RUANG UTAMA PRAGMATISME SEBAGAI KONSEP DAN SISTEM PENDIDIKAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRAKTEK PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Fadhilah Abstract Pragmatism is a response to the Revolution of Industry’s impact to education in America. Characteristic of pragmatism in the educational system, is more oriented to the product, from the process, as the problem solving of existing phenomena. This study, through the methods of description and analysis is intended as a critical reflection and evaluation to education practices in Indonesia. On the one hand is the efficiency of education, but on the other hand also adversely affect the character education of Indonesia which is less based on noble values and the ideology of Pancasila. Keywords: pragmatism, problem reconstruction, experience. solving, A. Latar Belakang Masalah Pragmatisme pandangan product, change, relativity, yang mempengaruhi kebutuhan akan sistem adalah kefilsafatan process, salah yang satu pendidikan yang mampu menyelesaikan dan merupakan memecahkan persoalan kehidupan bangsa sumbangan bangsa Amerika terhadap dunia Amerika secara cepat. George R. pendidikan. Beberapa tokoh yang berperan Knight, 2007, Filsafat Pendidikan, hlm 108. besar dalam aliran pragmatisme antara lain: Pengaruh praktek pragmatisme Charles S. Peirce (1839-1914), William james pendidikan nampak pula di Indonesia seiring (1842-1990), dan John Dewey ( 1859-1952). dengan Pandangan bidang terutama di sektor Industri yang banyak terhadap terpusat di daerah perkotaan. Pragmatisme dampak revolusi industri yang berkembang telah mendorong lembaga pendidikan untuk sangat cepat yang mendorong munculnya mengutamakan tercetaknya lulusan sebagai urbanisasi dan migrasi penduduk Amerika out put yang dapat memberikan sumbangan secara besar-besaran. kepada pragmatisme pendidikan merupakan Akibat tersebut selanjutnya adalah dalam respon dari fenomena timbulnya berbagai persoalan kebutuhan pemerintah akan tenaga dalam pengangguran kerja, mengatasi tenaga kerja terdidik. Di satu sisi pragmatisme lebih perubahan alam kehidupan bangsa Amerika bersifat produktif, namun di sisi lain terkadang 18 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012 kurang memperhatikan segi proses yang memenuhi standar kualifikasi bagi guru dan berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan dosen. Secara formal hal tersebut bertujuan dan kalah meningkatkan kualitas pendidikan. Namun hal dan tersebut juga mengandung sisi negative, yaitu negara Indonesia. Fenomena ini nampak munculnya sikap pragmatis dalam bidang terutama semenjak pemerintahan reformasi pendidikan yang lebih berorientasi pada hasil yang kurang memberikan perhatian terhadap dan kurang memperhatikan segi proses. peletakan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar Akibatnya, bagi di menjadi objek eksploitasi bagi suatu tujuan yang tertentu. Ada kalanya siswa memanfaatkan berdasarkan pada demokrasi liberal sering guru, dan sebaliknya guru memanfaatkan menjadi praktek komunikasi antara peserta siswa didik dengan guru yang kurang mengindahkan bersifat sepihak atau berdasarkan simbiose nilai-nilai moral/etis. Hal ini dipicu dengan mutualisme. Munculnya kasus joki dalam ujian bebasnya media massa, komunikasi dan seleksi masuk perguruan tinggi negeri, tim hiburan yang berkembang tanpa kontrol yang sukses dalam ujian nasional, plagiatisme, ketat. pemalsuan ijasah, dan lain-lain, merupakan ideologi pentingnya bangsa bagi kehidupan pelaksanaan Indonesia. yang sistem Kebebasan tak bangsa pendidikan akademis Sikap pragmatis pemerintah dalam pendidikan kebutuhan yang contoh negatif praktek sikap pragmatis dunia pergantian nilai-nilai luhur yang bersumber dari ideologi kurikulum sebagai respon terhadap tuntutan bangsa, seperti : ke-Tuhanan (yang tercermin kebutuhan dalam sikap jujur), keadilan, dan lain-lain. pada cepatnya pasar, pelaksanaannya antara tuntutan terkadang pendidikan yang tidak lagi berdasar pada pula reformasi karena didik lain nampak paska siswa/peserta meskipun terkadang dalam kurang B. Pembahasan. mempedulikan kesiapan guru, maupun siswa. Maraknya kelompok bimbingan belajar dan Berdasarkan latar belakang les privat merupakan respon atas kebutuhan munculnya pandangan pragmatisme dalam siswa untuk mengejar ketinggalan dalam bidang mengikuti pelajaran di sekolah dengan belajar penjelasan lebih lanjut mengenai bagaimana intensif pada totor/guru les, baik secara privat konsep tentang pragmatisme dalam dunia atau pun berkelompok. Di sisi lain hal ini pendidikan. merupakan segi pragmatis bagi guru untuk karyanya yang berjudul: Philosophical Ideas in menambah insentif/ penghasilan di luar jam Education kerja. pragmatisme pendidikan, antara lain sebagai Pada level lain, dengan berikut: dikeluarkannya Undang-Undang No 14 tahun pendidikan, terdapat beberapa Ornstein(1985:200),dalam menyatakan pemikiran Ornstein( 1985 :200), tentang dalam Philosophical Ideas in Education 2005 tentang Guru dan Dosen, merupakan Berlawanan tuntututan tradisional tentang edukasi yang telah kebutuhan mendesak untuk dengan pandangan 19 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012 didiskusikan sejauh ini. Penelitian John dapat Dewey tindakan menunjukkan pendidikan yang “perubahan, filosofi tentang didasarkan proses, pada relativitas direalisasikan dan hanya melalui keberanian menilai konsekuensinya melalui program edukasi. dan Apakah suatu program pendidikan rekonstruksi atas pengalaman. tertentu dapat digunakan untuk menilai Dewey merupakan sebuah figur dalam hasil. bidang pendidikan dan menulis secara Sementara luas esensialisme lebih dengan pendidikan. Teori Darwin atas substansi pengetahuan, evolusi menekankan pada metodologi atau proses tentang filosofi yang mempunyai berkaitan dampak pada idealisme, realisme dan menekankan pada eksperimen Dewey. Dia menggunakan problem istilah “organism dan environment” untuk pembelajaran pendidikan. Manusia adalah organisme berada di dalam problem solving dapat yang bersifat biologis dan sosial yang dikembangkan menjadi suatu kebiasaan memproses suatu impuls yang berfungsi yang dapat ditransfer ke dalam situasi yang untuk lebih luas. mempertahankan hidup dan berkembang lebih jauh. Setiap organisme solving. Dewey Menurut terjadi Berdasarkan tema hidup dalam sebuah habitat/lingkungan. pemikiran Organisme pendidikan,Ornstein,1985, hidupnya manusia mengalami permasalahan keberadaan dalam permasalahan- yang dirinya. proses penting dari pragmatisme menyebut-kan mengancam Manusia B.1.Konsep Utama dengan B.1.a) Metafisika dan Epistemologi : masalah ini. Menurut Dewey, filosofi, adalah filsafat seseorang sebagai berikut: sukses dapat menyelesaikan masalah- pengalaman ketika Dewey, kata Epistemologi kunci. organisme dan melibatkan person, lingkungan. Person Pengalaman dapat didefinisikan sebagai berinteraksi dengan lingkungan untuk hidup, interaksi atas organisme manusia dengan tumbuh dan berkembang. Interaksi ini dapat lingkungannya. Karena kehidupan sangat mengubah bergantung mengubah pada menyelesaikan kemampuan masalah, maka transaksi lingkungan person. antara atau Pengetahuan learner bahkan adalah /pengajar dan pendidikan/edukasi menjadi suatu sarana lingkungan. Dasar atas interaksi ini adalah pengembangan skill problem solving dan konsep tentang perubahan. Masing-masing metodenya. Penolakan terhadap sebuah interaksi mungkin memiliki beberapa aspek landasan idealisme umum atau fitur-fitur yang dapat ditransfer sebelumnya dan pandangan-pandangan untuk interaksi berikutnya. Jadi person secara filosofi, percobaan Dewey menunjukkan konstan berubah dan transaksi juga berubah. apriori atas bahwa “planning dan tujuan manusia” 20 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012 Jika realita berubah secara kontinu, menekankam kebenaran sebagai inti dari maka kurikulum yang didasarkan pada realita pengetahuan. yang permanen tidak dapat diterima oleh pengikut pragmatisme. Apa yang dibutuhkan Bagi pragmatis, pendidikan adalah adalah “intelligent manner” (cara cerdas). peroses eksperimen. Karena problem solving realita adalah suatu proses Pendidikan yang adalah meningkat berinteraksi ketika transformasi antara person dan lingkungan. seseorang Dewey menekankan problem solving sebagai Dewey metode efektif untuk mensikapi perubahan. mengalami Konsep kebenaran universal menjadi tidak mereka berinteraksi dengan lingkungan dalam dapat dipertahankan. suatu sikap reflektif dan intelligent. Menurut menentang dengan dunianya. bahwa manusia pertumbuhan tercepat ketika Dewey sebagian besar cara terbaik atas B.1.b) Axiology dan Logika problem solving adalah menggunakan metode Konsep pragmatisme atas axiology scientific. Ketika seseorang menghadapi sangat bersifat situasional. Nilai bersifat relatif permasalahan, informasi dibutuhkan untuk terhadap keadaan. menyelesaikan masalah yang datang dari Kontribusi untuk manusia dan pertumbuhan berbagai sumber. Sebagai contoh: informasi masyarakat dianggap sebagai suatu hal yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah berharga, sehingga dibutuhkan suatu tes dan atas polusi lingkungan fisik. Faktor yang harus uji dipertimbangkan waktu, ulang atas tempat nilai-nilai dan asumsi yng adalah sejarah, politik, disubjekkan untuk verifikasi. Pengetahuan sosiologi, teknologi dan internasional.Orang dan nilai adalah subjek untuk eksperimen dan yang teredukasi/ terdidik dalam “pragmatic rekonstruksi. Logika sense” mengetahui bagaimana cara untuk yang dipakai dalam edukasi didasarkan pada metode scientific. mendapatkan informasi tersebut digunakan dalam “instrumental manner”. B.2. Pertanyaan Dasar ( Ornstein, 1985:200- Seorang pragmatis, seperti Dewey, 202) melihat sekolah sebagai suatu lingkungan Jawaban-jawaban pragmatis terhadap khusus yang lebih pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan, lingkungan edukasi dan instruksi adalah sangat berbeda pembatas antara sekolah dan masyarakat. dari filsafat pendidikan masa lalu. Bagi Sekolah pragmatis, pengetahuan adalah eksperimen menyeleksi dan menyederhanakan elemen dan budaya yang dibutuhkan seseorang untuk mengarah pada revisi/perbaikan. sosial. mengembangkan adalah Pengetahuan lebih difokuskan pada proses berpartisipasi penggunaan Sebagai pengetahuan dari pada Baginya, agen dalam lingkungan masyarakat kehidupan khusus, untuk sosial. sekolah membawa sisi kultural. Sebagai agency selektif, sekolah fiolosof terdahulu cenderung menuju ada kebenaran sebagai inti dari pengetahuan. Di lain, seseorang tidak partisipasi 21 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012 menstransfer bagian-bagian dari budaya mencari cara untuk seluas mungkin bagi semua orang di dalam memperbaikinya. Pemurnian fungsi sekolah masyarakat. Sharing tidak akan mengurangi adalah penyederhanaan, kualitas, tetapi akan memperkaya kualitas. penyempurnaan dan penyeimbangan budaya Kualitas dan equity dalam istilah Dewey, leluhur. Sebagai penyederhanaan, sekolah adalah bersifat resiprok. leluhur dan sebagai menyeleksi sharing resources Secara sederhana sharing resources mengurangi kekomplekannya menjadi unit- dapat dipahami sebagai metode pembelajaran unit yang layak untuk dipelajari. Sebagai yang dapat memperkaya input yang bersifat pemurnian, timbal balik, baik dari guru ke peserta didik, sekolah kekayaan menyeleksi budaya mengeliminasi hal-hal menguntungkan yang interaksi manusia Sebagai budaya menyediakan dan elemen elemen-elemen mereka leluhur dan atau sebaliknya dari peserta didik ke guru. kurang Dengan demikian metode ini dianggap lebih membatasi efektif dibandingkan dengan metode yang yang dapat dan pertumbuhannnya. penyeimbang mengintegrasikan elemen- bersifat monolog. sekolah Jika ditinjau dari segi metode belajar, pengalaman-pengalaman pragmatisme tertentu menjadi suatu hal yang lebih harmoni. Kaum pragmatis pendidikan lebih bersifat demokratis dan inovatif, karena memberikan memandang kesempatan pada siswa/peserta didik dalam mengajar dan belajar adalah merupakan menyelesaikan proses rekonstruksi pengalaman berdasarkan proses metode scientific. Belajar berarti bertindak memungkinkan aktif masing-masing individu/siswa secara lebih sebagai learner, individu/kelompok baik secara menyelesaikan optimal. masalah individu belajar-mengajar. Melalui Hal berkembangnya metode dalam ini potensi diskusi/dialog, permasalahan. Masalah-masalah ini akan potensi siswa untuk berpikir secara kreatif dan sangat mensikapinya mandiri akan berkembang lebih cepat jika perubahan-perubahan dibandingkan dengan sistem pengajaran yang bervariasi tergantung pada dalam keadaan dan lingkungan. Tujuan dari pentingnya monolog. Kebebasan akademis dalam aspek proses ini berdampak positif bagi pengembangan “mengajar dan belajar” adalah learner akan rasa percaya diri individu/siswa. memperoleh metode atau proses problem solving di dalam sebuah intelligent manner. Guru tidak mendominasi proses belajar, tetapi ia mencari cara untuk bertindak sebagai pengarah atau pemandu melalui tindakannya sebagai fasilitator atas penelitian mahasiswa. Bagi Dewey, masyarakat dan sistim edukasinya mencapai titik tertinggi ketika 22 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012 C. Penerapan Konsep Pragmatisme dalam Untuk memenuhi standar kompetensi Sistem Pendidikan di Indonesia. di era reformasi dirasakan oleh sebagian besar Pandangan di atas, dalam kontek ke- guru/dosen terlebih bagi sangat mereka memberatkan, yang tidak/belum Indonesia-an semenjak reformasi nampaknya memiliki keahlian khusus sesuai dengan menjadi spirit baru dalam merubah orientasi bidang tugas mereka. Misalnya: bagi guru SD pendidikan yang lebih bersifat efektif dan harus memiliki ijasah S 1. PGSD (Pendidikan efisien melalui perubahan kurikulum yang Guru Sekolah Dasar), padahal sebagian berbasis mata mereka telah mengajar bertahun-tahun. Untuk pelajaran/mata kuliah yang dianggap kurang memenuhi tuntutan tersebut, terpaksa mereka memberikan kontribusi terhadap kompetensi harus kuliah lagi, meskipun telah memiliki lulusan satu persatu dhilangkan. Secara ijasah S1, namun ijasahnya berasal dari luar ekstrim bidang program studi PGSD. Adapun bagi guru yang pendidikan juga dibuktikan dengan dibukanya baru memiliki ijasah D2, mau tidak mau harus perguruan hanya melanjutkan ke Jenjang S1, sebelum tahun kompetensi. sikap Beberapa pragmatis tinggi menyelenggarakan dalam yang program studi sesuai 2014 berakhir untuk memenuhi salah satu pasar tenaga kerja. syarat sertifikasi guru. Bagi sebagian guru Berbagai program diploma dan kursus-kursus yang sudah menjelang pensiun, akhirnya ketrampilan / pelatihan tenaga kerja yang berpikir secara pragmatis dengan menghitung lebih berorientasi pada praktek dari pada teori untung ruginya untuk kuliah lagi atau pasrah merupakan terhadap dengan permintaan contoh konkrit lembaga kebijakan pemerintah sambil pendidikan yang berbasis pragmatisme. Di menunggu masa pensiun tiba, karena tidak sisi lain banyak program studi yang dianggap mungkin dapat ikut sertifikasi guru. kurang/tidak marketeble ditutup. Gambaran Kurikulum pendidikan formal berbasis perubahan sepintas kebijakan tentang pemerintah kompetensi dirancang untuk mencetak lulusan pembangunan yang berorientasi pada satu keahlian tertentu, reformasi tersebut di satu sisi berupaya sehingga spesialisasi meningkatkan kualifikasi guru/dosen. Namun, program studi. Implementasi Undang-Undang jika ditinjau secara esensi, nilai-nilai edukasi No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang dihasilkan tersebut berdampak negatif Pada level guru, keahlian pada bidang jika hanya berorientasi pada produk, tanpa tertentu menjadi dasar penilaian terhadap memperhatikan proses yang lebih manusiawi. kompetensi Hal ini disebabkan adanya kecenderungan muncul mereka berbagai dalam persyaratan bidang pragmatis pendidikan dalam era sertifikasi. Bagi dosen keahlian pada bidang sikap tertentu perlu ditunjang dengan linearitas terhadap dunia pendidikan. Berikut adalah program studi yang diambil ketika mereka contoh menjalani studi lanjut. dalam sebuah sistem pendidikan. penerapan sebagian di konsep masyarakat pragmatisme 23 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012 PRAGMATISME PENDIDIKAN BERDASARKAN BEBERAPA TEMA DASAR (Disarikan dari :William F.O’Neill,2001, Ideologi-ideologi Pendidikan) No 1 2 3 TEMA DASAR TUJUAN PENDIDIKAN TUJUAN SEKOLAH A Mengangkat perilaku personal yang efekltif. Menyediakan informasi & ketrampilan yang dibutuhkan siswa agar dapat belajar mandiri secera efektif. CIRI UMUM - Pengetahuan adalah alat yang diperlukan untuk memecahkan masalah praktis. - Pengetahuan: manfaat bagi individu/sosial, suatu cara untuk mewujudkan nilai-nilai sosial yang ada. B Berhubungan dengan pemecahan masalah praktis Mengajar siswa tentang bagaimana cara menyelesaikan masalah praktis, baik secara indvidu/kelompok dengan metode ilmiah rasional. - Individu adalah pribadi yang unik, yang berbeda satu sama lain dan menemukan kepuasan terbesar dalam mengungkapkan dirinya untuk menanggapi kondisikondisi yang berubah. Pluralisme sosial Pemikiran efektif/ &kejiwaan : tiap individu bebas mengejar kecerdasan kepentingannya sendiri & praktis:kemampuan menyelesai- kan problema menghadapi persoalannya sendiri sebagaimana semua personal secara efektif itu muncul dalam keadaan Pendidikan adalah: yang berubah-ubah. pengembangan keefektifan personal dalam - Perubahan budaya secara langsung memecahkan persoalan tidak individu/kelompok terhadap mengembangkan situasi kondisi &kebutuhan kemampuan individu untuk berperilaku praktis secara mendesak efektif untuk mengejar tujuan pribadi. - Berdiri di atas tata cara pembuktian ilmiah-rasional. 4 ANAK SEBAGAI -Pada umumnya anak PELAJAR menjadi baik; bertindak efektif & tercerahkan berdasar konsekuensi alamiah dari prilakunya sendiri. - Individu adalah unit - Pendidikan lebih bersifat eksperimental dan demokratis. - Ketidaksetaraan moral antar personal sehubungan nilai intrinsik mereka sebagai perorangan dan dipadukan dengan kesetaraan fundamental dalam penerapan kecerdasan praktis untuk 24 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012 No TEMA DASAR A B psikologis yang relatif memecahkan masalah otonom, menanggapi sikon personal maupun sosial. secara dinamis. -Lebih memperhatikan perbedaan dari pada persamaan individu dalam menetapkan program pendidikan. 5 ADMINISTRASI & Kewenangan diberikan PENGENDALIAN kepada para pendidik yang PENDIDIKAN memiliki ketrampilan tinggi, komitmen terhadap penyelidikan kritis & mampu melakukan perubahan dengan adanya informasi baru yang relevan 6 SIFAT HAKIKI -Menekankan KURIKULUM personal. 7 8 - Individu adalah dualisme psikologis Hak-hak guru berhubungan dg penerapan kecerdasan praktis, sehubungan dengan pemecahan masalah sosial yang penting ; bersifat situasikondisional, kompromi & relatif keefektifan -Penekanan yang kurang – lebih diberikan kepada preskriptif (pelajaran wajib -Berpusat pada tata cara dan pilihan). pemecahan masalah praktis. -Menekankan intelektual & praktis, melebihi yang akademik. MATERI -Menekankan penjelajahan Melibatkan pelatihan dalam PELAJARAN terbuka dan kritis kedalam wilayah belajar : logika problem aktual yang penting praktis, metode ilmiah, ilmu bagi siswa. sosial & prilaku, sejarah, sebagian besar ilmu alam -Menekankan pendekatan dan ilmu kemanusiaan . pemecahan masalah yang berdasarkan kegiatan & antar disiplin ilmu secara berkelompok, METODE - Cenderung bersandar pada - Guru sabagai organisator PENGAJARAN & tata cara penyelesaian & fasilitator dan mendorong EVALUASI HASIL masalah secara perorangan kegiatandan pengalaman BELAJAR /kalompok terhadap problem belajar siswa. yg dihadapi dan diminati siswa sendiri. -Cenderung menyukai tes/ujian yg berdasarkan -Terbuka dan bersifat peragaan situasi kehidupan eksperimental nyata did lm kelas. -Cenderung menganggap - Cenderung memperkecil kegiatan belajar sebagai persaingan antar pribadi & output sampingan dari peringkat tradisional. kegiatan yang bermakna. -Menyesuaikan prinsip25 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012 No TEMA DASAR A - Mengurangi hapalan dan disiplin ilmu, jika diperlukan demi penguasaan ketrampilan yang pada puncaknya diperlukan untuk menangani persoalan personal sacara efektif. -Kegiatan belajar bersifat demokratis . 9 lebih B prinsip dan praktek-praktek pendidikan yang ada sekarang. -Memandang perlunya Bimbingan dan Penyuluhan sebagai terapi kejiwaan , sabagai aspek pokok persekolahan yang normal yang menjamin kondisi emosional yang diperlukan bagi belajar secara efektif. -Tindakan yang dianggap bermoral adalah tindakan yang paling cerdas. KENDALI DI - Melatih tanggung jawab RUANG KELAS siswa atas tindakan merteka sendiri dalam arti praktis, tapi bukan dalam konsep tentang arti kehendak bebas. (IQ, ESQ, SQ). -Lebih demokratis & objektif dalam menentukan tolok ukur tingkah laku. KAITAN ANTARA SEKOLAH DENGAN MASYARAKATMENURUT JOHN DEWEY1 1 William F.O’Neill, 2001, Ideologi-ideologi Pendidikan, hlm. 133. 26 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012 Kelebihan Pendidikan: Berdasarkan bagan di atas, nampak adanya relevansi yang sinergis antara fungsi sekolah dengan sistem pragmatisme pendidikan terhadap kebutuhan industri yang dibangun secara demokratis. Sistem pendidikan yang dirancang adalah untuk menyelesaikan persoalan masyarakat terhadap kebutuhan tenaga kerja bagi industri yang sedang berkembang dengan mendorong terbentuknya kecerdasan terlatih bagi siswa. sistem Pragmatisme lebih sesuai dengan kebutuhan mendesak bagi peserta didik, karena orientasinya pada upaya pemecahan masalah aktual; Kelemahan sistem pragmatisme Pendidikan: nilai cenderung dianggap relative dan subjektif, sehingga keberlakuannya hanya bersifat sementara dan situasional. Selalu menuntut perubahan cepat dalam sistem dan kurikulum pendidikan sesuai dengan kebutuhan siswa dan masyarakat. akibat cepatnya perubahan kurikulum tersebut, maka konsekuensinya dari segi pembiayaan lebih boros. Target yang ingin dicapai dari kurikulum tersebut adalah mempersiapkan lulusan untuk dapat bekerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Nilai sebuah pendidikan lebih ditekankan pada produk konkrit dan manfaat praktis dari pada aspek nilai-nilai budaya dan spiritual. Akibatnya, pendidikan kurang dilandasi oleh nilai-nilai kepribadian dan ideologi bangsa, dalam hal ini nilai-nilai Pancasila dan agama cenderung tereduksi, minimal dari alokasi waktu dalam proses pembelajaran antara siswa dengan guru. Jika ditinjau dari segi positif, berdasarkan situasi dan kondisi di Indonesia semenjak industri berkembang pesat, pragmatisme pendididikan merupakan jawaban terhadap permasalahan pengangguran tenaga kerja terdidik. Namun hal ini juga berdampak negatif terhadap sikap dan kepribadian siswa yang cenderung mengejar kebebasan dan kebutuhan individu. D. Kesimpulan. Berdasarkan uraian di atas, maka hemat penulis terdapat beberapa pokok pikiran yang merupakan prinsip tentang pragmatisme pendidikan di Amerika pada saat itu, yaitu antara lain: Pragmatisme pendidikan lebih menekankan pendidikan yang berorientasi pada pemecahan masalah aktual, baik masalah individu, maupun masalah kelompok. Sistem pendidikan lebih bersifat terbuka (de institusional). Nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dipandang relative dan kondisional, dalam hal ini individu yang menentukan nilai, sehingga cenderung bersifat subjektif. Demikianlah ulasan penulis terhadap pragmatisme sebagai konsep dan sistem pendidikan dan dampaknya terhadap praktek pendidikan di Indonesia berdasarkan tema penting yang ada di dalamnya. E. Referensi: Hubungan antara Subjek dan Objek Pendidikan (guru dan murid) lebih bersifat demokratis, dalam hal ini guru sebagai fasilitator. Hal ini mempengaruhi metode pengajaran dan hasil evaluasi proses belajar mengajar yang diatur secara demokratis pula, yaitu betrdasarkan kesepakatan antara siswa dan guru. siswa lebih mandiri dan kreatif, serta bebas mengembangkan potensinya. 1. Arifin, H. M. 1987. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bina Aksara. 2. Ali, H. 1990. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta : Kota Kembang. 3. Barnadib, Imam. 1987. Pendidikan : Sistem dan Yogyakarta : IKIP Filsafat Metode. 4. _______. 2002. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta : Adicita 27 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012 5. Iskandar, W.S dam Mulyadi, U. 1988. Dasar – dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta (Makalah).Bandung. 6. Hasbullah. 1999. Dasar – Pendidikan. Jakarta : Grafindo. Peraturan Perundang-undangan : Dasar Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, 7. Knight, George R. 2007. Filsafat Pendidikan . Yogyakarta: Gama Media. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang Nomor 32 Tahun 8. Ornstein, Allen C. & Levine, Daniel U. 1985. An Introduction to the Foundation of Education. Boston : Houghton Mifflin Company. 2004, Tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. 9. Syam, M. Noor. 1988. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pancasila. Surabaya : USaha Nasional. Kompas, edisi Selasa, 24 April 2012 (hal 12). 10. Soemanto, W. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. 11. Suparlan. 1984. Aliran – Aliran Baru dalam Pendidikan. Yogyakarta : Andi Offset. 12. Suparlan, Suhartono. 2008. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta : Ar Ruzz Media. 13. Zuhairini. 1991. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bina Aksara. 14. O’neil, William F. 2002. Ideologi – Ideologi Pendidikan. Terj. Omi Intan Naomi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 15. Smith, Edward W., Stanley W. Kronsen and Mark M. Atkinson. 1964. The Educator’s Encyclopedia. USA : Prentice Hall. 28 Jurnal Madani Edisi I/ Mei 2012