journal - Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

advertisement
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Edisi Khusus
Volume 1 Nomor 04 Nopember 2016
ISSN:
1907-2341
JOURNAL
Academy Of Education
JURNAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Usaha Kegiatan Ekonomi Melalui Metode
PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Kelas V SDN 4 Cingebul Tahun
Pelajaran 2014/2015
Sri Rasati, S.Pd. SD
Penggunaan Model STAD Berbantuan Komik Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan
Kemampuan Berhitung Pecahan Kelas Vi Sd Negeri 3 Canduk II Tahun Pelajaran 2014/2015
Driyatmo Pranowo, A.Ma.Pd
Penerapann Model Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok
Bahasan Operasi Hitung Campuran Siswa Kelas II SDN Kalikembang Tahun 2016
Sunarya, S.Pd.
Penerapan Model Mind Mapping Dengan Media Realia Dalam Peningkatan Prestasi Belajar
Penggolongan Tumbuhan Pada Siswa Kelas III SDN 4 Lumbir, Banyumas Tahun Pelajaran
2014/2015
Teguh Yuwono, S.Pd.SD
Penerapan Student Facilitator And Explaining Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Mengenal
Lambang Bilangan Romawi Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Dermaji, Lumbir, Banyumas
Darkum, S.Pd.SD
Penerapan Examples Non-Examples Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Mengenal Pecahan
Sederhana Siswa Kelas III SDN 3 Cingebul UPK Lumbir Kecamatan Lumbir Kabupaten
Banyumas
Darsono, S.Pd.SD
Peningkatan Kemampuan Guru Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Supervisi
Akademik Pada Semester Ganjil Di SD Negeri 2 Karanggayam
Suyanto, S.Pd.SD.
Upaya Peniingkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika
tentang Hitung Perkalian Melalui Model Pembelajaran Make A Match Pada Semester
Genap di Kelas II SD Negeri Kalikembang UPK Kemrajen Kabupaten Banyumas Tahun
Pelajaran 2014/2015
Sunarya S.Pd
Upaya Meningatkan Hasil Belajar Menggunakan Model Gambar (Picture And Picture)
Pada Pembelajaran IPA Tentang Sumber Energi Bagi Siswa Kelas II SD Negeri 2 Dermaji
Resiyati, S.Pd.SD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO YOGYAKARTA
1
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
ACADEMY OF EDUCATION JOURNAL
Jurnal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Edisi Khusus. Volume 1 Nomor 04 Nopember 2016
ISSN 1907-2341
Diterbitkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
Penanggung Jawab:
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
Dewan Redaksi:
Dr. Suwardie
Drs. Triwahyu Budiutomo, M.Pd., M.T.
Dra. Nuryati, M.Pd
Joko Wahono, S.Pd., M.A.P.
Redaktur Pelaksana:
Ahmad Nasir Ari Bowo, M.Pd
Intan Kusumawati, M.Pd.
Yenny Anggreini Sarumaha, MSc.
Sekretaris Redaksi:
Yudiantiwi Laksmi Dewi, S.E.
Bendahara:
Paiman, S.Pd., M.A.P.
Anggota:
Heri Kurnia, S.Pd., Endarti Puriyanti, S.Pd
Mitra Bestari:
Prof. Dr. Yoyon Suryono, M.Pd. (Universitas Negeri Yogyakarta)
Prof. Dr. Abdul Gafur, M.Sc (Universitas Negeri Yogyakarta)
Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Si. (Universitas Negeri Yogyakarta)
Drs. Cholisin, M.Si. (Universitas Negeri Yogyakarta)
Alamat Redaksi:
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Cokroaminoto Yogyakarta Jl. Perintis Kemerdekaan, Gambiran,
Umbulharjo, Yogyakarta 55161 Telp. 0274-372274 (Hunting), Faks. 0274-372274.
i2
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
DAFTAR ISI
Hal
Daftar Isi............................................................................................................ i
Pengantar Redaksi.............................................................................................. iii
Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Usaha Kegiatan Ekonomi Melalui
Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Kelas V SDN
4 Cingebul Tahun Pelajaran 2014/2015
Sri Rasati, S.Pd. SD................................................................................ ............ 7
Penggunaan Model Pembelajaran STAD Berbantuan Komik Untuk Meningkatkan
Aktivitas Belajar Dan Kemampuan Berhitung Pecahan Kelas Vi Sd Negeri 3 Canduk II
Tahun Pelajaran 2014/2015
Driyatmo Pranowo, A.Ma.Pd................................................................................................ 23
Penerapann Model Pembelajaran Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Pokok Bahasan Operasi Hitung Campuran Siswa Kelas II SDN
Kalikembang Tahun 2016
Sunarya, S.Pd. ...................................................................................................................... 37
Penerapan Model Mind Mapping Dengan Media Realia Dalam Peningkatan Prestasi
Belajar Penggolongan Tumbuhan Pada Siswa Kelas III SDN 4 Lumbir Banyumas
Tahun Pelajaran 2014/2015
Teguh Yuwono, S.Pd.SD ..................................................................................................... 49
Penerapan Student Facilitator And Explaining Dalam Peningkatan Prestasi Belajar
Mengenal Lambang Bilangan Romawi Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Dermaji
Lumbir Banyumas
Darkum, S.Pd.SD ................................................................................................................. 63
Penerapan Examples Non-Examples Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Mengenal
Pecahan Sederhana Pada Siswa Kelas III SDN 3 Cingebul UPK Lumbir Kecamatan
Lumbir Kabupaten Banyumas
Darsono, S.Pd.SD ................................................................................................................ 72
Peningkatan Kemampuan Guru Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Melalui Supervisi Akademik Pada Semester Ganjil Di SD Negeri 2 Karanggayam
Suyanto, S.Pd.SD. ................................................................................................................ 83
Upaya Peniingkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran
Matematika tentang Hitung Perkalian Melalui Model Pembelajaran Make A
Match Pada Semester Genap di Kelas II SD Negeri Kalikembang UPK Kemrajen
Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2014/2015
Sunarya S.Pd………………………………………………………………………….. 97
ii3
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Upaya Meningatkan Hasil Belajar Menggunakan Model Gambar
(Picture And Picture) Pada Pembelajaran IPA Tentang Sumber Energi
Bagi Siswa Kelas II SD Negeri 2 Dermaji
Resiyati, S.Pd.SD……………………………………………………………… 111
iii4
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
PENGANTAR REDAKSI
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan Academy of
Education Journal Edisi Khusus Volume 1 Nomor 04 Nopember 2016
terbit dengan
menyajikan tulisan-tulisan tentang Pendidikan dan pembelajaran Sekolah Dasar. Jurnal ini
terdapat 9 (sembilan) tulisan yang di buat oleh para peneliti/pendidik sesuai bidangnya.
Journal ini ditujukan bagi peserta didik, mahasiswa, guru dan dosen pada umumnya.
Banyak pihak yang telah membantu dalam penulisan jurnal baik langsung maupun tidak
langsung. Pada kesempatan ini tim redaksi menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Universitas Cokroaminoto Yogyakarta dan juga pengirim naskah hasil penelitiannya. Tim
redaksi banyak mengucapkan terimakasih sehingga jurnal ini dapat di baca oleh berbagai
pihak sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Namun demikian, tentunya masih
banyak
kekurangan
yang memerlukan
penyempurnaan pada cetakan selanjutnya. Tim redaksi mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi penyempurnaan jurnal ini. Di harapkan jurnal ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi peserta didik, mahasiswa, guru, dan dosen sehingga dapat
menerapkan tugas dan perannya secara kompeten dan professional.
Tim Redaksi
iv5
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
6
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI USAHA KEGIATAN
EKONOMI MELALUI METODE PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ,
REFLECT, RECITE, REVIEW)KELAS V SDN 4 CINGEBUL TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
Oleh:
Sri Rasati, S.Pd. SD
NIP. 196307171984052004
SD Negeri 4 Cingebul UPK Lumbir, Kabupaten Banyumas
Abstrak
Penelitian dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Usaha Kegiatan
Ekonom melalui metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Kelas V
SDN 4 Cingebul Tahun Pelajaran 2014/2015 dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar
siswa. Hal ini disebabkan oleh faktor guru dan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan Metode PQ4R di kelas V SDN 4 Cingebul
pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi Usaha kegiatan ekonomi. Penelitian ini
merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, terdiri atas tahap
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil dari siklus I menunjukan rata-rata
prestasi belajar sebesar 61dengan persentase ketuntasan 65% yaitu 13 siswa tuntas pada
siklus I dari 20 siswa . Hasil dari siklus II menunjukan rata-rata 67dengan persentase
ketuntasan 85% yaitu 17 siswa tuntas pada siklus 2 dari 20 siswa.
Hasil dari tes siklus I dan siklus II telah melebihi kriteria ketuntasan belajar secara
klasikal yang mensyaratkan nilai rata-rata ≥ 60 dan prosentase kelulusan 80%. Perolehan skor
rata-rata aktivitas guru pada siklus I sebesar 2,5 dengan kriteria baik dan mengalami
peningkatan pada siklus II dengan rata-rata 3,4 dengan kriteria sangat baik. Perolehan skor
rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 2,2 dengan kriteria baik dan mengalami
peningkatan pada siklus II dengan rata-rata 3,3 dengan kriteria sangat baik. Dapat
disimpulkan bahwa Hasil Belajar IPS Materi Usaha Kegiatan Ekonomi Melalui Metode
PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Kelas V SDN 4 Cingebul
mengalami peningkatan.
Kata kunci: Hasil Belajar, IPS, PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review)
Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, yang berlangsung
sepanjang hayat sejak manusia dilahirkan. Usaha pendidikan sudah dimulai sejak manusia
lahir dari kandungan ibunya, sampai tutup usia, sepanjang ia mampu untuk menerima
pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya. Pendidikan akan berlangsung dalam
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan merupakan hak asasi setiap
individu warga negara seperti yang telah diamanatkan dalam Undang- Undang Dasar tahun
7
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
1945 pasal 31 ayat 1 berbunyi: tiap–tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan
Ayat 3 disebutkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional untuk meningkatkan keimanan dan akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pembelajaran di sekolah merupakan istilah yang dulu dikenal dengan nama kegiatan
belajar dan mengajar. Belajar dilakukan oleh siswa dan mengajar dilakukan oleh guru. Guru
dalam pembelajaran berpedoman pada prinsip pengembangan dan pelaksanaan kurikulum.
Dalam Peraturan Mendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa prinsip
pelaksanaan kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan
multimedia. Seperti juga dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar
kualifikasi akademik dan kompetensi guru menyebutkan salah satu kompetensi guru kelas
SD/MI adalah agar guru mampu menggunakan media pembelajaran sesuai dengan
karakteristik peserta didik dan lima mata pelajaran SD/MI untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara utuh. Selain itu, guru agar mampu menguasai materi, struktur, konsep,
dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Guru harus mampu
mengimplementasikan prinsip ini agar tujuan pembelajaran barhasil sesuai yang diharapkan.
Media atau alat peraga dan strategi atau metode yang digunakan dalam pembelajaran
terutama untuk pembelajaran lima matapelajaran dapat meningkatkan motivasi, minat, dan
hasil belajar siswa. Keadaan kurangnya pembelajaran yang menarik pada mata pelajaran IPS
juga memicu rendahnya hasil belajar siswa khusunya di SDN 4 Cingebul.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan agar siswa mengenal konsepkonsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Hal ini sangat
penting bagi kehidupan siswa. Khususnya siswa SD yang sedang mengalami pertumbuhan
dan perkembangan, baik fisik, sosial, maupun psikologis. Dengan pendidikan IPS, para siswa
SD diajarkan bagaimana mengenal dan mempraktikkan bersosial. Artinya, bagaimana mereka
mengenal dan berhubungan dengan orang lain di lingkungannya.
Pola dari pembelajaran IPS menekankan pembelajaran pada menjelajahi siswa dengan
sejumlah konsep yang bersifat hafalan dan cerita sejarah yang dianggap tidak berguna bagi
masa depan, melainkan upaya agar siswa mampu menjadikan ilmu yang dipelajarinya sebagai
bekal dalam ikut serta di dalam kehidupan lingkungan masyarakat menghadapi masalah
sosial. Penekanan misi IPS inilah yang hendaknya dirancang oleh guru di dalam
pembelajaran IPS sesuai perkembangan dan potensi siswa.
Keberhasilan
pembelajaran
dapat
ditunjukkan
dengan
dikuasainya
materi
pembelajaran oleh siswa, dan tercapainya tujuan pembelajaran dapat diukur dengan hasil tes
8
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
pembelajaran atau formatif. Dilihat dari data pra survei, yang dilakukan pada ulangan harian
diketahui bahwa nilai hasil belajar IPS siswa Kelas V SD Negeri 4 Cingebul masih rendah.
Diperoleh data bahwa dalam pembelajaran IPS masih banyak hasil belajar siswa yang belum
mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60.
Tabel 1. Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran IPS Kelas V SD Negeri 4 Cingebul Tahun
Pelajaran 2014/2015
JUMLAH
No
NILAI
KRITERIA
1.
≥60
Tuntas
9
45%
2.
≤60
TidakTuntas
11
55%
20
100%
Jumlah
SISWA
%
Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa jumlah siswa yang tuntas mencapai 9 siswa
(45%) dan yang belum tuntas atau belum mencapai KKM sebanyak 11 siswa (55%).
Aktivitas belajar siswa juga masih rendah terlihat dari siswa yang cenderung ribut, banyak
mengobrol dan tidak menyimakmateri yang disampaikan oleh guru, serta proses interaksi
antara guru dan siswa kurang terlihat. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil belajar
siswa, disebabkan karena belum optimal model pembelajaran oleh guru. Karena selama ini
pada umumnya guru lebih banyak menggunakan metode ceramah sehingga mata pelajaran
IPS menjadi tidak menarik. Belum digunakan model kerja kelompok. Pembelajaran IPS lebih
terfokus pada guru, sedangkan siswa hanya menerima penjelasan dari guru adanya. Siswa
kurang diberi kesempatan untuk mencoba dan menemukan sendiri konsep secara langsung.
Oleh karena itu guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajaran dengan
baik sehingga menyebabkan rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa di Kelas V SD
Negeri 4 Cingebul Kecamatan Lumbir pada pelajaran IPS. Oleh karena itu, diperlukan model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas dan keaktifan siswa di dalam proses
pembelajaran yang ditandai dengan aktivitas siswa yang meningkat, sehingga ketuntasan
belajar dapat tercapai.
Memahami berbagai masalah yang muncul di atas, maka peneliti menerapkan solusi
pembelajaran yang mana diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih
baik dari sebelumnya. Metode pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran IPS
ini yaitu model pembelajaran PQ4R. Dengan model pembelajaran PQ4R ini akan lebih
mendorong siswa untuk dapat memecahkan masalah IPS serta mendorong siswa untuk dapat
terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi
9
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
pelajaran IPS. Selanjutnya siswa akan terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga
siswa lebih mampu memahami dan dapat saling bekerja sama dengan kelompoknya sehingga
ilmu yang didapat lebih banyak dari hasil bertukar pikiran tersebut. Berdasarkan hal tersebut
di atas, maka penulis akan mengadakan suatu penelitian dalam bentuk penelitian tindakan
kelas yang berjudul “Upaya Peningkatan Belajar IPS Materi Usaha Kegiatan Ekonomi
Melalui Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Kelas V SDN 4
Cingebul Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut, (1) Bagaimana Peningkatan Aktivitas Belajar IPS Materi Usaha Kegiatan
Ekonomi Melalui Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Kelas V
SDN 4 Cingebul Tahun Pelajaran 2014/2015? And (2) Bagaimana Peningkatan Belajar IPS
Materi Usaha Kegiatan Ekonomi Melalui Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect,
Recite, Review) Kelas V SDN 4 Cingebul Tahun Pelajaran 2014/2015?. Adapun tujuan
penelitian ini adalah: (1) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar IPS Materi Usaha Kegiatan
Ekonomi Melalui Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Kelas V
SDN 4 Cingebul Tahun Pelajaran 2014/2015, (2) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS
Materi Usaha Kegiatan Ekonomi Melalui Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect,
Recite, Review) Kelas V SDN 4 Cingebul Tahun Pelajaran 2014/2015.
Hasil penelitian dapat dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar IPS
serta menumbuhkan aktivitas siswa dengan kemampuan yang dimiliki oleh setiap peserta
didik. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian ini guru diharapkan dapat mengetahui strategi
pembelajaran yang sesuai, termasuk dalam memilih Pendekatan, metode dan media yang
digunakan dalam pembelajaran. Sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai secara
maksimal. Hasil ini juga dapat memberikan masukan bagi sekolah dalam mengambil
kebijakan untuk mengambil keputusan dalam menentukan pendekatan, metode, media dan
strategi yang tepat untuk meningkatkan mutu dan keberhasilan dalam pembelajaran.
Sedangkan bagi peneliti, melalui penelitian peneliti dapat mengaplikasikan gagasan yang
dimiliki untuk meningkatkan kualitas pendidikan serta sebagai proses pembelajaran.
Metode Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 4
Cingebul, Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2014/2015 dengan jumlah
siswa 20anak yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Menurut peneliti
kemampuan belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 4 Cingebul dapat digolongkan
10
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
menjadi tiga kelompok yaitu: kurang, sedang dan lebih. Penelitian ini dilakukan pada
semester 1 tahun pelajaran 2014/ 2015 dalam dua siklus.
Prosedur perbaikan yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan
dalam beberapa kali tahapan yaitu Pra siklus, Siklus I dan Siklus II. Model PTK yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart yang
menggunakan sistem spiral refleksi yang terdiri dari beberapa siklus. Model Kemmis dan Mc
Taggart dijelaskan dalam satu siklus terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu teknik tes dan non tes. Data yang
diperolah berasal dari hasil belajar siswa dan interaksi siswa dan guru pada mata pelajaran
IPS. Adapun teknik tes dan non tes terdiri dari: tes tertulis, observasi, dokumentasi,
wawancara. Sedangkan alat pengumpul data yang digunakan di antaranya, tes, lembar
observasi. Analisis data dalam penilitian yakni untuk memperoleh data kepastian apakah ada
sebuah peningkatan atau penurunan mengenai aktivitas siswa dan guru dalam proses
pembelajaran. Data yang dianalisis adalah data observasi aktivitas guru dan observasi
aktivitas siswa. Penelitian tindakan kelas dapat dikatakan berhasil apabila ada kenaikan hasil
belajar IPS siswa setelah dilakukan suatu tindakan dengan metode PQ4R.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Pra Siklus
Pada tahap pra siklus, peneliti mengadakan tes awal di kelas. Selanjutnya peneliti langsung
melakukan pengkoreksian terhadap lembar jawaban siswa untuk mengetahui hasil pada tes
awal. Berdasarkan hasil tes awal, diperoleh hasil bahwa dari 20 siswa kelas V SDN 4
Cingebul yang mengikuti tes, 11 siswa atau 45% belum mencapai batas ketuntasan yaitu nilai
60, sedangkan yang telah mencapai batas tuntas yaitu memperoleh nilai ≥60 sebanyak 9 siswa
atau hanya 55%.
2. Siklus I
a. Perencanaan
Sebelum memulai siklus 1 ada beberapa tahap perencanaan yaitu. :
1) Menyiapakan buku sumber
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran siklus 1.
3) Evaluasi yang akan dilaksanakan setiap pertemuan ke 2 yaitu.
4) Menyiapakan lembar oservasi untuk guru dan siswa
5) Menyusun skenario pembelajaran PQ4R
11
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
6) Mengatur waktu pelaksanaan sesuai jadwal pelajaran IPS.
7) Menyiapkan alat peraga yaitu gambar-gambar
b. Tindakan
Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang telah dibuat yang terdiri dari tiga tahap kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan
inti dan kegiatan akhir .
1) Kegiatan awal
a) Guru memberikan salam pembuka
b) berdoa,
c) guru mengabsen siswa,
d) guru memberikan apersepsi
e) guru memberikan orientasi dengan nyampaikan tujuan pembelajaran
f) guru memberikan motivasi kepada siswa
2) Kegiatan Inti
a) kegiatan eksplorasi
(1) siswa memperhatikan penjelasan guru
(2) siswa mengamati bacaan dan media yang dipakai guru
(3) guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok.
b) kegiatan elaborasi
(1) Guru memberikan bahan bacaan kepada siswa dan menginformasikan
bagaimana menemukan ide pokok /tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
(tahap Preview)
(2) Menginformasikan kepada siswa agar memperhatikan makna dari bacaan
dan memberikan tugas kepada siswa untuk membuat pertanyaan dari ide
pokok yang ditemukan dengan menggunakan kata apa,mengapa,siapa dan
bagaimana (tahap Question)
(3) Memberikan tugas kepada siswa untuk membaca dan menanggapi/menjawab
pertanyaan yang telah disusun sebelumnya (tahap Read)
(4) Menginformasikan matrei yang ada pada bahan bacaan ( tahap Reflect )
(5) Meminta siswa untuk membuat intisari dar seluruh pembahasan pelajaran
yang di pelajari hari ini (tahap Recite )
(6) Menugasakan siswa membaca intisari yang dibuatnya dari rincian ide pokok
yang ada dalam benaknya dan meminta siswa untuk membaca kembali
bahan bacaan jika belum yakin dengan jawabanya ( Tahap Review )
12
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
(7) Guru membimbing siswa saat melaksanakan aktivitasnya dengan metode
PQ4R saat belajar kelompok
(8) Siswa mnenyampaikan hasil diskusi yang dilaksanakan.
c) kegiatan eksplorasi
(1) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang dipelajari bersama siswa
(2) guru memberikan penguatan kepada siswa;
(3) memberikan kesempatan untuk mencatat hal-hal yang penting
(4) memberikan tugas rumah
(5) Guru melakuan evaluasi
(6) Guru menyampaikan pesan moral kepada siswa
(7) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan salam.
Pada siklus 1 untuk mengetahui hasil belajar siswa peneliti memberikan evaluasi kepada
siswa pada pertemuan ke 2.
c. Hasil Observasi
Pada tahap observasi, observer mengamati jalannya kegiatan belajar mengajar
aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar di kelas. Data observasi aktivitas guru
yang diperoleh masuk kedalam kategori baik dengan jumlah skor 27 dan prosentase
61%.Guru sudah mengalami peningkatan aktivitasnya daripada sebelum menggunakan
model PQ4R walaupun hasilnya belum maksimal. Meskipun hasilnya masuk dalam
katagori baik namun guru akan memperbaiki aktivitasnya pada siklus II. Hasil observasi
siswa pada siklus I masuk dalam kategori baik dengan skor 13.Siswa melakukan
aktifvitasnya sudah baik namun belum maksimal dalam siklus I. siswa masih sedikit
kebingungan saat mengikuti pembelajaran dengan metode PQ4R. Aktivitas siswa akan
di tingkatkan pada siklus II.
Siswa yang tuntas belajar pada siklus 1 sebanyak 13 siswa sedangkan yang
belum tuntas belajar sebanyak 7 siswa.Hasil belajar siswa mengalami peningkatan
setelah dilakukan pembelajaran dengan metode PQ4R dari sebelumnya. Prestasi belajar
yang ditunjukan pada siklus satu belum mencapai target ketuntasan yaitu 80% siswa
tuntas belajar dengan nilai KKM 60. Berdasarkan hasil tersebut peneliti akan melakukan
perbaikan pada siklus II.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi peneliti melaksanakan tindakan untuk mencari dan
menemukan kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran agar dapat berhasil
dan mencapai indikator yang telah ditentukan. Kegiatan refleksi diadakan setelah
13
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
pembelajaran dengan melihat instrumen penilaian yang telah dibuat sebelumnya. Dari
kekurangan dan hambatan yang ditemukan dalam pembelajaran inilah peneliti akan
memperbaiki pembelajaran dengan melakukan perbaikan dalam penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada siklus II.
Berdasarkan hasil pengamatan observer tentang penggunaan strategi PQ4R
pada siklus I masih ada aspek pengamatan pada observasi guru yang masih
dikategorikan kurang sehingga perlu diperbaiki adalah pra pembelajaran kurangnya
persiapan, belum maksimalnya penggunaan media, pemanfaatan waktu (waktu yang
digunakan kurang), siswa belum terbiasa dan masih bingung dalam membuat intisari
bacaan. Guru sebagai peneliti akan memperbaiki kekurangan tersebut dengan
mempersiapkan pembelajaran dengan sebaik-baiknya dan menggunakan strategi PQ4R
sesuai langkah-langkah yang ada agar dapat meningkatkan pembelajaran IPS dan
mencapai skor sesuai dengan indikator penelitian yang telah ditentukan.
Sedangkan untuk aspek siswa ketuntasan dan hasil nilai rata-rata kelas belum
mencapai indikator keberhasilan sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam pembelajaran
siklus I terdapat beberapa kendala antara lain: 1) buku paket yang kurang sesuai dengan
jumlah siswa, sehingga satu buku paket digunakan untuk dua- tiga anak, 2) Penggunaan
waktu yang kurang maksimal dikarenakan materi yang digunakan terlalu banyak
sehingga menyita waktu yang cukup lama. Berdasarkan kendala maka peneliti akan
merencanakan perbaikan pada siklus II antara lain 1) menyediakan buku sumber
sejumlah siswa, 2) memberikan materi sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
3. Siklus II
a. Perencanaan
Sebelum memulai siklus II tahapan hampir sama dengan siklus I tahap perencanaanya
yaitu. :
1) Menyiapkan buku sumber
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran siklus II.
3) Menyiapakan lembar oservasi untuk guru dan lembar evaluasi
4) Menyusun skenario pembelajaran PQ4R
5) Mengatur waktu pelaksanaan sesuai jadwal pelajaran IPS
6) Menyiapkan alat peraga yaitu Peta gambar usaha kegiatan ekonomi.
b. Tindakan
14
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Siklus 2 pertemuan pertama dilaksanakan sesuai Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat yang terdiri dari tiga tahap kegiatan yaitu kegiatan
awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir .
1) Kegiatan awal
a) Guru memberikan salam pembuka
b) berdoa,
c) guru mengabsen siswa,
d) guru memberikan apersepsi
e) guru memberikan orientasi dengan nyampaikan tujuan pembelajaran
f) guru memberikan motivasi kepada siswa
2) Kegiatan Inti
Pada tahapan ini merupakan tahap untuk melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat sesuai dengan
sekenario yang telah disusun dengan menerapkan strategi PQ4R (Preview, Question,
Read, Reflect, Recite, and Review). Guru mengingat kembali materi sebelumnya dan
menghubungkan dengan materi. Kemudian guru menyampaikan materi dengan media
pembelajaran.Setelah
itu
guru
memberi
kesempatan
kepada
siswa
untuk
bertanya.Setelah siswa paham guru membagi siswa kedalam 5 kelompok.Guru
memberikan bahan bacaan kepada siswa kemudian meminta siswa membaca selintas
dengan cepat pada masing-masing kelompok. Guru meminta siswa membuat
pertanyaan dari materi dengan menggunakan kata apa, mengapa, siapa, dan
bagaimana. Guru memberikan tugas untuk membaca buku sumber dan menanggapi
pertanyaan yang telah disusun. Guru memberi informasi dengan media dan memberi
kesempatan bertanya kepada siswa. Guru meminta siswa membuat intisari dari seluruh
kegiatan pembelajaran. Guru menugaskan siswa membaca intisari dari seluruh
kegiatan pembelajaran beserta kelompoknya. Guru dan siswa menyimpulkan hasil
belajar
pada
materi
tersebut.Siswa
mengerjakan
lembar
evaluasi
diakhir
pelajaran.Kompetensi Dasar usaha kegiatan ekonomi.
3) kegiatan Penutup
(1) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang dipelajari bersama siswa
(2) guru memberikan penguatan kepada siswa;
(3) memberikan kesempatan untuk mencatat hal-hal yang penting
(4) memberikan tugas rumah
(5) Guru menyampaikan pesan moral kepada siswa
15
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
(6) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan salam.
c. Hasil Observasi
Pada tahap observasi, observer mengamati jalannya kegiatan belajar mengajar
aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar di kelas. Data observasi aktivitas guru
siklus II yang diperoleh masuk kedalam kategori sangat baik dengan jumlah skor 37 dan
prosentase 84%. Guru sudah mengalami peningkatan aktivitasnya dibandinkan dengan
siklus I. Dengan hasil yang sangat baik guru tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya.
Hasil observasi siswa pada siklus II masuk dalam kategori baik dengan skor 20.Siswa
melakukan maksimal dalam siklus II.Siswa sudah benar-benar bias mengikuti dan merasa
senang saat mengikuti pembelajaran dengan metode PQ4R.Aktivitas siswa tidak
dilanjutkan lagi pada siklus berikutnya.
Hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah dilakukan pembelajaran
dengan metode PQ4R dari sebelumnya. Prestasi belajar yang ditunjukan pada siklus
IIsudah mencapai target ketuntasan yaitu 80% siswa tuntas belajar dengan nilai KKM 60.
Berdasarkan hasil tersebut peneliti tidak melanjutkan kesiklus berikutnya dan sudah
berhasil melakukan perbaikan pembelajaran.
d. Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan observer tentang penggunaan strategi PQ4R
(observasi guru dan observasi siswa) dan pembelajaran IPS. Pada Siklus II Guru sebagai
peneliti sudah cukup baik pada aspek pembelajaran dan berdasarkan pengamatan
observer pada siswa sebagian besar siswa sudah baik dalam mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan strategi belajar
PQ4R hal ini ditunjukan dari pencapaian
peningkatan aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar.
Berdasarkan refleksi yang dilakukan peneliti baik hasil maupun selama proses
pembelajaran berlangsung
tidak ada kendala . Strategi PQ4R terbukti dapat
meningkatkan pembelajaran IPS pada siswa kelas V di SD Negeri 4 Cingebul tahun
pelajaran 2014/2015.
4. Pembahasan Hasil Penelitian
a. Prestasi Hasil Belajar
Dari hasil tes menunjukan peningkatan hasil belajar IPS pada pokok bahasan
Usaha dan Kegiatan EkonomikelasV SDN 4 Cingebul, tes dilaksanakan selama dua
siklus. Dari hasil tes evaluasi akhir siklus ini akan menunjukan prestasi hasil belajar
siswa selama menggunkan metode PQ4R pada pembelajaran IPS. Berdasarkan analisis
16
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
data yang diperoleh dalam tes evaluasi selama siklus I dan siklus II diperoleh data
dalam tabel berikut ini:
Tabel 2. Pencapaian Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan II
Indikator
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Jumlah
1110
1210
1330
KKM
60
60
60
Siswa Tidak Tuntas
11
7
3
Siswa Tuntas
9
13
17
Nilai Tertinggi
80
90
90
Nilai Terendah
40
40
50
Jumlah Siswa
20
20
20
Rata-Rata Siklus
55,5
61
67
45%
65%
85%
Ketuntasan Klasikal
Siklus I
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa mengalami
peningkatan mulai tes awal, tessiklus I, sampai tes akhir siklus II. Hal ini dapat
diketahui dari rata-rata nilai siswa pada tes awal memperoleh 55,5 mengalami
peningkatan pada siklus I dari 20 siswa memperoleh 61 (tessiklus I), dan meningkat lagi
pada siklus II menjadi 67 (tes akhirsiklus II). Peningkatan hasil belajar siswa juga dapat
dilihat dari ketuntasan belajar dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan adalah 60. Terbukti pada hasil tes awal, dari 20 siswa, 20 siswa yang
mengikuti tes, hanya ada 9 siswa yang tuntas belajar dan 11 siswa tidak tuntas belajar.
Dengan persentase ketuntasan belajar 45%. Meningkat pada hasil tessiklus I, dari 20
siswa yang mengikuti tes, ada 13 siswa yang tuntas belajar dan 7siswa yang tidak tuntas
belajar. Dengan persentase ketuntasan belajar 65%. Meningkat lagi pada hasil tes
akhirsiklus II, dari 20 siswa yang mengikuti tes, 17 siswa tuntas belajar. Dengan
persentase ketuntasan belajar 85%. Peningkatan ketuntasan belajar siswa dapat
digambarkan pada diagram di bawah ini :
17
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
1
0.5
45%
85%
65%
0
pra siklus
siklus I
siklus II
siklus 1
siklus ii
Gambar 1. Grafik Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan II
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan Metode PQ4R
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Dari hasil wawancara dan melihat dokumentasi
menunjukkan bahwa siswa merasa senang dengan PQ4R ini, karena siswa bisa lebih
aktif dalam kegiatan pembelajaran.Selain itu untuk memahami materi juga lebih mudah.
Dengan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa lebih mudah memahami dari
pada materi secara langsung atau hanya membaca dari buku.
b. Pembahasan Observasi Guru
Dari hasil observasi guru menunjukan adanya peningkatan kegiatan guru pada
saat belajar IPS pada pokok bahasan Usaha dan Kegiatan Ekonomi kelas V SDN 4
Cingebul, selama dua siklus. Dari hasil observasi guru diakhir siklus ini, analisis data
yang diperoleh dalam observasi selama siklus I dan siklus II diperoleh data dalam tabel
berikut ini:
Tabel 3. Pencapaian Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II
Aspek Yang Diamati
Skor Siklus I
Skor Siklus II
Guru mengkondisikan dan mengabsen.
3
3
Guru melakukan apersepsi dan motivasi.
2
3
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2
4
Menyampaikan materi.
2
4
Guru membentuk kelompok belajar.
3
3
Membimbing dan mengarahkan kelompok dalam
2
4
Meminta kelompok melaporkan hasil kerjanya
3
3
Menyimpulkan materi hasil kerja kelompok.
2
3
Memberi motivasi kepada siswa,
2
3
Memberikan penguatan materi pada siswa.
2
3
mengerjakan lembar pengamatan siswa
18
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Melakukan evaluasi.
4
4
Jumlah
27
37
Rata-rata
2,5
3,4
Prosentase
61%
84%
Kriteria
Baik
Sangat Baik
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa observasi guru mengalami peningkatan
mulai siklus I, sampai siklus II. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata aktivitas guru siklus I
dari jumlah 20 siswa memperoleh 2,5 (siklus I), dan meningkat menjadi 37 dengan rata-rata
3,4 (akhir siklus II). Peningkatan observasi gurusiklus I, juga dapat diliahat dengan persentase
61%. Meningkat lagi pada akhir siklus II, dengan 84%. Peningkatan ketuntasan observasi
guru dapat digambarkan pada diagram di bawah ini:
Gambar 2. Grafik Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan aktivitas guru
dalam penerapan metode PQ4R mengalami peningkatan menjadi sangat baik. Guru
mampu melakukan aktivitasnya secara maksimal.
c. Pembahasan Observasi Siswa
Dari hasil observasi Siswa menunjukan adanya peningkatan kegiatan siswa
pada saat belajar IPS pada pokok bahasan Usaha dan Kegiatan Ekonomi kelas V SDN
4 Cingebul, selama dua siklus. Dari hasil observasi siswa di akhir siklus ini, analisis
data yang diperoleh dalam observasi selama siklus I dan siklus II diperoleh data dalam
tabel berikut :
19
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Tabel 4. Pencapaian Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II
No. Aspek Yang Diamati
Skor
Skor
Siklus I
Siklus II
1.
Siswa duduk dengan tertib
2
3
2.
Siswa menyimak penjelasan guru
2
3
3.
Siswa aktif dalam pembelajaran
2
4
4.
Siswa melakukan aktivitas PQ4R dgn baik
2
4
5.
Siswa memaparkan hasil diskusi
2
3
6.
Siswa mengerjakan soal evaluasi dgn mandiri
3
3
Jumlah
13
20
Rata-rata
2,2
3,3
Persentase Siklus
54%
83%
Kriteria
Baik
Sangat Baik
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa observasi siswa mengalami
peningkatan mulai siklus I, sampai siklus II. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata
aktivitas Siswa siklus I dari jumlah 13 siswa memperoleh 2,2 (siklus I), dan meningkat
menjadi 20 dengan rata-rata 3,3 (akhirsiklus II). Peningkatan observasi guru siklus I,
juga dapat diliahat dengan persentase 54%. Meningkat lagi pada akhirsiklus II, dengan
83%. Peningkatan ketuntasan observasi Siswa dapat digambarkan pada diagram di
bawah ini:
Gambar 3. Grafik Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan II
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat di tarik kesimpulan:
1. Penerapan metode PQ4R pada materi Usaha dan Kegiatan Ekonomi dapat meningkatkan
Hasil Belajar Siswa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V SD Negeri 4
20
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Cingebul. Hasil prestasibelajar mengalami peningkatan dari persentase ketuntasan 65%
pada siklus I, menjadi 85% pada siklus II.
2. Nilai rata-rata kelas saat Pra Siklus 55,5 naik menjadi 61 pada Siklus I dan naik lagi 67
pada siklus II setelah Penggunaan strategi PQ4R mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
materi usaha dan kegiatan ekonomi di kelas V SDN 4 Cingebul kecamatan Lumbir
Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2014/2015.
Penerapan metode PQ4R pada materi Usaha dan Kegiatan Ekonomi dapat meningkatkan
aktivita guru dan aktivitas Siswa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosialsiswa kelas V SD
Negeri 4 Cingebul. Hasil aktivitas guru dan siswa mengalami peningkatan dari baik menjadi
sangat baik.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian peningkatkan hasil belajar IPS tentang Usaha dan Kegiatan
Ekonomi dengan menggunakan strategi PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, and
Review) pada siswa kelas V SD Negeri 4 Cingebul , maka saran-saran yang dapat diberikan
sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Sebaiknya untuk siswa agar dapat memperoleh hasil belajar maksimal siswa harus
berkonsentarasi untuk memahami isi setiap materi bacaan agar lebih mudah
mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
b. Sebaiknya siswa selalu menerapkan strategi belajar PQ4R untuk memahami sebuah
materi bacaan .
c. Sebaiknya siswa tidak hanya membaca materi dari buku paket disekolah, tetapi bisa
memperoleh dari sumber yang lain.
2. Bagi Guru
Untuk meningkatkan hasil belajar dan mengajar siswa untuk belajar mandiri Sebaiknya guru
mencoba menerapkan strategi PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, and Review)
untuk mata pelajaran.
3. Bagi Sekolah
Untuk menunjang guru dalam menerapkan metode/model/tipe pembelajaran terutama strategi
PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, and Review).Disarankan supaya sekolah
dapat menyediakan media pembelajaran terutama buku paket yang sesuai dengan jumlah
siswa serta
sarana dan prasarana yang lengkap sehingga dapat digunakan guru dalam
penunjang pembelajaran.
21
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Daftar Pustaka
Arikunto.S, Dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Bahri, Syaiful & Zain, Aswan. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.Alma,
Buchari. 2009. Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar,
Bandung: Alfabeta, cet. II
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta
Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Kunandar.2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi
Guru. Jakarta: Raja Grafindo Prasada
Nurhadi. 2011. Menciptakan pembelajaran IPS Efektif dan menyenangkan. Jakarta. Multi
Kreasi Saru Delapan.
Panut, Dkk. 2005. Dunia sains.Jakarta: Yudistira.
Riadi,Muchlisin. 2013.Strategi membaca PQ4R.diperoleh tanggal 24 Oktober 2013 dari
http://www.kajianpustaka.com/2013/01/strategi-membaca-pq4r.html#ixzz2glfubXB0
Sajimin,Wulandari S,Rahmadi D. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI kelas VI Jakarta:
Pusat Perbukuan Depdiknas.
Sadiman LS & Amelia Shendi. 2009. Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI kelas VI. Jakarta:
Pusat Perbukuan Depdiknas.
Sardiyo,sugandi Didih, Ischak. 2009. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Supriya. 2011. Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset
Slameto, 2010. Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.Jakarta:Rineka Cipta.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Prasada.
Sudjana,
N.
2009.Penilaian
proses
hasil
belajar
mengajar.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya.
Suryosubroto, B. 1996. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
22
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN STAD BERBANTUAN KOMIK
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN
BERHITUNG PECAHAN KELAS VI SD NEGERI 3 CANDUK
SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh :
Driyatmo Pranowo, A.MA.PD
NIP. 19610307 198201 1 006
Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, UPK Lumbir
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan dengan bantuan benda-benda kongkrit,
juga diharapkan bermanfaat bagi siswa, peneliti, maupun orang tua murid. Untuk mencapai
tujuan tersebut dilakukan penelitian tindakan kelas terhadap siswa kelas VI SDN 3 Canduk
sebanyak 27. Penggunaan model pembelajaran STAD berbantuan komik dalam kegiatan
pembelajaran dimungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk mengetahui
bagaimana penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa
terhadap mata pelajaran matematika kelasVI SD Negeri3 Canduk, dilaksanakan dua siklus,
dengan acuan setiap siklus dilakukan sekali pertemuan pembelajaran. Sedang teknik
pengumpulan data dengan pengambilan tes di akhir pembelajaran, serta menganalisis data
kuantitatif menggunakan metode analitis deskritif komparatif, dengan membandingkan
masing-masing siklus. Subyek penelitian siswa kelasVI SD Negeri3 Canduk dengan jumlah
sebanyak 27 siswa. Hasil pelaksanaan menunjukkan bahwa dengan penerapan model
pembelajaran ini hasil belajar siswa menunjukkan ada kenaikan pada setiap tahapan siklus.
Hal tersebut dapat diketahui dari adanya peningkatan dari kondisi awal siswa yang tuntas
adalah 30%, pada saat siklus I menjadi 70%, sedangkan pada siklus II mencapai 85%.
Kata kunci: Model Pembelajaran STAD Berbantuan Komik, Aktivitas dan Kemampuan
Berhitung Pecahan
Pendahuluan
Pendidikan sebagai suatu proses mempunyai dua sisi yang saling berkaitan.
Pendidikan bukan sekedar transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) tapi lebih
kepada transfer normatif (transfer of values). Jadi tujuan akhir pendidikan adalah
menciptakan manusia seutuhnya yang memiliki ilmu pengetahuan dan nilai-nilai iman taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Setelah diundangkannya Undang-undang nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kita selaku insan pendidikan harus mengacu
pada aturan tersebut. Di dalam peraturan tersebut telah tertuang hal-hal sebagai berikut:
Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, berkembangnya potensi peserta didik agar
23
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang menumbuhkan kemampuan seorang guru
untuk melakukan pembelajaran secara keseluruhan. Dalam pembelajaran di kelas hal yang
perlu diperhatikan adalah bagaimana guru dapat mengelola pembelajaran dengan baik
sehingga siswa mampu memahami dan dapat memperoleh prestasi yang maksimal. Oleh
karena itu guru dituntut dapat menangani kesulitan belajar yang dialami oleh siswa itu
sendiri. Selain itu tenaga pendidikan dituntut mengenali kondisi belajar.
Menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003 pasal 1, Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan Undang-Undang No.20 tahun 2003 pasal 1 di atas, pendidikan adalah
usaha yang dilakukan oleh guru melalui proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan tercapai jika proses pembelajaran yang dilakukan
oleh guru sesuai dengan karakteristik siswa. Belajar sebagai proses manusiawi memiliki
kedudukan dan peran penting, baik dalam kehidupan masyarakat tradisional maupun modern.
Pengertian belajar yang cukup komprehensif diberikan oleh Bell Gredller (1986:1) dalam
winataputra (2008: 1.5) menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh
manusia untuk mendapatkan aneka ragam Competecies, skill, and attitude. Kemampuan
(Competencies), ketrampilan (Skill), dan Sikap (Attitude) tersebut diperoleh secara bertahap
mulai dari bayi sampai masa tua sebagai rangkaian belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses
belajar itu dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan informal, formal dan
nonformal. Kemampuan belajar inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Belajar sering juga diartikan sebagai penambahan, perluasan, dan pendalaman
pengetahuan, nilai dan sikap serta ketrampilan. Secara konseptual Fontana (1981) dalam
Winataputra (2008:1.8) mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap
dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Belajar diartikan sebagai suatu
perubahan yang dalam kemampuan yang bertahan lama bukan bagian dari pertumbuhan. Di
sinilah peran guru sangat penting. Selain sebagai pengajar, juga sebagai pembimbing dan
pendidik. Namun kenyataannya peran itu sering dilupakan. Pendidikan dan pengajaran
dilakukan hanya sekedar pemberian informasi. Hal itulah yang membuat siswa merasa bosan,
24
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
sehingga pembelajaran tidak menarik minat siswa, dan akhirnya berdampak pada rendahnya
prestasi belajar.
Dari tujuan di atas dapat diambil makna bahwa proses pembelajaran
yang
dilaksanakan oleh guru dan siswa di sekolah hendaknya memberikan bekal berupa moral,
sikap dan berbagai ketrampilan. Terlebih lagi di era globalisasi saat ini. Tanpa bekal yang
cukup siswa tidak akan siap menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks. Pada
pembelajaran Matematika terutama materi melakukan operasi hitung pecahan di kelas VI SD
Negeri 3 Canduk masih dianggap sebagai konsep ilmu yang yang sulit di pahami walaupun
materi tersebut telah dipelajari pada kelas sebelumnya. Hal ini dibuktikan oleh hasil belajar
matematika pada materi tersebut rendah. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat dalam tebel
berikut:
Tabel 1. Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Pada Pra siklus
No
Ketuntasan
Frekuensi
Persentase
1
Tuntas
8
30 %
2
Belum Tuntas
19
69 %
Rata-rata
62
Nilai Maksimal
80
Nilai Minimal
30
Rendahnya kemampuan berhitung pada materi tersebut karena penggunaan metode
pembelajaran yang kurang sesuai. Dengan adanya metode ceramah yang dominan cenderung
siswa bosan dan enggan terlibat aktif dalam pembelajaran. Perlu model, strategi atau metode
pembelajaran yang sesuai agar siswa menguasai konsep tersebut. Ini merupakan tantangan
bagi guru untuk memperbaikinya. Jangan hanya menyalahkan siswa saja namun guru harus
mengintrospeksi dirinya, sudah sesuai atau belum proses pembelajaran yang dilaksanakan di
kelas. Selain kemampuan berhitung aktivitas belajar siswa juga rendah. Dalam pembelajaran
pada materi pecahan siswa yang aktif mengikuti pelajaran dengan baik hanya sekitar 30%.
Sedangkan 70% masih kurang aktif dalam mengikuti pelajaran.
Berdasarkan uraian di atas pembelajaran Matematika materi pecahan dianggap masih
jauh dari kondisi ideal yang diharapkan. Ketuntasan belajar dalam berhitung hendaknya telah
mencapai ketuntasan belajar minimal 85%. Selain itu, aktivitas belajar siswa juga harus
mencapai keaktivan 85%.
25
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimana proses pembelajaran menggunakan
model
pembelajaran STAD berbantuan komik pada materi pecahan siswa Kelas VI SD Negeri 3
Canduk semester II tahun pelajaran 2014/2015?; (2) Bagaimana aktivitas belajar pada proses
pembelajaran pecahan siswa Kelas VI SD Negeri 3 Canduk semester II tahun pelajaran
2014/2015 setelah diterapkan model pembelajaran STAD berbantuan komik?; dan (3)
Bagaimana kemampuan berhitung pecahan siswa Kelas VI SD Negeri 3 Canduk semester II
tahun pelajaran 2014/2015 setelah diterapkan model pembelajaran STAD berbantuan komik?
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan
penggunaan model pembelajaran STAD berbantuan komik pada materi pecahan siswa Kelas
VI SD 3 Canduksemester II tahun pelajaran 2014/2015; (2) Untuk meningkatkan aktivitas
belajar siswa pada materi pecahan siswa Kelas VI SD Negeri3 Canduk semester II tahun
pelajaran 2014/2015 melalui model pembelajaran STAD berbantuan komik; dan (3) Untuk
meningkatkan kemampuan berhitung pecahan siswa Kelas VI SD Negeri 3 Canduk semester
II tahun pelajaran 2014/2015 melalui model pembelajaran STAD berbantuan komik.
Dengan pelaksanaan penelitian Tindakan Kelas ini, guru memiliki pengetahuan,
ketrampilan, dan pengalaman tentang Penelitian Tindakan Kelas, khususnya dengan
menerapkan model pembelajaran STAD berbantuan komik pada siswa. Siswa dapat
meningkatkan kemampuan berhitung pecahan dan mengikuti proses pembelajaran dengan
perasaan senang, dan aktivitas belajar yang tinggi. Sekolah akan sangat diuntungkan dengan
adanya perbaikan pembelajaran oleh guru melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan
adanya pembelajaran yang inovatif akan meningkatkan aktivitas belajar anak yang akan
bermuara pada peningkatan prestasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa tersebut akan
mempengaruhi prestasi sekolah secara umum.
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas VI SDN 3 Canduk, Kecamatan Lumbir, Kabupaten
Banyumas. Adapun dipilihnya kelas tersebut sebagai tempat penelitian karena (a) Peneliti
adalah guru kelas VI SDN 3 Canduk sehingga memudahkan proses penelitian dan (b) Ada
kesesuaian antara metode yang dipilih dengan karakteristik siswa Kelas VI SD. Penelitian
dilakukan selama 3 bulan, dimulai bulan Januari dan berakhir bulan Maret 2015. Subjek
penelitian adalah siswa Kelas VI SDN 3 Canduk, Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas
sejumlah 27 siswa dengan distribusi siswa laki-laki 16 siswa dan siswa perempuan ada 11
siswa laki-laki.
26
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data utama dan data
pendukung. Sumber utama adalah nilai hasil ulangan tentang kemampuan berhitung pecahan,
hasil pengamatan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Sedangkan data
pendukung adalah pengamatan kegiatan guru oleh observer. Pada penelitian ini, data
dikumpulkan dengan melalui tes, observasi dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan
untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah berupa lembar tes tertulis meliputi
pilihan ganda, isian, dan uraian terbatas. Lembar pengamatan digunakan sebagai pedoman
mengamati aktivitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal yang
diamati adalah sikap kerjasama dalam kelompok, kemampuan mempresentasikan hasil
diskusi, dan semangat mengikuti PBM.
Dalam penelitian ini tes dikatakan valid jika mengukur kemampuan hitung pecahan.
Pada proses pembelajaran (observasi) validitas data diperoleh melalui pengamatan saat
pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan untuk melihat sejauh mana peningkatan
aktivitas belajar siswa. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan prosedur Penelitian
Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus.
Hasil Penelitian danPembahasan
Deskripsi kondisi awal
1. Proses Pembelajaran
Pada proses pembelajaran pra siklus guru masih menggunakan metode mengajar yang
konvensional. Metode mengajar yang digunakan masih dominan metode ceramah sehingga
pemahaman siswa terhadap materi operasi hitung pecahan rendah. Aktivitas belajar siswa
juga rendah, ada siswa yang sering keluar, mengantuk, dan bermain sendiri dengan temannya.
Melihat kondisi siswa yang demikian guru juga kurang bersemangat dalam mengajar. Suasana
pembelajaran di kelas juga kurang kondusif.
2. Kemampuan Berhitung
Kemampuan berhitung Matematika siswa kelas VI terutama pada materi operasi hitung
pecahan masih rendah. ketuntasan belajar masih rendah terbukti siswa yang mampu berhitung
baru 9 anak dari jumlah keseluruhan 27 siswa. Nilai tertinggi 80, terendah 30 dan nilai ratarata siswa juga baru mencapai nilai 54. Dengan hasil belajar yang demikian maka perlu
diadakan tindakan untuk memperbaikinya.
Deskripsi tiap siklus
1. Hasil Penelitian siklus I
a. Proses Pembelajaran
27
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Siklus I terdiri dari dua pertemuan yang dilaksanakan pada hari Selasa, 3 Februari 2015 dan
Sabtu 6 Februari 2015. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian siklus I ini berjalan sesuai apa
yang telah direncanakan. Pada pertemuan I dan II difokuskan pada pelaksanaan diskusi
menggunakan media LKS berbentuk komik. Observer mengamati segala tindakan yang
dilakukan oleh guru dan siswa. Observasi dilakukan oleh teman sejawat yang bernama Ibu
Nurmiati Antari, S. Pd. Pengamatan dilakukan pada pertemuan pertama dan kedua. Pengamat
mengambil posisi di belakang kelas. Berdasarkan lember observasi yang digunakan, aktivitas
guru dan siswa dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan. Hampir semua indikator
pengamatan tampak dilakukan oleh guru maupun siswa. Penilaian dilakukan secara kualitatif
melalui pengamatan oleh observer.
b. Kemampuan berhitung siswa
Kemampuan berhitungsiswa pada siklus I telah dianalisis dengan tingkat ketuntasan seperti
terlihat dalam tabel 2 berikut:
Tabel 2. Kemampuan Berhitung Matematika Siklus I siswa kelas VI
SDN 3 Canduk Semester II 2012/2013
No
Kemampuan Berhitung
Jumlah Siswa
Jumlah
Persentase
1
Mampu
19
70 %
2
Belum Mampu
8
30 %
Jumlah
27
100 %
c. Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi tes formatif pada Pra Siklus dan Siklus I pertemuan ketiga dapat
dilihat adanya peningkatan. Perbandingan kemampuan berhitung siswa dapat dilihat pada
tabel 3 berikut:
Tabel 3. Perbandingan Kemampuan berhitung Kondisi Awal dan Siklus I
No
Kemampuan
Kondisi Awal
Siklus I
berhitung
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
1
Mampu
8
30 %
19
70 %
2
Belum Mampu
19
70 %
5
30 %
Jumlah
16
100 %
16
100 %
28
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Berdasarkan pengamatan pada pembelajaran Pra Siklus dan Siklus I dapat dilihat adanya
peningkatan aktivitas belajar siswa. Perbandingan aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada
tabel 4 berikut:
Tabel 4. Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa Kondisi Awal dan Siklus I
No Aktivitas Siswa
1
Kondisi Awal
Siklus I
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
Sangat 7
44 %
13
82 %
Kurang Aktif
9
56 %
3
18 %
Jumlah
16
100 %
16
100 %
Aktif
dan
Aktif
2
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar dan kemampuan
berhitung siswa dari pra siklus ke siklus I. Terjadi persentase ketuntasan belajar siswa, ratarata kemampuan berhitung siswa dan nilai tertinggi yang diperoleh siswa juga meningkat.
Ketuntasan belajar siswa telah mencapai 69%. Perlu dilanjutkan pada siklus II karena belum
mencapai ketuntasan belajar sesuai dengan indikator kinerja.
Adapun refleksi dari pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut:
a. Masih ada beberapa siswa yang belum bersungguh-sungguh dalam mengikuti diskusi
dalam model pembelajaran STAD berbantuan komik.
b. Guru belum merata pada semua kelompok dalam membimbing diskusi.
c. Baru ada satu siswa yang mampu menyimpulkan materi pelajaran ketika diminta oleh
guru.
d. Hasil belajar siswa berupa kemampuan berihitung belum ideal sesuai dengan indikator
kinerja.
2. Hasil Penelitian Siklus II
a. Proses Pembelajaran
Siklus II terdiri dari tiga pertemuan yang dilaksanakan pada Selasa, 5 Februari 2013, Selasa
10 Februari 2015 dan Sabtu 14 Februari 2015. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian siklus
II ini berjalan sesuaiapa yang telah direncanakan. Pada pertemuan I dan II difokuskan pada
pelaksanaan diskusi menggunakan media LKS berbentuk komik dengan karakter yang
berbeda dari siklus I agar siswa tidak bosan. Penggunaan diskusi melalui model pembelajaran
STAD juga lebih diintensifkan daripada siklus I. Pada siklus II ini siswa yang pandai benarbenar mentransfer ilmunya pada teman satu kelompoknya saat diskusi.
29
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Observasi dilakukan oleh teman sejawat yang bernama Lagiyem, S. Pd. Pengamatan
dilakukan pada pertemuan pertama dan kedua. Pengamat mengambil posisi di belakang kelas.
Berdasarkan lembar observasi yang telah diisi, diperoleh data bahwa kondisi kelas lebih
kondusif dibandingkan dengan siklus I. siswa tampak antusias mengikuti proses
pembelajaran. Peneliti juga lebih lancar dalam menyampaikan materi.
b. Kemampuan Berhitung Siswa
Kemampuan berhitung siswa pada siklus II telah dianalisis dengan tingkat ketuntasan seperti
terlihat dalam tabel 5 berikut:
Tabel 5. Kemampuan Berhitung Matematika Siklus II siswa kelas VI
SDN 3 Canduk Semester II 2012/2013
No
Kemampuan Berhitung
Jumlah Siswa
Jumlah
Persentase
1
Mampu
23
85 %
2
Belum Mampu
4
15 %
Jumlah
27
100 %
Rata-rata nilai siswa juga mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Untuk lebih
lengkapnya dapat kita lihat dalam Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Hasil Nilai Siswa Siklus II
No
Uraian
Nilai
1
Nilai Tertinggi
100
2
Nilai Terendah
50
3
Nilai Rata-rata
77
c. Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi tes formatif pada Pra Siklus dan Siklus I pertemuan ketiga dapat
dilihat adanya peningkatan. Perbandingan kemampuan berhitung siswa dapat dilihat pada
tabel 6. berikut:
Tabel 6. Perbandingan Kemampuan berhitung Siklus I dan Siklus II
No
Kemampuan
Siklus I
Siklus II
berhitung
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
1
Mampu
19
70 %
23
85 %
2
Belum mampu
8
30 %
4
15 %
Jumlah
27
100 %
27
100 %
30
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Untuk lebih jelasnya kemampuan berhitung dapat kita lihat dalam grafik berikut:
Gambar 1. Grafik Perbandingan Kemampuan berhitung Siklus I dan Siklus II
c. Pembahasan Tiap dan Antar Siklus
Berdasarkan hasil penelitian dan tindakan yang telah dilaksanakan dapat dinyatakan cukup
berhasil. Penerapan model pembelajaran STAD berbantuan komik dianggap dapat
meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan berhitung siswa kelas VI SD Negeri 3
Canduk. Karena dari masing-masing pertemuan ada peningkatan kemampuan berhitung siswa
dilihat dari tes formatif yang telah dilaksanakan. Hal tersebut akan dianalisis dalam
pembahasan berikut:
1. Pembahasan Siklus I
Hasil tindakan pembelajaran pada pembelajaran siklus I berupa hasil tes formatif.
Berdasarkan hasil observasi akan diperoleh keterangan sebagai berikut:
a. Proses Pembelajaran Siklus I
Pada proses pembelajaran siklus I guru dalam menerapkan model
pembelajaran STAD berbantuan komik guru masih ragu-ragu dan belum menerapkan
langkah-langkahnya dengan benar. Penguasaan materi juga dirasa masih kurang.
Sudah ada perubahan pada perilaku siswa walaupun masih ada siswa yang bermain
sendiri.
b. Kemampuan Berhitung
Hasil nilai tes formatif menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai 65
keatas atau yang mencapai ketuntasan belajar adalah 19 orang siswa atau baru 70 %,
sedangkan yang belum tuntas masih 8 orang atau 30 %. Terhadap siswa yang belum
mengalami ketuntasan akan diberikan kesempatan untuk memperbaiki nilainya pada
siklus II.
Berdasarkan refleksi dari siklus I terjadi peningkatan kemampuan berhitung
siswa melalui penerapan model pembelajaran STAD berbantuan kimik.Terjadi
peningkatan ketuntasan belajar siswa yang semula hanya 35 % menjadi 68 %. Hal ini
31
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
dikarenakan masih banyak siswa yang belum mengetahui maksud diskusi dan tidak
dapat melaksanakannya dengan baik. Dituntut bimbingan yang sabar dari guru untuk
memperbaiki kondisi tersebut.
Pada siklus ini dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran belum berhasil
Karena ketuntasan belajar belum mencapai 85%. Hal ini disebabkan karena
penerapapan model pembelajaran STAD berbantuan komik pada proses pembelajaran
yang dilakukan oleh peneliti belum maksimal.
c. Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar siswa juga mengalami peningkata. Dari hasil observasi
terhadap siswa terdapat temuan-temuan yang bersifat positif yaitu antara lain terjadi
peningkatan aktivitas belajar siswa. pada pertemuan kedua siswa telah aktif dan
terlibat dalam diskusi. Peningkatan aktivitas siswa tersebut dikarenakan adanya media
komik yang menarik perhatian siswa.
2. Pembahasan Siklus II
Hasil tindakan pembelajaran pada pembelajaran siklus II berupa hasil tes formatif.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer maka dapat diterangkan pada
bagian di bawah ini.
a. Proses Pembelajaran
Segala kekurangan yang terjadi pada siklus I telah diperbaiki pada siklus II.
Hasil pembelajaran yang telah dilakukan
guru dalam menerapkan model
pembelajaran STAD berbantuan komik mata pelajaran Matematika materi pecahan
menunjukkan adanya peningkatan. Diskusi pada siklus II lebih ditekankan pada peran
siswa yang pandai agar mentransfer ilmunya pada siswa yang kurang pandai.
Sebagian siswa juga sudah aktif bertanya jika mengalami kesulitan. LKS yang
disediakan oleh guru juga telah dikerjakan dengan baik oleh siswa. bahkan siswa pada
kelompok tertentu sangat cepat mengerjakan LKS tersebut.
Siswa menganggap materi tidak terlalu sulit karena mereka telah mendapatkan
penjelasan yang cukup dari guru, selain itu juga ada transfer pengetahuan antar siswa
dalam diskusi.
b. Kemampuan Berhitung
Hasil tes dari siklus II menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai 65
keatas adalah 23 orang siswa atau 85 %. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat
bahwa siswa yang mencapai ketuntasan belajar talah mencapai 85 %, sedangkan yang
belum tuntas tinggal 15 %. Terhadap 1 siswa yang belum mencapai ketuntasan
32
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
diberikan program remidial yang nantinya akan dipergunakan untuk memperbaiki
nilai tes formatif. Perlu penanganan khusus oleh guru terhadap 1 anak yang memang
pada dasarnya termasuk siswa yang kurang pandai. Siswa tersebut memang
mempunyai kemampuan kurang pada hampir semua mata pelajaran.
Hasil dari siklus I dan siklus II terjadi perubahan yang signifikan. Hasil belajar
siswa mengalami peningkatan dari yang semula hanya 70 % pada siklus I menjadi 85
% pada siklus II.
c. Aktivitas Siswa
Aktivitas guru dan siswa juga mengalami kemajuan yang menggembirakan
karena pada siklus II Nampak guru dan siswa telah siap melakukan aktivitas berupa
pembelajaran yang menyenangkan. Pada pelaksanaan siklus II aktivitas siswa telah
mencapai 94%.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan tindakan yang telah dilaksanakan dapat dinyatakan
cukup berhasil. Penerapan model pembelajaran STAD berbantuan komik dianggap dapat
meningkatkan kemampuan berhitung siswa kelas VI SDN Gulangponge 01. Karena dari
masing-masing pertemuan ada peningkatan kemampuan berhitungsiswa dari tes formatif
yang telah dilaksanakan.
Pada observasi awal, pembelajaran Matematika terutama materi melakukan operasi
hitung pecahan di kelas VI SD Negeri 3 Canduk masih dianggap sebagai konsep ilmu yang
yang sulit di pahami walaupun materi tersebut telah dipelajari pada kelas sebelumnya. Hal
ini dibuktikan oleh hasil belajar matematika pada materi tersebut rendah.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, hasil belajar yang meningkat
disebabkan oleh beberapa faktor seperti :
1. Meningkatnya aktivirtas pembelajaran (baik guru dan siswa)
2. Penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan karakter anak usia sekolah dasar.
3. Media pembelajaran yang digunakan
4. Motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajan.
Pada penelitian ini, media yang digunakan adalah media komik. Komik adalah suatu
bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa
sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi
dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran,
dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri (Wikipedia, 2012).
33
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Perlu diketahui bersama, bahwa anak usia sekolah dasar sangat menyukai dengan
beberapa jenis komi dan salah satunya adalah ipin dan upin. Dengan adanya motivasi siswa
terhadap media yang telah disediakan peneliti (guru) maka hasil belajar siswa juga ikut
meningkat.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Peneliti telah melakukan penelitian untuk meningkatkan aktivitas belajar dan
kemampuan berhitung siswa kelas VI SD Negeri 3 Canduk Kecamatan Lumbir Kabupaten
Banyumas pada Mata Pelajaran Matematika materi Operasi hitung pecahan. Dari semua
tindakan yang peneliti ambil dalam penelitian ini dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Terbukti proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Student Team
Achivement Division (STAD) berbantuan komik terjadi peningkatan aktivitas guru dan
siswa.
2. Terbukti model pembelajaran Student Team Achivement Division (STAD) berbantuan
komik dapat meningkatkan kemampuan berhitung pada materi operasi hitung pecahan
pada siswa kelas VI SD N 3 Canduk Tahun 2014/2015.
3. Terbukti model pembelajaran Student Team Achivement Division (STAD) berbantuan
komik dapat meningkatkan aktivitas belajar pada materi operasi hitung pecahan pada
siswa kelas VI SD N 3 Canduk Tahun 2014/2015.
Saran
Dengan adanya uraian dari simpulan di atas maka penulis ingin memberikan saran
kepada berbagai pihak antara lain:
1.
Bagi guru
Guru diharapkan untuk membiasakan diri dalam melakukan inovasi
pembelajaran. Dengan keberhasilan penerapan model pembelajaran Student Team
Achivement Division (STAD) berbantuan komik maka guru diharapkan menerapkan
model pembelajaran STAD. Dengan adanya inovasi pembelajaran melalui PTK, guru
juga akan mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan penelitian terutama Penelitian
Tindakan Kelas (PTK)
2. Bagi siswa
Bagi siswa hendaknya dalam mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran
Student Team Achivement Division (STAD) berbantuan komik dapat bersungguhsungguh agar meningkatkan kemampuan berhitungnya. Siswa diharuskan mengikuti
34
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
pembelajaran dengan aktivitas belajar yang tinggi. Aktivitas belajar hendaknya
ditingkatkan ketika sedang berdiskusi dengan temannya.
3. Bagi Sekolah
Sekolah
hendaknya
memberikan
kemudahan
berupa
penyediaan
prasarana
pembelajaran yang memadai bagi para guru yang akan melakukan inovasi pembelajaran.
Terutama bagi guru yang akan melakukan penelitian menggunakan model pembelajaran
Student Team Achivement Division (STAD) menggunakan media komik karena terbukti
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Daftar Pustaka
Agus Suprijono. 2012. Model Pembelajaran STAD. http://elnicovengeance.wordpress.com
/2012/09/1/model-pembelajaran-stad-student-team-achievement-divisions/
Anni. 2004. Pengertian Aktivitas Belajar.http://www.lintasberita.com/lifestyle/pendidikan.
Diakses Maret 2013.
Arindawati.
2004.
Model
Pembelajaran
Student
Team
Achievement
Division.
Http://www.Scrbd.com. Diakses 1 November 2012.
Dian Mahsunah, dkk. 2012. Bahan Ajar Pendidikandan Latihan Profesi Guru (PLPG)
Sertifikasi Guru dalam Jabatan 2012. Semarang: IKIP PGRI.
Hasarudin Hafid. 2011. Skripsi Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Muhsetyo Gatot. 2008. Pembelajaran Matematika Di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Mujianto Paulus. 2008. Model-model Pembelajaran Yang Efektif. Semarang: Depdiknas.
Roestiyah. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD http://www.sarjanaku.com
/2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.htmldiaksestanggal 25 Oktober 2012
Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi.
2008.
Pengertian
Validitas
dan
Reliabilitas.
http://www.binham.
wordpress.com/2012/01/07/validitas-reliabilitas-instrumen-evaluasi/
Susanto.
2011.
Pengertian
Ketrampilan
Berhitung.
http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/14/jhptump-a-herniratmi-670-2-babii.pdf
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Winata Putra Udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tim LPMP. 2007. Model-model pembelajaran matematika. Semarang: LPMP Jawa Tengah.
___________, Pengertian Media Komik. http://www.wikipedia.com
___________, PengertianAktivitasBelajar. http://www. mugironiggi.blogspot.com
35
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
36
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
PENERAPANN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK
BAHASAN OPERASI HITUNG CAMPURAN SISWA
KELAS II SDN KALIKEMBANG TAHUN 2016
Oleh :
Sunarya, S.Pd.
NIP. 19630301 198803 1 020
Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, UPK Lumbir
Abstrak
Pembelajaran matematika yang dilaksanakan di SD Negeri Kalikembang belum
menunjukkan adanya hasil yang optimal. Berdasarkan hasil observasi yang telah
dilaksanakan, diperoleh data bahwa 58% siswa kelas II belum mencapai ketuntasan belajar.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan
model pembelajaran quantum teaching pada pembelajaran matematika khususnya di SD
Negeri 1 Kalikembang. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran
quantum teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran
matematika kelas II SD Negeri 1 Kalikembang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.
Teknik pengumpulan data dengan pengambilan tes di akhir pembelajaran, serta menganalisis
data kuantitatif menggunakan metode analitis deskriptif komparatif, dengan membandingkan
masing-masing siklus. Subyek penelitian siswa kelas II SD Negeri 1 Kalikembang tahun
ajaran 2015/2016 dengan jumlah sebanyak 19 siswa.
Hasil pelaksanaan menunjukkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran
quantum teaching hasil belajar siswa menunjukkan ada kenaikan pada setiap tahapan siklus.
Hal tersebut dapat diketahui dari adanya peningkatan dari kondisi awalsiswa yang belum
tuntas ada 58 % (11siswa) atau sebanyak 42 % (8 siswa) siswa sudah tuntas, kemudian siklus
I sebanyak 32 % siswa belum tuntas (6 siswa) atau 68 % ( 13 siswa) sudah tuntas dan hasil
siklus II sebanyak 16 % siswa belumt untas (3 siswa) atau 84 % (16 siswa) siswa sudah
tuntas.
Kata kunci: Model pembelajaran quantum teaching, Hasil Belajar
Pendahuluan
Pendidikan merupakan usaha dan tanggung jawab bersama antara pemerintah,
masyarakat, dan orang tua. Usaha peningkatan mutu pendidikan dilaksanakan dengan
berbagai cara, mulai dari orang tua yang berperan sebagai pendidik pertama dalam keluarga
yang bertugas memberi bekal untuk mempersiapkan anak menghadapi masa depan dan
lingkungan sekitarnya. Selain orang tua, Negara pun turut berperan dalam mengembangkan
pendidikan seperti tertuang dalam tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
tersurat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa (2001 : 97).
37
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan
pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Hal ini didasarkan pada
Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan yang mengamanatkan penyusunan kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah di satuan pendidikan sekolah. KTSP disusun mengacu pada Standar Isi dan
Standar Kompetensi Lulusan serta berpedoman pada panduan yang telah disusun oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006:103).
Penyusunan KTSP oleh sekolah diharapkan memberikan dampak positif karena
rancangan KTSP dibuat dengan penyesuaian situasi dan kondisi masing–masing sekolah.
Bagian yang tidak kalah penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah tenaga
pengajar atau guru. Setiap guru di sekolah dasar mempunyai tugas dan kewajiban untuk
mewujudkan tujuan sekolahnya masing–masing. Salah satu tugas utama guru adalah
membangkitkan motivasi belajar peserta didik, antara lain dengan penggunaan suatu media
dalam pelaksanaan pembelajaran. Penggunaan media akan membantu kelancaran, efektifitas
dan efisiensi pencapaian tujuan. Bukankah bahan pelajaran yang manipulatif dalam bentuk
media pengajaran akan menjadikan anak seolah sedang bermain asik dan bekerja dengan
suatu media itu akan lebih menyenangkan. Dan sudah tentu pengajaran akan menjadi benar–
benar bermakna (meaningfull). Media merupakan salah satu komponen yang tidak bisa
diabaikan dalam pengembangan sistem pengajaran yang sukses.
Seorang guru sekolah dasar tentu saja harus dapat menetapkan media yang paling
tepat dan sesuai untuk tujuan tertentu, penyampaian bahan tertentu,suatu kondisi belajar
peserta didik dan untuk suatu penggunaan strategi atau metode yang telah dipilih. Berbagai
jenis media pengajaran penting diketahui guru dan tentu saja lebih baik lagi jika guru
mengembangkan kemampuan untuk membuat variasi pada media yang sudah ada.
Pembelajaran matematika sering dianggap sulit dan membosankan bagi siswa
sehingga hasil belajar siswa cenderung berkurang. Hal ini ditandai dengan nilai hasil evaluasi
mata pelajaran Matematika yang masih rendah pada siswa kelas II SD Negeri Kalikembang.
Siswa yang memperoleh nilai baik cenderung hanya sebagian saja.
Melihat kenyataan yang sering dihadapi di dalam kelas khususnya di kelas rendah,
tingkat pemahaman anak terhadap suatu konsep perkalian masih rendah. Khususnya siswa
kelas II, anak masih banyak mengalami kesulitan dalam berhitung perkalian. Berdasarkan
pengamatan di SD Negeri KalikembangUPK Kemranjen, pembelajaran keterampilan
38
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
berhitung perkalian dengan cara memanipulasi atau menjumlahkan sebanyak bilangan
tersebut.
Setiap guru mengharapkan agar setiap ilmu pengetahuan yang ia ajarkan dapat
dimengerti, diterima dan dikuasi oleh siswanya dengan baik. Agar harapan setiap guru untuk
menuju keberhasilan mengajar tercapai, maka guru harus memiliki kecakapan dan
keterampilan dalam menyajikan pelajaran kepada siswanya.
Dalam kegiatan proses belajar mengajar, metode mengajar memiliki peranan yang
dapat mendukung keberhasilan seorang guru dalam mengajar. Metode merupakan salah satu
pendukung utama keberhasilan mengajar. Oleh karena itu, seorang guru perlu memilih
metode mengajar yang bisa memacu keberhasilan belajar siswa, salah satunya adalah metode
bermain. Metode bermain dalam hal ini yaitu metode keterampilan berhitung dengan mencari
pasangan atau metode Make a Match. Untuk itu kami mengambil judul: “Upaya Peningkatan
Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika tentang Hitung Perkalian
melalui Metode Make a Match pada Semester Genap di Kelas II SD Negeri
KalikembangUPK Kemranjen Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimanakah alat peraga dan metode Make a Match dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung
perkalian di kelas II SD Negeri KalikembangUPK Kemranjen Kabupaten Banyumas ? dan
(2) Bagaimanakah alat peraga dan metode Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri
KalikembangUPK Kemranjen Kabupaten Banyumas ? Tujuan dari penelitian ini adalah: (1)
Penggunaan alat peraga untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri KalikembangUPK
Kemranjen Kabupaten Banyumas dan (2) Untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri
KalikembangUPK Kemranjen Kabupaten Banyumas menggunakan metode Make a Match.
Manfaat penelitian ini bagi siswa di antaranya adalah untuk meningkatkan prestasi
khususnya konsep hitung perkalian pada mata pelajaran Matematika; agar siswa bisa lebih
kreatif, menarik dan bermakna; dan mendapat pengalaman yang berharga dengan berani
menjawab pertanyaan di depan kelas. Bagi guru, penelitian dapat dijadikan sebagai acuan
dalam menentukan strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran guna
mencapai ketuntasan belajar bagi siswa; menghidupkan suasana pembelajaran yang lebih
menarik; dapat kepuasan dari hasil belajar siswa yang meningkat; dan mendapat pengalaman
39
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
dalam situasi pembelajaran yang berbeda. Selain itu, penelitian ini dapat meningkatkan
prestasi belajar pada tingkat sekolah dan meningkatkan profesionalisme guru khususnya
dalam pembelajaran Matematika.
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Kalikembang UPK Kemranjen Kabupaten
Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 4
tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Jika
pada pelaksanaan siklus 1 indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini
belum tercapai, maka dilakukan perbaikan untuk siklus berikutnya.
Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif persentase. Analisis data diperoleh
dari data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif akan dianalisis dalam bentuk deskripsi dari
data angka hasil tes formatif dan rekapitulasi silus pertama dan kedua.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Siklus Pertama
Siklus pertama dilaksanakan satu kali pertemuan yaitu pada tanggal 4 Maret 2015.
Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas II SD Negeri Kalikembang UPK Kemranjen
Kabupaten Banyumas dengan jumlah siswa 18 yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 8 siswa
perempuan.
a. Perencanaan
1) Peneliti menyiapkan RPPP, LKS, lembar observasi, dan lembar evaluasi.
2) Peneliti menyiapkan sumber belajar.
3) Peneliti menyiapkan alat peraga tabel perkalian dan lidi yang berjumlah 50.
4) Siswa mengerjakan LKS.
5) Peneliti dan observer melakukan observasi.
6) Siswa bersama guru mencocokkan hasil kerja siswa.
7) Siswa mengerjakan tes formatif.
b. Pelaksanaan
1) Kegiatan Awal
a) Menyiapkan anak-anak kelas II SD negeri Kalikembang.
b) Berdoa bersama.
40
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
c) Presensi siswa.
d) Peneliti melakukan tes penjajagan dengan memberikan pertanyaan kepada siswa.
e) Memberikan apersepsi kepada siswa.
f) Sebelum proses pembelajaran inti dimulai, peneliti memberikan penjelasan
singkat tentang tujuan pembelajaran matematika.
2) Kegiatan Inti
a) Mengkondisikan siswa.
b) Menentukan tujuan pembelajaran.
c) Berkomunikasi dengan siswa.
d) Menjelaskan materi pembelajaran secara verbal dan sistematik dengan
menggunakan alat peraga dan metode Make a Match.
e) Mengamati proses pembelajaran dan hambatan yang muncul.
f) Memberikan beberapa soal latihan dan mencocokkan secara klasikal bersama
siswa.
3) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang belum jelas dari materi pembelajaran, menyimpulkan materi
pembelajaran, mencatat hal-hal penting, melakukan evaluasi, dan mengakhiri
pembelajaran dengan berdoa.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh observer selama proses pembelajaran menggunakan
lembar observasi yang telah disediakan. Pengamatan dilakukan terhadap proses dan hasil
penerimaan oleh siswa. Hasil observasi digunakan untuk mengadakan refleksi dan menyusun
tindakan berikutnya.
Berdasarkan data hasil belajar, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa mengalami
peningkatan. Peningkatan tersebut dapat ditinjau dari rata-rata secara klasikal dan persentase
ketuntasan siswa dalam belajar. Berdasarkan rata-rata klasikal, dapat diketahui bahwa ratarata pada saat kegiatan pra siklus adalah 66 dan setelah diberi tindakan menjadi 75. Dari data
tersebut berarti peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar 9%. Selain itu, ditinjau dari
ketuntasan klasikal, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa meningkat secara drastis. Pada
saat kondisi awal, persentase ketuntasan sebesar 39% dan pada siklus I meningkat menjadi
67%. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan ketuntasan hasil belajar
siswa sebesar 28%.
41
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Selain data hasil belajar, diperoleh juga data aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Siswa yang aktif dalam belajar mengalami peningkatan. Pada kondisi awal,
siswa yang dikategorikan aktif sebanyak 5 siswa atau 28%. Sementara itu, setelah
dilaksanakan pembelajaran pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 11 siswa atau 61%
siswa dikategorikan sangat aktif. Peningkatan persentase keaktifan siswa pada siklus I adalah
sebesar 39%.
d. Refleksi
Hasil pembelajaran siklus pertama masih kurang optimal karena hanya mampu
meningkatkan jumlah siswa pada tingkat kemampuan baik sekitar 28% dan jumlah siswa
yang berkemampuan kurang masih cukup banyak. Untuk itu peneliti berkoordinasi dengan
observer yang menghasilkan kesimpulan bahwa tindakan perbaikan masih perlu dilanjutkan
pada pembelajaran siklus ke dua guna meningkatkan kemampuan siswa.
Selain itu, pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I belum mencapai indikator penelitian
yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya.
Siklus kedua
Siklus kedua dilaksanakan satu kali pertemuan yaitu pada tanggal 17 Maret 2015.
Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas II SD Negeri KalikembangUPK Kemranjen
Kabupaten Banyumas dengan jumlah siswa 18.
a. Perencanaan
Perencanaan dilakukan lebih matang, sistematis dan terarah dengan persiapan alat
peraga dan metode pembelajaran dan sarana prasarana lainnya dengan lebih baik.
Berdasarkan refleksi pada siklus pertama, maka peneliti menyusun kembali RPPP beserta
skenario tindakan dan lembar observasi pada pembelajaran pada siklus kedua.
b. Pelaksanaan
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal pada siklus kedua hampir sama dengan siklus pertama.
Tindakan yang dilakukan peneliti meliputi: Memberikan salam, Mengajak siswa
berdo’a bersama, Mengecek kehadiran siswa, Memberikan tes penjajagan,
memberikan apersepsi kepada siswa dan pemberian acuan.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dilaksanakan pada siklus kedua juga hampir sama dengan yang
dilaksanakan pada siklus pertama, hanya lebih memberikan kesempatan kepada siswa
untuk meningkatkan keaktifannya dan pemahaman siswa dalam menghitung
42
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
perkalian. Dengan cara memberikan soal yang lebih kompleks dan penggunaan
metode yang lebih menarik.
3) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang belum jelas dari materi pembelajaran, menyimpulkan materi
pembelajaran, mencatat hal-hal penting, melaksanakan evaluasi, dan mengakhiri
pembelajaran dengan berdoa.
c. Observasi
Pengamatan kembali dilakukan oleh observer selama proses pembelajaran
menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Pengamatan dilaksanakan terhadap
proses pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan pada kegiatan pembelajaran siklus II, diperoleh data tentang
aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Aktivitas siswa dalam mengiukuti
pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Untuk lebih jelas peningkatan
aktivitas belajar siswa dapat diperhatikan pada tabel berikut.
Tabel 1. Data tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
Pra Siklus
Siklus I
Keaktifan
Juml siswa
Persentase
rendah
7
39
sedang
6
33
tinggi
5
28
rendah
4
22
sedang
3
17
tinggi
11
61
rendah
Siklus II
0
sedang
3
17
tinggi
15
83
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa tingkat keaktifan siswa pada setiap siklus selalu
mengalami kenaikan yaitu:
1.
Pada pra siklus siswa yang keaktifannya rendah 39%, keaktifan sedang 33%, dan
keaktifan tinggi 28%.
2.
Pada siklus 1 siswa yang keaktifannya rendah 22%, keaktifan sedang 17%, dan
keaktifan tinggi 61%.
43
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
3.
Pada siklus 2 siswa yang keaktifannya rendah 0%, keaktifan sedang 17%, dan
keaktifan tinggi 83%.
Meningkatnya aktivitras siswa dalam kegiatan pembelajaran membawa dampak pada
peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah anak yang tuntas
belajar selalu mengalami kenaikan, yaitu:
1.
Pada pra siklus, jumlah siswa tuntas belajar hanya 7 dari 18 siswa, atau tingkat
ketuntasan klasikalnya sebesar 39%.
2.
Pada siklus pertama, jumlah siswa yang tuntas belajarnya mengalami kenaikan
menjadi 12 siswa, atau tingkat ketuntasan klasikalnya sebesar 67%.
3.
Pada siklus kedua, jumlah siswa yang tuntas belajar naik menjadi 15 siswa, atau
tingkat ketuntasan klasikalnya sebesar 83%.
Adapun gambaran secara umum tentang hasil perbaikan pembelajaran dari tiap-tiap siklus
selalu mengalami peningkatan siswa tuntas dan mengalami penurunan pada siswa yang
belum tuntas belajar, dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siswa
pra siklus, siklus 1, dan siklus 2.
No
Kegiatan
Jumlah
Siswa
Belum
Tuntas
Tuntas
Frek
%
Frek
%
Peningkatan
Frek
%
1
Pra Siklus
18
11
61
7
39
2
Siklus 1
18
5
33
13
67
6
28
3
Siklus 2
18
3
17
15
83
3
16
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa setiap siklus, penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran mengalami kenaikan. Dari pra siklus ke siklus pertama, ketuntasan belajar
mengalami kenaikan yang cukup tinggi sebesar 28%. Selanjutnya dari siklus pertama ke
siklus kedua ketuntasan belajar siswa juga mengakami kenaikan sebesar 16%.
Pada siklus kedua, masih ada siswa yang belum tuntas belajar. Hal ini disebabkan oleh
kondisi siswa sendiri, yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata. Peneliti sudah berusaha
membimbing siswa, namun kurang berhasil dalam pembelajaran, sehingga tidak dapat
mencapai ketuntasan belajar.
44
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
d. Refleksi
Dari hasil pembelajaran siklus kedua, dapat direfleksikan adanya peningkatan keaktifan
belajar dan hasil belajar siswa. Jumlah siswa yang keaktifan belajarnya rendah makin sedikit
dan jumlah siswa yang hasil belajarnya tuntas makin banyak dalam menghitung perkalian.
Kekurangan-kekurangan pada siklus pertama dapat diperbaiki pada siklus kedua.
Setelah dilaksanakan pembelajaran selama dua kali siklus perbaikan, peneliti dapat
dipaparkan hasil observasi oleh teman sejawat dalam kegiatan belajar mengajar serta
perolehan nilai hasil belajar siswa pada siklus pertama dan kedua. Tindakan penelitian ini
menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa setelah menggunakan alat
peraga dan metode Make a Macth. Hal-hal yang penting tersebut berupa data yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif. Data-data kenaikan aktivitas belajar tersebut disajikan pada
gambar berikut.
Gambar 1. Grafik kenaikan keaktifan belajar tiap siklus.
Dari grafik 1 terlihat kenaikan keaktifan belajar yang selalu terjadi pada setiap siklus, yaitu:
1. Dari pra siklus ke siklus 1 mengalami kenaikan 22%.
2. Dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami kenaikan sebesar 22%.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran di atas
menunjukkan adanya keberhasilan. Keberhasilan tersebut dapat dilihat pada indikator yang
telah ditetapkan pada bab sebelumnya. Mengingat penelitian tindakan pada siklus II sudah
sesuai dengan harapan, maka kegiatan penelitian dapat diakhiri.
Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Siklus Pertama
Pada siklus pertama, upaya dilaksanakan pembelajaran telah meningkatkan
kemampuan siswa dalam menghitung perkalian secara cepat, bila dibandingkan dengan hasil
pra siklus. Penggunaan alat peraga telah memberikan keaktifan pada siswa meningkat. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sri Anitah W, (2009:6.12) Fungsi utama
45
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
media pembelajaran, yaitu sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang
lebih efektif. Dengan fungsi itu, media pembelajaran harus dijadikan bagian integral dan
keseluruhan proses pembelajaran itu sendiri. Dalam penggunaannya harus relevan dengan
tujuan/kompetensi yang ingin dicapai dan bahan ajar, tidak diperkenankan menggunakannya
hanya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa semata. Fungsi lain yaitu
untuk mempercepat proses belajar sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran dan mengurangi verbalisme (terlalu banyak kata).
Penggunaan alat peraga memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil
belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan.
Walaupun pada siklus pertama hasil yang diperoleh audah mengalami kenaikan, tetapi belum
sesuai dengan yang diharapkan. Pada siklus 1 terbukti tingkat ketuntasan belajar meningkat
menjadi 67% dari 39% pada pra siklus, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 28%.
Tingkat keaktifan belajar siswa juga mengalami kenaikan menjadi 61% dari 28% pada pra
siklus. Hal ini berarti mengalami kenaikan sebesar 33%.
Berdasarkan hasil pengamatan, ternyata siswa yang keaktifan belajarnya tinggi
mendapat hasil belajar yang baik dan sudah berartisiswa tersebut tuntas dalam belajarnya.
Namun masih ada beberapa siswa yang keaktifan belajarnya rendah, untuk itu menjadi bahan
pernaikan pada siklus 2.
Siklus Kedua
Pada siklus kedua inilah apa yang menjadi indikator dan kriteria keberhasilan telah
dicapai. Ketuntasan klasikal belajar siswa telah mencapai 83% dari 67% pada siklus 1. Hal ini
berarti mengalami kenaikan 17%. Tingkat keaktifan siswa juga mengalami kenaikan.
Kenaikan keaktifan belajar siswa mencapai 83% dari 61% pada siklus 1. Hal ini berarti
mengalami kenaikan sebesar 22%.
Pembelajaran pada siklus 2 ini di samping karena akibat-akibat yang sama pada siklus
1, juga karena adanya upaya penambahan perbaikan. Upaya penambahan perbaikan berupa
metode Make a Macth. Metode Make a Match atau mencari pasangan merupakan salah satu
alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Perencanaan metode ini dimulai dari teknik
yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas
waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin/sanjungan. Metode Make a
Match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu
keunggulan metode ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep
atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
46
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Suyatno (2000 : 72) mengungkapkan bahwa model Make a Match adalah model
pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu berisi soal atau permasalahan dan menyiapakan
kartu jawaban kemudian siswa mencari pasangan kartunya. Model pembelajaran Make a
Match merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif. Model Make a Match melatih siswa
untuk memiliki sikap sosial yang baik dan melatih kemampuan siswa dalam bekerja sama
disamping melatih kecepatan berpikir siswa. Dengan menggunkan metode Make a Match ini
dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam belajarnya sehingga dapat mengoptimalkan
hasil belajarnya.
Dalam kegiatan pembelajaran setiap guru hendaknya mengusahakan alat peraga dan
metode yang sesuai sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar, afektif, dan
menyenangkan sehingga keaktifan siswa tinggi dan dapat mencapai hasil belajar yang
maksimal. Dengan demikian hasil pembelajaran menunjukkan perubahan dari sebelum
menerima pengalaman belajar dengan setelah menerima pengalaman belajarnya.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Pada penelitian Tindakan Kelas yang berjudul Penerapan Metode Make a Match
dalam Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Keterampilan Berhitung
Perkalian pada Semester Genap di Kelas II SD Negeri KalikembangUPK Kemranjen, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Siswa yang benar-benar menunjukkan keaktifan belajar pada kondisi awal adalah 5 siswa
(28%), pada siklus 1 adalah 11 siswa (61%), pada siklus 2 adalah 15 siswa (83%).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui alat peraga dan metode Make a
Match dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran matematika
tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri KalikembangUPK Kemranjen Kabupaten
Banyumas.
2. Ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi awal adalah 39%, pada siklus 1 naik menjadi
67% dan pada siklus 2 naik 17% menjadi 83%. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa melalui alat peraga dan metode Make a Match dapat meningkatkan tentang hitung
perkalian di kelas II SD Negeri KalikembangKemranjen Kabupaten Banyumas.
Saran
Berdasarkan pembahasan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah dilakukan, maka
dapat dikemukakan saran-saran sebagi berikut:
1. Bagi Siswa
47
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Agar selalu memperhatikan penjelasan guru, pada saat pembelajaran berlangsung,
sehingga dalam penyampaian materi akan lebih mudah diterima. Sehingga siswa
hendaknya selalu menjelaskan kewajibannya yaitu belajar baik di rumah maupun di
sekolah.
2. Bagi Guru
Dapat menerapkan metode yang tepat dan efektif untuk meningkatkan pemahaman dan
keterampilan siswa, seperti metode Make a Match dalam pembelajaran matematika
untuk berhitung perkalian.Pada saat proses belajar mengajar berlangsung, kita harus
menunjukkan sebagai seorang guru yang berwibawa, selalu siap dengan rencana
pembelajaran, menggunakan metode yang tepat, sehingga pembelajaran berjalan secara
efektif. Guru bukan hanya sebagai pendidik tetapi juga membimbing, sehingga siswa
selalu termotifasi dan berpartisipasi aktif.
Daftar Pustaka
Anitah W, Sri. 2009. Strategi pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Agus Taufik, dkk. 2015. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hudojo, Herman. 1990. Strategi Belajar Mengajar matematika. Malang:
IKIP Malang
H. Mustaqim. 2001. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pusaka Belajar.
Sudjana, Y. Padmono. 2000. Evaluasi Pengajaran 2 SKS/3 JP. Surakarta: UNS.
Russefendi. 1992. Materi Pokok Pendidikan Matematika 3 Modul 1-9. Jakarta: Depdikbud.
48
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
PENERAPAN MODEL MIND MAPPING DENGAN MEDIA REALIA DALAM
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENGGOLONGAN TUMBUHAN
PADA SISWA KELAS III SDN 4 LUMBIR, BANYUMAS
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh :
Teguh Yuwono, S.Pd.SD
NIP. 19611217 198012 1 001
SD Negeri 4 Lumbir, UPK Lumbir, Kabupaten Banyumas
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri Kalikembang UPK
Kemranjen Kabupaten Banyumas dan dan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri
Kalikembang UPK Kemranjen Kabupaten Banyumas menggunakan metode Make a Match.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas III SD SD Negeri 4 Lumbir, UPK Lumbir,
Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah, dengan jumlah siswa 18 siswa terdiri dari 11
siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun
pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan selama 13 minggu yaitu pada bulan Agustus
2014 sampai bulan November 2014. Prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini
dilaksanakan dalam dua siklus perbaikan. Selama pelaksanaan peneliti dibantu oleh Teman
Sejawat yang juga guru di SD Negeri 4 Lumbir.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
diambil simpulan bahwa pada setiap siklus tejadi peningkatan hasil belajar siswa. Prasiklus
ke siklus I terjadi peningkatan sebesar 35.11%, yaitu pada prasiklus ketuntasan mencapai
26%, dan pada siklus II 61,11%. Rata-rata kelasnya juga ada peningkatan sebesar 3,94. Ratarata pada prasiklus 65,5 menjadi 69,44 pada siklus I. Siklus I ke siklus II peningkatan
ketuntasan mencapai 27,78%, yaitu 61,11% pada siklus I dan siklus II 88,89%. Rata-rata
kelasnya juga meningkat sebesar 7,78. Pada siklus I rata-rata kelasnya 69,44 menjadi 77,22
pada siklus II.
Kata kunci: mind mapping, media realia, prestasi belajar, penggolongan tumbuhan.
Pendahuluan
Kebanyakan dalam kegiatan pembelajarn, guru masih banyak menggunakan metode
ceramah. Metode ini akan menyebabkan siswa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Hal ini menyebabkan motivasi belajar siswa menjadi berkurang. Prestasi
belajar siswa pun tidak sesuai dengan yang diharapkan. Seorang siswa akan mendapatkan
kesulitan untuk menerima materi yang diajarkan apabila konsentrasi pada saat proses
pembelajaran kurang optimal, sehingga mereka juga kesulitan untuk menyimpan dalam
ingatannya.
49
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Karakteristik siswa di dalam kelas antara yang satu dengan yang lainnya berbeda. Tidak
hanya siswa saja, materi pelajaran pun memiliki karakteristik sendiri-sendiri dan berbedabeda. Hal tersebut hendaknya menjadi pengetahuan bagi guru agar dapat digunakan dalam
penggunan metode yang bervariasi sehingga materi dapat diserap secara optimal oleh siswa
tanpa terasa terbebani. Metode pembelajaran diusahakan menyenangkan, efektif, efisien, dan
bermakna. Pemilihan suatu metode pembelajaran bertujuan untuk mempermudah dalam
proses kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan hasil
yang maksimal.
Karakteristik (hakikat) dari penddikan IPA sebagaimana disebutkan (Depdiknas,
2006:47) bahwa :Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta
didik
untuk
mempelajari
diri sendiri
dan
alam
sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjutdalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya
menekankan
mengembangkan kompetensi agar
ilmiah.
Pendidikan
IPA
pada
pemberian
pengalamanlangsung
untuk
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
diarahkan
untuk
inkuiri
dan
berbuat
sehingga
dapatmembantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.
Berdasarkan karakteristik IPA di atas maka dibutuhkan metode sebagai cara termudah
untuk mampu memahami dan menguasai konsep-konsep IPA secara keterkaitan dengan
kehidupan sehari-hari. Berdasarkan alasan tersebut, metode Mind Mapping dengan media
realia paling tepat untuk diterapkan pada pembelajaran IPA karena memiliki beberapa
keunggulan yaitu menarik perhatian mata dan otak sehingga memudahkan berkonsentrasi,
hubungan antara informasi yang satu dengan yang lainnya jelas, prosesnya menyenangkan,
tidak membosankan karena banyak menggunakan unsur otak kanan, seperti gambar, warna,
dimensi, dan sifatnya unik mudah diingat. Alasan tersebut sangat sesuai dengan karateristik
siswa yangkadang merasa bosan, pada saat pembelajaran berlangsung sukar berkonsentrasi,
dan sulit untuk mengingat kembali materi yang telah disampaikan oleh guru.
Mind Mapping pertama kali dikembangkan oleh Tony Buzan (2004). MindMapping
merupakan teknik membuat catatan yang terstruktur yang mudah dipahami dan mudah untuk
diingat tanpa harus banyak membuang waktu dengan menggunakan banyak garis dan
lambang, warna, gambar, kata-kata, dengan berdasarkan seperangkat aturan yang sederhana,
50
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
mendasar, alami, dan akrab bagi otak. Metode Mind Mapping juga dapat melatih siswa untuk
belajar mandiri. Peran guru dalam pembelajaran menggunakan metode Mind Mapping yaitu
sebagai pembimbing atau penasihat belajar, membantu siswa untuk mengadakan penilaian
belajar dan kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa..
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimanakah alat peraga dan metode Make a Match dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung
perkalian di kelas II SD Negeri KalikembangUPK Kemranjen Kabupaten Banyumas ? dan
(2) Bagaimanakah alat peraga dan metode Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri
KalikembangUPK Kemranjen Kabupaten Banyumas ? Tujuan dari penelitian ini adalah: (1)
Penggunaan alat peraga untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri KalikembangUPK
Kemranjen Kabupaten Banyumas dan (2) Untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri
KalikembangUPK Kemranjen Kabupaten Banyumas menggunakan metode Make a Match.
Manfaat penelitian ini bagi siswa di antaranya adalah untuk meningkatkan prestasi
khususnya konsep hitung perkalian pada mata pelajaran Matematika; agar siswa bisa lebih
kreatif, menarik dan bermakna; dan mendapat pengalaman yang berharga dengan berani
menjawab pertanyaan di depan kelas. Bagi guru, penelitian dapat dijadikan sebagai acuan
dalam menentukan strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran guna
mencapai ketuntasan belajar bagi siswa; menghidupkan suasana pembelajaran yang lebih
menarik; dapat kepuasan dari hasil belajar siswa yang meningkat; dan mendapat pengalaman
dalam situasi pembelajaran yang berbeda. Selain itu, penelitian ini dapat meningkatkan
prestasi belajar pada tingkat sekolah dan meningkatkan profesionalisme guru khususnya
dalam pembelajaran Matematika.
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah peneliti lakukan dengan observer,
peneliti akan memusatkan penelitian tindakan kelas ini pada materi penggolongan tumbuhan
pada kelas III. Rumusan masalah yang muncul “Bagaimana penggunaan metode Mind
Mapping dengan media realia dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SD Negeri
4 Lumbir pada mata pelajaran IPA materi penggolongan tumbuhan?”.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti mengambil kesimpulan tujuan
perbaikan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran
51
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
IPA materi penggolongan tumbuhan dengan menggunakan metode Mind Mapping dengan
media realia. Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan penelitian adalah untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi penggolongan tumbuhan
dengan menggunakan metode Mind Mapping dengan media realia bagi siswa kelas III SD
Negeri SD Negeri 4 Lumbir pada semester I Tahun Ajaran 2014/2015.
Penelitian ini bermanfaat bagi siswa yaitu dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran IPA, memahami materi penggolongan tumbuhan sehingga dapatmeningkatkan
prestasi belajar siswa, dan lebih tertarik karena pembelajaran dilakukan tidak monoton.
Sedangkan bagi guru, penelitian ini dapat membantu guru dalam perbaikan proses
pembelajaran, menambah wawasan guru dalam pemecahan masalah, membantu guru
berkembang secara professional, dan mendorong guru untuk melaksanakan penelitian
tindakan kelas yang lain untuk memperbaiki kinerjanya. Sementara itu, peneliian ini dapat
dijadikan sebagai referensi untuk guru lain untuk melakukan kegiatan belajar mengajar
menggunakan metode seperti ini, memberikan pengalaman yang sangat berharga dalam
upaya meningkatkan minat belajar IPA, dan memberikan gambaran kemampuan siswa dalam
memahami pembelajaran IPA.
Metode Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas III SD SD Negeri 4 Lumbir, UPK
Lumbir, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah, dengan jumlah siswa 18 siswa terdiri
dari 11 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun
pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan selama 13 minggu yaitu pada bulan Agustus
2014 sampai bulan November 2014. Prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini
dilaksanakan dalam dua siklus perbaikan. Selama pelaksanaan peneliti dibantu oleh Teman
Sejawat yang juga guru di SD Negeri 4 Lumbir.
Pada penelitian ini, jenis data yang akan dikumpulkan dan diolah adalah data
kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka/bilangan,
data-data ini berupa tes formatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata. Data
ini berupa hasil catatan keaktifan siswa. Data kuantitatif akan diolah melalui analisis
deskriptif yaitu membandingkan data kuantitatif dari studi awal, siklus I dan siklus II. Data
hasil belajar dianalisis dengan cara menghitung skor test, menghitung persen tingkat
penguasaan evaluasi, menentukan batas individu, dan menentukan prosentase ketuntasan
siswa klasikal. Sedangkan data kualitatif akan diolah melalui paparan naratif yang
menggambarkan kualitas pembelajaran. Teknik pengumpulan data dipergunakan dalam
52
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
penelitian ini adalah dengan cara menggunakan tes dan nontes berupa observasi (dibantu oleh
teman sejawat).
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Pra Siklus
a. Hasil Pengamatan Sebelum PTK
Setelah dilakukan pembelajaran, dapat diketahui bahwa dalam proses pembelajaran guru
masih konvensional, metode didominasi ceramah, menjelaskan terlalu abstrak, guru tidak
menggunakan media pembelajaran, kurang melibatkan siswa dan tidak ada Lembar Kerja Siswa
(LKS).
b. Hasil Penelitian Pra Tindakan
Setelah dilakukan pengamatan nilai formatif IPA materi penggolongan tumbuhan
berdasarkan persamaan cirinya, diperoleh hasil belajar siswa masih rendah. Berdasarkan hasil
evaluasi prasiklus diperoleh bahwa 5 siswa tuntas dan 13 siswa tidak tuntas. Persentase
ketuntasan adalah 26% dan tidak tuntas 74% dengan rata-rata kelas 65,5. Inilah yang menjadi
pijakan peneliti melakukan PTK ini.
c. Perencanaan Tindakan
Setelah dilakukan analisis dan refleksi pratindakan, peneliti berkolaborasi dengan
observer merumuskan penyebab timbulnya masalah. Dari hasil observasi dan telaah dokumen
diketahui bahwa peneliti belum melibatkan siswa secara aktif, penggunaan media pembalajaran
belum maksimal dan pembelajaran masih menggunakan metode ceramah. Berdasarkan masalah
yang ditemukan, kemudian peneliti bersama observer merencanakan tindakan perbaikan
pembelajaran yang bertujuan meningkatkan prestasi belajar siswa melalui metode Mind
Mapping dengan media realia.
Hasil Tindakan Siklus I
a. Hasil Perencanaan Siklus I
Rencana tindakan pada siklus I difokuskan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan
pada saat observasi prasiklus. Pada tahap observasi awal ditemukan bahwa:
1.
Siswa belum berminat dan aktif dalam PBM.
2.
Siswa belum mampu memperoleh hasil belajar sama dengan KKM sebesar 67 dan
ketuntasan klasikal sebesar 75%.
Berdasarkan masalah-masalah yang ditemukan maka peneliti dan observer membuat rencana
pembelajaran sebagai berikut:
53
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
1) Peneliti menggunakan metode Mind Mapping dengan media Realia
2) Peneliti melibatkan siswa dengan cara bekerja dalam kelompok.
3) Peneliti memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, berpendapat dan memberikan
penghargaan.
4) Peneliti mempersiapkan instrumen yang diperlukan seperti lembar observasi, lembar
kerja siswa dan naskah tes formatif.
b. Hasil Pelaksanaan Tindakan
Proses pelaksanaan tindakan siklus I berlangsung satu kali pertemuan, selama 2 x 35
menit. Secara rinci proses pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut:
Proses tindakan difokuskan pada upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, keaktifan siswa
dalam kelompok dan penggunaan metode Mind Mapping yang menunjang pembelajaran. Materi
yang diajarkan adalah penggolongan tumbuhan berdasarka persamaan cirinya. Peneliti
mendemonstrasikan dan menjelaskan penggolongan tumbuhan menggunakan metode Mind
Mapping dengan media realia. Untuk lebih memahami materi yang telah diajarkan, siswa dibagi
dalam 4 kelompok dengan jumlah anggota tiap kelompok adalah 4 dan 5 siswa. Setiap kelompok
mengerjakan soal latihan pada lembar kerja. Dari hasil pembelajaran diperoleh bahwa hasil
belajar dan keaktifan sebagian siswa masih rendah.Masih ada siswa yang belum aktif dalam
kelompok, masih banyak yang bercanda dan ada beberapa siswa yang mengobrol sendiri.
Dari hasil pembelajaran pada kegiatan perbaikan siklus I diperoleh hasil siswa tuntas 11 siswa
(61,11%) dan tidak tuntas 7 siswa (38,89%), dengan nilai rata-rata 69,44. Pada siklus I ada
peningkatan sebanyak 6 siswa, yaitu pada prasiklus siswa yang tuntas hanya 5 siswa menjadi 11
siswa pada siklus I. Nilai rata-ratanya juga naik, pada prasiklus 65,5 dan siklus I 69,44.
c. Hasil Observasi
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, kegiatan observasi dilaksanakan oleh teman
sejawat selaku observer. Hasil observasi menunjukkan bahwa keaktifan siswa tercatat 54,70 %
atau sebanyak 18 orang siswa yang aktif sedangkan 45,30% masih perlu ditingkatkan. Dengan
hasil ini peneliti masih merasa belum puas, peneliti akan melanjutkan PTK dengan siklus II.
d. Refleksi
1. Masalah yang ditemukan pada siklus I adalah kelas belum kondusif, hal ini disebabkan
jumlah media realia yang belum mencukupi sebab jumlah siswa dalam kelompok masih
terlalu banyak sehingga siswa sering berebut. Dengan memperkecil jumlah anggota
kelompok dan menambah media realia maka kelas menjadi lebih kondusif sehingga hasil
belajar meningkat.
54
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
2. Masalah kedua yang dijumpai adalah adanya siswa yang mencontek jawaban temannya.
Dengan mempraktekkan sendiri media realia dapat menimbulkan percaya diri sehingga
mengurangi ketergantungan kepada teman. Dengan demikian hasil belajar siswa
meningkat.
3. Keberhasilan PBM dengan menggunakan metode Mind Mapping dengan media realia
adalah prestasi belajar siswa meningkat.
e. Hasil Pasca Tindakan
Setelah dilakukan siklus I, proses belajar mengajar sudah mengalami peningkatan. Hasil
belajar siswa meningkat dan keaktifan siswa pun meningkat. Namun peningkatan yang diperoleh
belum maksimal karena ketuntasan belajar masih jauh dari yang diharapkan yaitu 75% dan ratarata kelas juga belum mencapai target yaitu 70. Dari hasil tersebut, maka peneliti merencanakan
akan melakukan siklus II.
Hasil Tindakan Siklus II
a. Hasil Perencanaan Tindakan
Rencana tindakan siklus II difokuskan untuk mengatasi masalah yang ditemukan pada
saat observasi siklus I. Pada tahap observasi siklus I ditemukan bahwa:
1) Keadaan kelas belum kondusif karena jumlah media pembelajaran yang digunakan masih
kurang.
2) Siswa belum semuanya aktif dalam proses belajar mengajar.
3) Siswa belum mampu memperoleh hasil belajar sesuai dengan KKM (67) karena
ketuntasan baru tercapai 61,11% dan rata-rata kelas sebesar 69,44.
Berdasarkan masalah-masalah yang ditemukan, maka peneliti dan obserever membuat
rencana pembelajaran sebagai berikut:
1) Peneliti menambah jumlah media realia.
2) Peneliti melibatkan siswa dengan cara bekerja dalam kelompok kecil. Jumlah kelompok
diperbanyak yaitu menjadi 6 kelompok sehingga anggota tiap kelompok menjadi lebih
sedikit yaitu 3 siswa.
3) Peneliti memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan berpendapat.
b. Pelaksanaan Tindakan
Proses pelaksanaan tindakan siklus II satu kali pertemuan yang berlangsung selama 2 x
35 menit. Secara rinci proses pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut:
Proses tindakan difokuskan pada upaya meningkatkan hasil belajar, keaktifan dan penggunaan
media realia. Materi yang diajarkan adalah penggolongan tumbuhan berdasarkan persamaan
cirinya. Peneliti mendemonstrasikan dan menjelaskan penggolongan tumbuhan berdasarkan
55
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
persamaan cirinya menggunakan metode Mind Mapping dengan media realia. Peneliti
memperbanyak jumlah kelompok. Siswa dibagi dalam 6 kelompok dengan jumlah anggota tiap
kelompok adalah 3 siswa. Dengan demikian, diharapkan keaktifan siswa lebih meningkat. Siswa
tidak lagi berebut untuk menggunakan media realia. Komunikasi antaranggota kelompok
menjadi lebih efektif. Setiap kelompok mengerjakan soal latihan pada lembar kerja
menggunakan metode Mind Mapping. Hasil belajar dan keaktifan siswa sudah mengalami
peningkatan, akan tetapi masih belum tercapai tujuan yang diharapkan karena masih adanya
siswa yang bermain sendiri dan hasil belajar siswa sebagian kecil belum tuntas.
Hasil belajar dan keaktifan siswa ditingkatkan dengan kewajiban setiap anggota
kelompok untuk menjelaskan konsep penggolongan tumbuhan dengan menggunakan media
realia. Dari hasil pembelajaran pada kegiatan perbaikan siklus II diperoleh hasil: siswa tuntas 16
siswa (88,89%) dan tidak tuntas 2 siswa (11,11%). Rata-rata kelas yang dicapai adalah 77,22.
Pada siklus II terjadi peningkatan sebanyak 5 siswa, yaitu pada siklus I siswa yang tuntas hanya
11 siswa menjadi 16 siswa pada siklus II. Nilai rata-ratanya juga naik, pada siklus I 69,44 dan
siklus II 88,89.
c. Hasil Observasi
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, kegiatan observasi dilakukan oleh teman
sejawat selaku observer menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Keaktifan siswa
hasil observasi teman sejawat tercatat 73,50 %. Dari hasil tersebut, peneliti memutuskan PTK ini
dihentikan pada siklus II.
d. Hasil Refleksi
1. Masalah yang ditemukan pada siklus pertama adalah keadaan kelas yang tidak kondusif,
sekarang sudah terkendali dengan menambah jumlah media pembelajaran.
2. Masalah kedua yang dijumpai adalah keaktifan siswa rendah, dengan memaksimalkan
penggunaan media pembelajaran dan pengelompokkan siswa dalam kelompok kecil,
setelah siklus II mengalami kenaikan.
3. Hasil tes formatif yang pada siklus I rata-rata kelas belum mencapai yang diharapkan,
setelah diadakan siklus II ketuntasannya sudah mencapai 88,89% dengan rata-rata kelas
77,22.
e. Hasil Pasca Tindakan
Karena sudah tercapainya hasil belajar yaitu ketuntasan sudah mencapai 88,89% dari
75% yang diharapkan dan rata-rata kelas 77,22 dari 70, maka Penelitian Tindakan Kelas
dianggap selesai meskipun masih belum mencapai 100% mengingat karakteristik siswa yang
berbeda-beda.
56
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Dari hasil penelitian perbaikan pembelajaran diperoleh rekapitulasi tabel dan grafik
ketuntasan belajar dan peningkatan hasil belajar dalam proses pembelajaran yang dapat
diuraikan sebagai berikut:
Tabel 1. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa
No
Ketuntasan
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
Jml
%
Jml
%
Jml
%
1
Tuntas
5
26
11
61,11
16
88,89
2
Tidak Tuntas
13
74
7
38,89
2
11,11
Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan yaitu: indikator tuntas 5 siswa (26%)
pada prasiklus menjadi 11 siswa (61,11%) pada siklus I dan menjadi 16 siswa (88,88%) pada
siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan ketuntasan itu sebesar 35,11%. Suatu kenaikan
yang sangat berarti. Dari siklus I ke siklus II, kenaikan itu menjadi 27,78%. Suatu kenaikan yang
memuaskan. Peneliti juga melihat ketidaktuntasan. Indikator tidak tuntas mengalami penurunan
dari 13 siswa (74%) pada prasiklus menjadi 7 siswa (38,89%) pada siklus I dan menjadi 2 siswa
(11,11%) pada siklus II.
Berdasarkan hasil tes formatif pada prasiklus, siklus I dan siklus II peneliti berpendapat
bahwa dengan menggunakan metode Mind Mapping dengan media realia secara maksimal dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Terbukti dengan adanya hasil tes formatif pada prasiklus
26% yang tuntas belajar, pada siklus I menjadi 61,11% dan siklus II meningkat menjadi 88,89%.
Hanya 2 orang siswa saja yang belum tuntas. Kedua siswa yang belum tuntas disebabkan
kemampuan penguasaan materi pelajaran yang dimiliki memang sangat rendah. Namun
demikian keterlibatan mereka dalam pembelajaran sudah menunjukkan peningkatan.
Berdasarkan hasil pengamatan observer, keaktifan siswa juga meningkat,yaitu dari 54,70%
menjadi 73,50%.
Penggunaan metode pembelajaran yang tepat mampu mempermudah siswa dalam
belajar, sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat
Djamarah (2002:85), “pemilihan metode merupakan hal yang sangat penting perlu diperhatikan
karena metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode
secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pembelajaran”. Di samping itu penggunaan
alat peraga atau media pembelajaran telah mampu mempemudah siswa dalam memahami
pelajaran. Hal ini seperti tercantum dalam Encyclopedia of Educational Research (dalam Oemar
57
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Hamalik, 2004:6) media memiliki manfaat di antaranya; meletakkan dasar berfikir kongkret,
memberikan pengalaman nyata dan menumbuhkan pemikiran yang kontinyu, yang membuat
pembelajaran lebih mantap.
Terjadinya peningkatan prestasi belajar tidak hanya ditentukan oleh penggunaan metode
dan media pembelajaran saja, tetapi juga didukung oleh perilaku peneliti saat melakukan
pembelajaran dari prasiklus hingga siklus II, yaitu sikap keterbukaan peneliti dan komunikasi
multi arah. Pada saat pelaksanaan prasiklus, peneliti hanya menggunakan metode ceramah, tanya
jawab dan media pembelajaran yang digunakan peneliti belum menarik bagi siswa. Peneliti
hanya menjelaskan menggunakan gambar yang ada di buku pelajaran. Selanjutnya siswa diberi
soal-soal latihan. Hasil tes formatif yang diperoleh siswa pada prasiklus sangat rendah.
Pada pelaksanaan siklus I, peneliti sudah menggunakan metode MindMapping, tetapi
hanya guru yang menggunakan. Peneliti membagi siswa dalam kelompok besar. Akan tetapi saat
diskusi masih ada siswa yang mengobrol dan bercanda dengan temannya, sehingga siswa kurang
menguasai materi pembelajaran. Namun demikian, dari hasil tes formatif pada siklus I sudah
menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran
sudah menunjukkan peningkatan.
Pada siklus II, peneliti menggunakan metode Mind Mapping dengan media realia secara
maksimal. Jumlah anggota kelompok diperkecil sehingga semua siswa terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran. Pengerjaan soal-soal latihan melibatkan komunikasi multi arah. Prestasi
belajar dan keaktifan siswa pada siklus II meningkat cukup signifikan.
Target ketuntasan belajar yaitu sekitar 75% dari 18 siswa sudah tercapai. Pada akhir
pembelajaran siklus II, diperoleh ketuntasan belajar siswa sebesar 88,89% (16 siswa). Sementara
11,11% (2 siswa) yang belum tuntas dalam belajar disebabkan karena mereka memiliki
kelemahan dan keterlambatan dalam menerima pelajaran.
Dari pembahasan yang telah diuraikan, peneliti berpendapat bahwa kegiatan
pembelajaran ini dinyatakan berhasil, tidak hanya menggunakan metode mind mapping, tetapi
juga masih menggunakan berbagai metode lain. Seperti metode ceramah, diskusi, tanya jawab
dan penugasan. Sehingga pembelajaran IPA materi penggolongan tumbuhan berdasarkan
persamaannya dapat tersampaikan pada siswa. Metode mind mapping dengan media realia
terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan siswa.
Dengan demikian kegiatan perbaikan pembelajaran telah memenuhi kriteria ketuntasan
yang telah ditentukan, sehingga kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada materi
penggolongan tumbuhan berdasarkan persamaannya pada siswa kelas III SD Negeri 4 Lumbir
dapat dihentikan pada siklus II.
58
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil
simpulan bahwa pada setiap siklus tejadi peningkatan hasil belajar siswa sebagai beikut :
1.
Ketuntasan prasiklus hanya 26 %, dan nilai rata-rata kelasnya 65,5.
2.
Ketuntasan siklus I yaitu 61,11%, dan nilai rata-rata kelasnya 69,44.
3.
Ketuntasan siklus II menjadi 88,89%, dan nilai rata-rata kelasnya 77,22.
4.
Kenaikan ketuntasan
a. Prasiklus ke siklus I terjadi peningkatan sebesar 35.11%, yaitu pada prasiklus
ketuntasan mencapai 26%, dan pada siklus II 61,11%. Rata-rata kelasnya juga ada
peningkatan sebesar 3,94. Rata-rata pada prasiklus 65,5 menjadi 69,44 pada siklus I.
b. Siklus I ke siklus II peningkatan ketuntasan mencapai 27,78%, yaitu 61,11% pada
siklus I dan siklus II 88,89%. Rata-rata kelasnya juga meningkat sebesar 7,78. Pada
siklus I rata-rata kelasnya 69,44 menjadi 77,22 pada siklus II.
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode Mind Mapping dengan media realia ternyata
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SD Negeri 4 Lumbir pada materi
penggolongan tumbuhan berdasarkan persamaan cirinya.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berharap guru harus mampu menciptakan
pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan bagi siswa, dan hendaknya
mempersiapkan secara matang berbagai hal yang mendukung proses pembelajaran. Hal
tersebut dilakukan untuk menghindari masalah yang sama ketika pembelajaran di kelas.
Selain itu siswa lebih memahami konsep dan aktivitas belajar siswa dapat meningkat. Hasilhasil yang diperoleh dari penelitian ini agar dapat disebarluaskan pada pelatihan-pelatihan
yang diselenggarakan dalam pertemuan Kelompok Kerja Guru (KKG) sehingga berdampak
pada peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya dan bisa menjadi pedoman untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dan profesionalitas seorang guru dimasa mendatang.
Peneliti juga berharap agar pelaksanaan PTK dapat ditindak lanjuti secara serius dan dapat
dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Daftar Pustaka
Aqib, Zainal. (2013). Model-model, Media, dan Stategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif).
Bandung : Yrama Widya
AzharArsyad. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
59
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Buzan, Tony. (2003). Head Strong. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Buzan, Tony. (2004). Mind Map Untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
Buzan, Tony. (2007). Buku Pintar Mind Map Untuk Anak Agar Anak Pintar diSekolah.
Jakarta : Gramedia Pusaka Utama.
Buzan, Tony. (2009). Buku Pintar Mind Map. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD Negeri
II Kedunggede. Banyumas. Sekolah Dasar.
----------.(2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD Negeri II Kedunggede.
Banyumas. Sekolah Dasar.
Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PTRinekaCipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. (1994). Prestasi Belajar dan kompetensi Guru. Surabaya: Usaha
Nasional.
-----------. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik. (1991). Manajemen Belajar di Perguruan Tinggi. Bandung : Sinar Baru.
-----------. (1994). Media Pendidikan. Bandung : Sinar Baru.
Latuheru. (1988).Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta :
Depdikbud.
Mulyana, E. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ngalim, Purwanto. (1988). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Karya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Porter, De Bobby & Hernacki. (2008). Quantum Learning Membiasakan Belajar
Nyaman & Menyenangkan. Kaifa
Ristasa, R dan Prayitno. (2006). Panduan Penelitian Laporan Penelitian Tindakan Kelas.
Purwokerto: UPBJJ Purwokerto.
Riyanto, Theo. (2002). Pembelajaran sebagai Proses Bimbingan Pribadi. Jakarta: Grasindo.
Sadiman. (1984). Media Pendidilkan Pengertian, Pengembanagn danPemanfaatan. Jakarta :
CV. Raja Wali .
Sagala, Syaiful. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Sardiman. (1994). Interaksi dan Motivasi Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Siberman, Melvin. (2001). Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:
Yappendis.
Slameto. (1995). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
60
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
----------.(2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soetomo. (1993). Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Sudarman, Danim. (1995).Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Sudjana. (1988). Metode Statistika. Bandung: PT. Tarsito.
Taufiq, A. dkk. (2014). Modul 2.Pendidikan Anak di SD. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.
Tu’u,Tulus. (2004).Peran Disiplin pada Perilaku danPrestasiSiswa.Jakarta: Rineka Cipta.
Winkel, W. S. (1996). Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Gramedia.
61
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
62
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
ENERAPAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DALAM
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGENAL LAMBANG
BILANGAN ROMAWI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3
DERMAJI, LUMBIR, BANYUMAS
Oleh:
Darkum, S.Pd.SD
NIP. 19610224 198304 1 003
SD Negeri 3 Dermaji, UPK Lumbir, Kabupaten Banyumas
Abstrak
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya prestasi belajar matematika materi
bilangan romawi siswa kelas IV SD Negeri 3 Dermaji Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian
di lakukan secara bertahap yaitu pada siklus I dan siklus II menggunakan model
pembelajaran student facilitator and explaining. Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat
diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar matematika padapraasiklussebesar 57, siklus I
sebesar 64, pada siklus II sebesar 76. Sehingga terdapat kenaikan nilai rata-rata dari siklus I
ke siklus II. Prosentase ketuntasan belajar siswa pada prasiklus 30%, siklus I menunjukan
angka sebesar 55% dan pada siklus II sebesar 90%. Dengan demikian melalui model
pembelajaran student facilitator and explaining dalam pembelajaran matematika dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Dermaji Tahun
Pelajaran 2015/2016.
Kata kunci: Student Facilitator and Explaining, Matematika, SD Negeri 3 Dermaji
Pendahuluan
Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dilihat dari hasil jawaban atas tes yang
diberikan gurunya.Untuk itu guru perlu mengadakan penilaian agar dapat diketahui
perkembangan siswanya dalam menguasai pelajaran. Selanjutnya dalam proses belajar
mengajar peranan guru dalam memilih metode mana yang akan digunakan sangatlah penting.
Hal ini disebabkan karena tugas utama guru adalah menyampaikan bahan pembelajaran
kepada siswa dengan harapan siswa dapat menerima dan memahami pelajaran dengan
mudah.
Berdasarkan hasil test pelajaran matematika pokok bahasan atau materi pokok
“bilangan romawi” di kelas IV SD Negeri 3 Dermaji kecamatan Lumbir, Kabupaten
Banyumaspeneliti temukan
hasil yang tidak memuaskan. Untuk itu perlu dilakukan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diharapkan dapat meningkatkan penguasaan siswa
terhadap materi tersebut.
63
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Dari hasil pengamatan peneliti nilai rata-rata kelas untuk ulangan matematika adalah
57, sedangkan kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan adalah sebesar 65. Jumlah siswa
yang belum mencapai kriteria tersebut sebanyak 14 siswa dari 20 siswa, atau
70% siswa
belum mencapai kriteria ketuntasan minimal.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut: bagaimana penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining dalam
meningkatkan prestasi belajar mengenal lambang bilangan romawi siswa kelas IV SD Negeri
3 Dermaji? Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan proses penerapan model
pembelajaran student facilitator and explaining dalam meningkatkan prestasi belajar
mengenal lambang bilangan romawi siswa kelas IV SD Negeri 3 Dermaji dan (2)
menganalisis peningkatan prestasi hasil belajar setelah penerapan model pembelajaran
student facilitator and explaining dalam meningkatkan prestasi belajar mengenal lambang
bilangan romawi siswa kelas IV SD Negeri 3 Dermaji.
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan bermanfaat bagi siswa untuk dapat belajar
dengan suasana yang lebih menyenangkan, model pembelajaran student facilitator and
explaining menjadikan siswa lebih aktif dalam proses belajar dan tidak cepat bosan, dan
melatih siswa untuk lebih cepat tanggap dalam mengatasi masalah. Selain itu, hasil penelitian
ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru untuk memilih dan menggunakan model
pembelajaran
yang tepat
dan
digunakan
oleh
guru
untuk
memperbaiki
proses
pembelajaran matematika dengan menerapkan modelpembelajaran student facilitator and
explaining untuk meningkatkan prestasi belajar. Kualitas sekolah juga akan meningkat
menjadi lebih baik dan berkembang lebih maju.
Metode Penelitian
Penelitian ini berfokus pada pelajaran matematika materi pokok bilangan romawi.
Subjek penelitian adalah Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Dermaji Kecamatan Lumbir Kabupaten
Banyumas yang berjumlah 20 siswa, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswi perempuan.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam waktu yang cukup singkat yaitu dari bulan
Februari hingga bulan April. Peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat sehingga penelitian
ini dapat berjalan dengan baik.
Untuk mengolah data dari hasil uji tes yang digunakan untuk mengetahui seberapa
besar peningkatan hasil belajar bilangan romawi pada kelas IV SD Negeri 3 Dermaji
dibuktikan dengan peningkatan hasil evaluasi yang dilaksanakan sebanyak siklus yang
dilakukan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif.
64
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Yaitu dengan menghitung jumlah keberhasilan siswa dalam perbaikan pembelajaran pada
siklus 1 dan siklus 2.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Pra Siklus
a. Hasil Pengamatan sebelum PTK
Sebelum melakukan pelaksanaan penelitian tindakan kelas, peneliti mengamati
beberapa mata pelajaran yang akan menjadi fokus penelitian tindakan kelas. Dari beberapa
mata pelajaran yang ada, peneliti berfokus pada mata pelajaran matematika kelas IV.
b. Hasil Penelitian Pratindakan
Dari hasil ulangan harian sebelum kegiatan perbaikan pembelajaran dapat diketahui
hasilnya sebagai berikut:
Dari 20 siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dapat diketahui nilai tertinggi yang
diraih siswa adalah 80 dan yang terendah adalah 40, dengan rata-rata hasil ulangan harian
adalah 57.Sedangkan nilia KKM yang ditentukan adalah 65. Atau 70% siswa belum tuntas
dalam KD mengenal lambang bilangan romawi dan 30% siswa sudah tuntas.
Siklus I
a. Hasil Perencanaan
Tahap pertama dalam penelitian tindakan kelas ini adalah perencanaan. Setelah
melakukan pengamatan, ditemukan permasalahan dalam proses pembelajaran matematika
mengenai lambang bilangan romawi. Peneliti merencanakan apa saja yang akan dilakukan
untuk mengatasi masalah berdasarkan hasil pengamatan. Penyebab timbulnya permasalahan
adalah siswa kurang memahami materi yang disampaikan guru dengan metode ceramah
sehingga mengakibatkan hasil belajar yang diperoleh cenderung masih rendah. Melihat
kondisi tersebut diputuskan untuk menggunakan model pembelajaran student facilitator and
explaining dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan prestasi belajar bilangan
romawi siswa kelas IV SD Negeri 3 Dermaji01.
Hasil Perencanaan tindakan siklus 1 adalah sebagai berikut
1) Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) lembar kerja siswa.
2) Menyusun dan mempersiapkan pedoman observasi dan lembar observasi pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran student facilitator and explaining.
65
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
b. Hasil Tindakan
Siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan pada hari kamis, 10 Maret 2016.
Materi pertemuan siklus I membahas materi mengenal bilangan romawi dan cara membaca
bilangan romawi dengan menggunakan aturan penjumlahan, pengurangan, dan gabungan.
Setelah selesainya siklus 1 maka siswa dites dengan soal formatif. Dari 20 siswa yang
mengikuti pembelajaran matematika dapat diketahui nilai tertinggi yang diraih siswa adalah
80, dan yang terendah adalah 50, dengan rata-rata hasil ulangan test formatif adalah 64. Atau
45% siswa belum tuntas dalam KD mengenal lambang bilangan romawi dan 55% siswa sudah
tuntas.
c. Hasil Observasi
Tahap ketiga dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi atau pengamatan.
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya tindakan atau pada saat proses
pembelajaran. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa menerapkan model
pembelajaran student facilitator and explainingpada materi lambang bilangan romawi. Hasil
observasi dapat dideskripsikan sebagai berikut.
Aktivitas
siswa
dalam
pembelajaran
matematika
materi
bilangan
romawi
menggunakan model pembelajaran student facilitator and explaining pada siklus I sudah
berjalan meskipun belum maksimal. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa siswa yang
beraktivitas sendiri. Sebaagian siswa belum fokus pada apa yang di sampaikan guru. Hal ini
terlihat pada saat guru menyampaikan materi, siswa yang duduk dibelakang asyik bermain
kertas dengan siswa lain.
Selain pengamatan terhadap proses pembelajaran di kelas,
juga di peroleh hasil
belajar siswa setelah adanya tindakan. Peningkatan prestasi belajar pada siklus I sudah
mencapai nilai 64 rata-rata kelas dari nilai 57 rata-rata kelas prasiklus. Ini menunjukan ada
peningkatan yang cukup baik meskipun belum memuaskan. Berdasarkan hasil tersebut,
peneliti akan mengadakan tindak lanjut siklus II untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas IV SD Negeri 3 Dermaji 01sehingga sesuai yang diharapkan.
d. Hasil Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Berdasarkan hasil observasi, pada proses pembelajaran materi bilangan romawi
dengan model pembelajaran student facilitator and explaining belum terlaksana secara
maksimal. Pelaksanaan tindakan pada siklus I masih terdapat permasalahan, seperti berikut.
1) Keaktifan dalam mengikuti pembelajaran dirasa kurang.
66
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
2) Kemampuan anak untuk menyelesaaikan tugas atau ulangan ulangan soal cerita kurang
karena kemampuan anak dalam memahami kata-kata dirasa kurang apalagi dengan model
soal yang memaduukan berbagai jenis bahan contoh yang bebeda-beda.
3) Keterampilan bertanya dirasakan kurang karena anak masih sukar memahami konsep
bilangann romawi.
4) Kemampuan mengemukakan pendapat masih dirasa kurang baik.
Kendala-kendala tersebut harus segera diatasi agar upaya
meningkatkan prestasi
belajar siswa pada materi bilangan romawi melalui model pembelajaran student facilitator
and explaining berjalan sesuai apa yang direncanakan. Berdasarkan hasil observasi dan
perolehan nilai yang diras kurang maksimal karena belum sesuai dengan kriteria keberhasilan
tindakan. Oleh karena itu, perlu adanya rencana perbaikan yang dilaksanakan pada siklus
selanjutnya, yaitu siklus II.
Siklus II
a. Hasil Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi siklus I maka perencanaan pada siklus II sebagai berikut
1) Peneliti menentukan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Waktu pelaksanaan
pada hari selasa, 15 Maret 2016.
2) Peneliti menyiapkan silabus, RPP yang dibutuhkan sesuai dengan KD yang akan dicapai.
3) Peneliti menyiapkan alat pengumpulan data untuk mengamati jalanya proses
pembelajaran.
4) Peneliti menyiapkan alat yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
b. Hasil Tindakan
Siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan pada hari selasa, 15 Maret 2016.
Materi pertemuan siklus 1 membahas materi mengenal bilangan romawi dan cara membaca
bilangan romawi dengan menggunakan aturan penjumlahan, pengurangan, dan gabungan
dengan menggunakan peragaan anggota tubuh. Setelah selesainya siklus II maka siswa dites
dengan soal formatif. Dari 20 siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dapat diketahui
nilai tertinggi yang diraih siswa adalah 90, dan yang terendah adalah 60, dengan rata-rata
hasil ulangan test formatif adalah 76. Atau 90% siswa sudah tuntas dalam KD mengenal
lambang bilangan romawi dan 10% siswa belum tuntas.
c. Hasil Observasi
Tahap ketiga dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi atau pengamatan.
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya tindakan atau pada saat proses
pembelajaran. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa menerapkan model
67
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
pembelajaran student facilitator and explaining pada materi lambang bilangan romawi. Hasil
observasi dapat dideskripsikan sebagai berikut.
Aktivitas
siswa
dalam
pembelajaran
matematika
materi
bilangan
romawi
menggunakan model pembelajaran student facilitator and explaining pada siklus II sudah
berjalan sesuai apa yang diharapkan. Siswa sudah bekerja sama dengan baik. Sikap membantu
dan menghargai antar teman sangat baik.
Selain pengamatan terhadap proses pembelajaran di kelas,
juga di peroleh hasil
belajar siswa setelah adanya tindakan. Peningkatan prestasi belajar pada siklus II sudah
mencapai nilai 76 rata-rata kelas dari nilai 64rata-rata kelas sebelum siklus II. Ini menunjukan
ada peningkatan yang sangat baik.
d. Hasil Refleksi
Pada pembelajaran siklus II permasalahan yang muncul tidak begitu berarti artinya
hampir semua anak telah mengikuti pembelajaran dengan baik perihal keaktifan dalam proses
belajar mengajar serta keaktifan bertanya pada guru sudah mulai tumbuh dengan baik. Perihal
kemampuan anak memahami materi bilangan romawi sudah membaik.
Karena permasalahan dalam siklus II kurang begitu berarti maka tidak perlu adanya
langkah-langkah penyelesaian masalah pada tahap selanjutnya. Dalam hal ininperlu
disampaikan adanya saran kepada peneliti lain bahwa untuk meningkatkan kemampuan
matematika pada materi bilangan romawi dilakukan dengan model pembelajaran student
facilitator and explaining.
Pembahasan
Dari hasil kegiatan pembelajaran matematika materi bilangan romawi menggunakan
model pembelajaran student facilitator andexplaining yang dilakuakan selama dua siklus,
diperoleh beberapa temuan hasil tindakan. Melalui hasil penelitian ini menunjukan bahwa
penerapan model ini memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas IV SD Negeri 3 Dermajimateri bilangan romawi . Hal ini dapat dilihat dari peningkatan
nilai rata-rata siswa dari 57 pada prasiklus menjadi 64 pada siklus I dan 76 pada siklus II. Dari
hasil tersebut nilai yang diperoleh siswa telah mencapai KKM. Presentase ketuntasan bekajar
siswa secara klasikal mengalami peningkatan. Pada pembelajaran prasiklus jumlah siswa yang
tuntas adalah 6 dari 20 siswa (30%), siklus I siswa yang tuntas naik menjadi 11 dari 20 siswa
(55%), dan pada siklus II siswa yang tuntas naik menjadi 18 dari 20 siswa (90%) atau hanya
ada dua anak yang tidak tuntas pada pembelajarn siklus II.
68
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Dari pembahasan diatas dapat dibuat grafik ketuntasaan dan ketidaktuntasan tiap
siklus. Berikut adalah grafik ketuntasan dan ketidaktuntasan siswa dari pra siklus, siklus I,
dan siklus II.
Gambar 1.Grafik Ketuntasan dan Ketidaktuntasan Jumlah Siswa Per Siklus
Dari grafik tersebut terlihat bahwa kenaikan jumlah siswa yang tuntas dalm pembelajaran
matematika materi bilangan romawi sangat signifikan. Begitu juga sebaliknya dengan
penurunan jumlah siswa yang tidak tuntas. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran student facilitator and
explaining pada pembelajaran matematika materi bilangan romawi kelas IV SD Negeri 3
Dermaji Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas tahun 2015/2016 dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam bab IV dapat diketahui bahwa nilai prestasi
belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Dermaji pada prasiklus sebesar 57, pada
siklus I sebesar 64, dan pada siklus II sebesar 76 sehingga terdapat kenaikan nilai rata- rata
dari siklus I ke siklus II. Prosentase ketuntasan belajar siswa pada prasiklus sebesar 30% (6
siswa tuntas dalam belajarnya dari 20 siswa ), pada siklus I sebesar 55% (11 siswa tuntas
dalam belajarnya dari 20siswa), dan pada siklus II sebesar 90% (18 siswa tuntas dalam
belajarnya dari 20 siswa). Dengan demikian terdapat peningkatan prestasi belajar siswa dari
prasiklus, siklus I, dan siklus II.
Berdasarkan keterangan di atas maka dapat dibuat suatu kesimpulam sebagai berikut:
Melalui model pembelajaran student facilitator and exlplaining dapat meningkatkan prestasi
belajar matematika mengenal lambang bilangan romawi pada siswa kelas IV SD Negeri 3
Dermaji Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2915/2016.
69
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Saran
Dari kesimpulan hasil penelitian tersebut di atas, maka dapat diajukan beberapa saran
dan tindak lanjut sebagai berikut :
1. Kepada Siswa
a. Apabila memiliki masalah minta bantuan kepada siapa saja yang dapat
dipercaya. Jangan biarkan masalah itu dipendam karena akibatnya tidak baik
bagi diri sendiri.
b. Hadapi masalah dengan kesabaran dan jangan mudah putus asa.
c. Jangan paksakan diri untuk belajar terus menerus.
d. Ikuti pelajaran dengan senang hati dan sungguh-sunguh.
e. Jangan malu dan takut untuk bertanya.
f. Meningkatkan efektifitas belajar untuk meningkatkan prestasi belajar.
2. Kepada Guru
a. Memberikan dorongan atau motifasi kepada siswa untuk belajar lebih baik.
b. Memilih dan menggunakan model pembelajaran yang tepat sesuai materi
pembelajaran.
c. Membina hubungan dan kerja sama, saling memberi informasi kepada orang
tua siswa, sehingga dapat mengetahui masalah-masalah yang timbul yang
mungkin berasal dari faktor keluarga yang mengakibatkan rendahnya prestasi
belajar siswa.
d. Selalu tanggap mengatasi masalah-masalah yang ada di lingkungan sekolah.
3. Kepada Sekolah
a. Menyediakan model pembelajaran yang dirancang bagi siswa dan guru atau
memakai yang sesuai dengan materi pembelajaran.
b. Perlu menggiatkan kelompok belajar.
c. Ikut mendorong siswa untuk belajar dan berprestasi dengan baik, khususnya
dalam mata pelajaran matematika.
4. Kepada Peneliti Selanjutnya
Model pembelajaran student facilitator and explaining dapat dikembangkan dan
diterapkan pada mata pelajaran lain. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai
pengembangan penelitian ini.
70
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Daftar Pustaka
Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Renika Cipta.
Aqib, Zainal. (2013). Model-model, Media, dan Strategi PembelajaranKontekstual (Inovatif).
Bandung: CV Yrama Widya.
BSNP. (2006). Standar Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SLBSD. Jakarta: BSNP.
Burhan Mustaqiem dan Ary Astuty. (2008). Ayo Belajar Matematika 4: Untuk SDKelas IV.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Comte, August. (1851). The Philosophy of Matematic. New York: Haper and Brother.
Depdiknas. (2006). Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran (SMA, SMK, danSLB). Jakarta:
Depdiknas.
Hamid, Aqib. (2014). Modul 1. Macam-macam Data. Statistika Pendidikan (hal.1.3).
Tangerang Selatan.
Partika, Misbah. (1987). Apa dan Bagaimana CBSA. Klaten: Intan Pariwara.
Paulina Pannen, Dina Mustafa, dan Mestika Sekar Winahayu. (2001). Kontruktivisme dalam
Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sudjana, Nana. (1989). Cara Belajar Siswa Aktifdalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Sinar Baru.
.............(2010). Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Komaja Rodaskarya.
Wardhani dan Kuswaya Wihardit. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Winkel. (2005). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
http://pengertian.pengertian.info.blogspot.co.id/2016/03/pengertian-tujuan-dan manfaat. Di
unduh 25 Maret 2016.
http://www.perahujagad.blogspot.co.id/2014/10/pengertian-cara-belajar-siswa-aktif. Diunduh
25 Maret 2016.
http://www.proposalmatematika23.blogspot.com/2013/05/model-pembelajaran-
71
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
PENERAPAN EXAMPLES NON-EXAMPLES DALAM PENINGKATAN PRESTASI
BELAJAR MENGENAL PECAHAN SEDERHANA PADA SISWA KELAS III
SDN 3 CINGEBUL UPK LUMBIR KECAMATAN LUMBIR
KABUPATEN BANYUMAS
Oleh:
Darsono, S.Pd.SD
NIP. 19600617 198012 1004
SD Negeri 3 Cingebul, UPK Lumbir, Kabupaten Banyumas
Abstrak
Masalah yang menjadi fokus perbaikan adalah “Bagaimana model pembelajaran
kooperatif tipe Examples Non-Examples dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III
SD Negeri 3 Cingebul pada mata pelajaran matematika tentang pecahan sederhana?” Tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran matematika dengan model pembelajaran Examples Non-Examples di kelas III
SD Negeri 3 Cingebul. Penelitian ini dilakukan melalui proses pengkajian berdaur yang
terdiri dari empat tahapan (perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi) dalam dua
siklus perbaikan pembelajaran. Dari hasil analisis kesimpulan yang diperoleh dari penelitian
ini yaitu penerapan model pembelajaran Examples Non-Examples terbukti dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III pada mata pelajaran matematika pada
kompetensi dasar mengenal pecahan sederhana. Hal ini ditunjukan oleh temuan pada sebelum
perbaikan siswa yang tuntas baru 2 siswa dari 15 siswa, pada siklus I siswa yang tuntas
mencapai 6 siswa, dan pada siklus II siswa yang tuntas mencapai 15 siswa. Pada siklus ke II
ketuntasan nilai hasil belajar siswa mencapai 100%.
Kata Kunci : Examples Non-Examples, Kelas III, Banyumas.
Pendahuluan
Matematika diartikan oleh Johnson dan Rising (Erman Suherman, 2003: 19) sebagai
pola berpikir, pola mengorganisasi, pembuktian yang logik, bahasa yang menggunakan istilah
yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan simbol dan padat.
Matematika menurut Erman Suherman (2003:253) adalah disiplin ilmu tentang tata cara
berfikir dan mengolah logika, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Menurut
Johnson dan Myklebust yang dikutip olah Mulyono Abdurrahman (2002:252) matematika
adalah bahasa simbiolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.
Kata matematika berasal dari bahasa Latin mathematika yang mulanya diambil dari
perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal
katanya mathema yang berarti pengetahuan dan ilmu atau knowledge. Kata mathematike
72
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang
artinya belajar (berpikir).
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari kebenaran
(generalisasi) dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu
pengetahuan yang lain. Metode pencarian kebenaran yang dipakai adalah metode deduktif,
tidak dapat dengan cara induktif. Pada ilmu pengetahuan alam adalah metode induktif dan
eksperimen. Walaupun dalam matematika mencari kebenaran itu dapat dimulai dengan cara
induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus dapat
dibuktikan dengan cara deduktif.
Dalam matematika suatu generalisasi dari sifat, teori atau dalil itu dapat diterima
kebenarannya sesudah dibuktikan secara deduktif. Contoh dalam ilmu fisika, bila seorang
melakukan percobaan (eksperimen) sebatang logam dipanaskan maka memuai dan
dilanjutkan dengan logam-logam yang lainnya, dipanaskan ternyata memuai juga, maka ia
dapat membuat kesimpulan (generalisasi) bahwa setiap logam yang dipanaskan itu dapat
memuai. Generalisasi yang dibuat secara induktif tersebut dalam ilmu fisika dapat dibenarkan
contoh dalam ilmu fisika di atas ,pada matematika contoh-contoh seperti itu baru dianggap
sebagai generalisasi jika kebenarannya dapat dibuktikan secara deduktif.
Dari kedudukan matematika sebagai pelayan ilmu pengetahuan, tersirat bahwa
matematika sebagai suatu ilmu yang berfungsi pula untuk melayani ilmu pengetahuan. Dapat
dikatakan bahwa matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu
ilmu dan sebagai penyedia jasa layanan untuk pengembangan ilmu-ilmu yang lain pula.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern. Karena mendasari maka matematika mempunyai peran penting dalam berbagai
disiplin ilmu dalam
memajukan daya pikir manusia. Oleh karena itu, mata pelajaran
matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari SD. Tujuannya untuk
membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif,
serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat
memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan
hidup pada zaman atau keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.Untuk
menuju ke zaman seperti disebut tadi, konsep-konsep dasar matematika hendaknya
dipahamkan kepada siswa dengan baik. Seperti halnya pada konsep bilangan. Secara spesifik
konsep pecahan sederhana dapat dipahami oleh siswa dengan baik sebelum siswa dilibatkan
dengan operasi aritmatika.
73
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Realitas yang sering kita jumpai adalah masih banyaknya siswa yang salah dalam
membaca dan menulis bilangan pecahan. Jika membaca dan menulis saja para siswa banyak
yang masih salah, tentunya pemahaman tentang konsep pecahan sederhana menjadi lebih
parah. Keadaan tersebut kemungkinan terjadi karena beberapa sebab, yaitu guru masih
banyak menggunakan metode yang didominasi metode ceramah yang menjadikan guru
sebagai pusat kegiatan belajar mengajar atau teacher centered. Hal ini menyebabkan siswa
menjadi kurang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Siswa pada umumnya
hanya mendengarkan, membaca dan menghafal informasi yang diperoleh, sehingga konsep
yang tertanam tidak kuat. Didalam pembelajaranpun siswa belum banyak yang berani
bertanya atau berpendapat, sehingga terjadi pendominasian bagi anak-anak lainnya yang
cenderung pasif. Dengan kata lain bahwa keterampilan proses siswa belum berkembang atau
belum maksimal.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti
dari studi pendahuluan di SD Negeri3
Cingebul, UPTD KecamatanLumbir, Kabupaten Banyumas, diperoleh data yang menunjukan
bahwa hasil evaluasi atau ulangan harian siswa kelas III semester 2 tahun pelajaran
2015/2016 pada mata pelajaran matematika tentang pecahan sederhana menunjukkan hasil
yang kurang memuaskan. Dari KKM yang telah ditentukan yaitu 66, hanya ada 2 siswa yang
melampaui KKM danselebihnyayaitusebanyak13siswabelumdapatmencapai KKM. Selain itu
mata pelajaran matematika memiliki nilai rata-rata terendah jika dibandingkan dengan mata
pelajaran lainnya (IPA, IPS, Bahasa Indonesia, PKn).
Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan model pembelajaran yang mampu
memfasilitasi siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar. Salah satu model yang dapat
memuat pengalaman belajar dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar adalah
model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non- Examples. Dengan dasar latar belakang
inilah maka dilakukan penelitian dengan judul “PENERAPAN EXAMPLES NONEXAMPLES DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGENAL PECAHAN
SEDERHANA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 3 CINGEBUL, LUMBIR,
BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2015/2016”.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan rumusan masalah
penelitian ini, yaitu “Bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe Examples NonExamples dapat meningkatkanprestasibelajarsiswakelas III SD Negeri 3 Cingebul pada mata
pelajaran matematika tentang pecahan sederhana?” Sesuai dengan rumusan masalah yang
telah ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk
74
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
meningkatkan prestasi belajar siswa pada
matapelajaran matematika dengan model
pembelajaran Examples Non- Examples di kelas III SD Negeri3 Cingebul.
Manfaat penelitian ini di antaranya mempermudah siswa dalam memahami materi
pembelajaran, meningkatkan semangat belajar siswa karena guru menggunakan model
pembelajaran yang berpendekatan kontekstual atau contextual teaching and learning (TCL),
dan membuat lebih aktif dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan
model pembelajaran Examples Non Examples. Selain itu, melalui PTK ini guru dapat
menjawab permasalahan yang dihadapi di sekolah mengenai model pembelajaran yang
bervariasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika, mendorong
guru untuk menciptakan proses belajar mengajar yang bisa menumbuhkan ketertarikan siswa
dalam belajar, dan meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan dan memanfaatkan
segala sumber daya kreatifitas anak yang ada di lingkungan siswa dalam proses pembelajaran
sehingga keterampilan proses siswa dapat dimaksimalkan. Sekolah akan mampu
mengevaluasi model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan pemahaman belajar siswa
dan dapat menggunakan sebagai alternatif dalam menentukan strategi dalam memberikan
pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipeExamples Non Examples.
Metode Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran matematika tentang pecahan sederhana di kelas III SD Negeri 3
Cingebul, UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Lumbir, Kabupaten
Banyumas dengan jumlah siswa 15 anak terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 6siswa perempuan
Penelitian ini memakan waktu kurang lebih tiga bulan mulai dari bulan Februari 2016 sampai
bulan April 2016.
Penelitian ini mengambil bentuk penelitian tindakan kelas kolaborasi, dimana peneliti
berkolaborasi dengan guru yang bergabung dengan guru yang tergabung dalam satu tim untuk
melakukan penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam
praktik pembelajaran. Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas
yang dimodifikasi dari model yang dikembangkan oleh Kemmis & Mc. Taggart, 1991:20).
Dalam penelitian ini menggunakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa
penelitian tindakan kelas terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukan langkah
pelaksanaan penelitian, yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati, dan melakukan
refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
75
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kualitatif. Data
yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil observasi tetntang proses pembelajaran,
hasil wawancara dan jurnal harian. Data tambahan yang diperoleh dari wawancara tidak
terstruktur dengan siswa dan data dari foto kamera sebagai pertimbangan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Data Hasil Tindakan Pra Siklus
a. Hasil Pengamatan sebelum PTK
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti
dari studi pendahuluan di SD Negeri 3
Cingebul, UPK Lumbir, Kabupaten Banyumas, diperoleh data yang menunjukan bahwa hasil
evaluasi atau ulangan harian siswa kelas III semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 pada mata
pelajaran matematika tentang pecahan sederhana menunjukkan hasil yang kurang
memuaskan. Dari KKM yang telah ditentukan yaitu 66, hanya ada 2 siswa yang melampaui
KKM dan selebihnya yaitu sebanyak 13 siswa belum dapat mencapai KKM. Selain itu mata
pelajaran matematika memiliki nilai rata-rata terendah jika dibandingkan dengan mata
pelajaran lainnya (IPA, IPS, Bahasa Indonesia, PKn).
b. Hasil Penelitian Pratindakan
Dari hasil ulangan harian sebelum kegiatan perbaikan pembelajaran mata pelajaran
matematika kelas III SD tentang pecahan sederhana membaca dan menulis lambang pecahan
dapat diketahui nilai tertinggi yang diraih siswa adalah 80 dan yang terendah adalah 20,
dengan rata-rata ulangan harian adalah 45,3.
Data Hasil Tindakan Siklus I
a. Data Hasil Perencanaan
Dalam fase perencanaan data yang didapat berupa Rencana Pelaksanaan Perbaikan
Pembelajaran (RPPP) siklus I yang isinya adalah skenario pembelajaran yang akan
diimplementasikan sertaseperangkat instrumen yang akan digunakan sebagai pengumpulan data
dimana data pendukung pembelajaran berupa lembar kerja siswa.
b. Data Hasil Pelaksanaan Tindakan
Data yang didapat pada siklus I adalah dari hasil nilai tes formatif.
1) Pada sebelum perbaikan nilai rata-rata kelas 44,4. Setelah dilakukan perbaikan
mengalami kenaikan menjadi 61,3.
2) Jumlah prosentase ketuntasan yang tadinya hanya 13,3% naik menjadi 40%.
3) Jumlah prosentase ketidak tuntasan yang tadinya 86,6% turun menjadi 60%.
76
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
c. Data Hasil Pengamatan
Dalam tahap ini supervisor 2 dan peneliti secara kolaboratif melaksanakan pemantauan
terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Examples
Non-Examples yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi
dan perekaman dengan kamera foto.
1) Pada kegiatan pembelajaran prasiklus siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran
sebanyak 4 siswa atau 26,7% .
2) Pada siklus I siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran sebanyak 10 siswa atau
62,5%.
3) Terjadi peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran setelah pelaksanaan siklus I
sebesar 35,8%.
d. Data Hasil Refleksi
1) Ketika pembelajaran berlangsung banyak siswa yang masih malu-malu dalam
menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas.
2) Di dalam kelompok masih ada beberapa siswa yang belum aktif terlibat dalam diskusi
kelompok karena tiap kelompok terdiri dari 5 siswa.
3) Siswa yang benar-benar aktif dalam pembelajaran baru 10 siswa.
4) Prestasi belajar siswa meningkat meskipun belum optimal yaitu, dari 2 siswa menjadi
6 siswa tuntas setelah siklus I
Data Hasil Tindakan Siklus II
Setelah mengakomodasi masukan siklus I dalam pelaksanaan siklus II peneliti
mencoba menyempurnakan untuk mencapai hasil yang lebih maksimal dengan menggunakan
model pembelajaran Examples Non-Examples pada pelajaran matematika kelas III tentang
pecahan sederhana.
a. Data Hasil Perencanaan
Dalam fase perencanaan data yang didapat berupa Rencana Pelaksanaan Perbaikan
Pembelajaran (RPPP) siklus II yang isinya adalah skenario pembelajaran yang akan
diimplementasikan serta seperangkat instrumen yang akan digunakan sebagai pengumpulan
data dimana data pendukung pembelajaran berupa lembar kerja siswa.
b. Data Hasil Pelaksanaan Tindakan
Data yang didapat pada siklus I adalah dari hasil nilai tes formatif. Dari data tersebut
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
77
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
1) Pada siklu I nilai rata-rata hasil tes formatifnya adalah 61,3, setelah dilakukan
perbaikan dengan mengakomodasikan kelemahan pada siklus I nilai rata-rata tes
formatif pada siklus II mengalami kenaikan menjadi 80.
2) Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar setelah siklus II adalah 15 siswa
dengan persentase 100 %
c. Data Hasil Pengamatan
Pada tahap pengamatan diperoleh data keaktifan siswa sebagai berikut :
1) Pada siklus I siswa yang aktif dalam pembelajaran sebanyak 10 siswa atau 62,5%
2) Pada siklus II siswa yang aktif dalam pembelajaran sebanyak 15 siswa atau 100%
3) Dari siklus I ke siklus II keaktifan siswa naik sebesar 37,5%
d. Data Hasil Refleksi
1) Pembelajaran berlangsung sangat kondusif dan interaktif. Siswa tampak senang dan
aktif dalam pembelajaran. Hal ini tampak dari motivasi belajar dalam melaksanakan
tugas dari guru.
2) Jumlah siswa yang tuntas sudah melampaui kriteria yang ditetapkan bahkan mencapai
angka yang fantastis yaitu 100%.
Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Pada kegiatan pembelajaran prasiklus jumlah siswa yang tuntas dalam ulangan harian
matematika tentang pecahan sederhana di SD Negeri 3 Cingebuladalah 2 siswa dengan
persentase 13,3%. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I jumlah siswa yang
tuntas menjadi 6 siswa dengan persentase 40%. Sedangkan siswa yang aktif dalam
pembelajaran naik menjadi 10 siswa atau 62,5%, yang semula pada kegiatan pembelajaran
prasiklus hanya ada 4 siswa yang aktif dalam pembelajaran dengan persentase 26,7%. Dalam
pelaksanaan perbaikan siklus I ini terdapat kenaikan prestasi belajar siswa sebesar 62,5% dan
kenaikan keaktifan belajar siswa sebesar 35,8%. Dengan demikian upaya perbaikan
pembelajaran dilanjutkan pada siklus II agar memperoleh hasil yang lebih optimal.
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II jumlah siswa yang tuntas
menjadi 15 siswa dengan persentase 100%. Sedangkan siswa yang aktif dalam pembelajaran
naik menjadi 15 siswa atau 100%, yang semula pada siklus I hanya ada 10 siswa yang aktif
dalam pembelajaran dengan persentase 62,5%. Dalam pelaksanaan perbaikan siklus II ini
dapat disimpulkan bahwa ada kenaikan prestasi belajar siswa sebesar 30% dan kenaikan
keaktifan belajar siswa sebesar 37,5%. Perubahan jumlah tiap kelompok diperkecil menjadi 3
orang dalam tiap kelompok. Hasilnya semua siswa dapat aktif dalam pembelajaran,
78
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
ditunjukan dengan hasil tes formatif siswa pada siklus II dengan ketuntasan 100%. Dengan
demikian upaya perbaikan pembelajaran berakhir pada siklus II.
Keberhasilan dalam penelitian ini, berikut dapat ditunjukan dengan grafik persentase
ketuntasan dan ketidak tuntasan hasil belajar siswa berikut ini:
Gambar 1.Grafik Persentase Ketuntasan dan Ketidak Tuntasan Hasil Belajar Siswa dalam
Mata Pelajaran Matematika Mengenal Pecahan Sederhana Kelas III SD Negeri 3 Cingebul
Dari grafik di atas ditunjukan bahwa persentase ketuntasan hasil belajar siswa
mengalami kenaikan. Sedangkan grafik persentase ketidak tuntasan hasil belajar mengalami
penurunan. Maka dapat disimpulkan bahwa temuan pada penelitian menjawab hipotesis yang
dirumuskan pada Bab II bahwa melalui model pembelajaran Examples Non-Examples dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SD Negeri 3 Cingebul pada mata pelajaran
matematika dengan kompetensi dasar mengenal pecahan sederhana.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan analisis pada perbaikan pembelajaran matematika
dengan kompetensi dasar mengenal pecahan sederhana di SD Negeri 3 Cingebul UPK
Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas yang telah dilaksanakan dan berdasarkan hasil
pengamatan peneliti dan dibantu temansejawatdapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non-Examples dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran matematika mengenal pecahan sederhana kelas III di SD
Negeri 3 Cingebul UPK Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas. Hal ini ditunjukan oleh
temuan sebelum kegiatan pembelajaran prasiklus siswa yang tuntas baru 2 siswa dari 15
siswa, ketuntasan pada siklus I mencapai 9 siswa dan ketuntasan pada siklus II mencapai 15
siswa. Pada siklus II prosentase ketuntasan nilai siswa mencapai 100%.
79
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan temuan yang sebaiknya dilakukan guru dalam
meningkatkat kualitas pembelajaran dalam kelas yaitu :
1. Proses pembelajaran hendaknya direkayasa sedemikian rupa sehingga anak terlibat
aktif, antusias, kreatif, dan menyenangkan agar tujuan dalam pembelajaran yang kita
harapkan dapat tercapai.
2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non-Examples yang
melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran terbukti dapat meningkatkan
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran sehingga prestasi belajar siswa juga
meningkat.
Tindak Lanjut
Untuk meningkatkan mutu profesionalisme guru berdasarkan pengalaman peneliti
selama melakukan perbaikan pembelajaran melalui PTK, guru perlu melakukan kerjasama
dan berbagai pengalaman dengan teman sejawat yang berhubungan dengan pembelajaran
yang telah dilakukan. Selain itu penelitian tindakna kelas sangat membantu guru dalam
mengevaluasi apa yang telah dilaksanakan dalam tugasnya menyampaikan materi kepada para
siswa. Dengan demikian akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa di SD.
Daftar Pustaka
Agus Taufiq. Hera Lestari Mikarsa. Puji Lestari Prianto. (2015). Pendidikan Anak di SD.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Anitah, Sri W. dkk. (2011). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Aqib Zainal. (2013). Model-model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual. Bandung:
Yrama Widya.
Mulyani Sumantri. (2014). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Nur Fajariyah. Defi Triratnawati. (2008). Cerdas Berhitung Matematika. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Toha Anggoro. dkk. (2014). Metode Penelitian. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Wardani, IG.A.K. dkk. (2009). Perspektif Pendidikan SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
_________
Kuswaya Wihardit. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
_________
dkk. (2014). Pemantapan Kemampuan Profesional. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
80
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
http://masih-berbagi.blogspot.co.id/2012/08/bab-ii-prinsip-prinsip-belajar-dan-asa.html.
Diunduh 25 Maret 2016.
http://www.kajianteori.com/2014/02/pengertian-pembelajaran-matematika.html. Diunduh 25
Maret 2016.
http://ninyanggrainy.blogspot.co.id/2011/12/pendekatan-cara-belajar-siswa-aktif.html.
Diunduh 25 Maret 2016.
http://www.kajianteori.com/2013/03/model-pembelajaran-pengertian-dankarakteristik-model-pembelajaran.html. Diunduh 25 Maret 2016.
http://www.eurekapendidikan.com/2015/02/model-pembelajaran-examples-nonexamples.html. Diunduh 25 Maret 2016.
http://www.eurekapendidikan.com/2015/02/model-pembelajaran-examples-non
examples.html. Diunduh 25 Maret 2016.
kooperatif-tipe-30. Di Unduh 27 Maret 2016.
81
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
82
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENYUSUN RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI
AKADEMIK PADA SEMESTER GANJIL
DI SD NEGERI 2 KARANGGAYAM
Oleh :
Suyanto, S.PD.SD
NIP 19580531 197802 1 002
SD Negeri 2 Karanggayam UPK Lumbir Kabupaten Banyumas
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn pokok bahasan politik luar
negeri Indonesia yang bebas dan aktif pada siswa kelas VI SDN 2 Karanggayam Kecamatan
Lumbir Kabupaten Banyumas. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam 2 siklus. Subyek penelitian adalah
siswa kelas VI SD Negeri 2 Karanggayam yang berjumlah 23 siswa. Data penelitian yang
diperoleh meliputi hasil belajar siswa, keaktifan siswa dan guru selama pembelajaran. Data
diperoleh melalui evaluasi tertulis dan observasi oleh observer. Analisis data dilakukan secara
deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa hasil belajar siswa sebelum
diadakan tindakan adalah 5 siswa (22%) tuntas belajar dan 18 siswa (78%) belum tuntas
belajar. Pada siklus I ketuntasan belajar mencapai 65% yaitu 15 siswa telah tuntas belajar dan
8 siswa (35%) belum tuntas belajar. Pada siklus II ketuntasan belajar mencapai 87% yaitu 20
siswa telah tuntas belajar dan 3 siswa (13%) belum tuntas belajar. Dari uraian hasil penelitian
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa melalui metode peer teaching dalam pembelajaran
PKn kelas VI SD Negeri 2 Karanggayam dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata kunci: Peer teaching, hasil belajar
Pendahuluan
Mengingat sekolah merupakan bagian dari sistem yang terdiri dari kompenan yang
saling terikat, berhubungan, berpengaruh, dan membutuhkan sehingga antara satu komponen
dengan satu komponen lainnya tidak bisa dipisahkan. Sebut saja inti dari komponen inti itu
adalah input, proses dan output. Ketiganya harus menjadi bagain yang harus diperhatikan
untuk mencapai visi dan misi yang kan dituju bersama. Maka upaya untuk mengharmosikan
antara komponen itu adalah dengan melakukan manajemen sekolah.
Begitu pentingnya manajemen guna memudahkan perjalanan sebuah organisasi, maka
guru pun dituntut harus melakukan tindakan manajemen untuk melaksankan tugasnya
mengajar dan mendidik. Berkaitan dengan hal tersebut, maka tuntutan guru harus
menyiapkan rencana pembelajaran, atau dikenal dengan nama Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan silabus di awal pembelajaran sebagai perencana tertulis. Dengan
rencana yang terarah dan tertulis maka guru akan mudah untuk melakuan pembelajaran
83
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
sesuai dengan konsep sehingga pembelajaran terarah, efektif dan efesien. Namun, kendala
pembuatan RRP dan silabus di awal pembelajaran masih dijadikan permasalahan di kalangan
para guru. Seorang guru profesional harus dapat mempertanggungjawabkan pembelajaran
yang dikelolanya. (Tim FKIP, 2007:12). Untuk dapat mengelola pembelajaran dengan baik
maka guru harus merencanakan setiap tahapan pengelolaan pembelajaran yang akan
dilakukannya sehingga setiap guru perlu menyusun rencana pembelajaran secara sistematis.
Rencana pembelajaran yang sistematis adalah rancana pembelajaran yang antara
komponen satu dengan komponen lainnya saling berhubungan secara fungsional dalam
rangka mencapai kompetensi dasar (Depdikbud: 2006:14). Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang sistematis tidak bisa dilakukan bila tidak menggunakan pedoman yang
baku. Pedoman baku tersebut pada dasarnya telah disediakan, yaitu Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses.
Kondisi yang ada di SD Negeri 2 Karanggayam dapat dikategorikan belum semua
guru telah menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sesuai dengan Standar. Hal
ini dapat dikatahui dari RPP yang telah disusun ternyata kurang inovatif. Banyak dari guru di
SD tersebut membuat RPP hanya menggunakan cara find and replace. Content dari RPP yang
telah disusun belum mencerminkan pembelajaran secara nyata. Kenyataan di atas bila kepala
sekolah hendak memberikan bimbingan dalam penyusunan RPP misalnya, masih menemui
beberapa kendala, antara lain pemahaman yang belum seragam antara guru yang satu dengan
yang lain, kondisi sekolah satu sengan sekolah lain dengan segala kelebihan dan
kekurangannya. Yang terjadi, kondisi yang ada dibiarkan berjalan sesuai kemampuan
pencerapan masing-masing guru terhadap fenomena yang sedang berkembang. Konsekwensi
pekerjaan guru sebagai profesi menjadi belum dapat dipertanggungjawabkan baik secara
hukum maupun moral. Kedua, para guru yang telah menyusun RPP masih terkesan proforma
dan melengkapi kewajiban saja, yang penting ada RPP di kelas, apa pun bentuknya. Pada
kondisi yang demikian para guru yang melaksanakan pembelajaran lebih banyak
menggantungkan diri pada buku teks yang ada. Apa yang tertera dalam buku teks itulah
bahan ajar yang disampaikan kepada peserta didik. Pendekatan kurikulum yang berorientasi
pada tujuan hampir lepas dari pola pikir para guru.
Dengan demikian harapan agar guru dapat bekerja secara profesional yang ditandai
dengan pertanggungjawaban atas kinerja sesuai tuntutan standar kompetensi guru masih jauh
dari jangkauan. Pembelajaran yang diharapkan terencana dengan matang, serta mampu
meningkatkan aktivitas peserta didik yang tidak hanya menerima begitu saja materi dari guru
belum sepenuhnya terlaksana. Apalagi bila menengok tingkat pendidikan guru yang belum
84
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
berkualifikasi sesuai tuntutan ditambah heterogennya usia guru, jelas menjadi masalah
tersendiri dalam rangka menjadikan guru sebagai tenaga pendidik yang benar-benar
profesional. Alasan ketiga, kebijakan pelaksanaan in service training baik dalam bentuk
advokasi, maupun pelatihan belum mampu menyentuh guru secara keseluruhan. Hal tersebut
memicu kesenjangan pemahaman antara guru yang satu dengan yang lain. Bila hasil-hasil
pelatihan hendak diimbaskan melalui KKG (Kelompok Kerja Guru) seringkali timbul
masalah ketidakpercayaan baik dari penyampai materi maupun penerima informasi. Secara
praktis hasil-hasil pelatihan hanya menjadi milik pribadi dari guru yang dikirim. Berdasarkan
fenomena di atas, kiranya perlu dicari solusi yang tepat agar penyiapan guru menjadi tenaga
yang benar-benar profesional dapat dilakukan secara terencana, teratur, terarah sehingga
mendapatkan hasil sesuai harapan. Solusi tersebut tentunya harus mampu menyentuh
kebutuhan guru, serta melibatkan pihak-pihak terkait secara integral. Teknik yang
dipergunakan dalam melakukan pembinaan khusunya melalui supervisi Kepala Sekolah
(Depdikbud, 1994:6), meliputi: kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi,
kunjungan antara kelas, rapat rutin.
Teknik-teknik di atas dalam pelaksanaannya menemukan beberpaa kendala. Teknikteknik kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, terlalu memakan waktu untuk
menjangkau semua guru yang ada. Teknik kunjungan antar kelas, maupun gugus, rapat rutin,
penataran lokal terbentur dengan biaya dan mengganggu jam efektif bila terlalu sering
dilakukan, sementara untuk penyebaran informasi melalui media masih terganjal keterbatasan
dana dan sarana yang dimiliki sekolah. Untuk itu dipilih teknik yang merupakan gabungan
dari beberapa teknik tersebut berupa bimbingan kelompok.
Bimbingan kelompok dimungkinkan lebih efektif karena bisa dilakukan secara
kelompok besar yang anggota kelompok tersebut dapat mengimbaskan kepada teman di
sekolah masing-masing. Pelaksanaan bimbingan kelompok dapat diadakan secara berkala dan
dipilih waktu yang tidak menganggu jam efektif mengajar. Selain itu, bimbingan kelompok
juga dapat dilakukan secara tuntas kepada masing-masing guru pada kelompok tertentu yang
sama tingkatannya, misalnya guru kelas I, II dan seterusnya. Bimbingan kelompok mampu
mengakomodasi seluruh guru, sebab bila hanya dilakukan melalui pertemuan gugus maka
peserta bimbingan terbatas hanya dalam gugus yang bersangkutan.
Terkait dengan fakta-fakta di atas hendak diadakan Penelitian Tindakan Sekolah
dengan
judul,
”Peningkatan
Kemampuan
Guru
Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik pada Semester Ganjil di SD Negeri 2
Karanggayam Tahun Pelajaran 2014/2015”.
85
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Kajian Teori
A. Kemampuan Guru Menyusun RPP
1. Kemampuan Guru
Kemampuan (Ability) merupakan kecakapan atau potensi seseorang individu untuk
menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerrjakan beragam tugas dalam suatu
pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang. Kemampuan juga dapat diartikan
sebagai kompetensi.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada
pasal 10 ayat (1) dijelaskan bahwa “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi
Kepribadian
adalah
kemampuan
personal
yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia (Haryanto, 2009:65).
c. Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan
metodologi keilmuannya.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Kemampuan guru tidak lain adalah kompetensi seorang guru yang memenuhi standar
yang terdiri dari empat komponen kompetensi yang terdiri dari: kompetensi pengelolaan
pembelajaran, kompetensi wawasan kependidikan, kompetensi akademik/vokasional, dan
kompetensi pengembangan profesi. Dalam penelitian action research ini lebih ditekankan
dan dibatasi hanya kepada komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran saja. Itupun
86
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
dibatasi hanya kepada kemampuan menyusun rencana pembelajaran, dan kemampuan
melaksanakan pembelajaran.
a. Pengertian RPP
Menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk
satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan
pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar. Selanjutnya menurut
Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 lampiran IV tentang Implementasi Kurikulum
Pedoman Umum Pembelajaran, tahapan pertama dalam pembelajaran menurut standar proses
adalah perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan peyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran. RPP adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara
rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu mengacu pada silabus.
b. Manfaat RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun memberikan landasan pokok
bagi guru dan siswa dalam:
1) Mencapai kompetensi dasar dan indikator
2) Memberi gambaran mengenai acuan kerja jangka pendek
3) Karena disusun dengan menggunakan pendekatan sistem, memberi pengaruh terhadap
pengembangan individu siswa
4) Karena dirancang secara matang sebelum pembelajaran, berakibat terhadap nurturant
effect
c. Langkah-langkah Pengembangan RPP
Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dikembangkan dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
1) Mengkaji silabus
Secara umum, untuk setiap materi pokok pada setiap silabus terdapat 4 KD sesuai
dengan aspek KI, untuk
mencapai 4 KD tersebut, didalam silabus dirumuskan
kegiatan peserta didik secara umum dalam pembelajaran berdasarkan standar proses.
Kegiatan
mengamati,
menannya,
mengumpulkan
informasi,
mengolah,
dan
mengkomunikasikan harus dirinci lebih lanjut di dalam RPP, dalam bentuk langkahlangkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran, yang membuat peserta didik aktif
belajar. Pengkajian silabus juga meliputi perumusan indikator KD dan penilaiannya.
2) Mengidentifikasi Materi Pembelajaran
87
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD dengan
mempertimbangkan potensi peserta didik, relevansi dengan karakteristik daerah,
tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, social, dan spiritual peserta didik,
struktur keilmuan, keluasan materi pembelajaran, relevansi dengan kebutuhan peserta
didik dan tuntutan lingkungan, dan alokasi waktu.
3) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran diranvang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi anatar peserta didik, peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD.
Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan
pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.
4) Penjabaran Jenis Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil beajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan.
5) Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah minggu efektif dan
alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah KD,
keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD. Alokasi waktu
yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu setara untuk menguasai
KD yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Oleh karena itu alokassi
tersebut dirinci dan disesuaikan lagi di RPP.
6) Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan bahan yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan
fisik, alam, sosial dan budaya.
Pedoman dalam penyusunan pelaksanaan pembelajaran sebagaimana tertuang dalam
lampiran permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 dikutip secara keseluruhan sebagai berikut:
”RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam
upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP
secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
88
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk
setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang
penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan
pendidikan.
B. Supervisi akademik
1. Pengertian Supervisi
Supervisi merupakan salah satu strategi untuk memastikan bahwa seluruh langkah
pada proses penyelenggaraan dan semua komponen hasil pendidikan yang akan dicapai
memenuhi target, straegi manajemen yang terdapat dalam supervisi terdiri atas serangkaian
kegiatan untuk memastikan bahwa mutu yang diharapkan dalam proses perencanaan,
pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi memenuhi standar yang telah ditentukan.
Pengertian supervisi sangat luas, sebagaimana disebutkan Purwanto (2012:62) dalam
bukunya Administrasi dan Supervisi Pendidikan. supervisi adalah segala bantuan dari para
pemimpin sekolah yang tertuju kepada prkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel
sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Selanjutnya disebutkan, dengan kata lain supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan
yang direncanakan untuk membantu para gurudan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan
pekerjaan mereka secara efektif.
Secara harfiah kata supervisi sama dengan membangun, meningkatkan atau
memperbaiki (Wojowasito, 1980: 52). Dalam kegiatan sehari-hari disekolah kata supervisi
selalu diartikan dengan supervisi pengajaran, Menurut penjelasan UUSPN Tahun 1989
UUSPN Pasal 52 kata supervisi dimasukan dalam rangkaian kata supervisi, yaitu “Pengawas
lebih merupakan upaya untuk memberikan bimbingan supervisi, dorongan, dan pengayoman
bagi satuan pendidikan yang bersangkutan yang diharapkan terus-menerus dapat terus
meningkatkan mutu pendidikan maupun pelayanannya”.
Dalam Carter Good Goveremance Dictionary of Education mengemukakan bahwa
supervisi adalah segala usaha pejabat dalam memimpin guru-guru dan tenaga kependidikan
lainnya, untuk memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan
dan jabatan-jabatan guru-guru, menyeleksi dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan
pengajaran dan metode-metode mengajar serta evaluasi pengajaran.
Dalam sudut pandang morfologis, “superervisi” terdiri dari dua kata yaitu “super”
yang berarti atas atau lebih dan “visi” mempunyai arti lihat, pandang, tilik, atau awasi. Dari
dua kata tersebut (super dan visi), dapat dimaknai beberapa substansi supervisi sebagai
berikut:
89
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
a. Kegiatan dari pihak atasan yang berupa melihat, menilik, dan menilai serta mengawasi
dari atas terhadap perwujudan kegiatan atau hasil kerja bawahan.
b. Suatu upaya yang dilakukan oleh orang dewasa yang memiliki pandangan yang lebih
tinggi berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap untuk mebantu mereka yang
membutuhkan pembinaan.
c. Suatu kegiatan untuk mentransformasikan berbagai pandangan inovatif agar dapat
diterjemahkan dalam bentuk kegiatan yang terukur.
d. Suatu bimbingan professional yang dilakukan oleh pengawas agar guru-guru dapat
menunjukan kerja professional.Sementara itu Sahertian mengutip dari Mustaji (2006:43)
yang melihat supervisi itu sebagai sebuah prosedur memberi arah serta mengadakan
penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran.
2. Tujuan Supervisi
Tujuan supervisi itu sendiri adalah memberikan layanana dan bantuan untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas, untuk
mengembangkan kemampuan mengajar dan potensi kualitas guru. Pendapat ini sejalan
dengan apa yang dikemukakan Olive bahwa sasaran (domain) supervisi pendidikan ialah
a. mengembangkan kurikulum yang sedang dilaksanakan di sekolah
b. meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah
c. mengembangkan seluruh staf di sekolah supervisi bertujuan menghimpun informasi atau
kondisi nyata pelaksanaan tugas pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan tujuan
pokonya sebagai dasar untuk melakukan pembinaan dan tindak lanjut perbaikan kinerja
balajar siswa. Lanjutnya adalah bermanfaatnya akreditasi untuk melakukan perbaikan
mutu. Target puncak dari supervisi berkembangnya proses perbaikan mutu secara
berkelanjutan, meningkatnya kebiasaan melaksanakan tugas sejak awal dengan mutu yang
terukur, meningkatnya pengaruh pelaksanaan tugas profesi terhadap hasil belajar siswa,
pada akhirnya supervisi menumbuhkan budaya mutu, karena mutu itu adalah budaya yang
selalu menjunjung target yang tinggi pada tiap langkah kegiatan.
Tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran (Neagly & Evans, 1980).
Sedangkan tujuan umum dari supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan
kepada guru dan staf agar personil tersebut mampu meningkatkan kwalitas kinerjanya, dalam
melaksanakan tugas dan proses belajar mengajar.
Mengenai siapa yang mempunyai kewenangan untuk melakukan supervisi adalah
atasan kepada bawahan, sebagaimana disebutkan Prof, Nanang fatah dalam bukunya Sistem
Penjaminan Mutu Sekolah. Supervisi dan/atau pengawasan dilakukan oleh pemerintah,
90
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan penyelenggara satuan/ program
pendidikan.
Dalam satuan pendidikan yang bertanggung jawab memberikan supervisi adalah
kepala sekolah, oleh karena kepala sekolah sebagai supervisor harus mempunyai kulifikasi
dan kompetensi yang mempuni agar dapat menjalankan supervise terhadap stafnya dengan
baik.
Syarat untuk menjadi kepala sekolah adalah memenuhi kulifikasi dan kompetensi
tertentu yang harus dipenuhi, lebih jauh Purwanto (2012:45) menjelaskan bahwa ijazah yang
diperlukan bagi seorang kepala sekolah hendaknya sesuai dengan jurusan sekolah yang
dipimpinnya. Disamping ijazah, pengalamaan bekerja pun merupakan syarat penting yang
tidak dapat diabaikan. Sebagai seorang supervisor, kepala sekolah mempunyai tugas-tugas
pokok yang harus dilaksanakan. Dia harus mampu menganalisa, mengobservasi semua hal
yang dapat membantu dalam pengembangan sekolah, mengorganisir seluruh staff dalam
peningkatan kinerja dan kompetensi dirinya, menjalin hubungan mitra dengan luar sekolah
yang dapat menunjang pada kepentingan sekolah.
3. Prinsip Supervisi
Supervisi harus dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip. Menurut Fachrudi (1975)
prinsip-prinsip supervisi adalah sebagai berikut:
a. Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif.
b. Supervise harus kreatif dan konstruktif
c. Supervise harus Scientific
d. Supervise harus dapat memberikan rasa aman kepada guru-guru
e. Supervise harus berdasarkan kenyataan
f. Supervise harus memberikan kesempatan kepada supervisor dan guru-guru untuk
mengadakan “Self evaluation”.
4. Fungsi Supervisi
Fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas
pengajaran. Arikunto & Yuliana (2008:129), sama-sama mengemukakan bahwa fungsi utama
supervise adalah membina program pengajaran yang ada sebai-baiknya sehingga selalu ada
usaha perbaikan.
Sementara Purwanto menjelaskan bahwa fungsi supervisi modern ialah menilai dan
memperbaiki factor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik, sedangkan
Briggs mengungkapkan fungsi utama supervise bukan perbaikan pembelajaran saja, tapi
untuk mengkoordinasi, menstimulasi, dan mendorong kearah pertumbuhan profesi guru.
91
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Swearingen dalam bukunya Supervisionof Instruction – Foundation and Dimension (1961)
mengemukakan 8 fungsi supervisi:
a. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus–menerus
b. Mengkoordinasi semua usaha seklah
c. Melengkapi kepemimpinan sekolah
d. Memperluas pengalaman guru-guru
e. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif
f. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf
g. Menganalisis situasi belajar mengajar
5.
Teknik-Teknik Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Supervisi
Arikunto & Yuliana (2008:79) menyebutkan teknik supervisi terdiri dari individual
deviation (bersifat individual) dan group devices (bersifat kelompok). Teknik supervisi yang
bersifat individual antara lain; kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling
mengunjungi kelas, dan menilai diri sendiri. Sedangkan teknik yang bersifat kelompok
diantara adalah; panel of forum discussion, curriculum laboratry, directed reading,
demonstration teaching, professional libraries, supervisory bulletin, teacher meeting,
professional oraganization, workshop of group work.
Evan dan Neagly (1980) menyebutkan teknik supervisi terdiri dari; individual
techniques (teknik perorangan) dan group techniques (teknik kelompok). Individual
techniques terdiri atas; assignment of teachers, classroom visitation and observation,
classroom experimentation, colleges course, conference (individual), demonstration
teaching, evaluation, proffesional reading, professional writing, supervisory bulletins,
informal contacts. Sedangkan yang termasuk teknik kelompok (group techniques)
diantaranya adalah; orientation of new teacher, development of professional libraries, visiting
other teachers, coordinating of student teacing.
Teknik Supervisi tersebut, bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu. teknik
supervisi individual, dan teknik supervisi kelompok.
6. Faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi
Dalam pelaksanaan supervisi tidaklah semuanya berhasil. Beberapa hambatan dapat
muncul. Purwanto (2010: 35) merinci beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya
kegiatan supervisi. Berikut adalah faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan
supervisi.
a) Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada. Apakah Sekolah itu berada dikota
besar, di kota kecil, atau di pelosok Desa. Dilingkungan masyarakat orang-orang kaya dan
92
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
lingkungan orang-orang yang kurang mampu. Dingkungan masyarakat intelek,
pedagang,petani dan lain-lain.
b) Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepada sekolah, apakah sekolah itu
merupakan kompleks sekolah yang besar, banyak jumlah guru dan muridnya memiliki
halaman dan tanah yang luas.
c) Tingkatan dan jenis sekolah. Apakah sekolah yang dipimpin itu SD atau sekolah lanjutan,
SMP atau SMK, SMA dsb. Semuanya memerlukan sikap dan sifat supervisi tertentu.
d) Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia. Apakah guru-guru disekolah itu pada
uumumnya
sudah
berwenang,
bagaimana
kehidupan
sosial
ekonomi,
hasrat
kemampuannya, dsb.
e)
Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri. Yang terakhir ini adalah faktor yang
terpenting. Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia, jika kepala sekolah
itu sendiri tidak mempunyai kecakapan dan keahlian yang diperlukan, semuanya itu tidak
akan ada artinya, sebaliknya, adanya kecakapan dan keahlian yang dimiliki kepala
sekolah, segala kekurangan yang ada akan menjadi perangsang yang mendorongnya
untuk selalu berusaha memperbaikinya dan menyempurnakannya.
Pembahasan
A. Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan di SD Negeri 2 Karanggayam
UPK Lumbir terhadap RPP yang disusun oleh guru kelas perlu adanya perbaikan. Hal ini
dikarenakan kegiatan supervisi terhadap RPP yang disusun oleh guru kelas belum
dilaksanakan secara maksimal.
Hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian besar guru belum dapat menyusun
RPP sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Secara format dapat dikategorikan
sudah sesuai, hanya saja secara konten (isi) dari rencana pelaksanaan pembelajaran yang
disusun belum menunjukkan harapan yang diinginkan.
93
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Berikut adalah rekapitulasi kemampuan guru menyusun RPP pada kondisi awal.
Tabel 1 Rekap Kemampuan Guru Menyusun RPP pada Kondisi Awal
Komponen
No
Nama
GK
1
2
3
4
5
6
7
Jml
Rata2
1
Mutmainah
II
6
7
6
6
23
9
9
69
52,2%
2
Siwi W
V
8
10
5
9
38
11
10
91
72,8%
3
Kusriyanti
I
6
8
6
5
28
7
9
56
52,8%
4
Sri Rejeki
III
7
10
6
8
36
11
12
90
72%
5
Sri Purwati
IV
7
9
6
8
36
11
12
89
71,2%
6
Puji Astuti
VI
7
10
8
8
36
11
12
92
73,6%
Rata-rata
81,2
65%
Berdasarkan tabel di atas, kemampuan guru dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dapat dikategorikan cukup. Hal ini dikarenakan
sebagian besar guru dalam menyusun RPP mendapat persentase nilai 65.
Kepala sekolah dapat melakukan kegiatan supervisi guna meningkatkan
kemampuan guru untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Kepala sekolah
belum mengadakan supervisi akademik secara terprogram baik secara kelompok maupun
individu tentang rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan kondisi awal di atas, peneliti perlu mengadakan supervisi akademik
melalui 2 siklus demi terciptanya penyusunan RPP yang dapat digunakan dalam
pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan sekolah yang telah dilaksanakan di SD
Negeri 2 Karanggayam tahun ajaran 2014/2015, diperoleh kesimpulan bahwa
pelaksanaan supervisi akademik dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran.
Dalan setiap siklus pelaksanaan penelitian ini terdapat peningkatan. Berikut
adalah gambar peningkatan kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran.
94
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Gambar 4.2 Peningkatan Kegiatan Supervisi
Berdasarkan diagram di atas, tampak adanya peningkatan hasil supervisi
yang dilakukan peneliti terhadap kemampuan guru dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Peningkatan tersebut dapat dilihat dari kondisi
awal yang secara rata-rata hanya memperoleh nilai rata-rata 65. Sementara itu,
setelah diberi tindakan ke dua ternyata dapat memperoleh hasil rata-rata sebesar 75.
Mengingat hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I belum sesuai dengan
indikator yang ditetapkan maka dilaksanakan siklus II. Hasil rata-rata yang diperoleh
pada siklus II adalah 85.
Meningkatnya hasil kegiatan supervisi yang telah dilaksanakan sesuai
dengan pendapat dari Purwanto (2010:30) menyarankan agar kepala sekolah
mempertimbangkan enam faktor kepribadian guru, yaitu kebutuhan guru, minat
guru, bakat guru, temperamen guru, sikap guru, dan sifat-sifat somatic guru. Dengan
mengacu pendapat tersebut, peneliti selaku kepala sekolah SD Negeri 2
Karanggayam dapat melaksanakan kegiatan tersebut dengan sebaiknya dan hasilnya
dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran.
Berkaitan
dengan
hal
tersebut,
kegiatan
supervisi
memang harus
dilaksanakan oleh kepala sekolah terhadap guru yang ada di sekolahan tersebut. Hal
ini sependapat dengan pendapat dari Arikunto & Yuliana (2008:129) yang
menyatakan bahwa fungsi utama supervise adalah membina program pengajaran
yang ada sebai-baiknya sehingga selalu ada usaha perbaikan.
Kesimpulan
Berdasarkan
rumusan
masalah,
hipotesis
dan
hasil
penelitian,
peneliti
menyimpulkan bahwa supervisi akademik dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
95
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Hasil penelitian membuktikan bahwa
peningkatan terjadi pada setiap siklusnya. Pada saat observasi kondisi awal, rata-rata nilai
yang diperoleh guru dalam menyusun RPP adalah 65. Sementara itu, setelah diberi upaya
supervisi akadmik pada siklus I meningkat menjadi 75 dan 85 pada siklus II.
Peningkatan kemampuan guru selama proses pembimbingan harus benar-benar
diamati dan dibantu secara proporsional persuasif agar proses benar-benar berjalan efektif,
mengingat pada pembelajaran orang dewasa kadang terjadi perbedaan persepsi antara
pembimbing dengan yang dibimbing, mau diamati secara ketat khawatir timbul perasaan
underestimate dari para guru, tetapi bila diberikan terlalu longgar khawatir tidak dipahami.
Diperlukan kesabaran, ketelatenan, ketetilitian dan kehatihatian dalam rangka memberikan
bimbingan terhadap orang dewasa agar tujuan dapat dicapai tanpa harus mencul perasaan
direndahkan dari para guru. Peningkatan di atas membuktikan keberhasilan peningkatan
kemampuan guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran melalui supervisi akademik
guru SD Negeri 2 Karanggayam Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas tahun ajaran
2015/2016.
Daftar Pustaka
Arikunto dan Yuliana. 2008. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media
Depdiknas. 2004. Kurikulum Tigkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
Haryanto. 2009. Modul Evaluasi Program Pendidikan. Yogyakarta: FIP Universitas Negeri
Yogyakarta
Mustaji. 2006. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Neagly
&
Evan
pembelajaran.html
1980
http://infopendidikankita.blogspot.com/2014/02/supervisi-
Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 lampiran IV tentang Implementasi Kurikulum
Pedoman Umum Pembelajaran
Purwanto. 2012. Administrasi dan supervisi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10 ayat (1)
Wojowasito. 1980. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta
96
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG HITUNG PERKALIAN
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA
SEMESTER GENAP DI KELAS II SD NEGERI
KALIKEMBANG UPK KEMRANJEN
KABUPATEN BANYUMAS TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
Oleh
Sunarya, S.Pd.
NIP. 19630301 198803 1 020
Unit Pendidikan Kecamatan Kemrajen
Abstrak
Hasil belajar matematika di SD Negeri Kalikembang dapat dikategorikan masih rendah.
Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar adalah penerapan model pembelajaran yang
kurang optimal. Penerapan model pembelajaran make a match sangat menentukan
keberhasilan pembelajaran matematika khususnya di SD Negeri 1 Kalikembang. Untuk
mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan
hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran mata pelajaran matematika kelas V SD Negeri 1
Kalikembang. dilaksanakan dalam dua siklus. Teknik pengumpulan data dengan pengambilan
tes di akhir pembelajaran, serta menganalisis data kuantitatif menggunakan metode analitis
deskritif komparatif, dengan membandingkan masing-masing siklus. Subyek penelitian siswa
kelas II SD Negeri 1 Kalikembang tahun ajaran 2014/2015 dengan jumlah sebanyak 18
siswa.
Hasil pelaksanaan menunjukkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran make a
match hasil belajar siswa menunjukkan ada kenaikan pada setiap tahapan siklus. Hal tersebut
dapat diketahui dari adanya peningkatan dari kondisi awal siswa yang belum tuntas ada 61 %
(11 siswa) atau sebanyak 39 % (7 siswa) siswa sudah tuntas, kemudian siklus I sebanyak 23
% siswa belum tuntas (6 siswa) atau 67 % ( 12 siswa) sudah tuntas dan hasil siklus II
sebanyak 17 % siswa belum tuntas (3 siswa) atau 83 % (15 siswa) siswa sudah tuntas.
Kata kunci: Model pembelajaran make a match, Hasil Belajar
Pendahuluan
Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan
pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Hal ini didasarkan pada
Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan yang mengamanatkan penyusunan kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah di satuan pendidikan sekolah.
97
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Penyusunan KTSP oleh sekolah diharapkan memberikan dampak positif karena
rancangan KTSP dibuat dengan penyesuaian situasi dan kondisi masing–masing sekolah.
Seorang guru sekolah dasar tentu saja harus dapat menetapkan media yang paling tepat dan
sesuai untuk tujuan tertentu, penyampaian bahan tertentu, suatu kondisi belajar peserta didik
dan untuk suatu penggunaan strategi atau metode yang telah dipilih. Berbagai jenis media
pengajaran penting diketahui guru dan tentu saja lebih baik lagi jika guru mengembangkan
kemampuan untuk membuat variasi pada media yang sudah ada.
Pemebelajaran matematika sering dianggap sulit dan membosankan bagi siswa
sehingga hasil belajar siswa cenderung berkurang. Hal ini ditandai dengan nilai hasil evaluasi
mata pelajaran Matematika yang masih rendah pada siswa kelas II SD Negeri Kalikembang.
Siswa yang memperoleh nilai baik cenderung hanya sebagian saja. Melihat kenyataan yang
sering dihadapi di dalam kelas khususnya di kelas rendah, tingkat pemahaman anak terhadap
suatu konsep perkalian masih rendah. Khususnya siswa kelas II, anak masih banyak
mengalami kesulitan dalam berhitung perkalian. Berdasarkan pengamatan di SD Negeri
Kalikembang UPK Kemranjen, pembelajaran keterampilan berhitung perkalian dengan cara
memanipulasi atau menjumlahkan sebanyak bilangan tersebut.
Setiap guru mengharapkan agar setiap ilmu pengetahuan yang ia ajarkan dapat
dimengerti, diterima dan dikuasi oleh siswanya dengan baik. Agar harapan setiap guru untuk
menuju keberhasilan mengajar tercapai, maka guru harus memiliki kecakapan dan
keterampilan dalam menyajikan pelajaran kepada siswanya. Dalam kegiatan proses belajar
mengajar, metode mengajar memiliki peranan yang dapat mendukung keberhasilan seorang
guru dalam mengajar. Metode merupakan salah satu pendukung utama keberhasilan
mengajar. Oleh karena itu, seorang guru perlu memilih metode mengajar yang bisa memacu
keberhasilan belajar siswa, salah satunya adalah metode bermain. Metode bermain dalam hal
ini yaitu metode keterampilan berhitung dengan mencari pasangan atau metode Make a
Match. Untuk itu kami mengambil judul: “Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa dalam Pembelajaran Matematika tentang Hitung Perkalian melalui Metode Make a
Match Pada Semester Genap di Kelas II SD Negeri Kalikembang UPK Kemranjen
Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimanakah alat peraga
dan metode Make a Match dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran
matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri Kalikembang UPK Kemranjen
Kabupaten Banyumas?; 2) Bagaimanakah alat peraga dan metode Make a Match dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di
98
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
kelas II SD Negeri Kalikembang UPK Kemranjen Kabupaten Banyumas?. Sesuai dengan
latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Penggunaan
alat peraga untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri Kalikembang UPK Kemranjen
Kabupaten Banyumas. 2) Untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri Kalikembang UPK
Kemranjen Kabupaten Banyumas menggunakan metode Make a Match.
Kajian Teori
Tinjauan tentang keaktifan dan hasil belajar
Pengertian Belajar
Menurut Skinner (2008 : 90) berpendapat bahwa “Belajar adalah suatu proses adaptasi
atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif”. Menurut Herman Hudojo
(1990 : 4) menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan
secara sadar yang menghasilkan perubahan tingkah laku berupa kemampuan baru pada
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta bersifat relatif lama berdasarkan pengalaman
dan latihan - latihan dengan melibatkan berbagai lingkungan yang dibutuhkannya.
Pengertian Keaktifan
Kata keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat atau sibuk dan mendapat
awalan ke- dan akhiran –an. Kata keaktifan sama artinya dengan kegiatan dan kesibukan.
Maksud dari keaktifan di sini adalah segala aktifitas atau kegiatan yang dilakukan siswa
dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) disebutkan bahwa aktif berarti giat, mampu beraksi dan bereaksi. Sedangkan
keaktifan adalah kegiatan atau kesibukan.
Pengertian Hasil Belajar dan Keaktifan Belajar
hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari perubahan tingkah laku yang
disebabkan oleh interaksi dengan lingkungannya, latihan atau pengalaman. Hasil belajar ini
diperoleh dengan memberi evaluasi pada suatu bidang studi yang kemudian diwujudkan
dengan nilai. Adapun evaluasi untuk mengukur penguasaan materi. Sedangkan yang
dimaksud keaktifan belajar dalam penelitian ini adalah keaktifan yang menghasilkan pada
99
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
diri individu baik mengenai tingkat kemajuan dalam proses perkembangan psikis, sikap,
pengertian, kecakapan, minat dan penyesuaian diri dalam hal cara belajar aktif.
Alat peraga (media pembelajaran)
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang
secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara sumber pesan dengan penerima pesan (Sri
Anitah W, 2009 : 6.3). Kegiatan pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi.
Agar pesan atau bahan ajar yang disampaikan guru dapat diterima oleh siswa maka dapat
diperlukan wahana penyalur pesan.
Fungsi utama media pembelajaran yaitu sebagai sarana bantu untuk mewujudkan
situasi pembelajaran yang lebih efektif. Dengan fungsi itu, media pembelajaran harus
dijadikan bagian integral dan keseluruhan proses pembelajaran itu sendiri. Dalam
penggunaannya harus relevan dengan tujuan/kompetensi yang ingin dicapai dan bahan ajar,
tidak diperkenankan hanya sekedar untuk permainan untuk memancing perhatian siswa
semata. Fungsi lain yaitu untuk mempercepat proses pembelajaran dan mengurangi
verbelisme (Sri Anitah W, 2009 : 6.12).
Metode Make A Match
Model pembelajaran Make a Match adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan
penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama, kemampuan berinteraksi
disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu
kartu (Wahab, 2007 : 59). Metode Make a Match atau mencari pasangan merupakan salah
satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Perencanaan metode ini dimulai dari
teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum
batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin/sanjungan. Khusus
metode Make a Match merupakan suatu bentuk kegiatan belajar mengajar yang
menyenangkan, suasana kelas menjadi hidup dan semua murid berpartisipasi aktif. Sehingga
dengan metode Make a Match siswa diharapkan dapat memahami konsep perkalian dengan
mudah dan terampil berhitung dengan cara yang menyenangkan.
Sebagai seorang pendidik hendaknya selalu mengupayakan agar materi pelajaran yang
disampaikan menarik dan mudah dipahami oleh setiap siswa sehingga hal tersebut dapat
mencapai suatu hasil belajar yang memuaskan. Salah satu cara untuk mewujudkan hal ini
adalah dengan menciptakan pembelajaran yang menarik dengan menggunakan strategi
pembelajaran, diantaranya penggunaan metode yang efektif dan efisien agar siswa merasa
terlatih dan terbiasa, sehingga tidak selalu bergantung pada orang lain. Metode yang tepat
untuk pembelajaran semacam itu adalah metode permainan. Dalam penggunaan metode ini
100
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
siswa selalu diajak untuk belajar dengan bermain sehingga pemahaman siswa terhadap materi
akan selalu teringat dan lebih mudah dipahami. Selanjutnya, kerangka berfikir dalam
penelitian ini sebagaimana di paparkan dalam gambar di bawah ini.
Kondisi
awal
Guru
menggunakan
metode
ceramah
tanpa alat
peraga
Tindakan
Guru
menggunakan
alat peraga
dan metode
Keaktifan dan
hasil belajar
siswa rendah
Siklus 1
Guru
menggunakan
alat peraga
Siklus 2
Kondisi
akhir
Keaktifan dan
hasil belajar
siswa
meningkat
Guru
menggunakan
alat peraga dan
metode make a
match
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Metode Penelitian
Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang terdiri dari dua siklus. Penelitian dilakukan secara bersiklus. Tiap siklus terdiri
dari 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan
refleksi. Jika pada pelaksanaan siklus 1 indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam
penelitian ini belum tercapai, maka dilakukan perbaikan untuk siklus berikutnya.
Rincian kegiatan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
101
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Perencanaan
Perencanaan merupakan tindakan awal dari setiap siklus. Secara terinci langkahlangkahnya sebagai berikut :
a. Mencari masalah penelitian yang ada di lapangan, dilakukan melalui diskusi antara guru
peneliti, guru kelas, dan siswa, melalui wawancara, observasi dan refleksi.
b. Memilih masalah penelitian, Masalah yang diperoleh didiskusikan, kemudian dipilih
berdasarkan bobot masalahnya dan keterjangkauan pemecahannya. Masalah yang dipilih
dirinci, kemudian dipertajam menjadi masalah-masalah turunan atau sub masalah yang
menjadi penyususnannya. Rancangan pemecahan berupa langkah-langkah yang
dilakukan untuk memecahkan sub masalah, dengan mempertimbangkan faktor
pendukung, berikut upaya memaksimalkan dukungan dan faktor penghambat, berikut
cara meminimalkan hambatan.
Tindakan
Dalam tahap ini dilakukan pemecahan masalah sebagai mana yang telah dirancang
yaitu menggunakan alat peraga dan metode Make a Match dalam pembelajaran.
Observasi
Observasi dilakukan bersama dengan pelaksanaan pembelajaran baik terhadap proses
tindakan, efek tindakan maupun terhadap hasil tindakan yang dilakukan. Observasi juga
dilakukan terhadap seberapa jauh tindakan yang dilakukan untuk membantu pencapaian
tujuan yang direncanakan.
Refleksi
Refleksi dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap proses yang terjadi, masalah
yang muncul, dan segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Pelaksanaan
refleksi oleh peneliti untuk mengevaluasi hasil tindakan dan merumuskan perencanaan
tindakan berikutnya. Pelaksanaan tindakan terintegrasi melalui proses pembelajaran, yaitu:
Siklus 1
Siklus pertama dilakukan dalam satu kali pertemuan (2x35menit) dengan indikator
mengingat fakta perkalian (sampai 5x10) dengan berbagai cara dan menghitung secara cepat
perkalian yang hasinya dua angka.
Siklus 2
Siklus kedua dilaksanakan pada pertemuan (2x35menit) selanjutnya dengan indikator
mengingat fakta perkalian (sampai 5x10) dengan berbagai cara dan menghitung secara cepat
perkalian yang hasinya dua angka.
102
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Observasi
Gambar 2. Tahap-tahap dalam PTK
Tahap pertama dalam PTK adalah perencanaan. Pada saat ini dituntut untuk membuat
rencana yang jelas dan matang. Rencana ini akan menjadi pedoman dalam melaksanakan
tindakan.Tahap kedua adalah pelaksanaan. Tahap ini merupakan perwujudan nyata dari
sebuah rencana. Jika rencana tidak diwujudkan dalam tindakan nyata, maka tidak akan
memberikan manfaat apapun. Tahap ketiga adalah observasi atau pengamatan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui tingkat kualitas dan kesesuaian dengan rencana yang dibuat.
Pengamatan dilakukan selama proses tindakan berlangsung. Melalui pengamatan akan
diketahui kelebihannya dan kekurangan dari tindakan yang dilakukan. Tahap keempat adalah
refleksi. Tahap ini dilakukan setelah tindakan berakhir. Apa yang dilakukan dan apa
dampaknya bagi proses belajar siswa, perlu dilihat dan direnungkan kembali secara
mendalam. Yang lebih penting lagi, merenungkan alasan melakukan sesuatu tindakan
dikaitkan dengan dampaknya, sehingga akan dapat mengenal kekuatan dan kelemahan
tindakan yang telah dilakukan. Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan
digunakan kembali untuk merevisi rencana perbaikan jika ternyata yang dilakukan belum
berhasil memecahkan masalah, seperti pada gambar berikut:
103
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Cloncution
Re-palnning
Planning
Reflekting
Reflekting
Acting
Re-acting
Observing
Re-observing
Gambar 3. Daur Penelitian Tindakan Kelas
Setelah sirkulasi ini berlangsung dua kali, mungkin perbaikan yang diinginkan sudah
terjadi. Hal ini daur PTK dengan tujuan yang direncanakan sudah berakhir. Bagan yang
digambarkan dua siklus sebagai berikut :
104
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Ide
Studi Pendahuluan
Persiapan Penelitian
awal
1. Wawancara
1. Penyamaan konsep,
dengan siswa
2. Tes Diagnostik
(memperoleh data
awal)
metode, contoh dan
latihan antara peneliti
dan pengamat
2. Penyususnan lembar
3. Analisis dokumen
observasi
3. Penyusunan format
wawancara
4. Penyusunan tes
Simpulan
Simpulan
Simpulan
Tindakan siklus 2
Tindakan siklus 1
1. Perencanaan
perbaikan
1. Perencanaan
Berhasil
perbaikan
2. Perencanaan
2. Perencanaan
perbaikan
perbaikan
3. Observasi
3. Observasi
4. Diskusi dengan
Belum
observer
4. Diskusi dengan
observer
5. Refleksi siklus 2
5. Refleksi siklus 1
Revisi
Gambar 4.. Alur Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
105
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Hasil dan Pembahasan
Adapun gambaran secara umum tentang hasil perbaikan pembelajaran dari tiap-tiap
siklus selalu mengalami peningkatan siswa tuntas dan mengalami penurunan pada siswa yang
belum tuntas belajar, dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 1. Rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siswa pra siklus, siklus 1, dan siklus 2.
Belum
No
Kegiatan
Jumlah
Tuntas
Tuntas
Peningkatan
Siswa
Frek
%
Frek
%
Frek
%
1
Pra Siklus
18
11
61
7
39
2
Siklus 1
18
5
33
13
67
6
28
3
Siklus 2
18
3
17
15
83
3
16
Berdasarkan tabel 2. dapat dilihat bahwa setiap siklus, penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran mengalami kenaikan. Dari pra siklus ke siklus pertama, ketuntasan
belajar mengalami kenaikan yang cukup tinggi sebesar 28%. Selanjutnya dari siklus pertama
ke siklus kedua ketuntasan belajar siswa juga mengakami kenaikan sebesar 16%. Pada siklus
kedua, masih ada siswa yang belum tuntas belajar. Hal ini disebabkan oleh kondisi siswa
sendiri, yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata. Peneliti sudah berusaha membimbing
siswa, namun kurang berhasil dalam pembelajaran, sehingga tidak dapat mencapai ketuntasan
belajar.
Refleksi
Dari hasil pembelajaran siklus kedua, dapat direfleksikan adanya peningkatan
keaktifan belajar dan hasil belajar siswa. Jumlah siswa yang keaktifan belajarnya rendah
makin sedikit dan jumlah siswa yang hasil belajarnya tuntas makin banyak dalam menghitung
perkalian. Kekurangan-kekurangan pada siklus pertama dapat diperbaiki pada siklus kedua.
Setelah dilaksanakan pembelajaran selama dua kali siklus perbaikan, peneliti dapat
dipaparkan hasil observasi oleh teman sejawat dalam kegiatan belajar mengajar serta
perolehan nilai hasil belajar siswa pada siklus pertama dan kedua. Tindakan penelitian ini
menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa setelah menggunakan alat
peraga dan metode Make a Macth. Hal-hal yang penting tersebut berupa data yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif. Data-data kenaikan aktivitas belajar tersebut disajikan pada
gambar berikut.
106
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Gambar 5. Grafik kenaikan keaktifan belajar tiap siklus.
Dari grafik 5. terlihat kenaikan keaktifan belajar yang selalu terjadi pada setiap siklus, yaitu:
1) Dari pra siklus ke siklus 1 mengalami kenaikan 22%. 2) Dari siklus 1 ke siklus 2
mengalami kenaikan sebesar 22%.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran di atas
menunjukkan adanya keberhasilan. Keberhasilan tersebut dapat dilihat pada indikator yang
telah ditetapkan pada bab sebelumnya. Mengingat penelitian tindakan pada siklus II sudah
sesuai dengan harapan, maka kegiatan penelitian dapat diakhiri.
Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Siklus Pertama
Pada siklus pertama, upaya dilaksanakan pembelajaran telah meningkatkan kemampuan
siswa dalam menghitung perkalian secara cepat, bila dibandingkan dengan hasil pra siklus.
Penggunaan alat peraga telah memberikan keaktifan pada siswa meningkat. Hal ini sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sri Anitah W, (2009:6.12) Fungsi utama media
pembelajaran, yaitu sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih
efektif. Dengan fungsi itu, media pembelajaran harus dijadikan bagian integral dan
keseluruhan proses pembelajaran itu sendiri. Dalam penggunaannya harus relevan dengan
tujuan/kompetensi yang ingin dicapai dan bahan ajar, tidak diperkenankan menggunakannya
hanya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa semata. Fungsi lain yaitu
107
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
untuk mempercepat proses belajar sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran dan mengurangi verbalisme (terlalu banyak kata).
Penggunaan alat peraga memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil
belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang
signifikan. Walaupun pada siklus pertama hasil yang diperoleh audah mengalami
kenaikan, tetapi belum sesuai dengan yang diharapkan.
Pada siklus 1 terbukti tingkat ketuntasan belajar meningkat menjadi 67% dari
39% pada pra siklus, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 28%. Tingkat
keaktifan belajar siswa juga mengalami kenaikan menjadi 61% dari 28% pada pra
siklus. Hal ini berarti mengalami kenaikan sebesar 33%.
Berdasarkan hasil pengamatan, ternyata siswa yang keaktifan belajarnya
tinggi mendapat hasil belajar yang baik dan sudah berarti siswa tersebut tuntas
dalam belajarnya. Namun masih ada beberapa siswa yang keaktifan belajarnya
rendah, untuk itu menjadi bahan pernaikan pada siklus 2.
1.
Siklus Kedua
Pada siklus kedua inilah apa yang menjadi indikator dan kriteria keberhasilan
telah dicapai. Ketuntasan klasikal belajar siswa telah mencapai 83% dari 67% pada
siklus 1. Hal ini berarti mengalami kenaikan 17%. Tingkat keaktifan siswa juga
mengalami kenaikan. Kenaikan keaktifan belajar siswa mencapai 83% dari 61%
pada siklus 1. Hal ini berarti mengalami kenaikan sebesar 22%.
Pembelajaran pada siklus 2 ini di samping karena akibat-akibat yang sama
pada siklus 1, juga karena adanya upaya penambahan perbaikan. Upaya
penambahan perbaikan berupa metode Make a Macth. Metode Make a Match atau
mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada
siswa. Perencanaan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang
dapat mencocokkan kartunya diberi poin/sanjungan. Metode Make a Match atau
mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan
metode ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep
atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Suyatno (2000 : 72) mengungkapkan bahwa model Make a Match adalah
model pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu berisi soal atau permasalahan
dan menyiapakan kartu jawaban kemudian siswa mencari pasangan kartunya.
108
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Model pembelajaran Make a Match merupakan bagian dari pembelajaran
kooperatif. Model Make a Match melatih siswa untuk memiliki sikap sosial yang
baik dan melatih kemampuan siswa dalam bekerja sama disamping melatih
kecepatan berpikir siswa. Dengan menggunkan metode Make a Match ini dapat
merangsang siswa untuk lebih aktif dalam
belajarnya sehingga dapat
mengoptimalkan hasil belajarnya.
Dalam kegiatan pembelajaran setiap guru hendaknya mengusahakan alat
peraga dan metode yang sesuai sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan
lancar, afektif, dan menyenangkan sehingga keaktifan siswa tinggi dan dapat
mencapai hasil belajar yang maksimal. Dengan demikian hasil pembelajaran
menunjukkan perubahan dari sebelum menerima pengalaman belajar dengan
setelah menerima pengalaman belajarnya.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Pada penelitian Tindakan Kelas yang berjudul Penerapan Metode Make a Match
dalam Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Keterampilan Berhitung
Perkalian pada Semester Genap di Kelas II SD Negeri Kalikembang UPK Kemranjen, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Siswa yang benar-benar menunjukkan keaktifan belajar pada kondisi awal adalah 5 siswa
(28%), pada siklus 1 adalah 11 siswa (61%), pada siklus 2 adalah 15 siswa (83%).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui alat peraga dan metode Make a
Match dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran matematika
tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri Kalikembang UPK Kemranjen
Kabupaten Banyumas.
2.
Ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi awal adalah 39%, pada siklus 1 naik menjadi
67% dan pada siklus 2 naik 17% menjadi 83%. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa melalui alat peraga dan metode Make a Match dapat meningkatkan tentang hitung
perkalian di kelas II SD Negeri Kalikembang Kemranjen Kabupaten Banyumas.
109
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Saran
Berdasarkan pembahasan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah dilakukan, maka
dapat dikemukakan saran-saran sebagi berikut:
1.
Bagi Siswa, Agar selalu memperhatikan penjelasan guru, pada saat pembelajaran
berlangsung, sehingga dalam penyampaian materi akan lebih mudah diterima. Sehingga
siswa hendaknya selalu menjelaskan kewajibannya yaitu belajar baik di rumah maupun
di sekolah.
2.
Bagi Guru, Dapat menerapkan metode yang tepat dan efektif untuk meningkatkan
pemahaman dan keterampilan siswa, seperti metode Make a Match dalam pembelajaran
matematika untuk berhitung perkalian. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung,
kita harus menunjukkan sebagai seorang guru yang berwibawa, selalu siap dengan
rencana pembelajaran, menggunakan metode yang tepat, sehingga pembelajaran berjalan
secara efektif. Guru bukan hanya sebagai pendidik tetapi juga membimbing, sehingga
siswa selalu termotifasi dan berpartisipasi aktif.
Daftar Pustaka
Anitah W, Sri. 2009. Strategi pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Agus Taufik, dkk. 2015. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hudojo, Herman. 1990. Strategi Belajar Mengajar matematika. Malang:
IKIP Malang
H. Mustaqim. 2001. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pusaka Belajar.
Sudjana, Y. Padmono. 2000. Evaluasi Pengajaran 2 SKS/3 JP. Surakarta: UNS.
Russefendi. 1992. Materi Pokok Pendidikan Matematika 3 Modul 1-9. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
110
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL
GAMBAR (PICTURE AND PICTURE) PADA PEMBELAJARAN IPA
TENTANG SUMBER ENERGI BAGI SISWA KELAS II SD NEGERI 2
DERMAJI UPK LUMBIR KABUPATEN BANYUMAS
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh :
Resiyati, S.Pd.SD
NIP 19610920 198201 2 007
SD Negeri 2 Dermaji
Abstrak
Masalah dalam penelitian ini adalah karena rendahnya hasil belajar IPA tentang
sumber energi bagi siswa kelas II SD Negeri 2 Dermaji tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian
ini memiliki tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA khususnya
tentang sumber energi dan meningkatkan kinerja guru agar lebih profesional sebagai
pendidik. Pelaksanaan penelitian dilakukan menggunakan pembelajaran model gambar
(picture and picture) yang dilaksanakan secara bertahap, yaitu melalui siklus I dan siklus II.
Dari penelitian ini dapat diketahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang
sumber energi semakin meningkat.
Hal ini dibuktikan dari hasil belajar IPA yang diperoleh pada pembelajaran prasiklus
yaitu dengan nilai terendah 30, nilai tertinggi 90, nilai rata-rata kelas 52,67 dengan ketuntasan
belajar 23,33%. Hasil belajar pada siklus I diperoleh nilai terendah 40, nilai tertinggi 100 dan
rata-rata kelas 65,67 dengan ketuntasan belajar 53,33%. Adapun hasil belajar pada siklus II
adalah nilai terendah 70, nilai tertinggi 100, nilai rata-rata kelas 82,67 dan ketuntasan
belajarnya 100%. Kemudian untuk minat siswa juga mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan pembelajaran model
gambar (picture and picture) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar IPA pada siswa
kelas II khususnya tentang sumber energi.
Kata kunci : picture and picture, hasil belajar, sumber energi.
Pendahuluan
Sebagai fasilitator dalam proses pelaksanaan pendidikan, guru harus mampu untuk
menciptakan suatu pembelajaran yang berorientasi pada tujuan pendidikan nasional. Hal ini
sebagaimana tersirat dalam penjabaran sistem pendidikan nasional yang mana dalam hal ini
adalah sebuah usaha untuk menciptakan karakter siswa melalui pengarahan, percontohan,
percobaan, perlakuan dan latihan. Guru dituntut untuk benar-benar mengetahui dan
memahami karakteristik dari setiap muridnya dimana setiap siswa memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Perbedaan karakteristik inilah yang menjadi tantangan bagi para guru
111
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
dalam upaya mencerdaskan anak bangsa yang didalamnya terdapat variasi irama hasil belajar
yang bermacam-macam pula.
Seringkali guru kurang memahami dalam menangani hasil belajar dari siswa di
kelasnya. Sebagian besar guru yang fokus bercerita dan menjelaskan tanpa menciptakan ideide atau hal baru yang dapat menarik perhatian siswa. Pembelajaran dilaksanakan dengan
tempo yang datar dan itu-itu saja, tanpa penggunaan alat peraga dan media pembelajaran
yang dapat meningkatkan semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Model
mengajar yang dilaksanakan oleh guru saat ini sangatlah belum ada titik terang dalam upaya
perkembangan, karena mayoritas guru masih menggunakan model belajar yang tradisional
seperti ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Hal ini menyebabkan siswa kurang tertarik dalam
mengikuti proses pembelajaran dan merasa bosan akan kondisi pembelajaran yang
berlangsung. Kelemahan inilah yang sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan siswa
dalam memahami sebuah materi ajar.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti sebagai mahasiswa yang sedang menuntut
pendidikan SI PGSD di Universitas Terbuka ingin berupaya memecahkan dan mencari solusi
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini juga sesuai dengan mata kuliah yang
ditempuh oleh peneliti yaitu mata kuliah Peningkatan Kemampuan Profesionaln (PKP) yang
mana dalam hal ini mahasiswa dituntut untuk dapat melakukan dan menyusun laporan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Melalui aplikasi mata kuliah ini, diharapkan peneliti dapat
menciptakan pembelajaran yang baru dengan ide-ide yang lebih kreatif sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan mutu pendidikan yang sudah terprogram
pada saat ini.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada kelas II di SD Negeri 2 Dermaji Unit
Pendidikan Kecamatan (UPK) Lumbir Kabupaten Banyumas. Peneliti akan melakukan
penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang sumber
energi. Peneliti melakukan perbaikan pada materi pelajaran ini karena setelah melakukan
pembelajaran IPA tentang sumber energi ternyata hasil belajar dari siswa masih sangat jauh
dari harapan. Krateria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPA di SD Negeri
Majingklak adalah ≥ 70,00. Hampir seluruh siswa memperoleh hasil belajar yang rendah dan
jauh dari harapan. Hal ini dibuktikan dengan memberikan 10 soal uraian singkat yang
berkaitan dengan sumber energi kepada 30 siswa, dari 30 siswa hanya 7 siswa yang dapat
mencapai ketuntasan atau 23,33%, sedangkan yang 23 siswa masih belum tuntas atau
76,67%. Berbekal dari hasil belajar siswa yang masih rendah pada materi pelajaran IPA
tentang sumber energi, peneliti akan mencoba dan berupaya untuk mencoba mencari tahu
112
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
penyebabnya melakukan sebuah perbaikan melalui penelitian tindakan kelas. Pada penelitian
tindakan kelas ini peneliti akan fokus terhadap upaya meningkatkan hasil belajar siswa
dengan cara penggunaan model pembelajaran gambar (picture and picture) pada materi
pelajaran IPA tentang sumber energi.
Berdasarkan dari permasalahan pembelajaran di atas, maka peneliti merumuskan
masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: Bagaimanakah cara menggunakan model
pembelajaran gambar (picture and picture) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA tentang sumber energi bagi siswa kelas II SD Negeri 2 Dermaji UPK Lumbir
Kabupaten Banyumas pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016?
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tujuan Umum
a. Sebagai salah satu syarat kelulusan pada mata kuliah Pemantapan Kemampuan
Profesional (PDGK 4501) di Program studi S1 PGSD Universitas Terbuka
b. Meningkatkan profesional guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga guru
akan lebih kompeten.
c. Memperbaiki pembelajaran yang telah dilaksanakan supaya dapat mencapai hasil yang
sesuai dengan harapan.
Tujuan khusus
a. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri 2 Dermaji UPK Lumbir Kabupaten
Banyumas pada pembelajaran IPA tentang sumber energi dengan menggunakan model
pembelajaran gambar (picture and picture).
b. Untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran gambar (picture and picture)
dalam pembelajaran IPA tentang sumber energi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas II SD Negeri 2 Dermaji UPK Lumbir Kabupaten Banyumas.
Kajian Teori
Hasil Belajar
Sedangkan menurut Romizoswki (1982: 2.19) dalam modul Strategi Pembelajaran di
SD S1 PGSD Universitas Terbuka menyebutkan yang menunjukan hasil belajar yaitu
ketrampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan membuat keputusan, memecahkan
masalah dan berpikir logis. Ketrampilan psikomotor berkaitan dengan kemampuan tindakan
fisik kegiatan perseptual. Kemampuan reaktif berkaitan dengan sikap, kebijaksanaan,
113
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
perasaan dan self control Ketrampilan interaktif berkaitan dengan kemampuan sosial dan
kepemimpinan.
Dari uraian beberapa pendapat diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku seseorang atau perubahan kemampuan
seseorang yang dapat bertahan dan bukan karena hasil pertumbuhan yang disebabkan oleh
proses belajar.
Model pembelajaran Gambar (Picture and Picture)
Media
gambar
menurut
Riyanto
(1990)
yang
dikutip
pada
situs
https://zaifbio.wordpress.com tanggal 24 Maret 2016 merupakan salah satu jenis bahasa
yang memungkinkan terjadinya komunikasi, yang diekspresikan lewat tanda dan simbol.
Media gambar merupakan salah satu jenis bahasa yangmemungkinkan terjadinya komunikasi,
yang diekspresikan lewat tanda dan simbol. Di bawah ini adalah Gambar 1 yaitu tentang daur
kerangka berfikir pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.
Kondisi
Awal
PENELITI
Menggunakan
metode ceramah
dan penugasan
Diterapkan
Metode baru
Tindakan
Kondisi
Akhir
Hasil Belajar
Siswa Meningkat
Optimal
SISWA
Hasil belajar siswa rendah
SIKLUS I
Menggunakan model
pembelajaran gambar
(picture and picture)
SIKLUS II
Perbaikan dan
penyempurnaan dari
siklus I dengan
menggunakan model
pembelajaran gambar
(picture and picture)
Gambar 1 Kerangka Berpikir Pelaksanaan Penelitian Tindak Kelas
Individualization (TAI)
Metode Penelitian
114
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Langkah-langkah prosedur penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan oleh
peneliti terdiri dari beberapa tahap yaitu:
Tahap Perencanaan (Planning)
Peneliti menyiapkan dan mengkaji kembali Rencana Pelaksanaan Perbaikan
Pembelajaran (RPPP) serta strategi tindakan yang meliputi langkah-langkah kegiatan yang
akan dilakukan pada pembelajaran IPA tentang sumber energi.
Kemudian peneliti dengan teman sejawat berdiskusi dan mencoba menjabarkan
langkah-langkah dalam RPPP yang akan dilaksanakan. Peneliti juga meminta kepada teman
sejawat fokus terhadap observasi pada proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)
Melaksanakan langkah-langkah dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan dengan RPPP.
Tahap Observasi (Observation)
Observer sekaligus teman sejawat melakukan pengamatan terhadap peneliti dan siswa
yang sedang melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi yang telah disiapkan. Kemudian hasil observasi akan dikaji dan dianalisis untuk
memantau sejauh mana pengaruh dari model pembelajaran yang diterapkan, apakah sudah
sesuai dengan tujuan atau belum..
Tahap Refleksi (Reflection)
Tahap refleksi bertujuan untuk merefleksi diri peneliti supaya mengetahui kekuatan
dan kelemahan yang muncul dan mempersiapkan pada langkah-langkah yang lebih spesifik
pada langkah berikutnya.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada saat pelaksanaan pembelajaran prasiklus, hasil belajar yang diperoleh siswa
kelas II SD Negeri Dermaji UPK Lumbir Kabupaten Banyumas pada mata pelajaran IPA
tentang sumber energi jauh dari yang diharapkan. Setelah peneliti melakukan analisis dan
perbaikan pembelajaran pada siklus I dan II pemahaman siswa dalam pelajaran IPA tentang
sumber energi dengan menggunakan model pembelajaran gambar (picture and picture).
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA
115
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
No
Kegiatan
Rata-rata
Siswa Tuntas Belajar
Siswa Belum Tuntas Belajar
.
Frekuensi
%
Frekuensi
%
1.
Studi Awal
53,67
7
23,33
23
76,67
2.
Siklus I
65,67
14
46,67
16
53,33
3.
Siklus II
82,67
30
100
0
0
Dari Tabel 1 tentang Rekapitulasi hasil evaluasi siswa pada pembelajaran dapat
diperoleh keterangan sebagai berikut:
a. Pada prasiklus, jumlah siswa yang tuntas ada 7 siswa dari 30 siswa dengan persentase
23,33% dan siswa yang belum tuntas ada 23 siswa dengan persentase 76,67%. Rata-rata
kelas yang diperoleh mencapai nilai 53,67.
b. Pada Siklus I, jumlah siswa yang tuntas ada 14 siswa dari 30 siswa dengan persentase
46,67% sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 16 siswa dengan persentase
53,33%. Rata-rata kelas yang diperoleh mencapai 65,67.
c. Pada siklus II, jumlah siswa yang tuntas ada 30 siswa dari 30 siswa dengan persentase
100% dan siswa yang belum tuntas ada 0 siswa dari 30 siswa dengan persentase 0%. Ratarata kelas mencapai nilai 82,67.
Dari Tabel 4.7 di atas tentang rekapitulasi hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA
tentang sumber energi telah terjadi peningkatan yang sangat baik, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 1. berikut:
Gambar 1 Diagram Batang Hasil Belajar Siswa pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
116
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Dari Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPA tentang sumber energi mengalami peningkatan yang sangat baik. Dari 30
siswa pada prasiklus, jumlah siswa yang tuntas hanya 7 siswa dengan persentase 23,33% dan
siswa yang belum tuntas sebanyak 23 siswa dengan persentase 76,67%. Rata-rata kelas yang
diperoleh yaitu 53,67. Sedangkan pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi
14 siswa dengan persentase 46,67% dan siswa yang belum tuntas mengalami penurunan yaitu
menjadi 16 siswa dengan persentase 53,33% Rata-rata kelas yang diperoleh yaitu 65,67.
Kemudian pada siklus II, jumlah siswa yang tuntas meningkat optimal yaitu sebanyak 30
siswa dengan persentase 100% dan siswa yang belum tuntas menurun menjadi 0 siswa
dengan persentase 0%. Rata-rata kelas yang diperoleh mencapai 82,67.
Dari uraian hasil penelitian mulai dari prasiklus, siklus I hingga siklus II, maka dapat
disimpulkan bahwa setelah peneliti menggunakan model pembelajaran gambar (picture and
picture) telah terjadi peningkatan terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas II SD Negeri
Dermaji UPK Lumbir Kabupaten Banyumas pada pelajaran IPA tentang sumber energi yang
dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2015/2016.
Simpulan
Berdasarkan dari hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) pada materi sumber energi yang pada mata pelajaran IPA Kelas II SD
Negeri Dermaji UPK Lumbir Kabupaten Banyumas semester genap tahun pelajaran
2015/2016 dengan menggunakan model pembelajaran gambar (picture and picture) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil belajar siswa yang mencapai
KKM pada perbaikan pembelajaran siklus I mengalami peningkatan yang pembelajaran awal
(prasiklus) siswa yang mencapai KKM hanya sejumlah 7 siswa dari 30 siswa atau 23,33%
117
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
dengan rata-rata kelas 53,67, kini pada siklus I naik menjadi 14 siswa dari 30 siswa atau
46,67% dengan rata-rata kelas 65,67. Namun sebaliknya, dari hasil perbaikan pembelajaran
pada siklus I juga terjadi penurunan ketidaktuntasan, yaitu siswa yang belum mencapai KKM
mengalami penurunan pada pembelajaran awal siswa yang belum mencapai KKM adalah
sejumlah 23 siswa dari 30 siswa atau 76,67, sedangkan pada siklus I turun menjadi 16 siswa
dari 30 siswa atau 53,33%. Berdasarkan batas minimal ketuntasan yang ditentukan oleh
penelti (siswa tuntas KKM sebanyak ≥ 90% ), maka hasil pada siklus I belum dapat dikatakan
berhasil. Berbekal permasalahan tersebut diatas, maka peneliti memutuskan untuk
melanjutkan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Pada siklus II hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) pada materi sumber energi yang pada mata pelajaran IPA Kelas II SD Negeri
Majingklak semester genap tahun pelajaran 2015/2016 dengan menggunakan model
pembelajaran gambar (picture and picture) hasil belajar siswa telah berhasil secara maksimal.
Hal ini dibuktikan dari hasil belajar siswa juga telah mencapai ketuntasan yang ditentukan
yaitu siswa tuntas KKM sebanyak ≥ 90%. Pada siklus ini siswa secara keseluruhan telah
mencapai KKM yaitu sejumlah 30 siswa dari 30 siswa atau 100% dengan rata-rata 82,67. Hal
ini terbukti karena pada siklus I siswa telah mencapai KKM hanyalah sejumlah 14 siswa dari
30 siswa atau 46,67% dengan rata-rata 65,67. Namun pada siklus II terjadi kenaikan secara
maksimal yaitu siswa yang sudah mencapai KKM adalah sejumlah 30 siswa dari 30 siswa
atau 100% dengan rata-rata 82,67 sehingga pembelajaran sudah dapat dikatakan berhasil.
Namun demikian, pada siklus II juga terjadi penurunan persentase ketidaktuntasan belajar
yaitu ada 16 siswa dari 30 siswa atau 53,33% yang belum mencapai KKM pada siklus I, kini
pada siklus II menjadi 0 siswa dari 30 siswa atau 0%. Berdasarkan hasil belajar siswa pada
siklus II, maka peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan perbaikan pembelajaran melalui
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam meningkatkan hasil belajar siswa tentang sumber
energi pada mata pelajaran IPA kelas II di SD Negeri Dermaji UPK Lumbir Kabupaten
Banyumas Tahun Pelajaran 2015/2016 sudah berhasil dan dinyatakan cukup sampai siklus II.
Saran dan Tindak Lanjut
Peneliti meyadari akan banyak kesan, pesan dan tindak lanjut bahwa untuk mencapai
hasil belajar yang maksimal dalam proses pembelajaran maka guru harus dapat menerapkan
dan melaksanakan berbagai jenis-jenis model pembelajaran yang inovatif dan kreatif dengan
dukungan penggunaan media dan alat peraga dalam pembelajaran yang sesuai dengan materi
ajar sehingga dapat menarik perhatian dan motivasi siswa untuk fokus terhadap pelajaran.
118
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Beberapa cara yang telah ditemukan peneliti dalam proses penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Guru harus menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran dan
penggunaan media serta alat peraga yang sesuai.
2. Menguasai dan memahami cara penerapan serta langkah-langkah proses model
pembelajaran gambar (picture and picture) dan menyempurnakannya sehingga semenarik
mungkin.
3. Penggunaan model pembelajaran gambar (picture and picture) yang kreatif dan inovatif
dapat membuat siswa lebih tertarik dalam pembelajaran.
4. Dalam penggunaan model pembelajaran gambar (picture and picture) disarankan adanya
kelengkapan gambar yang manarik dan bermacam-macam sesuai dengan materi ajar.
5. Penggunaan model pembelajaran gambar (picture and picture) akan lebih baik jika
dilengkapi dengan adanya konsep motivasi seperti nyanyian yel-yel kelas yang dapat
mengurangi kejenuhan siswa.
Daftar Pustaka
Gestalt. (2011) . Modul 2. Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Strategi Pembelajaran. Jakarta:
Pusat Penerbit Universitas Terbuka.
Brownell, William. (2012). Pendidikan Matematika I. Tangerang Selatan: Penerbit
Universitas Terbuka.
R. Hilgard, Ernest. (2011). Modul 2. Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Strategi Pembelajaran.
Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka.
Crow. (2012). Peningkatan Mutu Dan Minat Belajar IPS Melalui Cooperative Learning
Model STAD Di Kelas 7A SMPN 1 Ajibarang. Jurnal Paedagog, 14 (7), hal.4.
Bloom, Benyamin. (2011). Modul 2. Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Strategi Pembelajaran.
Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka.
Romizoswki. (2011). Modul 2. Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Strategi Pembelajaran.
Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka.
Direktorat Ketenagaan. (2009). Modul 8. Kurikulum Sekolah Dasar. Perspektif Pendidikan
SD. Jakart: Penerbit Universitas Terbuka.
Kurikulum 2004. (2012). Modul 2. Pendekatan Dalam Pembelajaran IPA SD: Pembelajaran
IPA di SD. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.
119
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
TIM-Mills. (2012). (2012). Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Cooperative Learning
Dengan Model STAD Di Kelas IX-B SMPN 2 Kedungbanteng Tahun Pelajaran
2011-2012. Jurnal Paedagog, 15 (7), hal.134.
Joyce, Bruce dan Weil, Marsha.(2014).Pembelajaran Kelas Rangkap. Tangerang Selatan.
Penerbit: Universitas Terbuka.
W, Sri Anitah, dkk. (2011). Modul 1. Hakikat Strategi Pembelajaran. Strategi Pembelajaran
di SD. Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka.
Wardani, IG.A.K.dkk. (2009). Modul 8. Kurikulum Sekolah Dasar. Perspektif Pendidikan
SD. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.
Trowbridge and Bybee. (1990). Diunduh dari http://www.marioatha.com/2014/04/definisiIPA-atau-pengertian-IPA-menurut-para-ahli.html?m=1 tanggal 23 Maret 2016.
S.
Winataputra,
Udin.
(2007).
Diunduh
dari
http://kumpulan-contohptk.blogspot.com/2014/01/pengertian-hasil-belajar-menurut-para-ahli-.html? tanggal
23 Maret 2016.
Hardy dan Fleer. (1996). Diunduh darihttp://www.contohmakalah.id/2015/01/pengertian-danruang-lingkup-pendidikan.html?m=1 tanggal 23 Maret 2016.
J. Moran, Michael.
Diunduh dari
http://manfaat-it.blogspot.co.id/2014/01/tentangpengertian-energi.html?m=1 pada tanggal 23 Maret 2016.
Sasrawan, Hedi. Diunduh dari http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2015/08/8-macam-sumberenergi-artikel-lengkap.html tanggal 24 Maret 2016.
Surya,
Mohammad.
dalam
Sukirman,
dkk.
(2007)
Diunduh
dari
http://publik22.blogspot.co.id/2014/05/hakekat-pembelajaran.html?m=1 tanggal 23
Maret 2016.
Sudrajat. (2009). Diunduh dari http://ilmugreen.blogspot.co.id/2012/07/hakikat-modelpembelajaran.html?m=1 tanggal 23 Maret 2016.
Riyanto.
(1990).
Diunduh
dari
https://zaifbio.wordpress.com/2013/04/05/modelpembelajaran-kooperatif-tipe-picture-to-picture/ tanggal 24 Maret 2016.
Asmani,
Jamal
Ma’mur.
Diunduh
dari
http://www.infoduniapendidikan.com/2015/06/pengertian-dan-langkah-model-pembelajaran-picture-andpicture.html?m=1 tanggal 23 Maret 2016.
Sudjana dan Rivai. (2002). Diunduh dari https://zaifbio.wordpress.com/2013/04/05/modelpembelajaran-kooperatif-tipe-picture-to-picture/ tanggal 24 Maret 2016.
Istarani. (2011). Diunduh dari http://fkippgsd265-unpak.blogspot.co.id/2013/07/modelpembelajaran-picture-and-picture_2782.html tanggal 24 Maret 2016.
120
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
PEDOMAN PENULISAN
Academy Of Education Journal
FKIP UCY
1. Naskah berupa ringkasan hasil penelitian, kajian pustaka, dan resensi buku.
2. Naskah belum pernah di publikasikan atau dijadwalkan untuk dipublikasikan di media
cetak lain.
3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah-kaidah Ejaan Yang Di
sempurnakan (EYD) atau dalam bahasa Inggris baku.
4. Sistematika penulisan:
a. Judul tulisan jelas, lugas dan ringkas.
b. Nama penulis di tulis tanpa mencantumkan sebutan dan gelar.
c. Lembaga tempat penulisan bekerja.
d. Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dengan panjang maksimal 250 kata yang
memuat tujuan, rumusan masalah, metode penelitian, pembahasan, dan kesimpulan.
e. Keyword (kata kunci) maksimal 5 (lima) istilah.
f. Isi naskah ditulis dengan spasi ganda sebanyak 10-25 halaman (1.500-5.000 kata)
pada kertas A4.
g. Sumber kutipan (nama penulis, tahun terbit, dan halaman) ditulis pada tubuh Isi
Naskah.
h. Daftar Pustaka berisikan karya yang dikutip dalam Isi Naskah dan ditulis dengan
urutan dengan urutan alfabetis: nama penulis, tahun terbit, judul buku/tulisan, nama
berkala, volume, kota penerbit, dan nama penerbit.
i. Biografi ringkas penulis.
5. Naskah dikirim dalam bentuk digital (softcopy) dan/ atau cetak (hardcopy) ke alamat
Redaksi. Atau bisa di kirim melalui email [email protected]
6. Redaksi berhak menyunting naskah tanpa mengubah isinya.
7. Naskah yang diseleksi dan dibaca oleh Redaksi dan Mitra Bestari dikategorikan jadi:
a. Diterima tanpa revisi
b. Diterima dengan revisi
c. Ditolak karena tidak relevan dan/atau tidak sesuai dengan Pedoman Penulisan.
8. Penulis yang tulisannya diterbitkan akan dikirimi 2 (dua) eksemplar jurnal ini sebagai
bukti terbit.
Alamat Redaksi:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cokroaminoto Yogyakarta Jl. Perintis
Kemerdekaan, Gambiran, Umbulharjo, Yogyakarta 55161 Telp. 0274-372274 (Hunting),
Faks. 0274-372274.
121
Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016
Diterbitkan:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
ISSN: 1907-2341
122
Download