Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Kelas Penyiar Indonesi

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PAPER JURNAL ONLINE
POLA KOMUNIKASI KELAS PENYIAR INDONESIA
(Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Kelas Penyiar Indonesia dalam
Proses Belajar Mengajar di Dunia Broadcasting)
Disusun Oleh:
Sabhrina Herawati
D0210106
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2015
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
POLA KOMUNIKASI KELAS PENYIAR INDONESIA
(Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Kelas Penyiar Indonesia dalam
Proses Belajar Mengajar di Dunia Broadcasting)
Sabhrina Herawati
Mahfud Anshori
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
The purpose of this research is (1) to know about communicator’s role in
Kelas Penyiar Indonesia for making the student’s dream comes true as a
broadcaster; (2) to know what message that be sent to student as the beginning to
become a broadcaster; (3) to know the communication pattern of Kelas Penyiar
Indonesia in teaching-learning process for reaching their goal, making the student’s
dream comes true as a broadcaster; (4) to identify the problems that happen and the
ways to handle it in teaching-learning process of Kelas Penyiar Indonesia.
This research uses a descriptive qualitative method by taking 7 informants as
mentors in Kelas Penyiar Indonesia. The research was conducted using in-depth
interview, observation, documentation, books, internet, and some files that are
related to the research’s theme. The validity of research was conducted using data
triangulation technique.
Considering the research conducted in the field, it can be concluded that the
communication pattern that is mostly used by Kelas Penyiar Indonesia is two ways
communication, although still use one way communication and multi ways
communication, as ways to deliver the theory and increase the vibe of the class itself.
Key Words: The Communication Pattern, Teaching-Learning, Kelas Penyiar
Indonesia.
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pendahuluan
Berbicara mengenai media massa saat ini, siapa yang tidak ketergantungan
dengan media setiap harinya. Dari membuka mata di pagi hari, sampai dengan
mengakhiri malam, banyak diantara manusia menggunakan media massa. Hal
tersebut berhubungan dengan kebutuhan informasi yang terus berkembang dan
mengharuskan manusia untuk memperbaharui info mereka.
Setiap pagi, jutaan warga Amerika pada saat bangun tidur, langsung
mendengarkan radio. Pada umumnya mereka menghabiskan rata-rata 40 persen dari
hari mereka dan 60 persen dari waktu bangun mereka bersama media massa. Veronis
Suhler dalam risetnya mengatakan, terjadi sedikit pergeseran dalam beberapa waktu
terakhir.Terdapat pertambahan waktu yang dihabiskan untuk menjelajahi web dan
merekam musik, sehingga terjadi penurunan waktu yang dihabiskan untuk
mendengarkan radio.1
Terlebih lagi dengan berkembangnya teknologi media yang sangat cepat dan
menyebabkan proses di dunia penyiaran terus berkembang dari cara produksi,
pendistribusian, dan bagaimana cara menggunakannya. Kita terus menyaksikan
perkembangannya dengan munculnya alat-alat baru dan bagaimana praktek yang
digunakan, melalui fenomena tersebut, kita mampu menghasilkan cara-cara baru
untuk menghasilkan informasi dan dengan sendirinya akan menjadi broadcaster yang
lebih profesional.2
Banyaknya media massa di Indonesia saat ini, kemudian menghasilkan publik
yang ingin meniti karier di bidang media massa, baik media cetak maupun media
elektronik. Hal ini melatarbelakangi hadirnya sekolah, institusi maupun organisasi
yang ingin membuka wadah bagi masyarakat luas untuk belajar dan mempelajari ilmu
atau pengetahuan di bidang media massa, salah satunya di bidang penyiaran.
commit
to user
John Vivian, Teori Komunikasi Massa (Jakarta:
Kencana
Prenada Media Group, 2008), Hlm. 4.
Bregtje Van Der Haak, Michael Parks, Manuel Castells. (2012). The Future of Jurnalism: Networked
Journalism. Internatonal Journal of Communication.Vol. 6, No. 2923–2938.
1
2
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Saat ini, tidak hanya sekolah formal saja yang diminati.Bahkan sekolah non
formal pun juga digemari oleh publik.Contoh sekolah non formal seperti, Tantowi
Yahya Public Speaking, Talk Inc, DJ Arie School, Kelas Kepenyiaran oleh Panjdi
Pragiwaksono, Dinergy, dan masih banyak lagi. Jika publik menginginkan ilmu
secara gratis pun, saat ini sudah banyak organisasi untuk dipilih sebagai sarana
belajar dan bertukar informasi, salah satunya adalah Kelas Penyiar Indonesia.
Kelas Penyiar Indonesia adalah salah satu free broadcasting class yang
didirikan oleh beberapa alumni Global Radio yang ingin membantu masyarakat luas
untuk belajar siaran, namun tidak cukup mempunyai dana besar mengikuti sekolah
penyiar secara formal. Kelas Penyiar Indonesia dibentuk atas pengalaman dari para
alumni Global Radio yang melihat bahwa dunia broadcasting ini terlalu besar untuk
dipelajari, akan tetapi sekolahnya masih terbatas dan cenderung mahal. Padahal,
perkembangan dunia media saat ini sangat dinamis dan hampir semua aspek
membutuhkan keberanian untuk bicara di depan umum.
Kelas Penyiar Indonesia berdiri pada 12 Desember 2012 yang berawal dari
sebuah kamar kosan dari salah seorang mentor dengan jumlah 25 peserta. Namun saat
ini, sudah berjalan sampai 10 Batch dengan setiap Batch terdiri dari 37-45
peserta.Sejak kelas pertama yang hadir pada 19 Januari 2013.
Kelas Penyiar Indonesia adalah lembaga edukasi non formal di bidang
penyiaran, yang mempunyai tujuan menciptakan para siswanya untuk siap bekerja di
radio atau televisi swasta.Salah satu yang menarik dari Kelas Penyiar Indonesia
adalah, peminat yang terus melonjak dari pertama kali masa percobaan hanya berisi
25 orang.Lalu bisa bertahan sampai batch XII yang dimulai pada 11 April 2015.
Tidak hanya itu, hanya melalui Kelas Penyiar Indonesia dengan pertemuan
sebanyak 4 kali dengan durasi 4 jam dapat menghasilkan beberapa lulusan terbaik
dan bisa diterima bekerja di beberapa media baik di Jakarta, maupun di luar Jakarta.
Sampai saat ini, dari delapan batch yang sudah berjalan berhasil menciptakan 30
commit
to user
swasta
di Indonesia.
orang yang bekerja di radio atau televisi
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana pola komunikasi Kelas
Penyiar Indonesia agar bisa mencetak tujuan mereka, yakni mewujudkan mimpimimpi para siswa untuk bisa menjadi seorang broadcaster dan berhasil diterima
bekerja di radio maupun televisi swasta. Bagaimana pola komunikasi mereka, yang
bisa mengajarkan para siswanya, yang beberapa dari mereka tidak mempunyai teknik
dasar penyiaran sama sekali, menjadi bisa diterima bekerja di dunia penyiaran.
Bagaimana komunikator di Kelas Penyiar Indonesia berhubungan dengan
komunikan, serta bagaimana pesan yang disampaikan.
Rumusan Masalah
Bagaiamana pola komunikasi yang terjadi di dalam Kelas Penyiar Indonesia
dalam proses belajar mengajar untuk mewujudkan mimpi para siswanya menjadi
seorang broadcaster?
Tinjauan Pustaka
1.
Pola Komunikasi
Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau
lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami.3
Tubbs dan Moss mengatakan, pola komunikasi atau hubungan itu dapat
dicirikan oleh: komplementaris atau simetris. Dalam hubungan komplementer satu
bentuk perilaku dominan dari satu partisipan mendatangkan perilaku tunduk dan
lainnya.Dalam simetris, tingkatan sejauh mana orang berinteraksi atas dasar
kesamaan.Dominasi bertemu dengan dominasi atau kepatuhan dengan kepatuhan4.
Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau pola
hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan
yang dikaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau rencana yang meliputi langkah3
Djamarah, Bahri, Syaiful, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga, (Jakarta: PT.
Reneka Cipta, 2004), Hlm. 1.
commit to user
4
Stewart L. Tubbs, Sylvia Moss. 2001. Human Communication, (Bandung: Remaja Rosda Karya.
2001), Hlm. 26.
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
langkah pada suatu aktifitas dengan komponen-komponen yang merupakan bagian
penting atas terjadinya hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan
organisasi.5
Sistem pendekatan komunikasi yang berlangsung di suatu kelompok.Berfokus
pada pola komunikasi yang ada untuk mempertahankan homeostasis dan mencapai
tujuan sistemik.6 Tubbs dan Moss mengatakan, terdapat beberapa pola komunikasi
dalam sebuah kelompokyaitu :
a. Pola Roda atau Radial (memusat)
Pola ini adalah sebuah pola yang memungkinkan bagi setiap anggotanya untuk
mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi
sentral.Orang yang dalam posisi sentral menerima kontak dan informasi yang
disediakan oleh anggota lainnya dan memecahkan masalah dengan saran dan
persetujuan anggota lainnya.
b. Pola Rantai
Pola ini adalah pola yang memungkinkan sebagiananggotanya dapat
berkomunikasi dengan dua anggota lainnya, sementarayang lainnya hanya bisa
berkomunikasi dengan satu anggota lainnya.Tidak seperti pola roda atau
lingkaran, pola ini tidak memiliki seseorang sebagai posisi sentral untuk
memecahkan persoalan yang ada dalamkelompok.
c. Pola Y
Pola ini merupakan pola dari aliran komunikasi yang hampirmirip dengan pola
rantai, di mana sebagian anggotanya bisaberkomunikasi dengan dua anggota
lainnya sementara sebagian anggota lainnya hanya bisa berkomunikasi dengan
satu anggota lainnya. Pola iniseperti pola rantai, di mana anggota dari
kelompok memiliki komunikasiyang terbatas dengan orang lain.
5
Nurhasanah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga, diunduh melalui
http://digilib.upnjatim.ac.id/ pada 12 Oktobercommit
2014. to user
6
Dainton, Explaining Theories of Interpersonal Communication, diunduh melalui
http://www.sagepub.com/upm data/4984_Dainton_Chapter_3.pdf/ pada 31 Maret 2015
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Pola Lingkaran
Pola ini adalah pola yang memungkinkan semua anggotaberkomunikasi dengan
yang lainnya hanya tidak ada seorang anggota punyang dapat berhubungan
dengan anggota keseluruhan anggota lainnya, oleh karena itu tidak ada anggota
yang memiliki akses langsung terhadapinformasi yang diperlukan untuk
memecahkan persoalan.
e. Pola Semua Saluran
Pola ini adalah pola dari aliran komunikasi yangmemungkinkan semua anggota
bisa berkomunikasi dengan keseluruhananggota lainnya.Juga pola aliran
komunikasi ini tidak memiliki seseoranguntuk menduduki posisi sentral dalam
kelompok untuk menjadi tempatmencari penyelesaian.
2.
Pola Komunikasi dalam Proses Belajar Mengajar
Sebagai mentor di Kelas Penyiar Indonesia, harus mengetahui dan
melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang bersifat teknis ini adalah
kegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi belajar mengajar. Dalam proses
belajar mengajar sering kali dijumpai kegagalan-kegagalan yang biasanya
dikarenakan lemahnya sistem komunikasi. Oleh karena itu, semua mentor yang
mengajar di Kelas Penyiar Indonesia perlu mengembangkan pola komunikasi efektif
dalam proses belajar mengajar. Artinya terdapat hubungan atau interaksi antara
mentor dan murid pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Terdapat hubungan
yang aktif antara menton siswa, yaitu:
a. Komunikasi satu arah (linier)
Di dalam Kelas Penyiar Indonesia, seorang mentor berperan sebagai pemberi
aksi atau komunikator dan murid sebagai penerima aksi atau komunikan.
Mentor aktif dan Murid pasif. Ceramah pada dasarnya adalah komunikasi satu
arah, atau komunikasi sebagai aksi.Komunikasi jenis ini kurang banyak
menghidupkan kegiatan pembelajaran.
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Komunikasi dua arah (interaksi)
Di dalam komunikasi dua arah, antara mentor dan murid memiliki peransama
yaitu pemberi aksi dan penerima aksi. Disini sudah mulai terlihat hubungan dua
arah, akan tetapi masih terbatas antara mentor dan murid secara indivudual.
Antara murid dan murid lainnya tidak ada hubungan.Murid tidak dapat
berdiskusi atau bertanya dangan sesama temannya.Keduanya dapat saling
memberi dan menerima. Komunikasi ini lebih baik dari pada yang pertama,
sebab kegiatan mentor dan kegiatan murid relatif sama.
c. Komunikasi multi arah (transaksi)
Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi yang dinamis antara mentor
dengan muridnya tetapi juga melibatkan interaksi yang dinamis antara murid
yang satu dengan yang lainnya. Proses belajar mengajar dengan pola
komunikasi ini mengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan
kegiatan murid yang optimal, sehingga menumbuhkan murid belajar aktif.
Diskusi dan simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan
komunikasi ini.
Dalam kegiatan mengajar, murid memerlukan sesuatu yang memungkinkan dia
berkomunikasi secara baik dengan mentor, teman, maupun dengan ligkungannya.
Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar terdapat dua hal yang ikut
menentukan keberhasilannya yaitu pengaturan proses belajar mengajar dan
pengajaran itu sendiri yang keduanya mempunyai ketergantungan untuk menciptakan
situasi komunikasi yang baik yang memungkinkan murid untuk belajar.7
3.
Komunikasi kelompok
Kelompok adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu
sama lain, memperoleh kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan,
mengambil peranan, terikat satu sama lain, dan berkomunikasi tatap muka.
Komunikasi dalam kelompok adalah kegiatan komunikasi yang berlangsung di antara
suatu kelompok.Pada tingkatan ini, setiap individu yang terlibat berkomunikasi sesuai
user Belajar Mengajar, diunduh melalui
dalam toProses
Ihat Hatimah, Tiga Pola Komunikasicommit
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/ pada 12 Oktober 2014.
7
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan peran dan kedudukannya dalam kelompok.Pesan atau informasi yang
disampaikan juga menyangkut kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat
pribadi.8
Menurut dari Nancy dan David dari Harvard University, mendefinisikan
kelompok dari perspektif jaringan, terdapat dua makna utama ketika menggunakan
literatur jaringan sosial, yakni fitur struktural jaringan atau kategori eksogen yang
ditentukan atau dipaksakan.Dapat dikatakan bahwa sebuah kelompok adalah suatu
perkumpulan yang sepenuhnya terhubung atau hampir sepenuhnya terhubung dalam
suatu populasi.9
Michael Burgoon dan Michael Ruffner memberi batasan komunikasi kelompok
sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih, untuk memperoleh tujuan yang
dikehendaki, seperti sebuah informasi, pemeliharaan diri, atau pemecahan masalah
sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya
dengan akurat.
Ada empat elemen yang tercakup dalam definisi diatas, yaitu:
a. Interaksi tatap muka, yang dimaksud tatap muka mengandung adalah setiap
anggota kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan
juga harus dapat mengatur umpan balik secara verbal maupun nonverbal dari
setiap anggotanya.
b. Jumlah partisipan yang terlibat interaksi, jumlah anggota komunikasi
kelompok berkisar antara 3-20 orang. Pertimbangannya, jika jumlah
partisipan melebihi 20 orang, kurang memungkinkan berlangsungnnya
elemen interaksi tatap muka.
c. Maksud dan tujuan yang dikehendaki, bermakna bahwa maksud dan tujuan
tersebut akan memberikan beberapa tipe indentitas kelompok.
commit to user
Ibid. 65
Nancy Katz, David Lazer, Network Theory and Small Groups, diunduh melalui
http://www.hks.harvard.edu/davidlazer/files/papers/Lazer_Katz_Small_Group.pdf pada 28 April 2015
8
9
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik pribadi
anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan satu sama lain dan
tujuan kelompok telah terdinisikan dengan jelas, di samping itu identifikasi
setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil dan permanen.10
Metodologi
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan metode kualitatif.Metode kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena
sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.Di penelitian ini
lebih menekankan pada kedalaman data bukan banyaknya kuantitas data.11
Penelitian dilakukan pada Kelas Penyiar Indonesia, yang saat ini bertempat di
XL Xplor, Senayan City Lantai 3, Jl. Asia Afrika Lot 19, Jakarta. Lokasi penelitian
ini dipilih karena Kelas Penyiar Indonesia, merupakan salah satu lembaga edukasi
non formal di bidang penyiaran yang menarik untuk diteliti dari cara penyampaian
materi beserta media yang digunakannya dalam proses belajar mengajar.
Dalam penelitian ini, data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara
mendalam terhadap narasumber. Peneliti melakukan wawancara kepada 7 orang
narasumber, yang terdiri dari kepala sekolah Kelas Penyiar Indonesia, yakni Bintang
Cahya Pranalesti dan 6 orang mentor Kelas Penyiar Indonesia yakni mentor public
speaking, announcing skill, MC&Host, dan personal branding.
Penelitian
ini
menggunakan
teknik
pengambilan
sampel,
purposive
sampling.Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. 12 Teknik pengambilan sampel dengan carasampling purposive dilakukan
untuk memperoleh data mengenai pola komunikasi Kelas Penyiar Indonesia. Oleh
karena itu, sampel yang digunakan adalah orang-orang yang mengerti tentang pola
10
Ibid. Hlm. 156.
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis, Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
commit to user
2010), Hlm. 57.
12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,2012), Hlm. 85.
11
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komunikasi Kelas Penyiar Indponesia, yakni kepala sekolah dan mentor dari Kelas
Penyiar Indonesia itu sendiri.
Data yang diperoleh dari kepala sekolah dan para mentor Kelas Penyiar
Indonesia dianggap telah mewakili informasi yang dibutukan dalam penelitian ini.
Hal tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu data yang valid.Dikarenakan dalam
penelitian kualititatif, informan diambil secara selektif dan mewakili sampel dari
populasi.
Penyajian dan Analisis Data
Proses komunikasi adalah aktivitas yang diperlukan untuk mengadakan dan
melakukan tindakan komunikatif, baik yang dilakukan oleh komunikator, komunikan,
atau aktifitas penyampaian pesan, noise yang bisa saja terjadi dalam setiap tindakan
komunikatif dan lainnya.
Dengan adanya komunikasi yang efektif diharapkan para murid yang mengikuti
Kelas Penyiar Indonesia, dapat mengerti materi yang disampaikan oleh mentor.
Mentor pun dapat menangkap respon dari para murid pun dengan baik. Komunikasi
yang baik tentunya juga dilakukan dengan menguasai seluruh area dimana tempat
para mentor mengajar. Terutama dengan kondisi tempat yang cukup luas untuk
dijangkau, mentor harus menguasai area dengan melihat, menyapa, dan bertanya ke
para murid apakah mereka paham dengan materi yang sudah disampaikan. Hal ini
agar, perhatian dari para murid tertuju pada mentor dan tidak terpecah dengan yang
lain. Berikut penutuan oleh Putri Dwi Andari:
“Dan kita harus tetep komunikatif.Jadi dari ujung kanan, tengah, kiri harus kita
lihatin satu persatu.Kita harus sapa.Ibaratnya kita seperti menyapa
mereka.Terus misalkan aku lagi cerita selalu melihat dari sisi kanan, lalu ke sisi
kiri gitu. Ngga cuma fokus sama satu titik aja gitu. Aku melihat
semuanya.Sebisa mungkin, selalu nanya, gimana ada pertanyaan nggak sampe
disini. Jadi mereka ngga ke distract dengan yang lain.” (Wawancara, 24
Desember 2014)
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Di dalam penyajian data ini, peneliti akan menganalisis bagaimana
komunikator menyampaikan pesan, bagaimana pesan yang disampaikan, serta
bagaimana pola komunikasi yang digunakan di dalam Kelas Penyiar Indonesia.
a.
Komunikator
Komunikator adalah orang-orang yang berkomunikasi, mengirimkan dan
menafsirkan pesan, dianggap sebagai sumber sekaligus juga penerima pesan.Di Kelas
Penyiar Indonesia, seorang mentor yang memiliki peran dominan sebagai
komunikator.Mentor harus mengemas dan menyampaikan pesan dengan baik, agar
dapat diterima oleh murid sebagai komunikan.
Cara yang digunakan oleh setiap mentor berbeda-beda, sesuai dengan materi
yang disampaikannya. Selain itu karakter yang dimiliki oleh masing-masing mentor
juga berbeda yang berpengaruh terhadap cara mengajar mereka. Seperti hal-nya Sahil
Mulachela yang berkarakter slengean akan lebih suka mengajar dengan pembawaan
ketika beliau nongkrong. Beliau akan menyelipkan bercandaan di setiap materi yang
disampaikan kepada murid. Walaupun dengan karakter mengajar yang seperti itu,
Sahil sudah mengatur sedemikian rupa akan tujuan yang akan diraih dari materinya,
darimana memulai sebuah topik, dan
kapan ia akan berhenti. Berikut cara
penyampaian materi yang disampaikan oleh Sahil Mulachela:
“Balik lagi bagaimana karakter dari para mentor, kalo gue pribadi karena gue
anaknya slengean, gue anaknya susah diatur, gue juga anaknya becandaan,
sukanya nyela-nyela orang jadi di materi saat orang ngajar adalah pembawaan
gue pada saat nongkrong. Ketika gue nongkrong, gue becandaan sama mereka,
akan seperti itu, tapi tetep materi yang gue sampein, goalnya apa, tetep udah
gue set, gue tata, mulai dari mana gue akan berbicara, bagaimana gue improve,
bagaimana gue berhenti udah gue atur.” (Wawancara, 15 Desember 2014)
Beda karakter, beda pula cara penyampaian dan pembelajarannya. Ketika Sahil
Mulachela termasuk mentor yang mempunyai karakter suka bercanda. Beda dengan
karakter yang dipunyai oleh Yan Prasetyo, yang terstrukur dan ingin para muridnya
paham terlebih
dahulu
mengenai teori.Ketika teori sudah dikuasai baru
commit to user
menyampaikan materi selanjutnya dengan menyesuaikan karakter dari setiap anak.
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Beliau menggunakan teknik persentasi, yang berisikan teori baru dilanjutkan dengan
praktek beserta cerita pengalaman baik dari beliau ataupun dari mentor yang lain.
Berikut penuturan dari Yan Prasetyo:
”Gue adalah tipe orang yang terstruktur, orangnya maunya secara teori harus
dapet dulu, teori udah ngerti, nanti cara penyampaiannya beda-beda tiap orang.
Gue kalo ngajar itu pake persentasi, pake bahan persentasi.Misalkan belajar
intonasi, gimana caranya buka suatu acara, dijelasin dulu, baru abis itu, gue
buka satu narasi, gimana caranya mereka bisa menggunakan intonasi dengan
narasi yang udah gue buat.Gue mengajarkan satu hal, langsung praktek. Atau
gue mengajarkan satu hal, nanti partner gue akan menjelaskan pengalaman
mereka seperti apa. Seperti itu, antara teori, praktek, dan ada cerita”
(Wawancara, 15 Desember 2014)
Cara penyampaian materi yang dilakukan Daud Tobing adalah, meminta para
muridnya untuk mencoba.Salah satunya membaca sebuah berita.Beliau meminta para
muridnya untuk memulai dari hal yang sulit untuk dilakukan, agar murid-muridnya
mengerti dengan hal yang sulit.Dikarenakan jika diberikan materi yang mudah, para
murid dikhawatirkan tidak belajar. Berikut penuturan dari Daud Tobing:
“Nyobain, bawa satu berita biasanya.Itu harus dikasih berita paling berat
tuh.Kasus korupsi, rusuh pilpres, kenaikan BBM.Karena diantara berita itu,
pasti ada point of view yang menarik buat diajak ngobrol.Karena kalo dikasih
yang gampang ga belajar apa-apa. Jadi bisa dilihat, dari obrolan yang berat bisa
dijadiin seru nih.” (Wawancara, 12 Desember 2014)
b.
Pesan
Seorang komunikator menjadi peran yang penting untuk mengendalikan
keadaan kelas, akan tetapi pesan yang disampaikan juga harus diperhatikan. Terutama
materi yang hanya disampaikan dalam waktu singkat. Pesan yang disampaikan oleh
para mentor juga berbeda-beda, sesuai dengan pembagian materi masing-masing.
Materi announcing skill sendiri mencakupi teknik olah vokal, bagaimana
menjadi penyiar yang baik, bagaimana para murid bisa membuat air personality,
sekaligus membentuk karakter mereka ketika ingin menjadi seorang penyiar.Dengan
harapan para murid mampu mempunyai kemampuan dan wawasan ketika on air.Di
commit to user
dalam kelas announcing skill, juga diberikan materi voice over. Materi tersebut
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berisikan bagaimana membaca script, bagaiama mengatur tempo dan nada ketika
berbicara, bagaimana agar mempunyai artikulasi yang jelas, vokal yang bulat
sekaligus pernapasan diafragma. Berikut materi yang disampaikan oleh Dixon Saragi:
“Kalo announcing skill, mulai dari olah vokal, bagaimana menjadi penyiar
yang baik, bagaimana kita bisa membuat air personality, bagaimana kita bisa
membentuk karakter kita sebagai penyiar, kemudian kalo untuk voice over, yah
bagaimana kita bisa membaca script, mengatur tempo, mengatur nada,
artikulasi, vokal, nafas, kalo untuk siarannya juga, skill ketika skill on air,
wawasan. (Wawancara, 17 Desember 2014)
Pada materi voice over sendiri, akan dibagi pada beberapa teknik dasar.
Bagaimana membentuk artikulasi yang jelas, para murid akan dituntut untuk
mengucapkan A-I-U-E-O dengan jelas. Mentor juga memberikan teknik persiapan
sebelum siaran atau menjadi voice over dengan senam wajah, yaitu duck face dan lion
face. Setelah dijelaskan mengenai mengatur tinggi rendahnya suara untuk menjadi
voice over.Baru yang terakhir, diberikan pesan bahwa ketika ingin membaca script
ketika menjadi voice over berbeda ketika menjadi seorang penyiar, yang harus
membaca script lebih dalam lagi, lebih memahami kembali setiap kata dan tanda baca
yang tertera pada script, baru kemudian dibaca. Berikut yang disampaikan oleh Dixon
Saragi mengenai materi voice over:
“Ngajarin voice over biasanya, gue akan ngajarin olah vokal juga, sama seperti
yang diajarin Daud, AIUEO, duck face, lion face, terus juga bagaimana
mengatur tinggi rendahnya suara kita, ketika mulai membaca script, pahami
dulu script-nya, tahu dulu koma, titik, berhenti jedanya, baru baca.
(Wawancara, 17 Desember 2014)
c.
Pola komunikasi di Kelas Penyiar Indonesia
Menurut Everett M. Rogers, komunikasi adalah proses hal mana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud mengubah
perilaku. 13 Oleh Karena itu, komunikasi menjadi sebuah proses pengoperan ide,
gagasan, lambang, dan melibatkan orang lain untuk berproses di dalamnya. Hal ini
commit to user
13
Nurudin, 2007, Pengantar Komunikasi Massa, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 26.
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pun yang menjadikan tugas bagi para mentor untuk mengkomunikasikan materinya di
dalam Kelas Penyiar Indonesia. Tentu tidak mudah, untuk bisa menyampaikan pesan
tersebut dengan sempurna. Maka dari itu, peneliti ingin menjabarkan pola komunikasi
yang digunakan oleh Kelas Penyiar Indonesia untuk menyampaikan pesannya yang
digolongkan menjadi tiga, yakni komunikasi satu arah, komunikasi dua arah
(interaksi), dan komunikasi tiga arah (transaksi), sebagaimana telah disampaikan oleh
John R. Wenburg dan William W. Wilmot.
1.
Pola Komunikasi Satu Arah
Dalam
komunikasi
satu
arah,
komunikasi
diisyaratkan
sebagai
penyampaian pesan searah dari seseorang atau sebuah lembaga kepada individu
atau kelompok, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media.
Begitupun yang dilakukan oleh Yan Prasetyo, yang mengakui bahwa
dirinya terstruktur.Oleh karena itu beliau menggunakan komunikasi satu arah
untuk menjelaskan teori sampai para murid memahaminya, baru dilanjutkan
dengan praktek.Lalu kemudian, bisa dilihat ekspresi dari para murid, apakah
sudah mengerti atau belum. Berikut penuturan dari Yan Prasetyo:
“Kalo pada saat teori, gue pengennya mereka mendengarkan gue.Jadi satu
arah.Satu arah dulu, supaya mereka ngerti, biasanya oke ngerti. Kalo pada
ngerti, gue akan langsung praktek tuh. Nah pada saat itu, akan kelihatan
mereka ngerti apa nggak.” (Wawancara, 15 Desember 2014)
Tidak hanya Yan Prasetyo, akan tetapi Putri Dwi Andari selaku mentor
MC&Host juga melakukan hal sama dengan Yan Prasetyo. Beliau
menggunakan pola komunikasi satu arah untuk menjelaskan pengertian
presenter atau host dan membedakan jenis-jenis penyiar berita. Putri Dwi
Andari lebih menjabarkan terlebih dahulu, dasar-dasar mengenai presenter atau
host. Lalu kemudian menyampaikan tips ketika casting untuk tampil di televisi.
“Kalo aku sih jelasinnya lebih ke pengertiannya dulu sih. Jadi apa sih
presenter atau host itu. Kan banyak banget yang bingung juga kan
to user
ngebedain penyiar berita,commit
banyak
banget jenis-jenisnya. Jadi aku kaya
lebih menjabarkannya dulu.Basic-nya tuh apa sih tentang presenter atau
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
host. Terus aku juga berbagi tips juga untuk casting. Karena emang mau
gamau kita harus castingkan untuk tampil di TV. “ (Wawancara, 24
Desember 2014)
2.
Pola Komunikasi Dua Arah
Pola komunikasi yang kedua adalah pola komunikasi dua arah.Pola
komunikasi dua arah seringkali diterapkan pada komunikasi interaksi. Interaksi
berarti saling mempengaruhi, menurut Rosengren, komunikasi sebagai interaksi
menyetarakan komunikasi sebagai proses sebab akibat atau aksi reaksi yang
arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal maupun non
verbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban atau respon
sebagai umpan balik dari orang kedua, begitu seterusnya.14
Pola komunikasi dua arah adalah pola komunikasi yang paling banyak
digunakan oleh para mentor Kelas Penyiar Indonesia. Karena hampir dari
seluruh mentor, menggunakan pola komunikasi dua arah, walaupun mereka
tetap menggunakan komunikasi satu arah maupun multi arah.Cara ini dianggap
paling efektif karena adanya interaksi secara langsung, sehingga kelas menjadi
menyenangkan, santai, dan tidak kaku. Berikut penuturan dari Sahil Mulachela:
“ Kalo gue pribadi gue ngga suka satu arah. Gue harus dua arah, gue
selalu bilang di awal kelas. Di kelas ini ngga boleh punya kemaluan, ngga
boleh punya urat malu, ketika gue nanya apa, lo harus jawab, dan gue
sukanya interaksi, gue pengennya di kelas itu, ketawa, seneng, santai,
ngga kaku sama sekali. Itu suasana kelas yang gue ciptain.” (Wawacara,
15 Desember 2014)
Bahkan hampir semua mentor yang ada di Kelas Penyiar Indonesia
menggunakan pola komunikasi dua arah, agar suasana kelas menjadi lebih
hidup. Karena tidak hanya mentor yang menyampaikan materi, akan tetapi para
murid juga diperbolehkan untuk bertanya, berbagi pengalaman, atau
14
commit to user
Mulyana, Deddy. 2008, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosda Karya, Bandung, hal.7273
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyampaikan pendapatnya di dunia broadcasting. Hal ini disampaikan oleh
Dixon Saragi:
“Kelas penyiar dan kalo gue lihat dari temen-temen juga kita pakai two
way communications yah, ngga hanya satu arah aja. Selain dari para
mentor, materi, temen-temen yang ikut sharing sama kita di Kelas
Penyiar, mereka boleh bertanya, mereka boleh menyampaikan
pendapatnya, apapun, asalkan masih berkaitan dengan broadcast. Jadi
kalo cara gue menyampaikannya dari umum dulu, baru ke khusus.”
(Wawancara, 17 Desember 2014)
Secara keseluruhan, banyak diantara mentor Kelas Penyiar Indonesia,
menggunakan komunikasi dua arah. Walaupun beberapa diantara mereka juga
menggunakan pola komunikasi yang lain. Komunikasi dua arah merupakan
pola yang paling tepat karena mampu menjelaskan materi dengan metode yang
menggabungkan antara teori dan praktek yang dijelaskan dengan atraktif,
komunikatif, menyenangkan, dan tidak membosankan. Hal tersebut sendiri juga
diungkapkan oleh Bintang Cahya Pranalesti, selaku kepala sekolah Kelas
Penyiar Indonesia:
“Kelas Penyiar Indonesia menjelaskan materi dengan metode yang
menggabungkan antara teori dengan praktikal di lapangan, fun serta
atraktif (dua arah)” (Wawancara, 20 Januari 2014)
c.
Pola Komunikasi Tiga Arah
Pola komunikasi yang terakhir adalah pola komunikasi tiga arah atau
multi arah. Pola komunikasi ini memungkinkan adanya interaksi yang tidak
hanya dilakukan oleh mentor dengan para murid saja, melainkan interaksi antar
murid.
Seperti yang dilakukan oleh Daud Tobing di kelas announcing skill beliau
juga menggunakan komunikasi tiga arah, dimana tidak hanya Daud yang
menilai para murid apakah sudah benar atau belum ketika praktek. Beliau juga
melibatkan murid yang lain untuk menilai apakah temannya sudah benar
commitHal
to user
melakukan praktek atau belum.
tersebut diharapkan bisa menjadi
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran sendiri, untuk menilai orang lain. Berikut penjelasan dari Daud
Tobing:
“Eh coba, 'belum siap ka'.Yauda coba aja, ngga ada bener, ngga ada salah.
Bener ditepokin, salah, tanya temen-temennya. Menurut lo yang salah
apa? Yah tadi dia kelibet, jadi ngga semua dari mentor yang akan
membetulkan. Jadi semua temen-temennya juga bisa menilai. Kalo
mentor yang membetulkan, wah udah, tanda kutipnya diomelin mentor.
Lah ini kan temen-temen gue yang sadar sendiri. Padahal Daud nyuruh
biar bisa ngobrol sama orang. Ini orang yang bakal gue ajak ngobrol nih,
temen-temen gue. Temen-temen gue aja sadar, gue ngomongnya
salah.Gitu kalo mau belajar.” (Wawancara, 12 Desember 2014)
Pola komunikasi tiga arah juga digunakan Charissa Leviandari untuk
memberikan materi branding personality, beliau selalu kesulitan ketika suasana
kelas belum hangat. Kebanyakan dari para murid merasa canggung atau malumalu ketika bertemu dengan seorang mentor yang belum pernah dikenali
sebelumnya. Charissa pun selalu melakukan cara passing the mic untuk
melakukan komunikasi tiga arah. Beliau melakukan ini, agar suasana kelas
menjadi hangat.Para murid dituntut untuk menceritakan pengalamannya,
dengan mic yang dilempar oleh satu murid ke murid yang lainnya. Tanpa ada
peran dari Charissa sendiri, berikut penuturan lengkap dari Charissa Leviandari:
“Aku selalu passing the mic.Misalkan aku kasih ke kamu.Mau sharing
atau gak kenapa mau masuk dunia broadcasting?Sekarang kamu boleh
passing the mic.Kamu mau ngasih ke siapa? Misalkan aku ngasih ke
depan, passing the mic. Jadi biar mereka yang milih temen mereka. Aku
nggak ikut nunjuk-nunjuk kan. Biar temennya sendiri aja yang milih.Itu
sih yang buat menghangatkan suasananya. (Wawancara, 11 Desember
2014)
Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, peneliti menemukan beberapa
kesimpulan tentang pola komunikasi Kelas Penyiar Indonesia dalam proses belajar
mengajar yang dilakukannya adalah:
commit to user
1. Pola komunikasi yang lebih dominan digunakan adalah pola komunikasi dua
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
arah atau interaksi.
2. Pola komunikasi dua arah merupakan pola yang paling efektif untuk
digunakan. Hal tersebut dikarenakan, proses belajar di Kelas Penyiar
Indonesia didominasi oleh praktek, tanya jawab, dan berbagi pengalaman di
dunia broadcasting, baik dari mentor maupun para murid.
3. Pola komunikasi satu arah juga digunakan di Kelas Penyiar Indonesia, agar
para murid paham secara teori dasar atas materi yang telah disampaikan
sehingga lebih mudah untuk melakukan praktek.
4. Pola komunikasi tiga arah juga digunakan sebagai penghangat suasana kelas.
Selain itu juga, tidak hanya terjadi interaksi mentor dan murid tetapi dilakukan
antar mentor.
Saran
1. Dalam penelitian dan observasi yang sudah dilakukan, menyebutkan situasi
kelas yang kurang mendukung dikarenakan faktor tempat yang terbuka.
Diharapkan, bisa mengubah posisi tempat untuk melangsungkan Kelas
Penyiar Indonesia agar tercipta suasana yang kondusif dan tingkat konsentrasi
para murid secara maksimal.
2. Dengan teori dasar yang telah disampaikan melalui empat pertemuan,
diharapkan terdapat kelas lanjutan bagi para murid yang ingin mendalami
lebih lanjut mengenai dunia broadcasting.
3. Pada pertemuan announcing skill, terjadi suatu kendala bagaimana agar para
murid dapat mempunyai bayangan yang sebenarnya ketika siaran. Alangkah
lebih mudah dan cepat ketika terdapat fasilitas seperti mini studio sebagai
perlengkapan belajar mengajar. Agar para murid bisa praktek secara langsung,
tanpa harus membayangkan sesuatu yang tidak mudah.
commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Daftar Pustaka
Bregtje Van Der Haak, Michael Parks, Manuel Castells. (2012). The Future of
Jurnalism:
Networked
Journalism.
International
Journal
of
Communication.Vol. 6, No. 2923–2938.
Dainton, Explaining Theories of Interpersonal Communication, diunduh melalui
http://www.sagepub.com/upm data/4984_Dainton_Chapter_3.pdf/ pada 31
Maret 2015
Djamarah, Bahri, Syaiful. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam
Keluarga. Jakarta: PT. Reneka Cipta.
Ihat Hatimah, Tiga Pola Komunikasi dalam Proses Belajar Mengajar, diunduh
melalui
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/
pada 12 Oktober 2014.
Kriyantono, Rachmat. (2010). Teknik Praktis, Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Mulyana, Deddy. (2008). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Nancy Katz, David Lazer.Network Theory and Small Groups, diunduh melalui
http://www.hks.harvard.edu/davidlazer/files/papers/Lazer_Katz_Small_Group.
pdf pada 28 April 2015
Nurhasanah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga, diunduh
melalui http://digilib.upnjatim.ac.id/ pada 12 Oktober 2014.
Nurudin.(2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rakhmat, Jalaluddin. (2011). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Stewart L. Tubbs, Sylvia Moss. (2001). Human Communication, Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sutopo.(2002). Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University
Press.
Vivian, John. (2008). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
commit to user
19
Download