PERAN PENYULUH KELUARGA BERENCANA (PKB) DI KECAMATAN KASEMEN, KOTA SERANG. (Studi Kasus pada Penyuluh KB dalam kegiatan Penyuluhan dan Konseling) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Strata Satu (S1) Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada Konsentrasi Ilmu Humas Program Studi Ilmu Komunikasi Oleh: ARIEF RIZKI NIM: 6662100215 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2015 MOTTO DAN PERSEMBAHAN JANGAN PERNAH Katakan kepada Tuhan bahwa kita mempunyai Masalah, Tapi katakan kepada Masalah bahwa kita mempunyai Tuhan. -Arief Rizki- Bismillah… kupersembahkan hasil jerih payah dan kesabaranku ini spesial untuk kedua orang tuaku, Yerutama Ibu yang selalu mendukungku dan mendoakanku baik dalam kondisi apapun. Semoga Allah SWT meridhoinya. ABSTRAK Arief Rizki. NIM. 6662100215. Skripsi. Peran Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) Di Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Dosen pembimbing satu Dr. Rahmi Winangsih, M.S dan Dosen pembimbing dua Puspita Asri Praceka, S.Sos., M.I.Kom Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali mengakibatkan permasalahan yang sangat kompleks di Indonesia, program KB menjadi salah satu jalan dalam menyeimbangkan permasalahan aspek kependudukan tersebut. Di Kecamatan Kasemen yang berada di Kota Serang masih banyak permasalahan yang berhubungan dengan aspek kependudukan misalnya banyaknya keluarga yang memiliki anak lebih dari 2 yang tidak dimbangi dengan aspek ekonomi yang baik, kemiskinan, pendidikan yang rendah disebabkan oleh kekurangan faktor ekonomi. Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) mempunyai peran untuk mensosialisasikan program KB dengan baik di Kecamatan Kasemen, maka dari hal tersebut peran PKB sangatlah penting di Kecamatan Kasemen. Teori Atribusi dapat mendefinisikan perilaku melalui cara mengamati dari faktor internal dan faktor eksternal, dalam hal ini peran PKB akan dilihat efektif atau tidak dan faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam melakukan perannya. Metode Kualitatif digunakan dalam pencarian data meliputi beberapa cara misalnya wawancara, observasi dan dokumentasi dari metode tersebut lalu data dianalisis menggunakan tringulasi untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Hasil dari penelitian ini didapati bahwa PKB sudah melakukan beberapa peran diantaranya; mengelola, menggerakan, memberdayakan masyarakat atau keluarga dan melakukan kemitraan hanya saja masih kurang maksimal. Kata Kunci Komunikasi Interpersonal, Peran Penyuluh KB ABSTRACT Arief Rizki. NIM. 6662100215. Thesis. The Role Of Family Planning Extension Officers (PKB) In Kasemen Sub-district, Serang. A supervising lecturer Dr. Rahmi Winangsih, M.Si and professors supervising the two Beautiful Puspita Praceka, s. Sos.,M.I.Kom Uncontrolled population growth resulted in a very complex problems in Indonesia, program KB being one way in balancing these aspects of population issues. In Kasemen located in Serang still many problems associated with population aspects such as the number of families which have children more than 2 that is not balanced by good economic aspects, poverty, low education was caused by lack of economic factors. Family planning extension officers (PKB) has the role to socialize the program well in KB Kasemen, then the role of the PKB is important in district Kasemen. Attribution theory can define behavior through observing of internal factors and external factors, in this case the role of the PKB would be seen as effective or not and what factors become advocates and a barrier in doing its part. Qualitative methods are used in searches of the data include some way for example interviews, observation and documentation of these methods then the data were analyzed using tringulasi to get a conclusion. The results of this study found that PKB has already done several roles including; manage, control, empowering the community or family and just partnerships do still less maximal. Keywords Interpersonal communication, Extension officers (PKB) KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang tak terhingga kepada penulis, terutama nikmat sehat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peran Penyuluh KB (PKB) Dalam Meningkatkan Pencapaian KB-Baru Di Kecamatan Kasemen, Kota Serang” dengan baik. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan begitu banyak ilmu, selain hablumminallah juga hamblumminannas seperti dibidang ilmu pengetahuan, akhlak, sosial, hingga politik. Semoga kita sebagai umatnya mendapatkan syafaatnya. Aamiin. Adapun penelitian ini dilakukan dan di susun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat ujian sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam penelitian ini, penulis tetap berlandaskan pada teori komunikasi untuk mengupas dan menjelaskan hasil penelitian, sehingga menjadi karya ilmiah yang diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu komunikasi, khususnya yang berkenaan dengan komunikasi antarpribadi. Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak sekali kekurangan, karena penulis sendiri hanyalah manusia yang tidak luput dari kesalahan. Dan selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapatkan bantuan, dorongan, dan motivasi dari semua pihak. Maka dalam kesempatan ini vii dengan ketulusan hati yang paling dalam, penulis ingin mengucapkan banyakbanyak terimakasih kepada: 1. ALLAH SWT. 2. NABI Muhammad SAW. 3. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 4. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 5. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi. 6. Ibu Puspita Asri Praceka, S.Sos., M.Ikom., selaku Sekretaris Jurusan Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan selaku dosen pembimbing II dan selaku dosen penguji III yang “kritis” dalam mendidik saya agar lebih baik. 7. Dra. Rahmi Winangsih, M.Si. selaku dosen pembimbing I saya yang memberikan banyak ilmu, sabar dalam membimbing saya dan selalu memotivasi saya dalam keadaan apapun. 8. Ibu R. Nia Kania K, S,Ip, M.Si sebagai dosen penguji I sidang skripsi. 9. Ibu Uliviana Restu H, S.Sos, M.Si sebagai dosen penguji II sidang skripsi. 10. Serta Ibu Mia Dwianna, S.Sos, M.Ikom sebagai dosen penguji sidang komprehensif. viii 11. Bapak Rangga Galura Gumelar, Dipl. Ing. (FH) selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbinga saya dari semester I hingga akhirnya menyelesaikan skripsi ini. 12. Para Dosen dan Staf TU Ilmu Komunikasi FISIP Untirta 13. Kedua Orang tua saya yang selalu mendukung, menyayangi dan selalu mendoakan saya dalam situasi apapun. Baarakallah, semoga Allah selalu memberi kesehatan. Terutama ibu yang terus memotivasi saya untuk maju sekalipun dalam keadaan sakit. 14. Seluruh saudara yang turut memberikan dukungan motivasi dan tenaga dalam mengerjakan skripsi. 15. Ayub Nurfitria sebagai seorang perempuan yang mampu menemani saya disaat saya jatuh, terus memotivasi saya agar menjadi pribadi yang lebih baik dan terus memberikan dukungan kepada saya untuk menyelesaikan skripsi. 16. Venny Damayanti C, S.Sos sebagai Penyuluh KB (PKB) Kecamatan Kasemen. Yang mau memberikan izin dan informasi penunjang penelitian saya sebagai key informan. 17. Bapak Apai Supardi Sebagai Ka. Subbid KB BPMPKB Kota Serang. 18. Pos dan Sub KB Kecamatan Kasemen yaitu Ibu Rumsiah, Ibu Rohimah, Ibu Sudarti, Ibu Nurhayati, Ibu Istiharoh dam Ibu Sam’ah yang mau memberikan informasi berkenaan dengan penelitian saya. 19. Ustad Tarjo yang mau memberikan pandangan tentang program KB di Kecamatan Kasemen. ix 20. Seluruh Informan penelitian. Karena telah bersedia meluangkan waktunya sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar 21. Sahabat-sahabat di Starnet yang kadang sering menghibur saya disaat penat akan tugas skripsi dan terus memberikan dukungan. Kususnya Lya, Zein, Jaka, Ryan dan Ilham 22. Sahabat-sahabat di Weapon Community, X7 Community, 711 Stayreal, teman-teman dunia maya yang kadang lebih dari sekedar keluarga. Dan seluruh teman-teman E-Gaming World. 23. Teman-teman satu dosen bimbingan, semoga yang belum lulus, di segerakan. Aamiin 24. Teman-teman Humas Ilkom dan teman-teman angkatan 2010. Semoga Allah SWT membalas amal dan kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat, tidak hanya diri sendiri namun untuk pembaca pada umumnya. Serang, 09 Juli 2015 Penulis x DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ i LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv ABSTRAK ......................................................................................................... v KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 9 1.3. Identifikasi Masalah .................................................................................... 9 1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 10 1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 10 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 12 2.1.Komunikasi ................................................................................................... 12 2.1.1 Unsur-Unsur Komunikasi ................................................................... 13 xi 2.1.2 Fungsi Komunikasi ............................................................................. 17 2.1.3 Komunikasi Interpersonal .................................................................. 20 2.1.4 Karakteristik Komunikasi Interpersonal ............................................. 23 2.1.5 Tujuan Komunikasi Interpersonal ....................................................... 26 2.2 Penyuluh KB (PKB) ..................................................................................... 28 2.2.1 Peran PKB ......................................................................................... 31 2.2.2 Tugas PKB ........................................................................................ 32 2.3 Teori Atribusi ................................................................................................ 33 2.4 Kerangka Berfikir.......................................................................................... 37 2.6 Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 39 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 45 3.1 Metodelogi Penelitian ................................................................................... 45 3.2 Paradigma Penelitian .................................................................................... 46 3.3 Teknik Penelitian ......................................................................................... 48 3.4 Informan Penelitian ...................................................................................... 49 3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 52 3.6 Teknik Analisis Data .................................................................................... 54 3.6.1 Uji Validitas Data ............................................................................... 55 3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian ....................................................................... 57 BAB IV : PEMBAHASAN ............................................................................... 59 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ........................................................................... 59 xii 4.2 Deskripsi Subyek Penelitian ........................................................................ 62 4.3. Pembahasan ................................................................................................. 63 4.3.1 Pengelola Pelaksana Program KB....................................................... 66 4.3.2 Penggerak Partisipasi Masyarakat....................................................... 73 4.3.3 Memberdayakan Keluarga dan Masyarakat ........................................ 82 4.3.4 Menggalang Kemitraan dengan Masyarakat ....................................... 85 BAB V : KESIMPULAN ................................................................................. 92 5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 92 5.2. Saran .................................................................................................... 93 5.2.1. Saran Teoritis ............................................................................ 93 5.2.2. Saran Praktis .............................................................................. 94 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 95 LAMPIRAN ...................................................................................................... 97 xiii DAFTAR TABEL Tabel 1.1 : Data Perkembangan KB-Baru di Kecamatan Kasemen ................... 4 Tabel 2.3 : Penelitian Terdahulu ........................................................................ 42 Tabel 3.1 : Jadwal Penelitian ............................................................................. 58 xiv DAFTAR GAMBAR Gambar 1.2 : Data Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Kasemen .................... 5 Gambar 2.1 : Model Teori Atribusi dari Heider ................................................ 34 Gambar 2.2 : Kerangka Berfikir ........................................................................ 38 Gambar 4.1 : Struktur Organisasi UPT. BPMPKB Kecamatan Kasemen ......... 61 xv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Biodata Informan ........................................................................... 97 Lampiran 2: Pedoman Wawancara .................................................................... 98 Lampiran 3: Biodata Key Informan (PKB) ........................................................ 100 Lampiran 4: Transkrip Wawancara (PKB) ........................................................ 101 Lampiran 5: Biodata Informan Sekunder (BPMPKB Kota Serang) ................... 106 Lampiran 6: Transkrip Wawancara (BPMPKB Kota Serang) ............................ 107 Lampiran 7: Biodata Informan Sekunder (Pos KB) ............................................ 111 Lampiran 8: Biodata Informan Sekunder (Pos KB) ............................................ 112 Lampiran 9: Biodata Informan Sekunder (Pos KB) ............................................ 113 Lampiran 10: Biodata Informan Sekunder (Sub Pos KB) .................................. 114 Lampiran 11: Biodata Informan Sekunder (Sub Pos KB) .................................. 115 Lampiran 12: Biodata Informan Sekunder (Sub Pos KB) .................................. 116 Lampiran 13: Transkrip Wawancara (Pos dan Sub KB) ..................................... 117 Lampiran 14: Biodata Informan Pendukung (Akseptor) .................................... 123 Lampiran 15: Transkrip Wawancara (Akseptor) ................................................ 124 Lampiran 16: Biodata Informan Pendukung (Akseptor) .................................... 126 xvi Lampiran 17: Transkrip Wawancara (Akseptor) ................................................ 127 Lampiran 18: Biodata Informan Pendukung (Akseptor) .................................... 129 Lampiran 19: Transkrip Wawancara (Akseptor) ................................................ 130 Lampiran 20: Biodata Informan Pendukung (Akseptor) .................................... 132 Lampiran 21: Transkrip Wawancara (Akseptor) ................................................ 133 Lampiran 22: Biodata Informan Pendukung (Akseptor) .................................... 135 Lampiran 23: Transkrip Wawancara (Akseptor) ................................................ 136 Lampiran 24: Biodata Informan Pendukung (Tokoh Agama) ............................ 138 Lampiran 25: Transkrip Wawancara (Tokoh Agama) ........................................ 139 Lampiran 26: Kartu Bimbingan Skripsi .............................................................. 141 Lampiran 27: Surat Izin Penelitian...................................................................... 143 Lampiran 28: Surat Penerimaan Penelitian ......................................................... 144 Lampiran 29: Dokumentasi ................................................................................. 145 Lampiran 30: Daftar Riwayat Hidup ................................................................... 147 xvii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara-Negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia pada umumnya yakni jumlah penduduk yang besar, pertumbuhan yang tinggi, persebaran tidak merata, dan kualitas rendah. 1 Untuk mengatasi masalah perkembangan bidang kependudukan, perlu adanya suatu peraturan dan kebijakan pemerintah. Agar pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat dapat terlaksana dengan baik harus diimbangi dengan peraturan pertumbuhan jumlah penduduk melalui keberhasilan program keluarga berencana yang harus dilaksanakan, karena jika program tersebut tidak terlaksana dengan baik akan mengakibatkan laju penduduk yang tidak seimbang dan berimbas pada berbagai aspek penting pembangunan sumber daya manusia dan pembangunan nasional. Permasalahan sangat kompleks dan berkaitan satu sama lain sehingga mengakibatkan pertumbuhan penduduk menjadi tidak seimbang, permasalahan tersebut terurai seperti disuatu daerah dan kota-kota besar, umumnya masih sangat banyak masyarakat yang kurang memamahi penting program Keluarga Berencana Nasional. Jika kita telaah secara lebih mendalam permasalahan kependudukan di suatu daerah dapat diurai seperti, ketika penduduknya semakin banyak karena 1 Hadapi Empat Permasalahn Kependudukan. http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/06/15/n7745d-indonesia-hadapiempat-masalah-kependudukan (Diakses tanggal 1 Mei 2015) 1 2 tingkat pendudukan yang semakin tinggi dan rendahnya kesadaran masyarakat akan Program KB, daerah tersebut akan mengalami sebuah kondisi dimana penduduk akan sangat padat, ketika penduduk sangat padat dan tidak dimbangi dengan aspek mobilitas yang baik misalnya seperti aspek kesehatan, aspek ekonomi dan bahkan lapangan kerja yang terbatas tentunya akan mengakibatkan kemiskinan dan bahkan lebih dari itu masyarakat akan hidup dengan kondisi yang tidak kondusif kedepannya. Hal tersebut menjadi sebuah evaluasi penting dan tugas yang berat bagi pemerintah, maka dari itu pemerintah sangat mengharapkan sebuah kontribusi masyarakat mengenai program Keluarga Berencana Nasional demi terealisasi dengan baik.2 Kota Serang, dalam hal permasalahan kependudukan Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) Kota Serang memliki tanggung jawab untuk mengendalikan jumlah penduduk. BPMKB Kota Serang memiliki peran untuk melaksanakan kebiajakan yang dibuat pemerintah mengenai kependudukan dan bekerjasama dengan BKKBN Provinsi Banten yang memberikan fasilitas kepada BPMPKB Kota Serang baik membina, membimbing, memberikan sarana dan prasarana untuk menunjang program Keluarga Berencana Nasional di Kota Serang.3 BPMPKB menjadi sebuah praktik nyata untuk melakukan penelitian guna mengetahui bagaimana masyarakat Kota Serang melaksanakan program Keluarga 2 Pentingnya Masalah Kependudukan! http://www.koran-jakarta.com/?6330-pentingnya-masalah-kependudukan (Diakses tanggal 1 Mei 2015) 3 Observasi, BPMPKB Kota Serang pada tanggal 11 Agustus 2014. 3 Berencana (KB) dan tentunya turut memberikan sebuah kontribusi untuk terus memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai program Keluarga Berencana. BPMPKB Kota Serang meliputi 6 Kecamatan yaitu, Kec.Serang, Kec. Cipocok Jaya, Kec. Kasemen, Kec. Taktakan, Kec. Curug, dan Kec. Walantaka.4 Dalam setiap kecamatan terdapat Penyuluh Keluarga Berencana, Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) berperan penting sebagai pengelola, penggerak, memberdayakan serta memberikan pendekatan kepada masyarakat dan seluruh pihak-pihak yang ikut ambil dalam pelaksanaan program KB. Dalam praktiknya PKB sering banyak sekali menemukan banyak permasalahan di lingkungan masyarakat. Permasalahan umum yang sering dijumpai adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang program keluarga berencana dengan baik. Permasalahan komunikasi pun sering menjadi ulasan, misalnya bagaimana seorang PKB harus mampu mengubah mindset masyarakat di sebuah daerah/desa untuk menggunakan program KB. Terdapat beberapa program KB yang diberikan kepada masyarakat melalui Penyuluh Keluarga Berencana diantaranya ; Intra Uterine Device (UID), Metode Operasi Wanita (MOP), Metode Operasi Wanita (MOW), Implan, Suntik, Pil dan Kondom. Program-program tersebut diharapkan mampu menyeimbangkan dan menahan laju penduduk yang berlebihan dari waktu ke waktu. Masyarakat berhak memilih programnya sendiri agar mengikuti program KB. 4 Observasi wawancara, Pak Apai Supardi. BPMPKB Kota Serang. 11 Agustus 2014. 4 Di Kecamatan Kasemen misalnya, bagaimana PKB mampu menekan laju pertumbuhan penduduk jika masyarakatnya masih banyak yang tidak menggunakan program KB, dan bagaimana seorang PKB harus mampu menegaskan sebuah pemahaman masyarakat yang kadang masih bersifat tradisional. Secara geografis Kecamatan Kasemen terletak di Banten. Banten termasuk kedalam tempat yang sangat sakral dan kuat akan kebudayaan, istiadat dan agamanya.5 Menurut PKB di Kecamatan Kasemen, peserta KB-Baru yang semakin lama semakin mengalami penurunan berikut data perbandingan peserta KB-Baru dari tahun 2013 sampai dengan 2014 di Kecamatan Kasemen.6 Tabel 1.1 Data Perkembangan KB-Baru di Kecamatan Kasemen NO Peserta KB-Baru Alat Kontrasepsi 2013 2014 1 Intrauterine Device (IUD) 46 36 2 Metoda Operasi Wanita (MOW) 0 8 3 Metoda Operasi Pria (MOP) 5 0 4 Implan 140 200 5 Suntik 1855 1226 6 Pil 853 643 7 Kondom 174 234 Total Peserta KB-Baru 3073 2347 Sumber : Arsip hasil rekapitulasi data jumlah peserta KB-Baru tahun 2013 dan 2014. UPT. BPMPKB Kecamatan Kasemen 2014. 5 6 Observasi lapangan, Kecamatan Kasemen pada tanggal 8 Desember 2014 Wawancara, Venny Damayanti Penyuluh KB (PKB), Kecamatan Kasemen, 8 Desember 2014. 5 Dari tabel 1.1 diperoleh pada tahun 2013 peserta KB-Baru mencapai 3073 akseptor dengan target yang diharapkan sebesar 2505 akseptor, dan pada tahun 2014 jumlah peserta KB-Baru mencapai 2347 akseptor dengan target yang diharapkan 3005 akseptor7. Dengan demikian perbandingan dari tahun ke tahun di Kecamatan Kasemen semakin tahun semakin menurun. Menurut hasil observasi lapangan di Kecamatan Kasemen pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat: Gambar 1.2 Data Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Kasemen 88500 88450 88400 88350 Rekapitulasi Hasil Pendataan… 88300 88250 88200 88150 2012 2013 2014 Sumber : Arsip dokumen jumlah laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Kasemen tahun 2012 sampai 2014. UPT. BPMPKB Kecamatan Kasemen 2014. Dari tabel 1.2 diperoleh pada tahun 2012 jumlah penduduk di Kecamatan Kasemen sebesar 88.271 jiwa, pada tahun 2013 diperoleh 88.301 jiwa dan pada 7 Observasi, UPT. BPMPKB Kecamatan Kasemen, Arsip hasil rekapitulasi data jumlah peserta KBBaru tahun 2013 dan 2014. 8 Desember 2014. 6 tahun 2014 diperoleh 88.463, hal ini mengindikasi bahwa dari tahun ketahun jumlah penduduk di Kecamatan Kasemen mengalami kenaikan8. Di Kecamatan Kasemen masih sering dijumpai keluarga yang memiliki anak lebih dari dua, contohnya saja di desa Trumbu dan Bendung, bahkan usia 30 tahun ada yang sudah memili anak 89. Ini sangat bertolak belakang dengan visi yang diusung oleh Pemerintah dalam Program Keluarga Nasional yaitu “dua anak cukup”. Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) harus memiliki wawasan yang luas dan mampu memiliki karisma agar dipercaya oleh masyarakat ketika melakukan sebuah penyuluhan atau konseling. Menurut Venny Damayanti PKB Kecamatan Kasemen ada beberapa hambatan dalam melakukan sosialisasi program KB di Kecamatan Kasemen, diantaranya ; masyarakat awam yang masih kolot dengan image “banyak anak adalah anugrah”. Hal tersebut yang sering menjadi permasalahan di Kecamatan Kasemen, Program KB saja bisa diibaratkan “haram” karena masyarakat yang masih bersifat terlalu agamais.10 Secara georgrafis Kecamatan Kasemen meliputi beberapa desa/kelurahan diantaranya: Kelurahan Banten, Kelurahan Margaluyu, Kelurahan Kasunyatan, Kelurahan Kasemen, Kelurahan Warung Jaud, Kelurahan Mesjid Priyai, Kelurahan Bendung, Kelurahan Terumbu, Kelurahan Sawah Luhur dan Kelurahan Kisalah. 8 Observasi, UPT. BPMPKB Kecamatan Kasemen, Arsip dokumen jumlah laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Kasemen. 8 Desember 2014. 9 Observasi lapangan Kelurahan Terumbu dan Kelurahan Bendung ,12 Desember 2014 10 Wawancara, Venny Damayanti Penyuluh KB (PKB), Kecamatan Kasemen, 8 Desember 2014. 7 Dibanding kelurahan lain Kelurahan Banten adalah kelurahan yang masih sangat memegang teguh aspek keagamaan, tokoh agama masih sangat disegani oleh masyarakat Kecamatan Kasemen, dan Banten adalah tempat yang dipandang oleh masyarakat sebagai tempat yang sangat sakral karena sangat mengutamakan aspek keagaamaan dan budaya. Budaya menjadi salah satu pandangan yang sangat perlu diperhatikan dan diikuti peraturannya oleh masyarakat di Kecamatan Kasemen, ini yang menjadi sebuah gesekan antara program KB dan sifat budaya masyarakat yang sangat kental. Menurut Venny Damayanti Penyuluh KB (PKB) Kecamatan Kasemen pun masih kurang, seharusnya 1 PLKB/PKB idealnya membina 1-2 desa/kelurahan, akan tetapi kenyataan PKB di Kecamatan Kasemen hanya memiliki satu PKB/Kecamatan yang terdiri dari 10 kelurahan11. Menurut Pak Apay (Kasubid Bidang KB BPMPKB) kota Serang sendiri pada tahun 2015 hanya mempunyai 4 PKB, kota Serang terdiri dari 6 Kecamatan dan 66 Kelurahan. Mengapa hal ini terjadi karena banyak dari PKB sebelumnya yang lebih mementingkan kenaikan jenjang karier dalam pekerjaan dibidang kerjanya. PKB juga harus memiliki ilmu bidang psikologi, dia harus berjiwa kepemimpinan, kemudian berjiwa luwes kepada masyarakat sehingga merangkul masyarakat untuk ikut KB agar program KB ini dinilai tidak menakutkan. 12 11 12 Wawancara, Venny Damayanti Penyuluh KB (PKB), Kecamatan Kasemen, 8 Desember 2014. Wawancara, Apai Supardi. BPMPKB Kota Serang. 14 Juli 2015. 8 Komunikasi dinilai sebagai aspek yang penting ketika melakukan penyuluhan, komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh komunikator kepada komunikan. Orang yang memberi pesan (Komunikator) dalam hal ini adalah Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) dan yang menerima pesan (Komunikan) adalah masyarakat. Dalam praktiknya PKB melakukan sosialisasi program KB di Kecamatan Kasemen dengan beberapa metode, contohnya: Sosialisasi seperti penyuluhan, konseling dan kunjungan ke rumah masyarakat atau Door to door. Dalam sistem kerjanya BPMPKB untuk melakukan sosialisasi di kecamatan bekerja sama dengan Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) dan bidan-bidan yang terdapat di Puskesmas atau Posyandu. Komunikasi menjadi sebuah modal awal yang sangat penting dalam sebuah sosialisasi mengenai program Keluarga Berencana dari Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) kepada masyarakat. Disamping cara penyuluh melakukan komunikasi tentunya pesan yang disampaikan kepada masyarakat oleh Penyuluh Keluarga Berencana harus memiliki muatan pesan yang baik dan tentunya bersifat persuasif. Persuasif sendiri lebih bersifat seperti mengajak, inilah yang ditekankan oleh Penyuluh Keluarga Berencana yang berada di Kecamatan Kasemen agar masyarakat yang terdapat di Kecamatan Kasemen mau untuk mengikuti program Keluarga Berencana Nasional, peran serta Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) terkadang selalu mendapatkan beberapa hambatan ketika mensosliasikan program Keluarga Berencana di Kecamatan Kasemen. Wawasan masyarakat yang dinilai masih awam dan kurang mengenal program Keluarga Berencana Nasional menjadikan sebuah indikasi yang sangat besar dalam hambatan Penyuluh 9 melakukan Sosialisasi. Dalam penelitian ini penulis melihat banyak sekali faktor yang memiliki dampak peran seorang PKB di Kecamatan Kasemen, peneliti ingin mengetahui lebih spesifik mengenai beberapa faktor internal maupun eksternal yang memiliki dampak yang besar kepada Peran PKB di Kecamatan Kasemen. 1.2 Rumusan Masalah Dari penelitian ini didapati rumusan masalah yaitu Bagaimana Peran Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) di Kecamatan Kasemen, Kota Serang. 1.3 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah adalah mengidentifikasi kaitannya dengan topik, tema, judul dan fenomena yang akan diteliti. Oleh sebab itu setelah menyimak latar belakang diatas, maka Penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana PKB mengelola pelaksanaan kegiatan Program KB Nasional di desa/kelurahan, Kecamatan Kasemen? 2. Bagaimana PKB menjadi penggerak partisipasi masyarakat dalam program KB Nasional di desa/kelurahan, Kecamatan Kasemen? 3. Bagaimana PKB memberdayakan keluarga dan masyarakat dalam pelaksanaan program KB Nasional di desa/kelurahan, Kecamatan Kasemen? 4. Bagaimana PKB menggalang dan mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan program KB Nasional di desa/kelurahan, Kecamatan Kasemen? 10 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka diperlukannya tujuan penelitian sebab tanpa adanya tujuan yang jelas makan peneliti akan mengalami kesulitan. Sesuai idenfikasi masalah, tujuan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Mengetahui bagaimana PKB mengelola pelaksanaan kegiatan Program KB Nasional di desa/kelurahan, Kecamatan Kasemen? 2. Mengetahui bagaimana PKB mengerakan partisipasi masyarakat dalam program KB Nasional di desa/kelurahan, Kecamatan Kasemen? 3. Mengetahui cara PKP memberdayakan keluarga dan masyarakat dalam pelaksanaan program KB Nasional di desa/kelurahan, Kecamatan Kasemen? 4. Mengetahui bagaiamana PKB menggalang dan mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak dan siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program KB Nasional di desa/kelurahan, Kecamatan Kasemen? 1.5 Manfaat Penelitian Berdasarkan latar berlakang, penelitian ini diharpkan menghasilkan hal yang bermanfaat guna pihak terkait penelitian dan para pembaca, manfaat penelitian terbagi menjadi 2 yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis: 11 1. Secara teoritis: Penelitian dapat mengaplikasikan materi-materi pembelajaran mengenai komunikasi, serta dapat memberikan sumbangan pemikiran guna melakukan pengembangan teori-teori komunikasi. Teori yang digunakan dalam penelitian adalah Teori Atribusi Heider. 2. Secara praktis: Penelitian ini dapat berguna bagi Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) Kota Serang dan Penyuluh KB (PKB) di Kecamatan Kasemen sehingga menjadi umpan balik (feed back) dalam meningkatkan peserta KBBaru, serta para pembaca dan masyarakat. 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau comunication berasal dari bahasa Latin yaitu commnunicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama-sama. Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Selain itu komunikasi diartikan pula sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah hubungan Atau dapat diartikan bahwa komunikasi adalah saling menukar pikiran atau pendapat. Carl. I. Hovland: Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata untuk mengubah tingkah laku orang lain. Jadi, dengan demikian komunikasi itu adalah persamaan pendapat dan untuk kepentingan itu maka orang harus mempengaruhi 12 13 orang lain terlebih dahulu, sebelum orang lain itu berpendapat, bersikap, dan bertingkah laku yang sama dengan kita.13 Rogers bersama D. Lawrence Kincaid (1981) Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam14. 2.1.1 Unsur-Unsur Komunikasi Komunikasi memiliki unsur-unsur penting didalamnya. Unsur tersebut sangat berkaitan satu sama lain dan membentuk sebuah interaksi komunikasi. Berikut beberapa unsur-unsur yang terdapat di dalam komunikasi15 : 1. Sumber Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dan dokumen, ataupun sejenisnya. 2. Komunikator Komunikator adalah setiap orang ataupun kelompok dapat menyampaikan pesan-pesan komunikasi itu sebagai suatu proses, dimana 13 H.A.W. Widjaja. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi Edisi Revisi. Jakarta : PT. Rineka Cipta . 2000. p.26 14 Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikas Edisi Revisi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 1998. p.20 15 H.A.W. Widjaja. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi Edisi Revisi. Ibid.p.60 14 komunikator dapat menjadi komunikan, dan sebaliknya. Komunikator sebagai pemberi pesan kepada komunikan. Komunikan sebagai penerima pesan dari komunikator. 3. Pesan Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan (tema) yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan ingkah laku komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi itu. Bentuk-bentuk pesan komunikasi antara lain: a) Informatif Informative communication adalah suatu pesan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang tentang hal-hal baru yang diketahuinya. Teknik ini berdampak kognitif pasalnya komunikan hanya mengetahui saja. Seperti halnya dalam penyampaian berita dalam media cetak maupun elektronik, pada teknik informatif ini berlaku komunikasi satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, medianya menimbulkan keserempakan, serta komunikannya heterogen. Biasanya teknik informatif yang digunakan oleh media bersifat asosiasi, yaitu dengan cara menumpangkan penyajian pesan pada objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak. 15 Dalam penelitian ini terlihat penyampaian pesan secara informatif seperti dalam penyampaian pesan oleh PKB dalam kegaiatan penyuluhan di Posyandu, PKB menjelaskan kepada masyarakat dengan cara memberikan informasi secara kelompok kepada masyarakat tentang cara penggunaan alkon yang dapat dipilih oleh calon peserta KB-Baru. b) Persuasif Komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku komunikan yang lebih menekan sisi psikologis komunikan. Penekanan ini dimaksudkan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, tetapi persuasi dilakukan dengan halus, luwes, yang mengandung sifat-sifat manusiawi sehingga mengakibatkan kesadaran dan kerelaan yang disertai perasaan senang. Agar komunikasi persuasif mencapai tujuan dan sasarannya, maka perlu dilakukan perencanaan yang matang dengan mempergunakan komponen-komponen ilmu komunikasi yaitu komunikator, pesan, media, dan komunikan. Sehingga dapat terciptanya pikiran, perasaan, dan hasil penginderaannya terorganisasi secara mantap dan terpadu. biasanya teknik ini afektif, komunikan bukan hanya sekedar tahu, tapi tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan tertentu. 16 Seperti diungkapkan dalam penjelasan komunikasi persuasif lebih menekankan pada penyampaian pesan yang memiliki tujuan untuk mengubah sikap seseorang melalui pesan yang disampaikan. Komunikasi persuasif terlihat disaat kegiatan penyuluhan yang bersifat kunjungan door to door. Dalam penyuluhan secara door to door terlihat bahwa kegiatan komunikasi lebih menekankan pada aspek komunikasi interpersonal, dalam hal ini biasanya seorang komunikator dan komunikan akan lebih menjalin hubungan secara interpersonal dan persuasif karena pesan dimuat dan diarahkan lebih fokus kepada seseorang. c) Koersif / Instruktive Communication (Komunikasi Bersifat Perintah) Komunikasi instruktif atau koersi teknik komunikasi berupa perintah, ancaman, sangsi dan lain-lain yang bersifat paksaan, sehingga orang-orang yang dijadikan sasaran (komunikan) melakukannya secara terpaksa, biasanya teknik komunikasi seperti ini bersifat fear arousing, yang bersifat menakut-nakuti atau menggambarkan resiko yang buruk. Serta tidak luput dari sifat redherring, yaitu interest atau muatan kepentingan untuk meraih kemenangan dalam suatu konflik, perdebatan dengan menepis argumentasi yang lemah kemudian dijadikan untuk menyerang lawan. Teknik ini bisa digunakan oleh atasan terhadap bawahannya yang menuntut adanya kedisiplinan kerja karyawannya. 17 Dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa pesan yang disampaikan secara koersif tidak ada. Tentunya program KB tidak bersifat menekan dan memaksa seseorang untuk wajib mengikuti programnya. Paksaan itu sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dibuat dalam program KB yang lebih menekankan pada aspek pendekatan kekeluargaan. 4. Channel/Saluran Channel adalah saluran penyampaian pesan, biasa jg disebut dengan media. Media digunakan sebagai alat untuk menyampaian pesan kepada komunikan. 5. Efek Efek adalah sesuatu yang dihasilkan dari sebuah komunikasi. Efek adalah apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut. Efek tersebut misalnya perubahan keyakinan, perubahan perilaku, dan lain sebagainya (Mulyana, 2007:69-71) 2.1.2 Fungsi komunikasi Komunikasi mempunyai beberapa fungsi didalamnya, fungsifungsi tersebut memiliki tujuan yang berbeda-beda. Diantaranya adalah sebagai berikut 16: 16 H.A.W. Widjaja. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi Edisi Revisi. Ibid.p.64 18 1. Informasi Informasi tentu adalah nilai yang diberikan oleh seorang PKB kepada akseptor. Melalui informasi PKB memberikan masukan untuk masyarakat akan program KB. 2. Sosialisasi Sosialisasi adalah bentuk dari penyampaian informasi yang diberikan oleh PKB, sosialisasi umumnya berbentuk seperti penyuluhan posyandu dan penyuluhan door to door. 3. Motivasi Motivasi adalah hal yang dilakukan PKB untuk menciptakan keadaan yang lebih baik dan kondusif di masyarakat Kecamatan Kasemen. Dengan cara PKB memberikan motivasi kepada masyarakat untuk menjadi peserta KB-Baru, PKB mengharapkan adanya perubahan yang lebih baik dalam aspek kependudukan. 4. Diskusi Diskusi adalah bentuk kegiatan yang dilakukan oleh PKB dalam melakukan penyuluhan, diskusi ini terlihat dalam komunikasi interpersonal yang dilakukan PKB dengan akseptor mengenai berbagai macam kegiatan berKB. 19 5. Pendidikan Tentunya aspek pendidikan pula ditekankan pada kegiatan penyuluhan, masyarakat diberikan ilmu oleh PKB mengenai seluk beluk tentang program KB. 6. Memajukan kehidupan Dari tujuan program KB pula sudah terlihat gunanya untuk memajukan kehidupan masyarakat. Dimana angka kelahiran suatu keluarga harus diatur dan diimbangi dengan aspek lain seperti aspek ekonomi. Jika tidak seimbang akan mengakibatkan permasalahan seperti kemiskinan. 7. Hiburan Dalam bahasan hiburan kegiatan KB mungkin kurang begitu dominan karena program KB bersifat untuk lebih mengarahkan masyarakat kepada aspek kependudukan yang lebih baik. 8. Integrasi Integrasi adalah tujuan dari program KB itu sendiri dimana program KB mengaharapkan masyarakat agar mau berKB dan menekan angka pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali. 20 2.1.3 Komunikasi Antarpribadi (Komunikasi Interpersonal) Komunikasi antarpribadi adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace (1979) bahwa “interpersonal communication is communication involving two or more people in a face to face setting.”17 Scharamm (1974) diantara manusia yang saling bergaul, ada yang saling membagi informasi, namun ada pula yang membagi gagasan dan sikap. Proses pengaruh tersebut merupakan suatu proses yang bersifat psikologis yang pada gilirannya membentuk proses sosial. Komunikasi antarpribadi itu mempunyai keunikan karena selalu dimulai dari proses hubungan yang bersifat psikologis, dan proses psikologis selalu mengakibatkan ketergantungan18. Sifat dialogis itu ditunjukan melalui komunikasi lisan dalam percakapan yang menampilkan arus balik yang langsung. Jadi komunikator mengetahui tanggapan komunikan pada saat itu juga, komunikator mengetahui dengan pasti apakah pesan-pesan yang dia kirimkan itu diterima atau ditolak, berdampak positif atau negatif. Jika tidak diterima maka komunikator akan memberi kesempatan seluasluasnya kepada komunikan untuk bertanya. 17 Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikas Edisi Revisi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Ibid. p.32 18 Alo Liliweri. Komunikasi Antarpribadi. Kupang: P.T Citra Adiyta Bakti. 1997.p.11-12 21 Evert M. Rogers dalam Depari (1988) menyebutkan beberapa ciri komunikasi antarpribadi19 : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Arus pesan cenderung dua arah Konteks komunikasi adalah tatap muka Tingkat umpan balik yang tinggi Kemampuan untuk mengatasi tingkat selektivitas Kecepatan untuk menjangkau sasaran yang besar sangat lamban Efek yang terjadi antara lain perubahan sikap Komunikasi antarpribadi dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni Komunikasi Diadik (Dyadic Communication) dan Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication). Komunikasi diadik ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut Pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog dan wawancara. Percakapan berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam, dan lebih personal, sedangkan wawancara sifatnya lebih serius, yakni adanya pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang lain pada posisi menjawab20. Konseling menjadi salah satu bagian dari komunikasi interpesonal secara diadik, konseling dilakukan secara tatap muka dan lebih serius membahas suatu hal yang akan dilakukan atau dibicarakan secara lebih mendalam oleh komunikan dan komunikator. Contohnya saja ketika seorang penyuluh KB (PKB) melakukan konseling dengan aseptor 19 ibid.p.13 Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikas Edisi Revisi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 1998. p.32 20 22 KB (komunikan) untuk memberikan pemahaman mengenai alat kontrasepsi KB. a. Komunikasi Antarpribadi, Masalah Hasil Komunikasi antarpribadi dikatakan sukses apabila komunikasi itu menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Sebagaimana telah diurai bahwa komunikasi antarpribadi selalu melibatkan dua orang yang dengan sengaja atau tidak sengaja secara bebas bercakap-cakap21. Dalam komunikasi antarpribadi tentunya mengasilkan sebuah pemahaman dan kesepakan untuk memecahkan suatu permasalahan, contohnya konseling KB yang berisikan tentang suatu keluhan dan bahan masukan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat tentang program keluarga berencana. b. Komunikasi Antarpribadi, Tindakan Persuasif Ciri terakhir dari komunikasi antarpribadi adalah suatu kegiatan komunikasi harus selalu mengandung tindakan persuasi. Senarjo (1983) yang mengutip dari perbagai sumber menyebutkankan persuasi merupakan teknik untuk mempengaruhi manusia dengan memanfaatkan/ menggunakan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari komunikan yang hendak dipengaruhi. Demikikan, persuasi bukan sekedar menampilkan bukti bahwa suatu pendapat sudah diterima komunikan, tetapi persuasi harus mampu menyatukan suasana sosiologis, psikologis anatar komunikator dengan komunikan. Oleh karena itu peranan 21 Alo Liliweri. Komunikasi Antarpribadi.Ibid.p.18 23 komunikator dalam komunikasi antarpribadi senantiasa melibatkan usaha yang bersifat persuasif. Apabila seorang komunikator sudah cukup mengenal keadaan sosiologis dan psikologis komunikan makan dia dapat menyiapkan pesan yang sesuai dengan kebutuhan komunikan. Seluruh proses komunikasi yang disertai dengan tindakan persuasi senantiasa diarahkan untuk mengubah cara berfikir, pandangan dan wawasan, perasaan, sikap dan tindakan komunikan22. Dalam tidakan konseling tentunya seorang PKB harus mampu meberikan pemahaman dengan baik mengenai apa yang ditanyakan dan masukan yang dibutuhkan oleh aseptor/komunikan, akan tetapi seorang PKB harus mampu memberikan sebuah pemahaman secara lebih persuasif agar terciptanya suatu tindakan, agar aseptor mau menggunakan program KB. 2.1.4 Karakteristik Komunikasi Interpersonal Yoseph DeVito mengemukakan karakteristik-karakteristik efektivitas komunikasi interpersonal ini oleh dilihat dari 2 perspektif23, yaitu: 1.Humanistis, meliputi sifat-sifat: A. Keterbukaan (openness) Sifat keterbukaan menunjuk paling tidak pada 2 aspek tentang komunikasi interpersonal. Asepek pertama adalah 22 23 Alo Liliweri. Komunikasi Antarpribadi.Ibid.p.40 Fajar, Marhaeni. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009. p.84 24 bahwa kita harus terbuka pada orang-orang yang berinteraksi dengan kita. Aspek kedua, dari keterbukaan menunjuk pada kemauan kita untuk memberikan tanggapan terhadap orang lain dengan jujur terus terang tentang segala sesuatu yang dikatakannya. B. Perilaku suportif (supportiveness) Jack R. Gibb menyebutkan tiga perilaku yang menimbulkan perilaku suportif, yakni: a) Dekriptif, suasana yang deskriptif akan menimbulkan sikap positif dibanding dengan suasana yang evaluatif. b) Spontanitas, orang yang spontan dalam berkomunikasi adalah orang yang terbuka dan teus terang tentang apa yang dipikirkannya. c) Profisionalisme, seseorang yang memiliki sifat ini adalah orang yang memiliki sikap berpikir terbuka, ada kemauan untuk mendengar pandangan yang berbeda dan bersedia menerima pendapat orang lain, bila memang pendapatnya keliru. C. Perilaku positif Komunikasi interpersonal akan berkembangan bila ada pandangan positif terhadap orang lain dalam berbagai situasi komunikasi. 25 D. Empati (empathy) Kemauan seseorang untuk menempatkan dirinya pada peranan atau posisi orang lain. E. Kesamaan (equality) Hal ini mencakup dua hal, pertama kesamaan bidang pengalaman di antara para pelaku komunikasi. Kedua kesamaan dalam percakapan di antara para pelaku komunikasi memberi pengertian bahwa dalam komunikasi interpersonal harus ada kesamaan dalam hal mengirim dan menerima pesan. 2. Pragmatis, meliputi sifat-sifat: A. Bersikap yakin Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila seseorang mempunyai keyakinan diri. Orang yang mempunyai sifat semacam ini akan bersikap luwes dan tenang, baik secara verbal maupun non verbal. B. Kebersamaan Seseorang bisa meningkatkan efektivitas komunikasi interpersonal dengan orang lain bila ia bisa membawa rasa kebersamaan. Orang dengan sifat ini, akan memperhatikan dan 26 merasakan kepentingan orang lain. Sikap kebersamaan ini dikomunikasikan baik secarra verbal maupun non verbal. C. Manajemen interaksi Seseorang yang menginginkan komunikasi yang efektif akan mengontrol dan menjaga interaksi agar dapat memuaskan kedua belah pihak. Hal ini ditunjukkan dengan mengatur isi, kelancaran dan arah pembicaraan secara konsisten. D. Perilaku ekspresif Perilaku ekspresif memperlihatkan keterlibatan seseorang secara sungguh-sungguh dalam berinteraksi dengan orang lain. E. Orientasi pada orang lain Seringkali dalam berkomunikasi kita berorientasi pada diri kita sendiri. Untuk mencapai efektivitas komunikasi, seseorang harus memiliki sifat berorientasi pada orang lain. Artinya, kemampuan seseorang untuk beradaftasi dengan orang lain selama berkomunikasi interpersonal. 2.1.5 Tujuan Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan. Di sini akan dipaparkan 6 tujuan, antara lain ( Muhammad, 2004, p. 165-168 ) : 27 1. Menemukan personal atau pribadi. Dalam komunikasi interpersonal ada kesempatan kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita yang membuat komunikasi tersebut sangat menarik dan mengasyikkan untuk didiskusikan. Dengan membicarakan diri kita terhadap orang lain, kita memberikan seumber balikan yang luar biasa terhadap perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita. 2. Menemukan dunia luar. Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal. 3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti. Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu dipergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain. 4. Berubah sikap dan tingkah laku. Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca 28 buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah, banyak waktu yang terlibat dalam posisi interpersonal. 5. Untuk bermain dan kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan untuk menghabiskan wkatu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita. 6. Untuk Membantu. Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan professional mereka untuk mengarahkan kliennya. Ini juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita seari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah, dan sebagainya. 2.2 Penyuluh KB (PKB) Penyuluh Keluarga Berencana (KB) merupakan ujung tombak pengelola KB di lini lapangan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dan Peraturan Presiden No. 62 tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional menyatakan bahwa BKKBN mempunyai tugas melaksanakan 29 tugas pemerintah di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana, agar amanat tersebut dapat terimplemntasikan perlu ditetapkan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana. Salah satu NSPK sesuai amat UU 52/2009 adalah Pedoman Penyediaan dan Pemberdayaan Tenaga Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana di Lingkungan Pemerintahan Daerah, hal ini telah sesuai dengan pasal 38, yakni di BKKBN ditetapkan Jabatan Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) sesuai dengan kebutuhan. Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten dan Kota pada lampiran Peraturan Pemerintah tersebut pada Sub Bidang Penguatan Pelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas. Pemerintahan Daerah Kabupaten dan Kota diamanatkan menetapkan formasi dan Sosialisasi Jabatan Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana, dan dilanjutkan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Pemerintah Daerah dimana dalam program keluarga berencana merupakan urusan wajib dan masuk dalam rumpun Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana24. Dalam merencanakan dan menetapkan kebutuhan formasi Jabatan Fungsional Penyuluh KB tiap Kabupaten dan Kota harus mempertimbangkan dari berbagai aspek, beban kerja, aspek demografi yaitu jumlah kepala keluarga, aspek 24 Drs.H.M.. Ilham Jafar, Msi.Pedoman Penyediaan Dan Pemberdayaan Tenaga Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana (PKB). Jakarta : 2011.p.1 30 teritori jumlah desa/kelurahan dan aspek geografis yaitu luas wilayah. Berdasarkan hasil pendataan yang telah dilakukan oleh BKKBN tahun 2010, jumlah Petugas Lapangan secara nasional berjumlah 21.600 orang, jika dilihat secara kuantitas setiap tahun tenaga PLKB/PKB trendnya selalu menurun, hal ini disebabkan karena proses penerimaan jabatan fungsional (PLKB/PKB) selama 15 tahun terakhir mulai tahun 1996 tidak ada formasi, dilanjutkan dengan penyerahan otonomi daerah banyak PLKB/PKB yang mutasi ke instansi lain, meninggal dunia dan pensiun. Seperti diketahui rasio antara petugas lapangan KB dengan jumlah kelurahan/desa adalah 1 PLKB/PKB idealnya membina 1 – 2 desa/kelurahan, sampai tahun 2010 1 PLKB/PKB membina sampai dengan 4 desa/kelurahan. Hasil evaluasi dan capaian secara nasional Program KB Nasional tahun 20042009 cenderung stagnan Keberhasilan pelaksanaan Program KB Nasional telah memberikan sumbangan yang berarti terhadap pembangunan nasional, khususnya dalam pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Salah satu aspek yang menunjang keberhasilan tersebut adalah sumber daya manusia yang petensial terutama ada tingkat lini lapangan yang selama ini telah melaksanakan tugas dengan baik yaitu Tenaga Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana (PKB)25. Bila dilihat dari kacamata Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) jabatannya, para Penyuluh KB adalah juru penerang ataupun agent of change pada keluarga dan masyarakat luas menuju perubahan mentalitet dari tidak mendukung menjadi 25 Drs.H.M.. Ilham Jafar, Msi.Pedoman Penyediaan Dan Pemberdayaan Tenaga Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana (PKB). ibid.p.2 31 mendukung program KB, dari yang dulu tidak peduli menjadi peduli, dari yang dulu tidak mau berpartisipasi menjadi aktif berperan serta, dan sebagainya. Penyuluh KB juga merupakan salah satu komponen penting dalam upaya peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, juga sebagai indikator kemajuan yang telah dicapai oleh suatu daerah. Penyuluh KB bersentuhan langsung dengan masyarakat dalam memberikan berbagai penyuluhan program. 2.2.1 Peran PKB Penyuluh KB tentunya memiliki beberapa peran dalam program kerjanya hal ini perlu dilakukan agar target program KB setiap tahunnya tercapai, peran PKB dapat diurai sebagai berikut : 1. Pengelola pelaksanaan kegiatan Program KB Nasional di desa/kelurahan. 2. Penggerak partisipasi masyarakat dalam program KB Nasional di desa/kelurahan. 3. Pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pelaksanaan program KB Nasional di desa/kelurahan. 4. Menggalang dan mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan program KB Nasional di desa/kelurahan.26 26 Ibid.p.27 32 2.2.2 Tugas PKB Selain peran yang harus dilaksanakan oleh PKB, PKB pula memiliki tugas pokok yang harus dilaksanakan pada sistem kerjanya, antara lain: 1. Perencanaan PKB/PLKB dalam bidang perencanaan bertugas meliputi penguasaan potensi wilayah kerja sejak pengumpulan data, analisa penentuan masalah prioritas, penyusunan rencana kerja dan memfasilitasi penyusunan jadwal kegiatan tingkat RT, RW dan Desa/Kelurahan 2. Pengorganisasian Tugas PLKB dibidang pengorganisasian meliputi memperluas pengetahuan dan wawasan program, rekruitmen kader, mengembangkan kemampuan dan memerankan kader/IMP dan mitra kerja lainnya dalam program KB Nasional. Bila di wilayah kerjanya tidak ada kader, PLKB/PKB diharapkan dapat membentuk kader, memberikan pelatihan/orientasi untuk meningkatkan pengetahuna dan ketrampilan kader, memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang lebih besar kepada kader untuk berperan sampai dengan pengembangan kemitraan dan jaringan kerja dengan berbagai instansi yang ada. 3. Pelaksana dan Pengelola Program Tugas PLKB/PKB sebagai pelaksana dan pengelola melakukan berbagai kegiatan mulai penyiapan IMP dan mitra kerja lainnya dalam melaksanakan program, memfasilitasi peran IMP dan mitra lainnya penyiapan 33 dukungan untuk terselenggaranya program KB Nasional di desa/kelurahan serta Advokasi, KIE/Konseling maupun pemberian pelayanan program KB (KB-KR) dan program KS-PK. 4. Pengembangan Tugas PLKB/PKB melaksanakan pengembangan kemampuan teknis IMP dan mitra lainnya dalam penyelenggaraan program KB Nasional di desa/kelurahan 5. Evaluasi dan Pelaporan Tugas PLKB/PKB dalam evaluasi dan pelaporan progam KB Nasional sesuai dengan sistem pelaporan yang telah ditentukan secara berkala. Pola operasional, tehnik, strategi Langkah langkah peran PKB yang di tuangkan dalam pelaksanaan operasional program KB KS nasional di Desa Kelurahaan, yang langsung dekat dngan masyarakat. 2.3 Teori Atribusi Teori atribusi bermula dengan gagasan bahwa setiap individu mencoba untuk memahami perilaku mereka sendiri dan orang lain dengan mengemati bagaimana sesungguhnya setiap individu berperilaku. Sebagai pelaku komunikasi, kita harus berfikir logis kenapa kita berperilaku demikian, dan kadang-kadang kita ingin agar kita dapat menjelaskan kenapa orang lain juga berperilaku seperti itu27. Heider menyimpulkan bahwa manusia cenderung untuk menghubungkan perilaku seseorang dengan pengaruh internal dan eksternal. Faktor lingkungan adalah faktor-faktor dalam suatu situasi yang “menekan” pada pemunculan tipe 27 Ibid.p.102 34 perilaku tertentu. Sedangkan faktor personal dipandang sebagai hasil dari kemampuan (atau kekuasaan) dan usaha yang ditunjukan seseorang28. Jika kemampuan atau usaha yang dilakukan tidak cukup, kekuatan dari faktor personal akan menjadi nol seperti model di bawah ini: Gambar 2.1 Model Teori Atribusi dari Heider Sumber : Komunikasi Persuasi, Naniek Afrilla F.,S.Sos., M.Si. (2011:51) Beberapa penelian telah menempatkan posisi bahwa orang dapat memproses informasi dengan cara-cara yang logis maupun non logis, bergantung pada keadaan-keadaan, misalnya seperti motivasi. Jika motivasi untuk meningkatkan dirinya tinggi, seperti saat kita perlu menyelamatkan harga diri, mungkin terdapat kecenderungan untuk menjadi bias untuk kepentingan diri sendiri, hal ini berkenaan dengan atribusi situasional. Teori atribusi kemudian berhubungan dengan cara kita menyimpulkan hal yang menyebabkan perilaku tersebut – perilaku kita dan perilaku orang lain. Penemu teori atribusi Fritz Heider, menyebutkan beberapa atribusi kausal yang biasa dibuat setiap orang. Semua ini mencakup penyebab situasional (dipengaruhi oleh lingkungan), pengaruh pribadi (mempengaruhi secara pribadi), 28 Naniek Afrilla F. 2011. Komunikasi Persuasi, Serang Banten: SAYUTI.COM 2011.p.51 35 kemampuan (dapat melakukan sesuatu), usaha (mencoba melakukan sesuatu), hasrat (keinginan untuk melakukannya), perasaan (merasa menyukainya), keterlibatan (setuju dengan sesuatu), kewajiban (merasa harus), dan perizinan (telah dizinkan)29. Dalam teori atribusi, jika peneliti berpikir bahwa seseorang melakukan sesuatu dengan maksud tertentu, maka peneliti akan mengtahui dua dasar hubungan yaitu kemampuan dan motivasi. Misalnya, umpamakan seorang rekan anda tidak dapat menghadiri rapat. Anda berfikir dan menebak bahwa (1) ia tidak dapat hadir karena beberapa alasan; atau (2) ia tidak berusaha menghadiri rapat30. Kelley membenarkan teori Heider bahwa atribusi adalah proses persepsi dan bahwa atribusi bisa ditunjukan pada orang atau lingkungan. Contoh: A senang menonton acara Extravaganza di televisi, maka ada dua kemungkinan: ia bisa menyatakan bahwa acara itu menyenangkan (atribusi eksternal) atau bisa menyatakan bahwa dirinya sedang dalam keadaan senang sehingga menyukai acara tersebut (tribusi internal)31. Dalam penelitian ini sangat berkenaan dengan teori yang diberikan oleh Heider karena faktor internal dan eksternal mampu mempengaruhi masyarakat di Kecamatan Kasemen untuk mengikuti kegiatan penyuluhan dengan Penyuluh KB (PKB). Penulis ingin mendefinisikan bagaimana Peran seorang PKB dalam 29 Stephen W.Littlejohn & Karen A.Fross. 2009. Teori Komunikasi Theories of Human Communication Edisi 9. Jakarta: Salemba Humanika.p.102 30 Ibid.p.103 31 Naniek Afrilla F.,S.Sos., M.Si, Komunikasi Persuasi, Serang Banten: SAYUTI.COM. Ibid. 53 36 melakukan kegiatan punyuluhan dan konseling di Kecamatan Kasemen lalu faktor apa saja yang memberikan dampak kepada peran-peran tersebut. Berikut skema teori dan kaitan dalam mendefinisikan perilaku masyarakat akan gambaran terhadap perserta KB-Baru. Heider beranggapan bahwa manusia cenderung untuk menghubungkan perilaku seseorang dengan pengaruh internal dan eksternal, Heider seperti yang dikutip oleh Rachmat (1998) ada dua jenis atribusi yaitu atribusi kualitas dan atribusi kejujuran. Atribusi kualitas mengacu kepada sikap seseorang ketika mempertanyakan perilaku seseorang apakah dipengaruhi faktor situasional atau personal. Sedangkan atribusi kejujuran maka ada dua hal yang harus diamati yaitu sejauh mana pertanyaan itu menyimpang dari pendapat umum dan sejauh mana orang itu memperoleh keuntungan dari anda akibat pertanyaan anda. Semakin besar jarak antara pendapat pribadi dengan pendapat umum maka kita akan semakin percaya bahwa orang tersebut berkata jujur. PKB memiliki 4 peran dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan tanggung jawabnya sebagai petugas lini lapangan di daerah. Dalam hal ini peran tersebut tentunya memiliki hubungan baik dari faktor internal maupun faktor eksternal. Dalam bahasan faktor internal penulis memberikan penjelasan dimana faktor internal adalah rasa atau dorongan yang ada dalam diri seorang PKB itu sendiri, dimana faktor internal sangat berkenaan dengan tanggung jawab dan motivasi seorang PKB untuk mensukseskan program KB di Kecamatan Kasemen, lalu faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar diri seorang PKB, faktor eksternal pula memiliki dampak kepada peran-peran seorang PKB 37 dimana faktor eksternal membentuk sebuah jawaban akan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seorang PKB. Faktor eksternal seperti kondisi lingkungan, budaya, dan bahkan sarana prasarana mampu menjadi hambatan seorang PKB dalam melakukan perannya. 2.4 Kerangka Berfikir Penyuluh KB memiliki peranan penting dalam suksesnya program KB di Kecamatan Kasemen, PKB memiliki 4 peran yaitu mengelola, menggerakan, memberdayakan dan menggalang kemitraan dengan seluruh lapisan masyarakat dalam pelaksanaan program KB. Teori atribusi memiliki peranan dalam melihat perilaku seseorang, dengan menggunakan teori atribusi yang ditemukan oleh Fritz Heider, penulis membagi klasifikasi dalam penentuan faktor yang mempengaruhi peningkatan peserta KBBaru, faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri seseorang PKB, seperti dalam penjelasan sebelumnya, faktor internal meliki fungsi bagaimana seorang PKB harus berperan sesuai dengan dorongan dalam dirinya ketika melakukan tanggung jawabnnya di Kecamatan Kasemen. Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat diluar diri seorang PKB, contohnya faktor lingkungan dan budaya yang terdapat di Kecamatan Kasemen, faktor tersebut dapat memberikan dampak kepada peran-peran seorang PKB dalam melakukan tanggung jawabnnya. 38 Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Peran Penyuluh Keluarga Berencana PKB memiliki peran sebagai pengelola, penggerak, pemberdayakan masyarakat dalam kegiatan program KB dan sebagai penggalang kemitraan dengan berbagai pigak dalam pelaksanaan program KB. Teori Atribusi Memiliki perananan dimana peneliti mampu melihat perilaku yang dilakukan oleh PKB, bagaimana PKB berperan di masyarakat sesuai dengan tanggung jawab bidang kerjannya. Faktor Internal Faktor Eksternal Faktor internal yang berhubungan dalam diri seorang PKB. Seperti motivasi dan tanggung jawab. Faktor eksternal yang terdapat diluar diri seorang PKB yang mampu memberikan dampak kepada peran seorang PKB di Kecamatan Kasemen seperti Lingkungan dan Budaya. Penulis menyimpulkan bahwa faktor internal dan eksternal memiliki dampak dalam peran yang dilakukan PKB di Kecamatan Kasemen. 39 2.5 Penelitian Terdahulu Penelitian pertama dibuat oleh Abraham Wahyu Nugroho, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik dengan judul skrpsi “Komunikasi Interpersonal Antara Perawat Dengan Pasien” skripsi ini dimuat pada tahun 2009. Skripsi ini membahas tentang bagaimana sebuah proses komunikasi antara perawat dengan pasien, dalam bahasan skripsi tersebut peneliti menggunakan Komunikasi Terapetik, Dalam dunia psikologi khususnya psikoterapi, digunakan teknik penyembuhan yang disebut Komunikasi Terapeutik (Therapeutic Communication). Dengan metode ini pasien sebagai komunikan diarahkan begitu rupa sehingga terjadi pertukaran pesan yang dapat menimbulkan hubungan sosial yang bermanfaat. Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. (Northouse, 1998). Menurut Stuart GW (1998) mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki klien dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosi klien. Peneliti menggunakan metode kualitatif untuk melakukan analisis mengenai penelitian yang dia lakukan, dengan cara kuanlitatif peneliti 40 mengumpulkan datanya dengan menggunakan metode wawancara lalu mengolah hasil wawancara menjadi sebuah kesimpulan. Hasil dari penelitian tersebut Komunikasi terapeutik yang diterapkan di RS Dr. Moewardi dilaksanakan berdasarkan aturan-aturan baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Dengan menggunakan Komunikasi dibidang perawatan peneliti menemukan indikasi bahwa komunikasi terapeutik seperti, sapaan, interaksi non verbal, dan komunikasi terapeutik mengandung umpan balik, interaksi dan koherensi, mampu memberikan sebuah efek baik bagi para pasien yang berada dirumah sakit. Penelitian kedua dibuat oleh Dea Fidela Amadea, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik dengan judul skrpsi “Kecakapan Komunikasi Interpersonal Konselor Sebaya dalam Program Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR)” skripsi ini dimuat pada tahun 2012. Skripsi ini membahas tentang bagaimana pelaksanaan PIK Remaja serta seperti apa kecakapan yang dimiliki konselor sebaya dalam melaksanakan konseling. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan cara melakukan wawancara mendalam dengan beberapa konselor sebaya, observasi tempat pelaksanaan PIK Remaja ADEM dan studi dokumentasi. Dengan melakukan pendekatan secara interpersonal peneliti mampu mengidentifikasi beberapa hal yang berkenaan dengan kegiataan konseling. Dengan menggunakan metode 41 penelitian kualitatif peneliti melakukan tringulasi data untuk mendapatkan kesimpulan dari data yang diperoleh di lapangan. Hasil penelitian Kecakapan Komunikasi Interpersonal Konselor Sebaya dalam Program Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIKKRR), menunjukkan bahwa PIK Remaja ADEM dapat dijadikan sarana oleh siswa untuk melakukan konseling, menemukan faktor-faktornya dan menemukan solusi pemecahan permasalahan siswa berkenaan dengan bidang pendidikan seks remaja dan NAPZA. 42 Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu Penelitian Terdahulu No Jenis Penelitian 1 1 Judul Komunikasi Interpersonal Antara Perawat Dengan Pasien. 2 Nama 3 Universitas 4 Tujuan 5 Teori 6 7 Metode Hasil Penelitian Abraham Wahyu Nugroho Universitas Sebelas Maret Surakarta Mengetahui tentang bagaimana sebuah proses komunikasi antara perawat dengan pasien dengan menggunakan perspektif Komunikasi Terapeutik Komunikasi Terapeutik Kualitatif Mampu menemukan kontribusi Penelitian 2 Kecakapan Komunikasi Interpersonal Konselor Sebaya dalam Program Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIKKRR) Dea Fidela Amadea Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Mengetahui bagaimana pelaksanaan PIK Remaja serta seperti apa kecakapan yang dimiliki konselor sebaya dalam melaksanakan konseling. Penelitian Terkait Peran Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) di Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Arief Rizki Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Mengetahui peran Penyuluh KB (PKB) di Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Teori Atribusi Teori Atribusi Kualitatif PIK Remaja ADEM menjadi salah satu wadah Kualitatif Menemukan pemahaman tentang 43 komunikasi terapuetik anatar perawat dengan pasien. 8 Kelebihan Penelitian Fokus kepada komunikasi terapeutik yang mampu mempengaruhi interaksi positif dengan pasien di Rumah Sakit. 9 Kekurangan Penelitian Kurang menyeluruhnya teknik-teknik komunikasi para perawat dari hasil penelitian. 10 Perbedaan Penelitian Lebih membahas tentang komunikasi terapeutik. untuk siswa melakukan kegiatan konseling. Kopetensi konselor sebaya terdiri dari beberapa faktor. Menemukan pola penyelesaian dalam Konseling PIK ADEM Dengan menggunakan aspek komunikasi interpersonal dalam konseling dan menggunakan teori atribusi peneliti mampu menjelaskan mekanisme konseling PIK ADEM, kecapakan konselor, dan solusi. Lebih banyak membahas mengenai komunikasi interpersonal dalam konseling Membahas mengenai kecakapan konselor. bagaimana peran PKB di Kecamatan Kasemen dalam melakukan penyuluhan dan konseling. Dengan menggunakan teori atribusi peneliti mampu memetakan factor-faktor internal dan eksternal yang memberikan dampak kepada peran seorang PKB di Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Terfokus membahas peran seorang PKB dinilai dari sisi faktor internal dan eksternal. Membahas mengenai peran PKB. 44 11 Kontribusi Penelitian Karena komunikasi terapeutik termasuk kedalam komunikasi interpersonal, penelitian yang dilakukan menjadi bahan masukan dalam bidang keilmuan komunikasi interpersonal. Bahan masukan sebagai penelitian sebelumnya. Sama-sama membahas mengenai teori atribusil dan bidang komunikasi interpersonal Memberikan bahan evaluasi kepada pihak PKB agar lebih mempersuasi melalui peranperan seorang PKB Sumber : Jurnal Skripsi, Abraham Wahyu Nugroho, Komunikasi Interpersonal Anatara Perawat Dengan Pasien, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2009. Jurnal Skripsi, Dea Fidela Amadea, Kecakapan Komunikasi Interpersonal Konselor Sebaya dalam Program Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR), Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2012. 45 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metodelogi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan metode penelitian Kualitatif, metode penelitian kualitatif dinilai sebagai metode yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini karena menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara kuantitatif lainnya, peneliti ingin memperoleh sebuah jawaban secara mendalam melalui wawancara yang akan dilakukan. Bogdan dan Taylor menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat menggali subyek, merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari (Rurchan, 1992: 21-22). Penelitian kualitatif deskriptif menurut Kenneth D. Bailey adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu fenomena secara detil (untuk menggambarkan apa yang terjadi). Penelitian deskriptif bermaksud memberikan gambaran suatu gejala sosial tertentu, sudah ada informasi mengenai gejala sosial seperti yang dimaksudkan dalam suatu permasalahan penelitian namun belum memadai. Penelitian deskriptif menjawab pertanyaan apa dengan penjelasan yang lebih terperinci mengenai gejala sosial 45 46 seperti yang dimaksudkan dalam suatu permasalahan penelitian yang bersangkutan. Penelitian deskriptif dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain.32 Peneliti ingin mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkan analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang kenyataan-kenyataan33. Peneliti memilih menggunakan metode penelitian kualitatif karena peneliti ingin menggali informasi dengan menggunakan cara yang digunakan dalam penelitian kualitatif seperti wawancara secara mendalam dan observasi. Dalam penelitian ini peneliti mengharapkan penggunaan metode wawancara menjadi salah satu kunci, wawancara dilakukan dengan PKB sebagai informan kunci dan beberapa orang yang terdiri dari informan sekunder dan informan pendukung. 3.2 Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukan pada mereka apa yang penting, absah dan masuk akal. Paradigma yang bersifat normatif, menunjukan kepada praktisinya 32 Manasse Malo dan Sri Trisnoningtias. 1986. Metode penelitian masyarakat , Jakarta : pusat antar universitas ilmu ilmu sosial universitas indonesia.p.28 33 Dr. Basrowi, M.Pd. & Dr. Suwandi, M.Si. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Ibid.p.30 47 apa yang harus dilakukan tanpa melakukan pertimbangan eksistensial atau epistemologis yang panjang. Penelitian ini menggunakan paradigma post-positivis sebagai acuan kerangka berfikir. Dengan menunggunakan paradigma post-positivis ini, peneliti berusaha untuk memahami lebih dalam dan menyeluruh mengenai komunikasi interpersonal terhadap suksesnya program KB, di Kecamatan Kasemen. Kota Serang. Paradigma post-positivis sebagai dasar kerangka berfikir. Post-positivis berbicara bukan hanya yang terlihat, terasa dan teraba tetapi mencoba memahami makna dibalik yang ada. Realitas sosial menurut paradigma ini adalah suatu gejala yang utuh terkait dengan konteks, bersifat kompleks, dinamis dan penuh makna oleh karena itu, mengetahui keberadaannya tidak dalam ukuran tetapi dalam bentuk eksplorasi untuk dapat mendeksripsikan secara utuh.34 Paradigma post-positivis digunakan dalam penelitian ini berawal dari realitas sosial mengenai program KB yang masih kurang diminati bagi sebagian masyarakat di Kecamatan Kasemen, padahal program KB memiliki beberapa keuntungan dan menjaga keseimbangan pertambahan penduduk. Disamping itu alasan menggunakan post-positivis karena menuntut bersatunya peneliti dengan obyek yang diteliti serta subyek pendukungnya. Peneliti melihat dibalik masyarakat turut serta dalam program KB terdapat unsur 34 Djam’an Saori dan Aan Komariah. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.p.12 48 komunikasi, perasaan dan sifat tersembunyi yang dimengerti, dipahami dan dirasakan apabila peneliti berbaur dalam suana masyarakat Kecamatan Kasemen. 3.3 Teknik Penelitian Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan strategi yang cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how dan why.35 Penulis menggunakan studi kasus karena penulis beranjak dari sebuah permasalahan yang berada di Kecamatan Kasemen yang berhubungan dengan program KB. Dimana program KB masi dinilai tabu bahkan haram, lalu meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun dan jumlah peserta KB-Baru yang menurun dari tahun ke tahun. Studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data yang bisa digunakan untuk meneliti, mengurai dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis. Karena itu peneliti dapat menggunakan wawancara mendalam, kuosioner, hasil survei, rekaman dan bukti-bukti fisik lainnya. Studi kasus memiliki ciri-ciri antara lain; a) partikularlistik yang artinya terfokus pada situasi, peristiwa, program atau fenomena tertentu, b) deskriptif, dimana hasilnya berupa deskripsi detail dari obyek yang diteliti c) heuristik, metode ini membantu khalayak memahami apa yang sedang diteliti dengan tujuan melahirkan interpretasi, perspektif, makna baru dan d) induktif, dimana metode ini berangkat 35 Robert Yin. 2002. Studi Kasus, Desain dan Metode. Jakarta : Raja Grafindo Persada.p.1 49 dari fakta-fakta dilapangan, kemudian menyimpulkan kedalam tataran konsep atau teori.36 Teknik studi kasus dianggap cocok dalam penelitian ini karena berkaitan dengan kasus itu sendiri. Situasi ini muncul manakala peneliti mempunyai kesempatan untuk mengamati dan menganalisis suatu fenomena yang tak mengizinkan penelitian ilmiah. Seperti halnya penelitian ini, dimana nantinya akan mengamati sendiri secara langsung bagaimana tingkah laku obyek penelitian didalam kehidupan sehari-hari untuk kemudian menganalisisnya. 3.4 Informan Penelitian Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif, tentunya peneliti akan menggunakan informan dalam pemenuhan aspek tujuan penelitian. Informan diperlukan untuk memperoleh informasi secara akurat dan tepat. Informan digolongkan menjadi 2 jenis yaitu key informan dan informan pendukung. Key informan tentunya adalah Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, kriteriannya sebagai berikut: 1. Menjabat aktif sebagai Penyuluh KB di UPT. BPMPKB Kecamatan Kasemen. 2. Mengetahui seputar informasi mengenai perkembangan peserta KB-Baru di Kecamatan Kasemen. 36 Rachmat Kriyantoro. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.p.94 50 3. Mengetahui permasalahan yang berhubungan dengan program KB di Kecamatan Kasemen. Disamping key informan, adapula informan lain yang ikut terlibat dalam penelitian ini yang biasa disebut dengan informan pendukung, informan pendukung perlu karena informan tersebut mampu memberikan data tambahan untuk dilakukan tringulasi data. Disamping key informan, guna penambahan data yang lebih akurat lagi penulis menambahkan informan sekunder. Dimana informan ini bertindak sebagai orang-orang yang terlibat dalam lembaga. Diantaranya adalah perwakilan dari BPMPKB yaitu bapak Apay sebagai Ka. Sub KB BPMPKB Kota Serang dan para Pos dan Sub Pos KB desa. Adapun krtiteria yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut: 1. Menjabat aktif sebagai Ka. Sub KB BPMPKB Kota Serang, Pos/Sub KB di Kecamatan Kasemen. 2. Mengetahui seluk beluk tetang kegiatan KB yang dilakukan oleh PKB di Kecamatan Kasemen, Kota Serang. 3. Mengetahui permasalahan yang dihadapi dilapangan berhubungan dengan kegiatan berKB. Selanjutnya yang digolongkan sebagai informan pendukung adalah akseptor peserta KB-Baru. Adapun beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh informan pendukung sebagai berikut: 1. Sudah menjadi peserta KB-Baru selama satu tahun terakhir. 51 2. Sudah memasuki Pasangan Usia Subur (PUS). 3. Mendukung dan ikut berpartisipasi dalam program KB di Kecamatan Kasemen. 4. Terdiri dari 7 orang yang mewakili setiap alkon peserta KB-Baru. Informan pendukung yang terakhir adalah tokoh agama, tokoh agama penting karena peneliti menemukan indikasi dalam latar belakang permasalahan program KB di Kecamatan Kasemen banyak sekali bersinggungan dengan Agama. Berikut beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh tokoh agama: 1. Memiliki latar belakang keagamaan yang kuat, contohnya seperti ustad. 2. Mengetahui program KB. 3. Mengetahui permasalahan keagaaman yang bersinggungan dengan program KB. Kriteria tersebut penting agar penelitian terarah dengan baik dan peneliti mendapatkan informan yang teapi guna untuk menggali informasi. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang lebih menekankan kepada jumlah angka, pada penelitian kualitatif tidak terpaku kepada jumlah angka atau banyaknya informan penelitian. Informan tersebut terdiri dari key informan yaitu yang menjadi informan utama dalam penelitian terkait, lalu informan sekunder dan pendukung yang menjadi penegas dalam pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif informasi diperoleh secara wawancara mendalam dengan informan penelitian. Dalam penelitian terkait, yang termasuk key informan adalah Penyuluh KB (PKB) di Kecamatan Kasemen yang bernama 52 Venny Damayanti. Penyuluh KB sudah jelas menjadi informan utama, dikarenakan PKB Kecamatan Kasemen menjadi kunci dalam terlaksananya program KB di Kecamatan Kasemen dan PKB harus bertanggung jawab atas peran-peran yang harus dilakukan olehnya agar mampu mensukseskan program KB di Kecamatan Kasemen. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan beberapa metode guna untuk mengumpulkan data di Kecamatan Kasemen, teknik pengumpulan data meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi: 1. Wawancara Dalam penelitian ini akan dilakukan wawancara dengan key informan yaitu Penyuluh KB (PKB) di Kecamatan Kasemen (Venny Damayanti) lalu informan sekunder yaitu perwakilan BPMPKB Kota Serang, Pos dan Sub Pos KB Kecamatan Kasemen dan informan pendukung yaitu akseptor peserta KB-Baru dan beberapa tokoh masyarakat. Dalam wawancara tersebut terjadi sebuah tanya jawab guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Kedua pihak dalam wawancara mengajukan dan menjawab pertanyaan, tetapi yang paling sering adalah pewawancara mengajukan pertanyaan dan pihak yang diwawancara (interviewe) menjawab37. Wawancara mempunya tujuan tertentu. Tujuan-tujuan ini menuntun dan mengatur wawancara baik dalam hal isi maupun format. 37 Josep A.Devito. 1997. Komunikasi Antarmanusia Edisi Kelima. Jakarta: Hunter College City of the City Universiry of New York. Proffessional Books.p.281 53 2. Observasi Dalam penelitian metode kualitatif peneliti akan menggunakan pula metode observasi untuk mengumpulkan beberapa data dan informasi guna tercapainya tujuan penelitian. Kali ini peneliti akan melakukan observasi lapangan di Kecamatan Kasemen, melihat bagaimana kondisi masyarakat di sana, apa saja permasalah yang berhubungan dengan program KB di Kecamatan Kasemen, lalu peneliti akan melakukan observasi di kantor BPMPKB Kecamatan Kasemen untuk memperoleh informasi data yang akan diolah guna bahan masukan penelitian. Semua yang dilihat dan didengan asalkan sesuai dengan tema penelitian, semua dicatat dalam kegiatan observasi yang terenana secara fleksibel dan terbuka. Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan informasi yang dapat dipercaya38. 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari instrumen penelitian kali ini, dalam penelitiannya peneliti akan melakukan wawancara dengan para informan penelitian PKB, informan sekunder dan informan pendukung, dalam interaksi wawancara tersebut peneliti melakukan record untuk merekam semua apa yang mereka katakan agar menjadi sebuah fakta dalam melakukan penelitian. Foto 38 Dr. Basrowi, M.Pd. & Dr. Suwandi, M.Si. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.p.93 54 dokumentasi pun harus dilakukan, foto dinilai penting agar menjadi sebuah hal absah telah dilakukannya penelitian ini. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen. Dalam penelitian sosial, fungsi data yang berasal dari dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam39. 3.6 Teknik Analisis Data Setelah dilakukannya tahap pencarian informasi menggunakan informan penelitian yaitu wawancara bersama key informan (PKB) , informan sekunder dan informan pendukung dan penulis sudah menggunakan metode observasi dan dokumentasi, penulis akan melakukan teknik analisis data. Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan lain-lainnya, sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke pola, memilih nama yang penting dan nama yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Proses analisis data dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga kegiatan yang berlangsung 39 Dr. Basrowi, M.Pd. & Dr. Suwandi, M.Si. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Ibid.p.108 55 secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan40. Ada tiga jalur analisis data kualitatif; 1. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakkan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan, proses ini berlangsung terus menerus. Reduksi data meliputi; meringkas data, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus. 2. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif, dapat berupa teks naratif, maupun matrik, grafik, jaringan dan bagan. 3. Upaya penarikan kesimpulan atau verifikasi dilakukan peneliti secara terus menerus selama berada di lapangan. Dari permulaan pengumpulan data, mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola (dalam catatan teori), penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposal41 3.6.1 Uji Validitas Data Jika semua data sudah dikumpulkan oleh penulis, penulis melakukan uji validitas, uji validitas melingkupi penarikan kesimpulan data yang terdapat dilapangan. Data dikumpulkan dan dilakukan crossing data, agar menemukan 40 Matthew.B.Miles, Analisis Data Kualitatif Buku Tentang Metode-Metode Baru, UI-PRESS, p.16 Mile, M.B. Dan Huberman, A.M,, Analisis Data Kualitatif, Penerjemah Tjetjep Rohendi, Jakarta: UI Press, 1992, cet.3,p.32 41 56 kesimpulan. Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Menurut Sugiyono (2015:127) tringulasi memiliki 3 bentuk, diantaranya42: 1. Tringulasi Sumber Tringulasi sumber dapat dilakukan dengan mengecek data yang sudah diperoleh dari berbagai sumber. Data dari berbagai sumber tersebut kemudian dipilah dan dipilih dan disajikan dalam bentuk tabel matriks. Data dari sumber yang berbeda dideskripsikan, dikatagorisasikan, mana pandangan yang sama, berbeda, dan mana yang lebih spesifik. Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan tringulasi sumber berdasarkan informasi yang diperoleh dari penyuluh KB (PKB), Perwakilan BPMPKB Kota Serang, Pos dan Sub Pos KB Kecamatan Kasemen, Akseptor, dan tokoh masyarakat yang mempunyai pengaruh budaya besar di Kecamatan Kasemen. 2. Tringulasi Teknik Tringulasi teknik dapat dilakukan dengan melakukan cek data dan berbagai macam teknik pengumpulan data. Misalnya dengan menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. 42 Anis Fuad dan Kandung Sapto Nugroho. 2014. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.p.20 57 Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan tringulasi teknik dengan cara membandingkan informasi yang didapat sesuai dengan teknik informasi. Misalnya wawancara mendalam dengan para narasumber lalu hasil observasi dilapangan dan studi dokumentasi yang dipeloreh di BPMPKB Kecamatan Kasemen. 3. Tringulasi Waktu Perolehan data dalam waktu tertentu juga memiliki pengaruh yang besar terhadap kredibilitas data. Tringulasi waktu digunakan untuk mendapatkan sebuah hasil apakah data bersifat konsisten dari waktu kewaktu ataukah data berubah-ubah dari waktu kewaktu. Peneliti akan menggunakan tringulasi waktu karena peneliti ingin mengetahui apakah informasi yang didapat dari informan bersifat konsisten atau tidak. 3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian Sesuai dengan batasan penelitian kualitatif, penelitian ini memiliki batasan tempat. Terkait dengan penelitian yang akan di laksanakan. Penelitian ini akan mencakup tempat di Kecamatan Kasemen karena ditemukannya beberapa permasalahan dilapangan yang berhubungan dengan program KB daerah, hal ini mengharuskan peneliti untuk langsung terjun kelapangan karena berkenaan dengan cara partisifan observasi. 58 Disini penulis bertindak sebagai fasilitator dan realitas konstruksikan oleh subjek penelitian. Selanjut penulis bertindak sebagai aktivis yang ikut memberi makna secara kritis pada realitas yang dikontriksikan subyek penelitian43. Tabel 3.1 Jadwal Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 43 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahapan Pengerjaan Januari Februari Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan Judul Bab Bimbingan I-III Pembuatan Bab I-III Sidang Outline Riset Lapangan Pembuatan Bab IV-V Sidang Skripsi Kroyantono Rachmat, 2008, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Prenada Media Group,p.67 59 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian Penelitian tentang peran Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) dilaksanakan di Kecamatan Kasemen. Peneliti memutuskan melakukan penelitian di tempat tersebut dikarenaka peneliti menemukan beberapa indikasi masalah yang sangat berkaitan erat dengan program KB diantaranya sudah jelas pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah. Kecamatan Kasemen adalah sebuah kecamatan yang terletak di sebelah utara Kota Serang, Provinsi Banten dengan luas wilayah 66,52 km. Wilayah Kecamatan Kasemen terbagi menjadi 10 Desa/Kelurahan, 64 Rukun Warga (RW), dan 227 Rukun Tetangga (RT). Jumlah penduduk pada Kecamatan Kasemen sampai dengan akhir Desember 2014 adalah sebanyak 88.463 jiwa Penduduk Kecamatan Kasemen yang bermata pencaharian sebagai petani, pedagang, nelayan, buruh dan sebagainya bergerak di sektor jasa angkutan, ternak, kerajinan, industri, dan lain-lain44. Kecamatan Kasemen merupakan wilayah pembangunan bagian utara dari Kota Serang yang diarahkan dengan fungsi utama pariwisata cagar budaya dan cagar alam, pelabuhan, perdagangan dan jasa, perumahan dan berbagai fasilitas umum. Peneliti mendapati data laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kasemen pada tahun 2012 jumlah penduduk di Kecamatan Kasemen sebesar 44 Observasi data dan lapangan, UPT. BPMPKB Kecamatan Kasemen, Hasil rekapitulasi jumlah penduduk. 8 Desember 2014. 59 60 88.271 jiwa, pada tahun 2013 diperoleh 88.301 jiwa dan pada tahun 2014 diperoleh 88.463. Ini mengindikasi bahwa di Kecamatan Kasemen tersebut mengalami kenaikan jumlah penduduk. Pada tahun 2013 peserta KB-Baru mencapai 3073 akseptor dengan target yang diharapkan sebesar 2505 akseptor, dan pada tahun 2014 jumlah peserta KB-Baru mencapai 2347 akseptor dengan target yang diharapkan 3005 akseptor45. Dengan demikian perbandingan dari tahun ke tahun di Kecamatan Kasemen semakin tahun semakin menurun. Selain bertempat di Kecamatan Kasemen sendiri, peneliti melakukan penelitian di kantor UPT. BPMPKB Kecamatan Kasemen, kantor tersebut biasanya dipakai sebagai tempat umum mengevaluasi, rapat rutin, diskusi dan tempat penyimpanan data yang berhubungan dengan program KB. Selain akan diselenggrakannya penelitian seperti wawancara di kantor tersebut, peneliti pula mencari data seperti studi dokumentasi yang disimpan di kantor. Data dokumentasi perlu dikarenakan data tersebut pula akan menjadi penunjang sumber informasi agar mendapatkan fakta di lapangan. 45 Observasi, UPT. BPMPKB Kecamatan Kasemen, Arsip dokumen jumlah laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Kasemen. 8 Desember 2014. 61 Gambar 4.1 Struktur Organisasi UPT. BPMPKB Kecamatan Kasemen Kepala UPT Lilis Ernaningsih Petugas Fungsional Kasubag TU Venny Damayanti C, S.Sos V. Ratu Mamah Salamah, SE. Pos KB Kelurahan/Desa Kecamatan Kasemen Sub Pos KB Kelurahan/Desa Kecamatan Kasemen Sumber : Papan Struktur Organisasi. UPT. BPMPKB Kecamatan Kasemen 2014. Untuk menunjang kinerjanya penyuluh KB berkoordinasi dengan Pos KB dan Sub Pos KB disetiap Desa/Kelurahan untuk melakukan beberapa kegiatan kerja dan penyuluhan mengenai program KB kepada masyarakat guna mendapatkan peserta KB-Baru di Kecamatan Kasemen. 62 4.2 Deskripsi Subyek Penelitian Subyek penelitian mengacu pada informan atau responden dalam pengumpulan data. Pada penelitian ini, peneliti mulanya akan mengumpulkan data dari hasil wawancara mendalam dengan beberapa pihak yang terlibat penelitian, utamanya adalah penyuluh KB itu sendiri sebagai key informan, melalui informasi yang didapatkan peneliti dari PKB, peneliti akan menemukan beberapa hal yang akan menjadi kajian dalam proses penelitian. Lalu informasi akan didukung dengan data-data yang diperoleh dilapangan dan wawancara dengan para informan pendukung. Informasi selanjutnya didapat melalui informan sekunder dan informan pendukung. Penulis mengharapkan adanya sinkronisasi apa yang diucapkan oleh pihak PKB. Tentunya PKB tidak dapat bekerja sendiri dalam hal kesuksesan program KB di Kecamatan Kasemen dikarenakan di Kecamatan Kasemen hanya memiliki seorang 1 PKB. Informan pendukung seperti Pos KB dan Sub Pos KB perlu dikarenakan Pos KB bertanggung jawab atas akseptor disetiap kelurahan yang mereka pegang. Beberapa hal yang dilakukan oleh PKB dan Pos KB adalah menyelenggarakan kegiatan rutin yaitu kegiatan posyandu yang bekerjasama dengan bidan desa sekaligus melakukan komunikasi untuk sosialisasi program KB di masyarakat agar mendapatkan akseptor. 63 4.3 Pembahasan Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga cara yaitu wawancara mendalam, observasi lapangan dan studi dokumentasi untuk mendapatkan data. Dalam wawancara mendalam sudah dijelaskan sebelumnya mekanisme yang akan dilakukan oleh peneliti. Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan PKB UPT Kecamatan Kasemen, Perwakilan BPMPKB Kota Serang, Pos KB, Sub Pos KB dan akseptor. Dari informasi yang didapatkan peneliti ingin menemukan sebuah pemahaman bagaimana peran PKB. Wawancara dilakukan dalam beberapa waktu, karena peneliti menginginkan informasi dan keterbukaan para pihak yang terlibat penelitian untuk mengemukakan fakta yang terdapat di lapangan berkenaan dengan topik penelitian. Setelah peneliti mendapatkan informasi melalui wawancara mendalam, peneliti akan melakukan observasi, melalui observasi peneliti memperoleh gambaran yang cukup jelas mengenai kondisi lapangan di Kecamatan Kasemen. Observasi dinilai penting karenakan peneliti akan menumukan fakta dilapangan bagaimana kondisi yang dialami sebenarnya dimasyarakat. Langkah selanjutnya adalah peneliti melakukan studi dokumentasi berupa informasi tambahan seperti data tertulis yang didapat dari lapangan/kantor, data tersebut tidak hanya beruba informasi yang didapat dari lapangan saja, akan tetapi seperti arsip, buku dan dokumen pula bisa menjadi bahan ulasan guna menambah informasi yang akan didapat oleh peneliti. 64 PKB mempunyai peran penting guna meningkatkan peserta KB-Baru dan melakukan pendekatan terhadap masyarakat agar mau dan ikut menggunakan program KB. Banyak sekali indikasi jika program KB tidak terlaksana dengan baik akan menimbulkan efek yang tidak baik terhadap beberapa aspek. PKB melakukan pendekatan kepada masyarakat menggunakan beberapa cara diantaranya adalah melakukan penyuluhan rutin di posyandu, baik pada waktu seperti hari-hari besar keluarga nasional ataupun penyuluhan yang dilakukan sebulan sekali. PKB pula mekakukan penyuluhan kepada masyarakat tidak sendiri, dibantu dengan beberapa Pos/Sub KB disetiap Kelurahan dan Bidan Desa, PKB memberikan pemahaman dan masukan kepada masyarakat yang mau dan baru masuk pasangan usia subur (PUS). Dalam penyuluhan PKB menjelaskan setiap alkon yang akan digunakan sebagai alat kontrasepsi, setelah dijelaskan ibuibu berhak memilih alkon yang akan digunakan untuk mengikuti program KB. Beberapa hal yang dilakukan dalam kegiatan penyuluhan, diantaranya pengenalan alat kontrasepsi kepada pasangan usia subur, kontrol alat kontrasepsi bagi peserta KB-Tetap dan beberapa kegiatan seperti konseling. Jika penyuluhan bersifat kelompok, konseling lebih bersifat komunikasi secara interpersonal. Banyak dari beberapa ibu-ibu atau pasangan usia subur sangat enggan untuk mengetahui informasi mengenai alkon pada forum-forum umum seperti penyuluhan karena mereka menilai KB bersifat pribadi. Disamping kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara kelompok seperti penyuluhan, PKB pula melakukan beberapa kegiatan atau terjun langsung 65 kelapangan, contohnya adalah kunjungan door to door yang dilakukan untuk lebih mendekatkan program kepada masyarakat. Mengapa kunjungan door to door dilakukan ? dikarenakan tidak semua masyarakat sadar akan pentingnya program KB. Di Kecamatan Kasemen sendiri terkenal dengan masyarakat yang masih berpegang teguh dengan aspek adat istiadat dan keagamaan. Ini yang mengindikasi bahwa seorang PKB harus mau dan terjun kelapangan langsung guna lebih mengenal masing-masing karakter masyarakat, bagi sebagian orang di Kecamatan Kasemen program KB sangat berbenturan dengan aspek keagamaan. Ini menjadi tugas yang sangat berat dijalani oleh seorang PKB.46 Dalam kegiatan door to door tidak jauh berbeda dengan kegiatan penyuluhan yang dilakukan di pusyandu/puskesmas hanya saja lebih bersifat pribadi karena dilakukan di rumah-rumah warga yang sudah memasuki pasangan usia subur (PUS). Dalam penyuluhan secara door to door PKB umumnya didampingi oleh Pos/Sub KB di setiap Kelurahan. Keberadaan seorang PKB sangat penting dalam mensukseskan program KB, akan tetapi terkadang sifat beberapa masyarakat yang memandang bahwa program KB termasuk “haram” sering memberikan efek yang cukup besar kepada masyarakat. Masyarakat akan takut kepada apa yang mereka pilih karena ikut program KB. Ditambah permasalah mengenai KB sering diangkat oleh beberapa tokoh agama yang tidak mendukung program KB. 46 Observasi lapangan Kecamatan Kasemen, 12 Desember 2014 66 Sebagai seorang komunikator PKB harus mampu memberikan pemahaman secara baik dan akurat kepada komunikan yaitu aseptor, banyak sekali aspek internal dan eksternal yang berhubungan dengan peran seorang PKB. Hal tersebut sangat berkenaan sekali dalam teori atribusi yang dibahas oleh Heider, ketika seseorang melakukan sesuatu pasti terpengaruh oleh faktor dalam dirinya sendiri atau faktor lingkungannya. 4.3.1 Pengelola Pelaksana Program KB Peran pertama yang dimiki oleh seorang PKB adalah sebagai Pengelola pelaksanaan kegiatan Program KB Nasional di desa/kelurahan. Dalam hal ini penulis melakukan konfirmasi terbelih dahulu kepada PKB untuk mengetahui bagaimana pandangan seorang PKB dalam peran yang pertama tersebut. Venny Damayanti (PKB Kecamatan Kasemen) mengemukakan: “Tentunya PKB itu adalah orang yang bertanggung jawab dalam pengelolaan program KB di UPT Kecamatan Kasemen. Nah di sini ibu itu bertindak sebagai orang yang mengelola program tersebut dibantu dengan beberapa kader dan seluruh lapisan masyarakat yang terlibat didalamnya. Ibu disini mengolah informasi dan bagaimana caranya program itu dapat diterima di masyarakat.47” Dalam hal ini penulis menemukan bahwa peran yang pertama membahas mengenai pengelola program lebih kepada tanggung jawab atau jobdess seorang PKB itu sendiri, dimana PKB lah yang bertanggung jawab 47 Wawancara dengan Venny Damayanti Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 3 Agustus 2015. Lampiran 4. Hal 104. 67 atas program-program yang dilakukan di Kecamatan Kasemen. Venny Damayanti menambahkan: “Nah untuk programnya ibu sudah menjelaskan kepada arief kemarin yaitu programnya hanya penyuluhan dan konseling door to door saja. Untuk PIK Remaja itu bukan sistem kerjanya pihak Kecamatan tetapi itu di lakukan oleh pihak Kota.48” Untuk bentuk programnya itu sendiri contohnya adalah penyuluhan dan konseling, dimana ini adalah hal umum yang dilakukan oleh seorang PKB untuk mensosialisasikan program KB di Kecamatan Kasemen. Untuk program seperti Genre dan PIK Remaja itu adalah program penamaan yang dipelopori oleh pihak BPMPKB Kota. Venny Damayanti menjelaskan: “Hmm... kalo untuk penamaan program mungkin lebih kepada Bina Keluarga Remaja (BKR) yaitu program dimana anak-anak remaja yang orang tuanya mengikuti program KB diberikan pembinaan untuk mengetahui seluk beluk tentang program KB, lalu ada Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) nah disini banyak tuh ibu-ibu yang ikut KB diberikan modal untuk membuat suatu usaha guna memperoleh profit.49” Adapun penamaan program yang dilakukan di wilayah Kecamatan contohnya program Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Upaya Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS). Program tersebut ditunjukan tentunya bertujuan untuk memperoleh keluarga yang lebih sejahtera dan baik ketika ibu-ibu atau masyakat yang mengikuti program KB. Venny Damayanti menambahkan : 48 Wawancara dengan Venny Damayanti Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 3 Agustus 2015. Lampiran 4.h.104 49 Wawancara dengan Venny Damayanti Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 3 Agustus 2015. Lampiran 4.h.104 68 “Tugas PKB itu meliputi, pendataan, penentuan sasaran, dan pengelompokan PUS (Pasangan Usia Subur). PKB bekerjasama dengan Pos/Sub KB setiap kelurahan melakukan penyuluhan dan kunjungan door to door kepada setiap masyarakat agar mengajak masyarakat mau ikut KB.50” Dalam hal ini PKB bertindak sebagai penanggung jawab dari pengelolaan pelaksaan kegiatan yang berhubungan dengan peran seorang PKB itu sendiri. Penyuluhan tersebut dilakukan untuk memberikan pemahaman mengenai bertapa pentingnya mengikuti program KB, penyuluhan biasanya dilakukan sebulan sekali mengikuti jadwal posyandu, akan tetapi pelayanan KB tidak hanya dilakukan pada saat jadwal posyandu saja, umumnya UPT BPMPKB bekerjasama dengan BPMPKB Kota Serang dan provinsi kadang melakukan pelayanan sesuai program kerja. Disamping kegiatan tersebut Venny Damayanti sebagai PKB melakukan pula kunjungan door to door kepada warga secara langsung. Beberapa alasan yang dikemukakan oleh Venny Damayanti sebagai PKB mengatakan bahwa penyuluhan menggunakan sistem door to door dinilai lebih efektif diperjelas dengan pernyataan: “Lebih banyak ibu-ibu menggunakan komunikasi interpersonal secara pribadi, dikarenakan jika dalam tanya jawab sosialisasi di posyandu masih banyak sekali ibu-ibu yang agak segan untuk bertanya lebih lanjut mengenai alat kontrasepsi.51” 50 Wawancara dengan Venny Damayanti Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 3 Agustus 2015. Lampiran 4.h.104 51 Wawancara dengan Venny Damayanti. Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 20 Maret 2015. Lampiran 4.h.101 69 Alasan tersebut dikemukakan oleh PKB karena memang banyak dari beberapa masyarakat Kecamatan Kasemen masih sangat segan untuk menggunakan alat kontrasepsi dikarenakan beberapa faktor. Penulis melakukan konfirmasi kepada pihak BPMPKB dalam hal ini membahas mengenai peran seorang PKB secara umum. Informasi didapatkan dari informan sekunder yaitu perwakilan pihak BPMPKB Kota bapak Apai Supardi (Ka.Subid. KB BPMPKB Kota Serang) memberikan pendapatnya: “PKB kan sudah mencari akseptor dan dia melakukan pendekatan dengan masyarakat misalnya tokoh agama dan tokoh masyarakat, sehingga PKB dapat dikenal di masyarakat. Biasanya kita ada momentum yah, seperti hari Ikatan Bidan Indonesia (IBI) atau hari jadi kota serang. Nah kami mengadakan pelayanan. PKB kami kerahkan untuk mencari akseptor untuk pelayanan program KB.52” Dalam hal ini ditemukan bahwa definisi membahas mengenai pengelola program adalah PKB bertugas dalam mencari akseptor dan dia melakukan pendekatan dengan masyarakat contohnya tokoh agama dan tokoh masyarakat. Dalam hal ini terjadi penyempurnaan data dimana jika secara teoritis peran sebagai pengelola program lebih kepada tanggung jawab seorang PKB dalam mendapatkan seorang akseptor di wilayah Kecamatan. PKB menggunakan cara seperti penyuluhan dan konseling guna untuk mencari akseptor lalu akseptor dikumpulkan dan dilakukan pelayanan ketika momentum. 52 Wawancara dengan Apai Supardi. Ka.Subid. KB BPMPKB Kota Serang, 14 Juli 2015. Lampiran 6.h,108 70 Setelah penulis melakukan pengumpulan informasi melalui wawancara, penulis menyingkronkan data tersebut dengan data observasi dilapangan untuk melihat apakah PKB melakukan pengelolaan program kepada masyarakat atau tidak, ternyata pada tanggal 20 Mei 2015 penulis mengikuti kegiatan penyuluhan dan konseling yang dilakukan di rumah salah satu Kader yaitu Pos KB ibu Rumsiah Kelurahan Kasemen. ini merupakan indikasi bahwa PKB sudah melakukan peran dalam hal pengelolaan program KB. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori atribusi Fritz Heider, teori atribusi adalah bagaimana kita mencoba memahami perilaku dengan cara mengamati orang tersebut. Dalam teori atribusi dibagi menjadi 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Membahas mengenai faktor internal apa indikasi yang mendorong seorang PKB melakukan pengelolaan program KB di Kecamatan Kasemen. Berikut wawancara dengan Venny Damayanti : “Untuk motivasi tentunya berkenaan dengan tanggung jawab saya dong karena sebagai seorang PKB, lalu saya pula menilai di Kecamatan Kasemen ini sangat membutuhkan program KB karena masih banyak masyarakatnya yang hidupnya kurang kondusif dari sisi aspek keluargaan dan ekonomi.53” Membahas mengenai faktor internal dalam hal ini penulis menemukan indikasi dimana PKB mengemukakan kenapa dia melakukan pengelolaan program. Yang pertama terdapat dorongan dari dirinya sendiri 53 Wawancara dengan Venny Damayanti. Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 20 Maret 2015. Lampiran 4.h.101 71 mengenai tanggung jawabnnya sebagai seorang pekerja PKB. Lalu PKB melihat faktor eksternal dari dirinya yaitu lingkungan yang membutuhkan program KB agar menjadi lebih kondusif. Selanjutnya peneliti mengemukakan beberapa hambatan dalam peran PKB ketika melakukangan pengelolaan program KB. Lingkuhan tergolong kepada faktor eksternal dalam teori atribusi, banyak dari masyarakat Kecamatan Kasemen yang enggan mengukuti kegiatan penyeluhan dan konseling. Lalu apa saja hambatan yang ditemukan dilapangan yang berhubungan dengan pengelolaan program KB? Venny Damayanti Mengemukakan : “Banyak sekali beberapa hambatan yang ditemui dilapangan yang berhubungan dengan program KB, contohnya sudah jelas aspek keagamaan yang dipandang berbanding terbalik dengan program KB, lalu aspek dari keluarganya sendiri yaitu banyak beberapa suami yang tidak begitu mengizinkan istrinya untuk berKB, itu adalah hambatan dari faktor eksternal. Lalu faktor bahasa menjai faktor hambatan aspek komunikasi, contohnya banyak sekali masyarakat yang menggunakan bahasa daerah seperti jawa serang, ketika kita menggunakan bahasa indonesia saja masih banyak masyarakat yang kurang paham.54” Dari kutipan wawancara tersebut ditemukan bahwa ada beberapa hambatan yang ditemukan oleh PKB ketika seorang PKB melakukan pengelolaan program. Utamanya membahas mengenai aspek keagaaman yang kontra terhadap program KB, lalu faktor di internal keluarga akseptor itu sendiri yang kurang mendukung seorang istri untuk berKB. Lalu 54 Wawancara dengan Venny Damayanti. Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 20 Maret 2015. Lampiran 4.h.101 72 hambatan selanjutnya adalah hambatan mengenai bahasa, Venny Damayanti mengemukakan: “Faktor bahasa menjadi faktor hambatan aspek komunikasi, contohnya banyak sekali masyarakat yang menggunakan bahasa daerah seperti jawa serang, ketika kita menggunakan bahasa indonesia saja masih banyak masyarakat yang kurang paham.55” Tentunya hambatan mengenai aspek komunikasi harus diperhatikan, ketika seorang komunikator menemukan hambatan dalam komunikasi kepada komunikan maka akan terjadi ketidakpahaman pesan. Pesan yang diberikan akan tidak dimengerti dengan jelas sehingga komunikan akan sulit untuk mencerna pesan yang diberikan oleh komunikator. Permasalah seperti inilah yang dihadapi oleh PKB dalam melakukan beberapa kegiatan konseling. Banyak dari beberapa masyarakat di Kecamatan Kasemen yang masih kurang menguasai bahasa formal atau bahasa umum Indonesia. Banyak dari beberapa warganya masih sering menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Letak permasalahan bukan hanya di komunikan tentunya, sebagai komunikator hendaknya memiliki keahlian berbahasa, seorang komunikator hendaknya melakukan penyesuainya komunkasi dalam kegiatan berkomunikasi. Maka dari hal tersebut seorang komunikator harus segera melakukan tindakan untuk memberikan solusi akan hambatan aspek komunikasi. 55 Wawancara dengan Venny Damayanti. Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 20 Maret 2015. Lampiran 4.h.101 73 Pos KB menjadi salah satu upaya yang dilakukan oleh PKB untuk memberikan pemahaman mengenai bahasa, Pos KB umumnya terdiri dari masyarakat pribumi atau asli masyarakat Kecamatan Kasemen pula, jadi mereka memiliki kemampuan untuk menyesuaikan bahasa daerah mereka kepada masyarakat sehingga permasalahan aspek komunikasi bisa diselesaikan. 4.3.2 Penggerak Partisipasi Masyarakat Peran PKB yang kedua adalah penggerak partisipasi masyarakat dalam program KB Nasional di desa/kelurahan. Poin kedua berkaitan dengan poin pertama dimana poin pertama lebih membahas contoh bagaimana PKB melakukan pengelolaan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh PKB. Dalam poin kedua ini lebih membahas menganai bagaimana mekanisme seorang PKB menjadi penggerak partisipasi masyarakat dalam program KB. Dalam menunjang program kerjanya PKB tidak sendirian melakukan beberapa kegiatan penyuluhan, PKB di Kecamatan Kasemen hanya terdapat 1 orang saja, sedangkan Kecamatan Kasemen sangat luas memiliki 10 Kelurahan, maka dari itu PKB bekerjasama dengan Pos/Sub KB melakukan kerjasama untuk melakukan sosialisasi program KB kepada masyarakat Kasemen di setiap Kelurahannya, Venny Damayanti mengemukakan: 74 “PKB tentunya tidak dapat bekerja seorang diri dilapangan dikarenakan di Kec. Kasemen sendiri terdiri dari 10 Kelurahan sedangkan PKB di Kec. Kasemen hanya satu orang tentunya ada beberapa Pos KB/Kader yang membantunya dilapangan.56” Kecamatan Kasemen terdiri dari 10 Kelurahan, terdapat 1 orang Pos KB disetiap kelurahannnya, dan beberapa orang Sub Pos KB, umumnya Sub Pos KB terdiri dari 3 sampai 4 orang di setiap kelurahan. Mekanismenya ketika akan dilakukan penyuluhan posyandu PKB melakukan komunikasi dengan para Pos dan Sub KB. Lalu informasi disebar melalui publkasi yang biasanya dilakukan di masjid, dan masyarakat dikumpulkan di posyandu atau balai desa untuk dilakukan penyuluhan KB. Hal ini tentunya PKB menjadi ujung tombak penggerak masyarakat dimana dalam kegiatan program KB seperti penyuluhan posyandu dan door to door tentu melibatkan masyarakatnya. Pernyataan tersebut diperjelas dengan beberapa data yang didapat melalui wawancara dengan Pos KB Kelurahan Terumbu, Rohimah: “Sosialisasi dimasyarakat biasanya dilakukan dengan dua cara, yaitu dilakukannya penyuluhan yang dilakukan di posyandu dan sosialisasi door to door atau kunjungan langsung kerumah masyarakat yang sudah memiliki anak atau sudah menikah. Dalam sistem penyuluhan di posyandu biasanya PKB hadir dan memberikan beberapa materi dan contoh alkon yang akan di sosialisasikan, dalam penyuluhan tersebut pula dilibatkan bidan desa.57” Dari kutipan wawancara tersebut didapatkan bahwa PKB dan Pos/Sub KB saling bekerjasama dalam penyuluhan yang dilakukan di 56 Wawancara dengan Venny Damayanti. Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 20 Maret 2015. Lampiran 4.h.101 57 Wawancara dengan Rohimah Pos KB Kelurahan Terumbu, 16 Maret 2015. Lampiran 13.h.117 75 posyandu, kegiatan penyuluhan di posyandu lebih banyak melibatkan masyarakat secara banyak. Kegiatan ini tergolong dalam komunikasi kelompok kecil. Dalam kegiatan tersebut terjadi proses interaksi komunikasi dimana pesan disampaikan kepada masyarakat mengenai bagaimana baiknya mengikuti program KB, agar masyarakat mau menjadi peserta KB-Baru. Disamping kegiatan seperti penyuluhan mengajak masyarakat untuk berKB, penyuluhan di posyandu pula menyediakan layanan konseling agar masyarakat lebih nyaman berkomunikasi secara interpersonal, dan beberapa pelayanan pengecekan alkon bekerjasama dengan bidan desa bagi peserta KB-Tetap. Disamping penyuluhan posyandu, penyuluhan pula dilakukan secara door to door pelayanan tersebut termasuk dari strategi yang diberikan oleh pihak BKKBN, penyuluh diharapkan terjun lansung kepada masyarakat untuk mengetahui bagaimana kondisi dilapangan yang berkenaan dengan aspek keluarga secara langsung, karena tidak semua masyarakat pergi untuk mencaritahu mengenai program KB ke posyandu. Penyuluhan door to door dilakukan tidak terjadwal atau tidak rutin karena menimbang banyak sekali pekerjaan PKB baik dikantor ataupun kegiatan lain, pelayanan door to door dilakukan berkoordinasi dengan Pos/Sub KB. Umumnya sama saja apa yang disampaikan dari kegiatan penyuluhan posyandu dan penyuluhan door to door, penyuluhan door to door lebih bersifat interpersonal. 76 Komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace (1979)58. Dengan penyuluh sebagai komunikator melakukan komunikasi interpersonal kepada masyarakat penyuluh akan mengetahui tanggapan komunikan pada saat itu juga, komunikator mengetahui dengan pasti apakah pesan-pesan yang dia kirimkan itu diterima atau ditolak, berdampak positif atau negatif. Jika tidak diterima maka komunikator akan memberi kesempatan seluasluasnya kepada komunikan untuk bertanya. Dalam kegiatan bertanya jawab, penyuluh berusaha menjadi pendengar yang baik bagi masyarakat, mendengarkan permasalahan yang berkenaan dengan aspek keluarga berencana dan memberikan masukan serta saran mengenai alat kontrasepsi yang baik dan cocok digunakan oleh masyarakat yang ingin menjadi aksepstor. Jadi secara langsung PKB tentunya menjadi penggerak partisipasi masyarakat, PKB memberikan arahan kepada pos dan sub pos KB kelurahanan, mereka saling berkoordinasi dengan baik dan pada akhirnya mengadakan penyuluhan baik posyandu ataupun penyuluhan door to door, dalam penyuluhan-penyuluhan tersebut masyarakat digerakan untuk mau mengikuti program KB karena program KB memiliki banyak keuntungan dalam menyeimbangkan laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kasemen tentunya. 58 Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikas Edisi Revisi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Ibid. p.32 77 Pernyataan yang berhubungan peran PKB di Kecamatan Kasemen sebagai penggerak partisipasi masyarakat di tegaskan oleh bapak Apai (Ka. Subid KB BPMPKB Kota Serang): “Karena PKB itu menggerakan bersatu dengan kader, ada bidan desa dan kader, karena informasi dari kader itu sangat membantu, kader butuh informasi pula dari PKB dan begitu sebaliknya. Lalu PKB berkordinasi dengan bidang kesehatan jadi nanti jelas misalnya sekian yang membutuhkan alkon. Sehingga pekerjaan kami tidak keteter sesuai dengan jumlah yang ada.59” Dari kutipan wawancara diatas perlu dijelaskan bahwa PKB adalah sebagai sumber informasi. Dimana PKB harus memiliki pola interaksi komunikasi yang saling berhubungan dengan para kader dan sehingga tidak terjadi miss komunikasi dan pesan publikasi mengenai kegiatan program KB dapat tersampaikan dengan baik. Lalu bapak Apai menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang PKB agar peran sebagai penggerak partisipasi masyarakat menjadi lebih efektif: “PKB tahu nomor HP kader tersebut. Jatuhnya kepada pola publikasi informasi, sehingga informasi terus berjalan. Misalnya abis pelayanan ada akseptor yang tidak mau minum obat. Nah disitu kader dan PKB itu bergerak. Jadi memberikan pemahaman dan informasi. Sederhananya sebagai seorang Komunikator.”60 Perlu adanya koordinasi dengan baik ketika seorang PKB melakukan pelayanan. Bukan hanya sekedar menjadi pusat informasi PKB pula dituntut menjadi seseorang yang mampu menyatu dengan masyakat. 59 Wawancara dengan Apai Supardi. Ka.Subid. KB BPMPKB Kota Serang, 14 Juli 2015. Lampiran 6.h.109 60 Wawancara dengan Apai Supardi. Ka.Subid. KB BPMPKB Kota Serang, 14 Juli 2015. Lampiran 6.h.109 78 Karena itu PKB harus mampu mengetahui informasi mengenai akseptornya dengan baik. Adapun beberapa hambatan yang ditemukan dilapangan berkenaan dengan peran PKB sebagai penggerak partisipasi masyarakat. Ibu Rumsiah (Pos KB Kelurahan Kasemen) mengemukakan: “Misalnya, akan diadakannya kegiatan pelayanan di posyandu yang berhubungan pula dengan pelayanan program KB, tentunyakan kami sebagai pos KB melakukan publikasi informasi kepada masyarakat melalui pengeras suara yang terdapat di mesjid atau mushola. Dan ternyata tiba-tiba saya di protes oleh satu masyarat ya kita sebut saja seorang tokoh agama yang sangat menjunjung tinggi nilai keagamaan. Dan disitu terjadi cekcok antara saya dengan beliau membahas mengenai pro dan kontra program KB. “61 Dalam contoh kasus yang dipaparkan oleh salah satu Pos KB dapat ditemukan bahwa permasalah yang dihadapi disalah satu Kelurahanan di Kecamatan Kasemen cukup begitu rumit. Bagaimana seorang PKB memberikan informasi kepada Pos KB untuk dilakukan pelayanan dan disebarkan kembali kepada masyarakat malah menemukan hambatan seperti yang sudah dijelaskan tadi. Dalam hal ini tokoh agama tentunya akan menjadi panutan dalam kehidupan bermasyarakat, tokoh agama dipandang seseorang yang memiliki nilai lebih berpandangan mengenai nilai-nilai keagamaan. Bagi sebagian masyarakat tentunya akan segan dengan beberapa informasi yang mereka berikan kepada masyarakat. Hal tersebut sangat berdampak pada 61 Wawancara dengan Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen, 16 Maret 2015. Lampiran 13.h.121 79 terealisasinya program KB, masyarakat yang masih sangat minim informasi mengenai program KB akan terpengaruh dan menelan begitu saja apa yang dipikirkan dan diucapkan oleh tokoh agama tersebut, contohnya dalam kegaiatan pengajian ibu-ibu biasanya kan banyak sekali tokoh agama yang memimpin jalannya acara tersebut, disitulah terjadi kesalahpahaman informasi mengenai pembahasan program KB. Selanjutnya membahas mengenai faktor hambatan berkenaan dengan peran PKB sebagai penggerak partisipasi masyarakat yaitu membahas mengenai terbatasnya sarana dan prasarana, karena sarana dan prasarana sangat menunujang kinerja dan gerak tubuh seorang PKB itu sendiri dilapangan, sarana dan prasarana sangat diharapkan oleh PKB guna menunjang suksesnya program KB di Kecamatan Kasemen, diucapkan oleh Venny Damayanti (PKB Kecamatan Kasemen): “Jika menyinggung mengenai anggaran, sarana dan prasarana yang disediakan oleh pihak atas kadang masih tergolong sulit. Tapi dalam sosialisasian program kami tentunya membutuhkan alkon guna menjadi contoh nah dalam hal ini BPMPKB sering menyediakan.”62 Dalam melakukan kegiatan seperti sosialisasi program KB tentunya ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh PKB untuk menunjang fasiltas, fasilitas disini meliput aspek sarana dan prasarana. Diungkap oleh Ibu Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen: 62 Wawancara dengan Venny Damayanti. Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 20 Maret 2015. Lampiran 4.h.101 80 “Untuk bantuan dari pihak atas/kota , ya seadanya saja. Maksudnya seadanya untuk fasilitas pengadaan transport saja kadang memakai dana sendiri-sendiri.”63 Setelah peneliti mendapatkan informasi mengenai hambatanhambatan yang mempengaruhi kurang efektifnya program KB. Peneliti melakukan peganggalian informasinya kembali membahas mengenai hambatan-hambatan yang terjadi dilapangan, lalu didapatilah ternyata ada hambatan internal itu sendiri yang berhubungan dengan PKB itu sendiri, dimana pada bahasan sebelumnya PKB kurang melakukan pendekatan dan tidak turun langsung ke lapangan. Penyataan ini di perjelas dengan alasan yang di ungkapkan oleh Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen: “Mungkin jika membahas turun kelapangan mengenai Ibu Venny terhambat oleh beberapa faktor yaitu, Ibu Venny tidak dapat mengendarai motor jadi agak sulit kelapangan padahal inventaris sudah disediakan.”64 Dari penyataan diatas ditemukan bahwa ternyata bukan seorang PKB tidak bekerja secara profesional, akan tetapi PKB sendiri memiliki kekurangan didalam dirinya sendiri karena tidak bisa mengendarain kendaraan, apalagi ditambah medan yang cukup jauh dari kelurahan satu ke kelurahan yang lain. Dalam hal ini penulis melakukan konfirmasi kepada BPMPKB Kota Serang untuk menanyakan perihal fasilitas sarana dan prasarana, bapak Apai menjelaskan: 63 64 Wawancara dengan Rohimah Pos KB Kelurahan Terumbu, 16 Maret 2015. Lampiran 13.h.117 Wawancara dengan Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen, 19 April 2015. Lampiran 13.h.121 81 “Kami sudah memberikan motor untuk sarana dan prasarana, kemudian kalo untuk pelayanannnya seperti Mupen atau mobil pelayananan. Itu untuk membantu penyediaan alkon. Insallah pada tahun ini akan diadakan mobil pengangkut akseptor sedang diproses.”65 Dalam hal ini membas mengenai sarana dan prasana yang menunjang peran PKB sebagai penggerak ternyata dikonfirmasi oleh BPMPKB sudah diberikan. Lalu peneliti melakukan observasi lapangan guna menemukan jawaban mengenai hal tersebut dan ternyata memang sudah ada sarana dan prasarana yang menunjang seperti motor untuk PKB, akan tetapi karena Venny Damayanti sebagai PKB tidak bisa mengendarai motor akhirnya motor tersebut kurang maksimal penggunaanya. Membahas penyediaan alkon penulis menemukan indikasi kesamaaan pernyataan dari kedua belah pihak yaitu PKB dan BPMPKB karena memang benar untuk penyediaan alkon dipenuhi dengan baik oleh pihak BPMPKB Kota Serang. Membahas mengenai beberapa faktor internal dan eksternal mengenai peran PKB sebagai penggerak partisipasi masyarakat ada beberapa faktor yang memberikan dampak kepada seorang PKB. Dimana internal, PKB bersifat sebagai top management yang berfungsi sebagai sumber informasi kepada Pos dan Sub KB untuk dilakukannya kegiatan penyuluhan ini tergolong terhadap tanggung jawab PKB, lalu faktor eksternal, eksternal meliputi sarana dan prasarana lalu pos dan sub KB yang terlibat dalam kegiatan penyuluhan. Peran sebagai penggerak 65 Wawancara dengan Apai Supardi. Ka.Subid. KB BPMPKB Kota Serang, 14 Juli 2015. Lampiran 6.h.108 82 partisipasi masyarakat akan berjalan dengan baik manakala semua faktor tersebut saling berkoordinasi dengan baik. 4.3.3 Memberdayakan Keluarga dan Masyarakat Peran penyuluh KB yang ketiga membahas mengenai bagaimana seorang PKB melakukan pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini tentunya berkenaan dengan tujuan program KB itu sendiri yaitu mensejahterakan masyarakat. Bentuk dari pemberdayaan masyarakat bisa dilihat dari lapangan dimana ada beberapa masyarakat yang ikut KB menjadi masyarakat yang lebih mandiri dengan beberapa usaha-usaha yang dibuat oleh akseptor sendiri. Venny Damayanti mengemukakan: “Bina Keluarga Remaja (BKR) yaitu program dimana anak-anak remaja yang orang tuanya mengikuti program KB diberikan pembinaan untuk mengetahui seluk beluk tentang program KB, lalu ada Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS).66” Dalam hal ini program KB bukan hanya terpaku kepada tujuan untuk menekan angka kelahiran, ternyata program KB tentunya memiki tujuan dimana membuat para akseptornya menjadi lebih sejahtera, dengan akseptor mengikuti program KB, akseptor diajarkan untuk menjadi pribadi yang lebih mandiri, guna kemajuan taraf hidup yang lebih layak agar menunjang perekonomian keluarga. Bapak Apai menjelaskan: “Program KB kan tujuannya 2 anak cukup. Nah dengan faktor kemiskinan bisa dikurangi. Lalu ibu-ibu diarahkan untuk bidang UPPKS. Bidang UPPKS itu mengajarkan bahwa ibu-ibu diberikan 66 Wawancara dengan Venny Damayanti Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 3 Agustus 2015. Lampiran 4.h.104 83 pemahaman tentang bagaimana cari supaya hidup lebih mandiri. Contohnya ada yang bikin kue, makanan, dan kerajinan atau apa lalu diberdayakan oleh pihak KB. Sehingga keluarganya mampu menjadi lebih sejahtera. Kalo dulu kami berikan modal, sehingga ada kesibukan yang bersifat positif. Dengan banyaknya relasi mereka bisa maju dan berhasil.”67 Penulis menemukan beberapa kesamaan informasi yang diperoleh dilapangan membahas mengenai pemberdayaan keluarga dan masyarakat. Hal ini ditegaskan oleh pihak BPMPKB mengenai seberapa efektif solusi pembedayaan masyarakat tersebut: “Ada kok yang sukses, contohnya ketika seorang akseptor yang sudah mandiri mampu bersosialisasi dan mampu berkomunikasi dengan baik menghasilkan relasi dengan baik.”68 Dalam hal ini pemberdayaan masyarakat dinilai sukses karena dengan menggunakan usaha seperti UPPKS, akseptor mampu menjadi pribadi yang lebih maju, mampu menunjang ekonomi keluarga, bahkan mampu membina relasi dengan baik dengan orang lain. Contoh realitasnya di Kecamatan Kasemen adalah Ibu Rumsiah sesuai dengan yang dikemukakan oleh Venny Damayanti. Bagaimana PKB melakukan pembinaan? Umumnya berawal dari beberapa kegiatan rutin seperti penyuluhan dan konseling yang dilakukan oleh PKB dan Pos KB dilapangan, lalu dilakukanlah komunikasi untuk mengetahui minat masyarakat dalam hal menunjang perekonomiannnya, apa keahlian dan seberapa besar minat dan bakat seorang akseptor lalu 67 Wawancara dengan Apai Supardi. Ka.Subid. KB BPMPKB Kota Serang, 14 Juli 2015. Lampiran 6.h.108 68 Wawancara dengan Apai Supardi. Ka.Subid. KB BPMPKB Kota Serang, 14 Juli 2015. Lampiran 6.h.108 84 pihak BPMPKB memberikan beberapa bantuan misalnya mengenai penyediaan modal. Seiring berjalannya waktu akseptor mampu menjadi seseorang yang lebih kompeten dan mandiri. Dengan diadakannya pemberdayaan masyarakat seperti ini masyarakat menjadi lebih tahu mengenai program KB bukan hanya berputar dalam menekan laju pertumbuhan penduduk saja melaikan peningkatan taraf hidup yang lebih baik Jika berbicara hambatan tentunya akan kembali pada pembahasan mengenai kepada permasalahan utama dimasyarakat. Banyaknya dari beberapa masyarakat yang sangat kuat memegang teguh aspek keagamaan maka dari itu menghambat seorang PKB untuk melakukan beberapa pendekatan dengan masyarakat itu sendiri. Berkanaan dengan teori atribusi membagi menjadi beberapa faktor diantaranya adalah faktor internal dan eksternal. Berkenaan dengan peran yang pemberdayaan masyarakat perilaku yang dilakukan oleh PKB dibentuk dari sisi lingkungan yang dilihat dari Kecamatan Kasemen: “Saya pula menilai di Kecamatan Kasemen ini sangat membutuhkan program KB karena masih banyak masyarakatnya yang hidupnya kurang kondusif dari sisi aspek keluargaan dan ekonomi. Maka dari itu perlunya masyarakat diberdayakan dengan baik.69” Dari penggalan wawancara diatas lingkungan memberikan motivasi kepada seorang PKB untuk melakukan pemberdayaan kepada 69 Wawancara dengan Venny Damayanti Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 3 Agustus 2015. Lampiran 4.h.104 85 masyarakat agar kondisi keluarga mereka menjadi lebih kondusif dan perekonomian menjadi lebih baik sehingga terhindar dari kemiskinan. 4.3.4 Menggalang Kemitraan dengan Masyarakat Dalam peran yang keempat penulis akan lebih membahas bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh seorang PKB untuk melakukan pendekatan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam program KB. Pihak-pihak yang terlibat dalam kemitraan umumnya lebih berpaku kepada pihak-pihak luar dari UPT BPMPKB Kecamatan Kasemen itu sendiri. Umumnya seperti Pos KB, bidan desa, tokoh masyarakat, tokoh agama ataupun beberapa instansi yang dilibatkan didalamnya. Untuk Pos KB dan bidan desa sendiri sudah kita bahas mengenai koordinasinya dalam poin-poin sebelumnya dimana PKB bekerjasama dengan Pos/Sub KB dan bidan desa untuk sama-sama mensosialisasikan program KB seperti penyuluhan di posyandu ataupun dalam kegiatan konseling seperti door to door. Ada pun beberapa instansi yang dilibatkan dalam peran KB sebagai penjalin kemitraan yaitu dengan beberapa pihak seperti Abri dan tokoh agama, lalu ikatan bidan Indonesia (IBI) berikut beberapa wawancara yang dilakukan dengan bapak Apai: 86 “Maksudnya berkoordinasi dengan berbagai pihak contohnya dengan rumah sakit pemerintah, lalu bidang Abri, nah Abri sendiri ada program(TMKK).70” Dalam hal ini PKB dan pihak BPMPKB saling bekerjasama menjalin kemitraan dengan beberapa pihak yang turut ikut ambil serta dalam program pemerintah. Contohnya Abri sebagai harus mau mendukung program yang diusung oleh pemerintah dan beberapa rumah sakit pemerintah harus mampu membantu dalam hal pelayanan program KB. Kembali kedalam permasalahan di Kecamatan Kasemen. Banyak dari beberapa hal yang sulit dikomunikasikan membahas mengenai kemitraan terutama dengan beberapa tokoh masyarakt/agama yang fanatik dengan aspek keagamaan dan lingkungan itu sendiri, lingkungan menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam menumbuhkan pemahaman masyarakat mengenai manfaat program KB. Seperti yang dibahas dalam teori atribusi yang dikemukakan Heider bahwa, faktor eksternal memberikan ambil alih sangat besar dalam membentuk pemahaman dan mainstet masyarakat mengenai program KB. Berikut beberapa pernyataan Venny Damayanti sebegai PKB dalam wawancara: “Lalu ada beberapa tokoh masyarakat yang terlibat dan mendukung program KB contohnya, Lurah Kelurahan Warungjaud, lalu PKB pun membutuhkan kader posyandu.71” 70 Wawancara dengan Apai Supardi. Ka.Subid. KB BPMPKB Kota Serang, 14 Juli 2015. Lampiran 6.h.108 71 Wawancara dengan Venny Damayanti. Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 20 Maret 2015. Lampiran 4.h.101 87 Dari penggalan pernyataan yang diucapkan oleh PKB, faktor eksternal meliputi dari beberapa hal seperti tokoh masyarakat, tokoh agama bahkan kader posyandu seperti bidan. Mengapa mereka memiliki ambil alih dalam suksesnya program KB ? Untuk tokoh masyarakat, seperti Lurah tentunya memiliki posisi yang sangat penting bagi masyarakat, Lurah dipandangan sebagai individu yang disegani oleh masyarakat, jika PKB mampu menjalin komunikasi yang baik dengan Lurah dan memberikan pemahaman yang baik mengenai program KB, Lurah tersebut akan memberikan masukan kepada masyarakat akan baiknya program tersebut dan bermuara pada peningkatan jumlah peserta KB-Baru. Dan begitupun sebaliknya jika seorang PKB tidak dapat bekerjasama dan kurang menjalin komunikasi yang baik dengan Lurah, akan menimbulkan sebuah efek dimana Lurah akan kurang begitu memperhatikan program KB kepada masyarakat sehingga beberapa kegiatan yang dilakukan oleh PKB akan tidak efektif. Tokoh agama seperti kita kenal dalam pembahasan sebelumnya, Kecamatan Kasemen masih sangat terkenal dengan aspek adat istiadat yang erat serta faktor keagamaan yang sangat kuat. Dalam aspek keagamaan tokoh agama memiliki posisi penting sebagai pengaruh yang besar kepada masyarakat di Kecamatan Kasemen. Banyak dari beberapa tokoh agama masih memandang program KB sebagai program yang tidak sejalan dengan pemahaman agama Islam, bahkan ada beberapa tokoh agama menilai bahwa mengikuti program KB adalah “haram”. Pernyataan 88 ini dijelaskan pada waktu wawancara dengan Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen: “Memang umumnya permasalahan yang dihadapi di Kecamatan Kasemen dalam mensosialisasikan program KB adalah masyarakat yang masih awam, contohnya di Kelurahan Kasemen, ada seorang tokoh agama yang tidak setuju dengan program KB dan dia sangat mengkaitkan dengan aspek keagamaan yang tidak memperkenankan masyarakatnya untuk ikut program KB karena tokoh tersebut menilai bahwa menghalangi apa yang Tuhan beri kepada manusia itu bertentangan dengan agama. Karena menilai bahwa anak adalah anugrah.”72 Dari pernyataan tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa tokoh agama memiliki ambil alih yang besar dalam kegiatan bermasyarakat di Kecamatan Kasemen, ini dapat menjadi sebuah masalah yang sangat urgent yang harus lebih diperhatikan oleh pihak PKB itu sendiri, karena masalah ini sudah sangat klasik ditemui di Kecamatan Kasemen. Masukan atas solusi agar tidak terjadi hal seperti ini diujarkan oleh Ibu Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen: “Harapan saya adalah setidaknya PKB seharusnya mampu menjalin hubungan baik dengan tokoh masyarakat dan mampu memberikan pemahaman dan pengertian dengan baik kepada tokoh masyarakat.”73 Meskipun hal tersebut tergolong sulit dalam menjalin kerjasama yang baik dengan tokoh agama tidak menutup kemungkinan bahwa permasalahan klasik tersebut mampu hilang sedikit demi sedikit jika PKB mau terjun langsung kepada masyarakat dan menjalin komunikasi yang baik dan bertahap kepada tokoh agamanya, karena tidak semua tokoh 72 73 Wawancara dengan Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen, 16 Maret 2015. Lampiran 13.h.118 Wawancara dengan Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen, 16 Maret 2015. Lampiran 13.h.118 89 agama di Kecamatan Kasemen menilai bahwa KB sebagai hal yang bertentangan dengan agama, contohnya seperti yang diucapkan oleh Ustad Tarjo, Kelurahan Kasemen: “Jika dilihat dari programnya, KB memiliki tujuan yang baik bagi masyarakat, misalnya banyak anak kan pasti pula banyak yang harus di penuhi kebutuhannya oleh anak tersebut nah disitu program KB berperan.”74 Dengan demikian tidak semua tokoh agama memandang bahwa program KB sebagai program yang bertentangan dengan agama, masih ada pula beberapa tokoh agamanya yang memandang KB sebagai program yang baik bagi masyarakat. Diharapkan tokoh agama yang mendukung program KB, dapat memberikan masukan kepada masyarakat dan memberikan pemahaman kepada masyarakat akan baiknya program KB. Dalam permasalahan ini solusi mengenai hambatan lingkungan dan kebudayaan berhubungan dengan kemitraan, yang membahas mengenai sifat beberapa masyarakat yang sangat erat kaitannya dengan adat istiadat, adat istiadat sangat dipegang teguh oleh masyarakat di Kecamatan Kasemen. Sudah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bagaimana agama mengalami beberapa gesekan dengan program KB. Banyak dari beberapa masyarakat yang menilai KB adalah program yang haram, ini umum terjadi kepada masyarakat-masyarakat yang sangat fanatik dengan nilai-nilai keagamaan. Lalu bagaimana PKB menghadapinya? Menurut Venny Damayanti dalam penggalan wawancara: 74 Wawancara dengan Ustad Tarjo, 20 Maret 2015.Lampiran 25.h.139 90 Tentunya kami akan selalu menjunjung tinggi aspek kekeluargaan dalam menghadapi setiap masalah yang berhubungan dengan tanggung jawab kami.75 Tidak dipungkiri bahwa pasti ada beberapa penolakan masyarakat yang tidak mendukung program KB dikarenakan berbenturan dengan aspek keagamaan, sangat sulit PKB masuk dalam ranah seperti itu, misalnya untuk berkunjung kerumah warga yang sangat memegang teguh aspek keagaaman. Dalam hal ini PKB bertindak sesuai dengan progream yang diusungnya yaitu program Keluarga Berencana dimana dalam program tersebut sangat erat kaitannya dengan aspek kekeluargaan. Bagaimana aspek kekeluargaan itu dilakukan? Misalnya ketika PKB akan melakukan penyuluhan kepada masyarakat, PKB tidak semena-mena melakukan penyuluhan seperti menjual produk KB. PKB terlebih dahulu melakukan pendekatan dengan santun dan sopan, lalu menanyakan bagaimana kondisi keluarga masyarakat tersebut, apakah ada yang berkaitan dengan permasalahan kependudukan/kekeluargaan atau tidak, setelah PKB melakukan pendekatan dan mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh keluarga tersebut barulah PKB melakukan anjuran kepada masyarakat tersebut untuk menggunakan alkon sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Permasalahan yang ditemui bukan hanya membahas dengan aspek kependudukan atau jumlah anak yang ada di keluarga tersebut, akan tetapi membahas pula mengenai aspek-aspek lain seperti kelayakan pemenuhan kebutuhan atau aspek ekonomi. 75 Wawancara dengan Venny Damayanti. Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 20 Maret 2015. Lampiran 4.h.101 91 Bagaimana dengan masyarakat yang sudah sangat teguh dengan pendirian akan mainset program KB haram? Sering terjadi beberapa penolakan mengenai permasalahan tersebut. Contohnya ketika akan diadakannya sosialisasi lalu dipublikasikan dimasjid menggunakan pengeras suara, ada beberapa tokoh agama yang melakukan penolakan terhadap hal tersebut dan terkesan “sangat mengganggu” berikut beberapa solusi yang dikemukakan oleh Venny Damayanti sebagai PKB menanggapi permasalah seperti itu: “Akan tetapi jika ada beberapa pihak yang bertindak secara berlebihan kami tidak segan-segan memanggil pihak yang bekerjasama dengan pemerintah dalam program KB yaitu Babinsa.”76 Berkenaan dengan hal tersebut PKB mengemukakan akan menggunakan cara tegas dalam melakukan pemecahan masalah. Cara tegas ini diambil jika permasalahan sudah tergolong kepada tindakan yang berlebihan dan sudah sulit untuk dilakukannya pendekatan dengan masyarakat-masyarakat tersebut 76 Wawancara dengan Venny Damayanti. Penyuluh KB Kecamatan Kasemen, 20 Maret 2015. Lampiran 4.h.101 92 BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian dalam pembahasan di bab-bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan bahwa Peran Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) di Kecamatan Kasemen, Kota Serang, adalah sebagai berikut: 1. PKB mengelola pelaksanaan kegiatan Program KB Nasional di desa/kelurahan, Kecamatan Kasemen, dengan cara melakukan beberapa kegiatan penyuluhan dan konseling yang berisikan mengenai programprogram guna mensejahterakan kehidupan keluarga dan masyarakat peserta KB. 2. PKB menjadi penggerak partisipasi masyarakat dalam program KB Nasional di desa/kelurahan, Kecamatan Kasemen. Ini terlihat dari pola penyampaian pesan dimana PKB merupakan top management untuk memberikan informasi mengenai program-program kepada masyarakat melalui Pos KB untuk dipublikasikan kepada masyarakat. Tetapi peran sebagai penggerak masih kurang maksimal karena kopetensi seorang PKB yang kurang diantaranya penguasaan bahasa dan keahlian berkendara untuk pergi ke masing-masing kelurahan. 3. PKB memberdayakan masyarakat secara baik sesuai dengan perannya. Dimana ada beberapa program yang di usung oleh program KB yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat seperti BKR dan UPPKS. 92 93 Program tersebut termasuk sebagai program pemberdaya masyarakat karena akseptor dianjarkan untuk menjadi pribadi yang lebih mandiri dan mampu menunjang perekonomian keluarganya sehingga menjadi keluarga yang sejahtera. 4. PKB masih kurang maksimal dalam melakukan menggalang dan mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan program KB Nasional di desa/kelurahan, Kecamatan Kasemen. Ini terlihat dari masih kurangnya komunikasi dan pendekatan dengan beberapa tokoh agama di Kecamatan Kasemen. Pendekatan dengan tokoh agama dinilai penting karena program KB dinilai program yang kontra dengan aspek keagamaan bagi sebagian masyarakat di Kecamatan Kasemen. 5.2. Saran Adapun saran-saran yang penulis berikan setelah meneliti dalam penelitian ini adalah: 5.2.1 Saran Teoritis Untuk penelitian selanjutnya, disarankan dapat mencari dan membaca referensi yang lebih banyak lagi. Selain itu juga disarankan untuk mengambil objek penelitiannya lebih banyak lagi. Sehingga diharapkan hasil penelitiannya lebih bervariasi. Dengan begitu dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang baru. Terutama yang berkaitan dengan Teori Atribusi. 94 5.2.2. Saran Praktis Berdasarkan penelitian tersebut, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Untuk PKB, PKB sebagai ujung tombak di daerah, diharapkan harus mampu bekerja sesuai koridor dan proksi seorang PKB dimana PKB harus memiliki wawasan dan kemampuan dalam berkomunikasi yang baik dengan masyarakat. PKB harus mampu menjadi seorang komunikator yang berperan mengantarkan pesan/informasi secara efektif agar masyarakat mampu memberikan efek yang baik. PKB harus mampu menjalankan perannya secara maksimal agar terlaksananya program KB dengan baik di Kecamatan Kasemen. 2. Untuk Pos dan Sub KB, harus mampu bekerjasama dan kompak dengan PKB dalam melakukan sosialisasi program KB di setiap kelurahanan. 3. Untuk pihak BKKBN Provinsi dan BPMPKB Kota harus melakukan koordinasi dan melakukan evaluasi program KB dengan baik. Sarana dan prasarana sangat dibutuhkan oleh pihak daerah dalam menunjang program KB di kedaerahan. 95 DAFTAR PUSTAKA Afrilla F, Naniek. 2011. Komunikasi Persuasi. Serang: SAYUTI.COM. Andre, Kukla. 2003. Konstruktivisme Sosial dan Filsafat Ilmu. Yogyakarta. Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. BKKBN. 2003. Buku Panduan Praktis Prlayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Cangara, Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Devito, Josep A. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Proffessional Books. Fuad, Anis dan Sapto Nugroho, Kandung. 2014 Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu Garna, Yudistira K. 2009. Metode Pelitian Kualitatif. Bandung: The Judistira Foundation dan Primaco. Jafar, Ilham. 2011. Pedoman Penyediaan Dan Pemberdayaan Tenaga Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana (PKB). Jakarta. Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antarpribadi. Kupang: PT. Citra Adiyta Bakti. Marhaeni Fajar. 2009. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu Mulyana, Dedi. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rachmat, Kriyantono. 2008, Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group. Saori, Djam’an dan Aan Komariah. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. ALFABETA, cv. Widjaya. 1988. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo Persada. 96 Yin Robert. 2002. Studi Kasus, Desain dan Metode. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Jurnal Huberman dan Miles, Matthew.B. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UIPRESS. Miles, Matthew.B. Analisis Data Kualitatif Buku Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI-PRESS. Internet www.republika.co.id/berita/koran/pendidikan-koran/14/05/30/n6dnk45-saatnyamahasiswa-jadi-agen-kependudukan www.koran-jakarta.com/?6330-pentingnya-masalah-kependudukan 97 LAMPIRAN 1 BIODATA INFORMAN 1. Biodata Informan Nama Informan : Tempat, Tanggal Lahir : Usia Informan : Agama : Status : Alamat : 98 LAMPIRAN 2 PEDOMAN WAWANCARA 1. Key Informan A. Penyuluh KB - Bagaimana PKB mengelola program - Bagaimana PKB menjadi penggerak program - Bagaimana PKB memberdayakan masyarakat - Bagaimana PKB Menjalin Kemitraan - Bagaimana PKB memberikan pemahaman mengenai program KB kepada masyarakat di Kecamatan Kasemen. - Faktor apa saja yang mendukung PKB. - Hambatan PKB di Kecamatan Kasemen. - Solusi yang di lakukan menghadapi permasalahan. 2. Informan Sekunder B. Perwakilan BPMPKB Kota Serang, Pos KB dan Sub Pos KB - Peran apa saja yang dilakukan PKB - Kerjasama PKB dan Pos KB dalam meningkatkan peserta KBBaru. - Intensitas penyuluhan yang dilakukan. - Komunikasi yang dilakukan oleh PKB. - Masalah mengenai sulitnya mensosialisasikan program KB di beberapa kelurahan 99 - Saran Pos KB dan Sub Pos KB kepada PKB. C. Akseptor - Alat Kontrasepsi apa yang digunakan dan alasannya. - Sudah berapa lama menggunakan alat kontrasepsi. - Mengenal sosok PKB. - Intensitas penyuluhan dan penyuluhan door to door. - Pandangan permasalahan program KB di Kecamatan Kasemen. - Intensitas dan frekuensi komunikasi keluarga pasca pengungkapan diri 3. Informan Pendukung A. Tokoh Agama (Ustad) - Tanggapan mengenai program KB. - Dukungan/tidak terhadap program KB. - Mengenai keberadaan program KB di Kecamatan Kasemen. - Solusi pemecahan masalah program KB di Kecamatan Kasemen. - Aspek sosial dan aspek keagamaan - Mengenal sosok PKB atau tidak. 100 LAMPIRAN 3 BIODATA KEY INFORMAN 1. Nama Informan : Venny Damayanti C, S.Sos 2. Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 21 Juni 1979 3. Usia Informan : 35 Tahun 4. Agama : Islam 5. Status : Penyuluh KB Kecamatan Kasemen 6. Alamat : Sariwangi Residen, Taktakan. 101 LAMPIRAN 4 TRANSKRIP WAWANCARA Hari/tanggal : Jum’at, 20 Maret 2015 Tempat : UPT. BPMPKB Kecamatan Kasemen. 1. Penulis : Bu minta waktunya sebentar untuk melakukan wawancara? Jawab : Tentu rief silahkan duduk. 2. Penulis : Bahasan wawancara berkenaan tentunya dengan penelitian yang akan Arief lakukan. Jawab : Iya ibu paham. 3. Penulis : Langsung saja apa saja langkah yang sudah dilakukan oleh PKB di Kecamatan Kasemen dalam meningkatkan jumlah peserta KB-Baru? Jawab : Tugas PKB meliputi, pendataan, penentuan sasaran, dan pengelompokan PUS (Pasangan Usia Subur). PKB bekerjasama dengan kader setiap kelurahan melakukan penyuluhan dan kunjungan door to door kepada setiap masyarakat agar mengajak masyarakat mau ikut KB. 4. Penulis: Sejauhmana PKB sudah memberikan pemahaman mengenai program KB kepada masyarakat di Kecamatan Kasemen ? Jawab : Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat agar mau menjadi peserta KB-Baru saya lebih menekankan pada aspek komunikasi, contohnya saja dalam kunjungan door to door dan penyuluhan. Saya memberitahukan berbagai informasi mengenai berbagai macam alkon. 5. Penulis : Komunikasi apa yang ibu lakukan untuk melakukan sosialisasinya ? Jawab : Lebih banyak ibu-ibu menggunakan komunikasi interpersonal secara pribadi, dikarenakan jika dalam tanya jawab sosialisasi di posyandu masih banyak sekali ibu-ibu yang agak segan untuk bertanya lebih lanjut mengenai alat kontrasepsi. 6. Penulis : Sudah berapa lama PKB memberikan kontribusi mengenai program KB di Kecamatan Kasemen ? Jawab : Untuk saya pribadi, saya baru menjabat sebagai PKB Kec. Kasemen pada tahun 2012. 7. Penulis : Seberapa sering PKB melakukan penyuluhan kepada masyarakat? Apakah ada jadwal rutin atau menunggu waktu-waktu besar? Jawab : Jika dalam penyuluhan, biasanya rutin dilakukan sebulan sekali atau menunggu timing acara-acara seperti adanya pelayanan posyandu dan adanya hari besar yang berhubungan dengan Keluarga Berencana, dalam penyuluhan tersebut PKB dibantu oleh Pos KB, Sub Pos KB dan Bidan. Nah dalam hal ini pula sering menjadi bahasan, ketika seorang Pos KB/Kader mensosialisasikan program KB akan tetapi Pos KB/Kader 102 banyak yang tidak menggunakan alat kontrasepsi atau alat kontrasepsi seperti Implan dan IUD yang bersifat jaka waktu panjang. 8. Penulis : Bagaimana cara PKB melakukan pendekatan kepada pihak masyarakat dalam meningkatkan peserta KB-Baru, dikarenakan masyarakat di Kec. Kasemen masih sangat agamis dan mindset beberapa masyarakat tidak mendukung program KB? Jawab : ini yang sering menjadi sebuah hal yang sulit dilakukan, untuk saya pribadi ketika melakukan kunjungan door to door tidak langsung kepada topic yang akan dibahas atau langsung kepada poin-poin seperti langsung mensosialisasikan alat kontrasepsi, saya pribadi menggunakan pendekatan secara perlahan-lahan agar dapat diterima masyarakat secara baik. Seperti memulai bahasan ringan dan lainnya, baru saya menjelaskan maksud dan tujuan saya datang ke rumah warga untuk melakukan dan mengajak masyarakat agar ikut KB. 9. Penulis : Faktor apa saja yang mendukung PKB dalam meningkatkan peserta KB-Baru di Kec. Kasemen? Ini berhubungan dengan apa yang ibu harapkan bagi pihak-pihak yang membantu dan berkontribusi dalam melaksanakan tugas seorang PKB untuk mensosialisasikan program KB. Jawab : PKB tentunya tidak dapat bekerja seorang diri dilapangan dikarenakan di Kec. Kasemen sendiri terdiri dari 10 Kelurahan sedangkan PKB di Kec. Kasemen hanya satu orang tentunya ada beberapa Pos KB/Kader yang membantunya dilapangan. Yang saya harapkan adalah kader yang lincah dan giat dalam mencari akseptor, jika seorang Pos KB menemukan sebuah hambatan tentunya PKB akan turun membantu dalam penyelesaian masalah yang dihadapi di lapangan. 10. Penulis : Siapa saja yang terlibat untuk membantu dalam mensosialisasikan program KB di Kecamatan Kasemen guna meningkatkan peserta KB-Baru? Jawab : Tentunya Kader/Pos KB dan Sub Pos KB yang sudah jelas. Lalu ada beberapa tokoh masyarakat yang terlibat dan mendukung program KB contohnya, Lurah Kelurahan Warungjaud, lalu PKB pun membutuhkan kader posyandu. 11. Penulis : Fasilitas apa saja yang diberikan oleh BPMPKB (Kota Serang) dalam meningkatkan sosialisasi program KB untuk meningkatkan peserta KB-Baru? Dalam hal ini BPMPKB kedudukannya kan diatas dari Kecamatan bagaimana koordinasinya? Jawab : Jika menyinggung mengenai anggaran, sarana dan prasarana yang disediakan oleh pihak atas kadang masih tergolong sulit. Tapi dalam sosialisasian program kami tentunya membutuhkan alkon guna menjadi contoh nah dalam hal ini BPMPKB sering menyediakan. 12. Penulis : Hambatan apa saja yang ditemui dalam meningkatkan peserta KB-Baru di Kecamatan Kasemen? Jawab : Banyak sekali beberapa hambatan yang ditemui dilapangan yang berhubungan dengan program KB, contohnya sudah jelas aspek keagamaan yang dipandang berbanding terbalik dengan program KB, lalu aspek dari keluarganya sendiri yaitu banyak beberapa suami yang tidak 103 begitu mengizinkan istrinya untuk berKB, itu adalah hambatan dari faktor eksternal. Lalu faktor bahasa menjai faktor hambatan aspek komunikasi, contohnya banyak sekali masyarakat yang menggunakan bahasa daerah seperti jawa serang, ketika kita menggunakan bahasa indonesia saja masih banyak masyarakat yang kurang paham. 13. Penulis : Hambatan apa yang paling sulit dihadapi oleh PKB dalam meningkatkan peserta KB-Baru? Jawab : Hambatan yang paling sulit tentunya dari aspek keagamaan, karena keagamaan bersifat adat istiadat dan pasti sangat dipertahankan oleh masyarakat itu sendiri. Lalu ada beberapa bidan yang malah tidak menganjurkan beberapa alat kontrasepsi jangka panjang, mereka hanya menganjurkan untuk memakai pil dan suntik. 14. Penulis : Seberapa sulit PKB dalam mensosialisasikan program KB untuk meningkatkan peserta KB-baru? Jawab : Sangat sulit, dimana masyarakat masih sangat banyak yang kolot dengan agama dan masih awam mengenai program KB. 15. Penulis : Bagaimana tanggapan PKB menghadapi beberapa hambatan dalam meningkatkan peserta KB-Baru? Jawab : Sangat sulit seperti diujar sebelumnya, jika berkaitan dengan harapan PKB ya tentunya PKB menginginkan masyarakat ikut program KB dan mau menjadi peserta KB-Baru. 16. Penulis : Apa tindakan yang sudah dilakukan oleh PKB dalam menghadapi hambatan di Kecamatan Kasemen ? Jawab : Tentunya kami akan selalu menjunjung tinggi aspek kekeluargaan dalam menghadapi setiap masalah yang berhubungan dengan tanggung jawab kami, akan tetapi jika ada beberapa pihak yang bertindak secara berlebihan kami tidak segan-segan memanggil pihak yang bekerjasama dengan pemerintah dalam program KB yaitu Babinsa. 17. Penulis : Ya sudah cukup bu.. mungkin cukup sekian untuk beberapa pertanyaan yang arief sampaikan kepada ibu. Jawab : Ia rief gapapa.. kalo emang arief butuh informasi lagi nanti bisa diskusikan lagi ya rief. 104 Hari/tanggal : Senin, 3 Agustus 2015 Tempat : BPMPKB Kecamatan Kasemen 1. Penulis : Assalamualaikum Wr. Wb. Jawab : Waalaikumsalam Wr. Wb. 2. Penulis : Bu maaf menggagu waktunya sebentar ini mengenai penambahan informasi data, karena kemarin sidang arief diharuskan untuk melakukan revisi ulang. Jawab : Ya, apa yang ibu bisa bantu rief ? 3. Penulis : Begini bu, ada beberapa pertanyaan yang arief akan ajukan kepada ibu. Diantaranya mengenai peran seorang PKB. Langsung saja ya bu, menurut ibu sebagai pengelola program KB itu seperti apa yah ? Jawab : Tentunya PKB itu adalah orang yang bertanggung jawab dalam pengelolaan program KB di UPT Kecamatan Kasemen. Nah di sini ibu itu bertindak sebagai orang yang mengelola program tersebut dibantu dengan beberapa kader dan seluruh lapisan masyarakat yang terlibat didalamnya. Ibu disini mengolah informasi dan bagaimana caranya program itu dapat diterima di masyarakat. 4. Penulis : Programnya apa saja bu ? ada engga misalnya penamaan seperti program PIK Remaja atau Genre bu ? Jawab : Nah untuk programnya ibu sudah menjelaskan kepada arief kemarin yaitu programnya hanya penyuluhan dan konseling door to door saja. Untuk PIK Remaja itu bukan sistem kerjanya pihak Kecamatan tetapi itu di lakukan oleh pihak Kota. 5. Penulis : Lalu tidak adakah program yang berlabel bu? Jawab : Hmm... kalo untuk penamaan program mungkin lebih kepada Bina Keluarga Remaja (BKR) yaitu program dimana anak-anak remaja yang orang tuanya mengikuti program KB diberikan pembinaan untuk mengetahui seluk beluk tentang program KB, lalu ada Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) nah disini banyak tuh ibu-ibu yang ikut KB diberikan modal untuk membuat suatu usaha guna memperoleh profit. 6. Penulis : Oh jadi untuk selain penyuluhan dan konseling ada juga beberapa program yang di usung oleh KB ya bu ? seperti UPPKS dan BKR. Kirakira ibu hapal siapa saja yang terlibat dalam program UPPKS contohnya ? Jawab : Nah kamu kan sering berkoordinasi dengan ibu Rumsiah, nah ibu rum itu contohnya yang ikut dalam UPPKS. 7. Penulis : Lalu bu bicara mengenai koodinasi dengan pihak kota seperti apa bu ? Jawab : Koordinasi sih banyak rif, seperti penyediaan alkon dan lain lain. Lalu setiap bulan kepala UPT diikut sertakan dalam kegiatan rakor, membahas mengenai seluk beluk program dan penyelenggaraan program. 8. Penulis : Lalu bu, membahas mengenai dorongan diri ibu sebegai PKB di Kecamatan Kasemen, apa motivasinya bu ? Jawab : Untuk motivasi tentunya berkenaan dengan tanggung jawab saya dong karena sebagai seorang PKB, lalu saya pula menilai di Kecamatan 105 Kasemen ini sangat membutuhkan program KB karena masih banyak masyarakatnya yang hidupnya kurang kondusif dari sisi aspek keluargaan dan ekonomi. Maka dari itu perlunya masyarakat diberdayakan dengan baik. 9. Penulis : Lalu membahas mengenai dorongan dari luar bu ? Jawab : Dorongan dari luar mah tergantung masyarakatnya juga, di sini kan masyarakatnya sangat agamis dan budaya islam yang sangat kental nah itu yang bikin agak susah program KB masuk. Lalu dorongan dari luar tentunya kerjasama dengan antar pihak seperti kader, bidan dan tokoh masyarakat. 106 LAMPIRAN 5 BIODATA INFORMAN SEKUNDER 1. Nama Informan : Hj. Apai Supardi. S.Ip,.M.Si 2. Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 12 Desember 1964 3. Usia Informan : 51 Tahun 4. Agama : Islam 5. Status : Ka.Subbid KB BPMPKB Kota Serang. 6. Alamat : Komplek Puri Kartika. Banjarsari. Cipocok 107 LAMPIRAN 6 TRANSKRIP WAWANCARA Hari/tanggal : Selasa, 14 Juli 2015 Tempat : Kantor BPMPKB Kota Serang. 1. Penulis : Assalamualaikum Wr. Wb. Jawab : Waalaikumsalam Wr. Wb. 2. Penulis : Nama saya Arief Rizki izin melakukan wawancara guna penambahan data informasi dan perbaikan revisian pada skripsi saya. Dalam penelitian saya membahas tentang peran penyuluh KB di Kecamatan Kasemen. Jawab : ya 3. Penulis : Langsung saja pertanyaan yang pertama ya pak? Bismillahirohmanirohim, Menurut bapak penyuluh KB itu apa pak ? Jawab : Terimakasih arief atas kepercayaannya, PKB itu posisinya yang terbawah yang tugasnya memberikan penyuluhan di desa-desa atau kampung-kampung atau kelurahan agar merayu kemudian membujuk agar warga khususnya ibu-ibu mau masuk KB. Karena kami di target oleh BKKBN untuk mendapatkan akseptor. 4. Penulis : Apa faktor yang dimiliki oleh seorang PKB dalam melakukan tugasnya ? baik internal maupun eksternal ? Jawab : Setiap PKB diberikan bimbingan teknis yaitu CTU jadi pelatihan BKKBN provinsi Banten. PKB juga harus memiliki ilmu bidang spikologi, dy harus berjiwa kepemimpinan, kemudian berjiwa luwes kepada masyarakat sehingga merangkul masyarakat untuk ikut KB agar program KB ini dinilai tidak menakutkan. 5. Penulis : Apa yang sudah dilakukan oleh BPMPKB untuk menunjang kinerja seorang PKB ? Jawab : Kami sudah memberikan motor untuk sarana dan prasarana, kemudian kalo untuk pelayanannnya seperti Mupen atau mobil pelayananan. Itu untuk membantu penyediaan alkon. Insallah pada tahun ini akan diadakan mobil pengangkut akseptor sedang diproses. 6. Penulis : Apa hambatan menurut BPMPKB dalam melakukan sosialisasi program KB ? Maksudnya apa pak hambatan seorang PKB dalam melakukan penyuluhan di Kecamatan ? karena posisi PKB kan berada dibawah BPMPKB otomatis PKB akan curhat dengan BPMPKB mengenai apa saja yang ditemukan di lapangan. Utamanya di Kecamatan Kasemen Jawab : Kalo hambatan di lapangan itu biayasanya masih banyak masyarakat yang pemahaman agamanya masih bersifat fanatik, jadi mereka masih belum membukan wawasan keluar sehingga program KB itu haram. Mereka masih perpegang pada asas banyak anak banyak rezeki 108 “mangan ora mangan sing penting ngumpul”. Sehingga ini harus dilakukan pendekatan. Kemudian apapula janji-janji walikota yang tidak terealisasi contohnya, jika masuk MOP akan diberi uang 2 juta. Nah ini tidak terealisasi. 7. Penulis : Hambatan yang paling sulit apa pak? Jawab : Yang paling sulit itu janji walikota. Janji politik. 8. Penulis : Lalu bagaimana jika ada keluhan dari masyarakat ? Jawab : Alhamudilillah jika di Kecamatan Kasemen ini, ada salah satu orang anak tokoh yang melakukan pendekatan kepada masyarakat dan melakukan klarifikasi. 9. Penulis : Ada berapa PKB di Kota Serang ? Jawab : Sekarang ada 4 PKB untuk 66 Kelurahan dan 6 Kecataman. Idealnya 1 PKB membina 1 Kelurahan. Maka Dapat disimpulkan kami kekurangan 62 orang PKB. 10. Penulis : Kenapa bisa jadi 62 orang pak kurangnya ? Jawab : Karena banyak dari PKB yang beranjak mengenai kenaikan jenjang karier misalnya awalnya PKB menjadi Kasi menjadi Kasubag dan lain-lain sehingga posisi PKB menjadi berkurang setiap waktunya. PKB itu kan pegawai negeri sipil (PNS) dan waktu masuknya untuk penerimaan pegawai negeri sipil itu terbatas sehingga banyak posisi PKB yang kosong dilapangan. (Moratorium) 11. Penulis : Bagaimana klasifikasi seorang untuk menjadi seorang PKB ? Jawab : Mendaftarkan sebagai PNS biasa, sesuai dengan farmasi jabatan PLKB. Latar belakangnya seperti sarjana hukum, sarjana psikologi atau sarjana agama sesuai dengan kebutuhan. Alurnya pendaftaran lalu tes, lalu pra jabatan, lalu menjadi PLKB lalu dilakukan pelatihan CTU lalu di tempatkan sesuai dengan kebutuhan. 12. Penulis : Lalu untuk evaluasi program BPMPKB sesuai target atau tidak ? Jawab : Sesuai target, kami selalu bekerja sesuai target disetiap tahun. Jadi kami melakukan evaluasi setiap sebulan sekali. Kalau target itu tidak sesuai sasaran kami menegur PKB atau kepala UPT dan Kasubagnya. Agar kita sama-sama mencapai sasaran tersebut. Untuk evaluasi kami sering mengadakan pertemuan untuk melakukan koordinasi apa saja yang ditemukan dilapangan guna memecahkan masalah-masalah tersebut bersama UPT di Kecamatan. 13. Penulis : Oke pak yang tadi kan membahas pertanyaan umum, lalu arief ingin memberikan pertanyaan kusus, sumbernya dari buku pedoman penyediaan pemberdayaan tenaga fungsional penyuluh keluarga berencana. Ada empat peran PKB pak diantaranya pengelolaan pelaksanaan kegiatan KB Nasional, penggerak partisipasi masyarakat, pemberdayaan keluarga dan masyarakat lalu yang keempat membahas mengenai menggalang dan kemitraan dengan pihak-pihak dalam pelaksanaan program KB. Langsung saja ya pak untuk yang pertama membahas mengenai pelelolaan pelaksanaan kegiatan KB Nasional itu apa ya pak maksudnya ? 109 14. Penulis : Dalam poin pertama adalah pengelola pelaksanaan program KB nasional di desa dan kelurahan pak, maksudnya di sini apa pak? Jawab : Biasanya kita ada momentum yah, seperti hari Ikatan Bidan Indonesia (IBI) atau hari jadi kota serang. Nah kami mengadakan pelayanan. PKB kami kerahkan untuk mencari akseptor untuk pelayanan program KB. 15. Penulis : Apa yang sudah dilakukan PKB dalam pengelola program KB? Jawab : PKB kan sudah mencari akseptor dan dia melakukan pendekatan dengan masyarakat misalnya tokoh agama dan tokoh masyarakat, sehingga PKB dapat dikenal di masyarakat. 16. Penulis : Sudah maksimal belum pak? Jawab : Belum karena faktor kami pula masih kekurangan PKB. Dimana PKB latar pendidikannya adalah sarjana, sehingga berbeda dengan SLA atau SMP mereka itu lebih ulet, lebih bermasyarakat. Sarjana itu baru 4 tahun sudah menuntut untuk naik jabatan, kordinasi melalui HP, penyuluhan pake mobil mewah, sehingga kan ini kurang bersahaja dan dekat dengan masyarakat. 17. Penulis : Kalo di Kecamatan Kasemen sendiri sudah maksimal belum pak ? Jawab : Belum, karena di situ agak kumuh, banyak keluarga yang masih miskin, lalu kasemen kan masuk kedalam masyarakat pesisir. Apalagi antar wilayah agak jauh jadi ini menjadi kendala. 18. Penulis : Siapa saja yang dilibatkan dalam kegiatan tersebut pak? Misalnya dalam lembaga atau diluar lembaga? Dalam kegiatan penyuluhan. Jawab : Tentunya PKB. Dalam lembaga BMPKB seperti Kasubid Pelayanan, Kasubid Advokasi, kalo dari luarnya kami melibatkan unsur Babinsa, Koramil, Guru-guru, Bidan dan Kyai. 19. Penulis : Untuk kegiatannya pak rutin atau momentum ? Jawab : Rutin jika seperti di Puskesmas nanti kita ambil laporannya, untuk momentum biasanya isidentil, momentum pula terjadwal misalnya harihari besar pemerintah yang berhubungan dengan keluarga terjadwal pertahun. 20. Penulis : Lalu poin kedua, di sini membahas tentang penggerak partisipasi masyarakat dalam program KB. Ini maksudnya apa pak ? Jawab : Karena PLKB itu menggerakan bersatu dengan kader, ada bidan desa dan kader, karena informasi dari kader itu sangat membantu, kader butuh informasi pula dari PKB dan begitu sebaliknya. Lalu PKB berkordinasi dengan bidang kesehatan jadi nanti jelas misalnya sekian yang membutuhkan alkon. Sehingga pekerjaan kami tidak keteter sesuai dengan jumlah yang ada. 21. Penulis : Untuk peran penggerak partisipasi masyarakat sudah maksimal belum? Jawab : Belum 22. Penulis : Bagaimana PKB menggerakan partisipasi masyarakat agar efektif pak? 110 Jawab : PKB tahu nomor HP kader tersebut. Jatuhnya kepada pola publikasi informasi, sehingga informasi terus berjalan. Misalnya abis pelayanan ada akseptor yang tidak mau minum obat. Nah disitu kader dan PKB itu bergerak. Jadi memberikan pemahaman dan informasi. Sederhananya sebagai seorang Komunikator. 23. Penulis : Lalu masuk poin ketiga disini terdapat peran sebagai pemberdaya keluarga dan masyarakat dalam melaksanakan program KB. Ini maksudnya apa pak? Jawab : Program KB kan tujuannya 2 anak cukup. Nah dengan faktor kemiskinan bisa dikurangi. Lalu ibu-ibu diarahkan untuk bidang UPPKS. Bidang UPPKS itu mengajarkan bahwa ibu-ibu diberikan pemahaman tentang bagaimana cari supaya hidup lebih mandiri. Contohnya ada yang bikin kue, makanan, dan kerajinan atau apa lalu diberdayakan oleh pihak KB. Sehingga keluarganya mampu menjadi lebih sejahtera. Kalo dulu kami berikan modal, sehingga ada kesibukan yang bersifat positif. Dengan banyaknya relasi mereka bisa maju dan berhasil. 24. Penulis : Apakah sudah maksimal pak ? maksudnya disini adakah seorang akseptor yang sudah mandiri dan sukses ketika diberdayakan oleh program KB ? Jawab : Ada kok yang sukses, contohnya ketika seorang akseptor yang sudah mandiri mampu bersosialisasi dan mampu berkomunikasi dengan baik menghasilkan relasi dengan baik. 25. Penulis : Poin ke empat yaitu menjalin kemitraan dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan program KB. Maksudnya seperti apa pak, menurut bapak ? Jawab : maksudnya berkoordinasi dengan berbagai pihak contohnya dengan rumah sakit pemerintah, lalu bidang Abri, nah Abri sendiri ada program(TMKK). 26. Penulis : Kalau untuk pemuka agama bagaimana pak ? Jawab : Nah kalo pemuka agama, itu pelatihan dan pendekatan dianggarkan oleh provinsi, pemuka agama itu tentu sangat berpotensi dalam terlaksananya program KB. 27. Penulis : Di Kecamatan Kasemen sendiri aspek KB dan keagamaan itu kan sangat kontras. Menurut bapak bagaimana pak ? Jawab : Nah jika ada hal seperti itu kami tentu memberikan pendekatan kepada para pemuka agama yang fanatik sesuai aspek keagamaan pula. Seperti hadist atau ayat yang berhubungan dengan aspek Keluarga Berencana. KB itu bukan untuk membunuh keturunan, KB itu membatasi maksudnya membatasi itu memberikan jarak dalam kelahiran. Karena kenapa? Jika tidak diatur dengan baik kesehatan ibunya akan terbengkalai, anak tumbuh kembang kurang baik dan bahkan mengakibatkan kemiskinan nantinya jika anaknya banyak tidak seimbang dengan aspek ekonomi yang baik. 111 LAMPIRAN 7 BIODATA INFORMAN SEKUNDER 7. Nama Informan : Rohimah 8. Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 10 Januari 1957 9. Usia Informan : 55 Tahun 10. Agama : Islam 11. Status : Pos KB Kelurahan Terumbu 12. Alamat : Kelurahan Terumbu 112 LAMPIRAN 8 BIODATA INFORMAN SEKUNDER 1. Nama Informan : Rumsiah 2. Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 3 Mei 1971 3. Usia Informan : 44 Tahun 4. Agama : Islam 5. Status : Pos KB Kelurahan Kasemen 6. Alamat : Kelurahan Kasemen 113 LAMPIRAN 9 BIODATA INFORMAN SEKUNDER 1. Nama Informan : Suparti 2. Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 2 Desember 1976 3. Usia Informan : 41 Tahun 4. Agama : Islam 5. Status : Pos KB Kelurahan Warungjaud 6. Alamat : Kelurahan Warungjaud 114 LAMPIRAN 10 BIODATA INFORMAN SEKUNDER 1. Nama Informan : Nurhayati 2. Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 2 Februari 1986 3. Usia Informan : 29 Tahun 4. Agama : Islam 5. Status : Sub Pos KB Kelurahan Terumbu 6. Alamat : Kelurahan Terumbu 115 LAMPIRAN 11 BIODATA INFORMAN SEKUNDER 1. Nama Informan : Istiharoh 2. Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 29 September 1994 3. Usia Informan : 21 Tahun 4. Agama : Islam 5. Status : Sub Pos KB Kelurahan Terumbu 6. Alamat : Sariwangi Residen, Taktakan. 116 LAMPIRAN 12 BIODATA INFORMAN SEKUNDER 1. Nama Informan : Sam’ah 2. Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 17 Juni 1990 3. Usia Informan : 25 Tahun 4. Agama : Islam 5. Status : Sub Pos KB Kelurahan Warungjaud 6. Alamat : Kelurahan Warung Jaud 117 LAMPIRAN 13 TRANSKRIP WAWANCARA Hari/tanggal : Senin, 16 Maret 2015 Tempat : Kantor Kecamatan Kasemen Kronologi Pada tanggal 16 Maret 2015 pada jam 20.30 WIB peneliti melakukan wawancara dengan Pos/Sub KB. Wawancara dilakukan di kantor Kecamatan Kasemen, wawancara dilakukan malam hari karena pada hari tersebut Pos/Sub KB sedang melaksanakan kegiatan MTQ yang berlangsung di Kabupaten Lebak, peneliti melakukan komunikasi dan membuat janji dengan salah satu Pos KB Kelurahan Kasemen yaitu Ibu Rumsiah dan menyepakati bahwa wawancara dilakukan setelah acara MTQ dan para Pos/Sub KB pulang ke kantor Kecamatan Kasemen sekitar jam 19.00 WIB . peneliti menunggu mulai dari jam 18.00 WIB di Kantor Kecamatan Kasemen, sambil menunggu peneliti melakukan diskusi ringan dengan seorang masyarakat dan ternyata melalui pengenalan dan diskusi peneliti menemukan bahwa orang tersebut adalah suami dari Pos KB Kelurahan Terumbu yaitu Ibu Rohimah. Setibanya para Pos/Sub KB di kantor Kecamatan Kasemen penelitipun melakukan perkenalan dengan kader-kader lain pada jam 20.00 WIB dan menyepakati pembuatan forum diskusi dan dilakukan wawancara bertempat dikantor Kecamatan Kasemen. Wawancara dalam forum 1. Penulis : Bagaimana seorang Pos KB bekerjasama dengan PKB dalam mensosialisasikan program agar tercapainya peserta KB-Baru ? Ibu Rohimah Pos KB Kelurahan Terumbu Jawab : Sosialisasi dimasyarakat biasanya dilakukan dengan dua cara, yaitu dilakukannya penyuluhan yang dilakukan di posyandu dan sosialisasi door to door atau kunjungan langsung kerumah masyarakat yang sudah memiliki anak atau sudah menikah. Dalam sistem penyuluhan biasanya PKB hadir dan memberikan beberapa materi dan contoh alkon yang akan di sosialisasikan, dalam penyuluhan tersebut pula dilibatkan bidan desa. 2. Penulis : Berapa kali intensitas yang dilakukan oleh PKB melakukan sosialisasi tersebut ? Ibu Rohimah Pos KB Kelurahan Terumbu Jawab : Biasanya dilakukan sebulan sekali, contohnya pada saat akan diadakannya kegiatan posyandu dan kadang pada acara-acara/hari Keluarga Berencana. 3. Penulis : Seharusnya Komunikasi apa yang harus dilakukan oleh PKB dalam melakukan penyuluhan ? 118 4. 5. 6. 7. Ibu Rohimah Pos KB Kelurahan Terumbu Jawab : Seharusnya PKB harus lebih meningkatkan kedekatan kepada masyarakat dan beberapa tokoh masyarakat contohnya lurah dan tokoh agama yang terdapat di Kecamatan Kasemen. Penulis : Memangnya PKB kurang melakukan pendekatan kepada tokoh agama ? Ibu Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen Jawab : Memang umumnya permasalahan yang dihadapi di Kecamatan Kasemen dalam mensosialisasikan program KB adalah masyarakat yang masih awam, contohnya di Kelurahan Kasemen, ada seorang tokoh agama yang tidak setuju dengan program KB dan dia sangat mengkaitkan dengan aspek keagamaan yang tidak memperkenankan masyarakatnya untuk ikut program KB karena tokoh tersebut menilai bahwa menghalangi apa yang Tuhan beri kepada manusia itu bertentangan dengan agama. Karena menilai bahwa anak adalah anugrah. Harapan saya adalah setidaknya PKB seharusnya mampu menjalin hubungan baik dengan tokoh masyarakat dan mampu memberikan pemahaman dan pengertian dengan baik kepada tokoh masyarakat. Penulis : Seperti apa contoh kejadiannya bu, yang berkenaan dengan aspek keagamaan tersebut ? Ibu Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen Jawab : Misalnya, akan diadakannya kegiatan pelayanan di posyandu yang berhubungan pula dengan pelayanan program KB, tentunyakan kami sebagai pos KB melakukan publikasi informasi kepada masyarakat melalui pengeras suara yang terdapat di mesjid atau mushola. Dan ternyata tibatiba saya di protes oleh satu masyarat ya kita sebut saja seorang tokoh agama yang sangat menjunjung tinggi nilai keagamaan. Dan disitu terjadi cekcok antara saya dengan beliau membahas mengenai pro dan contra program KB. Penulis : Kususnya di Kelurahan Terumbu, menurut PKB dari data di Kelurahan tersebut sangat sulit melakukan penyuluhan mengapa demikian bahkan jumlah KB-Baru yang sangat sedikit? Ibu Rohimah Pos KB Kelurahan Terumbu Jawab : Memang jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya di Kelurahan Terumbu masih sangat sulit melakukan dan mengajak masyarakatnya untuk mengikuti program KB. Aspek keagaaman masih sangat kuat di Kelurahan Terumbu yang sangat berbentrokan dengan program KB. Penulis : Lalu bagaimana seorang PKB dan Pos KB menanggapi permasalahan tersebut dan bagaimana solusinya ? Ibu Rohimah Pos KB Kelurahan Terumbu Jawab : Memang dalam kegiatan penyuluhan di posyandu sering menghadiri dan memberikan beberapa pengenalan alkon, akan tetapi dalam pelayanan door to door masih kurang ikut berparsipasi, PKB hanya memberikan target dalam pencapaian peserta KB-Baru. Dan yang saya harapkan PKB ikut turun kelapangan dan membantu melakukan pendekatan kepada tokoh agamanya. Kalo saya pribadi, umumnya pihak 119 yang kontra dengan program KB biasanya berbicara di forum keagamaan seperti banyak ibu-ibu yang melakukan pengajian dan mengundang Kyai, nah Kyai tersebut membahas bagaimana program tersebut dan tidak setuju dengan program tersebut. Dalam hal ini ketika saya mendapati sebuah kelompok pengajian yang sudah terbentur dengan pembicaraan KB haram, saya akan mencari sebuah kelompok baru yang membutuhkan pemahaman lebih jauh mengenai program KB, dan begitu seterusnya. 8. Penulis : Jika dari Kelurahan lain bagaimana caranya untuk menyikapi hal tersebut ? Ibu Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen Jawab : Memang permasalahan umum seperti itu, bahkan pengalaman yang saya alami ketika kami ingin melakukan sosialisasi dan di publikasi di masjid saya malah dimarahi oleh beberapa tokoh agama, padahal tidak ada hadist yang menerangkan dengan jelas dan rinci bagaimana program KB dikatakan “haram”. 9. Penulis : Pekerjaan Pos KB tergolong sulit, adakah kontribusi dari pihak lain misalnya, Kecamatan kan dalam naungan Kota, untuk aseptor calon peserta KB-Baru kan di butuhkan beberapa fasilitas untuk pemasangan alkon? Ibu Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen Jawab : Untuk bantuan dari pihak atas/kota , ya seadanya saja. Maksudnya seadanya untuk fasilitas pengadaan transport saja kadang memakai dana sendiri-sendiri. 10. Penulis : Jika dikaitkan dengan apa yang sedang saya bahas mengenai kontribusi PKB dalam meningkatkan peserta KB-Baru, apa saran dan harapan dari Pos KB dan Sub Pos KB ? Ibu Rumsiah Pos KB Kelurahan Kasemen Jawab : Untuk saya pribadi, saya mengharapkan PKB mampu turun langsung kepada masyarakat guna untuk memberikan pemahaman contohnya pada kegiatan penyuluhan secara door to door. Soalnya yang saya tahu pihak atas hanya memberikan tugas kepada Pos KB untuk membawa atau menemukan aseptor yang ingin berKB tanpa mengetahui seberapa sulit hal-hal yang dihadapi oleh Pos KB dilapangan. Ibu Supardi Pos KB Kelurahan Warungjaud Jawab : Hampir sama dengan Ibu Rumsiah, saya menginginkan pula hal tersebut dan saya minta tolong PKB melakukan pendekatan kepada tokohtokoh masyarakat, karena mau tidak mau tokoh-tokoh masyarakat seperti Kyai dan Lurah memiliki ambil alih yang kuat di Kecamatan Kasemen kususnya. Ibu Rohimah Pos KB Kelurahan Terumbu Jawab : Untuk hal-hal yang saya alami saya pula menginginkan PKB lebih memperhatikan posisi seorang Pos KB, dibalik kontribusinya dalam mencari aseptor pekerjaan Pos KB sangat merangkap di Kecamatan Kasemen ini, contohnya saja kepengurusan BPJS banyak sekali masyarakat yang meminta tolong kepada kami dalam pembuatannya. 120 Wawancara ke 2 Sumber : Rumsiah (Pos KB Kelurahan Kasemen) Hari/tanggal : Minggu, 19 April 2015 Tempat : Rumah Ibu Rumsiah Kronologi Pada tanggal 19 April 2015 peneliti melakukan wawancara tambahan, mengapa wawancara tambahan perlu dilakukan? Peneliti mendapati bahwa ada beberapa data yang diperoleh pada wawancara sebelumnya kurang lengkap. Sasaran wawancara kali ini adalah Pos KB Kelurahan Kasemen yaitu Ibu Rumsiah. Peneliti menargetkan wawancara lanjutan kepada Ibu Rumsiah karena peneliti memiliki kedekatan leih dengan Pos KB Kelurahan Kasemen, lalu pertanyaan-pertanyaan memiliki beberapa indikasi terhadap Ibu Rumsiah. Wawancara kali ini akan membahas lebih secara terperinci mengenai bagaimana posisi seorang Pos KB dan PKB di Kecamatan Kasemen, beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan seluk beluk Pos KB dan pertanyaan yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi mengenai program KB di Kelurahana Kasemen. Awal mula peneliti melakukan konfirmasi pada pagi hari melalui telephone dengan Pos KB. Dan pada akhirnya ditentukan pada jam 12.00 siang akan dilakukan wawancara dengan Ibu Rumsiah dirumahnya. Wawancara 1. Penulis : Sudah berapa lama ibu menjadi seorang Pos KB di Kecamatan Kasemen ? Jawab : Sudah 15 Tahun 2. Penulis : Venny tergolong baru menjabat seorang PKB pada tahun 2012. Bagaimana perbandingannya dengan PKB sebelumnya? Jawab : Banyak sekali sih perbandingannya dengan PKB sebelumnya, akan tetapi bukan berarti Ibu Venny tidak baik pula dalam prakteknya ketika menjabat seorang PKB di Kecamatan Kasemen. Ibu Venny pula cukup cekatan dalam melakukan penyuluhan apalagikan dia tergolong seorang sarjana jadi pintar, kadang sekalipun daerah yang tergolong sulit dalam melakukan kegiatan KB , Ibu Venny kadang turun langsung ke lapangan contohnya ke Kelurahan Warung Jaud dan Terumbu, akan tetapi jika ke Terumbu masih kurang komunikasi dengan kader posyandunya. 3. Penulis : Jadi ibu sudah menjabat selama 15 tahun, sebelumnya namanama PKB di Kecamatan Kasemen siapa bu ? lalu bagaimana mereka melakukan sosialisasi program KB di Kecamatan Kasemen? Jawab : Nama PKB sebelumnya itu Pak Yuyu didampingi dengan Ibu Ratu Mamah, selanjutnya digantikan dengan Pak Cece dan Ibu Herlis, lalu Ibu Venny baru masuk menjabat sebagai PKB sampai sekarang dari tahun 2012. Jika dibandingkan dengan Pak Cece dan Ibu Herlis itu tidak seperti Ibu Venny yang lebih banyak menghabiskan waktu dikantor saja. 121 4. 5. 6. 7. 8. 9. Mungkin jika membahas turun kelapangan mengenai Ibu Venny terhambat oleh beberapa faktor yaitu, Ibu Venny tidak dapat mengendarai motor jadi agak sulit kelapangan padahal inventaris sudah disediakan, Pak Cece dan Ibu Herlis lebih sering turun ke lapangan jadi masyarakat itu mengetahui PKB. Jadi tidak semua PKB itu diam dikantor. Penulis : Biasanya masa jabat seorang PKB itu berapa tahun ya bu? Jawab : Itu tidak tentu, yang saya tau rencananya PKB kan hanya terdapat 2 orang di Kota Serang. Setahu saya, ini rencana dari pihak provinsi yaitu BKKBN akan mengganti PKB dengan Pos KB yang memiliki potensi agar lebih efektif. Penulis : Ibu bekerja sebagai seorang Pos KB, pertanyaan ini agak sensitif mohon maaf, kira-kira ibu diberikan gaji berapa selama sebulan? Soalnya yang saya tahu Pos KB berbeda dengan pegawai PNS. Jawab : Kurang tentu jika membahas mengenai gaji, kadang 1 tahun 3 kali, kadang 4 kali, dan yang saya tahu kebijakan sekarang itu 1 tahun 6 kali, lalu nominalnya adalah 50 ribu rupiah setiap pemberian biasanya. Sebenarnya Pos KB tidak terlalu berpatokan kepada gaji, sistem yang diterapkan adalah sistem reward. Misalnya jika saya membawa akseptor untuk berKB Implan 5 ribu, kalo IUD 20 ribu, ibarat itu adalah uang ongkos ibu dalam membawa akseptor. Tetapi kadang ada pertemuan kumpul evaluasi program kerja, ada uang amplopnya dan tidak rutin. Penulis : Misalnya ada seorang akseptor yang membutuhkan sarana dan prasarana, contohnya dari Kasemen akan diantar ketempat pemasangan alkon. Itu apakah disediakan uang transport atau bagaimana ? Jawab : Tidak ada, intinya kader itu ihklas. Contohnya misalkan akan diadakan pemasangan alkon di provinsi, provinsi dari Kasemen tentu jauh, nah ongkos transport itu dari uang pribadi kami sendiri. Penulis :. Maaf sebelumnya, ibu kan tahu bu seorang Pos KB itu digajinya tidak seberapa, dan pekerjaannya tergolong sulit yah. Apa motifasi ibu yang mendorong ibu sampai sekarang mau menjadi seorang Pos KB? Jawab : Jadi begini, mengapa saya ingin menjadi seorang kader Pos KB itu karena saya memiliki seorang anak yang sakit, karena sakit-sakitan terus jika saya dekat dengan dokter yang dipuskesmas dekat dengan bidan-bidan berarti saya lebih mudah untuk mengobati anak saya karena saya tergolong keluarga yang tidak punya. Untuk memberi sedekah kepada masyarakat tidak bisa, jadi saya hanya bisa memberikan tenaga. Penulis : Selanjutnya membahas mengenai permasalahan agama yang terjadi di Kecamatan Kasemen, kemarin ibu sempat memberikan contoh mengenai permasalahan aspek keagamaan ketika ibu memberikan publikasi informasi, lalu kronologinya seperti apa? Jawab : orangnya datang menemui saya dan berbicara “sekalian saja kalo ada ilang sendal diumumkan dimesjid”. Lalu saya bertanya kepada ustad tersebut “begini saja pak, saya meminta hadist yang membahas larangan masyarakat untuk berKB jika dilarang”. Penulis : Ada tidak kejadian yang lebih sensitif misalnya diadakan penyuluhan lalu terjadi penolakan ditempat? 122 Jawab : Jika kejadian seperti itu alhamdulillah tidak ada, bahkan setelah kejadian seperti penolakan-penolakan saya tidak memusuhi mereka, saya datang kerumahnya saya deketin dan saya mohon maaf, setelah itu yasudah cair lagi dan masing-masing saja sudah. Ibadahku ibadahku dan ibadahmu ibadahmu. 123 LAMPIRAN 14 BIODATA INFORMAN PENDUKUNG 1. Nama Informan : Nuraeni 2. Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 5 Mei 1991 3. Usia Informan : 24 Tahun 4. Agama : Islam 5. Status : KB-Baru Suntik 6. Alamat : Kelurahan Kasemen 124 LAMPIRAN 15 TRANSKRIP WAWANCARA Hari/tanggal : Jum’at, 20 Maret 2015 Tempat : Kelurahan Kasemen, Kecamatan Kasemen 1. Penulis : Selamat siang ibu ? Jawab : Selamat siang mas 2. Penulis : Boleh saya minta waktunya sebentar ? Jawab : Boleh.. 3. Penulis : Saya Arief dari Untirta saya lagi penelitian skripsi bu.. mau topicnya tentang KB-Baru ibu.. Jawab : Oh ia silahkan masnya mau tanya apa? Saya KB-Baru Suntik 4. Penulis : Nama ibu siapa ya ? umurnya berapa bu ? Jawab : Nama saya nuraeni umur 24 tahun mas 5. Penulis : Ia bu langsung saja kenapa ibu menggunakan alat kontrasepsi KB Suntik dibanding alat kontrasepsi lain? Jawab : Dikarenakan alat kontrasepsi KB suntik nyaman ketika digunakan, saya baru memiliki 1 anak menurut anjuran bidan desa, KB suntik mempunya efek yang baik untuk ASI. Makannya saya mau menggunakan alat kontrasepsi KB suntik dibanding alat kontrasepsi lain. 6. Penulis : Kapan Ibu menggunakan alat kontrasepsi KB Suntik ? Jawab : Setelah lahiran saya langsung menggunakan alat kontrasepsi KB Suntik atas anjuran bidan desa. 7. Penulis :Adakah anjuran atau bahkan keluhan orang sekitar ketika ibu menggunakan alat kontrasepsi KB? Jawab : Jika berbicara keluhan tidak ada yang mengeluhkan saya memakai alat kontrasepsi dikarenakan sayang menggunakan alat kontrasepsi menurut hak saya, bahkan pihak suami mendukung saya untuk menggunakan alat kontrasepsi KB Suntik. 8. Penulis : Apakah anda mengenal sosok seorang Penyuluh KB (PKB) Kecamatan Kasemen? Jawab : Jika secara terperinci saya kurang begitu mengenal sosok seorang PKB, tapi saya sempat bertemu dengan PKB Kecamatan Kasemen di dampingi dengan Post KB. Melakukan sosialisasi alat kontrasepsi untuk menganjurkan menggunakan alat kontrasepsi implan. 9. Penulis : Dalam hal penyuluhan menurut PKB sering dilakukan di posyandu apakah ibu sering atau rutin datang ke posyandu ? Jawab : Sering saya sering mengikuti beberapa acara penyuluhan di posyandu dan saya melakukan cek untuk pil dalam jangka waktu 3 bulan sekali suntik. 125 10. Penulis : Seberapa sering PKB melakukan kunjungan door to door? Jawab : tidak tentu jika melalui PKB, hanya saja warga di sini lebih dekat dengan Pos Kbnya. Baik kapanpun kami ingin memasang alat kontrasepsi atau melakukan sharing, kami tinggal datang ke rumah Pos KB. 11. Penulis : Untuk pandangan mengenai KB haram di kecamatan Kasemen, menurut informasi sebelumnya yang saya dapat ada beberapa orang yang kurang mendukung program KB di Kecamatan Kasemen contohnya beberapa tokoh masyarakat yang lebih mengutamakan aspek keagamaan. Apakah ibu terpengaruh dengan isu tersebut? Jawab : Untuk saya pribadi saya tidak merasa terpengaruh dengan isu tersebut, untuk tidak atau mau berKB adalah hak saya bukan orang lain. 126 LAMPIRAN 16 BIODATA INFORMAN PENDUKUNG 1. Nama Informan : Rumsiah 2. Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 7 Agustus 1989 3. Usia Informan : 26 Tahun 4. Agama : Islam 5. Status : KB-Baru Pil 6. Alamat : Kelurahan Kasemen 127 LAMPIRAN 17 TRANSKRIP WAWANCARA Hari/tanggal : Jum’at, 20 Maret 2015 Tempat : Kelurahan Kasemen, Kecamatan Kasemen 1. Penulis : Assalamualaikum, Selamat siang bu? Jawab : Waalaikumsalam.. 2. Penulis : Boleh saya minta waktunya sebentar bu untuk ngobrol? Jawab : Oh ia tentu 3. Penulis : Saya Arief dari Untirta saya lagi penelitian skripsi bu.. topicnya tentang KB-Baru bu.. Jawab : Ia 4. Penulis : Nama ibu siapa ya ? umurnya berapa bu ? Ikut KB alat kontrasepsi apa? Jawab : Saya Rumsiah, umurnya 26 Tahun menggunakan KB Pil. 5. Penulis : Kenapa ibu menggunakan alat kontrasepsi KB Suntik dibanding alat kontrasepsi lain? Jawab : Karena pil enak kebadan, enak makan dan enak tidur. Sebelumnya saya memakai implant saya merasa kurang nyaman karena haid saya kurang lancar. 6. Penulis : Kapan Ibu menggunakan alat kontrasepsi KB Pil ? Jawab : Sudah sekitar hampir 1 tahun menggunakan KB Pil. 7. Penulis : Adakah anjuran atau bahkan keluhan orang sekitar ketika ibu menggunakan alat kontrasepsi KB? Jawab : Keluhan dari orang sekitar tidak ada, anjuran atas keinginan saya tersendiri. Pada awalnya suami menginginkan saya memakai implan akan tetapi dengan segala keluhan yang saya rasakan akhirnya saya memutuskan untuk pindah menggunakan KB Pil. 8. Penulis : Apakah anda mengenal sosok seorang Penyuluh KB (PKB) Kecamatan Kasemen? Jawab : Saya kurang mengenal sosok PKB. Saya lebih mengenal kepada post KB dan bidan yang sering melayani dan memberikan informasi mengenai program KB. 9. Penulis : Dalam hal penyuluhan menurut PKB sering dilakukan di posyandu apakah ibu sering atau rutin datang ke posyandu ? Jawab : Sering saya keposyandu untuk kumpul dan mendapatkan informasi mengenai program KB. 10. Penulis : Seberapa sering PKB melakukan kunjungan door to door? Jawab : Kadang 1 bulan sekali atau ada acara-acara kusus mengenai KB, kader dan bidan melakukan kunjungan door to door untuk melakukan sosialisasi program KB, tetapi Penyuluh KB kurang sering saya lihat. 128 11. Penulis : Untuk pandangan mengenai KB haram di Kecamatan Kasemen, menurut informasi sebelumnya yang saya dapat ada beberapa orang yang kurang mendukung program KB di Kecamatan Kasemen contohnya beberapa tokoh masyarakat yang lebih mengutamakan aspek keagamaan. Apakah ibu terpengaruh dengan isu tersebut? Jawab : Untuk isu isu seperti buat saya pribadi tidak terpengaruh. 129 LAMPIRAN 18 BIODATA INFORMAN PENDUKUNG 1. Nama Informan : Aiengkas 2. Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 8 Janurari 1979 3. Usia Informan : 37 Tahun 4. Agama : Islam 5. Status : KB-Baru Implant 6. Alamat : Kelurahan Kasemen 130 LAMPIRAN 19 TRANSKRIP WAWANCARA Hari/tanggal : Jum’at, 20 Maret 2015 Tempat : Kelurahan Kasemen, Kecamatan Kasemen 1. Penulis : Assalamualaikum Jawab : Waalaikumsalam.. 2. Penulis : Boleh saya minta waktunya sebentar bu untuk ngobrol? Jawab : Ia bisa 3. Penulis : Saya Arief dari Untirta saya lagi penelitian skripsi bu.. topicnya tentang KB-Baru bu.. Jawab : Oh ia 4. Penulis : Nama ibu siapa ya ? umurnya berapa bu ? ibu menggunakan alat kontrasepsi apa? Jawab : Nama saya Aiengkas, umur 37 tahun, memakai alat kontrasepsi implan. 5. Penulis : Kenapa ibu menggunakan alat kontrasepsi KB Implan dibanding alat kontrasepsi lain? Jawab : Ketika saya menggunakan implan, haid saya merasa lancar dan kebadan itu enak. Sudah klop lah tidak ada keluhan dalam penggunaan KB Implan. 6. Penulis : Kapan Ibu menggunakan alat kontrasepsi KB Implan? Jawab : Sejak tahun 2014 akhir saya sudah menggunakan implan 7. Penulis :. Adakah anjuran atau bahkan keluhan orang sekitar ketika ibu menggunakan alat kontrasepsi KB? Jawab : Suami saya yang menganjurkan untuk menggunakan implan. Kalo keluhan tidak ada, mungkin untuk anjuran saya lebih banyak melakukan sharing dengan post KB yaitu ibu Rumsiah dan Bidan. 8. Penulis : Apakah anda mengenal sosok seorang Penyuluh KB (PKB) Kecamatan Kasemen? Jawab : Saya kurang menganal sosok PKB, mungkin jika dalam suatu acara seperti sosialisasi di posyandu mungkin saya tau, tapi tidak begitu mengenal dengan jelas sosok PKB seperti apa. 9. Penulis : Dalam hal penyuluhan menurut PKB sering dilakukan di posyandu apakah ibu sering atau rutin datang ke posyandu ? Jawab : Saya sering mengikuti kegiatan posyandu yang diumumkan terlebih dahulu oleh Pos KB. 10. Penulis : Seberapa sering PKB melakukan kunjungan door to door? Jawab : Saya pribadi kurang begitu mengenal sosok seorang PKB, jika ada kunjungan pun saya hanya mengetahui sosok seorang Pos KB. 131 11. Penulis : Untuk pandangan mengenai KB haram di Kecamatan Kasemen, menurut informasi sebelumnya yang saya dapat ada beberapa orang yang kurang mendukung program KB di Kecamatan Kasemen contohnya beberapa tokoh masyarakat yang lebih mengutamakan aspek keagamaan. Apakah ibu terpengaruh dengan isu tersebut? Jawab : Saya kurang begitu menanggapi hal tersebut. Pada dasarnya KB memiliki tujuan yang baik dalam mensejahterakan masyarakat. Maka dari hal tersebut saya mau ikut untuk KB. 132 LAMPIRAN 20 BIODATA INFORMAN PENDUKUNG 1. Nama Informan : Apong Fatimah 2. Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 21 Oktober 1959 3. Usia Informan : 56 Tahun 4. Agama : Islam 5. Status : KB-Baru MOW 6. Alamat : Kelurahan Kasemen 133 LAMPIRAN 21 TRANSKRIP WAWANCARA Hari/tanggal : Jum’at, 20 Maret 2015 Tempat : Kelurahan Kasemen, Kecamatan Kasemen 1. Penulis : Assalamualaikum bu Jawab : Waalaikumsalam.. 2. Penulis : Boleh saya minta waktunya sebentar mau ngobrol? Jawab : Oh boleh 3. Penulis : Saya Arief dari Untirta saya lagi penelitian skripsi bu.. topicnya tentang KB-Baru bu.. Jawab : Oh ia 4. Penulis : Nama ibu siapa ya ? umurnya berapa bu ? ibu menggunakan alat kontrasepsi apa? Jawab : Nama saya Apong Fatimah, umur 64 tahun, kalo sekarang menggunakan MOW. Sebelumnya saya sudah mencoba beberapa alat kontrasepsi, Cuma yang cocok itu MOW. 5. Penulis : Kenapa ibu menggunakan alat kontrasepsi KB MOW dibanding alat kontrasepsi lain? Jawab : Saya sudah mencoba beberapa alat kontrasepsi diantaranya Implant dan Suntik. Dikarenakan agak kurang nyaman dan harus melakukan cek setiap beberapa bulan saya memutuskan untuk melakukan MOW. Alasan saya ingin melakukan MOW karena anjuran dari Pos KB dan bidan karena umum yang tergolong sudah tua. Efek dari MOW yang saya rasakan cukup baik untuk badan dan saya nyaman menggunakan MOW. Dalam pemasangan MOW saya di gratiskan karena menggunakan BPJS. Saya memutuskan menggunakan MOW karena saya pun sudah meliki 4 anak. 6. Penulis : Kapan Ibu menggunakan alat kontrasepsi KB MOW? Jawab : Sudah hampir beberapa bulan hampir setahun. 7. Penulis : Adakah anjuran atau bahkan keluhan orang sekitar ketika ibu menggunakan alat kontrasepsi KB? Jawab : Keinginan saya sendiri untuk menggunakan MOW. 8. Penulis : Apakah anda mengenal sosok seorang Penyuluh KB (PKB) Kecamatan Kasemen? Jawab : Saya tidak mengenal sosok seorang penyuluh KB, saya hanya mengenal ibu Rumsiah (Post KB) 9. Penulis : Dalam hal penyuluhan menurut PKB sering dilakukan di posyandu apakah ibu sering atau rutin datang ke posyandu ? Jawab : Saya sering mengikuti kegiatan posyandu tapi kurang mengetahui PKB itu siapa. 134 10. Penulis : Seberapa sering PKB melakukan kunjungan door to door? Jawab : Saya kurang tahu. Karena kalo ada apa-apa saya langsung ke Post KB 11. Penulis : Untuk pandangan mengenai KB haram di Kecamatan Kasemen, menurut informasi sebelumnya yang saya dapat ada beberapa orang yang kurang mendukung program KB di Kecamatan Kasemen contohnya beberapa tokoh masyarakat yang lebih mengutamakan aspek keagamaan. Apakah ibu terpengaruh dengan isu tersebut? Jawab : Saya kurang tahu isu-isu tersebut. Yang penting saya hidup dengan tenang dan nyaman keluarganya. 135 LAMPIRAN 22 BIODATA INFORMAN PENDUKUNG 1. Nama Informan : Neneng Hartini 2. Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 12 September 1988 3. Usia Informan : 27 Tahun 4. Agama : Islam 5. Status : KB-Baru IUD 6. Alamat : Kelurahan Kasemen 136 LAMPIRAN 23 TRANSKRIP WAWANCARA Hari/tanggal : Jum’at, 20 Maret 2015 Tempat : Kelurahan Kasemen, Kecamatan Kasemen 1. Penulis : Assalamualaikum bu selamat siang Jawab : Waalaikumsalam..ya mas 2. Penulis : Boleh saya minta waktunya sebentar saya ingin menanyakan beberapa hal? Jawab : Oh boleh mas siapa ya? Dan dari mana? 3. Penulis : Saya Arief dari Untirta saya lagi penelitian skripsi bu.. judulnya tentang KB-Baru bu.. Jawab : Oh ia 4. Penulis : Nama ibu siapa ya ? umurnya berapa bu ? ibu menggunakan alat kontrasepsi apa? Jawab : Nama saya Neneng Hartinim, umur 27 tahun, KB-Baru IUD 5. Penulis : Kenapa ibu menggunakan alat kontrasepsi KB IUD dibanding alat kontrasepsi lain? Jawab : Dikarenakan IUD tidak menimbulkan efek yang macam-macam seperti pusing dan efek hormonal seperti jerawat. Dan IUD memiliki jangka waktu yang panjang dalam penggunaannya. Saya baru memiliki 1 anak. Pemasangan IUD pun gratis karena saya menggunakan BPJS. 6. Penulis : Kapan Ibu menggunakan alat kontrasepsi KB IUD? Jawab : sudah 6 bulan menggunakan IUD 7. Penulis : Adakah anjuran atau bahkan keluhan orang sekitar ketika ibu menggunakan alat kontrasepsi KB? Jawab : Saya menggunakan IUD atas kemauan saya sendiri dan dukungan suami 8. Penulis : Apakah anda mengenal sosok seorang Penyuluh KB (PKB) Kecamatan Kasemen? Jawab : Saya kurang mengenal sosok seorang PKB. Yang saya tau dan jika mau konsultasi langsung ke Pos KB yaitu ibu rumsiah atau bidan. 9. Penulis : Dalam hal penyuluhan menurut PKB sering dilakukan di posyandu apakah ibu sering atau rutin datang ke posyandu ? Jawab : Saya sering ke posyandu untuk melakukan kontrol IUD dan mengikuti penyuluhan tetapi kurang begitu mengenal sosok seorang PKB. Saya biasanya melakukan kontrol ke bidan. 10. Penulis : Seberapa sering PKB melakukan kunjungan door to door? Jawab : Saya rasa engga pernah 11. Penulis : Untuk pandangan mengenai KB haram di Kecamatan Kasemen, menurut informasi sebelumnya yang saya dapat ada beberapa orang yang 137 kurang mendukung program KB di Kecamatan Kasemen contohnya beberapa tokoh masyarakat yang lebih mengutamakan aspek keagamaan. Apakah ibu terpengaruh dengan isu tersebut? Jawab : Memang ada beberapa orang bahkan tokoh agama yang contra terhadap program KB. Akan tetapi saya tetap mendukung porgram tersebut dikarenakan melihat dari beberapa aspek dan ekonomi. 138 LAMPIRAN 24 BIODATA INFORMAN PENDUKUNG 1. Nama Informan : Ustad Tarjo 2. Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 7 November 1977 3. Usia Informan : 37 Tahun 4. Agama : Islam 5. Status : Tokoh Agama 6. Alamat : Kelurahan Kasemen 139 LAMPIRAN 25 TRANSKRIP WAWANCARA Hari/tanggal : Jum’at, 20 Maret 2015 Tempat : Kelurahan Kasemen, Kecamatan Kasemen 28. Penulis : Assalamualaikum pak maaf mengganggu waktunya sebentar Jawab : Waalaikumsalam..ya dek 29. Penulis : Boleh saya minta waktu bapak sebentar? Jawab : Boleh ada apa ya dek ? 30. Penulis : Begini pak.. saya Arief dari Untirta sedang menjalani tugas skripsi, saya ingin menanyakan tentang beberapa informasi yang bapak tau mengenai program KB Jawab : Oh ia tentu, sialahkan duduk 31. Penulis : Bapak ustad namanya siapa ? umurnya berapa ? Jawab : Nama saya Tarjo. 37 Tahun. 32. Penulis : Langsung saja ya pak. bagaimana tanggapan bapak tentang program KB di Kecamatan Kasemen ? Jawab : Jika dilihat dari programnya, KB memiliki tujuan yang baik bagi masyarakat, misalnya banyak anak kan pasti pula banyak yang harus di penuhi kebutuhannya oleh anak tersebut nah disitu program KB berperan. 33. Penulis :Sebagai tokoh agama, bapak sebenarnya mendukung atau tidak prgram KB ? Jawab : Tentu saja saya mendukung program tersebut. 34. Penulis : Lalu bagaimana dengan keadaan program KB di Kecamatan Kasemen ? Jawab : Saya kurang begitu mengetahui mengenai keadaan program KB di Kasemen, yang saya tahu memang ada beberapa masyarakat yang masih teramat memegang teguh aspek keagamaan di banding aspek sosial. Makannya ada beberapa masyarakat yang menilai KB itu haram atau bertentangan dengan agama. Ditambah dengan mainset beberapa orang di kasemen anak adalah rezeki. 35. Penulis : Jadi bagaimana solusi menghadapi hal yang berhubungan dengan agama dan KB pak ? Jawab : Ya kembali kepada pribadi masyarakat masing-masing, namanya manusia pasti mempunyai pemikiran masing-masing atas hidupnya. Ada masyarakat yang kuat dan mendahulukan aspek agama dan ada pula masyarakat yang memilikirkan aspek sosial. 36. Penulis : Untuk bapak sendiri, bapak lebih mementingkan aspek sosial apa agama? 140 Jawab : Kalo saya ya pasti dua-duanya. Aspek agama dimana melaksanakan apa yang harus dijalankan dalam agama akan tetapi harus diimbangi pula dengan aspek sosial didalamnya. 37. Penulis : Apakah bapak mengenal sosok seorang penyuluh KB ? Jawab : Saya kurang tahu bahkan malah tidak tahu seorang PKB 38. Penulis : Ok pak mungkin beberapa informasi dari bapak sudah cukup untuk menambah data saya.. sebelumnya jika saya ada salah kata mohon maaf ya pak. Terimakasih banyak atas waktu yang sudah bapak sediakan untuk ngobrol dengan saya Jawab : oh ia dek sama-sama bapak juga senang membantu. 141 LAMPIRAN 26 KARTU BIMBINGAN SKRIPSI 142 143 LAMPIRAN 27 SURAT IZIN PENELITIAN 144 LAMPIRAN 28 SURAT PENERIMAAN PENELITIAN 145 LAMPIRAN 29 DOKUMENTASI Foto 1 : Wawancara Penyuluh KB Foto 3 : Wawancara Tokoh Agama Foto 2 : BPMPKB Kota Serang Foto 4 : Wawancara Akseptor 146 Foto 5 : Kegiatan Penyuluhan Posyandu (Bertempat di Rumah Pos KB) Foto 6 : Kegiatan Penyuluhan door to door di salah satu rumah warga 147 LAMPIRAN 30 DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. DATA PRIBADI Nama : Arief Rizki Tempat & Tanggal Lahir : Serang, 09 November 1991 Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat : Jln. Tb Suwandi. Gang Perintis 3. No 27 RT 03 RW 06. Ciracas,Serang Banten. Kode Pos 42116 E-Mail : [email protected] B. PENDIDIKAN 2010 – 2015 : Ilmu Komunikasi FISIP UNTIRTA 2006 – 2009 : SMA Negeri 1 Serang 2003 – 2006 : SMP Negeri 1 Serang 1997 – 2003 : SDN 11 Serang 1995 – 1997 : TK Kartika C. PENGALAMAN ORGANISASI 2010 – 2012 : GMNI Untirta 2010 – Sekarang : E-Gaming World Indonesia