Srategi Eddy Azwar dan Selamat di Pilkada Kabupaten Deli Serdang

advertisement
Jurnal POLITEIA|Vol.7|No.1|Januari 2015
Rezka Febriani
ISSN: 0216-9290
Strategi Eddy Azwar dan Selamat di Pilkada Kabupaten Deli Serdang
Srategi Eddy Azwar dan Selamat
di Pilkada Kabupaten Deli Serdang
REZKA FEBRIANI
Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Medan, Jl. Dr. Sofyan No.1 Medan, 20155, Telepon: 061-8220760,
Email: [email protected]
Diterima tanggal 29 September 2014/Disetujui tanggal 12 Desember 2014
Direct local elections in accordance with law No. 32 of 2004 is a democratic process in
Indonesia. Local elections is very important in the development of democracy. With the local
elections, the people can exercise their right to choose their political leaders in the region. This
is a the study of the regional election through independent pathways in Deli Serdang. This is
study about Analysis of Eddy Azwar – Selamat Strategy. The finding is there are four strategies
used by Eddy Azwar – Selamat in the process of the Local Election 2013 in Kabupaten Deli
Serdang. First make the methods of research or survey before preparing and carrying out campaign activities. Second, prepare the campaign plan. Third, evaluate the progress of campaign
report. Fourth,implement newa campaign. The method used is descriptive - qualitative method.
This study is using political marketing as the approach and the data collection is using field
research.
Keywords: Strategy, elections of regional heads, Independent.
Pendahuluan
Pemilihan kepala daerah sesuai dengan
undang-undang nomor 32 tahun 2004 adalah
sebuah proses demokratisasi di Indonesia.
Pemilihan kepala daerah dilakukan secara
langsung oleh penduduk daerah administratif
setempat yang memenuhi syarat. Pemilihan
kepala daerah pertama di Indonesia
diselenggarakan pada bulan Juni 2005.
Pemilihan kepala daerah merupakan hal yang
sangat penting dalam pengembangan
demokrasi. Dengan adanya pemilihan kepala
daerah, rakyat dapat menggunakan hak
politiknya dalam memillih pemimpin di
daerah. Pemilihan kepala daerah merupakan
wujud nyata asas pertanggung jawaban dan
akuntabilitas dimana seorang kepala daerah
harus dapat mempertanggung jawabkan
kepemimpinannya kepada rakyat yang
memilih. Selain itu pemilihan kepala daerah
dapat menciptakan suasana kondusif bagi
terciptanya hubungan sinergis antara
pemerintahan dan rakyat sehingga keserasian
antara keduanya membawa pengaruh yang
sangat menentukan bagi tegaknya suatu
pemerintahan yang demokratis1. Pemilihan
kepala daerah bertujuan untuk menjadikan
pemerintahan
daerah
menjadi
lebih
demokrasi dengan diberikan hak kepada
rakyat untuk menentukan kepala daerah2.
Sebelumnya peraturan tentang pencalonan
kepala daerah termuat dalam UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
1
Joko J. Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah
Langsung Filosofi, sistem dan problem
penerapan Indonesia, (Yogyakarta, 2005), hal.
128.
2
Meriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik,
(Jakarta, 2008), hal. 135.
39
Jurnal POLITEIA|Vol.7|No.1|Januari 2015
Rezka Febriani
Strategi Eddy Azwar dan Selamat di Pilkada Kabupaten Deli Serdang
Pemerintahan Daerah. Dalam UndangUndang tersebut, seseorang calon kepala
daerah hanya bisa maju melalui partai politik
atau gabungan partai politik.
Setelah adanya Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah maka terjadilah
perubahan. Salah satu perubahan yang
dilakukan adalah untuk maju sebagai calon
kepala daerah tidak hanya dengan diusulkan
partai politik atau gabungan partai politik,
namun juga bisa mengikuti pemilukada
sebagai calon perseorangan.
Pilkada
langsung
diandaikan
dapat
mengeliminasi distorsi-distorsi demokrasi,
seperti politik uang dan intervensi pengurus
partai politik dalam menentukan calon. Agar
mencapai sasaran obyektif secara tepat dan
benar, kandidat mesti mengelola sebuah
pesan politik yang baik.3
Pada umumnya strategi yang dapat
diterapkan oleh calon kepala daerah melalui
jalur partai politik ataupun independen
terbagi menjadi 2 (dua), yaitu : strategi
ofensif (menyerang) dan defensif (bertahan).
Strategi ofensif berkaitan dengan strategi
untuk memperluas wilayah potensial pemilih.
Sedangkan strategi defensif berarti strategi
untuk mempertahankan wilayah-wilayah
potensial yang sudah ada.
Walaupun telah dibuka kesempatan bagi
calon perseorangan untuk maju sebagai calon
kepala daerah, namun pada prakteknya
menjadi calon kepala daerah perseorangan
tersebut bukanlah hal yang mudah. Banyak
rintangan yang akan dilalui, seperti :
Pertama, pasangan calon harus memperoleh
dukungan dari masyarakat, dukungan
tersebut harus tersebar dilebih dari 50% (lima
puluh perseratus) jumlah kecamatan di
kabupaten/kota dimaksud dan dukungan
tersebut dibuat dalam bentuk surat dukungan
yang disertai dengan fotocopy Kartu Tanda
Penduduk (KTP) atau Surat Keterangan
3
Mulyana W. Kusumah, Memenangkan Hati dan
Pikiran Rakyat, Strategi dan Taktik Menang
dalam Pemilihan Kepala Daerah, (Yogyakarta:
2005), hal. 59.
40
ISSN: 0216-9290
Tanda Penduduk yang sesuai
peraturan perundang-undangan.
dengan
Kedua, adanya sanksi yang harus diterima
jika pasangan calon perorangan atau salah
seorang diantara keduanya mengundurkan
diri setelah ditetapkan sebagai pasangan
calon oleh KPU Provinsi dan/atau KPU
Kabupaten/Kota.
Sanksi tersebut adalah
calon perseorangan tidak dapat mencalonkan
diri atau dicalonkan oleh partai politik dan
gabungan dari partai politik sebagai calon
kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk
selamanya di seluruh wilayah Republik
Indonesia.
Ketiga, kecilnya kemungkinan untuk dipilih
masyarakat. Pada kenyataannya setelah
pasangan calon perseorangan bersaing
dengan calon yang didukung oleh partai
politik
dalam
pemilukada,
calon
perseorangan hanya memperoleh suara
sedikit dan bahkan kebanyakan diantara
mereka kalah dan mendapatkan jumlah suara
paling rendah. Menangnya partai politik dan
kalahnya calon perseorangan di beberapa
Provinsi dan/atau Kabupten/Kota terjadi
karena pengaruh partai dalam mengusung
calonnya. Dengan jaringan struktur partai
yang ada hingga tingkat bawah, calon kepala
daerah yang diusung oleh partai politik lebih
dimudahkan dalam memobilisasi massa
pendukung.
Keempat, apabila calon kepala daerah
perseorangan tersebut itupun terpilih, hal ini
juga akan mendatangkan dilema tersendiri
bagi calon perseorangan yang bersangkutan.
Sebab, jika seandainya calon perseorangan
tersebut berhasil terpilih menjadi kepala
daerah, maka kemungkinan dia akan
mengalami
kesulitan
dalam
proses
konsolidasi antara eksekutif dan legislatif.
Namun, bukan berarti calon dari jalur
independen
tidak
memiliki
peluang.
Mencuatnya
kasus
korupsi,
kolusi,
nepotisme, makelar kasus, dan tindakantindakan tercela, termasuk ingkar janji yang
dilakukan oleh oknum-oknum politikus
maupun
oleh
incumbent
merupakan
kelemahan besar bagi partai politik untuk
dapat
menarik
konstituen
(anggota
pendukung partai politik) untuk tidak
memilih calon dari partai politik dan
Jurnal POLITEIA|Vol.7|No.1|Januari 2015
Rezka Febriani
ISSN: 0216-9290
Strategi Eddy Azwar dan Selamat di Pilkada Kabupaten Deli Serdang
sekaligus merupakan peluang emas bagi
calon kepala daerah dari jalur independen.
Dengan adanya beberapa faktor tersebut di
atas, bisa jadi rakyat sudah jenuh dan bosan
dengan tingkah laku para politikus yang
kurang memperhatikan suara dan penderitaan
masyarakat. Oleh karena itu, wajar jika
fenomena ini kedepannya akan menjadikan
pilihan rakyat akan lebih cenderung memilih
calon kepala daerah dari nonpartai atau calon
dari jalur independen.
Rakyat memang sudah jenuh dan bosan
dengan ulah negatif oknum-oknum politikus
yang kurang memperhatikan suara dan
penderitaan-penderitaan masyarakat, tetapi
bukan berarti rakyat akan gampang berpaling
dan memberikan pilihannya terhadap calon
dari jalur independen.
Rakyat tetap akan memilih kriteria dan syarat
tertentu untuk memilih dan memilah. Kalau
memang calon dari jalur independen yang
ada hanya menjadi pajangan politik saja,
tidak
memiliki
kualitas,
kapabilitas
(kemampuan), integritas dan kapasitas untuk
memimpin daerah serta cenderung menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
dukungan, maka kesempatan untuk menang
akan sangat sulit dan tertutup untuk pasangan
calon dari jalur independen. Dengan
demikian menarik untuk mengkaji tentang
strategi Eddy Azwar dan Selamat dalam
Pilkada di Kabupaten Deli Serdang.
Pendekatan dan Metode
Studi ini dilakukan dengan pendekatan
marketing politik. Metode kajian dalam studi
ini dilakukan dengan menggunakan metode
deskriptif. Pengumpulan data dengan teknik
penelitian lapangan serta analisis data
menggunakan analisis kualitatif.
Tata Tertib Kampanye
Tujuan utama pasangan Eddy Azwar –
Selamat maju dalam pemilihan Kepala
Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013
adalah sebagai berikut: Pertama, panggilan
sebagai putra asli Deli Serdang karena
selama ini sejak tahun 1946 atau sejak
diakuinya Kabupaten Deli Serdang belum
pernah ada Kepala Daerah putra daerah yang
berasal dari Deli Serdang; Kedua, dengan
adanya berbagai potensi dan sumber alam
yang dimiliki oleh Kabupaten Deli Serdang
apabila dikelola dengan baik apalagi oleh
putra daerah tentu peningkatan kesejahteraan
masyarakat
dan
sasaran-sasaran
pembangunan sebagaimana yang diharapkan
oleh masyarakat tentu akan tercapai; Ketiga,
ingin mengabdi kepada masyarakat dan
negara.
Kampanye merupakan ajang bagi calon
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
untuk menyosialisasikan bisi dan misi
kepemimpinannya.
Dalam
mekanisme
pemilihan langsung, kampanye merupakan
sarana yang efektif untuk menarik simpati
warga masyarakat pemegang hak pilih.
Undang-undang No. 32/2004 tentang
Pemerintahan Daerah telah mengatur
ketentuan-ketentuan mengenai kampanye
pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah. Menurut pasal 75 ayat (2) undangundang tersebut, kampanye dilakukan selama
14 (empat belas) hari dan berakhir 3 (tiga)
hari sebelum hari pemungutan suara. Jadwal
kampanye ditetapkan oleh KPUD dengan
memperhatikan usul dari pasangan calon.
Penanggung jawab kampanye, sebagaimana
digariskan dalam ayat 6 (enam) pasal yang
sama, adalah pasangan calon, yang
pelaksanaannya dipertanggungjawabkan oleh
tim kampanye. Kampanye dilakukan secara
bersama-sama atau secara terpisah oleh
pasangan calon dan/ atau oleh tim kampanye.
Kampanye diselenggarakan oleh tim
kampanye yang dibentuk oleh pasangan
calon bersama-sama partai politik atau
gabungan partai politik yang mengusulkan
pasangan calon. Tim kampanye didaftarkan
ke KPUD bersamaan dengan pendaftaran
pasangan calon. Tim kampanye dapat
dibentuk secara berjenjang di provinsi,
kabupaten/ kota bagi pasangan calon
Gubernur dan Wakil Gubernur dan
Kabupaten/Kota dan kecamatan bagi
pasangan calon Bupati/Wakil Bupati dan
Walikota/Wakil Walikota. Penyelenggaraan
kampanye dilakukan diseluruh wilayah
provinsi untuk pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur dan diseluruh wilayah
kabupaten/kota untuk pemilihan Bupati dan
Wakul Bupati dan Walikota dan Wakil
Walikota.
41
Jurnal POLITEIA|Vol.7|No.1|Januari 2015
Rezka Febriani
Strategi Eddy Azwar dan Selamat di Pilkada Kabupaten Deli Serdang
Dalam kampanye, pasangan calon wajib
menyampaikan visi, misi, dan program
secara lisan maupun tertulis. Rakyat
mempunyai kebebasan untuk menghindari
atau tidak menghadiri kampanye. Menurut
pasal 76 ayat (1), kampanye dapat
dilaksanakan melalui: Pertemuan terbatas,
tatap muka dialog, penyebaran melalui media
cetak dan media elektronik, penyiaran
melalui radio dan/ televisi, penyebaran bahan
kampanye kepada umum, pemasangan alat
peraga di tempat umum, rapat umum, debat
publik/debat terbuka antarcalon dan/ atau
kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan
perundang-undang. Untuk mempersiapkan
materi kampanye, ayat (3) Pasal 76
menjamin bahwa calon Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah berhak untuk
mendapatkan informasi atau data dari
Pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Penyampaian materi kampanye dilakukan
dengan cara yang sopan, tertib, dan bersifat
edukatif. Pasal 78 UU No. 32/2004 tentang
Pemerintahan Daerahan menetapkan 10
(sepuluh) larangan yang tidak boleh
dilakukan oleh pasangan calon dalam
kampanye, yaitu : mempersoalkan dasar
negara Pancasila dan Pembukaan Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945; menghina seseorang, agama,
suku, ras, golongan, calon kepala daerah/
wakil kepala daerahdan/atau partai politik;
Menghasut atau mengadu domba partai
politik, perseorangan, dan/ atau kelompok
masyarakat;
Menggunakan
kekerasan,
ancaman kekerasan atau menganjurkan
penggunaan kekerasan kepada perseorangan,
kelompok masyarakat dan/atau partai politik;
Mengganggu kemanan, ketenteraman, dan
ketertiban
umum.
Mengancam
dan
menganjurkan penggunaan kekerasan untuk
mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan
yang sah; Merusak dan/ atau menghilangkan
alat peraga kampanye pasangan calon lain;
Menggunakan fasilitas dan anggaran
pemerintah
dan
pemerintah
daerah;
Menggunakan tempat ibadah dan tempat
pendidikan; dan Melakukan pawai atau arakarakan yang dilakukan dengan berjalan kaki
dan/ dengan kendaraan di jalan raya.
Butir (e) dan (j) mengandung arti eksplisit
maupun implisit mengenai pelarangan segala
42
ISSN: 0216-9290
bentuk pengerahan massa yang dapat
mengganggu keamanan, ketenteraman dan
ketertiban umum. Pelanggaran terhadap
larangan tersebut bisa dikenal hukuman
seperti tindak pidana biasa atau dikenai
sanksi oleh KPUD berdasarkan peraturan
yang berlaku. Pasal 81 ayat (1) UU No.
32/2004 menegaskan bahwa pelanggaran atas
ketentuan larangan pelaksanaan kampanye
sebagaimana dimaksud dalam pasal 78 huruf
a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan
huruf f, merupakan tindak pidana dan dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan ayat (2)
pasal yang sama menggariskan bahwa
pelanggaran
atas
ketentuan
larangan
pelaksanaan
kampanye
sebagaimana
dimaksud dalam pasal 78 huruf g, huruf h,
huruf i, dan huruf j, yang merupakan
pelanggaran tata cara kampanye dikenai
sanksi
peringatan
tertulis
apabila
penyelenggaraan
kampanye
melanggar
larangan walaupun belum terjadi gangguan
dan penghentian kegiatan kampanye di
tempat terjadinya pelanggaran atau diseluruh
daerah pemilihan yang bersangkutan apabila
terjadi gangguan terhadap keamanan yang
berpotensi menyebar ke daerah pemilihan
lain.
Pasal 79 UU No.32/2004 mengatur tentang
larangan melibatkan pejabat negara dalam
kampanye. Pasangan calon juga dilarang
melibatkan pegawai negeri sipil, anggota
Tentara Nasional Indonesia, dan anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia
sebagai peserta kampanye dan juru
kampanye dalam pemilihan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah. Menurut
ketentuan dalam Pasal 80, pejabat negara,
pejabat struktural dan fungsional dalam
jabatan negeri, dan kepala desa dilarang
membuat keputusan dan/ atau tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu
pasangan calon selama masa kampanye.
Larangan penting lainnya menyangkut
masalah money politics atau janji-janji
pemebrian uang dan/ atau materi lainnya
untuk mempengaruhi sikap pemilih. Pasal 82
ayat (1) menegaskan bahwa pasangan calon
dan/
atau
tim
kampanye
dilarang
menjanjikan dan/ atau memberikan uang atau
materi lainnya untuk mempengaruhi pemilih.
Pasangan calon dan/atau tim kampanye yang
Jurnal POLITEIA|Vol.7|No.1|Januari 2015
Rezka Febriani
ISSN: 0216-9290
Strategi Eddy Azwar dan Selamat di Pilkada Kabupaten Deli Serdang
terbukti
melakukan
pelanggaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, dikenai
sanksi pembatalan sebagai pasangan calon
oleh DPRD.
Salah satu sifat dari sistem pemilihan
langsung adalah besarnya dana yang
diperlukan oleh masing-masing kandidat
untuk
menggulirkan
program-program
kampanyenya. Sebab basis warga masyarakat
yang hendak dijangkau begitu luas. Untuk
dapat menjangkau warga masyarakat yang
beragam dan kompleks itu diperlukan
program kampanye yang bervariasi, dan
tentu saja mahal. Walaupun mahal, tidak
sedikit pihak yang bersedia mengeluarkan
uang dalam jumlah besar untuk mendukung
salah satu pasangan calon. Hal itu akan
menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan
demokrasi, karena seolah-olah aspirasi dapat
dibeli. Selain itu, ada nuansa ketidakadilan.
Oleh karena itu diperlukan peraturan yang
membatasi besarnya penyaluran sumbangan
dana kampanye sampai jumlah tertentu.
Menurut ketentuan dalam pasal 83 ayat (1)
UU No. 32/2004, dana kampanye dapat
diperoleh dari: pasangan calon, partai politik
dan/ atau gabungan partai politik yang
mengusulkan dan sumbangan pihak-pihak
lain yang tidak mengikat yang meliputi
sumbangan perseorangan dan/atau badan
hukum swasta. Pasal 85 ayat (1) melarang
pasangan calon menerima sumbangan atau
bantuan lain untuk kampanye, yang berasal
dari: Negara asing, lembaga swasta asing,
lembaga swadaya masyarakat asing dan
warga negara asing, penyumbang atau
pemberi
bantuan
yang
tidak
jelas
identitasnya, dan pemerintah, BUMN, dan
BUMD.
Jika pasangan calon menerima (tanpa
meminta) sumbangan atau bantuan lain dari
pihak-pihak (a), (b), atau (c), maka pasangan
calon yang menerima sumbangan itu tidak
dibenarkan menggunakan dana tersebut, dan
wajib melaporkannya kepada KPUD. Tangga
waktu (deadline) pelaporan ditentukan paling
lambat 14 (empat belas) hari setelah masa
kampanye berakhir, dan menyerahkan
sumbangan tersebut kepada kas daerah. Jika
ketentuan itu tidak ditaati, pasangan calon
yang melanggar dikenai sanksi pembatalan
sebagai pasangan calon oleh KPUD.
Pasal 83 ayat (3) menegaskan, bahwa
sumbangan
dana
kampanye
dari
perseorangan
dilarang
melebihi
Rp
50.000.000,000 (lima puluh juta rupiah) dan
dari badan hukum swasta dilarang melebihi
Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta
rupiah). Pasangan calon dapat menerima dan/
atau menyetujui pembiayaan bukan dalam
bentuk uang secara langsung untuk kegiatan
kampanye.
KPUD berperan penting dalam mengontrol
ketentuan ini. Pasangan calon wajib memiliki
rekening khusus dana kampanye dan
rekening yang dimaksud didaftarkan kepada
KPUD. Menurut ketentuan dalam ayat (5),
sumbangan bagi pasangan calon yang lebih
dari Rp 2.500.000,00 (dua juta lima ratus
ribu rupiah) baik dalam bentu uang maupun
bukan dalam bentuk uang yang dapat
dikontroversikan ke dalam nilai uang wajib
dilaporkan kepada KPUD mengenai jumlah
dan identitas pemberi sumbangan.
Laporan sumbangan dana kampanye
disampaikan oleh pasangan calon kepada
KPUD dalam waktu 1 (satu) hari sebelum
kampanye dimulai dan 1 (satu) hari sesudah
masa
kampanye
berakhir.
KPUD
mengumumkan melalui media massa laporan
sumbangan dana akampanye setiap pasangan
calon kepada masyarakat satu hari setelah
menerima laporan sari pasangan calon.
Pengontrolan terhadap dana kampanye tidak
hanya dilakukan terhadap sisi pemasukan
(inflow) saja, melainkan juga pengeluaran
(outflow). Secara teknis, penggunaan dana
kampanye dilaksanakan oleh tim kampanye
dari setiap pasangan calon. Sesuai ketentuan
dalam pasal 84 ayat (2), penggunaan dana
kampanye wajib dilaporkan oleh pasangan
calon kepada KPUD paling lambat 3 (tiga)
hari setelah pemungutan suara.
Kemudian, ayat (3) pasal yang sama
menggariskan
bahwa
KPUD
wajib
menyerahkan laporan dana kampanye kepada
kantor akuntan publik paling lambat dua hari
setelah KPUD menerima laporan dana
kampanye dari pasangan calon. Kantor
akuntan publik wajib menyelesaikan audit
43
Jurnal POLITEIA|Vol.7|No.1|Januari 2015
Rezka Febriani
ISSN: 0216-9290
Strategi Eddy Azwar dan Selamat di Pilkada Kabupaten Deli Serdang
paling lambat 15 hari stelah diterimanya
laporan dana kampanye dari KPUD. Hasil
audit diumumkan oleh KPUD paling lambat
3 hari setelah KPUD menerima laporan hasil
audit dari kantor akuntan publik. Selain
diumumkan secara resmi, atas transparansi
dalam penggunaan dana kampanye juga
harus ditegakkan. Laporan dana kampanye
yang diterima KPUD wajib dipelihara dan
terbuka untuk umum. 4
Jika dilihat dari penjelasan di atas maka
seseorang yang ingin ikut serta pada
pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Deli
Serdang harus memperoleh dukungan paling
sedikit 3% (tiga perseratus) dari jumlah
penduduk Deli Serdang yang berjumlah
2.057.370 orang. Dukungan yang harus
diperoleh paling sedikit adalah 61.721 dari
jumlah penduduk yang ada di Kabupaten
Deli Serdang.
Strategi Pasangan Eddy Azwar – Selamat
Pada penelitian yang telah saya lakukan
terhadap pasangan Eddy Azwar – Selamat,
pasangan ini memperoleh dukungan sebesar
62.426 orang atau ±3.03% (lebih kurang tiga
koma nol tiga perseratus) dari jumlah
penduduk Deli Serdang. Dukungan ini
tersebar di 13 (tiga belas) Kecamatan dari 22
(dua puluh dua) Kecamatan yang ada di
Kabupaten Deli Serdang. Adapun beberapa
hal yang menjadi strategi pasangan Eddy
Azwar – Selamat dalam pemilihan kepala
daerah di Kabupaten Deli Serdang.
Sesuai dengan Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 9 Tahun 2012 tentang
pedoman tekhnis pencalonan Pemilihan
Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah, khususnya bagi calon pasangan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
melalui jalur independen yang menjadi syarat
utama adalah harus didukung paling sedikit
3% (tiga perseratus) dari jumlah penduduk.
Selain itu, jumlah dukungan harus tersebar
dilebih dari 50% (lima puluh perseratus)
jumlah kecamatan di Kabupaten/Kota yang
bersangkutan. Hal ini sesuai dengan yang
tercantum pada Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 9 Tahun 2012 Pasal 11 ayat 1
(d) dan ayat 2.
Dukungan penduduk yang dimaksud adalah
dukungan yang diberikan dalam bentuk surat
dukungan yang disertai dengan fotokopi KTP
(Kartu Tanda Penduduk) atau surat
keterangan tanda penduduk lainnya. Surat
keterangan penduduk lainnya adalah sebagai
berikut :
a. Kartu keluarga
b. Paspor
c. Surat keterangan identitas kependudukan
lainnya yang sah dikeluarkan oleh
lurah/kepala desa atau instansi yang
membidangi urusan kependudukan dan
catatan sipil.
Penduduk
yang
berhak
memberikan
dukungan adalah penduduk yang telah
memenuhi syarat sebagai pemilih, yaitu telah
genap 17 (tujuh belas) tahun atau lebih pada
saat
memberikan
dukungan
atau
sudah/pernah kawin
4
Daniel S. Salossa, Mekanisme, Persyaratan dan
Tata Cara Pilkada Langsung, (Yogyakarta;
2005), hal. 59- 62.
44
Pertama, membuat metode-metode riset atau
survei sebelum menyusun dan melaksanakan
kegiatan kampanye. Sebelum menyusun dan
melakukan kegiatan kampanye Pasangan
Eddy Azwar – Selamat melakukan beberapa
survei untuk mengetahui peluang pemilih
yang akan memberikan hak pemilihannya
terhadap pasangan mereka. Hal yang terlebih
dahulu dilakukan pasangan ini adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan dan sasaran riset
atau survei, tujuan riset atau survei
merupakan hal pertama yang disusun
oleh tim kampanye pasangan Eddy
Azwar – Selamat untuk melakukan
kegiatan survei yang berguna untuk
menentukan wilayah-wilayah yang akan
menjadi lumbung suara dan ketertarikan
terhadap pasangan ini.
2. Menentukan Populasi dan Sampel,
dalam menentukan populasi dan sampel
tim kampanye pasangan Eddy Azwar –
Selamat harus memastikan siapa saja
yang akan menjawab pertanyaan yang
akan diajukan berdasarkan segmen
khalayak/masyarakat
yang
telah
ditentukan sebelumnya.
Kedua, menyusun rencana kampanye
Perencanaan merupakan tahap yang harus
dilakukan agar kampanye dapat mencapai
Jurnal POLITEIA|Vol.7|No.1|Januari 2015
Rezka Febriani
ISSN: 0216-9290
Strategi Eddy Azwar dan Selamat di Pilkada Kabupaten Deli Serdang
tujuan yang diinginkan. Pasangan Eddy
Azwar - Selamat menyusun sebuah
perencanaan kampanye sebelum melakukan
kampanye, dengan tujuan sebagai berikut :
1. Memfokuskan usaha, menurut pasangan
Eddy Azwar – Selamat perencanaan
membuat
Tim Kampanye dapat
megidentifikasikan
dan
menyusun
tujuan yang akan dicapai dengan benar
sehingga pekerjaan dapat dilakukan
secara efektif dan efisien.
2. Mengembangkan
sudut
pandang
berjangka waktu panjang. Hal ini akan
membuat tim kampanye tidak berfikir
mengenai efek kampanye dalam jangka
waktu yang pendek tetapi juga kemasa
depan,
sehingga
mendorong
dihasilkannya program yang terstruktur
dalam menghadapi kebutuhan dimasa
depan.
3. Meminimalisasi kegagalan, perencanaan
yang
cermat
dan
teliti
akan
menghasilkan suatu tahapan kerja yang
jelas dan spesifik sehingga bila ada
kegagalan bisa langsung diambil
langkah penyelesaiannya.
4. Mengurangi konflik, perencanaan yang
matang akan mengurangi potensi
munculnya konflik, karena sudah ada
bentuk tertulis mengenai alur serta
prioritas pekerjaan dari setiap anggota
tim kampanye.
5. Memperlancar kerjasama dengan pihak
lain, melakukan kerjasama dengan
beberapa pihak merupakan salah cara
untuk memperoleh suara atau dukungan
yang baru dari pihak lain. Kerjasama
tersebut tidak hanya harus dilakukan
dengan masyarakat saja, namun juga
dapat dilakukan dengan media massa
yang ada agar dapat mempromosikan
dirinya.
Ketiga, Pasangan Eddy - Azwar selamat
memberikan
perintah/instruksi
kepada
manajer kampanye untuk membuat laporan
kemajuan kampanye. Laporan kemajuan
kampanye merupakan dokumen yang sangat
penting, bukan hanya bagi manajer
kampanye tapi juga untuk para anggota
pelaksana kampanye secara keseluruhan.
Dalam laporan kemajuan ini berisi beberapa
data dan fakta tentang berbagai hal yang
telah dilakukan selama masa kampanye.
Data yang disajikan umumnya bukan hanya
berkaitan mengenai realisasi rencana
kampanye tapi juga mencakup berbagai
temuan-temuan yang ada dilapangan, baik
yang positif dan negatif. Dengan demikian
laporan kemajuan kampanye menyediakan
semacam evaluasi kecil yang bersifat rutin
terhadap berbagai proses kampanye yang
sedang berjalan.
Menurut Pasangan Eddy Azwar – Selamat,
banyak manfaat yang dapat diperoleh dari
pembuatan laporan kemajuan kampanye
tersebut. Manajer kampanye dan para
anggota pelaksana dapat menggunakan
laporan kemajuan untuk memodifikasi
rencana kampanye agar tetap efektif dalam
pencapaian dalam pencapaian tujuan
program.
Selain itu laporan kemajuan kampanye ini
juga menyediakan informasi yang berguna
untuk penjabaran dan pengembangan strategi
kampanye lebih jauh. Kerena fungsinya yang
sangat penting maka setiap personel
kampanye harus memiliki komitmen untuk
melaporkan berbagai aktivitas yang menjadi
bidang tugasnya kepada manajer kampanye
dapat dianalisis dan diintegrasikan menjadi
laporan kemajuan yang sistematis dan
menyeluruh.
Keempat,
dalam menyusun kegiatan
pelaksanaan kampanye ada beberapa unsur
pokok yang dilakukan oleh pasangan Eddy
Azwar – Selamat, yaitu sebagai berikut:
pertama, Perekrutan personel kampanye,
kegiatan kampanye merupakan kerja tim,
dengan demikian akan banyak melibatkan
personel didalamnya. Penentuan siapa saja
yang akan terlibat sebagai pelaksana
kampanye merupakan langkah awal dalam
melaksanakan
kampanye;
Kedua,
menyampaian pesan kampanye, salah satu
strategi pasangan Eddy Azwar – Selamat
dalam menyampaikan pesan kampanye
adalah dengan melakukan dialog dengan
masyarakat. Pasangan ini akan datang ke
tengah-tengah
masyarakat,
tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh
pemuda, dan juga tokoh-tokoh lainnya yang
dijadikan panutan bagi masyarakat di
wilayah tersebut. Sehingga dengan demikian
kedekatan emosional antara pasangan calon
dengan masyarakat dan juga dengan
45
Jurnal POLITEIA|Vol.7|No.1|Januari 2015
Rezka Febriani
Strategi Eddy Azwar dan Selamat di Pilkada Kabupaten Deli Serdang
beberapa tokoh-tokoh masyarakat tersebut
bisa memberi dukungan kepada Pasangan
Eddy Azwar – Selamat.
Penutup
Pemilihan
kepala
daerah
langsung
merupakan sebuah proses demokratisasi di
Indonesia. Pemilihan kepala daerah langsung
ini tidak hanya dapat diikuti oleh pasangan
calon yang didaftarkan oleh sebuah atau
gabungan partai politik saja. Pasangan
perseorangan atau independen juga dapat
mendaftarkan
dirinya
dalam
proses
pemilihan kepala daerah, dan harus
melengkapi beberapa syarat yang telah
ditetapkan dalam Undang-Undang. Pada
salah pasangan calon independen yang telah
saya teliti di Kabupaten Deli Serdang yaitu
pasangan Eddy Azwar – Selamat. Terdapat
beberapa strategi mereka gunakan dalam
pilkada. Pertama membuat metode-metode
riset atau survei sebelum menyusun dan
melaksanakan kegiatan kampanye. Kedua
menyusun rencana kampanye. Ketiga
membuat laporan kemajuan kampanye.
Keempat menyusun pelaksanaan kampanye.
Daftar Pustaka
Budiarjo, Meriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu
Politik, Jakarta.
Kusumah. Mulyana W.. 2005. Memenangkan
Hati dan Pikiran Rakyat, Strategi dan
Taktik Menang dalam Pemilihan Kepala
Daerah. Yogyakarta: 2005.
Prihatmoko, Joko J.. 2005.
Pemilihan
Kepala Daerah Langsung Filosofi,
Sistem dan Problem Penerapan
Indonesia, Yogyakarta
Salossa,
Daniel
S..
2005.
Mekanisme,
Persyaratan dan Tata Cara Pilkada
Langsung. Yogyakarta; 2005.
46
ISSN: 0216-9290
Download