Hubungan PKB dengan Perjanjian Kerja

advertisement
HUBUNGAN HUKUM
PERJANJANJIAN KERJA BERSAM (PKB)
Oleh
H. MOESTOPO, SE, SH, MH
Sifat Ketentuan-Ketentuan dalam PKB.
Ketentuan-ketentuan dalam PKB, ditinjau dari sifatnya dapat diklarifikasi
sebagai ketentuan yang bersifat obligatoir, normatif dan diagonal.
PEKERJA
SERIKAT PEKERJA
OBLIGATOIR
PENGUSAHA,
ORGANISASI
PENGUSSAHA
DIAGONAL
PEKERJA
PENGUSAHA
NORMATIP
1
HUBUNGAN KERJA :
UU 13 Tahun 2003
Pasal 50 Hubungan Kerja terjadi karena adanya perjanjian
kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh.
Pasal 56 Perjanjian Kerja dibuat untuk waktu tertentu atau
untuk waktu tidak tertentu
Pasal 64 Perusahaan dapat menyerahkan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui
perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa
pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis.
ALAS HAK Pekerja / Serikat Pekerja :
UU 21 Tahun 2000 Pasal 25
(1). SP/SB, Federasi dan Konfederasi SP/SB yang
telah
mempunyai nomor bukti pencatatan berhak :
- membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha.
(2). - Pelaksanaan hak-hak sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang
-undangan yang berlaku.
KUH PERDATA INDONESIA :
1313 Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang
atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang atau lebih.
1315 Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan
atau perjanjian selain untuk dirinya.
1317 Dapat pula diadakan perjanjian untuk kepentingan orang ketiga,
bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri atau suatu
pemberian kepada orang lain, mengandung syarat semacam itu
Siapapun yang telah menentukan suatu syarat, tidak boleh
menariknya kembali, jika pihak ketiga telah menyatakan akan
mempergunakan syarat itu.
KUH PERDATA INDONESIA :
1320 Sepakat, Cakap, Obyek, Suatu sebab yang tidak terlarang.
1321 Tiada suatu persetujuan pun mempunyai kekuatan jika
diberikan karena kekhilafan, atau diperoleh dengan paksaan atau
penipuan.
1340 Persetujuan hanya berlku antara pihak-pihak yang
membuatnya.
Persetujuan tidak dapat merugikan pihak ketiga; Persetujuan tidak
dapat memberikan keuntungan kepada pihak ketiga selain dalam
hal yang ditentukan dalam pasal 1317
Ketentuan PKB yang bersifat obligatoire:
Adalah ketentuan2 yg menciptakan hak dan kewajiban
serikat pekerja dan pengusaha sebagai pihak-pihak dalam
pembuatan PKB.
Beberapa ketentuan obligatoir yang dapat disebutkan disini
seperti :


2
pengakuan pengusaha akan eksistensi serikat pekerja, dan tidak
akan mengadakan penekanan pada fungsionaris serikat pekerja
serta tidak akan mencampuri kegiatan serikat pekerja.
Sebaliknya, serikat pekerja mengakui kewenangan pengusaha
dalam menjalankan fungsi manajemen, dan akan membantu
pengusaha dalam menegakkan disiplin para pekerja.
Ketentuan PKB yang bersifat normatif :
Adalah ketentuan-ketentuan yang merupakan
syarat-syarat kerja yang diberlakukan dalam suatu
perjanjian kerja antara seorang pekerja dengan
pengusaha.
Contoh :
mengenai jam kerja, upah, berbagai tunjangan,
serta hak kewajiban pekerja dan pengusaha
dalam hubungan kerja.
3
Ketentuan yang bersifat diagonal :
Adalah ketentuan2 yang mengatur hak-kewajiban
pihak anggota serikat pekerja dengan majikan
sebagai pihak dalam pembuatan PKB atau
sebaliknya, namun tidak beralih dalam perjanjian
kerja.
Contoh:
Hak dari seorang pekerja untuk mengikuti suatu
kegiatan, mewakili serikat pekerja dalam jam kerja.
4
Salah satu asas hukum dalam suatu perjanjian obligatoire :
Adalah asas ”kekuatan mengikat suatu perjanjian” yang
merupakan bagian dari asas ”akibat hukum dan perjanjian”.
Akibat hukum ini meliputi akibat hukum pada mereka yang
menjadi pihak dalam PKB dan pihak ketiga.




5
Pasal 1315 KUHPerdt. Menetapkan ”pada umumnya
seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau
perjanjian selain untuk dirinya sendiri”.
Sedangkan pasal 1340 KUHPerdt. Menetapkan ”perjanjian
hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya”.
Dalam pasal 1315 KUHPerdata Terkandung asas ’akibat
hukum terhadap pihak ketiga’
Dan pasal 1340 KUH Perdata mengandung asas ’kekuatan
mengikat dari suatu perjanjian’
Dalam literatur
Terdapat berbagai pandangan yang berbeda
tentang pengertian ”pihak ketiga”
Sebagai lawan dari pengertian ”pihak-pihak dalam Perjanjian”.
Ada yang berpendapat, dalam hal-hal tertentu ”pihak ketiga”
dipandang sebagai ”pihak dalam perjanjian”
6
Rutten : menggambarkan perluasan ini sebagai berikut :
Bahwa seseorang harus dipandang sebagai ”pihak
dalam perjanjian” jika padanya dibebankan tanggung
jawab untuk melakukan suatu perbuatan hukum (Rutten,
1982:278).
Lebih lanjut ia katakan, pihak ketiga adalah mereka yang
tidak merupakan pihak dalam pembuatan perjanjian, oleh
karena dia secara pribadi atau melalui seorang wakil
tidak dapat dipikirkan pendapat lain.
7
Sedangkan mengenai penerapan pasal 1340 B.W.
adalah lebih sederhana dalam hal, suatu perjanjian
mengikat pihak ketiga, harus dipandang sebagai
perkecualian dari pada untuk memperluas pengertian
”pihak dalam perjanjian” atau membatasi pengertian
”pihak ketiga”.
8
Salah satu perkecualian yang sangat ketat (rigoureuze
Urzondeing) terhadap asas ”akibat hukum terhadap pihak
ketiga”. Berkaitan dengan masalah perkecualian ini,
Bakels mengemukakan, bahwa pada asasnya PKB
merupakan suatu perjanjian kerja dengan cara yang tidak
dikenal dalam hukum perjanjian (Bakels, 1990:149)
9


9
Sebagai suatu perkecualian dalam hukum perdata,
karena serikat pekerja dan pengusaha atau organisasi
pengusaha, sebagai pihak-pihak yang mengadakan
perjanjian dalam bentuk PKB mengikat anggotaanggotanya dan dapat pula mengikat yang bukan
anggota.
Status keanggotaan seorang pekerja berpengaruh
terhadap keterkaitan yang bersangkutan pada PKB.
Keterikatan pekerja, sebagai anggota serikat pekerja,
pada PKB menurut van der Ven, adalah



10
De contractsluitende partijen, vooral aan werknemerszijde, waar
uitsluited vakverenigingen, dle rechtspersoonlijkheid bezitten, als
zodanig kunnen optreden, vormen een bovenindividuele
collectiviteit, die bevoegd zijn om contractsnomen op te stellen,
waaraan de leden,zelf niet contractspartij, in menig opzictht voor
het sluiten ven individuele arbeidsovereenkomst zijn gebonden
(Ven, 1985: 346).
Van der Ven :
Sebagaimana kutipan tersebut diatas, berpendapat bahwa Serikat
Pekerja sebagai suatu kolektifitas melebihi individu. Berwenang
untuk menetapkan norma-norma perjanjian kerja. Serikat pekerja
berwenang untuk menetapkan norma-norma perjanjian, yang
mengikat anggota-anggotanya dalam pembuatan perjanjian kerja,
walaupun anggota-anggotanya tidak menjadi pihak dalam
pembuatan PKB.



11
Bagaimana dengan pekerja yang tidak menjadi anggota
Serikat Pekerja, apakah mereka terikat pada PKB?
Memberlakukan syarat-syarat kerja yang diatur dalam
PKB dalam perjanjian kerja antara pengusaha dengan
pekerja yang bukan anggota serikat pekerja
menimbulkan permasalahan berkaitan dengan sifat
hukum (rechtskarakter).
PKB. Yaitu masalah kebebasan berkontrak dan
kewenangan organisasi serikat pekerja untuk mewakili
anggotanya pembuatan PKB.




12
Secara yuridis, pekerja yang bukan anggota serikat
pekerja, tidak terikat pada PKB yang berlaku dalam
perusahaan tersebut.
Van Zanten mengemukakan bahwa sifat hukum PKB
adalah suatu ”Iedencontract” (perjanjian anggota
organisasi).
Meyers, PKB tidak dimaksudkan untuk menetapkan
syarat-syarat kerja bagi anggota serikat pekerja saja,
tetapi untuk semua pekerja yang berada dalam
lingkungan berlakunya PKB.
Salah satu landasan hukum yang dapat digunakan,
menurut Hekkelman, adalah ”anggapan secara
diam-diam dimasukkan dalam perjanajian”
(Pasal 1347 KUH Perdata)
Hubungan PKB dengan Perjanjian Kerja

Berdasarkan ketentuan itu, perjanjian kerja yang
diadakan dalam suatu perusahaan yang telah memiliki
suatu PKB harus sesuai dengan PKB tersebut dengan
konsekuensi yuridis sbb:



13
Syarat-syarat kerja dalam suatu perjanjian kerja yang
bertentangan dengan syarat-syarat kerja yang diatur dalam
PKB, batal demi hukum, dan yang berlaku adalah syarat-syarat
kerja PKB.
Syarat-syarat kerja yang diatur dalam PKB tetapi tidak beralih
dalam suatu perjanjian kerja, maka syarat-syarat kerja PKB
berlaku secara otomatis bagi perjanjian kerja dimaksud.
Masa Berlaku


14
Saat berlakunya PKB dapat pada saat ditandatangani
oleh kedua belah pihak atau dapat pula pada tanggal
yang berbeda dengan tanggal penandatanganan PKB,
jika ditentukan demikian oleh para pihak dalam PKB.
Jangka waktu berlakunya PKB adalah 2 tahun dan dapat
diperpanjang untuk waktu paling lama 1 tahun.
Selamat Berdiskusi
Download