HUBUNGAN EMOTIONAL INTELLIGENCE TERHADAP AKHLAQUL KARIMAH SISWA KELAS XI DI SMK NU ROUDHOTUL FURQON KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) Oleh IIN MASIDHOH NIM 111 11 013 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015 MOTTO Artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Mujadillah: 11)”. PERSEMBAHAN Kupersembahkan skripsi ini untuk: 1. Keluarga besarku terutama pada ayahku Bapak Multazam, Ibuku Siti Badriyah, dan adikku Muhammad Aminin yang selalu memberi nasihat, kasih sayang, bimbingan dan motivasi serta dukungan materi. 2. Sahabat kecilku, yaitu Mahdzuroh, Dayah, Iyah, Takul, dan Prapti yang selalu menemani di saat suka maupun senang, yang selalu memotivasi dan memberi banyak dukungan. 3. Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yaitu mbk Nida, pak Rizal, pak Hadi, bang Hasan, bang Pras, bang Alwi, bang Sentot, Luluk, Nurul, Regina, Sahal, Didik, Najmi, Shokif, Washaq, Sueb, Zainal, Ryan, Arfan, dan keluarga besar HMI Cabarg Salatiga lainnya yang selalu memberikanku semangat berjuang dalam berorganisasi serta memberikan banyak pelajaran yang berharga dan ilmu yang bermanfaat. 4. Teman-temanku di kampus yaitu kelas PAI A angkatan tahun 2011, kelompok PPL, kelompok KKN, dan teman lainnya di IAIN Salatiga. KATA PENGANTAR Asslamu‟alaikum Wr. Wb Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga. 2. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). 3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M.Si. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini. 4. M. Farid Abdullah, S.Pdi., M.Hum selaku pembimbing akademik. 5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Kepala sekolah, guru, dan siswa SMK NU Roudhotul Furqon yang telah memberikan izin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di sekolah tersebut. 7. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Wassalamu‟alaikum Wr. Wb Salatiga, Agustus 2015 Penulis IIN MASIDHOH NIM: 111 11 013 ABSTRAK Masidhoh. Iin. 2015 Hubungan Emotional Intelligence Terhadap Akhlaqul Karimah Siswa Kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Dra. Siti Asdiqah M.Si. Kata kunci: emotional intelligence dan akhlaqul karimah. Latar belakang penelitian ini bertolak pada banyak pendapat bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh IQ, tetapi fakta yang ada justru berbeda dengan asumsi itu. Kecerdasan emosi (EQ) memegang peranan yang sangat penting dalam setiap keberhasilan seseorang. Sekolah harus membangun budaya yang mengedepankan aspek moral, cinta kasih, kelembutan, dan menjauhkan diri dari nilai-nilai kekerasan. Dengan usaha-usaha tersebut diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan emosional yang akan memberikan pengaruh terhadap akhlak siswa. Pendidikan akhlak adalah persoalan nilai, oleh karena itu kewajiban semua insan akademis untuk merealisasikan nilai dalam pendidikan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah; 1) Bagaimana emotional intelligence siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016?, 2) Bagaimana akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016?, 3) Bagaimana hubungan emotional intelligence terhadap akhlakul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016?. Tujuan dari penelitian ini adalah; 1) Mengetahui emotional intelligence siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016, 2) Mengetahui akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016, 3) Mengetahui hubungan emotional intelligence terhadap akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Subjek penelitian sebanyak 65 responden. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner yang berbentuk angket untuk menjaring data emotional intelligence dan akhlaqul karimah. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan product moment. Dari analisa data yang dilakukan didapatkan hasil: Emotional intelligence di SMK NU Roudhotul Furqon yang termasuk dalam kategori tinggi (A) sebanyak 57 siswa atau 87,69 %, sedang (B) sebanyak 8 siswa atau 12,30 %, dan rendah (C) sebanyak 0 siswa atau 0 %. Akhlaqul karimah siswa kelas XI SMK NU roudhotul Furqon yang temasuk dalam kategori tinggi (A) sebanyak 57 siswa atau 87,69 %, sedang (B) pada tingkat akhlaqul karimah sebanyak 8 siswa atau 12,30 %, dan rendah (C) sebanyak 0 siswa atau 0 %. Berdasarkan analisis data, ada hubungan yang signifikan antara emotional intelligence dengan akhlaqul karimah siswa, hal ini dibuktikrn dengan ro = 1,09 kemudian dikonsultasikan dengan harga r table pada taraf 5% (0,244) artinya, berdasarkan tabel r product moment, ro lebih besar atau sama dengan rt. Maka dapat disimpulkan bahwa emotional intelligence berhubungan signifikan terhadap akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon tahun pelajaran 2015/2016. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................... i LEMBAR BERLOGO........................................................................ ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING................................................. iii PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................... v MOTTO............................................................................................... vi PERSEMBAHAN............................................................................... vii KATA PENGANTAR ....................................................................... viii ABSTRAK.......................................................................................... x DAFTAR ISI....................................................................................... xii DAFTAR TABEL............................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1 B. Rumusan Masalah................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ................................................................... 6 D. Hipotesis ................................................................................. 7 E. Kegunaan Penelitian ............................................................... 7 F. Definisi Operasional ............................................................... 8 G. Metode Penelitian ................................................................... 11 H. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................... BAB II KAJIAN PUSTAKA 16 18 A. Macam-Macam Kecerdasan .................................................. 18 1. Pengertian Kecerdasan ..................................................... 18 2. Pengerian Emotional Intelligence .................................... 22 3. Macam-Macam Emosi ..................................................... 26 4. Cara Meningkatkan Emotional Intelligence ..................... 33 B. Akhlaqul Karimah .................................................................. 35 1. Pengertian Akhlaq ............................................................ 35 2. Pokok-Pokok Akhlaqul Karimah ..................................... 37 3. Macam-Macam Akhlaqul Karimah .................................. 39 C. Hubungan Emotional Intelligence dengan Akhlaqul 55 Karimah Siswa ....................................................................... BAB III HASIL PENELITIAN.......................................................... 57 A. Gambaran Umum SMK NU Roudhotul Furqon .................... 57 1. Sejarah Berdirinya ............................................................ 57 2. Lokasi SMK NU Roudhotul Furqon ................................ 58 3. Visi dan misi SMK NU Roudhotul Furqon ...................... 58 4. Struktur Organisasi ........................................................... 59 5. Tujuan SMK NU Roudhotul Furqon ................................ 59 6. Program keahlian di SMK NU Roudhotul Furqon .......... 60 7. Kurikulum ........................................................................ 60 8. Data Guru dan Karyawan ................................................. 61 9. Data Kesiswaan ................................................................ 62 10. Sarana dan Prasarana ........................................................ 63 11. Kegiatan Ekstrakulikuler .................................................. 64 B. Penyajian data........................................................................ 65 1. Subjek Penelitian .............................................................. 65 2. Hasil Penelitian Melalui Angket ..................................... 67 BAB IV ANALISIS DATA............................................................... 71 A. Analisis Pendahuluan ............................................................. 72 B. Analisis Uji hipotesis ............................................................. 88 C. Pembahasan ............................................................................ 91 BAB V PENUTUP.............................................................................. 93 A. Kesimpulan ............................................................................. 93 B. Saran........................................................................................ 94 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Variabel Emotional Intelligence .............................................. 14 Tabel 1.2 Variabel Akhlaqul Karimah ..................................................... 15 Tabel 3.1 Struktur Organisasi SMK NU Roudhotul Furqon ................... 60 Tabel 3.2 Data Guru SMK NU Roudhotul Furqon ................................. 62 Tabel 3.3 Data kepegawaian SMK NU Roudhotul Furqon .................... 63 Tabel 3.4 Data Kesiswaan SMK NU Roudhotul Furqon ........................ 64 Tabel 3.5 Data sarana dan prasarana SMK NU Roudhotul Furqon ......... 64 Tabel 3.6 Kegiatan Ekstrakulikuler SMK NU Roudhotul Furqon .......... 64 Tabel 3.7 Daftar Responden SMK NU Roudhotul Furqon ..................... 65 Tabel 3.8 Hasil Angket Emotional Intelligence ...................................... 68 Tabel 3.9 Hasil Angket Akhlaqul Karimah ............................................. 70 Tabel 4.1 Data Skor Emotional Intelligence ........................................... 75 Tabel 4.2 Interval Emotional Intelligence ............................................... 78 Tabel 4.3 Nilai Nominasi Emotional Intelligence ................................... 78 Tabel 4.4 Frekuensi Emotional Intelligence ............................................ 82 Tabel 4.5 Distribusi Angket Akhlaqul Karimah ...................................... 83 Tabel 4.6 Interval akhlaqul karimah ........................................................ 86 Tabel 4.7 Nilai Nominasi Akhlaqul karimah ........................................... 87 Tabel 4.8 Persentase Akhlaqul Karimah .................................................. 90 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk pilihan Allah yang mengemban tugas ganda, yaitu sebagai khalifah Allah dan abdullah. Untuk mengaktualisasikan tugas ganda tersebut, maka Allah telah melengkapi manusia dengan sejumlah potensi dalam dirinya. Untuk mengaktualisasikan tugas ganda tersebut, maka Allah telah melengkapi manusia dengan sejumlah potensi dalam dirinya. Hasan Langgulung sebagaimana dikutip oleh Baharuddin (2005:13) mengatakan potensi-potensi itu adalah ruh, nafs, akal, qalb, dan fitrah. Masing-masing istilah itu memiliki penekanan makna yang menggambarkan sisi tertentu dari jiwa manusia itu. Sekaligus istilah-istilah itu juga merupakan suatu susunan yang proporsional dalam sistem stratifikasi psikis manusia (Baharuddin, 2007:94). Menurut susunan biologisnya manusia termasuk jenis hewan yang menyusui (mamalia) dan sering disebut dengan hewan yang berpolitik (zoon politicon) serta hewan yang berfikir (hayawan natiq). Manusia memiliki kesamaan hewan dalam hal instink biologisnya yaitu naluri ingin mempertahankan diri dan jenisnya (struggle for life), makan, minum, tempat tinggal, hubungan kelamin (seks), dan lain-lain. Perbedaan yang utama antara kedua makhluk tersebut antara lain, manusia memiliki akal (rasio) dan hati nurani (Baharuddin, 2005:134). Sehingga dengan akalnya manusia dapat membedakan sesuatu yang baik dan yang buruk. Secara bahasa kata „aql mempunyai aneka makna diantaranya bermakna al-hijr atau al-nuha yang berarti kecerdasan. Sedangkan kata kerja (fi‟il) „aqala bermakna habasa yang berarti mengikat atau menawan. Karena itulah seseorang yang menggunakan akalnya disebut dengan aqil yaitu orang yang dapat mengikat dan menawan hawa nafsunya (Baharuddin, 2007:115). Manusia dengan akalnya di beri kebebasan oleh Allah Swt. untuk memilih. Atas dasar akal juga, manusia menjadi dinamis dan mengalami kemajuan. Sebagaimana firman Allah Swt. : Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (QS. ar-Ra‟d:11). Dari itu, manusia senantiasa membutuhkan pendidikan untuk mengembangkan potensi dirinya tersebut. Sebenarnya pendidikan digunakan untuk mengetahui potensi yang baik ataupun buruk. Manakala manusia lebih banyak menerima hal-hal yang bertentangan dengan potensinya, maka kemungkinan besar ia akan menjadi jahat. Demikian sebaliknya, jika ia memperoleh kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan potensi baiknya maka kemungkinan besar ia menjadi baik. Dengan demikian, “manusia sangat tergantung dengan pendidikan untuk menjadikannya sebagai manusia” (Baharuddin, 2005:145). Tetapi, manusia harus menyadari akan arti pentingnya pendidikan dalam dirinya. Selain pendidikan, lingkungan juga berpengaruh dalam menentukan potensi manusia. Banyak pendapat bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh IQ, tetapi fakta yang ada justru berbeda dengan asumsi itu. Seperti yang diungkapkan oleh Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1996:44) menyatakan bahwa kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % di isi oleh kekuatan-kekuatan lain. Selain itu, terdapat SQ (kecerdasasan spritual) yang memang keberadaannya semula dipertanyakan tetapi pada hakikatnya itu sangat diperlukan. SQ yang eksistensinya dulu belum mampu dilihat oleh orang-orang banyak, kini mulai patut disejajarkan bahkan berada diatas IQ (Agustian, 2005:38). Kecerdasan emosi (EQ) memegang peranan yang sangat penting dalam setiap keberhasilan seseoarang. Menurut Robert K Cooper PhD sebagaimana yang di kutip oleh Ary Ginanjar agustian (2005:40), hati mengaktifkan nilai-nilai kita yang terdalam, mengubahnya dari sesuatu yang kita pikir menjadi sesuatu yang kita jalani. Hati mengetahui hal-hal mana yang tidak boleh, atau tidak dapat diketahui oleh pikiran kita. Hati merupakan pusat perasaan yang ada dalam diri seseorang, jika hati sedang senang maka otomatis anggota tubuh akan merasakan dan sebaliknya. Di dalam banyak atau sebagian peristiwa, pikiran-pikiran ini terkoordinasi secara istimewa, pikiran sangat penting bagi perasaan. Tetapi, bila muncul nafsu, keseimbangan itu goyah pikiran emosionallah yang menang, serta menguasai pikiran rasional (Goleman, 1996:12). Dengan demikian, betapa pentingnya kecerdasan emosi yang harus dimiliki oleh seseorang untuk mengimbangi kecerdasan intelektualnya. Maka seseorang harus cermat dalam merasakan perasaan dalam dirinya. Pendidikan agama yang diharapkan untuk memberi solusi namun dimaknai oleh kebanyakan siswa sebagai mata pelajaran yang harus dituntaskan. Rata-rata para siswa belajar hanya menghafalkan tanpa mengerti dan memahami. Hal ini terjadi karena siswa tidak memahami tujuan dari indikator tersebut. Pelajaran akhlak yang mengajarkan budi pekerti dan moral hanya dianggap sepele. Dengan demikian, siswa hanya sebatas memperoleh pengetahuan mengenai pendidikan agama Islam, namun siswa belum mampu meresapi apa yang telah dipelajari dan belum bisa mengaplikasikan pengetahuannya itu dalam sebuah perbuatan. Banyak contoh disekitar kita seorang siswa yang memiliki kemampuan akademik, nilai rapor dan rangking yang memuaskan seringkali justru memiliki masalah emosi. Jika kita melihat masih banyaknya kasus negatif yang mewarnai dunia pendidikan, seperti: pelecehan seksual yang dilakukan murid laki-laki terhadap murid perempuan, tawuran pelajar, menurunnya rasa hormat murid terhadap guru kemudian perilaku mencontek, tawuran antar pelajar, bahkan melakukan hal-hal yan ekstrem. Hal tersebut terjadi karena kurangnnya pengetahuan tentang diri yang tidak dimiliki peserta didik. Maka dari itu, sekolah harus membangun budaya yang mengedepankan aspek moral, cinta kasih, kelembutan, dan menjauhkan diri dari nilai-nilai kekerasan. Dengan usaha-usaha tersebut diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan emosional yang akan memberikan pengaruh terhadap akhlak siswa agar dapat mencapai mutu pendidikan. Permasalahan siswa sekarang merupakan realita dimana kecerdasan emosional sangat berpengaruh tehadap akhlak. Pengaruh kecerdasan emosional bisa digambarkan melalui kekuatan emosi seseorang yang seharusnya lebih kuat daripada kekuatan logikanya. Sebenarnya, otak logika berfikir lebih cepat daripada otak emosi. Pendidikan akhlak adalah persoalan nilai, oleh karena itu kewajiban semua insan akademis untuk merealisasikan nilai dalam pendidikan. Proses pendidikan akhlak berada dan berkembang bersama proses perkembangan kehidupan manusia yang berjalan serempak, tidak terpisah satu sama lain. Dengan pendidikan akan terjadi proses penanaman nilai-nilai akhlak yang baik yang lebih terarah dan perlu ditanamkan sejak kecil sehingga akan tercapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Maka dari itu, dalam kaitan pentingnya kecerdasan emosional pada diri siswa sebagai salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam pembentukan akhlaknya, maka dalam penyusunan skripsi ini penulis tertarik untuk meneliti: ”HUBUNGAN EMOTIONAL INTELLIGENCE TERHADAP AKHLAQUL KARIMAH SISWA KELAS XI DI SMK NU ROUDHOTUL FURQON KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016”. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana emotional intelligence siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016? 2. Bagaimana akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016? 3. Bagaimana hubungan emotional intelligence terhadap akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui emotional intelligence siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Untuk mengetahui akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. 3. Untuk mengetahui hubungan emotional intelligence terhadap akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah sebagai jawaban sementara yang kebenarannya masih harus diuji, atau rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari tinjauan pustaka (Martono, 2011:63). Adapun hipotesis penelitian ini adalah “Ada hubungan positif antara Emotional Intelligence Terhadap Akhlaqul karimah Siswa Kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016”. E. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat teoritis yang dapat disampaikan oleh penulis yaitu: a. Bagi Siswa Sebagai upaya aplikasi teori-teori pendidikan yang telah penulis pelajari dalam bentuk penelitian, sehingga menambah wawasan dan memperluas cakrawala keilmuan. b. Bagi Guru Diharapkan guru dapat mengembangkan keilmuan pendidikan Islam, khususnya dalam rekontruksi metedologi pendidikan. c. Bagi Sekolah Penelitian ini berguna untuk mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, atau masyarakat umum dapat dijadikan acuan dalam pendidikan atau mendidik akhlak anak didik atau anak pada umumnya. 2. Manfaat Praktis Manfaat yang dapat disampaikan penulis yaitu dengan penerapan EQ dalam pembelajaran akhlak siswa dapat memahami perbedaan antara perilaku yang baik dan buruk dan mengembangkan kebiasaan dalam hal perbuatan yang konsisten dengan sesuatu yang dianggap baik. F. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis akan mengemukakan beberapa istilah pokok, yakni : 1. Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional) Kecerdasan emosional menurut Agustian (2005:41) adalah seseorang yang memiliki ketangguhan, inisiatif, optimisme, dan kemampuan beradaptasi. Kecerdasan emosional berhubungan dengan kemampuan untuk merasakan, memahami, dan mengarahkan emosi sehingga dapat dipahami secara proposional ketika berhadapan dengan tantangan hidup. Menurut Daniel Doleman pengertian kecerdasan emosional adalah: Kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar bebas sress, tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdo‟a. Adapun indikator kecerdasan emosi antara lain: a. Pengendalian diri ketika mengalami kegagalan b. Pelaksanaan tugas-tugas atau pekerjaan dengan senang hati c. Menerima kritik dari orang lain dengan lapang dada d. Membantu teman yang sedang mengalami kesulitan e. Menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan baik 2. Akhlaqul Karimah Secara istilah akhlak merupakan sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa (Mahmud, 2004:26). Menurut Saebani dan Hamid (2010:13), kata “akhlak” berasal dari Bahasa Arab, yaitu jama‟ dari kata “khuluqun” yang secara linguistik diartikan dengan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, tata krama, sopan santun, adab, dan tindakan. Menurut Imam Abu Ahmad Hamid Al Ghazali, Al-khuluq adalah suatu sifat jiwa dan gambaran batinnya. Dalam batin manusia ada empat rukun yang harus terpenuhi seluruhnya sehingga terwujudlah keindahan khuluq „akhlak‟. Jika keempat rukun itu terpenuhi, indah dan saling bersesuaian, maka terwujudlah keindahan akhlak itu. Keempat rukun itu antara lain: kekuatan ilmu, kekuatan marah, kekuatan syahwat, dan kekuatan mewujudkan keadilan diantara kekuatan ketiga tadi (Mahmud, 2004:28). Maka dari pengertian akhlak dari pakar di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah apa yang dinilai baik oleh akal dan syariat. Karimah berasal dari bentuk fi”il karuma-yakromu-karoman yang artinya mulia, murah hati, dan dermawan. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia karimah berarti baik dan terpuji (Tim penyusun KBBI, 1990:447). Akhlak terdapat dua macam, yaitu akhlak yang terpuji dan akhlak yang tercela. Akhlak yang terpuji (akhlak mahmudah) itu adalah akhlak yang baik, yang berupa semua akhlak yang baik-baik yang harus dianut yang dimiliki oleh tiap orang, sedang akhlak tercela (akhlak mazmumah) adalah akhlak yang buruk yang harus dihindari dan dijauhi oleh setiap orang (Tatapangarsa, 1991:147). Adapun indikator akhlaqul karimah, yaitu: a. Berbakti kepada orang tua b. Menghormati guru c. Memaafkan kesalahan orang lain d. Jujur e. Berbuat baik terhadap teman dan lingkungan sekitar f. Sabar G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang kemudian diolah dengan metode statistika. Dipilihnya penelitian dengan jenis kuantitatif ini dengan pertimbangan sebagai berikut: a. Penelitian ini mengkaji dua variabel yaitu emotional intelligence sebagai variabel X dan akhlaqul karimah siswa sebagai variabel Y. b. Penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan emotional intelligence terhadap akhlaqul karimah siswa. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian akan dilaksanakan di SMK NU Roudhotul Furqon Kec. Banyubiru Kab. Semarang yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai selesai. 3. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:80). Sedangkan Hadi (2006:70) mengatakan semua individu untuk siapa kenyataan diperoleh dari sempel itu hendak digeneralisasikan disebut populasi atau universal. Adapun yang menjadi obyek penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. b. Sampel Sampel adalah objek-objek/ bagian dari populasi yang akan diteliti dan dimanfaatkan untuk memperoleh gambaran mengenai karakter populasi (Yunus, 2010:267). Dalam hal ini penulis mengambil sampel siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% (Arikunto, 2006: 134). Dari uraian di atas, maka peneliti mengambil sampel dari seluruh jumlah populasi siswa kelas XI, dikarenakan jumlah populasi kurang dari 100 orang, yaitu sejumlah 65 siswa. 4. Pengumpulan Data Agar penelitian sesuai yang diharapkan maka penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu: a. Angket Angket atau kuosioner adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan atau angket atau daftar isian terhadap objek yang diteliti (populasi) (Hasan, 2003:17). Dalam penulisan angket terdapat beberapa prinsip yang menyangkut beberapa faktor yaitu: isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang digunakan, tipe dan bentuk pertanyaaan, pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan yang sudah lupa, pertanyaan tidak menggiring, panjang pertanyaan, dan urutan pertanyaan (Sugiyono, 2008:142). Metode ini digunakan untuk mendapat data tentang emotional intelligence dan akhlaqul karimah siswa. b. Dokumentasi Tidak kalah penting dari metode-metode yang lain adalah metode dokumentasi dilakukan dengan cara mencari data tentang hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran umum SMK NU Roudhotul Furqon Kec. Banyubiru Kab. Semarang. 5. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini adalah butir-butir pertanyaan dalam angket sesuai dengan indikator masing-masing variabel : a. Variabel Emotional Intelligence (x) Variabel Tabel 1.1 Emotional Intelligence Indikator Emotional 1. Pengendalian diri ketika intelligence mengalami kegagalan 2. Pelaksanaan tugas-tugas atau pekerjaan senang hati dengan Item Angket 1 2,3 3. Menerima kritik dari 4,5 orang lain dengan lapang dada 4. Membantu teman yang sedang 6,7, dan 8 mengalami kesulitan 5. Menyesuaikan terhadap diri 9,10 lingkungan dengan baik Jumlah soal 10 b. Variabel Akhlaqul Karimah (y) Variabel Tabel 1.2 Akhlaqul Karimah Indikator Akhlaqul 1. Berbakti kepada orang Karimah tua Item Angket 1,2, dan 3 2. Menghormati guru 4 3. Memaafkan kesalahan 5 orang lain 4. Jujur 6 dan 7 5.Berbuat baik terhadap 8 dan 9 teman dan lingkungan sekitar 6. Sabar 10 Jumlah soal 10 6. Analisis Data Analisis data adalah suatu metode dengan cara menganalisis data yang diperoleh untuk mencari ada tidaknya hubungan antara emotional intelligence terhadap akhlaqul karimah siswa. Langkahlangkah yang ditempuh untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui kecenderungan variasi masing-masing variabel, digunakan teknik analisis dengan rumus: Keterangan: P = Angka Presentase F = Frekuensi masing–masing variabel N = Jumlah respoden b. Untuk mengetahui persentase hubungan kedua variabel dan menguji hipotesis yang telah diujikan, digunakan analisis product moment Persentase frekuensi chi kuadrat dengan rumus : rxy N XY X Y N X X N Y Y 2 2 2 2 Keterangan : rxy = Koefisien korelasi X dan Y X = Emotional Intelligence Y = Akhlaqul karimah siswa H. Sistematika Penulisan Skripsi Skripsi ini akan disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian dan Sitematika Penulisan Skripsi. BAB II : Kajian Pustaka Pada bab ini diuraikan berbagai pembahasan teori yang berkaitan dengan teori-teori yang berhubungan dengan emotional intelligence, akhlaqul karimah, dan hubungan emotional intelligence terhadap akhlaqul karimah siswa. BAB III : Hasil Penelitian Pada bab ini dilaporkan gambaran umum lokasi dan objek penelitian serta penyajian data penelitian. BAB IV : Analisis Data Bab ini dibahas tentang analisis data tiap variabel, dan pengujian hipotesis. BAB V : Penutup Meliputi : kesimpulan dan saran BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Macam-Macam Kecerdasan 1. Pengertian Kecerdasan Kecerdasan telah ada dan mengakar dalam saraf manusia, terutama dalam otak yang merupakan pusat seluruh aktivitas manusia. Prof. Dr. Naquib Mahfudz (1995) seorang guru besar Universitas Sains dan Teknologi di Malaysia menyatakan bahwa: Manusia adalah hewan yang berpikir. Ia mengistilahkan dengan alhayawanu an-natiqu. Istilah ini sebenarnya sudah banyak berkembang sejak zaman Yunani kuno sebagai kesadaran secara antropologis, biologis, dan sosiologis. Manusia memiliki kecerdasan yang menjadi dasar semua kecerdasan (Imam, 2009:67). Dalam pengertiannya, intelligence disebut sebagai kecerdasan (Sulistami, 2006:37). Kecerdasan merupakan sarana untuk dapat memahami dan meyakini kebesaran Tuhan (El-Sutha, 2009:1). Dengan kecerdasan manusia dapat memahami hakikat kehidupan. Kecerdasan merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada manusia kepada orangorang yang dikehendakinya. Kecerdasan tidak akan ada artinya jika tidak diimbangi dengan pelatihan dan pengembangan diri. Menurut Howard Gardner (seorang profesor dari Harvard University) ada delapan kecerdasan, yang dijabarkan sebagai berikut: a. Kecerdasan Linguistik yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan menangkap kata-kata dan kemampuan menyusun kalimat. Biasanya kecerdasan ini dimiliki oleh para orator, negosiator, pengacara, negarawan, dan sebagainya. b. Kecerdasan matematis logis yaitu kemampuan untuk menangani bilangan dan perhitungan, pola berfikir logis, dan ilmiah. Biasanya, kecerdasan ini dimiliki oleh para ilmuwan, matematikawan, saintis, filsuf, fisikawan, dan lain sebagainya. c. Kecerdasan visual yaitu kemampuan untuk melihat suatu obyek dengan sangat detail. Biasanya, kecerdasan ini dimiliki oleh para arsitek, fotografer, seniman, pilot, pemahat patung, dan para penemu teknologi. d. Kecerdasan musikal yaitu kemampuan untuk menyimpan nada, mengingat irama, dan secara emosional terpengaruh oleh musik. e. Kecerdasan kinestetik yaitu kemampuan untuk menggabungkan antara fisik dan pikiran sehingga menghasilkan gerakan yang sempurna. f. Kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. g. Kecedasan intrapersonal yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertangung jawab atas kehidupannya sendiri. Orang yang memiliki kecerdasan ini akan mudah untuk sukses menjadi pengusaha, pemimpin, konselor, motivator, trainer, bahkan seorang pemikir berat. h. Kecerdasan naturalis yaitu kemampuan untuk mengenali berbagai jenis flora (tanaman), fauna (hewan), dan fenomena alam lainnya. i. Kecerdasan spiritual, Howard Gardner menyebutnya dengan istilah kecerdasan eksistensial. Menurutnya, kata eksistensial mempunyai kaitan erat dengan pengalaman spiritual seseorang. Kecerdasan eksistensial, menurut Gardner dalam Islam adalah kecerdasan spiritual. (SQ) (Suyadi, 2014:126-139). Pada dasarnya kecerdasan spiritual merupakan fitrah yang melekat pada diri seseorang. Allah Swt. berfirman: Artinya: “Kemudian Dia menyempurnakan-Nya dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur” (QS. asSajdah:9). Ayat ini memberikan isyarat bahwa manusia terlahir dengan dibekali kecerdasan yang terdiri dari lima bagian utama kecerdasan, yang dijabarkan sebagai berikut: a. Kecerdasan ruhaniah (spiritual intelligence), yaitu kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya, baik buruk, dan rasa moral dalam caranya menempatkan diri dalam pergaulan. b. Kecerdasan intelektual, yaitu kemampuan seseorang dalam memainkan potensi logika, kemampuan berhitung, menganalisa, dan matematik (logical mathematical intelligence). c. Kecerdasan emosional (emotional intelligence), yaitu kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri (sabar) dan kemampuan dirinya untuk memahami irama, nada, musik, serta nilai-nilai estetika. d. Kecerdasan sosial, yaitu kemampuan seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain, baik individu maupun kelompok. Dalam kecerdasan ini termasuk pula interpersonal, intrapersonal skill, dan kemampuan berkomunikasi (linguistic intelligence). e. Kecerdasan fisik (bodily-kinesthetic intelligence), yaitu kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan dan memainkan isyarat-isyarat tubuhnya (Tasmara, 2001:49). Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan kelanjutan dari kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ). SQ dapat dijadikan sebagai landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. EQ merupakan persyaratan dasar untuk menggunakan potensi IQ secara efektif, jika bagian-bagian otak telah rusak, maka seseorang tidak dapat berfikir efektif (Sulistami, 2006:38). EQ menjadikan seseorang mampu mengenali, berempati, mencintai, termotivasi, berasosiasi, dan dapat mengontrol perasaan secara tepat. Dengan kecerdasannya, manusia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Makin tinggi kecerdasan seseorang, maka makin dapat manusia bertahan dan menyesuaikan diri dalam berbagai lingkungan. 2. Pengertian Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional) Istilah kecerdasan emosi pertama kali dilontarkan oleh Peter Salovey pada tahun 1990. Kemudian Daniel Goleman pada tahun 1995 dengan mempublikasikan buku Emotional Intelligence (Satiadarma dan Waruwu, 2003:24). Beberapa pendapat tentang kecerdasan emosional, antara lain: a. Daniel Goleman Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, dan nafsu dalam setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap yang didasarkan pada pikiran yang sehat (Musthafa, 2007:10). b. Ary Ginanjar Agustian Kecerdasan emosional adalah seseorang yang memiliki ketangguhan, inisiatif, optimisme, dan kemampuan beradaptasi (Agustian, 2005:41). c. Jarot Wijanarko Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseoang untuk menguasai emosinya, berkomunikasi dengan diri sendiri serta berkomunikasi dengan oang lain dan lingkungan (Wijanarko, 2010:43). Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dan kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain atau empati. EQ-emotional intelligence merupakan padanan emosi atau perasaan dari IQ yang kognitif. Intelligence emosi adalah istilah yang relatif baru, tetapi sebenarnya merupakan yang sudah dikenal dengan nama-nama yang berbeda (Alder, 2011:31). Dalam perspektif Islam, kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengelola emosi (perasaan) agar dapat mencapai tujuan. Kecerdasan emosi perlu guna membantu manusia dalam pengambilan keputusan yang didasarkan pada nalar dan logika agar tidak mudah terhanyut dengan perasaan. Hal ini sesuai ajaran Islam bahwa Allah telah memerintahkan untuk menguasai, mengendalikan dan mengontrol emosi. Dalam mendidik EQ yang sesuai dengan ajaran Islam, ada beberapa tahap yang bisa dilalui orang tua yaitu: a. Pengasuhan, yaitu usaha peningkatan kematangan emosional b. Pengasuhan emosi dengan menganalisis berdasarkan perkembangan anak (Muallifah, 2009:132) Keterampilan emosional dapat dilangsungkan di sekolah. Keberhasilan di sekolah bukanlah diramalkan oleh kumpulan fakta seorang anak atau kemampuan dirinya untuk membaca, melainkan oleh ukuran-ukuran emosional dan sosial, yakin pada diri sendiri dan mempunyai minat, tahu pola perilaku apa yang diharapkan orang lain dan bagaimana mengendalikan dorongan hati untuk tidak berbuat nakal, mampu menunggu, mengikuti petunjuk, dan mengacu pada guru untuk mencari bantuan, serta mengungkapkan kebutuhan-kebutuhannya saat bergaul dengan anak-anak lain (Goleman, 1996:273). Kecerdasan akademis terkadang tidak menawarkan persiapan untuk menghadapi kegagalan atau kesulitan hidup. Kelley dan Caplan menyatakan bahwa ketika kemampuan bawaan berkembang, bakat akademis bukanlah peramal yang baik akan produktivitas kerja, tidak juga IQ (Goleman, 1996:230). Bahkan IQ yang tinggi tidak menjamin seseorang nantinya akan mencapai kesejahteraan hidup. Misalnya, orang yang cemas walaupun memiliki IQ tinggi lebih mudah gagal karena perasaannya selalu dihinggapi rasa khawatir yang berlebihan. Kecuali bagi orang yang mampu mengimbangi dengan kecerdasan emosi akan mencapai kebahagiaan hidup karena mampu mengetahui dan menangani perasaan diri sendiri maupun orang lain dengan efektif. Kecerdasan emosi memiliki peran yang jauh lebih significant dibanding kecerdasan intelektual. IQ barulah sebatas syarat minimal meraih keberhasilan, namun kecerdasan emosionallah yang sesungguhnya (hampir seluruhnya terbukti) mengantarkan seseorang sampai puncak prestasi. Terbukti, banyak orang yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi terjebak dalam persaingan. Sebaliknya, banyak yang mempunyai kecerdasan intelektual yang biasa-biasa saja, justru sukses menjadi bintang-bintang kinerja, pengusaha-pengusaha sukses, dan pemimpinpemimpin di berbagai kelompok (Agustian, 2005:17). Menurut Daniel Goleman dalam bukunya yang berjudul Emotional Intelligence (1996:129) menyatakan bahwa puncak kecerdasan emosional adalah flow, yaitu keadaan yang bebas dari gangguan emosional, perasaan penuh motivasi, dan jauh dari paksaan. Flow dapat dicapai dengan sengaja memusatkan perhatian sepenuhnya pada tugas yang dihadapi, konsentrasi, dan perhatian ringan namun terpusat. Keadaan ini membuat kerja keras bisa tampak menyegarkan dan menguatkan semangat, bukannya malah melelahkan. Orang yang memiliki kecerdasan emosi mempunyai ciri pokok, yaitu kendali diri, empati, pengaturan diri, motivasi, dan keterampilan sosial (Musthafa, 2007:42-47). Dengan kecerdasannya mampu melepaskan dari suasana hati yang tidak mengenakkan. Orang tersebut juga akan mempunyai harapan yang lebih tinggi sehingga akan menghadapi kehidupan dengan lebih baik terutama dalam kehidupan bermasyarakat. Orang yang memiliki kecerdasan emosional dapat mempelajari situasi-situasi sosial yang ada disekitarnya. Kecerdasan emosi dapat memberikan dampak luar biasa untuk berhubungan dengan orang lain. Kecerdasan ini dapat dimanfaatkan untuk membaca pikiran dan perasaan orang lain serta dapat memotivasi diri guna menghadapi problemaproblema kehidupan. Kemampuan berhubungan dengan orang lain merupakan kecakapan sosial yang dapat membantu keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. 3. Macam-macam Emosi Terdapat macam-macam emosi yang dijabarkan sebagai berikut: a. Amarah Perasaan ini berupa beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati, terganggu, bermusuhan, dan yang paling hebat adalah tindakan kekerasan dan kebencian patalogis. Perasaan ini timbul karena tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Marah kerap dinamai emosi dalam arti peyoratif (Hude, 2006:162). Sedangkan MM Nilam Widyarini berpendapat bahwa marah termasuk emosi negatif pada manusia (Rusdi, 2011:45). Banyak yang menyertai perilaku ini mulai dari tindakan diam atau menarik diri bahkan mengancam sampai kepada perbuatan mencedarai atau mengancam nyawa orang lain. Emosi orang marah dapat dikenali melalui raut muka yang merah padam, mata yang merah, dan nada yang tinggi serta tindakan agresif lainnya. Orang yang sedang marah memungkinkan melakukan kesalahan sebab kemarahan dapat menghilangkan kemampuan pengendalian diri. Allah Swt. berfirman: Artinya: “Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apa pun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (QS. al-Ahzab:25). Amarah mempunyai dampak dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Jangka pendek biasanya langsung dirasakan oleh orang tersebut, seperti dapat menumbuhkan rasa gelisah dan menciptakan kata-kata kasar dan kotor. Bahkan bila amarah ke tangan, tangan mudah menyambar senjata atau menghantam lawan. Sedangkan dalam jangka panjang amarah mempunyai dampak, yaitu: 1) Amarah dapat menurunkan kecerdasan 2) Amarah dapat memicu munculnya sikap destruktif dan perusak 3) Amarah dapat menyebabkan seseorang menjadi penipu 4) Amarah dapat membuat diri dipermainkan orang lain 5) Amarah dapat menumbuhkan sifat dengki 6) Amarah dapat mempercepat proses penuaan (Rusdi, 2011:68-73) Dengan demikian, amarah dapat membawa dampak yang serius. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Dr. Stephen Diamond bahwa marah adalah emosi yang paling bermasalah (Rusdi, 2011:35-36). Dalam keadaan marah diharapkan dapat berpikir dengan tenang karena dapat mempengaruhi kondisi jiwa yang akan membuat badan dan batin seseorang menjadi tidak normal. Sehingga tak perlu mengeluarkan amarah hanya untuk menunjukkan dirinya perkasa, kuat, dan berani. Orang-orang dewasa mampu mengendalikan amarah dengan membuka pikiran (Maurus, 2014:98). Marah dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti: penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, migrain, stroke, dan bahkan kematian. b. Kesedihan Perasaan ini berupa pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, ditolak, kesepian, putus asa, dan patalogisnya adalah depresi berat. Perasaan ini muncul karena hilangnya segala sesuatu yang disayangi. Ekspresi yang lazim dari sebuah kesedihan adalah bercucurnya air mata. Kesedihan dapat menurunkan semangat hidup dalam menjalani kehidupan sehari-hari karena terlalu terbawa oleh masalah tersebut. Jika semakin meningkat akan menimbulkan depresi dan akan menurunkan metabolisme tubuh. Allah selalu berharap agar manusia tidak mudah bersedih, terutama terhadap nasib orang-orang yang tidak mau beriman (Hude, 2006: 180). Allah Swt. berfirman: Artinya: ”Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudharat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal” (QS. al-Mujadillah:10). c. Rasa takut Perasaan ini berupa cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, phobia, dan panik. Perasaan ini timbul karena merasakan sesuatu yang mengancam dirinya. Sehingga mendorong seseorang untuk menghindar dari bahaya tersebut. Melalui analisis diri, ambillah sikap yang jelas sehingga tidak akan terjebak dalam perangkap kecemasan. Takut tidak terbatas ketika di dunia, tetapi juga di akhirat. Ketakutan dapat menjadi modal untuk menggapai maqam yang lebih tinggi di hadapan Allah (Hude, 2006: 192). Allah Swt. berfirman: Artinya: “Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk” (QS. ar-Ra‟du:21). d. Kenikmatan Perasaan ini berupa bahagia, gembira, riang, puas, senang, terhibur, bangga kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, dan senang sekali. Ketika berbahagia, kegiatan di pusat otak (lobus-lobus prefrontal kiri) menghambat perasaan negatif (lobus-lobus prefrontal kanan) meningkat dan memenangkan perasaan yang menimbulkan kerisauan (Musthafa, 2007:26). Sumber rasa ini biasanya karena ada sesuatu yang membuatnya merasa puas. Emosi ini diperlihatkan oleh air muka yang berseri-seri yang dapat diamati oleh orang lain yang melihatnya (Hude, 2006: 138). Allah Swt. berfirman: Artinya : “Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS. Yunus:58). e. Cinta Perasaan ini berupa penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang. Emosi cinta merupakan landasan keterpautan hati antara dua jenis dan keterkaitan antara satu sama lainnya guna tetap terpeliharanya kelangsungan hidup manusia (Musthafa, 2007:25). f. Terkejut Perasaan ini berupa terkejut, terkesiap, terpana, dan takjub. Allah Swt. berfirman: Artinya: ”Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan (kaget) sambil berteriak: Celakalah aku” (QS. alInsyiqaaq:10-11). g. Jengkel Perasaan ini berupa hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, dan mau muntah. Allah Swt. berfirman: Artinya: “Dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam al-Qur‟an, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya” (QS. al-isro‟:46). h. Malu Perasaan ini berupa rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hancur lebur. Malu adalah rasa takut atas kekuatan dan pengaruh orang lain. Kebulatan tekad dan motivasi yang lebih besar dari tindakan akan melepaskan dari ketegangan yang tidak diperlukan dalam menyesuaikan diri dengan situasi yang sulit (Maurus, 2014: 98). Berbeda dengan Goleman, JB. Watson menyatakan bahwa manusia hanya mempunyai tiga emosi dasar, yaitu: a. Fear (takut) yang dalam perkembangan selanjutnya bisa menjadi anxiety (cemas) b. Rage (kemarahan) yang dalam perkembangan selanjutnya bisa menjadi anger (marah) c. Love (cinta) yang akan menjadi simpati (Hartati dkk., 2004:82-83). Menurut Denny Nicolas, pada dasarnya manusia memiliki dua macam emosi dasar, yaitu emosi positif dan emosi negatif (Rusdi, 2011:43). Emosi positif berupa hal-hal yang membuat seseorang gembira dan menyenangkan. Sedangkan emosi negatif berupa perasaan takut, marah, kecewa, khawatir, dan sedih. Keduanya memerlukan pengelolaan yang baik agar keberadaannya bermanfaat, tetapi emosi negatiflah yang memerlukan pengelolaan ekstra. Dengan demikian, emosi merupakan keadaan atau dorongan untuk bertindak sehingga mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. 4. Cara Meningkatkan Emotional Intelligence Menurut Solovely, tanda-tanda orang yang memiliki kecerdasan emosional adalah sebagai berikut: a. Mengenali emosi diri Kesadaran diri mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membawa seseorang dalam bawah kendali kekuasaan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaan adalah orang yang andal dalam kehidupan, karena mempunyai kepekaan yang lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya atau pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi. b. Mengelola emosi Menangani perasaan agar dapat terungkap dengan cocok adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Orang-orang yang buruk kemampuannya dalam keterampilan ini akan terus-menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan. c. Memotivasi diri sendiri Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri, dan menguasai diri sendiri untuk berkreasi. Kendali diri emosional menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati adalah landasan kepribadian dalam segala bidang. Dan, mampu menyesuaikan diri dalam flow yang memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apa pun yang mereka kerjakan. d. Mengenali emosi orang lain Empati, kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional, merupakan “keterampilan bergaul”. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Orang-orang seperti ini cocok untuk pekerjaan keperawatan, mengajar, penjualan, dan manajemen. e. Membina hubungan Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antarpribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain (Goleman, 1996:58-59). f. Melepaskan emosi negatif Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan untuk memahami dampak dari emosi negatif terhadap diri. Sebagai contoh keinginan untuk memperbaiki situasi ataupun memenuhi target pekerjaan yang membuat mudah marah ataupun frustasi seringkali justru merusak hubungan dengan bawahan maupun atasan serta dapat menyebabkan stress. Jadi, selama dikendalikan oleh emosi negatif justru tidak bisa mencapai potensi terbaik dari diri. Solusinya, lepaskan emosi negatif melalui teknik pendayagunaan pikiran bawah sadar sehingga orang- orang di sekitar tidak menerima dampak negatif dari emosi negatif yang muncul (http://belajarpsikologi.com/ 2009/12/09 cara- meningkatkan-kecerdasan-emosi-eq/ di akses pada tanggal 16 Juni 2015). Dengan demikian, kecakapan emosional merupakan kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi, baik untuk diri sendiri maupun orang lain termasuk dalam hubungan sosial. Dengan adanya emosi juga, manusia dapat menunjukkan keberadaanya dalam masalah-masalah manusiawi. Keputusan tidak dapat dilakukan hanya dengan rasio, tetapi harus menggunakan suara hati atau bahasa emosi. B. Akhlaqul Karimah 1. Pengertian Akhlak Akhlak lazim dipergunakan dalam istilah lain seperti etika yang berasal dari bahasa Yunani ethes yang mengandung arti adat kebiasaan dan moral yang berasal dari bahasa latin mores, kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan (Adz-Dzakiey, 2005:18). Akhlak merupakan kata jamak dari bentuk tunggal khuluk, yang pengertian umumnya: perilaku, baik itu terpuji atau tercela. Beberapa pendapat Ulama tentang akhlak antara lain: a. Imam Ghazali Khuluq adalah kondisi jiwa yang telah tertanam kuat, yang darinya terlahir sikap amal secara mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan (Ahmadi, 2004:13). b. Muhammad bin Ali asy-Syariif al-Jurjani Menurut Muhammad bin Ali asy-Syariif al-Jurjani, akhlak adalah sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu berfikir dan merenung (Mahmud, 2004:32). c. Ahmad bin Musthafa Menurut Ahmad bin Musthafa, akhlak adalah ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-jenis keutamaan (Mahmud, 2004:32). Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran dan pertimbangan atau penelitian. Suatu perbuatan atau perilaku dapat dikatakan sebagai akhlak apabila telah memenuhi dua syarat, yaitu: a. Perbuatan dilakukan dengan berulang-ulang b. Perbuatan dilakukan dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti lebih dalam sehingga benar-benar merupakan kebiasaan. (Adz-Zaky, 2003:480). Ukuran baik atau buruk dalam Islam adalah ajaran Islam itu sendiri, yaitu Al-Qur‟an dan Al-Hadis. Perbuatan manusia di nilai baik apabila sesuai dengan ketentuan yang di ajarkankan oleh Islam, sedangkan di nilai buruk apabila menyimpang dari ketentuan syariat Islam. Segala perbuatan manusia yang bernilai baik makdinamakan akhlak terpuji (akhlaqul-karimah), sedangkan perbuatan-perbuatan yan buruk dinamakan akhlak tercela (akhlaqul-madzmumah) (Halim, 2000:18). Kriteria akhlaqul karimah tidak hanya berkenaan dengan hubungan baik dengan sesama manusia belaka, tetapi mencakup hubungan baik dengan Allah Swt. Orang yang mempunyai ahklaqul karimah yang baik akan mendapatkan pahala yang ganda, yakni berupa pahala dari Allah Swt dan akan dikasihi oleh sesama. 2. Pokok-Pokok Akhlaqul Karimah a. Akhlaqul karimah kepada Allah SWT Pada prinsipnya adalah penghambaan diri secara total kepada Allah SWT. Adapun perbuatan yang termasuk akhlaqul karimah kepada Allah SWT antara lain: 1) Mengenali-Nya dengan baik dan benar 2) Membenarkan segala firman-Nya 3) Mentaati perintah dan menjauhi larangan-Nya 4) Senantiasa mengingat-Nya, Allah SWT berfirman: Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah Allah dengan ingat yang sebanyak-banyaknya” (QS. al-Ahzab:41). 5) Mencintai-Nya (Halim, 2000:44-57) b. Akhlaqul karimah terhadap sesama manusia Pada dasarnya bertolak pada keluhuran budi dalam menempatkan diri dan menempatkan orang lain pada posisi yang tepat. Adapun perbuatan yang termasuk akhlaqul karimah kepada sesama manusia antara lain: 1) Mengikuti jejak Rasulullah saw 2) Menghormati keberadaan para Nabi dan Rasul 3) Menghormati para Ulama. Allah swt berfirman: Artinya: “...Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah di antara hambahamba-Nya hanyalah para Ulama....”(QS. Fathir:28). 4) Mentaati ulil amri (Halim, 2000:89-106) c. Akhlaqul karimah terhadap makhluk lain Pada prinspnya adalah menempatkan makhluk lain itu sesuai dengan posisinya masing-masing. Adapun perbuatan-perbuatan yang termasuk Akhlaqul karimah terhadap makhluk lain antara lain: 1) Menghormati keberadaan malaikat, Allah SWT berfirman: Artinya: “Bukanlah kebaikan itu menghadapkan wajah kalian ke arah timur dan barat, melainkan kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, kepada hari akhir, para malaikat, Kitab-kitab, para Nabi....” (QS. al-Baqarah:177). 2) Menghargai keberadaan jin 3) Mewaspadai keberadaan iblis 4) Menyayangi binatang (Halim, 2000:137-145) 3. Macam-Macam Akhlaqul Karimah a. Berbakti kepada orang tua Kasih sayang merupakan kebutuhan asasi bagi manusia. Di antara karunia dan anugerah Allah yang sangat besar terhadap manusia adalah bahwa Allah menjadikan rasa kasih sayang sebagai suatu insting-insting pada diri setiap orang tua (Syantut, 2007:86). Kedua orang tua adalah yang berjasa dalam kehidupan setiap anak. Tanpa meraka, tak mungkin seorang anak lahir ke dunia. Orang tualah yang telah mengasuh dan merawat dari kecil hingga dewasa. Karena kasih sayang dan cinta tuluslah yang membuat seorang anak tumbuh dan berkembang dengan baik. Mereka juga yang memberi kebaikan tanpa meminta balasan. Mereka tidak pernah menghitung berapa banyak uang yang diberikan kepada seorang anak untuk keperluan sandang dan pangan. Di dalam kebaktian kepada orang tua, ada seribu satu keberkahan hidup. Bahkan, kesuksesan dan kemuliaan hidup seorang anak pun sangat bergantung pada keberbaktian mereka kepada kedua orang tua. Perintah berbakti kepada kedua orang tua adalah salah satu perintah yang bersifat universal, yakni berlaku bagi seluruh umat manusia pada semua zaman (El-Sutha, 2012:125). Berbakti kepada kedua orang tua bukanlah tuntutan yang hanya sekadar kewajiban dari anak untuk memperoleh hak-haknya. Karena berbakti adalah suatu tugas yang dibebankan Allah atas tiap insan (Arifin dan Said,1981:10). Para ahli tafsir berkata, Allah Swt. menghubungkan antara beribadah kepada Allah dan berbakti kepada kedua orang tua, karena untuk menegaskan besarnya hak kedua orang tua kepada anaknya (Syalabi, 2003:103). Allah swt. berfirman: Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (QS. al-Isro‟:23). Penetapan Islam atas kewajiban anak untuk berbakti kepada kedua orang tua, sesungguhnya adalah wujud nyata dari penghargaan Islam atas mulia dan tingginya kedudukan kedua orang tua di hadapan Allah dan manusia. Berbakti kepada orang tua adalah salah satu perbuatan yang mulia. Bahkan Rasulullah Swt. dengan tegas menyatakan bahwa berbakti kepada kedua orang tua itu pahalanya sama dengan jihad fi sabilillah (El-sutha, 2009:5). Berbakti kepada kedua orang tua akan membukakan pintu surga. Sehingga ada pepatah yang mengatakan: “surga ditelapak kaki ibu”. Maksud dari pepatah ini adalah seorang anak harus tulus mencintai dan menyayangi seorang ibu. Memang hanya ibu yang disebut namanya, tetapi ini tidak mengesampingkan figur seorang ayah. Hal ini sesuai dengan peran ibu dari hamil sampai melahirkan bahkan sampai dewasa sangatlah besar. Ketika hamil muda seorang ibu tidak bisa makan enak, karena makanan yang baru dimakan dimuntahkan kembali. Ketika kehamilan mulai tua dengan kondisi perut yang semakin membesar menjadi semakin susah untuk duduk atau pun tidur dan pinggang yang terasa pegal. Kemudian ketika bayi ibu harus bangun tiap malam walaupun dalam ngantuk yang hebat untuk mengganti popok dan memberi ASI (air susu ibu). Berbakti kepada kedua orang tua juga akan mendapatkan kemuliaan, keberkahan, dan kesuksesan di dunia. Keridhoan Allah tergantung ridho orang tua dan murka Allah tergantung murka orang tua. Ridho orang tua adalah cara untuk mengetuk pintu rahmat Allah Swt, walau sesungguhnya pintu rahmat itu selalu terbuka untuk hamba-hambanya (Saleh, 2011:84). Ridho orang tua ibarat jalan tol, yaitu diberinya kemudahan dalam menghadapi segala persoalan kehidupan. Tetapi, banyak orang sukses yang beranggapan bahwa itu semua karena kecerdasan, kerja keras, dan keberuntungan yang didapatnya. Mereka lupa akan ridho dan restu yang telah diberikan kepadanya. Seorang anak tidak boleh menyakiti kedua orang tua karena nantinya akan mengalami kesengsaraan dan penderitaan baik di dunia maupun di akhirat. Allah tidak akan pernah mengabulkan do‟a yang diucapkan kedua orang tua untuk anaknya sebelum minta maaf dan bertaubat kepada Allah Swt. Dengan demikian, untuk memperoleh kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat maka harus berbakti kepada kedua orang tua yaitu dengan selalu menjaga, merawat, dan memeliharanya. b. Menghormati guru Guru adalah pendidik yang memberikan pelajaran kepada murid. Tugas pendidik dalam Islam secara umum adalah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotor, kognitif, maupun afektif (Tafsir, 2014:74). Hubungan antara guru dan murid bukanlah hubungan yang didasarkan pada untung-rugi, dalam arti ekonomi. Penghargaaan Islam terhadap guru sangat tinggi, yaitu meletakkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi dan Rasul. Hal itu terjadi karena guru selalu terkait dengan ilmu pengetahuan. Ada penyebab khas mengapa orang Islam menghargai guru, yaitu pandangan bahwa ilmu pengetahuan itu semuanya berumber dari Tuhan (Tafsir, 2014:76). Kedudukannya dihargai dengan tinggi bila mau mengamalkan ilmunya yaitu dengan cara mengajarkan kepada orang lain. Dengan demikian, sebagai murid harus selalu menghormati guru. Karena gurulah yang dapat mengantarkan seseorang pada kesuksesan. c. Memaafkan kesalahan orang lain Akhlak ini termasuk salah satu akhlaqul karimah yang sangat penting. Orang yang memberi maaf adalah orang yang kuat, kaya batin, dan berjiwa lapang (Tasmara, 2001:32). Sebenarnya tindakan memaafkan memiliki satu pesan penting, yaitu niat untuk berdamai baik untuk orang lain maupun diri sendiri. Memaafkan mengandung makna menerima kejadian yang negatif yang harus dimaafkan dan sebagai bagian relasi antara orang satu dengan yang lain. Untuk kemudian melupakan peristiwa tersebut agat tidak ada lagi perasaan ingin menyakiti. Memaafkan mengandung makna universal yang setiap orang mengalami hal ini. Memaafkan tidak hanya memberikan pengaruh pada kenyamanan dalam bersosialisai dengan orang lain tetapi juga bagi kesehatan tubuh. Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan memiliki tingkat kesehatan yang lebih tinggi, baik jiwa maupun raga (Rusdi, 2011:66). Beberapa dampak positif dari sifat memaafkan bagi kesehatan antara lain: 1) Dapat menyehatkan pikiran 2) Membuat otot menjadi elastis dan kuat 3) Menstabilkan tekanan darah 4) Menghilangkan sakit hati 5) Menyehatkan tulang leher dan punggung Menurut David Norris menyebutkan lima langkah untuk menjadi pribadi pemaaf, yaitu: 1) Memperteguh niat untuk memaafkan, 2) Secara akurat memeriksa kembali pelanggaran (kesalahan) orang yang akan dimaafkan, 3) Memaknai kembali luka batin akibat kesalahan, 4) Membina kembali relasi yang terputus, 5) Mengintegrasikan kembali berbagai retak psikis yang dialami akibat luka batin (Rusdi, 2011:167). Memaafkan itu memang sulit dilakukan. Banyak alasan mengapa orang sulit untuk memaafkan kesalahan orang lain. Menurut Timothy Wibowo, mengemukakan beberapa alasan yang menghalangi seseorang memberi kata maaf ketika bersalah, antara lain: 1) Memberi kata maaf dipahami sebagai sikap menyetujui perbuatan yang dilakukan orang lain. 2) Memaafkan diidentikkan dengan kesediaan menerima kembali orang yang telah berbuat salah dalam kehidupan kita. 3) Memaafkan diyakini dapat menurunkan gengsi 4) Jika memaafkan, ada kemungkinan hati kita akan sakit lagi. 5) Perasaan ingin memberikan hukuman kepada orang yang berbuat salah dengan cara tidak memaafkan (Rusdi, 2011:176-177). Dengan demikian, orang yang memaafkan akan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniah, tetapi juga jasmaniah. d. Jujur Benar atau jujur termasuk golongan akhlak mahmudah. Benar artinya sesuainya dengan kenyataan yang sesungguhnya, dan ini tidak saja berupa perkataan tetapi juga perbuatan. Dalam bahasa Arab, benar atau jujur disebut sidiq (Ash-Shidqu), lawan dari kizib (Al-Kizbu) yaitu bohong atau dusta (Tatapangarsa, 1980:149). Kejujuran merupakan mahkota kepribadian orang-orang mulia yang telah dijanjikan Allah akan memperoleh limpahan nikmat-Nya. Kedudukannya disejajarkan dengan para Nabi (shiddiqin nabiyaa) dan dijadikan rujukan untuk menjadi teman dalam meningkatkan kualitas hidup, sebagaimana firmannya: Artinya: “Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaikbaiknya” (QS. an-Nisa‟:69). Kejujuran adalah komponen ruhani yang memantulkan berbagai sikap terpuji (honorable, respectable, creditable, dan maqamam mahmuda) (Tasmara, 2001:190). Jujur merupakan induk dari sifat-sifat yang baik yang akan membawa kepada kebaikan. Selain itu, kejujuran merupakan sendi-sendi dalam kehidupan sehingga seseorang tidak akan mengalami kehancuran. Tanpa kebenaran tidak mungkin akan terjalin kehidupan yang sejahtera. Orang yang memiliki perilaku jujur akan senantiasa memiliki tanggung jawab atas apa yang diperbuatnya. Orang yang jujur berani menyatakan sikap secara transparan, terbebas dari segala kemunafikan dan kebohongan-kebohongan. Orang yang jujur menjadikan kekuatan hati nurani agar dirinya selalu tentram. Kejujuran itu bukan karena keterpaksaan yang berasal dari pihak lain, tetapi kejujuran itu berasal dari dalam yang memberikan percikan ilahi. Ada beberapa manfaat memiliki sifat jujur, yaitu: dapat menentramkan hati, mengantarkan kepada cita-cita, melahirkan berkah dalam hidup, dan bisa mendatangkan keuntungan yang tak terduga Kejujuran bagi masyarakat manusia dapat dijelaskan dari ilmu pengetahuan lain, yaitu bahwa pada umumnya ilmu-ilmu yang sampai kepada kita baik melalui pendengaran atau bacaan, semuanya didasarkan pada kebenaran, dan dengan ilmu yang benar itulah manusia mendasarkan segala pergaulan dan pekerjaannya. Sekiranya ilmu-ilmu yang sampai kepada kita bohong, maka segala perbuatan yang didasarkan pada ilmu itu menjadi salah dan sesat pula. Demikianlah akibatnya, kalau kebenaran atau kejujuran ditinggalkan oleh masyarakat manusia (Tatapangarsa, 1980:151). Sementara orang yang tidak jujur adalah orang yang menipu dirinya sendiri dengan menghancurkan moral yang dimilikinya. Orang tersebut juga telah membunuh suara hatinya sehingga akar batinnya pun sangat rapuh. Orang yang tidak jujur memiliki beberapa alasan, seperti: kondisi ekonomi keluarga, sebagian wanita (ibu) disibukkan oleh pekerjaan, tidak adanya ayah di rumah dalam waktu yang lama, dan melimpahkan tanggung jawab pendidikan sosial kepada sekolah (Murshafi, 2009:115). Orang yang tidak jujur sering kali merasa takut dirinya direndahkan oleh orang lain sehingga harus menutupi kekurangannya tersebut dengan berkata dusta. Kejujuran memang memberatkan sehingga butuh perjuangan. Kejujuran dibutuhkan dalam tiga hal, yaitu: 1) Jujur dalam ucapan Orang yang berkualitas hanya akan mengucapkan kata-kata yang berkualitas. Sebaliknya, orang yang tidak berkualitas akan mengucapkan kata-kata yang tidak berisi, meskipun diucapkan dengan tekanan yang berat sekali pun. Ucapan yang jujur berarti ucapan tanggung jawab yang berasal dalam hati dan pikiran. 2) Jujur dalam roman muka Efek roman muka dalam mengemukakan perasaan jauh lebih kuat daripada kata-kata. Muka adalah ekspresi batin karena dapat mengatakan hal yang sering kali lebih banyak daripada kata-kata itu sendiri. 3) Jujur dalam penampilan Kebaikan perlu diperlihatkan antara lain, agar orang lain bisa memberikan apresiasi kepada pelakunya. Ini penting karena memberi penghargaan juga termasuk dari kebutuhan psikologis manusia (Ahmadi,2004: 48-52). Macam-macam kejujuran yaitu: 1) Jujur pada diri sendiri, yaitu kesungguhan yang amat sangat untuk meningkatkan dan mengembangkan misi dan bentuk keberadaannya (mode of existence) untuk memberikan yang terbaik bagi orang lain. 2) Jujur terhadap orang lain, jujur terhadap orang lain bukan hanya sekadar berkata dan berbuat benar, namun berusaha memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi orang lain. Selain itu, sangat prihatin dengan penderitaan orang lain. 3) Jujur terhadap Allah berarti berbuat dan memberikan segalagalanya atau beribadah hanya untuk Allah (Tasmara, 2001:191201). Dengan demikian, orang yang jujur adalah orang yang bertindak dan berkata apa adanya tanpa ada yang dikurangi. Sikap yang ditunjukkan jauh dari kepura-puraan. e. Berbuat baik terhadap teman dan lingkungan sekitar Al-Qur‟an membimbing manusia untuk tidak memperolokolokkan, mengejek, atau merendahkan harga diri orang lain. Dilarangnya juga seorang muslim untuk menaruh rasa curiga, apalagi dendam dan benci. Kemudian ditanamkan pula cara menghormati, membimbing, dan menghargai serta menyayangi orang lain baik kepada orang yang lebih tua maupun yang lebih muda. Ketika ada semacam rasa kesal atau sesuatu yang tidak disenangi, segeralah beristighfar dan membalasnya dengan kata-kata yang menyejukkan hati. Menjalin hubungan baik dengan orang lain merupakan fitrah manusia. Yaitu, sebuah kondisi yang hanya dapat hidup selama setiap individu mau membagi cinta kasihnya kepada sesama (Tasmara, 2001:170). Karena baginya, kehadiran orang lain merupakan fitrah yang akan membawa dirinya kepada ketentraman. f. Sabar Kata sabar maknanya habs, yang bearti menahan. Sabar berarti melarang dan menahan. Secara istilah sabar adalah menahan diri dari berputus asa, meredam amarah jiwa, mencegah lisan untuk mengeluh, serta menahan anggota badan dari berbuat kemungkaran (Soebachman, 2014:65). Dalam hal ini berarti menahan hati agar tidak gusar dan menahan keluhan dari segala macam nafsu dan amarah. Sabar termasuk akhlak utama yang dapat menghindarkan diri seseorang dari melakukan hal-hal yang tidak baik. Oleh sebab itu, sabar menjadi kekuatan jiwa yang menentukan kebaikan dan kelurusannya (Soebachman, 2014:65). Sabar termasuk inti dari akhlakul karimah karena didasari sifat dan sikap dasar iffah (menjaga kehormatan diri) (Soebachman, 2012:27). Rasulullah sendiri menegaskan bahwa kesabaran adalah ibarat iman kepada tubuh kita (El-Sutha, 2009:4). Kesabaran merupakan puncak segala kebaikan dan merupakan kunci untuk meraih kesuksesan hidup. Sabar bukan hanya dapat diterapkan ketika mengalami bencana, musibah atau pada saat-saat sulit dan susah melainkan dapat pula digunakan untuk menggapai sukses dan bahagia. Sabar pun dapat diterapkan dalam keadaan lapang dan rezeki yang sedang berlimpah. Terhadap segala sesuatu yang membuat bahagiapun harus selalu sabar. Adapun sabar terhadap segala sesuatu yang disenangi adalah bisa menahan diri dan tidak lupa diri saat menerima atau mendapatkan sesuatu yang menyenangkan. Sabar juga termasuk kemampuan untuk menerima sesuatu tanpa menafikan usaha dan upaya serta terhadap harta yang dimiliki, yaitu tidak boleh serakah. Allah SWT berfirman: Artinya: “Maka bersabarlah kamu, karena Sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi”(Q.S. al-Mu‟min:55). Terdapat tujuh makna yang tersimpan di balik sabar, yaitu: 1) Menunda respon kita untuk beberapa saat sampai kita benar-benar merasa tenang dan pikiran kita dapat berfungsi kembali dengan baik. 2) Menyatukan badan dan pikiran kita di satu tempat. 3) Merupakan kata kerja aktif, bukan pasif. 4) Melakukan satu hal di satu waktu. 5) Menikmati proses tanpa terganggu pada hasil akhirnya. 6) Menyesuaikan tempo kita dengan tempo orang lain dan bukannya mengharapkan orang lain menyesuaikannya. 7) Sabar adalah hidup selaras dengan hukum alam (Soebachman, 2014:70-71). Sabar merupakan manifestasi iman, bahkan sabar merupakan totalitas iman, maka dengan sendirinya sabar itu dapat diimplikasikan dalam seluruh segi kehidupan. Hidup ini tidaklah selalu lurus sesuai rencana yaitu selalu bahagia. Banyak sekali yang membuat seseorang merasa sedih sehingga cepat mengeluh kepada orang lain. Maka dari itu, perlunya sikap sabar yang harus dimiliki agar tidak cepat marah karena sikap emosi yang tinggi. Jika kita mempunyai kesabaran yang tinggi tentunya akan menerima cobaan dengan jiwa yang besar dan menyikapinya sesuai dengan tuntunan Allah, yaitu tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Sesuatu yang mesti dilakukan oleh setiap orang beriman saat musibah itu datang, sikap yang paling tepat dan paling utama adalah dengan bersabar, yaitu menyerahkan segala musibah yang menimpanya kepada Allah Swt., seraya memohon bimbingan dan kekuatan dalam menghadapinya (El-Sutha, 2012:151-152). Cara menggapai sabar, yaitu: 1) Dengan senantiasa berdo‟a 2) Dengan mengingat kasih sayang Allah kepada manusia 3) Dengan mengingat kondisi musuh Allah 4) Dengan mengingat pahala terbesar 5) Dengan memimpikan sukses 6) Dengan mengingat pahala sabar (Soebachman, 2014:80-82). Sungguh berat menerima musibah atau bencana sehingga membuat gelisah, karena hati dan perasaan selalu diharapkan pada hal-hal yang membahagiakan dan inginnya lepas dari kesusahan. Namun, berusaha menerima dengan lapang dan sabar karena Allah yang senantiasa bersama orang-orang yang mendirikan shalat dan bersabar dalam menerima cobaan-Nya (Lathifah, 2008:55). Dan puncak dari kesabaran adalah memaafkan. Kesabaran diperlukan dalam tiga keadaan, yaitu: Pertama, sebelum berbuat yaitu meluruskan niat. Ikhlas saat berbuat sampai akhir perbuatannya. Kedua, saat berbuat yaitu sabar terhadap berbagai dorongan yang mengajak kepada kekurangan dan pengabaian. Ketiga, selesai berbuat yaitu dengan bersabar atas hal-hal yang membatalkannya (Soebachman, 2012:47). Bentuk kesabaran yang paling mudah tingkatannya adalah diam. Diam jika amarah mulai mengancam dan diam jika situasi makin memanas. Terdapat tujuh manfaat dari sikap diam dan sabar, yaitu: 1) Bentuk ibadah yang dilakukan tanpa harus merasa lelah 2) Hiasan diri tanpa perhiasan 3) Mencerminkan wibawa tanpa kekuasaan 4) Benteng tanpa dinding 5) Tidak perlu meminta maaf kepada siapapun 6) Malaikat pencatat amal rehat 7) Penutup keburukan dan sisi-sisi kejahiliahan diri (Soebachman, 2012:49-50) Dengan demikian, sabar merupakan perbuatan yang berasal dari hati berupa ketenangan jiwa sehingga dapat mencegah dari perbuatan yang tercela. Orang yang sabar tidak gelisah ketika mendapat cobaan. Sabar juga merupakan salah satu cara untuk menemukan jalan keluar dari segala permasalahan dalam kehidupan. C. Hubungan Emotional Intelligence dengan Akhlaqul Karimah Kecerdasan emosional bertumpu pada hubungan antara perasaan, watak, dan naluri moral. Daniel Goleman mengatakan bahwa jika disuruh memilih dua sikap moral yang dibutuhkan untuk zaman sekarang, ia akan memilih kendali diri dan kasih sayang (Suyadi, 2014:121). Pembinaan moral terjadi melalui pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua (Islamiyah, 2013:73). Moral merupakan perilaku dan akhlak yang diterapkan kepada manusia. Pengertian akhlak sama dengan moral karena secara bahasa artinya sama, yaitu tindakan atau perbuatan. Istilah akhlak secara sosiologis disama artikan dengan istilah moral, tata susila, tingah polah, perilaku, sopan santun, dan tata krama dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat (Saebani dan Hamid, 2010:30). Berakhlak adalah orang yang ber-budi pekerti luhur, mengerti nilai hidup dan moral. Sedangkan moral sendiri adalah perbuatan baik dan buruk yang didasarkan pada kesepakatan masyarakat (Saebani dan Hamid, 2010:30). Tetapi terdapat perbedaan dari keduanya, moral merujuk pada kebiasaaan sedangkan akhlak merujuk pada nilai-nilai agama. Perbedaan ini terletak pada rujukan normatif yang digunakannya. Dalam Islam terdapat konsep yang terkait dengan sikap empati yang terangkum dalam istilah akhlaqul karimah yang diteladankan Rasulullah Saw. Selain itu, konsep sabar yang sama dengan ciri kecerdasan emosional yaitu pengendalian diri. Tanpa kesabaran, seseorang akan sulit merasakan kebahagiaan. Sabar dapat disetarakan dengan kecerdasan emosional (emotional intelligence), yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri dalam menghadapi berbagai tantangan (stressor) (Tasmara, 2001:31). Orang yang sabar tidak pernah cengeng terhadap segala rintangan dan tak pernah rapuh untuk mencapai apa yang mereka telah yakini. Menurut Daniel Goleman, orang-orang yang berhasil bukan ditentukan oleh kecerdasannya secara akademik dengan intelektual yang tinggi. Tetapi, mereka yang memiliki kecerdasan emosional yang mampu mengendalikan diri dan tabah melaksanakan tugas-tugasnya (Tasmara, 2001:31-32). Mereka selalu memiliki sikap yang paling dominan, yaitu sikap percaya diri, optimis, mampu menahan beban ujian, dan terus berusaha sekuat tenaga. Emotional Intelligence dibutuhkan oleh semua pihak untuk dapat hidup secara bermasyarakat termasuk didalamnya menjaga keutuhan hubungan sosial. Daniel Goleman berpendapat bahwa lingkungan sosial mengajarkan para anggotanya untuk mampu mengendalikan emosinya agar tingkat toleransi para anggotanya menjadi semakin tinggi sehingga generasi muda akan memperoleh kematangan emosi yang lebih baik (Satiadarma dan Waruwu, 2003: 31-32). Dengan akhlaqul karimah yang dimilikinya generasi muda tidak akan pernah mengusik atau menyakiti orang lain. BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMK NU Roudhotul Furqon 1. Sejarah Berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan Nu Roudlotul Furqon, berdiri pada tanggal 5 mei 2008, atas ide dari Ibu Nyai Hj. Siti Fatimah Muntaha yang di dukung oleh tokoh masyarakat Desa Kebumen dan pengurus Yayasan Al Ma‟arif yang di ketuai oleh Bapak Khaziq Faishol, S.Sos. Ketua Pengurusnya adalah KH. Ali Imron, Al Hafidz. Pendirian SMK NU Roudlotul Furqon mendapatkan ijin pendirian nomor 421.3/0991/2008 yang terbitkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang. Kepala Sekolah pertama kali adalah Bapak M. Fahmi Dzulfiadi, S.Pd.I Awalnya SMK NU Roudlotul Furqon memiliki satu jurusan yaitu Teknik Komputer jaringan, kemudian tahun 2013 bertambah satu jurusan lagi yaitu tata busana butik. Sebagian besar siswa SMK NU Roudlotul Furqon tinggal di pesantren (asrama) dan sebagian dari warga sekitar Banyubiru. Pada tahun pertama meluluskan sekitar 18 Siswa dan pada tahun 2013 meluluskan 35 Siswa. Sekolah Menengah Kejuruan NU Roudlotul Furqon yang berada di bawah Yayasan Al Ma‟arif memiliki slogan Bisa Ngaji, Bisa Tekhnologi dan Bisa Mandiri, memiliki cita-cita untuk mesukseskan program pemerintah di bidang pendidikan baik pendidikan secara umum, pendidikan rohani juga pendidikan akhlaq. 2. Lokasi SMK NU Roudhotul Furqon Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) NU Roudhotul Furqon berlokasi di Jl Mahakam, Desa Kebumen, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang 50664, Telp. (0298) 7177568. 3. Visi dan Misi SMK NU Roudhotul Furqon Visi SMK NU Roudhotul Furqon adalah membentuk siswa yang taat pada ajaran agama, unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, dan santun dalam berakhlaqul karimah. Misi SMK NU Roudhotul Furqon adalah: a. Membimbing siswa dengan ajaran Agama Islam Ahlu Sunnah Wal Jama‟ah b. Menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan handal sesuai dengan kebutuhan industri dan masyarakat c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya bidang teknik komputer dan jaringan dan tata busana butik d. Membimbing bermasyarakat. siswa berakhlaqul karimah dalam kehidupan 4. Struktur Organisasi Struktur organisasi guru dan karyawan SMK NU Roudhotul Furqon tahun 2015/2016 adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Struktur Organisasai Guru dan Karyawan SMK NU Roudhotul Furqon Tahun 2015 / 2016 NO Nama Jabatan 1 Ummi Nu‟amah, S.Pd. Kepala sekolah 2 KH. Ali Imron Muntaha Komite 3 Arif Rohman, S.Pd.I Waka kurikulum 4 Roudhoh, S.Si Waka kesiswaan Waka humas 5 H. Sri Hartono H. 6 M. Son‟ani, S.Pd.I Sarpras 7 Sri Atikah, S.E Bendahara 8 Anas Jauhari Tata usaha 9 Ahmad Solikhin, S.Pd.I Pembina IPNU/IPPNU Sumber data: TU SMK NU Roudhotul Furqon 5. Tujuan SMK NU Roudhotul Furqon a. Menyelenggarakan sistem pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan kebutuhan bisnis dan industri b. Membangun lingkungan belajar dan bekerja dengan fasilitas memadahi untuk mendukung pengembangan siswa secara menyeluruh berdasarkan nilai-nilai kepesantrenan dan keislaman, c. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif d. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karier, ulet, dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang di minatinya; e. Membekali peserta didik dengan agama, IPTEK, dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi; f. Menjalin kerja sama (networking) dengan lembaga/institusi terkait, dunia usaha/dunia industri dan masyarakat dalam rangka pengembangan program diklat yang berakar pada nilai-nilai moral agama, budaya bangsa, dan mengikuti perkembangan IPTEK 6. Progam Keahlian di SMK NU Roudhotul Furqon Beberapa program keahlian yang diajarkan di SMK NU Roudhotul Furqon antara lain sebagai berikut: a. Teknik komputer jaringan (TKJ) b. Busana butik (BB) 7. Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) NU Roudlotul Furqon mengikuti tiga kurikulum: a. Kurikulum KTSP 2006 untuk kelas XII b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 hanya di laksanakan di kelas XII. c. Kurikulum KTSP 2013 Untuk Kelas X dan XI, kurikulum ini kembali ke Kurikulum 2006, mulai bualan Januari 2015. d. Kurikulum Takhassus Pesantren Kurikulum takhassus ini adalah kurikulum yang memuat mata pelajaran kepesantrenan yang meliputi (mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq, Fiqih, Baca Tulis Alqur‟an, Bahasa Arab, Ke NU-an), dan pelaksanaan pesantren ramadhan di bulan Ramadhan untuk mengkaji kitab-kitab klasik). 8. Data Guru dan Karyawan Tenaga pendidik (guru) dan karyawan SMK NU Roudhotul Furqon tahun 2015/ 2016 adalah sebagai berikut : a. Data Guru Tabel 3.2 Rekapitulasi Guru dan Karyawan SMK NU Roudhotul Furqon Tahun Pelajaran 2015 / 2016 No Nama Mata Tugas Tambahan Pelajaran 1 Sri Hartono Rismanto B. Indonesia Waka humas 2 Siti Nurjanah BK Bimbingan konseling 3 Erma Tri Suryani Produktif BB Pembina ekstra produktif 4 Ummi Nu'amah IPA Kepala sekolah 5 Sri Atikah Seni Budaya Bendahara 6 Ahmad Solikhin IPS Pembina ekstra pencak silat 7 Arif Rohman PAI Waka kurikulum 8 Shohifudin Penjasorkes 9 Achmad Muhajir Matematika Pembina ekstra paskibra 10 Nur Asrori Produktif 11 Roudhoh Matematika Waka kesiswaan, Pembina ekstra MTK 12 Miftakhul Ainun KKPI Pembina ekstra Nawar produktif 13 M Fahmi Dzulfiadi Ke NU-an 14 15 16 17 18 M Kharis Ulin Nuha Abdul Rohman Mukti Sri Rahayu Nurul Inayati Ferry Adhitya 19 M. Son'ani Fiqh Aqidah akhlak Produktif BB PKN Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Sarpras, pembina ekstra pramuka dan pembina ekstra english Sumber data: TU SMK NU Roudhotul Furqon b. Data Kepegawaian (Pegawai Tata Usaha) Adapun pegawai tata usaha SMK NU tahun 2015/2016 adalah sebagai berikut : Tabel 3.3 Rekapitulasi Jumlah Pegawai Tata Usaha SMK NU Roudhotul Furqon Tahun Pelajaran 2015/2016 No Nama Jabatan 1 Anas Jauhari 2 Muhammad Khoirul Anam 3 Romandin Sumber data: TU SMK NU Roudhotul Furqon 9. Data Kesiswaan Jumlah siswa SMK NU Roudhotul Furqon secara keseluruhan adalah siswa, dengan rincian siswa dan siswi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.4 Rekapitulasi Data Siswa SMK NU Roudhotul Furqon Tahun Pelajaran 2015/2016 Jenis kelamin Kelas Jumlah siswa Laki-Laki Perempuan X 39 16 23 XI 65 20 45 XII 50 25 25 Sumber data: TU SMK NU Roudhotul Furqon 10. Sarana dan Prasarana Kegiatan belajar mengajar tidak akan kondusif jika tidak didukung oleh sarana dan prasarana. Untuk itu perlu adanya sarana dan prasarana yang mencukupi. Adapun sarana dan prasarana yang ada di SMK NU Roudhotul Furqon adalah sebagai berikut : Tabel 3.5 Rekapitulasi Data Sarana dan Prasarana SMK NU Roudhotul Furqon Tahun Pelajaran 2015/ 2016 Kondisi Saat Ini No A Nama Ruang/ Area Kerja Luas Jml Ruang Ratarata (m2) Total Luas (m2) Ruang Kelas 6 63 378 2. Ruang Lab. Komputer 1 64 64 3. Ruang Perpustakaan Konvensional 1. Baik Jumlah Jumlah Rusak Sedang Rusak Berat Luas (m2) Total Luas (m2) 1 84 84 1 63 63 1 84 84 Jml ruang Ruang Pembelajaran Umum 1. B Jml KebutuhanRuang 0 0 Ruang Khusus (Praktik) R. Praktek Teknik 1 48 48 1 computer dan Jaringan R. Praktek Tata Busana Butik 1 48 48 Unit Produksi C 1 1 84 84 1 48 48 Ruang Penunjang 1. Ruang Kepala Sekolah& Wakil 1 9 9 2. Ruang Guru 1 24 24 3. Ruang Pelayanan Administra-si (TU) 1 9 9 4. BP/BK 1 49 49 5. Ruang OSIS 1 9 9 6. Ruang Pramuka, 1 9 9 7. UKS, 1 9 9 8. Ruang Toilet 4 8 8 9. Asrama Siswa 2 400 800 11. Kegiatan Ekstrakurikuler Untuk mengembangkan bakat siswa di SMK NU Roudhotul Furqon, ada kegiatan ekstrakurikuler yang bisa diikuti oleh siswa. Adapun kegiatan ekstrakurikuler tersebut bisa dilihat dari tabel berikut : No 1 2 3 Tabel 3.6 Kegiatan Ekstrakurikuler SMK NU Roudhotul Furqon Tahun 2015 / 2016 Jenis Pengampu Jumlah Ekstrakurikuler Jam Pramuka M. Son‟ani, S.Pd.I Miftakhul Ainun Nawar Produktif S.Kom dan Erma Tri Suryani, S.Pd.I Roudhoh, S.Si MTK M. Son‟ani, S.Pd.I Ahmad Solikhin, S.Pd.I Wahyudi, AH H. Achmad Muhajir, S.Pd.I Sumber data: TU SMK NU Roudhotul Furqon English Pencak silat SBA Ton Inti /paskibra 4 5 6 7 B. Penyajian Data 1. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMK NU Roudhotul Furqon NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Tabel 3.7 Daftar Responden Nama Jurusan Adhinda Awang Novyana Adi Miftakhur Roziqin Adi Setyawan Adila Khoirunnisa' Agung Mustajib Agus Setiawan Ahmad Fauzi Ahmad Muzakky Akhmad David Ridwan Ali Musta'in Amna Sabilla Anggrie Yuliana Annisa Egi Mutia Arina Khayati Badidatut Dhuroh Choirul Anwar Diyah Etik Arisqi Eka Fitriyani Elvita Any Azizah Erlin Puji Astuti Fajar Budiyarto Fatmawati Fiqi Nur Maziyah TKJ Jenis Kelamin (L/P) P TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ L L P L L L L L L P P P P P L P P P P L P P 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 Galih Adi Prasetyo Hesti Niken Sari Hidayatul Nurul Arifah Iis Edawati Inna Lestari Irma Fitriani Istiyadi Krisna Khoiroh Krisnanda Siska Amalia Lailatul Aini Luki Budiarti Mambaul Hidayah Muhamad Rafiki Hardian Muhammad Najib Muhammad Rozaq Nur Kholis Paryanti Puji Kurniawan Puji Lestari Rahmat Aiman S Rindiyani Kurniawati Rudiyanto Santi Melawati Ulfah Maulidiniya Wulan Ismalida Zumro Tusolikah Chalimatus Sa'diyah Ika Prestyana Isna Mamba'ul Chusna Malika Siskana Khoiriyah Mardiati Nur Waidah Nurul Kholifah Rosida Rahma Suci Siti Mufidah Suci Fitriyanti Tsani Setiyawati Ulfi Faridah Ulum Maroah Umi Fajriyah Uswatun Khoiriyah Yuni Agustinah TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ L P P P P P P P P P L P L TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ BB BB BB BB L L L P L P L P L P P P P P P P P BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB P P P P P P P P P P P P 2. Hasil Penelitian Melalui Angket a. Hasil angket emotional intelligence Tabel 3.8 Daftar nilai hasil angket tentang emotional intelligence No Nama Kelas Distribusi Jawaban A B C 1. AAN TKJ 7 3 2. AMR TKJ 7 3 3 AS TKJ 5 2 2 4 AK TKJ 9 1 5 AM TKJ 8 1 1 6 AS TKJ 3 4 3 7 AF TKJ 7 2 1 8 AM TKJ 6 2 2 9 ADR TKJ 7 3 10 AM TKJ 3 3 4 11 AS TKJ 8 1 1 12 AY TKJ 9 1 13 AEM TKJ 8 1 1 14 AK TKJ 8 1 1 15 BD TKJ 9 1 16 CA TKJ 8 2 17 DEA TKJ 9 1 18 EF TKJ 7 3 19 EAZ TKJ 9 1 20 EPA TKJ 9 1 21 FB TKJ 7 3 22 F TKJ 9 1 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 FNM GAP HNS HNA IE IL IF I KK KSA TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ 4 4 8 9 4 8 5 6 8 8 5 5 2 1 4 2 4 3 2 2 1 1 2 1 1 - 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 LA LB MH MRH MN MR NK P PK PL RAS RK R SM UM WI ZT CS IP IMC MSK M NW NK RRS SM SF TS UF UM UF UK YA TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB Tabel 3.9 4 4 6 3 9 6 7 9 5 7 8 6 6 8 9 8 9 5 6 8 8 9 7 6 9 8 9 6 7 7 8 6 6 6 3 4 5 1 2 2 1 5 2 2 3 4 1 1 2 1 5 4 2 1 1 3 4 1 1 1 2 3 2 2 4 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 No 1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Daftar nilai hasil angket tentang akhlaqul karimah Nama Kelas Distribusi Jawaban A B C AAN TKJ 8 1 1 AMR TKJ 9 1 AS TKJ 5 1 4 AK TKJ 7 1 2 AM TKJ 6 3 1 AS TKJ 8 1 1 AF TKJ 7 3 AM TKJ 9 1 ADR TKJ 9 1 AM TKJ 1 7 2 AS TKJ 6 2 2 AY TKJ 9 1 AEM TKJ 9 1 AK TKJ 4 2 4 BD TKJ 9 1 CA TKJ 8 2 DEA TKJ 9 1 EF TKJ 7 3 EAZ TKJ 9 1 EPA TKJ 8 2 FB TKJ 5 4 1 F TKJ 9 1 FNM TKJ 6 3 1 GAP TKJ 4 4 2 HNS TKJ 9 1 HNA TKJ 8 2 IE TKJ 4 2 4 IL TKJ 8 1 1 IF TKJ 5 5 I TKJ 5 5 KK TKJ 9 1 KSA TKJ 9 1 LA TKJ 9 1 LB TKJ 3 6 1 MH TKJ 8 2 - 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 MRH MN MR NK P PK PL RAS RK R SM UM WI ZT CS IP IMC MSK M NW NK RRS SM SF TS UF UM UF UK YA TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ TKJ BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB 4 7 9 7 9 8 8 5 7 9 9 9 6 5 4 8 9 8 7 8 9 8 9 8 9 7 8 9 8 7 5 3 1 3 1 2 2 4 2 1 1 1 2 4 5 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 3 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 BAB IV ANALISIS DATA Setelah proses penggalian data yang dibutuhkan selesai, langkah selanjutnya adalah pengolahan data, yaitu mengolah data-data penelitian yang diperoleh dengan menggunakan metode angket. Proses analisa data ini meliputi tahapan-tahapan data untuk menggali data mengenai hal-hal berikut: 1. Untuk mengetahui emotional intelligence siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Untuk mengetahui akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. 3. Untuk mengetahui hubungan emotional intelligence terhadap akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan rumus statistik product moment sebagai berikut : rxy N XY X Y N X X N Y Y 2 2 2 (Sugiyono, 2008: 183 2 18311183 Keterangan : rxy = Koefisien korelasi X dan Y X = Emotional Intelligence Y = Akhlaqul Karimah Siswa Adapun tahap-tahap analisis diuraikan sebagai berikut: A. Analisis Pendahuluan Langkah analisis data ini meliputi tahapan tabulasi data dan membuat tabel persiapan untuk analisis data. Dari pengolahan data penelitian berikut akan disajikan data hasil penelitian mengenai nilai-nilai variabel emotional intelligence (variabel X) dan akhlaqul karimah siswa (variabel Y) dengan rumus sebagai berikut : P= (Hadi, 1992:399) Keterangan : P = Persentase perolehan F = Frekuensi mentah N = Jumlah total responden 1. Data Emotional Intelligence Dari data nilai angket tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel distribusi untuk mengetahui hubungan emotional intelligence terhadap akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhatul Furqon kec. Banyubiru kab. Semarang tahun 2015/2016. a. Data skor emotional intelligence Data tentang emotional intelligence diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 10 pertanyaan, masing-masing pertanyaan dengan bobot nilai sebagai berikut: 1) Bila jawaban (a) diberi bobot nilai: 3 2) Bila jawaban (b) diberi bobot nilai: 2 3) Bila jawaban (c) diberi bobot nilai: 1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Tabel 4.1 Distribusi angket Data skor emotional intelligence (variabel x) Distribusi Jawaban Nilai Skor A B C 3 2 1 7 3 21 6 0 27 7 3 21 6 2 27 5 3 2 15 6 2 23 9 1 27 2 0 29 8 1 1 24 2 1 27 3 4 3 9 8 3 21 7 2 1 21 4 1 26 6 2 2 18 4 2 24 7 3 21 6 0 27 3 3 4 9 6 4 19 8 1 1 24 2 1 27 9 1 27 2 0 29 8 1 1 24 2 1 27 8 1 1 24 2 1 27 9 1 27 2 0 29 8 2 24 4 0 28 9 1 27 2 0 29 7 3 21 6 0 27 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 9 9 7 9 4 4 8 9 4 8 5 6 8 8 4 4 6 3 9 6 7 9 5 7 8 6 6 8 9 8 9 5 6 8 8 9 7 1 1 3 1 5 5 2 1 4 2 4 3 2 2 6 3 4 5 1 2 2 1 5 2 2 3 4 1 1 2 1 5 4 2 1 1 3 1 1 2 1 1 3 2 2 1 1 1 1 1 - 27 27 21 27 12 12 24 27 12 24 15 18 24 24 12 12 18 9 27 18 21 27 15 21 24 18 18 24 27 24 27 15 18 24 24 27 21 2 2 6 2 10 10 4 2 8 4 8 6 4 4 12 6 8 10 2 4 4 2 10 4 4 6 8 2 2 4 2 10 8 4 2 1 6 0 0 0 0 1 1 0 0 2 0 1 1 0 0 0 3 0 2 0 2 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 29 29 27 29 23 23 28 29 22 28 24 25 28 28 24 21 26 21 29 24 26 29 25 26 28 25 26 27 29 28 29 25 26 28 27 29 27 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 6 9 8 9 6 7 7 8 6 6 4 1 1 1 2 3 2 2 4 2 1 2 1 2 Jumlah 18 27 24 24 18 21 21 24 18 18 8 2 2 2 4 6 4 4 8 4 0 0 1 1 2 0 1 0 0 2 26 29 27 27 24 27 26 28 26 24 1714 b. Mencari lebar interval (i) untuk membuat kategori emotional intelligence Untuk mengetahui hubungan emotional intelligence dengan jumlah 10 item diketahui nilai tertinggi 29 dan nilai terendah 19, maka berdasarkan rumus interval sebagai berikut: i = (nilai tertinggi – nilai terendah) +1 k i = (30-10)+1 3 i = 21 3 i=7 Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat emotional intelligence seperti tabel di bawah ini: Tabel 4.2 Interval emotional intelligence kelas XI SMK NU Roudhotul Furqon Nilai nominal Nilai Interval Jumlah Siswa 57 A 24-30 8 B 17-23 0 C 10-16 Dengan demikian dapat diketahui: 1) Untuk emotional intelligence yang memiliki nilai tinggi dengan interval 24-30 sebanyak 57 siswa 2) Untuk emotional intelligence yang memiliki nilai sedang dengan interval 17-23 sebanyak 8 siswa 3) Untuk emotional intelligence yang memiliki nilai rendah dengan interval 10-16 sebanyak 0 siswa. Tabel 4.3 Nilai nominasi emotional intelligence No Responden 1 Skor 27 Nilai Nominal A 2 27 A 3 23 B 4 29 A 5 27 A 6 21 B 7 26 A 8 24 A 9 27 A 10 19 B 11 27 A 12 29 A 13 27 A 14 27 A 15 29 A 16 28 A 17 29 A 18 27 A 19 29 A 20 29 A 21 27 A 22 29 A 23 23 B 24 23 B 25 28 A 26 29 A 27 22 B 28 28 A 29 24 A 30 25 A 31 28 A 32 28 A 33 24 A 34 21 B 35 26 A 36 21 B 37 29 A 38 24 A 39 26 A 40 29 A 41 25 A 42 26 A 43 28 A 44 25 A 45 26 A 46 27 A 47 29 A 48 28 A 49 29 A 50 25 A 51 26 A 52 28 A 53 27 A 54 29 A 55 27 A 56 26 A 57 29 A 58 27 A 59 27 A 60 24 A 61 27 A 62 26 A 63 28 A 64 26 A 65 24 A c. Menetapkan klasifikasi emotional intelligence Setelah diketahui berapa banyak siswa yang memiliki emotional intelligence tinggi, sedang, dan rendah kemudian masing-masing variabel dipresentasikan. Adapun gambaran tentang prosentase dari masing-masing kategori adalah sebagai berikut: 1) Tingkat emotional intelligence yang mendapat nilai dengan nominasi A sebanyak 57 siswa, maka dapat dinyatakan dalam persentase seperti di bawah ini: P = = x 100% = 87,69% 2) Tingkat emotional intelligence yang mendapat nilai dengan nominasi B sebanyak 8 siswa, maka dapat dinyatakan dalam persentase seperti di bawah ini: P = = x 100% = 12,30% 3) Tingkat emotional intelligence yang mendapat nilai dengan nominasi C sebanyak 0 siswa, maka dapat dinyatakan dalam prosentase seperti di bawah ini: P = = x 100% =0% Tabel 4.4 Frekuensi emotional intelligence No 1 2 3 Kategori Tinggi (A) Sedang (B) Rendah (C) Nilai Interval 24-30 17-23 10-16 Frekuensi 57 8 0 Persentase 87,69% 12,30% 0% Dari tabel di atas diperoleh bahwa 57 responden memiliki emotional intelligence tinggi, 8 responden memiliki emotional intelligence sedang, dan 0 responden memiliki emotional intelligence rendah. Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa: 1) Siswa yang mendapat nilai A pada tingkat emotional intelligence sebanyak 57 siswa dengan persentase 87,69 %. 2) Siswa yang mendapat nilai B pada tingkat emotional intelligence sebanyak 8 siswa dengan persentase 12,30 %. 3) Siswa yang mendapat nilai C pada tingkat emotional intelligence sebanyak 5 siswa dengan persentase 0 %. 2. Data Akhlaqul Karimah a. Data skor akhlaqul karimah Data tentang akhlaqul karimah diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 10 pertanyaan, masing-masing pertanyaan dengan bobot nilai sebagai berikut: 1) Bila jawaban (a) diberi bobot nilai: 3 2) Bila jawaban (b) diberi bobot nilai: 2 3) Bila jawaban (c) diberi bobot nilai: 1 Tabel 4.5 Distribusi angket akhlaqul karimah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Distribusi Jawaban A B C 8 1 1 9 1 5 1 4 7 1 2 6 3 1 8 1 1 7 3 9 1 9 1 1 7 2 6 2 2 9 1 9 1 4 2 4 9 1 8 2 9 1 7 3 9 1 8 2 5 4 1 9 1 6 3 1 4 4 2 9 1 8 2 4 2 4 8 1 1 5 5 5 5 9 1 9 1 9 1 3 6 1 8 2 4 5 1 3 24 27 15 21 18 24 21 27 27 3 18 27 27 12 27 24 27 21 27 24 15 27 18 12 27 24 12 24 15 15 27 27 27 9 24 12 Nilai 2 2 2 2 2 6 2 6 2 2 14 4 2 2 4 2 4 2 6 2 4 8 2 6 8 2 4 4 2 10 10 2 2 2 12 4 10 Skor 1 1 0 4 2 1 1 0 0 0 2 2 0 0 4 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 0 0 4 1 0 0 0 0 0 1 0 1 27 29 21 25 25 27 27 29 29 19 24 29 29 20 29 28 29 27 29 28 24 29 25 22 29 28 20 27 25 25 29 29 29 22 28 23 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 7 9 7 9 8 8 5 7 9 9 9 6 5 4 8 9 8 7 8 9 8 9 8 9 7 8 9 8 7 3 1 3 1 2 2 4 2 1 1 1 2 4 5 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 3 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 Jumlah 21 27 21 27 24 24 15 21 27 27 27 18 15 12 24 27 24 21 24 27 24 27 24 27 21 24 27 24 21 6 2 6 2 4 4 8 4 2 2 2 4 8 10 4 2 2 4 4 2 2 2 2 2 6 4 2 4 4 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 2 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 27 29 27 29 28 28 24 26 29 29 29 24 24 23 28 29 27 26 28 29 27 29 27 29 27 28 29 28 26 1737 b. Mencari lebar interval (i) untuk membuat kategori akhlaqul karimah Untuk mengetahui hubungan akhlaqul karimah dengan jumlah 10 item diketahui nilai tertinggi 29 dan nilai terendah 19. Selanjutnya peneliti membuat interval kategori dengan menggunakan rumus sebagai berikut : i = (nilai tertinggi – nilai terendah) +1 k i = (30-10)+1 3 i = 21 3 i=7 Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat akhlaqul karimah seperti tabel di bawah ini: Tabel 4.6 Interval akhlaqul karimah kelas XI SMK NU Roudhotul Furqon Nilai nominal Nilai Interval Jumlah Siswa 24-30 57 A 17-23 8 B 10-16 0 C Dengan demikian dapat diketahui: 1) Untuk akhlaqul karimah yang memiliki nilai tinggi dengan interval 24-30 sebanyak 57 siswa 2) Untuk akhlaqul karimah yang memiliki nilai sedang dengan interval 17-23 sebanyak 8 siswa 3) Untuk akhlaqul karimah yang memiliki nilai rendah dengan interval 10-16 sebanyak 0 siswa. Tabel 4.7 Nilai nominasi akhlaqul karimah kelas XI SMK NU Roudhotul Furqon No Responden Skor Nilai Nominal 1 27 A 2 29 A 3 21 B 4 25 A 5 25 A 6 27 A 7 27 A 8 29 A 9 29 A 10 19 B 11 24 A 12 29 A 13 29 A 14 20 B 15 29 A 16 28 A 17 29 A 18 27 A 19 29 A 20 28 A 21 24 A 22 29 A 23 25 A 24 22 B 25 29 A 26 28 A 27 20 B 28 27 A 29 25 A 30 25 A 31 29 A 32 29 A 33 29 A 34 22 B 35 28 A 36 23 B 37 27 A 38 29 A 39 27 A 40 29 A 41 28 A 42 28 A 43 24 A 44 26 A 45 29 A 46 29 A 47 29 A 48 24 A 49 24 A 50 23 B 51 28 A 52 29 A 53 27 A 54 26 A 55 28 A 56 29 A 57 27 A 58 29 A 59 27 A 60 29 A 61 27 A 62 28 A 63 29 A 64 28 A 65 26 A c. Menetapkan klasifikasi akhlaqul karimah Setelah diketahui berapa banyak siswa yang memiliki akhlaqul karimah tinggi, sedang, dan rendah kemudian masing-masing variabel dipersentasikan. Adapun gambaran tentang presentase dari masingmasing kategori adalah sebagai berikut: 1) Tingkat akhlaqul karimah yang mendapat nilai dengan nominasi A sebanyak 57 siswa, maka dapat dinyatakan dalam persentase seperti di bawah ini: P = = x 100% = 87,69% 2) Tingkat akhlaqul karimah yang mendapat nilai dengan nominasi B sebanyak 8 siswa, maka dapat dinyatakan dalam persentase seperti di bawah ini: P = = x 100% = 12,30% 3) Tingkat akhlaqul karimah yang mendapat nilai dengan nominasi C sebanyak 0 siswa, maka dapat dinyatakan dalam persentase seperti di bawah ini: P = = x 100% = 0% Kemudian untuk dapat mengetahui tinggi rendahnya frekuensi dari persentase tentang akhlaqul karimah bisa dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.8 Persentase akhlaqul karimah No Kategori 1 2 3 Tinggi (A) Sedang (B) Rendah (C) Nilai Interval 24-30 17-23 10-16 Frekuensi Persentase 57 8 0 87,69% 12,30% 0% Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa: 1) Siswa yang mendapat nilai A pada tingkat akhlaqul karimah sebanyak 57 siswa dengan persentase 87,69 %. 2) Siswa yang mendapat nilai B pada tingkat akhlaqul karimah sebanyak 8 siswa dengan persentase 12,30 %. 3) Siswa yang mendapat nilai C pada tingkat akhlaqul karimah sebanyak 0 siswa dengan persentase 0 %. B. Analisis Uji Hipotesis Analisis uji hipotesis digunakan untuk menganalisis tentang ada tidaknya hubungan emotional intelligence terhadap akhlaqul karimah siswa SMK NU Roudhotul Furqon maka data yang diperoleh akan dianalisis. Adapun dalam menganalisis data tersebut penulis akan menggunakan teknik korelasi product moment yang rumusnya sebagai berikut: Rumus product moment: rxy N XY X Y N X X N Y Y 2 2 2 Keterangan: rxy : Koefisienkorelasi x : skor variable x y : skor variabel y x2 : kuadrat x y2 : Kuadrat y xy : jumlah hasil perkalian x dan y N : Jumlah sampel yang diteliti 2 Langkah selanjutnya menyiapkan table kerja untuk mencantumkan koefisien antara variabel X (emotional intelligence) dan variabel Y (akhlaqul karimah). untuk mencari koefisien korelasi antara variabel pertama dan kedua. No. Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 X Y X2 Y2 X.Y 27 27 23 29 27 21 26 24 27 19 27 29 27 27 29 28 29 27 29 29 27 29 23 23 28 29 22 28 24 25 28 28 24 21 27 29 21 25 25 27 27 29 29 19 24 29 29 20 29 28 29 27 29 28 24 29 25 22 29 28 20 27 25 25 29 29 29 22 729 729 529 841 729 441 676 576 729 361 729 841 729 729 841 784 841 729 841 841 729 841 529 529 784 841 484 784 576 625 784 784 576 441 729 841 441 625 625 729 729 841 841 361 576 841 841 400 841 784 841 729 841 784 576 841 625 484 841 784 400 729 625 625 841 841 841 484 729 783 970 725 675 567 702 696 783 361 648 841 696 540 841 784 841 729 841 812 648 841 575 506 812 812 440 756 600 625 812 812 696 462 35 676 784 728 26 28 36 21 23 441 529 483 37 841 729 783 29 27 38 24 29 576 841 696 39 676 729 702 26 27 40 29 29 841 841 841 41 625 784 700 25 28 42 26 28 676 784 728 43 784 576 672 28 24 44 25 26 625 676 650 45 676 841 754 26 29 46 27 29 729 841 783 47 841 841 841 29 29 48 28 24 784 576 672 49 29 24 841 576 696 50 25 23 625 529 575 51 26 28 676 784 728 52 28 29 784 841 812 53 27 27 729 729 729 54 841 676 754 29 26 55 27 28 729 784 756 56 676 841 754 26 29 57 29 27 841 729 783 58 729 841 783 27 29 59 27 27 729 729 729 60 576 841 696 24 29 61 27 27 729 729 729 62 841 784 728 26 28 63 28 29 784 841 812 64 841 784 728 26 28 65 24 26 576 676 624 Jumlah 46410 1714 1737 45890 46863 Dengan melihat tabel kerja koefisien di atas dapat diketahui: ∑X = 1714 ∑Y = 1737 ∑X² = 45890 ∑Y² = 46863 X.Y = 46410 Untuk mengetahui persentase emotional intelligence terhadap akhlaqul karimah siswa dapat digunakan rumus product moment: rxy N XY X Y N X X N Y Y 2 rxy = 2 2 2 (65)(46410)-(1714)(1737) √{(65. 45890)-( 1714)2}{(65. 46863)-( 1737)2 } rxy = 3016650-2977218 √{(2982850-2937796)(3046095-3017169) rxy = 39432 √ (45054)(28926) rxy = 39432 √1303232004 rxy = 39432 36100,3048 rxy = 1,09 C. Pembahasan Setelah data berhasil di uji dengan menggunakan teknik product moment dan diperoleh rxy sebesar 1,09. Kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan r tabel dengan jumlah 65 siswa dengan menggunakan taraf signifikasi 5% diperoleh nilai = 0,244 analisis data yang diperoleh dari rumus product moment menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel x dengan y pada siswa SMK NU Roudhotul Furqon tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini terbukti karena rxy lebih besar dari pada r tabel (r product moment) yaitu sebesar 1,09 yang mana dengan N 65 diperoleh nilai r pada pada tabel dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,244. Artinya, ada hubungan positif antara emotional intelligence terhadap akhlaqul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon tahun pelajaran 2015/2016. Sehingga hipotesis dapat diterima berarti emotional intelligence berhubungan terhadap akhlaqul karimah siswa SMK NU Roudhotul Furqon pelajaran 2015/2016. tahun BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pokok masalah dalam penulisan skripsi dan penelitian di lapangan, serta analisis data dari hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Emotional intelligence di SMK NU Roudhotul Furqon, berdasarkan analisis data diperoleh bahwa 57 responden memiliki emotional intelligence tinggi, 8 responden memiliki emotional intelligence sedang, dan 0 responden memiliki emotional intelligence rendah. 2. Akhlaqul karimah siswa di SMK NU Roudhotul Furqon, berdasarkan analisis data diperoleh bahwa dari tabel di atas diperoleh bahwa 57 responden memiliki akhlaqul karimah tinggi, 8 responden memiliki akhlaqul karimah sedang, dan 0 responden memiliki akhlaqul karimah rendah. 3. Dari hasil olah data menyatakan ada hubungan yang signifikan antara emotional intelligence dengan akhlakul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon tahun pelajaran 2015/2016. Pada uji hasil yang diperoleh adalah r hitung lebih besar dari r tabel yaitu 1,69>0,244 pada taraf signifikansi 5% maka hasil yang diperoleh adalah signifikan. Artinya, hipotesis yang di ajukan oleh penulis dapat diterima, yaitu “ada hubungan antara emotional intelligence dengan akhlakul karimah siswa kelas XI di SMK NU Roudhotul Furqon tahun pelajaran 2015/2016”. B. Saran Berdasarkan temuan dari hasil penelitian, maka beberapa saran yang perlu penulis sampaikan, yaitu : 1. Siswa hendaknya memiliki emotional intelligence, karena dengan emotional intelligence akan membawa siswa menuju kedalam kesuksesan yang diinginkan. 2. Dalam pelaksanaan kegiatan pengajaran pendidikan agama, khususnya pembiasaan kecerdasan emosi dan akhlaq, hal yang lebih ditingkatkan adalah aspek uswah hasanah dan bukan mauidhoh hasanah. Dalam hal ini uswah dari guru agama dan guru secara umjum sangat diperlukan guna menunjang dan meningkatkan kualitas akhlaqul karimah siswa. 3. Kepada orang tua siswa dan mereka yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembinaan moral, hendaknya meningkatkan kepedulian pelaksanaan pendidikan agama dan agama sebagai iklim dalam keluarga, masyarakat, ataupun sekolah. Daftar Pustaka Adz-dzaky, Hamdani Bakran. 2005. Psikologi Kenabian. Yogyakarta: Daristy. 2006. Konseling Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru dan Psikoterapi Islam. Agustian, Ary Ginanjar. 2005. Rahasia Sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual (The ESQ way 165). Jakarta: Arga. Ahmadi, Wahid. 2004. Risalah Akhlak. Solo: Era Intermedia. Alder, Harry. 2011. Boost Your Intelligence. Jakarta: Erlangga. Arifin, Bey dan Said, Abdullah. 1981. Rahasia Ketahanan Mental dan Bina Mental dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. Aritkunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka. Baharuddin. 2005. Aktualisasi Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007. Paradigma Psikologi Pendidikan. Cet. Ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. El-Sutha, Saiful Hadi. 2009. Mau Sukses? Berbakti Pada Orang Tua?. Erlangga. 2009. Orang Cerdas Gak Gampang Diboongin!Orang Arif Gak Ngeboongin Orang. Jakarta: Erlangga. 2012. 50 Tiket Murah ke Surga Yang Harus Anda Ketahui Sebelum Mati. Yogyakarta: Najah. Goleman, Daniel. 1996. Emotional Intelligence. Terjemahan oleh T. Hermaya. Cet. Ke-2. Jakata: PT Gramedia Pustaka Utama. Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research. Cet. Ke-XII. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. Halim, M. Nipan Abdul Halim. 2000. Menghias Diri Dengan Akhlak Terpuji. Yogyakarta: Mitra pustaka. Hartati, Netty, dkk. 2004. Islam dan Psikologi. Jakarta: RajaGafindo Persada. Hasan, M. Iqbal. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). Cet. Ke-2. Jakarta: Bumi Aksara. Hude, M. Darwis. 2006. Emosi. Jakarta: Erlangga. Imam, Kam. 2009. Quantum Emotion. Jogjakarta: Garailmu. Islamiyah, Djami‟atul. 2013. Psikologi Agama. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Lathifah, Annisa. 2008. La Tahzan for Modern muslimah. Bandung: DAR! Mizan. Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia, Jakarta: Gema Insani. Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Cet. Ke-2. Jakarta: PT RajaGrafido Persada. Maurus, J. 2014. Mengembangkan Emosi Positif. Yogyakarta: Bright Publisher. Muallifah. 2009. Psycho Islamic Smart Parenting. Yogyakarta: DIVA Press. Murshafi, Muhammad Ali. 2009. Mendidik Anak Agar Cerdas dan Berbakti. Surakarta: Cinta. Musthafa, Yasin. 2007. EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam. Sketsa. Rusdi. 2011. Rahasia Memaafkan bagi Kesehatan Tubuh. Jogjakarta: Sabil. Saebani, Ahmad dan Hamid, Abdul. 2010. Ilmu Akhlak. Bandung: Pustaka Setia. Saleh, Akh. Muwafik. 2011. Belajar Dengan Hati Nurani. Jakarta: Erlangga. Satiadarma, Monty P. Dan Waruwu, Fidelis E. 2003. Mendidik Kecerdasan. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Soebachman, Adiba A. 2014. 6 Spirit Mahadahsyat. Yogyakarta: Syura Media Utama. 2012. Rahasia 5 Kekuatan Sapujagad, Yogyakarta: Syura Media Utama. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Cet. Ke-4. Bandung: Alfabeta. Sulistami D, Ratna dan Mahdi, Erlina Manaf. 2006. Universal Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Suyadi. 2014. Teori Pembelajaran Anak Usia Dini. Cet. Ke-2. Bandung: Remaja Rosdakarya. Syalabi, Yaasir. 2003. 25 Penyebab Kesulitan Hidup. Jakarta: Gema Insani Press. Syantut, Khalid Ahmad. 2007. Melejitkan Potensi Moral dan Spiritual Anak. Bandung: Syaamil Cipta Media. Tafsir, Ahmad. 2008. Mengajar Anak Berakhlak Al-Qur‟an. Cet. ke-3. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Cet. Ke-11. Bandung: Rosdakarya. Tasmara, Toto. 2001. Kecerdasan Ruhaniyah (Transendental Inteligence). Jakarta: Gema Insani. Tatapangarsa, Humaidi. 1980. Pengantar Ilmu Akhlak. Surabaya: PT. Bina Ilmu. Tim Penyusun KBBI. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet ke-3. Jakarta: Balai Pustaka. Wijanarko, jarot. 2010. Multiple intelligence anak cerdas ceria berakhlak. Cet. Ke-5. Banten: Happy Holy Kids. http://belajarpsikologi.com/ 2009/12/09 cara-meningkatkan-kecerdasan-emosi-eq/ diakses 16 Juni 2015. ANGKET PENELITIAN Nama : Kelas : Jurusan : Petunjuk Penelitian Berilah tanda silang jawaban sesuai dengan keadaan anda yang sebenarnya. Jawaban dijamin kerahasiaan dan tidak mempengaruhi nilai anda. Daftar Pertanyaan I. Emotional Intelligence 1. Ketika anda mempunyai suatu keinginan dan keinginan tersebut belum tercapai maka apa yang anda lakukan? a. Tetap berusaha mencapai keinginan tersebut b. Menerima keadaan yang ada c. Melupakan keinginan tersebut 2. Apa yang anda lakukan ketika diberi tugas oleh bapak atau ibu guru? a. Melaksanakannya dengan sungguh-sungguh karena memang tugas dari guru b. Melaksanakannya dengan sungguh-sungguh karena mapel yang disukai c. Melaksanakannya dengan sungguh-sungguh karena tidak ada tugas yang lain 3. Bagaimana perasaan anda jika mengerjakan tugas yang sangat sulit? a. Menerimanya dengan senang hati b. Menerimanya dengan biasa saja c. Menerimanya dengan terpaksa 4. Ketika cara berpakaian anda dikritik, apakah yang akan anda lakukan ? a. Memperbaiki cara berpakaian b. Menerima kritikan tanpa merubah cara berpakaian c. Menolak kritikan tersebut 5. Apabila anda mempunyai kebiasaan makan sambil berjalan di sekolah, apa yang akan anda lakukan jika diingatkan ? a. Menghilangkan kebiasaan tersebut b. Menerima kritikan tanpa merubah kebiasaan tersebut c. Menolak kritikan tersebut 6. Ada salah satu teman anda yang mengalami musibah, apa yang anda lakukan? a. Membantunya dengan semaksimal mungkin b. Membantu sebisanya c. Membantu dengan terpaksa 7. Ketika teman anda mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas matematika, kemudian dia meminta anda untuk membantunya. Apa yang akan anda lakukan? a. Membantunya dengan sungguh-sungguh b. Membantunya asalkan tidak mengganggu waktu c. Membantunya dengan meminta imbalan 8. Teman anda yang sedang sakit meminta untuk ditemani, sedangkan anda mempunyai acara pribadi. Mana yang anda prioritaskan? a. Menemani teman, karena dia sedang membutuhkan b. Mencarikan teman untuk menemaninya c. Tetap memilih acara pribadi 9. Jika anda seorang murid baru, apa yang akan anda lakukan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah tersebut ? a. Memperkenalkan diri secara aktif b. Menunggu diperkenalkan oleh teman c. Menunggu orang lain memperkenalkan diri pada saya 10. Apa yang akan anda lakukan ketika mempunyai teman baru yang karakternya lebih pendiam dengan anda? a. Mengajaknya untuk berbicara b. Mengajak berbicara hanya sekadarnya c. Menunggu teman baru mengajak berbicara II. Akhlaqul Karimah Siswa 1. Apa yang anda lakukan ketika melihat ibu anda menyapu lantai, sedangkan anda menonton televisi? a. Menggantikan ibu yang sedang menyapu b. Menggantikannya ketika sudah di suruh c. Membiarkan ibu menyapu 2. Ketika orang tua anda memberikan nasehat yang baik, apa yang akan anda lakukan? a. Melaksanakan nasehatnya b. Melaksanakan nasehat dengan terpaksa c. Hanya menerima nasehat tersebut 3. Apa yang anda lakukan ketika disuruh untuk membelikan sesuatu oleh orang tua? a. Melaksanakannya dengan sungguh-sungguh b. Melaksanakan dengan meminta imbalan c. Melaksanakan dengan terpaksa 4. Apa yang anda lakukan ketika guru menjelaskan pelajaran di depan kelas? a. Mencatat hal-hal yang penting b. Mencatat sambil bergurau dengan teman c. Tidak mencatat dan bergurau dengan teman 5. Apabila teman anda meminta maaf, apa yang akan anda lakukan? a. Memaafkannya dengan tulus b. Memaafkannya karena bujukan teman c. Memaafkannya dengan terpaksa 6. Bagaimana perasaan anda ketika berbohong kepada orang tua? a. Menyesali dan minta maaf b. Merasa menyesalinya c. Tidak menyesalinya 7. Apa yang akan anda lakukan jika menemukan dompet di dalam kelas? a. Mengumumkan di depan kelas b. Membiarkannya di dalam kelas c. Mengambilnya dengan diam-diam 8. Teman anda tidak dapat menjalankan piket karena sakit, apa yang akan anda lakukan? a. Menggantikan piket dengan senang hati b. Menggantikan piket kalau disuruh teman yang lain c. Tidak peduli karena bukan tugas saya 9. Ketika anda ke toilet dan anda lama menunggu antrian. Apa yang akan anda lakukan? a. Sabar untuk menunggu antrian b. Menunggu antrian dengan rasa marah c. Menggedor-gedor pintu toilet 10. Apa yang akan anda lakukan ketika guru datang terlambat? a. Melapor kepada guru piket b. Menunggu dan mempersiapkan materi pelajaran c. Bermain dengan teman RIWAYAT HIDUP 1. Nama : Iin Masidhoh 2. Tempat dan Tanggal lahir : Semarang, 11 Februari 1991 3. Jenis kelamin : Perempuan 4. Warga Negara : Indonesia 5. Agama : Islam 6. Alamat : Dsn. Kali Bendo Ds. Candi Rt. 02 Rw. 01 Kec. Bandungan Kab. Semarang 7. Riwayat Pendidikan : a. RA Al-Bidayah Tahun 1995-1997 b. MI Al-Bidayah Tahun 1997-2003 c. MTS Al-Bidayah Tahun 2003-2006 d. MA Al-Bidayah Tahun 2006-2009 8. Pengalaman organisasi : a. Wakil bendahara umum HMI Cabang Tahun 2012 Salatiga Komisariat Walisongo b. Bendahara umum HMI Cabang Salatiga Tahun 2014 Komisariat Walisongo c. Wakil bandahara umum HMI Cabang Tahun 2015 Salatiga Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benamya. Salatiga, Agustus 2015 Penulis Iin Masidhoh Nim: 111 11 013 DAFTAR NILAI SKK Nama : Iin Masidhoh Jurusan : Tarbiyah Nim : 111 11 013 Progdi : PAI N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Nama Kegiatan OPAK “ Revitalisasi Gerakan Mahasiswa Di Era Modern Untuk Kejayaan Indonesia” (DEMA) Membangun Mahasiswa Cerdas Emosi, Spiritual, Dan Intelektual Melalui Achievement Motivation Training (AMT) Menemukan Muara Sebagai Mahasiswa Rahmatan Lil Alamin Seminar Entrepreneurship dan Koperasi User Education (Pendidikan Pemakai)” Basic Training (LKI) “Membangun Pola Idealitas Mahasiswa di Tengah Pergolakan Arus global Guna Mencapai Insan yang Militan dan Bernafaskan Islam”(HMI) Perbandingan Peran dan Kedudukan Perempuan Indonesia dengan Australia Seminar Pendidikan “Menuju Pendidikan Indonesia yang Ideal” (HMI) Public Hearing “Meningkatkan Kepekaan dan Transparansi Kinerja Lembaga Menuju Kampus yang Amanah” Seminar Regional “Peran Mahasiswa dalam Mengawali BLSM (BLT) Tepat Sasaran” Dialog Publik dan Silaturahim Nasional “Kemanakah Arah Kebijakan BBM?Mendorong Tanggal Keterangan Nilai 20-22 Agustus 2011 Peserta 3 23 Agustus 2011 Peserta 2 24 agustus 2011 Peserta 2 25 Agustus 2011 Peserta 2 20 September 2011 Peserta 2 13-16 Oktober Peserta 2 18 November 2011 Peserta 2 28 Desember 2011 Peserta 2 27 Maret 2012 Peserta 2 03 Mei 2012 Peserta 4 10 November 2012 Peserta 2 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Subsidi BBM Untuk Rakyat” Muslimah Sejati, Tetap Gaul Tapi 01 Desember 2012 Syar‟i Tafsir Tematik dalam Upaya 01 Desember 2012 Menjawab Persoalan Israel dan Palestina SK Pengesahan Susunan 08 Februari 2013 Kepanitiaan RAK ke-XXIV HMI Cabang Salatiga Komisariat Walisongo Periode 2013-2014 SK Pengesahan Susunan Panitia 18 Februari 2013 Pelaksana Seminar Pendidikan HMI Cabang Salatiga Komisariat Walisongo Periode 2013-2014 Seminar Nasional “Kepemimpinan 23 Februari 2013 dan Masa Depan Bangsa” Seminar Pencegahan Bahaya Napza 29 april 2013 (Narkotika, Psikotropa, dan Zat Adiktif), HIV/AIDS Mewaspadai Pergaulan Bebas Untuk Membentuk Remaja yang Tangguh dan Launching PIK SAHAJASA STAIN Salatiga SK Pengesahan Pengurus Hasil 27 Juni 2013 Reshuffle HMI Cabang Salatiga Komisariat walisongo Periode 2011-2012 Diskusi Ilmiah (Solusi Matematika 25 September – Somath) 2013 Bakti Sosial Pengobatan Gratis 5 November 2013 (HMI) SK Pengesahan Susunan Panitia 18 Desember 2013 Pelaksana Pelantikan Pengurus HMI Komisariat Walisongo Periode 2013-2014 SK Susunan pengurus HMI Cabang 11 Januari 2014 Salatiga Komisariat Walisongo Periode 2013-2014 Sarasehan Akbar Bersama Tokoh 15 Maret 2014 Nasional “Komitmen politik Islam dalam Menata arah Masa Depan Bangsa Indonesia”(HMI) Talk Show “How to be a 7 April 2014 Successfull Creative preneur to Face ASEAN Economic Peserta 2 Panitia 3 Panitia 3 Panitia 3 Peserta 2 Peserta 2 Pengurus 4 Peserta Panitia 2 3 Panitia 3 Pengurus 4 Peserta 2 Peserta 2 Community 2015”