BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Hasil Belajar Kimia Belajar adalah suatu proses, usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto 2008: 2). Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaktif aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Hasil belajar tidak hanya perubahan tingkah laku namun juga perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap Winkel (2009:59). Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis jenjang pendidikan. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan ini sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik pada saat berada di sekolah maupun dilingkungan keluarga”. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan rumit. Dikatakan demikian karena mengajar berkaitan dengan proses pengaturan dan pengorganisasian materi yang relevan dengan metode dan pendekatan pembelajaran yang kondusif dan dapat memudahkan siswa untuk memahami dan mengerti makna materi yang disajikan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Umar Hamalik (2008:57) mengemukakan pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun dari manusia, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur, yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan pembelajaran kimia merupakan suatu upaya guru dalam menyampaikan ilmu kimia serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan pembelajaran kimia dibutuhkan strategi, metode, teknik, maupun model pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran kimia dapat tercapai dengan optimal. Strategi pembelajaran kimia merupakan cara-cara yang digunakan oleh guru untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Metode adalah cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan tugasnya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Teknik pembelajaran merupakan jalan, alat atau media yang digunakan guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran (Hamzah, 2007:2). Berdasarkan definisi-definisi tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran kimia adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan bahan ajar materi kimia dan dilaksanakan dengan menarik sehingga siswa memperoleh berbagai pengalaman dibidang kimia sesuai dengan standar isi sehingga timbul perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, serta nilai sikap didalam diri siswa. Hasil belajar adalah sebuah kegiatan belajar mengajar yang menghendaki tercapainya tujuan pengajaran dimana hasil belajar ditandai dengan skala nilai (Mudjiyono, 2009:10).Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Untuk mengetahui hasil belajar tersebut dapat diukur melalui penilaian dalam pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru mata pelajaran (Sudjana,2010:22). Hasil belajar dapat dikelompokkan dalam tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah pisikomotoris 1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi 2. Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin motivasi belajar, menghargai guru, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. 3. Ranah Psikomotoris Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil penilaian terhadap proses pembelajaran dirumuskan dalam suatu ungkapan yang bermacam-macam. Namun, pada umumnya hasil penilaian belajar dinyatakan dengan angka yang mempunyai skala tertentu. Proses penilaian pengajaran disekolah pada dasarnya menunjukkan hakekat dari hasil belajar yang diukur. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar tentang suatu konsep dinyatakan berhasil apabila memenuhi atau mencapai tujuan pembelajaran. 2.1.1 faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah: a. faktor internal yang meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis dan aspek psikologis, yang terdiri dari lima faktor yaitu: intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, motivasi siswa, b. faktor eksternal yang terdiri atas dua macam, yakni; Lingkungan sosial, Lingkungan non sosial (sarana dan prasarana), termasuk didalamnya media pembelajaran. c. faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. berdasarkan faktor eksternal belajar, yaitu faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah siswa yaitu: a) cara memberikan pelajaran b) kurangnya bahan-bahan bacaan c) kurangnya alat-alat d) bahan pelajaran yang tidak sesuai dengan kemampuan e) penyelenggaraan pembelajaran terlalu padat Sudjana (2010:31) mengatakan bahwa kondisi pembelajaran yang berkualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor tujuan pengajaran yang jelas, bahan pengajaran yang memadai, metodologi pengajaran yang tepat dan cara penilaian yang baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam proses belajar mengajar khususnya pelajaran kimia, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai obyek hendaknya dapat menciptakan kondisi seoptimal mungkin bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang dapat memberikan kemudahan serta dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas, hasil belajar kimia dapat didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari mata pelajaran yang mempelajari tentang materi kimia yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil pengujian (tes) mengenai sejumlah pokok bahasan dari mata pelajaran kimia. 2.2 Pendekatan Pembelajaran Kontekstual 2.2.1 Pengertian PendekatanPembelajaran Kontekstual Pendekatan pembelajaran kontekstual secara kosa kata berasal dari kata context dapat diartikan sebagai hubungan, konteks, keadaan, suasana. Secara umum kontekstual diartikan sebagai a. yang berkenaan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks b. yang membawa maksud, makna, dan kepentingan Pendekatan pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Wina, 2012:9). Disamping mempermudah mengkonstruksi pengetahuan, pendekatan kontekstual juga dapat mempermudah terbentuknya penghayatan pada aspek afektif seperti pengembangan etika diri siswa sehingga akhirnya terjadi perubahan tingkah laku yang bersifat instrinsik dan permanen (Johnson, 2008: 19). Sehingga akan tertanam sikap yang berasal dari dalam diri siswa bukan karena keterpaksaan dan akan menjadi suatu kebiasaan yang positif dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Ramlawati dan Nurmadinah (2008: 88), Pendekatan pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Nirwana (2003:73) mendefinisikan pendekatan pembelajaran kontekstual sebagai konsep pengajaran yang membantu guru mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dengan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka. Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dalam upaya pencapaiannya, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi Nurhadi (2002) dalam Rusman (2012:190). Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam mencapai tujuan dan hasil belajar. Pendekatan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran dapat mengikuti tahapan sebagai berikut: 1) motivasi: meliputi pengenalan, perbincangan, penggunaan alat bantu guru dalam mengajar 2) pemahaman: meliputi penerangan konsep, bacaan dan contoh 3) kemahiran: meliputi aktifitas dan penyelesaian masalah yang dilakukan oleh siswa 4) penilaian: meliputi pengingatan kembali fakta dalam penilaian kemajuan yang diperoleh siswa 2.2.2 Komponen pendekatan pembelajaran kontekstual Pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen yaitu: 1) Kontruktivisme Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pembelajaran kontekstual yaitu menekankan terbangunnnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. 2) Menemukan Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual.pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi dari hasil menemukan sendiri. 3) Bertanya Bertanya dalam kegiatan belajar mengajar dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. 4) Masyarakat belajar Masyarakat belajar dapat terwujud apabila terjadi komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan siswa. Dalam proses pembelajaran, masyarakat belajar dapat diciptakan dengan membentuk kelompok belajar baik kelompok kecil maupun kelompok besar 5) Pemodelan Pemodelan maksudnya adalah sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu dapat menggunakan atau menghadirkan model yang bisa ditiru 6) Refleksi Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dipelajari. 7) Penilaian sebenarnya Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Melalui penilaian guru bisa mengetahui dan bisa memastikan bahwa siswa telah mengalami proses pembelajaran dengan benar. Data yang dikumpulkan diperoleh dari kegiatan nyata siswa yaitu penilaian terhadap presentasi hasil kerja kelompok. Berdasarkan tujuh komponen pendekatan pembelajaran kontekstual yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. 2.2.3 Lima Elemen Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Elemen dalam pendekatan pembelajaran kontekstual terdiri dari lima elemen. Zahorik(dalam Ningrum 2010:55-56) 1) Activating Knowledge Pengetahuan pengetahuan yang sudah ada 2) Understanding Knowladge Pemahaman pengetahuan dengan cara menyusun a) Konsep sementara hipotesis b) Melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan/validasi 3) Acquiring Knowladge Pengolahan pengetahuan baru dengan cara mempelajari secara keseluruhan kemudian memperlihatkan detailnya. 4) Apliying Knowladge Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman 5) Reflection Knowladge Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan Beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru jika menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual 1) Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang sedang berkembang 2) Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan 3) Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui 4) Belajar bagi anak adalah proses menyempurnakan skema yang telah ada (asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi) dengan demikian tugas guru dalam memvasilitasi (mempermudah) agar siswa mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi. 2.2.4 Langkah-langkah pendekatan kontekstual Langkah-langkah penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual secara garis besar adalah sebagai berikut: 1) Pendahuluan a) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai secara manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari. b) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual: (1) siswa dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa; (2) tiap kelompok ditugaskan untuk mencatat untuk melakukan berbagai observasi; (3) melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan dilapangan c) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa 2) Inti a) Siswa melakukan observasi dengan pembagian tugas kelompok b) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan dilapangan sesuai dengan alat observasi yang telah tentukan sebelumnya c) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing d) Siswa melaporkan hasil diskusi e) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain 3) Penutup a) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai b) Guru menugaskan siswa untuk membuat laporan tentang hasil pengamatan mereka 2.2.5 Perbedaan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan pendekatan pembelajaran konvensional Adapun perbedaan pembelajaran kontekstual dengan pembelajran konvensional dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1 Perbedaan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan pendekatan pembelajaran Konvensional No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Pendekatan kontekstual Siswa aktif terlibat Belajar dengan kerja sama Berkait dengan kehidupan nyata Perilaku dibangun atas kesadaran diri Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman Memperoleh kepuasan diri Kesadaran tidak melakukan yang jelek tumbuh dari dalam Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, digunakan dalam konteks nyata Pemahaman rumus dikembangkan berdasarkan skema yang telah ada dalam diri siswa Pemahaman rumus relatif berbeda Siswa aktif, kritis, bergelut dengan ide Pengetahuan dibangun dari kebermaknaan Pendekatan Konvensional Siswa Penerima Informasi Belajar Individual Abstrak dan teoritis Perilaku dibangun atas kesadaran diri Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan Memperoleh pujian atau nilai saja Tidak melakukan yang jelek karena takut hukuman Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural kemudian dilatihkan Rumus berada di luar diri siswa yang harus diterangkan, diterimah dihafal dan dilatihkan Rumus adalah kebenaran absolut Siswa pasif hanya menerima tanpa kontribusi ide Pengetahuan di bangun dari fakta, konsep atau hukum 13 14 15 16 17 18 19 20 Pengetahuan selalu berkembang seiring dengan fenomena baru Siswa bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan Hasil belajar diukur dengan prinsip Alternative assessment Pembelajaran terjadi diberbagai tempat, konteks dan setting Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek Perilaku baik berdasar motivasi instrinsik Berperilaku baik karena dia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran Pembelajaran tidak memperhatiakan pengalaman Hasil belajar hanya diukur dengan tes Pembelajaran hanya terjadi didalam kelas Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek Perilaku baik berdasar motivasi ekstrinsik Berperilaku baik karena terbiasa melakukan begitu, dan karena mendapat hadiah. (Eritha Dinny,2009:66-69) 2.3 Tinjauan Konsep Laju Reaksi 2.3.1 Pengertian Molaritas Molaritas menyatakan jumlah mol zat yang terlarut dalam satu liter larutan. Molaritas dilambangkan dengan notasi M dan satuannya dalam mol/liter (James E. Brady,2000). Rumus yang digunakan untuk mencari molaritas larutan M adalah: n V Jika zat yang akan dicari molaritasnya ada dalam satuan gram dan volumenya dalam mililiter, maka molaritasnya dapat dihitung dengan rumus: M nx 1000 atau mL M g 1000 x Mr mL Dimana: M = Molaritas (mol/liter) n = Mol zat terlarut (mol) V = Volume larutan (liter) g = Massa zat terlarut (gram) Mr = massa molekul zat terlarut a) Pengenceran Larutan Pengenceran menyebabkan volume dan molaritas larutan berubah, tetapi jumlah mol zat zat terlarut tidak berubah. Rumus yang digunakan adalah: V1M1 = V2 M2 Dimana: V1 = Volume larutan sebelum pengenceran V2 = Volume larutan setelah pengenceran M1 = Molaritas larutan sebelum pengenceran M2 = Molaritas larutan setelah pengenceran 2.3.2 Konsep Laju Reaksi Laju reaksi menyatakan laju berkurangnya jumlah reaktan atau laju bertambahnya jumlah produk dalam satuan waktu. Satuan jumlah zat bermacammacam,misalnya gram, mol, atau konsentrasi. Sedangkan satuan waktu digunakandetik, menit, jam, hari, ataupun tahun. Dalam reaksi kimia banyak digunakan zatkimia yang berupa larutan atau berupa gas dalam keadaan tertutup, sehingga dalamlaju reaksi digunakan satuan konsentrasi (molaritas) (James E. Brady, 1990). Perhatikan reaksi berikut. ReaktanProduk Pada awal reaksi, reaktan ada dalam keadaan maksimum sedangkan produk ada dalam keadaanminimal. Setelah reaksi berlangsung, makaproduk akan mulai terbentuk. Semakin lamaproduk akan semakin banyak terbentuk,sedangkan reaktan semakin lama semakin berkurang.Laju reaksi tersebut dapat digambarkan seperti pada Gambar 1 Gambar 1Grafik laju reaksi perubahan konsentrasi produk dan konsentrasi reaktan . Dari gambar 1 terlihat bahwa konsentrasireaktan semakin berkurang, sehingga lajureaksinya adalah berkurangnya konsentrasi Rsetiap satuan waktu, dirumuskan sebagai; v Dimana: ∆[R] ∆t v R t = Perbahan konsentrasi reaktan (M) = perubahan waktu = Laju reaksi (M detik-1) laju reaksinya adalah bertambahnya konsentrasi P setiap satuan waktudirumuskan sebagai: v P t Dengan ∆[P] = perubahan konsentrasi reaktan (M) ∆t = perubahan waktu (detik) V = laju reaksi (M detik-1) Tanda (+) artinya bertambah 2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi, luas permukaan, temperatur, dan katalis (James E. Brady, 1990) Konsentrasi Pada umumnya, konsentrasipereaksi reaksi akan diperbesar. berlangsung Zat yang lebih cepat konsentrasinya jika besar mengandung jumlah partikelyang lebih banyak, sehingga partikelpartikelnya tersusun lebih rapat disbanding zat yang konsentrasinya rendah. Partikel yang susunannya lebih rapat, akan lebih sering bertumbukan dibanding dengan partikel yang susunannyarenggang, sehingga kemungkinan terjadinya reaksi makin besar. Luas Permukaan Salah satu syarat agar reaksi dapat berlangsung adalah zat-zat pereaksiharus bercampur atau bersentuhan. Pada campuran pereaksi yang heterogen,reaksi hanya terjadi pada bidang batas campuran. Bidang batas campuran inilahyang dimaksud dengan bidang sentuh. Dengan memperbesar luas bidang sentuh,reaksi akan berlangsung lebih cepat. Temperatur Setiap partikel selalu bergerak. Dengan menaikkan temperatur, energi gerakatau energi kinetik partikel bertambah, sehingga tumbukan lebih sering terjadi. Dengan frekuensi tumbukan yang semakin besar, maka kemungkinan terjadinyatumbukan efektif yang mampu menghasilkan reaksi juga semakin besar.Suhu atau temperatur ternyata juga memperbesar energi potensial suatuzat. Zat-zat yang energi potensialnya kecil, jika bertumbukan akan sukar menghasilkantumbukan efektif. Hal ini terjadi karena zat-zat tersebut tidak mampumelampaui energi aktivasi. Dengan menaikkan suhu, maka hal ini akanmemperbesar energi potensial, sehingga ketika bertumbukan akan menghasilkanreaksi. Katalis Katalis adalah suatu zat yang berfungsi mempercepat terjadinya reaksi,tetapi pada akhir reaksi dapat diperoleh kembali. Fungsi katalis adalahmenurunkan energi aktivasi, sehingga jika ke dalam suatu reaksi ditambahkankatalis, maka reaksi akan lebih mudah terjadi. Hal ini disebabkan karena zat zatyang bereaksi akan lebih mudah melampaui energi aktivasi. 2.3.4 Teori Tumbukan Reaksi kimia terjadi karena adanya tumbukan yang efektif antara partikelpartikelzat yang bereaksi. Tumbukan efektif adalah tumbukan yang mempunyaienergi yang cukup untuk memutuskan ikatan-ikatan pada zat yang bereaksi (JamesE. Brady, 1990). Contoh tumbukan yangmenghasilkan tumbukan reaksi yang dan tidak menghasilkanreaksi antara molekul hydrogen (H2) dan molekul iodin (I2), dapat dilihat pada gambar 2 H2(g) + I2(g) 2 HI(g) hidrogen (A) Gambar 2Tumbukan antara molekul dengan iodin (B) dan membentuk molekul HI(AB) Sebelum suatu tumbukan terjadi,partikel-partikel memerlukan suatuenergi minimum yang dikenal sebagaienergy pengaktifan atau energi aktivasi(Ea). Energi pengaktifan atau energy aktivasi adalah energi minimum yangdiperlukan untuk berlangsungnyasuatu reaksireaksi antara hidrogen (H2) denganoksigen (O2) menghasilkan air, dapat Ketika reaksi teraktivasi.Zat sedang kompleks berlangsungakan teraktivasi terbentuk beradapada puncak zat kompleks energi. Jika reaksiberhasil, maka zat kompleks teraktivasi akan terurai menjadi zat hasil reaksi.Hubungan antara energi pengaktifan dengan energi yang diserap ataudilepaskan selama reaksi berlangsung 2.3.5 Persamaan Laju Reaksi Persamaan Laju Reaksi Umumnya reaksi kimia dapat berlangsung cepat jika konsentrasi zatzatyang bereaksi (reaktan) diperbesar (James E. Brady, 1990). Secara umum pada reaksi: xA + yB pC + qD persamaan laju reaksi dapat ditulis sebagai: v = k · [A]x · [B]y Persamaan seperti di atas, disebut persamaan laju reaksi atau hukum lajureaksi. Persamaan laju reaksi seperti itu menyatakan hubungan antarakonsentrasi pereaksi dengan laju reaksi. Bilangan pangkat pada persamaan diatas disebut sebagai orde reaksi atau tingkat reaksi pada reaksi yangbersangkutan. Jumlah bilangan pangkat konsentrasi pereaksi-pereaksi disebutsebagai orde reaksi total. Artinya, reaksi berorde x terhadap pereaksi A danreaksi berorde y terhadap pereaksi B, orde reaksi total pada reaksi tersebutadalah (x + y). Faktor k yang terdapat pada persamaan tersebut disebut tetapanreaksi. Harga k ini tetap untuk suatu reaksi, dan hanya dipengaruhi oleh suhudan katalis. 2.4 Hasil Penelitian yang Relevan Berdasarkan penelitian Damriani (2006) bahwa berdasarkan hasil penelitian dan observasi, diperoleh bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Rata-rata pada aktivitas siswa yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran pada siklus 1 sebesar 83,67%, pada siklus 2 sebesar 90,14% dan pada silkus 3 sebesar 94,2%. Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa untuk setiap aspek yang dinilai pada siklus 1 sebesar 74,2 pada siklus 2 sebesar 83,67 dan 87,4 pada siklus 3. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ramlawati dan Nurmadinah dalam jurnalnya “ Pengaruh pendekatan kontekstual dengan setting Kooperatif untuk meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA 3 SMA Negeri Takalar”, dapat disimpulkan bahwa hasil tes prestasi belajar pada siklus 1 skor rata-rata prestasi belajar kimia siswa sebesar 68,85% dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 24 siswa dan pada waktu siklus 2 rata-rata sebesar 75,51% dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 37 orang. Penelitian yang dilakukan oleh Eka Deny Wahyu Saputra 2011. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa melalui Pendekatan Pembelajran Kontekstual. Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus. Berdasarkan hasil tes diperoleh hasil belajar siswa kelas IV mata pelajaran IPS pada siklus 1 (40,91%) mengalami peningkatan pada siklus 2 (84,79%). 2.5 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut. Kerangka berpikir penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut. Proses pembelajaran Siswa Guru Pembelajaran Kontekstual Guru menarik perhatian siswa dengan cara memberikan motovasi sebelum pembelajaran Siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas Siswa melakukan percobaan Siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang dipelajari (diskusi kelompok dan penjelasan konsep) Guru memberikan penjelasan singkat tentang konsep yang dipelajari. Meningkatkan pemahaman konsep Hasil Belajar siswa melalui pendekatan pembelajaran kontekstual dengan metode eksperimen tinggi Gambar 3 kerangka berpikir proses pendekatan pembelajaran kontekstual Proses pembelajaran menjadi suatu hal yang paling penting dalam tercapainya tujuan pembelajaran yang berakhir pada pencapaian hasil belajar siswa. Pembelajaran kimia secara umum hanya sekadar menyampaikan materi dengan ceramah, bukan mengungkap fakta. Hal ini menyebabkan siswa menjadi pasif dalam kegiatan pembelajaran. Keaktifan yang dimaksud adalah aktivitas siswa dalam menjawab pertanyaan guru, mengemukakan pendapat, melakukan diskusi, melakukan percobaan atau observasi dan melakukan presentasi maupun mendengarkan presentasi Dalam proses pembelajaran seharusnya siswa sendiri yang seharusnya berpartisipasi secara langsung dalam upaya mendapatkan pemahaman yang benarbenar menyeluruh dan bukan sebatas mengerti, tetapi juga memahami dan mampu melakukan. Jika siswa dituntut melakukan dan mengalami langsung serangkaian kegiatan dalam pembelajaran maka konsep yang didapatkan akan lebih bemakna. Kegiatan pembelajaran tersebut sesuai dengan pendekatan kontekstual yang menuntut siswa aktif berpartisifasi dalam setiap kegiatan dalam pembelajaran. Tujuan dari pembelajaran ini adalah mengurangi ketergantungan siswa terhadap guru. Hal ini dikarenakan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Berdasarkan tujuan pembelajaran kontekstual aktivitas siswa akan lebih dominan dibandingkan guru . Hal ini dapat pula diterapkan pada materi laju reaksi pada siswa kelas XI IPA Negari 1 Gorontalo. 2.6 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian iniadalah terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar laju reaksi siswa kelas XI IPA SMAN 1 Gorontalo