BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam komunikasi, sering sekali muncul berbagai macam penafsiran terhadap makna sesuatu atau tingkah laku orang lain. Penafsiran tersebut, tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari komunikasi, manusia juga dapat menjadi objek untuk dirinya sendiri dan juga sebagai subjek yang bertindak, serta melihat tindakan-tindakannya, seperti orang lain dapat melihatnya. Manusia berkomunikasi dengan orang lain dalam berbagai bentuk. Bentuk komunikasi yang ditampilkan berbeda-beda dalam menyampaikan pesan, baik itu secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang dalam menyampaikan pesan lebih kepada bahasa dan kata-kata, sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang dalam menyampaikan pesan, menggunakan bahasa tubuh. Salah satu ciri orang berkomunikasi adalah dengan berjabat tangan. Jabat tangan merupakan bentuk komunikasi nonverbal yang sering ditunjukkan orang kepada sesamanya dan dinilai memiliki makna tersendiri. Jabat tangan telah ada sejak dulu, berkembang dari generasi ke generasi, dan sering dilakukan orang kepada lawan bicaranya. Tidak semua orang akan saling bersalaman dengan berjabat tangan. Bahkan terdapat pula orang yang selalu menggunakan jabat tangan di setiap kesempatan. Tetapi terdapat juga orang yang mungkin jarang, hanya ketika dirasa perlu untuk berjabat tangan di saat-saat tertentu. Banyak saat orang berjabat tangan, ketika baru bertemu, atau ketika berpisah, ketika mengucapkan selamat atau sepakat dan lain-lain. Adakalanya, saat melakukan jabat tangan, orang lebih kepada basa-basi. Artinya jabat tangan hanya sekedar untuk bersalaman. Sengaja ataupun tidak, ketika bersalaman dengan orang, apalagi yang tidak dikenal, orang memikirkan dan mengukur apakah dirinya penting atau tidak di mata lawannya. Karena tidak jarang terdapat orang yang menganggap lawan jabat tangannya tersebut tidak begitu penting, sehingga saat bersalaman sering pandangan seseorang tidak melihat orang yang disalaminya, sikap jabat tangan sambil lalu, apalagi teman jabat tangannya bukan siapasiapa. Bahkan sering kali perilaku berjabat tangan yang paling terasa hangat, lebih ditunjukkan kepada orang yang dihormati, lebih tua, lebih tinggi jabatan dan statusnya ataupun kepada orang-orang tertentu untuk menarik simpatik dan maksud tertentu. Sedangkan belum tentu jabat tangan yang diberikan oleh lawan jabat tangan tersebut betulbetul tulus, dan hanya lebih sekedar bersifat formalitas karena kebutuhan profesi atau maksud lainnya. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa selain hanya berjabat tangan, konteks dan situasi juga mempengaruhi adanya perbedaan makna jabat tangan dengan orang lain. Makna jabat tangan akan berbeda, tergantung dengan siapa orang berjabat tangan, berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain, dan akan berbeda pula dari waktu ke waktu, kapan saat orang berjabat tangan meskipun dengan orang yang sama. Perilaku jabat tangan ini juga terjadi pada mahasiswa Fisip Unwira Kupang. Bagi mahasiswa Fisip Unwira, jabat tangan pada dasarnya belum menjadi bagian dari kebiasaan karena jabat tangan yang diberikan hanya terjadi pada saat-saat tertentu dan dilakukan sesekali saja, misalnya pada saat dua atau tiga orang mahasiswa saling bertemu/ berpapasan ataupun saat ujian akhir (skripsi, laporan, seminar). Selain itu, jabat tangan yang dilakukan juga hanya sebatas pada orang-orang tertentu yang mungkin dirasakan dekat dan perlu. Seperti halnya ketika saling bertemu/ berpapasan, saat memberikan ucapan selamat ataupun apresiasi terhadap suatu keberhasilan. Tentunya saat bersalaman, mahasiswa tidak hanya berjabat tangan saja. Saat jabat tangan ada pesan verbal dan non verbal lain yang mendukungnya, baik itu dengan kata-kata ataupun mimik wajah dan gerak tubuh lainnya, sebagai bagian dari maksud jabat tangan tersebut. Pesan yang diberikan dapat dimaknai dari konteks yang terjadi saat itu, kapan dan dimana serta pada saat yang bagaimana mahasiswa berjabat tangan, karena konteks yang berbeda menentukan juga makna yang berbeda dari setiap bentuk jabat tangan. Sebagai contoh adalah pada saat mahasiswa saling bertemu dalam kampus. Jabat tangan saat bertemu di kampus, lebih menunjukkan ekspresi keakraban antarmahasiswa dan terkadang disertai dengan menanyakan kabar. Pada situasi tersebut, jabat tangan yang dilakukan mahasiswa akan berbeda maknanya dengan jabat tangan yang diberikan mahasiswa kepada temannya, pada saat teman mahasiswa baru saja selesai melaksanakan ujian akhir, seperti skripsi, seminar ataupun ujian laporan lainnya. Jabat tangan yang diberikan kepada mahasiswa yang bersangkutan dapat diartikan sebagai ucapan selamat/ apresiasi atas hasil usahanya karena satu tugas telah selesai. Selain sebagai ucapan selamat/ apresiasi, jabat tangan tersebut juga sebagai ungkapan perasaan, yaitu adanya rasa senang dan turut berbahagia. Namun di lain hal, tidak menutup kemungkinan jabat tangan yang diberikan mahasiswa pada sesamanya merupakan ungkapan yang tertunda terhadap sesuatu hal yang sudah terjadi kemarin. Perbedaan situasi/ konteks saat berjabat tangan itulah yang menentukan adanya perbedaan makna dari setiap jabat tangan yang diberikan antarmahasiswa, tergantung pada persepsi masing-masing mahasiswa untuk memahaminya. Kedekatan dan gaya serta gerakan tubuh lain yang ditunjukkan saat berjabat tangan pun akan berbeda terhadap setiap mahasiswa, sebagai teman jabat tangannya. Ada yang berjabat tangan dengan jarak yang sangat dekat, bahkan sampai berpelukan, ada yang berjabat tangan dengan jarak agak sedikit berjauhan, berjabat tangan dengan erat dan akrab, berjabat tangan dengan lemah gemulai, berjabat tangan sambil lalu, berjabat tangan berlama-lama, dan ada juga perilaku berjabat tangan dengan gaya tersendiri yang disepakati, dengan berbagai ekspresi wajah yang ditunjukan. Bermacam-macam ekspresi, jenis dan cara yang dilakukan mahasiswa saat berjabat tangan. Tentu semuanya itu, hanya dapat dipersepsi oleh masingmasing mahasiswa saat berjabat tangan, berdasarkan konteks yang terjadi saat itu, untuk memahami makna dari setiap jabat tangan yang diberikan atau diterima. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Makna Jabat Tangan Sebagai Bentuk Komunikasi Nonverbal (Studi Kasus Mahasiswa Fisip Unwira Kupang). Penulis mengambil judul tersebut, karena penulis ingin mengetahui lebih jauh apa makna jabat tangan sebagai bentuk komunikasi nonverbal, dalam hal ini makna jabat tangan yang diakukan oleh mahasiswa Fisip Unwira Kupang. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yaitu “Apa makna jabat tangan bagi mahasiswa Fisip Unwira Kupang?” 1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui makna jabat tangan sebagai bentuk komunikasi nonverbal pada mahasiswa Fisip Unwira Kupang. 1.3.2 Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh pengetahuan tentang makna jabat tangan sebagai bentuk komunikasi nonverbal pada mahasiswa Fisip Unwira Kupang. 1.4 Kegunaan Penelitian Ada dua kegunaan dari penelitian yakni, kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. Kegunaan teoritis berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan kegunaan praktis berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dari berbagai pihak yang membutuhkannya. 1.4.1 Kegunaan teoritis Dari aspek teoritis, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memperkaya informasi akademik bagi pengembangan ilmu sosial pada umumnya dan ilmu komunikasi pada khususnya dalam: Melakukan studi kasus tentang makna jabat tangan pada mahasiswa Fisip Unwira Kupang. Bagi almamater, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat berguna dalam melengkapi kepustakaan Ilmu Sosial umumnya di Universitas ini dan kepustakaan Ilmu Komunikasi khususnya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 1.4.2 Kegunaan praktis Sebagai bahan informasi awal bagi yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut. Bagi peneliti dan para peneliti lainnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna dalam mengembangkan teori ilmu komunikasi umumnya dan komunikasi nonverbal khususnya. 1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka pemikiran penelitian Kerangka berpikir penelitian adalah penalaran yang dikembangkan dalam pemecahan masalah penelitian. Kerangka pemikiran pada dasarnya menggambarkan jalan pikiran dan landasan rasional dari pelaksanaan penelitian tentang makna jabat tangan sebagai bentuk komunikasi nonverbal pada mahasiswa Fisip Unwira Kupang. Jabat tangan sering dilakukan mahasiswa pada saat tertentu, saat bertemu/berpisah ataupun sebagai ungkapan perasaan. Dengan berjabat tangan mahasiswa tidak hanya saling bersalaman, saat berjabat tangan setiap mahasiswa memiliki maksud dan pesan tertentu secara bersamaan. Dengan begitu setiap mahasiswa dapat berperan sebagai komunikator maupun komunikan. Karena jabat tangan tersebut bersifat timbal balik, maka setiap mahasiswa disebut sebagai partisipan komunikasi, di mana saat berjabat tangan, masing-masing mahasiswa dapat mengetahui efek dari yang memberi dan menerima jabat tangan tersebut. Perilaku jabat tangan mahasiswa bisa dilihat dan dirasakan oleh mahasiswa lain yang memberi ataupun menerima balasan saat berjabat tangan. Melalui jabat tangan ini diharapkan setiap mahasiswa, dapat mengetahui dan memahami makna jabat tangan yang dilakukan. Sesuai dengan uraian tersebut, maka alur kerangka pemikiran peneliti ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1 Bagan Kerangka Pikiran Mahasiswa Sebagai Partisipan Komunikasi Komunikasi Nonverbal: Jabat Tangan Mahasiswa Sebagai Partisipan Komunikasi Makna Jabat Tangan 1.5.2 Asumsi dan Hipotesis 1. Asumsi penelitian Asumsi penelitian merupakan proposisi-proposisi dalam penalaran yang tersirat dalam kerangka pemikiran yang dijadikan sebagai pegangan peneliti untuk sampai pada kesimpulan penelitian. Adapun asumsi yang dipegang oleh peneliti sebelum melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: setiap jabat tangan yang dilakukan mahasiswa Fisip Unwira Kupang memiliki makna. 2. Hipotesis penelitian Hipotesis penelitian merupakan pendapat atau kesimpulan sementara terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan. Hipotesis dalam penelitian kualitatif dengan varian studi kasus, bukanlah hipotesis yang akan diuji melalui analisis statistik inferensial, melainkan hanya merupakan rangkaian hipotesis kerja. Adapun hipotesis yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu jabat tangan dimaknai sebagai ungkapan rasa persahabatan/ kedekatan dan keakraban antar teman. Selain itu juga sebagai ungkapan rasa selamat atas sesuatu, rasa bahagia/turut bergembira.