1 PENDAHULUAN Latar Belakang Keterbukaan

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keterbukaan Pariwisata telah mengangkat kehidupan masyarakat. Sektor
ini mampu menggerakkan roda perekonomian di segala lapisan masyarakat dan
berdampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat, sekaligus mampu mendorong
pertumbuhan pembangunan dan pengembangan wilayah. Namun demikian, perlu
disadari bahwa upaya pengembangan pariwisata yang dilaksanakan oleh
pemerintah sangat membutuhkan dukungan penuh dan partisipasi aktif
masyarakat .
Perkembangan pariwisata Indonesia sekarang ini sangat pesat. Hal ini
dapat dilihat dari pertumbuhan dan jumlah kunjungan wisatawan baik dari
mancanegara maupun domestik. Hal tersebut juga bisa diamati dari tingkat
pertumbuhan ekonomi secara nasional dan di dukung oleh tingkat keamanan yang
semakin kondusif dan stabilitas politik pada tingkat yang baik.
Program sapta pesona merupakan program penyadaran masyarakat tentang
arti pentingnya sadar wisata yang memberikan arahan dan panduan agar
masyarakat memahami dampak yang ditimbulkan dari program sapta pesona
sebagai salah satu inovasi yang didefinisikan sebagai sebuah konsep yang
menggambarkan partisipasi dan dukungan masyarakat dalam mendorong
terwujudnya iklim berwisata yang kondusif bagi pengembangan kepariwisataan
di suatu wilayah atau tempat (Depbudpar 2008). Tujuan diselenggarakan program
Sapta Pesona adalah untuk meningkatkan kesadaran, dan rasa tanggung jawab
segenap lapisan masyarakat, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat luas
untuk mampu bertindak dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari
(Depbudpar 2008)
Partisipasi dan dukungan masyarakat tersebut terkait program sapta
pesona dengan penciptaan kondisi yang mampu mendorong tumbuh dan
berkembangnya industri pariwisata, antara lain unsur-unsur Keamanan,
Kebersihan, Ketertiban, Kenyamanan, Keindahan, Keramahan, dan Kenangan
(Deparpostel, 1989).
DMO (destination management organization) is in charge of the
tourism destinasion “factory” and is responsible for achieving an
excellent return on investment, market growth, quality products, a
brand of distinction and benefits to all “shareholders” yet, the DMO
does not own the foctory, neither does it empoly the people working in
it, nor does it have control over it’s processes (UNWTO, 2007)
Kota Jakarta telah dicanangkan sebagai gerbang utama kunjungan
pariwisata untuk tahun 2011 (visit Indonesia year). Jakarta selain sebagai Ibu
Kota Negara dan pusat pemerintahan juga dianggap memiliki prospek pariwisata
yang cukup menjanjikan ditunjang oleh kondisi geografis dan potensi wisata
yang dimiliki. Kota Jakarta Timur yang secara geografis merupakan bagian dari
Ibu Kota Negara adalah salah satu wilayah yang memiliki aneka ragam potensi
1
2
wisata yang bisa digali dan terus dikembangkan menjadi obyek wisata. Potensi
obyek wisata tersebut meliputi kekayaan Budaya, Sejarah Betawi, Ilmiah, dan
Obyek Wisata buatan lainnya. Obyek wisata unggulan Jakarta Timur antara lain
kerajinan rakyat di wilayah Cakung, Taman Mini, Taman Pahlawan Nasional,
Bumi Perkemahan Cibubur, Taman Wilatika (taman bunga), fasilitas-fasilitas
belanja (wisata belanja) dan lain-lain.
Sejalan dengan keberadaan obyek wisata yang sudah ada dan
pembangunan daerah tujuan wisata lainnya, Destinasi (destination life cycle
(Butler, 1992) yaitu: (1) perintisan; (2) pembangunan (3) pemantapan, (4)
rejuvenasi/revitalisasi di Jakarta Timur juga telah bermunculan usaha sarana
pariwisata berupa usaha penyediaan akomodasi berupa hotel, penyediaan makan
dan minum, penyediaan angkutan wisata, penyediaan sarana wisata, dan lain-lain
yang hingga kini terus diupayakan. Terkait adanya kebijakan otonomi daerah,
maka pemerintahan setempat harus berusaha sendiri mencari sumber-sumber
pendapatan asli daerah yang bisa digali di daerah masing-masing.
Jakarta Timur menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu andalan
sumber pendapatan asli daerah beralasan karena industri pariwisata selain
menjanjikan namun juga menjual keamanan, kebersihan, ketertiban, kesejukkan,
keindahan, keramah-tamahan dan kenangan kepada parawisatawan yang
berkunjung. Hal ini sesuai dengan salah satu misi pembangunan Jakarta Timur
yaitu mewujudkan kota yang Bersih, Indah, Tertib dan Aman dengan sarana dan
prasarana perkotaan yang memadai dan berwawasan lingkungan. Selama ini hotel
merupakan salah satu bentuk akomodasi yang dianggap memadai dan wajib
tersedia guna mendukung tumbuh kembangnya pembangunan sektor pariwisata di
suatu wilayah khususnya bagi Kota Jakarta Timur.
Setiap pengelola hotel ingin memberikan pelayanan kepada setiap
konsumen sebaik-baiknya. Pada akhirnya, produk unggul akan selalu bertumpuh
pada strategi yang berbasis pengetahuan (knowledge – based). Menurut Hamel
(2000) bahwa produk perlu dikelola dengan continous improvement.
Kelemahan Hotel pada umumnya beranggapan bahwa tamu
(konsumen/pelanggan) hanya menginginkan penginapan yang bersih, nyaman dan
aman. Di sisi lain masih banyak wisatawan yang sepaham dengan pendapat
tamu, mereka hanya menuntut dan mendapatkan penginapan saja, sedangkan
faktor lain kurang diperdulikan, misalnya : (1) fasilitas hotel yang di butuhkan
oleh tamu atau/ pelanggan masih kurang lengkap; dan (2) pemahaman masalah
kebersihan, kerapihan, pemeliharaan taman baik di dalam maupun di luar hotel
masih sangat kurang, begitu juga penataan, keamanan, pelayanan kepada
pelanggan/tamu yang masih harus di perhatikan dan di tingkatkan.
Permasalahan seperti inilah yang harus menjadi perhatian pemerintah
khususnya Dinas Pariwisata di wilayah Jakarta Timur, dan bagaimana membantu
pengelola/pimpinan dan karyawan hotel untuk mengembangkan dan membina
masyarakatnya melalui program Sapta Pesona/sadar wisata, agar masyarakat hotel
pengelola/pimpinan dan karyawan hotel dapat memahami dan menerapkan unsurunsur yang ada pada Sapta Pesona.
Keinginan dan harapan wisatawan domestik berbeda dengan konsumen
yang berasal dari mancanegara atau wisatawan asing. Masyarakat mancanegara
mempunyai tuntutan lebih kompleks. Terdapat aspek lain yang mereka tuntut
yaitu mutu pelayanan yang prima (service excellent). Jika hal tersebut mampu
3
dipenuhi maka akan menumbuhkan citra positif bagi Hotel tersebut, dan
membentuk loyalitas pelanggan. Citra dan loyalitas tersebut muncul dari kepuasan
pelanggan sehingga mereka terkesan dan terkenang, selanjutnya memutuskan
menjadi pelanggan yang loyal sehingga suatu saat akan kembali lagi.
Program Sapta Pesona/Sadar Wisata merupakan suatu pembinaan yang
dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Pariwisata, dengan tujuan
memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai kepariwisataan untuk
masyarakat yang berada di lokasi objek wisata dan menumbuhkan kesadaran
terhadap lingkungan di sekitar obyek wisata.
Coopper (2005) dan Page (2007) menjelaskan, bahwa prinsip dasar yang
harus diperhatikan meliputi; posisi kapasitas masyarakat, lingkungan, pelibatan
masyarakat, dan pertimbangan politik pembangunan. Kesuksesan pengelolaan
destinasi ditentukan oleh faktor internal (pengembangan destinasi secara intrnal)
dan eksternal (komunikasi dan pemasaran). Untuk itu, diperlukan pengelolaan
yang komperensif, sistemik konvergen, berkaitan dan interkoneksi (Teguh 2010).
Untuk mengajak masyarakat agar ikut berperan aktif dalam mewujudkan
wisata unggul, bermutu dan memiliki daya saing dan melibatkan masyarakat
sekitar di wilayah masing-masing. Pada proses peningkatkan kapasitas
pemberdayaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata
di wilayahnya diberikan penyuluhan melalui konsep Sapta Pesona/Sadar Wisata.
Konsep Sapta Pesona dapat dikembangkan sebagai inovasi dalam
pengembangan budaya layanan mutu/prima dalam industri pariwisata khususnya.
Selanjutnya jika pengelola/pimpinan dan karyawan hotel mampu mengadopsi
konsep Sapta Pesona, maka dapat dijadikan sebagai langkah strategis dalam
pengembangan usaha. Maka diperlukan sikap positif dan kemauan yang serius
bagi pengelola/pimpinan dan karyawan hotel mengadopsi program Sapta
Pesona/Sadar Wisata, dalam hal ini konsep Sapta Pesona untuk meningkatkan
pelayanan kepada tamu.
Masalah Penelitian
Penelitian adopsi inovasi program Sapta Pesona oleh pengelola dan
karyawan hotel di Jakarta Timur ini diharapkan mampu menjawab masalah
tentang :
(1). Bagaimana ciri pribadi pengelola dan karyawan hotel di Jakarta Timur?
(2). Ciri-ciri apa saja yang berhubungan dengan adopsi inovasi program Sapta
Pesona oleh pengelola/pimpinan dan karyawan hotel di Jakarta Timur?
(3). Bagaimana lingkungan usaha hotel di Jakarta Timur?
(4). Bagaimana pengetahuan, persepsi pengelola, karyawan hotel terhadap adopsi
inovasi program sapta pesona?
(5). Bagaimana adopsi program sapta pesona di hotel?
(6). Faktor apakah yang mempengaruhi adopsi program sapta pesona?
4
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian adopsi inovasi program Sapta
Pesona oleh pengelola dan karyawan Hotel di Jakarta Timur yaitu:
(1). Menganalisis pengetahuan, persepsi dan adopsi pengelola/pimpinan dan
karyawan hotel di Jakarta Timur terhadap adopsi inovasi program Sapta
Pesona.
(2). Menganalisis ciri-ciri yang berhubungan dengan pengetahuan, persepsi dan
adopsi program Sapta Pesona oleh pengelola, karyawan hotel di Jakarta
Timur.
(3). Menganalisis peningkatan adopsi inovasi Program Sapta Pesona oleh
pengelola/pimpinan dan karyawan hotel dalam pengembangan pelayanan,
khusus hotel dan dinas pariwisata.
Manfaat Penelitian
Penelitian adopsi inovasi Program Sapta Pesona oleh pengelola dan
karyawan hotel di Jakarta Timur diharapkan berguna bagi semua pihak yang
terkait khususnya masyarakat hotel, antara lain:
(1). Berpartisipasi dan mendukug program pemerintah dalam pembangunan dan
pengembangan di bidang hotel dan industri pariwisata pada umumnya.
(2). Adopsi inovasi Program Sapta Pesona sebagai dasar pelayanan hotel dalam
upaya menguatkan dan mengimplementasikan budaya layanan mutu/prima.
(3). Adopsi inovasi Program Sapta Pesona dan unsur- unsur yang kuat, untuk
pijakan dalam penerapan SOP (standard operating procedure) di hotel.
Download