Strategi Bersaing Sekolah Menengah Atas Kristen 1 Salatiga

advertisement
BAB II
TELAAH PUSTAKA
Banyak informasi mengenai strategi bersaing yang
tersedia. Namun sebagian besar sumber yang ada tidak
terkait langsung dengan penerapan di dunia pendidikan.
Oleh sebab itu telaah pustaka dalam penelitian ini
disusun dengan mengumpulkan informasi dari jurnal,
internet dan buku-buku mengenai strategi bersaing
pada dunia bisnis yang kemudian diaplikasikan dalam
dunia pendidikan sesuai tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini.
2.1
Strategi Bersaing
Strategi bersaing yang biasa dilakukan dalam
perusahaan
adalah
strategi
pemasaran.
Strategi
pemasaran ini dikenal dengan 4P yaitu, Product (produk
barang dan jasa), Price (harga), Place (tempat), Promotion
(promosi).
Untuk
itu
seorang
wirausaha
dapat
berkembang dan berhasil justru karena berkemampuan
dalam penelitian dan pengembangan sehingga tercipta
barang-barang yang bernilai dan unggul di pasar. Dalam
manajemen
strategi
baru,
Mintzberg
(20014)
mengemukakan 5P yang sama artinya dengan konsep
strategi yaitu, perencanaan (plan), pola (patern), posisi
(position), prespektif (prespective), permainan atau taktik
(play).
1. Perencanaan
Konsep
strategi
tidak
lepas
dari
aspek
perencanaan, arahan atau acuan gerak langkah
perusahaan untuk mencapai suatu tujuan pada masa
akan datang. Akan tetapi, tidak selamanya strategi
adalah perencanaan ke masa yang akan datang yang
belum
dilaksanakan,
tetapi
starategi
juga
menyangkut segala sesuatu yang telah dilakukan
sebelumnya, misalnya pola-pola perilaku bisnis yang
dilakukan pada masa lampau misalnya kualitas,
pelayanan, dan kebersihan. Inilah yang menjadi
strategi perusahaan McDonald’s.
2. Pola
Menurut Mintzberg, strategi adalah pola (srategy is
patern) namun dapat di sebut intended strategy
apabila telah dilakukan oleh perusahaan.
3. Posisi
Definisi stratedi ketiga menurut Mintzberg adalah
strategy position yaitu memosisikan produk tertentu
ke pasar yang dituju.
4. Prespektif
Definisi stategi yang keempat adalah prespektif,
jika
P
keuda
dan
ketiga
cenderung
melihat
kebawah
dan
keluar,
sebaliknya
prespektif
cenderung melihat kedalam, yaitu organisasi dan
ke
atas,
yaitu
melihat
grand
vision
dari
perusahaan.
5. Permainan atau taktik
Disamping keempat definisi strategi sebelumnya
ada juga definisi kelima yang lebih kusus yaitu
play. Menurutnya itu adalah strategi dengan
maneuver tertentu untuk memperdaya lawang
atau
pesaing.
meluncurkan
Sesuatu
merek
merek
kedua
agar
misalnya,
posisi
tetap
kukuh dan tidak tersentuh karena merek-merek
pesaing akan sibuk berperang melawan merek
kedua tadi.
Sehingga dapat diktakan bahwa strategi bersaing
merupakan
upaya
sekolah
untuk
menghadapi
persaingan dengan cara memberikan berbagai hal yang
terbaik guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Strategi
bersaing yang dijalankan oleh sekolah dapat terjadi dari
keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus. Dengan
menjalankan strategi bersaing maka sekolah akan
mampu untuk bertahan dan bahkan akan berkembang
dari waktu ke waktu meskipun diperhadapkan dengan
persaingan (Porter 2007).
Kehadiran lembaga pendidikan sebagai salah satu
pranata
sosial
budaya
saat
ini
dihadapkan
pada
berbagai tantangan yang kompleks. Lembaga pendidikan
kini berhadapan dengan derasnya arus perubahan
akibat globalisasi yang memunculkan persaingan dalam
pengelolaan lembaga pendidikan, baik negeri maupun
swasta.
Akibat
adanya
globalisasi
sebagaimana
disebutkan di atas, persaingan kini telah menjadi
semakin
sengit
karena
tidak
lagi
terbatas
pada
persaingan antar sesama perusahaan domestik, tetapi
juga dengan perusahaan multinasional dari manapun
juga. Ini terjadi pada hampir semua bidang usaha,
bukan hanya pada bidang bisnis saja, tetapi persaingan
tersebut juga telah merambah ke dunia pendidikan kita,
mulai dari Play group, SD, SLTP, SLTA, Universitas,
bahkan
ke
institusi-institusi
pendidikan
lainnya
(Subiliyanto 2012).
Berkaitan dengan meningkatnya persaingan dalam
bidang pendidikan ini, terjadi pula perubahan pada
perilaku konsumen, dalam hal ini yang dimaksud adalah
masyarakat (orangtua dan siswa), maupun dunia usaha.
Karena banyaknya pilihan, konsumen kini menjadi
semakin banyak tuntutan, baik mengenai kualitas
lulusan
dan
biaya
pendidikan
maupun
fasilitas
pendidikan. Bargaining power masyarakat meningkat
sedemikian
rupa
sehingga
industri
atau
dunia
pendidikan terpaksa harus melayaninya, kalau tidak
mau akan tersingkir dari kancah persaingan yang makin
berat.
Dalam situasi lingkungan yang penuh dengan
dinamika
ini,
menciptakan
manajemen
organisasi
pendidikan
yang
dapat
harus
dapat
memberikan
pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat pada
umumnya dan objek pendidikan (Siswa dan orangtua)
pada khususnya. Saat yang bersamaan dapat pula
bersaing secara efektif dalam konteks lokal, nasional
bahkan dalam konteks global (Tjiptono 1996). Dengan
kata
lain
dunia
pendidikan
kini
dituntut
untuk
mengembangkan manajemen strategi dan operasi yang
pada dasarnya banyak diterapkan dalam dunia usaha,
sebagai langkah antisipatif terhadap kecenderungankecenderungan
baru
guna
mencapai
dan
mempertahankan posisi bersaingnya, sehingga nantinya
dapat
dihasilkan
manusia-manusia
yang
memiliki
sumber daya manusia berkualitas yang sesuai dengan
kebutuhan zaman (Porter 2007).
Salah satu sumber (staff.uny.ac.id) menyebutkan
bahwa beberapa faktor secara dominan mempengaruhi
daya saing sebuah lembaga pendidikan antara lain:
a. Lokasi, lembaga pendidikan akan memiliki lokasi
yang mudah dijangkau.
b. Keunggulan nilai, misalnya kelebihan kurikulum
yang
diterapkan,
sumberdaya
manusia,
sarana
prasarana hingga keunggulan kerja sama.
c. Kebutuhan Masyarakat, hal ini berkaitan dengan
kemampuan lembaga pendidikan dalam memberikan
kualitas
yang
(Pembelajaran)
baik
dalam
maupun
bidang
Kurikulum
Ekstrakurikuler
guna
memenuhi kebutuhan masyarakat (Kutipan).
Strategi bersaing yang efektif mencakup tindakantindakan
menyerang
(ofensif)
ataupun
bertahan
(defensive) guna menciptakan posisi bertahan yang
aman (defendable position). Tujuan dari strategi bersaing
adalah untuk membina posisi dimana suatu lembaga
dapat melindungi diri sendiri dengan sebaik-baiknya
terhadap kekuatan tekanan persaingan atau dapat
mempengaruhi tekanan tersebut secara positif. Kunci
untuk mengembangkan strategi adalah menyelidiki dan
menganalisis
sumber
masing-masing
kekuataan
tersebut (Porter 2007).
Dalam
menghadapi
persaingan,
terdapat
tiga
pendekatan strategi generik yang secara propesional
dapat mengungguli pesaing lainnya dalam satu bidang
yaitu keunggulan biaya menyeluruh, diferensiasi dan
fokus (Porter 2007). Strategi ini memungkinkan satu
lembaga untuk mendapatkan keunggulan yang terbaik
dari pesiangnya dalam suatu lingkup usaha (David
2008).
Pemikiran yang melandasi konsep strategi generik
adalah bahwa keunggulan bersaing adalah inti dari
strategi apapun, dan mencapai keunggulan bersaing
mengharuskan
suatu
lembaga
untuk
menentukan
pilihan (Porter 1992). Suatu lembaga harus memilih
jenis kelunggulan bersaing yang akan dicapainya serta
cakupan pasar tempat lembaga akan mencapainya.
Lembaga tersebut juga perlu melakukan yang lebih baik
dari pada pesainggnya, misalnya menemukan produk
baru; memberikan kualitas yang terbaik, harga yang
paling rendah, layanan pelanggan yang terbaik; atau
mempunyai teknologi pintas yang terbaik ( Sarwono
2011).
Dalam
penentuan
strategi
bersaing,
suatu
lembaga perlu mempertimbangkan besar dan posisi dari
lembaga itu sendiri. Dalam konteks pendidikan, hal ini
dimaksudkan dengan melihat kepada kondisi sekolah
apakah
tergolong
sekolah
yang
besar,
maju
dan
berkembang ataukah sebaliknya (Lubis 2004). Jika
sekolah termasuk kategori besar dan berkembang maka
dimungkinkan dapat menerapkan strategi tertentu yang
tidak biasa dilakukan oleh sekolah lainnya yang lebih
kecil. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa
sekolah
yang
lebih
kecil
juga
dapat
melakukan
strateginya sendiri yang mampu menghasilkan tingkat
keuntungan yang sama atau bahkan lebih baik dari
pada sekolah yang besar. Oleh karena itu, dalam
menentukan strategi bersaing, setiap sekolah harus
mengembangkan
keunggulan
bersaing
yang
tidak
mudah diimitasi oleh pesaing. Keunggulan bersaing
tersebut diciptakan melalui efisiensi, kualitas produk,
dan inovasi (Wijaya 2008).
KEUNGGULAN STRATEGIS
Keunggulan yang
dirasakan
Posisi Biaya
Pelanggan
Cakupan Luas
Tingkat Strategis
Hanya Segmen
Rendah
Diferensiasi
Keunggulan biaya
Fokus
Tertentu
Gambar 2.1 Tiga Strategi bersaing Generik (Porter 2007)
2.1.1 Keunggulan Biaya
Dalam srategi keunggulan biaya, suatu lembaga
berusaha menjadi produsen berbiaya rendah dalam
bidangnya. Biaya rendah adalah kemampuan sebuah
unit bisnis atau suatu lembaga untuk merancang,
membuat, dan memasarkan sebuah produk sebanding
dengan cara yang lebih efisisen dari pada pesainggnya
(Hunger & Wheelen 2003).
Dalam konteks lembaga pendidikan keunggulan
biaya yaitu strategi sekolah dalam mengefisienkan
seluruh biaya operasionalnya sehingga menghasilkan
jasa
yang
bisa
dijual
lebih
murah
dibandingkan
pesaingnya. Strategi keunggulan biaya ini berfokus pada
harga,
sehingga
pada
umumnya
sekolah
tidak
memperhatikan berbagai faktor pendukung dari jasa
atau harga. Hal utama bagi pihak sekolah adalah
menawarkan jasa dengan harga yang sangat bersaing
(Wijaya 2008). Akan tetapi, dalam menjalankan strategi
ini setiap sekolah perlu menetapkan harga yang paling
tepat sehingga dapat memberikan keuntungan, baik
untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang
(Lubis 2004). Keunggulan sekolah juga tidak selalu
harus memberikan harga yang selalu murah, namun
sekolah boleh memberikan harga yang lebih tinggi tetapi
pelanggan harus merasakan nilai tambah yang lebih
besar dibandingkan harganya.
Posisi biaya rendah membuat perusahan dalam
hal ini sekolah mampu bertahan terhadap persingan
harga
yang
menggunakan
terjadi.
Karena
kekuatannya
pembeli
untuk
hanya
dapat
menekan
harga
sampai tingkat harga yang paling efisien. Jika sekolah
dapat mencapai dan mempertahankan keunggulan biaya
menyeluruh, sekolah ini akan menjadi sekolah yang
prestasinnya diatas rata-rata dalam bidang pendidikan
jika ia dapat mengatur agar harganya setingkat atau
mendekati harga rata-rata dalam bidangnya. Dengan
harga setara atau sedikit lebih rendah dari pada harga
pesaingnya, posisi biaya rendah dari sekolah yang
unggul
biaya
ini
akan
terwujud
dalam
bentuk
keuntungan yang lebih tinggi (Porter 1992).
Table 2.1 Ciri-ciri Strategi Keunggulan Biaya
Ciri-ciri
Basis
dari
Kompetatif
Startegi Keunggulan Biaya
keunggulan
Biaya-biaya lebih rendah bila
dibandingkan
dengan
pesaingpesaing
Target Startegi
Pangsa pasar yang luas
Penekanan Produksi
Pencarian
menerus
untuk
pengurangan
biaya
tanpa
mengurangi kualitas yang diterima
dan fitur-fitur yang penting.
Penekanan Pemasaran
Mencoba
membuat
fitur-fitur
produk lebih baik yang ditawarkan
dengan harga rendah
Mempertahankan Strategi
Harga-harga
yang
ekonomis.
Kuncinya adalah mengelola biayabiaya menurun setiap tahun dalam
semua aspek.
Sumber: Widhyaestoeti (2012) dalam Jubelina (2013)
2.1.2 Diferensiasi
Strategi generik yang ke dua adalah diferensiasi.
Diferensiasi adalah salah satu strategi organisasi yang
memberikan perbedaan yang lebih unik dari pada
pesaing, sehingga dengan perbedaan itu konsumen
memiliki
niali
yang
lebih
tinggi,
Thompson
dan
Strickland (1998). diferensiasi terutama pada produk
sangat penting karena persaingan yang ketat pada dunia
pendidikan
sekarang
menuntut
untuk
melakukan
berbagai strategi guna menciptakan produk yang dapat
diterima baik oleh konsumen dan tidak kalah bersaing
dengan
produk
diferensiasi
lainnya.
menuntut
Dasar
pemikiran
strategi
sekolah
untuk
memiliki
keistimewaan yang bisa membedakan dirinya dari para
pesaing. Misalnya kualitas kinerja, layanan yang lebih
baik, merek yang lebih unggul, gaya dan rancangan,
inovasi produk dan sebagainya (wijaya 2008).
Untuk tercapainya diferensiasi yang lebih baik dari
pada pesaingnya maka diperlukan biaya yang sangat
mahal
(Porter
diferensiasi
2007).
atau
Sebab,
menjadi
dengan
berbeda
melakukan
maka
lembaga
tersebut akan memberikan sesuatu yang bernilai. Itulah
alasan untuk membayar sebuah produk atau jasa
dengan harga yang tinggi. Harga tinggi untuk sebuah
produk yang ditawarkan menunjukan bahwa produk
tersebut sangat bernilai. Harga yang tinggi menjadi
keunggulan kualitas bagi produk itu sendiri Trout dan
Rivkin (2001) dalam Jubelina (2013).
Dengan adanya konteks diatas, maka pelanggan
akan bersedia membayar dengan harga yang tinggi
untuk produk atau jasa yang terdiferensiasi karena
sesuatu yang ditawarkan oleh sekolah benar-benar
berbeda dan unik serta tidak ada kemungkinan untuk
ditemukan hal sejenis pada sekolah lainnya (Hitt ddk
1997). Untuk itu, sekolah yang menerapkan strategi
diferensiasi dengan beban yang tinggi atas produknya
harus menyediakan segala hal dengan kualitas yang
tinggi sehingga pelanggan merasa puas dengan layanan
sekolahnya.
Keberhasilan sekolah yang dilihat dari strategi
diferensiasi yaitu pada kurikum, program pendidikan,
fasilitas, kemudahan askes, proses pendidikan dan
layanan
pendidikan.
Semakin
banyak
aspek
yang
dimiliki tentu memperkuat struktur lembaga pendidikan
secara maksimal (Purwanto 2011).
Sekolah kemudian melakukan diferensiasi untuk
membuatnya terus unggul. Mendapat kepercayaan dan
kesetiaan dari pelanggan, mendapatkan hasil yang lebih
besar dari biaya diferensiasi serta mencegah para
pesaing mengembangkan cara untuk meniru hal unik
yang diterapkan (David 2008 dan Tjiptono 2001).
Hal
sekolah
yang
yang
perlu
diperhatikan
menggunakan
dan
strategi
diterapkan
diferensiasi,
diungkapkan oleh wijaya (2008) yaitu sekolah harus
memiliki guru dengan tingkat kreatifitas yang tinggi,
fokus sekolah jangka panjang, kerjasama yang tinggi
antara guru yang saling melengkapi, perhatian guru
yang cukup terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan,
adanya keseimbangan antara hasil pendidikan dengan
proses pendikan, dan memiliki toleransi tinggi terhadap
ketidakpastian kondisi disekolahnya. Hal ini bertujuan
agar sekolah dapat menikmati hasil dari usaha yang
telah dilakukan dan sekolah benar-benar dianggap unik.
Table 2.2 Ciri-ciri Startegi Diferensiasi
Ciri-ciri
Basis
dari
kompetatif
Strategi Diferensiasi
keunggulan
Kemampuan
sesuatu yang
pesaing-pesaing
menawarkan
berbeda dari
Target Strategis
Pangsa pasar yang luas
Penekanan produksi
Menemukan cara-cara untuk
menciptakan
nilai
kepada
masyarakat dan mendorong ke
produk yang berkualitas
Penekanan Pemasaran
Membangun
fitur-fitur
yang
dapat membuat masyarakat
bersedia
membayar
dengan
harga
yang
tinggi
untuk
menutupi biaya ekstra dari
fitur-fitur yang berbeda
Mempertahankan Strategi
Mengkomunikasikan
sesuatu
yang berbeda dengan cara
menguntungkan. Menekankan
inovasi-inovasi untuk selalu
berada
di
depan
pesiangpesaing yang meniru
Sumber: Widhyaestoeti 2012 dalam Jubelina 2013
2.1.3 Fokus
Strategi generik yang ketiga adalah fokus. Strategi
fokus digunakan untuk membangun keunggulan
bersaing dalam suatu lembaga yang mampu melayani
target strateginya yang sempit secara lebih efektif dan
efisien dibandingkan pesaing yang bersaing lebih luas.
Strategi ini menjadi paling efektif ketika konsumen
memiliki persyaratan yang unik dan ketika lembaga
pesaing lainnya tidak berusaha untuk berspesialisasi
dalam target segmen yang sama (David 2008). Sebagai
akibatnya, suatu lembaga akan mencapai diferensiasi
karena mampu memenuhi kebutuhan target tertentu
(Porter 2007).
Syarat bagi penerapan strategi ini adalah adanya
besaran
pasar
yang
cukup,
terdapat
potensi
pertumbuhan yang baik, dan tidak terlalu diperhatikan
oleh pesaing dalam rangka mencapai keberhasilannya.
Strategi ini akan menjadi lebih efektif jika konsumen
membutuhkan suatu kekhasan tertentu yang tidak
diminati oleh perusahaan pesaing. Biasanya perusahaan
yang bergerak dengan strategi ini lebih berkonsentrasi
pada suatu kelompok pasar tertentu.
Strategi
keunggulan
fokus
bersaing
berusaha
di
dalam
untuk
segmen
mencapai
sasaran
walaupun tidak memiliki keunggulan bersaing secara
keseluruhan. Strategi fokus memiliki dua varian, yaitu
fokus biaya, dan fokus diferensiasi. Fokus biaya adalah
strategi
bersaing
yang
berfokus
pada
kelompok
masyarakat atau lingkungan yang mencoba melayani
segmen target dan mengabaikan yang lain. Dalam
menggunakan fokus biaya, suatu lembaga mencari
keunggulan biaya pada segmen sasarannya (Poter 2010).
Sedangkan
dalam
menggunakan
fokus
diferensiasi, suatu lembaga mencari diferensiasi dan
memanfatkan
kebutuhan
khusus
masyarakat
pada
segmen tertentu. Strategi ini dihargai karena ada
keyakinan bahwa lembaga yang memfokuskan usahausahanya dalam sasaran yang sempit lebih efektif dari
pada pesaingnya. (Hunger & Wheelen 2003).
Strategi fokus dalam lembaga pendidikan, yaitu
sekolah mampu menggarap satu target pasar tertentu.
Hal ini diawali dengan penentuan pangsa pasar oleh
lembaga pendidikan. Dalam masyarakat terdapat tiga
kelompok
masyarakat
utama
tidak
secara
ekonomi
mampu,
yaitu
kelompok
kelompok
masyarakat
menengah dan kelompok masyarakat mampu. Dari tiga
kelompok masyarakat ini, lembaga pendidikan memilih
dengan melihat pada kondisi sekolah termasuk dana
pendidikan yang diperlukan (Purwanto 2011).
Strategi fokus biasanya dilakukan untuk jasa yang
mempunyai karakteristik khusus. Misalnya,
pada
Sekolah Kristen yang hanya di targetkan bagi siswa
Kristiani sehingga semuanya disesuaikan dengan ajaran
agama Kristiani meskipun tidak menutup kemungkinan
bagi siswa yang beragama lain. Hal terpenting fokus
utama dapat terlaksana, perubahan dapat terjadi seiring
berjalannya waktu.
Table 2.1 Ciri-ciri Strategi Fokus
Ciri-ciri
Basis
dari
kompetatif
Strategi Fokus
keunggulan
Biaya rendah dalam melayani
kelompok
tertentu
atau
kemampuan
menawarkan
sesuatu
yang
disesuaikan
dengan kebutuhan dan selera
dari kelompok tersebut
Target Strategis
Segmen
pasar
(kelompok tertentu)
Penekanan Produksi
Dibuat khusus untuk segmen
tertentu
Penekanan Pemasaran
Mengkomunikasikan
kemampuan
unik
produk
untuk memuaskan kebutuhan
khusus dari pembeli
Mempertahankan Strategis
Secara
penuh
melayani
pelanggan dengan lebih baik
dari pesaing-pesaingnya.
sempit
Sumber: Widhyaestoeti 2012 dalam Jubelina 2013
2.2
Sekolah Kristen.
Sekolah
sekolah
yang
Kristen
adalah
lembaga
menyelenggarakan
pendidikan
pengajaran
dan
pendidikan umum dalam rangka pendidikan nasional.
Sekolah Kristen diselenggarakan atas dasar iman dan
keyakinan Kristen, namun dapat memberikan masukan
yang positif bagi pengembangan kebudayaan bangsa
karena sekolah Kristen berada di dalam negara dan
diselenggarakan untuk kepentingan negara (Wirowijojo
2011).
Melalui sekolah Kristen maka nilai-nilai Kristiani
diterjemahkan
dalam
penyelenggara
proses
organisasi
serta
belajar
mengajar,
kehidupan
secara
menyeluruh dan sebagai wujud nyata pelayanan kepada
masyarakat luas (Sairin 2011). Sekolah Kristen terbuka
bagi semua peserta didik tanpa membedakan jenis
kelamin, suku, agama, ras, golongan dan kedudukan
sosial seseoang.
Menurut Suminto (1986) dalam Sulasmono (2010)
menyebutkan bahwa perkembangan sekolah-sekolah
Kristen
dialami
pada
masa
pemerintahan
Kolonial
Hindia Belanda pada abad ke 17. Namun berjalannya
waktu, banyak sekolah-sekolah Kristen di berbagai
tempat terpaksa harus di tutup, itu merupakan suatu
persoalan serius dalam dunia pendidikan Kristen di
Indonesia saat ini. Serius, karena secara langsung hal
itu mengancam eksistensinya.
Hal ini sejalan dengan (Simbolon 2011) yang
mengungkapkan bahwa Merosotnya sekolah-sekolah,
merupakan salah satu fenomena menarik dalam sejarah
pendidikan Kristen di jawa tengah dan Di Yogyakarta
dalam dekade sembilan puluhan. Sekolah-sekolah yang
dulunya popular serta dikenal sebagai sekolah yang
terbaik,
kini
menjadi
kekurangan
murid.
Sehinga
menurut (Widihandojo 2000) penyebab terpuruknya
sekolah yang pernah berhasil terletak pada suatu proses
dimana manajemen cenderung hanya mendasarkan diri
pada
pola-pola
Akibatnya
dalam
pembentukan
terciptalah
memberikan
suatu
respons
yang
telah
kelemahan
yang
mapan.
manajerial
efektif
terhadap
perubahan lingkungan. Kelemahan manajemen, yang
terjadi yaitu kerjasama yang tidak harmonis antara
pengurus dengan kepala sekolah, konflik internal yang
berkepanjangan,
terhadap
perkembangan
kesejahteraan
masalah
pengurus
ini
yang
sangat
tidak
yang
kurang
sekolah,
perhatian
dan
masalah
diperhatikan.
Masalah-
signifikan
terhadap
kesehatan
manajemen sekolah.
2.2.1 Tujuan dan Fungsi Sekolah Kristen
Dalam dunia pendidikan, sekolah Kristen hadir
dengan tujuannya yaitu menyediakan sekolah Kristen
yang berekualitas, melaksanakan amanat Tuhan Yesus
melalui bidang pendidikan dan memberikan subangsi
bagi bangsa Indonesia dalam rangka mencerdaskan
bangsa (Wirowidjojo 2011).
Sekolah Kristen juga memiliki beberapa fungsi
yaitu (Sairin 2011)
a. Fungsi pendidikan dan pengajaran, yaitu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan.
b. Fungsi pembinaan, yaitu menolong dan membimbing
peserta didik.
c. Fungsi
pelayanan
yaitu
berkatbagi masyarakat.
kehadiran
diri
sebagai
d. Fungsi
kesaksian
wahana
untuk
dan
pelayanan
menyaksikan
yaitu
injil
sebagai
kristus
serta
memperkenalkan kehidupan Kristen.
2.3
Penelitian yang Relevan
Strategi bersaing juga sudah diterapkan dalam
dunia pendidikan dan
yang membahas tentang hal
tersebut masih terbatas. Sejauh ini detemukan beberap
penelitian
salah
satunya
adalah
penelitian
yang
dilakukan oleh Jubelina (2013) tentang Strategi Bersaing
Sekolah
Kristen
dilakukan
Lentera
bertujuan
Ambarawa.
untuk
Penelitian
menentukan
ini
strategi
bersaing pada sekolah tersebut untuk dapat bertahan
dan mampu bersaing dengan sekolah-sekolah negeri
maupun swasta lainnya.
dilakukan
menjukkan
Hasil dari penelitian yang
bahwa
dalam
menghadapi
persaingan sekolah tersebut harus menerapkan strategi
fokus, strategi keunggulan
biaya, maupun strategi
diferensiasi. Penelitian lainnya oleh Eluis (2008) tentang
Membangun Daya Saing Bangsa Melalui Pendidikan
yang menunjukan bahwa untuk dapat meningkatkan
daya saing bangsa bukan saja melalui aspek Input dan
output melainkan yang sangat penting adalah proses.
Penelitian lainnya yaitu oleh Abdul Hakim Halim (2012)
tentang Menuju Penyusunan Strategi Peningkatan Daya
Saing
Pendidikan
Tinggi
Teknik
Industri
yang
menujukan hasil-hasil adanya perkembangan dalam
bidang
kurikulum
untuk
meningkatkan
mutu
pendidikan.
Dalam sumber lainnya disebutkan juga bahwa
untuk
meningkatkan
daya
saing
sekolah
maka
dilakukan pemasaran jasa pendidikan (Wijaya 2008)
selain itu juga salah satu kunci keberhasilan dalam
persaingan
sekolah
adalah
manajemen
pemasaran.
Sedangkan penelitan lain yaitu oleh Shofwan (2011)
tetang analisis strategi bersaing dalam manajemen
peningkatan mutu di SMK Negeri 4 Kota Malang.
Hasilnya
menunjukan
bahwa
untuk
mendapatkan
keunggulan bersaing maka terdapat beberapa aspek
yang dilakukan pada tahapan Input, Proses dan Outpu.
Download