11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perdagangan

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Perdagangan Internasional
Menurut Rugman dan Collinson (2012:166), Perdangangan internasional
adalah cabang dari ekonomi yang berhubungan dengan pertukaran barang dan jasa
dengan negara-negara asing.
Perdagangan internasional merupakan perdagangan barang dan jasa yang
dilakukan oleh suatu penduduk negara dengan penduduk negara lain atas dasar
kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud ialah dapat berupa perorangan,
individu dengan pemerintah, dan pemerintah dengan pemerintah.
2.1.1 Teori Perdagangan Internasional
Hill (2012:178), menjelaskan faktor-faktor yang membuat negara-negara
melakukan perdagangan internasional dengan teori-teori perdangangan internasional;
o Merkantilisme
Merkantilisme menjadi teori perdagangan internasional yang tertua,
merkantilisme mulcul pada pertengahan abad ke 16 di inggris. Prinsip
merkantilisme adalah negara harus menjaga surplus perdangan dimana
nilai ekspor harus lebih tinggi dari pada nilai impor, dengan adanya
surplus ekspor maka negara dapat menghasilkan dan memiliki emas dan
perak yang lebih banyak. Karena pada zaman tersebut emas dan perak
menjadi nilai tukar sebuah barang, dengan memiliki emas dan perak
menjadi kekuatan penting negara dalam melakuakan perdangan. Cara
yang wajar untuk meningkatan harta dan kekayaan negara adalah dengan
11
12
melakukan perdangan luar negri dimana negara harus menjual lebih
banyak dari pada mengkonsumsi.
o Keunggulan Absolut
Kemampuan negara dalam melakuakan spesialisasi pada produk yang
tidak dapat diproduksi oleh negara lain dan negara memiliki kemampuan
untuk memproduksi jenis produk yang sama dan memproduksi lebih
efisien dari pada negara lainnya.
o Keunggulan Komparatif
Keunggulan komperatif terjadi ketika adanya perbedaan dalam tingkat
produktivitas antara dua negara, dimana negara dapat memproduksi
barang dengan jumlah yang lebih banyak dengan biaya produksi yang
lebih murah dari negara lain dalam jenis produk yang sama.
o Teori Heckscher-Ohlin (H-O)
Heckscher-Ohlin menjelaskan negara akan mengekspor barang yang
melimpah di dalam negri dan akan mengimpor barang yang langka di
dalam negri. Perdagangan internasional terjadi karena adanya faktor
endowments atau sumber daya melimpah yang di miliki oleh.
Studi empiris oleh Wassily Leontief pada tahun 1953 mengenalkan
Teori Paradoks Leontief yaitu faktor sumber daya yang melimpah dan
perkembangan dalam teknologi yang dimiliki negara dalam memproduksi
barang memungkinkan peningkatan tingkat produksi yang lebih timggi
dari negara lain dan akan mempengaruhi tingkat ekspor dan impor negara.
o Teori Siklus Hidup Produk
Teori dimunculkan oleh Raymond Vernon pada tahun 1960, siklus
hidup produk terbagi menjadi tiga tahap yaitu tahap produk baru, tahap
kedewasaan produk dan tahap produk standar. Pada tahap produk baru,
barang yang di produksi untuk konsumsi pada pasar domestik dan tidak
adanya aktifitas ekspor. Pada tahap kedewasan produk, barang akan di
produksi secara massal untuk memenuhi permintaan negara negara maju.
13
Dan pada tahap produk standar, barang tidak akan di produksi oleh negara
asal melainkan negara asal akan mengimpor produk tersebut.
o Teori Perdagangan Baru
Teori perdagangan baru mulai muncul pada tahun 1970, teori
perdangan baru memiliki dua poin untuk menciptakan sekala ekonomi
yaitu; Meningkatkan keragaman dan mengurangi biaya, negara dapat
mengkhususkan untuk memproduksi sebuah barang dengan suatu jenis
yang dapat membuat tingkat biaya produksi yang rendah atau untuk
mendapatkan skala ekonomi kemudian melakukan ekspor. Sementara itu
negara dapat mengimpor jenis barang yang tidak dapat di produksi secara
massal untuk mendapatkan skala ekonomi karena volume permintaan
yang kecil di dalam negri.
Skala ekonomi sebagai pionir pertama, negara yang menciptakan dan
menjual produk yang baru dan akan mendominasi pasar, negara akan
mendapatkan skala ekonomi yang lebih baik sebagai pemimpin pasar
pada produk tersebut negara dapat meningkatkan pendapatan dan negara
dapat menciptakan hambatan bagi para pesaing yang akan datang, karena
negara pesaing akan mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk
mengambil pasar yang telah di dominasi oleh negara pionir.
o Keunggulan Kompetitif
Pada tahun 1990 Michael Porter menjelaskan teori keunggulan
komperatif yaitu sebuah karakteristik industri yang dapat menciptakan
keuntungan dari penjualan dalam memenuhi permintaan pasar dengan
kualitas produk yang lebih baik dan harga yang lebih murah dari para
intustri pesaing.
Michael Porter menggambarkan pola perdagangan internasional yang
di pengaruhi oleh empat faktor yaitu;
•
Endowment factors yaitufaktor yang mengacu pada input yang di
gunakan sebagai faktor produksi. Faktor produksi terbagi menjadi
dua bagian faktor produksi biasa dan faktor produksi spesial,
14
faktor produksi biasa ialah sumber daya alam yang di miliki
negara dan sumber daya manusia yang belum terlatih. Faktor
produksi spesial adalah faktor produksi yang tidak di miliki secara
alami melainkan harus di ciptakan, seperti teknologi, sumberdaya
manusia yang terlatih. Negara dapat di katakan kompetitif ketika
industri di negara tersebut memiliki banyak jumlah faktor
produksi biasa dan faktor produksi spesial maka produk yang di
hasilkan memiliki keunggulan yang kompetitif.
•
demand conditionyaitu permintaan di dalam pasar domestik
dengan
kondisi
yang
menginginkan
produk-produk
yang
berkualitas untuk memenuhi kebutuhan. Maka negara akan
menjadi kompetitif ketika industri dari negara tersebut secara terus
menerus mencipkatan produk berkualitas.
•
related
and
meningkat
supporting
apabila
industriesyaitukompetitivitas
industri-industri
yang
berkaitan
dapat
dan
mendukung memusatkan diri di dalam satu kawasan. Hal ini akan
membuat penghematan biaya biaya yang akan di keluarkan,
dengan biaya yang lebih efesien maka produk yang akan di
tawarkan memiliki harga yang lebih rendah dan memiliki
keunggulan kompetitif dalam harga.
•
firm strategy, structure and rivalryyaitu strategi dan struktur yang
diterapkan dalam perusahaan akan menentukan kompetitivitasnya,
Porter memiliki dua poin; yang pertama nagara yang berbeda
memiliki idiologi manajemen yang berbeda, poin kedua adanya
hubungan yang kuat dalam persaingan industri domestik dalam
membentuk keunggulan kompetitif.
Selain dari empat faktor dalam pola kompetitif Porter memiliki dua
unsur lain yaitu pemerintah dan kesempaatan. Pemerintah dapat
mempengaruhi ke empat faktor pola kompetitif dengan kebijakan –
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Pada unsur kedua yaitu
kesempatan, sama dengan teori perdangan baru dimana industri yang
pertama memproduksi barang dan mendominasi pasar pada produk
15
tersebut dapat membangun keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dan
berjangka panjang.
Gambar 2. 1Michael Porter Diamon Competitive Advantage
Sumber: Hill (2012:198)
2.2 Ekpor
Hill (2012:674), ekspor adalah penjualan produk yang diproduksi di satu
negara ke penduduk negara lain. Rugman dan Collinson (2012:8) menjelaskan
ekspor adalah barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan dalam satu negara
dan kemudian dikirim ke negara lain.
Nilai ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh eksportir. Volume ekspor adalah besaran yang di
hitung dengan satuan berat yang di kirim ke negara lain.
16
2.3 Impor
Rugman dan Collinson (2012:8), menjelaskan impor adalah barang dan jasa
yang diproduksi di satu negara dan dibawa masuk oleh negara lain. Nilai impor
adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah
pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan Pabean untuk Impor BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut
menurut Undang-Undang PPN. Volume impor adalah besaran yang di hitung dengan
satuan berat yang di kirim dari negara lain.
2.4 Teori Produksi
Hill (2012:554), menjelaskan produksi adalah kegiatan yang terlibat dalam
menciptakan produk. Rahardja dan Manurung (2008:95), menjelaskan produksi
adalah aktifitas produsen mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang dan
jasa.
2.4.1 Fungsi Produksi
Sukirno (2006:204), menjelaskan bahwa fungsi produksi dapat didefinisikan
dalam dua pengertian yaitu hubungan di antara tingkat produksi yang dapat dicapai
dengan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mewujudkan tingkat produksi.
Definisi kedua yaitu suatu kurva yang menunjukan tinggkat produksi yang dicapai
dengan berbagai jumlah tenaga kerja yang digunakan.
Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus, yaitu;
Q = f (K, L, R, T)
Di mana Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis
faktor-faktor produksi atau dapat disebut sebagai output. K adalah jumlah stok
17
modal, L adalah jumlah tenaga kerja yang meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan
keahlian keusahawanan, R adalah kekayaan alam dan T adalah tingkat teknologi
yang digunakan. K, L, R dan T dapat disebut sebagai input atau sebagai faktor
produksi.
2.4.2 Faktor Produksi
Faktor produksi adalah segala sesuatu yang perlukan dalam kegiatan produksi
terhadap suatu barang dan jasa. Faktor produksi dibedakan menjadi faktor produksi
tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variabel input). Faktor produksi
tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada
jumlah produksi. Ada atau tidak adanya kegaitan produksi, faktor produksi itu harus
tetap tersedia. Faktor produksi variabel adalah faktor produksi yang jumlah
penggunaanya tergantung pada tingkat produksinya. Makin besar tingkat produksi,
makin banyak faktor produksi variabel yang digunakan. Sebaliknya jika tingkat
produksi rendah maka faktor produksi variabel yang digunakan akan sedikit.
2.5 Permintaan
Rahardja dan Manurung (2008:24), menjelaskan permintaan adalah keinginan
konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat haraga selama periode waktu
tertentu.
2.5.1 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Rahardja dan Manurung (2008:24), menjelaskan beberapa faktor yang
mempengaruhi permintaan suatu barang yaitu;
•
Harga barang itu sendiri
•
Harga barang lain yang terkait (bersifat substitusi dan bersifat
komplemen)
•
Tingkat pendapatan perkapita
18
•
Selera atau kebiasaan
•
Jumlah penduduk
•
Perkiraan harga di masa mendatang
•
Distribusi pendapatan
•
Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan
2.5.2 Fungsi Permintaan
Rahardja dan Manurung (2008:26), menjelaskan fungsi permintaan adalah
permintaan yang di nyatakan dalam hubungan metematis dengan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Dengan fungsi permintaan dapat di ketahui hubungan antara
variabel tidak bebas (dependent variabel) dan variabel bebas (independent variabel).
Persamaan matimatika dalam menjelaskan hubungan antara tingkat permintaan
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan.
-
+/-
+
+
+
+
+
+
Dx=f (Px, Py, Y/cap, sel, pen, Pp, Ydist, prom)
Dx
= permintaan barang X
Px
= harga X
Py
= harga Y (barang sibtitusi atau barang komplemen)
Y/cap = pendapatan per kapita
sel
= selera atau kebiasaan
pen
= jumlah penduduk
Pp
= perkiraan harga X period mendatang
Ydist = distribusi pendapatan
prom = upaya produsen meningkatkan penjalan (promosi)
Tanda positif (+) dan negatif (-) menunjukan pengaruh masing-masing
variabel bebas terhadap penawaran barang X. Tanda positif (+) menunjukkan
19
hubungan yang searah dan tanda negatif (-) menunjukkan hubungan berlawanan
arah.
Dx adalah variabel tidak bebas (dependent variabel), karena besar nilainya di
tentukan oleh variabel-variabel lain, dan Px, Py, Y/cap, sel, pen, Pp, Ydist, prom
sebagai variabel bebas (independent variabel) yang besaran nilainya idak tergantung
oleh nilai variabel lain.
2.5.3 Hukum Permintaan
Sukirno (2006:76), menjelaskan hukum permintaan adalah hubungan antara
permintaan suatu barang dengan tingkat harga barang tersebut. Hukum permintaan
pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan makin rendah harga
suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya,
makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang
tersebut.
2.5.4 Kurva Permintaan
Menurut Pindyck dan Rubinfeld (2012:22), kurva permintaan adalah
hubungan antara jumlah barang dan harga barang yang konsumen bersedia untuk
membelinya. Persamaan antara jumlah permintaan dan harga QD = QD (P)
Jumlah barang yang diminta akan mengalami perubahan apabila terjadi
adanya perubahan harga. kenaikan harga akan menyebabkan jumlah barang yang
diminta akan berkurang dan penurunan harga akan menyebabkan jumlah barang
yang diminta
dari
kiri
mengalami
akan naik. Kurva permintaan akan bergeser
ke
kanan ketika ada perubahan harga yang
penurunan.
20
Gambar 2. 2Kurva Permintaan
Sumber: Pindyck dan Rubinfeld (2012:22)
2.5.5 Kasus Pengecualian Permintaan
Rahardja dan Manurung (2008:31), menjelaskan terdapat tiga kelompok
barang dimana hukum permintaan tidak berlaku.
•
Barang yang memiliki unsur spekulasi
•
Barang prestise
•
Barang giffen
2.6 Penawaran
Rahardja dan Manurung (2008:32), menjelaskan, penawaran adalah jumlah
barang yang produsen ingin tawarkan (jual) pada berbagai tingkat harga selama satu
periode tertentu.
21
2.6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran
Rahardja dan Manurung (2008:32), menjelaskan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi penawaran suatu barang, yaitu;
•
Harga barang itu sendiri
•
Harga barang lain yang terkait
•
Harga faktor produksi
•
Biaya produksi
•
Teknologi produksi
•
Jumlah pedagang / penjual
•
Tujuan perusahaan
•
Kebijakan pemerintah
2.6.2 Fungsi Penawaran
Rahardja dan Manurung (2008:35), menjelaskan fungsi penawaran adalah
penawaran yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Persamaan matematis dalam menjelaskan hubungan antara
tingkat penawaran dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan.
- +/- + +
+ +
+
+
Sx=f (Px, Py, Pi, C, Tek, ped, tuj, kebij)
Sx
= penawaran barang X
Px
= harga X
Py
= harga Y (barang sibtitusi atau barang komplemen)
Pi
= harga imput
C
= biaya produksi
tek
= teknologi produksi
ped
= jumlah pedagang / penjual
22
tuj
= tujuan perusahaan
kebij
= kebijakan pemerintah
Tanda positif (+) dan negatif (-) menunjukan pengaruh masing-masing
variabel bebas terhadap penawaran barang X. Tanda positif (+) menunjukkan
hubungan yang searah dan tanda negatif (-) menunjukkan hubungan berlawanan
arah.
Sx adalah variabel tidak bebas (dependent variabel), karena besar nilainya di
tentukan oleh variabel-variabel lain, sedangkan Px, Py, Pi, C, Tek, ped, tuj dan kebij
dalah variabel bebas (independent variabel) yang besaran nilainya idak tergantung
oleh nilai variabel lain.
2.6.3 Hukum Penawaran
Sukirno (2006:76), menjelaskan hukum penawaran adalah suatu pernyataan
yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga suatu banrang dan jumlah
barang yang ditawarkan para penjual. Dalam hukum penawaran dinyatakan
bagaimana keinginan para penjual untukmenawarkan barangnya apabila harganya
tinggi dan bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila
harganya rendah. Hukum permintaan pada dasarnya adalah makin tinggi harga
sesuatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para
penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah barang
tersebut yang ditawarkan.
2.6.4 Kurva Penawaran
Menurut Pindyck dan Rubinfeld (2012:24), kurva penawaran adalah
hubungan antara jumlah barang dan kesediaan produsen menjual barang pada tingkat
harga barang tertentu.
23
Jumlah barang yang ditawarkan akan mengalami perubahan apabila terjadi
adanya perubahan harga. Penurunan harga akan menyebabkan jumlah barang yang
ditawarkan akan berkurang dan kenaikan harga akan menyebabkan jumlah barang
yang ditawarkan akan naik. Kurva penwaran akan bergeser dari kiri ke kanan ketika
ada perubahan harga yang mengalami peningkatan.
Gambar 2. 3Kurva Penawaran
Sumber: Pindyck dan Rubinfeld (2012:24)
2.7 Teori Konsumsi
Menurut Blanchard dan Johnson (2011:46), menjelaskan konsumsi adalah
barang dan jasa yang di beli oleh konsumen. Pada dasarnya banyak faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat konsumsi, tetapi faktor utama yang mempengaruhi tingkat
konsumsi adalah pendapatan atau yang lebih tepatnya adalah pendapatan disposabel
(pendapatan yang siap untuk di belanjakan untuk mendapatkan barang atau jasa).
24
Ketika pendapatan disposabel meningkat maka orang-orang akan membeli
lebih banyak barang; dan ketika pendapatan disposabel menurun orang-orang akan
membeli lebih sedikit barang.
C = C (YD)
Dimana C = konsumsi dan YD pendapatan disposabel
Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current consumtion) sangat
dipengaruhi oleh pendapatan disposabel saat ini (current disposable income).
Menurut Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung tingkat
pendapatan. Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi, walaupun tingkat
pendapatan sama dengan nol (0). Itulah yang disebut dengan konsumsi otonomus
(autonomous consumption). Jika pendapatan meningkat, maka konsumsi juga akan
meningkat. Hanya saja peningkatan konsumsi tersebut tidak sebesar peningkatan
pendapatan disposabel.
C = C0 + b Yd
Dimana;
C = konsumsi
C0 = konsumsi otonomus
b = marginal propensity to consume (MPC)
Yd = pendapatan disposable
0<b>1
25
Tabel 2. 1Hubungan Antara Pendapatan Disposabel Dan Konsumsi
Pendapatan
Disposabel
Konsumsi
∆ Pendapatan
Disposabel
∆ Konsumsi
0
200
-
-
1000
1000
1000
800
2000
1800
1000
800
3000
2600
1000
800
4000
3400
1000
800
5000
4200
1000
800
Catatan : ∆ = Perubahan
Sumber: Rahardja dan Manurung (2008:259)
2.7.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi
Rahardja dan Manurung (2008:265), menjelaskan banyak faktor yang
mempengaruhi besarnya konsumsi. Yaitu:
•
Faktor-faktor Ekonomi
o Pendapatan rumah tangga
o Kekayaan rumah tangga
o Jumlah barang-barang konsumsi yang tahan lama dalam masyarakat
o Tingkat bunga
o Perkiraan tentang masa depan
o Kebijakan pemerintah mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan
•
Faktor-faktor Demografi (Kependudukan)
o Jumlah penduduk
o Kompoisi penduduk
•
Faktor-faktor Non-Ekonomi
o Sosial-budaya masyarakat
26
2.8 Nilai Tukar
Rahardja dan Manurung (2008:307), menjelaskan valuta asing adalah mata
uang negara lain (foreign currency) dari suatu perekonomian. Untuk dapat digunakan
dalam kegiatan ekonomi, maka matauang-mata uang yang dipergunakan mempunyai
harga tertentu dalam mata uang negara lain. Harga tersebut menggambarkan berapa
banyak suatu mata uang harus dipertukarkan untuk memperoleh satu unit mata uang
lain. Istilah lain dari rasio pertukaran tersebut adalah nilai tukar (exchange rate).
N. Gregory Mankiw (2009:135), menjelaskan nilai tukar terbagi menjadi dua
bagian yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar rill. Nilai tukar nominal merupakan
harga relatif mata uang dua negara. Nilai tukar riil berkaitan dengan harga relatif dari
barang-barang di antara dua negara, artinya nilai tukar riil menyatakan tingkat
dimana barang-barang dapat diperdagangkan dari suatu negara untuk barang dari
negara lain. Nilai tukar riil terkadang disebut juga sebagai terms of trade.
Perhitungan nilai tukar riil untuk barang tunggal
e*
=
e
x
dimana;
e*
= nilai tukar riil
e
= nilai tukar nominal
P
= tingkat harga barang domestik
P*
= tingkat harga barang luar negri
(P/P*)
27
2.9 Kerangka Pikir
Gambar 2. 4Kerangka Pikir
Sumber: Peneliti (2016)
28
2.10 Hipotesis Penelitian
Hipotesis 1:
H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara volume produksi kopi
Indonesia terhadap tingkat konsumsi kopi dunia.
H1: Ada pengaruh yang signifikan antara volume produksi kopi Indonesia
terhadap tingkat konsumsi kopi dunia.
Hipotesis 2:
H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara nilai ekspor kopi Indonesia
terhadap tingkat konsumsi kopi dunia.
H1: Ada pengaruh yang signifikan antara nilai ekspor kopi Indonesia
terhadap tingkat konsumsi kopi dunia.
Hipotesis 3:
H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara volume impor kopi Indonesia
terhadap tingkat konsumsi kopi dunia.
H1: Ada pengaruh yang signifikan antara volume impor kopi Indonesia
terhadap tingkat konsumsi kopi dunia.
Hipotesis 4:
H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara USD per IDR terhadap
tingkat konsumsi kopi dunia.
H1: Ada pengaruh yang signifikan antara USD per IDR terhadap tingkat
konsumsi kopi dunia.
Hipotesis 5:
H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara volume produksi kopi
Indonesia terhadap volume ekspor kopi Indonesia.
H1: Ada pengaruh yang signifikan antara volume produksi kopi Indonesia
terhadap volume ekspor kopi Indonesia.
29
Hipotesis 6:
H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara nilai ekspor kopi Indonesia
terhadap volume ekspor kopi Indonesia.
H1: Ada pengaruh yang signifikan antara nilai ekspor kopi Indonesia
terhadap volume ekspor kopi Indonesia.
Hipotesis 7:
H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara USD per IDR terhadap
volume ekspor kopi Indonesia.
H1: Ada pengaruh yang signifikan antara USD per IDR terhadap volume
ekspor kopi Indonesia.
Hipotesis 8:
H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan antaravolume impor kopi Indonesia
terhadap volume impor kopi Indonesia.
H1: Ada pengaruh yang signifikan antara volume impor kopi Indonesia
terhadap volume impor kopi Indonesia.
Hipotesis 9:
H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara USD per IDR terhadap
volume impor kopi Indonesia.
H1: Ada pengaruh yang signifikan antara USD per IDR terhadap volume
impor kopi Indonesia.
Hipotesis 10:
H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara volume ekspor kopi
Indonesiaterhadap tingkat konsumsi kopi dunia.
H1:
Ada
pengaruh
yang
signifikan
antara
Indonesiaterhadap tingkat konsumsi kopi dunia.
volume
ekspor
kopi
30
Hipotesis 11:
H0: Tidak ada pengaruh yang signifikanvolume impor kopi Indonesia
terhadap tingkat konsumsi kopi dunia.
H1:
Ada
pengaruh
yang
signifikan
antara
volume
impor
kopi
Indonesiaterhadap tingkat konsumsi kopi dunia.
Hipotesis 12:
H0: Tidak ada pengaruh yang tidak langsung secara signifikan volume
produksi kopi Indonesia melalui volume ekspor kopi Indonesia terhadap
tinggkat konsumsi kopi dunia
H1: Ada pengaruh yang tidak langsung secara signifikan volume produksi
kopi Indonesia melalui volume ekspor kopi Indonesia terhadap tinggkat
konsumsi kopi dunia
Hipotesis 13:
H0: Tidak ada pengaruh yang tidak langsung nilai ekspor kopi Indonesia
melaluivolume ekspor kopi Indonesia terhadap tingkat konsumsi kopi dunia.
H1: Ada pengaruh yang tidak langsung nilai ekspor kopi Indonesia
melaluivolume ekspor kopi Indonesia terhadap tingkat konsumsi kopi dunia.
Hipotesis 14:
H0: Tidak ada pengaruh yang tidak langsung USD per IDR melalui volume
ekspor kopi Indonesia terhadap tingkat konsumsi kopi dunia.
H1: Ada pengaruh yang tidak langsung USD per IDR melalui volume ekspor
kopi Indonesia terhadap tingkat konsumsi kopi dunia.
Hipotesis 15:
H0: Tidak ada pengaruh yang tidak langsung nilai impor kopi Indonesia
melaluivolume impor kopi Indonesia terhadap tingkat konsumsi kopi dunia.
H1: Ada pengaruh yang tidak langsung nilai impor kopi Indonesia
melaluivolume impor kopi Indonesia terhadap tingkat konsumsi kopi dunia.
31
Hipotesis 16:
H0: Tidak ada pengaruh yang tidak langsung USD per IDR melalui volume
impor kopi Indonesia terhadap tingkat konsumsi kopi dunia.
H1: Ada pengaruh yang tidak langsung USD per IDR melalui volume impor
kopi Indonesia terhadap tingkat konsumsi kopi dunia.
Hipotesis 17:
H0: Tidak ada pengaruh volume produksi kopi Indonesia, nilai ekspor kopi
Indonesia, nilai impor kopi Indonesia, USD per IDR, volume ekspor kopi
Indonesia, dan volume impor kopi Indonesia terhadap tingkat konsumsi kopi
dunia.
H1: Ada pengaruh volume produksi kopi Indonesia, nilai ekspor kopi
Indonesia, nilai impor kopi Indonesia, USD per IDR, volume ekspor kopi
Indonesia, dan volume impor kopi Indonesia terhadap tingkat konsumsi kopi
dunia.
32
Download