KINETIKA DAN KATALISIS SEMESTER GENAP – 2010/2011 TEORI KINETIKA REAKSI TEORI KINETIKA REAKSI Teori tumbukan (collision theory) Teori kompleks aktif (activated complex) atau keadaan transisi (transition state) by: Siti Diyar Kholisoh PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA – FTI UPN “VETERAN” YOGYAKARTA April 2011 TEORI TUMBUKAN-2 TEORI TUMBUKAN-1 Tinjaulah sebuah reaksi homogen: A + B produk reaksi (tinjauan reaksi bimolekuler) Dasar: Reaksi hanya dapat berlangsung jika molekulmolekul reaktan saling bertumbukan. Namun demikian, tidak setiap tumbukan akan menghasilkan reaksi. Hanya tumbukan yang berhasil atau efektif saja yang akan menghasilkan reaksi. Tumbukan yang berhasil (efektif): Jika tersedia jumlah energi yang cukup dan orientasi (atau posisi) yang tepat untuk memutuskan atau memecahkan ikatan dan membentuk ikatan kimia yang baru. 1 M + MB 2 CA C B z AB = d AB 8 π R T A M A M B f =e Kegagalan-kegagalan teori tumbukan dalam menjelaskan kecepatan reaksi: – Molekul-molekul yang bereaksi mempunyai orientasi tertentu sebelum bereaksi. – Reaksi dapat berlangsung dalam beberapa tahap. – Energi aktivasi tidak saja terlokalisasi dalam ikatan yang akan diputuskan dalam reaksi, namun juga dalam beberapa ikatan lainnya. – Teori tumbukan tidak dapat digunakan untuk reaksi yang terjadi pada permukaan katalitik. RT Karena: r = P . z . f maka: MA + MB 2 r = d AB 8 π R T MA MB TEORI TUMBUKAN-3 Teori tumbukan cocok diterapkan untuk kasus: # reaksi fase gas bimolekuler # reaksi dalam larutan yang melibatkan ion-ion sederhana −E 2 1 −E R T e CA C B 2 TEORI KOMPLEKS AKTIF-1 Reaksi diawali dengan tumbukan antara molekul-molekul reaktan. Sebelum membentuk produk reaksi, molekulmolekul yang bereaksi membentuk kompleks teraktifkan yang berada dalam keadaan kesetimbangan termodinamika dengan molekul reaktan. Tinjau reaksi homogen: A + B produk reaksi Jika reaksi tersebut mempunyai mekanisme 2 tahap: (i) Tahap pembentukan kompleks aktif AB*: A+B AB* (K*) (ii) Tahap dekomposisi AB* menjadi produk reaksi: AB* ν produk reaksi (lambat) Kecepatan reaksi overall ditentukan dari kecepatan dekomposisi AB*, karena merupakan rate limiting step. 1 TEORI KOMPLEKS AKTIF-2 PERBANDINGAN TEORI – Pengaruh T Beberapa pendekatan: # Tahap (ii) lambat rate determining step # Tahap (i) cepat dan mencapai kesetimbangan (dalam term aktivitas a) # Pendekatan termodinamika pada keadaan kesetimbangan: ∆G* = − R T ln K * # Dari definisi termodinamika (pada kondisi isotermal atau T tetap): ∆G = ∆H − T ∆S Kecepatan reaksi (melalui penjabaran yang serupa dengan materi kuliah sebelumnya): k T γ A γ B ∆S* R − ∆H * R T r= B e e C A CB h γ AB ENERGI AKTIVASI REAKSI (Ea) Energi minimum yang harus dimiliki oleh molekulmolekul reaktan agar menghasilkan reaksi jika saling bertumbukan. Hanya molekul-molekul yang memiliki energi yang sama dengan atau lebih besar dari energi aktivasi Ea yang dapat menghasilkan reaksi Beberapa hal penting: # Ea merupakan energi untuk jumlah reaksi secara keseluruhan, bukan masing-masing tahap reaksi. # Ea selalu berharga positif. # Sesuai dengan distribusi Maxwell-Boltzmann tentang energi molekular, jika suhu dinaikkan, maka kecepatan reaksi bertambah. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya tumbukan yang mempunyai energi lebih besar dari Ea. Harga k secara umum: dengan: A' T m k = A' T m e − Ea RT [0 ≤ m ≤ 1] = A = faktor frekuensi tumbukan (faktor pre-eksponensial) Soal: Reaksi fase gas bimolekuler: NO + Cl2 NOCl + Cl berlangsung pada 350 K dan 1 atm, serta mempunyai bentuk kinetika berorde-dua. Jika reaksi ini mempunyai energi pengaktifan sebesar Ea = 85 kJ/mol: a. Berapa persen “efektif”-kah tumbukan antara molekul-molekul reaktannya? b. Berapakah nilai konstanta laju reaksi ini (melalui pendekatan teori tumbukan)? Jangan lupa, tuliskan juga satuannya. Diketahui: d NO = 0,14 nm; d Cl2 = 0,24 nm 2