PERANAN ALELOKIMIA DALAM INTERAKSI TIGA JENJANG TROPIK : PEMANDU PARASITOID DAN ARTHROPODA PREDATOR DALAM MENEMUKAN INANG ATAU MANGSANYA 1 (THE ROLE OF ALLELOCHEMICALS IN THREE TROPHICS LEVEL INTERACTION: GUIDE PARASITOIDS AND PREDATORS ARTHROPOD IN FOUNDING THEIR HOSTS OR PREYS ) Retno Dyah Puspitarini (Jurnal MAPETA) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang 65145 Tilp. (0341) 575843, email : [email protected] Abstrak Tulisan ini merupakan hasil rangkuman beberapa hasil penelitian dan bertujuan untuk memberikan informasi tentang senyawa kimia yang berperan dalam interaksi tiga jenjang tropik, interaksi antara tanaman, serangga/tungau dan musuh alaminya (parasitoid predator). Dalam interaksi musuh alami- herbivora, segala aktivitas musuh alami didasarkan informasi dari jenjang tropik yang berbeda. D alam hal ini informasi kimia memegang peranan penting melalui senyawa volatil. Senyawa kimia yang terlibat dalam interaksi organisme pada jenjang tritropik adalah alelokimia. Semua keputusan dalam pencarian inang atau mangsa oleh parasitoid dan arthropoda predator sebagai musuh alami herbivora, dipengaruhi oleh volatil yang dikeluarkan oleh tanaman, juga dari herbivora (inang atau mangsa), dan dari alelokimia sebagai hasil interaksi herbivora dan tanaman inangnya. Dari berbagai volatil tersebut, volatil yang dihasilkan oleh interaksi herbivora dan tanaman inangnya adalah yang paling dapat dipercaya oleh musuh alami d an digunakan sebagai pemandu utama dalam menemukan keberadaan serangga/tungau inang atau mangsanya. Kata kunci: alelokimia, interaksi tiga jenjang tropik, parasitoid, predator, serangga, tungau The objective of this paper is to give information about chemical substances that involved in threetrophic level interactions, interaction between plant, insect/mite and their natural enemies (parasitoids predators). In natural enemies-herbivores interaction, all of natural enemies activities in founding herbivores are based on different level trophic information. In this case chemical informations play important role through volatile substances. Chemical subtances that involved in organism interactions in three trophic levels are allelochemicals. All of decisions in founding hosts or preys by parasitoids and arthropoda predators are influenced by plant volatiles, herbivora volatiles and allelochemical as interaction results between herbivore s and their host plants as well. From those some volatiles, volatiles that produced by interaction between herbivores and their host plants are volatile that reliable by narural enemies and used in founding herbivores. Key factors: alelochemical, insect, mite, parasitoid,predator, threetropics level interaction Pendahuluan Interaksi tiga jenjang tropik antara tanaman, herbivora dan musuh alaminya (parasitoid dan predator) sangatlah kompleks dan melibatkan senyawa Abstract The material of this paper was obtained from several research results . senyawa kimia yang dihasilkan tidak hanya oleh tanaman tetapi juga 2 herbivora. Sebagai organisme penyusun jenjang tropik ketiga, perilaku dan Parasitoid dihadapkan dan pada predator berbagai yang senyawa fisiologi musuh alami dipengaruhi oleh kimia untuk menemukan hebivora inang elemen dari jenjang tropik lainnya yaitu atau mangsanya, mempunyai strategi inang atau mangsa (jenjang tropik untuk menentukan secara pasti posisi kedua) dan atau tanaman pakan inang herbivora. Tulisan ini bertujuan untuk atau tropik menguraikan senyawa-senyawa kimia interaksi yang dihadapi parasitoid dan predator s ecara dalam pencarian inang atau mangsanya pemahaman dan menetapkan senyawa kimia tertentu pada konteks tiga jenjang tropik (Price et sebagai pemandu utama dalam upaya al. 1980). menemukan posisi herbivora inang atau mangsanya pertama). ketiga Untuk (jenjang mengerti organisme keseluruhan, tersebut diperlukan Segala aktivitas musuh alami mangsanya. dalam pencarian herbivora dan herbivora dalam pencarian tanaman inang, didasarkan informasi dari jenjang tropik yang berbeda, dan dal am hal ini informasi kimia memegang peranan penting melalui senyawa volatil. Senyawa kimia yang terlibat dalam interaksi organisme pada tiga jenjang tropik adalah volatil alelokimia. tanaman Senyawa mempengaruhi herbivora dalam menentukan tanaman inangnya. Semua keputusan dalam pencarian inang atau mangsa oleh parasitoid sebagai dan arthropoda musuh alami dipengaruhi oleh predator herbivora, volatil yang dikeluarkan oleh tanaman, juga dari herbivora (inang atau mangsa) , dan dari alelokimia sebagai hasil Bahan dan Metode int eraksi herbivora dan tanaman inangnya (Price et al. 1980, Vet dan Dicke 1992). Tulisan ini merupakan rangkuman dari beberapa jurnal dan buku tentang senyawa kimia pada interaksi tiga jenjang tropik yang berperan dalam memandu parasitoid dan predator dalam menemukan inang atau mangsanya. Perangkuman bahan-bahan tulisan dilakukan selama dua bulan yaitu bulan Mei sampai Juni 2009. Para peneliti menggunakan bahan metode sebagai berikut. Tanaman inang serangga dan tungau hama yang akan diuji diperbanyak di rumah kaca. Untuk mendapatkan sumber bau yang berbeda, yang adalah komponen kompleks dari inang-tanaman (KIT), salah satunya adalah menggunakan metode yang dikembangkan oleh Steinberg et al. (1993) yang dimodifikasi. Tanaman tersebut diinfestasi dengan 25 -30 larva 3 atau nimfa. Larva atau nimfa tersebar diujikan. Ujung tabung Y yang tersisa merata pada semua daun dan dibiarkan digunakan untuk menempatkan seran gga makan selama 24 jam juga produk atau tungau predator. mereka yaitu feses dan sutera. Tanaman tunggau predator akan menuju salah satu yang diserang atau kerusakan akibat cabang tabung yang terdapat tanaman serangan herbivor (KH) adalah tanaman dengan bau yang disukainya. Serangga atau KIT yang larva, feses, dan sutera pada tanaman tersebut disingki rkan. Tanaman dengan kerusakan didapatkan sehingga dengan daun buatan (KB) menusuk daun berlubang dengan diameter 2 mm sebanyak 9 lubang dan terbagi menjadi 3 kelompok. Tanaman KB dipersiapkan 24 jam sebelum uji. Tanaman ini dipersiapkan 24 jam sebelum uji, agar waktu memproduksi volatil sama dengan tanaman KIT dan KH. Sebagai kontrol digunakan tanaman yang tidak terserang (TT). Uji pilihan daun yang diperlakukan, dilakukan dalam alat lorong angin (wind tunnel) yang dikhususkan untuk serangga yang terbang (parasitoid). Kombinasi berikut digunakan dalam perlakuan ini. Daun dengan kerusakan buatan (KB) diujikan dengan dua pilihan alternatif: TT dan KIT. KH diujikan secara bersama dengan TT, KB atau KIT. Sebagai uji tambahan, daun dari KIT diuji bersama TT atau KIT. Untuk uji binatang yang tidak bersayap (serangga atau tungau) digunakan tabung olfaktometer Y. Pada kedua cabang tabung olfactometer Y ditempatkan 2 kombinasi daun yang Informasi kimia dalam interaksi tiga jenjang tropik Dalam hubungan tiga jenjang tropik, senyawa kimia meme gang peranan penting dalam interaksi antar organisme. Beberapa senyawa kimia ada yang menguntungkan (sebagai contoh adalah nutrisi) atau merugikan (sebagai racun) suatu organisme. Senyawa lainnya menguntungkan atau merugikan dengan cara tidak langsung mela lui tanggap perilaku. Senyawa kimia demikian disebut sebagai semiokimia (semiochemical) (Nordlund dan Lewis dalam Dicke dan Sabelis 1988). Namun Dicke dan Sabelis (1988) mengemukakan bahwa bila senyawa kimia tidak terkait dengan nutrisi atau toksin tetapi berperan dalam memberikan informasi pada interaksi antara dua individu atau kimia y ang terlibat dalam interaksi antara organisme digolongkan ke dalam infokimia (infochemical). Selanjutnya menyatakan bahwa mereka infokimia merupakan subkategori dari semioki mia. Peranan kimia terdapat dalam interaksi tanaman dan herbivora, arthropoda 4 fitofag dengan parasitoid dan arthropoda Alelokimia ditemukan dalam predator. Lebih jauh infokimia juga interaksi antara vertebrata, invertebrata, sebagai media interaksi tiga jenjang dan mikroorganisme baik pada jenjang tropik tropik yang sama atau pada jenjang lain parasitoid yaitu dan tanaman arthropoda dengan predator (Dicke dan Sabelis 1988). Infokimia terbagi menjadi dua tropik yang berbeda. Senyawa ini berperan dalam berbagai aktivitas perilaku atau tanggap fisiologi kelompok utama yaitu feromon yang diantaranya berperan dalam interaksi intraspesifik (inang atau mangsa), tempat oviposisi, Infokimia (Infochemicals) mencari makan Alelokimia (Alelochemics ) Kairomon (Kairomones) Feromon (Pheromones) adalah Sinomon (Synomones) Alomon (Allomones) Gambar 1. Struktur terminologi infokimia (Dicke dan Sabelis 1988) [Picture 1. Infochemical terminology structure (Dicke and Sabelis 1988)] dan alelokimia interspesifik. untuk i nteraksi Masing-masing dari lokasi kopulasi atau menentukan area sumberdaya (Dicke dan Sabelis 1988). kelompok ini terbagi lagi, alelokimia Untuk mengerti tekanan seleksi terdiri dari alomon, kairomon, sinomon, suatu organisme, sebagai suatu hasil dari tergantung dari interaksi alelokimia, setiap jenjang pada didapatkan apakah keuntungan oleh yang pelepas tiga jenjang tropik perlu mendapat (alomon), penerima (kairomon) atau perhatian yang mendalam. Artinya untuk keduanya (sinomon) diuntungkan dalam melihat interaksi. Feromon merupakan infokimia herbivora dan musuh alaminya (predator yang berperan dalam interaksi antara dan parasitoid) perlu melibatkan paling organisme dalam spesies yang sama. tidak jenjang tropik yang pertama yaitu Sebagai contoh adalah feromon kelamin tanaman (Dicke dan Sabelis 1988). yang dikeluarkan oleh serangga betina Demikian untuk menarik serangga jantan dalam interaksi spesies yang sama. dilengkapi dengan jenjang tropik ketiga interaksi pula alelokimia dalam serangga antara mempelajari tanaman harus sebagai bagian dari pertahanan tanaman 5 terhadap Suatu ekologi (ecological resistance) pada pendekatan yang menyeluruh untuk tanaman. Intrinsic defense mempunyai mengerti serangga -tanaman pengaruh positif atau negatif terhadap didasarkan paling tidak pada tiga jenjang jenjang tropik ketiga. Interaksi yang tropik, yaitu tanaman, herbivora dan mungkin terjadi pada ketiga jenjang musuh alami herbivora. Interaksi antara tropik tersebut adalah 1) synomone serangga-tanaman tidak bisa dipahami mediated interaction (senyawa kimia secara jelas tanpa mengetahui bagaimana yang dilepas oleh satu spesies yang serangga yang memakan inang yang menyebabkan reaksi terhadap spesies bervariasi tentu akan mempengaruhi lainnya yang menguntungkan keduanya musuh alaminya. Interaksi ketiganya 2) chemically mediated interaction yang merupakan melibatkan faktor nutrisi dan faktor karena serangan serangga. interaksi interaksi melibatkan penyerangan yang dinamis pertahanan (defense dan dan resistensi dan 3) physically mediated offense). interaction yang melibatkan struktur Selain adanya bahan kimia, adanya musuh alami menguntungkan herbivora akan kebugaran ( fitness) tanaman (Price 1980). Bahkan terdapat bukti-bukti bahwa tanaman turut berperan dalam membantu parasitoid maupun predator dalam menemukan inang atau mangsanya melalui isyarat isyarat kimia yang dikeluarkannya, sebagai bagian dari pertahanan dirinya menghadapi herbivora (Dicke 1996 dalam Takabayashi 1998). Tanaman dapat mempertahankan dirinya melalui intrinsic defense, yaitu tanaman sendiri memproduksi pertahanan biosintesis fitokimia dan tanaman dan arsitektur tanaman. melalui extrinsic defense yaitu tanaman mendapatkan keuntungan dari musuh alami yang memangsa herbivora. Kombinasi kedua pendekatan ini tampak sebagai resistensi Masalah Reliability dan Detectability pada Parasitoid dan Arthropoda Predator Dalam pencarian lokasi korbannya, musuh alami herbivora dihadapkan pada situasi kimia yang sangat kompleks. Baik tanaman maupun herbivora mengeluarkan senyawa kimia berupa bau (odors) dan hal ini merupakan informasi yang potensial bagi musuh alami. Kesesuaian dan kegunaan informasi sangat tergantung dari dua faktor yaitu 1) reliability yang mengindikasikan kehadiran herbivora, accessibility dan suitability dan 2) derajat stimuli yang dapat dideteksi. Dianggap bahwa pengguna an informasi oleh musuh alami yang dapat dipercaya dan mudah untuk dideteksi akan 6 meningkatkan efisiensi penca rian inang kompleks, dan jika memproduksi bau atau mangsanya (Vet dan Dicke 1992). (odors), Hipotesis Vet dan Dicke (1992), bahwa musuh alami herbiv ora jumlahnya sangat sedikit. Kedua, herbivora selalu berperilaku untuk menyamarkan diri atau dihadapkan pada masalah reliability dan bersembunyi dari seleksi yang kontinyu detectability selama pencarian inang atau dari mangsa (foraging). Isyarat-isyarat dari merupakan herbivora sebagian besar dapat dipercaya menyelamatkan (high reliability) dalam mengindikasikan predasi. Minimisasi dari odor yang adanya herbivora, jenis spesies, berapa dikeluarkan adalah satu cara untuk banyak mencapai tujuan di atas. Sebaliknya, mereka, apakah herbivora parasitoid dan suatu atau predator, upaya dari parasitasi synomone apakah tersembunyi. tanaman secara alamiah lebih dapat Parasitoid yang inangnya harus tetap terdeteksi pada suatu jarak tertentu bertumbuh, dan predator yang mencari disebabkan oleh biomassa tanaman yang tempat oviposisi, juga perlu mengetahui besar, tetapi kurang dapat dipercaya apakah tanaman inang sebagai pakan dalam inang atau mangsanya sesuai untuk herbivora (low reliability with high perkembangan detectability). atau keturunannya. Isyarat Musuh berevolusi acuan mengkombinasikan feromon, musuh suatu alami bentuk melalui komunikasi informasi dikeluarkan mengindikasikan kimia dari herbivora patut pula dijadikan oleh yang atau terparasit atau sudah dimakan, dan terpapar volatil untuk adanya alami untuk yang harus bisa karakteristik mnguntungkan dari intraspesifik pada herbivora. Isyarat ini kedua jenjang tropik tersebut. Musuh seringkali lebih banyak menarik musuh alami mungkin akan mengatasi masalah alami yang mengeksploitasi feromon reliability dan detectability melalui tiga sebagai kairomon. cara yaitu 1). parasitoid dan predator Penggunaan rangsangan yang akan melakukan pemilihan kembali dikeluarkan herbivora seringkali terbatas alelokimia yang lebih nyata dari stadia dan herbivora tertentu, yang berbeda dari kurang dapat dideteksi detectability) oleh musuh ( low alami, alelokimia yang dikeluarkan khususnya pada jarak yang jauh (Turling herbivora et al. 1990). Hal ini disebabkan pertama (pembelokan alelokimia), 2) karena herbivora adalah komponen yang memusatkan tanggapannya pada kecil stimulus yang dikeluarkan oleh interaksi dari suatu lingkungan yang yang oleh diserangnya 7 spesifik herbivora-tanaman pakannya solusi yang lain yaitu memilih kembali (herbivore-induced Dari informasi dari stadia lainnya atau belajar banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mendeteksi rangsangan (Vet dan diketahui Dicke 1992). synomone). bahwa, cenderung musuh alami memanfaatkan volatil tanaman yang diinduksi sebagai cara untuk memecahkan masalah reliabilitydetectability. Kerusakan oleh herbivora akan menginduksi suatu tanaman untuk mengeluarkan volatil spesifik yang disebut sebagai volatil tanaman yang diinduksi. Senyawa diinduksi, secara volatil yang kualitatif dan kuantitatif berbeda dari senyawa kimia yang dikeluarkan oleh tanaman yang tidak diserang herbivora maupun oleh tanaman dengan kerusakan buatan. Nilai yang spesifik dari senyawa volatil tanaman yang diinduksi lebih dapat dideteksi dan dipercaya oleh musuh alami sebagai indikasi adanya inang atau mangsa pada tanaman. Melalui senyawa spesifik yang dikategorikan sebagai sinomon yang diinduksi herbivora (herbivore-induced synomones) musuh alami mengatasi masalah reliability dan detectability dihadapi dalam pencarian korbannya (Vet dan Dicke 1992). Jika dibebaskan yang informasi ini kimia terbatas, yang misalnya disebabkan oleh life-style herbivora, atau tidak ada, misalnya karena herbivora pada stadia yang tidak makan, masalah reliability-detectability diatasi melalui Peranan Alelokimia Dalam Penemuan Inang Oleh Serangga Parasitoid Kesuksesan parasitasi oleh serangga parasitoid tergantung dari faktor-faktor yaitu penemuan habitat inang, penemuan inang, penerimaan inang dan kesesuaian inang. Serangga parasitoid menggunakan isyarat fisik dan berbagai kimia selama pencarian habitat inang dan Kesuksesan penemuan dari inangnya. pemilihan inang tergantung dari kemampuan menangkap berbagai isyarat melalui tanggap perilaku yang sesuai selama proses pencarian inang atau mangsa (Vet et al. 1990). Penemuan inang oleh parasitoid terdiri dari suatu seri perilaku yang dipengaruhi oleh informasi sekelilingnya. Rangsangan kimia adalah yang utama sebagai media yang tersedia bagi parasitoid. Senyawa-senyawa ini memegang peranan penting sebagai isyarat-isyarat selama tahap pencarian inang dan pemilihan inang (Lewis et al. 1990). Senyawa kimia berasal dari tanaman sendiri atau kimia yang dihasilkan tanaman yang diinduksi oleh adanya serangan herbivora (Dicke 1994). Parasitoid dalam pencarian inangnya dihadapkan pada reliability- 8 detectability selama pencarian inang atau jagung pakan inangnya yang tidak manga (foraging) (Vet dan Dicke 1992). terinfestasi, tetapi juga volatil dari bukan Untuk mengatasi masalah ini parasitoid tanaman pakan inang (mulberry, kidney memanfaatkan bean, senyawa yang dan bawang). Pada volatile dikeluarkan tanaman seba gai respon headspace dari tanaman jagung yang serangan terinfestasi, herbivora, yang menarik ditemukan (Z) -3-hexenol parasitoid. Senyawa synomone demikian dan merupakan alelokimia yang dilepas oleh umumnya dihasilkan spesies tanaman satu yang yang tidak terinfestasi. Dari kedua yang senyawa ini hanya (Z)-3-hexenol yang menguntungkan bagi spesies lainnya menarik parasitoid. Hal ini menunjukkan (parasitoid), satu bahwa parasitoid tertarik pada volatil bentuk pertahanan tanaman terhadap tanaman pakan inang dan tidak tertarik herbivora Sebagai pada tanaman bukan pakan inang. Lebih contoh aphid Brevicoryne brassicae lanjut hasil penelitian ini menunjukkan menggunakan sinigrin (mustard oil) dari bahwa banyak tanaman Crucifer sebagai isyarat untuk volatil dari menemukan tanaman inang. Demikian Heliothis juga parasitoidnya, Diatriella rapae, terdeteksi pada volatil tanaman yang menggunakan suatu kerabat mustard oil tidak terinfestasi. Kimia tanaman yang yaitu untuk diinduksi oleh herbivora di headspace menemukan tanaman dan ke mudian dari daun-daun jagung terinfestasi oleh memangsa aphid. Sebaliknya gossypol larva instar satu-tiga adalah sama, dan pada suatu varietas kapas yang resisten komposisinya 70% dari total volatile terhadap Heliothis spp. bisa menjadi headspace yang dikeluarkan. Jika daun - atraktan bagi parasitoid Heliothis yaitu daun jagung diinfestasi oleh larva instar Complotis sonorensis (Barbosa 1988). enam hanya sedikit ditemukan kimia spesies (tanaman) menyebabkan reaksi merupakan (Barbosa allyl salah 1998). isothiocyanate, Penelitian peranan senyawa (Z)-3-hexenyl ditemukan daun dan acetate yang senyawa yang senyawa terinfestasi ini tidak tanaman yang diinduksi herbivora, dan volatil dalam penemuan inang oleh jumlahnya parasitoid Heliothis, Cotesia kariyai meskipun area kerusakan oleh instar telah dilakukan oleh Takabayashi et al. enam lebih besar daripada instar satu (1998). menggunakan sampai tiga. Parasitoid ini menyukai olfactometer tabung Y, C. kariyai betina inang instar awal daripada instar akhir, menyukai tidak hanya vol atil tanaman yang mungkin telah diparasit oleh betina Dengan 15% dari total volatil, 9 konspesifik atau parasitoid pemencaran secara pasif di udara heterospesifik. Dalam situasi kompetitif, (eaerial pasive dispersal ), pencarian mencari patch mangsa, pencarian koloni mangsa inang merupakan muda suatu tampaknya bagi di dalam suatu patch, dan pencarian parasitoid. Takabayashi menyimpulkan mangsa dalam koloni. Tahap-tahap ini bahwa C. kairayi tanggap terhadap (Z)- berbeda dalam skala waktu secara 3-hexenol yang dapat dideteksi dari karakteristik sesuai dengan perubahan suatu kejauhan, tetapi tidak dipercaya lingkungan mangsanya. Senyawa volatil mengindikasikan kehadiran larva inang. tanaman maupun volatil yang diinduk si Solusi akibat utama keuntungan dalam menghadapi serangan herbivora berperan reliability-detectability problem adalah dalam membantu predator menemukan parasitoid memanfaatkan bentuk volatil mangsanya (Sabelis dan Dicke 1985 spesifik tanaman yang diindiksi oleh dalam Drukker et al. 2001). herbivora yang oleh Dari hasil penelitian diketahui tanaman sebagai terhadap bahwa tanaman mampu mengeksploitasi serangan ulat Heliothis. Karena volatil kemampuan kognitif herbivora yang ini tidak dihasilkan oleh tanaman yang menyerang tanaman untuk kepentingan tidak terinfestasi dan oleh kerusak an tanaman sendiri, khususnya jika hal ini buatan, volatil memungkinkan dirinya tumpang tindih dengan kepentingan sendiri membawa informasi kehadiran herbivora. Salah satu dari beberapa dan tahap perkembangan larva inang contoh dari hal ini adalah tanaman pada menarik tanaman dikeluarkan respon [isyarat yang dapat kedatangan predator untuk dideteksi dari suatu kejauhan dengan mengusir herbivora yang menyerang kenyataan (reliability) adanya inang]. tanaman. Hal ini memberikan kepast ian pada Tanaman mengeluarkan bau-bau parasitoid tentang adanya inang di (odors) yang diinduksi oleh herbivora tanaman dan memecahkan reliability- yang detectability dalam proses penemuan sebenarnya inang. kedatangan Peranan Alelokimia Dalam Penemuan Mangsa Oleh Arthropoda Predator Sama halnya dengan serangga mendapatkan keuntungan denga n cara parasitoid, athropoda predator harus melalui beberapa tahap untuk sampai pada inangnya yaitu take off, sedang makan adalah yang untuk predator. tujuan menarik Tanaman ini karena predator akan memangsa herbivora sehingga tanama n terhindar dari serangan herbivora. Bau ini terdiri dari campuran yang mungkin bervariasi 10 menurut spesies tanaman inang, bahkan Kesimpulan jika mereka menyerang spesies inang Hubungan antara tanaman - yang sama (Dicke et al. 1998 dan De serangga/tungau dan musuh alaminya Moraes 1998). sangat Kairomon diduga memberikan kompleks dan melibatkan senyawa-senyawa kimia sebagai alat informasi pada predator tentang adanya komunikasi. dan identitas mangsa, dan mungkin interaksi tiga jenjang tropik berasal dari mempengaruhi foraging, tanaman atau dari inang/mangsa dan dari seperti dimana mencari, berapa lama interaksi serangga - tanaman dikatakan mencari pada lokasi tertentu, mangsa sebagai infokimia. Infokimia merupakan mana kapan senyawa kimia yang tidak terkait dengan Tungau senyawa nutrisi atau racun dan hanya predator membedakan tanaman yang berperan sebagai media komunikasi inter terinfestasi herbivora tungau laba-laba dan dari tanaman yang tidak te rserang dari interaksi intraspesies adalah feromon, kairomon volatil (Sabelis dan van de dan alelokimia adalah senyawa kimi a Baan yang yang menyebar keputusan diterima, melalui 1983 dan udara. dalam Dicke 1988). Senyawa intraspesies. terlibat kimia dalam Infokimia dalam dalam komunikasi Kairomon ini rupanya merupakan suatu interspesies. Senyawa yang terdapat produk dari interaksi antara tan aman dan pada inang atau mangsa, khusus nya tungau laba-laba, bahkan setelah tungau senyawa yang diinduksi dari interaksi laba-laba disingkirkan inang/mangsa dari tanaman dengan yang terserang, tanaman tetap menarik merupakan tungau predator Phytoseilus. Sementara dideteksi dan dipercaya oleh parasitoid tungau laba-laba saja tanpa tanaman dan ternyata tidak menarik predator untuk mendeteksi lokasi inang/mangsan ya dan mendatangi tanaman. Senyawa volatil akhirnya tanaman lima bean yang terserang T. mangsanya urticae, tanaman dengan kerusakan buatan, maupun tanaman yang tidak terserang disajikan pada Tabel 1 (Dicke 1980). senyawa tanaman arthropoda yang predator menemukan inang dapat dalam atau 11 Tabel 1. Volatil yang dikoleksi dari tanaman lima bean yang tidak terserang, tanaman dengan kerusakan buatan, dan tanaman yang terserang T. urticae. (Table 1. Volatile that collected from lima bean plant that unattacked, artificial damaging plant, and attacked plant by T.urticae) Identifikasi dari (Identification from) 1. 2-.utanone + Tanaman dg kerusakan buatan (artificial damaging) + 2. 2-methyl-propan-l-ol + - - 3. I-butanol + - - 4. 3-pentanone + - - 5. 1-penten-3-ol + - - 6. Hexanal - + + 7. Tidak teridentifikasi + + - 8. 2-hexanal + + + 9. (Z)-3-hexen-1-ol + + - 10. (Z)-3-hexen-1-yl acetate + + - 11. 1-octen-3-ol + + + 12. (E)--octimene + - - 13. 4,8-dimethyl-1,3(E), 7-nonatriene + - - 14. Linalool + - - 15. (Z)-3-hexene-1-yl butyrate + + - 16. Methyl salicylate + - - 17. 4,8,12-trimethyl-1,3(E),7(E),11tridecatetraene + - - Nomor Senyawa yang teridentifikasi (number) (substances that identified) Keterangan : + terdapat ; Tanaman terserang (attacked plant) Tanaman tidak terserang (unattacked plant) + - tidak terdapat Daftar Pustaka Barbosa P dan Warten SD. 1998. Influence of plants invertebrate predators: implication to conservation biological control. H. 83-100. In Barbosa P. (ed). Conservation biological control. Academic press. Barbosa P dan Benray B. 1998. The influence of plants on insect parasitoids: implications for conservation biological control. H. 55 – 82. In barbosa P (ed). Conservation biological control. Academic press. De Moraes CM, Lewis WJ, Pare PW, Alborn HT, dan Tumlinson JH. 1998. Herbivore-infested plants selectively atrract parasitoids. Nature 393:570-573 Dicke M. 1988. Infochemicals in tritophic interaction. Origin and function in a system consisting of predatory mites, phytopagous mites and their host plants. Ph.D. disertation, Agricultural University, Wageningen, The Netherlands. Dicke M dan Sabelis MW. 1988. Infochemical terminology: should it be based on cost -benefit analysis rather than origin of compounds? Functional Ecol. 2:131-139. Dicke M, Sabelis MW, Takavabashi J, Bruin J dan Posthumus MA. 1990. Plant Strategies of manipulating predatore -prey interactions through allelochemicals: prospect for application in pest control. J. Chem. Ecol. 16:3091-3228 Dicke M dan Sabelis MW. 1992. Costs and benefits of chemical information convergence, proximate and ultimate factors. H. 122-125. In Roitberg BD & Isman MB (eds). Insect chemical ecology. An evolution approach. Dicke M. 1994. Local and systemic production of volatile herbivore induced terpenoid: their role in plant-carnivore mutualism. J. Plant Physiol. 143:465-472. Dicke M, Takabayashi J, Posthumus MA, Schutte C, & Krips OE. 1998. Plant-phytoseiidae interaction mediated by herbivore-induced plant volatiles: variation in production of cues and in response of predatory mites. Exp. Appl. Acarol. 22:311-334. Drukker B, Bruin J, Jacobs G, Kroon A, dan Sabelis M W. 2000. How predatory mites learn to cope variability in volatile plant signals in the environment of their herbivorous prey. Exp. App. Acarol. 24: 881-895 Flint HM, Salter SS, dan Walters S. 1979. Caryophelene: an attractant for the green lacewing. Environt. Entomol. 8:1123-1125 Lewis WJ dan Martin Jr. WR. 1990. Semiochemical for use with 12 parasitoids: status and future. J. Chem. Ecol. 16:3067-3089 Powell W, Pennacchio F, Poppy GM, dan Tremblay E. 1998. Strategies involve in the location of hosts by parasitoids Aphidius ervi Harlda (Hymenoptera:Braconidae:Aphid iinae). Biol. Control. 11:104 -112 Panda H dan Khush GS. 1975. Host plant resistance to insect. CAB International. IRRI. 431h Price PW, Bouton CE, Gross P, McPheron BA, Thompson JN, dan Weis AE. 1980. Interaction among three tropic levels: influence of plants on interaction between insect herbivore and natural enemies. Ann. Rev. Ecol. Syst. 11:41-65. Steinberg, S, M Dicke, LEM Vet. 1993. Relative importance of infochemicals from first and second trophic level in long – range host location by larva Cotesia glomeratta. Journal of chemical ecology 19: 47-59. Takabayashi J, Sato Y, Horikoshi M, Yamaoha R, dan Yano S. Plants effects on parasitoid foraging : difference between two tritrophic systems. Biol. Control 11: 97103. Turling TCJ, Tumlinson JH, dan Lewis WJ. 1990. Exploitation of herbivore-induced plant odors by host-seeking parasitic wasps. Science 250: 1251-1253 Vet LEM dan Dicke M. 1992. Eology of infochemical use by natural enemies in a tritrophic contex. Ann. Rev. Entomol. 37:141 -172.