BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ciri utama masyarakat pedesaan adalah agraris, artinya segala kegiatan hidupnya berfokus pada bidang usaha pertanian. Masyarakat desa lahir sebagai hasil dari suatu kelompok sosial dengan lingkungan alam sekitarnya, selain terdapat unsur persamaan dalam ciri-ciri pokok masyarakat pedesaan pada umumnya seperti adanya solidaritas dan loyalitas di antara sesama anggota masyarakat, juga masyarakat tersebut dibedakan berdasarkan kesamaan jenis mata pencaharian dan nasib yang tergantung kepada sumber alam yang berupa tanah yang memiliki batas–batas yang jelas, baik milik komunal maupun milik keluarga. 1 Selain kegiatannya yang fokus pada bidang usaha pertanian, masyarakat di pedesaan juga berprofesi sebagai pedagang, pegawai negeri atau swasta yang dijadikan sebagai sumber mata pencaharian, terdapat juga beberapa kelompok masyarakat di pedesaan yang mata pencahariannya sebagai pengrajin. Hasil kerajinan tersebut berupa sebuah hasil karya yang memiliki kegunaan bagi manusia. Kerajinan tradisional adalah proses pembuatan berbagai macam barang dengan mengandalkan tangan serta alat sederhana dalam lingkungan rumah tangga, sedangkan orang yang membuat kerajinan tradisional disebut pengrajin. Keterampilan yang diperlukan 1 A. Suhandi Shm, dkk, Pola Kehidupan Masyarakat Pengrajin Anyaman Di Tasikmalaya, Yogyakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Proyek Penelitian Dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Javanologi), 1985, hal 3. 1 Universitas Sumatera Utara disosialisasikan dari generasi ke generasi secara pendidikan informal bukan melalui pendidikan formal.2 Mereka membuat hasil kerajinan mengunakan alat-alat sederhana dan juga bahan-bahan yang mudah didapat dilingkungan sekitarnya. Usaha membuat kerajinan termasuk dalam kategori home industry3 karena usaha ini dilakukan dilingkungan rumah tangga dan juga usaha ini dijalankan secara individu oleh seorang kepala keluarga dan biasanya anggota rumah tangga ikut serta dalam pengelolaannya. Di Desa Bangun, terdapat masyarakat yang membuka usaha kategori industri rumah tangga yakni industri alat pengupas kulit buah kopi. Industri ini sehari-harinya membuat sebuah hasil kerajinan berupa alat pengupas kulit buah kopi yang sering di sebut alat pengupas kulit buah kopi. Hasil kerajinan tersebut digunakan untuk menggiling buah kopi pasca panen, untuk memisahkan biji kopi dari kulit buah kopi. Petani kopi di Dairi biasa menyebut pembuat alat pengupas kulit buah kopi dengan sebutan Partukkang4 alat pengupas kulit buah kopi. Desa Bangun merupakan satu-satunya daerah pembuat alat pengupas kulit buah kopi di Kabupaten Dairi. Merupakan desa dimana alat alat pengupas kulit buah kopi ini dibuat pertama kali pada tahun 1965 oleh 2 (dua) orang petani kopi yang pandai bertukang5 rumah. Hal tersebut menjadikan Desa Bangun terkenal dengan 2 J.Gultom, Pengrajin Tradisional Di Daerah Propinsi Sumatera Utara, Medan : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1987/1988, hal 1-2. 3 Home Industry , Home berarti rumah, tempat tinggal sedangkan Industry berarti kerajinan, produk barang ataupun usaha, singkatnya Home Industry berarti rumah usaha produk barang atau sering di sebut usaha kecil, dikatakan kecil karena jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan dirumah atau tempat tinggal. 4 Partukkang berasal dari bahasa Batak yang jika di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti pembuat atau pengrajin. 5 Bertukang berarti membuat, 2 Universitas Sumatera Utara jenis kegiatan industri rumah tangga yang dilakukan yaitu industri pembuat alat pengupas kulit buah kopi. Industri alat pengupas kulit buah kopi ini masih bersifat tradisional dimana pengrajin alat pengupas alat pengupas kulit buah kopi mengolah bahan baku dari papan dan besi menjadi sebuah produk alat pengupas kulit buah kopi. Alat pengupas kulit buah kopi ini terbuat dari bahan baku papan kayu, berbentuk persegi, tingginya 60cm, berkaki dua, masing-masing kaki adalah rangkaian dua balok berukuran 1x3cm. Bagian atas terdiri dari bak berukuran alas 30x30cm tinggi 30cm dan atas 40x40cm yang bisa menampung 8-10 liter biji kopi berkulit merah, dibagian alas dibuat lubang untuk jalan keluar biji kopi menuju as yang terbuat dari kayu bulat berdiameter 10cm dan bergerigi yang terbuat dari paku-paku yang dibentuk atau jarijari sepeda yang dibentuk. Di bawah bak terbuka ada bantalan yang dibentuk berparit dan dirapatkan dengan as tersebut. Bantalan inilah yang memeras biji kopi dengan kulit merah, dan gerigi untuk menarik kulit merah agar keluar dari celah di bawah, sementara biji keluar langsung mengikuti alur dan langsung menuju wadah baru. Untuk mempermudah pemutaran as dengan tangan, ditaruh belahan ban luar mobil yang dikaitkan ke penyangga bersilang. Pada masa awal keberadaanya industri alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun menggunakan alat-alat sederhana dan tradisional dalam pembuatan alat pengupas kulit buah kopi, mereka menggunakan alat sederhana seperti : gergaji, 3 Universitas Sumatera Utara martil, pisau, pahat dan lainnya.6 industri alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun belajar membuat alat pengupas kulit buah kopi dari generasi terdahulu yang di ajarkan oleh orang tua kepada anak yang di lakukan secara turun-temurun guna untuk mengajarkan keahlian membuat alat pengupas kulit buah kopi serta dapat mendukung usaha kerajinan alat pengupas kulit buah kopi. Sebelum ada alat pengupas kulit buah kopi ini untuk mengupas kulit buah kopi, petani kopi di Dairi melakukan cara manual yaitu menumbuk buah yang sudah merah dengan mengunakan lesung, kopi di tumbuk sampai kulitnya hancur, hal ini membutuhkan waktu, tenaga dan proses yang lama. Dengan adanya alat ini petani kopi merasa terbantu akan pekerjaan pengolahan kopi pasca panen karena pengolahan buah kopi yang semakin mudah mengunakan alat ini. Alat pengupas kulit buah kopi ini menjadi sebuah kebutuhan wajib bagi setiap petani kopi. Sehingga setiap petani kopi pasti memilikinya.7 Hasil kerajinan tradisional alat pengupas kulit buah kopi ini muncul pertama kali pada tahun 1965. Pengrajin di desa ini mengklaim bahwa hak cipta produk ini merupakan hasil kreatifitas orang tua atau nenek moyang dahulu yang diturunkan dari generasi ke generasi. Orang yang membuat alat pengupas kulit buah kopi ini bermarga Malau dan Sihotang. Kedua orang tersebut merupakan orang yang pertama kali memulai usaha sebagai pengrajin alat pengupas kulit buah kopi.8 6 Wawancara, J.Sagala (pengrajin alat pengupas kulit buah kopi), Desa Bangun, 21 Maret 7 Wawancara, Robet Simanjuntak, Desa Laesirambon, 20 Maret 2017. Wawancara, J.Sagala ,Desa Bangun, 21 Maret 2017. 2017. 8 4 Universitas Sumatera Utara Keahlian masyarakat pengrajin alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun karena mereka belajar membuat alat pengupas kulit buah kopi dari kedua orang tersebut, dan setelah mahir mereka membuka usaha sendiri sehingga mengakibatkan banyak pengrajin alat pengupas kulit buah kopi yang dapat di temui di Desa Bangun ini.9 Daerah ini merupakan satu-satunya daerah pembuat alat pengupas kulit buah kopi di Kabupaten Dairi dan desa ini merupakan distributor ke daerah lain ke luar Kabupaten Dairi seperti Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Samosir, dan daerah lain yang bercocok tanam tanaman kopi yang di salurkan melalui agen-agen yang datang ke Desa Bangun. Sehingga sampai saat ini industri ini masih dapat mempertahankan eksistensinya. Sejak tahun 1982 industri alat pengupas kulit buah kopi ini mengalami perubahan karena adanya peralatan dari listrik yang mendukung pembuatan alat pengupas kulit buah kopi. Peralatan listrik dapat membantu mempercepat proses pembuatannya. Bentuk alat pengupas kulit buah kopi ini juga mengalami perubahan yang di modifikasi untuk mempermudah pengolahan buah kopi, seperti bak yang lebih besar, pemutar as yang dari cara manual mengunakan tangan menjadi mengunakan mesin dan lainnya. Masyarakat pengrajin alat pengupas kulit buah kopi ini tidak berkelompok atau membentuk suatu komunitas melainkan usaha individual yang dijalankan masing-masing, pengrajin ini kebanyakan lelaki yakni sekaligus kepala keluarga, 9 Wawancara, Rommel Sihotang, Desa Bangun, 21 Maret 2017. 5 Universitas Sumatera Utara anak lelaki dewasa dan istrinya biasanya bertani untuk membantu perekonomian keluarga. Keberadaan industri alat pengupas kulit buah kopi ini juga diuntungkan dengan keadaan alam dan tofografi Kabupaten Dairi yang didukung oleh keadaan tanah yang subur, hasil pertanian yang sangat terkenal dari Kabupaten Dairi adalah kopi. Hal ini membantu kelangsungan usaha industri alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun. Industri alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun meneruskan usaha kerajinan yang di mulai oleh keluarganya terdahulu, selain melestarikan warisan nenek moyang juga pekerjaan ini dapat di jadikan sebagai mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, sehingga sampai saat ini banyak industri alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun yang mempertahankan usaha yang telah diturunkan dari generasi ke generasi. Berdasarkan latar belakang diatas penulis merasa tertarik melakukan penelitian mengenai pengrajin alat pengupas kulit buah kopi yang berada di Desa Bangun dengan rentang waktu mulai dari 1965 sampai 2006. penulis memilih tahun 1965 karena pada tahun ini pertama kalinya muncul industri alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun. Penulis mengakhiri tahun 2006 karena pada tahun ini banyak petani kopi yang beralih dari pertanian kopi ke pertanian tanaman lainnya seperti tanaman jeruk di Kabupaten Dairi. 6 Universitas Sumatera Utara 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah menjadi landasan yang sangat penting dari sebuah penelitian karena akan memudahkan peneliti di dalam proses pengumpulan data dan analisis data. Berdasarkan latar belakang di atas, untuk mempermudah penulis dalam penelitan maka perlu dibuat batasan masalah dalam penelitian “Pengrajin Alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi (1965-2006)”: 1. Bagaimana latar belakang keberadaan industri alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi? 2. Perkembangan industri alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi 1965-2006? 3. Bagaimana pengaruh industri alat pengupas kulit buah kopi terhadap kehidupan ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat pengrajin di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuan dan manfaat yang dicapai. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menjelaskan latar belakang keberadaan industri alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi? 7 Universitas Sumatera Utara 2. Menjelaskan perkembangan industri alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi 1965-2006. 3. Menjelaskan pengaruh industri alat pengupas kulit buah kopi terhadap kehidupan sosial ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat pengrajin di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Menambah pengetahuan dan informasi yang baru dalam penelitian serta memberikan literatur yang berguna terhadap dunia akademik, terutama dalam Ilmu Sejarah guna membuka ruang penulisan sejarah berikutnya. 2. Bagi masyarakat umum maupun pengrajin, penelitian ini dapat memberi motivasi serta pengetahuan baru tentang Pengrajin alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. 3. Bagi pemerintah, di harapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan sebagai sarana informasi bagi pemerintah daerah maupun propinsi dalam hal memperkenalkan adanya industri alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun ke umum sehingga perhatian untuk pengembangan usaha dan juga sistem pemasaran alat pengupas kulit buah kopi yang ada di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi lebih efektif lagi. 8 Universitas Sumatera Utara 1.4 Tinjauan Pustaka Adapun buku-buku yang dipakai peneliti sebagai bahan acuan pendukung penelitian yang telah dilakukan antara lain sebagai berikut: J.Gultom (1988) dalam Pengrajin Tradisional di Daerah Propinsi Sumatera Utara memaparkan keberadaan berbagai pengrajin dan kerajinan tradisional pada berbagai kelompok masyarakat di Indonesia, serta mengungkapkan ciri-ciri pengrajin dan kerajinan tradisional dan kaitannya dengan pembangunan sosial, ekonomi, dan budaya. Buku ini membantu penulis dalam memahami keterkaitan pengrajin tradisional dalam pembangunan sosial, ekonomi, dan budaya. Shm A Suhandi, dkk, (1985) dalam Pola Kehidupan Masyarakat Pengrajin Anyaman Di Tasikmalaya, menjelaskan bagaimana pola kehidupan masyarakat pengrajin anyaman di Tasikmalaya serta kondisi serta potensi ekonomi kerajinan anyaman dan kaitannya dengan kondisi dan potensi ekonomi dan sosial budaya masyarakat pengrajin di Tasikmalaya. Buku ini membantu penulis memahami bagaimana pola kehidupan masyarakat pengrajin alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. Hartati Prawironoto, dkk, (1991) dalam Pengrajin Tradisional Daerah Jawa Tengah menjelaskan bagaimana aktivitas dan kehidupan para pengrajin-pengrajin yang berada di daerah Jawa Tengah serta fungsi dan peranan sosial, ekonomi, dan budaya para pengrajin di Jawa Tengah. Buku ini membantu penulis memahami aktivitas dan kehidupan yang penulis kaitkan dengan Pengrajin alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. 9 Universitas Sumatera Utara Soerjono Soekanto (1980) dalam Perubahan Teori Sosiologi Sosial memaparkan tentang perubahan kehidupan masyarakat, bentuk-bentuk perubahan sosial, faktor-faktor yang menyebabkan perubahan kehidupan masyarakat, modernisasi dan pembangunan pertanian di Indonesia.Perubahan sosial tersebut tentunya di sebabkan oleh adanya faktor yang menunjang dan mempengaruhi setiap individu dalam masyarakat. Dengan buku ini, penulis dapat memahami perubahan kehidupan sosial ekonomi yang terjadi dalam kehidupan Pengrajin alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. Hafiza Syahraini (2011) dalam skripsinya berjudul Pengrajin Rotan di Lingkungan X Kelurahan Sei Sikambing D Medan Tahun 1980-2000 membahas tentang Industri kerajinan menjadi sebuah bentuk perlawanan terhadap ekonomi yang tidak menentu (ekonomi lemah) dan juga menjadi salah satu cara untuk keluar dari lingkaran kemiskinan yang muncul ditengah tingginya tingkat pengangguran. Seperti halnya masyarakat pengrajin di Lingkungan X kelurahan Sei Sikambing D Medan. Mereka yang mencoba dan menekuni usaha kerajinan tersebut awalnya mereka yang sebagian ekonomi lemah dan bahkan ada yang putus sekolah sehigga untuk menopang kehidupan rumah tangga maka mereka melakukan hal yang sama. Skripsi ini menambah referensi penulis dalam penulisan tentang Pengrajin alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. 1.5 Metode Penelitian Di dalam metode penelitian sejarah, ada beberapa teknik ataupun langkahlangkah yang telah dilakukan oleh penulis dalam merampungkan tulisan ini. 10 Universitas Sumatera Utara Pemakaian metode sejarah sangatlah penting, untuk proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.10 Adapun langkah-langkah yang dimaksudkan adalah sebagai berikut : Heuristik, yaitu proses pengumpulan sumber-sumber historis yang berkaitan dengan topik penelitian atau pengumpulan data/bahan-bahan sebanyak mungkin. Metode pengumpulan data atau sumber dilakukan melalui studi kepustakaan dengan mengumpulkan sumber-sumber tertulis (pengumpulan surat kabar, buku, majalah, artikel dan sebagainya) yang berkaitan dengan penelitian pengrajin alat pengupas kulit buah kopi di Desa Bangun, melakukan observasi ke lapangan atau melakukan wawancara kepada narasumber yang dapat membantu penelitian dalam pengumpulan data yang berkaitan dengan judul penelitian yang diteliti. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti ialah wawancara bebas dan melakukan observasi langsung ke lapangan. Peneliti juga mengumpulkan sumber-sumber pendukung penelitian dari buku-buku yang terkait dengan judul penelitian, baik dari Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Daerah Sidikalang, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Universitas Negeri Medan dan Perpustakaan Daerah Medan. Kritik sumber, merupakan sebuah usaha yang dilakukan peneliti untuk menyeleksi sumber atau bahan-bahan yang sudah dikumpulkan. Pada tahap ini sumber-sumber relevan yang telah diperoleh diverifikasi kembali untuk mengetahui 10 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terjemahan dari Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985, hal. 39. 11 Universitas Sumatera Utara keabsahannya.11 Sumber harus benar, tidak dipalsukan, bukan karangan khayalan, dan terutama dapat dipercaya. Setelah sumber-sumber dikumpulkan kemudian diverifikasi melalui kritik, baik kritik ekstern maupun kritik intern. Kritik ekstern digunakan untuk mengetahui tentang kebenaran sumber yang diperoleh, sedangkan kritik intern digunakan untuk menilai kelayakan sumber yang akan digunakan dalam penulisan. Interpretasi, merupakan tahap dimana peneliti berusaha menghubungkan datadata yang di dapat di lapangan dengan fakta yang ada. Dalam menganalisa sumber yang diperoleh diperlukan analisa yang lebih bersifat objektif dan ilmiah terhadap objek yang diteliti. Di sini peneliti telah memiliki konsep, ide dan gambaran kerangka acuan untuk menulis, yang selanjutnya dituliskan dalam tulisan sejarah yakni pada tahap keempat. Historiografi, setelah semua sumber-sumber yang diperoleh selesai diuji kebenaran dan kelayakannya, tahap selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti merampungkan menjadi sebuah tulisan yang dituangkan secara sistematis dan kronologis. Dalam melakukan penulisan sejarah aspek kronologis memang perlu diperhatikan agar menghasilkan sebuah tulisan yang bernilai sejarah yang ilmiah dan objektif. 11 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hal. 99. 12 Universitas Sumatera Utara