peran penyuluh keluarga berencana (pkb) di kecamatan kasemen

advertisement
PERAN PENYULUH KELUARGA BERENCANA (PKB) DI
KECAMATAN KASEMEN, KOTA SERANG.
(Studi Kasus pada Penyuluh KB dalam kegiatan Penyuluhan dan Konseling)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Strata Satu (S1)
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada Konsentrasi Ilmu Humas
Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh:
ARIEF RIZKI
NIM: 6662100215
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
JANGAN PERNAH
Katakan kepada Tuhan bahwa kita mempunyai Masalah,
Tapi katakan kepada Masalah bahwa kita mempunyai
Tuhan.
-Arief Rizki-
Bismillah…
kupersembahkan hasil jerih payah dan kesabaranku ini
spesial untuk kedua orang tuaku, Yerutama Ibu
yang selalu mendukungku dan mendoakanku
baik dalam kondisi apapun.
Semoga Allah SWT meridhoinya.
ABSTRAK
Arief Rizki. NIM. 6662100215. Skripsi. Peran Penyuluh Keluarga Berencana
(PKB) Di Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Dosen pembimbing satu Dr.
Rahmi Winangsih, M.S dan Dosen pembimbing dua Puspita Asri Praceka,
S.Sos., M.I.Kom
Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali mengakibatkan permasalahan yang
sangat kompleks di Indonesia, program KB menjadi salah satu jalan dalam
menyeimbangkan permasalahan aspek kependudukan tersebut. Di Kecamatan
Kasemen yang berada di Kota Serang masih banyak permasalahan yang berhubungan
dengan aspek kependudukan misalnya banyaknya keluarga yang memiliki anak lebih
dari 2 yang tidak dimbangi dengan aspek ekonomi yang baik, kemiskinan, pendidikan
yang rendah disebabkan oleh kekurangan faktor ekonomi. Penyuluh Keluarga
Berencana (PKB) mempunyai peran untuk mensosialisasikan program KB dengan
baik di Kecamatan Kasemen, maka dari hal tersebut peran PKB sangatlah penting di
Kecamatan Kasemen. Teori Atribusi dapat mendefinisikan perilaku melalui cara
mengamati dari faktor internal dan faktor eksternal, dalam hal ini peran PKB akan
dilihat efektif atau tidak dan faktor apa saja yang menjadi pendukung dan
penghambat dalam melakukan perannya. Metode Kualitatif digunakan dalam
pencarian data meliputi beberapa cara misalnya wawancara, observasi dan
dokumentasi dari metode tersebut lalu data dianalisis menggunakan tringulasi untuk
mendapatkan suatu kesimpulan. Hasil dari penelitian ini didapati bahwa PKB sudah
melakukan beberapa peran diantaranya; mengelola, menggerakan, memberdayakan
masyarakat atau keluarga dan melakukan kemitraan hanya saja masih kurang
maksimal.
Kata Kunci
Komunikasi Interpersonal, Peran Penyuluh KB
ABSTRACT
Arief Rizki. NIM. 6662100215. Thesis. The Role Of Family Planning Extension
Officers (PKB) In Kasemen Sub-district, Serang. A supervising lecturer Dr. Rahmi
Winangsih, M.Si and professors supervising the two Beautiful Puspita Praceka, s.
Sos.,M.I.Kom
Uncontrolled population growth resulted in a very complex problems in Indonesia,
program KB being one way in balancing these aspects of population issues. In
Kasemen located in Serang still many problems associated with population aspects
such as the number of families which have children more than 2 that is not balanced
by good economic aspects, poverty, low education was caused by lack of economic
factors. Family planning extension officers (PKB) has the role to socialize the
program well in KB Kasemen, then the role of the PKB is important in district
Kasemen. Attribution theory can define behavior through observing of internal
factors and external factors, in this case the role of the PKB would be seen as
effective or not and what factors become advocates and a barrier in doing its part.
Qualitative methods are used in searches of the data include some way for example
interviews, observation and documentation of these methods then the data were
analyzed using tringulasi to get a conclusion. The results of this study found that PKB
has already done several roles including; manage, control, empowering the
community or family and just partnerships do still less maximal.
Keywords
Interpersonal communication, Extension officers (PKB)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmat yang tak terhingga kepada penulis, terutama nikmat sehat
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peran Penyuluh
KB (PKB) Dalam Meningkatkan Pencapaian KB-Baru Di Kecamatan Kasemen,
Kota Serang” dengan baik. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah mengajarkan begitu banyak ilmu, selain
hablumminallah juga hamblumminannas seperti dibidang ilmu pengetahuan,
akhlak, sosial, hingga politik. Semoga kita sebagai umatnya mendapatkan
syafaatnya. Aamiin.
Adapun penelitian ini dilakukan dan di susun dengan tujuan untuk
memenuhi salah satu syarat ujian sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam
penelitian ini, penulis tetap berlandaskan pada teori komunikasi untuk mengupas
dan menjelaskan hasil penelitian, sehingga menjadi karya ilmiah yang diharapkan
dapat bermanfaat dan memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu
komunikasi, khususnya yang berkenaan dengan komunikasi antarpribadi.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak sekali
kekurangan, karena penulis sendiri hanyalah manusia yang tidak luput dari
kesalahan. Dan selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapatkan
bantuan, dorongan, dan motivasi dari semua pihak. Maka dalam kesempatan ini
vii
dengan ketulusan hati yang paling dalam, penulis ingin mengucapkan banyakbanyak terimakasih kepada:
1. ALLAH SWT.
2. NABI Muhammad SAW.
3. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., selaku Rektor Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa
4. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Komunikasi.
6. Ibu Puspita Asri Praceka, S.Sos., M.Ikom., selaku Sekretaris Jurusan
Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan
selaku dosen pembimbing II dan selaku dosen penguji III yang “kritis”
dalam mendidik saya agar lebih baik.
7. Dra. Rahmi Winangsih, M.Si. selaku dosen pembimbing I saya yang
memberikan banyak ilmu, sabar dalam membimbing saya dan selalu
memotivasi saya dalam keadaan apapun.
8. Ibu R. Nia Kania K, S,Ip, M.Si sebagai dosen penguji I sidang skripsi.
9. Ibu Uliviana Restu H, S.Sos, M.Si sebagai dosen penguji II sidang
skripsi.
10. Serta Ibu Mia Dwianna, S.Sos, M.Ikom sebagai dosen penguji sidang
komprehensif.
viii
11. Bapak Rangga Galura Gumelar, Dipl. Ing. (FH) selaku dosen
pembimbing akademik yang telah membimbinga saya dari semester I
hingga akhirnya menyelesaikan skripsi ini.
12. Para Dosen dan Staf TU Ilmu Komunikasi FISIP Untirta
13. Kedua Orang tua saya yang selalu mendukung, menyayangi dan selalu
mendoakan saya dalam situasi apapun. Baarakallah, semoga Allah
selalu memberi kesehatan. Terutama ibu yang terus memotivasi saya
untuk maju sekalipun dalam keadaan sakit.
14. Seluruh saudara yang turut memberikan dukungan motivasi dan tenaga
dalam mengerjakan skripsi.
15. Ayub Nurfitria sebagai seorang perempuan yang mampu menemani
saya disaat saya jatuh, terus memotivasi saya agar menjadi pribadi
yang lebih baik dan terus memberikan dukungan kepada saya untuk
menyelesaikan skripsi.
16. Venny Damayanti C, S.Sos sebagai Penyuluh KB (PKB) Kecamatan
Kasemen. Yang mau memberikan izin dan informasi penunjang
penelitian saya sebagai key informan.
17. Bapak Apai Supardi Sebagai Ka. Subbid KB BPMPKB Kota Serang.
18. Pos dan Sub KB Kecamatan Kasemen yaitu Ibu Rumsiah, Ibu
Rohimah, Ibu Sudarti, Ibu Nurhayati, Ibu Istiharoh dam Ibu Sam’ah
yang mau memberikan informasi berkenaan dengan penelitian saya.
19. Ustad Tarjo yang mau memberikan pandangan tentang program KB di
Kecamatan Kasemen.
ix
20. Seluruh Informan penelitian. Karena telah bersedia meluangkan
waktunya sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar
21. Sahabat-sahabat di Starnet yang kadang sering menghibur saya disaat
penat akan tugas skripsi dan terus memberikan dukungan. Kususnya
Lya, Zein, Jaka, Ryan dan Ilham
22. Sahabat-sahabat di Weapon Community, X7 Community, 711
Stayreal, teman-teman dunia maya yang kadang lebih dari sekedar
keluarga. Dan seluruh teman-teman E-Gaming World.
23. Teman-teman satu dosen bimbingan, semoga yang belum lulus, di
segerakan. Aamiin
24. Teman-teman Humas Ilkom dan teman-teman angkatan 2010.
Semoga Allah SWT membalas amal dan kebaikan semua pihak yang telah
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat, tidak hanya diri sendiri
namun untuk pembaca pada umumnya.
Serang, 09 Juli 2015
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
ABSTRAK .........................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I : PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1. Latar Belakang Masalah ..............................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................
9
1.3. Identifikasi Masalah ....................................................................................
9
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 10
1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 10
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 12
2.1.Komunikasi ................................................................................................... 12
2.1.1 Unsur-Unsur Komunikasi ................................................................... 13
xi
2.1.2 Fungsi Komunikasi ............................................................................. 17
2.1.3 Komunikasi Interpersonal .................................................................. 20
2.1.4 Karakteristik Komunikasi Interpersonal ............................................. 23
2.1.5 Tujuan Komunikasi Interpersonal ....................................................... 26
2.2 Penyuluh KB (PKB) ..................................................................................... 28
2.2.1 Peran PKB ......................................................................................... 31
2.2.2 Tugas PKB ........................................................................................ 32
2.3 Teori Atribusi ................................................................................................ 33
2.4 Kerangka Berfikir.......................................................................................... 37
2.6 Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 39
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 45
3.1 Metodelogi Penelitian ................................................................................... 45
3.2 Paradigma Penelitian .................................................................................... 46
3.3 Teknik Penelitian ......................................................................................... 48
3.4 Informan Penelitian ...................................................................................... 49
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 52
3.6 Teknik Analisis Data .................................................................................... 54
3.6.1 Uji Validitas Data ............................................................................... 55
3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian ....................................................................... 57
BAB IV : PEMBAHASAN ............................................................................... 59
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ........................................................................... 59
xii
4.2 Deskripsi Subyek Penelitian ........................................................................ 62
4.3. Pembahasan ................................................................................................. 63
4.3.1 Pengelola Pelaksana Program KB....................................................... 66
4.3.2 Penggerak Partisipasi Masyarakat....................................................... 73
4.3.3 Memberdayakan Keluarga dan Masyarakat ........................................ 82
4.3.4 Menggalang Kemitraan dengan Masyarakat ....................................... 85
BAB V : KESIMPULAN ................................................................................. 92
5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 92
5.2. Saran .................................................................................................... 93
5.2.1. Saran Teoritis ............................................................................ 93
5.2.2. Saran Praktis .............................................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 95
LAMPIRAN ...................................................................................................... 97
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Data Perkembangan KB-Baru di Kecamatan Kasemen ...................
4
Tabel 2.3 : Penelitian Terdahulu ........................................................................ 42
Tabel 3.1 : Jadwal Penelitian ............................................................................. 58
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.2 : Data Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Kasemen ....................
5
Gambar 2.1 : Model Teori Atribusi dari Heider ................................................ 34
Gambar 2.2 : Kerangka Berfikir ........................................................................ 38
Gambar 4.1 : Struktur Organisasi UPT. BPMPKB Kecamatan Kasemen ......... 61
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Biodata Informan ........................................................................... 97
Lampiran 2: Pedoman Wawancara .................................................................... 98
Lampiran 3: Biodata Key Informan (PKB) ........................................................ 100
Lampiran 4: Transkrip Wawancara (PKB) ........................................................ 101
Lampiran 5: Biodata Informan Sekunder (BPMPKB Kota Serang) ................... 106
Lampiran 6: Transkrip Wawancara (BPMPKB Kota Serang) ............................ 107
Lampiran 7: Biodata Informan Sekunder (Pos KB) ............................................ 111
Lampiran 8: Biodata Informan Sekunder (Pos KB) ............................................ 112
Lampiran 9: Biodata Informan Sekunder (Pos KB) ............................................ 113
Lampiran 10: Biodata Informan Sekunder (Sub Pos KB) .................................. 114
Lampiran 11: Biodata Informan Sekunder (Sub Pos KB) .................................. 115
Lampiran 12: Biodata Informan Sekunder (Sub Pos KB) .................................. 116
Lampiran 13: Transkrip Wawancara (Pos dan Sub KB) ..................................... 117
Lampiran 14: Biodata Informan Pendukung (Akseptor) .................................... 123
Lampiran 15: Transkrip Wawancara (Akseptor) ................................................ 124
Lampiran 16: Biodata Informan Pendukung (Akseptor) .................................... 126
xvi
Lampiran 17: Transkrip Wawancara (Akseptor) ................................................ 127
Lampiran 18: Biodata Informan Pendukung (Akseptor) .................................... 129
Lampiran 19: Transkrip Wawancara (Akseptor) ................................................ 130
Lampiran 20: Biodata Informan Pendukung (Akseptor) .................................... 132
Lampiran 21: Transkrip Wawancara (Akseptor) ................................................ 133
Lampiran 22: Biodata Informan Pendukung (Akseptor) .................................... 135
Lampiran 23: Transkrip Wawancara (Akseptor) ................................................ 136
Lampiran 24: Biodata Informan Pendukung (Tokoh Agama) ............................ 138
Lampiran 25: Transkrip Wawancara (Tokoh Agama) ........................................ 139
Lampiran 26: Kartu Bimbingan Skripsi .............................................................. 141
Lampiran 27: Surat Izin Penelitian...................................................................... 143
Lampiran 28: Surat Penerimaan Penelitian ......................................................... 144
Lampiran 29: Dokumentasi ................................................................................. 145
Lampiran 30: Daftar Riwayat Hidup ................................................................... 147
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara-Negara yang sedang
berkembang termasuk Indonesia pada umumnya yakni jumlah penduduk yang
besar, pertumbuhan yang tinggi, persebaran tidak merata, dan kualitas rendah. 1
Untuk mengatasi masalah perkembangan bidang kependudukan, perlu adanya
suatu peraturan dan kebijakan pemerintah. Agar pembangunan ekonomi dan
peningkatan kesejahteraan rakyat dapat terlaksana dengan baik harus diimbangi
dengan peraturan pertumbuhan jumlah penduduk melalui keberhasilan program
keluarga berencana yang harus dilaksanakan, karena jika program tersebut tidak
terlaksana dengan baik akan mengakibatkan laju penduduk yang tidak seimbang
dan berimbas pada berbagai aspek penting pembangunan sumber daya manusia
dan pembangunan nasional.
Permasalahan sangat kompleks dan berkaitan satu sama lain sehingga
mengakibatkan pertumbuhan penduduk menjadi tidak seimbang, permasalahan
tersebut terurai seperti disuatu daerah dan kota-kota besar, umumnya masih sangat
banyak masyarakat yang kurang memamahi penting program Keluarga Berencana
Nasional. Jika kita telaah secara lebih mendalam permasalahan kependudukan di
suatu daerah dapat diurai seperti, ketika penduduknya semakin banyak karena
1
Hadapi Empat Permasalahn Kependudukan.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/06/15/n7745d-indonesia-hadapiempat-masalah-kependudukan (Diakses tanggal 1 Mei 2015)
1
2
tingkat pendudukan yang semakin tinggi dan rendahnya kesadaran masyarakat
akan Program KB, daerah tersebut akan mengalami sebuah kondisi dimana
penduduk akan sangat padat, ketika penduduk sangat padat dan tidak dimbangi
dengan aspek mobilitas yang baik misalnya seperti aspek kesehatan, aspek
ekonomi dan bahkan lapangan kerja yang terbatas tentunya akan mengakibatkan
kemiskinan dan bahkan lebih dari itu masyarakat akan hidup dengan kondisi yang
tidak kondusif kedepannya. Hal tersebut menjadi sebuah evaluasi penting dan
tugas yang berat bagi pemerintah, maka dari itu pemerintah sangat mengharapkan
sebuah kontribusi masyarakat mengenai program Keluarga Berencana Nasional
demi terealisasi dengan baik.2
Kota
Serang,
dalam
hal
permasalahan
kependudukan
Badan
Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) Kota
Serang memliki tanggung jawab untuk mengendalikan jumlah penduduk.
BPMKB Kota Serang memiliki peran untuk melaksanakan kebiajakan yang dibuat
pemerintah mengenai kependudukan dan bekerjasama dengan BKKBN Provinsi
Banten yang memberikan fasilitas kepada BPMPKB Kota Serang baik membina,
membimbing, memberikan sarana dan prasarana untuk menunjang program
Keluarga Berencana Nasional di Kota Serang.3
BPMPKB menjadi sebuah praktik nyata untuk melakukan penelitian guna
mengetahui bagaimana masyarakat Kota Serang melaksanakan program Keluarga
2
Pentingnya Masalah Kependudukan!
http://www.koran-jakarta.com/?6330-pentingnya-masalah-kependudukan (Diakses tanggal 1
Mei 2015)
3
Observasi, BPMPKB Kota Serang pada tanggal 11 Agustus 2014.
3
Berencana (KB) dan tentunya turut memberikan sebuah kontribusi untuk terus
memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai program Keluarga
Berencana. BPMPKB Kota Serang meliputi 6 Kecamatan yaitu, Kec.Serang, Kec.
Cipocok Jaya, Kec. Kasemen, Kec. Taktakan, Kec. Curug, dan Kec. Walantaka.4
Dalam setiap kecamatan terdapat Penyuluh Keluarga Berencana, Penyuluh
Keluarga Berencana (PKB) berperan penting sebagai pengelola, penggerak,
memberdayakan serta memberikan pendekatan kepada masyarakat dan seluruh
pihak-pihak yang ikut ambil dalam pelaksanaan program KB. Dalam praktiknya
PKB sering banyak sekali menemukan banyak permasalahan di lingkungan
masyarakat.
Permasalahan umum yang sering dijumpai adalah kurangnya
pemahaman masyarakat tentang program keluarga berencana dengan baik.
Permasalahan komunikasi pun sering menjadi ulasan, misalnya bagaimana
seorang PKB harus mampu mengubah mindset masyarakat di sebuah daerah/desa
untuk menggunakan program KB.
Terdapat beberapa program KB yang diberikan kepada masyarakat
melalui Penyuluh Keluarga Berencana diantaranya ; Intra Uterine Device (UID),
Metode Operasi Wanita (MOP), Metode Operasi Wanita (MOW), Implan, Suntik,
Pil dan Kondom. Program-program tersebut diharapkan mampu menyeimbangkan
dan menahan laju penduduk yang berlebihan dari waktu ke waktu. Masyarakat
berhak memilih programnya sendiri agar mengikuti program KB.
4
Observasi wawancara, Pak Apai Supardi. BPMPKB Kota Serang. 11 Agustus 2014.
4
Di Kecamatan Kasemen misalnya, bagaimana PKB mampu menekan laju
pertumbuhan
penduduk
jika
masyarakatnya
masih
banyak
yang
tidak
menggunakan program KB, dan bagaimana seorang PKB harus mampu
menegaskan sebuah pemahaman masyarakat yang kadang masih bersifat
tradisional. Secara geografis Kecamatan Kasemen terletak di Banten. Banten
termasuk kedalam tempat yang sangat sakral dan kuat akan kebudayaan, istiadat
dan agamanya.5
Menurut PKB di Kecamatan Kasemen, peserta KB-Baru yang semakin
lama semakin mengalami penurunan berikut data perbandingan peserta KB-Baru
dari tahun 2013 sampai dengan 2014 di Kecamatan Kasemen.6
Tabel 1.1 Data Perkembangan KB-Baru di Kecamatan Kasemen
NO
Peserta KB-Baru
Alat Kontrasepsi
2013
2014
1
Intrauterine Device (IUD)
46
36
2
Metoda Operasi Wanita (MOW)
0
8
3
Metoda Operasi Pria (MOP)
5
0
4
Implan
140
200
5
Suntik
1855
1226
6
Pil
853
643
7
Kondom
174
234
Total Peserta KB-Baru
3073
2347
Sumber : Arsip hasil rekapitulasi data jumlah peserta KB-Baru
tahun 2013 dan 2014. UPT. BPMPKB Kecamatan Kasemen 2014.
5
6
Observasi lapangan, Kecamatan Kasemen pada tanggal 8 Desember 2014
Wawancara, Venny Damayanti Penyuluh KB (PKB), Kecamatan Kasemen, 8 Desember 2014.
5
Dari tabel 1.1 diperoleh pada tahun 2013 peserta KB-Baru mencapai 3073
akseptor dengan target yang diharapkan sebesar 2505 akseptor, dan pada tahun
2014 jumlah peserta KB-Baru mencapai 2347 akseptor dengan target yang
diharapkan 3005 akseptor7. Dengan demikian perbandingan dari tahun ke tahun di
Kecamatan Kasemen semakin tahun semakin menurun. Menurut hasil observasi
lapangan di Kecamatan Kasemen pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun
semakin meningkat:
Gambar 1.2 Data Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Kasemen
88500
88450
88400
88350
Rekapitulasi
Hasil
Pendataan…
88300
88250
88200
88150
2012
2013
2014
Sumber : Arsip dokumen jumlah laju pertumbuhan penduduk
Kecamatan Kasemen tahun 2012 sampai 2014. UPT. BPMPKB
Kecamatan Kasemen 2014.
Dari tabel 1.2 diperoleh pada tahun 2012 jumlah penduduk di Kecamatan
Kasemen sebesar 88.271 jiwa, pada tahun 2013 diperoleh 88.301 jiwa dan pada
7
Observasi, UPT. BPMPKB Kecamatan Kasemen, Arsip hasil rekapitulasi data jumlah peserta KBBaru tahun 2013 dan 2014. 8 Desember 2014.
6
tahun 2014 diperoleh 88.463, hal ini mengindikasi bahwa dari tahun ketahun
jumlah penduduk di Kecamatan Kasemen mengalami kenaikan8.
Di Kecamatan Kasemen masih sering dijumpai keluarga yang memiliki
anak lebih dari dua, contohnya saja di desa Trumbu dan Bendung, bahkan usia 30
tahun ada yang sudah memili anak 89. Ini sangat bertolak belakang dengan visi
yang diusung oleh Pemerintah dalam Program Keluarga Nasional yaitu “dua anak
cukup”. Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) harus memiliki wawasan yang luas
dan mampu memiliki karisma agar dipercaya oleh masyarakat ketika melakukan
sebuah penyuluhan atau konseling.
Menurut Venny Damayanti PKB Kecamatan Kasemen ada beberapa
hambatan dalam melakukan sosialisasi program KB di Kecamatan Kasemen,
diantaranya ; masyarakat awam yang masih kolot dengan image “banyak anak
adalah anugrah”. Hal tersebut yang sering menjadi permasalahan di Kecamatan
Kasemen, Program KB saja bisa diibaratkan “haram” karena masyarakat yang
masih bersifat terlalu agamais.10
Secara georgrafis Kecamatan Kasemen meliputi beberapa desa/kelurahan
diantaranya: Kelurahan Banten, Kelurahan Margaluyu, Kelurahan Kasunyatan,
Kelurahan Kasemen, Kelurahan Warung Jaud, Kelurahan Mesjid Priyai,
Kelurahan Bendung, Kelurahan Terumbu, Kelurahan Sawah Luhur dan Kelurahan
Kisalah.
8
Observasi, UPT. BPMPKB Kecamatan Kasemen, Arsip dokumen jumlah laju pertumbuhan
penduduk Kecamatan Kasemen. 8 Desember 2014.
9
Observasi lapangan Kelurahan Terumbu dan Kelurahan Bendung ,12 Desember 2014
10
Wawancara, Venny Damayanti Penyuluh KB (PKB), Kecamatan Kasemen, 8 Desember 2014.
7
Dibanding kelurahan lain Kelurahan Banten adalah kelurahan yang masih
sangat memegang teguh aspek keagamaan, tokoh agama masih sangat disegani
oleh masyarakat Kecamatan Kasemen, dan Banten adalah tempat yang dipandang
oleh masyarakat sebagai tempat yang sangat sakral karena sangat mengutamakan
aspek keagaamaan dan budaya. Budaya menjadi salah satu pandangan yang sangat
perlu diperhatikan dan diikuti peraturannya oleh masyarakat di Kecamatan
Kasemen, ini yang menjadi sebuah gesekan antara program KB dan sifat budaya
masyarakat yang sangat kental.
Menurut Venny Damayanti Penyuluh KB (PKB) Kecamatan Kasemen pun
masih kurang, seharusnya 1 PLKB/PKB idealnya membina 1-2 desa/kelurahan,
akan tetapi kenyataan PKB di Kecamatan Kasemen hanya memiliki satu
PKB/Kecamatan yang terdiri dari 10 kelurahan11. Menurut Pak Apay (Kasubid
Bidang KB BPMPKB) kota Serang sendiri pada tahun 2015 hanya mempunyai 4
PKB, kota Serang terdiri dari 6 Kecamatan dan 66 Kelurahan. Mengapa hal ini
terjadi karena banyak dari PKB sebelumnya yang lebih mementingkan kenaikan
jenjang karier dalam pekerjaan dibidang kerjanya. PKB juga harus memiliki ilmu
bidang psikologi, dia harus berjiwa kepemimpinan, kemudian berjiwa luwes
kepada masyarakat sehingga merangkul masyarakat untuk ikut KB agar program
KB ini dinilai tidak menakutkan. 12
11
12
Wawancara, Venny Damayanti Penyuluh KB (PKB), Kecamatan Kasemen, 8 Desember 2014.
Wawancara, Apai Supardi. BPMPKB Kota Serang. 14 Juli 2015.
8
Komunikasi dinilai sebagai aspek yang penting ketika melakukan
penyuluhan, komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh
komunikator kepada komunikan. Orang yang memberi pesan (Komunikator)
dalam hal ini adalah Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) dan yang menerima
pesan (Komunikan) adalah masyarakat. Dalam praktiknya PKB melakukan
sosialisasi program KB di Kecamatan Kasemen dengan beberapa metode,
contohnya: Sosialisasi seperti penyuluhan, konseling dan kunjungan ke rumah
masyarakat atau Door to door. Dalam sistem kerjanya BPMPKB untuk
melakukan sosialisasi di kecamatan bekerja sama dengan Penyuluh Keluarga
Berencana (PKB) dan bidan-bidan yang terdapat di Puskesmas atau Posyandu.
Komunikasi menjadi sebuah modal awal yang sangat penting dalam sebuah
sosialisasi mengenai program Keluarga Berencana dari Penyuluh Keluarga
Berencana (PKB) kepada masyarakat. Disamping cara penyuluh melakukan
komunikasi tentunya pesan yang disampaikan kepada masyarakat oleh Penyuluh
Keluarga Berencana harus memiliki muatan pesan yang baik dan tentunya bersifat
persuasif. Persuasif sendiri lebih bersifat seperti mengajak, inilah yang ditekankan
oleh Penyuluh Keluarga Berencana yang berada di Kecamatan Kasemen agar
masyarakat yang terdapat di Kecamatan Kasemen mau untuk mengikuti program
Keluarga Berencana Nasional, peran serta Penyuluh Keluarga Berencana (PKB)
terkadang selalu mendapatkan beberapa hambatan ketika mensosliasikan program
Keluarga Berencana di Kecamatan Kasemen. Wawasan masyarakat yang dinilai
masih awam dan kurang mengenal program Keluarga Berencana Nasional
menjadikan sebuah indikasi yang sangat besar dalam hambatan Penyuluh
9
melakukan Sosialisasi. Dalam penelitian ini penulis melihat banyak sekali faktor
yang memiliki dampak peran seorang PKB di Kecamatan Kasemen, peneliti ingin
mengetahui lebih spesifik mengenai beberapa faktor internal maupun eksternal
yang memiliki dampak yang besar kepada Peran PKB di Kecamatan Kasemen.
1.2 Rumusan Masalah
Dari penelitian ini didapati rumusan masalah yaitu Bagaimana Peran
Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) di Kecamatan Kasemen, Kota Serang.
1.3 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah mengidentifikasi kaitannya dengan topik,
tema, judul dan fenomena yang akan diteliti. Oleh sebab itu setelah menyimak
latar belakang diatas, maka Penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana PKB mengelola pelaksanaan kegiatan Program KB
Nasional di desa/kelurahan, Kecamatan Kasemen?
2. Bagaimana PKB menjadi penggerak partisipasi masyarakat dalam
program KB Nasional di desa/kelurahan, Kecamatan Kasemen?
3. Bagaimana PKB memberdayakan keluarga dan masyarakat dalam
pelaksanaan program KB Nasional di desa/kelurahan, Kecamatan
Kasemen?
4. Bagaimana PKB menggalang dan mengembangkan kemitraan dengan
berbagai pihak dalam pelaksanaan program KB Nasional di
desa/kelurahan, Kecamatan Kasemen?
10
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka diperlukannya tujuan
penelitian sebab tanpa adanya tujuan yang jelas makan peneliti akan mengalami
kesulitan. Sesuai idenfikasi masalah, tujuan penelitian dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Mengetahui bagaimana PKB mengelola pelaksanaan kegiatan Program
KB Nasional di desa/kelurahan, Kecamatan Kasemen?
2. Mengetahui bagaimana PKB mengerakan partisipasi masyarakat dalam
program KB Nasional di desa/kelurahan, Kecamatan Kasemen?
3. Mengetahui cara PKP memberdayakan keluarga dan masyarakat dalam
pelaksanaan program KB Nasional di desa/kelurahan, Kecamatan
Kasemen?
4. Mengetahui bagaiamana PKB menggalang dan mengembangkan
kemitraan dengan berbagai pihak dan siapa saja pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan program KB Nasional di desa/kelurahan,
Kecamatan Kasemen?
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar berlakang, penelitian ini diharpkan menghasilkan hal
yang bermanfaat guna pihak terkait penelitian dan para pembaca, manfaat
penelitian terbagi menjadi 2 yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara
praktis:
11
1. Secara teoritis: Penelitian dapat mengaplikasikan materi-materi
pembelajaran
mengenai komunikasi, serta dapat memberikan
sumbangan pemikiran guna melakukan pengembangan teori-teori
komunikasi. Teori yang digunakan dalam penelitian adalah Teori
Atribusi Heider.
2. Secara praktis: Penelitian ini dapat berguna bagi Badan Pemberdayaan
Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) Kota
Serang dan Penyuluh KB (PKB) di Kecamatan Kasemen sehingga
menjadi umpan balik (feed back) dalam meningkatkan peserta KBBaru, serta para pembaca dan masyarakat.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah
komunikasi atau comunication berasal dari bahasa Latin yaitu commnunicatio
yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang
bermakna umum atau bersama-sama.
Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik
individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak
komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak
dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Selain itu komunikasi
diartikan pula sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya
dengan masalah hubungan Atau dapat diartikan bahwa komunikasi adalah saling
menukar pikiran atau pendapat.
Carl. I. Hovland: Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang
memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata untuk
mengubah tingkah laku orang lain. Jadi, dengan demikian komunikasi itu adalah
persamaan pendapat dan untuk kepentingan itu maka orang harus mempengaruhi
12
13
orang lain terlebih dahulu, sebelum orang lain itu berpendapat, bersikap, dan
bertingkah laku yang sama dengan kita.13
Rogers bersama D. Lawrence Kincaid (1981) Komunikasi adalah suatu
proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran
informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling
pengertian yang mendalam14.
2.1.1 Unsur-Unsur Komunikasi
Komunikasi memiliki unsur-unsur penting didalamnya. Unsur
tersebut sangat berkaitan satu sama lain dan membentuk sebuah interaksi
komunikasi. Berikut beberapa unsur-unsur yang terdapat di
dalam
komunikasi15 :
1. Sumber
Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan
dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat
berupa orang, lembaga, buku, dan dokumen, ataupun sejenisnya.
2. Komunikator
Komunikator adalah setiap orang ataupun kelompok dapat
menyampaikan pesan-pesan komunikasi itu sebagai suatu proses, dimana
13
H.A.W. Widjaja. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi Edisi Revisi. Jakarta : PT. Rineka Cipta . 2000.
p.26
14
Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikas Edisi Revisi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
1998. p.20
15
H.A.W. Widjaja. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi Edisi Revisi. Ibid.p.60
14
komunikator dapat menjadi komunikan, dan sebaliknya. Komunikator
sebagai pemberi pesan kepada komunikan. Komunikan sebagai penerima
pesan dari komunikator.
3. Pesan
Pesan
adalah
keseluruhan
dari
apa
yang
disampaikan
oleh
komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan (tema) yang sebenarnya
menjadi pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan ingkah
laku komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai
segi, namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada
tujuan akhir komunikasi itu. Bentuk-bentuk pesan komunikasi antara lain:
a) Informatif
Informative
communication
adalah
suatu
pesan
yang
disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang tentang hal-hal
baru yang diketahuinya. Teknik ini berdampak kognitif pasalnya
komunikan hanya mengetahui saja. Seperti halnya dalam penyampaian
berita dalam media cetak maupun elektronik, pada teknik informatif ini
berlaku komunikasi satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya
bersifat
umum,
medianya
menimbulkan
keserempakan,
serta
komunikannya heterogen. Biasanya teknik informatif yang digunakan
oleh media bersifat asosiasi, yaitu dengan cara menumpangkan
penyajian pesan pada objek atau peristiwa yang sedang menarik
perhatian khalayak.
15
Dalam penelitian ini terlihat penyampaian pesan secara
informatif seperti dalam penyampaian pesan oleh PKB dalam
kegaiatan penyuluhan di Posyandu, PKB menjelaskan kepada
masyarakat dengan cara memberikan informasi secara kelompok
kepada masyarakat tentang cara penggunaan alkon yang dapat dipilih
oleh calon peserta KB-Baru.
b) Persuasif
Komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku komunikan yang lebih menekan sisi psikologis
komunikan. Penekanan ini dimaksudkan untuk mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku, tetapi persuasi dilakukan dengan halus, luwes,
yang mengandung sifat-sifat manusiawi sehingga mengakibatkan
kesadaran dan kerelaan yang disertai perasaan senang. Agar
komunikasi persuasif mencapai tujuan dan sasarannya, maka perlu
dilakukan
perencanaan
yang
matang
dengan
mempergunakan
komponen-komponen ilmu komunikasi yaitu komunikator, pesan,
media, dan komunikan. Sehingga dapat terciptanya pikiran, perasaan,
dan hasil penginderaannya terorganisasi secara mantap dan terpadu.
biasanya teknik ini afektif, komunikan bukan hanya sekedar tahu, tapi
tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan tertentu.
16
Seperti diungkapkan dalam penjelasan komunikasi persuasif
lebih menekankan pada penyampaian pesan yang memiliki tujuan
untuk mengubah sikap seseorang melalui pesan yang disampaikan.
Komunikasi persuasif terlihat disaat kegiatan penyuluhan yang bersifat
kunjungan door to door. Dalam penyuluhan secara door to door
terlihat bahwa kegiatan komunikasi lebih menekankan pada aspek
komunikasi interpersonal, dalam hal ini biasanya seorang komunikator
dan komunikan akan lebih menjalin hubungan secara interpersonal dan
persuasif karena pesan dimuat dan diarahkan lebih fokus kepada
seseorang.
c) Koersif / Instruktive Communication (Komunikasi Bersifat
Perintah)
Komunikasi instruktif atau koersi teknik komunikasi berupa
perintah, ancaman, sangsi dan lain-lain yang bersifat paksaan,
sehingga
orang-orang
yang
dijadikan
sasaran
(komunikan)
melakukannya secara terpaksa, biasanya teknik komunikasi seperti ini
bersifat
fear
arousing,
yang
bersifat
menakut-nakuti
atau
menggambarkan resiko yang buruk. Serta tidak luput dari sifat redherring, yaitu interest atau muatan kepentingan untuk meraih
kemenangan dalam suatu konflik, perdebatan dengan menepis
argumentasi yang lemah kemudian dijadikan untuk menyerang lawan.
Teknik ini bisa digunakan oleh atasan terhadap bawahannya yang
menuntut adanya kedisiplinan kerja karyawannya.
17
Dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa pesan yang
disampaikan secara koersif tidak ada. Tentunya program KB tidak
bersifat menekan dan memaksa seseorang untuk wajib mengikuti
programnya. Paksaan itu sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang
dibuat dalam program KB yang lebih menekankan pada aspek
pendekatan kekeluargaan.
4. Channel/Saluran
Channel adalah saluran penyampaian pesan, biasa jg disebut
dengan media. Media digunakan sebagai alat untuk menyampaian pesan
kepada komunikan.
5. Efek
Efek adalah sesuatu yang dihasilkan dari sebuah komunikasi. Efek
adalah apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut.
Efek tersebut misalnya perubahan keyakinan, perubahan perilaku, dan lain
sebagainya (Mulyana, 2007:69-71)
2.1.2 Fungsi komunikasi
Komunikasi mempunyai beberapa fungsi didalamnya, fungsifungsi tersebut memiliki tujuan yang berbeda-beda. Diantaranya adalah
sebagai berikut 16:
16
H.A.W. Widjaja. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi Edisi Revisi. Ibid.p.64
18
1. Informasi
Informasi tentu adalah nilai yang diberikan oleh seorang PKB
kepada akseptor. Melalui informasi PKB memberikan masukan untuk
masyarakat akan program KB.
2. Sosialisasi
Sosialisasi adalah bentuk dari penyampaian informasi yang
diberikan
oleh
PKB,
sosialisasi
umumnya
berbentuk
seperti
penyuluhan posyandu dan penyuluhan door to door.
3. Motivasi
Motivasi adalah hal yang dilakukan PKB untuk menciptakan
keadaan yang lebih baik dan kondusif di masyarakat Kecamatan
Kasemen. Dengan cara PKB memberikan motivasi kepada masyarakat
untuk menjadi peserta KB-Baru, PKB mengharapkan adanya
perubahan yang lebih baik dalam aspek kependudukan.
4. Diskusi
Diskusi adalah bentuk kegiatan yang dilakukan oleh PKB dalam
melakukan penyuluhan, diskusi ini terlihat dalam komunikasi
interpersonal yang dilakukan PKB dengan akseptor mengenai berbagai
macam kegiatan berKB.
19
5. Pendidikan
Tentunya aspek pendidikan pula ditekankan pada kegiatan
penyuluhan, masyarakat diberikan ilmu oleh PKB mengenai seluk
beluk tentang program KB.
6. Memajukan kehidupan
Dari tujuan program KB pula sudah terlihat gunanya untuk
memajukan kehidupan masyarakat. Dimana angka kelahiran suatu
keluarga harus diatur dan diimbangi dengan aspek lain seperti aspek
ekonomi. Jika tidak seimbang akan mengakibatkan permasalahan
seperti kemiskinan.
7. Hiburan
Dalam bahasan hiburan kegiatan KB mungkin kurang begitu
dominan karena program KB bersifat untuk lebih mengarahkan
masyarakat kepada aspek kependudukan yang lebih baik.
8. Integrasi
Integrasi adalah tujuan dari program KB itu sendiri dimana
program KB mengaharapkan masyarakat agar mau berKB dan
menekan angka pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali.
20
2.1.3 Komunikasi Antarpribadi (Komunikasi Interpersonal)
Komunikasi
antarpribadi
adalah
proses
komunikasi
yang
berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang
dinyatakan R. Wayne Pace (1979) bahwa “interpersonal communication is
communication involving two or more people in a face to face setting.”17
Scharamm (1974) diantara manusia yang saling bergaul, ada yang
saling membagi informasi, namun ada pula yang membagi gagasan dan
sikap. Proses pengaruh tersebut merupakan suatu proses yang bersifat
psikologis yang pada gilirannya membentuk proses sosial. Komunikasi
antarpribadi itu mempunyai keunikan karena selalu dimulai dari proses
hubungan yang bersifat psikologis, dan proses psikologis selalu
mengakibatkan ketergantungan18.
Sifat dialogis itu ditunjukan melalui komunikasi lisan dalam
percakapan
yang menampilkan
arus
balik
yang langsung.
Jadi
komunikator mengetahui tanggapan komunikan pada saat itu juga,
komunikator mengetahui dengan pasti apakah pesan-pesan yang dia
kirimkan itu diterima atau ditolak, berdampak positif atau negatif. Jika
tidak diterima maka komunikator akan memberi kesempatan seluasluasnya kepada komunikan untuk bertanya.
17
Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikas Edisi Revisi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Ibid.
p.32
18
Alo Liliweri. Komunikasi Antarpribadi. Kupang: P.T Citra Adiyta Bakti. 1997.p.11-12
21
Evert M. Rogers dalam Depari (1988) menyebutkan beberapa ciri
komunikasi antarpribadi19 :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Arus pesan cenderung dua arah
Konteks komunikasi adalah tatap muka
Tingkat umpan balik yang tinggi
Kemampuan untuk mengatasi tingkat selektivitas
Kecepatan untuk menjangkau sasaran yang besar sangat lamban
Efek yang terjadi antara lain perubahan sikap
Komunikasi antarpribadi dapat dibedakan menjadi dua macam,
yakni Komunikasi Diadik (Dyadic Communication) dan Komunikasi
Kelompok Kecil (Small Group Communication).
Komunikasi diadik ialah proses komunikasi yang berlangsung
antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut
Pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog dan
wawancara. Percakapan berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan
informal. Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam,
dan lebih personal, sedangkan wawancara sifatnya lebih serius, yakni
adanya pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang lain pada posisi
menjawab20. Konseling menjadi salah satu bagian dari komunikasi
interpesonal secara diadik, konseling dilakukan secara tatap muka dan
lebih serius membahas suatu hal yang akan dilakukan atau dibicarakan
secara lebih mendalam oleh komunikan dan komunikator. Contohnya saja
ketika seorang penyuluh KB (PKB) melakukan konseling dengan aseptor
19
ibid.p.13
Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikas Edisi Revisi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
1998. p.32
20
22
KB
(komunikan)
untuk
memberikan
pemahaman
mengenai
alat
kontrasepsi KB.
a. Komunikasi Antarpribadi, Masalah Hasil
Komunikasi antarpribadi dikatakan sukses apabila komunikasi itu
menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Sebagaimana telah diurai bahwa
komunikasi antarpribadi selalu melibatkan dua orang yang dengan sengaja
atau tidak sengaja secara bebas bercakap-cakap21. Dalam komunikasi
antarpribadi tentunya mengasilkan sebuah pemahaman dan kesepakan
untuk memecahkan suatu permasalahan, contohnya konseling KB yang
berisikan tentang suatu keluhan dan bahan masukan dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat tentang program keluarga berencana.
b. Komunikasi Antarpribadi, Tindakan Persuasif
Ciri terakhir dari komunikasi antarpribadi adalah suatu kegiatan
komunikasi harus selalu mengandung tindakan persuasi. Senarjo (1983)
yang mengutip dari perbagai sumber menyebutkankan persuasi merupakan
teknik
untuk
mempengaruhi
manusia
dengan
memanfaatkan/
menggunakan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari
komunikan yang hendak dipengaruhi. Demikikan, persuasi bukan sekedar
menampilkan bukti bahwa suatu pendapat sudah diterima komunikan,
tetapi persuasi harus mampu menyatukan suasana sosiologis, psikologis
anatar komunikator dengan komunikan. Oleh karena itu peranan
21
Alo Liliweri. Komunikasi Antarpribadi.Ibid.p.18
23
komunikator dalam komunikasi antarpribadi senantiasa melibatkan usaha
yang bersifat persuasif. Apabila seorang komunikator sudah cukup
mengenal keadaan sosiologis dan psikologis komunikan makan dia dapat
menyiapkan pesan yang sesuai dengan kebutuhan komunikan. Seluruh
proses komunikasi yang disertai dengan tindakan persuasi senantiasa
diarahkan untuk mengubah cara berfikir, pandangan dan wawasan,
perasaan, sikap dan tindakan komunikan22. Dalam tidakan konseling
tentunya seorang PKB harus mampu meberikan pemahaman dengan baik
mengenai apa yang ditanyakan dan masukan yang dibutuhkan oleh
aseptor/komunikan, akan tetapi seorang PKB harus mampu memberikan
sebuah pemahaman secara lebih persuasif agar terciptanya suatu tindakan,
agar aseptor mau menggunakan program KB.
2.1.4 Karakteristik Komunikasi Interpersonal
Yoseph
DeVito
mengemukakan
karakteristik-karakteristik
efektivitas komunikasi interpersonal ini oleh dilihat dari 2 perspektif23,
yaitu:
1.Humanistis, meliputi sifat-sifat:
A. Keterbukaan (openness)
Sifat keterbukaan menunjuk paling tidak pada 2 aspek
tentang komunikasi interpersonal. Asepek pertama adalah
22
23
Alo Liliweri. Komunikasi Antarpribadi.Ibid.p.40
Fajar, Marhaeni. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009. p.84
24
bahwa kita harus terbuka pada orang-orang yang berinteraksi
dengan kita. Aspek kedua, dari keterbukaan menunjuk pada
kemauan kita untuk memberikan tanggapan terhadap orang lain
dengan jujur terus terang tentang segala sesuatu yang
dikatakannya.
B. Perilaku suportif (supportiveness)
Jack R. Gibb menyebutkan tiga perilaku yang menimbulkan
perilaku suportif, yakni:
a) Dekriptif, suasana yang deskriptif akan menimbulkan sikap
positif dibanding dengan suasana yang evaluatif.
b) Spontanitas, orang yang spontan dalam berkomunikasi
adalah orang yang terbuka dan teus terang tentang apa yang
dipikirkannya.
c) Profisionalisme, seseorang yang memiliki sifat ini adalah
orang yang memiliki sikap berpikir terbuka, ada kemauan
untuk mendengar pandangan yang berbeda dan bersedia
menerima pendapat orang lain, bila memang pendapatnya
keliru.
C. Perilaku positif
Komunikasi interpersonal akan berkembangan bila ada
pandangan positif terhadap orang lain dalam berbagai situasi
komunikasi.
25
D. Empati (empathy)
Kemauan seseorang untuk menempatkan dirinya pada
peranan atau posisi orang lain.
E. Kesamaan (equality)
Hal ini mencakup dua hal, pertama kesamaan bidang
pengalaman di antara para pelaku komunikasi. Kedua
kesamaan dalam percakapan di antara para pelaku komunikasi
memberi pengertian bahwa dalam komunikasi interpersonal
harus ada kesamaan dalam hal mengirim dan menerima pesan.
2. Pragmatis, meliputi sifat-sifat:
A. Bersikap yakin
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila seseorang
mempunyai keyakinan diri. Orang yang mempunyai sifat
semacam ini akan bersikap luwes dan tenang, baik secara
verbal maupun non verbal.
B. Kebersamaan
Seseorang bisa meningkatkan efektivitas komunikasi
interpersonal dengan orang lain bila ia bisa membawa rasa
kebersamaan. Orang dengan sifat ini, akan memperhatikan dan
26
merasakan kepentingan orang lain. Sikap kebersamaan ini
dikomunikasikan baik secarra verbal maupun non verbal.
C. Manajemen interaksi
Seseorang yang menginginkan komunikasi yang efektif
akan mengontrol dan menjaga interaksi agar dapat memuaskan
kedua belah pihak. Hal ini ditunjukkan dengan mengatur isi,
kelancaran dan arah pembicaraan secara konsisten.
D. Perilaku ekspresif
Perilaku ekspresif memperlihatkan keterlibatan seseorang
secara sungguh-sungguh dalam berinteraksi dengan orang lain.
E. Orientasi pada orang lain
Seringkali dalam berkomunikasi kita berorientasi pada diri
kita sendiri. Untuk mencapai efektivitas komunikasi, seseorang
harus memiliki sifat berorientasi pada orang lain. Artinya,
kemampuan seseorang untuk beradaftasi dengan orang lain
selama berkomunikasi interpersonal.
2.1.5 Tujuan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan. Di sini
akan dipaparkan 6 tujuan, antara lain ( Muhammad, 2004, p. 165-168 ) :
27
1. Menemukan personal atau pribadi.
Dalam komunikasi interpersonal ada kesempatan kita untuk
berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita yang
membuat komunikasi tersebut sangat menarik dan mengasyikkan
untuk didiskusikan. Dengan membicarakan diri kita terhadap orang
lain, kita memberikan seumber balikan yang luar biasa terhadap
perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
2. Menemukan dunia luar.
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami
lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi
dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari
komunikasi interpersonal.
3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti.
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk
dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu
dipergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk
membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
4. Berubah sikap dan tingkah laku.
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah
laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh
menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet
yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca
28
buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar
atau salah, banyak waktu yang terlibat dalam posisi interpersonal.
5. Untuk bermain dan kesenangan.
Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir
pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita
lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan untuk
menghabiskan wkatu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal
semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam
pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan
kita.
6. Untuk Membantu.
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan
komunikasi interpersonal dalam kegiatan professional mereka untuk
mengarahkan kliennya. Ini juga berfungsi membantu orang lain dalam
interaksi interpersonal kita seari-hari. Kita berkonsultasi dengan
seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa
tentang mata kuliah, dan sebagainya.
2.2 Penyuluh KB (PKB)
Penyuluh Keluarga Berencana (KB) merupakan ujung tombak pengelola
KB di lini lapangan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 52 tahun 2009
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dan Peraturan
Presiden No. 62 tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional menyatakan bahwa BKKBN mempunyai tugas melaksanakan
29
tugas pemerintah di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga
berencana, agar amanat tersebut dapat terimplemntasikan perlu ditetapkan Norma,
Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana.
Salah satu NSPK sesuai amat UU 52/2009 adalah Pedoman Penyediaan
dan Pemberdayaan Tenaga Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana di
Lingkungan Pemerintahan Daerah, hal ini telah sesuai dengan pasal 38, yakni di
BKKBN ditetapkan Jabatan Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana (PKB)
sesuai dengan kebutuhan.
Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan
antara
Pemerintah,
Pemerintahan
Daerah
Propinsi
dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten dan Kota pada lampiran Peraturan Pemerintah
tersebut pada Sub Bidang Penguatan Pelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas.
Pemerintahan Daerah Kabupaten dan Kota diamanatkan menetapkan formasi dan
Sosialisasi Jabatan Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana, dan dilanjutkan
Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Pemerintah Daerah
dimana dalam program keluarga berencana merupakan urusan wajib dan masuk
dalam rumpun Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana24.
Dalam merencanakan dan menetapkan kebutuhan formasi Jabatan
Fungsional Penyuluh KB tiap Kabupaten dan Kota harus mempertimbangkan dari
berbagai aspek, beban kerja, aspek demografi yaitu jumlah kepala keluarga, aspek
24
Drs.H.M.. Ilham Jafar, Msi.Pedoman Penyediaan Dan Pemberdayaan Tenaga Fungsional
Penyuluh Keluarga Berencana (PKB). Jakarta : 2011.p.1
30
teritori jumlah desa/kelurahan dan aspek geografis yaitu luas wilayah.
Berdasarkan hasil pendataan yang telah dilakukan oleh BKKBN tahun 2010,
jumlah Petugas Lapangan secara nasional berjumlah 21.600 orang, jika dilihat
secara kuantitas setiap tahun tenaga PLKB/PKB trendnya selalu menurun, hal ini
disebabkan karena proses penerimaan jabatan fungsional (PLKB/PKB) selama 15
tahun terakhir mulai tahun 1996 tidak ada formasi, dilanjutkan dengan penyerahan
otonomi daerah banyak PLKB/PKB yang mutasi ke instansi lain, meninggal dunia
dan pensiun.
Seperti diketahui rasio antara petugas lapangan KB dengan jumlah
kelurahan/desa adalah 1 PLKB/PKB idealnya membina 1 – 2 desa/kelurahan,
sampai tahun 2010 1 PLKB/PKB membina sampai dengan 4 desa/kelurahan.
Hasil evaluasi dan capaian secara nasional Program KB Nasional tahun 20042009 cenderung stagnan Keberhasilan pelaksanaan Program KB Nasional telah
memberikan sumbangan yang berarti terhadap pembangunan nasional, khususnya
dalam pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Salah satu aspek yang
menunjang keberhasilan tersebut adalah sumber daya manusia yang petensial
terutama ada tingkat lini lapangan yang selama ini telah melaksanakan tugas
dengan baik yaitu Tenaga Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana (PKB)25.
Bila dilihat dari kacamata Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) jabatannya,
para Penyuluh KB adalah juru penerang ataupun agent of change pada keluarga
dan masyarakat luas menuju perubahan mentalitet dari tidak mendukung menjadi
25
Drs.H.M.. Ilham Jafar, Msi.Pedoman Penyediaan Dan Pemberdayaan Tenaga Fungsional
Penyuluh Keluarga Berencana (PKB). ibid.p.2
31
mendukung program KB, dari yang dulu tidak peduli menjadi peduli, dari yang
dulu tidak mau berpartisipasi menjadi aktif berperan serta, dan sebagainya.
Penyuluh KB juga merupakan salah satu komponen penting dalam upaya
peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, juga sebagai indikator
kemajuan yang telah dicapai oleh suatu daerah. Penyuluh KB bersentuhan
langsung dengan masyarakat dalam memberikan berbagai penyuluhan program.
2.2.1 Peran PKB
Penyuluh KB tentunya memiliki beberapa peran dalam program
kerjanya hal ini perlu dilakukan agar target program KB setiap tahunnya
tercapai, peran PKB dapat diurai sebagai berikut :
1. Pengelola
pelaksanaan
kegiatan
Program
KB
Nasional
di
desa/kelurahan.
2. Penggerak partisipasi masyarakat dalam program KB Nasional di
desa/kelurahan.
3. Pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelaksanaan program
KB Nasional di desa/kelurahan.
4. Menggalang dan mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak
dalam pelaksanaan program KB Nasional di desa/kelurahan.26
26
Ibid.p.27
32
2.2.2 Tugas PKB
Selain peran yang harus dilaksanakan oleh PKB, PKB pula
memiliki tugas pokok yang harus dilaksanakan pada sistem kerjanya,
antara lain:
1.
Perencanaan PKB/PLKB dalam bidang perencanaan bertugas
meliputi penguasaan potensi wilayah kerja sejak pengumpulan data,
analisa penentuan masalah prioritas, penyusunan rencana kerja dan
memfasilitasi penyusunan jadwal kegiatan tingkat RT, RW dan
Desa/Kelurahan
2.
Pengorganisasian Tugas PLKB dibidang pengorganisasian meliputi
memperluas pengetahuan dan wawasan program, rekruitmen kader,
mengembangkan kemampuan dan memerankan kader/IMP dan mitra
kerja lainnya dalam program KB Nasional. Bila di wilayah kerjanya
tidak ada kader, PLKB/PKB diharapkan dapat membentuk kader,
memberikan pelatihan/orientasi untuk meningkatkan pengetahuna
dan ketrampilan kader, memfasilitasi dan memberikan kesempatan
yang lebih besar kepada kader untuk berperan sampai dengan
pengembangan kemitraan dan jaringan kerja dengan berbagai
instansi yang ada.
3.
Pelaksana dan Pengelola Program Tugas PLKB/PKB sebagai
pelaksana dan pengelola melakukan berbagai kegiatan mulai
penyiapan IMP dan mitra kerja lainnya dalam melaksanakan
program, memfasilitasi peran IMP dan mitra lainnya penyiapan
33
dukungan untuk terselenggaranya program KB Nasional di
desa/kelurahan serta Advokasi, KIE/Konseling maupun pemberian
pelayanan program KB (KB-KR) dan program KS-PK.
4.
Pengembangan Tugas PLKB/PKB melaksanakan pengembangan
kemampuan teknis IMP dan mitra lainnya dalam penyelenggaraan
program KB Nasional di desa/kelurahan
5.
Evaluasi dan Pelaporan Tugas PLKB/PKB dalam evaluasi dan
pelaporan progam KB Nasional sesuai dengan sistem pelaporan yang
telah ditentukan secara berkala.
Pola operasional, tehnik, strategi Langkah langkah peran PKB
yang di tuangkan dalam pelaksanaan operasional program KB KS nasional
di Desa Kelurahaan, yang langsung dekat dngan masyarakat.
2.3 Teori Atribusi
Teori atribusi bermula dengan gagasan bahwa setiap individu mencoba
untuk memahami perilaku mereka sendiri dan orang lain dengan mengemati
bagaimana sesungguhnya setiap individu berperilaku. Sebagai pelaku komunikasi,
kita harus berfikir logis kenapa kita berperilaku demikian, dan kadang-kadang kita
ingin agar kita dapat menjelaskan kenapa orang lain juga berperilaku seperti itu27.
Heider menyimpulkan bahwa manusia cenderung untuk menghubungkan
perilaku seseorang dengan pengaruh internal dan eksternal. Faktor lingkungan
adalah faktor-faktor dalam suatu situasi yang “menekan” pada pemunculan tipe
27
Ibid.p.102
34
perilaku tertentu. Sedangkan faktor personal dipandang sebagai hasil dari
kemampuan (atau kekuasaan) dan usaha yang ditunjukan seseorang28. Jika
kemampuan atau usaha yang dilakukan tidak cukup, kekuatan dari faktor personal
akan menjadi nol seperti model di bawah ini:
Gambar 2.1 Model Teori Atribusi dari Heider
Sumber : Komunikasi Persuasi, Naniek Afrilla F.,S.Sos., M.Si.
(2011:51)
Beberapa penelian telah menempatkan posisi bahwa orang dapat
memproses informasi dengan cara-cara yang logis maupun non logis, bergantung
pada keadaan-keadaan, misalnya seperti motivasi. Jika motivasi untuk
meningkatkan dirinya tinggi, seperti saat kita perlu menyelamatkan harga diri,
mungkin terdapat kecenderungan untuk menjadi bias untuk kepentingan diri
sendiri, hal ini berkenaan dengan atribusi situasional. Teori atribusi kemudian
berhubungan dengan cara kita menyimpulkan hal yang menyebabkan perilaku
tersebut – perilaku kita dan perilaku orang lain.
Penemu teori atribusi Fritz Heider, menyebutkan beberapa atribusi kausal
yang biasa dibuat setiap orang. Semua ini mencakup penyebab situasional
(dipengaruhi oleh lingkungan), pengaruh pribadi (mempengaruhi secara pribadi),
28
Naniek Afrilla F. 2011. Komunikasi Persuasi, Serang Banten: SAYUTI.COM 2011.p.51
35
kemampuan (dapat melakukan sesuatu), usaha (mencoba melakukan sesuatu),
hasrat (keinginan untuk melakukannya), perasaan (merasa menyukainya),
keterlibatan (setuju dengan sesuatu), kewajiban (merasa harus), dan perizinan
(telah dizinkan)29.
Dalam teori atribusi, jika peneliti berpikir bahwa seseorang melakukan
sesuatu dengan maksud tertentu, maka peneliti akan mengtahui dua dasar
hubungan yaitu kemampuan dan motivasi. Misalnya, umpamakan seorang rekan
anda tidak dapat menghadiri rapat. Anda berfikir dan menebak bahwa (1) ia tidak
dapat hadir karena beberapa alasan; atau (2) ia tidak berusaha menghadiri rapat30.
Kelley membenarkan teori Heider bahwa atribusi adalah proses persepsi
dan bahwa atribusi bisa ditunjukan pada orang atau lingkungan. Contoh: A senang
menonton acara Extravaganza di televisi, maka ada dua kemungkinan: ia bisa
menyatakan bahwa acara itu menyenangkan (atribusi eksternal) atau bisa
menyatakan bahwa dirinya sedang dalam keadaan senang sehingga menyukai
acara tersebut (tribusi internal)31.
Dalam penelitian ini sangat berkenaan dengan teori yang diberikan oleh
Heider karena faktor internal dan eksternal mampu mempengaruhi masyarakat di
Kecamatan Kasemen untuk mengikuti kegiatan penyuluhan dengan Penyuluh KB
(PKB). Penulis ingin mendefinisikan bagaimana Peran seorang PKB dalam
29
Stephen W.Littlejohn & Karen A.Fross. 2009. Teori Komunikasi Theories of Human
Communication Edisi 9. Jakarta: Salemba Humanika.p.102
30
Ibid.p.103
31
Naniek Afrilla F.,S.Sos., M.Si, Komunikasi Persuasi, Serang Banten: SAYUTI.COM. Ibid. 53
36
melakukan kegiatan punyuluhan dan konseling di Kecamatan Kasemen lalu faktor
apa saja yang memberikan dampak kepada peran-peran tersebut.
Berikut skema teori dan kaitan dalam mendefinisikan perilaku masyarakat
akan gambaran terhadap perserta KB-Baru. Heider beranggapan bahwa manusia
cenderung untuk menghubungkan perilaku seseorang dengan pengaruh internal
dan eksternal, Heider seperti yang dikutip oleh Rachmat (1998) ada dua jenis
atribusi yaitu atribusi kualitas dan atribusi kejujuran. Atribusi kualitas mengacu
kepada sikap seseorang ketika mempertanyakan perilaku seseorang apakah
dipengaruhi faktor situasional atau personal. Sedangkan atribusi kejujuran maka
ada dua hal yang harus diamati yaitu sejauh mana pertanyaan itu menyimpang
dari pendapat umum dan sejauh mana orang itu memperoleh keuntungan dari
anda akibat pertanyaan anda. Semakin besar jarak antara pendapat pribadi dengan
pendapat umum maka kita akan semakin percaya bahwa orang tersebut berkata
jujur.
PKB memiliki 4 peran dalam melakukan kegiatan yang berhubungan
dengan tanggung jawabnya sebagai petugas lini lapangan di daerah. Dalam hal ini
peran tersebut tentunya memiliki hubungan baik dari faktor internal maupun
faktor eksternal. Dalam bahasan faktor internal penulis memberikan penjelasan
dimana faktor internal adalah rasa atau dorongan yang ada dalam diri seorang
PKB itu sendiri, dimana faktor internal sangat berkenaan dengan tanggung jawab
dan motivasi seorang PKB untuk mensukseskan program KB di Kecamatan
Kasemen, lalu faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar diri seorang
PKB, faktor eksternal pula memiliki dampak kepada peran-peran seorang PKB
37
dimana faktor eksternal membentuk sebuah jawaban akan tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh seorang PKB. Faktor eksternal seperti kondisi lingkungan, budaya,
dan bahkan sarana prasarana mampu menjadi hambatan seorang PKB dalam
melakukan perannya.
2.4 Kerangka Berfikir
Penyuluh KB memiliki peranan penting dalam suksesnya program KB di
Kecamatan Kasemen, PKB memiliki 4 peran yaitu mengelola, menggerakan,
memberdayakan dan menggalang kemitraan dengan seluruh lapisan masyarakat
dalam pelaksanaan program KB.
Teori atribusi memiliki peranan dalam melihat perilaku seseorang, dengan
menggunakan teori atribusi yang ditemukan oleh Fritz Heider, penulis membagi
klasifikasi dalam penentuan faktor yang mempengaruhi peningkatan peserta KBBaru, faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri seseorang PKB,
seperti dalam penjelasan sebelumnya, faktor internal meliki fungsi bagaimana
seorang PKB harus berperan sesuai dengan dorongan dalam dirinya ketika
melakukan tanggung jawabnnya di Kecamatan Kasemen.
Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat diluar diri seorang PKB,
contohnya faktor lingkungan dan budaya yang terdapat di Kecamatan Kasemen,
faktor tersebut dapat memberikan dampak kepada peran-peran seorang PKB
dalam melakukan tanggung jawabnnya.
38
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
Peran Penyuluh Keluarga Berencana
PKB memiliki peran sebagai pengelola,
penggerak, pemberdayakan masyarakat
dalam kegiatan program KB dan sebagai
penggalang kemitraan dengan berbagai pigak
dalam pelaksanaan program KB.
Teori Atribusi
Memiliki perananan dimana peneliti mampu
melihat perilaku yang dilakukan oleh PKB,
bagaimana PKB berperan di masyarakat
sesuai dengan tanggung jawab bidang
kerjannya.
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Faktor
internal
yang
berhubungan dalam diri seorang
PKB. Seperti motivasi dan
tanggung jawab.
Faktor eksternal yang terdapat
diluar diri seorang PKB yang
mampu memberikan dampak
kepada peran seorang PKB di
Kecamatan Kasemen seperti
Lingkungan dan Budaya.
Penulis menyimpulkan bahwa faktor internal
dan eksternal memiliki dampak dalam peran
yang dilakukan PKB di Kecamatan Kasemen.
39
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian pertama dibuat oleh Abraham Wahyu Nugroho, Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik dengan judul skrpsi “Komunikasi Interpersonal Antara Perawat
Dengan Pasien” skripsi ini dimuat pada tahun 2009.
Skripsi ini membahas tentang bagaimana sebuah proses komunikasi antara
perawat dengan pasien, dalam bahasan skripsi tersebut peneliti menggunakan
Komunikasi Terapetik, Dalam dunia psikologi khususnya psikoterapi, digunakan
teknik penyembuhan yang disebut Komunikasi Terapeutik (Therapeutic
Communication). Dengan metode ini pasien sebagai komunikan diarahkan begitu
rupa sehingga terjadi pertukaran pesan yang dapat menimbulkan hubungan sosial
yang bermanfaat. Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan
perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan
patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. (Northouse,
1998).
Menurut Stuart GW (1998) mengatakan komunikasi terapeutik merupakan
hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki klien
dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama
dalam rangka memperbaiki pengalaman emosi klien.
Peneliti menggunakan metode kualitatif untuk melakukan analisis
mengenai penelitian yang dia lakukan, dengan cara kuanlitatif peneliti
40
mengumpulkan datanya dengan menggunakan metode wawancara lalu mengolah
hasil wawancara menjadi sebuah kesimpulan.
Hasil dari penelitian tersebut Komunikasi terapeutik yang diterapkan di
RS Dr. Moewardi dilaksanakan berdasarkan aturan-aturan baik yang bersifat
intrinsik maupun ekstrinsik. Dengan menggunakan Komunikasi dibidang
perawatan peneliti menemukan indikasi bahwa komunikasi terapeutik seperti,
sapaan, interaksi non verbal, dan komunikasi terapeutik mengandung umpan
balik, interaksi dan koherensi, mampu memberikan sebuah efek baik bagi para
pasien yang berada dirumah sakit.
Penelitian kedua dibuat oleh Dea Fidela Amadea, Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa, Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik dengan judul skrpsi “Kecakapan Komunikasi Interpersonal Konselor
Sebaya dalam Program Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja
(PIK-KRR)” skripsi ini dimuat pada tahun 2012.
Skripsi ini membahas tentang bagaimana pelaksanaan PIK Remaja serta
seperti apa kecakapan yang dimiliki konselor sebaya dalam melaksanakan
konseling.
Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan cara melakukan
wawancara mendalam dengan beberapa konselor sebaya, observasi tempat
pelaksanaan PIK Remaja ADEM dan studi dokumentasi. Dengan melakukan
pendekatan secara interpersonal peneliti mampu mengidentifikasi beberapa hal
yang berkenaan dengan kegiataan konseling. Dengan menggunakan metode
41
penelitian kualitatif peneliti melakukan tringulasi data untuk mendapatkan
kesimpulan dari data yang diperoleh di lapangan.
Hasil penelitian Kecakapan Komunikasi Interpersonal Konselor Sebaya
dalam Program Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIKKRR), menunjukkan bahwa PIK Remaja ADEM dapat dijadikan sarana oleh
siswa untuk melakukan konseling, menemukan faktor-faktornya dan menemukan
solusi pemecahan permasalahan siswa berkenaan dengan bidang pendidikan seks
remaja dan NAPZA.
42
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian Terdahulu
No
Jenis
Penelitian 1
1
Judul
Komunikasi
Interpersonal
Antara Perawat
Dengan Pasien.
2
Nama
3
Universitas
4
Tujuan
5
Teori
6
7
Metode
Hasil
Penelitian
Abraham Wahyu
Nugroho
Universitas
Sebelas Maret
Surakarta
Mengetahui
tentang
bagaimana
sebuah proses
komunikasi
antara perawat
dengan pasien
dengan
menggunakan
perspektif
Komunikasi
Terapeutik
Komunikasi
Terapeutik
Kualitatif
Mampu
menemukan
kontribusi
Penelitian 2
Kecakapan
Komunikasi
Interpersonal
Konselor Sebaya
dalam Program
Informasi dan
Konseling
Kesehatan
Reproduksi
Remaja (PIKKRR)
Dea Fidela
Amadea
Universitas
Sultan Ageng
Tirtayasa
Mengetahui
bagaimana
pelaksanaan PIK
Remaja serta
seperti apa
kecakapan yang
dimiliki konselor
sebaya dalam
melaksanakan
konseling.
Penelitian
Terkait
Peran Penyuluh
Keluarga
Berencana (PKB)
di Kecamatan
Kasemen, Kota
Serang.
Arief Rizki
Universitas
Sultan Ageng
Tirtayasa
Mengetahui peran
Penyuluh KB
(PKB) di
Kecamatan
Kasemen, Kota
Serang.
Teori Atribusi
Teori Atribusi
Kualitatif
PIK Remaja
ADEM menjadi
salah satu wadah
Kualitatif
Menemukan
pemahaman
tentang
43
komunikasi
terapuetik anatar
perawat dengan
pasien.
8
Kelebihan
Penelitian
Fokus kepada
komunikasi
terapeutik yang
mampu
mempengaruhi
interaksi positif
dengan pasien di
Rumah Sakit.
9
Kekurangan
Penelitian
Kurang
menyeluruhnya
teknik-teknik
komunikasi para
perawat dari hasil
penelitian.
10
Perbedaan
Penelitian
Lebih membahas
tentang
komunikasi
terapeutik.
untuk siswa
melakukan
kegiatan
konseling.
Kopetensi
konselor sebaya
terdiri dari
beberapa faktor.
Menemukan
pola
penyelesaian
dalam Konseling
PIK ADEM
Dengan
menggunakan
aspek
komunikasi
interpersonal
dalam konseling
dan
menggunakan
teori atribusi
peneliti mampu
menjelaskan
mekanisme
konseling PIK
ADEM,
kecapakan
konselor, dan
solusi.
Lebih banyak
membahas
mengenai
komunikasi
interpersonal
dalam konseling
Membahas
mengenai
kecakapan
konselor.
bagaimana peran
PKB di
Kecamatan
Kasemen dalam
melakukan
penyuluhan dan
konseling.
Dengan
menggunakan
teori atribusi
peneliti mampu
memetakan
factor-faktor
internal dan
eksternal yang
memberikan
dampak kepada
peran seorang
PKB di
Kecamatan
Kasemen, Kota
Serang.
Terfokus
membahas peran
seorang PKB
dinilai dari sisi
faktor internal
dan eksternal.
Membahas
mengenai peran
PKB.
44
11
Kontribusi
Penelitian
Karena
komunikasi
terapeutik
termasuk
kedalam
komunikasi
interpersonal,
penelitian yang
dilakukan
menjadi bahan
masukan dalam
bidang keilmuan
komunikasi
interpersonal.
Bahan masukan
sebagai
penelitian
sebelumnya.
Sama-sama
membahas
mengenai teori
atribusil dan
bidang
komunikasi
interpersonal
Memberikan
bahan evaluasi
kepada pihak
PKB agar lebih
mempersuasi
melalui peranperan seorang
PKB
Sumber : Jurnal Skripsi, Abraham Wahyu Nugroho, Komunikasi Interpersonal
Anatara Perawat Dengan Pasien, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2009. Jurnal Skripsi, Dea Fidela Amadea, Kecakapan Komunikasi
Interpersonal Konselor Sebaya dalam Program Informasi dan
Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR), Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa, 2012.
45
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Metodelogi Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan metode penelitian
Kualitatif, metode penelitian kualitatif dinilai sebagai metode yang tepat untuk
digunakan dalam penelitian ini karena menghasilkan penemuan-penemuan yang
tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan
cara kuantitatif lainnya, peneliti ingin memperoleh sebuah jawaban secara
mendalam melalui wawancara yang akan dilakukan.
Bogdan dan Taylor menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah
satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau
tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif
peneliti dapat menggali subyek, merasakan apa yang mereka alami dalam
kehidupan sehari-hari (Rurchan, 1992: 21-22).
Penelitian kualitatif deskriptif menurut Kenneth D. Bailey adalah suatu
penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu fenomena
secara detil (untuk menggambarkan apa yang terjadi). Penelitian deskriptif
bermaksud memberikan gambaran suatu gejala sosial tertentu, sudah ada
informasi mengenai gejala sosial seperti yang dimaksudkan dalam suatu
permasalahan penelitian namun belum memadai. Penelitian deskriptif menjawab
pertanyaan apa dengan penjelasan yang lebih terperinci mengenai gejala sosial
45
46
seperti
yang
dimaksudkan
dalam
suatu
permasalahan
penelitian
yang
bersangkutan. Penelitian deskriptif dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu
tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain.32
Peneliti ingin mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap
kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan
terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan
sosial yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkan analisis tersebut kemudian
ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang
kenyataan-kenyataan33. Peneliti memilih menggunakan metode penelitian
kualitatif karena peneliti ingin menggali informasi dengan menggunakan cara
yang digunakan dalam penelitian kualitatif seperti wawancara secara mendalam
dan observasi. Dalam penelitian ini peneliti mengharapkan penggunaan metode
wawancara menjadi salah satu kunci, wawancara dilakukan dengan PKB sebagai
informan kunci dan beberapa orang yang terdiri dari informan sekunder dan
informan pendukung.
3.2 Paradigma Penelitian
Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas
dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan
praktisinya. Paradigma menunjukan pada mereka apa yang penting, absah dan
masuk akal. Paradigma yang bersifat normatif, menunjukan kepada praktisinya
32
Manasse Malo dan Sri Trisnoningtias. 1986. Metode penelitian masyarakat , Jakarta : pusat
antar universitas ilmu ilmu sosial universitas indonesia.p.28
33
Dr. Basrowi, M.Pd. & Dr. Suwandi, M.Si. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Ibid.p.30
47
apa yang harus dilakukan tanpa melakukan pertimbangan eksistensial atau
epistemologis yang panjang.
Penelitian ini menggunakan paradigma post-positivis sebagai acuan
kerangka berfikir. Dengan menunggunakan paradigma post-positivis ini, peneliti
berusaha untuk memahami lebih dalam dan menyeluruh mengenai komunikasi
interpersonal terhadap suksesnya program KB, di Kecamatan Kasemen. Kota
Serang.
Paradigma post-positivis sebagai dasar kerangka berfikir. Post-positivis
berbicara bukan hanya yang terlihat, terasa dan teraba tetapi mencoba memahami
makna dibalik yang ada. Realitas sosial menurut paradigma ini adalah suatu gejala
yang utuh terkait dengan konteks, bersifat kompleks, dinamis dan penuh makna
oleh karena itu, mengetahui keberadaannya tidak dalam ukuran tetapi dalam
bentuk eksplorasi untuk dapat mendeksripsikan secara utuh.34
Paradigma post-positivis digunakan dalam penelitian ini berawal dari
realitas sosial mengenai program KB yang masih kurang diminati bagi sebagian
masyarakat di Kecamatan Kasemen, padahal program KB memiliki beberapa
keuntungan dan menjaga keseimbangan pertambahan penduduk.
Disamping itu alasan menggunakan post-positivis karena menuntut
bersatunya peneliti dengan obyek yang diteliti serta subyek pendukungnya.
Peneliti melihat dibalik masyarakat turut serta dalam program KB terdapat unsur
34
Djam’an Saori dan Aan Komariah. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.p.12
48
komunikasi, perasaan dan sifat tersembunyi yang dimengerti, dipahami dan
dirasakan apabila peneliti berbaur dalam suana masyarakat Kecamatan Kasemen.
3.3 Teknik Penelitian
Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik penelitian studi
kasus. Studi kasus merupakan strategi yang cocok bila pokok pertanyaan suatu
penelitian berkenaan dengan how dan why.35 Penulis menggunakan studi kasus
karena penulis beranjak dari sebuah permasalahan yang berada di Kecamatan
Kasemen yang berhubungan dengan program KB. Dimana program KB masi
dinilai tabu bahkan haram, lalu meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke
tahun dan jumlah peserta KB-Baru yang menurun dari tahun ke tahun.
Studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data
yang bisa digunakan untuk meneliti, mengurai dan menjelaskan secara
komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau
peristiwa secara sistematis. Karena itu peneliti dapat menggunakan wawancara
mendalam, kuosioner, hasil survei, rekaman dan bukti-bukti fisik lainnya. Studi
kasus memiliki ciri-ciri antara lain; a) partikularlistik yang artinya terfokus pada
situasi, peristiwa, program atau fenomena tertentu, b) deskriptif, dimana hasilnya
berupa deskripsi detail dari obyek yang diteliti c) heuristik, metode ini membantu
khalayak memahami apa yang sedang diteliti dengan tujuan melahirkan
interpretasi, perspektif, makna baru dan d) induktif, dimana metode ini berangkat
35
Robert Yin. 2002. Studi Kasus, Desain dan Metode. Jakarta : Raja Grafindo Persada.p.1
49
dari fakta-fakta dilapangan, kemudian menyimpulkan kedalam tataran konsep atau
teori.36
Teknik studi kasus dianggap cocok dalam penelitian ini karena berkaitan
dengan kasus itu sendiri. Situasi ini muncul manakala peneliti mempunyai
kesempatan untuk mengamati dan menganalisis suatu fenomena yang tak
mengizinkan penelitian ilmiah. Seperti halnya penelitian ini, dimana nantinya
akan mengamati sendiri secara langsung bagaimana tingkah laku obyek penelitian
didalam kehidupan sehari-hari untuk kemudian menganalisisnya.
3.4 Informan Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif, tentunya
peneliti akan menggunakan informan dalam pemenuhan aspek tujuan penelitian.
Informan diperlukan untuk memperoleh informasi secara akurat dan tepat.
Informan digolongkan menjadi 2 jenis yaitu key informan dan informan
pendukung. Key informan tentunya adalah Penyuluh KB Kecamatan Kasemen,
kriteriannya sebagai berikut:
1. Menjabat aktif sebagai Penyuluh KB di UPT. BPMPKB Kecamatan
Kasemen.
2. Mengetahui seputar informasi mengenai perkembangan peserta KB-Baru
di Kecamatan Kasemen.
36
Rachmat Kriyantoro. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.p.94
50
3. Mengetahui permasalahan yang berhubungan dengan program KB di
Kecamatan Kasemen.
Disamping key informan, adapula informan lain yang ikut terlibat dalam
penelitian ini yang biasa disebut dengan informan pendukung, informan
pendukung perlu karena informan tersebut mampu memberikan data tambahan
untuk dilakukan tringulasi data.
Disamping key informan, guna penambahan data yang lebih akurat lagi
penulis menambahkan informan sekunder. Dimana informan ini bertindak sebagai
orang-orang yang terlibat dalam lembaga. Diantaranya adalah perwakilan dari
BPMPKB yaitu bapak Apay sebagai Ka. Sub KB BPMPKB Kota Serang dan para
Pos dan Sub Pos KB desa. Adapun krtiteria yang harus dipenuhi adalah sebagai
berikut:
1. Menjabat aktif sebagai Ka. Sub KB BPMPKB Kota Serang, Pos/Sub KB
di Kecamatan Kasemen.
2. Mengetahui seluk beluk tetang kegiatan KB yang dilakukan oleh PKB di
Kecamatan Kasemen, Kota Serang.
3. Mengetahui permasalahan yang dihadapi dilapangan berhubungan dengan
kegiatan berKB.
Selanjutnya yang digolongkan sebagai informan pendukung adalah
akseptor peserta KB-Baru. Adapun beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh
informan pendukung sebagai berikut:
1. Sudah menjadi peserta KB-Baru selama satu tahun terakhir.
51
2. Sudah memasuki Pasangan Usia Subur (PUS).
3. Mendukung dan ikut berpartisipasi dalam program KB di Kecamatan
Kasemen.
4. Terdiri dari 7 orang yang mewakili setiap alkon peserta KB-Baru.
Informan pendukung yang terakhir adalah tokoh agama, tokoh agama
penting karena peneliti menemukan indikasi dalam latar belakang permasalahan
program KB di Kecamatan Kasemen banyak sekali bersinggungan dengan
Agama. Berikut beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh tokoh agama:
1. Memiliki latar belakang keagamaan yang kuat, contohnya seperti ustad.
2. Mengetahui program KB.
3. Mengetahui permasalahan keagaaman yang bersinggungan dengan
program KB.
Kriteria tersebut penting agar penelitian terarah dengan baik dan peneliti
mendapatkan informan yang teapi guna untuk menggali informasi. Berbeda
dengan penelitian kuantitatif yang lebih menekankan kepada jumlah angka, pada
penelitian kualitatif tidak terpaku kepada jumlah angka atau banyaknya informan
penelitian. Informan tersebut terdiri dari key informan yaitu yang menjadi
informan utama dalam penelitian terkait, lalu informan sekunder dan pendukung
yang menjadi penegas dalam pengumpulan data.
Dalam penelitian kualitatif informasi diperoleh secara wawancara
mendalam dengan informan penelitian. Dalam penelitian terkait, yang termasuk
key informan adalah Penyuluh KB (PKB) di Kecamatan Kasemen yang bernama
52
Venny Damayanti. Penyuluh KB sudah jelas menjadi informan utama,
dikarenakan PKB Kecamatan Kasemen menjadi kunci dalam terlaksananya
program KB di Kecamatan Kasemen dan PKB harus bertanggung jawab atas
peran-peran yang harus dilakukan olehnya agar mampu mensukseskan program
KB di Kecamatan Kasemen.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan beberapa metode guna
untuk mengumpulkan data di Kecamatan Kasemen, teknik pengumpulan data
meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi:
1. Wawancara
Dalam penelitian ini akan dilakukan wawancara dengan key informan
yaitu
Penyuluh KB (PKB) di Kecamatan Kasemen (Venny Damayanti) lalu
informan sekunder yaitu perwakilan BPMPKB Kota Serang, Pos dan Sub Pos KB
Kecamatan Kasemen dan informan pendukung yaitu akseptor peserta KB-Baru
dan beberapa tokoh masyarakat. Dalam wawancara tersebut terjadi sebuah tanya
jawab guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Kedua pihak
dalam wawancara mengajukan dan menjawab pertanyaan, tetapi yang paling
sering adalah pewawancara mengajukan pertanyaan dan pihak yang diwawancara
(interviewe) menjawab37. Wawancara mempunya tujuan tertentu. Tujuan-tujuan
ini menuntun dan mengatur wawancara baik dalam hal isi maupun format.
37
Josep A.Devito. 1997. Komunikasi Antarmanusia Edisi Kelima. Jakarta: Hunter College City of
the City Universiry of New York. Proffessional Books.p.281
53
2. Observasi
Dalam penelitian metode kualitatif peneliti akan menggunakan pula
metode observasi untuk mengumpulkan beberapa data dan informasi guna
tercapainya tujuan penelitian. Kali ini peneliti akan melakukan observasi lapangan
di Kecamatan Kasemen, melihat bagaimana kondisi masyarakat di sana, apa saja
permasalah yang berhubungan dengan program KB di Kecamatan Kasemen, lalu
peneliti akan melakukan observasi di kantor BPMPKB Kecamatan Kasemen
untuk memperoleh informasi data yang akan diolah guna bahan masukan
penelitian.
Semua yang dilihat dan didengan asalkan sesuai dengan tema penelitian,
semua dicatat dalam kegiatan observasi yang terenana secara fleksibel dan
terbuka. Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh
bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan informasi yang dapat
dipercaya38.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari instrumen penelitian kali ini, dalam
penelitiannya peneliti akan melakukan wawancara dengan para informan
penelitian PKB, informan sekunder dan informan pendukung, dalam interaksi
wawancara tersebut peneliti melakukan record untuk merekam semua apa yang
mereka katakan agar menjadi sebuah fakta dalam melakukan penelitian. Foto
38
Dr. Basrowi, M.Pd. & Dr. Suwandi, M.Si. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka
Cipta.p.93
54
dokumentasi pun harus dilakukan, foto dinilai penting agar menjadi sebuah hal
absah telah dilakukannya penelitian ini. Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen. Dalam
penelitian sosial, fungsi data yang berasal dari dokumentasi lebih banyak
digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap bagi data primer yang
diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam39.
3.6 Teknik Analisis Data
Setelah dilakukannya tahap pencarian informasi menggunakan informan
penelitian yaitu wawancara bersama key informan (PKB) , informan sekunder dan
informan pendukung dan penulis sudah menggunakan metode observasi dan
dokumentasi, penulis akan melakukan teknik analisis data. Dalam hal analisis data
kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan dan lain-lainnya, sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat
diinformasikan
kepada
orang
lain.
Analisis
data
dilakukan
dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya ke unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke pola, memilih nama yang penting dan nama yang akan dipelajari
dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Proses
analisis data dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga kegiatan yang berlangsung
39
Dr. Basrowi, M.Pd. & Dr. Suwandi, M.Si. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Ibid.p.108
55
secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan40.
Ada tiga jalur analisis data kualitatif;
1. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakkan dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan, proses ini berlangsung terus
menerus. Reduksi data meliputi; meringkas data, mengkode, menelusur
tema, membuat gugus-gugus.
2. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,
sehingga memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif, dapat berupa teks
naratif, maupun matrik, grafik, jaringan dan bagan.
3. Upaya penarikan kesimpulan atau verifikasi dilakukan peneliti secara terus
menerus selama berada di lapangan. Dari permulaan pengumpulan data,
mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola (dalam
catatan
teori),
penjelasan-penjelasan,
konfigurasi-konfigurasi
yang
mungkin, alur sebab akibat, dan proposal41
3.6.1 Uji Validitas Data
Jika semua data sudah dikumpulkan oleh penulis, penulis melakukan uji
validitas, uji validitas melingkupi penarikan kesimpulan data yang terdapat
dilapangan. Data dikumpulkan dan dilakukan crossing data, agar menemukan
40
Matthew.B.Miles, Analisis Data Kualitatif Buku Tentang Metode-Metode Baru, UI-PRESS, p.16
Mile, M.B. Dan Huberman, A.M,, Analisis Data Kualitatif, Penerjemah Tjetjep Rohendi, Jakarta:
UI Press, 1992, cet.3,p.32
41
56
kesimpulan. Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Menurut Sugiyono (2015:127)
tringulasi memiliki 3 bentuk, diantaranya42:
1. Tringulasi Sumber
Tringulasi sumber dapat dilakukan dengan mengecek data yang sudah
diperoleh dari berbagai sumber. Data dari berbagai sumber tersebut
kemudian dipilah dan dipilih dan disajikan dalam bentuk tabel matriks.
Data dari sumber yang berbeda dideskripsikan, dikatagorisasikan, mana
pandangan yang sama, berbeda, dan mana yang lebih spesifik.
Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan tringulasi sumber
berdasarkan informasi yang diperoleh dari penyuluh KB (PKB),
Perwakilan BPMPKB Kota Serang, Pos dan Sub Pos KB Kecamatan
Kasemen, Akseptor, dan tokoh masyarakat yang mempunyai pengaruh
budaya besar di Kecamatan Kasemen.
2. Tringulasi Teknik
Tringulasi teknik dapat dilakukan dengan melakukan cek data dan
berbagai
macam
teknik
pengumpulan
data.
Misalnya
dengan
menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi.
42
Anis Fuad dan Kandung Sapto Nugroho. 2014. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.p.20
57
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan tringulasi teknik
dengan cara membandingkan informasi yang didapat sesuai dengan teknik
informasi. Misalnya wawancara mendalam dengan para narasumber lalu
hasil observasi dilapangan dan studi dokumentasi yang dipeloreh di
BPMPKB Kecamatan Kasemen.
3. Tringulasi Waktu
Perolehan data dalam waktu tertentu juga memiliki pengaruh yang
besar terhadap kredibilitas data. Tringulasi waktu digunakan untuk
mendapatkan sebuah hasil apakah data bersifat konsisten dari waktu
kewaktu ataukah data berubah-ubah dari waktu kewaktu. Peneliti akan
menggunakan tringulasi waktu karena peneliti ingin mengetahui apakah
informasi yang didapat dari informan bersifat konsisten atau tidak.
3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian
Sesuai dengan batasan penelitian kualitatif, penelitian ini memiliki batasan
tempat. Terkait dengan penelitian yang akan di laksanakan. Penelitian ini akan
mencakup tempat di Kecamatan Kasemen karena ditemukannya beberapa
permasalahan dilapangan yang berhubungan dengan program KB daerah, hal ini
mengharuskan peneliti untuk langsung terjun kelapangan karena berkenaan
dengan cara partisifan observasi.
58
Disini penulis bertindak sebagai fasilitator dan realitas konstruksikan oleh subjek
penelitian. Selanjut penulis bertindak sebagai aktivis yang ikut memberi makna
secara kritis pada realitas yang dikontriksikan subyek penelitian43.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
43
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tahapan Pengerjaan Januari Februari Maret
April
Mei
Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Judul
Bab Bimbingan I-III
Pembuatan Bab I-III
Sidang Outline
Riset Lapangan
Pembuatan Bab IV-V
Sidang Skripsi
Kroyantono Rachmat, 2008, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Prenada Media
Group,p.67
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian
tentang
peran
Penyuluh
Keluarga
Berencana
(PKB)
dilaksanakan di Kecamatan Kasemen. Peneliti memutuskan melakukan penelitian
di tempat tersebut dikarenaka peneliti menemukan beberapa indikasi masalah
yang sangat berkaitan erat dengan program KB diantaranya sudah jelas
pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah. Kecamatan Kasemen adalah
sebuah kecamatan yang terletak di sebelah utara Kota Serang, Provinsi Banten
dengan luas wilayah 66,52 km. Wilayah Kecamatan Kasemen terbagi menjadi 10
Desa/Kelurahan, 64 Rukun Warga (RW), dan 227 Rukun Tetangga (RT). Jumlah
penduduk pada Kecamatan Kasemen sampai dengan akhir Desember 2014 adalah
sebanyak 88.463 jiwa Penduduk Kecamatan Kasemen yang bermata pencaharian
sebagai petani, pedagang, nelayan, buruh dan sebagainya bergerak di sektor jasa
angkutan, ternak, kerajinan, industri, dan lain-lain44. Kecamatan Kasemen
merupakan wilayah pembangunan bagian utara dari Kota Serang yang diarahkan
dengan fungsi utama pariwisata cagar budaya dan cagar alam, pelabuhan,
perdagangan dan jasa, perumahan dan berbagai fasilitas umum.
Peneliti mendapati data laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan
Kasemen pada tahun 2012 jumlah penduduk di Kecamatan Kasemen sebesar
44
Observasi data dan lapangan, UPT. BPMPKB Kecamatan Kasemen, Hasil rekapitulasi jumlah
penduduk. 8 Desember 2014.
59
60
88.271 jiwa, pada tahun 2013 diperoleh 88.301 jiwa dan pada tahun 2014
diperoleh 88.463. Ini mengindikasi bahwa di Kecamatan Kasemen tersebut
mengalami kenaikan jumlah penduduk. Pada tahun 2013 peserta KB-Baru
mencapai 3073 akseptor dengan target yang diharapkan sebesar 2505 akseptor,
dan pada tahun 2014 jumlah peserta KB-Baru mencapai 2347 akseptor dengan
target yang diharapkan 3005 akseptor45. Dengan demikian perbandingan dari
tahun ke tahun di Kecamatan Kasemen semakin tahun semakin menurun.
Selain bertempat di Kecamatan Kasemen sendiri, peneliti melakukan
penelitian di kantor UPT. BPMPKB Kecamatan Kasemen, kantor tersebut
biasanya dipakai sebagai tempat umum mengevaluasi, rapat rutin, diskusi dan
tempat penyimpanan data yang berhubungan dengan program KB. Selain akan
diselenggrakannya penelitian seperti wawancara di kantor tersebut, peneliti pula
mencari data seperti studi dokumentasi yang disimpan di kantor. Data
dokumentasi perlu dikarenakan data tersebut pula akan menjadi penunjang
sumber informasi agar mendapatkan fakta di lapangan.
45
Observasi, UPT. BPMPKB Kecamatan Kasemen, Arsip dokumen jumlah laju pertumbuhan
penduduk Kecamatan Kasemen. 8 Desember 2014.
61
Gambar 4.1 Struktur Organisasi UPT. BPMPKB Kecamatan Kasemen
Kepala UPT
Lilis Ernaningsih
Petugas Fungsional
Kasubag TU
Venny Damayanti C, S.Sos
V. Ratu Mamah Salamah, SE.
Pos KB
Kelurahan/Desa
Kecamatan Kasemen
Sub Pos KB
Kelurahan/Desa
Kecamatan Kasemen
Sumber : Papan Struktur Organisasi. UPT. BPMPKB Kecamatan
Kasemen 2014.
Untuk menunjang kinerjanya penyuluh KB berkoordinasi dengan Pos KB
dan Sub Pos KB disetiap Desa/Kelurahan untuk melakukan beberapa kegiatan
kerja dan penyuluhan mengenai program KB kepada masyarakat guna
mendapatkan peserta KB-Baru di Kecamatan Kasemen.
62
4.2 Deskripsi Subyek Penelitian
Subyek penelitian mengacu pada informan atau responden dalam
pengumpulan data. Pada penelitian ini, peneliti mulanya akan mengumpulkan data
dari hasil wawancara mendalam dengan beberapa pihak yang terlibat penelitian,
utamanya adalah penyuluh KB itu sendiri sebagai key informan, melalui
informasi yang didapatkan peneliti dari PKB, peneliti akan menemukan beberapa
hal yang akan menjadi kajian dalam proses penelitian. Lalu informasi akan
didukung dengan data-data yang diperoleh dilapangan dan wawancara dengan
para informan pendukung.
Informasi selanjutnya didapat melalui informan sekunder dan informan
pendukung. Penulis mengharapkan adanya sinkronisasi apa yang diucapkan oleh
pihak PKB. Tentunya PKB tidak dapat bekerja sendiri dalam hal kesuksesan
program KB di Kecamatan Kasemen dikarenakan di Kecamatan Kasemen hanya
memiliki seorang 1 PKB. Informan pendukung seperti Pos KB dan Sub Pos KB
perlu dikarenakan Pos KB bertanggung jawab atas akseptor disetiap kelurahan
yang mereka pegang. Beberapa hal yang dilakukan oleh PKB dan Pos KB adalah
menyelenggarakan kegiatan rutin yaitu kegiatan posyandu yang bekerjasama
dengan bidan desa sekaligus melakukan komunikasi untuk sosialisasi program KB
di masyarakat agar mendapatkan akseptor.
63
4.3 Pembahasan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga cara yaitu wawancara
mendalam, observasi lapangan dan studi dokumentasi untuk mendapatkan data.
Dalam wawancara mendalam sudah dijelaskan sebelumnya mekanisme yang akan
dilakukan oleh peneliti.
Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan PKB UPT Kecamatan
Kasemen, Perwakilan BPMPKB Kota Serang, Pos KB, Sub Pos KB dan akseptor.
Dari informasi yang didapatkan peneliti ingin menemukan sebuah pemahaman
bagaimana peran PKB. Wawancara dilakukan dalam beberapa waktu, karena
peneliti menginginkan informasi dan keterbukaan para pihak yang terlibat
penelitian untuk mengemukakan fakta yang terdapat di lapangan berkenaan
dengan topik penelitian.
Setelah peneliti mendapatkan informasi melalui wawancara mendalam,
peneliti akan melakukan observasi, melalui observasi peneliti memperoleh
gambaran yang cukup jelas mengenai kondisi lapangan di Kecamatan Kasemen.
Observasi dinilai penting karenakan peneliti akan menumukan fakta dilapangan
bagaimana kondisi yang dialami sebenarnya dimasyarakat.
Langkah selanjutnya adalah peneliti melakukan studi dokumentasi berupa
informasi tambahan seperti data tertulis yang didapat dari lapangan/kantor, data
tersebut tidak hanya beruba informasi yang didapat dari lapangan saja, akan tetapi
seperti arsip, buku dan dokumen pula bisa menjadi bahan ulasan guna menambah
informasi yang akan didapat oleh peneliti.
64
PKB mempunyai peran penting guna meningkatkan peserta KB-Baru dan
melakukan pendekatan terhadap masyarakat agar mau dan ikut menggunakan
program KB. Banyak sekali indikasi jika program KB tidak terlaksana dengan
baik akan menimbulkan efek yang tidak baik terhadap beberapa aspek.
PKB melakukan pendekatan kepada masyarakat menggunakan beberapa
cara diantaranya adalah melakukan penyuluhan rutin di posyandu, baik pada
waktu seperti hari-hari besar keluarga nasional ataupun penyuluhan yang
dilakukan sebulan sekali. PKB pula mekakukan penyuluhan kepada masyarakat
tidak sendiri, dibantu dengan beberapa Pos/Sub KB disetiap Kelurahan dan Bidan
Desa, PKB memberikan pemahaman dan masukan kepada masyarakat yang mau
dan baru masuk pasangan usia subur (PUS). Dalam penyuluhan PKB menjelaskan
setiap alkon yang akan digunakan sebagai alat kontrasepsi, setelah dijelaskan ibuibu berhak memilih alkon yang akan digunakan untuk mengikuti program KB.
Beberapa hal yang dilakukan dalam kegiatan penyuluhan, diantaranya
pengenalan alat kontrasepsi kepada pasangan usia subur, kontrol alat kontrasepsi
bagi peserta KB-Tetap dan beberapa kegiatan seperti konseling. Jika penyuluhan
bersifat kelompok, konseling lebih bersifat komunikasi secara interpersonal.
Banyak dari beberapa ibu-ibu atau pasangan usia subur sangat enggan untuk
mengetahui informasi mengenai alkon pada forum-forum umum seperti
penyuluhan karena mereka menilai KB bersifat pribadi.
Disamping kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara kelompok seperti
penyuluhan, PKB pula melakukan beberapa kegiatan atau terjun langsung
65
kelapangan, contohnya adalah kunjungan door to door yang dilakukan untuk lebih
mendekatkan program kepada masyarakat. Mengapa kunjungan door to door
dilakukan ? dikarenakan tidak semua masyarakat sadar akan pentingnya program
KB. Di Kecamatan Kasemen sendiri terkenal dengan masyarakat yang masih
berpegang teguh dengan aspek adat istiadat dan keagamaan. Ini yang
mengindikasi bahwa seorang PKB harus mau dan terjun kelapangan langsung
guna lebih mengenal masing-masing karakter masyarakat, bagi sebagian orang di
Kecamatan Kasemen program KB sangat berbenturan dengan aspek keagamaan.
Ini menjadi tugas yang sangat berat dijalani oleh seorang PKB.46
Dalam kegiatan door to door tidak jauh berbeda dengan kegiatan
penyuluhan yang dilakukan di pusyandu/puskesmas hanya saja lebih bersifat
pribadi karena dilakukan di rumah-rumah warga yang sudah memasuki pasangan
usia subur (PUS). Dalam penyuluhan secara door to door PKB umumnya
didampingi oleh Pos/Sub KB di setiap Kelurahan.
Keberadaan seorang PKB sangat penting dalam mensukseskan program
KB, akan tetapi terkadang sifat beberapa masyarakat yang memandang bahwa
program KB termasuk “haram” sering memberikan efek yang cukup besar kepada
masyarakat. Masyarakat akan takut kepada apa yang mereka pilih karena ikut
program KB. Ditambah permasalah mengenai KB sering diangkat oleh beberapa
tokoh agama yang tidak mendukung program KB.
46
Observasi lapangan Kecamatan Kasemen, 12 Desember 2014
66
Sebagai
seorang
komunikator
PKB
harus
mampu
memberikan
pemahaman secara baik dan akurat kepada komunikan yaitu aseptor, banyak
sekali aspek internal dan eksternal yang berhubungan dengan peran seorang PKB.
Hal tersebut sangat berkenaan sekali dalam teori atribusi yang dibahas oleh
Heider, ketika seseorang melakukan sesuatu pasti terpengaruh oleh faktor dalam
dirinya sendiri atau faktor lingkungannya.
4.3.1 Pengelola Pelaksana Program KB
Peran pertama yang dimiki oleh seorang PKB adalah sebagai
Pengelola pelaksanaan kegiatan Program KB Nasional di desa/kelurahan.
Dalam hal ini penulis melakukan konfirmasi terbelih dahulu kepada PKB
untuk mengetahui bagaimana pandangan seorang PKB dalam peran yang
pertama tersebut. Venny Damayanti (PKB Kecamatan Kasemen)
mengemukakan:
“Tentunya PKB itu adalah orang yang bertanggung jawab dalam
pengelolaan program KB di UPT Kecamatan Kasemen. Nah di sini
ibu itu bertindak sebagai orang yang mengelola program tersebut
dibantu dengan beberapa kader dan seluruh lapisan masyarakat
yang terlibat didalamnya. Ibu disini mengolah informasi dan
bagaimana caranya program itu dapat diterima di masyarakat.47”
Dalam hal ini penulis menemukan bahwa peran yang pertama
membahas mengenai pengelola program lebih kepada tanggung jawab atau
jobdess seorang PKB itu sendiri, dimana PKB lah yang bertanggung jawab
47
Wawancara dengan Venny Damayanti Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 3 Agustus 2015.
Lampiran 4. Hal 104.
67
atas program-program yang dilakukan di Kecamatan Kasemen. Venny
Damayanti menambahkan:
“Nah untuk programnya ibu sudah menjelaskan kepada arief
kemarin yaitu programnya hanya penyuluhan dan konseling door
to door saja. Untuk PIK Remaja itu bukan sistem kerjanya pihak
Kecamatan tetapi itu di lakukan oleh pihak Kota.48”
Untuk bentuk programnya itu sendiri contohnya adalah penyuluhan
dan konseling, dimana ini adalah hal umum yang dilakukan oleh seorang
PKB untuk mensosialisasikan program KB di Kecamatan Kasemen. Untuk
program seperti Genre dan PIK Remaja itu adalah program penamaan
yang dipelopori oleh pihak BPMPKB Kota. Venny Damayanti
menjelaskan:
“Hmm... kalo untuk penamaan program mungkin lebih kepada
Bina Keluarga Remaja (BKR) yaitu program dimana anak-anak
remaja yang orang tuanya mengikuti program KB diberikan
pembinaan untuk mengetahui seluk beluk tentang program KB,
lalu ada Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera
(UPPKS) nah disini banyak tuh ibu-ibu yang ikut KB diberikan
modal untuk membuat suatu usaha guna memperoleh profit.49”
Adapun penamaan program yang dilakukan di wilayah Kecamatan
contohnya program Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Upaya Peningkatan
Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS). Program tersebut ditunjukan
tentunya bertujuan untuk memperoleh keluarga yang lebih sejahtera dan
baik ketika ibu-ibu atau masyakat yang mengikuti program KB. Venny
Damayanti menambahkan :
48
Wawancara dengan Venny Damayanti Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 3 Agustus 2015.
Lampiran 4.h.104
49
Wawancara dengan Venny Damayanti Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 3 Agustus 2015.
Lampiran 4.h.104
68
“Tugas PKB itu meliputi, pendataan, penentuan sasaran, dan
pengelompokan PUS (Pasangan Usia Subur). PKB bekerjasama
dengan Pos/Sub KB setiap kelurahan melakukan penyuluhan dan
kunjungan door to door kepada setiap masyarakat agar mengajak
masyarakat mau ikut KB.50”
Dalam hal ini PKB bertindak sebagai penanggung jawab dari
pengelolaan pelaksaan kegiatan yang berhubungan dengan peran seorang
PKB itu sendiri. Penyuluhan tersebut dilakukan untuk memberikan
pemahaman mengenai bertapa pentingnya mengikuti program KB,
penyuluhan biasanya dilakukan sebulan sekali mengikuti jadwal posyandu,
akan tetapi pelayanan KB tidak hanya dilakukan pada saat jadwal
posyandu saja, umumnya UPT BPMPKB bekerjasama dengan BPMPKB
Kota Serang dan provinsi kadang melakukan pelayanan sesuai program
kerja. Disamping kegiatan tersebut Venny Damayanti sebagai PKB
melakukan pula kunjungan door to door kepada warga secara langsung.
Beberapa alasan yang dikemukakan oleh Venny Damayanti sebagai PKB
mengatakan bahwa penyuluhan menggunakan sistem door to door dinilai
lebih efektif diperjelas dengan pernyataan:
“Lebih banyak ibu-ibu menggunakan komunikasi interpersonal
secara pribadi, dikarenakan jika dalam tanya jawab sosialisasi di
posyandu masih banyak sekali ibu-ibu yang agak segan untuk
bertanya lebih lanjut mengenai alat kontrasepsi.51”
50
Wawancara dengan Venny Damayanti Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 3 Agustus 2015.
Lampiran 4.h.104
51
Wawancara dengan Venny Damayanti. Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 20 Maret 2015.
Lampiran 4.h.101
69
Alasan tersebut dikemukakan oleh PKB karena memang banyak
dari beberapa masyarakat Kecamatan Kasemen masih sangat segan untuk
menggunakan alat kontrasepsi dikarenakan beberapa faktor.
Penulis melakukan konfirmasi kepada pihak BPMPKB dalam hal
ini membahas mengenai peran seorang PKB secara umum. Informasi
didapatkan dari informan sekunder yaitu perwakilan pihak BPMPKB Kota
bapak Apai Supardi (Ka.Subid. KB BPMPKB Kota Serang) memberikan
pendapatnya:
“PKB kan sudah mencari akseptor dan dia melakukan pendekatan
dengan masyarakat misalnya tokoh agama dan tokoh masyarakat,
sehingga PKB dapat dikenal di masyarakat. Biasanya kita ada
momentum yah, seperti hari Ikatan Bidan Indonesia (IBI) atau hari
jadi kota serang. Nah kami mengadakan pelayanan. PKB kami
kerahkan untuk mencari akseptor untuk pelayanan program KB.52”
Dalam hal ini ditemukan bahwa definisi membahas mengenai
pengelola program adalah PKB bertugas dalam mencari akseptor dan dia
melakukan pendekatan dengan masyarakat contohnya tokoh agama dan
tokoh masyarakat. Dalam hal ini terjadi penyempurnaan data dimana jika
secara teoritis peran sebagai pengelola program lebih kepada tanggung
jawab seorang PKB dalam mendapatkan seorang akseptor di wilayah
Kecamatan. PKB menggunakan cara seperti penyuluhan dan konseling
guna untuk mencari akseptor lalu akseptor dikumpulkan dan dilakukan
pelayanan ketika momentum.
52
Wawancara dengan Apai Supardi. Ka.Subid. KB BPMPKB Kota Serang, 14 Juli 2015. Lampiran
6.h,108
70
Setelah penulis melakukan pengumpulan informasi melalui
wawancara, penulis menyingkronkan data tersebut dengan data observasi
dilapangan untuk melihat apakah PKB melakukan pengelolaan program
kepada masyarakat atau tidak, ternyata pada tanggal 20 Mei 2015 penulis
mengikuti kegiatan penyuluhan dan konseling yang dilakukan di rumah
salah satu Kader yaitu Pos KB ibu Rumsiah Kelurahan Kasemen. ini
merupakan indikasi bahwa PKB sudah melakukan peran dalam hal
pengelolaan program KB.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori atribusi Fritz
Heider, teori atribusi adalah bagaimana kita mencoba memahami perilaku
dengan cara mengamati orang tersebut. Dalam teori atribusi dibagi
menjadi 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Membahas mengenai faktor internal apa indikasi yang mendorong
seorang PKB melakukan pengelolaan program KB di Kecamatan
Kasemen. Berikut wawancara dengan Venny Damayanti :
“Untuk motivasi tentunya berkenaan dengan tanggung jawab saya
dong karena sebagai seorang PKB, lalu saya pula menilai di
Kecamatan Kasemen ini sangat membutuhkan program KB karena
masih banyak masyarakatnya yang hidupnya kurang kondusif dari
sisi aspek keluargaan dan ekonomi.53”
Membahas mengenai faktor internal dalam hal ini penulis
menemukan indikasi dimana PKB mengemukakan kenapa dia melakukan
pengelolaan program. Yang pertama terdapat dorongan dari dirinya sendiri
53
Wawancara dengan Venny Damayanti. Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 20 Maret 2015.
Lampiran 4.h.101
71
mengenai tanggung jawabnnya sebagai seorang pekerja PKB. Lalu PKB
melihat faktor eksternal dari dirinya yaitu lingkungan yang membutuhkan
program KB agar menjadi lebih kondusif.
Selanjutnya peneliti mengemukakan beberapa hambatan dalam
peran PKB ketika melakukangan pengelolaan program KB. Lingkuhan
tergolong kepada faktor eksternal dalam teori atribusi, banyak dari
masyarakat Kecamatan Kasemen yang enggan mengukuti kegiatan
penyeluhan dan konseling.
Lalu apa saja hambatan yang ditemukan dilapangan yang berhubungan
dengan pengelolaan program KB? Venny Damayanti Mengemukakan :
“Banyak sekali beberapa hambatan yang ditemui dilapangan yang
berhubungan dengan program KB, contohnya sudah jelas aspek
keagamaan yang dipandang berbanding terbalik dengan program
KB, lalu aspek dari keluarganya sendiri yaitu banyak beberapa
suami yang tidak begitu mengizinkan istrinya untuk berKB, itu
adalah hambatan dari faktor eksternal. Lalu faktor bahasa menjai
faktor hambatan aspek komunikasi, contohnya banyak sekali
masyarakat yang menggunakan bahasa daerah seperti jawa serang,
ketika kita menggunakan bahasa indonesia saja masih banyak
masyarakat yang kurang paham.54”
Dari kutipan wawancara tersebut ditemukan bahwa ada beberapa
hambatan yang ditemukan oleh PKB ketika seorang PKB melakukan
pengelolaan program. Utamanya membahas mengenai aspek keagaaman
yang kontra terhadap program KB, lalu faktor di internal keluarga akseptor
itu sendiri yang kurang mendukung seorang istri untuk berKB. Lalu
54
Wawancara dengan Venny Damayanti. Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 20 Maret 2015.
Lampiran 4.h.101
72
hambatan selanjutnya adalah hambatan mengenai bahasa, Venny
Damayanti mengemukakan:
“Faktor bahasa menjadi faktor hambatan aspek komunikasi,
contohnya banyak sekali masyarakat yang menggunakan bahasa
daerah seperti jawa serang, ketika kita menggunakan bahasa
indonesia saja masih banyak masyarakat yang kurang paham.55”
Tentunya
hambatan
mengenai
aspek
komunikasi
harus
diperhatikan, ketika seorang komunikator menemukan hambatan dalam
komunikasi kepada komunikan maka akan terjadi ketidakpahaman pesan.
Pesan yang diberikan akan tidak dimengerti dengan jelas sehingga
komunikan akan sulit untuk mencerna pesan yang diberikan oleh
komunikator. Permasalah seperti inilah yang dihadapi oleh PKB dalam
melakukan beberapa kegiatan konseling.
Banyak dari beberapa masyarakat di Kecamatan Kasemen yang
masih kurang menguasai bahasa formal atau bahasa umum Indonesia.
Banyak dari beberapa warganya masih sering menggunakan bahasa
daerahnya
masing-masing.
Letak
permasalahan
bukan
hanya
di
komunikan tentunya, sebagai komunikator hendaknya memiliki keahlian
berbahasa, seorang komunikator hendaknya melakukan penyesuainya
komunkasi dalam kegiatan berkomunikasi. Maka dari hal tersebut seorang
komunikator harus segera melakukan tindakan untuk memberikan solusi
akan hambatan aspek komunikasi.
55
Wawancara dengan Venny Damayanti. Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 20 Maret 2015.
Lampiran 4.h.101
73
Pos KB menjadi salah satu upaya yang dilakukan oleh PKB untuk
memberikan pemahaman mengenai bahasa, Pos KB umumnya terdiri dari
masyarakat pribumi atau asli masyarakat Kecamatan Kasemen pula, jadi
mereka memiliki kemampuan untuk menyesuaikan bahasa daerah mereka
kepada masyarakat sehingga permasalahan aspek komunikasi bisa
diselesaikan.
4.3.2 Penggerak Partisipasi Masyarakat
Peran PKB yang kedua adalah penggerak partisipasi masyarakat
dalam program KB Nasional di desa/kelurahan. Poin kedua berkaitan
dengan poin pertama dimana poin pertama lebih membahas contoh
bagaimana PKB melakukan pengelolaan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh PKB. Dalam poin kedua ini lebih membahas menganai bagaimana
mekanisme seorang PKB menjadi penggerak partisipasi masyarakat dalam
program KB. Dalam menunjang program kerjanya PKB tidak sendirian
melakukan beberapa kegiatan penyuluhan, PKB di Kecamatan Kasemen
hanya terdapat 1 orang saja, sedangkan Kecamatan Kasemen sangat luas
memiliki 10 Kelurahan, maka dari itu PKB bekerjasama dengan Pos/Sub
KB melakukan kerjasama untuk melakukan sosialisasi program KB
kepada masyarakat Kasemen di setiap Kelurahannya, Venny Damayanti
mengemukakan:
74
“PKB tentunya tidak dapat bekerja seorang diri dilapangan
dikarenakan di Kec. Kasemen sendiri terdiri dari 10 Kelurahan
sedangkan PKB di Kec. Kasemen hanya satu orang tentunya ada
beberapa Pos KB/Kader yang membantunya dilapangan.56”
Kecamatan Kasemen terdiri dari 10 Kelurahan, terdapat 1 orang
Pos KB disetiap kelurahannnya, dan beberapa orang Sub Pos KB,
umumnya Sub Pos KB terdiri dari 3 sampai 4 orang di setiap kelurahan.
Mekanismenya ketika akan dilakukan penyuluhan posyandu PKB
melakukan komunikasi dengan para Pos dan Sub KB. Lalu informasi
disebar melalui publkasi yang biasanya dilakukan di masjid, dan
masyarakat dikumpulkan di posyandu atau balai desa untuk dilakukan
penyuluhan KB. Hal ini tentunya PKB menjadi ujung tombak penggerak
masyarakat dimana dalam kegiatan program KB seperti penyuluhan
posyandu dan door to door tentu melibatkan masyarakatnya. Pernyataan
tersebut diperjelas dengan beberapa data yang didapat melalui wawancara
dengan Pos KB Kelurahan Terumbu, Rohimah:
“Sosialisasi dimasyarakat biasanya dilakukan dengan dua cara,
yaitu dilakukannya penyuluhan yang dilakukan di posyandu dan
sosialisasi door to door atau kunjungan langsung kerumah
masyarakat yang sudah memiliki anak atau sudah menikah. Dalam
sistem penyuluhan di posyandu biasanya PKB hadir dan
memberikan beberapa materi dan contoh alkon yang akan di
sosialisasikan, dalam penyuluhan tersebut pula dilibatkan bidan
desa.57”
Dari kutipan wawancara tersebut didapatkan bahwa PKB dan
Pos/Sub KB saling bekerjasama dalam penyuluhan yang dilakukan di
56
Wawancara dengan Venny Damayanti. Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 20 Maret 2015.
Lampiran 4.h.101
57
Wawancara dengan Rohimah Pos KB Kelurahan Terumbu, 16 Maret 2015. Lampiran 13.h.117
75
posyandu, kegiatan penyuluhan di posyandu lebih banyak melibatkan
masyarakat secara banyak. Kegiatan ini tergolong dalam komunikasi
kelompok kecil. Dalam kegiatan tersebut terjadi proses interaksi
komunikasi dimana pesan disampaikan kepada masyarakat mengenai
bagaimana baiknya mengikuti program KB, agar masyarakat mau menjadi
peserta KB-Baru. Disamping kegiatan seperti penyuluhan mengajak
masyarakat untuk berKB, penyuluhan di posyandu pula menyediakan
layanan konseling agar masyarakat lebih nyaman berkomunikasi secara
interpersonal, dan beberapa pelayanan pengecekan alkon bekerjasama
dengan bidan desa bagi peserta KB-Tetap.
Disamping penyuluhan posyandu, penyuluhan pula dilakukan
secara door to door pelayanan tersebut termasuk dari strategi yang
diberikan oleh pihak BKKBN, penyuluh diharapkan terjun lansung kepada
masyarakat untuk mengetahui bagaimana kondisi dilapangan yang
berkenaan dengan aspek keluarga secara langsung, karena tidak semua
masyarakat pergi untuk mencaritahu mengenai program KB ke posyandu.
Penyuluhan door to door dilakukan tidak terjadwal atau tidak rutin
karena menimbang banyak sekali pekerjaan PKB baik dikantor ataupun
kegiatan lain, pelayanan door to door dilakukan berkoordinasi dengan
Pos/Sub KB. Umumnya sama saja apa yang disampaikan dari kegiatan
penyuluhan posyandu dan penyuluhan door to door, penyuluhan door to
door lebih bersifat interpersonal.
76
Komunikasi
interpersonal
adalah
proses
komunikasi
yang
berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang
dinyatakan R. Wayne Pace (1979)58. Dengan penyuluh sebagai
komunikator melakukan komunikasi interpersonal kepada masyarakat
penyuluh akan mengetahui tanggapan komunikan pada saat itu juga,
komunikator mengetahui dengan pasti apakah pesan-pesan yang dia
kirimkan itu diterima atau ditolak, berdampak positif atau negatif. Jika
tidak diterima maka komunikator akan memberi kesempatan seluasluasnya kepada komunikan untuk bertanya. Dalam kegiatan bertanya
jawab, penyuluh berusaha menjadi pendengar yang baik bagi masyarakat,
mendengarkan permasalahan yang berkenaan dengan aspek keluarga
berencana dan memberikan masukan serta saran mengenai alat kontrasepsi
yang baik dan cocok digunakan oleh masyarakat yang ingin menjadi
aksepstor.
Jadi secara langsung PKB tentunya menjadi penggerak partisipasi
masyarakat, PKB memberikan arahan kepada pos dan sub pos KB
kelurahanan, mereka saling berkoordinasi dengan baik dan pada akhirnya
mengadakan penyuluhan baik posyandu ataupun penyuluhan door to door,
dalam penyuluhan-penyuluhan tersebut masyarakat digerakan untuk mau
mengikuti program KB karena program KB memiliki banyak keuntungan
dalam menyeimbangkan laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan
Kasemen tentunya.
58
Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikas Edisi Revisi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Ibid.
p.32
77
Pernyataan yang berhubungan peran PKB di Kecamatan Kasemen
sebagai penggerak partisipasi masyarakat di tegaskan oleh bapak Apai
(Ka. Subid KB BPMPKB Kota Serang):
“Karena PKB itu menggerakan bersatu dengan kader, ada bidan
desa dan kader, karena informasi dari kader itu sangat membantu,
kader butuh informasi pula dari PKB dan begitu sebaliknya. Lalu
PKB berkordinasi dengan bidang kesehatan jadi nanti jelas
misalnya sekian yang membutuhkan alkon. Sehingga pekerjaan
kami tidak keteter sesuai dengan jumlah yang ada.59”
Dari kutipan wawancara diatas perlu dijelaskan bahwa PKB adalah
sebagai sumber informasi. Dimana PKB harus memiliki pola interaksi
komunikasi yang saling berhubungan dengan para kader dan sehingga
tidak terjadi miss komunikasi dan pesan publikasi mengenai kegiatan
program KB dapat tersampaikan dengan baik. Lalu bapak Apai
menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang
PKB agar peran sebagai penggerak partisipasi masyarakat menjadi lebih
efektif:
“PKB tahu nomor HP kader tersebut. Jatuhnya kepada pola
publikasi informasi, sehingga informasi terus berjalan. Misalnya
abis pelayanan ada akseptor yang tidak mau minum obat. Nah
disitu kader dan PKB itu bergerak. Jadi memberikan pemahaman
dan informasi. Sederhananya sebagai seorang Komunikator.”60
Perlu adanya koordinasi dengan baik ketika seorang PKB
melakukan pelayanan. Bukan hanya sekedar menjadi pusat informasi PKB
pula dituntut menjadi seseorang yang mampu menyatu dengan masyakat.
59
Wawancara dengan Apai Supardi. Ka.Subid. KB BPMPKB Kota Serang, 14 Juli 2015. Lampiran
6.h.109
60
Wawancara dengan Apai Supardi. Ka.Subid. KB BPMPKB Kota Serang, 14 Juli 2015. Lampiran
6.h.109
78
Karena itu PKB harus mampu mengetahui informasi mengenai
akseptornya dengan baik.
Adapun beberapa hambatan yang ditemukan dilapangan berkenaan
dengan peran PKB sebagai penggerak partisipasi masyarakat. Ibu Rumsiah
(Pos KB Kelurahan Kasemen) mengemukakan:
“Misalnya, akan diadakannya kegiatan pelayanan di posyandu
yang berhubungan pula dengan pelayanan program KB,
tentunyakan kami sebagai pos KB melakukan publikasi informasi
kepada masyarakat melalui pengeras suara yang terdapat di mesjid
atau mushola. Dan ternyata tiba-tiba saya di protes oleh satu
masyarat ya kita sebut saja seorang tokoh agama yang sangat
menjunjung tinggi nilai keagamaan. Dan disitu terjadi cekcok
antara saya dengan beliau membahas mengenai pro dan kontra
program KB. “61
Dalam contoh kasus yang dipaparkan oleh salah satu Pos KB dapat
ditemukan bahwa permasalah yang dihadapi disalah satu Kelurahanan di
Kecamatan Kasemen cukup begitu rumit. Bagaimana seorang PKB
memberikan informasi kepada Pos KB untuk dilakukan pelayanan dan
disebarkan kembali kepada masyarakat malah menemukan hambatan
seperti yang sudah dijelaskan tadi.
Dalam hal ini tokoh agama tentunya akan menjadi panutan dalam
kehidupan bermasyarakat, tokoh agama dipandang seseorang yang
memiliki nilai lebih berpandangan mengenai nilai-nilai keagamaan. Bagi
sebagian masyarakat tentunya akan segan dengan beberapa informasi yang
mereka berikan kepada masyarakat. Hal tersebut sangat berdampak pada
61
Wawancara dengan Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen, 16 Maret 2015. Lampiran 13.h.121
79
terealisasinya program KB, masyarakat yang masih sangat minim
informasi mengenai program KB akan terpengaruh dan menelan begitu
saja apa yang dipikirkan dan diucapkan oleh tokoh agama tersebut,
contohnya dalam kegaiatan pengajian ibu-ibu biasanya kan banyak sekali
tokoh agama yang memimpin jalannya acara tersebut, disitulah terjadi
kesalahpahaman informasi mengenai pembahasan program KB.
Selanjutnya membahas mengenai faktor hambatan berkenaan
dengan peran PKB sebagai penggerak partisipasi masyarakat yaitu
membahas mengenai terbatasnya sarana dan prasarana, karena sarana dan
prasarana sangat menunujang kinerja dan gerak tubuh seorang PKB itu
sendiri dilapangan, sarana dan prasarana sangat diharapkan oleh PKB guna
menunjang suksesnya program KB di Kecamatan Kasemen, diucapkan
oleh Venny Damayanti (PKB Kecamatan Kasemen):
“Jika menyinggung mengenai anggaran, sarana dan prasarana yang
disediakan oleh pihak atas kadang masih tergolong sulit. Tapi
dalam sosialisasian program kami tentunya membutuhkan alkon
guna menjadi contoh nah dalam hal ini BPMPKB sering
menyediakan.”62
Dalam melakukan kegiatan seperti sosialisasi program KB
tentunya ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh PKB untuk menunjang
fasiltas, fasilitas disini meliput aspek sarana dan prasarana. Diungkap oleh
Ibu Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen:
62
Wawancara dengan Venny Damayanti. Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 20 Maret 2015.
Lampiran 4.h.101
80
“Untuk bantuan dari pihak atas/kota , ya seadanya saja. Maksudnya
seadanya untuk fasilitas pengadaan transport saja kadang memakai
dana sendiri-sendiri.”63
Setelah peneliti mendapatkan informasi mengenai hambatanhambatan yang mempengaruhi kurang efektifnya program KB. Peneliti
melakukan peganggalian informasinya kembali membahas mengenai
hambatan-hambatan yang terjadi dilapangan, lalu didapatilah ternyata ada
hambatan internal itu sendiri yang berhubungan dengan PKB itu sendiri,
dimana pada bahasan sebelumnya PKB kurang melakukan pendekatan dan
tidak turun langsung ke lapangan. Penyataan ini di perjelas dengan alasan
yang di ungkapkan oleh Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen:
“Mungkin jika membahas turun kelapangan mengenai Ibu Venny
terhambat oleh beberapa faktor yaitu, Ibu Venny tidak dapat
mengendarai motor jadi agak sulit kelapangan padahal inventaris
sudah disediakan.”64
Dari penyataan diatas ditemukan bahwa ternyata bukan seorang
PKB tidak bekerja secara profesional, akan tetapi PKB sendiri memiliki
kekurangan didalam dirinya sendiri karena tidak bisa mengendarain
kendaraan, apalagi ditambah medan yang cukup jauh dari kelurahan satu
ke kelurahan yang lain.
Dalam hal ini penulis melakukan konfirmasi kepada BPMPKB
Kota Serang untuk menanyakan perihal fasilitas sarana dan prasarana,
bapak Apai menjelaskan:
63
64
Wawancara dengan Rohimah Pos KB Kelurahan Terumbu, 16 Maret 2015. Lampiran 13.h.117
Wawancara dengan Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen, 19 April 2015. Lampiran 13.h.121
81
“Kami sudah memberikan motor untuk sarana dan prasarana,
kemudian kalo untuk pelayanannnya seperti Mupen atau mobil
pelayananan. Itu untuk membantu penyediaan alkon. Insallah pada
tahun ini akan diadakan mobil pengangkut akseptor sedang
diproses.”65
Dalam hal ini membas mengenai sarana dan prasana yang
menunjang peran PKB sebagai penggerak ternyata dikonfirmasi oleh
BPMPKB sudah diberikan. Lalu peneliti melakukan observasi lapangan
guna menemukan jawaban mengenai hal tersebut dan ternyata memang
sudah ada sarana dan prasarana yang menunjang seperti motor untuk PKB,
akan tetapi karena Venny Damayanti sebagai PKB tidak bisa mengendarai
motor akhirnya motor tersebut kurang maksimal penggunaanya.
Membahas penyediaan alkon penulis menemukan indikasi kesamaaan
pernyataan dari kedua belah pihak yaitu PKB dan BPMPKB karena
memang benar untuk penyediaan alkon dipenuhi dengan baik oleh pihak
BPMPKB Kota Serang. Membahas mengenai beberapa faktor internal dan
eksternal mengenai peran PKB sebagai penggerak partisipasi masyarakat
ada beberapa faktor yang memberikan dampak kepada seorang PKB.
Dimana internal, PKB bersifat sebagai top management yang berfungsi
sebagai sumber informasi kepada Pos dan Sub KB untuk dilakukannya
kegiatan penyuluhan ini tergolong terhadap tanggung jawab PKB, lalu
faktor eksternal, eksternal meliputi sarana dan prasarana lalu pos dan sub
KB yang terlibat dalam kegiatan penyuluhan. Peran sebagai penggerak
65
Wawancara dengan Apai Supardi. Ka.Subid. KB BPMPKB Kota Serang, 14 Juli 2015. Lampiran
6.h.108
82
partisipasi masyarakat akan berjalan dengan baik manakala semua faktor
tersebut saling berkoordinasi dengan baik.
4.3.3 Memberdayakan Keluarga dan Masyarakat
Peran penyuluh KB yang ketiga membahas mengenai bagaimana
seorang PKB melakukan pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini
tentunya berkenaan dengan tujuan program KB itu sendiri yaitu
mensejahterakan masyarakat. Bentuk dari pemberdayaan masyarakat bisa
dilihat dari lapangan dimana ada beberapa masyarakat yang ikut KB
menjadi masyarakat yang lebih mandiri dengan beberapa usaha-usaha
yang dibuat oleh akseptor sendiri. Venny Damayanti mengemukakan:
“Bina Keluarga Remaja (BKR) yaitu program dimana anak-anak
remaja yang orang tuanya mengikuti program KB diberikan
pembinaan untuk mengetahui seluk beluk tentang program KB,
lalu ada Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera
(UPPKS).66”
Dalam hal ini program KB bukan hanya terpaku kepada tujuan
untuk menekan angka kelahiran, ternyata program KB tentunya memiki
tujuan dimana membuat para akseptornya menjadi lebih sejahtera, dengan
akseptor mengikuti program KB, akseptor diajarkan untuk menjadi pribadi
yang lebih mandiri, guna kemajuan taraf hidup yang lebih layak agar
menunjang perekonomian keluarga. Bapak Apai menjelaskan:
“Program KB kan tujuannya 2 anak cukup. Nah dengan faktor
kemiskinan bisa dikurangi. Lalu ibu-ibu diarahkan untuk bidang
UPPKS. Bidang UPPKS itu mengajarkan bahwa ibu-ibu diberikan
66
Wawancara dengan Venny Damayanti Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 3 Agustus 2015.
Lampiran 4.h.104
83
pemahaman tentang bagaimana cari supaya hidup lebih mandiri.
Contohnya ada yang bikin kue, makanan, dan kerajinan atau apa
lalu diberdayakan oleh pihak KB. Sehingga keluarganya mampu
menjadi lebih sejahtera. Kalo dulu kami berikan modal, sehingga
ada kesibukan yang bersifat positif. Dengan banyaknya relasi
mereka bisa maju dan berhasil.”67
Penulis menemukan beberapa kesamaan informasi yang diperoleh
dilapangan membahas mengenai pemberdayaan keluarga dan masyarakat.
Hal ini ditegaskan oleh pihak BPMPKB mengenai seberapa efektif solusi
pembedayaan masyarakat tersebut:
“Ada kok yang sukses, contohnya ketika seorang akseptor yang
sudah mandiri mampu bersosialisasi dan mampu berkomunikasi
dengan baik menghasilkan relasi dengan baik.”68
Dalam hal ini pemberdayaan masyarakat dinilai sukses karena
dengan menggunakan usaha seperti UPPKS, akseptor mampu menjadi
pribadi yang lebih maju, mampu menunjang ekonomi keluarga, bahkan
mampu membina relasi dengan baik dengan orang lain. Contoh realitasnya
di Kecamatan Kasemen adalah Ibu Rumsiah sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Venny Damayanti.
Bagaimana PKB melakukan pembinaan? Umumnya berawal dari
beberapa kegiatan rutin seperti penyuluhan dan konseling yang dilakukan
oleh PKB dan Pos KB dilapangan, lalu dilakukanlah komunikasi untuk
mengetahui minat masyarakat dalam hal menunjang perekonomiannnya,
apa keahlian dan seberapa besar minat dan bakat seorang akseptor lalu
67
Wawancara dengan Apai Supardi. Ka.Subid. KB BPMPKB Kota Serang, 14 Juli 2015. Lampiran
6.h.108
68
Wawancara dengan Apai Supardi. Ka.Subid. KB BPMPKB Kota Serang, 14 Juli 2015. Lampiran
6.h.108
84
pihak BPMPKB memberikan beberapa bantuan misalnya mengenai
penyediaan modal. Seiring berjalannya waktu akseptor mampu menjadi
seseorang yang lebih kompeten dan mandiri. Dengan diadakannya
pemberdayaan masyarakat seperti ini masyarakat menjadi lebih tahu
mengenai program KB bukan hanya berputar dalam menekan laju
pertumbuhan penduduk saja melaikan peningkatan taraf hidup yang lebih
baik
Jika berbicara hambatan tentunya akan kembali pada pembahasan
mengenai kepada permasalahan utama dimasyarakat. Banyaknya dari
beberapa masyarakat yang sangat kuat memegang teguh aspek keagamaan
maka dari itu menghambat seorang PKB untuk melakukan beberapa
pendekatan dengan masyarakat itu sendiri.
Berkanaan dengan teori atribusi membagi menjadi beberapa faktor
diantaranya adalah faktor internal dan eksternal. Berkenaan dengan peran
yang pemberdayaan masyarakat perilaku yang dilakukan oleh PKB
dibentuk dari sisi lingkungan yang dilihat dari Kecamatan Kasemen:
“Saya pula menilai di Kecamatan Kasemen ini sangat
membutuhkan program KB karena masih banyak masyarakatnya
yang hidupnya kurang kondusif dari sisi aspek keluargaan dan
ekonomi. Maka dari itu perlunya masyarakat diberdayakan dengan
baik.69”
Dari penggalan wawancara diatas lingkungan memberikan
motivasi kepada seorang PKB untuk melakukan pemberdayaan kepada
69
Wawancara dengan Venny Damayanti Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 3 Agustus 2015.
Lampiran 4.h.104
85
masyarakat agar kondisi keluarga mereka menjadi lebih kondusif dan
perekonomian menjadi lebih baik sehingga terhindar dari kemiskinan.
4.3.4 Menggalang Kemitraan dengan Masyarakat
Dalam peran yang keempat penulis akan lebih membahas
bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh seorang PKB untuk
melakukan pendekatan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam program
KB. Pihak-pihak yang terlibat dalam kemitraan umumnya lebih berpaku
kepada pihak-pihak luar dari UPT BPMPKB Kecamatan Kasemen itu
sendiri. Umumnya seperti Pos KB, bidan desa, tokoh masyarakat, tokoh
agama ataupun beberapa instansi yang dilibatkan didalamnya.
Untuk Pos KB dan bidan desa sendiri sudah kita bahas mengenai
koordinasinya dalam poin-poin sebelumnya dimana PKB bekerjasama
dengan Pos/Sub KB dan bidan desa untuk sama-sama mensosialisasikan
program KB seperti penyuluhan di posyandu ataupun dalam kegiatan
konseling seperti door to door.
Ada pun beberapa instansi yang dilibatkan dalam peran KB
sebagai penjalin kemitraan yaitu dengan beberapa pihak seperti Abri dan
tokoh agama, lalu ikatan bidan Indonesia (IBI) berikut beberapa
wawancara yang dilakukan dengan bapak Apai:
86
“Maksudnya berkoordinasi dengan berbagai pihak contohnya
dengan rumah sakit pemerintah, lalu bidang Abri, nah Abri sendiri
ada program(TMKK).70”
Dalam hal ini PKB dan pihak BPMPKB saling bekerjasama
menjalin kemitraan dengan beberapa pihak yang turut ikut ambil serta
dalam program pemerintah. Contohnya Abri sebagai harus mau
mendukung program yang diusung oleh pemerintah dan beberapa rumah
sakit pemerintah harus mampu membantu dalam hal pelayanan program
KB.
Kembali kedalam permasalahan di Kecamatan Kasemen. Banyak
dari beberapa hal yang sulit dikomunikasikan membahas mengenai
kemitraan terutama dengan beberapa tokoh masyarakt/agama yang fanatik
dengan aspek keagamaan dan lingkungan itu sendiri, lingkungan menjadi
salah satu faktor yang sangat penting dalam menumbuhkan pemahaman
masyarakat mengenai manfaat program KB. Seperti yang dibahas dalam
teori atribusi yang dikemukakan Heider bahwa, faktor eksternal
memberikan ambil alih sangat besar dalam membentuk pemahaman dan
mainstet masyarakat mengenai program KB. Berikut beberapa pernyataan
Venny Damayanti sebegai PKB dalam wawancara:
“Lalu ada beberapa tokoh masyarakat yang terlibat dan mendukung
program KB contohnya, Lurah Kelurahan Warungjaud, lalu PKB
pun membutuhkan kader posyandu.71”
70
Wawancara dengan Apai Supardi. Ka.Subid. KB BPMPKB Kota Serang, 14 Juli 2015. Lampiran
6.h.108
71
Wawancara dengan Venny Damayanti. Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 20 Maret 2015.
Lampiran 4.h.101
87
Dari penggalan pernyataan yang diucapkan oleh PKB, faktor
eksternal meliputi dari beberapa hal seperti tokoh masyarakat, tokoh
agama bahkan kader posyandu seperti bidan. Mengapa mereka memiliki
ambil alih dalam suksesnya program KB ? Untuk tokoh masyarakat,
seperti Lurah tentunya memiliki posisi yang sangat penting bagi
masyarakat, Lurah dipandangan sebagai individu yang disegani oleh
masyarakat, jika PKB mampu menjalin komunikasi yang baik dengan
Lurah dan memberikan pemahaman yang baik mengenai program KB,
Lurah tersebut akan memberikan masukan kepada masyarakat akan
baiknya program tersebut dan bermuara pada peningkatan jumlah peserta
KB-Baru. Dan begitupun sebaliknya jika seorang PKB tidak dapat
bekerjasama dan kurang menjalin komunikasi yang baik dengan Lurah,
akan menimbulkan sebuah efek dimana Lurah akan kurang begitu
memperhatikan program KB kepada masyarakat sehingga beberapa
kegiatan yang dilakukan oleh PKB akan tidak efektif.
Tokoh agama seperti kita kenal dalam pembahasan sebelumnya,
Kecamatan Kasemen masih sangat terkenal dengan aspek adat istiadat
yang erat serta faktor keagamaan yang sangat kuat. Dalam aspek
keagamaan tokoh agama memiliki posisi penting sebagai pengaruh yang
besar kepada masyarakat di Kecamatan Kasemen. Banyak dari beberapa
tokoh agama masih memandang program KB sebagai program yang tidak
sejalan dengan pemahaman agama Islam, bahkan ada beberapa tokoh
agama menilai bahwa mengikuti program KB adalah “haram”. Pernyataan
88
ini dijelaskan pada waktu wawancara dengan Rumsiah Pos KB Kelurahan
Kasemen:
“Memang umumnya permasalahan yang dihadapi di Kecamatan
Kasemen dalam mensosialisasikan program KB adalah masyarakat
yang masih awam, contohnya di Kelurahan Kasemen, ada seorang
tokoh agama yang tidak setuju dengan program KB dan dia sangat
mengkaitkan
dengan
aspek
keagamaan
yang
tidak
memperkenankan masyarakatnya untuk ikut program KB karena
tokoh tersebut menilai bahwa menghalangi apa yang Tuhan beri
kepada manusia itu bertentangan dengan agama. Karena menilai
bahwa anak adalah anugrah.”72
Dari pernyataan tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa
tokoh agama memiliki ambil alih yang besar dalam kegiatan
bermasyarakat di Kecamatan Kasemen, ini dapat menjadi sebuah masalah
yang sangat urgent yang harus lebih diperhatikan oleh pihak PKB itu
sendiri, karena masalah ini sudah sangat klasik ditemui di Kecamatan
Kasemen. Masukan atas solusi agar tidak terjadi hal seperti ini diujarkan
oleh Ibu Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen:
“Harapan saya adalah setidaknya PKB seharusnya mampu
menjalin hubungan baik dengan tokoh masyarakat dan mampu
memberikan pemahaman dan pengertian dengan baik kepada tokoh
masyarakat.”73
Meskipun hal tersebut tergolong sulit dalam menjalin kerjasama
yang baik dengan tokoh agama tidak menutup kemungkinan bahwa
permasalahan klasik tersebut mampu hilang sedikit demi sedikit jika PKB
mau terjun langsung kepada masyarakat dan menjalin komunikasi yang
baik dan bertahap kepada tokoh agamanya, karena tidak semua tokoh
72
73
Wawancara dengan Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen, 16 Maret 2015. Lampiran 13.h.118
Wawancara dengan Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen, 16 Maret 2015. Lampiran 13.h.118
89
agama di Kecamatan Kasemen menilai bahwa KB sebagai hal yang
bertentangan dengan agama, contohnya seperti yang diucapkan oleh Ustad
Tarjo, Kelurahan Kasemen:
“Jika dilihat dari programnya, KB memiliki tujuan yang baik bagi
masyarakat, misalnya banyak anak kan pasti pula banyak yang
harus di penuhi kebutuhannya oleh anak tersebut nah disitu
program KB berperan.”74
Dengan demikian tidak semua tokoh agama memandang bahwa
program KB sebagai program yang bertentangan dengan agama, masih ada
pula beberapa tokoh agamanya yang memandang KB sebagai program
yang baik bagi masyarakat. Diharapkan tokoh agama yang mendukung
program KB, dapat memberikan masukan kepada masyarakat dan
memberikan pemahaman kepada masyarakat akan baiknya program KB.
Dalam permasalahan ini solusi mengenai hambatan lingkungan dan
kebudayaan berhubungan dengan kemitraan, yang membahas mengenai
sifat beberapa masyarakat yang sangat erat kaitannya dengan adat istiadat,
adat istiadat sangat dipegang teguh oleh masyarakat di Kecamatan
Kasemen. Sudah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bagaimana
agama mengalami beberapa gesekan dengan program KB. Banyak dari
beberapa masyarakat yang menilai KB adalah program yang haram, ini
umum terjadi kepada masyarakat-masyarakat yang sangat fanatik dengan
nilai-nilai keagamaan. Lalu bagaimana PKB menghadapinya? Menurut
Venny Damayanti dalam penggalan wawancara:
74
Wawancara dengan Ustad Tarjo, 20 Maret 2015.Lampiran 25.h.139
90
Tentunya kami akan selalu menjunjung tinggi aspek kekeluargaan
dalam menghadapi setiap masalah yang berhubungan dengan
tanggung jawab kami.75
Tidak dipungkiri bahwa pasti ada beberapa penolakan masyarakat
yang tidak mendukung program KB dikarenakan berbenturan dengan
aspek keagamaan, sangat sulit PKB masuk dalam ranah seperti itu,
misalnya untuk berkunjung kerumah warga yang sangat memegang teguh
aspek keagaaman. Dalam hal ini PKB bertindak sesuai dengan progream
yang diusungnya yaitu program Keluarga Berencana dimana dalam
program tersebut sangat erat kaitannya dengan aspek kekeluargaan.
Bagaimana aspek kekeluargaan itu dilakukan? Misalnya ketika PKB akan
melakukan penyuluhan kepada masyarakat, PKB tidak semena-mena
melakukan penyuluhan seperti menjual produk KB. PKB terlebih dahulu
melakukan pendekatan dengan santun dan sopan, lalu menanyakan
bagaimana kondisi keluarga masyarakat tersebut, apakah ada yang
berkaitan dengan permasalahan kependudukan/kekeluargaan atau tidak,
setelah PKB melakukan pendekatan dan mengetahui permasalahan yang
dihadapi oleh keluarga tersebut barulah PKB melakukan anjuran kepada
masyarakat
tersebut
untuk
menggunakan
alkon
sesuai
dengan
permasalahan yang dihadapi. Permasalahan yang ditemui bukan hanya
membahas dengan aspek kependudukan atau jumlah anak yang ada di
keluarga tersebut, akan tetapi membahas pula mengenai aspek-aspek lain
seperti kelayakan pemenuhan kebutuhan atau aspek ekonomi.
75
Wawancara dengan Venny Damayanti. Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 20 Maret 2015.
Lampiran 4.h.101
91
Bagaimana dengan masyarakat yang sudah sangat teguh dengan
pendirian akan mainset program KB haram? Sering terjadi beberapa
penolakan mengenai permasalahan tersebut. Contohnya ketika akan
diadakannya sosialisasi lalu dipublikasikan dimasjid menggunakan
pengeras suara, ada beberapa tokoh agama yang melakukan penolakan
terhadap hal tersebut dan terkesan “sangat mengganggu” berikut beberapa
solusi yang dikemukakan oleh Venny Damayanti sebagai PKB
menanggapi permasalah seperti itu:
“Akan tetapi jika ada beberapa pihak yang bertindak secara
berlebihan kami tidak segan-segan memanggil pihak yang
bekerjasama dengan pemerintah dalam program KB yaitu
Babinsa.”76
Berkenaan dengan hal tersebut PKB mengemukakan akan
menggunakan cara tegas dalam melakukan pemecahan masalah. Cara
tegas ini diambil jika permasalahan sudah tergolong kepada tindakan yang
berlebihan dan sudah sulit untuk dilakukannya pendekatan dengan
masyarakat-masyarakat tersebut
76
Wawancara dengan Venny Damayanti. Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 20 Maret 2015.
Lampiran 4.h.101
92
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam pembahasan di bab-bab sebelumnya, maka
penulis menyimpulkan bahwa Peran Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) di
Kecamatan Kasemen, Kota Serang, adalah sebagai berikut:
1. PKB mengelola pelaksanaan kegiatan Program KB Nasional di
desa/kelurahan, Kecamatan Kasemen, dengan cara melakukan beberapa
kegiatan penyuluhan dan konseling yang berisikan mengenai programprogram guna mensejahterakan kehidupan keluarga dan masyarakat
peserta KB.
2. PKB menjadi penggerak partisipasi masyarakat dalam program KB
Nasional di desa/kelurahan, Kecamatan Kasemen. Ini terlihat dari pola
penyampaian pesan dimana PKB merupakan top management untuk
memberikan informasi mengenai program-program kepada masyarakat
melalui Pos KB untuk dipublikasikan kepada masyarakat. Tetapi peran
sebagai penggerak masih kurang maksimal karena kopetensi seorang PKB
yang kurang diantaranya penguasaan bahasa dan keahlian berkendara
untuk pergi ke masing-masing kelurahan.
3. PKB memberdayakan masyarakat secara baik sesuai dengan perannya.
Dimana ada beberapa program yang di usung oleh program KB yang
bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat seperti BKR dan UPPKS.
92
93
Program tersebut termasuk sebagai program pemberdaya masyarakat
karena akseptor dianjarkan untuk menjadi pribadi yang lebih mandiri dan
mampu menunjang perekonomian keluarganya sehingga menjadi keluarga
yang sejahtera.
4. PKB masih kurang maksimal dalam melakukan menggalang dan
mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan
program KB Nasional di desa/kelurahan, Kecamatan Kasemen. Ini terlihat
dari masih kurangnya komunikasi dan pendekatan dengan beberapa tokoh
agama di Kecamatan Kasemen. Pendekatan dengan tokoh agama dinilai
penting karena program KB dinilai program yang kontra dengan aspek
keagamaan bagi sebagian masyarakat di Kecamatan Kasemen.
5.2. Saran
Adapun saran-saran yang penulis berikan setelah meneliti dalam penelitian
ini adalah:
5.2.1 Saran Teoritis
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan dapat mencari dan
membaca referensi yang lebih banyak lagi. Selain itu juga disarankan
untuk mengambil objek penelitiannya lebih banyak lagi. Sehingga
diharapkan hasil penelitiannya lebih bervariasi. Dengan begitu dapat
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang baru. Terutama yang
berkaitan dengan Teori Atribusi.
94
5.2.2. Saran Praktis
Berdasarkan penelitian tersebut, penulis memberikan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Untuk PKB, PKB sebagai ujung tombak di daerah, diharapkan
harus mampu bekerja sesuai koridor dan proksi seorang PKB
dimana PKB harus memiliki wawasan dan kemampuan dalam
berkomunikasi yang baik dengan masyarakat. PKB harus
mampu
menjadi
seorang
komunikator
yang
berperan
mengantarkan pesan/informasi secara efektif agar masyarakat
mampu memberikan efek yang baik. PKB harus mampu
menjalankan perannya secara maksimal agar terlaksananya
program KB dengan baik di Kecamatan Kasemen.
2. Untuk Pos dan Sub KB, harus mampu bekerjasama dan
kompak dengan PKB dalam melakukan sosialisasi program KB
di setiap kelurahanan.
3. Untuk pihak BKKBN Provinsi dan BPMPKB Kota harus
melakukan koordinasi dan melakukan evaluasi program KB
dengan baik. Sarana dan prasarana sangat dibutuhkan oleh
pihak daerah dalam menunjang program KB di kedaerahan.
95
DAFTAR PUSTAKA
Afrilla F, Naniek. 2011. Komunikasi Persuasi. Serang: SAYUTI.COM.
Andre, Kukla. 2003. Konstruktivisme Sosial dan Filsafat Ilmu. Yogyakarta.
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka
Cipta.
BKKBN. 2003. Buku Panduan Praktis Prlayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Devito, Josep A. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Proffessional Books.
Fuad, Anis dan Sapto Nugroho, Kandung. 2014 Panduan Praktis Penelitian
Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu
Garna, Yudistira K. 2009. Metode Pelitian Kualitatif. Bandung: The Judistira
Foundation dan Primaco.
Jafar, Ilham. 2011. Pedoman Penyediaan Dan Pemberdayaan Tenaga Fungsional
Penyuluh Keluarga Berencana (PKB). Jakarta.
Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antarpribadi. Kupang: PT. Citra Adiyta Bakti.
Marhaeni Fajar. 2009. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Mulyana, Dedi. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rachmat, Kriyantono. 2008, Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada
Media Group.
Saori, Djam’an dan Aan Komariah. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung :
Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. ALFABETA, cv.
Widjaya. 1988. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo Persada.
96
Yin Robert. 2002. Studi Kasus, Desain dan Metode. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Jurnal
Huberman dan Miles, Matthew.B. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UIPRESS.
Miles, Matthew.B. Analisis Data Kualitatif Buku Tentang Metode-Metode Baru.
Jakarta: UI-PRESS.
Internet
www.republika.co.id/berita/koran/pendidikan-koran/14/05/30/n6dnk45-saatnyamahasiswa-jadi-agen-kependudukan
www.koran-jakarta.com/?6330-pentingnya-masalah-kependudukan
97
LAMPIRAN 1
BIODATA INFORMAN
1. Biodata Informan
Nama Informan
:
Tempat, Tanggal Lahir
:
Usia Informan
:
Agama
:
Status
:
Alamat
:
98
LAMPIRAN 2
PEDOMAN WAWANCARA
1. Key Informan
A. Penyuluh KB
-
Bagaimana PKB mengelola program
-
Bagaimana PKB menjadi penggerak program
-
Bagaimana PKB memberdayakan masyarakat
-
Bagaimana PKB Menjalin Kemitraan
-
Bagaimana PKB memberikan pemahaman mengenai program
KB kepada masyarakat di Kecamatan Kasemen.
-
Faktor apa saja yang mendukung PKB.
-
Hambatan PKB di Kecamatan Kasemen.
-
Solusi yang di lakukan menghadapi permasalahan.
2. Informan Sekunder
B. Perwakilan BPMPKB Kota Serang, Pos KB dan Sub Pos KB
-
Peran apa saja yang dilakukan PKB
-
Kerjasama PKB dan Pos KB dalam meningkatkan peserta KBBaru.
-
Intensitas penyuluhan yang dilakukan.
-
Komunikasi yang dilakukan oleh PKB.
-
Masalah mengenai sulitnya mensosialisasikan program KB di
beberapa kelurahan
99
-
Saran Pos KB dan Sub Pos KB kepada PKB.
C. Akseptor
-
Alat Kontrasepsi apa yang digunakan dan alasannya.
-
Sudah berapa lama menggunakan alat kontrasepsi.
-
Mengenal sosok PKB.
-
Intensitas penyuluhan dan penyuluhan door to door.
-
Pandangan permasalahan program KB di Kecamatan Kasemen.
-
Intensitas dan frekuensi komunikasi keluarga pasca
pengungkapan diri
3. Informan Pendukung
A. Tokoh Agama (Ustad)
-
Tanggapan mengenai program KB.
-
Dukungan/tidak terhadap program KB.
-
Mengenai keberadaan program KB di Kecamatan Kasemen.
-
Solusi pemecahan masalah program KB di Kecamatan
Kasemen.
-
Aspek sosial dan aspek keagamaan
-
Mengenal sosok PKB atau tidak.
100
LAMPIRAN 3
BIODATA KEY INFORMAN
1. Nama Informan
: Venny Damayanti C, S.Sos
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Padang, 21 Juni 1979
3. Usia Informan
: 35 Tahun
4. Agama
: Islam
5. Status
: Penyuluh KB Kecamatan Kasemen
6. Alamat
: Sariwangi Residen, Taktakan.
101
LAMPIRAN 4
TRANSKRIP WAWANCARA
Hari/tanggal : Jum’at, 20 Maret 2015
Tempat : UPT. BPMPKB Kecamatan Kasemen.
1. Penulis : Bu minta waktunya sebentar untuk melakukan wawancara?
Jawab : Tentu rief silahkan duduk.
2. Penulis : Bahasan wawancara berkenaan tentunya dengan penelitian yang
akan Arief lakukan.
Jawab : Iya ibu paham.
3. Penulis : Langsung saja apa saja langkah yang sudah dilakukan oleh PKB
di Kecamatan Kasemen dalam meningkatkan jumlah peserta KB-Baru?
Jawab : Tugas PKB meliputi, pendataan, penentuan sasaran, dan
pengelompokan PUS (Pasangan Usia Subur). PKB bekerjasama dengan
kader setiap kelurahan melakukan penyuluhan dan kunjungan door to door
kepada setiap masyarakat agar mengajak masyarakat mau ikut KB.
4. Penulis: Sejauhmana PKB sudah memberikan pemahaman mengenai
program KB kepada masyarakat di Kecamatan Kasemen ?
Jawab : Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat agar mau
menjadi peserta KB-Baru saya lebih menekankan pada aspek komunikasi,
contohnya saja dalam kunjungan door to door dan penyuluhan. Saya
memberitahukan berbagai informasi mengenai berbagai macam alkon.
5. Penulis : Komunikasi apa yang ibu lakukan untuk melakukan
sosialisasinya ?
Jawab : Lebih banyak ibu-ibu menggunakan komunikasi interpersonal
secara pribadi, dikarenakan jika dalam tanya jawab sosialisasi di posyandu
masih banyak sekali ibu-ibu yang agak segan untuk bertanya lebih lanjut
mengenai alat kontrasepsi.
6. Penulis : Sudah berapa lama PKB memberikan kontribusi mengenai
program KB di Kecamatan Kasemen ?
Jawab : Untuk saya pribadi, saya baru menjabat sebagai PKB Kec.
Kasemen pada tahun 2012.
7. Penulis : Seberapa sering PKB melakukan penyuluhan kepada
masyarakat? Apakah ada jadwal rutin atau menunggu waktu-waktu besar?
Jawab : Jika dalam penyuluhan, biasanya rutin dilakukan sebulan sekali
atau menunggu timing acara-acara seperti adanya pelayanan posyandu dan
adanya hari besar yang berhubungan dengan Keluarga Berencana, dalam
penyuluhan tersebut PKB dibantu oleh Pos KB, Sub Pos KB dan Bidan.
Nah dalam hal ini pula sering menjadi bahasan, ketika seorang Pos
KB/Kader mensosialisasikan program KB akan tetapi Pos KB/Kader
102
banyak yang tidak menggunakan alat kontrasepsi atau alat kontrasepsi
seperti Implan dan IUD yang bersifat jaka waktu panjang.
8. Penulis : Bagaimana cara PKB melakukan pendekatan kepada pihak
masyarakat dalam meningkatkan peserta KB-Baru, dikarenakan
masyarakat di Kec. Kasemen masih sangat agamis dan mindset beberapa
masyarakat tidak mendukung program KB?
Jawab : ini yang sering menjadi sebuah hal yang sulit dilakukan, untuk
saya pribadi ketika melakukan kunjungan door to door tidak langsung
kepada topic yang akan dibahas atau langsung kepada poin-poin seperti
langsung mensosialisasikan alat kontrasepsi, saya pribadi menggunakan
pendekatan secara perlahan-lahan agar dapat diterima masyarakat secara
baik. Seperti memulai bahasan ringan dan lainnya, baru saya menjelaskan
maksud dan tujuan saya datang ke rumah warga untuk melakukan dan
mengajak masyarakat agar ikut KB.
9. Penulis : Faktor apa saja yang mendukung PKB dalam meningkatkan
peserta KB-Baru di Kec. Kasemen? Ini berhubungan dengan apa yang ibu
harapkan bagi pihak-pihak yang membantu dan berkontribusi dalam
melaksanakan tugas seorang PKB untuk mensosialisasikan program KB.
Jawab : PKB tentunya tidak dapat bekerja seorang diri dilapangan
dikarenakan di Kec. Kasemen sendiri terdiri dari 10 Kelurahan sedangkan
PKB di Kec. Kasemen hanya satu orang tentunya ada beberapa Pos
KB/Kader yang membantunya dilapangan. Yang saya harapkan adalah
kader yang lincah dan giat dalam mencari akseptor, jika seorang Pos KB
menemukan sebuah hambatan tentunya PKB akan turun membantu dalam
penyelesaian masalah yang dihadapi di lapangan.
10. Penulis : Siapa saja yang terlibat untuk membantu dalam
mensosialisasikan program KB di Kecamatan Kasemen guna
meningkatkan peserta KB-Baru?
Jawab : Tentunya Kader/Pos KB dan Sub Pos KB yang sudah jelas. Lalu
ada beberapa tokoh masyarakat yang terlibat dan mendukung program KB
contohnya, Lurah Kelurahan Warungjaud, lalu PKB pun membutuhkan
kader posyandu.
11. Penulis : Fasilitas apa saja yang diberikan oleh BPMPKB (Kota Serang)
dalam meningkatkan sosialisasi program KB untuk meningkatkan peserta
KB-Baru? Dalam hal ini BPMPKB kedudukannya kan diatas dari
Kecamatan bagaimana koordinasinya?
Jawab : Jika menyinggung mengenai anggaran, sarana dan prasarana yang
disediakan oleh pihak atas kadang masih tergolong sulit. Tapi dalam
sosialisasian program kami tentunya membutuhkan alkon guna menjadi
contoh nah dalam hal ini BPMPKB sering menyediakan.
12. Penulis : Hambatan apa saja yang ditemui dalam meningkatkan peserta
KB-Baru di Kecamatan Kasemen?
Jawab : Banyak sekali beberapa hambatan yang ditemui dilapangan yang
berhubungan dengan program KB, contohnya sudah jelas aspek
keagamaan yang dipandang berbanding terbalik dengan program KB, lalu
aspek dari keluarganya sendiri yaitu banyak beberapa suami yang tidak
103
begitu mengizinkan istrinya untuk berKB, itu adalah hambatan dari faktor
eksternal. Lalu faktor bahasa menjai faktor hambatan aspek komunikasi,
contohnya banyak sekali masyarakat yang menggunakan bahasa daerah
seperti jawa serang, ketika kita menggunakan bahasa indonesia saja masih
banyak masyarakat yang kurang paham.
13. Penulis : Hambatan apa yang paling sulit dihadapi oleh PKB dalam
meningkatkan peserta KB-Baru?
Jawab : Hambatan yang paling sulit tentunya dari aspek keagamaan,
karena keagamaan bersifat adat istiadat dan pasti sangat dipertahankan
oleh masyarakat itu sendiri. Lalu ada beberapa bidan yang malah tidak
menganjurkan beberapa alat kontrasepsi jangka panjang, mereka hanya
menganjurkan untuk memakai pil dan suntik.
14. Penulis : Seberapa sulit PKB dalam mensosialisasikan program KB untuk
meningkatkan peserta KB-baru?
Jawab : Sangat sulit, dimana masyarakat masih sangat banyak yang kolot
dengan agama dan masih awam mengenai program KB.
15. Penulis : Bagaimana tanggapan PKB menghadapi beberapa hambatan
dalam meningkatkan peserta KB-Baru?
Jawab : Sangat sulit seperti diujar sebelumnya, jika berkaitan dengan
harapan PKB ya tentunya PKB menginginkan masyarakat ikut program
KB dan mau menjadi peserta KB-Baru.
16. Penulis : Apa tindakan yang sudah dilakukan oleh PKB dalam menghadapi
hambatan di Kecamatan Kasemen ?
Jawab : Tentunya kami akan selalu menjunjung tinggi aspek kekeluargaan
dalam menghadapi setiap masalah yang berhubungan dengan tanggung
jawab kami, akan tetapi jika ada beberapa pihak yang bertindak secara
berlebihan kami tidak segan-segan memanggil pihak yang bekerjasama
dengan pemerintah dalam program KB yaitu Babinsa.
17. Penulis : Ya sudah cukup bu.. mungkin cukup sekian untuk beberapa
pertanyaan yang arief sampaikan kepada ibu.
Jawab : Ia rief gapapa.. kalo emang arief butuh informasi lagi nanti bisa
diskusikan lagi ya rief.
104
Hari/tanggal : Senin, 3 Agustus 2015
Tempat : BPMPKB Kecamatan Kasemen
1. Penulis : Assalamualaikum Wr. Wb.
Jawab : Waalaikumsalam Wr. Wb.
2. Penulis : Bu maaf menggagu waktunya sebentar ini mengenai penambahan
informasi data, karena kemarin sidang arief diharuskan untuk melakukan
revisi ulang.
Jawab : Ya, apa yang ibu bisa bantu rief ?
3. Penulis : Begini bu, ada beberapa pertanyaan yang arief akan ajukan
kepada ibu. Diantaranya mengenai peran seorang PKB. Langsung saja ya
bu, menurut ibu sebagai pengelola program KB itu seperti apa yah ?
Jawab : Tentunya PKB itu adalah orang yang bertanggung jawab dalam
pengelolaan program KB di UPT Kecamatan Kasemen. Nah di sini ibu itu
bertindak sebagai orang yang mengelola program tersebut dibantu dengan
beberapa kader dan seluruh lapisan masyarakat yang terlibat didalamnya.
Ibu disini mengolah informasi dan bagaimana caranya program itu dapat
diterima di masyarakat.
4. Penulis : Programnya apa saja bu ? ada engga misalnya penamaan seperti
program PIK Remaja atau Genre bu ?
Jawab : Nah untuk programnya ibu sudah menjelaskan kepada arief
kemarin yaitu programnya hanya penyuluhan dan konseling door to door
saja. Untuk PIK Remaja itu bukan sistem kerjanya pihak Kecamatan tetapi
itu di lakukan oleh pihak Kota.
5. Penulis : Lalu tidak adakah program yang berlabel bu?
Jawab : Hmm... kalo untuk penamaan program mungkin lebih kepada Bina
Keluarga Remaja (BKR) yaitu program dimana anak-anak remaja yang
orang tuanya mengikuti program KB diberikan pembinaan untuk
mengetahui seluk beluk tentang program KB, lalu ada Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) nah disini banyak tuh ibu-ibu
yang ikut KB diberikan modal untuk membuat suatu usaha guna
memperoleh profit.
6. Penulis : Oh jadi untuk selain penyuluhan dan konseling ada juga beberapa
program yang di usung oleh KB ya bu ? seperti UPPKS dan BKR. Kirakira ibu hapal siapa saja yang terlibat dalam program UPPKS contohnya ?
Jawab : Nah kamu kan sering berkoordinasi dengan ibu Rumsiah, nah ibu
rum itu contohnya yang ikut dalam UPPKS.
7. Penulis : Lalu bu bicara mengenai koodinasi dengan pihak kota seperti apa
bu ?
Jawab : Koordinasi sih banyak rif, seperti penyediaan alkon dan lain lain.
Lalu setiap bulan kepala UPT diikut sertakan dalam kegiatan rakor,
membahas mengenai seluk beluk program dan penyelenggaraan program.
8. Penulis : Lalu bu, membahas mengenai dorongan diri ibu sebegai PKB di
Kecamatan Kasemen, apa motivasinya bu ?
Jawab : Untuk motivasi tentunya berkenaan dengan tanggung jawab saya
dong karena sebagai seorang PKB, lalu saya pula menilai di Kecamatan
105
Kasemen ini sangat membutuhkan program KB karena masih banyak
masyarakatnya yang hidupnya kurang kondusif dari sisi aspek keluargaan
dan ekonomi. Maka dari itu perlunya masyarakat diberdayakan dengan
baik.
9. Penulis : Lalu membahas mengenai dorongan dari luar bu ?
Jawab : Dorongan dari luar mah tergantung masyarakatnya juga, di sini
kan masyarakatnya sangat agamis dan budaya islam yang sangat kental
nah itu yang bikin agak susah program KB masuk. Lalu dorongan dari luar
tentunya kerjasama dengan antar pihak seperti kader, bidan dan tokoh
masyarakat.
106
LAMPIRAN 5
BIODATA INFORMAN SEKUNDER
1. Nama Informan
: Hj. Apai Supardi. S.Ip,.M.Si
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Serang, 12 Desember 1964
3. Usia Informan
: 51 Tahun
4. Agama
: Islam
5. Status
: Ka.Subbid KB BPMPKB Kota Serang.
6. Alamat
: Komplek Puri Kartika. Banjarsari. Cipocok
107
LAMPIRAN 6
TRANSKRIP WAWANCARA
Hari/tanggal : Selasa, 14 Juli 2015
Tempat : Kantor BPMPKB Kota Serang.
1. Penulis : Assalamualaikum Wr. Wb.
Jawab : Waalaikumsalam Wr. Wb.
2. Penulis : Nama saya Arief Rizki izin melakukan wawancara guna
penambahan data informasi dan perbaikan revisian pada skripsi saya.
Dalam penelitian saya membahas tentang peran penyuluh KB di
Kecamatan Kasemen.
Jawab : ya
3. Penulis : Langsung saja pertanyaan yang pertama ya pak?
Bismillahirohmanirohim, Menurut bapak penyuluh KB itu apa pak ?
Jawab : Terimakasih arief atas kepercayaannya, PKB itu posisinya yang
terbawah yang tugasnya memberikan penyuluhan di desa-desa atau
kampung-kampung atau kelurahan agar merayu kemudian membujuk agar
warga khususnya ibu-ibu mau masuk KB. Karena kami di target oleh
BKKBN untuk mendapatkan akseptor.
4. Penulis : Apa faktor yang dimiliki oleh seorang PKB dalam melakukan
tugasnya ? baik internal maupun eksternal ?
Jawab : Setiap PKB diberikan bimbingan teknis yaitu CTU jadi pelatihan
BKKBN provinsi Banten. PKB juga harus memiliki ilmu bidang
spikologi, dy harus berjiwa kepemimpinan, kemudian berjiwa luwes
kepada masyarakat sehingga merangkul masyarakat untuk ikut KB agar
program KB ini dinilai tidak menakutkan.
5. Penulis : Apa yang sudah dilakukan oleh BPMPKB untuk menunjang
kinerja seorang PKB ?
Jawab : Kami sudah memberikan motor untuk sarana dan prasarana,
kemudian kalo untuk pelayanannnya seperti Mupen atau mobil
pelayananan. Itu untuk membantu penyediaan alkon. Insallah pada tahun
ini akan diadakan mobil pengangkut akseptor sedang diproses.
6. Penulis : Apa hambatan menurut BPMPKB dalam melakukan sosialisasi
program KB ? Maksudnya apa pak hambatan seorang PKB dalam
melakukan penyuluhan di Kecamatan ? karena posisi PKB kan berada
dibawah BPMPKB otomatis PKB akan curhat dengan BPMPKB mengenai
apa saja yang ditemukan di lapangan. Utamanya di Kecamatan Kasemen
Jawab : Kalo hambatan di lapangan itu biayasanya masih banyak
masyarakat yang pemahaman agamanya masih bersifat fanatik, jadi
mereka masih belum membukan wawasan keluar sehingga program KB
itu haram. Mereka masih perpegang pada asas banyak anak banyak rezeki
108
“mangan ora mangan sing penting ngumpul”. Sehingga ini harus
dilakukan pendekatan. Kemudian apapula janji-janji walikota yang tidak
terealisasi contohnya, jika masuk MOP akan diberi uang 2 juta. Nah ini
tidak terealisasi.
7. Penulis : Hambatan yang paling sulit apa pak?
Jawab : Yang paling sulit itu janji walikota. Janji politik.
8. Penulis : Lalu bagaimana jika ada keluhan dari masyarakat ?
Jawab : Alhamudilillah jika di Kecamatan Kasemen ini, ada salah satu
orang anak tokoh yang melakukan pendekatan kepada masyarakat dan
melakukan klarifikasi.
9. Penulis : Ada berapa PKB di Kota Serang ?
Jawab : Sekarang ada 4 PKB untuk 66 Kelurahan dan 6 Kecataman.
Idealnya 1 PKB membina 1 Kelurahan. Maka Dapat disimpulkan kami
kekurangan 62 orang PKB.
10. Penulis : Kenapa bisa jadi 62 orang pak kurangnya ?
Jawab : Karena banyak dari PKB yang beranjak mengenai kenaikan
jenjang karier misalnya awalnya PKB menjadi Kasi menjadi Kasubag dan
lain-lain sehingga posisi PKB menjadi berkurang setiap waktunya. PKB
itu kan pegawai negeri sipil (PNS) dan waktu masuknya untuk penerimaan
pegawai negeri sipil itu terbatas sehingga banyak posisi PKB yang kosong
dilapangan. (Moratorium)
11. Penulis : Bagaimana klasifikasi seorang untuk menjadi seorang PKB ?
Jawab : Mendaftarkan sebagai PNS biasa, sesuai dengan farmasi jabatan
PLKB. Latar belakangnya seperti sarjana hukum, sarjana psikologi atau
sarjana agama sesuai dengan kebutuhan. Alurnya pendaftaran lalu tes, lalu
pra jabatan, lalu menjadi PLKB lalu dilakukan pelatihan CTU lalu di
tempatkan sesuai dengan kebutuhan.
12. Penulis : Lalu untuk evaluasi program BPMPKB sesuai target atau tidak ?
Jawab : Sesuai target, kami selalu bekerja sesuai target disetiap tahun. Jadi
kami melakukan evaluasi setiap sebulan sekali. Kalau target itu tidak
sesuai sasaran kami menegur PKB atau kepala UPT dan Kasubagnya.
Agar kita sama-sama mencapai sasaran tersebut. Untuk evaluasi kami
sering mengadakan pertemuan untuk melakukan koordinasi apa saja yang
ditemukan dilapangan guna memecahkan masalah-masalah tersebut
bersama UPT di Kecamatan.
13. Penulis : Oke pak yang tadi kan membahas pertanyaan umum, lalu arief
ingin memberikan pertanyaan kusus, sumbernya dari buku pedoman
penyediaan pemberdayaan tenaga fungsional penyuluh keluarga
berencana. Ada empat peran PKB pak diantaranya pengelolaan
pelaksanaan kegiatan KB Nasional, penggerak partisipasi masyarakat,
pemberdayaan keluarga dan masyarakat lalu yang keempat membahas
mengenai menggalang dan kemitraan dengan pihak-pihak dalam
pelaksanaan program KB. Langsung saja ya pak untuk yang pertama
membahas mengenai pelelolaan pelaksanaan kegiatan KB Nasional itu apa
ya pak maksudnya ?
109
14. Penulis : Dalam poin pertama adalah pengelola pelaksanaan program KB
nasional di desa dan kelurahan pak, maksudnya di sini apa pak?
Jawab : Biasanya kita ada momentum yah, seperti hari Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) atau hari jadi kota serang. Nah kami mengadakan
pelayanan. PKB kami kerahkan untuk mencari akseptor untuk pelayanan
program KB.
15. Penulis : Apa yang sudah dilakukan PKB dalam pengelola program KB?
Jawab : PKB kan sudah mencari akseptor dan dia melakukan pendekatan
dengan masyarakat misalnya tokoh agama dan tokoh masyarakat, sehingga
PKB dapat dikenal di masyarakat.
16. Penulis : Sudah maksimal belum pak?
Jawab : Belum karena faktor kami pula masih kekurangan PKB. Dimana
PKB latar pendidikannya adalah sarjana, sehingga berbeda dengan SLA
atau SMP mereka itu lebih ulet, lebih bermasyarakat. Sarjana itu baru 4
tahun sudah menuntut untuk naik jabatan, kordinasi melalui HP,
penyuluhan pake mobil mewah, sehingga kan ini kurang bersahaja dan
dekat dengan masyarakat.
17. Penulis : Kalo di Kecamatan Kasemen sendiri sudah maksimal belum pak
?
Jawab : Belum, karena di situ agak kumuh, banyak keluarga yang masih
miskin, lalu kasemen kan masuk kedalam masyarakat pesisir. Apalagi
antar wilayah agak jauh jadi ini menjadi kendala.
18. Penulis : Siapa saja yang dilibatkan dalam kegiatan tersebut pak? Misalnya
dalam lembaga atau diluar lembaga? Dalam kegiatan penyuluhan.
Jawab : Tentunya PKB. Dalam lembaga BMPKB seperti Kasubid
Pelayanan, Kasubid Advokasi, kalo dari luarnya kami melibatkan unsur
Babinsa, Koramil, Guru-guru, Bidan dan Kyai.
19. Penulis : Untuk kegiatannya pak rutin atau momentum ?
Jawab : Rutin jika seperti di Puskesmas nanti kita ambil laporannya, untuk
momentum biasanya isidentil, momentum pula terjadwal misalnya harihari besar pemerintah yang berhubungan dengan keluarga terjadwal
pertahun.
20. Penulis : Lalu poin kedua, di sini membahas tentang penggerak partisipasi
masyarakat dalam program KB. Ini maksudnya apa pak ?
Jawab : Karena PLKB itu menggerakan bersatu dengan kader, ada bidan
desa dan kader, karena informasi dari kader itu sangat membantu, kader
butuh informasi pula dari PKB dan begitu sebaliknya. Lalu PKB
berkordinasi dengan bidang kesehatan jadi nanti jelas misalnya sekian
yang membutuhkan alkon. Sehingga pekerjaan kami tidak keteter sesuai
dengan jumlah yang ada.
21. Penulis : Untuk peran penggerak partisipasi masyarakat sudah maksimal
belum?
Jawab : Belum
22. Penulis : Bagaimana PKB menggerakan partisipasi masyarakat agar efektif
pak?
110
Jawab : PKB tahu nomor HP kader tersebut. Jatuhnya kepada pola
publikasi informasi, sehingga informasi terus berjalan. Misalnya abis
pelayanan ada akseptor yang tidak mau minum obat. Nah disitu kader dan
PKB itu bergerak. Jadi memberikan pemahaman dan informasi.
Sederhananya sebagai seorang Komunikator.
23. Penulis : Lalu masuk poin ketiga disini terdapat peran sebagai pemberdaya
keluarga dan masyarakat dalam melaksanakan program KB. Ini
maksudnya apa pak?
Jawab : Program KB kan tujuannya 2 anak cukup. Nah dengan faktor
kemiskinan bisa dikurangi. Lalu ibu-ibu diarahkan untuk bidang UPPKS.
Bidang UPPKS itu mengajarkan bahwa ibu-ibu diberikan pemahaman
tentang bagaimana cari supaya hidup lebih mandiri. Contohnya ada yang
bikin kue, makanan, dan kerajinan atau apa lalu diberdayakan oleh pihak
KB. Sehingga keluarganya mampu menjadi lebih sejahtera. Kalo dulu
kami berikan modal, sehingga ada kesibukan yang bersifat positif. Dengan
banyaknya relasi mereka bisa maju dan berhasil.
24. Penulis : Apakah sudah maksimal pak ? maksudnya disini adakah seorang
akseptor yang sudah mandiri dan sukses ketika diberdayakan oleh program
KB ?
Jawab : Ada kok yang sukses, contohnya ketika seorang akseptor yang
sudah mandiri mampu bersosialisasi dan mampu berkomunikasi dengan
baik menghasilkan relasi dengan baik.
25. Penulis : Poin ke empat yaitu menjalin kemitraan dengan berbagai pihak
dalam pelaksanaan program KB. Maksudnya seperti apa pak, menurut
bapak ?
Jawab : maksudnya berkoordinasi dengan berbagai pihak contohnya
dengan rumah sakit pemerintah, lalu bidang Abri, nah Abri sendiri ada
program(TMKK).
26. Penulis : Kalau untuk pemuka agama bagaimana pak ?
Jawab : Nah kalo pemuka agama, itu pelatihan dan pendekatan
dianggarkan oleh provinsi, pemuka agama itu tentu sangat berpotensi
dalam terlaksananya program KB.
27. Penulis : Di Kecamatan Kasemen sendiri aspek KB dan keagamaan itu kan
sangat kontras. Menurut bapak bagaimana pak ?
Jawab : Nah jika ada hal seperti itu kami tentu memberikan pendekatan
kepada para pemuka agama yang fanatik sesuai aspek keagamaan pula.
Seperti hadist atau ayat yang berhubungan dengan aspek Keluarga
Berencana. KB itu bukan untuk membunuh keturunan, KB itu membatasi
maksudnya membatasi itu memberikan jarak dalam kelahiran. Karena
kenapa? Jika tidak diatur dengan baik kesehatan ibunya akan terbengkalai,
anak tumbuh kembang kurang baik dan bahkan mengakibatkan
kemiskinan nantinya jika anaknya banyak tidak seimbang dengan aspek
ekonomi yang baik.
111
LAMPIRAN 7
BIODATA INFORMAN SEKUNDER
7. Nama Informan
: Rohimah
8. Tempat, Tanggal Lahir
: Serang, 10 Januari 1957
9. Usia Informan
: 55 Tahun
10. Agama
: Islam
11. Status
: Pos KB Kelurahan Terumbu
12. Alamat
: Kelurahan Terumbu
112
LAMPIRAN 8
BIODATA INFORMAN SEKUNDER
1. Nama Informan
: Rumsiah
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Serang, 3 Mei 1971
3. Usia Informan
: 44 Tahun
4. Agama
: Islam
5. Status
: Pos KB Kelurahan Kasemen
6. Alamat
: Kelurahan Kasemen
113
LAMPIRAN 9
BIODATA INFORMAN SEKUNDER
1. Nama Informan
: Suparti
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Serang, 2 Desember 1976
3. Usia Informan
: 41 Tahun
4. Agama
: Islam
5. Status
: Pos KB Kelurahan Warungjaud
6. Alamat
: Kelurahan Warungjaud
114
LAMPIRAN 10
BIODATA INFORMAN SEKUNDER
1. Nama Informan
: Nurhayati
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Serang, 2 Februari 1986
3. Usia Informan
: 29 Tahun
4. Agama
: Islam
5. Status
: Sub Pos KB Kelurahan Terumbu
6. Alamat
: Kelurahan Terumbu
115
LAMPIRAN 11
BIODATA INFORMAN SEKUNDER
1. Nama Informan
: Istiharoh
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Serang, 29 September 1994
3. Usia Informan
: 21 Tahun
4. Agama
: Islam
5. Status
: Sub Pos KB Kelurahan Terumbu
6. Alamat
: Sariwangi Residen, Taktakan.
116
LAMPIRAN 12
BIODATA INFORMAN SEKUNDER
1. Nama Informan
: Sam’ah
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Serang, 17 Juni 1990
3. Usia Informan
: 25 Tahun
4. Agama
: Islam
5. Status
: Sub Pos KB Kelurahan Warungjaud
6. Alamat
: Kelurahan Warung Jaud
117
LAMPIRAN 13
TRANSKRIP WAWANCARA
Hari/tanggal : Senin, 16 Maret 2015
Tempat : Kantor Kecamatan Kasemen
Kronologi
Pada tanggal 16 Maret 2015 pada jam 20.30 WIB peneliti melakukan
wawancara dengan Pos/Sub KB. Wawancara dilakukan di kantor Kecamatan
Kasemen, wawancara dilakukan malam hari karena pada hari tersebut Pos/Sub
KB sedang melaksanakan kegiatan MTQ yang berlangsung di Kabupaten Lebak,
peneliti melakukan komunikasi dan membuat janji dengan salah satu Pos KB
Kelurahan Kasemen yaitu Ibu Rumsiah dan menyepakati bahwa wawancara
dilakukan setelah acara MTQ dan para Pos/Sub KB pulang ke kantor Kecamatan
Kasemen sekitar jam 19.00 WIB . peneliti menunggu mulai dari jam 18.00 WIB
di Kantor Kecamatan Kasemen, sambil menunggu peneliti melakukan diskusi
ringan dengan seorang masyarakat dan ternyata melalui pengenalan dan diskusi
peneliti menemukan bahwa orang tersebut adalah suami dari Pos KB Kelurahan
Terumbu yaitu Ibu Rohimah. Setibanya para Pos/Sub KB di kantor Kecamatan
Kasemen penelitipun melakukan perkenalan dengan kader-kader lain pada jam
20.00 WIB dan menyepakati pembuatan forum diskusi dan dilakukan wawancara
bertempat dikantor Kecamatan Kasemen.
Wawancara dalam forum
1. Penulis : Bagaimana seorang Pos KB bekerjasama dengan PKB dalam
mensosialisasikan program agar tercapainya peserta KB-Baru ?
Ibu Rohimah Pos KB Kelurahan Terumbu
Jawab : Sosialisasi dimasyarakat biasanya dilakukan dengan dua cara,
yaitu dilakukannya penyuluhan yang dilakukan di posyandu dan sosialisasi
door to door atau kunjungan langsung kerumah masyarakat yang sudah
memiliki anak atau sudah menikah. Dalam sistem penyuluhan biasanya
PKB hadir dan memberikan beberapa materi dan contoh alkon yang akan
di sosialisasikan, dalam penyuluhan tersebut pula dilibatkan bidan desa.
2. Penulis : Berapa kali intensitas yang dilakukan oleh PKB melakukan
sosialisasi tersebut ?
Ibu Rohimah Pos KB Kelurahan Terumbu
Jawab : Biasanya dilakukan sebulan sekali, contohnya pada saat akan
diadakannya kegiatan posyandu dan kadang pada acara-acara/hari
Keluarga Berencana.
3. Penulis : Seharusnya Komunikasi apa yang harus dilakukan oleh PKB
dalam melakukan penyuluhan ?
118
4.
5.
6.
7.
Ibu Rohimah Pos KB Kelurahan Terumbu
Jawab : Seharusnya PKB harus lebih meningkatkan kedekatan kepada
masyarakat dan beberapa tokoh masyarakat contohnya lurah dan tokoh
agama yang terdapat di Kecamatan Kasemen.
Penulis : Memangnya PKB kurang melakukan pendekatan kepada tokoh
agama ?
Ibu Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen
Jawab : Memang umumnya permasalahan yang dihadapi di Kecamatan
Kasemen dalam mensosialisasikan program KB adalah masyarakat yang
masih awam, contohnya di Kelurahan Kasemen, ada seorang tokoh agama
yang tidak setuju dengan program KB dan dia sangat mengkaitkan dengan
aspek keagamaan yang tidak memperkenankan masyarakatnya untuk ikut
program KB karena tokoh tersebut menilai bahwa menghalangi apa yang
Tuhan beri kepada manusia itu bertentangan dengan agama. Karena
menilai bahwa anak adalah anugrah. Harapan saya adalah setidaknya PKB
seharusnya mampu menjalin hubungan baik dengan tokoh masyarakat dan
mampu memberikan pemahaman dan pengertian dengan baik kepada
tokoh masyarakat.
Penulis : Seperti apa contoh kejadiannya bu, yang berkenaan dengan aspek
keagamaan tersebut ?
Ibu Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen
Jawab : Misalnya, akan diadakannya kegiatan pelayanan di posyandu yang
berhubungan pula dengan pelayanan program KB, tentunyakan kami
sebagai pos KB melakukan publikasi informasi kepada masyarakat melalui
pengeras suara yang terdapat di mesjid atau mushola. Dan ternyata tibatiba saya di protes oleh satu masyarat ya kita sebut saja seorang tokoh
agama yang sangat menjunjung tinggi nilai keagamaan. Dan disitu terjadi
cekcok antara saya dengan beliau membahas mengenai pro dan contra
program KB.
Penulis : Kususnya di Kelurahan Terumbu, menurut PKB dari data di
Kelurahan tersebut sangat sulit melakukan penyuluhan mengapa demikian
bahkan jumlah KB-Baru yang sangat sedikit?
Ibu Rohimah Pos KB Kelurahan Terumbu
Jawab : Memang jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya di Kelurahan
Terumbu masih sangat sulit melakukan dan mengajak masyarakatnya
untuk mengikuti program KB. Aspek keagaaman masih sangat kuat di
Kelurahan Terumbu yang sangat berbentrokan dengan program KB.
Penulis : Lalu bagaimana seorang PKB dan Pos KB menanggapi
permasalahan tersebut dan bagaimana solusinya ?
Ibu Rohimah Pos KB Kelurahan Terumbu
Jawab : Memang dalam kegiatan penyuluhan di posyandu sering
menghadiri dan memberikan beberapa pengenalan alkon, akan tetapi
dalam pelayanan door to door masih kurang ikut berparsipasi, PKB hanya
memberikan target dalam pencapaian peserta KB-Baru. Dan yang saya
harapkan PKB ikut turun kelapangan dan membantu melakukan
pendekatan kepada tokoh agamanya. Kalo saya pribadi, umumnya pihak
119
yang kontra dengan program KB biasanya berbicara di forum keagamaan
seperti banyak ibu-ibu yang melakukan pengajian dan mengundang Kyai,
nah Kyai tersebut membahas bagaimana program tersebut dan tidak setuju
dengan program tersebut. Dalam hal ini ketika saya mendapati sebuah
kelompok pengajian yang sudah terbentur dengan pembicaraan KB haram,
saya akan mencari sebuah kelompok baru yang membutuhkan pemahaman
lebih jauh mengenai program KB, dan begitu seterusnya.
8. Penulis : Jika dari Kelurahan lain bagaimana caranya untuk menyikapi hal
tersebut ?
Ibu Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen
Jawab : Memang permasalahan umum seperti itu, bahkan pengalaman
yang saya alami ketika kami ingin melakukan sosialisasi dan di publikasi
di masjid saya malah dimarahi oleh beberapa tokoh agama, padahal tidak
ada hadist yang menerangkan dengan jelas dan rinci bagaimana program
KB dikatakan “haram”.
9. Penulis : Pekerjaan Pos KB tergolong sulit, adakah kontribusi dari pihak
lain misalnya, Kecamatan kan dalam naungan Kota, untuk aseptor calon
peserta KB-Baru kan di butuhkan beberapa fasilitas untuk pemasangan
alkon?
Ibu Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen
Jawab : Untuk bantuan dari pihak atas/kota , ya seadanya saja. Maksudnya
seadanya untuk fasilitas pengadaan transport saja kadang memakai dana
sendiri-sendiri.
10. Penulis : Jika dikaitkan dengan apa yang sedang saya bahas mengenai
kontribusi PKB dalam meningkatkan peserta KB-Baru, apa saran dan
harapan dari Pos KB dan Sub Pos KB ?
Ibu Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen
Jawab : Untuk saya pribadi, saya mengharapkan PKB mampu turun
langsung kepada masyarakat guna untuk memberikan pemahaman
contohnya pada kegiatan penyuluhan secara door to door. Soalnya yang
saya tahu pihak atas hanya memberikan tugas kepada Pos KB untuk
membawa atau menemukan aseptor yang ingin berKB tanpa mengetahui
seberapa sulit hal-hal yang dihadapi oleh Pos KB dilapangan.
Ibu Supardi Pos KB Kelurahan Warungjaud
Jawab : Hampir sama dengan Ibu Rumsiah, saya menginginkan pula hal
tersebut dan saya minta tolong PKB melakukan pendekatan kepada tokohtokoh masyarakat, karena mau tidak mau tokoh-tokoh masyarakat seperti
Kyai dan Lurah memiliki ambil alih yang kuat di Kecamatan Kasemen
kususnya.
Ibu Rohimah Pos KB Kelurahan Terumbu
Jawab : Untuk hal-hal yang saya alami saya pula menginginkan PKB lebih
memperhatikan posisi seorang Pos KB, dibalik kontribusinya dalam
mencari aseptor pekerjaan Pos KB sangat merangkap di Kecamatan
Kasemen ini, contohnya saja kepengurusan BPJS banyak sekali
masyarakat yang meminta tolong kepada kami dalam pembuatannya.
120
Wawancara ke 2
Sumber : Rumsiah (Pos KB Kelurahan Kasemen)
Hari/tanggal : Minggu, 19 April 2015
Tempat : Rumah Ibu Rumsiah
Kronologi
Pada tanggal 19 April 2015 peneliti melakukan wawancara tambahan,
mengapa wawancara tambahan perlu dilakukan? Peneliti mendapati bahwa ada
beberapa data yang diperoleh pada wawancara sebelumnya kurang lengkap.
Sasaran wawancara kali ini adalah Pos KB Kelurahan Kasemen yaitu Ibu
Rumsiah. Peneliti menargetkan wawancara lanjutan kepada Ibu Rumsiah karena
peneliti memiliki kedekatan leih dengan Pos KB Kelurahan Kasemen, lalu
pertanyaan-pertanyaan memiliki beberapa indikasi terhadap Ibu Rumsiah.
Wawancara kali ini akan membahas lebih secara terperinci mengenai bagaimana
posisi seorang Pos KB dan PKB di Kecamatan Kasemen, beberapa pertanyaan
yang berhubungan dengan seluk beluk Pos KB dan pertanyaan yang berhubungan
dengan permasalahan yang dihadapi mengenai program KB di Kelurahana
Kasemen. Awal mula peneliti melakukan konfirmasi pada pagi hari melalui
telephone dengan Pos KB. Dan pada akhirnya ditentukan pada jam 12.00 siang
akan dilakukan wawancara dengan Ibu Rumsiah dirumahnya.
Wawancara
1. Penulis : Sudah berapa lama ibu menjadi seorang Pos KB di Kecamatan
Kasemen ?
Jawab : Sudah 15 Tahun
2. Penulis : Venny tergolong baru menjabat seorang PKB pada tahun 2012.
Bagaimana perbandingannya dengan PKB sebelumnya?
Jawab : Banyak sekali sih perbandingannya dengan PKB sebelumnya,
akan tetapi bukan berarti Ibu Venny tidak baik pula dalam prakteknya
ketika menjabat seorang PKB di Kecamatan Kasemen. Ibu Venny pula
cukup cekatan dalam melakukan penyuluhan apalagikan dia tergolong
seorang sarjana jadi pintar, kadang sekalipun daerah yang tergolong sulit
dalam melakukan kegiatan KB , Ibu Venny kadang turun langsung ke
lapangan contohnya ke Kelurahan Warung Jaud dan Terumbu, akan tetapi
jika ke Terumbu masih kurang komunikasi dengan kader posyandunya.
3. Penulis : Jadi ibu sudah menjabat selama 15 tahun, sebelumnya namanama PKB di Kecamatan Kasemen siapa bu ? lalu bagaimana mereka
melakukan sosialisasi program KB di Kecamatan Kasemen?
Jawab : Nama PKB sebelumnya itu Pak Yuyu didampingi dengan Ibu
Ratu Mamah, selanjutnya digantikan dengan Pak Cece dan Ibu Herlis, lalu
Ibu Venny baru masuk menjabat sebagai PKB sampai sekarang dari tahun
2012. Jika dibandingkan dengan Pak Cece dan Ibu Herlis itu tidak seperti
Ibu Venny yang lebih banyak menghabiskan waktu dikantor saja.
121
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Mungkin jika membahas turun kelapangan mengenai Ibu Venny terhambat
oleh beberapa faktor yaitu, Ibu Venny tidak dapat mengendarai motor jadi
agak sulit kelapangan padahal inventaris sudah disediakan, Pak Cece dan
Ibu Herlis lebih sering turun ke lapangan jadi masyarakat itu mengetahui
PKB. Jadi tidak semua PKB itu diam dikantor.
Penulis : Biasanya masa jabat seorang PKB itu berapa tahun ya bu?
Jawab : Itu tidak tentu, yang saya tau rencananya PKB kan hanya terdapat
2 orang di Kota Serang. Setahu saya, ini rencana dari pihak provinsi yaitu
BKKBN akan mengganti PKB dengan Pos KB yang memiliki potensi agar
lebih efektif.
Penulis : Ibu bekerja sebagai seorang Pos KB, pertanyaan ini agak sensitif
mohon maaf, kira-kira ibu diberikan gaji berapa selama sebulan? Soalnya
yang saya tahu Pos KB berbeda dengan pegawai PNS.
Jawab : Kurang tentu jika membahas mengenai gaji, kadang 1 tahun 3 kali,
kadang 4 kali, dan yang saya tahu kebijakan sekarang itu 1 tahun 6 kali,
lalu nominalnya adalah 50 ribu rupiah setiap pemberian biasanya.
Sebenarnya Pos KB tidak terlalu berpatokan kepada gaji, sistem yang
diterapkan adalah sistem reward. Misalnya jika saya membawa akseptor
untuk berKB Implan 5 ribu, kalo IUD 20 ribu, ibarat itu adalah uang
ongkos ibu dalam membawa akseptor. Tetapi kadang ada pertemuan
kumpul evaluasi program kerja, ada uang amplopnya dan tidak rutin.
Penulis : Misalnya ada seorang akseptor yang membutuhkan sarana dan
prasarana, contohnya dari Kasemen akan diantar ketempat pemasangan
alkon. Itu apakah disediakan uang transport atau bagaimana ?
Jawab : Tidak ada, intinya kader itu ihklas. Contohnya misalkan akan
diadakan pemasangan alkon di provinsi, provinsi dari Kasemen tentu jauh,
nah ongkos transport itu dari uang pribadi kami sendiri.
Penulis :. Maaf sebelumnya, ibu kan tahu bu seorang Pos KB itu digajinya
tidak seberapa, dan pekerjaannya tergolong sulit yah. Apa motifasi ibu
yang mendorong ibu sampai sekarang mau menjadi seorang Pos KB?
Jawab : Jadi begini, mengapa saya ingin menjadi seorang kader Pos KB itu
karena saya memiliki seorang anak yang sakit, karena sakit-sakitan terus
jika saya dekat dengan dokter yang dipuskesmas dekat dengan bidan-bidan
berarti saya lebih mudah untuk mengobati anak saya karena saya tergolong
keluarga yang tidak punya. Untuk memberi sedekah kepada masyarakat
tidak bisa, jadi saya hanya bisa memberikan tenaga.
Penulis : Selanjutnya membahas mengenai permasalahan agama yang
terjadi di Kecamatan Kasemen, kemarin ibu sempat memberikan contoh
mengenai permasalahan aspek keagamaan ketika ibu memberikan
publikasi informasi, lalu kronologinya seperti apa?
Jawab : orangnya datang menemui saya dan berbicara “sekalian saja kalo
ada ilang sendal diumumkan dimesjid”. Lalu saya bertanya kepada ustad
tersebut “begini saja pak, saya meminta hadist yang membahas larangan
masyarakat untuk berKB jika dilarang”.
Penulis : Ada tidak kejadian yang lebih sensitif misalnya diadakan
penyuluhan lalu terjadi penolakan ditempat?
122
Jawab : Jika kejadian seperti itu alhamdulillah tidak ada, bahkan setelah
kejadian seperti penolakan-penolakan saya tidak memusuhi mereka, saya
datang kerumahnya saya deketin dan saya mohon maaf, setelah itu
yasudah cair lagi dan masing-masing saja sudah. Ibadahku ibadahku dan
ibadahmu ibadahmu.
123
LAMPIRAN 14
BIODATA INFORMAN PENDUKUNG
1. Nama Informan
: Nuraeni
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Serang, 5 Mei 1991
3. Usia Informan
: 24 Tahun
4. Agama
: Islam
5. Status
: KB-Baru Suntik
6. Alamat
: Kelurahan Kasemen
124
LAMPIRAN 15
TRANSKRIP WAWANCARA
Hari/tanggal : Jum’at, 20 Maret 2015
Tempat : Kelurahan Kasemen, Kecamatan Kasemen
1. Penulis : Selamat siang ibu ?
Jawab : Selamat siang mas
2. Penulis : Boleh saya minta waktunya sebentar ?
Jawab : Boleh..
3. Penulis : Saya Arief dari Untirta saya lagi penelitian skripsi bu.. mau
topicnya tentang KB-Baru ibu..
Jawab : Oh ia silahkan masnya mau tanya apa? Saya KB-Baru Suntik
4. Penulis : Nama ibu siapa ya ? umurnya berapa bu ?
Jawab : Nama saya nuraeni umur 24 tahun mas
5. Penulis : Ia bu langsung saja kenapa ibu menggunakan alat kontrasepsi KB
Suntik dibanding alat kontrasepsi lain?
Jawab : Dikarenakan alat kontrasepsi KB suntik nyaman ketika digunakan,
saya baru memiliki 1 anak menurut anjuran bidan desa, KB suntik
mempunya efek yang baik untuk ASI. Makannya saya mau menggunakan
alat kontrasepsi KB suntik dibanding alat kontrasepsi lain.
6. Penulis : Kapan Ibu menggunakan alat kontrasepsi KB Suntik ?
Jawab : Setelah lahiran saya langsung menggunakan alat kontrasepsi KB
Suntik atas anjuran bidan desa.
7. Penulis :Adakah anjuran atau bahkan keluhan orang sekitar ketika ibu
menggunakan alat kontrasepsi KB?
Jawab : Jika berbicara keluhan tidak ada yang mengeluhkan saya memakai
alat kontrasepsi dikarenakan sayang menggunakan alat kontrasepsi
menurut hak saya, bahkan pihak suami mendukung saya untuk
menggunakan alat kontrasepsi KB Suntik.
8. Penulis : Apakah anda mengenal sosok seorang Penyuluh KB (PKB)
Kecamatan Kasemen?
Jawab : Jika secara terperinci saya kurang begitu mengenal sosok seorang
PKB, tapi saya sempat bertemu dengan PKB Kecamatan Kasemen di
dampingi dengan Post KB. Melakukan sosialisasi alat kontrasepsi untuk
menganjurkan menggunakan alat kontrasepsi implan.
9. Penulis : Dalam hal penyuluhan menurut PKB sering dilakukan di
posyandu apakah ibu sering atau rutin datang ke posyandu ?
Jawab : Sering saya sering mengikuti beberapa acara penyuluhan di
posyandu dan saya melakukan cek untuk pil dalam jangka waktu 3 bulan
sekali suntik.
125
10. Penulis : Seberapa sering PKB melakukan kunjungan door to door?
Jawab : tidak tentu jika melalui PKB, hanya saja warga di sini lebih dekat
dengan Pos Kbnya. Baik kapanpun kami ingin memasang alat kontrasepsi
atau melakukan sharing, kami tinggal datang ke rumah Pos KB.
11. Penulis : Untuk pandangan mengenai KB haram di kecamatan Kasemen,
menurut informasi sebelumnya yang saya dapat ada beberapa orang yang
kurang mendukung program KB di Kecamatan Kasemen contohnya
beberapa tokoh masyarakat yang lebih mengutamakan aspek keagamaan.
Apakah ibu terpengaruh dengan isu tersebut?
Jawab : Untuk saya pribadi saya tidak merasa terpengaruh dengan isu
tersebut, untuk tidak atau mau berKB adalah hak saya bukan orang lain.
126
LAMPIRAN 16
BIODATA INFORMAN PENDUKUNG
1. Nama Informan
: Rumsiah
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Serang, 7 Agustus 1989
3. Usia Informan
: 26 Tahun
4. Agama
: Islam
5. Status
: KB-Baru Pil
6. Alamat
: Kelurahan Kasemen
127
LAMPIRAN 17
TRANSKRIP WAWANCARA
Hari/tanggal : Jum’at, 20 Maret 2015
Tempat : Kelurahan Kasemen, Kecamatan Kasemen
1. Penulis : Assalamualaikum, Selamat siang bu?
Jawab : Waalaikumsalam..
2. Penulis : Boleh saya minta waktunya sebentar bu untuk ngobrol?
Jawab : Oh ia tentu
3. Penulis : Saya Arief dari Untirta saya lagi penelitian skripsi bu.. topicnya
tentang KB-Baru bu..
Jawab : Ia
4. Penulis : Nama ibu siapa ya ? umurnya berapa bu ? Ikut KB alat
kontrasepsi apa?
Jawab : Saya Rumsiah, umurnya 26 Tahun menggunakan KB Pil.
5. Penulis : Kenapa ibu menggunakan alat kontrasepsi KB Suntik dibanding
alat kontrasepsi lain?
Jawab : Karena pil enak kebadan, enak makan dan enak tidur. Sebelumnya
saya memakai implant saya merasa kurang nyaman karena haid saya
kurang lancar.
6. Penulis : Kapan Ibu menggunakan alat kontrasepsi KB Pil ?
Jawab : Sudah sekitar hampir 1 tahun menggunakan KB Pil.
7. Penulis : Adakah anjuran atau bahkan keluhan orang sekitar ketika ibu
menggunakan alat kontrasepsi KB?
Jawab : Keluhan dari orang sekitar tidak ada, anjuran atas keinginan saya
tersendiri. Pada awalnya suami menginginkan saya memakai implan akan
tetapi dengan segala keluhan yang saya rasakan akhirnya saya
memutuskan untuk pindah menggunakan KB Pil.
8. Penulis : Apakah anda mengenal sosok seorang Penyuluh KB (PKB)
Kecamatan Kasemen?
Jawab : Saya kurang mengenal sosok PKB. Saya lebih mengenal kepada
post KB dan bidan yang sering melayani dan memberikan informasi
mengenai program KB.
9. Penulis : Dalam hal penyuluhan menurut PKB sering dilakukan di
posyandu apakah ibu sering atau rutin datang ke posyandu ?
Jawab : Sering saya keposyandu untuk kumpul dan mendapatkan
informasi mengenai program KB.
10. Penulis : Seberapa sering PKB melakukan kunjungan door to door?
Jawab : Kadang 1 bulan sekali atau ada acara-acara kusus mengenai KB,
kader dan bidan melakukan kunjungan door to door untuk melakukan
sosialisasi program KB, tetapi Penyuluh KB kurang sering saya lihat.
128
11. Penulis : Untuk pandangan mengenai KB haram di Kecamatan Kasemen,
menurut informasi sebelumnya yang saya dapat ada beberapa orang yang
kurang mendukung program KB di Kecamatan Kasemen contohnya
beberapa tokoh masyarakat yang lebih mengutamakan aspek keagamaan.
Apakah ibu terpengaruh dengan isu tersebut?
Jawab : Untuk isu isu seperti buat saya pribadi tidak terpengaruh.
129
LAMPIRAN 18
BIODATA INFORMAN PENDUKUNG
1. Nama Informan
: Aiengkas
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Serang, 8 Janurari 1979
3. Usia Informan
: 37 Tahun
4. Agama
: Islam
5. Status
: KB-Baru Implant
6. Alamat
: Kelurahan Kasemen
130
LAMPIRAN 19
TRANSKRIP WAWANCARA
Hari/tanggal : Jum’at, 20 Maret 2015
Tempat : Kelurahan Kasemen, Kecamatan Kasemen
1. Penulis : Assalamualaikum
Jawab : Waalaikumsalam..
2. Penulis : Boleh saya minta waktunya sebentar bu untuk ngobrol?
Jawab : Ia bisa
3. Penulis : Saya Arief dari Untirta saya lagi penelitian skripsi bu.. topicnya
tentang KB-Baru bu..
Jawab : Oh ia
4. Penulis : Nama ibu siapa ya ? umurnya berapa bu ? ibu menggunakan alat
kontrasepsi apa?
Jawab : Nama saya Aiengkas, umur 37 tahun, memakai alat kontrasepsi
implan.
5. Penulis : Kenapa ibu menggunakan alat kontrasepsi KB Implan dibanding
alat kontrasepsi lain?
Jawab : Ketika saya menggunakan implan, haid saya merasa lancar dan
kebadan itu enak. Sudah klop lah tidak ada keluhan dalam penggunaan KB
Implan.
6. Penulis : Kapan Ibu menggunakan alat kontrasepsi KB Implan?
Jawab : Sejak tahun 2014 akhir saya sudah menggunakan implan
7. Penulis :. Adakah anjuran atau bahkan keluhan orang sekitar ketika ibu
menggunakan alat kontrasepsi KB?
Jawab : Suami saya yang menganjurkan untuk menggunakan implan. Kalo
keluhan tidak ada, mungkin untuk anjuran saya lebih banyak melakukan
sharing dengan post KB yaitu ibu Rumsiah dan Bidan.
8. Penulis : Apakah anda mengenal sosok seorang Penyuluh KB (PKB)
Kecamatan Kasemen?
Jawab : Saya kurang menganal sosok PKB, mungkin jika dalam suatu
acara seperti sosialisasi di posyandu mungkin saya tau, tapi tidak begitu
mengenal dengan jelas sosok PKB seperti apa.
9. Penulis : Dalam hal penyuluhan menurut PKB sering dilakukan di
posyandu apakah ibu sering atau rutin datang ke posyandu ?
Jawab : Saya sering mengikuti kegiatan posyandu yang diumumkan
terlebih dahulu oleh Pos KB.
10. Penulis : Seberapa sering PKB melakukan kunjungan door to door?
Jawab : Saya pribadi kurang begitu mengenal sosok seorang PKB, jika ada
kunjungan pun saya hanya mengetahui sosok seorang Pos KB.
131
11. Penulis : Untuk pandangan mengenai KB haram di Kecamatan Kasemen,
menurut informasi sebelumnya yang saya dapat ada beberapa orang yang
kurang mendukung program KB di Kecamatan Kasemen contohnya
beberapa tokoh masyarakat yang lebih mengutamakan aspek keagamaan.
Apakah ibu terpengaruh dengan isu tersebut?
Jawab : Saya kurang begitu menanggapi hal tersebut. Pada dasarnya KB
memiliki tujuan yang baik dalam mensejahterakan masyarakat. Maka dari
hal tersebut saya mau ikut untuk KB.
132
LAMPIRAN 20
BIODATA INFORMAN PENDUKUNG
1. Nama Informan
: Apong Fatimah
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Serang, 21 Oktober 1959
3. Usia Informan
: 56 Tahun
4. Agama
: Islam
5. Status
: KB-Baru MOW
6. Alamat
: Kelurahan Kasemen
133
LAMPIRAN 21
TRANSKRIP WAWANCARA
Hari/tanggal : Jum’at, 20 Maret 2015
Tempat : Kelurahan Kasemen, Kecamatan Kasemen
1. Penulis : Assalamualaikum bu
Jawab : Waalaikumsalam..
2. Penulis : Boleh saya minta waktunya sebentar mau ngobrol?
Jawab : Oh boleh
3. Penulis : Saya Arief dari Untirta saya lagi penelitian skripsi bu.. topicnya
tentang KB-Baru bu..
Jawab : Oh ia
4. Penulis : Nama ibu siapa ya ? umurnya berapa bu ? ibu menggunakan alat
kontrasepsi apa?
Jawab : Nama saya Apong Fatimah, umur 64 tahun, kalo sekarang
menggunakan MOW. Sebelumnya saya sudah mencoba beberapa alat
kontrasepsi, Cuma yang cocok itu MOW.
5. Penulis : Kenapa ibu menggunakan alat kontrasepsi KB MOW dibanding
alat kontrasepsi lain?
Jawab : Saya sudah mencoba beberapa alat kontrasepsi diantaranya
Implant dan Suntik. Dikarenakan agak kurang nyaman dan harus
melakukan cek setiap beberapa bulan saya memutuskan untuk melakukan
MOW. Alasan saya ingin melakukan MOW karena anjuran dari Pos KB
dan bidan karena umum yang tergolong sudah tua. Efek dari MOW yang
saya rasakan cukup baik untuk badan dan saya nyaman menggunakan
MOW. Dalam pemasangan MOW saya di gratiskan karena menggunakan
BPJS. Saya memutuskan menggunakan MOW karena saya pun sudah
meliki 4 anak.
6. Penulis : Kapan Ibu menggunakan alat kontrasepsi KB MOW?
Jawab : Sudah hampir beberapa bulan hampir setahun.
7. Penulis : Adakah anjuran atau bahkan keluhan orang sekitar ketika ibu
menggunakan alat kontrasepsi KB?
Jawab : Keinginan saya sendiri untuk menggunakan MOW.
8. Penulis : Apakah anda mengenal sosok seorang Penyuluh KB (PKB)
Kecamatan Kasemen?
Jawab : Saya tidak mengenal sosok seorang penyuluh KB, saya hanya
mengenal ibu Rumsiah (Post KB)
9. Penulis : Dalam hal penyuluhan menurut PKB sering dilakukan di
posyandu apakah ibu sering atau rutin datang ke posyandu ?
Jawab : Saya sering mengikuti kegiatan posyandu tapi kurang mengetahui
PKB itu siapa.
134
10. Penulis : Seberapa sering PKB melakukan kunjungan door to door?
Jawab : Saya kurang tahu. Karena kalo ada apa-apa saya langsung ke Post
KB
11. Penulis : Untuk pandangan mengenai KB haram di Kecamatan Kasemen,
menurut informasi sebelumnya yang saya dapat ada beberapa orang yang
kurang mendukung program KB di Kecamatan Kasemen contohnya
beberapa tokoh masyarakat yang lebih mengutamakan aspek keagamaan.
Apakah ibu terpengaruh dengan isu tersebut?
Jawab : Saya kurang tahu isu-isu tersebut. Yang penting saya hidup
dengan tenang dan nyaman keluarganya.
135
LAMPIRAN 22
BIODATA INFORMAN PENDUKUNG
1. Nama Informan
: Neneng Hartini
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Serang, 12 September 1988
3. Usia Informan
: 27 Tahun
4. Agama
: Islam
5. Status
: KB-Baru IUD
6. Alamat
: Kelurahan Kasemen
136
LAMPIRAN 23
TRANSKRIP WAWANCARA
Hari/tanggal : Jum’at, 20 Maret 2015
Tempat : Kelurahan Kasemen, Kecamatan Kasemen
1. Penulis : Assalamualaikum bu selamat siang
Jawab : Waalaikumsalam..ya mas
2. Penulis : Boleh saya minta waktunya sebentar saya ingin menanyakan
beberapa hal?
Jawab : Oh boleh mas siapa ya? Dan dari mana?
3. Penulis : Saya Arief dari Untirta saya lagi penelitian skripsi bu.. judulnya
tentang KB-Baru bu..
Jawab : Oh ia
4. Penulis : Nama ibu siapa ya ? umurnya berapa bu ? ibu menggunakan alat
kontrasepsi apa?
Jawab : Nama saya Neneng Hartinim, umur 27 tahun, KB-Baru IUD
5. Penulis : Kenapa ibu menggunakan alat kontrasepsi KB IUD dibanding
alat kontrasepsi lain?
Jawab : Dikarenakan IUD tidak menimbulkan efek yang macam-macam
seperti pusing dan efek hormonal seperti jerawat. Dan IUD memiliki
jangka waktu yang panjang dalam penggunaannya. Saya baru memiliki 1
anak. Pemasangan IUD pun gratis karena saya menggunakan BPJS.
6. Penulis : Kapan Ibu menggunakan alat kontrasepsi KB IUD?
Jawab : sudah 6 bulan menggunakan IUD
7. Penulis : Adakah anjuran atau bahkan keluhan orang sekitar ketika ibu
menggunakan alat kontrasepsi KB?
Jawab : Saya menggunakan IUD atas kemauan saya sendiri dan dukungan
suami
8. Penulis : Apakah anda mengenal sosok seorang Penyuluh KB (PKB)
Kecamatan Kasemen?
Jawab : Saya kurang mengenal sosok seorang PKB. Yang saya tau dan
jika mau konsultasi langsung ke Pos KB yaitu ibu rumsiah atau bidan.
9. Penulis : Dalam hal penyuluhan menurut PKB sering dilakukan di
posyandu apakah ibu sering atau rutin datang ke posyandu ?
Jawab : Saya sering ke posyandu untuk melakukan kontrol IUD dan
mengikuti penyuluhan tetapi kurang begitu mengenal sosok seorang PKB.
Saya biasanya melakukan kontrol ke bidan.
10. Penulis : Seberapa sering PKB melakukan kunjungan door to door?
Jawab : Saya rasa engga pernah
11. Penulis : Untuk pandangan mengenai KB haram di Kecamatan Kasemen,
menurut informasi sebelumnya yang saya dapat ada beberapa orang yang
137
kurang mendukung program KB di Kecamatan Kasemen contohnya
beberapa tokoh masyarakat yang lebih mengutamakan aspek keagamaan.
Apakah ibu terpengaruh dengan isu tersebut?
Jawab : Memang ada beberapa orang bahkan tokoh agama yang contra
terhadap program KB. Akan tetapi saya tetap mendukung porgram
tersebut dikarenakan melihat dari beberapa aspek dan ekonomi.
138
LAMPIRAN 24
BIODATA INFORMAN PENDUKUNG
1. Nama Informan
: Ustad Tarjo
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Serang, 7 November 1977
3. Usia Informan
: 37 Tahun
4. Agama
: Islam
5. Status
: Tokoh Agama
6. Alamat
: Kelurahan Kasemen
139
LAMPIRAN 25
TRANSKRIP WAWANCARA
Hari/tanggal : Jum’at, 20 Maret 2015
Tempat : Kelurahan Kasemen, Kecamatan Kasemen
28. Penulis : Assalamualaikum pak maaf mengganggu waktunya sebentar
Jawab : Waalaikumsalam..ya dek
29. Penulis : Boleh saya minta waktu bapak sebentar?
Jawab : Boleh ada apa ya dek ?
30. Penulis : Begini pak.. saya Arief dari Untirta sedang menjalani tugas
skripsi, saya ingin menanyakan tentang beberapa informasi yang bapak tau
mengenai program KB
Jawab : Oh ia tentu, sialahkan duduk
31. Penulis : Bapak ustad namanya siapa ? umurnya berapa ?
Jawab : Nama saya Tarjo. 37 Tahun.
32. Penulis : Langsung saja ya pak. bagaimana tanggapan bapak tentang
program KB di Kecamatan Kasemen ?
Jawab : Jika dilihat dari programnya, KB memiliki tujuan yang baik bagi
masyarakat, misalnya banyak anak kan pasti pula banyak yang harus di
penuhi kebutuhannya oleh anak tersebut nah disitu program KB berperan.
33. Penulis :Sebagai tokoh agama, bapak sebenarnya mendukung atau tidak
prgram KB ?
Jawab : Tentu saja saya mendukung program tersebut.
34. Penulis : Lalu bagaimana dengan keadaan program KB di Kecamatan
Kasemen ?
Jawab : Saya kurang begitu mengetahui mengenai keadaan program KB di
Kasemen, yang saya tahu memang ada beberapa masyarakat yang masih
teramat memegang teguh aspek keagamaan di banding aspek sosial.
Makannya ada beberapa masyarakat yang menilai KB itu haram atau
bertentangan dengan agama. Ditambah dengan mainset beberapa orang di
kasemen anak adalah rezeki.
35. Penulis : Jadi bagaimana solusi menghadapi hal yang berhubungan dengan
agama dan KB pak ?
Jawab : Ya kembali kepada pribadi masyarakat masing-masing, namanya
manusia pasti mempunyai pemikiran masing-masing atas hidupnya. Ada
masyarakat yang kuat dan mendahulukan aspek agama dan ada pula
masyarakat yang memilikirkan aspek sosial.
36. Penulis : Untuk bapak sendiri, bapak lebih mementingkan aspek sosial apa
agama?
140
Jawab : Kalo saya ya pasti dua-duanya. Aspek agama dimana
melaksanakan apa yang harus dijalankan dalam agama akan tetapi harus
diimbangi pula dengan aspek sosial didalamnya.
37. Penulis : Apakah bapak mengenal sosok seorang penyuluh KB ?
Jawab : Saya kurang tahu bahkan malah tidak tahu seorang PKB
38. Penulis : Ok pak mungkin beberapa informasi dari bapak sudah cukup
untuk menambah data saya.. sebelumnya jika saya ada salah kata mohon
maaf ya pak. Terimakasih banyak atas waktu yang sudah bapak sediakan
untuk ngobrol dengan saya
Jawab : oh ia dek sama-sama bapak juga senang membantu.
141
LAMPIRAN 26
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI
142
143
LAMPIRAN 27
SURAT IZIN PENELITIAN
144
LAMPIRAN 28
SURAT PENERIMAAN PENELITIAN
145
LAMPIRAN 29
DOKUMENTASI
Foto 1 : Wawancara Penyuluh KB
Foto 3 : Wawancara Tokoh Agama
Foto 2 : BPMPKB Kota Serang
Foto 4 : Wawancara Akseptor
146
Foto 5 : Kegiatan Penyuluhan Posyandu (Bertempat di Rumah Pos KB)
Foto 6 : Kegiatan Penyuluhan door to door di salah satu rumah warga
147
LAMPIRAN 30
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
Nama
: Arief Rizki
Tempat & Tanggal Lahir
: Serang, 09 November 1991
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Jln. Tb Suwandi. Gang Perintis 3. No 27
RT 03 RW 06. Ciracas,Serang Banten.
Kode Pos 42116
E-Mail
: [email protected]
B. PENDIDIKAN
2010 – 2015
: Ilmu Komunikasi FISIP UNTIRTA
2006 – 2009
: SMA Negeri 1 Serang
2003 – 2006
: SMP Negeri 1 Serang
1997 – 2003
: SDN 11 Serang
1995 – 1997
: TK Kartika
C. PENGALAMAN ORGANISASI
2010 – 2012
: GMNI Untirta
2010 – Sekarang
: E-Gaming World Indonesia
Download