Internasionalisasi Bahasa Indonesia melalui Program Pembelajaran BIPA Berbasis Budaya Jimat Susilo Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon [email protected] Abstrak Sampai saat ini, bahasa Indonesia sudah dipelajari di berbagai negara. Berdasarkan catatan Badan Bahasa, sudah lebih dari 45 negara yang mempelajari bahasa Indonesia. Bahkan di Vietnam, bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa resmi kedua setelah bahasa Inggirs sejak tahun 2007. Di Australia, bahasa Indonesia menjadi bahasa popular ke-4 dan sudah diajarkan di 500 sekolah sebagai mata pelajaran wajib. Di Eropa, bahasa Indonesia menjadi bahasa asing Asia yang paling banyak diminati. Dan masih banyak lagi negaranegara yang mempelajari bahasa Indonesia. Hal ini selaras dengan amanat UU No.24 Tahun 2009 dalam rangka menginternasionalisasikan bahasa Indonesia. Salah satu langkah yang dilakukan dalam rangka menginternasionalisasikan bahasa Indonesia yaitu dengan penyelenggaraan program BIPA. Program BIPA khususnya yang dilaksanakan di dalam negeri belum merata. Artinya, program ini banyak dilakukan di kota-kota besar. Sementara itu, di kota-kota kecil banyak yang belum mengenal BIPA. Padahal, banyak potensi dari daerah yang dapat dikenalkan ke dunia luar. Di samping itu, program BIPA yang dilaksanakan di dalam negeri lebih banyak berorientasi pada usaha untuk menghadirkan pembelajar asing untuk belajar bahasa Indonesia. Berbagai lembaga program atau lembaga kursus BIPA di Indonesia telah banyak mempersiapkan diri baik dari segi pengajar, bahan ajar, maupun kurikulum untuk menyambut pembelajar asing yang akan belajar bahasa Indonesia, sehingga pembelajaran BIPA ini lebih berfokus pada bisnis. Dalam usaha menginternasionalisasikan bahasa Indonesia, diperlukan usaha untuk menciptakan tenaga-tenaga pengajar bahasa Indonesia sebagai duta pengajar bahasa Indonesia di dunia luar. Dalam tulisan ini, akan dikupas usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam menginternasionalisasikan bahasa Indonesia di dunia luar, bukan pembelajaran BIPA sebagai dunia bisnis atau industri. Kata kunci: internasionalisasi, pembelajaran, BIPA A. PENDAHULUAN Di dalam UU No. 24 Tahun 2009 pasal 44 telah dijelaskan bahwa pemerintah telah meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan yang dikoordinasikan melalui lembaga kebahasaan. Banyak langkah yang dapat dilakukan dalam rangka menginternasionalisasikan bahasa Indonesia. Melalui Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi kebahasaan (PPSDK) Badan Bahasa, telah banyak membuka program dalam rangka menginternasionalisasikan bahasa Indonesia. Salah satu program yang dilaksanakan yaitu pembinaan dan pelatihan calon pengajar yang akan dikirimkan ke beberapa negara untuk mengajarkan bahasa Indonesia. Permintaan akan pengajar bahasa Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Ini sebagai bukti bahwa bahasa Indonesia sangat diminati oleh negara-negara luar. Data Penyelenggara BIPA di Luar Negeri No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Nama Negara Jumlah Lembaga Australia 38 Jepang 38 Amerika Serikat 13 Jerman 12 Italia 10 Filiphina 6 Rusia 5 Belanda 5 Perancis 3 Azerbaijan 2 China 2 Inggris 2 Arab Saudi 2 Polandia 2 Korea Selatan 1 Bulgaria 1 Suriname 1 Hongkong 1 Irak 1 India 1 Chile 1 Sumber: Pusat Bahasa, Depdiknas 2007 hal 4 Data tersebut menunjukkan betapa besarnya minat negara asing dalam mempelajari bahasa Indonesia. Tentunya jumlah negara yang mempelajari bahasa Indonesia semakin berkembang. Dari hasil wawancara sebagian pemelajar BIPA yang ada di Indonesia, orang asing dalam mempelajari bahasa Indonesia tidak sekadar dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, tetapi ada tujuan yang beraneka, di antaranya ingin melanjutkan studi di Indonesia, ingin mengenal budaya dan objek-objek wisata di Indonesia, serta tujuan khusus misalnya terkait dengan pekerjaan. Ini semua sebagai langkah dan upaya dalam rangka menyebarluaskan bahasa Indonesia ke dunia luar. Di samping PPSDK Badan Bahasa, di dalam negeri sendiri juga telah banyak lembaga pendidikan dan kursus yang turut serta dalam menginternasionalisasikan bahasa Indonesia. Kegiatan yang dilakukan yaitu program pembelajaran BIPA. Lembaga penyelenggara program BIPA di dalam negeri telah tersebar di berbagai kota di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Bali, dan masih banyak lagi. Berbagai kegiatan telah dilakukan, salah satunya adalah pembelajaran bahasa Indonesia bagi orang asing. Sudarwati (2014: 856) menjelaskan bahwa BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) adalah sebuah pembelajaran bahasa Indonesia yang ditujukan untuk warga negara asing. Program ini ditawarkan dan diselenggarakan secara lembaga atau individu dalam berbagai bentuk, misalnya kelas privat atau kelas regular. Pembelajaran BIPA dimaksudkan untuk menjembatani berbagai tujuan warga negara asing yang ada di Indonesia. Di antara tujuan warga negara asing mempelajari bahasa Indonesia, yaitu untuk dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, urusan pekerjaan, melakukan kunjungan wisata di berbagai daerah di Indonesia, dan tujuan melanjutkan studi di Indonesia. Namun, penyelenggaraan program BIPA di dalam negeri masih mengalami kendala. Salah satu kendala yang dihadapi yaitu belum adanya pemerataan penyelenggaraan program BIPA. Saat ini, penyelenggaraan program BIPA masih berada di kota-kota besar yang memiliki potensi wisata dan lembaga pendidikan pavorit. Sementara itu, masih banyak daerah-daerah yang memiliki potensi baik budaya maupun sumber daya alam yang dapat dijadikan sebagai daerah destinasi wisatawan asing. Daerah-daerah yang memiliki potensi budaya dan alam dapat ikut berperan dalam menginternasionalisasikan bahasa Indonesia melalui kegiatan pengenalan budaya dan potensi alam kepada negara luar. Dalam tulisan ini, akan difokuskan pada penyelenggaraan program BIPA dalam rangka menginternasionalisasikan bahasa Indonesia. Program BIPA yang dimaksudkan yaitu program yang dilakukan secara formal di lembaga pendidikan dalam rangka menyiapkan tenaga pengajar BIPA. B. Pengenalan Budaya sebagai Sarana Pembelajaran BIPA Kebudayaan merupakan sarana yang bersifat faktual untuk pembelajaran bahasa. Budaya dan bahasa merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Belajar bahasa tentu akan belajar budaya tempat bahasa itu digunakan. Brown (2007: 208) menyampaikan bahwa pemerolehan bahasa kedua juga merupakan pemerolehan budaya kedua. Pernyataan ini mengandung makna bahwa belajar bahasa tidak dapat meninggalkan budaya-budaya yang berlaku di tempat bahasa itu digunakan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing, pengetahuan dan pemahaman terhadap budaya yang ada di Indonesia sangatlah penting. Kebudayaan yang dimaksud adalah semua bentuk manifestasi kebudayaan, seperti masyarakat, tata cara hidup, bahasa, kepercayaan, agama, struktur kemasyarakatan, dan sistem pendidikan (Triswantini, 2004: 2). Pengenalan dan pemahaman budaya dilakukan agar pemelajar tidak mengalami gegar budaya (schock culture). Perbedaan budaya akan terjadi sehingga dalam pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing akan mengalami cross culture. Pemelajar akan beradaptasi dengan budaya masyarakat pemakai bahasa target. Berbagai strategi dapat dilakukan oleh pengajar BIPA dalam mengenalkan budaya-budaya yang ada di Indonesia, misalnya melalui karya sastra, bukubuku, atau langsung terjun ke masyarakat. Salah jenis karya sastra yang dapat dijadikan sebagai media pengenalan kebudayaan, yaitu melalui cerpen Indonesia. Dalam cerpen Indonesia, akan tampak beberapa perilaku manusia yang bersifat khas yang menggambarkan budaya-budaya Indonesia (Sujatna, 1994). Namun, tentunya, seorang pengajar BIPA harus menyeleksi cerpencerpen Indonesia yang dapat dijadikan sebagai media penyampai kebudayaan Indonesia. Pengenalan buku-buku bacaan juga dapat digunakan sebagai pengenalan dan pemahaman budaya di Indonesia. Pemelajar dapat diajak ke berkunjung ke perpustakaan. Tentunya, lembaga penyelenggara program terlebih dahulu menyediakan buku-buku bacaan yang diperlukan oleh pemelajar BIPA. Salah satu strategi yang paling efektif dalam pengenalan budaya dapat dilakukan melalui kontak langsung dengan masyarakat. Melalui pendekatan kontekstual, pemelajar BIPA dapat berinteraksi dengan masyarakat secara langsung. Hal yang dapat dilakukan yaitu pergi ke pasar-pasar tradisional, tinggal di masyarakat, atau dapat juga mengenal artefak atau peninggalan kebudayaan masa lampau. Indonesia, diharapkan Melalui pengenalan berbagai budaya di pemelajar mendapatkan kemudahan dalam mempelajari bahasa Indonesia. Namun, perlu diketahui bahwa bahasa Indonesia mencerminkan nilai, norma, perilaku, dan sikap dalam berbahasa bangsa Indonesia (Sudarwati, 2014: 858). Implikasinya adalah dalam pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing harus benar-benar memahami setiap kata atau kalimat dalam bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan karena kata atau kalimat dalam bahasa Indonesia mengandung nilai-nilai budaya yang mengisyaratkan keragaman budaya Indonesia. Seringkali terjadi kegagalan jika tidak memahami makna yang terkandung dalam konteks kalimat tersebut. Hal yang perlu dilakukan oleh penyelenggara program yaitu menyiapkan tenaga pengajar yang profesional dan memahami budaya-budaya yang ada di Indonesia. Pengenalan dan pemahaman terhadap budaya dapat dijadikan sebagai sarana memudahkan pembelajaran bahasa Indonesia bagi warga asing. Perlu ditegaskan bahwa tujuan utama dalam pengenalan budaya adalah memudahkan pemelajar dalam mempelajari bahasa Indonesia. Pemelajar dapat berkomunikasi atau berinteraksi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang dapat digunakan berbagai tujuan. Inilah langkah yang dapat dilakukan dalam penyebaran bahasa Indonesia. C. Berbagai Program BIPA dalam Menunjang Internasionalisasi Bahasa Indonesia Saat ini kurang lebih terdapat 170 lembaga penyelenggara program BIPA di dalam negeri yang tersebar di berbagai kota besar di Indonesia. Lembagalambaga penyelenggara program BIPA tidak hanya di lembaga formal di bawah naungan Perguruan Tinggi, tetapi juga terdapat di berbagai lembaga kursus. Berbagai program BIPA telah dibuka oleh Kemendikbud melalui Badan Bahasa, di antaranya Program KNB (Kemitraan Negara berkembang), Program Darmasiswa, Program SAME (Scheme for Academic Mobility and Exchange), Program Double Degree, program kursus. Berbagai program BIPA yang telah dicanangkan tersebut, saat ini pelaksanaannya dapat dikatakan belum ada kesamaan baik dari segi materi ajar, kurikulum, maupun kompetensi dan kualifikasi pengajar BIPA. Di samping itu, pelaksanaan program BIPA tersebut juga belum merata. Untuk itu, Kemendikbud melalui Badan Bahasa bekerja sama dengan APPBIPA menyusun kurikulum, materi ajar, kompetensi dan kualifikasi pengajar, dan evaluasi. Dalam paparan ini, akan difokuskan pada program BIPA dalam rangka turut serta menginternasionalisasikan bahasa Indonesia melalui penyiapan tenaga pengajar BIPA yang professional. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu mengadakan mata kuliah kebipaan di perguruan tinggi. Tujuan diberikan mata kuliah kebipaan pada program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yaitu mahasiswa akan mendapatkan wawasan, pengetahuan, dan praktik pengajaran bahasa Indonesia kepada mahasiswa asing. Mahasiswa tidak sekadar mempelajari teori kebahasaan, tetapi juga bagaimana cara implementasinya untuk pembelajar asing. Mahasiswa dapat mengikuti materi kebipaan selama empat semester sebagai mata kuliah pilihan. Hasil dari pembelajaran ini adalah mempersiapkan calon pengajar BIPA yang berkompeten sehingga dapat memenuhi harapan Badan Bahasa melalui PPSDK dalam menyiapkan tenaga pengajar BIPA yang akan dikirim ke luar negeri. Ini peluang yang sangat strategis, di samping memberikan kesempatan bekerja di luar negeri, tetapi juga sebagai duta dalam rangka menyebarluaskan bahasa Indonesia di tataran dunia. D. Simpulan Dalam rangka menginternasionalisasikan bahasa Indonesia, berbagai program dapat dilakukan melalui program BIPA. Kemendikbud melalui Badan Bahasa telah menjalankan amanat UU No. 24 Tahun 2009 Pasal 44, yaitu dengan membuka berbagai program BIPA di antaranya Program KNB, Program Darmasiswa, Program Double Degree, dan Program SAME BIPA. Salah satu keberhasilan dalam pelaksanaan program BIPA tersebut yaitu menyiapkan tenaga pengajar BIPA yang kompeten dan profesional. Saat ini, pengajar BIPA lebih banyak direkrut setelah mengikuti berbagai pelatihan metodologi pengajaran BIPA yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyelenggara Program BIPA secara instan. Sehingga, dari hasil pelatihan belum maksimal dalam menghadapi pembelajaran yang nyata pada pemelajar asing. Untuk mengatasi kendala tersebut, perlu dibukanya Program Studi BIPA atau pembukaan mata kuliah pilihan kepibaan dalam rangka mempersiapkan tenaga pengajar BIPA yang berwawasan, berkompeten, dan profesional. Referensi Brown, H. Duglas. (2007). Teaching by principles. Longman: Pearson Education, Inc. Sudarwati. 2014. “Pengenalan budaya melalui pembelajaran BIPA dan model pembelajarannya” dalam Dinamika Budaya Indonesia dalam Pusaran Pasar Global. p 853. Yogyakarta: Ombak. Sujatna, Dede. 1994. “Memperkenalkan aspek-aspek kebudayaan Indonesia melalui cerita pendek” dalam Prosiding Konferensi Internasional BIPA I di Salatiga. Triswantini, Erna. 2004. “Kebudayaan dalam pengajaran BIPA” dalam Prosiding Konferensi Internasional Pengajaran BIPA V di Makasar. Makasar: UNM. UU No. 24 Tahun 2009. negara. Bendera, bahasa, lagu kebangsaan, dan lambang