MANAJEMEN FASILITAS UMUM DI STASIUN KERETA API RANGKASBITUNG SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan Penelitian Pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Oleh: Hesti Oktaviawati NIM. 6661122559 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, Februari 2017 MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Bahagia akan didapat jika kita tidak menginginkan segala sesuatu yang berlebihan, tetapi bersyukur dengan apa yang telah dimiliki” Skripsi ini saya persembahkan untuk Mamah, papah, kakak-kakakku dan kekasihku. Tanpa doa dan semangat dari kalian, saya tidak dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk segala pengorbanan kalian. Love You My Family ABSTRAK Hesti Oktaviawati. NIM. 6661122559. Skripsi 2017. Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I Drs. Oman Supriadi, M.Si. Pembimbing II Yeni Widyastuti, M.Si. Fokus penelitian ini adalah Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Masalah yang diidentifikasi oleh peneliti adalah tidak adanya lahan parkir untuk pengguna jasa kereta api, tidak adanya ruang tunggu penumpang, tidak adanya ruangan ibu menyusui dan fasilitas difable, musholla yang kurang luas serta tidak adanya CCTV di area stasiun. Penelitian ini menggunakan teori fungsi-fungsi manajemen dari George R. Terry yang meliputi : perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengontrolan. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi pustaka dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah model Prasetya Irawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung sudah berjalan cukup baik. Hal ini dapat dilihat berdasarkan adanya perubahan keadaan lingkungan stasiun yang mengalami kemajuan. Meski masih ada beberapa fasilitas yang belum terpenuhi dan harus diperbaiki karena rencana untuk pengadaan belum direalisasikan. Saran yang dapat diberikan yaitu pihak stasiun terus melakukan koordinasi dan pelaporan,agar pengajuan pengadaan fasilitas umum segera ditindak lanjuti. Kata Kunci : Manajemen, fasilitas umum, Stasiun i ABSTRACT Hesti Oktaviawati. NIM. 6661122559 2017. Research. Public Facilities Management at Rangkasbitung Railway Station. Departement of Public Administration. Faculty of Social and Political Science, University of Sultan Ageng Tirtayasa. The 1 st advisor Drs. Oman Supriadi, M.Si., 2nd advisor Yeni Widyastuti, M.Si. Public Facilities Management at Rangkasbitung Railway Station is focused of the research. The lack of parking spaces, lobby area, nursing room, difable facilities, limited area of mosque, and CCTV control area. Identified by researcher this study used theory of management functions adapted from George R. Terry it is include of planning, organizing, actuating and controlling. Qualitative descriptive method is used by researcher. Interviews, observation, literature study, and documentation are used in data collecting techniques. Data analysis used Prasetya Irawan model. The result of this research showed the improvement of management of public facilities at Rangkasbitung railway Station. It can be claimed by some improvement of station area. Although there are still some facilities have not been repaired and realized. The reseacher suggested the station management will continue it is coordinating and reporting that the submission of procurement of public facilities be immediately followed up. Keywords: management, public facilities, stations ii KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan Hidayah-Nya sehingga proposal skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Proposal skripsi ini penulis buat untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul “Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung”. Hasil penulisan proposal skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang selalu mendukung penulis baik secara moril maupun materil. Maka dengan ketulusan hati dan dalam kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan sehingga penulisan proposal skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan dan rasa hormat serta terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Kehadirat Allah SWT, berkat rahmatNya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. 2. Kedua orang tua penulis terutama ibu yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa, motivasi serta semangat yang tiada terkira. 3. Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 4. Dr. Agus Sjafari, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 5. Rahmawati, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. iii 6. ImanMukhroman, S.Ikom., M.Ikom selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 7. Kandung Sapto Nugroho, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 8. Listyaningsih, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 9. Riswanda, Ph.D selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 10. Oman Supriadi, M.Siselaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya untuk melakukan bimbingan dan memberikan masukan dalam setiap bimbingan yang dilakukan selama ini. 11. Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat bagi penulis dalam setiap bimbingan yang telah dilakukan selama ini. 12. Dr. Dirlanudin, M.Si selaku ketua penguji sidang yang senantiasa memberikan masukan dan motivasi bagi penulis dalam setiap bimbingannya yang telah dilakukan selama ini. 13. Seluruh Dosen dan Staf Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah mendidik dan membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan. 14. Kepala beserta seluruh pegawai Stasiun Kereta Api Rangkasbitung yang telah banyak membantu memberikan data dan saran dalam penelitian ini. iv 15. Keluarga penulis yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan serta doa yang selalu mengiringi tiap langkah penulis. 16. Teman-teman yang penulis sayangi (Rahma, Eka, Aisyah, Putri, Widya, Mita, Tomi Listiansah, Yeni, Mega, Dwi Vina, Wungu, Sella) serta teman-teman satu perjuangan kelas A, B,C yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. 17. Terima kasih pula kepada seseorang yang telah mendampingi penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi ini (Diky Rizky Fadilah). Semoga akan terus menjadi penyemangat untuk penulis. Akhirnya penulis tak berhenti mengucapkan syukur kepada Allah SWT, karena atas ridho-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari banyak ditemukan kekurangan dalam penyajian materi. Oleh karen itu penulis memohon maaf atas kekurangan tersebut. Penulis mengharapkan masukan, baik kritik maupun saran dari pembaca yang membangun. Semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, khususnya bagi yang memebaca dan semoga proposal skripsi ini dapat membantu para peminat ilmu Administrasi Negara. Penulis berharap mudah-mudahan proposal skripsi ini dapat menjadi bahan bacaan bagi khalayak yang ingin mengetahui tentang Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Serang, Januari 2017 Penulis Hesti Oktaviawati NIM. 6661122559 v DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ................................................................................................................ i ABSTRACT............................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi DAFTAR TABEL .................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1 1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... .... 15 1.3 Pembatasan Masalah................................................................................ 16 1.4 Rumusan Masalah.................................................................................... 17 1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 17 1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................... 17 vi BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN 2.1 Landasan Teori ........................................................................................ 18 2.1.1 Pengertian Administrasi ................................................................ 18 2.1.2 Fungsi-fungsi Administrasi ........................................................... 20 2.1.3 Pengertian Tata Kelola .................................................................. 21 2.1.4 Pengertian Fasilitas Umum ........................................................... 21 2.1.5 Konsep Manajemen....................................................................... 22 2.1.5.1 Fungsi-fungsi Manajemen................................................. 24 2.2 Penelitian Terdahulu................................................................................ 37 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................... 43 2.4 Asumsi Dasar Penelitian.......................................................................... 48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ......................................................... 49 3.2 Fokus Penelitian...................................................................................... 50 3.3 Lokasi Penelitian .................................................................................... 50 3.4 Fenomena yang Diamati ......................................................................... 51 3.4.1 Definisi Konsep ............................................................................. 51 3.4.2 Definisi Operasional...................................................................... 51 3.5 Instrumen Penelitian ............................................................................... 54 3.6 Informan Penelitian ................................................................................ 55 3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 57 3.8 Pengujian Keabsahan Data ..................................................................... 63 vii 3.9 Jadual Penelitian ..................................................................................... 64 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ..................................................................... 66 4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak ............................................. 66 4.1.2 Gambaran Umum PT.Perkeretapian Indonesia ............................. 67 4.1.3 Gambaran Umum Stasiun Kereta Api Rangkasbitung.................. 69 4.2 Deskripsi Data ........................................................................................ 78 4.2.1 Deskripsi Data Penelitian .............................................................. 78 4.2.2 Deskripsi Informan Penelitian....................................................... 81 4.2.3 Analisis Data ................................................................................. 83 4.2.3.1 Pengumpulan Data Mentah ............................................... 83 4.2.3.2Transkip Data ..................................................................... 83 4.2.3.3 Koding Data ...................................................................... 83 4.2.3.4 Kategorisasi Data .............................................................. 84 4.2.3.5 Triangulasi......................................................................... 88 4.3 Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................... 89 4.3.1 Planning (Perencanaan) ................................................................ 89 4.3.2 Organizing (Pengorganisasian) ..................................................... 96 4.3.3 Actuating (Pengarahan) ................................................................. 102 4.3.4 Controlling (Pengontrolan) ........................................................... 104 4.4 Pembahasan .......................................................................................... 109 viii BAB VPENUTUP 5.1 Kesimpulan........................................................................................... 120 5.2 Saran ..................................................................................................... 121 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 122 LAMPIRAN ............................................................................................................. 124 ix DAFTAR TABEL Halaman TABEL 1 Jumlah Penumpang Kereta Api Tahun 2015 ............................................... 5 TABEL 2 Fungsi-fungsi Manajemen Menurut Para Ahli .......................................... 30 TABEL 3 Informan Penelitian ................................................................................... 56 TABEL 4 Pedoman Wawancara................................................................................. 59 TABEL 5 Waktu Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 65 TABEL 6 Daftar Inforrman ........................................................................................ 82 TABEL 7 Kategorisasi Data ....................................................................................... 85 x DAFTAR GAMBAR Halaman GAMBAR 1 Ruangan atau ring 3 untuk penumpang yang akan naik kereta.............7 GAMBAR 2 PKD menjaga penumpang yang akan naik dan turun dari kereta .........9 GAMBAR 3 Halaman jalan di depan Stasiun Rangkasbitung .................................10 GAMBAR 4 Ruang loket dan ruang tunggu ............................................................11 GAMBAR 5 Gambar ruang loket dan ruang tunggu................................................13 GAMBAR 6 Kerangka Berfikir ...............................................................................47 GAMBAR 7 Komponen-komponen Analisis Data Model Prastya Irawan..............63 GAMBAR 8 Struktur Organisasi Stasiun Kereta Api Rangkasbitung .....................70 GAMBAR 9 Laporan Daftar Kelengkapan Standar Pelayanan Minimum Stasiun Besar Tipe C Rangkasbitung .............................................................114 xi DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Surat Izin Penelitian LAMPIRAN 2 Pedoman Wawancara LAMPIRAN 3 Transkip Data Penelitian LAMPIRAN 4 Koding Data Penelitian LAMPIRAN 5 Member Check LAMPIRAN 6 Dokumentasi Penelitian LAMPIRAN 7 Catatan Lapangan LAMPIRAN 8 Catatan Bimbingan LAMPIRAN 9 Struktur Organisasi Stasiun Kereta Api Rangkasbitung LAMPIRAN 10 SPM (Standar Pelayanan Minimum) LAMPIRAN 11 Buku Peraturan Stasiun 2016 LAMPIRAN 12 Data Volume dan Pendapatan Stasiun Rangkasbitung 2016 LAMPIRAN 13 Daftar Riwayat Hidup xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, dimana dengan berkembangnya pula ilmu pengetahuan dan teknologi serta arus globalisasi, masyarakat melakukan mobilisasi secara cepat dan efisien. Dalam hal ini, transportasi mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Transportasi merupakan sarana perkembangan yang penting dan strategis dalam melancarkan roda perekonomian dan mempengaruhi aspek kehidupan. Saat ini impian akan transportasi publik yang nyaman, yang dapat diandalkan di tengah padatnya kemancetan lalu lintas dengan biaya yang terjangkau yang dapat digunakan sejumlah orang untuk melakukan mobilisasi masih sulit untuk diraih oleh masyarakat. Kebutuhan akan transportasi semakin meningkat, salah satu alat transportasi. Ada berbagai macam alat transportasi, seperti transportasi darat, laut dan udara. Transportasi darat kini semakin padat dengan bertambahnya jumlah kendaraan yang beredar sehingga rentan macet, transportasi laut tidak terlalu banyak tujuan yang dapat dituju dengan minimnya jumlah dermaga, transportasi udara tidak semua orang dapat menikmati karena biaya yang relatif mahal. Maka dari itu, dengan perekonomian yang tidak stabil, masyarakat harus pintar memilih alat transportasi yang tidak terlalu mahal dan bisa menghemat 1 2 keuangan karena meningkatnya sejumlah kebutuhan hidup. Untuk menghemat pengeluaran dan waktu, masyarakat mulai beralih ke transportasi publik yang telah dicanangkan oleh pemerintah daerah agar bisa mengurai kemacetan. Akan tetapi, seringkali transportasi publik yang telah disediakan oleh pemerintah kurang nyaman karena fasilitas yang kurang memadai. Fasilitas buruk, kotor dan tidak rapi begitulah kira-kira gambaran umum dari fasilitas dalam transportasi publik. Salah satu alternatif transportasi yang tidak begitu mahal namun tidak terkendala oleh kemacetan adalah kereta api. Setidaknya kereta api dalam melakukan perjalanan diperlukan waktu yang tidak terlalu lama, dibandingkan dengan angkutan perkotaan ataupun bis umum. Kereta api mampu mengangkut penumpang dan barang dalam jumlah besar dan tarif yang murah. Alternatif ini dikemukakan oleh pemerintah yang telah dikembangkan dari zaman penjajahan Belanda. Pelayanan yang terus ditingkatkan, fasilitas yang terus diperbaiki membuat perkeretaapian kini menjadi primadona bagi sebagian orang pengguna jasa transportasi publik. Hal ini telah diatur dalam UU No. 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian dijelaskan bahwa : “Perkeretaapian sebagai salah satu modal transportasi dalam sistem transportasi nasional yang mempunyai karakteristik pengangkutan secara massal dan keunggulan tersendiri, yang tidak dapat dipisahkan daripada transportasi lain, perlu dikembangkan potensinya, dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah, baik nasional maupun internasional, untuk menunjang, mendorong, dan menggerakkan pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.” Sebagaimana yang dijelaskan dalam UU No. 23 tahun 2007 tersebut, kereta api sebagai modal angkutan umum yang diminati masyarakat diharapkan dapat mengurangi waktu tempuh antar kota dengan harga yang cukup terjangkau 3 oleh masyarakat. Selain itu, dengan adanya angkutan umum seperti kereta api diharapkan dapat meningkatkan mobilitas penumpang antar kota dan mengurangi polusi udara yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor. Namun, hingga kini kualitas layanan kereta api bagi pengguna jasa kereta api menjadi sorotan publik. Terdapat beberapa kekurangan yang ada pada transportasi perkeretaapian, di antaranya adalah kurangnya pemeliharaan sarana dan prasarana fasilitas umum, terbatasnya gerbong dan infrastruktur stasiun, masalah kecelakaan kereta api, serta permasalahan lainnya. Fasilitas yang ada di stasiun kereta api juga menjadi tolok ukur kenyamanan pengguna jasa kereta api dalam menggunakan kereta api. Dan ini juga menjadi salah satu faktor pendukung banyaknya penumpang yang menggunakan jasa kereta api. Manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian yang kurang optimal salah satunya dijadikan alasan penyebab faktor teknis kecelakaan kereta api di Indonesia. Manajemen merupakan suatu usaha proses yang dilakukan dengan menggunakan sumber daya organisasi yang dimiliki oleh suatu organisasi, dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan. Selain itu banyak kekurangan dalam hal fasilitas umum di stasiun yang seharusnya menunjang bagi kenyamanan para pengguna kereta. Menurut KBBI fasilitas adalah sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi, fasilitas umum adalah fasilitas yang disediakan untuk kepentingan umum, seperti jalan dan alat penerangan umum (http://kbbi.web.id/fasilitas). Sedangkan di Stasiun Rangkasbitung, fasilitas umum yang dimiliki merupakan fasilitas yang 4 disediakan oleh pengelola stasiun untuk menunjang pelayanan umum kepada penumpang agar penumpang merasa nyaman. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Oya Santika selaku wakil kepala stasiun (pada tanggal 12 Februari 2016 pukul 10.00 WIB) menjelaskan bahwa penanggung jawab fasilitas umum di Stasiun Rangkasbitung berada di bagian junior supervisor pelayanan stasiun, tetapi sampai saat ini jabatannya masih kosong. Maka sementara, dipegang oleh kepala stasiun beserta wakil kepala stasiun. Stasiun adalah tempat dimana orang akan berpergian menggunakan jasa angkutan darat berbentuk kereta api. Dalam stasiun terdapat pembagian kelas, yaitu stasiun besar, kecil, dan sedang. Pembagian kelas tersebut dilihat dari keadaan wilayah stasiun dan pendapatan stasiun tersebut. Stasiun Rangkasbitung termasuk kedalam stasiun besar, karena terletak di Kelurahan Muara Ciujung Timur, Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, dan menurut wakil kepala stasiun dimana penumpang stasiun saat ini sudah mencapai 6000 penumpang, maka dapat dipastikan pendapatannya pun cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut: 5 Tabel 1.1 Jumlah Penumpang Kereta Api Tahun 2015 (Ribu Orang) Jawa Bulan Jabotabek Non Jabotabek Jabotabek + Non Jabotabek Sumatera Total 2015 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 19244 17640 21290 21171 22177 22207 21171 22295 22021 22964 22355 22996 5010 4754 5551 4979 5273 4911 5906 5056 5104 5316 4898 6332 24254 22394 26841 26150 27450 27118 27077 27351 27125 28280 27253 29328 422 396 426 415 460 444 535 445 424 438 416 503 Sumber : PT Kereta Api Indonesia Dari data diatas menunjukkan secara umum bahwa besar kecilnya pendapatan stasiun kereta api berdasarkan dari banyaknya jumlah penumpang yang menggunakan jasa kareta api. Pada tahun 2015 di Jabodetabek sendiri penumpang kereta api terus mengalami kenaikan setiap harinya, sehingga pendapatan tidak bisa diprediksi berapa perhari uang yang didapat dari hasil penjualan tiket. Untuk stasiun Rangkasbitung yang menargetkan 6000 orang perhari mendapatkan pendapatan tiap hari kurang lebih Rp. 60.000.000,- perhari ( berdasarkan rata-rata tiket Rp. 10.000,- dari harga tiket Ekonomi : Rp. 8.000,- ; VIP: Rp. 15.000,- ; VVIP: 30.000 ). Namun realisasinya ternyata jika hari biasa atau bukan saat hari raya dan libur nasional, penumpang yang memesan tiket di stasiun Rangkasbitung baik manual atau pun online hanya mencapai 3926 orang 24676 22790 27267 26565 27910 27562 27612 27796 27549 28718 27669 29831 6 sampai 6152 orang penumpang dan pendapatannya sekitar Rp. 22.376.000 sampai Rp. 43.409.000 perharinya. Lain halnya ketika hari raya dan libur nasional dimana jumlah penumpang semakin meningkat sebanyak 6316 orang sampai 9530 orang penumpang dengan pendapatan sebanyak Rp. 44.168.000 sampai Rp. 69.203.000 perharinya. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa jika dilihat dari ratarata jumlah penumpang dan pendapatan perharinya target stasiun tidak tercapai. Stasiun besar biasanya diberi perlengkapan yang lebih banyak dari pada stasiun kecil untuk menunjang kenyamanan penumpang maupun calon penumpang kereta api, seperti ruang tunggu (VIP ber AC), restoran, toilet, mushola, area parkir, sarana keamanan (Polsuska dan PKD), sarana komunikasi, dipo-lokomotif, dan sarana pengisian bahan bakar. Hal tersebut diatas dinamakan dengan fasilitas umum stasiun. Pengelolaan fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung dibagi menjadi 2 (dua), yang pertama dikelola oleh pihak PT KAI dan yang kedua dikelola oleh pihak ketiga (Out Sourching). Dari dua pengelola yang berbeda ini tentu saja terdapat perbedaan dalam pengelolaannya, dan hal ini juga dapat dilihat dan dirasakan oleh pengguna jasa kereta api. Dan setelah peneliti melakukan observasi awal, peneliti melihat bahwa fasilitas umum yang dikelola oleh pihak Stasiun Kereta Api Rangkasbitung dinilai belum cukup baik, sebagai salah satu contoh dimana tidak adanya lahan parkir untuk pengguna jasa transportasi kereta api, dimana masalah tersebut masih belum terselesaikan dari stasiun dibangun pada abad 19 sampai saat ini. Namun seiring berjalannya waktu pihak stasiun mengadakan lahan parkir dengan menggunakan halaman cagar budaya yang 7 berada sebelah stasiun sebagai lahan parkir, akan tetapi dikarenakan lahan parkirnya hanya memuat beberapa kendaraan saja maka lahan parkir ini diperuntukkan hanya untuk pegawai saja. seperti yang dipaparkan oleh Bagian pelayanan Bapak Supriatin (pada tanggal 02 Agustus 2016 pukul 11.17 WIB di Stasiun Rangkasbitung ) bahwa sampai saat ini belum ada parkiran untuk pengguna jasa stasiun kereta api rangkasbitung, hanya ada parkir khusus pegawai dan untuk kedepannya sepertinya akan dikelola oleh pihak ketiga. Selain itu tidak adanya pemisahan ruangan tunggu untuk yang sesudah memilki tiket dan yang akan langsung menaiki kereta, hal ini menyebabkan penumpang sampai duduk di tangga untuk naik kereta, di lantai bahkan musholla untuk tempat istirahat. Gambar 1.1 Ruangan atau ring 3 untuk penumpang yang akan naik kereta Sumber : Peneliti, 2016 Disisi lain dari segi keamanan yang dikelola oleh pihak stasiun yaitu dari polsuska (polisi khusus kereta api) sudah cukup baik walaupun dengan jumlahnya yang sedikit yaitu hanya 4 orang akan tetapi keamanan disini sudah tertib dan 8 lancar. Selain itu demi kenyamanan penumpang pihak stasiun membagi tugas kerja polsuska dan hal ini dipaparkan oleh bagian Junior keamanan Bapak Dulfatah (pada tanggal 02 Agustus 2016 pukul 09.30 WIB) bahwa untuk meningkatkan keamanan,dimana polsuska menjaga pengaman peron saat kereta datang maupun berangkat serta memastikan pintu kereta tertutup saat berangkat. Hanya saja berdasarkan pengamatan peneliti, keamanan di stasiun ini belum sepenuhnya terjaga, hal ini dikarenakan pihak PT. KAI tidak memasang CCTV untuk memantau semua kejadian di stasiun dan sebagai bukti saat terjadi tindak kejahatan karena penjagaan manusia yang memiliki banyak hajat tidak stand bye ditempat dan perlu ada alat pendukung keamanan seperti CCTV. Dan dari segi keamanan pkd (petugas keamanan dalam) yang berjumlah 24 orang, sehingga keamanan penumpang di stasiun saat naik kereta dapat terjaga. Seperti yang dipaparkan oleh Bagian Junior Keamanan Bapak Dulfatah (pada tanggal 01 Agustus 2016 pukul 09.30 WIB di stasiun) bahwa untuk pengamanan penumpang, pkd selalu ada didekat pintu untuk membantu penumpang baik saat naik ataupun turun kereta. Dari situ dapat terlihat bahwa fasilitas yang dikelola oleh pihak ketiga lebih banyak kemajuan dan terkelola lebih baik dibanding PT KAI. Selain yang dikelola oleh pihak PT KAI, fasilitas umum yang dikelola oleh pihak ketiga (Out Sourching) lebih baik dibandingkan yang dkelola oleh PT KAI. Salah satu contohnya adalah dari segi kebersihan yang dikelola oleh PT Spectra Solusindo yang sudah ada kemajuan dari dulu sampai saat ini dimana musholla dan toilet yang sudah bersh dan tidak ada sampah, seperti yang dipaparkan oleh salah penumpang Bapak Asnawi (pada tanggal 16 Februari 2016 9 pukul 13.00 WIB di stasiun) bahwa Sudah ada kemajuan, dari kebersihan sudah ada petugas kebersihannya. Dan menurut ibu Asni (pada tanggal 16 Februari 2016 pukul 13.50 di Stasiun rangkasbitung) bahwa saat ini sudah baik dibanding dulu, seperti toilet sudah bersih. Gambar 1.2 PKD menjaga penumpang yang akan turun dan naik kereta Sumber : Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti mengambil fokus penelitian mengenai manajemen fasilitas umum di stasiun kereta api. Dan peneliti mengambil lokus penelitian di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Ada beberapa hal yang menjadi latar belakang peneliti mengambil lokus penelitian di stasiun kereta api Rangkasbitung. Peneliti tertarik mengambil lokus penelitian di stasiun kereta api Rangkasbitung karena di stasiun tersebut manajemen fasilitas umumnya masih belum maksimal. Berdasarkan beberapa hal tersebut diatas terlihat ada beberapa masalah yang ada di dalam pengelolaan stasiun yang membuat peneliti tertarik untuk 10 mengambil lokus di Stasiun Rangkasbitung. Berdasarkan hasil observasi awal, peneliti melihat beberapa masalah yang ada di stasiun kereta api Rangkasbitung. Pertama, tidak adanya lahan parkir di stasiun tersebut, sehingga menyebabkan kemacetan di sekitar area stasiun karena para pengendara motor menggunakan tempat yang apa adanya bahkan jalanan pasar untuk parkir kendaraannya. Hal ini dikarenakan stasiun berada ditengah-tengah pasar Rangkasbitung yang menjadi pusat perbelanjaan tradisional masyarakat, sehingga halaman stasiun habis dipakai oleh pengendara motor yang lewat, ojeg, tukang becak dan pertokoan. Hal tersebut dipaparkan oleh salah seorang penumpang yang bernama Asnawi (pada tanggal 12 Februari 2016 pukul 13.00 WIB), selain itu dapat dilihat pada gambar dibawah ini . Gambar 1.3 Halaman jalan di depan Stasiun Rangkasbitung Sumber : Peneliti 2016 11 Penjelasan dan gambar diatas menunjukkan bahwa halaman stasiun tidak memungkinkan untuk dijadikan lahan parkir sehingga perlu dibuatkan tempat khusus untuk parkir sekitar stasiun untuk pengguna jasa kereta api. Untuk stasiun se- Jabodetabok, PT. KAI bekerjasama dengan PT Reska Multi Usaha (RMU) dipercaya mengelola parkir seluruh stasiun di Jabodetabek, namun untuk Stasiun Rangkasbitung sendiri belum mengadakan kerjasama dengan pihak manapun untuk mengelola parkir. Masalah ini merupakan salah satu masalah yang penting, karena tempat parkir merupakan fasilitas umum yang berpengaruh bagi ketertiban lingkungan sekitar dan kenyamanan bagi orang yang menggunakan kendaraan untuk sampai ke stasiun karena mereka harus memarkirkan kendaraannya dengan baik. Kedua, tidak adanya ruang tunggu kereta yaitu ruang tunggu untuk penumpang yang sudah atau belum memiliki tiket kereta api. Ruangan yang ada hanya ruangan untuk penumpang yang siap naik kereta, itupun tidak memadai karena kurang luasnya tempat yang ada dengan jumlah penumpang, selain itu kursi yang ada juga sedikit yang menyebabkan penumpang duduk dilantai bahkan berdiri sampai kereta datang . Hal tersebut menyebabkan tidak adanya perbedaan penumpang yang sedang menunggu kereta dan yang akan langsung naik kereta sehingga membuat banyak penumpang yang berdiri karena kekurangan tempat duduk dan jika ada penumpang yang turun dari kereta maka akan terjadi kesemrawutan di stasiun tersebut. 12 Gambar 1.4 Ruang loket dan ruang tunggu Sumber : Peneliti 2016 Ketiga, tidak adanya ruangan untuk ibu menyusui dan bayi serta fasilitas untuk penyandang difable. Tidak adanya ruang untuk ibu menyusui dan bayi, dikarenakan tidak adanya lahan untuk ruangan tersebut atau bisa dibilang keterbatasan lahan. Seharusnya ada ruangan tersebut untuk kenyamanan ibu yang mempunyai bayi saat bayi menangis dan saat ibu akan menyusui anaknya. Contohnya di Stasiun Senen, di stasiun tersebut terdapat ruangan tersendiri khusus untuk ibu menyusui. Kemudian fasilitas untuk penyandang difable, harusnya ada jalan atau akses jalan agar mempermudah penumpang difable di stasiun. Contohnya di stasiun serang saja yang termasuk kelas stasiun kecil, mempunyai fasilitas untuk penumpang penyandang difable berupa akses jalan untuk masuk ke stasiun. Keempat, mushola yang kurang luas atau sempit, hal ini karena kurangnya tempat atau lahan yang dapat dijadikan untuk mushola sehingga memaksimalkan 13 yang ada saja, tanpa adanya pemisahan antara laki-laki dan perempuan. Disamping Stasiun Rangkasbitung merupakan stasiun yang cukup besar, bisa dipastikan banyak pengguna jasa kereta yang menggunakan fasilitas mushola untuk menunaikan ibadah sholat ditengah-tengah menunggu kereta api yang akan mereka gunakan. Tidak seperti di stasiun Jakarta Kota, seperti yang yang dilansir dari http://www.kompasiana.com/empuratu/mushola-di-stasiun-kota-tidak- memadai (diakses pada tanggal 10 Maret 2016 Pukul 15.00) bahwa di stasiun tersebut memiliki mushola yang sudah disekat antara laki-laki dan perempuan walaupun belum tersmasuk ideal dimana tidak adanya pendingin ruangan dan ruangannya pun masih sempit, tetapi untuk stasiun yang sudah dapat dikatakan ideal yaitu stasiun Juanda dan stasiun Palmerah, karena dua stasiun tersebut sudah direnovasi dan terlihat bagus serta nyaman dengan adanya pendingin dan pemisahan antara tempat laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, pembenahan manajemen fasilitas umum di stasiun kereta api Rangkasbitung sangat di perlukan demi kenyamanan pengguna jasa kereta api. Gambar 1.6 Ruang Mushola Stasiun Sumber : Peneliti, 2016 14 Kelima, tidak adanya CCTV untuk memantau keadaan sekitar stasiun. Sedangkan dari segi keamanan, harus ada CCTV yang merekam kejadian yang ada di stasiun. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya tindakan kriminal, walaupun sudah ada penjagaan tetapi CCTV dibutuhkan untuk mencegah tindakan kriminal tersebut, sehingga semua kejadian di stasiun dapat diketahui dan terpantau kapanpun. Contohnya Seperti di Stasiun Daop 6 Yogyakarta, sejak tahun 2014 sudah memasang CCTV demi pengguna jasa kereta api agar merasa nyaman, dikutip dari (http://www.dephub.go.id/berita/baca/sebanyak-212-cctvdipasang-di-45-stasiun-ka). Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa permasalahan yang ada disebabkan karena belum maksimalnya sistem manajemen fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung. Oleh karena itu, Stasiun Kereta Api Rangkasbitung sebagai instansi terkait perlu meningkatkan kemampuannya dalam manajemen fasilitas umum stasiun demi kenyamanan pengguna kereta api. Manajemen dibutuhkan untuk mengatur, mengelola, dan mengkoordinir sumber daya manusia dan material dalam suatu organisasi sehingga suatu si stem dapat bekerja dengan baik. Dibutuhkan adanya perencanaan dan pengorganisasian yang baik dan teratur. Semua manusia yang terlibat didalamnya harus terorganisasi melalui perencanaan terlebih dahulu sehingga mereka mempunyai tanggung jawab dan wewenang serta hak dan kewajiban, sesuai dengan kedudukan dan fungsinya masing-masing. Dalam kegiatan manajemen juga diperlukan pula adanya koordinasi dan pengawasan atau supervisi yang baik. 15 Dari beberapa permasalahan yang ada, dan telah peneliti paparkan dalam latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “MANAJEMEN FASILITAS UMUM DI STASIUN KERETA API RANGKASBITUNG”. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang telah peneliti paparkan dalam latar belakang masalah, peneliti dapat mengidentifikasikan beberapa masalah yang terkait dengan Manajemen fasilitas umum Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, yaitu: 1. Tidak adanya lahan parkir untuk pengguna jasa kereta api sejak dulu sampai saat ini, baik untuk motor maupun mobil. Hal tersebut menunjukkan bahwa perencanaan dalam bidang fasilitas umum masih kurang baik. Tidak adanya lahan parkir di stasiun kereta api Rangkasbitung karena letak stasiun yang ada di sekitar pasar dan dengan keadaan tersebut menyebabkan tidak adanya lahan untuk parkir di stasiun tersebut sehingga menimbulkan kemacetan di sekitar area stasiun. 2. Tidak adanya permisahan ruangan, yaitu ruang tunggu kereta untuk penumpang yang sudah memiliki tiket atau belum dan penumpang yang akan naik kereta. Seharusnya ada pemisahan ruangan sehingga tertata dengan baik dan tidak membuat penumpang yang menunggu kereta tiba harus berdiri. Masalah tersebut terjadi karena kegiatan pengorganisasian fasilitas umum di stasiun belum optimal. 16 3. Tidak adanya ruangan untuk ibu menyusui dan bayi serta fasilitas untuk penyandang difable. Masalah tersebut sudah ada sejak tahun 1900 dan sampai sekarang masih belum ada perubahan, yang menunjukkan perencanaan fasilitas umum belum berjalan dengan baik. 4. Mushola yang kurang bersih dan kurang luas atau sempit, hal ini karena kurangnya tempat atau lahan yang dapat dijadikan untuk mushola sehingga memaksimalkan yang ada saja, tanpa adanya pemisahan antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan masalah tersebut, dapat diketahui bahwa kegiatan pengorganisasian untuk fasilitas umum belum baik. 5. Tidak adanya pengontrolan di area stasiun, berupa CCTV untuk memantau keadaan sekitar stasiun., agar dapat mengetahui atau merekam kejadian yang ada di stasiun. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi pengontrolan belum cukup menjamin kenyamanan dan keamanan di stasiun tersebut. 1.3 Pembatasan Masalah Setelah mengidentifikasikan beberapa masalah yang telah peneliti paparkan, maka peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti yaitu terkait dengan Manajemen fasilitas umum Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Dan fasilitas umum yang dimaksud adalah fasilitas umum bagi pengguna jasa kereta api di stasiun kereta api Rangkasbitung. 17 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah serta pembatasan masalah yang telah peneliti buat, maka rumusan masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah Manajemen fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung?” 1.5 Tujuan Penelitian Peneliti dalam penelitian ini mempunyai tujuan yang ingin dicapai, yakni untuk mengetahui Bagaimana Manajemen fasilitas umum Stasiun Rangkasbitung, sehingga peneliti dapat memberikan solusi atau alternatif dalam pemecahan masalah yang ada. 1.6 Manfaat Penelitian a. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan wawasan dan menambah kajian keilmuan di bidang administrasi negara, terutama yang menyangkut dengan Manajemen fasilitas umum Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. b. Secara praktis 1) Diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan informasi serta dapat dijadikan masukan bagi pihak stasiun ataupun pemerintah dalam melakukan Manajemen fasilitas umum Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. 2) Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN 2.1 Landasan teori 2.1.1 Pengertian Administrasi Menurut Siagian (2005:2) bahwa administrasi adalah: ”Administrasi berarti keseluruhan proses penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang didasarkan pada rasional tertentu oleh dua orang atau lebih dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dengan menggunakan sarana dan prasarana tertentu pula”. Sementara The Liang Gie (dalam Syafie 2003:4) mendefinisikan Administrasi bahwa: ”Administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerja sama mencapai tujuan tertentu”. Kemudian Herbert A.Simon (2003:3) mengartikan bahwa ”Administration can be defined as the activities of groups cooperating to accomplish common goals (Administrasi dapat dirumuskan sebagai kegiatankegiatan kelompok kerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama).” Sedangkan Lexvord D. White (dalam Listyaningsih 2014:2) bahwa administrasi negara yaitu: “Administrasi negara terdiri atas semua kegiatan negara dengan maksud untuk menunaikan dan melaksanakan kebijakan negara” . Sedangkan menurut Dwight Waldo administrasi negara adalah : “Administrasi Negara mengandung dua pengertian yaitu : a) Administrasi negara yaitu organisasi dan manajemen dari manusia dan benda guna mencapai tujuan-tujuan pemerintah. b) Administrasi Negara yaitu suatu seni dari ilmu tentang manajemen yang dipergunakan untuk mengatur urusan-urusan negara”. Menurut Atmosudirjo (2003:4) bahwa administrasi adalah : ”Administrasi merupakan suatu fenomena sosial, yaitu perwujudan tertentu di dalam masyarakat modern, eksistensi administrasi ini berkaitan 18 19 dengan organisasi. Jadi barang siapa hendak mengetahui adanya administrasi dalam masyarakat ia harus mencari terlebih dahulu suatu organisasi yang masih hidup, di situ terdapat administrasi.” Jika kita melihat beberapa definisi tentang administrasi menurut para ahli tersebut diatas, bahwa administrasi secara luas memiliki pengertian yang sama yaitu antara lain : 1) Kerjasama 2) Banyak orang dan 3) Untuk mencapai tujuan bersama Sedangkan menurut The Liang Gie (dalam Burhanudin 2000:10) ada delapan unsur administrasi yaitu: 1. Pengorganisasian, rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan dari usaha kerjasama itu dengan jalan : a. Membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan. b. Menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja diantara petugas atau sub-sub organisasi (unit-unit tugas). 2. Manajemen, Kegiatan menggerakkan sekelompok hubungan kerja diantara petugas atau sub-sub organisasi (unit-unit tugas). 3. Komunikasi, rangkaian aktivitas menyampaikan warta dan memindahkan buah pikiran kepada seseorang secara cermat, dalam usaha kerja sama yang bersangkutan. 4. Kepegawaian, rangkaian aktivitas mengatur dan mengurus penggunaan tenaga-tenaga kerja yang diperlukan dalam usaha kerjasama. 5. Keuangan, rangkaian aktivitas mengelola segi-segi pembiayaan sampai pertanggungjawaban keuangan dalam usaha kerjasama yang bersangkutan. 6. Perbekalan, aktivitas merencanakan, mengadakan, mengatur, pemakaian, penyimpanan, pengendalian, perawatan dan menyingkirkan barang-barang yang tidak dapat dipakai lagi dalam suatu usaha kerjasama. 7. Tata Usaha, meliputi kegiatan menghimpun, mencatat, mengolah, menggandakan, mengirim, menyimpan pelbagai keterangan atau data yang dibutuhkan dalam suatu organisasi. 8. Hubungan Masyarakat, rangkaian aktivitas menciptakan hubungan dan dukungan dengan masyarakat terhadap kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi. 20 2.1.2 Fungsi-fungsi Administrasi Konsep administrasi dan manajemen pada intinya mempunyai kesamaan dari segi operasionalnya, karena fungsi-fungsi kedua bidang tersebut juga tidak berbeda, apa yang dikatakan sebagai fungsi administrasi adalah merupakan fungsi-fungsi manajemen. Namun meskipun istilah yang dipakai dalam mengidentifikasikan fungsi-fungsi kedua tingkatan pengertian itu sama tetapi dalam pelaksanaannya administrasi dan manajemen mempunyai kegiatan-kegiatan tertentu yang harus dilaksanakan dalam tujuan organisasi, kegiatan-kegiatan (tugas-tugas) itulah yang disebut fungsi-fungsi administrasi dan manajemen. Ada beberapa pendapat mengenai fungsi administrasi menurut para ahli, yaitu : Menurut Henry Fayol (2000:31) mengemukakan bahwa fungsifungsi administrasi dan manajemen adalah: a). Planning (perencanaan) b) Organizing (pengorganisasian) c) Commanding (pemberian perintah) d) Coordinating (pengkoordinasian) e) Controlling (Pengawasan). George R. Terry (2001:85), fungsi-fungsi administrasi dan manajemen adalah: (a) Planning (b) Organizing (c) Actuating (d) Controlling, rangkaian fungsi itu dibentuk dalam sebuah akronim ”POAC”. Fungsi terpenting dalam rangka penggerakkan bawahan menurut Terry adalah ”Actuating” sebagai usaha menggerakkan pegawai agar mau bekerja dengan penuh kesadaran dalam rangka merealisasi rencana yang telah disusun. Kalau dihubungkan kembali dengan hakikat administrasi dan manajemen, yang terpenting dalam penyelenggaraan kegiatan administrasi itu adalah bagaimana menciptakan suatu situasi atau lingkungan yang memungkinkan 21 individu di dalam suatu organisasi dapat bekerjasama secara produktif demi tercapainya tujuan-tujuan organisasi. 2.1.3 Pengertian Tata Kelola Tata Kelola jikalau dianalisis berdasarkan sudut pandang etimologinya maka tata kelola terdiri dari dua suku kata, yakni “tata” dan “kelola”. Dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline versi 1.3”, “tata” mempunyai arti aturan (biasanya dipakai dalam kata majemuk); kaidah, aturan, dan susunan; cara menyusun; sistem. Sedangkan “kelola” mempunyai arti mengendalikan; menyelenggarakan (pemerintahanan); mengurus (perusahaan, proyek). Dari definisi yang peneliti paparkan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa pengelolaan merupakan proses pengaturan atau pengurusan suatu perusahaan yang didasarkan pada aturan. Dalam penelitian yang sedang peneliti jalani, maksud dari pengaturan atau pengurusan suatu stasiun yang didasarkan pada aturan tersebut merujuk pada pengaturan fasilitas umum stasiun kereta api yang didasarkan pada aturan dari pusat. Agar dapat mempelajari tata kelola secara spesifik maka ilmu yang sesuai dengan tata kelola adalah ilmu manajemen. 2.1.4 Pengertian Fasilitas Umum Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, fasilitas adalah sarana untuk melancarkan pelaksanaan kegiatan. Sedangkan fasilitas umum adalah fasilitas yang disediakan untuk kepentingan umum seperti jalan, alat penerangan,dll. 22 2.1.5 Konsep Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsifungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Pengertian manajemen menurut (Hasibuan, 20011:1): Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumbersumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Terry dan Rue menjelaskan manajemen sebagai berikut : Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Dimana manajemen merupakan suatu kegiatan, pelaksanaannya disebut “managing” yaitu pengelolaan, sedangkan pelaksananya disebut manager atau pengelola. Andrew F. Sikula (dalam Hasibuan, 20011:2) menjelaskan manajemen sebagai berikut: Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi denga tujuan untuk mengkordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien. Menurut Manulang (2006:4) mendefinisikan manajemen adalah : “Suatu proses sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dengan tujuan yang ingin dicapai dengan mempergunakan kegiatan-kegiatan yang diawasi, yang di dalamnya terdapat aktivitas melalui seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan”. 23 G.R. Terry (dalam Hasibuan, 20011:2) menjelaskan manajemen sebagai berikut: Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaransasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dari sumber-smber lainnya. Manajemen menurut Harold Koontz dan Cryl O’Donnel (dalam Hasibuan, 20011:3) adalah: Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian. Dari beberapa teori mengenai manajemen yang telah peneliti paparkan, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengontrolan. Dan dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen fasilitas umum adalah proses menata fasilitas secara keseluruhan, sehingga dapat dihindari adanya pemborosan dan ditingkatkannya efisiensi pembangunan gedung, pengadaan barang dan pengawasan fasilitas. Dalam penelitian ini, teori yang peneliti gunakan sebagai dasar dalam manajemen fasilitas umum adalah teori manajemen menurut G.R Terry. Peneliti menggunakan teori ini karena teori G.R Terry merupakan teori yang relevan untuk digunakan dalam manajemen organisasi publik. Menurut G.R Terry, 24 manajemen merupakan suatu hal yang terdiri dari fungsi-fungsi planning, organizing, actuatting, dan controlling (disingkat POAC). 2.1.5.1 Fungsi-Fungsi Manajemen Dalam mengelola setiap kegiatan organisasi, pengelolaan harus didasarkan pada fungsi-fungsi manajemen. Sehingga pengelolaan yang dilakukan dapat sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan tidak akan ada masalah besar yang dapat menghambat pengelolaan tersebut. G.R. Terry (2008: 17) menjelaskan fungsi-fungsi manajemen sebagai berikut: a) Planning (perencanaan). Perencanaan ialah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan alternatif-alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang. b) Organization (pengorganisasian). Pengorganisasian mencakup (a) membagi komponenkomponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ke dalam kelompok-kelompok. (b) membagi tugas kepada seorang manajer untuk mengadakan pengelompokkan tersebut.menetapkan (c) wewenang diantara kelompok atau unit-unit organisasi. Didalam setiap kejadian, pengorganisasian melahirkan peranan kerja dalam struktur formal dan dirancang untuk memungkinkan manusia bekerja sama secara efektif guna mencapai tujuan. c) Actuating (pengarahan). Actuating atau disebut juga “gerakan aksi” mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oelh unsur perencaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai. Actuating mencakup penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari pegawai-pegawainya, memberi penghargaan, memimpin, mengembangkan dan memberi kompensasi kepada mereka. 25 d) controlling (pengontrolan). Controlling mencakup kelanjutan tugas untuk melihat apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai rencana. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan diperbaiki supaya tujuan-tujuan dapat tercapai dengan baik. Ada berbagai cara untuk mengadakan perbaikan, termasuk merubah rencana dan bahkan tujuannya, mengatur kembali tugas-tugas atau merubah wewenang, tetapi seluruh perubahan tersebut dilakukan melalui manusianya. Orang yang bertanggung jawab atas penyimpangan yang tidak diinginkan itu harus dicari dan mengambil langkah-langkah perbaikan terhadap hal-hal yang sudah atau akan dilaksanakan. Dari fungsi-fungsi manajemen yang telah peneliti paparkan diatas, maka secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa fungsi-fungsi manajemen meliputi beberapa hal yaitu: Planning, Organizing, Actuating,dan Controlling tersebut menjadi hal yang perlu untuk diperhatikan agar tidak ada kendala di dalam proses manajerial yang mengakibatkan terhambatnya proses pencapaian tujuan. Termasuk didalam pengelolaan fasilitas umum, terlebih lagi kenyamanan dan keamanan penumpang jasa kereta api merupakan suatu hal yang harus diutamakan. Sehingga dengan memperhatikan fungsi-fungsi manajemen tersebut diharapkan dapat menghasilkan suatu pengelolaan yang baik, yang nantinya memberikan dampak positif bagi jasa transportasi kereta api. 1. Fungsi Perencanaan Semua kegiatan dan tindakan menejerial didasarkan dan atau disesuaikan dengan rencana yang sudah ditetapkan. Rencana menentukan ke mana organisasi dan kegiatan-kegiatannya akan diarahkan atau direncanakan. Ini berarti atau maksud dari tiap rencana dan semua rencanarencana turunan (derivative plans) adalah membantu pencapaian tujuan 26 organisasi. Perencanaan membantu manajer dalam semua tipe organisasi untuk mencapai kinerja lebih baik (Silalahi, 2002:160). Ada beberapa tahapan dalam perencanaan, antara lain: 1. Formulasi tujuan (goals formulation) atau penetapan tujuan (setting objectives): identifikasi tentang sasaran-sasaran dan strategi mutakhir (identification of current objectives and strategi). 2. Analisis lingkungan (environmental analysis): identifikasi peluang dan kendala strategis (identification of strategic opportunities and threats) lingkungan eksternal dan identifikasi kekuatan dan kelemahan (identification of strong and weakness) organisasional. 3. Pembuatan keputusan rencana strategi (strategic plan decision making): kembangkan alternative (evaluate alternatives), pilih alternative (select alternatives). 4. Kembangkan rencana operasional (develop operational plan). 5. Implementasi rencana dan evaluasi hasil (implement the plan and evaluate results) 2. Fungsi Pengorganisasian Pengorganisasian dapat didefinisikan sebagai proses penetapan pekerjaan-pekerjaan esensial untuk dikerjakan, pengelompokan pekerjaan, pendistribusian otoritas dan pengintegrasian semua tugas-tugas dan sumber-sumber untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajer giat dalam pengorganisasian untuk tiga alasan. Pertama, pengorganisasian meningkatkan efisiensi dan kualitas dari pekerjaan organisasi. Ketika tugas-tugas organisasi dibagi, peluang untuk mencapai sinergi akan tercipta. Kedua, pengorganisasian menetapkan akuntabilitas, sebab partisipan dalam tiap usaha adalah lebih efektif ketika mereka memahami responsibilitas khusus mereka. Alasan terakhir untuk memfasilitasi 27 komunikasi. (Silalahi 2002:197). Ada beberapa tahapan dan elemen fundamental dalam proses pengorganisasian, antara lain: 1. Tetapkan pekerjaan-pekerjaan esensial untuk dikerjakan (pembagian kerja) 2. Kelompokan tugas-tugas individual ke dala unit-unit (deprtementasi) 3. Distribusi otoritas dalam unit-unit dan di antara individuindividu (distribusi otoritas) 4. Integrasi semua orang, tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas (koordinasi) 3. Fungsi Pengarahan Pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok, agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mecapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian. Pengarahan dapat dilakukan dengan cara persuasive atau bujukan dan instruktif, tergantung cara mana yang paling efektif. (Hasibuan 2011:183). Pokok-pokok masalah yang dipelajari dalam fungsi pengarahan adalah: 1. 2. 3. 4. Tingkah laku manusia Hubungan manusiawi Komunikasi Kepemimpinan 4. Fungsi Pengendalian Fungsi pengendalian (controlling) adalah fungsi terakhir dalam proses manajemen. Fungsi ini sangat penting dan sangat menentukan pelaksanaan proses manajemen, karena itu harus dilakukan dengan sebaikbaiknya. Pengendalian ini berkaitan erat dengan fungsi perencanaan dan kedua fungsi ini merupakan hal yang saling mengisi (Hasibuan, 28 2011:241). Proses pengendalian dilakukan secara bertahap melalui langkah-langkah berikut: 1. Menentukan standar-standar yang akan digunakan dasar pengendalian. 2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang akan dicapai. 3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standard dan menentukan penyimpangan jika ada. 4. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana. Fungsi – fungsi manajemen yang dikemukakan para ahli tidak sama, tergantung pada sudut pendekatan dan pandangan mereka. Untuk bahan perbandingan dikemukakan pembagian fungsi-fungsi manajemen, sebagaimana diungkapkan oleh Hasibuan (2011:38) yaitu sebagai berikut : 29 Tabel 2.1 Fungsi-fungsi manajemen menurut para ahli George R. Terry John F. Mee Louis A. Allen MC. Namara 1. Planning Planning Leading Planning 2. Organizing Organizing Planning Programming 3. Actuating Motivating Organizing Budgeting 4. Controlling Controlling Controlling System Henry Fayol Harold Koontz Cyril O`Donnel Drs. P Siagian Prof. Drs.Oey Liang lee Planning Planning Planning Planning Organizing Organizing Organizing Organizing Commanding Staffiing Motivating Coordinating Directing Controlling Actuating Coordinating Controlling Controlling Evaluation W.H Newman Luther Gullick Lyndall F.Urwick John D. Millet Planning Planning Forecasting Directing Organizing Organizing Planning Facilitating Assembling Staffiing Organizing Resources Directing Commanding Directing Coordinating Coordinating Controlling Reporting Controlling Budgeting ( Sumber : Hasibuan 2011:38) Controlling 30 Berikut adalah pengertian fungsi-fungsi manajemen menurut para ahli: 1. Planning Planning atau Perencanaan menurut Hasibuan (2011:91) adalah sebagai berikut: Perencanaan adalah fungsi dasar manajemen, kerena organizing, staffing, directing, dan controlling pun harus terlebih dahulu direncanakan. Perencanaan ini bersifat dinamis. Perencanaan ini ditujukan pada masa depan yang penuh dengan ketidakpastian, karena adanya perubahan kondisi dan situasi. Dari pandangan Hasibuan menjelaskan bahwa perencanaan hanya sebatas memilih alternatif terbaik dengan mempertimbangkan beberapa alternatif yang ada. Sedangkan menurut Konntz dan Donel dalam Hasibuan (2011:40) menyebutkan Perencanaan adalah fungsi dari seorang manajer yang berhubungan dengan memilih tujuan –tujuan kebijksanaan-kebijkasanaan, prosedur-prosedur dan program-program dari alternative-alternatif yang ada. Dari pandangan diatas kita bisa menyimpulkan bahwa perencanaan merupakan bagian terpenting dimana sesorang dituntut untuk berfikir cerdas dalam melihat alternatif mana yang sesuai dengan tujuan yang dimaksud. 2.Organizing Manullang (dalam Hasibuan 2011:119) menyebutkan bahwa. Organisasi adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, yang dilakukan dengan cara menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, kemudian menyediakan alat-alat yang diperlukan, dan menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Sedangkan menurut Terry (2008:17) sebagai berikut. Pengorganisasian mencakup: (a) membagi komponen-komponen kegaitan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan kedalam kelompok-kelompok, (b) 31 membagi tugas kepada seorang manajer untuk mengadakan pengelompokkan tersebut dan (c) menetapkan wewenang diantara kelompok atau unit-unit organisasi. Pengorganisasian berhubungan erat dengan manusia, sehingga pencaharian dan penugasannya kedalam unit-unit organisasi dimasukkan sebagai unsur pengorganisasian. Dari beberapa pandangan diatas bisa disimpulkan bahwa pengorganisasian berkaitan penuh dengan manusia dimana dilakukan penempatan seseorang pada bidangnya masing-masing sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. 3.Actuating G.R Terry dalam (Hasibuan 2011:183) pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok agar mau bekerjasama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian. Dimana setelah dilakukan pengorganisasian, maka diperlukan arahan pimpinan agar pekerjaan dapat terarah dan terukur sehingga dapat mencapai tujuan. 4.Controlling Earl p. strong dalam (Hasibuan 2011:241). Pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana. Dimana pada suatu organisasi perlu adanya pengawasan atau pengontrolan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan organisasi yang sudah direncakan sebelumnya, agar dapat dilakukan perbaikan jika ada kesalahan. 5.Staffing atau Assembing Resources Istilah Staffing diberikan Luther Gullick, Harold Koonz dan Cyril O’Donnel sedangkan Assembing Resources dikemukakan oleh William Hebert Newman. Kedua istilah tersebut cenderung memiliki arti yang sama. Dimana Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangan sampai dengan usaha agar setiap tenaga petugas memberi daya guna maksimal kepada organisasi. 6.Motivating Motivating atau motivasi adalah mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia ke arah tujuan-tujuan organisasi dengan cara memberi dorongan atau semangat serta penghargaan jika anggota melaksanakan tugas dengan baik, 32 sehingga mereka dapat bersemangat melaksanakan tugas-tugas dan mereka pun dapat berdaya guna dan berhasil guna. 7.Programming Programming adalah proses penyusunan suatu program yang sifatnya dinamis, dimana menyesuaikan dengan keadaan yang ada dalam suatu organisasi untuk kemajuan organisasi tersebut. 8.Budgeting Budgeting (anggaran) merupakan suatu rencana yang menggambarkan penerimaan dan pengeluaran yang akan dilakukan pada setiap bidang. Dalam anggaran ini hendaknya tercantum besarnya biaya dan hasil yang akan diperoleh, jadi anggaran harus rasional. 9.System System adalah suatu kesatuan prosedur atau komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya bekerja bersama sesuai dengan aturan yang ditetapkan sehingga membentuk suatu tujuan yang sama. Maksudnya, dalam sebuah sistem bila terjadi satu bagian saja yang tidak bekerja atau rusak m aka suatu tujuan bisa terjadi kesalahan pada hasilnya. (http// infoting.blogspot.com). 10. Commanding Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan,saran, perintah-perintah atau intruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula. Commanding merupakan fungsi manajemen yang dapat berfungsi bukan saja agar pegawai dapat melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu kegiatan, tetapi dapat berfungsi mengkoordinasikan kegiatan berbagai unsure organisasi agar efektif tertuju kepada realisasi tujuan yang telah ditetapkan. 11. Coordinating Coordinating (koordinasi) merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerjasama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, dengan cara member intruksi, mengadakan pertemuan untuk memberikan penjelasan, bimbingan atau nasehat dan bila perlu mmemberi teguran. 12. Reporting 33 Reporting atau pelaporan dalam manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi, baik secara lisan maupun tulisan sehingga daalam menerima laporan dapat memperoleh gambaran tentang pelaksanaan tugas orang yang memberi laporan. 13. Forecasting Forecasting atau peramalan adalah kegiatan meramalkan, memproyeksi, atau mengadakan perkiraan/ taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan teerjadi sebelum suatu rencana yang lebih pasti dapat dilakukan. 14. Facilitating Facilitating atau fasilitas merupakan fungsi manajemen yang meliputi pemberian fasilitas dalam arti luaas yakni memberikan kesempatan kepada anak buah agar dapat berkembang ide-ide dari bawahan diakomodir dan kalau memungkinkan dikembangkan dan diberi ruang untuk dapat dilaksanakan. 15. Leading (kepemimpinan), Kepemimpinan merupakan hal penting dalam organisasi dalam melakukan kerja sama antara manajer dan bawahan sehingga mencapai hasil yang diinginkan. Dengan kata lain usaha untuk mengarahkan, mempengaruhi, memotivasi dan berkomunikasi dengan bawahan agar melaksanakan tugas pokok organisasi. Dari berbagai fungsi manajemen yang telah dipaparkan diatas, dapat diketahui bahwa fungsi manajemen memiliki fokus yang berbeda dari berbagai ahli. Setiap ahli memiliki background yang berbeda-beda dalam melahirkan teorinya masing-masing, sehingga setiap teori memiliki cara kerja yang berbeda dalam mencapai suatu tujuan. Dari beberapa teori diatas, peneliti menganalisis bahwa teori G.R. Terry yang merupakan tokoh manajemen yang terkemuka di dunia berfokus pada apa yang harus direncanakan dan yang akan dicapai. Jadi, perencanaan merupakan fungsi dasar untuk melakukan penyusunan langkahlangkah untuk mencapai tujuan organisasi. Dimana dalam perencanaan tadi merupakan suatu kegiatan mempersiapkan segala kebutuhan, memperhitungkan 34 matang-matang apa saja yang menjadi kendala, dan merumuskan apa saja kegiatan yang akan dilakukan. Hal tersebut sangat berkaitan dengan penelitian ini, dimana manajemen fasilitas umum Stasiun Kereta Api Rangkasbitung lebih berfokus pada perencanaan dan pengorganisasian, tanpa mengesampingkan pengarahan dan pengontrolan. Disamping itu G.R. Terry merupakan guru besar di Northwestern University, sangat mengenal manajemen yang merupakan bidang keahlian dan keilmuannya. Lain halnya dengan teori manajemen yang dikemukakan oleh Louis Allen, dimana manajemen menurut Louis Allen lebih menekankan ke arah leading (kepemimpinan). Karena teori manajemen Louis Allen disebut juga Management Leading (Memimpin). Memimpin adalah pekerjaan yang di lakukan oleh seorang manager agar orang-orang lain bertindak. Maka dari situ peneliti melihat bahwa teori ini tidak cocok dengan permasalahan yang ada dalam penelitian manajemen fasilitas umum Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Sedangkan teori manajemen menurut Henry Fayol yang berlatarbelakang sebagai administrator (pengorganisasian), adalah commanding planning (pemberian (perencanaan), komando), organizing coordinating (pengkoordinasian), dan controlling (pengawasan). Rangkaian fungsi ini dikenal dengan akronim POCCC. fungsi utama dari kelima fungsi manajemen yang diungkapkan Fayol adalah pada fungsi commanding. Mengingat kondisi masyarakat Perancis yang waktu itu militeristik dan perkembangan ilmu administrasi dan manajemen masih berkembang . Sehingga commanding menjadi peran utama dalam menggerakkan bawahan (Siagian, 2005:84). 35 Teori Fayol ini disepakati oleh Luther Gullick yang berlatarbelakang sama dengan Fayol yang banyak berkecimpung didunia administrasi dan pemerintahan. Gullick sependapat dengan Fayol berkaitan dengan fungsi planning, organizing dan controlling. Selanjutnya Gullick mengusulkan fungsi staffing (pengadaan tenaga kerja) yang merupakan tindak lanjut dari fungsi planning dan organizing. Kemudian fungsi staffing, planning dan organizing merupakan material organisasi yang perlu digerakkan dalam rangka pencapaian tujuan. Oleh sebab itu dibutuhkan fungsi directing (pemberian bimbingan), dan coordinating (pengkoordinasian). Dari rangkaian fungsi-fungsi tersebut menurut Luther Gullick directing memiliki fungsi yang paling penting. Directing merupakan konsep yang lebih santun/lunak dari commanding. Sesuai dengan kondisi warga Amerika yang saat itu telah memiliki pemahaman tentang ilmu admnistrasi dan manajemen (Siagian, 2005:84). Dan kedua teori ini dirasa kurang sesuai dengan permasalahan yang peneliti angkat, meskipun kedua ahli Fayol dan Gullick memiliki background dibidang administrasi dan pemerintahan namun keduanya menyatakan teori ini ditengahtengah masyarakat dalam keadaan masa otoriter, meski Gullick menyatakan lebih lunak akan tetapi karakteristik pemerintahan di Indonesia sekarang berbeda, sehingga tidak sesuai dengan permasalahan yang peneliti paparkan. Maka dari itu dalam penelitian ini, teori yang peneliti gunakan sebagai dasar dalam manajemen fasilitas umum stasiun adalah teori manajemen menurut George R.Terry. Peneliti menggunakan teori ini karena teori George R.Terry merupakan teori dengan perspektif klasik yang menggunakan prinsip-prinsip 36 administratif. Bila manajemen ilmiah berfokus pada produktivitas dari pekerja individual, maka pendekatan prinsip-prinsip administratif berfokus pada organisasi total. (Richard, 2002: 59). Menurut George R.Terry, manajemen merupakan suatu hal yang terdiri dari fungsi-fungsi planning, organizing, acctuating, controlling (disingkat POAC). Peneliti menggunakan teori POAC dari George R.Terry karena peneliti menilai bahwa teori ini relevan dengan latar belakang dan identifikasi masalah penelitian, di mana masalah parkir merupakan masalah dalam perencanaan pengelolaan fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Kemudian masalah ruang tunggu, yang masih belum terpisah antara penumpang yang sudah memiliki tiket atau yang belum memiliki tiket dengan penumpang yang sedang menunggu kereta datang. Masalah tersebut merupakan akibat dari pengorganisasian fasilitas umum yang kurang baik. Masalah ketiga adalah tidak adanya ruang untuk ibu menyusui dan akses jalan untuk penyandang difable. Hal tersebut merupakan bukti bahwa perencanaan dari pihak pengelola stasiun masih lemah. Keempat, kurangnya kenyamanan di mushola karena tidak adanya pemisah antara laki-laki dan perempuan di mushola Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Hal itu disebabkan karena kurangnya pengorganisasian yang dilakukan oleh pihak pengelola stasiun. Dan masalah terakhir, yaitu tidak adanya CCTV di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, ini menandakan bahwa pengawasan dan pengontrolan di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung masih lemah. Dari pemaparan peneliti tersebut, hal-hal pokok yang berkaitan dengan pengelolaan fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung adalah perencanaan, pengorganisasian, 37 pengarahan, dan pengontrolan. Empat fungsi pengelolaan tersebut relevan dengan teori manajemen dari George R. Terry, yakni planning, organizing, acctuating, controlling (disingkat POAC). 2.1 Penelitian Terdahulu Sistem transportasi mempunyai peranan penting dalam berbagai hal, diantaranya mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan Wawasan Nusantara termasuk salah satu model transportasi tersebut adalah perkeretaapian, yang dalam sistem transportasi nasional mempunyai karakteristik pengangkutan secara massal dan keunggulan tersendiri, yang tidak dapat dipisahkan dari model transportasi lain. Disini jelas bahwa perkeretapian ini perlu dikembangkan potensinya dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah, baik nasional maupun internasional, untuk menunjang, mendorong, serta menggerakkan pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu. Adapun hasil penelitian terdahulu tersebut yakni: Penelitian terdahulu yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Malinda Yustikasari dari Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jurusan Ilmu Administrasi Tahun 2011 dalam skripsinya yang berjudul “Manajemen Sarana Prasarana Perkeretaapian di PT. Kereta Api Indonesia Daerah Oprasi VII Madiun” Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan dan 38 menginterprestasikan manajemen sarana prasarana PT Kereta Api (Persero) Daerah Operasi VII Madiun dengan melihat dari fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengawasan perkeretaapian Daop VII Madiun. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun fokus dalam penelitian tersebut adalah bagaimana pemeliharaan sarana prasarana kereta api Daop VII agar menurunnya jumlah kecelakaan. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan peneliti tersebut, bahwa manajemen sarana prasarana Daop VII meliputi 4 fungsi, dimulai dari perencanaan, perencanaan ada di 3 seksi , di seksi sarana prasarananya meliputi pemeliharaan periodik (dimulai dari P1,P3,P6, dan P12), semi pemeriksaan akhir (SPA), dan pemeriksaan akhir (PA). Seksi jalan rel dan jembatan (JJ) meliputi kegiatan pemeliharaan bulanan dan triwulan. Seksi sintel kegiatan perencanaan pemeliharaan meliputi pemeliharaan pencegahan dan pemeliharaan kolektif. Dalam pengorganisasian sudah ada strukur organisasi yang jelas, sudah dibentuk bidang-bidang khusus untuk penanganan sarana prasarana perkeretaapian yaitu Seksi & UPT Sarana, Seksi & UPT Jalan Rel dan Jembatan, Seksi & UPT Sinyal dan Telekomunikasi. Koordinasi yang ada meliputi koordanisasi internal horisontal dan vertikal, dan koordinasi eksternal horisontal dan vertikal. Dalam tahap terakhir yaitu pengawasan di Daop VII dilakukan pengawasan secara internal terhadap pelaksanaan pemeliharaan sarana dan prasarana perkeretaapian dan juga pengawasan eksternal oleh pihak CV sebagai rekanan kerja terhadap 39 pelaksanaan pekerjaan oleh bawahannya dan pengawasan oleh Dirjen Perkeretaapin pada Daop VII menyangkut verifikasi RKAD. Kesimpulan dari penelitian terdahulu yang pertama tersebut mengenai manajemen sarana prasarana PT Kereta Api Indonesia Daop VII Madiun sudah menjalankan manajemen sarana prasarana dengan cukup baik dari segi perencanaan, hanya saja dari segi pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengawasan belum maksimal dikarenakan masih ada hambatan yang dialami. Tetapi walaupun manajemen sarana prasarananya belum berjalan maksimal, manajemen yang sudah dijalankan oleh PT Kereta Api Indonesia Daop VII Madiun telah memberikan dampak terhadap penurunan kecelakaan kereta api. Walaupun penurunan selama 3 tahun terakhir tidak terlalu signifikan, tetapi dengan menurunnya angka kecelakaan sudah membuktikan bahwa PT Kereta Api Indonesia Daop VII sudah menjalankan peran dan fungsi yang positif serta tujuan penurunan kecelakaan sudah dicapai. Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Malinda Yustikasari dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah peneliti memfokuskan penelitian pada manajemen fasilitas umum stasiun kereta api, artinya peneliti tidak memfokuskan penelitian pada pemeliharaan sarana prasarana kereta apinya yang berkaitan dengan menurunnya jumlah kecelakaan yang terjadi, peneliti hanya meneliti fasilitas umum di stasiun kereta api, sedangkan Malinda Yustikasari memfokuskan penelitiannya pada manajemen sarana prasarana yang dilakukan untuk penumpang di dalam kereta api. 40 Penelitian terdahulu yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Ai Istiqomah dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jurusan Ilmu Administrasi Negara pada tahun 2014, dalam skripsinya yang berjudul “Manajemen Sarana Dan Prasarana Perkeretaapian Di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasional (Daop) 1 Jakarta” Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan dan membahas mengenai manajemen sarana dan prasarana perkeretaapian di PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional (daop) 1 Jakarta. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan peneliti tersebut, yakni: 1. pencatatan aset sarana dan prasarana perkeretaapian dilakukan setiap bulan sesuai kondisi sarana dan prasarana tersebut, selain pencatanan kondisi sarana laporan adanya gangguan terhadap sarana dan prasarana tersebut dimasukan ke dalam laporan tiap bulan, pencatatan aset sarana dan prasarana tersebut dilakukan di UPT Jalan Rel dan Jembatan dan jika sarana dilakukan di Dipo sarana yang kemudian dilaporkan ke bagian seksi terkait. 2. pengelolaan dan optimalisasi aset mencakup pemeliharaan dan penggunaan aset itu sendiri dalam hal ini sarana perkeretaapi di Daop 1 Jakarta. Pembuatan rencana kerja perawatan dilakukan oleh masing-masing UPT yang dilakukan setiap bulan yang kemudian RKP (Rencana Kerja Pemeliharaan) diajukan kepada Manajer Sarana untuk kemudian didiskusikan dengan Manajer yang lain untuk dibuat dalam RKAD dan dikirim ke kantor pusat PT. KAI yang berada dibandung. Perencanaan perawatan ini sangat penting karena tentu saja selain untuk mengetahui berapa biaya yang dibutuhkan 41 untuk melakukan perawatan sarana itu sendiri dan untuk mengetahui jadwal pemeliharaan dan apa saja bagian-bagian yang harus diperiksa tiap bulannya. Ada beberapa jenis pemeliharaan sarana perkeretaapian di Daop 1 Jakarta yaitu: a) Pemeliharaan Periodik Sebelum kegiatan ini dilakukan, UPT sarana membuat jadwal pemeliharaan kereta/gerbong untuk pemeliharaan periodik (P1, P3, P6 dan P12). 1) Pemeliharaan bulanan (P1) 2) Pemeliharan triwulan (P3) 3) Pemeliharaan 6 bulan (P6) 4) Pemeliharaan tahunan (P12) b) Pemeliharaan Semi Akhir Pemeliharaan 2 tahunan untuk sarana perkeretaapian dilakukan secara keseluruhan atau biasa disebur general check up. 3. pengawasan untuk sarana dilakukan setiap hari oleh UPT/resor terkait. Untuk jalan rel dilakukan oleh anggota UPT tersebut yang telah dijadwalkan pada awal program, kemudian untuk kepala resor melakukan pengawasan langsung ke lapangan setiap 2 minggu sekali berkeliling dengan menggunakan lokrit. Kepala UPT jalan rel dan jembatan selalu berhubungan dengan seksi Jalan rel dan jembatan di Daop 1 jakarta setiap 2 jam sekali melalui telepon, untuk melaporkan situasi yang ada di perlintasan. Kesimpulan dari penelitian terdahulu tentang Manajemen Sarana dan Prasarana Perkeretaapian di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasional 1 Jakarta yakni, dapat dikatakan sudak cukup baik, hal ini dapat 42 dilihat dari: Pertama, inventarisasi aset sarana dan prasarana sudah terjadwal dan tentunya terstruktur dengan baik. Pencatatan kondisi sarana tersebut dilakukan setiap bulan oleh UPT dan Dipo terkait setelah mereka melakukan pemeriksaan dan perawatan, dengan disusun setiap bulan tersebut maka laporan tahunan untuk kondisi aset sudah siap untuk diberikan kepada seksi sarana dan prasarana terkait, meskipun begitu laporan bulanan tersebut tetap dilaporkan setiap bulannya. Bahkan di bagian jalan rel dan jembatan memiliki tim khusus sendiri yaitu tim data material jalan rel. Selain itu data aset tersebut dapat diakses di web PT. KAI sebagai laporan setiap tahunnya. Kedua, pengelolaan dan optimalisasi aset semakin baik terutama perawatan terhadap sarana perkeretaapian (lokomotif, kereta, gerbong) semakin baik, ini dapat kita lihat pada kereta ekonomi yang sudah bersih dan terawat, selain itu kereta ekonomi kini memiliki pendingin ruangan meskipun sesekali mati tetapi itu sebagian kecil dari yang sudah bagus, tidak ada lagi para pedagang dan pengemis yang membuat kereta semakin semrawut dan membuat kereta terlihat kumuh, serta tersedianya toilet yang dapat digunakan oleh para penumpang. Ketiga, pengawasan dilakukan dengan cara kerjasama dengan unit pam untuk pengamanan kereta dan jalan semakin terlihat, ini bisa kita buktikan dengan sudah tidak adanya penumpang yang duduk di atas kereta, serta tidak adanya pengemis dan pedagang yang berjualan di dalam kereta. Meskipun masih tetap ada pencurian terhadap prasarana perkeretaapian tetapi itu sedikit dapat teratasi dengan bekerjasama juga dengan pihak kepolisian. 43 Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ai Istiqomah dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah peneliti memfokuskan penelitian pada manajemen fasilitas umum stasiun kereta api, artinya peneliti tidak memfokuskan penelitian pada kereta apinya, peneliti hanya meneliti fasilitas umum di stasiun kereta api saja, sedangkan Ai Istiqomah memfokuskan penelitiannya pada inventarisasi dan pengelolaan aset di Daop 1, serta pengawasan dan perbaikan kereta api. 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sugiyono 2005:65). Untuk mengetahui bagaimana alur berpikir peneliti dalam menjelaskan permasalahan penelitian, maka dibuatlah kerangka berpikir sebagai berikut: Dalam penyelenggaraan suatu sistem transportasi tentu tidak terlepas dari prasarana serta sarana begitu saja, baik yang di jalan raya maupun dengan penyelenggaraan sistem transportasi Kereta Api, dalam UU No.23 Tahun 2007 dijelaskan bahwa Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api. Peraturan Pemerintah No.56 Tahun 2009 pada pasal 2 menjelaskan bahwa Perkeretaapian diselenggarakan untuk memperlancar perpindahan orang dan/atau barang secara masal dengan selamat, aman, nyaman, cepat, tepat, tertib, teratur, 44 dan efisien (ayat 1). Serta penyelenggaraan perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk menunjang pemerataan pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional. Keamanan dan kenyamanan merupakan faktor yang sangat penting dalam sistem transportasi kereta api, bahkan keamanan dan kenyamanan dapat berpengaruh terhadap keselamatan penumpang kereta api. Fasilitas umum yang ada di stasiun kereta api merupakan salah satu wadah keamanan serta kenyamanan yang bisa didapatkan oleh penumpang kereta api. Oleh karenanya fasilitas umum yang ada di stasiun kereta api harus diperhatikan pengelolaannya agar dapat memberikan rasa aman dan nyaman, serta ketertiban bagi pengguna jasa transportasi kereta api. Stasiun Kereta Api Rangkasbitung merupakan salah satu stasiun besar yang ada di Banten. Namun berdasarkan observasi awal peneliti, ada beberapa kekurangan yang terdapat pada Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Hal tersebut terlihat dari beberapa masalah yang timbul seperti tidak adanya lahan untuk parkir di stasiun, ruang tunggu yang kurang memadai, kurangnya penjagaan keamanan, kenyamanan mushola dan fasilitas lainnya yang kurang baik. Adapun penelitian yang sedang peneliti lakukan mencoba untuk mengetahui bagaimana manajemen fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Untuk megetahui dan membahas hal tersebut, peneliti menggunakan teori fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan oleh G.R. Terry. Fungsi-fungsi manajemen tersebut terdiri dari: planning, organizing, actuatting, dan controlling (disingkat POAC). 45 Dimana dengan teori tersebut berkaitan dengan masalah yang ada di stasiun Rangkasbitung dimulai dari segi perencaan seperti tidak adanya lahan parkir untuk pengguna jasa kereta api sejak dulu sampai saat ini, baik untuk motor maupun mobil. Tidak adanya lahan parkir di stasiun kereta api Rangkasbitung karena letak stasiun yang ada di sekitar pasar dan dengan keadaan tersebut menyebabkan tidak adanya lahan untuk parkir di stasiun tersebut sehingga menimbulkan kemacetan di sekitar area stasiun, kemudian tidak adanya ruangan untuk ibu menyusui dan bayi serta fasilitas untuk penyandang difable. Segi pengorganisasian dimana tidak adanya permisahan ruangan, yaitu ruang tunggu kereta untuk penumpang yang sudah memiliki tiket atau belum dan penumpang yang akan naik kereta. Seharusnya ada pemisahan ruangan sehingga tertata dengan baik dan tidak membuat penumpang yang menunggu kereta tiba harus berdiri. Kemudian mushola yang kurang bersih dikarenakan kurangnya pengarahan dari atasan kepada bawahan untuk merawat atau menjaga kebersihan musholla tersebut dan untuk bangunan musholla yang kurang luas atau sempit, hal ini karena kurangnya tempat atau lahan yang dapat dijadikan untuk mushola sehingga memaksimalkan yang ada saja, tanpa adanya pemisahan antara laki-laki dan perempuan. Masalah-masalah tersebut terjadi karena kegiatan pengorganisasian fasilitas umum di stasiun belum optimal yang tidak lepas pula dari segi pengarahan yang dilakukan. Dari segi pengontrolan tidak adanya pengontrolan di area stasiun, berupa CCTV untuk memantau keadaan sekitar stasiun agar dapat mengetahui atau merekam kejadian yang ada di stasiun. Hal ini 46 menunjukkan bahwa dari segi pengontrolan belum cukup menjamin kenyamanan dan keamanan di stasiun tersebut. Fungsi-fungsi manajemen tersebut peneliti jadikan sebagai indikator untuk melihat apakah pengelolaan fasilitas umum di stasiun tersebut sudah baik atau belum. Untuk mengetahui secara lebih jelas alur berpikir yang menjadi kerangka berpikir dalam penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut: 47 IDENTIFIKASI MASALAH 1. Tidak adanya lahan parkir di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, karena tidak adanya perencanaan yang matang. 2. Kegiatan pengorganisasian yang belum baik, karena tidak adanya pemisahan ruangan untuk penumpang yang sudah atau belum memiliki tiket dan yang akan naik kereta. 3. Kurangnya perencanaan untuk pengadaan ruangan ibu menyusui dan bayi serta fasilitas untuk penyandang difable 4. Tidak adanya kegiatan pengorganisasian yang dilakukan untuk memperbaiki mushola, karena tidak ada pemisah antara laki-laki dan perempuan. 5. Tidak adanya CCTV menandakan bahwa kurangnya pengawasan dan pengontrolan terhadap lingkungan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung Fungsi-fungsi manajemen G.R. Terry 1. 2. 3. 4. OUTPUT Terealisasikannya pengelolaan fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung dengan baik Planning Organizing Actuating Controlling Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Sumber : Peneliti, 2016 48 2.3 Asumsi Dasar Penelitian Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah peneliti paparkan, peneliti telah melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Maka peneliti berasumsi bahwa belum optimalnya Manajemen fasilitas umum Di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung dikarenakan masih banyak permasalahan-permasalahan yang ada. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2012:1) adalah: Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitiannya lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi. Sedangkan metode kualitatif menurut Irawan (2006:4.31), adalah: Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang cenderung bersifat deskriptif, naturalistic, dan berhubungan dengan “sifat data” yang murni kualitatif. Temuan dalam penelitian kualitatif bersifat kasusistik, unik, dan tidak dimaksudkan untuk digeneralisasikan ke konteks lain. Instrument pengumpulan data dalam metode kualitatif tidak bersifat terstruktur, terfokus, “rigid”, dan spesifik, seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi lebih bersifat longgar, fleksibel dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada kebutuhan. Metode penelitian kualitatif ini sering disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah yaitu objek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki objek dan setelah keluar dari objek relatif tidak berubah. Pendekatan deskriptif digunakan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat 49 50 sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu situasi tertentu yang bersifat faktual mengenai manajemen fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. 3.2 Fokus Penelitian Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif juga disebut sebagai batasan masalah, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum (Sugiyono:2012:32). Adapun fokus penelitian yang peneliti teliti adalah terkait dengan manajemen fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, sehingga peneliti dapat memberikan rekomendasi terhadap pemecahan masalah, termasuk juga dalam hal manajemen fasilitas umum sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kenyamanan dan keselamatan penmumpang kereta api di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. 3.3 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian mengenai manajemen fasilitas umum di Stasiun Kereta Api, khususnya analisis mengenai pemecahan permasalahan yang timbul akibat dari kurang baiknya manajemen fasilitas umum di Stasiun Kereta Api, dilakukan di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. 51 3.4 Fenomena yang diamati 3.4.1 Definisi Konsep Fenomena yang diamati dalam penelitian ini yaitu mengenai manajemen dengan fokus fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Konsep mengenai manajemen merupakan hal yang sangat penting di dalam pengaturan proses penyelenggaraan sistem transportasi, khususnya kereta api. Berdasarkan beberapa definisi mengenai konsep manajemen yang dikemukakan oleh beberapa ahli, peneliti menyimpulkan bahwa secara konseptual, manajemen fasilitas umum dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan yang dilakukan oleh organisasi dalam hal ini di stasiun kereta api Rangkasbitung dengan tujuan untuk memberikan kenyamanan bagi penumpang dengan cara pengadaan berbagai fasilitas. 3.4.2 Definisi Operasional Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa fenomena yang akan diamati dalam penelitian ini yaitu mengenai manajemen fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Beberapa poin penting mengenai fenomena yang akan diamati tersebut akan peneliti analisis dengan menggunakan teori fungsifungsi manajemen yang dikemukaakan oleh G.R. Terry (dalam Hasibuan:2007). Fungsi-fungsi manajemen terdiri dari: planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pengarahan) dan controlling (pengendalian). 52 1. Planning (perencanaan) adalah memilih dan menggabungkan fakta serta menggunakan asumsi-asumsi masa datang dengan cara menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan sebelum akhirnya mengambil keputusan untuk hasil yang diingkan. Dalam fungsi ini, peneliti menganalisis perencanaan yang sedang dipersiapkan maupun yang sudah dipersiapkan oleh pihak pengelola Stasiun Kereta Api Rangkasbitung dalam hal manajemen fasilitas umum. Peneliti menilai fungsi ini sangat penting, karena dengan melihat dari segi perencanaan pengelolaan fasilitas umum, dapat diketahui apakah pihak pengelola Stasiun Kereta Api Rangkasbitung sudah memiliki rencana untuk pengadaan barang atau tidak, selain itu dalam perencanaan pun peneliti menganalisis sejauh mana pihak pengelola stasiun mempunyai inovasi atau pembaharuan dalam pengelolaan fasilitas umum atau tidak. 2. Organizing (pengorganisasian) adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang agar dapat bekerja sama secara efisien dan dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu agar dapat mencapai tujuan tertentu. Dalam fungsi ini, peneliti menganalisis mengenai pengorganisasian fasilitas umum yang dilakukan oleh pihak pengelola Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Banyak fasilitas umum yang harus 53 diorganisir dengan baik, sehingga fungsi dan manfaatnya akan dirasakan oleh pengguna jasa kereta api. Salah satu fasilitas umum yang penting dan harus segera dibenahi adalah ruang tunggu bagi penumpang yang sudah memiliki tiket atau belum, dan untuk penumpang yang hanya akan langsung naik kereta, harus ada pemisahan ruangan bagi penumpang tersebut. Selain itu pembenahan mushola yang seharusnya terpisah antara laki-laki dan perempuan serta fasilitas seperti pendingin ruangan. 3. Actuating (pengarahan) adalah membuat semua anggota kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian. Dalam fungsi ini, pengarahan merupakan fungsi manajemen yang terpenting dan paling dominan dalam proses manajemen, karena fungsi ini merupakan roda penggerak untuk merealisasikan tujuan. Ada beberapa poin penting yang perlu peneliti analisis terkait dengan fungsi pengarahan, antara lain: intruksi dari kepala stasiun kepada anggotanya, rapat rutin pihak pengelola fasilitas umum dalam melakukan pembahasan mengenai fasilitas umum , koordinasi kerja antara pegawai internal dengan pegawai di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. 4. Controlling (pengendalian) adalah proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, 54 menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan. Dalam fungsi ini, pengendalian merupakan suatu fungsi manajemen dasar dan penting untuk menentukan keberhasilan manajemen mencapai tujuan dengan dan melalui orang lain. Pengendalian dilakukan agar kegiatan organisasional untuk mencapai tujuan dilakukan sesuai dengan rencana-rencana dan cara-cara yang ditetapkan sebelumnya. Ada beberapa hal ayng perlu peneliti bahas dan peneliti analisis, antara lain: analisis kesesuaian antara standar pelayanan minimum dengan pengelolaan yang sudah dilakukan oleh pihak pengelola sampai saat ini. Pengontrolan dan perbaikan fasilitas umum. 3.5 Instrumen Penelitian Dalam penelitian diperlukan suatu alat ukur yang tepat dalam proses pengolahannya. Hal ini untuk mencapai hasil yang diinginkan. Alat ukur dalam penelitian disebut juga instrument penelitian atau dengan kata lain bahwa pada dasarnya instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan dalam mengukur fenomena alam atau sosial yang diamati. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri (human instrument). Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti siap untuk melakukan penelitian yang selanjutnya 55 terjun ke lapangan. Validitas terhadap peneliti sebagai instrument meliputi validitas terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, dan kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian baik secara akademik maupun logistiknya. Adapun yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan (Sugiyono, 2012:59). Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut Lofland & Loflang (dalam Basrowi & Suwandi:2008:169), sumber data utama atau primer dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan atau data sekunder seperti dokumen, dan lain-lain. Adapun alat-alat tambahan yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data berupa pedoman wawancara, buku catatan, kamera digital dan alat perekam. 3.6 Informan Penelitian Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan ini terbagi menjadi dua, yaitu informan kunci (key informan) dan informan sekunder (secondary informan). Adapun dalam penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive, yaitu teknik pengambilan data dari informan dengan pertimbangan bahwa orang yang dijadikan informan penelitian merupakan orang yang mengetahui tentang manajemen fasilitas umum di 56 Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, sehingga memudahkan peneliti untuk mendapatkan data yang diharapkan. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah setiap orang yang terkait dalam pengelolaan fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, yaitu : Tabel 3.1 Informan Penelitian Informan No. 1 Keterangan I1-1 Key Informan I1-2 Key Informan I1-3 Key Informan (Out Sorching) Key Informan (Out Sorching) Instansi PT KAI a. Kepala Stasiun Kereta Api Rangkasbitung b. Kepala Sub urusan Pelayanan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung c. Kepala Sub urusan Keamanan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung d. Ketua Kebersihan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung 2 Kode Informan I1-4 Masyarakat a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. Penumpang 1 Penumpang 2 Penumpang 3 Penumpang 4 Penumpang 5 Penumpang 6 Penumpang 7 Penumpang 8 Penumpang 9 Penumpang 10 Penumpang 11 I2-1 I2-2 I2-3 I2-4 I2-5 I2-6 I2-7 I2-8 I2-9 I2-10 I2-11 Sumber: Peneliti, 2016 Secondary Informan Secondary Informan Secondary Informan Secondary Informan Secondary Informan Secondary Informan Secondary Informan Secondary Informan Secondary Informan Secondary Informan Secondary Informan 57 3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono:2012:63). Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Wawancara Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dan bertatapan muka antara pewawancara dan informan dengan menggunakan pedoman wawancara (Nazir:2009:193). Adapun teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (indepth interview) adalah data yang diperoleh terdiri dari kutipan langsung dari orang-orang tentang pengalaman, pendapat perasaan dan pengetahuan informan penelitian. Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih dahulu berbagai keperluan yang dibutuhakan yaitu penentuan informan yang terdiri dari informan kunci dan informan sekunder, kriteria informan dan pedoman wawancara disusun dengan rapi dan terlebih dahulu dipahami peneliti. Selain itu, sebelum melakukan wawancara peneliti juga melakukan hal-hal sebagai berikut: 58 a) Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian b) Menjelaskan alasan informan terpilih untuk diwawancarai c) Menjelaskan situasi atau badan yang melaksanakan d) Mempersiapkan pencatatan data wawancara Hal-hal tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada informan untuk melakukan wawancara dengan menghindari keasingan serta rasa curiga informan untuk memberikan keterangan dengan jujur, selanjutnya peneliti mencatat keterangan-keterangan yang diperoleh dengan cara pendekatan katakata dan merangkainya kembali dalam bentuk kalimat (Nazir:2009:200). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tak terstruktur. Wawancara tak terstruktur ini adalah wawancara yang bebas, peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya, namun pedoman wawancara yang akan ditanyakan. Adapun secara garis besar, pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : (lihat Tabel 3.2) 59 Tabel 3.2 Pedoman Wawancara No. 1 Dimensi Sub Dimensi Manajemen Pengelolaan Fasilitas Umum Stasiun Kereta Api 1. Planning Peneliti menganalisis perencanaan yang sedang dipersiapkan maupun yang sudah dipersiapkan oleh pihak pengelola Stasiun Kereta Api Rangkasbitung dalam hal manajemen fasilitas umum.. Kisi-kisi pertanyaan 1. 2. 3. 4. 1. 2. Organizing peneliti menganalisis mengenai 2. pengorganisasian fasilitas umum yang 3. dilakukan oleh pihak pengelola Stasiun Kereta 4. Api Rangkasbitung. 5. Kegiatan atau hal di masa mendatang. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan yang direncanakan. Dasar hukum yang digunakan. Hambatan dalam melakukan manajemen fasilitas umum. Pihak yang bertanggung jawab mengelola fasilitas umum. Mekanisme pembagian tugas. Mekanisme pembagian ruangan. Kelemahan dalam manajemen fasum. Perubahan yang dilakukan dalam manajemen fasum. 3. Actuatting 1. Pengarahan/rapat Peneliti menganalisis distasiun. fungsi pengarahan yang 2. Waktu yang dilakukan dilakukan oleh pimpinan untuk pengarahan. kepada bawahan dalam 3. Kesesuaian mengelola fasilitas manajemen fasilitas umum stasiun kereta api. umum dengan SOP. 4. Controlling Peneliti menganalisis 1. Pengontrolan untuk bagaimana sistem pelaksanaan kontrol untuk melihat manajemen fasilitas dan menilai atapun umum. mengevaluasi kinerja 2. Pihak yang berwenang petugas dalam mengelola melakukan fasilitas umum di Stasiun pengontrolan. Kereta Api 3. Upaya yang dilakukan Rangkasbitung. untuk fasilitas umum yang rusak. 4. Keberhasilan manajemen fasilitas umum. Sumber: Peneliti, 2016 Informan I1-1, I1-2, I1-3, I1-4 I1-1, I1-2, I1-3, I1-4 I1-1, I1-2, I1-3, I1-4 I1-1, I1-2, I1-3, I1-4 , I2-1, I22, I2-3, I2-4, I2-5, , I2-6, I2-7 , I2-8, I2-9, I2-10, I2-11 60 2. Pengamatan/Observasi Observasi menurut Moleong (2007:175) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan sebagainya. Pengamatan/observasi menurut Moleong (2007:176) dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara berperan serta (partisipan) dan cara yang tidak berperan serta (non partisipan). Pada pengamatan berperan serta, pengamat melakukan dua fungsi sekaligus yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari keompok yang diamatinya. Namun, observasi tanpa berperan serta, pengamat hanya melakukan satu fungsi saja yaitu mengadakan pengamatan. Dalam penelitian ini, teknik observasi/pengamatan yang digunakan adalah observasi/pengamatan tanpa peran serta. Adanya keterbatasan waktu menyebabkan peneliti hanya melakukan satu fungsi observasi yaitu hanya melakukan pengamatan tanpa harus menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamati. Selain itu penelitian yang peneliti teliti bukan termasuk penelitian antropologi sehingga tidak memerlukan observasi peran serta. 3. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari sesorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan-catatan, peraturan, kebijakan, laporan-laporan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari 61 penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono:2012:82). 4. Studi Literatur/Kepustakaan Studi literatur/kepustakaan merupakan pengumpulan data penelitian yang diperoleh dari berbagai referensi baik buku ataupun jurnal ilmiah yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam sebuah penelitian kualitatif analisis data dilakukan sejak sebelum peneliti memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Namun faktanya analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data. Data yang terkumpul harus diolah sedemikian rupa hingga menjadi informasi yang dapat digunakan dalam menjawab perumusan masalah yang diteliti. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Langkah-langkah dalam melakukan analisis data menurut Irawan (2006:5.27) yaitu: 1. Pengumpulan data mentah Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data mentah misalnya melalui wawancara, observasi lapangan, dan kajian pustaka. Pada tahap ini juga digunakan alat bantu yang diperlukan, seperti tape recorder, kamera, dan lain-lain. Catatan hasil wawancara hanya data yang apa adanya (verbatim), tidak dicampurkan dengan pikiran, komentar, dan sikap peneliti. 2. Transkrip data Pada tahap ini, peneliti merubah catatan dalam bentuk tulisan (apakah itu berasal dari tape recorder atau catatan tulisan tangan). Peneliti ketik persis seperti apa adanya (verbatim). 3. Pembuatan koding 62 Pada tahap ini, peneliti membaca ulang seluruh data yang sudah ditranskrip. Pada bagian-bagian tertentu dari transkrip data tersebut akan transkrip menemukan hal-hal penting yang perlu peneliti catat untuk proses selanjutnya. Dari hal-hal penting tersebut nanti akan diberi kode. 4. Kategorisasi data Pada tahap ini, peneliti mulai menyederhanakan data dengan cara “mengikat” konsep-konsep (kata-kata) kunci dalam suatu besaran yang dinamakan “kategori”. 5. Penyimpulan sementara Pada tahap ini, peneliti mengambil kesimpulan masih bersifat sementara. Kesimpulan ini 100 % harus berdasarkan data dan data yang didapatkan tidak dicampurkan dengan pikiran dan penafsiran sendiri. 6. Triangulasi Pada tahap ini, peneliti melakukan proses chek dan recheck antara satu sumber data dengan sumber data yang lainnya, dengan menggunakan metode triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan 3 cara, yaitu: a) Triangulasi teknik, dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda. Bisa dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. b) Triangulasi sumber, dilakukan dengan cara menanyakan hal yag sama melalui sumber yang berbeda. Dalam hal ini bisa dilakukan dengan teknik informan purposive atau snowball. c) Triangulasi waktu, dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama tetapi pada berbagai kesempatan misalnya, pada waktu pagi, siang, atau sore hari. Dengan triangulasi data tersebut, maka dapat diketahui apakah informan/narasumber memberikan data yang sama atau tidak. Jika informan/narasumber memberikan data yang berbeda makan berarti datanya belum valid. Namun dalam menggunakan triangulasi sumber. penelitian ini peneliti 63 7. Penyimpulan akhir Kesimpulan akhir diambil ketika peneliti sudah merasa bahwa data peneliti sudah jenuh (saturated) dan setiap penambahan data hanya berarti ketumpang tindihan (redundant). Langkah-langkah dalam melakukan analisis data secara lebih jelas dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut yaitu: Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data Model Prasetya Irawan Sumber: (Irawan, 2005:5) 3.8 Pengujian Keabsahan Data Dalam penelitian kualitatif dikenal uji keabsahan data. Adapun dalam penelitian ini, untuk pengujian keabsahan datanya dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi. Menurut Irawan (2006:5.34), ada tiga teknik triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Adapun pada penelitian ini, teknik triangulasi yang peneliti gunakan adalah teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa sumber melalui hasil wawancara atau disebut juga dengan mewawancarai lebih dari satu informan yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. 64 3.9 Jadwal Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, Kabupaten Lebak. Adapun waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2015 sampai dengan bulan Oktober 2016, dengan jadual sebagai berikut : 65 Tabel 3.3 Waktu Pelaksanaan Penelitian Tahun 2015 Tahun 2016 Ta hun 201 7 N Kegiatan o Sep 1. Pengajuan Judul Penelitian 2. Penelitian Awal 3. Penyusunan Proposal Proses Pencarian Data di Lapangan Penyerahan Proposal 3. 4. 5. Ujian Proposal 6. Perbaikan Proposal Penelitian Lapangan Pengolahan Data 7. 8. 9. O kt N o v D es J a n F e b Mr t A p r M ei Penyusunan Laporan Penelitian dan Bimbingan 10 Sidang Skripsi 11 Revisi Skripsi Sumber : Peneliti (2016) Jun J ul A gs Sep Okt No v Des Jan BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak Kabupaten Lebak adalah sebuah kabupaten di Provinsi Banten, Indonesia. Ibukotanya adalah Rangkasbitung. Kabupaten Lebak terdiri atas 28 kecamatan, yang dibagi lagi atas 340 desa dan 5 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Rangkasbitung, yang berada di bagian utara wilayah kabupaten. Kota ini dilintasi jalur kereta api Jakarta-Merak. Jumlah penduduk Kabupaten Lebak adalah 1.233.905 jiwa 2 dengan jumlah kepadatan penduduknya 405,26 jiwa/km . Batas wilayah Kabupaten Lebak terdiri dari: 1) Sebelah Utara : Kabupaten Serang dan Tangerang 2) Sebelah Selatan : Samudera Indonesia 3) Sebelah Barat : Kabupaten Pandeglang 4) Sebelah Timur : Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi Secara geografis wilayah Kabupaten Lebak berada pada 105 25' - 106 30 BT dan 6 18' - 7 00' LS. Bagian utara kabupaten ini berupa dataran rendah, sedang di bagian selatan merupakan pegunungan, dengan puncaknya Gunung Halimun di ujung tenggara, yakni di perbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi. Sungai Ciujung mengalir ke arah utara, merupakan sungai terpanjang di Banten. 66 67 4.1.2 Gambaran Umum PT.Perkeretaapian Indonesia Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA di desa Kemijen, Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867. Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh de-ngan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 Km, tahun 1870 menjadi 110 Km, tahun 1880 mencapai 405 Km, tahun 1890 menjadi 1.427 Km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 Km. Selain di Jawa, pembangunan jalan KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawasi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar-Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang - Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, 68 studi jalan KA Pontianak - Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA. Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 Km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang Iebih 901 Km raib, yang diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan KA di sana. Jenis jalan rel KA di Indonesia semula dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar semasa pendudukan Jepang (1942 - 1943) sepanjang 473 Km, sedangkan jalan KA yang dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah Cikara dan 220 Km antara Muaro - Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro - Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang mempekerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro- Pekanbaru. Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamir-kan pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan KA yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) mengambil alih kekuasa-an perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada tanggal 28 September 1945. Pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak 69 diperbolehkan campur tangan lagi urusan perkeretaapi-an di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI). 4.1.3 Gambaran Umum Stasiun Kereta Api Rangkasbitung Stasiun Kereta Api Rangkasbitung terletak di Kelurahan Muara Ciujung Timur, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Stasiun Kereta Api Rangkasbitung merupakan satu-satunya Stasiun besar di Provinsi Banten. Pada masa jayanya, stasiun ini merupakan urat nadi perekonomian masyarakat Banten, dimana pembangunan stasiun ini ditujukan guna keperluan sarana transportasi untuk mendukung Kota Rangkasbitung sebagai kota industri di Banten saat itu yang berbasis perkebunan. Dan Stasiun Kereta Api di Rangkasbitung pertama kali dibuka pengoperasiannya pada tanggal 1 Juli 1900. Di Stasiun ini juga terdapat Dipo Lokomotif yang menyimpan gerbong Kereta Api Langsam, Rangkas Jaya, serta Banten Ekspres dan lokomotif jenis BB304 dan CC201 yang didatangkan dari Dipo lokomotif Jatinegara dan Dipo lokomotif Tanah Abang. Dulu terdapat Jalur kereta api menuju Labuan melewati Pandeglang. Jalur ini juga mempunyai cabang di Saketi menuju Bayah. Tetapi saat ini jalur yang sangat bersejarah tersebut sudah tidak berfungsi lagi. Untuk saat ini perubahan yang terjadi dimana akan dibuat KRL di Stasiun KA Rangkasbitung menuju Jakarta. Di setiap stasiun terdapat petugas stasiun yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengelola jalannya sistem perkeretaapian yang ada di stasiun. Struktur 70 Organisasi Petugas Stasiun Kereta Api Rangkasbitung peneliti paparkan dengan menggunakan gambar di bawah ini. Strukur Organisasi Stasiun Besar Rangkasbitung Gambar 4.1 Struktur Organisasi Stasiun Kereta Api Rangkasbitung Sumber : Stasiun Kereta Api Rangkasbitung Struktur Organisasi Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, terdiri dari: 1. Kepala Stasiun Besar Rangkasbitung : Andri 2. Wakil Stasiun Besar Rangkasbitung : Oya Santika 3. Kepala Sub Urusan Perka dan Administrasi : Nurdiansyah a. PPKA : Maman Suparman Ilman Al hakim Eka heryanto b. JRR : Agus 71 Mulyana Gumilar Asep Riyatman Nur Adi Sasongko Mamik Sudrajat Very Hidayat Adli Ihsan Abdurrohman Nandang Mulyadi Agus Dwi Purnomo c. PJL : Zahrul Rofiqi Andri Kosasih Hendri Muhamad Ahmad Suheli Saepulloh Herdiansyah Ikhtiyar Indra S M Rido Nuryadi Sumar’ih Aep Pranyoto d. PJW : Aman Suherman Subi 4. Kepala Sub Urusan Pelayanan Stasiun : Supriyatin 72 a. Mandor 5. Kepala Sub Urusan Keamanan dan Ketertiban a. PKD : Ulung : Dulfatah : M Saepudin Sardi Tb Mulyadi Riza N Dede S M Toni Zainal M Muji B Andri WK Ribut S Holil Arianto Ali Supriyatna Romdoni Yudhi K A Juhri Hariri Dede M Andri Juanda 73 Ade Supriyadi Moh Saepulloh Topik Andriyansyah 6. Kepala Sub Urusan Komersil a. Loket : Rini Cahyati : Frandias Prayugo Faisal R Yondi A Aris Dwi C Ikhsan M Vivi Andini Tatu Melawati Diah Halimatusadiah Taufik Denda Tugas pokok menurut struktur jabatan dalam susunan organisasi Stasiun Besar Kereta Api Rangkasbitung adalah sebagai berikut: 1. Kepala Stasiun Besar Rangkasbitung 1) Kepala stasiun mempunyai kewajiban dan tanggung jawab di stasiunnya sebagai berikut. 74 a. Melaksanakan pengawasan kegiatan operasi kereta api dan menjamin keselamatan, ketertiban, serta kelancaran dalam kegiatan operasi kereta api. b. Kepala stasiun wajib memimpin langsung pengaturan urusan perjalanan kereta api di stasiunnya apabila : 1. Terjadi kekusutan hebat perjalanan kereta api. 2. Pada waktu ada angkutan penting, misalnya, angkkutan Presiden/Wakil Presiden, atau pejabat tinggi negara melakukan perjalanan resmi dengan menggunakan kereta api. 3. Saat direksi, atau pimpinan daerah melakukan inspeksi dengan menggunakan kereta api. 4. Di suatu stasiun tidak terdapat seorang pegawai yang ditugaskan sebagai pengatur perjalanan kereta api. c. Menjamin Ketersediaan tiket, kelancaran penjualan tiket, dan ketertiban administrasinya. d. Menjamin keamanan dan ketertiban stasiun. e. Menjamin kemudahan, kenyamanan, dan kejelasan informasi bagi pengguna jasa angkutan kereta api. f. Menjamin kebersihan stasiun dan kebersihan rangkaian kereta api yang menjadi tanggung jawabnya. 75 g. Di tempat kedudukannya kepala stasiun mewakili pimpinan daerah dengan pihak eksternal dan berkewajiban berusdaha untuk memajukan perusdahaan di stasiunnya. h. Menjalankan bagian dari kegiatan administrasi keuangan stasiun sampai penyetoiran uang hasil penjualan ke JKepala sub urusan pendapatan, kecuali untuk stasiun yang tidak ditunjuk Kepala sub urusan pendapatan , kepala stasiun menjalankan seluruh kegiatan administrasi keuangan stasiun. i. Mengoordinasikan seluruh kegiatan unit pelaksanaa teknis di lingkungan stasiun. j. Membuat buku peraturan stasiun, melakukan penyesuaian isi buku peraturan stasiun setiap terjadi perubahan data, serta meminta pengesahan dari JPOD. 2) Selama stasiun buka, kepala stasiun tidak boleh meninggalkan stasiun, kecuali apabila kepergiannya tidak mengganggu atau menghambat jalannya pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana (1) dan telah menunjuk pejabat yang mewakili. 3) Semua kegiatan di stasiun menjadi tanggung jawab kepala stasiun dan apabila kepadanya diperbantukan wakil kepala stasiun maka sebagian tanggung jawabnya dapat didelgasikan kepada wakil kepala stasiun termasuk tanggung jawab segaimana ayat (!) huruf b. 76 4) Apabila kepala stasiun sakit atau melaksanakan tugas kedinasan di luar stasiun, wakil kepalas stasiun menjalankan tugas dan kewajiban sebagai kepala stasiun secara penuh sebagiamanan pada ayat (1). 5) Apabilan kepala stasiun dan wakil kepala stasiun sakit, atau melaksanakan tugas kedinasan di luar stasiun maka secara bergiliran kepala sub urusan yang memiliki sertifikat pengatur perjalanan kereta api ditunjuk sebagai perjabat yang mewakili. 6) Di stasiun yang tidak ditunjuk wakil kepala stasiun dan kepala sub urusan, apabila kepala stasiun berhalangan dinas, pegwai yang memiliki sertifikat kecakapan pengatur perjalanan kereta api ditunjuk sebagai pejabat yang mewakili. 7) Untuk melaksanakan pekerjaan sebagai pejabat yang ditunjuk mewakili kepala stasiun, berpedoman pada buku “peraturan stasiun” (periksa lampiran) yang tersedia di stasiun. 8) Apabila terdapat perubahan data isi dalam buku peraturan stasiun, kepala stasiun/wakil kepala stasiun harus melakukan penyesuaian isi buku peraturan stasiun terhadap adanya perubahan isi dan meminta pengeshanan dari JPOD yang bersangkutan. 2. Wakil Stasiun Besar Rangkasbitung Wakil kepala stasiun berkewajiban dari tanggung jawab atas sebagian kewajiban dan tanggung jawab kepala stasiun yang didelagasikan kepadanya 77 dan ditetapkan atas kesepakatan bersama antara kepala stasiundan wakil kepala stasiun dan diketahui serta disetujui oleh JPOD. 3. Kepala Sub urusan Perka dan Administrasi Kepala sub urusan perjalanan kereta api dan administasi berkewajiban dan mempunyai tanggung jawab melaksanakan administasi perjalanan kereta api (perka), administrasi stasiun, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan standar operasi prosedur di stasiun, melaksanakan pembinaan terhadap petugas PPKA Pap, PJL, JLR, JRS, petugas pengawas emplasemen stasiun serta petugas yang melaksanakan administasi perjalanan kereta api di bawah tanggung jawabnya. 4. Kepala Sub urusan Pelayanan Stasiun Kepala sub urusan pelayanan di stasiun dan di kereta api berkewajiban dan bertanggung jawab melaksanakan kegiatan dan pengendalian terhadap kebersihan stasiun dan kebersihan rangkaian kereta api di stasiun yang menjadi tanggung jawabnya. 5. Kepala Sub urusan Keamanan dan Ketertiban Kepala sub urusan keamanan dan ketertiban stasiun berkewajiban dan mempunyai tanggung jawab melaksanakan kegiatan dan pengendalian terhadap keamanan dan ketertiban penumpang, barang dan aset perusahaan di lingkungan stasiun di bawah tanggung jawabnya. 78 6. Kepala Sub urusan Komersil 7. Kepala sub urusan pelayanan komersil stasiun berkewajiban dan mempunyai tanggung jawab melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pelayanan terhadap announcemen porter, pergudangan, angkutan hantaran, customer service dan loket dibawah tanggung jawabnya. 4.2 Deskripsi Data 4.2.1 Deskripsi Data Penelitian Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang telah peneliti dapatkan dari hasil observasi yang dilakukan selama proses penelitian berlangsung. Dalam penelitian mengenai Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung , peneliti menggunakan teori Fungsi-fungsi Manajemen dari George R. Terry G.R. Terry (2008: 17) menjelaskan fungsi-fungsi manajemen sebagai berikut: a) Planning (perencanaan). Perencanaan ialah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan alternatif-alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang. b) Organization (pengorganisasian). Pengorganisasian mencakup (a) membagi komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ke dalam kelompokkelompok. (b) membagi tugas kepada seorang manajer untuk mengadakan pengelompokkan tersebut.menetapkan (c) wewenang diantara kelompok atau unit-unit organisasi. Didalam setiap kejadian, pengorganisasian melahirkan peranan kerja dalam struktur formal dan dirancang untuk memungkinkan manusia bekerja sama secara efektif guna mencapai tujuan. 79 c) Actuating (pengarahan). Actuating atau disebut juga “gerakan aksi” mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai. Actuating mencakup penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari pegawai-pegawainya, memberi penghargaan, memimpin, mengembangkan dan memberi kompensasi kepada mereka. d) controlling (pengontrolan). Controlling mencakup kelanjutan tugas untuk melihat apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai rencana. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan diperbaiki supaya tujuan-tujuan dapat tercapai dengan baik. Ada berbagai cara untuk mengadakan perbaikan, termasuk merubah rencana dan bahkan tujuannya, mengatur kembali tugas-tugas atau merubah wewenang, tetapi seluruh perubahan tersebut dilakukan melalui manusianya. Orang yang bertanggung jawab atas penyimpangan yang tidak diinginkan itu harus dicari dan mengambil langkah-langkah perbaikan terhadap hal-hal yang sudah atau akan dilaksanakan. Adapun data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata dan kalimat yang berasal baik dari hasil wawancara dengan informan penelitian, hasil observasi di lapangan, catatan lapangan penelitian atau hasil dokumentasi lainnya yang relevan dengan fokus penelitian ini. Proses pencarian dan pengumpulan data dilakukan peneliti secara investigasi, peneliti melakukan wawancara kepada sejumlah informan yang berkaitan dengan masalah penelitian sehingga informasi yang didapat sesuai dengan apa yang diharapkan. Informan sudah ditentukan dari awal karena peneliti menggunakan teknik purposive. Data yang peneliti dapatkan merupakan data yang berkaitan mengenai manajemen fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi lapangan, dan kajian pustaka kemudian ditransformasikan dalam bentuk tertulis untuk mendapatkan polanya serta diberi kode - 80 kode pada aspek-aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan permasalahan penelitian serta dilakukan kategorisasi. Dalam menyusun jawaban penelitian, penulis memberikan kode-kode yaitu sebagai berikut: 1. Kode Q untuk menunjukkan item pertanyaan, 2. Kode A untuk menunjukkan item jawaban, 3. Kode I1-1, menunjukkan informan dari Kepala Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. 4. Kode I1-2, menunjukkan informan dari Kepala Sub urusan Pelayanan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. 5. Kode I1-3, menunjukkan informan dari Kepala Sub urusan Keamanan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. 6. Kode I1-4, menunjukkan informan dari Ketua Kebersihan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. 7. Kode I2-1, menunjukkan informan dari Penumpang 1. 8. Kode I2-2, menunjukkan informan dari Penumpang 2. 9. Kode I2-3, menunjukkan informan dari Penumpang 3. 10. Kode I2-4, menunjukkan informan dari Penumpang 4. 11. Kode I2-5, menunjukkan informan dari Penumpang 5. 12. Kode I2-6, menunjukkan informan dari Penumpang 6. 13. Kode I2-7, menunjukkan informan dari Penumpang 7. 14. Kode I2-8, menunjukkan informan dari Penumpang 8. 15. Kode I2-9, menunjukkan informan dari Penumpang 9. 81 16. Kode I2-10, menunjukkan informan dari Penumpang 10. 17. Kode I2-11, menunjukkan informan dari Penumpang 11. Setelah memberikan kode pada aspek tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian sehingga polanya ditemukan, maka dilakukan kategorisasi berdasarkan jawaban-jawaban yang ditemukan dari penelitian dilapangan dengan membaca dan menelaah jawaban-jawaban tersebut. Analisa data yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan beberapa kategori dengan beberapa dimensi yang di anggap sesuai dengan permasalahan penelitian dan kerangka teori yang telah diuraikan sebelumnya. Dimensi tersebut mengacu pada teori manajemen G.R. Terry (2008: 17). 4.2.2 Deskripsi Informan Penelitian Pada penelitian mengenai Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, peneliti menggunakan teknik purposive. Teknik purposive merupakan metode penentuan informan dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan. Adapun informan-infoman yang peneliti tentukan, merupakan orang-orang yang menurut peneliti memiliki informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, karena mereka (informan) dalam kesehariannya senantiasa berurusan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Informan dalam penelitian ini adalah pengelola fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung seperti Kepala KA Rangkasbitung, Kepala sub urusan Pelayanan Stasiun, Kepala sub urusan Keamanan Stasiun, dan Ketua kebersihan stasiun kereta api Rangkasbitung. Untuk keabsahan data dan untuk dapat menggali secara mendalam 82 mengenai penelitian ini maka peneliti pun mengambil informan dari pihak penumpang/pengguna jasa kereta api Rangkasbitung. Adapun informan yang bersedia untuk diwawancari adalah: Tabel 4.1 Daftar Informan No 1 Kode Nama Informan Informan I 1-1 Bapak Andri 2 I 1-2 3 I 1-3 4 I 1-4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 I 2-1 I 2-2 I 2-3 I 2-4 I 2-5 I 2-6 I 2-7 I 2-8 I 2-9 I 2-10 I 2-11 Keterangan Kepala Stasiun Kereta Api Rangkasbitung Bapak Junior Sub urusan Pelayanan Stasiun Supriyatin Kereta Api Rangkasbitung Bapak Junior Sub urusan Keamanan Stasiun Dulfatah Kereta Api Rangkasbitung Bapak Ulung Ketua Kebersihan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung Munah Penumpang Kereta Api Intan Penumpang Kereta Api Wahyu Penumpang Kereta Api Sam’un Penumpang Kereta Api Sri Rahayu Penumpang Kereta Api Wulan Penumpang Kereta Api Iwan Penumpang Kereta Api Aldi Penumpang Kereta Api Yani Penumpang Kereta Api Rahmat Penumpang Kereta Api Syifa Penumpang Kereta Api Sumber: Peneliti (2016) 83 4.2.3 Analisis Data 4.2.3.1 Pengumpulan Data Mentah Tahap awal dalam analisis data adalah pengumpulan data mentah mengenai Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Pada tahap ini pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara, observasi, review dokumentasi atau pengumpulan data melalui kajian pustakan, dan studi dokumentasi. Hal ini dilakukan agar data yang didapat valid dan dapat dipertanggungjawabkan. 4.2.3.2 Transkip Data Tahap yang kedua dalam analisis data adalah transkip data mengenai Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Pada tahap ini peneliti menyederhanakan data dalam kategori. Pada tahap ini, peneliti merubah catatan dalam bentuk tulisan (apakah itu berasal dari tape recorder atau catatan tulisan tangan). Peneliti ketik persis seperti apa adanya (verbatim). Adapun transkip data dalam penelitian ini, peneliti sajikan dalam daftar lampiran penelitian. 4.2.3.3 Koding Data Tahap yang ketiga dalam analisis data adalah koding data dari data -data yang telah peneliti dapatkan dari berbagai sumber mengenai Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Pada tahap ini, peneliti membaca ulang seluruh data yang sudah ditranskip. Pada bagian-bagian tertentu dari transkip data tersebut akan menemukan hal-hal penting yang perlu peneliti catat untuk proses selanjutnya. Dari hal- 84 hal penting tersebut nanti akan diberi kode. Adapun proses pengkodingan data dalam penelitian ini, peneliti sajikan dalam daftar lampiran penelitian. 4.2.3.4 Kategorisasi Data Tahap selanjutnya dari analisis data adalah kategorisasi data terhadap data -data yang peneliti dapatkan mengenai Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Pada tahap ini peneliti mulai menyederhanakan data dengan cara “mengikat” konsep-konsep (kata-kata) kunci dalam satu besaran yang dinamakan “kategori”. Adapun tabel kategorisasi data disajikan dalam tabel sebagai berikut: 85 Tabel 4.2 Kategorisasi Data No Kategori Planning (perencanaan) 1 Rincian Kategori a. b. c. d. 2 Organizing (pengorganisasian) a. b. c. d. e. 3 Actuatting (pengarahan) a. b. c. 4 Controlling (pengontrolan) a. b. c. d. Merumuskan kegiatan atau hal di masa mendatang Mengestimasi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan yang direncanakan Menentukan dasar hukum yang digunakan Memaparkan hambatan dalam melakukan manajemen fasilitas umum Menjelaskan pihak –pihak yang bertanggung jawab mengelola fasilitas umum Mekanisme pembagian tugas Mekanisme pembagian ruangan Mengetahui kelemahan dalam manajemen fasum Mengetahui perubahan yang telah dilakukan dalam manajemen fasum Pengadaan Pengarahan/rapat pegawai stasiun Mengetahui waktu yang dilakukan untuk pengarahan Menganalisis kesesuaian manajemen fasilitas umum dengan SOP Pengontrolan manajemen fasilitas umum Mengetahui Pihak yang berwenang melakukan pengontrolan Mengetahui upaya yang dilakukan untuk memperbaiki fasilitas umum yang rusak Keberhasilan manajemen fasilitas umum Sumber: Peneliti, 2016 Penelitian mengenai Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, pada tahap ini peneliti mengambil kesimpulan meskipun masih bersifat sementara. Kesimpulan ini 100% harus berdasarkan data dan data yang didapatkan tidak dicampuradukkan dengan pikiran dan penafsiran peneliti. Pada penyimpulan sementara ini dimaksudkan untuk mengetahui sah atau valid tidaknya suatu data dan sebagai tolak 86 ukur sejauh mana data didapat untuk menjawab rumusan masalah yang nantinya data tersebut akan di uji kembali atau triangulasi data. Pada penelitian ini, peneliti membuat identifikasi masalah berdasarkan observasi awal di lapangan. Pertama, tidak adanya lahan parkir untuk pengguna jasa kereta api. Peneliti melihat bahwa Tidak adanya lahan parkir di stasiun kereta api Rangkasbitung karena letak stasiun yang ada di sekitar pasar dan dengan keadaan tersebut menyebabkan tidak adanya lahan untuk parkir di stasiun tersebut sehingga menimbulkan kemacetan di sekitar area stasiun. Peneliti menilai bahwa hal ini merupakan salah satu masalah yang ada pada kurangnya perencanaan dari pihak pengelola Stasiun Rangkasbitung. Dalam pandangan peneliti, parkir merupakan salah satu fasilitas yang dibutuhkan penumpang agar dapat menyimpan kendaraannya dan terjaga dengan baik, namun pada kenyataannya lahan parkir di Stasiun KA Rangkasbitung tidak ada untuk penumpang, hanya untuk pegawai Stasiunnya saja. Kedua, tidak adanya permisahan ruangan, yaitu ruang tunggu kereta untuk penumpang yang sudah memiliki tiket atau belum dan penumpang yang akan naik kereta. Dalam observasi awal yang telah peneliti lakukan di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, ada beberapa kekurangan yang peneliti lihat dari segi pembagian ruangan di Stasiun atau yang disebut sebagai ring1, ring 2, dan ring 3. Ketiga, tidak adanya ruangan untuk ibu menyusui serta fasilitas untuk penyandang difable. Menurut penilaian peneliti, hal ini sangat ironis karena Stasiun KA Rangkasbitung merupakan Stasiun besar tetapi untuk ruangan dan fasilitas penyandang 87 difable saja tidak ada. Kemudian dalam pandangan peneliti, jalan yang rusak ini menyiratkan bahwa pengelola Stasiun Kereta Api Rangkasbitung kurang memperhatikan kenyamanan penumpang yang memiliki bayi serta penumpang yang keterbatasan fisik. Keempat, mushola yang kurang luas atau sempit. Dimana tidak adanya pemisahan antara laki-laki dan perempuan serta tidak adanya pendingin ruangan. Peneliti menilai bahwa musholla yang ada belum menunjang kenyamanan bagi penumpang. Dimana musholla merupakan salah satu fasilitas yang sering digunakan oleh penumpang untuk menunaikan ibadah sholat ditengah-tengah menunggu kereta api yang akan mereka gunakan. Kelima, tidak adanya CCTV untuk memantau keadaan sekitar stasiun. Dari observasi awal, peneliti tidak melihat adanya CCTV di area sekitar Stasiun, padahal CCTV merupakan fasilitas yang penting demi keamanan penumpang disamping adanya petugas-petugas yang berjaga, karena dengan adanya CCTV dapat memantau keadaan di area Stasiun. Adapun berdasarkan kategorisasi data yang telah disajikan diatas dengan mengacu pada teori fungsi manajemen dari George R. Terry, peneliti dapat mengambil penyimpulan sementara bahwa Pengelola fasilitas umum Stasiun Kereta Api Rangkasbitung kurang begitu memperhatikan kondisi fisik dari sarana prasarana dalam lingkungan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. 88 4.2.3.5 Triangulasi Penelitian mengenai Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, mempunyai tujuan yang substansial. Tujuan subtansial dari penelitian ini adalah menjawab rumusan masalah yang telah dibuat oleh peneliti pada awal penelitian. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu ”Bagaimana Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung?” Dalam menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, dapat dilihat dari hasil wawancara informan serta kondisi lingkungan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Hal tersebut menjadi acuan peneliti untuk mengetahui Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Untuk menjawab rumusan masalah penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data dengan teknik triangulasi. Terdapat tiga cara dalam melakukan triangulasi, akan tetapi peneliti hanya menggunakan dua teknik triangulasi yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Pada tahap triangulasi teknik data, peneliti melakukan wawancara dan dibuktikan dengan pengamatan atau observasi untuk membuktikan apakah pernyataan informan tersebut sesuai dengan keadaan staiun sebenarnya atau tidak. Pada tahap triangulasi sumber data, peneliti menanyakan kembali apa yang menjadi rumusan masalah peneliti dengan sumber (informan) yang berbeda, yaitu Kepala Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, Kepala sub urusan Keamanan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, Kepala sub urusan Pelayanan, Leader Kebersihan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, serta Penumpang Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. 89 4.3 Deskripsi Hasil Penelitian Deskripsi hasil penelitian ini merupakan data dan fakta yang peneliti dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan. Untuk mengetahui bagaimana Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, peneliti menggunakan teori Fungsi-fungsi Manajemen dari George R. Terry G.R. Terry (2008: 17) menjelaskan fungsi-fungsi manajemen sebagai berikut: 4.3.1 Planning (Perencanaan) Kegiatan awal yang dilakukan dalam manajemen fasilitas umum di stasiun kereta api rangkasbitung adalah perencanaan. Dalam merencanakan sistem manajemen fasilitas umum kita tidak boleh secara asal merencanakannya, tetapi ada prosedur yang harus kita pahami dan kita jalani. Kita harus melihat dulu kondisi yang ada di stasiun sekarang bagaimana keadaan bangunan dan ruangan-ruangan yang ada, perbandingan antara jumlah penumpang dengan keadaan tempat dan fasilitas yang ada. Semua kegiatan dan tindakan manajerial didasarkan atau disesuaikan dengan rencana yang sudah ditetapkan. Rencana menentukan ke mana organisasi dan kegiatankegiatannya akan diarahkan atau direncanakan. Ini berarti atau maksud dari tiap rencana dan semua rencana adalah membantu pencapaian tujuan organisasi.perencanaan mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan alternatifalternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa mendatang. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui bagaimana manajemen fasilitas umum di stasiun kereta api Rangkasbitung, peneliti harus mengetahui bagaimana mekanisme 90 perencanaan di stasiun Rangkasbitung. Karena peneliti menilai bahwa manajemen fasilitas umum di suatu organisai dapat dinilai dengan salah satu aspeknya adalah rencana apa saja yang sudah dibuat. Dalam hal manajemen fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung pihak yang merencanakan adanya pengadaan dan melakukan permeriksaan serta pemeliharaan fasilitas yaitu sub urusan pelayanan yang berkoordinasi dengan ketua kebersihan, walaupun yang sebenarnya bertanggung jawab penuh adalah kepala stasiun dan yang akan merealisasikan adalah langsung dari pihak pusat (stasiun Cikini). Sehingga menyebabkan realisasi pengadaan fasilitas umum menjadi lama. Di stasiun Rangkasbitung kondisi ruangan-ruangan yang ada belum banyak mengalami perubahan seperti saat ini belum adanya ruang tunggu penumpang, ruang ibu menyusui, dan musholla yang masih sempit dan belum diperluas. Selain itu jika dilihat dari segi bangunannya pun tidak mengalami banyak perubahan karena stasiun Rangkasbitung merupakan cagar budaya yang bentuk bangunannya tidak bisa dirubah total hanya dapat diperindah saja seperti dicat ulang, dan memperbaiki dari segi tembok dan lantai. Untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang telah dipaparkan diatas, ada beberapa perencanaan yang telah dibuat untuk kemajuan fasilitas umum, dimana yaitu akan adanya ruang tunggu penumpang, bukan hanya di peron saja, rencana untuk parkir, untuk perubahan toilet dimana akan ada toilet untuk difable dan ruang ibu 91 menyusui. Hal ini peneliti dapatkan dari pernyataan Kepala stasiun yang berpendapat bahwa: “Perbaikan toilet, hole untuk ruang tunggu, peron, ada rencana untuk perubahan walaupun saat ini belum ada ruang khusus ibu menyusui dan untuk parkir juga akan diadakan untuk kedepannya ” ( Bapak Andri KSB Rangkasbitung pada tanggal 19 September 2016, pukul 10.30 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung). Selain pernyataan dari KSB, peneliti juga menilai ini dari pernyataan bagian pelayanan yang menyatakan bahwa: “Pembongkaran rel untuk adanya KRL, kemungkinan adanya CCTV, perubahan musholla, ruang ibu menyusui, untuk toilet pria akan ada urinoir dan westafle untuk toilet perempuan, ruang tunggu penumpang, pengatur suhu, peron yang kurang tinggi akan di naikan kembali, selain itu sudah ada rencana untuk pembuatan parkiran.” (Bapak Supriyatin Kepala Sub urusan Pelayanan Stasiun Rangkasbitung pada tanggal 19 September 2016, pukul 11.17 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung). Dari pernyataan beberapa informan yang telah peneliti wawancarai, akan ada rencana perbaikan dan penambahan fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung dimana salah satunya adalah akan adanya hole atau tempat terpisah untuk ruang tunggu penumpang, dan akan adanya lahan parkir. Namun ada perbedaan pendapat dari waktu yang dibutuhkan untuk merealisasikan hal-hal yang sudah direncanakan seperti untuk pembuatan ruang tunggu, ruang ibu menyusui, perluasan musholla dan pemasangan CCTV yang telah diajukan sejak lama dan terus diusahan sampai 1 tahun terakhir. Hal ini peneliti dapatkan dari hasil wawancara KSB berpendapat bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan rencana yang telah dibuat yaitu : “1 semester (6 bulan).” (wawancara dengan Bapak Andri KSB Rangkasbitung pada tanggal 19 September 2016, pukul 10.30 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung). 92 Berbeda dengan pernyataan kepala sub urusan pelayanan yang menyebutkan waktu untuk mengimplementasikan rencana-rencana perbaikan fasilitas umum di stasiun bahwa : “Rencana sudah ada dari tahun kemarin dan sudah diajukan tetapi untuk waktunya saya tidak tahu karena itu kewenangan pusat.” (wawancara dengan Bapak Supriyatin Kepala Sub urusan Pelayanan, pada tanggal 19 September 2016 pukul 11.17 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung). Berdasarkan wawancara diatas menunjukkan bahwa perencanaan fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung belum optimal karena masih ada beberapa fasilitas yang belum terpenuhi dan belum memadai walaupun menurut kepala sub urusan pelayanan sudah mengajukan rencana yang telah dibuat tetapi kepala stasiun sendiri tidak mengatakan hal yang sama padahal menurutnya waktu yang dibutuhkan untuk mengimplementaasikan rencana tersebut hanya butuh 6 bulan tetapi nyatanya belum terlaksana. Belum terealisasikannya beberapa pengadaan fasilitas di stasiun Rangkasbitung dikarenakan kewenangan pengadaan fasilitas umum ada di pusat (stasiun Cikini) dan pihak stasiun Rangkasbitung hanya mencatat fasilitas apa saja yang harus diperbaiki dan diadakan, selain itu tidak adanya penanggung jawab khusus yang menangani masalah fasilitas umum seperti bagian umum. Dimana mekanisme untuk melakukan pengadaan fasilitas bagi penumpang dimulai dari bagian pelayanan melakukan pencatatan laporan fasilitas apa saja yang belum ada dan dibutuhkan, kemudian dikoordinasikan dengan kepala dan wakil stasiun yang kemudian diajukan ke pusat (stasiun Cikini) setelah itu tindakan pengadaan dilakukan langsung oleh pusat dan jika belum terealisasi, pihak 93 stasiun Rangkasbitung hanya bisa terus melakukan koordinasi dan menanyakan kapan pengadaan fasilitas tersebut akan diberikan. Maka seharusnya perencanaan untuk fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung dibuat dengan matang dengan adanya kewenangan sendiri untuk melakukan pengadaan fasilitas sehingga dapat cepat terlaksana karena stasiun Rangkasbitung merupakan stasiun kelas besar yang seharusnya memiliki fasilitas yang cukup lengkap dan memadai sesuai dengan standar pelayanan minimum yang ada. Pada dasarnya, perubahan diperlukan dalam suatu organisasi terutama perubahan fasilitas umum dimana organisasi yang menyediakan pelayanan bagi masyarakat maka semua yang dibutuhkan oleh masayarakat dapat terpenuhi. Dalam hal ini pelayanan yang dilakukan oleh stasiun kepada penumpang, dimana kenyamanan penumpang menjadi prioritas dan kenyamanan tersebut bisa didapatkan salah satunya dengan pemenuhan kebutuhan fasilitas umum di stasiun. Ada beberapa fasilitas yang dibutuhkan oleh penumpang yang saat ini masih kurang baik . Hal tersebut peneliti dapatkan dari hasil wawancara penumpang yang berpendapat bahwa : “Tidak disediakan ruang tunggu setelah membeli tiket, hanya ada ruang tunggu peron untuk hari-hari tertentu yang penumpangnya banyak kekurangan tempat duduk, kadang tidak nyaman karena panas,selain itu untuk parkiran tidak tersedia parkir.”( Wawancara dengan penumpang Wahyu, tanggal 19 September 2016 pukul 14.40 WIB di stasiun Rangkasbitung). Hal tersebut juga dibenarkan oleh salah seorang penumpang yang berpendapat bahwa : “Sudah cukup untuk hari-hari biasa, tetapi untuk saat mudik kekurangan, untuk parkiran tidak ada parkiran, hanya tempat tukang ojek dan becak.” 94 (Wawancara dengan penumpang Sri Rahayu, tanggal 21 September 2016 pukul 11.30 WIB di stasiun Rangkasbitung). Hal tersebut senada dengan yang disebutkan oleh salah satu penumpang yang berkata bahwa: “Tidak ada lahan parkir, hanya ada tukang ojek dan becak. Harus diadakan lahan parkir setidaknya 300meter karena jumlah kendaraan lumayan banyak kira-kira 50 kendaraan yang ada disekitar stasiun karena terbatas jadi sebagian pengguna kereta parkir ditempat lain” (wawancara dengan penumpang Syifa, tanggal 21 September 2016 pukul 13.56 WIB di Stasiun). Namun berbeda pendapat dengan bagian pelayanan yang berpendapat bahwa : “Untuk pengadaan dan luas parkiran itu saya tidak tahu karena tergantung dari pusat, dan untuk jumlah kendaraan yang parkir tidak bisa diprediksi mungkin disekitar stasiun 100 unit motor karena kendaraan lalu lalang dan berganti tidak terus menetap”. (Wawancara dengan Bapak Supriyatin Kepala Sub Urusan Pelayanan, tanggal 30 November 2016 di Stasiun). Selain itu ada beberapa fasilitas yang belum ada di stasiun dan dibutuhkan oleh penumpang. Seperti tidak adanya CCTV, jalan untuk penyandang difable dan ruang khusus ibu menyusui. Hal tersebut dibenarkan oleh penumpang yang berkata bahwa : “Penting adanya CCTV untuk merekam kejadian di stasiun. Beliau juga berpendapat bahwa : “perlu jalan khusus penyandang difable. Penting, karena sewaktu-waktu pasti ada penumpang difable. Selain itu harus ada ruang ibu menyusui, karena agar menutup aurat ibu yang sedang menyusui.” (wawancara dengan penumpang Iwan tanggal 21 September 2016 pukul 12.15 WIB di Stasiun). 95 Hal tersebut senada dengan yang dikatakan oleh penumpang Bapak Yani bahwa : “Menurut saya dibutuhkan CCTV, karena takut ada kejadian-kejadian tak diduga.Beliau juga mengatakan bahwa “Ruang ibu menyusui itu perlu, karena tempat umum jadi harus ada ruang khusus ibu dan bayi.” (wawancara dengan penumpang Yani tanggal 21 September 2016 pukul 12.50 WIB di Stasiun). Namun disamping beberapa kekurangan fasilitas umumdi stasiun Rangkasbitung tetapi masih ada beberapa fasilitas yang sudah mengalami kemajuan dan dirasakan oleh penumpang seperti ruang boarding dan toilet yang sudah cukup nyaman. Hal tersebut disampaikan oleh penumpang yang beranggapan bahwa :“Sudah cukup baik, standar. Untuk toilet sudah cukup baik dan memadai, serta bersih.” (wawancara dengan penumpang Wulan tanggal 21 September 2016 pukul 11.52 WIB di Stasiun). Hal tersebut juga dibenarkan oleh penumpang yang berpendapat bahwa “Ruang boarding sudah cukup untuk masuk ke stasiun., dan untuk toilet Sudah cukup bersih.” (wawancara dengan penumpang Rahmat tanggal 21 September 2016 pukul 13.18 WIB di Stasiun). Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat penumpang sendiri beranggapan bahwa beberapa fasilitas yang ada belum cukup baik dan penumpang pun tidak merasa nyaman dengan keadan fasilitas yang tersedia di stasiun, dan masih ada beberapa fasilitas yang tidak ada di stasiun padahal dibutuhkan oleh penumpang. Tetapi masih ada beberapa fasilitas yang sudah mengalami perubahan menjadi lebih baik walaupun belum sepenuhnya memadai tapi sudah cukup untuk beberapa penumpang. 96 4.3.2 Organizing (Pengorganisasian) Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang tidak lepas dari sebuah organisasi. Dimana dalam setiap kejadian, pengorganisasian melahirkan peranan kerja dalam struktur formal dan dirancang untuk memungkinkan manusia bekerja sama secara efektif guna mencapai tujuan organisasi mencakup kegiatan : a) membagi komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ke dalam kelompok-kelompok. b) membagi tugas kepada seorang manajer untuk mengadakan pengelompokkan tersebut. c) menetapkan wewenang diantara kelompok atau unit-unit organisasi. Pengorganisasian yang dilakukan dimana membuat jadwal untuk melakukan rapat atau pertemuan 1 atau 2 minggu sekali yang membahas mengenai apa saja yang akan dilakukan Pihak yang melaksakan pengorganisasian tersebut ialah mulai dari kepala stasiun, wakil kepala stasiun, kepala sub urusan sampai pada pegawai outsorching . Hal tersebut dilakukan agar setiap pegawai yang sudah diberikan tugas atau wewenang dapat melaksanakan dengan baik sehingga rencana-rencana yang telah dibuat dapat terlaksana dengan efektif dan efisien. Pertama pengorganisasian di stasiun Rangkasbitung dari segi membagi komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ke dalalam kelompok-kelompok. Dimana di stasiun Rangkasbitung kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan salah satunya dengan melakukan kegiatan perubahan dan perbaikan sistem keamanan di stasiun Rangkasbitung. Kegiatan yang dilakukan yaitu pengamanan saat hari raya diperketat, adanya penyuluhan untuk masyarakat yang sering berada dekat 97 rel walaupun bukan didaerah Rangkasbitung tetapi dilakukan oleh bagian keamanan Rangkasbitung. Hal tersebut disampaikan oleh junior sub urusan keamanan bahwa : “Kalau hari raya, pertama dari PT.KA dibantu oleh kepolisian untuk kegiatan patroli, kemudian pengamanan jalur, untuk patroli ada yang malam harinya karena ada kereta cadangan yang disimpan dan dapat digunakan jika mendadak dibutuhkan. Kami dari pihak keamanan sudah melakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk tidak berada dekat rel agar meminimalisir terjadinya kecelakaan, selain itu banyak masyarakat yang sering melempar besi ke rel kan itu membahayakan untuk penumpang juga yang kadang membuat kereta anjlok. Dan biasanya banyak dilakukan di stasiun lain seperti stasiun walantaka.” (wawancara dengan bapak Dulfatah Kepala Sub urusan Keamanan Stasiun KA Rangkasbitung tanggal 26 September 2016 pukul 13.15 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung). Kegiatan lain yaitu mencatat dan mengajukan beberapa rencana ke pusat untuk penambahan fasilitas yang belum ada tetapi masih belum terealisasi dan tidak adanya kegiatan untuk melakukan renovasi ruangan-ruangan, hanya baru ada ruang boarding, kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk fasilitas umum hanya dilihat dari segi kebersihannya dan membagi tugas untuk memelihara atau merawat fasilitas yang ada. Seperti yang disampaikan oleh bagian pelayanan bahwa : “Sudah ada perubahan, seperti ada ruang boarding untuk pengecekan tiket, adanya fasilitas tiket online dan keamanan dimana yang tidak berkepentingan tidak bisa masuk area stasiun seperti pedagang dan pengamen. Ada 10 orang untuk anggota dan 1 orang mandor, jadi jumlahnya 11 orang, yang dibersihkan mulai dari kantor,toilet,hole,taman,emplasemen atau peron, dan wesel mengenai sampah.” (wawancara dengan bapak Supriyatin Kepala Sub urusan Pelayanan Stasiun KA Rangkasbitung tanggal 19 September 2016 pukul 11.50 WIB di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung). Namun ada perbedaan pendapat dari jumlah anggota kebersihan seperti yang dipaparkan oleh ketua kebersihan bahwa : “jumlah anggota kebersihan ada 12 berikut 98 leader 1.” (wawancara dengan bapak Ulung ketua kebersihan stasiun tanggal 19 September 2016 pukul 13.10 WIB di stasiun Rangkasbitung). Tapi hal tersebut tidak menjadi masalah besar karena berapapun jumlah anggota kebersihan yang ada, yang terpenting kewajibannya dijalankan dengan baik. Komponen kedua dari pengorganisasian di stasiun Rangkasbitung yaitu membagi tugas kepada seorang manajer untuk mengadakan pengelompokkan tersebut. Dimana stasiun Rangkasbitung memiliki beberapa bagian untuk mengatur tugasnya masing-masing dan untuk tupoksi setiap kepala sub urusan di stasiun Rangkasbitung adalah sebagai berikut : a) Kepala Sub Urusan Perka dan Administrasi Kepala sub urusan perjalanan kereta api dan administasi berkewajiban dan mempunyai tanggung jawab melaksanakan administasi perjalanan kereta api (perka), administrasi stasiun, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan standar operasi prosedur di stasiun, melaksanakan pembinaan terhadap petugas PPKA Pap, PJL, JLR, JRS, petugas pengawas emplasemen stasiun serta petugas yang melaksanakan administasi perjalanan kereta api di bawah tanggung jawabnya. b) Kepala Sub Urusan Pelayanan Stasiun Kepala sub urusan pelayanan di stasiun dan di kereta api berkewajiban dan bertanggung jawab melaksanakan kegiatan dan pengendalian terhadap kebersihan stasiun dan kebersihan rangkaian kereta api di stasiun yang menjadi tanggung jawabnya. 99 c) Kepala Sub Urusan Keamanan dan Ketertiban Kepala sub urusan keamanan dan ketertiban stasiun berkewajiban dan mempunyai tanggung jawab melaksanakan kegiatan dan pengendalian terhadap keamanan dan ketertiban penumpang, barang dan aset perusahaan di lingkungan stasiun di bawah tanggung jawabnya. d) Kepala Sub Urusan Komersil Kepala sub urusan pelayanan komersil stasiun berkewajiban dan mempunyai tanggung jawab melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pelayanan terhadap announcemen porter, pergudangan, angkutan hantaran, customer service dan loket dibawah tanggung jawabnya. Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa setiap bagian sudah memiliki tupoksinya masing-masing dan dalam hal manajemen fasilitas umum diatur oleh sub urusan pelayanan yang berkewajiban mengurus fasilitas umum dari segi kebersihannya. Dari situ terlihat bahwa sub urusan pelayanan sudah melaksanakan tugas pokok dan fungsi dengan baik dimana sudah membagi tugas untuk merawat kebersihan stasiun yang dipercayakan kepada pihak ketiga (out sourching) yang sudah mendapat tugasnya masing-masing untuk menrawat dan membersihkan area sekitar stasiun. Hal tersebut dibenarkan dengan pendapat dari kepala sub urusan pelayanan bahwa : “Petugas kebersihan mengurus dari kantor,toilet,hole,taman,emplasemen atau peron, dan wesel mengenai sampah. Dan untuk sistem pemeliharannya ada petugas dari pihak ketiga dibagi perhari 5 orang untuk pemeliharaan dan perawatan, dan jika ada kerusakan dan akan dilakukan perbaikan maka langsung diajukan ke kepala stasiun kemudian ke pusat.” (wawancara dengan bapak Supriyatin sub urusan pelayanan stasiun Rangkasbitung tanggal 19 September 2016 pukul 11.50 WIB di stasiun Rangkasbitung). 100 Hal tersebut senada dengan yang diucapkan oleh ketua kebersihan stasiun bahwa : “Yang dibersihkan yaitu kantor, lapangan (seperti peron),toilet. Jadi untuk pagi hari itu 6 orang, sore 4 kadang kalau libur ya 2. Untuk pagi -pagi mulai dari jam 6.30-14.00, dan sore dari jam 14.00-22.00.” (wawancara dengan bapak Ulung ketua kebersihan stasiun tanggal 19 September 2016 pukul 13.10 WIB di stasiun Rangkasbitung). Berdasarkan pernyataan dari beberapa informan tersebut menunjukkan bahwa pembagian tugas dalam mengelola fasilitas umum di stasiun sudah cukup baik. Hal ini peneliti nilai dari adanya pembagian waktu antara petugas yang satu dengan petugas yang lain sehingga semua petugas mempunyai waktu kerjanya masing-masing serta tidak ada penumpukan tugas dan setiap pekerja fokus dengan waktu kerjanya masingmasing. Selain itu dari segi kebersihannya fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung sudah mengalami perbaikan. Seperti tidak adanya sampah di area stasiun, dikarenakan petugas kebersihan rutin membersihkan sampah di area stasiun. Kemudian terawatnya kerapihan musholla, seperti adanya tempat untuk menyimpan mukena dan sarung. Terjaganya kebersihan lingkungan kantor dan taman di depan stasiun serta toilet bagi penumpang. Ketiga yaitu pengorganisaian dari segi adanya wewenang diantara kelompok atau unit-unit organisasi. Dalam pengorganisasian di stasiun Rangkasbitung dimana sudah adanya pemberian wewenang kepada setiap bagian untuk melaksanakan tugas yang sudah diberikan. Walaupun yang bertanggung jawab penuh dalam mengelola fasilitas umum di stasiun adalah kepala stasiun sendiri tetapi untuk menjala nkan 101 pengelolaan tersebut sudah dijalankan oleh bagiannya masing-masing. Contohnya untuk melakukan perawatan dan pemeliharaan menjadi tanggung jawab bagian pelayanan dan bagian pelayanan pun mempunyai kelompok kebersihan (cleaning service) dari pihak ketiga (out sourching). Dimana anggota kebersihan sendiri memilki ketua yang bertanggung jawab memantau kerja anggota-anggotanya juga berkoordinasi dengan kepala sub urusan dan kepala stasiun. Hal tersebut dipaparkan oleh kepala stasiun bahwa : “ Perawatan dan pemeliharaan fasilitas umum Dari bagian kebersihan dan adanya koordinasi kepala stasiun dan bagian pelayanan jika ada yg harus direncanakan atau melakukan perubahan.” (wawancara dengan bapak Andri KSB Rangkasbitung tanggal 19 September 2016 pukul 10.35 WIB di stasiun Rangkasbitung). Hal yang sama dipaparkan juga oleh bagian pelayanan bahwa : “Kepala sub urusan pelayanan memberikan tugas ke bagian cleaning service untuk membersihkan ruangan dan area stasiun.” (wawancara dengan bapak Supriyatin kepala sub urusan pelayanan stasiun tanggal 19 September 2016 pukul 11.50 WIB di stasiun Rangkasbitung). Berdasarkan hasil pemaparan dari informan diatas sudah diketahui bahwa Kepala stasiun sudah memberikan wewenang kepada setiap unit-unit organisasi untuk menjalankan pengelolaan fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung dan dengan adanya wewenang mempermudah tugas-tugas setiap bagian selama wewenang tersebut digunakan untuk kepentingan organisasi seperti menjaga kebersihan area stasiun bukan untuk kepentingan pribadi. 102 4.3.3 Actuating (Pengarahan) Setelah adanya perencanaan dan pengorganisasian dalam manajemen sebuah organisasi, kemudian tahap selanjutnya dilakukan pengarahan dimana pengarahan sendiri mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai. Dalam pelaksanaan manajemen fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung, pengarahan merupakan hal penting dari setiap kegiatan yang dilakukan pihak terkait untuk menjalankan manajemen fasilitas umum tersebut. Karena, manajemen fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung dilakukan oleh pihak stasiun baik pegawai tetap ataupun melibatkan pihak ketiga (out sourching) untuk memberikan pelayanan yang baik bagi penumpangnya. Bila dilihat dari hal tersebut, pengarahan sangat dibutuhkan agar pelaksanaan manajemen fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung dapat berjalan, ini semua agar tidak adanya kelalaian tugas dari masing-masing bagian sehingga tugas pokok dan fungsi yang diberikan dapat dijalankan dengan baik karena setiap pihak merasa diperhatikan oleh atasan dan merasa memiliki tanggung jawab dengan tugasnya masingmasing. Dalam hal ini pengarahan yang dilakukan di stasiun Rangkasbitung sudah dilakukan dengan cukup baik, dimana ada pengarahan dari atasan kepada bawahan. Hal ini berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan kepala stasiun bahwa : “Ada pengarahan kepada setiap kepala sub urusan . Untuk waktunya yaitu meeting 1 minggu sekali dan untuk briefing singkat setengah jam tiap hari” (wawancara dengan bapak Andri KSB Rangkasbitung tanggal 19 September 2016 pukul 10.30 WIB di stasiun Rangkasbitung). 103 Senada dengan yang dipaparkan oleh bagian pelayanan bahwa : “ Selalu ada pengarahan, dari kepala sub ke pelaksana/petugas. Dan waktu untuk pengarahan tersebut 1 bulan 2 kali dan untuk lama waktu disesuaikan dengan materi.” (wawancara dengan bapak Supriyatin Kepala sub urusan pelayanan stasiun tanggal 19 September 2016 pukul 11.50 WIB di stasiun Rangkasbitung). Selain itu ketua kebersihan yang berpendapat bahwa : “Ada pengarahan dari Pak KS, Sub urusan pelayanan dan dari pihak Out Sorchingnya juga. Untuk waktunya saat pagi-pagi kita membagi tugas untuk perhari dan ada pertemuan juga setiap 2 minggu sekali.” (wawancara dengan bapak Ulung ketua kebersihan stasiun tanggal 19 September 2016 pukul 13.10 WIB di stasiun Rangkasbitung). Dan yang terakhir pendapat dari bagian keamanan bahwa : “Untuk pengarahan itu dari polsuska kepada pkd setiap apel pagi dan sore. Waktu pengarahan hanya beberapa menit saja, brifing atau apel singkat.” (wawancara dengan bapak Dulfatah kepala sub urusan pelayanan stasiun tanggal 26 September 2016 pukul 13.15 WIB di satsiun Rangkasbitung). Dari penjelasan diatas dapat dinilai bahwa sudah adanya pengarahan dari atasan kepada bawahan dan dengan adanya pengarahan tersebut berpengaruh pula kepada pembagian tugas di stasiun Rangkasbitung selama ini sudah berjalan dengan lancar dan tidak mengalami kendala karena setiap bagian sudah memiliki tupoksinya masingmasing dan dalam hal manajemen fasilitas umum diatur oleh sub urusan pelayanan yang berkewajiban mengurus fasilitas umum dari segi kebersihannya. Dari situ terlihat bahwa sub urusan pelayanan sudah melaksanakan tugas pokok dan fungsi dengan baik dimana sudah membagi tugas untuk merawat kebersihan stasiun yang dipercayakan kepada pihak ketiga (out sourching) yang sudah mendapat tugasnya masing-masing untuk menrawat dan membersihkan area sekitar stasiun. 104 Namun ada perbedaan dari segi waktu untuk pengarahan tersebut, dimulai dari kepala stasiun, kepala sub urusan dan petugas kebersihan. Dimana berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa perbedaan pendapat tersebut dikarenakan pengarahan yang dilakukan secara bertahap dimana kepala stasiun memberi pengarahan kepada setiap kasubur dan kasubur memberi pengarahan kepada setiap petugas bidangnya masing-masing. Sehingga bentuk pengarahan dan waktunya berbeda-beda, tetapi meskipun begitu pengarahan tetap dijalankan dengan caranya masing-masing. 4.3.4 Controlling (Pengontrolan) Hal terakhir yang perlu diperhatikan juga guna menilai keberhasilan manajemen suatu organisasi dalam perspektif dari George R. Terry adalah dengan dilakukannya kegiatan pengontrolan dimana melihat apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai rencana. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi dan penyimpangan penyimpangan yang tidak diinginkan diperbaiki agar tujuan-tujuan dapat tercapai dengan baik. Ada berbagai cara untuk mengadakan perbaikan, termasuk merubah rencana dan bahkan tujuannya, mengatur kembali tugas-tugas atau merubah wewenang, tetapi seluruh perubahan tersebut dilakukan melalui manusianya. Karena dengan pengontrolan pun dapat menjadi penilaian sejauh mana keberhasilan manajemen suatu organisasi. Jika dilihat dari segi pengontrolan manajemen fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung ini sudah dijalankan cukup baik. Dimana adanya pengontrolan dari atasan kepada bawahan yaitu bagian pelayanan yang bertanggung jawab mengurus pelayanan terutama dari segi kebersihannya dan keamanan yang menjaga lingkungan stasiun dan penumpang. Hal ini didukung oleh pemaparan dari kepala stasiun bahwa : 105 “Pengontrolan dilakukan setiap saat dan memberikan wewenang kepada setiap bagian-bagiannya dan setiap seminggu sekali dicek. Dari kepala sub urusan dan kepala stasiun terjun langsung ke lapangan dan ada juga absensinya.” (wawancara dengan bapak Andri KSB Rangkasbitung tanggal 19 September 2016 pukul 10.35 WIB di stasiun Rangkasbitung). Begitu juga yang dipaparkan oleh kepala sub urusan pelayanan stasiun Rangkasbitung bahwa : “Ada pengontrolan dari kepala stasiun memberi wewenang untuk mengontrol dari kebersihan taman sampai peron. pengontrolannya itu jadi ada buku catatan khusus. Kepala stasiun juga ikut mengontrol.” (wawancara dengan bapak Supriyatin kepala sub urusan pelayanan tanggal 19 September 2016 pukul 11.50 WIB di stasiun Rangkasbitung). Berdasarkan wawancara diatas dapat dilihat bahwa sistem pengontrolan dilakukan oleh kepala stasiun dengan memberikan wewenang kepada setiap bagianbagiannya dan ada pengecekan setiap petugas dengan cara ada absensi dan buku catatan khusus untuk melihat apakah setiap petugas sudah menjalankan tanggung jawabnya masing-masing sesuai dengan tugasnya. Adanya sistem pengontrolan dari kepala stasiun langsung dan kepala sub urusan yang tidak hanya duduk diruangan tetapi berkeliling disekitar area stasiun untuk memntau kerja petugas dan keadaan stasiun membuat para petugas merasa segan dan menjadi bersemangat karena atasan mereka tidak hanya memberi tugas dan mengevaluasi tetapi ikut serta bersama mereka, selain itu karena adanya buku catatan khusus tersebut membuat para petugas merasa memiliki tanggung jawab yang harus dilaksanakan dengan baik. 106 Selain itu untuk pengontrolan area stasiun dan penumpang selain adanya petugas keamanan tetapi dibutuhkan CCTV untuk merekam segala kejadian. Hal tersebut dipaparkan oleh penumpang bahwa : “Dibutuhkan, walaupun tidak ada pengamen dan pedagang tetapi dikhawatirkan ada penumpang yang berniat jahat.” (wawancara dengan wulan penumpang kereta api tanggal 21 September 2016 pukul 11.52 WIB di stasiun Rangkasbitung). Senada dengan yang dipaparkan wulan, penumpang lain pun berpendapat bahwa : “Butuh, agar lebih aman jika ada hal-hal atau kejadian tidak diinginkan bisa direkam di CCTV.” (wawancara dengan Syifa penumpang kereta api tanggal 21 September 2016 pukul 13.56 WIB di stasiun Rangkasbitung). Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa CCTV dibutuhkan oleh penumpang walaupun sudah tidak adanya pedagang atau pengamen di area stasiun teteapi dengan adanya CCTV sebagai fasilitas penunjang keamanan karena dapat merekan kejadian-kejadian yang tidak diingankan dan sebagai bukti jika ada pencurian. Namun untuk keberadaan fasilitas CCTV tersebut ada perbedaan pendapat. Menurut kepala stasiun yang berpendapat bahwa sudah adanya CCTV walaupun hanya 1. Hal ini dijelaskan dalam hasil wawancara sebagai berikut : “Sudah ada CCTV tetapi hanya satu untuk diarea peron. kedepannya akan ada penambahan.” (wawancara dengan bapak Andri KSB Rangkasbitung tanggal 19 September 2016 pukul 10.35 WIB di stasiun Rangkasbitung). 107 Hal ini tidak sama dengan yang dipaparkan bagian pelayanan stasiun Rangkasbitung bahwa : “Hanya belum ada, tetapi untuk kedepannya akan ada . Ya mungkin baru ada 1, tetapi untuk pelayanan penumpang di Stasiun belum ada CCTV. (wawancara dengan bapak Supriyatin kepala sub urusan pelayanan tanggal 19 September 2016 pukul 11.50 WIB di stasiun Rangkasbitung). Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan fasilitas CCTV di stasiun ini masih diragukan karena adanya perbedaan penadapat dari kepala stasiun dan bagian pelayanan. Dimana bagian pelayanan berpendapat bahwa CCTV yang ada 1 pun tidak berfungsi dan untuk pengadaan CCTV ini sudah diajukan dari tahun lalu ke pusat akan tetapi sampai saat ini belum ada tindak lanjutnya dari pusat padahal pihak pelayanan stasiun Rangkasbitung sudah terus mendesak agar segera ditindak lanjuti untuk pemasangan CCTV ini dan bagian pelayanan mengharapkan agar akhir tahun atau tahun depan CCTV ini sudah ada di stasiun Rangkasbitung. Karena fasilitas ini seperti disepelekan keberadaannya padahal memberikan manfaat yang cukup besar dimana keamanan stasiun dan penumpang tidak sepenuhnya dapat terus dipantau hanya oleh petugas saja tetapi dengan alat CCTV ini dapat memantau dan merekam secara terus menerus demi menjaga hal-hal yang tidak diinginkan seperti pencurian. Dengan adanya CCTV dapat diketahui orang yang melakukan tindak kejahatan dan dapat dicari. Selain itu untuk pengontrolan juga dapat dilakukan dengan melihat sejauh mana keberhasilan manajemen fasilitas umum di stasiun Rangkabitung. Agar dapat sebagai evaluasi bagi pihak pengelola stasiun apa saja fasilitas yang masih kurang demi 108 kenyamanan penumpang. Hal tersebut dapat dinilai oleh penumpang stasiun yang merasakan segala fasilitas yang ada di stasiun. Jika dilihat dari perkembangan di lingkungan stasiun saat beberapa tahun yang lalu dan sekarang sudah ada perubahan. Hal tersebut didukung pemaparan dari penumpang bahwa : “Lumayan, tetapi belum sangat baik karena belum ada parkiran, musholla, ruang tunggu dan loket walaupun sudah bersih dan nyaman tetapi masih perlu perbaikan. (wawancara dengan bapak Iwan penumpang kereta api tanggal 21 September 2016 pukul 12.15 WIB di stasiun Rangkasbitung). Penumpang lain juga berpendapat hal yang sama berdasarkan wawancara bahwa : “Sudah banyak perubahan, seperti sudah bersih tetpi masih ada kekurangan dari bangunan dan fasilitas seperti parkir dan musholla, tetapi untuk di stasiunnya sudah cukup aman dan nyaman.” (wawancara dengan Wulan penumpang kereta api tanggal 21 September 2016 pukul 11.52 WIB di stasiun Rangkasbitung). Berdasarkan wawancara diatas dapat dilihat bahwa sudah banyak perubahan di stasiun dari segi fasilitas umumnya walaupun masih ada beberapa kekurangan tetapi keadaan stasiun saat ini sudah cukup nyaman. Hal tersebut juga dipaparkan oleh kepala sub urusan pelayanan bahwa : “Sudah cukup banyak perubahan, seperti ada penanggung jawab pelayanan yang dulunya tidak ada dan dari keamanan sudah cukup baik untuk memonitor penumpang. Mungkin baru 75% karena kurang sterilnya penumpang yang lalu lalang yang masuk untuk lewat ke pasar.” (wawancara dengan bapak Supriyatin kepala sub urusan pelayanan tanggal 19 September 2016 pukul 11.50 WIB di stasiun Rangkasbitung). Berdasarkan wawancara diatas menunjukan bahwa manajemen fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung ini sudah banyak perubahan dimana sebelumnya untuk penanggung jawab pelayanan saja tidak ada tetapi saat ini sudah ada, walaupun 109 keberhasilan manajemen fasilitas umum di stasiun ini baru sampai 75% . Dan dengan adanya pengukuran keberhasilan manajemen fasilitas umum tersebut dapat dijadikan sebagai pengontrolan dan bahan evaluasi bagi pihak stasiun dimana untuk pengelolaan fasilitas umum yang dilakukan sudah cukup baik. Dimana sudah adanya pengontrolan dari kepala stasiun yang ikut memantau ke lapangan, selain itu memberi wewenang kepada setiap bagian untuk melakukan pengontrolan apakah petugas sudah melaksanakan tugasnya masing-masing seperti petugas kebersihan yang selalu menjaga kebersihan area stasiun dari taman sampai peron dan bagian keamanan yang selalu menjaga area stasiun. Dan untuk melakukan pengontrolan, kepala stasiun juga memberlakukan catatan khusus harian apa saja yang sudah dilakukan setiap petugasnya agar petugas merasa mempunyai tanggung jawab dengan tugasnya masing-masing. Namun untuk menilai dan sebagai evaluasi juga dapat dilihat dari penilaian penumpang di stasiun sendiri karena masyarakat juga sudah merasakan banyak perubahan yang ada seperti area stasiun sudah bersih, sudah adanya tempat duduk di peron dan tidak adanya pedagang serta pengamen. Tetapi meskipun begitu masih harus ada perbaikan dari fasilitas umum di stasiun, seperti dari segi bangunan, tidak adanya lahan parkir, dan perbaikan musholla. 4.4 Pembahasan Manajemen fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, dapat dilihat dari Standar Pelayanan Minimum (SPM) dimana SPM tersebut untuk mengukur ketersediaan fasilitas umum di stasiun yang memiliki beberapa aspek yaitu : 110 keselamatan, keamanan, kesetaraan. kehandalan/keteraturan, kenyamanan, kemudahan dan Meskipun di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung telah banyak mengalami perubahan dan perbaikan, tetapi masih ada beberapa fasilitas umum yang perlu ditambah dan diperbaiki demi keamanan dan kenyamanan penumpang kereta api. Dalam pembahasan ini peneliti akan membahas tentang fokus penelitian, dimana berdasarkan teori manajemen dari George R. Terry (2008: 17) ada 4 fungsi manajemen untuk menganalisis mengenai manajemen di suatu organsisai yaitu : perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengontrolan. Berikut ini peneliti akan membahas lebih lanjut terkait analisis hasil penelitian. Pertama, segi perencanaan. Perencanaan pengadaan fasilitas umum di setiap stasiun dilakukan oleh Petugas kereta api di Stasiun Rangkasbitung yaitu Bagian Pelayanan dan disetujui oleh Kepala Stasiun. Petugas juga telah membuat beberapa perencanaan yang akan diimplementasikan, di antaranya adalah pembuatan ruang tunggu penumpang, pengadaan tempat parkir, pengadaan ruangan untuk ibu menyusui, penambahan CCTV, pengadaan urinoir dan wastafle, pengadaan pengatur suhu, pembongkaran rel untuk adanya KRL dan pengadaan toilet untuk penumpang difable. Peneliti menilai bahwa perencanaan yang telah dibuat oleh Petugas Stasiun Kereta Api Rangkasbitung telah dilakukan dengan baik dan berorientasi pada kenyamanan dan keamanan penumpang kereta api. Namun ada kekurangan dalam melakukan perencanaan tersebut, dimana tidak adanya target untuk melakukan perubahan karena bagian pelayanan hanya mengajukan ke pusat dan untuk pengadaan tersebut menjadi hak penuh dari pusat. Selain itu beberapa usulan dan pendapat 111 penumpang kereta api yang menyatakan bahwa ada beberapa fasilitas umum yang kurang mendukung kenyamanan bagi penumpang kereta api, yakni kurangnya ruang tunggu, tidak adanya lahan parkir, musholla yang kurang luas dan tidak adanya CCTV. Ruang tunggu yang kurang memadai disebabkan karena tidak ada ruangan khusus untuk penumpang atau disebut dengan ruang tunggu yang rencananya akan dibuat seluas 200m. Faktanya di stasiun Kereta Api Rangkasbitung ada tempat duduk di peron yang saat ini sudah mengalami penambahan kursi dari 15 kursi menjadi 30 kursi yang rencananya akan disimpan di ruang tunggu jika ruang tunggu tersebut sudah dibuat, padahal peron sendiri sebenarnya difungsikan bagi penumpang yang siap naik kereta bukan untuk menunggu kedatangan kereta. Tidak adanya lahan parkir hal ini disebabkan halaman stasiun Kereta Api Rangkasbitung terbatas dengan jalan pasar. selain itu, stasiun Rangkasbitung ini berada diruang lingkup Pasar Tradisional Rangkasbitung sehingga ramai pengunjung pasar maka dari itu untuk lahan parkir yang terbatas habis dipakai tukang ojeg dan tukang becak. Untuk pengadaan lahan parkir ini rencananya akan dikelola oleh pihak PT.KAI yang bernama PPRSK, namun belum ada kepastian untuk penyediaan lahan parkir tersebut karena pihak stasiun sedang fokus kepada pengadaan KRL. Terakhir adalah tidak adanya CCTV, hal ini dikarenakan CCTV yang ada di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung hanya ada 1 (satu) CCTV saja yang mengarah kearah kedatangan Kereta Api sehingga difungsikan hanya untuk memantau kedatangan dan keberangkatan Kereta Api dan sebenarnya tidak berfungsi. Sedangkan untuk pengawasan penumpang di sekitar area stasiun tidak ada CCTV yang mengawasi. 112 Padahal dalam SPM atau Standar Pelayanan Minimal CCTV termasuk fasilitas Keamanan untuk keamanan penumpang. Jika tidak ada CCTV yang mengawasi keadaan penumpang di area stasiun, ketika ada kejadian yang tidak inginkan atau tindakan kriminal maka tidak ada rekaman yang memudahkan untuk penyelesaian kasus. Karena itulah tingkat keamanan penumpang masih rendah. Untuk pengadaan CCTV tersebut rencananya sudah diajukan ke pusat dan untuk jumlah dan area mana saja yang akan dipasang menjadi kewenangan pusat, pihak stasiun Rangkasbitung hanya memberikan laporan dan pengajuan saja bahwa di stasiun Rangkasbitung perlu segera di pasang CCTV. Untuk merealisasikan perencanaan yang telah dibuat, maka harus ada implementasi yang jelas dari petugas stasiun kereta api Rangkasbitung mengenai target dan waktu pelaksanaannya. Namun, berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan petugas stasiun, ada perbedaan pendapat antara Kepala Stasiun dengan Kepala Sub Urusan Pelayanan. menurut Kepala Stasiun, waktu yang dibutuhkan untuk merealisasikan rencana yang telah dibuat adalah satu semester atau enam bulan. Tetapi Kepala Sub Urusan Pelayanan menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk merealisasikan rencana yang telah dibuat tergantung kepada Stasiun Pusat, karena kewenangannya adalah kewenangan Stasiun Pusat, sehingga Kepala Sub Urusan Pelayanan belum mengetahui secara pasti waktu untuk merealisasikan rencana yang telah dibuat dan target untuk merealisasikan rencana-rencana tersebut dan jikalau rencana-rencana pengadaan seperti CCTV, ruang tunggu, ruang ibu menyusui dan perluasan musholla belum dapat terealisasikan, tidak mendapat sanksi dari pusat karena 113 Standar Pelayanan Minimum dibuat oleh pusat dan pengadaan pun menjadi kewenangan pusat. Dengan segala sesuatu menjadi kewenangan pusat membuat rencana-rencana yang telah dibuat oleh pihak stasiun Rangkasbitung tidak berjalan sesuai harapan yang menginginkan bahwa stasiun Rangkasbitung sebagai stasiun kelas besar seharusnya sudah memiliki fasilitas sesuai standar yang ada yaitu SPM (Standar Pelayanan Minimum). Berdasarkan pemaparan peneliti mengenai perencanaan dalam bidang fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, peneliti menilai bahwa perencanaan yang telah dibuat sudah baik, namun perlu adanya kepastian waktu dan target dalam merealisasikan rencana yang telah dibuat selain itu perlu adanya pelimpahan wewenang untuk pengadaan dari pusat ke stasiun Rangkasbitung sehingga perencanaan dalam bidang fasilitas umum dapat terealisasikan dengan cepat dan tepat demi kenyamanan dan keamanan penumpang kereta api. Kedua, segi pengorganisasian. Peneliti berasumsi bahwa petugas stasiun kereta api Rangkasbitung telah mengelompokkan kegiatan-kegiatan pengelolaan fasilitas umum dengan baik. Ada tiga kegiatan utama dalam bidang pengorganisasian, yakni pembagian komponen kegiatan ke dalam kelompok atau unit, kemudian pembagian tugas manajer, dan penetapan wewenang kelompok atau unit. Dalam pembagian komponen kegiatan, ada beberapa kegiatan yang telah dikelompokan dengan baik. Yang pertama, pengamanan stasiun kereta api di hari raya diperketat. Peneliti menilai hal itu dilakukan karena resiko kejahatan kriminal di stasiun 114 kereta api di hari raya akan meningkat dari pada hari biasa, sehingga kegiatan tersebut dilakukan agar dapat mengantisipasi resiko kejahatan yang muncul. Kegiatan yang kedua adalah penyuluhan keamanan bagi penduduk di sekitar rel kereta api stasiun Rangkasbitung. Menurut peneliti, kegiatan tersebut sangat baik dilakukan, mengingat lingkungan di sekitar stasiun rangkasbitung merupakan lingkungan yang padat penduduk. Peneliti pun melihat bahwa masih banyak rumahrumah penduduk yang berdekatan dengan rel kereta api dengan jarak kurang dari lima meter, sehingga resiko kecelakaan yang terjadi sangat tinggi. Oleh karena itu peneliti menilai bahwa kegiatan penyuluhan tersebut sangat baik dan perlu untuk dilakukan demi keamanan bersama. Kegiatan yang ketiga adalah pencatatan laporan mengenai kondisi fasilitas umum di stasiun kereta api Rangkasbitung untuk diserahkan ke kantor pusat. Kegiatan tersebut merupakan langkah awal untuk merealisasikan rencana pengadaan dan perbaikan fasilitas umum yang ada di stasiun kereta api Rangkasbitung. Kegiatan tersebut dilakukan oleh kepala sub urusan pelayanan stasiun Rangkasbitung, dimana kepala sub urusan pelayanan melihat kondisi fasilitas apa saja yang belum ada dan yang harus diperbaiki yang dibutuhkan demi kenyamanan penumpang seperti untuk fasilitas toilet pria belum adanya urinoir, perluasan musholla, pembuatan ruang tunggu, ruang ibu menyusui, pengadaan CCTV, dll. Setelah dilakukan pendataan dan bukti seperti foto keadaan di stasiun lalu di koordinasikan dengan kepala stasiun kemudian diajukan ke puisat. Untuk menindak lanjuti pengajuan tersebut, kepala sub urusan pelayanan terus melakukan konfirmasi ke pusat kapan pengadaan tersebut dapat direalisasikan, selain itu 115 jika ada pemantauan langsung dari pusat ke stasiun kepala sub urusan pun memberikan laporan apa saja yang kurang dan dibutuhkan serta meminta tindak lanjut dari pusat agar pengajuan segera dapat direalisasikan. Pihak stasiun Rangkasbitung hanya dapat mendesak dan terus menghubungi pusat untuk melakukan perubahan dan pengadaan karena hal tersebut menjadi wewenang pusat dan pihak stasiun Rangkasbitung hanya dapat memberikan laporan dan pengajuan saja akan tetapi untuk tindak lanjut pengadaan dilakukan langsung oleh pusat. Daftar Kelengkapan Standar Pelayanan Minimum Stasiun Besar Tipe C Rangkasbitung Gambar 4.2 Laporan Daftar Kelengkapan Standar Pelayanan Minimum Stasiun Besar Tipe C Rangkasbitung Sumber : Stasiun Kereta Api Rangkasbitung Rangkasbitung, 2016 Dalam bidang pengorganisasian, pengelompokan tugas atau pembagian tugas manajer merupakan hal yang penting agar pengelolaan fasilitas umum dapat dilakukan dengan efektif. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, ada empat Kepala Sub Urusan yang membantu Kepala Stasiun dalam mengatur jalannya roda perkeretaapian di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Yaitu: a) Kepala Sub urusan Perka dan Administrasi 116 Kepala sub urusan perjalanan kereta api dan administasi berkewajiban dan mempunyai tanggung jawab melaksanakan administasi perjalanan kereta api (perka), administrasi stasiun, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan standar operasi prosedur di stasiun, melaksanakan pembinaan terhadap petugas PPKA Pap, PJL, JLR, JRS, petugas pengawas emplasemen stasiun serta petugas yang melaksanakan administasi perjalanan kereta api di bawah tanggung jawabnya. b) Kepala Sub urusan Pelayanan Stasiun Kepala sub urusan pelayanan di stasiun dan di kereta api berkewajiban dan bertanggung jawab melaksanakan kegiatan dan pengendalian terhadap kebersihan stasiun dan kebersihan rangkaian kereta api di stasiun yang menjadi tanggung jawabnya. c) Kepala Sub urusan Keamanan dan Ketertiban Kepala sub urusan keamanan dan ketertiban stasiun berkewajiban dan mempunyai tanggung jawab melaksanakan kegiatan dan pengendalian terhadap keamanan dan ketertiban penumpang, barang dan aset perusahaan di lingkungan stasiun di bawah tanggung jawabnya. d) Kepala Sub urusan Komersil Kepala sub urusan pelayanan komersil stasiun berkewajiban dan mempunyai tanggung jawab melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pelayanan terhadap announcemen porter, pergudangan, angkutan hantaran, customer service dan loket dibawah tanggung jawabnya. 117 Menurut peneliti, tugas dan wewenang masing-masing Kepala Sub Urusan mempunyai orientasi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, sehingga banyaknya tugas dan tanggung jawab dari Kepala Stasiun telah dibagikan dengan fokus dan efektif. Dalam melakukan pengorganisasian ada tahap dimana adanya penetapan wewenang unit organisasi, dan dalam hal ini mengenai penetapan wewenang dalam mengelola failitas umum di stasiun Rangkasbitung diberikan kepada bagian pelayanan stasiun dimana yang bertanggung jawab untuk melakukan perawatan dan pemeliharaan, disamping itu kepala sub urusan pelayanan memberikan wewenang pula kepada ketua kebersihan dan anggotanya (cleaning service) untuk menjalankan perawatan dan pemeliharaan fasilitas umum di stasiun. Berdasarkan pemaparan peneliti mengenai pengorganisasian dalam bidang fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, peneliti menilai bahwa pengorganisasian yang telah dibuat cukup baik, namun perlu adanya penanggung jawab kegiatan dalam merealisasikan rencana pengadaan fasilitas umum di stasiun yang belum sesuai dengan SPM (Standar Pelayanan Minimum) yang ada seperti pengadaan lahan lahan parkir, ruang tunggu, CCTV, fasilitas difable, fasilitas urinoir, westafle, dan musholla yang kurang nyaman sehingga pengorganisasian dalam bidang fasilitas umum dapat terealisasikan dengan cepat dan tepat. Ketiga, segi pengarahan. Di stasiun Rangkasbitung telah adanya pengarahn dari atas ke bawahan seperti adanya pengarahn dari kepala stasiun ke kepala sub urusan 118 dengan cara adanya meeting seminggu sekali dan briefing singkat setengah jam setiap hari, namun ada perbedaan pendapat dari kepala sub urusan bahwa memang ada pengarahan tetapi untuk waktunya 1 bulan 2 kali. Selain itu kepala sub urusan pelayanan juga memberikan pengarahan kepada petugas kebersihan 2 minggu sekali. Dan dari bagian keamanan, pengarahan dilakukan dari polsuska kepada PKD setiap hari saat apel pagi dan sore karena adanya pergantian waktu petugas untuk berjaga. Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti melihat bahwa dari segi pengarahan yang dilakukan atasan kepada bawahan sudah terlaksana dengan baik. Karena dengan adanya pengarahan tersebut berarti ada koordinasi antara atasan dan bawahan setiap melaksanakan tugas walaupun untuk waktu pengarahan berbeda-beda karena setiap bagian memilki kewenangan dan tugas yang berbeda-beda pula jadi untuk waktu pengarahan pun disesuaikan dengan bagiannya masing-masing. Keempat, segi pengontrolan. Petugas stasiun telah melakukan pengontrolan dengan cara pengecekan fasilitas umum selama seminggu sekali oleh kepala stasiun dan kepala sub urusan terjun langsung selain itu adanya pengontrolan dari kepala stasiun mulai dari kebersihan taman sampai peron. Pengontrolan juga dilakukan dengan cara adanya buku catatan khusus para pegawai untuk memantau apa saja yang sudah dilakukan setiap harinya dan apakah tanggung jawab petugas sudah dilaksanakan dengan baik atau ada kesalahan. Selain itu dengan adanya buku catatan tersebut membuat para petugas menjadi lebih memiliki rasa tanggung jawab. Untuk pengontrolan di area stasiun selain dilakukan oleh petugas, dapat juga dilakukan dengan pemasangan CCTV karena penumpang pun berpendapat dengan 119 CCTV dapat memantau area stasiun dan merekam kejadian-kejadian di stasiun, namun ada perbedaan pendapat mengenai keberadaan CCTV di stasiun Rangkasbitung. Menurut kepala stasiun sendiri sudah ada 1 CCTV sedangkan menurut kepala sub urusan pelayanan belum ada CCTV untuk memantau seluruh area stasiun, jika ada pun seperti yang diapaparkan kepala stasiun itu hanya untuk memantau area peron saja. Namun sejauh ini keberhasilan fasilitas umum yang ada di stasiun sudah ada perubahan seperti sudah adanya boarding pass meskipun memaksimalkan lahan yang ada, sudah tidak adanya pengamen dan pedagang di area dalam stasiun dan lantai sudah memakai keramik yang sebelumnya hanya diplester saja. Hal tersebut juga dipaparkan bahwa manajemen fasilitas umum di stasiun Rangkasbitung sudah lumayan banyak perubahan, hanya saja masih memiliki kekurangan dan perlu adanya perbaikan karena belum adanya parkir dan musholla yang harus direnovasi. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan di lapangan, penyimpulan akhir tentang Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun maka Kereta Api Rangkasbitung sudah berjalan cukup baik dilihat dari adanya perubahan-perubahan di stasiun, seperti sudah adanya penambahan kursi di area peron, perbaikan lantai yang dipasang garnit, pemisahan toilet antara pria dan wanita serta adanya boarding pass. Namun ada beberapa hal yang perlu diperbaiki. Pertama, perencanaan pengadaan fasilitas yang belum dapat terealisasikan seperti pembuatan ruang tunggu penumpang, pengadaan tempat parkir, pengadaan ruangan untuk ibu menyusui, penambahan CCTV, pengadaan urinoir dan wastafle, pengadaan toilet untuk penumpang difable karena menunggu tindak lanjut dari pusat. Kedua, pengorganisasian di stasiun Rangkasbitung sudah berjalan cukup baik karena adanya pembagian tugas dan penetapan wewenang kepada kelompok atau unit serta adanya penanggung jawab setiap sub urusan. Ketiga, adanya pengarahan dan wewenang dari Kepala stasiun kepada setiap sub urusan untuk memberi pengarahan kembali kepada petugasnya masing-masing namun tidak adanya reward atau penghargaan yang diberikan oleh Kepala Stasiun kepada anggotanya. Keempat, pengontrolan yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan sudah cukup baik dibuktikan dengan adanya buku catatan khusus untuk melihat apakah petugas sudah melaksanakan tugasnya 120 121 dengan baik dan dengan cara tersebut petugas merasa mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. 5.2 Saran Berdasarkan pemaparan kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Perlu adanya pelimpahan wewenang dari pusat ke stasiun di daerahnya masingmasing untuk melakukan pengadaan atau perbaikan fasilitas umum, agar stasiun Rangkasbitung dapat membuat target dan merealisasikan rencana-rencana yang telah ditentukan berupa pengadaan serta perbaikan fasilitas umum di stasiun dengan cepat. 2. Diberikannya reward atau penghargaan dalam bentuk nyata bukan hanya surat untuk petugas kereta api yang menonjol dan berprestasi sehingga Petugas Kereta Api lebih bersemangat dalam bekerja. 3. Terus melakukan koordinasi atau pelaporan ke pusat agar pemasangan CCTV segera ditindak lanjuti karena CCTV penting untuk memantau dan mengawasi penumpang, petugas dan orang-orang yang ada di area stasiun serta dapat merekam kejadian yang ada di area stasiun. Hal ini dikarenakan meskipun ada PKD yang berjaga, hanya ada dititik tertentu dan tidak setiap waktu mereka mengawasi penumpang. DAFTAR PUSTAKA Buku : Atmosudirdjo, Prajudi. 2003. Administrasi dan Manajemen Umum.Jakarta : Ghalia Indonesia Burhannudin. 2000. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan.. Malang : Bumi Aksara Daft, Richard L. 2002. Manajemen. Jakarta : Erlangga Fayol, Henry. 2000. Management. Jakarta : Erlangga Hasibuan, Malayu. 2011. Manajemen (Dasar, Pengertian, dan Masalah). Jakarta: Bumi Aksara Irawan, Prasetya. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Jakarta : Modul Universitas Terbuka Listyaningsih. 2014. Administrasi Pembangunan (Pendekatan Konsep dan Implementasi). Yogyakarta : Graha Ilmu Manullang, M. 2006. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta : Gajah Mada University Press Moloeng, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Nazir. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Siagian, Sondang P. 2005. Administrasi Pembangunan (Konsep, Dimensi, dan Strateginya). Jakarta : PT Bumi Aksara Silalahi, Ulber. 2002. Pemahaman praktis asas-asas manajemen. Bandung: Mandar Maju Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta Syafiie, Inu Kencana. 2003. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia (SANRI). Jakarta : PT Bumi Aksara Terry, George.2001. Manajemen dasar, pengertian dan masalah. Jakarta : PT Bumi Aksara ------- . 2008. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta : PT Bumi Aksara 121 Terry, George dan Rue, Leslie 2010. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta : PT Bumi Aksara Dokumen : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian Standar Pelayanan Minimum (SPM) PT. Kereta Api Indonesia Sumber lain: http://kbbi.web.id/fasilitas (diakses pada tanggal 29 Februari 2016, pukul 19.44 WIB) http://www.kompasiana.com/empuratu/mushola-di-stasiun-kota-tidak-memadai, (diakses pada tanggal 10 Maret 2016, pukul 15.00 WIB) http://www.dephub.go.id/berita/baca/sebanyak-212-cctv-dipasang-di-45-stasiunka (diakses pada tanggal 09 Maret 2016, pukul 16.35 WIB) http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/519222-pastikan-keamanan-pemudik--ptka-yogyakarta-tambah-cctv (diakses pada tanggal 09 Maret 2016, pukul 16.41 WIB) https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lebak Malinda Yustikasari dengan judul skripsi Manajemen Sarana Prasarana Perkeretaapian di PT. Kereta Api Daop VII Madiun Tahun 2011 Universitas Sebelas Maret Surakarta Ai Istiqomah dengan judul skripsi Manajemen Sarana Prasarana Perkeretaapian di PT. Kereta Api Indonesia Daop 1 Jakarta Tahun 2014 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 122 LAMPIRAN 123 124 125 126 LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA : Manajemen Fasilitas Umum di Stasiun Kereta Api 1. Judul Penelitian Rangkasbitung 2. Sasaran Wawancara : 1) Kepala Stasiun Kereta Api Rangkasbitung 2) Kepala Suburusan Pelayanan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung 3) Kepala Suburusan keamanan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung 4) Petugas Kebersihan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung 5) Penumpang Pengguna Fasilitas Umum Stasiun Kereta Api Rangkasbitung 3. Fokus Wawancara : 1) Perencanaan 2) Pengorganisasian 3) Pengarahan 4) Pengontrolan 4. Daftar Pertanyaan Untuk Kepala Stasiun Kereta Api Rangkasbitung 1) Perencanaan a. Apakah ada rencana perbaikan atau penambahan fasilitas umum di Stasiun KA Rangkasbitung? b. Berapa lama frekuensi waktu yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan perencanaan yang telah dibuat tersebut? c. Berapa jumlah dan luas ruang tunggu yang ada di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung? d. Apakah ada rencana untuk membuat jalan dan toilet penumpang khusus difable? e. Apakah ada rencana untuk membuat ruangan khusus ibu menyusui? f. Apakah petugas stasiun KA Rangkasbitung telah merencanakan perbaikan tempat parkir bagi penumpang yang membawa kendaraan ke stasiun? g. Apakah ada hambatan dalam membuat perencanaan fasilitas umum di Stasiun KA Rangkasbitung? 2) Pengorganisasian a. Bagaimana mekanisme pengorganisasian tugas keamanan dalam menjaga keamanan di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung? b. Bagaimana mekanisme pengorganisasian ruangan di Stasiun KA Rangkasbitung? c. Apakah telah dilakukan perubahan dalam manajemen fasilitas umum di Stasiun ini? d. Berapa lama waktu yang digunakan oleh petugas loket dalam melayani 1 orang penumpang? e. Bagaimana sistem pemeliharaan dan perawatan ruang tunggu di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung? f. Berapa jumlah dan luas ruang boarding yang ada di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung? g. Apakah ada hambatan dalam pengorganisasian fasilitas umum di Stasiun KA Rangkasbitung? 3) Pengarahan a. Pihak mana yang bertanggung jawab dalam memberikan pengarahan dalam manajemen fasilitas umum di Stasiun KA Rangkasbitung? b. Bagaimana pengarahan yang dilakukan di Stasiun KA Rangkasbitung mengenai manajemen fasilitas umum? c. Berapa lama frekuensi waktu yang diperlukan dalam melaksanakan pengarahan/pembinaan tersebut? d. Apakah selalu ada pengarahan oleh atasan kepada bawahan? e. Apakah gangguan perjalanan kereta api selalu diinformasikan kepada para penumpang? f. Apakah di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung terdapat petugas khusus untuk memberikan informasi kereta api dan layanan pengaduan penumpang? g. Bagaimana sistem pemeliharaan dan perawatan ruang boarding di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung? h. Bagaimana sistem pemeliharaan dan perawatan toilet di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung? 4) Pengontrolan a. Bagaimana sistem pengontrolan fasilitas umum yang dilakukan di stasiun KA Rangkasbitung? b. Apakah ada pengontrolan dari atasan kepada bawahan? c. Apakah ada upaya perbaikan yang dilakukan untuk fasilitas umum yang rusak? d. Berapa lama frekuensi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan fasilitas tersebut? e. Mengapa di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung tidak disediakan CCTV untuk mengontrol keamanan di sekitar stasiun? f. Sejauh mana keberhasilan pengelolaan fasilitas umum di Stasiun Rangkasbitung? 5. Daftar Pertanyaan Untuk Kepala Suburusan Pelayanan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung 1) Perencanaan a. Apakah ada rencana perbaikan atau penambahan fasilitas umum di Stasiun KA Rangkasbitung? b. Berapa lama frekuensi waktu yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan perencanaan yang telah dibuat tersebut? c. Berapa jumlah dan luas ruang tunggu yang ada di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung? d. Apakah ada rencana untuk membuat jalan dan toilet penumpang khusus difable? e. Apakah ada rencana untuk membuat ruangan khusus ibu menyusui? f. Apakah petugas stasiun KA Rangkasbitung telah merencanakan perbaikan tempat parkir bagi penumpang yang membawa kendaraan ke stasiun? g. Apakah ada hambatan dalam membuat perencanaan fasilitas umum di Stasiun KA Rangkasbitung? 2) Pengorganisasian a. Bagaimana mekanisme pengorganisasian ruangan di Stasiun KA Rangkasbitung? b. Apakah telah dilakukan perubahan dalam manajemen fasilitas umum di Stasiun ini? c. Berapa lama waktu yang digunakan oleh petugas loket dalam melayani 1 orang penumpang? d. Berapa jumlah petugas kebersihan di stasiun Rangkasbitung ? e. Untuk petugas kebersihan di stasiun mengurus atau bertanggung jawab untuk ruangan apa saja ? f. Bagaimana sistem pemeliharaan dan perawatan fasilitas atau ruangan di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung? g. Berapa jumlah dan luas ruang boarding yang ada di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung? h. Apakah ada hambatan dalam pengorganisasian fasilitas umum di Stasiun KA Rangkasbitung? 3) Pengarahan a. Pihak mana yang bertanggung jawab dalam memberikan pengarahan dalam manajemen fasilitas umum di Stasiun KA Rangkasbitung? b. Bagaimana pengarahan yang dilakukan di Stasiun KA Rangkasbitung mengenai manajemen fasilitas umum? c. Berapa lama frekuensi waktu yang diperlukan dalam melaksanakan pengarahan/pembinaan tersebut? d. Apakah selalu ada pengarahan oleh atasan kepada bawahan? e. Apakah gangguan perjalanan kereta api selalu diinformasikan kepada para penumpang? f. Apakah di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung terdapat petugas khusus untuk memberikan informasi kereta api dan layanan pengaduan penumpang? g. Bagaimana sistem pemeliharaan dan perawatan ruang boarding di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung? h. Bagaimana sistem pemeliharaan dan perawatan toilet di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung? 4) Pengontrolan a. Bagaimana sistem pengontrolan fasilitas umum yang dilakukan di stasiun KA Rangkasbitung? b. Apakah ada pengontrolan dari atasan kepada bawahan? c. Apakah ada upaya perbaikan yang dilakukan untuk fasilitas umum yang rusak? d. Berapa lama frekuensi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan fasilitas tersebut? e. Mengapa di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung tidak disediakan CCTV untuk mengontrol keamanan di sekitar stasiun? f. Sejauh mana keberhasilan pengelolaan fasilitas umum di Stasiun Rangkasbitung? 1) Daftar Pertanyaan Untuk Kepala Suburusan Keamanan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung 1) Perencanaan a. Apakah ada rencana untuk penambahan petugas keamanan kedepannya? b. Upaya apa yang dilakukan untuk meminimalisir adanya tindak kejahatan saat hari libur atau hari raya? 2) Pengorganisasian a. Kegiatan apa saja yang dilakukan dari bagian keamanan untuk menjaga keamanan penumpang? b. Berapa jumlah petugas keamanan di Stasiun KA Rangkasbitung? c. Bagaimana sistem pengorganisasian keamanan di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung? 3) Pengarahan a. Apakah selalu ada pengarahan oleh atasan kepada petugas keamanan? b. Berapa lama waktu untuk pengarahan tersebut? c. Apakah di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung terdapat petugas khusus untuk memberikan informasi kereta api dan layanan pengaduan penumpang? 4) Pengontrolan a. Bagaimana sistem pengontrolan keamanan yang dilakukan di stasiun KA Rangkasbitung? b. Apakah ada pengontrolan dari atasan kepada bawahan? c. Siapa yang berwenang melakukan pengontrolan tersebut? d. Apakah ada upaya pencarian untuk barang-barang penumpang yang hilang? e. Berapa lama frekuensi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pencarian tersebut? f. Sejauh mana keberhasilan pengelolaan keamanan di Stasiun Rangkasbitung? 2) Daftar Pertanyaan Untuk Petugas Kebersihan Stasiun Kereta Api Rangkasbitung 1) Perencanaan a. Untuk tim kebersihan di stasiun ini apakah dari PT KAI sendiri atau bukan? b. Berapa jumlah tim kebersihan di stasiun rangkasbitung ini? c. Apakah SOP kerjanya? 2) Pengarahan a. Apakah ada pengarahan sebelum melaksanakan tugas masing-masing? b. Kapan wantu untuk pengarahan tersebut? 3) Pengorganisasian a. Apa saja ruangan yang dibersihkan? b. Bagaimana mekanisme pembagian tugas petugas kebersihan? 4) Pengontrolan a. Apakah ada pengontrolan dari atasan kepada bawahan? b. Pihak mana yang berwenang melakukan pengontrolan? c. Kepada siapa anda berkoordinasi jika ada kerusakan fasilitas? d. Apakah ada upaya perbaikan yang dilakukan untuk fasilitas umum yang rusak? e. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan tersebut? f. Menurut bapak,seberapa jauh keberhasilan pengelolaan fasilitas umum sendiri? 3) Daftar Pertanyaan Untuk Penumpang Aspek Keselamatan 1. Apakah terlihat jelas petunjuk jalur evakuasi dan prosedur evakuasi di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung? 2. Apakah anda tahu titik kumpul evakuasi di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung? 3. Apakah di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung terdapat petunjuk nomor telepon darurat? 4. Apakah di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung terdapat fasilitas kesehatan berupa perlengkapan p3k? 5. Apakah di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung terdapat fasilitas kesehatan berupa kursi roda? 6. Apakah di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung terdapat fasilitas kesehatan berupa tandu? 7. Apakah penerangan di Stasiun sudah cukup baik/memadai? Aspek Keamanan 1. Menurut anda apakah petugas keamanan di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung selalu menjaga kemanan dengan baik? 2. Menurut anda, apakah perlu adanya CCTV untuk keamanan di Stasiun? Aspek Kehandalan/Keteraturan Menurut anda, apakah layanan penjualan tiket kereta api sudah baik dan cepat? Aspek Kenyamanan 1. Menurut anda, apakah ruang tunggu yang ada di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung cukup luas dan bersih dan nyaman? 2. Menurut anda, apakah ruang boarding yang ada di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung cukup luas dan bersih? 3. Menurut anda, apakah toilet penumpang di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung cukup memadai bagi penumpang? 4. Menurut anda, apakah mushola di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung cukup memadai bagi penumpang? Aspek Kemudahan 1. Menurut anda, apakah informasi visual dan informasi audio di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung cukup jelas dipahami dan didengar? 2. Menurut anda, apakah petugas selalu menginformasikan gangguan perjalanan kereta api kepada para penumpang? 3. Apakah di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung terdapat petugas khusus untuk memberikan informasi kereta api dan layanan pengaduan penumpang? 4. Menurut anda, bagaimana keadaan tempat parkir di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung? Aspek Kesetaraan 1. Menurut anda, apakah di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung perlu adanya akses jalan khusus bagi penumpang difable? 2. Menurut anda, apakah di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung perlu adanya ruang khusus ibu menyusui? 3. Menurut anda, sejauhmana keberhasilan atau kemajuan fasilitas umum di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung? TRANSKIP DATA No 1 Pertanyaan Apakah ada Jawaban Informan rencana 1) Perbaikan toilet, hole untuk perbaikan atau penambahan ruang tunggu, peron dan fasilitas umum di Stasiun untuk parkir. KA Rangkasbitung? 2) Pembongkaran rel untuk I1-1 I1-2 adanya KRL, kemungkinan adanya CCTV, perubahan musholla, ruang ibu menyusui, untuk toilet pria akan ada westafle urinoir dan untuk toilet perempuan, ruang tunggu penumpang, pengatur suhu, peron yang kurang tinggi akan di naikan kembali. 2 Berapa waktu lama frekuensi yang dibutuhkan 3) 1 semester (6 bulan). I1-1 4) Rencana sudah ada dari untuk tahun kemarin dan sudah mengimplementasikan diajukan perencanaan yang telah untuk waktunya saya tidak tahu karena dibuat tersebut? tetapi I1-2 itu kewenangan pusat. 3 Berapa jumlah dan luas 5) Baru ada ruang tunggu ruang tunggu yang ada di untuk penumpang yang akan Stasiun naik kereta dan baru 100m, Kereta Rangkasbitung? Api untuk perbaikan akan I1-1 dirubah menjadi 200m dan akan ada ruang tunggu dimana untuk penumpang yang menunggu kereta, loket dan yang akan naik kereta. 6) Untuk ruang tunggu belum I1-2 ada, hanya ada ruang loket dan peron yang seharusnya ada 3 ruangan. 4 Apakah ada rencana untuk 7) Akan ada perubahan di membuat toilet dan jalan Stasiun, salah satunya toilet khusus penumpang difable? untuk difable karena saat ini I1-1 belum ada. 8) Akan ada pembuatan I1-2 fasilitas untuk difable dan sudah diajukan. 5 Apakah ada rencana untuk 9) Ada rencana untuk membuat ruangan khusus perubahan walaupun saat ini ibu menyusui? belum ada ruang khusus ibu I1-1 menyusui. 10) Akan ada perubahan untuk pembuatan menyusui dibutuhkan. ruangan ibu karena I1-2 6 Apakah pihak KA 11) Untuk parkir juga akan diadakan untuk kedepannya. Rangkasbitung telah merencanakan perbaikan 12) Sudah ada rencana untuk bagi pembuatan parkiran. Karena tempat parkir I1-1 penumpang yang membawa sebenarnya jalan yang ada kendaraan ke stasiun? didepan sampai ke sekitar I1-2 parkir sudah milik PT.KAI tinggal di kelola saja. 7 Apakah ada hambatan 13) Tidak ada, karena stasiun membuat memakai aset sendiri . Jika perencanaan fasilitas umum memakai aset dari eksternal di harus ada koordinasi terlebih dalam Stasiun KA Rangkasbitung? I1-1 dahulu. Bahkan kita sudah merencanakan akan ada rel khusus dimana akan ada kereta per30 menit karena akan ada 12 rel dan untuk KRL 4 rel. 14) Tidak ada, karena sudah I1-2 dilakukan sosialisasi. Hanya pihak ketiga untuk terus berkoordinasi. 8 Bagaimana mekanisme pengorganisasian tugas 15) Pembagian tugas keamanan diatur sendiri oleh bagian keamanan dalam menjaga kepala sub keamanan di Stasiun Kereta keamanan, Api Rangkasbitung? keamanan di kereta dan di tetapi urusan untuk stasiun setiap harinya ada yang menjaga. I1-1 16) Ada jadwal piket I1-3 perharinya. Untuk polsuska perharinya 2 orang (12 jam untuk 1 orang). Dan untuk pkd 8 jam sekali untuk pergantian petugas. 9 Bagaimana mekanisme pengorganisasian di ruangan Stasiun KA Rangkasbitung? 17) Untuk ruangan nanti akan ada pemisahan tunggu karena masih menyatu I1-1 ruangan sekarang dengan loket. 18) Seharusnya ada 3 ruangan I1-2 dimana ruang tunggu, loket dan peron. 10 Apakah telah perubahan dilakukan dalam 19) Sudah banyak seperti perubahan pergantian I1-1 garnit, manajemen fasilitas umum pemisahan toilet laki-laki di Stasiun ini? dan perempuan. 20) Sudah, seperti ada ruang I1-2 boarding untuk pengecekan tiket, adanya fasilitas tiket online dan dimana keamanan yang tidak berkepentingan tidak bisa masuk area stasiun seperti pedagang dan pengamen. 11 Berapa lama waktu yang digunakan oleh petugas loket dalam melayani 1 21) 20 detik normal dalam dimana kondisi hari-hari biasa, kecuali weekend dan I1-1 orang penumpang? long weekend tidak bisa diprediksi. 22) 5 menit karena tidak sulit I1-2 untuk melayani pembelian tiket. 12 Bagaimana sistem 23) Perawatan rutin tiap hari dan oleh petugas kebersihan dan perawatan ruang tunggu di jika ada yang rusak seperti Stasiun keran atau pintu maka akan pemeliharaan Kereta Api Rangkasbitung? I1-1 langsung diganti. 24) Ada petugas dari pihak I1-2 ketiga dibagi perhari 5 orang untuk pemeliharaan perawatan, dan jika kerusakan dan dan ada akan dilakukan perbaikan maka langsung diajukan ke kepala stasiun kemudian ke pusat. 13 Berapa jumlah dan luas kira-kira ruang boarding yang ada di 3x2 cm itu pun belum Stasiun terpisah dengan Kereta Api Rangkasbitung? 14 25) Ruang boarding I1-1 ruang tunggu. Apakah ada hambatan dalam pengorganisasian fasilitas umum di Stasiun KA Rangkasbitung? 26) 1 ruangan, 5x5 cm. I1-2 27) Sampai saat ini tidak ada I1-1 hambatan. 28) Tidak ada, karena sudah ada I1-2 pembagian tugas masingmasing. 15 Pihak mana yang 29) Kepala Stasiun yang I1-1 bertanggung jawab dalam memberikan pengarahan dalam manajemen fasilitas umum di Stasiun KA Rangkasbitung? bertanggung jawab penuh. 30) Kepala stasiun dan petugas I1-2 terkait. 31) Untuk pengarahan itu dari I1-3 polsuska kepada pkd setiap apel pagi dan sore. 32) Ada,dari Pak KS, Sub I1-4 urusan pelayanan dan dari pihak Out Sourchingnya juga. 16 Bagaimana pengarahan yang dilakukan di Stasiun KA Rangkasbitung mengenai manajemen fasilitas umum? 33) Adanya meeting atau brifing I1-1 singkat. 34) Ada pembinaan dalam 1 I1-2 bulan 2 kali. 35) Saat pagi-pagi membagi tugas kita I1-4 untuk perhari dan ada pertemuan juga setiap 2 minggu sekali. 17 Berapa waktu lama frekuensi yangdiperlukan dalam melaksanakan pengarahan/pembinaan 36) Untuk meeting 1 minggu sekali. untuk brifing singkat setengah jam tiap hari. 37) 1 bulan 2 kali dan untuk tersebut? I1-1 lama waktu I1-2 disesuaikan dengan materi. 38) Hanya beberapa menit saja, I1-3 brifing atau apel singkat. 18 Apakah pengarahan selalu ada oleh atasan 39) Ada. I1-1 40) Selalu ada. dari kepala sub I1-2 kepada petugas keamanan? 19 Apakah gangguan ke pelaksana/petugas. 41) Wajib, dan selalu perjalanan kereta api selalu diinformasikan diinformasikan kepada para perkembangan gangguan. penumpang? 42) Selalu I1-1 setiap diinformasikan I1-2 berapa lama keterlambatan kereta, dll. 43) Selalu memberitahu. I2-1 44) Selalu diinformasikan. I2-2 45) Selalu. I2-3 46) Selalu memberitahu. I2-4 47) Iya, suka diberitahu. I2-5 48) Selalu menginformasikan. I2-6 49) Selalu diinformasikan. I2-7 50) Iya, selalu diberitahukan. I2-8 51) Iya, selalu diinformasikan. I2-9 52) Selalu diinformasikan. I2-10 53) Belum pernah dengar ada I2-11 gangguan perjalanan. 20 Apakah di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung terdapat petugas khusus memberikan kereta api untuk informasi dan layanan pengaduan penumpang? 54) Ada terpisah, bagian I1-1 PPKA I1-2 perjalanan. 55) Ada dari bagian (Petugas Perjalanan Kereta Api). 56) Ada dari bagian PPKA I1-3 (Petugas Perjalanan Kereta Api). 57) Iya ada, satpam. I2-1 58) Iya ada. I2-2 59) Sudah ada. I2-3 60) Setahu saya tidak ada I2-4 petugas khusus, cuma ada PKD yang berjaga saja. 61) Iya ada, kepada satpam. I2-5 62) Ada petugas dari PKD atau I2-6 Security. 63) Iya ada. I2-7 64) Sudah ada, ke bagian PKD. I2-8 65) Belum tahu untuk petugas I2-9 khusus. 66) Cukup banyak untuk I2-10 petugas yang berjaga. 21 Bagaimana sistem pemeliharaan dan perawatan ruang boarding di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung? 67) Ada. PKD. I2-11 68) Setiap hari dibersihkan oleh I1-1 petugas kebersihan. 69) Kepala suburusan pelayanan I1-2 memberikan tugas ke bagian cleaning service untuk membersihkan ruangan dan area stasiun. 22 Bagaimana pemeliharaan sistem dan 70) Dari bagian kebersihan dan adanya koordinasi kepala perawatan toilet di Stasiun stasiun bagian Kereta Api Rangkasbitung? pelayanan jika ada yg harus dan direncanakan melakukan perubahan. atau I1-1 71) Ada 1 orang yang I1-2 membersihkan dari bagian kebersihan dan ada leader yang mengontrol petugas yang harinya setiap membersihkan area stasiun. Dimana setiap harinya ada 5 orang dibagi 8 jam sekali untuk bertugas. 23 Bagaimana pengontrolan sistem fasilitas 72) Setiap saat dan memberikan wewenang kepada setiap umum yang dilakukan di bagian-bagiannya dan setiap stasiun KA Rangkasbitung? seminggu sekali dicek. 73) Dari kepala I1-1 stasiun I1-2 memeberi wewenang untuk mengontrol dari kebersihan taman sampai peron. 24 Apakah ada pengontrolan dari atasan bawahan? kepada 74) Dari kepala sub urusan dan kepala stasiun I1-1 terjun langsung ke lapangan dan ada juga absensinya. 75) Ada, jadi ada buku catatan I1-2 khusus. Kepala stasiun juga ikut mengontrol. 76) Iya ada. Petugas yang berjaga dikontrol oleh Kepala suburusan dan kadang kepala stasiun juga ikut mengontrol kerja I1-3 mereka dalam bentuk catatan. 25 77) Iya ada. I1-4 upaya 78) Ada. akan segera diperbaiki I1-1 perbaikan yang dilakukan jika hal kecil seperti keran, untuk fasilitas umum yang pintu yang rusak. jika cukup rusak? rumit Apakah ada maka akan ada pengajuan ke pusat. 79) Selalu ada upaya untuk I1-2 perbaikan. 26 Berapa waktu lama yang frekuensi dibutuhkan 80) Ada perbaikan. I1-4 81) 6 bulan sekali/ 1 semester. I1-1 82) Bagaimana I1-2 situasi dan untuk melakukan perbaikan kondisi kerusakannya. Jika fasilitas tersebut? hal kecil langsung diganti dan jika tidak bisa maka langsung diajukan. 83) Jika dapat ditangani sendiri, I1-4 langsung diperbaiki, tetapi jika tidak agak lama paling 2-3hari. 27 Mengapa di Stasiun Kereta 84) Sudah ada CCTV tetapi Api Rangkasbitung tidak hanya satu untuk diarea disediakan peron. kedepannya akan ada CCTV untuk mengontrol keamanan di sekitar stasiun? I1-1 penambahan. 85) Hanya belum ada, tetapi untuk kedepannya akan ada . I1-2 Hanya baru ada 1, tetapi untuk pelayanan penumpang di Stasiun belum ada CCTV. 28 Sejauh mana keberhasilan 86) Alhamdulillah banyak pengelolaan fasilitas umum kemajuan berhasil. di Stasiun Rangkasbitung? Dimana Stasiun sekarang dan sudah bersih, pedagang tidak asongan I1-1 ada atau pengamen yang masuk. 87) Sudah cukup perubahan, banyak seperti ada penanggung pelayanan I1-2 jawab yang dulunya tidak ada dan dari keamanan sudah cukup baik untuk memonitor penumpang. Mungkin baru 75% karena kurang sterilnya penumpang yang lalu lalang yang masuk untuk lewat ke pasar. 88) Sudah cukup berhasil. I1-4 89) Sudah cukup baik dan ada I2-1 kemajuan. 90) Sudah ada perubahan I2-2 adanya tempat duduk di peron dan area stasiun sudah bersih. 91) Kalau dibandingkan dengan satu/dua tahun kebelakang I2-3 sudah cukup baik dan nyaman. 92) Sudah lumayan ada I2-4 kemajuan dibanding dulu. Stasiun sekarang sudah tidak ada pengamen, pedagang dan sudah cukup bersih. 93) Ada walaupun bertahap. I2-5 Contohnya sudah ada ruang boarding pass, pemisah antrian, tangga untuk naik kereta. 94) Lumayan, tetapi belum I2-6 sangat baik karena belum ada parkiran, ruang tunggu musholla, dan loket walaupun sudah bersih dan nyaman tetapi masih perlu perbaikan. 95) Sudah banyak perubahan, I2-7 seperti sudah bersih tetpi masih ada kekurangan dari bangunan dan fasilitas seperti parkir dan musholla, tetapi untuk di stasiunnya sudah cukup aman dan nyaman. 96) Sudah cukup berhasil dibanding dulu karena dulu I2-8 banyak pedagang. 97) Sudah ada kemajuan, cukup lumayan hanya I2-9 perlu perbaikan-perbaikan. 98) Sudah ada kemajuan I2-10 dibanding dulu. Sekarang sudah rapi dan bersih, tetapi masih harus dibenahi untuk lahan parkir yang tidak ada. 99) Sudah lumayan, hanya I2-11 masih kurang perbaikan dan pembangunan yang lama. 29 Apakah ada rencana untuk penambahan petugas keamanan kedepannya? 100) Tidak ada, karena I1-3 sudah cukup dan sampai saat ini tidak ada tindak kejahatan. 30 Upaya apa yang dilakukan untuk adanya meminimalisir tindak kejahatan 101) Kalau hari raya, pertama dari PT.KA dibantu oleh kepolisian untuk saat hari libur atau hari kegiatan patroli, kemudian raya? pengamanan jalur, patroli ada yang malam untuk harinya karena ada yang stablingan. pengamanan Kalau untuk penumpang, setiap penumpang mau naik dan turun dari kereta ada pkd didekat pintu untuk membantu penumpang baik I1-3 saat naik ataupun turun kereta, kemudian pengaman peron saat kereta datang maupun berangkat memastikan pintu serta kereta tertutup saat berangkat. 31 Berapa jumlah petugas 102) Jumlahnya ada 28 keamanan di Stasiun KA orang. Untuk polsuska ada 4 Rangkasbitung? orang sudah pegawai tetap I1-3 dan pkd ada 24 orang itu outsorching. 32 33 Apakah ada upaya 103) Sampai saat ini belum pencarian untuk barang- ada yang kehilangan, tetapi barang penumpang yang jika ada maka akan ada hilang? pencarian. Berapa lama frekuensi I1-3 104) Tidak bisa diprediksi. I1-3 105) Sudah banyak I1-3 waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pencarian tersebut? 34 Sejauh mana keberhasilan keamanan di Stasiun kemajuan dimana pihak Rangkasbitung? keamanan sudah menjaga keamanan area stasiun dan penumpang tidak terganggu oleh adanya pedagang dan pengamen. 35 Untuk tim kebersihan di 106) Diambil dari luar PT stasiun ini apakah dari PT kereta KAI sendiri atau bukan? outsourching api, kita I1-4 semua dari PT.Eksasindo. 36 Berapa kebersihan jumlah di tim stasiun 107) 1. Ada 12 berikut leader I1-4 rangkasbitung ini? 37 Apakah SOP kerjanya? 108) Ada, dari PT outsourching. I1-4 38 Bagaimana 109) Jadi untuk pagi hari itu 6 orang, sore 4 kadang kalau libur ya 2. Untuk pagipagi mulai dari jam 6.3014.00, dan sore dari jam 14.00-22.00. I1-4 110) Ke bagian pelayanan stasiun, ke bapak Purwanto di jakarta. I1-4 jelas 111) Tidak terlihat. I2-1 petunjuk jalur evakuasi dan 112) Tidak terlihat. I2-2 prosedur evakuasi di 113) Terlihat. I2-3 Stasiun Kereta Api 114) Iya mekanisme pembagian tugas petugas kebersihan? 39 Kepada siapa anda berkoordinasi jika ada kerusakan fasilitas? 40 Apakah terlihat Rangkasbitung? terlihat, di I2-4 dinding. 115) Iya, terlihat. 116) Pernah lihat I2-5 dan I2-6 mengetahui. 117) Belum pernahlihat karena belum I2-7 pernah mengalami. 118) Tidak pernah lihat. I2-8 41 119) Tidak tahu. I2-9 120) Tidak pernah lihat. I2-10 121) Ada kalau tidak salah. I2-11 tahu titik 122) Tidak mengetahui. I2-1 kumpul evakuasi di Stasiun 123) Tidak pernah lihat. I2-2 Kereta Api Rangkasbitung? 124) Tahu, didepan stasiun. I2-3 125) Iya tahu. Ada di ujung I2-4 Apakah anda tempat keluar stasiun. 126) pintu I2-5 Tahu, ada di ujung I2-6 Tahu, diarah keluar. 127) stasiun. 128) Tidak tahu. I2-7 129) Tahu, ada didepan. I2-8 130) Tidak tahu, I2-9 karena belum pernah. 42 Apakah di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung terdapat petunjuk darurat? nomor telepon 131) Tahu, ada di depan. I2-10 132) Tidak pernah lihat. I2-11 133) Tidak I2-1 mengetahui karena tidak terlihat. 134) Tidak lihat, hanya I2-2 tahu ada didalam kereta. 135) Tidak tahu. 136) Iya, terlihat I2-3 di I2-4 pamflet. 137) Tidak lihat. I2-5 138) Pernah lihat. I2-6 139) Tidak ada. I2-7 140) Tidak pernah lihat. I2-8 141) Belum lihat. I2-9 142) Tidak tahu, mungkin I2-10 143) Tidak pernah lihat. I2-11 Apakah di Stasiun Kereta 144) Tidak tahu. I2-1 Api Rangkasbitung terdapat 145) Tahu, disamping pintu I2-2 ada. 43 fasilitas kesehatan berupa perlengkapan p3k? keluar. 146) Tidak mengetahui, I2-3 tetapi seharusnya ada. 147) Tidak tahu. I2-4 148) Sepertinya ada. I2-5 149) Tidak pernah lihat, I2-6 mungkin ada di rusang evakuasi. Sudah ada dan pernah I2-7 151) Tidak ada. I2-8 152) Belum tahu. I2-9 153) Pernah lihat. I2-10 154) Pernah lihat dan tahu. I2-11 Apakah di Stasiun Kereta 155) Tidak tahu. I2-1 Api Rangkasbitung terdapat 156) Lihat, 150) lihat. 44 fasilitas kesehatan berupa kursi roda? disamping I2-2 ruang boarding. 157) Tidak tahu. 158) Iya lihat. I2-3 Ada di I2-4 samping ruang boarding. 159) Belum pernah lihat. I2-5 160) Tidak pernah lihat. I2-6 161) Kursi roda sudah ada I2-7 untuk pengguna stasiun 162) Tidak ada. I2-8 163) Belum tahu. I2-9 164) Pernah lihat. I2-10 165) Kalau untuk kursi I2-11 roda tidak lihat. 45 Apakah di Stasiun Kereta 166) Tidak tahu. I2-1 Api Rangkasbitung terdapat 167) Tidak tahu. I2-2 fasilitas kesehatan berupa 168) Tidak tahu. I2-3 tandu? 169) Tidak tahu. I2-4 170) Tidak tahu. I2-5 171) Tidak pernah lihat. I2-6 172) Tidak pernah lihat. I2-7 173) Tidak ada. I2-8 174) Belum lihat, I2-9 sepertinya tidak ada. 46 Apakah penerangan Stasiun sudah baik/memadai? di cukup 175) Tidak tahu. I2-10 176) Tidak tahu. I2-11 177) Kurang tahu karena I2-1 jarang pulang sore atau malam. 178) Biasa saja, sedang. I2-2 179) Untuk I2-3 kurang, di karena peron sebagian lampu mati. 180) Lumayan, tetapi I2-4 untuk I2-5 masih harus ditambah. 181) Cukuplah penerangan penumpang. 182) Belum cukup, masih I2-6 harus ditambah. 183) Sudah cukup terang. I2-7 184) Sudah cukup terang. I2-8 185) Masih seperti dulu, I2-9 tetapi sudah lumayan 90%. 186) Menurut saya sudah I2-10 cukup terang. 47 Menurut anda petugas keamanan Stasiun Kereta Rangkasbitung apakah di Api selalu menjaga kemanan dengan baik? 187) Sudah cukup terang. I2-11 188) Keamanan sudah I2-1 Ada yang sudah dan I2-2 cukup baik. 189) belum, masih ada yang cuek saja saat kereta datang. 190) Sudah selalu cukup baik, mengingatkan I2-3 dan menjaga penumpang. 191) Lumayan, membantu saat kadang I2-4 kereta datang. 192) Lumayan, terkadang kurang Seperti saya hanya I2-5 sigap. pernah ketinggalan barang dan saat kembali ke stasiun langsung hilang. 193) Sudah cukup baik. I2-6 194) Sudah I2-7 cukup baik, tidak ada pengamen dan pedagang. 195) Sudah cukup menjaga I2-8 keamanan penumpang. 196) Untuk keamanan I2-9 sudah ada kemajuan, tidak seperti dulu. Sudah tidak ada yang berjualan. 197) Sudah keamanan menjaga dengan I2-10 baik, tidak seperti dulu semrawut dengan pedagang yang masuk. 198) Kalau untuk di pintu I2-11 masuk dan keluar sudah cukup. Kalau untuk kereta datang ada kesemrawutan antara yang naik dan turun penumpang. 48 Menurut anda, apakah perlu CCTV di Stasiun untuk keamanan? 199) Sangat dibutuhkan I2-1 jika ada kejadian-kejadian. 200) Sangat dibutuhkan, I2-2 karena takut ada pencurian. 201) Dibutuhkan CCTV. I2-3 202) Sangat I2-4 untuk dibutuhkan merekam kejadian yang ada di stasiun. 203) Sangat dibutuhkan, karena sangat berguna disaat kejadian tak terduga seperti I2-5 pencurian. 204) Penting, merekam untuk kejadian I2-6 di stasiun. 205) I2-7 Dibutuhkan, walaupun pengamen tetapi tidak dan ada pedagang dikhawatirkan penumpang yang ada berniat jahat. 206) Bisa dibutuhkan bisa juga tidak, I2-8 tergantung kondisi stasiun. 207) Menurut saya I2-9 dibutuhkan, karena takut ada kejadian-kejadian tak diduga. 208) Seharusnya ada. 209) Butuh, agar I2-10 lebih I2-11 aman jika ada hal-hal atau kejadian tidak diinginkan bisa direkam di CCTV. 49 Menurut layanan anda, penjualan apakah tiket kereta api sudah baik dan cepat? 210) Lumayan baik, sudah I2-1 cukup cepat. 211) Sudah cukup baik, I2-2 Untuk penjualan tiket I2-3 pelayanannya cepat. 212) di loket sudah cukup baik dibanding sebelumnya. 213) Lumayan, walaupun I2-4 terkadang antrian menjadi panjang. 214) Tergantung kelas keretabyang dibeli, yang krakatau dimudahkan. ekonomi Kalau lokal I2-5 kalau iitu yang cukup mengantri panjang karena loket hanya 1. 215) Untuk pelayanan I2-6 loket masih kurang, karena hanya ada 1 loket untuk kereta ke arah merak. 216) Sudah cukup cepat. I2-7 217) Sudah cukup cepat. I2-8 218) Sudah cepat. I2-9 219) Sudah cukup cepat. I2-10 220) Untuk I2-11 loket yang lokal terbatas hanya 1 atau 2, jadi banyak antrian yang penuh. Seperti loket untuk kereta patas merak. 50 Menurut anda, apakah ruang tunggu yang ada di Stasiun Kereta Api 221) Sudah cukup bersih I2-1 dan nyaman. 222) Sudah cukup bersih Rangkasbitung cukup luas tetapi jika ramai kurang dan bersih dan nyaman? memadai. I2-2 223) Tidak ruang disediakan tunggu I2-3 setelah membeli tiket, hanya ada ruang tunggu peron untuk hari-hari tertentu penumpangnya yang banyak kekurangan tempat duduk, kadang tidak nyaman karena panas. 224) Untuk ruang tunggu I2-4 kereta kurang kursi dan di loket sangat penumpuk. 225) Sudah cukup untuk I2-5 hari-hari biasa, tetapi untuk saat mudik kekurangan. 226) Ruang tunggu sudah I2-6 cukup, tetapi seharusnya ada ruang tunggu di bagian loket dan agak besar. 227) Kapasitas untuk ruang I2-7 tunggu masih kurang. 228) Sudah bersih dan I2-8 cukup nyaman, tetapi untuk mengantri di loket tidak ada. 229) Sudah cukup nyaman. I2-9 230) Sudah cukup bersih I2-10 dan nyaman. 231) Sudah lumayan cukup nyaman. I2-11 51 Menurut anda, apakah 232) Sudah cukup luas. I2-1 ruang boarding yang ada di 233) Masih sempit, karena I2-2 Stasiun Kereta Api Rangkasbitung cukup luas dan bersih? masih suka mengantri. 234) Sudah cukup, tetapi karena I2-3 banyaknya penumpang dan waktu yang mepet jadi terkadang agak susah untuk masuk. 235) Cukup bersih tetapi I2-4 agak sempit. 236) Sudah cukup, jangan luas-luas I2-5 nanti mempersempit jalan masuk. 237) luas Masih sempit, kurang karena masih I2-6 suka mengantri. 238) Sudah cukup, standar. I2-7 239) Sudah cukup, untuk I2-8 masuk ke stasiun. 240) harus I2-9 Cukup untuk masuk I2-10 Belum luas, diperbesar. 241) ke stasiun. 52 Menurut anda, apakah toilet penumpang di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung cukup memadai penumpang? bagi 242) Sudah cukup. 243) Tidak I2-11 pernah I2-1 Masih agak bau dan I2-2 menggunakan toilet. 244) baknya kotor. 245) Jarang ada air, tetapi I2-3 petugasnya sudah baik. 246) Kurang, karena masih belum tertutup I2-4 bagian belakang toilet, pintu masih rusak. 247) Lumayan untuk I2-5 fasilitas umum, tetapi masih banyak yang diperbaiki karena belakang tidak harus bagian tertutupi, tidak ada westafle dan pintu tidak bisa dikunci. 248) Untuk kurang baik, toilet masih karena I2-6 air kadang mati, pintu rusak, dan kurang memadai. 249) Sudah cukup baik dan I2-7 memadai, serta bersih. 250) Sudah cukup bersih. I2-8 251) Cukup lumayan baik. I2-9 252) Sudah cukup bersih. I2-10 253) Masih kurang, karena I2-11 terkadang tidak ada air, pintu yang rusak dan tidak ada tisu dan sabun. 53 Menurut anda, apakah musholla di Stasiun Kereta Api Rangkasbitung cukup memadai bagi penumpang? 254) Belum pernah I2-1 menggunakan musholla. 255) Tidak musholla. pernah ke I2-2 256) Untuk musholla sudah I2-3 cukup. 257) Kurang luas dan tidak I2-4 ada pemisah antara laki-laki dan perempuan. 258) Memadai tetapi belum I2-5 layak karena belum ada pemisah antara perempuan dan laki-laki. 259) Untuk seharusnya musholla terpisah I2-6 dan kurang lebar. 260) Belum ada perubahan, I2-7 masih kurang luas. 261) musholla I2-8 Untuk musholla harus I2-9 Untuk kurang luas. 262) diperbesar antara dan terpisah laki-laki dan perempuan. 263) Sudah cukup untuk penumpang, tetapi I2-10 jika ramai tidak terlalu luas tapi tidak masalah karena sudah ada musholla pun sudah syukur. 264) Terlalu sempit, karena tidak ada pemisah antara laki-laki dan perempuan. I2-11 54 Menurut anda, informasi visual apakah 265) Jelas. I2-1 dan 266) Sudah baik, terdengar I2-2 informasi audio di Stasiun jelas. Kereta Api Rangkasbitung 267) Sudah cukup jelas. I2-3 cukup jelas dipahami dan 268) Cukup jelas. I2-4 didengar? 269) Sudah cukup jelas. I2-5 270) Sudah cukup dan I2-6 baik. 271) Sudah cukup jelas. I2-7 272) Terdengar jelas. I2-8 273) Sudah cukup jelas. I2-9 274) Cukup dan I2-10 Kadang jelas, kadang I2-11 jelas terdengar. 275) tidak terdengar karena menggema. 55 Menurut anda, petugas apakah 276) Selalu memberitahu. I2-1 selalu 277) Selalu I2-2 menginformasikan diinformasikan. gangguan perjalanan kereta 278) Selalu. I2-3 api 279) Selalu memberitahu. I2-4 280) Iya, suka diberitahu. I2-5 281) Selalu I2-6 kepada penumpang? para menginformasikan. 282) I2-7 Selalu diinformasikan. 283) Iya, selalu I2-8 selalu I2-9 diberitahukan. 284) Iya, diinformasikan. 285) Selalu I2-10 diinformasikan. 286) Belum pernah dengar I2-11 ada gangguan perjalanan. 56 Menurut anda, bagaimana keadaan tempat parkir di Stasiun Kereta Rangkasbitung? Api 287) Lumayan untuk roda I2-1 Untuk parkir masih I2-2 2. 288) sempit. 289) Tidak tersedia parkir. I2-3 290) Stasiun I2-4 tidakada tempat parkir penumpang, hanya ada tukang ojek dan becak. Ada juga khusus untuk petugas. 291) Tidak ada parkiran, I2-5 hanya tempat tukang ojek dan becak. 292) Untuk parkir itu I2-6 kurang, karena tidak ada tempat. Hanya tukang ojek dan becak. 293) Untuk tempat parkir I2-7 masih berantakan. 294) Kurang luas, malah I2-8 macet terus. 295) Untuk tempat parkir masih kurang, seharusnya ditambah dan diperluas. I2-9 296) Jika untuk tempat I2-10 parkir masih kurang lahan untuk parkir kendaraan penumpang. 297) Tidak ada lahan I2-11 parkir, hanya ada tukang ojek dan becak. Harus diadakan lahan parkir. 57 Menurut anda, apakah di 298) Perlu ada. Stasiun 299) Perlu Kereta Rangkasbitung Api perlu adanya akses jalan khusus bagi penumpang difable? I2-1 ada, membutuhkan karena I2-2 pelayanan yang sama. 300) sudah Perlu dan seharusnya menjadi I2-3 standar pelayanan publik. 301) Sangat perlu, agar I2-4 tidak ada perbedaan layanan. Penumpang kan berbedabeda. 302) Harus ada, I2-5 penumpang kan beragam. 303) Perlu. Penting, karena sewaktu-waktu ada I2-6 untuk I2-7 karena I2-8 pasti penumpang difable. 304) Perlu, kenyamanan. 305) Perlu, kebutuhannya sama seperti penumpang lain. 306) Perlu. I2-9 307) Harus diadakan untuk I2-10 penyandang difable. 308) Seharusnya ada, agar I2-11 ada perbedaan. 58 Menurut anda, apakah di 309) Kurang tahu. I2-1 Stasiun 310) Perlu adanya ruangan I2-2 Kereta Rangkasbitung Api perlu untuk ibu menyusui. adanya ruang khusus ibu 311) Perlu. I2-3 menyusui? 312) Sangat perlu, agar ibu I2-4 dan bayi merasa nyaman. 313) Harus ada, karena hal demikian bersifat I2-5 privasi jadi butuh ruangan khusus. 314) Harus ada, karena I2-6 agar menutup aurat ibu yang sedang menyusui. 315) Perlu, agar ibu yang I2-7 menyusui nyaman. 316) Perlu, karena kasihan bayi dan ibu yang I2-8 akan menyusui. 317) Itu perlu, karena I2-9 tempat umum jadi harus ada ruang khusus ibu dan bayi. 318) Sebenarnya harus ada I2-10 untuk ibu yang menyusui agar tertutup. 319) Perlu. I2-11 KODING DATA PENELITIAN Kode Kata Kunci 1 Perbaikan toilet, hole untuk ruang tunggu, peron dan untuk parkir. 2 Pembongkaran rel untuk adanya KRL, kemungkinan adanya CCTV, perubahan musholla, ruang ibu menyusui, untuk toilet pria akan ada urinoir dan westafle untuk toilet perempuan, ruang tunggu penumpang, pengatur suhu. 3 1 semester (6 bulan). 4 Rencana sudah ada. 5 Baru ada ruang tunggu untuk penumpang yang akan naik kereta dan baru 100m. 6 Untuk ruang tunggu belum ada, hanya ada ruang loket dan peron yang seharusnya ada 3 ruangan. 7 Akan ada perubahan di Stasiun, salah satunya toilet untuk difable karena saat ini belum ada. 8 Akan ada pembuatan fasilitas untuk difable dan sudah diajukan. 9 Ada rencana untuk perubahan. 10 Akan ada perubahan. 11 Untuk parkir juga akan diadakan. 12 Sudah ada rencana untuk pembuatan parkiran. 13 Tidak ada hambatan dalam membuat perencanaan. 14 Tidak ada, karena sudah dilakukan sosialisasi. 15 Pembagian tugas keamanan diatur sendiri oleh bagian kepala sub urusan keamanan. 16 Ada jadwal piket perharinya. 17 Untuk ruangan nanti akan ada pemisahan ruangan tunggu karena sekarang masih menyatu dengan loket. 18 Seharusnya ada 3 ruangan dimana ruang tunggu, loket dan peron. 19 Sudah banyak perubahan. 20 Sudah, seperti ada ruang boarding untuk pengecekan tiket, adanya fasilitas tiket online. 21 20 detik dalam kondisi hari-hari biasa, kecuali weekend dan long weekend tidak bisa diprediksi. 22 5 menit karena. 23 Perawatan rutin tiap hari oleh petugas kebersihan. 24 Ada petugas dari pihak ketiga dibagi perhari 5 orang untuk pemeliharaan dan perawatan. 25 Ruang boarding kira-kira 3x2 cm itu pun belum terpisah dengan ruang tunggu. 26 1 ruangan, 5x5 cm. 27 Sampai saat ini tidak ada hambatan. 28 Tidak ada, karena sudah ada pembagian tugas masing-masing. 29 Kepala Stasiun yang bertanggung jawab penuh. 30 Kepala stasiun dan petugas terkait. 31 Pengarahan dari polsuska kepada pkd setiap apel pagi dan sore. 32 Ada pengarahan,dari Pak KS, Sub urusan pelayanan dan dari pihak Out Sourching. 33 Adanya meeting atau brifing singkat. 34 Ada pembinaan dalam 1 bulan 2 kali. 35 Ada pertemuan juga setiap 2 minggu sekali. 36 Untuk meeting 1 minggu sekali. Untuk brifing singkat setengah jam tiap hari. 37 1 bulan 2 kali dan untuk lama waktu disesuaikan dengan materi. 38 Hanya beberapa menit saja, brifing atau apel singkat. 39 Ada. 40 Selalu ada. 41 Wajib, dan selalu diinformasikan. 42 Selalu diinformasikan. 43 Selalu memberitahu. 44 Selalu diinformasikan. 45 Selalu. 46 Selalu memberitahu. 47 Iya, suka diberitahu. 48 Selalu menginformasikan. 49 Selalu diinformasikan. 50 Iya, selalu diberitahukan. 51 Iya, selalu diinformasikan. 52 Selalu diinformasikan. 53 Belum pernah dengar ada gangguan perjalanan. 54 Ada terpisah, bagian perjalanan. 55 Ada dari bagian PPKA (Petugas Perjalanan Kereta Api). 56 Ada dari bagian PPKA (Petugas Perjalanan Kereta Api). 57 Iya ada, satpam. 58 Iya ada. 59 Sudah ada. 60 Cuma ada PKD yang berjaga saja. 61 Iya ada, kepada satpam. 62 Ada petugas dari PKD atau Security. 63 Iya ada. 64 Sudah ada, ke bagian PKD. 65 Belum tahu untuk petugas khusus. 66 Cukup banyak untuk petugas yang berjaga. 67 Ada. PKD. 68 Setiap hari dibersihkan oleh petugas kebersihan. 69 Kepala suburusan pelayanan memberikan tugas ke bagian cleaning service untuk membersihkan ruangan dan area stasiun. 70 Dari bagian kebersihan dan adanya koordinasi kepala stasiun dan bagian. Ada 1 orang yang membersihkan dari bagian kebersihan dan ada leader 71 yang mengontrol petugas yang setiap harinya membersihkan area stasiun. Setiap saat dan memberikan wewenang kepada setiap bagian-bagiannya dan setiap seminggu sekali dicek. 72 Dari kepala stasiun memeberi wewenang untuk mengontrol dari kebersihan taman sampai peron. 73 Dari kepala sub urusan dan kepala stasiun terjun langsung ke lapangan dan ada juga absensinya. 74 Ada buku catatan khusus. Kepala stasiun juga ikut mengontrol. 75 Petugas yang berjaga dikontrol oleh Kepala suburusan dan kadang kepala stasiun juga ikut mengontrol kerja mereka dalam bentuk catatan. 76 Iya ada. 77 Akan segera diperbaiki jika hal kecil seperti keran, pintu yang rusak. jika cukup rumit maka akan ada pengajuan ke pusat. 78 Selalu ada upaya untuk perbaikan. 79 Ada perbaikan. 80 6 bulan sekali/ 1 semester. 81 Jika hal kecil langsung diganti dan jika tidak bisa maka langsung diajukan. 82 Jika dapat ditangani sendiri, langsung diperbaiki, tetapi jika tidak agak lama paling 2-3hari. 83 Sudah ada CCTV tetapi hanya satu untuk diarea peron. 84 Hanya baru ada 1, tetapi untuk pelayanan penumpang di Stasiun belum ada CCTV. 85 Banyak kemajuan dan berhasil. 86 Sudah cukup banyak perubahan. 87 Sudah cukup berhasil. 88 Sudah cukup baik dan ada kemajuan. 89 Sudah ada perubahan adanya tempat duduk di peron dan area stasiun sudah bersih. 90 Kalau dibandingkan dengan satu/dua tahun kebelakang sudah cukup baik dan nyaman. 91 Sudah lumayan ada kemajuan dibanding dulu. 92 Ada walaupun bertahap. 93 Lumayan, tetapi belum sangat baik karena belum ada parkiran, musholla, ruang tunggu dan loket. 94 Sudah banyak perubahan. 95 Sudah cukup berhasil dibanding dulu karena dulu banyak pedagang. 96 Cukup lumayan hanya perlu perbaikan-perbaikan. 97 Sudah ada kemajuan dibanding dulu. 98 Sudah lumayan, hanya masih kurang perbaikan dan pembangunan yang lama. 99 Tidak ada. 100 Kalau hari raya, pertama dari PT.KA dibantu oleh kepolisian untuk kegiatan patroli, kemudian pengamanan jalur, untuk patroli ada yang malam harinya. Untuk pengamanan penumpang, setiap penumpang mau naik dan turun dari kereta ada pkd didekat pintu, kemudian pengaman peron saat kereta datang maupun berangkat . 101 Jumlahnya ada 28 orang. 102 Sampai saat ini belum ada yang kehilangan. 103 Tidak bisa diprediksi. 104 Sudah banyak. 105 Diambil dari luar PT kereta api, dari PT.Eksasindo. 106 Ada 12 berikut leader 1. 107 Ada, dari PT outsourching. 108 Untuk pagi hari itu 6 orang, sore 4 kadang kalau libur 2. 109 Ke bagian pelayanan stasiun bapak Purwanto di jakarta. 110 Tidak terlihat. 111 Tidak terlihat. 112 Terlihat. 113 Iya terlihat. 114 Iya, terlihat. 115 Pernah lihat. 116 Belum pernah lihat. 117 Tidak pernah lihat. 118 Tidak tahu. 119 Tidak pernah lihat. 120 Ada kalau tidak salah. 121 Tidak mengetahui. 122 Tidak pernah lihat. 123 Tahu. 124 Iya tahu. 125 Tahu. 126 Tahu. 127 Tidak tahu. 128 Tahu. 129 Tidak tahu. 130 Tahu. 131 Tidak pernah lihat. 132 Tidak mengetahui. 133 Tidak lihat. 134 Tidak tahu. 135 Iya terlihat. 136 Tidak lihat. 137 Pernah lihat. 138 Tidak ada. 139 Tidak pernah lihat. 140 Belum lihat. 141 Tidak tahu. 142 Tidak. 143 Tidak tahu. 144 Tahu. 145 Tidak mengetahui. 146 Tidak tahu. 147 Sepertinya ada. 148 Tidak pernah lihat. 149 Sudah ada. 150 Tidak ada. 151 Belum tahu. 152 Pernah lihat. 153 Pernah lihat. 154 Tidak tahu. 155 Lihat. 156 Tidak tahu. 157 Iya lihat. 158 Belum pernah lihat. 159 Tidak pernah lihat. 160 Kursi roda sudah ada. 161 Tidak ada. 162 Belum tahu. 163 Pernah lihat. 164 Kalau untuk kursi roda tidak lihat. 165 Tidak tahu. 166 Tidak tahu. 167 Tidak tahu. 168 Tidak tahu. 169 Tidak tahu. 170 Tidak pernah lihat. 171 Tidak pernah lihat. 172 Tidak ada. 173 Belum lihat. 174 Tidak tahu. 175 Tidak tahu. 176 Kurang tahu. 177 Biasa saja. 178 Untuk di peron kurang. 179 Lumayan. 180 Cukuplah untuk penerangan penumpang. 181 Belum cukup. 182 Sudah cukup terang. 183 Sudah cukup terang. 184 Sudah lumayan 90%. 185 Cukup terang. 186 Sudah cukup terang. 187 Keamanan sudah cukup baik. 188 Ada yang sudah dan belum. 189 Sudah cukup baik. 190 Lumayan. 191 Lumayan. 192 Sudah cukup baik. 193 Sudah cukup baik. 194 Sudah cukup menjaga keamanan penumpang. 195 Untuk keamanan sudah ada kemajuan. 196 Sudah menjaga keamanan dengan baik. 197 Kalau untuk di pintu masuk dan keluar sudah cukup. Kalau untuk kereta datang ada kesemrawutan antara yang naik dan turun penumpang. 198 Sangat dibutuhkan. 199 Sangat dibutuhkan. 200 Dibutuhkan CCTV. 201 Sangat dibutuhkan untuk merekam kejadian yang ada di stasiun. 202 Sangat dibutuhkan. 203 Penting, untuk merekam kejadian di stasiun. 204 Dibutuhkan, walaupun tidak ada pengamen dan pedagang tetapi dikhawatirkan ada penumpang yang berniat jahat. 205 Bisa dibutuhkan bisa juga tidak, tergantung kondisi stasiun. 206 Dibutuhkan, karena takut ada kejadian-kejadian tak diduga. 207 Seharusnya ada. 208 Butuh, agar lebih aman. 209 Lumayan sudah cukup cepat. 210 Sudah cukup baik, pelayanannya cepat. 211 Untuk penjualan tiket di loket sudah cukup baik. 212 Lumayan, walaupun terkadang antrian menjadi panjang. 213 Tergantung kelas kereta yang dibeli. 214 Untuk pelayanan loket masih kurang. 215 Sudah cukup cepat. 216 Sudah cukup cepat. 217 Sudah cepat. 218 Sudah cukup cepat. 219 Untuk loket yang lokal terbatas hanya 1 atau 2. 220 Sudah cukup bersih dan nyaman. 221 Sudah cukup bersih tetapi jika ramai kurang memadai. 222 Tidak disediakan ruang tunggu setelah membeli tiket, hanya ada ruang 223 tunggu peron. 224 Untuk ruang tunggu kereta kurang kursi. 225 Sudah cukup untuk hari-hari biasa, tetapi untuk saat mudik kekurangan. 226 Seharusnya ada ruang tunggu di bagian loket dan agak besar. 227 Kapasitas untuk ruang tunggu masih kurang. Sudah bersih dan cukup nyaman, tetapi untuk mengantri di loket tidak 228 ada. 229 Sudah cukup nyaman. 230 Sudah cukup bersih dan nyaman. 231 Sudah lumayan cukup nyaman. 232 Sudah cukup luas. 233 Masih sempit, karena masih suka mengantri. 234 Sudah cukup. 235 Cukup bersih tetapi agak sempit. 236 Sudah cukup. 237 Masih sempit. 238 Sudah cukup. 239 Sudah cukup. 240 Belum luas, harus diperbesar. 241 Cukup. 242 Sudah cukup. 243 Tidak pernah menggunakan toilet. 244 Masih agak bau dan baknya kotor. 245 Jarang ada air. 246 Kurang, karena masih belum tertutup bagian belakang toilet. Bagian belakang tidak tertutupi, tidak ada westafle dan pintu tidak bisa 247 dikunci. 248 Untuk toilet masih kurang baik. 249 Sudah cukup baik dan memadai. 250 Sudah cukup bersih. 251 Cukup lumayan baik. 252 Sudah cukup bersih. 253 Masih kurang. 254 Belum pernah menggunakan musholla. 255 Tidak pernah ke musholla. 256 Untuk musholla sudah cukup. 257 Kurang luas dan tidak ada pemisah antara laki-laki dan perempuan. 258 Belum layak karena belum ada pemisah antara perempuan dan laki-laki. 259 Untuk musholla seharusnya terpisah dan kurang lebar. 260 Belum ada perubahan. 261 Untuk musholla kurang luas. Untuk musholla harus diperbesar dan terpisah antara laki-laki dan 262 perempuan. Jika ramai tidak terlalu luas tapi tidak masalah karena sudah ada musholla 263 pun sudah syukur. 264 Terlalu sempit, tidak ada pemisah antara laki-laki dan perempuan. 265 Jelas. 266 Sudah baik, terdengar jelas. 267 Sudah cukup jelas. 268 Cukup jelas. 269 Sudah cukup jelas. 270 Sudah cukup. 271 Sudah cukup jelas. 272 Terdengar jelas. 273 Sudah cukup jelas. 274 Cukup jelas terdengar. 275 Kadang jelas, kadang tidak terdengar karena menggema. 276 Selalu memberitahu. 277 Selalu diinformasikan. 278 Selalu. 279 Selalu memberitahu. Iya, 280 suka diberitahu. Selalu 281 menginformasikan. Selalu 282 diinformasikan. 283 Iya, selalu diberitahukan. 284 Iya, selalu diinformasikan. 285 Selalu diinformasikan. 286 Belum pernah dengar ada gangguan perjalanan. 287 Lumayan untuk roda 2. 288 Untuk parkir masih sempit. 289 Tidak tersedia parkir. 290 Stasiun tidak ada tempat parkir penumpang, hanya ada tukang ojek dan becak. 291 Tidak ada parkiran, hanya tempat tukang ojek dan becak. 292 Untuk parkir itu kurang. Hanya tukang ojek dan becak. 293 Untuk tempat parkir masih berantakan. 294 Kurang luas, malah macet terus. 295 Untuk tempat parkir masih kurang. 296 Untuk tempat parkir masih kurang lahan untuk parkir kendaraan penumpang. 297 Tidak ada lahan parkir, hanya ada tukang ojek dan becak. 298 Perlu ada. 299 Perlu ada, karena membutuhkan pelayanan yang sama. 300 Perlu, seharusnya sudah menjadi standar pelayanan publik. 301 Sangat perlu, agar tidak ada perbedaan layanan. 302 Harus ada. 303 Penting, karena sewaktu-waktu pasti ada penumpang difable. 304 Perlu, untuk kenyamanan. 305 Perlu, karena kebutuhannya sama seperti penumpang lain. 306 Perlu. 307 Harus diadakan untuk penyandang difable. 308 Seharusnya ada, agar ada perbedaan. 309 Kurang tahu. 310 Perlu adanya ruangan untuk ibu menyusui. 311 Perlu. 312 Sangat perlu, agar ibu dan bayi merasa nyaman. 313 Harus ada, karena hal demikian bersifat privasi jadi butuh ruangan khusus. 314 Harus ada, karena agar menutup aurat ibu yang sedang menyusui. 315 Perlu, agar ibu yang menyusui nyaman. 316 Perlu, karena kasihan bayi dan ibu yang akan menyusui. 317 Perlu, karena tempat umum jadi harus ada ruang khusus ibu dan bayi. 318 Sebenarnya harus ada untuk ibu yang menyusui agar tertutup. 319 Perlu. Dokumentasi : Wawancara dengan Bapak Oya Santika (Wakil kepala Stasiun) Tanggal 12 Februari 2016, Pukul 10.00 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung Wawancara dengan Bapak Asnawi (Penumpang) Tanggal 16 Februari 2016, Pukul 13.00 di Stasiun KA Rangkasbitung Wawancara dengan Bapak Ulung (Ketua kebersihan) Tanggal 16 Februari 2016, Pukul 11.05 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung Wawancara dengan Ibu Asni (Penumpang) Tanggal 16 Februari 2016, Pukul 13.50 di Stasiun KA Rangkasbitung Wawancara dengan Bapak Andri (Kepala Stasiun) Tanggal 19 September 2016, Pukul 10.30 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung Wawancara dengan Bapak Ulung (Ketua kebersihan Stasiun) Tanggal 12 September 2016, Pukul 13.10 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung Wawancara dengan Bapak Supriyatin (Junior Supvisor Pelayanan Stasiun) Tanggal 19 September 2016, Pukul 11.50 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung Wawancara dengan Munah (Penumpang) Tanggal 19 September 2016, Pukul 14.05 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung Wawancara dengan Intan (Penumpang) Tanggal 19 September 2016, Pukul 14.20 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung Wawancara dengan Bapak Sam’un (Penumpang) Tanggal 19 September 2016, Pukul 15.05 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung Wawancara denganWahyu (Penumpang) Tanggal 19 September 2016, Pukul 14.40 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung Wawancara dengan Sri Rahayu (Penumpang) Tanggal 21 September 2016, Pukul 11.30 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung Wawancara dengan Wulan (Penumpang) Tanggal 21 September 2016, Pukul 11.52 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung Wawancara dengan Aldi (Penumpang) Tanggal 21 September 2016, Pukul 12.33 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung Wawancara dengan Iwan (Penumpang) Tanggal 21 September 2016, Pukul 12.15 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung Wawancara dengan Bapak Yani (Penumpang) Tanggal 21 September 2016, Pukul 12.50 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung Wawancara dengan Bapak Rahmat (Penumpang) Tanggal 21 September 2016, Pukul 13.18 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung Wawancara dengan Bapak Dulfatah (Kepala Suburusan Keamanan) Tanggal 29 September 2016, Pukul 13.15 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung Wawancara dengan Syifa (Penumpang) Tanggal 21 September 2016, Pukul 13.56 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung Keadaan peron/tempat menunggu kereta di Stasiun Rangkasbitung Tanggal 1 Agustus 2016, Pukul 12.53 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung Keadaan toilet pria di Stasiun Rangkasbitung Tanggal 19 September 2016, Pukul 17.18 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung Keadaan loket di Stasiun Rangkasbitung Tanggal 19 September 2016, Pukul 11.12 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung Keadaan toilet wanita di Stasiun Rangkasbitung Tanggal 29 September 2016, Pukul 12.22 WIB di Stasiun KA Rangkasbitung Catatan Lapangan No 1 Tanggal 12 Februari 2016 Waktu 10.00 WIB Tempat Stasiun Kereta Api Rangkasbitu ng Hasil Wawancara 2 16 Februari 2016 11.05 WIB Stasiun Kereta Api Rangkasbitu ng Wawancara 3 16 Februari 2016 13.00 WIB Stasiun Kereta Api Rangkasbitu ng Wawancara 4 16 Februari 2016 13.50 WIB Stasiun Kereta Api Rangkasbitu ng Wawancara 5 16 Februari 2016 14.10 WIB Stasiun Data Standar Kereta Api Pelayanan Minimum Rangkasbitu (SPM) ng 6 01 Agustus 2016 10.30 WIB Stasiun Kereta Api Rangkasbitu ng Wawancara 7 02 Agustus 2016 09.30 WIB Stasiun Kereta Api Rangkasbitu ng Wawancara Informan Bapak Oya Santika (Wakil Kepala Stasiun KA Rangkasbitu ng) Bapak Ulung (Ketua Kebersihan Stasiun KA Rangkasbitu ng)Bapak) Asnawi (Penumpang di Stasiun KA Rangkasbitu ng Ibu Asni (Penumpang di Stasiun KA Rangkasbitu ng) Bapak Oya Santika (Wakil Kepala Stasiun KA Rangkasbitu ng) Bapak Andri (Kepala Stasiun KA Rangkasbitu ng) Bapak DulFatah ( Junior Supervisor 8 02 Agustus 2016 11.17 WIB Stasiun Wawancara dan data Kereta Api jumlah penumpang Rangkasbitu saat lebaran tahun ng 2015 dan 2016) 9 19 September 2016 10.30 WIB Stasiun Kereta Api Rangkasbitu ng 10 19 September 2016 11.50 WIB Stasiun Wawancara dan data Kereta Api daftar kelengkapan Rangkasbitu SPM Stasiun besar ng tipe c bulan juli 2016 11 19 September 2016 13.10 WIB Stasiun Kereta Api Rangkasbitu ng Wawancara 12 19 September 2016 14.05 Stasiun Kereta Api Rangkasbitu ng Wawancara 13 19 September 2016 14.20 WIB Stasiun Kereta Api Rangkasbitu ng Wawancara 14 19 September 2016 14.40 WIB Stasiun Kereta Api Rangkasbitu Wawancara WIB Wawancara Keamanan Stasiun KA Rangkasbitu ng) Bapak Supriatin (Junior Supervisor Pelayanan Stasiun KA Rangkasbitu ng) Bapak Andri (Kepala Stasiun KA Rangkasbitu ng) Bapak Supriatin (Junior Supervisor Pelayanan Stasiun KA Rangkasbitu ng) Bapak Ulung (Ketua Kebersihan Stasiun KA Rangkasbitu ng) Munah (Penumpang di Stasiun KA Rangkasbitu ng) Intan (Penumpang di Stasiun KA Rangkasbitu ng) Wahyu (Penumpang di Stasiun ng 15 19 September 2016 15.05 Stasiun Kereta Api Rangkasbitu ng Wawancara 16 21 September 2016 11.12 WIB Stasiun Kereta Api RAngkasbit ung Data profil Stasiun KA Rangkasbitung dan Tupoksi petugas Stasiun 17 21 September 2016 11.30 WIB Stasiun Kereta Api Rangkasbitu ng Wawancara 18 21 September 2016 11.52 WIB Stasiun Kereta Api Rangkasbitu ng Wawancara 19 21 September 2016 12.15 WIB Stasiun Kereta Api Rangkasbitu ng Wawancara 20 21 September 2016 12.33 WIB Stasiun Kereta Api Rangkasbitu ng Wawancara 21 21 September 2016 12.50 WIB Stasiun Kereta Api Rangkasbitu ng Wawancara 22 21 13.18 Stasiun Wawancara KA Rangkasbitu ng) Bapak Sam’un (Penumpang di Stasiun KA Rangkasbitu ng) Bapak Andri (Kepala Stasiun KA Rangkasbitu ng) Sri Rahayu (Penumpang di Stasiun KA Rangkasbitu ng) Wulan (Penumpang di Stasiun KA Rangkasbitu ng) Iwan (Penumpang di Stasiun KA Rangkasbitu ng) Aldi (Penumpang di Stasiun KA Rangkasbitu ng) Bapak Yani (Penumpang di Stasiun KA Rangkasbitu ng) Bapak September 2016 WIB Kereta Api Rangkasbitu ng 23 21 September 2016 13.56 WIB Stasiun Kereta Api Rangkasbitu ng Wawancara 25 29 September 2016 13.15 WIB Stasiun Kereta Api Rangkasbitu ng Wawancara Rahmat (Penumpang di Stasiun KA Rangkasbitu ng) Syifa (Penumpang di Stasiun KA Rangkasbitu ng) Bapak Dulfatah (Junior Supervisor Keamanan Stasiun KA Rangkasbitu ng) STRUKTUR ORGANISASI STASIUN BESAR RANGKASBITUNG KSB RANGKASBITUNG ANDRI NIPP.42356 WKSB RANGKASBITUNG OYA SANTIKA NIPP.47022 KEPALA SUBURUSAN PERKA & ADMINISTRASI KEPALA SUBURUSAN PELAYANAN STASIUN KEPALA SUBURUSAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN KEPALA SUBURUSAN KOMERSIL NURDIANSYAH NIPP.47033 SUPRIYATIN NIPP.38635 DULFATAH NIPP.64391 RINI CAHYATI PPKA MANDOR NIPP.52163 PKD (Petugas Keamanan dalam) OPERATOR POLSUSKA (Polisi Khusus KA) LOKET (Pngatur Perjalanan KA) JRR (Juru Lansir) PJL (Penjaga Pintu Lintasan) PJW (Penjaga Wesel) CLEANING SERVICE STASIUN CLEANING SERVICE KRETA DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. Identitas Pribadi Nama : Hesti Oktaviawati NIM : 6661122559 Jenis Kelamin : Perempuan Tempat Tanggal Lahir : Pandeglang, 12 Oktober 1993 Agama : Islam Pekerjaan : Mahasiswa E-mail : [email protected] Nomor Handphone : 085216638316 Alamat : Kp. Cihideung Rt. 003/002 Kec. Cimanuk, Kab. Pandeglang 2. Riwayat Pendidikan SD : SD N 1 Batubantar SMP : SMP N 1 Pandeglang SMA : SMA N 1 Pandeglang Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Serang) 3. Pengalaman Organisasi a. Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara (HIMANE) FISIP UNTIRTA 2013-2014 b. Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara (HIMANE) FISIP UNTIRTA 2014-2015