BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata pelajaran Fisika adalah salah satu mata pelajaran di sekolah yang seringkali dianggap sulit oleh siswa. Tidak hanya siswa, tetapi juga masyarakat umum memiliki interpretasi yang sama terhadap mata pelajaran Fisika [1]. Kesulitan belajar Fisika terkadang dialami oleh siswa dikarenakan dalam mempelajari Fisika siswa harus memiliki kemampuan untuk menganalisa kejadian-kejadian dan interaksi-interaksi yang terjadi di alam sekitar. Dengan belajar Fisika, siswa diharapkan mampu mengembangkan kemampuan berfikir kritis, analitis, deduktif, dan induktif dalam menghadapi kejadian yang terjadi di alam dengan menggunakan kemampuan matematis, sehingga dalam mempelajari teori Fisika tidaklah cukup jika hanya dibaca saja, melainkan dibaca, dipahami, dan dipraktikkan. Pembelajaran awalnya dilakukan dengan metode pembelajaran langsung atau tradisional, yaitu pendidik dan peserta didik berada dalam satu ruangan yang sama dan melakukan pembelajaran secara langsung. Namun sekarang dengan berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi, memunculkan pembelajaran secara online atau web-school atau cyber-school yang menggunakan fasilitas internet sebagai metode pembelajaran yang dianggap sebagai solusi untuk menekan kesulitan dalam pemahaman pembelajaran. Banyak definisi tentang pembelajaran yang menggunakan internet, seperti online learning, distance learning, web-based learning, e-Learning. Namun pengertian pembelajaran yang melibatkan internet sebagai medianya, umumnya terfokus pada cakupan media atau teknologinya. Seperti dalam kutipan jurnal Marfuatun [2], bahwa e-Learning menurut Gilbert & Jones adalah suatu pengiriman materi pembelajaran melalui suatu media elektronik, seperti internet, intranet/ekstranet, satelite broadcast, audio/video, TV interaktif, CD-ROM dan Computer Based Training (CBT). Jaya Kumar berpendapat e-Learning juga diartikan 1 sebagai seluruh pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN atau Internet) untuk membantu interaksi dan penyampaian materi selama proses pembelajaran. Urdan dan Weggen menyatakan e-Learning sebagai suatu pengiriman materi melalui semua media elektronik, termasuk internet, intranet, siaran radio satelit, alat perekam audio/video, TV interaktif, dan CD-ROM. Di Indonesia, terdapat permasalahan-permasalahan dalam proses pembelajaran berbasis web terutama masalah infrastuktur yang belum memadai, sehingga pada akhirnya pembelajaran berbasis web memang dimungkinkan hanya untuk mendistribusikan konten pembelajaran yang dipelajari secara mandiri tanpa pernah melakukan hubungan komunikasi dua arah sehingga peserta didik tidak memperoleh manfaat dari proses pembelajaran yang sesungguhnya. Selain itu, penguasaan teknologi informasi dan komunikasi yang terkadang harus dihadapi oleh pelaku pendidikan yang terdiri dari para pendidik maupun peserta didik. Namun, tidak bijaksana jika hanya menunggu sampai infrastruktur untuk penerapan pembelajaran berbasiss web memadai. Oleh karena itu, inovasi teknologi untuk mempermudah penggunaan pembelajaran berbasis web perlu dilakukan. Pembelajaran berbasis web lebih dari sekedar meletakkan materi belajar pada web untuk kemudian diakses melalui komputer. Pembelajaran berbasis web juga bukan hanya digunakan sebagai media alternatif pengganti kertas untuk menyimpan berbagai dokumentasi atau informasi. Pembelajaran berbasis web yang dimaksudkan bukanlah hanya sebagai gudang materi dan upload tugas. Lebih dari itu, pembelajaran berbasis web digunakan untuk mendapatkan sisi yang lebih baik yang tidak dimiliki media kertas ataupun media lainnya. Pembelajaran berbasis web diwujudkan dengan mudah jika dirancang sedemikian rupa berdasarkan teori-teori yang mendukung. Pembelajaran berbasis web yang dapat diakses dari tempat yang berbeda dapat menjadi salah satu solusi dari sekian banyak masalah pendidikan. Dalam dunia pendidikan di Indonesia, sebagian sekolah telah menerapkan pembelajaran berbasis web. Pembelajaran berbasis web telah menjadi suatu proses pembelajaran 2 oleh para pendidik maupun peserta didik, meskipun dalam hal ini lebih banyak dilakukan secara terpisah di luar kelas. Secara terpisah disini dapat diartikan bahwa antara pendidik dan peserta didik tidak berada dalam satu ruangan yang sama, dan waktunya berbeda. Interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri sangatlah kurang dalam pembelajaran berbasis web. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya nilai dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis web dapat dikombinasikan dengan face-to-face learning yang disebut dengan Blended Learning [3]. Face-to-face learning atau web-based courses atau on-site learning adalah pembelajaran yang menggunakan sumber belajar web dengan tatap muka antara guru dan siswa yang dilakukan di ruang kelas [4]. Dengan menerapkan Blended Learning, komunikasi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dapat tetap dilakukan di ruang kelas dengan tidak mengurangi nilai dari pembelajaran berbasis web itu sendiri. SMA Muhammadiyah Wonosobo merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas di Kota Wonosobo, Jawa Tengah yang berada dalam naungan Yayasan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah Kabupaten Wonosobo. SMA Muhammadiyah Wonosobo telah menyelenggarakan proses pendidikan dengan sangat baik yang terbukti dengan perolehan nilai akdreditas maksimal. Sekolah ini telah dilengkapi dengan fasilitas yang baik dan memadai. Untuk mendukung proses pembelajaran, pembelajaran berbasis web diterapkan di sekolah ini. Pembelajaran berbasis web pada SMA Muhammadiyah Wonosobo telah berjalan dengan baik, namun hanya dapat diakses di lingkungan sekolah saja. Beberapa kekurangan lain perlu dibenahi agar pemanfaatannya dapat lebih dimaksimalkan, terutama dari sisi penyajian materi dan media interaksi. Penggunaan media interaksi pembelajaran berbasis web membutuhkan pembelajaran atau pelatihan secara khusus, terlebih bagi para pengguna baru, sehingga waktu transisi akan dibutuhkan dalam menggunakan atau mengoperasikan interaksi tersebut. Salah satu topik penelitian interaksi manusia dan komputer yang berkembang saat ini adalah interaksi manusia komputer secara 3 alamiah, hal ini tidak terlepas dari tujuan untuk menghasilkan dan menerapkan sebuah bentuk media interaksi yang mudah digunakan, efektif dan efisien dalam berinteraksi dengan pengguna. Agar interaksi manusia komputer dapat terjadi secara alamiah, maka dibutuhkan desain antarmuka pengguna yang mendalam untuk memudahkan pengguna. Belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu [5]. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. Untuk mengidentifikasi hal-hal yang dapat meningkatkan gairah belajar, digunakan Social Learning Theory (SLT) untuk mendefinisikan beberapa konstruk yang nantinya dapat menjelaskan bagaimana cara seseorang dalam berpikir, dan faktorfaktor yang menentukan perilaku mereka sehingga dapat diarahkan untuk menpengaruhi dalam performa belajar. Performa belajar siswa dapat diketahui dengan menggunakan Teori Task-Technology Fit (TTF). TTF digunakan untuk mengetahui kesesuian antara tugas (task) dan teknologi yang dipakai. Task Technology Fit memiliki pengaruh yang positif terhadap dampak kinerja seseorang. Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara pada tahap pra pengembangan yang dilakukan, dalam pembelajaran Fisika masih dijumpai teknik konvensional yang cenderung kaku dan membosankan bagi siswa. Terlebih dengan diterapkannya kurikulum 2013 yang menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran, sehingga siswa dituntut untuk harus lebih aktif. Namun dengan alokasi waktu yang hanya dua jam mata pelajaran dalam seminggu, dianggap kurang untuk memenuhi tujuan pembelajaran. Hal tersebut dapat menyebabkan pembelajaran menjadi kurang optimal. Agar pembelajaran menjadi lebih optimal dan efektif, maka sumber belajar harus tersedia dengan lengkap dan strategi yang digunakan guru dalam mengajar harus dapat menciptakan suasana yang menyenangkan. Seperti halnya kegiatan pembelajaran, pengembangan bahan ajar 4 juga membutuhkan strategi yang jitu. Untuk mata pelajaran Fisika yang cenderung lebih banyak mempelajari tentang pengukuran dan fenomena alam, akan lebih mudah bila bahan ajar yang disampaikan tersebut dapat diinterprestasikan dalam bentuk gambar, animasi, suara, dan video. Pada penelitian ini, yang menjadi subjek pembelajaran adalah siswa kelas X. Siswa Kelas X dipilih dalam penelitian ini karena siswa kelas X merupakan masa transisi dari tingkat SMP ke tingkat SMA, sehingga alangkah baiknya bila sejak dini siswa dapat diperkuat pemahamannya terhadap konsep pembelajaran Fisika dengan dukungan teknologi berbasis web. Pada tahap awal masa tersebut, siswa kelas X dapat ditunjukkan bahwa mata pelajaran fiska adalah mata pelajaran yang mudah dipahami dan menyenangkan dengan memperkenalkan metode pembelajaran berbasis web dan ditunjang dengan antarmuka yang menarik sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap pembelajaran dan performa belajar siswa. Mengacu pada kondisi perkembangan tersebut, maka akan diteliti model pembelajaran Fisika dengan fokus penelitian pada antarmuka pengguna yang dapat mempengaruhi performa belajar siswa dengan mengembangkan pembelajaran berbasis web yang dapat dikombinasikan dengan pembelajaran tatap muka atau yang biasa disebut dengan Blended Learning. Beberapa teori pendukung yang dapat membantu mencapai tujuan penelitian adalah Social Learning Theory (SLT) dan Task Technology Fit (TTF) Theory yang digunakan sebagai pemodelan penelitian. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IPA di SMA Muhammadiyah Wonosobo. Pembelajaran berbasis web yang akan dikembangkan menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai acuan pembuatan web dengan desain antarmuka pengguna dan interaksi yang baik, dan kemudian dianalisis menggunakan SEM (Structural Equation Modelling). SEM adalah analisis multivariat yang menggabungkan antara analisis faktor dengan analisis jalur sehingga memungkinkan pengujian hubungan antar variabel secara simultan [6]. Evaluasi menjadi langkah penting bagi keberlangsungan proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, model pengembangan dan evaluasi yang 5 sesuai diperlukan dalam proses pendidikan di sekolah agar dapat diidentifikasi permasalahannya dan dibuat suatu kebijakan yang berlangsung dengan baik dan sistematis. 1.2 Perumusan masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Pemahaman konsep-konsep dalam pelajaran Fisika yang masih kurang karena penyajian materi yang kurang menarik. 2. Pembelajaran konvensional di dalam kelas (tatap muka pendidik dan peserta didik) dan pembelajaran berbasis web diterapkan secara terpisah pada SMA Muhammadiyah Wonosobo. 1.3 Keaslian penelitian Penelitian-penelitian terdahulu telah dilakukan sebelumnya sesuai dengan perkembangan yang ada pada saat ini. Beberapa penelitian sebelumnya yang telah membahas Blended Learning, User interface, dan Social Learning Theory (SLT) dan Task-Technology Fit (TTF) digunakan dalam desain antaramuka, pemodelan interaksi, dan merancang berbagai bentuk evaluasi. Beberapa penelitian yang telah ada sangat membantu dalam penelitian ini, karena penelitian selanjutnya akan menggunakan Social Learning Theory (SLT), dan Task-Technology Fit (TTF) sebagai alat untuk merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi Blended Learning yang telah ada, yang nantinya akan diimplementasikan sebagai fasilitas pembelajaran antara pendidik dan peserta didik, sehingga penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian ini. E-Learning SMA Muhammadiyah Wonosobo yang ada pada saat ini merupakan salah satu fasilitas pembelajaran yang digunakan dalam membantu proses belajar. Penelitian ini bertujuan untuk memperbarui e-Learning yang telah ada agar mempermudah penggunanya dalam memperoleh interaksi yang lebih baik. Terdapat beberapa kemiripan dan perbedaan antara penelitian yang telah ada sebelumnya dengan penelitian yang akan dikerjakan saat ini, khususnya jika 6 dilihat dari sisi pemanfaatan e-Learning dan teori yang mendasari, namun tujuan dan implementasi dari tiap-tiap penelitian yang telah ada memiliki perbedaan antara satu dan lainnya. Fisika merupakan pelajaran yang dianggap sulit oleh segelintir siswa di SMA [1]. Berbagai macam metode digunakan untuk membantu siswa dalam mempelajari Fisika. Irianti [7] menggunakan pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, Society), yang dalam Bahasa Indonesia lebih dikenal sebagai Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat (Salingtemas) dan hasilnya adalah rata-rata daya serap siswa dengan pendekatan SETS pada materi kamera dan periskop adalah baik. Sugiharti [8] menggunakan metode pembelajaran Scramble untuk materi getaran dan gelombang, hasilnya metode ini cukup efektif dalam meningkatkan motivasi dan minat siswa sehingga hasil belajarnya lebih baik. Wahyudin dan Isa [9] memanfaatkan software Macromedia Flash 8 Professional sebagai media pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing untuk meningkatkan minat dan pemahaman siswa, dan hasilnya adalah nilai ratarata tanggapan siswa meningkat. Model pembelajaran dengan memadukan face-to-face learning dan pembelajaran berbasis web atau yang biasa disebut dengan Blended Learning telah digunakan oleh beberapa peneliti untuk memajukan dan meningkatkan pembelajaran. Zuvic et al. [10] melakukan penelitian tentang persepsi dan penerimaan siswa terhadap e-Learning, dengan tiga item tertentu dibahas dalam penelitian ini: 1) persepsi siswa tentang kualitas e-course yang sudah disampaikan, 2) tingkat kepentingan untuk elemen tertentu e-Learning yang dihadapi, dan 3) sikap umum siswa terhadap e-Learning dan kebutuhan mereka sehubungan dengan kualitas bahan saja, komunikasi dan dukungan dari proses pembelajaran. Arovah [11] melakukan analisa tehadap model blended learning berbasis pedagogis yang model instruksional dalam model e-Learning-nya dibuat berdasarkan konsep pedagosis seperti seperti pembelajaran reflektif, pembelajaran kolaboratif, self-pacing, dan problem based learning. Disain situs pembelajaran berbasis web yang yang menarik untuk 7 mendapatkan perhatian siswa dan meningkatkan atensi dan retensi siswa telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya adalah penelitian Wijaya [12] yang mengembangkan e-Learning berbasis web dengan prinsip e-pedagogy untuk membantu siswa memahami konsep-konsep perekonomian pada pelajaran ekonomi di SMA agar dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Basir et al. [13] membahas konsep embedding berkelanjutan sebagai strategi kelembagaan untuk e-Learning didasarkan pada dua tema penting dari Sistem Informasi Manajemen yaitu penerimaan teknologi dan teknologi kelanjutan. Dabbagh [14] menyajikan kerangka desain berbasis teori untuk e-Learning yang menekankan interaksi transformatif antara model pedagogis, instruksional strategi, dan teknologi pembelajaran. Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi pengguna an forum pembelajaran online dengan menggunakan Social Learning Theory (SLT) sebagai Theoretical Framework-nya. Minichiello dan Hailey [15] dalam penelitiannya yang berdasar pada penelitian R. Sevo, tentang “The Talent Crisis in Science and Engineering” melakukan evaluasi penggunaan forum pembelajaran online dengan menggunakan Social Learning Theory (SLT) sebagai Theoretical Framework-nya selama tahun pertama kalkulus. Data kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk mengevaluasi efek dari penggunaan forum pada prestasi siswa, keterlibatan dan sikap siswa. Chen dan Liao [16] menerapkan sistem pembelajaran melukis yang dikombinasikan dengan konsep pemodelan yang dibahas dalam teori pembelajaran sosial dalam pelajaran melukis. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan melukis siswa yang berpartisipasi telah meningkat secara signifikan ketika sistem ini diterapkan dengan Social Learning Theory dalam pelajaran melukis. Gong et al. [17] merancang sebuah pendekatan optimisasi baru dan generik yang meniru proses social learning manusia. Studi eksperimental dalam paper ini menunjukkan perilaku pencarian menarik dari kecerdasan manusia, yang dapat mencapai optimum global bahkan dalam kondisi yang buruk. Cruz [18] melakukan penelitian tentang bagaimana teknologi informasi membantu individu dalam melakukan tugas-tugas pengembangan dengan theory 8 of Task-Technology fit dan theory technology to performance chain, serta technology acceptance model melalui kajian literatur yang meliputi bidang online learning dan learning management systems (mengarah kepada teknologi terintegrasi, computer self-efficacy, virtual learning environments, atribut-atribut teknologi pada pembelajaran yang berkaitan dengan Task-Technology fit dan kinerja dalam pembelajaran). Chaveesuk et al. [19] mengusulkan model teoritis untuk lembaga akademik dan penyedia layanan telekomunikasi untuk mengatasi permasalahan faktor penentu utama untuk penerimaan teknologi mobile dalam menggunakan layanan informasi perpustakaan dan bagaimana perspektif perlindungan dan perspektif teknis diintegrasikan dalam proses penerimaan teknologi mobile untuk layanan informasi perpustakaan. Chaveesuk et al. [19] memperluas model perluasan Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT2) dengan konteks pelayanan informasi perpustakaan dengan memeriksa peran moderator jenis material perpustakaan. Dengan mengadaptasi model UTAUT2, dibutuhkan re-specification untuk menyesuaikan sistem informasi yang spesifik yang baik termasuk variabel integrasi yaitu karakteristik teknologi, karakteristik tugas dan sikap. Kontribusi dari model ini adalah pedoman desain untuk fungsi teknologi mobile yang konsisten dengan layanan informasi perpustakaan. Terutama, untuk manajemen layanan dan pengiriman yang lebih baik. Gambar 1.1 Keaslian Penelitian Walaupun terdapat kemiripan khususnya pada penggunaan teori-teori, namun penelitian ini memiliki beberapa perbedaan yang mendasar, diantaranya adalah desain antarmuka pengguna Blended Learning untuk mata pelajaran Fisika dengan materi optik, yang menggunakan Social Learning Theory (SLT) dan Task 9 Technology Fit (TTF) Theory sebagai tolok ukurnya. Pada penelitian ini, akan dikembangkan media pembelajaran berbasis web yang dapat digunakan di dalam maupun di luar kelas dengan desain antarmuka dan interaksi yang mengadopsi SLT dan TTF. Hal tersebut membuat media pembelajaran berbasis web ini memiliki fungsi tambahan dalam hal pendampingan belajar bagi peserta didik atau yang biasa disebut Blended Learning, yang tidak hanya berfokus pada konten pembelajaran berbasis web-nya saja. Oleh karena itu, bentuk pendampingan belajar oleh pengajar bagi peserta didik akan menjadi lebih bervariasi dari penelitian sebelumnya, sehingga bentuk interaksi terstruktur pembelajaran berbasis web dapat direalisasikan sebagai bentuk interaksi manusia dan komputer. Namun dalam pengembangan penelitian ini, terbatas pada ranah kognitif saja, tidak untuk ranah afektif dan psikomotor. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengembangkan e-Learning yang juga dapat digunakan untuk pembelajaran melalui tatap muka di kelas atau face-to-face learning yang biasa disebut Blended Learning pada mata pelajaran Fisika kelas X IPA di SMA Muhammadiyah Wonosobo. 2. Mengevaluasi keefektifan Blended Learning yang telah dikembangkan dan diimplementasikan berdasarkan Social Learning Theory (SLT) dan Task Technology Fit (TTF) Theory. 3. Untuk mengetahui pengaruh atensi dan retensi terhadap performa belajar siswa pada mata pelajaran Fisika kelas X yang menggunakan model Blended Learning. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Meningkatkan kemampuan siswa kelas X IPA dalam memahami materi pelajaran Fisika dengan lebih baik. 2. Memadukan pertemuan klasikal dengan model pembelajaran e-Learning 10 (Blended Learning) agar siswa merasa tetap diberi perhatian dan tidak jenuh dengan penyajian materi yang menarik. 3. Membantu dan memotivasi siswa dalam mengembangkan integritas belajar dengan memposisikan Blended Learning sebagai fasilitator bagi siswa. 4. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian dengan studi kasus berbeda untuk mata pelajaran yang lain. 11