Teknologi Informasi dan Komunikasi Sebagai Akar Manajemen Pengetahuan Ahmad Sugiana Mahasiswa Magister Teknik Elektro Option Chief Information Officer (CIO) Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung [email protected] Abstraksi Pada era pengetahuan, manajemen pengetahuan telah menjadi modal utama yang sangat menentukan perkembangan serta pertumbuhan suatu perusahaan sehingga perusahaan dapat meningkatkan daya saingnya. Manajemen pengetahuan merupakan langkah-langkah sistematik untuk mengelola pengetahuan dalam perusahaan agar menciptakan nilai dan meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan. Oleh karena itu perusahaan fokus mengelola human capital agar semakin produktif untuk menumbuhkembangkan pengetahuannya dan mau berbagi pengetahuan yang dimilikinya. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah meningkatkan produktivitas penemuan pengetahuan (mempermudah proses pengelolaan pengetahuan) serta mempercepat proses implementasinya, sehingga memungkinkan perusahaan untuk menginstitusionalkan dan mendistribusikan pengetahuan yang berasal dari individu-individu anggota perusahaan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya. Dengan demikian, manajemen pengetahuan lebih merupakan metodologi yang diterapkan ke praktek bisnis daripada teknologi atau produk. Akan tetapi, teknologi informasi dan komunikasi penting bagi keberhasilan setiap sistem manajemen pengetahuan karena memungkinkan manajemen pengetahuan menyediakan arsitektur perusahaan (enterprise architecture) di mana pengetahuan dibangun. Kata Kunci : Pengetahuan, manajemen pengetahuan, human capital, teknologi informasi dan komunikasi 1. PENDAHULUAN Seiring perkembangannya pada abad ke-21 ini organisasi global akan dihadapkan dengan masuknya arus informasi dan pengetahuan dari luar. Oleh karena itu organisasi dituntut untuk bisa mentransfer pengetahuan masuk ke organisasi maupun individu di dalamnya. Oleh karena itu transfer manajemen pengetahuan harus dipandang sebagai bentuk eksperimentasi yang melibatkan individu dan proses (Fink dan Holden, 2005). Ketika organisasi menghadapi persaingan global yang begitu ketat dengan situasi tidak pasti dan tidak bisa diprediksi, maka organisasi berinovasi secara berkelanjutan dengan bertumpu pada pengetahuan dan harus dikelola dengan baik dengan kata lain dapat mengelola pengetahuan. Pengetahuan merupakan aset abstrak yang tersimpan di dalam benak orang (human capital) di dalam organisasi. Orang yang berpengetahuan inilah yang membuat organisasi menjadi lebih ”pintar”. Mereka merupakan kekuatan organisasi dalam menghadapi berbagai perubahan di masa yang akan datang. Konsep manajemen pengetahuan bukanlah merupakan hal yang baru, karena kebutuhan dan arti penting pengetahuan telah menjadi basis bagi pengembangan beragam budaya, filosofi dan agama. 2. PEMBAHASAN Pengetahuan dan Manajemen Pengetahuan Pengetahuan adalah data dan atau informasi yang telah disusun dan diproses untuk menyampaikan pemahaman, pengalaman, akumulasi pelajaran serta keahlian yang diteapkan pada suatu masalah atau aktivitas saat ini. Sedangkan informasi adalah data yang telah disusun sehingga memiliki arti dan nilai, adapun data merupakan gambaran dasar dari sesuatu, peristiwa, aktivitas dan transaksi yang dicatat, diklasifikasi dan disimpan tetapi belum tersusun. e-Indonesia Initiative 2008 (eII2008) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 21-23 Mei 2008, Jakarta 1 Apa yang menjadikan pengetahuan itu baru dan bermanfaat bagi orang dan organisasi dewasa ini adalah ketika merenungkan hasil dari kekuatan pengetahuan bagi manajemen yang lebih baik dan evolusi dalam bidang teknologi yang dapat disaksikan dalam beberapa dekade terakhir (Natarajan dan Shekar, 2001). Gambar1. siklus hidup pengetahuan Oleh Sierhuis dalam Akib (2003) dinyatakan bahwa manajemen pengetahuan mengandung makna kemampuan untuk mengelola pengetahuan. Lebih jauh dikatakan bahwa teknik dan metoda yang digunakan dalam mengelola pengetahuan dapat dikembangkan sebagai bagian dari teknologi pengetahuan untuk menganalisis sumber pengetahuan dalam organisasi. Analisis pengetahuan merupakan langkah yang perlu dilakukan sebagai kemampuan mengelola pengetahuan, karena dengan langkah tersebut teknik pemodelan dan akuisisi pengetahuan dapat digunakan. Organisasi yang bersaing secara global harus mampu untuk mengembangkan sumber pengetahuannya, baik melalui pelatihan sumberdaya manusia atau melalui pengembangan sistem berbasis pengetahuan sebagai sarana untuk tetap mendapatkan daya saing global. Organisasi dapat menerapkan manajemen pengetahuan dengan tiga dimensi yang berbeda. Pertama, menekankan kecerdasan organisasi diartikan sebagai cara organisasi dan anggotanya mempersepsi, memahami dan mempelajari lingkungannya. Dengan menggunakan metafora kecerdasan, dapat ditelusuri beragam tradisi penelitian yang masuk dalam perspektif ini telah terpusat pada persepsi, pemahaman, pembelajaran dan memori organisasi. Kedua, strategi dan pengembangan organisasi yaitu kecerdasan bersaing, yang berarti cara organisasi mengumpulkan dan menganalisis informasi mengenai situasi persaingan dan pengembangan pasar. Tindakan yang cerdas dilihat sebagai hasil dari akuisisi, kategorisasi, distribusi, dan penggunaan informasi secara efektif. Ketiga, sistem informasi organisasi dan pemrosesan organisasi dimana jaringan kerja intelejensi bisnis telah dikonseptualisasikan sebagai jaringan yang terpencar yang mengumpulkan dan memproses rumor, memberi akses terhadap sumber pengetahuan eksternal dan internal, serta memberikan informasi analisis bagi pengembangan keputusan strategis (Tuomi dalam Muluk, 2003). Wiig dalam Akib (2003) menyatakan manajemen pengetahuan dalam organisasi perlu dipahami dari tiga perspektif berdasarkan masa depan dan tujuan yang berbeda yaitu perspektif bisnis, perspektif manajemen dan perspektif operasional. Perspektif bisnis menekankan pada pertanyaan mengapa, dimana dan untuk apa organisasi melakukan investasi atau eksploitasi pengetahuan. Menurut perspektif ini, strategi, produk, layanan, aliansi, akuisisi atau divestasi perlu didasarkan pada sudut pandang yang terkait dengan pengetahuan. Perspektif manajemen memfokuskan pada penentuan tujuan, pengorganisasian, pengarahan penyediaan fasilitas dan monitoring praktek dan kegiatan yang terkait dengan pengetahuan yang diperlukan untuk mencapai strategi dan tujuan bisnis yang diinginkan. Perspektif operasional terfokus pada aplikasi keahlian dan kecakapan untuk mengerjakan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan.Organisasi dalam konteks transfer manajemen pengetahuan secara global harus menyadari bahwa : 1. Transfer manajemen pengetahuan jarang dilakukan secara langsung melalui budaya. Bukti menyatakan bahwa masyarakat lebih menyukai pendekatan yang disebut langkah yang bijak terhadap pelaksanaan sistim transfer pengetahuan (Voelpel dkk.,2005). 2. Transfer manajemen pengetahuan terjadi sepanjang tahun serta melibatkan jenis pengetahuan dan pengakuan bahwa proses pemindahan itu sendiri merupakan bagian dari pengetahuan yang diterima. Jadi rancangan proses pemindahan itu ke penerima yang diinginkan adalah sangat vital (May dkk.,2005). 3. Transfer manajemen pengetahuan menghendaki pengurangan kompleksitas di dalam organisasi dan pembentukan empati budaya dalam manajemen operasi internasional serta penanganan hal-hal yang spesifik (Hurt dan Hurt,2005) 4. Transfer manajemen pengetahuan sangat tergantung pada bagaimana nilai, sikap, kemampuan dan jenis kepribadian saling memberikan dukungan. Pencarian atau pengembangan individu yang berkompoten bisa sangat sulit dilakukan dan kadangkala tidak dapat dilakukan (Friel, 2005). 5. Jika Transfer manajemen pengetahuan melibatkan prosedur yang sama, maka manajemen lokal atau regional mungkin menetapkan rutinitas dan subsistem-nya sendiri yang informal (Javidan dkk., 2005). Organisasi yang akan membangun manajemen pengetahuan menurut Jann harus fokus pada 4 hal (Jann, 2008): a. mengembangkan strategi manajemen perubahan b. mengembangkan sistem dan organisasi adaptif c. mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi d. mengembangkan sistem performansi Jann menggambarkan knowledge management dengan dalam model sebagai berikut(Jann, 2008): e-Indonesia Initiative 2008 (eII2008) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 21-23 Mei 2008, Jakarta 2 PREMIUM VALUE CREATION (BETTER WORK PERFORMANCE) INFORMATION & COMMUNICATION TECHNOLOGY PRINCIPLES ASSET ORGANIZATION POLICY AND STRATEGY INTANGIBLE LEARNING ORGANIZATION Gambar 2. House of Knowledge Management Model Jann Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Turban mendefinisikan teknologi informasi dan komunikasi sebagai kumpulan sumber daya perusahaan, para penggunanya, serta manajemen yang menjalankannya, meliputi infrastruktur teknologi informasi dan semua sistem informasi lainnya dalam perusahaan. Adapun sistem informasi adalah proses menjalankan fungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan tertentu (Turban dkk, 2007). Oleh karena kunci utama dalam dukungan teknologi informasi adalah struktur yang terorganisasi dan fungsi yang dilakukan para karyawan dalam perusahaan, dimana dapat dilihat dalam gambar 3. Dalam hal ini, teknologi informasi dan komunikasi meliputi infrastruktur TIK serta sistem informasi lainnya, walaupun sering kali teknologi informasi dan komunikasi hanya disebut teknologi informasi tanpa tambahan komunikasi. Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap Organisasi dan Manajemen Pengetahuan Teknologi informasi dan komunikasi di era pengetahuan ini mempunyai peran strategis dalam organisasi. Peran strategis dalam organisasi dapat dikelompokkan sebagai support (efektivitas atau efisiensi), enabler dan transformer. Dalam perannya sebagai support teknologi informasi dan komunikasi hanya digunakan sebatas mencapai efesiensi dan efektivitas dalam rangka mendapatkan tujuan organisasi. Sedangkan peran teknologi informasi sebagai enabler, organisasi menjadikan teknologi informasi dan komunikasi suatu hal yang dapat membangkitkan keuntungan kompetitif organisasi. Adapun peran teknologi informasi dan komunikasi sebagai transformer, organisasi dalam melakukan persaingan bisnisnya melakukan kreasi dan inovasi terhadap produk atau jasa yang dibuatnya, dimana teknologi informasi dan komunikasi menjadi tranformer yang memungkinkan organisasi melakukan manuver bisnisnya dengan melakukan kreasi dan inovasi baru demi menjaga keberlangsungan organisasi. Ketika organisasi melakukan kreasi dan inovasi berkelanjutan dalam rangka menghadapi persaingan yang hyper kompetitif, maka yang menjadi tumpuannya adalah pengetahuan yang telah diolah sedemiakian rupa menjadi kekuatan organisasi. Oleh karena manajemen pengetahuan merupakan sesuatu hal yang sangat vital dalam membangun kekuatan organisasi yang mampu bersaing dalam pertarungan global. Jann menyatakan bahwa salah satu yang menjadi critical enabler manajemen pengetahuan adalah teknologi informasi dan komunikasi seperti terlihat dalam gambar 4. Dengan demikian suatu organisasi agar dapat membangun manajemen pengetahuan harus mengadopsi teknologi informasi dan komunikasi yang telah mature dengan perannya sebagai transformer. Dalam membangun teknologi informasi dan komunikasi yang mature diperlukan tahapan perannya, dan mengembangkannya dapat digunakan framework COBIT untuk mengetahui sejauh mana tahapan peran teknologi informasi dan komunikasi dalam organisasi. COBIT merupakan kumpulan best practices yang bersifat generic sebagai acuan dalam menentukan sasaran kendali dan proses-proses teknologi informasi dan komunikasi yang diperlukan dalam pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi. Gambar 3. The information systems support of people in organizations e-Indonesia Initiative 2008 (eII2008) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 21-23 Mei 2008, Jakarta 3 People ICT Culture Purpose Process Leader ship Gambar 4. Knowledge management critical enables 3. PENUTUP Tantangan kompetitif seperti globalisasi, kreatif dan inovatifnya pesaing, teknologi semakin canggih dan modal intelektual menuntut organisasi untuk memiliki perspektif global. Perspektif global ini tediri dari pemahaman global itu sendiri, pengetahuan dan keterampilan. Oleh karena itu organisasi dituntut untuk mengembangkan manajemen pengetahuan dengan berbagai critical enablers-nya, dimana salah satu critical enablers manajemen pengetahuan adalah teknologi informasi dan komunikasi. Sedangkan teknologi informasi dan komunikasi yang dapat menjadi kunci sukses manajemen pengetahuan haruslah mempunyai peran transformer dalam organisasi. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa teknologi informasi dan komunikasi merupakan akar atau kunci sukse manajemen pengetahuan, bukan hanaya sebatas tool. 4. Daftar Pustaka Global'', Jurnal Bisnis & Ekonomi No.3, Jilid 10, Tahun 2005. [5]. Vasilash, G.S. ``447 Heads Are Better Than One'', Automotive Design and Production, Juni 2002. [6]. The Economist, 2001, www.economist.com/displaystory.cfm?story_id=63860 5. [7]. Akib, H. 2003. “Merambah Belantara Manajemen Pengetahuan”. Manajemen Usahawan Indonesia. No.04. Tahun XXXII. April. [8]. Fink, G, and Holden, N. 2005. “The Global Transfer of Management Knowledge”. Academy of Management Executive. May. Vol 19:2. [9]. Friel. 2005. “Transferring a Lean Production Concept from Germany to the United States: The Impact of Labor Laws and Training Systems”. Academy of Management Executive. May. Vol 19:2. [10]. Muluk, M.R.K. 2003. “Manajemen Pengetahuan: Kebingungan Praktek dan Kajian”. Manajemen Usahawan Indonesia. No.04. Tahun XXXII. April. [11]. Natarajan, Ganesh and Shekar, S. 2001. “Knowledge Management: Enabling Business Growth”, McGrawHill International Edition. [12]. Voelpel, Dous, and Davenport. 2005. “Five Steps to Creating a Global Knowledge-sharing System: Siemens ShareNet”. Academy of Management Executive. May. Vol 19:2. [13]. Hurt, M., and Hurt, S. 2005. “Transfer of managerial practices by French food retailers to operations in Poland”. Academy of Management Executive. May. Vol 19:2. [14]. Javidan, M., Stahl, G.K., Brodbeck, F, and Wilderom, C.P.M. 2005. “Cross-border transfer of knowledge: Cultural lessons from Project GLOBE”. Academy of Management Executive. May. Vol 19:2. [15]. May, C.R., Puffer, S.M., and Mc-Carthy, D.J. 2005. “Transferring Management Knowledge to Russia: A Culturally-based Approach”. Academy of Management Executive. May. Vol 19:2. [16]. Hidajat Tjakraatmadja, Jann. “Lecturing 3: Learning Organization and Knowledge Management”. Bahan Kuliah Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajar (MB6012). Program MSM-ITB, 2008. [1]. Kwok, Sai Ho and Gao, Sheng. ``Attitude Towards Knowledge Sharing Behavior'', The Journal of Computer Information Systems, Winter 2005/2006. [2]. Rhee, Jay Hyuk. ``The Internet Era and The International Expansion Process: The Moderating Role of Absorptive Capacity'', Management International Review, 2005. [3]. Kim, Soonhee and Lee, Hyangsoo. ``The Impact of Organizational Context and Information Technology on Employee Knowledge-Sharing Capabilities. [4]. Sitaniapessy, Arthur. ``Pemahaman Global dan Manajemen Pengetahuan: Jalan Menuju Kesuksesan e-Indonesia Initiative 2008 (eII2008) Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia 21-23 Mei 2008, Jakarta 4