun
Kereta Api
Rangkasbitu
ng
Wawancara
18
21
September
2016
11.52
WIB
Stasiun
Kereta Api
Rangkasbitu
ng
Wawancara
19
21
September
2016
12.15
WIB
Stasiun
Kereta Api
Rangkasbitu
ng
Wawancara
20
21
September
2016
12.33
WIB
Stasiun
Kereta Api
Rangkasbitu
ng
Wawancara
21
21
September
2016
12.50
WIB
Stasiun
Kereta Api
Rangkasbitu
ng
Wawancara
22
21
13.18
Stasiun
Wawancara
KA
Rangkasbitu
ng)
Bapak
Sam’un
(Penumpang
di Stasiun
KA
Rangkasbitu
ng)
Bapak Andri
(Kepala
Stasiun KA
Rangkasbitu
ng)
Sri Rahayu
(Penumpang
di Stasiun
KA
Rangkasbitu
ng)
Wulan
(Penumpang
di Stasiun
KA
Rangkasbitu
ng)
Iwan
(Penumpang
di Stasiun
KA
Rangkasbitu
ng)
Aldi
(Penumpang
di Stasiun
KA
Rangkasbitu
ng)
Bapak Yani
(Penumpang
di Stasiun
KA
Rangkasbitu
ng)
Bapak
September
2016
WIB
Kereta Api
Rangkasbitu
ng
23
21
September
2016
13.56
WIB
Stasiun
Kereta Api
Rangkasbitu
ng
Wawancara
25
29
September
2016
13.15
WIB
Stasiun
Kereta Api
Rangkasbitu
ng
Wawancara
Rahmat
(Penumpang
di Stasiun
KA
Rangkasbitu
ng)
Syifa
(Penumpang
di Stasiun
KA
Rangkasbitu
ng)
Bapak
Dulfatah
(Junior
Supervisor
Keamanan
Stasiun KA
Rangkasbitu
ng)
STRUKTUR ORGANISASI STASIUN BESAR RANGKASBITUNG
KSB RANGKASBITUNG
ANDRI
NIPP.42356
WKSB
RANGKASBITUNG
OYA SANTIKA
NIPP.47022
KEPALA SUBURUSAN
PERKA &
ADMINISTRASI
KEPALA SUBURUSAN
PELAYANAN
STASIUN
KEPALA SUBURUSAN
KEAMANAN DAN
KETERTIBAN
KEPALA SUBURUSAN
KOMERSIL
NURDIANSYAH
NIPP.47033
SUPRIYATIN
NIPP.38635
DULFATAH
NIPP.64391
RINI CAHYATI
PPKA
MANDOR
NIPP.52163
PKD (Petugas
Keamanan dalam)
OPERATOR
POLSUSKA
(Polisi Khusus
KA)
LOKET
(Pngatur
Perjalanan KA)
JRR (Juru Lansir)
PJL (Penjaga Pintu
Lintasan)
PJW (Penjaga
Wesel)
CLEANING
SERVICE
STASIUN
CLEANING
SERVICE KRETA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Identitas Pribadi
Nama
: Hesti Oktaviawati
NIM
: 6661122559
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat Tanggal Lahir
: Pandeglang, 12 Oktober 1993
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Mahasiswa
E-mail
: [email protected]
Nomor Handphone
: 085216638316
Alamat
: Kp. Cihideung Rt. 003/002
Kec. Cimanuk, Kab. Pandeglang
2. Riwayat Pendidikan
SD
: SD N 1 Batubantar
SMP
: SMP N 1 Pandeglang
SMA
: SMA N 1 Pandeglang
Perguruan Tinggi
: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Serang)
3. Pengalaman Organisasi
a. Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara (HIMANE)
FISIP UNTIRTA 2013-2014
b. Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara (HIMANE)
FISIP UNTIRTA 2014-2015
Download