Term Of Reference SEMINAR PENGHEMATAN BIAYA PENYELENGGARAAN DAN DANA POLITIK Latar Belakang Pasca Perubahan UUD 1945 Indonesia telah menyelenggarakan tiga kali pemilu legislatif, tiga kali pemilu presiden, dan tiga kali gelombang pilkada. Untuk menyelenggarakan pemilu-pemilu tersebut telah dikeluarkan 14 undang-undang pemilu. Lima di antaranya masih berlaku: UU No 42/2008, UU No 15/2011, UU No 8/2012, UU No 1/2015 juncto UU No 8/2015. Jika dilihat dari sisi proses, dari penyelenggaraan pemilu yang satu ke pemilu berikutnya terdapat peningkatan kualitas. Tetapi jika dilihat dari sisi hasil, pemerintahan yang terbentuk mengecewakan: tidak efektif dan koruptif. Singkat kata, penyelenggaraan pemilu semakin demokratis, tapi pemerintahan hasil pemilu semakin koruptif. Inilah ironi demokrasi kita. Penyelenggaraan pemilu untuk memilih anggota legislatif (DPR, DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota) dan pejabat eksekutif (presiden dan wakil presiden, gubernur dan wakil gubernur, serta bupati dan wakil bupati/walikota dan wakil walikota) yang menggunakan 14 undang-undang pemilu dalam 15 tahun terakhir menimbulkan tiga masalah besar: kompleksitas pengaturan pemilu; kompleksitas penyelenggaraan pemilu; dan kompleksitas pemerintahan hasil pemilu. Yang pertama ditandai oleh materi undang-undang pemilu yang multi standar, tumpang tindih, kontradiktif, duplikatif, dan inkonsisten; yang kedua ditandai oleh penyelenggara menanggung beban pekerjaan melampaui batas, pemilih bingung, partai politik dan calon terbebani dana politik, serta negara menanggung biaya besar; dan yang ketiga ditandai oleh pemerintahan terbelah (divided government) dan pemerintahan terputus (unconencted government). Kodifikasi undang-undang pemilu atau penyatuan empat undang-undang pemilu ke dalam satu naskah merupakan langkah taktis untuk menghilangkan ketentuanketentuan yang multi standar, tumpang tindih, kontradiktif, duplikatif, dan inkonsisten. Satu naskah undang-undang pemilu tidak hanya mudah dipahami dan diimplemantasi oleh para penyelenggara, partai politik, dan calon, tetapi juga dapat menjadi sumber materi pendidikan politik yang jelas bagi warga negara. Sementara itu, untuk menyederhanakan penyelenggaraan pemilu (agar pemilih mampu bersikap rasional, penyelenggara mampu mengelola pelaksanaan tahapan, partai politik dan calon terkurangi beban dana politik) dan menghasilkan pemerintahan yang solid dan efektif, maka harus dilakukan kembali penataan sistem pemilu secara komprehensif. Yang tak kalah penting, mengapa harus dilakukan penataan sistem pemilu secara komprehensif adalah pertimbangan pendanaan dalam pemilu. Isu keuangan dalam pemilu meliputi dua aspek: pertama, dana penyelenggaraan pemilu yang ditanggung negara; dan kedua, dana politik (termasuk dana kampanye di dalamnya) yang harus 1 ditanggung partai politik, calon anggota legislatif, dan calon pejabat eksekutif. Di sinilah penataan jadwal pemilu menjadi pemilu nasional (untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR dan DPD) dan pemilu daerah (untuk memilih kepala daerah dan anggota DPRD) mempunyai dampak yang signifikan bagi penghematan dana penyelenggaraan pemilu yang harus ditanggung negara dan penurunan dana politik yang harus ditanggung partai politik dan calon. Pertama, penerapan jadwal pemilu nasional dan pemilu daerah menjadikan hanya ada dua pemilu dalam kurun lima tahun. Hal ini akan menurunkan biaya penyelenggaraan pemilu secara signifikan, sebab selama ini sekitar 65% biaya penyelenggaraan pemilu dialokasikan untuk petugas pemilu (mulai dari KPU sampai KPPS, mulai dari Bawaslu sampai PPL). Padahal honor pertugas pemilu dibayar berdasarkan even pemilu, bukan berdasar volume pekerjaan. Artinya, jika dalam kurun lima tahun terdapat lima even pemilu (pemilu legislatif, pemilu presiden putaran pertama, pemilu presiden putaran kedua, pilkada gubernur, dan pilkada bupati/walikota), maka negara harus membayar lima kali honor petugas pemilu. Tetapi, jika dalam kurun lima tahun pemilu terdapat dua even pemilu (pemilu nasional dan pemilu daerah), maka negara hanya akan membayar dua kali honor petugas pemilu. Jika dikalkulasi, penghematan bisa menjacapai Rp 20 triliun dalam kurun lima tahun. Kedua, penerapan jadwal pemilu nasional dan pemilu daerah juga akan menekan secara signifikan dana politik yang harus ditanggung partai politik dan calon. Dalam setiap even pemilu partai politik dan calon harus menangung dana politik yang terdiri dari: dana sosialisasi, dana pencalonan, dana kampanye, dana saksi, termasuk dana jual beli suara dan dana suap petugas. Itu berarti, jika dalam kurun lima tahun terdapat lima even pemilu (pemilu legislatif, pemilu presiden putaran pertama, pemilu presiden putaran kedua, pilkada gubernur, dan pilkada bupati/walikota), maka partai politik dan calon harus mengeluarkan lima kali dana politik. Inilah yang menyebabkan biaya politik sangat tinggi sehingga partai politik dan calon terdorong mencari sumber-sumber dana illegal pasca pemilu, baik untuk menomboki utang pemilu sebelumnya, maupun untuk menabung buat pemilu berikutnya. Oleh karena itu, jika dalam kurun lima tahun pemilu terdapat dua even pemilu (pemilu nasional dan pemilu daerah), maka dana politik yang harus ditanggung partai politik dan calon juga hanya dua kali saja. Selain itu, penggabungan pemilu nasional dan pemilu daerah memaksa patai politik dan calon untuk bergotong royong menanggung dana politik Jadi, dari aspek keuangan, pemilu nasional dan pemilu daerah akan menghemat dana secara signifikan, baik dana penyelenggaraan yang ditanggung negara, maupun dana politik yang ditanggung partai politik dan calon. Namun format pemilu nasional dan pemilu daerah masih mendapat tantangan sejumlah pihak, baik karena penafsiran sempit konstitusi, maupun ketidakpahaman akan konsekuensi penerapan sistem pemilu. Selain itu, penghematan biaya politik juga akan mengusik kelompok-kelompok oligarki yang selama ini mengandalkan modal dalam kontestasi politik di arena pemilu. Oleh karena itu diharapkan seminar ini akan memberi pemahaman kepada semua 2 pemangku kepentingan, bahwa pemilu nasional dan pemilu daerah sangat strategis dalam mengurangi dominasi uang dalam politik. Tujuan 1. Memperkenalkan desain kodifikasi undang-undang pemilu dan konsekeunsinya dalam pengaturan aktor, sistem, manajemen, dan hukum pemilu. 2. Memperkenalkan desain kodifikasi undang-undang pemilu dan pengaturan format pemilu nasional dan pemilu daerah. 3. Menjelaskan hasil kajian aspek penghematan dana negara untuk penyelenggaraan pemilu nasional dan pemilu daerah. 4. Menjelaskan hasil kasjian aspek penghematan dana politik yang harus ditanggung partai politik dan calon dalam pemilu nasional dan pemilu daerah. 5. Menjelaskan hasil kajian atas pengawasan penggunaan dana politik dalam penyelenggaraan pemilu nasional dan pemilu daerah. Keynote Speaker: 1. Pdt. Gomar Gultom, M.Th, Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Topik: Etika Penggunaan Dana dalam Pemilu Narasumber: 1. Yenny Sucipto, Sekretaris Jenderal FITRA Topik: Penghematan Dana Negara untuk Penyelenggaraan Pemilu 2. Jeirry Sumampow, Kepala Biro Humas dan Pj. Biro Litbang PGI Topik: Penurunan Dana Politik Tanggungan Partai dan Calon 3. Masykuruddin Hafidz, Koordinator Nasional JPPR Topik: Pengawasan Penggunaan Dana Politik dalam Pemilu 4. Ade Irawan, Wakil Koordinator ICW Topik: Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye Moderator: Dewi Komalasari, Pokja Kebijakan Publik KPI Peserta: 1. Akademisi 2. Pemyelenggara pemilu 3. Pemantau Pemilu 4. Organisasi Masyarakat 5. Partai Politik 6. Pemerintah (Kemendagri dan Kemenkumham) 7. DPR (tenaga ahli komisi dan fraksi) 3 Pelaksanaan: Hari/Tanggal : Kamis, 2 Juni 2016 Waktu : 08.00 WIB s/d 13.15 WIB Tempat : Gedung PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) Jl. Salemba Raya No.10, RT.2/RW.6, Kenari, Senen, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta Susunan Acara: SEMINAR PENGHEMATAN BIAYA PENYELENGGARAAN DAN DANA POLITIK Jakarta, 2 Juni 2016 Waktu 08.00 – 09.00 09.00 – 09.30 Materi Registrasi Pembicara Utama Etika Penggunaan Dana dalam Pemilu Oleh: Pdt. Gomar Gultom 09.30 – 10.00 Naskah Akademik Rancangan Undang-undang Pemilu Oleh Didik Supriyanto 10.00 – 10.00 Penghematan Dana Negara untuk Penyelenggaraan Pemilu Oleh Yenny Sucipto Penurunan Dana Politik Tanggungan Partai dan Calon Oleh Jeirry Sumampow Pengawasan Penggunaan Dana Politik dalam Pemilu Oleh Masykuruddin Hafidz Akuntabilitas Pengelolaan Dana Kampanye Oleh Ade Irawan 13.00 – 13.15 Penutupan 13.15 – 14.15 Makan Siang 4 Keterangan Moderator: Dewi Komalasari