naskah publikasi - Universitas Muhammadiyah Surakarta

advertisement
PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA IBU DARI ANAK
GANGGUAN AUTISTIK DI SLB AUTIS HARMONY DENGAN IBU DARI
ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SLB-C KERTEN SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana Kedokteran
Diajukan Oleh :
Nafisatun Zahrokh
J500100054
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ABSTRAK
Nafisatun Zahrokh, 2014. Perbedaan Tingkat Depresi Antara Ibu dari Anak
Gangguan Autistik di SLB Autis Harmony dengan Ibu dari Anak Retardasi
Mental Ringan di SLB-C Kerten Surakarta.
Latar Belakang : Kelahiran seorang anak merupakan kebahagiaan bagi orang
tua, namun apabila anak yang dilahirkan mengalami kelainan atau adanya
gangguan maka akan menimbulkan masalah bagi keluarga terutama seorang ibu
yaitu masalah mental psikologi ibu serta perkembangan anak. Kondisi psikologis
seorang ibu yang menolak kondisi anak tersebut akan menimbulkan reaksi-reaksi
yang beragam seperti, rasa bersalah, kekecewaan, malu, serta adanya perasaan
sedih yang berkepanjangan dan sikap putus asa sehingga menimbulkan stress
yang berkepanjangan yang akan mendorong terjadinya depresi.
Tujuan Penelitian : Mengetahui perbedaan tingkat depresi antara ibu dari anak
gangguan autistik di SLB Autis Harmony dengan ibu dari anak retardasi mental
ringan di SLB-C Kerten Surakarta.
Metode Penelitian : Desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling, data yang
dianalisis sebanyak 64 sampel. Data hasil penelitian kemudian dianalisis
menggunakan uji Mann Whitney melalui SPSS 16.0 for Windows.
Hasil Penelitian : p = 0,01, terdapat perbedaan yang signifikan antara ibu dari
anak gangguan autistik dengan ibu dari anak retardasi mental ringan. Ibu dari
anak gangguan autistik lebih mengalami depresi dibanding ibu dari anak retardasi
mental ringan.
Kesimpulan : Terdapat perbedaan tingkat depresi antara ibu dari anak gangguan
autistik dengan ibu dari anak retardasi mental ringan.
Kata kunci : Depresi, Ibu dari Anak Gangguan Autistik, Ibu dari Anak Retardasi
Mental Ringan
ABSTRACT
Nafisatun Zahrokh, 2014. The Differences Between Depression Levels of
Mothers of Children With Autistic Disorders in Autism SLB Harmony With
Mothers of Children With Mild Mental Retardation in SLB-C Kerten Surakarta.
Background: The birth of a child is a joy for the parents, but if the child born
abnormal or disruption it would cause problems for the family, especially the
mother especially the mother who had children with mental and psychological
development issue. Psychological condition of a mother who refused the child's
condition will cause a variety of reactions such as, guilt, disappointment, shame,
and prolonged feelings of sadness and despair, which is causing prolonged stress
which leads to a depression.
Purpose : Knowing the differences between depression levels of mothers of
children with autistic disorders in Autism SLB Harmony with mothers of children
with mild mental retardation in SLB-C Kerten Surakarta.
Methods : Analytic observational study with cross sectional approach. The
sampling technique is the total sampling, data were analyzed as many as 64
samples. The data were analyzed using the Mann Whitney test through SPSS 16.0
for Windows.
Results : p = 0.01, there are significant differences between mothers of children
with autistic disorder mothers of mild mental retardation. Mother of autistic
disorder children more depressed than mothers of mild mental retardation.
Conclusion: There are differences in the level of depression among mothers of
children with autistic disorder mothers of mild mental retardation.
Keywords: Depression, Mother of Autistic Child Disorders, Mothers of Child
Mild Mental Retardation.
PENDAHULUAN
Kelahiran
anak
yang
mengalami
gangguan
pertumbuhan
atau
perkembangan dapat menyebabkan masalah yang berat bagi keluarga serta dapat
menjadi penyebab depresi, terutama pada seorang ibu. Salah satu kelainan pada
anak-anak adalah autis dan retardasi mental (Marlinda, 2011; Alhorany, et al.,
2013).
Autis dan retardasi mental merupakan defisit kognitif yang muncul saat
masa anak-anak. Gangguan perkembangan ditandai oleh fungsi sosial adaptif dan
intelektual (Malhotra, et al., 2012).
Gangguan autistik ditandai dengan interaksi sosial timbal-balik yang
menyimpang, keterampilan komunikasi yang terlambat dan menyimpang, serta
kumpulan aktivitas dan minat yang terbatas (Sadock & Sadock, 2010).
Retardasi mental merupakan perkembangan mental yang terhenti atau
tidak lengkap selama masa perkembangan yang ditandai adanya hendaya
(impairment) ketrampilan (skill), berpengaruh terhadap tingkat intelegensia
(kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial) (IDAI, 2011).
Kehadiran anak yang berkelainan di tengah-tengah keluarga akan
mempengaruhi kehidupan keluarga (Yuwono, 2009). Tidak bisa dipungkiri, orang
tua yang mempunyai anak berkelainan untuk pertama kalinya, tidak mudah
menerima kenyataan bahwa anaknya menderita kelainan. Reaksi yang muncul
terhadap diagnosis seperti timbulnya perasaan terpukul dan bingung, sehingga
timbul reaksi yang beragam, antara lain rasa bersalah, rasa kekecewaan, rasa
malu, dan rasa menerima apa adanya (Efendi, 2009). Hal tersebut dapat
menyebabkan perasaan sangat sedih dan muncul sikap putus asa, stres
berkepanjangan yang dapat berkembang menjadi depresi (Yuwono, 2009).
Depresi merupakan gangguan alam perasaan (mood) ditandai adanya
kemurungan dan kesedihan yang mendalam serta berkelanjutan sehingga
menyebabkan kehilangan gairah hidup (Hawari, 2011).
Depresi pada ibu yang memiliki sikap atau penyesuaian diri negatif
terhadap kehadiran anak dengan gangguan autistik dan retardasi mental akan
menghambat penanganan terhadap anak, serta mempengaruhi peran ibu di dalam
keluarga. Peran ibu yang berkurang akan menyebabkan berkurangnya dukungan
terhadap anak sehingga akan menghambat kemandirian anak (Yuwono, 2009).
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian perbedaan tingkat depresi antara ibu dari anak gangguan autistik di
SLB Autis Harmony dengan ibu dari anak retardasi mental ringan di SLB-C
Kerten Surakarta.
TINJAUAN PUSTAKA
Dengan kelahiran anak cacat, orang tua mengalami perasaan yang
kompleks yang mencakup perasaan kehilangan seseorang tercinta. Reaksi shock,
penolakan, kesepakatan, depresi, dan penyesuaian penerimaan. Perasaan bersalah,
depresi, dan kecemasan adalah proses untuk mencapai tahap penyesuaian
penerimaan dan membutuh waktu lebih dari beberapa bulan pada beberapa orang
tua khususnya ibu (Firat, et al., 2002).
Masalah perilaku anak-anak jauh lebih menegangkan bagi para ibu dari
anak cacat (AlHorany, et al., 2013). Rutinitas perawatan sehari-hari, masalah
ekonomi, menerima bantuan dan pendidikan yang tepat adalah kesulitan dasar
orang tua dari seorang anak cacat. Kebingungan diagnostik, masalah perilaku dan
kesehatan, dan rasa kesepian juga menambah tingkat kecemasan yang berujung
pada depresi ibu (Firat, et al., 2002).
Menjadi orangtua untuk anak autis, khususnya ibu banyak mengalami
tantangan menyedihkan, tekanan emosional, rasa bersalah, kecemasan, kesedihan,
isolasi, dan merasa kewalahan oleh stres lingkungan. Faktor yang mempengaruhi
depresi pada ibu dari anak gangguan autistik meliputi dua faktor, yaitu faktor
internal dan ekternal. Faktor internal meliputi gejala bermasalah dan perilaku yang
dapat menyebabkan beban pengasuhan. Faktor eksternal yaitu, beban keuangan,
kurangnya dukungan sosial, dan ketidakmampuan untuk beradaptasi (AlHorany,
et al., 2013).
Keterbatasan daya pikir anak retardasi mental menyebabkannya sulit
mengontrol perilaku, sehingga perilaku sehari-hari berlebihan atau kurang serasi
(Effendi, 2009).
Retardasi mental dapat menimbulkan kecemasan pada seorang ibu.
Orang tua dengan anak retardasi mental akan mengalami banyak permasalahan
akibat keberadaan anak tersebut, terutama seorang ibu. Menurut Freud, salah
satu klasifikasi dari kecemasan adalah kecemasan realitas yaitu kecemasan atau
rasa takut akan bahaya-bahaya dari luar. Kecemasan yang dialami seorang ibu
membawa pada keadaan depresi (Norhidayah, et al., 2013).
Jadi, gangguan autistik dan retardasi mental menimbulkan kecemasan
pada ibu sehingga menyebabkan stres ekstrim dan berkepanjangan. Hubungan
sosial dan kontak mata yang terbatas pada anak-anak autis menyebabkan masalah
perilaku yang lebih tinggi dibanding pada anak-anak retardasi mental, dan
memiliki anak yang terdiagnosis gangguan autistik lebih depresi dibandingkan
dengan retardasi mental serta beban pengasuhan yang lebih berat pada ibu dari
anak gangguan autistik dibanding dengan retardasi mental (Norhidayah, et al.,
2013; AlHorany, et al., 2013; Firat, et al., 2002).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SLB Autis Harmony
dan SLB-C Kerten Surakarta pada bulan Oktober-November 2013.
Sampel pada penelitian ini yaitu semua ibu dari anak gangguan autistik
atau retardasi mental ringan di SLB Autis Harmony dan SLB-C kerten dengan
teknik pengambilan sampel menggunakan metode total sampling.
Kriteria sampel yang memenuhi syarat penelitian (inklusi) yaitu ibu dari
siswa-siswi di SLB Autis Harmony, SLB-C Kerten dengan tingkat retardasi
mental ringan, usia anak yang mengalami gangguan autistik atau retardasi mental
ringan 5-12 tahun, usia ibu >30 tahun, jumlah anak >1, pendidikan terakhir ibu
minimal SMP.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah ibu dari anak gangguan autistik
atau retardasi mental ringan. Variabel terikat pada penelitian ini adalah tingkat
depresi.
Instrumen penelitian menggunakan lembar persetujuan dan data diri, skala
inventori L-MMPI (Lie Scale Minnesota Multiphasic Personality), Kuesioner BDI
(Beck Depression Inventory) dengan perhitungan nilai yang di jumlah berdasarkan
jawaban yang dipilih. Nilai total 0-63, 0-9 dianggap normal, nilai 10-15
menjukkan depresi ringan, nilai 16-23 menunjukkan depresi sedang, nilai 24-63
menunjukkan depresi berat. Semakin tinggi nilai totalnya maka menunjukkan
semakin berat tingkat depresi yang dialami (Indaini, 2003; Beck, 1996).
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian menggunakan uji
Mann Whitney, selanjutnya diolah dengan menggunakan Statistik Product and
Service Solution (SPSS) 16 for Windows.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 2013 sampai 13
November 2013 di SLB Autis Harmony dan SLB-C Kerten Surakarta. Subjek
penelitiannya yaitu ibu dari anak gangguan autistik dan ibu dari anak retardasi
mental ringan. Sampel yang diambil total sebanyak 64 sampel yang dipilih sesuai
kriteria restriksi.
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Ibu dari Anak Gangguan
Ibu dari Anak Retardasi Mental
Autistik
Ringan
Usia Ibu
n
(%)
n
(%)
30-35
8
25
3
9,4
36-40
19
59,4
9
28,1
41-45
4
12,5
14
43,8
46-50
1
3,1
6
18,8
Total
32
100
32
100
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Gangguan
Autistik dan Retardasi Mental Ringan
Jenis Kelamin
Anak
Laki-laki
Perempuan
Total
Anak Gangguan Autistik
n
(%)
17
53,1
15
46,9
32
100
Anak Retardasi Mental
Ringan
n
(%)
19
59,4
13
40,6
32
100
Pada penelitian ini, rencana data dianalisis menggunakan uji t melalui
program SPSS 16 for Windows. Namun karena hasil uji normalitas data
diperoleh hasil distribusi data tidak normal, maka digunakan uji alternatif yaitu
uji Mann Whitney.
Tabel 3. Data Tingkat Depresi Ibu dari Anak Gangguan Autistik dan Ibu dari
Anak Retardasi Mental Ringan
Tingkat Depresi
Tidak
Depresi
Ibu dari Anak
Autis
Ibu dari Anak RM
Ringan
n
(%)
Sedang
n (%)
Berat
n
(%)
3
9,4
11 34,4 6 18,8 12 37,5 32 100
13
40,6
9
28,1 7 21,9
n
3
(%)
Total
9,4
n
(%)
32 100
Tabel 4. Hasil Uji Mann Whitney
Test Statistics
Mann-Whitney U
Wilcoxon
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Tingkat Depresi Ibu
330.000
858.000
-2.525
.012
Data diolah menggunakan uji Mann Whitney melalui program SPSS 16
for Windows diperoleh hasil p (asymp. Sig. (2-tailed)) = 0,01 maka H0 ditolak
H1 diterima. Jadi secara statistik terdapat perbedaan yang sigifikan antara ibu
dari anak gangguan autistik di SLB Autis Harmony dan retardasi mental ringan
di SLB-C Kerten Surakarta.
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini penulis menetapkan 64 sampel yang terdiri dari 50%
(32 sampel) ibu dari anak gangguan autistik dan 50% (32 sampel) ibu dari anak
retardasi mental ringan. dengan jumlah sampel yang sama untuk masing-masing
kelompok penelitian diharapkan hasil penelitian ini valid.
Dari hasil analisis statistik pada penelitian terdapat perbedaan yang
bermakna antara ibu dari anak gangguan autistik dan ibu dari anak retardasi
mental ringan. Ibu dari anak gangguan autistik yang mengalami depresi berat
sebanyak 12 sampel (37,5%), sedangkan pada ibu dari anak retardasi mental
ringan sebanyak 3 sampel (9,4%). Hal ini sesuai dengan penelitian Firat et al
(2002) di Turki dengan sampel 40 ibu dari anak gangguan autistik dan 38 ibu dari
anak retardasi mental diperoleh hasil 15% pada ibu dari anak gangguan autistik
dan 10% pada ibu dari anak retardasi mental.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Little (2003), kecacatan pada anak
menyebabkan kemarahan, stress dan depresi pada ibu. Selain itu kelangsungan
hidup anak yang abnormal lebih menyakitkan daripada kematian seorang anak
yang normal (Adib Sereshki, 1999). Dalam penelitian Salehi (2004), ibu dari anak
yang mengalami gangguan dibandingkan dengan ibu dari anak tanpa gangguan,
lebih rentan terhadap depresi dan merasa rendah terhadap lingkungan sosialnya
(Salehi, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Marlinda menyatakan bahwa
dampak depresi pada ibu dari anak berkelainan akan mempengaruhi peran ibu
dalam pengasuhan, menghambat pertolongan pada anak, serta berkurangnya
dukungan terhadap anak untuk meminimalkan gangguan atau kelainan tersebut
(Marlinda, 2011).
Menurut jenis kelamin anak, dari hasil penelitian didapatkan anak
gangguan autistik sebanyak 17 sampel (53,1%) untuk jenis kelamin laki-laki dan
15 sampel (46,9%) untuk jenis kelamin perempuan. Sedangkan untuk retardasi
mental laki-laki 19 sampel (59,4%), dan peremuan 13 sampel (40,6%). Hal ini
sesuai dengan
Sadock & Sadock (2010) bahwa gangguan autistik maupun
retardasi mental berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih sering mengalami
gangguan tersebut daripada perempuan.
Karakteristik responden berdasarkan usia ibu dari hasil penelitian ini,
untuk ibu dari anak gangguan autistik didapatkan hasil terbanyak pada kelompok
usia 36-40 tahun sebanyak 19 sampel (59,4%). Hal ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Firat et al, mungkin disebabkan oleh berbagai
faktor yaitu tempat penelitian yang berbeda, jumlah sampel yang lebih kecil, dan
kepribadian yang berbeda serta faktor-faktor lain yang menyebabkan hasil dari
penelitian yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Firat et al.
Sedangkan untuk ibu dari anak retardasi mental pada penelitian ini didapatkan
kelompok usia paling banyak mengalami depresi yaitu pada usia 41-45 tahun
sebesar 14 responden (43,8%). Hal ini sesuai dengan penelitian Firat et al yaitu
usia ibu paling banyak mengalami depresi pada usia >30 tahun.
Dari hasil penelitian, jenis kelamin anak dan usia ibu tidak mempengaruhi
tingkat depresi pada ibu dari anak gangguan autistik maupun ibu dari anak
retardasi mental ringan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Motamedi et
al (2007) bahwa tingkat depresi ibu tidak dipengaruhi oleh usia ibu maupun jenis
kelamin anak.
Pada penelitian ini terdapat keterbasan karena adanya variabel perancu
yang tidak dapat dikendalikan seperti adanya perbedaan pada kepribadian
responden, faktor biologis, faktor genetik, faktor lingkungan, faktor psikososial
dan ekonomi yang berbeda.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan terdapat
perbedaan tingkat depresi yang bermakna antara ibu dari anak gangguan autistik
di SLB Autis Harmony dan ibu dari anak retardasi mental ringan di SLB-C
Kerten Surakarta. Ibu dari anak gangguan autistik lebih mengalami depresi
daripada ibu dari anak retardasi mental ringan.
Untuk ibu dari anak gangguan autistik atau ibu dari anak retardasi mental
ringan yang mengalami depresi diharapkan dapat menerima kondisi gangguan
pada anak, sehingga dapat meminimalkan terjadinya depresi. Untuk SLB,
diharapkan dapat memotivasi dan membantu mengurangi terjadinya depresi pada
ibu dari anak gangguan autistik dan retardasi mental ringan dengan cara
membantu memberikan pembelajaran secara terus menerus yang sesuai dengan
kemampuan anak autistik dan retardasi mental ringan. Perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat depresi
pada ibu dari anak berkebutuhan khusus.
DAFTAR PUSTAKA
AlHorany, A.K., Hassan, S.A; and Bataineh, M.Z., 2013. Do Mothers of Autistic
Children are at Higher Risk of Depression? A Systematic Review of
Literature.Life Science Journal. 10 (1).http://www.lsj-marsland.com/up
loadfiles/AB141120130426181152/B001041-lsj-part20130426.pdf. Diakses
pada 10 juni 2013
Adib Sereshki, Nargess., 1999. Exceptional Children, Counselling and Family,
Tehran, Medical and Rehabilitation Science University.
Beck, AT. Steer, R.A and Ranieri, W., 1996. Comparison of Beck Depression
Inventories-IA and –II in Psychiatrics Outpatients. Journal of Personality
Asessment. 67 (3):588-97.
DepKes RI, 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III. Jakarta : Departemen Kesehatan.
Depkes., 2011. Mari Kenali dan Peduli terhadap Anak Autisme http://
www.buk.depkes.go.id/index.php?option=comcontent&view=article&id=38
5:mari-kenali-dan-peduli-terhadap-anak-autisme&catid=1:latest-news.html.
Diakses pada 25 juni 2013
Dorland, W.A, Newman., 2010. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC
Efendi, M., 2009., Perspektif Anak Berkelainan dalam Pengantar Psikopedagogik
Anak Berkelainan. Penerbit PT Bumi Aksara
Firat, S; Diler, R.S; Avci, A; Seydaoglu, G., 2002. Comparison of
Psychopathology in the Mothers of Autistic and Mentally Retarded Children
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3054944/pdf/12378023.pdf.
Diakses pada 13 juni 2013
Halverson, J.L., 2013. Depression.http://emedicine.medscape.com/article/286759overview. Diakses pada 13 Agustus 2013
Handojo, Y., 2003. Autisma. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia
Jakarta
Hawari, D., 2011. Depresi dalam
Jakarta: FKUI
Manajemen Stress, Kecemasan, Depresi.
IDAI, 2011. Retardasi Mental dalam Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia jilid II. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
Indaini, M.S., 2003. Kecenderungan Depresi pada keluarga Pasien Skizofrenia.
FK UNDIP : Tesis
Iskandar, Y., 2008. Tes Bakat, Minat, Sikap, dan Personality MMPI-DG. Jakarta :
Dharma Graha Group.
Johnson, C.P; Myers, S.M; and the Council on Children With Disabilities., 2007.
Identification and Evaluation of Children With Autism Spectrum Disorders.
Pediatrics
Vol.120
No
51.http://pediatrics.aappublications.
org/content/120/5/ 1183.full. Diakses pada 20 Juli 2013
Kaplan, H.I., Sadock, B.J. 2010. Retardasi Mental dalam Sinopsis Psikiatri.
Tangerang : Binarupa Aksara
--------------------------------- 2010. Gangguan Pervasif dalam Sinopsis Psikiatri.
Tangerang : Binarupa Aksara
-------------------------------- 2010. Gangguan Mood dalam Sinopsis Psikiatri.
Tangerang : Binarupa Aksara
Kemenkes RI, 2010 Pedoman Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus
Little, L., 2003. Maternal stress, maternal discipline, and Peer victimization of
children with Asperger-Spectrum disorders, building ecological framework.
Lumbantobing, S.M., 2001., Anak dengan Mental Terbelakang. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Malhotra, S; Khan, W; Bhatia., 2012. Quality of Life of Parents having Children
with Developmental Disabilities. Delhi Psychiatry Journal Vol. 15 No.1
http://medind.nic.in/daa/t12/i1/daat12i1p171.pdf. Diakses pada 20 Juli 2013
Marlinda, E., 2011. Pengalaman Ibu dalam Merawat Anak Berkebutuhan Khusus
: Autis di BanjarBaru Kalimantan Selatan. Tesis
Maramis, W.F., 2009. Retardasi Mental dalam Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa
Edisi kedua. Surabaya : pusat penerbitan dan percetakan UNAIR
McCandless, J., 2003. Children with Strarving Brains anak-anak dengan Otak
yang lapar. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Motamedi, S.H; Seyednour, R; Noorikhajavi, M; Afghah, S., 2007. A study in
depression levels among mothers of disabled children
Murti, B., 2013. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Nelson, 2000., Retardasi Mental dalam Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : buku
kedokteran EGC.
Norhidayah; W, Siti & Husein, Achyar N., 2013. Gambaran Kejadian Kecemasan
pada Ibu Penderita Retardasi Mental Sindromik di SLB-C Banjarmasin.
Journal Berkala Kedokteran Vol. 9 No. 1 http://ejournal.unlam.ac.id/index.
php/bk/article/download/ 256/214.
Puri, B.K., Laking, P.J., & Treasaden, I.H., 2011. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2.
Jakarta : EGC
Sadock, BJ., Sadock, V.A. dan Kaplan & Sadock’s., 2010. Ganggaun Pervasif
dalam : Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed 2. Jakarta : EGC
---------------------------------------------------------------------- 2010. Retardasi Mental
dalam : Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed 2. Jakarta : EGC
Salehi and colleagues., 2004. Review of Depression in Children with Disorders,
Thought and Behaviour Quarterly, Vol.10, No. 37-38.
Sastroasmoro, S dan Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi penelitian Klinik
Edisi 3. Jakarta : CV Sagung seto.
Soetjiningsih., 1995. Retardasi Mental dalam Tumbuh Kembang Anak. Jakarta :
EGC
Sularyo, T.S; Kadim, M., 2000. Retardasi Mental. Sari Pediatri Vol.2, No.3:
170-177. http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-3-8.pdf. Diakses pada 12 Juni
2013
Sugiyono., 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Taufiqurahman, M.A., 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu
Kesehatan. Klaten : CSGF (the Comunity of Self help Group forum)
Yuwono, J., 2009. Memahami Anak Autistik Dampak Kehadiran Anak Autistik
dalam Keluarga. Bandung : Alfa Beta
WHO., 2012. Depression. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs369/en/
index.html.Diakses pada 28 April 2013
Download