TINJAUAN DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PENDERITA, LOS, DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT PADA KASUS TYPHOID PASIEN BPJS PBI DI RSUD Dr. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG BULAN JANUARI - APRIL TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma (Amd. PK) dari Program Studi DIII RMIK Oleh : ESSI MAZIDAH D22.2011.01134 PROGRAM STUDI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2014 HALAMAN HAK CIPTA © 2014 Hak Cipta Karya Tulis Ilmiah Ada Pada Peneliti HALAMAN PERSETUJUAN TINJAUAN DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PENDERITA, LOS, DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KASUS TYPHOID PASIEN BPJS PBI DI RSUD DR. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG BULAN JANUARIAPRIL TAHUN 2014 Disusun oleh: ESSI MAZIDAH D22.2011.01134 Disetujui untuk dipertahankan dalam ujian karya tulis ilmiah Tanggal : 18 Juli 2014 Pembimbing Kriswiharsi Kun S, SKM, M.Kes (Epid) HALAMAN PENGESAHAN TINJAUAN DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PENDERITA, LOS, DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KASUS TYPHOID PASIEN BPJS PBI DI RSUD DR. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG BULAN JANUARI-APRIL TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH TAHUN 2014 Disusun oleh: ESSI MAZIDAH D22.2011.01134 Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang Semarang,18 Juli 2014 Tim Penguji Ketua : Maryani Setyowati, M. Kes (................................) Anggota :1. Eny Mahawati, M. Kes (................................) 2. Kriswiharsi Kun S, SKM, M. Kes (................................) Mengetahui, Dekan Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes HALAMAN PERSEMBAHAN Karya Tulis ini secara khusus kupersembahkan kepada: Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga atas izinnya semua ini dapat terlampaui Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di hari akhir kelak Pembimbingku Bu Kriswiharsi yang telah banyak membantuku Abah dan mamah yang tidak henti-hentinya mendoakanku dan mendukungku dalam hal apapun Teman-teman KCC seperjuangan yang tidak akan kulupa Temen-teman Prodi RMIK angkatan 2011 yang sudah 3 tahun berjuang bersama Semua yang telah membantu dan mendukungku yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Thank you so much........ RIWAYAT HIDUP Nama : Essi Mazidah Tempat, tanggal lahir : Pemalang, 21 September 1993 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : RT 29/ RW 03 Randudongkal Kab. Pemalang Pendidikan : 1. TKM Salafiyah Randudongkal, tahun 1997-1999 2. SD Negeri 07 Randudongkal, tahun 1999-2005 3. SMP Negeri 1 Randudongkal, tahun 2005-2008 4. SMA Negeri 1 Pemalang, tahun 2008-2011 5. Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2011-2014. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Tinjauan Deskriptif Karakteristik Penderita, LOS, dan Epidemiologi Penyakit Pada Kasus Typhoid Pasien BPJS PBI di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang Bulan Januari-April Tahun 2014”. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program studi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan tersusun dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. H. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 2. Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 3. Arif Kurniadi, M.Kom, selaku Ka. Program Studi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 4. Kriswiharsi Kun Saptorini, SKM, M.Kes (Epid) selaku pembimbing. 5. Dr. H. Sholahudin selaku Direktur RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang. 6. H. Suwaryo, S.Kep Kepala Instalasi Rekam Medis RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang. 7. Seluruh Dosen Rekam Medis dan Informasi Kesehatan yang telah memberikan berbagai macam ilmu baik formal maupun informal kepada penulis. 8. Seluruh staf karyawan Instalasi Rekam Medis RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan penulis harapkan untuk menjadi masukan guna peningkatan pelayanan di rumah sakit. Semarang, Juli 2014 Penulis PROGRAM STUDI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2014 ABSTRAK ESSI MAZIDAH TINJAUAN DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PENDERITA, LOS, DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT PADA KASUS TYPHOID PASIEN BPJS PBI DI RSUD DR. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG BULAN JANUARI-APRIL TAHUN 2014 xv + 58 Hal + 11 Tabel + 4 Gambar + 3 Lampiran Salah satu indikator rawat inap untuk menilai efisiensi pelayanan kesehatan rawat inap yaitu AvLOS (Average Length Of Stay) yang merupakan rata - rata jumlah hari pasien rawat inap tinggal di rumah sakit. Pembayaran klaim BPJS didasarkan atas LOS rata-rata standar INA CBG’s. Apabila rata-rata LOS di rumah sakit melebihi standar INA CBG’s maka kemungkinan berdampak pada segi finansial rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita, LOS, dan epidemiologi penyakit pada kasus Typhoid pasien BPJS PBI di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang bulan Januari-April tahun 2014. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode observasi langsung dan pendekatan cross sectional. Populasi yang diteliti pada penelitian ini adalah 62 DRM kasus Typhoid yang didapat dari indeks penyakit Typhoid yang dirawat inap pada bulan Januari-April tahun 2014 di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang, sampel adalah total populasi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pada bulan Januari-April 2014 terdapat 62 kasus dan paling banyak pada bulan Februari yaitu 21 pasien, menyerang pada golongan umur 5-14 tahun (39%), dengan jenis kelamin laki-laki (58%), lama dirawat maksimum 3 hari (27%), keparahan level I yaitu sebesar 71%, memiliki diagnosis lain sebesar 37,1% sedangkan yang tidak memiliki diagnosis lain sebesar 62,9%, yang memiliki diagnosa lain pada kelompok yang sesuai LOS INA-CBG’s (41,5%) lebih besar daripada yang tidak sesuai LOS INA-CBG’s (33,3%). Penderita Typhoid yang memiliki komplikasi lebih kecil (9,7%) daripada yang tidak memiliki komplikasi (90,3%). Persentase yang memiliki komplikasi pada kelompok yang tidak sesuai LOS INA-CBG’s (22,2%) lebih besar daripada kelompok yang sesuai LOS INA-CBG’s (7,5%). Disarankan kepada pihak rumah sakit agar mengadakan sosialisasi kepada perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lain tentang LOS INACBG’s agar dapat bekerja sama dalam menerapkan clinical pathway di rumah sakit sehingga LOS riil sesuai dengan LOS INA-CBG’s. Kata kunci : Typhoid, Lama dirawat (LOS), INA-CBG’s Kepustakaan : 16 buah (1993-2014) DIII MEDICAL RECORD AND HEALTH INFORMATION STUDY PROGRAM FACULTY OF HEALTH DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2014 ABSTRACT ESSI MAZIDAH DESCRIPTION THE CHARACTERISTIC OF PATIENT, LOS, AND EPIDEMIOLOGYCAL DISEASE CASES OF TYPHOID BPJS PBI’S PATIENTS IN RSUD DR. M. ASHARI KABUPATEN PEMALANG MONTHS JANUARI-APRIL 2014 xv + 58 Pages + 11 Tables + 4 Picts + 3 Attachments One of indicators to asses the efficiency of inpatient health services namely AvLOS (Average Length of Stay) which is the average number of days of inpatient hospital stay. BPJS claim payments based on the average of INA-CBG’s LOS standard. If the LOS average in hospital exceeds the LOS INA-CBG’s standard, possibilities impact to hospital financial. The purpose of this study was to determine the characteristics of patients, LOS, and the epidemiology of the disease in the case of typhoid patients in RSUD Dr. M. Ashari Pemalang months from January to April 2014. The method used was descriptive method of direct observation and crosssectional approach. The population examined in this study were 62 medical record cases of typhoid who are hospitalized months JanuariApril in RSUD Dr. M. Ashari Pemalang. Based on the results, that in January-April 2014 there were 62 cases and mostly in February with 21 patients, attacking the 5-14 year age group (39%), with male gender (58%), length of stay maximum of 3 days (27%), the severity level of I is equal to 71%, have another diagnosis 37.1% while the other did not have a diagnosis of 62.9%, which has another diagnosis in the appropriate group INA-CBG's LOS (41,5%) more higher than inappropriate INA-CBG’s LOS (33.3%). Typhoid Patients who have complications (9.7%) less than those without complications (90.3%). Percentage who have complications in the group of inappropriate INACBG’s LOS (22.2%) greater than appropriate INA-CBG's LOS (7,5%). It was recommended to the hospital to conduct outreach to nurses, physicians, and other health professionals about INA-CBG's LOS, cooperate in implementing clinical pathways in hospitals so that the real LOS appropriate with INA-CBG's LOS. Keywords: Typhoid, Length Of Stay (LOS), INA-CBG’s Bibliography: 16 pieces (1993-2014) DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul ............................................................................................ i Halaman Hak Cipta ..................................................................................... ii Halaman Persetujuan .................................................................................iii Halaman Pengesahan ............................................................................... iv Halaman Persembahan .............................................................................. v Halaman Riwayat Hidup ............................................................................ vi Kata Pengantar ......................................................................................... vii Abstrak ......................................................................................... ix Daftar Isi ......................................................................................... xi Daftar Tabel ....................................................................................... xiii Daftar Gambar ........................................................................................ xiv Daftar Lampiran ....................................................................................... xv BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................ 1 B. Perumusan Masalah ................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5 E. Lingkup Penelitian ................................................................... 5 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis ........................................................................... 7 B. Statistik Rumah Sakit ............................................................... 9 C. Standar Pelayanan di Rumah Sakit ....................................... 12 D. Indikator Kinerja Rumah Sakit ............................................... 13 E. Indikator Statistik Rawat Inap ................................................ 14 F. Indikator Kualitas Pelayanan Unit Rawat Inap ....................... 16 G. INA-CBG’s ............................................................................. 16 H. BPJS ..................................................................................... 18 I. Typhoid .................................................................................. 21 J. Epidemiologi Deskriptif .......................................................... 29 K. Variabel Epidemiologi ............................................................ 29 L. Kerangka Teori ...................................................................... 31 M. Kerangka Konsep .................................................................. 31 BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ..................................................................... 32 B. Variabel Penelitian ................................................................. 32 C. Definisi Operasional ............................................................... 33 D. Populasi Penelitian ................................................................ 34 E. Instrumen Penelitian .............................................................. 35 F. Pengumpulan Data ................................................................ 35 G. Pengolahan Data ................................................................... 35 H. Analisis Data .......................................................................... 36 BAB IV : HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 37 B. Hasil Pengamatan .................................................................. 42 C. Pembahasan .......................................................................... 49 BAB V : PENUTUP A. Simpulan ................................................................................ 55 B. Saran ...................................................................................... 56 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 57 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Data Rumah Sakit ...........................................................................37 Tabel 4.2 Jumlah Kasus Typhoid Januari – April ............................................42 Tabel 4.3 Prosentase Lama Dirawat Pasien Typhoid .....................................43 Tabel 4.4 Prosentase Kesesuaian Lama Dirawat dengan LOS INA-CBG’s.....44 Tabel 4.5 Prosentase Severity Pasien Typhoid ..............................................46 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kasus Typhoid Berdasarkan Diagnosa Lain ............................................................46 Tabel 4.7 Jumlah dan Jenis Diagnosis Lain Penderita Typhoid ......................46 Tabel 4.8 Tabulasi Silang Kategori LOS dan Diagnosa Lain .........................47 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kasus Typhoid Berdasarkan Komplikasi .................................................................48 Tabel 4.10 Daftar Kasus Typhoid dengan Komplikasi .....................................48 Tabel 4.11 Tabulasi Silang Kategori LOS dan Komplikasi ..............................49 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Bagan Kerangka Teori................................................... 31 Gambar 3.2 Bagan Kerangka Konsep .............................................. 31 Gambar 4.1 Grafik Prosentase Penderita Typhoid Berdasarkan Umur........................................................ 44 Gambar 4.2 Grafik Prosentase Penderita Typhoid Berdasarkan Jenis Kelamin .......................................... 45 DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Izin Melakukan Penelitian 2. Surat Keterangan Telah Melakukan penelitian 3. Checklist Pasien BPJS PBI Kasus Typhoid Bulan Januari-April 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu institusi pemberi layanan kesehatan yang membutuhkan informasi tentang berbagai data penyakit. Rumah sakit mengutamakan pelayanan kesehatan melalui upaya penyembuhan pasien, rehabilitasi, dan pencegahan gangguan kesehatan. Berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan no 034/Birhub/1979 tentang perencanaan dan pemeliharaan rumah sakit yang menjelaskan bahwa setiap rumah sakit harus merawat statistik yang up to date, yaitu tepat waktu, akurat, dan sesuai dengan kebutuhan. (1) Statistik rumah sakit merupakan statistik kesehatan yang bersumber pada data rekam medis, dimana sistem rekam medis merupakan dasar dari terciptanya sistem informasi kesehatan. (2) Statistik rawat inap digunakan untuk memantau kegiatan yang ada di unit rawat inap, yang digunakan untuk perencanaan maupun pelaporan kepada instansi. Salah satu indikator rawat inap untuk menilai efisiensi pelayanan kesehatan rawat inap yaitu AvLOS (Average Length Of Stay) yang merupakan rata - rata jumlah hari pasien rawat inap tinggal di rumah sakit, tidak termasuk bayi baru lahir. Berdasarkan Barber Johnson, standar ideal efisiensi AvLOS adalah 3-12 hari. (3) Angka LD (Lama Dirawat) dibutuhkan oleh pihak rumah sakit untuk menghitung tingkat penggunaan sarana (utilization management) dan untuk kepentingan finansial (financial reports). Dari aspek medis semakin panjang Lama Dirawat (demikian juga dengan aLOS) maka bisa menunjukkan kinerja kualitas medis yang kurang baik karena pasien harus dirawat lebih lama (lama sembuhnya). Dari aspek ekonomis, semakin panjang Lama Dirawat (demikian juga dengan aLOS) berarti semakin tinggi biaya yang nantinya harus dibayar oleh pasien (dan diterima oleh rumah sakit). Jadi, diperlukan keseimbangan antara sudut pandang medis dan ekonomis untuk menentukkan nilai aLOS yang ideal.(4) Terdapat kaitan antara Lama Dirawat (aLOS) dengan BPJS yaitu pasien BPJS akan lebih cepat mendapatkan perawatan dikarenakan sistem kapitasi yang mengelompokkan diagnosis dengan tindakan sehingga pelayanan yang diberikan oleh pihak penyedia layanan (rumah sakit) akan terstruktur dan terjamin yang memungkinkan pasien keluar dari rumah sakit lebih cepat. Apabila pasien dirawat lebih lama akan merugikan rumah sakit itu sendiri karena rumah sakit harus membayar sisa dari biaya perawatan dari premi yang dibayarkan pasien setiap bulannya. Sistem jaminan kesehatan BPJS mulai diberlakukan per tanggal 1 Januari 2014 terdiri dari BPJS PBI dan non PBI. BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran) yang dulunya bernama Jamkesmas merupakan pilihan bagi masyarakat yang tergolong tidak mampu untuk membayar biaya kesehatan. Negara memberikan fasilitas ini agar masyarakat yang tidak mampu tetap mendapat jaminan kesehatan. Untuk pembayarannya sendiri di rumah sakit menggunakan sistem paket yaitu INA CBG’s yaitu penetapan tarif rumah sakit berdasarkan kelas. Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang dari laporan 10 besar penyakit rawat inap penyakit yang paling banyak adalah Typhoid. Typhoid atau kesehariannya dikenal dengan nama penyakit tiphus adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan kuman Salmonella typhi. Selain Salmonella typhi typhoid juga bisa disebabkan oleh Salmonella paratyphi namun gejalanya lebih ringan. Demam tifoid terjadi pada berbagai golongan usia terutama pada usia produktif sehingga akan mengakibatkan penurunan produktifitas/prestasi kerja dan prestasi belajar.(16) Dalam penanganan kasus Typhoid memiliki variasi dalam masa perawatannya, standar Typhoid menurut LOS INA-CBG’s level I adalah 6,13 hari, level II adalah 8,16 hari, dan level III adalah 10,69 hari. Pada 10 DRM kasus Typhoid pasien rawat inap BPJS PBI yang sebanyak 20% diantaranya terdapat pasien yang memiliki masa perawatan melebihi standar INA CBG’s. Pembayaran klaim BPJS didasarkan atas LOS ratarata standar INA CBG’s. Apabila rata-rata LOS di rumah sakit melebihi standar INA CBG’s maka kemungkinan berdampak pada segi finansial rumah sakit. Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dijelaskan di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Tinjauan Deskriptif Karakteristik Penderita, LOS dan Epidemiologi Penyakit pada Kasus Typhoid Pasien BPJS PBI di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang bulan JanuariApril tahun 2014”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Deskripsi Karakteristik Penderita, LOS, dan Epidemiologi Penyakit pada Kasus Typhoid Pasien BPJS PBI di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang bulan Januari-April tahun 2014?” C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui karakteristik penderita, LOS, dan epidemiologi penyakit pada kasus Typhoid pasien BPJS PBI di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang bulan Januari-April tahun 2014 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui jumlah kasus Typhoid pada pasien BPJS PBI bulan Januari-April 2014 b. Mengetahui lama dirawat kasus Typhoid pasien BPJS PBI bulan Januari-April 2014 c. Membandingkan LOS pasien BPJS PBI dengan LOS INA-CBG’s kasus Typhoid bulan Januari-April 2014 d. Mengetahui umur pasien BPJS PBI dengan kasus Typhoid bulan Januari-April 2014 e. Mengetahui jenis kelamin pasien BPJS PBI dengan kasus Typhoid bulan Januari-April 2014 f. Mengetahui severity/keparahan pasien BPJS PBI dengan kasus Typhoid bulan Januari-April 2014 g. Mengetahui diagnosa lain pada pasien BPJS PBI dengan kasus Typhoid bulan Januari-April 2014 h. Mengetahui komplikasi pada pasien BPJS PBI dengan kasus Typhoid bulan Januari-April 2014 D. Manfaat 1. Bagi Institusi Sebagai bahan referensi perpustakaan dan informasi tentang pengembangan ilmu statistik rumah sakit serta sebagai masukan untuk bahan pertimbangan penulis yang akan meneliti dengan topik yang sama. 2. Bagi Rumah Sakit Sebagai alternatif bahan masukan dan pertimbangan dalam menentukan suatu kebijakan yang berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan di rumah sakit. 3. Bagi Peneliti Menambah wawasan serta pengetahuan dalam penerapan ilmu Rekam Medis di rumah sakit khususnya dalam menganalisa karakteristik penderita berdasarkan perbedaan lama dirawat pada satu kasus penyakit. E. Lingkup Penelitian 1. Keilmuan Lingkup keilmuan yang diambil adalah lingkup rekam medis dan informasi kesehatan 2. Materi Lingkup materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Statistik Rumah Sakit khususnya indikator LOS 3. Lokasi Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang khususnya di bagian indeksing dan casemix 4. Metode Penelitian ini menggunakan metode observasi 5. Objek Objek yang diamati adalah indeks penyakit kasus Typhoid dan RM 1 dengan kasus yang sama 6. Waktu Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2014 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis a. Menurut KUBI (Kamus Umum Bahasa Indonesia) rekam medis berarti hasil perekaman yang berupa keterangan mengenai hasil pengobatan pasien, sedangkan rekam kesehatan adalah hasil dari perekaman yang berupa keterangan mengenai kesehatan pasien. b. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 269 tahun 2008 tentang rekam medis disebutkan bahwa rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan,dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. c. Menurut Huffman EK, 1992 menyampaikan batasan rekam medis adalah rekaman atau catatan mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana, dan bagaimana pelayanan yang diberikan kepada pasien selama masa perawatan yang yang memuat pengetahuan mengenai pasien dan pelayanan yang diperolehnya serta memuat informasi yang cukup untuk mengidentifikasi pasien, membenarkan diagnosis dan pengobatan serta merekam hasilnya. (5) 2. Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis a. Tujuan Rekam Medis Rekam medis bertujuan untuk menyediakan informasi guna memudahkan pengelolaan dalam pelayanan kepada pasien dan memudahkan pengambilan keputusan manajerial (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, penilaian, dan pengendalian) oleh pemberi pelayanan klinis dan administrasi pada sarana pelayanan kesehatan. Tujuan utama dari rekam medis ini adalah sebagai dokumen kehidupan pasien yang memadai dan akurat sebagai sejarah kesehatannya, yang mencakup penyakit-penyakit dan perawatan – perawatan yang diberikan pada masa lampau dan pada saat ini (Huffman, 1994) (15) b. Kegunaan Rekam Medis Menurut Permenkes no. 749a tahun 1969 menyebutkan bahwa rekam medis memiliki 5 manfaat yaitu: 1) Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien 2) Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum 3) Bahan untuk kepentingan penelitian 4) Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan 5) Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan Sedangkan menurut Gibony (1991), rekam medis mempunyai 6 manfaat atau kegunaan dengan singkatan ALFRED, yaitu: 1) Administration Data dan informasi yang dihasilkan dalam rekam medis dapat digunakan manajemen untuk melaksanakan fungsinya guna pengelolaan berbagai sumber daya. 2) Legal Rekam medis dapat digunakan sebagai alat bukti hukum yang dapat melindungi pasien, provider (dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya) serta pengelola dan pemilik sarana pelayanan kesehatan terhadap hukum. 3) Financial Catatan yang ada dalam dokumen rekam medis dapat digunakan untuk memprediksikan pendapatan dan biaya sarana pelayanan kesehatan. 4) Research Dapat dilakukan penelusuran terhadap berbagai macam penyakit yang telah dicatat kedalam dokumen rekam medis guna kepentingan penelitian. 5) Education Dokumen rekam medis dapat digunakan untuk pengembangan ilmu. 6) Documentation Dapat digunakan sebagai dokumen karena menyimpan sejarah medis seseorang.(6) B. Statistik Rumah Sakit 1. Pengertian Statistik Statistik merupakan pembahasan metode-metode ilmiah untuk pengumpulan data, pengolahan, penyajian, dan analisa maupun untuk dapat menarik kesimpulan yang valid dan membuat putusan yang dapat diterima berdasarkan analisa. (7) 2. Pengertian Rumah Sakit a. Rumah sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan dan memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka dan untuk yang melahirkan (World Health Organization). Rumah sakit merupakan sarana upaya kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian (permenkes no.159b/1988) b. Menurut UU NO.44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawatinap, rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan rumah sakit juga diatur dalam KODERSI/kode etik rumah sakit, dimana kewajiban rumah sakit terhadap karyawan, pasien dan masyarakat diatur. c. Berdasarkan Pasal 29 ayat (1) huruf f dalam UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Rumah Sakit sebenarnya memiliki fungsi sosial yaitu antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan.(8) 3. Pengertian Statistik Rumah Sakit Statistik rumah sakit yaitu statistik yang bersumber pada data rekam medis sebagai informasi kesehatan yang digunakan untuk memperoleh kapasitas bagi praktisi kesehatan, manajemen dan tenaga medis dalam pengambilan keputusan.(9) 4. Pengertian Statistik Kesehatan Statistik kesehatan adalah aplikasi metode statistik terhadap masalahmasalah bidang kesehatan. Aplikasi di bidang kesehatan antara lain: a. Mengatur statistik kesehatan masyarakat dan mengetahui masalah kesehatan dalam berbagai kelompok masyarakat. b. Membandingkan status kesehatan di suatu tempat dengan tempat yang lain di masyarakat sekarang dengan masyarakat lainnya dan meramal status kesehatan masyarakat dimasa yang akan datang. c. Mengevaluasi tentang perjalanan keberhasilan dan kegagalan dalam suatu program atau pelayanan kesehatan yang sedang dilaksanakan. d. Mengestimasi kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan menentukan target pencapaian tujuan. e. Keperluan penelitian terhadap masalah-masalah kesehatan, KB, lingkungan hidup, dan lain-lain. f. Perencanaan dan sistem administrasi. g. Keperluan publikasi dan media massa. (10) 5. Kegunaan Statistik Rumah Sakit Pengumpulan data statistik yang kemudian diolah menjadi informasi statistik rumah sakit sangat penting bagi rumah sakit. Rekam medis khususnya bagian analising reporting adalah bagian pengolah data untuk menyusun informasi statistik rumah sakit. Statistik rumah sakit biasanya digunakan untuk: a. Perbandingan penampilan rumah sakit masa lalu dan sekarang. b. Sebagai bahan acuan untuk perencanaan, pengembangan rumah sakit atau klinik di masa depan. c. Penilaian penampilan kerja tenaga medis, perawat dan staf lain. d. Biaya rumah sakit atau klinik jika disponsori oleh pemerintah. e. Penelitian. (4) C. Standar Pelayanan di Rumah Sakit Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat, maka tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dan semakin nyaman semakin mendesak. Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit diperlukan suatu standar pelayanan yang baku. Standar pelayanan rumah sakit terdiri dari 2 hal yaitu: 1. Standar pelayanan rumah sakit, meliputi : a. Administrasi dan manajemen b. Pelayanan medis c. Pelayanan gawat darurat d. Kamar operasi e. Pelayanan intensif f. Pelayanan perinatal resiko tinggi g. Pelayanan keperawatan h. Pelayanan anestesi i. Pelayanan radiologi j. Keselamatan kerja, kebakaran, dan kewaspadaan bencana k. Pemeliharaan sarana l. Perpustakaan m. Pengendalian infeksi di Rumah Sakit n. Pelayanan sentralisasi sentral o. Pelayanan gizi p. Pelayanan medis q. Pelayanan laboratorium r. Pelayanan rehabilitasi medis s. Pelayanan farmasi. 2. Standar Pelayanan Medis Yaitu suatu pedoman yang dijalankan untuk meningkatkan mutu menjadi makin efektif dan efisien. Efisiensi pelayanan medis tercermin dari tingkat jumlah hari pasien rawat inap tinggal di rumah sakit, tidak termasuk bayi lahir di rumah sakit. Angka rata-rata jumlah hari pasien rawat inap tinggal di rumah sakit merupakan informasi yang penting untuk menilai atau mengevaluasi efisiensi pelayanan yang diberikan. (6) D. Indikator Kinerja Rumah Sakit Rumah sakit merupakan salah satu institusi pemberian pelayanan kesehatan yang mengutamakan pelayanan yang dikelola secara profesional. Keberhasilan dalam pengelolaan rumah sakit didukung adanya sumber daya manusia sebagai tenaga kerja profesional sarana dan prasarana yang memadai serta beberapa faktor: faktor-faktor tersebut lebih dikenal indikator kinerja rumah sakit, antara lain : 1. Kepuasan pasien 2. Kualitas pelayanan medis 3. Efiisiensi pelayanan medis 4. Kepuasan pegawai rumah sakit terhadap pekerjaan 5. Kualitas limbah cair di rumah sakit. E. Indikator Statistik Rawat Inap 1. Statistik rawat inap digunakan untuk memantau kegiatan yang ada di unit rawat inap, yang juga digunakan untuk menilai dan mengevaluasi kegiatan yang ada di unit rawat inap, untuk perencanaan maupun laporan pada instansi vertikal. Data yang diolah di unit rawat inap disesuaikan dengan kebutuhan data dan informasi oleh manajemen maupun kebutuhan laporan ke instansi diatasnya (Depkes) misalnya : a. Data kunjungan pasien b. Data rujukan c. Data pembayaran d. Data tindakan pasien Data-data di atas dapat diperoleh dari pencatatan yang ada di unit rawat inap, seperti pada: a. Register pelayanan unit rawat inap b. Sensus harian unit rawat inap c. Rekapitulasi sensus harian rawat inap d. Rekapitulasi bulanan rawat inap e. Laporan triwulan (RL 1) 2. Rekapitulasi Sensus Harian Pasien Rawat Inap adalah formulir perantara untuk menghitung dan merekap jumlah pasien rawat inap setiap hari yang diterima dari masing-masing ruang rawat inap. Kegunaannya antara lain: a. Mengetahui jumlah pasien dirawat pada hari yang bersangkutan b. Mengetahui penggunaan tempat tidur c. Merupakan data dasar mengenai pasien dirawat pada hari yang bersangkutan yang harus segera dikirim ke direktur rumah sakit, bidang perawatan dan unit lain yang membutuhkan 3. Rekapitulasi Bulanan Pasien Rawat Inap adalah formulir perantara untuk menghitung dan merekap jumlah pasien rawat inap selama sebulan yang diterima dari masing-masing ruang rawat inap. Kegunaannya antara lain : a. Mengetahui jumlah pasien dirawat selama sebulan dan satu triwulan b. Mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur selama periode bulanan dan triwulan c. Merupakan data dasar mengenai pasien rawat inap yang perlu dilaporkan ke Depkes setiap triwulan pada formulir RL 1 halaman 1. 4. Laporan Triwulan (RL 1) Untuk mengetahui pelayanan unit rawat inap, maka data diatas diolah dalam bentuk pemantauan bulanan, triwulan dan tahunan sesuai dengan kebutuhan managemen rumah sakit maupun pelaporan kepada Dinas Kesehatan. (11) F. Indikator Kualitas Pelayanan Unit Rawat Inap Kualitas pelayanan medis adalah setiap pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan semua pemakai jasa pelayanan kesehatan yang menyelenggarakannya sesuai dengan standar kode etik profesi yang telah ditetapkan. Indikator efisiensi pelayanan unit rawat inap : 1. AvLOS adalah rata-rata jumlah hari pasien rawat inap tinggal di rumah sakit, tidak termasuk bayi lahir di rumah sakit dalam satu periode dengan standar pencapaian 3-12 hari. 2. TOI adalah rata-rata hari tempat tidur tersedia pada periode tertentu yang tidak terisi adalah pasien keluar hidup atau meninggal dan pasien masuk dengan standar pencapaian 1-3 hari. 3. Rasio hari perawatan dengan perawatan rawat inap. (11) G. INA-CBG’s 1. Pengertian INA-CBG’s INA-CBG’s adalah kependekan dari Indonesia Case Base Group’s. Sistem INA-CBG’s adalah aplikasi yang digunakan sebagai aplikasi pengajuan klaim rumah sakit, puskesmas dan semua Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK) bagi masyarakat miskin Indonesia. Sistem Casemix INA-CBG’s adalah suatu pengklasifikasian dari episode perwatan pasien yang dirancang untuk menciptakan kelas-kelas yang relatif homogen dalam hal sumber daya yang digunakan dan berisikan pasien-pasien dengan karakteristik klinik yang sejenis. Case Base Group’s yaitu cara pembayaran perawatan pasien berdasarkan diagnosis-diagnosis atau kasus-kasus yang relatif sama. Rumah sakit akan mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan untuk suatu kelompok diagnosis. Dalam pembayaran menggunakan sistem INA-CBG’s, baik rumah sakit maupun pihak pembayar tidak lagi merinci tagihan berdasarkan rincian pelayanan yang diberikan, melainkan hanya dengan menyampaikan diagnosis keluar pasien dan kode DRG (Disease Related Group). Besarnya penggantian biaya untuk diagnosis tersebut telah disepakati bersama antara provider/asuransi atau ditetapkan oleh pemerintah sebelumnya. Perkiraan waktu lama perawatan (length of stay) yang akan dijalani oleh pasien juga sudah diperkirakan sebelumnya disesuaikan dengan jenis diagnosis maupun kasus penyakitnya. INA-CBG’s merupakan kelanjutan dari aplikasi INA-DRG yang lisensinya berakhir pada tanggal 30 September 2010 lalu. INA-CBG’s menggantikan fungsi dari aplikasi INA-DRG. Aplikasi INA-CBG’s lebih real dibandingkan dengan INA-DRG karena menekankan pendekatan prosedur dibanding diagnosa, sementara aplikasi INA-CBG’s lebih mengedepankan diagnosa dibanding prosedur. 2. Manfaat Bagi pasien, adanya kepastian dalam pelayanan dengan prioritas pengobatan berdasarkan derajat keparahan, dengan adanya batasan pada lama rawat (length of stay) pasien akan mendapat perhatian lebih dalam tindakan medis dari para petugas rumah sakit karena berapapun lama rawat yang dilakukan biayanya sudah ditentukan, dan mengurangi pemeriksaan serta penggunaan alat medis yang berlebihan oleh tenaga medis sehingga mengurangi resiko yang dihadapi pasien. Bagi rumah sakit, mendapat pembiayaan berdasarkan kepada beban kerja sebenarnya, dapat meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan Rumah Sakit, dokter atau klinisi dapat memberika pengobatan yang tepat untuk kualitas pelayanan lebih baik berdasarkan derajat keparahan. Juga meningkatkan komunikasi antar spesialisasi atau multidisiplin ilmu agar perawatan dapat secara komprehensif serta dapat memonitor Quality Assurance dengan cara yang lebih objektif. Rumah sakit dapat perencanaan budget anggaran pembiayaan dan belanja yang lebih akurat. Rumah sakit juga dapat mengevaluasi kualitas pelayanan yang diberikan oleh masing-masing klinisi, keadilan (equity) yang lebih baik dalam pengalokasian budget anggaran, dan mendukung sistem perawatan pasien dengan menerapkan Clinical Pathway. Bagi penyandang dana Pemerintah (provider) dapat meningkatkan efisiensi dalam pengalokasian anggaran pembiayaan kesehatan, dengan anggaran pembiayaan yang efisien, equity terhadap masyarakat luas akan terjangkau, secara kualitas pelayanan yang diberikan akan lebih baik sehingga meningkatkan kepuasan pasien dan provider, dan perhitungan tarif pelayanan lebih objektif serta berdasarkan kepada biaya yang sebenarnya.(12) H. BPJS a. Pengertian BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan. Semua penduduk Indonesia diwajibkan menjadi peserta jaminan kesehatan yang di kelola oleh BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia dan telah membayar iuran. Peserta BPJS terdiri dari dua kelompok pertama PBI (Penerima Bantuan Iuran) Jaminan Kesehatan adalah peserta jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iuranya dibayari oleh pemerintah sebagai peserta program jaminan kesehatan.Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh pemerintah dan diatur melalui peraturan pemerintah.Yang kedua Non PBI terdiri dari pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, dan bukan pekerja dan anggota keluarganya. Landasan Hukum BPJS Kesehatan : 1. UUD 1945 amendemen Pasal 28 H ayat 1 bahwa setiap penduduk berhak atas pelayanan kesehatan dan ayat 3 bahwa setiap penduduk berhak atas jaminan sosial; 2. UUD 1945 amendemen Pasal 34 ayat 2 bahwa Negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat; 3. UUD 1945 amendemen Pasal 34 ayat 2 bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan yang layak; 4. UU Nomor 3/1992 tentang Jamsostek; 5. PP 69/1991 tentang JPK PNS; 6. UU Nomor 23/1992 tentang kesehatan khususnya pasal 26; 7. UU 43/1999 tentang Pegawai Negeri Sipil; 8. PP Nomor 2/2003 tentang Asuransi Kesehatan Pegawai Negeri. b. Manfaat BPJS Kesehatan Manfaat adalah faedah jaminan yang menjadi hak peserta dan anggota keluarganya. Perluasan program Jaminan/Asuransi Kesehatan Nasional (JKN) dan SJSN bertujuan untuk memperluas cakupan penduduk yang memiliki jaminan kesehatan yang memenuhi kebutuhan dasar medis, tanpa membedakan status ekonomi penduduk. Karena mekanisme Jaminan Kesehatan merupakan suatu mekanisme asuransi sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan bersama (gotong royong) yang bersifat wajib, maka badan penyelenggara haruslah bersifat nirlaba. Bentuk yang ideal adalah suatu badan hukum tersendiri, yang bukan perusahaan terbatas dan bukan pula BUMN/BUMD. Setiap peserta BPJS berhak memperoleh manfaat jaminan kesehatan meliputi : 1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik mencakup: a) Administrasi pelayanan b) Pelayanan promotif dan preventif c) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis d) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif e) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai 2. f) Transfusi darah sesuai kebutuhan medis g) Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama h) Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan mencakup: a. Rawat jalan, meliputi: 1) Administrasi pelayanan 2) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan sub spesialis 3) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis 4) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai 5) Pelayanan alat kesehatan implant 6) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis 7) Rehabilitasi medis 8) Pelayanan darah 9) Pelayanan kedokteran forensik 10) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan b. Rawat Inap yang meliputi: 1) Perawatan inap non intensif 2) Perawatan inap di ruang intensif 3) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri.(13) I. Typhoid 1. Pengertian Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994). Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi (Arief Maeyer, 1999). Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ). Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman, 1996). Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejalagejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M.1999). Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi. 2. Etiologi Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun. 3. Manifestasi Klinik Masa tunas typhoid 10 – 14 hari a. Minggu I Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis,obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut. b. Minggu II Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran. 4. Komplikasi a. Komplikasi intestinal 1) Perdarahan usus 2) Perporasi usus 3) Ilius paralitik b. Komplikasi extra intestinal 1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis. 2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik. 3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis. 4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis. 5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis. 6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis. 7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sindroma katatonia. 5. Penatalaksanaan a. Perawatan. 1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus. 2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan. b. Diet 1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein. 2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring. 3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim. 4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari. c. Obat-obatan. 1) Klorampenikol 2) Tiampenikol 3) Kotrimoxazol 4) Amoxilin dan ampicillin 6. Pencegahan Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas. 7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari : a. Pemeriksaan Dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid. b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid. b. Biakan darah Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor : 1) Teknik pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung. 2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit. Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali. 3) Vaksinasi di masa lampau Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif. 4) Pengobatan dengan obat anti mikroba. Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif. d. Uji Widal Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu : 1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman). 2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman). 3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman) Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid. 8. Faktor Presipitasi dan Predisposisi Faktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan yang tercemar oleh salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan C yang ditularkan melalui makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta muntah diperberat bila klien makan tidak teratur. Faktor predisposisinya adalah minum air mentah, makan makanan yang tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dari wc dan menyiapkan makanan. 9. Patofisiologi Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia.Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Penyakit Typhoid tidak hanya menyerang pasien dengan jenis kelamin tertentu, siapa saja dan kapan saja dapat menderita penyakit ini termasuk bayi yang dilahirkan dari ibu yang terkena demam typhoid. (14) J. Epidemiologi Deskriptif Penelitian epidemiologi deskriptif dapat mengungkapkan pola terjadinya penyakit pada populasi manusia. Penelitian ini memberikan hasil pengamatan umum yang berkenaan dengan hubungan antara penyakit dan ciri-ciri pokok dari subyek yang diteliti. Ciri-ciri ini mencakup hal-hal yang bersifat pribadi seperti umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan, dan status social. Hal penting lainnya adalah lokasi geografik dan waktu terjadinya penyakit. Jadi, ciri-ciri pokok yang menjadi perhatian utama di dalam epidemiologi deskriptif bisa dirangkumkan dibawah kategori: orang, tempat, dan waktu.(15) K. Variabel Epidemiologi Variabel-variabel epidemiologi adalah ciri-ciri atau faktor risiko yang terdapat pada kelompok penduduk pada suatu waktu dan tempat tertentu serta agent yang menyebabkan terjadinya penyakit. Variable epidemiologi digunakan untuk menganalisa pola distribusi penyakit dalam masyarakat. Variable epidemiologi ada 3 yaitu: 1. Time (waktu) Bila suatu penyakit diamati berdasarkan saat terjadinya (jam, tanggal, bulan atau tahun), maka data yang terkumpul dapat dikelompokkan atau dibandingkan menurut kurun waktu kejadiannya. Hasil pengamatan umumnya menunjukkan adanya variasi kejadian penyakit dalam dimensi waktu. 2. Place (tempat) Dimana terjadinya penyakit merupakan hal yang sangat penting dengan membandingkan kejadian suatu penyakit tertentu dari berbagai lokasi, daerah dapat memberikan atau membantu dalam menentukan faktor penyebab penyakit atau sumber penularan. Tempat adalah suatu konsep geografis yang melukiskan suatu daerah dibatasi garis lintang dengan garis bujur timur dengan ketinggian dari muka laut. Tempat dapat juga dibatasi neos geopolitics (administrasi pemerintahan), Negara, propinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa, dan pedukuhan.tempat juga hanya dibatasi kompleks, asrama, tempat kerja, sekolah, dan lain-lain. Di luar itu juga dapat dibedakan atas rural dan urban antara daerah pantai dengan daerah pegunungan, tingkat social-ekonomi, sehingga ada penyakit-penyakit yang sering terdapat pada daerah-daerah tertentu saja (dengan kasus tinggi). 3. Person (orang) Faktor yang sangat berpengaruh dalam distribusi penyakit pada sekelompok penduduk tertentu yaitu: umur, sex, status perkawinan, kelompok etnis, dan status sosio-ekonomis.(15) L. Kerangka Teori INA -CBG’s: Severity Kasus Typhoid LOS INA-CBG’s Indeks penyakit: -No.RM -Umur -Jenis kelamin -Lama dirawat -Dx.utama LOS Indeks penyakit: -Time -Place -Person RM 1 : -Dx. Lain -Komplikasi Gambar 3.1 Bagan Kerangka Teori M. Kerangka Konsep Lama Dirawat Umur Jumlah Kasus Typhoid Jenis Kelamin LOS Severity Dx. Lain Komplikasi Gambar 3.2 Bagan Kerangka Konsep LOS INACBGs BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian 1. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu penulis memanfaatkan data dan hasil-hasil pelayanan terhadap pasien dalam DRM dengan observasi secara obyektif untuk mendapatkan gambaran yang jelas. 2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi langsung dengan melakukan pengamatan dan pencatatan data secara langsung terhadap objek yang akan diteliti di lapangan. 3. Pengamatan dilakukan dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan melihat dan mengumpulkan data yang sudah ada. B. Variabel Penelitian 1. Jumlah Kasus Typhoid 2. Lama dirawat (LOS) 3. LOS INA-CBG’s 4. Umur 5. Jenis Kelamin 6. Severity 7. Diagnosis lain 8. Komplikasi C. Definisi Operasional Variabel Jumlah Kasus Typhoid Definisi Banyaknya kasus penyakit Typhoid pasien BPJS PBI yang terjadi selama bulan Januari sampai April 2014 di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang berdasarkan observasi pada indeks penyakit. Lama Dirawat (LOS) Jumlah hari dimana pasien mendapatkan perawatan rawat inap di rumah sakit, sejak tercatat sebagai pasien rawat inap hingga keluar dari rumah sakit berdasarkan tanggal keluar dikurangi tanggal masuk dalam RM 1. LOS INA CBG’s Standar yang menunjukkan lama dirawat yang ditunjukkan dalam program INA-CBG’s untuk kasus Typhoid. Umur Usia pasien berdasarkan data dalam indeks penyakit kasus Typhoid. Jenis kelamin Jenis kelamin pasien berdasarkan data dalam RM 1. Severity Derajat keparahan pasien kasus penyakit Typhoid yang diperoleh dari hasil grouping data INA CBG’s pasien Typhoid. Diagnosa lain Diagnosis selain diagnosis utama yang menggambarkan suatu kondisi dimana pasien mendapatkan pengobatan, atau dimana dokter mempertimbangkan kebutuhankebutuhan untuk memasukannya dalam pemeriksaan kesehatan lebih lanjut berdasarkan RM 1. Komplikasi Suatu kondisi yang muncul selama pasien dirawat di rumah sakit yang memperpanjang LOS (Length Of Stay) pasien Typhoid setidaknya satu hari rawat pada 75% kasus berdasarkan observasi pada RM 1. D. Populasi Penelitian Populasi yang diteliti pada penelitian ini adalah DRM pasien kasus Typhoid sebanyak 62 DRM yang didapat dari indeks penyakit Typhoid yang dirawat inap pada bulan Januari-April tahun 2014 di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang. Sampel adalah total populasi. E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa checklist untuk mengambil dan mengumpulkan data yang didapat dari indeks penyakit Typhoid, yaitu mencatat nama, no.RM, umur, jenis kelamin pasien, serta mengamati dan meneliti severity, diagnosa lain dan komplikasi yang didapat dari indeks penyakit serta melihat lama pasien dirawat berdasarkan tanggal masuk dan tanggal keluar yang tercantum dalam indeks penyakit kemudian dimasukkan kedalam checklist. F. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara mengamati secara langsung data morbiditas pasien BPJS PBI kasus penyakit Typhoid pada bulan Januari sampai April tahun 2014 dari indeks penyakit dan RM 1 pasien kasus Typhoid. G. Pengolahan Data Pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah: 1. Collecting, yaitu mengumpulkan data kasus Typhoid 2. Editing, yaitu melakukan koreksi atau memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan. 3. Klasifikasi, yaitu mengelompokkan data sebelum dimasukkan dalam tabel 4. Tabulating, yaitu menampilkan data-data dalam bentuk tabel untuk memudahkan analisis. H. Analisis Data Analisis data yang dilakukan adalah dengan analisis data secara deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang telah terkumpul, menguraikan hasil pengamatan untuk dibandingkan dengan teori sehingga dapat diambil suatu kesimpulan dengan membandingkan LOS riil dengan LOS INA CBG’s yang dijadikan standar rumah sakit. BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang berlokasi awal di jalan Ketandan 12 Pemalang dengan nama RSU Pemalang, merupakan RSU kelas “D” dengan 76 tempat tidur sampai dengan tahun 1982. Tahun 1979/ 1980 Pemerintah Daerah Kabupaten Pemalang mendirikan Rumah Sakit baru di jalan Gatot Subroto Bojongbata Pemalang di atas tanah seluas 4,7 Ha yang sekarang menjadi lokasi RSUD Dr. M. Ashari dengan sumber dana APBD II, APBD I, APBN, dan swadaya. Pada tahun 1982 RSU mulai beroperasional. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 233/ Menkes/S.K/ VI/ 1983 tentang Penetapan Tambahan Beberapa Rumah Sakit Pemerintah Sebagai Rumah Sakit Umum Pemerintah Kelas B dan C maka pada tahun 1983 Badan RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang meningkat dari Visi dan Misi RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang a. Visi RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang “Rumah Sakit Pilihan Utama Masyarakat Pemalang dan sekitarnya”. b. Misi RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang 1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu prima dan memuaskan 2) Memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi semua golongan masyarakat 3) Memberikan kontribusi nyata untuk pendidikan dan latihan kesehatan yang terintegrasi dengan pelayanan dalam rangka peningkatan mutu sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan serta teknologi kesehatan. c. Motto RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang “Ramah, Cepat, Tepat, dan Ikhlas”. 2. Pelayanan kesehatan RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang Pelayanan kesehatan yang ada di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang meliputi: a. Instalasi Rawat Jalan Instalasi rawat jalan melayani kunjungan rawat jalan klinik spesialis dan non spesialis 1) Klinik spesialis Terdapat 11 klinik spesialis di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang yang meliputi spesialis anak, spesialis bedah, spesialis bedah gigi & mulut, spesialis kebidanan & penyakit kandungan, spesialis mata, spesialis orthopedi, spesialis penyakit dalam, spesialis penyakit kulit & kelamin, spesialis rehabilitasi medis, spesialis saraf, spesialis THT dan spesialis kesehatan jiwa. 2) Klinik non spesialis Terdapat 9 klinik non spesialis di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang yang meliputi klinik umum, klinik gigi & mulut, klinik konsultasi gizi, klinik laktasi, klinik psikologi, klinik TBC, klinik VCT, klinik konsultasi Diabetes melitus, dan klinik KIR/ General Check Up. b. Instalasi Gawat Darurat Pelayanan Gawat Darurat di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang buka 24 jam, menangani pasien yang menderita sakit dan cidera yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya yang harus segera ditangani oleh dokter. Didukung oleh tenaga medis dan paramedis dengan sertifikasi PPGD (Penanganan Penderita Gawat Darurat). c. Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang mempunyai kapasitas 278 tempat tidur untuk melayani pasien rawat inap. Terdiri dari 15 ruang diantaranya adalah ruang garuda, merak, kepodang, kasuari, cucakrowo, merpati, cendrawasih, rajawali, elang, gelatik, IPKR, ICU, isolasi, Oneday Care, dan perinatologi. d. Instalasi Perawatan Intensif (ICU) RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang memiliki fasilitas perawatan intensif yang khusus bagi pasien yang memerlukan perawatan dan obsevasi intensif dan komprehensif. e. Instalasi Bedah Sentral (IBS) Instalasi Bedah Sentral (IBS) memberikan pelayanan kepada pasien yang memerlukan tindakan pembedahan, baik untuk kasus- kasus bedah terencana (elektif) maupun untuk kasus-kasus bedah darurat (emergency). f. Instalasi Pelayanan Kesehatan Reproduksi Pelayanan kesehatan reproduksi merupakan pelayanan unggulan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu dan anak, KB, kesehatan remaja, pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS, kesehatan usia lanjut, dan pelayanan terpadu kekerasan dalam rumah tangga. g. Instalasi Haemodialisa Instalasi Haemodialisa RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang melayani pasien gagal ginjal untuk melakukan cuci darah, dilengkapi dengan 12 mesin pencuci darah diharapkan bisa melayani pasien lebih banyak tanpa harus antri. h. Instalasi Neonatus/ Perinatologi Instalasi Neonatus/ Perinatologi RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang melayani pasien bayi baru lahir, baik yang sehat maupun mempunyai masalah tertentu. Dilengkapi dengan 8 inkubator dan perinatologi isolasi yang dilengkpi dengan 1 inkubator untuk pasien bayi dengan asfiksia berat/ penyakit lain yang perlu penanganan khusus. i. Instalasi Rehabilitasi Medis Rehabilitasi medis RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang memberikan pelayanan fisioterapi, terapi wicara, okupasi terapi dan psikologi yang komprehensif, mencegah/ megurangi keterbatasan (impairment), hambatan (disabilyty), dan kecacatan (handycap). j. Instalasi Rekam Medis Instalasi Rekam Medis RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang memberikan pelayanan yang sangat penting berkaitan dengan Dokumen Rekam Medis pasien. Data rekam medis digunakan untuk mendokumentasikan kronologis terapi atau tindakan medis kepada pasien dan juga untuk analisa dan evaluasi terhadap kondisi dari pasien rawat inap, rawat jalan, ataupun gawat darurat serta unit lainnya. k. Instalasi Bank Darah Instalasi Bank Darah melayani kebutuhan darah selama 24 jam. Bank darah tidak melakukan pengambilan darah sendiri melainkan hanya menerima darah siap pakai dari UDD-PMI. Pelayanan lain di bank darah adalah uji saring terhadap penyakit yang ditularkan melalui transfusi dan pengecekan golongan darah. l. Instalasi Pelayanan Penunjang Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang dibantu oleh bagian penunjang yang meliputi: instalasi farmasi, instalasi laboratorium, instalasi radiologi, instalasi gizi, instalasi pengelolaan linen, instalasi sterilisasi sentral (CSSD), instalasi pemulasaran jenazah, instalasi SIMRS, instalasi pengolahan air limbah, instalasi pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT), instalasi pemeliharaan sarana medis (IPS Medis), dan instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit (IPS RS). B. HASIL PENGAMATAN Berdasarkan hasil pengamatan DRM pasien BPJS PBI kasus Typhoid bulan Januari sampai April tahun 2014 RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang peneliti akan menyajikan hasil penelitian terhadap DRM pasien BPJS PBI Typhoid didasarkan pada indikator LOS yang dinilai berdasarkan standar INA-CBG’s dalam tabel berikut ini: 1. Jumlah Kasus Typhoid Tabel 4.1 Jumlah Kasus Typhoid Januari – April 2014 Bulan Jumlah % Januari 13 21 Februari 21 34 Maret 10 16 April 18 29 Total 62 100 Sumber data: Indeks Penyakit dan RM 1 Kasus Typhoid Berdasarkan tabel diatas kasus Typhoid di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang paling banyak terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 34% dan paling sedikit pada bulan Maret yaitu sebesar 16%. 2. Lama Dirawat Tabel 4.2 Prosentase Lama Dirawat Pasien Typhoid Kategori Frekuensi Persentase (%) 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7 hari 8 hari 9 hari 5 14 17 9 5 2 3 3 2 8,1 22,6 27,4 14,5 8,1 3,2 4,8 4,8 3,2 11 hari 2 3,2 Jumlah 62 100 Sumber data: RM 1 dan data pasien BPJS PBI Januari-April 2014 Berdasarkan tabel 4.2, menunjukkan bahwa prosentase Lama Dirawat (LOS) tertinggi untuk pasien dengan kasus Typhoid adalah pasien dengan lama perawatan 3 hari yaitu sebesar 27,4% dan yang paling sedikit 6 hari, 9 hari, dan 11 hari yaitu sebesar 3,2%. 3. LOS INA-CBG’s Dalam menentukan lama dirawat (LOS) INA-CBG’s terdapat tingkat keparahan yang dibagi menjadi 3 level yaitu level I, II, dan III. Standar lama dirawat menurut INA-CBG’s: level I adalah 6,13 hari, level II adalah 8,16 hari, dan level III adalah 10,69 hari. Tabel 4.3 Prosentase Kesesuaian Lama Dirawat dengan LOS INA-CBG’s Kategori Frekuensi Persentase (%) Sesuai standar INA53 85,5 CBG’s Tidak sesuai standar 9 14,5 INA-CBG’s Jumlah 62 100 Sumber data: RM 1 dan data pasien BPJS PBI Januari-April 2014 Berdasarkan tabel 4.3, didapatkan hasil bahwa pasien Typhoid yang lama perawatannya sesuai dengan LOS INA-CBG’s sebesar 85,5% lebih banyak daripada yang tidak sesuai atau melebihi LOS INA-CBG’s sebesar 14,5%. 4. Umur Penggolongan umur disajikan dalam bentuk grafik pie untuk mengetahui prosentase jumlah penderita kasus typhoid menurut golongan umur. Grafik sebagai berikut: Gambar 4.1 Grafik Prosentase Penderita Typhoid Berdasarkan Umur 5% 0% 13% 21% 1-4 tahun 5-14 tahun 11% 15-24 tahun 11% 39% 25-44 tahun 45-64 tahun >64 tahun Sumber data: RM 1 RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang Dari grafik pie di atas dapat dilihat bahwa penyakit Typhoid lebih banyak menyerang pada golongan umur 5-14 tahun dengan prosentase sebesar 39%. Golongan umur paling sedikit adalah 65 tahun keatas yaitu sebesar 5%. 5. Jenis Kelamin Dilihat dari jenis kelamin frekuensi kasus Typhoid akan disajikan dalam bentuk diagram pie. Gambar sebagai berikut: Gambar 4.2 Grafik Prosentase Penderita Typhoid Berdasarkan Jenis Kelamin 42% L 58% P Sumber data: RM 1 pasien Typhoid Berdasarkan gambar diatas pasien Typhoid BPJS PBI bulan Januari sampai April 2014 di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang yang berjenis kelamin Laki-laki 58% lebih banyak daripada yang berjenis kelamin Perempuan 42%. 6. Tingkat Keparahan/Severity Kategori Tabel 4.4 Prosentase Severity Pasien Typhoid Frekuensi Prosentase (%) I 44 II 11 III 7 Jumlah 62 Sumber data: Data pasien BPJS PBI kasus Typhoid 71 17,7 11,3 100 Berdasarkan tabel 4.4 tingkat keparahan/severity untuk pasien Typhoid paling banyak adalah level I yaitu sebanyak 71% dan paling sedikit adalah level III yaitu sebesar 11,3%. 7. Diagnosa Lain Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kasus Typhoid Berdasarkan Diagnosa Lain Kategori Frekuensi Prosentase (%) Ada diagnosa lain 23 37,1 Tidak ada diagnosa 39 62,9 lain Jumlah 62 100 Sumber Data: RM 1 Pasien Typhoid Berdasarkan tabel 4.5, dilihat dari ada tidaknya diagnosis lain pasien Typhoid yang memiliki diagnosis lain sebesar 62,9% lebih banyak daripada yang tidak memiliki diagnosis lain sebesar 37,1%. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Tabel 4.6 Jumlah dan Jenis Diagnosis Lain Penderita Typhoid Kategori Frekuensi Persentase (%) Herpesviral vesicular dermatitis 1 4,3 Epistaxis 1 4,3 Acute bronchitis 6 26,5 Gastritis 2 8,8 Acute upper respiratory infection 1 4,3 unspecified Anaemia unspecified 2 8,8 Gastritis unspecified + Constipation + 1 4,3 Acute bronchial + Nausea and vomiting Iron deficiency anaemia unspecified + 1 4,3 Unspecified protein energy malnutrition Otitis media unspecified + Epistaxis 1 4,3 DHF 1 4,3 Bronchopneumonia + Diarrhoea and 1 4,3 gastroenteritis of pressumed infectious origin + Volume depletion Infantile cerebral palsy + Unspecified 1 4,3 protein energy malnutrition DHF 1 4,3 Acute nasopharyngitis (common cold) 1 4,3 Thrombocytopenia unspecified 1 4,3 Hypoosmolality and hyponatraemia + 1 4,3 Other disorders of electrolyte and fluid balance Jumlah Sumber Data: RM 1 Pasien Typhoid 23 100 Diagnosis lain yang paling banyak dimiliki pasien Typhoid adalah Acute Bronchitis yaitu sebesar 26,5% Kategori Tabel 4.7 Tabulasi Silang Kategori LOS dan Diagnosa Lain Ada Dx. lain Tidak Ada Dx. lain Total ∑ % ∑ % ∑ % 22 41,5 31 58,5 53 100 Sesuai LOS INA-CBG’s Tidak 3 33,3 6 66,7 9 Sesuai Sumber Data: RM 1 dan Data Pasien BPJS PBI kasus Typhoid 100 Berdasarkan tabel 4.7 persentase yang memiliki diagnosa lain pada kelompok yang sesuai LOS INA-CBG’s (41,5%) lebih besar daripada yang tidak sesuai LOS INA-CBG’s (33,3%). 8. Komplikasi Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kasus Typhoid Berdasarkan Komplikasi Kategori Frekuensi Prosentase (%) Ada komplikasi 6 9,7 Tidak ada komplikasi 56 90,3 Jumlah 62 100 Sumber Data: RM 1 Pasien Typhoid Berdasarkan tabel 4.10 penderita Typhoid yang memiliki komplikasi sebesar 9,7% lebih kecil daripada yang memiliki komplikasi sebesar 90,3%. Tabel 4.9 Daftar Kasus Typhoid dengan Komplikasi No. Kategori Frekuensi Persentase 1. Meningitis in 1 16,7 bacterial disease 2. Other acute gastritis 1 16,7 3. Epilepsy 1 16,7 4. Acute Gastritis 16,7 5. Nutritional 1 16,7 marasmus + Iron deficiency anaemia + Paratyphoid fever 6. Gastritis unspecified 1 16,7 Jumlah 6 100 Sumber Data: RM 1 Pasien Typhoid Berdasarkan tabel 4.9 komplikasi yang dimiliki pasien Typhoid adalah Meningitis in bacterial disease, other acute gastritis, Epilepsy, Acute gastritis, Nutritional marasmus, Iron deficiency anaemia, Paratyphoid fever, dan Gastritis unspecified. Kategori Tabel 4.10 Tabulasi Silang Kategori LOS dan Komplikasi Ada Komplikasi Tidak Ada Komplikasi ∑ % ∑ % 4 7,5 49 92,5 Total ∑ 53 Sesuai LOS INACBG’s Tidak 2 22,2 7 77,7 9 Sesuai Sumber Data: RM 1 dan Data Pasien BPJS PBI kasus Typhoid % 100 100 Berdasarkan tabel 4.10, persentase yang memiliki komplikasi pada kelompok yang tidak sesuai LOS INA-CBG’s (22,2%) lebih besar daripada yang sesuai LOS INA-CBG’s (7,5%). C. PEMBAHASAN 1. Jumlah Kasus Typhoid Berdasarkan hasil pengamatan kasus Typhoid adalah kasus terbanyak rawat inap di RSUD Dr.M. Ashari Kabupaten Pemalang. Jumlah kasus Typhoid pada pasien BPJS PBI RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang bulan Januari sampai April tahun 2014 adalah berjumlah 62 kasus. Data ini diambil dari indeks penyakit kasus Typhoid bulan Januari sampai April tahun 2014. Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan kuman Salmonella typhi dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Sumber penularannya adalah makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh Salmonella typhi. Salmonella typhi dapat menyebar melalui tangan penderita, lalat dan serangga lain. Infeksi dapat terjadi secara langsung maupun tidak secara langsung Salmonella typhi.(16) 2. Lama Dirawat Lama dirawat adalah jumlah hari dimana pasien mendapatkan perawatan rawat inap di rumah sakit, sejak tercatat sebagai pasien rawat inap hingga keluar dari rumah sakit. Lama perawatan yang dimiliki oleh setiap pasien berbeda-beda. Perkiraan waktu lama perawatan yang akan dijalani pasien juga sudah diperkirakan sebelumnya disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Lama dirawat untuk pasien BPJS PBI kasus Typhoid di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang paling banyak adalah 3 hari yaitu sebanyak 17 pasien (27,4%),. Sedangkan lama dirawat yang paling sedikit adalah 6 hari, 9 hari, dan 11 hari yaitu sebanyak 2 pasien (3,2%). Dilihat dari aspek medis lama perawatan yang lama berarti menunjukkan kinerja yang kurang baik karena pasien lama sembuhnya sedangkan dari aspek ekonomis rumah sakit akan mendapatkan keuntungan karena biaya yang harus dibayar pasien lebih banyak.(4) 3. LOS INA-CBG’s LOS INA-CBG’s adalah standar yang menunjukkan lama dirawat yang ditunjukkan dalam program INA-CBG’s. Standar LOS INA-CBG’s sudah ditetapkan sehingga diharapkan rumah sakitr dapat memberikan pelayanan pada pasien sesuai dengan standar tersebut. Apabila rumah sakit memberikan pelayanan melebihi standar lama dirawat maka akan terjadi inefisiensi dimana biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit lebih baesar dibandingkan dengan klaim yang dibayarkan tarif INA-CBG’s.(12) Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa pasien Typhoid yang lama perawatannya sesuai dengan LOS INACBG’s sebesar 85,5% lebih banyak daripada yang tidak sesuai atau melebihi LOS INA-CBG’s sebesar 14,5%. Perkiraan waktu lama perawatan (LOS) yang akan dijalani pasien juga sudah diperkirakan sebelumnya disesuaikan dengan jenis diagnosis maupun kasus penyakitnya. (12) 4. Umur Umur termasuk dalam variabel epidemiologi person. Risiko mendapat penyakit menurut umur mencerminkan derajat imunitas. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di RSUD Dr.M. Ashari Kabupaten Pemalang kasus Typhoid untuk pasien BPJS PBI dapat digolongkan menurut umur. Pasien Typhoid yang berumur 1 - 4 tahun mempunyai prosentase sebesar 21%, umur 5 - 14 tahun sebesar 39%, umur 15 - 24 tahun sebesar 24%, umur 25 - 44 tahun sebesar 11%, umur 45 - 64 tahun sebesar 13% dan umur 64 tahun keatas sebesar 5%. Golongan umur yang yang paling banyak diserang adalah umur 5 – 14 tahun (39%) dan umur 15 – 24 tahun (24%). Golongan umur yang paling sedikit adalah golongan usia tua yaitu diatas 64 tahun (5%). Demam typhoid dapat menyerang siapa saja, tetapi berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa typhoid lebih banyak menyerang usia produktif yaitu golongan anak-anak usia sekolah. Karena pada masa sekolah adalah masa anak-anak suka jajan, banyak makanan yang dijajakan tanpa memperhatikan kebersihan sehingga bakteri-bakteri penyebab typhoid menempel pada makanan tersebut.(16) 5. Jenis Kelamin Jenis kelamin termasuk dalam variabel epidemiologi person/orang yang sangat berpengaruh dalam distribusi penyakit pada sekelompok penduduk tertentu. Berdasarkan jenis kelamin pasien Typhoid yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak 58% daripada pasien berjenis kelamin perempuan 42%. Penyakit Typhoid tidak hanya menyerang pasien dengan jenis kelamin tertentu, siapa saja dan kapan saja dapat menderita penyakit ini termasuk bayi yang dilahirkan dari ibu yang terkena demam typhoid. Demam typhoid yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi ini masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar.(14) 6. Severity Level Tingkat keparahan/severity adalah derajat keparahan kasus Typhoid yang dihasilkan dari grouping INA-CBG’s. Severity untuk pasien BPJS PBI kasus Typhoid di RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang bulan Januari-April 2014 paling banyak adalah tingkat keparahan I yaitu sebanyak 44 pasien (71%). Tingkat keparahan II sebanyak 11 pasien (17,7%) dan tingkat keparahan III sebanyak 7 pasien (11,3%). Keparahan paling banyak pada penderita typhoid ini adalah keparahan I berarti menunjukkan pasien yang dirawat di rumah sakit bertipe C ini masih batas keparahan yang terendah. 7. Diagnosa Lain Selain diagnosa utama Typhoid, terdapat beberapa pasien yang juga memiliki diagnosis penyakit lain yaitu diagnosa lain yang ditulis oleh dokter di RM 1. Diagnosa lain digunakan untuk mendukung diagnosa utama yang telah ada sebelumnya sehingga dapat untuk menentukan tindakan apa yang akan dilakukan terhadap pasien. Berdasarkan penelitian diagnosis lain yang dimiliki pasien Typhoid BPJS PBI RSUS Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang yang LOSnya sesuai dengan LOS INA-CBG’s antara lain: Unspecified protein energy malnutrition, Gastritis, DHF, Epistaxis, Iron deficiency anaemia, Bronchopneumonia, Infantile cerebral palsy, Otitis media unspecified,Thrombocytopenia, Constipation, Herpesviral vesicular dermatitis, Acute upper respiratory infection, Diarrhoea and gastroenteritis of pressumed infection origin, dan Hypoosmolality and hyponatraemia. Sedangkan yang memiliki LOS lebih dari LOS INACBG’s diagnosis lainnya meliputi: Acute bronchitis, Anaemia, Acute nasopharingitis. Dilihat dari ada tidaknya diagnosis lain pasien Typhoid yang memiliki diagnosis lain sebesar 62,9% lebih banyak daripada yang tidak memiliki diagnosis lain sebesar 37,1%. Diagnosis lain yang paling banyak dimiliki pasien Typhoid adalah Acute Bronchitis yaitu sebesar 26,5%. Berdasarkan kategori LOS dan diagnosa lain, persentase yang memiliki diagnosa lain pada kelompok yang sesuai LOS INACBG’s (41,5%) lebih besar daripada yang tidak sesuai LOS INACBG’s (33,3%). Adanya diagnosis lain pada penderita typhoid belum tentu memperpanjang masa perawatan (LOS). Hal ini tergantung dari berat ringannya masing-masing diagnosis lain tersebut. Oleh karena itu, perkiraan lama perawatan setiap pasien harus diperhatikan oleh tenaga medis sesuai dengan diagnosis lain yang dimiliki pasien. 8. Komplikasi Selain diagnosis utama pada penderita Typhoid, beberapa pasien juga memiliki penyakit komplikasi. Komplikasi adalah kondisi yang muncul selama pasien dirawat di rumah sakit yang memperpanjang LOS setidaknya satu hari rawat pada 75% kasus. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terdapat berbagai macam penyakit komplikasi yang dimiliki penderita typhoid pasien BPJS PBI RSUD Dr. M. Ashari Kabupaten Pemalang pada bulan Januari-April 2014 antara lain: Meningitis in bacterial disease, Other acute gastritis, Epilepsy, Acute gastritis,Nutritional marasmus, Gastritis, dan Paratyphoid fever. Berdasarkan kategori LOS dan komplikasi, persentase yang memiliki komplikasi pada kelompok yang tidak sesuai LOS INACBG’s (22,2%) lebih besar daripada kelompok yang sesuai LOS INACBG’s (7,5%). Oleh karena itu, dokter maupun perawat harus mematuhi standarisasi perawatan yang akan dilakukan kepada pasien sehingga dapat memperkirakan lama perawatan untuk penderita Typhoid yang memiliki komplikasi. BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Dari 8 variabel yang telah diteliti maka penyakit Typhoid pada pasien rawat inap BPJS PBI dapat disimpulkan antara lain: 1. Pasien BPJS PBI penderita Typhoid pada bulan Januari-April 2014 terdapat 62 kasus dan paling banyak pada bulan Februari yaitu 21 pasien. 2. Lama dirawat pasien BPJS PBI kasus Typhoid paling banyak adalah 3 hari yaitu sebanyak 17 pasien (27,4%). Sedangkan lama dirawat yang paling sedikit adalah 6 hari, 9 hari, dan 11 hari yaitu sebanyak 2 pasien (3,2%). 3. Pasien BPJS PBI yang memiliki LOS sesuai LOS INA-CBG’s lebih banyak (85,5%) daripada yang tidak sesuai LOS INA-CBG’s (14,5%). 4. Pasien BPJS PBI penderita Typhoid paling banyak menyerang umur 5 – 14 tahun dengan prosentase sebesar 39% dan golongan umur yang paling sedikit adalah diatas 64 tahun dengan prosentase sebesar 5%. 5. Pasien BPJS PBI penderita Typhoid paling banyak menyerang pasien berjenis kelamin laki-laki (58%) daripada pasien berjenis kelamin perempuan (42%). 6. Tingkat keparahan/severity yang paling banyak pada kasus Typhoid pasien BPJS PBI adalah keparahan I yaitu sebesar 71% dan yang paling sedikit adalah keparahan III yaitu sebesar 11,3%. 7. Penderita Typhoid yang memiliki diagnosis lain sebesar 37,1% sedangkan yang tidak memiliki diagnosis lain sebesar 62,9%. persentase yang memiliki diagnosa lain pada kelompok yang sesuai LOS INA-CBG’s (41,5%) lebih besar daripada yang tidak sesuai LOS INA-CBG’s (33,3%). 8. Penderita Typhoid yang memiliki komplikasi sebanyak 9,7% dan yang tidak memiliki komplikasi sebanyak 90,3%. Persentase yang melebihi komplikasi pada kelompok yang tidak sesuai LOS INA-CBG’s (22,2%) lebih besar daripada kelompok yang sesuai LOS INA-CBG’s (7,5%). B. SARAN 1. Petugas koding lebih berhati-hati dalam menempatkan kode masingmasing diagnosis yang dimasukkan ke dalam program INA-CBG’s sehingga dapat terisi dengan tepat dan LOS yang tercatat dalam grouping akurat dan klaim tepat sehingga tidak merugikan pihak rumah sakit maupun pemerintah. 2. Perawat sebaiknya memikirkan hasil observasi clinical pathway berdasarkan DRM pasien dengan rencana asuhan medis yang terstandarisasi sehingga dapat memperkirakan lama perawatan pasien apabila mendapatkan komplikasi. DAFTAR PUSTAKA 1. Azwar, Arul. 2009. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi ketiga. Yogyakarta: Mitra Cendikia. 2. Anonim.PengertianRekamMedis.http://www.scribd.com/doc/33663031/BabII-Psrmi-Definisi-Rm. Diakses pada: 27 April 2014 3. Anonym. Pengukuran Kinerja Rumah Sakit di Indonesia. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta, 2008. 4. Sudra, Rano Indradi. Statistik Rumah Sakit. Yogyakarta. Graha Ilmu: 2010 5. Shofari, Bambang . Modul PSRM I (Dasar-dasar Pelayanan Rekam Medis). Fakultas Kesehatan Udinus. Semarang: Tidak dipublikasikan. 6. Dirjen Yanmed, Depkes RI.Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia.Depkes RI.Jakarta:1997. 7. Riwidikdo, Handoko.Statistik Kesehatan. Edisi ketiga. Mitra Cendikia. Yogyakarta.2009 8. Anonim.PengertianRumahSakit.http://artipengetahuan.blogspot.com/2013/ 02/pengertian-rumah-sakit.html diakses 28 April 2014 9. Rustiyanto, Ery. Statistik Rumah Sakit Untuk Pengambilan Keputusan. Graha Ilmu. Yogyakarta.2010 10. Chandra, Budiman. Pengantar Statistik Kesehatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1995. 11. Depkes RI Direktur Jenderal Pelayanan Medis. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Rekam Medis / Medical Records RS. Jakarta. 1993. 12. Anonim.Pembayaran INA-CBGs. http://sumbersehat.com/2013/09/sistempembayaran-dengan-dengan-ina-cbgs-.html?m=1.Diakses pada: 5 Mei 2014 13. Anonim. Sejarah BPJS.http://www.bpjs-kesehatan.go.id/.Diakses pada: 7 Mei 2014 14. Anonim.PengertianTyphoid.http://coretandokter.wordpress.com/materi/nurs ing-2/askep-bagian-3/thypoid/. Diakses pada: 28 April 2014 15. Friedman, Gary D. Prinsip-prinsip Epidemiologi.Yayasan Essentia Medica. Yogyakarta.1993 16. Mandal, B.K. Penyakit Infeksi. Erlangga. Semarang. 2008