i PELAKSANAAN SEWA-MENYEWA RUMAH SUSUN DI KOTA

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PELAKSANAAN SEWA-MENYEWA RUMAH SUSUN
DI KOTA SURAKARTA DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANGUNDANG HUKUM PERDATA
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan diajukan untuk
Melengkapi Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Disusun Oleh :
Christanty Triwulan Ningrum
NIM.E0005125
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2012
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PELAKSANAAN SEWA-MENYEWA RUMAH SUSUN
DI KOTA SURAKARTA DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANGUNDANG HUKUM PERDATA
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan diajukan untuk
Melengkapi Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Disusun Oleh :
Christanty Triwulan Ningrum
NIM.E0005125
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2012
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi)
PELAKSANAAN SEWA-MENYEWA RUMAH SUSUN DI KOTA
SURAKARTA DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG
HUKUM PERDATA
Oleh :
Christanty Triwulan Ningrum
NIM. E0005125
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum
(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing I
Pembimbing II
Ambar Budi. S., S.H., M.Hum.
Tuhana, S.H., M.Si.
NIP.19571112 198303 2001
NIP.19690322 199702 1001
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum (Skripsi)
PELAKSANAAN SEWA-MENYEWA RUMAH SUSUN DI KOTA
SURAKARTA DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG
HUKUM PERDATA
Oleh :
Christanty Triwulan Ningrum
NIM. E0005125
Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum ( Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada :
Hari
: Rabu
Tanggal
: 1 Februari 2012
DEWAN PENGUJI
1.
Djuwityastuti, S.H., M.H.
Ketua
: ............................................
2.
Tuhana, S.H., M.Si
Sekretaris
: ............................................
3. Ambar Budi S, S.H., M.Hum
Anggota
: ............................................
MENGETAHUI
Dekan,
Prof. Dr. Hartiwiningsih,
commit to userS.H., M.Hum
NIP. 19570203 19852001
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama
NIM
: Christanty Triwulan Ningrum
: E 0005125
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (Skripsi) berjudul:
PELAKSANAAN
SURAKARTA
SEWA-MENYEWA
RUMAH
SUSUN
DI
KOTA
DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG
HUKUM PERDATA adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya
saya dalam penulisan hukum ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar
pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi)
dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, 13 Januari 2012
Yang membuat pernyataan,
Christanty Triwulan Ningrum
NIM. E0005125
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Christanty Triwulan Ningrum. E0005125. 2012. PELAKSANAAN SEWAMENYEWA RUMAH SUSUN DI KOTA SURAKARTA DALAM
PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaturan sewa-menyewa rumah
susun di Kota Surakarta apabila ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata dan kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan sewamenyewa rumah susun beserta upaya-upaya apa saja yang dilakukan dalam
menyelesaikan berbagai kendala tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat
deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan yaitu melalui wawancara dengan
staff Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum
Pemerintah Kota Surakarta dan juga studi kepustakaan. Teknik analisis data yang
dipergunakan adalah teknik analisis data kualitatif dengan analisis model
interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaturan sewa-menyewa rumah
susun di Kota Surakarta yang dibuat oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta meskipun tidak
dibuat di dalam sebuah akta perjanjian tetapi memenuhi ketentuan yang terdapat
dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata baik mengenai unsur-unsur
perjanjian (Pasal 1313 KUH Perdata), syarat sahnya perjanjian (Pasal 1320 KUH
Perdata), unsur-unsur dalam pengertian sewa-menyewa (Pasal 1548 KUH
Perdata), hak dan kewajiban para pihak (Pasal 1550-1552 bagi pihak yang
menyewakan dan Pasal 1560 bagi pihak penyewa), serta dengan jangka waktu
tertentu (Pasal 1570 KUH Perdata). Sewa-menyewa rumah susun di Kota
Surakarta dalam pelaksanaannya pada dasarnya mengacu pada tata tertib rumah
susun yang dibuat oleh pihak pengelola yaitu UPTD Rumah Sewa Dinas
Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta. Permasalahan yang dihadapi dalam
pelaksanaan sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta yaitu kondisi
masyarakat yang terkadang tidak mau tahu dan juga penyewa yang tidak tertib
administrasi yaitu terlambat dalam pembayaran uang sewa. Upaya yang dilakukan
untuk menghadapi permasalahan tersebut adalah dengan meningkatkan kesadaran
penghuni rumah susun untuk mentaati tata tertib yang berlaku serta memberikan
peringatan kepada penghuni rumah susun yang melanggar tata tertib atau tidak
memenuhi kewajibannya, dan apabila masih melakukan pelanggaran atau tidak
mau memenuhi kewajibannya, maka pihak pengelola rumah susun akan mencabut
Surat Ijin Penghunian (SIP) penghuni yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Kata Kunci : sewa-menyewa, rumah susun, UPTD Rumah Sewa
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Christanty Triwulan Ningrum. E0005125. 2012. IMPLEMENTATION
LEASE FLATS SURAKARTA CITY IN PERSPECTIVE OF THE CODE
OF CIVIL LAW. Faculty of Law Sebelas Maret University of Surakarta
The purpose of this study was to determine the lease arrangement flats in
the city of Surakarta when viewed from the Code of Civil Law and any problems
encountered in the implementation of an apartment lease also efforts made in
completing it.
The study is an empirical legal research is descriptive. The type of data
used are the primary data and secondary data. Data collection techniques used
trough interviews with staff of the Technical Region Implementation Unit (TRIU)
Rental Houses Public Works Department Goverment of Surakarta and also
bibliography study Data. Data analysis techniques used is the qualitative data
analysis with interactive model analysis.
The results showed that the lease arrangement flats in the city of Surakarta
made by the Technical Region Implementation Unit (TRIU) Rental
Houses Public Works Department Goverment of Surakarta although not made in
an agreement official document, the term legitimate elements of agreement
(article 1313 the Code of Civil Law), legal requirement of agreement (article 1320
the Code of Civil Law), the elements meaning of lease (article 1548 the Code of
Civil Law), right and duty of party ( article 1550-1552 the Code of Civil Law for
rental and article 1560 the Code of Civil Law for renter), and periode of certain
time ( article 1570 the Code of Civil Law). Rental flats in the city of Surakarta in
its implementation basically refers to flats order made by the manager of the
TRIU Rental Houses Public Works Department Goverment of Surakarta. Problem
face in the implementation of lease flats in the city of Surakarta, a condition that
sometimes people do not want to know as well as tenants who are not in the
orderly administration of the late payment of rent. Efforts are being made a
dealing with these problem is to in crease awareness of flats residents to obey an
order applies, and give warning to flats residents who violate the discipline or not
fulfilling its obligations, and if still violation or unwilling to meet its obligation
manager will revoke Occupied Permit residents concerned in accordance with
applicable regulations.
Keyword: rent, flats, TRIU House Rental
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala Pujian, Hormat, Syukur dan Kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus
Kristus, atas berkat Kasih karunia dan penyertaan-Nya yang melimpah kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan hukum (skripsi)
yang berjudul “PELAKSANAAN SEWA-MENYEWA RUMAH SUSUN DI
KOTA SURAKARTA DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG
HUKUM PERDATA”.
Adapun penulisan hukum (skripsi) ini merupakan rangkaian persyaratan
dan tugas yang harus dipenuhi untuk memperoleh derajat Sarjana S1 dalam Ilmu
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari penyusunan penulisan hukum (skripsi) ini dapat
terselesaikan berkat bantuan dari para pihak yang selalu memberikan bimbingan,
dukungan, semangat, motivasi dan berbagi pengetahuan kepada penulis. Untuk itu
dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum. , selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Djuwityastuti, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Perdata.
3. Bapak Lego Karjoko S.H., M.H., selaku pembimbing akademik penulis.
4. Ibu Ambar Budi S., S.H., M.Hum., selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, arahan, masukan, pengetahuan dan semangat
kepada penulis dengan penuh kesabaran sehingga penulisan hukum (skripsi)
ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Tuhana, S.H., M.si., selaku dosen Co. Pembimbing penulis. Terima
kasih untuk kesabaran dalam memberikan bimbingan, arahan, masukan,
pengetahuan, dan semangat kepada penulis dalam penyusunan penyelesaian
penulisan hukum (skripsi) ini.
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
commit to user
yang telah mendidik dan mengajar penulis, memberikan bekal ilmu kepada
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penulis selama penulis belajar di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
7. Pengelola Penulisan Hukum (PPH) Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang banyak berperan di dalam proses penulisan hukum ini
dari awal sampai selesai.
8. Bapak Drs. Agus Djoko Witiarso, S.T., M.Si., selaku Kepala Dinas
Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta yang telah memberikan ijin
untuk penulis melakukan penelitian dan memperoleh data-data yang
diperlukan.
9. Bapak Toto Jayanto, S.H., M.Hum., selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota
Surakarta, Ibu Sri Ratnartiningsih, S.H., selaku Kepala Sub Bagian Tata
Usaha Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa Dinas
Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta beserta seluruh staff Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum
Pemerintah Kota Surakarta yang telah banyak membantu penulis selama
penelitian ini berlangsung. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk
wawancara sehingga penulis dapat memperoleh informasi dan juga datadata yang dibutuhkan dalam penulisan hukum (skripsi) ini.
10. Keluargaku terkasih, Bapak, Ibu, serta saudara-saudaraku yang terkasih.
Terima kasih atas kasih sayang, doa, perhatian, dukungan, kesabaran dan
motivasi yang selalu diberikan kepada penulis sehingga pada akhirnya
penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini.
11. Keluarga Besar PMK UNS, terutama sahabat-sahabat dalam pelayanan
bersama di PMK UNS, untuk doa dan semangat yang senantiasa diberikan
kepada penulis sampai saat ini.
12. Keluarga Besar Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
angkatan 2005 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang turut
memberikan bantuan kepada penulis, baik moril maupun materiil di dalam
commit
to user
penyusunan penulisan hukum
(skripsi)
ini.
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis menyadari bahwa penulisan hukum (skripsi) ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan.
Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak yang berkepentingan dan menambah wawasan bagi pembaca.
Surakarta, Januari 2012
Penulis
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL..........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI........................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................... iv
ABSTRAK..........................................................................................................
v
ABSTRACT.......................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR...................................................................................... vii
DAFTAR ISI.....................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................
6
C. Tujuan Penelitian......................................................................................
7
D. Manfaat Penelitian...................................................................................
8
E. Metode Penelitian.....................................................................................
8
F. Sistematika Penulisan Hukum................................................................. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori.......................................................................................
16
1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian.................................................
16
a. Pengertian Perjanjian....................................................................
16
b. Unsur-unsur Perjanjian.................................................................. 16
c. Syarat Sahnya Perjanjian .............................................................. 18
d. Asas-asas Perjanjian ...................................................................... 21
e. Pelaksanaan Perjanjian................................................................... 23
f. Hapusnya Perjanjian...................................................................... 24
2. Tinjauan Umum Tentang Sewa-menyewa......................................... 24
a. Pengertian Sewa-menyewa............................................................ 24
b. Unsur-unsur Dalam Sewa-menyewa.............................................
25
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Subyek dan Obyek Sewa-menyewa............................................... 25
d. Bentuk dan Substansi Sewa-menyewa ........................................
25
e. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Sewa-menyewa...............
26
f. Risiko atas Musnahnya Barang dalam Sewa-menyewa ............... 28
g. Berakhirnya Sewa-menyewa .....................................................
29
3. Tinjauan Umum Tentang Rumah Susun............................................ 30
a. Pengertian Rumah Susun.............................................................
30
b. Landasan dan Tujuan Pembangunan Rumah Susun....................
32
c. Pembangunan Rumah Susun........................................................
33
d. Pengaturan dan Pembinaan Rumah Susun....................................
35
e. Pengelolaan Rumah Susun............................................................. 35
B. Kerangka Pemikiran................................................................................ 37
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi.....................................................................................
39
1. Keadaan Umum Kota Surakarta ........................................................ 39
2. Deskripsi Umum Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rumah Sewa Dinas
Pekerjaan Umum Kota Surakarta......................................................
41
a. Deskripsi Umum Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta.........
41
b. Visi dan Misi Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta................
41
c. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kota
Surakarta......................................................................................
42
d. Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta......
42
e. Deskripsi Umum Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rumah Sewa
Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta.......................................
45
f. Tugas Pokok dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rumah
Sewa Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta............................
46
g. Struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rumah Sewa
Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta......................................
46
3. Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) di Kota Surakarta.......
51
a. Latar Belakang Pembangunan
di Kota Surakarta......
commit to Rusunawa
user
51
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Tujuan Pembangunan Rusunawa di Kota Surakarta....................
53
c. Potensi Pembangunan Rusunawa di Kota Surakarta...................
55
d. Sumber Dana Pembangunan Rusunawa di Kota Surakarta.........
56
e. Pembangunan Rusunawa di Kota Surakarta...............................
57
f. Pengelolaan Rusunawa di Kota Surakarta...................................
58
g. Kontribusi Rusunawa Terhadap Pemerintah Kota Surakarta......
59
B. Pengaturan Sewa-menyewa Rumah Susun di Kota Surakarta
ditinjau berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata..............
59
1. Pengaturan Sewa-menyewa Rumah Susun Ditinjau Berdasarkan
Pengaturan Perjanjian di dalam KUH Perdata.................................
61
2. Pengaturan Sewa-menyewa Rumah Susun Ditinjau Berdasarkan
Pengaturan Sewa-menyewa di dalam KUH Perdata.........................
65
C. Pelaksanaan Sewa-menyewa Rumah Susun di Kota Surakarta,
Permasalahan yang Dihadapi dan Upaya Penyelesaiannya...................
72
1. Pelaksanaan Sewa-menyewa Rumah Susun di Kota Surakarta........
72
a. Persyaratan Sewa-menyewa Rumah Susun di Kota Surakarta.....
72
b. Prosedur Sewa-menyewa Rumah Susun di Kota Surakarta.........
73
c. Hak dan Kewajiban Para Pihak Serta Larangan bagi Penyewa
Rusunawa.....................................................................................
75
2. Permasalahan yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Sewa-menyewa
Rumah Susun dan Upaya Penyelesaiannya......................................
79
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan................................................................................................
83
B. Saran......................................................................................................
85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Model Analisis Interaktif................................................................
13
Gambar 2. Kerangka Pemikiran........................................................................
37
Gambar 3. Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota
Surakarta.........................................................................................
44
Gambar 4. Stuktur Organisasi UPT Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum
Pemerintah Kota Surakarta.............................................................
commit to user
xiv
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai negara hukum, Indonesia harus dapat
menjamin terpenuhinya hak-hak asasi manusia bagi setiap warga negaranya,
sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV
(empat). Alinea tersebut memuat tujuan Pembangunan Nasional, yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan
umum,
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
dan
ikut
serta
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial. Memajukan kesejahteraan umum berarti mewujudkan
kesejahteraan lahir dan batin seluruh rakyat Indonesia secara adil dan merata,
sebagai salah satu usaha untuk mengisi cita-cita perjuangan bangsa Indonesia bagi
terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Upaya dalam mewujudkan tujuan nasional tersebut dilaksanakan melalui
pembangunan, yaitu suatu perubahan yang terencana dari suatu keadaan nasional
tertentu menuju pada keadaan yang lebih baik. Melalui pembangunan, kita
bermaksud meningkatkan kemakmuran masyarakat secara bertahap dan
berkesinambungan. Bagi bangsa Indonesia, pembangunan nasional pada
hakekatnya merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan
masyarakat
Indonesia
seluruhnya.
Pembangunan
harus
dilaksanakan secara merata dan menyeluruh di tanah air, tidak hanya diberlakukan
bagi beberapa golongan tertentu atau sebagian masyarakat tertentu saja.
Pembangunan secara merata dan menyeluruh ini dilakukan dalam rangka untuk
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang merata secara materiil dan
spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945 dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Salah satu unsur pokok kesejahteraan rakyat adalah terpenuhinya
kebutuhan akan papan atau perumahan, yang termasuk dalam kebutuhan dasar
manusia selain sandang dan pangan, bagi setiap warga negara Indonesia dan juga
keluarganya sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Perumahan
atau pemukiman tidak hanya dapat dilihat sebagai sarana kebutuhan hidup, tetapi
lebih jauh adalah proses bermukim manusia dalam rangka menciptakan tatanan
hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri. Salah satu
upaya yang dilakukan oleh pemerintah di dalam usaha mewujudkan kesejahteraan
masyarakat
tersebut
adalah
pembangunan
perumahan
sebagai
strategi
pengembangan wilayah, yang menyangkut aspek-aspek yang luas dalam bidang
kependudukan, dan berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi, dan kehidupan
sosial dalam rangka pemantapan Ketahanan Nasional.
Pengaturan perihal pentingnya pembangunan perumahan dan pemukiman
ini telah menjadi agenda pemerintah dengan menekankan pentingnya upaya untuk
meningkatkan dan memperluas adanya pemukiman dan perumahan yang layak
bagi seluruh masyarakat dan karenanya dapat terjangkau seluruh masyarakat.
Terjangkau bagi seluruh masyarakat berarti juga pemerintah harus mampu
menyediakan
perumahan
atau
tempat
tinggal
bagi
masyarakat
yang
berpenghasilan rendah, dengan tetap memperhatikan unsur kelayakan tempat
tinggal dalam lingkungan yang sehat, secara adil dan merata, serta mencerminkan
kehidupan masyarakat yang berkepribadian bangsa Indonesia.
Seiring perkembangan kehidupan manusia, keterbatasan lahan sebagai area
tempat tinggal menjadi salah satu kendala utama dalam kegiatan pembangunan
perumahan yang dilakukan oleh pemerintah. Keterbatasan lahan ini terjadi bukan
karena penyusutan terhadap jumlah tanah yang tersedia, melainkan karena
manusia yang membutuhkan tanah semakin hari semakin bertambah jumlahnya.
Bertambahnya jumlah manusia yang membutuhkan tanah tidak diimbangi dengan
bertambahnya jumlah tanah sehingga terjadi ketimpangan terhadap struktur
pemilikan tanah, baik yang terjadi di pedesaan berkaitan dengan tanah pertanian,
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
maupun di daerah perkotaan berkaitan dengan tanah untuk mendirikan rumah
sebagai tempat tinggal.
Keterbatasan lahan ini kemudian menuntut pemerintah untuk mengadakan,
mendapatkan serta menyiapkan tanah untuk keperluan pembangunan berdasar
pada prinsip kebijakan pemerintah bahwa tanah harus dipergunakan sebesarnya
untuk kemakmuran rakyat, dengan mengingat Indonesia sebagai negara agraris
yang sebagian besar rakyatnya menggantungkan kesejahteraan hidupnya pada
tanah, sehingga dengan demikian tanah menjadi salah satu kebutuhan dasar bagi
masyarakatnya. Dalam rangka peningkatan daya guna dan hasil guna tanah bagi
pembangunan perumahan dan pemukiman, serta meningkatkan efektifitas dalam
penggunaan tanah terutama pada lingkungan atau daerah yang padat
penduduknya, maka perlu dilakukan penataan atas tanah sehingga pemanfaatan
dari tanah betul-betul dapat dirasakan oleh masyarakat banyak.
Berkaitan dengan keterbatasan lahan dan juga upaya peningkatan
efektifitas penggunaan tanah serta pemenuhan terhadap kebutuhan akan tempat
tinggal
bagi
masyarakat,
pemerintah
mulai
berpikir
untuk
melakukan
pembangunan suatu bangunan yang digunakan untuk hunian dan kemudian atas
bangunan yang dimaksud dapat digunakan secara bersama-sama dengan
masyarakat lainnya. Pemikiran tersebut kemudian menghasilkan suatu konsep
terbentuknya rumah susun. Konsep pembangunan yang dilakukan atas rumah
susun ini yaitu dengan bangunan bertingkat, yang dapat dihuni bersama, dimana
satuan-satuan dari unit dalam bangunan dimaksud dapat dimiliki secara terpisah
yang dibangun baik secara horisontal maupun secara vertikal, yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Konsep ini kemudian dituangkan dalam sebuah UndangUndang, yaitu Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun
yang dalam pelaksanaannya mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun
1988 tentang Rumah Susun.
Pembangunan rumah susun ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan
keterbatasan lahan yang ada, karena
dengan
commit
to useradanya rumah susun dalam satu
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
wilayah dapat memberikan tempat tinggal yang layak bagi beberapa keluarga
dengan tidak menggunakan tanah dan tempat yang banyak, mengingat bentuk
bangunan dari rumah susun yang bertingkat. Adanya pembangunan rumah susun
ini juga sebagai upaya untuk mengurangi pemukiman kumuh yang diakibatkan
sebagai ketidakmampuan masyarakat dalam membangun rumah sebagai tempat
tinggal. Adanya rumah susun ini diharapkan juga akan membuat tata ruang kota
menjadi lebih terbuka sehingga menjadi lebih lega, dan dalam hal ini juga
membantu adanya peremajaan kota, pengurangan pemukiman kumuh, dan
selanjutnya menjadi daerah yang rapi, bersih, dan teratur, mengingat
pembangunan rumah susun ini memang diperuntukkan bagi masyarakat kurang
mampu dengan biaya yang terjangkau untuk masyarakat golongan ini.
Pada dasarnya upaya pemenuhan terhadap hak-hak masyarakat ini
dilakukan oleh pemerintah dan merupakan kewenangan pemerintah pusat.
Dengan adanya asas tugas pembantuan dan otonomi daerah, maka terdapat
beberapa tugas dan kewenangan pemerintah pusat yang kemudian dilimpahkan
pada pemerintah daerah untuk mempercepat usaha peningkatan kesejahteraan
masyarakat di daerah secara merata. Demikian halnya dalam pembangunan rumah
susun ini, sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-undang Nomor
16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun dan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 4
Tahun 1988 tentang Rumah Susun yang menyatakan bahwa Pemerintah dapat
menyerahkan kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan sebagian urusan
pengaturan dan pembinaan rumah susun, baik mengenai penyusunan rencana
jangka panjang dan jangka pendek dengan berdasarkan kebijaksanaan dan
pedoman dari Pemerintah Pusat.
Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang ada di wilayah Provinsi
Jawa Tengah yang juga dikenal sebagai salah satu kota budaya di Indonesia.
Meski demikian kota Surakarta termasuk kota yang cukup terbuka dan mau
menerima perubahan tanpa meninggalkan adat istiadat dan budaya, sehingga
berbagai pengaruh positif yang masuk dalam kehidupan masyarakat kota
commit to user
Surakarta membuat kehidupan masyarakatnya juga berkembang dengan sangat
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pesat. Selain sebagai bagian dari wilayah Provinsi Jawa Tengah, secara
administratif Kota Surakarta juga termasuk dalam wilayah Karesidenan Surakarta,
yang wilayahnya meliputi Kabupaten Karanganyar, Sragen, Boyolali, Wonogiri,
Klaten, dan Kota Surakarta sendiri sebagai pusatnya. Berbagai latar belakang
tersebut, menjadikan Kota Surakarta menjadi pusat dari daerah-daerah yang ada
disekitarnya dan menjadi penopang dalam berbagai bidang, khususnya yang
berkaitan dengan kehidupan ekonomi dari masyarakat sekitarnya. Hal ini
kemudian memicu terjadinya urbanisasi, yang kemudian juga memacu terjadinya
peningkatan terhadap kebutuhan tempat tinggal bagi masyarakat yang harus
mendapat perhatian khusus dari pemerintah, yaitu Pemerintah Kota Surakarta.
Pemerintah Kota Surakarta dalam upaya membantu masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal juga menghadapi permasalahan
keterbatasan lahan, namun hal ini tidak menghalangi Pemerintah Kota Surakarta
untuk membantu masyarakatnya. Dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor
16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun dan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun
1988 tentang Rumah Susun serta adanya program “ Pembangunan Sejuta Tower”
dari Pemerintah Pusat yang implementasinya adalah pembangunan rumah susun
di seluruh Indonesia, maka Pemerintah Kota Surakarta kemudian mengadakan
pembangunan rumah susun melalui dinas terkait yaitu Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta.
Pada dasarnya rumah susun ini terdiri dari dua bagian, yaitu rumah susun
sederhana milik dan rumah susun sederhana sewa. Dalam praktek di lapangan
dengan melihat kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat dan juga tujuan utama
dari pembangunan rumah susun itu sendiri, yaitu ditujukan bagi masyarakat
golongan menengah ke bawah, sebagian besar rumah susun yang dibangun
pemerintah adalah rumah susun sewa yang dalam proses penyerahannya
dilaksanakan dengan disewakan kepada masyarakat luas melalui prosedur dan
persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan. Rumah susun yang disewakan ini
sendiri kemudian dikenal dengan sebutan rumah susun sederhana sewa atau
commit to user
disingkat menjadi Rusunawa .
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kitab Undang-undang Hukum Perdata merupakan sumber hukum dalam
hukum perdata yang secara tegas mengatur segala ketentuan umum mengenai
orang, benda, perikatan, serta pembuktian dan daluarsa. Sewa-menyewa sebagai
perjanjian nominat, merupakan salah satu jenis perjanjian yang terdapat dalam
Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Ketentuan umum mengenai sewamenyewa diatur mulai dari Pasal 1548 sampai dengan Pasal 1600 Kitab UndangUndang Hukum Perdata. Pelaksanaan sewa-menyewa sendiri juga bukan suatu hal
yang mudah dan ada kemungkinan muncul kendala-kendala serta hambatan, baik
mengenai pemenuhan hak dan kewajiban antara para pihak maupun ketentuanketentuan lain yang harus dilaksanakan oleh para pihak yang terlibat. Para pihak
dalam sewa-menyewa rumah susun ini yaitu pengelola, yang dalam hal ini adalah
Unit Pengelolaan Teknis (UPT) Rumah Sewa yang termasuk dalam Dinas
Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta dan penyewa yaitu penghuni rumah
susun.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam
mengenai rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) khususnya yang ada di Kota
Surakarta, dan untuk itu penulis memilih judul pada penulisan ini yaitu :
“PELAKSANAAN
SEWA-MENYEWA
RUMAH
SUSUN
DI
KOTA
SURAKARTA DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM
PERDATA”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah pengaturan sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta
apabila ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata?
2.
Bagaimana pelaksanaan sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta,
adakah permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan sewa menyewa
tersebut dan upaya apa yang dilakukan dalam menyelesaikannya?
commit to user
xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian harus mempunyai tujuan, yang pada prinsipnya
mengungkapkan apa yang hendak dicapai oleh peneliti itu sendiri sebagai
pemecahan terhadap permasalahan yang diteliti. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah :
1.
Tujuan Obyektif
a. Mengetahui pengaturan sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta
apabila ditinjau berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
b. Mengetahui pelaksanaan sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta,
permasalahan apa saja yang dihadapi dan upaya-upaya apa saja yang
dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
2.
Tujuan Subyektif
a. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai pelaksanaan
sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta.
b. Membandingkan teori-teori hukum yang diterima penulis selama masa
perkuliahan dengan praktek di lapangan.
c. Menerapkan ilmu-ilmu dan teori hukum yang telah penulis peroleh agar
dapat memberi manfaat bagi penulis sendiri khususnya, dan masyarakat
pada umumnya.
d. Memperoleh data yang cukup dan relevan sebagai bahan penulisan hukum
guna memenuhi syarat akademis untuk mencapai gelar kesarjanaan di
bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
commit to user
xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1.
Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan landasan teoritis bagi pengembangan disiplin ilmu hukum, khususnya
hukum perdata.
b. Dapat menambah literatur atau bahan-bahan informasi ilmiah yang dapat
digunakan untuk melakukan kajian dan penulisan ilmiah bidang hukum
perdata selanjutnya.
2.
Manfaat Praktis
a. Dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat pada umumnya
tentang pelaksanaan sewa-menyewa rumah di Kota Surakarta.
b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para pihak yang terkait dalam
menyelesaikan kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan sewamenyewa rumah susun.
c. Pelaksanaan penelitian ini dapat meningkatkan dan mengembangkan
pengetahuan serta pengalaman penulis dalam bidang hukum perdata
khususnya mengenai sewa-menyewa.
E. Metode Penelitian
Metode adalah pedoman cara seorang ilmuwan mempelajari dan
memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapi (Soerjono Soekanto, 2006 : 6).
Penulisan skripsi ini bisa disebut sebagai suatu penelitian ilmiah dan dapat
dipercaya kebenarannya apabila menggunakan metode yang tepat. Adapun
metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis pergunakan adalah penelitian empiris,
commit to user
yaitu penelitian yang dilakukan di lapangan. Di dalam melakukan penulisan
xxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hukum ini, penulis melakukan penelitian dan memperoleh informasi yang
berkaitan dengan materi penulisan dari bagian Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta.
2. Sifat Penelitian
Ditinjau dari sifatnya, penelitian hukum ini termasuk dalam penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifatsifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk
menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Penelitian
ini dapat berawal dari hipotesis yang kemudian membentuk teori-teori baru
atau memperkuat teori yang sudah ada (Amiruddin dan Zainal Asikin, 2006 :
25-26). Penelitian yang dilakukan penulis bersifat deskriptif karena penelitian
ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai bagaimana pelaksanaan
sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta.
3. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memilih lokasi penelitian di bagian Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum
Pemerintah Kota Surakarta. Lokasi tersebut dipilih karena berbagai
keistimewaan yang dimiliki Kota Surakarta sebagai kota yang sedang
mengalami perkembangan dalam berbagai bidang dan mulai dikenal
masyarakat luas baik lokal maupun internasional. UPTD Rumah Sewa sendiri
merupakan Unit Pelaksana Teknis yang terdapat pada Dinas Pekerjaan Umum
Pemerintah Kota Surakarta yang bertugas untuk melaksanakan pengelolaan
terhadap semua Rusunawa yang ada di Kota Surakarta.
4. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Menurut Soerjono Soekanto, pendekatan kualitatif
merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu apa
yang dinyatakan responden secara
commit tertulis
to user atau lisan, dan perilaku nyata
xxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Soerjono Soekanto, 2006 : 32). Pendekatan penelitian kualitatif ini dipilih
karena penulis melaksanakan penelitian yang akan menghasilkan data
deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh para responden secara tertulis
maupun lisan, yang berasal dari pihak Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta.
5. Jenis Data
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari
sumber data untuk tujuan penelitian dan mendapat hasil yang sebenarnya
pada obyek yang diteliti, yaitu dengan melakukan wawancara terhadap
bagian Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa Dinas
Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh secara langsung dari
lapangan, melainkan diperoleh dari studi kepustakaan yang berupa berbagai
buku, arsip, dokumen, peraturan perundang-undangan, hasil penelitian
ilmiah dan bahan-bahan kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti.
6. Sumber Data
Sumber data adalah sumber dimana data dapat diperoleh dan digunakan
untuk penelitian. Dalam penelitian ini sumber data meliputi :
a. Sumber data primer
Sumber data primer mencakup para pihak yang terkait langsung
dengan permasalahan yang diteliti yang diperoleh dari lokasi penelitian,
yakni staf bagian Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa
Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta.
commit to user
xxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Data sekunder
Data sekunder digunakan untuk melengkapi dan mendukung sumber
data primer, meliputi dokumen, arsip, laporan, buku-buku, peraturan
perundang-undangan, hasil penelitian, serta bahan kepustakaan lain yang
menunjang penelitian ini.
7. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara atau teknik tertentu guna
memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yakni :
a. Wawancara
Wawancara adalah situasi peran antar pribadi dengan bertatap muka
ketika seorang pewawancara, yang dalam hal ini adalah peneliti mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban yang
relevan dengan permasalahan yang diteliti kepada seorang responden
(Amiruddin dan Zainal Asikin, 2006:82). Dalam melakukan wawancara ini
penulis menggunakan teknik wawancara dengan menggunakan pedoman
wawancara secara terstuktur. Pedoman wawancara digunakan agar proses
wawancara berjalan secara lebih terarah dan mencapai tujuan dari apa yang
diinginkan sehingga data yang diperoleh akan lebih jelas. Wawancara
terstuktur ini dilakukan penulis dengan Kepala Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota
Surakarta dan Kepala Subbagian Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta.
b. Studi dokumen
Studi dokumen berguna untuk mendapatkan landasan teori mengkaji
substansi atau isi suatu bahan hukum yang berupa buku, peraturan
perundang-undangan, dokumen, dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan
dengan permasalahan yang diteliti, antara lain Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUH Perdata), Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985
commit to user
xxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tentang Rumah Susun, Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 tentang
Rumah Susun, dan lain-lain.
8. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat
penting untuk menguraikan dan memecahkan masalah yang diteliti berdasarkan
data-data yang sudah dikumpulkan. Penulis dalam penelitian ini menggunakan
teknik
analisis
data
kualitatif,
yaitu
dengan
mengumpulkan
data,
mengkualifikasikannya kemudian menghubung-hubungkannya dengan teori
yang berkaitan dengan masalahnya dan akhirnya menarik kesimpulan untuk
menentukan hasilnya. Menurut H. B Sutopo dalam proses analisis terdapat tiga
komponen utama, yaitu :
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang
merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data
dari fieldnote. Reduksi data juga merupakan bagian dari proses analisis yang
mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang
tidak penting, dan mengatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan dapat
dilakukan.
b. Sajian Data
Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi, deskripsi dalam
bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan.
Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah sehingga dapat menjawab
permasalahan yang diteliti. Sajian data selain dalam bentuk narasi kalimat,
juga dapat meliputi berbagai jenis matriks, gambar/skema, jaringan kerja
kaitan kegiatan, dan juga tabel sebagai pendukung narasinya.
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami apa
arti dari berbagai hal yang ia temui dengan melakukan pencatatan peraturanperaturan, pola-pola, pernyataan-pernyataaan, konfigurasi yang mungkin,
commit to user
xxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi. Kesimpulan perlu diverifikasi
agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan.
Penulis menggunakan model analisis interaktif dalam penelitian ini, yang
dapat digambarkan sebagai berikut :
Pengumpulan
data
Reduksi
Data
Sajian
Data
Penarikan
Kesimpulan /
verifikasi
Gambar 1. Model Analisis Interaktif
Proses analisa interaktif dimulai dengan pengumpulan data penelitian.
Pengumpulan data ini disertai dengan reduksi data dan sajian data. Setelah
pengumpulan data selesai, tahap selanjutnya peneliti mulai menarik
kesimpulan dengan memverifikasi berdasarkan apa yang terdapat dalam sajian
data. Aktifitas yang dilakukan dengan suatu siklus antara komponen-komponen
tersebut akan didapatkan data-data yang benar-benar mewakili dan sesuai
dengan masalah yang diteliti. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh tersebut,
apabila kemudian dirasa kurang karena kurangnya rumusan dalam reduksi
maupun sajian datanya, maka peneliti wajib kembali melakukan kegiatan
pengumpulan data yang sudah terfokus untuk mencari pendukung kesimpulan
yang ada dan juga bagi pendalaman data (H.B. Soetopo, 2002:91-96).
commit to user
xxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Sistematika Penulisan Hukum (Skripsi)
Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika
penulisan hukum (skripsi), serta untuk mempermudah pemahaman mengenai
seluruh isi penulisan hukum (skripsi) ini, maka penulis menyajikan sistematika
penulisan hukum (skripsi) ini yang terdiri dari 4 (empat) bab. Adapun sistematika
penulisan hukum (skripsi) ini adalah sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis mengemukakan mengenai latar belakang
masalah yang merupakan hal-hal yang mendorong penulis untuk
mengadakan penelitian; perumusan masalah yang merupakan inti
permasalahan yang akan diteliti; tujuan penelitian yang berisi tujuan
dari penulis dalam mengadakan penelitian; manfaat penelitian yang
merupakan hal-hal yang diambil dari hasil penelitian; metode
penelitian berupa jenis penelitian, jenis data, sumber data, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data; dan sistematika penulisan
hukum (skripsi) yang merupakan kerangka atau susunan isi penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini penulis penulis menguraikan dua hal yaitu kerangka teori dan
kerangka pemikiran. Kerangka teori berisi mengenai teori-teori
kepustakaan yang melandasi penelitian serta mendukung dalam
memecahkan masalah yang diangkat dalam penulisan hukum ini yaitu
: pertama, mengenai tinjauan umum tentang perjanjian yang
diantaranya meliputi pengertian perjanjian, unsur-unsur dalam
perjanjian, syarat sahnya perjanjian, asas-asas perjanjian. Kedua,
mengenai tinjauan umum tentang sewa-menyewa yang diantaranya
meliputi pengertian sewa-menyewa, unsur-unsur dalam sewamenyewa, subyek dan obyek dalam sewa-menyewa. Ketiga, mengenai
tinjauan umum tentang rumah susun yang antara lain meliputi
pengertian rumah susun, landasan dan tujuan rumah susun,
commit to user
pengelolaan rumah susun. Kerangka pemikiran berisikan alur
xxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemikiran yang hendak ditempuh penulis yang dituangkan dalam
bentuk skema bagan.
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan memaparkan pembahasan mengenai hasil
dari penelitian yang dilakukan, yaitu hasil analisis tentang pengaturan
sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta berdasarkan aspekaspek hukum yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, pelaksanaan sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta
dan permasalahan apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan sewamenyewa rumah susun beserta dengan upaya untuk menyelesaikan
permasalahan yang terjadi tersebut.
BAB IV
PENUTUP
Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian yang berisikan
simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
xxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian
a. Pengertian Perjanjian
Perjanjian secara umum diatur dalam Buku III KUH Perdata.
Ketentuan perjanjian dalam Pasal 1313 KUH Perdata dinyatakan bahwa :
“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih” (Pasal 1313
KUH Perdata).
Menurut teori baru yang dikemukakan oleh Van Dunne, yang
diartikan dengan perjanjian, adalah suatu hubungan hukum antara dua
pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat
hukum (Salim HS, 2006 : 161).
b. Unsur-unsur Perjanjian
Unsur-unsur
perjanjian
yang
terkandung
dalam
pengertian
perjanjian menurut Pasal 1313 KUH Perdata, yaitu (Kartini Muljadi dan
Gunawan Widjaja, 2004 : 7) :
1) Adanya suatu perbuatan;
2) Antara sekurangnya dua orang (jadi dapat lebih dari dua orang);
3) Perbuatan tersebut melahirkan perikatan di antara pihak-pihak yang
berjanji tersebut.
Sementara menurut Salim HS berdasarkan teori lama, unsur-unsur
perjanjian terdiri dari (Salim HS, 2006 : 161) :
1) Adanya perbuatan hukum;
2) Persesuaian penyataan kehendak dari beberapa orang;
3) Persesuaian kehendak ini harus dipublikasikan dinyatakan;
commit
to user
4) Perbuatan hukum itu terjadi
karena
kerjasama dua orang atau lebih;
xxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Pernyataan kehendak (wilsverklaring) yang sesuai itu harus saling
bergantung satu sama lain;
6) Kehendak itu ditujukan untuk menimbulkan akibat hukum;
7) Akibat hukum itu kepentingan yang satu atas beban yang lain atau
timbal balik;
8) Persesuaian
kehendak
itu
harus
dengan
mengingat
peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan perkembangan ilmu hukum, dikenal adanya tiga unsur
perjanjian, antara lain (Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2004 : 8590) :
1) Unsur Esensialia
Unsur esensialia adalah unsur yang wajib ada dalam suatu
perjanjian, bahwa tanpa keberadaan unsur tersebut, maka perjanjian
yang dimaksudkan untuk dibuat dan diselenggarakan oleh para pihak
dapat menjadi berbeda, dan karenanya menjadi tidak sejalan dan
sesuai dengan kehendak para pihak. Unsur esensialia pada umumnya
dipergunakan untuk memberikan rumusan, definisi, atau pengertian
dari suatu perjanjian.
2) Unsur Naturalia
Unsur naturalia adalah unsur yang pasti ada dalam suatu
perjanjian tertentu, setelah unsur esensialia-nya diketahui secara pasti.
Misalnya dalam perjanjian yang mengandung unsur esensialia jual
beli, pasti terdapat unsur naturalia berupa kewajiban dari penjual
untuk
menanggung
kebendaan
yang
dijual
dari
cacat-cacat
tersembunyi.
3) Unsur Aksidentalia
Unsur aksidentalia adalah unsur pelengkap dalam suatu
perjanjian, yang merupakan ketentuan-ketentuan yang dapat diatur
secara menyimpang oleh para pihak, yang merupakan persyaratan
commit to user
xxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
khusus yang ditentukan secara bersama-sama oleh para pihak.
Misalnya dalam jual beli unsur aksidentalia adalah ketentuan
mengenai tempat dan saat penyarahan kebendaan yang dijual atau
dibeli.
c. Syarat Sahnya Perjanjian
Berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata, untuk sahnya suatu
perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu :
1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
Kata sepakat berarti terdapat kesesuaian pernyataan kehendak
antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya. Kesepakatan
kehendak dimulai dari adanya unsur penawaran (offer) oleh salah satu
pihak, diikuti dengan penerimaan penawaran (acceptance) dari pihak
lainnya ( Munir Fuady, 2001 : 35).
Sepakat dalam mengadakan perjanjian, berarti pula kedua
belah pihak haruslah mempunyai kebebasan berkehendak tanpa ada
paksaan. Hal ini disebutkan dalam Pasal 1321 KUH Perdata, bahwa:
”Tiada sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena
kekhilafan, atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan”.
Kekhilafan, paksaan dan penipuan diatur dalam Pasal 1322-1328
KUH Perdata. Kekhilafan dibedakan dalam kekhilafan mengenai
orangnya (error in persona) dan mengenai hakikat barang yang
menjadi pokok perjanjian (error in substantia). Paksaan ialah
kekerasan jasmani atau ancaman dengan sesuatu yang diperbolehkan
hukum yang menimbulkan ketakutan kepada seseorang sehingga ia
membuat perjanjian. Penipuan merupakan suatu alasan untuk
pembatalan perjanjian, apabila tipu muslihat yang dipakai oleh salah
satu pihak, adalah sedemikian rupa hingga terang dan nyata bahwa
pihak yang lain tidak telah membuat perikatan itu jika tidak dilakukan
tipu muslihat tersebut.
commit to user
xxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
Pada prinsipnya setiap orang dinyatakan cakap untuk membuat
perjanjian, jika ia oleh undang-undang tidak dinyatakan tak cakap
(Pasal 1329 KUH Perdata). KUH Perdata tidak mengatur lebih lanjut
mengenai siapa-siapa yang cakap bertindak. Pasal 1330 KUH Perdata
menyebutkan mereka yang tidak cakap untuk membuat perjanjian,
yaitu :
a)
Orang-orang yang belum dewasa
Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur
genap 21 (dua puluh satu) tahun dan tidak lebih dahulu telah
kawin (Pasal 330 KUH Perdata).
b) Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan
Orang-orang yang ditaruh dibawah pengampuan adalah
setiap orang dewasa, yang selalu berada dalam keadaan dungu,
sakit otak atau mata gelap dan boros (Pasal 433 KUH Perdata).
Dalam hal ini mereka dipandang tidak mampu menyadari
tanggung jawabnya dan karena ia tidak cakap untuk mengadakan
perjanjian, maka yang mewakili adalah pengampunya.
c)
Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh
undang-undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa
undang-undang telah melarang membuat persetujuan-persetujuan
tertentu. Khusus mengenai orang-orang perempuan ini, dalam
Pasal 31 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan, menyebutkan bahwa :
(1). “Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan
kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan
pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.” (Pasal 31 ayat
(1)
Undang-Undang Nomor
Perkawinan) commit to user
xxxiii
1
Tahun
1974
tentang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2). “Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan
hukum.” (Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan)
Dengan adanya aturan tersebut, maka untuk saat ini ketentuan
yang terdapat dalam KUH Perdata mengenai orang
perempuan yang dianggap termasuk tidak cakap hukum
secara otomatis tidak berlaku lagi, dan setiap perempuan
yang telah menikah dianggap cakap hukum sehingga dapat
melakukan perbuatan hukum.
3) Suatu hal tertentu
Suatu hal tertentu artinya apa yang telah diperjanjikan dalam
suatu perjanjian, haruslah suatu hal atau suatu barang yang cukup jelas
atau tertentu. Suatu perjanjian haruslah mempunyai obyek tertentu
yang menjadi pokok suatu perjanjian, sekurang-kurangnya dapat
ditentukan bahwa obyek tertentu itu dapat berupa benda yang
sekarang ada dan nanti akan ada. Syarat tentang barang yakni barang
itu adalah barang yang dapat diperdagangkan, dapat ditentukan
jenisnya, dan barang yang baru akan ada di kemudian hari.
4) Suatu sebab yang halal
Undang-undang tidak memberikan pengertian mengenai sebab
(oorzaak, causa). Menurut yurisprudensi yang ditafsirkan dengan
kausa adalah isi atau maksud dari perjanjian itu sendiri. Pembentuk
undang-undang mempunyai pandangan bahwa perjanjian mungkin
juga diadakan tanpa sebab atau dibuat karena suatu sebab yang palsu
atau terlarang. Yang dimaksud dengan sebab terlarang adalah sebab
yang dilarang oleh undang-undang atau berlawanan dengan kesusilaan
baik atau ketertiban umum (Pasal 1337 KUH Perdata). Menurut Pasal
1335 KUH Perdata, perjanjian yang dibuat dengan sebab demikian
commit to user
xxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak mempunyai kekuatan hukum (Mariam Darus Badrulzaman, 2001
: 73-82).
d. Asas-asas Perjanjian
Di dalam hukum perikatan dikenal tiga asas penting, yaitu (Salim
HS, 2006 : 157-158) :
1) Asas Konsensualisme
Asas ini sesuai dengan Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata yang
menyatakan, “ Salah satu syarat sahnya perjanjian adalah kesepakatan
kedua belah pihak.” Setiap orang diberi kesempatan untuk menyatakan
keinginannya menciptakan perjanjian, ada kemauan untuk saling
mengikat diri. Konsensualisme adalah kesepakatan, maka asas ini
menetapkan terjadinya suatu perjanjian setelah tercapainya kata sepakat
kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian. Dengan tercapainya
kata sepakat telah menunjukkan pada saat itu perjanjian mulai berlaku
dan mengikat para pihak.
2) Asas Pacta Sunt Servanda
Asas Pacta Sunt Servanda berhubungan dengan akibat
perjanjian. Hal ini dapat disimpulkan berdasarkan Pasal 1338 ayat (1)
KUH Perdata yang berbunyi: “Perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi para pembuatnya”. Akibat hukum
suatu perjanjian yaitu adanya kepastian hukum yang mengikat dan
berlaku bagi para pihak yang membuat perjanjian.
3) Asas Kebebasan Berkontrak
Asas kebebasan berkontrak diatur dalam Pasal 1338 ayat (1)
KUH Perdata. Asas kebebasan berkontrak berkaitan erat dengan isi
perjanjian, yaitu kebebasan untuk membuat atau tidak membuat
perjanjian, mengadakan perjanjian dengan siapa pun, menentukan isi
perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya; serta menentukan bentuk
to user perjanjian itu tidak bertentangan
perjanjian tertulis atau commit
lisan, asalkan
xxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan
kepatutan,
kebiasaan,
dan
undang-undang.
Asas
ini
berhubungan dengan asas konsensualisme dan asas kekuatan mengikat.
Disamping ketiga asas tersebut dalam lokakarya Hukum Perikatan
yang
diselenggarakan
oleh
Badan
Pembinaan
Hukum
Nasional,
Departemen Kehakiman tanggal 17-19 Desember 1985 telah berhasil
dirumuskan delapan asas hukum perikatan nasional yaitu (Salim HS, 2006
: 158-160) :
1) Asas Kepercayaan
Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang
yang akan mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang
diadakan diantara mereka di kemudian hari.
2) Asas Persamaan Hukum
Asas persamaan hukum adalah bahwa subyek hukum yang
mengadakan perjanjian mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban
yang sama dalam hukum tanpa membeda-bedakan pihak yang satu dan
yang lainnya.
3) Asas Keseimbangan
Asas keseimbangan menghendaki kedua belah pihak memenuhi
dan melaksanakan perjanjian yang telah dibuat khususnya mengenai
prestasi yang harus dipenuhi dan dilaksanakan oleh para pihak dengan
iktikad baik.
4) Asas Kepastian Hukum
Perjanjian sebagai figur hukum harus mengandung kepastian
hukum. Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikatnya perjanjian,
yaitu sebagai undang-undang bagi yang membuatnya.
5) Asas Moral
Asas moral ini mengandung maksud bahwa seseorang dalam
commit
to user
membuat suatu perjanjian
harus
dengan sukarela tanpa paksaan dari
xxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pihak manapun untuk meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya.
Selain itu, asas moral juga dapat berarti bahwa faktor-faktor yang
memberikan motivasi pada yang bersangkutan untuk melakukan
perbuatan hukum itu berdasarkan pada kesusilaan sebagai panggilan
hati nuraninya.
6) Asas Kepatutan
Asas ini berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian
seperti yang tertuang dalam Pasal 1339 KUH Perdata yang bunyinya:
“Perjanjian-perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan
tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang
menurut sifat persetujuan, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan dan
undang-undang.”
7) Asas Kebiasaan
Asas ini dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu
perjanjian tidak hanya mengikat untuk apa yang diatur, namun juga halhal yang menurut kebiasaan lazim berlaku.
8) Asas Perlindungan
Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara
debitur dan kreditur harus dilindungi oleh hukum, khususnya
perlindungan bagi debitur karena biasanya berada dalam pihak yang
lemah.
e. Pelaksanaan Perjanjian
Pelaksanaan perjanjian ialah realisasi atau pemenuhan hak dan
kewajiban yang telah diperjanjikan para pihak supaya perjanjian tersebut
mencapai tujuannya. Tujuan perjanjian tidak akan terwujud tanpa adanya
pelaksanaan perjanjian. Masing-masing pihak harus melaksanakan
perjanjian dengan sempurna dan tepat seperti apa yang telah disetujui
untuk dilakukan (Abdulkadir Muhammad, 1982 : 102).
commit to user
xxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Hapusnya Perjanjian
Menurut Salim HS, berakhirnya suatu perikatan karena undangundang adalah konsignasi, musnahnya barang yang terutang, dan daluarsa.
Sedangkan berakhirnya perikatan karena perjanjian yaitu pembayaran,
pembaruan utang, kompensasi, pencampuran utang, pembebasan utang,
kebatalan atau pembatalan, serta berlakunya suatu syarat batal. Disamping
ketujuh cara tersebut, dalam praktek dikenal pula cara berakhirnya
perjanjian yaitu (Salim HS, 2008 : 165) :
1) Jangka waktunya berakhir.
2) Dilaksanakan obyek perjanjian.
3) Kesepakatan kedua belah pihak.
4) Pemutusan secara sepihak oleh salah satu pihak.
5) Adanya putusan pengadilan.
2.
Tinjauan Umum Tentang Sewa-menyewa
a. Pengertian Sewa-Menyewa
Sewa-menyewa diatur dalam Pasal 1548 sampai dengan Pasal 1600
KUH Perdata. Sewa-menyewa ialah suatu persetujuan, dengan mana pihak
yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang
lainnya kenikmatan dari sesuatu barang, selama suatu waktu tertentu, dan
dengan pembayaran sesuatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu
disanggupi pembayarannya (Pasal 1548 KUH Perdata). Definisi lain
menyebutkan bahwa perjanjian sewa-menyewa adalah persetujuan untuk
pemakaian sementara suatu benda, baik bergerak maupun tidak bergerak,
dengan pembayaran suatu harga tertentu. (Salim H.S, 2008 : 58)
Sewa-menyewa seperti halnya dengan jual-beli dan perjanjianperjanjian lain pada umumnya, adalah suatu perjanjian konsensual.
Artinya, ia sudah sah dan mengikat pada detik tercapainya sepakat
commit yaitu
to user
mengenai unsur-unsur pokoknya,
barang dan harga.
xxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Unsur-unsur dalam Sewa-menyewa
Berdasarkan definisi dari sewa-menyewa, dapat dikemukan unsurunsur yang tercantum dalam perjanjian sewa-menyewa adalah (Salim H.S.,
2008 : 59) :
a
Adanya pihak yang menyewakan dan pihak penyewa.
b
Adanya konsensus antara kedua belah pihak.
c
Adanya obyek sewa-menyewa, yaitu barang, baik barang bergerak
maupun tidak bergerak.
d
Adanya kewajiban dari pihak yang menyewakan untuk menyerahkan
kenikmatan kepada pihak penyewa atas suatu benda.
e
Adanya
kewajiban
dari
penyewa
untuk
menyerahkan
uang
pembayaran kepada pihak yang menyewakan.
c. Subyek dan Obyek Sewa-menyewa
Pihak yang terlibat dalam perjanjian sewa-menyewa adalah orang
atau badan hukum yang menyewakan barang atau benda kepada pihak
penyewa, sedangkan pihak penyewa adalah orang atau badan hukum yang
menyewa barang atau benda dari pihak yang menyewakan (Salim H.S.,
2008 : 59).
Yang menjadi obyek dalam perjanjian sewa-menyewa adalah
barang yang halal, artinya tidak bertentangan dengan undang-undang,
ketertiban, dan kesusilaan (Salim H.S., 2008 : 59) . Barang yang menjadi
obyek sewa-menyewa tersebut dapat berupa barang bergerak maupun
barang tidak bergerak.
d. Bentuk dan Substansi Sewa-menyewa
Di dalam KUH Perdata tidak ditentukan secara tegas tentang
bentuk perjanjian sewa-menyewa yang dibuat oleh para pihak. Oleh karena
itu, perjanjian sewa-menyewa dapat dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis
dan lisan. Dalam perjanjian sewa-menyewa bangunan, khususnya dalam
commit
to dan
userisi perjanjian itu telah dirumuskan
praktik dibuat dalam bentuk
tertulis
xxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
oleh para pihak, dan atau notaris. Akan tetapi yang paling dominan dalam
menentukan substansi kontrak adalah dari pihak yang menyewakan,
sehingga pihak penyewa berada pada posisi yang lemah. Dengan
demikian, semua persyaratan yang diajukan oleh pihak yang menyewakan
tinggal disetujui atau tidak oleh pihak penyewa (Salim H.S., 2008 : 59-60).
e. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Sewa-menyewa
1) Hak dan Kewajiban Pihak yang Menyewakan.
Hak yang dimiliki oleh pihak yang menyewakan adalah
menerima harga sewa yang telah ditentukan. Sedangkan kewajiban
dari pihak yang menyewakan, yaitu :
a.
Menyerahkan barang yang disewakan kepada si penyewa (Pasal
1550 ayat (1) KUH Perdata).
b.
Memelihara barang yang disewakan sedemikian rupa, sehingga
barang itu dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan
(Pasal 1550 ayat (2) KUH Perdata).
c.
Memberikan hak kepada penyewa untuk menikmati barang yang
disewakan (Pasal 1550 ayat (3) KUH Perdata).
d.
Melakukan pembetulan pada waktu yang sama (Pasal 1551 KUH
Perdata).
e.
Menanggung cacat dari barang yang disewakan (Pasal 1552 KUH
Perdata).
Kewajiban memberikan kenikmatan tenteram kepada si
penyewa dimaksudkan sebagai kewajiban pihak yang menyewakan
untuk menanggulangi atau menangkis tuntutan-tuntutan hukum dari
pihak ketiga, yang misalnya membantah hak si penyewa untuk
memakai barang yang disewanya. Namun kewajiban tersebut tidak
termasuk pengamanan terhadap gangguan-gangguan yang bersifat
fisik.
Gangguan-gangguan yang bersifat fisik tesebut harus
to user (Subekti, S.H., 1995 : 42). Hal
ditanggulangi sendiri commit
oleh si penyewa
xl
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini sesuai dengan Pasal 1556 KUH Perdata, yang berbunyi : “Pihak
yang menyewakan tidaklah diwajibkan menjamin si penyewa terhadap
rintangan-rintangan dalam kenikmatannya yang dilakukan oleh orangorang pihak ketiga dengan peristiwa-peristiwa tanpa memajukan
sesuatu hak atas barang yang disewa; dengan tidak mengurangi hak si
penyewa untuk menuntut sendiri orang itu”.
2) Hak dan Kewajiban Pihak Penyewa.
Hak yang dimiliki pihak penyewa adalah menerima barang
yang disewakan dalam keadaan baik. Sementara itu yang menjadi
kewajiban pihak penyewa, yaitu :
a)
Memakai barang yang disewa sebagai seorang bapak-rumah yang
baik, sesuai dengan tujuan yang diberikan pada barang itu
menurut persetujuan sewanya, atau jika tidak ada suatu
persetujuan mengenai itu, menurut tujuan yang dipersangkakan
berhubung dengan keadaan (Pasal 1560 ayat 1e KUH Perdata).
Memakai barang sewaan sebagai seorang bapak rumah yang baik
artinya dia berkewajiban untuk memakainya seakan-akan barang
itu adalah kepunyaannya sendiri.
b) Membayar harga sewa pada waktu-waktu yang telah ditentukan
(Pasal 1560 ayat 2e KUH Perdata).
Selain kedua kewajiban utama tersebut, apabila yang disewa
adalah rumah kediaman maka si penyewa juga diwajibkan
memperlengkapi rumah itu dengan perabot rumah secukupnya; jika
tidak, ia dapat dipaksa untuk mengosongkan rumah itu, kecuali jika ia
memberikan cukup jaminan untuk pembayaran uang sewanya (Pasal
1581 KUH Perdata). Perabot rumah ini dimaksudkan sebagai jaminan
untuk pembayaran uang sewa.
Kewajiban lain yang menjadi tanggung jawab pihak penyewa
to user yaitu melakukan pembetulanrumah atau tempatcommit
kediaman
xli
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembetulan kecil dan sehari-hari. Jika tidak ada persetujuan, maka
dianggap sebagai demikian pembetulan-pembetulan pada lemarilemari toko, tutupan jendela, kunci-kunci dalam, kaca-kaca jendela,
baik di dalam maupun diluar rumah dan segala sesuatu yang dianggap
termasuk itu, menurut kebiasaan setempat. Meskipun demikian,
pembetulan-pembetulan tersebut harus dipikul oleh pihak yang
menyewakan, apabila pembetulan-pembetulan itu terpaksa dilakukan
karena keadaan rusak dari barang yang disewa atau karena keadaan
memaksa (Pasal 1583 KUH Perdata).
f. Risiko atas Musnahnya Barang dalam Sewa-menyewa
Risiko adalah suatu ajaran yang mewajibkan seseorang untuk
memikul suatu kerugian, jikalau ada suatu kejadian di luar kemampuan
salah satu pihak yang menimpa benda yang menjadi obyek perjanjian
(Salim H.S., 2008 : 62). Dalam perjanjian sewa-menyewa ini, barang itu
berada pada pihak penyewa. Ketentuan dalam Pasal 1553 KUH Perdata
menyatakan, “ Jika selama waktu sewa, barang yang disewakan sama
sekali musnah karena suatu kejadian yang tak disengaja, maka persetujuan
sewa gugur demi hukum. Jika barangnya hanya sebagian musnah, si
penyewa dapat memilih, menurut keadaan, apakah ia akan meminta
pengurangan harga sewa, ataukah ia akan meminta bahkan pembatalan
persetujuannya sewa; tetapi tidak dalam satu dari kedua hal itupun ia
berhak atas suatu ganti-rugi”. Berdasarkan pasal tersebut, maka dalam hal
musnahnya barang obyek sewa dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
musnah secara total dan musnah sebagian dari obyek sewa.
1) Jika barang yang disewakan oleh penyewa itu musnah secara
keseluruhan di luar kesalahannya pada masa sewa, perjanjian sewamenyewa itu gugur demi hukum dan yang menanggung risiko atas
musnahnya barang tersebut adalah pihak yang menyewakan. Artinya,
pihak yang menyewakan akan memperbaikinya dan menanggung
segala kerugiannya. commit to user
xlii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Jika barang yang disewa hanya sebagian yang musnah maka penyewa
dapat memilih menurut keadaan, akan meminta pengurangan harga
sewa atau akan meminta pembatalan perjanjian sewa-menyewa.
Pada dasarnya pihak penyewa dapat menuntut kedua hal ini, namun
ia tidak dapat menuntut pembayaran ganti kerugian kepada pihak yang
menyewakan.
g. Berakhirnya Sewa-menyewa
Secara umum berakhirnya sewa-menyewa selain dikarenakan oleh
musnahnya barang yang disewakan karena suatu sebab yang tak disengaja
yang dapat membuat suatu perjanjian sewa-menyewa itu gugur demi
hukum sebagai suatu resiko yang harus ditanggung oleh pemilik barang,
suatu perjanjian sewa-menyewa juga dapat berakhir apabila :
1) Jika sewa dibuat dengan tulisan, maka sewa itu berakhir demi hukum,
apabila waktu yang ditentukan telah lampau, tanpa diperlukannya
sesuatu pemberhentian untuk itu (Pasal 1570 KUH Perdata).
2) Jika sewa tidak dibuat dengan tulisan, maka sewa itu tidak berakhir
pada waktu yang ditentukan, melainkan jika pihak lain bahwa ia
hendak menghentikan sewanya, dengan mengindahkan tenggangtenggang waktu yang diharuskan menurut kebiasaan setempat (Pasal
1571 KUH Perdata).
Pada dasarnya sewa-menyewa dilakukan dalam waktu tertentu,
sedangkan sewa-menyewa tanpa waktu tertentu tidak diperkenankan.
Maksud dari kata “waktu tertentu” tidaklah lain daripada untuk
mengemukakan bahwa pembuat undang-undang memang memikirkan
pada perjanjian sewa-menyewa dimana waktu sewa ditentukan, misalnya
untuk enam bulan, untuk dua tahun, dan sebagainya. Pasal 1579 KUH
Perdata berbunyi : “Pihak yang menyewakan tidak dapat menghentikan
sewanya dengan menyatakan hendak memakai sendiri barangnya yang
commit
to user sebaliknya”. Pasal ini ditujukan
disewakan, kecuali jika telah
diperjanjikan
xliii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan juga hanya dapat dipakai terhadap perjanjian sewa-menyewa dengan
waktu tertentu, sehingga sudah selayaknya bahwa seorang yang sudah
menyewakan barangnya misalnya
untuk lima tahun, tidak boleh
menghentikan sewanya kalau waktu tersebut belum habis dengan dalih
bahwa ia ingin memakai sendiri barang yang disewakan itu (Subekti,
1995:40-41).
Persewaan juga tidak berakhir dengan meninggalnya orang yang
menyewakan atau penyewa. Begitu juga karena barang yang disewakan
dipindahtangankan. Di sini berlaku asas bahwa jual-beli tidak memutuskan
sewa-menyewa. Hal ini sesuai dengan Pasal 1576 KUH Perdata yang
berbunyi, “Dengan dijualnya barang yang disewa, suatu persewaan yang
dibuat sebelumnya, tidaklah diputuskan kecuali apabila ini telah
diperjanjikan pada waktu menyewakan barang”. Pasal ini bermaksud
untuk melindungi si penyewa terhadap si pemilik yang baru, apabila
barang yang sedang disewa itu dipindahtangankan. Dapat diartikan pula
bahwa bukan hanya melalui jual-beli saja perpindahan tangan pemilik
barang ini bisa terjadi, tetapi juga peristiwa-peristiwa lain yang
memungkinkan terjadinya perpindahan lainnya, misalnya melalui tukarmenukar, penghibahan, pewarisan dan lain-lain (Subekti, 1995:48).
3.
Tinjauan Umum Tentang Rumah Susun
a. Pengertian Rumah Susun
Pengertian Rumah menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, adalah bangunan yang
berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan
keluarga. Pengertian rumah susun menurut Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun adalah bangunan gedung
bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam
bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal
commitsatuan-satuan
to user
maupun vertikal dan merupakan
yang masing-masing dapat
xliv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian,
yang dilengkapi dengan bagian-bersama, benda-bersama, dan tanahbersama.
Satuan rumah susun adalah rumah susun yang tujuan peruntukan
utamanya digunakan secara terpisah sebagai tempat hunian, yang
mempunyai sarana penghubung ke jalan umum. Jalan umum ini
dimaksudkan agar setiap penghuni mempunyai akses ke luar tanpa
mengganggu dan tidak boleh melalui satuan rumah susun lain milik orang
lain. Lingkungan adalah sebidang tanah dengan batas-batas yang jelas,
yang diatasnya dibangun rumah susun termasuk prasarana dan fasilitasnya,
yang secara keseluruhan merupakan kesatuan tempat pemukiman.
Bagian-bersama adalah bagian rumah susun yang dimiliki secara
tidak terpisah untuk pemakaian bersama dalam kesatuan fungsi dengan
satuan-satuan rumah susun. Contoh bagian-bersama antara lain pondasi,
kolom, balok, dinding, lantai,atap, talang air, tangga, lift, selasar, saluransaluran, pipa-pipa, jaringan-jaringan listrik,gas, dan telekomunikasi, serta
ruang untuk umum. Benda-bersama adalah benda yang bukan merupakan
bagian rumah susun, tetapi yang dimiliki bersama secara tidak terpisah
untuk pemakaian bersama. Contoh benda-bersama ini antara lain tanaman,
bangunan pertamanan, bangunan sarana sosial, tempat ibadah, tempat
bermain, tempat parkir, yang sifatnya terpisah dari stuktur bangunan
rumah susun.
Tanah-bersama adalah sebidang tanah yang digunakan atas dasar
hak bersama secara tidak terpisah yang diatasnya berdiri rumah susun dan
ditetapkan batasnya dalam persyaratan izin bangunan. Yang dimaksud
tanah bersama ini adalah sesuai dengan ketentuan Pasal 6 Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-pokok Agraria bahwa,
“semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”.
commit to user
xlv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Landasan dan Tujuan Pembangunan Rumah Susun
1) Landasan Pembangunan Rumah Susun
Pembangunan
rumah
susun
berlandaskan
pada
asas
kesejahteraan umum, keadilan, dan pemerataan, serta keserasian dan
keseimbangan dalam perikehidupan (Pasal 2 Undang-Undang Nomor
16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun).
Asas
kesejahteraan
dipergunakan
sebagai
landasan
pembangunan rumah susun dengan maksud untuk mewujudkan
kesejahteraan lahir dan batin bagi seluruh rakyat Indonesia secara adil
dan merata berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945, melalui pemenuhan akan kebutuhan
perumahan sebagai kebutuhan dasar bagi setiap warga negara
Indonesia dan keluarganya.
Asas keadilan dan pemerataan memberikan landasan agar
pembangunan rumah susun dapat dinikmati secara merata, dan tiaptiap warga negara dapat menikmati hasil-hasil pembangunan
perumahan yang layak.
Asas keserasian dan keseimbangan dalam perikehidupan
mewajibkan adanya keserasian dan keseimbangan antara kepentingankepentingan dalam pemanfaatan rumah susun, untuk mencegah
timbulnya kesenjangan-kesenjangan sosial.
2) Tujuan pembangunan rumah susun.
Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985
tentang Rumah Susun, pembangunan rumah susun bertujuan untuk :
1.
(a). Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat,
terutama golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yang
menjamin kepastian hukum dalam pemanfaatannya.
commit to user
xlvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(b). Meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah
perkotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam
dan menciptakan lingkungan pemukiman yang lengkap, serasi,
dan seimbang.
2. Memenuhi kepentingan lainnya yang berguna bagi kehidupan
masyarakat dengan tetap mengutamakan ketentuan ayat (1) huruf a.
Perumahan yang layak bagi rakyat adalah perumahan yang
memenuhi syarat-syarat teknik, kesehatan, keamanan, keselamatan,
dan norma-norma sosial budaya. Dalam hal peningkatan daya guna
dan hasil guna tanah di daerah perkotaan harus sesuai dengan tata
ruang kota dan tata daerah, serta tata guna tanah demi keserasian dan
keseimbangan. Disamping itu pembangunan rumah susun untuk
kepentingan
bukan
hunian,
harus
mendukung
berfungsinya
pemukiman, dan dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi
kehidupan masyarakat.
c. Pembangunan Rumah Susun
Pembangunan rumah susun dibangun sesuai dengan tingkat
keperluan dan kemampuan masyarakat terutama bagi yang berpenghasilan
rendah, baik mengenai jumlah, kualitas bangunan, lingkungan maupun
persyaratan dan tata cara untuk memperolehnya serta diusahakan untuk
mewujudkan lingkungan pemukiman sesuai dengan tujuan pembangunan
rumah susun. Pembangunan rumah susun sendiri dapat diselenggarakan
oleh Badan Usaha Milik Negara atau Daerah, Koperasi dan Badan Usaha
Milik Swasta yang bergerak dalam bidang itu, maupun swadaya
masyarakat dengan berpedoman pada asas pemerataan dan keterjangkauan
(Pasal 5 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun).
Pembangunan rumah susun sendiri berdasarkan Pasal 6 UndangUndang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, harus memenuhi
persyaratan teknis dan administratif
yang ketentuan-ketentuan pokoknya
commit to user
xlvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diatur dalam Peraturan Pemerintah. Persyaratan teknis yang dimaksudkan
antara lain mengenai struktur bangunan, keamanan, keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan lain-lain yang berhubungan dengan rancang
bangun, termasuk kelengkapan prasarana dan fasilitas lingkungan.
Persyaratan administratif yang dimaksudkan antara lain mengenai
perizinan usaha dari perusahaan pembangunan perumahan, izin lokasi
dan/atau peruntukannya, serta perizinan mendirikan bangunan (IMB).
Berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985
tentang Rumah Susun, rumah susun hanya dapat dibangun di atas tanah
hak milik, hak guna bangunan, hak pakai atas tanah Negara atau hak
pengelolaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penyelenggaraan pembangunan yang membangun rumah susun di atas
tanah yang dikuasai dengan hak pengelolaan, wajib menyelesaikan status
hak guna bangunan di atas hak pengelolaan tersebut sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku sebelum menjual satuan
rumah susun yang bersangkutan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk
melindungi para pembeli satuan-satuan rumah susun.
Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang
Rumah Susun menyatakan bahwa penyelenggaraan pembangunan wajib
memisahkan rumah susun atas satuan dan bagian-bersama dalam bentuk
gambar dan uraian yang disahkan oleh instansi yang berwenang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang memberi
kejelasan atas :
1) batas
satuan
yang
dapat
dipergunakan-secara
terpisah
untuk
perseorangan;
2) batas dan uraian atas bagian-bersama dan benda-bersama yang menjadi
haknya masing-masing satuan;
3) batas dan uraian tanah-bersama dan besarnya bagian yang menjadi
haknya masing-masing commit
satuan. to user
xlviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Pengaturan dan Pembinaan Rumah Susun
Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985
tentang Rumah Susun, pengaturan dan pembinaan rumah susun dilakukan
oleh pemerintah yang dalam hal ini adalah pemerintah pusat, yang
dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan dalam arti yang
seluas-luasnya
terhadap
pembangunan
rumah
susun
dan
pengembangannya. Kewenangan tersebut ada pada pemerintah pusat agar
terdapat keseragaman dalam pengaturannya dan pembinaannya.
Pemerintah pusat dapat menyerahkan sebagian urusan ini kepada
pemerintah daerah dalam kaitannya yang menyangkut pengaturan rumah
susun yang mempunyai karakteristik lokal, berhubungan dengan tata kota
dan tata daerah, misalnya mengenai pemberian izin lokasi, izin mendirikan
bangunan, izin kelayakan untuk dihuni, dan juga melalui kegiatan konkrit
berupa
pembimbingan,
penyuluhan,
dan
pemberian
kemudahan-
kemudahan. Penyerahan sebagian urusan pengaturan dan pembinaan
kepada pemerintah daerah sesuai dengan Asas Desentralisasi sebagaimana
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, yang pelaksanaannya diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
e. Pengelolaan rumah susun
Satuan rumah susun yang merupakan milik perseorangan dikelola
sendiri oleh pemiliknya, sedangkan yang merupakan hak bersama harus
digunakan dan dikelola secara bersama karena menyangkut kepentingan
dan kehidupan orang banyak. Penggunaan dan pengelolaannya harus
dilakukan dan diatur oleh suatu perhimpunan penghuni yang diberi
wewenang dan tanggung jawab untuk hal ini. Oleh karena itu penghuni
rumah susun wajib membentuk perhimpunan penghuni rumah susun yang
mempunyai tugas dan wewenang mengelola dan memelihara rumah susun
beserta lingkungannya, dan menetapkan peraturan-peraturan mengenai tata
commit to user
tertib penghunian.
xlix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perhimpunan penghuni oleh undang-undang diberi kedudukan
sebagai badan hukum dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga sehingga dapat bertindak ke dalam dan ke luar atas nama pemilik
dan dengan wewenang yang dimilikinya dapat mewujudkan ketertiban dan
ketentraman dalam lingkungan rumah susun. Perhimpunan penghuni dapat
membentuk atau menunjuk badan pengelola yang bertugas untuk
menyelenggarakan pengelolaan yang meliputi pengawasan terhadap
penggunaan
bagian-bersama,
benda-bersama,
tanah-bersama,
dan
pemeliharaan serta perbaikannya. Dana yang dipergunakan untuk
membiayai pengelolaan dan pemeliharaan rumah susun, diperoleh dari
pemungutan iuran dari para penghuni rumah susun.
commit to user
l
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran
Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan lancar dan mengarah pada
tujuan yang dituju, maka perlu dikembangkan kerangka pemikiran yang
digunakan dalam penelitian ini. Secara singkat kerangka pemikiran dalam
penelitian ini dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut :
Pemerintah Kota
Surakarta
Masyarakat
Penyewa
Rumah Susun
Undang-Undang Nomor
16 Tahun 1985 tentang
Rumah Susun
Rumah Susun Sewa
(Rusunawa)
Rumah Susun Milik
(Rusunami)
Pengaturan Sewamenyewa berdasarkan
KUH Perdata
Pelaksanaan Sewamenyewa Rumah Susun
Terdapat
Permasalahan
Tidak Terdapat
Permasalahan
Upaya
Penyelesaian
Permasalahan
commit to user
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
li
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebagai perwujudan peningkatan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah
Kota Surakarta mendirikan rumah susun yang dalam pelaksanaannya mengacu
pada Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun. Dalam
pelaksanaan penyerahan rumah susun kepada masyarakat ini sendiri dilaksanakan
dengan sistem sewa, yang mana dalam sewa-menyewa ini disusun suatu aturan
yang dibuat oleh Pemerintah Kota Surakarta mengenai segala hal yang berkaitan
dengan sewa-menyewa ini, antara lain mengenai syarat-syarat yang harus
dipenuhi calon penyewa rumah susun, sistem pembayaran sewa, jangka waktu
sewa, dan ketentuan-ketentuan umum lainnya yang menyangkut kepentingan, hak,
serta kewajiban bagi para pihak.
Sewa-menyewa sebenarnya merupakan salah satu perjanjian nominaat,
atau perjanjian yang terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata
sehingga pembuatan perjanjian ini harus disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan
dan syarat yang terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Namun
sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta belum dibuat dalam sebuah akta
perjanjian. Segala hal yang berkaitan dengan persyaratan maupun ketentuan lain
ditetapkan oleh Pemerintah Kota Surakarta yang kemudian para penyewa rumah
susun hanya memberikan pernyataan persetujuan atas semua persyaratan yang
ditetapkan tersebut. Untuk itulah penulis akan mengkaji pengaturan sewamenyewa rumah susun di Kota Surakarta jika dikaitkan dengan ketentuan yang
terdapat dalam dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata khususnya ketentuan
mengenai perjanjian dan sewa-menyewa.
Dalam sewa-menyewa rumah susun ini, dikarenakan tidak ada akta
perjanjian maka pada saat penyewa memberikan pernyataan persetujuannya atas
semua ketetapan dan peraturan yang dibuat oleh pemerintah kota, pada saat itulah
sewa-menyewa mulai terlaksana dan semua peraturan serta ketetapan tersebut
mengikat para pihak. Pelaksanaan sewa-menyewa rumah susun ini juga akan
dikaji oleh penulis, dan juga permasalahan apa saja yang dihadapi beserta dengan
upaya-upaya yang dilakukan dalam penyelesaian permasalahan tersebut.
commit to user
lii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi
1.
Keadaan Umum Kota Surakarta
Kota Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang
berupa dataran rendah dengan ketinggian kurang lebih 93-95 meter dari
permukaan laut, terletak di antara Sungai Pepe, Sungai Jenes dan Sungai
Bengawan Solo serta dikelilingi oleh Gunung Merbabu dan Gunung Merapi
di bagian barat dan Gunung Lawu di bagian Timur. Kota Surakarta terletak
antara 110 45’ 15” Bujur Timur – 110 45’ 35” Bujur Timur dan antara 7 36’
00” Lintang Selatan – 7 56’ 00” Lintang Selatan, dengan batas-batas
administratif :
a.
Sebelah Utara
Berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali.
b.
Sebelah Timur
Berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.
c.
Sebelah Selatan
Berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo.
d.
Sebelah Barat
Berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.
Menurut klasifikasi iklim Koppen, Kota Surakarta memiliki iklim
muson tropis. Sama seperti kota-kota lain di Indonesia, musim hujan di Kota
Surakarta terjadi pada bulan Oktober hingga Maret, dan musim kemarau
bulan April hingga September. Rata-rata curah hujan di Kota Surakarta
adalah 2.200 mm, dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember,
Januari, dan Februari. Suhu udara relatif konsisten sepanjang tahun, dengan
suhu rata-rata 30 derajat Celcius. Suhu udara tertinggi adalah 32,5 derajat
Celcius, sedangkan suhu udara terendah adalah 21,0 derajat Celcius. Rata-rata
tekanan udara adalah 1010,9 MBS dengan kelembaban udara 75%. Kecepatan
commit to user
angin 4 Knot dengan arah angin 240 derajat.
liii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Eksistensi kota ini dimulai di saat Kesultanan Mataram memindahkan
kedudukan raja dari Kartasura ke Desa Sala, di tepi Bengawan Solo. Secara
resmi, keraton mulai ditempati tanggal 17 Februari 1745. Akibat perpecahan
wilayah kerajaan, di Solo berdiri dua keraton Kasunanan Surakarta dan Praja
Mangkunegara, menjadikan kota Solo sebagai kota dengan dua administrasi.
Kekuasaan politik kedua kerajaan ini dilikuidasi setelah berdirinya Republik
Indonesia pada 17 Agustus 1945. Selama 10 (sepuluh) bulan, Solo berstatus
sebagai daerah setingkat provinsi, yang dikenal dengan sebutan Daerah
Istimewa Surakarta (DIS). Namun dalam perkembangannya muncul gerakan
antimonarki, sehingga pada tanggal 16 Juni 1946 Pemerintah Republik
Indonesia membubarkan Daerah Istimewa Surakarta (DIS) dan secara de
facto maka terbentuk Pemerintah Daerah Kota Surakarta yang berhak
mengatur serta mengurus rumah tangganya sendiri sekaligus menghapus
kekuasaan Kerajaan Kasunanan dan Mangkunegaran. Secara yuridis Kota
Surakarta terbentuk berdasarkan Penetapan Pemerintah Tahun 1946 Nomor
16/SD, yang diumumkan pada tanggal 15 Juli. Berdasarkan pertimbangan
faktor-faktor historis tersebut, kemudian tanggal 16 Juni 1946 ditetapkan
sebagai hari jadi Pemerintah Kota Surakarta. Sebutan Kota Surakarta sendiri
dimulai sejak Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tanggal 1 September
1965 dan Ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/1965.
Kota Surakarta memiliki semboyan "Berseri", akronim dari "Bersih,
Sehat, Rapi, dan Indah", sebagai slogan pemeliharaan keindahan kota. Untuk
kepentingan pemasaran pariwisata, Kota Surakarta atau yang juga dikenal
dengan sebutan Kota Solo mengambil slogan pariwisata Solo, The Spirit of
Java (Jiwanya Jawa) sebagai upaya pencitraan kota Solo sebagai pusat
kebudayaan Jawa.
Dengan luas wilayah 44,04 Km2 (kilometer persegi), Kota Surakarta
memiliki lima kecamatan yang masing-masing dipimpin oleh seorang camat,
dengan jumlah keseluruhan 51 kelurahan yang masing-masing dipimpin oleh
commit to user
seorang lurah. Lima kecamatan yang terdapat di Kota Surakarta adalah
liv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kecamatan Laweyan (11 kelurahan), Kecamatan Banjarsari (13 kelurahan),
Kecamatan Jebres (11 kelurahan), Kecamatan Pasar Kliwon (9 kelurahan),
dan Kecamatan Serengan (7 kelurahan).
Dalam suatu daerah, perkembangan penduduk yang dipengaruhi oleh
jumlah kelahiran, kematian dan migrasi memegang peranan penting dalam
kehidupan dan pelaksanaan pemerintahan. Pertumbuhan penduduk disatu
pihak dapat menambah jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, namun di lain
pihak dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan sosial, ekonomi,
budaya dan pendidikan.
2.
Deskripsi Umum Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa
Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta
a. Deskripsi Umum Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta
Peraturan formal yang menjadi dasar Dinas Pekerjaan Umum
Pemerintah Kota Surakarta adalah :
1) Peraturan Daerah nomor 6 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta.
2) Peraturan Walikota Surakarta Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan
Umum Kota Surakarta.
b. Visi dan Misi Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta
Visi dari Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta
adalah menyelenggarakan prasarana pekerjaan umum yang mampu
melayani kebutuhan masyarakat dalam mendukung pengembangan
Surakarta sebagai Kota Budaya.
Misi dari Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta,
yaitu:
1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana transportasi yang dapat
commit to user
memberi rasa aman dan nyaman bagi pemakai jalan.
lv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Mewujudkan penataan sarana dan prasarana pemukiman yang layak dan
terjangkau.
3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana drainase yang mampu
memutuskan genangan kota.
4) Meningkatkan layanan bagi masyarakat.
c. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota
Surakarta
Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta mempunyai
tugas pokok membantu Walikota dalam menyelenggarakan urusan bidang
pekerjaan umum. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Dinas
Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta mempunyai fungsi sebagai
berikut :
1. Perumusan kebijakan teknis bidang pekerjaan umum.
2. Perencanaan program kerja bidang pekerjaan umum.
3. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang
pekerjaan umum.
4. Pembinaan dan fasilitasi bidang pekerjaan umum lingkup Kota
Surakarta.
5. Pelaksanaan tugas di bidang pekerjaan umum.
6. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang pekerjaan umum.
7. Pelaksanaan kesekretariatan Dinas Pekerjaan Umum.
8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya.
d. Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota
Surakarta
Berdasarkan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 17 Tahun 2008
tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan
Umum Kota Surakarta, susunan organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kota
Surakarta adalah sebagai berikut
commit: to user
lvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Kepala Dinas.
2) Sekretariat, terdiri dari :
a) Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan;
b) Sub Bagian Keuangan;
c) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
3) Bidang Bina Marga, terdiri dari :
a) Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan;
b) Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan.
4) Bidang Drainase, terdiri dari :
a) Seksi Pembangunan Drainase;
b) Seksi Operasi dan Pemeliharaan Drainase.
5) Bidang Cipta Karya, terdiri dari :
a) Seksi Gedung Pemerintahan dan Rumah Dinas;
b) Seksi Perumahan dan Pemukiman.
6) Bidang Pemadam Kebakaran, terdiri dari :
a) Seksi Manajemen Penanggulangan Kebakaran;
b) Seksi Peralatan.
7) Unit Pelaksana Teknis (UPT).
8) Kelompok Jabatan Fungsional.
commit to user
lvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kepala DPU
Sekretaris
Kelompok
Jabatan
Fungsional
Sub.Bag
Perencanaan,
evaluasi,&
pelaporan
Sub. Bag
Keuangan
Bidang Bina
Marga
Bidang
Drainase
Bidang
Cipta Karya
Seksi
Pembangunan
Jalan dan
Jembatan
Seksi
Pembangunan
Drainase
Seksi Gedung
Pemerintahan
dan Rumah
Dinas
seksi
Pemeliharaan
Jalan dan
Jembatan
Seksi Operasi
dan
Pemeliharaan
Drainase
Seksi
Perumahan
dan
Pemukiman
Sub. Bag
Umum &
Kepegawaia
n
Bidang
Pemadam
Kebakaran
Seksi
Manajemen dan
Penanggulangan
Kebakaran
Seksi
Peralatan
UPTD Rumah
Sewa
Sub. Bag
Tata Usaha
Gambar 3. Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota
Surakarta
commit to user
lviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Deskripsi Umum Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa
Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta
Peraturan formal yang menjadi dasar UPTD Rumah Sewa Dinas
Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta adalah :
1) Peraturan Daerah nomor 6 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta.
2) Peraturan Walikota Surakarta Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan
Umum Kota Surakarta.
3) Peraturan Walikota Surakarta Nomor 45 Tahun 2008 tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas Pekerjaan
Umum Kota Surakarta.
4) Peraturan Walikota Surakarta 20-0 Tahun 2009 tentang Pedoman
Uraian Tugas Jabatan Struktural Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas
Pekerjaan Umum.
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa adalah Unit
Pelaksana Teknis (UPT) pada Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota
Surakarta yang dipimpin oleh seorang Kepala Rumah Sewa yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
Pekerjaan Umum Kota Surakarta (Pasal 3 Peraturan Walikota Surakarta
Nomor 45 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta). Dengan kata lain,
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa membantu
pelaksanaan teknis operasional maupun teknis penunjang pada Dinas
Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta khususnya yang berkaitan
dengan rumah sewa, rumah susun sederhana sewa dan rumah sosial.
commit to user
lix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Tugas Pokok dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta
Berdasarkan Pasal 4 Peraturan Walikota Surakarta Nomor 45
Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta, UPTD Rumah Sewa
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis
operasional dan atau kegiatan teknis penunjang Dinas Pekerjaan Umum di
bidang penanganan kegiatan teknis di UPTD Rumah Sewa sesuai dengan
kebijakan Teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum
Pemerintah Kota Surakarta.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud diatas,
sesuai dengan Pasal 5 Peraturan Walikota Surakarta Nomor 45 Tahun
2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pada
Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta, UPTD Rumah Sewa
mempunyai fungsi sebagai berikut :
1) Penyusunan rencana teknis operasional bidang penanganan kegiatan
teknis di rumah sewa.
2) Pelaksanaan kebijakan teknis operasional bidang penanganan kegiatan
teknis di rumah sewa.
3) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang penanganan kegiatan teknis
di rumah sewa.
4) Pengelolaan ketatausahaan.
5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Pekerjaan
Umum Pemerintah Kota Surakarta sesuai dengan tugas dan fungsinya.
g. Struktur Organisasi UPTD Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum
Pemerintah Kota Surakarta
Susunan organisasi UPTD Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum
Pemerintah Kota Surakarta menurut Pasal 2 Peraturan Walikota Surakarta
Nomor 20 Tahun 2009 tentang
Pedoman
commit
to user Uraian Tugas Jabatan Struktural
lx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta,
terdiri dari:
1) Kepala;
2) Subbagian Tata Usaha.
Kepala UPTD Rumah
Sewa
Toto Jayanto S.H., M.Hum
Kepala Subbagian Tata
Usaha
Sri Ratnartiningsih S.H.
S T A F
Gambar 4. Struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta
Tugas jabatan Struktural sesuai dengan Bab III Peraturan Walikota
Surakarta Nomor 20-0 Tahun 2009 tentang Pedoman Uraian Tugas
Jabatan Struktural Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas Pekerjaan Umum
Kota Surakarta adalah :
1) Kepala UPTD Rumah Sewa
Kepala UPTD Rumah Sewa mempunyai tugas melaksanakan
sebagian kegiatan teknis operasional dan / atau kegiatan teknis
penunjang Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta di bidang
penanganan kegiatan teknis di Rumah Sewa sesuai dengan kebijakan
teknis yang ditetapkancommit
oleh to
Kepala
user Dinas Pekerjaan Umum Kota
lxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surakarta. Uraian tugas Kepala UPTD Rumah Sewa adalah sebagai
berikut :
a) Menyusun rencana kerja UPT Rumah Sewa berdasarkan rencana
strategis Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta.
b) Memberi petunjuk, arahan dan mendistribusikan tugas kepada
bawahan.
c) Mempelajari, menelaah peraturan perundang-undangan, keputusan,
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program kegiatan Dinas
Pekerjaan Umum sesuai dengan bidang tugas.
d) Menyusun kebijakan teknis penyelenggaraan rumah sewa.
e) Menyusun laporan hasil pelaksanaan rencana strategis, rencana
kerja, LAKIP, LKPJ, LPPD dan EKPPD UPT Rumah Sewa.
f) Melaksanakan
monitoring,
evaluasi
dan
pelaporan
untuk
pengendalian pelaksanaan rencana strategis dan rencana kerja UPT
Rumah Sewa.
g) Melaksanakan evaluasi dan analisis hasil kerja guna pengembangan
rencana strategis dan rencana kerja UPT Rumah Sewa.
h) Melaksanakan pelayanan administrasi Rumah Sewa, Rumah Susun
Sederhana Sewa dan Rumah Sosial.
i) Melaksanakan pengelolaan Rumah Sewa, Rumah Susun Sederhana
Sewa dan Rumah Sosial.
j) Melaksanakan pemantauan dan evaluasi penyelengaraan Rumah
Sewa, Rumah Susun Sederhana Sewa dan Rumah Sosial.
k) Melaksanakan pengelolaan ketatausahaan Rumah Sewa.
l) Melaksanakan pemungutan retribusi daerah di bidang Rumah Sewa.
m) Melaksanakan penyusunan indikator dan pengukuran kinerja
penyelenggaraan Rumah Sewa.
n) Melaksanakan sosialisasi di bidang Rumah Sewa.
o) Memeriksa dan menilai hasil kerja bawahan secara periodik.
p) Memberikan usul dan
arahantokepada
commit
user atasan.
lxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
q) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.
r) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
2) Kepala Subbagian Tata Usaha
Kepala Subbagian Tata Usaha UPTD Rumah Sewa mempunyai
tugas melaksanakan administrasi umum, kepegawaian dan keuangan
sesuai dengan kebijakan teknis yang telah ditetapkan oleh Kepala
UPTD. Uraian tugas Kepala Subbagian Tata Usaha adalah sebagai
berikut :
a) Menyusun rencana kerja berdasarkan rencana strategis UPT Rumah
Sewa.
b) Memberi petunjuk, arahan dan mendistribusikan tugas kepada
bawahan.
c) Mempelajari, menelaah peraturan perundang-undangan, keputusan,
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program kegiatan Dinas
Pekerjaan Umum sesuai dengan bidang tugas.
d) Melakukan
penyiapan
bahan
perumusan
kebijakan
teknis
penyelenggaraan Rumah Sewa.
e) Menghimpun, mengolah, menyajikan data dan informasi untuk
menyusun rencana strategis, rencana kerja dan penetapan kinerja
UPT Rumah Sewa.
f)
Menyiapkan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan untuk
pengendalian pelaksanaan rencana strategis dan rencana kerja UPT
Rumah Sewa.
g) Menyiapkan bahan evaluasi dan analisis hasil kerja guna
pengembangan rencana strategis dan rencana kerja UPT Rumah
Sewa.
h) Menyiapkan bahan hasil pelaksanaan rencana strategis, rencana
kerja, LAKIP, LKPJ, LPPD dan EKPPD UPT Rumah Sewa.
commit to user
lxiii
perpustakaan.uns.ac.id
i)
digilib.uns.ac.id
Menyiapkan bahan penyusunan rencana anggaran dalam bentuk
Rencana Kerja Anggaran (RKA) sesuai dengan rencana strategis
dan rencana kerja Dinas Pekerjaan Umum.
j)
Melakukan pengawasan laporan administrasi keuangan bendahara.
k) Menyiapkan bahan usulan perubahan anggaran.
l)
Menyiapkan bahan perhitungan anggaran.
m) Melakukan administrasi pembukuan, pertanggungjawaban dan
laporan keuangan.
n) Mengelola administrasi surat menyurat, peralatan dan perlengkapan
kantor, rumah tangga, dokumentasi dan informasi hukum,
kearsipan dan perpustakaan.
o) Melakukan pengadaan dan pemeliharaan perlengkapan kantor.
p) Menyiapkan bahan penyusunan rencana kebutuhan pegawai.
q) Menyiapkan bahan usulan yang meliputi pengangkatan, kenaikan
pangkat, perpindahan, pemberhentian, pensiun, kenaikan gaji
berkala dan tunjangan.
r)
Mengelola data dan dokumentasi pegawai.
s)
Merencanakan dan mengusulkan kebutuhan jenis pendidikan dan
pelatihan, calon peserta pendidikan dan pelatihan serta calon
peserta ujian dinas pegawai.
t)
Mengusulkan permohonan izin dan tugas belajar.
u) Menyiapkan bahan Daftar Urutan Kepangkatan (DUK).
v) Menyiapkan
bahan
permohonan
cuti,
dan
mengusulkan
permohonan kartu pegawai, kartu istri/kartu suami, kartu tabungan
asuransi
pensiun,
kartu
asuransi
kesehatan
dan
tabungan
perumahan (BAPERTARUM).
w) Menyiapkan bahan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3)
Pegawai dan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P).
x) Menyiapkan bahan laporan perkawinan, izin perkawinan dan
perceraian.
commit to user
lxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
y) Menyiapkan bahan usulan pemberian tanda penghargaan/tanda jasa
dan sanksi.
z) Mengelola presensi atau daftar hadir pegawai.
aa) Memeriksa dan menilai hasil kerja bawahan secara periodik.
bb) Memberikan usul dan saran kepada atasan dalam rangka kelancaran
pelaksanaan tugas.
cc) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.
dd) Melakukan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
3.
Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) di Kota Surakarta
a. Latar Belakang Pembangunan Rusunawa di Kota Surakarta
Pembangunan Rusunawa di Kota Surakarta dilatarbelakangi oleh
hal-hal sebagai berikut, yaitu :
1) Kebijakan pemerintah dalam penyediaan rumah bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR).
Kebutuhan tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan
pokok yang harus terpenuhi, namun tidak dapat dipungkiri kebutuhankebutuhan pokok lainnya yang lebih penting dan mendesak untuk
dipenuhi dalam keseharian hidup masyarakat membuat tempat tinggal
kurang
menjadi
prioritas,
khususnya
bagi
masyarakat
yang
berpenghasilan minim atau rendah. Karena latar belakang inilah.
kemudian
membuat
pemerintah
berupaya
untuk
membantu
masyarakat berpenghasilan rendah dapat mempunyai rumah sendiri
melalui kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan hal ini.
2) Pemenuhan kebutuhan rumah tinggal yang bersih, sehat, rapi dan
indah.
Berbagai latar belakang kehidupan masyarakat membuat
keberagaman dalam sikap
hidup
termasuk dalam hal penataan tempat
commit
to user
lxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tinggal yang menyangkut kebersihan, kesehatan, kerapian dan
keindahan. Kebanyakan dari masyarakat kita diakui maupun tidak,
karena keterbatasan pengetahuan juga membuat sebagian besar
masyarakat kurang mempedulikan hal-hal tersebut. Kebanyakan dari
masyarakat memaknai tempat tinggal hanya sebatas sebagai tempat
untuk berlindung dari panas terik matahari maupun dari hujan dan
juga sebagai tempat beristirahat tanpa memperhatikan unsur
kebersihan, kesehatan, kerapian dan keindahan.
3) Keterbatasan lahan untuk pemukiman dan perumahan.
Salah satu upaya pemerintah di dalam pemenuhan kebutuhan
akan tempat tinggal bagi masyarakat adalah melalui pembangunan
perumahan dan pemukiman, namun upaya pemenuhan tersebut
terkendala oleh terbatasnya lahan yang tersedia. Pembangunan rumah
susun diharapkan dapat menjadi jalan keluar bagi permasalahan ini,
karena lahan yang digunakan menjadi lebih efektif mengingat dalam
pembangunan rumah susun ini dibangun secara vertikal atau dalam
bentuk bertingkat sehingga unit satuan yang bisa dibangun jumlahnya
lebih banyak dibanding apabila hanya dibangun dalam bangunan yang
berbentuk horisontal.
4) Masih adanya lahan hak pakai milik Pemerintah Kota Surakarta yang
belum dimanfaatkan.
Lahan hak pakai milik Pemerintah Kota Surakarta banyak yang
belum dimanfaatkan oleh karena itu apabila dimanfaatkan untuk
pembangunan rumah susun, selain dapat membantu mewujudkan
kebijakan pemerintah untuk penyediaan tempat tinggal bagi
masyarakat juga akan memberikan kontribusi bagi Pemerintah Kota
Surakarta sendiri yaitu menjadi salah satu pemasukan atau pendapatan
asli daerah.
commit to user
lxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Pencegahan hunian tak berijin.
Hunian tak berijin timbul sebagai akibat dari keterbatasan
kemampuan masyarakat di dalam memenuhi kebutuhan akan tempat
tinggal. Adanya lahan yang kosong, tidak dimanfaatkan ataupun
tempat-tempat yang dianggap bisa dimanfaatkan untuk membangun
tempat tinggal, misalnya lahan bekas pemakaman, bantaran sungai,
bawah jembatan, dan lain sebagainya, membuat mereka berfikir dapat
menggunakan tempat-tempat tersebut untuk mendirikan bangunan
yang dalam hal ini dimanfaatkan sebagai tempat tinggal. Mereka
membangun rumah dengan seadanya atau yang biasa disebut dengan
bangunan semi permanen, dan dapat dipastikan bahwa bangunanbangunan tersebut tidak mempunyai ijin dalam pendiriannya.
6) Penataan pemukiman kumuh
Keterbatasan
kemampuan
masyarakat
dalam
memenuhi
kebutuhan akan tempat tinggal selain menimbulkan hunian tak berijin
sebagai efek lanjutannya adalah memunculkan adanya pemukiman
yang kumuh. Saat ada satu orang yang membangun tempat tinggal di
tempat-tempat yang tidak seharusnya, maka akan menarik masyarakat
lainnya untuk melakukan hal yang sama apalagi apabila di desak
untuk memenuhi kebutuhan. Mereka membangun tempat tinggal
dengan seadanya tanpa memperhatikan unsur tata kota, kerapian,
keindahan, dan kebersihan sehingga hal ini dapat menimbulkan
pemukiman kumuh.
b. Tujuan pembangunan Rusunawa di Kota Surakarta
Tujuan dari pembangunan Rusunawa di Kota Surakarta, yaitu :
1) Memberikan solusi atas kebutuhan perumahan sederhana dan sehat.
Pembangunan rumah susun diharapkan dapat memberikan
pemenuhan terhadap kebutuhan tempat tinggal yang sederhana namun
layak, bersih, sehat, rapi
dan toindah
commit
user bagi masyarakat sehingga secara
lxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak langsung juga akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat
yang tinggal di lingkungan tersebut.
2) Merupakan kebijakan Pemerintah Kota Surakarta dalam rangka
penyediaan
rumah
sederhana
dan
sehat
untuk
Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) Kota Surakarta.
Keberadaan rumah susun merupakan salah satu upaya
pemerintah dalam membantu masyarakat berpenghasilan rendah untuk
memenuhi kebutuhan mereka akan tempat tinggal yang layak. Adanya
rumah susun sendiri merupakan salah satu kebijakan yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Kota Surakarta dalam rangka penyediaan rumah
sederhana dan sehat untuk masyarakat Kota Surakarta yang memiliki
penghasilan yang rendah.
3) Diperuntukkan bagi penataan wilayah kumuh di Kota Surakarta,
sehingga tempat-tempat kumuh di Surakarta dapat berkurang.
Pembangunan
rumah
susun
diharapkan
dapat
menata
pemukiman khususnya untuk wilayah pemukiman kumuh dengan
lebih baik, sehingga wilayah-wilayah kumuh yang ada di Kota
Surakarta menjadi berkurang dan kemudian dapat menjadikan Kota
Surakarta menjadi lebih rapi, indah dan bersih mengingat semboyan
dari Kota Surakarta yaitu “berseri” yang juga akan mendukung
program Pemerintah Kota Surakarta sebagai salah satu daerah tujuan
wisata untuk menarik minat wisatawan.
4) Meminimalkan hunian tak berijin di bantaran sungai, sepanjang rel
kereta api dan tempat-tempat terlarang lainnya.
Dengan
masyarakat
adanya
rumah
berpenghasilan
susun
rendah
yang
yang
dapat
tidak
membantu
mempunyai
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal yang
layak, diharapkan dapat mencegah adanya hunian tak berijin di
tempat-tempat yang commit
tidak to
seharusnya,
seperti bantaran sungai,
user
lxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sepanjang rel kereta api, bekas pemakaman dan tempat-tempat
terlarang lainnya yang sewaktu-waktu bisa dibongkar oleh pihak yang
berwenang.
c. Potensi Pembangunan Rusunawa di Kota Surakarta
Potensi pembangunan Rusunawa di Kota Surakarta, yaitu :
1) Adanya Program Pembangunan “Sejuta Tower” dari Pemerintah
Pusat.
Program pembangunan “Sejuta Tower” merupakan salah satu
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat pada Periode 20092014. Program ini merupakan program yang dimiliki oleh pemerintah
pusat untuk penyediaan rumah sehat bagi masyarakat. Implementasi
pembangunan “Sejuta Tower” yaitu dengan pembangunan Rumah
Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) di seluruh Indonesia. Hal ini
menjadi
potensi
bagi
Kota
Surakarta
untuk
melaksanakan
pembangunan Rusunawa, karena selain mendukung program dari
Pemerintah Pusat, dengan adanya Program Pembangunan “Sejuta
Tower” dari pemerintah Pusat, maka dapat dipastikan terdapat
anggaran dana yang disediakan oleh pemerintah untuk pelaksanaan
programnya.
2) Adanya Hak Pakai Pemerintah Kota Surakarta yang belum
dimanfaatkan secara optimal.
Banyaknya lahan kosong yang merupakan Hak Pakai
Pemerintah Kota Surakarta menjadi salah satu potensi bagi
pembangunan Rusunawa di Kota ini. Dengan banyaknya hak pakai
yang belum dimanfaatkan secara optimal, maka Pemerintah Kota
Surakarta dapat memanfaatkannya untuk pembangunan rusunawa.
Apabila dikaitkan dengan Program Pembangunan Sejuta
Tower dari Pemerintah Pusat, maka terdapat keterkaitan yang saling
commit to user
mendukung. Pada satu sisi Pemerintah Kota Surakarta mempunyai
lxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
banyak lahan hak pakai yang belum dimanfaatkan secara optimal,
namun untuk membangun rumah susun Pemerintah Kota Surakarta
terkendala dengan dana yang diperlukan untuk membangun rumah
susun. Sementara disisi lain Pemerintah Pusat mempunyai dana untuk
pelaksanaan programnya, namun terkendala dengan tidak adanya
lahan yang dapat dimanfaatkan untuk membangun rumah susun.
Dengan demikian, apabila Pemerintah Kota Surakarta berkoordinasi
dengan Pemerintah Pusat maka pembangunan rumah susun ini akan
dapat terlaksana.
3) Besarnya minat warga Kota Surakarta untuk tinggal di Rusunawa.
Meskipun pada awalnya penduduk Kota Surakarta kurang
berminat untuk tinggal di Rusunawa, namun seiring berjalannya
waktu hal ini berubah. Minat warga Kota Surakarta untuk tinggal di
Rusunawa sekarang ini menjadi besar mengingat banyaknya
keuntungan yang mereka peroleh apabila tinggal di Rusunawa
sementara di sisi lain mereka tidak perlu mengeluarkan biaya yang
tinggi untuk mendapat tempat tinggal yang layak meskipun sederhana.
Hal ini menjadi potensi bagi pembangunan Rusunawa di Kota
Surakarta, karena dengan minat warga yang besar tersebut maka
pembangunan Rusunawa ini pada akhirnya tidak akan menjadi sia-sia,
namun dapat sangat bermanfaat bagi penduduk Kota Surakarta yang
membutuhkan tempat tinggal.
d. Sumber Dana Pembangunan Rusunawa di Kota Surakarta
Sumber dana pembangunan Rusunawa di Surakarta berasal dari :
1) Anggaran Pengeluaran dan Belanja Negara (APBN) melalui
Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan Rakyat.
2) Anggaran Pengeluaran dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa
Tengah.
3) Anggaran Pengeluarancommit
dan Belanja
to userDaerah (APBD) Kota Surakarta.
lxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Pembangunan Rusunawa di Kota Surakarta
Rusunawa di Kota Surakarta yang pertama kali di bangun adalah
Rusunawa Begalon yang berlokasi di Kelurahan Panularan, Kecamatan
Laweyan, Kota Surakarta dengan memanfaatkan lahan bekas makam. Di
Begalon sendiri dibangun 2 Rusunawa. Dengan adanya Program Sejuta
Tower dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Kota Surakarta kemudian
membangun Rusunawa di tempat-tempat lainnya, antara lain di kelurahan
Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta dan Jurug, Kecamatan
Jebres, Surakarta. Sampai saat ini sudah terdapat 7 Rusunawa yang
berhasil dibangun oleh Pemerintah Kota Surakarta, dan 6 diantaranya
sudah beroperasi dalam artian rumah susun sudah siap pakai dan penyewa
sudah ada. Masing-masing dari rusunawa tersebut memiliki 98 unit satuan
rumah susun, dibangun dalam 4 (empat) lantai dengan sistem twin blok
yang terdiri dari :
1) Lantai Difabel
: 2 Satuan Unit Rumah susun
2) Lantai I
: 24 Satuan Unit Rumah susun
3) Lantai II
: 24 Satuan Unit Rumah Susun
4) Lantai III
: 24 Satuan Unit Rumah Susun
5) Lantai IV
: 24 Satuan Unit Rumah Susun
Fasilitas yang diberikan kepada setiap penyewa yaitu :
1) Satuan unit rumah susun seluas 24 meter persegi.
2) Ruang tamu.
3) Dapur.
4) Kamar mandi.
5) Tempat parkir.
6) Listrik.
7) Air bersih.
8) Aula/ruang pertemuan.
9) Mushola.
commit to user
lxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tarif sewa Rusunawa sendiri berdasarkan Peraturan Daerah
Surakarta Nomor 7 Tahun 2009 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan
Daerah adalah sebagai berikut :
1) Lantai Difabel
: Rp 100.000,-/ bulan
2) Lantai 1
: Rp 100.000,-/ bulan
3) Lantai 2
: Rp 90.000,-/ bulan
4) Lantai 3
: Rp 80.000,-/ bulan
5) Lantai 4
: Rp 70.000,-/ bulan
f. Pengelolaan Rusunawa di Kota Surakarta
1) Dasar Hukum Pengelolaan Rusunawa di Kota Surakarta
Dasar hukum pengelolaan Rusunawa di Kota Surakarta oleh
UPTD Rumah Sewa, yaitu :
a) Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta.
b) Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2009 tentang Retribusi
Pemakaian Kekayaan Daerah.
c) Peraturan Walikota Surakarta Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan
Umum Kota Surakarta’
d) Peraturan Walikota Surakarta Nomor 45 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas
Pekerjaan Umum Kota Surakarta.
e) Peraturan Walikota Surakarta Nomor 20-0 Tahun 2009 tentang
Pedoman Uraian Tugas Jabatan Struktural Unit Pelaksana Teknis
Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta.
2) Pola Pengelolaan Rusunawa
Pengelolaan Rusunawa di Kota Surakarta dilaksanakan dengan
memperhatikan hal-halcommit
berikutto: user
lxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Berkontribusi pada Pemerintah Kota Surakarta yaitu sebagai
penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta.
b) Mandiri dalam operasional.
g. Kontribusi Rusunawa terhadap Pemerintah Kota Surakarta
Keberadaan Rusunawa di Kota Surakarta secara langsung maupun
tidak langsung mampu memberikan kontribusi terhadap Pemerintah Kota
Surakarta dalam beberapa aspek, antara lain :
1) Aspek Psikologis
a) Mengangkat harkat dan martabat dalam berumah tangga.
b) Meningkatkan etos hidup penyewa.
c) Menekan tindakan mengkavling tanah negara untuk hunian tidak
berijin.
2) Aspek Finansial
a) Memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kota Surakarta.
b) Alokasi anggaran penataan perumahan dan pemukiman kumuh Kota
Surakarta dapat dihemat.
3) Aspek Sosiologis
a) Meminimalkan daerah kumuh.
b) Mengubah perilaku masyarakat dalam menjalani kehidupan rumah
tangga yang lebih tertib dan teratur.
c) Meningkatkan kualitas berumah tangga.
B. Pengaturan Sewa-menyewa Rumah Susun di Kota Surakarta Ditinjau
berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Sewa-menyewa Rusunawa di Kota Surakarta tidak dibuat dalam
sebuah perjanjian seperti pada umumnya dimana para pihak secara bersamasama menuangkan segala kesepakatan
commit todalam
user sebuah akta tetapi hanya melalui
lxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kesepakatan yang dilakukan oleh para pihak dengan jalan penyewa Rusunawa
menandatangani pernyataan tertulis dan persetujuan yang dibuat oleh pihak
pengelola yaitu UPTD Rumah Sewa. Berdasarkan wawancara penulis dengan
Bapak Toto Jayanto S.H., M.Hum selaku Kepala UPTD Rumah Sewa Dinas
Pekerjaan Umum Pemerintah Kota Surakarta alasan tidak dibuatnya
kesepakatan antara pihak penyewa dan pengelola dalam sebuah akta
perjanjian, meskipun dalam Undang-undang diamanatkan untuk membuat
kesepakatan dengan pihak penyewa rumah susun ini dalam sebuah perjanjian,
adalah antara lain karena :
1. Menjaga Kepraktisan
Dibuatnya kesepakatan dalam bentuk pernyataan persetujuan
terhadap semua peraturan yang telah dibuat oleh pihak pengelola yang
dalam hal ini adalah UPTD Rumah Sewa dimaksudkan untuk membuat
perjanjian itu lebih praktis, tanpa harus melalui prosedur yang terlalu
panjang mengingat juga dalam perjanjian harus dibuat dalam tahapantahapan dengan memperhatikan keseimbangan hak dan kewajiban di
antara kedua pihak sampai akhirnya tercapai kesepakatan yang kemudian
kesepakatan tersebut dituangkan dalam sebuah perjanjian.
2. Latar belakang pendidikan dan pekerjaan penyewa Rusunawa
Tanpa memandang rendah latar belakang para penyewa rumah
susun, namun dalam kenyataannya sebagian besar penyewa adalah
masyarakat dengan latar belakang pendidikan yang rendah dengan
pekerjaan yang sederhana. Ketika kesepakatan itu dituangkan dalam
sebuah pernyataan tertulis, mereka akan lebih mudah memahami maksud
dari aturan-aturan yang tercantum di dalamnya dibanding apabila di buat
dalam bentuk perjanjian belum tentu mereka dapat memahaminya. Bagi
penyewa ketika mereka sudah menandatangi surat pernyataan bermeterai,
maka secara otomatis aturan-aturan yang terdapat didalamnya harus
dipatuhi dan jika melanggar harus siap dengan konsekuensi yang harus dia
commit to user
tanggung.
lxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Mempermudah upaya penyelesaian apabila terjadi permasalahan
Dalam pelaksanaan sewa-menyewa rumah susun seperti halnya
kesepakatan atau perjanjian yang melibatkan dua atau lebih pihak
didalamnya tentu dalam pelaksanaannya ada kalanya menimbulkan
permasalahan yang bisa diakibatkan oleh pelanggaran terhadap ketentuanketentuan yang berlaku maupun karena hal-hal lain yang dilakukan oleh
salah satu pihak. Tidak dibuatnya perjanjian dalam sewa-menyewa
Rusunawa juga untuk lebih mempermudah upaya penyelesaian apabila
dikemudian hari didalam pelaksanaan sewa-menyewa Rusunawa ini terjadi
permasalahan tanpa harus melalui proses hukum yang panjang dan biaya
yang banyak mengingat juga sebagian besar penyewa Rusunawa adalah
masyarakat dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang
sederhana dapat dipastikan pula para penyewa pun lebih memilih
penyelesaian yang cepat tanpa mengeluarkan banyak biaya dan waktu
Perikatan dalam sewa-menyewa Rusunawa ini meski tidak dibuat
dalam akta perjanjian seperti pada umumnya dan hanya dituangkan dalam
sebuah pernyataan tertulis bermeterai dari penyewa, berdasarkan prosedur
dan juga segala peraturan serta ketetapan lain yang berlaku baik bagi
penyewa maupun pengelola, penulis meninjau pengaturan-pengaturan
tersebut berdasarkan ketetapan yang terdapat pada Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUH Perdata).
1. Pengaturan Sewa-menyewa Rumah Susun Ditinjau Berdasarkan
Pengaturan Perjanjian di dalam KUH Perdata
Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan bahwa, “Suatu perjanjian
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Berdasar pengertian perjanjian
menurut KUH Perdata tersebut maka dapat disimpulkan unsur-unsur yang
terdapat dalam perjanjian antara lain : adanya suatu perbuatan, antara
sekurangnya 2 (dua) orang atau dapat pula lebih, perbuatan tersebut
commit to user
melahirkan perikatan diantara para pihak-pihak yang berjanji tersebut
lxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2004:7). Perikatan di dalam sewamenyewa rumah susun di Kota Surakarta meskipun tidak tertuang dalam
akta perjanjian, akan tetapi apabila dikaitkan dengan unsur-unsur yang
terdapat dalam pengertian perjanjian menurut KUH perdata, maka :
a. Adanya suatu perbuatan
Unsur perbuatan dalam sewa-menyewa rumah susun ini adalah
pihak penyewa melakukan suatu perbuatan yaitu memberikan
pernyataan persetujuan terhadap segala ketentuan yang ditetapkan oleh
pihak lainnya, yaitu pengelola rusunawa.
b. Antara sekurangnya dua orang (dapat lebih dari dua orang)
Sewa-menyewa rumah susun ini terjadi antara 2 (dua) orang
atau pihak seperti yang terdapat dalam perjanjian di dalam KUH
Perdata, yaitu pihak penyewa dan pihak pengelola yang dalam hal ini
adalah masyarakat penyewa rumah susun sebagai pihak penyewa dan
UPTD Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta sebagai
pihak yang menyewakan sekaligus mengelola Rusunawa yang ada di
Kota Surakarta.
c. Perbuatan tersebut melahirkan perikatan di antara pihak-pihak yang
berjanji tersebut
Perbuatan
yang dilakukan
oleh
penyewa rumah
susun
menghasilkan perikatan di antara penyewa dan juga pengelola rumah
susun, karena secara tidak langsung ketika penyewa memberikan
pernyataan atau persetujuannya terhadap segala ketetapan yang berlaku,
semua ketetapan tersebut mengikat tidak hanya bagi penyewa namun
juga bagi pengelola.
Berdasarkan ketiga hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
perikatan di dalam sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta
meskipun tidak dibuat dalam sebuah akta perjanjian, akan tetapi secara
tidak langsung unsur yang terkandung dalam pernyataan tertulis dari pihak
commit to user
penyewa rumah susun telah memenuhi unsur-unsur yang termuat di dalam
lxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUH perdata, yaitu adanya
suatu perbuatan, antara sekurangnya 2 (dua) orang, dan perbuatan tersebut
melahirkan perikatan diantara para pihak yang berjanji tersebut.
Selain unsur-unsur yang terdapat dalam pengertian perjanjian,
tinjauan mengenai perjanjian juga memperhatikan syarat sahnya perjanjian
yang terdapat dalam Pasal 1320 KUH perdata. Syarat sahnya perjanjian
dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu :
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
b. Cakap untuk membuat perikatan.
c. Suatu hal tertentu.
d. Suatu sebab yang halal.
Perikatan yang timbul dalam sewa-menyewa rumah susun di Kota
Surakarta apabila dikaji menurut syarat sahnya perjanjian di dalam Pasal
KUH Perdata tersebut, maka :
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
Sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta meskipun tidak
dibuat dalam akta perjanjian, pernyataan tertulis dari pihak penyewa
secara tidak langsung merupakan bentuk perikatan bagi para pihak, dan
hal itu secara tidak langsung pula merupakan bentuk kesepakatan dari
para pihak terhadap sewa-menyewa rumah susun. Hal ini dikarenakan
ketika pernyataan tertulis tersebut ditandatangani oleh penyewa, pada
saat itu pula semua hak dan kewajiban telah mengikat para pihak, baik
itu penyewa maupun pengelola.
b. Cakap untuk membuat perikatan
KUH Perdata tidak menyebutkan siapa saja yang cakap
melakukan perbuatan hukum atau dalam hal ini membuat perjanjian
atau perikatan, namun dalam Pasal 1330 KUH Perdata hanya
menyebutkan mereka yang dinyatakan tidak cakap melakukan
commit to user
perbuatan hukum. Salah satu yang dianggap tidak cakap adalah mereka
lxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang belum dewasa. Pasal 330 KUH Perdata menyatakan bahwa
mereka yang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur
genap 21 (dua puluh satu) tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin.
Dengan kata lain, mereka yang sudah mencapai umur genap 21 tahun
dan atau belum mencapai umur genap 21 tahun tetapi telah menikah
dianggap sudah dewasa dan cakap melakukan perbuatan hukum.
Kecakapan dalam sewa-menyewa ini ditunjukkan dengan salah satu
persyaratan yang harus dipenuhi oleh penyewa, yaitu penyewa haruslah
orang yang sudah menikah dan hal ini harus dibuktikan oleh penyewa
dengan menyerahkan fotokopi surat nikah.
c. Suatu hal tertentu
Obyek dalam sewa-menyewa rumah susun ini adalah satuan unit
rumah susun beserta dengan segala fasilitas serta sarana dan prasarana
yang terdapat dalam rumah susun milik Pemerintah Kota Surakarta
yang dapat dipakai oleh masyarakat sebagai tempat tinggal melalui
sistem sewa-menyewa. Selain obyek, dalam sewa-menyewa rumah
susun ini juga diatur mengenai segala hak dan kewajiban bagi para
pihak, baik Pemerintah Kota Surakarta melalui pengelola yaitu UPTD
Rumah Sewa sebagai pemilik dan juga penghuni Rusunawa sebagai
penyewa yang tertuang di dalam tata tertib Rusunawa.
d. Suatu sebab yang halal
Kesepakatan atau perikatan yang timbul dalam sewa-menyewa
rumah susun ini berisi dengan hal yang halal, dalam artian tidak
bertentangan dengan undang-undang maupun kesusilaan karena yang
menjadi pokok atau obyek di dalam perikatan ini adalah rumah susun
milik Pemerintah Kota Surakarta yang disewakan kepada warga
masyarakat Kota Surakarta yang membutuhkan dan telah memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan oleh UPT Rumah Sewa Dinas
Pekerjaan Umum Kota Surakarta yang merupakan pihak yang
berwenang di dalam pengelolaan dan segala hal yang berkaitan dengan
to user
sewa-menyewa rumah commit
susun di
Kota Surakarta. Selain perikatan itu
lxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sendiri, dengan mengingat maksud serta tujuan pembangunan rumah
susun oleh Pemerintah Kota Surakarta, segala ketentuan dan hal yang
diatur dalam sewa-menyewa rumah susun ini tidak mengandung unsur
yang terlarang, tidak dilarang oleh undang-undang dan tidak
bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.
Berdasarkan hasil tinjauan terhadap pengaturan perikatan yang
timbul dalam sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta dengan
ketentuan dalam Pasal 1320 KUH Perdata, maka dapat disimpulkan bahwa
perikatan di dalam sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta ini
meskipun tidak dibuat dalam sebuah akta perjanjian dapat dikatakan telah
memenuhi ketentuan dalam Pasal 1320 KUH Perdata mengenai syarat
sahnya perjanjian, yaitu sepakat mereka yang mengikatkan dirinya,
dilakukan oleh para pihak yang cakap untuk membuat perikatan,
merupakan suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal, tidak
bertentangan dengan Undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.
2. Pengaturan Sewa-menyewa Rumah Susun Ditinjau Berdasarkan
Pengaturan Sewa-Menyewa di dalam KUH Perdata
Pengertian sewa-menyewa berdasarkan Pasal 1548 KUH Perdata
ialah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya
untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari sesuatu
barang, selama suatu waktu tertentu, dan dengan pembayaran sesuatu
harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya.
Berdasarkan definisi tersebut, maka unsur-unsur yang terdapat didalamnya
yaitu adanya pihak yang menyewakan dan pihak penyewa; adanya
konsensus diantara kedua belah pihak; adanya obyek sewa-menyewa yaitu
barang, baik barang bergerak maupun tidak bergerak; adanya kewajiban
dari pihak yang menyewakan untuk menyerahkan kenikmatan kepada
pihak penyewa atas suatu benda; serta adanya kewajiban dari penyewa
untuk menyerahkan uang pembayaran kepada pihak yang menyewakan.
commit to user
lxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Unsur-unsur tersebut apabila dikaitkan dengan sewa-menyewa rumah
susun di Kota Surakarta, maka :
a Adanya pihak yang menyewakan dan pihak penyewa.
Pihak yang menyewakan dalam sewa-menyewa rumah susun di
Kota Surakarta ini yaitu Pemerintah Kota Surakarta melalui Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumah Sewa Dinas Pekerjaan
Umum Kota Surakarta sebagai pihak yang berwenang sebagai
pengelola rumah susun yang terdapat di Kota Surakarta. Pihak penyewa
yaitu warga masyarakat Kota Surakarta yang menyewa rumah susun
milik Pemerintah Kota Surakarta tersebut.
b Adanya konsensus antara kedua belah pihak.
Kesepakatan di antara pihak penyewa dan yang menyewakan di
dalam sewa-menyewa rumah susun ini ditandai dengan pernyataan
tertulis dari pihak penyewa yang mana dalam pernyataan tersebut
merupakan tanda persetujuan dari pihak penyewa atas segala ketentuan
yang sudah ditetapkan oleh pihak yang menyewakan. Dengan adanya
pernyataan kesepakatan tersebut juga menjadi tanda bagi kedua belah
pihak bahwa segala ketentuan tersebut sudah mengikat para pihak
khususnya menyangkut hak dan kewajiban.
c Adanya obyek sewa-menyewa, yaitu barang, baik barang bergerak
maupun tidak bergerak.
Obyek dalam sewa-menyewa rumah susun ini adalah satuan unit
rumah susun beserta dengan segala fasilitas, sarana dan prasarananya
baik yang terdapat dalam bagian satuan unit rumah susun itu sendiri
sebagai bagian dari hak masing-masing penyewa, maupun juga bagian
bersama dan benda bersama yang dipakai oleh para penghuni rumah
susun secara bersama-sama di dalam rumah susun tersebut.
commit to user
lxxx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d Adanya kewajiban dari pihak yang menyewakan untuk menyerahkan
kenikmatan kepada pihak penyewa atas suatu benda.
Kewajiban dari pihak yang menyewakan yang dalam hal ini
yaitu UPTD Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota
Surakarta sebagai pengelola rumah susun di Kota Surakarta termuat di
dalam tata tertib rusunawa diantaranya adalah menyediakan fasilitas
listrik, air bersih di setiap satuan unit Rusunawa, melakukan
pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan secara teratur terhadap seluruh
elemen dan komponen sarana Rusunawa sesuai dengan standar
kesehatan dan keamanan. Dari kewajiban-kewajiban tersebut terlihat
bahwa pada dasarnya pengelola mempunyai kewajiban untuk
menyerahkan kenikmatan kepada penyewa Rusunawa.
e Adanya kewajiban dari penyewa untuk menyerahkan uang pembayaran
kepada pihak yang menyewakan.
Tata tertib Rusunawa selain memuat kewajiban pengelola juga
memuat kewajiban-kewajiban penyewa Rusunawa. Kewajiban tersebut
antara lain membayar biaya sewa dan segala biaya yang ditetapkan oleh
pengelola, membayar pemakaian listrik dan air bersih. Berdasarkan
kewajiban-kewajiban tersebut dapat terlihat bahwa penyewa rusunawa
berkewajiban menyerahkan uang pembayaran kepada pihak yang
menyewakan melalui pengelola Rusunawa.
Pengaturan sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta apabila
dikaitkan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam pengertian sewamenyewa menurut Pasal 1548 KUH Perdata, dapat disimpulkan bahwa
pengaturan sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta yang terdapat
dalam pernyataan penyewa rumah susun maupun tata tertib Rusunawa,
telah memenuhi unsur-unsur pengertian sewa-menyewa di dalam Pasal
1548 KUH Perdata.
Pasal 1550-1552 KUH Perdata memuat mengenai kewajiban dari
commit to user
pihak yang menyewakan, sementara mengenai haknya sudah termuat di
lxxxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam pengertian sewa-menyewa itu sendiri dalam Pasal 1548 KUH
Perdata, yaitu menerima harga sewa yang telah ditentukan. Dalam sewamenyewa rumah susun di Kota Surakarta ini, salah satu hak dari pengelola
Rusunawa yaitu UPTD Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah
Kota Surakarta sebagai pihak yang menyewakan rumah susun di Kota
Surakarta adalah menarik uang sewa, rekening air, listrik, dan biaya lainlain yang telah ditetapkan oleh pengelola dengan kata lain maka pengelola
menerima harga sewa yang telah ditentukan. Dengan demikian maka hak
yang dimiliki oleh pihak yang menyewakan telah memenuhi ketentuan hak
dari pihak yang menyewakan dalam Pasal 1548 KUH Perdata.
Disamping memiliki hak, pengelola rumah susun di Kota Surakarta
juga memiliki kewajiban yang termuat di dalam tata tertib Rusunawa.
Kewajiban-kewajiban tersebut apabila dikaitkan dengan kewajiban pihak
yang menyewakan dalam KUH Perdata, maka :
a. Menyerahkan barang yang disewakan kepada si penyewa (Pasal 1550
ayat (1) KUH Perdata).
Dalam sewa-menyewa rumah susun ini pihak pengelola menyerahkan
satuan unit rumah susun kepada penyewa sesuai dengan satuan unit
yang menjadi hak penyewa yang bersangkutan.
b. Memelihara barang yang disewakan sedemikian rupa, sehingga barang
itu dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan (Pasal 1550 ayat
(2) KUH Perdata).
Salah satu kewajiban pengelola yang terdapat dalam tata tertib
Rusunawa yaitu melakukan pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan
secara teratur terhadap seluruh elemen dan komponen sarana Rusunawa
sesuai dengan standar kesehatan dan keamanan. Dengan demikian maka
jelas bahwa pengelola berkewajiban untuk melakukan pemeliharaan
terhadap rumah susun yang disewakan sehingga rumah susun tersebut
dapat digunakan oleh penyewa rumah susun dengan baik.
commit to user
lxxxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Memberikan hak kepada penyewa untuk menikmati barang yang
disewakan (Pasal 1550 ayat (3) KUH Perdata).
Menyediakan fasilitas listrik, air bersih di setiap Satuan Unit
Rusunawa; mewujudkan lingkungan yang bersih dan teratur serta
lestari; menjaga keamanan lingkungan bekerjasama dengan penyewa
dan aparat keamanan, merupakan kewajiban-kewajiban yang harus
dipenuhi oleh pengelola sebagai upaya yang dilakukan oleh pengelola
dalam memberikan hak pada penyewa untuk menikmati rumah susun
yang disewanya dengan baik.
d. Melakukan pembetulan pada waktu yang sama (Pasal 1551 KUH
Perdata).
Kewajiban pengelola untuk melakukan pemeriksaan, pemeliharaan,
perbaikan secara teratur terhadap seluruh elemen dan komponen sarana
Rusunawa sesuai dengan standar kesehatan dan keamanan khususnya
dalam hal melakukan perbaikan menyatakan bahwa kewajiban
pengelola adalah melakukan pembetulan-pembetulan terhadap sarana
rumah susun yang disewakan apabila terdapat kerusakan atau hal-hal
lainnya yang membutuhkan perbaikan.
e. Menanggung cacat dari barang yang disewakan (Pasal 1552 KUH
Perdata).
Kewajiban pengelola untuk melakukan pemeriksaan, pemeliharaan,
perbaikan secara teratur terhadap seluruh elemen dan komponen sarana
Rusunawa sesuai dengan standar kesehatan dan keamanan, secara tidak
langsung dalam hal melakukan pemeriksaan juga menyatakan bahwa
pengelola menanggung apabila terdapat suatu hal yang cacat mengenai
satuan unit rumah susun yang disewakannya tersebut dan berupaya
untuk memperbaiki hal yang cacat tersebut sehingga kemudian dapat
dipergunakan oleh penyewa dengan sebagaimana mestinya.
Berdasarkan kelima hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
kewajiban pihak pengelola
Rusunawa
commit
to useryang juga merupakan pihak yang
lxxxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyewakan rumah susun di Kota Surakarta telah memenuhi ketentuan
kewajiban dari pihak yang menyewakan yang terdapat dalam KUH
Perdata, yaitu : menyerahkan barang yang disewakan kepada si penyewa
(Pasal 1550 ayat (1) KUH Perdata), memelihara barang yang disewakan
sedemikian rupa, sehingga barang itu dapat dipakai untuk keperluan yang
dimaksudkan (Pasal 1550 ayat (2) KUH Perdata), memberikan hak kepada
penyewa untuk menikmati barang yang disewakan (Pasal 1550 ayat (3)
KUH Perdata), melakukan pembetulan pada waktu yang sama (Pasal 1551
KUH Perdata), dan menanggung cacat dari barang yang disewakan (Pasal
1552 KUH Perdata).
Seperti halnya pihak yang menyewakan, pihak penyewa juga
mempunyai hak dan kewajiban. Hak yang dimiliki oleh penyewa adalah
menerima barang yang disewakan dalam keadaan baik. Sementara itu
sesuai dengan Pasal 1560 KUH Perdata, kewajiban utama seorang
penyewa yaitu :
a. Memakai barang yang disewa sebagai seorang bapak-rumah yang baik,
sesuai dengan tujuan yang diberikan pada barang itu
menurut
persetujuan sewanya, atau jika tidak ada suatu persetujuan mengenai
itu, menurut tujuan yang dipersangkakan berhubung dengan keadaan
(Pasal 1560 ayat (1)e KUH Perdata).
Kewajiban penyewa rumah susun di Kota Surakarta yang termuat
dalam tata tertib Rusunawa diantaranya adalah memelihara sarana
Rusunawa yang disewa dengan sebaik-baiknya. Hal ini menunjukkan
bahwa salah satu kewajiban penyewa rumah susun atau penghuni
Rusunawa adalah harus bertindak sebagai seorang bapak-rumah yang
baik, yaitu menggunakan segala sarana dan prasarana yang ada di
rumah susun seakan-akan itu adalah miliknya sendiri.
Selain dalam kewajiban, ketentuan mengenai hal ini juga dijabarkan
dalam larangan bagi penyewa yang juga termuat dalam tata tertib
commit to user
Rusunawa, diantaranya adalah dilarang melakukan tindakan merusak
lxxxiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau melakukan tindakan yang dapat menimbulkan pencemaran
terhadap fasilitas bersama yang ada di lingkungan Rusunawa, dan
dilarang merusak instalasi listrik, air, lampu taman dan lampu
penerangan di komplek Rusunawa.
b. Membayar harga sewa pada waktu-waktu yang telah ditentukan (Pasal
1560 ayat (2)e KUH Perdata).
Kewajiban ini terdapat dalam tata tertib Rusunawa yang menyatakan
bahwa kewajiban penyewa atau penghuni Rusunawa adalah membayar
sewa dan segala biaya yang ditetapkan pengelola dan juga membayar
Pemakaian listrik dan air bersih setiap bulannya. Dalam pernyataan
yang dibuat penyewa, salah pernyataannya adalah sanggup dan bersedia
membayar sewa sesuai tarif antara tanggal 1 sampai dengan 10 setiap
bulannya.
Berdasar kedua hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kewajiban yang dimiliki oleh penyewa rumah susun di Kota Surakarta
telah memenuhi ketentuan dalam Pasal 1560 ayat (1)e KUH Perdata
mengenai kewajiban penyewa sebagai bapak rumah yang baik terhadap
barang yang disewanya dan juga kewajiban untuk membayar harga sewa
pada waktu-waktu yang telah ditentukan sesuai dengan Pasal 1560 ayat
(2)e KUH Perdata.
Dalam sewa-menyewa, ketentuan menurut Pasal 1553 KUH
Perdata menyatakan, “ Jika selama waktu sewa, barang yang disewakan
sama sekali musnah karena suatu kejadian yang tak disengaja, maka
persetujuan sewa gugur demi hukum. Jika barangnya hanya sebagian
musnah, si penyewa dapat memilih, menurut keadaan, apakah ia akan
meminta pengurangan harga sewa, ataukah ia akan meminta bahkan
pembatalan persetujuannya sewa; tetapi tidak dalam satu dari kedua hal
itupun ia berhak atas suatu ganti-rugi”. Dalam sewa-menyewa rumah
susun di Kota Surakarta ketentuan mengenai resiko ini tidak diatur,
commit to user
sehingga apabila sewaktu-waktu terjadi hal yang menyebabkan musnahnya
lxxxv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rumah susun karena suatu kejadian yang tidak disengaja, para pihak dapat
melihat ketentuan umum mengenai resiko di dalam sewa-menyewa yang
terdapat dalam Pasal 1553 KUH Perdata tersebut.
Pada dasarnya sewa-menyewa dibuat dengan jangka waktu tertentu
sesuai dengan Pasal 1570 KUH Perdata yang berbunyi, “Jika sewa dibuat
dengan tulisan, maka sewa itu berakhir demi hukum, apabila waktu yang
ditentukan telah lampau, tanpa diperlukannya sesuatu pemberhentian
untuk itu”. Sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta juga dibuat
dengan jangka waktu tertentu yaitu 12 (dua belas) bulan. Hal ini
dinyatakan di dalam salah satu pernyataan penyewa bahwa penyewa
menyetujui jangka waktu sewa satuan unit Rusunawa adalah selama 12
(dua belas) bulan terhitung sejak berlakunya sampai dengan berakhirnya
Surat Ijin Penghunian (SIP). Dengan demikian maka ketentuan mengenai
jangka waktu sewa rumah susun ini telah memenuhi ketentuan di dalam
Pasal 1570 KUH Perdata.
C. Pelaksanaan Sewa-menyewa Rumah Susun di Kota Surakarta,
Permasalahan yang Dihadapi dan Upaya Penyelesaiannya
1.
Pelaksanaan Sewa-menyewa Rumah Susun di Kota Surakarta
a. Persyaratan Sewa-menyewa Rumah Susun di Kota Surakarta
Syarat-syarat yang harus diperhatikan dan dipenuhi oleh calon
penyewa rumah susun, yaitu :
1) Memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Surakarta.
Hal ini untuk menjamin bahwa calon penyewa rumah susun
adalah benar-benar penduduk Kota Surakarta, mengingat pembangunan
Rusunawa di Kota Surakarta merupakan kebijakan yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Kota Surakarta dengan tujuan dan sasaran untuk
membantu penduduk commit
di wilayah
to user Kota Surakarta yang belum
lxxxvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempunyai tempat tinggal sehingga yang menjadi sasaran program ini
tentu adalah penduduk Kota Surakarta.
2) Sudah menikah.
Persyaratan ini ditetapkan untuk lebih mengutamakan warga
masyarakat yang sudah berkeluarga, dengan pertimbangan bahwa orang
yang sudah menikah dan berkeluarga lebih membutuhkan tempat
tinggal dibandingkan mereka yang belum menikah atau berkeluarga.
3) Belum mempunyai rumah.
Sesuai dengan tujuan pembangunan rumah susun yaitu untuk
membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan tempat
tinggal, sehingga yang menjadi sasaran utama dalam pembangunan
Rusunawa ini
adalah masyarakat yang belum mempunyai tempat
tinggal sendiri. Bagi masyarakat yang akan menyewa Rusunawa, hal ini
harus dibuktikan dengan adanya surat keterangan tidak mempunyai
rumah dari kelurahan setempat.
4) Berpenghasilan antara Rp 750.000,- s/d Rp 2.500.000,- setiap bulannya.
Mengingat Rusunawa adalah rumah susun milik Pemerintah
Kota Surakarta yang disewakan, bukan rumah sosial yang diberikan
dengan cuma-cuma, maka penghasilan juga menjadi pertimbangan
dalam menyewakan Rusunawa ini. Hal ini untuk menjamin ke
depannya penyewa tersebut tetap mempunyai kemampuan untuk
memenuhi salah satu kewajiban pokoknya, yaitu membayar uang sewa.
Hal ini juga sesuai dengan sasaran dari pembangunan rumah susun
yaitu diperuntukkan bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Pembuktian terhadap hal ini yaitu dengan adanya keterangan
penghasilan per bulan dari tempat penyewa bekerja atau dari kelurahan.
b. Prosedur Sewa-menyewa Rumah Susun di Kota Surakarta
Prosedur dalam sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta
commit to user
adalah sebagai berikut :
lxxxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Pendaftaran.
Dalam pendaftaran ini calon penyewa rumah susun mengajukan
permohonan menyewa rumah susun yang ditujukan kepada Kepala
UPTD Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Kota
Surakarta. Selain mengisi formulir pengajuan menyewa Rusunawa,
calon penyewa Rusunawa juga melengkapinya dengan bukti-bukti dari
persyaratan yang harus dipenuhi diatas yang terdiri dari :
a) Fotokopi Kartu Keluarga (KK).
b) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP).
c) Fotokopi Surat Nikah.
d) Keterangan tidak mempunyai rumah dari kelurahan.
e) Keterangan penghasilan per bulan.
f) Pas photo Suami/istri pemohon.
2) Seleksi Administratif
Seleksi administratif ini dilakukan oleh pihak pengelola yang
dalam hal ini yaitu UPTD Rumah Sewa untuk menyeleksi kelengkapan
administratif dari calon penyewa Rusunawa yang sudah mengajukan
permohonan. Seleksi ini juga untuk menentukan calon penyewa yang
lebih
berhak
menyewa
Rusunawa
dengan
memperhatikan
pertimbangan-pertimbangan lain mengingat banyaknya masyarakat
berpenghasilan rendah yang belum mempunyai tempat tinggal dan
berminat untuk menyewa Rusunawa.
3) Pengisian Lembar Pernyataan oleh Penyewa Rusunawa.
Terhadap calon penyewa Rusunawa yang sudah memenuhi
persyaratan dan lolos dalam tahap seleksi administratif akan diberikan
pemberitahuan dan pemanggilan kepada pihak yang bersangkutan untuk
kemudian mengisi dan menandatangani pernyataan tertulis sebagai
tanda persetujuan atau kesepakatan terhadap semua aturan yang telah
dibuat oleh pihak pengelola
Rusunawa
yaitu UPTD Rumah Sewa.
commit to
user
lxxxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain mengisi surat pernyataan, penyewa juga membayar uang sewa
selama 3 bulan. Uang sewa 2 bulan yang dibayarkan di muka tersebut
digunakan sebagai jaminan.
4) Pemberian Surat Ijin Penghunian (SIP), penetapan nomor unit
Rusunawa dan penyerahan kunci kepada penyewa.
Setelah memenuhi semua persyaratan, penyewa Rusunawa akan
mendapatkan Surat Ijin Penghunian (SIP) serta kunci dari Satuan Unit
Rumah Susun yang menjadi haknya untuk ditempati dan juga dapat
menggunakan semua fasilitas yang sudah disediakan oleh pengelola
Rusunawa. Satuan unit rumah susun yang menjadi hak penyewa ini
ditentukan dengan melalui undian untuk menentukan nomor satuan unit
rusun yang akan ditempati, penyewa hanya menentukan di lantai berapa
penyewa tersebut ingin tinggal. Hal ini untuk menerapkan asas keadilan
bagi para penyewa Rusunawa dan juga menentukan besarnya tarif sewa
yang harus dibayarkan penyewa.
c. Hak dan Kewajiban Para Pihak serta Larangan bagi Penyewa
Rusunawa
Secara umum dalam sewa-menyewa rumah susun di Kota
Surakarta, hak dan kewajiban bagi para pihak yang dalam hal ini adalah
hak dan kewajiban penyewa rumah susun serta pengelola termuat di dalam
tata tertib Rusunawa. Tata tertib inilah yang menjadi acuan di dalam
pelaksanaan sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta. Dengan
demikian maka bagi para pihak segala ketentuan dan peraturan yang
ditetapkan oleh pengelola dalam tata tertib rusunawa ini akan mengikat
mereka semenjak penyewa menandatangani pernyataan tertulis bermaterai
yang dibuat oleh pengelola Rusunawa. Tata tertib Rusunawa di Kota
Surakarta adalah sebagai berikut :
commit to user
lxxxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Hak dan kewajiban pengelola
a) Hak pengelola :
(1) Menarik uang sewa, rekening air, listrik dan beaya-beaya lain
yang ditetapkan pengelola.
(2) Mengenakan sanksi atas pelanggaran penghunian oleh penyewa.
(3) Melaksanakan penertiban penghuni.
(4) Melaksanakan
pemutusan sewa apabila penyewa melalaikan
kewajibannya.
b) Kewajiban pengelola :
(1) Menyediakan fasilitas listrik, air bersih di setiap Satuan Unit
Rusunawa.
(2) Melakukan pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan secara teratur
terhadap seluruh elemen dan komponen sarana Rusunawa sesuai
dengan standar kesehatan dan keamanan.
(3) Mewujudkan lingkungan yang bersih dan teratur serta lestari.
(4) Menjaga keamanan lingkungan bekerjasama dengan penyewa
dan aparat keamanan.
(5) Memberikan informasi kepada penyewa atas kebijakankebijakan pengelola yang akan ditetapkan.
(6) Memberikan pemberitahuan kepada Penyewa atas kegiatankegiatan berkaitan dengan pemeliharaan dan atau perbaikan
Rusunawa.
2) Hak dan kewajiban penyewa
a) Hak penyewa :
(1) Menempati Satuan Unit Rusunawa untuk keperluan tempat
tinggal.
(2) Menggunakan fasilitas umum dan fasilitas sosial dalam
lingkungan Rusunawa.
(3) Mengajukan keberatan atas pelayanan yang kurang baik oleh
Pengelola Rusunawa.
commit to user
xc
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(4) Mendapatkan penjelasan, pelatihan dan bimbingan tentang
pencegahan, pengamanan dan penyelamatan terhadap bahaya
kebakaran.
(5) Memanfaatkan bagian bersama.
(6) Memanfaatkan benda bersama.
(7) Memanfaatkan tanah bersama yang didasarkan atas luas sarana
Rusunawa.
b) Kewajiban penyewa :
(1) Membayar sewa dan segala biaya yang ditetapkan pengelola.
(2) Membayar Pemakaian listrik dan air bersih
(3) Membuang sampah di tempat yang telah ditentukan/ disediakan
dengan menggunakan pembungkus secara rapi dan teratur tidak
berserakan.
(4) Memelihara sarana Rusunawa yang disewa dengan sebaikbaiknya.
(5) Mematuhi ketentuan tata tertib tinggal di sarana Rusunawa yang
ditetapkan oleh pengelola dan yang ditetapkan secara bersama
antara pengelola dan penyewa.
(6) Mengikuti kegiatan yang dilakukan warga Rusunawa.
3) Larangan bagi penyewa/pemegang ijin sewa
a) Bidang administrasi :
(1) Tidak Menempati Satuan Unit Rusun (SUR) Yang Disewa.
(2) Menyewakan/memindahtangankan sarana Rusunawa kepada
pihak lain.
(3) Menyewa lebih dari satu Satuan Unit Rusunawa.
(4) Dilarang menggunakan Satuan Unit Rusunawa sebagai tempat
usaha.
commit to user
xci
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Fasilitas rusunawa :
(1) Dilarang melakukan tindakan merusak atau melakukan tindakan
yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap fasilitas bersama
yang ada di lingkungan Rusunawa.
(2) Dilarang memasang tambahan instalasi listrik atau air, menggali
jalan, taman dan lain-lain tanpa seijin pengelola.
(3) Dilarang memasang alat pendingin (AC) tanpa ijin pengelola.
(4) Dilarang merusak instalasi listrik, air, lampu taman dan lampu
penerangan di komplek Rusunawa.
(5) Dilarang memasang antene rig, radio cb maupun alat
komunikasi radio lainnya selain yang disediakan oleh pengelola.
c) Konstruksi bangunan :
(1) Penyewa dilarang melakukan perubahan atau perombakan
bangunan Rusunawa dalam bentuk apapun tanpa persetujuan
tertulis dari pengelola.
(2) Penyewa dilarang membuat bangunan tambahan.
(3) Penyewa dilarang memaku atau melubangi dinding.
(4) Penyewa dilarang membongkar langit-langit dan menyimpan
barang di langit-langit.
(5) Penyewa
dilarang
membawa,
meletakkan,
menaruh
benda/barang yang beratnya melampaui batas kekuatan/ daya
dukung lantai yang ditentukan.
d) Ketertiban :
(1) Penyewa dilarang memelihara binatang peliharaan kecuali ikan
hias di dalam akuarium.
(2) Penyewa dilarang membuang benda/ sampah dari atas ke bawah.
(3) Penyewa dilarang melakukan kegiatan yang menimbulkan suara
bising/ keras, bau menyengat dan lainnya.
(4) Penyewa cilarang melakukan perbuatan yang dapat mengganggu
keamanan, ketertiban dan kesusilaan. Perbuatan tersebut antara
commit to user
xcii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lain berjudi, menjual/ memakai narkoba, minuman keras,
berbuat maksiat dan lain sebagainya.
(5) Penyewa dilarang menyimpan, meletakkan barang/ benda di
koridor,
tangga
stau
tempat
yang
dapat
mengganggu/
menghalangi kepentingan bersama.
(6) Penyewa dilarang menjemur pakaian selain di tempat yang telah
disediakan.
Dalam hal menyangkut pengawasan terhadap ketertiban dan juga
sosialisasi kemasyarakatan para penghuni Rusunawa sendiri dilaksanakan
dengan pembentukan kepengurusan Rukun Tetangga (RT). Pengurus RT
di Rusunawa mengurusi masalah administrasi kependudukan dan
sosialisasi warga di Rusunawa itu sendiri, sementara yang menyangkut
masalah bangunan, fasilitas, dan sewa-menyewa menjadi tanggung jawab
dari pihak pengelola Rusunawa. Namun dalam hal menyangkut ketertiban
umum, hal tersebut menjadi tanggung jawab bersama antara pengurus RT
dan juga pengelola sehingga apabila terjadi pelanggaran yang mengganggu
ketertiban umum di Rusunawa tersebut, pengurus RT memberikan laporan
pada pihak pengelola, kemudian pihak pengelola yang akan melakukan
tindak lanjut dengan meminta pertanggungjawaban dari penghuni yang
bersangkutan, memberikan peringatan dan apabila masih melakukan
pelanggaran maka Surat Ijin Penghunian (SIP) dari penghuni yang
bersangkutan akan dicabut oleh pihak pengelola.
2.
Permasalahan yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Sewa-menyewa
Rumah Susun dan Upaya Penyelesaiannya
Meskipun dalam pelaksanaan sewa-menyewa rumah susun sudah
diatur dalam tata tertib yang harus ditaati para pihak, namun tidak dapat
dipungkiri dalam pelaksanaannya masih terjadi hal-hal yang tidak sesuai
dengan tata tertib tersebut. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan
Bapak Toto Jayanto S.H., M.Hum
Kepala UPTD Rumah Sewa Dinas
commitselaku
to user
xciii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pekerjaan Umum Kota Surakarta dan juga Ibu Sri Ratnartiningsih S.H Kepala
Sub Bagian Tata Usaha UPTD Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum Kota
Surakarta, kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak pengelola Rusunawa
antara lain, yaitu:
a. Kondisi masyarakat yang terkadang tidak mau tahu.
Latar belakang pendidikan, sosial, ekonomi sangat mempengaruhi
pola pikir yang dimiliki dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Latar
belakang penghuni rusunawa yang rata-rata berpendidikan rendah dan juga
pekerjaan yang mereka miliki terkadang menjadi kendala tersendiri di
dalam pelaksanaan sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta. Tata
tertib dan juga ketentuan-ketentuan lain yang seharusnya mereka patuhi
terkadang menjadi terabaikan, meskipun sebenarnya mereka tahu akan
tetapi dengan pola pikir yang mereka miliki, mereka menjadi seolah tidak
mau tahu dengan kondisi di sekelilingnya.
b. Kurang tertib administrasi.
Dalam bidang administrasi yang sering menjadi kendala yaitu
adanya penghuni Rusunawa yang tidak tertib administrasi. Tidak tertib
administrasi disini yaitu tidak memenuhi kewajiban membayar uang sewa
dan juga biaya-biaya lain setelah menempati rusunawa. Meskipun
demikian hal ini juga tidak menjadi kesalahan mereka sepenuhnya karena
mengingat latar belakang pekerjaan mereka yang rata-rata juga
berpenghasilan tidak menentu dan hal ini juga disadari oleh pihak
pengelola. Seperti halnya yang terjadi di Rusunawa Semanggi, dimana
terdapat penghuni yang tidak bisa membayar uang sewa karena istri dari
penyewa sakit keras dan harus dirawat di rumah sakit sementara sang
suami terkena PHK dari tempatnya bekerja dan bekerja serabutan dengan
penghasilan yang tidak menentu.
Upaya-upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala-kendala
tersebut di atas, yaitu :
commit to user
xciv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Meningkatkan tingkat kesadaran penghuni rusunawa untuk mematuhi
segala tata tertib yang ada di rusunawa baik melalui pendekatan persuasif
secara berkelompok maupun pendekatan pribadi. Apabila terdapat
penghuni yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib maka akan
diberikan peringatan baik oleh RT rusunawa setempat maupun pihak
pengelola langsung. Namun apabila penghuni tersebut tetap melakukan
pelanggaran maka Surat Ijin Penempatan dari yang bersangkutan akan di
cabut oleh pihak pengelola.
b. Dalam menghadapi penghuni rusunawa yang kurang tertib administrasi
atau terlambat dalam pembayaran uang sewa, pihak pengelola rusunawa
yang dalam hal ini UPTD Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum Kota
Surakarta cenderung lebih memperhatikan latar belakang mengapa
penghuni tersebut tidak bisa membayar. Karena ada penghuni yang
memang benar-benar tidak mampu tetapi ada juga yang karena alasanalasan lain seperti malas atau menyepelekan kewajiban untuk membayar
uang sewa. Untuk penghuni yang tidak bisa membayar karena memang
benar-benar tidak mampu membayar uang sewa, pengelola tetap
memperhatikan unsur kemanusiaan dengan memberikan kelonggaran
waktu pembayaran namun tetap memberikan peringatan kepada penyewa
tersebut, mengingat tujuan dari pembangunan Rusunawa ini adalah untuk
membantu masyarakat yang berpenghasilan rendah mempunyai tempat
tinggal yang layak. Namun, apabila penghuni memang terbukti benarbenar menyepelekan kewajibannya untuk membayar uang sewa, maka
pengelola akan bertindak lebih tegas dengan memberikan peringatan
secara lebih keras dan apabila tetap tidak mau memenuhi kewajibannya,
maka pihak pengelola akan langsung mencabut Surat Ijin Penghunian
(SIP) bagi penghuni yang bersangkutan sesuai dengan tata tertib yang
berlaku.
commit to user
xcv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV. PENUTUP
A. Simpulan
1. Pengaturan sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta apabila ditinjau
berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), maka
telah memenuhi ketentuan menurut :
a. Unsur-unsur perjanjian dalam Pasal 1313 KUH Perdata, yaitu adanya suatu
perbuatan, antara sekurangnya dua orang (dapat lebih dari dua orang), dan
perbuatan tersebut melahirkan perikatan di antara pihak-pihak yang berjanji
tersebut.
b. Syarat sahnya perjanjian dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu sepakat
mereka yang mengikatkan dirinya, cakap untuk membuat perikatan, suatu
hal tertentu, serta suatu sebab yang halal.
c. Unsur-unsur sewa-menyewa dalam Pasal 1548 KUH Perdata, yaitu adanya
pihak yang menyewakan dan pihak penyewa, adanya konsensus antara
kedua belah pihak, adanya obyek sewa-menyewa, yaitu barang, baik barang
bergerak maupun tidak bergerak, adanya kewajiban dari pihak yang
menyewakan untuk menyerahkan kenikmatan kepada pihak penyewa atas
suatu benda, dan adanya kewajiban dari penyewa untuk menyerahkan uang
pembayaran kepada pihak yang menyewakan.
d. Hak dan kewajiban para pihak
1) Menurut hak dan kewajiban pihak yang menyewakan (Pasal 1548 KUH
Perdata serta Pasal 1550-1552 KUH Perdata)
Hak dan kewajiban dari pihak yang menyewakan (pengelola Rusunawa)
termuat dalam tata tertib Rusunawa. Salah satu hak pengelola yaitu
menerima harga sewa yang telah ditentukan dan hal ini sesuai dengan
hak yang dimiliki pihak yang menyewakan seperti yang termuat dalam
ketentuan Pasal 1548 KUH Perdata. Selain itu, kewajiban dari pihak
yang menyewakan juga memenuhi ketentuan dalam Pasal 1550-1552
KUH Perdata, yaitu : menyerahkan
barang yang disewakan kepada si
commit to user
xcvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penyewa (Pasal 1550 ayat (1) KUH Perdata), memelihara barang yang
disewakan sedemikian rupa, sehingga barang itu dapat dipakai untuk
keperluan yang dimaksudkan (Pasal 1550 ayat (2) KUH Perdata),
memberikan hak kepada penyewa untuk menikmati barang yang
disewakan (Pasal 1550 ayat (3) KUH Perdata), melakukan pembetulan
pada waktu yang sama (Pasal 1551 KUH Perdata), serta menanggung
cacat dari barang yang disewakan (Pasal 1552 KUH Perdata).
2) Menurut hak dan kewajiban pihak penyewa.
Hak yang dimiliki oleh penyewa adalah menerima barang yang
disewakan dalam keadaan baik. Sementara yang menjadi kewajiban
penyewa yang termuat dalam tata tertib Rusunawa juga telah memenuhi
ketentuan menurut Pasal 1560 KUH Perdata, yaitu : memakai barang
yang disewa sebagai seorang bapak-rumah yang baik, sesuai dengan
tujuan yang diberikan pada barang itu menurut persetujuan sewanya,
atau jika tidak ada suatu persetujuan mengenai itu, menurut tujuan yang
dipersangkakan berhubung dengan keadaan (Pasal 1560 ayat 1e KUH
Perdata) serta membayar harga sewa pada waktu-waktu yang telah
ditentukan (Pasal 1560 ayat 2e KUH Perdata).
e. Jangka waktu sewa (Pasal 1570 KUH Perdata)
Sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta dibuat dengan jangka waktu
tertentu yaitu 12 (dua belas) bulan terhitung sejak berlakunya sampai
dengan berakhirnya Surat Ijin Penghunian (SIP) dan hal ini memenuhi
ketentuan dalam Pasal 1570 KUH Perdata.
2. Pelaksanaan sewa-menyewa rumah susun di Kota Surakarta secara umum
berpedoman pada tata tertib Rusunawa yang di dalamnya memuat semua hak
dan kewajiban bagi para pihak serta peraturan atau larangan khususnya bagi
penghuni Rusunawa. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan sewamenyewa rumah susun di Kota Surakarta, antara lain :
a. Kondisi masyarakat yang terkadang tidak mau tahu.
b. Kurang tertib administrasi. commit to user
xcvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Upaya-upaya penyelesaian dalam menghadapi permasalahan tersebut,
yaitu :
c. Meningkatkan kesadaran penghuni Rusunawa untuk mematuhi segala tata
tertib yang ada di Rusunawa baik melalui pendekatan persuasif secara
berkelompok maupun pendekatan pribadi secara berkesinambungan.
d. Memberikan peringatan kepada penghuni Rusunawa yang melanggar tata
tertib, dan apabila tetap melanggar atau tidak memenuhi kewajibannya,
maka pihak pengelola akan langsung mencabut Surat Ijin Penghunian bagi
penghuni yang bersangkutan sesuai dengan tata tertib yang berlaku.
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat disampaikan beberapa saran
antara lain :
1. Untuk memberikan jaminan hukum yang lebih pada para pihak khususnya bagi
masyarakat penyewa rumah susun, pemerintah sebaiknya mengkaji kembali
peraturan yang ada mengenai petunjuk pelaksanaan serta pengaturan rumah
susun khususnya yang menyangkut rumah susun sewa dengan tetap
memperhatikan kondisi masyarakat di lapangan, sehingga apabila terdapat
pengaturan yang jelas, maka dalam pengaturan sewa-menyewa rumah susun di
lapangan juga menjadi jelas apakah melihat pada aturan khusus tersebut atau
melihat pada pengaturan sewa-menyewa secara umum yang terdapat di dalam
KUH Perdata.
2. UPTD Rumah Sewa Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta sebagai pihak
pengelola rumah susun di Kota Surakarta sebaiknya mengadakan sosialisasi
dan pengawasan secara berkesinambungan kepada semua penghuni rumah
susun secara bersama-sama untuk meningkatkan kesadaran para penghuni
terhadap tata tertib yang ada di Rusunawa. Selain itu, pengelola Rusunawa
sebaiknya mengadakan seleksi yang lebih ketat terhadap calon penyewa rumah
susun untuk mengurangi resikocommit
yang harus
dihadapi di kemudian hari.
to user
xcviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Dari Buku
Abdulkadir Muhammad. 1982. Hukum Perikatan. Bandung : PT. Alumni.
Amirudin dan Zainal Asikin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
H. B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitaif. Surakarta : Sebelas Maret
University Press.
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja. 2004. Perikatan yang Lahir dari
Perjanjian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Mariam Darus Badrulzaman. 1994. Aneka Hukum Bisnis. Bandung : PT.
Alumni.
--------, dkk. 2001. Kompilasi Hukum Perikatan. Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti.
Munir Fuady. 2001. Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis).
Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Salim HS. 2002. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW). Jakarta : Sinar
Grafika.
--------. 2004. Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta :
Sinar Grafika.
Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press
Subekti. 1995. Aneka Perjanjian. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Subekti dan Tjitrosudibyo. 2004. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
commit to user
Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
xcix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun
Peraturan Daerah nomor 6 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta
Peraturan Daerah Surakarta Nomor 7 Tahun 2009 tentang Retribusi Pemakaian
Kekayaan Daerah
Peraturan Walikota Surakarta Nomor 17 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas
Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta
Peraturan Walikota Surakarta Nomor 45 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota
Surakarta
Peraturan Walikota Surakarta 20-0 Tahun 2009 tentang Pedoman Uraian Tugas
Jabatan Struktural Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas Pekerjaan Umum
Dari Artikel atau Jurnal
Endang Pandamdari. 2008. “Perpanjangan Atas Tanah Bersama Dalam
Pemilikan Satuan Rumahcommit
Susun”.toJurnal
user Hukum. 1(1) : 38-45
c
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nur Hayati dan Sudjito. 2004. “Penyediaan Tanah untuk Pembangunan Rumah
Susun Sederhana Sewa di Surakarta”. Mimbar Hukum, 2004 : 100-112
Sandi Murdoch, Neil Crosby. 1994. “ The Legal Implications of Rent-free
Periods at Rent Review”. Journal of Property Valuation and Investment.
Vol.12(2) : 43-50
Mats Wilhelmsson, Roland Andersson, Kerstin Klingborg. 2011. “ Rent
Control and Vacancies in Sweeden”. International Journal of Housing
Markets and Analysis. Vol 4(2) : 105-129
Dari Internet
http:id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakarta. Diakses tanggal 13 April 2011
Pukul 18.15 WIB.
http://vibiznews.com/2010/03/08. propertynews-syarat sewa rumah susun
diusulkan dipermudah. Diakses tanggal 19 April 2011 Pukul 14.16
commit to user
ci
Download