BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Komunikasi Komunikasi sebuah ilmu

advertisement
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1. Komunikasi
Komunikasi sebuah ilmu yang luas, meliputi segala aspek kehidupan
manusia. Intinya manusia tidak bisa hidup tanpa komunikasi, manusia harus
hidup berinteraksi dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. “Komunikasi berlangsung apabila antara orang – orang yang
terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan”
(Effendy, 2002 : 4). Jelasnya jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang
dinyatakan orang lain kepadanya maka komunikasi berlangsung efektif dan
komunikatif. Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak efektif dan
tidak berlangsung.
Bila kita melihat apa yang terjadi ketika seseorang terlibat dalam
komunikasi, kita temukan terdapat dua bentuk umum tindakan yang terjadi:
1. Penciptaan pesan atau lebih tepatnya penciptaan pertunjukan (display),
dan
2. Penafsiran pesan (interpret) atau penafsiran pertunjukan (Face – Faules,
2005: 26).
Penciptaan pesan (to display) secara harfiah berarti menyebarkan sesuatu
tersebut
dapat
terlihat
secara
lengkap
dan
menyenangkan,
yakni
menempatkan pesan-pesan komunikasi sehingga menjadi perhatian orang
lain. Hingga sampai pada proses penyampaian pesan yang menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
penafsiran bagi orang-orang atau kelompok orang yang terlibat dalam proses
komunikasi.
Untuk tegasnya komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari
dua aspek, pertama isi pesan (the content of the message), kedua lambang
(symbol). Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang
adalah bahasa (Onong, 2007 : 28).
Dengan demikian, komunikasi merupakan suatu keadaan yang terjadi
kapan saja dalam konteks interaksi antar manusia, sebagai reaksi terhadap
pesan yang disampaikan. Berfungsi dalam rangka transaksi simbolik,
pertukaran isi pesan melalui pikiran atau perasaan yang disampaikan dengan
bahasa. Akan tetapi secara umum, bahasa digunakan dalam proses pertukaran
informasi antar mereka yang terlibat di dalam komunikasi.
2.1.1. Proses Komunikasi
Komunikasi sebagai proses yang membentuk satu pemikiran dan
tindakan dapat dilihat dari dua sudut pandang, seperti yang dikemukakan
oleh Husein (2007 : 5), yakni proses secara primer dan proses secara
sekunder.
Proses secara primer, adalah proses penyampaian pikiran dan atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan simbol atau
lambang sebagai media. Simbol atau lambang media primer dalam proses
komunikasi meliputi bahasa, isyarat, gambar, warna, dan sebagainya yang
secara langsung mampu menerjemahkan pemikiran dan atau perasaan
komunikator kepada komunikan.
Universitas Sumatera Utara
Proses secara sekunder di dalam komunikasi adalah proses
penyampaian
pesan
oleh
seseorang
kepada
orang
lain
dengan
menggunakan alat atau sarana media kedua setelah memakai lambang
sebagai media pertama.
2.1.2. Faktor-faktor Penunjang Komunikasi Efektif
Proses penyampaian pesan secara efektif, yakni perancangan
sistem penyampaian pesan sangat dibutuhkan guna mencapai kesamaan
makna antara komunikator dan komunikan, termasuk mengemas pesan
yang efektif dalam iklan. Upaya tersebut dilakukan guna mencapai
komunikasi yang diinginkan, bagaimana komunikator yakni pemerintah
dalam penelitian ini mampu memotivasi diri khalayak agar mengurangi
merokok sampai pada tindakan berhenti merokok karena berbahaya bagi
kesehatan. R. Wayne Pace mengemukakan tentang tujuan utama dengan
cara bagaimana komunikasi yang efektif dapat dicapai meliputi:
1. Memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya (to
secure
understanding);
2. Pembinan pengertian (to establish acceptance);
3. Kegiatan dimotivasikan (to motivate action). (Effendy, 2007 : 32)
Wilbur Schramm (dalam Effendy, 2007 : 41) menampilkan apa
yang ia sebut sebagai “the condition of success of communication”,
kondisi tersebut dirumuskan menunjukkan keadaan sebagai berikut:
1)
Pesan harus dirancang dan disampaikan untuk menarik perhatian
komunikan.
Universitas Sumatera Utara
2) Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju pada pengalaman
yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama
mengerti.
3) Pesan
harus
membangkitkan
kebutuhan
pribadi
komunikan
dan
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
4) Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi
yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia
digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Jadi bilamana kita mengadakan kegiatan komunikasi, itu artinya kita
mencoba untuk membentuk persamaan dengan orang lain yakni kita mencoba
membagi infomasi, ide, atau suatu sikap, agar saling mengerti (communis).
Pada prinsipnya komunikasi itu adalah mempersamakan pandangan antara
yang menyampaikan pesan dengan yang menerima pesan, yakni kondisi yang
harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan
tanggapan yang kita kehendaki. Sederhananya, semakin mengerti khayalak
tentang pesan yang disampaikan, maka semakin efektif isi pesan yang
dikomunikasikan tentu dengan pertimbangan yang memungkinkan melalui
proses
pertukaran
informasi
mempersempit
atau
bahkan
berupaya
menghilangkan pesan yang dapat menimbulkan beragam pengertian di dalam
diri anggota komunikasi, hingga arah pengertian dan pemahaman dapat
dicapai secara maksimal dalam pertukaran pesan.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Komunikasi Massa
Pengertian komunikasi massa, merujuk pada pendapat Tan dan Wright,
merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam
menghubungkan komunikator dengan komunikan secara massal, berjumlah
banyak, bertempat tinggal saling berjauhan (berpencar), sangat heterogen dan
menimbulkan efek tertentu (Elvinaro, 2004 : 5).
Sumber komunikasi massa bukanlah individu, melainkan suatu
organisasi formal (Quail, 2003 : 33). Organisasi yang mengirimkan pesan
disebut dengan komunikator, secara profesional menyampaikan pesan kepada
khalayak. Pesan yang disampaikan melalui komunikasi massa tidak
menimbulkan kesan unik atau kecenderungan untuk menjadikan keadaan
subjektif, tidak beraneka ragam dan cenderung dapat diperhitungkan.
Dalam komunikasi massa, pesan yang disampaikan kepada khalayak
diproses, distandarisasi dan selalu diperbanyak. Pesan di dalam komunikasi
massa merupakan produk dan komuditi yang memiliki nilai tukar secara acuan
simbolik yang mengandung nilai kegunaan (Quail, 2003 : 44).
Komunikasi massa dilihat dari kegiatan komunikasi, adalah: kegiatan
komunikasi yang ditujukan kepada orang banyak yang tidak dikenal (bersifat
anonim) (Susanto, 2002 : 2). Selain itu sifat lain dari komunikasi massa adalah
bahwa komunikan adalah heterogen (beragam), dari latar belakang budaya,
latar belakang ekonomi, latar belakang pendidikan dan lain sebagainya.
Siapa yang menjadi sasaran pesan yang dikomunikasikan melalui media
massa menjadi pertimbangan penting, karena faktor ini akan menentukan sikap
sebagai respons seorang individu atau sekelompok individu, yang selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
disebut massa. Massa dalam konteks komunikasi massa sangat tergantung
pemaknaan yang diberikan kepada hal itu, termasuk mengenai berapa
banyaknya jumlah khalayak yang disebut sebagai massa.
Blumer mengartikan massa seperti yang dikutip dalam Mc.Quail, adalah:
kolektivitas yang kita temukan dalam kehidupan sosial, khususnya
kelompok, kerumunan dan publik. Selanjutnya, Wright menyebutkan
pengertian komunikasi massa sebagai: jenis khusus dari komunikasi
sosial yang melibatkan berbagai kondisi pengoperasian, terutama sifat
khalayak, sifat bentuk komunikasi dan sifat komunikatornya. (Quail,
2000 : 32).
Melihat beberapa definisi yang ada, bahwa komunikasi massa merupakan
bentuk komunikasi sosial dengan memperhitungkan keadaan terutama sifat
khalayak, melalui saluran komunikasi massa seperti media cetak dan media
elektronik, khusus dalam penelitian ini media yang dimaksud adalah televisi
sebagai media elektronik. Massa dalam komunikasi massa merupakan tujuan
yang hendak dijangkau melalui pesan-pesan tersebut. Massa bukanlah
merupakan individu yang pasif, memiliki latar belakang budaya, latar belakang
ekonomi, latar belakang politik serta nilai-nilai yang membawa kepada
tindakan selektif terhadap pemilihan kebutuhan pesan yang mereka butuhkan.
Oleh karena
itu
pesan
yang
disampaikan
secara terlembaga
harus
memperhatikan dengan sungguh-sungguh dan secermat mungkin kebutuhankebutuhan masyarakat yang dituju. Dengan memenuhi fungsi pemenuhan
kebutuhan kognitif, berupa peneguhan informasi, pengetahuan pengetahuan,
dan peneguhan pemahaman mengenai lingkungan sosial, selanjutnya dalam
memenuhi kebutuhan afektif, berupa peneguhan nilai kelayakan, kesenangan,
dan emosional.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1. Elemen-Elemen Komunikasi Massa
Elemen-elemen komunikasi massa menurut pendapat Nurudin
(2007 : 95 : 133) meliputi, komunikator, isi, khalayak (audience), umpan
balik, gangguan, gatekeeper, pengatur, dan filter, untuk lebih jelasnya
adalah sebagai berikut:
1) Komunikator Terlembaga
Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya.
Bahwa komunikasi massa itu melibatkan lembaga (organisasi
profesional) dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang
kompleks. Komunikator di sini meliputi jaringan, stasiun lokal,
direktur, dan staf teknis yang berkaitan dengan proses penyiaran. Jadi,
komunikator merupakan gabungan dari berbagai individu dalam sebuah
lembaga media massa.
Ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh komunikator
dalam komunikasi massa. Hiebert, Ungurait, dan Bohn (HUB) seperti
dikutip dalam (Nurudin, 2007: 97), mengemukakan setidak-tidaknya
lima karakteristik: (1) daya saing (competitiveness); (2) ukuran dan
kompleksitas (size and complexity); industrialisasi (industrialization);
(4) spesialisasi (specialization); dan perwakilan (representation).
Media massa harus memiliki daya saing, hal ini berkaitan
dengan peran komunikator dan teknologi pendukung, hingga mampu
mencapai kepuasan khalayak. Daya saing ditumbuhkan dari kebijakan
yang dikeluarkan komunikator.
Universitas Sumatera Utara
2) Isi
Masing-masing media mempunyai kebijakan sendiri dalam
pengelolaan isinya. Isi media setidak-tidaknya dapat dibagi ke dalam
lima kategori yakni: (1) berita dan informasi; (2) analisis dan
interpretasi; (3) pendidikan dan sosialisasi; (4) hubungan masyarakat
dan persuasi; (5) iklan dan bentuk penjualan lain; dan (6) hiburan.
Isi media ditujukan untuk orang banyak (massa) bukan kepada
sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, isi pesan komunikasi
massa bersifat umum.
3) Khalayak (Audience)
Khalayak (audience) di dalam komunikasi massa bersifat
anonim dan heterogen. Anonim maksudnya khalayak tidak mengenal
antara satu dengan lainnya, karena komunikasinya menggunakan
media dan tidak tatap muka.
Heterogen, bahwa khalayak di dalam komunikasi massa terdiri
dari berbagai lapisan masyarakat
yang berbeda, yang dapat
dikelompokkan berdasarkan faktor, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
latar belakang budaya, agama, dan tingkat ekonomi.
4) Umpan Balik
Di dalam komunikasi massa umpan balik biasanya terjadi tidak
secara langsung. Artinya, antara komunikator dengan komunikan
dalam komunikasi massa tidak terjadi kontak langsung yang
memungkinkan mereka mengadakan reaksi langsung satu sama lain.
Universitas Sumatera Utara
Umpan balik merupakan bahan yang direfleksikan kepada
komunikan (sumber) setelah dipertimbangkan dalam waktu tertentu
sebelum dikirimkan. Misalnya, analisis yang diberikan terhadap satu
acara tertentu, setelah acara itu ditayangkan di televisi.
5) Gangguan
Gangguan di dalam saluran komunikasi massa biasanya selalu
ada. Termasuk gambar tidak jelas di pesawat televisi. Kenyataanya
semakin kompleks teknologi yang digunakan masyarakat, semakin
besar peluang munculnya gangguan.
Semakin banyak variasi program acara yang disajikan, semakin
meningkat munculnya gangguan. Salah satu pemecahan masalah
gangguan di dalam menyaksikan program acara , adalah pengulangan
acara yang disajikan.
6) Gatekeeper
Gatekeeper dimaksud sebagai penapis informasi, palang pintu,
atau penjaga gawang. Berfungsi sebagai pemberi izin bagi tersebarnya
sebuah berita. Gatekeeper sebagai individu atau kelompok individu
yang memantau arus informasi dalam sebuah saluran komunikasi
massa.
Gatekeeper juga bisa menghentikan suatu informasi karena
tidak sesuai dengan efek yang akan muncul jika informasi itu
disebarluaskan kepada masyarakat luas. Sebagai satu kekuatan kreatif,
gatekeeper tidak bersifat pasif-negatif.
Universitas Sumatera Utara
7) Pengatur
Ada pola hubungan yang saling terkait antara media massa
dengan pihak lain. Pihak lain yang dimaksud adalah pemerintah dan
masyarakat. Hubungan ini biasanya selalu tidak berjalan harmonis
sebab masing-masing pihak berbeda tuntutan dan saling menguasai
satu sama lain. Hal ini pulalah mengapa hubungan ketiganya bisa
disebut sebagai hubungan trikotomi, yakni hubungan yang tidak serasi
antara ketiganya.
Dibutuhkan pengaturan dalam pola hubungan antar ketiga
pihak. Agar informasi di dalam media massa dapat diterima
masyarakat, dan pemerintah mampu menjadikan informasi itu sebagai
masukan bagi mereka untuk pelayanan yang lebih baik.
8) Filter
Filter sebagai saringan, atau potensi penerimaan di dalam diri
khalayak terhadap apa yang diinformasikan di dalam media massa atau
sebagai kerangka berfikir audience dalam menerima pesan. Tentu
berbeda antara satu dengan yang lain, karena khalayak bukan hanya
satu akan tetapi massa, dengan pengalaman dan penangkapan yang
berbeda pula.
2.2.2. Televisi Sebagai Media Massa
Setiap pemasang iklan harus bisa memutuskan di mana iklannya
akan ditempatkan, termasuk pemerintah dengan iklan bahaya merokok
bagi kesehatan tubuh dalam jangka panjang. Keputusan dimaksud
berhubungan erat dengan khalayak sasarannya, bagaimana masyarakat
Universitas Sumatera Utara
memiliki informasi jelas, dan pengetahuan tentang bahaya sikap pasif
dalam menentukan perjalan bangsa melalui Pemilu Legislatif.
Pemilihan media ini penting untuk mengetahui media massa mana
yang bisa digunakan dalam menjangkau khalayak sasarannya. Untuk
memperluas khalayak sasaran tentunya media yang perlu digunakan
adalah media massa. Media massa dalam iklan dibedakan atas tiga
golongan, menurut sifatnya, yakni:
“Bersifat auditif (lisan), atau disebut juka the spoken word, yang
bersifat visual (tertulis) atau the printed word, dan yang bersifat
audio visual (perpaduan gambar/tulisan dengan suara). Namun
kini orang mengenalnya sebagai mediacetak (surat kabar,
majalah, dan barang-barang cetakan lainnya) dan media
elektronik (seperti radio, televisi, film, dan internet)”
(Suhandang, 2002 : 86).
Jika demikian, maka penggunaan televisi sebagai media iklan
bagi Partai politik termasuk pemerintah untuk meningkatkan peran aktif
masyarakat menggunakan hak pilihnya bersifat audio visual jika dilihat
dari proses komunikasi termasuk proses komunikasi sekunder atau
bermedia.
Memberikan
keterpengaruhan
bagi
khalayak
yang
memantapkan keyakinan diri untuk memilih sesuai dengan pertimbangan
diri, akan tetapi disayangkan dalam pelaksaan Pemilu Legislatif lalu
media televisi masih minim digunakan dalam memperkenalkan masingmasing kandidat Parpol yang akan menjadi wakil rakyat pada setiap
tingkatan baik tingkat pusat, provinsi, atau juga kabupaten/kota,
termasuk peran media massa lokal, misalnya Deli TV yang menjadi
media massa lokal di Kota Medan. Dibutuhkan penambahan media lain
selain kedua media massa televisi dalam membangun pengertian di
Universitas Sumatera Utara
dalam diri masyarakat baik secara individu atau juga kelompok agar
menggunakan hak pilihnya secara baik menentukan keterwakilan
aspirasi mereka dalam pelaksanaan pesta demokrasi dengan memilih
wakil rakyat untuk setiap tingkatan secara langsung. Ketersediaan
informasi yang memadai dari iklan politik menjadi penting sebagai dasar
pengambilan keputusan pemilih, terutama mereka pemilih pemula.
Iklan televisi telah menjadi sajian pemenuhan kebutuhan. Pemirsa
seakan dimanjakan oleh sajian informasinya yang mampu menawarkan
segala kebutuhan pemirsa secara impresif dan atraktif. Pemirsa pun
akhirnya
memposisikan
televisi
sebagai
referensi
pemenuhan
kebutuhannya.
2.2.3.Teori S-O-R
Iklan televisi menjadi sarana penting memperkenalkan produk
kepada konsumen. Produk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
Partai Politik (Parpol) dalam Pemilu Legislatif 9 April 2009. Iklan
televisi dengan isi pesan politik menjadi kekuatan dalam menstimuli
pemirsa agar bersedia melakukan tindakan yang diinginkan.
Secara substansi iklan televisi memiliki kontribusi membentuk
pesan di dalam pemikiran pemirsa. Akibatnya, secara tidak
langsung pemirsa telah melakukan proses belajar dalam
“mencerna dan menginterpretasikan serta mengingat pesan yang
telah diterimanya”. Kondisi ini tentunya tanpa disadari sebagai
upaya mengubah sikap pemirsa (Sumartono, 2002 : 44).
Menurut Hovland, dkk, (dalam Sumaertono, 2002 : 44) proses
perubahan sikap pemirsa ditandai dengan “perhatian, pengertian, dan
penerimaan” yang menunjang proses belajar tersebut. Bahwa organisme
Universitas Sumatera Utara
(O) yakni pemirsa akan menentukan secara aktif reaksi (perubahan
sikap) setelah ia menerima informasi dari iklan politik televisi.
Mar’at (dalam Sumartono, 2002 : 45) berpendapat bahwa
pemirsa (O) menerima stimulus (S) dipengaruhi oleh pengalaman dan
kemampuan. Tiap informasi akan senantiasa diolah, dinilai, disaring
demi kepentingannya.
Jika misalnya, isi pesan politik melalui iklan televisi dari satu
Parpol tertentu
kelompok,
menguntungkan bagi pemirsa secara individu atau
maka
mereka
menerima
dan
mengolahnya
melalui
pengalaman dan berarti terdapat proses belajar sosial. Janji-janji yang
muluk dan tidak masuk akal akan membawa efek negatif, sehingga sikap
individu mengenai kepercayaan terhadap komunikator menjadi negatif.
Akibatnya mengubah sikap agar simpati, kepercayaan, sebagai langkah
pertama membentuk minat tidak dapat dicapai.
Pendekatan
teori
S-O-R
lebih
mengutamakan
cara-cara
pemberian imbalan yang efektif agar komponen konasi dapat diarahkan
pada sasaran yang dikehendaki. Sedangkan pemberian informasi adalah
penting untuk dapat berubahnya komponen kognisi. Komponen kognisi
merupakan dasar untuk memahami dan mengambil keputusan agar
dalam keputusan itu terjadi keseimbangan. Keseimbangan ini penentu
arah dan tingkah laku khalayak pemirsa. Pembentukan arah dan tingkah
laku seseorang akan membentuk motif yang mendorong ia ingin
mencapai perubahan tingkah laku itu sendiri, dinamika ini dipengaruhi
faktor internal dan eksternal di dalam interaksi sosial.
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh eksternal menjadi stimulus sehingga berubahnya
sikap dan tingkah laku seseorang. Untuk keberhasilan mengubah sikap
diberi tambahan stimulus (penguatan) agar khalayak pemirsa mau
menerima informasi dan mengubah sikap “sebagai imbalan atau
hukuman” (Sumaertono, 2002 : 47).
Coba perhatikan iklan Partai Demokrat, ekspose keberhasilan
pemerintah menurunkan harga minyak, pemberantasan korupsi, dan
menata pemerintahan yang bersih menjadi imbalan yang menguntungkan
bagi masyarakat dengan slogan “Lanjutkan”, membangun bangsa
dengan memberikan hak politik kepada partai berkuasa ini, ada hukuman
yang dibangun dari kata slogan yang memberikan nilai apabila mereka
tidak berkuasa lagi hal yang sudah dicapai tidak dilanjutkan. Benarkah
demikian?
Slogan untuk “Menurunkan Sembako” yang dirasakan semakin
mencekik kemampuan finansial masyarakat menjadi perhatian serius
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Ada imbalan dan
hukuman juga yang dapat dilihat dari perspektif iklan ini, sembako yang
penting bagi “wong cilik” (orang kecil) atau menunjuk pada kepentingan
pro rakyat akan diperhatikan dengan baik bila mereka diberikan
kepercayaan untuk memerintah kembali, jika tidak, tentu keadaan yang
dinilai kurang dalam perhatian pemerintah akan berlanjut.
Pilihan tetap di tangan masyarakat, stimulus (S) yang dikemas
dan diinformasikan secara terbuka di televisi akan diolah di dalam diri
sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan (O), hingga membangun
Universitas Sumatera Utara
reaksi (R) sebagai perubahan sikap yang melandasi tindakan melakukan
penentuan pilihan di dalam pesta demokrasi. Jika menguntungkan
imbalan yang diterima secara nyata tentu pilihan-pilihan akan diberikan
berdasarkan pertimbangan tersebut.
2.3. Iklan
Secara kondisional selain berfungsi memberikan pemahaman tentang
keberadaan suatu produk, iklan sekaligus menjadi “mediasi dalam membujuk
konsumen untuk secara suka rela mencoba atau membeli produk yang
ditawarkan” (Sumartono, 2002 : 13). Artinya, melalui iklan yang menawarkan
aneka ragam kebutuhan (termasuk iklan politik dengan isi pesan politik)
diupayakan agar kebutuhan konsumen (pemilih pemula) dapat dicapai.
Mutu pemuasan tersebut semacam “janji” dari pemasang iklan kepada
objek iklan dan menjadi daya tarik atau daya pikat dalam penyajian pesan
iklan produk yang bersangkutan. Mengenai pesan iklan, Bovee (dalam
Sumartono, 2002 : 14) menyatakan bahwa “pesan iklan direncanakan
perusahaan untuk disampaikan dalam iklannya dan bagaimana perencanaan
penyampaian pesan itu secara verbal dan non verbal”.
Mengenai pesan iklan untuk lebih mendekatkan pemahaman mengenai
pesan iklan politik, Bovee (dalam Sumartono, 2002 : 14) menyatakan bahwa
pesan iklan adalah apa yang direncanakan untuk disampaikan dalam iklan dan
bagaimana perencanaan penyampaian pesan itu secara verbal dan non verbal.
Dengan demikian, untuk menampilkan kekuatan iklan tidak hanya
sekedar menampilkan pesan verbal tetapi juga harus menampilkan pesan non
verbal yang mendukung kekuatan yakni menambah daya tarik iklan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pemikiran tersebut dapat dikatakan bahwa pesan-pesan yang
akan disampaikan melalui iklan hendaknya memanfaatkan berbagai media,
baik cetak maupun elektronik. Lalu, sebelum menentukan penggunaan media
ada baiknya mempertimbangkan karakteristik yang ada dalam sasaran
khalayak.
2.3.1. Jenis Iklan Televisi
Iklan televisi tidak hanya menjadi tontonan masyarakat tetapi
telah menjadi komoditas kehidupan sehari-hari. Sebahagian besar
keinginan atau kebutuhan pemirsa seakan terjawab tuntas di dalam
sajian iklan televisi. Bahkan tidak jarang iklan televisi menghadirkan
kebutuhan baru bagi masyarakat sebagai tuntutan adaptasi atau
penyesuaian diri terhadap isi pesan iklan yang disaksikan, baik untuk
anak, bahkan orang tua sekalipun. Karenanya kebutuhan akan iklan
televisi guna memuaskan informasi dan sekaligus menunjukkan status
kelas sosial masih efektif dalam membangun persepsi dan sekaligus
motivasi di dalam diri setiap pemirsa dengan berbagai pengalaman dan
pengetahuan dirinya.
Menurut Bitner (dalam Sumartono, 2002 : 17), secara teoritis
iklan terdiri atas dua jenis, yakni iklan standar dan iklan layanan
masyarakat.
Iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk
keperluan memperkenalkan barang, jasa pelayanan kepada kosumen
melalui sebuah media. Tujuan iklan standar adalah merangsang motif
dan minat pembeli atau para pemakai. Melalui daya tariknya yang besar
Universitas Sumatera Utara
iklan menggugah minat, perasaan konsumen dan mengambil sikap
terhadap barang dan jasa yang ditawarkan tersebut. Sebagian besar iklan
standar pesan-pesannya ditata secara profesional oleh lembaga
periklanan, pesan disusun secara mantap dalam kata, kalimat, pemilihan
gambar dan warna, tempat pemasangan atau media yang cocok,
menjangkau jenis sasaran khalayak tertentu, karena itu “iklan standar
sangat terikat pada metode dan etik tertentu” (Sumartono, 2002 : 18).
Sedangkan iklan layanan masyarakat adalah jenis iklan yang
bersifat nonprofit, yang tidak mencari keuntungan dari akibat
pemasangannya kepada masyarakat. Berbeda dengan iklan standar yang
bertujuan profit. Umumnya iklan layanan masyarakat bertujuan
memberikan informasi dan penerangan serta pendidikan kepada
masyarakat dalam rangka pelayanan dengan mengajak masyarakat
untuk berpartisipasi, bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan.
Iklan layanan masyarakat tidak terlalu terikat pada penataan yang ketat
perancangan pesan dan pemilihan media.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa iklan politik sebagai
iklan yang bertujuan menggugah minat, perasaan dan berupaya
mempersuasi sikap tertentu terhadap isi pesan yang disampaikan oleh
suatu parpol, dengan penggunaan pesan secara mantap. Penggunaan
kalimat, gambar dan warna, tempat pemasangan dan media yang cocok,
dengan sasaran yang sudah ditetapkan, dengan menggunakan tenaga
profesional. Tentu iklan seperti ini dapat dikatakan sebagai jenis iklan
standar. Faktor lainnya yang penting dikemukakan bahwa iklan politik
Universitas Sumatera Utara
sangat terikat pada metode dan etik yang tidak bertentangan dengan
semangat
kehidupan
berbangsa
dan
bernegara,
dan
tidak
mengemukakan dan mempertentangkan unsur suku, agama, ras, dan
antar golongan (SARA).
2.3.2. Elemen Pesan Iklan Politik
Elemen pesan iklan politik sebagai isi pesan yang disampaikan
kepada masayarakat luas, menunjuk pada upaya aktif penyelenggara
iklan menginformasikan pesan kepada masyarakat. Agar terbangun
citra diri positif parpol dengan beragam prestasi yang sudah terbangun
dengan keikutsertaan di dalam pembangunan bangsa.
Semua jenis pesan komunikasi, termasuk di dalam isi pesan
iklan politik terbentuk dari beberapa elemen pembentuk pesan. Tentu
saja kajian ini terhadap pesan secara manifest (isi pesan yang tampak).
Setiap pesan menurut Kriyantono (2007 : 342) terdiri dari:
1) Messege Sidedness
One Sided
a) Penekanan pesan hanya pada kepentingan pihak pengirim pesan.
b) Yang ditonjolkan kelebihan/kekuatan/aspek positif saja dari pesan.
c) Biasa digunakan untuk iklan atau upaya promosi penjualan
lainnya.
d) Pesan seperti ini cocok pada khalayak yang tingkat pendidikan
rendah, tidak mempunyai pandangan atau penilaian yang
bertentangan
atau
negatif
atas
ide
atau
produk
yang
dikomunikasikan.
Universitas Sumatera Utara
e) Tidak terkena “counterarguments” (argumen yang menentang).
Two Sided:
a) Penekanan
pesan
pada
kepentingan
kedua
pihak
yang
berkomunikasi.
b) Yang
ditonjolkan
kelebihan/kekuatan/aspek
positif
maupun
kekurangan/negatif.
c) Pesan seperti ini cocok pada khalayak yang tingkat pendidikan
tinggi, dan telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman atas ide,
hal-hal, atau produk yang dikomunikasikan.
d) Terdapat pro dan kontra terhadap hal yang dikomunikasikan.
2) Urutan Penyajian (Order or Presentation)
a) Climax vs Anticlimax
Biasanya untuk pesan yang satu sisi (one sided). Klimaks yakni
penyajian pesan di mana argumentasi terpenting atau terkuat
berada di bagian akhir pesan. Lebih tepat untuk khalayak yang
tingkat perhatian dan kepentingan yang tinggi terhadap ide atau hal
yang dikomunikasikan. Khalayak yang dituju sudah tahu apa yang
akan disampaikan. Sedangkan Antiklimaks mengandung beberapa
hal yang merupakan kebalikan dari teknik klimaks di atas.
b) Recency vs Primacy
Biasanya untuk pesan dua sisi (two sided). Recency adalah teknik
menyusun pesan di mana aspek-aspek positifnya diletakkan
dibagian akhir. Sedangkan Primacy meletakkan bagian aspek
positif di bagian awal.
Universitas Sumatera Utara
c) Drawing a Conclusion
1.1. Eksplisit, secara langsung dan jelas.
1.2. Implisit, tidak langsung dan diserahkan kepada khalayak untuk
memberikan kesimpulan sendiri. Biasanya ditujukan kepada
khalayak yang tingkat pendidikannya lebih tinggi.
3) Daya Tarik Pesan (Message Appeals)
a) Ancaman (fear/threat appeals), menyajikan unsur-unsur ancaman
ketakutan, kekhawatiran dalam pesan.
b) Perasaan emosional (emotional appeals).
c) Perasaan rasional (rational appeals), mengutamakan hal-hal yang
logis, rasional, dan faktual.
d) Humor, mengandung sesuatu yang lucu.
2.3.3. Klasifikasi Iklan Televisi
Selanjutnya memahami tentang klasifikasi iklan termasuk iklan
politik di televisi juga harus disertai dengan pemenuhan tentang unsurunsur iklan. Menurut Wright (dalam Sumartono, 2002 : 19), terdapat
beberapa unsur iklan sebagai komunikasi:
1) Informasi dan Persuasi
Informasi dalam proses komunikasi yang diwakili oleh iklan
menunjukkan adanya garis hubungan seseorang atau sekelompok orang
atau siapa saja yang ingin menjual produknya kepada seseorang atau
sekelompok orang yang membutuhkan produk itu. Kunci periklanan
justru pada kecanggihan merumuskan informasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2) Informasi Dikontrol
Karena informasi di dalam iklan disebarluaskan melalui televisi dan
bersifat terbuka maka informasi harus dikontrol melalui tahap-tahap dan
cara-cara tertentu. Kontrol ini bisa meliputi isi, penggunaan waktu,
ruang, tujuan khalayak sasaran. Semuanya itu harus disepakati bersama
antara pengiklan dengan media massa yang dipilihnya.
3) Teridentifikasinya Informasi
Ini dimaksudkan bahwa kesungguhan informasi itu tidak hanya
dikontrol tetapi juga harus jelas siapa yang mempunyai informasi itu,
siapa sponsornya yang membayar media (ruang dan waktu). Sponsor
yang jelas inilah membedakan iklan dengan propaganda.
4) Media Komunikasi Massa
Pembedaan iklan dengan teknik komunikasi pemasaran yang lain adalah
dalam komunikasi yang nonpersonal, jadi iklan memakai media dengan
menggunakan jasa penyewaan ruang dan waktu, dengan memberikan
saran kepada orang untuk bertindak berdasarkan informasi iklan.
Karenanya, berbeda dengan media massa lainnya, media televisi
dan iklan televisi, terbukti merupakan media komunikasi massa yang
paling efektif dan efisien sebagai media untuk informasi produk dalam
penelitian ini penyampaian visi, misi, dan program kerja Parpol untuk
disebarluaskan kepada masyarakat, tujuannya mendapat dukungan luas
dengan keputusan politik yang ada. Informasi bersifat persuasi, dikontrol,
dan dapat dibuktikan informasi yang lebih akurat dengan parpol tertentu.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4. Pesan Iklan Politik sebagai Pesan Persuasi
Pada dasarnya iklan ditujukan pada dua tipe atau dua hal pokok
dalam berbagai tujuan yang berbeda, yakni produk dan institusi
(Suhandang, 2005 : 45). Untuk mempersuasi individu/kelompok agar
bertindak sesuai dengan pesan yang disampaikan dalam iklan termasuk di
dalam iklan politik yang bertujuan meningkatkan perhatian dan keyakinan
pemilih untuk menggunakan hak pilih terhadap satu parpol. Persuasi iklan
menurut Newcomb, dapat menggunakan berbagai metode, yakni:
1) Metode partisipasi, yaitu mengikutsertakan seseorang/publik ke dalam
sesuatu kegiatan agar timbul saling pengertian dan harga menghargai
antara mereka. Strategi ini digunakan untuk menghilangkan praduga
negatif dari kegiatan perikalanan.
2) Metode asosiasi, yakni penyajian suatu pesan yang dihubungan dengan
sesuatu peristiwa atau objek yang popular, yang menarik perhatian
publik.
3) Metode icing device, yaitu menyajikan sesuatu pesan dengan
menggunakan ’emotional appeal’ agar menjadi lebih menarik, dapat
memberikan kesan yang tidak mudah dilupakan, lebih menonjol
daripada yang lain-lain.
4) Metode pay of idea, yakni penyajian pesan yang mengandung anjuran
(sugesti), yang bila anjuran itu ditaati, hasilnya pasti akan memuaskan.
Universitas Sumatera Utara
5) Metode
fear
arrousing,
yaitu
penyajian
pesan
yang
dapat
menimbulkan rasa khawatir atau takut tidak mematuhi informasiinformasi yang dikemukakan.
Kalau kita amati dalam tayangan iklan parpol, metode partisipasi
digunakan oleh partai Demokrat, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDI-P), Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan
Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Partai Hanura,
Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), melibatkan individu atau
publik agar mampu membentuk persepsi yang menghilangkan jarak antara
Parpol dengan khalayak pemilih mereka.
Metode fear arousing, digunakan juga oleh Partai Demokrat, dan
PDI-P dalam iklan kampanye politik mereka, slogan lanjutkan, penyajian
pesan yang dapat menimbulkan rasa khawatir atau takut jika partai yang
masih berkuasa saat ini tidak dapat melakukan lanjutan estafet kebijakan
mereka, yang tentu berbeda dengan slogan parpol lain. Tidak demikian
halnya dengan PDI-P mengasung ekonomi kerakyatan yang akan berpihak
pada harga sembako murah karena menurut mereka saat ini hal tersebut
sangat dibutuhkan, visi dan misi ini tidak jauh berbeda dengan apa yang
ditampilkan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dengan gerakan
ekonomi kerakyatan dalam pemberdayaan petani, buruh, dan nelayan.
Metode icing device, yaitu menyajikan sesuatu pesan dengan
menggunakan ’emotional appeal’ agar menjadi lebih menarik, dapat
memberikan kesan yang tidak mudah dilupakan, lebih menonjol daripada
parpol lain masih menjadi pilihan parpol berasaskan Islam, seperti Partai
Universitas Sumatera Utara
Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP),
dengan mengangkat tema religius.
2.4. Minat Memilih
Tahapan timbulnya minat di dalam diri seseorang setelah menyaksikan
iklan, baik tujuan produk atau institusi bukanlah merupakan faktor yang
terbentuk dengan sendirinya. Merujuk pada hirarkhi teoretikal teori S-O-R,
minat dipandang sebagai kajian tentang perilaku manusia.
Minat merupakan “kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak
timbulnya hasrat untuk melakukan kegiatan. Minat dapat menyebabkan
seseorang giat melakukan sesuatu yang telah menarik perhatiannya”
(Effendy, 2003 : 103).
Minat dan sikap sangat erat hubungannya, dan kedua hal tersebut
merupakan dasar dalam mengambil keputusan. Minat akan timbul apabila
disertai dengan unsur-unsur sebagai berikut:
1) Terjadinya sesuatu hal yang menarik.
2) Terdapatnya kontras, yakni hal yang menonjol yang membedakan
sesuatu dengan hal lain, sehingga apa yang menonjol itu menimbulkan
perhatian.
3) Adanya harapan mendapatkan keuntungan atau mungkin gangguan dari
hal yang dimaksud. (Effendy, 2003 : 70).
Minat sebagai perilaku manusia, dikemukakan Bandura (dalam
Sumartono, 2002 : 49) mengatakan bahwa “sebagian besar perilaku manusia
dipelajari
melalui
pengamatannya
pada
model
dan
melalui
hasil
pengamatannya tersebut, seseorang dapat memperoleh suatu ide, informasi,
dan petunjuk mengenai bagaimana berperilaku”.
Minat muncul karena adanya stimulus (S) motif yang menimbulkan
motivasi. Motif mendorong seseorang untuk mencari kepuasan berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
pengalaman dan pengetahuan yang ada di dalam dirinya dibandingkan dengan
keadaan lingkungan sekitar. Perhatian terhadap suatu hal akan melahirkan
minat, dengan informasi dan pengetahuan yang dimilikinya akan membangun
pengertian hingga mencapai penerimaan sebagai perubahan sikap yang
menggambarkan respons (R) di dalam diri akibat terpaan iklan politik di
televisi yang disebarkan secara luas.
Mempelajari tentang minat sebagai perilaku manusia setidaknya kita
dihadapkan pada tiga asumsi pokok seperti yang dikemukakan oleh
Sumartono (2002 : 49), yakni:
1) Asumsi yang menyatakan bahwa perilaku manusia dianggap seperti suatu
mesin yang saling bergantung antara satu sama lain sehingga stimulus (S)
dari satu bagian akan menimbulkan respon (R) pada bagian lainnya.
2) Asumsi yang menyatakan bahwa manusia pada dasarnya bersifat
hedonistic, berupaya mencari kesenangan dan menghindari kesulitan,
sehingga manusia selalu berusaha memperbanyak pendapatannya dan
mengurangi kekurangannya.
3) Asumsi yang menyatakan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh
lingkungan. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa perilaku itu dapat
dipelajari dan dapat dihasilkan, maka ia dapat dikendalikan.
Perilaku manusia ketika dihubungkan dengan konsep diri sebagai hasil
dari pemenuhan motif kognisi dan afeksi di dalam konsumsi media, juga
tentang konsumsi isi pesan di dalam iklan yang dikomunikasikan melalui
media massa. Orang yang ingin sukses bermasyarakat, ia harus memperbesar
wilayah terbuka dalam dirinya.
Universitas Sumatera Utara
William D. Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai: “Pandangan
dan perasaan kita tentang diri kita” (Rakhmat, 2005 : 44). Konsep diri bukan
hanya sekedar gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian diri anda tentang
anda. Jadi, konsep diri meliputi apa yang anda pikirkan dan apa yang anda
rasakan, hubungannya secara positif dipengaruhi oleh perilaku yang terbentuk
dari diri setiap individu.
Wilayah terbuka (open area) di dalam diri pribadi sebagai kenyataan
mengenai: “kita mengenal diri kita dalam hal kepribadian, kelebihan
dan kekurangan” (seperti dalam Muslimin, 2008:226). Bagaimana kita
tahu dan mampu memberitahukan kelebihan dan kekurangan kepada
orang lain, hingga tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan diri kita
dengan penilaian yang tidak sesuai dengan keadaan kita yang
sebenarnya. Konsep diri ditandai dengan adanya aspirasi sebagai
perwujudan keinginan diri (ideal) dengan kenyataan diri (reality).
Semakin besar jarak antara apirasi (ideal) dengan kenyataan (reality)
semakin besar wilayah frustasi, yang menunjukkan semakin baik konsep diri
seseorang sebagai perilaku yang dihasilkan dalam kehidupan sosial. Kelebihan
dan kekurangan yang diri merupakan potensi yang bisa semakin membesar
atau sebaliknya dapat mengecil berdasarkan keinginan diri merubah kebiasaan
yang dianggap menghambat dalam pergaulan. Sehingga tidak terjadi kesalahan
penafsiran diri sebagai wujud keinginan diri sesuai kenyataan yang ada di
dalam diri masing-masing.
Perilaku perseorangan berbeda antara satu dengan lainnya, menunjukkan
bahwa masing-masing diri berbeda berdasarkan konsep diri mereka.
Pendidikan, menentukan nalar sebagai konsep pemikiran yang dimiliki
seseorang yang tentu berbeda dengan orang lain. Latar belakang keyakinan,
dan ekonomi juga menunjukkan pembentukan konsep diri yang khas antar
orang-orang yang berbeda konsep diri dan pembentukan diri masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini, menjelaskan bahwa bila garis B (kenyataan) bergerak
mendekati garis A (aspirasi), maka selisih kedua garis itu adalah wilayah
kefrustasian. Jika garis B mendekati garis A berarti daerah lubang kefrustasian
makin mengecil, sebaliknya bila garis B dan A berjauhan, maka tingkat
kefrustasian seseorang cenderung makin besar, sebab aspirasi yang
dikehendaki tidak ditunjang kenyataan yang ada.
Untuk membangun konsep diri positif bagi setiap individu, termasuk
masyarakat luas yang terkena imbas iklan secara langsung, baik secara positif
atau negatif, selain mengenal diri, kelebihan dan kekurangan diri, harus juga
memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractive), dan kekuatan
(power). (Muslimin, 2008 : 230)
Menurut Winardi (dalam Sumartono, 2002 : 97), tahapan timbulnya
minat di dalam diri individu bergerak dari keadaan sikap mental individu
berhubungan erat dengan konsep diri meliputi lima tahapan, yakni:
1) Tahapan Timbulnya Kesadaran
Pada tahapan ini, individu (pemilih) mendapatkan informasi. Mereka
mengerti tentang iklan politik. Akan tetapi sikap khalayak bersifat netral
dan indiferen, sehingga mereka tidak mengejar informasi lebih lanjut. Jelas
kiranya mereka belum berkeinginan untuk menentukan pilihan, dengan
perkataan lain mereka tidak melihat iklan politik tersebut sebagai alat
untuk memenuhi informasi politik.
2) Tahapan Timbulnya Minat
Kesadaran akan menimbulkan minat di dalam diri pribadi. Khalayak kini
mulai mengetahui bahwa dengan iklan politik mampu memenuhi infromasi
Universitas Sumatera Utara
yang membantu mereka memecahkan kebimbangan atau memberikan
manfaat kejiwaan. Para khalayak secara individu atau lebih besar lagi
berkelompok menyamakan keinginan mereka, mulai memikirkan isi pesan
yang disampaikan yang memenuhi kebutuhan aspirasi politik mereka. Pada
tahapan timbulnya minat ini khalayak pemilih mulai mengumpulkan secara
aktif informasi-informasi yang mereka butuhkan.
3) Tahapan Timbulnya Keinginan
Pada tahapan timbulnya keinginan, khalayak pemilih mulai yakin bahwa
mereka memiliki keinginan dan mereka menyukai Parpol tertentu,
demikian rupa hingga mereka ingin memberikan suara mereka sebagai
wujud keterwakilan di dalam parlemen.
4) Tahapan Dilakukannya Tindakan-Tindakan
Apabila keinginan khalayak pemilih sudah cukup kuat, maka mereka
mengambil keputusan untuk menggunakan hak pilihnya dan tidak berupaya
untuk menangguhkan aktivitas politik mereka.
5) Tahapan Timbulnya Reaksi
Perilaku pasca pemilihan adalah penting. Apakah pilihan mereka mampu
memberikan kepuasan. Terlepas dari hasil apa yang muncul, hal tersebut
akan mempengaruhi perilaku mereka saat berikutnya mereka merasakan
stimulus yang sama.
Secara kondisional, perilaku pemilih dipengaruhi banyak faktor yang
pada intinya dibagi dalam tiga tahapan, yaitu faktor internal, faktor eksternal,
dan proses pengambilan keputusan dari khalayak (Sumartono, 2002 : 100).
Universitas Sumatera Utara
Faktor internal berpengaruh pada perilaku diri, mengenai harga diri,
pengamatan, dan proses belajar, kepribadian, dan konsep diri.
2.5. Deskripsi Iklan Politik di Televisi Swasta
Televisi menjadi media informasi penting bagi khalayak pada
pelaksanaan Pemilu, bukan hanya pada pelaksanaan Pemilu 9 April 2009 lalu,
bahkan jauh pada pelaksanaan pesta demokrasi yang sudah dijalani dalam
kehidupan kita sebagai bangsa. Di dalam iklan Parpol dikemas pesan sebagai
informasi yang menunjukkan visi, misi, dan strategi pengelolaan negara untuk
kepentingan sebagai satu bangsa.
Mengapa kader Partai Golkar berpindah ke Partai Hati Nurani Rakyat
(Hanura), ke Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), tentu tidak seluruhnya
kader partai beringin ini melakukan hal tersebut karena masih melihat ada
perilaku yang tidak sesuai, berbicara tentang harga diri dari partai besar
menjadi bagian kecil partai itu sendiri, pengamatan mengenai tidak
mungkinnya Partai Golkar sebagai partai pemenang di tahun 2004 hanya akan
mendapat suara 2,5% dari total pemilih se Indonesia, belajar terhadap
perubahan-perubahan yang mungkin terjadi secara internal sebagai dinamika
politik, dan juga mengena terhadap kepribadian, juga konsep diri yang akan
menjadi pertimbangan rasional dalam diri.
Faktor eksternal dalam keputusan politik juga menjadi pertimbangan
pembentukan minat pemilih, terdiri atas faktor kebudayaan, kelas sosial,
kelompok-kelompok sosial, dan referensi, serta keluarga. Kebudayaan yang
berbeda akan membentuk kebudayaan khas dalam organisasi yang dapat
diinformasikan secara luas kepada khalayak. Tingkatan sosial di dalam parpol
Universitas Sumatera Utara
meliputi prestise, kekuasaan, dan kekayaan yang sama, dan yang juga turut
memiliki sejumlah keyakinan, sikap, dan nilai-nilai yang berhubungan dengannya,
dalam pemikiran dan perilaku mereka. Termasuk dalam dinamika eksternal jelang
Pemilu Eksekutif tahun 2009. Hal ini juga membentuk proses pengambilan
keputusan, yang menjadi pelajaran bagi khalayak dengan beragam iklan politik di
dalam media massa.
Universitas Sumatera Utara
Download