PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA IBU DARI ANAK GANGGUAN AUTISTIK DI SLB AUTIS HARMONY DENGAN IBU DARI ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SLB-C KERTEN SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Kedokteran Diajukan Oleh : Nafisatun Zahrokh J500100054 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 ABSTRAK Nafisatun Zahrokh, 2014. Perbedaan Tingkat Depresi Antara Ibu dari Anak Gangguan Autistik di SLB Autis Harmony dengan Ibu dari Anak Retardasi Mental Ringan di SLB-C Kerten Surakarta. Latar Belakang : Kelahiran seorang anak merupakan kebahagiaan bagi orang tua, namun apabila anak yang dilahirkan mengalami kelainan atau adanya gangguan maka akan menimbulkan masalah bagi keluarga terutama seorang ibu yaitu masalah mental psikologi ibu serta perkembangan anak. Kondisi psikologis seorang ibu yang menolak kondisi anak tersebut akan menimbulkan reaksi-reaksi yang beragam seperti, rasa bersalah, kekecewaan, malu, serta adanya perasaan sedih yang berkepanjangan dan sikap putus asa sehingga menimbulkan stress yang berkepanjangan yang akan mendorong terjadinya depresi. Tujuan Penelitian : Mengetahui perbedaan tingkat depresi antara ibu dari anak gangguan autistik di SLB Autis Harmony dengan ibu dari anak retardasi mental ringan di SLB-C Kerten Surakarta. Metode Penelitian : Desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling, data yang dianalisis sebanyak 64 sampel. Data hasil penelitian kemudian dianalisis menggunakan uji Mann Whitney melalui SPSS 16.0 for Windows. Hasil Penelitian : p = 0,01, terdapat perbedaan yang signifikan antara ibu dari anak gangguan autistik dengan ibu dari anak retardasi mental ringan. Ibu dari anak gangguan autistik lebih mengalami depresi dibanding ibu dari anak retardasi mental ringan. Kesimpulan : Terdapat perbedaan tingkat depresi antara ibu dari anak gangguan autistik dengan ibu dari anak retardasi mental ringan. Kata kunci : Depresi, Ibu dari Anak Gangguan Autistik, Ibu dari Anak Retardasi Mental Ringan ABSTRACT Nafisatun Zahrokh, 2014. The Differences Between Depression Levels of Mothers of Children With Autistic Disorders in Autism SLB Harmony With Mothers of Children With Mild Mental Retardation in SLB-C Kerten Surakarta. Background: The birth of a child is a joy for the parents, but if the child born abnormal or disruption it would cause problems for the family, especially the mother especially the mother who had children with mental and psychological development issue. Psychological condition of a mother who refused the child's condition will cause a variety of reactions such as, guilt, disappointment, shame, and prolonged feelings of sadness and despair, which is causing prolonged stress which leads to a depression. Purpose : Knowing the differences between depression levels of mothers of children with autistic disorders in Autism SLB Harmony with mothers of children with mild mental retardation in SLB-C Kerten Surakarta. Methods : Analytic observational study with cross sectional approach. The sampling technique is the total sampling, data were analyzed as many as 64 samples. The data were analyzed using the Mann Whitney test through SPSS 16.0 for Windows. Results : p = 0.01, there are significant differences between mothers of children with autistic disorder mothers of mild mental retardation. Mother of autistic disorder children more depressed than mothers of mild mental retardation. Conclusion: There are differences in the level of depression among mothers of children with autistic disorder mothers of mild mental retardation. Keywords: Depression, Mother of Autistic Child Disorders, Mothers of Child Mild Mental Retardation. PENDAHULUAN Kelahiran anak yang mengalami gangguan pertumbuhan atau perkembangan dapat menyebabkan masalah yang berat bagi keluarga serta dapat menjadi penyebab depresi, terutama pada seorang ibu. Salah satu kelainan pada anak-anak adalah autis dan retardasi mental (Marlinda, 2011; Alhorany, et al., 2013). Autis dan retardasi mental merupakan defisit kognitif yang muncul saat masa anak-anak. Gangguan perkembangan ditandai oleh fungsi sosial adaptif dan intelektual (Malhotra, et al., 2012). Gangguan autistik ditandai dengan interaksi sosial timbal-balik yang menyimpang, keterampilan komunikasi yang terlambat dan menyimpang, serta kumpulan aktivitas dan minat yang terbatas (Sadock & Sadock, 2010). Retardasi mental merupakan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap selama masa perkembangan yang ditandai adanya hendaya (impairment) ketrampilan (skill), berpengaruh terhadap tingkat intelegensia (kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial) (IDAI, 2011). Kehadiran anak yang berkelainan di tengah-tengah keluarga akan mempengaruhi kehidupan keluarga (Yuwono, 2009). Tidak bisa dipungkiri, orang tua yang mempunyai anak berkelainan untuk pertama kalinya, tidak mudah menerima kenyataan bahwa anaknya menderita kelainan. Reaksi yang muncul terhadap diagnosis seperti timbulnya perasaan terpukul dan bingung, sehingga timbul reaksi yang beragam, antara lain rasa bersalah, rasa kekecewaan, rasa malu, dan rasa menerima apa adanya (Efendi, 2009). Hal tersebut dapat menyebabkan perasaan sangat sedih dan muncul sikap putus asa, stres berkepanjangan yang dapat berkembang menjadi depresi (Yuwono, 2009). Depresi merupakan gangguan alam perasaan (mood) ditandai adanya kemurungan dan kesedihan yang mendalam serta berkelanjutan sehingga menyebabkan kehilangan gairah hidup (Hawari, 2011). Depresi pada ibu yang memiliki sikap atau penyesuaian diri negatif terhadap kehadiran anak dengan gangguan autistik dan retardasi mental akan menghambat penanganan terhadap anak, serta mempengaruhi peran ibu di dalam keluarga. Peran ibu yang berkurang akan menyebabkan berkurangnya dukungan terhadap anak sehingga akan menghambat kemandirian anak (Yuwono, 2009). Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian perbedaan tingkat depresi antara ibu dari anak gangguan autistik di SLB Autis Harmony dengan ibu dari anak retardasi mental ringan di SLB-C Kerten Surakarta. TINJAUAN PUSTAKA Dengan kelahiran anak cacat, orang tua mengalami perasaan yang kompleks yang mencakup perasaan kehilangan seseorang tercinta. Reaksi shock, penolakan, kesepakatan, depresi, dan penyesuaian penerimaan. Perasaan bersalah, depresi, dan kecemasan adalah proses untuk mencapai tahap penyesuaian penerimaan dan membutuh waktu lebih dari beberapa bulan pada beberapa orang tua khususnya ibu (Firat, et al., 2002). Masalah perilaku anak-anak jauh lebih menegangkan bagi para ibu dari anak cacat (AlHorany, et al., 2013). Rutinitas perawatan sehari-hari, masalah ekonomi, menerima bantuan dan pendidikan yang tepat adalah kesulitan dasar orang tua dari seorang anak cacat. Kebingungan diagnostik, masalah perilaku dan kesehatan, dan rasa kesepian juga menambah tingkat kecemasan yang berujung pada depresi ibu (Firat, et al., 2002). Menjadi orangtua untuk anak autis, khususnya ibu banyak mengalami tantangan menyedihkan, tekanan emosional, rasa bersalah, kecemasan, kesedihan, isolasi, dan merasa kewalahan oleh stres lingkungan. Faktor yang mempengaruhi depresi pada ibu dari anak gangguan autistik meliputi dua faktor, yaitu faktor internal dan ekternal. Faktor internal meliputi gejala bermasalah dan perilaku yang dapat menyebabkan beban pengasuhan. Faktor eksternal yaitu, beban keuangan, kurangnya dukungan sosial, dan ketidakmampuan untuk beradaptasi (AlHorany, et al., 2013). Keterbatasan daya pikir anak retardasi mental menyebabkannya sulit mengontrol perilaku, sehingga perilaku sehari-hari berlebihan atau kurang serasi (Effendi, 2009). Retardasi mental dapat menimbulkan kecemasan pada seorang ibu. Orang tua dengan anak retardasi mental akan mengalami banyak permasalahan akibat keberadaan anak tersebut, terutama seorang ibu. Menurut Freud, salah satu klasifikasi dari kecemasan adalah kecemasan realitas yaitu kecemasan atau rasa takut akan bahaya-bahaya dari luar. Kecemasan yang dialami seorang ibu membawa pada keadaan depresi (Norhidayah, et al., 2013). Jadi, gangguan autistik dan retardasi mental menimbulkan kecemasan pada ibu sehingga menyebabkan stres ekstrim dan berkepanjangan. Hubungan sosial dan kontak mata yang terbatas pada anak-anak autis menyebabkan masalah perilaku yang lebih tinggi dibanding pada anak-anak retardasi mental, dan memiliki anak yang terdiagnosis gangguan autistik lebih depresi dibandingkan dengan retardasi mental serta beban pengasuhan yang lebih berat pada ibu dari anak gangguan autistik dibanding dengan retardasi mental (Norhidayah, et al., 2013; AlHorany, et al., 2013; Firat, et al., 2002). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SLB Autis Harmony dan SLB-C Kerten Surakarta pada bulan Oktober-November 2013. Sampel pada penelitian ini yaitu semua ibu dari anak gangguan autistik atau retardasi mental ringan di SLB Autis Harmony dan SLB-C kerten dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Kriteria sampel yang memenuhi syarat penelitian (inklusi) yaitu ibu dari siswa-siswi di SLB Autis Harmony, SLB-C Kerten dengan tingkat retardasi mental ringan, usia anak yang mengalami gangguan autistik atau retardasi mental ringan 5-12 tahun, usia ibu >30 tahun, jumlah anak >1, pendidikan terakhir ibu minimal SMP. Variabel bebas pada penelitian ini adalah ibu dari anak gangguan autistik atau retardasi mental ringan. Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat depresi. Instrumen penelitian menggunakan lembar persetujuan dan data diri, skala inventori L-MMPI (Lie Scale Minnesota Multiphasic Personality), Kuesioner BDI (Beck Depression Inventory) dengan perhitungan nilai yang di jumlah berdasarkan jawaban yang dipilih. Nilai total 0-63, 0-9 dianggap normal, nilai 10-15 menjukkan depresi ringan, nilai 16-23 menunjukkan depresi sedang, nilai 24-63 menunjukkan depresi berat. Semakin tinggi nilai totalnya maka menunjukkan semakin berat tingkat depresi yang dialami (Indaini, 2003; Beck, 1996). Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian menggunakan uji Mann Whitney, selanjutnya diolah dengan menggunakan Statistik Product and Service Solution (SPSS) 16 for Windows. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 2013 sampai 13 November 2013 di SLB Autis Harmony dan SLB-C Kerten Surakarta. Subjek penelitiannya yaitu ibu dari anak gangguan autistik dan ibu dari anak retardasi mental ringan. Sampel yang diambil total sebanyak 64 sampel yang dipilih sesuai kriteria restriksi. Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Ibu dari Anak Gangguan Ibu dari Anak Retardasi Mental Autistik Ringan Usia Ibu n (%) n (%) 30-35 8 25 3 9,4 36-40 19 59,4 9 28,1 41-45 4 12,5 14 43,8 46-50 1 3,1 6 18,8 Total 32 100 32 100 Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Gangguan Autistik dan Retardasi Mental Ringan Jenis Kelamin Anak Laki-laki Perempuan Total Anak Gangguan Autistik n (%) 17 53,1 15 46,9 32 100 Anak Retardasi Mental Ringan n (%) 19 59,4 13 40,6 32 100 Pada penelitian ini, rencana data dianalisis menggunakan uji t melalui program SPSS 16 for Windows. Namun karena hasil uji normalitas data diperoleh hasil distribusi data tidak normal, maka digunakan uji alternatif yaitu uji Mann Whitney. Tabel 3. Data Tingkat Depresi Ibu dari Anak Gangguan Autistik dan Ibu dari Anak Retardasi Mental Ringan Tingkat Depresi Tidak Depresi Ibu dari Anak Autis Ibu dari Anak RM Ringan n (%) Sedang n (%) Berat n (%) 3 9,4 11 34,4 6 18,8 12 37,5 32 100 13 40,6 9 28,1 7 21,9 n 3 (%) Total 9,4 n (%) 32 100 Tabel 4. Hasil Uji Mann Whitney Test Statistics Mann-Whitney U Wilcoxon Z Asymp. Sig. (2-tailed) Tingkat Depresi Ibu 330.000 858.000 -2.525 .012 Data diolah menggunakan uji Mann Whitney melalui program SPSS 16 for Windows diperoleh hasil p (asymp. Sig. (2-tailed)) = 0,01 maka H0 ditolak H1 diterima. Jadi secara statistik terdapat perbedaan yang sigifikan antara ibu dari anak gangguan autistik di SLB Autis Harmony dan retardasi mental ringan di SLB-C Kerten Surakarta. PEMBAHASAN Dalam penelitian ini penulis menetapkan 64 sampel yang terdiri dari 50% (32 sampel) ibu dari anak gangguan autistik dan 50% (32 sampel) ibu dari anak retardasi mental ringan. dengan jumlah sampel yang sama untuk masing-masing kelompok penelitian diharapkan hasil penelitian ini valid. Dari hasil analisis statistik pada penelitian terdapat perbedaan yang bermakna antara ibu dari anak gangguan autistik dan ibu dari anak retardasi mental ringan. Ibu dari anak gangguan autistik yang mengalami depresi berat sebanyak 12 sampel (37,5%), sedangkan pada ibu dari anak retardasi mental ringan sebanyak 3 sampel (9,4%). Hal ini sesuai dengan penelitian Firat et al (2002) di Turki dengan sampel 40 ibu dari anak gangguan autistik dan 38 ibu dari anak retardasi mental diperoleh hasil 15% pada ibu dari anak gangguan autistik dan 10% pada ibu dari anak retardasi mental. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Little (2003), kecacatan pada anak menyebabkan kemarahan, stress dan depresi pada ibu. Selain itu kelangsungan hidup anak yang abnormal lebih menyakitkan daripada kematian seorang anak yang normal (Adib Sereshki, 1999). Dalam penelitian Salehi (2004), ibu dari anak yang mengalami gangguan dibandingkan dengan ibu dari anak tanpa gangguan, lebih rentan terhadap depresi dan merasa rendah terhadap lingkungan sosialnya (Salehi, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Marlinda menyatakan bahwa dampak depresi pada ibu dari anak berkelainan akan mempengaruhi peran ibu dalam pengasuhan, menghambat pertolongan pada anak, serta berkurangnya dukungan terhadap anak untuk meminimalkan gangguan atau kelainan tersebut (Marlinda, 2011). Menurut jenis kelamin anak, dari hasil penelitian didapatkan anak gangguan autistik sebanyak 17 sampel (53,1%) untuk jenis kelamin laki-laki dan 15 sampel (46,9%) untuk jenis kelamin perempuan. Sedangkan untuk retardasi mental laki-laki 19 sampel (59,4%), dan peremuan 13 sampel (40,6%). Hal ini sesuai dengan Sadock & Sadock (2010) bahwa gangguan autistik maupun retardasi mental berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih sering mengalami gangguan tersebut daripada perempuan. Karakteristik responden berdasarkan usia ibu dari hasil penelitian ini, untuk ibu dari anak gangguan autistik didapatkan hasil terbanyak pada kelompok usia 36-40 tahun sebanyak 19 sampel (59,4%). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Firat et al, mungkin disebabkan oleh berbagai faktor yaitu tempat penelitian yang berbeda, jumlah sampel yang lebih kecil, dan kepribadian yang berbeda serta faktor-faktor lain yang menyebabkan hasil dari penelitian yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Firat et al. Sedangkan untuk ibu dari anak retardasi mental pada penelitian ini didapatkan kelompok usia paling banyak mengalami depresi yaitu pada usia 41-45 tahun sebesar 14 responden (43,8%). Hal ini sesuai dengan penelitian Firat et al yaitu usia ibu paling banyak mengalami depresi pada usia >30 tahun. Dari hasil penelitian, jenis kelamin anak dan usia ibu tidak mempengaruhi tingkat depresi pada ibu dari anak gangguan autistik maupun ibu dari anak retardasi mental ringan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Motamedi et al (2007) bahwa tingkat depresi ibu tidak dipengaruhi oleh usia ibu maupun jenis kelamin anak. Pada penelitian ini terdapat keterbasan karena adanya variabel perancu yang tidak dapat dikendalikan seperti adanya perbedaan pada kepribadian responden, faktor biologis, faktor genetik, faktor lingkungan, faktor psikososial dan ekonomi yang berbeda. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan terdapat perbedaan tingkat depresi yang bermakna antara ibu dari anak gangguan autistik di SLB Autis Harmony dan ibu dari anak retardasi mental ringan di SLB-C Kerten Surakarta. Ibu dari anak gangguan autistik lebih mengalami depresi daripada ibu dari anak retardasi mental ringan. Untuk ibu dari anak gangguan autistik atau ibu dari anak retardasi mental ringan yang mengalami depresi diharapkan dapat menerima kondisi gangguan pada anak, sehingga dapat meminimalkan terjadinya depresi. Untuk SLB, diharapkan dapat memotivasi dan membantu mengurangi terjadinya depresi pada ibu dari anak gangguan autistik dan retardasi mental ringan dengan cara membantu memberikan pembelajaran secara terus menerus yang sesuai dengan kemampuan anak autistik dan retardasi mental ringan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat depresi pada ibu dari anak berkebutuhan khusus. DAFTAR PUSTAKA AlHorany, A.K., Hassan, S.A; and Bataineh, M.Z., 2013. Do Mothers of Autistic Children are at Higher Risk of Depression? A Systematic Review of Literature.Life Science Journal. 10 (1).http://www.lsj-marsland.com/up loadfiles/AB141120130426181152/B001041-lsj-part20130426.pdf. Diakses pada 10 juni 2013 Adib Sereshki, Nargess., 1999. Exceptional Children, Counselling and Family, Tehran, Medical and Rehabilitation Science University. Beck, AT. Steer, R.A and Ranieri, W., 1996. Comparison of Beck Depression Inventories-IA and –II in Psychiatrics Outpatients. Journal of Personality Asessment. 67 (3):588-97. DepKes RI, 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta : Departemen Kesehatan. Depkes., 2011. Mari Kenali dan Peduli terhadap Anak Autisme http:// www.buk.depkes.go.id/index.php?option=comcontent&view=article&id=38 5:mari-kenali-dan-peduli-terhadap-anak-autisme&catid=1:latest-news.html. Diakses pada 25 juni 2013 Dorland, W.A, Newman., 2010. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC Efendi, M., 2009., Perspektif Anak Berkelainan dalam Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Penerbit PT Bumi Aksara Firat, S; Diler, R.S; Avci, A; Seydaoglu, G., 2002. Comparison of Psychopathology in the Mothers of Autistic and Mentally Retarded Children http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3054944/pdf/12378023.pdf. Diakses pada 13 juni 2013 Halverson, J.L., 2013. Depression.http://emedicine.medscape.com/article/286759overview. Diakses pada 13 Agustus 2013 Handojo, Y., 2003. Autisma. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia Jakarta Hawari, D., 2011. Depresi dalam Jakarta: FKUI Manajemen Stress, Kecemasan, Depresi. IDAI, 2011. Retardasi Mental dalam Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia jilid II. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Indaini, M.S., 2003. Kecenderungan Depresi pada keluarga Pasien Skizofrenia. FK UNDIP : Tesis Iskandar, Y., 2008. Tes Bakat, Minat, Sikap, dan Personality MMPI-DG. Jakarta : Dharma Graha Group. Johnson, C.P; Myers, S.M; and the Council on Children With Disabilities., 2007. Identification and Evaluation of Children With Autism Spectrum Disorders. Pediatrics Vol.120 No 51.http://pediatrics.aappublications. org/content/120/5/ 1183.full. Diakses pada 20 Juli 2013 Kaplan, H.I., Sadock, B.J. 2010. Retardasi Mental dalam Sinopsis Psikiatri. Tangerang : Binarupa Aksara --------------------------------- 2010. Gangguan Pervasif dalam Sinopsis Psikiatri. Tangerang : Binarupa Aksara -------------------------------- 2010. Gangguan Mood dalam Sinopsis Psikiatri. Tangerang : Binarupa Aksara Kemenkes RI, 2010 Pedoman Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Little, L., 2003. Maternal stress, maternal discipline, and Peer victimization of children with Asperger-Spectrum disorders, building ecological framework. Lumbantobing, S.M., 2001., Anak dengan Mental Terbelakang. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Malhotra, S; Khan, W; Bhatia., 2012. Quality of Life of Parents having Children with Developmental Disabilities. Delhi Psychiatry Journal Vol. 15 No.1 http://medind.nic.in/daa/t12/i1/daat12i1p171.pdf. Diakses pada 20 Juli 2013 Marlinda, E., 2011. Pengalaman Ibu dalam Merawat Anak Berkebutuhan Khusus : Autis di BanjarBaru Kalimantan Selatan. Tesis Maramis, W.F., 2009. Retardasi Mental dalam Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi kedua. Surabaya : pusat penerbitan dan percetakan UNAIR McCandless, J., 2003. Children with Strarving Brains anak-anak dengan Otak yang lapar. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia Motamedi, S.H; Seyednour, R; Noorikhajavi, M; Afghah, S., 2007. A study in depression levels among mothers of disabled children Murti, B., 2013. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Nelson, 2000., Retardasi Mental dalam Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : buku kedokteran EGC. Norhidayah; W, Siti & Husein, Achyar N., 2013. Gambaran Kejadian Kecemasan pada Ibu Penderita Retardasi Mental Sindromik di SLB-C Banjarmasin. Journal Berkala Kedokteran Vol. 9 No. 1 http://ejournal.unlam.ac.id/index. php/bk/article/download/ 256/214. Puri, B.K., Laking, P.J., & Treasaden, I.H., 2011. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta : EGC Sadock, BJ., Sadock, V.A. dan Kaplan & Sadock’s., 2010. Ganggaun Pervasif dalam : Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed 2. Jakarta : EGC ---------------------------------------------------------------------- 2010. Retardasi Mental dalam : Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed 2. Jakarta : EGC Salehi and colleagues., 2004. Review of Depression in Children with Disorders, Thought and Behaviour Quarterly, Vol.10, No. 37-38. Sastroasmoro, S dan Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi penelitian Klinik Edisi 3. Jakarta : CV Sagung seto. Soetjiningsih., 1995. Retardasi Mental dalam Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC Sularyo, T.S; Kadim, M., 2000. Retardasi Mental. Sari Pediatri Vol.2, No.3: 170-177. http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-3-8.pdf. Diakses pada 12 Juni 2013 Sugiyono., 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Taufiqurahman, M.A., 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. Klaten : CSGF (the Comunity of Self help Group forum) Yuwono, J., 2009. Memahami Anak Autistik Dampak Kehadiran Anak Autistik dalam Keluarga. Bandung : Alfa Beta WHO., 2012. Depression. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs369/en/ index.html.Diakses pada 28 April 2013