1.968 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-5 2016 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES PADA SISWA KELAS III DI SD JOGJA GREEN SCHOOL IMPLEMENTATION OF MULTIPLE INTELLIGENCES BASED LEARNING ON 3rd GRADE STUDENTS Oleh: Sarah Pradini Dzilhijjah, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakutas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan implementasi pembelajaran berbasis multiple intelligences pada siswa kelas III di Sekolah Dasar Jogja Green School Trihanggo Gamping Sleman Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru kelas III, kepala sekolah dan 3 siswa kelas III. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan langkah-langkah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat dua hal pokok yang dilakukan guru dalam melakukan perencanaan pembelajaran, yaitu: a) mengenali multiple intelligences siswa, dan b) menyusun Daily Lesson Plan (DLP). (2) Pada tahap pelaksanaan, guru sudah memfasilitasi siswa melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran berbasis multiple intelligences yang dilakukan secara integratif melalui kedelapan jenis kecerdasan, yaitu: linguistik, logikamatematika, spasial, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. (3) Penilaian pembelajaran dilakukan secara autentik dengan menggunakan tiga ranah yaitu: a) kognitif, b) psikomotorik, dan c) afektif. Kata kunci: implementasi, pembelajaran, multiple intelligences Abstract This research aims at describing the implementation of multiple intelligences based learning on 3rd grade students at SD Jogja Green School Yogyakarta. This research’s type was descriptive qualitative. Subjects of this research were 3rd grade teacher, headmaster, and three students of 3rd grade. Data collection techniques used interview, observation, and documentation. Data anaylisis techniques used data reduction, data display, and conclusion drawing/verification. The results shows that: (1) two main things that teacher do in planning the lessons are; a) recognize students multiple intelligences, and b) prepare Daily Lesson Plans (DLP). (2) Implementing step already facilitated students through the integrated learning activities based on multiple intelegences that are; linguistic intelligence, logical mathematical intelligence, spatial intelligence, musical intelligence, bodilykinesthetic intelligence, interpersonal intelligence, intrapersonal intelligence, and naturalist intelligence. The assesment is already done by the authentic assesment with three domains; a) cognitive, b) psychomotor, and c) affective. Keywords: implementation, learning, multiple intelligences PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu proses yang ditempuh untuk mengembangkan dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 dijelaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Amanah undang-undang di atas dengan jelas menunjukkan bahwa pendidikan pada hakikatnya tidak hanya membentuk peserta didik menjadi insan yang cerdas secara intelektual Implementasi Pembelajaran Berbasis .... (Sarah Pradini Dzilhijjah) 1.969 namun juga membentuknya sebagai manusia yang terampil dan berkarakter. Di Indonesia, “pendidikan Salah satu sekolah swasta di Yogyakarta yang menerapkan sistem multiple intelligences hanya pada siswanya yaitu Sekolah Dasar Jogja Green dimaknai sebagai teknik manajerial persekolahan School. Pada saat peneliti melakukan wawancara yang hanya menitikberatkan pada kemampuan dengan kepala sekolah pada tanggal 12 Januari kognitif...” (http://www.ugm.ac.id). Berdasarkan 2016, Kepala Sekolah SD Jogja Green School sumber tersebut, terlihat bahwa pendidikan di mengatakan Indonesia belum memerhatikan keseimbangan persiapan khusus yang dilakukan oleh pihak antara ketiga ranah pendidikan menurut Bloom. sekolah dalam menerapkan pembelajaran berbasis Penitikberatan seakan multiple intelligences. Namun, pada prinsipnya, dan setiap pendidik di SD Jogja Green School percaya kemampuan „menganaktirikan‟ jati kognitif diri, potensi, kreativitas yang dimiliki oleh peserta didik. bahwa sebenarnya tidak ada bahwa setiap anak memiliki kecerdasan yang Pada dasarnya, setiap anak yang terlahir bermacam-macam, tidak hanya satu. Dari fakta ke dunia ini merupakan anak-anak cerdas dengan tersebut, SD Jogja Green School memiliki berbagai keunikan potensi dan keunikan. Gardner, dimana setidaknya telah mengelompokkan kecerdasan memberikan menjadi siswanya delapan jenis kedelapan kecerdasan kecerdasan. tersebut Adapun antara kecerdasan linguistik, kecerdasan matematika, kecerdasan spasial, lain: logika- sekolah kesempatan untuk tersebut dan selalu peluang bagi mengembangkan potensi kecerdasan mereka melalui sistem pembelajaran yang sesuai. kecerdasan Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara musikal, kecerdasan, kecerdasan interpersonal, dengan guru kelas III pada tanggal 14 Januari kecerdasan naturalis. intrapersonal, Dari kedelapan dan kecerdasan 2016, diketahui bahwa dalam pembelajaran yang jenis kecerdasan dilaksanakan, guru menerapkan beberapa metode tersebut, pendidik berperan penting dalam mengembangkan potensi kecerdasan kreatif sebagai upaya dalam mengoptimalkan yang dimiliki peserta didik. potensi-potensi multiple intelligences yang dimiliki siswanya. Perbedaan potensi kecerdasan dalam diri Hasil observasi menunjukkan bahwa SD peserta didik menuntut guru untuk kreatif dan Jogja inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan pembelajaran berbasis multiple intelligences. mengajar dengan gaya belajar dan karakteristik Implementasi belajar siswa. Hoerr (2007: 21) menyatakan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. bahwa jenis kecerdasan yang Green School yang dimaksud terdiri atas: berbeda berpengaruh pada kegiatan belajar mengajar. METODE PENELITIAN Setiap kecerdasan memiliki gaya belajar atau Jenis Penelitian learning style yang berbeda pula. mengimplementasikan Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskripstif. 1.970 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-5 2016 pada siswa kelas III di SD Jogja Green School Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 Maret sampai dengan 1 April tahun 2016 di kelas III SD Jogja Green School, Trihanggo, Gamping, yang diperoleh dari hasil observasi, hasil wawancara, dan catatan-catatan lapangan. 2. Penyajian Data Sleman, Yogyakarta. Peneliti menyajikan data mengenai implementasi pembelajaran berbasis multiple Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini yaitu guru intelligences pada siswa kelas III di SD Jogja kelas III, kepala sekolah, dan tiga siswa kelas III. Green School. Dalam penelitian ini, data Pemilihan informan dilakukan secara purposif. tersebut disajikan secara deskriptif. Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan 3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Data-data Data mengenai implementasi Sumber data dalam penelitian ini terdiri pembelajaran berbasis multiple intelligences dari data primer dan data sekunder. Data primer pada siswa kelas III di SD Jogja Green School didapatkan dari hasil wawancara dan observasi yang telah dikemukakan pada penyajian data pada informan/subjek penelitian sementara data diinterpretasikan kemudian dianalisis untuk sekunder didapatkan melalui dengan melakukan memperoleh kesimpulan. analisis dokumen-dokumen dengan implementasi yang pembelajaran berkaitan berbasis multiple intelligences pada siswa kelas III di Sekolah Dasar Jogja Green School Trihanggo HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Perencanaan Dua hal pokok yang dilakukan guru Peneliti menggunakan teknik observasi wawancara dengan Berbasis Multiple Intelligences (Planning) Gamping Sleman Yogyakarta. dan Pembelajaran instrumen berupa dalam merencanakan pembelajaran berbasis multiple intelligences, yaitu: mengenali pedoman observasi dan pedoman wawancara multiple intelligences siswa dan membuat dalam mengumpulkan data primer. Sementara, rencana untuk mengumpulkan data sekunder, peneliti tersebut sesuai dengan apa yang dituliskan menggunakan teknik analisis dokumen sekolah, oleh Paul Suparno (2004: 79) bahwa terdapat berupa jaringan tema, Daily Lesson Plan (DLP) beberapa langkah yang perlu diperhatikan dan Daily Evaluation Form (DEF). dalam mempersiapkan pembelajaran berbasis Teknik Analisis Data multiple intelligences, antara lain: mengenal Teknik analisis data menggunakan pembelajaran/lesson intelegensi ganda langkah-langkah sebagai berikut: pengajaran, 1. Reduksi Data menentukan evaluasi. siswa, strategi plan. Hal mempersiapkan pengajaran, dan data dilakukan dengan Guru telah melakukan observasi memilah-milah data mengenai implementasi harian atau daily observation dan kegiatan pembelajaran berbasis multiple intelligences sharing sesama guru. Observasi dilakukan Reduksi Implementasi Pembelajaran Berbasis .... (Sarah Pradini Dzilhijjah) 1971 oleh guru setiap hari untuk mengetahui telah potensi kecerdasan yang dimiliki masing- kegiatan pembelajaran dan penilaian. masing siswa. Sementara, kegiatan sharing sesama guru dilakukan secara kondisional. Hal tersebut dikemukakan sesuai dengan Armstrong apa (2002: 2. Pelaksanaan khususnya Pembelajaran pada Berbasis Multiple Intelligences (Implementing) Berdasarkan hasil penelitian yang yang 43-59) dikembangkan, diperoleh oleh peneliti, guru membagi bahwa terdapat beberapa cara untuk meneliti kegiatan pembelajaran menjadi tiga bagian, kecerdasan majemuk siswa, antara lain: yaitu: melalui chechklist, pembelajaran dan pemberian apersepsi, b) mengumpulkan dokumentasi, melihat data kegiatan inti, meliputi kegiatan pembelajaran sekolah, berbasis pengamatan, berdiskusi dengan dengan guru lain, berbicara dengan orang tua, bertanya kepada siswa, dan menyelenggarakan kegiatan a) kegiatan multiple awal, meliputi intelligences, pra- serta c) kegiatan akhir. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru saat hendak memulai pembelajaran, khusus. Pelaksanaan antara lain: berkumpul/melingkar, berdo‟a Pembelajaran (RPP) atau lesson plan yang bersama, memberikan kesempatan kepada diterapkan pada siswa kelas III di SD Jogja siswa untuk bercerita, me-review hasil bacaan Green School disebut dengan Daily Lesson siswa saat reading time, mengulas kembali Plan (DLP). Berdasarkan temuan penelitian, kegiatan atau materi pembelajaran pada aspek-aspek yang terdapat dalam Daily pertemuan sebelumnya, dan menanyakan Lesson Plan (DLP) setidaknya terdiri dari: kesiapan belajar siswa. Adapun kegiatan identitas, kompetensi dasar, teaching aids, apersepsi yang biasa dilakukan oleh guru prosedur aktivitas, dan evaluasi. Hal tersebut kelas III dalam proses pembelajaran dibagi sesuai dengan yang digariskan oleh Peraturan menjadi 4 tahap, yaitu: zona alfa (alpha Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab IV zone), warmer, pre-teach, dan scene setting. Adapun, Rencana Pasal 20 tentang Standar Nasional Pendidikan Pertama, zona alfa (alpha zone). yang menyatakan bahwa perencanaan proses Berdasarkan hasil penelitian, zona alfa (alpha pembelajaran meliputi silabus dan rencana zone) dilakukan melalui kegiatan bernyanyi, pelaksanaan memuat menceritakan cerita-cerita lucu, mengajak pembelajaran, siswa untuk melakukan ice-breaking, dan materi ajar, metode pengajaran, sumber bermain games untuk membangun suasana belajar dan penilaian hasil belajar. Namun, awal yang menyenangkan. Temuan penelitian masih dalam tersebut sesuai dengan pendapat Munif Chatib penyusunan Daily Lesson Plan (DLP). Guru (2014: 92-108) yang mengemukakan bahwa belum menganalisis kecerdasan apa saja yang cara yang dapat dilakukan guru untuk pembelajaran sekurang-kurangnya ada sedikit tujuan yang kekurangan membawa siswa ke dalam kondisi zona 1.972 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-5 2016 gelombang alfa yakni melalui: ice breaking, dapat berupa bercerita, visualisasi, simulasi, fun story (dapat berupa cerita lucu, gambar pantomim, lucu, atau teka-teki yang diperoleh dari Berdasarkan hasil penelitian, guru telah pengalaman pribadi, cerita/pengalaman orang melakukan beberapa kegiatan yang sama lain, buku-buku humor, internet, dll), musik, dengan pernyataan di atas untuk memberikan dan brain gym atau senam otak yang terdiri pemahaman atas serangkaian latihan berbasis gerakan mengajak siswa untuk melakukan tanya tubuh sederhana. jawab, Kedua, warmer. Berdasarkan hasil penelitian, warmer dilakukan dengan dan mendatangkan konsep, misalnya menyiapkan dibutuhkan, tokoh. dengan peralatan memberikan yang misteri/teka-teki, berpantomim, games, dan bercerita mengenai mengulang materi atau kegiatan pembelajaran kehidupan yang pernah dilakukan untuk memasukkan dikaitkan guru untuk mengantarkan siswa informasi ke dalam memori jangka panjang menuju suatu materi pembelajaran. siswa. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan sehari-hari yang kemudian Munif Chatib (2015: 98) mengatakan Munif Chatib (2014: 108) yang mengatakan bahwa bahwa adalah merupakan teori kecerdasan dalam ranah mengulang materi yang sebelumnya diajarkan psikologi. Ketika ditarik ke dunia edukasi, oleh guru. multiple intelligences menjadi sebuah strategi warmer Ketiga, atau pemanasan pre-teach. Pre-teach multiple intelligences awalnya pembelajaran untuk materi apapun dalam dilakukan melalui penjelasan awal sebelum semua bidang studi. siswa melakukan aktivitas inti pembelajaran. observasi Hal tersebut sependapat dengan Munif Chatib menemukan bahwa pembelajaran berbasis (2014: 115) yang mengatakan bahwa pre- multiple intelligences pada siswa kelas III di teach adalah aktivitas yang harus dilakukan SD Jogja Green School dilakukan secara sebelum aktivitas inti pembelajaran. Pre- integratif. Pengintegrasian teach tidak harus selalu ada dalam setiap kali berbasis multiple pertemuan karena sangat bergantung pada pembelajaran di kelas III SD Jogja Green kebutuhan yang berkaitan dengan materi dan School dilakukan dalam kegiatan inti sesuai strategi pembelajaran. dengan tema dan judul pembelajaran pada Keempat, scene setting. proses Berdasarkan hasil pembelajaran, peneliti strategi-strategi intelligences dalam Munif hari tersebut dengan mempertimbangkan Chatib (2014: 115-119) menyebutkan bahwa kecenderungan multiple intelligences siswa. scene setting adalah aktivitas yang paling Temuan penelitian tersebut sesuai dengan dekat dengan strategi pembelajaran. Dengan pendapat Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat kata lain, scene setting adalah aktivitas yang (2009: 129) yang mengemukakan bahwa dilakukan guru atau siswa untuk membangun strategi-strategi yang dapat digunakan dalam konsep awal pembelajaran. Scene setting pembelajaran berbasis multiple intelligences Implementasi Pembelajaran Berbasis .... (Sarah Pradini Dzilhijjah) 1.973 berdasarkan kecerdasan peserta didik yang Dalam dominan. logika-matematika, a. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan penelitian, guru telah memfasilitasi siswa Linguistik (Linguistic Intelligence) mengembangkan kecerdasan berdasarkan hasil dengan melakukan kegiatan berhitung Kecerdasan linguistik (linguistic (counting) dan mengajak siswa untuk intelligence) merupakan kecerdasan yang berpikir secara ilmiah. Temuan penelitian berkaitan dengan kemampuan seseorang tersebut sesuai dengan salah satu strategi dalam mengolah kata-kata secara efektif, pengajaran untuk baik secara lisan maupun tertulis. Dalam matematika yang mengembangkan kecerdasan linguistik, Armstrong (2013: berdasarkan hasil penelitian, guru telah perhitungan dan kuantifikasi, klasifikasi memfasilitasi dan kategorisasi, membuat pertanyaan siswa dengan kegiatan kecerdasan diungkapkan oleh 83-86) yaitu: seperti mendongeng/bercerita. Temuan model penelitian tersebut sesuai dengan salah pemikiran/berpikir ilmiah. satu strategi pengajaran untuk kecerdasan linguistik Armstrong yang diungkapkan (2013: 80-83) bercerita/mendongeng, oleh yaitu: logika- socrates, heuristik, dan Selain itu, guru dan sekolah juga memfasilitasi siswa dengan menanamkan konsep-konsep dasar melalui games, bertukar mengajak siswa melakukan eksperimen pikiran/brainstorming, rekaman, jurnal sederhana, dan memainkan permainan penulisan, dan penerbitan. strategi. Selain itu, guru juga c. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan memfasilitasi siswa dengan memberikan Spasial (Spatial Intelligence) kesempatan kepada siswa untuk menulis, Kecerdasan membuat karangan, memberikan spasial (spatial intelligence) merupakan kecerdasan yang kesempatan kepada siswa untuk berbicara melibatkan atau mengemukakan pendapat, melakukan memvisualisasikan gambar presentasi, memainkan permainan kata- kepala untuk kata, dan menyediakaan buku-buku cerita. menciptakannya dalam bentuk dua atau b. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan tiga dimensi. Dalam mengembangkan Logika-Matematika (Logical Mathematical Intelligence) Kecerdasan (logical didalam kemudian kecerdasan spasial, berdasarkan hasil penelitian, guru telah memfasilitasi siswa logika-matematika mathematical seseorang kemampuan dengan menunjukkan gambar/video/slide. intelligence) Temuan penelitian tersebut sesuai dengan merupakan kecerdasan yang berkaitan pendapat Jasmine (2007: 126) yang dengan keterampilan mengolah angka memaparkan bahwa metode mengajar dan/atau kemahiran menggunakan logika. multiple intelligences untuk kecerdasan 1.974 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-5 2016 spasial, dapat didiskusikan dan kemudian penelitian tersebut sesuai dengan strategi digambarkan dengan aktivitas-aktivitas pengajaran untuk kecerdasan musikal yang melibatkan hal-hal berikut: film, yang diungkapkan oleh Armstrong (2013: video, gambar, lukisan, dan peragaan, 92-94) yaitu: irama, lagu, rap (ketukan), menggunakan dan melukis, model dan mengecat, prototipe, mengukir, peta, senandung, diskografi/studi pengumpulan daftar diagram, puzel jigsaw dan permainan musik memori, jalan simpang siur..., berimajinasi dan musik, dan musik suasana. super berperan (permainan pura-pura)..., dan rekayasa model mental. Guru memfasilitasi juga kesempatan Selain memberikan kepada siswa untuk album rekaman, konsep-konsep itu, siswa dan guru melalui juga kegiatan bernyanyi bersama kegiatan bernyanyi bersama, mengenalkan siswa pada menggambar dan mewarnai, mengajak beraneka lagu, membuat musik dari siswa alam/lingkungan sekitar, membuat lagu, menciptakan (prakarya/craft), dan sesuatu memasukkan berbagai macam warna ke dalam kelas sebagai sarana pembelajaran misalnya dengan menggunakan kertas/kapur tulis/spidol berwarna-warni. Selain itu, mendengarkan musik, dan mengajak siswa menciptakan musik. e. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan Kinestetik (Bodily-Kinesthetic Intelligence) Kecerdasan kinestetik (bodily- guru juga memberikan kesempatan berupa diferensiasi penugasan melalui gambar kinesthetic apabila kecerdasan yang berkaitan dengan kerja siswa kesulitan menuangkan intelligence) merupakan fisik sebagian atau seluruh anggota tubuh pikirannya ke dalam bentuk tulisan. d. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence) akibat koordinasi antara otak dengan tubuh. Dalam mengembangkan (musical kecerdasan kinestetik, berdasarkan hasil merupakan penelitian, guru telah memfasilitasi siswa kecerdasan yang melibatkan kepekaan dengan kegiatan menciptakan sesuatu seseorang terhadap bunyi, musik atau yang memerlukan keterampilan motorik irama. mengembangkan halus seperti membuat kerajinan atau kecerdasan musikal, berdasarkan hasil prakarya. Temuan penelitian tersebut penelitian, guru telah memfasilitasi siswa sesuai dengan memutarkan musik yang sesuai pengajaran untuk kecerdasan kinestetik dengan dan yang diungkapkan oleh Hoerr (2007: 18) untuk yaitu: menyediakan kegiatan untuk tangan Temuan dan bergerak, menawarkan kesempatan Kecerdasan intelligence) musikal merupakan Dalam kegiatan pembelajaran memutarkan musik instrumen mengiringi pembelajaran. dengan salah satu strategi Implementasi Pembelajaran Berbasis .... (Sarah Pradini Dzilhijjah) 1.975 berakting, membiarkan murid bergerak kehidupan berteman dan sosial, serta selama bekerja, memanfaatkan kegiatan empati. menjahit, membuat model dan lain-lain Fasilitas lain diberikan guru dan yang memerlukan keterampilan motorik sekolah yaitu melalui games, melakukan halus. wawancara, melalui kegiatan bersama Selain itu, guru juga memfasilitasi siswa melalui permainan/games yang melibatkan semua kelas, memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanggapi/memberikan pendapat atau aktivitas fisik, memberikan kesempatan saran kepada siswa untuk bergerak dan menari, mengapresiasi hasil karya siswa. dan berolahraga. kepada siswa lain, dan g. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan f. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence) Interpersonal (Interpersonal Intelligence) Kecerdasan interpersonal Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence) merupakan (interpersonal intelligence) merupakan kecerdasan kecerdasan dengan kemampuan seseorang dalam mengenal kemampuan seseorang dalam berinteraksi dan memahami diri sendiri dengan baik. dengan Dalam yang berkaitan orang lain. Dalam mengembangkan kecerdasan yang berkaitan mengembangkan intrapersonal, dengan kecerdasan berdasarkan hasil hasil penelitian, guru telah memfasilitasi siswa penelitian, guru telah memfasilitasi siswa dengan memberikan kesempatan kepada dengan yang siswa untuk belajar menekankan adanya kerja sama seperti menyediakan kesempatan berdiskusi dan proyek bersama. Temuan untuk memberi dan menerima masukan, penelitian tersebut sependapat dengan serta memberikan kesempatan kepada Jasmine yang siswa untuk mengerjakan tugas-tugas memaparkan bahwa metode mengajar individu. Temuan tersebut senada dengan multiple intelligences untuk kecerdasan pendapat interpersonal, dapat didiskusikan dan menjelaskan bahwa untuk membantu kemudian digambarkan dengan aktivitas- siswa aktivitas yang melibatkan hal-hal berikut: intrapersonal, guru dapat: membiarkan kelompok (belajar siswa bekerja dengan iramanya sendiri, bersama), proyek kelompok, penyelesaian menciptakan sudut tenang di kelas atau konflik, kesepakatan membolehkan siswa keluar untuk bekerja jawab sendiri, membantu siswa menyusun dan siswa, memonitor interpersonal, berdasarkan kegiatan-kegiatan (2007: belajar 129-130) kooperatif mencapai (konsensus), tanggung badan/organisasi sekolah dan Hoerr secara mandiri, (2007: mengembangkan target-target bagi 19) siswa yang kecerdasan pribadi, 1.976 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-5 2016 menyediakan kesempatan bagi siswa untuk memberi dan menerima masukan, kepada siswa untuk mengeksplorasi alam atau lingkungan sekitar. serta melibatkan siswa dalam menulis jurnal. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti, kegiatanFasilitas lain diberikan guru kegiatan yang dilakukan guru saat hendak yaitu dengan membantu siswa untuk mengakhiri pembelajaran, antara lain: mengenali diri sendiri, mendorong siswa melakukan review harian, melakukan untuk refleksi mengungkapkan perasaan, dan mendorong siswa untuk mengemukakan pendapat. diri, kegiatan mendongeng, bersyukur dan berdo‟a bersama. 3. Penilaian Pembelajaran Berbasis Multiple h. Kegiatan Pembelajaran untuk Kecerdasan Intelligences (Assessment) Naturalis (Naturalist Intelligence) Penilaian Kecerdasan naturalis (naturalist pembelajaran berbasis multiple intelligences di SD Jogja Green intelligence) merupakan kecerdasan yang School berkaitan terhadap Temuan tersebut sesuai dengan pendapat lingkungan, khususnya alam dan makhluk Munif Chatib. Menurut Munif Chatib (2015: hidup. 140), dengan kecintaan Dalam mengembangkan menggunakan teori penilaian multiple autentik. intelligences kecerdasan naturalis, berdasarkan hasil menganjurkan sistem yang tidak bergantung penelitian, guru telah memfasilitasi siswa pada tes standar atau tes yang didasarkan melalui Temuan pada nilai formal, tetapi lebih banyak penelitian tersebut sesuai dengan salah didasarkan pada penilaian autentik yang satu strategi pengajaran untuk kecerdasan mengacu linguistik Green Armstrong Education. yang pada kriteria khusus dengan diungkapkan oleh menggunakan tes yang memiliki titik acuan 100-104) yaitu spesifik (2013: dan ipsative/tes berjalan-jalan di alam terbuka, jendela membandingkan prestasi pembelajaran/windows dengan prestasinya yang lalu. onto learning, siswa saat yang ini tanaman sebagai alat peraga, binatang Penilaian autentik yang diterapkan peliharaan di dalam kelas, dan studi pada siswa kelas III SD Jogja Green School lingkungan/eco-study. mencakup keseimbangan tiga ranah, yaitu juga penilaian kognitif, penilaian psikomotorik dan memfasilitasi siswa dengan mengasah penilaian afektif. Pertama, penilaian kognitif. kepekaan siswa melalui kegiatan cinta Penilaian kognitif yang dilakukan guru kelas lingkungan, melakukan konsep green III adalah dengan menggunakan tes lisan, tes setiap hari, mengajak siswa untuk belajar tertulis dan penugasan. Tes lisan dilakukan di sekitar melalui kegiatan tanya jawab dengan siswa. kesempatan Tes tertulis dilakukan dengan memberikan Selain luar sekolah, itu, guru ruangan/lingkungan serta memberi Implementasi Pembelajaran Berbasis .... (Sarah Pradini Dzilhijjah) 1.977 soal-soal latihan secara individu kepada melakukan pengamatan untuk menilai sikap siswa. siswa Sedangkan, penugasan dilakukan selama pembelajaran. Temuan dengan memberikan pekerjaan kelompok penelitan tersebut sesuai dengan pendapat ataupun pekerjaan rumah. Temuan penelitian Munif Chatib (2015: 157) yang menyatakan tersebut sesuai dengan pernyataan Munif bahwa kompetensi ranah afektif meliputi Chatib. Adapun jenis penilaian kognitif peningkatan menurut Munif Chatib (2015: 151-152) apresiasi, penilaian, minat, dan internalisasi. meliputi tes dan tugas. Untuk penilaian tes, Namun, guru belum menuliskan indikator terdapat dua bentuk, yaitu: a) tes lisan, berupa penilaian afektif secara khusus, seperti yang pertanyaan lisan yang digunakan untuk dilakukan guru untuk penilaian kognitif dan mengetahui penilaian psikomotorik. daya serap siswa terhadap pemberian respons, sikap, masalah yang berkaitan dengan kognitif, dan b) tes tertulis, berupa isian singkat, menjodohkan, pilihan ganda, uraian objektif, SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Implementasi uraian non-objektif, hubungan sebab akibat, hubungan konteks, klasifikasi, atau kombinasi yang dilakukan untuk mengungkap penguasaan siswa dalam aspek kognitif mulai dari jenjang pengetahuan, pemahaman, kognitif berupa tes yang biasanya dikerjakan secara kelompok atau menjadi pekerjaan Jogja Green School dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Pada perencanaan, guru telah melakukan perencanaan pembelajaran intelligences melalui kecenderungan berbasis pengenalan multiple multiple terhadap intelligences yang dimiliki oleh setiap siswa kelas III dengan rumah. Kedua, penilaian psikomotorik. Penilaian psikomotorik yang dilakukan guru kelas III adalah dengan kegiatan presentasi, diskusi kelompok, portofolio atau hasil karya siswa, berbasis multiple intelligences pada siswa kelas III di SD penerapan, analisis, sintesis, sampai evaluasi. Sementara itu, tugas adalah jenis penilaian pembelajaran dan penilaian proyek. Penilaian psikomotorik tersebut sesuai dengan jenis penilaian psikomotorik yang disampaikan oleh Munif Chatib (2015: 152) yaitu: a) unjuk kerja atau kinerja, b) penilaian proyek, dan c) penilaian portofolio. Ketiga, penilaian afektif. Penilaian afektif yang dilakukan guru adalah dengan melakukan observasi harian dan sharing sesama guru. Pada setiap pembelajaran, guru telah menyiapkan perencanaan berupa Daily Lesson Plan (DLP), namun guru belum mencantumkan komponen kecerdasan apa yang akan dikembangkan. Penyusunan Daily Lesson Plan (DLP) dibuat oleh guru sebelum pembelajaran dilaksanakan. Daily Lesson Plan (DLP) yang dibuat mengacu pada format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)/lesson plan dalam pembelajaran pada umumnya yang setidaknya meliputi: identitas, kompetensi dasar, teaching aids, prosedur aktivitas, dan penilaian. 1.978 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-5 2016 Pada menerapkan intelligences pelaksanaan, pembelajaran melalui guru telah berbasis kegiatan multiple multiple intelligences yang dimiliki siswa kelas III. pemberian apersepsi kepada siswa serta sudah memfasilitasi Saran Saran yang dapat diberikan untuk guru, siswa dengan berbagai kegiatan berbasis multiple intelligences. Pemberian apersepsi berupa kegiatan zona alfa, warmer, pre-teach dan scene setting. Kegiatan dalam pemberian apersepsi tidak selalu dilakukan guru di awal pembelajaran, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Pada kegiatan inti, guru sudah memfasilitasi siswa untuk belajar melalui kedelapan jenis kecerdasan yang dilaksanakan secara terintegrasi. Meskipun dalam pembelajaran kedelapan jenis kecerdasan itu tidak selalu dilakukan guru dalam penilaian, penilaian yang digunakan guru dalam pembelajaran berbasis multiple intelligences adalah penilaian autentik yang mencakup tiga ranah, yaitu: kognitif, psikomotorik, hendaknya guru mencantumkan kecenderungan jenis kecerdasan yang dilakukan melalui kegiatan inti pembelajaran pada rencana pembelajaran untuk memudahkan guru dalam menganalisis jenis kecerdasan apa saja yang sudah diterapkan dan yang belum diterapkan sehingga guru dapat mengembangkan kedelapan jenis kecerdasan pada setiap pertemuan pembelajaran atau setidaknya menyeimbangkan jenis kecerdasan yang akan dikembangkan di setiap pertemuannya. Selanjutnya, kepala sekolah satu waktu. Pada yaitu dan afektif. Pada penilaian kognitif, guru menggunakan alat penilaian tes lisan, tes tertulis dan penugasan. Penilaian psikomotorik dilakukan melalui unjuk kerja, melakukan tugas proyek, serta portofolio hasil dapat berdiskusi bersama guru dan konselor SD Jogja Green School dalam membuat kebijakan baru untuk mengenali multiple intelligences siswa selain melalui daily observation dan sharing sesama guru, misalnya dengan menggunakan tes multiple intelligences yang lebih detail sehingga guru mengetahui modalitas siswa. Tes tersebut dapat dilakukan sekala berkala, misalnya pada tahun ajaran baru dan setiap awal semester. karya siswa. Sementara, pada penilaian afektif, guru melakukan pengamatan/observasi terkait sikap siswa. Guru juga memberikan diferensiasi tugas sesuai dengan kecenderungan kecerdasan DAFTAR PUSTAKA Armstrong, Thomas. (2002). Sekolah Para Juara (Penerjemah: Yudhi Murtanto). Bandung: Kaifa. yang dimiliki masing-masing siswa. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran di kelas III SD Jogja Green School sudah berbasis multiple intelligences karena pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian yang dilakukan oleh guru telah didasarkan pada kecenderungan _______. (2013). Kecerdasan Multipel di dalam Kelas Edisi Ketiga (Penerjemah: Dyah Widya Prabaningrum). Jakarta: PT Indeks. Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat. (2009). Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran: Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan. Jakarta: Bumi Aksara. Implementasi Pembelajaran Berbasis .... (Sarah Pradini Dzilhijjah) 1.979 Humas UGM. (2012). Konsep Pendidikan Nasional belum sesuai Karakter Bangsa. Diakses tanggal 8 Januari 2016 dari http://www.ugm.ac.id/id/post/page?id= 4624. Hoerr, Thomas R. (2007). Buku Kerja Multiple Intelligences (Penerjemah: Ary Nilandari). Bandung: Mizan Pustaka. Jasmine, Munif Julia. (2007). Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligences (Alih Bahasa: Christine Sujana). Bandung: Nuansa. Chatib. (2014). Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara. Bandung: Kaifa. _______. (2015). Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Bandung: Kaifa. Paul Suparno. (2004). Teori Intelligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.