ISSN : 9772338781005 c13 c14 BUITU ABSTRAII IPe@mnuam TT'llrn-nrflalh Thhunam @[DV Peningkatan profesionalisme Dokter Menyongsong sistem Jaminan sosiar Nasional 2AM Hotel Grand Clarion, Makassar 23 - ZlAgustus 2013 ,0A Megesterol Acetate for treatment of Anorexia Cahexia Pati€nts Haerani Pasyid Aaghn Gin - Baqian llmu Pentakit Dalam Fakultas Kedokieran Universitas Hasanuddin Pendahuluan Cachexia Concensus Conference mendefinisikan kakheksia sebagai sindrom metabolik kompleks tang berhubungan dengan penyakit dasar dan ditandai oleh kehilangan otot dengan atau tanpa kehilangan massa lemak. Kakheksia merupakan kehilangan progresif otot skelet dan iaringan adiposa yang disertai fafgue dan kelemahan yang umumnya ditemukan pada berbagai penyakit termasuk kanker, AIDS, penyakit paru kronik (COPD), penyakit jantung kongestif (CHF) dan penyakit ginjal kronik. t/Vast ng pada pasien kakheksia disebabkan oleh berlcagai faKor, diantaranya anoreksia dan cepat kenyang, berkurangnya sintesis protein otot, peningkatan pemecahan protein otot, peningkatan lipolisis, dan peningkatan mediator inflamasi baik lokal maupun sistemik, meliputi sitokin inflamasi (seperti interleukin misalnya lL-6, lL-8, TNF o) (Gullett NP, 2010). Kakheksia berhubungan dengan peningkatan kematian dan morbiditas, diantaranya kelemahan otot skelet, gangguan kapasitas kerja otot dan peningkatan risiko infeksi. Pada tahun 2006 diperkirakan 5 juta orang mengalami kakheksia di Amerika Serikat akibat kanker dan penyebab lain. h6 ,' 2 Tabel 1. Kriteria diagnostik sindrom kakheksia (Evans WJ, 2008) fb$elf wsrtt flrogrhrttf&.Njs {BrF{d cf ff {ed tA' fn 12 rfrt$s ar lcis laFs ri;;"rd ;.c in the ;*'ed' ri""*ib'tttu ; *r pns{'ffe ot ldlddrtyrng illrp{s-. FLUS 1}t*$ d ste id.loxnq cntr.'ria: fJlff.l'*, i* iniir* 6rs ndex{r'o" Amsnul l$o&emrrtry i ln$e3se'J |flflarrnstofy frEfkefs cRP t t,,Anemrai.l?gi611 cl L0w Jerum dhf,ixn r- J.2Bldir a t.,c, t.4"t*- * ar*\"-t b+!m. repra:a.rr ..5.8 m€i tl. lL 6 . 4.C pg-',rntl"! S " Hp"frmcH d* Elfitrdl 1$ ot tirclntlingw ltF r-fi!fii3ui p}ft{ tnd.J€ tim:led 6'l ta pgtlFf,ts *4h etHE. Tl'e bc srftuded: suwsiirn, oalrfrorpt'cn. pftrnart deFrels€fl. h$€r'th/mrdsts flkt rg*'ret*ri iosc d misr-1" miss' T:ffi:lff -tn udrel wher" {€qht loJs td4n€{. be du{r!rs',t5 ;li'JfJSHS,*tr1#[H,r; d 8*d . E.0kg.lmr ts E{4titJ€{ri. Y.**,*,tsft'0{'}e*s'tbn: ff -:L*Jt*+*rntuf,.* toui*foft. lr,Getest$intrrlcalih€bogvei$t.rd: r,ebilrv totoFtiFtPE€{Esitr}. eamerni*nt'Iv .Totoluruai k&!or'-$het ,yF!yr'apFe{rte. "..*;;;d.s;t'*l''..;;;p*;;;';***.i.*t**";;L;;Ji;,o,uq*u*iq;;,,'"#*i.',+".uili,ot**., bt GelA fa*irf b/t bAA in lerrstps arld 15 fl m$ps ! 5 .43 J. Patogenesis kakheksia Berbagai penelitian ilmiah menunjukkan keterlibatan reaksi inflamasi baik lokal maupun sastemik sebagai dasar terjadinya kakheksia. Pada level molekuler, sitokin proinflamasi termasuk interleukin 1,2, dan 6, interferon y dan TNF q terlibat dalam mengawali kaskade interaksi protein yang pada akhimya mengakibatkan anoreksia dan proses katabolik seperti proteolisis otot dan lipolisis. (Gullett NP, 2011). Perubahan metabolik yang ditemukan pada kakheksia lebih mirip dengan infeksi daripada starvasi dan bersifat multifaktorial dan kompleks. Pada kakheksia peningkatan katabolisme protein otot menyebabkan kehilangan massa otot. Jalur proteolitik yang tergantung ubiquitin ATP adalah kontributor terbesar terjadinya proteolisis pada kakheksia. Jalur proteolitik lain seperti katepsin lisosomal dan aktivitas jalur kalsium/kalpain juga terlibat. Peningkatan aktivitas proteolitik intraseluler biasanya bermanifestasi sebagai kehilangan berat badan. Proteolisis mungkin telah terjadi jauh sebelum munculnya manifestasi klinis. Sintesis protein dapat meningkat atau tidak berubah. Kehilangan jaringan adiposa terjadi akibat lipolisis. Proses ini didorong oleh Lipid Mobilising Factor (LMF) yang memiliki efek lipolitik langsung dan menyebabkan sensitisasi adiposit terhadap stimulus lipolisis serta meningkatkan ekspresi kakheksia (Donohoe CL, 2011). Sitokin menduduki peran sentral dalam patogenesis kakheksia. Sitokin diproduksi oleh sel inflamasi yang mempunyaifungsi sebagai mediator interseluler 3 parakrin- lnflamasi sistemik yang dimediasi melalui trauma sel atau aktivasi sistem imun memicu respon inflamasi akut. Sitokin berperan penting dalam imunomodulasi dan terkait dengan anoreksia, penurunan berat badan, disfungsi kognitif, anemia dan kelemahan. (Morley JE, 2006). Mediator lain yang juga berperan pada sindrom kakheksia adalah testosteron, insulin-like growth fador I (lGF 1), myostatin dan hormon adrenal. Kadar testosteron menurun pada penuaan dan penyakit. Testosteron menstimulasi myoblas dan meningkatkan sel satelit yang akan memicu sintesis protein dan secara efisien memperlcaiki kerusakan otot. Testosteron juga menghambat pelepasan sitokin pro inflamasi dari makrofag (seperti TNF a, lLl dan lL 6) dan mensitmulasi produksi lL'l0 yang merupakan sitokin anti inflamasi. Selain itu, kadar testosteron yang rendah terkait dengan peningkatan kadar leptin sirkulasi. Leptin berifat anoreksik. Kadar IGF 1 menurun pada pasien malnutrisi. IGF 1 meningkatkan sintesis protein otot. Myostatin adalah hormon yang diproduksi otot yang menekan perkembangan otot dengan menghambat proliferasi myoblas. Tikus transgenik dengan gen myostatin mengalami perkembangan sindrom seperti kakheksia dengan manifestasi wasting bent. Namun hal ini belum diidentifikasi oada manusia. Glukokortikoid menekan ambilan glukosa dan asam amino dengan menghambat transporter seluler. Glukokortikoid meningkatkan regulasi mRNA dan sintesis komponen sistem ubiquitin - proteasom di otot. Glukokortikoid juga menghambat sintesis protein dan memicu glukoneogenesis yang berkontribusi terhadap myopati akibat steroid dan mengganggu toleransi glukosa. Peningkatan glukokortikoid pada pasien kakheksia berkontribusi terhadap proteolisis dan gangguan sintesis proteln yang terus menerus (Morley JE, 2006). Pemahaman tentang mekanisme fisiologik terhadap regulasi nafsu makan semakin meningkat. Terdapat dua set neuron dalam nukleus arkuata hipotalamus yang terlibat : sistem melanokortin dan neuropeptida Y. Neuropeptida Y sendiri dapat menstimulasi nafsu makan secara langsung atau melalui pelepasan protein oreksigenik. Berbagai intervensi telah dilakukan untuk mengatasi keadaan diantaranya : (Gullett NP, 2010) a. Faktor pertumbuhan (Growth Hormone) ini, 4 b. Peptida oreksigenik (ghrelin dan ghrelin agonist) c. Steroid anabolik (testosteron, oksandrolon dan derivatnya, megestrol asetatl Peran Megesterol Asetat pada kakhexia Megestrol asetat merupakan agen progestogen sintetik. Mekanisme biologik aKivitas anti tumomya belum sepenuhnya dipahami, kemungkinan bekerja pada sel tumor yang tergantung hormon. Efek inhibisi pertumbuhan siklus seluler terutama pada pembelahan sel fase G1. MA pertama kali disintesis di Inggris padatahun 1963. Pada awalnya dikembangkan sebagai kontrasepsi oral, dan pertama kali diuji sebagai terapi kanker payudara pada tahun 1967 dan selanjutnya digunakan sebagai terapi kanker endometrium. Sejak September '1993 MA disetujui oleh Food Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat sebagai terapi anoreksia, kakheksia, atau penurunan berat badan yang tidak dapat duelaskan pada pasien AIDS (Berenstein EG, 2004). Berbagai penelitian pada manusia menunjukkan bahwa dosis megestrol yang bervariasi menstimulasi nafsu makan dan meningkatkan berat badan dan obat ini telah digunakan secara rutin pada pasien kanker untuk tujuan ini. Pada tahun 2005, Cochrane Database mereview 30 penelitian uji klinik untuk mengevaluasi efikasi, efeKivitas dan keamanan penggunaan MA pada pasien sindrom anoreksia-kakheksia dengan kanker, AIDS, dan penyakit lain. Untuk semua pasien, meta analisis menunjukkan bahwa MA bermanfaat terhadap perbaikan nafsu makan dan peningkatan berat badan pasien kanker (Gullett NP, 201O). Mekanisme kerja yang tepat masih belum jelas namun penelitian eksperimental pada hewan coba menunjukkan bahwa efektivitas MA mungkin dimediasi melalui neuropeptida Y, yang merupakan pusat stimulasi nafsu makan. Selain itu mekanisme MA juga melibatkan kanal kalsium di hipotalamus ventromedia yang merupakan pusat kenyang. Makan yang diinduksi NPY tergantung pada kadar glukortikoid dalam sirkulasi. MA mempunyai aKivitas glukortikoid dan progestogenik. Selain itu pola makan pada perempuan dipengaruhi oleh siklus menstruasi dimana asupan makanan paling tinggi selama fase luteal post ovulasi saat kadar progesteron paling tinggi (Golebiewska JE, 2012). Beberapa penelitian pada manusia menunjukkan dosis MA yang bervariasi ) sebagai stimulan nafsu makan dan peningkatan berat badan (Gullett NP, 2011). MA telah terbukti memperbaiki nafsu makan, asupan kalori dan status gizi pada berbagai uji klinik. MA iuga menurunkan produksi serotonin dan sitokin (lL 1, lL 6 dan TNF o) in vitro melalui sel mononuklear perifer pada pasien kanker. Sitokin ini terlibat dalam anoreksia terkait kondisi katabolik. Uji klinik pada pasien AIDS menunjukkan bahwa MA juga meningkatkan lean body mass. Scmoll dkk melaporkan bahwa MA dosis tinggi pada pasien kakheksia kanker memberikan efek positif tidak hanya pada lemak namun juga pada LBM. Data tersebut menunjukkan bahwa MA tidak hanya memperbaiki nafsu makan dan berat badan namun juga berefek terhadap massa otot dan penampilan melalui pengaruh positif terhadap tumover protein otot. Penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa penambahan berat badan yang terjadi pada mencit akibat penambahan air dan massa lemak. Burquets S dkk yang memberikan MA 100 mg/kg pada tikus kakheksia yang diinduksi tumor membuktikan bahwa terjadi peningkatan asupan makanan tanpa mempengaruhi perkembangan tumor. Peningkatan asupan tersebut berhubungan dengan perbaikan berat badan. Hal ini terkait dengan kontribusi MA terhadap pemeliharaan massa otot akibat perubahan ekspresi gen pada komponen utama proteolitik otot. Kehilangan massa otot pada kanker terkait dengan aKivasi proteolisis. Sistem proteolitik melibatkan sistem obiquitin - proteasom. MA secara nyata menurunkan kandungan mRNA. Penurunan ini juga terjadi pada sistem - dependent dan proteolitik lisosomal. Sehingga disimpulkan bahwa selain efeknya terhadap air atau lemak MA juga berefek terhadap LBM (Burquets calcium s,2010). Yeh dkk melaporkan bahwa sebagian besar pasien mengalami perbaikan nafsu makan dalam 6 minggu dengan terapi MA, meskipun peningkatan berat badan belum signifikan pada saat itu. Pemberian selama 12 minggu mungkln cukup untuk memperbaiki nafsu makan dan meningkatkan berat badan. Dalam 6 bulan MA meningkatkan berat badan secara signifikan. Sebagian besar pasien mengalami peningkatan berat badan, dan peningkatan ini cenderung dalam bentuk lemak. Dulloo dkk menemukan bahwa pengisian kembali cadangan lemak merupakan kejadian awal yang mengikuti pemberian makanan pada subyek semi b starvasi dan melaporkan bahwa hal ini dapat digeneralisasikan sebagai pemulihan dari refeeding setelah penurunan berat badan. Mereka menganggap bahwa keistimewaan oenambahan lemak adalah mengurangi termogenesis dan pembagian energi selama pemulihan dari starvasi. Penambahan massa lemak berhubungan dengan massa lemak sebelum starvasi (pasien dengan sebelumnya memiliki massa lemak yang lebih tinggi akan mengalami penambahan lemak lebih banyak selama pemulihan). Penambahan lemak dapat merupakan langkah awal oemulihan dari kakheksia-starvasi. Tidak ada pasien dalam penelitian ini yang mengalami peningkatan lemak yang dapat membuat merekan menjadi obes atau melebihi massa lemak kisaran normal. Berbagai oenelitian melaporkan bahwa latihan daya tahan menyebabkan peningkatan massa tubuh tanpa lemak dan menghasilkan perbaikan fungsional yang lebih baik. Lambert dkk melaporkan bahwa selain peningkatan berat badan yang signifikan MA juga memiliki efek anti anabolik terhadap ukuran otot. Latihan daya tahan mengurangi efek ini. Jika MA dikombinasikan dengan testosteron dan latihan daya tahan, latihan akan berefek anabolik terhadap massa otot (Yeh SS, 2006). Dosis Sebuah penelitian multisenter, randomisasi, buta ganda dan kontrol plasebo membandingkan MA pada dosis '100 mg, 400 mg' dan 800 mg per hari versus plasebo pada pasien IDS dengan anoreksia/kakheksia dengan penurunan berat badan yang signifikan. Peningkatan berat badan dari baseline sampai akhir minggu 12 adalah 3,5 kg pada dosis 800 mg' 1,9 kg pada dosis 400 mg, 0'86 kg pada dosis 'lOO mg dan penurunan berat badan pada plasebo (O'72k9). RINGKASAN 1. Kakheksia merupakan kehilangan progresif otot skelet dan jaringan adiposa yang disertai fatigue dan kelemahan yang umumnya ditemukan pada berbagai penyakit termasuk kanker, AIDS, penyakit paru kronik (COPD)' penyakit jantung kongestif (CHF) dan penyakit ginjal kronikWasting pada pasien kakheksia disebabkan oleh berlcagai faKor' diantaranya anoreksia dan peningkatan mediator inflamasi baik lokal maupun sistemik Megestrol asetat (MA) merupakan suatu steroid progestogen sintetik yang digunakan sebagai agen anti kanker oral pada kanker tergantung estrogen 7 dan telah terbuKi memperbaiki nafsu makan, asupan kalori dan status gizi pada berbagai uji klinik. Mekanisme perbaikan nafsu makan dan peningkatan berat badan diduga melalui neuropeptida Y dan penurunan produksi sitokin. DAFTAR PUSTAKA Becker KL. Principles and Practice of Endocrinology and Metabolism. Lippincott Williams & Wilkins. 2001 ' 1195. Berenstein EG, Ortiz Z. Megestrol Acetate for The Treatment of Anorexia Cachexia Syndrom (Protocol for A Cochrane Review). In : The Cochrane Library. lssue 4.2004. Chichester, UK: John Wiley & Sons, Ltd. Burquets S, Serpe R, Sirisi S, et.al. Megestrol Acetate : lts lmpact on Muscle Protein Metabolism Support lts Use in Cancer Cachexia. Clin Nutr. 2010 ; 29:733-7. Deschamps B, Musaji N, Gillespie JA. Food Effect on The Bioavailability of Two Distinct Formulations of Megestrol Acetate Oral Suspension. InterJ of Nanomedicine. 2009 ,4: 185 - 92. 8 Donohoe CL, Ryan AM, Reynolds JV. Cancer Cachexia : Mechanisms and Clinical lmplication. Gastroenterology Research and Practice. 201 1. Evans WJ, Morley JE, Argiles J, et.al. Cachexia : A New Definition. Clin Nutr. 2008 :27:793-9. Golebiewska JE, Lichodziejewska M, Wrona EA, et.al.lnfluence of Megestrol Acetate on Nutrition, Inflammation and Quality of Life in Dialysis Patients. lnt Urol Nephrol . 2O12 : 44 : 1211 - 22. Gullett NP, Hebbar G, Ziegler TR. Update on Clinical Trials of Growt Factors and Anabolic Steroids in Cachexia and Wasting. Am J Clin Nutr.2010;91 (suppl): 1143S-75. Gullett NP, Mazurak V, Hebbar G, et.al. Nutritional Interventions for CancerInduced Cachexia. Cun. Probl. Cancer. 2011 ; 35 (2): 58- 90. Morley JE, Thomas DR, Wilson MMG. Review Cachexia : Pathophysiology and Clinical Relevance. Am J of Clin Nutr. 2006 ; 83 : 735 - 43. Morton l, Hall JM. Concise Dictionary of Pharmacological Agents: Properties and Synonyms. Springer. 1999; 173. Yeh SS, Schuster MW. Megestrol Acetate in Cachexia and Anorexia. InterJ of Nanomedicine. 2006 ; 1 (4):411-6.