Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Edisi Khusus Volume 1 Nomor 04 Nopember 2016 ISSN: 1907-2341 JOURNAL Academy Of Education JURNAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Usaha Kegiatan Ekonomi Melalui Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Kelas V SDN 4 Cingebul Tahun Pelajaran 2014/2015 Sri Rasati, S.Pd. SD Penggunaan Model STAD Berbantuan Komik Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Kemampuan Berhitung Pecahan Kelas Vi Sd Negeri 3 Canduk II Tahun Pelajaran 2014/2015 Driyatmo Pranowo, A.Ma.Pd Penerapann Model Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Operasi Hitung Campuran Siswa Kelas II SDN Kalikembang Tahun 2016 Sunarya, S.Pd. Penerapan Model Mind Mapping Dengan Media Realia Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Penggolongan Tumbuhan Pada Siswa Kelas III SDN 4 Lumbir, Banyumas Tahun Pelajaran 2014/2015 Teguh Yuwono, S.Pd.SD Penerapan Student Facilitator And Explaining Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Mengenal Lambang Bilangan Romawi Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Dermaji, Lumbir, Banyumas Darkum, S.Pd.SD Penerapan Examples Non-Examples Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Mengenal Pecahan Sederhana Siswa Kelas III SDN 3 Cingebul UPK Lumbir Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas Darsono, S.Pd.SD Peningkatan Kemampuan Guru Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik Pada Semester Ganjil Di SD Negeri 2 Karanggayam Suyanto, S.Pd.SD. Upaya Peniingkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika tentang Hitung Perkalian Melalui Model Pembelajaran Make A Match Pada Semester Genap di Kelas II SD Negeri Kalikembang UPK Kemrajen Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2014/2015 Sunarya S.Pd Upaya Meningatkan Hasil Belajar Menggunakan Model Gambar (Picture And Picture) Pada Pembelajaran IPA Tentang Sumber Energi Bagi Siswa Kelas II SD Negeri 2 Dermaji Resiyati, S.Pd.SD FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS COKROAMINOTO YOGYAKARTA 1 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 ACADEMY OF EDUCATION JOURNAL Jurnal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Edisi Khusus. Volume 1 Nomor 04 Nopember 2016 ISSN 1907-2341 Diterbitkan oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cokroaminoto Yogyakarta Penanggung Jawab: Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cokroaminoto Yogyakarta Dewan Redaksi: Dr. Suwardie Drs. Triwahyu Budiutomo, M.Pd., M.T. Dra. Nuryati, M.Pd Joko Wahono, S.Pd., M.A.P. Redaktur Pelaksana: Ahmad Nasir Ari Bowo, M.Pd Intan Kusumawati, M.Pd. Yenny Anggreini Sarumaha, MSc. Sekretaris Redaksi: Yudiantiwi Laksmi Dewi, S.E. Bendahara: Paiman, S.Pd., M.A.P. Anggota: Heri Kurnia, S.Pd., Endarti Puriyanti, S.Pd Mitra Bestari: Prof. Dr. Yoyon Suryono, M.Pd. (Universitas Negeri Yogyakarta) Prof. Dr. Abdul Gafur, M.Sc (Universitas Negeri Yogyakarta) Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Si. (Universitas Negeri Yogyakarta) Drs. Cholisin, M.Si. (Universitas Negeri Yogyakarta) Alamat Redaksi: Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cokroaminoto Yogyakarta Jl. Perintis Kemerdekaan, Gambiran, Umbulharjo, Yogyakarta 55161 Telp. 0274-372274 (Hunting), Faks. 0274-372274. i2 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 DAFTAR ISI Hal Daftar Isi............................................................................................................ i Pengantar Redaksi.............................................................................................. iii Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Usaha Kegiatan Ekonomi Melalui Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Kelas V SDN 4 Cingebul Tahun Pelajaran 2014/2015 Sri Rasati, S.Pd. SD................................................................................ ............ 7 Penggunaan Model Pembelajaran STAD Berbantuan Komik Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Kemampuan Berhitung Pecahan Kelas Vi Sd Negeri 3 Canduk II Tahun Pelajaran 2014/2015 Driyatmo Pranowo, A.Ma.Pd................................................................................................ 23 Penerapann Model Pembelajaran Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Operasi Hitung Campuran Siswa Kelas II SDN Kalikembang Tahun 2016 Sunarya, S.Pd. ...................................................................................................................... 37 Penerapan Model Mind Mapping Dengan Media Realia Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Penggolongan Tumbuhan Pada Siswa Kelas III SDN 4 Lumbir Banyumas Tahun Pelajaran 2014/2015 Teguh Yuwono, S.Pd.SD ..................................................................................................... 49 Penerapan Student Facilitator And Explaining Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Mengenal Lambang Bilangan Romawi Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Dermaji Lumbir Banyumas Darkum, S.Pd.SD ................................................................................................................. 63 Penerapan Examples Non-Examples Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Mengenal Pecahan Sederhana Pada Siswa Kelas III SDN 3 Cingebul UPK Lumbir Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas Darsono, S.Pd.SD ................................................................................................................ 72 Peningkatan Kemampuan Guru Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik Pada Semester Ganjil Di SD Negeri 2 Karanggayam Suyanto, S.Pd.SD. ................................................................................................................ 83 Upaya Peniingkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika tentang Hitung Perkalian Melalui Model Pembelajaran Make A Match Pada Semester Genap di Kelas II SD Negeri Kalikembang UPK Kemrajen Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2014/2015 Sunarya S.Pd………………………………………………………………………….. 97 ii3 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Upaya Meningatkan Hasil Belajar Menggunakan Model Gambar (Picture And Picture) Pada Pembelajaran IPA Tentang Sumber Energi Bagi Siswa Kelas II SD Negeri 2 Dermaji Resiyati, S.Pd.SD……………………………………………………………… 111 iii4 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 PENGANTAR REDAKSI Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan Academy of Education Journal Edisi Khusus Volume 1 Nomor 04 Nopember 2016 terbit dengan menyajikan tulisan-tulisan tentang Pendidikan dan pembelajaran Sekolah Dasar. Jurnal ini terdapat 9 (sembilan) tulisan yang di buat oleh para peneliti/pendidik sesuai bidangnya. Journal ini ditujukan bagi peserta didik, mahasiswa, guru dan dosen pada umumnya. Banyak pihak yang telah membantu dalam penulisan jurnal baik langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini tim redaksi menyampaikan ucapan terima kasih kepada Universitas Cokroaminoto Yogyakarta dan juga pengirim naskah hasil penelitiannya. Tim redaksi banyak mengucapkan terimakasih sehingga jurnal ini dapat di baca oleh berbagai pihak sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca. Namun demikian, tentunya masih banyak kekurangan yang memerlukan penyempurnaan pada cetakan selanjutnya. Tim redaksi mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan jurnal ini. Di harapkan jurnal ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peserta didik, mahasiswa, guru, dan dosen sehingga dapat menerapkan tugas dan perannya secara kompeten dan professional. Tim Redaksi iv5 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 6 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI USAHA KEGIATAN EKONOMI MELALUI METODE PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW)KELAS V SDN 4 CINGEBUL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Sri Rasati, S.Pd. SD NIP. 196307171984052004 SD Negeri 4 Cingebul UPK Lumbir, Kabupaten Banyumas Abstrak Penelitian dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Usaha Kegiatan Ekonom melalui metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Kelas V SDN 4 Cingebul Tahun Pelajaran 2014/2015 dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan oleh faktor guru dan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan Metode PQ4R di kelas V SDN 4 Cingebul pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi Usaha kegiatan ekonomi. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil dari siklus I menunjukan rata-rata prestasi belajar sebesar 61dengan persentase ketuntasan 65% yaitu 13 siswa tuntas pada siklus I dari 20 siswa . Hasil dari siklus II menunjukan rata-rata 67dengan persentase ketuntasan 85% yaitu 17 siswa tuntas pada siklus 2 dari 20 siswa. Hasil dari tes siklus I dan siklus II telah melebihi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yang mensyaratkan nilai rata-rata ≥ 60 dan prosentase kelulusan 80%. Perolehan skor rata-rata aktivitas guru pada siklus I sebesar 2,5 dengan kriteria baik dan mengalami peningkatan pada siklus II dengan rata-rata 3,4 dengan kriteria sangat baik. Perolehan skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 2,2 dengan kriteria baik dan mengalami peningkatan pada siklus II dengan rata-rata 3,3 dengan kriteria sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa Hasil Belajar IPS Materi Usaha Kegiatan Ekonomi Melalui Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Kelas V SDN 4 Cingebul mengalami peningkatan. Kata kunci: Hasil Belajar, IPS, PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Pendahuluan Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, yang berlangsung sepanjang hayat sejak manusia dilahirkan. Usaha pendidikan sudah dimulai sejak manusia lahir dari kandungan ibunya, sampai tutup usia, sepanjang ia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya. Pendidikan akan berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan merupakan hak asasi setiap individu warga negara seperti yang telah diamanatkan dalam Undang- Undang Dasar tahun 7 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 1945 pasal 31 ayat 1 berbunyi: tiap–tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan Ayat 3 disebutkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan keimanan dan akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembelajaran di sekolah merupakan istilah yang dulu dikenal dengan nama kegiatan belajar dan mengajar. Belajar dilakukan oleh siswa dan mengajar dilakukan oleh guru. Guru dalam pembelajaran berpedoman pada prinsip pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Dalam Peraturan Mendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa prinsip pelaksanaan kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia. Seperti juga dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru menyebutkan salah satu kompetensi guru kelas SD/MI adalah agar guru mampu menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik dan lima mata pelajaran SD/MI untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh. Selain itu, guru agar mampu menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Guru harus mampu mengimplementasikan prinsip ini agar tujuan pembelajaran barhasil sesuai yang diharapkan. Media atau alat peraga dan strategi atau metode yang digunakan dalam pembelajaran terutama untuk pembelajaran lima matapelajaran dapat meningkatkan motivasi, minat, dan hasil belajar siswa. Keadaan kurangnya pembelajaran yang menarik pada mata pelajaran IPS juga memicu rendahnya hasil belajar siswa khusunya di SDN 4 Cingebul. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan agar siswa mengenal konsepkonsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Hal ini sangat penting bagi kehidupan siswa. Khususnya siswa SD yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik, sosial, maupun psikologis. Dengan pendidikan IPS, para siswa SD diajarkan bagaimana mengenal dan mempraktikkan bersosial. Artinya, bagaimana mereka mengenal dan berhubungan dengan orang lain di lingkungannya. Pola dari pembelajaran IPS menekankan pembelajaran pada menjelajahi siswa dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan dan cerita sejarah yang dianggap tidak berguna bagi masa depan, melainkan upaya agar siswa mampu menjadikan ilmu yang dipelajarinya sebagai bekal dalam ikut serta di dalam kehidupan lingkungan masyarakat menghadapi masalah sosial. Penekanan misi IPS inilah yang hendaknya dirancang oleh guru di dalam pembelajaran IPS sesuai perkembangan dan potensi siswa. Keberhasilan pembelajaran dapat ditunjukkan dengan dikuasainya materi pembelajaran oleh siswa, dan tercapainya tujuan pembelajaran dapat diukur dengan hasil tes 8 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 pembelajaran atau formatif. Dilihat dari data pra survei, yang dilakukan pada ulangan harian diketahui bahwa nilai hasil belajar IPS siswa Kelas V SD Negeri 4 Cingebul masih rendah. Diperoleh data bahwa dalam pembelajaran IPS masih banyak hasil belajar siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60. Tabel 1. Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran IPS Kelas V SD Negeri 4 Cingebul Tahun Pelajaran 2014/2015 JUMLAH No NILAI KRITERIA 1. ≥60 Tuntas 9 45% 2. ≤60 TidakTuntas 11 55% 20 100% Jumlah SISWA % Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa jumlah siswa yang tuntas mencapai 9 siswa (45%) dan yang belum tuntas atau belum mencapai KKM sebanyak 11 siswa (55%). Aktivitas belajar siswa juga masih rendah terlihat dari siswa yang cenderung ribut, banyak mengobrol dan tidak menyimakmateri yang disampaikan oleh guru, serta proses interaksi antara guru dan siswa kurang terlihat. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa, disebabkan karena belum optimal model pembelajaran oleh guru. Karena selama ini pada umumnya guru lebih banyak menggunakan metode ceramah sehingga mata pelajaran IPS menjadi tidak menarik. Belum digunakan model kerja kelompok. Pembelajaran IPS lebih terfokus pada guru, sedangkan siswa hanya menerima penjelasan dari guru adanya. Siswa kurang diberi kesempatan untuk mencoba dan menemukan sendiri konsep secara langsung. Oleh karena itu guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajaran dengan baik sehingga menyebabkan rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa di Kelas V SD Negeri 4 Cingebul Kecamatan Lumbir pada pelajaran IPS. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas dan keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran yang ditandai dengan aktivitas siswa yang meningkat, sehingga ketuntasan belajar dapat tercapai. Memahami berbagai masalah yang muncul di atas, maka peneliti menerapkan solusi pembelajaran yang mana diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Metode pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran IPS ini yaitu model pembelajaran PQ4R. Dengan model pembelajaran PQ4R ini akan lebih mendorong siswa untuk dapat memecahkan masalah IPS serta mendorong siswa untuk dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi 9 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 pelajaran IPS. Selanjutnya siswa akan terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mampu memahami dan dapat saling bekerja sama dengan kelompoknya sehingga ilmu yang didapat lebih banyak dari hasil bertukar pikiran tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis akan mengadakan suatu penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas yang berjudul “Upaya Peningkatan Belajar IPS Materi Usaha Kegiatan Ekonomi Melalui Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Kelas V SDN 4 Cingebul Tahun Pelajaran 2014/2015”. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut, (1) Bagaimana Peningkatan Aktivitas Belajar IPS Materi Usaha Kegiatan Ekonomi Melalui Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Kelas V SDN 4 Cingebul Tahun Pelajaran 2014/2015? And (2) Bagaimana Peningkatan Belajar IPS Materi Usaha Kegiatan Ekonomi Melalui Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Kelas V SDN 4 Cingebul Tahun Pelajaran 2014/2015?. Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar IPS Materi Usaha Kegiatan Ekonomi Melalui Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Kelas V SDN 4 Cingebul Tahun Pelajaran 2014/2015, (2) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Usaha Kegiatan Ekonomi Melalui Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review) Kelas V SDN 4 Cingebul Tahun Pelajaran 2014/2015. Hasil penelitian dapat dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar IPS serta menumbuhkan aktivitas siswa dengan kemampuan yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian ini guru diharapkan dapat mengetahui strategi pembelajaran yang sesuai, termasuk dalam memilih Pendekatan, metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran. Sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Hasil ini juga dapat memberikan masukan bagi sekolah dalam mengambil kebijakan untuk mengambil keputusan dalam menentukan pendekatan, metode, media dan strategi yang tepat untuk meningkatkan mutu dan keberhasilan dalam pembelajaran. Sedangkan bagi peneliti, melalui penelitian peneliti dapat mengaplikasikan gagasan yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas pendidikan serta sebagai proses pembelajaran. Metode Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 4 Cingebul, Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 20anak yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Menurut peneliti kemampuan belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 4 Cingebul dapat digolongkan 10 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 menjadi tiga kelompok yaitu: kurang, sedang dan lebih. Penelitian ini dilakukan pada semester 1 tahun pelajaran 2014/ 2015 dalam dua siklus. Prosedur perbaikan yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam beberapa kali tahapan yaitu Pra siklus, Siklus I dan Siklus II. Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart yang menggunakan sistem spiral refleksi yang terdiri dari beberapa siklus. Model Kemmis dan Mc Taggart dijelaskan dalam satu siklus terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu teknik tes dan non tes. Data yang diperolah berasal dari hasil belajar siswa dan interaksi siswa dan guru pada mata pelajaran IPS. Adapun teknik tes dan non tes terdiri dari: tes tertulis, observasi, dokumentasi, wawancara. Sedangkan alat pengumpul data yang digunakan di antaranya, tes, lembar observasi. Analisis data dalam penilitian yakni untuk memperoleh data kepastian apakah ada sebuah peningkatan atau penurunan mengenai aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Data yang dianalisis adalah data observasi aktivitas guru dan observasi aktivitas siswa. Penelitian tindakan kelas dapat dikatakan berhasil apabila ada kenaikan hasil belajar IPS siswa setelah dilakukan suatu tindakan dengan metode PQ4R. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Pra Siklus Pada tahap pra siklus, peneliti mengadakan tes awal di kelas. Selanjutnya peneliti langsung melakukan pengkoreksian terhadap lembar jawaban siswa untuk mengetahui hasil pada tes awal. Berdasarkan hasil tes awal, diperoleh hasil bahwa dari 20 siswa kelas V SDN 4 Cingebul yang mengikuti tes, 11 siswa atau 45% belum mencapai batas ketuntasan yaitu nilai 60, sedangkan yang telah mencapai batas tuntas yaitu memperoleh nilai ≥60 sebanyak 9 siswa atau hanya 55%. 2. Siklus I a. Perencanaan Sebelum memulai siklus 1 ada beberapa tahap perencanaan yaitu. : 1) Menyiapakan buku sumber 2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran siklus 1. 3) Evaluasi yang akan dilaksanakan setiap pertemuan ke 2 yaitu. 4) Menyiapakan lembar oservasi untuk guru dan siswa 5) Menyusun skenario pembelajaran PQ4R 11 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 6) Mengatur waktu pelaksanaan sesuai jadwal pelajaran IPS. 7) Menyiapkan alat peraga yaitu gambar-gambar b. Tindakan Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat yang terdiri dari tiga tahap kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir . 1) Kegiatan awal a) Guru memberikan salam pembuka b) berdoa, c) guru mengabsen siswa, d) guru memberikan apersepsi e) guru memberikan orientasi dengan nyampaikan tujuan pembelajaran f) guru memberikan motivasi kepada siswa 2) Kegiatan Inti a) kegiatan eksplorasi (1) siswa memperhatikan penjelasan guru (2) siswa mengamati bacaan dan media yang dipakai guru (3) guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok. b) kegiatan elaborasi (1) Guru memberikan bahan bacaan kepada siswa dan menginformasikan bagaimana menemukan ide pokok /tujuan pembelajaran yang hendak dicapai (tahap Preview) (2) Menginformasikan kepada siswa agar memperhatikan makna dari bacaan dan memberikan tugas kepada siswa untuk membuat pertanyaan dari ide pokok yang ditemukan dengan menggunakan kata apa,mengapa,siapa dan bagaimana (tahap Question) (3) Memberikan tugas kepada siswa untuk membaca dan menanggapi/menjawab pertanyaan yang telah disusun sebelumnya (tahap Read) (4) Menginformasikan matrei yang ada pada bahan bacaan ( tahap Reflect ) (5) Meminta siswa untuk membuat intisari dar seluruh pembahasan pelajaran yang di pelajari hari ini (tahap Recite ) (6) Menugasakan siswa membaca intisari yang dibuatnya dari rincian ide pokok yang ada dalam benaknya dan meminta siswa untuk membaca kembali bahan bacaan jika belum yakin dengan jawabanya ( Tahap Review ) 12 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 (7) Guru membimbing siswa saat melaksanakan aktivitasnya dengan metode PQ4R saat belajar kelompok (8) Siswa mnenyampaikan hasil diskusi yang dilaksanakan. c) kegiatan eksplorasi (1) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang dipelajari bersama siswa (2) guru memberikan penguatan kepada siswa; (3) memberikan kesempatan untuk mencatat hal-hal yang penting (4) memberikan tugas rumah (5) Guru melakuan evaluasi (6) Guru menyampaikan pesan moral kepada siswa (7) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan salam. Pada siklus 1 untuk mengetahui hasil belajar siswa peneliti memberikan evaluasi kepada siswa pada pertemuan ke 2. c. Hasil Observasi Pada tahap observasi, observer mengamati jalannya kegiatan belajar mengajar aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar di kelas. Data observasi aktivitas guru yang diperoleh masuk kedalam kategori baik dengan jumlah skor 27 dan prosentase 61%.Guru sudah mengalami peningkatan aktivitasnya daripada sebelum menggunakan model PQ4R walaupun hasilnya belum maksimal. Meskipun hasilnya masuk dalam katagori baik namun guru akan memperbaiki aktivitasnya pada siklus II. Hasil observasi siswa pada siklus I masuk dalam kategori baik dengan skor 13.Siswa melakukan aktifvitasnya sudah baik namun belum maksimal dalam siklus I. siswa masih sedikit kebingungan saat mengikuti pembelajaran dengan metode PQ4R. Aktivitas siswa akan di tingkatkan pada siklus II. Siswa yang tuntas belajar pada siklus 1 sebanyak 13 siswa sedangkan yang belum tuntas belajar sebanyak 7 siswa.Hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah dilakukan pembelajaran dengan metode PQ4R dari sebelumnya. Prestasi belajar yang ditunjukan pada siklus satu belum mencapai target ketuntasan yaitu 80% siswa tuntas belajar dengan nilai KKM 60. Berdasarkan hasil tersebut peneliti akan melakukan perbaikan pada siklus II. d. Refleksi Pada tahap refleksi peneliti melaksanakan tindakan untuk mencari dan menemukan kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran agar dapat berhasil dan mencapai indikator yang telah ditentukan. Kegiatan refleksi diadakan setelah 13 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 pembelajaran dengan melihat instrumen penilaian yang telah dibuat sebelumnya. Dari kekurangan dan hambatan yang ditemukan dalam pembelajaran inilah peneliti akan memperbaiki pembelajaran dengan melakukan perbaikan dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada siklus II. Berdasarkan hasil pengamatan observer tentang penggunaan strategi PQ4R pada siklus I masih ada aspek pengamatan pada observasi guru yang masih dikategorikan kurang sehingga perlu diperbaiki adalah pra pembelajaran kurangnya persiapan, belum maksimalnya penggunaan media, pemanfaatan waktu (waktu yang digunakan kurang), siswa belum terbiasa dan masih bingung dalam membuat intisari bacaan. Guru sebagai peneliti akan memperbaiki kekurangan tersebut dengan mempersiapkan pembelajaran dengan sebaik-baiknya dan menggunakan strategi PQ4R sesuai langkah-langkah yang ada agar dapat meningkatkan pembelajaran IPS dan mencapai skor sesuai dengan indikator penelitian yang telah ditentukan. Sedangkan untuk aspek siswa ketuntasan dan hasil nilai rata-rata kelas belum mencapai indikator keberhasilan sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam pembelajaran siklus I terdapat beberapa kendala antara lain: 1) buku paket yang kurang sesuai dengan jumlah siswa, sehingga satu buku paket digunakan untuk dua- tiga anak, 2) Penggunaan waktu yang kurang maksimal dikarenakan materi yang digunakan terlalu banyak sehingga menyita waktu yang cukup lama. Berdasarkan kendala maka peneliti akan merencanakan perbaikan pada siklus II antara lain 1) menyediakan buku sumber sejumlah siswa, 2) memberikan materi sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. 3. Siklus II a. Perencanaan Sebelum memulai siklus II tahapan hampir sama dengan siklus I tahap perencanaanya yaitu. : 1) Menyiapkan buku sumber 2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran siklus II. 3) Menyiapakan lembar oservasi untuk guru dan lembar evaluasi 4) Menyusun skenario pembelajaran PQ4R 5) Mengatur waktu pelaksanaan sesuai jadwal pelajaran IPS 6) Menyiapkan alat peraga yaitu Peta gambar usaha kegiatan ekonomi. b. Tindakan 14 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Siklus 2 pertemuan pertama dilaksanakan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat yang terdiri dari tiga tahap kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir . 1) Kegiatan awal a) Guru memberikan salam pembuka b) berdoa, c) guru mengabsen siswa, d) guru memberikan apersepsi e) guru memberikan orientasi dengan nyampaikan tujuan pembelajaran f) guru memberikan motivasi kepada siswa 2) Kegiatan Inti Pada tahapan ini merupakan tahap untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat sesuai dengan sekenario yang telah disusun dengan menerapkan strategi PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, and Review). Guru mengingat kembali materi sebelumnya dan menghubungkan dengan materi. Kemudian guru menyampaikan materi dengan media pembelajaran.Setelah itu guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.Setelah siswa paham guru membagi siswa kedalam 5 kelompok.Guru memberikan bahan bacaan kepada siswa kemudian meminta siswa membaca selintas dengan cepat pada masing-masing kelompok. Guru meminta siswa membuat pertanyaan dari materi dengan menggunakan kata apa, mengapa, siapa, dan bagaimana. Guru memberikan tugas untuk membaca buku sumber dan menanggapi pertanyaan yang telah disusun. Guru memberi informasi dengan media dan memberi kesempatan bertanya kepada siswa. Guru meminta siswa membuat intisari dari seluruh kegiatan pembelajaran. Guru menugaskan siswa membaca intisari dari seluruh kegiatan pembelajaran beserta kelompoknya. Guru dan siswa menyimpulkan hasil belajar pada materi tersebut.Siswa mengerjakan lembar evaluasi diakhir pelajaran.Kompetensi Dasar usaha kegiatan ekonomi. 3) kegiatan Penutup (1) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang dipelajari bersama siswa (2) guru memberikan penguatan kepada siswa; (3) memberikan kesempatan untuk mencatat hal-hal yang penting (4) memberikan tugas rumah (5) Guru menyampaikan pesan moral kepada siswa 15 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 (6) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan salam. c. Hasil Observasi Pada tahap observasi, observer mengamati jalannya kegiatan belajar mengajar aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar di kelas. Data observasi aktivitas guru siklus II yang diperoleh masuk kedalam kategori sangat baik dengan jumlah skor 37 dan prosentase 84%. Guru sudah mengalami peningkatan aktivitasnya dibandinkan dengan siklus I. Dengan hasil yang sangat baik guru tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya. Hasil observasi siswa pada siklus II masuk dalam kategori baik dengan skor 20.Siswa melakukan maksimal dalam siklus II.Siswa sudah benar-benar bias mengikuti dan merasa senang saat mengikuti pembelajaran dengan metode PQ4R.Aktivitas siswa tidak dilanjutkan lagi pada siklus berikutnya. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah dilakukan pembelajaran dengan metode PQ4R dari sebelumnya. Prestasi belajar yang ditunjukan pada siklus IIsudah mencapai target ketuntasan yaitu 80% siswa tuntas belajar dengan nilai KKM 60. Berdasarkan hasil tersebut peneliti tidak melanjutkan kesiklus berikutnya dan sudah berhasil melakukan perbaikan pembelajaran. d. Refleksi Siklus II Berdasarkan hasil pengamatan observer tentang penggunaan strategi PQ4R (observasi guru dan observasi siswa) dan pembelajaran IPS. Pada Siklus II Guru sebagai peneliti sudah cukup baik pada aspek pembelajaran dan berdasarkan pengamatan observer pada siswa sebagian besar siswa sudah baik dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan strategi belajar PQ4R hal ini ditunjukan dari pencapaian peningkatan aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar. Berdasarkan refleksi yang dilakukan peneliti baik hasil maupun selama proses pembelajaran berlangsung tidak ada kendala . Strategi PQ4R terbukti dapat meningkatkan pembelajaran IPS pada siswa kelas V di SD Negeri 4 Cingebul tahun pelajaran 2014/2015. 4. Pembahasan Hasil Penelitian a. Prestasi Hasil Belajar Dari hasil tes menunjukan peningkatan hasil belajar IPS pada pokok bahasan Usaha dan Kegiatan EkonomikelasV SDN 4 Cingebul, tes dilaksanakan selama dua siklus. Dari hasil tes evaluasi akhir siklus ini akan menunjukan prestasi hasil belajar siswa selama menggunkan metode PQ4R pada pembelajaran IPS. Berdasarkan analisis 16 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 data yang diperoleh dalam tes evaluasi selama siklus I dan siklus II diperoleh data dalam tabel berikut ini: Tabel 2. Pencapaian Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan II Indikator Pra Siklus Siklus I Siklus II Jumlah 1110 1210 1330 KKM 60 60 60 Siswa Tidak Tuntas 11 7 3 Siswa Tuntas 9 13 17 Nilai Tertinggi 80 90 90 Nilai Terendah 40 40 50 Jumlah Siswa 20 20 20 Rata-Rata Siklus 55,5 61 67 45% 65% 85% Ketuntasan Klasikal Siklus I Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan mulai tes awal, tessiklus I, sampai tes akhir siklus II. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata nilai siswa pada tes awal memperoleh 55,5 mengalami peningkatan pada siklus I dari 20 siswa memperoleh 61 (tessiklus I), dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 67 (tes akhirsiklus II). Peningkatan hasil belajar siswa juga dapat dilihat dari ketuntasan belajar dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan adalah 60. Terbukti pada hasil tes awal, dari 20 siswa, 20 siswa yang mengikuti tes, hanya ada 9 siswa yang tuntas belajar dan 11 siswa tidak tuntas belajar. Dengan persentase ketuntasan belajar 45%. Meningkat pada hasil tessiklus I, dari 20 siswa yang mengikuti tes, ada 13 siswa yang tuntas belajar dan 7siswa yang tidak tuntas belajar. Dengan persentase ketuntasan belajar 65%. Meningkat lagi pada hasil tes akhirsiklus II, dari 20 siswa yang mengikuti tes, 17 siswa tuntas belajar. Dengan persentase ketuntasan belajar 85%. Peningkatan ketuntasan belajar siswa dapat digambarkan pada diagram di bawah ini : 17 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 1 0.5 45% 85% 65% 0 pra siklus siklus I siklus II siklus 1 siklus ii Gambar 1. Grafik Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan II Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan Metode PQ4R dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Dari hasil wawancara dan melihat dokumentasi menunjukkan bahwa siswa merasa senang dengan PQ4R ini, karena siswa bisa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.Selain itu untuk memahami materi juga lebih mudah. Dengan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa lebih mudah memahami dari pada materi secara langsung atau hanya membaca dari buku. b. Pembahasan Observasi Guru Dari hasil observasi guru menunjukan adanya peningkatan kegiatan guru pada saat belajar IPS pada pokok bahasan Usaha dan Kegiatan Ekonomi kelas V SDN 4 Cingebul, selama dua siklus. Dari hasil observasi guru diakhir siklus ini, analisis data yang diperoleh dalam observasi selama siklus I dan siklus II diperoleh data dalam tabel berikut ini: Tabel 3. Pencapaian Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II Aspek Yang Diamati Skor Siklus I Skor Siklus II Guru mengkondisikan dan mengabsen. 3 3 Guru melakukan apersepsi dan motivasi. 2 3 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2 4 Menyampaikan materi. 2 4 Guru membentuk kelompok belajar. 3 3 Membimbing dan mengarahkan kelompok dalam 2 4 Meminta kelompok melaporkan hasil kerjanya 3 3 Menyimpulkan materi hasil kerja kelompok. 2 3 Memberi motivasi kepada siswa, 2 3 Memberikan penguatan materi pada siswa. 2 3 mengerjakan lembar pengamatan siswa 18 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Melakukan evaluasi. 4 4 Jumlah 27 37 Rata-rata 2,5 3,4 Prosentase 61% 84% Kriteria Baik Sangat Baik Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa observasi guru mengalami peningkatan mulai siklus I, sampai siklus II. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata aktivitas guru siklus I dari jumlah 20 siswa memperoleh 2,5 (siklus I), dan meningkat menjadi 37 dengan rata-rata 3,4 (akhir siklus II). Peningkatan observasi gurusiklus I, juga dapat diliahat dengan persentase 61%. Meningkat lagi pada akhir siklus II, dengan 84%. Peningkatan ketuntasan observasi guru dapat digambarkan pada diagram di bawah ini: Gambar 2. Grafik Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan aktivitas guru dalam penerapan metode PQ4R mengalami peningkatan menjadi sangat baik. Guru mampu melakukan aktivitasnya secara maksimal. c. Pembahasan Observasi Siswa Dari hasil observasi Siswa menunjukan adanya peningkatan kegiatan siswa pada saat belajar IPS pada pokok bahasan Usaha dan Kegiatan Ekonomi kelas V SDN 4 Cingebul, selama dua siklus. Dari hasil observasi siswa di akhir siklus ini, analisis data yang diperoleh dalam observasi selama siklus I dan siklus II diperoleh data dalam tabel berikut : 19 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Tabel 4. Pencapaian Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II No. Aspek Yang Diamati Skor Skor Siklus I Siklus II 1. Siswa duduk dengan tertib 2 3 2. Siswa menyimak penjelasan guru 2 3 3. Siswa aktif dalam pembelajaran 2 4 4. Siswa melakukan aktivitas PQ4R dgn baik 2 4 5. Siswa memaparkan hasil diskusi 2 3 6. Siswa mengerjakan soal evaluasi dgn mandiri 3 3 Jumlah 13 20 Rata-rata 2,2 3,3 Persentase Siklus 54% 83% Kriteria Baik Sangat Baik Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa observasi siswa mengalami peningkatan mulai siklus I, sampai siklus II. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata aktivitas Siswa siklus I dari jumlah 13 siswa memperoleh 2,2 (siklus I), dan meningkat menjadi 20 dengan rata-rata 3,3 (akhirsiklus II). Peningkatan observasi guru siklus I, juga dapat diliahat dengan persentase 54%. Meningkat lagi pada akhirsiklus II, dengan 83%. Peningkatan ketuntasan observasi Siswa dapat digambarkan pada diagram di bawah ini: Gambar 3. Grafik Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan II Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat di tarik kesimpulan: 1. Penerapan metode PQ4R pada materi Usaha dan Kegiatan Ekonomi dapat meningkatkan Hasil Belajar Siswa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V SD Negeri 4 20 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Cingebul. Hasil prestasibelajar mengalami peningkatan dari persentase ketuntasan 65% pada siklus I, menjadi 85% pada siklus II. 2. Nilai rata-rata kelas saat Pra Siklus 55,5 naik menjadi 61 pada Siklus I dan naik lagi 67 pada siklus II setelah Penggunaan strategi PQ4R mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi usaha dan kegiatan ekonomi di kelas V SDN 4 Cingebul kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2014/2015. Penerapan metode PQ4R pada materi Usaha dan Kegiatan Ekonomi dapat meningkatkan aktivita guru dan aktivitas Siswa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosialsiswa kelas V SD Negeri 4 Cingebul. Hasil aktivitas guru dan siswa mengalami peningkatan dari baik menjadi sangat baik. Saran Berdasarkan hasil penelitian peningkatkan hasil belajar IPS tentang Usaha dan Kegiatan Ekonomi dengan menggunakan strategi PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, and Review) pada siswa kelas V SD Negeri 4 Cingebul , maka saran-saran yang dapat diberikan sebagai berikut: 1. Bagi Siswa a. Sebaiknya untuk siswa agar dapat memperoleh hasil belajar maksimal siswa harus berkonsentarasi untuk memahami isi setiap materi bacaan agar lebih mudah mendapatkan hasil belajar yang maksimal. b. Sebaiknya siswa selalu menerapkan strategi belajar PQ4R untuk memahami sebuah materi bacaan . c. Sebaiknya siswa tidak hanya membaca materi dari buku paket disekolah, tetapi bisa memperoleh dari sumber yang lain. 2. Bagi Guru Untuk meningkatkan hasil belajar dan mengajar siswa untuk belajar mandiri Sebaiknya guru mencoba menerapkan strategi PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, and Review) untuk mata pelajaran. 3. Bagi Sekolah Untuk menunjang guru dalam menerapkan metode/model/tipe pembelajaran terutama strategi PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, and Review).Disarankan supaya sekolah dapat menyediakan media pembelajaran terutama buku paket yang sesuai dengan jumlah siswa serta sarana dan prasarana yang lengkap sehingga dapat digunakan guru dalam penunjang pembelajaran. 21 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Daftar Pustaka Arikunto.S, Dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Bahri, Syaiful & Zain, Aswan. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.Alma, Buchari. 2009. Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar, Bandung: Alfabeta, cet. II Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Kunandar.2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Prasada Nurhadi. 2011. Menciptakan pembelajaran IPS Efektif dan menyenangkan. Jakarta. Multi Kreasi Saru Delapan. Panut, Dkk. 2005. Dunia sains.Jakarta: Yudistira. Riadi,Muchlisin. 2013.Strategi membaca PQ4R.diperoleh tanggal 24 Oktober 2013 dari http://www.kajianpustaka.com/2013/01/strategi-membaca-pq4r.html#ixzz2glfubXB0 Sajimin,Wulandari S,Rahmadi D. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI kelas VI Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas. Sadiman LS & Amelia Shendi. 2009. Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI kelas VI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas. Sardiyo,sugandi Didih, Ischak. 2009. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Supriya. 2011. Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset Slameto, 2010. Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.Jakarta:Rineka Cipta. Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Prasada. Sudjana, N. 2009.Penilaian proses hasil belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suryosubroto, B. 1996. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. 22 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN STAD BERBANTUAN KOMIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERHITUNG PECAHAN KELAS VI SD NEGERI 3 CANDUK SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh : Driyatmo Pranowo, A.MA.PD NIP. 19610307 198201 1 006 Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, UPK Lumbir Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengoperasionalkan penjumlahan dan pengurangan dengan bantuan benda-benda kongkrit, juga diharapkan bermanfaat bagi siswa, peneliti, maupun orang tua murid. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian tindakan kelas terhadap siswa kelas VI SDN 3 Canduk sebanyak 27. Penggunaan model pembelajaran STAD berbantuan komik dalam kegiatan pembelajaran dimungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika kelasVI SD Negeri3 Canduk, dilaksanakan dua siklus, dengan acuan setiap siklus dilakukan sekali pertemuan pembelajaran. Sedang teknik pengumpulan data dengan pengambilan tes di akhir pembelajaran, serta menganalisis data kuantitatif menggunakan metode analitis deskritif komparatif, dengan membandingkan masing-masing siklus. Subyek penelitian siswa kelasVI SD Negeri3 Canduk dengan jumlah sebanyak 27 siswa. Hasil pelaksanaan menunjukkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran ini hasil belajar siswa menunjukkan ada kenaikan pada setiap tahapan siklus. Hal tersebut dapat diketahui dari adanya peningkatan dari kondisi awal siswa yang tuntas adalah 30%, pada saat siklus I menjadi 70%, sedangkan pada siklus II mencapai 85%. Kata kunci: Model Pembelajaran STAD Berbantuan Komik, Aktivitas dan Kemampuan Berhitung Pecahan Pendahuluan Pendidikan sebagai suatu proses mempunyai dua sisi yang saling berkaitan. Pendidikan bukan sekedar transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) tapi lebih kepada transfer normatif (transfer of values). Jadi tujuan akhir pendidikan adalah menciptakan manusia seutuhnya yang memiliki ilmu pengetahuan dan nilai-nilai iman taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Setelah diundangkannya Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kita selaku insan pendidikan harus mengacu pada aturan tersebut. Di dalam peraturan tersebut telah tertuang hal-hal sebagai berikut: Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, berkembangnya potensi peserta didik agar 23 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang menumbuhkan kemampuan seorang guru untuk melakukan pembelajaran secara keseluruhan. Dalam pembelajaran di kelas hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana guru dapat mengelola pembelajaran dengan baik sehingga siswa mampu memahami dan dapat memperoleh prestasi yang maksimal. Oleh karena itu guru dituntut dapat menangani kesulitan belajar yang dialami oleh siswa itu sendiri. Selain itu tenaga pendidikan dituntut mengenali kondisi belajar. Menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003 pasal 1, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan Undang-Undang No.20 tahun 2003 pasal 1 di atas, pendidikan adalah usaha yang dilakukan oleh guru melalui proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan tercapai jika proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sesuai dengan karakteristik siswa. Belajar sebagai proses manusiawi memiliki kedudukan dan peran penting, baik dalam kehidupan masyarakat tradisional maupun modern. Pengertian belajar yang cukup komprehensif diberikan oleh Bell Gredller (1986:1) dalam winataputra (2008: 1.5) menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam Competecies, skill, and attitude. Kemampuan (Competencies), ketrampilan (Skill), dan Sikap (Attitude) tersebut diperoleh secara bertahap mulai dari bayi sampai masa tua sebagai rangkaian belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses belajar itu dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan informal, formal dan nonformal. Kemampuan belajar inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Belajar sering juga diartikan sebagai penambahan, perluasan, dan pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap serta ketrampilan. Secara konseptual Fontana (1981) dalam Winataputra (2008:1.8) mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan yang dalam kemampuan yang bertahan lama bukan bagian dari pertumbuhan. Di sinilah peran guru sangat penting. Selain sebagai pengajar, juga sebagai pembimbing dan pendidik. Namun kenyataannya peran itu sering dilupakan. Pendidikan dan pengajaran dilakukan hanya sekedar pemberian informasi. Hal itulah yang membuat siswa merasa bosan, 24 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 sehingga pembelajaran tidak menarik minat siswa, dan akhirnya berdampak pada rendahnya prestasi belajar. Dari tujuan di atas dapat diambil makna bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa di sekolah hendaknya memberikan bekal berupa moral, sikap dan berbagai ketrampilan. Terlebih lagi di era globalisasi saat ini. Tanpa bekal yang cukup siswa tidak akan siap menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks. Pada pembelajaran Matematika terutama materi melakukan operasi hitung pecahan di kelas VI SD Negeri 3 Canduk masih dianggap sebagai konsep ilmu yang yang sulit di pahami walaupun materi tersebut telah dipelajari pada kelas sebelumnya. Hal ini dibuktikan oleh hasil belajar matematika pada materi tersebut rendah. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat dalam tebel berikut: Tabel 1. Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Pada Pra siklus No Ketuntasan Frekuensi Persentase 1 Tuntas 8 30 % 2 Belum Tuntas 19 69 % Rata-rata 62 Nilai Maksimal 80 Nilai Minimal 30 Rendahnya kemampuan berhitung pada materi tersebut karena penggunaan metode pembelajaran yang kurang sesuai. Dengan adanya metode ceramah yang dominan cenderung siswa bosan dan enggan terlibat aktif dalam pembelajaran. Perlu model, strategi atau metode pembelajaran yang sesuai agar siswa menguasai konsep tersebut. Ini merupakan tantangan bagi guru untuk memperbaikinya. Jangan hanya menyalahkan siswa saja namun guru harus mengintrospeksi dirinya, sudah sesuai atau belum proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Selain kemampuan berhitung aktivitas belajar siswa juga rendah. Dalam pembelajaran pada materi pecahan siswa yang aktif mengikuti pelajaran dengan baik hanya sekitar 30%. Sedangkan 70% masih kurang aktif dalam mengikuti pelajaran. Berdasarkan uraian di atas pembelajaran Matematika materi pecahan dianggap masih jauh dari kondisi ideal yang diharapkan. Ketuntasan belajar dalam berhitung hendaknya telah mencapai ketuntasan belajar minimal 85%. Selain itu, aktivitas belajar siswa juga harus mencapai keaktivan 85%. 25 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimana proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD berbantuan komik pada materi pecahan siswa Kelas VI SD Negeri 3 Canduk semester II tahun pelajaran 2014/2015?; (2) Bagaimana aktivitas belajar pada proses pembelajaran pecahan siswa Kelas VI SD Negeri 3 Canduk semester II tahun pelajaran 2014/2015 setelah diterapkan model pembelajaran STAD berbantuan komik?; dan (3) Bagaimana kemampuan berhitung pecahan siswa Kelas VI SD Negeri 3 Canduk semester II tahun pelajaran 2014/2015 setelah diterapkan model pembelajaran STAD berbantuan komik? Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran STAD berbantuan komik pada materi pecahan siswa Kelas VI SD 3 Canduksemester II tahun pelajaran 2014/2015; (2) Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pecahan siswa Kelas VI SD Negeri3 Canduk semester II tahun pelajaran 2014/2015 melalui model pembelajaran STAD berbantuan komik; dan (3) Untuk meningkatkan kemampuan berhitung pecahan siswa Kelas VI SD Negeri 3 Canduk semester II tahun pelajaran 2014/2015 melalui model pembelajaran STAD berbantuan komik. Dengan pelaksanaan penelitian Tindakan Kelas ini, guru memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman tentang Penelitian Tindakan Kelas, khususnya dengan menerapkan model pembelajaran STAD berbantuan komik pada siswa. Siswa dapat meningkatkan kemampuan berhitung pecahan dan mengikuti proses pembelajaran dengan perasaan senang, dan aktivitas belajar yang tinggi. Sekolah akan sangat diuntungkan dengan adanya perbaikan pembelajaran oleh guru melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan adanya pembelajaran yang inovatif akan meningkatkan aktivitas belajar anak yang akan bermuara pada peningkatan prestasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa tersebut akan mempengaruhi prestasi sekolah secara umum. Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas VI SDN 3 Canduk, Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas. Adapun dipilihnya kelas tersebut sebagai tempat penelitian karena (a) Peneliti adalah guru kelas VI SDN 3 Canduk sehingga memudahkan proses penelitian dan (b) Ada kesesuaian antara metode yang dipilih dengan karakteristik siswa Kelas VI SD. Penelitian dilakukan selama 3 bulan, dimulai bulan Januari dan berakhir bulan Maret 2015. Subjek penelitian adalah siswa Kelas VI SDN 3 Canduk, Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas sejumlah 27 siswa dengan distribusi siswa laki-laki 16 siswa dan siswa perempuan ada 11 siswa laki-laki. 26 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data utama dan data pendukung. Sumber utama adalah nilai hasil ulangan tentang kemampuan berhitung pecahan, hasil pengamatan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Sedangkan data pendukung adalah pengamatan kegiatan guru oleh observer. Pada penelitian ini, data dikumpulkan dengan melalui tes, observasi dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah berupa lembar tes tertulis meliputi pilihan ganda, isian, dan uraian terbatas. Lembar pengamatan digunakan sebagai pedoman mengamati aktivitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal yang diamati adalah sikap kerjasama dalam kelompok, kemampuan mempresentasikan hasil diskusi, dan semangat mengikuti PBM. Dalam penelitian ini tes dikatakan valid jika mengukur kemampuan hitung pecahan. Pada proses pembelajaran (observasi) validitas data diperoleh melalui pengamatan saat pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan untuk melihat sejauh mana peningkatan aktivitas belajar siswa. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus. Hasil Penelitian danPembahasan Deskripsi kondisi awal 1. Proses Pembelajaran Pada proses pembelajaran pra siklus guru masih menggunakan metode mengajar yang konvensional. Metode mengajar yang digunakan masih dominan metode ceramah sehingga pemahaman siswa terhadap materi operasi hitung pecahan rendah. Aktivitas belajar siswa juga rendah, ada siswa yang sering keluar, mengantuk, dan bermain sendiri dengan temannya. Melihat kondisi siswa yang demikian guru juga kurang bersemangat dalam mengajar. Suasana pembelajaran di kelas juga kurang kondusif. 2. Kemampuan Berhitung Kemampuan berhitung Matematika siswa kelas VI terutama pada materi operasi hitung pecahan masih rendah. ketuntasan belajar masih rendah terbukti siswa yang mampu berhitung baru 9 anak dari jumlah keseluruhan 27 siswa. Nilai tertinggi 80, terendah 30 dan nilai ratarata siswa juga baru mencapai nilai 54. Dengan hasil belajar yang demikian maka perlu diadakan tindakan untuk memperbaikinya. Deskripsi tiap siklus 1. Hasil Penelitian siklus I a. Proses Pembelajaran 27 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Siklus I terdiri dari dua pertemuan yang dilaksanakan pada hari Selasa, 3 Februari 2015 dan Sabtu 6 Februari 2015. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian siklus I ini berjalan sesuai apa yang telah direncanakan. Pada pertemuan I dan II difokuskan pada pelaksanaan diskusi menggunakan media LKS berbentuk komik. Observer mengamati segala tindakan yang dilakukan oleh guru dan siswa. Observasi dilakukan oleh teman sejawat yang bernama Ibu Nurmiati Antari, S. Pd. Pengamatan dilakukan pada pertemuan pertama dan kedua. Pengamat mengambil posisi di belakang kelas. Berdasarkan lember observasi yang digunakan, aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan. Hampir semua indikator pengamatan tampak dilakukan oleh guru maupun siswa. Penilaian dilakukan secara kualitatif melalui pengamatan oleh observer. b. Kemampuan berhitung siswa Kemampuan berhitungsiswa pada siklus I telah dianalisis dengan tingkat ketuntasan seperti terlihat dalam tabel 2 berikut: Tabel 2. Kemampuan Berhitung Matematika Siklus I siswa kelas VI SDN 3 Canduk Semester II 2012/2013 No Kemampuan Berhitung Jumlah Siswa Jumlah Persentase 1 Mampu 19 70 % 2 Belum Mampu 8 30 % Jumlah 27 100 % c. Refleksi Berdasarkan hasil evaluasi tes formatif pada Pra Siklus dan Siklus I pertemuan ketiga dapat dilihat adanya peningkatan. Perbandingan kemampuan berhitung siswa dapat dilihat pada tabel 3 berikut: Tabel 3. Perbandingan Kemampuan berhitung Kondisi Awal dan Siklus I No Kemampuan Kondisi Awal Siklus I berhitung Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 Mampu 8 30 % 19 70 % 2 Belum Mampu 19 70 % 5 30 % Jumlah 16 100 % 16 100 % 28 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Berdasarkan pengamatan pada pembelajaran Pra Siklus dan Siklus I dapat dilihat adanya peningkatan aktivitas belajar siswa. Perbandingan aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4 berikut: Tabel 4. Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa Kondisi Awal dan Siklus I No Aktivitas Siswa 1 Kondisi Awal Siklus I Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Sangat 7 44 % 13 82 % Kurang Aktif 9 56 % 3 18 % Jumlah 16 100 % 16 100 % Aktif dan Aktif 2 Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar dan kemampuan berhitung siswa dari pra siklus ke siklus I. Terjadi persentase ketuntasan belajar siswa, ratarata kemampuan berhitung siswa dan nilai tertinggi yang diperoleh siswa juga meningkat. Ketuntasan belajar siswa telah mencapai 69%. Perlu dilanjutkan pada siklus II karena belum mencapai ketuntasan belajar sesuai dengan indikator kinerja. Adapun refleksi dari pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut: a. Masih ada beberapa siswa yang belum bersungguh-sungguh dalam mengikuti diskusi dalam model pembelajaran STAD berbantuan komik. b. Guru belum merata pada semua kelompok dalam membimbing diskusi. c. Baru ada satu siswa yang mampu menyimpulkan materi pelajaran ketika diminta oleh guru. d. Hasil belajar siswa berupa kemampuan berihitung belum ideal sesuai dengan indikator kinerja. 2. Hasil Penelitian Siklus II a. Proses Pembelajaran Siklus II terdiri dari tiga pertemuan yang dilaksanakan pada Selasa, 5 Februari 2013, Selasa 10 Februari 2015 dan Sabtu 14 Februari 2015. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian siklus II ini berjalan sesuaiapa yang telah direncanakan. Pada pertemuan I dan II difokuskan pada pelaksanaan diskusi menggunakan media LKS berbentuk komik dengan karakter yang berbeda dari siklus I agar siswa tidak bosan. Penggunaan diskusi melalui model pembelajaran STAD juga lebih diintensifkan daripada siklus I. Pada siklus II ini siswa yang pandai benarbenar mentransfer ilmunya pada teman satu kelompoknya saat diskusi. 29 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Observasi dilakukan oleh teman sejawat yang bernama Lagiyem, S. Pd. Pengamatan dilakukan pada pertemuan pertama dan kedua. Pengamat mengambil posisi di belakang kelas. Berdasarkan lembar observasi yang telah diisi, diperoleh data bahwa kondisi kelas lebih kondusif dibandingkan dengan siklus I. siswa tampak antusias mengikuti proses pembelajaran. Peneliti juga lebih lancar dalam menyampaikan materi. b. Kemampuan Berhitung Siswa Kemampuan berhitung siswa pada siklus II telah dianalisis dengan tingkat ketuntasan seperti terlihat dalam tabel 5 berikut: Tabel 5. Kemampuan Berhitung Matematika Siklus II siswa kelas VI SDN 3 Canduk Semester II 2012/2013 No Kemampuan Berhitung Jumlah Siswa Jumlah Persentase 1 Mampu 23 85 % 2 Belum Mampu 4 15 % Jumlah 27 100 % Rata-rata nilai siswa juga mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Untuk lebih lengkapnya dapat kita lihat dalam Tabel 5 berikut: Tabel 5. Hasil Nilai Siswa Siklus II No Uraian Nilai 1 Nilai Tertinggi 100 2 Nilai Terendah 50 3 Nilai Rata-rata 77 c. Refleksi Berdasarkan hasil evaluasi tes formatif pada Pra Siklus dan Siklus I pertemuan ketiga dapat dilihat adanya peningkatan. Perbandingan kemampuan berhitung siswa dapat dilihat pada tabel 6. berikut: Tabel 6. Perbandingan Kemampuan berhitung Siklus I dan Siklus II No Kemampuan Siklus I Siklus II berhitung Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 Mampu 19 70 % 23 85 % 2 Belum mampu 8 30 % 4 15 % Jumlah 27 100 % 27 100 % 30 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Untuk lebih jelasnya kemampuan berhitung dapat kita lihat dalam grafik berikut: Gambar 1. Grafik Perbandingan Kemampuan berhitung Siklus I dan Siklus II c. Pembahasan Tiap dan Antar Siklus Berdasarkan hasil penelitian dan tindakan yang telah dilaksanakan dapat dinyatakan cukup berhasil. Penerapan model pembelajaran STAD berbantuan komik dianggap dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan berhitung siswa kelas VI SD Negeri 3 Canduk. Karena dari masing-masing pertemuan ada peningkatan kemampuan berhitung siswa dilihat dari tes formatif yang telah dilaksanakan. Hal tersebut akan dianalisis dalam pembahasan berikut: 1. Pembahasan Siklus I Hasil tindakan pembelajaran pada pembelajaran siklus I berupa hasil tes formatif. Berdasarkan hasil observasi akan diperoleh keterangan sebagai berikut: a. Proses Pembelajaran Siklus I Pada proses pembelajaran siklus I guru dalam menerapkan model pembelajaran STAD berbantuan komik guru masih ragu-ragu dan belum menerapkan langkah-langkahnya dengan benar. Penguasaan materi juga dirasa masih kurang. Sudah ada perubahan pada perilaku siswa walaupun masih ada siswa yang bermain sendiri. b. Kemampuan Berhitung Hasil nilai tes formatif menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai 65 keatas atau yang mencapai ketuntasan belajar adalah 19 orang siswa atau baru 70 %, sedangkan yang belum tuntas masih 8 orang atau 30 %. Terhadap siswa yang belum mengalami ketuntasan akan diberikan kesempatan untuk memperbaiki nilainya pada siklus II. Berdasarkan refleksi dari siklus I terjadi peningkatan kemampuan berhitung siswa melalui penerapan model pembelajaran STAD berbantuan kimik.Terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa yang semula hanya 35 % menjadi 68 %. Hal ini 31 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 dikarenakan masih banyak siswa yang belum mengetahui maksud diskusi dan tidak dapat melaksanakannya dengan baik. Dituntut bimbingan yang sabar dari guru untuk memperbaiki kondisi tersebut. Pada siklus ini dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran belum berhasil Karena ketuntasan belajar belum mencapai 85%. Hal ini disebabkan karena penerapapan model pembelajaran STAD berbantuan komik pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti belum maksimal. c. Aktivitas Belajar Siswa Aktivitas belajar siswa juga mengalami peningkata. Dari hasil observasi terhadap siswa terdapat temuan-temuan yang bersifat positif yaitu antara lain terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa. pada pertemuan kedua siswa telah aktif dan terlibat dalam diskusi. Peningkatan aktivitas siswa tersebut dikarenakan adanya media komik yang menarik perhatian siswa. 2. Pembahasan Siklus II Hasil tindakan pembelajaran pada pembelajaran siklus II berupa hasil tes formatif. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer maka dapat diterangkan pada bagian di bawah ini. a. Proses Pembelajaran Segala kekurangan yang terjadi pada siklus I telah diperbaiki pada siklus II. Hasil pembelajaran yang telah dilakukan guru dalam menerapkan model pembelajaran STAD berbantuan komik mata pelajaran Matematika materi pecahan menunjukkan adanya peningkatan. Diskusi pada siklus II lebih ditekankan pada peran siswa yang pandai agar mentransfer ilmunya pada siswa yang kurang pandai. Sebagian siswa juga sudah aktif bertanya jika mengalami kesulitan. LKS yang disediakan oleh guru juga telah dikerjakan dengan baik oleh siswa. bahkan siswa pada kelompok tertentu sangat cepat mengerjakan LKS tersebut. Siswa menganggap materi tidak terlalu sulit karena mereka telah mendapatkan penjelasan yang cukup dari guru, selain itu juga ada transfer pengetahuan antar siswa dalam diskusi. b. Kemampuan Berhitung Hasil tes dari siklus II menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai 65 keatas adalah 23 orang siswa atau 85 %. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang mencapai ketuntasan belajar talah mencapai 85 %, sedangkan yang belum tuntas tinggal 15 %. Terhadap 1 siswa yang belum mencapai ketuntasan 32 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 diberikan program remidial yang nantinya akan dipergunakan untuk memperbaiki nilai tes formatif. Perlu penanganan khusus oleh guru terhadap 1 anak yang memang pada dasarnya termasuk siswa yang kurang pandai. Siswa tersebut memang mempunyai kemampuan kurang pada hampir semua mata pelajaran. Hasil dari siklus I dan siklus II terjadi perubahan yang signifikan. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari yang semula hanya 70 % pada siklus I menjadi 85 % pada siklus II. c. Aktivitas Siswa Aktivitas guru dan siswa juga mengalami kemajuan yang menggembirakan karena pada siklus II Nampak guru dan siswa telah siap melakukan aktivitas berupa pembelajaran yang menyenangkan. Pada pelaksanaan siklus II aktivitas siswa telah mencapai 94%. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dan tindakan yang telah dilaksanakan dapat dinyatakan cukup berhasil. Penerapan model pembelajaran STAD berbantuan komik dianggap dapat meningkatkan kemampuan berhitung siswa kelas VI SDN Gulangponge 01. Karena dari masing-masing pertemuan ada peningkatan kemampuan berhitungsiswa dari tes formatif yang telah dilaksanakan. Pada observasi awal, pembelajaran Matematika terutama materi melakukan operasi hitung pecahan di kelas VI SD Negeri 3 Canduk masih dianggap sebagai konsep ilmu yang yang sulit di pahami walaupun materi tersebut telah dipelajari pada kelas sebelumnya. Hal ini dibuktikan oleh hasil belajar matematika pada materi tersebut rendah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, hasil belajar yang meningkat disebabkan oleh beberapa faktor seperti : 1. Meningkatnya aktivirtas pembelajaran (baik guru dan siswa) 2. Penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan karakter anak usia sekolah dasar. 3. Media pembelajaran yang digunakan 4. Motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajan. Pada penelitian ini, media yang digunakan adalah media komik. Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri (Wikipedia, 2012). 33 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Perlu diketahui bersama, bahwa anak usia sekolah dasar sangat menyukai dengan beberapa jenis komi dan salah satunya adalah ipin dan upin. Dengan adanya motivasi siswa terhadap media yang telah disediakan peneliti (guru) maka hasil belajar siswa juga ikut meningkat. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Peneliti telah melakukan penelitian untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan berhitung siswa kelas VI SD Negeri 3 Canduk Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas pada Mata Pelajaran Matematika materi Operasi hitung pecahan. Dari semua tindakan yang peneliti ambil dalam penelitian ini dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Terbukti proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Student Team Achivement Division (STAD) berbantuan komik terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa. 2. Terbukti model pembelajaran Student Team Achivement Division (STAD) berbantuan komik dapat meningkatkan kemampuan berhitung pada materi operasi hitung pecahan pada siswa kelas VI SD N 3 Canduk Tahun 2014/2015. 3. Terbukti model pembelajaran Student Team Achivement Division (STAD) berbantuan komik dapat meningkatkan aktivitas belajar pada materi operasi hitung pecahan pada siswa kelas VI SD N 3 Canduk Tahun 2014/2015. Saran Dengan adanya uraian dari simpulan di atas maka penulis ingin memberikan saran kepada berbagai pihak antara lain: 1. Bagi guru Guru diharapkan untuk membiasakan diri dalam melakukan inovasi pembelajaran. Dengan keberhasilan penerapan model pembelajaran Student Team Achivement Division (STAD) berbantuan komik maka guru diharapkan menerapkan model pembelajaran STAD. Dengan adanya inovasi pembelajaran melalui PTK, guru juga akan mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan penelitian terutama Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 2. Bagi siswa Bagi siswa hendaknya dalam mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran Student Team Achivement Division (STAD) berbantuan komik dapat bersungguhsungguh agar meningkatkan kemampuan berhitungnya. Siswa diharuskan mengikuti 34 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 pembelajaran dengan aktivitas belajar yang tinggi. Aktivitas belajar hendaknya ditingkatkan ketika sedang berdiskusi dengan temannya. 3. Bagi Sekolah Sekolah hendaknya memberikan kemudahan berupa penyediaan prasarana pembelajaran yang memadai bagi para guru yang akan melakukan inovasi pembelajaran. Terutama bagi guru yang akan melakukan penelitian menggunakan model pembelajaran Student Team Achivement Division (STAD) menggunakan media komik karena terbukti dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Daftar Pustaka Agus Suprijono. 2012. Model Pembelajaran STAD. http://elnicovengeance.wordpress.com /2012/09/1/model-pembelajaran-stad-student-team-achievement-divisions/ Anni. 2004. Pengertian Aktivitas Belajar.http://www.lintasberita.com/lifestyle/pendidikan. Diakses Maret 2013. Arindawati. 2004. Model Pembelajaran Student Team Achievement Division. Http://www.Scrbd.com. Diakses 1 November 2012. Dian Mahsunah, dkk. 2012. Bahan Ajar Pendidikandan Latihan Profesi Guru (PLPG) Sertifikasi Guru dalam Jabatan 2012. Semarang: IKIP PGRI. Hasarudin Hafid. 2011. Skripsi Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Makassar: Universitas Negeri Makassar. Muhsetyo Gatot. 2008. Pembelajaran Matematika Di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Mujianto Paulus. 2008. Model-model Pembelajaran Yang Efektif. Semarang: Depdiknas. Roestiyah. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD http://www.sarjanaku.com /2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.htmldiaksestanggal 25 Oktober 2012 Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Sukardi. 2008. Pengertian Validitas dan Reliabilitas. http://www.binham. wordpress.com/2012/01/07/validitas-reliabilitas-instrumen-evaluasi/ Susanto. 2011. Pengertian Ketrampilan Berhitung. http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/14/jhptump-a-herniratmi-670-2-babii.pdf Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Winata Putra Udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Tim LPMP. 2007. Model-model pembelajaran matematika. Semarang: LPMP Jawa Tengah. ___________, Pengertian Media Komik. http://www.wikipedia.com ___________, PengertianAktivitasBelajar. http://www. mugironiggi.blogspot.com 35 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 36 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 PENERAPANN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN OPERASI HITUNG CAMPURAN SISWA KELAS II SDN KALIKEMBANG TAHUN 2016 Oleh : Sunarya, S.Pd. NIP. 19630301 198803 1 020 Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, UPK Lumbir Abstrak Pembelajaran matematika yang dilaksanakan di SD Negeri Kalikembang belum menunjukkan adanya hasil yang optimal. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan, diperoleh data bahwa 58% siswa kelas II belum mencapai ketuntasan belajar. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran quantum teaching pada pembelajaran matematika khususnya di SD Negeri 1 Kalikembang. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika kelas II SD Negeri 1 Kalikembang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Teknik pengumpulan data dengan pengambilan tes di akhir pembelajaran, serta menganalisis data kuantitatif menggunakan metode analitis deskriptif komparatif, dengan membandingkan masing-masing siklus. Subyek penelitian siswa kelas II SD Negeri 1 Kalikembang tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah sebanyak 19 siswa. Hasil pelaksanaan menunjukkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran quantum teaching hasil belajar siswa menunjukkan ada kenaikan pada setiap tahapan siklus. Hal tersebut dapat diketahui dari adanya peningkatan dari kondisi awalsiswa yang belum tuntas ada 58 % (11siswa) atau sebanyak 42 % (8 siswa) siswa sudah tuntas, kemudian siklus I sebanyak 32 % siswa belum tuntas (6 siswa) atau 68 % ( 13 siswa) sudah tuntas dan hasil siklus II sebanyak 16 % siswa belumt untas (3 siswa) atau 84 % (16 siswa) siswa sudah tuntas. Kata kunci: Model pembelajaran quantum teaching, Hasil Belajar Pendahuluan Pendidikan merupakan usaha dan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Usaha peningkatan mutu pendidikan dilaksanakan dengan berbagai cara, mulai dari orang tua yang berperan sebagai pendidik pertama dalam keluarga yang bertugas memberi bekal untuk mempersiapkan anak menghadapi masa depan dan lingkungan sekitarnya. Selain orang tua, Negara pun turut berperan dalam mengembangkan pendidikan seperti tertuang dalam tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tersurat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa (2001 : 97). 37 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Hal ini didasarkan pada Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang mengamanatkan penyusunan kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di satuan pendidikan sekolah. KTSP disusun mengacu pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan serta berpedoman pada panduan yang telah disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006:103). Penyusunan KTSP oleh sekolah diharapkan memberikan dampak positif karena rancangan KTSP dibuat dengan penyesuaian situasi dan kondisi masing–masing sekolah. Bagian yang tidak kalah penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah tenaga pengajar atau guru. Setiap guru di sekolah dasar mempunyai tugas dan kewajiban untuk mewujudkan tujuan sekolahnya masing–masing. Salah satu tugas utama guru adalah membangkitkan motivasi belajar peserta didik, antara lain dengan penggunaan suatu media dalam pelaksanaan pembelajaran. Penggunaan media akan membantu kelancaran, efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan. Bukankah bahan pelajaran yang manipulatif dalam bentuk media pengajaran akan menjadikan anak seolah sedang bermain asik dan bekerja dengan suatu media itu akan lebih menyenangkan. Dan sudah tentu pengajaran akan menjadi benar– benar bermakna (meaningfull). Media merupakan salah satu komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pengembangan sistem pengajaran yang sukses. Seorang guru sekolah dasar tentu saja harus dapat menetapkan media yang paling tepat dan sesuai untuk tujuan tertentu, penyampaian bahan tertentu,suatu kondisi belajar peserta didik dan untuk suatu penggunaan strategi atau metode yang telah dipilih. Berbagai jenis media pengajaran penting diketahui guru dan tentu saja lebih baik lagi jika guru mengembangkan kemampuan untuk membuat variasi pada media yang sudah ada. Pembelajaran matematika sering dianggap sulit dan membosankan bagi siswa sehingga hasil belajar siswa cenderung berkurang. Hal ini ditandai dengan nilai hasil evaluasi mata pelajaran Matematika yang masih rendah pada siswa kelas II SD Negeri Kalikembang. Siswa yang memperoleh nilai baik cenderung hanya sebagian saja. Melihat kenyataan yang sering dihadapi di dalam kelas khususnya di kelas rendah, tingkat pemahaman anak terhadap suatu konsep perkalian masih rendah. Khususnya siswa kelas II, anak masih banyak mengalami kesulitan dalam berhitung perkalian. Berdasarkan pengamatan di SD Negeri KalikembangUPK Kemranjen, pembelajaran keterampilan 38 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 berhitung perkalian dengan cara memanipulasi atau menjumlahkan sebanyak bilangan tersebut. Setiap guru mengharapkan agar setiap ilmu pengetahuan yang ia ajarkan dapat dimengerti, diterima dan dikuasi oleh siswanya dengan baik. Agar harapan setiap guru untuk menuju keberhasilan mengajar tercapai, maka guru harus memiliki kecakapan dan keterampilan dalam menyajikan pelajaran kepada siswanya. Dalam kegiatan proses belajar mengajar, metode mengajar memiliki peranan yang dapat mendukung keberhasilan seorang guru dalam mengajar. Metode merupakan salah satu pendukung utama keberhasilan mengajar. Oleh karena itu, seorang guru perlu memilih metode mengajar yang bisa memacu keberhasilan belajar siswa, salah satunya adalah metode bermain. Metode bermain dalam hal ini yaitu metode keterampilan berhitung dengan mencari pasangan atau metode Make a Match. Untuk itu kami mengambil judul: “Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika tentang Hitung Perkalian melalui Metode Make a Match pada Semester Genap di Kelas II SD Negeri KalikembangUPK Kemranjen Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2014/2015”. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimanakah alat peraga dan metode Make a Match dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri KalikembangUPK Kemranjen Kabupaten Banyumas ? dan (2) Bagaimanakah alat peraga dan metode Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri KalikembangUPK Kemranjen Kabupaten Banyumas ? Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Penggunaan alat peraga untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri KalikembangUPK Kemranjen Kabupaten Banyumas dan (2) Untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri KalikembangUPK Kemranjen Kabupaten Banyumas menggunakan metode Make a Match. Manfaat penelitian ini bagi siswa di antaranya adalah untuk meningkatkan prestasi khususnya konsep hitung perkalian pada mata pelajaran Matematika; agar siswa bisa lebih kreatif, menarik dan bermakna; dan mendapat pengalaman yang berharga dengan berani menjawab pertanyaan di depan kelas. Bagi guru, penelitian dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran guna mencapai ketuntasan belajar bagi siswa; menghidupkan suasana pembelajaran yang lebih menarik; dapat kepuasan dari hasil belajar siswa yang meningkat; dan mendapat pengalaman 39 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 dalam situasi pembelajaran yang berbeda. Selain itu, penelitian ini dapat meningkatkan prestasi belajar pada tingkat sekolah dan meningkatkan profesionalisme guru khususnya dalam pembelajaran Matematika. Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Kalikembang UPK Kemranjen Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Jika pada pelaksanaan siklus 1 indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini belum tercapai, maka dilakukan perbaikan untuk siklus berikutnya. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif persentase. Analisis data diperoleh dari data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif akan dianalisis dalam bentuk deskripsi dari data angka hasil tes formatif dan rekapitulasi silus pertama dan kedua. Hasil Penelitian dan Pembahasan Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Siklus Pertama Siklus pertama dilaksanakan satu kali pertemuan yaitu pada tanggal 4 Maret 2015. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas II SD Negeri Kalikembang UPK Kemranjen Kabupaten Banyumas dengan jumlah siswa 18 yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. a. Perencanaan 1) Peneliti menyiapkan RPPP, LKS, lembar observasi, dan lembar evaluasi. 2) Peneliti menyiapkan sumber belajar. 3) Peneliti menyiapkan alat peraga tabel perkalian dan lidi yang berjumlah 50. 4) Siswa mengerjakan LKS. 5) Peneliti dan observer melakukan observasi. 6) Siswa bersama guru mencocokkan hasil kerja siswa. 7) Siswa mengerjakan tes formatif. b. Pelaksanaan 1) Kegiatan Awal a) Menyiapkan anak-anak kelas II SD negeri Kalikembang. b) Berdoa bersama. 40 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 c) Presensi siswa. d) Peneliti melakukan tes penjajagan dengan memberikan pertanyaan kepada siswa. e) Memberikan apersepsi kepada siswa. f) Sebelum proses pembelajaran inti dimulai, peneliti memberikan penjelasan singkat tentang tujuan pembelajaran matematika. 2) Kegiatan Inti a) Mengkondisikan siswa. b) Menentukan tujuan pembelajaran. c) Berkomunikasi dengan siswa. d) Menjelaskan materi pembelajaran secara verbal dan sistematik dengan menggunakan alat peraga dan metode Make a Match. e) Mengamati proses pembelajaran dan hambatan yang muncul. f) Memberikan beberapa soal latihan dan mencocokkan secara klasikal bersama siswa. 3) Kegiatan Akhir Pada kegiatan akhir peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas dari materi pembelajaran, menyimpulkan materi pembelajaran, mencatat hal-hal penting, melakukan evaluasi, dan mengakhiri pembelajaran dengan berdoa. c. Pengamatan Pengamatan dilakukan oleh observer selama proses pembelajaran menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Pengamatan dilakukan terhadap proses dan hasil penerimaan oleh siswa. Hasil observasi digunakan untuk mengadakan refleksi dan menyusun tindakan berikutnya. Berdasarkan data hasil belajar, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat ditinjau dari rata-rata secara klasikal dan persentase ketuntasan siswa dalam belajar. Berdasarkan rata-rata klasikal, dapat diketahui bahwa ratarata pada saat kegiatan pra siklus adalah 66 dan setelah diberi tindakan menjadi 75. Dari data tersebut berarti peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar 9%. Selain itu, ditinjau dari ketuntasan klasikal, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa meningkat secara drastis. Pada saat kondisi awal, persentase ketuntasan sebesar 39% dan pada siklus I meningkat menjadi 67%. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 28%. 41 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Selain data hasil belajar, diperoleh juga data aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang aktif dalam belajar mengalami peningkatan. Pada kondisi awal, siswa yang dikategorikan aktif sebanyak 5 siswa atau 28%. Sementara itu, setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 11 siswa atau 61% siswa dikategorikan sangat aktif. Peningkatan persentase keaktifan siswa pada siklus I adalah sebesar 39%. d. Refleksi Hasil pembelajaran siklus pertama masih kurang optimal karena hanya mampu meningkatkan jumlah siswa pada tingkat kemampuan baik sekitar 28% dan jumlah siswa yang berkemampuan kurang masih cukup banyak. Untuk itu peneliti berkoordinasi dengan observer yang menghasilkan kesimpulan bahwa tindakan perbaikan masih perlu dilanjutkan pada pembelajaran siklus ke dua guna meningkatkan kemampuan siswa. Selain itu, pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I belum mencapai indikator penelitian yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya. Siklus kedua Siklus kedua dilaksanakan satu kali pertemuan yaitu pada tanggal 17 Maret 2015. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas II SD Negeri KalikembangUPK Kemranjen Kabupaten Banyumas dengan jumlah siswa 18. a. Perencanaan Perencanaan dilakukan lebih matang, sistematis dan terarah dengan persiapan alat peraga dan metode pembelajaran dan sarana prasarana lainnya dengan lebih baik. Berdasarkan refleksi pada siklus pertama, maka peneliti menyusun kembali RPPP beserta skenario tindakan dan lembar observasi pada pembelajaran pada siklus kedua. b. Pelaksanaan 1) Kegiatan Awal Kegiatan awal pada siklus kedua hampir sama dengan siklus pertama. Tindakan yang dilakukan peneliti meliputi: Memberikan salam, Mengajak siswa berdo’a bersama, Mengecek kehadiran siswa, Memberikan tes penjajagan, memberikan apersepsi kepada siswa dan pemberian acuan. 2) Kegiatan Inti Kegiatan inti dilaksanakan pada siklus kedua juga hampir sama dengan yang dilaksanakan pada siklus pertama, hanya lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan keaktifannya dan pemahaman siswa dalam menghitung 42 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 perkalian. Dengan cara memberikan soal yang lebih kompleks dan penggunaan metode yang lebih menarik. 3) Kegiatan Akhir Pada kegiatan akhir peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas dari materi pembelajaran, menyimpulkan materi pembelajaran, mencatat hal-hal penting, melaksanakan evaluasi, dan mengakhiri pembelajaran dengan berdoa. c. Observasi Pengamatan kembali dilakukan oleh observer selama proses pembelajaran menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Pengamatan dilaksanakan terhadap proses pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kegiatan pembelajaran siklus II, diperoleh data tentang aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Aktivitas siswa dalam mengiukuti pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Untuk lebih jelas peningkatan aktivitas belajar siswa dapat diperhatikan pada tabel berikut. Tabel 1. Data tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran Pra Siklus Siklus I Keaktifan Juml siswa Persentase rendah 7 39 sedang 6 33 tinggi 5 28 rendah 4 22 sedang 3 17 tinggi 11 61 rendah Siklus II 0 sedang 3 17 tinggi 15 83 Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa tingkat keaktifan siswa pada setiap siklus selalu mengalami kenaikan yaitu: 1. Pada pra siklus siswa yang keaktifannya rendah 39%, keaktifan sedang 33%, dan keaktifan tinggi 28%. 2. Pada siklus 1 siswa yang keaktifannya rendah 22%, keaktifan sedang 17%, dan keaktifan tinggi 61%. 43 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 3. Pada siklus 2 siswa yang keaktifannya rendah 0%, keaktifan sedang 17%, dan keaktifan tinggi 83%. Meningkatnya aktivitras siswa dalam kegiatan pembelajaran membawa dampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah anak yang tuntas belajar selalu mengalami kenaikan, yaitu: 1. Pada pra siklus, jumlah siswa tuntas belajar hanya 7 dari 18 siswa, atau tingkat ketuntasan klasikalnya sebesar 39%. 2. Pada siklus pertama, jumlah siswa yang tuntas belajarnya mengalami kenaikan menjadi 12 siswa, atau tingkat ketuntasan klasikalnya sebesar 67%. 3. Pada siklus kedua, jumlah siswa yang tuntas belajar naik menjadi 15 siswa, atau tingkat ketuntasan klasikalnya sebesar 83%. Adapun gambaran secara umum tentang hasil perbaikan pembelajaran dari tiap-tiap siklus selalu mengalami peningkatan siswa tuntas dan mengalami penurunan pada siswa yang belum tuntas belajar, dapat dilihat pada tabel 2 berikut: Tabel 2. Rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siswa pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. No Kegiatan Jumlah Siswa Belum Tuntas Tuntas Frek % Frek % Peningkatan Frek % 1 Pra Siklus 18 11 61 7 39 2 Siklus 1 18 5 33 13 67 6 28 3 Siklus 2 18 3 17 15 83 3 16 Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa setiap siklus, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran mengalami kenaikan. Dari pra siklus ke siklus pertama, ketuntasan belajar mengalami kenaikan yang cukup tinggi sebesar 28%. Selanjutnya dari siklus pertama ke siklus kedua ketuntasan belajar siswa juga mengakami kenaikan sebesar 16%. Pada siklus kedua, masih ada siswa yang belum tuntas belajar. Hal ini disebabkan oleh kondisi siswa sendiri, yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata. Peneliti sudah berusaha membimbing siswa, namun kurang berhasil dalam pembelajaran, sehingga tidak dapat mencapai ketuntasan belajar. 44 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 d. Refleksi Dari hasil pembelajaran siklus kedua, dapat direfleksikan adanya peningkatan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa. Jumlah siswa yang keaktifan belajarnya rendah makin sedikit dan jumlah siswa yang hasil belajarnya tuntas makin banyak dalam menghitung perkalian. Kekurangan-kekurangan pada siklus pertama dapat diperbaiki pada siklus kedua. Setelah dilaksanakan pembelajaran selama dua kali siklus perbaikan, peneliti dapat dipaparkan hasil observasi oleh teman sejawat dalam kegiatan belajar mengajar serta perolehan nilai hasil belajar siswa pada siklus pertama dan kedua. Tindakan penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa setelah menggunakan alat peraga dan metode Make a Macth. Hal-hal yang penting tersebut berupa data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data-data kenaikan aktivitas belajar tersebut disajikan pada gambar berikut. Gambar 1. Grafik kenaikan keaktifan belajar tiap siklus. Dari grafik 1 terlihat kenaikan keaktifan belajar yang selalu terjadi pada setiap siklus, yaitu: 1. Dari pra siklus ke siklus 1 mengalami kenaikan 22%. 2. Dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami kenaikan sebesar 22%. Berdasarkan data yang diperoleh dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran di atas menunjukkan adanya keberhasilan. Keberhasilan tersebut dapat dilihat pada indikator yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya. Mengingat penelitian tindakan pada siklus II sudah sesuai dengan harapan, maka kegiatan penelitian dapat diakhiri. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Siklus Pertama Pada siklus pertama, upaya dilaksanakan pembelajaran telah meningkatkan kemampuan siswa dalam menghitung perkalian secara cepat, bila dibandingkan dengan hasil pra siklus. Penggunaan alat peraga telah memberikan keaktifan pada siswa meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sri Anitah W, (2009:6.12) Fungsi utama 45 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 media pembelajaran, yaitu sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif. Dengan fungsi itu, media pembelajaran harus dijadikan bagian integral dan keseluruhan proses pembelajaran itu sendiri. Dalam penggunaannya harus relevan dengan tujuan/kompetensi yang ingin dicapai dan bahan ajar, tidak diperkenankan menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa semata. Fungsi lain yaitu untuk mempercepat proses belajar sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan mengurangi verbalisme (terlalu banyak kata). Penggunaan alat peraga memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan. Walaupun pada siklus pertama hasil yang diperoleh audah mengalami kenaikan, tetapi belum sesuai dengan yang diharapkan. Pada siklus 1 terbukti tingkat ketuntasan belajar meningkat menjadi 67% dari 39% pada pra siklus, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 28%. Tingkat keaktifan belajar siswa juga mengalami kenaikan menjadi 61% dari 28% pada pra siklus. Hal ini berarti mengalami kenaikan sebesar 33%. Berdasarkan hasil pengamatan, ternyata siswa yang keaktifan belajarnya tinggi mendapat hasil belajar yang baik dan sudah berartisiswa tersebut tuntas dalam belajarnya. Namun masih ada beberapa siswa yang keaktifan belajarnya rendah, untuk itu menjadi bahan pernaikan pada siklus 2. Siklus Kedua Pada siklus kedua inilah apa yang menjadi indikator dan kriteria keberhasilan telah dicapai. Ketuntasan klasikal belajar siswa telah mencapai 83% dari 67% pada siklus 1. Hal ini berarti mengalami kenaikan 17%. Tingkat keaktifan siswa juga mengalami kenaikan. Kenaikan keaktifan belajar siswa mencapai 83% dari 61% pada siklus 1. Hal ini berarti mengalami kenaikan sebesar 22%. Pembelajaran pada siklus 2 ini di samping karena akibat-akibat yang sama pada siklus 1, juga karena adanya upaya penambahan perbaikan. Upaya penambahan perbaikan berupa metode Make a Macth. Metode Make a Match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Perencanaan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin/sanjungan. Metode Make a Match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan metode ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. 46 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Suyatno (2000 : 72) mengungkapkan bahwa model Make a Match adalah model pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu berisi soal atau permasalahan dan menyiapakan kartu jawaban kemudian siswa mencari pasangan kartunya. Model pembelajaran Make a Match merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif. Model Make a Match melatih siswa untuk memiliki sikap sosial yang baik dan melatih kemampuan siswa dalam bekerja sama disamping melatih kecepatan berpikir siswa. Dengan menggunkan metode Make a Match ini dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam belajarnya sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajarnya. Dalam kegiatan pembelajaran setiap guru hendaknya mengusahakan alat peraga dan metode yang sesuai sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar, afektif, dan menyenangkan sehingga keaktifan siswa tinggi dan dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Dengan demikian hasil pembelajaran menunjukkan perubahan dari sebelum menerima pengalaman belajar dengan setelah menerima pengalaman belajarnya. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Pada penelitian Tindakan Kelas yang berjudul Penerapan Metode Make a Match dalam Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Keterampilan Berhitung Perkalian pada Semester Genap di Kelas II SD Negeri KalikembangUPK Kemranjen, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Siswa yang benar-benar menunjukkan keaktifan belajar pada kondisi awal adalah 5 siswa (28%), pada siklus 1 adalah 11 siswa (61%), pada siklus 2 adalah 15 siswa (83%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui alat peraga dan metode Make a Match dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri KalikembangUPK Kemranjen Kabupaten Banyumas. 2. Ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi awal adalah 39%, pada siklus 1 naik menjadi 67% dan pada siklus 2 naik 17% menjadi 83%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui alat peraga dan metode Make a Match dapat meningkatkan tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri KalikembangKemranjen Kabupaten Banyumas. Saran Berdasarkan pembahasan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagi berikut: 1. Bagi Siswa 47 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Agar selalu memperhatikan penjelasan guru, pada saat pembelajaran berlangsung, sehingga dalam penyampaian materi akan lebih mudah diterima. Sehingga siswa hendaknya selalu menjelaskan kewajibannya yaitu belajar baik di rumah maupun di sekolah. 2. Bagi Guru Dapat menerapkan metode yang tepat dan efektif untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa, seperti metode Make a Match dalam pembelajaran matematika untuk berhitung perkalian.Pada saat proses belajar mengajar berlangsung, kita harus menunjukkan sebagai seorang guru yang berwibawa, selalu siap dengan rencana pembelajaran, menggunakan metode yang tepat, sehingga pembelajaran berjalan secara efektif. Guru bukan hanya sebagai pendidik tetapi juga membimbing, sehingga siswa selalu termotifasi dan berpartisipasi aktif. Daftar Pustaka Anitah W, Sri. 2009. Strategi pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Agus Taufik, dkk. 2015. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Hudojo, Herman. 1990. Strategi Belajar Mengajar matematika. Malang: IKIP Malang H. Mustaqim. 2001. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pusaka Belajar. Sudjana, Y. Padmono. 2000. Evaluasi Pengajaran 2 SKS/3 JP. Surakarta: UNS. Russefendi. 1992. Materi Pokok Pendidikan Matematika 3 Modul 1-9. Jakarta: Depdikbud. 48 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 PENERAPAN MODEL MIND MAPPING DENGAN MEDIA REALIA DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENGGOLONGAN TUMBUHAN PADA SISWA KELAS III SDN 4 LUMBIR, BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh : Teguh Yuwono, S.Pd.SD NIP. 19611217 198012 1 001 SD Negeri 4 Lumbir, UPK Lumbir, Kabupaten Banyumas Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri Kalikembang UPK Kemranjen Kabupaten Banyumas dan dan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri Kalikembang UPK Kemranjen Kabupaten Banyumas menggunakan metode Make a Match. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas III SD SD Negeri 4 Lumbir, UPK Lumbir, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah, dengan jumlah siswa 18 siswa terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan selama 13 minggu yaitu pada bulan Agustus 2014 sampai bulan November 2014. Prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus perbaikan. Selama pelaksanaan peneliti dibantu oleh Teman Sejawat yang juga guru di SD Negeri 4 Lumbir. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan bahwa pada setiap siklus tejadi peningkatan hasil belajar siswa. Prasiklus ke siklus I terjadi peningkatan sebesar 35.11%, yaitu pada prasiklus ketuntasan mencapai 26%, dan pada siklus II 61,11%. Rata-rata kelasnya juga ada peningkatan sebesar 3,94. Ratarata pada prasiklus 65,5 menjadi 69,44 pada siklus I. Siklus I ke siklus II peningkatan ketuntasan mencapai 27,78%, yaitu 61,11% pada siklus I dan siklus II 88,89%. Rata-rata kelasnya juga meningkat sebesar 7,78. Pada siklus I rata-rata kelasnya 69,44 menjadi 77,22 pada siklus II. Kata kunci: mind mapping, media realia, prestasi belajar, penggolongan tumbuhan. Pendahuluan Kebanyakan dalam kegiatan pembelajarn, guru masih banyak menggunakan metode ceramah. Metode ini akan menyebabkan siswa kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini menyebabkan motivasi belajar siswa menjadi berkurang. Prestasi belajar siswa pun tidak sesuai dengan yang diharapkan. Seorang siswa akan mendapatkan kesulitan untuk menerima materi yang diajarkan apabila konsentrasi pada saat proses pembelajaran kurang optimal, sehingga mereka juga kesulitan untuk menyimpan dalam ingatannya. 49 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Karakteristik siswa di dalam kelas antara yang satu dengan yang lainnya berbeda. Tidak hanya siswa saja, materi pelajaran pun memiliki karakteristik sendiri-sendiri dan berbedabeda. Hal tersebut hendaknya menjadi pengetahuan bagi guru agar dapat digunakan dalam penggunan metode yang bervariasi sehingga materi dapat diserap secara optimal oleh siswa tanpa terasa terbebani. Metode pembelajaran diusahakan menyenangkan, efektif, efisien, dan bermakna. Pemilihan suatu metode pembelajaran bertujuan untuk mempermudah dalam proses kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan hasil yang maksimal. Karakteristik (hakikat) dari penddikan IPA sebagaimana disebutkan (Depdiknas, 2006:47) bahwa :Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjutdalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan mengembangkan kompetensi agar ilmiah. Pendidikan IPA pada pemberian pengalamanlangsung untuk menjelajahi dan memahami alam sekitar secara diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapatmembantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Berdasarkan karakteristik IPA di atas maka dibutuhkan metode sebagai cara termudah untuk mampu memahami dan menguasai konsep-konsep IPA secara keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan alasan tersebut, metode Mind Mapping dengan media realia paling tepat untuk diterapkan pada pembelajaran IPA karena memiliki beberapa keunggulan yaitu menarik perhatian mata dan otak sehingga memudahkan berkonsentrasi, hubungan antara informasi yang satu dengan yang lainnya jelas, prosesnya menyenangkan, tidak membosankan karena banyak menggunakan unsur otak kanan, seperti gambar, warna, dimensi, dan sifatnya unik mudah diingat. Alasan tersebut sangat sesuai dengan karateristik siswa yangkadang merasa bosan, pada saat pembelajaran berlangsung sukar berkonsentrasi, dan sulit untuk mengingat kembali materi yang telah disampaikan oleh guru. Mind Mapping pertama kali dikembangkan oleh Tony Buzan (2004). MindMapping merupakan teknik membuat catatan yang terstruktur yang mudah dipahami dan mudah untuk diingat tanpa harus banyak membuang waktu dengan menggunakan banyak garis dan lambang, warna, gambar, kata-kata, dengan berdasarkan seperangkat aturan yang sederhana, 50 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 mendasar, alami, dan akrab bagi otak. Metode Mind Mapping juga dapat melatih siswa untuk belajar mandiri. Peran guru dalam pembelajaran menggunakan metode Mind Mapping yaitu sebagai pembimbing atau penasihat belajar, membantu siswa untuk mengadakan penilaian belajar dan kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa.. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimanakah alat peraga dan metode Make a Match dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri KalikembangUPK Kemranjen Kabupaten Banyumas ? dan (2) Bagaimanakah alat peraga dan metode Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri KalikembangUPK Kemranjen Kabupaten Banyumas ? Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Penggunaan alat peraga untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri KalikembangUPK Kemranjen Kabupaten Banyumas dan (2) Untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri KalikembangUPK Kemranjen Kabupaten Banyumas menggunakan metode Make a Match. Manfaat penelitian ini bagi siswa di antaranya adalah untuk meningkatkan prestasi khususnya konsep hitung perkalian pada mata pelajaran Matematika; agar siswa bisa lebih kreatif, menarik dan bermakna; dan mendapat pengalaman yang berharga dengan berani menjawab pertanyaan di depan kelas. Bagi guru, penelitian dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran guna mencapai ketuntasan belajar bagi siswa; menghidupkan suasana pembelajaran yang lebih menarik; dapat kepuasan dari hasil belajar siswa yang meningkat; dan mendapat pengalaman dalam situasi pembelajaran yang berbeda. Selain itu, penelitian ini dapat meningkatkan prestasi belajar pada tingkat sekolah dan meningkatkan profesionalisme guru khususnya dalam pembelajaran Matematika. Berdasarkan identifikasi masalah yang telah peneliti lakukan dengan observer, peneliti akan memusatkan penelitian tindakan kelas ini pada materi penggolongan tumbuhan pada kelas III. Rumusan masalah yang muncul “Bagaimana penggunaan metode Mind Mapping dengan media realia dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SD Negeri 4 Lumbir pada mata pelajaran IPA materi penggolongan tumbuhan?”. Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti mengambil kesimpulan tujuan perbaikan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran 51 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 IPA materi penggolongan tumbuhan dengan menggunakan metode Mind Mapping dengan media realia. Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi penggolongan tumbuhan dengan menggunakan metode Mind Mapping dengan media realia bagi siswa kelas III SD Negeri SD Negeri 4 Lumbir pada semester I Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian ini bermanfaat bagi siswa yaitu dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA, memahami materi penggolongan tumbuhan sehingga dapatmeningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih tertarik karena pembelajaran dilakukan tidak monoton. Sedangkan bagi guru, penelitian ini dapat membantu guru dalam perbaikan proses pembelajaran, menambah wawasan guru dalam pemecahan masalah, membantu guru berkembang secara professional, dan mendorong guru untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas yang lain untuk memperbaiki kinerjanya. Sementara itu, peneliian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk guru lain untuk melakukan kegiatan belajar mengajar menggunakan metode seperti ini, memberikan pengalaman yang sangat berharga dalam upaya meningkatkan minat belajar IPA, dan memberikan gambaran kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran IPA. Metode Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas III SD SD Negeri 4 Lumbir, UPK Lumbir, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah, dengan jumlah siswa 18 siswa terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan selama 13 minggu yaitu pada bulan Agustus 2014 sampai bulan November 2014. Prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus perbaikan. Selama pelaksanaan peneliti dibantu oleh Teman Sejawat yang juga guru di SD Negeri 4 Lumbir. Pada penelitian ini, jenis data yang akan dikumpulkan dan diolah adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka/bilangan, data-data ini berupa tes formatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata. Data ini berupa hasil catatan keaktifan siswa. Data kuantitatif akan diolah melalui analisis deskriptif yaitu membandingkan data kuantitatif dari studi awal, siklus I dan siklus II. Data hasil belajar dianalisis dengan cara menghitung skor test, menghitung persen tingkat penguasaan evaluasi, menentukan batas individu, dan menentukan prosentase ketuntasan siswa klasikal. Sedangkan data kualitatif akan diolah melalui paparan naratif yang menggambarkan kualitas pembelajaran. Teknik pengumpulan data dipergunakan dalam 52 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 penelitian ini adalah dengan cara menggunakan tes dan nontes berupa observasi (dibantu oleh teman sejawat). Hasil Penelitian dan Pembahasan Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Pra Siklus a. Hasil Pengamatan Sebelum PTK Setelah dilakukan pembelajaran, dapat diketahui bahwa dalam proses pembelajaran guru masih konvensional, metode didominasi ceramah, menjelaskan terlalu abstrak, guru tidak menggunakan media pembelajaran, kurang melibatkan siswa dan tidak ada Lembar Kerja Siswa (LKS). b. Hasil Penelitian Pra Tindakan Setelah dilakukan pengamatan nilai formatif IPA materi penggolongan tumbuhan berdasarkan persamaan cirinya, diperoleh hasil belajar siswa masih rendah. Berdasarkan hasil evaluasi prasiklus diperoleh bahwa 5 siswa tuntas dan 13 siswa tidak tuntas. Persentase ketuntasan adalah 26% dan tidak tuntas 74% dengan rata-rata kelas 65,5. Inilah yang menjadi pijakan peneliti melakukan PTK ini. c. Perencanaan Tindakan Setelah dilakukan analisis dan refleksi pratindakan, peneliti berkolaborasi dengan observer merumuskan penyebab timbulnya masalah. Dari hasil observasi dan telaah dokumen diketahui bahwa peneliti belum melibatkan siswa secara aktif, penggunaan media pembalajaran belum maksimal dan pembelajaran masih menggunakan metode ceramah. Berdasarkan masalah yang ditemukan, kemudian peneliti bersama observer merencanakan tindakan perbaikan pembelajaran yang bertujuan meningkatkan prestasi belajar siswa melalui metode Mind Mapping dengan media realia. Hasil Tindakan Siklus I a. Hasil Perencanaan Siklus I Rencana tindakan pada siklus I difokuskan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan pada saat observasi prasiklus. Pada tahap observasi awal ditemukan bahwa: 1. Siswa belum berminat dan aktif dalam PBM. 2. Siswa belum mampu memperoleh hasil belajar sama dengan KKM sebesar 67 dan ketuntasan klasikal sebesar 75%. Berdasarkan masalah-masalah yang ditemukan maka peneliti dan observer membuat rencana pembelajaran sebagai berikut: 53 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 1) Peneliti menggunakan metode Mind Mapping dengan media Realia 2) Peneliti melibatkan siswa dengan cara bekerja dalam kelompok. 3) Peneliti memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, berpendapat dan memberikan penghargaan. 4) Peneliti mempersiapkan instrumen yang diperlukan seperti lembar observasi, lembar kerja siswa dan naskah tes formatif. b. Hasil Pelaksanaan Tindakan Proses pelaksanaan tindakan siklus I berlangsung satu kali pertemuan, selama 2 x 35 menit. Secara rinci proses pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut: Proses tindakan difokuskan pada upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, keaktifan siswa dalam kelompok dan penggunaan metode Mind Mapping yang menunjang pembelajaran. Materi yang diajarkan adalah penggolongan tumbuhan berdasarka persamaan cirinya. Peneliti mendemonstrasikan dan menjelaskan penggolongan tumbuhan menggunakan metode Mind Mapping dengan media realia. Untuk lebih memahami materi yang telah diajarkan, siswa dibagi dalam 4 kelompok dengan jumlah anggota tiap kelompok adalah 4 dan 5 siswa. Setiap kelompok mengerjakan soal latihan pada lembar kerja. Dari hasil pembelajaran diperoleh bahwa hasil belajar dan keaktifan sebagian siswa masih rendah.Masih ada siswa yang belum aktif dalam kelompok, masih banyak yang bercanda dan ada beberapa siswa yang mengobrol sendiri. Dari hasil pembelajaran pada kegiatan perbaikan siklus I diperoleh hasil siswa tuntas 11 siswa (61,11%) dan tidak tuntas 7 siswa (38,89%), dengan nilai rata-rata 69,44. Pada siklus I ada peningkatan sebanyak 6 siswa, yaitu pada prasiklus siswa yang tuntas hanya 5 siswa menjadi 11 siswa pada siklus I. Nilai rata-ratanya juga naik, pada prasiklus 65,5 dan siklus I 69,44. c. Hasil Observasi Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, kegiatan observasi dilaksanakan oleh teman sejawat selaku observer. Hasil observasi menunjukkan bahwa keaktifan siswa tercatat 54,70 % atau sebanyak 18 orang siswa yang aktif sedangkan 45,30% masih perlu ditingkatkan. Dengan hasil ini peneliti masih merasa belum puas, peneliti akan melanjutkan PTK dengan siklus II. d. Refleksi 1. Masalah yang ditemukan pada siklus I adalah kelas belum kondusif, hal ini disebabkan jumlah media realia yang belum mencukupi sebab jumlah siswa dalam kelompok masih terlalu banyak sehingga siswa sering berebut. Dengan memperkecil jumlah anggota kelompok dan menambah media realia maka kelas menjadi lebih kondusif sehingga hasil belajar meningkat. 54 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 2. Masalah kedua yang dijumpai adalah adanya siswa yang mencontek jawaban temannya. Dengan mempraktekkan sendiri media realia dapat menimbulkan percaya diri sehingga mengurangi ketergantungan kepada teman. Dengan demikian hasil belajar siswa meningkat. 3. Keberhasilan PBM dengan menggunakan metode Mind Mapping dengan media realia adalah prestasi belajar siswa meningkat. e. Hasil Pasca Tindakan Setelah dilakukan siklus I, proses belajar mengajar sudah mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa meningkat dan keaktifan siswa pun meningkat. Namun peningkatan yang diperoleh belum maksimal karena ketuntasan belajar masih jauh dari yang diharapkan yaitu 75% dan ratarata kelas juga belum mencapai target yaitu 70. Dari hasil tersebut, maka peneliti merencanakan akan melakukan siklus II. Hasil Tindakan Siklus II a. Hasil Perencanaan Tindakan Rencana tindakan siklus II difokuskan untuk mengatasi masalah yang ditemukan pada saat observasi siklus I. Pada tahap observasi siklus I ditemukan bahwa: 1) Keadaan kelas belum kondusif karena jumlah media pembelajaran yang digunakan masih kurang. 2) Siswa belum semuanya aktif dalam proses belajar mengajar. 3) Siswa belum mampu memperoleh hasil belajar sesuai dengan KKM (67) karena ketuntasan baru tercapai 61,11% dan rata-rata kelas sebesar 69,44. Berdasarkan masalah-masalah yang ditemukan, maka peneliti dan obserever membuat rencana pembelajaran sebagai berikut: 1) Peneliti menambah jumlah media realia. 2) Peneliti melibatkan siswa dengan cara bekerja dalam kelompok kecil. Jumlah kelompok diperbanyak yaitu menjadi 6 kelompok sehingga anggota tiap kelompok menjadi lebih sedikit yaitu 3 siswa. 3) Peneliti memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan berpendapat. b. Pelaksanaan Tindakan Proses pelaksanaan tindakan siklus II satu kali pertemuan yang berlangsung selama 2 x 35 menit. Secara rinci proses pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut: Proses tindakan difokuskan pada upaya meningkatkan hasil belajar, keaktifan dan penggunaan media realia. Materi yang diajarkan adalah penggolongan tumbuhan berdasarkan persamaan cirinya. Peneliti mendemonstrasikan dan menjelaskan penggolongan tumbuhan berdasarkan 55 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 persamaan cirinya menggunakan metode Mind Mapping dengan media realia. Peneliti memperbanyak jumlah kelompok. Siswa dibagi dalam 6 kelompok dengan jumlah anggota tiap kelompok adalah 3 siswa. Dengan demikian, diharapkan keaktifan siswa lebih meningkat. Siswa tidak lagi berebut untuk menggunakan media realia. Komunikasi antaranggota kelompok menjadi lebih efektif. Setiap kelompok mengerjakan soal latihan pada lembar kerja menggunakan metode Mind Mapping. Hasil belajar dan keaktifan siswa sudah mengalami peningkatan, akan tetapi masih belum tercapai tujuan yang diharapkan karena masih adanya siswa yang bermain sendiri dan hasil belajar siswa sebagian kecil belum tuntas. Hasil belajar dan keaktifan siswa ditingkatkan dengan kewajiban setiap anggota kelompok untuk menjelaskan konsep penggolongan tumbuhan dengan menggunakan media realia. Dari hasil pembelajaran pada kegiatan perbaikan siklus II diperoleh hasil: siswa tuntas 16 siswa (88,89%) dan tidak tuntas 2 siswa (11,11%). Rata-rata kelas yang dicapai adalah 77,22. Pada siklus II terjadi peningkatan sebanyak 5 siswa, yaitu pada siklus I siswa yang tuntas hanya 11 siswa menjadi 16 siswa pada siklus II. Nilai rata-ratanya juga naik, pada siklus I 69,44 dan siklus II 88,89. c. Hasil Observasi Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, kegiatan observasi dilakukan oleh teman sejawat selaku observer menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Keaktifan siswa hasil observasi teman sejawat tercatat 73,50 %. Dari hasil tersebut, peneliti memutuskan PTK ini dihentikan pada siklus II. d. Hasil Refleksi 1. Masalah yang ditemukan pada siklus pertama adalah keadaan kelas yang tidak kondusif, sekarang sudah terkendali dengan menambah jumlah media pembelajaran. 2. Masalah kedua yang dijumpai adalah keaktifan siswa rendah, dengan memaksimalkan penggunaan media pembelajaran dan pengelompokkan siswa dalam kelompok kecil, setelah siklus II mengalami kenaikan. 3. Hasil tes formatif yang pada siklus I rata-rata kelas belum mencapai yang diharapkan, setelah diadakan siklus II ketuntasannya sudah mencapai 88,89% dengan rata-rata kelas 77,22. e. Hasil Pasca Tindakan Karena sudah tercapainya hasil belajar yaitu ketuntasan sudah mencapai 88,89% dari 75% yang diharapkan dan rata-rata kelas 77,22 dari 70, maka Penelitian Tindakan Kelas dianggap selesai meskipun masih belum mencapai 100% mengingat karakteristik siswa yang berbeda-beda. 56 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Dari hasil penelitian perbaikan pembelajaran diperoleh rekapitulasi tabel dan grafik ketuntasan belajar dan peningkatan hasil belajar dalam proses pembelajaran yang dapat diuraikan sebagai berikut: Tabel 1. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa No Ketuntasan Prasiklus Siklus I Siklus II Jml % Jml % Jml % 1 Tuntas 5 26 11 61,11 16 88,89 2 Tidak Tuntas 13 74 7 38,89 2 11,11 Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan yaitu: indikator tuntas 5 siswa (26%) pada prasiklus menjadi 11 siswa (61,11%) pada siklus I dan menjadi 16 siswa (88,88%) pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan ketuntasan itu sebesar 35,11%. Suatu kenaikan yang sangat berarti. Dari siklus I ke siklus II, kenaikan itu menjadi 27,78%. Suatu kenaikan yang memuaskan. Peneliti juga melihat ketidaktuntasan. Indikator tidak tuntas mengalami penurunan dari 13 siswa (74%) pada prasiklus menjadi 7 siswa (38,89%) pada siklus I dan menjadi 2 siswa (11,11%) pada siklus II. Berdasarkan hasil tes formatif pada prasiklus, siklus I dan siklus II peneliti berpendapat bahwa dengan menggunakan metode Mind Mapping dengan media realia secara maksimal dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Terbukti dengan adanya hasil tes formatif pada prasiklus 26% yang tuntas belajar, pada siklus I menjadi 61,11% dan siklus II meningkat menjadi 88,89%. Hanya 2 orang siswa saja yang belum tuntas. Kedua siswa yang belum tuntas disebabkan kemampuan penguasaan materi pelajaran yang dimiliki memang sangat rendah. Namun demikian keterlibatan mereka dalam pembelajaran sudah menunjukkan peningkatan. Berdasarkan hasil pengamatan observer, keaktifan siswa juga meningkat,yaitu dari 54,70% menjadi 73,50%. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat mampu mempermudah siswa dalam belajar, sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah (2002:85), “pemilihan metode merupakan hal yang sangat penting perlu diperhatikan karena metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pembelajaran”. Di samping itu penggunaan alat peraga atau media pembelajaran telah mampu mempemudah siswa dalam memahami pelajaran. Hal ini seperti tercantum dalam Encyclopedia of Educational Research (dalam Oemar 57 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Hamalik, 2004:6) media memiliki manfaat di antaranya; meletakkan dasar berfikir kongkret, memberikan pengalaman nyata dan menumbuhkan pemikiran yang kontinyu, yang membuat pembelajaran lebih mantap. Terjadinya peningkatan prestasi belajar tidak hanya ditentukan oleh penggunaan metode dan media pembelajaran saja, tetapi juga didukung oleh perilaku peneliti saat melakukan pembelajaran dari prasiklus hingga siklus II, yaitu sikap keterbukaan peneliti dan komunikasi multi arah. Pada saat pelaksanaan prasiklus, peneliti hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan media pembelajaran yang digunakan peneliti belum menarik bagi siswa. Peneliti hanya menjelaskan menggunakan gambar yang ada di buku pelajaran. Selanjutnya siswa diberi soal-soal latihan. Hasil tes formatif yang diperoleh siswa pada prasiklus sangat rendah. Pada pelaksanaan siklus I, peneliti sudah menggunakan metode MindMapping, tetapi hanya guru yang menggunakan. Peneliti membagi siswa dalam kelompok besar. Akan tetapi saat diskusi masih ada siswa yang mengobrol dan bercanda dengan temannya, sehingga siswa kurang menguasai materi pembelajaran. Namun demikian, dari hasil tes formatif pada siklus I sudah menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran sudah menunjukkan peningkatan. Pada siklus II, peneliti menggunakan metode Mind Mapping dengan media realia secara maksimal. Jumlah anggota kelompok diperkecil sehingga semua siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Pengerjaan soal-soal latihan melibatkan komunikasi multi arah. Prestasi belajar dan keaktifan siswa pada siklus II meningkat cukup signifikan. Target ketuntasan belajar yaitu sekitar 75% dari 18 siswa sudah tercapai. Pada akhir pembelajaran siklus II, diperoleh ketuntasan belajar siswa sebesar 88,89% (16 siswa). Sementara 11,11% (2 siswa) yang belum tuntas dalam belajar disebabkan karena mereka memiliki kelemahan dan keterlambatan dalam menerima pelajaran. Dari pembahasan yang telah diuraikan, peneliti berpendapat bahwa kegiatan pembelajaran ini dinyatakan berhasil, tidak hanya menggunakan metode mind mapping, tetapi juga masih menggunakan berbagai metode lain. Seperti metode ceramah, diskusi, tanya jawab dan penugasan. Sehingga pembelajaran IPA materi penggolongan tumbuhan berdasarkan persamaannya dapat tersampaikan pada siswa. Metode mind mapping dengan media realia terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan siswa. Dengan demikian kegiatan perbaikan pembelajaran telah memenuhi kriteria ketuntasan yang telah ditentukan, sehingga kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada materi penggolongan tumbuhan berdasarkan persamaannya pada siswa kelas III SD Negeri 4 Lumbir dapat dihentikan pada siklus II. 58 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan bahwa pada setiap siklus tejadi peningkatan hasil belajar siswa sebagai beikut : 1. Ketuntasan prasiklus hanya 26 %, dan nilai rata-rata kelasnya 65,5. 2. Ketuntasan siklus I yaitu 61,11%, dan nilai rata-rata kelasnya 69,44. 3. Ketuntasan siklus II menjadi 88,89%, dan nilai rata-rata kelasnya 77,22. 4. Kenaikan ketuntasan a. Prasiklus ke siklus I terjadi peningkatan sebesar 35.11%, yaitu pada prasiklus ketuntasan mencapai 26%, dan pada siklus II 61,11%. Rata-rata kelasnya juga ada peningkatan sebesar 3,94. Rata-rata pada prasiklus 65,5 menjadi 69,44 pada siklus I. b. Siklus I ke siklus II peningkatan ketuntasan mencapai 27,78%, yaitu 61,11% pada siklus I dan siklus II 88,89%. Rata-rata kelasnya juga meningkat sebesar 7,78. Pada siklus I rata-rata kelasnya 69,44 menjadi 77,22 pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode Mind Mapping dengan media realia ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SD Negeri 4 Lumbir pada materi penggolongan tumbuhan berdasarkan persamaan cirinya. Saran Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berharap guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan bagi siswa, dan hendaknya mempersiapkan secara matang berbagai hal yang mendukung proses pembelajaran. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari masalah yang sama ketika pembelajaran di kelas. Selain itu siswa lebih memahami konsep dan aktivitas belajar siswa dapat meningkat. Hasilhasil yang diperoleh dari penelitian ini agar dapat disebarluaskan pada pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan dalam pertemuan Kelompok Kerja Guru (KKG) sehingga berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya dan bisa menjadi pedoman untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan profesionalitas seorang guru dimasa mendatang. Peneliti juga berharap agar pelaksanaan PTK dapat ditindak lanjuti secara serius dan dapat dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Daftar Pustaka Aqib, Zainal. (2013). Model-model, Media, dan Stategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung : Yrama Widya AzharArsyad. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 59 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Buzan, Tony. (2003). Head Strong. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Buzan, Tony. (2004). Mind Map Untuk Meningkatkan Kreativitas. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Buzan, Tony. (2007). Buku Pintar Mind Map Untuk Anak Agar Anak Pintar diSekolah. Jakarta : Gramedia Pusaka Utama. Buzan, Tony. (2009). Buku Pintar Mind Map. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum. Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD Negeri II Kedunggede. Banyumas. Sekolah Dasar. ----------.(2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD Negeri II Kedunggede. Banyumas. Sekolah Dasar. Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PTRinekaCipta. Djamarah, Syaiful Bahri. (1994). Prestasi Belajar dan kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. -----------. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik. (1991). Manajemen Belajar di Perguruan Tinggi. Bandung : Sinar Baru. -----------. (1994). Media Pendidikan. Bandung : Sinar Baru. Latuheru. (1988).Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta : Depdikbud. Mulyana, E. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ngalim, Purwanto. (1988). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Karya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Porter, De Bobby & Hernacki. (2008). Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman & Menyenangkan. Kaifa Ristasa, R dan Prayitno. (2006). Panduan Penelitian Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Purwokerto: UPBJJ Purwokerto. Riyanto, Theo. (2002). Pembelajaran sebagai Proses Bimbingan Pribadi. Jakarta: Grasindo. Sadiman. (1984). Media Pendidilkan Pengertian, Pengembanagn danPemanfaatan. Jakarta : CV. Raja Wali . Sagala, Syaiful. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Sardiman. (1994). Interaksi dan Motivasi Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Siberman, Melvin. (2001). Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Yappendis. Slameto. (1995). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 60 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 ----------.(2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Soetomo. (1993). Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional. Sudarman, Danim. (1995).Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Sudjana. (1988). Metode Statistika. Bandung: PT. Tarsito. Taufiq, A. dkk. (2014). Modul 2.Pendidikan Anak di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. Tu’u,Tulus. (2004).Peran Disiplin pada Perilaku danPrestasiSiswa.Jakarta: Rineka Cipta. Winkel, W. S. (1996). Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Gramedia. 61 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 62 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 ENERAPAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGENAL LAMBANG BILANGAN ROMAWI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 DERMAJI, LUMBIR, BANYUMAS Oleh: Darkum, S.Pd.SD NIP. 19610224 198304 1 003 SD Negeri 3 Dermaji, UPK Lumbir, Kabupaten Banyumas Abstrak Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya prestasi belajar matematika materi bilangan romawi siswa kelas IV SD Negeri 3 Dermaji Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian di lakukan secara bertahap yaitu pada siklus I dan siklus II menggunakan model pembelajaran student facilitator and explaining. Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar matematika padapraasiklussebesar 57, siklus I sebesar 64, pada siklus II sebesar 76. Sehingga terdapat kenaikan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II. Prosentase ketuntasan belajar siswa pada prasiklus 30%, siklus I menunjukan angka sebesar 55% dan pada siklus II sebesar 90%. Dengan demikian melalui model pembelajaran student facilitator and explaining dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Dermaji Tahun Pelajaran 2015/2016. Kata kunci: Student Facilitator and Explaining, Matematika, SD Negeri 3 Dermaji Pendahuluan Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dilihat dari hasil jawaban atas tes yang diberikan gurunya.Untuk itu guru perlu mengadakan penilaian agar dapat diketahui perkembangan siswanya dalam menguasai pelajaran. Selanjutnya dalam proses belajar mengajar peranan guru dalam memilih metode mana yang akan digunakan sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena tugas utama guru adalah menyampaikan bahan pembelajaran kepada siswa dengan harapan siswa dapat menerima dan memahami pelajaran dengan mudah. Berdasarkan hasil test pelajaran matematika pokok bahasan atau materi pokok “bilangan romawi” di kelas IV SD Negeri 3 Dermaji kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumaspeneliti temukan hasil yang tidak memuaskan. Untuk itu perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diharapkan dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi tersebut. 63 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Dari hasil pengamatan peneliti nilai rata-rata kelas untuk ulangan matematika adalah 57, sedangkan kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan adalah sebesar 65. Jumlah siswa yang belum mencapai kriteria tersebut sebanyak 14 siswa dari 20 siswa, atau 70% siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: bagaimana penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining dalam meningkatkan prestasi belajar mengenal lambang bilangan romawi siswa kelas IV SD Negeri 3 Dermaji? Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan proses penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining dalam meningkatkan prestasi belajar mengenal lambang bilangan romawi siswa kelas IV SD Negeri 3 Dermaji dan (2) menganalisis peningkatan prestasi hasil belajar setelah penerapan model pembelajaran student facilitator and explaining dalam meningkatkan prestasi belajar mengenal lambang bilangan romawi siswa kelas IV SD Negeri 3 Dermaji. Penelitian tindakan kelas ini diharapkan bermanfaat bagi siswa untuk dapat belajar dengan suasana yang lebih menyenangkan, model pembelajaran student facilitator and explaining menjadikan siswa lebih aktif dalam proses belajar dan tidak cepat bosan, dan melatih siswa untuk lebih cepat tanggap dalam mengatasi masalah. Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru untuk memilih dan menggunakan model pembelajaran yang tepat dan digunakan oleh guru untuk memperbaiki proses pembelajaran matematika dengan menerapkan modelpembelajaran student facilitator and explaining untuk meningkatkan prestasi belajar. Kualitas sekolah juga akan meningkat menjadi lebih baik dan berkembang lebih maju. Metode Penelitian Penelitian ini berfokus pada pelajaran matematika materi pokok bilangan romawi. Subjek penelitian adalah Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Dermaji Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas yang berjumlah 20 siswa, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswi perempuan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam waktu yang cukup singkat yaitu dari bulan Februari hingga bulan April. Peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Untuk mengolah data dari hasil uji tes yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar bilangan romawi pada kelas IV SD Negeri 3 Dermaji dibuktikan dengan peningkatan hasil evaluasi yang dilaksanakan sebanyak siklus yang dilakukan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif. 64 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Yaitu dengan menghitung jumlah keberhasilan siswa dalam perbaikan pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2. Hasil Penelitian dan Pembahasan Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Pra Siklus a. Hasil Pengamatan sebelum PTK Sebelum melakukan pelaksanaan penelitian tindakan kelas, peneliti mengamati beberapa mata pelajaran yang akan menjadi fokus penelitian tindakan kelas. Dari beberapa mata pelajaran yang ada, peneliti berfokus pada mata pelajaran matematika kelas IV. b. Hasil Penelitian Pratindakan Dari hasil ulangan harian sebelum kegiatan perbaikan pembelajaran dapat diketahui hasilnya sebagai berikut: Dari 20 siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dapat diketahui nilai tertinggi yang diraih siswa adalah 80 dan yang terendah adalah 40, dengan rata-rata hasil ulangan harian adalah 57.Sedangkan nilia KKM yang ditentukan adalah 65. Atau 70% siswa belum tuntas dalam KD mengenal lambang bilangan romawi dan 30% siswa sudah tuntas. Siklus I a. Hasil Perencanaan Tahap pertama dalam penelitian tindakan kelas ini adalah perencanaan. Setelah melakukan pengamatan, ditemukan permasalahan dalam proses pembelajaran matematika mengenai lambang bilangan romawi. Peneliti merencanakan apa saja yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah berdasarkan hasil pengamatan. Penyebab timbulnya permasalahan adalah siswa kurang memahami materi yang disampaikan guru dengan metode ceramah sehingga mengakibatkan hasil belajar yang diperoleh cenderung masih rendah. Melihat kondisi tersebut diputuskan untuk menggunakan model pembelajaran student facilitator and explaining dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan prestasi belajar bilangan romawi siswa kelas IV SD Negeri 3 Dermaji01. Hasil Perencanaan tindakan siklus 1 adalah sebagai berikut 1) Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) lembar kerja siswa. 2) Menyusun dan mempersiapkan pedoman observasi dan lembar observasi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran student facilitator and explaining. 65 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 b. Hasil Tindakan Siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan pada hari kamis, 10 Maret 2016. Materi pertemuan siklus I membahas materi mengenal bilangan romawi dan cara membaca bilangan romawi dengan menggunakan aturan penjumlahan, pengurangan, dan gabungan. Setelah selesainya siklus 1 maka siswa dites dengan soal formatif. Dari 20 siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dapat diketahui nilai tertinggi yang diraih siswa adalah 80, dan yang terendah adalah 50, dengan rata-rata hasil ulangan test formatif adalah 64. Atau 45% siswa belum tuntas dalam KD mengenal lambang bilangan romawi dan 55% siswa sudah tuntas. c. Hasil Observasi Tahap ketiga dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi atau pengamatan. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya tindakan atau pada saat proses pembelajaran. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa menerapkan model pembelajaran student facilitator and explainingpada materi lambang bilangan romawi. Hasil observasi dapat dideskripsikan sebagai berikut. Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika materi bilangan romawi menggunakan model pembelajaran student facilitator and explaining pada siklus I sudah berjalan meskipun belum maksimal. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa siswa yang beraktivitas sendiri. Sebaagian siswa belum fokus pada apa yang di sampaikan guru. Hal ini terlihat pada saat guru menyampaikan materi, siswa yang duduk dibelakang asyik bermain kertas dengan siswa lain. Selain pengamatan terhadap proses pembelajaran di kelas, juga di peroleh hasil belajar siswa setelah adanya tindakan. Peningkatan prestasi belajar pada siklus I sudah mencapai nilai 64 rata-rata kelas dari nilai 57 rata-rata kelas prasiklus. Ini menunjukan ada peningkatan yang cukup baik meskipun belum memuaskan. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti akan mengadakan tindak lanjut siklus II untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Dermaji 01sehingga sesuai yang diharapkan. d. Hasil Refleksi Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil observasi, pada proses pembelajaran materi bilangan romawi dengan model pembelajaran student facilitator and explaining belum terlaksana secara maksimal. Pelaksanaan tindakan pada siklus I masih terdapat permasalahan, seperti berikut. 1) Keaktifan dalam mengikuti pembelajaran dirasa kurang. 66 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 2) Kemampuan anak untuk menyelesaaikan tugas atau ulangan ulangan soal cerita kurang karena kemampuan anak dalam memahami kata-kata dirasa kurang apalagi dengan model soal yang memaduukan berbagai jenis bahan contoh yang bebeda-beda. 3) Keterampilan bertanya dirasakan kurang karena anak masih sukar memahami konsep bilangann romawi. 4) Kemampuan mengemukakan pendapat masih dirasa kurang baik. Kendala-kendala tersebut harus segera diatasi agar upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi bilangan romawi melalui model pembelajaran student facilitator and explaining berjalan sesuai apa yang direncanakan. Berdasarkan hasil observasi dan perolehan nilai yang diras kurang maksimal karena belum sesuai dengan kriteria keberhasilan tindakan. Oleh karena itu, perlu adanya rencana perbaikan yang dilaksanakan pada siklus selanjutnya, yaitu siklus II. Siklus II a. Hasil Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi siklus I maka perencanaan pada siklus II sebagai berikut 1) Peneliti menentukan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Waktu pelaksanaan pada hari selasa, 15 Maret 2016. 2) Peneliti menyiapkan silabus, RPP yang dibutuhkan sesuai dengan KD yang akan dicapai. 3) Peneliti menyiapkan alat pengumpulan data untuk mengamati jalanya proses pembelajaran. 4) Peneliti menyiapkan alat yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. b. Hasil Tindakan Siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan pada hari selasa, 15 Maret 2016. Materi pertemuan siklus 1 membahas materi mengenal bilangan romawi dan cara membaca bilangan romawi dengan menggunakan aturan penjumlahan, pengurangan, dan gabungan dengan menggunakan peragaan anggota tubuh. Setelah selesainya siklus II maka siswa dites dengan soal formatif. Dari 20 siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dapat diketahui nilai tertinggi yang diraih siswa adalah 90, dan yang terendah adalah 60, dengan rata-rata hasil ulangan test formatif adalah 76. Atau 90% siswa sudah tuntas dalam KD mengenal lambang bilangan romawi dan 10% siswa belum tuntas. c. Hasil Observasi Tahap ketiga dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi atau pengamatan. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya tindakan atau pada saat proses pembelajaran. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa menerapkan model 67 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 pembelajaran student facilitator and explaining pada materi lambang bilangan romawi. Hasil observasi dapat dideskripsikan sebagai berikut. Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika materi bilangan romawi menggunakan model pembelajaran student facilitator and explaining pada siklus II sudah berjalan sesuai apa yang diharapkan. Siswa sudah bekerja sama dengan baik. Sikap membantu dan menghargai antar teman sangat baik. Selain pengamatan terhadap proses pembelajaran di kelas, juga di peroleh hasil belajar siswa setelah adanya tindakan. Peningkatan prestasi belajar pada siklus II sudah mencapai nilai 76 rata-rata kelas dari nilai 64rata-rata kelas sebelum siklus II. Ini menunjukan ada peningkatan yang sangat baik. d. Hasil Refleksi Pada pembelajaran siklus II permasalahan yang muncul tidak begitu berarti artinya hampir semua anak telah mengikuti pembelajaran dengan baik perihal keaktifan dalam proses belajar mengajar serta keaktifan bertanya pada guru sudah mulai tumbuh dengan baik. Perihal kemampuan anak memahami materi bilangan romawi sudah membaik. Karena permasalahan dalam siklus II kurang begitu berarti maka tidak perlu adanya langkah-langkah penyelesaian masalah pada tahap selanjutnya. Dalam hal ininperlu disampaikan adanya saran kepada peneliti lain bahwa untuk meningkatkan kemampuan matematika pada materi bilangan romawi dilakukan dengan model pembelajaran student facilitator and explaining. Pembahasan Dari hasil kegiatan pembelajaran matematika materi bilangan romawi menggunakan model pembelajaran student facilitator andexplaining yang dilakuakan selama dua siklus, diperoleh beberapa temuan hasil tindakan. Melalui hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model ini memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Dermajimateri bilangan romawi . Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata siswa dari 57 pada prasiklus menjadi 64 pada siklus I dan 76 pada siklus II. Dari hasil tersebut nilai yang diperoleh siswa telah mencapai KKM. Presentase ketuntasan bekajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan. Pada pembelajaran prasiklus jumlah siswa yang tuntas adalah 6 dari 20 siswa (30%), siklus I siswa yang tuntas naik menjadi 11 dari 20 siswa (55%), dan pada siklus II siswa yang tuntas naik menjadi 18 dari 20 siswa (90%) atau hanya ada dua anak yang tidak tuntas pada pembelajarn siklus II. 68 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Dari pembahasan diatas dapat dibuat grafik ketuntasaan dan ketidaktuntasan tiap siklus. Berikut adalah grafik ketuntasan dan ketidaktuntasan siswa dari pra siklus, siklus I, dan siklus II. Gambar 1.Grafik Ketuntasan dan Ketidaktuntasan Jumlah Siswa Per Siklus Dari grafik tersebut terlihat bahwa kenaikan jumlah siswa yang tuntas dalm pembelajaran matematika materi bilangan romawi sangat signifikan. Begitu juga sebaliknya dengan penurunan jumlah siswa yang tidak tuntas. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran student facilitator and explaining pada pembelajaran matematika materi bilangan romawi kelas IV SD Negeri 3 Dermaji Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas tahun 2015/2016 dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam bab IV dapat diketahui bahwa nilai prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 3 Dermaji pada prasiklus sebesar 57, pada siklus I sebesar 64, dan pada siklus II sebesar 76 sehingga terdapat kenaikan nilai rata- rata dari siklus I ke siklus II. Prosentase ketuntasan belajar siswa pada prasiklus sebesar 30% (6 siswa tuntas dalam belajarnya dari 20 siswa ), pada siklus I sebesar 55% (11 siswa tuntas dalam belajarnya dari 20siswa), dan pada siklus II sebesar 90% (18 siswa tuntas dalam belajarnya dari 20 siswa). Dengan demikian terdapat peningkatan prestasi belajar siswa dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Berdasarkan keterangan di atas maka dapat dibuat suatu kesimpulam sebagai berikut: Melalui model pembelajaran student facilitator and exlplaining dapat meningkatkan prestasi belajar matematika mengenal lambang bilangan romawi pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Dermaji Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2915/2016. 69 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Saran Dari kesimpulan hasil penelitian tersebut di atas, maka dapat diajukan beberapa saran dan tindak lanjut sebagai berikut : 1. Kepada Siswa a. Apabila memiliki masalah minta bantuan kepada siapa saja yang dapat dipercaya. Jangan biarkan masalah itu dipendam karena akibatnya tidak baik bagi diri sendiri. b. Hadapi masalah dengan kesabaran dan jangan mudah putus asa. c. Jangan paksakan diri untuk belajar terus menerus. d. Ikuti pelajaran dengan senang hati dan sungguh-sunguh. e. Jangan malu dan takut untuk bertanya. f. Meningkatkan efektifitas belajar untuk meningkatkan prestasi belajar. 2. Kepada Guru a. Memberikan dorongan atau motifasi kepada siswa untuk belajar lebih baik. b. Memilih dan menggunakan model pembelajaran yang tepat sesuai materi pembelajaran. c. Membina hubungan dan kerja sama, saling memberi informasi kepada orang tua siswa, sehingga dapat mengetahui masalah-masalah yang timbul yang mungkin berasal dari faktor keluarga yang mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa. d. Selalu tanggap mengatasi masalah-masalah yang ada di lingkungan sekolah. 3. Kepada Sekolah a. Menyediakan model pembelajaran yang dirancang bagi siswa dan guru atau memakai yang sesuai dengan materi pembelajaran. b. Perlu menggiatkan kelompok belajar. c. Ikut mendorong siswa untuk belajar dan berprestasi dengan baik, khususnya dalam mata pelajaran matematika. 4. Kepada Peneliti Selanjutnya Model pembelajaran student facilitator and explaining dapat dikembangkan dan diterapkan pada mata pelajaran lain. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan penelitian ini. 70 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Daftar Pustaka Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Renika Cipta. Aqib, Zainal. (2013). Model-model, Media, dan Strategi PembelajaranKontekstual (Inovatif). Bandung: CV Yrama Widya. BSNP. (2006). Standar Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SLBSD. Jakarta: BSNP. Burhan Mustaqiem dan Ary Astuty. (2008). Ayo Belajar Matematika 4: Untuk SDKelas IV. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Comte, August. (1851). The Philosophy of Matematic. New York: Haper and Brother. Depdiknas. (2006). Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran (SMA, SMK, danSLB). Jakarta: Depdiknas. Hamid, Aqib. (2014). Modul 1. Macam-macam Data. Statistika Pendidikan (hal.1.3). Tangerang Selatan. Partika, Misbah. (1987). Apa dan Bagaimana CBSA. Klaten: Intan Pariwara. Paulina Pannen, Dina Mustafa, dan Mestika Sekar Winahayu. (2001). Kontruktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sudjana, Nana. (1989). Cara Belajar Siswa Aktifdalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. .............(2010). Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Komaja Rodaskarya. Wardhani dan Kuswaya Wihardit. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. Winkel. (2005). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. http://pengertian.pengertian.info.blogspot.co.id/2016/03/pengertian-tujuan-dan manfaat. Di unduh 25 Maret 2016. http://www.perahujagad.blogspot.co.id/2014/10/pengertian-cara-belajar-siswa-aktif. Diunduh 25 Maret 2016. http://www.proposalmatematika23.blogspot.com/2013/05/model-pembelajaran- 71 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 PENERAPAN EXAMPLES NON-EXAMPLES DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGENAL PECAHAN SEDERHANA PADA SISWA KELAS III SDN 3 CINGEBUL UPK LUMBIR KECAMATAN LUMBIR KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Darsono, S.Pd.SD NIP. 19600617 198012 1004 SD Negeri 3 Cingebul, UPK Lumbir, Kabupaten Banyumas Abstrak Masalah yang menjadi fokus perbaikan adalah “Bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non-Examples dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SD Negeri 3 Cingebul pada mata pelajaran matematika tentang pecahan sederhana?” Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan model pembelajaran Examples Non-Examples di kelas III SD Negeri 3 Cingebul. Penelitian ini dilakukan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahapan (perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi) dalam dua siklus perbaikan pembelajaran. Dari hasil analisis kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu penerapan model pembelajaran Examples Non-Examples terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III pada mata pelajaran matematika pada kompetensi dasar mengenal pecahan sederhana. Hal ini ditunjukan oleh temuan pada sebelum perbaikan siswa yang tuntas baru 2 siswa dari 15 siswa, pada siklus I siswa yang tuntas mencapai 6 siswa, dan pada siklus II siswa yang tuntas mencapai 15 siswa. Pada siklus ke II ketuntasan nilai hasil belajar siswa mencapai 100%. Kata Kunci : Examples Non-Examples, Kelas III, Banyumas. Pendahuluan Matematika diartikan oleh Johnson dan Rising (Erman Suherman, 2003: 19) sebagai pola berpikir, pola mengorganisasi, pembuktian yang logik, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan simbol dan padat. Matematika menurut Erman Suherman (2003:253) adalah disiplin ilmu tentang tata cara berfikir dan mengolah logika, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Menurut Johnson dan Myklebust yang dikutip olah Mulyono Abdurrahman (2002:252) matematika adalah bahasa simbiolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Kata matematika berasal dari bahasa Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan dan ilmu atau knowledge. Kata mathematike 72 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari kebenaran (generalisasi) dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan yang lain. Metode pencarian kebenaran yang dipakai adalah metode deduktif, tidak dapat dengan cara induktif. Pada ilmu pengetahuan alam adalah metode induktif dan eksperimen. Walaupun dalam matematika mencari kebenaran itu dapat dimulai dengan cara induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus dapat dibuktikan dengan cara deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi dari sifat, teori atau dalil itu dapat diterima kebenarannya sesudah dibuktikan secara deduktif. Contoh dalam ilmu fisika, bila seorang melakukan percobaan (eksperimen) sebatang logam dipanaskan maka memuai dan dilanjutkan dengan logam-logam yang lainnya, dipanaskan ternyata memuai juga, maka ia dapat membuat kesimpulan (generalisasi) bahwa setiap logam yang dipanaskan itu dapat memuai. Generalisasi yang dibuat secara induktif tersebut dalam ilmu fisika dapat dibenarkan contoh dalam ilmu fisika di atas ,pada matematika contoh-contoh seperti itu baru dianggap sebagai generalisasi jika kebenarannya dapat dibuktikan secara deduktif. Dari kedudukan matematika sebagai pelayan ilmu pengetahuan, tersirat bahwa matematika sebagai suatu ilmu yang berfungsi pula untuk melayani ilmu pengetahuan. Dapat dikatakan bahwa matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu dan sebagai penyedia jasa layanan untuk pengembangan ilmu-ilmu yang lain pula. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Karena mendasari maka matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dalam memajukan daya pikir manusia. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari SD. Tujuannya untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada zaman atau keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.Untuk menuju ke zaman seperti disebut tadi, konsep-konsep dasar matematika hendaknya dipahamkan kepada siswa dengan baik. Seperti halnya pada konsep bilangan. Secara spesifik konsep pecahan sederhana dapat dipahami oleh siswa dengan baik sebelum siswa dilibatkan dengan operasi aritmatika. 73 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Realitas yang sering kita jumpai adalah masih banyaknya siswa yang salah dalam membaca dan menulis bilangan pecahan. Jika membaca dan menulis saja para siswa banyak yang masih salah, tentunya pemahaman tentang konsep pecahan sederhana menjadi lebih parah. Keadaan tersebut kemungkinan terjadi karena beberapa sebab, yaitu guru masih banyak menggunakan metode yang didominasi metode ceramah yang menjadikan guru sebagai pusat kegiatan belajar mengajar atau teacher centered. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Siswa pada umumnya hanya mendengarkan, membaca dan menghafal informasi yang diperoleh, sehingga konsep yang tertanam tidak kuat. Didalam pembelajaranpun siswa belum banyak yang berani bertanya atau berpendapat, sehingga terjadi pendominasian bagi anak-anak lainnya yang cenderung pasif. Dengan kata lain bahwa keterampilan proses siswa belum berkembang atau belum maksimal. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dari studi pendahuluan di SD Negeri3 Cingebul, UPTD KecamatanLumbir, Kabupaten Banyumas, diperoleh data yang menunjukan bahwa hasil evaluasi atau ulangan harian siswa kelas III semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran matematika tentang pecahan sederhana menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Dari KKM yang telah ditentukan yaitu 66, hanya ada 2 siswa yang melampaui KKM danselebihnyayaitusebanyak13siswabelumdapatmencapai KKM. Selain itu mata pelajaran matematika memiliki nilai rata-rata terendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya (IPA, IPS, Bahasa Indonesia, PKn). Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan model pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar. Salah satu model yang dapat memuat pengalaman belajar dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar adalah model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non- Examples. Dengan dasar latar belakang inilah maka dilakukan penelitian dengan judul “PENERAPAN EXAMPLES NONEXAMPLES DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGENAL PECAHAN SEDERHANA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 3 CINGEBUL, LUMBIR, BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2015/2016”. Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian ini, yaitu “Bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe Examples NonExamples dapat meningkatkanprestasibelajarsiswakelas III SD Negeri 3 Cingebul pada mata pelajaran matematika tentang pecahan sederhana?” Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk 74 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 meningkatkan prestasi belajar siswa pada matapelajaran matematika dengan model pembelajaran Examples Non- Examples di kelas III SD Negeri3 Cingebul. Manfaat penelitian ini di antaranya mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran, meningkatkan semangat belajar siswa karena guru menggunakan model pembelajaran yang berpendekatan kontekstual atau contextual teaching and learning (TCL), dan membuat lebih aktif dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples. Selain itu, melalui PTK ini guru dapat menjawab permasalahan yang dihadapi di sekolah mengenai model pembelajaran yang bervariasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika, mendorong guru untuk menciptakan proses belajar mengajar yang bisa menumbuhkan ketertarikan siswa dalam belajar, dan meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan dan memanfaatkan segala sumber daya kreatifitas anak yang ada di lingkungan siswa dalam proses pembelajaran sehingga keterampilan proses siswa dapat dimaksimalkan. Sekolah akan mampu mengevaluasi model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan pemahaman belajar siswa dan dapat menggunakan sebagai alternatif dalam menentukan strategi dalam memberikan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipeExamples Non Examples. Metode Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika tentang pecahan sederhana di kelas III SD Negeri 3 Cingebul, UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas dengan jumlah siswa 15 anak terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 6siswa perempuan Penelitian ini memakan waktu kurang lebih tiga bulan mulai dari bulan Februari 2016 sampai bulan April 2016. Penelitian ini mengambil bentuk penelitian tindakan kelas kolaborasi, dimana peneliti berkolaborasi dengan guru yang bergabung dengan guru yang tergabung dalam satu tim untuk melakukan penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam praktik pembelajaran. Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang dimodifikasi dari model yang dikembangkan oleh Kemmis & Mc. Taggart, 1991:20). Dalam penelitian ini menggunakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan kelas terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukan langkah pelaksanaan penelitian, yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati, dan melakukan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan. 75 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil observasi tetntang proses pembelajaran, hasil wawancara dan jurnal harian. Data tambahan yang diperoleh dari wawancara tidak terstruktur dengan siswa dan data dari foto kamera sebagai pertimbangan. Hasil Penelitian dan Pembahasan Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Data Hasil Tindakan Pra Siklus a. Hasil Pengamatan sebelum PTK Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dari studi pendahuluan di SD Negeri 3 Cingebul, UPK Lumbir, Kabupaten Banyumas, diperoleh data yang menunjukan bahwa hasil evaluasi atau ulangan harian siswa kelas III semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran matematika tentang pecahan sederhana menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Dari KKM yang telah ditentukan yaitu 66, hanya ada 2 siswa yang melampaui KKM dan selebihnya yaitu sebanyak 13 siswa belum dapat mencapai KKM. Selain itu mata pelajaran matematika memiliki nilai rata-rata terendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya (IPA, IPS, Bahasa Indonesia, PKn). b. Hasil Penelitian Pratindakan Dari hasil ulangan harian sebelum kegiatan perbaikan pembelajaran mata pelajaran matematika kelas III SD tentang pecahan sederhana membaca dan menulis lambang pecahan dapat diketahui nilai tertinggi yang diraih siswa adalah 80 dan yang terendah adalah 20, dengan rata-rata ulangan harian adalah 45,3. Data Hasil Tindakan Siklus I a. Data Hasil Perencanaan Dalam fase perencanaan data yang didapat berupa Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPPP) siklus I yang isinya adalah skenario pembelajaran yang akan diimplementasikan sertaseperangkat instrumen yang akan digunakan sebagai pengumpulan data dimana data pendukung pembelajaran berupa lembar kerja siswa. b. Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Data yang didapat pada siklus I adalah dari hasil nilai tes formatif. 1) Pada sebelum perbaikan nilai rata-rata kelas 44,4. Setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 61,3. 2) Jumlah prosentase ketuntasan yang tadinya hanya 13,3% naik menjadi 40%. 3) Jumlah prosentase ketidak tuntasan yang tadinya 86,6% turun menjadi 60%. 76 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 c. Data Hasil Pengamatan Dalam tahap ini supervisor 2 dan peneliti secara kolaboratif melaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Examples Non-Examples yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi dan perekaman dengan kamera foto. 1) Pada kegiatan pembelajaran prasiklus siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran sebanyak 4 siswa atau 26,7% . 2) Pada siklus I siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran sebanyak 10 siswa atau 62,5%. 3) Terjadi peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran setelah pelaksanaan siklus I sebesar 35,8%. d. Data Hasil Refleksi 1) Ketika pembelajaran berlangsung banyak siswa yang masih malu-malu dalam menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. 2) Di dalam kelompok masih ada beberapa siswa yang belum aktif terlibat dalam diskusi kelompok karena tiap kelompok terdiri dari 5 siswa. 3) Siswa yang benar-benar aktif dalam pembelajaran baru 10 siswa. 4) Prestasi belajar siswa meningkat meskipun belum optimal yaitu, dari 2 siswa menjadi 6 siswa tuntas setelah siklus I Data Hasil Tindakan Siklus II Setelah mengakomodasi masukan siklus I dalam pelaksanaan siklus II peneliti mencoba menyempurnakan untuk mencapai hasil yang lebih maksimal dengan menggunakan model pembelajaran Examples Non-Examples pada pelajaran matematika kelas III tentang pecahan sederhana. a. Data Hasil Perencanaan Dalam fase perencanaan data yang didapat berupa Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPPP) siklus II yang isinya adalah skenario pembelajaran yang akan diimplementasikan serta seperangkat instrumen yang akan digunakan sebagai pengumpulan data dimana data pendukung pembelajaran berupa lembar kerja siswa. b. Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Data yang didapat pada siklus I adalah dari hasil nilai tes formatif. Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 77 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 1) Pada siklu I nilai rata-rata hasil tes formatifnya adalah 61,3, setelah dilakukan perbaikan dengan mengakomodasikan kelemahan pada siklus I nilai rata-rata tes formatif pada siklus II mengalami kenaikan menjadi 80. 2) Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar setelah siklus II adalah 15 siswa dengan persentase 100 % c. Data Hasil Pengamatan Pada tahap pengamatan diperoleh data keaktifan siswa sebagai berikut : 1) Pada siklus I siswa yang aktif dalam pembelajaran sebanyak 10 siswa atau 62,5% 2) Pada siklus II siswa yang aktif dalam pembelajaran sebanyak 15 siswa atau 100% 3) Dari siklus I ke siklus II keaktifan siswa naik sebesar 37,5% d. Data Hasil Refleksi 1) Pembelajaran berlangsung sangat kondusif dan interaktif. Siswa tampak senang dan aktif dalam pembelajaran. Hal ini tampak dari motivasi belajar dalam melaksanakan tugas dari guru. 2) Jumlah siswa yang tuntas sudah melampaui kriteria yang ditetapkan bahkan mencapai angka yang fantastis yaitu 100%. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Pada kegiatan pembelajaran prasiklus jumlah siswa yang tuntas dalam ulangan harian matematika tentang pecahan sederhana di SD Negeri 3 Cingebuladalah 2 siswa dengan persentase 13,3%. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I jumlah siswa yang tuntas menjadi 6 siswa dengan persentase 40%. Sedangkan siswa yang aktif dalam pembelajaran naik menjadi 10 siswa atau 62,5%, yang semula pada kegiatan pembelajaran prasiklus hanya ada 4 siswa yang aktif dalam pembelajaran dengan persentase 26,7%. Dalam pelaksanaan perbaikan siklus I ini terdapat kenaikan prestasi belajar siswa sebesar 62,5% dan kenaikan keaktifan belajar siswa sebesar 35,8%. Dengan demikian upaya perbaikan pembelajaran dilanjutkan pada siklus II agar memperoleh hasil yang lebih optimal. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II jumlah siswa yang tuntas menjadi 15 siswa dengan persentase 100%. Sedangkan siswa yang aktif dalam pembelajaran naik menjadi 15 siswa atau 100%, yang semula pada siklus I hanya ada 10 siswa yang aktif dalam pembelajaran dengan persentase 62,5%. Dalam pelaksanaan perbaikan siklus II ini dapat disimpulkan bahwa ada kenaikan prestasi belajar siswa sebesar 30% dan kenaikan keaktifan belajar siswa sebesar 37,5%. Perubahan jumlah tiap kelompok diperkecil menjadi 3 orang dalam tiap kelompok. Hasilnya semua siswa dapat aktif dalam pembelajaran, 78 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 ditunjukan dengan hasil tes formatif siswa pada siklus II dengan ketuntasan 100%. Dengan demikian upaya perbaikan pembelajaran berakhir pada siklus II. Keberhasilan dalam penelitian ini, berikut dapat ditunjukan dengan grafik persentase ketuntasan dan ketidak tuntasan hasil belajar siswa berikut ini: Gambar 1.Grafik Persentase Ketuntasan dan Ketidak Tuntasan Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika Mengenal Pecahan Sederhana Kelas III SD Negeri 3 Cingebul Dari grafik di atas ditunjukan bahwa persentase ketuntasan hasil belajar siswa mengalami kenaikan. Sedangkan grafik persentase ketidak tuntasan hasil belajar mengalami penurunan. Maka dapat disimpulkan bahwa temuan pada penelitian menjawab hipotesis yang dirumuskan pada Bab II bahwa melalui model pembelajaran Examples Non-Examples dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SD Negeri 3 Cingebul pada mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar mengenal pecahan sederhana. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan analisis pada perbaikan pembelajaran matematika dengan kompetensi dasar mengenal pecahan sederhana di SD Negeri 3 Cingebul UPK Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas yang telah dilaksanakan dan berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan dibantu temansejawatdapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non-Examples dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika mengenal pecahan sederhana kelas III di SD Negeri 3 Cingebul UPK Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas. Hal ini ditunjukan oleh temuan sebelum kegiatan pembelajaran prasiklus siswa yang tuntas baru 2 siswa dari 15 siswa, ketuntasan pada siklus I mencapai 9 siswa dan ketuntasan pada siklus II mencapai 15 siswa. Pada siklus II prosentase ketuntasan nilai siswa mencapai 100%. 79 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Saran Berdasarkan kesimpulan dan temuan yang sebaiknya dilakukan guru dalam meningkatkat kualitas pembelajaran dalam kelas yaitu : 1. Proses pembelajaran hendaknya direkayasa sedemikian rupa sehingga anak terlibat aktif, antusias, kreatif, dan menyenangkan agar tujuan dalam pembelajaran yang kita harapkan dapat tercapai. 2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non-Examples yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran terbukti dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran sehingga prestasi belajar siswa juga meningkat. Tindak Lanjut Untuk meningkatkan mutu profesionalisme guru berdasarkan pengalaman peneliti selama melakukan perbaikan pembelajaran melalui PTK, guru perlu melakukan kerjasama dan berbagai pengalaman dengan teman sejawat yang berhubungan dengan pembelajaran yang telah dilakukan. Selain itu penelitian tindakna kelas sangat membantu guru dalam mengevaluasi apa yang telah dilaksanakan dalam tugasnya menyampaikan materi kepada para siswa. Dengan demikian akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa di SD. Daftar Pustaka Agus Taufiq. Hera Lestari Mikarsa. Puji Lestari Prianto. (2015). Pendidikan Anak di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. Anitah, Sri W. dkk. (2011). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Aqib Zainal. (2013). Model-model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Yrama Widya. Mulyani Sumantri. (2014). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka. Nur Fajariyah. Defi Triratnawati. (2008). Cerdas Berhitung Matematika. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Toha Anggoro. dkk. (2014). Metode Penelitian. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. Wardani, IG.A.K. dkk. (2009). Perspektif Pendidikan SD. Jakarta: Universitas Terbuka. _________ Kuswaya Wihardit. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. _________ dkk. (2014). Pemantapan Kemampuan Profesional. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. 80 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 http://masih-berbagi.blogspot.co.id/2012/08/bab-ii-prinsip-prinsip-belajar-dan-asa.html. Diunduh 25 Maret 2016. http://www.kajianteori.com/2014/02/pengertian-pembelajaran-matematika.html. Diunduh 25 Maret 2016. http://ninyanggrainy.blogspot.co.id/2011/12/pendekatan-cara-belajar-siswa-aktif.html. Diunduh 25 Maret 2016. http://www.kajianteori.com/2013/03/model-pembelajaran-pengertian-dankarakteristik-model-pembelajaran.html. Diunduh 25 Maret 2016. http://www.eurekapendidikan.com/2015/02/model-pembelajaran-examples-nonexamples.html. Diunduh 25 Maret 2016. http://www.eurekapendidikan.com/2015/02/model-pembelajaran-examples-non examples.html. Diunduh 25 Maret 2016. kooperatif-tipe-30. Di Unduh 27 Maret 2016. 81 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 82 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK PADA SEMESTER GANJIL DI SD NEGERI 2 KARANGGAYAM Oleh : Suyanto, S.PD.SD NIP 19580531 197802 1 002 SD Negeri 2 Karanggayam UPK Lumbir Kabupaten Banyumas Abstrak Penelitian bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn pokok bahasan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif pada siswa kelas VI SDN 2 Karanggayam Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam 2 siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri 2 Karanggayam yang berjumlah 23 siswa. Data penelitian yang diperoleh meliputi hasil belajar siswa, keaktifan siswa dan guru selama pembelajaran. Data diperoleh melalui evaluasi tertulis dan observasi oleh observer. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa hasil belajar siswa sebelum diadakan tindakan adalah 5 siswa (22%) tuntas belajar dan 18 siswa (78%) belum tuntas belajar. Pada siklus I ketuntasan belajar mencapai 65% yaitu 15 siswa telah tuntas belajar dan 8 siswa (35%) belum tuntas belajar. Pada siklus II ketuntasan belajar mencapai 87% yaitu 20 siswa telah tuntas belajar dan 3 siswa (13%) belum tuntas belajar. Dari uraian hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa melalui metode peer teaching dalam pembelajaran PKn kelas VI SD Negeri 2 Karanggayam dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kata kunci: Peer teaching, hasil belajar Pendahuluan Mengingat sekolah merupakan bagian dari sistem yang terdiri dari kompenan yang saling terikat, berhubungan, berpengaruh, dan membutuhkan sehingga antara satu komponen dengan satu komponen lainnya tidak bisa dipisahkan. Sebut saja inti dari komponen inti itu adalah input, proses dan output. Ketiganya harus menjadi bagain yang harus diperhatikan untuk mencapai visi dan misi yang kan dituju bersama. Maka upaya untuk mengharmosikan antara komponen itu adalah dengan melakukan manajemen sekolah. Begitu pentingnya manajemen guna memudahkan perjalanan sebuah organisasi, maka guru pun dituntut harus melakukan tindakan manajemen untuk melaksankan tugasnya mengajar dan mendidik. Berkaitan dengan hal tersebut, maka tuntutan guru harus menyiapkan rencana pembelajaran, atau dikenal dengan nama Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus di awal pembelajaran sebagai perencana tertulis. Dengan rencana yang terarah dan tertulis maka guru akan mudah untuk melakuan pembelajaran 83 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 sesuai dengan konsep sehingga pembelajaran terarah, efektif dan efesien. Namun, kendala pembuatan RRP dan silabus di awal pembelajaran masih dijadikan permasalahan di kalangan para guru. Seorang guru profesional harus dapat mempertanggungjawabkan pembelajaran yang dikelolanya. (Tim FKIP, 2007:12). Untuk dapat mengelola pembelajaran dengan baik maka guru harus merencanakan setiap tahapan pengelolaan pembelajaran yang akan dilakukannya sehingga setiap guru perlu menyusun rencana pembelajaran secara sistematis. Rencana pembelajaran yang sistematis adalah rancana pembelajaran yang antara komponen satu dengan komponen lainnya saling berhubungan secara fungsional dalam rangka mencapai kompetensi dasar (Depdikbud: 2006:14). Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sistematis tidak bisa dilakukan bila tidak menggunakan pedoman yang baku. Pedoman baku tersebut pada dasarnya telah disediakan, yaitu Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses. Kondisi yang ada di SD Negeri 2 Karanggayam dapat dikategorikan belum semua guru telah menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sesuai dengan Standar. Hal ini dapat dikatahui dari RPP yang telah disusun ternyata kurang inovatif. Banyak dari guru di SD tersebut membuat RPP hanya menggunakan cara find and replace. Content dari RPP yang telah disusun belum mencerminkan pembelajaran secara nyata. Kenyataan di atas bila kepala sekolah hendak memberikan bimbingan dalam penyusunan RPP misalnya, masih menemui beberapa kendala, antara lain pemahaman yang belum seragam antara guru yang satu dengan yang lain, kondisi sekolah satu sengan sekolah lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Yang terjadi, kondisi yang ada dibiarkan berjalan sesuai kemampuan pencerapan masing-masing guru terhadap fenomena yang sedang berkembang. Konsekwensi pekerjaan guru sebagai profesi menjadi belum dapat dipertanggungjawabkan baik secara hukum maupun moral. Kedua, para guru yang telah menyusun RPP masih terkesan proforma dan melengkapi kewajiban saja, yang penting ada RPP di kelas, apa pun bentuknya. Pada kondisi yang demikian para guru yang melaksanakan pembelajaran lebih banyak menggantungkan diri pada buku teks yang ada. Apa yang tertera dalam buku teks itulah bahan ajar yang disampaikan kepada peserta didik. Pendekatan kurikulum yang berorientasi pada tujuan hampir lepas dari pola pikir para guru. Dengan demikian harapan agar guru dapat bekerja secara profesional yang ditandai dengan pertanggungjawaban atas kinerja sesuai tuntutan standar kompetensi guru masih jauh dari jangkauan. Pembelajaran yang diharapkan terencana dengan matang, serta mampu meningkatkan aktivitas peserta didik yang tidak hanya menerima begitu saja materi dari guru belum sepenuhnya terlaksana. Apalagi bila menengok tingkat pendidikan guru yang belum 84 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 berkualifikasi sesuai tuntutan ditambah heterogennya usia guru, jelas menjadi masalah tersendiri dalam rangka menjadikan guru sebagai tenaga pendidik yang benar-benar profesional. Alasan ketiga, kebijakan pelaksanaan in service training baik dalam bentuk advokasi, maupun pelatihan belum mampu menyentuh guru secara keseluruhan. Hal tersebut memicu kesenjangan pemahaman antara guru yang satu dengan yang lain. Bila hasil-hasil pelatihan hendak diimbaskan melalui KKG (Kelompok Kerja Guru) seringkali timbul masalah ketidakpercayaan baik dari penyampai materi maupun penerima informasi. Secara praktis hasil-hasil pelatihan hanya menjadi milik pribadi dari guru yang dikirim. Berdasarkan fenomena di atas, kiranya perlu dicari solusi yang tepat agar penyiapan guru menjadi tenaga yang benar-benar profesional dapat dilakukan secara terencana, teratur, terarah sehingga mendapatkan hasil sesuai harapan. Solusi tersebut tentunya harus mampu menyentuh kebutuhan guru, serta melibatkan pihak-pihak terkait secara integral. Teknik yang dipergunakan dalam melakukan pembinaan khusunya melalui supervisi Kepala Sekolah (Depdikbud, 1994:6), meliputi: kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, kunjungan antara kelas, rapat rutin. Teknik-teknik di atas dalam pelaksanaannya menemukan beberpaa kendala. Teknikteknik kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, terlalu memakan waktu untuk menjangkau semua guru yang ada. Teknik kunjungan antar kelas, maupun gugus, rapat rutin, penataran lokal terbentur dengan biaya dan mengganggu jam efektif bila terlalu sering dilakukan, sementara untuk penyebaran informasi melalui media masih terganjal keterbatasan dana dan sarana yang dimiliki sekolah. Untuk itu dipilih teknik yang merupakan gabungan dari beberapa teknik tersebut berupa bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dimungkinkan lebih efektif karena bisa dilakukan secara kelompok besar yang anggota kelompok tersebut dapat mengimbaskan kepada teman di sekolah masing-masing. Pelaksanaan bimbingan kelompok dapat diadakan secara berkala dan dipilih waktu yang tidak menganggu jam efektif mengajar. Selain itu, bimbingan kelompok juga dapat dilakukan secara tuntas kepada masing-masing guru pada kelompok tertentu yang sama tingkatannya, misalnya guru kelas I, II dan seterusnya. Bimbingan kelompok mampu mengakomodasi seluruh guru, sebab bila hanya dilakukan melalui pertemuan gugus maka peserta bimbingan terbatas hanya dalam gugus yang bersangkutan. Terkait dengan fakta-fakta di atas hendak diadakan Penelitian Tindakan Sekolah dengan judul, ”Peningkatan Kemampuan Guru Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik pada Semester Ganjil di SD Negeri 2 Karanggayam Tahun Pelajaran 2014/2015”. 85 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Kajian Teori A. Kemampuan Guru Menyusun RPP 1. Kemampuan Guru Kemampuan (Ability) merupakan kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerrjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang. Kemampuan juga dapat diartikan sebagai kompetensi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10 ayat (1) dijelaskan bahwa “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”. a. Kompetensi Pedagogik Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. b. Kompetensi Kepribadian Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia (Haryanto, 2009:65). c. Kompetensi Profesional Kompetensi Profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. d. Kompetensi Sosial Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kemampuan guru tidak lain adalah kompetensi seorang guru yang memenuhi standar yang terdiri dari empat komponen kompetensi yang terdiri dari: kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi wawasan kependidikan, kompetensi akademik/vokasional, dan kompetensi pengembangan profesi. Dalam penelitian action research ini lebih ditekankan dan dibatasi hanya kepada komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran saja. Itupun 86 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 dibatasi hanya kepada kemampuan menyusun rencana pembelajaran, dan kemampuan melaksanakan pembelajaran. a. Pengertian RPP Menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar. Selanjutnya menurut Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 lampiran IV tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran, tahapan pertama dalam pembelajaran menurut standar proses adalah perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan peyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. RPP adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu mengacu pada silabus. b. Manfaat RPP Rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun memberikan landasan pokok bagi guru dan siswa dalam: 1) Mencapai kompetensi dasar dan indikator 2) Memberi gambaran mengenai acuan kerja jangka pendek 3) Karena disusun dengan menggunakan pendekatan sistem, memberi pengaruh terhadap pengembangan individu siswa 4) Karena dirancang secara matang sebelum pembelajaran, berakibat terhadap nurturant effect c. Langkah-langkah Pengembangan RPP Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dikembangkan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1) Mengkaji silabus Secara umum, untuk setiap materi pokok pada setiap silabus terdapat 4 KD sesuai dengan aspek KI, untuk mencapai 4 KD tersebut, didalam silabus dirumuskan kegiatan peserta didik secara umum dalam pembelajaran berdasarkan standar proses. Kegiatan mengamati, menannya, mengumpulkan informasi, mengolah, dan mengkomunikasikan harus dirinci lebih lanjut di dalam RPP, dalam bentuk langkahlangkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran, yang membuat peserta didik aktif belajar. Pengkajian silabus juga meliputi perumusan indikator KD dan penilaiannya. 2) Mengidentifikasi Materi Pembelajaran 87 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD dengan mempertimbangkan potensi peserta didik, relevansi dengan karakteristik daerah, tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, social, dan spiritual peserta didik, struktur keilmuan, keluasan materi pembelajaran, relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan, dan alokasi waktu. 3) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran diranvang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi anatar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. 4) Penjabaran Jenis Penilaian Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil beajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. 5) Menentukan Alokasi Waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah KD, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu setara untuk menguasai KD yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Oleh karena itu alokassi tersebut dirinci dan disesuaikan lagi di RPP. 6) Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek dan bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial dan budaya. Pedoman dalam penyusunan pelaksanaan pembelajaran sebagaimana tertuang dalam lampiran permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 dikutip secara keseluruhan sebagai berikut: ”RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan 88 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. B. Supervisi akademik 1. Pengertian Supervisi Supervisi merupakan salah satu strategi untuk memastikan bahwa seluruh langkah pada proses penyelenggaraan dan semua komponen hasil pendidikan yang akan dicapai memenuhi target, straegi manajemen yang terdapat dalam supervisi terdiri atas serangkaian kegiatan untuk memastikan bahwa mutu yang diharapkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi memenuhi standar yang telah ditentukan. Pengertian supervisi sangat luas, sebagaimana disebutkan Purwanto (2012:62) dalam bukunya Administrasi dan Supervisi Pendidikan. supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah yang tertuju kepada prkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Selanjutnya disebutkan, dengan kata lain supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para gurudan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Secara harfiah kata supervisi sama dengan membangun, meningkatkan atau memperbaiki (Wojowasito, 1980: 52). Dalam kegiatan sehari-hari disekolah kata supervisi selalu diartikan dengan supervisi pengajaran, Menurut penjelasan UUSPN Tahun 1989 UUSPN Pasal 52 kata supervisi dimasukan dalam rangkaian kata supervisi, yaitu “Pengawas lebih merupakan upaya untuk memberikan bimbingan supervisi, dorongan, dan pengayoman bagi satuan pendidikan yang bersangkutan yang diharapkan terus-menerus dapat terus meningkatkan mutu pendidikan maupun pelayanannya”. Dalam Carter Good Goveremance Dictionary of Education mengemukakan bahwa supervisi adalah segala usaha pejabat dalam memimpin guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya, untuk memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan jabatan-jabatan guru-guru, menyeleksi dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode-metode mengajar serta evaluasi pengajaran. Dalam sudut pandang morfologis, “superervisi” terdiri dari dua kata yaitu “super” yang berarti atas atau lebih dan “visi” mempunyai arti lihat, pandang, tilik, atau awasi. Dari dua kata tersebut (super dan visi), dapat dimaknai beberapa substansi supervisi sebagai berikut: 89 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 a. Kegiatan dari pihak atasan yang berupa melihat, menilik, dan menilai serta mengawasi dari atas terhadap perwujudan kegiatan atau hasil kerja bawahan. b. Suatu upaya yang dilakukan oleh orang dewasa yang memiliki pandangan yang lebih tinggi berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap untuk mebantu mereka yang membutuhkan pembinaan. c. Suatu kegiatan untuk mentransformasikan berbagai pandangan inovatif agar dapat diterjemahkan dalam bentuk kegiatan yang terukur. d. Suatu bimbingan professional yang dilakukan oleh pengawas agar guru-guru dapat menunjukan kerja professional.Sementara itu Sahertian mengutip dari Mustaji (2006:43) yang melihat supervisi itu sebagai sebuah prosedur memberi arah serta mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran. 2. Tujuan Supervisi Tujuan supervisi itu sendiri adalah memberikan layanana dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas, untuk mengembangkan kemampuan mengajar dan potensi kualitas guru. Pendapat ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Olive bahwa sasaran (domain) supervisi pendidikan ialah a. mengembangkan kurikulum yang sedang dilaksanakan di sekolah b. meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah c. mengembangkan seluruh staf di sekolah supervisi bertujuan menghimpun informasi atau kondisi nyata pelaksanaan tugas pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan tujuan pokonya sebagai dasar untuk melakukan pembinaan dan tindak lanjut perbaikan kinerja balajar siswa. Lanjutnya adalah bermanfaatnya akreditasi untuk melakukan perbaikan mutu. Target puncak dari supervisi berkembangnya proses perbaikan mutu secara berkelanjutan, meningkatnya kebiasaan melaksanakan tugas sejak awal dengan mutu yang terukur, meningkatnya pengaruh pelaksanaan tugas profesi terhadap hasil belajar siswa, pada akhirnya supervisi menumbuhkan budaya mutu, karena mutu itu adalah budaya yang selalu menjunjung target yang tinggi pada tiap langkah kegiatan. Tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran (Neagly & Evans, 1980). Sedangkan tujuan umum dari supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personil tersebut mampu meningkatkan kwalitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan proses belajar mengajar. Mengenai siapa yang mempunyai kewenangan untuk melakukan supervisi adalah atasan kepada bawahan, sebagaimana disebutkan Prof, Nanang fatah dalam bukunya Sistem Penjaminan Mutu Sekolah. Supervisi dan/atau pengawasan dilakukan oleh pemerintah, 90 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan penyelenggara satuan/ program pendidikan. Dalam satuan pendidikan yang bertanggung jawab memberikan supervisi adalah kepala sekolah, oleh karena kepala sekolah sebagai supervisor harus mempunyai kulifikasi dan kompetensi yang mempuni agar dapat menjalankan supervise terhadap stafnya dengan baik. Syarat untuk menjadi kepala sekolah adalah memenuhi kulifikasi dan kompetensi tertentu yang harus dipenuhi, lebih jauh Purwanto (2012:45) menjelaskan bahwa ijazah yang diperlukan bagi seorang kepala sekolah hendaknya sesuai dengan jurusan sekolah yang dipimpinnya. Disamping ijazah, pengalamaan bekerja pun merupakan syarat penting yang tidak dapat diabaikan. Sebagai seorang supervisor, kepala sekolah mempunyai tugas-tugas pokok yang harus dilaksanakan. Dia harus mampu menganalisa, mengobservasi semua hal yang dapat membantu dalam pengembangan sekolah, mengorganisir seluruh staff dalam peningkatan kinerja dan kompetensi dirinya, menjalin hubungan mitra dengan luar sekolah yang dapat menunjang pada kepentingan sekolah. 3. Prinsip Supervisi Supervisi harus dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip. Menurut Fachrudi (1975) prinsip-prinsip supervisi adalah sebagai berikut: a. Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif. b. Supervise harus kreatif dan konstruktif c. Supervise harus Scientific d. Supervise harus dapat memberikan rasa aman kepada guru-guru e. Supervise harus berdasarkan kenyataan f. Supervise harus memberikan kesempatan kepada supervisor dan guru-guru untuk mengadakan “Self evaluation”. 4. Fungsi Supervisi Fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. Arikunto & Yuliana (2008:129), sama-sama mengemukakan bahwa fungsi utama supervise adalah membina program pengajaran yang ada sebai-baiknya sehingga selalu ada usaha perbaikan. Sementara Purwanto menjelaskan bahwa fungsi supervisi modern ialah menilai dan memperbaiki factor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik, sedangkan Briggs mengungkapkan fungsi utama supervise bukan perbaikan pembelajaran saja, tapi untuk mengkoordinasi, menstimulasi, dan mendorong kearah pertumbuhan profesi guru. 91 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Swearingen dalam bukunya Supervisionof Instruction – Foundation and Dimension (1961) mengemukakan 8 fungsi supervisi: a. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus–menerus b. Mengkoordinasi semua usaha seklah c. Melengkapi kepemimpinan sekolah d. Memperluas pengalaman guru-guru e. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif f. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf g. Menganalisis situasi belajar mengajar 5. Teknik-Teknik Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Supervisi Arikunto & Yuliana (2008:79) menyebutkan teknik supervisi terdiri dari individual deviation (bersifat individual) dan group devices (bersifat kelompok). Teknik supervisi yang bersifat individual antara lain; kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi kelas, dan menilai diri sendiri. Sedangkan teknik yang bersifat kelompok diantara adalah; panel of forum discussion, curriculum laboratry, directed reading, demonstration teaching, professional libraries, supervisory bulletin, teacher meeting, professional oraganization, workshop of group work. Evan dan Neagly (1980) menyebutkan teknik supervisi terdiri dari; individual techniques (teknik perorangan) dan group techniques (teknik kelompok). Individual techniques terdiri atas; assignment of teachers, classroom visitation and observation, classroom experimentation, colleges course, conference (individual), demonstration teaching, evaluation, proffesional reading, professional writing, supervisory bulletins, informal contacts. Sedangkan yang termasuk teknik kelompok (group techniques) diantaranya adalah; orientation of new teacher, development of professional libraries, visiting other teachers, coordinating of student teacing. Teknik Supervisi tersebut, bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu. teknik supervisi individual, dan teknik supervisi kelompok. 6. Faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi Dalam pelaksanaan supervisi tidaklah semuanya berhasil. Beberapa hambatan dapat muncul. Purwanto (2010: 35) merinci beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya kegiatan supervisi. Berikut adalah faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan supervisi. a) Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada. Apakah Sekolah itu berada dikota besar, di kota kecil, atau di pelosok Desa. Dilingkungan masyarakat orang-orang kaya dan 92 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 lingkungan orang-orang yang kurang mampu. Dingkungan masyarakat intelek, pedagang,petani dan lain-lain. b) Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepada sekolah, apakah sekolah itu merupakan kompleks sekolah yang besar, banyak jumlah guru dan muridnya memiliki halaman dan tanah yang luas. c) Tingkatan dan jenis sekolah. Apakah sekolah yang dipimpin itu SD atau sekolah lanjutan, SMP atau SMK, SMA dsb. Semuanya memerlukan sikap dan sifat supervisi tertentu. d) Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia. Apakah guru-guru disekolah itu pada uumumnya sudah berwenang, bagaimana kehidupan sosial ekonomi, hasrat kemampuannya, dsb. e) Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri. Yang terakhir ini adalah faktor yang terpenting. Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia, jika kepala sekolah itu sendiri tidak mempunyai kecakapan dan keahlian yang diperlukan, semuanya itu tidak akan ada artinya, sebaliknya, adanya kecakapan dan keahlian yang dimiliki kepala sekolah, segala kekurangan yang ada akan menjadi perangsang yang mendorongnya untuk selalu berusaha memperbaikinya dan menyempurnakannya. Pembahasan A. Deskripsi Kondisi Awal Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan di SD Negeri 2 Karanggayam UPK Lumbir terhadap RPP yang disusun oleh guru kelas perlu adanya perbaikan. Hal ini dikarenakan kegiatan supervisi terhadap RPP yang disusun oleh guru kelas belum dilaksanakan secara maksimal. Hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian besar guru belum dapat menyusun RPP sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Secara format dapat dikategorikan sudah sesuai, hanya saja secara konten (isi) dari rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun belum menunjukkan harapan yang diinginkan. 93 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Berikut adalah rekapitulasi kemampuan guru menyusun RPP pada kondisi awal. Tabel 1 Rekap Kemampuan Guru Menyusun RPP pada Kondisi Awal Komponen No Nama GK 1 2 3 4 5 6 7 Jml Rata2 1 Mutmainah II 6 7 6 6 23 9 9 69 52,2% 2 Siwi W V 8 10 5 9 38 11 10 91 72,8% 3 Kusriyanti I 6 8 6 5 28 7 9 56 52,8% 4 Sri Rejeki III 7 10 6 8 36 11 12 90 72% 5 Sri Purwati IV 7 9 6 8 36 11 12 89 71,2% 6 Puji Astuti VI 7 10 8 8 36 11 12 92 73,6% Rata-rata 81,2 65% Berdasarkan tabel di atas, kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dapat dikategorikan cukup. Hal ini dikarenakan sebagian besar guru dalam menyusun RPP mendapat persentase nilai 65. Kepala sekolah dapat melakukan kegiatan supervisi guna meningkatkan kemampuan guru untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Kepala sekolah belum mengadakan supervisi akademik secara terprogram baik secara kelompok maupun individu tentang rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan kondisi awal di atas, peneliti perlu mengadakan supervisi akademik melalui 2 siklus demi terciptanya penyusunan RPP yang dapat digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hasil penelitian tindakan sekolah yang telah dilaksanakan di SD Negeri 2 Karanggayam tahun ajaran 2014/2015, diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan supervisi akademik dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Dalan setiap siklus pelaksanaan penelitian ini terdapat peningkatan. Berikut adalah gambar peningkatan kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. 94 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Gambar 4.2 Peningkatan Kegiatan Supervisi Berdasarkan diagram di atas, tampak adanya peningkatan hasil supervisi yang dilakukan peneliti terhadap kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Peningkatan tersebut dapat dilihat dari kondisi awal yang secara rata-rata hanya memperoleh nilai rata-rata 65. Sementara itu, setelah diberi tindakan ke dua ternyata dapat memperoleh hasil rata-rata sebesar 75. Mengingat hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I belum sesuai dengan indikator yang ditetapkan maka dilaksanakan siklus II. Hasil rata-rata yang diperoleh pada siklus II adalah 85. Meningkatnya hasil kegiatan supervisi yang telah dilaksanakan sesuai dengan pendapat dari Purwanto (2010:30) menyarankan agar kepala sekolah mempertimbangkan enam faktor kepribadian guru, yaitu kebutuhan guru, minat guru, bakat guru, temperamen guru, sikap guru, dan sifat-sifat somatic guru. Dengan mengacu pendapat tersebut, peneliti selaku kepala sekolah SD Negeri 2 Karanggayam dapat melaksanakan kegiatan tersebut dengan sebaiknya dan hasilnya dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, kegiatan supervisi memang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah terhadap guru yang ada di sekolahan tersebut. Hal ini sependapat dengan pendapat dari Arikunto & Yuliana (2008:129) yang menyatakan bahwa fungsi utama supervise adalah membina program pengajaran yang ada sebai-baiknya sehingga selalu ada usaha perbaikan. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah, hipotesis dan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa supervisi akademik dapat meningkatkan kemampuan guru dalam 95 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Hasil penelitian membuktikan bahwa peningkatan terjadi pada setiap siklusnya. Pada saat observasi kondisi awal, rata-rata nilai yang diperoleh guru dalam menyusun RPP adalah 65. Sementara itu, setelah diberi upaya supervisi akadmik pada siklus I meningkat menjadi 75 dan 85 pada siklus II. Peningkatan kemampuan guru selama proses pembimbingan harus benar-benar diamati dan dibantu secara proporsional persuasif agar proses benar-benar berjalan efektif, mengingat pada pembelajaran orang dewasa kadang terjadi perbedaan persepsi antara pembimbing dengan yang dibimbing, mau diamati secara ketat khawatir timbul perasaan underestimate dari para guru, tetapi bila diberikan terlalu longgar khawatir tidak dipahami. Diperlukan kesabaran, ketelatenan, ketetilitian dan kehatihatian dalam rangka memberikan bimbingan terhadap orang dewasa agar tujuan dapat dicapai tanpa harus mencul perasaan direndahkan dari para guru. Peningkatan di atas membuktikan keberhasilan peningkatan kemampuan guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran melalui supervisi akademik guru SD Negeri 2 Karanggayam Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas tahun ajaran 2015/2016. Daftar Pustaka Arikunto dan Yuliana. 2008. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media Depdiknas. 2004. Kurikulum Tigkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas Haryanto. 2009. Modul Evaluasi Program Pendidikan. Yogyakarta: FIP Universitas Negeri Yogyakarta Mustaji. 2006. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Neagly & Evan pembelajaran.html 1980 http://infopendidikankita.blogspot.com/2014/02/supervisi- Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 lampiran IV tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran Purwanto. 2012. Administrasi dan supervisi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10 ayat (1) Wojowasito. 1980. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta 96 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG HITUNG PERKALIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SEMESTER GENAP DI KELAS II SD NEGERI KALIKEMBANG UPK KEMRANJEN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh Sunarya, S.Pd. NIP. 19630301 198803 1 020 Unit Pendidikan Kecamatan Kemrajen Abstrak Hasil belajar matematika di SD Negeri Kalikembang dapat dikategorikan masih rendah. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar adalah penerapan model pembelajaran yang kurang optimal. Penerapan model pembelajaran make a match sangat menentukan keberhasilan pembelajaran matematika khususnya di SD Negeri 1 Kalikembang. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran mata pelajaran matematika kelas V SD Negeri 1 Kalikembang. dilaksanakan dalam dua siklus. Teknik pengumpulan data dengan pengambilan tes di akhir pembelajaran, serta menganalisis data kuantitatif menggunakan metode analitis deskritif komparatif, dengan membandingkan masing-masing siklus. Subyek penelitian siswa kelas II SD Negeri 1 Kalikembang tahun ajaran 2014/2015 dengan jumlah sebanyak 18 siswa. Hasil pelaksanaan menunjukkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran make a match hasil belajar siswa menunjukkan ada kenaikan pada setiap tahapan siklus. Hal tersebut dapat diketahui dari adanya peningkatan dari kondisi awal siswa yang belum tuntas ada 61 % (11 siswa) atau sebanyak 39 % (7 siswa) siswa sudah tuntas, kemudian siklus I sebanyak 23 % siswa belum tuntas (6 siswa) atau 67 % ( 12 siswa) sudah tuntas dan hasil siklus II sebanyak 17 % siswa belum tuntas (3 siswa) atau 83 % (15 siswa) siswa sudah tuntas. Kata kunci: Model pembelajaran make a match, Hasil Belajar Pendahuluan Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Hal ini didasarkan pada Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang mengamanatkan penyusunan kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di satuan pendidikan sekolah. 97 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Penyusunan KTSP oleh sekolah diharapkan memberikan dampak positif karena rancangan KTSP dibuat dengan penyesuaian situasi dan kondisi masing–masing sekolah. Seorang guru sekolah dasar tentu saja harus dapat menetapkan media yang paling tepat dan sesuai untuk tujuan tertentu, penyampaian bahan tertentu, suatu kondisi belajar peserta didik dan untuk suatu penggunaan strategi atau metode yang telah dipilih. Berbagai jenis media pengajaran penting diketahui guru dan tentu saja lebih baik lagi jika guru mengembangkan kemampuan untuk membuat variasi pada media yang sudah ada. Pemebelajaran matematika sering dianggap sulit dan membosankan bagi siswa sehingga hasil belajar siswa cenderung berkurang. Hal ini ditandai dengan nilai hasil evaluasi mata pelajaran Matematika yang masih rendah pada siswa kelas II SD Negeri Kalikembang. Siswa yang memperoleh nilai baik cenderung hanya sebagian saja. Melihat kenyataan yang sering dihadapi di dalam kelas khususnya di kelas rendah, tingkat pemahaman anak terhadap suatu konsep perkalian masih rendah. Khususnya siswa kelas II, anak masih banyak mengalami kesulitan dalam berhitung perkalian. Berdasarkan pengamatan di SD Negeri Kalikembang UPK Kemranjen, pembelajaran keterampilan berhitung perkalian dengan cara memanipulasi atau menjumlahkan sebanyak bilangan tersebut. Setiap guru mengharapkan agar setiap ilmu pengetahuan yang ia ajarkan dapat dimengerti, diterima dan dikuasi oleh siswanya dengan baik. Agar harapan setiap guru untuk menuju keberhasilan mengajar tercapai, maka guru harus memiliki kecakapan dan keterampilan dalam menyajikan pelajaran kepada siswanya. Dalam kegiatan proses belajar mengajar, metode mengajar memiliki peranan yang dapat mendukung keberhasilan seorang guru dalam mengajar. Metode merupakan salah satu pendukung utama keberhasilan mengajar. Oleh karena itu, seorang guru perlu memilih metode mengajar yang bisa memacu keberhasilan belajar siswa, salah satunya adalah metode bermain. Metode bermain dalam hal ini yaitu metode keterampilan berhitung dengan mencari pasangan atau metode Make a Match. Untuk itu kami mengambil judul: “Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika tentang Hitung Perkalian melalui Metode Make a Match Pada Semester Genap di Kelas II SD Negeri Kalikembang UPK Kemranjen Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2014/2015”. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimanakah alat peraga dan metode Make a Match dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri Kalikembang UPK Kemranjen Kabupaten Banyumas?; 2) Bagaimanakah alat peraga dan metode Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di 98 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 kelas II SD Negeri Kalikembang UPK Kemranjen Kabupaten Banyumas?. Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Penggunaan alat peraga untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri Kalikembang UPK Kemranjen Kabupaten Banyumas. 2) Untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri Kalikembang UPK Kemranjen Kabupaten Banyumas menggunakan metode Make a Match. Kajian Teori Tinjauan tentang keaktifan dan hasil belajar Pengertian Belajar Menurut Skinner (2008 : 90) berpendapat bahwa “Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif”. Menurut Herman Hudojo (1990 : 4) menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar yang menghasilkan perubahan tingkah laku berupa kemampuan baru pada pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta bersifat relatif lama berdasarkan pengalaman dan latihan - latihan dengan melibatkan berbagai lingkungan yang dibutuhkannya. Pengertian Keaktifan Kata keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat atau sibuk dan mendapat awalan ke- dan akhiran –an. Kata keaktifan sama artinya dengan kegiatan dan kesibukan. Maksud dari keaktifan di sini adalah segala aktifitas atau kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa aktif berarti giat, mampu beraksi dan bereaksi. Sedangkan keaktifan adalah kegiatan atau kesibukan. Pengertian Hasil Belajar dan Keaktifan Belajar hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh interaksi dengan lingkungannya, latihan atau pengalaman. Hasil belajar ini diperoleh dengan memberi evaluasi pada suatu bidang studi yang kemudian diwujudkan dengan nilai. Adapun evaluasi untuk mengukur penguasaan materi. Sedangkan yang dimaksud keaktifan belajar dalam penelitian ini adalah keaktifan yang menghasilkan pada 99 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 diri individu baik mengenai tingkat kemajuan dalam proses perkembangan psikis, sikap, pengertian, kecakapan, minat dan penyesuaian diri dalam hal cara belajar aktif. Alat peraga (media pembelajaran) Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara sumber pesan dengan penerima pesan (Sri Anitah W, 2009 : 6.3). Kegiatan pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi. Agar pesan atau bahan ajar yang disampaikan guru dapat diterima oleh siswa maka dapat diperlukan wahana penyalur pesan. Fungsi utama media pembelajaran yaitu sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif. Dengan fungsi itu, media pembelajaran harus dijadikan bagian integral dan keseluruhan proses pembelajaran itu sendiri. Dalam penggunaannya harus relevan dengan tujuan/kompetensi yang ingin dicapai dan bahan ajar, tidak diperkenankan hanya sekedar untuk permainan untuk memancing perhatian siswa semata. Fungsi lain yaitu untuk mempercepat proses pembelajaran dan mengurangi verbelisme (Sri Anitah W, 2009 : 6.12). Metode Make A Match Model pembelajaran Make a Match adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu (Wahab, 2007 : 59). Metode Make a Match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Perencanaan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin/sanjungan. Khusus metode Make a Match merupakan suatu bentuk kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, suasana kelas menjadi hidup dan semua murid berpartisipasi aktif. Sehingga dengan metode Make a Match siswa diharapkan dapat memahami konsep perkalian dengan mudah dan terampil berhitung dengan cara yang menyenangkan. Sebagai seorang pendidik hendaknya selalu mengupayakan agar materi pelajaran yang disampaikan menarik dan mudah dipahami oleh setiap siswa sehingga hal tersebut dapat mencapai suatu hasil belajar yang memuaskan. Salah satu cara untuk mewujudkan hal ini adalah dengan menciptakan pembelajaran yang menarik dengan menggunakan strategi pembelajaran, diantaranya penggunaan metode yang efektif dan efisien agar siswa merasa terlatih dan terbiasa, sehingga tidak selalu bergantung pada orang lain. Metode yang tepat untuk pembelajaran semacam itu adalah metode permainan. Dalam penggunaan metode ini 100 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 siswa selalu diajak untuk belajar dengan bermain sehingga pemahaman siswa terhadap materi akan selalu teringat dan lebih mudah dipahami. Selanjutnya, kerangka berfikir dalam penelitian ini sebagaimana di paparkan dalam gambar di bawah ini. Kondisi awal Guru menggunakan metode ceramah tanpa alat peraga Tindakan Guru menggunakan alat peraga dan metode Keaktifan dan hasil belajar siswa rendah Siklus 1 Guru menggunakan alat peraga Siklus 2 Kondisi akhir Keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat Guru menggunakan alat peraga dan metode make a match Gambar 1. Kerangka Berpikir Metode Penelitian Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Penelitian dilakukan secara bersiklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Jika pada pelaksanaan siklus 1 indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini belum tercapai, maka dilakukan perbaikan untuk siklus berikutnya. Rincian kegiatan penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 101 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Perencanaan Perencanaan merupakan tindakan awal dari setiap siklus. Secara terinci langkahlangkahnya sebagai berikut : a. Mencari masalah penelitian yang ada di lapangan, dilakukan melalui diskusi antara guru peneliti, guru kelas, dan siswa, melalui wawancara, observasi dan refleksi. b. Memilih masalah penelitian, Masalah yang diperoleh didiskusikan, kemudian dipilih berdasarkan bobot masalahnya dan keterjangkauan pemecahannya. Masalah yang dipilih dirinci, kemudian dipertajam menjadi masalah-masalah turunan atau sub masalah yang menjadi penyususnannya. Rancangan pemecahan berupa langkah-langkah yang dilakukan untuk memecahkan sub masalah, dengan mempertimbangkan faktor pendukung, berikut upaya memaksimalkan dukungan dan faktor penghambat, berikut cara meminimalkan hambatan. Tindakan Dalam tahap ini dilakukan pemecahan masalah sebagai mana yang telah dirancang yaitu menggunakan alat peraga dan metode Make a Match dalam pembelajaran. Observasi Observasi dilakukan bersama dengan pelaksanaan pembelajaran baik terhadap proses tindakan, efek tindakan maupun terhadap hasil tindakan yang dilakukan. Observasi juga dilakukan terhadap seberapa jauh tindakan yang dilakukan untuk membantu pencapaian tujuan yang direncanakan. Refleksi Refleksi dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap proses yang terjadi, masalah yang muncul, dan segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Pelaksanaan refleksi oleh peneliti untuk mengevaluasi hasil tindakan dan merumuskan perencanaan tindakan berikutnya. Pelaksanaan tindakan terintegrasi melalui proses pembelajaran, yaitu: Siklus 1 Siklus pertama dilakukan dalam satu kali pertemuan (2x35menit) dengan indikator mengingat fakta perkalian (sampai 5x10) dengan berbagai cara dan menghitung secara cepat perkalian yang hasinya dua angka. Siklus 2 Siklus kedua dilaksanakan pada pertemuan (2x35menit) selanjutnya dengan indikator mengingat fakta perkalian (sampai 5x10) dengan berbagai cara dan menghitung secara cepat perkalian yang hasinya dua angka. 102 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Perencanaan Refleksi Pelaksanaan Observasi Gambar 2. Tahap-tahap dalam PTK Tahap pertama dalam PTK adalah perencanaan. Pada saat ini dituntut untuk membuat rencana yang jelas dan matang. Rencana ini akan menjadi pedoman dalam melaksanakan tindakan.Tahap kedua adalah pelaksanaan. Tahap ini merupakan perwujudan nyata dari sebuah rencana. Jika rencana tidak diwujudkan dalam tindakan nyata, maka tidak akan memberikan manfaat apapun. Tahap ketiga adalah observasi atau pengamatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kualitas dan kesesuaian dengan rencana yang dibuat. Pengamatan dilakukan selama proses tindakan berlangsung. Melalui pengamatan akan diketahui kelebihannya dan kekurangan dari tindakan yang dilakukan. Tahap keempat adalah refleksi. Tahap ini dilakukan setelah tindakan berakhir. Apa yang dilakukan dan apa dampaknya bagi proses belajar siswa, perlu dilihat dan direnungkan kembali secara mendalam. Yang lebih penting lagi, merenungkan alasan melakukan sesuatu tindakan dikaitkan dengan dampaknya, sehingga akan dapat mengenal kekuatan dan kelemahan tindakan yang telah dilakukan. Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana perbaikan jika ternyata yang dilakukan belum berhasil memecahkan masalah, seperti pada gambar berikut: 103 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Cloncution Re-palnning Planning Reflekting Reflekting Acting Re-acting Observing Re-observing Gambar 3. Daur Penelitian Tindakan Kelas Setelah sirkulasi ini berlangsung dua kali, mungkin perbaikan yang diinginkan sudah terjadi. Hal ini daur PTK dengan tujuan yang direncanakan sudah berakhir. Bagan yang digambarkan dua siklus sebagai berikut : 104 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Ide Studi Pendahuluan Persiapan Penelitian awal 1. Wawancara 1. Penyamaan konsep, dengan siswa 2. Tes Diagnostik (memperoleh data awal) metode, contoh dan latihan antara peneliti dan pengamat 2. Penyususnan lembar 3. Analisis dokumen observasi 3. Penyusunan format wawancara 4. Penyusunan tes Simpulan Simpulan Simpulan Tindakan siklus 2 Tindakan siklus 1 1. Perencanaan perbaikan 1. Perencanaan Berhasil perbaikan 2. Perencanaan 2. Perencanaan perbaikan perbaikan 3. Observasi 3. Observasi 4. Diskusi dengan Belum observer 4. Diskusi dengan observer 5. Refleksi siklus 2 5. Refleksi siklus 1 Revisi Gambar 4.. Alur Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran 105 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Hasil dan Pembahasan Adapun gambaran secara umum tentang hasil perbaikan pembelajaran dari tiap-tiap siklus selalu mengalami peningkatan siswa tuntas dan mengalami penurunan pada siswa yang belum tuntas belajar, dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut: Tabel 1. Rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siswa pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Belum No Kegiatan Jumlah Tuntas Tuntas Peningkatan Siswa Frek % Frek % Frek % 1 Pra Siklus 18 11 61 7 39 2 Siklus 1 18 5 33 13 67 6 28 3 Siklus 2 18 3 17 15 83 3 16 Berdasarkan tabel 2. dapat dilihat bahwa setiap siklus, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran mengalami kenaikan. Dari pra siklus ke siklus pertama, ketuntasan belajar mengalami kenaikan yang cukup tinggi sebesar 28%. Selanjutnya dari siklus pertama ke siklus kedua ketuntasan belajar siswa juga mengakami kenaikan sebesar 16%. Pada siklus kedua, masih ada siswa yang belum tuntas belajar. Hal ini disebabkan oleh kondisi siswa sendiri, yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata. Peneliti sudah berusaha membimbing siswa, namun kurang berhasil dalam pembelajaran, sehingga tidak dapat mencapai ketuntasan belajar. Refleksi Dari hasil pembelajaran siklus kedua, dapat direfleksikan adanya peningkatan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa. Jumlah siswa yang keaktifan belajarnya rendah makin sedikit dan jumlah siswa yang hasil belajarnya tuntas makin banyak dalam menghitung perkalian. Kekurangan-kekurangan pada siklus pertama dapat diperbaiki pada siklus kedua. Setelah dilaksanakan pembelajaran selama dua kali siklus perbaikan, peneliti dapat dipaparkan hasil observasi oleh teman sejawat dalam kegiatan belajar mengajar serta perolehan nilai hasil belajar siswa pada siklus pertama dan kedua. Tindakan penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa setelah menggunakan alat peraga dan metode Make a Macth. Hal-hal yang penting tersebut berupa data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data-data kenaikan aktivitas belajar tersebut disajikan pada gambar berikut. 106 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Gambar 5. Grafik kenaikan keaktifan belajar tiap siklus. Dari grafik 5. terlihat kenaikan keaktifan belajar yang selalu terjadi pada setiap siklus, yaitu: 1) Dari pra siklus ke siklus 1 mengalami kenaikan 22%. 2) Dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami kenaikan sebesar 22%. Berdasarkan data yang diperoleh dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran di atas menunjukkan adanya keberhasilan. Keberhasilan tersebut dapat dilihat pada indikator yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya. Mengingat penelitian tindakan pada siklus II sudah sesuai dengan harapan, maka kegiatan penelitian dapat diakhiri. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Siklus Pertama Pada siklus pertama, upaya dilaksanakan pembelajaran telah meningkatkan kemampuan siswa dalam menghitung perkalian secara cepat, bila dibandingkan dengan hasil pra siklus. Penggunaan alat peraga telah memberikan keaktifan pada siswa meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sri Anitah W, (2009:6.12) Fungsi utama media pembelajaran, yaitu sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif. Dengan fungsi itu, media pembelajaran harus dijadikan bagian integral dan keseluruhan proses pembelajaran itu sendiri. Dalam penggunaannya harus relevan dengan tujuan/kompetensi yang ingin dicapai dan bahan ajar, tidak diperkenankan menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa semata. Fungsi lain yaitu 107 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 untuk mempercepat proses belajar sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan mengurangi verbalisme (terlalu banyak kata). Penggunaan alat peraga memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan. Walaupun pada siklus pertama hasil yang diperoleh audah mengalami kenaikan, tetapi belum sesuai dengan yang diharapkan. Pada siklus 1 terbukti tingkat ketuntasan belajar meningkat menjadi 67% dari 39% pada pra siklus, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 28%. Tingkat keaktifan belajar siswa juga mengalami kenaikan menjadi 61% dari 28% pada pra siklus. Hal ini berarti mengalami kenaikan sebesar 33%. Berdasarkan hasil pengamatan, ternyata siswa yang keaktifan belajarnya tinggi mendapat hasil belajar yang baik dan sudah berarti siswa tersebut tuntas dalam belajarnya. Namun masih ada beberapa siswa yang keaktifan belajarnya rendah, untuk itu menjadi bahan pernaikan pada siklus 2. 1. Siklus Kedua Pada siklus kedua inilah apa yang menjadi indikator dan kriteria keberhasilan telah dicapai. Ketuntasan klasikal belajar siswa telah mencapai 83% dari 67% pada siklus 1. Hal ini berarti mengalami kenaikan 17%. Tingkat keaktifan siswa juga mengalami kenaikan. Kenaikan keaktifan belajar siswa mencapai 83% dari 61% pada siklus 1. Hal ini berarti mengalami kenaikan sebesar 22%. Pembelajaran pada siklus 2 ini di samping karena akibat-akibat yang sama pada siklus 1, juga karena adanya upaya penambahan perbaikan. Upaya penambahan perbaikan berupa metode Make a Macth. Metode Make a Match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Perencanaan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin/sanjungan. Metode Make a Match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan metode ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Suyatno (2000 : 72) mengungkapkan bahwa model Make a Match adalah model pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu berisi soal atau permasalahan dan menyiapakan kartu jawaban kemudian siswa mencari pasangan kartunya. 108 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Model pembelajaran Make a Match merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif. Model Make a Match melatih siswa untuk memiliki sikap sosial yang baik dan melatih kemampuan siswa dalam bekerja sama disamping melatih kecepatan berpikir siswa. Dengan menggunkan metode Make a Match ini dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam belajarnya sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajarnya. Dalam kegiatan pembelajaran setiap guru hendaknya mengusahakan alat peraga dan metode yang sesuai sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar, afektif, dan menyenangkan sehingga keaktifan siswa tinggi dan dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Dengan demikian hasil pembelajaran menunjukkan perubahan dari sebelum menerima pengalaman belajar dengan setelah menerima pengalaman belajarnya. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Pada penelitian Tindakan Kelas yang berjudul Penerapan Metode Make a Match dalam Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Keterampilan Berhitung Perkalian pada Semester Genap di Kelas II SD Negeri Kalikembang UPK Kemranjen, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Siswa yang benar-benar menunjukkan keaktifan belajar pada kondisi awal adalah 5 siswa (28%), pada siklus 1 adalah 11 siswa (61%), pada siklus 2 adalah 15 siswa (83%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui alat peraga dan metode Make a Match dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri Kalikembang UPK Kemranjen Kabupaten Banyumas. 2. Ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi awal adalah 39%, pada siklus 1 naik menjadi 67% dan pada siklus 2 naik 17% menjadi 83%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui alat peraga dan metode Make a Match dapat meningkatkan tentang hitung perkalian di kelas II SD Negeri Kalikembang Kemranjen Kabupaten Banyumas. 109 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Saran Berdasarkan pembahasan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagi berikut: 1. Bagi Siswa, Agar selalu memperhatikan penjelasan guru, pada saat pembelajaran berlangsung, sehingga dalam penyampaian materi akan lebih mudah diterima. Sehingga siswa hendaknya selalu menjelaskan kewajibannya yaitu belajar baik di rumah maupun di sekolah. 2. Bagi Guru, Dapat menerapkan metode yang tepat dan efektif untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa, seperti metode Make a Match dalam pembelajaran matematika untuk berhitung perkalian. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung, kita harus menunjukkan sebagai seorang guru yang berwibawa, selalu siap dengan rencana pembelajaran, menggunakan metode yang tepat, sehingga pembelajaran berjalan secara efektif. Guru bukan hanya sebagai pendidik tetapi juga membimbing, sehingga siswa selalu termotifasi dan berpartisipasi aktif. Daftar Pustaka Anitah W, Sri. 2009. Strategi pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Agus Taufik, dkk. 2015. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Hudojo, Herman. 1990. Strategi Belajar Mengajar matematika. Malang: IKIP Malang H. Mustaqim. 2001. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pusaka Belajar. Sudjana, Y. Padmono. 2000. Evaluasi Pengajaran 2 SKS/3 JP. Surakarta: UNS. Russefendi. 1992. Materi Pokok Pendidikan Matematika 3 Modul 1-9. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 110 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL GAMBAR (PICTURE AND PICTURE) PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG SUMBER ENERGI BAGI SISWA KELAS II SD NEGERI 2 DERMAJI UPK LUMBIR KABUPATEN BANYUMAS SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Resiyati, S.Pd.SD NIP 19610920 198201 2 007 SD Negeri 2 Dermaji Abstrak Masalah dalam penelitian ini adalah karena rendahnya hasil belajar IPA tentang sumber energi bagi siswa kelas II SD Negeri 2 Dermaji tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini memiliki tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA khususnya tentang sumber energi dan meningkatkan kinerja guru agar lebih profesional sebagai pendidik. Pelaksanaan penelitian dilakukan menggunakan pembelajaran model gambar (picture and picture) yang dilaksanakan secara bertahap, yaitu melalui siklus I dan siklus II. Dari penelitian ini dapat diketahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang sumber energi semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dari hasil belajar IPA yang diperoleh pada pembelajaran prasiklus yaitu dengan nilai terendah 30, nilai tertinggi 90, nilai rata-rata kelas 52,67 dengan ketuntasan belajar 23,33%. Hasil belajar pada siklus I diperoleh nilai terendah 40, nilai tertinggi 100 dan rata-rata kelas 65,67 dengan ketuntasan belajar 53,33%. Adapun hasil belajar pada siklus II adalah nilai terendah 70, nilai tertinggi 100, nilai rata-rata kelas 82,67 dan ketuntasan belajarnya 100%. Kemudian untuk minat siswa juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan pembelajaran model gambar (picture and picture) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar IPA pada siswa kelas II khususnya tentang sumber energi. Kata kunci : picture and picture, hasil belajar, sumber energi. Pendahuluan Sebagai fasilitator dalam proses pelaksanaan pendidikan, guru harus mampu untuk menciptakan suatu pembelajaran yang berorientasi pada tujuan pendidikan nasional. Hal ini sebagaimana tersirat dalam penjabaran sistem pendidikan nasional yang mana dalam hal ini adalah sebuah usaha untuk menciptakan karakter siswa melalui pengarahan, percontohan, percobaan, perlakuan dan latihan. Guru dituntut untuk benar-benar mengetahui dan memahami karakteristik dari setiap muridnya dimana setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan karakteristik inilah yang menjadi tantangan bagi para guru 111 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 dalam upaya mencerdaskan anak bangsa yang didalamnya terdapat variasi irama hasil belajar yang bermacam-macam pula. Seringkali guru kurang memahami dalam menangani hasil belajar dari siswa di kelasnya. Sebagian besar guru yang fokus bercerita dan menjelaskan tanpa menciptakan ideide atau hal baru yang dapat menarik perhatian siswa. Pembelajaran dilaksanakan dengan tempo yang datar dan itu-itu saja, tanpa penggunaan alat peraga dan media pembelajaran yang dapat meningkatkan semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Model mengajar yang dilaksanakan oleh guru saat ini sangatlah belum ada titik terang dalam upaya perkembangan, karena mayoritas guru masih menggunakan model belajar yang tradisional seperti ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Hal ini menyebabkan siswa kurang tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran dan merasa bosan akan kondisi pembelajaran yang berlangsung. Kelemahan inilah yang sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan siswa dalam memahami sebuah materi ajar. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti sebagai mahasiswa yang sedang menuntut pendidikan SI PGSD di Universitas Terbuka ingin berupaya memecahkan dan mencari solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini juga sesuai dengan mata kuliah yang ditempuh oleh peneliti yaitu mata kuliah Peningkatan Kemampuan Profesionaln (PKP) yang mana dalam hal ini mahasiswa dituntut untuk dapat melakukan dan menyusun laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Melalui aplikasi mata kuliah ini, diharapkan peneliti dapat menciptakan pembelajaran yang baru dengan ide-ide yang lebih kreatif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan mutu pendidikan yang sudah terprogram pada saat ini. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada kelas II di SD Negeri 2 Dermaji Unit Pendidikan Kecamatan (UPK) Lumbir Kabupaten Banyumas. Peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang sumber energi. Peneliti melakukan perbaikan pada materi pelajaran ini karena setelah melakukan pembelajaran IPA tentang sumber energi ternyata hasil belajar dari siswa masih sangat jauh dari harapan. Krateria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPA di SD Negeri Majingklak adalah ≥ 70,00. Hampir seluruh siswa memperoleh hasil belajar yang rendah dan jauh dari harapan. Hal ini dibuktikan dengan memberikan 10 soal uraian singkat yang berkaitan dengan sumber energi kepada 30 siswa, dari 30 siswa hanya 7 siswa yang dapat mencapai ketuntasan atau 23,33%, sedangkan yang 23 siswa masih belum tuntas atau 76,67%. Berbekal dari hasil belajar siswa yang masih rendah pada materi pelajaran IPA tentang sumber energi, peneliti akan mencoba dan berupaya untuk mencoba mencari tahu 112 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 penyebabnya melakukan sebuah perbaikan melalui penelitian tindakan kelas. Pada penelitian tindakan kelas ini peneliti akan fokus terhadap upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara penggunaan model pembelajaran gambar (picture and picture) pada materi pelajaran IPA tentang sumber energi. Berdasarkan dari permasalahan pembelajaran di atas, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: Bagaimanakah cara menggunakan model pembelajaran gambar (picture and picture) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang sumber energi bagi siswa kelas II SD Negeri 2 Dermaji UPK Lumbir Kabupaten Banyumas pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016? Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut: Tujuan Umum a. Sebagai salah satu syarat kelulusan pada mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501) di Program studi S1 PGSD Universitas Terbuka b. Meningkatkan profesional guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga guru akan lebih kompeten. c. Memperbaiki pembelajaran yang telah dilaksanakan supaya dapat mencapai hasil yang sesuai dengan harapan. Tujuan khusus a. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri 2 Dermaji UPK Lumbir Kabupaten Banyumas pada pembelajaran IPA tentang sumber energi dengan menggunakan model pembelajaran gambar (picture and picture). b. Untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran gambar (picture and picture) dalam pembelajaran IPA tentang sumber energi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri 2 Dermaji UPK Lumbir Kabupaten Banyumas. Kajian Teori Hasil Belajar Sedangkan menurut Romizoswki (1982: 2.19) dalam modul Strategi Pembelajaran di SD S1 PGSD Universitas Terbuka menyebutkan yang menunjukan hasil belajar yaitu ketrampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan membuat keputusan, memecahkan masalah dan berpikir logis. Ketrampilan psikomotor berkaitan dengan kemampuan tindakan fisik kegiatan perseptual. Kemampuan reaktif berkaitan dengan sikap, kebijaksanaan, 113 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 perasaan dan self control Ketrampilan interaktif berkaitan dengan kemampuan sosial dan kepemimpinan. Dari uraian beberapa pendapat diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku seseorang atau perubahan kemampuan seseorang yang dapat bertahan dan bukan karena hasil pertumbuhan yang disebabkan oleh proses belajar. Model pembelajaran Gambar (Picture and Picture) Media gambar menurut Riyanto (1990) yang dikutip pada situs https://zaifbio.wordpress.com tanggal 24 Maret 2016 merupakan salah satu jenis bahasa yang memungkinkan terjadinya komunikasi, yang diekspresikan lewat tanda dan simbol. Media gambar merupakan salah satu jenis bahasa yangmemungkinkan terjadinya komunikasi, yang diekspresikan lewat tanda dan simbol. Di bawah ini adalah Gambar 1 yaitu tentang daur kerangka berfikir pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Kondisi Awal PENELITI Menggunakan metode ceramah dan penugasan Diterapkan Metode baru Tindakan Kondisi Akhir Hasil Belajar Siswa Meningkat Optimal SISWA Hasil belajar siswa rendah SIKLUS I Menggunakan model pembelajaran gambar (picture and picture) SIKLUS II Perbaikan dan penyempurnaan dari siklus I dengan menggunakan model pembelajaran gambar (picture and picture) Gambar 1 Kerangka Berpikir Pelaksanaan Penelitian Tindak Kelas Individualization (TAI) Metode Penelitian 114 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Langkah-langkah prosedur penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan oleh peneliti terdiri dari beberapa tahap yaitu: Tahap Perencanaan (Planning) Peneliti menyiapkan dan mengkaji kembali Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPPP) serta strategi tindakan yang meliputi langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan pada pembelajaran IPA tentang sumber energi. Kemudian peneliti dengan teman sejawat berdiskusi dan mencoba menjabarkan langkah-langkah dalam RPPP yang akan dilaksanakan. Peneliti juga meminta kepada teman sejawat fokus terhadap observasi pada proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action) Melaksanakan langkah-langkah dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan dengan RPPP. Tahap Observasi (Observation) Observer sekaligus teman sejawat melakukan pengamatan terhadap peneliti dan siswa yang sedang melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Kemudian hasil observasi akan dikaji dan dianalisis untuk memantau sejauh mana pengaruh dari model pembelajaran yang diterapkan, apakah sudah sesuai dengan tujuan atau belum.. Tahap Refleksi (Reflection) Tahap refleksi bertujuan untuk merefleksi diri peneliti supaya mengetahui kekuatan dan kelemahan yang muncul dan mempersiapkan pada langkah-langkah yang lebih spesifik pada langkah berikutnya. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada saat pelaksanaan pembelajaran prasiklus, hasil belajar yang diperoleh siswa kelas II SD Negeri Dermaji UPK Lumbir Kabupaten Banyumas pada mata pelajaran IPA tentang sumber energi jauh dari yang diharapkan. Setelah peneliti melakukan analisis dan perbaikan pembelajaran pada siklus I dan II pemahaman siswa dalam pelajaran IPA tentang sumber energi dengan menggunakan model pembelajaran gambar (picture and picture). Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA 115 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 No Kegiatan Rata-rata Siswa Tuntas Belajar Siswa Belum Tuntas Belajar . Frekuensi % Frekuensi % 1. Studi Awal 53,67 7 23,33 23 76,67 2. Siklus I 65,67 14 46,67 16 53,33 3. Siklus II 82,67 30 100 0 0 Dari Tabel 1 tentang Rekapitulasi hasil evaluasi siswa pada pembelajaran dapat diperoleh keterangan sebagai berikut: a. Pada prasiklus, jumlah siswa yang tuntas ada 7 siswa dari 30 siswa dengan persentase 23,33% dan siswa yang belum tuntas ada 23 siswa dengan persentase 76,67%. Rata-rata kelas yang diperoleh mencapai nilai 53,67. b. Pada Siklus I, jumlah siswa yang tuntas ada 14 siswa dari 30 siswa dengan persentase 46,67% sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 16 siswa dengan persentase 53,33%. Rata-rata kelas yang diperoleh mencapai 65,67. c. Pada siklus II, jumlah siswa yang tuntas ada 30 siswa dari 30 siswa dengan persentase 100% dan siswa yang belum tuntas ada 0 siswa dari 30 siswa dengan persentase 0%. Ratarata kelas mencapai nilai 82,67. Dari Tabel 4.7 di atas tentang rekapitulasi hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang sumber energi telah terjadi peningkatan yang sangat baik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. berikut: Gambar 1 Diagram Batang Hasil Belajar Siswa pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II 116 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Dari Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang sumber energi mengalami peningkatan yang sangat baik. Dari 30 siswa pada prasiklus, jumlah siswa yang tuntas hanya 7 siswa dengan persentase 23,33% dan siswa yang belum tuntas sebanyak 23 siswa dengan persentase 76,67%. Rata-rata kelas yang diperoleh yaitu 53,67. Sedangkan pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 14 siswa dengan persentase 46,67% dan siswa yang belum tuntas mengalami penurunan yaitu menjadi 16 siswa dengan persentase 53,33% Rata-rata kelas yang diperoleh yaitu 65,67. Kemudian pada siklus II, jumlah siswa yang tuntas meningkat optimal yaitu sebanyak 30 siswa dengan persentase 100% dan siswa yang belum tuntas menurun menjadi 0 siswa dengan persentase 0%. Rata-rata kelas yang diperoleh mencapai 82,67. Dari uraian hasil penelitian mulai dari prasiklus, siklus I hingga siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa setelah peneliti menggunakan model pembelajaran gambar (picture and picture) telah terjadi peningkatan terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas II SD Negeri Dermaji UPK Lumbir Kabupaten Banyumas pada pelajaran IPA tentang sumber energi yang dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Simpulan Berdasarkan dari hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada materi sumber energi yang pada mata pelajaran IPA Kelas II SD Negeri Dermaji UPK Lumbir Kabupaten Banyumas semester genap tahun pelajaran 2015/2016 dengan menggunakan model pembelajaran gambar (picture and picture) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil belajar siswa yang mencapai KKM pada perbaikan pembelajaran siklus I mengalami peningkatan yang pembelajaran awal (prasiklus) siswa yang mencapai KKM hanya sejumlah 7 siswa dari 30 siswa atau 23,33% 117 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 dengan rata-rata kelas 53,67, kini pada siklus I naik menjadi 14 siswa dari 30 siswa atau 46,67% dengan rata-rata kelas 65,67. Namun sebaliknya, dari hasil perbaikan pembelajaran pada siklus I juga terjadi penurunan ketidaktuntasan, yaitu siswa yang belum mencapai KKM mengalami penurunan pada pembelajaran awal siswa yang belum mencapai KKM adalah sejumlah 23 siswa dari 30 siswa atau 76,67, sedangkan pada siklus I turun menjadi 16 siswa dari 30 siswa atau 53,33%. Berdasarkan batas minimal ketuntasan yang ditentukan oleh penelti (siswa tuntas KKM sebanyak ≥ 90% ), maka hasil pada siklus I belum dapat dikatakan berhasil. Berbekal permasalahan tersebut diatas, maka peneliti memutuskan untuk melanjutkan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Pada siklus II hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada materi sumber energi yang pada mata pelajaran IPA Kelas II SD Negeri Majingklak semester genap tahun pelajaran 2015/2016 dengan menggunakan model pembelajaran gambar (picture and picture) hasil belajar siswa telah berhasil secara maksimal. Hal ini dibuktikan dari hasil belajar siswa juga telah mencapai ketuntasan yang ditentukan yaitu siswa tuntas KKM sebanyak ≥ 90%. Pada siklus ini siswa secara keseluruhan telah mencapai KKM yaitu sejumlah 30 siswa dari 30 siswa atau 100% dengan rata-rata 82,67. Hal ini terbukti karena pada siklus I siswa telah mencapai KKM hanyalah sejumlah 14 siswa dari 30 siswa atau 46,67% dengan rata-rata 65,67. Namun pada siklus II terjadi kenaikan secara maksimal yaitu siswa yang sudah mencapai KKM adalah sejumlah 30 siswa dari 30 siswa atau 100% dengan rata-rata 82,67 sehingga pembelajaran sudah dapat dikatakan berhasil. Namun demikian, pada siklus II juga terjadi penurunan persentase ketidaktuntasan belajar yaitu ada 16 siswa dari 30 siswa atau 53,33% yang belum mencapai KKM pada siklus I, kini pada siklus II menjadi 0 siswa dari 30 siswa atau 0%. Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus II, maka peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam meningkatkan hasil belajar siswa tentang sumber energi pada mata pelajaran IPA kelas II di SD Negeri Dermaji UPK Lumbir Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2015/2016 sudah berhasil dan dinyatakan cukup sampai siklus II. Saran dan Tindak Lanjut Peneliti meyadari akan banyak kesan, pesan dan tindak lanjut bahwa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal dalam proses pembelajaran maka guru harus dapat menerapkan dan melaksanakan berbagai jenis-jenis model pembelajaran yang inovatif dan kreatif dengan dukungan penggunaan media dan alat peraga dalam pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar sehingga dapat menarik perhatian dan motivasi siswa untuk fokus terhadap pelajaran. 118 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Beberapa cara yang telah ditemukan peneliti dalam proses penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Guru harus menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran dan penggunaan media serta alat peraga yang sesuai. 2. Menguasai dan memahami cara penerapan serta langkah-langkah proses model pembelajaran gambar (picture and picture) dan menyempurnakannya sehingga semenarik mungkin. 3. Penggunaan model pembelajaran gambar (picture and picture) yang kreatif dan inovatif dapat membuat siswa lebih tertarik dalam pembelajaran. 4. Dalam penggunaan model pembelajaran gambar (picture and picture) disarankan adanya kelengkapan gambar yang manarik dan bermacam-macam sesuai dengan materi ajar. 5. Penggunaan model pembelajaran gambar (picture and picture) akan lebih baik jika dilengkapi dengan adanya konsep motivasi seperti nyanyian yel-yel kelas yang dapat mengurangi kejenuhan siswa. Daftar Pustaka Gestalt. (2011) . Modul 2. Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka. Brownell, William. (2012). Pendidikan Matematika I. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka. R. Hilgard, Ernest. (2011). Modul 2. Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka. Crow. (2012). Peningkatan Mutu Dan Minat Belajar IPS Melalui Cooperative Learning Model STAD Di Kelas 7A SMPN 1 Ajibarang. Jurnal Paedagog, 14 (7), hal.4. Bloom, Benyamin. (2011). Modul 2. Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka. Romizoswki. (2011). Modul 2. Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka. Direktorat Ketenagaan. (2009). Modul 8. Kurikulum Sekolah Dasar. Perspektif Pendidikan SD. Jakart: Penerbit Universitas Terbuka. Kurikulum 2004. (2012). Modul 2. Pendekatan Dalam Pembelajaran IPA SD: Pembelajaran IPA di SD. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka. 119 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 TIM-Mills. (2012). (2012). Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Cooperative Learning Dengan Model STAD Di Kelas IX-B SMPN 2 Kedungbanteng Tahun Pelajaran 2011-2012. Jurnal Paedagog, 15 (7), hal.134. Joyce, Bruce dan Weil, Marsha.(2014).Pembelajaran Kelas Rangkap. Tangerang Selatan. Penerbit: Universitas Terbuka. W, Sri Anitah, dkk. (2011). Modul 1. Hakikat Strategi Pembelajaran. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka. Wardani, IG.A.K.dkk. (2009). Modul 8. Kurikulum Sekolah Dasar. Perspektif Pendidikan SD. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka. Trowbridge and Bybee. (1990). Diunduh dari http://www.marioatha.com/2014/04/definisiIPA-atau-pengertian-IPA-menurut-para-ahli.html?m=1 tanggal 23 Maret 2016. S. Winataputra, Udin. (2007). Diunduh dari http://kumpulan-contohptk.blogspot.com/2014/01/pengertian-hasil-belajar-menurut-para-ahli-.html? tanggal 23 Maret 2016. Hardy dan Fleer. (1996). Diunduh darihttp://www.contohmakalah.id/2015/01/pengertian-danruang-lingkup-pendidikan.html?m=1 tanggal 23 Maret 2016. J. Moran, Michael. Diunduh dari http://manfaat-it.blogspot.co.id/2014/01/tentangpengertian-energi.html?m=1 pada tanggal 23 Maret 2016. Sasrawan, Hedi. Diunduh dari http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2015/08/8-macam-sumberenergi-artikel-lengkap.html tanggal 24 Maret 2016. Surya, Mohammad. dalam Sukirman, dkk. (2007) Diunduh dari http://publik22.blogspot.co.id/2014/05/hakekat-pembelajaran.html?m=1 tanggal 23 Maret 2016. Sudrajat. (2009). Diunduh dari http://ilmugreen.blogspot.co.id/2012/07/hakikat-modelpembelajaran.html?m=1 tanggal 23 Maret 2016. Riyanto. (1990). Diunduh dari https://zaifbio.wordpress.com/2013/04/05/modelpembelajaran-kooperatif-tipe-picture-to-picture/ tanggal 24 Maret 2016. Asmani, Jamal Ma’mur. Diunduh dari http://www.infoduniapendidikan.com/2015/06/pengertian-dan-langkah-model-pembelajaran-picture-andpicture.html?m=1 tanggal 23 Maret 2016. Sudjana dan Rivai. (2002). Diunduh dari https://zaifbio.wordpress.com/2013/04/05/modelpembelajaran-kooperatif-tipe-picture-to-picture/ tanggal 24 Maret 2016. Istarani. (2011). Diunduh dari http://fkippgsd265-unpak.blogspot.co.id/2013/07/modelpembelajaran-picture-and-picture_2782.html tanggal 24 Maret 2016. 120 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 PEDOMAN PENULISAN Academy Of Education Journal FKIP UCY 1. Naskah berupa ringkasan hasil penelitian, kajian pustaka, dan resensi buku. 2. Naskah belum pernah di publikasikan atau dijadwalkan untuk dipublikasikan di media cetak lain. 3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah-kaidah Ejaan Yang Di sempurnakan (EYD) atau dalam bahasa Inggris baku. 4. Sistematika penulisan: a. Judul tulisan jelas, lugas dan ringkas. b. Nama penulis di tulis tanpa mencantumkan sebutan dan gelar. c. Lembaga tempat penulisan bekerja. d. Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dengan panjang maksimal 250 kata yang memuat tujuan, rumusan masalah, metode penelitian, pembahasan, dan kesimpulan. e. Keyword (kata kunci) maksimal 5 (lima) istilah. f. Isi naskah ditulis dengan spasi ganda sebanyak 10-25 halaman (1.500-5.000 kata) pada kertas A4. g. Sumber kutipan (nama penulis, tahun terbit, dan halaman) ditulis pada tubuh Isi Naskah. h. Daftar Pustaka berisikan karya yang dikutip dalam Isi Naskah dan ditulis dengan urutan dengan urutan alfabetis: nama penulis, tahun terbit, judul buku/tulisan, nama berkala, volume, kota penerbit, dan nama penerbit. i. Biografi ringkas penulis. 5. Naskah dikirim dalam bentuk digital (softcopy) dan/ atau cetak (hardcopy) ke alamat Redaksi. Atau bisa di kirim melalui email [email protected] 6. Redaksi berhak menyunting naskah tanpa mengubah isinya. 7. Naskah yang diseleksi dan dibaca oleh Redaksi dan Mitra Bestari dikategorikan jadi: a. Diterima tanpa revisi b. Diterima dengan revisi c. Ditolak karena tidak relevan dan/atau tidak sesuai dengan Pedoman Penulisan. 8. Penulis yang tulisannya diterbitkan akan dikirimi 2 (dua) eksemplar jurnal ini sebagai bukti terbit. Alamat Redaksi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cokroaminoto Yogyakarta Jl. Perintis Kemerdekaan, Gambiran, Umbulharjo, Yogyakarta 55161 Telp. 0274-372274 (Hunting), Faks. 0274-372274. 121 Jurnal Edisi Khusus. Academy Of Education Journal. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol. 1 No. 04 Nopember 2016 Diterbitkan: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cokroaminoto Yogyakarta ISSN: 1907-2341 122