hubungan emotional intelligence terhadap akhlaqul karimah siswa

advertisement
HUBUNGAN EMOTIONAL INTELLIGENCE
TERHADAP AKHLAQUL KARIMAH SISWA KELAS
XI DI SMK NU ROUDHOTUL FURQON KEC.
BANYUBIRU KAB. SEMARANG TAHUN
PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Oleh
IIN MASIDHOH
NIM 111 11 013
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2015
MOTTO
             

Artinya:
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Mujadillah: 11)”.
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
1. Keluarga besarku terutama pada ayahku Bapak Multazam, Ibuku Siti
Badriyah, dan adikku Muhammad Aminin yang selalu memberi nasihat, kasih
sayang, bimbingan dan motivasi serta dukungan materi.
2. Sahabat kecilku, yaitu Mahdzuroh, Dayah, Iyah, Takul, dan Prapti yang
selalu menemani di saat suka maupun senang, yang selalu memotivasi dan
memberi banyak dukungan.
3. Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) yaitu mbk Nida, pak Rizal, pak Hadi, bang Hasan, bang Pras,
bang Alwi, bang Sentot, Luluk, Nurul, Regina, Sahal, Didik, Najmi, Shokif,
Washaq, Sueb, Zainal, Ryan, Arfan, dan keluarga besar HMI Cabarg Salatiga
lainnya yang selalu memberikanku semangat berjuang dalam berorganisasi
serta memberikan banyak pelajaran yang berharga dan ilmu yang bermanfaat.
4. Teman-temanku di kampus yaitu kelas PAI A angkatan tahun 2011,
kelompok PPL, kelompok KKN, dan teman lainnya di IAIN Salatiga.
KATA PENGANTAR
Asslamu‟alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh
gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.
2. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI).
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M.Si. sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta
pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk
menyelesaikan tugas ini.
4. M. Farid Abdullah, S.Pdi., M.Hum selaku pembimbing akademik.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Kepala sekolah, guru, dan siswa SMK NU Roudhotul Furqon yang
telah memberikan izin serta membantu penulis dalam melakukan
penelitian di sekolah tersebut.
7. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan
dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam
menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan
kesabaran.
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT.
Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca umumnya.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Salatiga, Agustus 2015
Penulis
IIN MASIDHOH
NIM: 111 11 013
ABSTRAK
Masidhoh. Iin. 2015 Hubungan Emotional Intelligence Terhadap Akhlaqul
Karimah Siswa Kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon Kec.
Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dosen Pembimbing: Dra. Siti Asdiqah M.Si.
Kata kunci: emotional intelligence dan akhlaqul karimah.
Latar belakang penelitian ini bertolak pada banyak pendapat bahwa
kesuksesan seseorang ditentukan oleh IQ, tetapi fakta yang ada justru berbeda
dengan asumsi itu. Kecerdasan emosi (EQ) memegang peranan yang sangat
penting dalam setiap keberhasilan seseorang. Sekolah harus membangun budaya
yang mengedepankan aspek moral, cinta kasih, kelembutan, dan menjauhkan diri
dari nilai-nilai kekerasan. Dengan usaha-usaha tersebut diharapkan dapat
meningkatkan kecerdasan emosional yang akan memberikan pengaruh terhadap
akhlak siswa. Pendidikan akhlak adalah persoalan nilai, oleh karena itu kewajiban
semua insan akademis untuk merealisasikan nilai dalam pendidikan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah; 1) Bagaimana emotional
intelligence siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab.
Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016?, 2) Bagaimana akhlaqul karimah siswa
kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun
Pelajaran 2015/2016?, 3) Bagaimana hubungan emotional intelligence terhadap
akhlakul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru
kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016?. Tujuan dari penelitian ini adalah; 1)
Mengetahui emotional intelligence siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon
kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016, 2) Mengetahui
akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru
kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016, 3) Mengetahui hubungan emotional
intelligence terhadap akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul
Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif. Subjek penelitian sebanyak 65 responden.
Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner yang berbentuk angket
untuk menjaring data emotional intelligence dan akhlaqul karimah. Data
penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan product moment.
Dari analisa data yang dilakukan didapatkan hasil: Emotional intelligence di
SMK NU Roudhotul Furqon yang termasuk dalam kategori tinggi (A) sebanyak
57 siswa atau 87,69 %, sedang (B) sebanyak 8 siswa atau 12,30 %, dan rendah (C)
sebanyak 0 siswa atau 0 %. Akhlaqul karimah siswa kelas XI SMK NU roudhotul
Furqon yang temasuk dalam kategori tinggi (A) sebanyak 57 siswa atau 87,69 %,
sedang (B) pada tingkat akhlaqul karimah sebanyak 8 siswa atau 12,30 %, dan
rendah (C) sebanyak 0 siswa atau 0 %. Berdasarkan analisis data, ada hubungan
yang signifikan antara emotional intelligence dengan akhlaqul karimah siswa, hal
ini dibuktikrn dengan ro = 1,09 kemudian dikonsultasikan dengan harga r table
pada taraf 5% (0,244) artinya, berdasarkan tabel r product moment, ro lebih besar
atau sama dengan rt. Maka dapat disimpulkan bahwa emotional intelligence
berhubungan signifikan terhadap akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU
Roudhotul Furqon tahun pelajaran 2015/2016.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................
i
LEMBAR BERLOGO........................................................................
ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING.................................................
iii
PENGESAHAN KELULUSAN .....................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...........................................
v
MOTTO...............................................................................................
vi
PERSEMBAHAN...............................................................................
vii
KATA PENGANTAR .......................................................................
viii
ABSTRAK..........................................................................................
x
DAFTAR ISI.......................................................................................
xii
DAFTAR TABEL...............................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................
1
B. Rumusan Masalah...................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................
6
D. Hipotesis .................................................................................
7
E. Kegunaan Penelitian ...............................................................
7
F. Definisi Operasional ...............................................................
8
G. Metode Penelitian ...................................................................
11
H. Sistematika Penulisan Skripsi ...............................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
16
18
A. Macam-Macam Kecerdasan ..................................................
18
1. Pengertian Kecerdasan .....................................................
18
2. Pengerian Emotional Intelligence ....................................
22
3. Macam-Macam Emosi .....................................................
26
4. Cara Meningkatkan Emotional Intelligence .....................
33
B. Akhlaqul Karimah ..................................................................
35
1. Pengertian Akhlaq ............................................................
35
2. Pokok-Pokok Akhlaqul Karimah .....................................
37
3. Macam-Macam Akhlaqul Karimah ..................................
39
C. Hubungan
Emotional
Intelligence
dengan
Akhlaqul
55
Karimah Siswa .......................................................................
BAB III HASIL PENELITIAN..........................................................
57
A. Gambaran Umum SMK NU Roudhotul Furqon ....................
57
1. Sejarah Berdirinya ............................................................
57
2. Lokasi SMK NU Roudhotul Furqon ................................
58
3. Visi dan misi SMK NU Roudhotul Furqon ......................
58
4. Struktur Organisasi ...........................................................
59
5. Tujuan SMK NU Roudhotul Furqon ................................
59
6. Program keahlian di SMK NU Roudhotul Furqon ..........
60
7. Kurikulum ........................................................................
60
8. Data Guru dan Karyawan .................................................
61
9. Data Kesiswaan ................................................................
62
10. Sarana dan Prasarana ........................................................
63
11. Kegiatan Ekstrakulikuler ..................................................
64
B. Penyajian data........................................................................
65
1. Subjek Penelitian ..............................................................
65
2. Hasil Penelitian Melalui Angket .....................................
67
BAB IV ANALISIS DATA...............................................................
71
A. Analisis Pendahuluan .............................................................
72
B. Analisis Uji hipotesis .............................................................
88
C. Pembahasan ............................................................................
91
BAB V PENUTUP..............................................................................
93
A. Kesimpulan .............................................................................
93
B. Saran........................................................................................
94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Variabel Emotional Intelligence ..............................................
14
Tabel 1.2 Variabel Akhlaqul Karimah .....................................................
15
Tabel 3.1 Struktur Organisasi SMK NU Roudhotul Furqon ...................
60
Tabel 3.2 Data Guru SMK NU Roudhotul Furqon .................................
62
Tabel 3.3 Data kepegawaian SMK NU Roudhotul Furqon ....................
63
Tabel 3.4 Data Kesiswaan SMK NU Roudhotul Furqon ........................
64
Tabel 3.5 Data sarana dan prasarana SMK NU Roudhotul Furqon .........
64
Tabel 3.6 Kegiatan Ekstrakulikuler SMK NU Roudhotul Furqon ..........
64
Tabel 3.7 Daftar Responden SMK NU Roudhotul Furqon .....................
65
Tabel 3.8 Hasil Angket Emotional Intelligence ......................................
68
Tabel 3.9 Hasil Angket Akhlaqul Karimah .............................................
70
Tabel 4.1 Data Skor Emotional Intelligence ...........................................
75
Tabel 4.2 Interval Emotional Intelligence ...............................................
78
Tabel 4.3 Nilai Nominasi Emotional Intelligence ...................................
78
Tabel 4.4 Frekuensi Emotional Intelligence ............................................
82
Tabel 4.5 Distribusi Angket Akhlaqul Karimah ......................................
83
Tabel 4.6 Interval akhlaqul karimah ........................................................
86
Tabel 4.7 Nilai Nominasi Akhlaqul karimah ...........................................
87
Tabel 4.8 Persentase Akhlaqul Karimah ..................................................
90
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk pilihan Allah yang mengemban tugas ganda,
yaitu sebagai khalifah Allah dan abdullah. Untuk mengaktualisasikan tugas
ganda tersebut, maka Allah telah melengkapi manusia dengan sejumlah
potensi dalam dirinya. Untuk mengaktualisasikan tugas ganda tersebut, maka
Allah telah melengkapi manusia dengan sejumlah potensi dalam dirinya.
Hasan Langgulung sebagaimana dikutip oleh Baharuddin (2005:13)
mengatakan potensi-potensi itu adalah ruh, nafs, akal, qalb, dan fitrah.
Masing-masing istilah itu memiliki penekanan makna yang menggambarkan
sisi tertentu dari jiwa manusia itu. Sekaligus istilah-istilah itu juga merupakan
suatu susunan yang proporsional dalam sistem stratifikasi psikis manusia
(Baharuddin, 2007:94).
Menurut susunan biologisnya manusia termasuk jenis hewan yang
menyusui (mamalia) dan sering disebut dengan hewan yang berpolitik (zoon
politicon) serta hewan yang berfikir (hayawan natiq). Manusia memiliki
kesamaan hewan dalam hal instink biologisnya yaitu naluri ingin
mempertahankan diri dan jenisnya (struggle for life), makan, minum, tempat
tinggal, hubungan kelamin (seks), dan lain-lain. Perbedaan yang utama antara
kedua makhluk tersebut antara lain, manusia memiliki akal (rasio) dan hati
nurani (Baharuddin, 2005:134). Sehingga dengan akalnya manusia dapat
membedakan sesuatu yang baik dan yang buruk.
Secara bahasa kata „aql mempunyai aneka makna diantaranya
bermakna al-hijr atau al-nuha yang berarti kecerdasan. Sedangkan kata kerja
(fi‟il) „aqala bermakna habasa yang berarti mengikat atau menawan. Karena
itulah seseorang yang menggunakan akalnya disebut dengan aqil yaitu orang
yang dapat mengikat dan menawan hawa nafsunya (Baharuddin, 2007:115).
Manusia dengan akalnya di beri kebebasan oleh Allah Swt. untuk
memilih. Atas dasar akal juga, manusia menjadi dinamis dan mengalami
kemajuan. Sebagaimana firman Allah Swt. :
            
             
           
Artinya:
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,
di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (QS.
ar-Ra‟d:11).
Dari itu, manusia senantiasa membutuhkan pendidikan untuk
mengembangkan potensi dirinya tersebut. Sebenarnya pendidikan digunakan
untuk mengetahui potensi yang baik ataupun buruk. Manakala manusia lebih
banyak menerima hal-hal yang bertentangan dengan potensinya, maka
kemungkinan besar ia akan menjadi jahat. Demikian sebaliknya, jika ia
memperoleh kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan potensi
baiknya maka kemungkinan besar ia menjadi baik. Dengan demikian,
“manusia sangat tergantung dengan pendidikan untuk menjadikannya sebagai
manusia” (Baharuddin, 2005:145). Tetapi, manusia harus menyadari akan arti
pentingnya pendidikan dalam dirinya. Selain pendidikan, lingkungan juga
berpengaruh dalam menentukan potensi manusia.
Banyak pendapat bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh IQ,
tetapi fakta yang ada justru berbeda dengan asumsi itu. Seperti yang
diungkapkan oleh Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence
(1996:44) menyatakan bahwa kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang
hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % di isi oleh kekuatan-kekuatan lain.
Selain itu, terdapat SQ (kecerdasasan spritual) yang memang keberadaannya
semula dipertanyakan tetapi pada hakikatnya itu sangat diperlukan. SQ yang
eksistensinya dulu belum mampu dilihat oleh orang-orang banyak, kini mulai
patut disejajarkan bahkan berada diatas IQ (Agustian, 2005:38).
Kecerdasan emosi (EQ) memegang peranan yang sangat penting
dalam setiap keberhasilan seseoarang. Menurut Robert K Cooper PhD
sebagaimana yang di kutip oleh Ary Ginanjar agustian (2005:40), hati
mengaktifkan nilai-nilai kita yang terdalam, mengubahnya dari sesuatu yang
kita pikir menjadi sesuatu yang kita jalani. Hati mengetahui hal-hal mana
yang tidak boleh, atau tidak dapat diketahui oleh pikiran kita. Hati merupakan
pusat perasaan yang ada dalam diri seseorang, jika hati sedang senang maka
otomatis anggota tubuh akan merasakan dan sebaliknya.
Di dalam banyak atau sebagian peristiwa, pikiran-pikiran ini
terkoordinasi secara istimewa, pikiran sangat penting bagi perasaan. Tetapi,
bila muncul nafsu, keseimbangan itu goyah pikiran emosionallah yang
menang, serta menguasai pikiran rasional (Goleman, 1996:12).
Dengan
demikian, betapa pentingnya kecerdasan emosi yang harus dimiliki oleh
seseorang untuk mengimbangi kecerdasan intelektualnya. Maka seseorang
harus cermat dalam merasakan perasaan dalam dirinya.
Pendidikan agama yang diharapkan untuk memberi solusi namun
dimaknai oleh kebanyakan siswa sebagai mata pelajaran yang harus
dituntaskan. Rata-rata para siswa belajar hanya menghafalkan tanpa mengerti
dan memahami. Hal ini terjadi karena siswa tidak memahami tujuan dari
indikator tersebut. Pelajaran akhlak yang mengajarkan budi pekerti dan moral
hanya dianggap sepele. Dengan demikian, siswa hanya sebatas memperoleh
pengetahuan mengenai pendidikan agama Islam, namun siswa belum mampu
meresapi apa yang telah dipelajari dan belum bisa mengaplikasikan
pengetahuannya itu dalam sebuah perbuatan.
Banyak contoh disekitar kita seorang siswa yang memiliki
kemampuan akademik, nilai rapor dan rangking yang memuaskan seringkali
justru memiliki masalah emosi. Jika kita melihat masih banyaknya kasus
negatif yang mewarnai dunia pendidikan, seperti: pelecehan seksual yang
dilakukan murid laki-laki terhadap murid perempuan, tawuran pelajar,
menurunnya rasa hormat murid terhadap guru kemudian perilaku mencontek,
tawuran antar pelajar, bahkan melakukan hal-hal yan ekstrem. Hal tersebut
terjadi karena kurangnnya pengetahuan tentang diri yang tidak dimiliki
peserta didik. Maka dari itu, sekolah harus membangun budaya yang
mengedepankan aspek moral, cinta kasih, kelembutan, dan menjauhkan diri
dari nilai-nilai kekerasan. Dengan usaha-usaha tersebut diharapkan dapat
meningkatkan kecerdasan emosional yang akan memberikan pengaruh
terhadap akhlak siswa agar dapat mencapai mutu pendidikan.
Permasalahan siswa sekarang merupakan realita dimana kecerdasan
emosional sangat berpengaruh tehadap akhlak. Pengaruh kecerdasan
emosional bisa digambarkan melalui kekuatan emosi seseorang yang
seharusnya lebih kuat daripada kekuatan logikanya. Sebenarnya, otak logika
berfikir lebih cepat daripada otak emosi.
Pendidikan akhlak adalah persoalan nilai, oleh karena itu kewajiban
semua insan akademis untuk merealisasikan nilai dalam pendidikan. Proses
pendidikan akhlak berada dan berkembang bersama proses perkembangan
kehidupan manusia yang berjalan serempak, tidak terpisah satu sama lain.
Dengan pendidikan akan terjadi proses penanaman nilai-nilai akhlak yang
baik yang lebih terarah dan perlu ditanamkan sejak kecil sehingga akan
tercapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Maka dari itu, dalam kaitan pentingnya kecerdasan emosional pada
diri siswa sebagai salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam
pembentukan akhlaknya, maka dalam penyusunan skripsi ini penulis tertarik
untuk meneliti: ”HUBUNGAN EMOTIONAL INTELLIGENCE TERHADAP
AKHLAQUL KARIMAH SISWA KELAS XI DI SMK NU ROUDHOTUL
FURQON KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN
2015/2016”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana emotional intelligence siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul
Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016?
2. Bagaimana akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul
Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016?
3. Bagaimana hubungan emotional intelligence terhadap akhlaqul karimah
siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab.
Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui emotional intelligence siswa kelas XI di SMK NU
Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran
2015/2016.
2. Untuk mengetahui akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU
Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran
2015/2016.
3. Untuk mengetahui hubungan emotional intelligence terhadap akhlaqul
karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru
kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah sebagai jawaban sementara yang kebenarannya
masih harus diuji, atau rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari
tinjauan pustaka (Martono, 2011:63). Adapun hipotesis penelitian ini adalah
“Ada hubungan positif antara Emotional Intelligence Terhadap Akhlaqul
karimah Siswa Kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon Kec. Banyubiru Kab.
Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016”.
E. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat teoritis yang dapat disampaikan oleh penulis yaitu:
a. Bagi Siswa
Sebagai upaya aplikasi teori-teori pendidikan yang telah penulis
pelajari dalam bentuk penelitian, sehingga menambah wawasan dan
memperluas cakrawala keilmuan.
b. Bagi Guru
Diharapkan guru dapat mengembangkan keilmuan pendidikan
Islam, khususnya dalam rekontruksi metedologi pendidikan.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini berguna untuk mereka yang berkecimpung dalam
dunia pendidikan, atau masyarakat umum dapat dijadikan acuan
dalam pendidikan atau mendidik akhlak anak didik atau anak pada
umumnya.
2. Manfaat Praktis
Manfaat yang dapat disampaikan penulis yaitu dengan penerapan
EQ dalam pembelajaran akhlak siswa dapat memahami perbedaan antara
perilaku yang baik dan buruk dan mengembangkan kebiasaan dalam hal
perbuatan yang konsisten dengan sesuatu yang dianggap baik.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penulisan
skripsi ini, maka penulis akan mengemukakan beberapa istilah pokok, yakni :
1. Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional)
Kecerdasan emosional menurut Agustian (2005:41) adalah
seseorang
yang memiliki
ketangguhan, inisiatif, optimisme, dan
kemampuan beradaptasi. Kecerdasan emosional berhubungan dengan
kemampuan untuk merasakan, memahami, dan mengarahkan emosi
sehingga dapat dipahami secara proposional ketika berhadapan dengan
tantangan hidup.
Menurut Daniel Doleman pengertian kecerdasan emosional adalah:
Kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan
bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan
tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan
menjaga agar bebas sress, tidak melumpuhkan kemampuan
berpikir, berempati dan berdo‟a.
Adapun indikator kecerdasan emosi antara lain:
a. Pengendalian diri ketika mengalami kegagalan
b. Pelaksanaan tugas-tugas atau pekerjaan dengan senang hati
c. Menerima kritik dari orang lain dengan lapang dada
d. Membantu teman yang sedang mengalami kesulitan
e. Menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan baik
2. Akhlaqul Karimah
Secara istilah akhlak merupakan sebuah sistem yang lengkap yang
terdiri dari karakteristik-karakteristik atau tingkah laku yang membuat
seseorang menjadi istimewa (Mahmud, 2004:26). Menurut Saebani dan
Hamid (2010:13), kata “akhlak” berasal dari Bahasa Arab, yaitu jama‟ dari
kata “khuluqun” yang secara linguistik diartikan dengan budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat, tata krama, sopan santun, adab, dan
tindakan.
Menurut Imam Abu Ahmad Hamid Al Ghazali, Al-khuluq adalah
suatu sifat jiwa dan gambaran batinnya. Dalam batin manusia ada empat
rukun yang harus terpenuhi seluruhnya sehingga terwujudlah keindahan
khuluq „akhlak‟. Jika keempat rukun itu terpenuhi, indah dan saling
bersesuaian, maka terwujudlah keindahan akhlak itu. Keempat rukun itu
antara lain: kekuatan ilmu, kekuatan marah, kekuatan syahwat, dan
kekuatan mewujudkan keadilan diantara kekuatan ketiga tadi (Mahmud,
2004:28). Maka dari pengertian akhlak dari pakar di atas dapat
disimpulkan bahwa akhlak adalah apa yang dinilai baik oleh akal dan
syariat.
Karimah berasal dari bentuk fi”il karuma-yakromu-karoman yang
artinya mulia, murah hati, dan dermawan. Sedangkan menurut kamus
besar bahasa Indonesia karimah berarti baik dan terpuji (Tim penyusun
KBBI, 1990:447). Akhlak terdapat dua macam, yaitu akhlak yang terpuji
dan akhlak yang tercela. Akhlak yang terpuji (akhlak mahmudah) itu
adalah akhlak yang baik, yang berupa semua akhlak yang baik-baik yang
harus dianut yang dimiliki oleh tiap orang, sedang akhlak tercela (akhlak
mazmumah) adalah akhlak yang buruk yang harus dihindari dan dijauhi
oleh setiap orang (Tatapangarsa, 1991:147).
Adapun indikator akhlaqul karimah, yaitu:
a. Berbakti kepada orang tua
b. Menghormati guru
c. Memaafkan kesalahan orang lain
d. Jujur
e. Berbuat baik terhadap teman dan lingkungan sekitar
f. Sabar
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Jenis
penelitian
ini
adalah
penelitian
kuantitatif
karena
menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang kemudian
diolah dengan metode statistika. Dipilihnya penelitian dengan jenis
kuantitatif ini dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Penelitian ini mengkaji dua variabel yaitu emotional intelligence
sebagai variabel X dan akhlaqul karimah siswa sebagai variabel Y.
b. Penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan emotional
intelligence terhadap akhlaqul karimah siswa.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di
SMK NU Roudhotul
Furqon Kec. Banyubiru Kab. Semarang yang dilaksanakan pada bulan Juli
sampai selesai.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
yang
dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2008:80). Sedangkan Hadi (2006:70)
mengatakan semua individu untuk siapa kenyataan diperoleh dari
sempel itu hendak digeneralisasikan disebut populasi atau universal.
Adapun yang menjadi obyek penelitian ini adalah siswa kelas XI di
SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun
Pelajaran 2015/2016.
b. Sampel
Sampel adalah objek-objek/ bagian dari populasi yang akan diteliti
dan dimanfaatkan untuk memperoleh gambaran mengenai karakter
populasi (Yunus, 2010:267). Dalam hal ini penulis mengambil sampel
siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab.
Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016.
Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari
100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya besar,
dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% (Arikunto, 2006: 134).
Dari uraian di atas, maka peneliti mengambil sampel dari seluruh
jumlah populasi siswa kelas XI, dikarenakan jumlah populasi kurang
dari 100 orang, yaitu sejumlah 65 siswa.
4. Pengumpulan Data
Agar
penelitian
sesuai
yang
diharapkan
maka
penulis
menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu:
a. Angket
Angket atau kuosioner adalah cara pengumpulan data dengan
menggunakan daftar pertanyaan atau angket atau daftar isian terhadap
objek yang diteliti (populasi) (Hasan, 2003:17). Dalam penulisan
angket terdapat beberapa prinsip yang menyangkut beberapa faktor
yaitu: isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang digunakan, tipe dan
bentuk pertanyaaan, pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan
yang sudah lupa, pertanyaan tidak menggiring, panjang pertanyaan,
dan urutan pertanyaan (Sugiyono, 2008:142).
Metode ini digunakan untuk mendapat data tentang emotional
intelligence dan akhlaqul karimah siswa.
b. Dokumentasi
Tidak kalah penting dari metode-metode yang lain adalah metode
dokumentasi dilakukan dengan cara mencari data tentang hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274).
Metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran umum SMK NU
Roudhotul Furqon Kec. Banyubiru Kab. Semarang.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah butir-butir pertanyaan dalam
angket sesuai dengan indikator masing-masing variabel :
a. Variabel Emotional Intelligence (x)
Variabel
Tabel 1.1
Emotional Intelligence
Indikator
Emotional
1. Pengendalian diri ketika
intelligence
mengalami kegagalan
2. Pelaksanaan tugas-tugas
atau
pekerjaan
senang hati
dengan
Item Angket
1
2,3
3. Menerima kritik dari
4,5
orang lain dengan lapang
dada
4. Membantu teman yang
sedang
6,7, dan 8
mengalami
kesulitan
5.
Menyesuaikan
terhadap
diri
9,10
lingkungan
dengan baik
Jumlah soal
10
b. Variabel Akhlaqul Karimah (y)
Variabel
Tabel 1.2
Akhlaqul Karimah
Indikator
Akhlaqul
1. Berbakti kepada orang
Karimah
tua
Item Angket
1,2, dan 3
2. Menghormati guru
4
3. Memaafkan kesalahan
5
orang lain
4. Jujur
6 dan 7
5.Berbuat baik terhadap
8 dan 9
teman
dan
lingkungan
sekitar
6. Sabar
10
Jumlah soal
10
6. Analisis Data
Analisis data adalah suatu metode dengan cara menganalisis
data yang diperoleh untuk mencari ada tidaknya hubungan antara
emotional intelligence terhadap akhlaqul karimah siswa. Langkahlangkah yang ditempuh untuk menganalisis data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui kecenderungan variasi masing-masing variabel,
digunakan teknik analisis dengan rumus:
Keterangan:
P = Angka Presentase
F = Frekuensi masing–masing variabel
N = Jumlah respoden
b. Untuk mengetahui persentase hubungan kedua variabel dan menguji
hipotesis yang telah diujikan, digunakan analisis product moment
Persentase frekuensi chi kuadrat dengan rumus :
rxy 
N  XY   X  Y 
N  X   X  N  Y   Y  
2
2
2
2
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi X dan Y
X
= Emotional Intelligence
Y
= Akhlaqul karimah siswa
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini akan disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat
dijabarkan sebagai berikut:
BAB I
: Pendahuluan
Meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Hipotesis Penelitian, Kegunaan Penelitian,
Definisi Operasional, Metode Penelitian dan Sitematika Penulisan
Skripsi.
BAB II
: Kajian Pustaka
Pada bab ini diuraikan berbagai pembahasan teori yang
berkaitan dengan teori-teori yang berhubungan dengan emotional
intelligence,
akhlaqul
karimah,
dan
hubungan
emotional
intelligence terhadap akhlaqul karimah siswa.
BAB III
: Hasil Penelitian
Pada bab ini dilaporkan gambaran umum lokasi dan objek
penelitian serta penyajian data penelitian.
BAB IV
: Analisis Data
Bab ini dibahas tentang analisis data tiap variabel, dan
pengujian hipotesis.
BAB V
: Penutup
Meliputi : kesimpulan dan saran
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Macam-Macam Kecerdasan
1. Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan telah ada dan mengakar dalam saraf manusia, terutama
dalam otak yang merupakan pusat seluruh aktivitas manusia. Prof. Dr.
Naquib Mahfudz (1995) seorang guru besar Universitas Sains dan
Teknologi di Malaysia menyatakan bahwa:
Manusia adalah hewan yang berpikir. Ia mengistilahkan dengan alhayawanu an-natiqu. Istilah ini sebenarnya sudah banyak
berkembang sejak zaman Yunani kuno sebagai kesadaran secara
antropologis, biologis, dan sosiologis. Manusia memiliki
kecerdasan yang menjadi dasar semua kecerdasan (Imam,
2009:67).
Dalam pengertiannya, intelligence disebut sebagai kecerdasan
(Sulistami, 2006:37). Kecerdasan merupakan sarana untuk dapat
memahami dan meyakini kebesaran Tuhan (El-Sutha, 2009:1). Dengan
kecerdasan manusia dapat memahami hakikat kehidupan.
Kecerdasan
merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada manusia kepada orangorang yang dikehendakinya. Kecerdasan tidak akan ada artinya jika tidak
diimbangi dengan pelatihan dan pengembangan diri.
Menurut Howard Gardner (seorang profesor dari Harvard
University) ada delapan kecerdasan, yang dijabarkan sebagai berikut:
a. Kecerdasan Linguistik yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan
kemampuan menangkap kata-kata dan kemampuan menyusun kalimat.
Biasanya kecerdasan ini dimiliki oleh para orator, negosiator,
pengacara, negarawan, dan sebagainya.
b. Kecerdasan matematis logis yaitu kemampuan untuk menangani
bilangan dan perhitungan, pola berfikir logis, dan ilmiah. Biasanya,
kecerdasan ini dimiliki oleh para ilmuwan, matematikawan, saintis,
filsuf, fisikawan, dan lain sebagainya.
c. Kecerdasan visual yaitu kemampuan untuk melihat suatu obyek
dengan sangat detail. Biasanya, kecerdasan ini dimiliki oleh para
arsitek, fotografer, seniman, pilot, pemahat patung, dan para penemu
teknologi.
d. Kecerdasan musikal yaitu kemampuan untuk menyimpan nada,
mengingat irama, dan secara emosional terpengaruh oleh musik.
e. Kecerdasan kinestetik yaitu kemampuan untuk menggabungkan antara
fisik dan pikiran sehingga menghasilkan gerakan yang sempurna.
f. Kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain.
g. Kecedasan intrapersonal yaitu kemampuan untuk memahami diri
sendiri dan bertangung jawab atas kehidupannya sendiri. Orang yang
memiliki kecerdasan ini akan mudah untuk sukses menjadi pengusaha,
pemimpin, konselor, motivator, trainer, bahkan seorang pemikir berat.
h. Kecerdasan naturalis yaitu kemampuan untuk mengenali berbagai
jenis flora (tanaman), fauna (hewan), dan fenomena alam lainnya.
i. Kecerdasan spiritual, Howard Gardner menyebutnya dengan istilah
kecerdasan eksistensial. Menurutnya, kata eksistensial mempunyai
kaitan erat dengan pengalaman spiritual seseorang. Kecerdasan
eksistensial, menurut Gardner dalam Islam adalah kecerdasan spiritual.
(SQ) (Suyadi, 2014:126-139).
Pada dasarnya kecerdasan spiritual merupakan fitrah yang melekat
pada diri seseorang. Allah Swt. berfirman:
          
     
Artinya:
“Kemudian Dia menyempurnakan-Nya dan meniupkan ke dalam (tubuh)
nya roh (ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan, dan hati (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur” (QS. asSajdah:9).
Ayat ini memberikan isyarat bahwa manusia terlahir dengan
dibekali kecerdasan yang terdiri dari lima bagian utama kecerdasan, yang
dijabarkan sebagai berikut:
a. Kecerdasan ruhaniah (spiritual intelligence), yaitu kemampuan
seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya, baik buruk, dan rasa
moral dalam caranya menempatkan diri dalam pergaulan.
b. Kecerdasan
intelektual,
yaitu
kemampuan
seseorang
dalam
memainkan potensi logika, kemampuan berhitung, menganalisa, dan
matematik (logical mathematical intelligence).
c. Kecerdasan emosional (emotional intelligence), yaitu kemampuan
seseorang dalam mengendalikan diri (sabar) dan kemampuan dirinya
untuk memahami irama, nada, musik, serta nilai-nilai estetika.
d. Kecerdasan sosial, yaitu kemampuan seseorang dalam menjalin
hubungan dengan orang lain, baik individu maupun kelompok. Dalam
kecerdasan ini termasuk pula interpersonal, intrapersonal skill, dan
kemampuan berkomunikasi (linguistic intelligence).
e. Kecerdasan fisik (bodily-kinesthetic intelligence), yaitu kemampuan
seseorang dalam mengkoordinasikan dan memainkan isyarat-isyarat
tubuhnya (Tasmara, 2001:49).
Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan kelanjutan dari kecerdasan
intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ). SQ dapat dijadikan
sebagai landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara
efektif. EQ merupakan persyaratan dasar untuk menggunakan potensi IQ
secara efektif, jika bagian-bagian otak telah rusak, maka seseorang tidak
dapat berfikir efektif (Sulistami, 2006:38). EQ menjadikan seseorang
mampu mengenali, berempati, mencintai, termotivasi, berasosiasi, dan
dapat mengontrol perasaan secara tepat.
Dengan kecerdasannya, manusia dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Makin tinggi kecerdasan seseorang, maka makin dapat
manusia bertahan dan menyesuaikan diri dalam berbagai lingkungan.
2. Pengertian Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional)
Istilah kecerdasan emosi pertama kali dilontarkan oleh Peter
Salovey pada tahun 1990. Kemudian Daniel Goleman pada tahun 1995
dengan mempublikasikan buku Emotional Intelligence (Satiadarma dan
Waruwu, 2003:24).
Beberapa pendapat tentang kecerdasan emosional, antara lain:
a. Daniel Goleman
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam
mengendalikan setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, dan
nafsu dalam setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap yang
didasarkan pada pikiran yang sehat (Musthafa, 2007:10).
b. Ary Ginanjar Agustian
Kecerdasan
emosional
adalah
seseorang
yang
memiliki
ketangguhan, inisiatif, optimisme, dan kemampuan beradaptasi
(Agustian, 2005:41).
c. Jarot Wijanarko
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseoang untuk
menguasai emosinya, berkomunikasi dengan diri sendiri serta
berkomunikasi dengan oang lain dan lingkungan (Wijanarko,
2010:43).
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan
emosi adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dan kemampuan
untuk merasakan
perasaan orang lain atau empati. EQ-emotional
intelligence merupakan padanan emosi atau perasaan dari IQ yang
kognitif. Intelligence emosi adalah istilah yang relatif baru, tetapi
sebenarnya merupakan yang sudah dikenal
dengan nama-nama yang
berbeda (Alder, 2011:31).
Dalam perspektif Islam, kecerdasan emosi adalah kemampuan
seseorang dalam mengelola emosi (perasaan) agar dapat mencapai tujuan.
Kecerdasan emosi perlu guna membantu manusia dalam pengambilan
keputusan yang didasarkan pada nalar dan logika agar tidak mudah
terhanyut dengan perasaan. Hal ini sesuai ajaran Islam bahwa Allah telah
memerintahkan untuk menguasai, mengendalikan dan mengontrol emosi.
Dalam mendidik EQ yang sesuai dengan ajaran Islam, ada
beberapa tahap yang bisa dilalui orang tua yaitu:
a. Pengasuhan, yaitu usaha peningkatan kematangan emosional
b. Pengasuhan emosi dengan menganalisis berdasarkan perkembangan
anak (Muallifah, 2009:132)
Keterampilan
emosional
dapat
dilangsungkan
di
sekolah.
Keberhasilan di sekolah bukanlah diramalkan oleh kumpulan fakta
seorang anak atau kemampuan dirinya untuk membaca, melainkan oleh
ukuran-ukuran emosional dan sosial, yakin pada diri sendiri dan
mempunyai minat, tahu pola perilaku apa yang diharapkan orang lain dan
bagaimana mengendalikan dorongan hati untuk tidak berbuat nakal,
mampu menunggu, mengikuti petunjuk, dan mengacu pada guru untuk
mencari bantuan, serta mengungkapkan kebutuhan-kebutuhannya saat
bergaul dengan anak-anak lain (Goleman, 1996:273).
Kecerdasan akademis terkadang tidak menawarkan persiapan
untuk menghadapi kegagalan atau kesulitan hidup. Kelley dan Caplan
menyatakan bahwa ketika kemampuan bawaan berkembang, bakat
akademis bukanlah peramal yang baik akan produktivitas kerja, tidak juga
IQ (Goleman, 1996:230). Bahkan IQ yang tinggi tidak menjamin
seseorang nantinya akan mencapai kesejahteraan hidup. Misalnya, orang
yang cemas walaupun memiliki IQ tinggi lebih mudah gagal karena
perasaannya selalu dihinggapi rasa khawatir yang berlebihan. Kecuali bagi
orang yang mampu mengimbangi dengan kecerdasan emosi akan
mencapai kebahagiaan hidup karena mampu mengetahui dan menangani
perasaan diri sendiri maupun orang lain dengan efektif.
Kecerdasan emosi memiliki peran yang jauh lebih significant
dibanding kecerdasan intelektual. IQ barulah sebatas syarat minimal
meraih keberhasilan, namun kecerdasan emosionallah yang sesungguhnya
(hampir
seluruhnya terbukti) mengantarkan seseorang sampai puncak
prestasi. Terbukti, banyak orang yang memiliki kecerdasan intelektual
tinggi terjebak dalam persaingan. Sebaliknya, banyak yang mempunyai
kecerdasan intelektual yang biasa-biasa saja, justru sukses menjadi
bintang-bintang kinerja, pengusaha-pengusaha sukses, dan pemimpinpemimpin di berbagai kelompok (Agustian, 2005:17).
Menurut Daniel Goleman dalam bukunya yang berjudul Emotional
Intelligence (1996:129) menyatakan bahwa puncak kecerdasan emosional
adalah flow, yaitu keadaan yang bebas dari gangguan emosional, perasaan
penuh motivasi, dan jauh dari paksaan. Flow dapat dicapai dengan sengaja
memusatkan perhatian sepenuhnya pada tugas yang dihadapi, konsentrasi,
dan perhatian ringan namun terpusat. Keadaan ini membuat kerja keras
bisa tampak menyegarkan dan menguatkan semangat, bukannya malah
melelahkan.
Orang yang memiliki kecerdasan emosi mempunyai ciri pokok,
yaitu kendali diri, empati, pengaturan diri, motivasi, dan keterampilan
sosial (Musthafa, 2007:42-47). Dengan kecerdasannya mampu melepaskan
dari suasana hati yang tidak mengenakkan. Orang tersebut juga akan
mempunyai harapan yang lebih tinggi sehingga akan menghadapi
kehidupan dengan lebih baik terutama dalam kehidupan bermasyarakat.
Orang yang memiliki kecerdasan emosional dapat mempelajari
situasi-situasi sosial yang ada disekitarnya. Kecerdasan emosi dapat
memberikan dampak luar biasa untuk berhubungan dengan orang lain.
Kecerdasan ini dapat dimanfaatkan untuk membaca pikiran dan perasaan
orang lain serta dapat memotivasi diri guna menghadapi problemaproblema kehidupan. Kemampuan berhubungan dengan orang lain
merupakan kecakapan sosial yang dapat membantu keberhasilan dalam
pergaulan dengan orang lain.
3. Macam-macam Emosi
Terdapat macam-macam emosi yang dijabarkan sebagai berikut:
a. Amarah
Perasaan ini berupa beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal
hati, terganggu, bermusuhan, dan yang paling hebat adalah tindakan
kekerasan dan kebencian patalogis. Perasaan ini timbul karena tidak
mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Marah kerap dinamai emosi
dalam arti peyoratif (Hude, 2006:162). Sedangkan MM Nilam
Widyarini berpendapat bahwa marah termasuk emosi negatif pada
manusia (Rusdi, 2011:45). Banyak yang menyertai perilaku ini mulai
dari tindakan diam atau
menarik diri bahkan mengancam sampai
kepada perbuatan mencedarai atau mengancam nyawa orang lain.
Emosi orang marah dapat dikenali melalui raut muka yang merah
padam, mata yang merah, dan nada yang tinggi serta tindakan agresif
lainnya. Orang yang sedang marah memungkinkan melakukan
kesalahan sebab kemarahan dapat menghilangkan kemampuan
pengendalian diri. Allah Swt. berfirman:
           
      
Artinya:
“Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan
mereka penuh kejengkelan (lagi) mereka tidak memperoleh
keuntungan apa pun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin
dari peperangan. Dan adalah Allah yang Maha Kuat lagi Maha
Perkasa” (QS. al-Ahzab:25).
Amarah mempunyai dampak dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Jangka pendek biasanya langsung dirasakan oleh orang
tersebut, seperti dapat menumbuhkan rasa gelisah dan menciptakan
kata-kata kasar dan kotor. Bahkan bila amarah ke tangan, tangan
mudah menyambar senjata atau menghantam lawan. Sedangkan dalam
jangka panjang amarah mempunyai dampak, yaitu:
1) Amarah dapat menurunkan kecerdasan
2) Amarah dapat memicu munculnya sikap destruktif dan perusak
3) Amarah dapat menyebabkan seseorang menjadi penipu
4) Amarah dapat membuat diri dipermainkan orang lain
5) Amarah dapat menumbuhkan sifat dengki
6) Amarah dapat mempercepat proses penuaan (Rusdi, 2011:68-73)
Dengan demikian, amarah dapat membawa dampak yang serius.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Dr. Stephen Diamond bahwa
marah adalah emosi yang paling bermasalah (Rusdi, 2011:35-36).
Dalam keadaan marah diharapkan dapat berpikir dengan tenang karena
dapat mempengaruhi kondisi jiwa yang akan membuat badan dan batin
seseorang menjadi tidak normal. Sehingga tak perlu mengeluarkan
amarah hanya untuk menunjukkan dirinya perkasa, kuat, dan berani.
Orang-orang dewasa mampu mengendalikan amarah dengan membuka
pikiran (Maurus, 2014:98). Marah dapat menyebabkan berbagai
penyakit seperti: penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi,
migrain, stroke, dan bahkan kematian.
b. Kesedihan
Perasaan ini berupa pedih, sedih, muram, suram, melankolis,
mengasihi diri, ditolak, kesepian, putus asa, dan patalogisnya adalah
depresi berat. Perasaan ini muncul karena hilangnya segala sesuatu
yang disayangi. Ekspresi yang lazim dari sebuah kesedihan adalah
bercucurnya air mata. Kesedihan dapat menurunkan semangat hidup
dalam menjalani kehidupan sehari-hari karena terlalu terbawa oleh
masalah tersebut. Jika semakin meningkat akan menimbulkan depresi
dan akan menurunkan metabolisme tubuh.
Allah selalu berharap agar manusia tidak mudah bersedih, terutama
terhadap nasib orang-orang yang tidak mau beriman (Hude, 2006:
180). Allah Swt. berfirman:
        
         
Artinya:
”Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya
orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu
tiadalah memberi mudharat sedikit pun kepada mereka, kecuali
dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang
beriman bertawakkal” (QS. al-Mujadillah:10).
c. Rasa takut
Perasaan ini berupa cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan
takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, phobia, dan panik.
Perasaan ini timbul karena merasakan sesuatu yang mengancam
dirinya. Sehingga
mendorong seseorang untuk menghindar dari
bahaya tersebut. Melalui analisis diri, ambillah sikap yang jelas
sehingga tidak akan terjebak dalam perangkap kecemasan.
Takut tidak terbatas ketika di dunia, tetapi juga di akhirat.
Ketakutan dapat menjadi modal untuk menggapai maqam yang lebih
tinggi di hadapan Allah (Hude, 2006: 192). Allah Swt. berfirman:
          
  
Artinya:
“Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah
perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya
dan takut kepada hisab yang buruk” (QS. ar-Ra‟du:21).
d. Kenikmatan
Perasaan ini berupa bahagia, gembira, riang, puas, senang, terhibur,
bangga kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa
terpenuhi, kegirangan luar biasa, dan senang sekali. Ketika berbahagia,
kegiatan di pusat otak (lobus-lobus prefrontal kiri) menghambat
perasaan negatif (lobus-lobus prefrontal kanan) meningkat dan
memenangkan perasaan yang menimbulkan kerisauan (Musthafa,
2007:26). Sumber rasa ini biasanya karena ada sesuatu yang
membuatnya merasa puas.
Emosi ini diperlihatkan oleh air muka yang berseri-seri yang dapat
diamati oleh orang lain yang melihatnya (Hude, 2006: 138). Allah Swt.
berfirman:
         

Artinya :
“Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah
dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu
adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS. Yunus:58).
e. Cinta
Perasaan ini berupa penerimaan, persahabatan, kepercayaan,
kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.
Emosi cinta merupakan landasan keterpautan hati antara dua jenis dan
keterkaitan antara satu sama lainnya guna tetap terpeliharanya
kelangsungan hidup manusia (Musthafa, 2007:25).
f. Terkejut
Perasaan ini berupa terkejut, terkesiap, terpana, dan takjub. Allah
Swt. berfirman:
          
Artinya:
”Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka
dia akan (kaget) sambil berteriak: Celakalah aku” (QS. alInsyiqaaq:10-11).
g. Jengkel
Perasaan ini berupa hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, dan
mau muntah. Allah Swt. berfirman:
           
        
Artinya:
“Dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di
telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila
kamu menyebut Tuhanmu saja dalam al-Qur‟an, niscaya mereka
berpaling ke belakang karena bencinya” (QS. al-isro‟:46).
h. Malu
Perasaan ini berupa rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina,
aib, dan hancur lebur. Malu adalah rasa takut atas kekuatan dan
pengaruh orang lain. Kebulatan tekad dan motivasi yang lebih besar
dari tindakan akan melepaskan dari ketegangan yang tidak diperlukan
dalam menyesuaikan diri dengan situasi yang sulit (Maurus, 2014: 98).
Berbeda dengan Goleman, JB. Watson menyatakan bahwa manusia
hanya mempunyai tiga emosi dasar, yaitu:
a. Fear (takut) yang dalam perkembangan selanjutnya bisa menjadi
anxiety (cemas)
b. Rage (kemarahan) yang dalam perkembangan selanjutnya bisa menjadi
anger (marah)
c. Love (cinta) yang akan menjadi simpati (Hartati dkk., 2004:82-83).
Menurut Denny Nicolas, pada dasarnya manusia memiliki dua
macam emosi dasar, yaitu emosi positif dan emosi negatif (Rusdi,
2011:43). Emosi positif berupa hal-hal yang membuat seseorang gembira
dan menyenangkan. Sedangkan emosi negatif berupa perasaan takut,
marah, kecewa, khawatir, dan sedih. Keduanya memerlukan pengelolaan
yang baik agar keberadaannya bermanfaat, tetapi emosi negatiflah yang
memerlukan pengelolaan ekstra.
Dengan demikian, emosi merupakan keadaan atau dorongan untuk
bertindak sehingga mendorong individu untuk memberikan respon atau
bertingkah laku terhadap stimulus yang ada.
4. Cara Meningkatkan Emotional Intelligence
Menurut Solovely, tanda-tanda orang yang memiliki kecerdasan
emosional adalah sebagai berikut:
a. Mengenali emosi diri
Kesadaran diri mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi
merupakan dasar kecerdasan emosional. Ketidakmampuan untuk
mencermati perasaan yang sesungguhnya membawa seseorang dalam
bawah kendali kekuasaan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan
yang lebih tentang perasaan adalah orang yang andal dalam kehidupan,
karena mempunyai kepekaan yang lebih tinggi akan perasaan mereka
yang sesungguhnya atau pengambilan keputusan-keputusan masalah
pribadi.
b. Mengelola emosi
Menangani perasaan agar dapat terungkap dengan cocok adalah
kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Orang-orang yang
buruk kemampuannya dalam keterampilan ini akan terus-menerus
bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar
dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan
kejatuhan dalam kehidupan.
c. Memotivasi diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang
sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk
memotivasi diri sendiri, dan menguasai diri sendiri untuk berkreasi.
Kendali diri emosional menahan diri terhadap kepuasan dan
mengendalikan dorongan hati adalah landasan kepribadian dalam
segala bidang. Dan, mampu menyesuaikan diri dalam flow yang
memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang.
Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih
produktif dan efektif dalam hal apa pun yang mereka kerjakan.
d. Mengenali emosi orang lain
Empati, kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri
emosional, merupakan “keterampilan bergaul”. Orang yang empatik
lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang
mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.
Orang-orang seperti ini cocok untuk pekerjaan keperawatan, mengajar,
penjualan, dan manajemen.
e. Membina hubungan
Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan
mengelola emosi orang lain. Ini merupakan keterampilan yang
menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antarpribadi.
Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam
bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan
orang lain (Goleman, 1996:58-59).
f. Melepaskan emosi negatif
Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan untuk memahami
dampak dari emosi negatif terhadap diri. Sebagai contoh keinginan
untuk memperbaiki situasi ataupun memenuhi target pekerjaan yang
membuat mudah marah ataupun frustasi seringkali justru merusak
hubungan dengan bawahan maupun atasan serta dapat menyebabkan
stress. Jadi, selama dikendalikan oleh emosi negatif justru tidak bisa
mencapai potensi terbaik dari diri. Solusinya, lepaskan emosi negatif
melalui teknik pendayagunaan pikiran bawah sadar sehingga orang-
orang di sekitar tidak menerima dampak negatif dari emosi negatif
yang
muncul
(http://belajarpsikologi.com/
2009/12/09
cara-
meningkatkan-kecerdasan-emosi-eq/ di akses pada tanggal 16 Juni
2015).
Dengan demikian, kecakapan emosional merupakan kemampuan
untuk memahami dan mengelola emosi, baik untuk diri sendiri maupun
orang lain termasuk dalam hubungan sosial. Dengan adanya emosi juga,
manusia dapat menunjukkan keberadaanya dalam masalah-masalah
manusiawi. Keputusan tidak dapat dilakukan hanya dengan rasio, tetapi
harus menggunakan suara hati atau bahasa emosi.
B. Akhlaqul Karimah
1. Pengertian Akhlak
Akhlak lazim dipergunakan dalam istilah lain seperti etika yang
berasal dari bahasa Yunani ethes yang mengandung arti adat kebiasaan
dan moral yang berasal dari bahasa latin mores, kata jamak dari mos yang
berarti adat kebiasaan (Adz-Dzakiey, 2005:18). Akhlak merupakan kata
jamak dari bentuk tunggal khuluk, yang pengertian umumnya: perilaku,
baik itu terpuji atau tercela.
Beberapa pendapat Ulama tentang akhlak antara lain:
a. Imam Ghazali
Khuluq adalah kondisi jiwa yang telah tertanam kuat, yang darinya
terlahir sikap amal secara mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan (Ahmadi, 2004:13).
b. Muhammad bin Ali asy-Syariif al-Jurjani
Menurut Muhammad bin Ali asy-Syariif al-Jurjani, akhlak adalah
sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri, yang darinya terlahir
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu berfikir
dan merenung (Mahmud, 2004:32).
c. Ahmad bin Musthafa
Menurut Ahmad bin Musthafa, akhlak adalah ilmu yang darinya
dapat diketahui jenis-jenis keutamaan (Mahmud, 2004:32).
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa akhlak
merupakan suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari
padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui
proses pemikiran dan pertimbangan atau penelitian.
Suatu perbuatan atau perilaku dapat dikatakan sebagai akhlak
apabila telah memenuhi dua syarat, yaitu:
a. Perbuatan dilakukan dengan berulang-ulang
b. Perbuatan dilakukan dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti lebih
dalam sehingga benar-benar merupakan kebiasaan. (Adz-Zaky,
2003:480).
Ukuran baik atau buruk dalam Islam adalah ajaran Islam
itu
sendiri, yaitu Al-Qur‟an dan Al-Hadis. Perbuatan manusia di nilai baik
apabila sesuai dengan ketentuan yang di ajarkankan oleh Islam, sedangkan
di nilai buruk apabila menyimpang dari ketentuan syariat Islam.
Segala perbuatan manusia yang bernilai baik makdinamakan
akhlak terpuji (akhlaqul-karimah), sedangkan perbuatan-perbuatan yan
buruk
dinamakan
akhlak
tercela
(akhlaqul-madzmumah)
(Halim,
2000:18). Kriteria akhlaqul karimah tidak hanya berkenaan dengan
hubungan baik dengan sesama manusia belaka, tetapi mencakup hubungan
baik dengan Allah Swt. Orang yang mempunyai ahklaqul karimah yang
baik akan mendapatkan pahala yang ganda, yakni berupa pahala dari
Allah Swt dan akan dikasihi oleh sesama.
2. Pokok-Pokok Akhlaqul Karimah
a. Akhlaqul karimah kepada Allah SWT
Pada prinsipnya adalah penghambaan diri secara total kepada Allah
SWT. Adapun perbuatan yang termasuk akhlaqul karimah kepada
Allah SWT antara lain:
1) Mengenali-Nya dengan baik dan benar
2) Membenarkan segala firman-Nya
3) Mentaati perintah dan menjauhi larangan-Nya
4) Senantiasa mengingat-Nya, Allah SWT berfirman:
      
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah Allah dengan ingat
yang sebanyak-banyaknya” (QS. al-Ahzab:41).
5) Mencintai-Nya (Halim, 2000:44-57)
b. Akhlaqul karimah terhadap sesama manusia
Pada dasarnya bertolak pada keluhuran budi dalam menempatkan
diri dan menempatkan orang lain pada posisi yang tepat. Adapun
perbuatan yang termasuk akhlaqul karimah kepada sesama manusia
antara lain:
1) Mengikuti jejak Rasulullah saw
2) Menghormati keberadaan para Nabi dan Rasul
3) Menghormati para Ulama. Allah swt berfirman:
     
Artinya:
“...Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah di antara hambahamba-Nya hanyalah para Ulama....”(QS. Fathir:28).
4) Mentaati ulil amri (Halim, 2000:89-106)
c. Akhlaqul karimah terhadap makhluk lain
Pada prinspnya adalah menempatkan makhluk lain itu sesuai
dengan posisinya masing-masing. Adapun perbuatan-perbuatan yang
termasuk Akhlaqul karimah terhadap makhluk lain antara lain:
1) Menghormati keberadaan malaikat, Allah SWT berfirman:
          
      
Artinya:
“Bukanlah kebaikan itu menghadapkan wajah kalian ke arah timur
dan barat, melainkan kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
kepada hari akhir, para malaikat, Kitab-kitab, para Nabi....” (QS.
al-Baqarah:177).
2) Menghargai keberadaan jin
3) Mewaspadai keberadaan iblis
4) Menyayangi binatang (Halim, 2000:137-145)
3. Macam-Macam Akhlaqul Karimah
a. Berbakti kepada orang tua
Kasih sayang merupakan kebutuhan asasi bagi manusia. Di antara
karunia dan anugerah Allah yang sangat besar terhadap manusia
adalah bahwa Allah menjadikan rasa kasih sayang sebagai suatu
insting-insting pada diri setiap orang tua (Syantut, 2007:86). Kedua
orang tua adalah yang berjasa dalam kehidupan setiap anak. Tanpa
meraka, tak mungkin seorang anak lahir ke dunia. Orang tualah yang
telah mengasuh dan merawat dari kecil hingga dewasa. Karena kasih
sayang dan cinta tuluslah yang membuat seorang anak tumbuh dan
berkembang dengan baik. Mereka juga yang memberi kebaikan tanpa
meminta balasan. Mereka tidak pernah menghitung berapa banyak
uang yang diberikan kepada seorang anak untuk keperluan sandang
dan pangan.
Di dalam kebaktian kepada orang tua, ada seribu satu keberkahan
hidup. Bahkan, kesuksesan dan kemuliaan hidup seorang anak pun
sangat bergantung pada keberbaktian mereka kepada kedua orang tua.
Perintah berbakti kepada kedua orang tua adalah salah satu perintah
yang bersifat universal, yakni berlaku bagi seluruh umat manusia pada
semua zaman (El-Sutha, 2012:125). Berbakti kepada kedua orang tua
bukanlah tuntutan yang hanya sekadar kewajiban dari anak untuk
memperoleh hak-haknya. Karena berbakti adalah suatu tugas yang
dibebankan Allah atas tiap insan (Arifin dan Said,1981:10). Para ahli
tafsir berkata, Allah Swt. menghubungkan antara beribadah kepada
Allah dan berbakti kepada kedua orang tua, karena untuk menegaskan
besarnya hak kedua orang tua kepada anaknya (Syalabi, 2003:103).
Allah swt. berfirman:
           
          
   
Artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau
Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia” (QS. al-Isro‟:23).
Penetapan Islam atas kewajiban anak untuk berbakti kepada kedua
orang tua, sesungguhnya adalah wujud nyata dari penghargaan Islam
atas mulia dan tingginya kedudukan kedua orang tua di hadapan Allah
dan manusia. Berbakti kepada orang tua adalah salah satu perbuatan
yang mulia. Bahkan Rasulullah Swt. dengan tegas menyatakan bahwa
berbakti kepada kedua orang tua itu pahalanya sama dengan jihad fi
sabilillah (El-sutha, 2009:5).
Berbakti kepada kedua orang tua akan membukakan pintu surga.
Sehingga ada pepatah yang mengatakan: “surga ditelapak kaki ibu”.
Maksud dari pepatah ini adalah seorang anak harus tulus mencintai dan
menyayangi seorang ibu. Memang hanya ibu yang disebut namanya,
tetapi ini tidak mengesampingkan figur seorang ayah. Hal ini sesuai
dengan peran ibu dari hamil sampai melahirkan bahkan sampai dewasa
sangatlah besar. Ketika hamil muda seorang ibu tidak bisa makan
enak, karena makanan yang baru dimakan dimuntahkan kembali.
Ketika kehamilan mulai tua dengan kondisi perut yang semakin
membesar menjadi semakin susah untuk duduk atau pun tidur dan
pinggang yang terasa pegal. Kemudian ketika bayi ibu harus bangun
tiap malam walaupun dalam ngantuk yang hebat untuk mengganti
popok dan memberi ASI (air susu ibu).
Berbakti kepada kedua orang tua juga akan mendapatkan
kemuliaan, keberkahan, dan kesuksesan di dunia. Keridhoan Allah
tergantung ridho orang tua dan murka Allah tergantung murka orang
tua. Ridho orang tua adalah cara untuk mengetuk pintu rahmat Allah
Swt, walau sesungguhnya pintu rahmat itu selalu terbuka untuk
hamba-hambanya (Saleh, 2011:84). Ridho orang tua ibarat jalan tol,
yaitu diberinya kemudahan dalam menghadapi segala persoalan
kehidupan. Tetapi, banyak orang sukses yang beranggapan bahwa itu
semua karena kecerdasan, kerja keras, dan keberuntungan yang
didapatnya. Mereka lupa akan ridho dan restu yang telah diberikan
kepadanya.
Seorang anak tidak boleh menyakiti kedua orang tua karena
nantinya akan mengalami kesengsaraan dan penderitaan baik di dunia
maupun di akhirat. Allah tidak akan pernah mengabulkan do‟a yang
diucapkan kedua orang tua untuk anaknya sebelum minta maaf dan
bertaubat kepada Allah Swt.
Dengan demikian, untuk memperoleh kehidupan yang bahagia di
dunia dan akhirat maka harus berbakti kepada kedua orang tua yaitu
dengan selalu menjaga, merawat, dan memeliharanya.
b. Menghormati guru
Guru adalah pendidik yang memberikan pelajaran kepada murid.
Tugas pendidik dalam Islam secara umum adalah mendidik, yaitu
mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi
psikomotor, kognitif, maupun afektif (Tafsir, 2014:74). Hubungan
antara guru dan murid bukanlah hubungan yang didasarkan pada
untung-rugi, dalam arti ekonomi.
Penghargaaan Islam terhadap guru sangat tinggi, yaitu meletakkan
kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi dan Rasul. Hal itu
terjadi karena guru selalu terkait dengan ilmu pengetahuan. Ada
penyebab khas mengapa orang Islam menghargai guru, yaitu
pandangan bahwa ilmu pengetahuan itu semuanya berumber dari
Tuhan (Tafsir, 2014:76). Kedudukannya dihargai dengan tinggi bila
mau mengamalkan ilmunya yaitu dengan cara mengajarkan kepada
orang lain.
Dengan demikian, sebagai murid harus selalu menghormati guru.
Karena gurulah yang dapat mengantarkan seseorang pada kesuksesan.
c. Memaafkan kesalahan orang lain
Akhlak ini termasuk salah satu akhlaqul karimah yang sangat
penting. Orang yang memberi maaf adalah orang yang kuat, kaya
batin, dan berjiwa lapang (Tasmara, 2001:32). Sebenarnya tindakan
memaafkan memiliki satu pesan penting, yaitu niat untuk berdamai
baik untuk orang lain maupun diri sendiri. Memaafkan mengandung
makna menerima kejadian yang negatif yang harus dimaafkan dan
sebagai bagian relasi antara orang satu dengan yang lain. Untuk
kemudian melupakan peristiwa tersebut agat tidak ada lagi perasaan
ingin menyakiti. Memaafkan mengandung makna universal yang
setiap orang mengalami hal ini.
Memaafkan tidak hanya memberikan pengaruh pada kenyamanan
dalam bersosialisai dengan orang lain tetapi juga bagi kesehatan tubuh.
Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan
bahwa mereka yang mampu memaafkan memiliki tingkat kesehatan
yang lebih tinggi, baik jiwa maupun raga (Rusdi, 2011:66). Beberapa
dampak positif dari sifat memaafkan bagi kesehatan antara lain:
1) Dapat menyehatkan pikiran
2) Membuat otot menjadi elastis dan kuat
3) Menstabilkan tekanan darah
4) Menghilangkan sakit hati
5) Menyehatkan tulang leher dan punggung
Menurut David Norris menyebutkan lima langkah untuk menjadi
pribadi pemaaf, yaitu:
1) Memperteguh niat untuk memaafkan,
2) Secara akurat memeriksa kembali pelanggaran (kesalahan) orang
yang akan dimaafkan,
3) Memaknai kembali luka batin akibat kesalahan,
4) Membina kembali relasi yang terputus,
5) Mengintegrasikan kembali berbagai retak psikis yang dialami
akibat luka batin (Rusdi, 2011:167).
Memaafkan itu memang sulit dilakukan. Banyak alasan mengapa
orang sulit untuk memaafkan kesalahan orang lain. Menurut Timothy
Wibowo,
mengemukakan
beberapa
alasan
yang
menghalangi
seseorang memberi kata maaf ketika bersalah, antara lain:
1) Memberi kata maaf dipahami sebagai sikap menyetujui perbuatan
yang dilakukan orang lain.
2) Memaafkan diidentikkan dengan kesediaan menerima kembali
orang yang telah berbuat salah dalam kehidupan kita.
3) Memaafkan diyakini dapat menurunkan gengsi
4) Jika memaafkan, ada kemungkinan hati kita akan sakit lagi.
5) Perasaan ingin memberikan hukuman kepada orang yang berbuat
salah dengan cara tidak memaafkan (Rusdi, 2011:176-177).
Dengan demikian, orang yang memaafkan akan merasa lebih baik,
tidak hanya secara batiniah, tetapi juga jasmaniah.
d. Jujur
Benar atau jujur termasuk golongan akhlak mahmudah. Benar
artinya sesuainya dengan kenyataan yang sesungguhnya, dan ini tidak
saja berupa perkataan tetapi juga perbuatan. Dalam bahasa Arab, benar
atau jujur disebut sidiq (Ash-Shidqu), lawan dari kizib (Al-Kizbu)
yaitu bohong atau dusta (Tatapangarsa, 1980:149).
Kejujuran merupakan mahkota kepribadian orang-orang mulia
yang telah dijanjikan Allah akan memperoleh limpahan nikmat-Nya.
Kedudukannya disejajarkan dengan para Nabi (shiddiqin nabiyaa) dan
dijadikan rujukan untuk menjadi teman dalam meningkatkan kualitas
hidup, sebagaimana firmannya:
           
       
Artinya:
“Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat
oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati
syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaikbaiknya” (QS. an-Nisa‟:69).
Kejujuran adalah komponen ruhani yang memantulkan berbagai
sikap terpuji (honorable, respectable, creditable, dan maqamam
mahmuda) (Tasmara, 2001:190). Jujur merupakan induk dari sifat-sifat
yang baik yang akan membawa kepada kebaikan. Selain itu, kejujuran
merupakan sendi-sendi dalam kehidupan sehingga seseorang tidak
akan mengalami kehancuran. Tanpa kebenaran tidak mungkin akan
terjalin kehidupan yang sejahtera. Orang yang memiliki perilaku jujur
akan senantiasa memiliki tanggung jawab atas apa yang diperbuatnya.
Orang yang jujur berani menyatakan sikap secara transparan,
terbebas dari segala kemunafikan dan kebohongan-kebohongan. Orang
yang jujur menjadikan kekuatan hati nurani agar dirinya selalu
tentram. Kejujuran itu bukan karena keterpaksaan yang berasal dari
pihak lain, tetapi kejujuran itu berasal dari dalam yang memberikan
percikan ilahi. Ada beberapa manfaat memiliki sifat jujur, yaitu: dapat
menentramkan hati, mengantarkan kepada cita-cita, melahirkan berkah
dalam hidup, dan bisa mendatangkan keuntungan yang tak terduga
Kejujuran bagi masyarakat manusia dapat dijelaskan dari ilmu
pengetahuan lain, yaitu bahwa pada umumnya ilmu-ilmu yang sampai
kepada kita baik melalui pendengaran atau bacaan, semuanya
didasarkan pada kebenaran, dan dengan ilmu yang benar itulah
manusia mendasarkan segala pergaulan dan pekerjaannya. Sekiranya
ilmu-ilmu yang sampai kepada kita bohong, maka segala perbuatan
yang didasarkan pada ilmu itu menjadi salah dan sesat pula.
Demikianlah akibatnya, kalau kebenaran atau kejujuran ditinggalkan
oleh masyarakat manusia (Tatapangarsa, 1980:151).
Sementara orang yang tidak jujur adalah orang yang menipu
dirinya sendiri dengan menghancurkan moral yang dimilikinya. Orang
tersebut juga telah membunuh suara hatinya sehingga akar batinnya
pun sangat rapuh. Orang yang tidak jujur memiliki beberapa alasan,
seperti: kondisi ekonomi keluarga, sebagian wanita (ibu) disibukkan
oleh pekerjaan, tidak adanya ayah di rumah dalam waktu yang lama,
dan melimpahkan tanggung jawab pendidikan sosial kepada sekolah
(Murshafi, 2009:115).
Orang yang tidak jujur sering kali merasa takut dirinya
direndahkan oleh orang lain sehingga harus menutupi kekurangannya
tersebut dengan berkata dusta. Kejujuran memang memberatkan
sehingga butuh perjuangan. Kejujuran dibutuhkan dalam tiga hal,
yaitu:
1) Jujur dalam ucapan
Orang yang berkualitas hanya akan mengucapkan kata-kata yang
berkualitas. Sebaliknya, orang yang tidak berkualitas akan
mengucapkan kata-kata yang tidak berisi, meskipun diucapkan
dengan tekanan yang berat sekali pun. Ucapan yang jujur berarti
ucapan tanggung jawab yang berasal dalam hati dan pikiran.
2) Jujur dalam roman muka
Efek roman muka dalam mengemukakan perasaan jauh lebih kuat
daripada kata-kata. Muka adalah ekspresi batin karena dapat
mengatakan hal yang sering kali lebih banyak daripada kata-kata
itu sendiri.
3) Jujur dalam penampilan
Kebaikan perlu diperlihatkan antara lain, agar orang lain bisa
memberikan apresiasi kepada pelakunya. Ini penting karena
memberi penghargaan juga termasuk dari kebutuhan psikologis
manusia (Ahmadi,2004: 48-52).
Macam-macam kejujuran yaitu:
1) Jujur pada diri sendiri, yaitu kesungguhan yang amat sangat untuk
meningkatkan
dan
mengembangkan
misi
dan
bentuk
keberadaannya (mode of existence) untuk memberikan yang terbaik
bagi orang lain.
2) Jujur terhadap orang lain, jujur terhadap orang lain bukan hanya
sekadar berkata dan berbuat benar, namun berusaha memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi orang lain. Selain itu, sangat
prihatin dengan penderitaan orang lain.
3) Jujur terhadap Allah berarti berbuat dan memberikan segalagalanya atau beribadah hanya untuk Allah (Tasmara, 2001:191201).
Dengan demikian, orang yang jujur adalah orang yang bertindak
dan berkata apa adanya tanpa ada yang dikurangi. Sikap yang
ditunjukkan jauh dari kepura-puraan.
e. Berbuat baik terhadap teman dan lingkungan sekitar
Al-Qur‟an membimbing manusia untuk tidak memperolokolokkan, mengejek, atau merendahkan harga diri
orang lain.
Dilarangnya juga seorang muslim untuk menaruh rasa curiga, apalagi
dendam dan benci. Kemudian ditanamkan pula cara menghormati,
membimbing, dan menghargai serta menyayangi orang lain baik
kepada orang yang lebih tua maupun yang lebih muda. Ketika ada
semacam rasa kesal atau sesuatu yang tidak disenangi, segeralah
beristighfar dan membalasnya dengan kata-kata yang menyejukkan
hati.
Menjalin hubungan baik dengan orang lain merupakan fitrah
manusia. Yaitu, sebuah kondisi yang hanya dapat hidup selama setiap
individu mau membagi cinta kasihnya kepada sesama (Tasmara,
2001:170). Karena baginya, kehadiran orang lain merupakan fitrah
yang akan membawa dirinya kepada ketentraman.
f. Sabar
Kata sabar maknanya habs, yang bearti menahan. Sabar berarti
melarang dan menahan. Secara istilah sabar adalah menahan diri dari
berputus asa, meredam amarah jiwa, mencegah lisan untuk mengeluh,
serta menahan anggota badan dari berbuat kemungkaran (Soebachman,
2014:65). Dalam hal ini berarti menahan hati agar tidak gusar dan
menahan keluhan dari segala macam nafsu dan amarah.
Sabar termasuk akhlak utama yang dapat menghindarkan diri
seseorang dari melakukan hal-hal yang tidak baik. Oleh sebab itu,
sabar menjadi kekuatan jiwa yang menentukan kebaikan dan
kelurusannya
(Soebachman, 2014:65).
Sabar termasuk inti dari
akhlakul karimah karena didasari sifat dan sikap dasar iffah (menjaga
kehormatan
diri)
(Soebachman,
2012:27).
Rasulullah
sendiri
menegaskan bahwa kesabaran adalah ibarat iman kepada tubuh kita
(El-Sutha, 2009:4). Kesabaran merupakan puncak segala kebaikan dan
merupakan kunci untuk meraih kesuksesan hidup.
Sabar bukan hanya dapat diterapkan ketika mengalami bencana,
musibah atau pada saat-saat sulit dan susah melainkan dapat pula
digunakan untuk menggapai sukses dan bahagia. Sabar pun dapat
diterapkan dalam keadaan lapang dan rezeki yang sedang berlimpah.
Terhadap segala sesuatu yang membuat bahagiapun harus selalu sabar.
Adapun sabar terhadap segala sesuatu yang disenangi adalah bisa
menahan diri dan tidak lupa diri saat menerima atau mendapatkan
sesuatu yang menyenangkan.
Sabar juga termasuk kemampuan untuk menerima sesuatu tanpa
menafikan usaha dan upaya serta terhadap harta yang dimiliki, yaitu
tidak boleh serakah. Allah SWT berfirman:
         
  
Artinya:
“Maka bersabarlah kamu, karena Sesungguhnya janji Allah itu benar,
dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya
memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi”(Q.S. al-Mu‟min:55).
Terdapat tujuh makna yang tersimpan di balik sabar, yaitu:
1) Menunda respon kita untuk beberapa saat sampai kita benar-benar
merasa tenang dan pikiran kita dapat berfungsi kembali dengan
baik.
2) Menyatukan badan dan pikiran kita di satu tempat.
3) Merupakan kata kerja aktif, bukan pasif.
4) Melakukan satu hal di satu waktu.
5) Menikmati proses tanpa terganggu pada hasil akhirnya.
6) Menyesuaikan tempo kita dengan tempo orang lain dan bukannya
mengharapkan orang lain menyesuaikannya.
7) Sabar adalah hidup selaras dengan hukum alam (Soebachman,
2014:70-71).
Sabar merupakan manifestasi iman, bahkan sabar merupakan
totalitas iman, maka dengan sendirinya sabar itu dapat diimplikasikan
dalam seluruh segi kehidupan. Hidup ini tidaklah selalu lurus sesuai
rencana yaitu selalu bahagia. Banyak sekali yang membuat seseorang
merasa sedih sehingga cepat mengeluh kepada orang lain. Maka dari
itu, perlunya sikap sabar yang harus dimiliki agar tidak cepat marah
karena sikap emosi yang tinggi. Jika kita mempunyai kesabaran yang
tinggi tentunya akan menerima cobaan dengan jiwa yang besar dan
menyikapinya sesuai dengan tuntunan Allah, yaitu tidak berlarut-larut
dalam kesedihan.
Sesuatu yang mesti dilakukan oleh setiap orang beriman saat
musibah itu datang, sikap yang paling tepat dan paling utama adalah
dengan
bersabar,
yaitu
menyerahkan
segala
musibah
yang
menimpanya kepada Allah Swt., seraya memohon bimbingan dan
kekuatan dalam menghadapinya (El-Sutha, 2012:151-152). Cara
menggapai sabar, yaitu:
1) Dengan senantiasa berdo‟a
2) Dengan mengingat kasih sayang Allah kepada manusia
3) Dengan mengingat kondisi musuh Allah
4) Dengan mengingat pahala terbesar
5) Dengan memimpikan sukses
6) Dengan mengingat pahala sabar (Soebachman, 2014:80-82).
Sungguh berat menerima musibah atau bencana sehingga membuat
gelisah, karena hati dan perasaan selalu diharapkan pada hal-hal yang
membahagiakan dan inginnya lepas dari kesusahan. Namun, berusaha
menerima dengan lapang dan sabar karena Allah yang senantiasa
bersama orang-orang yang mendirikan shalat dan bersabar dalam
menerima cobaan-Nya (Lathifah, 2008:55). Dan puncak dari kesabaran
adalah memaafkan.
Kesabaran diperlukan dalam tiga keadaan, yaitu:
Pertama, sebelum berbuat yaitu meluruskan niat. Ikhlas saat berbuat
sampai akhir perbuatannya.
Kedua, saat berbuat yaitu sabar terhadap berbagai dorongan yang
mengajak kepada kekurangan dan pengabaian.
Ketiga, selesai berbuat yaitu dengan bersabar atas hal-hal yang
membatalkannya (Soebachman, 2012:47).
Bentuk kesabaran yang paling mudah tingkatannya adalah diam.
Diam jika amarah mulai mengancam dan diam jika situasi makin
memanas. Terdapat tujuh manfaat dari sikap diam dan sabar, yaitu:
1) Bentuk ibadah yang dilakukan tanpa harus merasa lelah
2) Hiasan diri tanpa perhiasan
3) Mencerminkan wibawa tanpa kekuasaan
4) Benteng tanpa dinding
5) Tidak perlu meminta maaf kepada siapapun
6) Malaikat pencatat amal rehat
7) Penutup keburukan dan sisi-sisi kejahiliahan diri (Soebachman,
2012:49-50)
Dengan demikian, sabar merupakan perbuatan yang berasal dari
hati berupa ketenangan jiwa sehingga dapat mencegah dari perbuatan
yang tercela. Orang yang sabar tidak gelisah ketika mendapat cobaan.
Sabar juga merupakan salah satu cara untuk menemukan jalan keluar
dari segala permasalahan dalam kehidupan.
C. Hubungan Emotional Intelligence dengan Akhlaqul Karimah
Kecerdasan emosional bertumpu pada hubungan antara perasaan,
watak, dan naluri moral. Daniel Goleman mengatakan bahwa jika disuruh
memilih dua sikap moral yang dibutuhkan untuk zaman sekarang, ia akan
memilih kendali diri dan kasih sayang (Suyadi, 2014:121). Pembinaan moral
terjadi melalui pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan sejak
kecil oleh orang tua (Islamiyah, 2013:73).
Moral merupakan perilaku dan akhlak yang diterapkan kepada
manusia. Pengertian akhlak sama dengan moral karena secara bahasa artinya
sama, yaitu tindakan atau perbuatan. Istilah akhlak secara sosiologis disama
artikan dengan istilah moral, tata susila, tingah polah, perilaku, sopan santun,
dan tata krama dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat (Saebani dan
Hamid, 2010:30).
Berakhlak adalah orang yang ber-budi pekerti luhur, mengerti nilai
hidup dan moral. Sedangkan moral sendiri adalah perbuatan baik dan buruk
yang didasarkan pada kesepakatan masyarakat (Saebani dan Hamid,
2010:30). Tetapi terdapat perbedaan dari keduanya, moral merujuk pada
kebiasaaan sedangkan akhlak merujuk pada nilai-nilai agama. Perbedaan ini
terletak pada rujukan normatif yang digunakannya.
Dalam Islam terdapat konsep yang terkait dengan sikap empati yang
terangkum dalam istilah akhlaqul karimah yang diteladankan Rasulullah Saw.
Selain itu, konsep sabar yang sama dengan ciri kecerdasan emosional yaitu
pengendalian diri. Tanpa kesabaran, seseorang akan sulit merasakan
kebahagiaan. Sabar dapat disetarakan dengan kecerdasan emosional
(emotional intelligence), yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri dalam
menghadapi berbagai tantangan (stressor) (Tasmara, 2001:31). Orang yang
sabar tidak pernah cengeng terhadap segala rintangan dan tak pernah rapuh
untuk mencapai apa yang mereka telah yakini.
Menurut Daniel Goleman, orang-orang yang berhasil bukan
ditentukan oleh kecerdasannya secara akademik dengan intelektual yang
tinggi. Tetapi, mereka yang memiliki kecerdasan emosional yang mampu
mengendalikan diri dan tabah melaksanakan tugas-tugasnya (Tasmara,
2001:31-32). Mereka selalu memiliki sikap yang paling dominan, yaitu sikap
percaya diri, optimis, mampu menahan beban ujian, dan terus berusaha sekuat
tenaga.
Emotional Intelligence dibutuhkan oleh semua pihak untuk dapat
hidup secara bermasyarakat termasuk didalamnya menjaga keutuhan
hubungan sosial. Daniel Goleman berpendapat bahwa lingkungan sosial
mengajarkan para anggotanya untuk mampu mengendalikan emosinya agar
tingkat toleransi para anggotanya menjadi semakin tinggi sehingga generasi
muda akan memperoleh kematangan emosi yang lebih baik (Satiadarma dan
Waruwu, 2003: 31-32). Dengan akhlaqul karimah yang dimilikinya generasi
muda tidak akan pernah mengusik atau menyakiti orang lain.
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK NU Roudhotul Furqon
1. Sejarah Berdirinya
Sekolah Menengah Kejuruan Nu Roudlotul Furqon, berdiri pada
tanggal 5 mei 2008, atas ide dari Ibu Nyai Hj. Siti Fatimah Muntaha yang
di dukung oleh tokoh masyarakat Desa Kebumen dan pengurus Yayasan
Al Ma‟arif yang di ketuai oleh Bapak Khaziq Faishol, S.Sos. Ketua
Pengurusnya adalah KH. Ali Imron, Al Hafidz. Pendirian SMK NU
Roudlotul Furqon mendapatkan ijin pendirian nomor 421.3/0991/2008
yang terbitkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang. Kepala
Sekolah pertama kali adalah Bapak M. Fahmi Dzulfiadi, S.Pd.I
Awalnya SMK NU Roudlotul Furqon memiliki satu jurusan yaitu
Teknik Komputer jaringan, kemudian tahun 2013 bertambah satu jurusan
lagi yaitu tata busana butik.
Sebagian besar siswa SMK NU Roudlotul Furqon tinggal di
pesantren (asrama) dan sebagian dari warga sekitar Banyubiru. Pada tahun
pertama meluluskan sekitar 18 Siswa dan pada tahun 2013 meluluskan 35
Siswa.
Sekolah Menengah Kejuruan NU Roudlotul Furqon yang berada di
bawah Yayasan Al Ma‟arif memiliki slogan Bisa Ngaji, Bisa Tekhnologi
dan Bisa Mandiri, memiliki cita-cita untuk mesukseskan program
pemerintah di bidang pendidikan baik pendidikan secara umum,
pendidikan rohani juga pendidikan akhlaq.
2. Lokasi SMK NU Roudhotul Furqon
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) NU Roudhotul Furqon
berlokasi di Jl Mahakam, Desa Kebumen, Kecamatan Banyubiru,
Kabupaten Semarang 50664, Telp. (0298) 7177568.
3. Visi dan Misi SMK NU Roudhotul Furqon
Visi SMK NU Roudhotul Furqon adalah membentuk siswa yang
taat pada ajaran agama, unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi,
dan santun dalam berakhlaqul karimah.
Misi SMK NU Roudhotul Furqon adalah:
a. Membimbing siswa dengan ajaran Agama Islam Ahlu Sunnah Wal
Jama‟ah
b. Menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan handal sesuai dengan
kebutuhan industri dan masyarakat
c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya bidang teknik
komputer dan jaringan dan tata busana butik
d. Membimbing
bermasyarakat.
siswa
berakhlaqul
karimah
dalam
kehidupan
4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi guru dan karyawan SMK NU Roudhotul
Furqon tahun 2015/2016 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Struktur Organisasai Guru dan Karyawan SMK NU Roudhotul
Furqon
Tahun 2015 / 2016
NO
Nama
Jabatan
1
Ummi Nu‟amah, S.Pd.
Kepala sekolah
2
KH. Ali Imron Muntaha
Komite
3
Arif Rohman, S.Pd.I
Waka kurikulum
4
Roudhoh, S.Si
Waka kesiswaan
Waka humas
5
H. Sri Hartono H.
6
M. Son‟ani, S.Pd.I
Sarpras
7
Sri Atikah, S.E
Bendahara
8
Anas Jauhari
Tata usaha
9
Ahmad Solikhin, S.Pd.I
Pembina IPNU/IPPNU
Sumber data: TU SMK NU Roudhotul Furqon
5. Tujuan SMK NU Roudhotul Furqon
a. Menyelenggarakan sistem pendidikan dan pelatihan yang relevan
dengan kebutuhan bisnis dan industri
b. Membangun lingkungan belajar dan bekerja dengan fasilitas
memadahi untuk mendukung pengembangan siswa secara menyeluruh
berdasarkan nilai-nilai kepesantrenan dan keislaman,
c. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif
d. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karier, ulet, dan gigih
dalam
berkompetisi,
beradaptasi
di
lingkungan
kerja,
dan
mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang di
minatinya;
e. Membekali peserta didik dengan agama, IPTEK, dan seni agar mampu
mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun
melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi;
f. Menjalin kerja sama (networking) dengan lembaga/institusi terkait,
dunia
usaha/dunia
industri
dan
masyarakat
dalam
rangka
pengembangan program diklat yang berakar pada nilai-nilai moral
agama, budaya bangsa, dan mengikuti perkembangan IPTEK
6. Progam Keahlian di SMK NU Roudhotul Furqon
Beberapa program keahlian yang diajarkan di SMK NU Roudhotul
Furqon antara lain sebagai berikut:
a. Teknik komputer jaringan (TKJ)
b. Busana butik (BB)
7. Kurikulum
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) NU Roudlotul Furqon
mengikuti tiga kurikulum:
a. Kurikulum KTSP 2006 untuk kelas XII
b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 hanya di laksanakan di
kelas XII.
c. Kurikulum KTSP 2013 Untuk Kelas X dan XI, kurikulum ini kembali
ke Kurikulum 2006, mulai bualan Januari 2015.
d. Kurikulum Takhassus Pesantren
Kurikulum takhassus ini adalah kurikulum yang memuat mata
pelajaran kepesantrenan yang meliputi (mata pelajaran Aqidah dan
Akhlaq, Fiqih, Baca Tulis Alqur‟an, Bahasa Arab, Ke NU-an), dan
pelaksanaan pesantren ramadhan di bulan Ramadhan untuk mengkaji
kitab-kitab klasik).
8. Data Guru dan Karyawan
Tenaga pendidik (guru) dan karyawan SMK NU Roudhotul Furqon
tahun 2015/ 2016 adalah sebagai berikut :
a. Data Guru
Tabel 3.2
Rekapitulasi Guru dan Karyawan SMK NU Roudhotul Furqon
Tahun Pelajaran 2015 / 2016
No
Nama
Mata
Tugas Tambahan
Pelajaran
1 Sri Hartono Rismanto B. Indonesia
Waka humas
2 Siti Nurjanah
BK
Bimbingan
konseling
3 Erma Tri Suryani
Produktif BB
Pembina
ekstra
produktif
4 Ummi Nu'amah
IPA
Kepala sekolah
5 Sri Atikah
Seni Budaya
Bendahara
6 Ahmad Solikhin
IPS
Pembina
ekstra
pencak silat
7 Arif Rohman
PAI
Waka kurikulum
8 Shohifudin
Penjasorkes
9 Achmad Muhajir
Matematika
Pembina
ekstra
paskibra
10 Nur Asrori
Produktif
11 Roudhoh
Matematika
Waka kesiswaan,
Pembina
ekstra
MTK
12 Miftakhul
Ainun KKPI
Pembina
ekstra
Nawar
produktif
13 M Fahmi Dzulfiadi
Ke NU-an
14
15
16
17
18
M Kharis Ulin Nuha
Abdul Rohman
Mukti Sri Rahayu
Nurul Inayati
Ferry Adhitya
19
M. Son'ani
Fiqh
Aqidah akhlak
Produktif BB
PKN
Bahasa
Indonesia
Bahasa Inggris
Sarpras, pembina
ekstra pramuka dan
pembina
ekstra
english
Sumber data: TU SMK NU Roudhotul Furqon
b. Data Kepegawaian (Pegawai Tata Usaha)
Adapun pegawai tata usaha SMK NU tahun 2015/2016 adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.3
Rekapitulasi Jumlah Pegawai Tata Usaha SMK NU Roudhotul
Furqon
Tahun Pelajaran 2015/2016
No
Nama
Jabatan
1 Anas Jauhari
2 Muhammad Khoirul Anam
3 Romandin
Sumber data: TU SMK NU Roudhotul Furqon
9. Data Kesiswaan
Jumlah siswa SMK NU Roudhotul Furqon secara keseluruhan
adalah siswa, dengan rincian siswa dan siswi. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.4
Rekapitulasi Data Siswa SMK NU Roudhotul Furqon
Tahun Pelajaran 2015/2016
Jenis kelamin
Kelas
Jumlah siswa
Laki-Laki
Perempuan
X
39
16
23
XI
65
20
45
XII
50
25
25
Sumber data: TU SMK NU Roudhotul Furqon
10. Sarana dan Prasarana
Kegiatan belajar mengajar tidak akan kondusif jika tidak didukung
oleh sarana dan prasarana. Untuk itu perlu adanya sarana dan prasarana
yang mencukupi. Adapun sarana dan prasarana yang ada di SMK NU
Roudhotul Furqon adalah sebagai berikut :
Tabel 3.5
Rekapitulasi Data Sarana dan Prasarana SMK NU Roudhotul Furqon
Tahun Pelajaran 2015/ 2016
Kondisi Saat Ini
No
A
Nama
Ruang/ Area
Kerja
Luas
Jml
Ruang
Ratarata
(m2)
Total
Luas
(m2)
Ruang Kelas
6
63
378
2.
Ruang Lab.
Komputer
1
64
64
3.
Ruang
Perpustakaan
Konvensional
1.
Baik
Jumlah
Jumlah
Rusak
Sedang
Rusak
Berat
Luas
(m2)
Total
Luas
(m2)
1
84
84
1
63
63
1
84
84
Jml
ruang
Ruang
Pembelajaran Umum
1.
B
Jml
KebutuhanRuang
0
0
Ruang
Khusus
(Praktik)
R.
Praktek
Teknik
1
48
48
1
computer dan
Jaringan
R.
Praktek
Tata Busana
Butik
1
48
48
Unit Produksi
C
1
1
84
84
1
48
48
Ruang
Penunjang
1.
Ruang Kepala
Sekolah&
Wakil
1
9
9
2.
Ruang Guru
1
24
24
3.
Ruang
Pelayanan
Administra-si
(TU)
1
9
9
4.
BP/BK
1
49
49
5.
Ruang OSIS
1
9
9
6.
Ruang
Pramuka,
1
9
9
7.
UKS,
1
9
9
8.
Ruang Toilet
4
8
8
9.
Asrama
Siswa
2
400
800
11. Kegiatan Ekstrakurikuler
Untuk mengembangkan bakat siswa di SMK NU Roudhotul
Furqon, ada kegiatan ekstrakurikuler yang bisa diikuti oleh siswa. Adapun
kegiatan ekstrakurikuler tersebut bisa dilihat dari tabel berikut :
No
1
2
3
Tabel 3.6
Kegiatan Ekstrakurikuler SMK NU Roudhotul Furqon
Tahun 2015 / 2016
Jenis
Pengampu
Jumlah
Ekstrakurikuler
Jam
Pramuka
M. Son‟ani, S.Pd.I
Miftakhul Ainun Nawar
Produktif
S.Kom dan Erma Tri
Suryani, S.Pd.I
Roudhoh, S.Si
MTK
M. Son‟ani, S.Pd.I
Ahmad Solikhin, S.Pd.I
Wahyudi, AH
H. Achmad Muhajir,
S.Pd.I
Sumber data: TU SMK NU Roudhotul Furqon
English
Pencak silat
SBA
Ton Inti /paskibra
4
5
6
7
B. Penyajian Data
1. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa
kelas XI SMK NU Roudhotul Furqon
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Tabel 3.7
Daftar Responden
Nama
Jurusan
Adhinda Awang
Novyana
Adi Miftakhur Roziqin
Adi Setyawan
Adila Khoirunnisa'
Agung Mustajib
Agus Setiawan
Ahmad Fauzi
Ahmad Muzakky
Akhmad David Ridwan
Ali Musta'in
Amna Sabilla
Anggrie Yuliana
Annisa Egi Mutia
Arina Khayati
Badidatut Dhuroh
Choirul Anwar
Diyah Etik Arisqi
Eka Fitriyani
Elvita Any Azizah
Erlin Puji Astuti
Fajar Budiyarto
Fatmawati
Fiqi Nur Maziyah
TKJ
Jenis Kelamin
(L/P)
P
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
L
L
P
L
L
L
L
L
L
P
P
P
P
P
L
P
P
P
P
L
P
P
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
Galih Adi Prasetyo
Hesti Niken Sari
Hidayatul Nurul Arifah
Iis Edawati
Inna Lestari
Irma Fitriani
Istiyadi
Krisna Khoiroh
Krisnanda Siska Amalia
Lailatul Aini
Luki Budiarti
Mambaul Hidayah
Muhamad Rafiki
Hardian
Muhammad Najib
Muhammad Rozaq
Nur Kholis
Paryanti
Puji Kurniawan
Puji Lestari
Rahmat Aiman S
Rindiyani Kurniawati
Rudiyanto
Santi Melawati
Ulfah Maulidiniya
Wulan Ismalida
Zumro Tusolikah
Chalimatus Sa'diyah
Ika Prestyana
Isna Mamba'ul Chusna
Malika Siskana
Khoiriyah
Mardiati
Nur Waidah
Nurul Kholifah
Rosida Rahma Suci
Siti Mufidah
Suci Fitriyanti
Tsani Setiyawati
Ulfi Faridah
Ulum Maroah
Umi Fajriyah
Uswatun Khoiriyah
Yuni Agustinah
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
L
P
P
P
P
P
P
P
P
P
L
P
L
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
BB
BB
BB
BB
L
L
L
P
L
P
L
P
L
P
P
P
P
P
P
P
P
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
2. Hasil Penelitian Melalui Angket
a. Hasil angket emotional intelligence
Tabel 3.8
Daftar nilai hasil angket tentang emotional intelligence
No
Nama
Kelas
Distribusi Jawaban
A
B
C
1.
AAN
TKJ
7
3
2.
AMR
TKJ
7
3
3
AS
TKJ
5
2
2
4
AK
TKJ
9
1
5
AM
TKJ
8
1
1
6
AS
TKJ
3
4
3
7
AF
TKJ
7
2
1
8
AM
TKJ
6
2
2
9
ADR
TKJ
7
3
10
AM
TKJ
3
3
4
11
AS
TKJ
8
1
1
12
AY
TKJ
9
1
13
AEM
TKJ
8
1
1
14
AK
TKJ
8
1
1
15
BD
TKJ
9
1
16
CA
TKJ
8
2
17
DEA
TKJ
9
1
18
EF
TKJ
7
3
19
EAZ
TKJ
9
1
20
EPA
TKJ
9
1
21
FB
TKJ
7
3
22
F
TKJ
9
1
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
FNM
GAP
HNS
HNA
IE
IL
IF
I
KK
KSA
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
4
4
8
9
4
8
5
6
8
8
5
5
2
1
4
2
4
3
2
2
1
1
2
1
1
-
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
LA
LB
MH
MRH
MN
MR
NK
P
PK
PL
RAS
RK
R
SM
UM
WI
ZT
CS
IP
IMC
MSK
M
NW
NK
RRS
SM
SF
TS
UF
UM
UF
UK
YA
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
Tabel 3.9
4
4
6
3
9
6
7
9
5
7
8
6
6
8
9
8
9
5
6
8
8
9
7
6
9
8
9
6
7
7
8
6
6
6
3
4
5
1
2
2
1
5
2
2
3
4
1
1
2
1
5
4
2
1
1
3
4
1
1
1
2
3
2
2
4
2
3
2
2
1
1
1
1
1
1
2
1
2
No
1.
2.
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Daftar nilai hasil angket tentang akhlaqul karimah
Nama
Kelas
Distribusi Jawaban
A
B
C
AAN
TKJ
8
1
1
AMR
TKJ
9
1
AS
TKJ
5
1
4
AK
TKJ
7
1
2
AM
TKJ
6
3
1
AS
TKJ
8
1
1
AF
TKJ
7
3
AM
TKJ
9
1
ADR
TKJ
9
1
AM
TKJ
1
7
2
AS
TKJ
6
2
2
AY
TKJ
9
1
AEM
TKJ
9
1
AK
TKJ
4
2
4
BD
TKJ
9
1
CA
TKJ
8
2
DEA
TKJ
9
1
EF
TKJ
7
3
EAZ
TKJ
9
1
EPA
TKJ
8
2
FB
TKJ
5
4
1
F
TKJ
9
1
FNM
TKJ
6
3
1
GAP
TKJ
4
4
2
HNS
TKJ
9
1
HNA
TKJ
8
2
IE
TKJ
4
2
4
IL
TKJ
8
1
1
IF
TKJ
5
5
I
TKJ
5
5
KK
TKJ
9
1
KSA
TKJ
9
1
LA
TKJ
9
1
LB
TKJ
3
6
1
MH
TKJ
8
2
-
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
MRH
MN
MR
NK
P
PK
PL
RAS
RK
R
SM
UM
WI
ZT
CS
IP
IMC
MSK
M
NW
NK
RRS
SM
SF
TS
UF
UM
UF
UK
YA
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
TKJ
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
4
7
9
7
9
8
8
5
7
9
9
9
6
5
4
8
9
8
7
8
9
8
9
8
9
7
8
9
8
7
5
3
1
3
1
2
2
4
2
1
1
1
2
4
5
2
1
1
2
2
1
1
1
1
1
3
2
1
2
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
BAB IV
ANALISIS DATA
Setelah proses penggalian data yang dibutuhkan selesai, langkah
selanjutnya adalah pengolahan data, yaitu mengolah data-data penelitian yang
diperoleh dengan menggunakan metode angket. Proses analisa data ini
meliputi tahapan-tahapan data untuk menggali data mengenai hal-hal berikut:
1. Untuk mengetahui emotional intelligence siswa kelas XI di SMK NU
Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran
2015/2016.
2. Untuk mengetahui akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU
Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran
2015/2016.
3. Untuk mengetahui hubungan emotional intelligence terhadap akhlaqul
karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru
kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan rumus statistik
product moment sebagai berikut :
rxy 
N  XY   X  Y 
N  X    X  N  Y    Y  
2
2
2
(Sugiyono, 2008: 183
2
18311183
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi X dan Y
X
= Emotional Intelligence
Y
= Akhlaqul Karimah Siswa
Adapun tahap-tahap analisis diuraikan sebagai berikut:
A. Analisis Pendahuluan
Langkah analisis data ini meliputi tahapan tabulasi data dan membuat
tabel persiapan untuk analisis data. Dari pengolahan data penelitian berikut
akan disajikan data hasil penelitian mengenai nilai-nilai variabel emotional
intelligence (variabel X) dan akhlaqul karimah siswa (variabel Y) dengan
rumus sebagai berikut :
P=
(Hadi, 1992:399)
Keterangan :
P = Persentase perolehan
F = Frekuensi mentah
N = Jumlah total responden
1. Data Emotional Intelligence
Dari data nilai angket tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
tabel distribusi untuk mengetahui hubungan emotional intelligence
terhadap akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhatul Furqon
kec. Banyubiru kab. Semarang tahun 2015/2016.
a. Data skor emotional intelligence
Data tentang emotional intelligence diperoleh dari penyebaran
angket yang terdiri dari 10 pertanyaan, masing-masing pertanyaan
dengan bobot nilai sebagai berikut:
1) Bila jawaban (a) diberi bobot nilai: 3
2) Bila jawaban (b) diberi bobot nilai: 2
3) Bila jawaban (c) diberi bobot nilai: 1
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Tabel 4.1
Distribusi angket
Data skor emotional intelligence (variabel x)
Distribusi Jawaban
Nilai
Skor
A
B
C
3
2
1
7
3
21
6
0
27
7
3
21
6
2
27
5
3
2
15
6
2
23
9
1
27
2
0
29
8
1
1
24
2
1
27
3
4
3
9
8
3
21
7
2
1
21
4
1
26
6
2
2
18
4
2
24
7
3
21
6
0
27
3
3
4
9
6
4
19
8
1
1
24
2
1
27
9
1
27
2
0
29
8
1
1
24
2
1
27
8
1
1
24
2
1
27
9
1
27
2
0
29
8
2
24
4
0
28
9
1
27
2
0
29
7
3
21
6
0
27
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
9
9
7
9
4
4
8
9
4
8
5
6
8
8
4
4
6
3
9
6
7
9
5
7
8
6
6
8
9
8
9
5
6
8
8
9
7
1
1
3
1
5
5
2
1
4
2
4
3
2
2
6
3
4
5
1
2
2
1
5
2
2
3
4
1
1
2
1
5
4
2
1
1
3
1
1
2
1
1
3
2
2
1
1
1
1
1
-
27
27
21
27
12
12
24
27
12
24
15
18
24
24
12
12
18
9
27
18
21
27
15
21
24
18
18
24
27
24
27
15
18
24
24
27
21
2
2
6
2
10
10
4
2
8
4
8
6
4
4
12
6
8
10
2
4
4
2
10
4
4
6
8
2
2
4
2
10
8
4
2
1
6
0
0
0
0
1
1
0
0
2
0
1
1
0
0
0
3
0
2
0
2
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
29
29
27
29
23
23
28
29
22
28
24
25
28
28
24
21
26
21
29
24
26
29
25
26
28
25
26
27
29
28
29
25
26
28
27
29
27
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
6
9
8
9
6
7
7
8
6
6
4
1
1
1
2
3
2
2
4
2
1
2
1
2
Jumlah
18
27
24
24
18
21
21
24
18
18
8
2
2
2
4
6
4
4
8
4
0
0
1
1
2
0
1
0
0
2
26
29
27
27
24
27
26
28
26
24
1714
b. Mencari lebar interval (i) untuk membuat kategori emotional
intelligence
Untuk mengetahui hubungan emotional intelligence dengan jumlah
10 item diketahui nilai tertinggi 29 dan nilai terendah 19, maka
berdasarkan rumus interval sebagai berikut:
i = (nilai tertinggi – nilai terendah) +1
k
i = (30-10)+1
3
i = 21
3
i=7
Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui seberapa
tinggi tingkat emotional intelligence seperti tabel di bawah ini:
Tabel 4.2
Interval emotional intelligence kelas XI
SMK NU Roudhotul Furqon
Nilai nominal
Nilai Interval
Jumlah Siswa
57
A
24-30
8
B
17-23
0
C
10-16
Dengan demikian dapat diketahui:
1) Untuk emotional intelligence yang memiliki nilai tinggi dengan
interval 24-30 sebanyak 57 siswa
2) Untuk emotional intelligence yang memiliki nilai sedang dengan
interval 17-23 sebanyak 8 siswa
3) Untuk emotional intelligence yang memiliki nilai rendah dengan
interval 10-16 sebanyak 0 siswa.
Tabel 4.3
Nilai nominasi emotional intelligence
No
Responden
1
Skor
27
Nilai Nominal
A
2
27
A
3
23
B
4
29
A
5
27
A
6
21
B
7
26
A
8
24
A
9
27
A
10
19
B
11
27
A
12
29
A
13
27
A
14
27
A
15
29
A
16
28
A
17
29
A
18
27
A
19
29
A
20
29
A
21
27
A
22
29
A
23
23
B
24
23
B
25
28
A
26
29
A
27
22
B
28
28
A
29
24
A
30
25
A
31
28
A
32
28
A
33
24
A
34
21
B
35
26
A
36
21
B
37
29
A
38
24
A
39
26
A
40
29
A
41
25
A
42
26
A
43
28
A
44
25
A
45
26
A
46
27
A
47
29
A
48
28
A
49
29
A
50
25
A
51
26
A
52
28
A
53
27
A
54
29
A
55
27
A
56
26
A
57
29
A
58
27
A
59
27
A
60
24
A
61
27
A
62
26
A
63
28
A
64
26
A
65
24
A
c. Menetapkan klasifikasi emotional intelligence
Setelah diketahui berapa banyak siswa yang memiliki emotional
intelligence tinggi, sedang, dan rendah kemudian masing-masing
variabel dipresentasikan. Adapun gambaran tentang prosentase dari
masing-masing kategori adalah sebagai berikut:
1) Tingkat emotional intelligence yang mendapat nilai dengan
nominasi A sebanyak 57 siswa, maka dapat dinyatakan dalam
persentase seperti di bawah ini:
P
=
=
x 100%
= 87,69%
2) Tingkat emotional intelligence yang mendapat nilai dengan
nominasi B sebanyak 8 siswa, maka dapat dinyatakan dalam
persentase seperti di bawah ini:
P
=
=
x 100%
= 12,30%
3) Tingkat emotional intelligence yang mendapat nilai dengan
nominasi C sebanyak 0 siswa, maka dapat dinyatakan dalam
prosentase seperti di bawah ini:
P
=
=
x 100%
=0%
Tabel 4.4
Frekuensi emotional intelligence
No
1
2
3
Kategori
Tinggi (A)
Sedang (B)
Rendah (C)
Nilai Interval
24-30
17-23
10-16
Frekuensi
57
8
0
Persentase
87,69%
12,30%
0%
Dari tabel di atas diperoleh bahwa 57 responden memiliki
emotional intelligence tinggi, 8 responden memiliki emotional
intelligence sedang, dan 0 responden memiliki emotional intelligence
rendah.
Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa:
1) Siswa yang mendapat nilai A pada tingkat emotional intelligence
sebanyak 57 siswa dengan persentase 87,69 %.
2) Siswa yang mendapat nilai B pada tingkat emotional intelligence
sebanyak 8 siswa dengan persentase 12,30 %.
3) Siswa yang mendapat nilai C pada tingkat emotional intelligence
sebanyak 5 siswa dengan persentase 0 %.
2. Data Akhlaqul Karimah
a. Data skor akhlaqul karimah
Data tentang akhlaqul karimah diperoleh dari penyebaran angket
yang terdiri dari 10 pertanyaan, masing-masing pertanyaan dengan
bobot nilai sebagai berikut:
1) Bila jawaban (a) diberi bobot nilai: 3
2) Bila jawaban (b) diberi bobot nilai: 2
3) Bila jawaban (c) diberi bobot nilai: 1
Tabel 4.5
Distribusi angket akhlaqul karimah
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Distribusi Jawaban
A
B
C
8
1
1
9
1
5
1
4
7
1
2
6
3
1
8
1
1
7
3
9
1
9
1
1
7
2
6
2
2
9
1
9
1
4
2
4
9
1
8
2
9
1
7
3
9
1
8
2
5
4
1
9
1
6
3
1
4
4
2
9
1
8
2
4
2
4
8
1
1
5
5
5
5
9
1
9
1
9
1
3
6
1
8
2
4
5
1
3
24
27
15
21
18
24
21
27
27
3
18
27
27
12
27
24
27
21
27
24
15
27
18
12
27
24
12
24
15
15
27
27
27
9
24
12
Nilai
2
2
2
2
2
6
2
6
2
2
14
4
2
2
4
2
4
2
6
2
4
8
2
6
8
2
4
4
2
10
10
2
2
2
12
4
10
Skor
1
1
0
4
2
1
1
0
0
0
2
2
0
0
4
0
0
0
0
0
0
1
0
1
2
0
0
4
1
0
0
0
0
0
1
0
1
27
29
21
25
25
27
27
29
29
19
24
29
29
20
29
28
29
27
29
28
24
29
25
22
29
28
20
27
25
25
29
29
29
22
28
23
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
7
9
7
9
8
8
5
7
9
9
9
6
5
4
8
9
8
7
8
9
8
9
8
9
7
8
9
8
7
3
1
3
1
2
2
4
2
1
1
1
2
4
5
2
1
1
2
2
1
1
1
1
1
3
2
1
2
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
Jumlah
21
27
21
27
24
24
15
21
27
27
27
18
15
12
24
27
24
21
24
27
24
27
24
27
21
24
27
24
21
6
2
6
2
4
4
8
4
2
2
2
4
8
10
4
2
2
4
4
2
2
2
2
2
6
4
2
4
4
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
2
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
27
29
27
29
28
28
24
26
29
29
29
24
24
23
28
29
27
26
28
29
27
29
27
29
27
28
29
28
26
1737
b. Mencari lebar interval (i) untuk membuat kategori akhlaqul karimah
Untuk mengetahui hubungan akhlaqul karimah dengan jumlah 10
item diketahui nilai tertinggi 29 dan nilai terendah 19. Selanjutnya
peneliti membuat interval kategori dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
i = (nilai tertinggi – nilai terendah) +1
k
i = (30-10)+1
3
i = 21
3
i=7
Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui seberapa
tinggi tingkat akhlaqul karimah seperti tabel di bawah ini:
Tabel 4.6
Interval akhlaqul karimah kelas XI
SMK NU Roudhotul Furqon
Nilai nominal
Nilai Interval
Jumlah Siswa
24-30
57
A
17-23
8
B
10-16
0
C
Dengan demikian dapat diketahui:
1) Untuk akhlaqul karimah yang memiliki nilai tinggi dengan interval
24-30 sebanyak 57 siswa
2) Untuk akhlaqul karimah yang memiliki nilai sedang dengan
interval 17-23 sebanyak 8 siswa
3) Untuk akhlaqul karimah yang memiliki nilai rendah dengan
interval 10-16 sebanyak 0 siswa.
Tabel 4.7
Nilai nominasi akhlaqul karimah kelas XI
SMK NU Roudhotul Furqon
No Responden
Skor
Nilai Nominal
1
27
A
2
29
A
3
21
B
4
25
A
5
25
A
6
27
A
7
27
A
8
29
A
9
29
A
10
19
B
11
24
A
12
29
A
13
29
A
14
20
B
15
29
A
16
28
A
17
29
A
18
27
A
19
29
A
20
28
A
21
24
A
22
29
A
23
25
A
24
22
B
25
29
A
26
28
A
27
20
B
28
27
A
29
25
A
30
25
A
31
29
A
32
29
A
33
29
A
34
22
B
35
28
A
36
23
B
37
27
A
38
29
A
39
27
A
40
29
A
41
28
A
42
28
A
43
24
A
44
26
A
45
29
A
46
29
A
47
29
A
48
24
A
49
24
A
50
23
B
51
28
A
52
29
A
53
27
A
54
26
A
55
28
A
56
29
A
57
27
A
58
29
A
59
27
A
60
29
A
61
27
A
62
28
A
63
29
A
64
28
A
65
26
A
c. Menetapkan klasifikasi akhlaqul karimah
Setelah diketahui berapa banyak siswa yang memiliki akhlaqul
karimah tinggi, sedang, dan rendah kemudian masing-masing variabel
dipersentasikan. Adapun gambaran tentang presentase dari masingmasing kategori adalah sebagai berikut:
1) Tingkat akhlaqul karimah yang mendapat nilai dengan nominasi A
sebanyak 57 siswa, maka dapat dinyatakan dalam persentase
seperti di bawah ini:
P
=
=
x 100%
= 87,69%
2) Tingkat akhlaqul karimah yang mendapat nilai dengan nominasi B
sebanyak 8 siswa, maka dapat dinyatakan dalam persentase seperti
di bawah ini:
P
=
=
x 100%
= 12,30%
3) Tingkat akhlaqul karimah yang mendapat nilai dengan nominasi C
sebanyak 0 siswa, maka dapat dinyatakan dalam persentase seperti
di bawah ini:
P
=
=
x 100%
= 0%
Kemudian untuk dapat mengetahui tinggi rendahnya frekuensi dari
persentase tentang akhlaqul karimah bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8
Persentase akhlaqul karimah
No
Kategori
1
2
3
Tinggi (A)
Sedang (B)
Rendah (C)
Nilai
Interval
24-30
17-23
10-16
Frekuensi
Persentase
57
8
0
87,69%
12,30%
0%
Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa:
1) Siswa yang mendapat nilai A pada tingkat akhlaqul karimah
sebanyak 57 siswa dengan persentase 87,69 %.
2) Siswa yang mendapat nilai B pada tingkat akhlaqul karimah
sebanyak 8 siswa dengan persentase 12,30 %.
3) Siswa yang mendapat nilai C pada tingkat akhlaqul karimah
sebanyak 0 siswa dengan persentase 0 %.
B. Analisis Uji Hipotesis
Analisis uji hipotesis digunakan untuk menganalisis tentang ada
tidaknya hubungan emotional intelligence terhadap akhlaqul karimah siswa
SMK NU Roudhotul Furqon maka data yang diperoleh akan dianalisis.
Adapun dalam menganalisis data tersebut penulis akan menggunakan teknik
korelasi product moment yang rumusnya sebagai berikut:
Rumus product moment:
rxy 
N  XY   X  Y 
N  X   X  N  Y   Y  
2
2
2
Keterangan:
rxy : Koefisienkorelasi
x
: skor variable x
y
: skor variabel y
x2
: kuadrat x
y2
: Kuadrat y
xy : jumlah hasil perkalian x dan y
N
: Jumlah sampel yang diteliti
2
Langkah selanjutnya menyiapkan table kerja untuk mencantumkan
koefisien antara variabel X (emotional intelligence) dan variabel Y (akhlaqul
karimah). untuk mencari koefisien korelasi antara variabel pertama dan
kedua.
No.
Resp
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
X
Y
X2
Y2
X.Y
27
27
23
29
27
21
26
24
27
19
27
29
27
27
29
28
29
27
29
29
27
29
23
23
28
29
22
28
24
25
28
28
24
21
27
29
21
25
25
27
27
29
29
19
24
29
29
20
29
28
29
27
29
28
24
29
25
22
29
28
20
27
25
25
29
29
29
22
729
729
529
841
729
441
676
576
729
361
729
841
729
729
841
784
841
729
841
841
729
841
529
529
784
841
484
784
576
625
784
784
576
441
729
841
441
625
625
729
729
841
841
361
576
841
841
400
841
784
841
729
841
784
576
841
625
484
841
784
400
729
625
625
841
841
841
484
729
783
970
725
675
567
702
696
783
361
648
841
696
540
841
784
841
729
841
812
648
841
575
506
812
812
440
756
600
625
812
812
696
462
35
676
784
728
26
28
36
21
23
441
529
483
37
841
729
783
29
27
38
24
29
576
841
696
39
676
729
702
26
27
40
29
29
841
841
841
41
625
784
700
25
28
42
26
28
676
784
728
43
784
576
672
28
24
44
25
26
625
676
650
45
676
841
754
26
29
46
27
29
729
841
783
47
841
841
841
29
29
48
28
24
784
576
672
49
29
24
841
576
696
50
25
23
625
529
575
51
26
28
676
784
728
52
28
29
784
841
812
53
27
27
729
729
729
54
841
676
754
29
26
55
27
28
729
784
756
56
676
841
754
26
29
57
29
27
841
729
783
58
729
841
783
27
29
59
27
27
729
729
729
60
576
841
696
24
29
61
27
27
729
729
729
62
841
784
728
26
28
63
28
29
784
841
812
64
841
784
728
26
28
65
24
26
576
676
624
Jumlah
46410
1714
1737 45890 46863
Dengan melihat tabel kerja koefisien di atas dapat diketahui:
∑X = 1714
∑Y = 1737
∑X² = 45890
∑Y² = 46863
X.Y = 46410
Untuk mengetahui persentase emotional intelligence terhadap
akhlaqul karimah siswa dapat digunakan rumus product moment:
rxy 
N  XY   X  Y 
N  X   X  N  Y   Y  
2
rxy =
2
2
2
(65)(46410)-(1714)(1737)
√{(65. 45890)-( 1714)2}{(65. 46863)-( 1737)2 }
rxy =
3016650-2977218
√{(2982850-2937796)(3046095-3017169)
rxy =
39432
√ (45054)(28926)
rxy =
39432
√1303232004
rxy = 39432
36100,3048
rxy = 1,09
C. Pembahasan
Setelah data berhasil di uji dengan menggunakan teknik product
moment dan diperoleh
rxy
sebesar 1,09.
Kemudian hasil tersebut
dikonsultasikan dengan r tabel dengan jumlah 65 siswa dengan menggunakan
taraf signifikasi 5% diperoleh nilai = 0,244 analisis data yang diperoleh dari
rumus product moment menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara variabel x dengan y pada siswa SMK NU Roudhotul Furqon tahun
pelajaran 2015/2016. Hal ini terbukti karena rxy lebih besar dari pada r tabel
(r product moment) yaitu sebesar 1,09 yang mana dengan N 65 diperoleh
nilai r pada pada tabel dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,244. Artinya,
ada hubungan positif antara emotional intelligence terhadap akhlaqul karimah
siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon tahun pelajaran 2015/2016.
Sehingga hipotesis dapat diterima berarti emotional intelligence berhubungan
terhadap akhlaqul karimah siswa SMK NU Roudhotul Furqon
pelajaran 2015/2016.
tahun
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pokok masalah dalam penulisan skripsi dan penelitian di
lapangan, serta analisis data dari hasil penelitian, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Emotional intelligence di SMK NU Roudhotul Furqon, berdasarkan
analisis data diperoleh bahwa 57 responden memiliki emotional
intelligence tinggi, 8 responden memiliki emotional intelligence sedang,
dan 0 responden memiliki emotional intelligence rendah.
2. Akhlaqul karimah siswa di SMK NU Roudhotul Furqon, berdasarkan
analisis data diperoleh bahwa dari tabel di atas diperoleh bahwa 57
responden memiliki akhlaqul karimah tinggi, 8 responden memiliki
akhlaqul karimah sedang, dan 0 responden memiliki akhlaqul karimah
rendah.
3. Dari hasil olah data menyatakan ada hubungan yang signifikan antara
emotional intelligence dengan akhlakul karimah siswa kelas XI di SMK
NU Roudhotul Furqon tahun pelajaran 2015/2016. Pada uji hasil yang
diperoleh adalah r hitung lebih besar dari r tabel yaitu 1,69>0,244 pada
taraf signifikansi 5% maka hasil yang diperoleh adalah signifikan.
Artinya, hipotesis yang di ajukan oleh penulis dapat diterima, yaitu “ada
hubungan antara emotional intelligence dengan akhlakul karimah siswa
kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon tahun pelajaran 2015/2016”.
B. Saran
Berdasarkan temuan dari hasil penelitian, maka beberapa saran yang
perlu penulis sampaikan, yaitu :
1. Siswa hendaknya memiliki emotional intelligence, karena dengan
emotional intelligence akan membawa siswa menuju kedalam kesuksesan
yang diinginkan.
2. Dalam pelaksanaan kegiatan pengajaran pendidikan agama, khususnya
pembiasaan kecerdasan emosi dan akhlaq, hal yang lebih ditingkatkan
adalah aspek uswah hasanah dan bukan mauidhoh hasanah. Dalam hal
ini uswah dari guru agama dan guru secara umjum sangat diperlukan guna
menunjang dan meningkatkan kualitas akhlaqul karimah siswa.
3. Kepada orang tua siswa dan mereka yang terlibat baik secara langsung
maupun
tidak
langsung
dalam
pembinaan
moral,
hendaknya
meningkatkan kepedulian pelaksanaan pendidikan agama dan agama
sebagai iklim dalam keluarga, masyarakat, ataupun sekolah.
Daftar Pustaka
Adz-dzaky, Hamdani Bakran. 2005. Psikologi Kenabian. Yogyakarta: Daristy.
2006. Konseling
Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru
dan
Psikoterapi
Islam.
Agustian, Ary Ginanjar. 2005. Rahasia Sukses membangun kecerdasan emosi dan
spiritual (The ESQ way 165). Jakarta: Arga.
Ahmadi, Wahid. 2004. Risalah Akhlak. Solo: Era Intermedia.
Alder, Harry. 2011. Boost Your Intelligence. Jakarta: Erlangga.
Arifin, Bey dan Said, Abdullah. 1981. Rahasia Ketahanan Mental dan Bina
Mental dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
Aritkunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka.
Baharuddin. 2005. Aktualisasi Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2007. Paradigma Psikologi Pendidikan. Cet. Ke-2. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
El-Sutha, Saiful Hadi. 2009. Mau Sukses? Berbakti Pada Orang Tua?. Erlangga.
2009. Orang Cerdas Gak Gampang Diboongin!Orang Arif
Gak Ngeboongin Orang. Jakarta: Erlangga.
2012. 50 Tiket Murah ke Surga Yang Harus Anda Ketahui
Sebelum Mati. Yogyakarta: Najah.
Goleman, Daniel. 1996. Emotional Intelligence. Terjemahan oleh T. Hermaya.
Cet. Ke-2. Jakata: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research. Cet. Ke-XII. Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.
Halim, M. Nipan Abdul Halim. 2000. Menghias Diri Dengan Akhlak Terpuji.
Yogyakarta: Mitra pustaka.
Hartati, Netty, dkk. 2004. Islam dan Psikologi. Jakarta: RajaGafindo Persada.
Hasan, M. Iqbal. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). Cet.
Ke-2. Jakarta: Bumi Aksara.
Hude, M. Darwis. 2006. Emosi. Jakarta: Erlangga.
Imam, Kam. 2009. Quantum Emotion. Jogjakarta: Garailmu.
Islamiyah, Djami‟atul. 2013. Psikologi Agama. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
Lathifah, Annisa. 2008. La Tahzan for Modern muslimah. Bandung: DAR!
Mizan.
Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia, Jakarta: Gema Insani.
Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Cet. Ke-2. Jakarta: PT
RajaGrafido Persada.
Maurus, J. 2014. Mengembangkan Emosi Positif. Yogyakarta: Bright Publisher.
Muallifah. 2009. Psycho Islamic Smart Parenting. Yogyakarta: DIVA Press.
Murshafi, Muhammad Ali. 2009. Mendidik Anak Agar Cerdas dan Berbakti.
Surakarta: Cinta.
Musthafa, Yasin. 2007. EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam.
Sketsa.
Rusdi. 2011. Rahasia Memaafkan bagi Kesehatan Tubuh. Jogjakarta: Sabil.
Saebani, Ahmad dan Hamid, Abdul. 2010. Ilmu Akhlak. Bandung: Pustaka Setia.
Saleh, Akh. Muwafik. 2011. Belajar Dengan Hati Nurani. Jakarta: Erlangga.
Satiadarma, Monty P. Dan Waruwu, Fidelis E. 2003. Mendidik Kecerdasan.
Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Soebachman, Adiba A. 2014. 6 Spirit Mahadahsyat. Yogyakarta: Syura Media
Utama.
2012. Rahasia 5 Kekuatan Sapujagad, Yogyakarta: Syura
Media Utama.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Cet. Ke-4.
Bandung: Alfabeta.
Sulistami D, Ratna dan Mahdi, Erlina Manaf. 2006. Universal Intelligence.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Suyadi. 2014. Teori Pembelajaran Anak Usia Dini. Cet. Ke-2. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Syalabi, Yaasir. 2003. 25 Penyebab Kesulitan Hidup. Jakarta: Gema Insani Press.
Syantut, Khalid Ahmad. 2007. Melejitkan Potensi Moral dan Spiritual Anak.
Bandung: Syaamil Cipta Media.
Tafsir, Ahmad. 2008. Mengajar Anak Berakhlak Al-Qur‟an. Cet. ke-3. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
2011. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Cet. Ke-11.
Bandung: Rosdakarya.
Tasmara, Toto. 2001. Kecerdasan Ruhaniyah (Transendental Inteligence).
Jakarta: Gema Insani.
Tatapangarsa, Humaidi. 1980. Pengantar Ilmu Akhlak. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Tim Penyusun KBBI. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet ke-3. Jakarta:
Balai Pustaka.
Wijanarko, jarot. 2010. Multiple intelligence anak cerdas ceria berakhlak. Cet.
Ke-5. Banten: Happy Holy Kids.
http://belajarpsikologi.com/ 2009/12/09 cara-meningkatkan-kecerdasan-emosi-eq/
diakses 16 Juni 2015.
ANGKET PENELITIAN
Nama
:
Kelas
:
Jurusan
:
Petunjuk Penelitian
Berilah tanda silang jawaban sesuai dengan keadaan anda yang sebenarnya.
Jawaban dijamin kerahasiaan dan tidak mempengaruhi nilai anda.
Daftar Pertanyaan
I.
Emotional Intelligence
1. Ketika anda mempunyai suatu keinginan dan keinginan tersebut
belum tercapai maka apa yang anda lakukan?
a. Tetap berusaha mencapai keinginan tersebut
b. Menerima keadaan yang ada
c. Melupakan keinginan tersebut
2. Apa yang anda lakukan ketika diberi tugas oleh bapak atau ibu
guru?
a. Melaksanakannya
dengan
sungguh-sungguh
karena
memang tugas dari guru
b. Melaksanakannya dengan sungguh-sungguh karena mapel
yang disukai
c. Melaksanakannya dengan sungguh-sungguh karena tidak
ada tugas yang lain
3. Bagaimana perasaan anda jika mengerjakan tugas yang sangat
sulit?
a. Menerimanya dengan senang hati
b. Menerimanya dengan biasa saja
c. Menerimanya dengan terpaksa
4. Ketika cara berpakaian anda dikritik, apakah yang akan anda
lakukan ?
a. Memperbaiki cara berpakaian
b. Menerima kritikan tanpa merubah cara berpakaian
c. Menolak kritikan tersebut
5. Apabila anda mempunyai kebiasaan makan sambil berjalan di
sekolah, apa yang akan anda lakukan jika diingatkan ?
a. Menghilangkan kebiasaan tersebut
b. Menerima kritikan tanpa merubah kebiasaan tersebut
c. Menolak kritikan tersebut
6. Ada salah satu teman anda yang mengalami musibah, apa yang
anda lakukan?
a. Membantunya dengan semaksimal mungkin
b. Membantu sebisanya
c. Membantu dengan terpaksa
7. Ketika teman anda mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas
matematika, kemudian dia meminta anda untuk membantunya.
Apa yang akan anda lakukan?
a. Membantunya dengan sungguh-sungguh
b. Membantunya asalkan tidak mengganggu waktu
c. Membantunya dengan meminta imbalan
8. Teman anda yang sedang sakit meminta untuk ditemani, sedangkan
anda mempunyai acara pribadi. Mana yang anda prioritaskan?
a. Menemani teman, karena dia sedang membutuhkan
b. Mencarikan teman untuk menemaninya
c. Tetap memilih acara pribadi
9. Jika anda seorang murid baru, apa yang akan anda lakukan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah tersebut ?
a. Memperkenalkan diri secara aktif
b. Menunggu diperkenalkan oleh teman
c. Menunggu orang lain memperkenalkan diri pada saya
10. Apa yang akan anda lakukan ketika mempunyai teman baru yang
karakternya lebih pendiam dengan anda?
a. Mengajaknya untuk berbicara
b. Mengajak berbicara hanya sekadarnya
c. Menunggu teman baru mengajak berbicara
II.
Akhlaqul Karimah Siswa
1. Apa yang anda lakukan ketika melihat ibu anda menyapu lantai,
sedangkan anda menonton televisi?
a. Menggantikan ibu yang sedang menyapu
b. Menggantikannya ketika sudah di suruh
c. Membiarkan ibu menyapu
2. Ketika orang tua anda memberikan nasehat yang baik, apa yang
akan anda lakukan?
a. Melaksanakan nasehatnya
b. Melaksanakan nasehat dengan terpaksa
c. Hanya menerima nasehat tersebut
3. Apa yang anda lakukan ketika disuruh untuk membelikan sesuatu
oleh orang tua?
a. Melaksanakannya dengan sungguh-sungguh
b. Melaksanakan dengan meminta imbalan
c. Melaksanakan dengan terpaksa
4. Apa yang anda lakukan ketika guru menjelaskan pelajaran di depan
kelas?
a. Mencatat hal-hal yang penting
b. Mencatat sambil bergurau dengan teman
c. Tidak mencatat dan bergurau dengan teman
5. Apabila teman anda meminta maaf, apa yang akan anda lakukan?
a. Memaafkannya dengan tulus
b. Memaafkannya karena bujukan teman
c. Memaafkannya dengan terpaksa
6. Bagaimana perasaan anda ketika berbohong kepada orang tua?
a. Menyesali dan minta maaf
b. Merasa menyesalinya
c. Tidak menyesalinya
7. Apa yang akan anda lakukan jika menemukan dompet di dalam
kelas?
a. Mengumumkan di depan kelas
b. Membiarkannya di dalam kelas
c. Mengambilnya dengan diam-diam
8. Teman anda tidak dapat menjalankan piket karena sakit, apa yang
akan anda lakukan?
a. Menggantikan piket dengan senang hati
b. Menggantikan piket kalau disuruh teman yang lain
c. Tidak peduli karena bukan tugas saya
9. Ketika anda ke toilet dan anda lama menunggu antrian. Apa yang
akan anda lakukan?
a. Sabar untuk menunggu antrian
b. Menunggu antrian dengan rasa marah
c. Menggedor-gedor pintu toilet
10. Apa yang akan anda lakukan ketika guru datang terlambat?
a. Melapor kepada guru piket
b. Menunggu dan mempersiapkan materi pelajaran
c. Bermain dengan teman
RIWAYAT HIDUP
1. Nama
: Iin Masidhoh
2. Tempat dan Tanggal lahir
: Semarang, 11 Februari 1991
3. Jenis kelamin
: Perempuan
4. Warga Negara
: Indonesia
5. Agama
: Islam
6. Alamat
: Dsn. Kali Bendo Ds. Candi Rt. 02 Rw. 01
Kec. Bandungan Kab. Semarang
7. Riwayat Pendidikan
:
a. RA Al-Bidayah
Tahun 1995-1997
b. MI Al-Bidayah
Tahun 1997-2003
c. MTS Al-Bidayah
Tahun 2003-2006
d. MA Al-Bidayah
Tahun 2006-2009
8. Pengalaman organisasi
:
a. Wakil bendahara umum HMI Cabang
Tahun 2012
Salatiga Komisariat Walisongo
b. Bendahara umum HMI Cabang Salatiga
Tahun 2014
Komisariat Walisongo
c. Wakil bandahara umum HMI Cabang
Tahun 2015
Salatiga
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benamya.
Salatiga, Agustus 2015
Penulis
Iin Masidhoh
Nim: 111 11 013
DAFTAR NILAI SKK
Nama
: Iin Masidhoh
Jurusan
: Tarbiyah
Nim
: 111 11 013
Progdi
: PAI
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Nama Kegiatan
OPAK “ Revitalisasi Gerakan
Mahasiswa Di Era Modern Untuk
Kejayaan Indonesia” (DEMA)
Membangun Mahasiswa Cerdas
Emosi, Spiritual, Dan Intelektual
Melalui Achievement Motivation
Training (AMT)
Menemukan Muara Sebagai
Mahasiswa Rahmatan Lil Alamin
Seminar Entrepreneurship dan
Koperasi
User
Education
(Pendidikan
Pemakai)”
Basic Training (LKI) “Membangun
Pola Idealitas Mahasiswa di Tengah
Pergolakan Arus global Guna
Mencapai Insan yang Militan dan
Bernafaskan Islam”(HMI)
Perbandingan
Peran
dan
Kedudukan Perempuan Indonesia
dengan Australia
Seminar
Pendidikan
“Menuju
Pendidikan Indonesia yang Ideal”
(HMI)
Public Hearing “Meningkatkan
Kepekaan dan Transparansi Kinerja
Lembaga Menuju Kampus yang
Amanah”
Seminar
Regional
“Peran
Mahasiswa
dalam
Mengawali
BLSM (BLT) Tepat Sasaran”
Dialog Publik dan Silaturahim
Nasional
“Kemanakah
Arah
Kebijakan
BBM?Mendorong
Tanggal
Keterangan
Nilai
20-22 Agustus
2011
Peserta
3
23 Agustus 2011
Peserta
2
24 agustus 2011
Peserta
2
25 Agustus 2011
Peserta
2
20 September
2011
Peserta
2
13-16 Oktober
Peserta
2
18 November
2011
Peserta
2
28 Desember
2011
Peserta
2
27 Maret 2012
Peserta
2
03 Mei 2012
Peserta
4
10 November
2012
Peserta
2
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Subsidi BBM Untuk Rakyat”
Muslimah Sejati, Tetap Gaul Tapi 01 Desember 2012
Syar‟i
Tafsir Tematik dalam Upaya 01 Desember 2012
Menjawab Persoalan Israel dan
Palestina
SK
Pengesahan
Susunan 08 Februari 2013
Kepanitiaan RAK ke-XXIV HMI
Cabang
Salatiga
Komisariat
Walisongo Periode 2013-2014
SK Pengesahan Susunan Panitia 18 Februari 2013
Pelaksana Seminar Pendidikan
HMI Cabang Salatiga Komisariat
Walisongo Periode 2013-2014
Seminar Nasional “Kepemimpinan 23 Februari 2013
dan Masa Depan Bangsa”
Seminar Pencegahan Bahaya Napza
29 april 2013
(Narkotika, Psikotropa, dan Zat
Adiktif), HIV/AIDS Mewaspadai
Pergaulan
Bebas
Untuk
Membentuk Remaja yang Tangguh
dan Launching PIK SAHAJASA
STAIN Salatiga
SK Pengesahan Pengurus Hasil
27 Juni 2013
Reshuffle HMI Cabang Salatiga
Komisariat walisongo Periode
2011-2012
Diskusi Ilmiah (Solusi Matematika
25 September
– Somath)
2013
Bakti Sosial Pengobatan Gratis 5 November 2013
(HMI)
SK Pengesahan Susunan Panitia 18 Desember 2013
Pelaksana Pelantikan Pengurus
HMI
Komisariat
Walisongo
Periode 2013-2014
SK Susunan pengurus HMI Cabang
11 Januari 2014
Salatiga Komisariat Walisongo
Periode 2013-2014
Sarasehan Akbar Bersama Tokoh
15 Maret 2014
Nasional “Komitmen politik Islam
dalam Menata arah Masa Depan
Bangsa Indonesia”(HMI)
Talk Show “How to be a
7 April 2014
Successfull Creative preneur to
Face
ASEAN
Economic
Peserta
2
Panitia
3
Panitia
3
Panitia
3
Peserta
2
Peserta
2
Pengurus
4
Peserta
Panitia
2
3
Panitia
3
Pengurus
4
Peserta
2
Peserta
2
Community 2015”
Download